i
REPRESENTASI IDEOLOGI PEMBERITAAN AKSI 212
DI ERAMUSLIM DAN NU ONLINE
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Magister Sosial (M.Sos)
Oleh:
Yudin Taqyudin
NIM: 21140510000011
PROGRAM MAGISTER
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yudin Taqyudin
NIM : 21140510000011
Jenjang : Magister
Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa naskah tesis berjudul “Representasi Ideologi
Pemberitaan Aksi 212 di Eramuslim dan NU Online” ini secara
keseluruhan adalah hasil penelitian karya sendiri, kecuali pada bagian-
bagian yang dirujuk sumbernya.
Jakarta, 25 Januari 2018
Saya yang menyatakan,
Yudin Taqyudin
NIM: 21140510000011
iii
REPRESENTASI IDEOLOGI PEMBERITAAN AKSI 212
DI ERAMUSLIM DAN NU ONLINE
Tesis
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Magister Sosial (M.Sos)
Oleh:
Yudin Taqyudin
NIM: 21140510000011
Pembimbing
Dr. Rulli Nasrullah, M.Si.
NIP: 19750318 200801 1008
PROGRAM MAGISTER
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Tesis yang berjudul “Representasi Ideologi Pemberitaan Aksi 212 di
Eramuslim dan NU Online” telah diujikan dalam sidang munaqasyah
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada 25 Januari 2018. Tesis ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sosial (M.Sos)
pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Jakarta, 25 Januari 2018
Sidang Munaqasyah
Ketua
Dr. Sihabudin Noor, MA
NIP. 19690221 199703 100
Sekretaris
Ahmad Fatoni, S.Sos., M.Sos.
Penguji I
Suparto, M.Ed., Ph.D.
NIP. 19710330 199803 1 004
Penguji II
Dr. Syamsul Yakin, MA
Pembimbing
Dr. Rulli Nasrullah, M.Si.
NIP. 19750318 200801 1008
v
Abstrak
Kehadiran media siber dewasa ini membuat masyarakat dalam
waktu singkat mampu menerima informasi dan berita. Dalam pandangan
kaum konstruksionis, berita yang disajikan media bukan refleksi dari
realitas melainkan hanya sebuah konstruksi dari realitas. Media
memproduksi berita dengan perspektifnya masing-masing. Satu isu yang
sama memungkinkan untuk diberitakan dengan sudut pandang berbeda
oleh dua portal. Aksi 212 yang merupakan aksi umat Islam di Indonesia
disajikan secara berbeda oleh portal Eramuslim dan NU Online.
Perbedaan cara penyajian disebabkan representasi ideologi dari kedua
portal tersebut.
Untuk mengetahui representasi ideologi dalam pemberitaan Aksi
212 di Eramuslim dan NU Online, maka diperlukan rumusan masalah.
Adapun rumusan masalahnya adalah Bagaimana representasi ideologi
dalam teks pemberitaan? Bagaimana ideologi dalam portal berita Islam?.
Representasi ideologi pemberitaan Aksi 212 dapat dilihat dari
struktur tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris.
Tematik berbicara tentang apa yang dikatakan, skematik tentang
bagaimana pendapat disusun dan dirangkai, semantik tentang makna
yang ingin ditekankan dalam teks berita, sintaksis tentang bagaimana
pendapat disampaikan, stilistik tentang pilihan kata apa yang dipakai,
dan retoris tentang bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah
konstruktivis. Penelitian ini merupakan penelitian analisis teks media
dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun pisau analisisnya
adalah analisis wacana model Teun van Dijk. Van Dijk tidak hanya
meneliti perihal wacana teks yang dikonstruksikan saja tapi juga mental
dari pengarang serta menganalisis wacana yang berkembang di
masyarakat.
Hasil penelitian adalah bagaimana pemberitaan Aksi 212 dikemas
dan disajikan oleh dua portal Islam dilakukan dengan beberapa cara
antara lain: pemilihan tema, penggunaan latar, detail, maksud, pemilihan
bentuk kalimat, leksikon, dan menempatkan grafis maupun gambar
untuk mendukung wacana pemberitaan. Dari analisis wacana terhadap
kedua portal tersebut terdapat perbedaan sudut pandang dalam
menyajikan berita dan tulisan seputar aksi 212.
Dalam tataran teoretis, ideologi merupakan bagian dari proses
wacana. Struktur wacana mengespresikan ideologi secara tidak langsung
dan instan dalam model konkret. Apa yang terkandung dalam struktur
vi
tersebut mengandung bias mental yang dikendalikan secara ideologis.
Pemberitaan Aksi 212 tidak lepas dari representasi ideologi media,
apalagi agama sebagai salah satu entitas masyarakat dengan ideologi
yang mapan tidak lepas daro kepentingan media.
Pengemasan berita Aksi 212 di Eramuslim jika dilihat dari enam
struktur analisis wacana model van Dijk terlihat dari struktur tematik,
skematik, semantik, sintaksis, stilistik dan retoris menunjukkan
representasi yang mendukung serta mencitrakan Aksi 212 sebagai aksi
yang positif dan harus didukung masyarakat. Sedangkan di NU Online
jika dilihat dari enam struktur yang sama, terlihat media ini mengemas
berita dan tulisan bertolak belakang dengan apa yang disajikan portal
Islam pada umumnya. Di sinilah terjadi produksi makna dan realitas
sesuai dengan teori representasi yang merepresentasikan ideologi melalui
pemberitaan.
Kata Kunci: Representasi, Ideologi, Aksi 212, Eramuslim, NU Online,
Wacana
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahir Rahmaanir Rahiim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, atas berkat Rahmat-
Nya sempurnalah segala kebajikan. Salawat serta salam semoga tetap
tercurah atas utusan Allah, sebagai rahmat untuk semesta alam pada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan
para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master
Sosial (M.Sos) Progam Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam penyusunan Tesis hingga terselesaikannya tugas akhir
ini, peneliti mendapat bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Arief Subhan MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan bidang Akademik, Dr.
Hj. Roudhonah, MA selaku Wakil Bidang Administrasi Umum,
Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan,
Alumni dan Kerjasama Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Sihabuddin Noor, MA, Dr. Rulli Nasrullah, M.Si selaku ketua
dan Sekretaris Program Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
viii
4. Dr. Rulli Nasrullah, M.Si sebagai Pembimbing Tesis yang telah
banyak meluangkan waktu dan membimbing sehingga
terselasaikannya penulisan tesis.
5. Seluruh Dosen Program Magister Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti
selama perkuliahan.
6. Pengelola Perpustakaan baik Fakultas maupun Universitas yang
memberikan ruang untuk peneliti mencari refensi sampai
selesainya penulisan tesis.
7. Kedua Orang Tua Bapak K.H. M. Isa „Abbas (alm) dan Ibunda
tercinta Hj. Ruqoyah yang tulus ikhlas mendidik dan memberikan
support hingga saat ini semoga Allah membalas semuanya.
8. Istri Imas Nurbayati S.Pd., M Fayyad Ibadurrahman dan Azwa
Rozaf Pangesti (anak) yang selalu ada dan memberikan semangat
dukungannya untuk menyelesaikan tesis.
9. Dan semua pihak yang telah membantu peneliti dalam
menyelesaikan tesis yang tidak bisa disebutkan satu persatunya.
Peneliti berharap tugas akhir yang telah disusun ini dapat
bermanfaat bagi yang membutuhkannya, khususnya bagi peneliti dan
bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT, Amin.
Peneliti
Yudin Taqyudin
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ........................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ..................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................... ii
LEMBAR PENGESAHAN TESIS .............................................. iii
ABSTRAK ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Pembatasan Masalah ................................................................. 12
C. Pertanyaan Penelitian ................................................................ 13
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 14
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 14
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................... 16
G. Kerangka Konsep ...................................................................... 19
H. Metodologi Penelitian ............................................................... 20
1. Data Penelitian ................................................................... 20
2. Paradigma Penelitian .......................................................... 20
3. Objek Penelitian ................................................................. 22
4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ............................ 22
I. Asumsi Penelitian ..................................................................... 23
J. Sistematika Penulisan .............................................................. 24
x
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................ 25
A. Teori Representasi ................................................................... 25
B. Ideologi Dalam Media ............................................................. 30
C. Media Massa Sebagai Agen Konstruksi Sosial atas Realitas ... 36
D. Internet Sebagai Media Baru .................................................... 41
E. Analisis Wacana van Dijk ......................................................... 49
BAB III PROFIL ERAMUSLIM DAN NU ONLINE ............... 60
A. Profil Eramuslim ...................................................................... 60
B. Profil NU Online ....................................................................... 67
BAB IV GAMBARAN UMUM AKSI 212 .................................. 71
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ........................ 75
A. Analisis Struktur Teks Pemberitaan Aksi 212 di Eramuslim dan NU
Online ........................................................................................ 76
1. Analisis Teks 1 ................................................................... 76
2. Analisis Teks 2 .................................................................... 81
3. Analisis Teks 3 .................................................................... 85
4. Analisis Teks 4 ................................................................... 88
5. Analisis Teks 5 ................................................................... 92
6. Analisis Teks 6 ................................................................... 95
7. Analisis Teks 7 ................................................................... 98
8. Analisis Teks 8 .................................................................. 102
B. Diskusi Hasil Analisis ............................................................. 106
xi
BAB VI PENUTUP ....................................................................... 112
A. Kesimpulan .............................................................................. 112
B. Saran-Saran .............................................................................. 113
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 115
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................... 123
xii
DAFTAR TABEL
TABEL 1 ........................................................................................ 125
TABEL 2.1 ..................................................................................... 51
TABEL 2.1 ..................................................................................... 53
TABEL 3.1 ..................................................................................... 66
TABEL 3.2 ..................................................................................... 70
TABEL 4.1 ..................................................................................... 75
TABEL 4.2 ..................................................................................... 79
TABEL 4.3 ..................................................................................... 83
TABEL 4.4 ..................................................................................... 86
TABEL 4.5 ..................................................................................... 90
TABEL 4.6 ..................................................................................... 94
TABEL 4.7 ..................................................................................... 97
TABEL 4.8 .................................................................................... 100
TABEL 4.9 .................................................................................... 103
TABEL 4.10 .................................................................................. 109
xiii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 ................................................................................ 51
GAMBAR 3.1 ................................................................................ 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peristiwa yang sering diberitakan media massa
seringkali berbeda dengan peristiwa sebenarnya. Ini karena
media tidak semata-mata sebagai saluran pesan yang pasif
akan tetapi media pun aktif melakukan konstruksi terhadap
peristiwa. Media massa tak ubahnya seperti obat bius yang
membuat masyarakat percaya tanpa adanya respon untuk
menolak ataupun menilai suatu berita. Akan tetapi, pada
dasarnya media adalah saluran yang dimanfaatkan untuk
mengendalikan arah dan memberikan dorongan terhadap
perubahan sosial.1
Dalam pandangan kaum konstruksionis, berita yang
disajikan media bukan refleksi dari realitas melainkan
hanya sebuah konstruksi dari realitas.2 Berita yang kita baca
pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik,
bukan kaidah baku jurnalistik. Semua proses kontruksi
(mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian kata,
gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana
realitas tersebut hadir di hadapan khalayak.3 Konstruksi
realitas yang dilakukan awak media memang tidak lepas
1 Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Jakarta:
Erlangga, 1996), edisi ke-2, h. 35. 2 Eriyanto, Analisis Framing; Kontruksi, Ideologi, dan Politik Media,
Cet. III (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2005), h. 24. 3 Ibid, h. 26.
2
dari peran manusia –dalam pandangan Simmel dan Weber--
sebagai agen yang aktif dalam mengkonstruksi realitas
sosial, di mana mereka bertindak tergantung kepada
pemahaman atau pemberian makna pada perilaku mereka.4
Kaitannya dengan konstruksi pesan, media juga
memiliki representasi atau berafiliasi kecenderungan
terhadap pihak terentu. Branston5 menyebutkan, ada tiga
poin penting yang menunjukkan representasi sebuah media.
Pertama, setiap berita atau gambar di media massa tidak
hadir begitu saja seperti sebuah realita. Media selalu
berupaya mengonstruksi dan merepresentasi muatan dalam
berita tersebut dan bahkan itu bukan seperti jendela
transparan yang terlihat nyata. Kedua, pengulangan dalam
proses penyampaian berita tertentu oleh sebuah media
dengan berbagai gaya penulisan, gambar, atau letak
penyajian berita merupakan bentuk penanaman kesan
kepada khalayak pembaca agar mereka merasa berita
tersebut penting. Inilah bentuk penekanan yang dilakukan
media terhadap berita tertentu dengan memilih satu berita
dan memilah berita lainnya. Ketiga, representasi media
dalam penyajian berita biasanya ditunggangi kepentingan
politik perwakilan, kelompok kepentingan, atau
pemerintah.
4 I.B. Wirawan, Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma; Fakta Sosial,
Definisi Sosial, & Perilaku Sosial (Jakarta: Kencana, 2013), Cetakan ke-2,
hlm. 100. 5 Gill Branston with Roy Stafford, The Media Student‟s Book, Fifth
Edition (Chapter 4), (London: Rotledge, 2010), h. 106.
3
Media dalam merepresentasikan gagasan dan ide
kelompok tertentu dengan cara memproduksi makna agar
sampai kepada khalayak. Tentang teori representasi ini
Stuart Hall6 menegaskan, Representation is an essential
part of the process by which meaning is produced and
exchanged between members of culture. Jadi, melalui
representasi ini suatu makna diproduksi dan dipertukarkan
antaranggota, khususnya dalam konteks ini adalah media
yang bertindak sebagai fasilitatornya.
Agama sebagai salah satu entitas masyarakat dengan
ideologi yang mapan tidak lepas dari kepentingan media.
Ibnu Hamad7 menegaskan, sebuah media yang lebih
ideologis umumnya muncul dengan konstruksi realitas yang
bersifat pembelaan terhadap kelompok sealiran; dan
penyerangan terhadap kelompok berbeda haluan. Dalam
sistem libertarian, kecendrungan ini akan melahirkan
fenomena media partisan dan media non-partisan.
Dalam perkembangan media komunikasi dan informasi
saat ini, beragam kepentingan sudah masuk ke dalam
media; mulai media cetak, audio, audio-visual, hingga
berbasis online. Stanley J Baran8 menyebutkan, teknologi
telah menyebabkan terjadinya konvergensi, hilangnya
6 Stuart Hall (Ed.), ―The Work of Representation‖. Representation:
Cultural Representation and Signifying Practices (London: Sage Publication,
2003), h. 17. 7 Ibnu Hamad, Konstruksi realitas politik dalam media massa, (Jakarta:
Granit, 2004), h. 26. 8 Stanley J Baran dan Dennis K Davis, Teori Komunikasi Massa: Dasar,
Pergolakan, dan Masa Depan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), Edisi 5, h.
28.
4
perbedaan antarmedia, semenjak pengenalan personal
computer pada akhir 1970-an dan awal tahun 1980-an.
Teknologi memungkinkan orang untuk memindahkan
ulang acara televisi yang mereka tonton di rumah ke laptop
atau telepon seluler mereka di manapun mereka berada. Ini
dapat dilakukan dengan mudah dan relatif murah. Jaringan
internet tanpa kabel (Wi-Fi) telah semakin meluas dan
meningkatkan penggunaan video bergerak secara langsung
serta menonton film dan televisi melalui internet. Fasilitas
ini telah memperkaya beberapa fasilitas yang sebelumnya
belum ada, seperti penerimaan panggilan telepon, surat
elektronik (e-mail), halaman Web, mengunduh music, data
teks tertulis, video game interaktif, dan foto tidak bergerak.9
Dalam pekembangan teknologi informasi tersebut
muncul media portal yang terkoneksi melalui internet.
Menurut Thurlow et al. (2004: 4-5) seperti dikutip Rulli
Nasrullah10
menjelaskan, portal adalah pintu untuk
memasuki ruang di siber atau bisa juga bermakna sebagai
gerbang yang mengantarkan pengguna untuk berselancar
(surfing) lebih jauh. Portal dalam bahasa Indonesia juga
diartikan sebagai gerbang atau terowongan yang
mengarahkan seseorang ke suatu tempat. Penting untuk
digarisbawahi bahwa portal bukanlah akhir, portal
merupakan pengalaman pertama atau ―first-hand
experience‖ dari satu titik yang akan menuju titik-titik
9 Ibid., h. 28.
10 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta:
Kencana, 2014), h. 23-24.
5
lainnya. Bahkkan Miller (2000: 17, sebagaimana dikutip
Thurlow et al. 2004: 4), menjelaskan, bahwa kata ―portal‖
menjadi kata baru dalam mengakses media bahwa melalui
portal-lah perjalanan di web itu dimulai, ―the idea of a
portal site is that all your web journey should start here.‖
Misalnya, ketika ingin berselancar di internet, kita
membuka peramban (browser) seperti Internet Explorer
atau Mozilla Firefox kemudian memasukkan alamat situs
(website atau juga dikenal dengan kata homepages). Atau,
tidak perlu membuka peramban, siapa pun bisa terkoneksi
dan melakukan percakapan (chatting) melalui perangkat
seperti Yahoo! Messenger (YM). Peramban, alamat, situs,
atau perangkat inilah yang dikatakan sebagai portal.
Sejumlah survey yang dilakukan mengenai agama dan
internet memperlihatkan kaitan penting antara agama dan
internet. Sebuah penelitian yang digelar oleh Dawson dan
Cowan berhasil mengungkap bahwa ada sekitar 28 juta
orang Amerika menggunakan internet untuk memperoleh
informasi agama dan spiritual dan berhubungan dengan
orang lain untuk berbagai informasi mengenai keyakinan
mereka. Dawson dan Cowan menyebut mereka dengan
istilah Religion Surfers. Keduanya memperlihatkan hasil
penelitian yang diselenggarakan Pew Internet and
American Life Project di atas sebagai berikut:11
11
Moch Fakhruroji, Islam Digital; Ekspresi Islam di Internet, (Bandung:
Sajjad Publishing, 2011), h. 84.
6
1. Dua puluh lima persen pengguna internet memperoleh
informasi agama dan spiritual secara online. Hal ini
meningkat dari temuan survey pada akhir 2000, yang
memperlihatkan bahwa 21 persen dari pengguna
internet–atau antara 19 juta dan 20 juta orang—
memperoleh materi-materi agama dan spiritual secara
online.
2. Lebih dari 3 juta orang setiap hari memperoleh materi-
materi agama dan spiritual.
3. Sebagai bahan perbandingan, penting dicatat bahwa
lebih banyak orang yang menggunakan internet untuk
mendapatkan informasi agama atau spiritual secara
online daripada menggunakannuya untuk hiburan.
Aktifitas pemanfaatan internet untuk kepentingan
agama berkembang hingga kini dengan bermunculannya
media portal yang memiliki kecenderungan, bahkan
mengidentitaskan dirinya sebagai portal Islam. Dalam
kaitannya dengan Aksi 212 pada 2 Desember 2016,
terdapat media portal Islam yang memiliki kecenderungan
kepada aksi tersebut. Sebagian kecenderungan
mendukung, dan sebagian lagi justru mengkritisi bahkan
seakan menunjukkan ketidaksepakatannya.
Masing-masing portal tentunya memiliki
kepentingan, bahkan merepresentasikan ide dan
keyakinannya melalui media portal. Representasi melalui
media adalah sebuah keniscayaan di masa kini ketika
masyarakat sedang berada di era digital, mereka tidak
7
sekedar menjadi konsumen, namun bisa juga berperan
sebagai produsen yang menyajikan konten melalui media
online. Dalam tatanan global dewasa ini, internet sudah
seperti sarana utama, termasuk bagi kelompok dalam
Islam. Fakhruroji12
menegaskan, internet telah
mengekspos individu dan komunitas pada pemahaman
dan pengaruh baru, memenuhi kebutuhan bagi mereka
yang mencari pengetahuan yang tidak dapat mereka
temukan dalam konteks domestik mereka. Sebagai
konsekuensinya, penggunaan internet akan melahirkan
efek transformasional pada bagaimana umat Islam dalam
mempraktikkan Islam, bagaimana norma-norma Islam
direpresentasikan di dunia yang lebih luas, dan bagaimana
masyarakat Islam mempersepsikan dirinya kepada orang
lain.
Kehadiran media siber dipandang sebagai bentuk
cara berkomunikasi gaya baru. Artinya, jika selama ini
pola komunikasi terdiri dari one to many atau dari satu
sumber ke banyak audiences (seperti buku, radio, dan
TV), dan pola dari satu sumber ke satuaudience atau one
to one (seperti telepon dan surat), maka pola komunikasi
yang ada di media siber bisa menjadi many to many dan
few to few.13
12
Ibid., h. 106. 13
Manunggal K Wardaya dan Ahmad Komari, ―Revolusi Media,
Jurnalisme Global, dan Hukum Pers Indonesia‖, Jurnal Dinamika Hukum Vol.
11 No. 2 Mei 2011, h. 366-367
8
Komunikasi yang terjadi ini pada intinya terjadi
karena ada koneksi perangkat komputer dengan perangkat
komputer yang lain; dari penjelasan inilah kata internet itu
muncul, yaitu menghubungkan (interconnected) komputer
secara global.14
Konteks kata global di sini tidak
selamanya diterjemahkan dalam pengertian lintas negara
atau wilayah, namun lebih menunjukan bahwa cara kerja
yang terhubung di dalam jaringan (online) terjadi tanpa
mempertimbangkan batasan lokasi, perangkat keras, atau
program apa yang digunakan.15
Pemanfaatan internet untuk kepentingan Islam
terkadang dilakukan dengan cara menegaskan satu ide
yang sudah menjadi pemahaman khalayak, atau bisa pula
dengan mengkritisi bahkan mengaggap salah pemikiran
yang sudah umum dengan tujuan meluruskannya.16
Kehadiran internet yang dimanfaatkan komunitas
muslim merupakan kesempatan baik untuk
menyampaikan pesan-pesan agama. Bahkan dengan
kebangkitan Islam yang pada intinya merupakan upaya
perjuangan menegakkan cita-cita Islam, secara normatif
dipandang akan dapat memberikan suatu kepastian hidup
14
Dave Evans, ―The Internet of Things How the Next Evolution of the
Internet Is Changing Everything‖, White Paper Cisco Internet Business
Solutions Group, 2011, p. 2-4. Diakses 22 April 2016 dari
http://www.cisco.com/c/dam/en_us/about/ac79/docs/innov/IoT_IBSG_0411FINAL.pdf 15
Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia) h. 23 16
Arifuddin, ―Dakwah Through Internet: Challenges and Opportunities
for Islamic Preachers in Indonesia‖, Ar-Raniry: International Journal of
Islamic Studies Vol. 3, No. 1, June 2016, p. 176. Jurnal diakses 22 April 2017
dari http://journalarraniry.com/ojs/index.php/jar/article/view/80/54
9
di masa hidup. Namun Abuddin Nata17
menyebutkan,
kebangkitan tersebut –yang tentunya difasilitasi media
semacam internet di masa kini—akan memunculkan
keragaman artikulasi keagamaan. Pada masa selanjutnya,
keragaman inilah yang memunculkan persoalan
keagamaan yang pelik, terlebih dengan adanya beragam
corak keberagamaan dalam Islam: fundamentalis,
normatif-teologis, eksklusif, rasional, pluralis-inklusif,
transformatif, aktual, kontekstual, kultural, politis,
dinamis-modernis, liberal dan lain sebagainya.
