Download - S. K. R. P. S. I
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang
terdiri dari gugusan pulau-pulau sebanyak 17.508 pulau dengan luas perairan laut
Indonesia diperkirakan sebanyak 58 juta km dan panjang garis pantai 95.181 km,
keadaan yang demikian yang menyebabkan Indonesia banyak memiliki potensi yang
cukup besar di bidang perikanan, mulai dari prospek pasar baik dalam negeri
maupun internasional (Sudirman dan Karim,2008).
Salah satu kegiatan yang diharapkan mampu menjadi sumbangsih terbesar
dalam peningkatan hasil pada sektor perikanan adalah program revitalisasi
perikanan yang merupakan program nasional yang dicanangkan oleh presiden
republik Indonesia. Dimana tujuan yang hendak di capai dalam program ini yaitu
meningkatkan kesejahteraan nelayan dan pelaku usaha perikanan lainnya.
Pelaksanaan program ini merupakan wujud dukungan politik, ekonomi dan sosial
untuk menjadikan perikanan sebagai salah satu prime mover pembangunan
ekonomi nasional. Sasaran program revitalisasi ini di fokuskan pada
pengembangan tiga komoditas penting salah satu di antaranya adalah rumput laut.
Indonesia memiliki lima provinsi utama penghasil rumput laut, yaitu Provinsi
Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Tengah
dan Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang memiliki produksi
rumput laut rata-rata tahunan tertinggi kedua setelah provinsi Bali yaitu sebesar
24.531 ton dalam bentuk rumput laut basah (Departemen kelutan dan perikanan,
2006). Budidaya rumput laut di Sulawesi Selatan di mulai sejak tahun 1983 dengan
pertimbangan : (1) Peraiaran Sulawesi Selatan mempunyai potensi yang sangat
cocok untuk budidaya rumput laut (2) Usaha budidaya rumput laut tidak terlalu sulit
pemeliharaanya sehingga dapat dilakukan oleh masyarakat pesisir (3) Usaha
budidaya rumput laut dapat membuka lapangan kerja pada masyarakat (4)
Komoditas rumput laut mempunyai peluang pasar yang sangat potensial di pasar
dalam dan luar negeri yang dapat dijadikan sebagai bahan baku industri pengolahan
dan (5) Sumbangan devisa rumput laut cukup besar terhadap total nilai ekspor
daerah Sulawesi Selatan pada khususnya dan Indonesia secara umum.
Dalam upaya menjadikan Indonesia pada tahun 2015 sebagai penghasil
produk perikanan terbesar di dunia, Kementerian Kelautan dan Perikanan
menetapkan perikanan budidaya sebagai ujung tombak. Kongritisasi hal tersebut
dengan jalan memacu produksi perikanan budidaya pada tahun 2014 menjadi 16,89
juta ton, yang diharapkan dapat meningkat secara spektakuler atau 353 persen
dibandingkan produksi pada tahun 2009 yang hanya 4,78 juta ton.
Secara empirik, perkembangan budidaya rumput laut di berbagai daerah di
Sulawesi Selatan mengalami peningkatan yang pesat, salah satunya adalah
Kabupaten Jeneponto. Bahkan Kementerian Koperasi dan UKM telah menetapkan
kabupaten ini sebagai salah satu sentra produksi di Sulawesi Selatan (Dinas
Kelautan Provinsi Sulawesi Selatan, 2009).
Hasil penelitian dari Summari (2008) menyebutkan bahwa dari total luas
perairan laut Kabupaten Jeneponto yang disurvei seluas 20.848,11 ha, luasan
perairan tersebut yang tergolong kategori sangat sesuai seitar 16.844,88 ha,
kategori sesuai sebesar 3.731,79 ha dan kategori cukup sesuai sebesar 271,44 ha
untuk budidaya rumput laut diperairan laut. Apa yang ditemukan oleh Summari
(2008) menunjukkan bahwa tidak terdapat kawasan perairan yang termasuk kategori
tidak sesuai untuk budidaya rumput laut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perairan
pesisir Kabupaten Jeneponto berdasarkan peubah fisika kimia sebagai kondisi
ekologi merupakan kawasan yang tepat dan sangat berpotensi dikembangkan
secara ekstensifikasi untuk budidaya rumput laut metode long line.
Meskipun demikian perkembangan usaha pembudidayaan rumput laut juga
tidak lepas dari berbagai macam masalah. Fakta empirik memperlihatkan bahwa
keterbatasan modal dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat pesisir secara
umum dapat diasumsikan bahwa faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya,
membuat mereka (pembudidaya rumput laut) tidak mampu mengembangkan usaha
secara komersial sehingga berimplikasi terhadapat rendahnya pendapatan yang
mereka peroleh. Hal ini menyebabkan sebagian besar dari komunitas mereka masih
tergolong masyarakat miskin dengan pola usaha yang bersifat subsisten.
Secara kontekstual masalah yang di hadapi petani rumput laut dari berbagai
daerah di Kabupaten Jeneponto kurang lebih menunjukan hal yang sama, termasuk
di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke yang dijadikan sebagai wilayah studi
kasus penelitian.
Dalam perkembangan saat ini, pemerintah dengan berbagai programnya
telah berupayah mendorong masyarakat pesisir dalam melakukakan kegiatan
usaha secara berkelompok. Gambaran yang dimaksud terlihat pada pembentukan-
pembentukan kelompok tani/nelayan. Hal ini dimaksudkan agar dengan
berkelompok para petani rumput laut dapat dengan mudah melaksanakan atau
mengerjakan kegiatan-kegiatan dalam pembudidayaan rumput laut berdasarkan
aktivitas interaksi diantara mereka (belajar berdasarkan pengalaman) sehingga
diharapkan bisa meningkatkan usaha budidaya rumput laut yang dilakukan, juga
dengan adanya kelompok tani para petani rumput laut diharapkan dapat bertukar
pikiran atau melakukan diskusi (informasi) sesama anggota kelompok tani, yang
berimplikasi terhadap penyelesaian masalah-masalah yang ada dalam kelompok
tani tersebut, selain itu juga dengan berkelompok, pemerintah dapat dengan mudah
mengontrol, dan mengevaluasi berbagai bantuan yang telah diberikan.
Dari hasil survei awal yang dilakukan di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan
Arungkeke, Kabupaten Jeneponto, ditemukan bahwa kelompok tani yang mereka
bentuk diasumsikan kurang berfungsi sebagaimana layaknya sebagai kelompok
yang ideal. Bertitik tolak dari deskripsi yang di kemukakan di atas, penulis tertarik
untuk menelaah melalui penelitian dengan mengambil judul “Strategi Pemberdayaan
Kelompok Tani Pada Usaha Budidaya Rumput laut di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan
Arungkeke, Kabupaten Jeneponto”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana aktivitas kelompok tani rumput laut di Desa Bulo – Bulo ?
2. Bagaimana strategi pemberdayaan kelompok tani dalam meningkatkan usaha
budidaya rumput laut di Desa Bulo-Bulo ?
C. Tujuan Dan Kegunaan
Tujuan yang ingin di capai sehubungan dengan permasalahan penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui aktivitas kelompok tani rumput laut di Desa Bulo-Bulo
2. Untuk membuat strategi pemberdayaan kelompok tani sehingga dapat
meningkatkan usaha budidaya rumput laut di Desa Bulo-Bulo.
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi kelompok tani rumput laut untuk dapat
mengembangkan usahanya.
2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah untuk lebih mengaktifkan kelompok
tani rumput laut yang berimplikasi pada kemajuan usaha budidaya rumput laut
di Kabupaten Jeneponto
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Potensi Rumput Laut
Rumput laut merupakan salah satu sumberdaya hayati yang terdapat di
wilayah pesisir dan laut. Istilah ini rancu secara botani karena dipakai untuk dua
kelompok tumbuhan yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, istilah rumput laut
dipakai untuk menyebut gulma laut dan lamun.
Yang dimaksud sebagai rumput laut adalah anggota dari kelompok vegetasi
yang dikenal sebagai alga. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang
berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput laut biasanya
dapat hidup di atas substrat pasir dan karang mati. Dibeberapa daerah pantai di
bagian selatan Jawa dan pantai barat Sumatera, rumput laut banyak ditemui hidup di
atas karang-karang terjal yang melindungi pantai dari deburan ombak. Selain hidup
bebas di alam, beberapa jenis rumput laut juga banyak dibudidayakan oleh sebagian
masyarakat pesisir Indonesia. Contoh jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan
di antaranya adalah Euchema cottonii dan Gracilaria spp. Beberapa daerah dan
pulau di Indonesia yang masyarakat pesisirnya banyak melakukan usaha budidaya
rumput laut ini diantaranya berada di wilayah pesisir Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu, Provinsi Kepulauan Riau, Pulau Lombok, Sulawesi, Maluku dan
Papua (http//:id.wikipedia.org/wiki/rumput laut).
Salah satu jenis rumput laut Indonesia yang mempunyai nilai ekonomis
penting dan merupakan salah satu jenis yang potensial untuk dibudidayakan adalah
Eucheuma cottonii. secara lengkap klasifikasi rumput laut jenis Eucheuma cottonii
adalah sebagai berikut (Anggadiredja dkk,2006):
Divisio : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solierisceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottoni
Ciri-ciri Eucheuma Cottoni yaitu thallus silindris, permukaan licin, cartiligenius
(menyerupai tulang rawan atau muda), berwarna hijau terang, hijau olive dan cokelat
kemerahan. percabangan thallus berujung runcing atau tumpul, di tumbuhi nodulus
(tonjolan-tonjolan)dan duri lunak/tumpul untuk melindungi gamatangi. percabangan
bersifat dichotomus (percabangan dua-dua) atau trichotomus (sistem percabangan
tiga-tiga) (Anggadiredja,2006).
Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut yang
menghasilkan jenis rumput laut dari kelas Rhodophyceae, umumnya membentuk
senyawa garam bersama sodium kalsium dan potasium (Anggadiredja,2006).
B. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat pesisir
Ciri-ciri masyarakat pesisir pada umumnya bermukim di daerah pantai yang
terbelakang dan miskin, bermukim di daerah pantai yang pada umumnya merupakan
tanah negara, tanah kehutanan, tanah timbul, tanah milik, dan tanah adat. Desa
pantai timbul secara spontan tanpa perencanaan sehingga tidak terjadi
perkembangan tata ruang yang integratif dan serasi, adapun kehidupan masyarakat
pesisir dapat di lihat dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa
ahli, dalam studi ekonomi dan antropologi di dua desa pantai, mengemukakan
bahwa keadaan miskin masyarakat pesisir disebabkan oleh faktor sosial budaya
yakni pola hidup yang bersandar pada mentalitas, sedangkan masyarakat pesisir
yang berhasil maju dari kondisi mereka yang berpacu dengan peralatan dan
teknologi yang mendukung kegiatan produksi mereka (Hamid,2001).
Kawasan pesisir merupakan bagian dari daerah yang menjadi batas antara
wilayah laut dengan daratan. Kawasan ini sangat kompleks dengan berbagai isu
dan permasalahan yang memerlukan penanganan yang komprehensif dengan
strategi khusus dan terpadu. Selama ini kawasan pesisir belum mendapat perhatian
yang cukup serius baik dari pemerintah, masyarakat maupun pihak ketiga dalam
pengelolaannya. Sehingga belakangan ini baru dirasakan berbagai permasalahan
yang muncul tentang kawasan pesisir. (http//:id.wikipedia.org/wiki/perspektif PEMDA
dalam penerapan pedoman umum pengelolaan pesisir terpadu).
C. Konsep Strategi
Definisi strategi adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi
bisnis bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akusisi, pengembangan produk,
penetrasi pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan joint venture.
