Scanned by TapScanner
Scanned by TapScanner
Judul Penelitian : Kebijakan Pemerintahan Daerah dalam Pengadaan
Infrastruktur Pasar Modern di Kota Bengkulu
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Secara Umum. Pemenuhan pelayanan publik ada 3 (tiga) Pertama, bidang
administrasi, memuat persediaan dokumen- dokumen administrasi sebagai
warga negara seperti Kartu Tanda Penduduk, Akta Kelahiran, Surat
Keterangan Catatan Kriminal (SKCK), surat keterangan hak kepemilikan atas
tanah (sertifikat), dan bentuk dokumen hukum lain yang penting bagi warga
negara Kedua, Layanan dalam kebutuhan dasar seperti pendidikan,
kesehatan, transportasi, komunikasi, keamanan, keamanan, perumahan, dan
sebagainya, Ketiga, penyediaan layanan publik dalam bentuk penyediaan
infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan dasar, seperti: jalan raya,
pelabuhan , penyediaan fasilitas umum baik pasar maupun tempat hiburan
atau sarana olah raga, fasilitas perumahan, fasilitas kesehatan, sarana
transportasi dan infrastruktur lain yang dibutuhkan masyarakat. ' Secara idiil
adalah layanan publik yang menjadi hak setiap warga negara yang harus
mendapat pemenuhan oleh pemerintah atau negara. Hak warga negara
semestinya menjadi pemerintah atau negara yang memiliki konstitusi di atur
dan sepenuhnya harus disetujui. Selaras juga dengan Undang-Undang Nomor
25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang menjelaskan tentang pengadaan
infrastruktur pelayanan publik menjadi kewajiban
1
'Penelitian ini mengkaji tentang infrastruktur publik, yaitu tentang sarana dan prasarana yang
disetujui berdasar ketentuan-ketentuan terkait sektor swasta dalam partisipasi yang ikut
menyediakan layanan publik. Sektor ini sering dikerjasamakan oleh pemerintah dengan swasta,
mengingat kemampuan dan negara yang sulit didukung dengan sumber daya dan sumberdaya.
negara. Namun demikian faktanya bahwa kemampuan antar negara dengan sistem
pemerintahan yang juga dianutnya, memberi latar belakang yang berbeda dalam
menyediakan pemenuhan layanan publiknya, Negara sosialis akan berbeda dengan
negara kapitalis maupun liberalis. Begitu juga tatapamong pemerintahnya
(governance) dan produk birokrasi antar pemerintah memberi warna tersendiri.
Bagi negara yang kemampuan ekonomi dan latar belakang geografisnya dianggap
masih belum dapat memenuhi semua penyediaan layanan publik, maka perlu
menjalin hubungan kemitraan dengan pihak lain atau swasta. Kemitraan ini
dilakukan dengan saling menguntungkan dan diupayakan kesinambungannya,
terutama dalam penyediaan infrastruktur publik. Oleh karena itu latar belakang
negara dan pemerintahan dapat mendeteksi tentang kemampuan negara dalam
memenuhi penyediaan layanan publiknya. Negara sebagai penanggungjawab
kesejahteraan rakyatnya memiliki konsekswensi moral untuk melakukan suatu
tindakan agar masyarakatnya tenang, damai, aman, nyaman, schat, kenyang,
tenteram dan hidup saling berkerukunan. Maknanya bahwa semua kebutuhan
pribadi dapat diperoleh dengan mudah, dan tersedia sesuai dengan pilihannya.
Semua infrastruktur yang mendukung terpenuhinya kebutuhan- kebutuhan
tersebut dipenuhi oleh Negara sebagai penyedia penyedia layanan publik. Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang fungsi negara dalam memenuhi kebutuhan
warganegaranya, maka perlu penjabaran lebih lanjut tentang Negara dalam
konteks kekuasaan yang pada akhirnya memiliki tujuan untuk mengatur
warganegaranya dengan perangkat birokrasi dan kewenanganya. Kondisi budaya
2
masyarakat juga mempengaruhi pola pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
pemerintah. Perubahan-perubahan dalam masyarakat, mempengaruhi cara
pandang pemikiran di seputar negara atau teori-teori mengenai negara, apakah
sebagai sebuah entitas politik maupun kekuasaan. Meskipun demikian, diantara
berbagai pendapat dan teori mengenai negara dari para ahli, tetap ada satu benang
merah yang bisa ditarik sebagai unsur pokok dari sebuah negara. Secara sederhana
adanya variabilitas yang bersifat integratif atau satu-kesatuan utuh, bahwa unsur-
unsur negara yang paling pokok ialah menyangkut dimensi geografis-teritorial,
bahwa negara harus meliputi sebuah wilayah, kemudian dimensi politik-
kekuasaan, yakni adanya pemerintahan, serta dimensi demografis, penduduk atau
warga negara.2 Negara merupakan integrasi kekuasaan politik, organisasi pokok
kekuatan politik, agency (alat) masyarakat yang memegang kekuasaan mengatur
hubungan antarmanusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala kekuasaan di
dalamnya. Dengan demikian negara mengintegrasikan dan membimbing berbagai
kegiatan sosial penduduknya ke arah tujuan bersama.3 Negara adalah organisasi
kekuasaan yang bertujuan mengatur masyarakat dengan kekuasaannya itu. Negara
dilengkapi dengan kekuasaan tertinggi yang mengatur dan menyelenggarakan tata
pergaulan hidup warga masyarakat. Negara adalah organisasi kekuasaan terdiri
atas jabatan-jabatan. Negara merupakan kenyataan sejarah, maka bentuk dan
sifatnyapun ditentukan oleh sejarah.4
2Istilah negara mulai dikenal pada masa Renaissance di Eropa dalam abad XV melalui Niccolo Machiavelli yang mengenalkan istilah Lo Stato dalam bukunya Principe.3Prof. Mr. L.J. van Apeldoom dalam bukunya Inieiding tot de studie van het Nederlandse Recht (Pengantar limu Hukum Belanda) 4Pendapat J.HA. Logemann yang mengatakan bahwa Negara adalah organisasikekuasaan
3
Dalam tataran kota di wilayah Indonesia, maka kebijakan
pengadaan infrastuktur layanan public menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah dalam rangka pengejawantahan dari otonomi daerah dalam
mengembangkan dan memajukan ekonomi masyarakatnya. Namun demikian
banyak sekali keterbatasan yang dimiliki pemerintah daerah dalam pengadaan
infrasturuktur layamam public, sehingga perlu mencari solusi pendanaan dan
payung hukum dalam mewujudkan kebijakan tersebut. Beberapa landasan yang
digunakan sebagai payung hukum maupun pertimbangan kebijakan pengadaan
inftasturuktur layanan public adalah sebagai berikut : Pertama, berdasarkan
peraturan pemerintah no 49 tahun 20115 tentang Investasi pemrintah sebagai
berikut : yang dimaksud dengan investasi pemerintah adalah penempatan
sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian
surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi,
social, dan/atau manfaat lainnya. Kedua, berdasarkan tulisan Akuyen (2011),
belanja pemerintah pusat dapat secara umum diklarifikasi berdasarkan jenis,
fungsi, dan organisasi. Jenis-jenis belanja meliputi belanja pegawai, belanja
barang, belanja modal, pembayaran bunga utang, subsidi, belanja hibah, bantuan
social, dan belanja lain-lain. Sejalan dengan peningkatan pelayanan public, semua
jenis belanja mengalami peningkatan selama kurun 2005-2011. Pengecualian
terjadi pada subsidi, baik untuk subsidi energy maupun non energy, dan belanja
laian-lain. Ketiga,Pemerintah bisa mempertimbangkan dilakukan kemitraan
dengan
5Revisi dari peraturan pemerintah Nomor 1 tahun 2008 tentang Investasi
Pemerintah, pasal 1 ayat 1.
4
swasta bila suatu atau lebih syarat di penuhi: Pelayanan atau proyek kegiatan tidak
bisa dilakukan sendiri karena keterbatasan financial atau pengalaman pemeritah
mitra swasta bisa memberikan manfaat peningkatan kualitas atau level pelayanan
yang lebih baik dari pada di lakukakan sendiri oleh pemerintahan.mitra swasta
memungkinkan pelayanan atau proyek kegiatan bisa diaksanakan lebih cepat dari
pada di lakukan sendiri oleh pemerintah. Ada dukungan pengguna layanan untuk
di libatkannya swata dalam kegiatan tersebut. Dan ada peluang kompetisidiantara
mira swasta yang prospektif. keempat, sesuai kajian dari pusat pendidikan dan
pelatihan Aparatur III Lembaga Administarasi Negara Samarinda pada tahun 2008
tentang kejasama pemerintahan daerah dengan swasta dan atau masyarakat dalam
proses penyelenggaraan pelayanan puplik. Kemitraan antara pemerintah dan
swasta dimasksudkan untuk melakukan desain, perencanaan, pembiayaan,
pengunaan dan/ atau pengelolaan proyek pda ranah pelayanan puplik. Ke lima,
Keputusan menteri pendayagunaan apratur Negara nomor:63/KEP/M.PAN/7/2003
tentang pedoman Umun penyelenggraan pelayanan puplik mengelompokkan
pelayanan umum menjadi 3 kelompok yaitu; 1, Kelompok pelayanan
Administratif, 2. Kelompok Pelayanan barang, 3. Kelompok pelayanan jasa.
Ketiga kelompok pelayanan tersebut dapat dimitrakan dengan pihak swasta. Ke
enam. Adanya system kemitraan Build Own Operate (BOO), yaitu swasta
membangun, memiliki dan mengoperasionalkan fasilitas yang dikontrakkan.
Build Own Operatur Transfer (BOOT), yaitu swasta membangun, memiliki dan
mengoprasionalkan dan menyerahkan kepada pemerintah di akhir kontrak. BOT
Build Operate Transfer, yaitu swasta membangun,mengoperasionalkan dan
menyerahkan kepada pemerintah di akhir kontrak. Build Transfer Operate (BTO),
yaitu swasta membangun, menyerahkan kepada pemerintahan di awal kontrak dan
mengoprasionalkan. Design Build (BD), yaitu swasta mendisain dan membangun
sebagai alternatif model procurement. Dan Design Build Finance Operate
(DBFO), yaitu swasta mendesain, membangun, membiayayi, dan
mengoperasionalkan.
Atas dasar pemikiran di atas, salah satu langkah terobosan dalam
memecehkan masalah keterbatasan kapasitas sumber daya dan mendukung
peningkatan kinerja pelayanan puplik dengan melalui kemitraan antar organisasi. 6
5
Sebagai konsekwensinya organisasi sebagai penyedialayanan puplik di tuntut
memiliki kemampuan organisasi (organizational capability) untuk
mengembangkan hubungan kerja kemitraan antar organisasi. Namun demikian
belum tentu organisasi pemerintah berhasil melakukan pengembangan hubungan
kerja kemitraan antar organisasi, sehingga kerjasama kemitraan dengan swasta
atau privat mutlak diperlukan.
Argumentasi penulis terhadap pentingnya penelitian tersebut berawal
dari konsep bahwa pada dasarnya penyediaan pelayanaan puplik merupakan
sistem operasi yang dijalankan secara bersama (co-operation) dalam jaringan
kerja puplik (puplic service network) yang melibatkan kepentingan dan partisipasi
sebagai organisasi, baik pemerintah, usaha swasta dan masyarakat, yang
berbentuk produksi bersama(co-production) atau penyedian bersama (co-
provision). Dalam penyediaan pelyanaan puplik terjadinya suatu hubungan kerja
antar organisasi (inter organization working relationship). Saat ini pemerintahan
menggulirkan agenda 6 Istilah lain yang lazim di gunakan adalah
partneship.partner antara state dengan swasta di sebut puplic private partnersip
lainya berupa ‘inisiatif Baru’ pembangunanan yang terangkum dalam masterplan
percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi indonesia (MP3EI) dengan
wacana pengembangan 6 (enam) Koridor Ekonomi besrta infrastruktur dan
industri pendukungnya, yang akan saling terinterkoneksi dari sabang sampai
papua. Menurut pemerintah, MP3E1 terintegrasi dan komplementer dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMM) dilengkapi
kebutuhan infrastruktur dasar dan rekomendasi revisi perundangan, serta
pemberlakuan kebijakan baru sebagai payung hukum realisasinya, dimana proses
perijinan dan hal terkait investasi lainya akan terpusat pada pelayananan satu pintu
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Lebih lanjut media data mengemukakan bahwa dari sisi kegiatan usaha,
MP3I disusun berbasis spririt “Not Business As Usual” dimana peran swasta
didesain sebagai penompang utama kegiatan pembagunan, baik sisi investasi
maupun penciptaan lapangaan kerja, sedangkan pemerintah hanya berperan
sebagai regulator, fasilitator, dan katalisasor.
6
Selanjutnya berbarengab dengan peluncuran MP3EI di jakarta menjelang
akhir Mei 2011, Pemerintah meresmikan rencana proyek pembangunan
infrastruktur seniali Rp 190 trilyun sebagai awal dimulainya proyek dan
menifestasi dari implementasi MP3EI. Berdasar data kementrian koordinator
Bidang perekonomian, rekapitulasi indikasi investasi realisasi MP3EI sampai
dengan tahun 2014 mencapai nilai RP 3,350 trilyun. Adapun dana bersumber dari
kontribusi pemerintah (8%), BUMN (20%), SWASTA (44%), dan gabungan
kegiatanya (27%)
7 Berdasarkan survei yang dilakukan media survey and Research Service tentang
Public Privat Partnership di indonesia, 2011
Pemerintah dalam proyek ini berjanji memberi kemudahan bagi developer swasta
yang membangun sentra-sentra ekonomi di luar jawa baik berupa kawasan
ekonomi khusus (KUK) maupun Zona Ekspansi Klaster Industri dengan skema
Puplic Private Partnership (PPP).
