Download - SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
1/34
SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
BERDASARKAN UU NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN
PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT
DR. Anna Maria Tri Anggraini, S.H., M.H.
Komisionr
NIK. 1.!".!!19
Semua pendapat atau pandangan dalam makalah ini merupakan tanggung
jawab pribadi penulis dan bukan merupakan pandangan atau pendapat
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),
Anggota Komisi ataupun Sekretariat KPPU.
All pinions and !iews e"pressed in the paper are personal responsibilit# o$
the author and not ne%essaril# those &ommission $or the Super!ision o$
'usiness &ompetition (KPPU), embers o$ &ommission,
or the Se%retariat o$ &ommission.
akarta, *++
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
2/34
ABSTRAK
Penerapan sanksi dalam persekongkolan tender merupakan salah satu bentuk
penegakan -ukum Persaingan. embaga #ang berwenang menerapkan sanksi
tersebut adalah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). Sebelum
menjatuhkan sanksi administrati$, KPPU harus membuktikan semua unsur/unsur
#ang terkandung dalam Pasal ** UU 0omor 1 2ahun 3444, #akni meliputi pelaku
usaha, bersekongkol, pihak lain, mengatur dan5atau memenangkan tender, dan
persaingan usaha tidak sehat. 0amun demikian, KPPU han#a memiliki otoritas
menjatuhkan sanksi administrati$ terhadap pelaku usaha baik #ang terlibat
langsung maupun pihak lain dalam proses tender. KPPU tidak memiliki
kewenangan untuk menjatuhkan sanksi administrati$ terhadap pihak lain dari
unsur pemerintah. embaga tersebut han#a dapat memberikan rekomendasi
pada atasan pejabat pemerintah #ang terlibat agar menjatuhkan hukuman
administrati$ pemerintah #ang terlibat dalam persekongkolan tender. 6alam hal
ini, perlu dipertimbangkan bahwa KPPU tidak han#a dapat memberikan
rekomendasi kepada atasan pejabat #ang bersangkutan, melainkan juga
memberikan sanksi administrati$ #ang di%antumkan dalam diktum5amar putusan.
Pembebanan besarn#a denda5ganti rugi memerlukan pedoman pelaksanaan,
karena itu perlu dibentuk pedoman untuk menetapkan ukuran mengenai besaran
nilai denda5ganti rugi tersebut. 6alam perkara #ang megakibatkan kerugia
negara, dapat dikenakan sanksi pidana. Penerapan sanksi pidana han#a dapat
dilakukan oleh badan #ang berwenang melakukan pen#idikan seperti kepolisian
dan kejaksaan.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
3/34
LEMBAR PERN#ATAAN ORISINALITAS
Kertas kerja Komisi ini adalah
-asil kar#a sa#a sendiri, dan
Seluruh sumber baik #ang dikutip maupun dirujuk
2elah sa#a n#atakan dengan benar
67. Anna aria 2ri Anggraini, S.-., .-.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
4/34
KATA PENGANTAR
Penulis mengu%ap s#ukur kepada 2uhan 8ang aha 9sa atas selesain#a
penulisan Kertas Kerja Komisi ini. Penelitian #ang berjudul Sanksi 6alam
Perkara Persekongkolan 2ender 'erdasarkan UU 0omor 1 2ahun 3444 tentang
arangan Praktik onopoli dan Persaingan Usaha 2idak Sehat ini dibuat dalam
rangka menampung kreati!itas dan memperka#a wawasan lembaga dalam
membahas dan mengkaji isu/isu #ang berkaitan dengan persaingan usaha
maupun isu lain #ang dapat memperkuat lembaga serta berguna bagi KPPUdalam mendukung !isi dan misin#a.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengu%apkan terima kasih kepada:
3. 'apak ;r. uhammad ;ebb# Kristantri, sebagai sta$ khusus #ang membantu penulisanini.
Akhirn#a, penulis berharap agar hasil Kertas Kerja ini berman$aat bagi
semua pihak #ang bermaksud mendalami kajian hukum terhadap sanksi dalam
perkara persekongkolan tender. Penulis mengharapkan masukan berupa kritik
dan saran guna men#empurnakan penulisan dan hasil penelitian ini.
akarta, *1 September *++
Penulis,
Anna aria 2ri Anggraini
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
5/34
DA$TAR ISI
hal
U6U..............................................................................................................iA'S27AK.........................................................................................................ii9'A7P9708A2AA0 7;S;0A;2AS........................................................iiiKA2A P90?A02A7........................................................................................i!6A>2A7 ;S;......................................................................................................!6A>2A7 2A'9............................................................................................. !i
'A' ; : P906A-UUA0 A. atar 'elakang asalah.............................................................. .3 '. Perumusan asalah.................................................................... @ &. 2ujuan Penulisan......................................................................... @ 6. Kerangka Konsepsional............................................................... @ 9. Sistematika Penulisan..................................................................
'A' ;; : KA;A0 K0S9PS; 2902A0? P97S9K0?KA0290697 '976ASA7KA0 -UKU P97SA;0?A0 USA-AA. ekanisme Pengadaan 'arang dan asa...................................B
'. arangan Persekongkolan 2ender enurut -ukum Persaingan....................................................................3+ &. etode Penelitian......................................................................3@ 3. b#ek Penelitian...................................................................3@ *. 6ata......................................................................................3C @. &ara Penarikan KesimpulanDDDDDDDDDDDDDD31
'A' ;;; : A0A;S;S -AS; P909;2;A0 2902A0? SA0KS; 6AAP97S9K0?KA0 290697A. Pembuktian Unsur/Unsur dalam Persekongkolan 2ender........ 3
'. Sanksi dalam Persekongkolan 2ender.....................................**'A' ;E : K9S;PUA0 6A0 SA7A0
A. Kesimpulan.................................................................................*1 '. Saran......................................................................................... *
6A>2A7 PUS2AKA
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
6/34
DA$TAR TABEL
hal
2abel @.3 Putusan/Putusan Perkara Persekongkolan2enderDDDDDD...D*3
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
7/34
BAB I
PENDAHULUAN
A. La%ar B&a'ang Masa&a(
;stilah persekongkolan di semua kegiatan mas#arakat hampir selalu
berkonotasi negati$. -al ini terlihat dari berbagai kamus #ang selalu mengartikan
sebagai permu$akatan atau kesepakatan untuk melakukan kejahatan.36emikian
pula menurut 'la%kFs aw 6i%tionar#, persekongkolan atau conspiracy
dide$inisikan sebagai pen#atuan (maksud) antara dua orang atau lebih #ang
bertujuan untuk men#epakati tindakan melanggar hukum atau kriminal melalui
upa#a kerjasama.* 2ermasuk dalam tindakan ini adalah persekongkolan
penawaran tender, #ang seringkali dianggap sebagai akti!itas #ang dapat
menghambat upa#a pembangunan negara. Pandangan ini disebabkan bahwa
pada hakekatn#a persekongkolan atau konspirasi bertentangan dengan keadilan,
karena tidak memberikan kesempatan #ang sama kepada seluruh penawar
untuk mendapatkan ob#ek barang dan5atau jasa #ang ditawarkan
pen#elenggara. Akibat adan#a persekongkolan tender, penawar #ang
mempun#ai iktikad baik menjadi terhambat untuk masuk pasar, dan akibat lebih
jauh adalah ter%iptan#a harga #ang tidak kompetiti$.
Persekongkolan penawaran tender (bid rigging) termasuk salah satu
perbuatan #ang dianggap merugikan negara, karena terdapat unsur manipulasi
harga penawaran, dan %enderung menguntungkan pihak #ang terlibat dalam
persekongkolan. 'ahkan di epang, persekongkolan penawaran tender dan
kartel dianggap merupakan tindakan #ang se%ara serius memberikan pengaruh
negati$ bagi ekonomi nasional.@Bid riggingdalam industri konstruksi merupakan
salah satu akar pen#ebab korupsi di kalangan kaum politikus dan pejabat
negara. -al ini akan mengakibatkan kerugian, karena mas#arakat pemba#ar
1 2im Pen#usun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan 'ahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (akarta: 'alai Pustaka, 344), h. B4@.* 'la%kFs aw 6i%tionar#, >i$th 9dition (St. Paul inn.: Gest Publishing, 344), h. *B+.@ KaHuhiko 2akeshima (&hairman >air 2rade &ommission o$ apan), The Lessons fromExperience of Antimonopoly Act in Japan and the Future of Competition Las and !olicies in East
Asia, disajikan dalam 2he *nd
9ast Asia &on$eren%e on &ompetition aw and Poli%ie (2oward9$$e%ti!e ;mplementation o$ &ompetition Poli%ies in 9ast Asia), 'ogor, @/C ei *++1.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
8/34
pajak harus memba#ar beban bia#a konstruksi #ang tinggi.C6emikian pula di
;ndonesia, persekongkolan tender mengakibatkan kegiatan pembangunan #ang
berasal dari dana Anggaran Pendapatan dan 'elanja 0egara (AP'0)
dikeluarkan se%ara tidak bertanggung jawab, dan pemenang tender #ang
bersekongkol mendapatkan keuntungan jauh di atas harga normal, namun
kerugian tersebut dibebankan kepada mas#arakat luas.1
Pemerintah ;ndonesia saat ini berusaha mewujudkan pen#elenggaraan
negara #ang bersih, sebagai upa#a mewujudkan sistem pemerintahan #ang
bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, sehingga menimbulkan kewibawaan di
sektor lainn#a terutama dalam hal penegakan hukum. Salah satu upa#a
mewujudkan keinginan tersebut, pemerintah menetapkan Keputusan Presiden
0omor B+ 2ahun *++@ tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan 'arang5asa
Pemerintah. Pembentukan peraturan ini bertujuan agar pengadaan barang5jasa
instansi Pemerintah dapat dilaksanakan dengan e$ekti$ dan e$isien, dengan
prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka, dan perlakuan #ang adil dan la#ak
bagi pihak, sehingga hasiln#a dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi $isik,
keuangan maupun man$aatn#a bagi kelan%aran tugas Pemerintah dan
pela#anan mas#arakat.
