SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN
AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG
Oleh
DHANI SATRIA WIBAWA
F34101074
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN
AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG
Oleh
DHANI SATRIA WIBAWA
F34101074
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN
AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
DHANI SATRIA WIBAWA
F34101074
Dilahirkan di Bojonegoro, 1 September 1982
Tanggal Lulus : November 2007
Disetujui,
Bogor, Januari 2008
Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA
Dosen Pembimbing
Dhani Satria W. F34101074. Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo DEA.
RINGKASAN
Kentang merupakan salah satu produk pertanian yang dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan turunannya. Makanan-makanan berbasis kentang ini memiliki nilai tambah yang lebih tinggi daripada kentang itu sendiri. Agroindustri keripik kentang merupakan salah satu industri pengolah kentang yang cukup potensial. Untuk mendukung pemilihan dan pengembangan agroindustri berbasis kentang yang tepat maka dibutuhkan suatu sistem penunjangnya. Sistem penunjang keputusan merupakan salah satu pendekatan ilmiah yang dapat digunakan dari berbagai alternatif keputusan. Pengembangan sistem penunjang keputusan dapat membantu pengambil keputusan tentang perencanaan pengembangan agroindustri berbasis kentang. Tujuan penelitian ini adalah merancang model sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang serta memberikan alternatif keputusan investasi produk agroindustri berbasis kentang yang paling potensial dan tepat. Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang dikembangkan menjadi paket perangkat lunak komputer yang diberi nama PoDSS (Potato Decision Support System). Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Didalam aplikasinya, PoDSS memiliki empat sistem yang terintegrasi, yaitu: Sistem manajemen dialog, Sistem pengolahan pusat, Sistem manajemen basis data, dan Sistem manajemen basis model. Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat program berjalan yaitu tampilan antar muka. Sistem pengolahan pusat merupakan bagian penting yang menyatukan keseluruhan sistem. Sistem pengolahan pusat akan mengatur masing-masing sistem menjadi satu-kesatuan yang utuh. Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis model terdiri dari 5 sub model pendukung yaitu: Sub model pembobotan kriteria produk potensial, Sub model penentuan produk potensial, Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi, Sub model penentuan lokasi potensial, dan Sub model kelayakan finansial. Sub model pembobotan kriteria produk potensial berguna untuk memberikan nilai pada kriteria produk potensial. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode eckenrode. Sub model penentuan produk potensial merupakan sub model yang berguna untuk mendapatkan produk potensial berdasarkan metode perbandingan eksponensial (MPE). Berdasarkan hasil perhitungan, skor tertinggi diperoleh produk keripik kentang. Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi berguna untuk memberikan nilai pada kriteria pemilihan lokasi. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode eckenrode. Sub model penentuan lokasi potensial digunakan dalam pemilihan lokasi potensial berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Lokasi potensial berdasarkan hasil perhitungan adalah daerah Pangalengan.
Sub model kelayakan finansial digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan agroindustri keripik kentang berdasarkan data finansial. Berdasarkan hasil perhitungan, agroindustri keripik kentang memiliki nilai NPV sebesar Rp. 51.038.439,-. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 49,57% yang berarti nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yaitu 18%. Nilai B/C Ratio sebesar 7,41 artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 7,41 kali dari biaya dan PBP sebesar 2,97 tahun. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa agroindustri keripik kentang layak untuk dikembangkan.
Dhani Satria W. F34101074. Decision Support System for Small Scale Potato Agroindustrial Development. Supervised by Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo DEA.
SUMMARY
Potato is one of agricultural product that can be processed into its derivative foods. These foods have higher value compared to the potato itself. Potato chip agroindustry is one of the potential industry in potato processing. To support the selection and the development of potato based agroindustry, supporting system is needed. Decision support system is one of the scientific approaches that can be used from several decision alternatives. Decision support system development can be used to help the decision maker about potato based agroindustry development plan. Objective of this research is to design decision support system model of small scale potato agroindustry thus giving the decision alternatives on potato based agroindustry product.
Decision Support System of Small Scale Potato Agroindustry is developed into computer software called PoDSS (Potato Decision Support System). This software is expected to help management in making a decision. PoDSS have four integrated system, dialog system, central processing system, data based system, and model based system. Dialog based system is the system that interact directly with user. Dialog based system can be seen when the software is running that is user interface. Central processing system is the main system that combines all of the system. Central processing system will manage the individual system to unite as a one whole system. Data based system comprise with two parts, static and dynamic data based. Model based system comprise of five supporting sub model, potential product criteria weighing sub model, potential product decision sub model, potential location criteria weighing sub model, potential location decision sub model, and financial feasibility sub model.
Potential product criteria weighing sub model beneficent to give value to potential product criteria. This sub model used eckenrode method. Potential product decision sub model beneficent to get the potential product based on MPE (Exponential Comparison Method). Based on calculation, potato chips get the highest score. Potential location criteria weighing sub model beneficent to give value to potential location criteria. This sub model used eckenrode method. Potential location decision sub model is used in potential location selection based on given alternatives. This sub model used MPE method. Potential location based on calculation is Pangalengan regency.
Financial feasibility sub model beneficent to analyze the potato chips agroindustry’s feasibility. Based on calculation, potato chips agroindustry has NPV value of Rp. 51.038.439,-. IRR value of 49,57% which mean IRR value is higher than bank’s interest rate of 18%. B/C Ratio of 7,41 which mean revenue generated as much as 7,41 times from cost and PBP value of 2,97 years. Calculation shows that potato chips agroindustry is reasonable to be developed.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bojonegoro pada tanggal 1 September 1982. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sujono dan Sri Mudjajati
Rahaju. Pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita tamat
tahun 1989, SD Negeri Kutorejo 1 Tuban tamat pada tahun 1995, Pada tahun 1998
penulis menamatkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Tuban kemudian penulis
melanjutkan ke jenjang SMU di SMU Negeri 1 Tuban dan tamat pada tahun 2001.
Penulis melanjutkan kuliah di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB pada
departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001.
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di beberapa organisasi
kemahasiswaan antara lain anggota Himalogin divisi Public Relation, anggota
Prompt[D:] sebagai koordinator seksi Sistem Operasi, Redaksi Berita Fateta, Ketua
IPMRT dan anggota Forum Komunikasi Agroindustri. Kegiatan seminar dan
pelatihan yang pernah diikuti antara lain Seminar Linux, peserta seminar Security
Tutorial & Demo, pelatihan jurnalistik serta pelatihan komunikasi oleh Forum
Komunikasi Agroindustri. Kegiatan dalam bidang akademik antara lain sebagai
asisten dosen pada mata kuliah menggambar teknik, mata kuliah penerapan
komputer, mata kuliah sistem informasi manajemen, dan mata kuliah minyak atsiri
dan kosmetika. Penulis juga pernah membantu pembuatan Sistem Informasi Bangun
Praja kerja sama PPLH IPB dengan Kementerian Lingkuhan Hidup sebagai anggota
tim pembuatan profil TIN dan FATETA, serta pernah mengisi siaran radio di Radio
Republik Indonesia-Bogor.
KATA PENGANTAR
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu serta memberikan arahan, bimbingan dan
kerjasamanya dalam pelaksanaan penelitian ini. Beberapa pihak yang telah
banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini diantaranya adalah:
1. Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA., selaku dosen pembimbing akademik
atas bimbingan dan arahannya.
2. Dr. Erliza Hambali dan Dr. Dwi Setyaningsih selaku dosen penguji.
3. Bpk. Waluyo, Bpk Wildan, Bpk. Ayub, Ibu Ogi, Ibu Ani selaku ahli atas
wawancara dan kerjasamanya.
4. Ibu, bapak, kakak dan adikku atas doa serta dukungan baik moril maupun
materiil yang tak ternilai harganya.
5. Mas Mawan atas bantuannya dalam diskusi masalah konsep dan pembuatan
software.
Rekan-rekan di Departemen Teknologi Industri Pertanian atas bantuan
serta dorongan semangat selama penulis melakukan penelitian. Teman-teman
semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi pihak yang memerlukan.
