Download - Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
1/111
STUDI KELAYAKAN
PENDIRIAN INDUSTRI SIRUP GLUKOSA DARI TAPIOKA
DI PESANTREN RAUDLATUL ULUM, PATI
YAHMAN FAOJI
F34052280
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
2/111
STUDI KELAYAKANPENDIRIAN INDUSTRI SIRUP GLUKOSA DARI TAPIOKA
DI PESANTREN RAUDLATUL ULUM, PATI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIANpada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,Institut Pertanian Bogor
Oleh :
YAHMAN FAOJI
F34052280
2009
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
3/111
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
STUDI KELAYAKAN
PENDIRIAN INDUSTRI SIRUP GLUKOSA DARI TAPIOKA
DI PESANTREN RAUDLATUL ULUM, PATI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSARJANA TEKNOLOGI PERTANIANpada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,Institut Pertanian Bogor
Oleh :
YAHMAN FAOJI
F34052280
Dilahirkan pada 19 Agustus 1987
di Pati
Tanggal lulus : 7 Desember 2009
Menyetujui,
Bogor, Desember 2009
Ir. M. Zein Nasution, M.App.Sc.Dosen Pembimbing
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
4/111
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Studi Kelayakan
Pendirian Industri Sirup Glukosa dari Tapioka di Pesantren Raudlatul Ulum, Pati
adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bagian daftar pustaka skripsi ini.
Bogor, Desember 2009
Yang membuat pernyataan,
Yahman FaojiF34052280
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
5/111
2005, penulis mela
Pertanian, Fakultas
Beasiswa Utusan D
Departemen Agama
Selama masa
beberapa mata kulia
(2007-2008), teknik
di sejumlah organis
Teknologi Industri
Community of Santri
dan Nasional, Perger
Mahasiswa Nahdlat
praktek lapangan dedan Pengawasan Mut
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pati p
1987 dari ayah Suparman dan Ib
Penulis merupakan anak keemp
bersaudara. Penulis menempuh pendid
Negeri Kepoh (1993-1999) dan MI
Kepoh (1995-1999), kemudian pen
pendidikan menengah di MTs
Guyangan, Pati (1999-2002) dan MA
Guyangan, Pati (2002-2005). Setelah
jutkan pendidikan S1 di Departemen Te
eknologi Pertanian, Institut Pertanian Bo
erah (BUD) Program Beasiswa Santri Ber
I.
kuliah, penulis aktif menjadi asisten praktik
, yaitu mata kuliah fisika (2006-2007), pen
ptimasi (2009), dan satuan operasi (2009).
asi dan kepanitiaan, di antaranya Himpu
(Himalogin), Ikatan Keluarga Mahasisw
Scholars of Ministry of Religious Affairs (
akan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) IP
l Ulama (KMNU) IPB. Penulis melaks
gan topik Mempelajari Aspek Teknologiu Produk Kacang Atom di PT Dua Kelinci,
da 19 Agustus
Siti Mukisah.
t dari enam
ikan dasar di SD
Mabadiul Ulum
lis melanjutkan
audlatul Ulum
Raudlatul Ulum
lulus MA tahun
nologi Industri
or melalui jalur
prestasi (PBSB)
um dan responsi
rapan komputer
enulis juga aktif
nan Mahasiswa
Pati (IKMP),
SS MoRA) IPB
B, dan Keluarga
nakan kegiatan
Proses Produksiati.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
6/111
YAHMAN FAOJI. F34052280. Studi Kelayakan Pendirian Industri SirupGlukosa dari Tapioka di Pesantren Raudlatul Ulum, Pati. Di bawah bimbingan :M. Zein Nasution. 2009.
RINGKASAN
Kebutuhan gula Indonesia terus meningkat, sementara produksi dalamnegeri tidak mampu mengimbangi peningkatan konsumsi gula, sehingga impormenjadi pilihan. Nilai impor gula tebu pada 2007 mencapai US$1,040,194,362.00 dan pada 2008 mencapai US$ 366,289,858.00. Untukmengurangi impor gula, maka produksi gula dalam negeri perlu terus dipacu, disamping mencari alternatif bahan pemanis lain sebagai substitusi gula, di
antaranya dengan mengembangkan gula dari pati. Di antara gula dari pati tersebut,sirup glukosa dan fruktosa mempunyai prospek paling baik untuk mensubstitusigula pasir. Sementara itu, kebutuhan glukosa di Indonesia juga terus meningkat,sedangkan produksi glukosa dalam negeri masih terbatas dan tidak bisa memenuhikebutuhan dalam negeri. Nilai impor glukosa Indonesia cukup tinggi. Pada tahun2008, nilai impor glukosa sebesar US$ 1,188,172.00 Kebutuhan sirup glukosaIndonesia semakin meningkat seiring dengan perkembangan industripenggunanya, yaitu industri makanan dan minuman, terutama industri sirup,minuman ringan, permen, biskuit, dan jeli. Bahan baku pembuatan sirup glukosa,terutama pati singkong atau tapioka masih tersedia melimpah di Indonesia.
Adanya kebutuhan akan sirup glukosa dalam negeri yang belum terpenuhi,kebutuhan akan substitusi gula tebu yang semakin meningkat dan tidak terpenuhi,serta ketersediaan bahan baku sirup glukosa yang cukup melimpah merupakansuatu peluang untuk memproduksi sirup glukosa. Pasar sirup glukosa masihterbuka lebar.
Pesantren Raudlatul Ulum merupakan salah satu pesantren yang terletak diKabupaten Pati, Jawa Tengah. Kabupaten Pati merupakan salah satu daerahpenghasil tapioka. Di Kabupaten Pati, juga banyak berkembang industri makanandan minuman, baik skala kecil maupun besar. Hal ini merupakan suatu peluangbagi Pesantren Raudlatul Ulum untuk mengembangkan industri sirup glukosa.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kelayakan pendirian industri sirup
glukosa dari tapioka di Pesantren Raudlatul Ulum, Pati. Ruang lingkup penelitianini meliputi studi kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran, teknik danteknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan dan legalitas, dan analisisfinansial.
Industri sirup glukosa ini dibuat dengan kapasitas produksi 2 ton bahanbaku tapioka per hari. Bahan baku tapioka yang digunakan berasal dari parapengrajin tapioka yang tersebar di wilayah Kabupaten Pati. Berdasarkan data-dataproduksi tapioka yang ada di Kabupaten Pati, diperkirakan suplai bahan bakutapioka untuk industri ini masih mencukupi. Pada tahun 2008, produksi tapioka diKabupaten Pati mencapai 159,322 ton atau rata-rata produksi per hari adalah435.31 ton.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
7/111
Potensi pasar produk sirup glukosa masih sangat besar mengingatkebutuhannya yang semakin meningkat dan kebutuhan substitusi gula pasir.Target pasar yang dituju adalah pasar industri yang berada di Propinsi JawaTengah, terutama di Kabupaten Pati.
Besar investasi yang diperlukan adalah Rp 3,934,348,750 yang terdiri daribiaya investasi tetap sebesar Rp 3,229,600,000.00 dan modal kerja sebesar Rp703,548,750.00. Debt equity ratio (DER) yang diguakan adalah 100 persen danasendiri dan nol persen dana pinjaman bank.
Biaya per unit produk sirup glukosa ini sebesar Rp 4,769.00 per kg padakapasitas produksi 100 persen. Harga jual yang ditetapkan sebesar Rp 6,500.00per kg. Dengan harga jual sebesar itu, profit yang diperoleh sebesar 36.30 persen.
Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa industri sirup glukosa inilayak untuk didirikan. Nilai NPV industri ini sebesar Rp 1,850,007,524.00. NilaiIRR-nya sebesar 23.72 persen. Nilai net B/C-nya sebesar 1.47. Payback periodindustri ini adalah selama 3.98 tahun. Break even point (BEP) berada pada Rp
1,755,237,065.00 atau pada tingkat produksi 270,036 kg. Akan tetapi, hasilanalisis sensitivitas menunjukkan industri sirup glukosa memiliki resiko yangcukup tinggi terhadap kenaikan harga bahan baku dan penurunan harga jual.
Hasil studi kelayakan pendirian industri sirup glukosa di PesantrenRaudlatul Ulum menunjukkan nilai kelayakan usaha yang positif. Akan tetapi,sistem pasokan bahan baku dan pengembangan pasar perlu terus dilakukan untukmenunjang keberlangsungan industri.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
8/111
YAHMAN FAOJI. F34052280.A Feasibility Study of Establishment of GlucoseSyrup Industry from Tapioca at Pesantren Raudlatul Ulum, Pati. UnderSupervisions : M. Zein Nasution. 2009.
SUMMARY
The demand of sugar in Indonesia that always increases, whereas domesticsugar production couldnt fulfill the demand of sugar, caused import became achoice. Cane sugar import value by 2007 reached US$ 1,040,194,362.00 and by2008 reached US$ 366,289,858.00. To reduce sugar import, the production ofsugar in Indonesia must be increased, beside looking for alternative sweetener assubstitution of cane sugar, in example by developing sugar from starch. Glucose
syrup and fructose has the better prospect for substitution of cane sugar thananother sugars from starch. The demand of glucose in Indonesia also increases.Glucose production in Indonesia is still limited and cannot fulfill the domesticdemand. The glucose import value is high enough. In 2008, glucose import valueis equal to US$ 1,188,172.00. The demand of glucose syrup increases along withthe development of its industrial consumer, that is food and beverage industry,especially syrup, beverage, candies, biscuit, and jelly industries. Raw material ofglucose syrup, especially cassava starch or tapioca, is still available in highamount in Indonesia.
The domestic demand of glucose syrup which has not fulfilled, the demandof substitution of cane sugar that always increases and not fulfilled, andavailability of glucose syrup raw material that is high enough are opportunity toproduce glucose syrup. Glucose syrup market is wide.
Pesantren Raudlatul Ulum is one of pesantren which located in PatiDistrict, Central Java. Pati District is one of tapioca producer areas. In PatiDistrict, also grows many food and beverage industries, either small scale and alsobig. This is an opportunity for Pesantren Raudlatul Ulum to develop glucose syrupindustry.
Purpose of this research is studying the feasibility of establishment ofglucose syrup industry from tapioca at Pesantren Raudlatul Ulum, Pati. Thisresearch scope covers feasibility study at market and marketing, technical and
technology, management and organization, environmental and legality, andfinancial analysis aspects.
This glucose syrup industry will be made with production capacity of 2tons tapioca as raw material per day. Tapioca that is applied comes from thetapioca industries which spread over in Pati District. Based on production data ofthe tapioca in Pati District, estimated that supply of tapioca as raw material forthis industry is still fulfilling. In 2008, tapioca production in Pati District reached159,322 tons or average of production per day is 435.31 tons.
