1
tega ir Pt eS muliaan Akasia H
ibrid
a
H una tag nn Ta ab nm ae mg an neP
Strategi Pemuliaan Akasia Hibrida
Keunggulan jenis akasia hibrida, yang merupakan spesies hasil persilangan antara Acacia mangium dengan Acacia auriculiformis telah dibuktikan, antara lain pertumbuhannya lebih cepat, kualitas batangnya lebih baik, tahan terhadap serangan penyakit dan mampu tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan tempat tumbuh serta mempunyai sifat-sifat kayu yang lebih baik dibandingkan dengan A. mangium (Kijkar, 1992; Ibrahim, 1993; Nikles et al., 1998, Kha, 2001).
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Wonogiri, Jawa Tengah diperoleh dan dikembangkan klon-klon akasia hibrida yang mempunyai keunggulan dalam pertumbuhan, kualitas kayu dan toleransi terhadap serangan hama/penyakit serta adaptabilitas terhadap lahan marginal melalui suatu strategi pemuliaan. Tanaman akasia hibrida yang berumur 4 tahun di lokasi tersebut, salah satu di antaranya mempunyai diameter sebesar 37,6 cm melampau tinggi rata-rata A. mangium umur 4,5 tahun pada areal pertanaman di Baserah, Riau yang hanya sebesar 19,8 cm (Krisnawati et al., 2011).
Strategi pemuliaan pada akasia hibrida merupakan usaha untuk meningkatkan kemungkinan diperolehnya hibrid vigor/heterosis melalui hibridiasi, baik secara alami maupun buatan. Strategi pemuliaan pada akasia hibrida terdiri atas tahapan-tahapan kegiatan yang harus dipahami dan dikuasai dengan baik.
Pemuliaan akasia hibrida unggul masih terus dikembangkan, untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman industri.
TantanganPeneliti : Sri SunartiUnit kerja : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) E-mail : [email protected] dan [email protected] : Koleksi B2PBPTHInfo detil : www.biotifor.or.id
1
Aplikasi
Keterangan
D e s k r i p s i
paya untuk membangun hutan tanaman yang berproduktivitas Utinggi dan menghasilkan
kualitas kayu yang baik sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman dan industri kehutanan ke depan.
Strategi pemuliaan akasia hibrida merupakan salah satu upaya yang mutlak diperlukan untuk memperoleh benih-benih yang unggul dalam pertumbuhan, toleran terhadap serangan hama dan penyakit, memiliki daya adaptasi tinggi di lahan marginal serta mampu menghasilkan kayu berkualitas.
Hasil pengamatan pertumbuhan umur 1 tahun pada uji klon akasia hibrida tersebut menunjukkan sebanyak 12 klon mempunyai pertumbuhan di atas rerata induknya. Empat di antaranya menunjukkan fenomena heterosis, yaitu pertumbuhannya lebih unggul dibandingkan dengan semai A. mangium hasil uji keturunan generasi kedua asal provenansi terbaik.
Superioritas klon akasia hibrida heterosis terbaik tersebut diprediksi mampu meningkatkan produktivitas tegakan sebesar 17% dan akan mampu meningkatkan produktivitas volume tegakan
3mencapai 48 m /ha/th. Sementara itu produktivitas jenis murni A.mangium hasil uji keturunan generasi
3kedua baru mencapai 41 m /ha/th.
1
2
Pohon akasia hibrida umur 4 tahun di Wonogiri Jawa Tengah
Pohon akasia hibrida umur 4 tahun di Wonogiri Jawa Tengah
KBSUK F1 Am KBSUK F1 Aa
Phn plus Phn plusCangkok CangkokKebun
Persilangan
Hibridasi FenologiProd.& viabilitas benihBenih Benih
KB hibrid (HSO)
Identifikasi &Verifikasi
Prod.& viabilitas benih Fenologi
Verifikasi scr molekuler
Kemampuan bertunas Semai hibrid
Penanda Morfologi
Seleksi semai:tinggi
Perbanyakan
UJI KLON
Kemampuan berakar
Strategi Pemuliaan Akasia Hibrida
Strategi Pemuliaan Akasia Hibrida
Keunggulan jenis akasia hibrida, yang merupakan spesies hasil persilangan antara Acacia mangium dengan Acacia auriculiformis telah dibuktikan, antara lain pertumbuhannya lebih cepat, kualitas batangnya lebih baik, tahan terhadap serangan penyakit dan mampu tumbuh pada berbagai kondisi lingkungan tempat tumbuh serta mempunyai sifat-sifat kayu yang lebih baik dibandingkan dengan A. mangium (Kijkar, 1992; Ibrahim, 1993; Nikles et al., 1998, Kha, 2001).
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Wonogiri, Jawa tengah diperoleh dan dikembangkan klon-klon akasia hibrida yang mempunyai keunggulan dalam pertumbuhan, kualitas kayu dan toleransi terhadap serangan hama/penyakit serta adaptabilitas terhadap lahan marginal melalui suatu strategi pemuliaan. Tanaman akasia hibrida yang berumur 4 tahun di lokasi tersebut, salah satu di antaranya mempunyai diameter sebesar 37,6 cm melampau tinggi rata-rata A. mangium umur 4,5 tahun pada areal pertanaman di Baserah, Riau yang hanya sebesar 19,8 cm (Krisnawati et al., 2011).
