Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
REPRESENTASI DUKUNGAN PUBLIK TERHADAP
KEPEMIMPINAN JOKOWI
DALAM SERIAL SITUASI KOMEDI RT SUKOWI
EPISODE PILIH RT BARU JANGAN KELIRU
(KAJIAN ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES S. PEIRCE)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.)
Katrine Gabby Kusuma
10120110126
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI MULTIMEDIA JOURNALISM
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
TANGERANG
2014
REPRESENTASI DUKUNGAN PUBLIK TERHADAP
KEPEMIMPINAN JOKOWI
DALAM SERIAL SITUASI KOMEDI RT SUKOWI
EPISODE PILIH RT BARU JANGAN KELIRU
(KAJIAN ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES S. PEIRCE)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.)
Katrine Gabby Kusuma
10120110126
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
KONSENTRASI MULTIMEDIA JOURNALISM
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MULTIMEDIA NUSANTARA
TANGERANG
2014
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya ilmiah saya
sendiri, bukan plagiatdari karya ilmiah yang ditulis oleh orang lain atau lembaga
lain, dan semua karya ilmiah orang lain atau lembaga lain yang dirujuk dalam
skripsi ini telah disebutkan sumber kutipannya serta dicantumkan di Daftar
Pustaka.
Jika dikemudian hari terbukti ditemukan kecurangan/penyimpangan, baik
dalam pelaksanaan skripsi maupun dalam penulisan laporan skripsi, saya bersedia
menerima konsekuensi dinyatakan TIDAK LULUS untuk mata kuliah Skripsi
yang telah saya tempuh.
Tangerang, 19 Agustus 2014
Katrine Gabby Kusuma
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
v
ABSTRAK
Penelitian berjudul “Representasi Dukungan Publik Terhadap
Kepemimpinan Jokowi dalam Serial Situasi Komedi RT Sukowi Episode Pilih RT
Baru Jangan Keliru (Kajian Analisis Semiotika Charles S. Peirce)” ini
dilatarbelakangi fenomena sosok Jokowi yang tidak pernah luput muncul di media
setiap harinya. Tidak hanya berupa pemberitaan, sosoknya juga dijadikan inspirasi
pembuatan film dan serial situasi komedi di televisi, salah satunya adalah sitkom
RT Sukowi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana representasi
dukungan publik terhadap kepemimpinan Jokowi dalam serial sitkom RT Sukowi.
Russel J. Dalton mengemukakan bahwa penurunan dukungan publik
terhadap proses demokrasi bermula dari keraguan terhadap pemegang kekuasaan
dan kemudian berkembang menjadi sikap sinis kepada pemegang kuasa. Ketika
hal ini terjadi, publik cenderung mencari sosok lain yang dinilai bisa mengangkat
kembali kepercayaan masyarakat. Dukungan ini termasuk dalam jenis dukungan
otoritas, yaitu dukungan kepada pemangku jabatan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis semiotika Charles S. Peirce
dengan unit analisis berupa tanda-tanda visual dan non-visual mengenai dukungan
publik terhadap kepemimpinan Jokowi yang terdapat dalam episode perdana
sitkom RT Sukowi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada rasa kekecewaan dari
masyarakat terhadap pemimpin yang lama dan kemudian mereka menemukan
harapan akan perubahan dari sosok Jokowi. Dukungan yang diberikan kepada
Jokowi bersifat sukarela dan datang dari berbagai lapisan masyarakat. Pendukung
Jokowi adalah mereka yang berpikiran rasional karena tidak lagi mementingkan
latar belakang, melainkan memilih berdasarkan kemampuan yang dimiliki calon
pemimpin.
Kata kunci: dukungan publik, Joko Widodo, semiotika, representasi
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas bimbingan dan penerangan-
Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi sebagai syarat kelulusan
Universitas Multimedia Nusantara.
Selama pengerjaan Skripsi, penulis banyak dibantu, dibimbing, dan
diberikan semangat dari banyak pihak sehingga tugas akhir ini dapat selesai.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Ignatius Haryanto, M. Hum. sebagai dosen pemimbing. Terima kasih atas
bimbingan, bantuan, pencerahan, dan motivasi yang Bapak berikan kepada
penulis selama penyusunan tugas akhir ini. Terima kasih atas waktu dan
tenaga yang Bapak berikan untuk membimbing penulis.
2. Dr. Bertha Sri Eko M., M. Si. selaku Kepala Program Studi Ilmu
Komunikasi. Terima kasih atas bimbingan akademik selama penulis
menempuh pendidikan di Universitas Multimedia Nusantara.
3. F.X. Lilik Dwi Mardjianto, S.S., M.A. selaku Ketua Sidang Skripsi yang
telah dilalui penulis. Terima kasih atas bimbingan, saran, dan kritik yang
membangun bagi skripsi ini.
4. Rony Agustino Siahaan, M.Si. selaku Penguji Ahli dalam Pra Sidang dan
Sidang Skripsi yang telah dilalui penulis. Terima kasih atas bimbingan dan
saran yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat rampung.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
vii
5. Kedua orangtua penulis yang selalu memotivasi dan membantu penulis
untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Juga kepada adik penulis, Elsa, yang
dengan ikhlas selalu meminjamkan laptop selama pengerjaan Skripsi ini.
6. Teman-teman UMN: Rosa, Angela, Koko, Ratna, Irrianty, Jessica,
Diandra, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu
per satu. Terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, dan dukungan selama
menempuh pendidikan di UMN.
7. Sahabat seperjuangan-tapi-beda-kampus, Anggit dan Olive yang bersedia
menemani penulis mencari referensi untuk penyelesaian tugas akhir ini.
8. Sahabat-sahabat penulis Febe, Sharon, dan Kenny, serta JJLGS: Iccha,
Bella, Audi, Cyntia, Shannon, Dita, Rayi, Ollie, Tara, dan Devita yang
selalu memberikan semangat dan mengingatkan penulis untuk segera
menyelesaikan Skripsi.
Akhir kata, penulis berharap Skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada
siapa saja yang membutuhkan informasi tentang tema penelitian ini.
Tangerang, 19 Agustus 2014
Katrine Gabby Kusuma
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xi
BAB I – PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Rumusan Masalah 9
1.3. Tujuan Penelitian 9
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis 9
1.4.2. Manfaat Praktis 10
BAB II – KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Penelitian Terdahulu 11
2.2. Semiotika 15
2.3. Representasi 21
2.4. Televisi dan Tayangan Situasi Komedi (Sitkom) 23
2.5. Dukungan Publik atas Kepemimpinan Politik Jokowi 27
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
ix
BAB III – METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Paradigma Penelitian 38
3.2. Jenis dan Sifat Penelitian 39
3.3. Unit Analisis 41
3.4. Teknik Analisis Data 42
BAB IV – ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Kepemimpinan Joko Widodo 44
4.2. Deskripsi Objek Penelitian 49
4.2.1. Gambaran Umum Tayangan Sitkom RT Sukowi 50
4.2.2. Tokoh-tokoh Sentral dalam Tayangan Sitkom RT Sukowi 52
4.3. Analisis Data
4.3.1. Analisis Tanda Non-Visual 55
4.3.2. Analisis Tanda Visual 69
4.4. Pembahasan 78
BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 82
5.2. Saran 84
DAFTAR PUSTAKA 85
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Unsur Makna Dari Peirce 19
Gambar 3.1. Unsur Makna Dari Peirce 42
Gambar 4.1. Joko Widodo 44
Gambar 4.2. Opening RT Sukowi 49
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu 11
Tabel 2.2. Tiga Tahap dalam Menyampaikan Objek 23
Tabel 2.3. Jenis-jenis Dukungan Politik 28
Tabel 3.1. Tiga Paradigma Ilmu Sosial 38
Tabel 4.1. Analisis Tanda Non-Visual 1 55
Tabel 4.2. Analisis Tanda Non-Visual 2 58
Tabel 4.3 Analisis Tanda Non-Visual 3 59
Tabel 4.4 Analisis Tanda Non-Visual 4 62
Tabel4.5. Analisis Tanda Non-Visual 5 65
Tabel 4.6. Analisis Tanda Non-Visual 6 67
Tabel 4.7. Analisis Tanda Visual 1 69
Tabel 4.8. Analisis Tanda Visual 2 71
Tabel 4.9. Analisis Tanda Visual 3 73
Tabel 4.10. Analisis Tanda Visual 4 75
Tabel 4.11. Analisis Tanda Visual 5 76
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sejak namanya disebut-sebut sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta
Maret 2012 lalu, sosok Joko Widodo mulai dikenal masyarakat Indonesia.
Apalagi sejak terpilih menjadi Gubernur Ibukota lewat Pemilihan Kepala
Daerah dalam dua putaran (putaran pertama pada 11 Juli 2012 dan putaran
kedua pada 20 September 2012), setiap hari namanya tidak pernah luput dari
pemberitaan media.
Menurut analisa Bimo Nugroho dan Ajianto Dwi Nugroho dalam buku
yang berjudul Jokowi: Politik Tanpa Pencitraan, sejak masa pemilihan
Gubernur DKI Jakarta, media sangat mendukung Jokowi dengan angle
pemberitaan yang kebanyakan positif ketimbang negatif (2012: 170-171). Hal
ini membuatnya menjadi media darling: semua media tertarik memberitakan
segala sesuatu yang berkaitan dengan Jokowi.
Riset yang dilakukan oleh AJI Jakarta pada 2012 menunjukkan bahwa
pada Pilkada Jakarta putaran pertama dan kedua, pemberitaan positif tentang
Jokowi jauh lebih banyak dibandingkan lawannya dalam dua putaran, Fauzi
Bowo. Sebanyak 810 berita bernada positif diterima oleh Jokowi, sementara
Fauzi Bowo hanya mendapat sebanyak 660 berita. Sebaliknya, pemberitaan
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
2
negatif lebih banyak diterima oleh Fauzi Bowo, yaitu 260 berita, sedangkan
Jokowi hanya menerima 172 berita negatif (Tim AJI Jakarta, 2012: 74).
Hasil lain yang diperoleh dari riset AJI Jakarta adalah pemuatan foto
dan berita tunggal tentang pasangan Jokowi-Basuki di media lebih banyak
ketimbang pasangan-pasangan kandidat lainnya. Pada Pilkada Jakarta putaran
kedua, pasangan kandidat Foke-Nara memang unggul tipis dari segi kuantitas
pemberitaan. Namun, jika dilihat secara keseluruhan sejak Pilkada putaran
pertama, pasangan Jokowi-Basuki masih lebih unggul (Tim AJI Jakarta,
2012: 89).
Sementara itu dari ranah media sosial, sebuah artikel dari
tribunnews.com menyebutkan bahwa pasangan Jokowi-Basuki mendominasi
percakapan di media sosial ketimbang pasangan Foke-Nara dan pasangan
cagub-cawagub lainnya. Jokowi-Basuki didukung oleh 2.715 pengguna
Twitter, diikuti oleh Foke-Nara yang didukung 1.642 pengguna. Tidak hanya
tim sukses yang memainkan media sosial untuk mendukung Jokowi, tetapi
juga para relawan yang membuat akun-akun Twitter, diantaranya
@jokowicenter, @jakartabaru, @jokowibasuki, @rumahrelawanJB, dan
beberapa akun pribadi yang terang-terangan mendukung pasangan Jokowi-
Basuki (http://www.tribunnews.com/metropolitan/2012/09/02/jokowi-raja-
media-sosial-yang-digjaya).
Media memang memiliki peranan besar dalam membentuk citra Jokowi
di mata publik. Media menggambarkan Jokowi sebagai tokoh besar yang
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
3
bersih, dicintai rakyat, dan memiliki banyak gagasan. Dari sisi pribadi,
Jokowi sendiri memiliki nilai berita tinggi karena karakter kepemimpinannya
yang unik dan kuat (Nugroho dan Nugroho, 2012: 170-171). Selain itu,
banyak prestasi yang diraih oleh Jokowi selama menjadi Walikota Surakarta,
antara lain merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari, menata
ulang pasar-pasar, membuat trayek angkutan kota baru, dan membuat
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta terus meningkat pada tahun
2005-2012.
Prestasi-prestasi tersebut mengantarkan Jokowi mendapatkan beberapa
penghargaan dan pengakuan dari dalam maupun luar negeri, seperti masuk
dalam daftar 10 Tokoh 2008 versi Majalah Tempo, menempati urutan ke-3
2012 World Mayor Prize, dan menerima penghargaan Bintang Jasa Utama
dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2011. Hal inilah yang
membentuk persepsi masyarakat tentang citra positif Jokowi. Citra ini
semakin kuat karena memang merupakan karakter asli Jokowi yang terlihat
dalam perilakunya sehari-hari, bukan citra yang dibuat-buat.
Salah satu faktor yang membuat Jokowi menjadi media darling adalah
kedekatannya dengan wartawan. Jokowi sadar wartawan adalah partnernya
dalam menjalankan amanat rakyat. Untuk itu, ia membangun relasi dan ikatan
emosionilal dengan mereka. Akses wawancara dengan Jokowi bisa dibilang
mudah dan ia bahkan meladeni pertanyaan wartawan hingga larut malam
(Nugroho dan Nugroho, 2012: 172-173).
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
4
Kepopuleran Jokowi di media massa tidak hanya terjadi saat Pilkada
DKI Jakarta berlangsung. Setelah terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta pun,
berita tentang Jokowi tidak pernah absen di media massa setiap harinya.
Sosok Jokowi tidak hanya muncul di media pemberitaan, tetapi juga media-
media lain. Sejak tahun 2012 mulai bermunculan buku-buku yang
mengangkat sosok Jokowi, seperti buku Jokowi: Pemimpin Rakyat Berjiawa
Rocker karya Yon Thayrun, Si Nyentrik yang Disukai: Jokowi karya Owen
Putra, dan Jokowi: Spirit Bantaran Kali Anyar karya Domu D. Ambarita.
Kisah hidupnya bahkan dijadikan sebuah film berjudul Jokowi (rilis 20 Juni
2012), walaupun pembuatan film tersebut tidak disetujui oleh Jokowi dengan
alasan tidak pernah ada pembicaraan dan persetujuan dengan produser
(http://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/22/13011689/Tak.Ada.Izin..Jo
kowi.Keberatan.Film.Jokowi). Tidak ketinggalan, dari ranah televisi juga
menghadirkan program yang terinspirasi sosok Jokowi.
RT Sukowi adalah sebuah serial situasi komedi (sitkom) satir yang
terinspirasi dari sosok Jokowi. Tayangan ini diproduksi oleh Multivision Plus.
Sitkom ini tayang perdana pada 1 April 2013 di ANTV dan kemudian
ditayangkan rutin setiap Senin-Jumat pukul 19.30 WIB. Serial sitkom ini
terdiri dari 149 episode, di mana episode terakhirnya tayang pada 1
November 2013.
Meskipun fiktif, tokoh-tokoh yang ada dalam sitkom RT Sukowi
mewakili tokoh-tokoh yang ada di ibukota, terutama saat menjelang
pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 lalu. Tokoh Sukowi
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
5
digambarkan mirip dengan Jokowi, mulai dari kemeja kotak-kotak, cara
bicara, dan latar belakangnya yang merupakan pendatang dari tanah Jawa
Sitkom ini pun dianggap sebagai parodi dari kegiatan Gubernur DKI Jakarta
Joko Widodo.
Amri Punjabi, Produser Pelaksana program RT Sukowi, mengatakan
bahwa RT Sukowi merupakan bentuk apresiasi atas kerja gubernur baru DKI
Jakarta. Tayangan tersebut sekaligus sebagai satir dari realita tokoh-tokoh
yang ada, termasuk Jokowi (http://www.suarapembaruan.com/hiburan/
multivision-plus-hadirkan-seri-drama-rt-sukowi-yang-mirip-jokowi/33824).
Tokoh Sukowi memiliki berbagai kemiripan fisik dan karakteristik
dengan sosok Jokowi sehingga tokoh ini dianggap sebagai parodi dari
Jokowi. Secara fisik, Sukowi berkulit cokelat, berbadan tinggi kurus, rambut
hitamnya disisir menyamping, dan mengenakan kemeja kotak-kotak khas
Jokowi. Cara bicaranya pelan dan beraksen Jawa. Tokoh lain, yaitu Sanusi,
juga memiliki kemiripan dengan sosok Fauzi Bowo yang menjadi saingan
Jokowi dalam memperebutkan kursi Gubernur DKI Jakarta pada 2012 lalu.
Sanusi bertubuh pendek, mengenakan kaca mata, berpakaian setelan hitam
khas Betawi dan berpeci. Cara bicaranya keras dan beraksen Betawi.
Dengan anggapan demikian, maka adegan-adegan dalam sitkom RT
Sukowi juga dianggap sebagai parodi dan penggambaran kejadian pada masa
kampanye Gubernur DKI Jakarta tahun 2012. Termasuk di dalamnya
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
6
dukungan warga kepada Sukowi yang merupakan penggambaran dukungan
warga Jakarta terhadap Jokowi.
Di episode perdananya, RT Sukowi menyajikan kisah pemilihan ketua
RT di sebuah kampung di Jakarta. Kandidatnya adalah Sanusi, incumbent
yang merupakan warga asli kampung tersebut, dan Sukowi, warga pendatang
yang dianggap warga bisa membawa perubahan bagi kampung itu. Persaingan
kandidat dan dukungan warga terhadap mereka menjadi tema cerita pada
episode tersebut.
Dukungan warga di lingkungan Sukowi atas pencalonannya sebagai
ketua RT amat besar. Warga dari berbagai latar belakang, mulai dari
pedagang, aparat keamanan, ibu rumah tangga, hingga pelajar turut
mendukung dan mengelu-elukan Sukowi. Bahkan anak dari Sanusi lebih
memilih untuk memberikan dukungan untuk Sukowi ketimbang mendukung
ayahnya.
