Download - RTR PULAU Sumatra Dirjen Penataan Ruang
Bukittinggi, 1 Agustus 2008
11
I.I. PendahuluanPendahuluana.a. RTR Pulau Menurut UU No. 26 Tahun 2007 Tentang RTR Pulau Menurut UU No. 26 Tahun 2007 Tentang
Penataan RuangPenataan Ruangb.b. Kedudukan, Peran, dan FungsiKedudukan, Peran, dan Fungsi RTR Pulau RTR Pulau c.c. Muatan RTR PulauMuatan RTR Pulau
II.II. Perubahan Lingkungan Strategis Perubahan Lingkungan Strategis Pulau SumateraPulau Sumatera
III.III. Endowment Pulau Sumatera:Endowment Pulau Sumatera:Persepsi dan Aset PembangunanPersepsi dan Aset Pembangunan
IV.IV. Muatan RTR Pulau SumateraMuatan RTR Pulau SumateraV.V. Rencana Tindak LanjutRencana Tindak Lanjut
22
33
44 44
AA.. RTR Pulau Menurut Ketentuan UU No.RTR Pulau Menurut Ketentuan UU No. 26 Tahun 26 Tahun 2007 Tentang Penataan 2007 Tentang Penataan RuangRuangAA.. RTR Pulau Menurut Ketentuan UU No.RTR Pulau Menurut Ketentuan UU No. 26 Tahun 26 Tahun 2007 Tentang Penataan 2007 Tentang Penataan RuangRuang
1. Pasal 14 Ayat (1) Huruf bRTR Pulau Sebagai Penjabaran dan Operasionalisasi RTRWN.
2. Pasal 14 Ayat (3)RTR Pulau Sebagai Rencana Rinci RTRW Nasional.
RTR PULAU/KEPULAUAN merupakan uraian terperinci dan langkah operasional dari RTRW Nasional sesuai dengan kondisi objektif Pulau/Kepulauan.
Catatan:Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 2005)• Penjabaran adalah proses, cara, perbuatan menjabarkan
(menguraikan atau menerangkan secara terperinci)• Operasionalisasi (pengoperasian) adalah proses, cara,
perbuatan mengoperasikan.
55
3. Pasal 20 Ayat (2 ) Huruf g RTR Pulau (Sebagai Rencana Rinci RTRWN) menjadi pedoman dalam penyusunan RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota.
4. Pasal 20 Ayat (2) Huruf a-b RTR Pulau (Sebagai Rencana Rinci RTRWN) menjadi pedoman dalam penyusunan RPJPN dan RPJMN 2010 – 2014.
AA.. RTR Pulau Menurut …….(2)RTR Pulau Menurut …….(2)AA.. RTR Pulau Menurut …….(2)RTR Pulau Menurut …….(2)
RTR Pulau menjadi acuan dalam penyusunan RPJMN Tahun 2010-2014 yang menetapkan sasaran pembangunan nasional berbasis wilayah (pulau/kepulauan)
RTR Pulau menjadi acuan dalam penyusunan RPJMN Tahun 2010-2014 yang menetapkan sasaran pembangunan nasional berbasis wilayah (pulau/kepulauan)
66
B. Kedudukan, Peran, dan Fungsi RTR PulauB. Kedudukan, Peran, dan Fungsi RTR Pulau
1. Kedudukan RTR PulauRTR Pulau Sumatera berkedudukan sebagai rencana rinci RTRWN dan acuan bagi RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.
2. Peran RTR PulauRTR Pulau Sumatera berperan sebagai strategi operasionalisasi untuk mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera yang dapat memberikan pencapaian keterpaduan dan keserasian antarprovinsi dan antarsektor.
3. Fungsi RTR PulauRTR Pulau Sumatera berfungsi sebagai pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruangd. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasif. penataan ruang kawasan strategis nasional dang. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
77
Kedudukan RTR Pulau Terhadap RTRWN, RTRW Provinsi, dan Kedudukan RTR Pulau Terhadap RTRWN, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota serta Program Pembangunan DaerahRTRW Kabupaten/Kota serta Program Pembangunan Daerah
Program NasionalProgram Nasional
• Struktur Ruang Nasional
• Pola Ruang Nasional
• Arahan Pemanfaatan Ruang Nasional
• Struktur Ruang Nasional
• Pola Ruang Nasional
• Arahan Pemanfaatan Ruang Nasional
Strategi Operasionalisasi Perwujudan Struktur Ruang dan Pola Ruang Nasional
Strategi Operasionalisasi Perwujudan Struktur Ruang dan Pola Ruang Nasional
R T R W N(1:1.000.000)
R T R W N(1:1.000.000)
RTR PULAU(1:500.000)
RTR PULAU(1:500.000)
RTRW PROPINSI
(1:250.000)
RTRW PROPINSI
(1:250.000)
RTRW KABUPATEN / KOTA
(1:50.000)
RTRW KABUPATEN / KOTA
(1:50.000)
Program Daerah
Program Daerah
Koordinasi Daerah
Penjabaran & Operasionalisasi
B. Kedudukan, Peran, dan Fungsi RTR Pulau…(2)B. Kedudukan, Peran, dan Fungsi RTR Pulau…(2)
88
C. C. Muatan RTR PulauMuatan RTR Pulau
a.a. Tujuan Penyusunan RTR Pulau/KepulauanTujuan Penyusunan RTR Pulau/Kepulauan
b.b. Kedudukan, Peran, dan Fungsi RTR Pulau/KepulauanKedudukan, Peran, dan Fungsi RTR Pulau/Kepulauan
c.c. Rencana Pemanfaatan Ruang Pulau/KepulauanRencana Pemanfaatan Ruang Pulau/Kepulauan
d.d. Strategi Operasionalisasi Perwujudan RTRWN di Strategi Operasionalisasi Perwujudan RTRWN di Pulau/KepulauanPulau/Kepulauan
e.e. Arahan Pemanfaatan Ruang Pulau: Indikasi Program Arahan Pemanfaatan Ruang Pulau: Indikasi Program Utama Jangka Menengah Lima Tahunan (komitmen Utama Jangka Menengah Lima Tahunan (komitmen Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Komitmen Pusat)Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Komitmen Pusat)
f.f. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau/KepulauanPulau/Kepulauan
g.g. KelembagaanKelembagaan
h.h. Ketentuan Penutup Ketentuan Penutup
99
II. LINGKUNGAN STRATEGIS PULAU SUMATERA
II. LINGKUNGAN STRATEGIS PULAU SUMATERA
1010
• Pertumbuhan ekonomi di Semenanjung Malaya-Singapura-Indochina yang sangat cepat (SEZ Iskandar Development Region, Kawasan Delta Sungai Mekong, Kawasan Industri Jurong)
• Regionalisasi ekonomi Malaysia-Singapore: Johor-Singapore causeway dan Malaysia-Singapore second link.
• Penetapan KEK BBK• Sumatera masih sebagai hinterland Singapura & Malaysia (penelitian
National Univ of Singapore + Durham Univ +Loughborough Univ)• Optimasi kerjasama regional: IMT-GT, IMS-GT• Intensifikasi koridor ekonomi Medan-Penang-Songkhla• Pengembangan Trans Asia Highway, Jembatan Selat Malaka, dan
Jembatan Selat Sunda• Pengelolaan SD Alam yang tidak berkelanjutan, al: tambang lepas
pantai migas, ilegal logging
PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGISPERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS: EKONOMI: EKONOMIPERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGISPERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS: EKONOMI: EKONOMI
1111
Potensi longsor yang tinggi di sepanjang pegunungan Bukit BarisanPotensi longsor yang tinggi di sepanjang pegunungan Bukit Barisan
Sumber: Direktorat Geologi Tata Lingkungan
TINGGISering terjadi gerakan tanahMENENGAHDapat terjadi gerakan tanahRENDAHJarang terjadi gerakan tanahSANGAT RENDAHSangat jarang terjadi gerakan tanah
KETERANGAN
LINGKUNGAN STRATEGIS: Rawan BencanaLINGKUNGAN STRATEGIS: Rawan BencanaLINGKUNGAN STRATEGIS: Rawan BencanaLINGKUNGAN STRATEGIS: Rawan Bencana
1212
13Hampir seluruh wilayah Indonesia termasuk dalam kawasan rawan bencana gempa.
Pulau Sumatera termasuk yang memiliki kerawanan yang tinggi. Hampir seluruh wilayah Indonesia termasuk dalam kawasan rawan bencana gempa.
Pulau Sumatera termasuk yang memiliki kerawanan yang tinggi. 1313
III. ENDOWMENT DI PULAU SUMATERA: Persepsi dan Aset Pembangunan
III. ENDOWMENT DI PULAU SUMATERA: Persepsi dan Aset Pembangunan
1414
1. Level of Economic Development2. Level of Population3. Level of Infrastructure Service4. Level of Natural Resource Management5. Level of Environmental Development6. Level of Technology
Peta Kinerja PDRB Kawasan Andalan tahun 2008
1. LEVEL OF ECONOMIC DEVELOPMENT1. LEVEL OF ECONOMIC DEVELOPMENT1. LEVEL OF ECONOMIC DEVELOPMENT1. LEVEL OF ECONOMIC DEVELOPMENT
Peta Kinerja PDRB Kawasan Andalan tahun 2028
PERTANIAN
PERTAMBANGAN DANPENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK DAN AIR MINUM
BANGUNAN/ KONTRUKSI
PERDAGANGAN, HOTEL DANRESTORAN
PENGANGKUTAN DANKOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN DANJASA PERUSAHAAN
JASA-JASA
STRUKTUR EKONOMI P. SUMATERA
pertanian
Pertambangan
Industri P.