Strategi pemuliaan pada akasia hibrida merupakan usaha untuk meningkatkan kemungkinan diperolehnya hibrid vigor/heterosis melalui hibridiasi, baik secara alami maupun buatan. Strategi pemuliaan pada akasia hibrida terdiri atas tahapan-tahapan kegiatan yang harus dipahami dan dikuasai dengan baik.
Pemuliaan akasia hibrida unggul masih terus dikembangkan, untuk meningkatkan produktivitas hutan tanaman industri.
TantanganPeneliti : Sri SunartiUnit kerja : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (B2PBPTH) E-mail : [email protected] dan [email protected] : Koleksi B2PBPTHInfo detil : www.biotifor.or.id
1
Aplikasi
Keterangan
D e s k r i p s i
paya untuk membangun hutan tanaman yang berproduktivitas Uyang tinggi dan menghasilkan
kualitas kayu yang baik sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pembangunan hutan tanaman dan industri kehutanan ke depan.
Penerapan strategi pemuliaan adalah salah satu upaya yang mutlak diperlukan untuk memperoleh benih-benih yang unggul dalam pertumbuhan, toleran terhadap serangan hama dan penyakit, memiliki daya adaptasi tinggi di lahan marginal serta mampu menghasilkan kayu berkualitas.
Hasil pengamatan pertumbuhan umur 1 tahun pada uji klon akasia hibrida tersebut menunjukkan sebanyak 12 klon mempunyai pertumbuhan di atas rerata induknya. Empat di antaranya menunjukkan fenomena heterosis, yaitu pertumbuhannya lebih unggul dibandingkan dengan semai A. mangium hasil uji keturunan generasi kedua asal provenansi terbaik.
Superioritas klon akasia hibrida heterosis terbaik tersebut diprediksi mampu meningkatkan produktivitas tegakan sebesar 17% dan akan mampu meningkatkan produktivitas volume tegakan
3mencapai 48 m /ha/th. Sementara itu produktivitas jenis murni A.mangium hasil uji keturunan generasi
3kedua baru mencapai 41 m /ha/th.
1
2
Pohon akasia hibrida umur 4 tahun di Wonogiri Jawa Tengah
Pohon akasia hibrida umur 4 tahun di Wonogiri Jawa Tengah
KBSUK F1 Am KBSUK F1 Aa
Phn plus Phn plusCangkok CangkokKebun
Persilangan
Hibridasi FenologiProd.& viabilitas benihBenih Benih
KB hibrid (HSO)
Identifikasi &Verifikasi
Prod.& viabilitas benih Fenologi
Verifikasi scr molekuler
Kemampuan bertunas Semai hibrid
Penanda Morfologi
Seleksi semai:tinggi
Perbanyakan
UJI KLON
Kemampuan berakar
Strategi Pemuliaan Akasia Hibrida
Plot uji klon di wonogiri
Strategi Pemuliaan Sengon yang Resisten terhadap Karat Tumor
Seleksi pohon merupakan salah satu kegiatan dalam pemuliaan yang sangat menentukan keberhasilan program pemuliaan pohon. Tujuan seleksi adalah untuk memilih individu pohon yang mempunyai genotip superior dari suatu sifat yang dikehendaki. Dalam pemuliaan sengon, seleksi yang dilaksanakan adalah memilih individu-individu pohon yang mempunyai pertumbuhan yang baik dan resisten terhadap karat tumor secara genetik (superior).
Serangkaian kegiatan pemuliaan sengon yang telah dilakukan meliputi: pengumpulan materi genetik dari sebaran alami di Papua dan Solomon, pembangunan uji keturunan, pembangunan plot uji resistensi, serta evaluasi secara periodik terhadap plot-plot uji tersebut.
D e s k r i p s i
Berdasarkan hasil evaluasi dari uji keturunan sengon ditujukan untuk menghasilkan individu pohon yang dan konsep resistensi, maka pelaksanaan pemuliaan resisten terhadap karat tumor. Individu yang resisten sengon adalah sebagai berikut : tersebut akan dijadikan sebagai materi uji klon.
1. Pembangunan Uji Keturunan 3. Pembangunan Uji KlonStrategi ini menggabungkan tiga populasi, yaitu Seleksi pohon plus resisten terhadap karat tumor yang populasi dasar, populasi pemuliaan dan populasi terbaik akan dilakukan pada uji keturunan sengon di perbanyakan dalam satu areal. Petak uji keturunan beberapa lokasi uji. Uji klonal terhadap pohon-pohon pohon-pohon terpilih ini, digunakan sebagai dasar plus tersebut selanjutnya akan dilakukan dengan melakukan seleksi dan persilangan generasi tujuanya untuk menilai secara obyektif kinerja klon berikutnya, dan sebagai kebun benih produksi. klon unggul tersebut.