Bogor, September 2007
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
B. TUJUAN ................................................................................................. 2
C. RUANG LINGKUP ................................................................................ 2
D. OUTPUT DAN MANFAAT PENELITIAN .......................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 5
A. KENTANG
1. Karakteristik Kultivar Kentang dan Persyaratan Tumbuhnya .......... 5
2. Panen dan Pascapanen ...................................................................... 8
3. Perdagangan Kentang di Indonesia .................................................. 9
B. AGROINDUSTRI
1. Agroindustri ................................................................................... 10
2. Agroindustri Pengolahan Kentang ................................................. 11
C. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN ............................................... 13
D. KRITERIA INVESTASI ..................................................................... 14
III. METODOLOGI ....................................................................................... 19
A. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................ 19
B. PENDEKATAN SISTEM ................................................................... 21
1. Analisa Kebutuhan ......................................................................... 21
2. Formulasi Permasalahan ................................................................ 22
3. Identifikasi Sistem .......................................................................... 23
C. TATA LAKSANA ............................................................................... 26
1. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 26
2. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 26
3. Pengolahan dan Analisa Data ........................................................ 27
4. Perancangan Sistem ....................................................................... 27
5. Implementasi .................................................................................. 28
6. Verifikasi ........................................................................................ 28
IV. PEMODELAN SISTEM .......................................................................... 29
A. KONFIGURASI MODEL PoDSS ....................................................... 29
B. RANCANG BANGUN MODEL ........................................................ 30
C. PAKAR ................................................................................................. 33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 34
A. Program Utama .................................................................................... 34
B. Agroindustri Skala Kecil Keripik Kentang .......................................... 43
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 45
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas komoditi
kentang ................................................................................................... 9
Tabel 2. Nilai nutrisi keripik kentang per 100 gram .......................................... 12
Tabel 3. Hasil perhitungan sub model pembobotan kriteria produk potensial .. 38
Tabel 4. Hasil perhitungan sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi ... 40
Tabel 5. Produksi kentang di tiga kecamatan potensial ..................................... 41
Tabel 6. Asumsi model kelayakan ..................................................................... 42
Tabel 7. Hasil analisa finansial keripik kentang ................................................ 43
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kurva pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas
komoditi kentang ............................................................................. 10
Gambar 2. Struktur dasar sistem penunjang keputusan ..................................... 14
Gambar 3. Kerangka konseptual penelitian ....................................................... 20
Gambar 4. Metodologi pemecahan masalah dengan pendekatan sistem ........... 22
Gambar 5. Diagram lingkar sebab akibat sistem penunjang keputusan
agroindustri skala kecil berbasis kentang ........................................ 23
Gambar 6. Diagram input-output sistem penunjang keputusan agroindustri
skala kecil berbasis kentang ............................................................. 25
Gambar 7. Konfigurasi Model PoDSS ............................................................... 29
Gambar 8. Tampilan login PoDSS ..................................................................... 35
Gambar 9. Tampilan utama sistem ..................................................................... 35
Gambar 10. Menu informasi .............................................................................. 36
Gambar 11. Menu administrasi .......................................................................... 36
Gambar 12. Tampilan basis data statis PoDSS .................................................. 37
Gambar 13. Tampilan basis data dinamis PoDSS .............................................. 37
Gambar 14. Tampilan sub model pembobotan kriteria produk potensial .......... 38
Gambar 15. Hasil perhitungan MPE produk unggulan ...................................... 39
Gambar 16. Tampilan sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi .......... 40
Gambar 17. Hasil perhitungan lokasi potensial ................................................. 41
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Peta kabupaten Bandung ............................................................... 52
Lampiran 2. Diagram alir level 0 ....................................................................... 53
Lampiran 3. Diagram alir level 1 ....................................................................... 54
Lampiran 4. Diagram alir level 2 ....................................................................... 55
Lampiran 5. Surat pengantar kuisioner untuk penentuan produk unggulan
dan penentuan lokasi agroindustri .................................................. 58
Lampiran 6. Kuisioner penentuan produk unggulan dan penentuan lokasi
Agroindustri ................................................................................... 59
Lampiran 7. Asumsi kelayakan finansial agroindustri keripik kentang ............. 63
Lampiran 8. Biaya-biaya .................................................................................... 64
Lampiran 9. Biaya produksi ............................................................................... 65
Lampiran 10. Laba rugi ...................................................................................... 66
Lampiran 11. Aliran kas ..................................................................................... 67
Lampiran 12. BEP .............................................................................................. 68
Lampiran 13. Hasil analisa kelayakan agroindustri kentang ............................. 69
vi
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia termasuk salah satu negara agraris dengan sumber daya alam
yang melimpah. Sebagai negara agraris, sektor pertanian memiliki peran yang
relatif besar dalam roda perekonomian Indonesia. Peran ini dapat dicapai
dengan salah satu cara yaitu melalui agroindustri. Agroindustri mengolah
bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Agroindustri
diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian,
sehingga dapat bersaing baik di pasar lokal maupun pasar internasional.
Salah satu produk pertanian yang memiliki prospek relatif potensial
adalah kentang (Solanum tuberosum L.). Di pasaran, kentang memiliki harga
yang relatif stabil. Hal ini dikarenakan kentang merupakan produk yang dapat
disimpan, berbeda dengan sayuran seperti tomat atau kubis. Kentang sebelum
dikonsumsi harus diolah terlebih dahulu. Untuk pemakaian umum, kentang
biasanya diolah menjadi makanan seperti perkedel, sambal kentang, ataupun
sop. Beberapa produk olahan kentang diantaranya adalah keripik, kerupuk,
tepung, dan kentang goreng.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk pengembangan produk
ini adalah dengan mengembangkan agroindustri berbasis kentang, tetapi
kenyataannya agroindustri berbasis kentang masih mengalami banyak
kendala. Hal ini karena pertanian dan industri walaupun saling terkait tetapi
mempunyai karakteristik yang berbeda. Hasil pertanian sebagai bahan baku
industri tergantung pada alam dan bersifat musiman sehingga berpengaruh
terhadap kontinuitas hasil produksi. Umumnya, produk pertanian juga hanya
bisa berproduksi secara maksimal pada daerah-daerah tertentu saja.
Disamping produk pertanian, petani juga perlu diperhatikan. Petani umumnya
memiliki keterbatasan dalam akses informasi dan teknologi yang berkaitan
dengan bisnisnya. Di sektor industri, kontinuitas bahan baku harus terjamin
serta memiliki kualitas yang baik.
Dari kondisi tersebut, maka diperlukan suatu sistem untuk
menjembatani antara usahatani kentang dan agroindustri berbasis kentang
sehingga saling mendukung. Agroindustri dapat memberikan informasi
tantang varietas dan kualitas kentang yang diinginkan, jumlah permintaan
serta harga yang ditawarkan kepada petani. Informasi tersebut dapat
dimanfaatkan oleh petani untuk merencanakan varietas kentang yang ditanam
maupun tingkat produksinya.
Dalam perencanaan, penggunaan perangkat lunak dapat membantu
memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan. Pengembangan
sistem penunjang keputusan dapat membantu pengambil keputusan tentang
perencanaan pengembangan agroindustri berbasis kentang. Sistem ini
diharapkan mampu menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh dan harus
dipertimbangkan dalam pendirian agroindustri berbasis kentang ini.
B. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah:
1) Merancang model Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala
Kecil Berbasis Kentang.
2) Memberikan alternatif keputusan investasi produk agroindustri
berbasis kentang yang paling potensial dan tepat.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penelitian meliputi perencanaan agroindustri skala kecil
berbasis kentang yang dilakukan mulai tahap mempelajari faktor-faktor yang
berpengaruh. Tahap berikutnya adalah perancangan sistem agroindustri
kentang dan dilanjutkan dengan pembuatan program aplikasinya. Penelitian
ini dilakukan dari perancangan model sistem sampai penerapannya melalui
program aplikasinya.
Analisa model yang dilakukan dalam sistem adalah analisa
pengembangan usahatani kentang dan analisa pengembangan agroindustri
berbasis kentang. Analisa pengembangan usahatani kentang terdiri dari
penentuan lokasi, dan penentuan produk kentang unggulan. Analisa
2
pengembangan agroindustri berbasis kentang berupa analisa kelayakan
agroindustri berbasis kentang.
Jenis kentang yang dipilih adalah jenis kentang yang cocok dijadikan
keripik karena agroindustri pengolah dalam sistem dibatasi hanya pada
industri keripik kentang. Skala usaha agroindustri ini adalah skala kecil dan
dengan pertimbangan modal yang lebih sedikit dan mampu menyerap tenaga
kerja dari lingkungan sekitar.
Data yang diperlukan merupakan data primer maupun data sekunder.
Data primer didapat dari wawancara dengan pakar tanaman kentang serta
pakar dalam usaha keripik kentang. Data sekunder didapat dari Biro Pusat
Statistik, Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian dan Perdagangan,
dan sumber lain yang relevan.
Pengkajian ini berbentuk paket perangkat lunak (software) yang dapat
digunakan oleh suatu usahatani kentang ataupun agroindustri yang
berbasiskan kentang.
D. OUTPUT DAN MANFAAT PENELITIAN
Hasil keluaran dari model sistem penunjang keputusan agroindustri
skala kecil berbasis kentang berupa sebuah paket perangkat lunak. Paket ini
terdiri dari beberapa sub model, diantaranya yaitu: 1) Sub model lokasi, 2)
Sub model produk unggulan, 3) Sub model analisa kelayakan finansial
agroindustri skala kecil berbasis kentang.
Pengguna paket perangkat lunak ini diantaranya adalah:
1. Industri pengolah
Sistem dapat memberikan informasi kepada industri mengenai
permintaan, tingkat produksi, harga, serta kelayakan finansial.
2. Investor
Sistem dapat membantu calon investor yang ingin bergerak
dibidang industri kentang dengan memberikan informasi tentang
harga, permintaan serta analisa kelayakan finansialnya.
3
3. Pemerintah
Sistem dapat membantu pemerintah dalam membuat perencanaan
industri pengolahan kentang, terutama keripik kentang. Informasi
yang bisa diberikan adalah penentuan lokasi, varietas yang sesuai,
harga, tingkat produksi, serta analisis kelayakannya. Informasi
permintaan, harga, dan tingkat produksi dapat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan harga.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. KARAKTERISTIK KULTIVAR KENTANG DAN PERSYARATAN
TUMBUHNYA
Kentang (Solanum tuberosum L.) masih satu keluarga dengan cabai,
tomat, dan paprika. Kentang termasuk dalam divisi Spermatophyta, sub divisi
Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Tubiflorae, famili Solanaceae,
genus Solanum, dan spesies Solanum tuberosum L. Beberapa subspesies dari
spesies ini yaitu Katahdin, Sebago, dan Kennebec.