Glucose syrup potential market is still very big, based on its demand whichalways increases and the demand of cane sugar substitution. The market target ofthis industry is industrial market in Central Java Province, especially in Pati
District.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
9/111
Amount of investment that is required is equal to Rp 3,934,348,750,consisted of expense of permanent investment that is equal to Rp3,229,600,000.00 and circulating capital that is equal to Rp 703,548,750.00. Debtequity ratio (DER) is 100 percent own fund and zero percent bank loan fund.
The cost per unit of this glucose syrup is equal to Rp 4,769.00 per kg at100 percent production capacity. Selling price that is specified is equal to Rp6,500.00 per kg. With this selling price, profit that will be obtained is equal to36.30 percent.
Result of financial analysis indicates that this glucose syrup industry isfeasible to be build. The NPV of this industry is equal to Rp 1,850,007,524.00. ItsIRR value is equal to 23.72 percent. Its net B/C value is equal to 1.47. Paybackperiod of this industry is 3.98 years. Break even point (BEP) stays at Rp1,755,237,065.00 or at production rate 270,036 kg. However, result of sensitivityanalysis shows that this glucose syrup industry has high enough risk for theincreasing of the raw material price and the decreasing of selling price.
Result of feasibility study of glucose syrup industry establishment atPesantren Raudlatul Ulum shows positive feasibility value. However, system ofraw material supply and market expansion must be improved to supportsustainability of this industry.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
10/111
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang selalu memberikan suri teladan kepada umat manusia.
Skripsi dengan judul Studi Kelayakan Pendirian Industri Sirup
Glukosa dari Tapioka di Pesantren Raudlatul Ulum, Patiini disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa kelancaran pelaksanaan penelitian dan penulisan
skripsi ini tidak luput dari bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis
ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ir. M. Zein Nasution, M.App.Sc. selaku dosen pembimbing akademik atasbimbingan dan arahannya selama penelitian dan penyusunan skripsi ini,
2. Dr. Ir. Aji Hermawan, M.M. dan Dr. Ir. Titi Candra Sunarti, M.Si. selakudosen penguji yang telah memberikan masukan dan membantu dalam
menyempurnakan skripsi ini,
3. Pesantren Raudlatul Ulum, Badan Pusat Satatistik Kabupaten Pati, DinasPerindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kabupaten Pati, Dinas Pertanian Kabupaten Pati, Departemen
Pertanian RI, Departemen Perindustrian RI, dan instansi-instansi lain yang
telah membantu penulis untuk memperoleh berbagai data yang diperlukan,
4. Departemen Agama RI, atas segala bantuan, dukungan, dan motivasinya,5. Bapak, Ibu, Mas Mugi Iskandar, Mas Isdaryanto, Mbak Siti Puji Mustikawati,
Adik Sofiah Yasinta, dan Adik Siti Heni Rohamna atas segala bantuan,
dukungan, dan motivasinya,
6. Mas Umar Ali Maruf, Dhita Umiyanti, atas segala bantuan, dukungan, danmotivasinya,
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
11/111
iv
7. teman-teman satu bimbingan; Dony Wahyudi dan Umi Reza Lestari, atassegala bantuan, dukungan, dan motivasinya,
8. teman-teman Program Beasiswa Santri Berprestasi Departemen Agama RI danteman-teman alumni Pesantren Raudlatul Ulum atas segala bantuan,
dukungan, dan motivasinya,
9. teman-teman TIN 42 atas segala bantuan, dukungan, dan motivasinya, dan10.pihak-pihak lain yang telah berjasa dan tidak dapat disebut satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi lebih
tersempurnakannya skripsi ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembacanya. Terima kasih.
Bogor, Desember 2009
Penulis
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
12/111
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang ....................................................................................... 1B. Tujuan ..................................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKAA. Tapioka .................................................................................................. 5B. Sirup Glukosa .......................................................................................... 6C. Studi Kelayakan ...................................................................................... 9
III. METODOLOGI
A.Kerangka Pemikiran ............................................................................... 13B. Pendekatan Studi Kelayakan .................................................................. 13C. Metode Penelitian .................................................................................. 16
IV. SEKILAS TENTANG PESANTREN RAUDLATUL ULUM DANKABUPATEN PATI
A.Pesantren Raudlatul Ulum ..................................................................... 26B. Kabupaten Pati ....................................................................................... 27
V. ANALISIS BAHAN BAKU
A.Spesifikasi Bahan Baku .......................................................................... 30B. Ketersediaan Bahan Baku ..................................................................... 31
VI. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN
A. Potensi Pasar ............................................................................................ 34B. Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar .................................. 37C. Strategi Bauran Pemasaran ..................................................................... 39
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
13/111
vi
VII. ANALISIS TEKNIK DAN TEKNOLOGI
A. Perencanaan Kapasitas Produksi ........................................................... 42B. Penentuan Lokasi Pabrik ........................................................................ 42C. Teknologi Proses Produksi .................................................................... 43D. Desain Tata Letak dan Kebutuhan Ruang Pabrik ... 51
VIII. ANALISIS MANAJEMEN DAN ORGANISASI
A. Kebutuhan Tenaga Kerja ........................................................................ 56B. Struktur Organisasi ................................................................................ 57C. Deskripsi Pekerjaan ................................................................................ 57
IX. ANALISIS LINGKUNGAN DAN LEGALITASA. Aspek Lingkungan ................................................................................ 60B. Aspek Legalitas ..................................................................................... 61
X. ANALISIS FINANSIAL
A. Asumsi-asumsi yang Digunakan ........................................................... 63B. Biaya Investasi ....................................................................................... 64C. Sumber Dana dan Struktur Pembiayaan ................................................ 65D. Harga dan Prakiraan Penerimaan 65E. Proyeksi Rugi Laba 66F. Proyeksi Arus Kas . 67G. Titik Impas (Break Even Point/BEP) .. 68H. Kriteria Kelayakan Investasi ... 69
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................. 71B. Saran 72
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 73
LAMPIRAN ........................................................................................................ 76
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
14/111
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Data impor gula tebu pada 2003-2008 ............................................... 1
Tabel 1.2. Data ekspor dan impor glukosa pada 2003-2008 .. 2
Tabel 1.3. Data ekspor dan impor tapioka pada 2003-2008 ... 2
Tabel 2.1. Standar mutu sirup glukosa menurut SNI 01-2978-1992 .. 7
Tabel 4.1. Luas dan persentase penggunaan lahan sawah dan lahan bukansawah di Kabupaten Pati tahun 2007 .. 28
Tabel 4.2. Jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Patitahun 2001 2007 .. 29
Tabel 5.1. Standar mutu tapioka menurut SNI 01-3451-1994 ... 31
Tabel 5.2. Perkembangan jumlah industri dan produksi tapioka di KabupatenPati 32
Tabel 5.3. Penyebaran wilayah produksi dan jumlah produksi tapioka diKabupaten Pati . 32
Tabel 5.4. Luas panen, produksi, dan produktifitas singkong di Kabupaten Pati 33
Tabel 6.1. Data ekspor-impor glukosa di Indonesia .. 34
Tabel 6.2. Data proyeksi surplus/defisit gula tahun 2006-2008 . 35
Tabel 6.3. Data industri/usaha makanan dan minuman pengguna gula atauglukosa terdaftar di Kabupaten Pati . 36
Tabel 6.4. Data sebaran industri/usaha makanan dan minuman pengguna gulaatau glukosa terdaftar di beberapa kecamatan di Kabupaten Pati . 36
Tabel 6.5. Perbandingan Perbandingan tingkat kemanisan antara gula pasir(sukrosa) dan sirup glukosa 41
Tabel 7.1. Kebutuhan luas ruang industri sirup glukosa 54
Tabel 8.1. Kebutuhan dan kualifikasi tenaga kerja 56
Tabel 10.1. Komponen biaya investasi tetap . 64
Tabel 10.2. Komponen biaya modal kerja . 65
Tabel 10.4. Harga dan prakiraan penerimaan 66
Tabel 10.5. Proyeksi rugi laba 67
Tabel 10.6. Proyeksi arus kas . 67
Tabel 10.7. Analisis sensitivitas industri sirup glukosa . 70
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
15/111
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Proses hidrolisis pati menjadi glukosa ........................................... 6
Gambar 3.1. Kerangka pemikiran penelitian . 14
Gambar 3.2. Diagram alir tahapan persiapan rencana investasi proyek . 15
Gambar 3.3. Alir proses analisis pasar dan pemasaran .. 17
Gambar 3.4. Alir proses analisis aspek teknik dan teknologi 18
Gambar 3.5. Alir analisis aspek manajemen dan organisasi . 22
Gambar 7.1. Teknologi proses produksi sirup glukosa .. 45
Gambar 7.2. Neraca massa produksi sirup glukosa 49
Gambar 7.3. Neraca energi produksi sirup glukosa .. 50
Gambar 7.4. Bagan keterkaitan antaraktivitas industri sirup glukosa 52
Gambar 7.5. Diagram keterkaitan antaraktivitas industri sirup glukosa 53
Gambar 7.6. Site plan industri sirup glukosa . 55
Gambar 8.1. Struktur organisasi industri sirup glukosa 57
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
16/111
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Asumsi-asumsi untuk Analisis Finansial ........................................ 77
Lampiran 2. Spesifikasi Mesin dan Peralatan . 78
Lampiran 3. Penghitungan Kebutuhan Energi 79
Lampiran 4. Perincian Kebutuhan Investasi . 83
Lampiran 5. Komposisi Modal Kerja . 85
Lampiran 6. Penyusutan dan Biaya Operasional 87
Lampiran 7. Rekapitulasi Produksi 88
Lampiran 8. Proyeksi Rugi Laba 89
Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas . 90
Lampiran 10. Kriteria Kelayakan Investasi 91
Lampiran 11. Analisis Sensitivitas pada Kenaikan Harga Bahan Baku TapiokaSebesar 22.40% Menjadi Rp 4,529.00 per kg .. 92
Lampiran 12. Analisis Sensitivitas pada Penurunan Harga Jual Produk Sebesar10.70% Menjadi Rp 5,804.00 per kg . 93
Lampiran 13. Analisis Sensitivitas pada Kenaikan Suku Bunga Menjadi
23.72% . 94
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
17/111
I. PENDAHULUAN
A. Latar BelakangKebutuhan gula Indonesia terus meningkat, sementara produksi dalam
negeri tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan gula tersebut, sehingga
impor menjadi pilihan. Nilai impor gula tebu pada 2007 mencapai US$
1,040,194,362.00 dan pada 2008 mencapai US$ 366,289,858.00. Ironisnya, harga
gula impor terkadang lebih murah dibandingkan dengan gula produksi dalam
negeri. Dalam situasi seperti ini, gula produksi dalam negeri menjadi sulit
dipasarkan tanpa kebijakan yang mampu melindunginya dari serbuan gula impor.