Beragam corak keagamaan dalam Islam, khususnya
di Indonesia, tentunya akan terrepresentasikan melalui
kelompok atau komunitas tertentu, baik secara formal
dalam bentuk organisasi resmi, maupun secara nonformal
dalam bentuk kelompok tidak resmi yang tidak terstruktur
tapi memiliki kesamaan ideologi. Kelompok-kelompok
tersebut pun dewasa ini mencoba menyampaikan
gagasannya –dan bahkan menyebarkannya dengan
memanfaatkan media portal berbasis internet.
Dalam pemberitaan Aksi Bela Islam 212 terdapat
perbedaan sudut pandang dalam penyajiannya. Di antara
portal berita Islam yang menyajikan dukungan terhadap
Aksi tersebut adalah Eramuslim. Portal ini sejak dinihari
saat Aksi 2 Desember 2016 sudah menyajikan berita
kepastian Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid untuk
17
Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam di Indonesia
(Jakarta: Rajawali Pers, 2001), Ed. 1, Cet. 2, h. 5-6.
10
bisa hadir18
, bahkan untuk mengajak masyarakat
menghadiri aksi, portal ini mengabarkan bahwa sejak
malam sudah ada dua juta peserta aksi berkumpul di
Jakarta19
. Di sisi lain justru ada portal berita Islam yang
menyajikan tulisan yang cenderung melontarkan kritik
terhadap aksi. NU Online di antara portal tersebut.
Meskipun sebuah tulisan Dwiyanto Indiahono20
menyebut
sikap PBNU bukan kontra terhadap Aksi Bela Islam 212
melainkan mengambil posisi sebagai mediator antara
Gerakan Aksi Bela Islam dan Negara, namun pada
beberapa tulisan yang disajikan NU Online bila
dihadapkan dengan berita dan tulisan yang disajikan
18
https://www.eramuslim.com/berita/nasional/wakil-ketua-mpr-hidayat-
nur-wahid-ikut-aksi-212.htm, diakses pada Jum‘at, 22 Desember 2017, pukul
07.34 WIB. 19
https://www.eramuslim.com/berita/nasional/malam-ini-sudah-dua-juta-
peserta-aksi-212-berkumpul-di-jakarta.htm, diakses pada Jum‘at, 22 Desember
2017, pukul 07.39 WIB. 20
http://www.nu.or.id/post/read/74359/memahami-sikap-pbnu-sebuah-
tanggapan, diakses Sabtu, 23 Desember 2017, pukul 06.30. Judul opini:
―Memahami Sikap PBNU (Sebuah Tanggapan)‖. Dalam tulisan tersebut ada
empat sikap PBNU terhadap Aksi Bela Islam (ABI).
Pertama, PBNU dan PP Muhammadiyah dalam beberapa waktu terakhir
mengambil posisi sebagai mediator antara Gerakan Aksi Bela Islam dan
Negara.
Kedua, PBNU dan PP Muhammadiyah secara struktural memang tidak
menyatakan seruan untuk turun mengikuti ABI. Tetapi secara kultural dua
lembaga tersebut harus diakui memiliki andil dalam ―membiarkan‖ warga
mereka untuk ikut ABI.
Ketiga, mendudukkan posisi PBNU struktural sebagai ―kontra‖ dengan ABI
sebenarnya justru menjadikan PBNU seakan-akan tidak memiliki peran dalam
ABI. Padahal di sana ada KH. Ma‘ruf Amin selaku Rais Aam PBNU,
pimpinan tertinggi dalam organisasi NU yang didaulat menjadi Ketua Umum
MUI.
Keempat, sikap kepada ABI yang seakan-akan ―mendua‖ merupakan
bentuk keluwesan PBNU untuk bertahan dan melawan rezim yang otoriter
kepada Umat Islam.
11
Eramuslim akan berseberangan. Di saat portal berita yang
mendukung Aksi ini dengan menyebut peserta mencapai
jutaan orang, sedangkan NU Online melalui tulisan yang
berjudul ―Memaknai Guyuran Hujan dalam Aksi 212‖21
mengutip data kepolisian bahwa peserta aksi hanya sekitar
200.000 orang. Tentu ini memiliki maksud tertentu dan
mencitrakan yang seakan kontra dengan apa yang
disajikan Eramuslim.
Pertentangan dan perbedaan sudut pandang dalam
menyajikan sebuah realita memang sebuah keniscayaan.
Al Qur‘an menyebut di antara karakter mendasar manusia
adalah pada potensinya yang besar untuk berkonflik
sebagaimana ditegaskan dalam QS Al Kahfi ayat 54.22
Berbagai potensi yang berbeda, bahkan saling berlawanan,
kebutuhan, dan keinginan, yang kadang saling bertabrakan
telah memicu munculnya dinamika konflik.23
21
http://www.nu.or.id/post/read/73445/memaknai-guyuran-hujan-dalam-
aksi-212, diakses pada Seabtu, 23 Desember 2017, pukul 10.23 WIB. Tulisan
itu menyebut, ―Data kepolisian menyebutkan, Aksi 212 ini mencapai 200.000
orang yang datang dari berbagai daerah. Meskipun menurut taksiran penulis,
massa yang kompak berkumpul dengan mengenakan dress code putih-putih itu
bisa mencapai 450.000 orang. Bahkan ada yang bilang jutaan. Kemungkinan
data tersebut jika digabung dengan mereka yang juga mengadakan aksi serupa
di berbagai daerah di Indonesia.‖
22
Terjemahan QS Al Kahfi ayat 54: ―Dan sesungguhnya Kami telah
menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al Qur‟an ini dengan
bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah memang yang
paling banyak membantah‖. (Al Qur‘an dan Terjemahannya, terbitan
Kementerian Agama RI, tahun 2012)
23
Agus Ahmad Safei, Sosiologi Islam; Transformasi Sosial Berbasis
Tauhid, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2017), h. 38.
12
Berdasarkan pada fenomena penyajian berita yang
memiliki kesan berbeda tersebut menarik bagi peneliti
untuk menelusuri bagaimana pemanfaatan portal berita
Islam oleh komunitas muslim untuk merepresentasikan
portal dan ideologinya masing-masing.
B. Pembatasan Masalah
Kecenderungan kelompok tertentu dewasa ini
melakukan pemaknaan tentang identitas diri melalui media.
Fenomena bermunculannya media portal merupakan di
antara faktanya, sebab masing-masing pihak
menyampaikan gagasannya melalui media sehingga pesan
yang diproduksinya dapat ditangkap khalayak dengan baik.
Di sinilah terlihat kental nuansa representasi dalam media
oleh kelompok tertentu, khususnya kelompok agama.
Upaya media dalam merepresentasikan gagasan
menunjukkan bahwa media mengkonstruksi pesan melalui
bahasa. Ini seperti ditegaskan Stuart Hall24
, Things don‟t
mean: we construct meaning, using representational
systems-concept and sign. Untuk itu kelompok seperti
dalam agama melakukan pemaknaan dengan
mengkonstruksi serta memproduksi makna sehingga
khalayak mengetahui representasi media tertentu berafiliasi
ke dalam kelompok tertentu pula, dalam hal ini kelompok
agama.
24
Stuart Hall (Ed.), Representation, h. 25.
13
Agar batasan masalah ini lebih terarah dan fokus, maka
permasalahan yang dikaji dibatasi terhadap analisis wacana
teks yang terdapat dalam pemberitaan seputar Aksi Bela
Islam 212 di Era Muslim dan NU Online pada saat
berlangsungnya aksi tersebut, yakni sepanjang 2 Desember
2016. Mengingat banyaknya tulisan yang disajikan pada
kedua portal tersebut, maka kami membatasi pada berita-
berita yang saling bertolak belakang antar kedua portal
berita.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasar pembatasan masalah di atas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pertanyaan mayor: 1) Bagaimana representasi ideologi
dalam teks pemberitaan?, 2) Bagaimana ideologi
dalam portal berita Islam?
2. Pertanyaan minor: 1) Bagaimana struktur tematik
berita Aksi 212 di Eramuslim dan NU Online?, 2)
Bagaimana struktur skematik berita Aksi 212 di
Eramuslim dan NU Online?, 3) Bagaimana struktur
semantik berita Aksi 212 di Eramuslim dan NU
Online?, 4) Bagaimana struktur sintaksis berita Aksi
212 di Eramuslim dan NU Online?, 5) Bagaimana
struktur stilistik berita 212 di Eramuslim dan NU
Online?, 6) Bagaimana struktur retoris berita Aksi 212
di Eramuslim dan NU Online?
14
D. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui representasi ideologi dalam teks
pemberitaan
2) Untuk mengetahui bagaimana ideologi dalam portal
berita Islam
3) Untuk mengetahui struktur tematik berita Aksi 212 di
Eramuslim dan NU Online
4) Untuk mengetahui struktur skematik berita Aksi 212 di
Eramuslim dan NU Online
5) Untuk mengetahui struktur semantik berita Aksi 212 di
Eramuslim dan NU Online
6) Untuk mengetahui struktur sintaksis berita Aksi 212 di
Eramuslim dan NU Online
7) Untuk mengetahui struktur stilistik berita 212 di
Eramuslim dan NU Online
8) Untuk mengetahui struktur retoris berita Aksi 212 di
Eramuslim dan NU Online
E. Manfaat Penelitian
1) Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk memberikan kontribusi terhadap
kekayaan khazanah studi Kajian Media Baru (New
Media Studies) khususnya pada teori representasi dan
konstruksi media yang dikembangkan Stuart Hall.
Karena objek penelitian ini terfokus pada media siber
berupa portal, maka tentunya penelitian ini sangat
15
berperan dalam mengembangkan riset di media siber
seperti yang dilakukan Rulli Nasrullah dalam Teori dan
Riset Media Siber (Cybermedia).
2) Dari segi metodologis, penelitian ini diharapkan akan
semakin memperkaya sumber-sumber penelitian yang
menggunakan metode analisis wacana, khususnya
analisis wacana yang terfokus pada objek media virtual
berupa internet.
3) Dari segi praktis
a. Bagi akademisi dan mahasiswa yang berkonsentrasi
memperdalam Kajian Media Baru, penelitian ini
dapat dijadikan data awal untuk melakukan
penelitian lebih lanjut terhadap teks-teks yang
digunakan untuk merepresentasikan kepentingan
kelompok melalui media portal.
b. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan
menjadi salah satu sumber pengetahuan yang mampu
menggambarkan bagaimana media portal Islam
memproduksi pesan untuk disampaikan kepada
khalayak sesuai dengan ide dan gagasan yang
dimiliki kelompok penyampai pesan, dalam hal ini
Islam.
c. Penelitian ini juga bisa sebagai upaya
mengkonfirmasi bentuk penyajian dan representasi
portal berita Islam yang diteliti. Melalui penelitian
ini masyarakat bisa mengenali corak penyajian dan
16
identitas dari portal berita Islam sesuai dengan
representasinya.
F. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penelitian ini fokus tentang bagaimana media
merepresentasikan ideologi melalui berita dengan
menggunakan analisis wacana model van Dijk terhadap
isu Aksi 212. Karena itu, penelitian terdahulu yang
relevan tidak hanya tentang analisis wacana, tapi juga
tentang representasi dan pemberitaan Aksi 212.
Beberapa penelitian terdahulu yang fokus pada
pembahasan seputar representasi di antaranya adalah
sebuah tesis dengan judul Representasi Budaya Tionghoa-
Jawa Dalam Motif Batik Lasem yang meneliti bagaimana
representasi Budaya Tionghoa-Jawa dalam motif Batik
Lasem, di mana penelitian ini menggunakan studi
kualitatif dengan pendekatan semiotik mengenai
representasi budaya.25
Adapula artikel berjudul Representasi „Laki-Laki‟
Pada Media Massa (Studi Kasus Pada Majalah Men‟s
Health): Suatu Kajian Semantik26
. Penelitian yang
dilakukan Nova Risky ini memfokuskan pada bagaimana
25
Doddy C Iskandar, Representasi Budaya Tionghoa-Jawa Dalam Motif
Batik Lasem (Tesis S2, Program Magister Universitas Padjajaran, 2012), h.32
26
Nova Risky, Representasi „Laki-Laki Pada Media Massa 9Studi Kasus
Pada Majalah Men‟s Health): Suatu Kajian Semantik, artikel diunduh dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=74131&val=4705 pada
Ahad, 22 Desember 2017, pukul 07.22 WIB.
17
media massa mengkonstruksi dan merepresentasikan
majalah Men‟s Healt sebagai representasi superioritas
laki-laki dalam media.
Penelitian serupa yang berbicara dengan representasi
juga pernah dilakukan Inne Wahyu Ambarsiwi. Dalam
penelitian yang berjudul Representasi Ideologi Patriarki
Dalam Lirik Lagu Mulan Jameela, peneliti tersebut
membahas tentang penggambaran makna ideologi
patriarkhi dalam lirik lagu yang berupa simbol-simbol
patriarkhi yang direpresentasikan melalui lirik lagu dalam
bentuk teks.27
Representasi tidak lepas dari upaya wacana media
menyajikan sebuah berita. Dalam jurnal Global Media and
Communication, salah satu penelitian yang berjudul The
Arab conflicts and the media discource: A Brazilian
Perspective28
memfokuskan bagaimana wacana media
tentang konflik di kawasan Arab dalam perspektif
masyarakat Brazil.
Sementara itu penelitian yang meneliti menggunakan
pisau analisis wacana model van Dijk di antaranya
Analisis Wacana Van Dijk Terhadap Berita “Sebuah
Kegilaan Di Simpang kraft”Di Majalah Pantau.
27
Inne Wahyu Ambarsiwi, Representasi Ideologi Patriarki Dalam Lirik
Lagu Mulan Jameela, (Skripsi S1, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN
Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2012), h. 5 28
Fernando Resende and Ana Beatriz Paes. The Arab conflicts and the
media discouce: A Brazilian Perspective. (Global Media and Communication,
2011), h. 215.
18
Penelitian yang dilakukan Tia Agnes Astuti ini
memfokuskan tentang wacana teks, dimensi kognisi
sosial, dan konteks sosial pada suatu berita. Penelitian
yang sama menggunakan analisis wacana van Dijk juga
dilakukan Fauziah Mursid dengan judul Analisis Wacana
Teun A Van Dijk Dalam Pemberitaan Laporan Utama
Majalah Gatra Seruan Boikot Israel Dari Newyork.
Penelitian ini berkonsentrasi tentang deskripsi teks, model
kognisi sosial, dan konteks sosial pada pemberitaan
laporan utama di Majalah Gatra seputar ―Seruan Boikot
Israel dari New York‖.29
Sementara itu penelitian yang fokus meneliti Aksi
212 pernah dilakukan Widi Putra Mahesa dengan judul
Analisis Framing Pemberitaan Aksi Super Damai 212 Di
Media Online Kompas dan Republika. Penelitian tersebut
memiliki dua kesamaan dengan penelitian ini, yaitu objek
penelitiannya tentang Aksi 212 dan media yang diteliti
berupa media online dengan menggunakan analisis
framing. Namun yang menarik dari penelitian ini adalah
mencoba meneliti ideologi dari kedua media yang
didasarkan pada visi dan misi perusahaan.30
29
Mursid, Fauziah. Analisis Wacana Teun A Van Dijk dalam
Pemberitaan Laporan Utama Majalah Gatra Tentang Seruan Boikot Israel
dari New York. (Skripsi S1, Konsentrasi Jurnalistik, Program Studi
Komunikasi dan penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h.
17 30
Widi Putra Mahesa. Analisis Framing Pemberitaan Aksi Super Damai
212 Di Media Online Kompas dan Republika (Skripsi S1, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, 2017), h. 9
19
Merujuk pada berbagai penelitian terdahulu yang
relevan tersebut, belum ada penelitian yang berupaya
melihat representasi ideologi pemberitaan Aksi 212 yang
dianalisis menggunakan analisis wacana van Dijk. Karena
itulah penelitian ini untuk menindaklanjuti penelitian-
penelitian terdahulu yang relevan.
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep atau kerangka berfikir sangat
diperlukan dalam sebuah penelitian, sehingga penelitian
ini juga menggunakan kerangka konsep yang
divariabelkan dari kerangka teori dan alat analisis wacana
model van Dijk. Karena itu, berikut ini adalah bagan
kerangka konsep dalam penelitian ini.
Bagan 1.1. Kerangka Konsep
Berita Aksi 212 di Eramuslim dan NU Online
Analisis Wacana model van Dijk
Struktur Tematik, Struktur Skematik,
Struktur Semantik, Struktur Sintaksis,
Struktur Stilistik, Struktur Retoris
Hasil Penelitian
20
Dari hasil analisis wacana ini dapat mengetahui
bagaimana konstruksi makna serta representasi ideologi
dalam pemberitaan Aksi 212 di Eramuslim dan NU
Online.
H. Metodologi Penelitian
1. Data Penelitian
Penelitian ini akan menganalisis dengan
mengobservasi teks. Dalam hal ini dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu teks berupa data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis,
sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam
analisis data primer sekaligus dapat dijadikan bahan
pelengkap ataupun pembanding.
a) Data primer (primary-sources), yaitu teks berita dari
Eramuslim dan NU Online.
b) Data sekunder (secondary-sources), yaitu berupa
buku-buku, website, literatur-literatur lain yang
memiliki relevansi dengan materi penelitian untuk
selanjutnya dijadikan bahan argumentasi, untuk
kemudian menjadi bahan penelitian.
2. Paradigma Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini
21
adalah metode Analisis Wacana yang berupaya melihat
representasi agama dalam media portal Islam.
Paradigma yang digunakan dalam penelitian kali ini
konstruktivis. Dalam paradigma ini, bahasa tidak lagi
hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas
objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai
penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru
menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan
wacana serta hubungan-hubungan sosialnya.31
Paradigma konstruksionis memperhatikan interaksi
kedua belah pihak, komunikatordan komunikan untuk
menciptakan pemaknaan atau tafsiran dari suatu pesan.
Paradigma konstruktivis menekankan pada politik
pemaknaan dan proses bagaimana seseorang membuat
gambaran tentang realitas. Paradigma ini memandang
kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis. Titik
perhatian tidak terletak pada bagaimana seseorang
mengirimkan pesan, melainkan bagaimana masing-
masing pihak yang terlibat dalam lalu lintas komunikasi
produksi pesan tersebut dan mempertukarkan maknanya.
Dalam pandangan konstruktivisme ini adalah cara berpikir
bagi peneliti dalam penelitiannya, bahwa segala peristiwa
maupun berita yang ada tidak lahir sebagai realitas murni
saja namun di balik realitas peristiwa yang dibangun
terdapat orang-orang tertentu yang turut mengkonstruksi
31
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media,
(Yogyakarta: LkiS, Cet VII, 2009), h. 5
22
berita. Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan
sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-
maksud dan makna-makna tertentu. Maka dalam
penelitian ini ingin menelusuri representasi sebuah portal
media Islam dalam memberitakan Aksi Bela Islam 212.
3. Objek Penelitian
Penelitian dengan analisis wacana ini akan meneliti
objek berupa dua media portal Islam yang menyajikan
berita dan tulisan seputar Aksi Bela Islam 212. Kedua
portal tersebut adalah www.eramuslim.com dan
www.nu.or.id. Pemilihan kedua portal ini dipilih karena
keduanya diduga memiliki kecenderungan yang berbeda
dalam mencitrakan isu Aksi Bela Islam. Karena itu,
penelitian ini bermaksud mendalami dan mengkonfirmasi
dugaan tersebut.
4. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode observasi teks (document research). Observasi
atau pengamatan langsung dilakukan kepada teks yang
akan diteliti. Dalam pengertian psikologik, observasi atau
disebut dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan
23
seluruh alat indera.32
Analisis data merupakan cara yang
dipakai untuk menganalisis
I. Asumsi Penelitian
Secara keseluruhan asumi dalam penelitin ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengemasan berita Aksi 212 di Eramuslim jika dilihat
dari enam struktur analisis wacana model van Dijk
terlihat dari struktur tematik, skematik, semantik,
sintaksis, stilistik dan retoris menunjukkan
representasi yang mendukung serta mencitrakan Aksi
212 sebagai aksi yang positif dan harus didukung
masyarakat.
2. Pengemasan berita dan tulisan Aksi 212 di NU Online
jika dilihat dari enam struktur analisis wacana model
van Dijk terlihat media ini mengemas berita dan
tulisan bertolak belakang dengan apa yang disajikan
portal Islam pada umumnya.
3. Media mengkonstruksi makna dalam pesan melalui
berita untuk menyajikan berita maupun tulisan untuk
merepresentasikan ideologi dalam pemberitaan aksi
212.
32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. V, 2002), h. 133.
24
J. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini akan membahas latar belakang masalah,
pembatasan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka (riset terdahulu dan
penelitian terbaru), metodologi penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II Kerangka Teori
Pada bab ini akan membahas teori representasi, ideologi
dalam media, media massa sebagai agen konstruksi sosial atas
relitas, internet sebagai media baru, dan analisis wacana
model van Dijk.
Bab III Gambaran Umum Aksi Bela Islam 212 yang akan
membahas seputar Aksi 212
Bab IV Profil Eramuslim dan NU Online
Pada bab ini akan membahas secara ringkas profil Eramuslim
dan profil NU Online.
Bab V Hasil Penelitian dan Analisis
Pada bab ini akan menyajikan analisis data yaitu analisis
wacana berita Aksi Bela Islam 212 di Eramuslim dan NU
Online, dan Diskusi hasil analisis.
Bab VI Penutup, meliputi Kesimpulan dan saran
25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Representasi
Representasi merupakan istilah atau hasil penyerapan
bahasa dari kata representation. Sebuah kata dalam bahasa
Inggris yang memiliki pengertian sederhana sebagai
produksi makna melalui bahasa. Representasi adalah
konsep yang dapat dipahami dalam beberapa pengertian.
Representasi menunjuk pada proses maupun produk dari
pemaknaan suatu tanda. Representasi juga bisa berarti
proses perubahan konsep-konsep ideologi yang abstrak
dalam bentuk-bentuk yang kongkret.33
Reperesentasi dapat diartikan sebagai makna melalui
bahasa yang mempunyai dua prinsip. Pertama, untuk
mengartikan sesuatu, yaitu untuk menjelaskan atau
menggambarkannya dalam pikiran dengan sebuah
gambaran imajinasi. Prinsip kedua adalah representasi
digunakan untuk menjelaskan (konstruksi) media makna
sebuah simbol.34
Jadi, makna objek dapat dikomunikasikan
melalui bahasa kepada orang lain yang bisa mengerti dan
memahami konvensi bahasa yang sama. Representasi juga
33
Fakhruroji, Islam Digital; Ekspresi Islam di Internet, h. 101-102. 34
Stuart Hall, Culture, The Media and The Ideological Effect, (London:
London University, 1982), h. 16.
26
bisa diartikan sebagai proses perekonstruksian dunia dan
proses memaknainya. 35
Judy Giles36
memberikan tiga definisi terhadap istilah
representasi yang berasal dari kata to represent.
Pertama, to stand in for. Ini dapat dicontohkan dalam
kasus bendera suatu negara, yang jika dikbarkan dalam
sebuah event olahraga, maka bendera tersebut menandakan
keberadaan negara yang bersangkutan dalam event tersebut.