Dalam pembangunan infrastruktur dengan pola PPP merupakan upaya
efisiensi karena keterbatasan anggaran pemerintah.proyek PPP di Indonesia
diseleggarakan atas inisiatif pemerintah (solicited projects) atau susulan versi
pengembangan swasta (unsolicited projects).
Di Kota Bengkulu penyediaan fasilitas umun layanan puplik masih
relatif langka terkait dari financial yang belum dapat menjangkau.sehingga
kemitraan pemerintah dengan swasta merupakan alternatif utama yang dapat
mempercapat laju pembangnan dan kemajuan daerah. Pengadaan pasar modern.
Oleh karena itu menarik untuk diteliti tentang filosofi, motif dan kontribusi yang
di harapkan dari pengadaan pasar modern tersebut.
7
2. Perumusan Masalah :
Dari latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Opti Pemerintah Kota Bengkulu dalam mendirikan Pasar
Modern 2. Bagaimana bentuk kemitraan yang di lakukan oleh pemerintahan daerah?3. Sejauhmana kerterlibatan organisasi puplik lain dalam kebijakan ini?
3.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengkaji perencanaan penyediaan Infrastruktur pasar Modern?2. Untuk menemukenali bentuk kemitraan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah ?3. Untuk meneliti sejauhmana keterlibatan organisasi puplik lain dalam
kebijakan pengadaan pasar modern di Kota Bengkulu.
4.Luaran penelitian/Output:
Rekomendasi kepada Pemerintahan Daerah dalam menyediakan infrastruktur
layanan puplik yang berorientasi pada kemanfaatan masyarakat.
8
BAB II
PENDEKATAN PUSTAKA
Untuk mengenali dan konsepsi dari permasalahan yang akan dikaji lebih
lanjut dalam penelitian ini, terlebih dahulu akan dilakukan tinjauan pustaka yang
mencakup (1) Kewenangan Negara dan Pemerintah, serta pemerintahan daerah (2)
kemitraan dalam paradigma New Public Service (3) Birokrasi Pemerintah dan
Governance, (4) Penyediaan Layanan Publik, (5) Penyediaan Infrastruktur Pasar
Modern.
2.1 Kewenangan Negara dan pemerintahan, serta pemerintahan daerah
Ada suatu pendapat tentang teori asal-usul negara, yang mengatakan
bahwa teori negara terbagi atas dua bagian: yaitu teori yang bersifat ketuhanan
dan teori yang didasari oleh kekuatan.
a.) Teori yang bersifat Ketuhanan merupakan teori tertua dari asal-usul
kenegaraan.
Teori ini menjadi kepercayaan sebagian besar komunitas seperti, Maesir,
Babilonia, India, Yahudi dan Masyarakat pertengahan negara Earopa.
Merujuk pada perjanjian terdahulu bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan
dari negara. Bangsa Yahudi percaya bahwa Tuhanlah yang menetapkan
seorang raja, ia diturunkan untuk memimpin sekaligus memberantas
peraturan-peraturan dhalim. Kaum Yahudi yakin bahwa raja merupakan
wakilnya Tuhan dan di amanatkan tanggung jawab yang harus
dilaksanakan. Di India teori ini berlaku dan dipercaya dalam kisah
Mahabhrata dimana dunia telah menjadi negara berbentuk anarki, dimasa
itu masyarakat India memohon kepada Tuhan mereka untuk diturunkan
seorang pemimpin. Mereka berdo’a wahai Tuhan kami, sungguh kami
akan binasa bila negara ini tidak terlahir seorang pemimpin, turunkanlah
kepada kami seorang pemimpin, dimana ia bisa membawa kami tenang
dalam ibadah, dan melindungi kami dari kedhaliman. Maka Tuhan
menurunkan Manusia sebagai pemimpin mereka. Akan tetapi sebagian
besar perjanjian yang berhasil di atas ditemukan di dalam tulisan bapak
9
gereja pertama, St. Paul menyatakan: serahkanlah jiwa untuk tunduk
kepada yang memiliki kekuatan tak tertandingi, tidak ada kekuatan yang
tinggi kecuali Tuhan: dimana segala kekuatan bersumber dariNYA. Dari
teori tadi timbul keyakinan bahwa siapapun yang menentang kekuatan
raja, maka dia telah melawan peraturan Tuhan, dan mereka pembangkang
akan menerima kutukan atas perlawanannya. Pendeta Kristen percaya
bahwa manusia pada dasarnya tidak berdosa, dimasa ini negara tidak
diperlukan. Akan tetapi tatkala manusia kehilangan dasarnya, maka
negara dibutuhkan untuk mencegah hal-hal yang fatal. Jadi menurut teori
ini Tuhanlah yang menciptakan negara, maka negara merupakan kekuatan
bersifat ketuhanan yakni untuk memperbaiki kejahatan manusia.
b). Teori yang didasari oleh kekuatan
Menurut teori ini negara muncul terbentuk dari salah satu akibat
penaklukan kaum lemah oleh kaum kuat. Teori ini berbasis dalam dalam
dasar pikiran psikologis dimana sifat manusia iti agresif. Sifat ini
membawa manusia meronta trus-menerus untuk meraih kekuasaan; dan
dari sifat ini pila mendorong kaum kuat untuk menjajah kaum lemah.
Kewenangan Negara adalah menyediakan layanan public bagi
warganegaranya. Dalam rangka melaksanakan wewenangnya tersebut
memberikan kepada penyelenggara Negara untuk menjalankannya.
Pemerintah sebagai penyelenggara pemerintahan berkewajiban penuh
untuk melakukan segala upaya dalam rangka memenuhi keinginan
warganegaranya, khususnya dalam kebutuhan basic needs. Sedangkan
pemerintah daerah merupakan pelaksana langsung yang berhadapan
dengan masyarakat sebagai user yang menanti produk kebijakan
pemerintah. Sehingga berbagai bentuk upaya dilakukan dalam rangka
memenuhi kewajibannya sebagai penyelenggara Negara.
10
2.2. Kemitraan dalam Paradigma New Public Service
Merespon kelemahan paradigma Classical Public Administration dan New
Public Management dalam memecahkan masalah penyediaan pelayanan publik
yang melihat masyarakat sebagai pelanggan (customer), muncul arus pemikiran
yang dikenal dengan istilah New Public Service yang lebih melihat masyarakat
sebagai warga masyarakat (citizen) (Denhardt dan Dendardt, 2003).
Menurut Denhardt dan Denhardt (2003) bahwa pada paradigms New
Public Service ini terdapat beberapa substansi penting mendasari dan
membedakannya dengan paradigms Old/Clasiccal Public Administration dan New
Public Management, yaitu:
(i) Serve Citizen, Not Customers, kepentingan publik sebagai hasil, dari
proses dialog tentang nilai-nilai yang disepakati bersama lebih sekedar
kumpulan kepentingan individu. Pegawai pemerintah tidak hanya
merespon kebutuhan masyarakat sebagai pelanggan, tetapi lebih fokus
kepada membangun kepercayaan dan kolaborasi dengan dan diantara
warga masyarakat (citizen).
(ii) Seek Public Interest, administrator di organisasi pemerintah harus
memberikan kontribusi untuk membangun sebuah kebersamaan dan
pemahaman kepentingan masyarakat secara bersama. Tujuannya adalah
bukan mencari pemecahan permasalahan secara cepat yang bertumpu pada
kepentingan bersama dan bertanggungjawab bersama.
(iii) Value citizenship over Enterpreneurship, kepentingan masyarakat lebih
diutamakan oleh pegawai pemerintah dan warga masyarakat bersepakat
untuk memberikan sumbangan yang berarti (meaningful contribution)
kepada masyarakat sendiri daripada melalui manager swasta yang
bertindak sebagai pengelola dana msyarakat.
(iv) Think stategically, Act Democratically, kebijakan dan program yang
meneyntuh kebutuhan masyarakat dapat lebih efektif dan
dipertanggungjawabkan jika melalui usaha bersama dan prosesnya
dilakukan secara kolaboratif.
11
(v) Recognize that Accountability is Not Simple, pegawai pemerintah harus
memperharikan tindakannya lebih dari sekedar memenuhi permintaan
pasar tetapi permintaan masyarakat dan pegawai pemerintah juga secara
sekaligus harus memperdulikan peraturan, hukum, konstitusi, nilai-nilai
masyarakat, norma politik, standar profesi dan kepentingan warga
masyarakat.;
(vi) Serve Rather, Not Just productivity, organsasi pemerintah dan jaringannya
akan lebih berhasil jika dalam jangka panjang dijalankan melalui proses
kolaborasi dan kepemimpinan bersama berdasar pada penghargaan
terhadap semua orang.
Dengan melihat substansi paradigma New Public Service tersebut di
atas,pada dasarnya paradigma ini sangat menekankan pentingnya perangkat
pegawai pemerintah dan administrator (aparat pemerintah) untuk membangun
masyarakat yang demokratik dan mengembangkan jaringan kerja dengan warga
masyarakat dan masyarakat sipil sebagai kapital sosial. Selain itu melihat
pentingnya peran aparat membangun komitmen organisasi pemerintah sebagai
organisasi yang humanis, yang tidak saja memberikan manfaat kepada semua
warga masyarakat, tetapi juga membangun spirit pelayanan publik melalui peran
warga mayarakat. Secara khusus paradigma ini melihat pentingnya peran aparat
untuk mengembangkan proses negosiasi dan kesepakatan bersama, maupun
komunikasi dua arah antara organisasi pemerintah dengan warga masyarakat
sebagai layaknya hubungan antar manusia melalui proses pemberdayaan warga
masyarakat.
Dilihat dari paradigma New Public Service tersebut di atas, bahwa
paradigma ini memiliki perspektif tentang pentingnya pengembangan hubungan
keja yang bersifat kolaboratif antara organisasi pemerintah, usaha hubungan
organisasi nirlaba, adan warga masyarakat, disertai dengan kepemimpinan
bersama secara internal dan eksternal. Dalam paradigma, ini pemerintah dilihat
sebagai organisasi yang melayani warga masyarakat, dan warga masyarakat
dilihat dari sebagai pemilik pemerintah. Secara ideal, organisasi pemerintah
seharusnya memiliki struktur organisasi yang berwatak kolaboratif dan
12
kemampuan organisasi untuk mengembangkan interaksi atau hubungan kerja
dengan warga masyarakat.
Terkait dengan pandangannya terhadap hubungan kerja kemitraan antar
organisasi dalam penyediaan pelayanan publik, penulis melihat adanya persamaan
perspektif atau posisi saling mendukung antara paradigms New Governance dan
New Public Service. Beberapa persamaan perspektif yang relavan dengan rencana
penelitian ini adalah pentingnya: (i) pola interaksi antar pemerintah dan
masyarakat yang mendasarkan pada komunikasi dua arah, kesetaraan dan
kooperasi. (ii) kemampuan membangun koalisi, kesepakatan bersama,
kepercayaan, tanggungjawab bersama, dan bekerja sama dengan pelaku
berkepentingan, (iii) pengembangan kemitraan antara pemerintah, usaha swasta
dan masyarakat, (iv) peran kelembagaan jaringan kerja dalam pengerahan dan
pemanfaatan sumberdaya, (v) pengembangan struktur organisasi dan birokrasi
yang kolaboratif serta budaya kerja untuk melayani masyarakat dan
memberdayakan warga masyarakat.
2.3 Birokrasi Pemerintah Governance
Introduksi paradigma-paradigma baru dalam sektor publik seperti
misalnya standar kinerja, gugus kendali mutu, pelayanan terpadu, orientasi
pelanggan, kepuasan pelanggan dan sebagainya adalah paradigma-paradigma
dalam sektor publik yang sangat dipengaruhi oleh keberhasilan manajemen sektor
privat. Proses dan implikasi yang selalu dihasilkan sebagai efek samping
introduksi dan implementasi paradigma baru tidak selamanya mengahasilkan
sesuatu yang mulus. Guy Peters , mengatakan bahwa sesungguhnya perubahan
dan konteks lingkungan sektor publik tidak sedinamis sektor privat.
Dalam pandangan Guy Peters, reformasi atau implementasi paradigma
baru dalam manajemen sektor publik telah berlangsung cukup lama sejalan
dengan usai sektor publim itu sendiri, namun hasilnya masih saja mengecewakan.
Permasalahannya memang berpangkal pada apa sesungguhnya sistem administrasi
publik yang paling sempurna. Setiap solusi untuk memeperbaiki kinerja sektor
publik cenderung justru menjadi masalah baru yang pada akhirnya berubah
menjadi agenda untuk reformasi. Pada tataran praktis, yaitu bagi mereka yang
13
terlibat dan terkena langsung dampak ini barangkali tidak akan cukup
memuaskan. Sejumlah para ahli juga mengkritisi gagasan Weber, karena dianggap
bahwa pendekatannya selalu rasional, padahal banyak hal yang perlu diselesaikan
secara menusiawi. Sedangkan ilmuan Martin Albrow merespon ide Weber dengan
mengemukakan 7 konsepsi yaitu: (1) Birokrasi sebagai organisasi rasional; (2)
Birokrasi sebagai inefesiensi organisasi; (3) Birokrasi sebagai kekuasaan yang
dijalankan para pejabat; (4) Birokrasi sebagai administrasi negara (publik); (5)
Birokrasi sebagai administrasi yang dijalankan pejabat; (6) Birokrasi sebagai
suatu organisasi besar; (7) Birokrasi sebagai masyarakat modern.
Birokrasi sebagai masyarakat modern, mengacu pada suatu kondisi di
mana masyarakat tunduk kepada aturan-aturan yang diselenggarakan oleh
birokrasi. Untuk itu, tidak dibedakan antara birokrasi perusahaan swasta besar
ataupun birokrasi negara. Selama masyarakat tunduk kepada aturan-aturan yang
ada di dua tipe birokrasi tersebut, maka dikatakan bahwa masyarakat tersebut
dikatakan modern.