Kentang merupakan tanaman tahunan yang pendek, berbatang lemah
tetapi memiliki cabang yang banyak. Berdaun majemuk menyirip, mahkota
bunga berbentuk terompet dengan bagian atasnya berbentuk bintang. Warna
bunganya bervariasi dari putih, merah muda, ungu, dan biru.
Kentang dihasilkan dari stolon. Stolon adalah bagian yang keluar dari
batang akar atau akar utama. Pada awal pertumbuhannya, stolon terlihat
seperti akar biasa tetapi biasanya warnanya lebih putih dan lebih panjang
daripada akar cabang. Ketika panjang maksimal tercapai, stolon akan
menggembung dan akan terus membesar sejalan dengan pertumbuhannya.
Stolon akan menjadi umbi jika berada di dalam tanah tetapi jika muncul ke
permukaan, stolon akan berubah menjadi tunas.
Tanaman yang berasal dari umbi biasanya menghasilkan stolon lebih
banyak daripada bibit setek. Tanaman dari umbi akan mengeluarkan stolon
sekitar umur 4 minggu. Umbi mulai terbentuk pada umur 40 hari dengan
ukuran sebesar kelereng. Diameter umbi akan maksimal pada umur 60 hari
setelah tanam (HST). Umur setelah 60 HST digunakan untuk menambah
bobot umbi, biasanya sampai 90 HST.
1. Karakteristik Beberapa Kultivar Kentang
Terdapat banyak kultivar kentang yang dibudidayakan di Indonesia
seperti Cipanas, Cosima, Segunung, Granola, Diamant, Desiree, Agria,
Kondor, Alpha, Ajax, Catella, French Fries, Atlantic, Panda, Donata,
Marita, Radosa, Arka, Eigenheimer, Rapan, Thung, Katela, Patrones,
DTO-33, dan sebagainya.
Untuk keperluan industri dipilih kultivar yang memiliki syarat
khusus. Syaratnya adalah umbi putih, berat jenis > 1,07; total solid >
20% dan kadar gula rendah. Karakteristik kentang seperti ini bila
dijadikan keripik atau stik akan renyah dan tidak gosong. Kultivar yang
memenuhi syarat ini adalah Atlantic, Hertha, dan Diamant. Untuk
konsumsi di Indonesia, kultivar ini kurang diminati karena kurang enak
bila diolah menjadi masakan. Masyarakat cenderung memilih kentang
dengan warna kuning dan kadar gula yang lebih tinggi seperti Granola.
Beberapa kultivar unggul diantaranya adalah:
a. Granola
Umbi berbentuk oval, kulit dan daging umbi berwarna kuning.
Umur genjah (80-90 hari), dan tahan terhadap beberapa penyakit
berbahaya. Potensi hasil tinggi, yakni dapat mencapai 30-35 ton
per hektar.
b. Atlantic
Introduksi dari Australia. Pemegang lisensi tunggal di Indonesia
adalah PT Indofood Sukses Makmur. PT Indofood bermitra dengan
PT Politani (Kodel Grup) untuk perbanyakan bibit setek secara
kultur invitro. Umbi berbentuk bulat seperti bola tenis, kulit
kuning, dan daging umbi putih. Mata tunas sedikit. Tanaman
rentan terhadap penyakit busuk bakteri (Pseudomonas
solanacearum), busuk cendawan (Phytopthora infestans) dan
nematoda Meloidogyne sp. Terutama di daerah kelembaban dan
curah hujan tinggi seperti Sukabumi. Potensi hasil di Sukabumi
rendah, tetapi petani di Batu, Malang melaporkan pernah mencapai
hasil 40 ton/ha. Ukuran umbi dapat mencapai 700 g/butir dengan
cita rasa yang sangat cocok untuk keripik kentang.
c. Cosima
Introduksi dari Jerman Barat. Umbi berbentuk bulat pipih, mata
dangkal, permukaan rata, warna kulit kuning muda, dan warna
daging kuning tua. Umur 100-101 hari. Cukup tahan terhadap
penyakit busuk daun Phytopthora infestans, tetapi peka terhadap
6
penyakit layu bakteri Pseudomonas solanacearum. Potensi hasil
19-36 ton/ha, rata-rata 28,5 ton/ha.
d. Desiree
Umbi berbentuk bulat sampai oval, kulit merah, mata dangkal dan
daging kuning kemerahan. Umur panen 100 hari. Peka terhadap
penyakit busuk daun (Phytopthora infestans). Potensi hasil per
hektar tinggi.
2. Kondisi Lingkungan Kentang
Kentang termasuk golongan tanaman yang tidak dapat tumbuh
disembarang tempat. Sebelum mulai menanam kentang, diusahakan
memilih lokasi yang tepat. Kondisi lingkungan yang cocok sangat
berpengaruh terhadap tanaman.
Persyaratan tumbuh yang penting diperhatikan adalah tanah dan
iklim. Faktor tanah mencakup kesuburan, tekstur, struktur, keasaman
(pH), permeabilitas, porositas, dan biologi. Sementara faktor iklim yang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usahatani kentang adalah
ketinggian tempat (altitude), curah hujan, radiasi surya, suhu udara, dan
kelembaban udara. Topografi tanah penting pula diperhatikan.
1. Iklim
Kondisi lingkungan yang cocok dengan tanaman kentang
adalah tempat yang berhawa dingin atau sejuk. Suhu udara yang
diperlukan idealnya berkisar antara 15-18ºC pada malam hari dan
antara 24-30ºC pada siang hari. Kentang dapat hidup pada
ketinggian antara 500-3000 m dpl, tetapi ketinggian ideal untuk
budidaya kentang adalah berkisar 1000-1300 m dpl. Kentang yang
di tanam pada ketinggian kurang dari 1000 m dpl biasanya
menghasilkan umbi yang lebih kecil.
Tanaman kentang juga dipengaruhi oleh curah hujan. Curah
hujan yang diperlukan sekitar 1500 mm per tahun. Selain suhu,
ketinggian dan curah hujan, angin ikut mempengaruhi umbi yang
7
dihasilkan. Angin yang terlalu kencang bisa merusak tanaman serta
mempercepat penyebaran bibit penyakit.
2. Keadaan tanah
Tanah yang gembur dan sedikit berpasir serta mengandung
humus tinggi merupakan media tanam yang baik untuk kentang.
Tanah yang sedikit berpasir akan mudah diresapi air serta tidak
menghalangi pertumbuhan umbi. Tanah demikian bisa menjaga
kelembaban saat musim hujan. Kelembaban tanah yang cocok untuk
umbi kentang adalah 70%. Kelembaban tanah yang lebih dari 70%
akan menyebabkan kentang mudah terserang penyakit busuk batang
atau leher akar. Keasaman (pH) tanah yang cocok untuk kentang
bervariasi tergantung dari varietasnya, tetapi umumnya tanah dengan
pH antara 5-5,5 paling optimal untuk perkembangan kentang.
B. PANEN DAN PASCAPANEN
Kentang biasanya dapat dipanen pada umur 3-4 bulan setelah tanam,
tergantung dari varietasnya. Tanaman kentang setelah berumur 100 hari,
bagian atasnya akan mulai mengering yang menandakan umur tanaman sudah
cukup tua. Kentang dalam kondisi seperti ini masih belum bisa dipanen karena
kulit umbinya masih tipis dan mudah lecet. Tanaman kentang setelah
mengering dibiarkan sampai seluruhnya kering, biasanya sekitar 7-15 hari
kemudian baru dipanen. Pemanenan kentang biasanya dilakukan dengan
cangkul atau garpu dan dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak umbi.
Penanganan pascapanen biasanya meliputi seleksi dan penyimpanan.
Dari seleksi akan didapat beberapa mutu kentang. Menurut Setiadi dan
Nurulhuda (1993), mutu kentang bisa dibagi berdasarkan bobotnya. Jenis
lokal dan granola dibedakan menjadi 4 golongan mutu, yaitu:
1. Mutu super (A) berbobot 301 gram ke atas.
2. Mutu besar (B) berbobot 100-300 gram.
3. Mutu sedang (C) berbobot 50-100 gram.
4. Mutu kecil (D) berbobot kurang dari 50 gram.
8
Penentuan mutu untuk kentang jenis french fries sedikit berbeda, yaitu:
1. Mutu super berbobot 400 gram ke atas.
2. Mutu A berbobot 250-400 gram.
3. Mutu B berbobot 100-250 gram.
4. Mutu C berbobot 60-100 gram.
5. Mutu D berbobot 30-60 gram.
C. PERDAGANGAN KENTANG DI INDONESIA
Kentang merupakan komoditi yang cukup berpotensi untuk
dikembangkan dilihat dari permintaan pasar. Meskipun demikian, produksi
maupun produktivitas kentang masih berfluktuasi. Produksi kentang dapat
dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Pertumbuhan luas panen, produksi dan produktivitas komoditi
Kentang di Indonesia
Luas Area Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Tahun (Ha) (%) (Ton) (%) (Ton/Ha) (%)
1990 44.390 0,00 628.727 0,00 14,16 0,00 1991 39.620 -10,75 525.839 -16,36 13,27 -6,30 1992 48.852 23,30 702.584 33,61 14,38 8,36 1993 51.122 4,65 809.457 15,21 15,83 10,10 1994 56.057 9,65 877.146 8,36 15,65 -1,18 1995 62.388 11,29 1.035.260 18,03 16,59 6,05 1996 69.946 12,11 1.109.560 7,18 15,86 -4,40 1997 50.189 -28,25 813.368 -26,69 16,21 2,16 1998 65.047 29,60 998.032 22,70 15,34 -5,32 1999 62.776 -3,49 924.058 -7,41 14,72 -4,06 2000 73.068 16,39 977.349 5,77 13,38 -9,13 2001 55.971 -23,40 831.140 -14,96 14,85 11,02 2002 57.332 2,43 893.824 7,54 15,59 4,99 2003 62.839 9,61 851.485 -4,74 13,55 -13,09
Sumber : Divisi statistik FAO, 2007 (diolah)
9
Produksi
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
Tahun
Ton Produksi
Gambar 1. Grafik produksi komoditi kentang.