Kedua, to speak or act on behalf of. Sebagai
contohnya adalah Presiden Joko Widodo yang berbicara
forum resmi kenegaraan yang bertindak atas nama
pemerintah Republik Indonesia.
Ketiga, to re-present. Dalam arti ini, misalnya sejarah
atau biografi yang dapat menghadirkann kembali kejadian-
kejadian di masa lalu.
Pada kenyataannya, ketiga makna dari definisi
representasi ini dapat saling tumpang tindih. Karena itu,
untuk mendapat pemahaman lebih lanjut mengenai apa
makna dari representasi dan bagaimana caranya beroperasi
dalam masyarakat budaya, Stuart Hall menyebutkan,
―Representation connects meaning and language culture…
Representatin is an essential part of process by wich
meaning is produced and exchanged between members of
35
Pappilon Halomoan Manurung, Membaca Representasi Tubuh dan
Identitas Sebagai Sebuah Tatanan Simbolik dalam Majalah Remaja, Jurnal
Komunikasi Volume 1 Nomor 1 Juni (Yogyakarta: Fisip UAJY, 2004), h. 34. 36
Judy Giles dan Tim Middleton, Studying Culture: A Practical
Introduction. (Oxford: Blackwell Publisher, 1999), h. 56-57.
27
culture. Melalui representasi, suatu makna diproduksi dan
dipertukarkan antaranggota masyarakat. Jadi dapat
dikatakan bahwa representasi secara singkat adalah salah
satu cara untuk memproduksi makna.37
Proses memroduksi pesan dan pemaknaan di
dalamnya tidak bisa lepas dari upaya konstruksi terhadap
realita sosial yang dilakukan individu atau kelompok
masyarakat. Burhan Bungin menegaskan38
, realitas sosial
tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalam
maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki
makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan
dimaknakan secara objektif oleh individu lain sehingga
memantafkan realitas itu secara objektif. Individu
mengonstruksi realitas sosial, dan merekonstruksinya dalam
dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan
subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya.
Dengan memberi makna kepada orang dan/atau pihak
lain, berarti kita memberi eksistensi kepada orang lain dan
mengakui keberadaannya. Dengan melakukan proses ini
berarti kita memberi dan menentukan identitas pada orang
tersebut. Karena itu, proses representasi erat kaitannya
dengan identitas sebab seseorang mendapatkan identitas
ketika eksistensinya dimaknai oleh orang lain. Identitas
yang dimaksud di sini adalah identitas budaya, suatu
37
Stuart Hall (Ed.), Representation, h. 17. 38
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana, 2007), h.
188-189.
28
identitas cair yang berubah-ubah tergantung dengan siapa
berinteraksi, kapan, dan di mana ia berada.39
Teori representasi berbicara pada upaya bagaimana
makna diproduksi untuk selanjutnya disampaikan kepada
khalayak.40
Tokoh yang banyak berbicara tentang proses
pemaknaan dan pertukaran makna adalah Stuart Hall.
Profesor sosiologi dari Open University, Milto Keynes
Inggris ini juga sering menulis isu ideologi sebagai latar
sebuah media yaitu bagaimana kedudukan politik sebagai
bagian dari ideologi tertentu bisa menjadi sangat berarti dan
populer ketika diartikulasikan dalam konsep yang orang-
orang kemudian mampu mengenalinya. Komunikasi
semacam itu tentu saja menggunakan sarana media massa.
Karya-karya Hall tentang media kemudian
difokuskan lebih pada aspek produksi dan representasi
daripada terhadap audiensnya, meskipun Hall berasumsi
keduanya saling terkait. Pihaknya mengatakan bahwa kita
bisa mencoba berteori tentang identitas sebagai dibentuk,
tidak di luar melainkan di dalam representasi; dan dari itu
maka sebuah sinema (atau media lain), bukan sebagai
cermin tataran kedua yang membantu kita untuk
merefleksikan apa yang sudah ada; media-media itu lebih
sebagai suatu wadah representasi yang mampu membentuk
kita menjadi sebuah subjek yang baru.41
39
Judy Giles dan Tim Middleton, Studying Culture, h. 34. 40
Stuart Hall (Ed.). Representation, hlm. 17. 41
https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2013/07/02/mengenal-stuart-
hall/, diakses pada Jum‘at, 20 Oktober 2017, pukul 22.35 WIB.
29
Representasi bekerja melalui sistem representasi.
Sistem ini terdiri dari dua komponen penting, yakni konsep
dalam pikiran dan bahasa. Kedua komponen ini saling
berelasi. Konsep dari sesuatu hal yang kita miliki dalam
pikiran kita, membuat kita mengetahui makna dari hal
tersebut. Namun patut digarisbawahi bahwa makna tidak
akan dapat dikomunikasikan tanpa bahasa. Oleh karena itu,
Hall42
menegaskan bahwa yang terpenting dalam sistem
representasi ini pun adalah kelompok yang dapat
berproduksi dan bertukar makna dengan baik adalah
kelompok tertentu yang memiliki suatu latar belakang
pengetahuan yang sama sehingga dapat menciptakan suatu
pemahaman yang hampir sama.
Konstruksi terhadap realitas yang coba dilakukan oleh
kelompok tertentu, juga dilakukan individu untuk
merepresentasikan identitasnya. Erving Goffman seperti
dikutip Rulli Nasrullah43
menyebutkan bahwa setiap
individu pada kenyataannya melakukan konstruksi atas diri
mereka dengan cara menampilkan diri. Namun menurut
Goffman, penampilan diri ini pada dasarnya dibentuk atau
untuk memenuhi keinginan audiensi atau lingkungan sosial,
bukan berasal dari diri dan bukan pula diciptakan oleh
individu itu sendiri. Begitupun portal-portal Islam yang
dikelola oleh kelompok muslim bukan sekadar keinginan
pihaknya sendiri, melainkan juga untuk memenuhi
42
Stuart Hall (Ed.), Representation, hlm. 17. 43
Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber , h. 142.
30
keinginan khalayak. Dengan demikian akan terbentuk pula
segmentasi khalayak sesuai dengan konten yang disajikan
dan ideologi media portal tersebut.
Representasi kelompok agama melalui media dewasa
ini dilakukan melalui penggunaan portal media sehingga
membentuk sebuah lingkungan siber Islam (Cyber Islamic
Environments). Penggunaan media siber ini menurut Gary
R Bunt44
lingkungan siber Islam ini berpotensi untuk
mengubah aspek pemahaman dan ekspresi. Bahkan
lanjutnya, media siber tersebut mampu menjadi kekuatan
untuk mengaktifkan unsur-unsur dalam populasi untuk
membahas aspek interpretasi dan otoritas agama satu sama
lain. Melalui pemanfaatan media siber, kini khalayak bisa
berkonsultasi, megkaji ilmu agama, berdiskusi, dan bahkan
berorganisasi dengan membangun sebuah komunitas
melalui media yang sama.
B. Ideologi Dalam Media
Ideologi berasal dari bahasa Yunani, idea yang berarti
ide, gagasan dan logos yang berarti studi tentang. Idea juga
diartikan dengan pemikiran, khayalan, konsep, dan
keyakinan, sedangkan logos berarti logika.45
Dalam
pengertian umum, ideologi didefinisikan sebagai sistem
pemikiran dan keyakinan, sedangkan dalam pengertian
44
Gary R Bunt, Islam in the Digital Age: e-Jihad, Online Fatwas and
Cyber-Islamic Environments (London: Pluto Press), h. 201 45
Imam Munawar, Posisi Islam di Tengah Pertarungan Ideologi dan
Keyakinan, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1986), h. 33.
31
yang lebih khusus, didefinisikan sebagai sistem pemikiran
yang membatasi bentuk perilaku manusia.46
Dari banyak definisi yang berbagai dari berbagai
disiplin, Udi Rusadi47
dengan mengutip Raymon
sebagaimana dikemukakan Fiske, menyebut ada tiga
definisi utama.
Pengertian pertama berasal dari para pakar psikologi
yang memandang ideologi sebagai pengorganisasian sikap
sehingga menjadi suatu bentuk atau pola yang koheren.
Artinya, beberapa sikap mengenai suatu objek yang satu
sama lain terkait dan menjadi suatu kepercayaan bersama,
menjadi ideologi. Oleh karena, terbentuknya ideologi
ditentukan oleh kelompok atau masyarakat dan bukan hal
yang spesiffik ditentukan individu tertentu.
Ideologi dalam pengertian kedua yaitu sistem
keyakinan ang hanya menjadi sebuah ilusi, atau kesadaran
palsu. Dalam pengertian ini ideologi diciptakan oleh kelas
yang berkuasa untuk melanggengkan dominasinya terhadap
kelompok kerja atau kelompok subordinat lainnya. Caranya
dengan melakukan pengendalian berbagai alat utama bagi
para pekerja yang tampak seperti alami dan seperti tampak
suatu yang benar.
Ideologi pada konsep ketiga digunakan untuk
menggambarkan proses produksi makna. Dalam konteks ini
46
Agus Ahmad Safei, Sosiologi Islam; Transformasi Sosial Berbasis
Tauhid, h. 68 47
Udi Rusadi, Kajian Media Isu Ideologis Dalam Perspektif, Teori dan
Metode, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 52-53
32
sebagaimana pemikiran Roland Barthes, ideologi
merupakan penanda yang memiliki makna konotatif yang
disebutnya retorika ideologi yang menjadi sumber
pemaknaan tataran kedua. Tataran pertama (first order
signification), ialah tahap pembentukan makna denotatif
yang tahapannya melalui interaksi antara penanda
(signifier) dan petanda (signified). Tataran kedua (second
order) merupakan tahapan pembentukan makna konotasi
dan mitos. Oleh karena itu, nilai konotatif dan mitos
merupakan kideologi yang kegunaannhya bisa diwujudkan.
Ketiga konsep ideologi tersebut menurut Fiske saling
berkaitan. Konsep ideologi kedua merupakan implementasi
dari konsep pertama. Kemudian konsep satu dan dua berada
dalam konsep ideologi yang ketiga yaitu pada proses
produksi makna. Dalam konteks keterkaitan ini, sistem
kepercayaan yang terbentuk misalnya kapitalisme,
diimplementasikan untuk mengembangkan kesadaran palsu
dalam rangka melakukan penguasaan atau praktik
dominasi.
Dalam perkembangannya, pengertian ideologi semakin
meluas meskipun sebenarnya mind point-nya tetap sama
yakni ide atau gagasan. Secara harfiah dan sebagaimana
yang digunakan dalam metafisika klasik, ideologi
merupakan ilmu pengetahuan tentang ide-ide, studi tentang
asal-usul ide-ide. Sementara dalam penggunaan modern,
ideologi mengandung makna peyoratif (makna negatif atau
jelek) sebagai teorisasi atau spekuliasi dogmatik dan
33
khayalan kosong yang tidak betul dan tidak realitas, bahkan
palsu dan menutup-nutupi realitas sebenarnya. Sedangkan
dalam arti melioratif (makna positif atau baik), ideologi
adalah setiap sistem gagasan yang mempelajari keyakinan-
keyakinan dan hal-hal atau ide-ide filosofis, ekonomis,
politis, dan sosial.48
Dengan memahami konsep ideologi
sebagai proses sebuah gagasan yang diorganisasi menjadi
pengetahuan maka dapat dikatakan bahwa ideologi di sini
memiliki pengertian positif.49
Di antara konsep ideologi adalah ideologi sebagai
sistem kepercayaan. Menurut Seliger sebagaimana
dijelaskan Udi Rusadi50
, merupakan orientasi tindakan yang
berisi kepercayaan suatu sistem tindakan yang diorganisir
dalam satu sistem yang koheren. Sistem tersebut terdiri dari
beberapa elemen yang menjadi satu kesatuan, meliputi
deskripsi faktual, analisis dan preskripsi moral tentang apa
yang dipandang baik dan benar serta pertimbangan teknis
berupa kehati-hatian dan efisiensi. Lebih lanjut ada proses
bimbingan dan tindakan yang dilakukan sebagai tahapan
implementasi dengan menempatkan aturan atau cara
bagaimana mengimplementasikan komitmen yang sudah
ditetapkan. Elemen terakhir ialah elemen penolakan atau
rejection, yaitu penolakan terhadap sistem kepercayaan
48
Imam Munawar, Posisi Islam di Tengah Pertarungan Ideologi dan
Keyakinan, , h. 616. 49
Udi Rusadi, Kajian Media Isu Ideologis Dalam Perspektif, Teori dan
Metode, h. 51 50
Ibid, h. 67
34
tertentu. Elemen ini berangkat dari konsep bahwa iideologi
selalu dalam kedudukannya yang memiliki oposisi dengan
sistem kepercayaan lainnya.
Dalam perspektif kritikal untuk memaknai teks
dilandasi oleh anggapan atau kecurigaan ada penyimpangan
kekuasaan (power abuse). Pada penelitian yang
menggunakan pandangan kritikal tidaklah berhenti pada
pengungkapan ideologi yang dianut atau yang
terpresentasikan, namun juga ideologi yang dibangun
secara sadar untuk kepentingan kelas yang berkuasa.51
Dalam tataran teoretis ideologi merupakan bagian dari
proses wacana, sebagaimana dikemukakan van Dijk (1998)
ideologi sebagai proses dari keterkaitan antara tiga elemen
yang disebiut konsep triangle yang terdiri dari society,
kognisi sosial dan diskursus. Menurut pandangannya,
ideologi itu merupakan kerangka kerja yang mendasar dari
pengorganisasian kognisi sosial yang disebarkan oleh
anggota kelompok sosial, organisasi atau sebuah institusi.
Dengan demikian, struktur wacana mengekspresikan
ideologi secara tidak langsung dan instan dalam model
konkret. Apa yang tertuang dalam struktur wacana,
mengandung bias mental yang dikendalikan secara
ideologis. Meneliti ideologi dalam media atau ideologi
media bisa digali dari keseluruhan isi media dan bisa juga
pada genre tertentu dalam media. Setiap genre memiliki
51
Udi Rusadi, Kajian Media Isu Ideologis Dalam Perspektif, Teori dan
Metode, h. 76
35
karakter masing-masing yang mempunyai implikasi
berbeda dalam memilih perspektif dan metode penelitian
yang digunakan.
Agama sebagai salah satu entitas masyarakat dengan
ideologi yang mapan tidak lepas dari kepentingan media.
Ibnu Hamad52
menegaskan, sebuah media yang lebih
ideologis umumnya muncul dengan konstruksi realitas yang
bersifat pembelaan terhadap kelompok sealiran; dan
penyerangan terhadap kelompok berbeda haluan. Dalam
sistem libertarian, kecenderungan ini akan melahirkan
fenomena media partisan dan media non-partisan.
Untuk mengetahui bagaimana atau penyebaran ideologi
itu dilakukan, teori Gramsci tentang hegemoni dapat
menjadi acuan. Antoni Gramsci membangun teori yang
menekankan bagaimana penerimaan kelompok yang
didominasi terhadap kehadiran kelompok dominan
berlangsung dalam suatu poros yang damai, tanpa tindakan
kekerasan. Dalam konteks ini, media dapat menjadi sarana
di mana satu kelompok meninggikan posisinya dan
merendahkan kelompok lain. Ini bukan berarti media
sebagai kekuatan jahat yang secara sengaja merendahkan
masyarakat bawah.53
Artinya, hegemoni dipandang sevagai
cara kelompok dominan untuk menguasai media massa
dalam memperkuat posisinya terhadap kelompok lainnya.
52
Ibnu Hamad, Konstruksi realitas politik dalam media massa, (Jakarta:
Granit, 2004), h. 26. 53
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,
(Yogyakarta: LkiS, 2001), h. 221
36
Kelompok dominan dapat mempergunakan media massa
untuk merendahkan kelompok yang lemah.
Antonio Gramsci berpendapat bahwa kekuatan dan
dominasi kapitalis tidak hanya melalui dimensi material
dari sarana ekonomi dan relasi produksi, tetapi juga
kekuatan dan hegemoni. Jika yang pertama menggunakan
daya paksa untuk membuat orang banyak mengikuti dan
memenuhi syarat-syarat suatu cara produksi atau nilai-nilai
tertentu, maka yang terakhir meliputi perluasan dan
dominasi oleh kelas penguasa lewat penggunaan
kepemimpinan intelektual, moral dan politik. Hegemoni
menekankan pada bentuk ekspresi, cara penerapan,
mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan,
mengembangkan diri melalui kepatuhan para korbannya,
sehingga itu berlangsung memengaruhi dan membentuk
alam pikir mereka. Proses itu terjadi dan berlangsung
melalui pengaruh budaya yang disebarkan tentang
kenyataan. seperti yang dikatakan Raymond William,
Hegemoni bekerja melalui dua saluran: Ideologi dan
budaya melalui makna nilai-nilai itu bekerja.54
C. Media Massa Sebagai Agen Konstruksi Sosial atas
Relitas
Dalam pandangan konstruksionis, media bukanlah
sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang
mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias,
54
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 104.
37
dan pemihakannya. Di sini media dipandang sebagai agen
konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Pandangan
semacam ini menolak argumen yang menyatakan media
seolah-olah sebagai tempat saluran bebas. Berita yang kita
baca bukan hanya menggambarkan realitas, bukan hanya
menunjukkan pendapat sumber berita, tetapi juga
konstruksi dari media itu sendiri.55
Konstruksi sosial (social construction) merupakan teori
sosiologi kontemporer yang dicetuskan oleh Peter L.Berger
dan Thomas Luckman.56
Menurut kedua ahli sosiologi
tersebut, teori ini dimaksudkan sebagai satu kajian teoritis
dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan (penalaran
teoritis yang sistematis), dan bukan sebagai suatutinjauan
historis mengenai perkembangan disiplin ilmu. Oleh karena
itu, tidak memfokuskan pada hal-hal semacam tinjauan
tokoh,pengaruh dan sejenisnya. Tetapi lebih menekankan
pada tindakan manusia sebagai aktor yang kreatif dan
realitas sosialnya.57
Dalam proses konstruksi media massa, ada tahapan-
tahapan yang harus dilakukan, yakni sebagai berikut:
1. Tahap menyiapkan materi konstruksi, ada tiga hal
penting dalam penyiapan materi konstruksi ini, yaitu:
55
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, dan Politik Media, h. 103. 56
Peter L. Berger and Thomas Luckmann, The Social Contruction of
Reality: a Treatise in te Sociology of Knowledge, (London: Penguin University
Books, 1966), h. 30-31 57
Peter L. Berger and Thomas Luckmann, The Social Contruction of
Reality: a Treatise in te Sociology of Knowledge, (London: Penguin University
Books, 1966), h. 30-31
38
a. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme.
Media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan
kapital untuk menjadikan media massa sebagai
mesin penciptaan uang dan pelipatgandaan uang dan
pelipatgandaan modal. Dengan demikian, media
massa tidak ada bedanya dengan supermarket,
pabrik kertas, pabrik, uranium, dan sebagainya.
Semua elemen media massa, termasuk orang-orang
media massa berpikir untuk melayani kapitalisnya,
ideologi mereka adalah membuat media massa yang
laku di masyarakat.
b. Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari
keberpihakan ini adalah dalam bentuk empati,
simpati dan berbagai partisipasi kepada masyarakat,
namun ujung-ujungnya adalah juga untuk ‗menjual
berita‘ dan menaikkan rating untuk kepentingan
kapitalis.
c. Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk
keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti
sesungguhnya, sebenarnya adalah visi setiap media
massa, namun akhir-akhir ini visi tersebut tidak
pernah menunjukkan jati dirinya, namun slogan-
slogan tentang visi ini tetap terdengar.
2. Tahap sebaran konstruksi. Tahap sebaran konstruksi ini
memakai model one step flow (satu arah), dimana media
massa berperan penting terhadap penyebaran informasi,
sementara khalayak hanya bisa menerima tanpa adanya
39
penolakan. Apa yang dipandang penting oleh media
menjadi penting pula bagi pembaca.
3. Tahap pembentukan konstruksi realita. Pembentukan
konstruksi berlangsung melalui: (1) konstruksi realitas
pembenaran; (2) kesediaan dikonstruksi oleh media
massa; (3) sebagai pilihan konsumtif.
4. Tahap konfirmasi. Konfirmasi adalah tahapan ketika
media massa maupun penonton memberi argumentasi
dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat
dalam pembentukan konstruksi.
Dalam kegiatannya melaporkan peristiwa yang terjadi,
pada dasarnya media menafsirkan dan merangkai kembali
kepingan-kepingan fakta dari realitas yang begitu kompleks
sehingga membentuk sebuah kisah yang bermakna dan
dapat dipahami oleh khalayak.
Realitas konstruksi merupakan konstruksi sosial yang
diciptakan oleh individu. Individu adalah manusia bebas
yang melakukan hubungan antara manusia yang satu
dengan yang lain. Individu menjadi penentu dalam dunia
sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya.
Individu bukanlah sosok korban sosial, namun merupakan
sebagai mesin produksi sekaligus reproduksi yang kreatif
dalam mengkonstruksi dunia sosialnya.58
58
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh
Media Massa, Iklan Televisi, dan Kepuasan Konsumen Serta Kritik Terhadap
Peter L Berger & Thomas Luckman, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group:2008), h. 21
40
Dalam penjelasan ontologi paradigma konstruktivis,
realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh
individu. Namun demikian, kebenaran suatu realitas sosial
bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang
dinilai relevan oleh pelaku sosial. 59
Pada kenyataannya realitas sosial tidak berdiri sendiri
tanpa kehadiran individu, baik di dalamnya maupun di luar
realitas tersebut. Realitas Sosial itu memiliki makna,
manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan
secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan
realitas itu secara obyektif.60
Individu mengkonstruksi realitas sosial, dan
merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan
realitas itu berdasarkan subyektivitas individu lain dalam
institusi sosialnya.61
Dari sisi konstruksionis, media, wartawan dan berita
memiliki keterkaitan antara lain:62
1) Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi karena
melibatkan sudut pandang tertentu dari wartawan.
59
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh
Media Massa, Iklan Televisi, dan Kepuasan Konsumen Serta Kritik Terhadap
Peter L Berger & Thomas Luckman, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group:2008), h. 11 60
Peter L. Berger and Thomas Luckmann, The Social Contruction of
Reality: a Treatise in te Sociology of Knowledge, (London: Penguin University
Books, 1966), h. 134 61
Peter L. Berger and Thomas Luckmann, The Social Contruction of
Reality: a Treatise in te Sociology of Knowledge, (London: Penguin University
Books, 1966), h. 130-140 62
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, dan Politik Media, h. 19-36.
41
Fakta dan realitas bukanlah sesuatu yang tinggal
diambil, ada dan menjadi bahan dari berita. Fakta dapat
dikonstruksikan.
2) Media merupakan agen konstruksi karena dia bukan
saluran yang bebas. Media bukanlah sekedar saluran
yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi
realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan
pemihakkannya. Media dipandang sebagai agen
konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.
3) Berita bukan refleksi dari realitas, melainkan
konstruksi dari realitas tersebut. Berita adalah hasil dari
konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan,
ideologi dan nilai-nilai dari wartawan dan media.
4) Wartawan merupakan agen konstruksi realitas karena
tidak dapat menyembunyikan rasa keberpihakan, etika
dan pilihan moral dalam menyusun berita. Dalam hal
ini, wartawan tidak bisa menyembunyikan pilihan
moral dan keberpihakannya, karena ia merupakan
bagian yang intrinsic dalam pembentukan media.