Data kinerja pohon-pohon superior dari petak 4. Studi Perkawinantersebut dapat dipakai untuk memilih pohon plus Perkawinan silang dilakukan antar pohon plus tersebut, yang akan digunakan sebagai pohon induk sebagai dengan harapan akan memperoleh individu pohon materi uji klon. dengan pertumbuhan yang cepat dan resiten terhadap
karat tumor. Studi perkawinan juga ditujukan untuk 2. Uji Provenansi mempelajari lebih dalam tentang inbreeding dan
Pembangunan uji provenansi ditujukan untuk outcrossing sengon terhadap keragaman genetik yang mengetahui perbedaan provenansi terhadap tergolong rendah.ketahanan karat tumor. Uji provenansi juga
3 4
Untuk mendukung pembangunan hutan tanaman sengon, dibutuhkan benih unggul yang dapat menghasilkan tegakan dengan produktivitas tinggi dan sifat ketahanan terhadap penyakit. Oleh karenanya penelitian-penelitian mendalam mengenai pemuliaan sengon terus dilakukan.
TantanganPeneliti : Mudji Susanto dan Liliana BaskorowatiUnit kerja : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan (B2PBPTH)E-mail : [email protected] dan
[email protected] : Koleksi B2PBPTH
Keterangan
Pohon sengon sehat terserang karat tumor .(a) dan (b)
(a) (b)
2
engon (Falcataria moluccana) merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang sangat digemari Soleh petani untuk ditanam di lahan rakyat. Sengon
banyak dikembangkan sebagai hutan rakyat karena dapat tumbuh pada kondisi iklim yang luas, tidak mempunyai persyaratan tumbuh yang tinggi, serta mempunyai banyak manfaat.
Namun demikian, terdapat permasalahan yang dihadapi jenis sengon saat ini yaitu adanya serangan karat puru yang oleh masyarakat dikenal sebagai karat tumor (disebabkan oleh jamur Uromycladium tepperianum). Penyakit ini dapat menghambat pertumbuhan sengon, bahkan mematikan tanaman, sehingga dapat menurunkan produksi hutan tanaman sengon. Salah satu strategi untuk mengurangi dampak serangan penyakit tersebut adalah dengan menggunakan bibit sengon unggul yang lebih tahan terhadap serangan karat tumor.
Strategi Pemuliaan Sengon yang Resisten terhadap Karat Tumor
Seleksi pohon merupakan salah satu kegiatan dalam pemuliaan yang sangat menentukan keberhasilan program pemuliaan pohon. Tujuan seleksi adalah untuk memilih individu pohon yang mempunyai genotip superior dari suatu sifat yang dikehendaki. Dalam pemuliaan sengon, seleksi yang dilaksanakan adalah memilih individu-individu pohon yang mempunyai pertumbuhan yang baik dan resisten terhadap karat tumor secara genetik (superior).
Serangkaian kegiatan pemuliaan sengon yang telah dilakukan meliputi: pengumpulan materi genetik dari sebaran alami di Papua dan Solomon, pembangunan uji keturunan, pembangunan plot uji resistensi, serta evaluasi secara periodik terhadap plot-plot uji tersebut.
engon (Falcataria moluccana) merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang sangat Sdigemari oleh petani untuk ditanam di lahan
rakyat. Sengon banyak dikembangkan sebagai hutan rakyat karena dapat tumbuh pada kondisi iklim yang luas, tidak mempunyai persyaratan tumbuh yang tinggi, serta mempunyai banyak manfaat.
Namun demikian, terdapat permasalahan yang dihadapi jenis sengon saat ini yaitu adanya serangan karat tumor. Penyakit ini dapat menghambat pertumbuhan sengon, bahkan mematikan tanaman, sehingga dapat menurunkan produksi hutan tanaman sengon. Salah satu strategi untuk mengurangi dampak serangan penyakit tersebut adalah dengan menggunakan bibit sengon unggul yang lebih tahan terhadap serangan karat tumor.
D e s k r i p s i
Berdasarkan hasil evaluasi dari uji keturunan sengon berdasarkan desain yang ditujukan untuk menemukan dan konsep resistensi, maka pelaksanaan pemuliaan individu-individu pohon yang tahan terhadap karat sengon adalah sebagai berikut : tumor. Individu-individu tersebut akan dijadikan
sebagai materi klon untuk pembangunan sumber 1. Pembangunan Uji Keturunan benih klon yang resisten terhadap karat tumor.
