DOKUMEN
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD)KABUPATEN BANJAR
TAHUN 2005-2025
PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN BANJAR
DOKUMEN
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH
(RPJPD)KABUPATEN BANJAR
TAHUN 2005-2025
PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN BANJAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN I-1
1.1. Latar Belakang I-1
1.2. Dasar Hukum Penyusunan RPJPD Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 I-4
1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah lainnya I-9
1.4. Sistematika Penulisan I-10
1.5. Maksud dan Tujuan I-12
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-1
2.1. Aspek Geografi dan Demografi II-1
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat II-7
2.3. Aspek Pelayanan Umum II-17
2.4. Aspek Daya Saing Daerah II-102
BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS III-1
3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah III-1
3.1. Isu Strategis III-38
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH IV-1
4.1. Visi IV-1
4.2. Misi IV-6
BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH V-1
5.1. Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah untuk masing-masing misi V-1
5.2. Tahapan dan Prioritas V-11
5.3. Skenario indikator pembangunan ekonomi makro kabupaten banjar tahun 2010 - 2025 V-38
BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN VI-1
PENDAHULUAN BAB I
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
I- 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam
sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan untuk mendukung
terkoordinasianya proses pelaksanaan pembangunan, menjamin terciptanya
integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar fungsi pemerintah maupun antar
pusat dan daerah, serta mengoptimalkan partisipasi masyarakat, pemanfaatan
dan pengalokasian sumber-sumber potensi daerah yang ada dalam rangka
peningkatan kesejahteraan sosial dalam jangka waktu tertentu. Diberlakukanya
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah serta Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
memberikan kewenangan kepada daerah untuk merencanakan pembangunan
daerah sesuai dengan kondisi masing-masing daerah, sehingga pemerintah
daerah memiliki kewenangan dan bertanggung jawab untuk mengelola
pembangunan di daerah sesuai potensi daerah masing-masing sehingga
PENDAHULUAN BAB I
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
I- 2
pembangunan dapat berjalan efektif, efisien serta mempunyai tujuan dan
sasaran yang jelas dan terukur.
Mengingat peran penting dan strategis dari rencana pembangunan dalam
dimensi jangka panjang sebagai bagian dari Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2004, maka penyusunan RPJPD merupakan kewajiban
pemerintah daerah yang harus disusun secara terarah, terpadu dan
terkoordinasi yang kemudian ditetapkan menjadi produk hukum sehingga
mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Untuk tujuan tersebut di atas,
maka Pemerintah Kabupaten Banjar menyusun Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) untuk kurun waktu 20 tahun (2005-2025) sebagai
suatu sistem rencana pembangunan yang berkelanjutan.
RPJPD Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 adalah dokumen
perencanaan daerah untuk jangka waktu 20 tahun yang memuat visi, misi, dan
arah pembangunan daerah Kabupaten Banjar demi mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan
peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan dan keadilan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PENDAHULUAN BAB I
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
I- 3
Penyusunan RPJPD Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 dilakukan
secara komprehensif, terpadu dan menyeluruh, serta mengedepankan
keterlibatan masyarakat secara partisipatif dengan mempertimbangkan dan
menampung aspirasi pemangku kepentingan (stakeholder), serta mengacu pada
RPJP Nasional 2005-2025 yang telah ditetapkan sebagai Undang-Undang
Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional dan RPJPD Provinsi Kalimantan Selatan yang telah ditetapkan dengan
Perda nomor 17 tahun 2009. RPJPD Kabupaten Banjar ini menjadi pedoman
dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) yang berdimensi waktu 5 tahunan untuk selanjutnya diterjemahkan ke
dalam Rencana Strategis setiap Satuan Kerja Pemerintah Daerah (Renstra
SKPD) dan kemudian dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) tahunan. Penetapan visi dan misi pembangunan selain
mempertimbangkan norma dan nilai yang diusulkan bersama oleh seluruh
pemangku kepentingan (stakeholder), juga memperhitungkan kondisi saat ini,
potensi, isu strategis yang perlu diatasi, serta perkiraan masa depan dalam
waktu 20 tahun mendatang.
Pedoman Penyusunan RPJPD Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025
berlandaskan kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 54 Tahun 2010 yaitu melalui serangkaian proses sebagai berikut:
PENDAHULUAN BAB I
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
I- 4
a. Persiapan penyusunan RPJPD;
b. Penyusunan rancangan awal RPJPD;
c. Pelaksanaan musrenbang RPJPD;
d. Perumusan rancangan akhir RPJPD; dan
e. Penetapan RPJPD.
1.2. Dasar Hukum Penyusunan RPJPD Kabupaten Banjar 2005-2025
Penyusunan RPJPD Kabupaten Banjar Tahun 2011-2031 didasarkan pada
Pancasila sebagai Landasan Idiil, Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
Landasan Konstitusional dan perundang-undangan yang berkaitan langsung
dengan perencanaan sebagai landasan operasional, yaitu:
1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
VII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia Masa Depan;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan;
PENDAHULUAN BAB I
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
I- 5
6. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan,
Pengelolaan, Pertanggungjawaban Keuangan Negara;
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-
Undang;
9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah ;
10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025 ;
11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan
Instansi Vertikal di Daerah ;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah ;
PENDAHULUAN BAB I
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
I- 6
14. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan
Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota ;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
21. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pelaksanaan PP No.8 Tahun 2008 tentang Tahapan,Tata
PENDAHULUAN BAB I
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
I- 7
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah.
23. Surat Edaran Mendagri No. 050/2020/SJ Tahun 2005 tentang Petunjuk
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah;
24. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 17 Tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2005 – 2025
25. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar No 9 Th 1998 tentang Rencana
kota ibukota kecamatan Aluh-Aluh
26. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar No 10 Th 1998 tentang Rencana
kota ibukota kecamatan Gambut
27. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar No 11 Th 1998 tentang Rencana
kota ibukota kecamatan Karang Intan
28. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar No 20 Tahun 2008 tentang
Pembangunan desa terisolasi,
29. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar No 21 Th 2008 tentang
Perencanaan pembangunan desa
30. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 09 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 09 Tahun
PENDAHULUAN BAB I
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
I- 8
2008 Tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Banjar,
31. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 3 Tahun 2012 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 09
Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Organisasi Dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Banjar
32. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor ... Tahun 2012
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjar Tahun 2011 –
2031,
33. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 2 Tahun 2012 Tentang
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
34. Peraturan Bupati Kabupaten Banjar Nomor 14 Tahun 2010 tentang
Rencana Kerja Pemerintahan Daerah (RKPD) Kabupaten Banjar Tahun
2011,
35. Peraturan Bupati Kabupaten Banjar Nomor 22 Tahun 2011 tentang
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Banjar Tahun
2012.
PENDAHULUAN BAB I
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
I- 9
1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana
Pembangunan Daerah lainnya
Sebagaimana halnya daerah Kabupaten/Kota yang lain, Kabupaten Banjar
merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan Selatan dan bagian integral dari
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), karena itu perencanaan
pembangunan Kabupaten Banjar tidak terlepas dari hierarki perencanaan
pembangunan Nasional dan Provinsi Kalimantan Selatan. Menuju perencanaan
yang utuh dan tidak terpisahkan, maka penyusunan RPJPD Kabupaten Banjar
Tahun 2005-2025 mengacu kepada visi, misi, tujuan, sasaran dan arah
kebijakan yang tercantum pada RPJPD Provinsi Kalimantan Selatan Tahun
2005-2025, dan RPJP Nasional Tahun 2005-2025 serta berpedoman pada
RTRW Provinsi Kalimantan Selatan dan RTRW kabupaten/kota lainnya. Adapun
Hubungan antara RPJPD Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 dengan dokumen
perencanaan lainnya adalah sebagai berikut:
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Banjar Tahun 2005-2025 disusun sesuai dengan kewenangan daerah
sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan nasional dengan
mengacu kepada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi Kalimantan Selatan.
Mengacu diartikan bahwa rencana pembangunan dengan mengupayakan
pengembangan diri secara optimal sesuai dengan potensi dan kemampuan
PENDAHULUAN BAB I
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
I- 10
serta kebutuhan riil Kabupaten selaras dengan pengembangan dari provinsi
maupun pusat. Hubungan antara Kabupaten dengan Provinsi dan Pusat
merupakan peluang bagi terbangunnya sinergi yang lebih holistik agar
seluruh kegiatan pembangunan berjalan lebih efektif dan efisien.
2. RPJPD Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 menjadi acuan dalam
penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD)
untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan, sehingga RPJPD ini menjadi pijakan
penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada
masyarakat menuju pelaksanaan otonomi daerah yang nyata, dinamis,
terpadu, serasi, dan bertanggung jawab.
3. RPJPD Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 bersinergi dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banjar, RTRW Kabupaten/Kota
disekitar wilayah Kabupaten Banjar, serta RTRW Provinsi Kalimantan
Selatan sehingga pembangunan menjadi utuh dan saling melengkapi.
1.4. Sistematika Penulisan
Penulisan rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 mengacu pada sistematika yang
ditetapkan Permendagri No.54 tahun 2010 yaitu dengan sistematika sebagai
berikut:
PENDAHULUAN BAB I
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
I- 11
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Dasar Hukum Penyusunan RPJPD Kabupaten Banjar Tahun
2005-2025
1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJPD dengan Dokumen Rencana
Pembangunan Daerah lainnya
1.4. Sistematika Penulisan
1.5. Maksud dan Tujuan
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.3. Aspek Pelayanan Umum
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah
3.2. Isu Strategis
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH
4.1. Visi
4.2. Misi
BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
5.1. Sasaran pokok dan arah kebijakan pembangunan jangka panjang
daerah untuk masing-masing misi
5.2. Tahapan dan Prioritas
BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN
PENDAHULUAN BAB I
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
I- 12
1.5. Maksud dan Tujuan
RPJPD Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 disusun dengan maksud
untuk memberikan acuan dan dasar hukum bagi pembangunan jangka panjang
daerah dalam kurun waktu 20 (dua puluh tahun) tahun mendatang. Selain itu,
penyusunan RPJPD juga dimaksudkan untuk menjamin terjadinya keterpaduan
dan kesinambungan pembangunan yang berkelanjutan dalam jangka panjang
sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah dalam mewujudkan visi, misi,
dan arah pembangunan yang disepakati bersama.
Adapun Tujuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD) Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 adalah untuk memberikan
arah dan acuan bagi pemerintah daerah dan masyarakat, serta dunia usaha
untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi dan arah
pembangunan daerah yang telah disepakati bersama, sehingga seluruh upaya
yang dilakukan oleh masing-masing pelaku pembangunan diharapkan dapat
sinergis dan terpadu baik antar daerah, antar waktu, antar fungsi pemerintah
daerah dan pusat; mengoptimalkan partisipasi masyarakat; menjamin
tercapainya penggunaan sumber daya yang efisien, efektif, berkeadilan, dan
berkelanjutan; serta menjaga kesinambungan pembangunan daerah juga dapat
melengkapi satu sama lain baik didalam bersikap maupun bertindak.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1. Luas, Wilayah Administrasi dan Kondisi Alam
Kabupaten Banjar terletak di bagian selatan Provinsi Kalimantan Selatan,
berada pada 114° 30' 20" dan 115° 33' 37" Bujur Timur serta 2° 49' 55" dan 3°
43' 38 Lintang Selatan. Luas wilayahnya 4.668,50 Km2 atau sekitar 12,20 %
dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan
Secara administratif, Kabupaten Banjar berbatasan dengan:
a. Kabupaten Tapin dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan di sebelah Utara;
b. Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu di sebelah Timur;
c. Kabupaten Tanah Laut dan Kota Banjarbaru di sebelah Selatan, dan;
d. Kabupaten Barito Kuala dan Kota Banjarmasin di sebelah Barat.
Berdasarkan data Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2011,
Kabupaten Banjar terbagi ke dalam 19 wilayah Kecamatan, 277 Desa dan 13
Kelurahan. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Aranio yaitu 1.166,35
Km² (24,98 %), dan yang memiliki luas wilayah paling kecil adalah
KecamatanMartapura Timur, yaitu 29,99 Km² (0,64 %). Adapun rincian data luas
wilayah
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 2
Kabupaten Banjar menurut kecamatan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel
2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1. Luas Wilayah Kabupaten Banjar Menurut KecamatanTahun 2010
Pengamatan Badan Meteorologi dan Geofisika Banjarbaru pada tahun
2010, suhu udara di Kabupaten Banjar rata-rata berkisar antara 22,3°C -
32,8°C. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Mei (32,8°C) dan suhu
minimum terjadi pada bulan Juni dan Juli (22,3°C). Sebagai daerah tropis,
kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar 40,0% - 100,0%,
DESA KELURAHAN
1 Aluh-Aluh 19 0 82,48 1,77
2 Baruntung Baru 12 0 61,42 1,32
3 Gambut 12 2 129,3 2,77
4 Kertak Hanyar 10 3 45,83 0,98
5 Tatah Makmur 13 0 35,47 0,76
6 Sungai Tabuk 20 1 147,3 3,16
7 Martapura 19 7 42,03 0,90
8 Martapura Timur 20 0 29,99 0,64
9 Martapura Barat 13 0 149,38 3,20
10 Astambul 22 0 216,5 4,64
11 Karang Intan 26 0 215,35 4,61
12 Aranio 12 0 1166,35 24,98
13 Sungai Pinang 11 0 458,65 9,82
14 Paramasan 4 0 560,85 12,01
15 Pengaron 12 0 433,25 9,28
16 Sambung Makmur 7 0 134,65 2,88
17 Matraman 15 0 148,4 3,18
18 Simpang Empat 26 0 453,3 9,71
19 Telaga Bauntung 4 0 158 3,38
277 13 4.668,50 100,0
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2011
JUMLAH
Kabupaten Banjar
NO KECAMATAN LUAS (KM2
)% LUAS
WILAYAH
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 3
dengan kelembaban maksimum pada bulan Pebruari, Maret, April, Oktober,
Nopember dan Desember serta minimum pada bulan September.
Curah hujan bulanan berkisar antara 54,4 – 554,3 mm. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan Maret, yaitu 554,3 mm, dan yang terendah terjadi
pada bulan Mei, yaitu 54,4 mm. Hari hujannya 263 hari dengan hari hujan
terbanyak pada bulan Maret yaitu 27 hari. Tekanan udara berkisar antara
1.008,2 mb - 1.014,8 mb. Sedangkan kecepatan angin, setiap bulannya
berkisar antara 2 - 16 knot. Penyinaran dengan intensitas tertinggi terjadi pada
bulan Mei dan September, yaitu 4,83 % dan terendah pada bulan Desember
yaitu sekitar 2,17 %.
Ketinggian wilayah Kabupaten Banjar berkisar antara 0 – 1,878 meter
dari permukaan laut (dpl), dimana 35 % berada di ketinggian 0-7 m dpl, 55,54%
ada pada ketinggian 50 – 300 m dpl, sisanya 9,45 % lebih dari 300 m dpl.
Rendahnya letak Kabupaten Banjar dari permukaan laut menyebabkan aliran air
pada permukaan tanah menjadi kurang lancar. Akibatnya sebagian wilayah
selalu tergenang (29,93 %) sebagian lagi (0,58 %) tergenang secara periodik.
Pada umumnya tanah di wilayah ini bertekstur halus (77,62 %) yaitu
meliputi tanah liat, berlempung, berpasir dan berdebu. Sementara 14,93%
bertekstur sedang yaitu jenis lempung, berdebu, liat berpasir, sisanya 5,39%
bertekstur kasar yaitu pasir berlempung, pasir berdebu.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 4
Kedalaman efektif tanahnya sebagian besar lebih besar dari 90 cm
(66,45 %), sementara kedalaman 60 – 90 cm meliputi 18,77 %, dan 30 – 60 cm
hanya 14,83 %.Jenis tanah; tanah organosol, gleihumus dengan bahan induk
bahan aluvial dan fisiografi dataran meliputi 3,72 %. Tanah komplek podsolik
merah kuning dan laterit dengan bahan induk batuan baku dengan fisiografi
dataran meliputi 14,29 %. Tanah latosol dengan bahan induk batuan beku dan
fisiografi instrusi meliputi 24,84 %. Tanah komplek podsolik merah kuning,
latosol dengan batu induk endapan dan metamorf meliputi 28,57 %.
2.1.2. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Banjar berdasarkan statistik daerah
Kabupaten Banjar pada tahun 2006 berjumlah 464.148 jiwa meningkat menjadi
hingga tahun 2010 berjumlah 506.839 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki
berjumlah 257.320 jiwa, penduduk perempuan 249.519 jiwa dan rumah tangga
berjumlah 134.289 RT. Hal ini berarti terjadi peningkatan rata-rata penduduk
sebesar 1,83 % setiap tahunnya.
Persoalan kependudukan di Kabupaten Banjar terutama distribusi
penduduk yang tidak merata, hal ini sangat dirasakan dalam pemberian
pelayanan kepada masyarakat antara lain pelayanan dalam bidang pendidikan
dan kesehatan serta infrastruktur. Sejauh ini upaya yang dilakukan dengan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 5
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat seperti pemekaran kecamatan dan
peningkatan fasilitas hingga ke tingkat desa. Berikut ini indikator kependudukan
Kabupaten Banjar tahun 20068 sampai dengan 2010 :
Tabel 2.2. Indikator Kependudukan Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Penduduk (jiwa) 464.148 470.160 480.056 498.088 506.839
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2) 99 101 105 107 109
Rasio Jenis Kelamin (persen) 105 105 97 97 103
Jumlah Rumah Tangga (000 jiwa) 130.390 133.464 128.427 131.640 134.288
Rata-rata ART (Jiwa/Ruta) 3,56 3,52 3,74 3,78 3,77
Persen Penduduk Menurut Umur
0 - 14 tahun 30 28 27 30 29
15 -64 tahun 67 68 70 67 68
≥ 65 tahun 3 4 3,15 3,98 3,58
Sumber : Statistik daerah Kabupaten Banjar, 2011
Jika dilihat dari tingkat kepadatan Penduduk, Rata-rata Kepadatan
penduduk Kabupaten Banjar pada tahun 2010 sebesar 109 jiwa/km².
Kecamatan yang terpadat adalah Kecamatan Martapura dengan kepadatan
penduduk 2.414 jiwa/km² dan Kecamatan yang paling rendah tingkat
kepadatannya adalah Kecamatan Aranio dengan kepadatan penduduk 7
jiwa/km². Rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Banjar Tahun 2010
sebesar 47,83%, ini menunjukan bahwa setiap 100 penduduk usia produktif di
Kabupaten Banjar menanggung 48 penduduk yang belum/tidak produktif.
Berikut ini gambaran mengenai kepadatan penduduk pada masing-masing
kecamatan di Kabupaten Banjar pada Tahun 2010 :
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 6
Gambar 2.1. Grafik Distribusi Penduduk Kab. Banjar Tahun 2010
Sementara itu penduduk menurut suku yang mendiami wilayah
Kabupaten Banjar: Suku Banjar sekitar 87,81%, Suku Jawa sekitar 7,24%, Suku
Madura sekitar 3,17%, Suku Bukit sekitar 0,42% dan Suku Sunda sekitar
0,29%. Gambaran komposisi penduduk yang mendiami wilayah Kabupaten
Banjar sebagaimana di tunjukan Gambar 2.2.. Meskipun komposisi penduduk
yang cukup heterogen namun sejauh ini kehidupan sosial dimasyarakat
berlangsung dengan harmonis. Hal ini perlu juga mendapat perhatian dari
pemerintah daerah untuk menjaga keharmonisan yang telah berlangsung.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 7
Gambar. 2.2. Penduduk di wilayah Kabupaten Banjar berdasarkan suku
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Banjar
2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status
pembangunan manusia adalah Human Development Indeks (HDI) atau Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan suatu indeks komposit yang
mencakup 3 (tiga) bidang pembangunan manusia yang dianggap sangat
mendasar yaitu usia hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. Tingkatan
status pembangunan manusia suatu wilayah oleh UNDP dibagi ke dalam tiga
kategori yaitu: rendah (kurang dari 50), sedang/menengah bawah (50- 65,99),
menengah atas (antara 66 - 79,99) dan tinggi (80 ke atas).
Indikator yang mewakili bidang pendidikan untuk menggambarkan IPM
adalah angka melek huruf penduduk dewasa serta rata-rata lama sekolah.
Faktor-faktor lainnya yang bepengaruh terhadap kualitas pendidikan adalah
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 8
belum idealnya rasio siswa terhadap guru, rasio siswa terhadap daya tampung
sekolah dan rasio guru terhadap sekolah. Pencermatan atas data sebaran rata-
rata lamanya sekolah dan angka melek huruf menunjukkan bahwa ketersediaan
sarana dan prasarana, aksesibilitas serta kondisi sosial ekonomi, berpengaruh
pada peningkatan kualitas sumber daya manusia.
a. Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah
Perubahan paradigma pembangunan pada pembangunan SDM terus
dilakukan oleh pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
hal itu dapat dilihat dari komitmen Pemerintah Kabupaten Banjar untuk
menaikkan anggaran pendidikan sehingga dapat mencapai 20 persen dari total
anggaran (APBD) setiap tahunnya.
Ukuran yang sangat mendasar dari tingkat pendidikan adalah kemampuan
baca tulis (Angka Melek Huruf) penduduk yang pada tahun 2010 sudah
mencapai 96,03 persen. Hal ini berarti sampai tahun 2010 penduduk Kabupaten
Banjar yang masih buta huruf masih sekitar 3,97 persen atau dari 100 penduduk
Kabupaten Banjar terdapat 4 jiwa yang masih buta huruf.
Selain angka melek huruf, tingkat pendidikan penduduk dapat dilihat dari
capaian rata-rata lama sekolah. Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten
Banjar Tahun 2006 sudah mencapai 7,10 tahun, ini menunjukkan bahwa pada
tahun tersebut penduduk Kabupaten Banjar rata-rata pendidikannya sudah
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 9
tamat SD dan sedang menempuh SMP sederajat. Namun demikian rata-rata
lama sekolah hingga akhir tahun 2010 belum ada peningkatan yang cukup
berarti yaitu 7,25 tahun, dengan kata lain penduduk hanya mampu sekolah pada
tingkat SMP sederajat dari tahun 2006-2010. Berdasarkan kondisi ini dengan
melihat rata-rata lama sekolah, penduduk Kabupaten Banjar belum dapat
menuntaskan pendidikan dasar 9 tahun hingga akhir 2010 sebagaimana di
amanatkan undang-undang sikdiknas pendidikan dasar wajib yang harus
ditamatkan anak usia sekolah minimal 9 tahun. Hal ini perlu menjadi perhatian
bagi pemerintah kabupaten Banjar dimasa yang akan datang, karena pendidikan
merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk.
Tabel. 2.3 Angka melek huruf dan angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
Gambar. 2.3. Angka Melek Huruf Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010
2006 2007 2008 2009 2010
1 Angka Melek Huruf (%) 96,00 95,99 95,99 96,02 96,03
2 Rata-rata Lama Sekolah (Th) 7,10 7,10 7,10 7,16 7,25
Sumber: BPS Provinsi Kalsel, beberapa terbitan (diolah)
TAHUNNO INDIKATOR
95.97
95.98
95.99
96
96.01
96.02
96.03
96.04
2006 2007 2008 2009 2010
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 10
Gambar. 2.4. Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010
b. Angka Harapan Hidup
Dimensi umur panjang dan sehat dapat dilihat dari Indikator Angka
Harapan Hidup. Pada tahun 2006 Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten
Banjar 64,00 kemudian meningkat pada tahun 2010 menjadi 65,25, AHH
capaiannya baru berada pada usia 65 tahun. Dengan kisaran idealnya usia
menurut standar nasional 25 – 85 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa umur
panjang dan sehat penduduk Kabupaten Banjar belum mencapai umur
maksimal 85 tahun.
Tabel 2.4. Angka Harapan Hidup Kabupaten Banjar 2006 -2010
INDIKATOR 2006 2007 2008 2009 2010
ANGKA HARAPAN HIDUP 64,00 64,04 64,62 64,93 65,25
Sumber : Statistik Daerah kabupaten Banjar 2011
7
7.05
7.1
7.15
7.2
7.25
7.3
2006 2007 2008 2009 2010
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 11
c. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banjar
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan untuk wilayah Kabupaten
Banjar, Indeks Pembangunan Manusia yang telah dicapai pada tahun 2006
adalah 68,97 dan pada tahun 2010 telah mencapai 70,94. Hal ini menunjukkan
satu perkembangan yang cukup baik dimana sesuai dengan kriteria dan
tingkatan status pembangunan manusia menurut ukuran UNDP yang telah
dirumuskan di atas dimana capaian pada tahun 2006 sampai dengan 2010
tersebut berada pada tingkatan status menengah atas antara 66 sampai dengan
79,99. Perkembangan IPM Kabupaten Banjar selama tahun 2006-2010 secara
rinci ditunjukanTabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
Gambar. 2.5. Perkembangan IPM Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
NO TAHUN IPM
1 2006 68,97
2 2007 69,43
3 2008 70,16
4 2009 70,52
5 2010 70,94
Sumber: IPM Kab. Banjar Berbagai Terbitan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 12
2.2.2. Angka Partisipasi Kasar
Angka Partisipasi Kasar (APK) sering digunakan untuk menunjukkan
seberapa besar anak usia menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam
lingkup pendidikan dan penyerapan dunia formal terhadap penduduk usia
sekolah. Berikut ini gambaran mengenai APK di Kabupaten Banjar :
Tabel 2.6. Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
TAHUN JENJANG PENDIDIKAN
SD SMP SMA
2006 105,15 75,52 45,00
2007 106,25 83,73 48,34
2008 109,20 89,67 56,41
2009 115,73 95,80 61,78
2010 119,50 97,90 72,45
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar, 2011
Gambar. 2.6. Perkembangan APK Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
0.00
50.00
100.00
150.00
200.00
250.00
300.00
350.00
2006 2007 2008 2009 2010
An
gka
Par
tisi
pas
i Kas
ar
JENJANG PENDIDIKAN SD JENJANG PENDIDIKAN SMP
JENJANG PENDIDIKAN SMA
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 13
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari tahun ketahun
Angka Partisipasi Kasar mengalami peningkatan. Untuk Jenjang Pendidikan SD
pada tahun 2006 105,15 meningkat menjadi 119,50 pada tahun 2010. Untuk
Jenjang Pendidikan SMP pada tahun 2006 APK sebesar 75,52 meningkat
menjadi 97,90 pada tahun 2010 yang berari dari 100 anak usia pendidikan SMP
98 orang sedang melaksanakan pendidikan formal di tingkat SMP. Demikian
juga untuk jenjang pendidikan SMA, dari 45 pada tahun 2006 meningkat menjadi
72,45 pada tahun 2010. Hal ini berarti bahwa program pemerintah kabupaten
Banjar pada bidang pendidikan selama ini cukup berhasil.
2.2.3. Angka Partisipasi Murni
Pendidikan juga merupakan instrumen pembangunan ekonomi dan
sosial, termasuk diantaranya untuk mendukung upaya mengentaskan
kemiskinan, meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender, serta memperkuat
nilai-nilai budaya. Dalam konteks lebih luas, pendidikan merupakan dasar utama
bagi keseluruhan upaya implementasi prioritas tertinggi kebijakan pembangunan
sumber daya manusia dalam kerangka pembangunan nasional yang
komprehensif, misalnya : pendidikan dasar dikaitkan dengan upaya
penanggulangan kemiskinan; pendidikan menengah diarahkan untuk
meningkatkan potensi kebekerjaan (employment); dan pendidikan tinggi
diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kepemimpinan dalam
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 14
masyarakat dan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, pembangunan dan
penyelenggaraan layanan pendidikan nasional perlu dilakukan dengan
pendekatan komprehensif, holistik serta mengedepankan cara pandang anak
didik sebagai manusia utuh. Salah satu ukuran indikator kinerja pembangunan
bidang pendidikan adalah Angka Partisipasi Murni. Berikut ini adalah data
mengenai angka partisipasi murni (APM) Kabupaten Banjar tahun 2006 – 2010 :
Tabel 2.7. Angka Partisipasi Murni Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
TAHUN JENJANG PENDIDIKAN
SD SMP SMA
2006 93.76 67.10 28.11
2007 91.49 68.30 37.31
2008 93.32 69.19 30.70
2009 95.12 81.27 56.41
2010 93.66 81.27 61.78
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar, 2011
Gambar. 2.7. Perkembangan APM Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 15
Berdasarkan tabel 2.7 dan gambar 2.7 dapat dilihat perkembangan
Angka Partisipasi Murni (APM) Kabupaten Banjar dari Tahun 2006 sampai
dengan 2010. APM untuk tiap jenjang pendidikan dari tahun 2006 sampai
dengan 2010 mengalami peningkatan, terutama pada jenjang pendidikan SMA
dimana pada tahun 2006 APMnya sebesar 32,08 meningkat menjadi 75,60 pada
tahun 2010.
2.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Banjar.
Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat adalah laju pertumbuhan angakatan kerja yang
terserap pada lapangan kerja. Tingginya angkatan kerja disuatu daerah secara
langsung dapat menggerakkan perekonomian di suatu daerah. Jumlah angkatan
kerja di Kabupaten Banjar. Pada tahun 2006 jumlah angkatan kerja sebesar
232.836 jiwa dengan tingkat kesempatan kerja tercatat sebesar 215.544 jiwa
atau 92,57 persen. Ini berarti tingkat pengangguran di Kabupaten Banjar pada
tahun 2006 sebesar 17.292 jiwa atau 7,43 persen dan pada tahun 2009 tingkat
angkatan kerja ini menjadi 223.393 jiwa dengan tingkat pengangguran sebesar
9.255 jiwa. Berarti pengangguran di Kabupaten Banjar mengalami penurunan
hingga angka 4,15 persen. Pada tahun 2010 Tingkat kesempatan kerja
meningkat menjadi 96,28 % dan Tingkat Pengangguran terbuka menurun
menjadi 3,72 %. Penurunan angka pengangguran ini merupakan salah satu
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 16
indikasi yang positif bahwa kegiatan perekonomian di Kabupaten Banjar
berkembang dengan baik. Gambaran tentang kesempatan kerja selama tahun
2006-2010 termuat pada Tabel 2.8. berikut ini.
Tabel 2.8. Kesempatan Kerja di Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
NO INDIKATOR TAHUN
2006 2007 2008 2009 2010
1 Bekerja 215.544 193.306 202.183 214.138 264.000
2 Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) 92,57 93,37 95,12 95,85 96,28
3 Mencari Pekerjaan 2.118 5.561 3.203 4.164 4.109
4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 7,43 6,63 4,88 4,15 3,72
Sumber : Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Banjar, 2011
2.3. Aspek Pelayanan Publik Kabupaten Banjar
Pelayanan umum atau pelayanan publik merupakan segala bentuk jasa
pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah kabupaten dalam upaya pemenuhan
kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundan-undangan.
Ruang lingkup aspek pelayanan umum ini mencakup pelayanan dasar
berupa pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, sarana dan prasarana umum.
Penyelenggaraan aspek pelayanan umum ini dimaksudkan untuk memberikan
akses yang lebih baik kepada publik. Secara terinci pada bagian berikutnya
akan digambarkan berupa existing condition dari beberapa bidang yang
termasuk ke dalam aspek pelayanan umum ini sehingga memberikan gambaran
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 17
keperluan dasar untuk disediakan pada periode pembangunan selama 20 tahun
kedepan.
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib
Layanan urusan wajib Pemerintah Daerah sesuai dengan Undang-Undang
No 32 tentang Pemerintah Daerah yang terdiri dari 26 bidang yaitu :
1. Pendidikan
Fokus layanan layanan dasar pendidikan umum, merupakan hal yang
penting dan menentukan keberhasilan pembangunan kualitas SDM di suatu
daerah, seiring dengan perkembangan kondisi saat ini di Kabupaten Banjar
dibutuhkan adanya SDM yang berkualitas dalam rangka memenuhi permintaan
bursa tenaga kerja yang ada serta untuk mengantisipasi persaingan global.Oleh
karenanya perlu adanya terobosan bagi Pemerintah Kabupaten Banjar untuk
menyiapkan SDM yang berkualitas memalui peningkatan jenjang pendidikan.
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan pendidikan salah
satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut :
a. Angka Partisipasi Sekolah
Pembangunan bidang pendidikan terus dipacu khususnya pendidikan
dasar melalui program-program: peningkatan sarana dan prasarana,
peningkatan kapasitas sumber daya aparatur, pendidikan anak usia dini, Wajib
Belajar (WAJAR) pendidikan dasar 9 (Sembilan) tahun, pendidikan menengah,
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 18
pendidikan non formal, peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan,
serta program manajemen pelayanan pendidikan.
Keberhasilan pembangunan pendidikan di Kabupaten Banjar, periode
2005– 2010 dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) . Indikator ini
menunjukkan seberapa besar anak usia menurut tingkat pendidikan formal
terhadap penduduk usia sekolah. APS dihitung berdasarkan jumlah murid
kelompok usia pendidikan yang masih menempuh pendidikan dasar per 100
jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Berikut secara lengkap disajikan data
mengenai APS di Kabupaten Banjar perjenjang pendidikan selama kurun waktu
2006 – 2010 :
Tabel 2.9. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten
Banjar Tahun 2006-2010
No Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
MUTU PENDIDIKAN DASAR (9 TAHUN)
1 Jumlah murid SD/MI 44258 44258 45813 46362 47754
2 Jumlah murid SMP 6962 6962 8107 9809 14415
3 APS Pendidikan Dasar 108,17 112,02 113,61 115,73 114,61
MUTU PENDIDIKAN MENENGAH
1 Jumlah Murid SMA 3344 3344 3383 3503 3496
2 Jumlah Murid SMK 1205 1205 1314 1720 1580
3 APS Pendidikan Menengah 78,04 89,67 82,46 82,75 50,64
Sumber : Kabupaten Banjar Dalam Angka,2007 – 2011
b. Rasio Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah
Rasio ketersediaan sekolah merupakan jumlah sekolah berdasarkan tingkat
pendidikan per 10.000 jumlah penduduk usia pendidikan. Rasio ini
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 19
mengindikasikan kemampuan untuk menampung penduduk usia pendidikan.
Tabel berikut memperlihatkan mengenai kondisi ketersediaan sekolah
Berdasarkan Penduduk Usia Sekolah di Kabupaten Banjar 2006 – 2010 :
Tabel 2.10. Perbandingan Jumlah Sekolah berdasarkan Pendududuk usia Sekolah di Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
Pendidikan Dasar
Jumlah Sekolah SD 353 353 359 358 366
Jumlah Sekolah SMP 43 43 59 60 68
Perbandingan Jumlah Sekolah Dengan Jumlah Penduduk Usia 7 – 15
1,05 1,06 1,08 1,09 Na
Pendidikan Menengah
Jumlah Sekolah SMA/SMK/MA
15 15 16 18 18
Perbandingan Jumlah Sekolah Dengan Jumlah Penduduk Usia 16 – 18
0,54 0,42 0,39 0,48 Na
Sumber : Kabupaten Banjar Dalam Angka,2007 – 2011
Selama kurun waktu 2006 sampai dengan 2010 rasio
ketersediaan sekolah untuk jenjang pendidikan menengah (SD/MI dan
SMP/MTs) mengalami peningkatan. Jika dilihat dari rasio jumlah sekolah
dengan jumlah penduduk usia 7 – 15 Tahun pada tahun 2006 sebesar
1,05 meningkat menjadi 1,09 pada tahun 2009. Peningkatan nilai ini
disebabkan karena adanya peningkatan jumlah sekolah SD dari tahun
2006 sebesar 353 menjadi 366 pada tahun 2010. Demikian juga dengan
jumlah sekolah SMP/MTs yang mengalami peningkatan dari 43 sekolah
pada tahun 2006 menjadi 68 sekolah pada tahun 2010. Berbeda dengan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 20
tingkat pendidikan menengah (SMA/MA/SMK) yang peningkatan jumlah
sekolahnya sangat kecil yaitu selam kurun waktu 5 tahun hanya
menambah 3 sekolah untuk tingkat menengah.
c. Rasio Guru/ Murid
Rasio ini memperlihatkan jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan per
10.000 jumlah murid berdasarkan tingkat pendidikan. Rasio ini mengindikasikan
ketersediaan tenaga pengajar juga mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru
agar tercapai mutu pengajaran. Tabel berikut ini memperlihatkan data
ketersediaan guru/murid di Kabupaten Banjar per jenjang pendidikan selama
periode 2006 – 2010 :
Tabel 2.11. Perbandingan Jumlah Guru dan Murid berdasarkan jenjang Pendidikan di Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
Sekolah Dasar
Jumlah murid SD 44258 44258 45813 46362 47754
Jumlah Guru SD 3441 3210 3021 3525 4258
Perbandingan Jumlah Guru Terhadap Jumlah Murid
1 : 12,86 1 : 13,78 1 : 15,16 1 : 13,15 1 : 11,22
Sekolah Menengah Pertama
Jumlah murid SMP 6962 6962 8107 9809 14415
Jumlah Guru SMP 884 986 1019 1213 1237
Perbandingan Jumlah Guru Terhadap Jumlah Murid
1 : 7,88 1 : 7,06 1 : 7,96 1 : 8,09 1 : 11,65
Sekolah Menengah Atas
Jumlah Murid SMA 4549 4549 4697 5223 5076
Jumlah Guru SMA/SMK 436 443 468 517 466
Perbandingan Jumlah Guru Terhadap Jumlah Murid
1 : 10,43 1 : 10,27 1 : 10,04 1 : 10,10 1 : 10,89
Sumber : Kabupaten Banjar Dalam Angka,2007 – 2011
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 21
Berdasarkan Tabel 2.11. dapat dilihat mengenai rasio ketersediaan
guru/murid di kabupaten Banjar perolde 2006 – 2010 untutk seluruh jenjang
pendidikan. Untuk jenjang pendidikan SD rasio guru/murid pada tahun 2006
adalah 1 : 12,86 yang berarti setiap guru melayani 13 siswa. Rasio ini
mengalami penurunan pada tahun 2008 menjadi 1 : 15,16. Penurunan ini
disebabkan karena adanya penurunan jumlah guru dari 3.441 pada tahun 2006
menjadi 3.021 pada tahun 2008. Pada tahun 2010 rasio guru /murid kembali
mengalami peningkatan menjadi 1 : 11,22 akibat adanya peningkatan jumlah
guru yang cukup signifikan sebesar 4258 guru.
Untuk jenjang pendidikan SMP rasio guru/murid terus menerus
mengalami penurunan dimana pada tahun 2006 rasio guru/murid sebesar 1 :
7,88 menjadi 1 : 11,22. Penurunan rasio guru/murid ini disebabkan karena
peningkatan jumlah murid yang cukup tinggi dibandingkan dengan peningkatan
jumlah guru. Untuk Jenjang pendidikan SMA/SMK rasio guru/murid dari tahun
2006 – 2010 rata-rata sebesar 1 : 10.
d. Rasio Guru/ Murid per Kelas Rata-rata
Rasio ini memperlihatkan rasio guru/murid perkelas berdasarkan tingkat
pendidikan per 10.000 jumlah murid. Rasio ini mengindikasikan satu kelas terdiri
dari berapa jumlah murid dan guru. Tabel berikut ini memperlihatkan data rasio
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 22
guru per kelas rata-rata terhadap jumlah murid di Kabupaten Banjar per jenjang
pendidikan selama periode 2006 – 2010 :
Tabel 2.12. Rasio Guru Per Kelas Rata-rata terhadap Jumlah Murid di Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
Sekolah Dasar
Jumlah murid SD 44.258 44.258 45.813 46.362 47.754
Jumlah Guru SD 3.441 3.210 3.021 3.525 4.258
Jumlah Kelas 2.224 2.061 2.140 2.176 2.187
Rasio Guru Per Kelas 1 : 1.55 1 : 1.56 1 : 1.41 1 : 1.62 1 : 1.95
Rasio Jumlah murid/Kelas
1:20 1:21 1:21 1:21 1:22
Rasio guru/kelas terhadap jumlah Murid
1 : 1.55 : 20 1 : 1.56 : 21 1 : 1.41 : 21 1 : 1.62 : 21 1 : 1.95 : 22
Sekolah Menengah Pertama
Jumlah murid SMP 6.962 6.962 8.107 9.809 14.415
Jumlah Guru SMP 884 986 1019 1213 1237
Jumlah Kelas 255 313 320 326 445
Rasio Guru Per Kelas 1 : 3.47 1 : 3.15 1 : 3.18 1 : 3.72 1 : 2.78
Rasio Jumlah murid/Kelas
1:27 1:22 1:25 1:30 1:32
Rasio guru/kelas terhadap jumlah Murid
1 : 3.47 : 27 1 : 3.15 : 22 1 : 3.18 : 25 1 : 3.72 : 30 1 : 2.78 : 32
Sekolah Menengah Atas
Jumlah Murid SMA 3.344 3.344 3.383 3.503 3.496
Jumlah Guru SMA/SMK 436 443 468 517 466
Jumlah Kelas 135 133 154 160 183
Rasio Guru Per Kelas 1 : 3.23 1 : 3.33 1 : 3.04 1 : 3.23 1 : 2.55
Rasio Jumlah murid/Kelas
1:25 1:25 1:22 1:22 1:19
Rasio guru/kelas terhadap jumlah Murid
1 : 3.23 : 25 1 : 3.33 : 25 1 : 3.04 : 22 1 : 3.23 : 22 1 : 2.55 : 19
Sumber : Kabupaten Banjar Dalam Angka,2007 – 2011
Berdasarkan Tabel 2.12. diketahui mengenai rasio guru/kelas terhadap
jumlah murid berdasarkan jenjang pendidikan. Dari tabel tersebut di ketahui
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 23
pada tahun 2006 setiap kelas Sekolah Dasar dilayani (di ajar) oleh 1,55 ≈ 2
orang guru dimana kelas tersebut terdiri dari 27 siswa. Untuk tahun 2010 setiap
kelas sekolah dasar di ajar oleh 1,95 ≈ 2 orang guru dan terdiri dari 32 siswa.
Demikian pula untuk jenjang pendidikan SMP dan SMA.
e. Sarana dan Prasarana Sekolah
Penyelenggaraan pelayanan pendidikan di Kabupaten Banjar merupakan
pilar utama dalam prioritas pembangunan daerah. Terkait erat dengan persoalan
luas wilayah dan distribusi penduduk yang tidak merata menjadikan upaya
peningkatan pelayanan pendidikan ini perlu dilakukan satu langkah percepatan.
Sejak tahun 2008 pemenuhan anggaran pendidikan minimal 20% dari APBD
telah direalisasikan. Pada tahun 2010 proporsi anggaran pendidikan sudah
berkisar lebih dari 30% dari APBD Kabupaten Banjar. Prioritas kegiatan di
bidang pendidikan lebih ditekankan pada peningkatan fasilitas pendidikan baik di
tingkat dasar maupun menengah. Termasuk dalam bagian ini adalah
peningkatan mutu tenaga pendidik melalui peningkatan kompetensi
gurusehingga secara bertahap dapat memenuhi standar pelayanan pendidikan.
Selain aspek-aspek yang telah disebutkan di atas, salah satu pendukung
keberhasilan pembangunan pendidikan adalah ketersediaan sarana dan
prasarana seperti sekolah, ruang kelas, dan pengajar yang memadai. Kondisi
sarana dan prasarana pendidikan yang baik sebagai penunjang pelaksanaan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 24
pendidikan di setiap daerah sangat penting, karena itu semestinya pemerintah
memperhatikan keberadaaan prasarana ini.
f. Angka Putus Sekolah
Angka Putus Sekolah mencerminkan anak-anak usia sekolah yang sudah
tidak bersekolah lagi atau tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan tertentu.