1818
2. LEVEL OF POPULATION..(2)2. LEVEL OF POPULATION..(2)2. LEVEL OF POPULATION..(2)2. LEVEL OF POPULATION..(2)
Provinsi Persentase terhadap Luas Indonesia (%)
Persentase terhadap Penduduk Indonesia (%)
Indonesia 100 100 Pulau Sumatera 24,01 21,03 Nanggroe Aceh Darussalam 3,04 1,84 Sumatera Utara 3,89 5,69 Sumatera Barat 2,27 2,09 Riau 4,72 2,09 Jambi 2,44 1,20 Sumatera Selatan 3,24 3,10 Bengkulu 1,06 0,71 Lampung 2,03 3,25 Kep. Bangka Belitung 0,88 0,48 Kepulauan Riau 0,43 0,58
Perbandingan terhadap Kondisi Nasional
Perbandingan terhadap Kondisi Nasional
Sumber: Hasil Analisis berdasarkan Data Statistik Indonesia 2006
1919
2020
3. LEVEL OF INFRASTRUCTURE SERVICE: 3. LEVEL OF INFRASTRUCTURE SERVICE: JARINGAN JALANJARINGAN JALAN
3. LEVEL OF INFRASTRUCTURE SERVICE: 3. LEVEL OF INFRASTRUCTURE SERVICE: JARINGAN JALANJARINGAN JALAN
Provinsi Total Kualitas Jalan Baik (km)
Total Kualitas Jalan Sedang
(km)
Total Panjang
Jalan (km)
Tingkat Pelayanan
Jalan Baik & Sedang (%)
Pulau Sumatera 41.088 33.720 127.643 59 Nanggroe Aceh Darussalam 6.165 4.899 15.979 9
Sumatera Utara 10.828 8.083 34.794 15 Sumatera Barat 5.666 3.215 16.795 7 Riau 2.463 4.985 15.114 6 Jambi 2.985 2.694 9.917 4 Sumatera Selatan 4.267 3.342 12.738 6 Bengkulu 2.544 1.570 5.923 3 Lampung 3.886 4.162 12.952 6 Kep. Bangka Belitung 2.284 770 3.431 2 Kepulauan Riau - - - -Sumber: Hasil Analisis berdasarkan Data Statistik Perhubungan dan Komunikasi 2006 (%tase kondisi jalan kondisi baik &sedang dibandingkan dengan total jalan di P. Sumatera , yaitu 127.643 km)
2121
2222
4. LEVEL OF 4. LEVEL OF NATURAL RESOURCE NATURAL RESOURCE MANAGEMENTMANAGEMENT
4. LEVEL OF 4. LEVEL OF NATURAL RESOURCE NATURAL RESOURCE MANAGEMENTMANAGEMENT
LUAS WILAYAH, NON HUTAN DAN PERAIRAN, TANAMAN PANGAN, DAN AREAL TANAMAN PADI
No. Provinsi Luas WilayahLuas Non Hutan & Perairan
Luas Tanaman Pangan
Luas Tanaman
Padi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Nanggroe Aceh Darussalam 5.650.000 3.549.813 387.601 320.789
2 Sumatera Utara 7.242.700 3.742.120 982.270 705.023
3 Sumatera Barat 4.222.400 2.600.286 483.193 417.846
4 Riau dan Kep. Riau 9.592.800 9.456.160 167.346 136.293
5 Jambi 4.534.800 2.179.440 1.471 140.613
6 Sumatera Selatan 6.030.200 3.759.327 161.061 646.927
7 Bengkulu 1.979.500 920.964 706.494 100.991
8 Lampung 3.773.500 1.004.735 157.900 494.102
9 Kep. Bangka Belitung 1.642.400 657.510 1.132.879 5.741
Pulau Sumatera 44.668.300 27.870.355 4.180.215 2.968.325
Sumber: (3) Statistik Indonesia, 2005/2006; (4) Statistik Badan Planologi Kehutanan, 2006 (5)& (6) Departemen Pertanian, 2006
TANAMAN PANGAN
PETA POTENSI TANAMAN PANGAN
No. ProvinsiPRODUKSI (TON)
Kelapa Sawit Kelapa Kelapa Dalam Tebu Karet Kakao Kopi
1 Nanggroe Aceh Darussalam 516.427 68.395 66.362 0 72.998 16.517 35.694
2 Sumatera Utara 2.935.244 100.697 100.697 47.827 407.974 55.446 42.301
3 Sumatera Barat 720.684 80.589 80.589 0 74.478 13.881 25.187
4 Riau 2.680.179 498.219 412.672 0 297.689 3.889 2.945
5 Kep. Riau 29.582 10.071 10.071 0 19.361 0 20
6 Jambi 1.017.995 129.220 128.794 0 267.665 359 9.387
7 Sumatera Selatan 1.571.112 30.119 29.497 0 469.574 326 143.201
8 Bengkulu 328.321 5.873 5.873 0 45.145 5.539 62.373
9 Lampung 292.838 122.904 114.889 701.941 58.227 22.492 145.544
10 Kep. Bangka Belitung 390.669 3.750 3.750 0 19.106 55 16
Pulau Sumatera 10.483.051 1.049.837 953.194 749.768 1.732.217 118.504 466.668
Sumber: Departemen Pertanian Republik Indonesia, 2007
No. ProvinsiLUAS AREAL PERKEBUNAN (HA)
Kelapa Sawit Kelapa Kelapa Dalam Tebu Karet Kakao Kopi
1 Nanggroe Aceh Darussalam 283.283 111.752 107.345 0 116.071 36.309 100.263
2 Sumatera Utara 1.044.230 129.901 129.901 9.359 448.852 70.160 51.353
3 Sumatera Barat 310.281 90.663 90.663 0 102.242 22.828 51.600
4 Riau 1.409.715 545.438 476.150 0 362.090 4.904 10.380
5 Kep. Riau 14.936 39.892 39.892 0 30.524 979 281
6 Jambi 448.027 121.170 119.900 0 429.170 1.220 24.638
7 Sumatera Selatan 606.667 60.794 57.854 0 655.230 2.325 273.451
8 Bengkulu 162.440 8.564 8.564 0 71.137 13.371 122.844
9 Lampung 164.786 147.833 130.125 102.849 81.884 34.965 168.006
10 Kep. Bangka Belitung 138.367 9.833 9.833 0 29.279 160 47
Pulau Sumatera 4.582.732 1.265.840 1.170.227 112.208 2.326.479 187.221 802.863
PRODUKSI DAN LUAS AREAL PERKEBUNANPERKEBUNAN
KEHUTANAN
KEHUTANAN
No. Provinsi
Hutan yang Dilindungi Hutan Produksi
Luas Daratan
Kawasan Hutan
Luas Kaw Hutan dan Perairan
Kws Suaka Alam+Kws Pelestarian
Alam
Hutan Lindung
Taman Buru
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi
Tetap
Hutan Produksi
yang Dapat Dikonversi
1Nanggroe Aceh Darussalam
986.7331.844.500 80.000 37.300 601.280
-3.335.713 3.549.813
2 Sumatera Utara 468.720 1.297.330 8.350 879.270 1.035.690 52.760 3.742.120 3.742.120
3 Sumatera Barat 846.175 910.533 246.383 407.849 189.346 2.600.286 2.600.286
4 Riau & Kep. Riau 435.240 397.150 16.000 1.971.553 1.866.132 4.770.085 9.456.160 9.456.160
5 Jambi 676.120 191.130 340.700 971.490 - 2.179.440 2.179.440
6 Sumatera Selatan 679.726 603.793 217.370 1.826.993 431.445 3.759.327 3.759.327
7 Bengkulu 419.582 252.042 25.300 189.075 34.965 - 920.964 920.964
8 Lampung 462.030 317.615 - 191.732 - 971.377 1.004.735
9Kep. Bangka Belitung
34.690156.730 33.358 466.090
-657.510 657.510
Pulau Sumatera 5.009.016 5.970.823 129.650 3.915.009 7.402.221 5.443.636 27.656.255 27.870.355
Sumber: Statistik Badan Planologi Kehutanan, 2006
LUAS KAWASAN HUTAN DAN PERAIRAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG PENUNJUKAN KAWASAN HUTAN DAN PERAIRAN SERTA TATA GUNA HUTAN KESEPAKATAN (TGHK)
PERIKANAN
Keterangan: TSCF= Trillion Standar Cubic FeetSumber: dtwh.esdm.go.id (2007)
Keterangan: TSCF= Trillion Standar Cubic FeetSumber: dtwh.esdm.go.id (2007)
POTENSI PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI (GAS BUMI-dalam satuan TSCF)POTENSI PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI (GAS BUMI-dalam satuan TSCF)
Dengan jumlah cadangan gas bumi Pulau Sumatera (berpenduduk
15,7 juta jiwa-BPS2005) sebesar 7,78 TSCF, cadangan gas bumi di
Pulau Sumatera (Provinsi Sumatera Tengah) dapat dijadikan
pasokan bagi kebutuhan energi yang besar di Pulau Jawa yang
berpenduduk lebih dari 119 juta jiwa (BPS, 2005).
Dengan jumlah cadangan gas bumi Pulau Sumatera (berpenduduk
15,7 juta jiwa-BPS2005) sebesar 7,78 TSCF, cadangan gas bumi di
Pulau Sumatera (Provinsi Sumatera Tengah) dapat dijadikan
pasokan bagi kebutuhan energi yang besar di Pulau Jawa yang
berpenduduk lebih dari 119 juta jiwa (BPS, 2005).
