TUGAS
PELAYANAN FARMASI
“ASUHAN KEFARMASIAN PENYAKIT KULIT (ERITRODERMA)”
OLEH :
RISFIANI WULANDARI F1F1 12 119
SITTI ALFYANITA ILHAM F1F1 12 124
KELAS : C
FAKULTAS FARMASI
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015
TUGAS.
1 contoh resep 2 orang mahasiswa membuat asuhan kefarmasian sampai
dokumentasi (analisis DRP, care plan, pio dan konseling).
JAWABAN :
Contoh resep
Hasil Pemeriksaan Medis
Diagnosa awal
Hasil pemeriksaan Lab
PHARMACEUTICAL CARE (ASUHAN KEFARMASIAN)
1. Assesment
- Penyusunan Data Base
Informasi dikumpulkan dan digunakan sebagai database yang spesifik
untuk pasien tertentu untuk mencegah, mendeteksi, memecahkan masalah
yang berkaitan dengan obat dan untuk membuat rekomendasi terapi obat.
Database yang dikumpulkan :
a. Demografi
Nama : Tn. Andi Hisam Tongasa
Alamat : Jl. Bahagia No.12
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 27 Desember 1953
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Agama : Islam
b. Riwayat medis
Berat dan tinggi badan : 55 kg/160 cm
Masalah medis akut dan kronis : eritroderma/ dermatitis seboroik
Simtom : demam, gatal pada seluruh tubuh
Sejarah medis terdahulu : -
Alergi : Pasien tidak mengalami alergi
terhadap obat-obatan yang diberikan
c. Terapi obat
Obat-obat yang di resepkan :
Adapun obat-obatnya antara lain
Dexametason ampul II
Fabio drops I
Ranitidin ampul II
Ceftriaxon 1 gr II
Obat-obat bebas :
Pada resep pasien ini tidak terdapat obat-obatan bebas
Kepatuhan dengan terapi obat :
Kepatuhan pasien terhadap terapi yang diberikan cukup baik
Alergi :
Pasien tidak mengalami alergi terhadap obat-obatan yang diberikan
Asessmen pengertian tentang terapi obat :
Pasien mengetahui dengan pasti obat-obatan yang diberikan
Pasien mengetahui efek yang akan diberikan dari setiap obat yang
dikonsumsinya
Pasien mengetahui cara pemakaian obat-obatan yang diberikan
Pasien mengetahui reaksi efek samping yang ditimbulkan dari
obat-obatan yang diberikan
Pasien melakukan komunikasi yang cukup dengan profesi
kesehatan lainnya
d. Sosial
Diet : tidak sedang diet
Olahraga : tidak sering berolahraga
Merokok : tidak merokok
Minum alkohol : tidak minum alkohol
Pencandu obat : bukan seorang pecandu obat
e. Informasi obat
Dexametason ampul
Jenis obat Kortikosteroid
Golongan Obat resep
Manfaat - Mengatasi alergi
- Mengobati inflamasi atau peradangan
- Meredakan pembengkakan otak
- Mengatasi edema makula
- Mengatasi mual dan muntah akibat kemoterapi
- Untuk mendiagnosis penyakit Cushing
- Mengatasi hiperplasia adrenal kongenital
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Bentuk Suntik/injeksi
Dosis
4-20 mg disuntikkan intramuskular (IM) atau
intravena (IV). Jika diperlukan dapat diulangi
2-4 mg setelah dosis awal. Maksimal 80
mg/hari. Syok : 2-6 mg sebagai dosis tunggal.
Farbion
Jenis obat Analgesik antipiretik
Golongan Obat resep
Manfaat
Profilaksis dan terapi defisiensi vit B1, B6,
B12. Gangguan saraf perifer seperti neuritis,
polineuritis.
Dikonsumsi oleh Dewasa
Bentuk Injeksi/suntik
Dosis 1 ampul (IM)/hari.
Ranitidin
Jenis obat Obat penghambat reseptor H2
Golongan Obat resep
ManfaatMenurunkan kadar asam lambung yang
berlebihan
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak di atas umur 3 tahun dan dengan berat badan di atas 30 kg
BentukTablet, kapsul, obat kunyah, bubuk, obat larut,
cairan yang diminum atau disuntik
Dosis
Dosis dan jangka waktu penggunaan ranitidin
tergantung kepada kondisi yang diobati dan
tingkat keparahannya. Pada umumnya ranitidin
dikonsumsi sebanyak 300 mg per hari. Dosis
ini bisa diminum sekaligus atau dibagi menjadi
dua. Ranitidin bisa diberikan selama 2-12
minggu, tergantung pada kondisi dan respons
pasien terhadap pengobatan.