Perkembangan dunia menuju globalisasi memerlukan suatu tatanan baru
dalam penggunaan kekuasaan ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola
urusan publik yang transparan, akuntabel, partisipatif, efektif, adil dan
memperhatikan kepentingan semua pihan. Untuk menjawab tantangan ini ilmu
administrasi publik memunculkan konsep administrasi publik sebagai
“governance”.
Konsep governance atau good governance yang pada awalnya
disosialisakikan oleh Bank Dunia dan IMF serta lembaga dana internasional
lainnya, dilatarbelakangi oleh semakin berkembangnya tuntukan akan kualitas
demokrasi dan hak asasi manusia di satu sisi, serta semakin tidak efektifnya
pemerintahan atau lembaga negara di sisi lain. Konsep “good governance”
berpijak pada gagasan teori liberalisme yang menempatkan pasar sebagai domain
utama proses pembangunan. Dalam paradigma ini cenderung terjadi “to get state
out from the business” atau “privatizing state”. Karena itu era liberalisme ekonomi
disebut juga sebagai ‘anti bureaucratic era’ yang tentunya jelas yakni
meminimalkan peran negara.
14
Namun teori liberalisme juga sadar bahwa pasar bukan segala-galanya.
Karena sehebat apapun pasar jika ia ada dalam kukuasaan rezim yang buruk,
maka kekuasaan itu berpeluang mendistorsi fungsi pasar. Negara dalam konsep
governance hendak ditempatkan sebagai bagian dari kepentingan pasar. Karena
itu dalam diskursus peradigma pembangunan berkembang gagasan yang
mengintegrasikan fungsi ‘negara’ dalam ‘pasar’ untuk mendorong proses
liberalisasi. Dari sini muncullah konsep ‘market-friendly state’ atau ‘negara rumah
pasar’ yakni negara harus mampu menciptakan kondisi yang kondusif bagi
berfungsinya pasar yang sehat.
2.3.1 Governance
Konsep ‘governance’ berakar pada suatu gagasan adanya saling
ketergantungan dan interaksi antara berbagai macam aktor kelembagaan di semua
level yaitu ‘state’ (legislatif, eksekutif dan yudikatif), civil society (organisasi
nonpemerintah/NGO, pers, organisasi profesi, organisasi masyarakat, organisasi
keagamaan, dsb), dan sektor swasta/bisnis (perusahaan, lembaga, keuangan, dsb).
Dalam hal ini penting adanya keseimbangan hubungan yang sehat antara negara,
masyarakat dan sektor swasta guna mencari suatu kesepakatan bersama
menyangkut pengaturan negara. Tidak boleh ada aktor kelembagaan didalam
good governance yang mempunyai kontrol yang absolut. Karena itu Holm dan
Molutsi (1993) menyatakan salah satu prinsip penting good govermance adalah
mengembangkan kepemerintahan yang terbatas dengan memperkuat akuntabilitas
publik dan meningkatkan partisipasi masyarakat. Dengan kata lain, di dalam good
governance hubungan antara negara, masyarakat sipil dan sektor swasta harus
dilandasi prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas publik dan partisipasi.
Istilah governance sendiri, menurut Pierre dan Peters (1997), dapat
diartikan sebagai keseluruhan organisasi pemerintah, semi pemerintah, non-profit,
sukarela atau sosial, dsb yang terlibat dalam penyelenggaraan urusan publik.
Pengertian administrasi publik sebagai governance dengan demikian tidak hanya
mencakup scope yang terbatas pada negara tapi semua aktor yang terlibat dalam
public affair.
15
Menurut Fredericson (1997) lahirnya konsep administrasi publik sebagai
governance tidak dapat dilepaskan dari kecenderungan anti birokrasi. Era yang
memandang negatif hal-hal yang identik dengan pemerintah mendorong
administrasi public untuk meredefinisi peran praktis maupun akademisnya. Dan
nampaknya ilmu administrasi publik menunjukkan kemampuan beradaptasi dan
kreativitas yang tinggi dengan memunculkan respon bersifat konseptual yakni
‘governance’. Istilah atau konsep ini sebenarnya merupakan retorika yang
digunakan administrasi publik untuk mengambil jarak dari politik, pemerintah dan
birokrasi atau cara agar administrasi publik tidak hanya diidentikkan dengan
kelembagaan negara.
Dalam teori administrasi negara lama, frasa administrasi publik (public
administration) digunakan untuk menggambarkan manajemen urusan publik atau
menjelaskan aspek implementasi dari hukum negara atau kebijakan publik.
Karena itu istilah ‘public’ dalam frasa ‘publik administration’ diartikan sebagai
negara (government). Istilah ‘public’ yang diartikan sebagai ‘state’ (negara) atau
‘government’ (pemerintah), menjadikan istilah administrasi publik kehilangan
kekayaan maknanya.
Frederickson (1997) memaknai arti publik sebagai pre-governmental
consept yang memiliki arti luas dan meliputi hal-hal diluar pemerintah. Publik
tercermin dalam banyak cara dan gejala seperti kehidupan bertetangga, asosiasi
sukarela, klub-klub, lembaga keagamaan, kegiatan sosial dan adat dan sebagainya.
Pemerintah atau Negara merupakan salah satu bentuk menifestasi pulik yang
utama.
Dalam kebanyakan literatur administrasi publik pengertian ‘public’
didefinisikan secara sempit sebagai pemerintah atau negara. Definisi ‘public’
sebagai ‘negara’ membuat studi administrasi publik terfokus pada aktivitas-
aktivitas pemerintah seperti keuangan negara, manajemen kepegawaian negara,
pelayanan publik dan sebagainya. Jika administrasi publik diartikan sebagai
keseluruhan agen yang melaksanakan fungsi publik, maka fokus studi
administrasi publik beralih ke pola-pola organisasi publik termasuk nilai-nilai
pulik dan bagaimana nilai-nilai itu diekspresikan dan direalisasikan; bagaimana
16
fungsi yang dijelaskan oleh organisasi sukarela, organisasi non profit, organisasi
bisnis, dan organisasi pemerintah; serta bagaimana interaksi antara organisasi
pemerintah, organisasi non pemerintah, dan organisasi bisnis.
Sekarang ini kita hidup pada masa dimana orang atau kelompok harus
berbagi kekuasaan (shared power). Lembaga pemerintah, lembaga masyarakat
sipil dan lembaga bisnis harus terlibat dan berbagi peran serta kekuasaan dalam
perumusan dan implementasi kebijakan. Karena itu administrasi pulik modern
merupakan jaringan vertical dan horizontal dari seluruh bentuk organisasi negara
dan non negara. Pengembangan konsep administrasi publik sebagai Governance
menunjukkan perubahan yang signifikan dalam subject matter administrasi
publik. Gerald Garvey (dalam Frederickson,1997) mengemukakan bahwa teori
administrasi publik lama berkenaan dengan upaya mengembangkan negara yang
kuat atau big bureaucracy. Karena itu inti dari paradigma ini adalah spesialisasi
dan hirarki. Di samping itu untuk menciptakan administrasi publik yang efisien
dilakukan pemisahan antara praktek administrasi sehari-hari (administrasi) dengan
aktivitas politik. Administrasi publik lama terfokus pada administrasi
pemerintahan di tingkat pusat sampai daerah, serta pada aspek internal
manajemen. Administrasi publik baru mengemukakan pandangan tentang
governance. Konsep governance berinduk pada paham kapitalisme liberal yang
berpendapat bahwa pada hakekatnya manusia adalah makhluk rasional yang bisa
membuat keputusan atau pilihan rasional (rational Choice). Manusia pada
dasarnya cenderung bersikap rasional dan mengutamakan kepentingan sendiri
karena itu orang lebih suka beraktivitas didalam sistem pasar bebas. Menurut
perspektif governance,relasi dalam organisasi tidak dipandang sebagai hubungan
antara atasan dan bawahan, tapi lebih dipahami sebagai pola hubungan yang
merupakan transaksi sepadan antara principal (pemberi mandat) dan agent
(pemegang mandat) dimana masing-masing bertindak untuk kepentingan pribadi
ataupun kepentingan lembaga. Relasi dalam birokrasi tipe lama yang bersifat
hirarkis formal dalam tipe administrasi publik beru bergeser menjadi
relasikontraktual. Administrasi publik tidak lagi terbatas pada hubungan kerja
yang tercermin dalam hirarki formal birokrasi, tapi juga mencakup semua aktor
yang terlibat dalam jaringan penyelenggaraan pelayanan publik.
17
2.4. Penyediaan layanan publik
Menurut Rothr (1987) bahwa pelayanan publik (public service)
didefinisikan sebgai:
“all service which available in the society, whether provided by public or
private sector, but these service still become the responsibility of government,
both national, regional, or local governmerk such as education, health, housing,
water supptly and waste, electricity, telecomunication, public transport, road,
etc”
Dari pandangan Willocks dan Harrow (1992) bahwa layanan public
(public service) merupakan pelayanan yang menghasilkan entuk barang dan jasa
publik, dimana proses penyediaannya dilakukan melalui pengendalian langsung
atau tidak langsung oleh organisasi publik, penggunaan dana bersumber dari
pendapatan negara yang memerlukan akuntabilitas kepada masyarakat, dan
memiliki tujuan sosial ekonomi, seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, air
bersih, pemadam kebakaran, transportasi umum, jalan raya, energi listrik,
telekomunikasi, perumahan, kepolisian dan sebagainya.
Dikaitkan pemerintah dengan perannya dalam penyediaan pelayanan
publik, menurut Hughes (1994) bahwa pemerintah mempunyai peran ynag
penting dalam penyediaan pelayanan publik dengan menggunakan 4 (empat)
instrumen ekonomi, yaitu (i) instrumen penyediaan pelayanan (provision), dimana
pemerintah mneyediakan barang dan jasa publik melalui pengeluaran pemerintah,
(ii) instrumen subsidi (subsidy), sebagai bagian dari kategori instrumen
penyediaan pelayanan di mana pemerintah membantu pelaku pasar untuk
menyediakan barang dan jasa yang diinginkan oleh pemerintah (iii) instrumen
produksi barang dan jasa (production), dimana pemerintah memproduksi barang
dan jasa pubik untuk dijual di pasar secara langsung, dan (iv) instrumen regulasi
(regulation), dimana pemerintah berperan dalam menggunakan kekuasaan
pengaturan untuk mengembangkan kegiatan tertentu yang dilakukan oleh pasar
melalui mekanisme insentif.
18
2.5. Penyediaan infrastruktur pasar modern
Menurut Esman(1991) bahwa dalam kehidupan sehari-hari berbagai
spetrum hubungan kerja antar organisasi dalam penyediaan pelayanan publik telah
berkembang dimasyarakat. Hubungan kerja tersebut dilakukan melalui berbagai
tatanan kelembagaan (institutional arragment) yang melibatkan peran berbagai
organisasi, baik organisasi pemerintah, usaha swasta, dan masyarakat. Lebih
lanjut Esman mengatakan bahwa dillihat dari paradigma politik demokratik
pluralistik, pada saat itu kelembagaan penyediaan pelayanan publik tidak lagi
didasarkan pada sistem operasi yang dilakukan oleh masing-masing individu
organisasi, tetapi sistem operasi secara bersama (cooperation) dalam jaringan
kerja pelayanan (service networks) yang melibatkan kepentingan dan partisipasi
dari berbagai organisasi pemerintah, usaha swasta, dan masyarakat, sistem operasi
tersebut berbentuk produksi bersama penyediaan bersama disebut dengan ‘co-
production’ atau ‘co-provision.
2.5.1 Pengembangan Kemitraan Antar Organisasi
Menurut Jackson dan Carter (2008) bahwa sampai dengan saat ini belum
terdapat kesepakatan umum dari pakar tentang definisi organisasi, meskipun suatu
organisasi dapat dilihat dari identitas formal legal, dan atau menempati suatu
ruang fisik, dan atau eksis bertempat secara temporal, namun komponen yang
penting dari suatu organisasi adalah manusia (people). Dijelaskan bahwa karena
keunikan manusia, maka merubah manusia berarti merubah organisasi, meskipun
status hukum atau identitas legal formal atau ruang yang ditempati mungkin tetap
sama.
Dengan mempertimbangkan organisasi sebagai sebuah proses kegiatan
mengorganisir dan kegiatan yang diorganisirnya, serta komponen yang esensial
dari organisasi adalah manusia itu sendiri, penulis mendefinisikan kemampuan
organisasi adalah konfigurasi manusia didalam suatu organisasi yang memiliki
kemampuan melakukan proses kegiatan mengorganisir dan kegiatan yang
19
diorganisisr dengan kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugas dan kegiatan
tertentu.
Menurut Holzer dan Callahan (1998) bahwa organisasi yang berhasil
meningkatkan produktivitas organisasi adalah organisasi yang mampu
meningkatkan dan memperkuat kapasitas internal secara berlipat (multiple).
Dijelaskan bahwa peningkatan kapasitas internal organisasi diawali dari
mengarahkan masukan sumberdaya ( tenaga, dana, energi, manajemen, dan
sebagainya) yang digunakan untuk: (i) menerapkan prinsip- prinsip manajemen
yang berkualitas, (ii) melakukan investasi pengembangan sumberdaya manusia,
(iii) mengadopsi teknologi, (iv) pengukuran kinerja, (v) mengembangkan
kemitraan - interaksi dengan sektor privat, dengan organisasi lainnya, dengan
lembaga non profit, dan antar manajemen dan pegawai. Secara integrasi , kelima
hal tersebut diarahkan untuk memproduksi keluaran (output) pelayanan publik,
memberikan dampak (impact) yang diharapkan sesuai dengan sasaran (objective)
yang ditetapkan dalam mendukung peningkatan kualitas pelayanan publik
(quality of public service).
2.5.2. Kemitraan Organisasi Publik dengan Organisasi Privat dalam
Penyediaan Infrastruktur Layanan Publik (Public Privat Partnership).