Dukungan terhadap Sukowi berlangsung pada masa kampanye calon
ketua RT. Warga menyebarkan poster, menyerukan slogan, hingga adu
argumen dengan pendukung Sanusi. Situasi ini mirip dengan masa kampanye
Jokowi saat menjadi calon Gubernur DKI Jakarta. Masyarakatlah yang gencar
berkampanye dan menjadi relawan pendukung pasangan Jokowi-Basuki tanpa
diminta partai atau tim sukses.
Televisi merupakan sektor media yang paling berpengaruh dan
kontennya memiliki dampak yang sangat besar bagi masyarakat (Nugroho, et
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
7
al, 2012: 64). Sejak pertama kali ditemukan sampai sekarang, televisi telah
berkembang pesat dan memainkan peran penting dalam dinamika masyarakat
di abad ke-20 dan ke-21.
Di Indonesia, televisi merupakan medium yang paling populer. Data
dari Kementrian Komunikasi dan Informasi pada tahun 2011 menyatakan
bahwa dari seluruh jumlah rumah tangga di Indonesia, 93.82% diantaranya
memiliki televisi.
Menurut Stuart Hall, media, termasuk televisi, membentuk kesadaran
(manufacture consent). Kesadaran yang ditimbulkan media mengalami
proses yang kompleks, yaitu proses pendefinisian dan penandaan (Eriyanto,
2001:27). Hasil konstruksi media dikonsumsi masyarakat, yang kemudian
juga mengkonstruksi makna atas isi media tersebut. Masyarakat
mengkonstruksi makna berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Proses
penyampaian pesan oleh media bisa dikatakan dinamis dan transaksional
karena khalayak bisa memilih pesan yang diterima.
Situasi komedi (sitkom) adalah jenis tayangan yang identik dengan
kritik sosial, biasanya mengenai isu yang sedang hangat. Isu-isu yang hangat
di masyarakat itu kemudian dikemas menjadi sebuah cerita yang relevan
dengan kehidupan masyarakat kebanyakan. Dengan demikian, sitkom
menjalankan fungsi media, yaitu sebagai penyampai kritik sosial.
Sitkom RT Sukowi disebut sebagai sebuah parodi yang mengangkat hal-
hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari warga kampung di Jakarta,
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
8
seperti kemacetan, penghasilan pas-pasan, banjir, dan permasalahan dalam
kehidupan bertetangga. Menurut Linda Hutcheon dalam Dentith (2000: 16),
parodi adalah sebuah imitasi yang merupakan admirasi dari bentuk orisinil.
Dalam buku yang sama, George Kitchin mengatakan bahwa sejak abad ke-17
parodi merepresentasikan reaksi terhadap suatu perubahan. Secara politis,
parodi kemudian menjadi anjing penjaga (watchdog) akan permasalahan
nasional (2000: 25).
Pada episode perdana RT Sukowi, masalah-masalah yang ditampilkan
adalah masalah yang lazim ditemui saat pemilihan umum berlangsung,
seperti kampanye, praktik pemberian uang pada para pendukung, dan saling
serang antar calon pemimpin. Tokoh Sukowi kemudian memenangkan
pemilihan RT dan kemudian berperan sebagai pemimpin, penengah berbagai
masalah yang ada di wilayah RT-nya, dan pada akhirnya berperan sebagai
problem solver.
Menarik untuk melihat bagaimana dukungan warga terhadap Jokowi
direpresentasikan melalui adegan-adegan dalam sitkom RT Sukowi dan
kemudian disajikan kepada masyarakat lewat media yang paling popular dan
berpengaruh, yaitu televisi.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
9
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
Bagaimana representasi dukungan publik kepada kepemimpinan Jokowi
melalui adegan-adegan dalam serial situasi komedi RT Sukowi episode Pilih
RT Baru Jangan Keliru?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui representasi dukungan publik
kepada kepemimpinan Jokowi melalui adegan-adegan dalam serial situasi
komedi RT Sukowi episode Pilih RT Baru Jangan Keliru.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat akademis dan manfaat
praktis.
1.4.1. Manfaat Akademis
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan
pemikiran tentang penelitian kualitatif dan analisis semiotika, terutama
mengenai serial situasi komedi.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
10
1.4.2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan kepada
pembaca tentang analisis tanda dalam sebuah serial situasi komedi dan
mengamati realitas sosial yang digambarkan oleh suatu program televisi.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
11
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Penelitian Terdahulu
Peneliti menggunakan tiga penelitian terdahulu sebagai acuan referensi pada
penelitian ini.
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Judul/Nama
Peneliti/Nama
Universitas
―Representasi
Joko Widodo
dalam Berita
Paket di Program
Berita Kompas
TV‖ / Adhvidya /
Universitas
Padjadjaran,
2012
―Berkaca pada
Filosofi Tepa
Selira ―Sang
Juragan Kayu‖:
Sebuah Konstruksi
Sosial
Kepemimpinan
Jawa Joko
Widodo‖ / Desy
Utami Prajayanti /
Universitas
Diponegoro, 2012
―Gaya
Kepemimpinan
Joko Widodo
dalam Film Jakarta
Baru The Movie
(Studi Analisis
Semiotika Charles
Sanders Pierce)‖ /
Andika Pranata /
Universitas
Multimedia
Nusantara, 2013
Isu
Pembingkaian
sosok Gubernur
DKI Jakarta Joko
Widodo dalam
berita paket di
program berita
Kompas TV yang
terkesan selalu
positif
Penerapan gaya
kepemimpinan
Jawa serta
keefektifan gaya
kepemimpinan
Joko Widodo
dalam memimpin
Kota Surakarta.
Penggambaran
sosok dan gaya
kepemimpinan
Jokowi dalam film
dokumenter yang
menjadi salah satu
alat kampanyenya
sebagai calon
Gubernur DKI
Jakarta
Metode
Analisis framing
model
Zhongdang Pan
dan Gerald M.
Kosicki
Studi kasus Analisis semiotika
dengan model
Charles Sanders
Pierce
Objek Berita paket yang Kepemimpinan Film Jakarta Baru
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
12
Penelitian ditayangkan di
program berita
Kompas TV
Jokowi dalam
melaksanakan
fungsinya sebagai
Wali Kota serta
konstruksi sosial
kepemimpinan
Jokowi
The Movie
Hasil
Adanya
pembingkaian
sosok Jokowi
yang ramah dan
gemar blusukan,
alur skrip yang
positif, tema
berita yang
menggambarkan
Jokowi ramah
dan dekat dengan
wartawan, dan
keidentikan
Jokowi dengan
aktivitas
blusukan
Jokowi
menggunakan
gaya
kepemimpinan
Jawa Tepa Selira
yang sangat
menjunjung tinggi
filosofi-filosofi
kepemimpinan
Jawa dan gaya
kepemimpinan
yang diterapkan
ini terbukti
berhasil dan
efektif
Gaya
kepemimpinan
Jokowi adalah gaya
kepemimpinan
yang demokratis
dan parisipatif.
Gaya
kepemimpinan ini
ditunjukkan dalam
pemaknaan dialog
maupun pernyataan
dari Jokowi, serta
tanda-tanda visual
dalam film
dokumenter
Jakarta Baru The
Movie
Penelitian berjudul Representasi Joko Widodo dalam Berita Paket di
Program Berita Kompas TV mengambil isu mengenai pembingkaian sosok
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo dalam berita paket di program berita
Kompas TV yang terkesan selalu positif.
Jokowi yang dikenal sebagai media darling memang sering muncul
dalam pemberitaan media setiap harinya. Pemberitaan mengenai dirinya juga
hampir selalu bernada positif. Dalam paket-paket berita yang ditayangkan di
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
13
Kompas TV, sosok Jokowi dibingkai sebagai sosok yang ramah, gemar
blusukan, dekat dengan masyarakat, dan ramah kepada wartawan
Penelitian yang dilakukan Adhvidya dari Universitas Padjadjaran ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis framing model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Penelitian ini meliputi sintaksis teks,
struktur skrip, struktur tematik, dan struktur retoris. Teknik pengumpulan
datanya diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara sebagai data
pendukung, dan studi pustaka.
Penulis mengambil penelitian ini sebagai acuan referensi karena isu
yang diangkat adalah tentang representasi mengenai Jokowi yang
ditayangkan di televisi. Penelitian ini berfokus pada penggambaran sosok
Jokowi, sementara penelitian yang dilakukan penulis akan berfokus pada
representasi masyarakat yang mendukung Jokowi. Penelitian yang dilakukan
Adhvidya membantu penulis lebih memahami mengenai representasi dan
realitas sosial yang ditayangkan di televisi mengenai sosok Joko Widodo.
Penelitian berjudul Berkaca pada Filosofi Tepa Selira “Sang Juragan
Kayu”: Sebuah Konstruksi Sosial Kepemimpinan Jawa Joko Widodo
mengambil isu penerapan gaya kepemimpinan Jawa serta keefektifan gaya
kepemimpinan Joko Widodo dalam memimpin Kota Surakarta.
Ketika memimpin Kota Surakarta. Jokowi menerapkan gaya
kepemimpinan Jawa. Perilaku dan gaya kepemimpinan Jokowi yang
mengadopsi kepemimpinan Asta brata yang berasa dari naskah kuno
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
14
Mahabarata. Menurut konsepsi ini, pemimpin harus meniru delapan sifat
alam: bumi (tegas, konsisten, dan apa adanya), matahari (memberi semangat),
bulan (memberi kesempatan, solusi, dan penengah konflik), bintang (panutan
bagi masyarakat), api (menghancurkan segala risiko), angin (ada di mana pun
sat dibutuhkan), laut/samudera/air (lapang dada dalam menghadapi masalah,
jujur, dan adil), dan langit (melindungi dan mengayomi). Sementara itu,
keefektifan gaya kepemimpinan dilihat dari tiga sisi peranan dan kedudukan,
yaitu pemimpin bagi wilayah dan masyarakatnya, wilayah bagi pemimpin
dan masyarakatnya, dan masyarakat bagi pemimpin dan wilayahnya. Pada
sisi pertama, peran pemimpin adalah sebagai panutan dan teladan, pengayom
dan pelindung, serta pemelihara kesejahteraan rakyat.
Penelitian karya Desy Utami Prajayanti dari Universitas Diponegoro ini
menggunakan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Penulis
mengambil penelitian ini sebagai referensi karena dapat membantu penulis
untuk mendalami kesan masyarakat terhadap sosok Jokowi dan gaya
kepemimpinan Jawa-nya.
Sementara itu, penelitian Gaya Kepemimpinan Joko Widodo dalam
Film Jakarta Baru The Movie (Studi Analisis Semiotika Charles Sanders
Pierce) mengambil isu mengenai gaya kepemimpinan Joko Widodo yang
ditampilkan dalam film dokumenter Jakarta Baru The Movie.
Film Jakarta Baru The Movie dibuat sebagai salah satu bentuk
kampanye Jokowi ketika mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta. Di
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
15
dalamnya termasuk rangkuman profil, visi-misi dan program kerja Jokowi,
serta testimonial dan harapan masyarakat terhadap Jokowi apabila terpilih
sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Andika Pranata dari Universitas Multimedia Nusantara dalam penelitian
tersebut menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif
yang bersifat deskriptif. Metode yang digunakan adalah analisis semiotika
dari Charles Sanders Peirce.
Penelitian tersebut dijadikan acuan referensi karena objek yang diteliti
berupa film dan temanya seputar Joko Widodo. Selain itu, metode yang
digunakan oleh Andika Pranata juga penulis gunakan dalam penelitian ini.
Penelitian Andika Pranata dapat membantu penulis lebih memahami proses
analisis semiotik Peirce dalam membedah sebuah karya audio-visual.
2.2. Semiotika
Menurut Littlejohn dalam Sobur (2003: 15), tanda-tanda adalah basis
dari seluruh komunikasi.Manusia berkomunikasi dengan sesamanya dengan
perantaraan tanda-tanda. Cassier dalam Wibowo (2013: 9) bahkan
menyebutkan bahwa manusia lebih dari sekedar Homo sapiens (makhluk
yang berpikir). Manusia adalah animal symbolicum, yaitu makhluk yang
mempergunakan simbol dalam segala kegiatannya.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
16
Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tanda dalam kehidupan manusia
(Hoed, 2011: 3). Secara etimologis semiotika berasal dari kata Yunani
semeion yang berarti tanda, yaitu suatu hal yang menunjuk pada adanya hal
lain. Secara terminologis, semiotika adalah ilmu yang mempelajari sederetan
luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, dan seluruh kebudayaan sebagai tanda
(Wibowo, 2013: 15-16).
Umberto Eco, menggambarkan semiotik sebagai kajian dalam dua
bidang, yaitu semiotik komunikasi dan semiotik signifikansi. Dalam semiotik
komunikasi, tanda dilihat sebagai alat berkomunikasi yang melibatkan
pengirim dan penerima tanda. Semiotik signifikansi memfokuskan perhatian
pada produksi tandanya sendiri dan pemaknaannya. Dengan memaknai tanda
penerima pesan sebenarnya memproduksi tanda baru.
Teori Eco merupakan pertemuan antara model strukturalis dengan
model pragmatis. Model strukturalis yang terdapat dalam teori Eco adalah
tentang penanda dan petanda, dan prinsip-prinsip supra-individual. Di
samping itu, Eco mengakui pendapat pragmatis bahwa produksi tanda adalah
kegiatan fisik dan bahwa semiosis memang berlaku dalam pemaknaan tanda,
tetapi tidak terbatas, serta indeks dan ikon berlaku sebagai lambang.
Mengenai ―makna‖ yang merupakan salah satu kata kunci dalam
semiotik, Wilbur Schramm dalam Wibowo (2006: 218-219) mengatakan
bahwa makna selalu bersifat individual dan dibangun berdasarkan
pengalaman pribadi. Makna dibangun berbeda-beda pada tiap individu, maka
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
17
tanda dikatakan bersifat arbiter atau mana suka. Artinya, makna pada setiap
tanda berbeda seturut pengalaman dan budaya individu.
Kata kunci lainnya dalam semiotik adalah ―tanda‖. Ada dua pendapat
besar dalam bidang semiotika, yaitu dari pandangan strukturalis dan
pandangan pragmatis (Hoed 2011:3). Pendapat pertama dari para
strukturalis—yang dipelopori Ferdinand de Saussure—memandang tanda
sebagai pertemuan antara bentuk (yang dikognisi seseorang, diistilahkan
sebagai penanda) dan makna (isi yang dipahami pemakai tanda, diistilahkan
sebagai petanda). Hubungan antara bentuk dan makna bersifat sosial, yaitu
bedasarkan kesepakatan/konvensi sosial.Karena mengaitkan dua segi
(penanda dan petanda), teori ini disebut bersifat dikotomis.
Saussure sebagai pelopor semiotika struktural mengemukakan empat
konsep teoritis (Hoed, 2011: 54-58):
1. Langue-Parole. Langue adalah bahasa, di mana bahasa tidak sekedar
terdiri atas kata-kata yang ―menamai‖ benda atau hal, melainkan sebuah
sistem dan struktur yang abstrak. Bahasa berada dalam kognisi
masyarakat dan dijadikan acuan untuk berkomunikasi verbal. Parole
adalah bahasa yang diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Signifiant-signifie. Signifiant dan signifie tidak terpisahkan dan
diibaratkan sebagai dua sisi pada selembar kertas. Signifiant adalah citra
akustik, sementara signifie adalah konsep.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
18
3. Sintagmatik-paradigmatik. Konsep ini menyangkut sifat relasi
antarkomponen dalam struktur dan sistem. Relasi sintagmatik adalah
realasi antarkomponen dalam struktur yang sama, yatu mengenai urutan.
Sementara itu, paradigmatik adalah relasi antarkomponen dalam struktur
yang berbeda dan bersifat asosiatif atau bisa diganti.
4. Sinkroni-diakroni. Gejala kebahasaan dapat dilihat secara sinkronis, yaitu
pada lapisan waktu dan ruang tertentu, atau secara diakroni, yaitu dengan
melihat perkembangannya dari satu lapisan waktu ke lapisan waktu yang
lain. Pandangan sinkronis merupakan dasar analisis diakronis.
Sementara itu, para pragmatis—dipelopori oleh Charles Sanders
Peirce—memandang tanda sebagai sesuatu yang mewakili sesuatu.―Sesuatu‖
yang pertama adalah yang ditangkap pancaindera, diistilahkan sebagai
representamen atau ground atau tanda.―Sesuatu‖ yang kedua adalah yang ada
dalam kognisi, diistilahkan sebagai objek. Proses hubungan antara
representamen ke objek disebut semiosis. Poses semiosis ini belum lengkap
tanpa suatu proses lanjutan yang disebut interpretant (proses penafsiran).
Hubungan tiga segi (representamen, objek, dan interpretan) dalam proses
semiosis ini membuat teori ini disebut bersifat trikotomis (Hoed, 2011: 4).
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
19
Gambar 2.1.Unsur Makna dari Peirce
Tanda
Interpretan Objek
Sumber: Bungin, Penelitian Kualitatif, 2007, hlm. 176
Berbeda dengan semiotika strukturalis yang dikotomis, proses
pemaknaan semiotika pragmatis yang trikotomis ini melalui tiga tahapan
pemaknaan (Triad of Meaning). Di sini, sebuah tanda memiliki relasi triadic
langsung dengan interpretan dan objek.
Ada tiga jenis tanda berdasarkan hubungan antara representamen dan
objeknya (Hoed, 2011: 22-23):
1. Ikon adalah tanda dan hubungan antara representamen dan objeknya
berdasarkan keserupaan identitas, misalnya foto, lukisan, atau tiruan suara
seseorang.
2. Indeks adalah hubungan sebab akibat antara representamen dan objek,
misalnya asap adalah indeks dari kebakaran.