Hal ini merupakan salah satu indikator berhasil tidaknya pembangunan di bidang
pendidikan. Tabel berikut ini memperlihatkan Angka Putus Sekolah Berdasarkan
jenjang pendidikan tahun 2006 -2010 :
Tabel 2.13. Angka Putus Sekolah Berdasarkan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Banjar 2006 – 2010
Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
SD/MI/SDLB
Angka Putus Sekolah (%) 1,90 1,80 1,70 1,60 0,62
SLTP/MTs/SMPLB
Angka Putus Sekolah (%) 2,12 1,38 1,55 1,12 0,68
SMU/MA/SMK/PLB
Angka Putus Sekolah (%) 1,37 3,11 1,82 1,79 2,40
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 25
Gambar 2.8 Angka Putus Sekolah Berdasarkan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Banjar 2006 – 2010
Berdasarkan tabel 2.13 diketahui mengenai Angka Putus Sekolah
Kabupaten Banjar untuk masing-masing jenjang pendidikan tahun 2006 -2010.
Untuk jenjang pendidikan SD dan SLTP angka Putus Sekolah dari tahun
ketahun mengalami penurunan. Pada tahun 2006 Angka Putus Sekolah pada
jenjang pendidikan SD sebesar 1,9 % turun menjadi 0,62 % pada tahun 2010.
Untuk jenjang pendidikan SLTP pada tahun 2006 sebesar 2,12 % turun menjadi
0,68 % pada tahun 2010. Namun, untuk jenjang pendidikan SLTA Angka Putus
Sekolah mengalami fluktuasi berturut-turut sebesar 1,37 %, 3,11%, 1,82%,
1,79% dan terakhir 2,40% pada tahun 2010. Peningkatan Angka Putus Sekolah
untuk jenjang pendidikan SMA disebabkan karena tingginya biaya pendidikan
pada tingkat pendidikan SMA sehingga sejumlah siswa di Kabupaten Banjar
SD
SMP
SMA0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
20062007
20082009
2010
SD
SMP
SMA
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 26
tidak mampu untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA dan mengalami
Putus Sekolah.
g. Angka Kelulusan Siswa
Meningkatnya jumlah Kelulusan siswa pada berbagai jenjang pendidikan
setiap tahun ajaran menjadi harapan semua pihak, baik pemerintah maupun
masyarakat. Tabel 2.14 memperlihatkan Angka Kelulusan Siswa disetiap jenjang
pendidikan pada periode 2006 – 2010 :
Tabel 2.14. Angka Kelulusan Siswa Berdasarkan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Banjar 2006 – 2010
Jenjang Pendidikan 2006 2007 2008 2009 2010
Sekolah Dasar
Angka Lulus Sekolah (%) 99,27 99,31 99,37 99,46 99,50
Sekolah Menengah Pertama
Angka Lulus Sekolah (%) 93,26 94,28 89,43 92,70 97,40
Sekolah Menengah Atas
Angka Lulus Sekolah (%) 97,63 92,80 91,20 93,63 99,00
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar
2. Kesehatan
Kualitas sumber daya manusia secara utuh dapat dilihat dari aspek fisik
dan aspek non fisik. Adapun indikator Kinerja bidang kesehatan Kabupaten
Banjar dapat dilihat sebagai berikut :
a. Rasio Rumah Sakit per satuan Penduduk
Pembangunan bidang kesehatan dapat dilaksanakan secara maksimal
jika didukung oleh ketersediaan fasilitas pokok dan penunjang penyelenggaraan
program dan kegiatan di bidang kesehatan. Hal ini dirasakan sangat
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 27
berpengaruh mengingat pada beberapa permasalahan yang telah disampaikan
sebelumnya seperti distribusi penduduk yang tidak merata dan luasnya cakupan
pelayanan yang harus dilakukan memerlukan suatu upaya khusus untuk
memberikan pelayanan publik termasuk di bidang kesehatan.
Rumah Sakit merupakan salah satu layanan kesehatan yang berfungsi
menyelenggarakan pelayanan kesehatan rujukan, asuhan keperawatan secara
berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien. Semakin banyak jumlah ketersedian rumah sakit, akan semakin mudah
bagi masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan. Tabel berikut ini
memperlihatkan jumlah dan rasio/ketersediaan rumah sakit di Kabupaten Banjar
tahun 2006 – 2010 :
Tabel 2.15. Jumlah dan Rasio Rumah Sakit per Jumlah Penduduk di Kabupaten Banjar 2006 – 2010
URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010
Rumah Sakit Pemerintah 1 1 1 1 1
Rumah Sakit TNI 1 1 1 1 1
Rumah Sakit Swasta 1 1 1 1 1
Jumlah Penduduk 464.148 470.160 480.056 498.088 506.839
Rasio 1 : 154716 1 : 156720 1 : 160019 1 : 166029 1 : 168946
Sumber : Kabupaten Banjar dalam Angka 2007 -2011
Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010 jumlah rumah sakit yang ada di Kabupaten Banjar tidak
mengalami perubahan yaitu sebanyak tiga buah, sedangkan jumlah penduduk
dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 mengalami peningkatan yang
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 28
menyebabkan terjadinya peningkatan nilai rasio dimana pada tahun 2006 rasio
ketersediaan Rumah Sakit di kabupaten Banjar sebesar 1 : 154.716 meningkat
menjadi 1 : 168.946 pada tahun 2010 yang berarti bahwa untuk 1 Rumah Sakit
melayani 168.946 penduduk.
b. Rasio Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskemas Desa dan Puskesmas Keliling per Satuan Penduduk.
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Desa dan Puskesmas
Keliling merupakan salah satu sarana penunjang kesehatan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Semkin banyak jumlah
ketersediaannya, maka semakin memudahkan masyarakat dalam menjangkau
pelayanan kesehatan. Data jumlah dan Rasio Puskesmas per jumlah penduduk
dapat dilihat Pada tabel 2.17 dibawah.
Berdasarkan tabel tersebut diketahu bahwa Rasio total Puskesmas
(Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Desa dan Puskesmas Keliling)
terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Banjar dari tahun ke tahun mengalami
kinerja yang cukup baik. Pada tahun 2006 rasio puskesmas terhadap jumlah
penduduk sebesar 1 : 3.868 menurun menjadi 1 : 1.273 pada tahun 2010 yang
berarti bahwa untuk 1 puskesmas melayani 1.273 penduduk. Peningkatan
kinerja ini disebabkan karena Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar melakukan
pembangunan puskesmas desa dari 51 Puskesdes pada tahun 2007 meningkat
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 29
menjadi 285 pada tahun 2010. Rata-rata kecamatan di kabupaten Banjar
memiliki satu Puskesmas. Meskipun demikian, sarana kesehatan di Kabupaten
Banjar belum merata sepenuhnya, ada beberapa kecamatan memiliki
puskesmas lebih dari 1 (satu) puskesmas seperti Kecamatan Martapura, Sungai
Tabuk dan Karang Intan. Berikut ini adalah data mengenai rasio Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Desa dan Puskesmas Keliling terhadap
jumlah penduduk di Kabupaten Banjar :
Tabel 2.16. Jumlah dan Rasio Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Desa dan Puskesmas Keliling per Jumlah Penduduk di Kabupaten Banjar 2006 – 2010
Sumber : Kabupaten Banjar dalam Angka 2007 - 2010
INDIKATOR TAHUN
2006 2007 2008 2009 2010
Puskesmas 22 22 22 20 20
Puskesmas Pembantu 70 70 70 69 69
Puskesmas Keliling 28 28 27 24 24
Peskesmas Desa - 51 95 285 285
Jumlah Total 120 171 214 398 398
Jumlah Penduduk 464148 470160 480056 498088 506839
Jumlah Kecamatan 17 17 19 19 19
Jumlah Kelurahan/Desa 288 288 290 290 290
Rasio Puskesmas/ penduduk 1 : 21098 1 : 21370 1 : 21.820 1 : 24904 1 : 25341
Rasio Pustu/ penduduk 1 : 6.631 1 : 6.717 1 : 6.858 1 : 7.295 1 : 7.345
Rasio Pusling/ penduduk 1 : 16577 1 : 16791 1 : 17780 1 : 24904 1 : 25341
Rasio Puskedes/ penduduk - 1 : 9.219 1 : 5.053 1 : 1.748 1 : 1.778
Rasio Total Puskesmas/ penduduk 1 : 3.868 1 : 2.749 1 : 2.243 1 : 1.251 1 : 1.273
Rasio Puskesmas/Kecamatan 1 : 1 1 : 1 1 : 1 1 : 1 1 : 1
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 30
c. Rasio Pos Pelayanan Terpadu per satuan Balita, Kelangsungan Hidup Bayi dan persentase balita gizi buruk Pemeliharaan kesehatan ibu dan anak sejak usia dini merupakan suatu
strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi :
peningkatan status kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan
aman serta perlindungan anak. Salah satu jenis pelayanan kesehatan yang
fokus pada ibu dan anak adalah Posyandu. Posyandu merupakan salah satu
bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat yang dikelola dan
diselenggarakan dari,oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam rangka
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat
dan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memperoleh kesehatan
dasar untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi. Tabel berikut
memperlihatkan Rasio Posyandu per satuan Balita, Kelangsungan Hidup Bayi
dan persentase balita gizi buruk dikabupaten Banjar Periode 2006 – 2010 :
Tabel 2.17. Jumlah Posyandu dan Balita, Angka kelangsungan hidup bayi, Angka usia harapan hidup dan persentase balita gizi buruk di Kabupaten Banjar Tahun 2005 - 2009
URAIAN TAHUN
2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Posyandu 440 440 478 496 496
Jumlah Balita Na Na 39585 40258 48017
Rasio Posyandu per jumlah Balita Na Na 1 : 83 1 : 81 1 : 97
Angka Kelangsungan Hidup Bayi 55 56 55 55 Na
% Balita Gizi Buruk 0,13 0,05 0,04 0,01 Na
Sumber : Berbagai Sumber data di olah
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 31
. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2006 jumlah
posyandu sebesar 440 buah meningkat menjadi 496 buah pada tahun 2010.
Untuk jumlah balita pada tahun 2007 sebesar 39.585 jiwa meningkat menjadi
48.017 jiwa pada tahun 2010 yang berarti bahwa setiap Posyandu melayani 97
bayi. Untuk persentase Balita yang mengalami Gizi Buruk juga semakin
menurun dari 0,13 % pada tahun 2006 menjadi 0,01 % pada tahun 2010. Untuk
Angka kelangsungan hidup bayi rata- rata setiap tahunnya sebesar 55.
d. Rasio Dokter, Rasio Perawat dan Bidan serta Jumlah Tenaga Non-Medis Kabupaten Banjar
Sampai tahun 2010, ketersediaan tenaga perawat puskesmas di setiap
Kecamatan, masih belum memadai jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang harus dilayani, kecuali di Kecamatan, Tatah Makmur, dan Paramasan yang
sudah memiliki rasio standar pelayanan kesehatan yaitu 117,5 tenaga perawat
berbanding 100.000 penduduk, sementara Kecamatan Barutung Baru dan
Aranio sudah mendekati pelayanan standar minimal. Begitu pula dengan
standar yang harus dilayani tenaga bidan, baru Kecamatan Baruntung Baru,
Tatah Makmur, Martapura Barat, Karang Intan dan Aranio yang sudah
memenuhi standar pelayanan yaitu 100 bidan untuk 100.000 penduduk. Secara
lebih rinci capaian standar pelayanan kesehatan untuk masing-masing
Kecamatan di Kabupaten Banjar disajikan pada Tabel 2.18.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 32
Tabel 2.18. Rasio Dokter, Rasio Perawat dan Bidan serta Jumlah Tenaga Non-Medis Kabupaten Banjar Tahun 2010
Secara umum ketersediaan tenaga kesehatan di Kabupaten Banjar
masih belum memadai dengan jumlah penduduk. Rasio perbandingan Dokter
dengan penduduk masih berada pada posisi 8,68 per 100.000 penduduk,
sementara standar pelayanan 40 dokter utuk 100.000 penduduk, begitu pula
rasio perbandingan antara tenaga perawat dan bidan dengan jumlah penduduk
masing-masing masih berada pada posisi 45,18 dan 63,73 untuk 100.000
penduduk.
3. Pekerjaan Umum
Kondisi daerah Kabupaten Banjar terkait dengan urusan pekerjaan umum
dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut :
NO KECAMATANJUMLAH
PENDUDUK
JUMLAH
DOKTER
RASIO
DOKTER
/100.000
PENDUDUK
TENAGA
PERAWAT
RASIO
PERAWAT
/100.000
PENDUDUK
BIDAN
RASIO
BIDAN
/100.000
PENDUDUK
TENAGA
NON
MEDIS
1 Aluh-Aluh 27.285 1 3,67 10 36,65 18 65,97 2
2 Baruntung Baru 13.181 1 7,59 14 106,21 15 113,80 3
3 Gambut 35.956 4 11,12 13 36,16 20 55,62 2
4 Kertak Hanyar 38.909 1 2,57 13 33,41 22 56,54 4
5 Tatah Makmur 10.974 1 9,11 14 127,57 22 200,47 0
6 Sungai Tabuk 56.869 6 10,55 31 54,51 31 54,51 3
7 Martapura 101.482 8 7,88 26 25,62 37 36,46 9
8 Martapura Timur 29.200 3 10,27 9 30,82 25 85,62 6
9 Martapura Barat 16.972 2 11,78 7 41,24 17 100,16 1
10 Astambul 33.009 1 3,03 9 27,27 19 57,56 1
11 Karang Intan 30.679 5 16,30 16 52,15 36 117,34 1
12 Aranio 8.246 1 12,13 9 109,14 11 133,40 0
13 Sungai Pinang 14.511 1 6,89 9 62,02 6 41,35 2
14 Paramasan 4.214 1 23,73 5 118,65 1 23,73 0
15 Pengaron 15.764 0 0,00 7 44,40 8 50,75 1
16 Sambung Makmur 10.562 1 9,47 8 75,74 3 28,40 0
17 Matraman 23.662 2 8,45 9 38,04 14 59,17 2
18 Simpang Empat 32.252 5 15,50 20 62,01 17 52,71 1
19 Telaga Bauntung 3.112 0 0,00 0 0,00 1 32,13 0
506.839 44 8,68 229 45,18 323 63,73 38
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2010, (diolah)
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 33
a. Jalan dan Jembatan
Pembangunan infrastruktur terus dilakukan Pemerintah Kabupaten
Banjar untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dan mobilitas barang
dari pusat-pusat produksi ke tempat konsumen. Data dari Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Banjar dari panjang jalan Kabupaten mencapai 721,73 Km
pada tahun 2005 kondisi jalan cukup baik mencapai 98,88 Km, tahun 2006
meningkat menjadi 124,55 Km, tahun 2007 dan 2008 kondisi jalan yang baik
mencapai 153,20 Km, sedang tahun 2010 menjadi 360,60 Km.
Pemerintah Kabupaten Banjar pada tahun 2006 melaksanakan
pembangunan infrastruktur berupa jalan desa mencapai 177,23 Km dari
panjang jalan mencapai 1.132,14 Km dan tahun 2007 panjang jalan yang
diperbaiki mencapai 102,00 Km, sedang tahun 2008 pembangunan yang
dilaksanakan sepanjang 135,20 Km.
Pembangunan infrastruktur jembatan terus dilakukan oleh pemerintah
Kabupaten Banjar yaitu tahun 2005 sebanyak 47 buah yang terdiri dari 1 buah
jembatan kabupaten dan 46 buah jembatan desa, tahun 2006 sebanyak 56 buah
yang terdiri dari 28 buah jembatan kabupaten dan 28 buah jembatan desa,
tahun 2007 jembatan kabupaten sebanyak 11 buah dan 13 buah jembatan desa
sedang pada tahun 2008 pembangunan jembatan sebanyak 22 buah yang
terdiri dari 16 buah jembatan kabupaten dan 6 buah jembatan desa dan tahun
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 34
2009 pembangunan jembatan kabupaten sebanyak 8 buah dan jembatan desa
sebanyak 10 buah. Terakhir, pada tahun 2010 pemerintah Kabupaten Banjar
membuat 8 jembatan kabupaten dan 32 jembatan Desa. Ini menunjukkan bahwa
pemerintah daerah benar-benar mempunyai komitmen untuk meningkatkan
sarana dan prasarana yang mendukung pengembang wilayahnya.
Tabel. 2.19. Fasilitas Jalan dan Jembatan di Kabupaten Banjar Tahun 2005-2010
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banjar Tahun 2010
Dilihat dari kontruksi Jembatan sebanyak 94,47 % jembatan di
Kabupaten Banjar terbuat dari rangka ulin dan sebesar 5,53 % terbuat dari
rangka baja. Dari 615 buah jembatan yang di miliki oleh kabupaten Banjar 34
buah terbuat dari rangka baja dan dalam kondisi baik, sedangkan jembatan dari
kayu ulin sebanyak 581 buah dalam kondisi rusak. 328 buah keadaannya rusak
ringan sedangkan 253 dalam keadaan rusak berat. Hal ini perlu menjadi
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 35
perhatian bagi dinas terkait mengingat jembatan merupakan salah satu aspek
yang mempengaruhi perekonomian di Kabupaten Banjar.
Pembangunan infrastruktur di Kabupaten Banjar khususnya jalan dan
jembatan, dilaksanakan secara maksimal dengan memanfaatkan sumber
pendanaan yang tersedia. Sebagaimana beberapa kali diungkapkan pada
bagian terdahulu bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Banjar terdiri dari
daerah rawa yang memerlukan perlakuan khusus dalam membangun
infrastruktur berupa jalan. Di samping itu besarnya cakupan wilayah yang harus
ditangani tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar.
Hingga tahun 2010 dari 747,58 Km Jalan Kabupaten sebesar 232,26 Km
dalam kondisi baik, 124,05 Km dalam keadaan sedang, 221,62 Km dalam
keadaan rusak dan 169,65 Km dalam keadaan rusak berat. Jika dilihat dari jenis
permukaan jalannya sebesar 70 % permukaan jalan dalam kondisi beraspal, 20
% berkerikil dan 10 % berupa jalan tanah. Tabel 2.15 memperlihatkan Kondisi
keadaan Jalan dan Jembatan di Kabupaten Banjar tahun 2010. Dengan
demikian maka jumlah penambahan panjang jalan dan jembatan hingga tahun
2010, terdiri dari jalan kabupaten yang dibangun sepanjang 747,58 Km, jalan
desa yang dibangun sepanjang 1,132.14 Km.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 36
Tabel. 2.20. Keadaan Jalan dan Jembatan di Kabupaten Banjar Tahun 2005-2010
URAIAN PANJANG JALAN (Km)
NEGARA PROVINSI KABUPATEN
PERMUKAAN JALAN
ASPAL 69,48 93,52 487,18
KERIKIL - - 188,2
TANAH - 16 72,2
KEADAAN JALAN
BAIK 69,48 93,52 232,26
SEDANG - 16 124,05
RUSAK RINGAN - - 221,62
RUSAK BERAT - - 169,65
KELAS JALAN
KELAS I - - -
KELAS II 69,48 - -
KELAS III - - -
KELAS IIIa - - -
KELAS IIIb - 109,52 -
KELAS IIIc - - 747,58
Sumber : Statistik daerah Kabupaten Banjar, 2011
b. Irigasi
Kawasan Sub DAS Riam Kanan bagian terbesar berada di wilayah
Kabupaten Banjar, kawasan ini dimanfaatkan untuk kegiatan masyarakat dalam
bidang pertanian, perikanan, transportasi air, juga dimanfaatkan untuk energi
pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Ir. Pangeran M. Noor sejak tahun 1972 dan
juga menjadi bahan baku pembuatan air mineral kemasan.
Guna memaksimalkan potensi perairan yang dimiliki, diantaranya
dioptimalkan untuk pengembangan jaringan irigasi guna mendukung upaya
masyarakat di bidang pertanian dalam arti luas. Pembangunan saluran irigasi
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 37
untuk mendukung pembangunan sektor pertanian khususnya swasembada
beras terus dilakukan. Data Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Banjar
menunjukkan bahwa rehabilitasi saluran irigasi tahun 2005 sepanjang 44.250
meter, pada tahun 2006 sepanjang 55.713 meter, tahun 2007 sepanjang 85.980
meter dan tahun 2008 sepanjang 94.780 meter sedang tahun 2009 sepanjang
33.281 meter. Selain itu pemerintah Kabupaten Banjar juga melaksanakan
pembangunan /perbaikan tanggul.
4. Penataan Ruang
Penyelenggaraan kegiatan tata ruang dalam pembangunan daerah
kabupaten Banjar ditekankan pada pendekatan perencanaan yang menyeluruh
dan terpadu, hal ini menjadi satu rumusan yang diinginkan melalui revisi materi
ke ruangan yang dilakukan pada tahun 2011 terhadap perkembangan
pemanfaatan ruang yang telah dilakukan dalam kurun waktu keberadaan Perda
Tata Ruang sejak tahun 2003.
Rencana Pemanfaatan Ruang untuk Kawasan Lindung, Kawasan
Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarianlingkungan yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan
dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna menyukseskan sistem
pembangunan yang berkelanjutan.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 38
Pemantapan dan pelestarian kawasan lindung bertujuan untuk mencegah
timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup. Adapun sasaran yang ingin di
capai dalam pengelolaan kawasan lindung adalah:
a. Meningkatkan fungsi lindung terhadap air, iklim (hidrologi),
tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah budaya bangsa.
b. Mempertahankan keanekaragamanan tumbuhan satwa, tipe
ekosistem dan keunikan alam.
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber
daya buatan guna pembangunan berkelanjutan mengacu pada Keppres
Nomor 57 tahun 1989, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Kawasan
Lindung yang ditetapkan terdiri dari tiga sub kawasan utama yaitu:
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
yang terdiri dari:
Kawasan Hutan Lindung
Kawasan Bergambut
b. Kawasan perlindungan setempat, terdiri dari:
Sempadan Sungai
Kawasan Sekitar Danau/Waduk
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 39
c. Kawasan suaka alam dan cagar alam terdiri:
Taman Hutan Raya
Kawasan Cagar Alam
Kriteria umum untuk penetapan tiap kawasan atau sub kawasan lindung
di atas, secara umum didasarkan pada faktor-faktor fisik dasar yang didalamnya
tercakup lereng, jenis tanah, curah hujan elevasi, hidrologi, serta keberadaan
flora dan fauna yang harus dilindungi.
Berdasarkan Peta Padu Serasi Provinsi Kalimantan Selatan tahun 1996,
yang kemudaian direvisi tahun 1998, alokasi Kawasan Penggunaan Ruang
Kawasan Lindung di Kabupaten Banjar adalah sebesar 32% atau seluas
165.889 Ha dari luas seluruh Kabupaten Banjar. Kawasan Lindung di Kabupaten
Banjar terdiri dari:
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya
seluas 55.886 Ha, yang terdiri dari Kawasan Hutan Lindung dan
Kawasan Bergambut.
b. Kawasan perlindungan setempat seluas 2.073 Ha, yang terdiri dari
Sempadan Sungai dan Kawasan Sekitar Danau atau Waduk.
c. Kawasan Cagar Alam dan Cagar Budaya seluas 107.850 Ha,
yang terdiri Cagar Alam dan Taman Hutan Raya.
Adapun sebaran daripada Kawasan Lindung adalah sebagai berikut :
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 40
a. Kawasan Hutan Lindung yang meliputi Kawasan Hutan Lindung yang
berada di Kecamatan Aranio, Simpang Empat, Pengaron,dan Sungai
Pinang.
b. Kawasan Bergambut berada di sebelah Utara yaitu di Kecamatan
Simpang Empat dan Astambul serta Mataraman.
c. Sempadan Sungai terdapat di Sepanjang Sungai , terutama sungai-
sungai besar yaitu Martapura, Riam Kanan dan Riam Kiwa selain itu
terdapat sungai-sungai lain yaitu: Mangkaok, Paluangan, Hanjawa dan
Maluka. Padasungai-sungai besar ditetapkan sekurang-kurangnya 100
meter dari sisi kanan dan kiri sungai, sedangkan pada anak sungai
sekurang-kurangnya 50 meter disisi kanan dan kiri sungai. Kawasan
sekitar Danau atau Waduk terdapat Waduk Riam Kanan di Kecamatan
Aranio dengan lebar yang proporsional dengan kondisi fisik danau/waduk
antara 50 –100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat dan
tangkapan air hujan di sekitar waduk terdapat di Kecamatan Aranio dan
Pengaron sepanjang Sungai Riam Kanan dan Riam Kiwa.
Kawasan Suaka Alam yaitu berupa Kawasan Taman Hutan Raya yang
terdapat di sekitar Waduk Riam Kanan (Kecamatan Aranio). Sedangkan
Kawasan Cagar Alam terdapat di Kecamatan Gambut.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 41
5. Perencanaan Pembangunan
Kondisi daerah Kabupaten Banjar terkait dengan urusan perencanaan
pembangunan salah satunya dapat dilihat dari ketersediaan dokumen
perencanaan. Ketersediaan dokumen perencanaan sangat diperlukan untuk
menjamin agar program atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan
berjalan dengan efektif, efisien dan tepat sasaran. Dokumen perencanaan
daerah terdiri dari : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD),
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana
Strategis SKPD, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Kerja
SKPD dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
6. Perhubungan
Pelayanan umum yang berkaitan dengan bidang perhubungan adalah
pelayanan izin trayek untuk angkutan. Seluruh angkutan umum yang ada di
Kabupaten Banjar wajib memiliki izin trayek. Hal ini dimaksudkan untuk
penataan, pengaturan dan pengendalian trayek angkutan umum sehingga dapat
meminimalisir trayek ilegal yang dilakukan para angkutan umum. Tabel berikut
ini memperlihatkan Jumlah uji KIR angkutan umum di Kabupaten Banjar 2006 –
2010 :
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 42
Tabel. 2.21. Perkembangan Jumlah Uji KIR Angkutan Umum di Kabupaten Banjar Tahun 2006 -2010
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Uji KIR 1205 1597 1558 1342 1373
Jumlah Angk Umum yang melakukan Uji KIR 3 0 2 0 2
Jumlah Mobil Bus yang melakukan Uji KIR 603 870 909 809 685
Jumlah
Sumber : Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kab. Banjar 2010 7. Lingkungan Hidup
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan lingkungan hidup
dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut :
a. Penanganan sampah
Salah satu masalah yang dihadapi oleh pemerintah daerah kabupaten
Banjar adalah masalah persampahan. Masalah persampahan yang masih rumit
dalam penyelesaiannya adalah masalah pengadaan dan pengelolaan fasilitas
Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA). Seiring dengan pertambahan
penduduk yang terus meningkat produksi sampah terus meningkat pula.
Produksi sampah Kota Martapura tahun 2006 kurang lebih 54.460,73 m3 per
tahun namun baru bisa ditangani sebanyak 41.367,60 m3 atau 75,95 persen.
Fakta empirik menunjukkan bahwa pengelolaan kebersihan di Kabupaten
Banjar menghadapi banyak tekanan terutama akibat pertambahan jumlah
penduduk dan pola konsumsi yang semakin tinggi. Hal ini berakibat kepada
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 43
bertambahnya permasalahan pelayanan publik yang dilaksanakan, seperti
bertambahnya timbunan sampah yang dihasilkan masyarakat baik produsen
maupun konsumen. Hal ini diperparah dengan masih dipertahankannya
paradigma lama di dalam pengelolaan sampah yang masih mengandalkan
kegiatan pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan; kesemuanya
membutuhkan anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu. Tabel berikut
menyajikan persentase Volume Sampah yang tertangani di Kabupaten Banjar :
Tabel. 2.22. Persentase Volume Sampah yang Tertangani di Kabupaten Banjar Tahun 2006 -2010
No Uraian 2006 2007 2008 2009
1 Volume sampah yang tertangani (m3)
41367,60 42962,40 54151,19 54910,80
2 Volume sampah yang di hasilkan (m3)
54460,75 56985,01 76186,18 77278,78
3 Persentase (%) 75,96 75,39 71,08 71,06
Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Banjar Tahun 2011
TPA yang sekarang ini berada di Desa Padang Panjang Kecamatan
Karang Intan, luas keseluruhan 16,5 Ha dan sudah beroperasi dimulai tahun
2002 hingga saat ini. Setiap hari TPA sudah menangani 90% volume sampah
yang masuk ke TPA yang mencapai 250 m3 per hari. Untuk itulah ke depan
diharapkan ada suatu metode yang tepat untuk pengelolaan sampah dengan
melibatkan masyarakat sebagai “pioneer” untuk mengatasi permasalahan
sampah.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 44
b. Pertambangan
Perhatian Pemerintah terhadap kelestarian lingkungan hidup ditunjukan
melalui berbagai upaya, diantaranya dengan melakukan pembinaan terhadap
usaha pertambangan. Selama periode tahun 2006 sampai dengan 2010 terjadi
peningkatan luasan pembukaan tambang. Pada tahun 2006 luasan bukaan
tambang seluas 1.466,48 Ha meningkat menjadi 1.350,00 Ha pada tahun 2010.
Tabel berikut ini memperlihatkan data Luasan Bukan Tambang Batu Bara dari
tahun 2006 – 2010 :
Tabel. 2.23. Luasan Bukaan Tambang Batu Bara di Kabupaten Banjar Tahun 2006 -2010
No Uraian Jumlah (Ha)
2006 2007 2008 2009 2010
1 IUP KP 233.1 299.48 426.68 521.07 125.00
2 PKP2B 1,233.38 1,275.10 1,322.87 1,408.92 1,225.00
Jumlah 1,466.48 1,574.58 1,749.55 1,929.99 1,350.00
Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Banjar 2011
Dalam rangka melakukan pembinaan usaha pertambangan telah
diterapkan pemulihan kondisi lahan terhadap kegiatan eksploitasi yang telah
dilakukan. Usaha ini dijalankan sesuai dengan ketentuan yang mengatur
perlunya pelestarian sumber daya alam terlebih terhadap lahan eks usaha
pertambangan. Tabel Berikut ini memperlihatkan Jumlah Luasan Reklamasi dan
Revegetasi Tambang Batu Bara selama periode 2006 sampai dengan 2010 :
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 45
Tabel. 2.24. Luasan Reklamasi dan Revegetasi Tambang Batu Bara di Kabupaten Banjar Tahun 2006 -2010
No Uraian Jumlah (Ha)
2006 2007 2008 2009 2010
1 IUP KP 60.00 60.00 154.31 204.31 254.31
2 PKP2B 111.00 226.00 325.00 610.00 810.00
Jumlah 171.00 286.00 479.31 814.31 1,064.31
Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Banjar 2011
c. Wilayah Rawan Bencana
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Rawan bencana
merupakan satu kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu.
Kabupaten Banjar merupakan daerah yang secara rutin menghadapi
persoalan bencana berupa banjir, kebakaran hutan dan lahan. Secara periodik
tahunan sebagian besar Kecamatan di Kabupaten Banjar mengalami kebanjiran.
Di samping musibah banjir, pada musim kemarau di Kabupaten Banjar juga
menghadapi kebakaran hutan dan lahan. Tercatat pada tahun tahun 2006 dan
tahun 2009 Kabupaten Banjar terdapat titik panas terbanyak diantara 13
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 46
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Hal ini tentunya memerlukan
satu perhatian khusus dalam penanganan permasalahan dimaksud. Berikut
gambaran jumlah titik panas mulai dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010
sebagaimana termuat pada tabel 2.28 di bawah ini.
Tabel 2.25. Jumlah Titik Panas di Kabupaten Banjar tahun 2006 – 2010
TAHUN JUMLAH TITIK PANAS
% KABUPATEN BANJAR
PROVINSI KAL SEL
2006 1128 5813 19.4
2007 146 1165 12.5
2008 19 203 9.4
2009 215 1258 17.1
2010 11 75 3.5
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Banjar Tahun 2011
d. Kualitas Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya
yangberpengaruh terhadap alam itu sendiri, kesejahteraan manusia serta
keberadaan mahluk hidup lain.
Pentingnya persoalan lingkungan hidup ini, sehingga diperlukan suatu
usaha perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang merupakan upaya
sistematik dan terpadu guna melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinyan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 47
meliputi berbagai aspek mulai dari perencanaan hingga pengawasan termasuk
penegakkan hukum.
Pencemaran udara yang terjadi di Kabupaten Banjar lebih banyak
disebabkan oleh pemakaian bahan bakar oleh kendaraan yang bergerak. Sektor
transportasi merupakan sumber utama pencemaran udara yang dominan
khususnya kendaraan bermotor untuk transportasi darat. Untuk itulah diperlukan
pengkajian agar parameter kebisingan rata-rata tidak melebihi dari standar yang
telah ditetapkan oleh Pemerintah (Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan
Nomor 53 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku Mutu
Tingkat Kebisingan). Selain itu untuk kualitas air agar tidak melebihi ambang
baku mutu untuk TSS, BOD5, COD, Fenol dan Minyak/Lemak, raksa, Ecoli dan
colifien.
8. Pertanahan
Kondisi daerah Kabupaten Banjar terkait dengan urusan pertanahan
salah satunya dapat dilihat dari Luas Tanah yang Diberikan Hak Atas Tanah
oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Banjar. Semakin luas lahan bersertifikat
menggambarkan semakin besar tingkat ketertiban administrasi kepemilikan
lahan di Kabupaten Banjar. Tabel berikut ini memperlihatkan Luas tanah yang
diberikan Hak Atas Tanah oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Banjar dan
Jumlah Surat Keputusan Hak Atas Tanah dari tahun 2006 – 2009 :
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 48
Tabel 2.26. Luas tanah yang diberikan Hak Atas Tanah oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Banjar dari tahun 2006 – 2009
Tahun Luas Tanah (M2)
Hak Pakai Hak Guna Bangunan Hak Milik
2006 439264 - 1.385.963
2007 - - 7.724.582
2008 135827 43574 2.991.862
2009 331850 - 1.744.544
Sumber : Kabupaten Banjar Dalam Angka 2007 – 2010
Tabel 2.27. Jumlah Surat Keputusan Hak Atas Tanah oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Banjar dari tahun 2006 – 2009
Tahun Jumlah Surat Keputusan Atas Tanah
Hak Pakai Hak Guna Bangunan Hak Milik
2006 28 - 356
2007 49 - 230
2008 - - 327
2009 49 - 292
Sumber : Kabupaten Banjar Dalam Angka 2007 – 2010
9. Kependudukan dan Catatan Sipil
Kegiatan kependudukan diarahkan pada upaya penataan data
kependudukan; penyediaan sistem informasi kependudukan; peningkatan
pelayanan kegiatan kependudukan dan catatan sipil, dan penyiapan data
kependudukan guna menunjang Pemilu 2009 dan Pemilukada 2010.
Pelaksanaan kegiatan Kependudukan dan Catatan Sipil dengan sistem SIMDUK
yang kemudian diperbaharui dengan sistem SIAK secara online di seluruh
kecamatan,dimaksudkan guna memudahkan pelayanan kepada masyarakat dan
sekaligus pemerintah daerah memiliki data kependudukan yang up to date
setiap saat. Hal ini ditunjang pula dengan pelaksanaan pelayanan KTP gratis
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 49
yang didasarkan pada Surat Keputusan Bupati Banjar Nomor 13 Tahun 2006
Tanggal 1 Juli 2006 tentang KTP Gratis. Kebijakan ini diambil agar masyarakat
semakin sadar untuk memiliki KTP.
Demikian pula halnya dengan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
akte kelahiran bagi anak-anak, misalnya dalam rangka melanjutkan pendidikan,
hal ini menimbulkan peningkatan dalam penerbitan akte kelahiran yang
dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Data pada tabel 2.28
berikut ini menyajikan peningkatan kesadaran masyarakat untuk memiliki akte
kelahiran dan KTP dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009:
Tabel 2.28. Akte Lahir dan KTP yang diterbitkan tahun 2006 - 2009 di Kabupaten Banjar
TAHUN AKTE LAHIR
DITERBITKAN JUMLAH AKTA DITERBITKAN
% AKTA DARI BAYI
LAHIR
JUMLAH KTP DITERBITKAN
% KTP DARI PENDUDUK
2006 3,764 5,931 1.30 60,148 13.15
2007 5,005 8,592 1.86 70,210 47.90
2008 6,224 8,007 0.02 12,319 0.03
2009 6,315 12,848 2.62 23,578 6.62
2010 Na Na Na Na Na
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Banjar Tahun 2010
Dari tabel diatas terlihat bahwa dari tahun 2006– 2009 terjadi penurunan
jumlah KTP yang diterbitkan, sedang akte kelahiran yang diterbitkan mengalami
kenaikan. Pada tahun jumlah KTP yang diterbitkan sebanyak 60.148 lembar
dan tahun 2007 sebanyak 70.210 lembar yang berarti mengalami kenaikan,
sedang tahun 2008 jumlah KTP yang diterbitkan mengalami penurunan yang
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 50
sangat drastis menjadi 12.319 lembar dan tahun 2009 terjadi kenaikan kembali
menjadi 23.578 lembar.
10. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Pemberdayaan perempuan dimaksudkan untuk mencapai optimalisasi
usaha dalam rangka mendorong peran wanita dalam pembangunan baik di
perkotaan maupun di perdesaan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam
rangka mencapai sasaran ini meliputi sosialisasi kesetaraan gender dan
pembinaan terhadap perempuan melalui kelompok-kelompok binaan seperti
kelompok Dasawisma, PKK dan sebagainya. Melalui berbagai kegiatan ini kaum
perempuan khususnya ibu-ibu dapat lebih berperan dalam berbagai kegiatan
pembangunan. Perempuan juga dapat berkiprah di lembaga legislatif DPRD
Kabupaten Banjar seperti terlihat dalam tabel 2.35 berikut:
Tabel 2.29 Jumlah Anggota DPRD Perempuan di Kabupaten Banjar
URAIAN 1999-2004 2004-2009 2009-2014
LAKI-LAKI 37 (92,50 %) 35 (87,50 %) 32 (80 %)
PEREMPUAN 3 (7,50 %) 5 (12,50 %) 8 (20 %)
JUMLAH 40 (100) 40 (100) 40 (100)
Sumber : Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar Tahun 2010
Dari tabel diatas terlihat bahwa peran perempuan di lembaga legislatif
DPRD Kabupaten Banjar setiap periode semakin meningkat dari 7,50% pada
periode tahun 1999 – 2004, 12,50 % pada periode tahun 2004 – 2009 dan
mencapai 20 % pada periode tahun 2009 – 2014. Pemahaman akan konsep
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 51
kesetaraan dan keadilan gender masih sangat terbatas, sehingga berpengaruh
pula dalam pengitegrasian konsep ini kedalam program pembangunan yang
akan dilaksanakan. Terkait dengan persoalan ini, ke depan tentu saja perlunya
suatu program guna meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui
komunikasi dan informasi serta edukasi terhadap peningkatan kualitas hidup
perempuan. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya perlindungan perempuan dari
tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menimbulkan kesengsaraan
atau penderitaan baik secara fisik, seksual, psikologis dan/atau penelantaraan
dalam kehidupan rumah tangga. Jumlah kejadian KDRT Kabupaten Banjar
periode 2006 – 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.30. Rasio KDRT di Kabupaten Banjar tahun 2006 – 2010
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah KDRT - - - - -
Jumlah Rumah Tangga 130,390 133,468 128,427 131,640 134,289
Rasio KDRT - - - - -
Sumber : Kabupaten Banjar Dalam Angka 2006 – 2010
11. Keluarga Berencana (KB) dan Keluarga Sejahtera (KS)
Program keluarga berencana di Kabupaten Banjar menunjukkan hasil
yang menggembirakan, hal itu bisa dilihat dari data peserta KB aktif dan
akseptor selama lima tahun ini menunjukan peningkatan yang cukup baik. Hal ini
terutama ditunjukan dengan terjadinya penambahan akseptor baru. Data
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 52
mengenai akseptor ini menunjukkan, bahwa pada tahun 2006 jumlah akseptor
aktif sebanyak 61.611 akseptor dengan akseptor baru sebanyak 16.295
akseptor, pada tahun 2010 jumlah akseptor aktif bertambah menjadi 75.118
akseptor dengan akseptor baru sebanyak 25.031 akseptor, sebagaimana dimuat
pada tabel 2.31. berikut:
Tabel 2.31. Jumlah akseptor di Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010
NO AKSEPTOR JUMLAH
2006 2007 2008 2009 2010
1 JUMLAH AKSEPTOR AKTIF 61,611 63,983 69,842 72,928 75,118
2 AKSEPTOR BARU 16,295 17,676 18,196 22,838 25,031
Sumber: Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Banjar Tahun 2011. 12. Sosial
Kondisi daerah Kabupaten Banjar terkait dengan masalah sosial dapat
dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut :
a. Kemiskinan
Salah satu indikator sosial ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur
tingkat kesejahteraan penduduk adalah perkembangan penduduk miskin. Tinggi
rendahnya tingkat kemiskinan di daerah tergantung dua faktor. Pertama, tingkat
pendapatan daerah rata-rata. Kedua, lebar sempitnya kesenjangan dalam
distribusipendapatan yang diperoleh dari perbandingan angka persentase
penduduk dan pendapatan rill tahunan. ntuk mengatasi kemiskinan telah banyak
program pemberdayaan yang telah dijalankan oleh Pemerintah Kabupaten
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 53
Banjar dalam rangka penanggulangan kemiskinan dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan dari pelaksanaan program tersebut
dapat dilihat dari jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Banjar yang setiap
tahunnya mengalami penurunan. Capaian penanggulangan kemiskinan di
Kabupaten Banjar disajikan Tabel 2.35. berikut ini.
Tabel 2.32.Jumlah dan persentase penduduk miskin serta garis kemiskinan Tahun 2006-2010 di Kabupaten Banjar
Gambar 2.9 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010
b. Kegiatan Keagamaan
b.1. Pembangunan Bidang Pendidikan Agama
Pembangunan pendidikan tidaklah bisa dipisahkan dari peran pendidikan agama
dalam membangun manusia Indonesia seutuhnya. Sebagai daerah yang
2006 2007 2008 2009 2010
1 Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bln) 132.029 142.893 164.653 202.784 230.759
2 Jumlah Penduduk Miskin 22.671 19.986 17.756 18.177 17.000
3 % Penduduk Miskin 4,82 4,24 3,68 3,69 3,34
Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2011
TAHUNNO INDIKATOR
0
5000
10000
15000
20000
25000
2006 2007 2008 2009 2010
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 54
mengedepankan religiusitas, pendidikan agama berbasis santri menjadi bagian
penting yang ikut memberikan andil dalam upaya mencerdaskan kehidupan
berbangsa, mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas.
Secara umum penyelenggaraan pendidikan agama di Kabupaten Banjar cukup
meningkat dari tahun ke tahun walaupun masih terdapat beberapa fasilitas
sekolah yang mengalami kerusakan baik ringan maupun rusak berat. Data
sekolah, murid dan guru bidang pendidikan agama dapat dilihat pada Tabel
2.33. berikut:
Tabel 2.33. Keadaan sekolah agama di Kabupaten Banjar tahun 2010
Sedangkan keadaan ruang kelas sekolah agama di Kabupaten Banjar
tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.34 berikut.
SEKOLAH MURIDRUANG
KELASGURU
1.
Negeri
Swasta 43 1.904 81 178
2.
Negeri 20 4.478 179 265
Swasta 88 10.242 532 1.112
3.
Negeri 9 2.818 67 209
Swasta 46 5.324 168 664
4.
Negeri 5 2.213 42 151
Swasta 19 2.406 59 365
Sumber: Kantor Kementrian Agama Kabupaten Banjar, 2010
MA
JUMLAH
TINGKAT PENDIDIKANNO
Raudatul Atfal
MI
MTs
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 55
Tabel 2.34. Keadaan ruang kelas sekolah agama di Kabupaten Banjar Tahun 2010
b.2. Tempat Ibadah
Pembangunan kehidupan beragama dan budaya daerah merupakan
faktor yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan. Hal ini karena
Kabupaten Banjar dengan suasana kehidupan yang religius memerlukan
pembangunan yang mengedepankan peningkatan keagamaan dan sosial
budaya. Oleh karena itu pembangunan keagamaan yang dilaksanakan harus
mampu mengimbangi pembangunan fisik sehingga suasana religius tetap
terjaga. Demikian pula dengan tetap terpeliharanya kerukunan internal umat
beragama dan antar umat beragama dengan pemerintah, terjalin dengan baik.