3.71
1,32
7,96
26,68
53,0653,06
21,49
6,186,39
6,317,76
24,14
2929
Keterangan: MMSTB = Metric Stock Tank Barrel , Sumber: dtwh.esdm.go.id (2007)
Keterangan: MMSTB = Metric Stock Tank Barrel , Sumber: dtwh.esdm.go.id (2007)
POTENSI PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI (MINYAK BUMI-dalam satuan MMSTB) - 2POTENSI PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI (MINYAK BUMI-dalam satuan MMSTB) - 2
Dengan jumlah cadangan minyak bumi Pulau Sumatera
(berpenduduk 15,7 juta jiwa-BPS2005) sebesar 95,36 MMSTB,
cadangan minyak bumi di Pulau Sumatera (Provinsi Sumatera
Selatan) dapat dijadikan pasokan bagi kebutuhan energi yang besar
di Pulau Jawa yang berpenduduk lebih dari 119 juta jiwa
(BPS,2005)
Dengan jumlah cadangan minyak bumi Pulau Sumatera
(berpenduduk 15,7 juta jiwa-BPS2005) sebesar 95,36 MMSTB,
cadangan minyak bumi di Pulau Sumatera (Provinsi Sumatera
Selatan) dapat dijadikan pasokan bagi kebutuhan energi yang besar
di Pulau Jawa yang berpenduduk lebih dari 119 juta jiwa
(BPS,2005)
141,28
128,68
4.155,674.155,67
917,36
326,15
768,86
696,79954,26
97,75
95,36
121,15
3030
ASPEK ENERGIASPEK ENERGIASPEK ENERGIASPEK ENERGI
Energi listrik baru melayani 60% kebutuhan –> krisis listrikPencanangan Sumatera Selatan sebagai lumbung energi
nasional (batubara 22,24 milyar ton, gas 7 TCF, geothermal 1.335 MW, gas methan 20 TCF, cadangan minyak bumi 512,1 juta barel)
Pengembangan pembangkit listrik: Bukit Asam(4 x 65 MW), Banjarsari I&II (4 x 100 MW), Banko Tengah I&II (4 x 600 MW ), PLTG MUBA (2 X 40 MW), PLTG Borang (1 X 40 MW), PLTG G. Megang (2 X 40 MW), PLTG EMM (2 X 100 MW).
Rencana pembangunan jaringan trasmisi 500 KV Sumatera - Jawa (sub marine cable) dan jaringan transmisi 275 KV - lintas timur Sumatera (Palembang - Jambi).
Rencana pembangunan jaringan transmisi Sumatra-Malaysia.
Potensi pengembangan industri bioenergi dari kelapa sawit
3131
Transmisi yang sudah ada
Transmisi yang direncanakan
Pembangkit Listrik
Grissik
Palembang
Semarang
Pacific Ocean
AUSTRALIA
Indian Ocean
Bangkok
Phnom Penh
Ban Mabtapud
Ho Chi Minh City
CAMBODIA
VIETNAM
THAILAND LAOS
Khanon
Songkhla
Erawan
Bangkot
Lawit Jerneh
WESTMALAYSIA
Penang
Kerteh
Kuala Lumpur
Manila
Philipines
South
China
Sea
NatunaAlpha
Kota KinibaluBRUNEI
Bandara Seri Begawan
BintuluEAST
MALAYSIA
Kuching
Banda AcehLhokseumawe
Medan
Duri
Padang
S U M A T R A Jambi
Bintan
SINGAPORE
Samarinda
Balikpapan
Bontang
AttakaTunu
BekapaiKALIMANTAN
Banjarmasin
Manado
Sumatera
Ujung Pandang
BURU SERAM
Ternate HALMAHERA
Sorong
IRIAN JAYA
JakartaJ A V A
Surabaya
Bangkalan
BALI SUMBAWA
Pagerungan
LOMBOK
FLORES
SUMBATIMOR
I N D O N E S I A
Duyong
West Natuna
Port Dickson
Port Klang
Mogpu
Dumai
Batam
Guntong
MADURA
Jayapura
Merauke
KAPASITAS TERPASANG PEMBANGKIT DAN TRANSMISI LISTRIK (Januari 2008)
KAPASITAS TERPASANG PEMBANGKIT DAN TRANSMISI LISTRIK (Januari 2008)
TOTAL • KAPASITAS PEMBANGKIT : 29.705 MW• PANJANG JARINGAN: - 500 KV : 4.983 kms - 150 KV : 23.106 kms - 70 KV : 5.052 kms
TOTAL • KAPASITAS PEMBANGKIT : 29.705 MW• PANJANG JARINGAN: - 500 KV : 4.983 kms - 150 KV : 23.106 kms - 70 KV : 5.052 kms
Jamali : • Pembangkit: 22.302 MW• 500 kV: 4.983 kms• 150 kV: 11.552 kms• 70 kV: 3.657 kms
Sumatera : • Pembangkit: 4.634 MW• 150 kV: 8.521 kms• 70 kV: 310 kms
Kalimantan : • Pembangkit: 1.000 MW• 150 kV: 1.264 kms• 70 kV: 123 kms
Sumatera : • Pembangkit: 1.130 MW• 150 kV: 1.769 kms• 70 kV: 962 kms
Nusa Tenggara: • Pembangkit: 273 MW
Maluku : • Pembangkit: 197 MW
Papua : • Pembangkit: 170 MW
3232
SUMBAGUTSUMBAGUTDaya mampu Daya mampu : 11: 112525,0 ,0 MWMWPeak Load Peak Load : : 11112525,0,0 MWMWSurplusSurplus : : 0 0 MW MW
DAERAH/SISTEM YANG KEKURANGAN PASOKAN LISTRIK(Awal April 2008)
NIASNIASDaya mampu Daya mampu : : 1414,,2222 MWMWPeak Load Peak Load : : 1111 MW MWDefisit Defisit : : 3,22 3,22 MW MW
TANJUNG PINANGTANJUNG PINANGDaya mampu Daya mampu : : 2727,,88 MW MWPeak Load Peak Load : : 2727,,22 MW MWSurplusSurplus : : 0 .6 0 .6 MW MW
BATAMBATAMDaya mampu Daya mampu : : 179179,,99 MW MWPeak Load Peak Load : : 155155 MW MWSurplusSurplus : : 24.9 24.9 MW MW
SUMBAGSELSUMBAGSELDaya mampu Daya mampu : : 15961596 MW MWPeak Load Peak Load : : 15031503 MW MWSurplusSurplus : : 93 93 MW MW
KERINCIKERINCIDaya mampu Daya mampu : : 11.84 11.84 MWMWPeak Load Peak Load : : 10.2210.22 MW MWSurplusSurplus : : 1.62 1.62 MW MW
BANGKABANGKADaya mampu Daya mampu : : 5353,,4646 MW MWPeak Load Peak Load : : 47.1747.17 MW MWSurplusSurplus : : 6.29 6.29 MW MW
BELITUNGBELITUNGDaya mampu Daya mampu : : 22.3622.36 MW MWPeak Load Peak Load : : 16.6416.64 MW MWSurplusSurplus : : 5.68 5.68 MW MW
3333
SUMBER DAYA COAL BED METHANE NASIONALSUMBER DAYA COAL BED METHANE NASIONAL
J A V A
Mogpu
Grissik
Semarang
Pacific Ocean
AUSTRALIA
Indian Ocean
Bangkok
Phnom Penh
Ban Mabtapud
Ho Chi Minh City
CAMBODIA
VIETNAM
THAILAND LAOS
Khanon
Songkhla
Erawan
Bangkot
Lawit Jerneh
WESTMALAYSIA
Penang
Kerteh
Kuala Lumpur
Manila
Philipines
South
China
SeaSin
gap
ore
G
as
Tru
nkl
ine
NatunaAlpha
Kota KinibaluBRUNEI
Bandara Seri Begawan
BintuluEAST
MALAYSIA
Kuching
Banda AcehLhokseumawe
Medan
Duri
Padang
S U M A T R A Jambi
Bintan
SINGAPORE
Samarinda
Balikpapan
Bontang LNG Plant& Export Terminal
AttakaTunu
BekapaiKALIMANTAN
Banjarmasin
Manado
Sumatera
Ujung Pandang
BURU SERAM
Ternate HALMAHERA
Sorong
IRIAN JAYA
Jakarta
Surabaya
Bangkalan
BALI
SUMBAWA
Pagerungan
LOMBOKFLORES
SUMBATIMOR
I N D O N E S I A
Duyong
Port Dickson
Port Klang
Dumai
Batam
Guntong
Ardjuna Fields
MADURA
Jayapura
Merauke
Maluku Selatan
West Natuna
Palembang
Cirebon
52.5
3.6
0.8
Sumber Daya CBM (TCF)Sumber Daya CBM (TCF)
183
0.5
17.5
8.4
80.4
101.6 32
TOTAL SUMBER DAYA CBM = 453.3 TCFTOTAL SUMBER DAYA CBM = 453.3 TCF
3434
SALAK375 MW
DARAJAT255 MW
WAY. WINDU I110 MW
PATUHA400 MW
KARAHA400 MW
KAMOJANG200 MW
DIENG60 MW
LUMUTBALAI(UNOCAL)
SEULAWAH AGAM
SIBAYAK2 MW
ULUBELU110 MW
SARULA330 MW
LUMUT BALAI110 MW
ULUMBU10 MW
MATALOKO2.5 MW
LAHENDONG I – II40 MW
BEDUGUL175 MW
Tahap Pengembangan
Tahap Produksi
WILAYAH PENGEMBANGAN PANAS BUMI SAAT INI
Akan Ditenderkan
UNGARANTAMPOMAS
NGEBEL
JAILOLO
WAY. WINDU II110 MW
Total Kapasitas Tahun 2007 : 1042 MW
CISOLOK
3535
3636
5. LEVEL OF LINGKUNGAN HIDUP5. LEVEL OF LINGKUNGAN HIDUP5. LEVEL OF LINGKUNGAN HIDUP5. LEVEL OF LINGKUNGAN HIDUP
1010
11001120
11301130
126020102020204020502080
20902120
2100
21302140
4010
5090
5150
5170
5160
1180
MENINGKATNYA JUMLAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRITISMENINGKATNYA JUMLAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRITIS
Pada tahun 1984 22 DAS KritisPada tahun 1984 22 DAS Kritis
1010
11001120
11301130
126020102020204020502080
20902120
2100
21302140
4140
5090
5150
5170
1090
1180
1210
12401290
2070 2110
5100
40204030
4080
7020
3010
40105160
Pada tahun 1992 39 DAS KritisPada tahun 1992 39 DAS Kritis
Pada tahun 2005 62 DAS Kritis (12 diantaranya terletak di Pulau Sumatera) Pada tahun 2005 62 DAS Kritis (12 diantaranya terletak di Pulau Sumatera) 3737
DEFORESTRASI
PERHITUNGAN DEFORESTRASI 7 PULAU BESAR DI INDONESIA TAHUN 2000-2005
LAHAN KRITIS
Sumber: Statistik Lingkungan Hidup Indonesia, 2006/2007
No. Provinsi
Tingkat Kekritisan Lahan (Ha)
Luas Wilayah (HA)
Persentase Tingkat Kekritisan Lahan (%)
Sangat Kritis Kritis Agak KritisSangat Kritis
Kritis Agak Kritis
1Nanggroe Aceh Darussalam 1.205.241,12 395.680,28 67.343,19 5.193.700 23,21 7,62 1,30
2 Sumatera Utara 3.256.903,12 1.526.958,63 434.767,22 7.358.700 44,26 20,75 5,91
3 Sumatera Barat 1.061.638,91 239.433,31 169.598,16 4.289.900 24,75 5,58 3,95
4 Riau 4.701.516,41 2.306.658,70 108.355,77 9.456.000 49,72 24,39 1,15
5 Jambi 1.586.684,30 614.116,78 4.774,00 5.343.700 29,69 11,49 0,09
6 Sumatera Selatan 1.580.908,47 2.085.364,37 739.484,54 9.308.300 16,98 22,40 7,94
7 Bengkulu 708.934,99 545.218,79 163.729,81 1.978.900 35,82 27,55 8,27
8 Lampung 1.197.984,53 339.055,12 186.408,04 3.538.400 33,86 9,58 5,27
9 Bangka Belitung 95.756,22 261.615,48 314.842,51 1.617.100 5,92 16,18 19,47
PULAU SUMATERA 15.395.568,07 8.314.101,46 2.189.303,24 48.084.700,00 32,02 17,29 4,55
5. LEVEL OF TECHNOLOGY5. LEVEL OF TECHNOLOGY5. LEVEL OF TECHNOLOGY5. LEVEL OF TECHNOLOGY
4141
Muatan RTR Pulau Sumatera terdiri atas:a. Tujuan RTR Pulau Sumaterab. Kedudukan, Peran, dan Fungsi RTR Pulau Sumatera;c. Rencana Pemanfaatan Ruang Pulau Sumatera;d. Strategi Operasionalisasi Perwujudan RTRWN di