3. Lambang adalah tanda yang didasari konvensi sosial, misalnya rambu lalu
lintas. Ada pula ikon dan indeks yang menjadi lambang. Hubungan antara
representamen masing-masing didasari konvensi.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
20
Pada intinya, manusia memiliki kemampuan memproduksi dan
memahami tanda (semiosis/representamen), mengaitkan representamen
dengan pengetahuan dan pengalamannya (representasi), dan melakukannya
dalam hidup sosial dan diketahui bersama kebudayaan masyarakatnya
(signifying order).
Mengenai pemaknaan tanda, Wilbur Schramm dalam Wibowo
mengatakan bahwa makna bersifat individual karena dibangun berdasarkan
pengalaman pribadi amsing-masing individu. Oleh sebab itu, makna
dikatakan bersifat arbiter, yaitu setiap tanda memiliki makna yang berbeda
menurut pengalaman dan budaya seorang individu (2011: 120).
Wendell Johnson dalam Wibowo menjelaskan pemaknaan yang
dilakukan oleh manusia (2011: 121):
1. Makna ada dalam diri manusia, bukan dalam kata-kata. Kata hanya
digunakan untuk mendekati makna yang ingin dikomunikasikan. Oleh
sebab itu, pemaknaan oleh setiap individu berbeda-beda.
2. Makna terus berubah, dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing
individu yang bergulir seiring berjalannya waktu.
3. Makna butuh acuan karena komunikasi hanya masuk akal apabila
memiliki kaitan dengan lingkungan eksternal.
4. Penyingkatan yang berlebihan akan mengubah makna.
5. Makna tidak terbatas jumlahnya. Jumlah kata dalam bahasa mungkin
terbatas, tetapi maknanya tidak terbatas.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
21
6. Makna dikomunikasikan hanya sebagian. Makna yang kita terima bersifat
multi aspek dan sangat kompleks, sehingga hanya sebagian saja yang
dapat dijelaskan.
2.3. Representasi
Oleh Stuart Hall (1997: 15), representasi diartikan sebagai cara
menggunakan bahasa untuk menyampaikan sesuatu yang bermakna atau
untuk mewakili dunia yang telah dimaknai kepada orang lain. Representasi
menjadi hal penting dari sebuah proses di mana makna diproduksi dan
dipertukarkan antar anggota suatu kebudayaan. Hal ini melibatkan
penggunaan bahasa, tanda-tanda, dan gambar-gambar yang
merepresentasikan sesuatu.
Representasi bisa dituangkan ke dalam bentuk teks atau tanda. Dalam
melihat representasi, ada dua hal yang penting untuk diperhatikan (Eriyanto,
2001:113):
1. Apakah seseorang, kelompok, atau gagasan ditampilkan sebagaimana
mestinya. Maksudnya, apakah seseorang atau kelompok tersebut
diberitakan apa adanya, menjadi lebih buruk, atau menjadi lebih baik.
2. Bagaimana representasi tersebut ditampilkan. Hal ini dilihat melalui kata,
kalimat, aksentuasi, dan foto yang digunakan untuk menggambarkan
seseorang, kelompok, atau gagasan yang sedang diberitakan.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
22
Dalam studi media, kita meyakini bahwa semua representasi media
telah dimediasi dan menawarkan pandangan tertentu atau pandangan subjektif
dari realita, dan tidak memiliki kemampuan untuk merepresentasikan realita
secara utuh atau jujur (Fourie, 2008: 224).
John Fiske dalam Eriyanto (2001: 114) menyatakan bahwa saat
menampilkan objek, peristiwa, gagasan, kelompok, atau seseorang,
setidaknya ada tiga proses yang dihadapi oleh media:
1. Peristiwa yang ditandakan sebagai realitas, yaitu bagaimana peristiwa
dikonstruksi sebagai realitas oleh media. Contohnya dalam bahasa gambar
televisi, hal ini berhubungan dengan aspek seperti pakaian, lingkungan,
ucapan, dan ekspresi.
2. Bagaimana realitas digambarkan, yaitu dengan menggunakan perangkat
secara teknis. Dalam bahasa gambar, alat itu berupa kamera, pencahayaan,
editing, atau musik.
3. Bagaimana peristiwa tersebut diorganisir ke dalam konvensi-konvensi
yang diterima secara ideologis. Pada proses ini dilihat bagaimana kode-
kode representasi dihubungkan dan diorganisasikan ke dalam koherensi
sosial, seperti kelas sosial atau kepercayaan dominan yang ada dalam
masyarakat.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
23
Tabel 2.2. Tiga Tahap dalam Menyampaikan Objek
PERTAMA - REALITAS
Dalam bahasa tulis, seperti dokumen,
wawancara, transkrip, dan sebagainya.
Sedangkan dalam televisi seperti pakaian,
makeup, perilaku, gerak-gerik, ucapan,
ekspresi, suara
KEDUA - REPRESENTASI
Elemen-elemen realitas ditandakan secara
teknis, ditransmisikan ke dalam kode
representasional yang memasukkan di
antaranya bagaimana objek digambarkan:
karakter, narasi, setting, dialog, dan
sebagainya. Dalam bahasa tulis seperti
kata, proposisi, kalimat, foto, caption,
grafik, dan sebagainya. Sedangkan dalam
televisi seperti kamera, tata cahaya,
editing, musik, dan sebagainya.
KETIGA – IDEOLOGI
Semua elemen diorganisasikan dalam
koherensi dan kode-kode ideologi, seperti
individualisme, liberalisme, sosialisme,
patriarki, ras, kelas, materialism,
kapitalisme, dan sebagainya
Sumber: Fiske dalam Eriyanto, Analisis Wacana, 2001, hlm. 115
2.4. Televisi dan Tayangan Situasi Komedi (Sitkom)
Film, salah satu jenis media massa elektronik, secara sempit dijelaskan
sebagai penyajian gambar lewat layar lebar. Namun, dalam pengertian yang
lebih luas, film juga termasuk ke dalam tayangan yang disiarkan di televisi
(Cangara, 2007: 136).
Menurut Charles Wright dalam Wiryanto (2004: 11), televisi memiliki
empat fungsi utama:
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
24
1. The Surveillance of the environment (pengamatan lingkungan). Media
memberikan pesan-pesan secara terus menerus melalui pemberitaan
mereka yang memungkinkan anggota masyarakat menyadari
perkembangan lingkungan yang dapat memengaruhi mereka. Pengamatan
lingkungan juga memiliki fungsi pengawasan yang memperingatkan
masyarakat akan bahaya dan selalu memberikan berbagai informasi atas
hal-hal yang tidak terjangkau oleh masyarakat.
2. The correlation of the part of the society in responding to the environment
(korelasi yang merupakan bagian dari masyarakat sebagai respon terhadap
lingkungan). Media massa menghubungkan dan mengartikan pesan
tentang peristiwa yang sedang terjadi. Fungsi korelasi membantu
khalayak masyarakat untuk menentukan relevansi berbagai pengawasan
apa yang berguna bagi mereka. Sehingga media massa dinilai sebagai
gatekeeper dari arus informasi.
3. The transmission of the social heritage from generation to generation
(transmisi warisan sosial dari generasi ke generasi). Media massa
menyosialisasikan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat. Media massa
memberikan berbagai pengalaman yang umum, harapan-harapan, perilaku
yang sesuai maupun yang tidak sesuai, dan mengkontribusikan berbagai
kreasi kebudayaan umum. Selain itu, media massa juga bisa
mentransmisikan warisan kebudayaan dari generasi ke generasi.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
25
4. Entertainment (hiburan). Media massa menyediakan sesuatu yang dapat
menghibur masyarakat, misalnya dengan tayangan di televisi yang
memanjakan khalayaknya. Hal ini menjadikan media massa bermanfaat
untuk mengalihkan perhatian sejenak sebagai sarana relaksasi dan juga
meredakan ketegangan sosial.
Film (termasuk tayangan yang disiarkan televisi) selalu memengaruhi
dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesan. Hubungan antara
dunia televisi dengan dunia nyata dapat diklarifikasi dengan menyatakan
bahwa televisi tidak merepresentasikan manifestasi aktual dari masyarakat
kita, tetapi lebih kepada merefleksikan, secara simbolis, struktur dari nilai-
nilai, dan hubungan-hubungan di balik permukaannya (Fiske dan Hartley,
2003:11)
Salah satu program televisi adalah serial situasi komedi (sitkom).
Secara tradisional, sitkom berdurasi 30 menit dan pengambilan gambar
dilakukan di studio yang juga dihadiri penonton.Kini, kebanyakan sitkom
melakukan pengambilan gambar di studio maupun luar studio tanpa ada
penonton. Di tengah-tengah cerita biasanya diselipkan rekaman suara tawa
(Aronson, 2000: 13).
Sitkom seringkali bermain dengan stereotip dan memunculkan
kekacauan untuk memancing tawa (Chiaro, 1992: 7). Ada dua bentuk komedi
yang dikemukakan oleh Jerry Palmer (1993: 185):
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
26
1. Humor didapat lewat ketidateraturan mekanisme di mana makna
diperoleh.
2. Humor digunakan untuk memotret berbagai bentuk ketidakteraturan
sosial yang ada di lingkungan.
Kebanyakan komedi situasi mengambil bentuk yang kedua.
Meskipun demikian, sitkom lebih tepat dideskripsikan sebagai
‗karakter-kom‘. Itulah yang dikatakan Linda Aronson dalam bukunya yang
berjudul Television Writing: The Ground Rules of Series, Serials and Sitcoms
(2000: 13). Penonton sitkom mengharapkan program yang konsisten, mulai
dari permasalahan, gaya, penokohan, dan sebagainya. Kekonsistenan
penokohan selalu dituntut oleh penonton. Contohnya, karakter Brooke
Vandenberg dalam sitkon Frontliner harus selalu bersikap seperti Brooke
Vandenberg: ambisius, amoral, dan haus publisitas. Contoh lain, dalam
sitkom Bajaj Bajuri, penonton mengharapkan karakter Mpok Minah yang
konsisten, yang selalu meminta maaf sebelum mengatakan sesuatu.
Dari penokohan inilah pola sitkom berakar. Pola sitkom pada dasarnya
adalah mengekspolarasi suatu tokoh dengan membuat jutaan lelucon dari
suatu tokoh yang sama (Aronson, 2000: 16). Jadi, sitkom tidak sekedar
tentang komedi dalam situasi spesifik mengenai karakter-karakter yang
beraksi terhadap suatu peristiwa yang, melainkan mengutamakan kekuatan
karakter.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
27
2.5. Dukungan Publik atas Kepemimpinan Politik Jokowi
Ketidakpercayaan publik terhadap politisi memang hal yang lumrah
terjadi di setiap pemerintahan. Namun, apabila ketidakpercayaan ini melebar
kepada rezim dan komunitas politik, maka masalah pun akan meluas.
Penurunan dukungan politik ini dapat mengakibatkan penuntutan terhadap
struktur konstitusional, bahkan berujung pada revolusi, perang sipil, dan
hilangnya demokrasi itu sendiri (Dalton, 2004: 7). Oleh sebab itu, penting
bagi suatu negara untuk mempertahankan adanya dukungan politik.
Dukungan politik dibangun berdasarkan kepercayaan masyarakat.
Menurut Russel Hardin dalam Dalton (2004: 8), rasa percaya dapat diperoleh
dengan mengetahui kepentingan individu lain dan menghubungkannya
dengan kepentingan diri sendiri. Kepercayaan akan tumbuh ketika orang lain
meyakini bahwa kita akan membawanya untuk berperilaku sesuai harapan.
David Easton dalam Dalton (2004: 5-6) membagi dukungan publik
menjadi tiga tingkatan berdasarkan kepada siapa dukungan diberikan, yaitu
terhadap komunitas politik (political community), pemerintahan (regime), dan
otoritas politik (political authorities). Komunitas politik mengacu pada
bangsa atau sistem politik secara luas. Dukungan kepada pemerintahan
mengacu pada konstitusional dalam suatu bangsa, yang terdiri dari tiga
elemen: prinsip pemerintahan, norma, dan institusi politik. Sementara itu,
otoritas politik mengacu pada orang-orang yang memangku jabatan otoritas
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
28
politik, seperti presiden, perdana menteri, anggota legislatif, dan para elit-elit
politik.
Berikut ini adalah tabel yang menerangkan orientasi publik terhadap
politik dan sistem politik berdasarkan dua dimensi, yaitu evaluasi dan afektif.
Tabel 2.3. Jenis-jenis Dukungan Politik
Level Analisis Evaluasi Orientasi Afektif
Komunitas Bangsa terbaik Harga diri nasional,
adanya identitas
nasional
Pemerintahan: Prinsip-
prinsip
Pemerintah dengan
demokrasi terbaik
Nilai-nilai demokrasi
Pemerintahan: Norma
dan prosedur
Pemenuhan hak-hak,
kepuasan dalam proses
berdemokrasi
Hak-hak politik, sistem
norma
Pemerintahan: Institusi
politik
Penilaian performa Mempercayai institusi,
mendukung partai yang
sedang memerintah
Otoritas Mengevaluasi kandidat,
berpartisipasi dalam
pemilu
Mempercayai politisi
secara umum,
mengidentifikasi partai
Sumber: Dalton, Democratic Challenge, Democratic Choices, 2004, hlm. 24
Pada tabel di atas, kolom evaluasi mencerminkan penilaian terhadap
objek, yaitu fenomena politik atau yang disebut sebagai tingkatan dukungan
oleh Easton. Kolom orientasi afektif merujuk pada penerimaan terhadap
objek.
Dalam penelitian ini, penulis berfokus pada level analisis otoritas,
yaitu dukungan kepada orang-orang yang terlibat dalam politik. Dukungan
masyarakat pada otoritas politik dinilai penting karena para pemangku jabatan
inilah yang membuat keputusan-keputusan politik. Hal ini akan menjamin
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
29
keberlangsungan aturan dasar dan struktur di mana tuntutan masyarakat akan
diproses (Dalton, 2004: 6-7).
Salah satu bentuk dukungan masyarakat terhadap politik adalah
dengan partisipasi politik. Samuel P. Huntington dan Joan Nelson membagi
bentuk-bentuk partisipasi politik menjadi (1994: 9-10):
1. Kegiatan pemilihan, yaitu dengan memberikan suara dalam pemilu,
mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon
legislatif atau eksekutif, dan tindakan lain yang berusaha memengaruhi
hasil pemilu.
2. Lobi, yaitu upaya seseorang atau kelompok untuk menghubungi pimpinan
politik dengan maksud memengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu.
3. Kegiatan organisasi, yaitu partisipasi seseorang masuk ke dalam
organisasi untuk memengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.
4. Kontak, yaitu upaya seseorang atau kelompok dalam membangun
jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna memengaruhi keputusan
mereka.
5. Tindakan kekerasan, yaitu tindakan seseorang atau kelompok untuk
memengaruhi keputusan dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia
atau harta benda, misalnya dengan teror, kudeta, revolusi, dan
pemberontakan.
Secara lebih dalam, Thomas M. Magstadt (2012: 273-282)
menyebutkan kegiatan-kegiatan yang termasuk partisipasi politik, yaitu opini
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
30
publik, polling, pemilihan umum, dan demokrasi langsung. Opini publik yang
kuat dapat mendorong para legislator atau eksekutif politik untuk mengubah
pandangan mereka atas suatu isu. Pengukuran opini publik dilakukan salah
satunya dengan polling. Ada beberapa bagian dalam polling, yaitu straw polls
(survey tidak ilmiah yang penentuan respondennya serampangan, umumnya
digunakan untuk manipulasi), exit polling (mensurvey pemberi suara di TPS-
TPS tertentu), dan tracking polls (polling yang dilakukan atas responden yang
sama dalam suatu periode untuk melihat apakah ada peralihan dukungan).
Demokrasi langsung adalah situasi di mana pemilih juga menjadi legislator.
Demokrasi langsung terdiri dari plebisit, yaitu pengambilan suara atas
kebijakan publik dalam masalah tertentu, dan referendum, yaitu pemberian
suara di mana warga negara dapat memutuskan suatu undang-undang,
Penurunan dukungan masyarakat terhadap proses demokrasi biasanya
bermula dari keraguan terhadap pemegang kekuasaan (Dalton, 2004: 25).
Keraguan ini kemudian berkembang menjadi sikap sinis terhadap pemegang
kuasa. Ketika pemegang kekuasaan kehilangan kepercayaan, masyarakat akan
beralih ke figur politik lain yang mengangkat kembali kepercayaan
masyarakat, meskipun bersifat sementara. Figur baru ini cenderung akan
mendapat banyak dukungan pada saat pemilihan umum berlangsung.
Penurunan dukungan publik juga terjadi di Indonesia, khususnya di
Jakarta. Sebagai contohnya, dukungan publik terhadap Fauzi Bowo, Gubernur
DKI Jakarta yang terdahulu, terus menurun seiring banyaknya pemberitaan
negatif tentang sosok Foke di media massa. Kepemimpinan Fauzi selama
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
31
menjabat sebagai Gubernur dianggap gagal. (Nugroho dan Nugroho, 2012:
172). Pada saat itu, muncul sosok Jokowi yang langsung menarik perhatian
publik dengan pemberitaan positif. Dukungan publik kepada Fauzi sebagai
incumbent pun mulai beralih ke sosok baru yang dinilai bisa mengangkat
kembali kepercayaan masyarakat, yaitu Jokowi.
Gaya kepemimpinan Jokowi yang tergolong baru di Indonesia
menarik masyarakat terhadap sosoknya. Oleh media masa Amerika Serikat
The Huffington, Jokowi disandingkan dengan sosok Barack Obama. Seperti
Obama yang disebut sebagai suara baru yang segar dan menarik bagi politik
Amerika, demikian pula sosok Jokowi dalam dunia politik Indonesia. Jokowi
yang terkenal terbuka dan mudah ditemui membawa gebrakan baru dalam
politik sentral Indonesia yang masih bersifat tradisional
(http://www.huffingtonpost.com/stanley-weiss/jokowis-obama-problem_b_
4058036.html).
