Download - Retinal Detachmeniiit
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
1/13
1
RETINAL DETACHMENT
Retinal detachment. Courtesy of UT Southwestern Medical School,
Department of Ophthalmology (EMEDICINE)
A. Pendahuluan
Retina merupakan area mata yang menerima sinar, mengkonversi, untuk
melanjutkan meneruskan impuls ke korteks serebral. Retina juga merupakan bagian
mata yang peka terhadap cahaya, mengandung sel kerucut yang berfungsi untuk
penglihatan warna dan sel-sel batang yang terutama berfungsi untuk penglihatan
dalam gelap. Bila sel batang dan kerucut terangsang, sinyal akan dijalarkan melalui
rangkaian sel saraf dalam retina itu sendiri dan akhirnya ke dalam serabut saraf optik
dan korteks serebri.
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
2/13
2
B. Anatomi retina
Retina adalah lembar jaringan saraf berlapis yang tipis dan semi transparan
yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata. Retina
membentang ke anterior hampir sejauh corpus siliare dan berakhir pada ora serrata
dengan tepi yang tidak rata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm di
belakang garis Schwalbe pada sisi temporal dan 5,7 mm pada sisi nasal. Permukaan
luar retina sensoris bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga
berhubungan dengan membran Bruch, koroid dan sklera. Di sebagian besar tempat,
retina dan epitel pigmen retina mudah terpisah hingga terbentuk suatu ruang subretina,
seperti yang terjadi pada ablasi retina. Namun pada diskus optikus dan ora serrata,
retina dan epitel pigmen retina saling melekat kuat sehingga perluasan cairan
subretina pada ablasi retina dapat dibatasi.
Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi dalamnya adalah sebagai berikut :1. Membran limitans interna
2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel ganglion yang
berjalan menuju nervus optikus
3. Lapisan sel ganglion
4. Lapisan pleksiform dalam yang mengandung sambungan sel ganglion
dengan sel amakrin dan sel bipolar
5. Lapisan inti dalam badan-badan sel bipolar, amakrin dan horisontal
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
3/13
3
6. Lapisan pleksiform luar, yang mengandung sambungan sel bipolar dan sel
horisontal dengan fotoreseptor
7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor
8. Membran limitans eksterna
9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut
10. Epitel pigmen retina
Lapisan dalam membran bruch sebenarnya merupakan membrana basalis
epitel pigmen retina.
Retina mempunyai ketebalan 0,1 mm pada ora serrata dan 0,56 mm pada
kutub posterior. Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula berdiameter 5,5-6
mm, yang secara klinis dinyatakan sebagai daerah yang dibatasi oleh cabang-cabang
pembuluh darah temporal. Daerah ini ditetapkan sebagai area sentralis, yang secara
histologi merupakan bagian retina yang ketebalan lapisan sel ganglionnya lebih dari
satu lapis. Makula lutea secara anatomi didefinisikan sebagai daerah berdiameter 3
mm yang mengandung pigmen luteal kuning-xantofil. Fovea yang berdiameter 1,5
mm ini merupakan zona avaskular retina pada angiografi flouresens. Di tengah
makula, 4 mm lateral dari diskus optikus, terdapat foveola yang berdiameter 0,25 mm,
yang secara klinis tampak jelas dengan oftalmoskop sebagai cekungan yang
menimbulkan pantulan khusus. Foveola merupakan bagian retina yang paling tipis
dan hanya mengandung fotoreseptor kerucut. Gambaran histologi fovea dan foveola
ini memungkinkan diskriminasi visual yang tajam, dimana foveola memberikan
ketajaman visual yang optimal.
Retina menerima darah dari dua sumber, yaitu koriokapilaris yang berada tepat
di luar membran Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan
pleksiform luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan lapisan epitel pigmen retina,
serta cabang-cabang dari arteria centralis retinae, yang mendarahi dua pertiga dalam
retina. Fovea seluruhnya didarahi oleh koriokapilaris dan rentan terhadap kerusakan
yang tak dapat diperbaiki bila retina mengalami ablasi.