Pulau Sumatera;e. Arahan Pemanfaatan Ruang Pulau Sumatera: Indikasi
Program Utama Jangka Menengah Lima Tahunan f. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Pulau
Sumaterag. Kelembagaanh. Ketentuan Penutup
MUATAN RTR PULAU SumateraMUATAN RTR PULAU Sumatera
4242
Tujuan RTR Pulau Sumatera adalah untuk mengoperasionalkan RTRWN di Pulau Sumatera dengan mempertimbangkan:
a.perwujudan Pulau Sumatera sebagai Pusat Pengembangan Sumberdaya Alam
yang Maju, Terintegrasi, dan Berkelanjutan
b.Perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah di Pulau
Sumatera;
c. percepatan pembangunan kawasan perbatasan laut di Pulau Sumatera
yang berbatasan dengan negara India, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura
sebagai beranda depan dan pintu gerbang internasional;
d.perwujudan pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi
nasional;
e.pengembangan dan pengendalian sistem perkotaan nasional dan kawasan
budidaya berbasis ekosistem;
f.Ekosistem Pulau Sumatera untuk pembangunan berkelanjutan; dan
g.pengoptimalan pemanfaatan sumber energi yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan energi di Pulau Sumatera dan Pulau Sumatera sebagai lumbung energi
nasional.
Tujuan RTR Pulau Sumatera adalah untuk mengoperasionalkan RTRWN di Pulau Sumatera dengan mempertimbangkan:
a.perwujudan Pulau Sumatera sebagai Pusat Pengembangan Sumberdaya Alam
yang Maju, Terintegrasi, dan Berkelanjutan
b.Perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah di Pulau
Sumatera;
c. percepatan pembangunan kawasan perbatasan laut di Pulau Sumatera
yang berbatasan dengan negara India, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Singapura
sebagai beranda depan dan pintu gerbang internasional;
d.perwujudan pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi
nasional;
e.pengembangan dan pengendalian sistem perkotaan nasional dan kawasan
budidaya berbasis ekosistem;
f.Ekosistem Pulau Sumatera untuk pembangunan berkelanjutan; dan
g.pengoptimalan pemanfaatan sumber energi yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan energi di Pulau Sumatera dan Pulau Sumatera sebagai lumbung energi
nasional.
A. Tujuan RTR Pulau Sumatera
4343
1. Kedudukan RTR PulauRTR Pulau Sumatera berkedudukan sebagai rencana rinci RTRWN dan acuan bagi RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota.
2. Peran RTR PulauRTR Pulau Sumatera berperan sebagai strategi operasionalisasi untuk mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera yang dapat memberikan pencapaian keterpaduan dan keserasian antarprovinsi dan antarsektor.
3. Fungsi RTR PulauRTR Pulau Sumatera berfungsi sebagai pedoman untuk:
a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional;b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional;c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruangd. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasif. penataan ruang kawasan strategis nasional dang. penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
B. Kedudukan, Peran, dan Fungsi RTR Pulau Sumatera
4444
(1) RTR Pulau Sumatera merupakan penjabaran struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.
(2) Rencana struktur ruang Pulau Sumatera merupakan penjabaran struktur ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:500.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
(3) Rencana pola ruang Pulau Sumatera merupakan merupakan penjabaran pola ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:500.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
(1) RTR Pulau Sumatera merupakan penjabaran struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.
(2) Rencana struktur ruang Pulau Sumatera merupakan penjabaran struktur ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:500.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
(3) Rencana pola ruang Pulau Sumatera merupakan merupakan penjabaran pola ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:500.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Presiden ini.
C. RENCANA PEMANFAATAN RUANG PULAU SUMATERA
4545
Untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera dilakukan dengan kebijakan:a.memantapkan interaksi antar-kawasan pesisir timur, kawasan tengah, dan kawasan pesisir barat Sumatera melalui pengembangan sistem jaringan transportasi darat, laut, dan transportasi udara lintas Sumatera yang handal;b.mendorong berfungsinya pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan jasa koleksi dan distribusi di Pulau Sumatera;c.mengembangkan akses bagi daerah terisolir dan pulau-pulau kecil di pesisir barat dan timur Pulau Sumatera sebagai sentra produksi perikanan, pariwisata, minyak dan gas bumi kepusat kegiatan industri pengolahan serta pusat pemasaran lintas pulau dan lintas negara;d.arah pembangunan kehutanan Pulau Sumatera dalam rangka mewujudkan kawasan berfungsi lindung sekurang-kurangnya 30% dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya;e.mengembangkan komoditas unggulan wilayah yang memiliki daya saing tinggi melalui kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah dalam pengelolaan dan pemasarannya dalam rangka mendorong kemandirian akses menuju pasar global termasuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara tetangga;
Untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera dilakukan dengan kebijakan:a.memantapkan interaksi antar-kawasan pesisir timur, kawasan tengah, dan kawasan pesisir barat Sumatera melalui pengembangan sistem jaringan transportasi darat, laut, dan transportasi udara lintas Sumatera yang handal;b.mendorong berfungsinya pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan jasa koleksi dan distribusi di Pulau Sumatera;c.mengembangkan akses bagi daerah terisolir dan pulau-pulau kecil di pesisir barat dan timur Pulau Sumatera sebagai sentra produksi perikanan, pariwisata, minyak dan gas bumi kepusat kegiatan industri pengolahan serta pusat pemasaran lintas pulau dan lintas negara;d.arah pembangunan kehutanan Pulau Sumatera dalam rangka mewujudkan kawasan berfungsi lindung sekurang-kurangnya 30% dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi ekosistemnya;e.mengembangkan komoditas unggulan wilayah yang memiliki daya saing tinggi melalui kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah dalam pengelolaan dan pemasarannya dalam rangka mendorong kemandirian akses menuju pasar global termasuk mengurangi ketergantungan pada negara-negara tetangga;
C. RENCANA PEMANFAATAN RUANG…(2)
4646
f. menghindari konflik pemanfaatan ruang pada kawasan perbatasan lintas wilayah meliputi lintas wilayah provinsi maupun lintas wilayah kabupaten/kota;
g. memantapkan keterkaitan antara kawasan andalan, kawasan budidaya lainnya, berikut kota-kota pusat-pusat kegiatan didalamnya dengan kawasan-kawasan dan pusat-pusat pertumbuhan antar pulau di wilayah nasional, serta dengan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan sub-regional ASEAN, Asia Pasifik dan kawasan internasional lainnya;
h. mendorong pemanfaatan sumber energi yang tersedia secara berkelanjutan yang didukung dengan pengembangan sumber energi alternatif;
i. mengarahkan pembangunan pembangkit listrik pada lokasi yang memiliki sumber daya mineral untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah Pulau Sumatera;
j. mendorong pemanfaatan kawasan perbatasan laut antara Indonesia dengan negara tetangga serta dengan laut lepas.
f. menghindari konflik pemanfaatan ruang pada kawasan perbatasan lintas wilayah meliputi lintas wilayah provinsi maupun lintas wilayah kabupaten/kota;
g. memantapkan keterkaitan antara kawasan andalan, kawasan budidaya lainnya, berikut kota-kota pusat-pusat kegiatan didalamnya dengan kawasan-kawasan dan pusat-pusat pertumbuhan antar pulau di wilayah nasional, serta dengan pusat-pusat pertumbuhan di kawasan sub-regional ASEAN, Asia Pasifik dan kawasan internasional lainnya;
h. mendorong pemanfaatan sumber energi yang tersedia secara berkelanjutan yang didukung dengan pengembangan sumber energi alternatif;
i. mengarahkan pembangunan pembangkit listrik pada lokasi yang memiliki sumber daya mineral untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah Pulau Sumatera;
j. mendorong pemanfaatan kawasan perbatasan laut antara Indonesia dengan negara tetangga serta dengan laut lepas.