Impor gula Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Data impor gula tebu pada 2003-2008
Tahun Jumlah Impor (US$)
2003 215,776,347
2004 262,813,810
2005 546,846,630
2006 564,229,0592007 1,040,194,362
2008 366,289,858
Sumber : Badan Pusat Statistik, Diolah DepartemenPerdagangan RI (2009)
Produksi gula dalam negeri perlu terus dipacu untuk mengurangi impor
gula, di samping mencari alternatif bahan pemanis lain sebagai substitusi gula.
Gula alternatif yang sekarang sudah digunakan antara lain adalah gula siklamat
yang merupakan gula sintetis, serta gula dari pati seperti sirup glukosa dan
fruktosa. Gula dari pati mempunyai rasa dan kemanisan hampir sama dengan gula
tebu (sukrosa), bahkan ada yang lebih manis. Gula tersebut dibuat dari bahan
berpati seperti ubi kayu, ubi jalar, sagu, dan pati jagung. Semua bahan tersebut
melimpah di Indonesia. Di antara beberapa jenis gula dari pati, sirup glukosa dan
fruktosa mempunyai prospek paling baik untuk mensubstitusi gula pasir.
Kebutuhan glukosa di Indonesia terus meningkat, sedangkan produksi
glukosa dalam negeri masih terbatas dan tidak bisa memenuhi kebutuhan dalam
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
18/111
2
negeri. Nilai impor sirup glukosa Indonesia masih cukup tinggi dan menunjukkan
adanya kenaikan dari tahun ke tahun. Kebutuhan sirup glukosa Indonesia semakin
meningkat seiring dengan perkembangan industri penggunanya, yaitu industri
makanan dan minuman, terutama industri sirup, minuman ringan, permen, biskuit,
dan jeli. Data impor sirup glukosa dapat dilihat pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Data ekspor dan impor glukosa pada 2003-2008
TahunEkspor Impor
Bobot (kg) Nilai (US$) Bobot (kg) Nilai (US$)
2003 270 3,042 456,401 311,663
2004 1,857 4,448 2,785,795 1,035,894
2005 11,070 16,336 4,404,286 1,659,1652006 3,118 5,438 14,077 27,743
2007 100 158 2,682,312 1,471,589
2008 2,086 3,630 1,795,170 1,188,172
Sumber : Departemen Perindustrian RI (2009)
Bahan baku pembuatan sirup glukosa, terutama pati singkong atau tapioka
masih tersedia melimpah di Indonesia. Indonesia dalam beberapa tahun
melakukan ekspor tapioka. Data ekspor tapioka Indonesia dapat dilihat pada Tabel
1.3.
Tabel 1.3. Data ekspor dan impor tapioka pada 2003-2008
TahunEkspor Impor
Bobot (kg) Nilai (US$) Bobot (kg) Nilai (US$)
2003 16,071,768 1,893,691 6,123,791 1,039,139
2004 64,534,576 8,826,266 500,583 168,485
2005 39,848,839 5,963,178 462,395 183,389
2006 13,181,546 3,041,565 333,644 135,653
2007 10,720,484 3,791,560 232,511 90,836
2008 4,911,509 2,267,185 455,688 295,596
Sumber : Departemen Perindustrian RI (2009)
Adanya kebutuhan akan sirup glukosa dalam negeri yang belum terpenuhi,
kebutuhan akan substitusi gula tebu yang semakin meningkat dan tidak terpenuhi,
serta ketersediaan bahan baku sirup glukosa yang cukup melimpah merupakan
suatu peluang untuk memproduksi sirup glukosa. Pasar produk sirup glukosa ini
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
19/111
3
masih terbuka lebar dan persaingan belum ketat. Oleh karena itu, peluang untuk
memasuki pasar sirup glukosa masih terbuka lebar.
Pesantren merupakan suatu institusi pendidikan Islam yang sudah lama
tumbuh dan berkembang di Indonesia. Dalam perjalanannya, pesantren
memerlukan suatu penopang perekonomian pesantren untuk bisa tumbuh dan
berkembang dengan pesat. Pengembangan sektor pertanian dan pengolahan hasil
pertanian (agroindustri) di pesantren merupakan salah satu alternatif untuk
mengembangkan sektor perekonomian pesantren, mengingat sebagian besar
pesantren terletak di wilayah pedesaan yang merupakan basis pertanian.
Pesantren Raudlatul Ulum merupakan salah satu pesantren yang terletak di
Kabupaten Pati, Jawa Tengah, tepatnya di Desa Guyangan, Kecamatan Trangkil.
Kabupaten Pati merupakan salah satu daerah penghasil tapioka. Salah satu sentra
penghasil tapioka di Kabupaten Pati terletak di Kecamatan Margoyoso yang
merupakan tetangga Kecamatan Trangkil yang letaknya tidak jauh dari Pesantren
Raudlatul Ulum. Di Kabupaten Pati, juga banyak berkembang industri makanan
dan minuman, baik skala kecil maupun besar. Hal ini merupakan suatu peluang
bagi Pesantren Raudlatul Ulum untuk mengembangkan industri sirup glukosa.
Teknologi pembuatan sirup glukosa juga tidak terlalu rumit. Produksidapat dibuat dalam skala besar maupun kecil. Skala produksi yang dipilih dapat
disesuaikan dengan kemampuan investasi modal pesantren. Selain itu,
pengembangan sirup glukosa di Pesantren Raudlatul Ulum ini dapat memberikan
beberapa keuntungan, baik bagi pesantren maupun masyarakat, seperti
keuntungan ekonomi yang dapat menopang pengembangan pesantren,
mengangkat nama pesantren, menciptakan lapangan kerja, dan menggairahkan
perekonomian masyarakat.Studi kelayakan merupakan suatu analisis perencanaan yang sistematis dan
mendalam atas setiap faktor yang memiliki pengaruh terhadap kemungkinan
proyek mencapai sukses. Semua data, fakta, dan berbagai pendapat yang
dikemukakan dalam studi kelayakan tersebut akan menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan apakah proyek yang bersangkutan akan direalisasikan,
dibatalkan, atau direvisi (Soeharto, 2000). Untuk melakukan pendirian industri
sirup glukosa di Pesantren Raudlatul Ulum ini, diperlukan adanya studi kelayakan
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
20/111
4
pada beberapa aspek pendirian industri, yaitu aspek pasar dan pemasaran, teknik
dan teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan dan legalitas, dan analisis
finansial.
B. TujuanTujuan penelitian ini adalah mengkaji kelayakan pendirian industri sirup
glukosa dari tapioka di Pesantren Raudlatul Ulum, Pati dari aspek pasar dan
pemasaran, teknik dan teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan dan
legalitas, dan analisis finansial.
C. Ruang LingkupRuang lingkup penelitian ini meliputi studi kelayakan pada aspek pasar
dan pemasaran, teknik dan teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan dan
legalitas, dan analisis finansial.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
21/111
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. TapiokaTapioka atau pati singkong merupakan pati yang dihasilkan dari umbi ubi
kayu atau singkong (Manihot utilissima). Pati tapioka diperoleh dengan cara
mengekstraknya dari singkong dengan menggunakan air, kemudian diendapkan
dan dikeringkan.
Menurut Balagopalan et al. (1988), beberapa karakteristik tapioka di
antaranya adalah sebagai berikut.
Bila proses pembuatannya tepat, tapioka berwarna putih. Berkurangnyatingkat keputihan akan mempengaruhi kualitas dan harga.
pH normal tapioka adalah 6.3 sampai 6.5. Standar pH tapioka bervariasi. TheIndian Standard Institution (ISI) mengizinkan kisaran pH antara 4.7-7 untuk
pati yang digunakan untuk pangan, sedangkan Tapioca Institute lebih ketat
dengan menetapkan standar sebesar 4.5-6.5.
Ukuran granula tapioka adalah 5-40 m. Kandungan amilosa tapioka sebesar 16-18 persen. Suhu gelatinisasi tapioka berkisar antara 58.5 oC sampai 70 oC. Tapioka tidak beraroma, sehinga dapat digunakan untuk berbagai keperluan di
antaranya kosmetik dan makanan.
Tapioka tidak berasa. Tidak adanya rasa dan after taste (seperti pada jagungmisalnya) membuat tapioka cocok digunakan pada produk sepertipuddingdan
pie.
Saat dimasak, tapioka akan menjadi pasta yang jernih sehingga cocok untukdikombinasikan dengan berbagai pewarna.
Perbandingan kadar amilopekin dan amilosa pada tapioka yang sebesar 80:20menyebabkan tapioka memiliki titik viskositas yang tinggi yang sangat
berguna untuk berbagai aplikasi.
Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan -glikosidik.
Berbagai macam pati tidak sama sifatnya, tergantung dari panjang rantai
karbonnya, serta apakah lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
22/111
6
dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa
dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin.
Amilosa dapat dideskripsikan sebagai molekul linier yang merupakan
rangkaian dari sejumlah besar unit glukosa yang berikatan -(1,4)-glikosidik
(Manners, 1979). Amilopektin adalah polimer berantai cabang dengan ikatan -
(1,4)-glikosidik dan ikatan -(1,6)-glikosidik di tempat percabangannya. Setiap
cabang terdiri atas 25-30 unit D-glukosa (Smith dalam Leneback dan Imlet,
1982). Hidrolisis amilosa menghasilkan maltosa, glukosa, dan oligosakarida
lainnya (Alais dan Linden, 1991).
Tapioka dapat digunakan untuk membuat berbagai produk turunan pati,
seperti pati termodifikasi dan produk hidrolisat pati. Contoh produk pati
termodifikasi adalah pati pregelatinisasi, pirodekstrin, dan heat-moisture treated
starch. Contoh produk hidrolisat pati adalah sirup glukosa, maltodekstrin, sirup
fruktosa, dan sirup maltosa.
B. Sirup GlukosaSirup glukosa merupakan nama dagang dari larutan hidrolisis pati.
Hidrolisis dapat dilakukan dengan bantuan asam atau dengan enzim pada waktu,suhu, dan pH tertentu (Tjokroadikoesoemo, 1986).
Definisi sirup glukosa menurut SNI 01-2978-1992 yaitu cairan kental dan
jernih dengan komponen utama glukosa, yang diperoleh dari hidrolisis pati
dengan cara kimia atau enzimatik. Proses hidrolisis pati menjadi molekul glukosa
dapat dilihat pada Gambar 2.1.
(C6H10O5)n+ n H2O n C6H12O6Pati katalis dan panas glukosa
Gambar 2.1. Proses hidrolisis pati menjadi glukosa
Kualitas sirup glukosa ditentukan berdasarkan nilai dextrose equivalent
(DE) atau derajat kemanisan. Menurut Maiden (1970), DE adalah kandungan gula
pereduksi yang dinyatakan sebagai persen dekstrosa terhadap padatan kering. DE
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
23/111
7
tidak menyatakan kandungan glukosa yang sebenarnya dari produk tetapi
berhubungan dengan kandungan gula pereduksi dari semua jenis gula yang
terdapat dalam produk. Menurut Tjokroadikoesoemo (1986), sirup glukosa di
dalam perdagangan dibedakan berdasarkan nilai DE yang terdiri atas empat tipe,
yaitu tipe I (DE 20-38), tipe II (DE 38-58), tipe III (DE 58-73), dan tipe IV
(DE>73).