C. Fisiologi Retina
Retina merupakan jaringan mata yang paling kompleks. Mata berfungsi
sebagai suatu alat optik, suatu reseptor yang kompleks, dan suatu transduser yang
efektif. Sel-sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mengubah rangsangan
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
4/13
4
cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh jaras-jaras penglihatan ke
korteks penglihatan oksipital.
Fotoreseptor tersusun sedemikian rupa sehingga kerapatan sel kerucut
meningkat di pusat makula (fovea), semakin berkurang ke perifer, dan kerapatan sel
batang lebih tinggi di perifer. Di foveola, terdapat hubungan hampir 1:1 antara
fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya, dan seratserat saraf yang keluar, sedangkan di
retina perifer, sejumlah fotoreseptor dihubungkan ske sel ganglion yang sama. Fovea
berperan pada resolusi spasial (ketajaman penglihatan) dan penglihatan warna yang
baik, keduanya memerlukan pencahayaan ruang yang terang (penglihatan fotopik) dan
paling baik di foveola, sementara retina sisanya terutama digunakan untuk
penglihatan gerak, kontras dan penglihatan malam (skotopik).
Fotoreseptor kerucut dan batang terletak di lapisan terluar retina sensorik yang
avaskular dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang mengawali proses
penglihatan. Setiap sel fotoreseptor kerucut mengandung rhodopsin, suatu pigmen
penglihatan yang fotosensitif dan terbenam di dalam diskus bermembran ganda pada
fotoreseptor segmen luar. Pigmen ini tersusun atas dua komponen, sebuah protein
opsin dan sebuah kromofor. Opsin dalam rhodopsin adalah skotopsin, yang terbentuk
dari tujuh heliks transmembran. Opsin tersebut mengeliligi kromofornya, retinal, yang
merupakan turunan dari vitamin A.
Penglihatan skotopik seluruhnya diperantarai oleh fotoreseptor batang.
Dengan bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat beragam corak abu-abu, tetapi
warna-warnanya tidak dapat dibedakan. Sewaktu retina telah beradapatasi penuh
terhadap cahaya, sensitivitas spektrum retina bergeser dari puncak dominasi
rhodopsin 500 nm ke sekitar 560 nm, dan muncul sensasi warna. Suatu objek akan
berwarna apabila objek tersebut secara selektif memantulkan atau menyalurkan sinar
dengan panjang gelombang tertentu dalam kisaran spektrumcahaya tampak (400-700
nm). Penglihatan siang hari (fotopik) teruatama diperantarai oleh fotoreseptor kerucut,
senjakala (mesopik) oleh kombinasi sel kerucut dan batang, dan malam (skopotik)
oleh fotoreseptor batang.
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
5/13
5
2.Definisi Retinal Detachment
Retinal detachment adalah lepasnya retina dari tempatnya dimana lapisan
sensoris retina (sel kerucut dan sel batang) terpisah dari sel epitel pigmen retina.
Pada keadaan ini sel epitel pigmen retina masih melekat erat pada membranBruch. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang retina dari koroid atau sel
pigmen epitel akan mengakibatkan ganggguan nutrisi retina dari pembuluh darah
koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang
menetap.
.
3.Epidemiologi
Ablasi retina merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi padaberbagai usia. Ablasi retina yang terjadi pada kedua mata sebanyak 12 30%. Angka
kejadian terjadinya ablasi retina ialah 8,9 per 100.000 penduduk di Amerika Serikat
(AS).
Data yang ada di poliklinik RSCM sub bagian vitreoretina, ablasi retina berada di
urutan pertama dari sepuluh kelainan dan penyakit vitreoretina pada tahun 1998.