Pasal 3+ Keputusan Presiden tersebut men#atakan, bahwa panitia
pengadaan wajib dibentuk untuk semua pengadaan dengan nilai di atas 7p.
1+.+++.+++,/ (lima puluh juta rupiah), artin#a bahwa semua pengadaan pro#ek di
atas nilai tersebut harus dilakukan melalui penawaran umum. Ketentuan ini
men#ebabkan ban#akn#a pro#ek/pro#ek #ang harus dilakukan dengan %ara
melakukan penawaran tender, sehingga makin besar pula kemungkinan
terjadin#a persekongkolan penawaran tender.
engingat dampak #ang ditimbulkan dari tindakan persekongkolan tender
sangat signi$ikan bagi pembagunan ekonomi nasional dan iklim persaingan #ang
sehat, pengaturan masalah penawaran tender tidak han#a diatur dalam Undang/
undang tentang Pengadaan 'arang dan5asa, tetapi juga diatur dalam Undang/
undang 0omor 1 2ahun 3444 tentang arangan Praktek onopoli dan
C 0aoki katani, 7egulations on 'id 7igging in apan, 2he United States and 9urope,!acific "im La # !olicy Journal, ar%h, 3441, h. *13.1 Persekongkolan 2ender Pemerintah Kian Parah, $uara Karya, 3 ktober *++3. Keputusan Presiden 0omor B+ 2ahun *++@ tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
'arang5asa Pemerintah, bagian enimbang. ihat pula Pasal @ tentang Prinsip 6asarPengadaan 'arang5asa.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
9/34
Persaingan Usaha 2idak Sehat. Pembahasan ini akan menitik/beratkan pada
kajian #uridis tentang )San'si *a&am Pr'ara Prs'ong'o&an Tn*r
Br*asar'an UU Nomor 5 Ta(+n 1999 %n%ang Larangan Pra'%i' Monoo&i
*an Prsaingan Usa(a Ti*a' S(a%). Penulis tertarik melakukan kajian ini
karena berdasarkan laporan #ang masuk ke KPPU (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha), lebih dari separuh laporan tersebut berkaitan erat dengan
persekongkolan penawaran tender. 'ahkan, tidak jarang perkara #ang dihadapi
oleh KPPU dapat dikategorikan sebagai kasus korupsi #ang melibatkan lembaga
maupun oknum pemerintah #ang mengakibatkan kerugian negara triliunan
rupiah.
B. Pr+m+san Masa&a(
'erdasarkan uraian tersebut di atas, dikemukakan beberapa
permasalahan berikut:
3. -al/hal apa saja #ang harus dibuktikan dalam perkara persekongkolan
tenderI
*. Sanksi apakah #ang dapat dikenakan terhadap pihak/pihak #ang terkait
dalam persekongkolan tenderI
-. T++an Pn+&isan
'erkaitan dengan permasalahan #ang akan dikaji, berikut dikemukakan
tujuan penelitian:
3. Untuk memberikan gambaran dan analisis mengenai hal/hal #ang harus
dibuktikan dalam perkara persekongkolan tender.
*. Untuk memberikan gambaran dan analisis mengenai sanksi apakah #ang
dapat dikenakan terhadap pihak/pihak #ang terkait dalam perkara
persekongkolan tender.
D. Krang'a Konssiona&
Salah satu substansi UU 0omor 1 2ahun 3444 adalah larangan terhadap
persekongkolan dalam kegiatan tender. >alsa$ah #ang terkandung dalam
kegiatan tender adalah men%iptakan persaingan usaha #ang sehat dan jujur.
6alam kegiatan tender, melekat unsur moral dan etika, bahwa pemenang tender
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
10/34
tidak dapat diatur, sehingga diperoleh harga terendah melalui penawaran terbaik
pemenang tender.
Persekongkolan dalam kegiatan tender merupakan perbuatan #ang
dilakukan oleh peserta tender untuk memenangkan satu peserta tender melalui
persaingan semu.Bleh karena itu, tender kolusi$ tidak terkait dengan struktur
pasar dan tidak terdapat unsur persaingan. Persekongkolan dalam kegiatan
tender merupakan perbuatan #ang mengutamakan aspek perilaku, berupa
perjanjian untuk bersekongkol #ang dilakukan se%ara diam/diam. 6alam
persekongkolan tender, penawar menentukan perusahaan tertentu #ang harus
mendapat pekerjaan melalui harga kontrak #ang diharapkan.4 Ke%enderungan
tersebut terdapat di semua negara termasuk ;ndonesia, seperti tender arisan di
beberapa pro#ek lembaga atau instansi pemerintah.3+
Persekongkolan dalam kegiatan tender merupakan praktik persaingan
usaha tidak sehat, karena pelaku usaha #ang seharusn#a bersaing dalam
kegiatan tender, melakukan kesepakatan tertentu guna memenangkan salah
satu penawar dalam tender. Se%ara sederhana, hal tersebut merupakan
kesepakatan untuk men#amarkan persaingan, pengaturan pemenang tender
melalui pengelabuhan penawaran harga, bahkan %nited &ations Conferences onTrade and 'e(elopment )%&CTA'*men#atakan, bahwa +Collusi(e tendering is
inherently anti competiti(e, since it contra(enes the (ery purpose of in(iting
tenders, hich is to procure goods and ser(ices on the most fa(orable prices and
conditions---+..
Persekongkolan dalam kegiatan tender mengakibatkan proses
persaingan terhambat, hambatan untuk masuk ke pasar bersangkutan, bia#a
tinggi, dan hilangn#a barang berkualitas. 6i samping itu, kondisi pasar selalu
77. Sh#am Khemani,A Frameor/ for the 'esign and Implementation of Competition Laand !olicy, 3stedition, (Gashington, 6.&.: 2he Gorld 'ank Gashington, 6.&. and rganiHation $or9%onomi% &o/peration and 6e!elopment (9&6) Paris, 344B), p. *@.
8Sutrisno ;wantono, >iloso$i #ang elatar/belakangi 6ikeluarkann#a UU 0omor 1 2ahun3444, dalam 9mm# 8uhassarie dan 2ri -arnowo, ed., !roceeding 01102 %ndang3undang &o-45.666 dan K!!%, %et. 3 (akarta: Pusat Pengkajian -ukum bekerjasama dengan Pusdiklatahkamah Agung 7;, dan Konsultan -ukum 98 7uru dan 7ekan, *++@), h. .
9A. . 2ri Anggraini, Larangan !ra/ti/ 7onopoli dan !ersaingan Tida/ $ehat2 !er se Illegal
atau "ule of "eason, %et. 3, (akarta: Pas%asarjana >akultas -ukum Uni!ersitas ;ndonesia, *++@),h. @C.3+ Sutrisno ;wantono, Filosofi yang 7elatar3bela/angi 'i/eluar/annya %% &o- 45.666, p. &it.,h. .
11Knud -ansen et. Al., %ndang3undang &omor 4 Tahun .6662 %ndang3undang Larangan
!ra/ti/ 7onopoli dan !ersaingan %saha Tida/ $ehat, %et. ;; (akarta: 'eutsche 8esselschaft furTechnische 9usammenarbeit )8T9*bekerjasama dengan P2 Katalis, *++*), h. @3@/@3C.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
11/34
dikendalikan oleh pelaku usaha #ang sama dengan identitas berbeda, sehingga
tidak terdapat pemerataan kesempatan bagi pelaku usaha lain.3*
Penelitian ini menggunakan beberapa batasan istilah #ang terkait dengan
persekongkolan dalam tender, #akni sebagai berikut:
1. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan hokum, baik
#ang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum #ang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wila#ah hukum
0egara 7epublik ;ndonesia, baik sendiri maupun bersama/sama melalui
perjanjian men#elenggarakan berbagai kegiatan usaha ekonomi.3@
*. Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usahadalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang, dan
atau jasa #ang dilakukan dengan %ara tidak jujur atau melawan hukum
atau menghambat persaingan usaha.
3. Persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerjasama #ang
dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud
untuk menguasai pasar #ang bersangkutan bagi kepentingan pelaku
usaha #ang bersekongkol.3C Konsep persekongkolan selalu melibatkan
dua pihak atau lebih untuk melakukan kerjasama. Pembentuk UU
memberi tujuan persekongkolan se%ara limitati$, #aitu untuk menguasai
pasar bagi kepentingan pihak/pihak #ang bersekongkol.
4. Pasar bersangkutan adalah pasar #ang terkait dengan jangkauan atau
daerah pemasaran tertentu oleh pelaku usaha atas barang dan atau jasa
#ang sama atau sejenis atau substitusi dari barang, dan atau jasa
tersebut.31 Penguasaan pasar merupakan perbuatan #ang diantisipasi
dalam persekongkolan, termasuk dalam kegiatan tender.3
5. Persekongkolan dalam kegiatan tender menurut pengertian di beberapa
0egara merupakan perjanjian beberapa pihak untuk memenangkan
pesaing dalam suatu kegiatan tender.3
120ingrum 0. Sirait, -ukum Persaingan, :u/um !ersaingan di Indonesia2 %% &o- 45.666tentang Larangan !ra/te/ 7onopoli dan !ersaingan %saha Tida/ $ehat, %et. ; (edan: Pustaka'angsa Press, *++C), h. **.