BAIKRUSAK
RINGAN
RUSAK
BERAT
1.
Negeri
Swasta 83,95 14,80 1,24
2.
Negeri 49,71 29,24 21,05
Swasta 47,07 36,04 16,80
3.
Negeri 35,00 32,50 32,50
Swasta 58,60 33,12 8,28
4.
Negeri 65,71 28,57 5,71
Swasta 67,69 21,54 10,77
Sumber: Kantor Kementrian Agama Kabupaten Banjar, 2010
MA
KONDISI RUANG KELAS (%)
Raudatul Atfal
MI
MTs
NO TINGKAT PENDIDIKAN
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 56
Data tahun 2010 menunjukkan jumlah pemeluk agama dan keyakinan
masing-masing meliputi Agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu,
Budha dan Animisme. Mayoritas penduduk Kabupaten Banjar memeluk agama
Islam, sekitar 99,74% dari penduduk Kabupaten Banjar. Kondisi demikian
menjadikan agama dan budaya yang bernuansa keislaman mewarnai kehidupan
sosial di masyarakat. Kota Martapura sendiri sebagai ibukota Kabupaten Banjar
dijuluki Kota Serambi Mekah. Berikut jumlah dan prosentase penduduk menurut
agamadan keyakinan di Kabupaten Banjar sebagaimana termuat pada Tabel
2.35 berikut.
Tabel. 2.35. Persentase Jumlah Penduduk Kabupaten Banjar menurut Agama dan Keyakinan Tahun 2010
Permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan beragama adalah masih
perlu meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama
ke dalam kehidupan bermasyarakat. Secara substansial kehidupan beragama
ditunjukkan dengan adanya pesan-pesan universal, seperti melawan kezaliman
dan penindasan, menegakkan keadilan, memberikan keselamatan, dan
NO AGAMA DAN KEYAKINANJUMLAH PENDUDUK
(JIWA)(%)
1. Islam 491.011 99,83
2. Kristen Protestan 462 0,09
3. Kristen Katolik 216 0,04
4. Hindu 88 0,02
5. Budha dan Animisme 66 0,01
Sumber: Kaupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2011
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 57
kedamaian. Dengan demikian, kehidupan beragama menjadi lebih santun,
toleran, dan damai. Gambaran tentang peningkatan dan pengamalan ajaran
agama tergambar dari data pertumbuhan tempat ibadah seperti pada tabel 2.39
Tabel. 2.36. Jumlah Tempat Ibadah di Kabupaten Banjar Tahun 2006 - 2010
NO TEMPAT IBADAH JUMLAH
2006 2007 2008 2009 2010
1 Masjid 315 324 329 329 329
2 Musholla/Langgar 953 915 987 987 987
3 Gereja 1 - - - -
4 Pura/Lainnya 31 - - - -
Sumber : Kabupaten Banjar Dalam Angka 2007 - 2011
Pada tahun 2010 fasilitas tempat ibadah di Kabupaten Banjar mencapai
329 buah masjid, sedangkan jumlah musholla/langgar sebanyak 987 buah.
Data tersebut menunjukan adanya peningkatan masjid dan musholla/langgar
dalam enam tahun terakhir. Untuk pembangunan pendidikan keagamaan pada
anak-anak usia dini dilaksanakan melalui pembangunan TPA/TK Al-Qur’an,
sehingga pemahaman dan pengamalan ajaran agama bisa ditanaman pada
anak-anak sejak usia dini. Keseriusan Pemerintah Kabupaten Banjar terhadap
pendidikan agama ini terlihat dengan pembangunan Gedung IQRA, pemberian
bantuan honor untuk guru madrasah dan TK Al-Qur’an serta bantuan dana
untuk perbaikan prasarana dan sarana pendidikan keagamaan. Selain didukung
penuh oleh pemerintah,pendidikan keagamaan ini juga dilaksanakan oleh
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 58
masyarakat maupun lembaga keagamaan secara swadaya. Data TPA/TK Al
Qur’an dapat dilihat seperti pada tabel 2.37. berikut ini.
Tabel 2.37. Jumlah TPA/TK Al Qur’an, Guru dan Santri di Kabupaten Banjar Tahun 2006 -2010
NO URAIAN JUMLAH
2006 2007 2008 2009 2010
1 TPA/TK ALQURAN 353 59 59 59 114
2 GURU/USTADZ/USTADZAH 1851 383 383 365 676
3 SANTRI 21.052 4137 4137 4178 6054
Sumber : Kabupaten Banjar dalam Angka 2007 - 2011
Selain tergambar dari data pertumbuhan tempat peribadatan dan
pembinaan terhadap Taman Pendidikan Alquran serta lembaga keagamaan
lainnya sebagaimana tersebut di atas, perhatian Pemerintah Daerah terhadap
kehidupan beragama juga tergambar dari alokasi anggaran Pemerintah Daerah
pada tahun 2010 mencapai lebih dari 20 milyar rupiah
13. Ketenagakerjaan
Cukup tingginya pertumbuhan penduduk harus dibarengi dengan upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia di samping fasilitas pendidikan dan
kesehatan juga kemampuan masyarakat untuk memiliki keterampilan kerja.
Gambaran mengenai status pencari kerja di Kabupaten Banjar tercermin pada
kualifikasi pendidikan yang dimiliki sebagaimana termuat dalam tabel 2.38
berikut.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 59
Tabel 2.38 Data Pencari Kerja Yang Terdaftar Menurut Jenis Kelamin dan
Tingkat Pendidikan di Kabupaten Banjar Tahun 2010
NO TINGKAT PENDIDIKAN JENIS KELAMIN
JUMLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN
1 SD 34 118 152
2 SMP 142 60 202
3 SMA/SMK 1251 542 1793
4 DIPLOMA I-III 189 414 603
5 SARJANA/DIPLOMA IV 512 847 1359
TOTAL 2128 1981 4109
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2011
Dari tabel 2.38 diketahui bahwa berdasarkan tingkat pendidikan para
pencari kerja, bahwa sebanyak 152 orang atau sebesar 3, 70 % yang
berpendidikan SD, 202 orang (4,9 %) berpendidikan SMP, 1793 orang (42,32%)
berpendidikan SMA, 603 orang ( 14,68 %) berpendidikan D III dan sebesar 1359
orang (33,07%) berpendidikan S1. Jika dilihat dari tingkat pendidikan para
pencari kerja memperlihatkan bahwa kualitas pendidikan dari para pencari kerja
di Kabupaten Banjar cukup baik. Untuk jenis kelamin sebanyak 2.128 orang
berjenis kelamin laki laki dan 1981 orang berjenis kelamin perempuan.
14. Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Data koperasi dan UMKM menunjukkan bahwa keberadaan koperasi
yang aktif pada Tahun 2006 adalah sebanyak 89 buah dan tahun 2010 menjadi
107 buah. Hal ini menunjukkan bahwa dari jumlah koperasi yang ada masih
tetap menjadi salah satu kekuatan perekonomian di daerah.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 60
Jumlah UMKM di Kabupaten Banjar tahun 2006 sebesar 1.328 buah dan
tahun 2009 jumlahnya menjadi 1,701 buah. Perkembangan pembinaan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah ditunjukkan oleh keberadaan jumlah UMKM dalam
lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan
sebagaimana termuat pada tabel 2.39 di bawah ini.
Tabel 2.39. Koperasi dan UKM di Kabupaten Banjar Tahun 2006 s/d 2009
NO KOPERASI DAN UMKM JUMLAH
2006 2007 2008 2009
1 KOPERASI AKTIF 89 84 99 105
2 JUMLAH ANGGOTA KOPERASI 21,411 22,518 22,518 22,518
3 JUMLAH UKM NON BPR/LKM UKM 1,328 1,447 1,641 1,701
Sumber: Dinas koperasi dan UMKM Kabupaten Banjar Tahun 2010
15. Penanaman modal
Dalam rangka mengoptimalkan potensi perekonomian daerah, maka
Kabupaten Banjar memerlukan sejumlah dana dalam bentuk investasi. Berbagai
permasalahan umum yang dihadapi dalam bidang investasi meliputi pelayanan
birokrasi yang perlu ditingkatkan, di samping itu juga ketersediaan infrastruktur
yang masih perlu dioptimalkan, serta informasi potensi investasi bagi investor
yang dapat menjadi bahan pertimbangan yang layak bagi mereka untuk
melakukan investasi. Informasi mengenai peluang investasi memerlukan
koordinasi antar sektor, mengingat hal ini menyangkut banyak aspek. Berbagai
aspek dimaksud meliputi aspek peruntukan ruang dan lahan, aspek perizinan,
keamanan dan ketertiban, serta infrastruktur wilayah. Perkembangan nilai
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 61
realisasi investasi di Kabupaten Banjar dalam periode tahun 2006 – 2010 seperti
pada tabel 2.40 berikut.
Tabel 2.40. Nilai Realisasi dan Pertumbuhan Investasi Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010
TAHUN INVESTASI (Rp) TUMBUH (%)
2006 588,911,823,000 7.73
2007 638,248,426,000 8.56
2008 696,544,600,000 9.13
2009 765,781,133,240 9.94
2010 842,385.000.000 9,09
Sumber: Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2011
Gambar 2.10. Nilai Realisasi Investasi Kabupaten Banjar Tahun 2005 – 2010
Memperhatikan tabel 2.40 di atas, tergambar bahwa Kabupaten Banjar
dengan mempunyai trend pertumbuhan investasi yang terus meningkat dimana
pada tahun 2005 nilai realisasi investasi sebesar Rp 547,393,540,000 meningkat
0
100000000000
200000000000
300000000000
400000000000
500000000000
600000000000
700000000000
800000000000
900000000000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
INVESTASI (Rp)
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 62
menjadi Rp 842,385.000.000 pada tahun 2010. Rata-rata pertumbuhan
investasi selama lima tahun setiap tahunnya sebesar 8,89%. Hal ini
memperlihatkan bahwa Kabupaten Banjar masih merupakan daerah yang cukup
menjanjikan bagi investor. Oleh karena itu kebijakan pembangunan
perekonomian Kabupaten Banjar hendaknya dapat memacu pertumbuhan
investasi tersebut dengan membuat regulasi dan pra kondisi yang dapat
memancing masuknya investasi.
Tabel 2.41 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja 2006-2010 No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Tenaga Kerja yang bekerja pada Perusahaan PMDN (orang)
9,229 9,229 9,270 9,227 9,839
2 Jumlah Seluruh PMDN (Perusahaan)
121 121 123 123 140
3 Rasio Daya Serap Tenaga Kerja 76.27 76.27 75.37 75.02 70.28
Sumber: Disnakertrans Kabupaten Banjar 2006-2010
16. Kebudayaan
Kebudayaan menjadi identitas suatu daerah. Bagian terbesar penduduk
yang ada di Kabupaten Banjar adalah etnis Banjar, serta etnis Dayak.
Perkembangan kebudayaan dimaksud sangat ditentukan oleh interaksi tiga pilar
utama yaitu: 1). nilai-nilai seni budaya yang berlaku di masyarakat; 2). kegiatan
yang dilakukan oleh pemangku seni budaya atau tokoh adat; dan 3). peran
pemerintah daerah. Terbentuknya Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 63
Banjar (LAKKB) menjadi pilar keempat guna membangun interaksi seni budaya
Banjar.
Pelestarian nilai-nilai budaya sangat perlu dilakukan secara terintegrasi,
tidak hanya melalui pagelaran seni, festival tari dan pertunjukan seni budaya
lainnya, namun perlu dipadukan dengan bidang lainnya melalui kurikulum
pendidikan, literatur atau buku yang menjadi rujukkan budaya Banjar sehingga
pelestarian dan pengembangan seni budaya ini dapat berlangsung secara baik
dan berakar di masyarakat. Pembangunan bidang kebudayaan ini diharapkan
dapat menjadi satu kekuatan di masyarakat luas dalam pelestarian nilai-nilai
luhur dalam perilaku kehidupan masyarakat dan menjadi satu modal kekuatan
pembangunan.
Pengembangan dan pelestarian seni budaya raga terus diupayakan oleh
pemerintah Kabupaten Banjar melalui pembinaan serta peran aktif dalam
menyelenggaraan berbagai event/kegiatan kesenian khususnya kesenian
daerah dan olah raga baik yang dilakukan di daerah maupun luar daerah.
Perkembangan kesenian bisa dilihat dari jumlah group kesenian yang ada di
Kabupaten Banjar tahun 2006 sebanyak 338 group menjadi 397 group tahun
2009. Tabel berikut ini memperlihatkan Jumlah Grup dan Gedung Kesenian di
Kabupaten Banjar tahun 2006 – 2009.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 64
Tabel 2.42. Jumlah Group dan Gedung Kesenian Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2009
URAIAN TAHUN
2006 2007 2008 2009
Grup Kesenian 338 368 374 397
Gedung Kesenian - - - -
Sumber : Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kab.Banjar Tahun 2011
Kondisi daerah Kabupaten Banjar terkait dengan urusan kebudayaan
salah satunya dapat dilihat dari jumlah sarana dan penyelenggaraan seni dan
dan budaya serta jumlah daerah pariwisata yang ada di kabupaten Banjar.
Pemerintah Kabupaten Banjar selama ini berusaha untuk memacu
berkembangnya produk wisata (termasuk tempat wisata religius) disertai dengan
memperluas jaringan promosi secara efisien dan efektif. Di samping itu terdapat
beberapa event kebudayaan yang setiap tahun dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten Banjar antara lain adalah : 1) Hari jadi Kabupaten Banjar, 2) Event
Muharram, 3) Pasar wadai ramadhan, 4) Festival Bedug dan 5) Festival budaya
tahunan.
17. Pemuda dan Olah Raga
Pembinaan pemuda selama ini berjalan cukup baik. Terdapat beberapa
prestasi yang diraih di tingkat nasional, terutama terkait dengan bidang
pendidikan. Hal ini menunjukan potensi pemuda yang patut untuk terus
dikembangkan dalam menghadapi sempitnya lapangan kerja dewasa ini,
menuntut kemandirian pemuda untuk berwirausaha.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 65
Sementara itu di bidang olahraga masih perlu peningkatan kesadaran
berolahraga dikalangan masyarakat luas, perlunya peningkatan pembibitan di
bidang olahraga guna penemuan bibit berprestasi serta membudayakan
olahraga di masyarakat. Permasalahan yang dihadapi adalah masih kurangnya
kemandirian sosial dan ekonomi pemuda kurangnya pembibitan olahraga yang
berakibat pada minimnya prestasi. Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten
Banjar dilihat dengan Pembangunan Gedung Olah Raga dimana pada tahun
2006 gedung olah raga sebanyak 15 buah meningkat menjadi 18 buah pada
tahun 2009.
Tabel 2.43. Jumlah Klub dan Gedung Olah Raga Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2009
URAIAN TAHUN
2006 2007 2008 2009
Club Olah Raga 27 27 27 27
Gedung Olah Raga 15 16 17 18
Sumber : Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kab.Banjar Tahun 2011
18. Ketentraman dan Ketertiban Umum serta Perlindungan Masyarakat
Terkait dengan urusan Ketentraman dan ketertiban Umum Serta
Perlindungan Masyarakat salah satunya dapat dilihat dari jumlah Polisi Pamong
Praja dan Petugas Perlindungan Masyarakat. Polisi Pamong Praja merupakan
aparatur pemerintah daerah yang melaksanakan tugas kepala Daerah dalam
memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum,
menegakkan peraturan daerah dan putusan Kepala Daerah. Petugas Linmas
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 66
sendiri merupakan satuan yang memiliki tugas umum pemeliharaan ketentraman
dan ketertiban masyarakat. Satuan ini memiliki peran penting dalam ketertiban
masyarakat secara luas serta mengkondisikan lingkungan yang kondusif dan
demokratif sehingga tercipta kehidupan strata sosial yang interaktif. Jumlah
Satpol PP yang dimiliki oleh Pemerintah kabupaten Banjar pada Tahun 2010
sebesar 26 orang. Jumlah ini menurun dibandingkan pada tahun 2006 sejumlah
27 orang. Untuk petugas Linmas mengalami peningkatan yang cukup pesat dari
17 orang pada tahun 2006 menjadi 72 orang pada tahun 2010. Tabel berikut
memperlihatkan Jumlah Satpol PP dan Linmas selama periode 2006 – 2010:
Tabel 2.44. Jumlah Polisi Pamong Praja dan Limas Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010
URAIAN TAHUN
2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Pol PP 27 24 24 26 26
Jumlah Linmas 17 47 47 58 72
Sumber : Kabupaten Banjar Dalam Angka, 2007 – 2011
Disamping Satpol PP dan Linmas hal yang juga penting dalam
pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat dan kemanan lingkungan
ada Pos Kamling. Pos Kamling sebagai tempat penyelenggaraan keamanan di
desa jumlahnya pada tahun 2006 sebanyak 775 buah, tahun 2007 sebanyak
787 buah sedangkan tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 776 buah dan
tahun 2009 terjadi penurunan menjadi 532 buah serta pada tahun 2010 jumlah
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 67
Pos Kamling menjadi 532 buah. Tabel berikut ini memperlihatkan Rasio Pos
Kamling di Kabupaten Banjar tahun 2006 – 2010 :
Tabel 2.45. Rasio Pos Siskamling di Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010
URAIAN TAHUN
2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Pos Kamling 775 787 776 532 532
Jumlah Kelurahan/Desa 288 288 290 290 290
Rasio pos Kamling/Desa 1 : 3 1 : 3 1 : 3 1 : 2 1 : 2
Sumber : Kesbanglimnas
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Kondisi daerah Kabupaten Banjar terkait dengan urusan Otonomi
Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, Kepegawaian dan Persandian salah satunya dapat dilihat dari indikator
kinerja sebagai berikut :
a. Persentase Penyelesaian Penegakan PERDA
Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 2004 tentang Pedoman Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP), khususnya yang tercantum pada pasal 3,
menyatakan bahwa Satpol PP mempunyai tugas memelihara dan
menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan
daerah dan keputusan kepala daerah. Berkaitan dengan peraturan tersebut,
petugas Satpol PP kabupaten Banjar telah melakukan penyelesaian atas
masalah yang terkait dengan penegakan perda dan penegakan K3.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 68
b. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat
Fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat, maka dari itu
pemerintah perlu terus berusaha dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat
kepuasan penerima layanan. Kepuasan penerima layanan dapat dicapai apabila
penerima layanan memperoleh pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan atau
diharapkan.
Salah satu ukuran kinerja kepuasan masyarakat untuk menilai tingkat
kualitas pelayanan yang diselenggarakan pemerintah adalah Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM). Data IKM dapat menjadi bahan penelian terhadap unsur
pelayananan yang masih memerlukan perbaikan dan menjadi pendorong setiap
unit penyelenggara pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
pemerintah.
21. Ketahanan Pangan
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan ketahanan
pangan salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut :
a. Ketersediaan Pangan Utama
Ketahanan pangan merupakan agenda penting di dalam pembangunan
ekonomi.Kejadian rawan pangan menjadi masalah yang sangat sentifit dalam
dinamika kehidupan sosial politik. Oleh sebab itu, menjadi sangat penting bagi
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 69
kita untuk mampu mewujudkan ketahanan pangan, khususnya di Kabupaten
Banjar dengan berbasiskan kemandirian penyediaan pangan domestik.
Kemandirian ini semakin penting ditengah kondisi yang mengalami krisis
pangan, energi dan finansial. Tabel berikut ini memperlihatkan ketersediaan
pangan Utama di Kabupaten Banjar 2006 -2010 :
Tabel 2.46. Ketersediaan Pangan Utama di Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010 Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah Ketersediaan Pangan Utama (ton/GKG)
Padi 190,050 224,884 257,098 221,406 240,478
Beras 119,237.37 141,092.22 161,303.28 138,910.12 150,875.89
Jumlah Penduduk 464,148 480,010 489,056 498,098 506,204
Jumlah Konsumsi Pangan Utama/beras (ton) 64,516.57 66,721.39 67,978.78 69,235.62 70,362.35
Persentase Jumlah Konsumsi Pangan Utama Terhadap Ketersediaan Pangan Utama 54,11% 47,29% 42,14% 49,84% 46,63%
Surplus 54,720.80 74,370.83 93,324.50 69,674.50 80,513.54
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Tahun Kab. Banjar, 2011
b. Regulasi Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan urusan wajib pemerintah propinsi dan
pemerintah kabupaten/kota. Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah (PP)
Nomor 3 tahun 2007 tentang pertanggung jawaban Gubernur dan
Bupati/Walikota, dimana Gubernur dan Bupati/Walikota mempunyai kewajiban
melaporkan kepada Pemerintah dan DPRD tentang pembangunan ketahanan
Pangan dan sesuai dengan PP Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 70
urusan Pemerintah antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang menyatakan bahwa ketahanan
pangan menjadi urusan wajib pemerintah propinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan ketahanan pangan
yang dapat menjadi pedoman bagi pemerintah Kabupaten Banjar diantaranya
adalah : UU Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan, PP Nomor 68 tahun 2002
tentang ketahanan Pangan, PP Nomor 28 tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu
dan Gizi Pangan. Tabel berikut ini memperlihatkan mengenai Regulasi
Ketahanan Pangan di Kabupaten Banjar tahun 2006 – 2010 :
Tabel 2.47. Regulasi Ketahanan Pangan di Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010
URAIAN 2006 2007 2008 2009 2010
Regulasi Ketahanan Pangan dalam bentuk PERDA:
Ada
Tidak Ada √ √ √ √ √
Regulasi Ketahanan Pangan dalam bentuk PERBUP :
Ada √
Tidak Ada √ √ √ √
Sumber : Badan Ketahanan Pangan Tahun Kab. Banjar, 2011
22. Komunikasi dan Informatika
Kegiatan komunikasi dan informasi diarahkan pada upaya peningkatan
dan perluasan jangkauan informasi; pembinaan jaringan kemitraan dengan pers,
media elektronik, kelompok informasi masyarakat, media komunikasi tradisional
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 71
dan penerbitan umum; serta peningkatan kualitas pelayanan informasi
pembangunan. Keberadaan wartel/ warnet yang sampai ke pedesaan sangat
membantu dalam kelancaran komunikasi dan arus informasi yang semakin
menglobal dewasa ini. Hal ini ditandai dengan semakin majunya perkembangan
teknologi informasi dimana Pemerintah Daerah harus mengantisipasi melalui
suatu kebijakan untuk mengendalikan pemanfaatan teknologi informasi ini.
Teknologi Informasi dapat digunakan untuk mengolah data, termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan data dalam berbagai cara
untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat dan tepat waktu yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan
merupakan informasi yang strategis dalam pengambilan keputusan.
Sarana/prasarana (teknologi komunikasi dan informasi yang tersedia di
Kabupaten Banjar terdiri dari : akses internet, sistem informasi, hotspot,media
informasi dan radio komunikasi. Tabel berikut ini memperlihatkan Jumlah
ketersediaan Sarana/Prasarana Teknologi Komunikasi dan Informasi di
Kabupaten Banjar tahun 2006 – 2010 :
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 72
Tabel 2.48. Jumlah Ketersediaan Sarana/Prasarana Teknologi Komunikasi dan Informasi di Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010
Sarana/Prasarana Komunikasi dan Informasi
2006 2007 2008 2009 2010
Jumlah SKPD yang memiliki Akses Internet - - - 5 25
Jumlah Sistem Informasi Yang dimiliki Pemkab Banjar
- - - 10 25
Jumlah titik Hot Spot yang difasilitasi Pemkab Banjar
- - - 1 3
Jumlah Media yang digunakan untuk penyebaran Informasi
- - - 4 4
Jumlah radio Komunikasi yang aktif - - - 77 93
Sumber: Dinas Perhubungan, komunikasi dan Informatika Kab. Banjar 2010
23. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Berbagai kegiatan dilaksanakan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat desa antara lain melakukan pelatihan kepada kelompok binaan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), PKK, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) seperti memberikan pelatihan kepada petugas dan
pendamping Komunitas Adat Terpencil (KAT), mendukung keberadaan Pekerja
Sosial Masyarakat (PSM), Keluarga Muda Mandiri (KMM), dan Karang Taruna
Indonesia (KTI), serta pemberian pelatihan-pelatihan kepada mantan siswa
Panti Sosial Bina Remaja (PSBR) dan sebagainya.
Upaya pemberdayaan masyarakat juga dilakukan melalui Program Desa
Binaan dengan menjadikan beberapa desa secara bertahap sebagai lokasi
binaan. Inti dari sasaran yang ingin dicapai dari program desa binaan adalah
memadukan berbagai kegiatan seluruh bidang pembangunan yang berlokasi di
desa agar tercapai secara maksimal dan terintegrasi. Pada tahun 2008
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 73
dilakukan pembinaan terhadap 17 desa dengan lokasi masing-masing
kecamatan 1 desa. Pada tahun 2009 ditambah dengan mengalokasikan
masing-masing 3 desa ditiap kecamatan sehingga jumlah desa binaan menjadi
57 desa. Selanjutnya pada tahun 2010 masing-masing kecamatan yang memiliki
desa lebih dari 4 dilakukan pembinaan sejumlah 5 desa dengan jumlah 85 desa.
Peningkatan pemberdayaan masyarakat dilaksanakan juga di bidang
pemberdayaan kelembagaan masyarakat yang ada di desa. Sejak tahun 2008
telah dilakukan program Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yakni dengan
memberikan bantuan modal awal pada setiap desa untuk dapat dikelola sebagai
usaha perekonomian di perdesaan.
24. Perpustakaan
Untuk meningkatkan minat baca masyarakat maka pemerintah
Kabupaten Banjar telah menyediakan perpustakaan yang cukup representatif.
Hal ini terlihat dari keberadaan perpustakaan daerah dengan jumlah pengunjung
yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005
jumlah pengunjung mencapai 4.920 orang dan pada tahun 2009 terjadi kenaikan
mencapai 6.904 orang. Dari data tersebut menunjukkan bahwa program
penyediaan koleksi perpustakaan cukup menggugah minat baca masyarakat
Kabupaten Banjar.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 74
Tabel 2.48. Jumlah Perpustakaan dan Pengunjung Perpustakaan di Kabupaten Banjar Tahun 2005 s/d 2010
NO PERPUSTAKAAN JUMLAH
2006 2007 2008 2009 2010
1 JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN PER TAHUN
5,269 6,839 5,920 6,904 8,724
2 JUMLAH KOLEKSI BUKU/JURNAL
6,037 6,065 6,110 6,200 7,578
3 JUMLAH ANGGOTA 1,290 1,325 1,402 1,783 2,160
Sumber data : Kantor perpustakaan dan arsip daerah Kabupaten Banjar Tahun 2010
Data di atas menunjukan bahwa program pengembangan minat baca
masyarakat cukup optimal dan perlu terus ditingkatkan sebagai bagian dari
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
25. Statistik
Salah satu instrumen analisis sebagai bahan evaluasi pelaksanaan
perencanaan pembangunan daerah dan sebagai bahan penentuan/perumusan
kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah adalah data/informasi
statistik (dokumen Statistik). Ketersediaan dokumen statistik memudahkan
pemerintah dalam mendapatkan data potensi daerah sebagai bahan evaluasi
atas kinerja/pelaksanaan pembangunan daerah dan sebagai bahan untuk
menetapkan kebijakan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat
secara berkesinambungan.
Salah satu dokumen statistik sebagaimana dimaksud di atas adalah
PDRB, IPM, Suseda, KBDA, Indeks Gini Rasio, Input Output, IKM dan IHK.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 75
Berikut ini adalah ketersediaan dokumen statistik di Kabupaten Banjar Tahun
2006 – 2010 :
Tabel 2.49. Ketersediaan Dokumen Statistik di Kabupaten Banjar Tahun 2006 - 2010
NO URAIAN
2006 2007 2008 2009 2010
Ada Tdk Ada
Ada Tdk Ada
Ada Tdk Ada
Ada Tdk Ada
Ada Tdk Ada
1 PDRB V
V
V
V
V 2 IPM
3 SUSEDA
4 KABUPATEN BANJAR DALAM ANGKA (KBDA)
V
V
V
V
V
5 INDEKS GINI RATIO 6 INPUT OUTPUT 7 IKM 8 IHK 9 ICOR Sumber : BAPPEDA Kabupaten Banjar, 2011
26. Perumahan Rakyat
Kondisi daerah Kabupaten Banjar terkait dengan urusan Perumahan
Rakyat salah satunya dapat dilihat dari indikator kinerja :
a. Persentase luas permukiman yang tertata
Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Salah satu masalah
yang terkait dengan permukiman adalah penataan pemukiman.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 76
b. Rasio Permukiman layak huni dan Rasio Rumah Layak Huni Permukiman
Permukiman dan rumah layak huni merupakan harapan dan idaman setiap
insan. Pemerintah telah berupaya dalam menigkatkan kualitas hunian
masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah dan kurang mampu,
dengan tujuan mendorong masyarakat lain untuk berpartisipasi dan peduli
terhadap sesama warga masyarakat.
c. Persentase Rumah Tangga Berakses Air Bersih
Peningkatan jumlah penduduk dan keragaman kegiatan masyarakat
menyebabkan peningkatan kebutuhan air. Sumber air selama ini yang
dimanfatkan oleh masyarakat Kabupaten Banjar sebagian besar menggunakan
air sumur, air sungai dan air PDAM. Kebutuhan air untuk rumah tangga setiap
tahun mengalami peningkatan. Data/ informasi yang diperoleh dari PDAM
Kabupaten Banjar menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang
menggunakan air bersih pada tahun 2006 sebanyak 19.340 rumah tangga dan
mengalami kenaikan menjadi 27.845 rumah tangga pada tahun 2010.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 77
Tabel 2.50. Jumlah Rumah Tangga yang Mendapatkan Akses Air Bersih di Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010
Tahun
Rumah Tangga Yang menggunakan Air Bersih
Jumlah Ratio
2006 19,340 6.74
2007 21,115 6.32
2008 22,921 5.60
2009 26,825 4.91
2010 27,845 4.96
Sumber : PDAM Kabupaten Banjar, 2011
2.3.2 Fokus Layanan Urusan Pilihan
Layanan urusan pilihan Pemerintah Daerah terdiri dari 8 (delapan) urusan, yaitu:
1. Pertanian
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan pertanian salah
satunya dapat dilihat dari indikator kinerja sebagai berikut :
Produktivitas padi di Kabupaten Banjar sebagai hasil tanaman pangan
utama menunjukkan angka yang berfuktuasi tiap tahun, peningkatan tertinggi
terjadi pada tahun 2007 dengan produktivitas padi sawah dan padi ladang
sebesar 37,52 Ton/Ha, kemudian menurun pada tahun 2008 dan 2009 masing-
masing sebesar 33,68 dan 32,00 Ton/Ha, pada tahun 2010 meningkat signifikan
menjadi 35,13 Ton/Ha.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 78
Tabel 2.51 Produktivitas Komoditi Kabupaten Banjar pada Tahun 2006-2010
NO KOMODITI PRODUKTIVITAS (TON/HA)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Padi Sawah 33.32 39.45 35.34 32.71 36.34
2 Padi Ladang 25.80 25.81 25.58 27.41 27.70
3 Padi Sawah & Ladang 32.01 37.52 33.68 32.00 35.13
4 Jagung 21.75 21.75 17.06 29.98 26.48
5 Kedelai - - - 10.00 11.70
6 Kacang Tanah 11.56 11.63 11.46 11.58 11.70
7 Kacang Hijau 10.11 10.11 10.26 10.36 10.26
8 Ubi Kayu 138.75 129.11 178.19 143.86 142.59
9 Ubi Jalar 101.35 98.66 102.66 99.19 100.94
10 Sayuran 60.92 45.35 45.36 30.80 0.35
Sumber: BPS Banjar, 2006-2010
Kabupaten Banjar memiliki potensi pertanian yang cukup besar, hal ini
dapat dilihat dari Kontribusi sector pertanian terhadap capaian PDRB Kabupaten
Banjar. Pada Tahun 2010 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten
Banjar berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 1.530.752.044,- dan
berdasarkan harga konstan mencapai Rp 883.330.246,-. Adapun jumlah PDRB
Kabupaten Banjar Tahun 2010 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp
6.986.881.027,- dan berdasarkan harga konstan mencapai Rp 3.350.429.901,-.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa persentase share sektor pertanian
terhadap PDRB berdsarkan harga berlaku Kabupaten Banjar pada Tahun 2010
sebesar 21,91%. Namun tidak demikian bila dibandingkan dengan Tahun 2006.
Persentase Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten
Banjar pada Tahun 2010 mengalami penurunan bila dibandingkan dengan
Kontribusi sector pertanian terhadap PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 79
Dimana pada tahun 2006 persentase Kontribusi sector pertanian terhadap
PDRB Kabupaten Banjar mencapai 28,01%. Berikut gambaran secara lengkap
mengenai Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Banjar Tahun
2006-2010.
Tabel 2.52 Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Banjar
Tahun 2006-2010
NO URAIAN Dalam Ribuan Rupiah
2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Kontribusi Sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan
ADH Berlaku 1,037,257,058 1,157,635,604 1,280,652,418 1,376,527,089 1,530,752,044
ADH Konstan 747,309,404 773,732,738 823,263,775 845,965,520 883,330,246
2 Jumlah PDRB
ADH Berlaku 3,703,128,416 4,169,079,669 5,293,653,559 6,148,811,632 6,986,881,027
ADH Konstan 2,611,360,965 2,770,283,563 3,007,649,974 3,193,543,959 3,350,429,901
3 Share Sektor Pertanian, Kehutanan, Perikanan Terhadap PDRB (%)
Share 28.01 27.77 24.18 22.39 21.91
Sumber: PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
2. Kehutanan
Gambaran umum kondisi daerah terkait dengan urusan kehutanan salah
satunya dapat dilihat dari indikator Kinerja sebagai berikut:
Tingkat kerusakan hutan sekarang ini menyebabkan keprihatinan yang
besar bagi semua pihak. Praktek illegal logging dan illegal trading, perambahan
hutan, kebakaran hutan, pembukaan hutan untuk keperluan diluar sektor
kehutanan serta pengelolaan hutan yang belum menerapkan azas kelestarian
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 80
merupakan faktor utama penyebab kerusakan hutan. Gerakan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan Kritis (GRHLK) merupakan salah satu upaya percepatan
rehabilitasi hutan dan lahan kritis yang diarahkan untuk penanggulangan
bencana alam banjir dan kekeringan secara terpadu dengan peran semua pihak
(pemerintah pusat, pemerintah daerah, pengusaha, dan lain-lain) melalui
mobilitasi sumber daya.
Pembangunan kehutanan tetap memerioritaskan peningkatan fungsi
hutan melalui peningkatan kualitas hutan, sehinggga fungsi hutan baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat berperan sebagai penyangga kehidupan
bagi masyarakat. Keberadaan kawasan hutan di Kabupaten Banjar memerlukan
upaya pembinaan dan pengendalian sehingga dapat berfungsi maksimal
sebagai penyangga kehidupan masyarakat. Data luas kawasan hutan pada
tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.53. Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Banjar Tahun 2010
NO KAWASAN HUTAN LUAS (Ha)
1 KAWASAN LINDUNG 43,127,917
2 KAWASAN HUTAN PRODUKSI
TERBATAS 24,546,602
TETAP 84,546,602
KONVERSI 2,100,479
3 KAWASAN HUTAN KONVERSI 96,827,986
JUMLAH 251,149,586
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar Tahun 2011
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 81
Menjaga kelestarian lingkungan menjadi satu upaya nyata yang harus
dilakukan guna kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Salah satu hal yang
sangat erat kaitannya dengan pelestarian lingkungan adalah keberadaan hutan
yang harus mendapat perlindungan dalam perkembangan akhir-akhir ini, dimana
menjadi satu hal yang mengkhawatirkan jika terjadi kerusakan hutan berdampak
pada musibah berupa bencana banjir dan sebagainya.
Dalam rangka menjaga kelestarian hutan, juga perlu dilakukan upaya
penanaman khususnya pada lahan kritis. Data menunjukkan bahwa di
Kabupaten Banjar terdapat cukup luas lahan kritis. Pada tahun 2003 terdapat
121.052 Ha lahan kritis dan pada tahun 2008 adalah seluas 120.953 Ha.
Perkembangan luas lahan kritis yang ada di Kabupaten Banjar, secara sebaran
terlihat pada tabel berikut. Secara jelas terlihat betapa penting upaya untuk
melakukan penanaman dan pemulihan dan peningkatan kondisi lahan yang
telah menurun kondisinya.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 82
Tabel 2.54 Persebaran Lahan Kritis dan Sangat Kritis di Kabupaten Banjar tahun 2010
NO URAIAN JUMLAH
1
DI DALAM KAWASAN HUTAN
KRITIS (Ha) 95,460.50
AGAK KRITIS (Ha) 61,540.10
POTENSIAL KRITIS (Ha) 65,297.00
TIDAK KRITIS 2,603.00
SANGAT KRITIS 7,015.30
2
DI LUAR KAWASAN HUTAN
KRITIS (Ha) 5,473.70
AGAK KRITIS (Ha) 92,269.60
POTENSIAL KRITIS (Ha) 97,793.20
TIDAK KRITIS 6,833.10
SANGAT KRITIS 3,003.50
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar Tahun 2010
Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka menjaga kelestarian
lingkungan hidup, adalah dengan mengoptimalkan penurunan jumlah lahan kritis
yang ada di Kabupaten Banjar. Melalui upaya ini diharapkan akan menjadi satu
hal positip bagi generasi yang akan datang, mengingat keberadaan hutan yang
mendatangkan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat terutama bagi iklim
dan kondisi lingkungan hidup. Beberapa upaya nyata yang telah dilaksanakan
oleh Pemerintah Kabupaten Banjar, dalam rangka memperbaiki kondisi kawasan
hutan dan lahan guna meningkatkan kualitas lingkungan hidup adalah dengan
upaya rehabilitasi lahan.
Data berikut ini memperlihatkan Luas Kegiatas Rehabilitasi lahan di
Kabupaten Banjar yang mencerminkan besarnya kepedulian Pemerintah dan
Masyarakat terhadap perlunya menjaga kualitas lingkungan hidup.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 83
Tabel 2.55. Perkembangan Luas Kegiatan Rehabilitasi Lahan tahun 2006- 2010 di Kabupaten Banjar
NO TAHUN DALAM
KAWASAN (Ha) LUAR
KAWASAN (Ha) KETERANGAN
1 2006 25 0 APBD II
2 2007 46 0 APBD II
3 2008 372 0 DAK-DR, DAK HUT/DBH-DR
4 2009 10 0 APBD II
5 2010 500 0 DAK-DR, DAK HUT/DBH-DR
JUMLAH 953 0
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar Tahun 2010
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa luas kegiatan Rehabilitasi
lahan dari tahun 2006 – 2010 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2006 luas
kegiatan Rahabilitasi Lahan di dalam Kawasan Hutan seluas 25 Ha meningkat
menjadi 46 Ha pada tahun 2007. Pada tahun 2008 luas kegiatan rehabilitasi
lahan menjadi seluas 372 Ha tetapi menurun menjadi hanya 10 Ha pada tahun
2009. Pada tahun 2010 luas kegiatan rehabilitasi lahan seluas 500 Ha. Adapun
Sumber Dana untuk kegiatan rehabilitasi kawasan hutan selama ini berasal dari
APBD dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
Disamping upaya rehabilitasi lahan, juga telah dilakukan reboisasi
terhadap kawasan hutan pada beberapa lokasi yang ada di wilayah Kabupaten
Banjar. Upaya reboisasi ini merupakan satu wujud nyata dari kesadaran
Pemerintah dan Masyarakat terhadap arti penting dari keberadaan kawasan
hutan yang menjadi paru-paru bumi, yang menjadi satu penyangga kehidupan
dan memberikan manfaat yang sangat besar bagi kelangsungan kehidupan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 84
masyarakat dalam satu daerah yang memiliki kawasan hutan. Berbagai lokasi
dan besarnya pembiayaan dalam upaya pembangunan bidang kehutanan
ditunjukkan pada sebaran kegiatan reboisasi dibeberapa lokasi kecamatan
sebagaimana termuat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.56. Perkembangan Kegiatan Reboisasi di Kabupaten Banjar Tahun 2006 – 2010
NO TAHUN LUAS (Ha) LOKASI JENIS TANAMAN KETERANGAN
1 2006 25 Kec. Sei. Pinang Karet, Mahoni, Jati APBD II (KABUPATEN)
2 2007 - - - -
3 2008 265 Kec.Paramasan, S.Pinang Karet, Mahoni, Jati
DAK-DR, DAK BID HUT (DBHDR)
4 2009 10 Kec. Sei. Pinang Karet, Mahoni APBD II (KABUPATEN)
5 2010 118 Kec. Sei. Pinang &
kec. Pengaron Karet, Mahoni, Jati APBD II (KABUPATEN)
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Banjar Tahun 2010
3. Energi dan Sumberdaya Mineral
Batubara sebagai bahan energi banyak terdapat di Kalimantan
Selatan. Keberadaanya secara geologi terjadi pada masa Neogen yaitu jaman
Tersier Eosen dan Miosen. Secara kualitas batubara pada umur Eosen lebih
mempunyai nilai kalori tinggi dibanding pada umur Miosen. Nilai kalori yang
terkandung didalamnya antara 4000 s/d 7100 Kal/gr, adb. Potensi
sumberdaya secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu
9.101.380.000 ton sedangkan cadangannya masih 1.804.145.000 ton.
Pengusahaan batubara dilakukan oleh perusahaan yang tergolong dalam
kelompok ijin PKP2B dan IUP KP. Jumlah PKP2B yang beroperasi di
Kabupaten Banjar adalah 7 perusahaan. Sedangkan jumlah ijin IUP KP yang
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 85
diterbitkan oleh Pemerintah Kabupaten Banjar adalah 17, lebih jelasnya
dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel. 2.57. Jumlah Perusahaan pertambangan dan Produksi Batubara di Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
No Uraian Produksi Batubara kabupaten banjar (Ton)
2006 2007 2008 2009 2010
1 IUP KP 2,834,428.34 3,377,451.06 2,649,710.43 790,360.82 738,509.43
2 PKP2B 3,646,804,14 5,516,510.45 6,228,717.51 4,975,653.29 4,330,566.90
Jumlah 6,481,232.48 8,893,961.51 8,878,427.94 5,766,014.11 5,069,076.33
Sumber: Dinas Pertambangan Kab. Banjar, 2011
Pada tahun 2010 kontribusi sektor pertambangan dan penggalian
terhadap PDRB Kabupaten Banjar berdasarkan harga berlaku mencapai Rp
1.464.113.614,- dan berdasarkan harga konstan mencapai Rp 565.772.693,-.
Adapun jumlah PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2010 berdasarkan harga
berlaku mencapai Rp 6.986.881.027,- dan berdasarkan harga konstan mencapai
Rp 3.350.429.901,-. Dengan demikian dapat diketahui bahwa persentase share
sektor pertanian terhadap PDRB berdsarkan harga berlaku Kabupaten Banjar
pada Tahun 2010 sebesar 20,96%.
