Download - Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan
SISTEM PENCATATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
DI PUSKESMAS PLERET
Oleh:
Kelompok : 3
Kelas : IIC
1. Nurhasna Umasugi (120109)
2. Isriani Widiastuti (120110)
3. Fitri Ayuni Nurdewati (120111)
4. Cahya Yustisia (120112)
5. Godeliva Susanti Terika (120113)
6. Dea Nur Elsadai (120114)
7. Carolina Frilly Merliana (120115)
8. Selma Dwi Hidayati (120116)
9. Rina Dwi Lestari (120117)
10. Tria Marliantina (120118)
11. Vinda Nur Apriningtyas (120119)
AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
LEMBAR PENGESAHAN
SISTEM PENCATATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
DI PUSKESMAS PLERET
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Kelompok : 3 (Tiga)
Kelas : IIC
Anggota :
1. Nurhasna Umasugi (120109)
2. Isriani Widiastuti (120100)
3. Fitri Ayuni Nurdewati (120111)
4. Cahya Yustisia (120112)
5. Godeliva Susanti Terika (120113)
6. Dea Nur Elsadai (120114)
7. Carolina Frilly Merliana (120115)
8. Selma Dwi Hidayati (120116)
9. Rina Dwi Lestari (120117)
10. Tria Marliantina (120118)
11. Vinda Nur Apriningtyas (120119)
Telah disetujui untuk diseminarkan di depan penguji
Pada tanggal………………………..
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Era Revika, S. SiT.
LEMBAR PENGESAHAN
SISTEM PENCATATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
DI PUSKESMAS PLERET
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Kelompok : 3 (Tiga)
Kelas : IIC
Anggota :
1. Nurhasna Umasugi (120109)
2. Isriani Widiastuti (120100)
3. Fitri Ayuni Nurdewati (120111)
4. Cahya Yustisia (120112)
5. Godeliva Susanti Terika (120113)
6. Dea Nur Elsadai (120114)
7. Carolina Frilly Merliana (120115)
8. Selma Dwi Hidayati (120116)
9. Rina Dwi Lestari (120117)
10.Tria Marliantina (120118)
11.Vinda Nur Apriningtyas (120119)
Telah diseminarkan di depan penguji
Pada tanggal……………………
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Era Revika, S. SiT.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pemantauan Pelayanan Kebidanan di Puskesmas Pleret” tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dari dosen
mata kuliah Dasar-Dasar Asuhan Kebidanan. Makalah berisi tentang
sistem pencatatan dalam pelayanan kebidanan serta pemantauan
pelayanan KIA oleh pihak swasta di wilayah kerja Puskesmas
Sanden.Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha sesuai
kemampuan, namun kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini
masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak akan kami terima dengan senang hati.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal sampai akhir.Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
meridhai segala usaha kita, amin.
Yogyakarta, 9 April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................4
1. Tujuan Umum........................................................................................4
2. Tujuan Khusus.......................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Kohort Ibu.................................................................................................5
1. Pengertian Kohort Ibu............................................................................5
2. Cara Pengisian Kohort Ibu.....................................................................5
B. Kohort Bayi...............................................................................................6
1. Pengertian Kohort Bayi.........................................................................6
2. Cara Pengisian Kohort Bayi..................................................................6
C. PWS KIA...................................................................................................7
1. Pengertian PWS KIA.............................................................................7
2. Manfaat PWS KIA.................................................................................8
3. Perhitungan Sasaran dalam Program PWS-KIA...................................8
D. Mortalitas dan Morbiditas.......................................................................16
1. Mortalitas.............................................................................................16
2. Morbiditas............................................................................................29
BAB III HASIL KUNJUNGAN............................................................................34
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................40
BAB V PENUTUP.................................................................................................41
A. Kesimpulan..............................................................................................41
B. Saran........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum yang dapat diterima sebagai indikator
adalah angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB).
Pentingnya mendapatkan indikator tercermin dari pemakaian
AKI dan AKB sebagai derajat kesehatan yang ditetapkan dalam
Indonesia Sehat 2010 (UNDP, 2003).
Perkiraan AKI maupun AKB di Indonesia saat ini masih
mengandalkan dari survei dan sensus karena sumber data dari
registrasi vital di Indonesia sebagai sumber data yang ideal
masih belum memadai. Demikian pula pengukuran AKI dan
AKB dari sistem pencatatan rutin fasilitas kesehatan juga belum
bisa diharapkan karena hasilnya memberikan gambaran bias
karena tidak semua kejadian kematian terjadi dan dicatat di
fasilitas pelayanan kesehatan. Keragaman sumber data
menyulitkan untuk membuat perbandingan, untuk generalisasi
dan ada kecenderungan kematian ibu dilaporkan lebih rendah
karena tidak mudah menegakkan sebab kematian (Soemantri,
1997).
Berdasarkan hasil kajian beasaran AKI di Indonesia
berkisar 307-461 per 100.000 kelahiran hidup, Angka kematian
balita 54-64 per 1000, Angka kematian bayi 35-42 per 1000,
(Soemantri, 1997). Bila dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN lainnya, AKI dan AKB di Indonesia relatif masih
tinggi.Kecenderungan AKI dan AKB memberikan prospek
penurunan yang kurang menggembirakan. Kalau kesepakatan
global MDGs ingin direalisir, pencapaian AKI akhir 2015 tidak
akan terpenuhi. Pencapaian AKI tahun 2015 hanya dapat
menurunkan 52-55% dari keadaan 1990, masih jauh untuk
diturunkan tiga perempatnya sesuai dengan target MDGs
sedangkan pencapaian AKB tahun 2015 hanya dapat
menurunkan 53-73% dari keadaan 1990 (UNDP, 2003).
Berbagai intervensi untuk menurunkan AKI dan AKB
telah dilakukan oleh Depkes sejak tahun 1980-an melalui
program Safe Motherhood Inititatif yang mendapat perhatian
besar dan dukungan dari berbagai pihak, baik dalam dan luar
negeri. Pemantapan dan peningkatan program kesehatan ibu dan
anak telah menjadi prioritas utama.Berbagai upaya
meningkatkan kemampuan pengelola program KIA menunju
percepatan penurunan AKI telah dilakukan. Secara konseptual,
pada tahun 1990-an telah diperkenalkan lagi upaya untuk
menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI
yaitu MakingPregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan oleh
pemerintah pada tahun 2000 (Soemantri, 2004).
Kebijakan desentralisasi menuntut pimpinan
kabupaten/kota dan jajarannya mampu untuk merencanakan,
memprioritaskan kegiatan serta memantau dampaknya dengan
memanfaatkan data local yang tersedia serta sumber daya yang
ada.Sehubungan dengan penerapan sistem desentralisasi maka
pelaksanaan strategi MPS di daerahpun diharapkan dapat lebih
terarah dan sesuai dengan permasalahan setempat. Adanya
keragaman daerah di Indonesia menurut demografi dan
geografi,maka kegiatan program kesehatan ibu dan anak (KIA)
akan beragam pula. Agar pelaksanaan program KIA berjalan
lancar, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA tetap
diharapkan menjadi kegiatan prioritas utama baik ditingkat
puskesmas maupun di tingkat kabupaten/kota.Peningkatan mutu
program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di
masing-masing wilayah kerja (WHO, 2000).
Kematian maternal (disebut kematian ibu oleh program)
adalah kematian seorang wanita yang sedang hamil, melahirkan
sampai dengan 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan (masa
nifas), tidak tergantung dari umur kehamilan dan letak
kehamilan di dalam ataupun di luar kandungan yang disebabkan
oleh keadaan kehamilan atau oleh keadaan yang diperburuk
akibat kehamilan atau disebabkan kesalahan pada pertolongan
persalinan, tetapi tidak termasuk kematian yang disebabkan
oleh kecelakaan atau kelalaian. Penyebab kematian maternal
dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu karena obstetri langsung
dan tidak langsung. Sedangkan untuk menghitung kematian
maternal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara langsung
(direct) dan cara tidak langsung (indirect) (Setyowati, 1999).
Sistem pencatatan dalam pelayanan kebidanan terdiri dari
kohort ibu, bayi, balita, PWS KIA, mortalitas atau morbiditas.