Pengertian strategi secara umum dan khusus sebagai berikut:
1.Pengertian Umum
Strategi adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang
berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara
atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
2. Pengertian khusus
Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian,
strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa
yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola
konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu
mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
D. Konsep pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment),
berasal dari kata power (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan
seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan
apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial
tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol.
Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak
berubah atau tidak dapat dirubah (Soeharto,edy.2004).
Kekuasaan sesungguhnya tidak terbatas pada pengertian di atas.
Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks
relasi sosial antar manusia. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu,
kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah. Dengan pemahaman
kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian
memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses
pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal (Soeharto,edy.2004): (1) Bahwa
kekuasaan dapat berubah. Jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan
tidak mungkin terjadi dengan cara apapun. (2) Bahwa kekuasaan dapat diperluas
konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan
dinamis.
Pengertian dan Indikator Pemberdayaan
(1) Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang
lemah atau tidak beruntung. (2) Pemberdayaan menunjuk pada usaha
pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.
(3) Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya
(4) Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat
untuk berpartisipasi dalam berbagi pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap
kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan,
dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan
orang lain yang menjadi perhatiannya. (5) Pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah untuk : (a) memiliki
akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-baran dan jasa-jasa yang
mereka perlukan dan (b) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-
keputusan yang mempengaruhi mereka.
Berdasarkan definisi-definisi pemberdayaan di atas, dapat dinyatakan bahwa
pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan
adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan
kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami
masalah kemiskinan (Suharto, Edi,2002).
Maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai
oleh sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat miskin yang berdaya, memiliki
kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti
memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan
tugas-tugas kehidupannya. Pengertian pemberdayaan sebagai tujuan seringkali
digunakan sebagai indikator keberhasilan pemberdayaan sebagai sebuah proses
(Suharto,Edi,2002).
E. Pengertian Kelompok
Kelompok sosial yaitu suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih
individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan
teratur,sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas,struktur dan
norma-norma tertentu,yang khas bagi kesatuan sosial tersebut.
Banyak pendekatan untuk mengkonseptualisasikan pengertian
kelompok.para ahli membahas dari sisi yang berbeda-beda. Adapunsudut pandang
tersebut antara lain meliputi pandangan yang mendasarkan pada persepsi, motivasi,
tujuan kelompok, organisasi kelompok interdependensi dan interaksi.
1. Pengertian kelompok berdasarkan persepsi
Dalam hal ini anggota-anggota kelompok tersebut mempersepsikan setiap
anggota menyadari hubungan mereka dengan anggota lainnya seperti yang
dikemukakan smith bahwa kelompok sosial adalah sebagai satu unit yang terdiri dari
sejumlah orang yang memiliki persepsi yang kolektif, mengenai kesatuan mereka,
dan yang memiliki kemampuan untuk bertindak dalam cara yang sama terhadap
lingkungan mereka (Huraerah dan purwanto,2006).
2. Pengertian kelompok berdasarkan motivasi
Pandangan ini terjadi karena para ahli mengamati karena adanya individu-
individu yang bergabung dalam suatu kelompok dan mereka merasa yakin bahwa
dengan bergabungnya pada satu kelompok, maka kebutuhan yang muncul pada
dirinya dapat terpenuhi. Catell mengatakan bahwa kelompok adalah kumpulan
individu yang dalam hubungannya dapat memuaskan kebutuhan satu dengan yang
lainnya (Huraerah dan purwanto,2006).
3. Pengertian kelompok berdasarkan tujuan
Mills mengemukakan kelompok adalah suatu unit yang terdiri dari dua orang
atau lebih, dan berada pada suatu kelompok untuk satu tujuan dan mereka
mempertimbangkan bahwa kontaknya mempunyai arti (Huraerah dan
purwanto,2006).
4. Pengertian kelompok berdasarkan organisasi
Pengertian ini lebih mengarah pada bahasan sosiologi. Seperti yang
dikemukakan David dan Harari bahwa kelompok adalah suatu sistem yang
diorganisasikan pada dua orang atau lebih yang dihubungkan satu dengan lainnya
yang mana sistem tersebut menunjukkan fungsi yang sama,memiliki sekumpulan
standar (patokan) peran dalam berhubungan antar anggotanya dan memiliki
sekumpulan norma yang mengatur fungsi kelompok dan setiap anggotanya
(Huraerah dan purwanto,2006).
5. Pengertian kelompok berdasarkan Interdependensi
Aspek terpenting dalam hal-hal individu yang berkelompok yang di sebabkan
faktor saling ketergantungan satu dengan lainnya. Seperti yang dikemukakan Lewin
bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah kelompok sebagai kelompok
dinamik, yakni menunjukkan saling ketergantungan masing-masing anggota yang
direalisasikan dalam persamaan tujuan (Huraerah dan purwanto,2006).
6. Pengertian kelompok berdasarkan pada interaksi
Kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri paling tidak sebanyak dua
atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan
yang saling mempengaruhi pada setiap anggotanya. Dengan demikian, pada
kelompok akan dijumpai berbagai proses seperti persepsi, adanya kebutuhan pada
setiap anggota, interaksi dan sosialisasi. Proses-proses tersebut akan merupakan
sesuatu yang dinamis, ketika terjadi interaksi antar anggota kelompok (Huraerah dan
purwanto,2006).
F. Ciri-Ciri Kelompok
Kelompok sosial merupakan ciri-ciri tertentu (Soetarno,1994) yaitu:
1. Adanya motif yang sama
Kelompok sosial terbentuk karena anggota-anggotanya mempunyai motif
yang sama. Motif yang sama ini merupakan pengikat sehingga setiap anggota
kelompok tidak bekerja sendiri-sendiri, melainkan bekerja secara bersama-sama
untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Adanya Sikap In-group dan Out-group
sikap in-group yang dimaksud disini, adalah orang yang berada di luar
kelompoknya harus membuktikan kesediaannya berkorban bersama dan memiliki
kesetiakawanan, baru kemudian menerima orang itu dalam segala kegiatan
kelompok. Sedangkan yang dimaksud dengan sikap Out-group apabila orang yang
berada diluar kelompoknya menunjukan tingkah laku yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan kebiasaan kelompoknya, maka mereka akan menyingkirkan
diri.
3. Adanya solidaritas
Solidaritas adalah kesetiakawanan antar anggota kelompok sosial.
Solidaritas yang tinggi dapat tercapai didalam kelompok bergantung kepada
kepercayaan setia anggota dan kemampuan anggota lain untuk melaksanakan
tugas dengan baik.
4. Adanya struktur kelompok
Struktur kelompok adalah suatu sistem mengenai relasi antara anggota-
anggota kelompok berdasarkan peranan dan status mereka serta sumbangsih
masing-masing dalam interaksi kelompok untuk mencapai suatu tujuan.
5. Adanya norma kelompok
Norma-norma kelompok adalah pedoman-pedoman yang mengatur tingkah
laku individu dalam suatu kelompok. Pada kelompok resmi, norma tingkah laku ini
biasanya sudah tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
G. Terbentuknya Kelompok
Terbentuknya suatu kelompok di dalam masyarakat menurut (Huraerah dan
Purwanto, 2006) dapat dilihat dari beberapa teori sebagai berikut:
1. Teori kedekatan (Propinquity theory)
Teori Kedekatan menganggap bahwa seorang berhubungan dengan orang
lain,disebabkan adanya kedekatan ruang dan daerah.
2. Teori yang mendasarkan pada aktivitas-aktivitas, interaksi-interaksi, dan
sentimen-sentimen (perasaan dan emosi). Teori ini menyatakan bahwa: (a) semakin
banyak aktifitas seseorang dilakukan dengan orang lain, semakin beraneka ragam
interaksinya, dan juga semakin kuat tumbuhnya sentimen-sentimen mereka, (b)
semakin banyak interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak
kemungkinana aktivitas dan sentimen yang ditularkan (shared) pada orang lain, (c)
semakin banyak aktivitas dan sentimen yang yang ditularkan kepada orang lain, dan
semakin banyak sentimen seseorang dipahami oleh orang lain, maka semakin
banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi
3. Teori keseimbangan
Teori ini menjelaskan bahwa seseorang tertarik kepada orang lain,
didasarkan atas kesamaan sikap dalam menanggapi suatu tujuan yang relevan satu
dengan yang lainnya.
4. Teori alasan praktis
Teori ini menekankan segi motif/maksud orang berkelompok. Menurut teori
ini kelompok-kelompok tersebut cenderung memberikan kepuasan kebutuhan-
kebutuhan sosial yang mendasar dari orang yang berkelompok. Letak nilai praktis
dari teori ini, disebabkan oleh alasan- alasan tertentu, misalnya alasan ekonomi,
status sosial, keamanan, politis dan alasan sosial lainnya.
Terbentuknya kelompok sosial memberikan banyak manfaat baik di dalam
maupun diluar satuan organisasi, yaitu antara lain:
a. Kelompok merupakan alat perjuangan bagi anggotanya
b. Kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan inovasi dan kreativitas
c. Kelompok lebih baik dari pada perorangan dalam pengambilan keputusan yang
menyangkut orang banyak
d. Anggota kelompok dapat memperoleh keuntungan dari pelaksanaan
pengambilan keputusan
e. Kelompok dapat mengendalikan dan mendisiplinkan anggotanya dibandingkan
dengan mereka yang tidak masuk dalam kelompok.
f. Kelompok membantu menangkis pengaruh-pengaruh negatif dari meningkatnya
organisasi yang semakin besar.
g. Kelompok adalah fenomena alami dari organisasi. Perkembangannya yang
spontan tidak dapat dihalang dan dibutuhkan oleh anggota sebagai alat
mencapai tujuan.
Agar kelompok dapat mencapai tujuannya, ada beberapa pedoman yang
harus ditaati oleh anggota kelompok tersebut. Ada tiga ketentuan dalam kelompok
(regulation) dalam kelompok yaitu:
1. Aturan tertulis yang disebut rules sebagai aturan formal yang dibuat oleh
kelompok atas persetujuan para anggotanya atau dibuat oleh pimpinan kelompok
dan disetujui oleh para anggota kelompok.
2. Norma adalah aturan formal atau non formal, tertulis atau tidak tertulis,
diumumkan atau tidak diumumkan, tetapi menjadi pedoman bagi para anggota
kelompok demi kelestarian kelompok dan tercapainnya tujuan kelompok.
3. Kejadian-kejadian kritis, ialah peristiwa peristiwa yang gagal yang pernah terjadi
dalam kelompok maupun luar kelompok yang dijadikan aturan pembuatan bagi
para anggota untuk ditiru, apabila hal tersebut baik dan untuk tidak ditiru, apabila
hal tersebut buruk (Huraerah dan Purwanto,2006)
H. Pertumbuhan Kelompok
Mills menjelaskan bahwa pertumbuhan pengertiannya bukan penambahan
dalam keanggotaan tetapi penambahan kapabilitas-kapabilitas untuk
mempertemukan kemungkinan permintaan dalam tingkatan yang lebih luas.
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan suatu kelompok, Yaitu
1. Adaptasi
a. Menjadi lebih terbuka menerima penambahan informasi dari dunia luar
b. Kapasitas memperluas ruang lingkup kelompok dan obligasinya
c. Kapasitas untuk mengalihkan kebiasaan kelompok, aturan teknik dalam
mengakomodasi informasi baru.
2. Pencapaian Tujuan
a. Kapasitas untuk menunda tujuan yang telah ditetapkan karena ada alternatif
yang pertimbangkan
b. Kapasitas untuk perubahan atau penambahan tujuan-tujuan baru.