D. AGROINDUSTRI
Indonesia termasuk salah satu negara agraris dengan sumber daya alam
yang melimpah. Sebagai negara agraris, sektor pertanian memiliki peran yang
relatif besar dalam roda perekonomian Indonesia. Peran ini dapat dicapai
dengan salah satu cara yaitu melalui agroindustri. Agroindustri mengolah
bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Agroindustri
diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian,
sehingga dapat bersaing baik di pasar lokal maupun pasar internasional.
Menurut Austin (1992), agroindustri merupakan suatu perusahaan yang
mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman atau hewan sehingga
menghasilkan produk dengan nilai tambah yang tinggi. Agroindustri
merupakan bagian dari industri. Pada penelitian ini, industri akan dibatasi
pada industri skala kecil. Pengertian industri skala kecil menurut Undang-
undang No. 9 tahun 1995 adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk
memproduksi barang ataupun jasa untuk diperniagakan secara komersial,
yang mempunyai kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, dan
mempunyai nilai penjualan per tahun sebesar Rp. 1 milyar atau kurang.
10
Batasan skala usaha menurut Badan Pusat Statistik (BPS) berdasarkan
jumlah tenaga kerja yaitu:
Industri dan Dagang Mikro (ID-Mikro) : 1-4 orang
Industri dan Dagang Kecil (ID-Kecil) : 5-19 orang
Industri dan Dagang Menengah (ID-Menengah) : 20-99 orang
Industri dan Dagang Besar (ID-Besar) : 100 orang ke atas
Kentang bisa diolah menjadi berbagai bahan makanan ataupun produk turunan
lainnya. Produk-produk yang bisa diolah dari bahan dasar kentang bisa dilihat
pada Gambar 2.
KENTANG
Tepung
Keripik
Kentang Goreng
Pasta
French Fries
Potato Flakes
Pati
Minuman
Kerupuk
Bahan Kemasan
Gambar 2. Pohon industri kentang
E. AGROINDUSTRI PENGOLAHAN KENTANG
Kentang umumnya diolah lebih dahulu sebelum dikonsumsi. Salah satu
produk olahan kentang yang banyak dikonsumsi adalah keripik kentang. Dari
situs http://www.iptek.net.id, alat dan bahan serta tahap pembuatan keripik
kentang skala kecil adalah sebagai berikut.
11
• ALAT
Pisau, ember plastik, tampah (nyiru), penggorengan (wajan), kompor atau
tungku, panci email atau baskom plastik, pengaduk dan saringan.
• BAHAN
Kentang besar 20 kg, bawang putih 1 ons, garam 6 sendok makan, kapur
sirih 1 ons, minyak goreng 2 kg.
• CARA PEMBUATAN
1. Kupas kentang, segera masukkan dalam ember yang berisi air,
kemudian cuci sampai bersih
2. Iris tipis-tipis dengan ketebalan 2-2 ½ mm, langsung rendam selama
12-24 jam dalam air yang telah diberi kapur sirih
3. Cuci lalu tiriskan
4. Tumbuk bawang putih dan garam sampai halus lalu masak dalam air
sampai mendidih. Larutan ini harus cukup asin
5. Rebus irisan kentang selama 3-5 menit, kemudian tiriskan
6. Letakkan irisan kentang di atas tampah. Susun berjajar secara
berselingan
7. Jemur selama 2-3 hari sampai kering
8. Goreng dalam minyak yang tidak terlalu panas. Bila kentang sudah
mekar cepat angkat
Catatan: Dari 1 kg kentang dapat diperoleh 2 ons keripik kentang.
Nilai nutrisi per 100 gram porsi makanan keripik kentang dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Nilai nutrisi keripik kentang per 100 gram
No Komponen Unit Nilai
1 Nutrisi Air g 1,4 Energi kcal 558 Protein g 5,9 Total lemak g 38,4 Karbohidrat g 51 Serat g 3,6
2 Mineral Kalsium mg 24 Besi mg 1,5
12
No Komponen Unit Nilai Magnesium mg 58 Fosfor mg 157 Potasium mg 1008 Sodium mg 656 Seng mg 0,59 Tembaga mg 0,16 Mangan mg 0,344 Selenium mcg 8,1
3 Vitamin Vitamin C mg 8,2 Thiamin mg 0,205 Riboflavin mg 0,12 Niacin mg 3,15 Asam pantotenik mg 0,212 Vitamin B-6 mg 0,145 Folat mcg 7 Vitamin E mg 4,88
4 Lemak Asam lemak jenuh (saturated) g 9,45 Asam lemak tak jenuh (monounsaturated) g 7,27 Asam lemak tak jenuh (polyunsaturated) g 19,98
5 Asam Amino Triptofan g 0,046 Treonin g 0,258 Isoleusin g 0,261 Leusin g 0,389 Lisin g 0,372 Metionin g 0,069 Sistin g 0,076 Fenilalanin g 0,272 Tirosin g 0,233 Valin g 0,346 Arginin g 0,287 Histidin g 0,132 Alanin g 0,213 Asam aspartat g 1,195 Asam Glutamat g 0,989 Glisin g 0,204 Prolin g 0,215 Serin g 0,243
Sumber : PT. Asiamaya Dotcom Indonesia, 2004
13
F. SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
Pendekatan secara sistem dalam pengambilan keputusan sering dikenal
dengan istilah Sistem Penunjang Keputusan. Sistem Penunjang Keputusan
memaparkan secara mendetail elemen-elemen sistem sehingga dapat
menunjang manajer dalam proses pengambilan keputusan. Dalam sistem
penunjang keputusan dikenal istilah kriteria dan alternatif. Istilah kriteria
digunakan untuk menggambarkan tujuan dari sistem serta sebagai basis dalam
rancang bangun dan pengembangan sistem. Istilah alternatif merupakan
tindakan yang harus diambil dan dipilih agar diperoleh hasil yang terbaik
sesuai keinginan sistem (Eriyatno, 1999).
Meskipun definisi baku belum disepakati, keunikannya terletak pada
dimungkinkannya intuisi dan penilaian pribadi pengambil keputusan untuk
dijadikan dasar pengambilan keputusan. Beberapa karakteristik Sistem
Penunjang Keputusan (SPK) adalah :
a. Kapabilitas interaktif, SPK memberi pengambil keputusan akses cepat ke
data dan informasi yang dibutuhkan.
b. Fleksibilitas, SPK dapat menunjang manajer dalam pengambilan
keputusan.
c. Kemampuan mengintegrasikan model, SPK memungkinkan para pembuat
keputusan berinteraksi dengan model-model termasuk memanipulasi
model.
d. Fleksibilitas output, SPK mendukung pembuat keputusan dengan
menyediakan berbagai macam output.
Menurut Eriyatno (1999) rancang bangun Sistem Penunjang Keputusan
terdiri dari tiga elemen utama yaitu : pengoptimalan kriteria dalam merancang
bangun sistem, proses rancang bangun sistem secara total dan proses rancang
bangun sistem secara mendetail. Model konsepsional dari SPK merupakan
gambaran hubungan abstrak antara tiga komponen utama penunjang
keputusan yaitu: (a) para pengambil keputusan/pihak pengguna(user), (b)
model dan (c) data. Berikut ini disajikan struktur dasar Sistem Penunjang
Keputusan pada Gambar 3.
14
Data Model
Sistem Manajemen Dialog adalah satu-satunya sub sistem yang
berkomunikasi dengan pengguna yang berfungsi untuk menerima input dan
memberikan output yang dikehendaki pengguna. Sistem Pengolahan
Problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi Sistem Penunjang
Keputusan secara menyeluruh. Sistem ini menerima input dari ketiga sub-
sistem lainnya dalam bentuk bahan baku, serta menyerahkan output ke sub-
sistem yang dikehendaki dalam bentuk baku pula yang berfungsi sebagai
penyangga untuk menjamin masih terdapatnya keterkaitan antara sub-sistem
(Eriyatno, 1999).