Politik sentral Indonesia yang bersifat tradisional ini mengacu pada
politik Jawa yang banyak diusung oleh pemimpin-pemimpin Indonesia yang
berasal dari suku Jawa. Pada intinya, politik Jawa mengutamakan kesatuan
dan untuk mewujudkannya, dibutuhkan satu sosok pemimpin (Anderson,
1990: 36). Politik Jawa memercayai kesatuan sebagai bentuk kekuatan dan
perpecahan adalah bentuk kelemahan. Untuk itu, konsep kesatuan selalu
diutamakan dan diperjuangkan demi kedamaian dan kesejahteraan bersama.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
32
Soekarno adalah salah satu pemimpin Indonesia yang berasal dari
suku Jawa. Konsep kesatuan dari politik Jawa masih dijunjung oleh
Soekarno. Dalam konsep tradisional Jawa, sistem multipartai, pembagian
kekuasaan, dan federalisme diinterpretasikan sebagai pelemahan kekuasaan
(Anderson, 1990: 36). Oleh sebab itu. Soekarno menjadikan dirinya sebagai
sosok sentral dalam politik Indonesia. Hal ini tercermin pada masa Demokrasi
Terpimpin di mana seluruh keputusan politik berpusat pada pemimpin negara,
yaitu Presiden Soekarno.
Tidak jauh berbeda dengan era Demokrasi Terpimpin, politik
Indonesia pada masa Orde Baru masih menjunjung prinsip kesatuan dari
politik Jawa. Pada masa itu, struktur politik Indonesia digambarkan sebagai
piramida yang berpuncak pada dominasi kepresidenan (Liddle, 1996: 18).
Memang, Soeharto menerapkan konsep berbudi bowo leksono (Sutanto,
2013: 103). Artinya, segala ucapan atau keputusan harus dijalankan tanpa ada
diskusi dan bantahan. Selama menjabat, Presiden Soeharto berperan dominan
dalam segala keputusan politik, termasuk membuat angkatan bersenjata yang
aktif dalam politik, membuat keputusan yang berpusat pada birokrasi, dan
mengekang masyarakat.
Soekarno dan Soeharto menjadikan diri mereka sebagai sosok sentral
dalam politik Jawa yang bertugas menyatukan masyarakat. Namun, sosok
sentral di sini bukan berarti di antara atau di tengah (in the middle),
melainkan dari pusat (of the center) (Anderson, 1990: 38). Ini membuat
kepemimpinan mereka cenderung terpusat dan terkesan sebagai diktaktor.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
33
Bertahun-tahun setelah kepemimpinan Jawa Soekarno dan Soeharto
yang ―dari pusat‖, muncul sosok Jokowi dengan kepemimpinan Jawa yang
mengambil posisi ―di tengah‖ masyarakat. Jokowi berhasil merangkul
masyarakat untuk ikut mewujudkan persatuan, bahkan sejak masa kampanye
Pilkada DKI Jakarta pada 2012 lalu.
Jokowi mengambil konsep kepemimpinan Jawa manunggaling kawulo
gusti yang berarti kesatuan antara pemimpin dan rakyat (Sutanto, 2013: 123).
Dalam konsep ini, pemimpin merupakan bapa-babu rakyat. Artinya, seorang
pemimpin tidak hanya bertindak sebagai bapa yang menjadi pemuka dan
panutan, tetapi juga sebagai babu yang mengayomi dan melayani rakyatnya.
Dengan demikian, pemimpin dan rakyatnya memiliki ikatan yang kuat.
Selama kampanye Pilkada Jakarta 2012, Jokowi juga menjunjung
falsafah hidup Jawa, yaitu menang tanpo ngasorake yang berarti mencapai
kemenangan tanpa harus merendahkan orang lain (Sutanto, 2013: 129). Hal
ini terlihat dari catatan bersih pasangan Jokowi-Basuki dari kampanye hitam
yang bisa merugikan pasangan kandidat lain.
Rakhmat Hidayat dalam sebuah artikel menyatakan bahwa tipologi
kepemimpinan Jokowi tidak dibangun secara instan, melainkan sudah
melekat pada dirinya sejak menjadi Wali Kota Surakarta. Kepemimpinan
Jokowi lebih merakyat, informal, dan antibirokratis. Hampir setiap hari
Jokowi melakukan ‗manajemen kontrol‘ dengan berkeliling kampung untuk
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
34
mengetahui permasalahan yang ada di masyarakat. Tipe kepemimpinan ini
disebut sebagai kepemimpinan populis (http://nasional.sindonews.com/
read/2012/07/25/18/660634/dari-kepemimpinan-elitis-ke-populis).
Gaya kepemimpinan Jokowi ini membuatnya mendapat beberapa
penghargaan dan pengakuan selama menjabat sebagai Wali Kota Surakarta,
diantaranya masuk dalam daftar 10 Tokoh 2008 versi Majalah Tempo,
menempati urutan ke-3 2012 World Mayor Prize, dan menerima penghargaan
Bintang Jasa Utama dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun
2011. Saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi juga termasuk
dalam daftar The Leading Global Thinkers of 2013 versi Majalah Foreign
Policy dan The World‘s 50 Greatest Leaders 2014 versi Majalah Fortune,
serta mendapat pengakuan sebagai Mayor of the Month for February 2013
dari The City Mayors Foundation, sebuah organisasi yang berbasis di
London.
Rakhmat Hidayat juga menyebutkan bahwa tipologi kepemimpinan
Fauzi Bowo—kandidat lawan Jokowi saat Pilkada Jakarta 2012—adalah
antitesisnya (http://nasional.sindonews.com/read/2012/07/25/18/6606 34/dari-
kepemimpinan-elitis-ke-populis). Foke—sapaan Fauzi Bowo—adalah
seorang birokrat sejati yang memiliki cara pikir prosedural, rasional,
birokratis, dan formalistis. Hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh latar
belakang pendidikannya. Foke adalah lulusan Jerman dan tradisi rasionalistik
negara itu sedikit-banyak memengaruhi gaya kepemimpinannya.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
35
Jika pasangan Jokowi-Basuki melakukan kampanye dengan turun
langsung untuk menyapa pendukungnya, pasangan Foke-Nara justru berorasi
di gedung-gedung dan kampanyenya sering dihadiri oleh elit partai politik
pendukungnya. Undangan diskusi politik dari perguruan-perguruan tinggi
seringkali ditolaknya dengan alasan formal: undangan tersebut tidak resmi
dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Seringnya Foke absen di acara debat
politik menciptakan kesan arogan dalam dirinya. Berbeda dengan Jokowi,
Foke memiliki kepemimpinan dengan tipologi elitis.
Pasangan Jokowi-Basuki mematahkan pandangan bahwa warga
aslilah yang layak memimpin suatu daerah. Foke yang bersuku Betawi asli
justru gagal memperoleh dukungan dari warga di kotanya sendiri. Bisa jadi
ini dipengaruhi oleh posisi Jakarta yang telah menjadi kota dengan penduduk
majemuk. Suku yang jumlahnya paling banyak justru adalah suku Jawa
dengan prosentase 35%, sementara suku Betawi ada di peringkat kedua
dengan prosentase 27% dan tempat kedua adalah suku Sunda dengan
prosentase 21% (Kompas, 15 Maret 2014, hlm. 4). Dengan demikian, Jakarta
tidak lagi didominasi oleh putra daerah asli, melainkan mayoritas
penduduknya adalah suku pendatang.
Dukungan publik terhadap Jokowi dan Basuki pada masa kampanye
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta tahun 2012 lalu memang
luar biasa. Saat kandidat-kandidat lain menyediakan uang atau menerima
dana dari partai untuk biaya kampanye, Jokowi dan Basuki justru mendapat
biaya dari rakyat. Dana itu merupakan perputaran uang rakyat melalui
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
36
penjualan baju kotak-kotak, souvenir-suvenir, dan ring back tone (RBT) lagu
kampanye (Nugroho dan Nugroho, 2012:47).
Cara paling mudah untuk mengenali pendukung Jokowi-Basuki
adalah dengan baju kotak-kotak. Awalnya, baju itu hanya diproduksi 6.000
potong, tetapi kemudian permintaan terus melonjak hingga kemudian baju itu
diproduksi lagi sebanyak 70.000 potong (Nugroho dan Nugroho, 2012: 31).
Produksi baju ini terus berlangsung dengan menggandeng beberapa konveksi
yang memproduksi ribuan potong kemeja lagi. Pembelinya pun bukan hanya
dari ibukota, tetapi juga dari daerah-daerah lain di Pulau Jawa, bahkan hingga
ke Kalimantan dan Papua (Nugroho dan Nugroho, 2012: 36-37).
Selain dari segi dana, pelaksanaan kampanye itu sendiri juga berasal
dari masyarakat. Jokowi dan Basuki tidak menggunakan cara kampanye pada
umumnya yang manipulatif, seperti orasi dengan janji-janji, iklan di televisi,
dan pemasangan spanduk/baliho. Pasangan ini justru turun langsung ke
masyarakat, berdialog, dan berusaha memahami apa yang diinginkan
masyarakat.
Cara baru berkampanye ini membuat masyarakat semakin
menunjukkan dukungan mereka. Saat Jokowi-Basuki dipastikan maju ke
bursa calom Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, komunitas
menengah dengan latar pendidikan tinggi mulai berkumpul untuk merancang
dukungan yang akan mereka berikan. Bahkan sebelum PDIP dan Gerindra—
partai politik yang mengusung pasangan ini—membentuk tim sukses,
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
37
masyarakat secara sukarela telah lebih dulu membuat organisasi pendukung
Jokowi-Basuki. Organisasi-organisasi ini muncul atas inisiatif masyarakat
sendiri, tanpa diminta oleh partai (Nugroho dan Nugroho, 2012: 49).
Program kampanye pasangan Jokowi-Basuki berjalan lancar. Banyak
komunitas yang menawarkan diri untuk dikunjungi oleh pasangan ini.
Padahal, biasanya tim kampanye kandidatlah yang mencari komunitas untuk
dikunjungi. Ini adalah salah satu bukti bahwa masyarakat, khususnya
menengah ke bawah, sudah mulai memiliki ketertarikan politik secara aktif
dan merindukan perubahan riil (Nugroho dan Nugroho, 2012: 50).
Dengan cara demikian, Jokowi dan Basuki tidak hanya berencana
memperoleh dukungan saat kampanye, tetapi juga berencana
mempertahankan dukungan dan loyalitas setelah Pilkada berlangsung. Saat
mereka memenangkan Pilkada, kemenangan itu juga milik masyarakat
Jakarta yang telah mendukungnya. Di sini masyarakat berinvestasi, menanam,
merawat, dan memetik buah politik mereka sendiri (Nugroho dan Nugroho,
2012: 48).
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Paradigma Penelitian
Robert Friedrich dalam Wiryanto (2004:10) mendefinisikan
paradigma sebagai suatu pandangan yang mendasar dari suatu disiplin ilmu
tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari.
Paradigma juga dapat dilihat sebagai suatu perspektif, sebuah kerangka
konseptual, suatu perangkat asumsi, nilai, atau gagasan yang memengaruhi
persepsi kita dan pada akhirnya memengaruhi bagaimana kita bertindak
dalam situasi (Mulyana, 2006:16).
Ada tiga kelompok paradigma, yaitu paradigma klasik, paradigma
konstruktivis, dan paradigma teori-teori kritis. Hidayat (2002: 201)
menjelaskan tiga paradigma tersebut:
Tabel 3.1. Tiga Paradigma Ilmu Sosial
Paradigma Klasik Ilmu sosial sama seperti ilmu alam dan fisika.
Menggunakan metode terorganisir yang
mengombinasikan logika deduktif dan
pengamatan empiris. Tujuannya adalah
memperoleh konfirmasi tentang hukum
sebab-akibat yang dapat digunakan untuk
memprediksi pola-pola umum gejala sosial
tertentu.
Paradigma Konstruktivis Ilmu sosial adalah analisis sistematis terhadap
socially meaningful action. Menggunakan
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
39
pengamatan langsung dan rinci terhadap
pelaku sosial agar dapat memahami dan
menafsirkan bagaimana para pelaku sosial
menciptakan dan memelihara atau mengelola
dunia sosial mereka.
Paradigma Teori-teori Kritis Ilmu sosial adalah suat proses yang secara
kritis berusaha mengungkap struktur yang
sebenarnya di balik ilusi (false needs) yang
dinampakkan dunia materi. Tujuannya adalah
membantu membentuk suatu kesadaran sosial
agar memperbaiki dan mengubah kondisi
kehidupan manusia
Sumber: Hidayat, 2002: 201
Dalam penelitian ini, paradigma yang digunakan adalah paradigma
konstruktivis yang melihat kebenaran sebagai hal yang subjektif dan ikut
dibentuk oleh para pelaku sosial, termasuk peneliti sendiri. Peneliti paradigma
konstruktivis memahami realitas berdasarkan pengalaman dari individu yang
bersangkutan. Dalam hal ini, peneliti dan objek adalah sebuah kesatuan yang
tidak terpisahkan (Kriyantono, 2009: 51-52).
3.2. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Bungin
(2007: 6), penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menganalisis
berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial dari pengamatan di lapangan
melalui proses berpikir induktif. Berdasarkan analisis, peneliti kemudian
berupaya melakukan teorisasi.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
40
Penelitian kualitatif merupakan hasil konstruksi sosial yang
berlangsung antara para pelaku dan institusi sosial. Penelitian ini juga
berasumsi bahwa realitas sosial selalu berubah (Hidayat, 2002: 212).
Pendekatan kualitatif didasari oleh filsafat fenomenologi dan humanistis yang
merupakan kritik terhadap positivisme. Para ahli filsafat menamakannya
dengan pospositivisme (Bungin, 2007: 4).
Pospositivisme sendiri lahir karena dilatarbelakangi pemikiran bahwa
mustahil apabila suatu realitas dapat dilihat secara benar oleh peneliti.Untuk
itu, diperlukan metode triangulasi, yaitu penggunaan berbagai metode,
sumber data, peneliti, dan teori. Hubungan antara peneliti dan objek/realitas
pun harus intim (Bungin, 2007: 4-5). Dengan catatan, subjektivitas peneliti
harus seminimalisir mungkin agar peneliti tetap bersifat netral.
Ada tiga format penelitian kualitatif, yaitu format deskriptif, format
verifikatif, dan format grounded theory. Penelitian ini menggunakan format
deskriptif, yaitu penelitian yang pada umumnya memiliki tujuan untuk
menggambarkan dengan sistematis fenomena realitas sosial yang ada di
masyarakat. Penelitian deskriptif kemudian berupaya menarik realitas itu ke
permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran
tentang fenomena tertentu (Bungin, 2007: 68).
Menurut Jalaludin Rakhmad (2009: 25), tujuan penelitian deskriptif
terdiri dari:
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
41
a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada.
b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktik-praktik yang
berlaku.
c. Membuat perbandingan dan evaluasi.
d. Menemukan apa yang akan dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada yang akan datang
Salah satu ciri desain deskriptif kualitatif adalah memusatkan diri pada
suatu unit tertentu dari berbagai fenomena. Hal ini memungkinkan studi
menjadi amat mendalam dan kedalaman data menjadi hal yang penting dalam
penelitian ini. Untuk mencapai kedalaman sasaran penelitian, penelitian
dengan format deskriptif membutuhkan waktu yang relatif lama (Bungin,
2007: 68-69).
3.3. Unit Analisis
Menurut Jalaludin Rakhmad (2009: 92), unit analisis adalah setiap unit
yang akan dianalisis, digambarkan, atau dijelaskan dengan pertanyaan-
pertanyaan deskriptif.
Dalam penelitian ini, unit analisisnya adalah tanda-tanda visual dan
non-visual dalam sitkom RT Sukowi episode pertama yang berjudul Pilih RT
Baru Jangan Keliru yang menunjukkan dukungan masyarakat terhadap
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
42
kepemimpinan Jokowi. Penulis menemukan enam tanda non-visual berupa
dialog dan lima tanda visual sebagai unit analisis dalam penelitian ini.
3.4. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis semiotika Charles Sanders
Peirce. Dalam proses pemaknaan, Peirce mengemukakan ada tiga segi yang
saling berhubungan, yaitu tanda, objek, dan interpretan (Hoed, 2011: 4).
Gambar 3.1. Unsur Makna dari Peirce
Tanda
Interpretan Objek
Sumber: Bungin, Penelitian Kualitatif, 2007, hlm. 176
Tanda bersifat fisik, yaitu apa yang ditangkap pancaindera. Sementara
itu, objek adalah konsep dalam kognisi manusia yang dirujuk oleh tanda.
Proses hubungan antara tanda dan objek disebut semiosis. Proses ini belum
lengkap tanpa adanya tahap penafsiran atau proses interpretan. Interpretan
Interpretan kemudian dapat berubah menjadi representamen baru dan
membuat proses semiosis tidak terbatas (Hoed, 2011: 20). Keseluruhan proses
pemaknaan tanda ini terjadi dalam benak seseorang.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
43
Mengenai tanda, Peirce menggolongkannya menjadi tiga jenis
berdasarkan hubungan antara representamen dan objeknya (Hoed, 2011: 22-
23):
1. Ikon, yaitu yang hubungan antara tanda dan objeknya adalah berdasarkan
kemiripan, seperti foto atau patung.
2. Indeks, yaitu yang hubungan antara tanda dan objeknya adalah
berdasarkan hubungan sebab-akibat, misalnya asap yang menandakan
adanya api.