13Pasal 3 angka 1 UU 0omor 1 2ahun 344414Pasal 3 angka B UU 0omor 1 2ahun 344415Pasal 3 angka 3+ UU 0omor 1 2ahun 3444.168akub Adi Krisanto, Analisis Pasal ** UU 0omor 1 2ahun 3444 dan Karakteristik Putusan
tentang Persekongkolan 2ender, Jurnal :u/um Bisnis, !ol. *C 0o. *, *++1, h. C*.17KPPU/7;, !edoman !asal 00 tentang Larangan !erse/ong/olan Tender, *++1, h. 3+.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
12/34
6. 2ender adalah tawaran untuk mengajukan harga untuk memborong suatu
pekerjaan, untuk mengadakan barang/barang atau untuk men#ediakan
jasa.3B Pengertian tender men%akup tawaran untuk mengajukan harga
untuk memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan, mengadakan
barang dan atau jasa, mmebeli suatu barang dan atau jasa, menjual
suatu barang dan atau jasa.34
7. 'arang adalah setiap benda, baik berujud maupun tidak berujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak #ang dapat diperdagangkan, dipakai,
dipergunakan, atau diman$aatkan oleh konsumen atau pelaku usaha.*+
Sedangkan barang tidak berujud diartikan sebagai jasa.*3
8. asa adalah setiap la#anan #ang berbentuk pekerjaan atau prestasi #ang
diperdagangkan dalam mas#arakat untuk diman$aatkan oleh konsumen
atau pelaku usaha.**
E. Sis%ma%i'a Pn+&isan
'ab ;: Pendahuluan
'agian5'ab ini menjelaskan mengenai latar belakang penulisan
kertas kerja, perumusan masalah, tujuan, dan sistematika
penulisan.
'ab ;;: Kerangka Konsepsi dan etode Penelitian
'agian5'ab ini menjelaskan kajian konsepsi #ang merupakan
dasar dari persekongkolan tender meliputi mekanisme maupun
alasan terhadap larangan persekongkolan tender, serta metode
penelitian penulisan.
'ab ;;;: Pembahasan -asil Penelitian
'ab ini menjelaskan tentang hal/hal atau unsur/unsur apa saja
#ang harus dibuktikan dalam perkara persekongkolan tender
18Penjelasana Pasal ** UU 0omor 1 2ahun 3444.19KPPU/7;, !edoman !asal 00 tentang Larangan !erse/ong/olan Tender, p. &it., h. .20Pasal 3 angka 3 UU 0omor 1 2ahun 3444. ihat pula Pasal 3 angka 33 Keputusan
Presiden 0omor B+ 2ahun *[email protected] 3 angka 3 Undang/undang tentang asa Konstruksi22
Pasal 3 angka 3 UU 0omor 1 2ahun 3444. ihat pula Pasal 3 angka 3*, 3@ dan 3CKeputusan Presiden 0omor B+ 2ahun *++@.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
13/34
serta sanksi apakah #ang dapat dikenakan terhadap pihak/pihak
terkait dengan perkara tersebut, dengan mangambil lima %ontoh
perkara #ang telah diputuskan oleh KPPU.
'ab ;E: Kesimpulan dan Saran
'agian ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian
dan rekomendasi terhadap pihak/pihak terkait dalam perkara/
perkara persaingan usaha.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
14/34
BAB II
KA/IAN KONSEPSI TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER
DAN METODE PENELITIAN
A. M'anism Pnga*aan Barang *an /asa
Sistem pengadaan barang dan jasa pada umumn#a menggunakan
mekanisme penawaran #ang terbuka, sesuai dengan prinsip persaingan sehat.
Penawaran tender #ang mengesampingkan prinsip tersebut akan mengakibatkan
ine$isiensi, tidak e$ekti$, non akuntabilitas serta tidak tepat sasaran #ang dituju.
leh karena itu, dalam proses tender harus mengedepankan prinsip
keterbukaan, sehingga pelaku usaha memperoleh akses tanpa diskriminasi atas
pelaku usaha tertentu dalam menjalankan sistem perekonomian. Salah satu
akti!itas #ang dilarang dalam penawaran tender adalah persekongkolan
penawaran tender.
arangan persekongkolan penawaran tender diatur dalam Pasal **
Undang/undang 0omor 1 2ahun 3444. Ketentuan tersebut men%akup penawaran
pada 'adan Usaha ilik 0egara ('U0) dan perusahaan swasta. Penjelasan
Pasal ** men#atakan, bahwa tender adalah tawaran mengajukan harga untuk
memborong suatu pekerjaan dan5atau untuk pengadaan barang/barang atau
pen#ediaan jasa. 2ender ditawarkan oleh pengguna barang dan jasa kepada
pelaku usaha #ang memiliki kredibilitas dan kapabilitas berdasarkan alasan
e$ekti!itas dan e$isiensi. Adapun alasan/alasan lain pengadaan barang dan jasa
adalah, pertama, memperoleh penawaran terbaik untuk harga dan kualitas.
Kedua, memberi kesempatan #ang sama bagi semua pelaku usaha #ang
memenuhi pers#aratan untuk menawarkan barang dan jasan#a. Ketiga,
menjamin transparansi dan akuntabilitas pengguna barang dan jasa kepada
publik, khususn#a pengadaan barang5jasa di lembaga atau instansi pemerintah.
Pengertian tender tersebut men%akup tawaran mengajukan harga untuk:*@
3. memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan=
*. mengadakan barang dan jasa=
@. membeli suatu barang dan jasa
C. menjual suatu barang dan jasa.
*@
Pedoman Pasal ** tentang arangan Persekongkolan 2ender, Komisi Pengawas PersainganUsaha (KPPU), akarta, *++1.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
15/34
Pengertian tender se%ara umum adalah akti!itas mengajukan tawaran
harga untuk memborong suatu pekerjaan barang5jasa dengan mengumpulkan
terlebih dahulu peminatn#a #ang diin$ormasikan melalui pengumuman resmi,
media %etak, dan bila memungkinkan melalui media elektronik. Penawaran
diajukan se%ara tertulis dengan perin%ian harga #ang dilampirkan di dalamn#a,
dan dilengkapi dengan pers#aratan lainn#a untuk memenuhi kelengkapan
prakuali$ikasi. Adapun #ang dimaksud dengan tender penjualan adalah
penawaran harga oleh peserta tender untuk suatu pekerjaan, barang dan atau
jasa #ang akan dijual. Sedangkan tender pembelian adalah penawaran harga
oleh peserta tender untuk suatu pekerjaan, barang dan atau jasa #ang akan
dibeli.*C
'erdasarkan de$inisi tersebut, maka %akupan dasar penerapan Pasal **
UU 0omor 1 2ahun 3444 adalah tender atau tawaran mengajukan harga #ang
dapat dilakukan melalui:
a. tender terbuka
b. tender terbatas
%. pelelangan umum
d. pelelangan terbatas
6alam pelaksanaan tender, peserta tender harus menempuh beberapa
tahapan, #akni tahap prakuali$ikasi pas%akuali$ikasi. Prakuali$ikasi adalah proses
penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan pers#aratan
tertentu lainn#a dari pen#edia barang dan5atau jasa sebelum memasukkan
penawaran.*1 Pas%akuali$ikasi adalah proses untuk melakukan kompetensi dan
kemampuan usaha serta pemenuhan pers#aratan tertentu dan lainn#a dari
pen#edia barang5jasa setelah memasukkan penawaran.
Adapun metode pen#ampaian penawaran pen#ediaan barang dan jasa
dapat memilih salah satu dari tiga metode pen#ampaian, dan metode
pen#ampaian dokumen tersebut harus di%antumkan dalam dokumen lelang #ang
meliputi metode satu sampul, metode dua sampul, dan metode dua tahap.
2ender #ang bertujuan untuk memperoleh pemenang dalam iklim #ang
kompetiti$ harus terdiri dari dua atau lebih pelaku usaha, sehingga ide dasar
*C Pro%eedings, 7angkaian okakar#a 2erbuka -ukum Kepailitan dan Gawan%ara -ukum
'isnis lainn#a, UU 0o. 1 2ahun 3444 dan KPPU, %etakan ;, *++@, h. 3@B.*1 Pasal 3C Keputusan Presiden 0omor B+ 2ahun *++@, 0 0omor 3*+ 2ahun *++@.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
16/34
pelaksanaan tender berupa perolehan harga terendah dengan kualitas terbaik
dapat ter%apai. 6i sisi lain, persekongkolan dalam kegiatan tender dapat
mengakibatkan terbentukn#a tender kolusi$ #ang bertujuan untuk meniadakan
persaingan dan menaikkan harga.
ekanisme #ang diberikan oleh UU 0omor 1 2ahun 3444 terhadap
Keputusan Presiden (Keppres) 0omor B+ 2ahun *++@ merupakan ketentuan
normati$ #ang melarang pelaku usaha bersekongkol dengan pihak lain guna
mengatur dan atau menentukan pemenang tender #ang dapat mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat.* arangan tersebut men%akup proses
pelaksanaan tender se%ara keseluruhan #ang diawali dari prosedur
peren%anaan, pembukaan penawaran, sampai dengan penetapan pemenang
tender. ekanisme tersebut merupakan pa#ung hukum UU 0omor 1 2ahun
3444 terhadap Keppres 0omor B+ 2ahun *++@, meskipun Keppres tersebut tidak
menempatkan UU 0omor 1 2ahun 3444 sebagai salah satu landasan
hukumn#a.*
B. Larangan Prs'ong'o&an Tn*r mn+r+% H+'+m Prsaingan
6e$inisi persekongkolan (conspiracy) dalam 'la%kFs aw 6i%tionar#adalah sebagai berikut:
+a combination or confederacy beteen to or persons for the purpose ofcommitting, by their ;oint efforts, some unlaful or criminal act, or someact, hich is innocent in itself, but becomes unlaful hen doneconcerted action of the conspirators, or for the purpose of using criminalor unlaful means to the commission of an act not in itself unlaful+-0
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
17/34
kepada seluruh pelaku usaha untuk mendapat ob#ek barang dan jasa #ang
ditawarkan oleh pengguna barang dan jasa. Konsekuensi persekongkolan dalam
tender adalah menghambat pelaku usaha #ang beriktikad baik untuk masuk ke
pasar bersangkutan dan men#ebabkan harga tidak kompetiti$.