4. Klasifikasi
Klasifikasi retinal detachment :
Rhegmatogenous Non Rhegmatogenous :
- Traksi
- Eksudatif ( serosa dan hemoragik)
5.Patogenesis
Sebagian besar retinal detachment adalah akibat dari robekan atau lubang kecil
pada lapisan retina. Hal ini dapat terjadi karena lapisan retina yang semakin tipis
karena faktor usia.Yang paling sering i, robekan pada retina dapat terjadi ketika
vitreous gel menarik atau memisah dari kaitannya pada retina, biasanya pada bagian
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
6/13
6
perifer retina.Viteous adalah suatu agar(gel) yang bening yang mengisi 2/3 dalam
mata dan menempati ruangan di depan retina.
Untuk lepasnya vitreous dari retina diperlukan sedikit tarikan, bila retina
lemah, retina akan robek.Hal ini kadang disertai perdarahan jika suatu pembulih darah
retina terlibat dalm robekan ini.
Bila retina robek, cairan dari vitreous dapat melewati robekan dan berkumpul
di belakang retina.Cairan ini yang memisahkan( detachment) dapat berlanjut dan
melibatkan seluruh retina menjurus pada pelepasan retina total.Mata yang beresiko
untuk terjadinya ablasi retina adalah mata dengan miopia tinggi, pasca renitis, dan
koroiditis
5.1 Ablasi retina regmatogenosa (rhegmatogenous retinal detachment)
Karakteristik ablasi retina regmatogenesa adalah pemutusan total (full-
thickness) di retina sensorik, traksi korpus vitreum dengan derajat bervariasi, dan
mengalirnya korpus vitreum cair melalui defek retina sensorik ke dalam ruang
subretina.
Ablasi retina akibat terdapatnya robekan atau lubang pada retina sehingga
terjadi aliran vitreous humor (cairan mata) dari badan kaca ke belakang menuju
rongga antara sel pigmen epitel dengan retina.Terjadi pendorongan retina oleh
vitreous humor (cairan mata) yang masuk melalui robekan atau lubang retina tersebut
ke rongga sub retina sehingga mengapungkan retina dan menyebabkan retina terlepas
dari lapis epitel pigmen koroid. Ablasi retina regmatogenosa merupakan yang tipe
ablasi yang paling umum terjadi. Ablasi umumnya terjadi pada mata yang mempunyai
faktor resiko untuk terjadi ablasi retina( miopia, afakia, degenerasi lattice), trauma
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
7/13
7
hanya merupakan faktor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada mata yang
berbakat. Robekan pada ablasio retina regmatogenosa biasanya terjadi pada setengah
superior dari retina pada regio degenerasi ekuatorial. Ablasio retina yang berlokasi di
daerah supratemporal sangat berbahaya karena dapat mengangkat makula.
Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio retina bila lepasnya retina mengenai
makula lutea.
Pemeriksaan yang teliti biasanya memperlihatkan satu atau lebih pemutusan
retina total misalnya robekan berbentuk tapal kuda, lubang atrofik bundar, atau
robekan sirkumferensial anterior( dialisis retina).
5.2Ablasi retina tarikan atau traksi
Ablasi retina akibat penarikan retina umumnya oleh jaringan jaringan ikat
pembuluh darah yang terbentuk di dalam badan kaca.Ablasio retina akibat traksi
adalah jenis tersering kedua. Neuropati diabetik proliferatif merupakan penyebab
ablasi tipe ini yang paling sering. Selain itu trauma dan perdarahan pada badan kaca
akibat bedah atau infeksi juga dapat menjadi faktor penyebab.
5.3 Ablasi serosa hemoragik (eksudatif)
Ablatio retinae serosa dan hemoragik dapat terjadi walaupun tidak terdapat
pemutusan retina atau traksi vitreoretina. Ablasi ini adalah hasil dari penimbunan
cairan di bawah retina sensorik dan terutama disebabkan oleh penyakit epitel pigmen
retina dan koroid. Penyakit-penyakit degeneratif, inflamasi, dan infeksi, serta
neovaskularisasi subretina akibat bermacam-macam hal mungkin berkaitan dengan
ablatio retinae jenis ini. Ablasi jenis ini juga dapat menyertai penyakit peradangan dan
penyakit vaskular sistemik, atau tumor intraokular.
