Badan Penelitian dan Pengembangan
Energi dan Sumber Daya MIneral
RENCANA STRATEGIS ENERGI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIMSEMINAR NASIONAL: OPTIMALISASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK KETAHANAN ENERGI
Sutijastoto
Jakarta, Desember 2016
1
DAFTAR ISI
1. Perspektif Global: Kebutuhan Energi vs Perubahan Iklim
2. Kebijakan Strategi Energi Nasional dan Upaya Mitigasi
Perubahan Iklim
3. Instrumen Kebijakan Energi Nasional
4. COE dan Mission Innovation Untuk Percepatan
Pengembangan Energi Bersih
2
PERSPEKTIF GLOBAL: KEBUTUHAN ENERGI VS PERUBAHAN IKLIM3
KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DAN UPAYA MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
PERMASALAHAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL
ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat
POLA PRODUKSI ENERGI INDONESIA(OPTIMALISASI PRODUKSI)
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
1966
1968
1970
1972
1974
1976
1978
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
2018
2020
2022
2024
Rib
u B
OE
PD
Minyak Bumi Gas Bumi Batubara
Minyak Bumi (Proyeksi) Gas Bumi (Proyeksi) Batubara (Proyeksi)
EBT EBT (Proyeksi)
23%
25%30%
22%5%
46%
31%
18%
31%
20%25%
24%
194
MTOE
400
MTOE
1.000
MTOE
Energi Baru dan Terbarukan
Minyak Bumi
Gas Bumi
Batubara
Saat ini 2025 2050
Total Pembangkit
Listrik51 GW 137 GW 445 GW
Pembangkit EBT11 GW(22%)
43 GW(31%)
168 GW(38%)
Tujuan Kebijakan Energi Nasional
259 (22%)Juta ton CO2eq
442 (28%)Juta ton CO2eq
2015 2025 2030 2050
BAU 576 1.203 1.566 3.792
Skenario KEN 553 944 1.124 2.015
Penurunan Emisi23 259 442 1.777
4% 22% 28% 47%
1.777 (47%)Juta ton CO2eq
Juta Giga Ton CO2 eq
Proyeksi Target Energi vs Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca
Pembangkit EBT 43 GW
Pembangkit Fosil 94 GW
MTOE %
Minyakbumi
102 25%
Gas bumi
93 22%
Batubara 126 30%
EBT 95 23%
Total 417 100%
MTOE %
Listrik 61 19%
Gas 47 18%
BBM 88 37%
Batubara 35 17%
BBN 10 4%
ET lainnya
11 5%
Total 253 100%
MTOE %
Transportasi 75 31%
Industri* 120 47%
Rumah Tangga
38 15%
Komersial 14 6%
Sektor lainnya
5 2%
Total 253 100%
SupplyPrimary Energy
Final Energy Demand
Pembangkit
137GW
Transformasi
2025
Proyeksi Neraca Energi Tahun 2025
Pembangkit EBT 168 GW
Pembangkit Fosil 277 GW
MTOE %
Minyakbumi
203 20%
Gas bumi
252 24%
Batubara 265 25%
EBT 318 31%
Total 1.038 100%
MTOE %
Listrik 200 19%
Gas 118 18%
BBM 188 37%
Batubara 71 17%
BBN 48 4%
ET lainnya 27 5%
Total 653 100%
MTOE %
Transportasi 169 31%
Industri* 293 47%
Rumah Tangga
91 15%
Komersial 84 6%
Sektor lainnya
15 2%
Total 653 100%
SupplyPrimary Energy
Final Energy Demand
Pembangkit
445 GW
Transformasi
2050
Proyeksi Energi Tahun 2050
PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI DI SEKTOR INDUSTRI10
11
PRODUKSI ENERGI LISTRIK PER JENIS PEMBANGKIT
*) Sumber: RUPTL PLN 2013-2022
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
450,000
500,0001
98
7
198
8
198
9
199
0
199
1
199
2
199
3
199
4
199
5
199
6
1997
199
8
199
9
200
0
200
1
200
2
200
3
200
4
200
5
200
6
200
7
200
8
200
9
201
0
2011
201
2
201
3
201
4
201
5
201
6
201
7
201
8
201
9
202
0
202
1
2022
Pro
du
ks
i E
ne
rgi L
istr
ik (
GW
h)
Tenaga Air Panas Bumi Batubara Gas BBM Surya/Hybrid Biomass Impor Biodiesel dan EBT Lainnya
BAURAN ENERGI PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK
8%4% 4% 4% 5% 5% 5% 5% 5% 5%
4%
4% 4% 4% 5% 6%9% 8% 9% 11%
52% 57% 59%62%
63%65%
65% 66% 67%66%
24%23%
23%23%
23%22%
20% 18% 17% 17%
13% 11% 9%
6% 4% 2% 2% 2% 2% 2%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Impor Biomass Surya/Hybrid BBM Gas Batubara Panas Bumi Tenaga Air