Pasal 3 angka B UU 0omor 1 2ahun 3444 menetapkan, bahwa
persekongkolan atau konspirasi usaha sebagai bentuk kerjasama #ang
dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk
menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan pelaku usaha #ang
bersekongkol. Sedangkan Pasal ** UU 0omor 1 2ahun 3444 menetapkan,
bahwa pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur
dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan
persaingan usaha tidak sehat.
6alam kedua rumusan tersebut terdapat kesamaan, bahwa
persekongkolan harus melibatkan dua pihak atau lebih untuk melakukan
kerjasama dan memenuhi dua kondisi, #aitu pihak/pihak #ang berpartisipasi dan
kesepakatan untuk bersekongkol. Adapun perbedaan atau ketidak/selarasan
kedua pasal tersebut di atas adalah, bahwa Pasal 3 angka B memberi tujuan
persekongkolan limitati$ berupa penguasaan pasar bagi kepentingan pihak/pihak#ang bersekongkol. Sedangkan Pasal ** tidak mens#aratkan unsur penguasaan
pasar, karena tender kolusi$ tidak terkait dengan struktur pasar. Perbedaan
lainn#a adalah bahwa dalam Pasal 3 angka B tidak men#ebutkan adan#a pihak
lain, sedangkan Pasal ** men#atakan kemungkinan keterlibatan pihak lain
dalam persekongkolan. Adapun siapakah #ang dimaksud dengan pihak lain
menurut ketentuan tersebut, perlu dilakukan kajian lebih lanjut.
arangan persekongkolan tender dalam Pasal ** UU 0omor 1 2ahun
3444 menunjukkan, bahwa ketentuan ini mengenal unsur perilaku pelaku usaha
#ang saling men#esuaikan (concerted action) dalam kegiatan tender. 6i samping
itu, penerapan -ukum Persaingan Usaha harus ditujukan kepada the actual and
or potential business conduct of firms in a gi(en mar/et and not on the absolute
or relati(e si>e of the firms-Artin#a, pengawasan #ang dilakukan oleh otoritas
persaingan usaha harus lebih di$okuskan untuk menilai segi/segi beha(ior
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
18/34
practice, seperti haln#a dengan tender kolusi$, dan bukan diarahkan pada segi
struktur pasar seperti dalam kegiatan merger.*4
Praktik persekongkolan telah meluas di kalangan dunia usaha, terutama
pelaku usaha #ang melakukan transaksi bisnis dengan pemerintah melalui
persekongkolan dalam kegiatan tender. Praktik tersebut merupakan bagian dari
praktik perburuan rente ekonomi dalam sistem ekonomi politik #ang buruk, #ang
mengakibatkan ine$isiensi dan ekonomi bia#a tinggi. elemahn#a ekonomi
;ndonesia karena hutang dan anggaran belanja negara #ang tidak e$isien
disebabkan oleh persekongkolan tender dalam pengadaan barang dan jasa,
khususn#a barang dan jasa pemerintah. Praktik persekongkolan dalam kegiatan
tender terkait pula dengan praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme (KK0) #ang
meluas di ;ndonesia, baik di masa lalu maupun sekarang.
engingat dampak #ang signi$ikan atas praktik persekongkolan tender,
UU 0omor 1 2ahun 3444 se%ara tegas menetapkan dua jenis sanksi #ang dapat
dikenakan terhadap pelaku usaha #ang melanggar ketentuan tersebut,
khususn#a terhadap ketentuan Pasal **, Pasal *@, dan Pasal *C, #aitu sanksi
administrati$ dan sanksi pidana, berupa pidana pokok dan pidana tambahan.
Ketentuan Pasal C a#at (3) UU 0omor 1 2ahun 3444 men#atakan,bahwa KPPU berwenang untuk menjatuhkan sanksi berupa tindakan
administrati$ terhadap pelaku usaha #ang melanggar ketentuan UU 0omor 1
2ahun 3444. Sedangkan ketentuan a#at (*) menetapkan bentuk/bentuk tindakan
administrati$, termasuk pelanggaran terhadap pasal/pasal tersebut di atas.
Adapun sanksi pidana #ang dikenakan adalah denda antara lima mil#ar
sampai dengan duapuluh lima mil#ar rupiah, atau kurungan pengganti denda
selama lima bulan. Selanjutn#a, sanksi terhadap pelanggaran ketentuan Pasal
C3 UU 0omor 1 2ahun 3444 adalah apabila pelaku usaha menolak bekerjasama
dalam pen#elidikan atau pemeriksaan dengan an%aman pidana denda sebesar
satu mil#ar sampai dengan lima mil#ar rupiah.@+Ketentuan Pasal C4 undang/
undang tersebut men#atakan, bahwa pidana pokok tersebut dapat disertai
dengan pidana tambahan berupa pen%abutan ijin usaha atau larangan
menduduki jabatan 6ireksi atau Komisaris sekurang/kurangn#a dua tahun, dan
selama lima tahun bagi pelaku usaha #ang terbukti melakukan pelanggaran
*4 >iros ?a$$ar, ima 2ahun KPPU: ;su -ukum Persaingan Usaha dan Penegakann#a,
Jurnal :u/um Bisnis, !ol. *C, 0o. @, *++1, h . *B.@+ Pasal CB a#at (* dan @) UU 0omor 1 2aun 3444
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
19/34
undang/undang, penghentian kegiatan atau tindakan tertentu #ang merugikan
orang lain.@3
6alam menegakkan sanksi/sanksi tersebut dibutuhkan koordinasi e$ekti$
dengan pihak/pihak terkait, seperti Polri, Kejaksanaan, dan Komisi
Pemberantasan Korupsi. -al ini mengingat bahwa praktik persekongkolan dalam
pengadaan barang dan jasa pemerintah kadangkala mengandung unsur korupsi.
Selain itu, KPPU sebagai lembaga pengawas persaingan, tidak memiliki otoritas
untuk menghukum (pejabat) pemerintah atau panitia lelang #ang terkait dengan
penawaran tender.
-. M%o* Pn&i%ian
1. O0' Pn&i%ian
Penelitian tentang Sanksi dalam Perkara Persekongkolan 2ender
'erdasarkan UU 0omor 1 2ahun 3444 tentang arangan Praktek onopoli dan
Persaingan Usaha 2idak Sehat merupakan suatu penelitian #uridis/normati$.
Sebagai suatu penelitian #uridis normati$, maka penelitian ini berbasis pada
analisis norma hukum, baik hukum dalam arti la as it is ritten in the boo/s
(dalam peraturan perundang/undangan), maupun hukum dalam arti la as it isdecided by ;udge through ;udicial process(putusan/putusan lembaga #udisial).@*
6engan demikian ob#ek #ang dianalisis adalah norma hukum, baik dalam
peraturan perundang/undangan #ang se%ara konkrit ditetapkan oleh hakim,
maupun Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dalam perkara/perkara
#ang diputuskan di lembaga pengawas tersebut.
Pemahaman #ang mendalam mengenai norma/norma serta pengaturan
tentang persaingan usaha #ang sehat dikaji dengan mendasarkan Undang/
undang 0omor 1 2ahun 3444 tentang arangan Praktek onopoli dan
Persaingan Usaha 2idak Sehat. arangan persekongkolan se%ara khusus diatur
dalam Pasal ** sampai dengan Pasal *C undang/undang tersebut. Undang/
undang ini juga se%ara implisit men#iratkan tentang metode pendekatan hukum
#ang digunakan oleh KPPU untuk men#elidiki kasus/kasus pelanggaran
terhadap ketentuan hukum persaingan. ?una melengkapi kajian #uridis terhadap
kasus #ang terjadi di lapangan, ditinjau pula peraturan pelaksanaan #ang lain di
@3
Arie Siswanto, :u/um !ersaingan %saha(akarta: ?halia ;ndonesia, *++*), h. 41/4.@* 7onald 6workin, Legal "esearch(6aedalus: Spring, 34@), h. *1+.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
20/34
bidang hukum persaingan, antara lain adalah Keppres 0omor B+ 2ahun *++@
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan 'arang dan atau asa Pemerintah
beserta ke/empat amandemen/amandemenn#a, dan Pedoman Pasal ** UU
0omor 1 2ahun 3444.