3. Integrasi
a. Kapasitas untuk membedakan kedalam sub-sub bagian karena pemeliharaan
gabungan kolektif
b. Kapasitas untuk mengekspor sumber tanpa menjadikan kemiskinan dan
untuk mengirim utusan tanpa menghilangkan loyalitasnya
4. Pola pemeliharaan dan perluasan
a. Kapasitas untuk menerima anggota-anggota baru, mentransmisikan mereka
untuk kultur dan kemapuan kelompok.
b. Kapasitas untuk mempromosikan permanen dalam pengalaman kelompok
serta teknik penyampaiannya kepada kelompok lain dan generasi berikutnya
(Huraerah dan Purwanto,2006).
I. Konsep Kelompok dalam masyarakat
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa
orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan
sebagainya (Anwar Arifin,2001). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005)
mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara
tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,
menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat
mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua
definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya
komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk
mencapai tujuan kelompok.
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama
lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Deddy
Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi,
kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk
mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan
komunikasi antar pribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antar pribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Jalaludin Rakhmat (2004) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu
kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh
hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah
kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan
tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat (2004) membedakan kelompok ini berdasarkan
karakteristik komunikasinya sebagai berikut: (1) Kualitas komunikasi pada kelompok
primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang
paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita
tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. (1) Komunikasi pada kelompok primer
bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. (2) Komunikasi
kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan
kelompok primer adalah sebaliknya. (3) Komunikasi kelompok primer cenderung
ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental. (4) Komunikasi kelompok
primer cenderung informal.
Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara
administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan
adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri
sendiri atau untuk membentuk sikap (Jalaludin Rakhmat 2004).
J. Pemberdayaan kelompok
Salah satu strategi pembangunan perikanan adalah pengolahan sumberdaya
perikanan secara berkelanjutan. Dalam perspektif manajemen sumberdaya
perikanan secara berkelanjutan.dalam perspektif manajemen sumberdaya perikanan
( Nikijuluw,2002), menyebutkan bahwa ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu
kelestarian lingkungan,keberlanjutan biota, dan kesejahteraan masyarakat.
Masyarakat sebagai subjek pembangunan harus mampu melakukan strategi
pengelolaan secara berkelanjutan.
Pengelolaan sumberdaya perikanan sebagai upaya pemenuhan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka masyaraktlah yang memegang
peranan yang sangat penting, sehingga arah dan kebijakan pembangunan
merupakan upaya untuk melakukan pemberdayaan pada masyarakat. Program-
program pemberdayaan melalui pengucuran dana – dana produktif merupakan
stimulasi dalam meningkatkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat dalam
mengelola potensi yang dimilikinya baik sumberdaya alam maupun sumberdaya
manusia. Pemberdayaan kelompok sebagai sebuah wadah interaksi dan kerjasama
diharapkan mampu meberikan ruang aktivitas yang cukup bagi setiap anggotanya.
K. Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok
Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan yaitu
melaksanakan tugas kelompok dan memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan
pertama diukur dari hasil kerja kelompok disebut prestasi (performance) tujuan
kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok
dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka
keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota
kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam
kegiatan kelompok.
Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik
kelompok, yaitu (1) ukuran kelompok (2) jaringan komunikasi (3) kohesi kelompok
dan (4) kepemimpinan (Jalaluddin Rakhmat, 2004).
L. Kerangka Pikir
Pembangunan sektor perikanan telah mengalami peningkatan dan semakin
mengarah pada usaha peningkatan jumlah dan mutu produksi khususnya komoditas
rumput laut. Rumput Laut merupakan salah satu komoditas ekspor andalan yang di
harapkan dapat meningkatkan devisa negara, dan kesejahteraan masyarakat,
dengan melihat potensi rumput laut perikanan yang ada maka di harapkan dapat di
manfaat dengan baik dan berkesinambungan oleh masyarakat nelayan, khususnya
petani rumput laut.
Namun dalam kenyataannya, permasalahan dan kendala yang ada pada
suatu kelompok tani masih banyak mempengaruhi kegiatan usaha budidaya rumput
laut, khususnya menyangkut masalah terbatasnya pengetahuan, keterampilan,
teknologi dan permodalan, dalam rangka mengatasi hal tersebut, di perlukan strategi
pemberdayaan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
mendorong sikap para anggota kelompok tani untuk lebih responsive terhadap
kesempatan berusaha yang terbuka, dan termotivasi untuk selalu berupaya lebih
meningkatkan usahanya. Sehubungan dengan hal tesebut maka salah satu solusi
yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu pemberdayaan kelompok
tani dalam menunjang peningkatan kapasitas anggota kelompok tani budidaya
rumput laut. Pemberdayaan kelompok tani sangat penting agar bisa meningaktkan
usaha budidaya rumput laut sehingga dapat mensejahterakan petani rumput laut
Skema Kerangka pikir
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
Potensi perikanan Kabupaten Jeneponto
Budidaya rumput laut
Petani rumput laut
Kelompok tani
- Pengetahuan
- Keterampilan
- Teknologi
- Modal
Pemberdayaan kelompok tani
Kesejahteraan kelompok tani Rumput laut
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan tempat
Penelitian ini di laksanakan pada bulan Maret sampai April 2010. Lokasi
penelitian di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto,
pemilihan lokasi penelitian ini dipilih secara purposive (sengaja) dengan
pertimbangan bahwa wilayah tersebut sebagai salah satu daerah yang memiliki
kelompok tani sebanyak 10 kelompok dan bisa meningkatkan usaha budidaya
rumput laut.
B. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif (Creswell,
1994). Strategi penelitian adalah studi kasus. Strategi ini merupakan metode
yang dianggap tepat untuk sebuah studi yang mempelajari mendalam tentang
dinamika atau keadaan kehidupan sekarang dengan latar belakangnya dalam
interaksi dengan lingkungan dari suatu unit sosial seperti individu, kelompok,
kelembagaan, komunitas dan masyarakat (Yin, 1997). Studi ini mementingkan
kedalaman, dan secara lebih spesifik bersifat holistik dan menyeluruh dengan
tujuan ”Deskripsi kental” untuk memahami suatu konteks atau situasi (Geertz,
1973; Daniel, 2002).
C. Pengelolaan Peran sebagai Peneliti
Rancangan dan pelaksanaan penelitian bersifat responsif dan kreatif
sesuai dengan bentuk ritme dan kemungkinan yang ada di lapangan. Dalam
kajian ini, peneliti melakukan pengamatan terlibat aktif dengan berusaha
memperlama keberadaan dalam komunitas, mengintensifkan observasi dan
wawancara yang dilakukan sedalam mungkin ( in-depth). Untuk menghindari
subyektifitas jawaban informan karena interaksi langsung dengan peneliti,
materi pertanyaan yang diberikan sifatnya tidak menilai atau mengintervensi,
tetapi lebih kepada materi pertanyaan yang mengarahkan informan untuk
mengungkapkan pengalaman yang dialami atau pernah dialaminnya
(Koentjaraningrat, 1994).
D. Sumber Data
Sumber data terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara dan observasi, sedang data sekunder
bersumber dari instansi-instansi terkait serta hasil-hasil laporan, penelitian
sebelumnya yang dapat mendukung kajian penelitian.
Pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui penentuan informan
didasarkan pada informasi awal tentang warga komunitas yang terlibat dalam
kelompok usaha budidaya rumput laut. terutama yang berposisi sebagai
anggota kelompok dan pengurus kelompok. Kepada informan yang telah
diwawancarai ditanyakan tentang warga komunitas yang dapat dijadikan
informan berikutnya (teknik efek snowball). Disamping itu ada juga informan
yang ditentukan sendiri oleh peneliti, seperti tokoh masyarakat, pemuka
agama, tokoh pemuda dan sebagainya. Demikian proses ini berlangsung
sehingga data yang terkumpul mencapai tingkat kecukupan. Perulangan
wawancara untuk informan tertentu dapat dilakukan, apabila informan tersebut
dianggap potensil mengungkap banyak hal yang berkaitan dengan penelitian
ini. Prinsip triangulasi pengumpulan data juga dipraktekkan, dalam arti suatu
tema pertanyaan tidak hanya diandalkan pada satu sumber informasi saja,
melainkan kebenaran informasi disandarkan pada beberapa informan, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari subyektifitas jawaban yang diberikan oleh
informan sampai pada titik kejenuhan data (perulangan informasi yang sama
yang terjadi berkali-kali). Selama penelitian ini berlansung telah ditemui dan
diwawancarai sebanyak 20 informan yang terlibat dalam kelompok usaha
budidaya rumput laut.
E. Metode Pengambilan Data
Dalam studi kasus, sejumlah data lapangan tertentu dikumpulkan dan
dipadukan dalam proses analisis, serta disajikan sedemikian rupa untuk
mendukung tema utama yang menjadi fokus penelitian, sehingga merupakan
suatu konstruksi tersendiri sebagai suatu produk interaksi antara informan,
lapangan penelitian dan peneliti. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan meliputi :
1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam (in-depth interview) dilakukan melalui sejumlah
pertemuan dengan informan yang didalamnya berlangsung tanya jawab dan
pembicaraan terlibat mengenai berbagai aspek permasalahan yang akan
dicari dalam penelitian. Dalam prosesnya, selain informan menjelaskan
informasi mengenai dirinya, seperti riwayat usaha, aktivitas usaha, kehidupan
keluarga, atau pandangan hidupnya, juga dituntun untuk menjelaskan hal di
luar dirinya seperti kondisi komunitas, hubungan produksi dalam kelompok
kerja maupun hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat. Pencatatannya
dilakukan pada saat wawancara berlangsung.
2. Pengamatan (observation)
Pengamatan dilakukan dengan dua cara yaitu, pengamatan biasa dan
berpartisipasi. Data yang dikumpulkan melalui pengamatan biasa adalah data
yang dapat diamati oleh peneliti tanpa menuntut keterlibatan secara langsung
informan sebagai sumber data. Jenis data yang diperoleh dengan cara ini
adalah antara lain, keadaan pemukiman penduduk, jenis peralatan dalam
aktifitas usahanya, pola aktivitas dan kegiatan sehari-hari penduduk.
Sedangkan pengamatan berpartisipasi (full observation participation)
dilakukan untuk memperoleh data yang menuntut keterlibatan peneliti dalam
setting yang diteliti, seperti aktivitas kelompok dalam usaha budidaya rumput
laut.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk menelaah sejumlah sumber tertulis,
dalam rangka memperoleh data, baik primer maupun sekunder yang berkaitan
dengan tujuan penelitian yang dimaksud.
F. Analisis data
Metode analisis utama yang digunakan adalah analisis data kualitatif yang
analitiknya melalui penafsiran dan pemahaman (interpretative understanding) atau
verstehen. Pengertian kualitatif di sini bermakna bahwa data yang disajikan
berwujud kata-kata ke dalam bentuk teks yang diperluas bukan angka-angka (Miles
dan Huberman, 1992). Data hasil wawancara dan pengamatan ditulis dalam suatu
catatan lapangan yang terinci kemudian dianalisis secara kualitatif. Untuk
memperoleh data yang akurat, maka dibuat catatan lapangan yang selanjutnya
disederhanakan/ disempurnakan dan diberi kode data dan masalah. Pengkodean
data berdasarkan hasil kritik yang dilakukan, data yang sesuai dipisahkan dengan
kode tertentu dari data yang tidak sesuai dengan masalah penelitian atau data yang
diragukan kebenarannya. Data yang diperoleh dianalisis secara komponensial
(componetial analysis) dengan melalui tiga tahap :
Tahap pertama, analisis data kualitatif yang dilakukan adalah proses
reduksi data kasar dari catatan lapangan. Dalam prosesnya, dipilih data yang
relevan dengan fokus penelitian dan data yang tidak memenuhi kriteria.
Proses reduksi data dilakukan bertahap selama dan sesudah pengumpulan
data sampel tersusun. Reduksi data dilakukan dengan cara membuat
ringkasan data, menelusuri tema tersebar, dan membuat kerangka dasar
penyajian data.