C. RENCANA PEMANFAATAN RUANG…(3)
4747
4848
4949
D. STRATEGI STRATEGI OPERASIONALISASI OPERASIONALISASI PEMANFAATAN RUANG PEMANFAATAN RUANG NASIONAL DI PULAU NASIONAL DI PULAU SUMATERASUMATERA
D. STRATEGI STRATEGI OPERASIONALISASI OPERASIONALISASI PEMANFAATAN RUANG PEMANFAATAN RUANG NASIONAL DI PULAU NASIONAL DI PULAU SUMATERASUMATERA
5050
1. Strategi Operasionalisasi Perwujudan RTRWN1. Strategi Operasionalisasi Perwujudan RTRWN
(1) Perwujudan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional di Pulau Sumatera dilakukan dengan:
a. strategi operasionalisasi struktur ruang nasional; dan
b. strategi operasionalisasi pola ruang nasional.
(2) Strategi operasionalisasi struktur ruang nasional terdiri atas:
a. strategi operasionalisasi sistem perkotaan nasional;
b. strategi operasionalisasi sistem jaringan transportasi nasional;
c. strategi operasionalisasi sistem jaringan energi nasional;
d. strategi operasionalisasi sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan
e. strategi operasionalisasi sistem sumber daya air.
(3) Strategi operasionalisasi pola ruang nasional terdiri atas:
a. strategi operasionalisasi pelestarian kawasan lindung nasional;
b. strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan; dan
c. strategi operasionalisasi pengembangan kawasan strategis nasional.
5151
2. Strategi Operasionalisasi Sistem Perkotaan Nasional
a) mendorong pengembangan kota Lhokseumawe, kawasan perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro), Padang, Pekanbaru, Dumai, Batam, Jambi, Palembang, dan Bandar Lampung sebagai PKN;
a) mendorong pengembangan kota Lhokseumawe, kawasan perkotaan Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo (Mebidangro), Padang, Pekanbaru, Dumai, Batam, Jambi, Palembang, dan Bandar Lampung sebagai PKN;
5252
Nama Kota Fungsi Kota Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Lhokseumawe
PKN Jasa Pemerintahan, Industri, Pertanian, Pertambangan, Perikanan, Perdagangan, dan Perkebunan .
Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berorientasi pada upaya mendorong perkembangan sektor produksi seperti industri, pertambangan, perikanan tambak dan perkebunan.Memantapkan peran Lhokseumawe sebagai pusat koleksi dan distribusi skala regional, terutama di pesisir Timur Sumatera dengan memperhatikan lokasi strategis pada Jalur Selat Malaka melalui peningkatan tujuan pelabuhan Lhokseumawe sebagai satu kesatuan sistem yang didukung oleh peningkatan kualitas serta kapasitas jaringan transportasi darat menuju tujuan-tujuan pemasaran di Medan dan Banda Aceh.Meningkatkan aksesibilitas Kota Lhokseumawe ke kota-kota dalam lingkup internal provinsi (Langsa, Takengon, Bireun) melalui jaringan jalan dan jaringan jalur kereta api.
b) mendorong percepatan pengembangan kota PKW Banda Aceh, Bengkulu, dan Pangkal Pinang sebagai embrio PKN,
b) mendorong percepatan pengembangan kota PKW Banda Aceh, Bengkulu, dan Pangkal Pinang sebagai embrio PKN,
Strategi Operasionalisasi Sistem Perkotaan Nasional…(2)c) Mendorong pengembangan kota-kota PKW: Sabang, Langsa, Takengon, Meulaboh, Tebingtinggi,
Sidikalang, Pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Sitoli, Padang Sidempuan, Sibolga, Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut, Bukittinggi, Solok, Bangkinang, Taluk Kuantan, Bengkalis, Bagan Siapi-api, Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura, Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga, Dabo-Pulau Singkep, Tanjung Balai Karimun, Kuala Tungkal, Sarolangun, Muarabungo, Muara Bulian, Muara Enim, Kayuagung, Baturaja, Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat, Manna, Muko-Muko, Curup, Muntok, Tanjungpandan, Manggar, Metro, Kalianda, Liwa, Menggala, Kotabumi, dan Kota Agung.
c) Mendorong pengembangan kota-kota PKW: Sabang, Langsa, Takengon, Meulaboh, Tebingtinggi, Sidikalang, Pematang Siantar, Balige, Rantau Prapat, Kisaran, Gunung Sitoli, Padang Sidempuan, Sibolga, Pariaman, Sawahlunto, Muarasiberut, Bukittinggi, Solok, Bangkinang, Taluk Kuantan, Bengkalis, Bagan Siapi-api, Tembilahan, Rengat, Pangkalan Kerinci, Pasir Pangarayan, Siak Sri Indrapura, Tanjung Pinang, Terempa, Daik Lingga, Dabo-Pulau Singkep, Tanjung Balai Karimun, Kuala Tungkal, Sarolangun, Muarabungo, Muara Bulian, Muara Enim, Kayuagung, Baturaja, Prabumulih, Lubuk Linggau, Sekayu, Lahat, Manna, Muko-Muko, Curup, Muntok, Tanjungpandan, Manggar, Metro, Kalianda, Liwa, Menggala, Kotabumi, dan Kota Agung.
5353
Nama Kota
Fungsi Kota
Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Langsa PKW Jasa Pemerintahan, Industri, Pertanian, Pertambangan, Perikanan dan Perkebunan
• Diarahkan sebagai kota tujuan/pelabuhan yang berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi skala lokal yang mendorong pertumbuhan produksi pertanian, pertambangan, perikanan, dan perkebunan. • Memantapkan aksesibilitas menuju sentra-sentra produksi pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan di Idi Rayeuk, Lhok Sukon, dan Karang Baru, baik dengan jaringan jalan maupun jalur kereta api. • Meningkatkan kualitas dan kapasitas pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, air limbah, drainase, dan telekomunikasi)yang mendukung fungsi kota pelabuhan dan pusat pelayanan antar kota berskala provinsi.
Strategi Operasionalisasi Sistem Perkotaan Nasional…(3)
d. Perwujudan sistem perkotaan nasional di Pulau Sumatera dilakukan dengan mendorong pengembangan kota Sabang, Dumai, Batam, dan Ranai sebagai PKSN.
d. Perwujudan sistem perkotaan nasional di Pulau Sumatera dilakukan dengan mendorong pengembangan kota Sabang, Dumai, Batam, dan Ranai sebagai PKSN.
5454
Nama Kota
Fungsi Kota
Jenis Pelayanan Strategi Pengembangan
Dumai PKSN Jasa Pemerintahan, Industri, Pertambangan, Perkebunan, Perdagangan, dan Perikanan
• Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah nasional yang berorientasi pada upaya mendorong perkembangan sektor produksi wilayah seperti perkebunan, industri, perdagangan, pertambangan dan perikanan tambak.• Memantapkan peran Dumai sebagai pusat koleksi dan distribusi skala nasional, terutama bagian Timur Sumatera dengan memperhatikan lokasi strategis pada jalur Selat Malaka melalui peningkatan tujuan pelabuhan Dumai yang komplementer dengan Pelabuhan Belawan. • Meningkatkan aksesibilitas Kota Dumai ke sentra-sentra produksi pada Kawasan Andalan Duri – Dumai dan menuju pusat-pusat pemasaran lainnya, baik di dalam negeri (Pekanbaru, Batam, dan Medan) maupun di luar negeri (Singapura). • Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan prasarana dan sarana perkotaan (jalan, persampahan, air bersih, air limbah, drainase, dan telekomunikasi) dan fasilitas perdagangan untuk mendukung peran Dumai sebagai pusat pelayanan nasional melalui kerjasama dengan pihak swasta secara selektif.
3. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Jalan peningkatan jaringan jalan Lintas Timur dengan prioritas tinggi yang menghubungkan kota Bakauheni –
Ketapang – Labuhan Maringgai - Sukadana – Menggala – Mesuji - Kayu Agung - Palembang – Pangkalan Balai – Betung - Jambi – Rengat – Pekanbaru – Dumai – Rantau Prapat – Kisaran – Tebing Tinggi – Lubuk Pakam – Medan – Binjai – Langsa – Lhokseumawe – Banda Aceh;
peningkatan jaringan Jalan Lintas Tengah dengan prioritas sedang yang menghubungkan kota Bakauheni – Kalianda - Bandar Lampung – Bandar Jaya - Kota Bumi - Bukit Kemuning – Blambangan Umpu – Baturaja – Muara Enim – Lahat - Lubuk Linggau – Muara Bungo – Solok – Bukittinggi – Kotanopan – Panyabungan - Padang Sidempuan – Tarutung – Sidikalang – Kutacane – Blang Kejeren - Takengon – Geumpang – Keumala - Jantho - Seulimeum - Banda Aceh;
peningkatan dan pembangunan jaringan Jalan Lintas Barat dengan prioritas sedang yang menghubungkan kota Bandar Lampung – Pringsewu - Kota Agung – Krui - Manna – Bengkulu – Painan – Padang – Pariaman – Simpang Empat – Natal – Batumumdom - Sibolga – Barus - Subulussalam - Tapaktuan – Meulaboh – Banda Aceh;
peningkatan dan pembangunan jaringan jalan pengumpan yang menghubungkan Lintas Barat, Lintas Tengah dan/atau Lintas Timur dengan prioritas tinggi yang menghubungkan kota Simpang Peut – Jeuram – Beutong Ateuh – Takengon - Bireun; Babah Ron – Trangon - Blang Kejeren – Pinding – Lokop – Peurelak; Jantho – Lamno; Singkil – Sidikalang – Kabanjahe – Medan; Sibolga – Tarutung – Pematang Siantar - Tebing Tinggi; Padang – Bukittinggi – Pekanbaru; Kiliran Jao - Rengat – Kuala Enok; Kiliran Jao – Taluk Kuantan – Pekanbaru; Pekanbaru – Bangkinan – Rantau Berangin; Simpang Kumuh – Kota Tengah – Sei Rangau – Duri; Sei Akar – Bagan Jaya – Enok; Rumbai Jaya – Bagan Jaya – Enok – Kuala Enok; Ujung Batu – Rokan – Batas Sumbar; Muara Bungo – Jambi – Muara Sabak; Sungai Penuh – Sarolangun – Tembesi – Jambi; Lubuk Linggau – Curup – Bengkulu; Tanjung Iman – Muara Sahung - Baturaja; Muara Enim – Palembang – Tanjung Apiapi; Muntok – Pangkalpinang; Tanjung Pandan – Manggar; Krui – Liwa – Bukit Kemuning, Labuhan Meringgai – Simpang Sidomulyo, Tegineneng Metro – Sukadana, dan Terbanggi Besar – Menggala; dan
pembangunan jembatan Sumatera – Jawa melalui Selat Sunda
5555
5656
4. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan KA sistem jaringan dengan prioritas tinggi pada jalur kereta api Tarahan – Bandar Lampung –
Baturaja – Blimbing – Muara Enim, Banda Aceh – Bireun - Lhokseumawe – Langsa – Besitang – Medan, dan Medan - Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Kisaran – Rantau Prapat - Dumai – Duri - Pekanbaru;
sistem jaringan dengan prioritas sedang pada jalur kereta api Pekanbaru – Rengat – Jambi – Betung – Palembang, Palembang – Kayu Agung – Menggala - Bakauheni, Bengkulu – Mukomuko – Padang – Pariaman – Sibolga – Tapaktuan – Meulaboh – Banda Aceh, dan Muara Enim – Tebing Tinggi – Lubuk Linggau – Muaro Bungo – Taluk Kuantan - Pekanbaru; dan
sistem jaringan dengan prioritas rendah pada jalur kereta api Sibolga – Padang Sidempuan – Rantau Prapat, Pematang Siantar – Tebing Tinggi, Kisaran – Tanjung Balai, Betung – Sekayu, Sengeti – Muara Sabak, Bengkulu – Tebing Tinggi, Padang – Padang Panjang – Solok – Muaro, Muaro – Taluk Kuantan – Rengat – Kuala Enok, Muaro Bungo – Jambi, Muara Enim – Prabumulih – Kertapati – Palembang, dan Palembang – Tanjung Apiapi.