Sistem pencatatan dan pelaporan kematian ibu menggunakan
Register kohort ibu (RKI). Register ini digunakan untuk
mencatat seluruh ibu hamil di wilayah kerja bidan di desa. Data
ibu hamil ini kemudian dimasukkan ke dalam RKI, dengan
mencantumkan nama ibu dan suaminya, alamat dan umur ibu.
Dengan RKI, memungkinkan terpantaunya kejadian komplikasi
obstetri yang menjadi penyebab kematian ibu pada masa hamil/
bersalin/ nifas (Depkes,1996)
Sistem Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan
anak (PWS-KIA) sebagai alat manajemen program KIA untuk
memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang
cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan pelayanan
KIA nya masih rendah telah diterapkan program sejak tahun
1990an. Dengan demikian PWS-KIA dapat dipandang juga
sebagai surveilens sistem untuk mengukur perkiraan AKI dan
AKA. Sesuai anjuran WHO untuk mendapatkan AKI yang
paling baik adalah menindak lanjuti kohor ibu hamil.Sayangnya
sampai saat ini PWS-KIA belum dimanfaatkan secara optimal
yang terbukti dengan masih tingginya AKI dan AKA (Depkes,
2004).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menambah wawasan mahasiswa mengenai system
pencatatan di puskesmas Pleret dan memberikan informasi
kepada pembaca tentang sistem pencatatan di Puskesmas
Pleret.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kohort bayi dan kohort ibu di puskesmas
Pleret.
b. Mengetahui PWS KIA di Puskesmas Pleret.
c. Mengetahui mortalitas dan morbiditas di wilayah
Puskesmas Pleret.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kohort Ibu
1. Pengertian Kohort Ibu
Kohort Ibu merupakan sumber data pelayanan ibu
hamil dan bersalin, serta keadaan / resiko yang dipunyai ibu
yang diorganisir sedemikian rupa yang pengoleksiannya
melibatkan kader dan dukun bayi di wilayahnya setiap bulan
yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada
kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi
informasi.
2. Cara Pengisian Kohort Ibu
Kolom 1 : Diisi nomor urut
Kolom 2 : Diisi nomor indeks dari family folder
Kolom 3 : Diisi nama ibu hamil
Kolom 4 : Diisi nama suami ibu hamil
Kolom 5 : Diisi alamat ibu hamil
Kolom 6 : Diisi umur ibu hamil
Kolom 7 :Diisi umur kehamilan pada kunjungan
pertama (dalam minggu) / tanggal HPL
Kolom 8 : Faktor resiko. Diisi v (rumput) untuk umur
ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
Kolom 9 : Paritas diidi gravidanya
Kolom 10 : Diisi bila jarak kehamilan < 2 tahun
Kolom 11 : Diisi bila BB ibu < 45 kg , LILA<
23,5 cm
Kolom 12 : Diisi bila TB ibu < 145 cm
Kolom 13 s.d. 17 : Risiko tinggi. Diisi tanggal
ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi, Hb
diperiksa dan ditulis hasilnya
Kolom 18 : Pendeteksian faktor risiko. Diisi
tanggal ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi
oleh tenga kesehatan
Kolom 19 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil
dengan risiko tinggi oleh Non Nakes
Kolom 20 s.d. 22 : Diisi tanggal imunisasi sesuai
dengan statusnya
Kolom 23 s.d. 34 : Diisi umur kehamilan dalam bulan
Kolom 35 : Penolong persalinan, diisi tanggal
penolong persalinan tenaga kesehatan
Kolom 36 : Diisi tanggal bila yang menolong
bukan tenaga kesehatan
Kolom 37 : Hasil akhir kehamilan. Diisi tanggal
kejadian abortus
Kolom 38 : Diisi lahir mati
Kolom 39 : Diisi BB bila BBL < 2500 gram
Kolom 40 : Diisi BB bila BBL > 2500 gram
Kolom 41 : Keadaan ibu bersalin. Diberi tanda v
bila sehat
Kolom 42 : Dijelaskan sakitnya
Kolom 43 : Diisi sebab kematiannya
Kolom 44 : Diisi v (rumput)
Kolom 45 : Diisi apabila pindah, atau yang perlu
diterangkan
B. Kohort Bayi
1. Pengertian Kohort Bayi
Kohort Bayi merupakan sumber data pelayanan
kesehatan bayi, termasuk neonatal.
2. Cara Pengisian Kohort Bayi
Kolom 1 : Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi
disesuaikan dengan nomor urut ibu pada
register kohort ibu
Kolom 2 : Diisi nomor indeks dari family folder
Kolom 3 s.d. 7 : Jelas
Kolom 8 s.d. 9 : Diisi angka berat bayi lahir dalam
gram
Kolom 10 : Diisi tanggal pemeriksaan neonatal
oleh
tenaga kesehatan
Kolom 11 : Diisi tanggal pemeriksaan post
neonatal oleh petugas kesehatan
Kolom 12 s.d. 23 : Diisi hasil penimbangan bayi dalam
kg dan rambu gizi
Kolom 24 s.d. 35 : Diisi tanggal bayi tersebut mendapat
imunisasi
Kolom 36 : Diisi tanggal bayi ditemukan
meninggal
Kolom 37 : Diisi penyebab bayi tersebut
meninggal
Kolom 38 : Diisi bila bayi pindah atau ada
kolom yang
perlu keterangan
C. PWS KIA
1. Pengertian PWS KIA
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS-KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan
pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara
terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat, meliputi program pelayanan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, dan
keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi, dan balita (Kemenkes RI,2013).
a. Program KIA yang di maksud , meliputi :
1) Pelayanan Ibu Hamil
2) Pelayanan Ibu Bersalin
3) Pelayanan Ibu Nifas
4) Pelayanan Ibu dengan Komplikasi Kebidanan
5) Pelayanan KB
6) Pelayanan BBL
7) Pelayanan Bayi Baru dengan Komplikasi
8) Pelayanan Bayi dan Balita
2. Manfaat PWS KIA
a. Sebagai Alat Komunikasi
b. Sebagai Alat Penggerak Masyarakat
c. Sebagai Alat Manajemen Program
3. Perhitungan Sasaran dalam Program PWS-KIA
a. Indikator Program Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak (PWS-KIA)
1) Cakupan Pelayanan Antenatal (K1)
2) Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4)
3) Cakupan Pelayanan Ibu Bersalin
4) Cakupan Pelayanan Nifas oleh Tenaga Kesehatan
(KF3)
5) Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN1)
6) Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0 – 28 hari
(KN Lengkap)
7) Deteksi Faktor Risiko dan Komplikasi oleh
Masyarakat
8) Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (PK)
9) Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus
10) Cakupan Pelayanan Kesehatan 29 hari – 12 bulan
(kunjungan bayi)
11) Cakupan Pelayanan Anak Balita
12) Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit
yang Dilayani dengan MTBS
13) Cakupan Peserta KB Aktif
b. Perhitungan Sasaran pada setiap indikator
1) Cakupan Pelayanan Antenatal (K1)
Rumus :
Jumlah kunjungan ibu hamil pertama (K1)
X 100 %
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun
i. Cakupan K1 adalah persentase ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
ii. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan
pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat.
2) Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4)
Rumus :
Jumlah kunjungan ibu hamil 4 kali (K4)
X 100 %
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun
Atau
1,10 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk
i. Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit 4 kali (1 kali
pada Trimester I , 1 kali pada Trimester II , 2 kali pada
Trimester III).
ii. Cakupan pelayanan ibu hamil ini juga menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil dan menggambarkan kemajuan
manajemen atau kelangsungan program KIA.
a) Kunjungan pada ibu hamil sesuai dengan standar, meliputi
pelayanan :
(1) Timbang badan dan ukur tinggi badan
(2) Ukur tekanan darah
(3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
(4) Ukur tinggi fundus uteri
(5) Tentukan presentasi janin dan DJJ
(6) Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian tetanus
toksoid)
(7) Pemberian tablet Fe (90 tablet selama kehamilan)
(8) Tes laboratorium sederhana dan atau dengan indikasi
(9) Tata laksanan kasus
(10) Temu wicara
3) Cakupan Pelayanan Ibu Bersalin (Pn)
Rumus :
Jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
X100%
Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun
Atau
1,05 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk
i. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan
persalinan dimulai pada kala I sampai kala IV
persalinan
ii. Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan
klinis kebidanan sesuai standar
iii. Indikator ini menggambarkan kemampuan Manajemen
program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai
standar
4) Cakupan Pelayanan Nifas oleh Tenaga Kesehatan (KF3)
Rumus :
Jumlah pelayanan ibu nifas pertama kali
oleh tenaga kesehatan
X100 %
Jumlah sasaran ibu nifas dalam 1 tahun
Atau
1,05 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk
i. Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai 42 hari pasca
persalinan
ii. Presentase ibu nifas yang telah mendapatkan pelayanan
nifas pertama kali sesuai standar pada masa 6 jam setelah
persalinan sampai dengan 3 hari
iii. Pelayanan nifas sesuai standar termasuk pemberian
vitamin A, 2 kali serta persiapan dan pelaksanaan KB
Pasca Persalinan serta anjuran ASI Eksklusif selama 6
bulan
iv. Indikator ini menggambarkan jangkauan dan kualitas
pelayanan kesehatan ibu nifas
5) Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN1)
Rumus :
Jumlah neonatus yang mendapat pelayanan 6-48 jam
setelah lahir
X 100 %
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun
Atau
Angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk
i. Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari
ii. Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan
kesehatan neonatal dasar (ASI Eksklusif, pencegahan
infeksi berupa perawatan mata , tali pusat , pemberian
vitamin k1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir,
pemberian imunisasi hepatitis B1 (bila tidak diberikan
saat lahir), Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
iii. Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan
pelayanan kesehatan neonatal
6) Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0 – 28 hari (KN
Lengkap)
Rumus :
Jumlah neonates yang mendapat pelayanan
minimal 3 kali
X 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun
Atau
Angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
i. Cakupan pelayanan neonates sesuai standar paling sedikit 3
kali, yaitu :
ii. 6-48 jam setelah lahir (Kn1)
iii. 3-7 hari setelah lahir (Kn2)
iv. 8-28 hari (Kn3) setelah lahir yang dilakukan difasilitan
kesehatan ataupun kunjungan rumah
v. Menggambarkan tingkat efektifitas perlindungan bayi baru
lahir dan menggambarkan kemajuan kualitas manajemen
atau kelangsungan program KIA
7) Deteksi Faktor Risiko dan Komplikasi oleh Masyarakat
Deteksi Faktor Risiko dan Komplikasi oleh Masyarakat
Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau
komplikasi yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau
masyarakat serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa
keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri.
Indikator ini menggambarkan peran serta dan
keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan
kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
Rumus yang dipergunakan :
Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan
kader atau dukun bayi atau masyarakat
X100%
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1
tahun
8) Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (PK)
Rumus :
Jumlah ibu hamil, bersalin, dan nifas dengan komplikasi
yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang kompeten
X 100 %
20 % dari jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun
i. Mencakup kasus komplikasi/kegawatdaruratan yang
mendapat pelayanan kesehatan sampai selesai
ii. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program
KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
professional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan
komplikasi.
9) Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus
Rumus :
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
X 100%
15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1
tahun
Atau
15 % x jumlah bayi baru lahir
i. Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan
kesehatan dalam menangani kasus kegawatdaruratan
neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan
kewenangannya atau rujuk ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi
10) Cakupan Pelayanan Kesehatan 29 hari – 12 bulan (kunjungan
bayi)
Cakupan Pelayanan Kesehatan 29 hari – 12 bulan
(kunjungan bayi)Adalah cakupan bayi yang mendapatkan
pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29
hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, dan satu kali pada
umur 6 – 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai
standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas,
continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi.
Adalah cakupan anak balita (12 – 59 bulan) yang
memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan
pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan
minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun.
Rumus yang digunakan adalah :
Jumlah anak Balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah seluruh sasaran anak Balita di suatu wilayah kerja
dalam 1 tahun
11) Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang dilayani
dengan MTBS
Cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat
ke Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai
standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.
Rumus yang digunakan adalah :
Jumlah anak balita sakit yg memperoleh pelayanan
sesuai tatalaksana MTBS di Puskesmas di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
X100%
Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung
ke Puskesmas disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita
sakit yang datang ke puskesmas (register rawat jalan di
Puskesmas). Jumlah anak balita sakit yang mendapat pelayanan
standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS.
12) Cakupan Peserta KB Aktif
Rumus :
Jumlah peserta KB aktif
X 100 %
Jumlah seluruh pasangan usia subur
dalam 1 tahun
i. Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur yang salah
satu pasangannya masih menggunakan alat kontrasepsi
aktif baik yang baru maupun yang lama dan terlindungi
oleh alat kontrasepsi tersebut
ii. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri,
yang istrinya berusia 15-49 tahun
iii. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan
lama yang masih aktif memakai alat dan obat kontrasepsi
terus menerus hingga saat ini untuk menunda,
menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan
D. Mortalitas dan Morbiditas
1. Mortalitas
a. Pengertian Mortalitas
Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga
komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat
mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan
kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-
tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat
setelah kelahiran hidup (Data Statistik Indonesia, 2013).
b. Penyebab Mortalitas
Kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit
menular, penyakit degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang
beresiko terhadap kematian. Kematian bayi dan balita umumnya
disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas (ISPA) dan
diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman.Faktor gizi
buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit
menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya
kematian bayi dan balita di sesuatu daerah (Data Statistik
Indonesia, 2013).
c. Indikator Mortalitas
Bermacam-macam indikator mortalitas atau angka
kematian yang umum dipakai adalah:
1) Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR).
a) Konsep
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah
angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang
terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000
penduduk.Angka ini disebut kasar sebab belum
memperhitungkan umur penduduk.Penduduk tua
mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan penduduk yang masih muda.
b) Kegunaan
Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana
yang tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk.
Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini
berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan
kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang
bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran
Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan
penduduk alamiah.
c) Definisi angka kematian kasar
Angka Kematian Kasar adalah angka yang
menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk pada
pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.
d) Rumus
Dimana CDR =Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)
D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu
P = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tertentu
K = Bilangan konstan 1000
Catatan1: P idealnya adalah “jumlah penduduk pertengahan
tahun tertentu” tetapi yang umumnya tersedia adalah
“jumlah penduduk pada satu tahun tertentu” maka jumlah
dapat dipakai sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk
dari 2 data dengan tahun berurutan, maka rata-rata kedua
data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah
tahun.
Catatan2: dari Susenas 2003 tercatat sebanyak 767.740
kematian, sedangkan jumlah penduduk pada tahun tersebut
diperkirakan sebesar 214.37.096 jiwa. Sehingga Angka
Kelahiran Kasar yang terhitung adalah sebesar 3,58.
Artinya, pada tahun 2003 terdapat 3 atau 4 kematian untuk
tiap 1000 penduduk.
e) Contoh
Angka Kelahiran Kasar di beberapa propinsi dan kabupaten
di Indonesia.terdapat dalam Tabel 1.
Tabel 1 Angka Kelahiran Kasar menurut Propinsi dan Kabupaten,
2004
Propinsi/Kabupaten Laki-laki Perempuan Total
Sumatera Selatan 6,02 4,63 5,32
Kab. OKI 6,72 4,92 6,08
Kota Palembang 4,65 5,02 4,22
Jawa Barat 7,55 5,78 6,67
Kab. Kuningan 10,81 10,86 9,62
Kota Bandung 4,97 3,50 4,23
NTT 8,20 6,26 7,23
Kab. Flores Timur 6,83 5,58 6,16
Kab. Timor Tengah Utara 7,03 4,95 5,99
Sumber data: Indikator untuk propinsi diambil dari
SUSENAS 2004. Karena sampel yang terlalu kecil
perhitungan untuk tingkat kabupaten dilakukan melalui
rata-rata dari penggabungan antara Susenas 2003 dan 2004
(Badan Pusat Statistik dan UNFPA, 2005)
2) Angka Kematian Bayi (AKB)
a) Konsep Dasar
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara
saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat
satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian
bayi.Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian
bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut
dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang
terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan
umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak
sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-
natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu
bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan
oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh
lingkungan luar.
b) Kegunaan
Kegunaan Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan
sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu
dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk
pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-
natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-
natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan
dengan kehamilan maka program-program untuk
mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang
bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu
hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan
anti tetanus.
Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan
Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat
berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta
program-program pencegahan penyakit menular terutama
pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan
pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5
tahun.
c) Definisi
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya
kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000
kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
d) Cara Menghitung
Dimana:
AKB = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate
(IMR)
D 0-<1th =Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1
tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu.
∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun
tertentu di daerah tertentu (lihat modul fertilitas untuk
definisi kelahiran hidup).
K = 1000
Sumber Data
Data mengenai jumlah anak yang lahir jarang tersedia dari
pencatatan atau registrasi kependudukan, sehingga sering
dibuat perhitungan/estimasi tidak langsung dengan
program “Mortpak 4″. Program ini menghitung AKB
berdasarkan data mengenai jumlah Anak yang Lahirkan
Hidup (ALH) atau Children Ever Born (CEB) dan Jumlah
Anak Yang Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living
(CSL) (catatan: lihat definisi di modul fertilitas).
e) Contoh
Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan
Mortpak 4 adalah adalah 52 per 1000 kelahiran dengan
referensi waktu Mei tahun 2002. Artinya di Indonesia pada
tahun 2002, diantara 1000 kelahiran hidup ada 52 bayi
yang meninggal sebelum usia tepat 1 tahun.
Tabel 2. AKB menurut Propinsi dan Kabupaten, tahun 2002, Sumber:
Susenas 2003 dan 2004 (BPS dan UNFPA, 2005)
Propinsi/Kabupaten AKB Laki-laki AKB perempuan
Sumatera Selatan 44,59 33,45
Kab. OKI 49,48 37,12
Kota Palembang 26,68 20,02
Jawa Barat 52,00 39,01
Kuningan 53,71 40,29
Kota Bandung 26,28 19,72
NTT 56,00 42,01
Flores Timur 53,14 39,86
Timor Tengah Utara 57,14 42,87
Angka Kematian Bayi dibagi menjadi dua :
i. Angka Kematian NeoNatal
Definisi
Angka Kematian Neo-Natal adalah
kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu
bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada
satu tahun tertentu.
Rumus
Dimana:
Angka Kematian Neo-Natal =Angka Kematian Bayi
umur 0-<1bulan
∑D 0-<1bulan =Jumlah Kematian Bayi umur 0 –
kurang 1 bulan pada satu tahun tertentu di daerah
tertentu.
∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran hidup pada satu
tahun tertentu di daerah tertentu
K = 1000
ii. Angka kematian Post Neo-natal
Definisi
Angka Kematian Post Neo-natal atau Post
Neo-natal Death Rate adalah kematian yang terjadi
pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai
dengan kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup
pada satu tahun tertentu.
Rumus
Angka Kematian Post Neo-Natal = angka kematian
bayi berumur 1 bulan sampai dengan kurang dari 1
tahun
∑D 1bulan-<1tahun = Jumlah kematian bayi
berumur satu bulan sampai dengan kurang dari 1
tahun pada satu tahun tertentu & daerah tertentu
∑lahir hidup = Jumlah kelahiran hidup pada satu
tahun tertentu & daerah tertentu
K = konstanta (1000)
3) Angka Kematian Balita (AKBA 1-5 tahun)
a) Konsep
Yang dimaksud dengan Balita (1-4 tahun) disini adalah
penduduk yang berusia satu sampai menjelang 5 tahun atau
tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari.
Angka Kematian Balita mencerminkan kondisi kesehatan
lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat
kesehatan anak. Angka Kematian Balita akan tinggi bila
terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri
dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit
menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam
atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).
b) Definisi
Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian
anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000
anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi
Angka Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi.
c) Rumus
Dimana:
Jumlah kematian Anak (1-4)th =Banyaknya kematian anak
berusia 1-4 th (yang belum tepat berusia 5 tahun) pada satu
tahun tertentu di daerah tertentu.
Jumlah Penduduk (1-4) th =jumlah penduduk berusia 1-4
th pada pertengahan tahun tertentu didaerah tertentu
K = Konstanta, umumnya 1000.
d) Contoh
Seperti pada perhitungan Angka Kematian Bayi,
perhitungan Angka Kematian Anak saat ini juga terpaksa
memanfaatkan program Mortpak Lite. Dari data Susenas
2004 diperoleh perkiraan Angka Kematian Anak 1-4 tahun
sebesar 18 per 1000 anak berusia (1- 4) tahun dengan
referensi waktu Mei 2002. Artinya pada pertengahan 2002
diantara 1000 anak yang berumur antara 1 sampai 4 tahun,
11 bulan 29 hari, 18 orang diantaranya tidak dapat
mencapai usia tepat 5 tahun.
4) Angka Kematian Balita (AKBA)
a) Konsep
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak
termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai
menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada
umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun.
b) Definisi
Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian
anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000
anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu
(termasuk kematian bayi)
c) Cara Menghitung
Dimana:
Jumlah Kematian Balita (0-4)th = Banyaknya kematian
anak berusia 0-4 th pada satu tahun tertentu di daerah
tertentu. Jumlah Penduduk Balita (0-4)th = jumlah
penduduk berusia 0-4 th pada pertengahan tahun tertentu
di daerah tertentu
K = Konstanta, umumnya 1000.
d) Contoh
Perhitungan dengan Mortpak dari data Susenas
2004 memeroleh perkiraan Angka Kematian Balita sebesar
74 per 1000 balita, dengan referensi waktu Mei 2002.
Artinya, pada tahun 2002 setiap 1000 balita (umur 0
sampai 4 thn 11 bln 29 hari) pada tahun 2002, 74 anak
diantaranya tidak akan berhasil mencapai umur tepat lima
tahun.
Tabel 5. Angka Kematian Anak dan Balita Untuk Periode 10 tahun
sebelum Survai Menurut Karakteristik Ekonomi dan Sosial
Latar Belakang A.Kematian Anak A. Kematian Balita
Tempat Tinggal
Perkotaan
Perdesaan
11
13
42
65
Pendidikan Ibu
Tidak Sekolah
Tidak Tamat SD
Tamat SD
Tdk Tamat SMP
Tamat SMP+
25
16
11
11
5
90
80
54
47
28
Indeks Kekayaan
Terbawah
Menengah Bawah
Menengah
Menengah atas
Teratas
17
15
12
9
5
77
64
56
45
22
Sumber Data: Dihitung secara langsung dari SDKI 2002-2003, untuk
periode 10 tahun sebelum survai.
5) Angka Kematian IBU (AKI)
a) Konsep
Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat
hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan
atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan
karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan
karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll
(Budi, Utomo. 1985).
b) Definisi
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya
kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari
sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan
tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya
atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain,
per 100.000 kelahiran hidup.
c) Kegunaan
Informasi mengenai tingginya MMR akan
bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan
kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan
membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi
(making pregnancy safer), program peningkatan jumlah
kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan
sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan,
penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong
kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi
Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan
reproduksi.
d) Cara Menghitung
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio
kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup,
dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas
umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu
kematian maternal per 100.000 kelahiran
e) Rumus
Dimana:
Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya
kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan,
persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun
tertentu, di daerah tertentu.
Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir
hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu.
Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.
f) Contoh
Berdasarkan data SDKI 2002 – 2003, Angka
Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio(MMR) di
Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah sebesar
307 per 100.000 kelahiran hidup.
g) Keterbatasan
AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI
dibutuhkan sampel yang besar, mengingat kejadian
kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita
umumnya dignakan AKI yang telah tersedia untuk
keperluan pengembangan perencanaan program.
6) Angka Harapan Hidup (UHH) atau Life Expectancy.
a) Konsep Dasar
Keberhasilan program kesehatan dan program
pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat
dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu
negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui
Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan
meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu
memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai
pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh
pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada
gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.
b) Definisi
Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah
rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu
tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di
lingkungan masyarakatnya.
Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata
tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir
pada suatu tahun tertentu.
c) Kegunaan
Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan
derajat kesehatan pada khususnya.Angka Harapan Hidup
yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program
pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya
termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan kalori
termasuk program pemberantasan kemiskinan.
d) Cara Menghitung
Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung
berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific
Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan
registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga
dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi karena
sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan
dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan
Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program
Mortpak Lite.
e) Contoh
Angka Harapan Hidup yang terhitung untuk
Indonesia dari Sensus Penduduk Tahun 1971 adalah 47,7
tahun. Artinya bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun
1971 (periode 1967-1969) akan dapat hidup sampai 47 atau
48 tahun. Tetapi bayi-bayi yang dilahirkan menjelang
tahun 1980 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang
yakni 52,2 tahun, meningkat lagi menjadi 59,8 tahun untuk
bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1990, dan bagi bayi
yang dilahirkan tahun 2000 usia harapan hidupnya
mencapai 65,5 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup
ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan
kesejahteraan bangsa Indonesia selama tiga puluh tahun
terkahir dari tahun 1970-an sampai tahun 2000.
Tabel 6. Angka Harapan Hidup Saat Lahir Menurut Beberapa Propinsi
dan Kabupaten/Kota, yang dihitung dari data Susenas 2004 memakai
program Mortpak4.
Propinsi/Kabupaten Angka Harapan
Hidup Laki-laki
Angka Harapan Hidup
Perempuan
Sumatera Selatan 65,5 69,5
Kab. OKI 64,4 68,5
Kota Palembang 69,9 73,5
Jawa Barat 63,8 68,0
Kab. Kuningan 63,4 67,7
Kota Bandung 70,0 73,6
NTT 62,9 67,2
Kab. Flores Timur 63,5 67,8
Kab. Timor Tengah Utara 62,6 67,0
2. Morbiditas
a. Pengertian Morbiditas
Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan
pada suatu populasi.Morbiditas juga merupakan suatu
penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan
suatu kondisi sakit.Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan,
yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi
tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau
kelompok yang beresiko (Ojimori News, 2011).
b. Ukuran Morbiditas
Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita
yang dicatat selama 1 tahun per 1000 jumlah penduduk
pertengahan tahun
Angka ini dapat digunakan untuk menggambarakan
keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberahasilan
program program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan
serta memperoleh gambaran pengetahuan pendudukterhadap
pelayanan kesehatan
Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam
menentukan morbiditas adalah angka, rasio, dan pororsi
1) Rate
Rate atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus
perbandingan antara pembilang dengan penyebut atau kejadian
dalam suatu populasi teterntu dengan jumlah penduduk dalam
populasi tersebut dalam batas waktu tertentu.Rate terdiri dari
berbagai jenis ukuran diataranya adalah
Proporsi atau jumlah kelompok individu yang terdapat
dalam penduduk suatu wilayah yang semula tidak sakit dan
menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada
proporsi tersebut adalah kasus baru.
Tujuan dari Insidence Rate adalah sebagai berikut :
a) Mengukur angka kejadian penyakit
b) Untuk mencari atau mengukur faktor kausalitas
c) Perbandinagan antara berbagai populasi dengan pemaparan
yang berbeda
d) Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan oleh
determinan tertentu
Rumus:
P= (d/n)k
Dimana:
P= Estimasi incidence rate
d= Jumlah incidence (kasus baru)
n= Jumlah individu yang semula tidak sakit (population at risk)
Hasil estimasi dari insiden dapat digunakan sebagai
bahan untuk perencanaan penanggulangan masalah kesehatan
dengan melihat, Potret masalah kesehatan, angka dari beberapa
periode dapat digunakan untuk melihat tren dan fluktuasi,
untuk pemantauan dan evaluasi upaya pencegahan maupun
penanggulangan serta sebagai dasar untuk membuat
perbandingan angka insiden antar wilayah dan antar waktu
PR (Prevalence)
Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunkan
Menggambarkan tingkat keberhasilan program
pemberantasan penyakit
Untuk penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan.
Misalnya, penyediaan obat-obatan, tenaga kesehatan,
dan ruangan
Menyatakan banyaknya kasus yang dapat di diagnosa
Digunakan untuk keperluan administratif lainnya
Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya
insidensi dan lamanya sakit.Lamanya sakit adalah suatu
periode mulai dari didiagnosanya suatu penyakit hingga
berakhirnya penyakit teresebut yaitu sembuh, kronis, atau
mati.
PePR (Periode Prevalence Rate)
PePR yaitu perbandingan antara jumlah semua kasus yang
dicatat dengan jumlah penduduk selama 1 periode
Rumus:
PePR =(P/R)k
P = jumlah semua kasus yang dicatat
R = jumlah penduduk
k = pada saat tertentu
PoPR (Point Prevlene Rate)
Point Prevalensi Rate adalah nilai prevalensi pada
saat pengamatan yaitu perbandingan antara jumlah semua
kasus yang dicatat dengan jumlah penduduk pada saat
tetentu
Rumus:
PoPR = (Po/R)k
Po = perbandingan antara jumlah semua kasus
yang dicatat
R = jumlah penduduk
k = selama 1 periode
Poin prevalensi meningkat pada :
Imigrasi penderita
Emigrasi orang sehat
Imigrasi tersangka penderita atau mereka dengan risiko
tinggi untuk menderita
Meningkatnya masa sakit
Meningkatnya jumlah penderita baru
Point prevalensi menurun pada :
Imigrasi orang sehat
Emigrasi penderita
Meningkatnya angka kesembuhan
Meningkatnya angka kematian
Menurunnya jumlah penderita baru
Masa sakit jadi pendek
AR (Attack Rate)
Attack rate adalah andala angaka sinsiden yang
terjadi dalam waktu yang singkat (Liliefeld 1980) atau
dengan kata lain jumlah mereka yang rentan dan terserang
penyakit tertentu pada periode tertentu
Attack rate penting pada epidemi progresif yang
terjadi pada unit epidemi yaitu kelompok penduduk yang
terdapat pada ruang lingkup terbatas, seperti asrama, barak,
atau keluarga.
SAR
CI (AAIR)
ID
Spesifik menurut karakteristik
2) RASIO
Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan
dua nilai kuantittif yang pembilangnya tidak merupakan bagian
dari penyebut
Contoh:
Kejadian Luar Biasa(KLB) diare sebanyak 30 orang di suatu
daerah. 10 diantaranya adalah jenis kelamn pria. Maka rasio
pria terhadap wanita
adalah R=10/20=1/2
3) PROPORSI
Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang
pembilangnya merupakan bagian dari penyebut.Penyebaran
proporsi adalah suatu penyebaran persentasi yang meliputi
proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok data
yang mengenai masing-masing kategori atau subkelompok dari
kelompok itu.
Pada contoh di atas, proporsi pria terhadap perempuan adalah
P= 10/30=1/3
BAB III
HASIL KUNJUNGAN
Puskesmas Pleret terletak di desa Wonokromo dengan wilayah kerja 5
desa yaitu : Desa Wonokromo, desa Pleret, desa Segoroyoso, desa Bawuran dan
desa Wonolelo. Dengan luas wilayah kerja puskesmas Pleret adalah 3664,12 ha.
Adapun batas – batas wilayah kerja puskesmas Pleret adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara kecamatan Banguntapan, sebelah Timur kecamatan Piyungan dan
kecamatan Dlingo, sebelah selatan kecamatan Jetis dan kecamatan Imogiri,
sebelah barat kecamatan Sewon
Puskesmas pleret terdiri dari 5 desa ,4 pustu dan 1 poskestren. Dengan 47
dusun 56 posyandu balita dan 56 posyandu lansia,dengan 5 bidan desa dan 10
bidan puskesmas.
Pemantauan pelayanan KIA di puskesmas Pleret dilakukan melalui PWS
KIA dan pencatatan pelaporan dalam kohort ibu dan kohort bayi, puskesmas
pleret juga bermitra dengan beberapa instansi kesehatan diantaranya, RS, BPS,
dan RB yang dilakukan melalui pertemuan-pertemuan.