Tahap kedua, penyajian data, yaitu penyusunan sekumpulan informasi
menjadi pernyataan yang memungkinkan penarikan kesimpulan sementara.
Data disajikan dalam bentuk teks naratif (diskripsi), mulanya terpencar dan
terpisah pada berbagai sumber informasi, kemudian diklasifikasikan menurut
tema dan kebutuhan analisis. Pada tahap inilah data disajikan dalam
kesatuan tema keadaan umum wilayah komunitas masyarakat serta aktivitas
kelompok.
Tahap ketiga, penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi dan penyajian
data. Penarikan kesimpulan berlangsung bertahap dari kesimpulan umum
pada tahap reduksi data, kemudian menjadi lebih spesifik pada tahap
penyajian data, dan lebih spesifik lagi pada tahap penarikan kesimpulan yang
sebenarnya. Rangkaian proses ini menunjukkan bahwa analisis data kualitatif
dalam penelitian ini bersifat menggabungkan tahap reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan secara berulang dan bersiklus.
Analisis data kualitatif menggunakan metode induktif. Penelitian ini tidak
menguji hipotesis, tetapi lebih merupakan penyusunan abstraksi berdasarkan
bagian yang telah dikumpulkan dan dikelompokkan. Seluruh data yang
tersedia ditelaah, direduksi kemudian diabstraksikan sehingga terbentuk
satuan informasi. Satuan informasi di ditafsirkan dan diolah menjadi
kesimpulan. Penarikan teori substantif dilakukan dengan membuat analisis
komprehensif dan holistik terhadap unsur-unsur yang menjadi sentral
permasalahan dalam penelitian.
Analisis strategi pemberdayaan kelompok tani dalam meningkatkan usaha
budidaya rumput laut, dilakukan dengan mengggunakan analisis SWOT (Strengths,
weaknesses, Opportunies dan treaths). Analisis SWOT merupakan salah satu
instrument untuk penentu strategi dalam memaksimalkan peranan faktor kekuatan
dan pemanfaatan peluang dan sekaligus berperan sebagi alat meminimalisasi
kelemahan serta menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi dalam
organisasi atau kelompok (Rangkuti, 2001). Penjelasan faktor-faktor yang dimaksud
adalah sebagai berikut :
1. Strengths (kekuatan)
Kekuatan adalah suatu kenyataan tentang kondisi sumber daya dan kemampuan
yang dimiliki organisasi sebagai pembanding yang positif dalam suatu pasar.
2. . Weakness (kelemahan)
Kelemahan adalah aspek negatif dalam internal organisasi yang dapat
mempengaruhi kinerja organisasi. Untuk itu diperlukan penanganan yang baik dalam
menutupi maupun mengurangi kelemahan yang ada dengan cara pemanfaatan
kemampuan dan sumber yang ada.
3. Oppurtunities (peluang)
Peluang adalah kondisi masa depan dalam suatu lingkungan yang
memngkinkan untuk dicapai dan demi kelangsungan organisasi. Kondisi ini diyakini
akan membawah perubahan pada organisasi tersebut jika mampu menggapainya
secara optimal, terutama dalam jangka panjang.
4. Threats (ancaman)
Ancaman adalah sebuah kondisi yang akan terjadi dimasa datng yang
secara potensial akan mempengaruhi kelangsungan usaha suatu organisasi
(terutama yang bermotif laba). Pengamatan lingkungan masa depan yang baik, serta
penguasaan teknologi yang selalu berkembang tentunya akan membantu
meminimalisir ancaman yang ada. Dengan adanya analisis SWOT, maka para
manejer dapat berdasarkan pada kondisi yang telah dipaparkan sebagai landasan
dalam menerapkan strategi perusahaan. Salah satu bentuk penerapan dari analisis
SWOT adalah membandingkan secara sistematis antara pekuang dan ancaman
eksternal disatu pihak dan kekuatan dan kelemahan internal dilain pihak selanjutnya
dikatakan, maksud utama dari penerapan pendekatan ini adalah untuk
mengidentifikasi dan mengenali satu dari empat pola yang bersifat khas dalam
keselarasan situasi internal dan eksternal yang dihadapi organisasi bisnis.
Adapun Matriks SWOT tersaji sebagai berikut :
IFAS
EFAS
STRENGTHS (S)
Menentukan faktor-faktor kekuatan internal
WEAKNESSES (W)
Menentukan kelemahan internal
OPPORTUNIES (O)
Menentukan faktor-faktor peluang eksternal
STRATEGI SO
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
STRATEGI WO
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
TREATHS
Menentukan faktor ancaman eksternal
STRATEGI ST
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.
G. Konsep Operasional
Konsep operasional di buat dengan maksud memberikan batasan yang jelas
tentang tema yang akan di kaji untuk menyamakan persepsi terhadap konsep-
konsep pembahasan dalam penelitian.
1. Kelompok tani adalah suatu kesatuan kelompok yang terdiri lebih dari satu
orang yang mengadakan interaksi secara intensif dalam memajukan suatu
usaha budidaya rumput laut.
2. Strategi adalah tehnik-tehnik yang di lakukan dalam suatu perusahaan dalam
meningkatkan suatu usaha.
3. Pemberdayaan adalah suatu proses peningkatan kemampuan masyarakat yang
bertujuan untuk membantu pembudidaya rumput laut agar dapat memperoleh
kehidupan yang lebih maju.
4. Analisis SWOT adalah suatu cara menganalisis faktor-faktor internal dan
eksternal menjadi langkah-langkah strategi dalam pengoptimalan usaha yang
lebih menguntungkan.
5. Aktivitas Kelompok adalah pola interaksi yang terjadi antara anggota-anggota
yang terlibat dalam kelompok kerja. Hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan
memberikan kontribusi ekonomi.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Letak Geografis dan Pembagian Wilayah
Desa Bulo-Bulo adalah desa yang memiliki potesi yang cukup besar dibidang
pertanian, perkebunan, maupun perikanan. Luas Desa Bulo-Bulo secara
keseluruhan adalah 458,88 ha/m2. Jumlah dusun yang ada pada Desa Bulo-Bulo
yaitu 3 Dusun yang terdiri dari Kulangan, Bulo-Bulo, dan Kalukuang.
Desa Bulo-Bulo merupakan salah satu desa di Kecamatan Arungkeke
Kabupaten Jeneponto yang memiliki potensi pengembangan rumput laut yang
sangat besar. Keadaan dan pola administratif lingkungan yang sangat strategis
membuat lingkungan ini menjadi sebuah lingkungan yang berpotensi untuk
dikembangkan dalam berbagai sektor kehidupan. Adapun batas-batas wilayah kerja
Kelurahan Biring Kassi adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Palajau
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kampala
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Empoang Selatan
B. Potensi Produksi Rumput Laut
Kecamatan Arungkeke yang terletak di wilayah pesisir merupakan suatu
lokasi yang sangat strategis untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut
sehingga sangat mendukung dalam memperoleh hasil produksi rumput laut yang
cukup besar. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Jeneponto Perikanan tahun 2009 produksi rumput laut pada Kecamatan arungkeke
mencapai 1.344,83 ton. Produksi rumput laut Kecamatan Arungkeke dapat dilihat
pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Produksi Rumput Laut Kecamatan Arungkeke Tahun 2006-2009 dalam Ton
No. Tahun Produksi (Ton)1. 2006 1.515,122. 2007 1.547,203. 2008 1.792,804. 2009 1.344,83
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Jeneponto, 2010
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 sampai pada tahun
2008 terjadi peningkatan produksi rumput laut di Kecamatan Arungkeke yaiitu pada
tahun 2006 sebesar 1.515,12 ton, tahun 2007 sebesar 1.547,20 ton, dan pada tahun
2008 sebesar 1.792,80 ton. Sedangkan pada tahun 2009 sebesar 1.344,83 ton
artinya bahwa pada tahun ini produksi rumput laut Kecamatan Arungkeke
mengalami penurunan.
C.Kondisi Demografi
Berdasarkan data terakhir tahun 2009 jumlah penduduk Desa Bulo-Bulo
tercatat 2.464 dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 648 KK. Adapun
banyaknya penduduk yang berjumlah 2.464 terdiri dari laki-laki sebanyak 1.181 jiwa
dan perempuan sebanyak 1.283 jiwa yang kesemuanya terbagi kelatar belakang
usia yang berbeda-beda, mulai dari kelompok penduduk yang berusia antara 1-12
tahun sampai pada kelompok penduduk yang berusia 49 tahun ke atas. Komposisi
penduduk Kelurahan Biring Kassi berdasarkan kelompok umur untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Bulo-Bulo Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009
No. Kelompok umur (Thn)
Banyaknya Penduduk (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
Laki-laki Perempuan1. 1 – 12 223 231 454 18,432. 13 – 24 192 258 450 18,263. 25 – 36 270 297 567 23,014. 37 – 48 225 244 469 19,035. 49 ke atas 271 253 524 21,27
Jumlah 1.181 1.283 2.464 100Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Bulo-Bulo, 2009.
Data tersebut diatas menujukkan bahwa penduduk yang berusia 1-12 tahun
dengan jumlah sebanyak 454 jiwa dengan persentase 18,43% dari seluruh
penduduk Desa Bulo-Bulo. Ini berarti bahwa Desa Bulo-Bulo memiliki cukup banyak
calon tenaga kerja di masa yang akan datang. Untuk kelompok umur 13-24 tahun
jumlah penduduk sebesar 450 jiwa dengan persentase 18,26%.
Berbeda dari kelompok penduduk tersebut diatas, maka kelompok penduduk
yang berusia antara 25-36 tahun adalah paling banyak jumlahnya yaitu hanya
sebanyak 567 jiwa. Jumlah ini berarti sebanyak 23,01% dari jumlah keseluruhan
penduduk Desa Bulo-Bulo pada tahun 2009. Penduduk yang berusia 37-48 tahun
berjumlah 469 jiwa dengan perrsentase 19,03%. Sedangkan untuk penduduk yang
berusia 49 tahun ke atas berjumlah 524 jiwa dengan persentase 21,27%.
Kelompok penduduk yang di anggap berusia produktif meliputi 1486 jiwa,
mereka terdiri atas penduduk yang berusia antara 13 tahun sampai 48 tahun.
Sebenarnya kategori ini sangat relatif, sebab dalam kenyataanya terbukti banyak
anak-anak dibawah usia yaitu antara 1-12 tahun yang sudah ikut membantu orang
tua masing-masing dalam proses produksi baik pada usaha budidaya rumput laut
maupun pada pertanian dan perkebunan. Demikan pula penduduk setempat yang
berusia 49 tahun ke atas juga masih terdapat ikut mengambil bagian dan berperan
dalam berbagai jenis usaha, baik usaha budidaya rumput laut, maupun usaha
pertanian dan perkebunan.
Berkaitan dengan berbagai jenis usaha yang di kembangkan oleh
masyarakat setempat, maka dapat di jelaskan tentang komposisi penduduk menurut
latar belakang dan mata pencaharian. Hal ini penting untuk memahami tentang
peranan penduduk dalam mengeksploitasi sumberdaya yang dimilikinya, terutama
sumberdaya alam.
Tabel 3. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke,Kabupaten Jeneponto.
No Mata pencaharian
Frekuensi Persentase
1 PNS/TNI 235 17,392 Petani 572 42,343 Nelayan 54 4,004 Petambak 15 1,115 Pembudidaya 141 10,446 Ternak 27 2,007 Pedagang 88 6,518 Industri 50 3,709 Angkutan 92 6,81
10 Jasa 46 3,4011 Lain-lain 31 2,29
Jumlah 1351 100,00Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Bulo-Bulo,2010
Data diatas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk terkonsentrasi
pada sektor pertanian yakni sebanyak 572 dengan frekuensi 42,98 %,kemudian
PNS /ABRI sebanyak 235 dengan persentase sebanyak 17,39%,untuk pembudidaya
jumlah frekuensinya adalah 141 dengan jumlah persentase 10,44%. Mata
pencaharian sebagai petambak merupakan mata pencaharian paling sedikit di tekuni
oleh penduduk setempat yaitu hanya sebesar 15 jiwa dengan persentase sebesar
1,11 % .