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
8/13
8
6.Diagnosa
Diagnosis ablasio retina ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi,
dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Gejala yang sering dikeluhkan penderita adalah :
1. Floatersi. Kadang-kadang penderita merasakan adanya tabir atau bayangan yang
datang dari perifer (biasanya dari sisi nasal) meluas dalam lapangan pandang. Tabir
ini bergerak bersama-sama dengan gerakan mata dan menjadi lebih nyata. Pada
stadium awal, penglihatannya membaik di malam hari dan memburuk di siang hari
terutama sesudah stres fisik (membungkuk, mengangkat) atau mengendarai mobil di
jalan bergelombang.
2. Fotopsia yang umumnya terjadi sewaktu mata digerakkan dalam keremangan
cahaya atau dalam keadaan gelap.
3. Penurunan tajam penglihatan
4.Tanyakan adanya riwayat trauma, riwayat pembedahan sebelumnya (seperti
ekstraksi katarak, pengangkatan corpus alienum intraokuler), riwayat penyakit mata
sebelumnya (uveitis, perdarahan viterus, ambliopa, glaukoma dan retinopati diabetik),
riwayat keluarga dengan penyakit mata serta penyakit sistemik yang berhubungan
dengan ablasio retina (diabetes, tumor, sikle cell disease, leukemia, eklamsia dan
prematuritas).
Pemeriksaan Oftalmologi
1. Pemeriksaan visus. Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya
makula lutea atau kekeruhan media refrakta atau badan kaca yang menghambat sinar
masuk. Tajam penglihatan akan sangat terganggu bila makula lutea ikut terangkat.
2. Pemeriksaan lapangan pandang. Akan terjadi defek lapangan pandang seperti
tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif sesuai dengan kedudukan ablasio
retina.
3. Pemeriksaan funduskopi. Merupakan salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis
ablasio retina dengan menggunakan oftalmoskopi indirek binokuler. Pada
pemeriksaan ini retina yang mengalami ablasio tampak sebagai membran abu-abu
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
9/13
9
merah muda yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan
bermakna pada ruang subretina, didapatkan pergerakan undulasi retina ketika mata
bergerak. Pembuluh darah retina yang terlepas dari dasarnya berwarna gelap,
berkelok-kelok, dan membengkok di tepi ablasio. Pada retina yang mengalami ablasio
terlihat lipatan-lipatan halus. Suatu robekan pada retina terlihat agak merah muda
karena terdapat pembuluh koroid di bawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait
pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau operkulum dapat ditemukan
mengambang bebas.
4. Pemeriksaan tekanan bola mata. Pada ablasio retina tekanan intraokuler
kemungkinan menurun.
Gambar 3. Fundus normal Gambar 4 retina detachment
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta
antara lain glaukoma, diabetes melitus, maupun kelainan darah.12
2. Pemeriksaan ultrasonografi. Menggunakan gelombang suara dengan frekwensi
tinggi (8-10 MHz). B-scan ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis ablasio
retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliferatif
vitreoretinopati, benda asing intraokuler dengan membuat membuat potongan melalui
seluruh jaringan, dengan demikian didapat lokasi dan bentuk dari kelainan dalam dua
dimensi. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui kelainan yang
menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior skleritis
7.Tatalaksana
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
10/13
10
Tujuan utama bedah ablasi adalah untuk menemukan dan memperbaiki semua
robekan retina, digunakan krioterapi atau laser untuk menimbulkan adhesi antara
epitel pigmen dan retina sensorik sehingga mencegah influks cairan lebih lanjut ke
dalam ruang subretina, mengalirkan cairan subretina ke dalam dan ke luar, dan
meredakan traksi vitreoretina. (vaughan)
Bila retina robek tetapi belum lepas, maka lepasnya retina itu dapat dicegah
dengan tindakan segera, yaitu dengan tindakan sinar laser. Biasanya menggunakan
laser yang dapat menciptakan lingkungan yang terbakar pada robekan retina sehingga
terbentuk bekas luka dan melekatnya retina yang robek dengan jaringan yang ada
dibawahnya. Hal ini dapat mencegah cairan (vitreous humor) masuk melalui robekan
dan tidak terjadi ablasi retina.