1. Sarana dan prasarana di puskesmas Pleret
a. RS swasta
b. Rumah bersalin
c. Puskesmas rawat inap
d. Puskesmas pembantu
e. Poskestren
f. Dokter praktek swasta
g. Bidan praktek swasta
2. Struktur organisasi program KIA di puskesmas Pleret
a. Penanggung jawab dr Santoso
b. Koordinator KIA bidan Sunarni
c. Koordinator KB bidan Endah I
d. Koordinator Imunisasi bidan Sutarni
e. Koordinator DTKB bidan Sri Handaroh
f. Koordinator MTBS bidan Rustiana
g. 5 bidan desa bertanggung jawab di wilayah desa masing-masing
3. Tata kerja KIA di puskesmas Pleret
Bidan dalam menjalankan kerjanya sesuai dengan jadwal yang ada
antara lain:
a. ruang KIA
b. MTBS
c. RANAP
d. Pustu dan
e. polindes.
4. Sistem rujukan KIA di puskesmas Pleret
Masyarakat/pasien→kader penghubung→bidan
desa→pustu→puskesmas→RS di utamakan yang PONEK.
Dalam melakukan rujukan diusahakan sebisa mungkin terrencana.
5. Pelayanan KIA di puskesmas Pleret (dalam gedung).
a. Pelayanan antenatal (Pemeriksaan Kehamilan) gratis dilaksanakan
setiap hari, (fokus hari Kamis).
b. Pelayanan KB setiap hari: Pil, Suntik, Kondom, (Implant dan IUD
difokuskan hari Selasa), termasuk IVA.
c. Pelayanan Imunisasi caten,TT Bumil (setiap hari ), bayi (Rabu}
DPT_HB Combo, IPV. Kecuali BCG dan Campak Rabu ke I dan III.
d. Pelayanan MTBS (setiap hari).
e. Pemeriksaan Labolatorium yang terkait KIA (setiap hari) antara lain:
HB, Urin, Golongan darah, Hbsag, Gula darah.
f. Pelayanan Persalinan 24 jam. (dapat menggunakan Jaminan kesehatan
Askesmas, SOS, PKH, Jampersal)
g. Konseling Gizi, Imunisasi TT, KB
6. Pelayanan KIA luar gedung
a. Posyandu balita dan lansia
b. PHN
c. Pendataan Otopsi verbal
d. Pertemuan
7. Manejemen bencana kesehatan ibu dan anak di puskesmas Pleret
Pelindung
↓
Pembina
↓
Satgas lain → Koordinator → Akademisi
↓
Sekretaris
Satgalsak distribusi Sargalsa pelayanan
8. Pengembangan PSM (desa siaga) di puskesmas Pleret
a. Kader kesehatan
b. Pertemuan rutin di puskesmas kecamatan dan desa
c. Riward (db4mk)
d. Ambulance desa
e. Kelompok donor darah
f. Desa siaga GSI (db4mk)
9. Pembiayaan di puskesmas Pleret
a. Seluruh ibu hamil yang diperiksa di puskesmas pleret gratis termasuk
pemeriksaan penunjang leb
b. Bagi masyarakat kurang mampu mendapat kartu jaminan kesehatan
(MAS, SOS, PKH, PD)
c. Pelayanan persalinan gratis dengan jampersal
10.Data Bumil dan Kunjungan Bumil di Puskesmas Pleret
Jumlah ibu hamil di Puskesmas Pleret sebanyak 428
orang. Ibu hamil yang normal 265 orang, ibu hamil berisiko 163
orang, dan ibu hamil yang melakukan kunjungan ulang 110
orang. Jika membandingkan data di atas, jumlah ibu hamil yang
normal masih lebih tinggi dibandingkan dengan yang berisiko.
11.Data Kematian Bayi Tahun 2011-2012
Jumlah kematian bayi tahun 2011 sebanyak 2 kematian,
lebih rendah dibandingkan jumlah kematian bayi tahun 2012
yakni sebanyak 10 kematian.
12.Data IUFD (Intra Uterine Fetal Death) Puskesmas Pleret Tahun
2012
Jumlah IUFD (kematian yang terjadi saat usia kehamilan
lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran
500gram atau lebih) sebanyak 10 pada tahun 2012
13.Kelompok Ibu Hamil yang Berisiko Tahun 2012
Terdapat 5 besar kelompok ibu hamil yang berisiko, yaitu:
a. Ibu hamil dengan KEK sebanyak 111 orang
b. HB < 11 gram % sebanyak 93 orang
c. Multi gravida > 35 tahun sebanyak 75 orang
d. Primi gravida < 20 tahun sebanyak 32 orang
e. Spasing (jarak kehamilan) < 2 tahun sebanyak 32 orang
14.Jenis Persalinan Menurut Tindakan Tahun 2012
Persalinan normal sebanyak 556, caesar sebanyak 87,
induksi sebanyak 23 dan Vaccum E sebanyak 6
15.Data BBLR Tahun 2008-2012
Jumlah BBLR di Puskesmas Pleret dari tahun 2008-2012
mengalami fluktuasi. Tahun 2008 sebanyak 38, tahun 2009
sebanyak 36, tahun 2010 sebanyak 36, tahun 2011 sebanyak 35,
dan tahun 2012 sebanyak 38.
Berdasarkan indikator PWS KIA pada tahun 2013 di puskesmas
Pleret diperoleh data:
a. PWS-KIA K1 Tahun 2012 di Puskesmas Pleret
Jumlah K1 pada Desember 2012 di wilayah cakupan
Puskesmas Pleret sudah mencapai target yang telah ditentukan
yaitu sebanyak 100%.
b. PWS-KIA K4 Desember 2012 di Puskesmas Pleret
Jumlah K4 pada Desember 2012 di wilayah cakupan
Puskesmas Pleret sudah mencapai target yang telah ditentukan
yaitu sebanyak 95%, kecuali di Desa Wonokromo yang hanya
mencapai 87,3%. Hal ini dikarenakan lokasi Desa Wonokromo
jauh dari Puskesmas Pleret sehingga sangat sulit bagi
masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas Pleret.
c. Deteksi Risiko dan Komplikasi Oleh Masyarakat Desember
2012
Deteksi risiko dan komplikasi oleh masyarakat di wilayah
cakupan Puskesmas Pleret sudah mencapai target 100%.
d. PWS-KIA Persalinan Tenaga Kesehatan Desember 2012
jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan di
wilayah cakupan Puskesmas Pleret sudah mencapai target
sebanyak 90%, kecuali di Desa Wonokromo yang hanya
mencapai 85,2%. Hal ini dikarenakan lokasi desa tersebut yang
jauh dari Puskesmas Pleret, sehingga masyarakat kesulitan
untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan.
e. PWS-KIA neonatus (KN 1) Desember 2012
Jumlah KIA neonatus (KN 1) pada Desember 2012 di
seluruh wilayah Puskesmas Pleret telah mencapai target yaitu
sebanyak 90%.
f. PWS-KIA Neonatus Lengkap Desember 2012
Jumlah KIA neonatus lengkap di wilayah cakupan
Puskesmas Pleret telah mencapai target yaitu sebanyak 90%,
kecuali di Desa Wonokromo yang hanya mencapai 87%. Hal ini
dikarenakan Desa Wonokromo yang jauh dari Puskesmas Pleret
dan tenaga kesehatan yang bertugas di desa itu masih kurang.
g. PWS-KIA Nifas Desember 2012
KIA nifas pada Desember 2012 di wilayah cakupan
Puskesmas Pleret sudah mencapai target sebanyak 90%, kecuali
di Desa Wonokromo yang hanya mencapai 81,9%. Hal ini
dikarenakan letak Desa Wonokromo yang jauh dan tenaga
kesehatan yang bertugas di desa itu masih kurang.
h. PWS-KIA Penanganan Komplikasi Obstetri Desember 2012
Jumlah kumulatif penanganan komplikas obstetri di
wilayah cakupan Puskesmas Pleret pada Desember 2012 yaitu
di Pleret 105,1%, Bawuran 77,8%, Segoroyoso 68,5%,
Wonokromo 65,9%, dan Wonolelo 57,1%. Secara keseluruhan,
penanganan komplikasi obstetri Puskesmas Pleret mencapai
81,6%.