Mengenai keadaan pendidikan penduduk di Desa Bulo-Bulo dapat
di kemukakan bahwa pada umumnya telah mementingkan soal pendidikan. Banyak
penduduk setempat yang sempat menamatkan pendidikan pada tingkat sekolah,
mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai keperguruan tinggi. pengelompokkan
penduduk menurut tingkat pendidikan di kemukakan dalam tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Bulo-Bulo tahun 2009
No Tingkat pendidikan Banyaknya penduduk(Jiwa)
Presentase
1 Belum sekolah/buta huruf 843 34,212 Tamat SD 448 18,183 Tamat SMP 329 13,354 Tamat SMA 461 18,715 D3 109 4,426 Sarjana (S1) 274 11,12
Jumlah 2464 100Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Bulo-Bulo, 2010
Dari data di atas menunjukan bahwa sekitar 1621 jiwa penduduk Desa Bulo-
Bulo telah memiliki latar belakang pendidikan, walaupun dengan jenjang sekolah
yang cukup bervariasi, dan selebihnya adalah sebanyak 843 jiwa yang belum
sekolah atau buta huruf.
D.Kondisi Sosial dan Ekonomi
Masyarakat yang berdomisili di Desa Bulo-Bulo umumnya suku Makassar
sedangkan sedangkan lainnya ada yang berasal dari suku Bugis dan Jawa. Dalam
pergaulan sehari-hari masyarakat Desa Bulo-Bulo menggunakan bahasa makassar.
Adapun mayoritas penduduk Desa Bulo-Bulo memeluk agama Islam dan nampak
bahwa mereka taat menjalankan aktivitas keagamaan. Ini dapat dilihat dari berbagai
aktivitas keagamaan yang diikuti penduduk setempat seperti shalat jumat
berjamaah, shalat Idul Fitri, shalat Idul Adha, Pengajian, Maulid, dan lainnya.
Kegiatan agama ini didukung dengan tersedianya sarana ibadah yaitu Mesjid. Selain
fasilitas keagamaan, juga terdapat fasilitas pendidikan berupa Taman Kanak-Kanak
(TK), Sekolah Dasar (SD) dan Pesantren .
Desa Bulo-Bulo juga memiliki fasilitas kesahatan berupa pustu dan posyandu
sehingga dapat memudahkan maysrakat setempat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Untuk menunjang kegiatan ekonomi di Desa Bulo-Bulo juga terdapat
pasar dan koperasi.
Masyarakat Desa Bulo-Bulo telah dapat menikmati fasilitas jalan aspal, listrik, air
bersih dan transportasi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga
maupun untuk suatu usaha. Dengan adanya fasilitas-fasilitas tersebut maka dapat
memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk proses mobilitas, dan hal ini
tentunya akan mendorong perkembangan sosial ekonomi masyarakat dengan
cepat. Untuk lebih jelasnya, sarana dan prasarana pendukung perkembangan sosial
ekonomi masyarakat dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini
Tabel 5.Sarana dan Prasarana Di Desa Bulo-Bulo Tahun 2010.
No. Uraian Jumlah (Unit)1. Taman Kanak-Kanak (TK) 32. Sekolah Dasar (SD) 23. Pesantren 14. Mesjid 35. Mushollah 26. Kantor Desa 17. Kantor BPD 18. Puskesmas pembantu 19. Posyandu 3
10. Pasar 111. Koperasi 312. Lapangan 113. Sarana transpostasi
Ojek Mobil
304
Jumlah 53 Sumber : Data Sekunder Kantor Desa Bulo-Bulo, 2010.
E.Sejarah Singkat Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Desa Bulo-Bulo
Masyarakat Desa Bulo-Bulo sebelum masuknya rumput laut, pada umumnya
memiliki mata pencaharian pokok sebagai petani dan nelayan. Mata pencaharian
tersebut ternyata tidak meningkatkan taraf kehidupan bahkan masyarakatnya susah
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (tergolong miskin). Hal ini terjadi
karena mereka hanya hidup dari hasil bertani dan berkebun yang sangat bergantung
dari alam (air hujan), jadi panen hanya dapat dilakukan satu tahun sekali. Di
samping itu, masyarakat yang bekerja sebagai nelayan tradisional juga masih
bergantung dari alam. Hal ini seperti yang disampaikan salah satu informan yang
menyatakan bahwa:
“saya pilih rumput laut karena didesa ini lagi banyak digemari rumput laut, makanya semua orang di desa ini dia budidaya rumput laut, terus saya dengar-dengar juga kalau rumput laut gampang sekali penanamannya baru gampang juga di dapat bibitnya ....(AA,56 thn)
Seiring berjalannya waktu dan semakin hangatnya pembicaraan mengenai
rumput laut yang begitu berkembang dan memiliki nilai jual yang begitu tinggi, maka
sekitar 7 tahun yang lalu atau tepatnya pada tahun 2003 budidaya rumput laut mulai
dibudidayakan di Desa Bulo-Bulo. Adapun jenis rumput laut yang dibudidayakan di
Desa Bulo-Bulo adalah Eucheuma cottoni
Pada tahun 2007 pemerintah kabupaten Jeneponto melalui Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Jeneponto mengadakan pelatihan tentang budidaya
rumput laut untuk para pembudidaya rumput laut se Kabupaten Jeneponto. Dengan
adanya pelatihan ini maka para pembudidaya lebih mengerti cara membudidayakan
rumput laut yang baik sehingga diharapkan dapat membantu masyarakat untuk
meningkatkan pendapatan rumah tangga melalui usaha tersebut.
Saat ini harapan tersebut sudah terbukti, dapat dilihat dari antusiasme
masyarakat dalam membudidayakan rumput laut. Di samping itu, usaha budidaya
rumput laut ini dapat memberikan peningkatan pendapatan bagi masyarakat
setempat. Dimana, beberapa orang sudah dapat membeli motor, membeli mesin
perahu, menambah jumlah tali, memperbaiki rumah, membeli televisi, dan
sebagainya dari hasil penjualan rumput laut.
F.Identitas Informan
Berdasarkan data yang di peroleh dengan melakukan observasi langsung di
lokasi penelitian dapat di ketahui identitas informan yang meliputi umur, tingkat
pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga. Adapun identitas informan secara rinci
sebagai berikut:
1.Tingkat Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi aktivitas
seseorang dalam mengelola bidang usahanya. Umumnya seseorang yang masih
muda dan sehat memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat di bandingkan dengan
yang berumur tua. Seseorang yang masih muda lebih cepat menerima hal-hal yang
baru, berani mengambil resiko dan lebih dinamis. Sedangkan seseorang yang reltif
tua mempunyai kapasitas pengelolaan yang lebih matang dan memiliki banyak
pengalaman dalam mengelola usahanya, sehingga ia sangat berhati-hati dalam
bertindak dan cenderung pada hal-hal yang tradisional, disamping itu kemampuan
fisiknya sudah mulai berkurang.
Berdasarkan data usia produktifitas manusia dalam bekerja terdapat
4 tingkatan yaitu 25-35 tahun, 36-46 tahun, 47-57 tahun, serta 58-68 tahun.
Klasifikasi informan menurut tingkat umur dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Presentase jumlah informan berdasarkan tingkat umur di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke,Kabupaten Jeneponto
No Tingkat Umur Frekuensi Presentase1 25-35 8 402 36-46 6 303 47-57 5 254 58-68 1 5
Jumlah 20 100Sumber : Data Primer Setelah Diolah,2010
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa semua informan berada dalam
usia produktif yaitu antara 25-35 tahun dengan frekuensi sebanyak 8 orang dan
presentase sebesar 40%. Kondisi informan yang berada dalam usia produktif
merupakan kondisi yang matang dalam bekerja, dengan kemampuan bekerja,
dengan kemampuan berfikir dan dinamisasi dalam berusaha. Dan kemampuan
yang matang dalam mengelola usaha budidaya rumput laut serta bantuan program
yang ada dalam meningkatkan kesejahteraan. Untuk mengetahui presentase tingkat
umur informan dapat dilihat pada gambar 2
Gambar 2. Jumlah Informan Berdasarkan Tingkat Umur
Berdasarkan gambar 2, Jumlah informan pada kisaran umur 25-35 tahun
sebanyak 40%, umur 36-46 tahun sebanyak 30%, umur 47-57 tahun sebanyak 25%
dan 58-68 tahun sebanyak 5%. Dengan demikian pada kisaran umur 25-35 tahun
dengan presentase sebanyak 40 % banyak informan yang melakukan budidaya
rumput laut. Hal ini dikarenakan dalam budidaya rumput laut diperlukan kondisi fisik
yang kuat, utamanya pada saat kegiatan operasional seperti mengangkat bibit,
membawa bibit ke laut, memasang patok, menurunkan dan mengangkat bentangan.
Tingkat umur seseorang dikatakan dewasa apabila seseorang tersebut dapat
diprediksi dari cara dia menanggapi dan menghadapi suatu persoalan, baik persolan
remeh – lemah maupun persoalan serius (http://www.usia dan tingkat
kedewasaan.com)
G.Tingkat pendidikan
Pendidikan formal petani rumput laut merupakan salah satu faktor penting
karena menyangkut dengan kemampuan mereka mengadopsi teknologi baru dan
keterampilan usaha budidaya rumput laut, selain itu tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi pola pikir mereka dalam pengambilan keputusan dalam suatu
organisasi. Presentase informan berdasarkan tingkat pendidikan dapat di lihat pada
tabel 7 di bawah ini
Tabel 7. Presentase jumlah informan berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto.
No Tingkat Pendidikan
Frekuensi (orang)
Presentase (%)
1 Tamat SD 11 552 Tamat SMP 2 103 Tamat SMA 7 35
Jumlah 20 100Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan informan
tergolong rendah dimana masih terdapat informan yang tamat SD sebanyak 11
orang, tamat SMP sebanyak 2 orang, dan tamat SMA sebanyak 7 orang, dan
pendidikan yang paling banyak dicapai oleh informan adalah pada tingkat SD
dengan jumlah frekuensi sebanyak 11 orang dan presentase sebesar 55 %, untuk
mengetahui presentase tingkat umur dapat dilihat pada gambar 3
Gambar 3. Jumlah informan berdasarkan tingkat pendidikan
Dari gambar 3, diketahui bahwa umumnya tingkat pendidikan informan yang
paling banyak yaitu pada tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 55%, sedangkan
informan yang tamat SMA sebanyak 35 % dan informan yang tamat SMP sebanyak
10 %. Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki petani rumput laut ini disebabkan
oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah rendahnya minat sekolah, membantu
orang tua bekerja, dan berbagai kondisi ekonomi dan sosial budaya yang ada
disekitarnya.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Pendidikan merupakan faktor penting yang mempengaruhi
perilaku dan budaya masyarakat di masa depan. Proses pembentukan pendidikan
harus melihat realitas yang ada di tengah masyarakat dengan mengedepankan
aspek pendidikan agama, sains, dan sosial untuk menumbuhkan pemikiran kritis dan
demokratis. Karena produk pendidikan untuk menghasilkan masyarakat edukatif
(secara universal) harus memperhatikan keterampilan hidup (life skill) dan
keterampilan sosial (social skill). Kedua hal ini merupakan satu kesatuan untuk
menciptakan sebuah perubahan dalam konteks modernisasi berpikir masyarakat
yang madani (http//percikanpikiran-badri.blogspot.com).