Strategi ini menggabungkan tiga populasi, yaitu 3. Pembangunan Uji Klonpopulasi dasar, populasi pemuliaan dan populasi
perbanyakan dalam satu areal. Petak uji keturunan Seleksi pohon plus resisten terhadap karat tumor yang pohon-pohon terpilih ini, digunakan sebagai dasar terbaik akan dilakukan pada uji keturunan sengon di melakukan seleksi dan persilangan generasi beberapa lokasi uji. Uji klon terhadap pohon-pohon berikutnya, dan sebagai kebun benih produksi. plus tersebut selanjutnya akan dilakukan dengan
tujuan untuk menilai secara obyektif kinerja klon-klon Data kinerja pohon-pohon superior dari petak unggul tersebut.tersebut dapat dipakai untuk memilih pohon plus yang akan digunakan sebagai pohon induk yang 4. Studi Perkawinanakan digunakan sebagai materi uji klon dan Perkawinan silang dilakukan antar pohon plus tersebut, sumber benih klon yang resisten terhadap karat dengan harapan akan memperoleh individu pohon tumor. dengan pertumbuhan yang cepat dan resisten
terhadap karat tumor. Studi perkawinan juga ditujukan 2. Pembangunan Tegakan Provenan untuk mempelajari lebih dalam tentang inbreeding dan
Tegakan provenan dipilih dari provenan yang outcrossing sengon terhadap keragaman genetik yang tahan terhadap serangan karat tumor. tergolong rendah.Pembangunan tegakan provenan dibangun
3 4
Untuk mendukung pembangunan hutan tanaman sengon, dibutuhkan benih unggul yang dapat menghasilkan tegakan dengan produktivitas tinggi dan sifat ketahanan terhadap penyakit. Oleh karenanya penelitian-penelitian mendalam mengenai pemuliaan sengon terus dilakukan.
TantanganPeneliti : Mudji Susanto dan Liliana BaskorowatiUnit kerja : Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan (B2PBPTH)E-mail : [email protected] dan
[email protected] : Koleksi B2PBPTH
Keterangan
Pohon sengon sehat terserang karat tumor .(a) dan (b)
(a) (b)
2
Strategi Pemilihan Jenis Tanaman Hutan Rakyat
Prinsip utama dalam pemilihan jenis yang akan dikembangkan agar pengusahaan hutan rakyat menjadi pilihan usaha yang produktif dan lestari adalah:
a. Kesesuaian lahan antara persyaratan ekologi jenis dengan kondisi tempat tumbuh (ketinggian tempat, iklim, curah hujan dan tanah).
b. Sesuai dengan tujuan penanaman.c. Cepat tumbuh dan cepat menghasilkan.d. Manfaat yang tinggi dan serbaguna bagi masyarakat
(kayu perkakas, kayu bakar, buah-buahan, makanan ternak, dan lain-lain).
e. Bahan tanaman tersedia, mudah dan murah.
D e s k r i p s i
Komposisi jenis tanaman yang dikembangkan dalam hutan rakyat, disarankan yang memiliki multi fungsi yaitu jenis-jenis mampu menjadi sumber:
1) Pendapatan, 2) Energi, 3) Bahan baku indutri kehutanan (pertukangan, pulp
dan lain-lain), 4) Bahan organik, 5) Upaya memperbaiki iklim mikro, ketersediaan air
dan mengurangi erosi.
Dengan demikian kebun campuran (agroforestry, wanatani) merupakan pola tanam terbaik di hutan rakyat karena mempunyai kemampuan memenuhi fungsi ekonomis, ekologis dan sosial budaya.
Untuk mengembangkan hutan rakyat menjadi unit usaha agrobisnis skala kecil perlu dilakukan melalui pendekatan kelola usaha yang menyeluruh dan komprehensif pada berbagai aspek, yakni aspek produksi, pengolahan kayu, pemasaran dan kelembagaan.
TantanganPeneliti : Tim peneliti Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas
Hutan (Pusprohut)Unit kerja : Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan (Pusprohut)E-mail : [email protected] dan [email protected] : Koleksi PusprohutInfo detil : www.forda-mof.org/publikasi
Keterangan
5 6
Aplikasi
Langkah-langkah pemilihan jenis tanaman
Agroforestry dengan jagung dan kacang
utan rakyat saat ini telah berkembang dan menjadi salah satu tumpuan ekonomi Hmasyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar
hutan. Perkembangan hutan rakyat pada beberapa jenis tanaman tertentu menjadi dominan karena tersedianya pasar yang menampung hasil hutan rakyat tersebut.
Dalam pengusahaan hutan rakyat, petani sering menemui beberapa kendala, antara lain pada aspek produksi, pengolahan kayu, pemasaran dan kelembagaan. Aspek produksi, khususnya pemilihan jenis yang tepat, perlu mendapat perhatian utama dalam langkah awal pembangunan hutan rakyat. Pemilihan jenis tersebut sangat penting didasarkan tidak hanya pada pertimbangan teknis dan ekonomis melainkan juga pada aspek ekologis dan sosial-budaya.
3
Agroforestry dengan salak dan kopi
Strategi Pemilihan Jenis Tanaman Hutan Rakyat
Prinsip utama dalam pemilihan jenis yang akan dikembangkan agar pengusahaan hutan rakyat menjadi pilihan usaha yang produktif dan lestari adalah:
a. Kesesuaian lahan dan iklim.b. Sesuai dengan tujuan penanaman.c. Cepat tumbuh dan cepat menghasilkan.d. Manfaat yang tinggi dan serbaguna bagi masyarakat
(kayu perkakas, kayu bakar, buah-buahan, makanan ternak, dan lain-lain).
e. Bahan tanaman tersedia, mudah dan murah.f. Budidaya dikuasai.g. Laku di pasaran.