Derajat polimerisasi (DP) juga digunakan sebagai parameter pada
penentuan mutu sirup glukosa. DP menunjukkan jumlah unit glukosa sebagai
komponen individual dalam sirup. DP 1 = dekstrosa (1 unit), DP 2 = maltosa (2
unit), dan DP 3 = maltotriosa (3 unit) (Dziedzic dan Kearsley, 1984).
Tabel 2.1. Standar mutu sirup glukosa menurut SNI 01-2978-1992
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan1 Keadaan
1.1 Bau1.2 Rasa1.3 Warna
Tidak berbauManisTidak berwarna
2 Air % b/b Maks. 20
3 Abu % b/b Maks. 1
4 Gula pereduksi dihitung sebagaiD-Glukosa % b/b Min. 30
5 Pati Tidak ada
6 Cemaran Logam :6.1 Timbal6.2 Tembaga6.3 Seng
ppmppmppm
Maks. 1Maks. 10Maks. 25
7 Arsen ppm Maks. 0,5
8 Cemaran mikroba :8.1 Angka lempeng total8.2 Bakteri coliform
8.3E. coli8.4 Kapang8.5 Khamir
Koloni/gAPM/g
APM/gKoloni/gKoloni/g
Maks. 5 x 102
Maks. 20
Kurang dari 3Maks. 50Maks. 50
Sumber : Pusat Standardisasi Industri Departemen Perindustrian (1992)
Hidrolisis asam merupakan proses pemecahan pati secara acak yang tidak
dipengaruhi oleh keberadaan ikatan -1,6-D-glukosidik. Menurut Wurzburg
(1986), hidrolisis dengan asam akan lebih sensitif pada ikatan -1,4-D-glukosidik
dibanding ikatan -1,6-D-glukosidik. Namun struktur linear dengan ikatan -(1,4)
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
24/111
8
terdapat pada bagian kristalin. Bagian ini tersusun dengan sangat rapat sehinga
sangat sukar dimasuki air dan atau asam, akibatnya akan lebih tahan terhadap
asam. Bagian amorf walaupun tersusun oleh ikatan -(1,6) merupakan daerah
yang kurang padat, amorf, dan mudah dimasuki air sehingga akan memudahkan
penetrasi dan hidrolisis asam terhadap granula pati.
Proses hidrolisis asam lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan
hdrolisis enzim karena peralatan yang digunakan tidak terlalu rumit, namun
pembuatan sirup glukosa dengan cara ini juga menimbulkan beberapa masalah.
Peralatan yang diperlukan harus tahan korosi. Sirup yang dihasilkan mempunyai
nilai kemanisan yang rendah karena nilai ekuivalen dekstrosanya rendah.
Peningkatan ekuivalen dekstrosa di samping terjadi degradasi karbohidrat, juga
terjadi rekombinasi produk degradasi yang dapat mempengaruhi warna dan rasa
(Berghmans, 1981).
Menurut Wilbraham dan Matta (1992), hidrolisis berarti suatu pembelahan
molekul dalam air. Jika molekul terbelah, hidrogen dari air melekat pada salah
satu produk, sedangkan OH pada produk lainnya. Hidrolisis gula yang termasuk
rumit dilakukan dengan memanaskan larutan karbohidrat dengan air dan sedikit
katalis asam.Hidrolisis secara enzimatis memiliki perbedaan mendasar dibandingkan
hidrolisis secara kimiawi dan fisik dalam hal spesifitas pemutusan rantai polimer
pati. Hidrolisis secara kimiawi dan fisik akan memutus rantai polimer secara acak,
sedangkan hidrolisis enzimatis akan memutus rantai polimer secara spesifik pada
percabangan tertentu (Norman, 1981).
Hidrolisis enzimatis memiliki beberapa keuntungan, yaitu prosesnya lebih
spesifik dan produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Kondisiproses yang dapat dikontrol, biaya pemurnian yang lebih murah, produk samping
dan abu yang dihasilkan lebih sedikit, dan kerusakan warna yang dapat
diminimalkan merupakan keunggulan proses enzimatis ini (Norman, 1981).
Pembuatan sirup glukosa dengan hidrolisis enzim terdiri atas tiga tahapan
dalam mengonversi pati, yaitu gelatinisasi, likuifikasi, dan sakarifikasi.
Gelatinisasi merupakan pembentukan suspensi kental granula pati. Likuifikasi
merupakan proses hidrolisis pati parsial yang ditandai dengan menurunnya
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
25/111
9
viskositas (Chaplin dan Buckle, 1990). Likuifikasi menghasilkan oligosakarida.
Sakarifikasi merupakan proses dimana oligosakarida sebagai hasil dari tahap
likuifikasi dihidrolisis lebih lanjut oleh enzim tunggal atau enzim campuran
menjadi glukosa.
C. Studi KelayakanKadariah et al. (1999) dan Sutojo (1983) menyebutkan bahwa kajian
terhadap keadaan dan prospek suatu pabrik dilakukan atas aspek-aspek tertentu
yaitu aspek teknis, aspek manajerial dan administratif, aspek organisasi, aspek
pemasaran, aspek finansial, dan aspek ekonomi. Umar (2005) menambahkan
bahwa kajian terhadap keadaan dan prospek suatu pabrik juga memerlukan
analisis terhadap aspek lingkungan, aspek legalitas, dan aspek sosial dan ekonomi.
Aspek-aspek tersebut biasanya dianalisis dengan teknik-teknik tertentu dengan
mempertimbangkan manfaat bagi industri tersebut.
1. Aspek Pasar dan PemasaranAspek pasar dan pemasaran dikaji untuk mengungkapkan permintaan,
penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang dapat
dicapai oleh perusahaan, atau pangsa pasar yang dapat dikuasai oleh perusahaan(Husnan dan Muhammad, 2000).
Studi pasar dan pemasaran dapat dikatakan merupakan darah daging
setiap studi kelayakan. Bagi suatu proyek baru, pengetahuan dan analisis pasar
bersifat menentukan karena banyak keputusan tentang investasi tergantung dari
hasil analisis pasar (Simarmata, 1992).
Sutojo (1983) menyebutkan bahwa dalam mengkaji aspek pasar dan
pemasaran, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut. Bagaimana produk tersebut dalam masa kehidupannya di pasar dewasa ini. Berapa permintaan produk di masa lampau dan sekarang, bagaimana
komposisi permintaan tiap segmen pasar serta bagaimana kecenderungan
perkembangan permintaan.
Bagaimana proyeksi permintaan produk pada masa mendatang serta berapapersen dari permintaan dapat diambil.
Bagaimana kemungkinan adanya persaingan.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
26/111
10
Kegunaan dari analisis pasar adalah menentukan besar, sifat, dan
pertumbuhan permintaan total akan produk yang bersangkutan, deskripsi tentang
produk dan harga jual, situasi pasar dan adanya persaingan, berbagai faktor yang
ada pengaruhnya terhadap pemasaran produk, dan program pemasaran yang
sesuai untuk produk (Edris, 1993).
2. Aspek Teknik dan TeknologiAspek teknis dan teknologi merupakan salah satu aspek penting bagi
proyek karena merupakan jawaban dari pertanyaan dapat tidaknya produk tersebut
dibuat. Hal ini sangat dirasakan jika bidang usaha yang digunakan bersifat
manufacturingatau poros intinya adalah teknologi (Simarmata, 1992).
Sutojo (1983) menyebutkan bahwa evaluasi aspek teknis dan teknologi
meliputi hal-hal sebagai berikut.
Penentuan lokasi proyek, yaitu lokasi dimana suatu proyek akan didirikan,baik untuk pertimbangan lokasi maupun lahan proyek. Peubah-peubah yang
perlu diperhatikan antara lain iklim dan keadaan tanah, fasilitas transportasi,
ketersediaan tenaga kerja, tenaga listrik dan air, keadaan dan sikap
masyarakat, dan rencana masa depan perusahaan untuk perluasan.
Penentuan kapasitas produksi ekonomis yang merupakan volume atau jumlahsatuan produk yang dihasilkan selama waktu tertentu.
Pemilihan teknologi yang tepat yang dipengaruhi oleh kemungkinanpengadaan tenaga ahli, bahan baku dan bahan pembantu, kondisi alam dan
lainnya tergantung proyek yang didirikan.
Penentuan proses produksi yang akan dilakukan dan tata letak pabrik yangdipilih, termasuk tata letak bangunan dan fasilitas lain.
3. Aspek Manajemen dan OrganisasiAriyoto (1990) menyatakan bahwa manajemen merupakan cara mencapai
tujuan dari sumber-sumber yang ada. Sumber-sumber ini adalah uang (modal),
mesin dan peralatan, personil (tenaga kerja) dan material. Umar (2005)
menyatakan bahwa tujuan kajian aspek manajemen adalah mengetahui apakah
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
27/111
11
pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan
dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya.
Aspek manajemen operasional adalah suatu fungsi atau kegiatan
manajemen yang meliputi perencanaan organisasi, staffing, koordinasi,
pengarahan, dan pengawasan terhadap operasi perusahaan (Umar, 2005).
Manajemen operasi meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih,
struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, jumlah tenaga kerja yang
digunakan, anggota direksi, dan tenaga-tenaga lainnya (Husnan dan Muhammad,
2000).
4. Aspek LegalitasAspek legaitas penting karena menyangkut hukum yang mengatur tingkah
laku badan usaha. Untuk menampung aspirasi dalam mencapai tujuan usaha
diperlukan suatu wadah untuk melegalkan kegiatan. Dalam evaluasi yuridis, salah
satu pokok pengamatan yang merupakan kekuatan yang menunjang gagasan usaha
adalah tentang izin-izin yang harus dimiliki karena dapat dikatakan bahwa izin
usaha merupakan syarat legalisasi usaha (Ariyoto, 1990).
Menurut Husnan dan Muhammad (2000), dalam pengkajian aspek yuridisatau hukum, hal yang perlu diperhatikan meliputi bentuk badan usaha yang akan
digunakan dan berbagai akte, sertifikat, serta izin yang diperlukan.
5. Aspek LingkunganUmar (2005) menyebutkan bahwa kajian aspek lingkungan hidup
bertujuan menentukan dapat dilaksanaknnya industri secara layak atau tidak dari
segi lingkungan hidup. Hal-hal yang berkaitan dengan aspek lingkungan antaralain peraturan dan perundang-undangan analisis mengenai dampak lingkungan
(amdal) dan kegunaannya dalam kajian pendirian industri dan pelaksanaan proses
pengelolaan dampak lingkungan.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
28/111
12
6. Aspek FinansialEvaluasi aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana
yang diperlukan. Selain itu juga dipelajari struktur pembiayaan serta sumber dana
yang menguntungkan (Djamin, 1984).