*) Sumber: RUPTL PLN 2013-2022
PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGY SECTOR TRANSPORTASI14
TARGET, TANTANGAN DAN STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBT
23% energi mix
nasional (2025)
NO ISU UTAMA TANTANGAN
1. Teknologi • Teknologi yang belum mature dan mahal
• Rantai tata niaga EBT umumnya belum terbentuk
• Kurangnya ahli dalam negeri
2. Keekonomian bahan baku • Pasar teknologi energy bersih belum terbentuk
• Harga bahan baku nabati diatas harga minyak
• Tidak adanya lahan yang didedikasikan untuk lahan bahan
baku energy
3. Pendanaan • Investasi di EBT kurang menarik
• Dibutuhkan modal kerja yang cukup besar
4. Peraturan • Kebijakan harga belum mendukung
• Banyak kendala dalam proses perijinan
• Kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan di lapangan
• Kepastian hukum terhadap penerapan kebijakan energy
bersih
TANTANGAN PENGEMBANGAN ENERGI BERSIH DAN BERKELANJUTAN
1. PENCIPTAAN PASAR BAGI ENERGI BERSIH
Mandatori pemanfaatan energy bersih bagi
BUMN/BUMD
Pengembangan program nasional energy bersih
skala besar: hutan energy, kebun energy, wind
farm, solar energy farm
Pengembangan energy bersih yang terintegrasi
dengan pengembangan masyarakat perdesaan,
termasuk program Indonesia Terang
Pengembangan kluster ekonomi maritime yang
berbasis energy bersih
2. HARGA ENERGI
3. INSENTIF
STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI BERSIH
INSTRUMEN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
UU No. 30/2007 “Energi”
UU No.22/2001
“Minyak dan Gas Bumi”
UU No.30/2009
“Ketenagalistrikan”
UU No.4/2009
“Pertambangan
Mineral & Batubara”
UU No.15/2014
“Panas Bumi”
“Rencana Umum
Energi Nasional
(RUEN)”
“Rencana Umum
Energi Daerah (RUED)”
PP No. 79/2014
“Kebijakan Energi
Nasional”
Percepatan pembangunan infrastruktur
dan Memperbaiki energy mix menuju
energi terbarukan- Kebijakan Pemerintah -
• Penjabaran KEN
•Penjabaran KEN & RUEN
• Perbaikan bauran
• Konservasi
• Percepatan pembangkit
Instrumen Kebijakan Energi Nasional
INSENTIF PENGEMBANGAN EBTKE
Insentif Investasi
Umum• Insentif Fiskal
‒ Fasilitas pada PPh
‒ Fasilitas pada PPN
‒ Fasilitas pada Bea Masuk
• Dana Penjaminan dan Investasi
• Dana Hibah dan Pinjaman
Pemerintah
INSENTIF
Insentif atas Teknologi
Khusus• Energi Panas Bumi
• Tenaga Surya
• Pembangkit Listrik
Terbarukan Skala Kecil
ISENTIF PERPAJAKAN PENGEMBANGAN EBT
ISENTIF PERPAJAKAN PENGEMBANGAN EBT
• Fasilitas PPh:
‒ Pasal 31A UU PPh: PP No 52 tahun 2011 (Pasal 2)
‒ UU No 25 tahun 2007 Ps 18 (ayat 5): PP 94/2010: PMK No 130/PMK 011/2011
• Fasilitas PPN:
‒ UU PPN Ps 4 dan Ps 168: PP No 31 tahun 2007
• Fasilitas pada Bea Masuk
‒ Bea masuk: Ps 25 dan 26 UU No 17/2006 tentang Kepabeanan: PMK no
76/PMK.011/2012
‒ PPN Impor: PP 31/2007
‒ PPh Ps 22: SKB
21
Peraturan Feed in Tariff (FiT)
1. Permen ESDM Nomor 19 Tahun 2015 tentang Pembelian
Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air dengan
Kapasitas sampai dengan 10 MW (Sepuluh Megawatt) oleh PT
Perusahaan Listrik Negara (Persero);
2. Permen ESDM Nomor 44 Tahun 2015 tentang Pembelian Tenaga
Listrik oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) dari
Pembangkit Listrik Berbasis Sampah Kota;
3. Permen ESDM Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pembelian
Tenaga Surya Fotovoltaik oleh PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero); dan
4. Permen ESDM Nomor 21 Tahun 2016 tentang Pembelian
Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa dan
Pembangkit Listrik Tenaga Biogas oleh PT Perusahaan Listrik
Negara (Persero).