i. PWS-KIA Penanganan Komplikasi Neonatal Tahun 2012
Penanganan komplikasi neonatal di wilayah cakupan
Puskesmas Pleret mencapai 43,9%.
j. PWS-KIA Peserta KB Aktif Desember 2012
Peserta KB aktif di wilayah cakupan Puskesmas Pleret
mencapai 86,2%. Jumlah terendah adalah di Desa Wonokromo
yang hanya mencapai 74%. Hal ini dikarenakan lokasinya yang
jauh dari Puskesmas Pleret dan desa ini merupakan desa santri
yang masih sulit menerima adanya program KB.
k. PWS-KIA Kunjungan Bayi Desember 2012
Secara keseluruhan, kunjungan bayi di Puskesmas Pleret
sudah mencapai 96,3%.
l. PWS-KIA Pelayanan Anak Balita Desember 2012
Pelayanan anak balita pada bulan desember 2012 di
Puskesmas Pleret mencapai 80,8%. Jumlah terendah adalah di
Desa Wonokromo yang hanya mencapai 64,5%.
m. PWS-KIA Pelayanan MTBS Desember 2012
Pelayanan MTBS (manajemen terpadu balita sakit) pada
Desember 2012 mencapai 29,9% secara keseluruhan di wilayah
Puskesmas Pleret.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Kohort Ibu
Format buku register kohort ibu di Puskesmas Pleret sama dengan
format register kohort menurut Kepmenkes RI No.
828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk teknis standar pelayanan
minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota. Namun format tersebut
kurang sesuai dengan format buku register kohort ibu menurut IBI yang
terdapat dalam buku Bidan menyongsong Masa Depan, PP IBI bab
Kebidanan Komunitas yang disusun oleh Syahlan, J.H. pada tahun 1996.
Perbedaan format buku register kohort ibu tersebut terletak pada
kolom 8 sampai dengan kolom 45.
1. Kohort ibu menurut Depkes:
Kolom 1 : Diisi nomor urut
Kolom 2 : Diisi nomor indek dari Family Folder
SP2TP
Kolom 3 : Diisi nama ibu hamil
Kolom 4 : Diisi suami ibu hamil
Kolom 5 : Diisi alamat ibu hamil
Kolom 6, 7, 8 : Diisi umur ibu hamil yang sebenarnya
dengan angka, misalnya umur 23 tahun
diisikan pada kolom 7
Kolom 9, 10, 11 : Diisi umur kehamilan ibu pada kunjungan
pertama dengan angka, misalnya 20 minggu
diisikan pada kolom 10
Kolom 12, 13, 14 : Diisi jumlah kehamilan yg pernah dialami
oleh ibu yg bersangkutan, misalnya
kehamilan ke 4, diisikan angka 4 pada
kolom 13,
Kolom 15 : Diisi tanggal ditemukan ibu dengan BB
kurang dari 45 Kg pada trimester III
Kolom 16 : Diisi tanda (√) bila TB ibu < 145 cm
Kolom 17 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan
Hb < 8 gr%
Kolom 18 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan
tekanan darah 160/95 mmHg
Kolom 19, 20 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan
risiko tinggi, NK = non kesehatan, K =
kesehatan
Kolom 21, 22 : Diisi tanda (√) bila jarak kehamilan
<2tahun atau >2 tahun
Kolom 23, 24, 25 : Diisi tanggal ibu hamil mendapat imunisasi
TT 1, TT 2 atau TT ulang
Kolom 26-49 : Diisi tanggal pada bulan yang sesuai
dengan kunjungan ibu hamil dan kode:
O Untuk K 1
# Untuk K 4
* Untuk persalinan
+ Untuk kematian ibu
Kolom 50,51,52 : Diisi tanda (√) sesuai penolong persalinan;
TK = tenaga kesehatan, DT = dukun
terlatih, DTT = dukun tidak terlatih
Kolom 53,54 : Diisi tanggal kelahiran, LM = lahir mati,
LH = lahir hidup
Kolom 55 : Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan,
selama masa nifas (diharapkan 2 kali
kunjungan)
Kolom 56 : Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan,
selama periode pasca nifas sampai 2 tahun
(diharapkan 4 kali kunjungan setiap tahun)
Kolom 57 : Diisi hal lain yang dianggap penting untuk
ibu hamil yang bersangkutan.
2. Kohort Ibu menurut IBI:
Kolom 1 : Diisi nomor urut
Kolom 2 : Diisi nomor indeks dari family folder
Kolom 3 : Diisi nama ibu hamil
Kolom 4 : Diisi nama suami ibu hamil
Kolom 5 : Diisi alamat ibu hamil
Kolom 6 : Diisi umur ibu hamil
Kolom 7 : Diisi umur kehamilan pada kunjungan
pertama (dalam minggu) / tanggal HPL
Kolom 8 : Faktor resiko. Diisi v (rumput) untuk
umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
Kolom 9 : Paritas diidi gravidanya
Kolom 10 : Diisi bila jarak kehamilan < 2 tahun
Kolom 11 : Diisi bila BB ibu < 45 kg , LILA< 23,5 cm
Kolom 12 : Diisi bila TB ibu < 145 cm
Kolom 13 s.d. 17 : Risiko tinggi. Diisi tanggal ditemukan ibu
hamil dengan risiko tinggi, Hb diperiksa
dan ditulis hasilnya
Kolom 18 : Pendeteksian faktor risiko. Diisi tanggal
ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi
oleh tenga kesehatan
Kolom 19 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan
risiko tinggi oleh Non Nakes
Kolom 20 s.d. 22 : Diisi tanggal imunisasi sesuai dengan
statusnya
Kolom 23 s.d. 34 : Diisi umur kehamilan dalam bulan
Kolom 35 : Penolong persalinan, diisi tanggal penolong
persalinan tenaga kesehatan
Kolom 36 : Diisi tanggal bila yang menolong bukan
tenaga kesehatan
Kolom 37 : Hasil akhir kehamilan. Diisi tanggal
kejadian abortus
Kolom 38 : Diisi lahir mati
Kolom 39 : Diisi BB bila BBL < 2500 gram
Kolom 40 : Diisi BB bila BBL > 2500 gram
Kolom 41 : Keadaan ibu bersalin. Diberi tanda v bila
sehat
Kolom 42 : Dijelaskan sakitnya
Kolom 43 : Diisi sebab kematiannya
Kolom 44 : Diisi v (rumput)
Kolom 45 : Diisi apabila pindah, atau yang perlu
diterangkan.
B. Kohort Bayi
Format register kohort bayi di Puskesmas Pleret sudah sesuai
dengan format kohort bayi dari Departemen Kesehatan RI seperti berikut,
Kolom 1 : Diisi no urut
Kolom 2 : Diisi nomer indeks dari Family Folder
SP2TP
Kolom 3-6 : Cukup jelas
NO URUT NO INDEK NAMA BAYI
TGL LAHIR
1 2 3
4 NAMA ORTU ALAMAT
5 6
Kolom 7 : Diisi sesuai jenis kelamin, L = laki, P =
Perempuan
Kolom 8 : Diisi angka dalam gram BB bayi yang
baru lahir (BBL)
Kolom 9, 10, 11 : Diisi tanggal kunjungan tenaga kesehatan
yang memeriksa bayi tersebut, dan ditulis
AE1 (ASI Eksklusif bulan pertama)
Kolom 12 – 23 : Diisi tanggal dan kode BB bayi yang
ditimbang; N = naik, T = turun, R = bawah
garis titik-titik (BGT), # = bawah garis
merah (BGM)
Kolom 12-16 : Berturut turut ditulis AE 2, AE 3, AE 4,
AE 5, AE 6 ( ASI Eksklusif ke 1,2,3,4,5,6)
Kolom 24-28 : Diisi tanggal bayi mendapat imunisasi
Kolom 29 : Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal
Kolom 30–32 : Diisi tanda (√) sesuai dengan penyebab
kematian bayi tersebut
Kolom 33 : Diisi diagnosa penyakit penyebab kematian
bayi selain,
tetanus, ISPA dan diare
Kolom 34 : Diisi hal lain yang dianggap penting untuk
bayi yang bersangkutan.
.