Persentase Kontribusi sektor pertambangan dan penggalian berdasarkan
harga berlaku pada tahun 2010 sedikit menurun bila dibandingkan dengan tahun
2009, dimana pada tahun 2009 sektor pertambangan dan penggalian
berkontribusi sebesar 20,99%. Berikut disajikan data mengenai kontribusi sektor
pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Kabupaten Banjar pada tahun
2006-2010.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 86
Tabel 2.58. Kontribusi Sektor pertambangan dan penggalian Terhadap PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
NO URAIAN Dalam Ribuan Rupiah
2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Kontribusi Sektor Pertambangan & Penggalian
ADH Berlaku
655,482,596
744,832,112
1,076,915,912
1,290,740,112
1,464,113,614
ADH Konstan
487,429,598
518,101,586
546,837,436
562,998,937
565,772,693
2 Jumlah PDRB
ADH Berlaku
3,703,128,416
4,169,079,669
5,293,653,559
6,148,811,632
6,986,881,027
ADH Konstan
2,611,360,965
2,770,283,563
3,007,649,974
3,193,543,959
3,350,429,901
3 Share Sektor Pertambangan & Penggalian Terhadap PDRB (%)
Share 17.7 17.86 20.35 20.99 20.96
Sumber: PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
4. Pariwisata
Kondisi daerah Kabupaten Banjar terkait dengan pariwisata salah
satunya dapat dilihat dari jumlah sarana dan penyelenggaraan seni dan dan
budaya serta jumlah daerah pariwisata yang ada di kabupaten Banjar.
Pemerintah Kabupaten Banjar selama ini berusaha untuk memacu
berkembangnya produk wisata (termasuk tempat wisata religius) disertai dengan
memperluas jaringan promosi secara efisien dan efektif. Di samping itu terdapat
beberapa event kebudayaan yang setiap tahun dilaksanakan oleh Pemerintah
Kabupaten Banjar antara lain adalah : 1) Hari jadi Kabupaten Banjar, 2) Event
Muharram, 3) Pasar wadai ramadhan, 4) Festival Bedug dan 5) Festival budaya
tahunan. Disamping itu terdapat beberapa Jenis Wisata yang terdapat di
Kabupaten Banjar yaitu Wisata Ziarah,Wisata Pengajian, Wisata Alam, Wisata
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 87
Agro Wisata dan Wisata Budaya. Adapun Jenis wisata dan lokasi wisata dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.59. Jenis Wisata, Nama Obyek Wisata, Lokasi, dan Tempat Belanja di Kabupaten Banjar tahun 2010
Jenis Wisata Nama Obyek Wisata Lokasi
Agama/Ziarah
Makam Syech M Arsyad Al Banjari Desa Kalampayan Kec Astambul
Masjid Agung Al Karomah Martapura
Makam Syech Abd Hamid Abulung Sungai Batang Martapura
Pengajian Kompleks Sekumpul Kel Jawa Martapura
Cinderamata Pusat Pertokoan Cahaya Bumi Selamat
Jl Jend A Yani Martapura
Jamrud Plaza Jl Jend A Yani Martapura
Alam
Taman Hutan Rakyat Sultan Adam Karang Intan
Waduk Riam Kanan, Pulau Pinus Aranio
Hanaru Belangian dan Lembah Kahung Aranio
Agro wisata Bincau Bincau, Martapura
Jingah Habang Karang Intan
Budaya
Pasar Terapung Lok Baintan Lok Baintan Sungai Tabuk
Pengrajin Air Guci Martapura
Penggosokan Intan Pasayangan Martapura
Sumber: BPS Kabupaten banjar, 2011
Sektor pariwisata merupakan bagian dari sektor jasa-jasa. Kontribusi
sektor jasa-jasa (termasuk pariwisata) terhadap PDRB kabupaten Banjar pada
tahun 2010 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 752.344.448,- dan
berdasarkan harga konstan mencapai Rp 336.381.802,-. Bila dibandingkan
dengan tahun 2006-2009 persentase Kontribusi sector jasa terhadap PDRB
Kabupaten Banjar pada tahun 2010 berdasarkan harga berlaku cenderung
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 88
mengalami peningkatan. Berikut gambaran mengenai Kontribusi sektor
pariwisata terhadap PDRB Kabupaten Banjar tahun 2006-2010.
Tabel 2.60. Kontribusi Sektor Jasa-Jasa (Termasuk Jasa Pariwisata) Terhadap PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
NO URAIAN Dalam Ribuan Rupiah
2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Kontribusi Sektor Jasa-Jasa (Termasuk Jasa Pariwisata)
ADH Berlaku
380,822,457
424,829,856
523,502,690
641,254,128
752,344,448
ADH Konstan
245,724,578
266,352,351
296,813,826
311,679,481
336,381,802
2 Jumlah PDRB
ADH Berlaku
3,703,128,416
4,169,079,669
5,293,653,559
6,148,811,632
6,986,881,027
ADH Konstan
2,611,360,965
2,770,283,563
3,007,649,974
3,193,543,959
3,350,429,901
3 Share Sektor Jasa-Jasa (Termasuk Jasa Pariwisata) Terhadap PDRB (%)
Share 10.28 10.22 9.89 10.43 10.77
Sumber: PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
5. Kelautan dan Perikanan
Kondisi geografis Kabupaten Banjar berada di kawasan
pegunungan,dataran, dan pesisir merupakan suatu kondisi geografis yang
kompleks untuk menciptakan potensi perikanan yang terpadu, dimana
pemerintah daerah dapat mengatur ataupun membuat peraturan yang berkaitan
dengan pengelolaan dan manajemen Daerah Aliran Sungai Terpadu untuk
meningkatkan potensi wilayah. Produksi ikan di Kabupaten Banjar pada tahun
2009 tercatat sebanyak 32,98 ton dan meningkat menjadi 44,17 ton pada tahun
2010, lebih jelasnya dapat disajikan pada table berikut.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 89
Tabel 2.61.Produksi Perikanan Laut, Darat, dan Budidaya di Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
No URAIAN Produksi (Kg)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Perikanan Laut 7,046 8,106 8,106 14,213 6,732
2 Perikanan Darat 9,987 9,990 9,906 5,385 4,719
3 Budidaya 3,699 9,608 12,506 13,385 32,720
Jumlah 20,732 27,704 45,855 32,983 44,171
Sumber: BPS Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
Pada tahun 2010 nilai produksi perikanan budidaya mencapai Rp
554.701.500,- sedangkan perikanan laut dan darat masing-masing mencapai Rp
65.313.799,- dan Rp 77.067.575,-. Jika dibandingkan dengan tahun 2009,
perikanan perikanan budidaya hanya mencapai Rp180.705.870,-. Jika dilihat
dari tahun 2006-2010 maka nilai produksi pada tahun 2006 merupakan yang
paling tinggi yaitu Rp 922.376.758,- lebih jelasnya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.62. Nilai Produksi Perikanan Laut, Darat, dan Budidaya di Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
No URAIAN Nilai Produksi (Ribu Rp)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Perikanan Laut 53,886,428 68,757,910 108,734,835 141,882,694 65,313,799
2 Perikanan Darat 79,647,390 126,430,703 161,178,478 83,938,972 77,067,575
3 Budidaya 788,842,940 107,427,550 - 180,705,870 554,701,500
Jumlah 922,376,758 302,616,163 269,913,313 406,527,536 697,082,874
Sumber: BPS Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
6. Perdagangan
Pada tahun 2010 jumlah pedagang di Kabupaten Banjar Pedagang yang
paling banyak berkembang di Kabupaten Banjar adalah pedagang kecil. Total
jumlah pedagang yang memegang Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) di
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 90
Kabupaten Banjar pada tahun 2010 yaitu 508 yang didominasi pedagang kecil
yaitu 334 pedagang kecil yang secara keseluruhan mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun, lebih jelasnya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.63. Jumlah Pedagang yang mempunyai Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
NO PEDAGANG PEDAGANG PEMEGANG SIUP
2006 2007 2008 2009 2010
1 Pedagang Besar 16 24 24 18 59
2 Pedagang Menengah 54 46 46 46 115
3 Pedagang Kecil 296 403 403 163 334
JUMLAH 366 473 473 227 508
Sumber: BPS Kabupaten Banjar, 2006-2010
Sektor perdagangan (perdagangan, hotel, dan restoran) mempunyai
Kontribusi terbesar terhadap perolehan nilai PDRB Kabupaten Banjar. Pada
tahun 2010 kontribusi sektor perdagangan terhadap capaian PDRB Kabupaten
Banjar berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 1.629.391.375,-dan
berdasarkan harga konstan mencapai Rp 779.237.943,-. Adapun jumlah PDRB
Kabupaten Banjar Tahun 2010 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp
6.986.881.027,- dan berdasarkan harga konstan mencapai Rp 3.350.429.901,-.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa persentase share sektor perdagangan,
hotel, dan restoran terhadap PDRB berdasarkan harga berlaku Kabupaten
Banjar pada Tahun 2010 sebesar 23,32%.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 91
Tabel 2.64. Kontribusi Sektor Perdagangan (Perdagangan, Hotel, dan Restoran) Terhadap PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
NO URAIAN Dalam Ribuan Rupiah
2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Kontribusi Sektor Perdagangan, Hotel, dan restoran
ADH Berlaku 848,344,729 951,576,860 1,265,516,474 1,442,978,974 1,629,391,375
ADH Konstan 596,705,541 635,294,703 694,061,093 742,984,870 779,237,943
2 Jumlah PDRB
ADH Berlaku 3,703,128,416 4,169,079,669 5,293,653,559 6,148,811,632 6,986,881,027
ADH Konstan 2,611,360,965 2,770,283,563 3,007,649,974 3,193,543,959 3,350,429,901
3
Share Sektor Perdagangan, Hotel, dan restoran Terhadap PDRB (%)
share 22.90 22.82 23.91 23.47 23.32
Sumber: PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
7. Perindustrian
Kecenderungan membaiknya perekonomian nasional dan regional
merupakan salah satu factor pendorong pertumbuhan sector industri. Sektor
industri di Kabupaten Banjar mempunyai Kontribusi yang cukup besar terhadap
PDRB Kabupaten Banjar, terutama industri pengolahan. Total jumlah industri di
Kabupaten Banjar pada tahun 2010 secara keseluruhan mengalami peningkatan
bila dibandingkan pada tahun 2009, yaitu dari 6.242 industri menjadi 6.393
industri pada tahun 2010. Peningkatan ini terjadi pada industri rumah tangga,
dimana pada tahun 2008 berjumlah 5.780 industri rumah tangga dan pada tahun
2010 menjadi 6.056 industri rumah tangga, lebih jelasnya disajikan pada tabel
berikut.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 92
Tabel 2.65. Pertumbuhan Industri di Kabupaten Banjar Pada Tahun 2006-2010
NO INDUSTRI 2006 2007 2008 2009 2010
1 Besar > 99 orang 17 17 17 17 17
2 Sedang 20-99 orang 27 28 29 31 31
3 Kecil 5-19 orang 239 243 258 280 289
4 Rumah Tangga 1 - 4 orang 5555 5666 5780 5914 6056
JUMLAH 5838 5954 6084 6242 6393
Sumber: BPS Kabupaten Banjar, 2006-2010
Pada tahun 2010 kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB
Kabupaten Banjar berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 398.880.291,- dan
berdasarkan harga konstan mencapai Rp 228.530.477,-. Adapun jumlah PDRB
Kabupaten Banjar Tahun 2010 berdasarkan harga berlaku mencapai Rp
6.986.881.027,- dan berdasarkan harga konstan mencapai Rp 3.350.429.901,-.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa persentase share sektor industri
pengolahan terhadap PDRB berdasarkan harga berlaku Kabupaten Banjar pada
Tahun 2010 sebesar 5,71%. Berikut disajikan data mengenai Kontribusi sektor
perindustrian terhadap PDRB Kabupaten Banjar tahun 2006-2010.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 93
Tabel 2.66. Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
NO URAIAN Dalam Ribuan Rupiah
2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Kontribusi Sektor Industri Pengolahan
ADH Berlaku 205,406,598 229,826,908 294,973,930 339,886,511 398,880,291
ADH Konstan 153,647,967 163,280,240 192,616,581 209,747,957 228,530,477
2 Jumlah PDRB
ADH Berlaku 3,703,128,416 4,169,079,669 5,293,653,559 6,148,811,632 6,986,881,027
ADH Konstan 2,611,360,965 2,770,283,563 3,007,649,974 3,193,543,959 3,350,429,901
3 Share Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB (%)
Share 5.55 5.51 5.38 5.53 5.71
Sumber: PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
8. Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian
Ketenagakerjaan dan ketransmigrasian merupakan bagian dari upaya
pengembangan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang memegang
peranan penting dalam mewujudkan pembangunan kualitas manusia.
Pembangunan di bidang Ketenagakerjaan dan ketransmigrasian diarahkan
dalam rangka peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, ketenangan berusaha
dan kesejahteraan transmigrasi yang dilaksanakan melalui kebijakan untuk
memberikan Kontribusi yang nyata dan terukur.
2.5. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan
otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Suatu
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 94
daya saing merupakan salah satu factor kunci keberhasilan pembangunan
ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam
mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.
2.5.1. Kemampuan Ekonomi Daerah
Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing daerah
adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik bagi pelaku
ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke suatu daerah untuk
menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing daerah.
2.5.1.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga per Kapita
Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan
untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa
atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar angka konsumsi
rumah tangga semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah.
Kabupaten Banjar dalam melaksanakan pembangunan ekonomi
menunjukkan keberhasilan yang cukup signifikan, hal itu ditunjukkan dengan
tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita yang terus mengalami
peningkatan selama lima tahun terakhir, yakni pada tahun 2006 sebesar Rp.
625.000,- tahun 2007 sebesar Rp. 634.600,- , tahun 2008 sebesar Rp.639.840,-
tahun 2009 sebesar Rp. 641.640,- dan tahun 2010 Rp 625.188,-. Lebih jelasnya
disajikan pada tabel berikut.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 95
Tabel 2.67. Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita Kabupaten Banjar 2006-2010
No Tahun Pengeluaran Konsumsi Rumah
Tangga per Kapita (Rp) Pengeluaran Konsumsi Non
Pangan per Kapita (%)
1 2006 625,000 34.06
2 2007 634,600 40.30
3 2008 639,840 46.44
4 2009 641.640 41.12
5 2010 625,188 45.65
Sumber: PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
Keberhasilan pembangunan ekonomi juga ditunjukkan oleh pengeluaran
konsumsi non pangan per kapita yang terus mengalami peningkatan, dari tahun
2005 sebesar 34,06 persen, tahun 2006 sebesar 34,06 persen, tahun 2007
sebesar 40,30 persen, dan tahun 2008 konsumsi non pangan per kapita sebesar
46,44 sedang tahun 2009 konsumsi non pangan per kapita sebesar 41,12
persen ini menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh masyarakat
kabupaten Banjar dipergunakan untuk konsumsi diluar kebutuhan primernya.
Artinya bahwa semakin tinggi pengeluaran konsumsi non pangan masyarakat
maka semakin baik tingkat kesejahteraan masyarakat.
2.5.1.2. Nilai Tukar Petani
Semakin meningkatnya nilai tukar petani menunjukkan semakin
membaiknya pendapatan masyarakat Kabupaten Banjar, karena sebagian besar
masyarakat Kabupaten Banjar berusaha di sektor pertanian. Dari data yang
diperoleh seperti pada tabel menunjukkan bahwa rata-rata nilai tukar petani
terus mengalami peningkatan, dimana tahun 2006 menjadi 90,24 persen, tahun
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 96
2007 sebesar 94,65 persen, tahun 2008 sebesar 97,54 persen, tahun 2009
sebesar 100,40 dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 108,07 persen.
Tabel 2.67. Rata-Rata Nilai Tukar Petani di Kabupaten Banjar Tahun 2005 s/d 2009
NO TAHUN RATA-RATA NILAI TUKAR PETANI (%)
1 2006 90.24
2 2007 94.65
3 2008 97.54
4 2009 100.40
5 2010 108.07
Sumber data : PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
2.5.1.4. Produktivitas Total Daerah
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian
daerah adalah nilai pendapatan domestik regional bruto (PDRB), dimana nilai
PDRB mencerminkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit
produksi/perusahaan selama satu tahun dan ini berarti produktivitas yang
dihasilkan oleh seluruh sektor bisa diketahui. Berikut secara lengkap disajikan
data mengenai produktivitas total daerah per sektor (ADH Berlaku) di Kabupaten
Banjar tahun 2006-2010.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 97
Tabel 2.68 Produktivitas Total Daerah per sektor (ADH Berlaku) di Kabupaten Banjar
Tahun 2006-2010
No Sektor 2006 2007 2008 2009 2010
(Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%)
1 Pertanian 1,037,257,058 28.01 1,157,635,604 27.77 1,280,652,418 24.19 1,376,527,089 22.39 1,530,752,044 21.91
2 Pertambangan & Penggalian 655,482,596 17.70 744,832,112 17.87 1,076,915,912 20.34 1,290,740,112 20.99 1,464,113,614 20.96
3 Industri Pengolahan 205,406,598 5.55 229,826,908 5.51 284,973,930 5.38 339,886,511 5.53 398,880,291 5.71
4 Listrik, Gas, & Air Bersih 28,807,533 0.78 32,026,222 0.77 34,403,925 0.65 45,143,648 0.73 54,340,799 0.78
5 Konstruksi 228,366,857 6.17 275,270,778 6.60 334,945,336 6.33 379,395,193 6.17 431,674,604 6.18
6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 848,344,729 22.91 951,576,860 22.82 1,265,516,474 23.91 1,442,978,974 23.47 1,629,391,375 23.32
7 Pengangkutan & Komunikasi 183,785,359 4.96 195,351,612 4.69 240,776,892 4.55 338,007,161 5.50 391,942,992 5.61
8 Keuangan, Sewa, & Jasa Perusahaan 134,855,229 3.64 157,729,717 3.78 251,965,982 4.76 294,878,815 4.80 333,440,860 4.77
9 Jasa-jasa 380,822,457 10.28 424,829,856 10.19 523,502,690 9.89 641,254,128 10.43 752,344,448 10.77
PDRB 3,703,128,416.00 4,169,079,669.00 5,293,653,559.00 6,148,811,631.00 6,986,881,027.00
Sumber: BPS Kabupaten Banjar (PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010)
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 102
2.5.2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
2.5.2.1. Aksesibilitas Daerah
Kemudahan dalam aksesibilitas daerah dapat ditunjukkan oleh rasio
jumlah kendaraan dengan panjang jalan yang ada di Kabupaten Banjar, yaitu
pada tahun 2009 rasio jumlah kendaraan dibandingkan dengan panjang jalan
adalah 113,04 dan pada tahun 2010 rasionya meningkat menjadi 134,87.
Meningkatnya rasio panjang jalan per jumlah kendaraan menunjukkan mobilitas
barang dan orang di Kabupaten Banjar perlu diperhatikan dan memerlukan
peningkatan panjang jalan. Hal ini dapat diartikan bahwa penyediaan jalan yang
dapat di akses menunjukan penurunan yang lebih besar dibandingkan dengan
peningkatan volume kendaraan sehingga rasio antara jalan dan kendaraan
semakin meningkat sebagaimana termuat pada tabel di bawah.
Tabel 2.69. Rasio jumlah kendaraan dengan panjang jalan
Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
NO Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Angkutan Pedesaan 790 790 890 690 715
2 Jumlah Kendaraan Roda Dua 97,414 109,467 134,068 68,888 84,509
3 Jumlah Kendaraan Roda Empat 4,839 6,209 7,242 4,518 6,374
4 Jumlah Mobil Beban Umum & Tidak Umum
10,016 10,778 13,221 6,189 7,248
5 Jumlah Mobil Penumpang Umum & Tidak Umum
5,799 6,140 6,169 1,812 1,982
6 Total Kendaraan 118,858 133,384 161,590 82,097 100,828
7 Panjang Jalan 721.73 743.03 743.03 726.28 747.58
8 JUMLAH KECELAKAAN 60 68 55 115 196
9 Ratio panjang jalan dengan jumlah kendaraan
164.68 179.51 217.47 113.04 134.87
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 103
2.5.2.2. Penataan Wilayah
Mengingat bahwa Pembangunan Daerah Kabupaten Banjar, merupakan
bagian Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, yang sekaligus
bagian integral dari Pembangunan Nasional, perlu dipelihara keserasian dan
keselarasan antara Pembangunan Daerah dan Pembangunan Nasional. Untuk
itu pada setiap kegiatan pembangunan daerah, selain memperhatikan kondisi,
potensi dan prioritas daerah, di Kabupaten Banjar diusahakan juga
terpeliharanya laju pembangunan antar wilayah, sehingga dapat memperkecil
perbedaan tingkat pertumbuhan antara wilayah yang satu dengan yang lainnya.
Untuk bagian wilayah yang masih terbelakang dan kurang berkembang, perlu
diberikan prioritas pengembangan dan motivasi pembangunan yang disesuaikan
dengan kemampuan wilayahnya.
Tujuan yang hendak dicapai melalui penataan Sub Satuan Wilayah
Pembangunan (SSWP) tersebut adalah:
1. Mengusahakan pemerataan pembangunan yang serasi di dalam suatu
sub SWP agar perbedaan tingkat kemakmuran antara wilayah yang maju
dengan wilayah yang masih terbelakang dapat diperkecil.
2. Mengusahakan dan mengarahkan kegiatan pembangunan daerah atau
wilayah sesuai dengan kondisi dan potensi serta fungsi yang terdapat di
setiap sub SWP.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 104
3. Mengembangkan hubungan ekonomi antar Sub SWP secara saling
menguntungkan sehingga terjalin interaksi yang harmonis dalam kegiatan
ekonomi, sosial, budaya dan politik/ keamanan sehingga terwujud
struktur ekonomi regional yang kuat dan mampu menunjang kesatuan
ekonomi nasional yang kokoh.
4. Mempertajam prioritas pembangunan sehingga memungkinkan
terjangkaunya wilayah-wilayah minus, kawasan kritis dan pantai oleh
kegiatan pembangunan, antara lain melalui program-program khusus
dengan memerhatikan sepenuhnya upaya penyelamatan kemampuan
sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Untuk menunjang kebijaksanaan Satuan Wilayah Pembangunan (SWP)
maka kebijaksanaan spasial Kabupaten Banjar dibagi menjadi 3 (tiga) Sub
Satuan Wilayah Pembangunan (SSWP) dan pusat-pusatnya sebagai berikut:
1. SSWP I meliputi Kecamatan Martapura, Martapura Barat, Martapura
Timur, Astambul, Aranio dan Karang Intan dengan pusat di Martapura.
2. SSWP II meliputi Kecamatan Sungai Tabuk, Kertak Hanyar, Tatah
Makmur, Aluh-Aluh, Beruntung Baru. dan Gambut dengan pusat di
Gambut.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 105
3. SSWP III meliputi Kecamatan Sungai Pinang, Paramasan, Simpang
Empat, Telaga Bauntung, Pengaron, Sambung Makmur, dan Mataraman
dengan pusat di Simpang Empat.
Kebijaksanaan Pembangunan Daerah berdasarkan pendekatan tata
ruang/perwilayahan (spasial) yang tercermin dalam sistem perwilayahan
Pembangunan, perlu ditingkatkan dan dipertajam serta diefektifkan
pelaksanaannya di masa yang akan datang terutama mengenai sub-sub
Wilayah Pembangunan (SSWP) yang merupakan bagian dari Satuan Wilayah
Pembangunan (SWP).
Kebijaksanaan yang ditempuh dalam pembangunan nasional dan
regional mempunyai dampak terhadap perkembangan sektoral di daerah yang
pada dasarnya juga menjadi landasan penentuan kebijaksanaan tersebut.
Pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijaksanaan yang ditempuh mempunyai arti
luas yang cukup besar kaitannya dengan pembangunan kota, terutama kota-
kota yang menjadi pusat pengembangannya. Dengan demikian, hal ini perlu
dibahas dan dianalisis mengenai sejauhmana pengaruh kebijaksanaan yang
ada terhadap kebijaksanaan sektoral kota-kota di wilayah Kabupaten Banjar.
Sektor-sektor pokok yang akan dikembangkan di daerah mempunyai
mekanisme pertimbangan dan dampak yang ditimbulkannya bagi setiap wilayah
masing-masing yang diuraikan sebagai berikut:
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 106
a. Pengembangan sektor pertanian dapat menimbulkan kaitan ke depan dan ke
belakang (forward and backward linkage). Kaitan ke depan adalah rangsangan
ke arah berkembangnya agrobisnis, yaitu sektor perdagangan dan industri,
sedangkan kaitan ke belakang adalah peningkatan produksi pertanian secara
lebih besar lagi (ekstensifikasi dan intensifikasi).
Untuk memperkuat dorongan ke arah depan perlu adanya peningkatan
sarana dan prasarana perhubungan, demikian pula perlu penyesuaian antara
karakteristik pengembangan pertanian dengan pola pengembangan sektor
perdagangan dan industri.
Pembangunan industri di masa kini adalah untuk menciptakan struktur
ekonomi yang berimbang antara sektor primer, sekunder dan tersier.
Memperluas lapangan kerja dan mendorong kesempatan berusaha dengan
memanfaatkan sumberdaya manusia. Meningkatkan pembinaan terhadap
industri kecil dan kerajinan rakyat di bidang teknologi, permodalan dan
pemasaran. Pengembangan industri ini diarahkan untuk ekspor dan kebutuhan
dalam negeri, serta untuk meningkatkan ekspor non migas.
Pengembangan sektor pendidikan dan kesehatan lebih banyak
dititikberatkan pada pengembangan manusianya. Akan tetapi pengembangan
tingkat kemampuan manusianya itu sendiri mempunyai dampak yang paling
penting terhadap keikutsertaannya dalam pembangunan maupun pemeliharaan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 107
lingkungan. Peningkatan sektor ini mempunyai pengaruh terbesar sebagai
pendorong bagi terlaksananya pengembangan sektor-sektor lain yang tersebut
di atas.
b. Pengembangan sektor pemerintahan berkaitan dengan koordinasi dan
pengawasan pembangunan yang dilaksanakan,mengarah pada pelaksanaan
pembangunan di suatu wilayah. Sektor pemerintahan pada dasarnya
menyangkut kegiatan politik, hukum, penerangan/ media massa, serta
peningkatan kemampuan aparat pemerintahan yang terlibat alam
pembangunan.
2.5.2.3. Fasilitas Bank dan Non Bank
Perbankan merupakan faktor yang sangat berperan dalam menggerakan
perekonomian daerah karena kemudahan dalam mengakses modal sangat
mempengaruhi pergerakan sektor riil di daerah.
Kegiatan perbankan merupakan badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dan dapat menciptakan uang giral serta menyalurkan dana
tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Termasuk dalam
pengertian bank umum adalah bank yang melaksanakan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 108
(BPR) merupakan bank yang melaksanakan kegiatan secara konvensional dan
atau berdasarkan prinsip syariah.
Di Kabupaten Banjar terdapat sejumlah fasilitas perbankan umum seperti
ditunjukkan pada tabel 2.82 meliputi :
Tabel.2.70 Fasilitas Perbankan Umum di Kabupaten Banjar
Tahun 2010.
NO NAMA LEMBAGA PERBANKAN
1 BANK NASIONAL INDONESIA (BNI 46)
2 BANK RAKYAT INDONESIA (BRI)
3 BANK KALSEL
4 BANK SYARIAH MANDIRI
5 BANK DANAMON SYARIAH
6 BANK MEGA SYARIAH
7 BANK MUAMALAT INDONESIA
8 BANK DANAMON SIMPAN PINJAM
Sumber: Bank Indonesia Regional Kalimantan Selatan Tahun 2010
Disamping lembaga perbankan umum dalam rangka mendekatkan
pelayanan kepada masayarakat di Kabupaten Banjar terdapat empat unit Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) yang tersebar diwilayah kecamatan di Kabupaten
Banjar sebagaimana termuat pada tabel 2.83.
Tabel 2.71. Faslitas Bank Perkreditan Rakyat di Kabupaten Banjar Tahun 2010
NO BANK PERKREDITAN RAKYAT
1 PD. BPR SUNGAI TABUK
2 PD. BPR SIMPANG EMPAT
3 PD. BPR ASTAMBUL
4 PD. BPR MARTAPURA
5 BPR SWASTA
Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2010
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 109
2.5.2.5. Fasilitas Listrik dan Telpon
Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk maka secara otomatis
jumlah permintaan akan perumahan terus bertambah, dengan demikian
permintaan fasilitas listrik juga semakin meningkat. Sebagaimana terlihat pada
tabel bahwa jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik pada tahun 2006
sebanyak 35.556 RT, meningkat menjadi 40.849 RT pada Tahun 2010.
Rendahnya kenaikan penggunaan listrik ini disebabkan oleh keterbatasan daya
listrik yang dimiliki oleh PLN, sehingga permintaan masyarakat terhadap fasilitas
listrik tidak bisa terpenuhi.
Keterbatasan kapasitas listrik juga dirasakan oleh masyarakat
perdesaan. Dari jumlah kelurahan/desa yang ada di Kabupaten Banjar sebanyak
290 Kelurahan/desa, sampai tahun 2010 masih terdapat 17 desa yang belum
terjangkau oleh jaringan listrik.
Tabel 2.72. Data Pengguna Fasilitas Listrik
NO TAHUN
RUMAH TANGGA YANG
MENGGUNAKAN LISTRIK
JUMLAH RATIO
1 2006 35,556 3.67
2 2007 36,581 3.65
3 2008 37,450 3.43
4 2009 40,820 3.22
5 2010 40,849 3.29
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2006-2010
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 110
2.5.3. Iklim Berinvestasi
2.5.3.1. Kemudahan Perijinan
Kemudahan dalam perizinan merupakan salah satu faktor yang menjadi
perhatian para pengusaha/investor untuk berinvestasi di Kabupaten Banjar.
Untuk itu pemerintah Kabupaten Banjar terus melakukan pembenahan dalam
rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya masalah
perizinan. Untuk mempermudah pelayanan perizinan tersebut pada tahun 2007
pemerintah Kabupaten Banjar mengeluarkan kebijakan pelayanan satu pintu
dengan membentuk lembaga pelayanan satu pintu yaitu Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu dan pada tahun 2009 lembaga tersebut menjadi Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Banjar.
Waktu penyelesaian perizinan untuk 27 jenis pelayanan perizinan dan
non perizinan antara 5 hari sampai dengan 14 hari, untuk pelayanan perizinan
yang memerlukan peninjauan kelapangan waktu penyelesaian selama 14 hari.
2.5.3.2. Pengenaan Pajak Daerah
Pajak daerah yang dipungut di Kabupaten Banjar ada 6 jenis, meliputi :
(1) Pajak Hotel, (2) Pajak Restoran, (3) Pajak hiburan dan keramaian umum, (4)
Pajak Reklame, (5) Pajak penerangan jalan umum dan (6) Pajak pengambilan
bahan galian golongan C. Sedang retribusi yang dipungut sebanyak 18 jenis
yaitu :
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 111
1. Retribusi pelayanan kesehatan
2. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
3. Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akta catatan sipil
4. Retribusi pasar
5. Retribusi pengujian kendaraan bermotor
6. Retribusi penggantian biaya cetak peta
7. Retribusi pemakaian kekayaan daerah
8. Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan
9. Retribusi terminal
10. Retribusi tempat parkir khusus
11. Retribusi rumah potong hewan
12. Retribusi tempat pendaratan kapal
13. Retribusi tempat rekreasi dan olah raga
14. Retribusi penjualan produk usaha daerah
15. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
16. Retribusi izin gangguan
17. Retribusi izin trayek dan
18. Retribusi izin PHHI hasil kayu di luar kawasan hutan dan hasil kayu
perkebunan.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 112
Tabel 2.73 Realisasi Pajak dan Retribusi Kabupaten Banjar Tahun 2006-2010
No Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1 Jumlah Pajak Daerah
4,929,221,902 4,791,715,771 4,825,078,793 6,640,453,760 8,036,345,640
Pajak Hotel/Penginapan 38,043,500 34,743,000 40,057,000 31,832,000 347,356,155
Pajak Restoran 75,425,250 64,172,900 62,977,500 78,821,309 148,677,958
Pajak Hiburan 1,188,525 - - - 117,575,000
Pajak Reklame 338,127,668 436,634,458 397,004,213 359,478,736 625,812,736
Pajak Penerangan Jalan 4,035,903,020 3,824,085,315 3,566,370,459 5,122,327,187 5,776,291,161
Pajak Mineral Logam dan Batuan 276,531,920 338,739,975 480,055,965 746,487,800 723,182,450
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 164,002,019 93,340,123 278,613,656 301,506,728 297,450,180
2 Retribusi 8,063,453,027 9,616,454,394 13,697,433,656 14,149,653,507 17,191,539,243
Jumlah Retribusi Jasa Umum 5,000,378,788 5,830,288,209 8,653,540,860 9,381,515,096 11,621,862,346
Jumlah Retribusi Jasa Usaha 958,661,444 1,172,023,043 1,761,308,979 1,385,962,501 914,974,447
Jumlah Retribusi Perizinan Tertentu 2,104,412,795 2,614,143,142 3,282,583,817 3,382,175,910 4,654,702,450
Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Banjar, 2011
2.5.3.3. Peraturan Daerah
Penyusunan peraturan daerah merupakan suatu kegiatan yang banyak
bersentuhan dengan kepentingan masyarakat oleh karenanya penyusunan
kebijakan ini dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah dengan DPRD
yang menjadi representasi keinginan masyarakat. Peraturan daerah ini terkait
erat dengan aspek hukum.
Aspek hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
merupakan salah satu hal penting untuk mewujudkan tata pemerintahan yang
akuntabel, bersih dan berwibawa. Pembangunan hukum pada dasarnya terkait
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 113
dengan pembentukan peraturan, penegakan hukum dan budaya hukum.
Pembentukan peraturan terkait dengan penyusunan Peraturan Kepala Daerah
dan Peraturan Daerah yang berpihak kepada masyarakat.
Penegakan hukum belum sesuai dengan harapan dan tuntutan
masyarakat. Hal ini merupakan tantangan bagi aparatur Pemerintah Kabupaten
Banjar untuk bersikap secara profesional dan lebih responsif agar terwujudnya
pemerintahan yang bersih dan baik. Di bidang budaya hukum, lemahnya
penerapan nilai-nilai budaya dan kesadaran hukum masyarakat mengakibatkan
rendahnya kepatuhan masyarakat terhadap hukum. Di samping itu, kurangnya
sosialisasi peraturan pada masyarakat maupun aparatur pemerintah
menimbulkan kesalahpahaman. Akibatnya dapat menimbulkan kepercayaan
masyarakat terhadap hukum menjadi hilang sehingga berpotensi memunculkan
anarkisme. Dalam periode 2006-2010 berbagai jenis produk hukum dapat dilihat
pada tabel 2.74 berikut:
Tabel 2.74. Jumlah Produk Hukum Daerah yang dihasilkan oleh Pemerintah
Kabupaten Banjar
NO JENIS PRODUK HUKUM
DAERAH JUMLAH
2006 2007 2008 2009 2010
1 KEPUTUSAN BUPATI 800 863 737 610 NA
2 PERATURAN BUPATI 29 31 56 62 NA
3 PERATURAN DAERAH 21 17 24 16 11
Sumber: Sekretariat Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2010
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 114
Selain produk hukum sebagaimana tersebut pada tabel di atas, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar sebagai partner
Pemerintah Daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas umum pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan, juga menghasilkan beberapa produk
hukum sebagaimana tabel 2.75 berikut.
Tabel 2.75. Jumlah Surat Keputusan yang dihasilkan DPRD Kabupaten Banjar
NO JENIS SURAT KEPUTUSAN JUMLAH (SK)
2006 2007 2008 2009 2010
1 SURAT KEPUTUSAN DPRD 22 14 24 18 21
2 SURAT KEPUTUSAN PIMPINAN DPRD 3 2 8 8 3
Sumber: Sekretariat DPRD Kabupaten Banjar Tahun 2010
2.5.3.4. Status Desa
Guna mengoptimalkan pemberian pelayanan kepada masyarakat
dilakukan dengan mendekatkan pusat pelayanan kepada masyarakat.
Persoalan yang dihadapi dalam pemberian pelayanan dengan wilayah yangh
luas dan ditambah dengan distribusi penduduk yang tidak merata memerlukan
suatu strategi dan pendekatan khusus.
Dalam rangka mendekatkan pusat pelayanan dimaksud, pada periode
2005-2009 telah dilakukan beberapa kali pemekaran wilayah kecamatan. Hal ini
tidak lain dimaksudkan adalah guna meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat. Disamping pemekaran kecamatan, juga ditempuh peningkatan
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 115
status desa menjadi kelurahan serta melengkapi berbagai fasilitas desa baik
berupa pelayanan insfratruktur, pendidikan, dan kesehatan.
Diantara fasilitas yang telah dilakukan secara merata adalah meliputi
pembangunan dan rehab kantor desa serta pembangunan poskesdes di seluruh
desa dalam wilayah Kabupaten Banjar. Perkembangan jumlah kecamatan dan
desa periode 2006-2010 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. 2.76. Perkembangan Jumlah Kecamatan, Kelurahan dan Desa di
Kabupaten Banjar Tahun 2005-2009
NO TAHUN JUMLAH KECAMATAN JUMLAH DESA/KELURAHAN
1 2006 17 288
2 2007 17 288
3 2008 19 288
4 2009 19 290
5 2010 19 290
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2006-2010
2.5.3.5. Tingkat Ketergantungan
Perkembangan penduduk Kabupaten Banjar Tahun 2005 tercatat
sebanyak 464.148 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk pada tahun 2010
menunjukan angka sebanyak 506.204 jiwa, ini berarti terjadi peningkatan rata-
rata sebesar 1,8 % per tahun.
Dilihat dari aspek distribusi penduduk menurut usia terlihat
kecenderungan semakin tinggi pertumbuhan pada penduduk usia diatas 65
tahun dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk usia 0-14 tahun
pada periode 2006 – 2010 seperti terlihat pada tabel berikut:
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 116
Tabel 2.77. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur (Jiwa) Tahun 2005 – 2009
KELOMPOK USIA
2006 2007 2008 2009 2010
0-14 TAHUN 133,466 134,904 132,675 132,830 145,830
15-64 TAHUN 316,515 322,194 340,974 349,377 342,848
>65 TAHUN 15,431 16,691 15,407 15,881 18,161
JUMLAH 465,412 473,789 489,056 498,088 506,839 Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2006-2010
Berdasarkan data diatas dapat diketahui jumlah penduduk usia kerja
(PUK) dan jumlah penduduk diluar usia kerja (PDUK). PUK adalah penduduk
yang berusia 15-64 tahun sedangkan PDUK penduduk diluar usia 15 – 64.
Berdasarkan PUK dan PDUK diketahui tingkat ketergantungan penduduk
Kabupaten Banjar selama periode 2006-2010 menunjukan kecenderungan
mengalami penurunan yaitu dari 2.13 % pada tahun 2006 menjadi 2.09% pada
tahun 2010 yang berarti dua orang penduduk bekerja menanggung beban satu
orang penduduk yang tidak bekerja, lebih jelasnya disajikan pada tabel 2.90
berikut:
Tabel 2.78. Penduduk Usia Kerja (PUK), Penduduk Di luar Usia Kerja (PDUK) dan Rasio Beban/Tanggungan Penduduk Kabupaten Banjar Tahun
2006-2010 KELOMPOK USIA 2006 2007 2008 2009 2010
PUK 316,515 322,194 340,974 349,377 342,848
PDUK 148,897 151,595 148,082 148,711 163,991
PENDUDUK 465,412 473,789 489,056 498,088 506,839
RASIO BEBAN PENDUDUK 2.13 2.13 2.30 2.35 2.09
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka Tahun 2006-2010
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 117
2.6. Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi.
Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap
daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan
daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan daerah provinsi,
daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah
Pusat. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam
undang-undang.
Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.
Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
serta hak-hak tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 118
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah pada pasal 14, Jo. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 04 tahun
2008 tentang urusan wajib dan urusan pilihan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Kabupaten Banjar dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007, Pemerintah Kabupaten Banjar telah menetapkan beberapa urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Kabupaten Banjar. Tujuan peletakan
urusan dalam penyelenggaraan otonomi daerah Kabupaten Banjar adalah
upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemerataan dan keadilan
demokratisasi dan penghormatan budaya lokal dengan memerhatikan potensi
dan keragaman budaya daerah.
2.7. Perencanaan, Pengawasan dan Pengelolaan Keuangan
Pada sisi perencanaan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dimana sesuai
dengan jadwal penyusunan perencanaan secara bertahap dimulai dari
musyawarah perencanaan pembangunan tingkat desa pada bulan Januari dan
dilanjutkan rapat kerja pembangunan di tingkat kecamatan pada bulan Pebruari.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 119
Pada tahapan selanjutnya bulan Maret diselenggarakan musyawarah
perencanaan pembangunan di tingkat kabupaten.
Sebagai tindak lanjut dari tahapan yang sudah dilakukan di atas pada
bulan April sampai dengan Mei Pemerintah Kabupaten Banjar menyiapkan
Rencana Kerja Pembangunan Daerah sebagai penjabaran dari RPJMD. Pada
tahun 2006 – 2010 RPJMD ditetapkan berdasar Peraturan Daerah Nomor 16
Tahun 2006.
Dalam lingkup perencanaan ini disamping penetapan RPJMD dan RKPD
masing-masing SKPD harus menyiapkan Renstra sebagai penjabaran dari
RPJMD dan Renja SKPD sebagai penjabaran RKPD. setelah disusun RKPD
pada bulan Juni sampai dengan Juli Pemerintah Kabupaten menyusun dokumen
Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara
(PPAS). Daftar beberapa dokumen menurut jadwal waktu yang harus dipenuhi
dalam penyusunan perencanaan terlihat pada tabel 2.79 di bawah ini:
Tabel 2.79. Tabel jadwal waktu yang harus dipenuhi dalam penyusunan
perencanaan.
NO DOKUMEN JADWAL WAKTU
1 RPJMD 6 BULAN SETELAH PELANTIKAN KEPALA DAERAH
2 RENSTRA SKPD 3 BULAN SETELAH PELANTIKAN KEPALA SKPD
3 RKPD APRIL-MEI
4 KUA PPAS JUNI-JULI
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Banjar Tahun 2010
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 120
Pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Banjar dilakukan
dalam dua ranah, yaitu pengawasan internal dan eksternal. Secara internal
pengawasan tersebut dilakukan secara berjenjang oleh pejabat yang
membawahi langsung aparatur di bawahnya, serta melalui peran Inspektorat
Daerah.
Sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh beberapa pihak,
seperti DPRD Kabupaten Banjar, BPK RI, BPKP, bahkan KPK dalam ranah
tertentu. Dalam konteks pengawasan eksternal pula, publik semestinya harus
mengawasi kinerja Pemerintah Kabupaten Banjar.
Dalam upaya membuka ruang pengawasan publik, saat ini Pemerintah
Kabupaten Banjar sedang mempersiapkan keterbukaan informasi kinerja yang
bisa dipantau secara langsung oleh masyarakat melalui mekanisme hak
mendapatkan informasi, sepanjang tidak menyangkut rahasia negara dan
beberapa aspek informasi yang dikecualikan sebagaimana diatur Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Ketentuan dalam UU ini mengharuskan setiap SKPD di Pemerintah Kabupaten
memiliki Pejabat Pengelola Informasi dan Data (PPID) yang berperan untuk
melayani, sekaligus memberikan penjelasan atas permintaan dan keluhan publik
pada layanan SKPD yang bersangkutan.
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 121
Selain itu dalam upaya untuk meningkatkan akuntabilitas kepada
masyarakat dalam kerangka sistem pengawasan, Pemerintah telah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Pelaksanaan PP ini mesti diaplikasikan
dengan baik dan praktis, sehingga publik dapat mengetahui apa, bagaimana
dan kapan program-program kerja Pemerintah Kabupaten Banjar yang
direpresentasikan dari akuntabilitas kinerja setiap SKPD yang ada.
Pengelolaan keuangan daerah secara kelembagaan pada tahun 2005 –
2008 di dalam koordinasi Bagian Keuangan yang berada di bawah Sekertaris
Daerah. Dalam rangka peningkatan pembinaan, seiring dengan kewenangan
yang dilimpahkan dan kompleksnya penanganan masalah pengelolaan
keuangan sehingga diperlukan peningkatan status kelembagaan dengan
menggabungkan Bagian Keuangan, Bagian Perbekalan dan Peralatan serta
Dinas Pendapatan menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD).