Teknologi
Pembangkit EBTPeraturan Feed in Tarif (FiT) Keterangan
PLTS Permen ESDM Nomor 19 Tahun 2016 Mengatur harga jual listrik pada 22 wilayah
dengan harga pembelian berdasarkan
kapasitas terpasang (MW)
PLT Biomassa Permen ESDM Nomor 21 Tahun 2016 Mengatur harga jual listrik dengan kapasitas
terpasang lebih kecil atau sama dengan 20
MW tersambung pada tegangan rendah,
menengah dan tinggi dan lebih besar dari 20
MW tersambung pada tegangan tinggi
PLT Biogas Permen ESDM Nomor 21 Tahun 2016
PLT Sampah Permen ESDM Nomor 44 Tahun 2015 Mengatur harga jual listrik dengan kapasitas
terpasang lebih kecil atau sama dengan 20
MW tersambung pada tegangan rendah,
menengah dan tinggi dan lebih besar dari 20
MW tersambung pada tegangan tinggi
PLTM/H Permen ESDM Nomor 19 Tahun 2015 Mengatur harga jual listrik berdasarkan jenis
teknologi, kapasitas terpasang (MW) dan
tahun produksi
BBN Bioethanol Kepmen ESDM Nomor 6034 Tahun 2016 Mengatur harga jual bioethanol
Peraturan FiT (Feed in Tariff) dan Harga Indeks Pasar (HIP)
22
23
Kebijakan FIT EBT
Teknologi Peraturan Feed in Tarif (FiT) Feed in Tarif (Rp./kWh)
PLTM/H Permen ESDM No. 19/2015 911 ‒ 1.944
PLTS Permen ESDM No. 19/2016 1.958 ‒ 3.375
PLT Biomassa Permen ESDM No. 21/2016 1.149 ‒ 3.016
PLT Biogas Permen ESDM No. 21/2016 1.458 ‒ 3.672
PLT Sampah Permen ESDM No. 44/2015 1.774 ‒ 2.722
COE DAN MISSION INNOVATION UNTUK PERCEPATAN
PENGEMBANGAN ENERGI BERSIH
PENGEMBANGAN PUSAT UNGGULAN ENERGI BERSIH DI BALI25
Pusat Unggulan Energi Bersih (COE) dirancang untuk berperan sebagai pusat
yang menyatukan dukungan nasional dalam mengembangkan energy bersih
dan EBT melalui kolaborasi dengan badan-badan regional dan internasional;
dalam bentuk Science Techno Park
1. Integrasi teknologi dan pengembangan pengetahuan EBT di tingkat UKM
dan tingkat industry;
2. Pengembangan proyek dan dukungan implementasi teknologi EBT dengan
bekerja sama dengan KESDM, K/L terkait, dan pemerintah daerah;
3. Optimalisasi kebijakan dan kerangka kebijakan dalam rangka mendorong
investasi dan partisipasi swasta;
4. Formulasi berbagai solusi yang inovatif untuk mitigasi resiko dan biaya
sector public dan swasta dalam pengembangan EBT
PERAN CENTRE OF EXCELLENCE (COE) DALAM MENDUKUNG PERCEPATAN
PENERAPAN ENERGI BERSIH DI INDONESIA
PENERAPAN
SKALA
INDUSTRI
UJI COBA &
TRANSFORMASI
PASAR
PENELITIAN &
PENGEMBANGAN
• Inovasi dan Inventarisasi
• Teknologi Baru
• Produk baru
• Menciptakan pilihan baru
bagi masyarakat
• Peningkatkan kemampuan
• Peningkatan ketahanan
• Mengurangi resiko
kegagalan teknologi
• Pengujian teknologi baru
• Percepatan penerapan
• Mengintegrasikan dengan
sisitem lain
• Meningkatkan kesiapan
teknologi
• Validasi kemampuan dan
ketahanan teknologi
• Kerjasama dengan
stakeholders
• Menghilangkan kendala
penggunaan
• Mengurangi resiko investasi
• Dapat diakses oleh