3. Lambang, yaitu yang hubungan antara tanda dan objeknya berdasarkan
konvensi atau kesepakatan sosial. Contohnya adalah bahasa manusia dan
rambu lalu lintas.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
44
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Kepemimpinan Joko Widodo
Gambar 4.1. Joko Widodo
Sumber: http://www.jakarta.go.id
Ir. H. Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi lahir di Surakarta,
21 Juni 1961. Ayahnya, Noto Mihardjo, adalah penjual kayu di pinggir jalan
Kota Surakarta dan ibunya, Sujiatmi, adalah penjual kayu gergajian dan
bambu. Jokowi dibesarkan di sebuah rumah sederhana di sekitaran bantaran
Kali Anyar dan sempat pindah ke sekitaran bantaran kali Pepe, Surakarta.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
45
Bukan berasal dari keluarga berada, sejak kecil Jokowi sudah
merasakan susahnya menjadi rakyat kecil. Ia pernah diusir aparat ketika
membantu orangtuanya berjualan di pasar tradisional, rumahnya digusur dan
tidak mendapat ganti rugi yang layak, dan harus berjuang membiayai
sekolahnya. Kondisi ekonomi keluarganya tidak memengaruhi prestasi
belajarnya. Jokowi seringkali menjadi juara kelas dan bisa melanjutkan
pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi.
Jokowi terdaftar sebagai alumni Fakultas Kehutanan Universitas
Gadjah Mada yang lulus pada tahun 1985. Alasannya memilih Fakultas
Kehutanan adalah karena ingin mengikuti jejak ayahnya yang seorang tukang
kayu, tetapi dengan lebih memahami struktur kayu dan pemanfaatan serta
teknologinya. Setelah lulus, ia bekerja di pabrik kayu milik pamannya.
Setahun kemudian, dengan bekal pengalaman, Jokowi mendirikan sendiri
pabrik kayunya yang benar-benar dimulai dari bawah. Karena keterbatasan
modal, banyak pekerjaan yang ia kerjakan sendiri demi efisiensi karyawan.
Usaha mebel milik Jokowi kemudian berkembang hingga ke luar kota,
lalu kemudian mebel-mebel produksinya bahkan diekspor ke Eropa. Jokowi
juga tergabung dalam Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia
(Asmindo), di mana rekan-rekan anggotanya kemudian mendorongnya
mengikuti pencalonan Wali Kota Surakarta untuk masa jabatan 2005-2010.
Untuk mendukung pencalonannya, Jokowi kemudian bergabung dengan
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang menurutnya memiliki
visi dan misi yang sejalan.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
46
Pasangan Jokowi-FX Hadi Rudyatmo memenangkan Pilkada Solo
yang digelar pada 27 Juni 2005 dengan keunggulan lebih dari 37 persen.
Jokowi kemudian mulai membenahi Solo dengan kebijakan-kebijakan yang
sangat menguntungkan masyarakat. Di bawah kepemimpinannya, proses
administrasi dan perizinan di Kota Solo menjadi lebih mudah dan cepat.
Sistem birokrasi Solo ia benahi. Lurah dan Camat yang tidak sepaham
dengannya dalam melayani masyarakat tidak segan-segan ia berhentikan.
Ia juga seringkali melakukan blusukan, kegiatan yang kemudian
menjadi ciri khas kepemiminannya. Jokowi turun langsung ke lapangan untuk
berdialog dengan masyarakat untuk mengetahui masalah-masalah yang ada,
kemudian bersama-sama mencari solusinya. Kedekatan Jokowi dengan
masyarakat Solo membawanya memenangkan Pilkada Solo tahun 2010
dengan perolehan suara sekitar 90 persen.
Dalam periode kedua kepemimpinannya di Solo, Jokowi kembali
membuat gebrakan, salah satunya adalah dengan menggunakan mobil
Esemka buatan siswa-siswa SMK di Solo. Ia berharap mobil buatan anak
bangsa itu bisa dikenal dan dihargai oleh masyarakat luas. Jokowi pun dengan
tegas menolak pembongkaran pabrik es di Solo untuk dijadikan mal. Ia
menganggap pembangun mal tidak sesuai dengan tata ruang dan dapat
merusak cagar budaya.
Gaya kepemimpinan yang pro-rakyat ini tidak luput dari perhatian
masyarakat Indonesia, bahkan sampai ke ranah internasional. Selama
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
47
menjabat sebagai Wali Kota Surakarta, ia menerima beberapa penghargaan
dan pengakuan, diantaranya masuk dalam daftar 10 Tokoh 2008 versi
Majalah Tempo, menempati urutan ke-3 2012 World Mayor Prize, dan
menerima penghargaan Bintang Jasa Utama dari Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono pada tahun 2011.
Keberhasilan dalam memimpin Kota Solo membuat Jokowi diajukan
sebagai calon Gubernur DKI-Jakarta oleh PDIP untuk masa jabatan 2012-
2017. Ia dipasangkan dengan Basuki Tjahaja Purnama untuk berebut kursi
pemimpin Jakarta dengan lima pasang cagub dan cawagub lainnya, termasuk
inkumben Fauzi Bowo (Foke). Pasangan Jokowi-Basuki kemudian lolos ke
putaran dua Pilgub DKI Jakarta untuk bersaing dengan pasangan Foke-Nara.
Jokowi-Basuki merupakan pasangan yang fenomenal di Pilgub DKI
Jakarta tahun 2012. Meskipun Jokowi berasal dari luar Jakarta dan Basuki
merupakan minoritas, pasangan ini berhasil meraih dukungan lewat catatan
yang baik dalam memimpin daerah dan kampanye yang melibatkan rakyat.
Mereka berusaha membangun dukungan masyarakat sejak masa kampanye,
di mana masyarakat turut membantu pendanaan kampanye lewat penjualan
merchandise, seperti kemeja kotak-kotak, stiker, dan pin.
Dengan cara demikian, Jokowi dan Basuki tidak hanya berencana
memperoleh dukungan saat kampanye, tetapi juga berencana
mempertahankan dukungan dan loyalitas setelah Pilgub berlangsung. Saat
mereka memenangkan Pilgub, kemenangan itu juga milik masyarakat Jakarta
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
48
yang telah mendukungnya. Di sini masyarakat berinvestasi, menanam,
merawat, dan memetik buah politik mereka sendiri
Selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi membenahi
Ibukota, diantaranya dengan mengadakan lelang jabatan lurah, camat, kepala
sekolah, kepala Puskesmas, serta pemangku jabatan lainnya untuk
mendapatkan orang yang kompeten, berhasil memindahkan warga yang
tinggal di sekitar Waduk Pluit ke rumah-rumah susun, memindahkan
pedagang di jalanan Tanah Abang ke gedung Blok G Tanah Abang, dan
memulai pembangunan MRT. Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar
juga dibagikan kepada masyarakat kurang mampu supaya bisa mendapat
pelayanan kesahatan dan mengenyam pendidikan.
Saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi juga termasuk
dalam daftar The Leading Global Thinkers of 2013 versi Majalah Foreign
Policy dan The World’s 50 Greatest Leaders 2014 versi Majalah Fortune,
serta mendapat pengakuan sebagai Mayor of the Month for February 2013
dari The City Mayors Foundation, sebuah organisasi yang berbasis di
London.
Mengenai gaya kepemimpinannya, Jokowi memiliki gaya
kepemimpinan Jawa, yaitu menjadi sosok sentral bagi rakyat. Sentral di sini
bukan berarti “terpusat” seperti pemimpin-pemimpin Indonesia yang berasal
dari suku Jawa sebelumnya, melainkan berada “di tengah” rakyat. Jokowi
mengambil konsep kepemimpinan Jawa manunggaling kawulo gusti yang
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
49
berarti kesatuan antara pemimpin dan rakyat (Sutanto, 2013: 123). Dalam
konsep ini, pemimpin merupakan bapa-babu rakyat. Artinya, seorang
pemimpin tidak hanya bertindak sebagai bapa yang menjadi pemuka dan
panutan, tetapi juga sebagai babu yang mengayomi dan melayani rakyatnya.
Dengan demikian, pemimpin dan rakyatnya memiliki ikatan yang kuat.
Selama kampanye Pilkada Jakarta 2012, Jokowi juga menjunjung
falsafah hidup Jawa, yaitu menang tanpo ngasorake yang berarti mencapai
kemenangan tanpa harus merendahkan orang lain (Sutanto, 2013: 129). Hal
ini terlihat dari catatan bersih pasangan Jokowi-Basuki dari kampanye hitam
yang bisa merugikan pasangan kandidat lain.
4.2. Deskripsi Objek Penelitian
Gambar 4.2. Opening RT Sukowi
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
50
4.2.1. Gambaran Umum Tayangan Sitkom RT Sukowi
RT Sukowi adalah tayangan situasi komedi (sitkom) bertemakan kehidupan
sehari-hari warga di sebuah RT di pinggiran Jakarta. Sitkom ini tayang
perdana pada 1 April 2013 di ANTV dan kemudian ditayangkan rutin setiap
Senin-Jumat pukul 19.30 WIB. Serial sitkom ini terdiri dari 149 episode, di
mana episode terakhirnya tayang pada 1 November 2013.
Dalam penelitian ini, objek penelitian yang akan dianalisis berupa
sebuah episode program situasi komedi (sitkom) RT Sukowi episode perdana
yang berjudul Pilih RT Baru Jangan Keliru. Episode tersebut dipilih karena
memiliki banyak penggambaran mengenai dukungan publik kepada Jokowi
selama masa Pilgub DKI Jakarta tahun 2012.
Berikut ini adalah data program Sitkom RT Sukowi episode perdana
yang diproduksi oleh Multi Vision Plus (MVP):
Judul episode : RT Baru Jangan Keliru
Nomor episode : 1
Tanggal tayang : 1 April 2013
Stasiun TV : ANTV
Waktu tayang : 19.30-20.30
Jumlah segmen : 5
Produser Eksekutif : Gobind Punjabi
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
51
Produser : Raam Punjabi
Produser Pelaksana : Amri Punjabi, Jimmy Lalwani
Sutradara : Essjay, Irwan Ibon
Pimpinan Kreatif : Rakhee Punjabi
Penulis Skenario : Tim Multi Vision Plus
Penata Artistik : Sudibyo
Penata Kamera : Jeffry Montoh
Penata Musik : Tim Multi Vision Plus
Editor : Joko Waluyo
Pemain : Jokodin, Unang, Citra Kharisma, Natalie Sarah,
Aty Fathiyah, Ridwan, Argo Jimmy, Gita
Esfandiary, Tasha Said, Mike Lucock, Shinta Della,
Joe Rizky, Nana Surya Fatah, Sapri, Ki Daus, M.
Rahes, Wickrema, Afiqah.
Secara singkat, episode perdana tersebut menceritakan tentang sebuah
lingkungan yang akan mengadakan pemilihan ketua RT baru. Kandidat ketua
RT adalah Sukowi, warga pendatang dari Solo, dan Sanusi, RT incumbent
yang merupakan warga asli di lingkungan itu. Sukowi mendapat dukungan
dari warga karena sosoknya dianggap dapat membawa perubahan di RT itu,
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
52
sementara Sanusi menghalalkan segala cara demi mendapat dukungan,
bahkan sampai membagi-bagikan uang.
Persaingan keduanya bisa dilihat pada masa kampanye hingga saat
pemungutan suara. Episode ini juga menunjukkan sosok pemimpin seperti
apa yang diinginkan masyarakat serta bentuk-bentuk dukungan masyarakat
terhadap calon RT dan aspek apa yang membuat mereka mendukung seorang
calon pemimpin.
4.2.2. Tokoh-tokoh Sentral dalam Tayangan Sitkom RT Sukowi
1. Sukowi (diperankan oleh Jokodin)
Warga pendatang dari Solo yang dicalonkan
menjadi ketua RT di sebuah kampung di pinggiran
Jakarta. Sukowi selalu mengenakan kemeja kotak-
kotak. Sifatnya yang ramah, jujur, dan mau melayani membuat para
tetanganya percaya ia bisa membawa perubahan baru di lingkungan RT.
Sukowi merupakan sosok pemimpin yang diidamkan para tetangganya.
2. Sanusi (diperankan oleh Unang)
Ketua RT yang sudah menjabat tiga kali dan ingin
kembali mencalonkan dirinya sebagai ketua RT.
Sanusi bersuku Betawi dan merupakan warga asli
sebuah kampung di pinggiran Jakarta. Ia tidak suka terhadap Sukowi
karena menurutnya warga aslilah yang pantas memimpin lingkungan RT
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
53
tempatnya tinggal. Ia menghalalkan segala cara untuk menjabat lagi
sebagai ketua RT, termasuk lewat kampanye gelap, sabotase, dan
membagikan uang untuk mendapat dukungan.
3. Zaenab (diperankan oleh Natalie Sarah)
Istri Sanusi yang juga orang Betawi. Bicaranya
ceplas-ceplos dan selalu mendukung suaminya
walaupun sering dikritik warga. Dibanding
suaminya, Zaenab lebih bisa menerima kekalahan. Pada akhirnya, ia juga
ikut mendukung Sukowi yang dinilainya lebih memiliki kualitas pemimpin
daripada Sanusi.
4. Ridwan (diperankan oleh Wickrema)
Anak laki-laki Sanusi dan Zaenab. Meskpun
ayahnya merupakan calon RT, Ridwan malah
terang-terangan mendukung lawan ayahnya,
Sukowi. Ia bahkan membuat poster-poster dukungan bagi Sukowi dan
mengajak teman-temannya agar mendukung Sukowi.
5. Haris (diperankan oleh Argo Jimmy)
Seorang polisi lalu lintas yang juga merupakan
tetangga Sukowi yang asli Sunda. Ia adalah salah
satu pendukung Sukowi. Meskipun selalu
berpegang pada prinsip bahwa aparat keamanan harus netral, pada
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
54
akhirnya Haris cenderung memihak ke satu sisi. Haris takut kepada
istrinya dan selalu menuruti kemauan istri dan anaknya.
6. Sungut Pardamean (diperankan oleh Mike Lucock)
Tetangga Sukowi yang bersuku Batak dan
berprofesi sebagai pengacara. Ia bertindak sebagai
juru kampanye Sanusi. Meskipun demikian, ia
tidak sepenuhnya mendukung Sanusi, melainkan mendukung Sukowi
sebagai ketua RT baru. Ia bersedia menjadi juru kampanye Sanusi karena
bayaran yang cukup besar.
7. Mang Abdi (diperankan oleh Ki Daus)
Tukang sayur keliling yang berjualan di RT
Sukowi. Ia bukan warga RT itu, sehingga tidak
berkewajiban memilih RT baru. Namun, ia
mendukung siapa saja yang bisa menguntungkannya dalam berdagang.
Awalnya, Mang Abdi mendukung kedua kandidat agar dagangannya tetap
laku di kalangan para pendukung calon RT.
8. Arif (diperankan oleh Sapri)
Pengamen di lingkungan RT Sukowi. Merupakan
orang Betawi asli. Arif selalu membawa gitar dan
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
55
kerap berpantun. Memiliki moto, “Arif tanpa pantun, bagai sayur kurang
mateng.” Ia adalah salah satu pendukung Sukowi. Di akhir lagu atau
pantunnya, selalu terselip dukungan bagi Sukowi.
4.3. Analisis Data
4.3.1. Analisis Tanda Non-Visual
Tabel 4.1. Analisis Tanda Non-Visual 1
Representamen Objek Interpretan
Arif:
“Makan somay duduk di kursi,
makan kangkung campur
sawi”
Warga:
“Artinye?”
Arif:
“Tetap damai jalankan aksi
untuk dukung Sukowi”
Warga:
“Sukowi, Sukowi, Sukowi
ganteng! Sukowi, Sukowi,
Sukowi ganteng!”
Arif:
“Sayur kentang dimakan pak
guru, pake sagu digorengnya.”
Warga:
“Selamat datang RT baru, kita
tunggu perubahannya.”
(Segmen 1, 00.02.32-00.02.55)
Dengan pantun yang
merupakan salah satu
kesenian Betawi,
warga menyatakan
dukungan kepada
Sukowi yang
merupakan orang
Jawa. Mereka juga
bertekad menjalankan
aksi dukungan dengan
damai dan
mengharapkan adanya
perubahan setelah
Sukowi terpilih
sebagai RT.
Orang Betawi yang
merupakan penduduk
asli Jakarta ikut
mendukung Jokowi
menjadi pemimpin
Jakarta meskipun
Jokowi berasal dari
suku Jawa. Warga
percaya Jokowi dapat
membawa perubahan
positif bagi Jakarta.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
56
Pantun adalah salah satu kesenian Melayu yang bisa dijumpai di banyak
daerah di Indonesia, termasuk Jakarta. Suku Betawi sendiri sering
menggunakan pantun di berbagai acara, seperti upacara lamaran dan
pernikahan. Banyak pesan yang terkandung dalam pantun, bisa berupa
nasehat, harapan, dan ungkapan perasaan.
Melalui pantun, warga menyatakan dukungan terhadap Sukowi. Pantun
dengan logat Betawi ini menjadi pertanda bahwa Sukowi yang merupakan
warga pendatang telah diterima oleh warga Jakarta, tempat tinggalnya
sekarang, Mereka juga bertekad untuk melaksanakan aksi dukungan dengan
damai. Ada juga pantun yang berisi harapan warga ketika Sukowi menjabat
sebagai ketua RT.
Sukowi adalah sosok baru di wilayah RT sebuah komplek di Jakarta
yang dinilai bisa memimpin RT dengan gayanya yang jauh berbeda dengan
ketua RT yang tengah menjabat, yaitu Sanusi. Saat itu, warga RT mulai ragu
dengan kepemimpinan Sanusi yang cenderung memikirkan kepentingan diri
sendiri. Sementara itu, sifat dan watak Sukowi menumbuhkan kepercayaan
warga bahwa dirinya bisa memberi perubahan positif. Kepercayaan inilah
yang menjadi fondasi dukungan publik terhadap Sukowi.
Mirip dengan penggambarannya di sitkom RT Sukowi, sosok Jokowi muncul
dengan kepribadian yang ramah dan disukai masyarakat. Ia juga memiliki
track-record yang bagus dan berderet prestasi selama ia menjadi pemimpin di
Solo, diantaranya merelokasi pedagang barang bekas di Taman Banjarsari,
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
57
menata ulang pasar-pasar, membuat trayek angkutan kota baru, dan membuat
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta terus meningkat pada tahun
2005-2012. Pencapaian-pencapaian inilah yang menumbuhkan rasa percaya
warga Jakarta sehingga Jokowi dapat meraih simpati serta dukungan.