D. Internet Sebagai Media Baru
Istilah ‗media baru‘ telah digunakan sejak tahun
1960-an telah mencakup seperangkap teknlogi komunikasi
terapan yang semakin berkembang dan beragam.
Mencirikaan media baru tertuama yang dilambangkan oleh
internet, telah dihambat oleh keragaman dan pengawasan.
Komputer yang diterpkan pada komunikasi telah
42
memproduksi banyak kemungkinan vatrian tidak ada
satupun yang dominan. 63
Perkembangan teknologi
informasi di zaman digital ini memungkinkan masyarakat
untuk memperoleh informasi dan berita secara cepat.
Media baru telah muncul sebagai hasil dari inovasi
teknologi yang sering kali dicirikan dengan cara yang
memisahkan mereka dari media massa yang lama, tetapi
teori massa yang telah muncul belum menjadi panduan
yang baik atas realitas media.64
Masih belum jelas seberapa
banyak media akan beradaptasi atau bergabung,
seperangkat kemungkinan komunikasi yang sangat beragam
yang terus menerus berkembang melalui basis uji coba
(trial and error) di pasar media. Barangkali tidak ada
logika yang hebat yang dihasilkan. Bagaimanapun, ada
63
Denis Mc Quail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Salemba
Humanika), h. 150-151 64
Saat ini, mungkin tidak ada hal yang punya dampak signifikan pada
masyarakat melebihi media massa. Media massa dan teknologi media telah
memberi dampak kepada individu dan masyarakat secara global dalam level
yang lebih besar daripada yang pernah kita bayangkan. Efek yang timbul
meliputi beragam pengalaman yang dirasakan manusia termasuk kasih sayang,
kesadaran, dan perilaku dalam aktivitas, peristiwa, dan interaksi
bermasyarakat. Sedemikian pentingnya peran media massa dalam
menggerakkan perubahan dalam masyarakat, media harus diatur untuk
memastikan tercapainya perbaikan dalam kehidupan sosial, karena media pada
hakekatnya adalah perkara publik dan lingkup kerjanya selalu berada dalam
ranah publik (Habermas, 1984; 1989; juga Herman dan Chomsky, 1988;
McLuhan, 1964; Thompson, 1995). Meski demikian, mengatur media massa di
Indonesia melalui kebijakan merupakan gagasan yang berat, bahkan mungkin
mustahil. Lihat di Yanuar Nugroho, Muhammad Fafri Siregar, dan Shita
Laksmi, Memetakan Kebijakan Media di Indonesia, Terj. Sofie Syarief
(Jakarta: Centre for Innovation Policy and Governance, 2013), cet ke-1, h. 2
43
logika tertentu pada titik perbandingan yang mereka
tawarkan kepada tipe ideal yang dirangkum.65
Media baru bersifat multiarah, bukan hanya searah.
Media dalam bentuk internet bersifat mendorong, bahkan
mensyaratkan respons. Media baru tidak memiliki
khalayak, sehingga tidaka ada publik massa. Mereka sangat
beragama dalam bentuk dan kontennya, dan esensinya
adalah multimedia dan multi-model. Tidak ada batasan
yang jelas antara privat dan publik. Mereka memungkinkan
akses kepada semua dan nampak menghindari struktur
kontrol. Mereka menghindari sifat kelembagaan, tetapi
sebagaimana yang tersirat, mereka tidak menawarkan
model yang koheren dari sistem komunikasi publik, hanya
ada kemungkinan yang tidak terbatas.66
Salah satu karakteristik internet itu yaitu sifat jejaring
(network), artinya jejaring ini tidak hanya diartikan sebagai
infrastruktur yang menghubungkan antarkomputer dan
perangkat keras lainnya, namun juga menghubungkan antar
individu.67
Hubungan atau jejaring itu tidak hanya bertipe
65
Yanuar Nugroho, Muhammad Fafri Siregar, dan Shita Laksmi,
Memetakan Kebijakan Media di Indonesia, Terj. Sofie Syarief (Jakarta: Centre
for Innovation Policy and Governance, 2013), cet ke-1, h. 3 66
Denis McQuail : Teori Komunikasi Massa‖ h.313 67
Revolusi internet yang terjadi dengan perkembangan media sosial
(medsos). Makin cepat, beragam, unik, merambah beragam segmen dan
berkarakteristik. Medsos tumbuh pesat berkat internet. Tentang kelahiran
internet sendiri tidak ada kesepahaman. Apakah lahir ketika adopsi TCP/IP
ataukah ketika World Wide Web (WWW) muncul. Namun, momen
monumental jaringan global tersebut terjadi pada 29 Oktober 1969. Untuk
mengetahui sejarah internet sebagai jejaring sosial lebih lanjut baca di Aini
Mulyati dkk, Panduan Optimalisasi Media Sosial untuk Kementerian
44
koneksi dengan dua individu, tetapi juga bisa melibatkan
jumlah individu yang bahkan tidak dibatasi. Pada dasarnya
karakteristik jejaring ini memiliki beragam tipe jaringan
yang dibuatnya, yakni local area network (LAN atau
Ethernet) dan a wide area network (WAN).68
Dalam perspektif cultural studies, internet merupakan
ruang di mana kultur yang terjadi itu diproduksi,
didistribusikan, dan dikonsumsi. Sebagaimana sifat dasar
perspektif ini yang mengaburkan kelas-kelas sebagai
sebuah strata yang ada di tengah masyarakat, cultural
studiesmemberikan semacam perlawanan dari satu
kemapanan strukturasi kelas sosial.69
Akses terhadap media telah menjadi salah satu
kebutuhan primer dari setiap orang. Itu dikarenakan adanya
kebutuhan akan informasi, hiburan, pendidikan, dan akses
pengetahuan dari belahan bumi yang berbeda. Kemajuan
teknologi dan informasi serta semakin canggihnya
perangkat-perangkat yang diproduksi oleh industri seperti
menghadirkan ―dunia dalam genggaman‖.70
Perspektif kritis menggambarkan realitas teramati
(virtual reality), merupakan realitas yang terbentuk oleh
Perdagangan RI, (Jakarta: Tim Humas Kementerian Perdagangan RI, 2014), h.
10-14 68
Aini Mulyati dkk, Panduan Optimalisasi Media Sosial untuk
Kementerian Perdagangan RI, (Jakarta: Tim Humas Kementerian
Perdagangan RI, 2014), h. 10-14 69
Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya di era budaya Siber, h.167 70
Rulli Nasrullah, Media Sosial Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi, h. 1
45
proses sejarah dan kekuatan-kekuatan sosial.71
Penyusunan
realitas secara subjektif juga terjadi dalam penulisan berita.
Pada awalnya berupa data atau fakta, kemudian
dikumpulkan dan disusun secara sistematis dalam bentuk
realitas berupa berita. Dengan demikian, sesungguhnya
berita yang dikonsumsi oleh khalayak setiap hari adalah
realitas (peristiwa, keadaan, benda) yang telah dibahasakan
oleh para komunikator massa.72
Dalam perkembangan media komunikasi dan
informasi saat ini, beragam kepentingan sudah masuk ke
dalam media; mulai media cetak, audio, audio-visual,
hingga berbasis online. Stanley J Baran73
menyebutkan,
teknologi telah menyebabkan terjadinya konvergensi,
hilangnya perbedaan antarmedia, semenjak pengenalan
personal computer pada akhir 1970-an dan awal tahun
1980-an. Pendiri Microsoft, Bil Gates, mengemukakan
kemunculan era ini pada Consumer Electronic Show
tahunan. Gates menyampaikan perihal konvergensi kepada
hadirin:
71
Okta Hasbiansyah, ―Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif
dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial‖, Jurnal Mediator, Vol. 5, No. 2,
2004, h. 200-210. Jurnal diakses 25 April 2017 dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=117146&val=5336 72
Okta Hasbiansyah, ―Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif
dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial‖, Jurnal Mediator, Vol. 5, No. 2,
2004, h. 200-210. Jurnal diakses 25 April 2017 dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=117146&val=5336 73
Stanley J Baran dan Dennis K Davis, Teori Komunikasi Massa: Dasar,
Pergolakan, dan Masa Depan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), Edisi 5,
hlm. 28.
46
Konvergensi tidak akan terjadi sampai Anda memiliki
segala sesuatu dalam bentuk digital, yaitu ketika
konsumen dapat dengan mudah menggunakannya
apda semua bentuk peralatan yang berbeda. Jadi,
ketika kita membahas tiga jenis media terpenting --
foto, usik, dan video—maka kemajuan yang dapat
memberikan orang fleksibilitas terhadap penggunaan
jenis media ini sangatlah penting. Hal ini telah
diimpikan sejak lama. Dan sekarang, impian tersebut
telah menjadi kenyataan (dikutip dari Cooper, 2004,
hlm. 1).
Kenyataannya, hal tersebut telah terjadi hari ini (di era
internet) dengan keadaan yang tidak sepenuhnya terpikir
oleh Gates bertahun-tahun yang lalu. Saat ini kita dapat
menerima video bergerak melalui telepon genggam kita –
yaitu saat kita tidak sedang menggunakan telepon genggam
tersebut untuk berselancar di web atau mencari informasi
mengenai lokasi tertentu melalui global positioning di
internet. Teknologi memungkinkan orang untuk
memindahkan ulang acara televisi yang mereka tonton di
rumah ke laptop atau telepon seluler mereka di manapun
mereka berada. Ini dapat dilakukan dengan mudah dan
relatif murah. Jaringan internet tanpa kabel (Wi-Fi) telah
semakin meluas dan meningkatkan penggunaan video
bergerak secara langsung serta menonton film dan televisi
melalui internet. Fasilitas ini telah memperkaya beberapa
fasilitas yang sebelumnya belum ada, seperti penerimaan
panggilan telepon, surat elektronik (e-mail), halaman Web,
47
mengunduh music, data teks tertulis, video game interaktif,
dan foto tidak bergerak.74
Dalam pekembangan teknologi informasi tersebut
muncul media portal yang terkoneksi melalui internet.
Menurut Thurlow et al. (2004: 4-5) seperti dikutip Rulli
Nasrullah75
menjelaskan, portal adalah pintu untuk
memasuki ruang di siber atau bisa juga bermakna sebagai
gerbang yang mengantarkan pengguna untuk berselancar
(surfing) lebih jauh. Portal dalam bahasa Indonesia juga
diartikan sebagai gerbang atau terowongan yang
mengarahkan seseorang ke suatu tempat. Penting untuk
digarisbawahi bahwa portal bukanlah akhir, portal
merupakan pengalaman pertama atau ―first-hand
experience‖ dari satu titik yang akan menuju titik-titik
lainnya. Bahkkan Miller (2000: 17, sebagaimana dikutip
Thurlow et al. 2004: 4), menjelaskan, bahwa kata ―portal‖
menjadi kata baru dalam mengakses media bahwa melalui
portal-lah perjalanan di web itu dimulai, ―the idea of a
portal site is that all your web journey should start here.‖
Misalnya, ketika ingin berselancar di internet, kita
membuka peramban (browser) seperti Internet Explorer
atau Mozilla Firefox kemudian memasukkan alamat situs
(website atau juga dikenal dengan kata homepages). Atau,
tidak perlu membuka peramban, siapa pun bisa terkoneksi
dan melakukan percakapan (chatting) melalui perangkat
74 Ibid., h. 28.
75 Rulli Nasrullah, Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia), (Jakarta:
Kencana, 2014), h. 23-24.
48
seperti Yahoo! Messenger (YM). Peramban, alamat, situs,
atau perangkat inilah yang dikatakan sebagai portal.
Dalam penyebaran informasi yang dilakukan
menggunakan media online ada beberapa karakteristik dan
keunggulan media online dibandingkan media konvensional
(cetak dan elektronik) antara lain:
a. Kapasitas luas, halaman web dapat menampung
naskah berita sangat panjang.
b. Pemuatan dan editing naskah bisa dilakukan kapan
saja dan di mana saja.
c. Cepat, begitu berita tersebut diupload dapat
langsung diakses oleh masyarakat.
d. Menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses
internet.
e. Berisi informasi yang aktual karena kemudahan
dan kecepatannya dalam menyajikan berita.
f. Pembaruan informasi dapat terus dilakukan kapan
saja.
g. Interaktif, dengan adanya fitur komentar dapat
membuat masyarakat merespon cepat mengenai
berita tersebut.76
76
Asep Syamsul M Romli, Jurnalistik Online: Panduan Praktis
Mengelola Media Online, (Bandung: Nuansa, 2005), h. 32-34.
49
E. Analisis Wacana van Dijk
Model yang dipakai van Dijk kerap disebut sebagai
―kognisi sosial‖. Istilah ini sebenarnya diadopsi dari
pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk
menjelaskan struktur dan proses terbentuknya suatu teks.
Nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari
karakteristik pendekatan yang diperkenalkan oleh van Dijk.
Menurut van Dijk, penelitian atas wacaa tidak cukup hanya
didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya
hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati.77
Van Dijk juga memfokuskan kajiannya pada peranan
strategis dalam proses distribusi dan reproduksi pengaruh
hegemoni atau kekuasaan tertentu. Salah satu elemen
penting dalam proses analisis terhadap relasi kekuasaan
atau hegemoni dengan wacana adalah pola-pola akses
terhadap wacana publik yang tertuju pada kelompok-
kelompok masyarakat. Secara teoritis bisa dikatakan,
supaya relasi antara suatu hegemoni dengan wacana bisa
terlihat dengan jelas, maka kita membutuhkan hubungan
kognitif dari bentuk-bentuk masyarakat, ilmu pengetahuan,
ideologi dan beragam representasi sosial lain yang terkait
dengan pola pikir sosial, hal ini juga mengaitkan individu
dengan masyarakat, serta struktur sosial mikro dengan
makro.78
77
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 221 78
Teun van Dijk, Discourse and Society: Vol 4 (2). (London: Newbury
Park and New Delhi, 1993), h. 249
50
Menurut van Dijk, analisis wacana memiliki tujuan
ganda: sebuah teoritis sistematis dan deskriptif, yaitu
struktur dan strategi di berbagai tingkatan dan wacana lisan
tertulis, dilihat baik sebagai objek tekstual dan sebagai
bentuk praktik sosial budaya, antar tindakan dan hubungan.
Sifat teks ini berbicara dengan yang relevan pada struktur
kognitif, sosial, budaya, dan sejarah konteks. Singkatnya,
studi analisis teks dalam konteks. Momentum penting dari
pendekatan tersebut terletak pada fikus khusus yang terkait
pada isu sosial-politik, dan terutama membuat eksplisit cara
penyalahgunaan kekuasaan kelompok dominan dan
mengakibatkan ketidaksetaraan, legitimasi, atau ditantang
dalam dan dengan wacana.79
Wacana digambarkan mempunyai tiga dimensi yaitu
teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Inti analisis van Dijk
adalah menggabungkan ketiga dimensi tersebut dalam suatu
kesatuan analisis. Dalam dimensi teks yang diteliti adalah
bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai
untuk menegaskan suatu tema tertentu. Pada level kognisi
sosial dipelajari proses produksi teks berita yang
melibatkan individu penulis. Sementara itu aspek konteks
sosial mempelajari bangunan wacana yang berkembang
dalam masyarakat mengenai suatu masalah.80
Dapat
digambarkan seperti berikut ini:
79
Teun van Dijk, Menganalisis Rasisme Melalui Analisis Wacana
Melalui Beberapa Metodologi Reflektif, artikel diakses pada 20 Januari 2018,
pukul 22.30, dari http://www.discourse.com 80
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 224
51
Gambar 2.1
Diagram Model Analisis van Dijk81
Sedangkan skema penelitian dan metode yang biasa
dilakukan dalam kerangka van Dijk adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1
Skema Penelitian dan Metode van Dijk82
STRUKTUR METODE
Teks
Menganalisis bagaimana strategi
wacana yang digunakan untuk
menggambarkan seseorang atau
peristiwa tertentu.
Bagaimana strategi tekstual yang
dipakai untuk memarjinalkan
suatu kelompok, gagasan atau
peristiwa tertentu.
Critical linguistic
Kognisi Sosial
Menganalisis bagaimana kognisi
penulis dalam memahami
seseorang atau peristiwa tertentu
yang akan ditulis.
Wawancara mendalam
81
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 225 82
Ibid, h. 275
Konteks sosial
Kognisi sosial
Teks
52
Konteks Sosial
Menganalisis bagaimana wacana
yang berkembang dalam
masyarakat, proses produksi dan
reproduksi seseoran atau
peristiwa digambarkan.
Studi pustaka,
penelusuran sejara,
dan wawancara
Melalui berbagai karyanya, van Dijk membuat
kerangka analisis wacana yang dapat didayagunakan. Ia
meliaht suatu wacana terdiri atas berbagai
struktur/tingkatan, yang masing-masing bagian saling
mendukung. Van Dijk membaginya ke dalam tiga
tingkatan:83
(1) Struktur makro. Ini merupakan makna global/umum
dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat
topik dari suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya
isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu peristiwa.
(2) Superstruktur adalah kerangka suatu teks: bagaimana
struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks
secara utuh.
(3) Struktur makro adalah makna wacana yang dapat
diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi,
anak kaliamt, parafrase yang dipakai dan sebagainya.
83
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 74
53
Struktur/elemen wacana yang dikemukakan van Dijk
ini dapat digambarkan seperti berikut:84
Tabel 2.1
Elemen Wacana van Dijk
Struktur
Wacana
Hal yang Diamati Elemen
Struktur Makro TEMATIK
(Apa yang
dikatakan?)
Topik
Superstruktur SKEMATIK
(Bagaimana
pendapat disusun
dan dirangkai?)
Skema
Struktur Mikro SEMANTIK
(Makna yang ingin
ditekankan dalam
teks berita)
Latar, detail,
maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Struktur Mikro SINTAKSIS
(Bagaimana
pendapat
disampaikan?)
Bentuk kalimat,
koherensi, kata
ganti
Struktur Mikro STILISTIK
(Pilihan kata apa
yang dipakai?)
Leksikon
Struktur Mikro RETORIS
(Bagaimana dan
dengan cara apa
penekanan
dilakukan?)
Grafis, Metafora,
Ekspresi
Dalam pandangan van Dijk, segala teks bisa dianalisis
dengan menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri atas
berbagai elemen, semua elemen itu merupakan suatu
84
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 74
54
kesatuan, saling berhubungan dan mendukung satu sama
lainnya.
Untuk memperoleh gambaran ihwal elemen-elemen
struktural wacana tersebut, berikut ini adalah penjelasan
singkatnya:
1) Tematik
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum
dari suatu teks. Sering disebut juga sebagai gagasan inti,
ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Dalam
bukunya, van Dijk menyebut topik sebagai properti dari
arti atau isi teks. Topik sangat penting dalam pemahaman
keseluruhan teks, misalnya dalam pembentukan koherensi
global, dan mereka bertindak sebagai semantik, kontrop
top-down pada pemahaman lokal di tingkat mikro. Topik
dalam teks memang memainkan peran sentral. Tanpa
topik tidak mungkin untuk memahami apa teks tentang
global, kita hanya akan dapat memahami fragmen lokal
teks, tanpa pemahaman tentang hubungan mereka secara
keseluruhan hierarki dan organisasi.85
Tema/ topik berarti sesuatu yang telah diuraikan
atau sesuatu yang telah ditempatkan atau gambaran umum
dari suatu teks. Dapat disebut juga sebagai gagasan inti,
ringkasan atau yang utama dari suatu teks. Topik
85
Teun A Van Dijk, News as Discourse, (Amsterdam: University of
Amsterdam, 1988), h. 31
55
menunjukkan apa yang ingin disampaikan oleh wartawan
dalam pemberitaannya.86
2) Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunya skema atau
alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut
menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks
disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti.
Berita menurut van Dijk mempunyai dua kategori skema
besar. Pertama, summary yang umumnya ditandai dengan
dua elemen yakni headline dan lead. 87
Kedua, story yakni isi berita secara keseluruhan. Isi
berita ini juga mempunyai dua subkategori. Yang pertama
berupa situasi yakni proses atau jalannya peristiwa,
sedang yang kedua komentar yang ditampilan dalam teks.
Subkategori situasi yang menggambarkan kisah suatu
peristiwa umumnya terdiri atas dua bagian. Yang pertama
mengenai episode atau kisah utama dari peristiwa
tersebut, dan yang kedua latar untuk mendukung episode
yang disajikan kepada khalayak. Sedangkan subkategori
komentar yang menggambarkan bagaimana pihak-pihak
yang terlibat memberikan komentar atas suatu peristiwa
terdiri atas dua bagian. Pertama, reaksi atau komentar
verbal dari tokoh yang dikutip wartawan. Kedua,
86
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 75 87
Teun A Van Dijk, News as Discourse, h. 53
56
kesimpulan yang diambil oleh wartawan dari komentar
beberapa tokoh.88
3) Semantik
Semantik dalam skema van Dijk dikategorikan
sebagai makna lokal (local meaning), yakni makna yang
muncul dari hubungan antarkalimat, hubungan
antarproposisi, yang membangun makna tertentu dari
suatu teks. Analisis wacana memusatkan perhatian pada
dimensi teks, seperti makna yang eksplisit maupun
implisit.89
Yang termasuk dalam elemen semantik adalah:
latar, detail, maksud, praanggapan. Latar adalah bagian
berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang
ingin ditampilkan. Latar yang dipilih menentukan ke arah
mana pandangan khalayak akan dibawa. Latar umumnya
ditampilkan di awal sebelum pendapat wartawan yang
sebenarnya muncul dengan maksud mempengaruhi dan
memberi kesan bahwa pendapat wartawan sangat
beralasan.
Detail berkaitan dengan kontrol informasi yang
disampaikan penulis/wartawan, apa penulis menampilkan
informasi secara berlebihan yang menguntungkan dirinya
atau citra yang baik, atau akan menampilkan informasi
dengan jumlah sedikit bila tidak menguntungkan atau
tidak mendukung citra baik. Elemen maksud adalah
88
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 232 89
Alex Sobur, Analisis Teks Media, h. 78
57
elemen yang menunjukkan apakah informasi disampaikan
secara telanjang atau tidak, eksplisit atau tidak.
Pranggapan (presuppotion) merupakan pernyataan
yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks,
upaya mendukung pendapat dengan menggunakan premis
yang dipercaya kebenarannya. Berbeda dengan latar, latar
berupaya mendukung pendapat dengan jalan memberikan
latar belakang, maka praanggapan adalah upaya
mendukung pendapat dengan memberikan premis yang
dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan
pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak
perlu dipertanyakan.90
4) Sintaksis
Segi sintaksis berhubungan dengan penataan bentuk
dan susunan kalimat untuk membangun penggungkapan
gagasan, ide yang logis. Bagian kalimat atau kalimat yang
satu dijalin dengan bagian atau kalimat yang lain sehingga
membentuk kesatuan yang padu. Bentuk kalimat aktif
atau pasif sering digunakan untuk menonjolkan objek
ataukah pelaku peristiwa atau kejadian, sering digunakan
untuk menyembunyikan pelaku peristiwa yang
diberitakan.