Ceftriaxon
Jenis obat Antibiotik cephalosporin
Golongan Obat resep
ManfaatMengobati dan mencegah infeksi yang
disebabkan oleh bakteri
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Bentuk Obat suntik
Dosis Dosis akan disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan infeksi serta kondisi kesehatan pasien. Berikut ini adalah dosis penggunaan ceftriaxone:
Untuk anak-anak di atas 12 tahun hingga dewasa, standar dosis yang diberikan adalah 1 gram per hari. Sedangkan untuk infeksi parah, dosis dapat diberikan antara 2 hingga 4 gram per hari.
Khususnya untuk infeksi gonore, satu dosis 250
mg ceftriaxone cukup untuk mengatasinya.
Untuk anak-anak di bawah 12 tahun, konsultasikan dosis kepada dokter. Dosis yang diberikan juga akan disesuaikan dengan berat badan mereka, yaitu sekitar 20 hingga 50 mg/kg.
- Menentukan adanya masalah yang berkaitan dengan obat (DRP)
Drug Related Problem (DRP) atau masalah terkait obat adalah
bagian dari asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) yang
menggambarkan suatu keadaan, dimana profesional kesehatan (apoteker)
menilai adanya ketidaksesuaian pengobatan dalam mencapai terapi yang
sesungguhnya.
- DRP dibagi menjadi 2 : actual dan potensial, DRP actual adalah masalah
yang terjadi seketika saat pasien menggunakan obat (misalkan alergi dll),
dan DRP potensial adalah masalah yang akan terjadi pada saat setelah
penggunaan obat
1. Dosis, bentuk sediaan, jadwal minum obat, rute pemberian atau
metoda pemberian kurang cocok. Ranitidin 150 mg 3x1 ac
adalah antihistamin penghambat reseptor H2 (AH2). Perangsangan
reseptor H2 akan merangsang sekresi asam lambung. Dalam
menghambat reseptor H2, ranitidine bekerja cepat, spesifik dan
reversibel melalui pengurangan volume dan kadar ion hidrogen cairan
lambung. Ranitidine juga meningkatkan penghambatan sekresi asam
lambung akibat perangsangan obat muskarinik atau gastrin.
Pada pemberian oral, ranitidine diabsorbsi dengan cepat dan lengkap,
tetapi sedikit berkurang bila ada makanan atau antasida. Pemberian
dosis tunggal 150 mg ranitidine, kadar puncak dalam darah akan
tercapai 1 – 2 jam setelah pemberian, waktu paruh kira-kira 3 jam dan
lama kerja sampai 12 jam. Ranitidine diekskresi terutama bersama
urin dalam bentuk utuh (30%) dan metabolitnya, serta sebagian kecil
bersama feses. Kemudian pada resep tidak dicantumkan, apakah obat
diminum sebelum, saat atau sesudah makan, sehingga dapat
membingungkan pasien ketika akan mengkonsumsi obat.
2. Adanya interaksi: obat-obat, obat-penyakit, laboratorium yang
potensial dan aktual dan bermakna secara klinis.
Pasien tidak diinformasikan mengenai interaksi obat yang akan
terjadi apabila pasien mengkonsumsi suatu makanan tertentu. Pasien
juga tidak diinformasikan mengenai interaksi obat dengan obat lainnya
yang mungkin saja sedang atau akan dikonsumsi oleh pasien yang
bersangkutan.
3. Harus dilihat apakah pasien dapat metoleransi reaksi efek samping atau
obat harus diganti.
Kita lihat hasil laboratorium pasien, dimana pasien mengalami
peningkatan aktivitas urinaria, hal ini menjadi salah satu tanda efek
samping dexametason, Sehingga perlu dilakukan peninjauan ulang
mengenai jenis anti inflamasi yang akan diberikan kepada pasien.
Apakah perlu diganti ataukah pasien hanya diberikan konseling
mengenai efek samping yang mungkin akan timbul jika mengkonsumsi
obat golongan anti inflamasi ini sehingga pasien akan memperhatikan
penggunaan obat.
4. Duplikasi terapeutik.
Disini pasien diberikan jenis obat kortikosteroiddan analgesik
antipiretik. diminum dalam waktu yang bersamaan maka dapat
mengakibatkan pasien mengalami urinaria. Sehingga waktu
penggunaan kedua obat harus dipisah.