Persoalan mendasar pengelolaan keuangan daerah ini adalah masih
terbatasnya sumber-sumber penerimaan khususnya pendapatan asli daerah
sehingga diperlukan upaya lebih keras dan kreatif dalam rangka meningkatkan
pendapataan asli daerah dimaksud. Sementara itu dari sisi belanja besaran
dana yang terserap pada belanja tidak langsung memerlukan suatu perhatian
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 122
khusus dalam pengalokasian belanja langsung yang berkaitan dengan
kepentingan publik.
2.8. Lokasi Perkantoran
Dalam sejarah keberadaan Kabupaten Banjar, pada tahun 2000 dengan
dibentuknya Banjarbaru sebagai kota maka resmi adanya pemisahan antara
daerah Kabupaten Banjar sebagai kabupaten induk dengan Banjarbaru sebagai
kota daerah pemekaran. Beberapa implikasi dari pemisahan ini masih
menyisakan beberapa persoalan yang hingga kini belum dilakukan penyelesaian
proses khususnya mengenai perkantoran, masih terdapat beberapa SKPD
Kabupaten Banjar yang berada di daerah Kota Banjarbaru.
Persoalan di atas memerlukan perhatian khusus mengingat untuk
penyelesaiannya memerlukan penyediaan lokasi baru dan pendanaan yang
cukup tidak sedikit. Guna menyikapi hal ini pada periode RPJM selanjutnya perlu
dilakukan langkah-langkah relokasi kantor-kantor pemerintahan yang masih
berada di Kota Banjarabaru ke dalam lokasi baru di Kabupaten Banjar. Berikut
jumlah dan nama SKPD yang perlu dilakukan relokasi sebagaimana tabel 2.92.
Tabel. 2.80. Tabel daftar SKPD yang perlu di relokasi
NO NAMA SKPD
1 DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN
2 DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
3 DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
4 PDAM INTAN BANJAR KABUPATEN BANJAR
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Banjar Tahun 2010
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
II- 123
2.9. Kepegawaian Daerah
Menciptakan sumber daya aparatur yang berkualitas menjadi satu
keharusan guna meningkatkan pelayanan pada masyarakat. Secara terstruktur
jumlah pegawai negeri sipil yang ada di Kabupaten Banjar menunjukkan
kecenderungan tingkat pendidikan PNS mengarah ke kualitas jenjang
pendidikan tinggi. Searah dengan perkembangan dimaksud, peningkatan
kualitas pendidikan aparatur berpengaruh terhadap peningkatan pelayanan
publik. Sesuai dengan struktur kepegawaian yang ideal adalah berbentuk
pyramid. Dalam kondisi ini jumlah pegawai golongan yang lebih rendah lebih
banyak sehingga dapat dilakukan pola pelaksanaan kegiatan secara terkendali.
Perkembangan terakhir sebagai akibat dari peningkatan pendidikan PNS
ternyata struktur menurut golongan lebih banyak kepada golongan yang lebih
tinggi yaitu golongan III dan golongan IV. Hal ini secara tidak langsung
berpengaruh kepada teknis pelaksanaan kegiatan yang dirasakan pada
sebagian besar SKPD yang mengalami kekurangan unsur staf. Struktur
ketimpangan golongan dimaksud tercermin pada tabel 2.81 di bawah ini.
Tabel 2.81. Jumlah Pegawai Negeri Sipil menurut Golongan
NO Golongan 2006 2007 2008 2009 2010
1 IV 161 162 152 152 200
2 III 1,166 1,441 1,325 1,325 1,234
3 II 330 541 463 503 584
4 I 5 52 62 62 97
TOTAL 1,662 2,196 2,002 2,042 2,115
Sumber: Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Banjar
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-1
BAB III
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
3.1 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah
Dalam penerapan rencana pembangunan daerah, biasanya timbul permasalahan
karena adanya “gap expectation” antara Kinerja pembangunan yang dicapai saat ini
dengan pembangunan yang direncanakan direncanakan (RTRW, RPJM, atau RPJP).
Adanya gap ini juga terjadi karena adanya perbedaan antara target pembangunan yang
ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi riil daerah saat dokumen rencana sedang
disusun. Permasalahan pembangunan daerah ini harus diindetifikasi sehingga dapat
dicari solusinya, dalam rangka menyelenggarakan pembangunan yang berkelanjutan.
Permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan (potensi
daerah) yang belum dimanfaatkan secara optimal, kelemahan yang belum dapat diatasi,
peluang yang belum dapat dimanfaatkan serta ancaman dari luar daerah yang tidak
diantisipasi. Dalam rangka penyusunan RPJP Kabupaten Banjar, perlu diidentifikasi
terlebih dahulu permasalahan pembangunan daerah agar rencana pembangunan yang
disusun dapat meminimalkan atau menyelesaikan masalah tersebut dengan tepat.
Dengan teridentifikasinya permasalahan pembangunan daerah diharapkan teridentifikasi
pula berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan kinerja pembangunan
daerah dimasa lalu, terutama yang berkaitan dengan wewenang dan tanggung jawab
pemerintah daerah.
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-2
Perumusan permasalahan pembangunan pada penyelenggaraan urusan wajib
pemerintah daerah dilakukan dengan memperhatikan capaian indikator Kinerja
pembangunan tiap penyelenggaraan urusan pemerintah. Rumusan permasalahan
pembangunan ini menjadi dasar penyusunan program prioritas pembangunan daerah
Kabupaten Banjar dalam jangka waktu 20 tahun mendatang.
Penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien merupakan dampak
penerapan konsep desentralisasi. Di Indonesia, desentralisasi mulai dilaksanakan sejak
tahun 1999 dengan diberlakukannya UU No.22 Tahun 1999 yang kemudian
disempurnakan dengan UU No. 32 Tahun 2007 Tentang Pemerintahan Daerah. Menurut
UU N0. 32 Tahun 2007, desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemberlakuan desentralisasi berarti
adanya pembagian urusan dan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. Terkait hal ini, urusan
pemerintah daerah otonom terbagi atas 2, yaitu urusan wajib dan urusan pilihan.
3.1.1 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah Terkait Urusan Wajib
Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar.
Urusan wajib, menurut Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, adalah
urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi
dan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Berkaitan dengan pelayanan dasar (basic
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-3
need) masyarakat didaerah tersebut. Urusan pemerintah daerah yang bersifat wajib
meliputi 26 urusan. Permasalahan pembangunan terkait urusan wajib pada dasarnya
disebabkan karena pemerintah daerah kurang optimal dalam penyediaan dan
pengelolaan pelayanan dasar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Identifikasi
permasalahan pembangunan daerah terkait urusan wajib Pemerintah Daerah
Kabupaten Banjar dijabarkan berikut ini.
1. Bidang Pendidikan
Dalam rangka peningkatan pembangunan masyarakat di Kabupaten Banjar, salah
satu sektor yang harus diperhatikan adalah sektor pendidikan, melalui indikator angka
melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan
yang ditamatkan, angka partisipasi murni, rasio guru, cakupan layanan pendidikan,
sarana prasarana pendidikan dan Iain-lain, dapat terlihat upaya perbaikan yang dilakukan
dalam urusan pendidikan ini. Besarnya porsi anggaran yang disiapkan dalam
meningkatkan pembangunan manusia melalui pendidikan, terutama perbaikan kuantitas
dan kualitas pendidikan dasar diharapkan dapat memperkuat terwujudnya sumber daya
manusia berkualitas dan berdaya saing.
Permasalahan: Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sektor pendidikan di
Kabupaten Banjar pada tahun 2009/2010 mengalami perbaikan dan peningkatan dalam
upaya pembangunan sumber daya manusia, tetapi masih perlu dilakukan peningkatan
untuk mencapai/melampaui standar nasional. Beberapa permasalahan pembangunan
pada bidang pendidikan di Kabupaten Banjar adalah :
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-4
Rata-rata lama sekolah hingga akhir tahun 2010 belum ada peningkatan yang
cukup berarti yaitu 7,25 tahun, dengan kata lain penduduk hanya mampu sekolah
pada tingkat SMP sederajat dari tahun 2006-2010. Berdasarkan kondisi ini dengan
melihat rata-rata lama sekolah, penduduk Kabupaten Banjar belum dapat
menuntaskan pendidikan dasar 9 tahun hingga akhir 2010 sebagaimana di
amanatkan undang-undang sikdiknas pendidikan dasar wajib yang harus
ditamatkan anak usia sekolah minimal 9 tahun.
Belum memadainya kualitas dan kuantitas sarana prasarana pendidikan.
Masih rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan serat
tingginya angka putus sekolah terutama pada wilayah pedesaan.
Masih rendahnya akses masyarakat kepada Iayanan pendidikan.
2. Kesehatan
Berbagai usaha dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat, salah satunya dengan penyediaan sarana dan
prasarana yang memadai. Sarana prasarana tersebut meliputi rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu (pustu), pos kesehatan desa (poskesdes) maupun mitra pelayanan
kesehatan di tjngkat desa terus ditingkatkan keberadaan dan kualitasnya agar tetap dapat
berfungsi dengan baik sebagai penunjang kesehatan masyarakat.
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-5
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai kinerja pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan adalah angka harapan hidup. Bila dilihat dari data, angka
harapan hidup masyarakat di Kabupaten Banjar mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun, namun peningkatan ini belum mencapai standar yang telah ditetapkan di
Indonesia. Untuk meningkatkan angka harapan hidup ini, Pemda Kabupaten Banjar perlu
meningkatkan pelaksanaan program pembangunan kesehatan, pembangunan sosial
serta pemberantasan kemiskinan. Program ini mencakup sosialisasi tentang tingkat
kecukupan gizi dan kalori, pola hidup sehat dan kesehatan lingkungan.
Permasalahan:
Masih rendahnya Usia Harapan Hidup (UHH) di Kabupaten Banjar
Kurangnya jumlah rasio ketersediaan Pustu dan Puskesmas terhadap jumlah
penduduk.
Rasio tenaga medis dan non medis terhadap pelayanan kesehatan masih kurang
Perlunya peningkatan penangan gizi buruk
3. Pekerjaan Umum
Jaringan jalan yang baik, memiliki keterkaitan yang erat dengan pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah dan kondisi sosial budaya dalam kehidupan masyarakat. Indikator
yang digunakan untuk menghitung tingkat keberhasilan penanganan infrastruktur jalan,
adalah meningkatnya tingkat kualitas dan kondisi jalan. Panjang jalan kabupaten hingga
tahun 2010 dari 747,58 Km Jalan Kabupaten sebesar 232,26 Km dalam kondisi baik,
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-6
124,05 Km dalam keadaan sedang, 221,62 Km dalam keadaan rusak dan 169,65 Km
dalam keadaan rusak berat.. Hal ini perlu ditingkatkan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Banjar untuk meningkatkan akses, pertumbuhan wilayah serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Selain jalan, infrastruktur yang sangat diperlukan untuk peningkatan produksi
pertanian khususnya produksi beras adalah jaringan irigasi. Jaringan irigasi diperlukan
untuk pengaturan air, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan
penggunaannya. Rehabilitasi saluran irigasi tahun 2009 sepanjang 33.281 meter. Belum
terorganisirnya jaringan saluran irigasi merupakan masalah yang perlu diperhatikan
mengingat sebagian besar masyarakat bergerak di bidang pertanian. Panjang jaringan
irigasi tidak sebanding dengan pertambahan kebutuhan penduduk akan ketersediaan
beras. Kuantitas dan kualitas jaringan irigasi perlu diperhatikan dalam rangka
mewujudkan ketahanan (swasembada) pangan, terutama beras di Kabupaten Banjar.
Permasalahan:
Masih tingginya angka kerusakan jaringan jalan di Kabupaten Banjar perlu
mendapat perhatian untuk meningkatkan pertumbuhan wilayah dan kesejahteraan
masyarakat.
Belum optimalnya fungsi jaringan irigasi.
4. Perumahan Rakvat
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-7
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian beserta fasilitas penunjangnya. Perbaikan sarana
dan prasarana dasar pemukiman perlu diupayakan secara berkelanjutan melalui berbagai
program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka pencapaian
MDG's. Persentase kawasan permukiman yang layak huni di Kabupaten Banjar masih
belum terorganisir dengan baik oleh SKPD terkait. Kondisi layak huni yang dimaksud
dalam hal ini adalah memenuhi standar dan kriteria perencanaan perumahan di
lingkungan perkotaan, yaitu SNI 03-1733-2004. Beberapa indikator untuk menyatakan
kelayakaan hunian sebuah rumah adalah adanya akses air bersih dan sistem sanitasi.
Rumah tinggal yang telah memiliki sanitasi di Kabupaten Banjar, 76,74% rumah di
kabupaten Banjar sudah layak huni, dengan indicator akses terhadap air bersih dan
sanitasi yang baik ,meskipun demikian masih ada sebagian masyarakat yang belum
memiliki akses air bersih dan masih memanfaatkan sungai untuk keperluan sehari-hari. ini
merupakan pencapaian yang cukup baik, karena hampir seluruh rumah tinggal di
Kabupaten Banjar dilayani oleh jaringan utilitas.
Permasalahan :
Belum optimalnya penataan kawasan permukiman di Kabupaten Banjar.
Masih rendahnya kualitas dan kuantitas perumahan dan kawasan permukiman
5. Penataan Ruang
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-8
Penataan ruang adalah proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian
ruang dalam rangka menciptakan keterpaduan serta keseimbangan antara pemanfaatan
sumber daya yang efisien dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ketersediaan
ruang terbuka hijau (RTH) di suatu kawasan, merupakan hal yang perlu diperhatikan
dalam rangka menyeimbangkan penggunaan ruang perkotaan dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
diatur bahwa suatu kawasan harus memiliki RTH minimal 30% dari total luas wilayahnya,
dimana 20% berupa RTH publik dan 10% berupa RTH private.
Perlu dilakukan penegasan ketersediaan RTH sehingga , karena RTH merupakan
faktor yang berperan penting bagi perkembangan kawasan dan kesejahteraan
masyarakat. RTH memiliki dua fungsi, yaitu fungsi ekologis dan fungsi sosial-ekonomi.
Fungsi ekologis RTH adalah meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir,
mengurangi polusi udara dan mengatur iklim mikro di kawasan tersebut. Fungsi sosial-
ekonomi RTH adalah sebagai ruang interaksi sosial, sebagai sarana rekreasi serta
sebagai lambang (landmark) suatu kawasan.
Kawasan lindung yang terdapat di Kabupaten Banjar adalah kawasan yang
ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup
sumber alam, sumber daya buatan guna pembangunan berkelanjutan mengacu pada
Keppres Nomor 57 tahun 1989, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Kawasan
Lindung yang ditetapkan terdiri dari tiga sub kawasan utama yaitu:
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-9
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya yang
terdiri dari:
Kawasan Hutan Lindung
Kawasan Bergambut
b. Kawasan perlindungan setempat, terdiri dari:
Sempadan Sungai
Kawasan Sekitar Danau/Waduk
c. Kawasan suaka alam dan cagar alam terdiri:
Taman Hutan Raya
Kawasan Cagar Alam
Adapun sebaran daripada Kawasan Lindung adalah sebagai berikut :
a. Kawasan Hutan Lindung yang meliputi Kawasan Hutan Lindung yang berada di
Kecamatan Aranio, Simpang Empat, Pengaron,dan Sungai Pinang.
b. Kawasan Bergambut berada di sebelah Utara yaitu di Kecamatan Simpang Empat
dan Astambul serta Mataraman.
c. Sempadan Sungai terdapat di Sepanjang Sungai , terutama sungai- sungai besar
yaitu Martapura, Riam Kanan dan Riam Kiwa selain itu terdapat sungai-sungai lain
yaitu: Mangkaok, Paluangan, Hanjawa dan Maluka. Padasungai-sungai besar
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dari sisi kanan dan kiri sungai,
sedangkan pada anak sungai sekurang-kurangnya 50 meter disisi kanan dan kiri
sungai. Kawasan sekitar Danau atau Waduk terdapat Waduk Riam Kanan di
Kecamatan Aranio dengan lebar yang proporsional dengan kondisi fisik
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-10
danau/waduk antara 50–100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat dan
tangkapan air hujan di sekitar waduk terdapat di Kecamatan Aranio dan Pengaron
sepanjang Sungai Riam Kanan dan Riam Kiwa. Kawasan Suaka Alam yaitu
berupa Kawasan Taman Hutan Raya yang terdapat di sekitar Waduk Riam Kanan
(Kecamatan Aranio). Sedangkan Kawasan Cagar Alam terdapat di Kecamatan
Gambut.
Perizinan merupakan salah satu proses pengendalian penataan ruang. Dengan
mengeluarkan izin mendirikan bangunan (IMB), pemerintah mengontrol jumlah dan lokasi
bangunan sehingga sesuai dengan arahan RTRW. Jumlah izin mendirikan bangunan
(IMB) di Kabupaten Banjar pada tahun 2010 terdiri dari Rumah tinggal (non kompleks
perumahan) 68 izin, rumah kompleks perumahan 4.680 izin, kantor 11 izin, took/ruko 161
izin, hal ini perlu diperhatikan dalam rangka mewujudkan penataan ruang yang efektif dan
efisien.
Permasalahan :
Tingginya perubahan guna lahan di kawasan hulu.
Belum terwujudnya kawasan-kawasan strategis di Kabupaten Banjar
Belum optimalnya peraturan kawasan strategis
6. Perencanaan Pembangunan Perencanaan pembangunan pada suatu wilayah didokumentasikan melalui buku-
buku rencana yang disusun secara bertahap. Buku-buku rencana tersebut terdiri dari
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-11
RPJP, RPJM, Renstra SKPD, RKPD dan Renja SKPD. Setelah disusun dan disetujui oleh
para pemangku kepentingan, buku rencana ini kemudian ditetapkan (dilegalisasi) menjadi
Peraturan Daerah atau Peraturan/Keputusan Kepala Daerah. Peraturan ini menjadi
sarana publikasi dan sosialisasi bagi pemerintah daerah sehingga masyarakat dan pihak
swasta mengetahui dan dapat berpartisipasi mengimplementasikan rencana
pembangunan daerah tersebut.
Pada tahun 2010, Kabupaten Banjar belum memiliki RPJP yang telah dilegalisasi.
Namun Pemerintah Kabupaten Banjar telah melegalisasi RPJM dan RKPD. Hal ini dapat
menyebabkan masyarakat dan sektor swasta tidak dapat berpartisipasi dalam rangka
menyelaraskan program-program jangka pendek menengah dengan tujuan jangka
panjang pembangunan daerah Kabupaten Banjar.
Permasalahan :
Tidak tersedianya Dokumen RPJP yang telah diiegalisasi.
Tidak ada pusat data untuk mendukung keberlanjutan pembangunan dan
penyusunan dokumen.
Belum tersinerginya perencanaan pembangunan daerah antar sektor
7. Perhubungan Baiknya pelayanan pemerintah daerah pada sektor perhubungan dapat
meningkatkan aksesibilitas masyarakat, mengurangi resiko kecelakaan dan mengurangi
kemacetan di daerah tersebut.
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-12
Pada tahun 2010 rasio panjang jalan per jumlah kendaraan baru mencapai 1 : 134.
Hal ini berarti belum terpenuhinya rasio panjang jalan per jumlah kendaraan Ideal dalam
mengimbangi pertambahan kendaran tiap tahunnya. Ketidakseimbangan ini
menyebabkan kemacetan lalu lintas dan peningkatan potensi kecelakaan, yang dapat
berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Banjar.
Permasalahan :
Terbatasnya sarana transportasi wilayah
Rendahnya rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan di Kabupaten Banjar.
Rendahnya kualitas pelayanan angkutan umum masal sebagai moda utama
pergerakan masyarakat
Masih kurang fasilitas trasnfortasi pedesaan
Rendahnya kualitas dan kuantitas prasarana fasilitas keselamatan jalan
Ketersediaan terminal yang masih kurang memadai.
8. Lingkungan Hidup Salah satu tu]uan dilaksanakannya penataan ruang perkotaan adalah untuk
meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam rangka peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Menurut hasil analisis, pada tahun 2009 sampah yang telah ditangani di
Kabupaten Banjar hanya 71,06%. Hal ini berarti 28,04% sampah yang dihasilkan masih
menumpuk atau tidak ditangani dengan baik. Angka ini menunjukkan tingginya
ketidakseimbangan lingkungan hidup di Kabupaten Banjar, yang dapat menyebabkan
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-13
berbagai bencana, seperti banjir, penularan penyakit melalui sampah kepada manusia
dan hewan, dan sebagainya. Rendahnya tingkat penanganan sampah di Kabupaten
Banjar disebabkan oleh kurang tersedianya tempat pembuangan sampah sementara
(TPSS) dan akhir (TPSA), sehingga sebagian besar masyarakat membuang sampahnya
secara sembarangan. Masyarakat dan pemerintah daerah harus bekerja sama guna
meningkatkan penangan sampah agar terjadinya bencana tersebut dapat dihindari atau
diminimalisasi.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam aspek lingkungan hidup adalah pengedalian
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup antara lain disebabkan karena pengelolaan
lingkungan tidak dilakukan dengan baik dan benar. Berbagai peraturan dan perundangan
di bidang lingkungan hidup mensyaratkan ketentuan teknis dan administrasi yang harus
ditaati oleh seluruh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan.
Pencemaran udara yang terjadi di Kabupaten Banjar lebih banyak disebabkan oleh
pemakaian bahan bakar oleh kendaraan yang bergerak. Sektor transportasi merupakan
sumber utama pencemaran udara yang dominan khususnya kendaraan bermotor untuk
transportasi darat. Untuk itulah diperlukan pengkajian agar parameter kebisingan rata-rata
tidak melebihi dari standar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah (Peraturan Gubernur
Kalimantan Selatan Nomor 53 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Udara Ambien dan Baku
Mutu Tingkat Kebisingan). Selain itu untuk kualitas air agar tidak melebihi ambang baku
mutu untuk TSS, BOD5, COD, Fenol dan Minyak/Lemak, raksa, Ecoli dan colifien.
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-14
Dengan demikian, maka selain pembinaan dan pengawasan yang dilakukan
kepada penanggung jawab usaha/kegiatan di wilayah Kabupaten Banjar juga diperlukan
koordinasi dengan SKPD yang menangani sektor usaha/kegiatan terkait, pemerintah
kabupaten/kota lain, pemerintah provinsi, dan pemerintah dalam pengendalian
pencemaran air khususnya, dan pengendalian pencemaran lingkungan umumnya.
Permasalahan :
Masih rendahnya kualitas air sungai
Masih rendahnya kualitas udara ambient
Masih rendahnya penataan terhadap peraturan perundangan di bidang lingkungan
hidup
Masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan dan perlindungan
lingkungan.
Tingginya jumlah sampah yang belum dapat ditangani.
Kurangnya peran serta masyarakat untuk mengelola sampah lingkungannya
sebelum dibuang ke TPSS atau TPSA.
Kurang tersedianya TPSS dan TPSA yang memadai.
Belum optimalnya pengelolaan dan rehabilitasi pemanfaatan ex lahan tambang
Belum adanya peraturan yang mengingkat dalam pengelolaan alih fungsi lahan
dan kawasan
9. Pertanahan
Identifikasi masalah pada bidang pertanahan bertujuan untuk mengetahui tertib
administrasi lahan sebagal kepastian dalam kepemilikan lahan. Semakin besar
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-15
persentase luas lahan bersertifikat menggambarkan semakin besar tingkat ketertiban
administrasi kepemilikan lahan di suatu daerah. Kabupaten Banjar belum memiliki data
tentang pertanahan, berupa data administrasi kepemilikan lahan di wilayahnya.
10. Kependudukan dan Catatan Sipil
Jumlah penduduk di Kabupaten Banjar pada tahun 2009 meningkat dari 498.088
jiwa menjadi 506.839 jiwa tahun 2010. Dalam menilai tertib administrasi kependudukan di
Kabupaten Banjar, indikator yang dapat digunakan adalah persentase penduduk yang
telah memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebesar 6,62% dan persentase kepemilikan
akte kelahiran sebesar 2,62%. Kepemilikan KTP menunjukkan bahwa penduduk tersebut
telah terdaftar sebagai penduduk di suatu wilayah administrasi. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tingkat tertib administrasi kependudukan dan catatan sipil Kabupaten
Banjar masih perlu peningkatan sehingga seluruh penduduk yang tinggal di Kabupaten
Banjar terdaftar.
Permasalahan :
Rendahnya dukungan teknologi informasi (IT) dalam pencatatan kependudukan
Akses dan keterjangkauan masyarakat miskin terhadap akta kelahiran dan
identitas penduduk
11. Pemberdavaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Pemberdayaan perempuan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kesetaraan
dan keadilan gender dalam pembangunan. Perlindungan anak diarahkan untuk
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-16
mewujudkan suatu kondisi yang menjamin hak dan tumbuh-kembang anak Pada tahun
2010, persentase partisipasi perempuan di DPRD pemerintah di Kabupaten Banjar masih
sangat kecil, yaitu sebesar 20%. Pemahaman akan konsep kesetaraan dan keadilan
gender masih sangat terbatas, sehingga berpengaruh pula dalam pengitegrasian konsep
ini kedalam program pembangunan yang akan dilaksanakan. Terkait dengan persoalan
ini, ke depan tentu saja perlunya suatu program guna meningkatkan kualitas hidup
perempuan melalui komunikasi dan informasi serta edukasi terhadap peningkatan kualitas
hidup perempuan. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya perlindungan perempuan dari
tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.
Permasalahan :
Rendahnya partisipasi perempuan dalam proses politik, pemerintahan dan dunia
usaha
Penanganan dan Penyelesaian KDRT yang belum optimal
Belum optimalnya perlindungan dan penanganan terhadap anak terlantar
12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Program keluarga berencana (KB) yang digalakkan secara nasional menganjurkan
setiap keluarga memiliki 2 (dua) orang anak. Pada tahun 2006-2009, setiap keluarga di
Kabupaten Bandjar rata-rata berjumlah 2-3 orang anak. Dengan demikian, Kabupaten
Banjar dinilai berhasil membantu mensukseskan program yang digalakkan secara
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-17
nasional, yaitu program KB. Namun agar program ini dapat berlangsung secara
berkelanjutan, program penyuluhan KB hingga ke desa-desa harus semakin digiatkan.
13. Sosial
Indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi sosial di Kabupaten Banjar
adalah rasio jumlah ibadah dengan jumlah pemeluknya. Berdasarkan standar nasional
yang telah ditetapkan, yaitu SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan bahwa 1 masjid berfungsi untuk melayani 2.500
penduduk. Pada tahun 2009, rasio masjid per jumlah pemeluk agama di Kabupaten
Banjar adalah 1 : 492. Dengan demikian, jumlah masjid yang terdapat di Kabupaten
Banjar telah cukup untuk melayani penduduknya. Selain jumlah tempat ibadah, hal yang
perlu diperhatikan juga terkait kondisi sosial adalah toleransi dan kerukunan antar umat
beragama di Kabupaten Banjar sehingga tercipta kondisi yang aman dan nyaman dalam
berlbadah.
Permasalahan :
Perhatian terhadap budaya lokal makin berkurang
Moral dan etika generasi muda semakin terkikis oleh budaya luar
14. Ketenagakerjaan
Berdasarkan tingkat pendidikan para pencari kerja, bahwa sebanyak 152 orang
atau sebesar 3, 70 % yang berpendidikan SD, 202 orang (4,9 %) berpendidikan SMP,
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-18
1793 orang (42,32%) berpendidikan SMA, 603 orang ( 14,68 %) berpendidikan D III dan
sebesar 1359 orang (33,07%) berpendidikan S1. Jika dilihat dari tingkat pendidikan para
pencari kerja memperlihatkan bahwa kualitas pendidikan dari para pencari kerja di
Kabupaten Banjar cukup baik. Untuk jenis kelamin sebanyak 2.128 orang berjenis kelamin
laki laki dan 1981 orang berjenis kelamin perempuan.
Permasalahan: Sebagian besar permasalahan dalam urusan ketenagakerjaan, berkaitan
dengan jenjang pendidikan serta miss match antara lulusan dan permintaan tenaga kerja.
Secara umum, dapat tergambarkan permasalahannya sebagai berikut
Rendahnya Tingkat partisipasi angkatan keija.
Rendahnya kualitas (terkait pendidikan) masyarakat di Kabupaten Banjar sehingga
dinilai kurang mampu bersaing dengan masyarakat yang berasal dari luar
Kabupaten Banjar untuk memperoleh pekerjaan.
15. Koperasi dan UKM Koperasi sebagai salah satu lembaga perekonomian diharapkan sebagai
penggerak roda ekonomi di suatu wilayah dan meningkatkan kesejahteraan anggota.
Peran koperasi sangat penting untuk peningkatan potensi usaha kecil yang dimiliki oleh
masyarakat lokal, penyedia informasi serta sebagai lembaga distribusi dan pemasaran.
Data koperasi dan UMKM menunjukkan bahwa keberadaan koperasi yang aktif pada
Tahun 2006 adalah sebanyak 89 buah dan tahun 2010 menjadi 107 buah.
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-19
Sebagian besar berupa koperasi simpan pinjam Jumlah ini dinilai sangat kurang
untuk menggerakkan roda ekonomi serta melayani kebutuhan masyarakat Kabupaten
Banjar. Keberadaan koperasi ini perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah, karena dapat
meningkatkan jumlah UKM yang berarti meningkatnya kesejahteraan masyarat
Kabupaten Banjar. Disamping itu, perlu juga dikembangkan lembaga ekonomi produktif
baik yang syari'ah maupun konvensional dalam rangka mendukung perekonomian di
Kabupaten Banjar.
Permasalahan :
Masih kurangnya jumlah koperasi yang aktif untuk melayani masyarakat
Kabupaten Banjar.
Keterbatasan modal pada pelaku UMKM
Kualitas produk UMKM masih kalah bersaing dengan produk luar
Terbatasnya jaringan pemasaran
16. Penanaman Modal
Investasi (penanaman modal) memberikan dampak positif bagi pertumbuhan suatu
wilayah dan kesejahteraan penduduk. Kabupaten Banjar dengan mempunyai trend
pertumbuhan investasi yang terus meningkat dimana pada tahun 2005 nilai realisasi
investasi sebesar Rp 547,393,540,000 meningkat menjadi Rp 842,385.000.000 pada
tahun 2010. Rata-rata pertumbuhan investasi selama lima tahun setiap tahunnya sebesar
8,89%. Hal ini memperlihatkan bahwa Kabupaten Banjar masih merupakan daerah yang
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-20
cukup menjanjikan bagi investor. Oleh karena itu kebijakan pembangunan perekonomian
Kabupaten Banjar hendaknya dapat memacu pertumbuhan investasi tersebut dengan
membuat regulasi dan pra kondisi yang dapat memancing masuknya investasi.
Untuk meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya di
Kabupaten Banjar, pemerintah daerah perlu melakukan promosi tentang potensi
daerahnya serta kemudahan-kemudahan yang akan diberikan kepada investor.
Peningkatan jumlah investor dan nilai investasi berarti peningkatan aktivitas ekonomi di
wilayah Kabupaten Banjar, yang dapat berdampak pada peningkatan daya serap
lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Banjar.
17. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan daerah yang harus dijaga dan
dilestarikan. Kebudayaan juga merupakan sarana promosi yang dapat meningkatkan
pendapatan daerah dari sektor pariwisata. Kebudayaan menjadi identitas suatu daerah.
Bagian terbesar penduduk yang ada di Kabupaten Banjar adalah etnis Banjar, serta etnis
Dayak. Perkembangan kebudayaan dimaksud sangat ditentukan oleh interaksi tiga pilar
utama yaitu: 1). nilai-nilai seni budaya yang berlaku di masyarakat; 2). kegiatan yang
dilakukan oleh pemangku seni budaya atau tokoh adat; dan 3). peran pemerintah daerah.
Terbentuknya Lembaga Adat dan Kekerabatan Kesultanan Banjar (LAKKB) menjadi pilar
keempat guna membangun interaksi seni budaya Banjar.
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-21
Pelestarian nilai-nilai budaya sangat perlu dilakukan secara terintegrasi, tidak
hanya melalui pagelaran seni, festival tari dan pertunjukan seni budaya lainnya, namun
perlu dipadukan dengan bidang lainnya melalui kurikulum pendidikan, literatur atau buku
yang menjadi rujukkan budaya Banjar sehingga pelestarian dan pengembangan seni
budaya ini dapat berlangsung secara baik dan berakar di masyarakat. Pembangunan
bidang kebudayaan ini diharapkan dapat menjadi satu kekuatan di masyarakat luas dalam
pelestarian nilai-nilai luhur dalam perilaku kehidupan masyarakat dan menjadi satu modal
kekuatan pembangunan.
Permasalahan :
Pelestarian budaya lokal yang belum optimal
Terjadinya degradasi nilai-nilai budaya lokal
18. Kepemudaan dan Olahraga
Jumlah organisasi pemuda menggambarkan kapasitas pemerintah daerah dalam
mendorong dan memberdayakan masyarakat untuk berperan serta dalam menyalurkan
aspirasi dan kemampuannya dalam penyelenggaraan pembangunan. Organisasi pemuda
yang dimaksud pada bagian ini adalah binaan pemerintah dan bertujuan untuk
mendukung pembangunan daerah. Sementara itu di bidang olahraga masih perlu
peningkatan kesadaran berolahraga dikalangan masyarakat luas, perlunya peningkatan
pembibitan di bidang olahraga guna penemuan bibit berprestasi serta membudayakan
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-22
olahraga di masyarakat. Permasalahan yang dihadapi adalah masih kurangnya
kemandirian sosial dan ekonomi pemuda kurangnya pembibitan olahraga yang berakibat
pada minimnya prestasi. Upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar dilihat dengan
Pembangunan Gedung Olah Raga dimana pada tahun 2006 gedung olah raga sebanyak
15 buah meningkat menjadi 18 buah pada tahun 2009 dengan jumlah 27 klub olahraga.
Jumlah organisasi olahraga menggambarkan kapasitas pemerintah daerah dalam
meningkatkan kualitas kesehatan, kemampuan berkompetisi secara sehat dan
kemampuan bekerja sama masyarakat dan meningkatkan peran masyarakat dalam
pembangunan daerah pada bidang olah raga. Jumlah organisasi kepemudaan dan olah
raga di Kabupaten Banjar masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan jumlah
penduduknya. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu mendorong para pemuda/i di
Kabupaten Banjar agar lebih aktif terlibat dalam organisasi kepemudaan dan olah raga di
wilayahnya.
Permasalahan :
Masih rendahnya pemberdayaan kepemudaaan dalam proses pembangunan
Masih rendahnya tingkat kewirausahaan pemuda
Masih rendahnya prestasi olahraga di Kabupaten Banjar
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-23
19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Bidang kesatuan bangsa dan politik dalam negeri menitikberatkan pada kegiatan
pembinaan terhadap LSM, Organisasi Masyarakat, OKP serta kegiatan pembinaan politik
daerah. Pengetahuan politik masyarakat yang mulai meningkat seringkali tidak diimbangi
dengan wawasan kebangsaan yang sesuai dengan nilai dan norma sehingga perlu
dilakukan peningkatan dan optimalisasi dalam hal pembinaan.
Jumlah Satpol PP yang dimiliki oleh Pemerintah kabupaten Banjar pada Tahun
2010 sebesar 26 orang. Jumlah ini menurun dibandingkan pada tahun 2006 sejumlah 27
orang. Untuk petugas Linmas mengalami peningkatan yang cukup pesat dari 17 orang
pada tahun 2006 menjadi 72 orang pada tahun 2010.
Permasalahan :
Masih rendahnya jumlah Polisi Pamong praja dalam memelihara dan
menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan-
peraturan yang telah ditetapkan.
Masih rendahnya Jumlah Linmas untuk memelihara ketentraman/ ketertiban
masyarakat, serta mengkondisikan lingkungan yang kondusif dan demokratif
(untuk setiap 10.000 jiwa penduduk Kabupaten Banjar pada tahun 2010 tersedia
jumlah Linmas sebanyak 72 orang)
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-24
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum. Administrasi Keuanaan Daerah. Perangkat Daerah dan Kepegawaian
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Banjar tahun 2010 mencapai 4,91 %
dengan laju inflasi sebesar 8.71%. Peningkatan LPE Kabupaten Banjar hampir seirama
dengan peningkatan LPE Nasional yaitu 6.1 %. Hal ini berarti kinerja Pemerintah
Kabupaten Banjar dalam mengontrol tingkat inflasi msih perlu ditingkatkan.
Jika dilihat dari pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi di PDRB (9 sektor),
sektor industri pengolahan mengalami pertumbuhan yang paling besar dibanding sektor
ekonomi lainnya, yaitu mencapai 8.95 %. Sektor ekonomi lainnya yang juga mengalami
pertumbuhan cukup besar adalah sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor
pertambangan dan penggalian, serta sektor pertanian. PDRB per kapita berdasarkan
harga berlaku tumbuh sebesar 11.67 % yaitu dari Rp 12.344.830,00 menjadi Rp
13.785.208,00 di tahun 2010. PDB Nasional per kapita atas harga berlaku , yaitu
Rp27.100,000,00. Bila dibandingkan dengan PDB Nasional, PDRB per kapita masih
tergolong rendah. Berdasarkan hasil analisis, 3,34 % penduduk di Kabupaten Banjar
masih tergolong miskin. Berkaitan dengan perekonomian, proses perijinan serta retribusi
yang diatur daerah menentukan perbaikan iklim usaha dan investasi.
Permasalahan:
Masih rendahnya PDRB per kapita atas harga berlaku Kabupaten Banjar
dibandingkan dengan nasional.
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-25
Tingginya persentase penduduk miskin di Kabupaten Banjar.
21. Ketahanan Pangan
Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang wajib
diperhatikan oleh pemerintah daerah. Kejadian rawan pangan menjadi masalah yang
sangat sensitif dalam dinamika kehidupan sosial. Ketersediaan pangan utama di
Kabupaten Banjar, dengan jumlah konsumsi pangan sehingga diketahui persentase
jumlah konsumsi pangan utama terhadap ketersediaan pangan utama.
Permasalahan :
Belum terukurnya ketahanan pangan Kabupaten Banjar.
Belum tercapainya distribusi pangan secara merata di Kabupaten Banjar.
Belum adanya regulasi ketahanan pangan di Kabupaten Banjar sebagai pedoman
tata laksana keamanan, mutu dan gizi pangan di daerah.
22. Pemberdayaan masyarakat dan Desa
Lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) berfungsi sebagai sarana
berorganisasi, berbagi informasi, penyaluran aspirasi serta peningkatan
pengetahuan/kemampuan untuk masyarakat setempat dalam mendukung pembangunan
lingkungannya (RT/RW atau kelurahan).
Upaya pemberdayaan masyarakat juga dilakukan melalui Program Desa Binaan
dengan menjadikan beberapa desa secara bertahap sebagai lokasi binaan. Inti dari
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-26
sasaran yang ingin dicapai dari program desa binaan adalah memadukan berbagai
kegiatan seluruh bidang pembangunan yang berlokasi di desa agar tercapai secara
maksimal dan terintegrasi. Selanjutnya pada tahun 2010 masing-masing kecamatan yang
memiliki desa lebih dari 4 dilakukan pembinaan sejumlah 5 desa dengan jumlah 85 desa.
Jumlah ini juga menunjukkan besarnya pelayanan penunjang yang dapat
diciptakan oleh pemerintah daerah dalam pemberdayakan masyarakat untuk berperan
aktif dalam pembangunan daerah. Jumlah kelompok yang terlibat dalam LPM perlu
ditingkatkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang partisipatif.
Permasalahan :
Kurangnya keterlibatan masyarakat dalam LPM Kabupaten Banjar.
Belum optimalnya aktivitas LPM terhadap masyarakat
23. Statistik
Dokumen statistik suatu daerah dibutuhkan oleh pemerintah (daerah maupun
pusat) dalam mendapatkan data kondisi dan perkembangan daerah tersebut secara
umum sebagai bahan untuk menyusun rencana pembangunan serta rencana tata ruang,
bahan evaluasi atas kinerja/pelaksanaan pembangunan dan sebagai bahan untuk
menetapkan kebijakan-kebijakan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat
secara berkesinambungan. Pada tahun 2010, Kabupaten Banjar tercatat belum memiliki
data statistik tentang Indeks-Gini Ratio, Input-output dan IHK, Dokumen tersebut perlu
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-27
segera dilengkapi dan disinkronisasi melalui koordinasi dan keijasama antar SKPD agar
rencana serta kebijakan yang disusun oleh pemerintah tepat sasaran.
Permasalahan :
Kurang lengkapnya dokumen statistik, yaitu Indeks-Gini Ratio, Input-Output dan
IHK Kabupaten Banjar serta banyak data yang belum disinkronisasi dengan SKPD
terkait.
Masih kurang kesadaran dan pemahaman akan pentingya data
Ketersediaan basis data yang masih belum memadai
24. Kearsipan
Pada tahun 2006-2010, SKPD Kabupaten Banjar berjumlah 22, dan sudah
seluruhnya mengelola arsip secara baku. Perlu Peningkatan kemampuan pengelolaan
arsip mutlak diperlukan dalam Pemerintahan sebagai bagian dari tertib administrasi. Pada
bidang kearsipan, Kabupaten Banjar dinilai berhasil mengelola arsip-arsip secara baku.
Ketersediaan arsip baku ini memudahkan untuk melaksanakan evaluasi kinerja terhadap
masing-masing SKPD dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan
akuntabel.
Permasalahan: Masih kurangnya SDM tentang kearsipan
Tidak adanya pusat data terpadu
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-28
25. Komunikasi dan Informatika
Pada tingkat SKPD, Kabupaten Banjar dinilai berhasil dalam menyediakan sarana
komunikasi dan informatika, hampir semua SKPD di Kabupaten Banjar telah memiliki
akses internet. Keberadaan sarana komunikasi dan informatika yang memadai di setiap
SKPD sangat diperlukan untuk mengetahui informasi secara up to date terutama berkaitan
dengan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan serta sebagai sarana koordinasi
internal dan external SKPD di Kabupaten Banjar. Keberadaan sarana ini juga diperlukan
oleh masyarakat untuk meningkatkan akses informasi dan pengetahuan. Pada tingkat
masyarakat, masih terdapat kawasan yang belum terjangkau jaringan komunikasi. Hal ini
merupakan masalah yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah dalam rangka
pembangunan daerah Kabupaten Banjar.
Permasalahan:
Belum optimalnya fungsi internet dalam menyajikan informasi pada masing-masing
SKPD secara up to date.
Pemanfaatan teknologi informasi yang masih rendah
26. Perpustakaan
Perpustakaan milik daerah dapat menunjukkan tingkat pelayanan kepada
masyarakat umum dalam rangka meningkatkan kualitas masyarakat umum serta
kelangsungan pelayanan pendidikan. Untuk meningkatkan minat baca masyarakat maka
pemerintah Kabupaten Banjar telah menyediakan perpustakaan yang cukup representatif.
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-29
Hal ini terlihat dari keberadaan perpustakaan daerah dengan jumlah pengunjung yang
terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 jumlah pengunjung
mencapai 4.920 orang dan pada tahun 2009 terjadi kenaikan mencapai 6.904 orang. Dari
data tersebut menunjukkan bahwa program penyediaan koleksi perpustakaan cukup
menggugah minat baca masyarakat Kabupaten Banjar. Hal ini dinilai kurang untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun di
Kabupaten Banjar juga dinilai cukup rendah dibandingkan jumlah penduduknya. Oleh
karena itu, peningkatan kuantitas dan kualitas perpustakaan perlu dilaksanakan dalam
rangka mendorong terciptanya masyarakat yang berkualitas. Selain itu, masyarakat juga
perlu didorong untuk memanfaatkan pelayanan berupa perpustakaan untuk meningkatkan
pengetahuan, kapabilitas serta kualitas hidupnya.