Dalam analisis wacana koherensi adalah pertalian
atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Koherensi
digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat atau
90
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 256
58
paragraf sehingga yang berbeda gagasannya menjadi
selaras mendukung gagasan utama yang disampaikan.
Koherensi dapat ditandai dengan penunjuk hubungan
(atau disebut kohesi) dalam kalimat. Penunjuk hubungan
itu di antaranva: 1) kata penghubung dan, sebab akibat,
meskipun, 2) kata ganti, 3) pemindahan gagasan/ transisi,
4) bentuk kalimat: aktif, pasif
5) Stilistik
Segi stilistik adalah gaya yaitu cara yang digunakan
penulis atau pembicara untuk menyatakan maksudnya
dengan menggunakan gaya bahasa. Gaya bahasa
mencakup diksi atau pilihan kata untuk membentuk citra
makna tertentu. Melalui pemilihan kata peristiwa yang
sama dapat digambarkan dengan kata yang berbeda. Hal
itu berkaitan dengan sikap dan pandangan penulis atau
pembicara dalam memaparkan suatu informasi atau
persoalan tertentu. Dengan demikian melalui penggunaan
gaya bahasa dapat diketahui sikap dan pandangan penulis
atau pembicara.
6) Retoris
Retoris merupakan gaya interaksi pembicara/penulis
ketika menyampaikan tulisan atau pembicaraannva, yakni
bagaimana pembicara menempatkan/ memposisikan
dirinya di depan khalayak, apakah formal atau informal.
Bagian ini berkaitan dengan ekspresi untuk menonjolkan
atau menghilangkan bagian tertentu dari suatu teks.
Bagian retoris ini merupakan bagian untuk menampilkan
59
citra visual, misal mengenai kelompok yang ditonjolkan
dan kelompok yang dimarginalkan. Yang termasuk ke
dalam elemen ini dalah eksprsi, grafis, metafora.
Grafis adalah bentuk tulisan, apakah penulisan itu
huruf kapital atau huruf kecil, ukuran besar atau kecil,
cetak miring, tebal atau bergaris bawah, berwarna atau
tidak. Bentuk tulisan tersebut digunakan untuk
menyatakan bagian yang ditonjolkan atau dipentingkan
dan bagian yang tidak dipentingkan atau dimarginalkan.
Bagian yang dicetak berbeda adalah bagian yang
dianggap penting oleh komunikator, di sana ia
menginginkan khalayak menaruh perhatian lebih pada
bagian tersebut.91
91
Ibid, h. 257
60
BAB III
PROFIL ERAMUSLIM DAN NU ONLINE
A. Eramuslim
Portal Eramuslim dengan alamat situs
www.eramuslim.com merupakan salah satu media online di
Indonesia dengan belatar belakang Islaam, ikut berperan
dalam menampung luapan kegelisahan dan keprihatinan
warga dalam menanggapi suatu fenomena. Redaksi
eramuslim.co mena mpung seluruh karya jurnalistik dari
para pembaca, baik berupa surat pembaca, artikel, berita,
gambar ataupun video.92
Eramsuslim.com merupakan website atau situs Islami
yang berusaha memberikan informasi dan berita-berita
kepada masyarakat terutama tentang masyarakat muslim
atau Islam di dunia dalam media online yang selama ini
belum dikerjakan oleh media-media lain. Hal itu
merupakan peluang yang mampu dibaca oleh
eramuslim.com sehingga mampu menguatkan tekad untuk
mendirikan website eramsmuslim.com.93
92
Amin Chanafi, ―Peran Jurnalisme Warga dalam
www.eramusllim.com‖, (Skripsi S1, Konsentrasi Jurnalistik, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 49 93
Risda Sefrinanita, ―Peranan Situs www.eramuslim.com dalam
Menyosialisasikan Nilai-Nilai Keislaman‖, (Skripisi S1, Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam Fakultas Dakah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011)
61
Gambar 3.1
Tampilan Eramuslim (www.eramuslim.com)
Tingkat pengunjung Eramuslim.com mulai sangat
meningkat pada tahun 2000-an pada saat terjadinya
peningkatan konflik antara Palestina dan Israel.94
Salah satu
faktor menyebar dan berkembanganya situs eramuslim.com
adalah tragedi serangan yang dilancarkan Israel kepada
warga Palestina di tahun 2000an tersebut. Hal inipun
terlihat pada konflik antara Palestina dan Israel di tahun
2008 yang menunjukkan peningkatan pengunjung situs
eramuslim.com.95
Pada awalnya dari forum diskusi dan kajian tentang
fenomena nilai-nilai Islam di kampus, perserta diskusi
94
Amar Ahmad, ―Online Media Development and Phenomenon of
Disinformation (Analysis of Islamic sites)‖, Jurnal Pekommas, Vol. 16 No. 3,
Desember 2013:177-186, h. 183. Jurnal diakses 17 November 2017 dari
https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/pekommas/article/view/1160305/135 95
Amar Ahmad, ―Online Media Development and Phenomenon of
Disinformation (Analysis of Islamic sites)‖, Jurnal Pekommas, Vol. 16 No. 3,
Desember 2013:177-186, h. 183. Jurnal diakses 17 November 2017 dari
https://jurnal.kominfo.go.id/index.php/pekommas/article/view/1160305/135
62
menangkap adanya ketidakseimbangan yang dihadapi umat
Islam, yakni kurangnya ruang berekspresi.96
Ditambah
dengan kerasnya informasi yang memberitakan umat Islam
secara tidak berimbang dalam pemberitaan global maka
dibutuhkan suatu media pemberitaan tersendiri yang bisa
memberikan informasi yang proporsional dan objektif,
khususnya umat Islam. Kondisi inilah yang menimbulkan
rasa empati beberapa jurnalis Islam untuk mendirikan situs
yang menyajikan berita-beriga seputar dunia Islam secara
berimbang, akurat, continue, dan up to date.97
Berawal dari pemikiran tersebut, maka dibentuk suatu
wadah komunikasi massa yang berisi informasi seputar
Islam. Didorong semangat kebersamaan, ditambah dengan
melihat adanya kekosongan di lahan media massa online
tentang situs berita yang mengusung semangat advokasi
terhadap Islam dan nilai-niliainya, khususnya di Indonesia,
semakin membulatkan tekad untuk membuat suatu media
massa yang berbeda. Alhasil, dibentuklah
www.eramuslim.com sebagai situs berita Islam pertama di
Indonesia pada 1 Agustus 2000.98
96
Amin Chanafi, ―Peran Jurnalisme Warga dalam
www.eramusllim.com‖, (Skripsi S1, Konsentrasi Jurnalistik, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 28 97
Amin Chanafi, ―Peran Jurnalisme Warga dalam
www.eramusllim.com‖, (Skripsi S1, Konsentrasi Jurnalistik, Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 28 98
Amin Chanafi, ―Peran Jurnalisme Warga dalam
www.eramusllim.com‖, (Skripsi S1, Konsentrasi Jurnalistik, Jurusan
63
Eramuslim pernah diblokir oleh pemerintah karena
dianggap radikal dan dianggap menyebarkan konten
radikal. Kepala Pusat Informasi dan Humas
Kemenkominfo, Ismail Cawidu, mengatakan kepada para
wartana jika akan ada 9 tambahan situs lagi yang sudah
disampaikan kepada penylnggara ISP (Internet Service
Provider) untuk diblokir karena sudah menyebarkan paham
kebencian dan radikal.99
Tuduhan radikal tersebut tidak
lepas dari tokoh-tokoh dan organisasi yang dimunculkan.
Beberapa tokoh yang sering disajikan di antaranya
Hasan Al Banna dan Sayyid Qutb. Keduanya merupakan
tokoh pergerakan Ikhwanul Muslimin yang lahir di Mesir.
Seruan pergerakan itu ialah kembali kepada Islam
sebagaimana yang termaktub di dalam Al-Qur‘an dan As-
Sunnah serta mengajak kepada penerapan syari‘at Islam
dalam kehidupan nyata.100
Sanjungan Eramuslim kepada
Ikhwanul Muslimin melalui sajian berita merepresentasikan
corak ideologi portal tersebut. Beberapa pesan keagamaan
yang disajikan sering menggunakan pijakan pemikiran
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 28 99
Lihat di Rini Masriyah, ―Situs Eramuslim.com Masuk Daftar Situs
Yang Dinilai Memuat Paham Radikal‖, diakses 17 November 2017 dari
http://www.harianindo.com/2016/01/28/76035/situs-eramuslim-com-masuk-
daftar-situs-yang-dinilai-memuat-paham-radikal/ 100
https://www.eramuslim.com/berita/gerakan-dakwah/lebih-dekat-
mengenal-ikhwanul-muslimin-dari-kairo-menuju-penjuru-dunia.htm, diakses
pada Jum‘at, 26 Januari 2018, pukul 10.16 WIB.
64
Hasan Al Banna, termasuk dalam landasan keimanan
bahkan politik Islam.101
Fokus ideologi Ikhwanul Muslimin sejatinya bukan
terletak pada masalah peribadatan yang bersifat ritual,
namun mencakup gagasan aktivisme politik, tanggung
jawab sosial, mengorganisir kegiatan amal, serta program
dukungan sosial untuk mereka yang berpenghasilan
rendah.102
Hasan Al Banna sebagai pendirinya menetapkan
fikrah Ikhwan pada:103
1) Hukum-hukum Islam dan seluruh ajarannya dapat
mengatur urusan hidup manusia di dunia dan akhirat,
2) Dasar pengajaran Al-Ikhwan dan seluruh
pemahamannya adalah Al Qur‘an dan Sunnah Nabi
SAW.
3) Sebagai agama yang kaffah, Islam memiliki
kemampuan mengatur persoalan hidup dan semua
bangsa dan umat pada segala zaman.
Kecenderungan Eramuslim terhadap tokoh-tokph
Ikhwanul Muslimin bila disinkronkan dengan sajian berita
tentang politik di Indonesia bisa dimaklumi, karena
101
https://www.eramuslim.com/islamic-quotes/hasan-al-banna-jadikan-
la-ilaaha-illallah-sebagai-slogan-kalian.htm, diakses pada Jum‘at, 26 Januari
10.20 WIB. 102
https://www.kiblat.net/2017/06/09/inilah-fakta-seputar-ikhwanul-muslimin-
organisasi-islam-tertua-di-tanah-arab/, diakses pada Jum‘atm 26 Januari 2018,
pukul 10.33 WIB. 103
https://mjamzuri.com/index.php/artikel/politik-hub-internasional/136-ide-
politik-dan-dakwah-ikhwanul-muslimin, diakses pada Jum‘at, 26 Januari 2018,
pukul 10.34 WIB.
65
berkaitan dengan Aksi 212, Eramuslim sangat mendukung.
Apalagi jika Aksi tersebut dikaitkan dengan isu politik
menjelang Pilkada DKI Jakarta saat itu yang
menghadapkan salah satu kandidat yang didukung
kelompok yang mengatasnamakan Bela Islam dengan
kandidat yang diduga melakukan penistaan agama. Dari
sini bisa terlihat ideologi Eramuslim yang lebih fokus
kepada politik Islam dan gerakan mengembalikan kepada
Al Qur‘an dan As Sunnah.
Eramuslim menegaskan pihaknya bisa menjadi
corong dan aspirasi umat Islam di tengah arus globalisiasi.
Kesadaran untuk mengakses informasi seputar dunia Islam
akan terus meningkat. Seiring dengan itu, pihaknya akan
konsisten memposisikan dirinya sebagai media yang
berorientasi pada upaya menegakkan amar maruf nahi
mungkar. Menurut salah satu mantan pemimpin redaksi
Eramuslim, Ustadz Mashadi, situs Islam harus
memposisikan dirinya untuk menghadapi gerakan ghazwul
fikr dari kalangan Yahudi, Nasrani, dan kaum
sekuler. Karenanya, situs Islam seperti Era Muslim, Voa
Islam, Ar Rahmah dan situs Islam lainnya, diharapkan
menjadi bacaan alternatif dengan menciptakan arus sendiri
dalam pemberitaan yang berkaitan dengan nilai-nilai ke-
islaman. Era Muslim senantiasa berkomitmen untuk terus
memberikan pencerahan kepada umat Islam, terutama
66
prinsip-prinsip Islam yang harus diamalkan oleh setiap
muslim.104
Tabel 3.1
Rubrik-rubrik di Eramuslim
Nama Rubrik Isi
1. Berita Editorial, Dunia Islam, Palestina,
Silaturrahim, Nasional, Info Umat,
Historia, Catatan Redaksi
2. Oase Iman Kisah, Dakwah Mancanegara
3. Peradaban Ekonomi Syariah, Pemikiran Islam,
Bercermin pada Salaf, Sirah Tematik,
Mukjizat Qur‘an & Sunnah. Tafsir fi
Zhilalil Qur‘an
4. Fokus Analisa, Laporan Khusus, Tahukah
Anda, Bincang-bincang
5. Muslimah Wanita bicara, Inspirasi wanita,
Qur‘anic Parenting, Lifestyle
Muslimah, Kuliner
6. Hikmah Tafakur, Bisnis itu Jihad
7. Pendidikan &
Keluarga
Pendidikan, Keluarga, Konsultasi
Pendidikan & Keluarga
8. Bisnis Info Bisnis, Resensi Buku, Info
Produk, Resensi, E-Market, E-Plaza
9. Ustadz Ustadz Menjawab, Nasehat Ulama,
Khutbah Jum‘at
10. Suara Langit Penetrasi Ideologi, Ringan Berbobot,
Menuju Kehidupan Sejati, Undangan
ke surga
11. Novel Novel
12. Konsultasi Klinik Sehat, Di Balik Konspirasi,
Konsultasi Keluarga, Thibbun
Nabawi, Konsultasi Arsitektur,
Konsultasi Zakat, Wakaf
104
http://www.voa-
islam.com/read/indonesiana/2011/06/23/15391/pemimpin-redaksi-eramuslim-
situs-islam-bersatu-tak-bisa-dikalahkan/;#sthash.BGaLzbQT.dpbs, diakses
pada Sabtu, 23 Desember 2017, pukul 23.00 WIB.
67
B. Profil NU Online
NU Online dengan alamat situs www.nu.or.id
merupakan situs satu atap media informasi internet yang
berada di bawah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Rubrik-rubriknya tidak sekedar berisi berita saja, namun juga
dalam bentuk opini, panduan praktik ibadah, teks khutbah,
informasi acara, informasi pesantren, hingga tentang humor.
Gambar 3.2
Tampilan NU Online (www.nu.or.id)
Nahdlatul ‗Ulama (NU) selain sebagai ormas Islam, NU
memiliki garis pikir yang senantiasa terbuka dengan tradisi
baru dan berupaya merawat tradisi lama yang baik, al
Muhafazhatu „alal qodimis shalih wal akhdzu bil jadidil
ashlah. Ada empat prinsip yang mendasari NU yang
merupakan nilai-nilai Ahlussunnah wal jama‘ah.
1. at-Tawazun alias harmoni. Harmoni akan terwujud
manakala ada berbagai anasir yang berkaitan. Dalam
konteks kebangsaan, wujud at-Tawazun adalah bagaimana
NU selalu berusaha menjaga harmoni kemajemukan,
68
kerukunan antar umat beragama, sekaligus juga memberi
berbagai keputusan Siyasi yang menghindarkan
keterpecahan Indonesia. Kontribusi NU semenjak 1926
hingga ini, dalam berbagai peristiwa penting (Resolusi
Jihad, pemberian gelar waliyyul amri ad-dharuri bisy-
syaukah, membela NKRI dari rongrongan PKI,
penerimaan asas tunggal Pancasila, hingga keputusan
NKRI adalah final), merupakan pengejawantahan harmoni
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. al-‗Adalah alias keadilan. Adil secara bahasa dimaknai
sebagai wadh‘u syai‘ fi mahallihi alias meletakkan
sesuatu pada tempatnya. Hal ini bermakna representatif,
seimbang antara hak dan kewajiban, dan sebagainya.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, konsep al-
‘adalah dijadikan sebagai salah satu pertimbangan
terwujudnya kehidupan yang sejahtera dan tenteram.
Indonesia, bagi NU, tidak semata-mata harus diwujudkan
sebagai Negara Islam. Yang diwujudkan adalah
―masyarakat Islam(i)‖, bukan Negara Islam. Proyeksi NU
adalah ―Islamisasi Masyarakat‖ terlebih dulu. Jika
masyarakat sudah Islam(i) otomatis pula negara ikut
Islam(i). Ini khas Walisongo, taktik bottom up. Taktik
bottom up ini evolutif namun bertahan lama, berbeda
dengan implementasi top-down yang revolutif dan banyak
konsekwensi logisnya.
3. at-Tasamuh alias toleransi. Bangsa Indonesia semenjak
dulu memang kuat watak toleransinya. Budhaisasi,
69
Hinduisasi, hingga Islamisasi Nusantara terjadi dengan
jalan damai (kecuali Kristenisasi yang disokong VOC).
Watak demikian merupakan mindset yang menghargai
adanya perbedaan dan hidup berdampingan dengan orang
lain. At-Tasamuh masih merupakan sebuah hal yang
absurd manakala tidak diwujudkan dalam kehidupan yang
nyata. Dalam hal ini, kita belajar dari para kiai-kiai di
masa lampau yang mendirikan pesantren dengan cara
yang khas tanpa pertumpahan darah. At-Tasamuh juga
menjadi parameter dakwah di masyarakat, karena dengan
toleransi inilah keberhasilan dakwah bisa dibuktikan.
4. at-Tawassuth alias moderasi. Dalam banyak hal,
moderasi alias moderatisme telah dijalankan oleh NU.
Watak moderat ini telah mendarah daging dan menjadi
identifikasi bagaimana ―menjadi anak mbarep‖ di
Indonesia. NU tidak bersikap radikal karena sikap ini
hanya menimbulkan resiko jangka panjang. NU juga tidak
bersikap reaktif dan keras, karena keduanya hanya akan
membuat NU gampang ―dijebak‖. NU juga tidak bersikap
sebagaimana avonturir yang pragmatis, melainkan
menjalankan prinsip-prinsip yang faktual-realistis.
Platform dan nilai-nilai NU tersebut menjadi landasan
bagi NU Online dalam mengemas dan menyajikan berita
maupun tulisan kepada khalayak sehingga dapat mencerahkan
warganya sesuai manhaj Ahlussunnah wal Jama‘ah,
70
bernegara dengan landasan Pancasila, dan berupaya menjaga
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tabel 3.2
Rubrik-rubrik di NU Online
Nama Rubrik Isi
13. Warta Berita seputar nasional, daerah,
internasional, dan Risalah Redaksi
14. Keislaman Panduan Ubudiyah, Syari‘ah, Bahtsul
Masail, Ekonomi Syari‘ah, Thaharah,
Nikah/keluarga, Ilmu Hadits, Zakat,
Jum‘at.
15. Khutbah Teks khutbah
16. Wawancara Hasil wawancara dengan tokoh
17. Hikmah Hikmah dalam agama
18. Taushiyah Pesan-pesan penting PBNU
19. Do‘a Panduan do‘a sehari-hari
20. Tokoh Profil tokoh-tokoh ulama NU
21. Fragmen Kisah unik seputar NU dan Tokoh
NU
22. Pesantren Profil Pondok Pesantren
71
BAB IV
GAMBARAN UMUM AKSI 212
Aksi 2 Desember atau yang akrab disebut dengan Aksi 212
merupakan aksi demonstrasi umat Islam dalam bentuk doa
bersama. Aksi ini juga sebagai kelanjutan dari aksi-aksi
sebelumnya dengan tujuan menuntut agar Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait kasus penistaan agama
segera ditangkap. Oleh karena itu aksi ini disebut juga dengan
Aksi Bela Islam jilid III.105
Aksi tersebut merupakan peristiwa
penuntutan kedua terhadap Ahok pada tahun 2016 setelah unjuk
rasa sebelumnya terjadi pada 4 November. Pada awalnya, aksi
tersebut rencana diadakan pada 25 November, namun kemudian
disepakati diadakan pada tanggal 2 Desember 2016.106
Betapapun aksi 212 ini menuntut salah satu kandidat calon
gubernur Jakarta, Habib M Riziq Sihab107
sebagai salah satu
penanggungjawab acara menegaskan, Aksi Bela Islam bukan aksi
SARA ataupun politik, dan tidak akan mencaci serta menghina
agama apapun atau tuhan sesembahan agama mana pun. Dirinya
menyebut bahwa Aksi 212 hanya akan mencaci dan menghina
orang yang mencaci serta menghina Al Qur‘an. Lanjutnya lagi,
105
https://www.eramuslim.com/berita/nasional/aksi-212-gemparkan-
media-dunia-ini-komen-mereka.htm#.WmhL06iWbDc diakses pada Sabtu, 23
Desember 2017, pukul 22.30 WIB. 106
http://nasional.kini.co.id/2016/11/18/18504/demo-25-november-batal-
diganti-2-desember diakses pada Sabtu, 23 Desember 2017, pukul 22.50 WIB 107
Pipiet Senja (Ed.), Cahaya di Langit Jakarta (Antologi Kesaksian Aksi
1410-411-212), (Bekasi: Abisatya Patala Indonesia, 2016). h. 5.
72
Aksi Bela Islam adalah aksi mengagungkan Allah Swt dan
memuliakan Rasulullah Saw.
Juru bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman
mengatakan aksi yang dilakukan berupa gelar sajadah untuk
shalat Jumat berjamaah dengan imam berada di bundaran Hotel
Indonesia. Aksi tersebut ditujukan untuk mempersatukan umat
dan mendoakan Indonesia agar selamat serta tidak diadu domba.
Selain shalat Jumat berjamaah, aksi juga diikuti dengan
istighatsah dan kegiatan damai lainnya.108
Banyak tokoh agama dan negara ikut hadir secara langsung.
Seperti Presiden Jokowi, Panglima TNI Gatot Nurmantio, Habib
Rizieq, Ustaz Bachtiar Nasir, Aa Gym, Ustaz Arifin Ilham, KH
Luthfi Fatlullah, Ustaz Erick Yusuf, dan masih banyak lagi tokoh
ulama dan nasional lainnya yang turut hadir dalam aksi 212.109
Begitu menariknya aksi yang berlangsung di Monumen
Nasional (Monas) Jakarta ini turut menarik perhatian media
asing. Seperti Dailymail misalnya hanya menuliskan ―Indonesia
Blasphemy Protest Swells to Crowd of 200,000‖. Sementara,
situs asal Inggris lainnya The Guardian mengunggah artikel
mengenai aksi 2 Desember, yang menulis aksi ini dipandang
sebagai ujian dari toleransi beragama di Indonesia. Selain dari
media Inggris, harian Thailand, Bangkok Post juga menyoroti
108
http://semarang.bisnis.com/read/20161124/9/90837/aksi-2-desember-
pro-kontra-ini-alasan-mereka diakses pada Sabtu, 23 Desember 2017, pukul
22.32 109
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/02/23/oltplw354-
miliki-segera-buku-potret-aksi-bela-islam-212 diakses pada Sabtu, 23
Desember 2017, pukul 22.35 WIB
73
aksi bela Islam jilid III ini. Begitu dengan koran Hong Kong,
South China Morning Post, lewat edisi online-nya.110
Aksi ini sempat menuai banyak pro dan kontra, baik tentang
teknis pelaksanaan shalat Jum‘at di jalan protokol maupun
tentang substansi aksi. Sebagai contoh, Kepala Polri Jenderal
Polisi Tito Karnavian melarang rencana shalat Jumat di Bundaran
HI dan sekitarnya, termasuk di Jalan Sudirman dan Jalan MH
Thamrin. Tito mempersilakan GNPF-MUI melakukan aksi damai
pada 2 Desember 2016 asal tidak mengganggu ketertiban umum.