- Penyusunan rencana kefarmasian
Penyusunan rencana pelayanan kefarmasian melibatkan identifikasi
kebutuhan pasien yang berhubungan dengan obat, dan memecahkan masalah
terapi obat melalui proses yang terorganisir dan diproritaskan berdasarkan
kondisi medis pasien dari segi resiko dan keparahan. Rencana kefarmasian
dapat berupa:
- Menentukan tujuan dari terapi. Untuk penyakit eritroderma tujuan dari
terapi adalah :
a. Mencegah atau menghilangkan rasa gatal-gatal seluruh badan serta
menguramgi rasa nyeri yang dirasakan selama kurang lebih 6 bulan
pasien menderita gatal seluruh badan.
b. Pasien sadar akan terapi yangdilakukan sebelum mengonsumsi obat
terapi awalnya dengan menggunakan salep gatal.
c. Mengidentifikasi kondisi medis yang memerlukan terapi obat
d. Memecahkan masalah terapi obat : tujuan, alternatif, dan intervensi
e. Mencegah masalah terapi obat
Dalam rencana pelayanan kefarmasian, apoteker memberikan saran
tentang pemilihan obat, penggantian atau obat alternatif, perubahan dosis,
regimen obat (jadwal, rute, dan lama pemberian).
a. Implementasi
Kegiatan ini merupakan upaya melaksanakan rencana pelayanan
kefarmasian yang sudah disusun. Kegiatan ini berupa menghubungi dokter
untuk meklarifikasi atau memodifikasi resep, memulai terapi obat, memberi
edukasi kepada pasien atau keluarganya, dll.
Impelementasi perkembangan keperawatan mengkaji keluhan klinik,
pasien, memberi kondisi nyaman pasien, membantu pasien dalam personal
hygien, mengobservasi penggunaan obat pasien dan penatalaksanaan medik.
b. Monitoring
Untuk mengukur efektivitas terapi, hal-hal berikut harus di
monitor :monitor TTV, kajitanda – tandainfeksi, motivasi pasien untuk
meningkatkan nutrisi TKTP, jagakebersihanluka,
kolaborasipemberianantibiotic.
Parameter laboratorium untuk masing-masing obat dan asuhan
kefarmasian dapat dilihat pada tabel. Tes laboratorium harus diulangi
setiap 6 sampai 12 bulan pada pasien yang stabil
Kelas Obat Parameter pasien yang di
monitor oleh Apoteker
Monitoring Tambahan
kortikosteroid :
Dexametason
Badan Terasa lelah,gangguan
pola tidur
Gejala gagal jantung
Analgesik antipiretik :
Fabio drops
Pusing, Tekanan darah Fungsi ginjal (BUN,
serum kreatinin), serum
elektrolit (kalium,
magnesium, natrium),
kadar gula,
antihistamin reseptor
2 (AH2) :
Ranitidin
lemah, kelelahan, sakit
kepala dan ruam kulit
Tekanan darah, gagal
jantung
Antibiotik:
Ceftriaxon
Lelah asam urat
- Interaksi obat dan efek samping
Untuk melihat toksisitas dari terapi, efek samping dan interaksi obat harus
di nilai secara teratur. Efek samping bisanya muncul 2 sampai 4 minggu
setelah memulai obat baru atau setelah menaikkan dosis. Kejadian efek
samping mungkin memerlukan penurunan dosis atau substitusi dengan
obat antihipertensi yang lain
Kelas Obat Kontraindikasi Efek Samping
kortikosteroid :
Dexametason
Dexamethasone Harsen
tidak boleh diberikan
pada penderita herpes
Pengobatan yang
berkepanjangan dapat
mengakibatkan efek
simplex pada mata;
tuberkulose aktif, peptio
ulcer aktif atau psikosis
kecuali dapat
menguntungkan
penderita. - Jangan
diberikan pada wanita
hamil karena akan terjadi
hypoadrenalism pada
bayi yang dikandungnya
atau diberikan dengan
dosis yang serendah-
rendahnya.
katabolik steroid seperti
kehabisan protein,
osteoporosis dan
penghambatan
pertumbuhan anak.
- Penimbunan garam, air
dan kehilangan potassium
jarang terjadi bila
dibandingkan dengan
beberapa glucocorticoid
lainnya.
- Penambahan nafsu
makan dan berat badan
lebih sering terjadi.