D e s k r i p s i
f. Budidaya dikuasai.g. Laku di pasaran.
Komposisi jenis tanaman yang dikembangkan dalam hutan rakyat, disarankan yang memiliki multi fungsi yaitu jenis-jenis yang mampu menjadi sumber:
1) Pendapatan, 2) Energi, 3) Bahan baku indutri kehutanan (pertukangan, pulp
dan lain-lain), 4) Bahan organik, 5) Upaya memperbaiki iklim mikro, ketersediaan air
dan mengurangi erosi.
Dengan demikian kebun campuran (agroforestry, wanatani) merupakan pola tanam terbaik di hutan rakyat karena mempunyai kemampuan memenuhi fungsi ekonomis, ekologis dan sosial budaya.
Untuk mengembangkan hutan rakyat menjadi unit usaha agrobisnis skala kecil perlu dilakukan melalui pendekatan kelola usaha yang menyeluruh dan komprehensif pada berbagai aspek, yakni aspek produksi, pengolahan kayu, pemasaran dan kelembagaan.
TantanganPeneliti : Tim peneliti Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas
Hutan (Pusprohut)Unit kerja : Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan (Pusprohut)E-mail : [email protected] dan [email protected] : Koleksi PusprohutInfo detil : www.forda-mof.org/publikasi
Keterangan
5 6
Aplikasi
Langkah-langkah Pemilihan Jenis Tanaman
Agroforestry dengan jagung dan kacang
utan rakyat saat ini telah berkembang dan menjadi salah satu tumpuan ekonomi Hmasyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar
hutan. Perkembangan hutan rakyat pada beberapa jenis tanaman tertentu menjadi dominan karena tersedianya pasar yang menampung hasil hutan rakyat tersebut.
Dalam pengusahaan hutan rakyat, petani sering menemui beberapa kendala, antara lain pada aspek produksi, pengolahan kayu, pemasaran dan kelembagaan. Aspek produksi, khususnya pemilihan jenis yang tepat, perlu mendapat perhatian utama dalam langkah awal pembangunan hutan rakyat. Pemilihan jenis tersebut sangat penting didasarkan tidak hanya pada pertimbangan teknis dan ekonomis melainkan juga pada aspek ekologis dan sosial-budaya.
3
Agroforestry dengan salak dan kopi
Sesuai?
Tersedia?
0
Layak?
Kondisi Ekologis Lahan(tanah, iklim dan lain-lain)
Jenis-jenis Pohon
Persyaratan Tumbuh Jenis
Tujuan Penanaman
Benih/bibit
Teknik Silvikultur
Kajian Ekonomi
Jenis Pohon secara Ekologis
Jenis-jenis Pohon Terpilih
Jenis Tidak Terpilih
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Ya
Ya
Tidak
Sesuai?
Dikuasai?
Sebaran dan Persyaratan Tumbuh Jenis Alternatif Penghasil Pulp di Wilayah Riau
Jenis-jenis yang terpilih sebagai alternatif penghasil Buku kayu pulp tersebut memiliki sifat toleransi terhadap Sebaran dan naungan atau intoleran, dan strategi regenerasinya Persyaratan merupakan jenis pionir pada hutan sekunder. Tumbuh Jenis
Alternatif Penghasil Pulp di Wilayah Riau. Setiap jenis Informasi singkat mengenai jenis-jenis pohon pohon juga diuraikan aspek silvikulturnya yang terdiri dari tersebut meliputi taksonomi, nama daerah, penanganan benih, pembibitan, penanaman dan persebaran alami, persebaran di Riau, morfologi, pemeliharaan, serta hama penyakitnya.persyaratan tumbuh dan kegunaan diuraikan dalam
Berdasarkan hasil eksplorasi di wilayah Provinsi Riau dipilih tujuh jenis alternatif kayu pulp. Pemilihan jenis tersebut dengan pertimbangan sifat dasar kayunya dapat menghasilkan pulp yang berkualitas baik dan sifat pertumbuhannya yang cepat (fast growing):
1. Binuang (Octomeles sumatrana Miq.),2. Gerunggang (Cratoxylon arborescens (Vahl.) Blume),3. Jabon (Anthocephalus chinensis (Lamk.) A. Rich. ex Walp),4. Mahang Putih (Macaranga hypoleuca (Rchb,f,&Zoll.)
Mull. Arg),5. Sekubung (Macaranga gigantea (Rchb.f, & Zoll.) Mull.Arg),6. Sesendok (Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw) dan7. Terentang (Campnosperma coriaceum (Jack) Hall.f. ex
Steen).
ebutuhan bahan baku untuk industri perkayuan nasional semakin meningkat, namun jumlah Kproduksi kayu Hutan Tanaman Industri (HTI) tak
mampu mengimbanginya. Rendahnya produktivitas ini disebabkan antara lain karena penggunaan jenis tanaman HTI masih terbatas pada jenis tertentu.