Sebagai gambaran tentang Public Privat Partnership secara makro, maka
kosepsi PPP diawali dengan memaparkan konsep kemitraan antara organisasi
public dengan privat secara global terlebih dahulu, agar mendapat gambaran
bahwa konsep hubungan kemitraan public dengan privat merupakan bentuk
hubungan yang luas dan diakui secara internasional bukan saja di indonesia. Ada
kajian dari Pusat Kajian Pendidikan dan Latihan Diklat Aparatur III Samarinda
yang menghasilkan sebagai berikut: Pembangunan Palangkaraya Mall (Pemkot
Dengan SatriakahayanMultitama) dengan sistem BOT 30 tahun bagi hasil, fixed
income Pemkot Rp 82,79 juta/ tahun. Yang dilakukan pemerintah kota adalah
penyediaan lahan, dukungan akss dan perizinan investor. Pembangunan Citra Mall
(Pemkot dengan PT Agrabudi Karyamarga). Sistem kemitraan dengan BOT 20
tahun. Bagi hasil, fixed income Pemkot 505 juta untuk 10 tahun pertama, Rp 200
juta untuk 10 tahun kedua.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian untuk mengkaji perencanaa penyediaan
layanan infrastruktur Pasar Modern, menemukenali bentuk kemitraan yang
dilakukan dalam penyediaan infrastruktur, dan sejauhmana keterlibatan organisasi
publik dalam kebijakan pangadaan infrastruktur layanan publik, maka metode
penelitian yang tepat adalah kualitatif.
2.2. Aspek –Aspek Penelitian
1. Opsi Pemerintah Kota Bengkulu mendirikan Pasar Modern
2. Faktor Penyebab munculnya Kebijakan Pemerintah dalam pengadaan
infrastruktur Pasar Modern.
2.3 Alur Penelitian
1. Obyek Penelitian adalah Pasar modern yang ada di Kota Bengkulu
(Bencoolen Indah Mall dan Pasar Tradisional Modern).
2. Informan yang digali adalah Pejabat Eksekutif dan Legislatif yang terkait
dengan penyediaan Infrastruktur Pasar Modern di Kota Bengkulu.
3. Pejabat Eksekutif seperti Asisten II Bidang Pembangunan Kota Bengkulu,
Kepala Bappeda, Kabag Kerjasama Daerah, DP2KAD, Dinas Perdagangan
dan Industri.
4. Pejabat Legislatif yang diminati informasi adalah komisi yang
membidangi pembangunan.
5. Data yang diperoleh dianalisis, untuk selanjutnya menghasilkan
rekomendasi bagi pengambilan kebijakan pemerintahan daerah.
21
3.3. Teknis penentuan informasi
Dalam penelitian ini informan dilakukan dengan purposive sampling,
peneliti memilih informan dengan suatu tujuan tertentu kepada beberapa orang
saja yang tahu dan terlibat langsung dengan kegiatan yang dimaksud dalam
penelitian ini. Unit organisasi sebagai unit analisis dalam penelitian ini sehingga
interview mengarah pada masalah keorganisasian. Selain itu dalam pencarian data
melalui Observasi, Diskusi terfokus, dan Interview maka peneliti melibatkan
orang-orang yang memang berhubungan langsung dengan pekerjaan pelayanan
publik dan menguasai serta sebagai pengambilan kebijakan. Disamping itu juga
kepada user, yaitu masyarakat yang menikmati jasa publik berupa infrastruktur
pasar modern.
3.5 Analisis Data
Proses analisisdata dilakukan dengan kegiatan memeriksa,
mengkategorikan, mentabulasikan, atau mengkombinasikan kembali pembukti
untuk mendapatkan kejelasan, pembukti dan penilaian tentang karakteristikatau
kondisi dari variable dan sub variable penelitian.
Dengan data yang terkumpul melalui 3 cara tersebut, selanjutnya
dilakukan pengorganisasian dan dokumentasi. Analisis berjalan sembari penelitian
dilakukan. Hasil analisis disajikan dalam laporan, yang dimungkinkan dapat
berkembang dari indicator yang telah ditentukan, sepanjang tidak menyimpang
dari focus penelitian.
3.6. Jadwal Penelitian
NO KEGIATAN B U L A N
1 2 3 4 5 6
1 Persiapan.
2 Pelaksanaan/Operasional . . . .
3 Pelaporan .
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Analisis data dipaparkan berdasarkan aspek penelitian yang meliputi: a)
Opsi pemerintahan Kota Bengkulu mendirikan Pasar Modern, dan b) faktor
penyebab munculnya Kebijakan Pemerintahan dalam pengadaan infrastruktur
Pasar Modern; dengan tolak ukur yang telahditentukan sebelumnya.
4.1 Opsi Pemerintahan Kota Bengkulu mendirikan Pasar Modern
Kemitraan organisasi publik dengan organisasi privat diduga
menghasilkan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat. Negara yang
seharusnya berkewajiban memenuhi semua kebutuhan kesejahteraan masyarakat,
tetapi karena terbentur dengan berbagai keterbatasan, maka melakukan sharing
dengan pihak swasta untuk dapat memenuhi keinginannya itu (Akuyen,2011).
Swasta sebagai unit usaha yang benar-benar berorientasi profit akan memberikan
layanan yang sebaik-baiknya kepada para konsumen. Komplementasi dari dua
kepentingan itu menjadi suatu bentuk yang menguntungkan masyarakat. Dari
hasil observasi dan wawancara dengan berbagai pihak yang terkait dengan tema
kemitraan dengan aspek dugaan jaminan pelayanan yang lebih baik pada konsep
Public Privat Partnership, maka peneliti mendapatkan fakta tentang pertama:
orientasi unit-unit organisasi layanan publik, yang mencakup motif penyediaan
layanan publik, partisipasi dalam membangun infrastruktur, dan keinginan dalam
mengembangkan layanan publik. Kedua, Target yang harus dicapai, yang
mencakup tentang bagaimana perasaan masyarakat dengan berkunjung ke pasar
modern, terjualnya barang dagangan dan tumbuhnya perekonomian, dan besaran
retribusi daerah dalam menyumbang pendapatan asli daerah. Ketiga; Pengelolaan
maintenance infrastruktur layanan publik, yang meliputi: bagaimana dana
pemeliharaan, redistribusi pengelolaan pasar modern, outsourching, keterlibatan
pemerintah daerah dalam pengawasan pemeliharaan asset. Berikut peneliti
paparkan masing-masing aspek sebagai berikut:
4.1.1. Orientasi unit-unit organisasi layanan publik
23
Pengusaha swasta selalu mengedepankan profit dalam melakukan
usahanya. Prinsip mencari keuntungan dengan modal sekecil-kecilnya menjadi
prinsip kerjanya. Namun demikian untuk membawa keberlanjutan usaha dan
pengembangan di masa depan, layanan public yang dilakukan swasta sudah mulai
bergeser dengan memperhatikan keinginan dan kemauan masyarakat. Berkaitan
dengan pasar modern, maka swasta memiliki target keberlangsungan usaha
sampai puluhan tahun dengan selalu memperhatikan keinginan masyarakat. Pasar
modern tidak saja untuk belanja, tetapi di fasilitasi untuk berbagai tujuan baik
sarana hiburan, rekreasi atau sekedar jalan-jalan.
Dari hasil pengamatan, diskusi terfokus dan juga wawancara dengan
pemilik toko di arena pasar modern, diperoleh realita orientasi dari unit-unit usaha
di lingkungan pasar modern yang di peroleh dengan mencaritahu (1) motif unit-
unit usaha dalam penyediaan layanan publik, (2) partisipasi dalam membangun
infrastruktur, dan (3) keinginan dalam mengembangkan layanan publik.
4.1.1.1. Motif dari unit-unit usaha dalam penyediaan layanan publik
Dalam segi motif, setiap pedagang pastilah ingin mencari keuntungan yang
sebesar-besarnya, namun motif pedagang tidak hanya mencari keuntungan saja
melainkan juga membangun hubungan terhadap sesama pedagang dan juga
konsumen, jika pedagang mampu menjalin hubungan yang baik dan harmonis
baik itu pedagang lain selaku kompetitor maupun konsumen sebagai pembeli
maka diharapkan dapat lebih menambah dan menarik hati konsumen untuk
menjadi langganan tetap agar barang yang dijual tersebut dapat habis dan
digunakan oleh konsumen.
Motif lain sehubungan dengan adanya unit-unit dalam penyediaan
layanan publik, diantaranya yaitu ingin lebih meningkatkan minat belanja para
masyarakat maka pedagang meningkatkan pelayanannya baik itu dengan penataan
kios berdagang, produk yang lebih bervariasi, dan melayani dengan sikap ramah,
sabar, dan mendengar setiap keinginan maupun keluh kesah pelanggan.
Pihak manjemen Bencoolen mall sebagai penyedia fasilitas bagi aktivitas
penjualan selain memiliki motif untuk meraup keuntungan juga mempunyai motif
24
untuk membantu masyarakat baik yang berperan sebagai penjual maupun pembeli
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan memperoleh pendapatan/ keuntungan
dagang. Namun yang menjadi motif utama dalam pelayanan pihak manajemen
Bencoolaen mall adalah penyediaan fasilitas dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat. Sementara bagi pengunjung terdapat berbagai macam motif seperti
untuk keperluan memenuhi kebutuhan seperti sandang dan pangan, sebagai
tempat rekreasi dan hiburan, bahkan sarana berolahraga. Mega mall hadir di kota
bengkulu merupakan wujud usaha dalam menumbuh kembangkan ekonomi
masyarakat. Mega mall hadir karena mempunyai motif untuk menjawab tantangan
dari provinsi lain di sumatera mengingat di Kota Bengkulu belum ada mall yang
memiliki standar nasional sehingga pemenuhan kebutuhan pelayanan seperti
belanja masih terbatas di pasar tradisional dan swalayan kecil sehingga untuk
kepentingan pendidikan, hiburan, dan kuliner yang standar internasional masih
belum terpenuhi. Maka dari itu Mega Mall sebagai sektor perdagangan yang ada
di kota Bengkulu dapat menyamakan kedudukan provinsi ini dengan provinsi
lainnya yang telah lebih dahulu mempunyai Mall yang besar. Motif lain dengan
dibangunnya pasar modern adalah mampu menyerap tenaga kerja khusunya di
Kota bengkulu dengan harapan mampu mengurangi angka pengangguran dalam
rangka meningkatkan taraf ekonomi masyrakat, agara mampu memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagai gambaran maka peneliti tampilkan respon
motif pedagang dan pengelola Mall sebagi beikut :
Tabel 4.1 : Motif Pedagang dan Pengelola Pasar Modal
Pedagang/Penyewa Area Mall Pengelola MallMencari Keuntungan
Memenuhi Kebutuhan Konsumen
Keramahan dalam berdagang
Harga yang terjangkau
Kualitas yang variatif
Partisipasi pembangunan ekonomi
Membuka lapangan kerja
Memberi hiburan, dan arena rekreasi
Mencari keuntungan
Meningkatkan taraf hidupSumber : Penelitian (diolah, 2013)
Dari tabel 4.1 tersebut dapat dilihat bahwa adanya perbedaan orientasi
atau motif dalam melakukan usaha di Pasar Modern. Bagi para pedagang atau
pihak yang menyewa area Mall, secara general mereka menganggap bahwa pada
25
pasar Modern mereka bisa berdagang atau berjualan dengan cara bersaing sehat,
baik di latar belakangi argumen menyediakan kebutuhan sehari-hari, maupun
mengikuti seelra konsumen. Sedangkan pihak Manajemen Pasar Modern
beragumen untuk memperoleh keuntungan, memenuhi kebutuhan masyarakat,
membuka lapangan kerja atau ikut membantu pemerintah dalam mengurangi
jumlah pengangguran. Dengan dibangunnya Pasar Modern memberi kesempatan
kepada pelaku ekonomi menengah ke atas untuk mengambil bagian dalam ikut
membangun perekonomian di Kota Bengkulu. Keberadaan Pasar Modern
Bencoolen Mall memberi stimulus untuk berdirinya warung-warung kecil atau
kios-kios/toko-toko di sekitar bangunan. Daerah yang semula sepi dan rawan
untuk dilewati di malam hari, sekarang sudah ramai dengan geliat ekonomi.
Berbagai pedagang berjualan muali dari toko kelontong, rumah makan, pakaian
dan kebutuhan rumah tangga lain. Mereka terinspirasi untuk membuka usaha
disekitar Bencoolen Mall. Mereka beranggapan bahwa banyak orang yang
berkunjung ke Mall, tetapi tidak semua menjangkau harga yang ada di Mall.
Sebagai alternatif maka di luaran Mall terjual banyak barang dagangan dengan
memiliki konsumen sendiri. Peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada
8 (delapan) pedagang yang berjualan di sekitar Mall. Argumen mereka bermcam-
macam. Ada yang mengatakan bahwa dengan keberadaan Mall menyebabkan
anak-anak muda kumpul di depan Mall pada malam hari, khususnya hari libur dan
malam minggu. Dengan banyaknya anak muda kumpul maka warung makannya
laris dan omzetnya bagus dibanding ketika berjualan di tempat lain sebelumnya.
Berbeda dengan pernyataan pemilik toko yang menjual kelontong, mengatakan
jika dengan banyaknya orang berkunjung ke Mall berarti warungnya banyak di
singgahi orang, tetapi konsumennya rata-rata orang yang memanfaatkan jasa
angkutan kota (angkot). Sambil menunggu mobil angkot datang, mereka
berbelanja dulu, meskipun baru keluar dari Mall. Mereka melihat-lihat barang-
barang di Mall tetapi ketika belanja di warung, dengan alasan di dalam malu kalau
cuma belanja sedikit. Sehingga warung di depan Mall sebagai tujuan belanjanya.
4.1.1.2. Partisipasi dalam memelihara dan membangun sarana prasarana
26
Dalam hal partisipasi pembangunan infrastruktur, pihak-pihak seperti toko
tidak begitu dilibatkan, mereka hanya dilibatkan dalam proses pemelihraan
infrastruktur seperti kebersihan sehingga pihak yang lebih berpartisipasi dalam
pembangunan infrastruktur adalah manajemen Bencoolen Mall itu sendiri. Untuk
kebersihan dalam toko, pihak tokolah yang diberi kewajiban untuk menjaga
kebersihannya namun semisal untuk kebersihan bagian luar seperti kaca luar toko
dan lobi adalah pihak cleaning service Bencoolen Mall sendiri. Begitu juga tidak
adanya partisipasi dalam pembangunan infrastruktur di Pasar Tradisional Modern
(PTM) oleh penyewa kios. Yang terjadi adanya pembangunan infrastruktur oleh
pihak pengelola atau manajemen dari PTM dan pihak ketiga.
Pihak pengelola Bencoolen Mall merupakan pihak yang sangat bertanggung
jawab dalam pemelihraan infrastruktur seperti pemeliharaan gedung, perluasan
gedung, maupun pembangunan gedung baru sesuai dengan apa yang menjadi
perencanaan pembangunan dari pihak Bencoolen Mall. Mengenai penjagaan
kebersihan dan kenyamanan pembeli pihak Bencoolen Mall selalu berkoordinasi
dengan penyewa toko (tend-an) untuk selalu menjaga kebersihan walaupun
sebenarnya kebersihan dalam toko tend-an sepenuhnya menjadi kewenangan
mereka, namun diharapkan adanya kesadaran dari pihak dalam tend-an tersebut
untuk menjaga kebersihan dalam menciptakan suasana yang baik bagi masyarakat
selaku pengunjung. Mengenai pembangunan selanjutnya pihak pengelola
Bencoolen Mall telah melakukan perencanaan pengembangan Bencoolen Mall
menjadi Bencoolen Super City Blok dimana akan dibangun berbagai fasilitas dan
infrastruktur seperti pusat perbelanjaan yang semakin luas, arena rekreasi dan
hiburan, hotel, dan pusat kuliner atau jajanan.
Secara langsung pihak Mega Mall telah berpartisipasi dalam membangun
infrastruktur di Kota Bengkulu. Pembangunan ekonomi masyarakat juga
berdampak dengan adanya pasar modern. Dengan adanya pasar modern ini berarti
berpartisipasi dalam mengurangi pengangguran. Selain itu partisipasi secara tidak
langsung ini diberikan dengan memberikan pemasukkan bagi pemerintah daerah
berupa pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam bentuk pajak daerah, retribusi, dan
bagi hasil yang dapat dianggarkan sebagai dana untuk membangun dan
27
memelihara infrastruktur fasilitas pelayanan publik seperti jalan, sarana kesehatan,
pendidikan, dan infrastruktur lain yang ada di Kota Bengkulu.
4.1.1.3. Keinginan dalam mengembangkan layanan publik
Dalam hal ini keinginan pengembangan layanan publik setiap toko seperti
Mokko Factory di Bencoolen Mall mempunyai keinginan untuk mengembangkan
pelayanannya namun mereka lebih memperhatikan keadaan dari konsumen atau
dalam kata lain pihak toko menunggu masukan dari konsumennya baik itu dalam
bentuk sumbang saran maupun komplain. Namun yang menjadi penghambat
untuk mengembangkan layanan dari Mokko Factory dan toko lainnya adalah
pelayanan infrastruktur yang diberikan oleh manajemen Bencoolen Mall, salah
satunya adalah layanan listrik yang semakin dikurangi dayanya mengakibatkan
alat-alat elektronik penunjang layanan semakin kurang untuk dinikmati seperti AC
yang kurang berfungsi maksimal yang dapat mempengaruhi kenyamanan dari
pengunjung.
Setiap pedagang mempunyai keinginan untuk meningkatkan pelayanan
terhadap konsumennya dalam merebut pasar dan menjual laku dagangannya.
Namun yang menjadi kendalanya adalah faselitas penunjang yang diberikan pleh
pihak pengelola PTM dimana suasana ruangan untuk berjualan sempit dan panas
sehingga kadangkala pembeli tidak tahan lama berlama-lama di dalam komplek
PTM.
Sebagai suatu usaha yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan san
kemanfaatan, pihak menejemen bencoolen mall sangat berkeinginan untuk terus
meningkatkan pelayanan dan ketersediaan faselitas baik itu terhadap faselitas
yang sudah ada maupun yang belum. Dalam mencapai keinginan tersebut pihak
menejemen bencoolen mall telah merencanakan tentang adanya perluasan
kawasan komplek boncoolen mall sampai sejauh 1000 meter dimana dalam
rencana pengembangannya mereka akan menambah bangunan kios dengan
penepatan seperti kawasan resto, peralatan ruma tangga,property,pusat anak
bahkan kawasan gadget dengan dilengkapi peralatan elektronik canggih seperti
handphone,tablet,dan sebagainya sehingga dapat bersaing dengan kawasan seluler
seperti pertokenan Simpang Lima Suprapto. Selain itu yang tidak kalah menarik
28
yaitu akan dibngunnya hotel dengan sekala bintang tiga yang akan ditemptkan di
lantai atas bencoolen mall dan luar bencoolen mall seperti yang telah
direncanakan . Dengan lokasi pasar modern dekat dekat dengan kawasan wisata
pantai panjang maka rencana ini dinilai mempunyai peluang, prospek, dan potensi
besar untuk menumbuhkan wisatan di bengkulu sehingga akan berdampak positif
pada keadaan sosial ekonomi msyarakat. Namun yang menjadi dalam proses ini
adalah kurangnya sumber daya manusia yang mempunyai kemampuan mengelola
aset yang mengakibatkan pembangunan berjalan lambat dan sulit untuk
direalisasikan. Selain dari factor SDM ini, factor lainnya adalah kinerja dari
pemerintah karena ada beberapa hal yang nampaknya tidak saling terbuka
terutama mengenai perizinan, kontrak tanah, serta hal-hal lainnya yang
dibutuhkan sebagai prasyarat pembangunan Bancoolen Mall.
4.1.2. Target yang baru dicapai
4.1.2.1. Masyarakat senang dengan berkunjung ke pasar modern
Dari beberapa pemilik kios di PTM berpendapat bahwa
pembeli/konsumen senang berbelanja di pasar modern karan barang-barang yang
di jual memiliki kualitas yang tidak kalah dengan yang ada di supermarket dan
juga mempunyai harga yang relatif lebih terjangkau sehingga masyarakat ekonomi
menengah ke bawah mampu untuk membeli barang yang dinutuhkannya. Pada
saat hari libur ataupun menjelang hari raya pengunjung PTM pun semakin
melonjak daripada hari biasanya harga barang yang ditawarkan sangat miring
(lebih murah) dan masih bisa ditawar, akan tetapi dalam penataan kios-kios yang
ada di dalamnya ternyata msih belum mencapai hasil maksimal dengan adanya
lonjakan pengunjung yang terjadi membuat pengunjung PTM tersebut tidak
memberikan ruang gerak atau keleluasan pembeli untuk berkeliling sehingga
perlanggan harus berdesak-desakan yang dapat memunculkan kesempatan bagi
pihak yang tidak betanggung jawab untuk melakukan suatu aksi kejahatan seperti
pencopetan dan pelecehan seksual.
Dari sisi konsumen, peneliti menyatakan beberapa hal kepada remaja atas
pengakuannya mereka cukup sering berbelanja di PTM dan mereka berpendapat
bahwa pelayanan yang ada di PTM dari sisi penjual dalam melayani konsumen
29
cukup baik dan ramah. Selain itu barang yang ditawarkan memiliki kualitas dan
variasi yang beragam dan lebih murah debandingkan dengan yang ada ditempat
lain serta dapat ditawar. Dengan pelayanan tersebut maka dapat memikat
konsumen dalam membelanjakan uangnya di PTM. Namun disisi pelayanan yang
diberikan oleh pengelola PTM adalah sarana infrastruktur yang masih kurang dan
perlu untuk ditingkatkan seperti suasana dalam PTM yang panas dan sempit yang
mengakibatkan kurang nyamannya konsumen untuk berlanja berlama-lama di
dalam komplek PTM. Namun, dari pendapat yang diungkapkan oleh beberapa
nerasumber, complain atas kurangnya fasilitas tersebut tidak terlalu
dipermasalahkan baik itu oleh konsumen, pedagang, maupun pengelola. Namun
seharusnya ini menjadi catatan dan bahan evaluasi bagi pihak pengelola PTM
dalam rangka meningkatkan pelayanan sehingga masyarakat dapat lebih
berbelanja dengan nyaman dan berimplikasi pada tubuh ekonomi masyarakat
khususnya pedaganag.
Pihak pengelola bencoolen mall mengungkapkan bahwa masyarakat
selaku pengunjung merasa senang dengan keberadaan pusat perbelanjaan ini. Hal
tersebut di karnakan di bencoolen mall mempunyai berbagai macam variasi
barang jualan yang tidak dapat di jumpai dipasar biasanya. Selain itu suasana yang
lebih nyaman dibandingkan dengan pasar biasa baik pasar modern juga menjadi
nilai lebih karna faseliras yang diberikan seperti adanya toilet yang layak,
eskalator, dan udara yang cukup segar serta dekat dengan pantai merupakan hal
yang menyebabkan masyarakat selalu menyemptkan diri apalagi jika hari dan
event besar untuk datang ke bencoolen mall sekaligus untuk rekreasi ke pantai
panjang. Keamanan juga menjadi faktor yang menyebabkan masyarakat senang
berkunjung ke Bancoleen Mall, area parker yang luas serta adanya tempat
penitipan helm memberikan nilai keamanan yang lebih mengikat aksi pencurian
helm di Kota Bengkulu kerap kali terjadi. Namun dibalik senangnya masyarakat
dating ke Bancoleen Mall juga tidak terlepas dari adanya complain seperti
masalah AC yang kurang bekerja maksimal serta kebersihan ruangan dalam
maupun luar, tetapi ini tidaklah menjadi masalah yang sangat serius mengingat
komplain yang disampaikan pun tidak terlalu sering disampaikan oleh
pengunjung.
30
4.1.2.2. Terjualnya barang dagangan dan tubuhnya perekonomian
Dalam penjualan barang dagangan baik itu barang habis pakai maupun
belum habis pakai tergantung pada jumah pemerintahan dan konsumen . Dari
wawancara yang bernarasumber salah satu menejer dari salah satu toko (Mokko
factory) dia mengatakan biasanya barang dagangan mereka yaitu makanan san
minuman ramai dibeli oleh para pengunjung pada akhir pekan. Mengenai jumlah
keuntungan yang di didapat dari terjualanya barang juga sangat tergantung pada
banyaknya konsumen namun dalam tiga tahun berdirinya mokko factory di
bencoolen mall ternyata keuntungan mereka masih tetap naik namun dari segi
pengunjung semakin menurun akibat semkin banyaknya kompetitor baik itu
seperti heypermart maupun toko sejenis, selain itu pengurangan pelayanan dari
menejemen bencoolen mall seperti kelistrikan menyebabkan susana dalam toko
cukup panas akibat AC yang tidak mendapatkan listrik yang cukup sehingga
kenyamanan dalam toko pun terasa kurang.
Sama halnya dengan point di atas terjualnya barang dagangan sangat
digantungkan pada jumlah konsumen yang berkunjung dan berbelanja di PTM.
Barang dagangan yang ada di PTM biasanya ramai dibeli oleh masyarakat
terutama pad khir pekan. Biasanya masyarakat yang banyak berkunjung adalah
mahasiswa dan pelajar sebagian lainnya adalah kalangan orang tua.
Terjualnya barang jualan di bencoolen mall sangat bergantung pada sedikit
banyaknya jumlah pengunjung yang berbelanja. Namun sebagai usaha dalam
meningkatkan penjualan barang tesebut pihak bencoolen mall terus berusaha
untuk meningkatkan kinerja dan faselitas pengunjung dalam berbelanja. Oleh
karna itu pelayanan terhadap publik ini menjadi dasar dalam menentukan
kuantitas dari barang yang dijual, dengan semakin rami dan tumbuhnya rasa
nyaman pengunjung di bencoolen mall maka akan berdampak pada pertumbuhan
masyarakatn terutama segi perekonomian.
41.2.3 Besarnya retribusi daerah dalam menyumbang PAD
Mengenai retribusi daera, tentunya kedua pihak baik itu pasar modern
maupun bencoolen mall sama-sama memberikan kontribusi bagi PAD kota
31
bengkulu. Namun setiap tarif yang diberikan pemerintah tidaklah sama, hal ini
tergantung pada keadaan dari kedua pusat belanja tersebut seperti dari luar
wilayah, pendapataannya, dan indikator-indikator oleh pemerintah lainnya.
Biasanya sektor yang ditarik restribusi adalah parkir,tenaga kebersihan, dan
bangunan. Mengenai kontribusi pihak bencoolen mall juga berasal dari pajak yang
dikenakan oleh pemerintah. Untuk mengetahui seberapa besar uang yang menjadi
retribusi dan pajak selanjutnya merupakan kerahasian dan kewenangan dari
pimpinan pusat karna pihak pengelola baik itu pasar modern maupun Bencoolen
Mall hanya bertindak sebagai operasional dari pusat. Sebagai suatu badan usaha
yang berdiri pada wilayah kekuasaan pemerintah yaitu pemerintah kota Bengkulu,
pihak mega mall diwajibkan untuk memberikan kontribusi bagi pendapatan asli
daerah (PAD) baik itu dalam bentuk pajak, retribusi maupun bagi hasil. Pajak dan
retribusi yang dilaporkan dan dibayarkan pemerintah kota bengkulu , terdiri dari
pajak makanan,retribusi parkir, pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan
nilai(PPN), dan pajak lainnya yang menyangkut pengelolaan mega mall.
Sementara untuk bagi hasil oleh pihak pengelola mega mall dengan pemerintah
kota didasarkan atas adanya perjanjian kedua belah pihak. Bagi hasil tersebut
dapat di tentukan sebagain besar untuk pemerintah, sebagian besar untuk mega
mall atau dapat juga dibagi rata/seimbang. Tentang besarnya restribusi bagi PAD
maka mega mall memberikan kontribusi sehingga banyaknya pajak, restribusi,
serta bagi hasil yang menjadi kewajiban untuk dilaporkan dan dibayarkan kepada
pemerintah selaku yang pihak mempunyai kuasa atas wilayah bersangkutan.
Namun besar nominal kontribusi mega mall dalam PAD maka tidak dapat
dijelaskan atau di publikasikan bagi masyarakat umum dikarnakan untuk
menghindari adanya penyalahgunaan informasi yang menyebabkan kerugian
terutama pihak mrga mall, pemerintah maupun masyarakat. Peneliti mempunyai
kesan ada yang dirahasiakan atau ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
4.2.3. Pengelolaan maintenence infrastrusktur layanan publik
4.2.3.1 Alokasi pemeliharaan
Untuk alokasi dana pemeliharaan bencoolen mall sepenuhnya menjadi
tanggung jawab pihak bencoolen mall. Setiap pendapatan yang diperoleh oleh
32
pengelola bencoolen mall selanjutnya dikumpulkan untuk di bahas dalam
penganggaran belanja seperti pembangunan,pemeliharaan,dan perbaikan
infrastruktur guna meningkatkan pelayanan bagi masyarakat. Oleh karna sebagai
pihak pengelola yang sepenuhnya bertanggung jawab atas pemeliharaan kawasan
bencoolen mall maka tidak ada unsur bantuan alokasi sana dari pemerintah namun
dalam segi penataan, penertiban, dan penjagaan lingkungan kedua pihak ini saling
berkordinasi dan memfaselitasi dalam proses pelayanan. Alokasi dana
pemeliharaan merupkan dana yang dikeluarkan /dianggarakan dalam rangka
pemeliharaan setiap sumberdaya yang ada dalam suatu instansi pemerintahan
maupun perusahaan swasta. Di Mega mall, usaha pemeliharaan faselitas gedung
baik itu yang ada di luar maupun di dalam gedung sepenuhnya didanai oleh pihak
mega mall itu sendiri tanpa adanya dana campur tangan dari pemerintah. Dalam
manejemen mega mall dana pemeliharaan yang disebut juga sebagai cost of
operation adalah dana yang dikeluarkan dalam upaya peningkatan pelayanan bagi
publik untuk menjaga kesetabilan usaha yang ada di mega mall serta menjaga
kenyamanan pengunjung setia mega mall.
4.1.3.2 Restribusi pengelolaan pasar modern
Restribusi pengelolaan pasar modern merupakan pelimpahan wewenang
pengelolaan pelayanan dimana pemimpin menunjuk bawahannya yang percaya
untuk mengelola setiap oprasional pelayanan. Untuk lebih lanjutnya belum dapat
ditemukan secara detail tentang aspek ini.
4.1.3.3 Outsoursing dalam pengelolaan
Dalam pengelolaan pemeliharaan infrastruktur layanan publik Bencoolen
Mall menggunakan karyawan outsourcing seperti untuk petugas kebersihan dan
keamanan.Selain itu outsoursing juga digunakan oleh beberapa toko seperti
Mokko Factory dengan sistem siff dimana siff 1 dimulai dari jam 8 samapai jam 4
sore dan siff 2 mulai dari jam 2 sampai dengan jam 10 malam,namun sistrm siff
ini dapat berubah sewaktu-waktu sesuai keputusan pengelola dari pihak toko.
Dalam pengelolaan dan pemeliharaan pasar modern outsourcing
digunakan untuk bertugas dalam menjaga keamanan,kerbersihan,dan petugas
33
parkir. Maka pihak pasar modern meminta pihak ketiga selaku penyalur
outsourcing untuk menyalurkan pekerjanya ke pasar modern sesuai dengan bidang
kerja yang ia tempati atau kuasai.
Sementara untuk pengelolaan Bencoolen Mall juga tidak jauh berbeda
dengan yang diterapkan oleh pasat modern karena outsourcing dimulai dapat
memberikan efesiensi terhadapa pengeluaran anggaran pengelola. Outsourcing ini
mereka tugaskan untuk menjaga keamanan,kebersihan,dan sektor parkir dan untuk
sistem gaji ditentukan oleh phak penyalur outsourcing selaku pihak yang
berwenang. Tentunya penentuan upah/gaji sudah disepakati sebelumnya oleh
pengelola Bencoolen Mall dengan penyalur jasa outsourcing.Outcourcing (alih
daya) menurut wikipedia bahasa indonesia adalah pemindahan pekerjaan (operasi)
dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Hal ini biasanya dilakukan untuk
memperkecil biaya produksi atau untuk memusatkan perhatian kepada hal utama
dari perusahaan tersebut.Di Mega Mall juga menggunakan tenaga outsourcing
seperti untuk petugas kebersihan, petugas keamanan, serta petugas parkir.
Kemudian mengenai upah/gaji dan jam kerja mengacu pada peraturan yang telah
ditetapkan oleh pihak dinas tenaga kerja sehingga baik phak mega mall dengan
penyedia outsourcing sama-sama berbasis peraturan ini. Dari observasi yang
dilakukan bahwa peran oursourcing ini sudah cukup baik dimana merkea
mengerjakan tugasnya masing-masing walaupun terdapat catatan khusus dalam
peningkatan kerja seperti penjagaan kerbersihan yang harus lebih diperhatikan,
jaminan akan keamaan barang bawaan konsumen baik yang ada diluar (lahan
parkir) maupun yang ada di dalam, dan penyediaan lahan parkir yang kurang
seperti untuk mobil yang jika pada hari ramai kadang tidak mampu menampung
banayaknya kendaraan.
4.1.3.4 Keterlibatan pemerintah daerah dalam pengawasan pemeliharaan
asset
Bencoolen Mall adalah pusat perbelanjaan yang berada di atas lahan
pemerintah kota bengkuku sehingga dalam setiap pengelolaan baik itu pada proses
pembangunan,pemeliharaam,atau masalah lainnya pemerintah ikut terlibat
namunhanya terbatas pada hal-hal eksternal dari pengelolaan Bencoolen Mall
34
seperti pengawasan, fasilitasi, dan perizinan. Berdasarkan pernyataan yang
diungkapakan oleh pengelola Bencoolen Mall keterlibatan pemerintah sudah
cukup membantu namun pihak pengelola mengharapkan agar pihak pemerintah
daerah lebih meningkatkan serta memperbaiki kinerjanya terutama dalam
pemberian izin khususnya bagi investor sehingga mereka tertarik dan
berkeinginan untuk menginvestasikan usaha maupun modalnya di Bencoolen Mall
agar tumbuh dan berkembang semakin besar sehingga mampu menopang
kehidupan ekonomi masyarakat khususnya di kota Bengkulu. Ketertiban
pemerintah terhadap Mega Mall adalah pemberian izni usaha, karena hanya
pemerintah yang mempunyai wewenang tersebut. Selain itu juga perintah ikut
terlibat dalam pengawasaan ketenagakerjaaan melalui dinas tenaga kerja dan jika
ada permasalahan yang menyangkut hal ini maka pihak yang berkonflik baik
secara individual maupun kelompok dapat melaporkan setiap pelanggaran
ketenagakerjaan sehingaa dapat didiskusikandan dicari penyelesaian masalahnya
baik secara kekeluargaan maupun melalui jalur hukum. Sementara di dalam
pengeloaan dan pemeliharaan infrastruktur layanan publik pihak Mega Mall
bertanggung jawab penuh dengan tidak ada keterlibatan dari pemerintah.
4.2 Faktor faktor lain yang menyebabkan munculnya Public Private
Partnership
Berdasarkan observsi yang dilakukan dan diskusi terfokus,maka peneliti
memfokuskan tema diskusi oada faktor faktor lain yang menyebabkan pada
munculnya Publik Private Partnership.Dari hasil diskusi terfokus dapat diambil
kesimpulan bahwa faktor lain penyebab dilakukan kemitraan organisasi publik
dengan swasta terkait dengan penyediaan infrastruktur pasar modern di kota
Bengkulu adalah inspirasi politik dari kepala daerah,aspek globalisasi dan
pengembangan organisasi (orgazanitional development).
6.2.1. Inspirasi Politik
Walikota sebagai kepala daerah sangat menetukan arah kebijakan
pembangunan dan kemajuan kota. Dengan berbagai ide dan gagasan sepanjang
rasional dan beralasan,akan dapat dipertanggungjawabkan di depan anggota
depan,maupun di sosalisasikan kepada masyarakat. Yang akan dipaparkan terkait
35
dengan inspirasi politik adalah latar belakang muculnya ide kemitraan, dasar
pemikiran, dan pengkajian kemitraan dalam rencana strategis pemerintah daerah.
4.2.1.1. Kemitraan Organisasi Publik dengan Swasta
Menurut kepala bagian kerjasama daerah kota Bengkulu, Fajrul Efendy
bahwa ide Kemitraaan pada awalnya terinspirasi dari pemikiran tentang
kebutuhan daerah dan dalam rangka pembangunan kota Bengkulu yang pada
faktanya dana pembangunan memiliki keterbatasan sehingga tidak seirung dengan
program pembanguna yang seharusnya. Oleh karena itu sesuai dengan konsep
otonomi daerah,bahwa setiap daerah dituntu untuk berlomba lomba membangun
daerah masing-masing, termasuk dengan cara menarik investor sebanyak
banyaknya dalam rangka mendukung program pembangunan daerah. Maka
menganut pada Permndagri no 17 tahun 2007 tentang pengelolaan aset-aset
daerah dan PP no 50 tahun 2007 tentang tata cara kerja sama daerah,serta Perda
kota Bengkulu no 8 tahun 2008, Pemerintah memiliki inisiatif untuk menerima
investor melalui kerja sama public private partnership dengan sisten (BOT) atau
Bangun Guna Serah (BGS) dalam rangka menunjang fasilitas kebutuhan Kota
Bengkulu,termasuk pendapatan,pengurangan pengangguran dan sebagainya.
Pada awalnya prosedur kemitraan dilakukan melalui dinas teknis daerah
terlebih dahulu untuk kemudian disepakati oleh eksekutif daerah. Namun usaha
pemerintah Ajhmad Kamedi untuk satu atap maka setelah memenuhi syarat-syarat
dan dianggap layak maka pihak pemerintah memiliki tim khusus untuk membedah
dan menganalisis untung dan rugi dari kerja sama tersebut untuk kemudin
disepakati bersama dinas-dinas terkait.
Kerjasama Kemitraan dengan PT Dwisaha Trigadi Jo untuk (PTM)dan PT
Impian Bengkulu Indah untuk (BIM) dirilis dan dilakukan pada masa pemerintahn
Ahmad Kanedi Periode 2007-2008 memandang pada keuntungan yang didapat
pemerintah bdari berbagai sektor yang menjadi variabel-variabel dalam
pembangunan. Karena faktor inillah maka pemerintah melakukan kerjasama
tersebut tentunya dengan pertimbangan-pertimbangan yang sangat matang atas
kesepakatan yang telah diatur dan dijelaskan dalam perjanjian.
36
4.2.1.2 Alasan Kemitraan
Dasar pemikiran dilaksanakannya kemitraan ini adalah keinginan daerah
dalam rangka pembangunan masyarakat. Hal ini mencakup sektor-sektor
pendapatan hingga pada sektor perekonomian masyarakat. Tingkat keuntungan
dari program public private partnership dengan pihak ketiga pada PT Impian
Bengkulu Indah dan PT Dwisaha Trigadi Jo dengan sistem Buils Operate Transfer
(BOT) dapat membantu rencana pembangunan Kota Bengkulu,dalam kompetisi
antar daerah. Pemerintah Daerah Kota Bengkulu berharap memiliki ciri khas
daerah dan fasilitas yang menambah gairah ekonomi masyarakat.
Mengingat keterbatasan dana dn program pembangunan sehingga
kemitraan menjadi salah satu solusi ketika ada pertanyaan mengapa tidak
langsung di ambil alih dan dibangun pemerintah. Pembangunan Mega Mall dan
PTM menghabiskan dana sekitar 92 Milyar lebih,belum lagi operationalnya.Untuk
itu guna menunjang kesejahteraan masyarakat maka kemitraan ini dilakukan
dengan harapan kemanfaatan yang sebesar-besarnya.
4.2.1.3. Dasar Hukum/Perda
1. Perda Bengkulu No.8 tahun 2008 tanggal 20 Oktober 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat,Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah dn Lembaga Teknis Daerah
2. Perda Bengkulu No 9 tahun 2008 tentang Organisasi dan tata kerja lain
lembaga daerah
3. Permendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Barang Milik Daerah
4. PP Republik Indonesia Noor 17 tahun 2009 tentang Pajak penghasilan atas
penghasilan atas transaksi Derivatif berupa Kontrak berjangka yang
diperdagangkan di Bursa
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2007 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah
37
4.2.1.4. Keinginan atau Kebijakan Khusus Pemerintah
Keinginan atau Kebijakan Khusus Pemerintah mengenai program
kemitraan ini antara lain:
1. PAD Kota Bengkulu
2. Pemberdayaan tenaga kerja/mengurangi tingkat pengangguran Kota
Bengkulu dengan jumlah lapangan kerja yang ada.
3. Meningkatkan perekonimian rakyat melalui kegiatan pasar di PTM dan
BIM .
4. Memenuhi Kebutuhan Daerah,yaitu kebutuhan Pusat Pasar sebagai pusat
keramaian.
5. Menarik minat investor dan pedagang kelas atas hingga menengah dan
kebawah.
Selain pada tujuan tersebut, dengan system BOT / BGS ( Bangun Guna
Serah) maka sesuai MOU pada titik jangka tahun tertentu maka hak milik
bangunan tersebut kembali kepada pemerintah daerah Kota Bengkulu. Ini
merupakan kesempatan dan peluang yang cukup baik karena tanpa modal dasar
pemerintah dapat mempunyai pendapatan besar walaupun dalam tahap waktu
yang lama. Untuk mengetahui respon keterkaitan Inspirasi politik dengan Public
Private Partnership dapat dilihat pada table 11 berikut :
Tabel 4.2 : Respon keterkaitan Inspirasi Politik dengan Public Private
Partnership
No Pertanyaan Narasumber Respon/Jawaban1 Apa yang melatar
belakangi munculnya
ide kemitraan ?
Kabid
Kerjasama
(Fajrul Afendi)
Latar belakang ide kemitraan
berawal dari usaha Pemerintah
dalam rangka Pembangunan
Kota Bengkulu yang berada
pada posisi wisata strategis tapi
anggaran tidak mampu
38
membangun dalam skala pasar
modern sehingga dengan
kerjasama tersebut dapat
menjadi sebuah solusi terbaik
untuk menarik minat wisatawan
serta sebagai pusat keramaian
masyarakat kota Bengkulu.H. Fachrudin
Siregar
(Asisten II
Kota
Bengkulu)
Pada mulanya kerjasama ini
dilaksanakan guna kemajuan
ekonomi dan pembangunan kota
Bengkulu. Kerjasama dilakukan
karena anggaran daerah / biaya
kurang mencukupi. Mungkin
Kita bisa membangun kedua
pusat keramaan tersebut, namun
dalam pengelolaannya kita tidak
mampu sehingga kerjasama
merupakan sebuah solusi yang
baik dalam rangka
pembangunan kota Bengkulu.Ketua Dewan
Perwakilan
Rakyat kota
Bengkulu
( Sawaludin
Simbolon )
Posisi Dewan adalah sebagai
legisla dan pengawasan. Kalau
pertanyaanya adalah latar
belakang secara garis besar
kerjasama ini merupakan sebuah
pola strategi dalam rangka
pembangunan kota Bengkulu.
Dalam desentraisasi setiap
daerah berkewajiban
berkompetisi untuk kemajuan
daerah masing – masing
sehingga pasar modern juga
menjadi salah satu kebutuhan
39
masyarakat sekaligus sebagai
ciri khas kota Bengkulu
sehingga melalui kerjasama ini
pemrintah dapat memenuhinya.Plt. Kepala
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
Disperindag hanya sebagai
SKPD tekait yang melaksanakan
tupoksi tekhnisnya. Pertanyaan
latar belakang itu merupakan
inisiatif dan ide pemerintah
kota. Yang jelas dengan adanya
kerjasama ini sangat membantu
kota Bengkulu apalagi terletak
dikawasan wisata ( BIM ) dan di
pusat kota ( MEMO )Selupati, SH
( Sekwan Kota
Bengkulu )
Latar belakang kerjasama pada
mulanya terinspirasi dari
kebutuhan pasar modern kota
Bengkulu dan mengacu pada PP
50 tahun 2007 tentang tata cara
kerjasama dengan pihak swasta,
untuk pengadaan pasar modern
dengan pertimbangan
keuntungan di kedua belah
pihak. Adapun kerjasama di
BIM adlah PT. Bengkulu Indah
Mandiri dan MEMO dengan PT.
Dwi Saras Abadi.2 Apa yang menjadi dasr
pemikiran
dilaksanakannya
kerjasama dengan
pihak ketiga ?
Kabid
Kerjasama
( Fajrul
Afendy )
- Menambah fasilitas
pasar modern sebagai
kebutuhan masyarakat
kota Bengkulu.
- Keuntungan di kedua
belah pihak.
40
- Pusat keramian
masyarakat sekaligus
sebagai pusat
pembelanjaan modern.
- Ciri khas dan pendukung
pariwisata kota
Bengkulu.3 Terkait Renstra
Pemerintah Daerah
Kota Bengkulu, apakah
ada hubungan erat
dengan kerjasama
kemitraan ini ?
Kabid
Kerjasama
( Fajrul Afendi
)
Berbicara rencana strategis jelas
bagian khususnya pada Pemda
menghadap Asisten II secara
langsung idealnya, pihak
kerjasama hanya melaksanakan
tekhnis dan realisasi bagian
kerjasama. Namun apabila boleh
menanggapi kurang ada kaitan
secara tertulis tentang kerjasama
kemitraan namun keterkaitannya
adalah pada penyediaan fasilitas
sarana dan prasarana yang
menjadi kebutuhan masyarakat.H. Fachrudin
Siregar
( Asisten II
Kota Bengkulu
)
Pengadaan pasar modern
sebagai salah satu kebutuhan
masyarakat memang sudah
menjadi bagian dalam renstra
daerah kota Bengkulu, namun
kemitraan merupakan salah satu
cara dalam rangka strategi
pencapaian program – program
pemerintah tersebut.4 Berbicara Dasar
Hukum / Perda, dasar
hokum apa yang
melandasi kegiatan
Kabag
Kerjasama
( Fajrul
Afendy )
1. Perda No. 8 tahun 2008
tanggal 20 Oktober 2008
tentang Organisasi dan
Tata Kerja Inspektorat,
41
program kemitraan
ini ? H. Fachrudin
Siregar
( Asisten II
Kota Bengkulu
)
Ketua Dewan
Kota Bengkulu
( Sawaludin
Simbolon )
Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah
dan Lembaga Teknis
Daerah.
2. Perda No. 9 tahun 2008
tentang Organisasi dan
tata kerja lain lembaga
daerah.
3. Permendagri No. 17
tahun 2007 tentang
Pedoman Tekhnis
Pengelolaan Barang
Milik Daerah.
4. PP Republik Indonesia
No. 17 tahun 2009
tentang pajak
penghasilan atas
penghasilan dari
transaksi Derivatif
berupakontrak berjangka
yang diperdagangkan di
bursa.
5. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No.
50 tahun 2007 tantang
Tata Cara Pelaksanaan
Kerjasama Daerah.5 Apakah ada keinginan
atau kebijakan khusus
pemerintah mengenai
program Public Pivate
Partnership ini ?
Ketua Dewan
Kota Bengkulu
( Sawaludin
Simbolon )
Yang jelas sejauh ini kami ingin
fasilitas pasar modern tersedia di
kota Bengkulu. Untuk rencana
berkelanjutan kita belum punya
target khusus mengenai hal ini.
Karena sekarang MOU antara
42
pihak pemerintah dengan pihak
ketiga sedang dalam
pembahasan khusu kembali.Kabid
Kerjasama
( Fajrul
Afendy )
Sesuai dengan MOU bahwa
tujuan khusus pemerintah dalam
hal ini adlah tejadinya kerjasama
yang menguntungkan kedua
belah pihak sehingga dapat
saling memberikan kontribusi.
Yang jelas kesepakatan di
jelaskan secara rinci dalam
MOU yang sudah disepakati
antar kedua belah pihak.H. Fachrudin
Siregar
( Asisten II
Kota Bengkulu
)
Pada awalnya tujuan khusus
pemerintah adalah tersedianya
pasar modern sebagai sebuah
pusat perbelanjaan di kota
Bengkulu.Sumber : Penelitian ( Diolah, 2013 )
Dari table tersebut menunjukan bahwa berdirinya Pasar Modern penuh dengan
konflik dan trik menarik. Namun demikian pasar modern ini terwujud dengan
kegigihan pihak pemerintah daerah untuk mewujudkan keramaian, kemajuan dan
peningkatan ekonomi masyarakat.
4.2.2. Aspek Globalisasi
Sebagai kota yang relative baru, Bengkulu tetap menjadi imbas dari aspek
globalisasi. Pengaruh globalisasi yang menjalar sampai kota Bengkulu merupakan
suatu anugrah untuk mensejajarkan Bengkulu dengan kota lain di Indonesia.
Aspekglobalisasi yang dikaji menyangkut beberapa hal terkait dengan pertimbangan
43
aspek globalisasi dalam kemitraan, keterkaitan pembangunan dalam globalisasi, dan
akses yang ditimbulkam atas pendirian pasar modern.
4.2.2.1. Pertimbangan Aspek Globalisasi dalam Kemitraan
Sesuai hasil wawancara dan input data di bidang Kerjasama Daerah, Kepala
Bagian tersebut menjelaskan bahwa globalisasi merupakan sebuah tantangan bersama
yang harus dihadapi semua lini baik dari pemerintahan hingga masyarakat kelas
bawah termasuk mahasiswa. Oleh karena itu tantangan pasti dihadapi bersama oleh
masyarakat kota Bengkulu dalam beberapa tahun kedepan. Pertimbangan aspek
globalisasi terkait kemitraan ini masih belum ada antisipasi dan rencana khusus dalam
menghadapi tantangan beberapa tahun kedepan tersebut. Namun jelas ada kesiapan
dalam pemerintah sendiri untuk menghadapi hal tersebut dari program – program lain
yang terkait pembangunan ekonomo.
4.2.2.2. Keterkaitan Pembangunan dengan Globalisasi
Keterkaitan pembangunan kota dengan globalisasi sangan erat dan jelas.
Ketika globalisasi berlaku dan berjalan, maka akan menjadi ancaman, hambatan
atau tantangan dalam pembangunan yang focus pada kesejahteraan rakyat.
Apalagi pembangunan tidak hanya satu sisi saja. Assisten II kota Bengkulu
mengatakan kebijakan mengenai kemitraan tersebut tidsk begitu buruk,
pertimbangan yang diambil adalah peningkatan perekonomian rakyat. Globalisasi
tidak bisa dihindari lagi, rakyat kota Bengkulu harus siap menghadapi kemajuan
zaman. Selanjutnya Kepala Bagian Kerjasama Setda Kota Bengkulu, Fajrul
Apandi berpendapat bahwa :
“ Supaya suatu daerah bisa berkembang maka daerah tersebut harus bisa
menarik investor sebanyak – banyaknya, di era globalisasi saat ini banyak pihak
swasta yang ingin menanamkan modalnya maka pemerintah harus bisa
memfasilitasinya dan salah satu caranya ialah dengan menjalin kemitraan tersebut.
Bengkulu harus bisa menjadi daerah yang modern. ”
44
Dengan mengajak investor dating ke Bengkulu berarti upaya membuka
diri dalam mengembangkan perekonomian daerah. Banyak dampak positif dari
kebijakan ini yaitu kita belajar membuka diri terhadap pihak – pihak luar yang
mungkin akan menjadi investor kita, belajar mengelola pasar modern, membantu
percepatan pembangunan, dan akan menambah pemasukan daerah ( Fachrudin,
Ass. II ).
Pasar modern yang ada di Kota Bengkulu keberadaannya menambah
keramaian kota, dan merangsang pertumbuhan ekonomi di sekitarnya. Namun ada
sisi lain yang memprihatinkan bahwa pemilik pasar modern bukanlah orang
Bengkulu, sehingga kita hanya mendapatkan keramaiannya saja, sedangkan
keuntungan dibawa pergi keluar kota. Seperti pernyataan dari Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah kota Bengkulu, Sawaludin Simbolon bahwa:
“Kita harus cerdas untuk tidak larut dalam globalisasi, ekonomi Bengkulu
harus tumbuh dan berkembang, dirangsang oleh adanya pasar modern.
Dengan pasar modern diharapkan pelaku-pelaku ekonomi Kota Bengkulu
dan masyaraka Propinsi Bengkulu hendaknya berkontribusi menjad
usahawan-usahawan yang handal. Semua produk pasar modern lebih baik
jika saatnya nanti diisi oleh hasil usaha masyarakat Kota Bengkulu dan
sekitarnya”.
Tantangan yang dihadapi selanjutnya adalah sifat konsumeris masyarakat
Kota dengan kehadiran pasar modern. Banyaknya anak-anak, remaja, ibu-ibu dan
orang tua berbelanja, dikhawatirkan bahwa masyarakat Kota menjadi masyarakat
konsumen, bukan produsen. Ditemu penel[iti beberapa anak remaja datang ke
Bencolen Mall dengan berbagai argument. 20 orang diteliti, 12 orang atau 60%
hanya jalan-jalan hanya sekedar melihat-lihat. 2 orang atau 10% mencari
kebutuhan sekolah, 4 orang atau 20% berbelanja makanan dan minuman,
selebihnya 2 orang atau 10% menikmati makanan di restotran. Dari kondisi
tersebut menunjukkan bahwa dengan globalisasi ekonomi, melalui keberadaan
pasar modern cenderung menyebabkan pola hidup konsumeris.
Selanjutnya penelitian pada 100 pengunjung yang berstatus ibu rumah
tangga, dokonfirmasi bahwa 42 orang atau 42% berbelanja kebutuhan rumah
45
tangga 25 orang juga atau 25% sekedar jalan-jalan melihat barang-barang, 11
orang atau 11% menganta anaknya mencari kebutuhan sekolah, selebihnya 22
orang menikmati makan cepat saji. Dari sebaran presentase kunjungan ibu rumah
tangga yang datanya dibantu oleh numerator, menunjukkan bahwa kebutuhan
ibu-ibu dalam berbelanja, disamping hanya cuci mata sambil melakukan survey
harga.
Sedangkan pengunjung dari pria dewasa yang diteliti sebanyak 100 orang
juga, diperoleh data bahwa 72 orang atau 72% mendampingi istri, keluarga atau
calon istri berbelanja. 5 orang atau 5% berbelanja untuk keperluan sendiri, 4
belanja untuk keperluan rumah tangga, dan 12 orang atau 12% untuk makan
siang/malam, 7 orang atau 7% sekedar melihat-lihat show room yang biasanya
berupa showroom motor, mobil atau alat-alat elektrik atau elektronik.
Keberadaan pasar modern di Kota Bengkulu sisi lain memberi semangat
untuk membangun masarakat Bengkulu, dengan adanya Mall masyarakt
tidaklahtidaklah harus jauh berpergian kejakarta, Bandung atau kota lain untuk
berbelanja. Namun di sisi lain, tantangan globalisasi membutuhkan kebijakan
pemerintah Kota dapat memberi kesejahteraan bagi masyarakatnya.