Di Jakarta sendiri, suku Betawi yang merupakan suku asli kini
jumlahnya kalah dibandingkan suku pendatang. Tercatat jumlah penduduk
Jakarta yang bersuku Betawi menempati peringkat kedua dengan prosentase
27%, kalah dengan jumlah penduduk bersuku Jawa yang prosentasenya 35%.
Meskipun demikian, berusaha mempertahankan status tuan rumahnya dengan
mendirikan organisasi-oraganisasi, seperti Forum Betawi Rempug (FBR) dan
Forum Komunikasi Anak Betawi (Forkabi).
Pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2012, Forkabi secara resmi
mengumumkan bahwa organisasi tersebut mendukung putra asli daerah, yaitu
pasangan Foke-Nara (http://autos.okezone.com/read/2012/03/23/505/598722/
forkabi-resmi-dukung-fauzi-bowo-nachrowi). FBR juga mendukung
pasangan tersebut dan menghimbau kepada penduduk Betawi untuk memilih
Foke-Nara (http://m.tribunnews.com/metropolitan/2012/09/16/fbr-dukung-
penuh-foke-nachrowi). Di luar dua organisasi tersebut, ada juga organisasi
Betawi yang mendukung Jokowi Basuki, salah satunya adalah Koalisi Orang
Betawi Asli (KOBA). Ketua Umum KOBA Ir. H. Abdullah Ali Al Jufrie
mengatakan, “ Jakarta saat ini bukanlah milik orang Betawi saja, tetapi juga
milik semua suku dan agama di Indonesia Tidak menjadi persoalan siapa
yang memimpin Jakarta, yang penting tetap bisa menjaga kerukunan warga
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
58
Jakarta. Oleh karena itu pasangan Joko Widodo dan Basuki pantas untuk
dipilih oleh warga Jakarta khususnya oleh orang Betawi”
(http://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/koalisi-orang-betawi-asli-
dukung-dan-pilih-jokowi-ahok/). Ini menunjukkan ada kepercayaan dari
penduduk Betawi bahwa Jokowi-Basuki dapat membawa perubahan baik di
tanah mereka.
Menurut Russel Hardin dalam Dalton (2004: 8), rasa percaya dapat
diperoleh dengan mengetahui kepentingan individu lain dan
mengubungkannya dengan kepentingan diri sendiri. Selama masa kampanye
untuk Pilkada Jakarta tahun 2012, salah satu strategi Jokowi adalah
melakukan blusukan untuk mengetahui masalah apa yang ditemui masyarakat
dan berusaha menemukan solusi terbaik. Cara Jokowi yang mau
mendengarkan langsung keluhan masyarakat dengan langsung turun lapangan
inilah yang membuat masyarakat menaruh kepercayaan kepadanya.
Tabel 4.2. Analisis Tanda Non-Visual 2
Representamen Objek Interpretan
Haris:
“Ini ada aparat di sini, tolong
hargai, dong. Saya sebagai
aparat harus netral, tidak
memihak siapa pun. Betul?”
Warga:
“Betul!”
Aparat yang harusnya
netral ikut
menyatakan dukungan
terhadap Sukowi.
Awalnya Haris
sebagai aparat
keamanan melerai
keributan antara
pendukung kedua
Aparat yang
seharusnya netral
malah memihak. Hal
ini bisa disebabkan
karena aparat
merasakan
ketidakpuasan atas
pemerintahan
sebelumnya di mana
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
59
Haris:
“Hidup Sukowi!”
(Segmen 1, 00.05.06-00.05.14)
calon RT, tetapi pada
akhirnya menyatakan
dukungan kepada
Sukowi
ia bekerja.
Haris, seorang aparat keamanan, melerai pendukung Sukowi dan
pendukung Sanusi yang berdebat menjagokan calonnya masing-masing. Saat
melerai, ia menyatakan dengan tegas bahwa dirinya adalah aparat dan akan
bertindak netral dalam menangani keributan itu. Namun, sebagai twist dari
sebuah situasi komedi, pada akhirnya Haris menyerukan yel-yel mendukung
Sukowi dan ikut berkampanye bersama para pendukung Sukowi.
Yang ingin ditampilkan pada adegan tersebut adalah senetral apa pun
posisi seseorang, pasti ia tetap memiliki keberpihakan. Dalam hal ini adalah
keberpihakan kepada pemimpin. Haris yang merupakan aparat keamanan
yang sebelumnya bekerja untuk inkumben merasa tidak puas akan
kepemimpinan Sanusi. Untuk itu, ia beralih kepada calon lain, yaitu Sukowi.
Setika Sukowi memenangkan pemilihan ketua RT, Haris nantinya bisa
membantu dan mendukung Sukowi dalam menjalankan tugasnya.
Tabel 4.3. Analisis Tanda Non-Visual 3
Representamen Objek Interpretan
Warga:
“Ridwan, bapak kamu sendiri,
kan, nyalonin jadi ketua RT. Kok
malah kamu sendiri jadi
Warga yang
mendukung dan
memilih Sukowi
berpikiran rasional
Warga yang
memilih Jokowi
sudah berpikiran
rasional. Mereka
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
60
ngedukung Pak Sukowi?”
Ridwan:
“Pak, karena saya tuh udah
yakin kalau bapak saya itu udah
pasti kalah. Saya malu, dong,
dukung bapak saya yang pasti
kalah.”
Warga:
“Emang kamu yakin kalau bapak
kamu itu bakal kalah?”
Ridwan:
“Pak, dunia ini sekarang butuh
perubahan. Kita harus cari
pemimpin yang berwatak orang
gila.”
Warga:
“Hah? Gila?”
Ridwan:
“Iya, kayak rela berkorban,
terus sama tidak mementingkan
dirinya sendiri. Nah, itu kan
watak orang gila. Nah, Pak
Sukowi punya watak itu.”
(Segmen 1, 00.07.53-00.08.30)
karena sudah
memahami
keunggulan Sukowi
dan memperkirakan
berbagai kenyamanan
saat Sukowi menjabat
sebagai ketua RT
tidak lagi memilih
berdasarkan latar
belakang suku,
agama, ras, dan
keluarga, melainkan
berdasarkan
kepercayaan atas
kualitas Jokowi
sebagai pemimpin.
Kepercayaan merupakan hal yang mendasar dalam dukungan politik.
Dukungan politik bisa menurun karena rakyat merasa ragu pada pemimpin
dan kemudian berkembang menjadi sikap sinis. Ketika kepercayaan
masyarakat terhadap sosok pemimpin berkurang, mereka cenderung mencari
sosok lain yang dianggap bisa mewakili mereka dan membawa perubahan ke
arah yang lebih baik. Figur baru ini akan mendapat banyak dukungan pada
saat pemilihan umum berlangsung.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
61
Pada adegan ini, Ridwan, anak Sanusi, menyatakan bahwa ayahnya
tidak mungkin menang melawan Sukowi. Ia sadar bahwa ayahnya bukanlah
sosok pemimpin ideal para tetangga. Kemunculan sosok Sukowi membuat
Ridwan semakin percaya bahwa ayahnya akan kalah melawan Sukowi yang
dinilainya memiliki watak pemimpin. Sukowi yang rela berkorban dan tidak
mementingkan diri sendiri membuat masyarakat menjatuhkan pilihan
padanya.
Salah satu contoh penurunan dukungan politik ini terjadi pada
kepemimpinan Fauzi Bowo di Jakarta. Dikutip dari sebuah artikel, Pengamat
komunikasi personal Ari Junaedi mengatakan bahwa saat Pilgub Jakarta
tahun 2012 kelihatan bahwa sosok Foke tidak menjadi pilihan utama
kebanyakan warga. Hal ini dikarenakan kebijakan-kebijakannya yang
menyulitkan warga kecil—misalnya untuk mendapat pelayanan kesehatan—
dan pembawaanya yang keras dan kerap marah
(http://www.sorotnews.com/berita/view/gaya-kepemimpinan-foke-
mulai.1480.html#.U5FRE3ZAy0I).
Masyarakat kemudian beralih ke sosok Jokowi yang dianggap bisa
memenuhi kebutuhan rakyat. Terlepas dari latar belakangnya yang
merupakan pendatang dan jika terpilih perupakan gubernur pertama yang
berasal dari luar Jakarta, masyarakat tetap mempercayakan Jakarta untuk
dipimpin oleh Jokowi. Ini menunjukkan bahwa pemilih di Jakarta sudah
berpikiran rasional karena telah memilih berdasarkan kualitas dan prestasi,
bukan sekedar karena kesamaan latar belakang.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
62
Salah satu contohnya adalah Koalisi Orang Betawi Asli (KOBA) yang
menyatakan dukungan kepada Jokowi-Basuki. Mereka tidak mempersoalkan
siapa yang akan memimpin, yang penting sanggum menyejahterakan
masyarakat Jakarta yang isinya bukan hanya orang Betawi, tetapi juga orang-
orang dari berbagai daerah di Indonesia.
Tabel 4.4. Analisis Tanda Non-Visual 4
Representamen Objek Interpretan
Tom:
“Eh, Bang, tunggu sebentarlah,
Bang. Sebenarnya kita mau cari
apaan, sih, Bang? Semangat
banget, sih, kita bantu si Pak
Sanusi itu? Memang Abang
yakin Pak Sanusi bakalan
menang?”
Sungut:
“Ya enggak juga itu, dek.
Selama jadi RT, Pak Sanusi itu
hanya pintar berbicara, tapi
nggak melaksanakan. Korupsi
menjadi makanan dia setiap
hari.”
Tom:
“Ngapain juga kita dukung
dia?”
Sungut:
“Feeling aku, Pak Sanusi kalah
bersaing dengan Pak Sukowi.
Pak Sukowi jauh lebih pintar.
Pak Sanusi? Otaknya kecil
kayak teri, itu. Aku mendukung
dia supaya bisa mendapatkan
Tim sukses kandidat
lawan diam-diam ikut
mendukung Sukowi
menjadi RT baru ini
menunjukkan gium
politik, bahwa tidak
ada lawan yang abadi
dalam politik. Yang
abadi hanyalah
kepentingan.
Jokowi juga
mendapat dukungan
dari lawan
politiknya.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
63
uang dia itu.”
(Segmen 2, 00.01.42-00.02.27)
Saat melakukan kampanye, Sungut Pardamean yang merupakan juru
kampanye Sanusi mengutarakan ketidaksukaannya terhadap calon yang ia
usung. Tom, adik ipar Sungut, menanyakan alasan Sungut mendukung
Sanusi. Ternyata, Sungut hanya mengincar uang Sanusi dan malah menjelek-
jelekkan Sanusi. Secara tidak sadar, Sungut berbicara lewat mikrofon yang
sedang dipengangnya, membuat kritikannya kepada Sanusi bisa terdengar
jelas lewat speaker.
Memang ada banyak motif seseorang mendukung kandidat dalam suatu
pemilihan, salah satunya adalah uang atau tuntutan pekerjaan. Sungut
memahami sifat Sanusi dan gaya kepemimpinannya yang bukan merupakan
idaman masyarakat, tetapi Sungut tetap mempromosikan Sanusi karena sudah
ditunjuk sebagai juru kampanye. Meski sudah dibayar dan harus
berkampanye mendukung Sanusi, Sungut tetap merasa Sanusi bukanlah sosok
pemimpin yang baik. Ia justru yakin Sukowi yang akan memenangkan
pemilihan RT.
Adegan ini ingin menunjukkan bahwa setiap orang memiliki pilihan
pemimpin tersendiri yang berasal dari hati nurani dengan melihat kompetensi
calon pemimpin. Juga terlihat adanya gium politik, bahwa tidak ada lawan
atau kawan yang abadi dalam politik, yang abadi hanyalah kepentingan.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
64
Yang ingin direpresentasikan dalam adegan ini adalah bahwa
pendukung Jokowi juga ada yang berasal dari kalangan yang awalnya
mendukung partai lawan. Survey yang dilakukan MNC Media Research
menghasilkan bahwa di putaran kedua Pilgub DKI Jakarta, elektabilitas
Jokowi-Basuki naik menjadi 49,07%, mengungguli pasangan Foke-Nara.
Pada polling tersebut, tampak juga bahwa 49.09% pendukung Demokrat
memberikan suaranya kepada pasangan Jokowi-Basuk. Jumlah ini
mengalahkan suara pendukung Demokrat untuk Foke-Nara, yaitu 41,82%.
Padahal, Partai Demokrat merupakan partai yang mengusung pasangan Foke-
Nara (http://jakarta.okezone.com/read/ 2012/07/26/505/668686/49-09-
pendukung-demokrat-beralih-dukung-jokowi-ahok).
Gium politik tidak ada kawan atau lawan yang abadi dalam politik
semakin terlihat dalam konteks dukungan terhadap Jokowi pada Pemilihan
Presiden 2014. Gerindra yang pada saat Pilgub DKI Jakarta tahun 2012
menjadi kawan politik Jokowi berubah menjadi lawan politiknya. Namun,
dari partai lawan politik itu ada beberapa nama yang menjadi kawan.
Beberapa kader partai politik lawan dari Partai Gerindra, terang-terangan
mendukung Jokowi, diantaranya Muhammad Harris Indra (caleg Gerindra
dari Dapil Jawa Barat III pada Pemilu 2014), I Gede Wija Kusuma (kader
Gerindra dari Bali), Helmy N. Hakim (wakil ketua DPD Bidang Mahasiswa
Partai Gerindra Provinsi Aceh), Gunawan Amir (kader Gerindra dari
Lampung Tengah) dan H. Harjani Abu Bakar (Ketua DPD Partai Gerindra
Kalimantan Barat). Mereka menganggap Jokowi merupakan sosok calon
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
65
presiden yang dapat memberi harapan dan perubahan bagi Indonesia
(http://www.tribunnews.com/nasional/2014/06/17/kader-gerindra-ramai-
ramai-berbelok-dukung-jokowi-jk).
Tabel 4.5. Analisis Tanda Non-Visual 5
Representamen Objek Interpretan
Mang Abdi:
“Pokoknya, mulai saat ini saya
mendukung Pak Sukowi jadi RT.
Dengan adanya RT baru,
mudah-mudahan kompleks ini
tambah makmur dan dagangan
saya juga ikut makmur. Apalagi
kalau ada tambahan modal.”
Sukowi:
“Jadi maksud Mang Abdi
mijatin saya ini, minta tambahan
modal, begitu?”
Mang Abdi:
“Iya, Pak! Eeh…hemm…enggak,
Pak, enggak. Maksudnya nggak
lama-lamalah, hehehehe. Bukan
itu, Pak. Pokoknya saya dukung
Pak Sukowi tanpa pamrih!”
(Segmen 3, 00.05.34-00.06.25)
Pilihan politik Mang
Abdi hanyalah
berdasarkan
kepentingan dan
mengharapkan adanya
politik transaksional
antara dirinya (Mang
Abdi) dengan Sukowi.
Dukungan terhadap
Jokowi juga ada
yang berasal dari
kaum oportunis
yang tidak
sepenuhnya tulus.
Tidak semua masyarakat memberikan dukungan kepada otoritas
pemerintah secara sukarela. Pasti ada yang menghubungkan dukungan yang
akan diberikan dengan keuntungan yang akan didapatkan.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
66
Mang Abdi, seorang tukang sayur keliling yang berjualan di komplek
tempat Jokowi tinggal, menentukan pilihan berdasarkan keuntungan yang
bisa diterimanya. Ia tidak memiliki hak suara karena tidak tinggal di wilayah
RT itu, tetapi Mang Abdi tetap menyatakan dukungan demi kelancaran
usahanya.
Pada awalnya, Mang Abdi bahkan mendukung kedua calon RT dengan
alasan tidak mau kehilangan pelanggan apabila ia hanya mendukung salah
satu calon. Belakangan, ia akhirnya menetapkan dukungan kepada Sukowi. Ia
ikut kampanye dan mempromosikan Sukowi. Namun, ternyata dukungan ini
memiliki tujuan tertentu. Kembali lagi, ia mementingkan usahanya dan
berharap mendapat tambahan modal dari Sukowi sebagai ganti dukungan
yang ia berikan.
Adegan ini menggambarkan bahwa dukungan masyarakat tidak selalu
bersifat sukarela. Masyarakat juga memikirkan apa yang akan didapat setelah
memberikan dukungan. Mereka kemudian cenderung menjatuhkan pilihan
kepada pihak yang dirasa akan mendatangkan lebih banyak keuntungan dan
manfaat bagi dirinya. Orang-orang seperti ini disebut sebagai kelompok
opurtunis yang memilih berdasarkan keuntungan terbesar yang bisa didapat.
Hal inilah yang terjadi pada Mang Abdi. Dengan mendukung Sukowi, ia
berharap mendapat tambahan modal untuk kelancaran usahanya. Meskipun
pada akhirnya ia menegaskan bahwa dukungannya tulus dan tanpa pamrih,
tidak menutup kemungkinan ia akan kembali mencari keuntungan.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
67
Dukungan masyarakat yang seperti ini tidak mudah untuk
dipertahankan. Ketika rakyat merasa tidak diuntungkan karena harapannya
tidak terpenuhi, maka dukungannya akan menurun dan bahkan berpindah ke
sosok lain yang bisa menguntungkan dirinya.
Pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2012, politik transaksional sudah
diprediksikan akan terjadi. Untuk itu, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) mengantisipasinya dengan memilih koalisi rakyat ketimbang koalisi
partai politik karena koalisi parpol dinilai penuh transaksi politik dan
mengabaikan aspirasi rakyat (http://news.detik.com/read/2012/07/16/
022518/1965874/10/cegah-politik-transaksional-pilgub-dki-pdip-pilih-
koalisi-rakyat).