Permasalahan :
Kurangnya kuantitas dan kualitas perpustakaan daerah Kabupaten Banjar.
Kurangnya peran masyarakat Kabupaten Banjar untuk memanfaatkan
perpustakaan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas hidup.
Perlu inovasi dengan menyediakan perpustakaan on line.
3.1.2 Identifikasi Permasalahan Pembangunan Daerah Terkait Urusan Pilihan
Pemerintah Kabupaten Banjar
Urusan pilihan, menurut Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007, adalah urusan
pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-30
masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang
bersangkutan. Terdapat 8 bidang/sektor yang menjadi urusan pilihan yang menjadi
tanggung jawab pemerintah daerah. Identifikasi permasalahan pembangunan daerah
terkait urusan pilihan Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar dijabarkan sebagai berikut.
1. Pertanian Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal lainnya per hektar di Kabupaten
Banjar masih cukup tinggi, yaitu 35,13 Ton/Ha. Kontribusi sektor pertanian terhadap
PDRB Kabupaten Banjar pada tahun 2010 sebesar Rp 1.530.752,044, hal ini berarti share
sektor pertanian menyumbang 21,91% atau kedua terbesar setelah perdagangan, hotel,
dan restoran terhadap PDRB Kabupaten Banjar. Kontribusi ini dinilai cukup besar,
mengingat kondisi geografi dan masyarakat Kabupaten Banjar sebagian besar bekerja
pada sektor pertanian. Pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti luas, termasuk
pertanian buah-buahan, sayuran, kehutanan, perikanan, peternakan dan perkebunan.
Potensi pertanian dan tingginya kontribusi pertanian terhadap PDRB masih belum
sebanding dengan perbaikan taraf hidup petani.
2. Kehutanan Pada tahun 2010 luas hutan dan lahan kritis di Kabupaten Banjar mencapai
95.460,50 ha di dalam kawsan hutan dan15.473,70 ha berada di luar kawasan hutan.
Total lahan kritis di Kabupaten Banjar pada tahun 2010 seluas 110.934,20 ha. Pemerintah
daerah harus melakukan pemeliharaan ketat terhadap kawasan hutan dan penegakan
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-31
hukum yang tegas terhadap perubahan guna lahan di lahan kritis, terutama di Kawasan
pegunungan untuk mencegah teijadinya bencana (berupa banjir, kekurangan air, erosi,
longsor, dsb). Luasan Hal ini terkait kondisi topografi, iklim dan fungsi kawasan
pegunungan Meratus sebagai kawasan lindung dan kawasan resapan air.
3. Energi dan Sumber Daya Mineral
Luasan pertambangan tanpa ijin di Kabupaten Banjar dianggap masih cukup besar
dengan maraknya penambang ilegal. Pertambangan tanpa ijin ini biasanya memberi
dampak negatif bagi lingkungan, masyarakat dan ekonomi suatu daerah. Untuk
meminimalisasi dampak negative ini, Pemerintah Kabupaten Banjar harus bertindak tegas
pada pihak-pihak yang menambang tambang tanpa ijin. Dengan demikian, lingkungan
Kabupaten Banjar dapat terjaga, masyarakat tidak dirugikan serta keberadaan sektror
energi dan sektor mineral menambah devisa daerah.
Pada tahun 2010, kontribusi sektor pertambangan terhadap PDRB Kabupaten
Banjar adalah Rp. 1.464.113.614. Hal ini berarti share sektor energi dan sumber daya
mineral menyumbang 20,96 % terhadap PDRB Kabupaten Banjar. Dengan pengelolaan
yang lebih baik, kontribusi dari sektor energi dan sumber daya mineral dapat lebih
dioptimalkan.
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-32
4. Pariwisata
Pariwisata yang menonjol di Kabupaten Banjar adalah wisata religi dan pasar
terapung Lok Baintan, sedangkan jenis pariwisata yang lain belum optimal belum dapat
dioptimalkan, untuk itu perlu pengelolaan dan promosi objek-objek wisata yang
terintegrasi untuk meningkatkan potensi sektor pariwisata Kabupaten Banjar. Pemerintah
daerah diharapkan tetap meningkatkan promosi, kondisi lingkungan, kenyamanan dan
fasilitas pendukung tiap objek wisatanya agar tetap mampu berkompetisi dan berdaya
saing dengan objek wisata lain di luar Kabupaten Banjar.
5. Kelautan dan Perikanan Kondisi geografis Kabupaten Banjar berada di kawasan pegunungan,dataran, dan
pesisir. Produksi ikan di Kabupaten Banjar pada tahun 2009 tercatat sebanyak 32,98 ton
dan meningkat menjadi 44,17 ton pada tahun 2010. Potensi Perikanan di Kabupaten
Banjar sangat besar karena dapat dikembangkan di kawasan pegunungan,dataran, dan
pesisir sehingga perlu perhatian pemerintah daerah Kabupaten Banjar untuk
meningkatkan produksi ikan di Kabupaten Banjar dengan melaksanakan pembinaan
terhadap para peternak ikan dalam rangka peningkatan kuantitas dan kualitas ikan yang
dihasilkan.
6. Perdagangan
Sektor perdagangan di Kabupaten Banjar mempunyai Kontribusi yang paling besar
terhadap PDRB Kabupaten Banjar yaitu 1.629.391.375. Hal ini berarti share sektor
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-33
perdagangan menyumbang 23,32% terhadap PDRB Kabupaten Banjar. Dengan
pengelolaan yang lebih baik, kontribusi dari sektor perdagangan dapat lebih
ditingkatkankan.
Pedagang yang paling banyak berkembang di Kabupaten Banjar adalah pedagang
kecil. Total jumlah pedagang yang memegang SIUP di Kabupaten Banjar pada tahun
2010 yaitu 508 yang didominasi pedagang kecil yaitu 334 pedagang kecil yang secara
keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pemerintah Kabupaten Banjar
perlu memberi perhatian dan pembinaan terhadap perkembangan perdagangan, terutama
pedagang kecil agar dapat menjadi salah satu sektor unggulan dalam rangka
meningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Banjar.
7. Perindustrian
Sektor industri di Kabupaten Banjar mempunyai kontribusi besar terhadap PDRB
Kabupaten Banjar, terutama indutsri olahan hasil-hasil pertanian. Jumlah perusahaan
industri menurut tenaga kerja yang paling banyak berkembang di Kabupaten Banjar
adalah industri rumah tangga. Total jumlah industri di Kabupaten Banjar pada tahun 2010
yaitu 6.393 industri yang didominasi industri rumah tangga yaitu 6.056 industri. Secara
keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pemerintah Kabupaten Banjar
perlu memberi perhatian dan pembinaan terhadap perkembangan industri, terutama
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-34
industri rumah tangga agar dapat berkembang menjadi salah satu sektor unggulan dalam
rangka meningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Banjar.
8. Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian
Ketenagakerjaan dan ketransmigrasian merupakan bagian dari upaya
pengembangan sumberdaya manusia dan sumberdaya alam yang memegang peranan
penting dalam mewujudkan pembangunan kualitas manusia. Pembangunan di bidang
Ketenagakerjaan dan ketransmigrasian diarahkan dalam rangka peningkatan
kesejahteraan tenaga kerja, ketenangan berusaha dan kesejahteraan transmigrasi yang
dilaksanakan melalui kebijakan untuk memberikan Kontribusi yang nyata dan terukur.
3.2. Isu Strategis
Isu strategis dirumuskan dengan memperhatikan identifikasi permasalahan
Kabupaten Banjar, isu dunia internasional serta penelaahan kebijakan pembangunan,
nasional dan daerah lain di sekitar Kabupaten Banjar. Isu strategis merupakan dasar
dalam perumusan visi dan misi pembangunan Kabupaten Banjar selama 20 tahun ke
depan.
3.2.1. Penelaahan Isu-isu Strategis Nasional dan Provinsi Kalimantan Selatan
Perumusan isu strategis Kabupaten Banjar dilaksnakan dengan memperhatikan
kebijakan pembangunan jangka panjang nasional agar tercipta suatu keserasian dan
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-35
keterpaduan dalam pembangunan. Analisis isu-isu strategis dilakukan untuk
meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan sehingga dapat dioperasionalkan dan
secara moral dan etika birokrasi dapat dipertaggungjawabkan. Dalam mengidentifikasi
isu-isu strategis bukan hanya mmempertimbangkan isu strategis daerah lain tapi juga
kesesuaian atau sinkronisasi dengan dengan arah kebijakan pembangunan jangka
panjang nasional dan kebijakan pembangunan jangka panjang Provinsi Kalimantan
Selatan. Identifikasi Isu-isu strategis dapat disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Identifikasi Isu-Isu Strategis
No
Isu Strategis
Dunia Internasional (MDGs)
Kebijakan Nasional (RPJP Nasional) Regional (RPJP Provinsi
Kalimantan Selatan)
1 Mengurangi jumlah penduduk miskin dan keiaparan
Mengurangi jumlah penduduk miskin Kemiskinan, Pengangguran dan Ketenagakerjaan
2 Mencapai pendidikan dasar untuk semua
Meningkatkan kualitas penduduk seperti pendidikan, kesehatan dan lingkungan
Pembangunan Manusia dengan meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan dan kesehatan
3 Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak
4 Menurunkan angka kematian bayi
Menurunkan angka kematian bayi
5 Menurunkan angka kematian ibu akibat melahirkan
Menurunkan angka kematian ibu melahirkan
6 Mengendalikan HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.
Menurunkan angka kesakitan dan kematian.
7 Menjamin kelestarian lingkungan hidup dan ketersediaan energy
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara tepat
Degradasi kuantitas dan kualitas Sumberdaya Alam dan Kualitas Lingkungan Hidup
8 Mengembangkan kemitraan untuk pembangunan
Meningkatkan kualitas demokrasi dan peran pemerintah daerah
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-36
No
Isu Strategis
Dunia Internasional (MDGs)
Kebijakan Nasional (RPJP Nasional) Regional (RPJP Provinsi
Kalimantan Selatan)
9 Menurunkan pertumbuhan penduduk Menekan pertumbuhan penduduk dan persebarannya
10 Pembangunan jatidiri bangsa Indonesia seperti penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai solidaritas sosiai, kekeluargaan dan rasa cinta tanah air.
Peran serta masyarakat terhadap budaya daerah dan penanganan masalah sosiai
11 Peningkatan efesiensi dan perbaikan tata kelola kelembagaan ekonomi serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Daya saing Perekonomian Daerah
12 Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap sarana dan prasarana baik kualitas maupun cakupan pelayanan
Kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur
13 Pemerataan pembangunan
14 Mendukung ketahanan pangan didaerah, mendorong sektor produksi serta mendukung pengembangan wilayah
15 Meningkatkan profesionalisme birokrasi
16 Rendahnya ketaatan terhadap rencana tata ruang
Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah dan Kualitas Pelayanan Publik.
3.2.2. Penelaahan RPJP dengan Program Kawasan Metropolitan Banjar Bakula
Dalam menentukan isu-isu strategis di Kabupaten Banjar perlu diperhatikan pula
isu-isu strategis daerah lain. Penelaahan program yang menjadi kewenangan bersama
dengan daerah lain karena diperlukan adanya persamaan kepentingan/tujuan atau upaya-
upaya strategis yang harus disinergikan dan adanya persamaan permasalahan
pembangunan yang memerlukan upaya pemecahan dan adanya agenda pembangunan
kewilayahan yang menentukan kewenangan bersama (khususnya pada daerah-daerah
yang letaknya di daerah perbatasan dua wilayah) serta adanya kebijakan pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan yang menetapkan Kabupaten Banjar sebagai bagian dari
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-37
kesatuan wilayah/kawasan pembangunan Metropolitan Banjar Bakula yang wilayahnya
meliputi Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Barito
Kuala, dan Kabupaten Banjar, untuk lebih jelasnya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Identifikasi Program Kawasan Metropolitan Banjar Bakula
No Daerah Lain
(Banjar Bakula) Kebijakan Terkait
1 Kota Banjarmasin Pembinaan kegiatan keagamaan
Pengelolaan kekayaan budaya
Pengembangan pemasaran pariwisata
Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
Pembangunan infrastruktur
Pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah
Pengembangan perumahan , Perencanaan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang
Perencanaan pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh
Pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan serta peningkatan pelayanan angkutan
Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan serta pengelolaan ruang terbuka hijau
Pengembangan data / informasi dan perencanaan pembangunan ekonomi
Penataan administrasi kependudukan
Peningkatan kapasitas suberdaya aparatur
Wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun serta peningkatan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan
Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi dan Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah Yang Kondusif
Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
Pembinaan eks Penyandang Penyakit Sosial
Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian / perkebunan / peternakan / perikanan
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-38
No Daerah Lain
(Banjar Bakula) Kebijakan Terkait
2 Kota Banjarbaru Peningkatan kualitas pendidikan
Peningkatan keahlian dan perlindungan bagi masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosiai, penyandang cacat dan lanjut usia
Penumbuhan ekonomi kreatif kota dan sector ekonomi kreatif dan tradisional
Peningkatan kualitas dan pencegahan degradasi lingkunqan hidup kota
Penyediaan dan pengelolaan infrastruktur serta penataan kota
Peningkatan kualitas kesehatan dan penanganan penyakit
Penanggulangan kemiskinan dan pengangguran
Penyediaan pelayanan umum Kota yang prima
Optimalisasi manajemen pemerintahan kota
Efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan daerah
Pengembangan dan pembangunan infrastruktur wilayah
Pembangunan birokrasi yang professional serta efektivitas penqawasan aparatur
Peningkatan kualitas perencanaan dan pengendalian pembangunan yang aspiratif, implementataif dan berkelanjutan
Pembangunan bidang komunikasi dan informasi
3 Kabupaten Tanah Laut Memperkuat perekonomian yang berdaya saing dan menciptakan iklim investasi yang menarik
Pembangunan kesehatan masyarakat dan peningkatan gaya hidup sehat
Revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal
Peningkatan kualitas tenaga kerja yang lebih professional dan kredibel
Mengarahkan kebijakan pasar kerja untuk mendoronq terciptanya lapanqan kerja
Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta perlindungan anak
Peningkatan kualitas dan partisipasi pemuda di berbaqai bidang
Pembangunan sektor pertanian (pengembangan agroindustri dan agribisnis) dan peternakan
Pengembangan UMKM dan pemberdayaan koperasi
Pengembangan kepariwisataan
Pembangunan kehutanan serta perlindungan dan konservasi SDA dan Peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-39
No Daerah Lain
(Banjar Bakula) Kebijakan Terkait
4 Kabupaten Barito Kuala Ketahanan Pangan dan Kewaspadaan Pangan dan Gizi
Pengentasan Kemiskinan
Pemberantasan Buta Aksara
Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Peningkatan kualitas kesehatan dan penanganan penyakit
Pemberdayaan Masyarakat
Penyediaan Sarana dan Prasarana Produksi Pertanian
Fasilitasi Akses Informasi dan Akses Sumber Faktor Produksi Usaha Masyarakat
Fasilitasi pengembangan industri kecil menengah dan industri rumah tangga
Fasilitasi pemasaran hasil industri kecil menengah dan industri rumah tangga
3.2.3. Isu-isu Strategis Kabupaten Banjar
Dengan memperhatikan kebijakan pembangunan di daerah sekitar Kabupaten
Banjar serta isu-isu strategis jangka panjang internasional, nasional serta regional dan
aspek lainnya maka isu strategis pembangunan Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025
adalah sebagai berikut:
Perlunya reformasi birokrasi serta profesionalisme aparatur dalam rangka
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan pengentasan kemiskinan
Rendahnya tingkat kesehatan dan kualitas SDM
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan
mendorong ekonomi lokal
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-40
Menurunnya kualitas lingkungan hidup serta rendahnya peran serta masyarakat
daiam menjaga kondisi lingkungan
Rendahnya kualitas dan cakupan infrastruktur wilayah
Belum meratanya pembangunan serta rendahnya aksesibilitas masyarakat miskin
terhadap pelayanan umum.
Penataan dan pemerataan serta peningkatan kompetensi aparatur pemerintah
daerah
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-41
Tabel 3.3 Sinkronisasi Isu Strategis Internasional, Nasional, Regional, dan Kabupaten Banjar
No
Isu Strategis
Dunia Internasional (MDGs) Kebijakan Nasional (RPJP Nasional) Regional (RPJP Provinsi
Kalimantan Selatan) Kabupaten Banjar
1 Mengurangi jumlah penduduk miskin dan keiaparan
Mengurangi jumlah penduduk miskin Kemiskinan, Pengangguran dan Ketenagakerjaan
2 Mencapai pendidikan dasar untuk semua
Meningkatkan kualitas penduduk seperti pendidikan, kesehatan dan lingkungan
Pembangunan Manusia dengan meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan dan kesehatan
Tingginya laju pertumbuhan penduduk serta rendahnya kualitas SDM
3 Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak
4 Menurunkan angka kematian bayi Menurunkan angka kematian bayi
5 Menurunkan angka kematian ibu akibat melahirkan
Menurunkan angka kematian ibu melahirkan
6 Mengendalikan HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya.
Menurunkan angka kesakitan dan kematian.
7 Menjamin kelestarian lingkungan hidup dan ketersediaan energy
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara tepat
Degradasi kuantitas dan kualitas Sumberdaya Alam dan Kualitas Lingkungan Hidup
Menurunnya kualitas lingkungan hidup serta rendahnya peran serta masyarakat dalam menjaga kondisi lingkungan
8 Mengembangkan kemitraan untuk pembangunan
Meningkatkan kualitas demokrasi dan peran pemerintah daerah
9 Menurunkan pertumbuhan penduduk Menekan pertumbuhan penduduk dan persebarannya
Tingginya laju pertumbuhan penduduk serta rendahnya kualitas SDM
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
III-42
No
Isu Strategis
Dunia Internasional (MDGs) Kebijakan Nasional (RPJP Nasional) Regional (RPJP Provinsi
Kalimantan Selatan) Kabupaten Banjar
10 Pembangunan jatidiri bangsa Indonesia seperti penghargaan pada nilai budaya dan bahasa, nilai solidaritas sosiai, kekeluargaan dan rasa cinta tanah air.
Peran serta masyarakat terhadap budaya daerah dan penanganan masalah sosiai
11 Peningkatan efesiensi dan perbaikan tata kelola kelembagaan ekonomi serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi
Daya saing Perekonomian Daerah Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dengan mendorong ekonomi lokal
12 Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap sarana dan prasarana baik kualitas maupun cakupan pelayanan
Kualitas dan cakupan pelayanan infrastruktur
Rendahnya kualitas dan cakupan infrastruktur wilayah
13 Pemerataan pembangunan Belum meratanya pembangunan serta Rendahnya aksesibilitas masyarakat miskin terhadap pelayanan umum.
14 Mendukung ketahanan pangan didaerah, mendorong sektor produksi serta mendukung pengembangan wilayah
15 Meningkatkan profesionalisme birokrasi
16 Rendahnya ketaatan terhadap rencana tata ruang Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah dan Kualitas Pelayanan Publik.
Perlunya reformasi birokrasi serta profesionalisme aparatur dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB III
R P J P D K a b u p a t e n a n j a r t a h u n 2 0 1 1 - 2 0 3 1
43
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-1
BAB IV
VISI DAN MISI DAERAH
4.1. Dasar Filosofi
Dasar filosofi Pembangunan Daerah Kabupaten Banjar adalah, Baiman
Bauntung Batuah, yang menjadi nilai luhur untuk diimplementasikan kedalam
tata nilai kehidupan budaya masyarakat. Kalimat tersebut berarti Membangun
daerah dalam suasana kehidupan yang relegius Islami sebagai perwujudan
Martapura Kota Serambi Mekah; mewujudkan kesejahteraan rakyat di segala
bidang dan dengan senantiasa mengharapkan berkah dan ridho Allah S.W.T.
RPJP Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 secara substansi
tidak terlepas dari motto daerah untuk mencerminkan tekad dan semangat yang
tinggi dari masyarakat Kabupaten Banjar dalam ikut serta dan berperan aktif
melanjutkan dan meningkatkan pembangunan daerah Banjar dengan tetap
dilandasi Iman dan Takwa, semangat Kekeluargaan dan Kegotong-royongan.
Tekad dan semangat yang tinggi tersebut tercermin dalam lambang
daerah Kabupaten Banjar dengan motto: BARAKAT, yang maknanya adalah :
1. BARAKAT = dalam arti kata BERKAH
2. BARAKAT = singkatan dari BARKAT MUFAKAT (RAKAT MUFAKAT)
3. BARAKAT = singkatan dan kepanjangan BARATAAN RAKYAT RAKAT
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-2
4. BARAKAT = singkatan dan kepanjangan BERKAT ALLAH, RASUK ATAS
KARYA, AHLAK DAN TAKWA.
4.2. Perumusan Visi
Visi merupakan rumusan umum yang mengarahkan kondisi daerah
Kabupaten Banjar yang ingin dicapai pada akhir periode perencanaan
pembangunan jangka panjang, yakni 20 tahun ke depan. Visi bukan hanya
mimpi ataupun serangkaian harapan, namun suatu komitmen dan upaya
merancang serta mengelola perubahan untuk mencapai tujuan pembangunan
20 tahun ke depan. Visi harus didasarkan pada realita dan harus dapat
menunjukkan gambaran masa depan yang ideal bagi pembangunan daerah dan
masyarakat.
Visi Kabupaten Banjar dirumuskan, dibahas dan disepakati bersama oleh
seluruh pemangku kepentingan pembangunan daerah karena visi merupakan
dasar bagi para stakeholders dalam operasionalisasi perencanaan
pembangunan daerah. Perumusan visi dilakukan untuk menindaklanjuti hasil
analisis isu-isu strategis dan permasalahan pembangunan daerah (PPD) untuk
menemukan perwujudan visi. Berdasarkan kondisi Kabupaten Banjar sampai
dengan saat ini, dan tantangan yang akan dihadapi dalam 20 tahun mendatang
serta dengan mempertimbangkan potensi dan faktor strategis yang di miliki
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-3
daerah, maka hasil perumusan visi Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 adalah
sebagaimana disajikan pada Tabel 4.1:
Tabel 4.1 Perumusan Visi
No Perwujudan Visi
Pokok-pokok Visi Pernyataan Visi
1 Berbudaya Tertib, terbuka, teratur, disiplin, taat hukum, setia
kawan, gotong royong Kabupaten Banjar yang berbudaya,
religius, mandiri dan berdaya saing tahun
2025
2 Religius Islami, Iman, takwa, saling menghormati, rukun,
damai, setara
3 Mandiri dan Berdaya Saing
Mandiri, professional, makmur, sejahtera,
akuntabilitas, transparasi, maju dan unggul
Tabel 4.2 Penyusunan penjelasan Visi
visi Pokok-pokok Visi Penjelasan Visi
Kabupaten Banjar yang berbudaya,
religius, mandiri dan berdaya
saing tahun 2025
1. Berbudaya: Tertib, terbuka, teratur, disiplin, taat hukum, setia kawan, gotong royong
Keadaan suatu kondisi dimana penerapan nilai luhur budaya Banjar di tengah masyarakat dalam segala aspek kehidupan, sehingga menjadi ciri khas daerah Banjar. Budaya Banjar sebagai payung kebudayaan daerah, sebagai alat pemersatu dari berbagai etnis yang ada (strengthening of Banjar culture), terciptanya toleransi, kerjasama, dan saling pengertian antar multikultur sehingga menjadi sinergi yang serasi untuk mendukung pembangunan.
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-4
2. Religius: Iman, takwa, saling menghormati, rukun, damai, setara
Suatu keadaan yakni masyarakat yang menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya, pengamalan agama secara konsisten, menjaga kerukunan hidup antar dan atau intra umat beragama, masyarakat yang religius menjadikan nilai-nilai luhur agama, bukan saja sebagai landasan moral dan etika hidup, melainkan juga menjadikannya sebagai pedoman dan pendorong dalam mencapai prestasi-prestasi hidupnya, sehingga kemajuan yang dicapai tidak sekedar berada pada tataran kebendaan belaka, melainkan juga mencapai nilai-nilai kehidupan hakiki yang kekal.
3. Mandiri dan berdaya saing: Mandiri, professional, makmur, sejahtera, akuntabilitas, transparan, maju dan unggul
Kondisi dimana masyarakat mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan masyarakat lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Kemandirian suatu masyarakat tercermin antara lain pada ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya; kemandirian aparatur pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya; ketergantungan pembiayaan pembangunan yang bersumber
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-5
dari dalam daerah yang makin kokoh; dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan pokok, kemandirian dicerminkan dalam setiap aspek kehidupan, baik hukum, ekonomi, politik, sosial budaya, maupun keamanan dan ketertiban. Dalam pelaksanaan pembangunan, kemandirian masyarakat Banjar tetap menjadi bagian dari Provinsi Daerah Kalimantan Selatan dan NKRI.
Keterkaitan visi Kabupaten Banjar Tahun 2025 dengan visi Nasional dan
visi Provinsi Kalimantan Selatan yaitu: Kabupaten Banjar yang berbudaya,
religius, mandiri dan berdaya saing tahun 2025, memiliki peran terhadap
perwujudan visi Nasional Tahun 2025, yaitu : Indonesia yang Mandiri, Maju,
Adil dan Makmur, serta visi Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2025 yaitu :
Kalimantan Selatan 2025 Maju dan Sejahtera Sebagai Wilayah
Perdagangan dan Jasa Berbasis Agro Industri sebagai mana tercantum
dalam Tabel 4.3. berikut.
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-6
Tabel 4.3. Keterkaitan Sasaran Visi RPJP Nasional, Sasaran Visi RPJP Provinsi Kalimantan Selatan, dan Visi Kabupaten Banjar.
No Sasaran visi RPJP Nasional Sasaran Visi RPJP Provinsi
Kalimantan Selatan Visi RPJP
Kabupaten Banjar
1. Terwujudnya rasa aman dan damai bagi seluruh rakyat serta terjaganya keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kedaulatan Negara dari ancaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri
Terwujudnya kehidupan sosial dan budaya sesuai dengan kepribadian bangsa dengan penguatan kepekaan sosial, pengembangan sstem informasi dan komunikasi, penguatan wawasan kebangsaan, pengembangan wadah dan iklim untuk berdialog antar antar strata sosial dan budaya, peningkatan rasa cinta terhadap budaya daerah serta pencegahan dan penanggulangan konflik sosial.
Berbudaya
2. Terwujudnya Indonesia yang demokratis, berlandaskan hukum dan berkeadilan
3. Terwujudnya Indonesia yang asri dan lestari
4. Terwujudnya masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab
Terwujudnya kehidupan beragama melalui peningkatan pemahaman dan implementasi agama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara serta peningkatan kerukunan antar dan intra umat beragama
Religius
5. Terwujudnya bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera
Terwujudnya pembangunan ekonomi yang diarahkan pada pengembangan industri dan perdagangan berasis pada potensi sumberdaya manusia dan dan potensi agraris dengan dukungan transfortasi yang kuat
Mandiri dan Berdaya Saing
6. Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan
7. Terwujudnya peranan Indonesia yang meningkat dalam pergaulan dunia internasional.
8. Terwujudnya Indonesia sebagai Negara kepulauan yang mendiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-7
4.3. Perumusan Misi
Misi merupakan rumusan umum tentang upaya atau pilihan jalan (the
chosen track) yang akan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi
pembangunan daerah, yaitu menyediakan layanan bagi masyarakat dan
aktivitas pembangunan bagi seluruh stakeholder. Misi merupakan hal yang
penting dirumuskan untuk mewujudkan visi yang ingin dicapai dalam upaya
pembangunan daerah selama 20 tahun ke depan.
Perumusan misi merupakan suatu upaya menyusun sistematika berupa
pola perjalanan pemerintahan daerah dalam rangka mengembangkan program-
program prioritas yang mampu menaungi berbagai tema pembangunan dalam 4
tahap selama 20 tahun kedepan untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan
pelayanan masyarakat lebih efektif, efisien dan terukur. Dalam menyusun misi
pembangunan jangka panjang daerah, diperlukan pendefinisian visi terlebih
dahulu menjadi pokok-pokok visi. Pokok-pokok visi disusun dengan
memperhatikan stakeholder yang menjadi pelaku dan atau terkena dampak
pelaksanaan pembangunan. Tabel 4.4 menjelaskan proses perumusan misi
pembangunan daerah Kabupaten Banjar melalui proses pendefinisian visi
menjadi pokok-pokok visi.
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-8
Tabel 4.4 Perumusan Misi Pembangunan Kabupaten Banjar
No Visi Pokok-pokok
Visi
Stakeholder Pembangunan Misi
Masyarakat Pemerintah Daerah Pelaku Ekonomi (Dunia
Usaha)
1. Kabupaten Banjar yang berbudaya,
religius, mandiri dan berdaya saing tahun 2025
Berbudaya dan religius
Berperan menjunjung tinggi nilai-nilai serta ajaran agama yang dianutnya, menjunjung tinggi hukum yang berlaku serta nilai-nilai budaya warisan leluhur dalam kehidupan bermasyarakat
Pemerintah daerah menyiapkan perangkat atau aturan dalam mewujudkan kondisi Kabupaten Banjar yang kondusif dan berwawasan keterbukaan serta terciptanya hubungan yang harmonis dan sinergis
Peran serta pelaku ekonomi dibutuhkan untuk mendukung kondisi yang aman, rukun, setia kawan dan gotong royong dalam melakukan kegiatannya dan berdampingan dengan masyarakat sekitar
Mewujudkan Kabupaten Banjar yang religius, dan berbudaya luhur
2. Dapat berperan serta dalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dengan sumber dana non pemerintah
Pemerintah daerah menyiapkan perangkat atau aturan serta penyediaan/dukungan sarana dan prasarana untuk peningkatan pendidikan pembangunan manusia
Dapat membantu dan bekerjasama dengan pemerintah dengan memberikan kontribusi sesuai kebutuhan masyarakat (CSR)
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang berahlak mulia
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-9
No Visi Pokok-pokok
Visi
Stakeholder Pembangunan Misi
Masyarakat Pemerintah Daerah Pelaku Ekonomi (Dunia
Usaha)
Pemeintah daerah memfasilitasi kemudahan akses terhadap pendidikan dan pelayanan masyarakat yang berkualitas, terpadu, adil dan merata di seluruh lapisan masyarakat
3. Peran serta masyarakat sangat berpengaruh dalam menciptakan kondisi yang, harmonis, saling menghormati dan menghargai, taat asas, tertib dan teratur dalam menjalani kehidupan sehari-hari
Pemerintah Daerah berperan untuk meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban, meningkatkan partisipasi masyarakat, serta membangun akuntabilitas dan transparasi keperintahan yang bertanggung jawab, peningkatan efisiensi birokrasi, dan penciptaan stabilitas politik dan konsistensi
Mewujudkan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, dan pelayanan prima
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-10
No Visi Pokok-pokok
Visi
Stakeholder Pembangunan Misi
Masyarakat Pemerintah Daerah Pelaku Ekonomi (Dunia
Usaha)
dalam penegakan hukum
4. Mandiri dan Berdaya saing
Mendukung pemerintah dengan memberikan informasi serta masukan terkait dengan kondisi pembangunan di wilayah masing- masing
Menciptakan iklim usaha yang kondusif, meningkatkan dan memperkuat perkonomian regional yang berdaya saing global, dan berioentasi pada keunggulan komparatif, kompetitif dan kooperatif dengan berbasis pada potensi sumber daya daerah
Bekerjasama dengan pemerintah dan berkontribusi dalam pembangunan terutama untuk daerah- daerah tertinggal dan miskin
Mewujudkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan yang berkeadilan
5. Berusaha untuk lebih mandiri dan menciptakan lapangan kerja/usaha dengan memafaatkan keahlian dan sumber daya lokal
Penguatan struktur ekonomi daerah yang didukung oleh penyediaan fasilitas infrastruktur yang memadai, tenaga kerja yang berkualitas dan produktif, serta penciptaan iklim investasi yang kondusif
Menciptakan kerjasama dengan pemerintah daerah dan melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan ekonominya serta berkontribusi terhadap perekonomian daerah
Memantapkan pembangunan ekonomi keryakyatan yang berdaya saing dan mendorong pertumbuhan investasi
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-11
No Visi Pokok-pokok
Visi
Stakeholder Pembangunan Misi
Masyarakat Pemerintah Daerah Pelaku Ekonomi (Dunia
Usaha)
6. Masyarakat berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan dalam pemanfatan sumber daya alam di sekitranya
Pengelolaan sumber daya alam dan lingkuan secara berkelanjutan, menjaga fungsi dan daya dukung lingkungan, menjaga keseimbangan dan kesesuaian pemanfaatan ruang antara kawasan lindung dan budidaya, dan antara kawasan regional metropolitan Banjar Bakula serta antar kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan
Bekerjasama dengan pemerintah dan berkontribusi dalam pengembangan kewirausahaan serta berperan aktif dalam menjaga lingkungan (tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan)
Mewujudkan lingkungan hidup yang asri dan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-12
Tabel 4.5 Sinkronisasi Misi Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banjar Dengan Misi
Jangka Panjang Nasional dan Provinsi Kalimantan Selatan
Misi RPJP Nasional Misi RPJP Provinsi Kalimantan Selatan
Misi RPJP Kabupaten Banjar
1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila
1. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM, dengan menitikberatkan pada aspek kesehatan, pendidikan dan kehidupan sosial budaya dan agama berlandaskan pada IPTEK dan IMTAQ.
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang berahlak mulia
2. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu
2. Mewujudkan Kabupaten Banjar yang religius, dan berbudaya luhur
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
2. Menciptakan taat asas dan tertib hukum, bagi penyelenggaraan pemerintahan daerah, kehidupan berpolitik, sosial, budaya dan agama.
3. Mewujudkan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, dan pelayanan prima
4. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari
3. Mendorong pengelolaan SDA secara efisien, untuk menjamin kelanjutan pembangunan dan menjaga keseimbangan lingkungan
4. Mewujudkan lingkungan hidup yang asri dan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan
5. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju,kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional
6. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional
7. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
4. Mengembangkan ekonomi kearah industri dan perdagangan, yang
5. Memantapkan pembangunan ekonomi keryakyatan yang
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-13
Misi RPJP Nasional Misi RPJP Provinsi Kalimantan Selatan
Misi RPJP Kabupaten Banjar
berbasis pada potensi agraris dan kerakyatan dengan dukungan transportasi yang baik
berdaya saing dan mendorong pertumbuhan investasi
8. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan
5. Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan, yang relatif merata pada berbagai wilayah pembangunan
6. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan yang berkeadilan
Sebagai pengejawantahan dari perumusan peryataan visi dan misi
Kabupaten Banjar tersebut di atas, maka diringkaskan keterkaitan antara Visi
dengan Misi Pembangunan Jangka Panjang Daerah dalam Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6 Visi dan Misi PembangunanJangka Panjang Daerah Kabupaten Banjar
VISI MISI
KABUPATEN BANJAR
YANG BERBUDAYA DAN
RELIGIUS
Misi 1 : Mewujudkan Kabupaten Banjar yang religius, dan berbudaya luhur; adalah masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral serta ajaran agama yang dianutnya dalam kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang dilandasi sikap toleran, rukun, dan damai, menjunjung tinggi hukum yang berlaku serta membina, memberdayakan dan menerapkan nilai-nilai luhur budaya Banjar yang merupakan warisan leluhur sebagai alat pemersatu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menuju masyarakat Banjar yang mandiri dan berdaya saing serta memiliki kebanggaan sebagai masyarakat Banjar
Misi 2 : Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang berahlak mulia; adalah membangun sumber daya manusia yang sehat jasmani, rohani dan sosial, memiliki tingkat pendidikan dan kompetensi yang tinggi, memiliki daya saing, memiliki akhlak mulia,dan menjunjung nilai-nilai
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-14
VISI MISI
luhur agama dan budaya, serta memiliki akses terhadap pendidikan dan pelayanan masyarakat yang berkualitas, terpadu, adil dan merata di seluruh lapisan masyarakat
Misi 3 : Mewujudkan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, dan pelayanan prima; adalah membangun dan memperkuat tata kelola pemerintah yang baik dan pembentukan aparatur yang berkemampuan tinggi, professional, bersih (bebas korupsi, kolusi dan nepotisme/KKN), bertangung jawab dan beribawa, meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban dalam optimalisasi pelayanan publik, meningkatkan partisipasi masyarakat, peningkatan efisiensi birokrasi, kemitraan yang serasi antar legislatif dengan eksekutif, dan penciptaan stabilitas politik dan konsistensi dalam penegakan hukum
KABUPATEN BANJAR
YANG MANDIRI DAN
BERDAYA SAING
Misi 4 : Memantapkan pembangunan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing dan mendorong pertumbuhan investasi; adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah berbasis pada potensi sumber daya daerah melalui pengembangan sektor ekonomi unggulan dan ekonomi kerakyatan yang dilandasi pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek, membangun infrastruktur yang maju; perkuatan perekonomian lokal berbasis keunggulan daerah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan dengan mengedapkan tranparansi dan akuntabilitas
Misi 5 : Mewujudkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan yang berkeadilan; adalah meningkatkan pembangunan pada segala aspek dan sendi kehidupan yang hasilnya dapat dirasakan secara merata, seimbang dan proporsional oleh seluruh lapisan masyarakat dan antar wilayah dengan mengurangi kesenjangan sosial secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat dan wilayah yang tertinggal; menanggulangi kemiskinan dan
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-15
VISI MISI
pengangguran; menyediakan akses yang sama terhadap berbagai pelayanan sosial dan sarana prasarana ekonomi; serta menghilangkan diskriminasi dalam berbagai aspek.
Misi 6: Mewujudkan lingkungan hidup yang asri dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan; adalah memperbaiki pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi dan upaya konservasi, meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan yang berkesinambungan, memperbaiki pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan, memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan, serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal pembangunan.
Misi 1 didasari oleh kondisi kabupaten Banjar memiliki tradisi keagamaan yang
kental yang tercermin dalam lambing daerah BARAKAT (Berkah/penuh
rasa syukur) yang mencerminkan masyarakat yang menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya, masyarakat yang
religius menjadikan nilai-nilai luhur agama landasan moral dan etika
hidup, memelihara kerukunan intern dan antar umat beragama, selain
itu secara historis dan budaya lokal masyarakat Banjar memiliki
beberapa potensi untuk berkembangnya keragaman budaya pada
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-16
tatanan internalnya sebagai alkurturasi dengan etnis lain dengan
budaya terbukanya masyarakat Banjar, hal ini ditunjukan oleh
keragaman penduduk menurut suku yang mendiami wilayah Kabupaten
Banjar yaitu: Suku Banjar sekitar 87,81%, Suku Jawa sekitar 7,24%,
Suku Madura sekitar 3,17%, Suku Bukit sekitar 0,42% dan Suku Sunda
sekitar 0,29%. Meskipun bergamnya etnis di Kabupaten Banjar, namun
budaya Banjar tetap menjadi ruh bagi prilaku masyarakat dan
pemerintahan dalam karsa dan karya pembangunan, selain itu
kelangsungan budaya Banjar secara komunitas sebagai alat pemersatu
dari berbagai etnis yang ada (strengthening of Banjar culture)
Misi 2 didasari oleh jumlah penduduk Kabupaten Banjar tahun 2010 sekitar
506.839 jiwa dengan jumlah pencari kerja mencapai 4109 jiwa dengan
tingkat pengangguran terbuka sebesar 3,72%. Sementara itu sampai
tahun 2010 pembangunan manusia di Kabupaten Banjar masih di
kategorikan menengah dengan IPM 70,94 (antara 66-79,99)
berdasarkan status pembangunan manusia suatu wilayah oleh UNDP,
dengan indikator pendidikan: melek hurup 96,03% dan rata-rata lama
sekolah 7,25 hal ini menunjukan bahwa rata-rata penduduk Kabupaten
Banjar memiliki tingkat pendidikan pada tingkat SLTP kelas 2 dan
sebesar 3,97% penduduk masih buta hurup. Kemudian berdasarkan
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-17
tingkat kesehatan masyarakat yang ditunjukan angka harapan hidup
baru mencapai 62,25 tahun dan kesejahteraan masyarakat yang di
tunjuan indek daya beli masyarakat baru Rp. 643.940,- per kapita/tahun.
Peningkatan jumlah penduduk yang besar harus dilihat sebagai hal
yang positif karena merupakan kekuatan dan sebagai aset
pembangunan nasional terutama bila besarnya penduduk tersebut
memiliki kualitas yang tinggi. Besarnya penduduk dan masih rendahnya
tingkat kesejahteraan masyarakat tentunya akan berimplikasi pada
perlunya peningkatan akses dan kualitas pendidikan yang baik,
kesehatan yang memadai, kesetaraan gender, serta ketersediaan
lapangan kerja.
Misi 3 didasari oleh tantangan yang dihadapi sampai dengan tahun 2010 yaitu
masih rendahnya kinerja aparatur karena adanya Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN), masih rendahnya kualitas SDM aparatur, dan
rendahnya kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil. Disamping itu
pembangunan hukum dalam kerangka tata kelola kepemerintahan yang
baik (good governance) perlu diwujudkan terutama dalam kinerja
pelayanan publik dengan tolok ukur penegakan hukum/efisiensi yudisial
Misi 4 didasari oleh laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Banjar tahun
2005-2025 diperkirakan akan berada pada kisaran 5% sampai 7% per
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-18
tahun dan struktur ekonomi Kabupaten Banjar ke depan akan
didominasi oleh empat sektor utama yaitu sektor perdagangan,
pertanian, pertambangan dan penggalian, jasa. Hal ini menjadi
tantangan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
secara berkelanjutan dan berkualitas untuk mewujudkan secara nyata
peningkatan kesejahteraan sekaligus mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan ekonomi serta pengangguran. Seiring dengan era
perdagangan bebas yang akan terus mewarnai perkembangan ekonomi
dunia di masa mendatang, peningkatan daya saing ekonomi daerah
menjadi faktor penentu bagi keberlanjutan pembangunan ekonomi
daerah. Penguatan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah akan
menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi daerah, yang didukung oleh
reorientasi ekonomi kepada basis agroindustri modern dengan pola
industri yang berintegrasi langsung dengan usaha tani keluarga dan
perusahaan pertanian.
Misi 5 didasari oleh disparitas antar wilayah dalam pembangunan yang
berimplikasi pada kesenjangan sosial, kemiskinan, pengangguran,
sarana prasarana dasar, akses pendidikan, kesehatan serta
diskriminasi dalam berbagai aspek.
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-19
Misi 6 didasari oleh sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan modal
pembangunan daerah dan sekaligus sebagai penopang sistem
kehidupan. Sumber daya alam yang lestari akan menjamin tersedianya
sumber daya yang berkelanjutan bagi pembangunan. Tantangan besar
yang dihadapi Kabupaten Banjar sampai tahun 2025 adalah
memulihkan dan menguatkan kembali daya dukung lingkungan dalam
pelaksanaan pembangunan, oleh karena itu kebijakan pengembangan
sumber daya alam dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh,
serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk mendukung
pembangunan yang berkelanjutan. Peningkatan partisipasi masyarakat
akan pentingnya pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup
dilakukan pemerintah daerah antara lain melalui pemberdayaan
terhadap berbagai institusi sosial dan ekonomi di tingkat lokal.
Pengelolaan sumber daya alam tetap mengedepankan aspek
keberlanjutan bagi generasi mendatang.