2. Da%a
'erdasarkan jenis dan bentukn#a, data #ang diperlukan dalam penelitian
ini adalah data sekunder #ang diperoleh melalui studi kepustakaan. 6ata
kepustakaan digolongkan dalam dua bahan hukum, #aitu bahan/bahan hukum
primer dan bahan/bahan hukum sekunder. 'ahan/bahan hukum primer meliputi
produk lembaga legislati$.@@6alam hal ini, bahan #ang dimaksud adalah Undang/
undang 0omor 1 2ahun 3444 tentang arangan Praktek onopoli dan
Persaingan Usaha 2idak Sehat. arangan persekongkolan tender diatur dalam
Pasal ** sampai dengan Pasal *C Undang/undang tersebut. Undang/undang ini
juga se%ara implisit men#iratkan tentang metode pendekatan hukum #ang #ang
digunakan oleh KPPU untuk men#elidiki perkara/perkara pelanggaran terhadap
ketentuan hukum persaingan.
?una melengkapi kajian #uridis terhadap kasus #ang terjadi di lapangan,ditinjau pula peraturan pelaksanaan #ang lain di bidang hukum persaingan,
antara lain adalah Pedoman Pasal ** Undang/undang 0omor 1 2ahun 3444,
serta Keputusan Presiden 0omor B+ 2ahun *++@, Keputusan Presiden 0omor 3
2ahun *++C, Keputusan Presiden 0omor @* 2ahun *++1, Peraturan Presiden
0omor + 2ahun *++1, dan Peraturan Presiden 0omor B 2ahun *++.
'ahan/bahan hukum lainn#a adalah Putusan/putusan KPPU #ang
berkaitan dengan masalah persekongkolan tender. Putusan tersebut antara lain
adalah Putusan 0omor +5KPPU/5*++3 tentang Persekongkolan 2ender dalam
Pengadaan 'akalan Sapi ;mpor di awa 2imur, Putusan 0omor +B5KPPU/5*++C
tentang Persekongkolan 2ender dalam Pengadaan 2inta Sidik ari Pemilu 2ahun
*++C, Putusan 0omor +C5KPPU/5*++1 tentang Persekongkolan 2ender dalam
elang ?ula ;legal, dan Putusan 0omor +5KPPU/5*++1 tentang
Persekongkolan 2ender ulti 8ears di Propinsi 7iau. Sedangkan bahan hukum
@@
9nid &bell, et. al., Legal "esearch, 7aterials and 7ethods (S#dne#: 2he aw 'ook&ompan# imited, 34BB), h. 3.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
21/34
sekunder meliputi tulisan/tulisan, makalah dalam jurnal, dan majalah ilmiah
tentang hukum persaingan.
Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan. Studi
kepustakaan dilakukan di beberapa tempat, seperti perpustakaan Pas%asarjana
Uni!ersitas ;ndonesia, >akultas -ukum Uni!ersitas 2risakti, maupun
perpustakaan KPPU, serta mengakses data melalui internet.
6ata hasil penelitian ini dianalisis se%ara kualitati$, artin#a data
kepustakaan dianalisis se%ara mendalam, holistik, dan komprehensi$.
Penggunaan metode analisis se%ara kualitati$ didasarkan pada pertimbangan,
#aitu pertama data #ang dianalisis beragam, memiliki si$at dasar #ang berbeda
antara satu dengan lainn#a, serta tidak mudah untuk dikuantitati$kan. Kedua,
si$at dasar data #ang dianalisis adalah men#eluruh (comprehensi(e) dan
merupakan satu kesatuan bulat (holistic). -al ini ditandai dengan keaneka
ragaman datan#a serta memerlukan in$ormasi #ang mendalam (indepth
information).@C
-. -ara Pnari'an Ksim+&an
-asil penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode dedukti$,artin#a adalah metode menarik kesimpulan #ang bersi$at khusus dari
pern#ataan/pern#ataan #ang si$atn#a umum. etode ini dilakukan dengan %ara
menganalisis pengertian atau prinsip/prinsip umum, antara lain mengenai prinsip
tentang penawaran umum dan persekongkolan tender dari aspek -ukum
Persaingan Usaha. Adapun kajian terhadap prinsip #ang si$atn#a umum tersebut
akan dianalisis se%ara khusus dari aspek Undang/undang 0omor 1 2ahun 3444
tentang arangan Praktek onopoli dan Persaingan Usaha 2idak Sehat beserta
peraturan pelaksanaan lainn#a.
@C &hai Podhista, 2heoreti%al, 2erminologi%al, and Philosophi%al ;ssue in Jualitati!e 7esear%h,
dalam Attig, et. al.A Field 7anual on $elected ?ualitati(e"esearch 7ethods(2hailand: ;nstitute $orPopulation and So%ial 7esear%h, ahidol Uni!ersit#, 3443), h. .
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
22/34
BAB IIIANALISIS HASIL PENELITIAN TENTANG
SANKSI DALAM PERSEKONGKOLAN TENDER
A. Pm0+'%ian Uns+r3+ns+r *a&am Prs'ong'o&an Tn*r
6alam memutuskan perkara persekongkolan tender, KPPU
menggunakan dasar hukum Pasal ** UU 0omor 1 2ahun 3444. 'erdasarkan
Pasal ** tersebut, dapat dikatakan bahwa ketentuan tentang persekongkolan
tender terdiri atas beberapa unsur, #akni unsur pelaku usaha @1, bersekongkol,
adan#a pihak lain, mengatur dan menentukan pemenang tender, serta
persaingan usaha tidak sehat. ;stilah pelaku usaha diatur dalam Pasal 3 angka
1 UU 0omor 1 2ahun 3444.@Adapun istilah bersekongkol diartikan sebagai
kerjasama #ang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiati$
siapapun dan dengan %ara apapun dalam upa#a memenangkan peserta tender
tertentu.@6i samping itu, unsur bersekongkol dapat pula berupa:
3. kerjasama antara dua pihak atau lebih=
*. se%ara terang/terangan maupun diam/diam melakukan tindakanpen#esuaian dokumen dengan peserta lainn#a=
@. membandingkan dokumen tender sebelum pen#erahan=C. men%iptakan persaingan semu=1. men#etujui dan atau mem$asilitasi terjadin#a persekongkolan=. tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui atau
sepatutn#a mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untukmengatur dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu=
7. pemberian kesempatan eksklusi$ oleh pen#elenggara tender ataupihak terkait se%ara langsung maupun tidak langsung kepada pelakuusaha #ang mengikuti tender, dengan %ara melawan hukum.@B
@1 Pasal 3 angka 1 UU 0omor 1 2ahun 3444 men#atakan, bahwa pelaku usaha adalahsetiap orang perorangan atau badan usaha, baik #ang berbentuk badan hukum atau bukan badanhukum #ang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wila#ah hukum negara7;, baik sendiri maupun bersama/sama melalui perjanjian, men#elenggarakan berbagai kegiatanusaha dalam bidang ekonomi.@ Pasal 3 angka C UU 0omor 1 2ahun 3444 men#atakan, bahwa pelaku usaha adalah setiaporang perorangan atau badan usaha, baik #ang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum#ang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wila#ah hukum negara 7epublik;ndonesia, baik sendiri maupun bersama/sama melalui perjanjian, men#elenggarakan berbagaikegiatan usaha dalam bidang ekonomi.@ Pedoman KPPU tehadap Pasal ** tentang arangan Persekongkolan 6alam 2ender, h. B.@B
ihat Pedoman Pasal ** tentang arangan Persekongkolan dalam 2ender oleh KPPU,*++1, hal. B.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
23/34
Kerjasama antara dua pihak atau lebih dengan diam/diam biasan#a
dilakukan se%ara lisan, sehingga membutuhkan pengalaman dari lembaga
pengawas persaingan guna membuktikan adan#a kesepakatan #ang dilakukan
se%ara diam/diam. 6alam penawaran tender #ang dikuasai oleh kartel akan
semakin mempersulit upa#a pen#elidikan ini, ke%uali terdapat anggota #ang
berkhianat membongkar adan#a persekongkolan tersebut.
Adan#a unsur pihak lain menunjukkan bahwa persekongkolan selalu
melibatkan lebih dari satu pelaku usaha. Pengertian pihak lain dalam hal ini
meliputi para pihak #ang terlibat, baik se%ara horisontalmaupun vertikaldalam
proses penawaran tender. Polapertamaadalah persekongkolan horisontal, #akni
tindakan kerjasama #ang dilakukan oleh para penawar tender, misaln#a
mengupa#akan agar salah satu pihak ditentukan sebagai pemenang dengan
%ara bertukar in$ormasi harga serta menaikkan atau menurunkan harga
penawaran. 6alam kerjasama sema%am ini, pihak #ang kalah diperjanjikan akan
mendapatkan sub kontraktor dari pihak #ang menang. 0amun demikian, KPPU
kadangkala menemukan unsur pihak lain #ang bukan merupakan pihak #ang
terkait langsung dalam proses penawaran tender, seperti pemasok atau
distributor barang dan atau jasa bersangkutan.'erikut adalah %ontoh persekongkolan horisontal dalam kasus #ang
melibatkan beberapa perusahaan #ang beroperasi di bidang pengadaan jasa
konstruksi min#ak bumi. Perkara ini berawal dari penawaran tender pengadaan
pipa casing dan tubing #ang dilakukan oleh perusahaan tersebut dengan
menetapkan pers#aratan baru, sehingga tidak semua peserta tender #ang
biasan#a dapat ikut serta dalam penawaran memenuhi pers#aratan.@4
Pers#aratan tersebut antara lain mengharuskan para penawar (bidders) memiliki
semua items, #ang terdiri dari high grade dan lo grade, padahal tidak semua
penawar memiliki kedua $asilitas tersebut, sehingga penawar #ang memenuhi
pers#aratan han#a mengarah pada dua perusahaan besar, meskipun pada
akhirn#a salah satu dari kedua perusahaan mengundurkan diri sebagai penawar.