5757
5. Strategi Operasionalisasi Sistem Transportasi Sungai & Danau
mengarahkan pengembangan jaringan transportasi sungai dan danau untuk pelayanan angkutan lintas antar provinsi serta antar kabupaten/kota dalam provinsi diarahkan pada daerah-daerah potensial di Pulau Sumatera dan diarahkan menjadi tulang-punggung sistem transportasi serta diharapkan dapat membuka daerah yang terisolir;
memprioritaskan pengembangan angkutan sungai pada lintas-lintas yang lebih efisien untuk dilayani dengan angkutan air seperti pada wilayah Sungai Musi, Batanghari, Rokan, Indragiri, dan Siak;
mengembangkan jaringan transportasi sungai antar kabupaten/kota di Pulau Sumatera yang memiliki interaksi kuat meliputi Sungai Musi, Siak, Rokan, Kampar, dan Batanghari; dan
mengembangkan jaringan transportasi danau di Pulau Sumatera meliputi Danau Toba, Danau Singkarak, Danau Maninjau, Danau Diatas, Danau Dibawah, Danau Ranau, dan Danau Laut Tawar.
5858
6. Strategi Operasionalisasi Sistem Transportasi Penyeberangan 6. Strategi Operasionalisasi Sistem Transportasi Penyeberangan
a) Mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan untuk pelayanan angkutan lintas antar provinsi dan antar negara, lintas antar kabupaten/kota, serta lintas dalam kabupaten/kota diarahkan pada daerah-daerah potensial di Pulau Sumatera dan diarahkan menjadi tulang-punggung sistem transportasi serta diharapkan dapat membuka daerah yang terisolir
b) Mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan lintas antar provinsi dengan eksternal Pulau Sumatera yang memiliki interaksi kuat meliputi Kepulauan Riau dengan Kalimantan Barat yang menghubungkan Natuna – Pontianak, Kalimantan Barat dengan Bangka Belitung yang menghubungkan Ketapang – Manggar, Bangka Belitung dengan DKI Jakarta yang menghubungkan Pangkalpinang - Jakarta, dan Lampung dengan Banten yang menghubungkan Bakauheni – Merak
c) mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan antar provinsi dan lintas penyeberangan antar kabupaten/kota dengan interaksi kuat di Pulau Sumatera yang meliputi Sabang – Banda Aceh, Sinabang – Labuhan Haji, Sinabang - Meulaboh, Singkil – Pulau Banyak, Medan – Batam, Medan – Lhokseumawe, Gunung Sitoli – Sibolga, Medan – Pangkalpinang, Pangkalpinang – Tanjung Pandan, Palembang – Muntok, Tanjung Pandan – Mentawai, Kuala Tungkal – Tanjung Pinang, Dumai – Bengkalis – Tanjung Balai Karimun - Batam, Pekanbaru – Batam, Batam – Natuna, Tua Pejat – Padang, dan Enggano – Bengkulu;
d) mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan antar negara yang memiliki interaksi kuat dari Pulau Sumatera meliputi jalur penyeberangan Medan – Penang dan jalur penyeberangan Batam – Singapura;
e) mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan lintas kabupaten/kota dalam provinsi yang memiliki interaksi kuat di Pulau Sumatera meliputi jalur penyeberangan Banda Aceh – Sabang, Meulaboh – Sinabang, Sibolga – Nias, Batam – Natuna, Batam – Bintan, Padang – Muara Siberut, Padang – Pagai, Pulau Bangka – Pulau Belitung, dan Dumai – Pulau Bengkalis;
f) mengarahkan pengembangan jaringan transportasi penyeberangan dalam kabupaten/kota dalam provinsi yang memiliki interaksi kuat di Pulau Sumatera, meliputi jalur penyeberangan di Kepulauan Mentawai dan Kota Bengkulu-P. Enggano
5959
7. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Transportasi Laut7. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Transportasi Laut
a) pengembangan pelabuhan Sabang Belawan, Sibolga, Teluk Bayur, Dumai, Batam, Tanjung Api-api, dan Panjang sebagai pelabuhan internasional;
b) pengembangan pelabuhan Lhokseumawe, Meulaboh, Tanjung Balai Asahan, Perawang, Sungai Pakning, Kuala Enok (Provinsi Riau), Tanjung Kedabu, Buatan, Pulau Kijang, Tembilahan, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang, Pulau Sambu, Dabo – Singkep, Ranai, Moro Sulit, Kuala Tungkal, Tanjung Pandan, Pulau Baai sebagai pelabuhan nasional;
6060
8. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Transportasi Udara
8. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Transportasi Udara
a) pengembangan Bandar Udara Kuala Namu dan Hang Nadim sebagai bandar udara pusat penyebaran primer;
b) pengembangan Bandar Udara Minangkabau, Sultan Mahmud Badaruddin II, dan Sultan Syarif Kasim II sebagai bandar udara pusat penyebaran sekunder; dan
c) pengembangan Bandar Udara Sultan Iskandar Muda, Radin Inten II, Ranai, Kijang, Pinang Kampai, Sultan Thaha, dan Fatmawati sebagai bandar udara pusat penyebaran tersier.
6161
9. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Energi Nasional
Perwujudan sistem jaringan transmisi tegangan ultra tinggi (> 700 kV) antar kota: Medan-Pematang Siantar, Binjai-Medan-Kisaran-Rantau Prapat-Dumai-Pekanbaru-Jambi-Palembang-Bandar Lampung;
Perwujudan sistem jaringan transmisi tegangan ekstra tinggi (245-700 kV) antar kota: Banda Aceh-Lhokseumawe-Langsa, Banda Aceh-Meulaboh-Tapaktuan-Sibolga, Padang-Painan, Muko-Muko-Bengkulu-Manna-Liwa-Krui, Kotopanjang-Payakumbuh-Lubuk Sikaping-Panyabungan-Tarutung-Parapat- Sibolga, Jambi-Muara Bulian-Bangko-Lubuk Linggau-Muara Enim-Metro;
Perwujudan sistem jaringan transmisi terisolasi di P. Sabang, P. Rondo, P. Simeuleu, P. Nias. P. Mentawai, P. Pagai, P. Enggano, P. Bangka, P. Belitung, P. Batam-Rempang-Galang,, P. Bengkalis, P. Natuna
Menjaga ruang bebas dan ruang aman di sekitar Gardu Induk SUTET dan Gardu Distribusi SUTET dengan mengutamakan prinsip-prinsip lingkungan.
Mempertahankan tingkat elektrifikasi Sumatera Utara di atas tingkat elektrifikasi nasional
6262
10. Strategi Operasionalisasi Sistem Jaringan Telekomunikasi Nasional
(1) Perwujudan jaringan terestrial di Pulau Sumatera meliputi:a. perwujudan jaringan terestrial mikro digital;
b. perwujudan jaringan terestrial serat optik di Kota Medan, Palembang, Bandar Lampung, dan Batam;c. perwujudan jaringan terestrial mikro analog; dand. perwujudan jaringan terestrial kabel laut yang menghubungkan Batam-Bintan, Dumai-Bengkalis;
(2) Perwujudan sistem telekomunikasi satelit pada kota-kota PKN
6363
11. Strategi Operasionalisasi Sistem Sumber Daya Air
• Wilayah Sungai Strategis Nasional :– Meureudu – Baro di Provinsi NAD meliputi Daerah Aliran Sungai (DAS) Meureudu, DAS Baro, DAS Tiro,
DAS Pante Raja, DAS Utue, DAS Putu, DAS Trienggadeng, DAS Pangwa, DAS Beuracan, dan DAS Batee;– Jambo Aye di Provinsi NAD meliputi DAS Jambo Aye, DAS Geuruntang, DAS Reungget, DAS Lueng, DAS
Simpang Ulim, DAS Malehan, DAS Julok Rayeu, DAS Keumuning, DAS Gading, DAS Idi Rayeuk, DAS Lancang, DAS Jeungki, DAS Peundawa Puntong, dan DAS Leugo Rayeuk;
– Woyla – Seunagan di Provinsi NAD meliputi DAS Woyla dan DAS Seunagan;– Tripa – Bateue di Provinsi NAD meliputi DAS Tripa dan DAS Bateue;– Belawan – Ular di Provinsi SUMUT meliputi DAS Belawan, DAS Ular, DAS Deli, DAS Belumai, DAS
Padang, DAS Martebing, DAS Kenang, DAS Serdang, DAS Percut, DAS Bedagai, dan DAS Belutu;– Toba – Asahan di Provinsi SUMUT meliputi DAS Danau Toba, DAS Sei Asahan, DAS Silau, DAS Tanjung,
dan DAS Suka;– Batang Angkola – Batang Gadis di Provinsi SUMUT meliputi DAS Batang Angkola dan DAS Batang Gadis;– Siak di Provinsi Riau meliputi DAS Siak, DAS Siak Kecil, DAS Bukit Batu, DAS Palentung, DAS Tapung
Kanan, DAS Tapung Kiri, DAS Masigit, DAS Bulu Kala, DAS Mandau, dan DAS Dumai;– Kampar (Riau – Sumatera Barat) meliputi DAS Kampar, DAS Kampar Kiri, DAS Kampar Kanan, DAS Bt.