Tabel 4.6. Analisis Tanda Non-Visual 6
Representamen Objek Interpretan
Zaenab:
“Selamat ye, selamat! Hebat,
hebat! Hidup Suk—“
Sanusi:
“Norak, norak! Baru kepilih jadi
RT aje pake diarak keliling
segala. Gue yang ahlinye,
kepilih tiga kali jadi RT, kagak
gitu-gitu amat. Norak, norak,
norak!”
Zaenab:
“Bang, wajar kalau warga kayak
begono. Masalahnya, warga itu
Keluarga Sanusi
menerima kekalahan
dan meberikan
selamat kepada
Sukowi yang menang.
Pengakuan kekalahan
dari lawan politik
menunjukkan
kedewasaan dalam
berdemokrasi. Ketika
kandidat yang
dijagokan kalah, maka
dukungan beralih ke
kandidat yang menang
dan mendukungnya
Jokowi menerima
pengakuan bahwa ia
memenangkan
Pilgub DKI Jakarta
tahun 2012 dari
lawan politiknya.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
68
kepengen dapet pemimpin yang
baru kayak Bapak Sukowi. Nih,
Bang, die itu orangnya jujur.
Udah gitu, nih, kagak suka
mungutin sumbangan ame
warga, kagak kayak abang!
Makenye, warga itu dari dulu
pasti keder-keder deh deket
sama abang.”
(Segmen 5, 00.02.15-00.02.55)
kepemimpinannya.
Zaenab, istri Sanusi, memberi selamat kepada Sukowi dan pendukung-
pendukungnya setelah memenangkan pemilihan ketua RT. Meskipun pada
masa kampanye Zaenab mendukung Sanusi sepenuhnya, setelah kalah dalam
pemilihan ia menerima kekalahan dengan lapang dada. Ia pun ikut
mendukung Sukowi yang akan memimpin lingkungan RT-nya. Segala
kelebihan Sukowi dan kekurangan Sanusi pun diakui olehnya.
Meskipun calon yang dijagokan kalah dalam pemilihan, Zaenab
tetaplah warga RT itu dan otomatis berada di bawah kepemimpinan Sukowi.
Penerimaan Sukowi oleh Zaenab ini juga merupakan salah satu bentuk
dukungan kepada kepemimpinan Sukowi yang baru akan dimulai. Pengakuan
kekalahan dari keluarga Sanusi ini menunjukkan kedewasaan dalam
berdemokrasi. Ketika kandidat yang dijagokan kalah, maka dukungan beralih
ke kandidat yang menang dan mendukungnya kepemimpinannya.
Dalam sitkom RT Sukowi, pengakuan kemenangan Sukowi tidak datang
langsung dari calon yang kalah, melainkan dari keluarganya. Namun,
pengakuan kemenangan Jokowi dalam Pilgub DKI Jakarta datang langsung
dari calon gubernur Fauzi Bowo. Foke langsung menelepon Jokowi untuk
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
69
mengucapkan selamat ketika Jokowi diunggulkan di Quick Count sesaat
setelah Pilgub DKI Jakarta putaran kedua selesai pada 20 September 2012
(http://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/20/1531592/Foke.Telepon.Jok
owi.Ucapkan.Selamat.). Pengakuan dari Foke ini menunjukkan kedewasaan
dalam berdemokrasi dan merupakan salah satu bentuk dukungan kepada
kepemimpinan Jokowi-Basuki yang akan berlangsung.
4.3.2. Analisis Tanda Visual
Tabel 4.7. Analisis Tanda Visual 1
Representamen Objek Interpretan
Warga RT berkumpul untuk
mendukung Sukowi. Laki-laki,
perempuan, tua, muda, ada yang
berseragam sekolah, berseragam
polisi, dan memakai atribut
keagamaan.
Warga RT melakukan
kampanye untuk
mendukung Sukowi.
Mereka datang dari
berbagai latar
belakang usia, suku,
dan pekerjaan.
Pendukung Jokowi
adalah masyarakat
plural. Ini
merupakan
cerminan penduduk
Jakarta yang
heterogen dengan
berbagai latar
belakang.
Dukungan kepada Sukowi datang dari berbagai kalangan. Hal ini bisa
dilihat dalam adegan kampanye untuk mendukung calon RT baru. Warga
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
70
yang mendukung Sukowi berasal dari latar belakang usia, suku, dan
pekerjaan yang berbeda-beda. Mereka adalah:
1. Haris, seorang polisi lalu lintas yang bersuku Sunda
2. Neneng, istri Haris, seorang ibu rumah tangga yang bersuku Sunda
3. Rita, anak Haris dan Neneng, pelajar SMA
4. Budi Prakoso, seorang guru matematika yang bersuku Jawa
5. Medea Wega, istri Budi, seorang kepala sekolah yang bersuku Betawi
6. Mang Abdi, pedagang sayur keliling bersuku Sunda
7. Arif, seorang pengamen
8. Ridwan, Hani, dan Danang, pelajar SD
9. Sungut Pardamean, seorang pengacara bersuku Batak
10. Ratna, istri Sungut, seorang ibu rumah tangga yang bersuku Jawa
Meskipun merupakan warga pindahan dari Solo, Sukowi tetap menjadi
unggulan dan didukung sepenuhnya oleh warga di lingkungan RT, termasuk
warga asli yang bersuku Betawi.
Keragaman warga RT Sukowi mencerminkan keragaman warga Jakarta
yang merupakan kota metropolitan dan memiliki populasi heterogen.
Ternyata masyarakat tidak memperhitungkan latar belakang Sukowi yang
bukan merupakan putra asli daerah yang akan dipimpinnya. Masyarakat
mendukung Sukowi karena sosoknya dan sifat-sifat kepemimpinan yang
dimilikinya.
Jokowi yang merupakan pendatang dari Solo saat dicalonkan mejadi
Gubernur Jakarta mendapat dukungan yang besar. Hal ini mungkin
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
71
dipengaruhi oleh fakta bahwa Jakarta tidak lagi hanya dimiliki oleh orang
Betawi. Sekarang, etnis Jawa menjadi etnis dominan di Jakarta (35%), disusul
oleh Betawi (27%), dan Sunda (21%). Oleh sebab itu, putra asli daerah tidak
lagi menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan pemimpin. Warga Jakarta
yang heterogen lebih memperhitungkan sosok dan kemampuan calon
pemimpin.
Tabel 4.8. Analisis Tanda Visual 2
Representamen Objek Interpretan
Empat orang anak membawa
poster berisikan dukungan untuk
Sukowi. Mereka berkeliling
komplek dan menyerukan
dukungan kepada Sukowi
Anak-anak di
lingkungan RT
membuat poster
dukungan terhadap
Sukowi dan
berkampanye keliling
RT. Anak-anak yang
belum memiliki hak
pilih ikut mendukung
Sukowi menjadi ketua
RT dan dengan
sukarela membuat
poster kampanye.
Sesuai sifat anak-
anak, opini yang
mereka keluarkan
mengenai Sukowi
merupakan pendapat
yang jujur, polos, dan
terus terang.
Seperti anak-anak,
pendukung Jokowi
digambarkan
sebagai orang yang
jujur dan berterus
terang dalam
menyuarakan
pendapat. Dukungan
kepada Jokowi juga
datang dari mereka
yang tidak memiliki
hak pilih dalam
Pilgub DKI Jakarta,
yaitu dari warga di
luar kota Jakarta
(sama seperti anak-
anak yang tidak
memiliki hak pilih)
Meskipun belum memiliki hak untuk memilih RT baru, anak-anak di
lingkungan RT tetap menyatakan dukungannya kepada Sukowi. Tanpa
diminta, mereka membuat poster dan membawanya keliling RT sambil
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
72
meminta warga sekitar untuk memilih Sukowi. Poster-poster yang mereka
buat berbunyi Sukowi Ganteng Pemimpinku, Sukowi RT-ku, Sekali Sukowi
tetap Sukowi, dan Hidup Sukowi, Pemimpin Baru untuk Perubahan.
Kampanye adalah salah satu cara untuk menunjukkan dukungan kepada
otoritas pemerintahan.. Adegan ini juga menunjukkan kepopuleran Sukowi di
semua kalangan, termasuk anak-anak. Dukungan mereka bersifat sukarela,
tanpa disuruh dan diupah. Bahkan, salah satu anak yang menunjukkan
dukungannya adalah Ridwan, anak Sanusi yang merupakan lawan Sukowi
dalam pemilihan RT. Berdasarkan sifat alamiah anak-anak yang jujur, polos,
dan berterus terang, maka pendapat mereka juga mencerminkan sifat-sifat ini.
Selama masa kampanye calon gubernur DKI Jakarta, Jokowi juga
mendapat dukungan yang luar biasa dari penduduk Jakarta yang bersifat
sukarela. Ketika namanya disebut sebagai calon gubernur, banyak masyarakat
dengan inisiatif sendiri mendirikan beberapa organisasi pendukung Jokowi.
Beberapa kampanye Jokowi juga ikut dihadiri oleh anak-anak, seperti
saat kampanye Pilgub Jakarta di daerah Kelapa Gading (2012,
http://jakarta.okezone.com/read/2012/06/26/505/653902/anak-kecil-juga-ikut-
ramaikan-kampanye-jokowi) dan Penjaringan ( http://news.detik.com/read/
2012/09/15/160347/2020645/10/kampanye-di-penjaringan-jokowi-dihibur-
tarian-topeng?nd771104bcj). Kampanye yang melibatkan anak-anak
sebenarnya dilarang lewat peraturan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Dukungan tidak hanya datang dari warga Jakarta, tapi juga warga luar
ibukota yang tidak memiliki hak pilih Pilkada Jakarta. Salah satu yang
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
73
terbesar adalah dukungan dari warga Solo, tempat di mana Jokowi dulu
pernah memimpin. Selain itu, kemeja kotak-kotak Jokowi yang hasil
penjualannya digunakan sebagai dana kampanye juga tidak hanya laku di
Jakarta, tetapi juga di daerah-daerah, bahkan sampai ke Papua.
Tabel 4.9. Analisis Tanda Visual 3
Representamen Objek Interpretan
Warga menempelkan selebaran
ajakan memilih Sukowi menjadi
RT
Salah satu bentuk
dukungan masyarakat
kepada Sukowi adalah
dengan
mempromosikan
sosok Sukowi ke
masyarakat komplek
lewat selebaran.
Selebaran adalah
sarana komunikasi
yang sederhana dan
bisa dibuat oleh siapa
saja.
Jokowi didukung
kelompok relawan
yang banyak
mempromosikan
dirinya selama masa
kampanye. Sasaran
kampanye Jokowi
adalah seluruh
lapisan masyarakat,
tercermin dari media
promosi berupa
selebaran yang
merupakan sarana
komunikasin
sederhana yang bisa
menyasar seluruh
lapisan masyarakat,
mulai dari rakyat
kecil sampai yang
kaya.
Warga dengan sukarela menempel selebaran yang berisi ajakan untuk
mendukung Sukowi. Tetapi, aksi ini mendapat saingan ketika pendukung
Sanusi juga ikut menempelkan selebaran serupa, bahkan sampai menutupi
selebaran Sukowi. Pendukung Sukowi tidak mau kalah, mereka
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
74
memperbanyak tempelan selebaran, bahkan kali ini sampai menutupi
selebaran Sanusi.
Adegan ini menunjukkan bahwa pada masa kampanye masyarakat
masing-masing ingin menonjolkan kandidat yang mereka jagokan, sekaligus
memperlihatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pesta politik. Ini menjadi
dasar dukungan politik di suatu wilayah, yaitu dimulai dengan medukung
otoritas politik. Selanjutnya dukungan politik dapat meningkat ke ranah
pemerintahan dan komunitas.
Menurut Samuel P. Huntington dan Joan Nelson (1994: 9-10), salah
satu bentuk partisipasi politik masyarakat adalah dengan kegiatan pemilihan,
meliputi memberikan suara dalam pemilu, mencari dana partai, menjadi tim
sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, dan tindakan
lain yang berusaha memengaruhi hasil pemilu. Para relawan yang mendukung
Jokowi dengan gencar mencari dana untuk kampanye dan melakukan
berbagai macam kampanye, mulai dari yang sederhana hingga kampanye
kreatif seperti membuat video dan mengunggahnya di Youtube. Semuanya
dilakukan agar calon pemilih mengenal sosok Jokowi dan tertarik untuk
memilihnya pada saat pemungutan suara berlangsung.
Sarana kampanye yang digunakan dalam RT Sukowi adalah selebaran
yang ditempel di sekitar komplek RT. Selebaran adalah sarana penyebaran
informasi yang murah, mudah dibuat, dan siapa pun bisa membuatnya,
termasuk rakyat kecil. Dukungan berupa penyebaran selebaran menunjukkan
bahwa pendukung Jokowi secara sukarela mempromosikan calon
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
75
pemimpinnya dengan cara yang bisa dipahami oleh siapa pun, mulai dari
rakyat kecil hingga yang kaya raya. Ini juga berarti bahwa sasaran pendukung
Jokowi berasal dari semua kalangan.
Tabel 4.10. Analisis Tanda Visual 4
Representamen Objek Interpretan
Sukowi memasuki tempat
penghitungan suara dengan
menaiki becak yang didorong
oleh tenanga salah satu
pendukungnya.
Sukowi didampingi
para pendukungnya
memasuki tempat
penghitungan suara.
Sukowi menaiki becak
Becak adalah alat
transportasi
sederhana yang
digerakkan oleh
tenaga manusia.
Adegan ini
menggambarkan
kesederhanaan
sosok Jokowi dan
dukungan
masyarakat yang
mengantarnya
menuju kemenangan
dengan tenaga dan
usaha sendiri.
Becak adalah kendaraan tradisional yang sederhana dan dijalankan oleh
tenaga manusia. Sukowi yang diantar masuk tempat perhitungan suara
dengan menggunakan becak menggambarkan sosoknya yang sederhana dan
didukung oleh sepenuhnya oleh tenaga rakyat. Adegan ini menunjukkan
bahwa warga Jakarta mendukungnya dan mengantarnya menuju kemenangan
dalam pemilihan RT di lingkungan tempat tinggalnya.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
76
Sama halnya dengan Jokowi yang juga merupakan orang pendatang
yang sederhana ketika dicalonkan sebagai Gubernur Jakarta. Sosoknya yang
sederhana didukung sepenuhnya oleh masyarakat Jakarta yang heterogen.
Becak yang digerakkan oleh pendukung Sukowi menggambarkan pendukung-
pendukung Jokowi mengantarkannya menuju kemenangan dengan usaha dan
tenaga sendiri. Di sini masyarakat mengerahkan segala tenaga dan upaya
mereka sendiri agar calon pemimpin pilihannya, Jokowi, dapat memenangkan
Pilgub DKI Jakarta. Banyak cara yang dilakukan pendukung Jokowi untuk
mengantarkannya kepada kemenangan, antara lain dengan menjadi
sukarelawan dan membiayai kampanye Jokowi dan Basuki.
Tabel 4.11. Analisis Tanda Visual 5
Representamen Objek Interpretan
Sukowi digendong dan diarak
mengelilingi komplek setelah
memenangkan pemilihan RT.
Pendukung Sukowi yang ikut
merayakan kemenangan ini
Warga siap dipimpin
Sukowi dan akan
menopang segala
keputusannya selama
menjabat sebagai
ketua RT
Warga Jakarta
memberikan
dukungan otoritas
kepada Jokowi
selama menjabat
sebagai Gubernur
DKI Jakarta,
termasuk
mendukung segala
keputusan dan
kebijakannya.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
77
Pendukung Sukowi merayakan kemenangannya dengan menggendong
dan mengaraknya keliling komplek sambil menyerukan yel-yel.
Menggendong juga memiliki arti mendukung, dan pada adegan ini para
pendukung menggendong Sukowi secara bersama-sama. Artinya, Sukowi
mendapat dukungan dari pendukung-pendukungnya dari berbagai lapisan
masyarakat.
Kemenangan Sukowi menjadi RT baru adalah kemenangan semua
pendukungnya juga. Segala hal yang mereka lakukan sejak masa kampanye
membuahkan hasil, yaitu kemenangan mereka bersama karena mereka
dengan sukarela mendukung Sukowi tanpa diminta, apalagi dibayar.
Sukowi yang digendong menggambarkan bahwa rakyat berkomitmen
dan siap menjadi penopang kepemimpinan Sukowi, serta mendukung
keputusan-keputusannya kelak demi kebaikan bersama. Dalam demokrasi,
rakyat memang menjadi penopang pemerintahan. Tanpa adanya dukungan
rakyat, suatu pemerintahan tidak akan berjalan dengan baik.
Selama kampanye, Jokowi tidak hanya memperoleh dukungan, tetapi
juga loyalitas karena usaha-usaha kampanye untuk mendukung Jokowi
merupakan usaha bersama dengan masyarakat. Untuk itu, kemenangan
Jokowi juga menjadi kemenangan rakyat. Loyalitas yang diperoleh ini
memudahkan Jokowi untuk mempertahankan dukungan selama ia memimpin
Jakarta.
Dukungan masyarakat ini sangat bermanfaat dalam pengambilan
keputusan untuk kesejahteraan bersama, misalnya dalam relokasi pemukiman
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
78
kumuh di sekitar Waduk Pluit ke rumah susun. Relokasi ini dilakukan untuk
mengembalikan fungsi Waduk Pluit yang selama puluhan tahun tidak dapat
menampung air akibat penyempitan dan pendangkalan karena berdirinya
pemukiman liar di sekitar waduk.
4.4. Pembahasan
Tayangan sitkom RT Sukowi episode Pilih RT Baru Jangan Keliru,
dukungan masyarakat yang terlihat ada penurunan dukungan publik terhadap
Sanusi yang telah memimpin wilayah RT selama tiga tahun. Hal ini
digambarkan saat masyarakat mengeluhkan sosok Sanusi yang temperamental
dan masa kepemimpinannya yang cenderung mementingkan keuntungan diri
sendiri. Dalam pemilihan RT baru, Sanusi tidak lagi mendapat simpati dari
masyarakat.