Sistem Manajemen Dialog adalah satu-satunya sub sistem yang
berkomunikasi dengan pengguna yang berfungsi untuk menerima input dan
memberikan output yang dikehendaki pengguna. Sistem Pengolahan
Problematik adalah koordinator dan pengendali dari operasi Sistem Penunjang
Keputusan secara menyeluruh. Sistem ini menerima input dari ketiga sub-
sistem lainnya dalam bentuk bahan baku, serta menyerahkan output ke sub-
sistem yang dikehendaki dalam bentuk baku pula yang berfungsi sebagai
penyangga untuk menjamin masih terdapatnya keterkaitan antara sub-sistem
(Eriyatno, 1999).
Sistem Manajemen Basis Data (DBMS)
Sistem Manajemen Basis Model (MBMS)
Sistem Pengolahan Problematik
Sistem Pengolahan Dialog
Pengguna
Gambar 3. Struktur Dasar Sistem Penunjang Keputusan (Eriyatno, 1999)
G. KRITERIA INVESTASI G. KRITERIA INVESTASI
Untuk menilai kelayakan suatu proyek atau membuat peringkat dari
beberapa proyek yang harus dipilih dapat digunakan beberapa kriteria.
Menurut Pramudya dan Nesia (1992) kriteria investasi yang dianalisa antara
lain :
Untuk menilai kelayakan suatu proyek atau membuat peringkat dari
beberapa proyek yang harus dipilih dapat digunakan beberapa kriteria.
Menurut Pramudya dan Nesia (1992) kriteria investasi yang dianalisa antara
lain :
15
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value merupakan perbedaan antara nilai sekarang dari
manfaat dan biaya. Dengan demikian apabila NPV bernilai positif maka
dapat diartikan sebagai besarnya keuntungan yang diperoleh proyek. NPV
yang bernilai negatif menunjukkan kerugian.
NPV dapat dihitung dengan persamaan :
∑= +
−=
n
0tttt
i)(1C B NPV
Dimana, Bt = total penerimaan pada tahun ke-t
Ct = total biaya pada tahun ke-t
i = tingkat diskonto yang berlaku
n = umur ekonomi proyek
2. B/C Ratio
B/C Ratio merupakan angka perbandingan antara jumlah keuntungan
yang diperoleh terhadap biaya yang akan dikeluarkan. B/C Ratio dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
∑
∑
Dimana, Bt = total penerimaan pada tahun ke-t =0t
=
<−+−
>−+−
= n
ttttt
n
0tttt
tt
0) C B(untuk i)(1BC
)0C B(untuk i)(1C B
B/CNet
Ct = total biaya pada tahun ke-t
i = tingkat diskonto yang berlaku
n = umur ekonomi proyek
Kriteria kelayakan proyek adalah jika B/C Ratio ≥ 1 dan tidak layak
jika B/C Ratio < 1.
3. Internal Rate of Return (IRR)
IRR merupakan suatu tingkat pengembalian modal yang digunakan
dalam suatu proyek yang nilainya dinyatakan dalam persen tahun. Suatu
16
proyek yang layak dilaksanakan bila mempunyai IRR yang lebih besar
dari nilai discount rate. Nilai IRR merupakan nilai bunga yang tingkat
NPV sama dengan nol. Dalam persamaannya dinyatakan sebagai berikut :
0 i)(1C B
i)(1C
i)(10t +∑=
B
n
0tttt
n
0tt
tn
tt
=+−
+=
∑
∑
=
=
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−
−−+=
21
1211
)(NPVNPV
iiNPViIRR
Dimana, Bt = total penerimaan pada tahun ke-t
Ct = total biaya pada tahun ke-t
i = IRR(%)
n = umur ekonomi proyek
IRR berada di atas discount rate maka proyek layak dilaksanakan,
sebaliknya IRR berada di bawah discount rate maka proyek tidak layak
untuk dilaksanakan.
4. Break Even Point
Menurut Rangkuti (2001) Break Even Point merupakan titik
pertemuan antara revenues dan Total Cost. Total Cost merupakan
penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Rumus dari Break Even
Point adalah sebagai berikut :
BEP (unit) = Total Biaya Tetap / [ 1- (Harga jual per unit – Biaya
variabel per unit)]
H. TEKNIK PENDUKUNG
1. Metode Eckenrode
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk pembobotan,
diantaranya adalah pemberian bobot secara langsung dan penentuan bobot
dengan metode eckenrode. Pada pembobotan secara langsung, seseorang
akan memberikan bobot secara langsung tanpa melakukan perbandingan
dengan kriteria yang lain. Metode secara langsung ini sangat subyektif.
Metode yang berikutnya adalah metode eckenrode. Menurut Ma’arif dan
17
Tanjung (2003), konsep dari pembobotan ini adalah dengan melakukan
perubahan urutan menjadi nilai.
Formula penentuan bobotnya:
∑ ∑
∑
= =
== k
e
n
jejej
n
jej
e
eW
1 1
1
λ
λ, untuk e=1,2,... ... k
dimana λej = nilai tujuan ke λ oleh ahli ke j
n = jumlah ahli
2. Metode Perbandingan Eksponensial
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) digunakan sebagai alat
bantu bagi para pengambil keputusan dalam melakukan pemilihan
beberapa alternatif berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Metode ini merupakan salah satu cara untuk menentukan urutan prioritas
alternatif keputusan dengan kriteria jamak. Teknik ini digunakan sebagai
pembantu bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan
rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan
proses Menurut Manning (1984), pemilihan alternatif dilakukan
berdasarkan beberapa kriteria dengan tahapan sebagai berikut :
a. Menyusun alternatif keputusan yang akan dipilih
b. Menyusun kriteria-kriteria yang penting untuk dievaluasi
c. Menentukan tingkat kepentingan setiap kriteria
d. Menentukan skor masing-masing alternatif pada setiap kriteria
e. Menentukan total skor untuk setiap alternatif dengan rumus sebagai
berikut :
Total skori = ( )jKritm
jijskor∑
=1
18
Dimana : Skori = nilai skor dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j
Skorij = tingkat kepentingan relatif kriteria ke-j pada
pilihan keputusan i
Kritj = tingkat kepentingan dari kriteria ke-j
i = 1,2,3, … n (n = jumlah alternatif)
j = 1,2,3, … n (n = jumlah kriteria)
Penentuan urutan prioritas keputusan dilakukan dengan
menggunakan total skor masing-masing alternatif. Total skor masing-
masing alternatif jelas berbeda karena adanya fungsi pangkat
(eksponensial) pada penghitungan nilai total skor. Nilai skor yang hampir
sama akan menghasilkan nilai total skor yang berbeda jika dipangkatkan
dengan nilai tingkat kepentingan pada kriteria yang sama.
19
III. METODOLOGI
A. KERANGKA PEMIKIRAN
Kajian investasi agroindustri berbasis kentang digunakan untuk
mengembangkan suatu model sistem penunjang keputusan yang berfungsi
untuk membantu pengambil keputusan yang akan terjun dalam bidang
agroindustri berbasis kentang. Kajian ini diharapkan dapat mendukung
pengembangan agroindustri kentang sehingga dapat membantu meningkatkan
pendapatan masyarakat maupun pendapatan pemerintah daerah.
Sistem yang dirancang bertujuan untuk membantu mengambil keputusan
dalam pemilihan produk olahan agroindustri berbasis kentang yang potensial
untuk dikembangkan. Pemilihan lokasi yang sesuai dan kelayakan investasi
usaha agroindustri berbasis kentang juga mempengaruhi keputusan yang
diambil. Investasi yang dikembangkan harus memenuhi kriteria kelayakan,
diantaranya adalah kelayakan finansial. Analisa finansial berguna untuk
mengurangi resiko kegagalan dalam investasi.
Pengembangan investasi agroindustri kentang melibatkan berbagai
pihak yang saling terkait sehingga diperlukan pendekatan sistem. Kerangka
konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
ya
ya
tidak
Eckenrode dan MPE
Penentuan elemen faktor, aktor, tujuan, dan alternatif agroindustri berbasis kentang
Eckenrode dan MPE
Penyaringan investasi agroindustri produk berbasis kentang
Sistem Penunjang Keputusan Investasi Agroindustri
Berbasis Kentang
Metode Kualitatif
Penentuan alternatif lokasi sesuai dengan investasi yang
terpilih
Kelayakan finansial agroindustri terpilih
Verifikasi Model
Evaluasi Model
Implementasi Model
Pemodelan Sistem
Sesuai tidak
Sesuai
NPV, IRR, B/C Ratio
Penentuan alternatif dan kriteria produk kentang Expert survey
Studi pustaka
Mulai
Program komputer
Gambar 4. Kerangka konseptual penelitian
20
B. PENDEKATAN SISTEM
Sistem adalah kumpulan obyek-obyek yang saling berinteraksi dan
bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang
kompleks. Sistem mencakup lima unsur utama yaitu: (1) elemen-elemen atau
bagian; (2) adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen; (3) adanya
sesuatu yang mengikat elemen-elemen tersebut menjadi satu kesatuan; (4)
terdapat tujuan bersama sebagai hasil akhir; (5) berada dalam suatu
lingkungan yang kompleks. Pendekatan sistem adalah cara pemecahan
masalah yang dimulai dengan identifikasi kebutuhan. Identifikasi kebutuhan
akan menghasilkan suatu sistem dan operasi. Ciri pendekatan sistem adalah
mencari semua faktor yang penting untuk memperoleh solusi yang terbaik
dalam menyelesaikan masalah dan membuat suatu model kuantitatif untuk
membantu keputusan secara rasional (Eriyatno, 1989). Metodologi pemecahan
masalah dengan pendekatan sistem dapat dilihat pada Gambar 5.