Kapur, dan DAS Bt. Mahat.– Indragiri (Riau – Sumatera Barat) meliputi DAS Kuantan, DAS Indragiri, DAS Gaung Anak Serka, DAS
Guntung, DAS Pateman, DAS Palangki, DAS Ombilin, dan DAS Sinamar;– Reteh di Provinsi Riau meliputi DAS Reteh dan DAS Gangsal;– Pulau Batam – Pulau Bintan di Provinsi Kepulauan Riau;
6464
11. Strategi Operasionalisasi Sistem Sumber Daya Air
– Anai – Kuranji – Arau – Mangau – Antokan di Provinsi SUMBAR meliputi DAS Anai, DAS Kuranji, DAS Arau, DAS Mangau, DAS Antokan, DAS Air Dingin, DAS Tapakis, DAS Ulakan, DAS Andaman, DAS Pariaman, DAS Manggung, DAS Naras, DAS Limau, DAS Kamumuan, DAS Paingan, DAS Tiku, dan DAS Bungus;
– Sugihan di Provinsi SUMSEL meliputi DAS Burung, DAS Gaja Mati, DAS Pelimbangan, DAS Beberi, DAS Olok, DAS Daras, DAS Medang, dan DAS Padang;
– Banyuasin di Provinsi SUMSEL meliputi DAS Banyuasin, DAS Senda, DAS Limau, DAS Ibul, DAS Puntian, DAS Pangkalan Balai, DAS Buluain, DAS Kepayang, DAS Mangsang, DAS Kedawang, DAS Titikan, DAS Mendes, DAS Tungkal, DAS Keluang, DAS Lalan, DAS Supat, dan DAS Lilin; dan
– Way Seputih – Way Sekampung di Provinsi Lampung meliputi DAS Seputih, DAS Sekampung, DAS Wako, DAS Kambas, DAS Penet, DAS Kuripan, DAS Sabu, dan DAS Sukamaju.
6565
11. Strategi Operasionalisasi Sistem Sumber Daya Air
• wilayah sungai wilayah sungai lintas provinsi , terdiri atas:– Alas – Singkil (Nanggroe Aceh Darussalam - Sumatera Utara) yang meliputi DAS Lae Pardomuan, DAS Lae
Silabuhan, DAS Lae Siragian, DAS Lae Singkit, dan DAS Lae Kuala Baru;– Batang Natal – Batang Batahan (Sumatera Utara - Sumatera Barat) yang meliputi DAS Batang Batahan dan
DAS Batang Natal;– Rokan (Riau - Sumatera Barat - Sumatera Utara) yang meliputi DAS Rokan, DAS Bangko, DAS Rokan Kiri, DAS
Rokan Kanan, DAS Kubu, DAS Sumpur, DAS Sontang, DAS Asik, DAS Air Pesut, DAS Sibinail, DAS Pagang, DAS Pincuran Panjang, dan DAS Timbawan;
– Batanghari (Jambi – Sumatera Barat) yang meliputi DAS Batanghari, DAS Tungkal, DAS Bentaro, DAS Mandahara, DAS Lagan, DAS Air Hutan, DAS Jujuhan, DAS Siat, DAS Timpeh, DAS Kuko, DAS Pangean, DAS Momong, DAS Sipotar, DAS Sangir, DAS Talantam, DAS Bangko, DAS Gumanti, DAS Pinti Kayu, dan DAS Pkl. Duri Besar;
– Musi ( Sumatera Selatan – Bengkulu – Lampung) yang meliputi DAS Musi, DAS Lakitan, DAS Kelingi, DAS Rawas, DAS Semangus, dan DAS Batang Hari Leko;
– Mesuji – Tulang Bawang (Lampung – Sumatera Selatan) yang meliputi DAS Mesuji, DAS Tulang Bawang, DAS Tjg. Pasir, DAS Randam Besar, DAS Sibur Besar, DAS Tawar, DAS Bati Dalam Kecil, DAS Randam Besar, dan DAS Meham Kecil;
– Teramang – Ipuh (Bengkulu – Jambi) yang meliputi DAS Teramang, DAS Ipuh, DAS Retak, DAS Buluh, DAS Selagan, DAS Bantal, DAS Dikit, dan DAS Manjuto;
– Nasal – Padang Guci (Bengkulu – Lampung) yang meliputi DAS Air Nasal, DAS Air Sambat, DAS Air Tetap, DAS Air Luas, DS Air Kinal, DAS Air Padang Guci, DAS Air Sulau, DAS Air Kedurang, DAS Air Bengkenang, dan DAS Air Manna.
• pengembangan jaringan sumber daya air terdiri atas:1) pemeliharaan, peningkatan dan perluasan jaringan-jaringan irigasi;2) waduk-waduk sebagai penyimpan dan pengendali banjir;
6666
12. Strategi Operasionalisasi Pelestarian Kawasan Lindung Nasional
• Perwujudan pelestarian kawasan lindung nasional di Pulau Sumatera meliputi:– Cagar Alam Dusun Besar (1.777 ha), Cagar Alam Rafflesia I/II Serbajadi (300 ha), Cagar Alam
Hutan Pinus Jantho (8.000 ha), Cagar Alam Hutan Bulian Luncuk I/II (74,80 ha), Cagar Alam Pulau Laut (400 ha), Cagar Alam Pulau Berkeh (500 ha), Cagar Alam Pulau Burung (200 ha), Cagar Alam Lembah Anai (221 ha), Cagar Alam Lembah Harau (270,50 ha), Cagar Alam Rimbo Panti (2.830 ha), Cagar Alam Dolok Saut/Sulungan (39 ha), Cagar Alam Dolok Tinggi Raja (167 ha), Cagar Alam Liang Balik (0,50 ha), Cagar Alam Dolok Sipirok (6.970 ha), Cagar Alam Dolok Sibual-buali (5.000 ha), Cagar Alam Sibolangit (90 ha), Cagar Alam Pulau Anak Krakatau (13.735,10 ha), dan Cagar Alam Martelu Purba (195 ha);
– Suaka Margasatwa Rawa Singkil (102.370 ha), Suaka Margasatwa Kerumutan (120.000 ha), Suaka Margasatwa Danau P.Besar/Danau Bawah (25.000 ha), Suaka Margasatwa Gumai Pasemah (45.833 ha), Suaka Margasatwa Gunung Raya (39.500 ha), Suaka Margasatwa Isau-isau Pasemah (12.144 ha), Suaka Margasatwa Bentayan (19.300 ha), Suaka Margasatwa Dangku (29.080 ha), Suaka Margasatwa Padang Sugihan (75.000 ha), Suaka Margasatwa Terusan Dalam (74.750 ha), Suaka Margasatwa Dolok Surungan (23.800 ha), Suaka Margasatwa Karang Gading Langkat Timur Laut (15.765 ha), Suaka Margasatwa Barumun (40.330 ha), Suaka Margasatwa Siranggas (5.657 ha), Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling, dan Suaka Margasatwa Teso Nilo;
6767
12. Strategi Operasionalisasi Pelestarian Kawasan Lindung Nasional
– Taman Nasional Berbak (162.700 ha), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (365.000 ha), Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (127.698 ha), Taman Nasional Bukit Dua Belas (65.500 ha), Taman Nasional Siberut (190.500 ha), Taman Nasional Way Kambas (125.621 ha), Taman Nasional Gunung Leuser (623.927 ha), Taman Nasional Kerinci Seblat (1.368.000 ha), Taman Nasional Batang Gadis (108.000 ha), dan Taman Nasional Sembilang (202.896 ha);
– Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan (6.250 ha), Taman Hutan Raya Bukit Barisan (51.600 ha), Taman Hutan Raya Dr. Mohamamad Hatta (500 ha), Taman Hutan Raya Wan Abdul Rahman (22.249 ha), Taman Hutan Raya Sultan Thaha Saifudin (15.830 ha), Taman Hutan Raya Sultan Syarif Qasim (5.920 ha), dan Taman Hutan Raya Raja Lelo (1.122 ha);
– Taman Wisata Muka Kuning (Batam) (2.065,62 ha), Taman Wisata Lembah Harau (27,50 ha), Taman Wisata Rimbo Panti (570 ha), Taman Wisata Bukit Sari (300 ha), Taman Wisata Punti Kayu (50 ha), Taman Wisata Sicikeh-cikeh (575 ha), Taman Wisata Holiday Resort (1.963,75 ha), Taman Wisata Sijaba Hutaginjang (500 ha), dan Taman Wisata Sibolangit (25 ha);
– Taman Wisata Laut Pulau Iboih Weh (1.200 ha), Taman Wisata Laut Kepulauan Banyak (15.000 ha), dan Taman Wisata Laut Pieh (39.000 ha);
– Taman Buru Semidang Bukit Kabu (15.300 ha), Taman Buru Gunung Nanu'ua (10.000 ha), Taman Buru Lingga Isaq (80.000 ha), dan Taman Buru Pulau Pini (8.350 ha)
6868
12. Strategi Operasionalisasi Pelestarian Kawasan Lindung Nasional
6969
13. Strategi Operasionalisasi Pengembangan Kawasan Andalan (1)
A. Perwujudan pengembangan kawasan andalan di Pulau Sumatera meliputi:a) Kawasan-kawasan andalan Banda Aceh dan sekitarnya, Lhokseumawe dan sekitarnya,
Medan dan sekitarnya, Tapanuli dan sekitarnya, Padang Pariaman dan sekitarnya, Zona Batam-Tanjung Pinang dan sekitarnya, Palembang dan sekitarnya, Bandar Lampung-Metro, Pematang Siantar dan sekitarnya, Agam-Bukittinggi, Solok dan sekitarnya, Pekanbaru dan sekitarnya, Kepulauan Bangka-Belitung, Duri-Dumai dan sekitarnya, Rengat-Kuala Enok-Teluk Kuantan-Pangkalan Kerinci, Muara Enim dan sekitarnya, Timur Jambi/Muara Bulian dan sekitarnya, Natuna dan sekitarnya, Muara Bungo dan sekitarnya, Bengkulu dan sekitarnya, Pantai Barat Selatan, Rantau Parapat-Kisaran, Nias dan sekitarnya, Mentawai dan sekitarnya, Ujung Batu-Bagan Batu, Lubuk Linggau dan sekitarnya, Manna dan sekitarnya, Mesuji dan sekitarnya, Kotabumi dan sekitarnya, dan Liwa-Krui dan sekitarnya; dan
b) Kawasan-kawasan andalan laut Lhokseumawe-Medan dan sekitarnya, Nias dan sekitarnya, Mentawai-Siberut dan sekitarnya, Selat Bangka, Selat Malaka dan sekitarnya, Batam dan sekitarnya, Bengkulu, Bangka, Natuna dan sekitarnya, dan Krakatau dan sekitarnya.