Pada kasus yang jarang, laser tidak dapat digunakan maka kriopeksi dapat
digunakan untuk mengatasi robekan retina. Kriopeksi yaitu tindakan pemberian suhu
dingin dengan jarum es akan membentuk jaringan parut yang melekatkan retina pada
jaringan di bawahnya. Teknik ini digunakan bersamaan dengan penyuntikan
gelembung udara dan kepala dipertahankan pada posisi tertentu untuk mencegah
penimbunan kembali cairan di belakang retina. Sekali terjadi ablasi retina hampir
selalu menunjukkan terlambatnya menggunakan laser atau kriopeksi. Melalui
pemeriksaan oftalmoskopi dapat ditemukan robekan retina dan risiko lain untuk
terjadinya ablasi retina. Apabila robekan tidak ditemukan, dilakukan pemeriksaan
ulang dalam 12 minggu atau sesegera mungkin jika adanya gejala ablasi.
Bila retina telah lepas, maka diperlukan tindakan bedah untuk menempelkan
kembali retina tersebut. Ablasi retina dapat diperbaiki lebih dari 90% dengan
menggunakan prosedur tunggal. Pada lebih dari 90% ablasi retina, retina dapat
ditempelkan kembali dengan teknik-teknik bedah mata modern dan kadang-kadang
diperlukan lebih dari satu kali operasi.
Ada 3 prosedur operasi dalam memperbaiki ablasi retina yakni skleral buckling,
vitrektomil, danpneumatic retinopeksi.
a.Skleral Buckling (SB)
Operasi jenis ini sampai sekarang masih merupakan pilihan untuk ablasi tipe
regmatogenosa, terutama jika tidak ada komplikasi. Prosedurnya meliputi :
menentukan lokasi robekan retina, menatalaksana robekan retina dengan kriopeksi
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
11/13
11
dan menahan robekan retina dengan skleral buckle.Buckle biasanya berupa silicon
berbentuk spons atau padat. Tipe dan bentukbuckle tergantung dari lokasi dan jumlah
robekan retina. Buckle diikatkan di sklera untuk diposisikan sedemikian rupa sampai
dapat mendorong robekan retina sehingga dapat menutup robekan. Jika robekan telah
tertutup, maka cairan dalam retina akan menghilang secara spontan dalam jangka
waktu 1 2 hari. Terkadang dapat juga dilakukan penyedotan cairan sub retina saat
operasi berlangsung. Prosedur ini lebih sering dilakukan dengan anestesi lokal dan
pasien tidak perlu dirawat.
Scleral buckling mempertahankan retina di posisinya sementara adhesi
korioretinanya terbentuk, dengan melekukkan sklera menggunakan eksplan yang
dijahitkan pada daerah robekan retina. Angka keberhasilannya adalah 92-94% pada
kasus-kasus tertentu yang sesuai. Komplikasinya antara lain perubahan kelainan
refraksi, diplopia akibat fibrosis atau terganggunya otot-otot ekstraokular oleh
eksplan, ekstruksi eksplan, dan kemungkinan peningkatan resiko vitreoretinopati
proliferatif. ( VAUGHAN 196)
Pasca operasi pasien tidak harus dalam posisi tertentu. Pasien dapat
melakukan aktivitas seperti biasa kecuali aktivitas yang dapat melukai kepala.
b. Vitrektomi
Pada ablasi yang rumit mungkin diperlukan tindakan vitrektomi. Prosedur ini
pertama kali dilakukan 20 tahun yang lalu. Biasanya dilakukan pada ablasi retina
traksi namun dapat juga dilakukan pada ablasi retina regmatogenosa terutama bila
ablasi ini disebabkan oleh adanya vitreus traksi atau perdarahan vitreus.