1. Analisa Kebutuhan
Analisa kebutuhan merupakan tahapan permulaan dalam pengkajian
suatu sistem. Analisa kebutuhan merupakan interaksi dari seorang
pengambil keputusan terhadap sistem yang ada.
Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem mempunyai
kebutuhan yang berbeda sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Komponen-
komponen yang berpengaruh dalam investasi agroindustri kentang antara
lain: investor, pemerintah, lembaga perbankan, industri pesaing, petani
kentang, pelaku industri, lembaga penelitian dan pengembangan,
masyarakat sekitar dan konsumen.
21
Mulai
Analisis Kebutuhan
Formulasi Permasalahan
Identifikasi Sistem
Pemodelan Sistem
Pembuatan Program Komputer
Verifikasi Model
Sesuai
Ya
Implementasi
Evaluasi Periodik
Tidak
Tidak
Sesuai
Ya
Selesai
Gambar 5. Metodologi pemecahan masalah dengan pendekatan sistem
(Manestech dan Park, 1977).
2. Formulasi Permasalahan
Pengembangan investasi agroindustri berbasis kentang dipengaruhi oleh
ketersediaan bahan baku, sarana dan prasarana, prakiraan biaya, serta
kemudahan memperoleh modal. Hal-hal tersebut merupakan faktor penting
yang dijadikan pertimbangan dalam investasi atau pengembangan
agroindustri berbasis kentang yang terpilih.
22
Investasi agroindustri berbasis kentang memerlukan analisa terutama
yang berhubungan dengan kelayakan usaha dengan tujuan menghindari
resiko kegagalan. Hasil analisa menjadi bahan pertimbangan untuk
pengambilan keputusan investor dalam menanamkan modalnya.
3. Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu hubungan antara pernyataan dari
kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus
dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan yang dijabarkan dalam bentuk
diagram lingkar sebab-akibat dan diagram input-output. Diagram sebab-
akibat menunjukkan hubungan antara dua variabel. Diagram lingkar
sebab-akibat Sistem Penunjang Keputusan Investasi Agroindustri Skala
Kecil Berbasis Kentang dapat dilihat pada Gambar 6.
+ Pendapatan daerah +
+ +
+
+ + +
+ +
+ +
+
+ +
Kebijaksanaan pemerintah
+
Investasi
Kredit investasi
Iklim usaha
Agroindustri kentang
Kelayakan dan kelangsungan industri
Laba
Lapangan pekerjaan
Minat investor
Lembaga Keuangan
Industri penunjang
Gambar 6. Diagram lingkar sebab akibat Sistem Penunjang Keputusan
Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang.
23
Diagram input-output menggambarkan skema identifikasi yang di
dasarkan pada masukan dan keluaran dari model yang dikembangkan.
Masukan terdiri dari dua, yaitu masukan yang berasal dari lingkungan dan
masukan yang berasal dari sistem. Untuk keluaran juga terbagi menjadi
dua yaitu keluaran yang dikendaki dan keluaran yang tidak dikehendaki.
Diagram input-output dapat dilihat pada Gambar 7.
24
Gambar 7. Diagram input-output sistem penunjang keputusan agroindustri
skala kecil berbasis kentang.
25
C. TATA LAKSANA 1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder yang dapat berupa data kualitatif dan kuantitatif.
Data primer merupakan hasil wawancara dengan pakar di bidang
agroindustri berbasis kentang. Data sekunder diperoleh dari studi
pustaka dan Badan Pusat Statistik.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Studi pustaka
Bagian dari studi untuk mengumpulkan dan menganalisis data
sekunder dari instansi yang terkait, laporan-laporan, hasil
penelitian, jurnal, dan literatur lainnya.
b. Observasi Lapang
Observasi dilakukan untuk mengidentifikasi dan mempelajari
proses pengambilan keputusan dalam agroindustri kentang.
Observasi lapang dilakukan untuk memperoleh data primer dari
agroindustri berbasis kentang dan dari Dinas Perindustrian dan
Perdagangan. Observasi ini dilakukan di wilayah verifikasi sistem
yang akan dikembangkan.
c. Wawancara dengan pakar
Wawancara ini dilakukan dengan pakar di bidang agroindustri
kentang. Wawancara ini berguna untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi investasi agroindustri kentang serta hasil
olahan agroindustri kentang. Wawancara dilakukan dengan cara
pemberian kuisioner kepada pakar yang bertujuan untuk
mengetahui bobot dan penilaian terhadap kriteria serta alternatif
agroindustri berbasis kentang yang dikembangkan berdasarkan
pendapat pakar di bidang agroindustri kentang.
26
3. Pengolahan dan Analisa Data
Data hasil wawancara diolah dengan menggunakan metode
eckenrode untuk penentuan bobot dan metode MPE (Metode
Perbandingan Eksponensial) untuk pengolahan lanjutan. Metode
kualitatif digunakan untuk pengolahan data alternatif lokasi yang
paling sesuai untuk pengembangan agroindustri berbasis kentang.
Analisa prakiraan pasar agroindustri kentang yang terpilih
menggunakan metode regresi linier. Untuk menganalisa kelayakan
agroindustri yang terpilih digunakan analisa finansial.
4. Perancangan Sistem
Sistem yang dirancang terdiri dari sistem manajemen basis data
dan sistem manajemen basis model yang dihubungkan dengan sistem
pengolahan data terpusat serta sistem manajemen basis dialog untuk
mempermudah komunikasi antara pengguna dengan komputer.
a. Sistem Manajemen Basis Data
Sistem manajemen basis data berfungsi untuk pemasukan data dan
pengorganisasian sehingga mempermudah dalam pengambilan
data. Pengembangan basis data dalam sistem membutuhkan
beberapa data diantaranya yaitu: data agroindustri kentang, data
potensi wilayah, dan data kelayakan usaha.
b. Sistem Manajemen Basis Model
Sistem manajemen basis model merupakan suatu sistem yang
berfungsi sebagai penunjang keputusan. Pengembangan sistem
manajemen basis model berdasarkan pada data-data yang
diperoleh dari sistem manajemen basis data. Sistem manajemen
basis model akan menghasilkan tiga model yang terdiri dari Model
Pemilihan Produk Unggulan, Model Pemilihan Lokasi Potensial,
dan Model Analisa Kelayakan Finansial Agroindustri.
27
5. Implementasi
Pada tahap ini dilakukan koordinasi antar basis model dan basis
data yang akan diimplementasikan ke dalam suatu program komputer.
Pengembangan sistem ini menggunakan perangkat lunak Borland
Delphi 7 untuk pengembangan sistem dan Microsoft Access untuk
manajemen basis data. Pembuatan tampilan user interface
menggunakan program Adobe Photoshop 7.0. Sistem ini
dikembangkan pada komputer dengan spesifikasi sebagai berikut:
prosesor AMD Athlon XP 2600+, sistem operasi Microsoft Windows
XP SP2, memori (RAM) 512 MB dan harddisk 90 GB.
6. Verifikasi
Model yang dikembangkan dalam program komputer diuji dengan
menggunakan data aktual untuk mengetahui apakah model tersebut
cukup layak untuk digunakan dan dapat memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan.
28
IV. PEMODELAN SISTEM
A. Konfigurasi Model PoDSS
Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis
Kentang dirancang dan dikembangkan dalam suatu paket program komputer
yang diberi nama PoDSS.
Gambar 8. Konfigurasi model PoDSS
B. Rancang Bangun Model
1. Sistem Manajemen Dialog
Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi
dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat
program berjalan yaitu tampilan antar muka. Semua kontrol antar muka
seperti menu, tombol-tombol serta pilihan-pilihan di dalam sistem
merupakan bagian dari sistem manajemen dialog.
2. Sistem Pengolahan Pusat
Input dari sistem manajemen dialog akan diolah di sistem pengolahan
pusat dari PoDSS (Potato Decision Support System). Sistem pengolahan
pusat ini berfungsi untuk menyatukan sistem secara keseluruhan, baik
sistem manajemen dialog, sistem manajemen basis data maupun sistem
manajemen basis model.
3. Sistem Manajemen Basis Data
Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem
manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis.
Sistem manajemen basis data statis menyediakan informasi yang tidak bisa
diubah oleh user biasa. Sistem basis data statis ini hanya menyediakan
informasi yang bersifat umum dan tidak menyajikan data yang bersifat
dinamis.
Sistem basis data dinamis menyediakan fasilitas untuk merubah data.
Beberapa data dinamis diantaranya adalah data produk, data pembobotan
serta data penilaian.
4. Sistem Manajemen Basis Model
a. Sub model penentuan bobot kriteria produk potensial
Sub model ini digunakan dalam menentukan bobot kriteria yang akan
digunakan pada model selanjutnya (penentuan nilai produk potensial).
Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode
eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja,
teknologi proses, nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap
lingkungan. Setiap kriteria memiliki urutan masing-masing. Urutan
tiap kriteria ditentukan oleh pakar.