Sebagai contoh, HTI pulp di Sumatera saat ini, hanya tergantung pada tanaman akasia dan ekaliptus yang merupakan jenis pohon eksotik. Secara ekonomis, jenis ini memberikan keuntungan tetapi secara ekologis memiliki kelemahan, antara lain, dampak negatif terhadap ekosistem dan lingkungan, seperti munculnya jenis invasive, penurunan biodiversity, terjadinya dinamika unsur hara dan tata air. Untuk itu perlu pengayaan jenis penghasil kayu pulp dari jenis lokal (native species) yang secara ekologis sesuai dengan tapak yang akan diusahakan.
D e s k r i p s i
No Jenis Tumbuhan Sebaran di Riau Persyaratan Tumbuh 1. Binuang (Octomeles
sumatrana Miq.) Kabupaten Indragiri Hulu - Tipologi lahan : Mineral
- Ketinggian tempat : 0 - 600m dpl.
2. Gerunggang (Cratoxylon arborescens (Vahl.) Blume )
Kabupaten Bengkalis, Siak, Pelalawan, Rokan Hilir , Kampar
- Tipologi lahan : rawa gambut - Ketinggian tempat : 900m dpl.
3. Jabon (Anthocephalus chinensisis (Lam.) Rich. Ex Walp. ),
Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, Indragiri Hulu
- Tipologi lahan : mineral - Ketinggian tempat : 0 -1000m dpl.
4. Mahang putih (Macaranga hypoleuca Muell. Arg.),
Kabupaten Siak, Bengkalis, Dumai, Rokan Hulu, Kampar, Pelalawan, Kuantan Singingi
- Tipologi lahan : gambut dan mineral - Ketinggian tempat : 100 -1000m dpl.
5. Sekubung (Macaranga gigantea (M ull.Arg.) ,
Kabupaten Siak, Dumai, Kampar, Bengkalis, Rokan Hulu,
Pelalawan, Kuantan Singingi
- Tipologi lahan : gambut dan mineral - Ketinggian tempat : 100 -1000m dpl.
6. Sesendok (Endospermum diadenum (Miq .) Airy Shaw
KabupatenKampar Rokan Hulu, Pelalawan, Kuantan
Singingi
- Tipologi lahan : gambut dan mineral - Ketinggian tempat: 0 - 1000 m dpl.
7. Terentang (Campnosperma coriaceum (Hall.f. exSteen.).
Kabupaten Siak, Dumai, Pelalawan, Rokan Hilir
- Tipologi lahan : rawa gambut - Ke tinggian tempat: 500 - 1500m dpl.
7 8
Kayu binuang Pohon binuang
Bibit binuang
Bunga pohon gerunggang
Kayu gerunggang Pohon gerunggang
Bunga pohon sekubung
Kayu sekubung Pohon sekubung
Bunga pohon terentang
Daun pohon terentang Pohon terentang
4
Sebaran dan Persyaratan Tumbuh Jenis Alternatif Penghasil Pulp di Wilayah Riau
Jenis-jenis yang terpilih sebagai alternatif kayu pulp tersebut merupakan jenis pionir pada hutan sekunder.
Informasi singkat mengenai jenis-jenis pohon Tumbuh Jenis Alternatif Penghasil Pulp di Wilayah tersebut meliputi taksonomi, nama daerah, wilayah Riau. Jenis tersebut dibahas sekilas tentang aspek sebaran alami, morfologi, persyaratan tumbuh dan silvikultur meliputi penanganan benih, pembibitan, kegunaannya diuraikan dalam Buku Persyaratan penanaman dan pemeliharaan serta hama dan penyakit.
Berdasarkan hasil eksplorasi di wilayah provinsi Riau ditemukan 12 jenis alternatif penghasil kayu pulp. Namun yang prioritas untuk dipilih sebagai jenis alternatif penghasil kayu pulp sebanyak 7 jenis yaitu:
1. Binuang (Octomeles sumatrana Miq.),2. Gerunggang (Cratoxylon arborescens (Vahl.) Blume),3. Jabon (Anthocephalus chinensisis (Lam.) Rich. Ex Walp.),4. Mahang Putih (Macaranga hypoleuca Muell. Arg.),5. Sekubung (Macaranga gigantea (Mũll.Arg.),6. Sesendok (Endospermum diadenum (Miq.) dan7. Terentang (Campnosperma coriaceum (Hall.f. ex Steen.).
ebutuhan bahan baku untuk industri perkayuan nasional semakin meningkat, namun jumlah Kproduksi kayu Hutan Tanaman Industri (HTI) tak
mampu mengimbanginya. Rendahnya produktivitas ini disebabkan antara lain karena penggunaan jenis tanaman HTI masih terbatas pada jenis tertentu.