Analgesik antipiretik :
Fabio drops
Penurunan fungsi ginjal mulut terasa kering,
gangguan darah, mual,
dan gangguan fungsi hati.
antihistamin reseptor 2
(AH2) :
Ranitidin
Ganguan maag Sakit pada tempat penyuntikan, Perubahan pada bowel habit, lemah, kelelahan, sakit kepala dan ruam kulit
Antibiotik:
Ceftriaxon
Hipersensitif terhadap
Ceftriaxone atau
sefalosporin lainnya.
Lelah, Nyeri tenggorokan, diare
- Monitoring kepatuhan (medication adherence) dan konseling pasien
Diperlukan usaha yang cukup besar untuk meningkatkan
kepatuhan pasien terhadap terapi obat demi mencapai target kesembuihan
yang dinginkan. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan dapat menyebabkan
meningkatnya kekambuhan penyakit, penyakit menjadi resisten sehingga
tidak efektif lagi dengan pemberian dosis obat yang biasa sehingga pada
akhirnya pasien dapat mengalami rehospitalisasi. Beberapa alasan
ketidakpatuhan terhadap pengobatan diantaranya adalah faktor lupa,
sengaja untuk mengurangi dosis, kurangnya informasi, faktor emosional,
dan lain-lain. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dibuat suatu sistem
yang berfungsi untuk memantau kepatuhan pasien dalam minum obat..
Strategi konseling untuk meningkatkan adherence terapi obat
antihipertensi adalah sebagai berikut :
a. Memberikan nilai adherence pada setiap kunjungan
b. Mendiskusikan dengan pasien motivasi dan pendapatnya
c. Melibatkan pasien dalam penanganan masalah kesehatannya
d. Menggunakan keahlian mendengarkan secara aktif sewaktu pasien
menjelaskan masalahnya
e. Membicarakan keluhan pasien tentang terapi
f. Membantu pasien dengan cara tertentu untuk tidak lupa meminum
obatnya
g. Menyederhanakan regimen obat (seperti mengurangi frekuensi minum,
produk kombinasi)
h. Memberikan jadwal minum obat yang telah disesuaikan dengan
kebiasaan pasien sehari-hari
i. Memberikan informasi tentang keuntungan pengontrolan tekanan
darah
j. Memberitahukan perkiraan efek samping obat yang mungkin terjadi
k. Memberikan pendidikan kepada keluarga pasien tentang penyakit dan
regimen obatnya
l. Melibatkan keluarga dan kerabatnya tentang adherence minum obat
dan terhadap gaya hidup sehat
m. Menyakinkan regimen obat dapat dijangkau biayanya oleh pasien
n. Bila memungkinkan telepon pasien untuk meyakinkan pasien untuk
mengikuti rencana pengobatannya
- Edukasi kepada pasien
Beberapa topik penting untuk edukasi ke pasien tentang penanganan
hipertensi:
a. Pasien mengetahui tentang kondisi tubuhnya
b. Pasien mengetahui nilai tekanan darahnya sendiri
c. Sadar kalau harus menjaga kebersihan tubuhnya
d. Pentingnya kontrol teratur
e. Peranan obat dalam untukmengontrol penyakit pasien yang dirasakan
f. Pentingnya obat untuk mencegah outcome klinis yang tidak diinginkan
g. Efek samping obat dan penanganannya
h. Kombinasi terapi obat dan non-obat dalam mencapai pengontrolan
eritroderma
i. Pentingnya peran terapi nonfarmakologi
j. Obat-obat bebas yang harus dihindari (seperti obat-obat yang
mengandung ginseng, nasal decongestan, dll)
c. Peran dan peluang apoteker
Selain melakukan asuhan kefarmasian seperti yang diuraikan diatas,
dalam membantu penatalaksanaan hipertensi selain berinteraksi dengan
pasien, apoteker berinteraksi dengan profesi kesehatan lainnya terutama
dokter. Apoteker dapat menjadi perantara antara pasien dan dokter.
Kebanyakan pasien terutama kalau sudah kenal baik dengan apotekernya
selalu membeli obat di apotik yang sama.
Selain dokter, apoteker adalah anggota tim kesehatan yang
mempunyai akses kepada informasi tentang semua obat yang di konsumsi
pasien. Seringnya dokter tidak menyadari terapi atau obat-obat lain yang
diresepkan oleh dokter lain kepada pasien. Dokter dan Apoteker dapat bekerja
sama sehingga target yang diinginkan dokter tercapai. Apoteker dapat
membantu dokter dalam:
a. Memberi edukasi ke pasien mengenai penyakit eritroderma dan gangguan
kulit lainnya
b. Memonitor respon pasien di farmasi komunitas
c. Menyokong adherence terhadap terapi obat dan non-obat
d. Mendeteksi dan mengurangi reaksi efek samping, dan
e. Merujuk pasien ke dokter bila diperlukan.