7070
Strategi Operasionalisasi Pengembangan Kawasan Andalan (2)
B. Perwujudan pengembangan kawasan andalan di Pulau Sumatera meliputi:a) Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan Pulau Sumatera terdiri atas:b) strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan
pertanian dan perkebunan;c) strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan
perikanan dan kelautan;d) strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan
kehutanan;e) strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan
pertambangan;f) strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan
industri;g) strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan
pariwisata.
7171
Strategi Operasionalisasi Pengembangan Kawasan Andalan (3)
C. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian dan perkebunan di Pulau Sumatera dalam rangka mendukung ketahanan pangan dan pengembangan agribisnis nasional dilakukan dengan meningkatkan kualitas fungsi kawasan budi daya pertanian dan perkebunan.
D. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan unggulan perikanan dan kelautan di Pulau Sumatera dilakukan dengan:
a. mengoptimalkan pemanfaatan potensi perikanan tangkap dan budidaya secara berkelanjutan melalui pengembangan pusat-pusat kegiatan perikanan yang terpadu dengan pusat-pusat koleksi dan distribusi;
b. mendorong peningkatan nilai tambah manfaat hasil-hasil perikanan yang didukung oleh fasilitas pelayanan informasi dan jasa terpadu serta industri pengolahan ikan yang memiliki dukungan akses yang baik ke pasar; dan
c. mengembangkan kerjasama perdagangan/pemasaran dengan daerah-daerah produsen lainnya dan kerjasama perdagangan antar negara.
7272
Strategi Operasionalisasi Pengembangan Kawasan Andalan (4)
E. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan unggulan kehutanan di Pulau Sumatera dilakukan dengan:
a. mewujudkan pengelolaan hutan lestari melalui pemantapan kondisi kawasan hutan, perencanaan, pengamanan dan perlindungan hutan yang terpadu melalui pengendalian penebangan liar dan penanggulangan kebakaran hutan serta rehabilitasi kawasan hutan kritis;
b. memenuhi bahan baku industri hilir dengan pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan pengembangan hutan rakyat;
c. memperkuat kelembagaan masyarakat dalam rangka mitra sepaham pembangunan kehutanan dan peningkatan kesejahteraan;
d. menghindari terjadinya konflik kepentingan/penguasaan lahan/kawasan hutan; dane. mengembangkan kerjasama dengan lembaga peneliti lokal/regional/internasional
dalam rangka mengembangkan produk hasil hutan.
7373
Strategi Operasionalisasi Pengembangan Kawasan Andalan (5)
F. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertambangan di Pulau Sumatera dilakukan dengan:
a. mengembangkan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya energi dan mineral secara optimal dengan memperhatikan daya dukung lingkungan;
b. mengendalikan kegiatan pertambangan yang mengakibatkan degradasi lingkungan dan kegiatan pertambangan ilegal; dan
c. mendorong pengembangan kawasan andalan yang memiliki sektor ungulan pertambangan meliputi Kawasan Lhokseumawe dan Sekitarnya, Kawasan Pantai Barat Selatan, Kawasan Andalan Laut Lhokseumawe-Medan dan Sekitarnya, Kawasan Tapanuli dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Selat Malaka dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Nias dan Sekitarnya, Kawasan Solok dan Sekitarnya, Kawasan Pekanbaru dan Sekitarnya, Kawasan Natuna dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Batam dan Sekitarnya, Kawasan Andalan Laut Natuna dan Sekitarnya, Kawasan Muara Bulian Timur Jambi dan Sekitarnya, Kawasan Muara Enim dan Sekitarnya, Kawasan Palembang dan Sekitarnya, dan Kawasan Andalan Laut Krakatau dan Sekitarnya.
7474
G. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan industri di Pulau Sumatera dilakukan dengan mendorong pengembangan industri pengolahan dan agro industri untuk meningkatkan nilai tambah sektor-sektor produksi wilayah seperti pertambangan, pertanian, perkebunan dan hasil hutan dengan memperhatikan upaya peningkatan integrasi aktivitas produksi antar wilayah, pemerataan hubungan antar sektor khususnya antara kawasan pantai Timur dan Barat Sumatera, mewujudkan iklim investasi yang kondusif, serta pemerataan penyebaran investasi.
H. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pariwisata di Pulau Sumatera dilakukan dengan mengembangkan kawasan pariwisata berbasis ekosistem atau tanpa merusak lingkungan hidup maupun budaya setempat
Strategi Operasionalisasi Pengembangan Kawasan Andalan (6)
7575
G. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan industri di Pulau Sumatera dilakukan dengan mendorong pengembangan industri pengolahan dan agro industri untuk meningkatkan nilai tambah sektor-sektor produksi wilayah seperti pertambangan, pertanian, perkebunan dan hasil hutan dengan memperhatikan upaya peningkatan integrasi aktivitas produksi antar wilayah, pemerataan hubungan antar sektor khususnya antara kawasan pantai Timur dan Barat Sumatera, mewujudkan iklim investasi yang kondusif, serta pemerataan penyebaran investasi.
H. Strategi operasionalisasi pengembangan kawasan andalan dengan sektor unggulan pariwisata di Pulau Sumatera dilakukan dengan mengembangkan kawasan pariwisata berbasis ekosistem atau tanpa merusak lingkungan hidup maupun budaya setempat
Strategi Operasionalisasi Pengembangan Kawasan Andalan (7)
7676
Strategi Operasionalisasi Pengembangan Kawasan Andalan (8)
7777
8. Strategi Operasionalisasi Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Perbatasan
a) Pengembangan kawasan perbatasan negara Republik Indonesia dengan negara India, Thailand, dan Malaysia di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara termasuk dua pulau kecil terluar yaitu Pulau Rondo dan Pulau Berhala;
b) Pengembangan kawasan perbatasan negara Republik Indonesia dengan negara Malaysia, Vietnam, dan Singapura di Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, termasuk 20 (duapuluh) pulau kecil terluar yaitu Pulau Sentut, Tokong Malang Biru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senua, Subi Kecil, Kepala, Batu Mandi, Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipa, Pelampong, Batu Berhanti, dan Pulau Nongsa; dan
c) Pengembangan kawasan perbatasan negara Republik Indonesia yang berhadapan dengan laut lepas di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Lampung dengan laut lepas, termasuk pulau-pulau kecil terluar yaitu Pulau Simeulucut, Salaut Besar, Raya, Rusa, Benggala, Simuk, Wunga, Sibarubaru, Sinyaunyau, Enggano, Mega, Batu Kecil, da Pulau Deli.
7878
E. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG PULAU SUMATERAE. ARAHAN PEMANFAATAN RUANG PULAU SUMATERAIndikasi Program (struktur ruang dan Pola Ruang), berupa Komitmen
Pusat dan Komitmen Daerah
7979
F. ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG PULAU Sumatera
(1) Pengendalian pemanfaatan ruang di Pulau Sumatera diselenggarakan sebagai upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang melalui penetapan indikasi arahan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
(2) Pengendalian pemanfaan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan berpedoman pada arahan pengendalian pemanfaatan ruang dalam RTRWN.
8080
G. KELEMBAGAAN
(1) Penyelenggaraan penataan ruang Pulau Sumatera dikoordinasikan oleh Menteri.
(2) Untuk mengoptimalkan penyelengaraan penataan ruang, Menteri dapat memberikan kewenangan kepada Forum Gubernur yang memiliki wilayah administratif di Pulau Sumatera.
(3) Pemberian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk menjamin terselenggaranya pemanfaatan ruang di Pulau Sumatera yang sesuai dengan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional.
(4) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan monitoring dan evaluasi yang pelaksanaanya diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Dalam menjalankan tugas dan kewenangannya Forum Gubernur dapat membentuk badan kerjasama penyelenggaraan penataan ruang antarprovinsi.
(6) Tatacara kerjasama penyelenggaraan penataan ruang antarprovinsi diatur berdasarkan kesepakatan antar Gubernur.
(7) Kerjasama penataan ruang antarprovinsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) difasilitasi oleh Menteri.
8181
KETENTUAN PENUTUP
RTR Pulau Sumatera ini berlaku selama waktu berlakunya
RTRWN.
8282
Dari Hasil Rapat Pembahasan RTR Pulau Sumatera, Rencana Tindak Lanjut yang akan dilakukan:
1.Dilakukan Penyempurnaan/Pengkayaan Materi Berdasarkan Masukan Dari Instansi Sektoral dan Pemerintah Daerah oleh Tim Kecil DJPR;2.Pembahasan Oleh BKTRN adanya kesepakatan nasional (Pemerintah Daerah dan Instansi Sektoral);3.Proses Finalisasi (Legal Drafting) yang dikoordinasikan oleh Sekretariat Kabinet.
8383
8484