Untuk mewujudkan visi dan misi Kabupaten Banjar tahun 2005-2025
tersebut dibutuhkan :
1. Keselarasan visi dan misi (alignment vision and mission) antara provinsi
dan kabupaten/kota terutama metropolitan Banjar Bakula;
VISI DAN MISI DAERAH BAB IV
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
IV-20
2. Komitmen bersama antara pemerintah Kabupaten Banjar, masyarakat
dan pelaku dunia usaha melalui kepemimpinan Bupati, melaui prinsip-
prinsip: kebersamaan (togetherness), kemandirian (self-help), keadilan
dan keberlanjutan (sustainability). Ketiga prinsip tersebut diwujudkan
melalui pendekatan secara komprehensif, yaitu peningkatan modal
sosial (social capital), pemberdayaan (empowerment), tata kelola
kepemerintahan yang baik (good governance), membangun saling
kepercayaan (trust each others), dan komunikasi yang sehat (health of
communication);
3. Pelaksanaan pembangunan daerah secara terintegrasi dengan
melibatkan seluruh pemangku kepentingan pembangunan.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 1
BAB V
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
5.1.Tujuan dan Sasaran
Visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Banjar tahun 2005-
2025adalah:“Kabupaten Banjar yang berbudaya, religius, mandiri dan berdaya
saing Tahun 2025”
Berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, dirumuskan tujuan dan
sasaran pokok serta indikator target yang hendak dicapai 20 tahun
mendatang.Tujuan pokok dijabarkan sesuai dengan misi yang telah ditetapkan,
dan sasaran pokok merupakan langkah yang hendak dilaksanakan untuk
mencapai tujuan tersebut.Sebagai tolok ukur pencapaian sasaran, disusunlah
indikator pencapaian Kinerja pembangunan jangka panjang.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 2
Tabel 5.1 Misi, Tujuan dan Sasaran Pokok Pembangunan Jangka Panjang
Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025
Misi Pembangunan Jangka Panjang
Tujuan Jangka Panjang
Sasaran Pokok
1. Mewujudkan Kabupaten Banjar yang religius, dan berbudaya luhur
Terciptanya nuansa religius, dan berbudaya luhur
1.1. Terwujudnya nuansa religius di Kabupaten Banjar
1.2. Terjalinnya kesetiakawanan sosial dan budaya gotong royong masyarakat di Kabupaten Banjar
1.3. Meningkatnya keamanan dan ketertiban masyarakat antar umat beragama.
2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang berahlak mulia
Meningkatnya kecerdasan, kreativitas, keterampilan, produktivitas dan kemandirian masyarakat.
2.1. Terwujudnya pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan
2.2. Meningkatnya kualitas budaya, iman dan taqwa
2.3. Meningkatnya mutu dan daya saing masyarakat pada bidang pendidikan
Meningkatnya derajat kesehatan masyarak.
2.4. Meningkatnya pola hidup sehat dan kualitas kesehatan lingkungan
2.5. Tersedianya daya dukung sarana dan prasarana kesehatan dan olahraga.
2.6. Terwujudnya Keluarga berkualitas dan meningkatnya peran gender dalam pembangunan di Kabupaten Banjar
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 3
Misi Pembangunan Jangka Panjang
Tujuan Jangka Panjang
Sasaran Pokok
3. Mewujudkan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, dan pelayanan prima
Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang efisien, efektif, akuntabel dan transparan demi terwujudnya pelayanan publik yang prima
3.1. Terwujudnya pelayanan publik yang sesuai dengan standar pelayanan prima serta mengikuti dinamika pelayanan aparatur pemerintahan yang transparan.
3.2. Meningkatnya sinergitas pemerintahan dalam upaya mewujudkan good governance dan clean goverment
3.3. Meningkatnya kualitas kehidupan berdemokrasi
4. Memantapkan pembangunan ekonomi keryakyatan yang berdaya saing dan mendorong pertumbuhan investasi
Meningkatnya kapasitas dan kualitas perekonomian daerah.
4.1. Terwujudnya perkembangan industri dan UMKM berbasis sumberdaya lokal
4.2. Terwujudnya produk pertanian yang berdaya saing.
4.3. Terwujudnya potensi pariwisata daerah yang berdaya saing
4.4. Meningkatnya akses informasi dan kemudahan perizinan investasi
4.5. Terlaksananya pembangunan pusat-pusat perdagangan
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan yang berkeadilan
Terwujudnya pemerataan pembangunan dan kesejahteraan yang berkeadilan
5.1. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan
5.2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur sesuai dengan hirarki dan kebutuhan masyarakat.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 4
Misi Pembangunan Jangka Panjang
Tujuan Jangka Panjang
Sasaran Pokok
5.3. Terwujudnya pembangunan daerah tertinggal dan kawasan strategis dan pengembangan wilayah
Mewujudkan Kinerja Pelayanan Sektor Transportasi Yang Handal.
5.4. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa dan prasarana transportasi
5.5. Meningkatkan keselamatan, keamanan, dan ketertiban transportasi
6. Mewujudkan lingkungan hidup yang asri dan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan
Meningkatnya kualitas lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan
6.1. Meningkatnya kualitas lingkungan yang bersih, bebas dari sampah, limbah, dan polusi
6.2. Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam yang efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan
6.3. Terwujudnya pola pemanfaatan ruang yang sesuai dengan tata ruang wilayah
Berdasarkan tabel diatas, sasaran pokok disusun pada tiap butir misi untuk
menjelaskan focus dan keterkaitannya. Tahap berikutnya adalah perumusan
indikator Kinerja yang menjelaskan target pencapaian sasaran pokok dimaksud
selama 20 tahun.Perumusan indikator Kinerja RPJPD Kabupaten Banjar tahun
2005-2025 dijelaskan pada tabel berikut.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 5
Tabel 5.2 Perumusan Sasaran Pokok dan Indikator Kinerja Pembangunan Jangka
Panjang Kabupaten Banjar 2005-2025
Misi Pembangunan Jangka Panjang
Sasaran Pokok Program Indikator
1. Mewujudkan Kabupaten Banjar yang religius, dan berbudaya luhur
1.1. Terwujudnya nuansa religius di Kabupaten Banjar
Meningkatnya sarana dan prasarana ibadah.
Berkembangnya pemanfaatan kebudayaan daerah dan apresiasi seni budaya bernuansa religious
Terwujudnya suasana nyaman dan menunjang aktivitas keagamaan.
1.2. Terjalinnya kesetiakawanan sosial dan budaya gotong royong masyarakat di Kabupaten Banjar
Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memelihara dan mematuhinorma budaya dan kearifan local.
Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap Kinerja pemerintah kabupaten Banjar.
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
1.3. Meningkatnya keamanan dan ketertiban masyarakat antar umat beragama.
Berkurangnya angka kejahatan/kriminalitas
Berkurangnya gangguan terhadap hak individu, kelompok masyarakat dan institusi.
Meningkatnya daya dukung, sarana dan kualitas pembinaan dan pelayanan aparat pelindung masyarakat (linmas)
2. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang berahlak mulia
2.1. Terwujudnya pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan
Meningkatnya wajib belajar pendidikan dasar
Berkurangnya masyarakat miskin yang tidak memperoleh pendidikan dasar
Meningkatnya daya dukung sarana dan prasarana di daerah tertinggal
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 6
Misi Pembangunan Jangka Panjang
Sasaran Pokok Program Indikator
2.2. Meningkatnya kualitas budaya, iman dan taqwa
Pembinaan rohani bagi pemerintahan dan masyarak
Meningkatnya toleransi antar umat beragama
2.3. Meningkatnya mutu dan daya saing masyarakat pada bidang pendidikan
Meningkatnya angka melek huruf
Berkurangnya angka putus sekolah
Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan
Meningkatnya kualitas dan kuantitas tenaga pendidik dan kependidikan.
2.4. Meningkatnya pola hidup sehat dan kualitas kesehatan lingkungan
Menurunya angka kesakitan Menurunya penyakit menular Meningkatnya pembinaan dan
pendidikan pola hidup sehat bagi masyarakat
Meningkatnya akses terhadap sarana kesehatan lingkungan
2.5. Tersedianya daya dukung sarana dan prasarana kesehatan dan olahraga.
Meningkatnya daya dukung sarana dan prasarana pendidikan
Meningkatnya daya dukung sarana dan prasarana kesehatan yang terjangkau secara geografis maupun biaya
Meningkatnya daya dukung sarana dan prasarana keagamaan sesuai peraturan yang berlaku
Meningkatnya daya dukung sarana dan prasarana seni, budaya dan olahraga yang terpadu
2.6. Terwujudnya Keluarga berkualitas dan meningkatnya peran gender dalam pembangunan di Kabupaten Banjar
Meningkatnya pengguna KB menuju Keluarga berkualitas
Meningkatnya partisipasi perempuan dalam pembangunan.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 7
Misi Pembangunan Jangka Panjang
Sasaran Pokok Program Indikator
3. Mewujudkan penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, dan pelayanan prima
3.1. Terwujudnya pelayanan publik yang sesuai dengan standar pelayanan prima serta mengikuti dinamika pelayanan aparatur pemerintahan yang transparan.
Struktur Organisasi Pemerintahan Daerah (SOPD) yang mengedepankan minim struktur kaya fungsi.
Terciptanya keseimbangan formasi antara jabatan structural dan fungsional di setiap SOPD.
Terciptanya sistem karir yang berbasis pada kompetensi, Kinerja, profesionalisme dan kehandalan.
Terciptanya akuntabilitas aparatur pemerintah daerah melalui penerapan sistem penghargaan dan hukuman.
Meningkatnya akses masyarakat kepada dokumen-dokumen yang dihasilkan oleh pemerintah daerah.
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan Kabupaten Banjar.
3.2. Meningkatnya sinergitas pemerintahan dalam upaya mewujudkan good governance dan clean goverment
Meningkatnya kualitas dan kuantitas fasilitas public sesuai dengan standar kebutuhan masyarakat.
Meningkatnya Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap layanan pemerintah daerah
Terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
3.3. Meningkatnya kualitas kehidupan berdemokrasi
Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum
Meningkatnya pembinaan, pendidikan dan pelatihan masyarakat dalam kehidupan berdemokrasi.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 8
Misi Pembangunan Jangka Panjang
Sasaran Pokok Program Indikator
4. Memantapkan pembangunan ekonomi keryakyatan yang berdaya saing dan mendorong pertumbuhan investasi
4.1. Terwujudnya perkembangan industri dan UMKM berbasis sumberdaya lokal
Meningkatnya penggunaan bahan baku lokal oleh industri dan UMKM
Meningkatnya penggunaan tanaga kerja local untuk bekerja di industri dan UMKM
Meningkatnya jumlah UMKM yang sehat
Meningkatnya kemampuan pengelolaan dan fasilitasi akses permodalan
4.2. Terwujudnya produk pertanian yang berdaya saing.
Terwujudnya produk khusus minapolitan yang berdaya saing
4.3. Terwujudnya potensi pariwisata daerah yang berdaya saing
Meningkatnya kualitas lingkungan kawasan pariwisata di Kabupaten Banjar
Meningkatnya pengelolaan daerah tujuan wisata
Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek-objek wisata
Meningkatnya pola kerjasama, kemitraan dan promosi wisata
4.4. Meningkatnya akses informasi dan kemudahan perizinan investasi
Meningkatnya kemampuan berwirausaha bagi para pelaku UMKM
Meningkatnya pelayanan pemerintah berupa perizinan satu pintu
Terwujudnya pelayanan investasi yang mudah, murah, cepat, dan pasti
Meningkatnya infrastruktur yang mendukung pertumbuhan investasi secara kuantitas dan kualitas
4.5. Terlaksananya pembangunan pusat-pusat perdagangan
Revitalisasi pasar tradisional dan penataan pedagang informal (PKL)
Meningkatnya pemasaran hasil produk unggulan lokal di kawasan objek wisata
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 9
Misi Pembangunan Jangka Panjang
Sasaran Pokok Program Indikator
Meningkatnya fasilitas yang mendukung pemasaran produk unggulan
Meningkatnya jumlah sentra perdagangan produk unggulan
Meningkatnya jangkauan pasar produk unggulan
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan yang berkeadilan
5.1. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan
Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan, dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan Pemantauan pembangunan
5.2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur sesuai dengan hirarki dan kebutuhan masyarakat.
Meningkatnya sarana dan prasarana publik di setiap WP yang berkualitas dan sesuai kebutuhan penduduk.
Meningkatnya peran dan fungsi wilayah sesuai dengan arahan RTRW.
5.3. Terwujudnya pembangunan daerah tertinggal dankawasan strategis.
Meningkatkan percepatan pembangunan daerah tertinggal dan kawasan strategis.
Meningkatkan aksesibilitas daerah tertinggal.
5.4. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa dan prasarana transportasi
Idealisasi simpul-simpul transportasi darat
Mengoptimalkan kinerja prasarana dan fasilitas transportasi darat yang ada
5.5. Meningkatkan keselamatan, keamanan, dan ketertiban transportasi
Meningkatkan kelaikan sarana transportasi yang berwawasan lingkungan
Meningkatkan kelaikan prasarana fasilitas keselamatan transportasi darat
Tersedianya kebijakan, norma, dan prosedur di bidang transportasi darat
Peningkatan kedisiplinan pengguna lalu lintas
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 10
Misi Pembangunan Jangka Panjang
Sasaran Pokok Program Indikator
6. Mewujudkan lingkungan hidup yang asri dan pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan
6.1. Meningkatnya kualitas lingkungan yang bersih, bebas dari sampah, limbah, dan polusi
Berkurangnya tingkat pencemaran lingkungan
Meningkatnya daya dukung sarana dan prasarana kebersihan
6.2. Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam yang efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan
Meningkatnya penambangan sumber daya alam yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, sehingga dapat digunakan untuk kepentingan kehidupan masyarakat saat ini dan yang akan dating
Meningkatnya pengelolaan sumber daya alam dengan teknologi yang ramah lingkungan
Berkurangnya kegiatan penambangan tanpa izin
6.3. Terwujudnya pola pemanfaatan ruang yang sesuai dengan tata ruang wilayah
Meningkatnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka hijau
Meningkatnya kualitas kawasan permukiman yang terkait dengan ketersediaan fasilitas umum dan sosial yang sesuai dengan standar/ketentuan yang ada.
Berkurangnya tingkat pelanggaran pemanfaatan ruang
Tidak terjadi perubahan guna lahan pada kawasan lindung
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 10
Tabel 5.3 Prioritas Pembangunan Dalam RPJP Kabupaten Banjar
Prioritas Pembangunan
Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV
2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
Penyediaan Infrastruktur dan peningkatan kuantitas serta kualitas infrastruktur dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia di berbagai bidang untuk mendukung sektor pertanian menjadi leading sektor bagi bidang lainnya
Peningkatan kualitas pembangunan yang berwawasan lingkungan dan peningkatan perekonomian daerah yang berdaya saing untuk mendukung sektor pertanian menjadi leading sector bagi bidang lainnya
Pemantapan perekonomian daerah yang mandiri dan masyarakat yang sejahtera yang didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas menuju agro industri
Pemantapan perekonomian daerah yang tangguh, mandiri dan berdaya saing berbasis agro industri dengan ditunjang peningkatan jaringan pemasaran yang luas, penguatan industri pengolahan, jasa dan perdagangan
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 11
5.2. Tahapan dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang
Penentuan arah kebijakan pembangunan jangka panjang daerah
merupakan proses pendefinisian visi dan misi menjadi tahapan dan prioritas
pembangunan per lima tahun selama 20 (dua puluh) tahun untuk memandu
pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah agar lebih
terarah ke pencapaian tujuan. Arah kebijakan pembangunan jangka panjang
daerah ini juga merupakan pedoman untuk menyusun RPJM Daerah serta dapat
menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan yang telah
dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Dalam proses penentuan arah kebijakan pembangunan jangka panjang
daerah, terlebih dahulu akan dilakukan identifikasi tujuan dan sasaran pokok
pembangunan jangka panjang yang merupakan penurunan dari visi dan misi
pembangunan daerah Kabupaten Banjar. Pengidentifikasian tujuan dan sasaran
pokok dilaksanakan untuk menentukan kondisi target yang ingin dicapai per
tahapan pembangunan dan upaya-upaya yang akan dilakukan dalam upaya
mencapai kondisi target tersebut. Arah kebijakan pada hakekatnya merupakan
sasaran pokok terkait masalah yang dijadikan pedoman bagi penyusunan visi
dan misi calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk mengikuti
pemilihan umum kepala daerah (pemilukada).
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 12
Tabel 5.4 Tahapan Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Banjar 2005-2025
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
1. 1.1. Terwujudnya nuansa religius di Kabupaten Banjar
Kebudayaan 1. Kurangnya pemanfaatan kebudayaan daerah dan apresiasi seni budaya bernuansa religius
2. Perlunya pengembangan kehidupan beragama masyarakat
1. Mencanangkan pembangunan fasilitas seni dan budaya Banjar yang bernuansa religius
2. Meningkatkan sarana dan prasarana ibadah masyarakat
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap budaya Banjar
2. Meningkatkan pengelolaan sarana dan prasarana ibadah masyarakat
1. Terwujudnya penerapan nilai-niai kehidupan beragama dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan
2. Terwujudnya suasana yang nyaman dan menunjang aktivitas keagamaan
1. Terwujudnya penerapan nilai-niai kehidupan beragama dalam bermasyarakat dan dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan
2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana ibadah untuk menunjang aktivitas keagamaan
1. Terwujudnya nuansa religius di berbagai aspek kehidupan masyarakat
2. Meningkatnya kehidupan beragama masyarakat
1.2. Terjalinnya kesetiakawanan sosial dan budaya gotong royong masyarakat di Kabupaten Banjar
Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri
Mulai lunturnya budaya gotong royong dan kesetiakawanan sosial.
1. Meningkatkan kesadaran gotong royong di masyarakat.
2. Menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial, dan kepedulian dalam kehidupan masyarakat.
1. Meningkatkan rasa kesetiakawanan sosial dan kepedulian dalam kehidupan masyarakat.
2. Menumbuhkan rasa kesetiakawanan social, royong dan kepedulian dalam kehidupan masyarakat.
1. Memantapkan rasa kesetiakawanan sosial dan kepedulian dalam kehidupan masyarakat.
2. Menumbuhkan rasa kesetiakawanan sosial, gotong royong dan kepedulian dalam kehidupan masyarakat.
1. Mempertahankan rasa kesetiakawanan sosial dan kepedulian dalam kehidupan masyarakat.
2. Menumbuhkan rasa kesetiakawanan social, gotong royong dan kepedulian.
Meningkatnya rasa kesetiakawanan kesetiakawanan sosial, kepedulian dalam masyarakat serta budaya gotong royong di masyarakat.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 13
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
1.3. Meningkatnya keamanan dan ketertiban masyarakat antar umat beragama.
Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri
1. Belum optimalnya daya dukung penciptaan kondisi aman, tentram dan damai
2. Belum optimalnya pola pembinaan dan koordinasi/kerjasama dengan lembaga keamanan terhadap SDM
1. Meningkatkan rasio Linmas dibandingkan dengan jumlah penduduk.
2. Meningkatkan kualitas anggota Linmas.
3. Mencanangkan pelaksanaan kerjasama pengamanan lingkungan antara masyarakat, pemerintah dengan aparat keamanan.
1. Menciptakan kondisi keamanan, ketertiban dilingkungan masyarakat
2. Meningkatkan kerjasama dengan aparat keamanan lain dalam upaya penciptaan situasi kamtibmas yang lebih baik dan kondusif.
1. Memantapkan pelaksanaan kerjasama dengan aparat keamanan lain dalam upaya penciptaan situasi kamtibmas yang lebih baik dan kondusif.
2. Mewujudkan penguatan kelembagaan linmas yang lebih profesional terutama dalam pencegahan terjadinya gangguan kamtibmas.
1. Memantapkan penguatan kelembagaan linmas yang lebih profesional terutama dalam pencegahan terjadinya gangguan kamtibmas.
2. Mempertahankan situasi kamtibmas yang lebih baik dan kondusif.
1. Meningkatnya keamanan, ketentraman dan kedamaian di lingkungan masyarakat.
2. Meningkatnya kerja sama dengan lembaga keamanan
3. Mewujudkan penguatan kelembagaan linmas yang lebih profesional terutama dalam pencegahan terjadinya gangguan kamtibmas.
2. 2.1. Terwujudnya pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan
Pendidikan 1. Masih rendahnya angka pastiripasi murni (APM) pada setiap jenjang pendidikan.
1. Melaksanakan wajardikdas 9 tahun.
2. Mencanangkan pendidikan anak usia dini
3. Meningkatkan manajemen
1. Mewujudkan wajar dikdas 9 Tahun
2. Meningkatkan kualitas pendidikan anak usia dini.
3. Mencanangkan wajar dikdas 12 Tahun
1. Mewujudkan wajar dikdas 12 Tahun
2. Mewujudkan pendidikan anak usia dini yang berkualitas
3. Meningkatkan kualitas SMK
1. Meningkatkan wajar dikdas 12 Tahun
2. Mempertahankan kualitas pendidikan anak usia dini
3. Mempertahankan kualitas SMK
1. Meningkatnya APM pada setiap jenjang pendidikan.
2. Meningkatnya kualitas pendidikan anak usia dini
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 14
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
2. Belum optimalnya pendidikan anak usia dini.
3. Belum meratanya kesempatan urituk memperoleh pelayanan pendidikan, terutama bagi masyarakat miskin
4. Masih lemahnya kreativitas dan inovasi dalam pengembanga n pendidikan.
pelayanan pendidikan
4. Mencanangkan SMK berbasis life skill sesuai kebutuhan pasar
5. Meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga pendidik
4. Mengembangkan SMK berbasis life skill sesuai kebutuhan pasar
5. Mengembangkan sekolah berbasis internasional.
6. Meningkatkan beasiswa bagi siswa/siswi berprestasi
7. Melibatkan peran pihak swasta dalam bidang pendidikan
8. Meningkatkan kesempatan pendidikan bagi masyarakat miskin
berbasis life skill sesuai kebutuhan pasar.
4. Meningkatkan kualitas sekolah berbasis internasional
5. Meningkatkan program beasiswa bagi siswa/siswi berprestasi
6. Meningkatkan peran pihak swasta dalam bidang pendidikan
7. Meningkatkan kesempatan pendidikan bagi masyarakat miskin
berbasis life skill sesuai kebutuhan pasar
4. Mempertahankan kualitas sekolah berbasis internasional
5. Meningkatkan pelaksanaan program beasiswa bagi siswa/siswi berprestasi.
6. Meningkatkan peran pihak swasta dalam bidang pendidikan
7. Meningkatkan kesempatan pendidikan bagi masyarakat miskin
3. Meratanya kesempatan untuk memperoleh pelayanan pendidikan.
4. Meningkatnya sekolah-sekolah kejuruan yang berorientasi pasar, berbasis potensi wilayah dan life skills yang memiliki daya saing internasional.
2.2. Meningkatnya kualitas budaya, iman dan taqwa
Kebudayaan 1. Kurangnya pemanfaatan kebudayaan daerah dan apresiasi seni budaya bernuansa religious
2. Perlunya peningkatkan
1. Mencangkan pembangunan fasilitas seni dan budaya Banjar
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap budaya Banjar
1. Memperkenalkan bahasa dan budaya Banjar serta kearifan lokal sejak Sekolah Dasar
2. Melaksanakan pendataan dan pengelolaan peninggalan
1. Melestarikan budaya dan asset-aset bersejarah
2. Meningkatkan pengelolaan dan revitalisasi kawasan bersejarah di Kabupaten Banjar untuk menjaga
1. Mempertahankan kualitas asset-aset kekayaan budaya Banjar
2. Mencanagkan program budaya dan bangunan bersejarah pada tingkat Internasional
1. Meningkatnya kualitas cagar budaya dan asset-aset kekayaan budaya Banjar
2. Meningkatnya promosi, inovasi, dan kreativitas
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 15
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
jati diri masyarakat seperti solidaritas sosial, dan budaya berperilaku positif.
3. Menanamkan toleransi dan sikap saling menghargai sejak di Sekolah Dasar
budaya lokal 3. Meningkatkan
penanaman toleransi dan sikap saling menghargai sejak di Sekolah Dasar
kelestariannya 3. Mencanangkan
program promosi budaya dan bangunan bersejarah di tingkat nasional
pengembangan seni dan budaya
2.3. Meningkatnya mutu dan daya saing masyarakat pada bidang pendidikan
Pendidikan 1. Masih rendahnya mutu pendidikan masyarakat.
2. Masih rendahnya daya saing masyarakat dibidang pendidikan dan keahlian lainnya.
1. Mencanangkan Program Gemar Membaca Bagi anak usia sekolah
2. Mencanangkan Program peningkatan kualitas guru sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
1. Mewujudkan masyarakat yang mampu membaca dan menulis
2. Meningkatkan kualitas guru sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Meningkatkan ketertarikan siswa/I SMP/MTs untuk melanjutkan sekolah ke SMK yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja.
1. Mendorong peningkatan ketertarikan masyarakat lulusan SMA/MA/SMK untuk melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas perpustakaan daerah dan perpustakaan berjalan hingga ke tingkat desa.
3. Meningkatkan keberadaan institusi pendidikan formal dan nonformal terkait pertanian
1. Mewujudkan masyarakat yang cerdas dan terampil dalam berbagai bidang dalam menunjang sektor pertanian sebagai leading sector.
1. Meningkatnya kualitas pendidian dan keterampilan masyarakat.
2. Meningkatnya daya saing masyarakat Kabupaten Banjar terhadap masyarakat di luar Kabupaten Banjar.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 16
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
2.4. Meningkatnya pola hidup sehat dan kualitas kesehatan lingkungan
Kesehatan 1. Masih terbatasnya tenaga medis dan fasilitas kesehatan.
2. Belum optimalnya pelayanan kesehatan terhadapmasyarakat.
1. Mewujudkan pencapaian standar pelayanan minimal kesehatan terhadap masyarakat miskin.
2. Melaksanakan Pelayanan kesehatan di puskesmas secara gratis melalui jaminan pelayanan kesehatan.
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya budaya hidup sehat
2. Meningkatkan penyuluhan/sosialis asi tentang lingkungan dan budaya hidup yang sehat kepada masyarakat.
3. Meningkatkan penyuluhan tentang gizi dan program imunisasi
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan pelayanan kesehatan hingga menjangkau desa- desa.
5. Menyediakan fasilitas pendukung bagi tenaga medis di daerah
1. Meningkatkan kualitas tenaga - tenaga di bidang pelayanan kesehatan
2. Meningkatkan penyuluhan tentang kesehatan ibu hamil dan kesehatan bayi.
3. Meningkatkan akses masyarakat kepada fasilitas-fasilitas kesehatan yang tersedia.
4. Meningkatkan fasilitas pendukung bagi tenaga medis di daerah
1. Mewujudkan pemberdayaan masyarakat dalam rangka penguatan kemandirian terhadap pelayanan kesehatan dan kesadaran akan gizi dan pola hidup sehat.
2. Meningkatkan informasi layanan kesehatan hingga tingkat desa
3. Mempertahankan fasilitas pendukung bagi tenaga medis di daerah
1. Meningkatnyakualitas kesehatan masyarakat.
2. Memadainya jumlah tenaga medis dan fasilitas kesehatan.
3. Meningkatnya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 17
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
2.5. Tersedianya daya dukung sarana dan prasarana kesehatan dan olahraga.
Kesehatan Olahraga
1. Masih minimnya fasilitas pendukung untuk meningkatkan sarana prasarana kesehatan dan olahraga
1. Rintisan penyelenggaraan even olahraga prestasi
2. Menyediakan fasilitas sarana untuk olahraga umum masyarakat
1. Mewujudkan sarana prasarana sebagai daya dukung kesehatan
2. Meningkatkan Kualitas dan kuantitas atlet berprestasi
1. Mewujudkan sarana prasarana sebagai daya dukung kesehatan
2. Meningkatkan Kualitas dan kuantitas atlet berprestasi
3. Rintisan penyelenggaraan even olahraga prestasi
4. Menyediakan fasilitas sarana untuk olahraga umum masyarakat
1. Mewujudkan sarana prasarana sebagai daya dukung kesehatan
2. Meningkatkan Kualitas dan kuantitas atlet berprestasi
3. Rintisan penyelenggaraan even olahraga prestasi
4. Menyediakan fasilitas sarana untuk olahraga umum masyarakat
Tersedianya fasilitas pendukung untuk meningkatkan sarana prasarana kesehatan olahraga.
2.6. Terwujudnya Keluarga berkualitas dan meningkatnya peran gender dalam pembangunan di Kabupaten Banjar
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
1. Minimnya partisipasi masyarakat dalam program KB khususnya pria
2. Rendahnya partisipasi perempuan dalam organisasi pemerintahan, politik, dan dunia usaha
3. Peningkatan pengguna KB menuju keluarga berkualitas
4. Meningkatnya partisipasi perempuan dilembaga pemerintah
1. Meningkatkan layanan KB bagi berbagai lapisan masyarakat
2. Peningkatan peran gender dalam organisasi pemerintahan, politik, dan dunia usaha
1. Meningkatkan partisipasi program KB bagi pria
2. Optimalisasi peran gender dalam organisasi pemerintahan, politik, dan dunia usaha
1. Pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang berkelanjutan melalui program KB
2. Peningkatan kualitas SDM perempuan dan kesadaran untuk pembangunan
1. Menurunnya laju pertumbuhan penduduk
2. Meningkatnya keluarga berkualitas
3. Terwujudnya peran gender dalam pembangunan di Kabupaten Banjar
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 18
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
3. 3.1. Terwujudnya pelayanan publik yang sesuai dengan standar pelayanan prima serta mengikuti dinamika pelayanan aparatur pemerintahan yang transparan.
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.
1. Belum optimalnya pelayanan publik terhadap masyarakat.
2. Sarana dan Prasarana Perkantoran kurang memadai (kapasitas yang kurang) dan belum terpadu
1. Memperbaiki sistem pelayanan publik/perizinan kearah system pelayanan yang lebih sederhana, transparan, dan lebih memiliki kepastian.
2. Pembinaan dan pengembangan kemampuan sumber daya aparatur pemerintah dalam pelayanan prima
3. Identifikasi kebutuhan dan kelayakan wilayah perkantoran baru
1. Meningkatkan sistem pelayanan publik/ perizinan kearah sistem pelayanan yang lebih sederhana, transparan, dan lebih memiliki kepastian.
2. Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur pemerintah dalam pelayanan prima
3. Sosialisasi dan proses perpindahan perkantoran pemerintahan
1. Meningkatkan kualitas system pelayanan publik/perizinan
2. Memantapkan pelayanan publik yang prima
3. Terbangunya kantor pemerintahan yang baru dan terpadu
1. Mempertahankan kondisi pelayanan publik yang sesuai dengan standar pelayanan
2. Peningkatan fasilitas dan pelayanan perkantoran baru yang terpadu
1. Tersedianya pelayanan publik yang prima
2. Terbangunya aparatur pemerintah daerah yang profesional
3. Fasilitas perkantoran dalam upaya pelayanan publik memadai dan terpadu
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 19
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
3.2. Meningkatnya sinergitas pemerintahan dalam upaya mewujudkan good governance dan clean goverment
Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian.
1. Belum sesuainya penempatan pegawai dengan kompetensi pendidikan dan pola karir yang jelas
2. Belum efektif dan efisienya system organisasi dan tata kerja.
1. Membentuk system organisasi dan tata kerja yang efektif dan efisien
2. Mendorong terbentuknya jabatan fungsional sesuai kompetensinya
3. Meningkatkan kualitas para aparat pemerintahan
4. Meningkatkan disiplin pegawai
5. Mengimplementasikan sisdur reward & punishment pegawai.
1. Meningkatkan sisdur reward & punishment pegawai.
2. Mempermudah akses masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan.
1. Mewujudkan penyempurnaan satuan organisasi pemerintah daerah (SOPD) kearah organisasi yang efektif dan efisien
2. Mewujudkan sistem kepegawaian yang professional
3. Memantapkan kompetensi,kinerja, sertakehandalanaparaturnya yangdilakukan secarabertahap danberkelanjutan
4. Meningkatkanpartisipasimasyarakat dalamperencanaan,pelaksanaan danpengendalianpembangunan.
1. Mewujudkan good governance dalam system pemerintahan di Kabupaten Banjar
2. Mewujudkan perencanaan partisipatif dalam pembanguan
1. Tercapainya kesesuaian penempatan pegawai dengan kompetensi pendidikan dan pola karir yang jelas
2. Meningkatnya kapasitas organisasi dalam rangka meningkatkan profesionalitas dalam kinerja birokrasi yang ramping struktur
3. Terciptanya system birokrasi yang efektif dan efisien.
3.3. Meningkatnya kualitas kehidupan berdemokrasi
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Rendahnya peran masyarakat dalam pesta demokrasi.
Meningkatkan pembinaan kepada masyarakat terkait proses pemilihan umum.
Mendorong partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam pemilihan umum.
Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam pemilihan umum.
Mempertahankan tingkat partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam pemilihan umum.
Meningkatnnya kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam pesta demokrasi.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 20
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
4. 4.1. Terwujudnya perkembangan industri dan UMKM berbasis sumberdaya lokal
Industri, Koperasi dan UMKM
Penanaman Modal,
Perdagangan
1. Masih kurangnya jumlah koperasi yang aktif untuk melayani masyarakat
2. Masih rendahnya manajemen dan kualitas produk UMKM
3. Masih redahnya penggunaan teknologi ramah lingkungan di UMKM
1. Optimalisasi pemanfatan koprasi oleh masyarakat
2. Meningkatkan jumlah industri manufaktur
3. Mewujudkan terlaksananya kerjasama dalam pengembangan industri berbasis potensi lokal
4. Meningkatkan industri manufaktur
1. Mengkelompokan dan mengembangkan kawasan menjadi kawasan jasa perdagangan, UMKM dan industri kreatif
2. Menyiapkan infrastruktur, berupa jalan, pusat perdagangan dan fasilitas pendukung jasa perdagangan
1. Meningkatkan keterlibatan masyarakat lokal untuk terlibat di dalam kegiatan jasa perdagangan.
2. Meningkatkan pengetahuan, pembinaan dan motivsi bagi masyarakat pelaku usaha dan kegiatan jasa perdagangan, UMKM dan industri kreatif terkait penggunaan teknologi, kemudahan akses pemasaran,
1. Terserapnya produk UMKM di pasar regional, nasional bahkan internasional
2. Meningkatnya kualitas produk UMKM.
3. Meningkatnya akses UMKMterhadap informasi pusat dan mengakses permodalan
1. Menguatkan (dari segi ekonomi dan penggunaan teknologi ramah lingkungan) UMKM dan industri kreatif agar lebih mandiri dan berdaya saing.
2. Meningkatkan promosi hasil-hasil UMKM dan industri kreatif pada tingkat internasional.
4. Masih rendahnya akses UMKM terhadap informasi pasar dan permodalan
3. Menetapkan AMDAL bagi kawasan yang akan dikembangkan menjadi sentra UMKM, industri kreatif, serta pusat perdagangan
4. Meningkatkan kondisi iklim
dan kemudahan untuk mengakses permodalan
3. Meningkatkan kualitas infrastrukturdan fasilitas pendukung kegiatan jasa perdagangan, UMKM dan industri kreatif.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 21
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
investasi yang menarik dan memudahkan bagi investor baik dalam mauun luar negeri
5. Mencanangkan kerjasama antar daerah produsen dengan pasar-pasar yang menjadi target penjualan hasil-hasil industri
4. Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jasa perdagangan, dari skala kabupaten menjadi skala regional
5. Mendorong peningkatan investasi terhadap UMKM dan industri kreatif.
6. Meningkatkan promosi hasil-hasil UMKM dan industri kreatif pada tingkat nasional.
4.2. Terwujudnya produk pertanian yang berdaya saing.
Pertanian Perkebuna
n Kehutanan Perikanan
1. Belum optimalnya penggunaan teknologi pertanian, perkebunan, peternakan, Perikanan
2. Belum terwujudnya kawasan agropolitan 'one
1. Revitalisasi Kawasan pertanian, perkebunan, peternakan, Perikanan dalam aglomerasi ekonomi
2. Mencanangkan intensifikasi pertanian, perkebunan,
1. Menumbuhkembangkan sistem manajemen terpadu antar komoditas pertanian, perkebunan, peternakan, Perikanan dan wilayah sentra produksi
2. Mengelola dan
1. Mendorong terbentuknya klaster industri-industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan yang ramah lingkungan.
2. Mendorong terbentuknya industri-industri
1. Mendorong pengembangan industri pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan di sektor hilir
2. Mendorong terciptanya linkage (keterkaitan) antara daerah produsen (penghasil
1. Terwujudnya kawasan agropolitan 'one village one product' berbasis potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia lokal yang mandiri, berteknologi
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 22
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
village one product' berbasis potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia lokal yang mandiri, berteknologi dan berdaya saing.
peternakan,Perikanan)
3. Pencanangan pengolahan hasil-hasil pertanian, perkebunan, peternakan, Perikanan
Melaksanakan intensifikasi lahan pertanian, perkebunan, peternakan, Perikanan
3. Mendorong masyarakat untuk terlibat pada sektor pertanian dan industri pengolahan hasil pertanian yang ramah lingkungan
pengolahan hasilpertanian, perkebunan, peternakan, perikanan yang teraglomerasi dan ramah lingkungan.
3. Mencanangkan kerja sama antara petani dengan industri pengelolaan hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan serta antara sektor industri dengan pasar-pasar yang potensial
bahanbaku dengan daerah aglomerasi industri pengolahan) serta daerah distribusi (pasar).
3. Meningkatkan promosi terhadap hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan hasil industri pengolahan pertanian pada tingkat internasional
dan berdaya saing.
2. Meningkatnya promosi terhadap hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan hasil industri pengolahan pertanian pada tingkat internasional.
4. Mencanangkan program 'one village one product' dalam rangka mendukung kegiatan promosi hasil pertanian, perkebunan, peternakan,
5. Meningkatkan
pengetahuan sikap
dan keterampilan
petani dalam
rangka peningkatan
kualitas hasil
pertanian,
perkebunan,
peternakan,
4. Mendorong
penggunaan
teknologi pada
industri pengolahan
hasil pertanian,
perkebunan,
peternakan,
perikanan.
4. Memantapkan
kawasan
agropolitan 'one
village one product'
yang berbasis
potensi
5. Memantapkan
program 'one
village one product'
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 23
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
Perikanan dan hasil industri pengolahan.
perikanan
6. Meningkatkan
infrastruktur dan
fasilitas pendukung
kegiatan pertanian,
perkebunan,
peternakan,perikan
an dan industri
pengolahan.
5. Meningkatkan
pengetahuan
masyarakat akan
penggunaan
teknologi agardapat
terlibat dalam
industri pengolahan
hasil pertanian,
perkebunan,
peternakan,
perikanan
6. Meningkatkan
program 'one
village one product'
dalam rangka
mendukung
kegiatan promosi
hasil pertanian,
perkebunan,petern
akan,perikanan dan
hasil industri
pengolahan.
dalam rangka
mendukung
kegiatan promosi
hasil pertanian,
perkebunan,
peternakan,perikan
an dan hasil
industri
pengolahan.
6. Meningkatkan
promosi hasil
pertanian,perkebun
an, peternakan,
perikanan dan hasil
industri pengolahan
pertanian di tingkat
internasional
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 24
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
7. Mewujudkan
program 'one
village one
product'dalam
rangka mendukung
kegiatan promosi
hasil pertanian,
perkebunan,
peternakan,
Perikanan dan hasil
industri pengolahan
8. Mencanangkan
teknologi informasi
dan komunikasi
sebagai media
pengembangan
agribisnis
kewilayahan
7. Meningkatkan
promosi hasil
pertanian,
perkebunan,
peternakan,
perikanan dan hasil
industri pengolahan
pertanian di tingkat
nasional melalui
pencitraan produk
pertanian lokal.
8. Mengembangkan
teknologi informasi
dan komunikasi
pada
pembangunan
pertanian,
perkebunan,
peternakan,
perikanan,
pengembangan
agribisnis, dan
informasi pasar
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 25
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
4.3. Terwujudnya potensi pariwisata daerah yang berdaya saing
Pariwisata 1. Belum optimalnya fasilitas pelayanan di sektor pariwisata
2. Belum optimalnya promosi pariwisata di dalam dan luar negeri
3. Belum tergalinya potensi wisata lainnya
4. Masih belum regulasi yang berkenaan dengan pengembangan wisata daerah
5. Belum optimalnya pendapatan dari sektor pariwisata
1. Pengembangan kegiatan pariwisata berorientasi religius
2. Meningkatkan Ketersediaan fasilitas pendukung pariwisata berorientasi religius.
3. Meningkatkan jumlah dan lama kunjungan wisata
4. Meningkatkan jumlah dan keragaman daerah tujuan wisata
5. Penetapan wisata alam unggulan
1. Pengembangan kegiatan pariwisata umum
2. Meningkatkan Ketersediaan fasilitas pendukung pariwisata.
3. Meningkatkan investasi usaha pariwisata.
4. Meningkatkan jumlah dan lama kunjungan wisata
5. Meningkatkan jumlah dan keragaman daerah tujuan wisata
6. Rintisan regulasi pariwisata
7. Pengembangan kegiatan wisata alam
1. Mengelola dan meningkatkan kualitas infrastruktur dan fasiltias pendukung daerah pariwisata yang telah ada saat ini.
2. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan revitalisasi kawasan-kawasan budaya yang merupakan objek wisata.
3. Melibatkan masyarakat dalam industri pariwisata (sebagai penyedia jasa dan fasilitas pendukung kegiatan wisata)
4. Meningkatkan promosi hasil-hasil pertanian dan industri pengolahan sebagai ciri khas objek wisata.
1. Meningkatkan potensi kawasan pariwisata agar lebih menarik bagi para wisatawan.
2. Meningkatkan kelengkapan infrastruktur dan fasilitas pendukung kegiatan wisata.
3. Meningkatkan kualitas/pengetahuan masyarakat tentang industri pariwisata dan kegiatan bangkitannya.
4. Meningkatkan promosi daerah wisata dan potensi wisata alam pada tingkat Internasional
5. Terwujudnya penataan kawasan pariwista daerah
1. Meningkatnya fasilitas pelayanan di kawasan pariwisata.
2. Meningkatnya promosi pariwisata nusantara didalam dan di luar negeri
3. Terseedianya regulasi yang berkenaan dengan pengembangan wisata daerah
4. Optimalnya pendapatan dari sektor pariwisata
6. Terbukanya
akses wisata
religius
kelampayan
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 26
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
5. Studi kelayakan pembangunan aksesibilitas (infrastruktur) wisata religius daerah kelampayan.
5. pengembangan aksesibilitas (infrastruktur) wisata religius daerah kelampayan
6. Meningkatkan promosi daerah wisata dan potensi wisata alam pada tingkat nasional.
6. Peningkatan aksesibilitas wisata religius daerah kelampayan
4.4. Meningkatnya akses informasi dan kemudahan perizinan investasi
Perizinan Penanaman
modal Informasi
dan komunikasi
1. Belum efisienya pengurusan perizinan
2. Belum kondusifnya iklim investasi.
3. Belum memadainya sarana dan prasarana pendukung kegiatan investasi.
1. Penyederhanaan pelayanan perizinan investasi
2. Mengadakan promosi pada skala nasional dan internasional terhadap sektor-sektor yangpotensial dan menguntungkan untuk dikembangkan di Kabupaten Banjar.
1. Mendorong terciptanya hubungan yang baik dan saling percaya antara pemerintah dan masyarakat terhadap investor, serta antara investor terhadap pemerintah dan masyarakat.
2. Menerapkan sistem insentif bagi para investor yang hendak berinvestasi di Kabupaten Banjar.
1. Meningkatkan iklim investasi yang kondusif bagi investor.
2. Meningkatkan kualitas lembagapendukung investasi yang aman, terpercaya dan memudahkan proses investasi.
3. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung kegiatan investasi.