Menurut dia, shalat Jumat di jalan protokol akan mengganggu
ketertiban umum. Lebih dari itu Kepala Polda Metro Jaya Irjen
Pol M Iriawan menerbitkan surat maklumat terkait rencana aksi
unjuk rasa yang merupakan lanjutan dari aksi serupa pada 4
November 2016 itu.111
Beragam upaya untuk meredam aksi dan pencegahan
terjadinya kekerasan pun dilakukan Jenderal Gatot Nurmantyo
dengan menggelar ―Apel Nusantara Bersatu‖. Jauh sebelum itu
Kapolri Tito Karnavian juga melakukan ―tawar menawar‖ dengan
pihak Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (GNPF MUI) yang menjadi inisiator Aksi 2 Desember.
Tawar menawar harus dilakukan karena GNPF MUI sempat
bersikeras agar diizinkan melakukan salat Jumat di Jalan Thamrin
dan Sudirman dengan alasan jumlah massa yang besar.
110
https://www.eramuslim.com/berita/nasional/aksi-212-gemparkan-
media-dunia-ini-komen-mereka.htm#.WmhL06iWbDc diakses pada Sabtu, 23
Desember 2017, pukul 22.43 WIB 111
http://semarang.bisnis.com/read/20161124/9/90837/aksi-2-desember-
pro-kontra-ini-alasan-mereka, diakses pada Sabtu, 23 Desember 2017, pukul
22.36 WIB.
74
Kesepakatan akhirnya tercapai. Setelah dilakukan pertemuan
antara Kapolri dan GNPF di tempat netral, yakni Kantor MUI di
Jalan Proklamasi, Jakpus, pada Senin (28/11/2016), dengan
ditengahi Ketua Umum MUI KH Ma'ruf Amin, disepakati bahwa
aksi dilakukan di Monas. Tak hanya itu, aksi 2 Desember juga
diberi tajuk "Aksi Super Damai".112
Menjelang aksi 212, sebanyak 11 orang aktivis yang
menginisasi acara tersebut ditangkap sebab diduga melakukan
makar alias penggulingan terhadap pemerintahan yang sah.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian penangkapan tersebut
dilakukan sesuai strategi yang dilakukan jajarannya. Namun
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin ikut angkat
bicara terkait penangkapan 11 orang yang diduga ingin
melakukan makar. Din menilai tuduhan makar terlalu
berlebihan.113
Sementara itu, pro dan kontra juga banyak terlihat dari
pemberitaan di berbagai media massa, khususnya media online,
karena saat itu media online merupakan salah satu media yang
paling cepat dalam penyampaian informasi ke masyarakat. Ada
media yang menyajikan berita secara masif tentang Aksi 212,
adapula media lain yang kontra atau melemparkan kritikan.
Masing-masing media berbeda dalam memberitakan jumlah
peserta aksi, rangkaian acara, muatan politis acara, suasana lokasi
aksi, tokoh-tokoh yang hadir, dan sudut pandang aksi.
112
https://tirto.id/manuver-jenderal-tito-meredam-aksi-2-desember-b6w2
diakses pada Sabtu, 23 Desember 2017, pukul 22.48 WIB. 113
https://myrepro.wordpress.com/2017/01/11/pro-dan-kontra-tentang-
makar-saat-aksi-212/, diakses pada 23 Desember 2017, pukul 22.50 WIB.
75
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Dalam bab ini penulis akan menguraikan temuan data dan
analisis pemberitaan Aksi Bela Islam 212 yang disajikan portal
Eramuslim dan NU Online pada hari yang sama dan memiliki
tema yang sama, namun memiliki perbedaan sudut pandang.
Penulis penggunakan pendekatan kualitatif analisis wacana model
Teun A Van Dijk. Model analisis wacana van Dijk ini
menganalisis dari segi teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
Dari dua portal berita Islam; Eramuslim dan NU Online, ada
empat tulisan yang memiliki kecenderungan yang berbeda.
Tabel 4.1
Judul Berita Aksi 212 di Eramuslim dan NU Online
Judul Sumber
Hasil Evaluasi GNPF MUI: Jumlah Massa
Aksi 212 Capai 7,5 Juta Orang
Redaksi – Senin, 6 Rabiul Awwal 1438 H /
5 Desember 2016 09:30 WIB
Eramuslim
Doa Bersama, Kawasan Seputar Monas
Padat
Jumat, 02 Desember 2016 10:10
NU Online
Ustaz Arifin Ilham Pimpin Ratusan Ribu
Massa Aksi 212 Berdzikir
Redaksi – Jumat, 2 Desember 2016 10:50 WIB
Eramuslim
Menahan Emosi Demi NKRI
Jumat, 02 Desember 2016 14:05
NU Online
Ust. Yusuf Mansyur Ingatkan Aksi 212
Adalah Aksi Doa, Bukan Ancaman
Eramuslim
76
Redaksi – Jumat, 2 Desember 2016 07:52 WIB
Menjaga Indonesia Tetap Damai
Jumat, 02 Desember 2016 17:00
NU Online
Walau Diguyur Hujan, Jamaah Jumat Aksi
212 Tetap Berlangsung Khusyuk
Redaksi – Jumat, 2 Desember 2016 12:54 WIB
Eramuslim
Memaknai Guyuran Hujan dalam Aksi 212
Jumat, 02 Desember 2016 19:23
NU Online
A. Analisis Struktur Teks Pemberitaan Aksi 212 di
Eramuslim dan NU Online
1. Analisis Teks 1
Judul : Hasil Evaluasi GNPF MUI: Jumlah Massa
Aksi 212 Capai 7,5 Juta Orang
Sumber: Eramuslim
1) Tematik
Tema termasuk ke dalam tingkatan analisis teks
pertama yakni struktur makro. Tema merupakan
gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu
teks. Tema atau kadang disebut topik ini
menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh
pemberitaan dalam berita yang disajikannya.
Tema yang terkandung dalam teks berita ―Hasil
Evaluasi GNPF MUI: Jumlah Massa Aksi 212 Capai
7,5 Juta Orang‖ ini adalah tentang jumlah aksi massa
212 mencapai 7,5 juta untuk memastikan dan
mencitrakan kepada masyarakat bahwa aksi tersebut
77
didukung oleh jutaan umat Islam dari berbagai
penjuru tanah air.
2) Skematik
Skematik ini merupakan bagian dalam tingkatan
super struktur. Teks wacana pada umumnya
mempunyai skema atau alur dari pendahuluan serta
akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-
bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga
membuat kesatuan arti. Alur dari skema ini memiliki
bentuk yang beragam. Namun pada umumnya berita
terbagi menjadi dua skema besar yaitu, summary yang
terdiri dari judul dan lead, dan yang kedua adalah
story yaitu isi berita secara keseluruhan.
Skema berita dalam teks berita ―Hasil Evaluasi
GNPF MUI: Jumlah Massa Aksi 212 Capai 7,5 Juta
Orang‖ ini dimulai dengan judul berita, kemudian
dilanjutkan dengan paragraf lead atau teras berita,
yaitu ―Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI
(GNPF-MUI) memaparkhan hasil evaluasi aksi damai
212 di Markaz Syariah, Petamburan, Jakarta, Ahad
(4/12). Dari hasil pemaparan tersebut, jumlah peserta
yang mengikuti aksi damai pada Jumat (2/12) itu
diperkirakan mencapai 7,5 juta orang.‖
Skema yang kedua adalah Story yang menguraikan
situasi yakni proses atau jalannya peristiwa. Story
dalam teks berita ini muncul setelah lead. Berita
diuraikan dengan menyajikan data pendukung yang
78
menggunakan aplikasi GoogleMap yang menyebut
jumlah peserta Aaksi Bela Islam 212 diperkirakan dua
kali lipat dari jumlah peserta Aksi Bela Islam 411 (4
November 2016).
Beberapa paragraf selanjutnya masih berbicara fakta
dan data untuk menguatkan banyak jumlah peserta
aksi yang mencapai angka 7,5 juta.
Skema ini disusun sedemikian rupa untuk meyakinkan
bahwa aksi bela Islam ini didukung oleh banyak umat
Islam. Di paragraf terakhir dipaparkan bahwa “Ia
(Habib Riziq) menyatakan tidak ada seorang habib,
kiai, ulama, ormas, atau parpol manapun yang bisa
mengumpulkan orang sebanyak itu untuk satu tujuan.
Itu semua pertolongan Allah SWT.”
3) Semantik
Latar berita ―Hasil Evaluasi GNPF MUI: Jumlah
Massa Aksi 212 Capai 7,5 Juta Orang‖ berupa
pernyataan Habib Riziq di Markaz Syariah Jakarta,
detailnya penyebutan jumlah peserta Aksi sebanyak
7,5 juta orang. Sedangkan maksud pada semantik
berita tersebut adalah data berita disajikan secara apa
adanya.
4) Sintaksis
Koherensi pada berita ―Hasil Evaluasi GNPF MUI:
Jumlah Massa Aksi 212 Capai 7,5 Juta Orang‖
terdapat kata penghubung ―dengan‖, kata sebab akibat
―sehingga‖, penggunaan kalimat aktif ―memaparkan‖,
79
―mengikuti‖, ―menggunakan‖, ―mengumpulkan‖,
―menyatakan‖, serta kata pasif seperti ―ditotal‖.
5) Stilistik
Leksikon pilihan kata yang digunakan adalah
―pemaparan‖, ―evaluasi‖, ―googlemap‖,
―mendekakti‖, ―logis‖, ―diprediksi‖.
6) Retoris
Grafis yang digunakan adalah gambar kondisi di
sekitaran lokasi acara yang dipadati peserta aksi yang
mayoritas memakai serba putih.
Tabel 4.2
Kerangka Analisis Teks 1
Hal yang
Diamati
Elemen Keterangan
TEMATIK
Topik Tentang jumlah aksi
massa 212 mencapai 7,5
juta
SKEMATIK
Skema Dimulai dengan judul
berita, kemudian
dilanjutkan dengan
paragraf lead atau teras
berita, yaitu ―Gerakan
Nasional Pengawal
Fatwa MUI (GNPF-
MUI) mema-parkan hasil
evaluasi aksi damai 212
di Markaz Syariah,
Petamburan, Jakarta,
Ahad (4/12). Dari hasil
pemaparan tersebut,
jumlah peserta yang
mengikuti aksi damai
pada Jumat (2/12) itu
80
diperkirakan mencapai
7,5 juta orang.‖
Story dalam teks berita
ini muncul setelah lead.
Berita diuraikan dengan
menyajikan data
pendukung yang
menggunakan aplikasi
GoogleMap yang
menyebut jumlah peserta
Aaksi Bela Islam 212
diperkirakan dua kali
lipat dari jumlah peserta
Aksi Bela Islam 411 (4
November 2016).
SEMANTIK
Latar, detail,
maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Latar: Pernyataan Habib
Riziq di Markaz Syariah
Jakarta
Detail: penyebutan
jumlah peserta Aksi
sebanyak 7,5 juta orang.
Sedangkan maksud pada
semantik berita tersebut
adalah data berita
disajikan secara apa
adanya.
SINTAKSIS
Bentuk kalimat,
koherensi, kata
ganti
Kata penghubung
―dengan‖, kata sebab
akibat ―sehingga‖,
penggunaan kalimat aktif
―memaparkan‖,
―mengikuti‖,
―menggunakan‖,
―mengumpulkan‖,
―menyatakan‖, serta kata
pasif seperti ―ditotal‖.
STILISTIK
Leksikon Leksikon pilihan kata
yang digunakan adalah
―pemaparan‖, ―evaluasi‖,
81
―googlemap‖,
―mendekakti‖, ―logis‖,
―diprediksi‖.
RETORIS
Grafis,
Metafora,
Ekspresi
Grafis yang digunakan
adalah gambar kondisi di
sekitaran lokasi acara
yang dipadati peserta
aksi yang mayoritas
memakai serba putih.
2. Analisis Teks 2
Judul : Do‘a Bersama, Kawasan Seputar Monas Padat
Sumber: NU Online
1) Tematik
Jika dalam berita teks 1 disebutkan angka jumlah
peserta aksi massa 212 mencapai 7,5 juta, sedangkan
NU Online pada berita ―Do‘a Bersama, Kawasan
Seputar Monas Padat‖ dengan tema kawasan Monas
padat, tidak menyebutkan jumlah yang signifikan
seperti disampaikan Eramuslim. NU Online hanya
menyebut lautan jutaan ummat Muslim.
2) Skematik
Skema pada berita ―Do‘a Bersama, Kawasan
Monas Padat‖ dimulai dengan judul berita, kemudian
lead yang menyebutkan “Doa bersama yang hari ini,
Jum‟at (2/12) diselenggarakan dengan titik pusat di
Monumen Nasional membuat kawasan tersebut sangat
padat. Jl Medan Merdeka Selatan dan Medan
Merdeka Timur dipenuhi massa yang sebagian besar
82
berbaju putih. Jl Merdeka Utara di mana Istana
Negara berada sengaja ditutup. Demikian pula Jl
Merdeka Barat di mana terdapat kantor Mahkamah
Konstitusi, RRI, Museum Nasional, Indosat, dan
beberapa kantor kementerian, juga ditutup.” Adapun
skema berupa story-nya memotret serta
mendeskripsikan kondisi di lokasi Aksi Bela Islam
dan sekitarnya.
3) Semantik
Latar berita ―Do‘a Bersama, Kawasan Monas Padat‖
dengan menyebut pemandangan Monas yang dipadati
peserta aksi, detailnya dengan mendeskripsikan
bagaimana kondisi di lokasi, rangkaian acara, dan
segala yang terjadi. Maksud pada semantik berita ini
disajikan sesuai pengamatan. Adapun pengandaian
pada berita ini tidak digunakan.
4) Sintaksis
Koherensi pada berita ―Do‘a Bersama, Kawasan
Monas Padat‖ adalah ―diselenggarakan‖, ―membuat‖,
―dipenuhi‖, ―demikian pula‖, ―mengarah‖,
―menerima‖, ―membutuhkan‖,
5) Struktur Stilistik
Leksikon berupa ―sangat padat‖, ―sebagian besar
berbaju putih‖, ―menerima donasi‖, ―berorasi‖,
―mengikuti komando‖, ―menikmati suasana pagi‖,
―swafoto‖, ―pedagang berkeliling‖, ―di mana ada gula
di situ ada semut‖.
83
6) Struktur Retoris
Grafis berupa gambar dari udara yang
menggambarkan suasana shalat Jum‘at para peserta
aksi 212 yang mengelilingi Monas.
Tabel 4.3
Kerangka Analisis Teks 2
Hal yang
Diamati
Elemen Keterangan
TEMATIK
Topik Tema: kawasan Monas
padat, tidak menyebutkan
jumlah yang signifikan
seperti disampaikan
Eramuslim
SKEMATIK
Skema Lead yang menyebutkan
“Doa bersama yang hari
ini, Jum‟at (2/12)
diselenggarakan dengan
titik pusat di Monumen
Nasional membuat kawasan
tersebut sangat padat. Jl
Medan Merdeka Selatan
dan Medan Merdeka Timur
dipenuhi massa yang
sebagian besar berbaju
putih. Jl Merdeka Utara di
mana Istana Negara berada
sengaja ditutup. Demikian
pula Jl Merdeka Barat di
mana terdapat kantor
Mahkamah Konstitusi, RRI,
Museum Nasional, Indosat,
dan beberapa kantor
kementerian, juga ditutup.”
Adapun skema berupa
story-nya memotret serta
mendeskripsikan kondisi di
84
lokasi Aksi Bela Islam dan
sekitarnya.
SEMANTIK
Latar, detail,
maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Latar berita ―Do‘a Bersama,
Kawasan Monas Padat‖
dengan menyebut
pemandangan Monas yang
dipadati peserta aksi,
detailnya dengan
mendeskripsikan bagaimana
kondisi di lokasi, rangkaian
acara, dan segala yang
terjadi. Maksud pada
semantik berita ini disajikan
sesuai pengamatan. Adapun
pengandaian pada berita ini
tidak digunakan.
SINTAKSIS
Bentuk
kalimat,
koherensi,
kata ganti
Koherensi:
―diselenggarakan‖,
―membuat‖, ―dipenuhi‖,
―demikian pula‖,
―mengarah‖, ―menerima‖,
―membutuhkan‖,
STILISTIK
Leksikon Leksikon berupa ―sangat
padat‖, ―sebagian besar
berbaju putih‖, ―menerima
donasi‖, ―berorasi‖,
―mengikuti komando‖,
―menikmati suasana pagi‖,
―swafoto‖, ―pedagang
berkeliling‖, ―di mana ada
gula di situ ada semut‖.
RETORIS
Grafis,
Metafora,
Ekspresi
Grafis berupa gambar dari
udara yang menggambarkan
suasana shalat Jum‘at para
peserta aksi 212 yang
mengelilingi Monas.
85
3. Analisis Teks 3
Judul : Ustaz Arifin Ilham Pimpin
Ratusan Ribu Massa Aksi 212 Berdzikir
Sumber: Eramuslim
1) Tematik
Tema pada berita ―Ustaz Arifin Ilham Pimpin Ratusan
Ribu Massa Aksi 212 Berdzikir‖ mengandung tema
aktifitas dzikir yang dilakukan dalam Aksi tersebut.
2) Skematik
Skema pada berita ―Ustaz Arifin Ilham Pimpin
Ratusan Ribu Massa Aksi 212 Berdzikir‖ menyajikan
judul dan dilanjut dengan teras berita yang berisi
rangkaian lanjutan dalam Aksi Bela Islam 212 berupa
kegiatan dzikir, sedangkan skema story-nya berisi
gambaran Ustadz Arifin Ilham yang terlihat menangis
dalam memimpin dzikir.
3) Semantik
Latar berita ―Ustaz Arifin Ilham Pimpin Ratusan Ribu
Massa Aksi 212 Berdzikir‖ disajikan dengan latar
rangkaian acara yang sedang terjadi di lokasi,
detailnya berita menggambarkan jamaah terbawa
suasana dzikir, maksudnya disajikan apa adanya.
4) Sintaksis
Koherensi berita ―Ustaz Arifin Ilham Pimpin Ratusan
Ribu Massa Aksi 212 Berdzikir‖ adalah kata
―memasuki‖, ―memimpin‖, ―mengikuti‖,
86
―menariknya‖, ―memasuki‖, ―mengelilingi‖,
―mengangkat‖, ―mengelilingi‖.
5) Stilistik
Leksikon pilihan kata yang digunakan dalam
penyajian teks ini adalah ―aktivitas‖, ―dzikir‖,
―khidmat‖, ―tampak seperti menangis‖.
6) Retoris
Grafis yang digunakan adalah suasana peserta aksi
dalam keadaan duduk bersimpuh posisi di antara dua
sujud seperti dalam shalat.
Tabel 4.4
Kerangka Analisis Teks 3
Hal yang
Diamati
Elemen Keterangan
TEMATIK
Topik Tema aktifitas dzikir
yang dilakukan dalam
Aksi
SKEMATIK
Skema Lead yang berisi
rangkaian lanjutan
dalam Aksi Bela Islam
212 berupa kegiatan
dzikir, sedangkan
skema story-nya berisi
gambaran Ustadz Arifin
Ilham yang terlihat
menangis dalam
memimpin dzikir.
SEMANTIK
Latar, detail,
maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Latar berita ―Ustaz
Arifin Ilham Pimpin
Ratusan Ribu Massa
Aksi 212 Berdzikir‖
disajikan dengan latar
rangkaian acara yang
87
sedang terjadi di lokasi,
detailnya berita
menggambarkan
jamaah terbawa suasana
dzikir, maksudnya
disajikan apa adanya.
SINTAKSIS
Bentuk kalimat,
koherensi, kata
ganti
Koherensi berita ―Ustaz
Arifin Ilham Pimpin
Ratusan Ribu Massa
Aksi 212 Berdzikir‖
adalah kata
―memasuki‖,
―memimpin‖,
―mengikuti‖,
―menariknya‖,
―memasuki‖,
―mengelilingi‖,
―mengangkat‖,
―mengelilingi‖.
STILISTIK
Leksikon Leksikon pilihan kata
yang digunakan dalam
penyajian teks ini
adalah ―aktivitas‖,
―dzikir‖, ―khidmat‖,
―tampak seperti
menangis‖.
RETORIS
Grafis,
Metafora,
Ekspresi
Grafis yang digunakan
adalah suasana peserta
aksi dalam keadaan
duduk bersimpuh posisi
di antara dua sujud
seperti dalam shalat.
88
4. Analisis Teks 4
Judul : Menahan Emosi Demi NKRI
Sumber: NU Online
1) Tematik
Tulisan NU Online berujudul ―Menahan Emosi Demi
NKRI‖ bertemakan tentang menahan emosi dan
ajakan agar tidak menjadikan agama sebagai alat
pemecah bangsa Indonesia. Tulisan tersebut
menegaskan, agama Islam saja sangat banyak ragam
madzhabnya, dan itu harus disatukan.
2) Skematik
Skema pada tulisan ini diawali dengan paragraf
“Umat Islam Indonesia menunjukkan kemuliaan di
hadapan dunia internasional. Do'a bersama untuk
kedamaian negeri dalam rangkaian aksi super damai
212 begitu luar biasa hingga tulisan ini selesai. Sejak
pagi lautan jama'ah berjumlah jutaan muslim
Indonesia berkumpul di Ibukota.” Adapun story-nya
berisi paparan dan argumentasi untuk menjaga NKRI,
bahkan pada paragraf terakhir, ditulis “Indonesia
milik umat Islam dan semua umat beragama lainnya.
Agama bukan pemecah bangsa. Ulama sangat mulia
menyeru kebaikan dan menahan umatnya untuk tertib.
NKRI harga mati. Indonesia tetap satu nusa, bangsa
dan bahasa. Dunia menyapa dengan penuh mulia.”
89
3) Semantik
Latar tulisan ―Menahan Emosi Demi NKRI‖ berupa
sanjungan penulis kepada Umat Islam Indonesia yang
menunjukkan kemuliaan di hadapan dunia
internasional, bahkan dideskripsikan pula kondisi
Monas yang dibanjiri lautan umat Islam. Detail tulisan
ini dilengkapi dengan gambaran Umat Islam
Indonesia, kondisi politik Indonesia, dan komitmen
kebhinekaan.Maksud pada berita ini disajikan dengan
lugas.
4) Sintaksis
Koherensi tulisan ini adalah kata ―menunjukkan‖,
―menjadi‖, ―menampung‖, ―menyatukan‖,
―melaksanakan‖, ―dipegang‖, ―mengandung‖,
―menahan‖, dan sebagainya.
5) Stilistik
Leksikon berupa ―kemuliaan di hadapan dunia
internasional‖, ―lautan jamaah‖, ―visi kerasulan‖,
―titik utama‖, ―menampung jamaah‖, ―lintas
ideologi‖, ―titik baku‖, ―manajemen keulamaan‖,
―menghadirkan kebersamaan‖, ―komitmen
kebhinekaan‖, ―agama bukan pemecah bangsa‖,
―menyeru kebaikan.