Dari aspek finansial dapat diperoleh gambaran tentang struktur
permodalan bagi perusahaan yang mencakup seluruh kebutuhan modal untuk
dapat melaksanakan aktivitas mulai dari perencanaan sampai pabrik beroperasi.
Secara umum, biaya dikelompokkan menjadi biaya investasi dan biaya modal
kerja. Kemudian dilakukan penilaian aliran dana yang diperlukan dan kapan dana
tersebut dapat dikembalikan sesuai dengan jumlah waktu yang ditetapkan, serta
apakah proyek tersebut menguntungkan atau tidak (Edris, 1993).
Menurut Gray et al. (1993), dalam rangka mencari ukuran yang
menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan atas pengurutan suatu
proyek, telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi.
Kriteria investasi yang digunakan adalah break even point (BEP), net present
value(NPV), internal rate of return(IRR), net benefit cost ratio,payback period,
dan analisis sensitivitas. Selain itu diperlukan perhitungan biaya investasi dan
kebutuhan modal kerja (Behrens dan Hawranek, 1991).
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
29/111
III. METODOLOGI
A. Kerangka PemikiranPengembangan industri sirup glukosa harus mempertimbangkan beberapa
faktor, yaitu analisis pasar dan pemasaran, analisis ketersediaan bahan baku,
analisis teknis dan teknologis, analisis manajemen operasi dan organisasi, analisis
legalitas, analisis lingkungan, dan analisis finansial. Hasil dari analisis-analisis
tersebut dapat memberikan gambaran mengenai permasalahan-permasalahan yang
mungkin ada, sehingga dapat disusun rekomendasi pengembangannya.
Teknik yang dilakukan dalam melakukan studi kelayakan industri sirup
glukosa ini adalah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, baik data primer
maupun sekunder. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dihitung
perincian biaya investasinya. Sebelum perincian biaya, terlebih dahulu ditentukan
asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi finansial yang digunakan antara lain umur
ekonomis proyek, biaya-biaya operasional, kapasitas produksi, jumlah produk
yang terjual, dan sebagainya. Alir kerangka pemikiran sebagai langkah-langkah
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
B. Pendekatan Studi KelayakanPendekatan studi kelayakan dilakukan untuk memecahkan masalah
pendirian industri sirup glukosa. Djamin (1984) menyatakan bahwa pendekatan
studi kelayakan terdiri atas lima tahap, yaitu tahap identifikasi (brainstorming),
tahap seleksi awal (pre-selection), tahap pengujian (appraisals feasibility studies),
tahap evaluasi, dan tahap penyusunan laporan (reporting). Diagram tahapanproses persiapan suatu rencana investasi proyek dapat dilihat pada Gambar 3.2.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
30/111
14
Gambar 3.1. Kerangka pemikiran penelitian
Selesai
Penyusunan laporan
Analisis finansial Penentuan asumsi Sumber dana dan struktur pembiayaan Biaya investasi Proyeksi rugi laba Proyeksi arus kas PBP, IRR, NPV, B/C Ratio, BEP Analisis sensitivitas
Analisis lingkungan dan legalitas Analisis dampak lingkungan Peraturan pemerintah Perizinan
Analisis manajemen dan organisasi Struktur organisasi Deskripsi kerja Spesifikasi kerja Kebutuhan tenaga kerja
Analisis teknik dan teknologi Ketersediaan bahan baku Penentuan kapasitas produksi dan lokasi Pemilihan teknologi proses dan mesin dan peralatan Neraca massa dan energi Perencanaan tata letak
Analisis pasar dan pemasaran
Identifikasi potensi pasar Segmenting, targetting, positioning, marketing mix
Tabulasi data
Datacukup?
Pengumpulan data (primer dan sekunder)
Studi pustaka, mempelajari deskripsi produkdan industri
Mulai
Survei
lapang
Tidak
Ya
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
31/111
15
Gambar 3.2. Diagram alir tahapan persiapan rencana investasi proyek(Djamin, 1984)
Selesai
Pelaporan
Pelaksanaan investasi
Ke utusan
Eksternalitas
Rangking dari studikelayakan
Kriteria terukurKriteria tidak terukur
Evaluasi kriteria
Alternatif kelayakan
Analisisfinansial
Analisisteknis
Analisispasar
Studi kelayakan
(+)Dilakukan analisis lanjut
(-)Tidak dilanjutkan/batal
Proposal studi kelayakan
Pertemuan informasi
CBA
Pengumpulan informasi
Menetapkan tujuan
Konsep
Diperlukanprastudi
kelayakan
Hasil
(+) (-)
Ya
TidakSelesai
Tahap
identifikasi
Tahap seleksi
awal
Tahap
pengujian
Tahapevaluasi
Tahap penyusunan
laporan (reporting)
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
32/111
16
C. Metode PenelitianTahapan yang harus dilakukan pada studi kelayakan ini adalah melakukan
analisis masalah dan meneliti aspek-aspek yang berhubungan dengan perancangan
kelayakan industri tersebut yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik dan
teknologi, aspek manajemen operasi dan organisasi, aspek lingkungan dan
legalitas, dan aspek finansial. Metode studi kelayakan ini terdiri dari pengumpulan
data dan analisis data.
1. Pengumpulan DataData dan informasi dikumpulkan untuk keperluan analisis aspek-aspek
yang berkaitan dengan proses perencanaan suatu analisis industri. Data yang
dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari
wawancara dan survei lapangan. Wawancara dilakukan dengan pihak terkait serta
para pakar bidang teknik dan teknologi yang sesuai. Survei lapangan dilakukan
untuk memperoleh gambaran mengenai berbagai aspek ketersediaan bahan baku
dan pasar. Data sekunder diperoleh dari laporan, artikel, jurnal, data statistik dari
instansi-instansi pemerintah, swasta, balai penelitian, dan sebagainya.
2. Analisis DataAnalisis yang dilakukan meliputi analisis pasar dan pemasaran, teknik dan
teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan dan legalitas, dan finansial.
Analisis data dilakukan dengan dua metode pendekatan, yaitu analisis secara
kualitatif dan kuantitatif.
a.
Analisis Pasar dan PemasaranAspek-aspek yang dikaji pada analisis pasar dan pemasaran meliputi
analisis potensi pasar dan strategi pemasaran untuk mencapai pangsa pasar
tersebut. Semua aspek tersebut diukur dengan teknik yang sesuai dengan
kebutuhan penelitian dan sumber data yang diperoleh.
Setelah diketahui potensi pasar yang dapat diraih, maka diperlukan strategi
pemasaran, di antaranya dengan segmentasi (segmenting), penentuan target pasar
(targetting), dan penentuan posisi di pasar (positioning), serta bauran pemasaran
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
33/111
17
(marketing mix). Langkah-langkah dalam analisis pasar dan pemasaran ini dapat
dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Alir proses analisis pasar dan pemasaran
b. Analisis Teknik dan TeknologiAnalisis teknik dan teknologi meliputi ketersediaan bahan baku, penentuan
kapasitas produksi dan lokasi, pemilihan teknologi proses, mesin dan peralatan,
neraca massa dan energi, dan perencanaan tata letak, kebutuhan luas ruang
produksi, dan site plantdari pabrik tersebut. Alir proses analisis aspek teknik dan
teknologi dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Selesai
Penentuan strategi bauran pemasaran
Penentuan strategi pembentukan danpengembangan pasar
Analisis potensi pasar sirup glukosa
Datacukup?
Pencarian data
Mulai
Tidak
Ya
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
34/111
18
Gambar 3.4. Alir proses analisis aspek teknik dan teknologi
Ketersediaan bahan baku dianalisis dengan melihat data produksi tapioka,
penggunaan tapioka, dan ekspor tapioka. Jika kebutuhan bahan baku tidak
terpenuhi, maka dilakukan pencarian terhadap bahan baku lain yang bisa
digunakan.
Penentuan kapasitas produksi dilakukan dengan memperhatikanketersediaan bahan baku, pasar, dan kemampuan investasi. Ketiga komponen
tersebut dianalisis sehingga didapatkan kapasitas produksi industri sirup glukosa
ini.
Pemilihan jenis teknologi dan proses produksi didasarkan pada kemudahan
proses produksi dan perkiraan biaya produksi. Pemilihan mesin dan peralatan
ditentukan berdasarkan teknologi dan proses produksi yang dipilih. Neraca massa
disusun untuk melihat laju alir, jumlah input, dan jumlah output masing-masing
Selesai
Penyusunan tata letak pabrik
Penyusunan diagram keterkaitan antaraktivitas, kebutuhanluas ruang produksi, jumlah mesin, dan jumlah operator
Penyusunan neraca massa dan energi
Pemilihan teknologi proses, mesin,
dan peralatan
Penentuan kapasitas produksi
Penentuan lokasi pabrik
Bahan bakucukup?
Pencarian data bahan baku
Mulai
Tidak
Ya
Penentuan alternatif
bahan baku
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
35/111
19
komponen bahan pada setiap proses. Neraca energi disusun untuk melihat
kesetimbangan energi di setiap proses dan keseluruhan proses serta menghitung
jumlah energi yang dibutuhkan pada setiap proses dan keseluruhan proses.
Penentuan tata letak pabrik dilakukan dengan menganalisis keterkaitan
antaraktivitas, kemudian menentukan kebutuhan luas ruang dan alokasi area.
Untuk menganalisis keterkaitan antaraktivitas, perlu ditentukan derajat hubungan
aktivitas. Derajat hubungan aktivitas dapat diberi tanda sandi sebagai berikut.
A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harussaling berdekatan dan bersebelahan.
E (especially important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harusbersebelahan.
I (important) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan cukup berdekatan. O (ordinary) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan tidak harus saling
berdekatan.
U (unimportant) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan bebas dantidak saling mengikat.
X (undesirable) menunjukkan bahwa letak antara dua kegiatan harus salingberjauhan atau tidak boleh saling berdekatan.
Sandi derajat hubungan aktivitas diletakkan pada bagian dalam kotak
bagan keterkaitan antaraktivitas. Alasan-alasan yang mendukung kedekatan
hubungan meliputi keterkaitan produksi, keterkaitan pekerja, dan aliran informasi.
Alasan keterkaitan produksi meliputi urutan aliran kerja, penggunaan peralatan,
catatan dan ruang yang sama, kebisingan, kotor, debu, getaran, serta kemudahan
pemindahan barang. Alasan keterkaitan pekerja meliputi penggunaan karyawan
yang sama, pentingnya berhubungan, jalur perjalanan, kemudahan pengawasan,
pelaksanaan pekerjaan serupa, perpindahan pekerja, dan gangguan pekerja. Alasan
informasi meliputi penggunaan catatan yang sama, hubungan kertas kerja, dan
penggunaan alat komunikasi yang sama (Apple, 1990). Pada bagan keterkaitan
antaraktivitas, alasan-alasan pendukung ini disesuaikan penempatannya dalam
kotak agar tidak tumpang tindih dengan kode derajat hubungan antaraktivitas.