Sebagai contoh, HTI pulp di Sumatera saat ini hanya tergantung pada tanaman akasia dan ekaliptus yang merupakan jenis pohon eksotik. Secara ekonomis, jenis ini memberikan keuntungan tetapi secara ekologis memiliki kelemahan, antara lain, dampak negatif terhadap ekosistem dan lingkungan, seperti terjadinya invasi jenis terhadap ekosistem, penurunan biodiversity, penurunan status hara dan tata air. Untuk itu perlu pengayaan jenis-jenis penghasil kayu pulp dari jenis pohon lokal yang yang secara ekologis sesuai dengan tapak yang akan diusahakan.
D e s k r i p s i
No Jenis Tumbuhan Sebaran di Riau Persyaratan Tumbuh 1. Binuang (Octomeles
sumatrana Miq.) Kabupaten Indragiri Hulu - Tipologi lahan : Mineral
- Ketinggian tempat : 0 - 600m dpl.
2. Gerunggang (Cratoxylon arborescens (Vahl.) Blume )
Kabupaten Bengkalis, Siak, Pelalawan, Rokan Hilir , Kampar
- Tipologi lahan : rawa gambut - Ketinggian tempat : 900m dpl.
3. Jabon (Anthocephalus chinensisis (Lam.) Rich. Ex Walp. ),
Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, Indragiri Hulu
- Tipologi lahan : mineral - Ketinggian tempat : 0 -1000m dpl.
4. Mahang putih (Macaranga hypoleuca Muell. Arg.),
Kabupaten Siak, Bengkalis, Dumai, Rokan Hulu, Kampar, Pelalawan, Kuantan Singingi
- Tipologi lahan : gambut dan mineral - Ketinggian tempat : 100 -1000m dpl.
5. Sekubung (Macaranga gigantea (M ull.Arg.) ,
Kabupaten Siak, Dumai, Kampar, Bengkalis, Rokan Hulu,
Pelalawan, Kuantan Singingi
- Tipologi lahan : gambut dan mineral - Ketinggian tempat : 100 -1000m dpl.
6. Sesendok (Endospermum diadenum (Miq .) Airy Shaw
KabupatenKampar Rokan Hulu, Pelalawan, Kuantan
Singingi
- Tipologi lahan : gambut dan mineral - Ketinggian tempat: 0 - 1000 m dpl.
7. Terentang (Campnosperma coriaceum (Hall.f. exSteen.).
Kabupaten Siak, Dumai, Pelalawan, Rokan Hilir
- Tipologi lahan : rawa gambut - Ke tinggian tempat: 500 - 1500m dpl.
7 8
Kayu binuang Pohon binuang
Bibit binuang
Bunga pohon gerunggang
Kayu gerunggang Pohon gerunggang
Bunga pohon sekubung
Kayu sekubung Pohon sekubung
Bunga pohon terentang
Daun pohon terentang Pohon terentang
4
9 10
Jenis-jenis tersebut sampai saat ini belum banyak diteliti, baik tentang sifat dasar kayu maupun silvikultur jenisnya. Penelitian yang perlu dilakukan untuk pengembangan jenis-jenis tersebut ke depan antara lain mulai dari aspek perbenihan, aspek silvikultur, aspek sifat dasar kayu, kualitas pulp dan kertas yang dihasilkan, serta aspek pemuliaannya.
Tantangan
Peneliti : Suhartati, Syofia Rahmayanti, Ahmad Junaedi dan Edi NurrohmanUnit kerja : Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Makassar dan Balai Penelitian
Teknologi Serat Tanaman Hutan (BPTSTH)E-mail : [email protected] dan [email protected] detil : Buku Sebaran dan Persyaratan Tumbuh Jenis Alternatif Penghasil Pulp
di Wilayah Riau yang diterbitkan Badan Litbang Kehutanan Tahun 2012; www.forda-mof.org/publikasi
Keterangan
Keberadaan dan persyaratan tumbuh jenis-jenis alternatif kayu pulp di Provinsi Riau dibahas berdasarkan wilayah kabupaten. Sebaran jenis-jenis alternatif tersebut dan persyaratan tumbuhnya ditampilkan dalam tabel berikut:
Tabel 1. Sebaran dan Persyaratan Tumbuh Jenis Alternatif Kayu Pulp di Wilayah Riau
No Jenis Tumbuhan Sebaran di Riau Persyaratan Tumbuh 1. Binuang (Octomeles
sumatrana Miq.) Kabupaten Indragiri Hulu - Tipologi lahan : mineral
- Ketinggian tempat :100 - 800 m dpl. - Iklim A-B
2. Gerunggang (Cratoxylon arborescens (Vahl.) Blume)
Kabupaten Bengkalis, Siak, Pelalawan, Rokan Hilir, Kampar
- Tipologi lahan : rawa gambut - Ketinggian tempat : 50-200 m dpl. - Iklim A-B
3. Jabon (Anthocephalus chinensis (Lamk.) A. Rich. ex Walp)
Kabupaten Kampar, Rokan Hulu, Indragiri Hulu
- Tipologi lahan : mineral - Ketinggian tempat : 100 -800 m dpl. - Iklim A-B
4. Mahang putih (Macaranga hypoleuca (Rchb,f,&Zoll.) Mull. Arg)
Kabupaten Siak, Bengkalis, Dumai, Rokan Hulu, Kampar, Pelalawan, Kuantan Singingi
- Tipologi lahan : gambut dan mineral - Ketinggian tempat :100-800 m dpl. - Iklim A-B