6) Retoris
Grafis berupa gambar dari udara yang
menggambarkan suasana shalat Jum‘at para peserta
aksi 212 yang mengelilingi Monas.
90
Tabel 4.5
Kerangka Analisis Teks 4
Hal yang
Diamati
Elemen Keterangan
TEMATIK
Topik Tema: tentang menahan
emosi dan ajakan agar
tidak menjadikan agama
sebagai alat pemecah
bangsa Indonesia.
SKEMATIK
Skema Skema pada tulisan ini
diawali dengan paragraf
“Umat Islam Indonesia
menunjukkan kemuliaan di
hadapan dunia
internasional. Do'a
bersama untuk kedamaian
negeri dalam rangkaian
aksi super damai 212
begitu luar biasa hingga
tulisan ini selesai. Sejak
pagi lautan jama'ah
berjumlah jutaan muslim
Indonesia berkumpul di
Ibukota.” Adapun story-
nya berisi paparan dan
argumentasi untuk
menjaga NKRI, bahkan
pada paragraf terakhir,
ditulis “Indonesia milik
umat Islam dan semua
umat beragama lainnya.
Agama bukan pemecah
bangsa. Ulama sangat
mulia menyeru kebaikan
dan menahan umatnya
untuk tertib. NKRI harga
mati. Indonesia tetap satu
nusa, bangsa dan bahasa.
Dunia menyapa dengan
penuh mulia.”
91
SEMANTIK
Latar, detail,
maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Latar tulisan ―Menahan
Emosi Demi NKRI‖
berupa sanjungan penulis
kepada Umat Islam
Indonesia yang
menunjukkan kemuliaan di
hadapan dunia
internasional, bahkan
dideskripsikan pula
kondisi Monas yang
dibanjiri lautan umat
Islam. Detail tulisan ini
dilengkapi dengan
gambaran Umat Islam
Indonesia, kondisi politik
Indonesia, dan komitmen
kebhinekaan.Maksud pada
berita ini disajikan dengan
lugas dan tidak
menggunakan
pengandaian.
SINTAKSIS
Bentuk
kalimat,
koherensi,
kata ganti
Bentuk kalimat yang dipak
lebih banyak dalam
bemtuk kata aktif:
―menunjukkan‖,
―menjadi‖, ―menampung‖,
―menyatukan‖,
―melaksanakan‖,
―dipegang‖,
―mengandung‖,
―menahan‖, dan
sebagainya.
STILISTIK
Leksikon Leksikon berupa
―kemuliaan di hadapan
dunia internasional‖,
―lautan jamaah‖, ―visi
kerasulan‖, ―titik utama‖,
―menampung jamaah‖,
―lintas ideologi‖, ―titik
92
baku‖, ―manajemen
keulamaan‖,
―menghadirkan
kebersamaan‖, ―komitmen
kebhinekaan‖, ―agama
bukan pemecah bangsa‖,
―menyeru kebaikan.
RETORIS
Grafis,
Metafora,
Ekspresi
Grafis berupa gambar dari
udara yang
menggambarkan suasana
shalat Jum‘at para peserta
aksi 212 yang mengelilingi
Monas.
5. Analisis Teks 5
Judul : Ust. Yusuf Mansur Ingatkan Aksi 212 Adalah
Aksi Do‘a Bukan Ancaman
Sumber: Eramuslim
1) Tematik
Tema pada berita ―Ust. Yusuf Mansur Ingatkan Aksi
212 Adalah Aksi Doa, Bukan Ancaman‖ yang
diturunkan Eramuslim berisi tentang peringatan
Ustadz Yusuf Mansur kepada masyarakat bahwa aksi
tersebut bukan sebuah ancaman, melainkan aksi untuk
mendoakan semoga derajat bangsa Indonesia
ditinggikan.
2) Skematik
Skema pada berita ini dibuka dengan teras berita yang
berisi harapan agar aksi berjalan damai sebab itu
93
adalah aksi do‘a. Adapun skema story berita tersebut
adalah ajakan Ust. Yusuf Mansur untuk menjaga aksi
agar tetap aman, tertib, dan selesai dalam keadaan
bersih.
3) Semantik
Latar berita ―Ust. Yusuf Mansyur Ingatkan Aksi 212
Adalah Aksi Doa, Bukan Ancaman‖ berupa
peringatan Ust Yusuf Mansur tentang aksi 212,
detailnya berupa pernyataan Ust. Yusuf Mansur untuk
menjaga agar acara tetap tertib, maksudnya
disampaikan dengan jelas.
4) Sintaksis
Koherensi berita ―Ust. Yusuf Mansyur Ingatkan Aksi
212‖ adalah ‗diguyur‖, ―menggelar‖, ―dibuka‖,
―mengikuti‖, dan sebagainya.
5) Stilistik
Leksikon pilihan kata yang digunakan adalah
―berharap‖, ―super damai‖, ―aman dan lancar‖, ―doa
bukan ancaman‖, ―derajat bangsa‖.
6) Retoris
Grafis yang digunakan adalah gambar meme yang
juga menjadi simbol Aksi 212, yakni gambar Monas
yang diapit angka 2 sehingga membentuk angka 212.
94
Tabel 4.6
Kerangka Analisis Teks 5
Hal yang
Diamati
Elemen Keterangan
TEMATIK
Topik Tema: Peringatan Ustadz
Yusuf Mansur kepada
masyarakat bahwa aksi
tersebut bukan sebuah
ancaman
SKEMATIK
Skema Lead: harapan agar aksi
berjalan damai sebab itu
adalah aksi do‘a. Adapun
skema story berita
tersebut adalah ajakan
Ust. Yusuf Mansur untuk
menjaga aksi agar tetap
aman, tertib, dan selesai
dalam keadaan bersih.
SEMANTIK
Latar, detail,
maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Latar berita ―Ust. Yusuf
Mansyur Ingatkan Aksi
212 Adalah Aksi Doa,
Bukan Ancaman‖ berupa
peringatan Ust Yusuf
Mansur tentang aksi 212,
detailnya berupa
pernyataan Ust. Yusuf
Mansur untuk menjaga
agar acara tetap tertib,
maksudnya disampaikan
dengan jelas, dan tidak
menggunakan
pengandaian.
SINTAKSIS
Bentuk kalimat,
koherensi, kata
ganti
Koherensi berita ―Ust.
Yusuf Mansyur Ingatkan
Aksi 212‖ adalah
‗diguyur‖, ―menggelar‖,
―dibuka‖, ―mengikuti‖,
dan sebagainya.
STILISTIK
Leksikon Leksikon pilihan kata
yang digunakan adalah
95
―berharap‖, ―super
damai‖, ―aman dan
lancar‖, ―doa bukan
ancaman‖, ―derajat
bangsa‖.
RETORIS
Grafis,
Metafora,
Ekspresi
Grafis yang digunakan
adalah gambar meme
yang juga menjadi
simbol Aksi 212, yakni
gambar Monas yang
diapit angka 2 sehingga
membentuk angka 212.
6. Analisis Teks 6
Judul : Menjaga Indonesia Tetap Damai
Sumber : NU Online
1) Tematik
Tema pada tulisan ―Menjaga Indonesia Tetap Damai‖
adalah ajakan untuk menjaga Indonesia agar tetap
damai.
2) Skematik
Skema tulisan ―Menjaga Indonesia Tetap Damai‖
dibuka dengan paragraf pertama berupa ungkapan
syukur terhadap Indonesia sebagai negara demokrasi.
―Dalam negara demokrasi, setiap orang berhak
menyampaikan aspirasinya secara damai. Melakukan
demonstrasi kini menjadi hal yang umum yang
dilaksanakan oleh publik, terkait dengan isu-isu yang
menjadi perhatian mereka.‖ Sementara story-nya
adalah: ajakan umat Islam untuk menjaga
96
kekompakan, penegasan umat Islam mencintai NKRI,
mengawal kasus dugaan penistaan agama,
dan harapan agar tidak ada aksi-aksi serupa yang
mengatasnamakan agama.
3) Semantik
Latar tulisan ―Menjaga Indonesia Tetap Damai‖
berupa fenomena betapa demokratisnya Indonesia
sehingga membolehkan siapa saja melakukan aksi
demonstrasi. Detilnya berupa pengungkapan
rangkaian Aksi Bela Islam. Maksudnya disampaikan
dengan jelas, dan tidak menggunakan pengandaian.
4) Sintaksis
Koherensi tulisan ini berupa kata ―menjadi‖,
―menghina‖, ―tersinggung‖, mengejar‖, menerima‖,
―menginginkan‖, ―menyampaikan‖, dan sebagainya.
5) Stilistik
Leksikon berupa penggunaan kata ―negara
demokrasi‖, ―aspirasi‖, ―demonstrasi‖, ―isu-isu‖,
―koridor UU‖, ―menjaga kekompakan‖, ―komitmen‖,
―mengawal proses hukum‖, ―isu SARA‖, ―perasaan
emosional‖, ―tersinggung‖.
6) Retoris
Grafis menggunakan gambar bendera merah putih
besar di arak di atas puluhan orang di sekitaran
Monumen Nasional (Monas).
97
Tabel 4.7
Kerangka Analisis Teks 6
Hal yang
Diamati
Elemen Keterangan
TEMATIK
Topik Tema: ajakan untuk
menjaga Indonesia agar
tetap damai.
SKEMATIK
Skema Lead: ungkapan syukur
terhadap Indonesia sebagai
negara demokrasi. ―Dalam
negara demokrasi, setiap
orang berhak
menyampaikan aspirasinya
secara damai. Melakukan
demonstrasi kini menjadi
hal yang umum yang
dilaksanakan oleh publik,
terkait dengan isu-isu yang
menjadi perhatian mereka.‖
Sementara story-nya adalah:
ajakan umat Islam untuk
menjaga kekompakan,
penegasan umat Islam
mencintai NKRI, mengawal
kasus dugaan penistaan
agama, dan harapan agar
tidak ada aksi-aksi serupa
yang mengatasnamakan
agama.
SEMANTIK
Latar, detail,
maksud,
praanggapa
n,
nominalisasi
Lead berupa fenomena
betapa demokratisnya
Indonesia sehingga
membolehkan siapa saja
melakukan aksi
demonstrasi. Detilnya
berupa pengungkapan
rangkaian Aksi Bela Islam.
Maksudnya disampaikan
98
dengan jelas, dan tidak
menggunakan pengandaian.
SINTAKSIS
Bentuk
kalimat,
koherensi,
kata ganti
Koherensi tulisan ini berupa
kata ―menjadi‖,
―menghina‖, ―tersinggung‖,
mengejar‖, menerima‖,
―menginginkan‖,
―menyampaikan‖, dan
sebagainya.
STILISTIK
Leksikon Leksikon berupa
penggunaan kata ―negara
demokrasi‖, ―aspirasi‖,
―demonstrasi‖, ―isu-isu‖,
―koridor UU‖, ―menjaga
kekompakan‖, ―komitmen‖,
―mengawal proses hukum‖,
―isu SARA‖, ―perasaan
emosional‖, ―tersinggung‖.
RETORIS
Grafis,
Metafora,
Ekspresi
Grafis menggunakan
gambar bendera merah putih
besar di arak di atas puluhan
orang di sekitaran
Monumen Nasional
(Monas)
7. Analisis Teks 7
Judul : Walau Diguyur Hujan, Jamaah Jum‘at Aksi 212
Tetap Berlangsung Khusyuk
Sumber : Eramuslim
1) Tematik
Tema pada berita ―Walau Diguyur Hujan, Jamaah
Jum‘at Aksi 212 Tetap Berlangsung Khusyuk‖ yang
diturunkan Eramuslim adalah ungkapan motivasi dan
99
sanjungan betapapun hujan tetap turun, shalat Jum‘at
tetap berlangsung khusyuk.
2) Skematik
Skema berita ―Walau Diguyur Hujan, Jamaah Jum‘at
Aksi 212 Tetap Berlangsung Khusyuk‖ diawali
dengan lead “Diguyur hujan, jamaah sholat Jumat di
Tugu Tani tetap khusyuk, Jumat (2/12). Tidak ada
jamaah yang bergerak karena hujan.‖ Sedangkan
story-nya adalah deskripsi jamaah yang menggelar
sajadah, koran dan tikar. Bahkan disajikan pula
tentang kehadiran Presiden Joko Widodo dalam
gelaran shalat Jum‘at tersebut.
3) Semantik
Latar berita ―Walau Diguyur Hujan, Jamaah Jum‘at
Aksi 212 Tetap Berlangsung Khusyuk‖ berupa
deskripsi pemandangan hujan saat aksi, Detilnya
berupa reaksi peserta aksi saat turunnya hujan,
maksudnya disampaikan dengan jelas.
4) Sintaksis
Koherensi berita ini mernggunakan kata ―meskipun‖,
―apalagi‖, ―menyebutkan‖, ―dilakukannya‖,
―mengadakan‖, ―menunggu‖, ―menembus‖, ―di
antara‖, ―digabung‖, ―namun demikian‖.
5) Stilistik
Leksikon pemilihan kata yang digunakan pada teks
berita ini adalah ―khusyuk‖ pada kalimat ―Shalat
Jumat di Tugu Tani tetap khusyuk‖, ―bergerak‖ pada
100
kalimat ―Tidak ada jamaah yang bergerak‖,
―komando‖ sebagai pengganti kata perintah.
6) Retoris
Grafis pada teks ini menggunakan gambar situasi saat
aksi, namun tidak dalam situasi turun hujan.
Tabel 4.8
Kerangka Analisis Teks 7
Hal yang
Diamati
Elemen Keterangan
TEMATIK
Topik Tema: ungkapan
motivasi dan sanjungan
betapapun hujan tetap
turun, shalat Jum‘at
tetap berlangsung
khusyuk.
SKEMATIK
Skema Lead: “Diguyur hujan,
jamaah sholat Jumat di
Tugu Tani tetap
khusyuk, Jumat (2/12).
Tidak ada jamaah yang
bergerak karena
hujan.‖ Sedangkan
story-nya adalah
deskripsi jamaah yang
menggelar sajadah,
koran dan tikar. Bahkan
disajikan pula tentang
kehadiran Presiden
Joko Widodo dalam
gelaran shalat Jum‘at
tersebut.
SEMANTIK
Latar, detail,
maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Latar berita ―Walau
Diguyur Hujan, Jamaah
Jum‘at Aksi 212 Tetap
Berlangsung Khusyuk‖
101
berupa deskripsi
pemandangan hujan
saat aksi, Detilnya
berupa reaksi peserta
aksi saat turunnya
hujan, maksudnya
disampaikan dengan
jelas.
SINTAKSIS
Bentuk kalimat,
koherensi, kata
ganti
Koherensi berita ini
mernggunakan kata
―meskipun‖, ―apalagi‖,
―menyebutkan‖,
―dilakukannya‖,
―mengadakan‖,
―menunggu‖,
―menembus‖, ―di
antara‖, ―digabung‖,
―namun demikian‖.
STILISTIK
Leksikon Leksikon pemilihan
kata yang digunakan
pada teks berita ini
adalah ―khusyuk‖ pada
kalimat ―Shalat Jumat
di Tugu Tani tetap
khusyuk‖, ―bergerak‖
pada kalimat ―Tidak
ada jamaah yang
bergerak‖, ―komando‖
sebagai pengganti kata
perintah.
RETORIS
Grafis,
Metafora,
Ekspresi
Grafis pada teks ini
menggunakan gambar
situasi saat aksi, namun
tidak dalam situasi
turun hujan.
102
8. Analisis Teks 8
Judul : Memaknai Guyuran Hujan Dalam Aksi 212
Sumber: NU Online
1) Tematik
Tulisan NU Online berjudul ―Memaknai Guyuran
Hujan dalam Aksi 212‖ bertemakan makna hujan
sebagai turunnya keberkahan pada aksi tersebut dan
hujan sebagai pembentuk suasana kedamaian.
2) Struktur Skematik
Skema pada tulisan ―Memaknai Guyuran Hujan dalam
Aksi 212‖ diawali dengan lead yang berisi kejutan
dengan kehadiran Presiden RI Joko Widodo di arena
Aksi Bela Islam 212. “Tidak ada yang mengetahui
persis Presiden RI Joko Widodo akan hadir di tengah
ratusan ribu massa aksi damai 2 Desember di Monas
dan sekitarnya. Meskipun pada akhirnya, Jokowi
sendiri yang memutuskan sangat perlu hadir dan
shalat Jumat bersama mereka di detik-detik terkahir
menjelang kumandang adzan.‖ Sementara itu, story-
nya adalah : makna turunnya hujan dari berbagai
pendapat, sajian data jumlah peserta yang hadir, dan
ajakan untuk menjaga kepala tetap dingin.
3) Semantik
Latar tulisan ―Memaknai Guyuran Hujan dalam Aksi
212‖ berupa kejutan kehadiran Presiden Joko Widodo
di Aksi Bela Islam 212. Detilnya berupa pemaknaan
hujan bagi peserta aksi dan bagi bangsa Indonesia.
103
4) Sintaksis
Koherensi tulisan ―Memaknai Guyuran Hujan dalam
Aksi 212‖ adalah kata ―mengetahui‖, ―meskipun‖,
―menembus‖, ―menemui‖. ―memutuskan‖,
―menunggu‖, dan lain sebagainya.
5) Stilistik
Leksikon yang digunakan adalah ―memutuskan‖,
―menembus hujan deras‖, ―begitu menggelitik‖,
―gorong-gorong‖, ―menembus kepungan‖, ―
merangsek‖, ―memadati‖, ―kerugian jiwa raga‖,
―pewaris para founding fathers”, ―pandangan
nyinyir‖.
6) Retoris
Grafis berupa gambar dari udara yang
menggambarkan suasana shalat Jum‘at para peserta
aksi 212 yang mengelilingi Monas.
Tabel 4.9
Kerangka Analisis Teks 8
Hal yang
Diamati
Elemen Keterangan
TEMATIK
Topik Tema: makna hujan
sebagai turunnya
keberkahan pada aksi
tersebut dan hujan
sebagai pembentuk
suasana kedamaian.
SKEMATIK
Skema Lead: kejutan berupa
kehadiran Presiden RI
Joko Widodo di arena
104
Aksi Bela Islam 212.
“Tidak ada yang
mengetahui persis
Presiden RI Joko
Widodo akan hadir di
tengah ratusan ribu
massa aksi damai 2
Desember di Monas dan
sekitarnya. Meskipun
pada akhirnya, Jokowi
sendiri yang
memutuskan sangat
perlu hadir dan shalat
Jumat bersama mereka
di detik-detik terkahir
menjelang kumandang
adzan.‖ Sementara itu,
story-nya adalah :
makna turunnya hujan
dari berbagai pendapat,
sajian data jumlah
peserta yang hadir, dan
ajakan untuk menjaga
kepala tetap dingin.
SEMANTIK
Latar, detail,
maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Latar: kejutan kehadiran
Presiden Joko Widodo
di Aksi Bela Islam 212.
Detilnya berupa
pemaknaan hujan bagi
peserta aksi dan bagi
bangsa Indonesia.
SINTAKSIS
Bentuk
kalimat,
koherensi, kata
ganti
Bentuk kata yang
digunakan adalah kata
aktif: ―mengetahui‖,
―meskipun‖,
―menembus‖,
―menemui‖.
―memutuskan‖,
―menunggu‖, dan lain
sebagainya.
105
STILISTIK
Leksikon Leksikon yang
digunakan adalah
―memutuskan‖,
―menembus hujan
deras‖, ―begitu
menggelitik‖, ―gorong-
gorong‖, ―menembus
kepungan‖, ―
merangsek‖,
―memadati‖, ―kerugian
jiwa raga‖, ―pewaris
para founding fathers”,
―pandangan nyinyir‖.
RETORIS
Grafis,
Metafora,
Ekspresi
Grafis berupa gambar
dari udara yang
menggambarkan suasana
shalat Jum‘at para
peserta aksi 212 yang
mengelilingi Monas.
106
B. Diskusi Hasil Analisis
Dari hasil analisis wacana model van Dijk terhadap
kedelapan teks berita yang disajikan Eramuslim dan NU
Online dapat terlihat upaya merepresentasikan ideologi
dalam pemberitaan Aksi 212. Ideologi media mengandung
pengertian ideologi yang dimiliki oleh media sebagai
sebuah institusi atau yang menjadi landasan hidup media.114
Pada teks 1 yang disajikan Eramuslim seakan
bertolak belakang dengan teks 2 yang disajikan NU Online,
di mana Eramuslim menyebut angka jumlah peserta aksi
7,5 juta, sedangkan NU Online hanya menyebut kata
―lautan jamaah‖. Pemilihan tema dan pilihan kata yang
digunakan membuktikan keduanya memiliki perbedaan
cara pandang. Dengan menggunakan pisau analisis wacana
van Dijk, dilihat dari enam elemen seperti di atas, akan
terlihat penyampaian wacana melalui berita atau tulisan.
Pada teks 3 yang disajikan Eramuslim mengangkat
tema ―aktvitas dzikir‖ dalam rangkaian aksi 212, sedangkan
NU Online pada teks 4 lebih memilih tema tulisan
―menahan emosi‖. Dua teks yang berseberangan ini
menunjukkan bahwa aksi damai dicitrakan sebagai aksi
yang diisi dengan aktivitas dzikir dan shalawat yang
menyejukkan, sedangkan NU Online melalui teks 4
mengajak untuk menahan emosi dan tidak menjadikan
agama sebagai pemecah bangsa. Tentu dari kedua teks ini
114
Udi Rusadi, Kajian Media Isu Ideologis, h.82.
107
akan terlihat perbedaannya, dan terlihat pula representasi
ideologi keduanya.
Pada teks 5 yang disajikan Eramuslim mengambil
tema penegasan kepada masyarakat bahwa Aksi 212 adalah
aksi doa, bukan sebuah ancaman. Sementara itu teks 6 yang
disajikan NU Online mengajak agar Indonesia tetap damai,
dan harapannya aksi seperti itu tidak berulang lagi. NU
Online selain memberikan pujian kepada aksi, pada teks ini
pula melemparkan kritikan. Di mana demi mempertahankan
NKRI, sebaiknya energi yang dimiliki bangsa bisa
digunakan untuk ―PR‖ yang lain dan lebih penting.
Pada teks 7 yang disajikan Eramuslim bermaksud
menampakkan bahwa betapapun hujan mengguyuri lokasi
aksi 212, tidak membuat jamaah meninggalkan acara, justru
mereka tetap terlihat khusyuk dan khidmat dalam beribadah
shalat Jum‘at. Adapun pada teks 8, NU Online menurunkan
tulisan yang menafsirkan makna-makna guyuran hujan saat
aksi 212. Di sini terlihat kedua teks ini saling memberikan
hikmah positif dan tidak melakukan kritik.
Apa yang dilakukan kedua media tersebut memang
untuk merepresentasikan portal tersebut masing-masing.
Konsep representasi bisa berubah dan berbeda-beda. Selalu
ada pemaknaan baru dalam konsep representasi yang sudah
pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap,
ia selalu berada dalam proses negosiasi dan disesuaikan
dengan situasi yang baru. Intinya, makna tidak inheren
108
ddalam sesuatu di dunia ini, ia selalu dikonstruksikan,
diproduksi, lewat proses representasi.115
Representasi ideologi yang disampaikan Eramuslim
pada empat teks yang diteliti menegaskan portal tersebut
sesuai dengan visinya, yakni menyuarakan suara umat
Islam dan media Islam rujukan. Sedangkan NU Online
dengan basis kaum muslim tradisional memiliki corak
pemikiran keagamaan bergerak antara fiqh dan tasawwuf.