Tahapan proses dalam merencanakan bagan keterkaitan antaraktivitas
adalah sebagai berikut.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
36/111
20
1. Mengidentifikasi semua kegiatan penting dan kegiatan tambahan.2. Membagi kegiatan tersebut ke dalam kelompok kegiatan produksi dan
pelayanan.
3. Mengelompokkan data aliran bahan atau barang, informasi, pekerja, danlainnya.
4. Menentukan faktor atau subfaktor mana yang menunjukkan keterkaitan(produksi, pekerja, dan aliran informasi).
5. Mempersiapkan bagan keterkaitan antaraktivitas.6. Memasukkan kegiatan yang sedang dianalisis ke sebelah kiri bagan
keterkaitan antaraktivitas. Urutannya tidak mengikat, namun dapat juga
diurutkan menurut logika ketergantungan kegiatan.
7. Memasukkan derajat hubungan antaraktivitas di dalam kotak yang tersedia.Bagan keterkaitan antaraktivitas yang telah dibuat kemudian diolah lebih
lanjut menjadi diagram keterkaitan antaraktivitas. Berikut ini tahapan proses
pembuatan diagram keterkaitan antaraktivitas.
1. Mendaftar semua kegiatan pada template kegiatan diagram keterkaitanantaraktivitas.
2. Memasukkan nomor kegiatan dari bagan keterkaitan antaraktivitas pada sisipojok dan tengah setiap templatet kegiatan diagram keterkaitan antaraktivitas
untuk menunjukkan derajat kedekatan antaraktivitas.
3. Melanjutkan prosedur untuk setiap templateyang tersedia sampai keseluruhankegiatan tercatat.
4. Menyusun model dalam sebuah diagram keterkaitan aktivitas, memasangkanyang A terlebih dahulu, kemudian E, dan seterusnya.
5.
Menggambarkan pola aliran sementara.Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan
peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta
jumlah dan jenis sarana yang mendukung kegiatan produksi.
Menurut Machfud dan Agung (1990), berdasarkan tingkat produksi yang
telah ditentukan pada pemilihan teknologi proses, maka dapat ditentukan berapa
jumlah mesin yang dibutuhkan pada setiap tahapan proses produksi. Untuk
menghitung kebutuhan jumlah mesin tersebut, efisiensi operasi mesin dan waktu
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
37/111
21
baku produksi untuk setiap operasi perlu diketahui. Jumlah mesin yang
dibutuhkan (Mj) dapat dihitung dengan formula berikut.
Pij = tingkat produksi yang diinginkan untuk produk jenis ke-i pada
mesin tipe j, diukur dalam satuan keluaran per periode produksi.
Tij = waktu produksi untuk produk jenis ke-i pada mesin tipe j diukur
dalam jam per unit.
Cij = jumlah jam dalam periode produksi yang tersedia untuk
memproduksi produk ke-i pada mesin tipe j.
Mj = jumlah mesin tipe j yang dibutuhkan per periode produksi.
n = jumlah jenis produk.
Kebutuhan luas ruang produksi tergantung pada jumlah mesin dan
peralatan, tenaga kerja atau operator yang menangani fasilitas produksi, serta
jumlah dan jenis sarana yang mendukung kegiatan produksi. Metode yang
digunakan dalam menentukan kebutuhan luas ruang produksi adalah metode pusat
produksi. Pusat produksi terdiri dari mesin dan semua perlengkapan untuk
mendukung proses produksi serta luasan untuk melaksanakan operasi.
c. Analisis Manajemen dan OrganisasiKajian terhadap manajemen dan organisasi meliputi pemilihan bentuk
perusahaan dan struktur organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja, dan
deskripsi dan spesifikasi kerja. Alir analisis manajemen dan organisasi ini dapat
dilihat pada Gambar 3.5.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
38/111
22
Gambar 3.5. Alir analisis aspek manajemen dan organisasi
d. Analisis Lingkungan dan LegalitasAnalisis lingkungan meliputi sejauh mana keadaan lingkungan dapat
menunjang perwujudan pendirian industri, terutama sumber daya yang diperlukan,
seperti air, energi, manusia, dan ancaman alam sekitar, serta analisis mengenai
dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pendirian industri ini. Analisis
legalitas meliputi mekanisme perizinan dan peraturan-peraturan yang berlaku.
e. Analisis FinansialKriteria-kriteria yang digunakan dalam analisis finansial meliputi net
present value, internal rate of return, net benefit cost ratio, break even point,payback period, dan analisis sensitivitas. Kriteria-kriteria ini digunakan untuk
melihat kelayakan industri secara finansial.
1. Net Present Value(NPV)Net present value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara
nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional
maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu
Selesai
Menentukan struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasikerja, dan kebutuhan tenaga kerja
Menentukan bentuk usaha yang dipilih
Mempertimbangkan :
Data perkiraan investasi yang diperlukan daripenggunaan mesin dan bahan baku
Data kapasitas produksi Teknologi proses yang digunakan
Menentukan tujuan perusahaan
Mulai
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
39/111
23
(Husnan dan Muhammad, 2000 dan Hernanto, 1991). Menurut Gray et al.(1993),
formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut.
dengan Bt = keuntungan pada tahun ke-t
Ct = biaya pada tahun ke-t
i = tingkat suku bunga (%)
t = periode investasi (t = 0,1,2,3,,n)
n = umur ekonomis proyek
Proyek dianggap layak dan dapat dijalankan apabila NPV > 0. Jika NPV 0 dan proyek layak
dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak
dijalankan (Kadariah et al., 1999).
4. Break Even Point(BEP), danPayback Period(PBP)Break even point atau titik impas merupakan titik di mana total biaya
produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat
produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan. Menurut Kotler
(1993), hubungan antara biaya tetap dan biaya variabel dapat disajikan pada
rumus berikut.
Payback period merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan
untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran
, untuk Bt-Ct > 0
, untuk Bt-Ct < 0
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
41/111
25
investasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PBP adalah sebagai
berikut.
dengan n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt- Ct negatif
yang terakhir (tahun)
m = nilai kumulatif Bt- Ct negatif yang terakhir (Rp)
Bn = benefit bruto pada tahun ke-n (Rp)
Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp)
5. Analisis SensitivitasAnalisis sensitivitas dilakukan untuk mengkaji sejauh mana perubahan
parameter aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Apabila
nilai unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar tetapi tidak berakibat
terhadap investasi, maka dapat dikatakan bahwa keputusan untuk berinvestasi
pada suatu proyek tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya bila
terjadi perubahan yang kecil saja mengakibatkan perubahan keputusan investasi,
maka dinamakan keputusan untuk berinvestasi tersebut sensitif terhadap unsur
yang dimaksud. Analisis sensitivitas terhadap unsur-unsur yang terdapat di dalam
aliran kas meliputi perubahan harga bahan baku, biaya produksi, berkurangnya
pangsa pasar, turunnya harga jual produk per unit, ataupun tingkat bunga
pinjaman (Soeharto, 2000).
Analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa
mendatang. Suatu proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan
utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek,
kenaikan biaya, dan perubahan volume produksi (Gittinger, 1986).
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
42/111
IV. SEKILAS TENTANG PESANTREN RAUDLATUL ULUMDAN KABUPATEN PATI
A. Pesantren Raudlatul UlumPesantren Raudlatul Ulum yang berlokasi di Desa Guyangan, Kecamatan
Trangkil, Kabupaten Pati, Jawa Tengah didirikan oleh Al Maghfurulah K. H.
Suyuthi Abdul Qodir pada awal tahun 1950. Sejak awal berdirinya, pesantren ini
terus menerus mengalami dinamika perkembangan dari hanya memiliki belasan
santri hingga memiliki + 3.200 santri pada tahun ajaran 2008/2009 dan dari hanya
memiliki sarana prasarana pendidikan yang amat sederhana hingga prasarana yang
cukup representatif.
Pesantren Raudlatul Ulum mengelola beberapa unit pendidikan dengan
berbagai jenjang. Unit-unit pendiikan di lingkungan Pesantren Raudlatul Ulum
antara lain adalah sebagai berikut.
1. TK/RA (Raudlatul Athfal) Raudlatul Ulum.2. Madrasah Ibtidaiyah ( MI) Raudlatul Ulum.3. Madrasah Diniyah Raudlatul Ulum, yang terdiri dari:
Madrasah Diniyah Tsanawiyah (MDTs) dan Madrasah Diniyah Persiapan Aliyah (MDPA)
4. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Raudlatul Ulum, dengan status terakreditasi ADepartemen Agama dan muadalah(disamakan) dengan Al Azhar Cairo
Mesir.
5. Madrasah Aliyah (MA) Raudlatul Ulum, dengan status dengan statusterakreditasi A Departemen Agama dan muadalah(disamakan) dengan Al
Azhar Cairo Mesir.
Selain mengelola unit-unit pendidikan, Pesantren Raudlatul Ulum juga
mengelola unit-unit perekonomian untuk menunjang pengelolaan pendidikan di
Pesantren Raudlatul Ulum. Unit-unit usaha yang sudah dimiliki oleh Pesantren
Raudlatul Ulum adalah koperasi pesantren Raudlatul Ulum, pertokoan, unit
simpan pinjam, jasa telekomunikasi, jasa internet, budidaya perikanan (tambak),
konveksi dan bordir, dan rumah sakit.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
43/111
27
B. Kabupaten PatiKabupaten Pati terletak di daerah pantai utara Pulau Jawa dan di bagian
timur dari Propinsi Jawa Tengah. Secara administratif kabupaten Pati mempunyai
luas wilayah 150,368 ha yang terdiri dalam 21 kecamatan, 401 desa, 5 kelurahan,
1,106 dukuh serta 1,474 RW dan 7,524 RT.
Kabupaten Pati, dari segi letaknya, merupakan daerah yang strategis di
bidang ekonomi sosial budaya dan memiliki potensi sumber daya alam serta
sumber daya manusia yang dapat dikembangkan dalam semua aspek kehidupan
masyarakat seperti pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, pertambangan
dan penggalian, dan pariwisata. Dari data yang diperoleh, potensi utama
kabupaten ini adalah pada sektor pertanian. Potensi pertanian cukup besar
meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan dan
perikanan. Kondisi alam, letak geografis, dan peninggalan sejarah merupakan
potensi bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Pati seperti Waduk
Gunungrowo, Goa Pancur, dan lainlain.
Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten atau kota
di Jawa Tengah bagian timur, terletak diantara 1100, 50 - 1110, 15 bujur timur
dan 60
, 25
70
,00
lintang selatan. Batas-batas wilayah Kabupaten Pati adalahsebagai berikut.
Sebelah utara : dibatasi wilayah Kabupaten Jepara dan Laut Jawa.
Sebelah barat : dibatasi wilayah Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara.
Sebelah selatan : dibatasi wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora.