5. Sekubung (Macaranga gigantea (Rchb.f, & Zoll.) Mull.Arg.)
Kabupaten Siak, Dumai, Kampar, Bengkalis, Rokan Hulu, Pelalawan, Kuantan Singingi
- Tipologi lahan : gambut dan mineral - Ketinggian tempat : 100 -800 m dpl. - Iklim A-B
6. Sesendok (Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw)
Kabupaten Kampar Rokan Hulu, Pelalawan, Kuantan Singingi
- Tipologi lahan : mineral - Ketinggian tempat: 200 - 800 m dpl. - Iklim A-B
7. Terentang (Campnosperma coriaceum (Jack) Hall.f. ex Steen)
Kabupaten Siak, Dumai, Pelalawan, Rokan Hilir
- Tipologi lahan : rawa gambut - Ketinggian tempat: 200 - 800m dpl. - Iklim A-B
Pohon jabon
Buah pohon jabon
Bibit pohon jabon
Kayu jabon Pohon mahang putih
Bibit pohon mahang putih
Kayu mahang putih Pohon sesendokKayu sesendok
9 10
Jenis-jenis tersebut sampai saat ini belum banyak diteliti, terutama aspek silvikultur jenisnya. Penelitian yang perlu dilakukan untuk pengembangan jenis-jenis tersebut ke depan adalah teknik perbenihan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemuliaan.
Tantangan
Peneliti : Suhartati, Syofia Rahmayanti, Ahmad Junaedi dan Edi NurrohmanUnit kerja : Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Makassar dan Balai Penelitian
Teknologi Serat Tanaman Hutan (BPTSTH)E-mail : [email protected] dan [email protected] : Koleksi BPTSTH KuokInfo detil : Buku Sebaran dan Persyaratan Tumbuh Jenis Alternatif Penghasil Pulp
di Wilayah Riau yang diterbitkan Badan Litbang Kehutanan Tahun 2012; www.forda-mof.org/publikasi
Keterangan
Keberadaan dan potensi jenis-jenis alternatif penghasil kayu pulp di Provinsi Riau tersebut dibahas berdasarkan wilayah Kabupaten/kota. Sebaran jenis-jenis alternatif tersebut dapat dilihat pada peta dari masing-masing Kabupaten/kota. Sedangkan persyaratan tumbuh secara detail ditampilkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Sebaran dan Persyaratan Tumbuh Jenis Penghasil Pulp di Wilayah Riau
N o Jen is T um b uhan Sebaran d i R iau Persyaratan T um b uh 1. B inuan g (O ctom eles
sum a trana M iq .) K abupaten In dragiri H ulu - Tipo lo gi lahan : M ineral
- K etin ggian tem pat :0 - 60 0 m dpl.
2 . G erunggan g (C rato xylon arborescens (V ahl.) B lum e)
K abupaten B engkalis, S iak, Pela law an, R o kan H ilir, K am par
- Tipo lo gi lahan : raw a gam but - K etin ggian tem pat : 9 0 0 m d pl.
3 . Jabo n (Anthocep halu s ch inensisis (Lam .) R ich . Ex W alp .),
K abupaten K am par, R o kan H ulu, Indragiri H ulu
- Tipo lo gi lahan : m ineral - K etin ggian tem pat : 0 -10 0 0 m dpl.
4 . M ahan g p utih (M acaranga hypoleuca M uell. A rg.),
K abupaten S iak, B engkalis, D um ai, R o kan H ulu, K am par, Pela law an, K uantan S ingingi
- Tipo lo gi lahan : gam but dan m ineral - K etin ggian tem pat :10 0 -10 0 0 m dpl.
5 . Sekubung (M acaranga gigantea (M u ll.A rg.),
K abupaten S iak, D um ai, K am par, B en gkalis, R o kan H ulu, Pela law an, K uantan S in gingi
- Tipo lo gi lahan : gam but dan m ineral - K etin ggian tem pat : 10 0 -10 0 0 m d pl.
6 . Sesendo k (Endosperm um diadenu m (M iq .)
K abupatenK am par R o kan H ulu, Pela law an, K uantan S ingingi
- Tipo lo gi lahan : gam but dan m ineral - K etin ggian tem pat: 0 - 10 0 0 m dpl.
7 . Terentang (C am pnosperm a coriaceum (H all.f. ex Steen.).
K abupaten S iak, D um ai, Pela law an, R o kan H ilir
- Tipo lo gi lahan : raw a gam but - K etin ggian tem pat: 5 0 0 - 15 0 0 m d pl.
Pohon jabon
Buah pohon jabon
Bibit pohon jabon
Kayu jabon Pohon mahang putih
Bibit pohon mahang putih
Kayu mahang putih Pohon sesendokKayu sesendok
D e s k r i p s i (lanjutan)