Interaksi antara dua pendekatan yang menonjol ini
membuat produk pemikiran NU tegas tetapi lentur. Tegas
dalam kedudukan hukumnya, tetapi lentur dalam proses
penerapannya. Dalam banyak kasus, kesan lentur lebih
dominan sehingga dianggap plin-plan oleh kalangan yang
ketat dengan syariah. Walaupun, dalam kenyataannya,
kelenturan itu justru menguntungkan kepentingan orang
banyak.116
Di sini NU Online menunjukkan jati dirinya
sebagai portal Islam yang moderat, tidak kaku, dan tetap
bisa berkompromi dengan negara. Masing-masing media
memiliki karakteristik sendiri dalam mencitrakan sebuah
fakta melalui realitas simbolik yang dibuatnya.117
Pada dasarnya kedua portal berita Islam yang menjadi
objek penelitian ini memiliki ideologi yang sama, yakni
Islam sebagai agama. Namun keduanya memiliki pola
115
Moch. Fakhruroji, Islam Digital, h. 104. 116
Opini ―NU Pasca Peristiwa Aksi 212‖, dari
http://www.nu.or.id/post/read/73568/nu-pasca-peristiwa-aksi-212 diakses pada
Senin, 22 Januari 2018, Pukul 07.30 WIB. 117
Fathurin Zen, NU Politik; Analisis Wacana Media (Yogyakarta: LkiS,
2004), h. 60
109
pandang yang berbeda dalam cara menyajikan satu objek.
Dedy N Hidayat118
mengingatkan, sulit untuk
mengharapkan agar setiap media membuat pemberitaan
yang ―objektif‖, misalnya seperti Aksi 212 ini. Realitas
konflik maupun fenomena semacam itu sebenarnya
merupakan sebuah konstruksi sosial, produk suatu
pertarungan wacana yang melibatkan media serta berbagai
unsur publik.
Ini artinya realitas objektif tentang suatu peristiwa
adalah penjumlahan atau agregasi dari berbagai realitas
simbolik yang ditampilkan dan dipertarungkan masing-
masing media dengan versi dan pandangannya sendiri.
Begitupun apa yang terjadi dengan pengemasan berita aksi
212 yang disajikan dengan versinya masing-masing.
Tabel 4.10
Ideologi Eramuslim dan NU Online
Dalam Pemberitaan Aksi 212
Elemen Eramuslim NU Online
TEMATIK
Menampilkan
tema-tema yang
menegaskan dasar
Aksi 212 sebagai Aksi
Bela Islam
Menampilkan tema-
tema yang berisi kritik
dan ajakan untuk
meredakan emosi
dalam perpolitikan
nasional
SKEMATIK
Menyusun skema
berita mulai dari lead
hingga story dan
uraiannya yang
menunjukkan Aksi
Menyusun Skema
berita dan tulisan
mulai dari lead hingga
story yang
menonjolkan kritikan
118
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta:
Lkis, 2001), h. viii.
110
212 sebagai aksi
damai
terhadap Aksi
SEMANTIK
Menggunakan latar
pada fenomena
gambaran aksi yang
sejuk dan damai
Menggunakanlatar
pada fenomena
kondisi politik dan
alam demokrasi yang
baik
SINTAKSIS
Bentuk kalimat yang
digunakan berupa
kalimat-kalimat aktif
yang mendukung Aksi
Bentuk kalimat yang
digunakan berupa
kalimat-kalimat aktif
yang mengkritik Aksi
STILISTIK
Pilihan kata yang
memperlihatkan aksi
positif pada Aksi 212
Pilihan kata yang
lebih fokus kepada
keunggulan Indonesia
dan Presiden Joko
Widodo
RETORIS
Grafis yang digunakan
berupa gambar yang
mencitrakan aksi 212
dan bersifat umum
Grafis yang
digunakan berupa
gambar yang
mencitrakan aksi 212
dan bersifat umum
IDEOLOGI
SECARA
UMUM
- Politik Islam
- Kritis terhadap
pemerintah
- Islam berwawasan
kebangsaan
- Lentur terhadap
kompromi negara
Analisis wacana yang dilakukan pada penelitian ini
tidak hanya didasarkan pada analisis teks semata. Disini
harus dilihat juga bagaimana produksi teks itu bekerja.
Proses produksi itu melibatkan suatu proses yang disebut
sebagai kognisi sosial. Pendekatan ini membantu
memetakan bagaimana produksi teks yang melibatkan
proses yang kompleks tersebut dapat dipelajari atau
dijelaskan.
111
Dalam bahasan penelitian ini yang menarik adalah
tentang pemberitaan Aksi 212 oleh NU Online, di mana
meski secara kelembagaan PBNU119
bukan kontra terhadap
Aksi Bela Islam 212 melainkan mengambil posisi sebagai
mediator antara Gerakan Aksi Bela Islam dan Negara,
namun Mahfud MD120
menyebut mayoritas peserta Aksi
tersebut bukanlah pengikut Habib Riziq sebagai pemimpin
aksi, melainkan sebagian warga NU dan Muhammadiyah
non-struktural. Artinya, peserta aksi itu sendiri mayoritas
warga NU, sementara portal NU Online menyajikan berita
dan tulisan --yang berdasarkan analisis wacana—cenderung
bertolak belakang dengan apa yang disajikan Eramuslim
atau kebanyakan portal Islam pada umumnya saat itu.
Melihat fenomena seperti ini maka analisis wacana
van Dijk tidak sekedar meneliti rangkaian struktur teks dan
bahasa serta individu yang menyajikan berita, tapi
dibutuhkan sebuah analisis yang lebih tajam dalam
mengetahui relasi media portal satu ormas besar dengan
warganya, sehingga antara ormas secara struktural,
kemudian menyampaikan pesan melalui portal berita, akan
linier dengan warga dan memiliki garis yang sama dalam
perjuangan Islam.
119
http://www.nu.or.id/post/read/74359/memahami-sikap-pbnu-sebuah-
tanggapan, diakses Sabtu, 23 Desember 2017, pukul 06.30. Judul opini:
―Memahami Sikap PBNU (Sebuah Tanggapan)‖. 120
http://www.muslimoderat.net/2017/05/mahfud-md-mayoritas-peserta-
aksi-di-jakarta-bukan-pengikut-habib-rizieq.html, diakses Kamis, 25 Januari
2018, pukul 16.24 WIB.
112
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis pada berita
seputar Aksi Bela Islam 212 di Eramuslim dan NU Online,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut
1) Eramuslim berupaya mencitrakan gerakan Aksi Bela
Islam 212 sebagai aksi yang didukung jutaan umat
Islam, mendapatkan sambutan dari berbagai kalangan,
Islam sebagai agama damai, Islam menjunjung
keadilan, dan aksi yang memiliki banyak keunggulan.
2) NU Online berupaya mencitrakan gerakan Aksi Bela
Islam 212 dengan tidak berlebihan, cenderung
melontarkan kritik, dan sering berseberangan dengan
kelompok yang mengatasnamakan agama untuk
kepentingan politik.
3) Eramuslim merepresentasikan diri sebagai media portal
Islam yang berideologi sebagai portal yang berupaya
tegas dan menegakkan amar ma‘ruf serta nahi munkar.
Sedangkan NU Online merepresentasikan diri sebagai
media portal Islam yang berideologi sebagai portal yang
berlandaskan ahlussunnah wal jama‘ah dan
melandaskan pada nilai-nilai Pancasila serta NKRI.
4) Sesuai analisis wacana dengan metode van A Dijk,
Eramuslim maupun NU Online merepresentasikan
ideologinya dengan menyajikan berita dan tulisan
113
dengan memperhatikan tematik, skematik, semantik,
sintaksis, stilistik, dan retoris.
5) Representasi ideologi dalam pemberitaan ditegaskan
dengan melakukan konstruksi realitas melalui
pendekatan wacana dalam teks berita sehingga masing-
masing media menampilkan objek sesuai perspektifnya
sendiri. Ini pada kenyataannya memungkinkan
terjadinya pertentangan antarmedia tentang satu objek.
6) Ideologi dalam portal berita Islam tidak bisa dilepaskan
dari ekspresi dan cara penyajian berita yang dikemas
dengan melakukan pemilihan tema, kata, makna, dan
bahasa seperti apa yang tercermin dalam analisis
wacana van Dijk.
B. Saran
1) Dalam bidang akademik, penelitian ini dapat digunakan
teori dan konsep tentang bias media. Sehingga, dalam
penelitian selanjutnya pihak yang meneliti tema yang
sama, dapat diketahui sejauh mana pengaruh ideologi
media dalam menyampaikan pemberitaan kepada
khalayak.
2) Penelitian ini hanya terbatas menggunakan dua medai
online yaitu Eramuslim dan NU Online, maka penelitian
114
selanjutnya akan lebih lebih baik jika menggunakan
banyak media.
3) Untuk penelitian selanjutnya, dapat dipertajam lagi dalam
penggunaan objek dan isu penelitian sehingga
menghasilkan kajian ilmu baru.
4) Seacara praktis bahwa masyarakat bisa mengetahui bahwa
berita yang disajikan bukan sebagai peristiwa apa adanya,
tapi media melakukan konstruksi realitas dan
merepresentasikan ideologinya.
115
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul Karim
Buku
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik.( Cet. V). Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Baran, Stanley J dan Dennis K Davis. 2010. Teori Komunikasi
Massa: Dasar, Pergolakan, dan Masa Depan (Edisi
5). Jakarta: Salemba Humanika.
Bell, David (Ed.). 2006. The Cybercultres Reader (Volume II).
London: Rountledge.
Berger, Peter L. and Thomas Luckmann. 1966. The Social
Contruction of Reality: a Treatise in te Sociology of
Knowledge. London: Penguin University Books.
Branston, Gill with Roy Stafford. 2010. The Media Student‟s
Book, Fifth Edition. London: Rotledge.
Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi; Teori, Paradigma,
dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat.
Jakarta: Kencana.
Bunt, Gary R. 2003. Islam in the Digital Age: e-Jihad, Online
Fatwas and Cyber-Islamic Environments. London:
Pluto Press.
Dijk, Teun van. 1993. Discourse and Society: Vol 4 (2). London:
Newbury Park and New Delhi.
__________. 1988. News as Discourse. Amsterdam: University
of Amsterdam.
116
Eriyanto. 2005. Analisis Framing; Kontruksi, Ideologi, dan
Politik Media, (Cet. III). Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta.
_________. 2009. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks
Media (Cet. VII). Yogyakarta: LkiS.
Fakhruroji, Moch. 2011. Islam Digital; Ekspresi Islam di
Internet, (Bandung: Sajjad Publishing.
Giles, Judy dan Tim Middleton. 1999. Studying Culture: A
Practical Introduction. Oxford: Blackwell Publisher.
Hall, Stuart (Ed.). 2003. Representation: Cultural Representation
and Signifying Practices London: Sage Publication.
Hamad, Ibnu. 2004. Konstruksi realitas politik dalam media
massa. Jakarta: Granit.
McQuail, Denis. 1996. Teori Komunikasi Massa: Suatu
Pengantar (Edisi ke-2). Jakarta: Erlangga.
Mulyati, Aini dkk. 2014. Panduan Optimalisasi Media Sosial
untuk Kementerian Perdagangan RI. Jakarta: Tim
Humas Kementerian Perdagangan RI,.
Munawar, Imam. 1986. Posisi Islam di Tengah Pertarungan
Ideologi dan Keyakinan. Surabaya: PT Bina Ilmu.
Nasrullah, Rulli. 2014. Teori dan Riset Media Siber
(Cybermedia). Jakarta: Kencana.
__________. 2014. Komunikasi Antarbudaya di Era Budaya
Siber. Jakarta: Kencana. Cet. Ke-2
Nata, Abudin. 2001. Peta Keragaman Pemikiran Islam di
Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. Ed. 1, cetakan ke-
2.
117
Nugroho, Yanuar dkk. Memetakan Kebijakan Media di
Indonesia, Terj. Sofie Syarief. Jakarta: Centre for
Innovation Policy and Governance, 2013.
Romli, Asep Syamsul M. 2005. Jurnalistik Online: Panduan
Praktis Mengelola Media Online. Bandung: Nuansa.
Ross, Karen and Virginia Nightingale. 2003. Media and
Audiences New Perspectives. London: Open
University Press.
Rusadi, Udi. 2015. Kajian Media Isu Ideologis Dalam Perspektif,
Teori dan Metode. Jakarta: Rajawali Pers.
Safei, Agus Ahmad. 2017. Sosiologi Islam; Transformasi Sosial
Berbasis Tauhid. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media.
Senja, Pipiet (Ed.). 2016. Cahaya di Langit Jakarta (Antologi
Kesaksian Aksi 1410-411-212. Bekasi: Abisatya
Patala Indonesia.
Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk
Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis
Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana.
Yogyakarta: LKiS.
Zen, Fathurin. 2004. NU Politik; Analisis Wacana Media.
Yogyakarta: LKiS.
Jurnal
Resende, Fernando and Ana Beatriz Paes. The Arab conflicts and
the media discouce. Global Media and
Communication, 2011, 7. Published by SAGE.
118
Ahmad, Amar. Online Media Development and Phenomenon of
Disinformation (Analysis of Islamic sites). Jurnal
Pekommas, Vol. 16 No. 3, Desember 2013:177-186.
Wardaya, Manunggal K dan Komari, Ahmad. ―Revolusi Media,
Jurnalisme Global, dan Hukum Pers Indonesia‖,
Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 No. 2 Mei 2011.
Manurung, Pappilon Halomoan. 2004. ―Membaca Representasi
Tubuh dan Identitas Sebagai Sebuah Tatanan
Simbolik dalam Majalah Remaja‖, Jurnal
Komunikasi, Volume 1 Nomor 1 Juni, Yogyakarta:
Fisip UAJY.
Tesis
Iskandar, Doddy C. ―Representasi Budaya Tionghoa-Jawa Dalam
Motif Batik Lasem‖. Tesis S2, Program Pascasarjana
Universitas Padjajaran, Bandung, 2012.
Skripsi
Chanafi, Amin. ―Peran Jurnalisme Warga dalam
www.eramuslim.com‖. Skripsi S1, Konsentrasi
Jurnalistik, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2011.
Mursid, Fauziah. ―Analisis Wacana Teun A Van Dijk dalam
Pemberitaan Laporan Utama Majalah Gatra Tentang
Seruan Boikot Israel dari New York‖. Skripsi S1,
Konsentrasi Jurnalistik, Program Studi Komunikasi
dan penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2013.
119
Sefrinanita, Risda. ―Peranan Situs www.eramuslim.com dalam
Menyosialisasikan Nilai-Nilai Keislaman‖. Skripisi
S1, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Mahesa, Widi Putra. ―Analisis Framing Pemberitaan Aksi Super
Damai 212 Di Media Online Kompas dan
Republika‖. Skripsi S1, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Pasundang, Bandung, 2017.
Internet
Adi, Tri Nugroho. ―Mengenal Stuart Hall‖,
https://sinaukomunikasi.wordpress.com/2013/07/02/
mengenal-stuart-hall/, diakses pada Jum‘at, 20
Oktober 2017, pukul 22.35 WIB.
Ahmad, Fathoni. ―Memaknai Guyuran Hujan Dalam Aksi 212‖,
http://www.nu.or.id/post/read/73445/memaknai-
guyuran-hujan-dalam-aksi-212, diakses pada Seabtu,
23 Desember 2017, pukul 10.23 WIB.
Arifuddin. ―Dakwah Through Internet: Challenges and
Opportunities for Islamic Preachers in Indonesia‖, Ar-
Raniry: International Journal of Islamic Studies Vol.
3, No. 1, June 2016, p. 176. Jurnal diakses 22 April
2017 dari
http://journalarraniry.com/ojs/index.php/jar/article/vie
w/80/54
Dijk, Teun van. ―Menganalisis Rasisme Melalui Analisis Wacana
Melalui Beberapa Metodologi Reflektif‖, artikel
diakses pada 20 Januari 2018, pukul 22.30, dari
http://www.discourse.com
Evans, Dave. ―The Internet of Things How the Next Evolution of
the Internet is Changing Everything‖, White Paper
120
Cisco Internet Business Solutions Group, 2011, p. 2-
4. Diakses 22 April 2016 dari
http://www.cisco.com/c/dam/en_us/about/ac79/docs/i
nnov/IoT_IBSG_0411FINAL.pdf
Hasbiansyah, Okta. ―Konstelasi Paradigma Objektif dan Subjektif
dalam Penelitian Komunikasi dan Sosial‖, Jurnal
Mediator, Vol. 5, No. 2, 2004, h. 200-210. Jurnal
diakses 25 April 2017 dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=
117146&val=5336
Indiahono, Dwiyanto. ―Memahami Sikap PBNU (Sebuah
Tanggapan)‖.
http://www.nu.or.id/post/read/74359/memahami-
sikap-pbnu-sebuah-tanggapan, diakses Sabtu, 23
Desember 2017, pukul 06.30.
Maftuh, Fatih. ―NU Pasca Peristiwa Aksi 212‖.
http://www.nu.or.id/post/read/73568/nu-pasca-
peristiwa-aksi-212 diakses pada Senin, 22 Januari
2018, Pukul 07.30 WIB.
Rini Masriyah, ―Situs Eramuslim.com Masuk Daftar Situs Yang
Dinilai Memuat Paham Radikal‖.
http://www.harianindo.com/2016/01/28/76035/situs-
eramuslim-com-masuk-daftar-situs-yang-dinilai-
memuat-paham-radikal/, diakses 17 November 2017
Redaksi Eramuslim. ―Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid Ikut
Aksi 212‖,
https://www.eramuslim.com/berita/nasional/wakil-
ketua-mpr-hidayat-nur-wahid-ikut-aksi-212.htm,
diakses pada Jum‘at, 22 Desember 2017, pukul 07.34
WIB.
Redaksi Eramuslim. ―Malam ini sudah dua juta peserta Aksi
212‖,
https://www.eramuslim.com/berita/nasional/malam-
ini-sudah-dua-juta-peserta-aksi-212-berkumpul-di-
121
jakarta.htm, diakses pada Jum‘at, 22 Desember 2017,
pukul 07.39 WIB.
__________. ―Lebih dekat mengenal Ikhwanul Muslimin‖.
https://www.eramuslim.com/berita/gerakan-
dakwah/lebih-dekat-mengenal-ikhwanul-muslimin-
dari-kairo-menuju-penjuru-dunia.htm, diakses pada
Jum‘at, 26 Januari 2018, pukul 10.16 WIB.
__________. ―Hasan Al Banna: Jadikan Lailaha illallah sebagai
slogan kalian!‖. https://www.eramuslim.com/islamic-
quotes/hasan-al-banna-jadikan-la-ilaaha-illallah-
sebagai-slogan-kalian.htm, diakses pada Jum‘at, 26
Januari 10.20 WIB.
__________. ―Aksi 212 Gemparkan Media Dunia, Ini Komen
Mereka‖.
https://www.eramuslim.com/berita/nasional/aksi-212-
gemparkan-media-dunia-ini-komen-
mereka.htm#.WmhL06iWbDc diakses pada Sabtu, 23
Desember 2017, pukul 22.30 WIB.
Redaksi Kini. ―Demo 25 November Batal, Diganti 2 Desember‖.
http://nasional.kini.co.id/2016/11/18/18504/demo-25-
november-batal-diganti-2-desember diakses pada
Sabtu, 23 Desember 2017, pukul 22.50 WIB
Redaksi Voa Islam. ―Pemimpin Redaksi Eramuslim: Situ Islam
Bersatu Tak Bisa Dikalahkan‖. http://www.voa-
islam.com/read/indonesiana/2011/06/23/15391/pemi
mpin-redaksi-eramuslim-situs-islam-bersatu-tak-bisa-
dikalahkan/;#sthash.BGaLzbQT.dpbs, diakses pada
Sabtu, 23 Desember 2017, pukul 23.00 WIB.
Redaksi Semarang Bisnis. ―Aksi 2 Desember, Pro-Kontra, Ini
Alasan Mereka‖.
http://semarang.bisnis.com/read/20161124/9/90837/a
ksi-2-desember-pro-kontra-ini-alasan-mereka diakses
pada Sabtu, 23 Desember 2017, pukul 22.32
122
Redaksi Republika. ―Miliki Segera Buku Potret Aksi Bela Islam
212‖.
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/
17/02/23/oltplw354-miliki-segera-buku-potret-aksi-
bela-islam-212 diakses pada Sabtu, 23 Desember
2017, pukul 22.35 WIB
Redaksi Tirto. ―Manuver Jenderal Tito Meredam Aksi 2
Desember‖. https://tirto.id/manuver-jenderal-tito-
meredam-aksi-2-desember-b6w2 diakses pada Sabtu,
23 Desember 2017, pukul 22.48 WIB.
Risky, Nova. ―Representasi ‗Laki-Laki‘ Pada Media Massa
(Studi Kasus Pada Majalah Men‘s Health): Suatu
Kajian Semantik‖,
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=
74131&val=4705 pada Ahad, 22 Desember 2017,
pukul 07.22 WIB.
―Pro dan kontra tentang makar saat aksi 212‖.
https://myrepro.wordpress.com/2017/01/11/pro-dan-
kontra-tentang-makar-saat-aksi-212/, diakses pada 23
Desember 2017, pukul 22.50 WIB.
123
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran Teks ―Evaluasi GNPF MUI: Jumlah Massa 212 Capai
7,6 Juta Orang‖ (Eramuslim)
Lampiran Teks ―Ustaz Arifin Ilham Pimpin Ratusan Ribu Massa
Aksi 212 Berdzikir‖ (Eramuslim)
124
Lampiran Teks ―Ust. Yusuf Mansur Ingatkan Aksi 212 Adalah
Aksi Do‘a Bukan Ancaman‖ (Eramuslim)
Lampiran Teks ―Walau Diguyur Hujan, Jamaah Jum‘at Aksi 212
Tetap Berlangsung Khusyuk‖ (Eramuslim)
125
Lampiran Teks ―Doa Bersama, Kawasan Seputar Monas Padat‖
(NU Online)
Lampiran Teks ―Menahan Emosi Demi NKRI‖ (NU Online)
126
Lampiran Teks ―Menjaga Indonesia Tetap Damai‖
Lampiran Teks ―Memaknai Guyuran Hujan dalam Aksi 212‖
(NU Online)
127
BIODATA PENELITI
Nama : Yudin Taqyudin
TTL : Bogor, 15 Juli 1986
Alamat : Kp. Ciapus, No. 33, Gg. Masjid Assa‘adah
RT 02/01, Desa Sukamakmur, Ciomas, Bogor
No. HP : 085694261297
E-mail : [email protected]
Website : www.gustaqi.com
Pekerjaan : Guru
Pengalaman
Organisasi : - Ketua BEM Konsentrasi Jurnalistik UIN Jakarta
- Ketua IPNU Kota Bogor
- Wakil Ketua GP Ansor Kota Bogor
- Wakil Bendahara PCNU Kota Bogor
- Anggota Komisi Dakwah MUI Kota Bogor