Sebelah timur : dibatasi wilayah Kabupaten Rembang dan Laut Jawa.
Kabupaten Pati mempunyai luas wilayah 150,368 ha yang terdiri dari58,348 ha lahan sawah dan 92,020 ha lahan bukan sawah. Penggunaan lahan di
Kabupaten Pati secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
44/111
28
Tabel 4.1. Luas dan persentase penggunaan lahan sawah dan lahan bukan sawahdi Kabupaten Pati tahun 2007 (Ha)
Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)
1. Lahan Sawah 58,348 38.771.1. Pengairan Teknis 18,150 12.07
1.2. Pengairan I/2 Teknis 8,871 5.90
1.3. Pengairan sederhana 7,092 4.721.4. Pengairan Desa / Non P.U 1,981 1.321.5. Tadah Hujan 22,162 14.741.6.
Pasang Surut - 0.00
1.7. Lainnya 92 0.062. Lahan Bukan Sawah 92,020 61.20
2.1. Rumah dan Pekarangan 28,730 19.112.2. Tegal 27,129 18.042.3. Padang Rumput 2 0.002.4. Hutan rakyat 1,667 1.112.5. Hutan Negara 17,866 11.882.6. Perkebunan 2,249 1.502.7. Rawa rawa 19 0.012.8. Tambak 10,931 7.272.9. Kolam 90 0.062.10.Tanah Lainnya 3,337 2.22
Jumlah 150,368 100.00Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati dalam Patidalam Angka (2008)
Kabupaten Pati memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak. Jumlah
penduduk dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel
4.2.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
45/111
29
Tabel 4.2. Jumlah penduduk dan pertumbuhan pendudukdi Kabupaten Pati tahun 2001 2007
TahunJumlah Penduduk Pertumbuhan
Penduduk (%)Laki-laki Perempuan Jumlah2007 615,780 632,101 1,247,881 0.38
2006 613,628 629,579 1,243,207 1.45
2005 604,927 620,496 1,225,423 0.54
2004 600,700 617,567 1,218,267 0.79
2003 596,598 612,116 1,208,714 -
2002 585,265 602,337 1,187,602 0.58
2001 581,960 598,776 1,180,736 0.70
Sumber: Pati dalam Angka (2008)
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
46/111
V. ANALISIS BAHAN BAKU
A. Spesifikasi Bahan BakuBahan baku utama yang digunakan dalam industri sirup glukosa ini adalah
tapioka kasar. Tapioka jenis ini banyak dihasilkan oleh industri tapioka di
Kabupaten Pati. Pusat produksi tapioka di Kabupaten Pati terletak di Kecamatan
Margoyoso yang letaknya tidak jauh dari lokasi industri ini. Penggunaan tapioka
kasar ini didasarkan pada faktor harga yang berhubungan dengan pembiayaan.
Harga tapioka kasar lebih murah daripada tapioka yang sudah dihaluskan.
Tapioka kasar ini didapatkan dengan membeli langsung kepada produsen
tapioka di pusat-pusat pengolahan tapioka. Karena jarak antara pusat pengolahan
tapioka dan lokasi industri ini berdekatan, maka biaya transportasi pengangkutan
bahan baku juga menjadi relatif kecil.
Tapioka yang digunakan dari produsen tapioka dapat berupa tapioka yang
sudah dikeringkan maupun yang belum dikeringkan (tapioka basah). Tapioka
yang sudah dikeringkan dapat disimpan dalam waktu lama, namun biasanya pada
musim penghujan, para produsen tapioka tidak dapat menghasilkan tapioka kering
karena pengeringan yang dilakukan masih mengandalkan sinar matahari, sehingga
pada saat itu, industri ini dapat menggunakan tapioka basah sebagai bahan baku.
Dalam penggunaan tapioka basah, penyediaan bahan baku harus direncanakan
dengan baik karena umur simpannya yang jauh lebih pendek daripada tapioka
kering. Menurut Jati (2007), waktu maksimal penyimpanan tapioka basah adalah
empat hari, karena biasanya setelah waktu tersebut, tapioka akan mengeluarkan
bau, dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi mutu dari produk yang akan
dihasilkan.
Bahan baku tapioka yang digunakan dalam industri ini harus memenuhi
standar mutu agar didapatkan kualitas produk yang baik. Standar mutu tapioka
sesuai dengan SNI 01-3451-1994 adalah seperti pada Tabel 5.1.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
47/111
31
Tabel 5.1. Standar mutu tapioka menurut SNI 01-3451-1994
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan1 E.coli Koloni/g Maks. 10
2 Kapang Koloni/g Maks. 10 000
3 Raksa mg/kg Maks. 0.05
4 Arsen mg/kg Maks. 0.5
5 Angka lempeng total Koloni/g Maks. 1000 000
6 Timbal mg/kg Maks. 1
7 Tembaga mg/kg Maks. 10
8 Seng mg/kg Maks. 40
9 Derajat putih % Min. 94.5
10 Kekentalan Engler 3-4
11 Derajat asamml 1N
NaOH/100 gMaks. 3
12 Kadar air % (b/b) maks. 1513 Kadar abu % (b/b) Maks. 0.6
14 Serat dan benda asing % (b/b) Maks. 0.6
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (1994)
Bahan baku penunjang yang digunakan adalah air, enzim -amilase, enzim
glukoamilase, larutan HCl 30%, larutan NaOH 30%, dan arang aktif. Spesifikasi
bahan penunjang tersebut disesuaikan dengan yang ada di pasaran.
B. Ketersediaan Bahan BakuKabupaten Pati merupakan salah satu daerah penghasil tapioka di
Indonesia. Kabupaten Pati memiliki cukup banyak industri tapioka baik skala
kecil maupun menengah. Menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Pati tahun 2008, sampai tahun 2008, jumlah industri tapioka terdaftar
di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati adalah 109 industri
dengan berbagai skala produksi. Dari jumlah tersebut, jika ditambahkan dengan
industri tapioka yang belum terdaftar, tentu jumlahnya kan lebih besar. Jumlah
industri tapioka ini selalu mengalami peningkatan setiap tahun karena banyaknya
minat investasi masyarakat Kabupaten Pati di industri tapioka ini. Kapasitas
produksi industri tapioka ini bervariasi dari 240 ton per tahun sampai 7,500 ton
per tahun. Pada tahun 2008, produksi tapioka di Kabupaten Pati mencapai
159,322 ton atau rata-rata produksi per hari adalah 435.31 ton. Perkembangan
jumlah industri dan produksi tapioka di Kabupaten Pati selama delapan tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 5.2.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
48/111
32
Tabel 5.2. Perkembangan jumlah industri dan produksitapioka di Kabupaten Pati
Tahun Jumlah Industri Produksi per Tahun (Ton)
2001 51 80,061
2002 59 92,291
2003 73 118,991
2004 80 127,441
2005 83 132,741
2006 88 140,681
2007 94 144,703
2008 109 159,322
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan KabupatenPati (2001-2008)
Industri tapioka di Kabupaten Pati tersebar di beberapa kecamatan.
Industri tapioka paling banyak terdapat di Kecamatan Margoyoso, kemudian
disusul oleh Kecamatan Trangkil. Pada 2008, jumlah industri tapioka terdaftar di
Kecamatan Margoyoso sebanyak 80 industri dengan produksi sebesar 116,950 ton
dan di Kecamatan Trangkil sebanyak 24 industri dengan produksi sebesar 34,322
ton. Penyebaran wilayah produksi dan jumlah produksi tapioka di Kabupaten Pati
dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3. Penyebaran wilayah produksi dan jumlah produksi tapiokadi Kabupaten Pati
Kecamatan Jumlah Industri Jumlah Produksi per Tahun (Ton)
Margoyoso 80 116,950
Trangkil 24 34,322
Tayu 1 1,200
Tlogowungu 1 1,850
Pati 1 3,000
Sukolilo 1 600
Cluwak 1 1,400
Jumlah 109 159,322Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati (2001-2008)
Tapioka merupakan hasil olahan dari singkong. Oleh karena itu, untuk
mengetahui tingkat keamanan ketersediaan tapioka di Kabupaten Pati, sangatlah
perlu untuk melihat data produksi singkong di Kabupaten Pati. Kabupaten Pati
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
49/111
33
merupakan penghasil singkong yang cukup besar. Data luas panen, produksi, dan
produktifitas singkong di Kabupaten Pati dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Luas panen, produksi, dan produktifitas singkong di Kabupaten Pati
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
1998 11,669 288,912 24.76
1999 12,161 310,962 25.57
2000 11,450 274,174 23.95
2001 13,851 317,177 22.90
2002 15,123 224,575 14.85
2003 11,620 242,792 20.89
2004 18,259 397,498 21.77
2005 12,726 361,838 28.432006 14,020 364,255 25.98
2007 11,595 228,004 19.66
Sumber: Pati dalam Angka (2002-2008)
Selama sepuluh tahun terakhir, rata-rata luas panen, produksi, dan
produktifitas singkong di Kabupaten Pati berturut-turut adalah sebesar 13,247 ha,
301,019 ton, dan 23.00 ton/ha. Dengan produksi sebesar itu, diperkirakan bahwa
produksi singkong yang ada saat ini masih cukup aman untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku.
Air yang digunakan oleh industri ini dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu air untuk bahan baku produksi dan air untuk sanitasi. Air untuk sanitasi
diperoleh dari air tanah. Air untuk bahan baku produksi diperoleh dari PDAM.
Kebutuhan air untuk produksi per hari adalah 3800 liter atau 3.8 m3.
Bahan baku penunjang lain yang digunakan adalah enzim -amilase,
enzim glukoamilase, larutan HCl 30%, larutan NaOH 30%, dan arang aktif.
Bahan-bahan ini banyak tersedia di pasaran, sehingga mudah diperoleh dan dapat
terjamin ketersediaannya.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
50/111
VI. ANALISIS PASAR DAN PEMASARAN
A. Potensi PasarSirup glukosa banyak dibutuhkan oleh berbagai industri makanan dan
minuman. Sirup glukosa lebih banyak dipilih sebagai pemanis dibandingkan gula
pasir karena sifatnya yang stabil dan tidak mudah mengkristal, sehingga produk
yang dihasilkan lebih baik. Selain itu, sirup glukosa juga dapat dikonsumsi secara
langsung sebagai pengganti gula pasir.
Sampai saat ini, kebutuhan sirup glukosa Indonesia masih banyak yang
dipenuhi dari impor. Impor glukosa di Indonesia pada tahun 2008 mencapai
1,795,170 kg dengan nilai US$ 1,188,172. Tabel 6.1 memperlihatkan
perkembangan ekspor dan impor glukosa di Indonesia.