H.Jumlah tanggungan
Tanggungan keluarga dalam suatu rumah tangga adalah tanggungan
keluarga yang tediri dari kepala rumah tangga, istri dan anak serta anggota keluarga
lainnya yang menjadi tanggungan kepala keluarga. Anggota keluarga yang menjadi
tanggungan tersebut merupakan salah satu modal tenaga kerja sebab mereka akan
ikut membantu usaha budidaya rumput laut . Presentase informan berdasarkan
jumlah tanggungan dapat dilihat pada tabel 8 berikut
Tabel 8. Presentase informan berdasarkan jumlah tanggungan di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto
No jumlah Tanggungan Frekuensi Presentase1 1-5 orang 17 852 6-11 orang 3 15
Jumlah 20 100Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan
Arungkeke, Kabupaten Jeneponto rata-rata jumlah tanggungan 1-5 orang sebanyak
17 orang dengan presentase sebanyak 85 %, dan jumlah tanggungan 6-11 orang
dengan jumlah presentase sebanyak 15%, sehingga di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan
Arungkeke, Kabupaten Jeneponto rata-rata memiliki jumlah tanggungan sebanyak
6-11 orang. Adapun presentase informan berdasarkan jumlah tanggungan adalah
dapat dilihat pada gambar 4 berikut:
Gambar 4. Jumlah informan berdasarkan jumlah tanggungan
Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan
Arungkeke, Kabupaten Jeneponto rata-rata informan yang memiliki jumlah
tanggungan sebanyak 1-5 orang dengan presentase sebanyak 85% dan jumlah
tanggungan sebanyak 6-11 orang dengan presentase sebesar 15 %.
I.Pengalaman dalam kelompok
Pengalaman berkelompok atau lamanya setiap informasi bekerjasama dalam
kelompok dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 9. Presentase jumlah informan berdasarkan pengalaman dalam berkelompok di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto.
No Pengalaman Berkelompok
Frekuensi Presentase
(Tahun) (orang) (%)1 1-3 tahun 8 402 4-6 tahun 12 60
Jumlah 20 100Sumber : Data primer setelah diolah, 2010
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat secara deskriftif bahwa pengalaman
dalam berkelompok informan didominasi pada kisaran 4-6 tahun yaitu sebanyak 12
orang. Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan mereka dalam kelompok masih
relatif singkat. Hal ini dikarenakan pendirian kelompok sangat terkait dengan
kebijakan pemerintah dalam hal pemberdayaan masyarakat , dimana kelompok
dibentuk untuk memperoleh bantuan dana atau saprodi dari program-program yang
dijalankan oleh pemerintah. Untuk mengetahui persentase pengalaman
berkelompok informan dapat dilihat pada gambar 4 berikut.
Gambar 5. Jumlah informan berdasarkan pengalaman dalam kelompok
Berdasarkan gambar 5, pengalaman informan dalam berkelompok pada
umumnya berkisar antara 4-6 tahun yaitu sebanyak 60 %, dan selebihnya pada
kisaran 1-3 tahun sebanyak 40 %. Hal ini terjadi karena belum adanya kesadaran
masyarakat setempat akan pentingnya membentuk suatu kelompok, karena mereka
selalu beranggapan bahwa dengan adanya kelompok meraka lebih mudah
mendapatkan bantuan dari pemerintah, disamping itu pembentukan kelompok
sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dalam bentuk program
pemberdayaan masyarakat, dimana bentuk programnya berupa pemberian bantuan
modal usaha maupun sarana produksi.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Aktivitas Kelompok Tani
Aktivitas adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan
sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya
dengan hasil seperti yang diharapkan. Aktivitas dalam menjalankan fungsinya tidak
berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan,
dipengaruhi oleh keterampilan, pengetahuan, teknologi serta kemampuan dan
sifat - sifat individu.
Oleh karena itu, agar mempunyai aktivitas yang baik, seorang anggota
kelompok harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta
mengetahui pekerjaannya. Dengan kata lain, aktivitas kelompok dapat ditingkatkan
apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan. Aktivitas kelompok
dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan
individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai
seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan
kebutuhannya. Karena apabila anggota kelompok puas dengan kerja yang mereka
kerjakan maka anggota kelompok tersebut akan termotifasi untuk selalu melakukan
kegiatan-kegiatan yang bisa memajukan usaha budidaya rumput laut. Untuk
mengetahui aktivitas kinerja kelompok tani di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan
Arungkeke, Kabupaten Jeneponto dilihat dalam pendekatan analisis sebagai berikut
:
1. Struktur Kelompok Tani
Struktur kelompok adalah suatu sistem mengenai relasi antara anggota-
anggota kelompok berdasarkan peranan dan status mereka serta sumbangsih
masing-masing dalam interaksi kelompok dalam mencapai suatu tujuan.
Menurut Samsudin (2003) bahwa dalam suatu kelompok sosial seperti
halnya kelompok tani, selalu mempunyai apa yang disebut external structure atau
socio group dan internal structure atau psycho group. External structure dalam
kelompok tani adalah dinamika kelompok, yaitu aktivitas untuk menanggapi tugas
yang timbul karena adanya tantangan lingkungan dan tantangan kebutuhan, antara
lain termasuk tuntutan meningkatkan produktivitas usahatani. Sedangkan internal
structure adalah menyangkut norma atau pranata dan kewajiban dalam mencapai
prestasi kelompok. Internal structure akan sekaligus merupakan dasar solidaritas
kelompok, yang timbul dari adanya kesadaran setiap anggota kelompok tani yang
bersangkutan.
Gambaran struktur kelompok tani di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan
Arungkeke, Kabupaten Jeneponto, tersimpulkan sebuah kelompok yang tidak
terstruktur dengan baik, khususnya external structure atau socio group, konteks ini
dimaksudkan karena tidak ada pembagian tugas didalam suatu kegiatan kelompok
dimana hanya terdiri dari ketua kelompok tani dan anggota kelompok tani saja, oleh
karena itu kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan atau kegiatan yang dikerjakan oleh
seluruh anggota kelompok tidak berjalan dengan baik, karena semua kegiatan
kelompok hanya di kerjakan oleh ketua kelompok tani saja sehingga hal ini
merupakan salah satu yang menyebabkan produksi rumput laut di Desa Bulo-Bulo,
kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto tidak berkembang. Hal ini sesuai yang
dikatakan salah satu informan yang menyatakan bahwa :
“dikelompok tani yang saya ikuti itu,tidak ada bendahranya,yang ada itu hanya namanya ketua kelompok sama namanya anggota kelompok saja. makanya setiap kegiatan semuanya ketua kelompok yang kerjakan, terus hanya ketua kelompok saja yang tau, nanti ada mi bantuannya baru semua anggotanya dia tau....(TR,40 thn)
Demikian juga internal structure, konteks ini dimaksudkan didalam suatu
kelompok tani harus ada aturan-aturan atau norma dalam suatu kelompok, ini tidak
sesuai dengan kelompok tani yang ada di Desa Bulo-Bulo, kelompok tani yang ada
di desa tersebut tidak memiliki aturan-aturan atau norma-norma yang seharusnya
ada dalam suatu kelompok. Fenomena yang dimaksud dikatakan oleh salah satu
informan yang menyatakan bahwa :
“tidak ada aturan-aturannya dalam kelompok tani yang saya ikuti, karena jarang juga setiap anggota kelompok berkumpul, kalau ada perkumpulan kelompok tani paling hanya mau dikasih tau kalau ada mi bantuan dari pemerintah, itupun terserah kita mau datang jam berapa atau biar kita tidak datang, kita dengar-dengar saja dari orang.......”(MK, 45 thn)
Gambaran diatas memperlihatkan bahwa eksistensi kelompok tidak dalam
konteks yang ideal, Hal ini sesuai yang dikatakan Jumriani (2008) yang menyatakan
bahwa Struktur kelompok yang ideal adalah pola-pola hubungan diantara berbagai
posisi dalam suatu susunan kelompok. Artinya indikator yang sederhana dalam
menganalisis struktur kelompok maka tiga unsur penting yang terkait dalam struktur
kelompok yaitu posisi, status, dan peranan yang terdistribusi/terdelegasikan dengan
baik.
2. Kegiatan Kelompok Tani
Kegiatan kelompok tani pada umumnya adalah (1) melaksanakan 4 fungsi
kelompok tani nelayan yaitu sebagai kelas belajar, sebagai unit produksi, sebagai
wahana kerjasama, sebagai kelompok usaha agribisnis (2) mencari dan
memanfaatkan berbagai peluang dan kesempatan usaha yang lebih menguntungkan
(3) menganalisa potensi wilayah (4) menganalisa permintaan pasar (5)
melaksanakan kegiatan pemupukan modal. Namun kenyataannya di Desa
Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto kegiatan yang dilkukan
oleh kelompok tani yaitu hanya menyiapkan area budidaya, membuat bentangan,
penyediaan bibit, mengikat bibit pada bentangan, mengikat lampung pada
bentangan, pemasangan bibit dilaut, perawatan, panen, penjemuran, sortir dan
pemasaran. Hanya kegiatan tersebut yang sering anggota kelompok lakukan di
desa tersebut, karena mereka beranggapan bahwa dengan masuk sebagai anggota
kelompok, maka dengan mudah dapat mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Asumsi yang dapat disimpulkan bahwa tujuan berkelompok seharusnya kegiatan
yang mereka lakukan adalah diskusi atau saling bertukar pikiran dalam produksi
budidaya rumput laut sehingga bisa meningkatkan usaha budidaya rumput laut. Hal
ini seperti yang disampaikan salah satu informan yang menyatakan bahwa :
“kegiatanta dikelompok hanya itu-itu ji hanya menyiapkan area budidaya sampai pemasaran , tidak ada yg lain, karena rata-rata orang disini mau ikut kelompok tani hanya mau dapatkan saja bantuan karena saya dengar itu pemerintah tidak mau dia kasih bantuan kalau bukan anggota kelompok tani, makanya orang-orang disini semua masuk anggota kelompok tani....”(DG.SB 40 thn)
Apa yang menjadi temuan dilapangan, tidak terlepas dari proses
pembentukan kelompok tani yang terjadi begitu saja, tidak terciptanya kesadaran
dalam berkelompok akibat dari adanya penyadaran sosial yang dilakukan oleh
pihak-pihak yang terkait akan pentingnya berkelompok dalam pengembangan dan
pertumbuhan usaha yang masyarakat jalankan, akan tetapi kelompok-kelompok
yang terbentuk lebih banyak dimaksudkan karena pemerintah akan memberikan
bantuan apabila mereka mempunyai anggota kelompok. Hal ini seperti yang
disampaikan salah satu informan yang menyatakan bahwa :
“kalau saya masuk ka sebagai anggota kelompok tani ,hanya saya mau saja dapat bantuan, kalau saya dengar ada mi bantuan baru sering-sering lagi saya kumpul di kelompok, tapi kalau tidak ada bantuan saya tanam sendiri ji rumput lautku..(IN 35 thn)
Secara teoritis Gerungan W.A (1991) menyatakan bahwa proses
pembentukan kelompok dilakukan dengan menetukan kedudukan masing-masing
anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota) dan tujuan apa yang ingin dicapai
atau yang telah ditentukan. Dalam prosesnya interaksi yang terjadi suatu saat akan
memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul
perpecahan (konflik). Namun perpecahan yang terjadi biasanya bersifat sementara
karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut akan memberikan pemahaman
yang sama,.sehingga anggota kelompok - kelompok berusaha menyesuaikan diri
demi kepentingan bersama. Dalam proses akhirnya setelah terjadi penyesuaian,
perubahan dalam kelompok akan mudah terjadi. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan salah satu informan yang menyatakan bahwa :
“ Waktu saya masuk jadi anggota kelompok, yang dicatat hanya namaku saja, tidak dikasih tau jabatanku apa di kelompok itu. Makanya kalau saya liat strukturnya yang ada hanya ketua sama anggota kelompoknya saja, tidak ada bendaharanya. Tapi saya tidak terlalu permasalahkan itu, karena saya tidak tau juga.yang penting kalau ada bantuan saya bisa dapat”
Seiring dengan perkembangan masyarakat, maka seorang individu tidak
selalu hanya menjadi anggota dari satu kelompok saja namun cenderung untuk
menjadi anggota beberapa kelompok sekaligus, dilain pihak, tidak selau dapat
menjadi anggota suatu kelompok secara formal.yang lebih sering terjadi adalah
individu mengembangkan kepribadian dan perilakunya berdasarkan kepada
kelompok yang diacunya. Kelompok demikian dikenal dengan istilah kelompok
acuan. Individu yang mengacu akan berprilaku seperti yang dilakukan oleh indiviidu-
individu anggota kelompok acuannya. Temuan dilapangan memperlihatkan bahwa
salah satu kelemahan akan eksistensi kelompok kerja adalah tidak adanya
kelompok acuan yang dibentuk secara formal sebagai tempat pembelajaran bagi
kelompok-kelompok kerja masyarakat.