A. PWS-KIA
Pemantauan Wilayah setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA) di Puskesmas Pleret memiliki 13 indikator sesuai dengan
Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk teknis
standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota yaitu,
1. Cakupan K1.
Cakupan K1 di Puskesmas Pleret yang terdiri dari 5
desa sudah mencapai angka yang ditargetkan oleh Puskesmas
(100%) yaitu 124%. Hal ini dikarenakan letak Puskesmas
Pembantu dan Puskesmas Induk mudah dijangkau warga.
2. Cakupan K4.
Cakupan K4 di empat desa sudah mencapai target
(95%) kecuali desa Wonokromo karena di desa tersebut
terdapat banyak pondok pesantren.
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Target cakupan pelayanan ibu bersalin di Puskesmas
Pleret (90%) sudah dapat tercapai di empat desa kecuali di desa
Wonokromo.
4. Cakupan pelayanan nifas.
Cakupan KF3 di empat desa sudah mencapai target
(90%), kecuali desa Wonokromo yang baru mencapai 81,5%.
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama.
Cakupan KN1 di kelima desa sudah melebihi target
(90%) yaitu mencapai 103,4 %.
6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN
lengkap).
Cakupan KN Lengkap di desa Wonokromo masih
belum mencapai target (90%) yaitu 87%. Sedangkan di
keempat desa lain, cakupan KN Lengkap sudah mencapai
target.
7. Deteksi risiko dan komplikasi oleh masyarakat.
Deteksi risiko dan Komplikasi oleh masyarakat di
Puskesmas Pleret sudah melebihi target (100%) yaitu mencapai
126,9%.
8. Cakupan pelayanan komplikasi obstetrik.
Penanganan komplikasi obstetrik terbanyak di desa
Pleret karena letak desa yang dekat dengan Puskesmas induk
sehingga penanganan komplikasi dapat dilakukan secara cepat.
Sedangkan penanganan komplikasi paling sedikit terdapat di
desa Wonolelo karena letak desa yang jauh dari Puskesmas
induk.
9. Cakupan penanganan komplikasi neonatus.
Penanganan komplikasi neonatus terbanyak di desa
Pleret (63,9%) dan paling sedikit di desa Wonolelo (15,4%).
Hal ini dipengaruhi oleh jarak desa ke Puskesmas induk.
10. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari–12 bulan
(Kunjungan bayi).
Target Puskesmas (80%) dapat tercapai di kelima desa.
Bahkan cakupan kunjungan bayi di Puskesmas Pleret mencapai
96,3%.
11. Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59 bulan).
Keempat desa sudah mencapai target (80%) kecuali
desa Wonokromo yang baru mencapai 64,5 % dalam cakupan
kunjungan balita.
12. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani
dengan MTBS.
Pelayanan kesehatan pada balita sakit dengan MTBS
paling banyak terdapat di desa Pleret karena letaknya yang
dekat dengan Puskesmas Induk. Sedangkan desa Wonolelo
yang letaknya jauh dari Puskesmas induk, pelayanan balita
sakit dengan MTBS hanya mencapai 14,3 %.
13. Cakupan peserta KB aktif.
Cakupan peserta KB aktif di kelima desa sudah
melebihi target (70%) yaitu mencapai 86,2%.
C. Mortalitas dan Morbiditas
Angka Kematian Bayi (AKB) di wilayah Puskesmas Pleret pada
tahun 2011 sebanyak 2 kasus. Kasus tersebut terdapat di desa Wonokromo
dan desa Pleret. Sedangkan pada tahun 2012 AKB di wilayah Puskesmas
Pleret naik menjadi 10 kasus. Kasus terbanyak terjadi di desa Pleret dan
hanya desa Wonolelo yang tidak terdapat kasus kematian bayi.
Di wilayah Puskesmas Pleret juga terdapat kasus IUFD (Intra
Uterine Fetal Death) yang menambah AKB. Pada tahun 2012 kasus IUFD
di wilayah Puskesmas Pleret mencapai 10 kasus.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan Pemantauan
Wilayah Setempat dalam program KIA di Kecamatan Pleret
yang terdiri dari 5 desa yaitu Wonokromo , Segoroyoso ,
Wonolelo , Bawuran , dan Pleret dengan indikator PWS-KIA
terbaru 2013 yang meliputi :
1. Cakupan K1
2. Cakupan K4
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
4. Cakupan pelayanan nifas
5. Cakupan pelayanan neonatus pertama
6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN
Lengkap)
7. Deteksi resiko dan komplikasi oleh masyarakat
8. Cakupan pelayanan komplikasi obstetrik
9. Cakupan pananganan komplikasi neonatus
10.Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari – 12 bulan
(kunjungan bayi)
11.Cakupan palayanan anak balita (12 – 59 bulan)
12.Cakupan palyanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani
dengan MTBS
13.Cakupan pesesta KB aktif
Sudah sesuai dengan teori yang dibahas begitu juga
dengan sistem pencatatannya. Untuk pencapaian target pada
tahun 2012 untuk target Puskesmas sendiri sudah mencapai
target namun untuk target di setiap desa hampir seluruh
program sudah mencapai target yang telah ditentukan, kecuali
di desa Wonokromo belum mencapai target untuk beberapa
program yaitu:
1. Cakupan K4
Target yang ditentukan oleh Puskesmas Pleret
untuk setiap desa adalah 100% namun pada desa
Wonokromo cakupan pelayanan hanya mencapai 87,3%
2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
Target yang ditentukan oleh Puskesmas Pleret
untuk setiap desa adalah 90% namun pada desa
Wonokromo cakupan pelayanan hanya mencapai 85,2%
3. Cakupan pelayanan nifas
Target yang ditentukan oleh Puskesmas Pleret
untuk setiap desa adalah 90% namun pada desa
Wonokromo cakupan pelayanan hanya mencapai 81,9%
4. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN
Lengkap)
Target yang ditentukan oleh Puskesmas Pleret
untuk setiap desa adalah 90% namun pada desa
Wonokromo cakupan pelayanan hanya mencapai 87%
Tidak mencapainya target PWS KIA di desa
Wonokromo dikarenakan wilayah desa tersebut jauh dari
jangkauan Puskesmas induk Pleret dan hanya terdapat
satu pusesmas pembantu, disamping itu wilayah
Wonokromo banyak terdapat Pondok Pesantren dimana
ajaran agama sangat kental, menjadi salah satu penyebab
program cakupan layanan KB kurang berjalan.
B. Saran
1. Untuk Mahasiswa
a. Mahasiswa memahami tentang sistem pencatatan dalam
kebidanan seperti kohort ibu, kohort bayi, PWS KIA,
serta mortalitas dan morbiditas.
b. Mahasiswa sebaiknya memahami cara pengisian kohort
ibu dan kohort bayi.
2. Untuk Puskesmas
a. Meningkatkan kualitas pelayanan secara merata di lima
desa agar seluruh indikator pada PWS KIA agar dapat
mencapai target.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2012, Definisi Gizi KIA, http://www.gizikia.depkes.go.id
Tanggal 18 April 2013 pikul 12.00 WIB
Dinfannia, 2011, Mortalitas,
http://dinfannia.wordpress.com/2011/03/17/31/, Tanggal 17
Maret 2011 pukul 07.55 WIB.
KEMENKES RI, 2013, Pemantauan Wilayah Setempat- Kesehatan
Ibu dan Anak, http://www.kesehatanibu.depkes.go.id
/2013/01/Factsheet_PWS-KIA Tanggal 17 April 2013 pukul
15.13 WIB
Mahardhika, Dhika, 2011, Ukuran-Ukuran epidemiologi,
http://epidemiolog.wordpress.com/2011/02/24/ukuran-
ukuran-epidemiologi/, Tanggal 24 Februari 2011.
PWS KIA Wordpress, 2009, Indikator Pemantauan,
http://ppwskia.wordpress.com, Tanggal 18 April 2012 pukul
12.20
Senewe, Felly Philipus, Wiryawan Yuwana Registration and PWS-
KIA 's System Reporting by Midwife at Village at
Puskesmas Sepatan Tangerang District, 2008, Jawa Barat.
Wikipedia, 2013, Mortalitas, http://id.wikipedia.org/wiki/Mortalitas,
Tanggal 6 April 2013 pukul 03.15 WIB.