Mendiskusikan dengan pasien keuntungan terapi farmakologi
eritroderma sama pentingnyadengan mendiskusikan mengenai efek
sampingnya. Apabila pasien mengertikeuntungan yang potensial dari
penggunaan obat untuk gangguan kulit seperti eritroderma, pasien akanlebih
cendrung untuk mematuhi terapinya. Sewaktu diskusi untuk efek
sampingobat, Apoteker harus membicarakan bagaimana mencegah atau
menangani efekefeksamping bila muncul agar pasien tetap meneruskan terapi
obatnya.
Terapi nonfarmakologi memerlukan perhatian yang cukup besar oleh
profesi kesehatan agar berhasil. Terapi nonfarmakologi memerlukan
perubahan sikap, dorongan dan nasihat yang terus menerus. Dengan
membantu pasien bagaimana melibatkan perubahan/modifikasi kedalam gaya
hidupnya dapat membantu pasien mencapai tujuan ini. Misalnya Apoteker
dapat mendiskusikan mengenai olahraga, memperhatikan kebersihan tubuh,
dan mengontrol keringat yang berlebihan.
d. Dokumentasi
Format yang paling umum dan dikenal secara universal untuk
mendokumentasikan informasi pasien dalam sistem asuhan kesehatan
adalahcatatan SOAP, yang merupakan akronim dari Subjective (subyektif),
Objective (Obyektif), Assessment (pengkajian), dan Plan (rencana).
SOAP
Subjek : Tn. Andi Hisam Tongasa, 62 Tahun
Objek :
Hasil lab :
INSTALASI LABORATORIUM PATOLOGI KLINKRUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA KENDARIJl. Z.A. Sugianto No. 39 Telp. 0401 (3005466) Kendari
Nama Pasien : Tn. Andi Hisam Tongasa NO.RM : 06 83 31Umur : 62 THN Poli/Ruangan : LavenderJenis Kelamin : L Dokter : Dr.Nelly,Sp.KStatus : BPJS Tanggal : 06/11/2015Penanggung Jawab : dr.Siska
KIMIA DARAH Nilai Rujukana. Glukosa
*Sewaktu 95 < 180 mg/dl*Puasa 70 – 110 mg/dl*2 jam PP < 140 mg/dl
b. Bilrubin * Total < 1.0 mg/dl * Direct < 0,25 mg/dl
* Indirect < 0,75 mg/dlc. Ureum 34 10 – 50
mg/dld. Creatinine 1.1 L = 1.1 mg/dl P = < 0.9 mg/dl
e. Asam Urat 7.6 L = < 7.0 mg/dl P = < 5,7 mg/dld. Cholesterol total < 200 mg/dl g. HDL-cholosterol > 52 mg/dlh. LDL- Cholesterol < 140 mg/dli. Trigliserida 194 < 190 mg/dlj. SGOT/ AST 33 L = < 25 U/L P = < 21 U/L k. SGPT/ ALT 67 L = < 29 U/L P = < 22 U/Ll. Total Protein 6.6 – 8.7 gr/dl* Albumin 36< 4.4 gr/dl* Globulin < 4.3 gr/dl
Assessment : berdasarkan gejala yang ada, pasien mengalami eritroderma
Planning :
- Terapi farmakologi
1. Kortikosteroid :
- Dexamethasone,inj 1A/8 jam/IV
2. Analgesik antipiretik :
- Fabio drops
3. antihistamin reseptor 2 (AH2) :
- Ranitidin, inj 1A/8 jam/IV
4. Antibiotik:
- Ceftriaxon, 1 gr/12 jam/IV ST
5. Terapi non farmakologi
1. Tidak menggartuk
2. Menjaga Kebersihan Kulit
3. Kurangi aktivitas Fisik
6. KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)
1. Meminum obat sesuai yang diresepkan
2. Meminum obat sesuai dengan waktu minum obat
3. Memakan makanan yang sehat, tidak mengkonsumsi makanan yang dapat
menimbulkan alergi pada kulit
7. Monitoring
1. Pemeriksaan kesehatan
2. Pemeriksaan keadaan kulit
3. Memonitoring kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat