SEJARAH DAN ARSITEKTUR
KERATON YOGYAKARTA
Oleh :
M. Razqialvin Agung (1270121009)
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
JAKARTA
2013
SEJARAH DAN ARSITEKTUR KERATON YOGYAKARTA 2
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah dari mata kuliah Sejarah Perkembangan Arsitektur.
Dari waktu yang telah ditentukan, saya penyusun makalah tergerak hati untuk segera menyelesaikan satu paket makalah yang telah saya persiapkan. Dan sebagai
penyusun, saya mengharapkan makalah ini dapat dievaluasi sebagaimana mestinya demi sempurnanya makalah ini dan sebagai persiapan tugas makalah-makalah
selanjutnya. Saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT untuk semua kemudahan dan pertolongan-
Nya. 2. Yang Terhormat Ibu Siswarini selaku Dosen Mata Kuliah Sejarah Perkembangan
Arsitektur. 4. Orang Tua yang setia mendukung dan memberikan motivasi.
5. Rekan-rekan yang memberikan support.
Ibarat Gading yang tak Retak, Saya menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
SEJARAH DAN ARSITEKTUR KERATON YOGYAKARTA 3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................3 BAB I
Pendahuluan Latar Belakang............................................................................................ ........4
Rumusan Masalah...............................................................................................4 Tujuan............................................................................... ..................................5
BAB II
Pembahasan Sejarah Singkat Keraton Yogyakarta
dan Detail Lingkungan dalam Kraton.......................................................................6 Fungsi Bangunan Keraton Yogyakarta...............................................................7
Bangunan-Bangunan di Lingkungan Dalam Keraton............................................. ..7 Upacara-Upacara yang Biasa Diadakan di Keraton..................................................9
BAB III Penutup..............................................................................................................11
Daftar Pustaka....................................................................................................12
SEJARAH DAN ARSITEKTUR KERATON YOGYAKARTA 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nama Keraton Kasultanan Yogyakarta, tentu sudah tidak asing lagi di telinga
kita. Kerajaan yang hingga sekarang masih eksis ini merupakan salah satu bagian dari sejarah khususnya bagi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri.
Keraton Yogyakarta dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, pada tahun 1756 di wilayah hutan Beringan. Nama hutan tersebut kemudian diabadikan
untuk nama pasar di pusat kota yang terkenal dengan nama Pasar Beringharjo. Sedangkan istilah Yogyakarta berasal dari kata YOGYA dan KARTA. Yogya
artinya “baik” dan Karta artinya “makmur”. Namun pengertian lain menyatakan bahwa Yogyakarta atau Ngayogyakarta itu berasal dari kata Ayu+Bagya+Karta
(Baca : Ngayu+Bagya+Karta), menjadi Ngayogyakarta. Keraton Yogyakarta ini menghadap ke arah Utara, dengan halaman depan
berupa lapangan yang disebut Alun-alun Lor (Alun-alun Utara), yang pada zaman dahulu dipergunakan sebagai tempat mengumpulkan rakyat, latihan perang bagi para prajurit keraton, dan tempat penyelenggaraan upacara adat serta untuk
keperluan lainya. Pada masa kini fungsi Alun-alun Lor hanya untuk upacara Garebeg dan perayaan Sekaten. Dibagian tengah alun-alun terdapat dua puhon
beringin yang dikelilingi tembok, yang disebut Beringin Kurung (Waringin Kurung). Dua pohon beringin yang bersebelahan itu maing-masing mempunyai
nama (Kyai Dewadaru-Barat) yang bibitnya berasal dari Majapahit, dan (Kyai Wijayadaru-Timur) berasal dari Pajajaran.
Luas pusat wilayah Keraton Yogyakarta adalah 14.000 meter pesegi, dengan dikelilingi tembok benteng setinggi 4 meter dan lebar 3,5 meter. Disetiap sudutnya
terdapat penjagaan atau Bastion, untuk melihat/mengawasi keadaan diluar maupun di dalam benteng keraton.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari penelitian penyusun ingin mengetahui dan memahami,
permasalahan/problema yaitu : 1. Bagaimana silsilah sejarah Keraton Yogyakarta?
2. Apa fungsi dan peruntukan bangunan Keraton Yogyakarta? 3. Bangunan apa saja yang terdapat didalam kompleks Keraton?
SEJARAH DAN ARSITEKTUR KERATON YOGYAKARTA 5
C. TUJUAN
Melalui makalah ini penyusun ingin memaparkan mengenai sejarah Keraton
Yogyakarta beserta peruntukan bangunan-bangunan didalamnya. Penyusun juga mengharapkan agar masyarakat Indonesia mengenali serta
menyadari budaya dan sejarah bangsa yang sudah ada sejak dahulu, termasuk bangunan Keraton Yogyakarta ini agar bisa dilestarikan bersama sehingga aset
budaya kita tidak sia-sia habis terkikis zaman, juga dunia arsitektur yang semakin modern.
SEJARAH DAN ARSITEKTUR KERATON YOGYAKARTA 6
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH KERATON YOGYAKARTA
DAN DETAIL LINGKUNGAN DALAM KERATON
Istilah Karaton, Keraton atau Kraton, berasal dari kata Ka-Ratu-An, yang berarti tempat tinggal Ratu atau Raja. Demikian juga Kadhaton atau Kedhaton,
berasal dari kata Ka-Dhtu-An, yang berarti tempat tinggal Dhatu/Raja. Sedang arti yang lebih luas lagi, dapat di uraikan secara sederhana bahwa, lingkungan seluruh
struktur dan bangunan wilayah keraton mengandung arti tertentu yang berkaitan dengan salah satu pandangan hidup Jawa yang sangat esensial, yaitu, Sangkan
Paraning Dumadi (dari mana asalnya manusia dan kemana akhirnya manusia setelah mati).
Garis besarnya wilayah Keraton Yogyakarta yang memanjang sepanjang 5 Km, dari Panggung Krapyak di sebelah Selatan hingga Tugu Kraton di sebelah Utara, terdapat garis linear dualisme terbalik yang bisa dibaca secara simbolik
filosofis. Dari arah Selatan ke Utara mulai dari Panggung Krapyak, melambangkan
arti proses terjadinya manusia, mulai ketika masih berada di dalam arwah (Tempat Tinggal), sampai hadir ke edunia lantaran ibu dan bapak. Disini keraton sebagai
badan jasmani manusia, sedang Raja/Sultan adalah lambang jiwa sejati yang hadir kedalam badan jasmani.
Sedangkan dari Utara ke Selatan, melambangkan proses perjalanan manusia pulang ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai asal dari segala apa yang ada
(Dumadi). Oleh karena itu sebutan Sangkan Paraning Dumadi adalah sebutan lain untuk Tuhan dalam pandangan hidup Jawa. Panggung Krapyak adalah tempat
tinggi, dalam hal ini adalah lambang tempat asalnya manusia secara esensial di sisi Tuhan sebagai tempat yang tinggi.
Gambaran yang sederhana adalah Tugu Keraton Yogyakarta sebagai
penjelmaan LINGGA (Laki-laki), dan Panggung Krapyak sebagai penjelmaan YONI (Perempuan). Keraton Yogyakarta sebagai lambang badan jasmani manusia
yang berasal dari laki-laki atau Bapak (LINGGA) dan Perempuan atau ibu (YONI). Jadi, LINGGA + YONI = KRATON YOGYAKARTA (Sangkan
Paraning Dumadi).
SEJARAH DAN ARSITEKTUR KERATON YOGYAKARTA 7
FUNGSI BANGUNAN KERATON YOGYAKARTA
1. Sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya. 2. Sebagai pusat pemerintahan.
3. Sebsgai pusat kebudayaan dan pengembangannya. 4. Pada masa kemerdekaan, mulai dibuka untuk kepentingan umum, seperti kegiatan
pariwisata, kegiatan ilmu pengetahuan, serta kegiatan lain yang ada hubungan dengan kepentingan masyarakat.
5. Merupakan museum perjuangan bangsa, karena Yogyakarta dengan Keratonnya pernah digunakan sebagai tempat kegiatan perjuangan fisik maupun kegiatan
pemerintahan ketika ibukota Republik Indonesia berada di Yogyakarta.
BANGUNAN-BANGUNAN DI LINGKUNGAN DALAM KERATON
Mengenai nama masing-masing bangunan yang terdapat pada setiap halaman di lingkungan dalam keraton, seperti tersebut di bawah ini, dimulai dari
bagian depan, yaitu :
1. Pelataran Pagelaran a. Bangsal Pagelaran
b. Bangsal Pemandengan c. Bangsal Pengapit
d. Bangsal Pengrawit e. Bangsal Pacikeran
f. Bangsal Sitihinggil g. Bangsa Menguntur Tangkil
h. Bangsal Witana i. Balebang
j. Bale Anggun-Anggun k. Bangsal Kori
l. Tarub Agung m. Regol Brojonolo
2. Pelataran Kemandungan Lor (Halaman Keben)
a. Bangsal Ponconity b. Bangsal Pacaosan
c. Regol Srimangganti
SEJARAH DAN ARSITEKTUR KERATON YOGYAKARTA 8
3. Pelataran Bangsal Srimangganti a. Bangsal Srimangganti
b. Bangsal Trajumas c. Patung Raksasa Dwarapala
d. Regol Danapratapa 4. Halaman Bangsal Kencana (Halaman Pusat Kraton sebagai Pusat
Pemerintahan) a. Gedhong Purwaretna
b. Gedong Jene (Gedhong Kuning) c. Bangsal Kencana
d. Bangsal Manis e. Keputren
5. Halaman Kemagangan (Halaman bagian belakang pusat Kraton) a. Bangsal Kemagangan
b. Panti Pareden c. Regol gadungmlati
6. Halaman Kemadungan Kidul (Bagian yang ke-6)
a. Bangsal kemandungan b. Bangsal Pacaosan
c. Regol Kemandungan 7. Halaman Sitihinggil Kidul (Bagian akhir dari ketujuh halaman yang
terdapat di lingkungan dalam keraton) a. Bangsal Sasanahinggil
b. Kagungan dalam masjid agung kraton Yogyakarta c. Pojok Benteng.
SEJARAH DAN ARSITEKTUR KERATON YOGYAKARTA 9
UPACARA-UPACARA YANG BIASA DIADAKAN DI KERATON
UPACARA SEKATEN
Menurut sejarahnya, perayaan Sekatan bermula sejak zaman kerajaan Islam
Demak. Meski sebelumnya, ketika masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk di
Majapahit, perayaan semacam Sekaten yang disebut “SERDAAGUNG” itu sudah ada. Perayaan yang menjadi tradisi kerajaan Majapahit tersebut berupa
persembahan sesaji kepada para dewa, disertai dengan mantra-mantra, sekaligus untuk menghormati arwah para leluhur. Perayaan ini telah melewati masa transisi
agama serta budaya, sehingga meski isinya telah berbeda, namun kulit serta esensinya tetap sama, dan telah dilestarikan oleh masyarakat Jawa selama berabad-
abad. Pendapat lainya menyatakan bahwa kata SEKATEN berasal dari bahasa
Arab, yaitu SYAHADATAIN, yang berarti dua Syahadat atau kesaksian. Dua syahadat itu ialah :
1.SYAHADAT TAUHID 2.SYAHADAT RASUL
UPACARA GAREBEG
Garebeg adalah upacara yang dipersembahkan Keraton kepada rakyat. Rakyat memperebutkan gunungan berisi berbagai macam makanan hasil bumi
sebagai wujud rasa syukur atas nikmat Tuhan. Upacara adat Keraton Yogyakarta yang diselenggarakan tiga kali dalam setahun ini juga untuk memperingati hari
raya agama Islam. Mengenai Istilah Garebeg, kata ini berasal dari bahasa Jawa yaitu “Grebeg”, yang berarti “Diiringi para pengikut”. Pengertian lain mengatakan
bahwa Gunungan itu diperebutkan warga masyarakat, yang berarti di Grebeg atau Garebeg.
Pelaksanaan upacara ini bertepatan dengan hari-hari besar Islam seperti : 1. Garebeg Syawal
2. Garebeg Besar 3. Garebeg Maulud
SEJARAH DAN ARSITEKTUR KERATON YOGYAKARTA 10
UPACARA LABUHAN
Yang dimaksud Upacara Labuhan (Laut), yaittu upacara melempar sesaji dan benda-benda Keraton ke laut untuk dipersembahkan kepada Kanjeng Ratu
Kidul. Upacara tradisional Labuhan bermula sejak zaman Panembahan Senopati di Mataram Kotagede. Upacara tersebut sebagai ungkapan rasa syukur atas
keberhasilannya dalam memimpin Kerajaan Mataram Kotagede, yang masih tetap dilestarikan oleh para raja-raja Kesultanan Yogyakarta.
Adapun Upacara Labuhan ini ada tiga jenis, yaitu : 1. Labuhan Ageng
2. Labuhan Tengahan 3. Labuhan Alit
SEJARAH DAN ARSITEKTUR KERATON YOGYAKARTA 11
BAB III
PENUTUP
Dalam historinya, kota Yogyakarta secara umum telah terkenal memiliki
gaya arsitektur yang unik pada tiap bangunannya. Tidak hanya rumah-rumah
warga, gedung balai pertemuan, gedung pemerintahan, bahkan sampai bangunan
kerajaan pun yang notabene disinggahi oleh pemimpin, memiliki ciri khas
tersendiri, terkesan ramah, estetis dan filosofis. Adalah Keraton Kasultanan
Yogyakata, salah satu dari bangunan tersebut yang memiliki nilai sejarah yang tak
ternilai harganya serta memiliki pengalaman arsitektur yang unik. Tak ayal, sampai
hari ini Keraton Yogyakarta tetap menjadi ikon kejayaan masyarakat kota
Yogyakarta.
Bangunan ini terlestarikan berkat budaya serta adat istiadat yang dipelihara
oleh masyarakat setempat. Keraton ini memberikan pengaruh yang positif bagi
negeri ini dan dunia tentang betapa pentingnya menjaga kebudayaan dan adat
istiadat mereka sampai kapanpun.
Namun yang sangat disayangkan, masyarakat Indonesia sendiri, yang
memahami dan mengetahui sejarah bangsa ini secara langsung justru kurang
menyadari dan kurang tertarik untuk mengunjungi serta melihat secara langsung
kenangan perjuangan sejarah dan mempelajari arsitektur yang tidak ada duanya ini.
Sebaliknya mereka yang dari luar negeri yang hanya mendengar/mengetahui
melalui perantara, justru sangat tertarik membuat pengalaman bagi dirinya untuk
melihat/memahami/mengabadikan secara langsung bangunan bersejarah Keraton
Yogyakarta.
SEJARAH DAN ARSITEKTUR KERATON YOGYAKARTA 12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/search?um=1&hl=id&biw=1366&bih=665&tbm=isch&sa
=1&q=alun-alun+lor+keraton+yogyakarta&oq=alun-
alun+lor+keraton+yogyakarta&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=20862l35993
l0l37205l34l33l0l19l0l2l7128l16655l0.1.0.1.4.3.2.0.1.2l14l0
http://www.pesonajogja.com/2010/07/sejarah-kota-yogyakarta.html