30
Pakar dalam model ini adalah Waluyo SP, M. Ayub dan Dra. Hj. O.
Setiani G. MS dari Balai Penelitian Tanaman dan Sayuran Bandung,
Ir. Wildan Mustofa, MM dari pihak praktisi agroindustri serta Dr. Ir.
Ani Suryani, DEA staff pengajar dari Departemen Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Urutan yang diperoleh kemudian dimasukkan dalam rumus eckenrode
∑ ∑
∑
= =
== k
e
n
jejej
n
jej
e
eW
1 1
1
λ
λ, untuk e=1,2,... ... k
Dimana λej = nilai tujuan ke λ oleh ahli ke j
n = jumlah ahli
b. Sub model penentuan produk potensial
Sub model ini digunakan dalam pemilihan produk unggulan hasil
olahan kentang berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini
menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Kriteria
pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja, teknologi proses,
nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap lingkungan.
Alternatif pada sub model ini adalah keripik kentang, kerupuk kentang
dan tepung kentang.
Pakar dalam sub model ini adalah Waluyo, SP dari Balai Penelitian
Tanaman dan Sayuran Bandung, Ir. Wildan Mustofa, MM, praktisi
agroindustri, dan Dr. Ir. Ani Suryani, DEA staff pengajar dari
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Skor yang diperoleh kemudian dimasukkan kedalam rumus MPE
Total skori = ( )jKritm
jijskor∑
=1
31
Dimana : Skori = nilai skor dari alternatif ke-i pada kriteria ke-j
Skorij = tingkat kepentingan relatif kriteria ke-j pada
pilihan keputusan i
Kritj = tingkat kepentingan dari kriteria ke-j
i = 1,2,3, … n (n = jumlah alternatif)
j = 1,2,3, … n (n = jumlah kriteria)
c. Sub model penentuan bobot kriteria pemilihan lokasi
Sub model ini digunakan dalam menentukan bobot kriteria yang akan
digunakan pada model selanjutnya (penentuan lokasi alternatif).
Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode
eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan,
produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan
tenaga kerja dan dukungan masyarakat.
Pakar dalam sub model ini adalah Waluyo SP dan M. Ayub dari Balai
Penelitian Tanaman dan Sayuran Bandung serta Ir. Wildan Mustofa,
MM, praktisi agroindustri.
d. Sub model penentuan lokasi potensial
Sub model ini digunakan dalam pemilihan lokasi potensial
berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Kriteria pada sub model
ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan
infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat.
Pakar dalam sub model ini adalah Waluyo SP dan M. Ayub dari Balai
Penelitian Tanaman dan Sayuran Bandung serta Ir. Wildan Mustofa,
MM, praktisi agroindustri.
e. Sub model kelayakan finansial
Sub model ini digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan
industri terpilih berdasarkan data finansial. Beberapa parameter yang
digunakan dalam penilaian kelayakan usaha ini adalah NPV (Net
32
Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C Rasio (Benefit per
Cost Ratio) dan PBP (Pay Back Period).
C. Pakar
Pakar-pakar dalam penelitian ini adalah bapak Waluyo SP, bapak M.
Ayub, ibu Dra. Hj. O. Setiani G. MS, bapak Ir. Wildan Mustofa, MM, ibu Dr.
Ir. Ani Suryani, DEA. Bapak Waluyo SP, bapak M. Ayub dan ibu Dra. Hj. O.
Setiani G. MS merupakan staf peneliti pada Balai Penelitian Tanaman dan
Sayuran Bandung (Balitsa). Selain sebagai staff peneliti, beliau juga sebagai
praktisi pada industri kentang.
Bapak Ir. Wildan Mustofa, MM merupakan pakar dari pihak industri.
Bapak Wildan merupakan pemilik dari Hikmah Farm, yaitu perusahaan yang
bergerak di industri kentang. Hikmah Farm merupakan perusahaan yang
membudidayakan kentang sampai kepada industri pengolahan kentang. Bapak
Wildan juga membina masyarakat sekitar untuk membuka industri kecil yang
berbasis pada kentang, salah satunya adalah industri kecil keripik kentang.
Pakar lainnya adalah Dr. Ir. Ani Suryani, DEA, beliau merupakan staff
pengajar pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Beliau selain sebagai staff pengajar juga banyak menulis buku
mengenai peluang usaha dari industri kecil dan menengah.
33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Program Utama
PoDSS merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk pihak
manajemen atau pihak pengambil keputusan dalam pembuatan prencanaan
agroindustri kentang skala kecil. Perangkat lunak ini diharapkan dapat
membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Perangkat lunak
ini dapat membantu pihak manajemen dalam penentuan produk yang cocok
dikembangkan dari bahan baku kentang serta lokasi yang sesuai untuk
pengembangannya.
Didalam aplikasinya, PoDSS memiliki empat sistem yang terintegrasi,
yaitu:
1. Sistem manajemen dialog
2. Sistem pengolahan pusat
3. Sistem manajemen basis data
4. Sistem manajemen basis model
1. Sistem manajemen dialog
Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi
dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat
program berjalan yaitu tampilan antar muka. Semua kontrol antar muka
seperti menu, tombol-tombol serta pilihan-pilihan di dalam sistem
merupakan bagian dari sistem manajemen dialog. Pengguna bisa
melakukan aksi terhadap elemen antar muka. Aksi untuk menjalankan
perintah bisa dilakukan dengan meng-klik objek dengan mouse.
Sistem dialog pertama yang muncul ketika program dijalankan
adalah permintaan sistem kepada pengguna untuk memasukkan identitas
dan kata kuncinya. Pengguna diharuskan untuk memasukkan identitas dan
kata kunci agar sistem bisa berjalan kembali. Jika pengguna gagal
memasukkan identitas atau kata kunci yang benar, sistem akan merespon
dengan memberitahukan kepada pengguna bahwa identitas atau kata kunci
yang diberikan salah atau tidak terdapat pada database sistem.
Pada menu utama, pengguna bisa memilih sistem yang ingin
dijalankan. Sistem akan merespon sesuai dengan perintah pengguna.
Sistem juga menyediakan pilihan untuk menjalankan sistem melalui menu
pilihan atau langsung memilih menu melalui gambar yang disediakan.
Menu tulisan dan gambar ini bisa dilihat pada Gambar 12.
Interaksi pengguna dan sistem akan terus berlangsung selama
sistem berjalan. Hal ini karena sistem manajemen dialog memang
merupakan jembatan penghubung antara sistem pengolah dan pengguna.
Setiap instruksi yang diberikan pengguna kepada sistem semua melalui
sistem manajemen dialog sehingga tampilan antar muka yang baik akan
memudahkan pengguna dalam menggunakan sistem.
2. Sistem pengolahan pusat
Sistem pengolahan pusat merupakan bagian penting yang
menyatukan keseluruhan sistem. Sistem pengolahan pusat akan mengatur
masing-masing sistem menjadi satu-kesatuan yang utuh. Ketika perangkat
lunak PoDSS dijalankan, PoDSS akan meminta pengguna untuk
mengidentifikasi dirinya melalui dialog login. Tampilan login PoDSS
dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Tampilan login PoDSS
Pengguna perangkat lunak ini ada tiga jenis sesuai otoritasnya
yaitu administrator, anggota dan umum. Pengguna umum dapat
menggunakan sistem tetapi tidak bisa melakukan manipulasi data. Akses
pengguna umum hanya sekedar melihat informasi yang ada. Penguna
anggota memiliki akses terbatas. Pengguna anggota bisa melakukan
35
manipulasi data pada sistem tetapi tidak bisa melakukan perubahan pada
sistem. Pengguna administrator memiliki hak tertinggi pada sistem.
Administrator bisa merubah semua data yang ada, termasuk manipulasi
data pengguna.
Jika pengguna masuk sebagai anggota maka sistem akan meminta
identintas dan kata kunci. Jika identitas dan kata kunci sesuai maka
pengguna akan masuk ke tampilan awal sistem PoDSS. Tampilan awal
sistem bisa dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Tampilan utama sistem
Dari menu utama ini, pengguna bisa memilih menu lain yang
tersedia. Ada beberapa menu lain yang ada pada sistem untuk mengakses
masing-masing sub sistem. Beberapa contoh menu lain yang bisa dipilih
adalah seperti Gambar 11 dan 12. Pada menu utama ini disediakan dua
cara input, yaitu melalui menu teks dan menu gambar (icon). Menu teks
seperti namanya merupakan pilihan yang berupa teks dan bisa dibaca
sedangkan menu gambar adalah menu yang diwakili oleh gambar-gambar
untuk pemilihannya.
Gambar 11. Menu informasi
36
Menu teks Menu gambar
Gambar 12. Menu administrasi
3. Sistem manajemen basis data
Sistem manajemen basis data sendiri terdiri dari dua bagian, sistem
manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis.
Sistem manajemen basis data statis menyediakan informasi yang tidak
bisa diubah oleh user biasa. Sistem basis data statis ini hanya
menyediakan informasi yang bersifat umum dan tidak menyajikan data
yang bersifat dinamis. Informasi yang ada pada basis data ini adalah
informasi seputar kentang secara umum. Tampilan basis data statis seperti
ditampilkan pada Gambar 13.