'erkaitan dengan hal ini, perusahaan min#ak bumi sebagai pelaksana tender
(P2/&P;) mengemukakan alasan, bahwa pers#aratan itu merupakan kebijakan
untuk melakukan e$isiensi se%ara men#eluruh, guna menekan tingkat persediaan
@4
Putusan 0omor +35KPPU/5*+++ tentang Persekongkolan Penawaran 2ender PengadaanPipa &asing dan 2ubing.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
24/34
(in(entory le(el), bia#a pengadaan (procurement cost), dan laman#a pengadaan
(cycle time) barang.
Proses penawaran tersebut tetap dilaksanakan, karena pihak #ang tidak
memiliki $asilitas lengkap tetap dapat melakukan penawaran dengan
pers#aratan, bahwa mereka harus mendapatkan supporting letter dari
perusahaan #ang memenuhi pers#aratan lengkap. 0amun adan#a pers#aratan
ini diman$aatkan oleh mereka untuk melakukan kerjasama, dengan %ara
melakukan pertemuan rahasia dengan agenda saling bertukar in$ormasi, #akni di
satu sisi penawar harus menunjukkan harga penawaran agar mendapatkan
supporting letter dari penawar #ang memiliki $asilitas lengkap. 2indakan ini
bertentangan dengan Pasal ** Undang/undang 0omor 1 2ahun 3444, #akni
ketentuan tentang persekongkolan, sehingga KPPU memerintahkan P2/&P;
untuk menghentikan kegiatan tersebut.
Pola #ang /eduaadalah persekongkolan tender se%ara !ertikal, artin#a
bahwa kerjasama tersebut dilakukan antara penawar dengan panitia pelaksana
tender. 6alam hal ini, biasan#a panitia memberikan berbagai kemudahan atas
pers#aratan/pers#aratan bagi seorang penawar, sehingga dia dapat
memenangkan penawaran tersebut. Kasus seperti ini pernah terjadi dalamperkara penawaran tender pengadaan sapi bakalan kereman #ang dilaksanakan
6inas Peternakan Pemerintah Propinsi awa 2imur. Perkara mengenai
pengadaan sapi bakalan kereman impor #ang melibatkan Koperasi Pribumi
;ndonesia (KP;), didasarkan pada Putusan 0omor 5KPPU/;5*++3 adalah
bermula dari pengumuman tender se%ara terbuka di berbagai media massa oleh
panitia pen#elenggara. Sejak awal penda$taran sampai diputuskann#a
pemenang tender, panitia telah mengis#aratkan bahwa pro#ek tersebut
dimenangkan oleh KP;. 7eka#asa tersebut terlihat dari beberapa %ara, antara
lain membolehkan KP; mengikuti pelelangan meskipun tidak memiliki 2anda
6a$tar 7ekanan (267), tidak memenuhi pers#aratan administrati$ maupun s#arat
lainn#a, seperti pengalaman impor sapi dari Australia, dan keterlambatan
kehadiran KP; pada saat berlangsungn#a penawaran. eskipun tidak
memenuhi pers#aratan tersebut, KP; bersama/sama dengan Pejabat 6inas
Peternakan dan beberapa anggota 6P76 melakukan perjalanan ke Australia,
untuk melakukan sur!e# atas kondisi sapi #ang akan diimpor ke ;ndonesia. Pada
akhirn#a, panitia menunjuk KP; sebagai pelaksana dari pro#ek pengadaan sapi
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
25/34
impor tersebut, meskipun koperasi tersebut tidak memenuhi pers#aratan 7KS
(7en%ana Kerja dan S#arat/s#arat) pada penawaran lelang terdahulu, seperti
pemilikan kandang berkapasitas 1+++ ekor sapi, pengalaman impor sapi dan
sebagain#a. Penunjukan ini dilakukan han#a berdasarkan rapat di antara panitia
lelang, Satuan Petugas (Satgas), dan Kepala 6inas Peternakan. ereka
melakukan penunjukan langsung melalui 0egosiasi -arga dan 2eknis, #ang
isin#a antara lain mengesampingkan pers#aratan administrasi maupun teknis.
Semua $akta #ang disertai dengan bukti/bukti #ang mendukung di atas mengarah
pada terjadin#a persekongkolan #ang didasarkan Pasal ** Undang/undang
0omor 1 2ahun 3444 tentang arangan Praktek onopoli dan Persaingan Usaha
2idak Sehat.
Pola /etiga adalah persekongkolan horisontal dan (erti/al, #akni
persekongkolan antara panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang
dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan dengan pelaku usaha atau
pen#edia barang dan jasa. Persekongkolan ini dapat melibatkan dua atau tiga
pihak #ang terkait dalam proses tender, misaln#a tender $ikti$ #ang melibatkan
panitia, pemberi pekerjaan, dan pelaku usaha #ang melakukan penawaran
se%ara tertutup. Sebagai %ontoh jenis tender ini adalah 2ender Pro#ek 7ulti@earsdi 7iau.C+ 6ugaan bermula dari adan#a penawaran tender pro#ek multi
years#ang terdiri dari 4 paket pekerjaan, oleh Pemerintah di 'idang Prasarana
alan Propinsi 7iau dengan dana Anggaran Pendapatan dan 'elanja 6aerah
2ahun *++C. Panitia mem$asilitasi bidder tertentu dengan %ara mengundurkan
waktu pengembalian dokumen penawaran, serta mem$asilitasi para bidder
lainn#a untuk melakukan kerja sama semu dengan %ara mengundurkan waktu
pengembalian dokumen prakuali$ikasi. Atas beberapa kegiatan #ang dilakukan
panitia tender, pejabat #ang bersangkutan dengan beberapa bidderdikenakan
Pasal ** UU 0omor 1 2ahun 3444.
Unsur Pasal ** selanjutn#a adalah mengatur dan atau menentukan
pemenang tender. Unsur ini diartikan sebagai suatu perbuatan para pihak #ang
terlibat dalam proses tender se%ara bersekongkol, #ang bertujuan untuk
men#ingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingn#a dan5atau untuk
memenangkan peserta tender tertentu dengan berbagai %ara. Pengaturan
C+
Putusan Perkara 0omor +5KPPU/;5*++1 tentang Persekongkolan 2ender Pro#ek ulti8ears di 7iau.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
26/34
dan5atau penentuan pemenang tender tersebut meliputi, antara lain menetapkan
kriteria pemenang, pers#aratan teknik, keuangan, spesi$ikasi, proses tender, dan
sebagain#a. Pengaturan dan penentuan pemenang tender dapat dilakukan
se%ara horisontal maupun !ertikal, artin#a baik dilakukan oleh para pelaku usaha
atau panitia pelaksana.
Unsur #ang terakhir dari ketentuan tentang persekongkolan adalah
terjadin#a persaingan usaha tidak sehat.C3 Unsur ini menunjukkan, bahwa
persekongkolan menggunakan pendekatan rule of reason, karena dapat dilihat
dari kalimat Dsehingga dapat mengakibatkan terjadin#a persaingan usaha tidak
sehat. Pendekatan rule of reason merupakan suatu pendekatan hukum #ang
digunakan lembaga pengawas persaingan untuk mempertimbangkan $aktor/
$aktor kompetiti$ dan menetapkan la#ak atau tidakn#a suatu hambatan
perdagangan. Artin#a untuk mengetahui apakah hambatan tersebut bersi$at
men%ampuri, mempengaruhi, atau bahkan mengganggu proses persaingan.C*
2abel di bawah ini adalah %ontoh perkara #ang diputuskan KPPU
berkaitan dengan persekongkolan tender. Putusan/putusan perkara ini meliputi
Putusan 0omor +5KPPU/5*++3 tentang Persekongkolan 2ender dalamPengadaan 'akalan Sapi ;mpor di awa 2imur, Putusan 0omor +B5KPPU/5*++C
tentang Persekongkolan 2ender dalam Pengadaan 2inta Sidik ari Pemilu 2ahun
*++C, Putusan 0omor +C5KPPU/5*++1 tentang Persekongkolan 2ender dalam
elang ?ula ;legal, dan Putusan 0omor +5KPPU/5*++1 tentang
Persekongkolan 2ender ulti 8ears di Propinsi 7iau.