1. Mempertahankakondisi iklim investasi yang kondusif bagi investor
2. Memeliharasarana dan prasarana pendukung kegiatan investasi.
1. Terciptanya pelayan terpadu dan efisien
2. Terciptanya iklim yang kondusif bagi investor
3. Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana pendukung kegiatan investasi.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 27
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
4. Belum tersedianya media informasi dan komunikasi yang handal
3. Peningkatan Layanan Informasi secara terpadu, murah, sehat dan aman ke desa – desa
4. Pembinaan, Pengendalian Pos Telekomunikasi dan Frekuensi.
5. Mendorong terciptanya lembaga-lembaga keuangan yang aman dan terpercaya.
3. Optimalisasi Layanan Informasi secara terpadu, murah, sehat dan aman ke desa – desa
4. Peningkatan Fasilitasi, Pembinaan, Pengendalian Pos Telekomunikasi dan Frekuensi.
5. Memeratakan informasi dan kemudahan akses mencari investor dan mencari sektor yang potensial berkembang serta membutuhkan investasi.
4. Peningkatan Kerjasama Informasi dengan Mass Media
5. Peningkatan pengawasan dan pengendalian terhadap jasa layanan pos, telekomunikasi dan informatika
3. Pengembangan Komunikasi dan Informasi dengan Media Massa
4. Optimalisasi Pembinaan, Pengendalian Pos Telekomunikasi dan Frekuensi.
4. Tersedianya media informasi dan komunikasi yang handal serta pemanfaatan kemajuan teknologi dalam pengembangan potensi daerah
5. Tersedianya layanan publik dalam pengaturan dan pembinaan kepada jasa layanan pos, telekomunikasi dan informatika
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 28
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
4.5. Terlaksananya pembangunan pusat-pusat perdagangan
Perdagangan
Masih terbatasnya sarana dan parasarana pusat- pusat perdagangan.
1. Mencanangkan jumlah sentra UMKM dan industri manufaktur.
2. Meningkatkan infrastruktur yang mendukung pengembangan pusat-pusat perdagangan produk lokal.
3. Pengembangan aksesibilitas jalan aluh-aluh untuk pembangunan infrastruktur Pelabuhan Pelelangan Ikan (PPI).
1. Meningkatkan jumlah sentra UMKM danindustri manufaktur.
2. Meningkatkan pemeliharaan yang mendukung pengembangan pusat-pusat perdagangan produk lokal.
3. Peningkatan aksesibilitas jalan aluh-aluh untuk pembangunan infrastruktur Pelabuhan Pelelangan Ikan (PPI).
1. Merintis alternatif jenis industri dan pembinaan sentra-sentra industri kecil.
2. Memantapkan pemeliharaan yang mendukung pengembangan pusat-pusat perdagangan produk lokal.
3. Pembangunan infrastruktur Pelabuhan Pelelangan Ikan (PPI).
1. Mengembangkan alternatif jenis industri dan pembinaan sentra-sentra industri kecil.
2. Mementapkan pemeliharaan yang mendukung pengembangan pusat-pusat perdagangan produk lokal.
3. Pengembangan infrastruktur Pelabuhan Pelelangan Ikan (PPI).
1. Meningkatnya ketersediaan sarana dan parasarana pusat-pusat perdagangan yang berkualitas.
2. Tersedianya sarana dan prasarana Pelabuhan Pelelangan Ikan (PPI).
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 29
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
5. 5.1. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembangunan
Pemberdayaan masyarakat dan Desa
1. Masih rendah tingkat keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan
2. Masih kurangnya transparansi dalam proses pembangunan
1. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik
2. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan
3. Terciptanya transparansi dalam proses pembangunan
1. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik
2. Terciptanya taransparansi dalam proses pembangunan
1. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik
2. Terciptanya taransparansi dalam proses pembangunan
1. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik
2. Terciptanya taransparansi dalam proses pembangunan
5.2. Meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur sesuai dengan hirarki dan kebutuhan masyarakat.
Pekerjaan Umum
Belum memadainya aksesibilitas, mobilitas, ketersediaan dan kapasitas infrastruktur
1. Peningkatan ketersediaan dan kemampuan kondisi jalan dan jembatan
2. Optimalisasi fiungsi irigasi untuk pertanian
1. Peningkatan ketersediaan dan kemamouan kondisi jalan dan jembatan
2. Optimalisasi fiungsi irigasi untuk pertanian
1. Peningkatan ketersediaan, kualitas dan kuantitas jalan dan jembatan
2. Peningkatan Optimalisasi fiungsi dan kemampuan irigasi untuk pertanian
1. Peningkatan ketersediaan, kualitas dan kuantitas jalan dan jembatan
2. Peningkatan Optimalisasi fiungsi dan kemampuan irigasi untuk pertanian
Peningkatan aksesibilitas, mobilitas, kemantapan dan kapasitas infrastruktur
5.3. Terwujudnya pembangunan daerah tertinggal dan kawasan strategis.
1. Belum maksimalnya pembangunan daerah tertinggal
2. Belum optimalnya pembangunan dikawasan strategis
1. Percepatan terhadap pembangunan di daerah tertinggal
2. Percepatan terhadap pembangunan di kawasan strategis
1. Percepatan terhadap pembangunan di daerah tertinggal
2. Percepatan terhadap pembangunan di kawasan strategis
1. Percepatan dan penataan pembangunan di daerah tertinggal
2. Percepatan dan penataan pembangunan di kawasan strategis.
1. Terwujudnya peralihan daerah tertinggal menjadi daerah maju dan mandiri
2. Terwujudnya pembangunan kawasan strategis
1. Maksimalnya pembangunan padqa daerah tertinggal
2. Optimalnya pembangunan di kawasan strategis
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 30
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
3. Studi kelayakan
pembangunan
terminal center.
3. Pembangunan
terminal center.
3. Optimalisasi Terminal center sebagai pusat kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang
3. Pengembangan sitem transportasi terdiri atas angkutan muatan (barang) dan manajemen yang mengelola angkutan
3. Optimalnya sitem transportasi terdiri atas angkutan muatan (barang) dan manajemen yang mengelola angkutan
5.4. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa dan prasarana transportasi
Perhubungan
Minimnya pelayanan angkutan umum massal sebagai moda utama pergerakan masyarakat
1. Peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum massal sebagai moda utama pergerakan masyarakat
1. Pengembangan kualitas pelayanan angkutan umum massal sebagai moda utama pergerakan masyarakat
1. optimalisasi kapasitas pelayanan angkutan umum bagi masyarakat
1. Peningkatan Rehabilitasi Dan Pemeliharaan Prasarana Dan Fasilitas
1. Terciptanya sistem hirarki simpul-simpul pelayanan angkutan umum berupa terminal, dermaga, halte
5.5. Meningkatkan keselamatan, keamanan, dan ketertiban transportasi
Perhubungan
Masih rendahnya kualitas dan kuantitas prasarana dan fasilitas keselamatan jalan serta kurangnya kedisiplinan pengguna lalu lintas
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan fasilitas keselamatan jalan
2. Peningkatan pemahaman pengguna jalan tentang berlalu lintas yang baik
1. Mengembangkan kualitas dan kuantitas prasarana dan fasilitas keselamatan jalan
2. Mengembangkan pemahaman masyarakat pengguna jalan tentang berlalu lintas yang baik
1. Meningkatkan kelaikan sarana dan prasarana transportasi yang sesuai standar nasional
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Dan Fasilitas Perhubungan
1. Peningkatan Kelaikan Pengoperasian Kendaraan Bermotor
2. Peningkatan Pelayanan Angkutan
1. Meningkatnya keselamatan, keamanan,dan ketertiban transportasi
2. Meningkatnya kedisiplinan pengguna lalu lintas
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 31
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
6. 6.1. Meningkatnya kualitas lingkungan yang bersih, bebas dari sampah, limbah, dan polusi
Lingkungan Hidup
1. Masih tingginya tingkat pencamaran dari sampah, limbah dan polusi
2. Kurangnya ketersediaan sarana prasarana penanggulangan bencana alam
3. Belum terkelolanya penanganan sampah, limbah dan polusi
1. Melaksanakan penanganan terhadap lahan kritis, pencemaran lingkungan
2. Menetapkan regulasi agar tidak terjadi penambahan luas lahan kritis.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lahan kritis dan tidak membuan sampah pada sembarang tempat (sungai).
1. Menerapkan regulasi agar tidak terjadi penambahan luas lahan dan kritis
2. Pembinaan teknis dan penyadaran mengenai pengelolaan kesehatan lingkungan
3. Meningkatkan penanganan lahan kritis di beberapa wilayah yang mengalamikondisi rawan bencana.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lahan kritis.
1. Meningkatkan penanganan lahan kritis di beberapa wilayah yang mengalami kondisi rawan bencana secara terencana, sinergi dan berkesinambungan antar pemangkukepentingan dan lintas sektor.
2. Meningkatnya wawasan dan kesadaran mengenai pengelolaan kesehatahn lingkungan
3. Memberikan insentif bagi masyarakat yang melakukan perbaikan lahan kritis secara mandiri.
1. Meningkatkan daya dukung dan kualitas lingkungan dengan mengupayakan peningkatan penanganan lahan kritis dan lahannya potensial kritis di beberapa wilayah
2. Menumbuhkan kesadaran masyarakat, pengawasan, pengendalian dan penegakan hukum terhadap pengelolaan lingkungan
1. Meningkatnya penanganan terhadap lahan kritis.
2. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana penanggulangan bencana
3. Terciptanya kondisi lingkungan yang bersih sehat dan nyaman
4. Terkelolanya sampah, limbah dan polusi
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 32
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
5. Mengelola sumber daya alam dan lingkungan yang serasi, seimbang menuju pembangunan berkelanjutan dan mitigasi bencana
6. Membentuk
Badan penanggulanga n bencana daerah
7. Menumbuhkan
kesadaran
masyarakat,
pengawasan,
pengendalian dan
penegakan
hukum terhadap
pengelolaan
lingkungan
4. Meningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang serasi, seimbang menuju pembangunan berkelanjutan dan mitigasi bencana
5. Menumbuhkan
kesadaran
masyarakat,
pengawasan,
pengendalian dan
penegakan hukum
terhadap
pengelolaan
lingkungan
3. Peningkatan
Penerapan
Teknologi
tepatguna untuk
pengolahan
sampah dan
limbah dan
sehingga
menghasilkan
nilai tambah dari
sisi ekonomi
4. Terbentuknya
lembaga
pengelolaan
sampah dan
limbah
5. Peningkatan
sarana prasarana
penunjang untuk
mewujudkan
kebersihan
lingkungan sesuai
dengan
kebutuhan
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 33
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
8. Penerapan
Teknologi
tepatguna untuk
pengolahan
sampah dan
limbah
9. Rintisan
pembentukan lembaga pengelolaan sampah dan limbah
10. Peningkatan sarana prasarana penunjang untuk mewujudkan kebersihan lingkungan
6. Peningkatan
Penerapan
Teknologi tepat
guna untuk
pengolahan
sampah dan
7. Terbentuknya
lembaga
pengelolaan
sampah dan limbah
8. Peningkatan sarana prasarana penunjang untuk mewujudkan kebersihan lingkungan
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 34
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
6.2. Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam yang efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan
Lingkungan hidup
Kehutanan
Energi dan sumberdya mineral
1. Belum optimalnya pengelolaan lingkungan hidup.
2. Belum optimalnya kelembagaan dan sistem penegakan hukum terkait pengelolaan lingkungan hidup.
3. Kerusakan hutan dan lahan kritis
4. Masih terdapatnya pertambangan dan air tanah yang belum berizin.
5. Masih kurangnya data, kondisi,potensi dan kebencanaan
1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan lingkungan
2. Memantapkan kepranataan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.
3. Mengoptimalisasi penggunaan teknologi ramah lingkungan
4. Menguatkan kelembagaan pengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup, terutama pengelola sumber daya air dan kawasan lindung.
1. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan lingkungan
2. Fasilitasi sarana dan lahan ruang terbuka hijau
3. Meningkatkan sistem informasi dan sumber daya lingkungan.
4. Optimalisasi penggunaan teknologi ramah lingkungan
5. Menguatkan kelembagaan pengelola sumber daya alam dan lingkugan hidup, terutama pengelolaan sumber daya air dan kawasan lindung.
1. Menguatkan kelembagaan pengelola sumber daya alam dan lingkugan hidup, terutama pengelola sumber daya air dan kawasan lindung.
2. Tersediaya sarana ruang terbuka hijau
3. Mengontrol sistem penegakan hukum dan pemerintahan (terkait pengelolaanlingkungan hidup) yang baik secara adil dan konsisten.
1. Memantapkan daya dukung lingkungan dalam pembangunan ekonomi sebagai upaya untuk melestarikan kualitas dan fungsi lingkungan.
2. Pengelolaan dan pelestarian ruang tebuka hijau berkelanjutan
3. Mendorong perilaku dan budaya ramahlingkungan
4. Menguatkan sistem penegakan hukum dan pemerintahan yang baik (terkait pengelolaan lingkungan hidup.
1. Meningkatnya daya dukung lingkungan dan peran masyarakat dalam pelestarian lingkungan
2. Terpeliharanya lahan dan ruang terbuka hijau yang asri
3. Menguatnya sistem penegakan hukum dan pemerintahan yang baik.
4. Terpeliharanya hutan lestasri dan menurunnya luas lahan ktitis
5. Meningkatkan pengelolaan dan optimalisasi bidang pertambangan,dan air tanah/sungai
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 35
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
6. Masih kurangnya upaya konservasi air tanah dan reklamasi penggalian dan pertambangan
5. Menguatkan
sistem
penegakan
hukum dan
pemerintahan
(terkait
pengelolaan
lingkungan
hidup) yang
baik secara adil
dan konsisten.
6. Mengurangi
kerusakan
hutan dan lahan
kritis
7. Peningkatan sistem penegakan hukum dibidang pertambangan.
6. Menguatkan
sistem
penegakan
hukum dan
pemerintahan
yang baik (terkait
pengelolaan
lingkungan hidup)
secara adil dan
konsisten.
7. Mengurangi
kerusakan hutan
dan lahan kritis
8. Mencanangkan
usaha ekonomi produktif (pertanian dan perkebunan) dalam upaya stabilitas kualitas lingkungan hutan dan lahan
4. Mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan.
5. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam.
6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup.
7. Meningkatkan upaya pemulihan kualitas lingkungan.
8. Meningkatkan pelaksanaan mitigasi bencana.
5. Mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan.
6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumber daya dan pelestarian lingkungan hidup
7. Meningkatkan pelaksanaan mitigasi bencana dan mengurangi kerusakan hutan dan lahan kritis
8. Meningkatkan pengelolaan dan optimalisasi bidang pertambangan dan air tanah/sungai
6. Berkurangnya
jumlah kerugian
yang
diakibatkan
kebencanaan
lingkungan.
7. Optimalnya
pemanfaatan
energi non fosil
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 36
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
9. Mendorong terwujudnya good mining practise penambang di Kab. Banjar dengan meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pengendalian melalui pengelolaan pertambangan dengan tertib bagi pengusaha tambang sebesar 70%
10. Meningkatkan pembinaan, penertiban, pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan; melalui pelaksanaan Reklamasi dan revigetasi pasta pertambangan, sebesar 250 Ha
9. Mendorong terwujudnya good mining practise penambang di Kab. Banjar dengan meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pengendalian melalui pengelolaan pertambangan dengan tertib bagi pengusaha tambang sebesar 75%
10. Meningikatkan pembinaan, penertiban, pengavvasan dan pengendalian terhadap kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan, melalui pelaksanaan Reklarnasi dan revigetasi pasca pertambangan, sebesar 500 Ha
9. Mendorong terwujudnya good mining practise penambang di Kab. Banjar dengan meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pengendalian melalui pengelolaan pertambangan dengan tertib bagi pengusaha tambang sebesar 80%
10. Meningkatkan pembinaan, penertiban, pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan, melalui pelaksanaan Reklamasi dan revigetasi pasca pertambangan, sebesar 750 Ha
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 37
No Sasaran Pokok Urusan Kondisi Awal Tahapan Kebijakan
Kondisi Akhir 2005-2010 2010-2015 2015-2020 2020-2025
6.3. Terwujudnya pola pemanfaatan ruang yang sesuai dengan tata ruang wilayah
Tata ruang 1. Belum tersusunnya data spasial yang lengkap untuk mendukung penyusunan rencana pembangunan
2. Belum Tersusunnyadokumen rencana pembangunan yang telah dilegalisasi.
3. Belum optimalnya sosialisasi pemanfataan dan pengendalian ruang.
1. Menyusun rencana tata ruang wilayah.
2. Menyusun rencana pembangunan.
3. Meningkatkan ketersediaan data spasial.
1. Meningkatkan ketersediaan data spasial.
2. Sosialisasi pemanfaatan dan pengendalian ruang.
3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas dokumen perencanaan
4. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang
5. Melaksanakan pengendalian pemanfaatan ruang secara konsisten dan terpadu.
6. Meningkatkan kualitas dan pemanfaatan tataruang Disesuaikan dengan potensi dan karakteristik wilayahnya
1. Meningkatkan ketersediaan data spasial.
2. Meningkatkan kualitas perencanaan tata ruang
3. Meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang
4. Meningkatkan Pengendalian pemanfaatan ruang secara konsisten dan terpadu.
5. Meningkatkan kualitas dan pemanfaatan tataruang
6. Sosialisai pemanfatan dan pengendalian ruang
1. Meningkatkan ketersediaan data spasial.
2. Meningkatkan kualitas perencanaan tata ruang
3. Meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang
4. Meningkatkanpengendalian pemanfaatan ruang secara konsisten dan terpadu.
5. Sosialisai pemanfatan dan pengendalian ruang
1. Meningkatnya ketersediaan data spasial untuk mendukung penyusunan rencana pembangunan
2. Meningkatnya jumlah dokumen rencana pembangunan yang telah dilegalisasi
3. Meningkatnya pelaksanaan sosialisasi pemanfataan dan pengendalian ruang..
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 38
5.3. SKENARIO INDIKATOR PEMBANGUNAN EKONOMI MAKRO
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2010 - 2025
Dengan memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan
pembangunan jangka panjang daerah, maka perlu disusun suatu skenario
pembangunan jangka panjang daerah yang memuat skenario pembangunan
wilayah sesuai tata ruang wilayah dan skenario pembangunan ekonomi makro
daerah sesuai perubahan struktur ekonomi daerah.
5.3.1. Skenario Pembangunan Ekonomi.
Pengembangan ekonomi Kabupaten Banjar diarahkan pada
pengembangan sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan industri
pengolahan sebagai sektor utama yang mengandalkan kemampuan sumber
daya manusia; penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui;
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang produksi, pengolahan,
informasi dan transportasi; penguatan keterkaitan mata rantai industri hulu-hilir
dalam satu kesatuan struktur ekonomi yang mapan; serta pemanfaatan
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang menghasilkan produksi
bersih dan berkelanjutan.
Berbagai hal yang diperlukan untuk perubahan struktur ekonomi antara
lain adalah peningkatan iklim investasi daerah, kepastian hukum, peningkatan
partisipasi dan berbagai deregulasi. Selain itu, perlu didukung dengan
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 39
peningkatan prasarana dan sarana (infrastruktur) secara memadai terutama
transportasi darat dan sungai; serta penyediaan energi listrik yang dapat
memasok kebutuhan pengembangan perkotaan, perdesaan, dan pusat-pusat
kegiatan ekonomi.
a. Pengembangan Sektor Utama
Pengembangan sektor utama penggerak perekonomian di Kabupaten
Banjar diarahkan pada peningkatan produktivitas, nilai tambah dan daya saing
sektor pertanian yang dikelola secara profesional berdasarkan manajemen
agribisnis. Sektor-sektor utama yang akan dikembangkan antara lain adalah
pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan. Selain itu,
pengembangan sektor utama juga diarahkan pada peningkatan dan penguatan
industri pengolahan melalui pengembangan kawasan industri terpadu yang
menghasilkan komoditas unggulan melalui peningkatan mutu sumber daya
manusia, pembangunan infrastruktur pendukung, pengadaan prasarana dan
sarana, penguatan jaringan pemasaran dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan telekomunikasi, dan penguatan pelaku usaha dalam bentuk
kemitraan usaha
b. Pengembangan Kehutanan dan Pengelolaan Pertambangan
Pengembangan kehutanan diarahkan untuk mendukung pengembangan
sektor utama dengan tetap memperhatikan kawasan fungsional hutan,
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 40
mempertahankan daya dukung lingkungan, menjaga kualitas lingkungan secara
global, serta menjamin pengelolaan hutan secara lestari dan berkelanjutan.
Pengelolaan hutan juga dilakukan dengan memperkuat penegakan hukum
secara konsisten bagi pelaku perusakan hutan dan pengguna hasil hutan secara
ilegal, rehabilitasi dan konservasi hutan, percepatan pemulihan lahan dan
daerah aliran sungai (DAS) yang kritis.
Pengelolaan pertambangan yang sudah ada mengarah pada
peningkatan kualitas pengelolaan bahan tambang secara efesien dan efektif
yang ramah lingkungan, pembatasan kawasan penambangan secara bertahap,
pengolahan sisa tambang dan reklamasi area bekas penambangan agar
memiliki nilai guna dalam jangka panjang.
c. Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia.
Peningkatan mutu sumber daya manusia untuk mendukung
pengembangan sektor-sektor utama dan penguatan keunggulan komparatif
diarahkan pada peningkatan semangat kewirausahaan (entrepreneurship),
keterampilan, produktivitas, etos kerja dan budaya kerja melalui pendidikan baik
secara formal, non formal maupun informal; pengembangan pendidikan
unggulan dan kejuruan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja dan
potensi wilayah; serta peningkatan kompetensi berbasis ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang rekayasa genetika, produksi, informasi, dan telekomunikasi.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 41
d. Pembangunan Infrastruktur dan Penyediaan Energi Listrik.
Pembangunan infrastruktur di bidang transportasi, pengairan dan irigasi,
telekomunikasi mengarah pada perbaikan jalan dan jembatan, penyediaan
layanan pengangkutan barang dan jasa baik melalui darat, sungai dan
penyeberangan secara lebih cepat, mudah, murah dan terpadu; penyediaan
sumber air bersih dan sehat; penguatan jaringan layanan pemasaran untuk
mendukung pengembangan sektor-sektor sektor utama dan penguatan
keunggulan komparatif Kabupaten Banjar.
Penyediaan energi listrik diarahkan pada pembangunan pusat
pembangkit listrik, pengembangan sumber energi listrik alternatif terutama di
daerah yang belum terjangkau oleh PT PLN, peningkatan efisensi dalam
manajamen sumber daya listrik, dan perluasan dan perbaikan jaringan
terpasang untuk mendorong pengembangan sektor-sektor utama, peningkatan
produktivitas masyarakat, peningkatan dunia usaha, dan peningkatan iklim
investasi di Kabupaten Banjar serta pengembangan berbagai kegiatan berbasis
teknologi yang memerlukan pasokan listrik secara memadai.
e. Pengelolaan Keuangan dan Investasi Daerah.
Pengelolaan keuangan dan investasi daerah diarahkan pada pemberian
dukungan pendanaan bagi pengembangan sektor-sektor utama, penguatan
keunggulan komparatif, peningkatan sumber daya manusia, dan pembangunan
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 42
infrastruktur dan penyediaan energi listrik melalui pengelolaan anggaran daerah
secara cermat, efisien dan efektif. Disamping itu, penataan manajemen badan
usaha milik daerah (BUMD) dan penataan manajemen SKPD yang menarik
Pajak dan Retribusi Daerah perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Banjar.
Pemerintah daerah Kabupaten Banjar juga perlu melakukan peningkatan
kerjasama dengan pihak swasta dan berupaya untuk menarik minat pihak
swasta untuk berinvestasi di Kabupaten Banjar. Selain itu, pengelolaan
keuangan dan investasi daerah tetap diarahkan pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan percepatan kemajuan dan kemandirian daerah.
f. Penjaminan Kepastian Hukum.
Penjaminan kepastian hukum diarahkan untuk mendorong pengelolaan
keuangan dan investasi daerah ini melalui pemberian jaminan kepastian hukum
dalam perijinan, perlindungan dan pengelolaan usaha secara berkelanjutan;
pelaksanaan tata pemerintahan yang baik dan bersih; dan penegakan hukum
secara adil dan konsisten.
Dengan melakukan berbagai upaya yang telah diuraikan diatas,
diharapkan pembangunan ekonomi di Kabupaten Banjar semakin baik. Adapun
Proyeksi indikator ekonomi makroKabupaten Banjar sampai dengan tahun 2025
adalah sebagai berikut :
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 43
Tabel 5.5 Prediksi Indikator Pembangunan Ekonomi Makro
Kabupaten Banjar tahun 2005 – 2025
* Proyeksi
Peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang meliputi bidang terkait
khususnya pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, yang ditunjukkan oleh
peningkatan nilai indeks pembangunan manusia. Hal ini juga akan sangat
ditunjang oleh peningkatan penelitian dan penguasaan Iptek, peningkatan peran
wanita dalam pembangunan, peningkatan kegiatan pemuda dan olahraga serta
didukung oleh kebersamaan antar pemeluk agama dan semakin diperhatikannya
kesejahteraan sosial masyarakat.
Pada tahun 2010 rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Banjar
adalah 7,25 tahun. Pada tahap pertama ini peningkatan kualitas SDM yang
dilakukan melalui peningkatan kualitas pendidikan yang dilakukan dengan
meningkatkan dan memantapkan wajib belajar 9 tahun, pembinaan dan
No IndikatorKinerja Tahapan RPJP KabupatenBanjar
2010 2015 2020 2025
1
Indeks Pembangunan Manusia 70.94 74.52 78.33 80.51
Angka HarapanHidup (Tahun) 65.25 70.27 74.24 78.21
Angka MelekHuruf (%) 96.03 98.05 99.08 99.76
Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 7.25 9 11 12
2
Jumlah Penduduk 506,839 557,894 610,711 663,111
Laju PertumbuhanPenduduk (%) 2,1 1,93 1.74 1,60
Persentase Penduduk Miskin (%) 3,35 2,75 2,00 1,5
3
Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,91 6,54 7,5 8,5
PDRB Perkapita ADHB (Juta) 13,785 18,963 22,846 24,140
Pertumbuhan Investasi (%) 9,09 11,74 12,94 14,26
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 44
pengembangan pendidikan menengah umum dan kejuruan sekaligus pendidikan
tinggi, pendidikan informal, perluasan kesempatan memperoleh pendidikan yang
bermutu. Diharapkan pada tahap II (2015) rata-rata lama sekolah sudah
mencapai wajib belajar 9 tahun. Pada tahap kedua ini diharapkan kualitas
sumberdaya manusia menunjukkan peningkatan yang signifikan ditandai oleh
membaiknya partisipasi masyarakat dalam pendidikan. Pada tahun 2025
diharapkan peletakan dasar peningkatan partisipasi pendidikan dan
pengembangan sarana dan prasarana pendidikan yang lebih merata telah
dilaksanakan dengan partisipasi masyarakat yang mendekati usia wajib belajar
12 tahun.
Demikian juga dengan Angka Melek Huruf masyarakat Kabupaten
Banjar, dimana pada tahun 2010 AMH Kabupaten Banjar sebesar 96,03% yang
berarti bahwa dari seratus warga terdapat empat warga yang buta huruf. Pada
tahun 2015 diharapkan AMH meningkat menjadi 98,05 % dan pada tahun 2025
nilai AMH mencapai 99,76 %.
Peningkatan usia wajib belajar 12 tahun ini juga perlu dibarengi dengan
peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendidikan. Pemerintah daerah
kabupaten Banjar perlu meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan
kependidikan serta sarana dan prasarana sekolah. Kualitas tenaga pendidik
yang baik tandai oleh semakin banyaknya pengajar yang minimum berjenjang
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 45
S1. Pada saat yang bersamaan pendidikan berbasis ketrampilan disetiap
sekolah sudah mulai terwujud. Kerjasama pendidikan dalam jaringan nasional
juga mulai terbentuk. Disamping itu perlunya meningkatkan sarana dan
prasarana sekolah seperti rehabilitasi bangunan-bangunan sekolah yang rusak.
Terakhir yang juga perlu diperhatikan adalah akses masyarakat terhadap bidang
pelayanan pendidikan semakin dipermudah dengan pemberian beasiswa
kepada masyarakat kurang mampu sampai kejenjang pendidikan 12 tahun.
Peningkatan kualitas pendidikan ini menjadikan kualitas SDM dan
ketenagakerjaan juga semakin membaik yang pada akhirnya juga akan
meningkatkat nilai IPM Kabupaten Banjar.
Distribusi penduduk yang sangat besar memerlukan peningkatan dan
pemerataan fasilitas kesehatan di setiap wilayah. Indikator makro ekonomi untuk
kesehatan adalah semakin meningkatnya angka harapan hidup (AHH)
masyarakat di suatu wilayah. Pada tahap I (2010) AHH masyarakat Banjar rata-
rata sebesar 65,25 tahun. Menurut standar nasional kisaran idealnya dapat
mencapai angka sampai dengan 85 tahun. Pada tahap IV atau pada tahun 2025
diharapkan AHH masyarakat Banjar akan meningkat menjadi 78,21 tahun.
Untuk mencapai angka tersebut, maka Pemerintah Daerah Kabupaten
Banjar perlu untuk melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesehatan
masyarakat. Peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui promosi
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 46
hidup sehat dan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan pemahaman
kesehatan pada segenap lapisan masyarakat, serta perluasan sosialisasi pada
masyarakat tentang kebersihan lingkungan serta berperilaku hidup bersih dan
sehat; disertai berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular. Selanjutnya perlunya pengembangan jaminan kesehatan bagi
masyarakat miskin untuk mendapat akses pelayanan kesehatan yang bermutu.
Pemerintah juga perlu melakukan peningkatan pelayanan fasilitas dan
pelayanan kesehatan seperti membangun rumah sakit dan puskesmas, serta
menambah jumlah tenaga medis, paramedis dan non medis yang didukung oleh
adanya dokter spesialis dan ahli-ahli kesehatan.
Perkembangan penduduk yang cukup tinggi juga memerlukan
pengendalian angka kelahiran dan memperkecil angka kematian. Sampai
dengan tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Banjar sebesar 506.839 jiwa.
Dengan asumsi rata-rata laju pertumbuhan penduduk berkisar antara 1,6 %
sampai dengan 2 % maka pada tahun 2025 jumlah penduduk Kabupaten Banjar
sebesar 663.111 jiwa. Untuk mencapai jumlah penduduk ini dapat dilakukan
dengan peningkatan informasi kesehatan terutama pelayanan KB, sampai pada
KB mandiri. Disamping itu pemerintah Kabupaten Banjar juga perlu melakukan
sosialisasi mengenai pentingnya menekan perkawinan usia muda.
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 47
Dengan upaya tersebut diatas, diharapkan dapat meningkatkan kualitas
indeks pembangunan manusia Kabupaten Banjar. Disamping itu juga dapat
meningkatkan daya saing masyarakat, pendapatan semakin membaik, juga
spesialisasi tenaga kerja semakin terjadi. Secara simultan hal ini akan
mendorong peningkatan kualitas tenaga kerja, semakin tertekannya tingkat
pengangguran, dan produktivitas kerja juga semakin mantap. Berbagai
kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan arah pengembangan ekonomi makro
seperti kebutuhan tenaga teknik, medis, perencanaan, manajemen, pariwisata,
pengelolaan lingkungan hidup dapat dipenuhi dari masyarakat Kabupaten
Banjar.
Meningkatnya kualitas sumber daya manusia akan mendorong
pengembangan perekonomian Kabupaten Banjar. Perubahan struktur ekonomi
yang ditandai dengan semakin meningkatnya peran pertanian dalam arti luas,
ketergantungan pada sumberdaya alam yang tidak terbarukan secara bertahap
akan mulai berkurang, industri pengolahan semakin berkembang dari hulu
sampai hilir. Sampai dengan tahun 2025 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Banjar diperkirakan akan mencapai 8,5 %. Pertumbuhan perekonomian ini
ditunjang oleh partisipasi masyarakat dalam skala luas, yang ditandai oleh
semakin besarnya koperasi dan UKM. Pada sisi lain semangat otonomi semakin
mendorong perkembangan dan daya saing daerah, serta munculnya spesialisasi
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 48
daerah. Dengan demikian interaksi ekonomi antar sektor antar wilayah akan
semakin meningkat.
Untuk mempercepat pengembangan ekonomi dan wilayah, maka
pengembangan kawasan strategis mulai dilakukan. Peningkatan perekonomian
pada berbagai bidang juga nampak pada pertanian tanaman pangan dan
hortikultura dimana kemandirian wilayah dapat tercapai melalui kemampuan
dalam menyediakan kebutuhan pangan. Selanjutnya sentra produksi pertanian
unggulan dan pusat pelayanan seperti pembentukan agropolitan semakin
berkembang. Pola ini juga didukung oleh berkembangnya agribisnis dan
agroindustri sehingga semakin meningkatkan daya saing daerah dari sisi
pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Indikator perkembangan ini juga
ditunjukkan oleh semakin berkembangnya infrastruktur pertanian, penggunaan
peralatan yang semakin modern, dan mengikuti informasi pasar pertanian.
Perkebunan di Kabupaten Banjar semakin menunjukkan peran penting
dalam perekonomian. Sentra perkebunan akan dikembangkan, dimana hai ini
ditandai juga oleh semakin banyaknya sentra perkebunan dan permukiman
masyarakat dengan kegiatan utama perkebunan. Selanjutnya mulai dilakukan
pengolahan hasil perkebunan sehinga menciptakan produk hulu – hilir secara
simultan yang diikuti juga dengan perbaikan pemasaran dan jaringan pasar
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 49
nasional dan internasional. Dalam hal ini peran berbagai stakeholders juga mulai
berkembang.
Pemanfaatan sumberdaya hutan semakin dapat diarahkan pada
pembentukan hutan lestari dengan pemanfaatan yang seimbang dengan
pengolahan yang semakin intensif. Hal ini ditandai oleh meningkatnya
pengolahan hasil hutan, berkurangnya pengambilan bahan mentah, dan
perdagangan hasil hutan sebagai hasil primer semakin berkurang. Hal ini juga
ditunjukkan oleh meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menjaga dan
mengolah hutan lestari. Partisipasi masyarakat dalam menjaga hutan lestari
makin meningkat dan penegakan hukum makin ditingkatkan. Semakin intensif
dan ekstensifnya pemanfaatan lahan pertanian juga sekaligus membuka
peluang pengembangan peternakan, disamping ternak yang dikembangkan
secara intensif.
Perkembangan perekonomian Kabupaten Banjar juga ditopang oleh
perkembangan perikanan yang semakin meningkat perannya. Pengembangan
ini ditopang oleh SDM yang semakin handal, infrastruktur perikanan yang lebih
mapan seperti pembangunan irigasi, dan pengolahan hasil ikan menjadi industri
perikanan sebagai salah satu komoditas yang dapat diandalkan.
Perkembangan ekonomi yang membaik, iklim usaha yang makin kondusif
menjadikan minat investasi dari dalam negeri dan luar negeri semakin
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 50
meningkat. Diperkirakan Laju Investasi di kabupaten banjar pada tahun 2025
sebesar 14,26 %. Hal ini ditunjang oleh semakin meningkatnya jaminan
kepastian usaha dan kepastian hukum, meningkatnya kemudahan berusaha dan
investasi yang ditunjukkan oleh semakin meningkatnya nilai investasi daerah.
Perkembangan perekonomian akan lebih berkembang dengan ditunjang oleh
perindustrian, perdagangan dan koperasi.
Industri berbasis pertanian dan produk unggulan daerah makin
berkembang, kawasan industri mulai dipasarkan dengan dukungan infrastruktur
dan deregulasi yang memadai, serta promosi pengembangan kawasan industri
terus ditingkatkan. Jika hal ini telah tercapai maka neraca perdagangan
kabupaten Banjar akan semakin positif, sentra produk pemasaran telah
terbentuk. Peran pemerintah juga menunjukkan adanya peningkatan melalui
semakin membaiknya peran BUMD dalam pembangunan, yang juga ditandai
oleh peningkatan peran publik dalam pengelolaan BUMD. Demikian juga dengan
koperasi, usaha kecil dan menengah semakin berperan dalam perekonomian
lokal sampai internasional yang ditandai oleh meningkatnya jumlah UKM dalam
kegiatan perekonomian. Semakin terpeliharanya kualitas alam dan terjaganya
budaya menjadikan pariwisata akan semakin menarik. Perkembangan ini
ditandai oleh semakin meningkatnya wisatawan nusantara dan mancanegara,
semakin tingginya tingkat hunian, dan semakin baiknya pengelolaan
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 51
kepariwisataan di Kabupaten Banjar. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten
Banjar juga sudah mulai memantapkan kalender wisata untuk menyambut
wisatawan pada berbagai event serta semakin tertata dan menarik obyek wisata
unggulan daerah.
5.3.2. Skenario Pembangunan Wilayah
Skenario pembangunan wilayah diperlukan untuk memberikan acuan
bagi penataan ruang; pemerataan pembangunan antar wilayah; pemerataan
pertumbuhan ekonomi diseluruh wilayah kabupaten Banjar; pengembangan
kawasan ekonomi dan kawasan strategis; serta percepatan kemajuan daerah
perdesaan, daerah pedalaman tertinggal dan daerah perbatasan.
Penetapan fungsi dan peran setiap kabupaten/kota ditentukan oleh
beberapa kriteria, yaitu: (1) jangkauan transportasi utama termasuk transportasi
darat, sungai dan penyeberangan yang dapat mendukung mobilitas sumberdaya
dan komoditas; (2) potensi utama dan potensi penunjang daerah termasuk
sumber daya alam dan prasarana; (3) kesesuaian tatanan lingkungan termasuk
daerah aliran sungai, hulu-hilir, dan satuan wilayah sungai (SWS); (4)
keunggulan komparatif setiap daerah; (5) memperhatikan alih fungsi lahan dan
daerah resapan air dan (6) keterkaitan antar satu daerah dengan daerah
lainnya. Berdasarkan potensi dasar, potensi penunjang, kendala, serta dengan
pertimbangan utama kebutuhan pengembangan wilayah dan kesesuaian
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH BAB V
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
V- 52
dengan tata ruang wilayah, maka arah pengembangan wilayah setiap kabupaten
Banjar adalah sebagai berikut:
a. Kabupaten Banjar mengarah menjadi wilayah pengembangan pertanian ke
arah agribisnis berbasis perkebunan, kehutanan, dan perikanan;
pengembangan transportasi darat dan sungai yang dapat meningkatkan
aksesibilitas antara satu wilayah dengan wilayah lainnya di Kabupaten
Banjar;
b. Kabupaten Banjar melakukan pengembangan transportasi darat dan sungai
yang menghubungkan wilayah terpencil dan terisolir yang pada masa akan
datang akan dijadikan wilayah-wilayah pertumbuhan baru; pengembangan
industri pengolahan.
c. Kabupaten Banjar melakukan pengembangan wilayah untuk pembangunan
pusat perkantoran terpadu.
d. Kabupaten Banjar menjadi Hinterland bagi Kota Banjarbaru dan
Banjarmasin yang memasok kebutuhan barang dan jasa bagi kota tersebut.
e. Kabupaten Banjar menjadi wilayah pengembangan pariwisata dan
pengembangan hutan konservasi.
KAIDAH PELAKSANAAN BAB VI
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
VI-1
BAB VI
KAIDAH PELAKSANAAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banjar Tahun
2005-2025 merupakan pedoman dalam:
1. Penyusunan Visi, Misi, dan Program calon Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah.
2. RPJP Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 merupakan pedoman
penyusunan RTRW Kabupaten, RPJM Daerah, Renstra Organisasi
Perangkat Daerah dan RKPD serta dokumen perencanaan lainnya dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Kabupaten Banjar.
3. Menjamin terwujudnya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar
daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah daerah
maupun antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
4. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksaan, dan pengawasan.
5. Mewujudkan tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif,
berkeadilan, dan berkelanjutan.
6. Seluruh pemangku kepentingan pembangunan (stakeholders) di
Kabupaten Banjar berkewajiban untuk melaksanakan visi, misi, dan arah
KAIDAH PELAKSANAAN BAB VI
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
VI-2
pembangunan RPJP Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025
dengan sebaik-baiknya.
Sehubungan dengan hal tersebut, ditetapkan kaidah pelaksanaan
Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025 sebagai berikut:
1. Pelaksanaan RPJPD Kabupaten Banjar tahun 2005-2025 diarahkan dan
dikendalikan langsung oleh Bupati Kabupaten Banjar dengan Pelaksana
Harian Sekretaris Daerah Kabupaten Banjar.
2. Dalam menyelenggarakan perencanaan pembangunan daerah, Bupati
Kabupaten Banjar dibantu oleh Kepala Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (Kepala Bappeda) Kabupaten Banjar.
3. Seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di lingkungan
Pemerintah Kabupaten Banjar agar melaksanakan program-program
dalam RPJPD Kabupaten Banjar tahun 2005-2025 dengan sebaik-
baiknya.
4. Setiap SKPD, baik yang berbentuk Badan, Dinas, Kantor, dan Biro,
berkewajiban untuk menyusun Rencana Strategis SKPD (Renstra-SKPD)
yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Kebijakan, Program, dan
Kegiatan Pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang
disusun dengan berpedoman pada RPJPD Kabupaten Banjar Tahun
2005-2025.
KAIDAH PELAKSANAAN BAB VI
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
VI-3
5. Penjabaran lebih lanjut RPJPD Kabupaten Banjar tahun 2005-2025 untuk
setiap tahunnya harus dilakukan melalui penyusunan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Banjar.
6. Penyusunan RKPD Kabupaten Banjar harus dilakukan melalui proses
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang
dilaksanakan secara berjenjang, yaitu mulai dari Musrenbang
Desa/Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD, Musrenbang
Kabupaten/Kota.
7. RKPD Kabupaten Banjar harus menjadi acuan bagi setiap SKPD dalam
menyusun Rencana Kerja SKPD (Renja-SKPD) yang disusun dengan
pendekatan berbasis kinerja.
8. Dalam hubungannya dengan keuangan daerah, keberadaan RKPD
Kabupaten Banjar merupakan dasar penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) tahun anggaran berikutnya
terutama sebagai rujukan dalam penyusunan Kebijakan Umum APBD,
serta penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara.
9. Renja-SKPD yang disusun dengan pendekatan berbasis kinerja harus
menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
SKPD (RKA-SKPD).
KAIDAH PELAKSANAAN BAB VI
R P J P D K a b u p a t e n B a n j a r T a h u n 2 0 0 5 - 2 0 2 5
VI-4
10. Dalam pelaksanaan RPJPD Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025, setiap
SKPD perlu memperkuat peran pemangku kepentingan dalam
mendukung pelaksanaan RPJPD Kabupaten Banjar Tahun 2005-2025
ini, dan melakukan sosialisasi baik kepada aparat Pemerintah
Kabupaten Banjar, perguruan tinggi, dan masyarakat sipil.
11. Dengan mempertimbangkan berbagai hal yang diluar kendali Pemerintah
Kabupaten Banjar dan diperkirakan dapat menghambat pelaksanaan
RPJPD Kabupaten Banjar, maka berbagai strategi, arah kebijakan dan
program yang telah dikembangkan dapat ditinjau kembali dan hasilnya
harus dikonsultasikan kepada DPRD Kabupaten Banjar untuk
mendapatkan pertimbangan lebih lanjut dalam proses pelaksanaannya.
12. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar,
Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar, masyarakat dan sektor swasta
berkewajiban menjamin konsistensi antara Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah) Kabupaten Banjar Tahun 2005-
2025 dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJM Daerah) Kabupaten Banjar, Rencana Strategis (Renstra) SKPD
Kabupaten Banjar, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Kabupaten Banjar dan Rencana Kerja (Renja) SKPD Kabupaten Banjar.