konsumen
• Mudah digunakan dan
perawatan
• Reliable
• Aman dan terjangkau
• Menarik secara investasi
• Dibutuhkan pasar
• Menciptakan lapangan kerja
Demo
Awal
Demo secara
masifPERAN
COE
26
PEMENANG PERTAMA SAYEMBARA KONSEP DESIGN COE OFFICE
KONSEP DESAIN KANTOR COE
MISSION INNOVATION
OVERVIEW
Inisiatif global dari 23 negara dan EU untuk percepatan inovasi dan pemanfaatan
energi bersih, diluncurkan pertamakali di COP 21 Paris (2015):
Komitmen untuk melipatgandakan dana litbang energi bersih dalam 5 tahun ke depan;
Dukungan/komitmen para Investor yang bergabung dalam Energy Breakthrough
Coalition dipimpin oleh Bill Gates akan mendorong keterlibatan lebih luas dari
investor/swasta dalam transformasi teknologi energi bersih;
Arah terobosan inovasi dirumuskan dalam tujuh Innovation Challenges (IC).
INNOVATION CHALLENGES
1. Smart Grids
2. Akses Listrik Off-Grid
3. Carbon Capture
4. Sustainable Biofuels
5. Converting Sunlight to create storable solar fuels)
6. Clean Energy Materials
7. Affordable Heating and Cooling for Buildings
PERANAN INDONESIA
Indonesia merupakan salah satu pemrakarsa inisiatif MI, peluncuran dihadiri oleh Bapak
Presiden Joko Widodo, Kementerian ESDM sebagai Penanggung Jawab di Indonesia.
Peranan Indonesia dalam MI:
Wakil Ketua MI: Indonesia, Inggris, dan India. Ketua MI: Amerika Serikat;
Anggota Steering Committee MI bersama dengan 9 negara lainnya;
Co-chair Sub Grup Innovation Analysis and Roadmapping (WG IA&R) bersama Inggris;
Pada Ministerial Meeting I di San Fransisco Juni 2016, Indonesia menyampaikan
komitmen untuk meningkatkan secara drastis anggaran litbang dari USD 17 juta pada
tahun 2016 menjadi USD 150 juta pada tahun 2021.
DASAR HUKUPERAN INDONESIA DALAM MISSION INNOVATION
TUJUANMendorong terobosan inovasi dan implementasi energi bersih di Indonesia untuk
mewujudkan energi bersih yang dapat diandalkan dan terjangkau oleh masyarakat.
SASARAN
Inventarisasi inovasi;
Melaksanakan penilaian, pemilihan, dan penentuan inovasi yang layak diusulkan
komersialisasi melalui MI;
Mendorong komersialisasi inovasi ke MI.
RENCANA KEDEPAN
Untuk menindaklanjuti MI di tigkat nasional, maka akan dilakukan langkag-langkah
berikut:
Koordinasi dengan stakeholder terkait;
Pembentukan organisasi MI Nasional: lintas Kementerian/Lembaga: S
Sekretariat, Tim Teknis, dan Tim Evaluator Inovasi;
Penyusunan rencana kerja;
Penetapan Indikator Evaluasi Inovasi;
Mengadakan Kegiatan FGD, Roadshow.
MANFAAT
Akses yang luas terhadap informasi, teknologi dan inovasi energi bersih
diseluruh dunia;
Akses terhadap sumber-sumber pendanaan internasional, baik dana dari publik
dan swasta bagi inovasi, penelitian dan sekaligus investasi,
Dapat berkolaborasi dengan berbagai negara dan sektor swasta ;
Kesempatan untuk memperkenalkan program-program strategis Indonesia
kepada dunia.
www.balitbang.esdm.go.id