Ta0& 4.1
C3 ihat Pasal 3 angka Undang/undang 0omor 1 2ahun 3444.C*
9. 2homas Sulli!an dan e$$re# . -arrison, %nderstanding Antitrust and Its EconomicImplications(0ew 8ork: atthew 'ender &o., 344C), p. B1.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
27/34
P+%+san3+%+san Pr'ara Prs'ong'o&an Tn*r
No Uns+r3+ns+r
ang*i0+'%i'an
Pr'ara No
!"KPPU3L2!!1
Pr'ara No
!6KPPU3L2!!7
Pr'ara No
!7KPPU3L2!!5
Pr'ara No
!8KPPU3L2!!5
3 Pelaku usaha KoperasiPribumi awa2imur
P2 ustika;ndra as,P2 ultiegaSer!i%e, P2SenorotanPerkasa
P2 AngelsProdu%ts. P2'ina udaPerkasa,Sukamto9$$end#
P2 GaskitaKar#a, P26uta ?raha;ndah, P2-utamaKar#a, P2PembngunanPerumahan,P2 AdhiKar#a, P2;staka Kar#a,
P2 -arapPanjang, P2Anisa Putri7agil, P2odernGid#a2e%hni%al
* 'ersekongkol Pemberiankesempataneksklusi$ olehPanitia
em$asilitasitindakanmeskipunmengetahuiatausepatutn#amengetahui
Panitiamem$asilitasitindakan,adan#apersaingansemu
Panitiamem$asilitasipara terlaporuntuk meme/nangkantender
@ Pihak lain KadinPeternakanawa 2imur
'iro ogistikKPU,Sukamto9$$end#
Panitia dariKejaksaan,P2 a!iraAprisindo, P2'alai andiriPrasarana('aleman)
Panitia, 6inasPermukimandanPrasaranaGila#ahPropinsi 7iau
C engaturdan5ataumenentukanpemenang
tender
engubah7KS
Panitiamengubahpers#aratanspesi$ikasi
tender,mem$asilitasipertemuanpara pesertauntukpertukaranin$ormasi
Penunjukanlangsung'aleman sbgpelaksana
jasa pralelang,Panitiamem$asilitasipesertatendertertentu
Panitiamem$asilitasiparapemenang
tender dimasing/masing paketpekerjaan
1 Persainganusaha tidaksehat
enutuppesertatender lain
enutupkesempatanpenawar lain,merugikannegara
enutupkesempatanpenawar lain,
enutupkesempatanpenawar lain,merugikannegara
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
28/34
B. San'si *a&am Prs'ong'o&an Tn*r
Undang/undang 0omor 1 2ahun 3444 han#a memberikan kewenangan
kepada KPPU untuk menerapkan sanksi administrati$ terhadap pihak/pihak #ang
melanggar ketentuan undang/undang tersebut. 'erdasarkan hasil pemeriksaan
perkara/perkara mengenai persekongkolan tender, maka unsur pelaku usaha
dapat dikategorikan menjadi dua ma%am, #akni pihak terlapor, #ang merupakan
peserta tender, dan pihak lain, #ang bukan peserta tender tetapi mendukung
terjadin#a persekongkolan tersebut. 6engan demikian pihak lain selain meliputi
pelaku usaha (selain peserta tender), termasuk pula panitia tender.
Pada perkara persekongkolan tender Pro#ek ulti 8ears di 7iau dan
tender Pengadaan 'akalan Sapi ;mpor di awa 2imur, KPPU menjatuhkan
sanksi administrati$ kepada pelaku usaha selaku peserta tender. KPPU tidak
memiliki kewenangan menjatuhkan sanksi kepada pihak lain #akni Panitia
tender, karena di kedua perkara tersebut, panitia adalah Pemerintah 6aerah
setempat. Kewenangan KPPU han#a sebatas memberikan rekomendasi kepada
atasan pejabat (panitia) #ang bersangkutan untuk menjatuhkan sanksi
administrati$ kepada mereka. Putusan KPPU #ang memberikan rekomendasi
pada atasan pejabat tersebut di atas han#a mengikat tetapi tidak memilikikekuatan hukum eksekusi apapun. -al ini karena si$at putusan adalah
declaratoir. 7ekomendasi pemeriksaan dan penjatuhan sanksi administrati$
terhadap ketua panitia tender merupakan langkah inisiati$ KPPU untuk
mengantisipasi tidak adan#a (berwenangn#a) penjatuhan putusan condemnatoir.
'erkaitan dengan tiadan#a kewenangan KPPU untuk menjatuhkan
putusan atau sanksi #ang bersi$at condemnatoir, terdapat gagasan baru untuk
mempertimbangkan agar putusan dimaksud dapat dikenakan terhadap panitia
tender #ang notabene adalah pejabat pemerintah, selaku pihak lain dalam
tender. -al ini mengingat, bahwa hampir semua pengadaan barang dan5atau
jasa pemerintah dilakukan dan atau dibawah pengawasan langsung pejabat
bersangkutan. leh karena itu, setiap pejabat pemerintah #ang sekaligus
merupakan Panitia tender seharusn#a dianggap bertanggung jawab atas
terselenggaran#a tender dengan mempertimbangkan prinsip/prinsip persaingan
usaha #ang sehat.C@
C@ Gawan%ara dengan Susanti Adi, -akim Agung, akarta, 3* September *++.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
29/34
6alam putusan perkara persekongkolan tender Pengadaan 2inta Sidik
ari Pemilu egislati$ *++C, KPPU merekomendasikan agar pengguna barang
diperiksa dan dijatuhi sanksi administrati$. 0amun dalam putusan declaratoirn#a,
KPPU tidak men#atakan bahwa pengguna barang #ang bersangkutan
melakukan pelanggaran atas Pasal ** UU 0omor 1 2ahun 3444. 7ekomendasi
ini berbeda dengan dua putusan perkara persekongkolan tender lainn#a, di mana
rekomendasi diberikan atas dasar pelanggaran terhadap Pasal ** UU 0omor 1
2ahun 3444. 7ekomendasi tanpa adan#a pern#ataan pelanggaran merupakan
%a%at hukum.
Sedangkan dalam perkara persekongkolan tender elang ?ula ilegal dan
tender Pengadaan 2inta Pemilu egislati$ 2ahun *++C, KPPU menjatuhkan
sanksi administrati$ kepada pelaku usaha peserta tender serta pihak lain.
6alam elang ?ula ;legal, Sukamto 9$$end# #ang merupakan wakil P2 'ina
uda Perkasa se%ara sengaja mengundurkan diri untuk mem$asilitasi Angels
Produ%ts agar memenangkan tender.
6alam tender pengadaan 2inta Sidik ari Pemilu egislati$ 2ahun *++C
dilakukan dengan %ara pertemuan antara para anggota beberapa konsorsium
guna meminta dukungan pasokan tinta dan melakukan pengaturan harga. Paraanggota konsorsium juga saling mempertukarkan in$ormasi mengenai harga dan
membagi pekerjaan di antara mereka, bahkan mengikut sertakan pihak lain,
#akni elina Ala#droes sampai selesain#a pekerjaan. 6alam hal ini, P2 ustika
;ndra as dianggap sebagai pelaku usaha #ang berkedudukan sebagai peserta
tender, dan ketujuh konsorsium terkait dengan tender merupakan pihak lain.
6emikian pula P2 ulti ega Ser!i%e, P2 Senorotan Perkasa, P2 0ugraha
Kar#a, P2 2ri%ipta Adimandiri, P2 8anaprima -astapersada, P2 0ugraha Kar#a
shinda, P2 >ul%omas a#a, P2 Gahgo ;nternational &orporation, dan P2 ina
Permai Sakti sebagai para pelaku usaha peserta tender. Sedangkan para
anggota konsorsium merupakan pihak lain #ang bukan sebagai peserta tender.
Sanksi administrati$ #ang dijatuhkan terhadap pelaku usaha tersebut (baik
peserta tender maupun pihak lain) di atas adalah memerintahkan untuk
menghentikan kegiatan #ang merupakan tindak lanjut dari persekongkolan
tender, #akni dengan memerintahkan pemenang tender untuk menghentikan
kegiatan pembangunan jalan selambat/lambatn#a @+ hari sejak diteriman#a
petikan Putusan KPPU, memerintahkan pelaku usaha untuk memba#ar ganti
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
30/34
rugi, memerintahkan pelaku usaha untuk memba#ar denda satu mil#ar rupiah,
dan atau melarang pelaku usaha mengikuti atau terlibat dalam tender sejenis
selama jangka waktu tertentu.
Putusan KPPU #ang berisi sanksi administrati$ disebut dengan
condemnatoiratau putusan #ang bersi$at menghukum. Sedangkan putusan #ang
isin#a men#atakan bahwa pelaku usaha tertentu se%ara sah dan me#akinkan
melanggar Pasal ** UU 0omor 1 2ahun 3444 disebut putusan declaratoiratau
bersi$at menerangkan.
6alam hal putusan KPPU berupa denda dan atau ganti rugi, maka para
pihak #ang dijatuhi putusan tersebut wajib memba#ar ke Kas 0egara. 0amun
dalam hal putusan KPPU memerintahkan untuk menghentikan kegiatan, atau
melarang pelaku usaha mengikuti atau terlibat dalam tender sejenis selama
jangka waktu tertentu, maka menimbulkan masalah dalam memintakan eksekusi
ke Pengadilan 0egeri. -al ini mengingat bahwa putusan #ang dapat dimintakan
eksekusi adalah putusan #ang berujud pembebanan denda dan atau ganti rugi.