Tabel 6.1. Data ekspor-impor glukosa di Indonesia
TahunEkspor Impor
Bobot (kg) Nilai (US$) Bobot (kg) Nilai (US$)
2003 270 3,042 456,401 311,663
2004 1,857 4,448 2,785,795 1,035,894
2005 11,070 16,336 4,404,286 1,659,165
2006 3,118 5,438 14,077 27,743
2007 100 158 2,682,312 1,471,589
2008 2,086 3,630 1,795,170 1,188,172
Sumber : Departemen Perindustrian (2009)
Sirup glukosa sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi belum banyak
diproduksi di Indonesia, dan masih mengandalkan pasokan impor. Kebutuhansirup glukosa semakin lama semakin meningkat seiring dengan semakin tumbuh
pesatnya industri makanan dan minuman di Indonesia. Beberapa tahun terakhir,
sirup glukosa sudah banyak diproduksi di dalam negeri. Akan tetapi, produksi
dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri yang makin
meningkat sehingga nilai impor masih cukup tinggi. Dengan demikian, industri
sirup glukosa ini masih prospektif untuk dikembangkan, mengingat kebutuhan
dalam negeri yang terus meningkat dan nilai impor yang masih cukup tinggi.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
51/111
35
Kebutuhan gula pasir dalam negeri juga semakin meningkat. Produksi gula
dalam negeri sekarang ini tidak mampu memenuhi permintaan yang semakin
meningkat, sehingga dilakukan impor gula. Peningkatan permintaan gula ini
sebagian besar didorong dari peningkatan tingkat konsumsi gula masyarakat,
peningkatan jumlah penduduk, dan berkembangnya industri makanan dan
minuman. Untuk itu, sirup glukosa ini dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti
gula pasir, baik untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri maupun
konsumsi rumah tangga.
Tabel 6.2. Data Proyeksi Surplus/Defisit Gula Tahun 2006-2008
Tahun Penawaran (ton) Permintaan (ton) Surplus/Defisit (ton)2006 2,357,219 2,598,831 -241,612
2007 2,478,016 2,629,258 -151,242
2008 2,605,002 2,660,041 -55,039
Sumber : Departemen Pertanian (2006)
Kabupaten Pati memiliki industri makanan dan minuman yang cukup
banyak dengan berbagai skala produksi. Pada 2008, industri makanan dan
minuman pengguna gula atau glukosa yang sudah terdaftar di Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Pati berjumlah 81 industri dengan berbagai skala.
Industri-industri ini dapat dijadikan target pemasaran produk sirup glukosa di
Kabupaten Pati.
Tabel 6.3 menunjukkan jumlah industri makanan dan minuman terdaftar di
Kabupaten Pati, jumlah produksi, dan asumsi jumlah penggunaan gula pada
industri-industri tersebut. Asumsi penggunaan gula pada industri-industri tersebut
adalah sebesar 8,883,231 kg per tahun. Jika diasumsikan 35 persen dari
pengunaan gula tersebut disubstitusi dengan sirup glukosa, maka asumsi jumlah
penggunaan sirup glukosa pada industri-industri tersebut adalah sebesar 3,109,131
kg per tahun. Dengan kapasitas produksi yang ditetapkan, yaitu 2 ton bahan baku
tapioka per hari atau 2,480 kg sirup glukosa per hari, maka jumlah produk sirup
glukosa yang dapat ditawarkan di pasar adalah sebesar 744,000 kg sirup glukosa
per tahun atau sebesar 24 persen dari asumsi penggunaan sirup glukosa dari
industri-industri tersebut.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
52/111
36
Tabel 6.3. Data Industri/Usaha Makanan dan Minuman Pengguna Gulaatau Glukosa Terdaftar di Kabupaten Pati
Jenis ProduksiJumlahUsaha
JumlahProduksi (kg)
AsumsiPenggunaan
Gula (kg)
1)
Es lilin 2 141,000 28,200
Kecap 26 3,358,550 1,679,275
Kue basah 1 370 148
Makanan dari coklat dan kembang gula 1 3,000 1,800
Makanan ringan 5 28,114,000 5,622,800
Minuman ringan 15 2,285,600 457,120
Nata de coco 3 89,650 17,930
Roti dan sejenisnya 24 1,627,894 651,158
Sirup 4 708,000 424,800
Jumlah 81 36,328,064 8,883,2311)Asumsi didasarkan pada rata-rata komposisi gula pada setiap produk
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati (2001-2008)
Industri makanan dan minuman pengguna gula atau glukosa di Kabupaten
Pati tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Industri terbanyak berada di
Kecamatan Pati dan Juwana. Sebaran industri tersebut dapat dilihat pada Tabel
6.4.
Tabel 6.4. Data Sebaran Industri/Usaha Makanan dan Minuman Pengguna Gulaatau Glukosa Terdaftar di Beberapa Kecamatan di Kabupaten Pati
Kecamatan Jumlah Usaha
Batangan 1
Dukuhseti 2
Gembong 1
Jakenan 2
Juwana 14
Margorejo 5
Margoyoso 7Pati 25
Pucakwangi 2
Sukolilo 3
Tayu 8
Tlogowungu 1
Trangkil 6
Wedarijaksa 4
Jumlah 81Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pati (2001-2008)
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
53/111
37
B. Strategi Pembentukan dan Pengembangan Pasar1. Segmentasi
Produk sirup glukosa merupakan produk yang banyak dibutuhkan oleh
industri dan juga dapat digunakan untuk keperluan individu atau rumah tangga.
Sirup glukosa banyak digunakan sebagai pemanis pengganti gua pasir atau
digunakan untuk campuran gula pasir. Sebagai pemanis, sirup glukosa memiliki
beberapa kelebihan, yaitu harganya yang lebih murah, tidak perlu dilarutkan, dan
tidak mengkristal, sehingga banyak industri yang lebih memilih menggunakan
sirup glukosa daripada gula pasir.
Segmentasi pasar produk ini berdasarkan jenis konsumennya adalah
konsumen industri dan konsumen rumah tangga. Konsumen industri
menggunakan sirup glukosa sebagai bahan baku produksi dalam industri tersebut.
Konsumen industri produk sirup glukosa ini meliputi berbagai industri makanan
dan minuman pengguna gula, termasuk juga industri atau usaha mikro, kecil dan
menengah pengguna gula. Konsumen rumah tangga menggunakan sirup glukosa
ini sebagai pengganti gula pasir yang selama ini biasa dikonsumsi. Segmentasi
pasar produk ini berdasarkan aspek geografis adalah daerah Kabupaten Pati,
Propinsi Jawa Tengah, Pulau Jawa, pasar nasional dan pasar ekspor.Segmen pasar yang dituju produk ini adalah segmen pasar industri,
terutama industri atau usaha mikro, kecil, dan menengah di Propinsi Jawa Tengah,
khususnya di Kabupaten Pati. Pemilihan segmen ini didasarkan pada jarak daerah
pemasaran dari pabrik, kemudahan promosi dan pendistribusian, dan
penyederhanaan rantai pasokan. Segmen pasar ini akan diperluas seiring dengan
perkembangan perusahaan.
2. TargettingTarget pasar produk ini, berdasarkan aspek geografis, difokuskan pada
daerah Propinsi Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Pati. Untuk selanjutnya,
target pasar produk ini ditingkatkan untuk daerah Jawa. Target pasar ini juga akan
selalu diperluas seiring dengan perkembangan perusahaan.
Target pasar produk ini, berdasarkan jenis konsumennya, adalah pasar
konsumen industri. Pasar industri meliputi berbagai industri makanan dan
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
54/111
38
minuman pengguna gula, termasuk juga industri atau usaha mikro, kecil dan
menengah pengguna gula. Industri-industri ini memang membutuhkan sirup
glukosa sebagai bahan baku produksinya.
Target pasar yang bisa diraih didasarkan pada jumlah produksi sirup
glukosa pada industri ini, yaitu sebesar 744,000 kg sirup glukosa per tahun atau
sebesar 24 persen dari asumsi penggunaan sirup glukosa dari industri-industri
pengguna gula terdaftar di Kabupaten Pati, yaitu sebesar 3,109,131 kg per tahun.
Industri-industri pengguna gula ini terdiri dari industri makanan dan minuman.
3. PositioningPositioning merupakan salah satu elemen strategi pemasaran. Fungsi
positioning adalah agar pasar yang dituju mempunyai persepsi yang dapat
membedakan suatu produk dari para pesaing di benak target pasar. Tanpa
perbedaan yang jelas, suatu produk akan dianggap sama dengan pesaing. Kalau
hal itu terjadi, satu-satunya senjata yang bisa dipakai bersaing adalah harga,
terutama jika tingkat penawaran jauh lebih besar dari tingkat permintaan. Oleh
karena itu, positioning terkadang dianggap sebagai the reason for being atau
alasan supaya suatu produk boleh dilahirkan. Tanpa alasan yang tepat, suatuproduk sebenarnya tidak boleh dilahirkan (Kartajaya, 2004).
Produk sirup glukosa ini memiliki tiga elemen positioning yang penting,
yaitu benefit positioning, image positioning, dan added value positioning. Ketiga
elemen ini memberi posisi tersendiri pada produk sirup glukosa ini di benak
konsumenya.
Benefit positioning berhubungan dengan karakteristik produk sirup
glukosa ini. Sirup glukosa merupakan produk pemanis (gula) yang asli dan alamidan harganya murah. Karakteristik inilah yang menyebabkan penggunaan sirup
glukosa lebih menguntungkan daripada penggunaan pemanis yang lain, seperti
gula pasir dan pemanis buatan. Pola hidup sehat yang semakin dipahami
masyarakat semakin mendorong masyarakat untuk membeli gula yang asli dan
menghindari pemanis buatan. Akan tetapi, gula pasir, gula yang biasa dikonsumsi
masyarakat, harganya semakin mahal, dan sudah mencapai di atas Rp 8,000.00.
-
7/22/2019 Sirup Glukosa_F09yfa.pdf
55/111
39
Oleh karena itu, sirup glukosa dapat digunakan sebagai pengganti gula pasir
dengan tingkat kemanisan yang hampir sama, namun harganya lebih murah.
Image positioning berhubungan dengan citra yang dimiliki produk tersebut
di mata konsumen. Produk sirup glukosa yang diproduksi di pesantren ini
memiliki citra tersendiri di mata konsumen. Kepatuhan masyarakat (konsumen)
kepada pesantren dan Kyai membuat produk yang diproduksi di pesantren
memiliki citra yang lebih baik daripada produk sejenis yang tidak diproduksi di
pesantren. Selain itu, pendirian industri di pesantren juga dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi pesantren dan masyarakat sekitarnya, sehingga mendorong
pertumbuhan perekonomian daerah. Oleh karena itu, konsumen akan lebih
memberikan citra yang baik pada produk ini.
Added value positioning berhubungan dengan nilai tambah yang dihasilkan
dari produk dan nilai tambah yang bisa dinikmati masyarakat. Kabupaten Pati
merupakan daerah penghasil tapioka dalam jumlah yang cukup besar. Penggunaan
tapioka untuk produksi berbagai produk olahannya akan meningkatkan
permintaan