Secara konseptual dinyatakan bahwa proses interaksi antara anggota
kelompok acuan dengan individu tersebut tidak dilakukan secara langsung, namun
pengaruh kelompok tersebut dirasakan juga oleh orang-orang yang tidak menjadi
anggota. Pengaruh kelompok acuan terhadap perubahan perilaku individu ini
sangat besar, dan memiliki dampak yang sangat luas (Mulyana, 2005).
Dengan demikian, dalam mensejahterakan kelompok tani yang paling di
perhatikan yang pertama yaitu sumberdaya manusianya, dimana untuk
memperdayakan sumberdaya manusianya itu yang perlu diperhatikan adalah
keterampilan, pengetahuan, dan teknologi
Berikut adalah penjelasan berdasarkan temuan dilapangan mengenai
kegiatan-kegiatan pemberdayaan yang pernah diberikan kepada kelompok tani di
wilayah kasus penelitian :
1. Keterampilan
Keterampilan merupakan hal yang paling mendasar, dimana bentuk
kreatifitas dan penguasan teknis dan sarana pengolahan hasil perikanan yang harus
dimiliki oleh petani atau kelompok tani (Dahuri, 2000). Kemampuan kelompok dalam
pengembangan usaha budidaya dapat terukur dari kemampuan tingkat keterampilan
apalagi dalam pengolahan hasil perikanan.
Berdasarkan dari data informan di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke,
Kabupaten Jeneponto pada tahun 2008, pernah diadakan pelatihan pembudidayaan
rumput laut sebanyak satu kali, yang dilaksanakan oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan, yang diikuti oleh beberapa anggota kelompok . Namun pelatihan
keterampilan tersebut tidak dilanjutkan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan,
sehingga masyarakat yang pernah mengikuti keterampilan tersebut tidak terlalu
mengerti, sehingga tidak ada perubahan setelah mengikuti pelatihan tersebut, selain
itu kendala-kendala yang sering dihadapai dalam pengembangan keterampilan yaitu
masih rendahnya tingkat pendidikan yang ada di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan
Arungkeke, Kabupaten Jeneponto sehingga mereka tidak mengerti apa yang
dijelaskan oleh pemateri. Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah satu informan
yang menyatakan bahwa :
“Hanya satu kali ji ada pelatihan disini, itupun hanya sedikiti yang ikut karena dikasih menginap di Balai latihan kerja, baru cuma laki-laki saja yang disuruh
ikut....”(ML 45 thn)
Hal ini sesuai dengan pendapat Sumodiningrat (2002) bahwa belum
kondusifnya aspek kelembagaan yang ada, di samping minimnya infrastruktur dan
daya dukung lainnya sehingga potensi-potensi yang dimiliki oleh anggota kelompok
tidak dapat di tumbuh kembangkan.
1. Pengetahuan
Dalam setiap indikator perencanaan kelembagaan harus terlihat jelas, hal ini
akan memudahkan pelaku atau anggota kelompok menjalankan programnya.
Dalam proses penguatan kelompok yang terpenting adalah tingkat pengetahuan
para anggotanya karena hal ini akan mempengaruhi peran kelompok sebagai wadah
penyatuan kebutuhan dan kepentingan bagi anggotanya.
Berdasarkan dari data informan di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke,
Kabupaten Jeneponto, rata-rata informan tidak memiliki kemampuan pengetahuan
tentang kelompok yang harus terpahami, misalnya pada waktu ditanya “menurut
anda apa itu kelompok? sebagian besar anggota kelompok menyatakan bahwa
kelompok adalah untuk saling membantu dan untuk mudah mendapatkan bantuan.
Dari setiap anggota kelompok tidak mengetahui bahwa dirinya sebagai
anggota kelompok. Hal demikian juga terjadi karena lemahnya pengetahuan
sehingga menyebabkan tingkat kesadaran masing-masing individu tidak terbentuk
dari awal proses pembentukan kelompok sehingga sangat berpengaruh terhadap
peningkatan usaha budidaya rumput laut. Hal ini sesuai yang diakatakan salah satu
informan yang menyatakan bahwa :
“sebenarnya saya tidak tau kalau saya masuk anggota kelompok tani, ada orang-orang kasih tau saya kalau saya ini masuk anggota kelompok, saya tanya mi
kenapa bisa,diabilang hanya didaftar saja nama...SL 48 thn)
Secara tegas dalam konteks teorits Mohammad Jafar Hafsah (2009)
menyatakn bahwa kemampuan pengetahuan dari setiap individu dalam sebuah
komunitas atau kelompok merupakan hal yang terpenting, karena sangat
mempengaruhi proses perkembangan komunitas atau kelompok sesuai dengan
tujuan yang ingin di capainya.
2. Teknologi
Teknologi dalam organisasi merupakan perangkat lunak dan keras yang
dimiliki organisasi untuk menjalankan tujuannya. Terobosan manajemen dan
peralatan canggih tentu akan berpengaruh pada kinerja organisasi atau suatu
kelompok. Meski tampak sederhana akan tetapi pada perkembangan teknologi
informasi yang begitu pesat hadirnya peralatan dan teknologi sangat diperlukan
dalam aktivitas baik individu maupun kelompok (Yayu yulianti dan Mangku
Purnomo,2003).
Namun jika melihat dari salah satu teori pembangunan masyarakat bahwa
proses modernisasi serta teknologi yang dihasilkan harus mampu diadopsi dan
mentrasformasi teknologi yang selama ini terpakai oleh masyarakat. Untuk
gambaran kehidupan masyarakat Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke,
Kabupaten Jeneponto, penerapan teknologi yang dimaksudkan masih sangat
tradisional. Hal ini yang diasumsikan kualitas sumberdaya manusia di Desa tersebut
masih kurang baik sehingga kelompok tani yang terbentuk tersebut kurang
mendukung kesejahteraan anggota-anggota kelompok pada khususnya dan
masyarakat di wilayah kasus secara umum.
Penjelasan lebih lanjut diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yang
ada di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto, bahwa rata-
rata mereka menggunakan alat yang tradisional seperti yang disampaikan oleh salah
satu informan yang menyatakan bahwa :
“tidak pernah ka de pake alat-alat yang mahal, tidak ku tau ki juga pake, baru mahal sekali juga harganya. kalau pun ada bantuan dari pemerintah biasanya hanya
para-para ji...’’(SB 40 thn)
Dengan melihat kondisi seperti ini, sudah seharusnya pemerintah setempat
menjadi fasilitator dalam peningkatan kapasitas kelompok-kelompok sosial yang ada
di Desa Bulo-Bulo, karena dengan adanya fasilitator dapat membantu dalam
penguasaan informasi mengenai teknologi terbaru sehingga masyarakat termotivasi
mengikuti perkembangan teknologi khususnya teknologi budidaya rumput laut.
Ketiga hal tersebut yang diatas dijadikan sebagai penjelasan yang bisa
menjadikan sumberdaya manusia lebih bermanfaat dalam interaksi, aktivitas dan
kinerja kelompok masyarakat, sehingga dengan bermanfaatnya sumberdaya
manusia maka kelompok tani akan berjalan dengan baik sehingga petani rumput
dapat sejahtera.
B. Strategi Pemberdayaan Kelompok Tani
Rangkuti (2006) menyatakan bahwa, tahapan perencanaan strategis melalui
3 tahapan yaitu (1) Tahapan pengumpulan data dengan mengevaluasi faktor-faktor
eksternal dan faktor-faktor internal, (2) Tahapan analisis dengan menggunakan
matrik SWOT, dan (3) Tahap pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan
hasil-hasil analisis. Berdasarkan dari pendekatan teoritis diatas maka dalam strategi
pemberdayaan kelompok tani di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten
Jeneponto teranalisis sebagai berikut :
1.Tahapan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal
a. Faktor internal yang mempengaruhi kelangsungan kerjasama antara kelompok
tani di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto
Lemahnya aspek manajemen kelompok tani dikarenakan oleh tingkat
pengetahuan dan tingkat pendidikan masih sangat rendah sehingga kelompok
tani kurang mendaptkan informasi, dan berujung pada terhambatnya kelompok
tani dalam meningkatkan usaha budidaya rumput laut.
Pola kerja yang terbangun antara sesama anggota kelompok tani masih kurang
dimana anggota kelompok tani masih bergantung kepada ketua kelompok
Tingkat pendidikan yang sebagian besar hanya sampai SD (Sekolah Dasar)
bahkan tidak sekolah atau buta huruf sangat mempengaruhi tindakan khususnya
dalam bidang teknologi sehingga dapat mempengaruhi laju perkembangan
kerjasama usaha budidaya rumput laut.
b. Faktor eksternal yang mempengaruhi kelangsungan pemberdayaan kelompok
tani di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto.
Kurangnya dukungan dari pemerintah daerah khususnya Dinas Kelautan Dan
perikanan Jeneponto untuk bekerja sama dalam meningkatkan perekonomian
masyarakat pesisir khususnya kelompok tani budidaya rumput laut.
a. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Hambatan
1. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan merupakan faktor internal perusahaan atau lembaga yang dapat
mendukung pengembangan pola kerja sama dalam pemberdayaan suatu kelompok
dalam peningkatan usaha budidaya rumput laut. Kekuatan (strenghts) dalam hal ini
meliputi potensi pada proses kerja sama antara sesama anggota kelompok sebagai
berikut:
Masyarakat dapat mudah berkelompok baik secara formal dan informal
Tersedianya potensi faktor-faktor produksi dalam menjalankan usaha budidaya
rumput laut
2. Kelemahan (Weaknes)
Kelemahan merupakan salah satu faktor internal yang harus dapat segera
diantisipasi sebelum menimbulkan dampak negatif pada proses kerjasama antara
sesama anggota kelompok di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan Arungkeke, Kabupaten
Jeneponto.
Masih saling ketergantungan antara sesama anggota kelompok
Lemahnya manajemen kelompok dikarenakan oleh minimnya interaksi sesama
anggota.
Tidak adanya aturan formal berupa kesepakatan kerjasama antara sesama
anggota kelompok.
Rendahnya pengetahuan anggota kelompok tentang alat teknologi
3. Peluang (Opportunities)
Peluang merupakan kesempatan yang dimiliki untuk mengembangkan pola
kerja sama antara sesama anggota kelompok tani. Peluang biasanya datang
bersamaan dengan perubahan-perubahan lingkungan eksternal. Adapun peluang
yang dimiliki untuk mengembangkan pola kerja sama antara sesama anggota
kelompok adalah sebagai berikut:
Permintaan pasar akan produksi rumput laut terus meningkat.