4.2.2.3 Akses/Manfaat yang timbul atas pendirian pasar modern
Pendirian pasar modern sebagai sebuah usaha peningkatan perekonomian
kota sangat berdamppak positif dan dampak negatif. Dampak positif, khususnya
dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah. Pasar modern sebagai tempat jual
beli dengan kepastian elit dapat menambah pendapatan pajak, mmpercepat
pendapatan uang, memberdayakan banyak tenaga kerja, memperkenalkan barang
atau perkakas elit/berteknologi, memancing investor atau pedagang dari daerah
lain untuk masuk, sebagai pusat keberanian, dan hiburan. Dampak negati
kurangnya lahan usaha bagi pedagang tradisionl yang ada di pasar tradisional.
pasar modern memberi keuntungan pada sedikit orang, sedangkan pasar
tradisional pada banyak orang.
46
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hakekatnya bahwa pemerintah Kota Bengkulu berkeinginan menjadikan
kota Bengkulu dalam kemajuan pembangunan dan keramaian, sejajar
dengan kota-kota lain yang setara. Selain itu sebagai indikasi kota, maka
setidaknya memiliki pusat pertukaran ataun pasar modern. Keberadaan
pasar modern selain sebagai tempat belanja, rekreasi, dan hiburan, juga
sebagai lokasi yang keberadaannya menjadi penghasil ekomomi daerah
dan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Dengan keberadaan pasar modern
ternyata mempengaruhi ekonomi mikro disekitar lokasi, karena banyak
berdiri warung-warubg yang juga menggelarkan ekonomi masyarakat.
47
2. Pembangunan infrastruktur pasar modern di kota Bengkulu yang
dilakukan dengan bentuk kerjasama kemitraan (Public Private
Partnership) dilatarbelakangi oleh tidak adanya dana (kemampuan
ekonomis) pemerintah daerah kota Bengkulu dalam membangun sendiri
infrastruktur pasar modern. Pasar modern yang dimaksud adalah Bencolen
Mall dan pasar tradisional (PTM) atau yang sering disebut Mega Mall.
Modal yang ditanamkan Pemerintah Daerah untuk mengadakan
infrastruktur Bencolen Mall adalah lahan senilai 50% seleb[ihnya dari
investor. Sedangkan pembangunan fisik ditanggung sepenuhnya (100%)
investor. Sebagai konsekwensi kedua belah pihak, yaitu pemerintah kota
pihak swasta (PT Impian Bengkulu Indah) sebagai investor menyepakati
perjanjian kerjasama dengan bentuk Public private partnership dengan
model Build Operate Transfer (BOT). Maksudnya setelah infrastruktur
jadi, maka pengelolaan dilakukan oleh pihak investor/swasta selama 30
tahun, selebihnya diserahkan ke pemerintah kota untuk dijadikan aset
daerah. Selama waktu perjanjian (Memorandum pf understanding), pihak
swasta diberi kewenanangan untuk mengatur (mengelola) sepenuhnya.
Sedangkan Pemerintah Kota mendapatkan kontribusi pajak daerah
sebagaimana mestinya usaha-usaha dagang yang telah diatur Pemerintah
Daerah. Pengelolaan parkir juga dilakukan pihak Bencolen Mall,
pemerintah Kota hanya mendapatkan retribusi dari parkir yang ternyata
pada saat ini menjadi masalah, karena pembagian hasil yang dianggap
mengingkari kesepakatan. Pasar modern berikutnya adalah Pasar
Tradisional Modern (PTM) atau sering disebut dengan Mega Mall, yang
berlokasi dipusat kota. Kesepakatan kedua belah pihak antara Pemerintah
Kota dan Pihak swasta/ investor terkait Mega Mall berbeda dengan
Bencolen Mall. Pengadaan lahan Mega Mall sepenuhnya (100%) dikan
pemerintah Kota Bengkulu, sedangkan pembangunan fisik infrastruktur
sepenuhnya (100%) dibangun oleh pihak investor/swasta. Perjanjian
menyebutkan bahwa setelah infrastruktur fisik selesai dibangun, maka
pengelolaan sepenuhnya dengan pihak investor selama 20 tahun,
selebihnya diserahkan ke Pemerintah Kota dan menjadi aset daerah.
48
Selama masa pengelolaan pihak swasta/ investor, pemerintah kota masih
mendapat kontribusi berupa pajak daerah, dan juga mendapat kontribusi
dan parkir sebesar 30% dari penerimaan parkir. Seperti juga Bencolen
Mall, di Mega Mall juga terdapat masalah terkait dengan kontribusi yang
harusnya dibayar oleh pihak swasta, tidak sepenuhnya dilakukan dengan
alasan pendapatan secaraa keseluruhan dari pasar modern tidak sesuai
dengan target pendapatan yang diperkirakan.
3. Pengelolaan atau manajemen pasar modal di Kota Bengkulu sepenuhnya
dilakukan oleh Manajemen Bencoonlen Mall. Dalam bidang pendanaan,
mulai dari biaya pembangunan fisik sepenuhnya ditanggung oleh swasta.
Pelayanan terhadap konsumen dibawah binaan manajemen pasar modern.
Berkaitan dengan pelayanan kepada konsumen, pihak manjemen telah
memberi kewenangan sepenuhnya kepada pemilik kios atau toko untuk
melakukan pelayanan kepada konsumen sebaik-baiknya. Pada
kenyataannya bahwa pemilik kios maupun toko juga mengindahkan
keinginan manajemen, mengingat bahwa pelayanan kepada konsumen
merupakan keharusan yang secara pribadi masing-masing toko/ kios
melakukannya. pelayanan terhadap konsumen yang bersifat umum seperti
pengadaan toilet/urinoir, fasilitas parkir, ATM center, dan ruang tunggu
menjadi tanggung jawab manajemen. Begitu juga dengan pemeliharaan
infrastruktur, dikelola oleh pihak swasta dengan melibatkan para pemilik
kios atau toko untuk berpartisipasi. Bentuk partisipasi adalah kebersihan
dan keindahan di dalam kios atau toko menjadi tanggung jawab
manajemen.
4. penyediaan infrastruktur layanan publik berupa pasar modern di Kota
Bengkulu cenderung memberi peluang keuntugan bagi swasta,
dibandingkan kemanfaatan bagi pemerintah dan masyarakat. Pemerintah
kota sebagai pihak yang memiliki kewenangan formal (membuat regulasi,
menarik retribusi, dan kebijakan lain) merasa dikangkangi oleh pihak
swasta. Misalnya penarikan pajak daerah, pihak manajemen tidak terbuka
dalam menyampaikan penerimaan (revenue) kepada pemerintah kota. Tarif
parkir seharusnya disetorkan 30% dari penerimaan, tetapi pihak swasta
49
menyiasati tarif parkir dengan tarif yang dibedakan berdasar waktu
misalnya parkir 2 jam pertama untuk mobil Rp 2000,- selebihnya Rp
2000,- per jam, sedangkan yang disetorkan hanya berdasar jumlah
kendaraan dikalikan tarif standar parkir, yaitu kendaraan jumlah yang
diparkir dikalikan Rp 2000,-. Bagi pemerintah daerah merupakan
ketidakjujuran pihak manajemen. Sehingga pemerintah tidak sepenuhnya
mendapatkan retribusi sesuai degan kenyataannya. Akhirnya menurut
pemerintah terjadi tuggakan yang harus di bayarkan sejumlah selisih uang
yang sebenarnya dengan yang telah disetorkan. Bagi masyarakat
keberadaan pasar modern masih sebatas pada hukum dagang, ada uang ada
barang. Artinya pasar modern menyediakan segala kebutuha masyarakat
dengan satu tempat tersedia semua. Kemanfaatan lain bahwa keberadaan
pasar modern bisa sebagai sarana rekreasi bagi kalangan anak dan remaja,
karena manajemen sering mengadakan pertunjukan hiburan.
5.2. Saran
Berdasar penelitian yang teah dilakukan dipandang perlu beberapa saran
sebagai berikut :
1. Perubahan mainset bagi masyarakat terhadap pentingnya membangun
daerah, sehingga dengan daerah yang maju maka ekonomi berkembang.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang baik pengangguran berkurang dan
kesejahteraan tercapai. 2. Upaya pemerintah daerah untuk mengadopsi kinerja swasta yang
berorientasi pada tanggungjawab untuk melakukan sesuatu yang inovatif
dan produktif, sehingga tidak berorientasi pada karakter koruptif.
--------000000--------
50
DAFTAR PUSTAKA
Agree S, 2000 Promoting good governance: Principles, Practices and
perspectives, Conmonweth secretariat, London, p 1 – 11, 68-82
Berger, Brigitte,ed, 1991, The Culture of Enterpreunership, San Fransisco Intitude
for Contemporary Studies, USA
Bungin, B, 2007, Penelitian Kualitatif, Prenada Media Group, Jakarta
--------------, 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif, PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta
Caiden, Gerald, E, 1996, The Challengeto the Administrative State, dalam
51
Frederick S. Lane (Ed). Current Issues in Public Administration.
St.Martin’s Press. New York
Creswell, J. W. 1998, Qualitatif Inquiry ad Research Design. Sage Publications,
Inc: California.
Cropsey ,Joseph, 1995, What is welfare economics, Ethics 65
Denhart RB, Theories of Public Organization, Books/ Cole Publishing Company,
California, p 52-66
Denhart RB and Grubbs J.W. 1999, Public Admiistration: An Action Orientation,
Harcourt Brace College Publisher, ew York,p 73 -133, 294- 304
Denhart JV and Denhart RB , 2003, The New Public Service, ME Sharpe, Armon,
New York, 3- 22, 169 -191
Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz, 2004. Macroeconomics,
Ninth Edition. Boston: McGraw-Hill.
Esman, MJ, 1991, Management dimensions of Development Perspektives and
Strategis, Kumarian Press, Inc, Conecticut, p113-114, 117-118, 122
Ferlie E 1996, The NewPublic Management I Action, Oxford University Press, p9
-15
Frederickson, H.George.1997. The Spirit of Pubic Administration, Jossey-Bass
Publisher, San Fransisco
Gelliner, David, 1982,Max Weber; Capitalism and the Relgion ,
Chicago, 526 -543
52
Holloway, I & Wheeler, S, 1996, Qualitative Research for nurses, Blackwell
Science,
London
Holzer M and Cahalla K, 1998, Government at Work: Best Practices and model
Programs, Sage Publications, California, p 25 -31
Idrus, Muhamad, 2009, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif, Edisi kedua, Erlangga, Jakarta
Jackson N and Carter , 2000, Rethinking Organizational Behaviour Research, holt
Rinehart an Winston, Inc, Chicago, p 27-28
Kerlinger, F.N, 1986, Foundation of Behavioral Research, Holt, Rinehart and
Winston Inc, Chicago, 27-28
Kooima J (ed), 1993, Modern Government –society Interact
sage Publications, Londo, p 2-6, 35-41, 149-157
Kooiman J and Vliet M, 1993, Government ad Public Organization, sage
Publications, Londo, p 58 – 72
Meleong, Lexy J, 2000, Metode Penelitian Kuatatif, Remaja Rosdakarya,
Bandung.
--------------------, 2002, Metodologi Penelitia Kualitatif, Remaja Rosdkarya,
Bandung.
Naisbitt, John dan Patricia Aburdene.,1990.,Megatrends 2000. Pan Books London
Pierre, Jon dan E Guy Peters, 1997, Governance, Politics, and State. Macmillan
Ltd,
Houndmills. England
Rakhmat,200, Teori Administrasi dan Manajemen Publik, Pustaka Arief, Jakarta .
Singarim bun, Masri dan Sofian Efendi, 1989,Metode Penelitian Survey, LP3ES,
53
Jakarta
Sugiyono, 2007, Memahami penelitian Kualitatif, PT Alfabeta, edisi 12, Bandung
Thoha, Miftah, 1997 Dimensi/dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara, PT
Rajawali Grfindo, Jakarta,p 121-174
Willcocks and Harrow (ed),1992, Rediscoveren Public Service Management ,Mc
graw Hill Book Company,London,p xpii-xxix
Jurnal/Dolumen lain:
Catherine W Ng and Evelyn G H g,State,Market and Civil Society in Hong Kong
A
Study of Multi-Media Adversiting o Buses, ASIAN JOURNAL OF
PUBLICADMINISTRATUIN VOL 24, NO 2(DESEMBER 2002) 287-
303
Community development journal vol 35,no;3,2000,Re Theorizing the interactive
state:reflection on a participating initarive in Ireland
International Polilical science Review (2005),Globalization Liberatio and
Prospect
for the state,,James,Putzel,volume 25,No:1, p 5-16
Internatioal Studies Quartely,Vol 19 No.1 Maret 1975,p 117-119
Michael Polanyi,Full Emplopment and Free Trade, Cambridge,UK: Cambridge
University Press,1945),144,142.
Parente,William J,”Public Prive Partnership “dalam Workshop on “Fundamental
Principles and Techniquss For Efective Public Private Partnerships In
Indonesia”, Jakarta,2006
Peter J, Steinberger is Robert H. and BlancheDay Ellis Professor of Political
54
Science and Humanities and Dean of the Faculty, Reed College. Hegel’s
Philosophy of right (1988) and The Concept of Political Judgment
Perudang- undangan/ Peraturan
Peraturan Pemerintah Nomor 1 / tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah
Keputusan Presiden nomor 15/ tahun 1987 tentang Kemitraan antara Pemerintah
dan Usaha Swasta
Keputusan Presiden Nomor 7/ tahun 1998 tentang kemitraan antara Pemerintah
dan
Usaha Swasta sebagai revisi Kepres sebelumnya.
Pemerintah Presiden Nomor 67/ tahun 2005 Tentang skema Kerjasama kemitraan
Peraturan Pemerintah Nomor 49 tahun 2011 tentang Investasi Pemerintah, sebagai
revisi dari Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008.
55