Putusan/putusan tersebut mengikat dan harus dilaksanakan oleh pelaku
usaha terkait dengan perkara setelah berkekuatan hukum tetap. Apabila dalam
jangka waktu @+ hari setelah putusan berkekuatan hukum tetap, namun pelakuusaha tidak melaksanakann#a, maka KPPU melakukan permohonan penetapan
eksekusi ke Pengadilan 0egeri. ika kemudian para pelaku usaha tidak juga
melakukan putusan tersebut, maka KPPU akan men#erahkan putusan
penetapan eksekusi tersebut kepada Polri (pen#idik), guna melakukan
pen#idikan atas ketidak/patuhan para pelaku usaha tersebut.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
31/34
BAB I
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Ksim+&an
'erdasarkan uraian dalam bab/bab sebelumn#a, maka dikemukakan
kesimpulan berikut:
3. 6alam pemeriksaan perkara/perkara persekongkolan tender,
KPPU harus membuktikan unsur/unsur #ang terkandung dalam Pasal **
UU 0omor 1 2ahun 3444. Unsur tersebut meliputi pelaku usaha,bersekongkol, pihak lain, mengatur dan5atau menentukan pemenang
tender, dan persaingan usaha tidak sehat. Unsur pihak lain dapat
meliputi panitia tender maupun pelaku usaha #ang tidak terlibat se%ara
langsung dalam penawaran tender. Unsur bersekongkol dan mengatur
dan5atau menentukan pemenang seringkali tidak dapat dipisahkan satu
sama lain, karena unsur bersekongkol dalam UU 0omor 1 2ahun 3444
mengandung pengertian #ang luas. Sedangkan pembuktian unsur
persaingan usaha tidak sehat menunjukkan, bahwa KPPU harus
membuktikan adan#a dampak atas persekongkolan tersebut. 6ampak
tersebut dapat berupa menghalangi pelaku usaha tertentu lainn#a, atau
bahkan berdampak kerugian pada pelaku usaha se%ara khusus, dan
sekaligus kerugian terhadap negara, jika terdapat unsur korupsi. Proses
pembuktian ini akan memerlukan waktu dan tenaga ekstra, karena paing
tidak se%ara ekonomis harus ada bukti adan#a kerugian material.
Sedangkan akti!itas persekongkolan itu sendiri hampir dapat dipastikan
merugikan pihak/pihak terkait, baik pesaingn#a maupun bagi negara.
*. KPPU han#a dapat menerapkan sanksi administrati$ terhadap
pihak/pihak #ang terkait dengan persekongkolan tender. Apabila pihak
lain adalah panitia tender dari unsur pemerintah terbukti mendukung
persekongkolan, KPPU tidak dapat menjatuhkan sanksi administrati$,
melainkan han#a dapat memberikan rekomendasi kepada atasan pejabat
bersangkutan untuk menjatuhkan sanksi administrati$. Sanksi tersebut
si$atn#a mengikat tetapi tidak dapat dimintakan eksekusi ke Pengadilan
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
32/34
0egeri. Sedangkan terhadap pihak lain dari unsur pelaku usaha, KPPU
memiliki kewenangan menjatuhkan sanksi administrati$, berupa denda
dan atau ganti rugi, seperti haln#a terhadap para pelaku usaha terlapor.
Sanksi administrati$ tersebut dapat dimintakan eksekusi ke Pengadilan
0egeri. 0amun demikian, dalam hal KPPU menerapkan sanksi #ang
bukan berujud denda dan atau ganti rugi, maka hal ini tidak dapat
dimintakan eksekusi ke Pengadilan 0egeri.
B. Saran
'erdasarkan uraian tersebut di atas, dikemukakan beberapa saran
sebagai berikut:
3. Perlu dilakukan kajian dan amandemen dalam penerapan pendekatan
hukum #ang digunakan dalam persekongkolan, mengingat
persekongkolan hampir dipastikan membawa dampak #ang merugikan
bagi pesaing khususn#a, dan bagi negara, jika perkara tersebut
melibatkan Anggaran Pendapatan 'elanja 0egara (AP'0) dan atau
Anggaran Pendapatan dan 'elanja 6aerah (AP'6).
*. 6alam menerapkan sanksi administrati$ atas perkara/perkara
persekongkolan, perlu dipertimbangkan penerapan sanksi administrati$
terhadap pihak lain #ang melibatkan panitia dari unsur pemerintah,
artin#a KPPU tidak han#a memberikan rekomendasi kepada atasan
pejabat #ang bersangkutan, melainkan juga memberikan sanksi
administrati$ #ang di%antumkan dalam diktum5amar putusan.
@. Perlu dibentuk suatu pedoman untuk menetapkan ukuran mengenai nilai
(jumlah) besaran denda dan5atau ganti rugi atas perkara/perkara
persekongkolan tender, mengingat sampai saat ini denda dan ganti rugi
#ang ditetapkan oleh KPPU sangat !ariati$ berkaitan dengan
nilai5besarann#a.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
33/34
DA$TAR PUSTAKA
Siswanto, Arie. *++*. :u/um !ersaingan %saha. akarta: ?halia ;ndonesia.
&bell, 9nid, et. al., 34BB. Legal "esearch, 7aterials and 7ethods- S#dne#:2he aw 'ook &ompan# imited.
6workin, 7onald. 34@. Legal "esearch. 6aedalus: Spring.
>iros ?a$$ar. *++1. Lima Tahun K!!%2 Isu :u/um !ersaingan %saha dan!enega/annya+-Jurnal :u/um Bisnis, !ol. *C, 0o. @.
?arner. Blac/=s La 'ictionary. 344. >i$th 9dition. St. Paul inn.: GestPublishing.
-ansen, Knud. et. Al., *++*. %ndang3undang &omor 4 Tahun .6662 %ndang3undang Larangan !ra/ti/ 7onopoli dan !ersaingan %saha Tida/ $ehat.&et. ;;. akarta: 'eutsche 8esselschaft fur Technische 9usammenarbeit)8T9*bekerjasama dengan P2 Katalis.
Keputusan Presiden 0omor B+ 2ahun *++@ tentang Pedoman PelaksanaanPengadaan 'arang5asa Pemerintah (0 0omor 3*+ 2ahun *++@).
Khemani, 7. Sh#am. 344B.A Frameor/ for the 'esign and Implementation of
Competition La and !olicy. 3stedition, (Gashington, 6.&.: 2he Gorld'ank Gashington, 6.&. and rganiHation $or 9%onomi% &o/peration and6e!elopment (9&6) Paris.
KPPU/7;. *++1. !edoman !asal 00 tentang Larangan !erse/ong/olan Tender.
katani, 0aoki. 3441. 7egulations on 'id 7igging in apan, 2he United Statesand 9urope, !acific "im La # !olicy Journal, ar%h.
Pedoman Pasal ** tentang arangan Persekongkolan 2ender, *++1. Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU), akarta.
Persekongkolan 2ender Pemerintah Kian Parah. *++3. $uara Karya, 3ktober.
Pro%eedings. *++@. "ang/aian Lo/a/arya Terbu/a :u/um Kepailitan danaancara :u/um Bisnis lainnya2 %% &o- 4 Tahun .666 dan K!!%.&etakan ;.
Putusan 0omor +35KPPU/5*+++ tentang Persekongkolan Penawaran 2enderPengadaan Pipa &asing dan 2ubing.
Putusan 0omor +5KPPU/5*++3 tentang Persekongkolan 2ender dalam
Pengadaan 'akalan Sapi ;mpor di awa 2imur.
-
7/22/2019 SANKSI DALAM PERKARA PERSEKONGKOLAN TENDER
34/34
Putusan 0omor +B5KPPU/5*++C tentang Persekongkolan 2ender dalamPengadaan 2inta Sidik ari Pemilu 2ahun *++C.
Putusan 0omor +C5KPPU/5*++1 tentang Persekongkolan 2ender dalam elang?ula ;legal.
Putusan Perkara 0omor +5KPPU/;5*++1 tentang Persekongkolan 2enderPro#ek ulti 8ears di 7iau.
Sirait, 0. 0ingrum. *++C. :u/um !ersaingan di Indonesia2 %% &o- 45.666tentang Larangan !ra/te/ 7onopoli dan !ersaingan %saha Tida/ $ehat,%et. ;. edan: Pustaka 'angsa Press.
Sulli!an, 9. 2homas dan e$$re# . -arrison, 344B. %nderstanding Antitrust and
Its Economic Implications. 0ew 8ork: atthew 'ender &o.
Sutrisno ;wantono. *++@. >iloso$i #ang elatar/belakangi 6ikeluarkann#a UU0omor 1 2ahun 3444. dalam 9mm# 8uhassarie dan 2ri -arnowo, ed.,!roceeding 01102 %ndang3undang &o- 45.666 dan K!!%, %et. 3. akarta:Pusat Pengkajian -ukum bekerjasama dengan Pusdiklat ahkamahAgung 7;, dan Konsultan -ukum 98 7uru dan 7ekan.
2akeshima, KaHuhiko. @/C ei *++1. (&hairman >air 2rade &ommission o$apan), The Lessons from Experience of Antimonopoly Act in Japan andthe Future of Competition Las and !olicies in East Asia. 6isajikandalam 2he *nd9ast Asia &on$eren%e on &ompetition aw and Poli%ie
(2oward 9$$e%ti!e ;mplementation o$ &ompetition Poli%ies in 9ast Asia),'ogor.
2im Pen#usun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan 'ahasa. 344.Kamus Besar Bahasa Indonesia- akarta: 'alai Pustaka.
2ri Anggraini, A. . *++@. Larangan !ra/ti/ 7onopoli dan !ersaingan Tida/$ehat2 !er se Illegal atau "ule of "eason. &et. 3. akarta: Pas%asarjana>akultas -ukum Uni!ersitas ;ndonesia.
Undang/Undang 0omor 1 2ahun 3444 tentang arangan Praktik onopoli dan
Persaingan Usaha 2idak Sehat.8akub Adi Krisanto. *++1. Analisis !asal 00 %% &omor 4 Tahun .666 dan
Kara/teristi/ !utusan tentang !erse/ong/olan Tender. Jurnal :u/umBisnis, !ol. *C 0o. *.