Terbukanya berbagai macam informasi tentang usaha budidaya rumput laut.
Adanya program-program pemberdayaan dari pemerintah pusat terhadap
penguatan kelompok tani/nelayan
4. Ancaman (Threats)
Ancaman merupakan salah satu bagian dari faktor eksternal yang
mempengaruhi keberlanjutan kerjasama antara anggota kelompok tani yang satu
dengan anggota kelompok tani yang lain. Adapun ancaman yang di hadapi adalah
sebagai berikut:
Kurangnya dukungan dari pemerintah setempat akan program-program
pemberdayaan kelompok
Adanya persepsi dan pemahaman masyarakat terhadap kelompok yang masih
terbatas
Adanya domonasi fungsi dan peran yang terpusat kepada satu orang (ketua
kelompok)
Setelah dilakukan identifikasi mengenai faktor internal yang terdiri atas
kekuatan dan kelemahan dan analisis faktor eksternal yang meliputi peluang dan
ancaman, selanjutnya di susun suatu matriks yang bertujuan untuk menemukan
beberapa alternatif strategi untuk mengembangkan kerja sama antara sesama
anggota kelompok. Matriks tersebut adalah matriks SWOT yang dapat di lihat pada
tabel 10 berikut.
b. Analisis Faktor internal dan eksternal melalui pendekatan SWOT
Hasil evaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi kelangsungan kerjasama
anggota kelompok dengan kelompok yang lain maka tahapan selanjutnya adalah
menjabarkan hasil evaluasi tersebut dalam matriks SWOT. SWOT adalah upaya
memadukan unsur dari lingkingan internal Strenghts (kekuatan) dan Weaknes
(kelemahan) serta lingkungan eksternal Opportunities (peluang) dan Threats
(ancaman) Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang
( Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal kekuatan (Strenghts)
dan kelemahan ( Weakness) untuk mengetahui peluang yang dimiliki dan masalah–
masalah yang di hadapi dalam proses kerja sama antara sesama anggota kelompok
dalam mengembangkan dan menguatkan peran kelompok dimasa yang akan datang
(Rangkuti,2006)
Adapun analisis faktor internal dan eksternal melalui pendekatan SWOT adalah
sebagai berikut :
Tabel 10. Matriks SWOT Strategi Pemberdayaan Kelompok Tani Dalam Meningkatkan Usaha Budidaya Rumput Laut
IFAS
EFAS
Kekuatan (Strenghts)
1. Masyarakat dapat mudah berkelompok (informal dan formal)
2. Tersedianya potensi faktor-faktor produksi dalam menjalankan usaha budidaya rumput laut
Kelemahan (Weaknes)
1. Masih saling ketergantungan antara sesama anggota kelompok
2. Lemahnya manajemen kelompok dikarenakan oleh minimnya interaksi sesama anggota.
3. Tidak adanya aturan formal berupa kesepakatan kerjasama antara sesama anggota kelompok.
4. Rendahnya tingkat pendidikan anggota kelompok tentang alat teknologi
Peluang (opportunities)
1. Permintaan pasar akan produksi rumput laut terus meningkat
2. Terbukanya berbagai macam informasi tentang usaha budidaya rumput laut.
3. Adanya program-program pemberdayaan dari pemerintah pusat terhadap penguatan kelompok tani/nelayan
Strategi SO
1. Membuat struktur kelompok yang ideal (formal) secara terstruktur sehingga pembagian peran dan fungsi anggota kelompok terdistribusi dengan jelas
2. Membuat Jadwal-Jadwal pertemuan kelompok secara rutin
3. Mnenjadika kelompok sebagai kelas belajar
4. Menjadikan kelompok sebagai unit produksi
5. Menjadikan kelompok sebagai wahana kerjasama
6. Menjadikan kelompok sebagai usaha agribisnis
Strategi WO
1. Menciptakan kemandirian kelompok dengan berwirausaha,
2. Mengadakan pelatihan-pelatihan tentang manajemen kelompok
3. Membuat kesepakatan resmi antara anggota kelompok tani rumput laut dengan ketua kelompok tani, dimana keduanya tidak saling merugikan
Ancaman (Threats)
1. Kurangnya dukungan dari pemerintah setempat akan program-program pemberdayaan kelompok
2. Adanya persepsi dan pemahaman masyarakat terhadap kelompok yang masih terbatas
3. Adanya domonasi fungsi dan peran yang terpusat kepada satu orang (ketua kelompok)
Strategi ST
1. Melakukan sosialisai, penyuluhan dan implementasi program-program pemberdayaan kelompok usaha
2. Pengembangan kelompok usaha atau kelompok kerja melalui pelatihan dan penyuluhan berdasarkan tujuan dan kepentingan anggota kelompok tani sehingga tercipta kerjasama antar anggota yang dinamis untuk meningkatkan produktivitas kelompok
Strategi WT
1. Merekomendasikan kepada pemerintah untuk menyelenggarakan pelatihan atau penyuluhan berbasis teknologi
2. Para anggota kelompok harus secara terus menerus dikembangkan kemampuannya untuk lebih muda mengakses informasi pasar dan teknologi.
4. Rekomendasi pemberdayaan kelompok tani dalam meningkatakan usaha budidaya rumput laut
Berdasarkan hasil analisis SWOT, maka upaya proses pemberdayaan
kelompok tani dalam meningkatkan usaha budidaya rumput laut direkomendasikan
sebagai berikut :
1. Membuat struktur kelompok yang ideal (formal) secara terstruktur sehingga
pembagian peran dan fungsi anggota kelompok terdistribusi dengan jelas
2. Membuat jadwal-jadwal pertemuan kelompok secara rutin
3. Menjadikan kelompok sebagai kelas belajar yaitu tempat pertemuan para anggota
kelompok, tempat diskusi dalam memecahkan permasalahan, tempat menerima
informasi (kursus, pelatihan dll).
4. Menjadikan kelompok sebagai unit produksi yaitu tempat melakukan proses
produksi (budidaya), tempat menghasilkan produksi, tempat menyimpan produksi
5. Menjadikan kelompok sebagai wahana kerjasama yaitu sebagai tempat
melakukan kegiatan bersama (gotong royong), tempat pemupukan modal
bersama, tempat menghasilkan keputusan/kesepakatan bersama,tempat menjalin
kemitraan.
6. Menjadikan kelompok sebagai usaha agribisnis yaitu usaha pengadaan sarana
produksi, usaha prosessing dan pengolahan hasil, serta usaha pemasaran hasil
produksi.
7. Menciptakan kemandirian kelompok dengan berwirausaha,
8. Mengadakan pelatihan-pelatihan tentang manajemen kelompok
9. Membuat kesepakatan resmi antara anggota kelompok tani rumput laut dengan
ketua kelompok tani, dimana keduanya tidak saling merugikan
10. Melakukan sosialisai, penyuluhan dan implementasi program-program
pemberdayaan kelompok usaha
11. Pengembangan kelompok usaha atau kelompok kerja melalui pelatihan dan
penyuluhan berdasarkan tujuan dan kepentingan anggota kelompok tani
sehingga tercipta kerjasama antar anggota yang dinamis untuk meningkatkan
produktivitas kelompok
12. Merekomendasikan kepada pemerintah untuk menyelenggarakan pelatihan atau
penyuluhan berbasis teknologi
13. Para anggota kelompok harus secara terus menerus dikembangkan
kemampuannya untuk lebih muda mengakses informasi pasar dan teknologi.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Bulo-Bulo,
Kecamatan Arungkeke, Kabupaten Jeneponto mengenai strategi pemberdayaan
kelompok tani pada usaha budidaya rumput laut, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Aktivitas yang dilakukan kelompok tani di Desa Bulo-Bulo, Kecamatan
Arungkeke, Kabupaten Jeneponto yaitu hanya pada aktivitas produksi
2. Persepsi masyarakat/anggota kelompok hanya didasarkan kepada
pemahaman pemberian bantuan dari pemerintah.
3. Strategi pemberdayaan kelompok tani harus melalui pendekatan bahwa
kelompok sebagai wahana kelas belajar, unit produksi, wahana kerjasama,
dan wahana kelompok usaha agribisnis.
B. Saran
1. Diharapkan kepada pemerintah agar lebih serius dalam membina dan
memberdayakan kelompok tani, sehingga pembentukan kelompok tidak hanya
sekedar hadir sebagai formalitas saja tetapi bisa meningkatkan usaha
budidaya rumput laut.
2. Agar pemerintah sering mengadakan pelatihan-pelatihan atau seminar-
seminar kepada kelompok tani, baik itu pelatihan tentang penggunaan
teknologi maupun pelatihan dalam berwirausaha.
Daftar Pustaka
Anwar Arifin, 2001, Strategi Komunikasi Suatu Pengantar Ringkas, Bandung,Armico
Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Remaja Rosdakarya,Bandung
Danim Sudarwan, 2004, Motivasi kepemimpinan dan efektifitas kelompok. PT Rineka Cipta,Jakarta
Dahuri,R.2002. Paradigma baru pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan.Institut Pertanian Bogor.Bogor
Gerung, W.A.1991. Dampak sosial dalam berkelompok.Makalah dalam seminar kemasyarakatan.Jakarta
Hamid,abu,2001,pengembangan masyarakat nelayan dan kemandirian ( Suatu studi Antropologi ekonomi)Makalah pada pasca sarjana unhas
Hafsah, Jafar, Mohammad.2009. penyuluhan pertanian di era otonomi daerah.PT.Pustaka Sinar harapan .Jakarta.
http:// id wikipedia.org/wiki/Rumput Laut.com (akses tanggal 2 februari 2010)
http://www.kpbptpn.PT Kharisma pemasaran bersama Nusantara co.id (akses tanggal 10 Februari 2010)
http://percikanpikiran-badri.blogspot.com.(akses tanggal 2 Mei 2010)
http//:id.wikipedia.org/wiki/perspektif PEMDA dalam penerapan pedoman umum pengelolaan pesisir terpadu.com (akses tanggal 10 Februari 2010)
Huraira, A dan purwanto. 2006. Dinamika kelompok. PT Rafika Aditama. Bandung
Nikijuluw,V.P.H.2002.Rezim pengelolaan sumberdaya perikanan.P3R dan PT Pustaka Cidesindo.Jakarta selatan.
Rakhmat Jalaluddin, 2004, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya
Rangkuti, F.. 2001. Teknis Membedah Kasus Bisnis-Reorientasi Konsep Perencanaan Strategi Untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Rianse dan Abdi,2008.Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi.Alfabeta.Bandung
Samsudin. 2003. Manajemen Penyuluhan Pertanian. Bina Cipta. Bandung.Winkel, W. S. Winkel.1991.
Sudirman,H dan Muh Yusri Karim.2008.Ikan Kerapu (Biologi,eksploitasi,manajemen dan budidaya)Yarsif Watampone,jakarta
Suharto, Edi 2004, Social Welfare Problems and Social Work in Indonesia: Trends and Issues (Masalah Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial di Indonesia: Kecenderungan dan Isu), makalah yang disampaikan pada International Seminar on Curriculum Development for Social Work Education in Indonesia, Bandung: Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 2 Maret
Suharto, Edi 2002, Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial: Spektrum Pemikiran, Lembaga Studi Pembangunan-STKS.Bandung
Summary,2008,Kesesuaian lahan rumput Laut di perairan laut di Kabupaten Jeneponto,Propinsi Sul Sel
Sumodiningrat, Gunawan,2002, strategi pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan. Makalah Seminar Nasional Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia. Universitas Borneo. Tarakan
Yayu yulianti dan Mangku purnomo.2003. Sosiologi pedesaan. Lappera Pustaka Utama.Yogyakarta.
Wiryanto, 2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.