Vitrektomi memungkinkan pelepasan traksi vitreo-retina, drainase internal
cairan subretina jika diperlukan dengan penyuntikan perfluorocarbon atau cairan berat
dan penyuntikan udara atau gas yang dapat memuai untuk mempertahankan retina
pada posisinya, atau penyuntikan dengan minyak jika dibutuhkan tamponade retina
yang lebih lama. Teknik ini digunakan bila terdapat robekan retina multipel, di
seuperior, atau di posterior bila visualisasi retina, misalnya oleh perdarahan vitreus,
dan bila ada vireoretinopati proliferatif yang bermakna. Vitrektomi menginduksi
pembentukan katarak dan mungkin dikontraindikasikan pada mata fakik. Mungkin
diperlukan pengaturan posisi pasien pasca operasi. (VAUGHAN 196)
Prosedurnya meliputi irisan kecil pada dinding mata untuk memasukkan alat-
alat ke dalam rongga viteus, tindakan pertama adalah memindahkan vitreus dengan
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
12/13
12
menggunakan vitreus culter. Selanjutnya dilakukan teknik sayatan tractional
bands dan air fluid exchange yakni memasukkan cairan silikon untuk
menempelkan kembali retina. Pemilihan teknik ini berdasarkan tipe dan penyebab
ablasi retina. Pada teknik ini kepala pasien harus berada dalam posisi tertentu untuk
menjaga agar retina tetap menempel.
Hasil-akhir penglihatan pascabedah ablatio retinae regmatogenosa terutama
tergantung dari status praoperasi makula. Apabila makula terlepas, pengembalian
penglihatan sentral biasanya tidak sempurna. Oleh karena itu, tindakan bedah harus
segera dilakukan selagi makula masih melekat. Bila makula sudah terlepas, penndaan
tindakan bedah hingga 1 minggu tidak mengubah hasil akhir penglihatan.
(VAUGHAN 197)
c. Pneumatik Retinopeksi
Dalam 10 tahun terakhir, prosedur ini menjadi popular dalam menangani
ablasi retina regmatogenosa, terutama pada robekan tunggal dan berlokasi di superior
retina. Prinsip prosedur ini adalah dengan menyuntikkan gelembung gas ke dalam
badan vitreus. Gelembung ini akan dengan sendirinya menempati posisi dimana
terjadi robekan retina. Apabila robekan retina dapat ditutupi oleh gelembung gas
maka cairan subretina akan menghilang dalam 12 hari.
Udara atau gas yang dapat memuai disuntikkan ke dalam vitreus untuk
mempertahankan retina pada posisinya, sementara adhesi korioretina yang diinduksi
oleh laser atau cryoterapi menutup robekan retina secara permanen. Teknik ini
memiliki angka keberhasilan yang lebih rendah dibandingkan cara lain dan hanya
digunakan pada robekan retina tunggal kecil yang mudah dicapai, cairan subretina
yang minimal dan tidak adanya traksi vitreoretina. ( VAUGHAN 196)
Jadi pada prinsipnya, yang harus diperhatikan adalah:
Melekatkan kembali lapisan retina RPE Pengobatan : sesuai dg tipe dan penyebab
Rhegmatogenous : menutup lubang
- cryosurgery, fotocoagulasi
- Scleral buckling
- kasus lanjut : SB + vitrectomy
-
7/31/2019 Retinal Detachmeniiit
13/13
13
Tractional :bersihkan vitreus dari jaringan fibrotikviterctomyExudative :umumnya non operativ, terapi sesuai kausa
8.Prognosis
Terapi yang cepat : prognosis lebih baik Perbaikan anatomis kadang tidak sejalan dengan perbaikan
fungsi
9.Pencegahan
1.Gunakan kaca mata pelindung untuk mencegah terjadinya trauma pada mata.
2.Penderita diabetes sebaiknya mengontrol kadar gula darahnya secara
seksama.
3.Jika anda memiliki resiko menderita ablasio retina, periksakan mata minimal
setahun sekali.