Sosok Sanusi merupakan parodi dari sosok Fauzi Bowo, terlihat dari
kemiripan fisik dan sifatnya. Pada Pilgub DKI Jakarta 2012, Fauzi Bowo juga
mengalami penurunan dukungan publik karena kinerjanya yang dinilai tidak
memuaskan masyarakat Jakarta.
ASeperti yang dikatakan Dalton (2004: 25), Masyarakat yang memiliki
ketidakpuasan terhadap seorang pemimpin kemudian mencari sosok lain yang
dinilai bisa mewakili kepentingan masyarakat dan membawa perubahan ke
arah yang lebih baik. Ini direpresentasikan lewat peralihan dukungan
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
79
masyarakat dari sosok Sanusi terhadap sosok Sukowi. Sukowi dinilai sebagai
sosok yang jujur, sabar, peduli masyarakat, dan bisa membawa perubahan.
Dukungan terhadap Sukowi ini juga merepresentasikan dukungan
masyarakat Jakarta terhadap Jokowi. Muncul sebagai calon gubernur yang
memiliki prestasi kerja yang baik dari Kota Surakarta membuat masyarakat
percaya Jokowi bisa membawa perubahan di Ibukota. Dukungan terhadap
Jokowi ini merupakan bentuk dukungan kepada otoritas politik atau kepada
pemangku jabatan. Dukungan jenis ini merupakan yang paling mendasar dari
keseluruhan dukungan politik.
Di level dukungan terhadap otoritas politik, masyarakat menunjukkan
dukungannya dengan mengevaluasi kandidat dan berpartisipasi dalam pemilu.
Tayangan sitkom RT Sukowi merepresentasikan partisipasi politik
masyarakat level otoritas lewat kampanye, baik dalam bentuk yel-yel,
promosi lewat selebaran dan poster, maupun ajakan langsung. Masyarakat
juga digambarkan sudah bisa memilih pemimpin berdasarkan kemampuan-
kemampuan yang dimiliki calon pemimpin. Semuanya dilakukan secara
sukarela, tanpa paksaan dan bayaran.
Adegan-adegan partisipasi sukarela dari masyarakat ini juga
merepresentasikan pendukung Jokowi pada masa Pilgub DKI-Jakarta yang
memang mendukung Jokowi dengan sukarela. Mereka mendirikan sendiri
organisasi-organisasi sukarelawan tanpa disuruh partai. Biaya kampanye
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
80
Jokowi pada saat itu juga berasal dari perputaran uang rakyat lewat penjualan
merchandise selama masa kampanye.
Meskipun demikian, dukungan politik memang tidak semuanya atas dasar
sukarela. Ada pula yang mendukung calon karena menganggap jika menang
makan dirinya akan diuntungkan. Kaum opurtunis ini direpresentasikan lewat
sosok Mang Abdi yang mendukung Sukowi karena ingin mendapat tambahan
modal untuk kelangsungan usahanya.
Dalam tanda-tanda non-verbal, dukungan masyarakat juga
direpresentasikan, misalnya lewat adegan Sukowi yang diantar ke tempat
pemungutan suara dengan menggunakan becak. Becak merupakan alat
transportasi sederhana yang digerakkan lewat tenaga manusia. Adegan ini
menggambarkan rakyat mengantar Jokowi menuju kemenangan lewat usaha
dan tenaga mereka sendiri, misalnya dengan membentuk tim relawan dan
membiayai kampanye.
Adegan saat Sukowi memenangkan pemilihan dan digendong keliling
komplek oleh para pendukungnya juga menggambarkan dukungan
masyarakat yang akan menjadi fondasi kepemimpinan Sukowi dan akan
menyangga semua kebijakan-kebijakannya nanti.
Dukungan kepada otoritas politik juga ditandai oleh kepercayaan
masyarakat kepada politisi. Hal ini direpresentasikan lewat adegan di mana
akhirnya Zaenab, istri Sanusi, mengakui kekalahan suaminya dan ikut
menyambut Sukowi sebagai RT baru. Ini menunjukkan bahwa meskipun
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
81
kalah, ia bisa menerimanya dan percaya Sukowi sebagai RT baru akan bisa
mengemban tugas dengan baik dan membawa perubahan positif di
lingkungan RT.
Tayangan situasi komedi RT Sukowi, terutama di episode perdananya yang
berjudul Pilih RT Baru Jangan Keliru, merepresentasikan peristiwa-peristiwa
yang terjadi saat Pilgub DKI Jakarta tahun 2012 berlangsung. Yang paling
jelas terlihat adalah mengenai dukungan publik kepada Jokowi yang besar
dan cenderung dengan cara baru karena mereka kebanyakan adalah relawan
yang bekerja atas inisiatif sendiri serta tanpa mengharapkan bayaran. Konten
pada episode perdana ini mengesankan tayangan ini adalah salah satu media
kampanye untuk pasangan Jokowo-Basuki. Namun, episode ini tayang
setelah Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, yaitu pada 1 April
2013, yang berarti tayangan ini bukanlah alat kampanye untuk memenangkan
Pilgub DKI Jakarta.
Dengan tidak adanya tokoh yang mewakili sosok Basuki dalam tayangan
RT Sukowi, maka dapat dikatakan bahwa tayangan ini murni merupakan
bentuk dukungan kepada Jokowi saja. Penayangannya yang di luar masa
kampanye mengesankan sitkom ini dibuat untuk mendukung karier politik
Jokowi ke depan untuk tingkat selanjutnya.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
82
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat representasi
dukungan kepada kepemimpinan Jokowi lewat tanda-tanda visual dan non-
visual dalam serial situasi komedi RT Sukowi episode Pilih RT Baru Jangan
Keliru.
Melalui tanda non-visual, digambarkan asal mula dukungan kepada
Jokowi, yaitu karena adanya rasa kekecewaan masyarakat terhadap pemimpin
yang sedang menjabat. Hadirnya sosok baru yang dipercaya dapat membawa
harapan membuat masyarakan mengalihkan dukungan kepada sosok baru,
dalam sitkom ini adalah sosok Sukowi yang merepresentasikan Jokowi.
Jenis dukungan masyarakat yang tampak dalam tayangan sitkom ini
adalah dukungan kepada otoritas, yaitu dukungan kepada pemangku jabatan.
Dukungan jenis ini bisa berupa partisipasi politik masyarakat, seperti
mengevaluasi kandidat dan berpartisipasi dalam Pemilu. Masyarakat
digambarkan sudah dapat mengevaluasi kandidat untuk menimbang mana
yang lebih baik untuk dipilih.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
83
Partisipasi publik dalam pesta politik dapat dilihat lewat adegan-
adegan yang menunjukkan keikutsertaan mereka dalam kampanye,
pemungutan suara, dan perhitungan suara. Pada masa kampanye, bentuk
dukungan yang terlihat adalah seruan yel-yel, ajakan memilih, dan pembagian
selebaran. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat berpartisipasi secara aktif
dalam proses kampanye untuk mendukung kandidat mereka. Apalagi dalam
sitkom ini ditunjukkan bahwa kampanye yang dilakukan pendukung Sukowi
bersifat sukarela, tanpa ada bayaran.
Orang-orang yang mendukung Jokowi digambarkan beragam dan
berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Dari latar belakang suku, Jokowi
yang bersuku Jawa mendapat banyak dukungan meskipun berasal dari daerah.
Pendukungnya pun ada yang bersuku Betawi, Jawa, Batak, dan Sunda,
menunjukkan keragaman penduduk Jakarta sebagai kota metropolitan.
Mereka juga datang dari latar pekerjaan yang berbeda-beda, ada pedagang,
guru, pengacara, aparat keamanan, pengamen, ibu rumah tangga, dan pelajar.
Pendukung Jokowi merupakan pendukung yang rasional karena tidak
mementingkan latar belakang suku, melainkan menilai berdasarkan sifat dan
kemampuan yang dimiliki. Pendukung rasional ini direpresentasikan lewat
sosok Ridwan yang mendukung Sukowi meskipun ayahnya, Sanusi, juga
mencalonkan diri menjadi ketua RT.. Meskipun demikian, ada juga yang
memilih berdasarkan keuntungan yang mungkin didapat. Pendukung
oportunis ini direpresentasikan lewat sosok Mang Abdi.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
84
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis dari hasil penelitian mengenai
representasi dukungan publik kepada Jokowi, antara lain:
1. Bagi para akademisi agar melakukan penelitian lanjutan mengenai
dukungan publik terhadap Jokowi, terutama pada masa Pemilihan
Presiden 2014, baik dengan analisis semiotika atau dengan metode lain.
Dengan begitu, penelitian tentang fenomena dukungan publik terhadap
Jokowi semakin jelas faktor-faktor yang memengaruhi dukungan dan
bentuk dukungan seperti apa yang diberikan, serta sejauh mana
keefektifannya dalam memenangkan Pemilu.
2. Bagi produsen program televisi agar menambah porsi tayangan sitkom
yang memiliki nuansa politik, karena di Indonesia jarang dijumpai
tayangan komedi yang memuat pesan politik. Dengan adanya sitkom
bernuansa politik, masyarakat mendapat tambahan informasi politik dari
sudut pandang baru yang juga memiliki unsur hiburan.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
85
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Anderson, Benedict R. O’G. 1990. Language and Power: Exploring Political
Cultures in Indonesia. New York: Cornell University Press.
Aronson, Linda. 2000. Television Writing: The Ground Rules of Series, Serials
and Sitcom. Sydney: Australian Film Television and Radio School.
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Cangara, H. Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Chiaro, Delia. 1992. The Language of Jokes. London: Routledge.
Dalton, Russel J. 2004. Democratic Challenges, Democratic Choices. New York:
Oxford University Press.
Dentith, Simon. 2000. Parody: The New Critical Idiom. London: Routledge.
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKiS.
Fiske, John dan John Hartley. 2003. Reading Television. London: Routledge.
Fourie, Pieter J. 2008. Media Studies: Media History, Media and Society. Cape
Town: Juta & Co.
Hall, Stuart. 1997. Representation: Cultural Representations and Signifying
Practices. London: SAGE Publications.
Hoed, Benny H. 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Komunitas
Bambu.
Huntington, Samuel P. dan Joan Nelson. 1994. Partisipasi Politik di Negara
Berkembang. Jakarta: Rineka Cipta.
Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh
Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi.
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana.
Liddle, R. William. 1996. Leadership and Culture in Indonesian Politics.
Australia: Allen & Unwin Pty Ltd.
Magstadt, Thomas M. 2012. Understanding Politics. Belmont: Cengage Learning.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
86
Mulyana, Deddy. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nugroho, Bimo dan Ajianto Dwi Nugroho. 2012. Jokowi: Politik Tanpa
Pencitraan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Nugroho, Yanuar et al. 2012. Memetakan Lansekap Industri Media Kontemporer
di Indonesia. Jakarta: Centre of Innovation Policy and Governance.
Palmer, Jerry. 1993. Taking Humour Seriously. London: Routledge.
Rakhmad, Jalaluddin. 2009. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sobur, Alex. 2003. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sutanto, Teguh. 2013. Belajar Kempemimpinan Jawa Dari Soekarno Hingga
Jokowi. Yogyakarta: Buku Pintar.
Tim AJI Jakarta. 2012. Foke atau Jokowi?. Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen
(AJI) Jakarta
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
SURAT KABAR
Wardhani, Indah Surya dan Litbang Kompas. “Kemajemukan dan Ketimpangan”.
Dalam Kompas. 15 Maret 2014. Jakarta.
SKRIPSI/TESIS/DISERTASI
Adhvidya. 2012. “Representasi Joko Widodo dalam Berita Paket di Program
Berita Kompas TV”. Skripsi. Bandung: Universitas Padjajaran.
Prajayanti, Desy Utami. 2012. “Berkaca pada Filosofi Tepa Selira “Sang Juragan
Kayu”: Sebuah Konstruksi Sosial Kepemimpinan Jawa Joko Widodo”.
Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Pranata, Andika. 2013. “Gaya Kepemimpinan Joko Widodo dalam Film Jakarta
Baru The Movie (Studi Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce)”. Skripsi.
Tangerang: Universitas Multimedia Nusantara.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
87
SITUS INTERNET
Asril, Sabrina. 2012. “Foke Telepon Jokowi Ucapkan Selamat”. Dalam
http://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/20/1531592/Foke.Telepon.Jo
kowi.Ucapkan.Selamat. Diakses pada 14 Agustus 2014.
Aziza, Kurnia Sari. 2013. “Tak Ada Izin, Jokowi Keberatan Film “Jokowi””.
Dalam http://megapolitan.kompas.com/read/2013/05/22/13011689/Tak.Ada.
Izin..Jokowi.Keberatan.Film.Jokowi. Diakses pada 11 Agustus 2014.
Firdaus, Fahmi. 2012. “Forkabi Resmi Dukung Fauzi Bowo-Nachrowi”. Dalam
http://autos.okezone.com/read/2012/03/23/505/598722/forkabi-resmi-
dukung-fauzi-bowo-nachrowi. Diakses pada 13 Agustus 2014.
Hidayat, Rakhmat. 2012. “Dari Kepemimpinan Elitis ke Populis”. Dalam
http://nasional.sindonews.com/read/2012/07/25/18/660634/dari-
kepemimpinan-elitis-ke-populis. Diakses pada 30 Maret 2014.
Hindarto, Stefanus Yugo. 2012. “49,09% Pendukung Demokrat Beralih Dukung
Jokowi Ahok”. Dalam http://jakarta.okezone.com/read/2012/07/26/
505/668686/49-09-pendukung-demokrat-beralih-dukung-jokowi-ahok.
Diakses pada 14 Agustus 2014.
Permana, Ninding Julius. 2012. “Gaya Kepemimpinan Foke Mulai Tidak
Diterima Masyarakat”. Dalam http://www.sorotnews.com/berita/view/gaya-
kepemim pinan-foke-mulai.1480.html#.U5FRE3ZAy0I. Diakses pada 30
Maret 2014.
Rizki, M. Faisal. 2012. “FBR Dukung Penuh Foke-Nachrowi”. Dalam
http://m.tribunnews.com/metropolitan/2012/09/16/fbr-dukung-penuh-foke-
nachrowi. Diakses pada 13 Agustus 2014
Weiss, Stanley. 2013. “Jokowi’s Obama Problem”. Dalam
http://www.huffingtonpost.com/stanley-weiss/jokowis-obama-
problem_b_4058036.html. Diakses pada 30 Januari 2014.
2012. “Jokowi, Raja Media Sosial yang Digjaya”. Dalam
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2012/09/02/jokowi-raja-media-
sosial-yang-digjaya. Diakses pada 12 Agustus 2014.
2012. “Kampanye di Penjaringan, Jokowi Dihibur Tarian Topeng”. Dalam
http://news.detik.com/read/2012/09/15/160347/2020645/10/kampanye-di-
penjaringan-jokowi-dihibur-tarian-topeng?nd771104bcj. Diakses pada 30
Maret 2014),
2012. “Koalisi Orang Betawi Asli Dukung dan Pilih Jokowi-Ahok”. Dalam
http://www.citizenjurnalism.com/hot-topics/koalisi-orang-betawi-asli-
dukung-dan-pilih-jokowi-ahok/. Diakses pada 13 Agustus 2014.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
88
2012. “Anak Kecil juga Ikut Ramaikan Kampanye Jokowi”. Dalam http://Jakarta.
okezone.com/read/2012/06/26/505/653902/anak-kecil-juga-ikut-ramaikan-
kampanye-jokowi. Diakses pada 30 Maret 2014.
2012. “Cegah Politik Transaksional Pilgub DKI, PDIP Pilih Koalisi Rakyat”.
Dalam http://news.detik.com/read/2012/07/16/022518/1965874/10/cegah-
politik-transaksional-pilgub-dki-pdip-pilih-koalisi-rakyat. Diakses pada 14
Agustus 2014.
2013. “Multivision Plus Hadirkan Seri Drama RT Sukowi yang Mirip Jokowi”.
Dalam http://www.suarapembaruan.com/hiburan/multivision-plus-hadirkan-
seri-drama-rt-sukowi-yang-mirip-jokowi/33824. Diakses pada 28 September
2013.
2014. “Kader Gerindra Ramai-ramai Berbelok Dukung Jokowi”. Dalam
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/06/17/kader-gerindra-ramai-
ramai-berbelok-dukung-jokowi-jk. Diakses pada 14 Agustus 2014.
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
CURRICULUM VITAE
Education
2010-now Universitas Multimedia Nusantara,
Gading Serpong, Tangerang
(Majoring in Multimedia
Journalism, Faculty of
Communication Science)
2007-2010 Kolese Gonzaga, Jakarta
2004-2007 SMP St. Fransiskus Asisi, Jakarta
1998-2004 SD St. Fransiskus Asisi, Jakarta
Skills
Microsoft Office
Adobe Premiere
Final Cut Pro X
English
Basic photography and videography
Organizational Experiences
Ultimagz Magazine, as Treasurer and Reporter for
Culinary and Book & Movie Review (2011-2013)
ultimagz-online.com, as Reporter (2012-2013)
Ultimagz Magazine, as Editor for Book & Movie Review
and Sudut Psikologi (2013)
Events Experiences
Gonzaga League (2009) as Treasurer
Gonzaga Festival (2009) as Ticketing coordinator
FIKOM Night UMN (2011) as Publication and
Documentation staff
Malam Keakraban Ultimagz (2012) as Treasurer
FIKOM Night UMN (2012) as Artistic team
Journalism Exhibition “COMMPRESS” (2013) as Artistic
team
Katrine Gabby Kusuma (Gabby)
13 Agustus 1992
Jl. Tebet Utara IV E No. 21
Jakarta Selatan – 12820
021-8290158 085691100579
Blood Type A 160 cm / 55 kg
Single Catholic
INTERESTS:
Fashion, Craft, Music, Film, Book
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014
Representasi Dukungan..., Katrine Gabby Kusuma, FIKOM UMN, 2014