Sistem basis data dinamis menyediakan fasilitas untuk merubah
data. Beberapa data dinamis diantaranya adalah data produk, data
pembobotan serta data penilaian. Tampilan data dinamis ditampilkan pada
Gambar 14.
Gambar 13. Tampilan basis data statis PoDSS
37
Gambar 14. Tampilan basis data dinamis PoDSS
4. Sistem manajemen basis model
a. Sub model pembobotan kriteria produk potensial
Sub model ini berguna untuk memberikan nilai pada kriteria produk
potensial sebelum diolah menggunakan sub model selanjutnya.
Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode
eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja,
teknologi proses, nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap
lingkungan.
Tabel 3. Hasil perhitungan sub model pembobotan kriteria produk
potensial Urutan ke-
No. Kriteria 1 2 3 4 5
Bobot
1 Kebutuhan tenaga kerja 2 3 0.04 2 Teknologi proses 4 1 0.18 3 Nilai tambah 1 4 0.32 4 Potensi pasar 4 1 0.38
5 Dampak terhadap lingkungan 1 2 2 0.08
Nilai 4 3 2 1 0 1
38
Gambar 15. Tampilan sub model pembobotan kriteria produk
potensial
Pada sub model ini, kita bisa memasukkan kriteria pada baris yang
sudah disediakan. Kolom urutan kemudian diisi dengan data yang
diperoleh dari pakar. Kolom bobot akan terisi secara otomatis jika kita
menekan tombol ”Hitung Bobot”. Tombol ”Hitung Bobot” ini
berfungsi untuk menghitung masukan berdasarkan rumus perhitungan
eckenrode sehingga menghasilkan bobot untuk masing-masing
kriteria. Hasil perhitungan pada sub model ini akan menjadi masukan
pada sub model selanjutnya yaitu sub model penentuan produk
potensial.
b. Sub model penentuan produk potensial
Sub model penentuan produk potensial merupakan sub model yang
berguna untuk mendapatkan produk potensial berdasarkan metode
perbandingan eksponensial (MPE).
Produk potensial yang dipilih berdasarkan pohon industri kentang.
Pohon industri ini menunjukkan bahwa umbi kentang bisa diolah
menjadi kerupuk kentang, keripik kentang ataupun tepung kentang.
39
Alternatif-alternatif ini kemudian dihitung skornya dengan bantuan
pakar.
Tampilan hasil perhitungan bisa dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Hasil perhitungan MPE produk unggulan
Berdasarkan hasil perhitungan, skor tertinggi diperoleh produk keripik
kentang dilanjutkan kerupuk kentang dan terakhir tepung kentang.
c. Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi
Sub model ini berguna untuk memberikan nilai pada kriteria
pemilihan lokasi sebelum diolah menggunakan sub model selanjutnya.
Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode
eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan,
produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan
tenaga kerja dan dukungan masyarakat.
40
Tabel 4. Hasil perhitungan sub model pembobotan kriteria pemilihan
lokasi Urutan ke-
No. Kriteria 1 2 3 4 5
Bobot
1 Ketersediaan lahan 1 1 1 0.20 2 Produktivitas bahan baku 2 1 0.33 3 Ketersediaan infrastruktur 1 2 0.17 4 Ketersediaan tenaga kerja 1 2 0.07 5 Dukungan masyarakat 1 1 1 0.23
Nilai 4 3 2 1 0 1
Hasil Tabel 4 merupakan perhitungan sistem melalui sub
model pembobotan kriteria pemilihan lokasi. Sub model ini bisa
dilihat pada Gambar 17. Sub model ini menerima masukan dari
pengguna berupa kriteria lokasi dan urutannya yang didapat dari
pakar, selanjutnya bobot dihitung berdasarkan urutan yang telah
dimasukkan.
Gambar 17. Tampilan sub model pembobotan kriteria pemilihan
lokasi
Bobot yang diperoleh pada sub model ini selanjutnya akan menjadi
masukan pada sub model penentuan lokasi potensial.
41
d. Sub model penentuan lokasi potensial
Sub model ini digunakan dalam pemilihan lokasi potensial
berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan
Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Kriteria pada sub model
ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan
infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat.
Sub model ini menggunakan data lokasi dari kabupaten Bandung.
Berdasarkan data, kabupaten Bandung memiliki 45 kecamatan dan
produksi kentang tertinggi ada pada kecamatan Pangalengan, Kertasari
dan Cimenyan.
Tabel 5. Produksi kentang di tiga kecamatan potensial
No. Kecamatan Luas Tanam (ha)
Produksi (ton)
1 Pangalengan 9.778 185.7732 Kertasari 1.483 29.0323 Cimenyan 1.049 26.971
Sumber: Dinas pertanian tanaman pangan kabupaten Bandung (diolah)
Bobot dari sub model pembobotan lokasi pada Gambar 17 menjadi
masukan pada sub model MPE lokasi. Masukan yang lain pada sub
model ini adalah hasil penilaian tiap pakar terhadap lokasi. Nilai MPE
diperoleh setelah dilakukan perhitungan berdasarkan bobot dan
penilaian pakar terhadap masing-masing kriteria. Hasil perhitungan
seperti ditampilkan pada gambar 18. Hasil perhitungan yang ada akan
menjadi patokan pemilihan lokasi. Urutan lokasi terpilih akan muncul
pada sub model ini seperti terlihat pada Gambar 18.
42
Gambar 18. Hasil perhitungan lokasi potensial
e. Sub model kelayakan finansial
Sub model ini digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan
industri terpilih berdasarkan data finansial. Beberapa parameter yang
digunakan dalam penilaian kelayakan usaha ini adalah NPV (Net
Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C Rasio (Benefit per
Cost Ratio) dan PBP (Pay Back Period). Asumsi yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Asumsi model kelayakan Keterangan Nilai Persentase produk terjual 100% Harga jual produk 40,000 Biaya pemeliharaan 2% Modal sendiri 100% Bunga bank 18% Pajak penghasilan 1. Sampai dengan Rp. 25.000.000 5% 2. Rp. 25.000.000 s/d Rp. 50.000.000 10% 3. Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15% 4. Rp. 100.000.000 s/d Rp. 200.000.000 25% 5. Diatas Rp. 200.000.000 35% Persentase produksi tahun ke-1 70% Persentase produksi tahun ke-2 80% Persentase produksi tahun ke-3 90% Persentase produksi tahun ke-4 s/d 10 100% Rendemen 20%
43
Asumsi ini bisa diubah sesuai keinginan dari pihak manajemen atau
pihak pengambil keputusan, disesuaikan dengan kondisi.
Biaya-biaya yang diperlukan dalam agroidustri ini meliputi biaya
bangunan, tanah, pengadaan mesin dan peralatan, perlengkapan dan
kendaaraan, peralatan kantor, bahan baku, energi, komunikasi, biaya
pemasaran, dan biaya tenaga kerja. Agroindustri keripik kentang ini
berskala industri kecil menengah (IKM) sehingga peralatan yang
digunakan belum menggunakan peralatan yang otomatis.
Peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk produksi
keripik kentang adalah kompor, penggorengan, panci atau baskom,
tampah (nyiru), alat pemotong, ember, pengaduk, serta alat pengemas
(sealer). Sedangkan bahan baku yang digunakan adalah kentang,
bumbu, bahan tambahan makanan, serta bahan kemasan. Kemasan
keripik kentang ini terdiri dari satu kemasan yaitu kemasan primer.
Biaya-biaya secara lebih lengkap disajikan pada Lampiran 8.
Pada pengolahan keripik kentang, dari 27.864 kg kentang dapat
menghasilkan 5.573 kg keripik kentang. Biaya produksi untuk
pembuatan 5.573 kg keripik kentang adalah sebesar Rp. 182.805.060,-
maka didapat biaya produksi untuk 1 kg keripik kentang adalah
sebesar Rp. 32.803,-. Perhitungan biaya produksi selengkapnya
disajikan pada Lampiran 9.
Agroindustri ini mempekerjakan 5 orang karyawan dengan gaji
masing-masing sebesar Rp. 750.000,-. Total kebutuhan biaya untuk
gaji karyawan per tahun adalah sebesar Rp. 45.000.000,-
Berdasarkan hasil perhitungan, agroindustri keripik kentang
memiliki nilai NPV sebesar Rp. 47.530.010,-. Nilai IRR yang
diperoleh adalah sebesar 37,51% yang berarti nilai IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga bank yaitu 14%. Nilai B/C Ratio sebesar 2,04
artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 2,04 kali dari biaya dan
PBP sebesar 2,56 tahun.
Penentuan kelayakan dilakukan dengan membandingkan tiga
skenario. Skenario pertama semua perhitungan dilakukan pada kondisi
44
normal, skenario kedua perhitungan dilakukan ketika terjadi
penurunan harga jual keripik kentang sebesar 5%, sedangkan
perhitungan skenario tiga dilakukan ketika terjadi kenaikan biaya
produksi sebesar 5%. Hasil perhitungan pada beberapa skenario ini
bisa dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil analisa finansial keripik kentang Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
Kriteria Normal Harga jual turun 5 % Biaya produksi naik 5%
Harga (Rp) 36.800 34.960 36.800
NPV (Rp) 47.530.010 5.304.379 10.924.769
IRR (%) 37,51 16,91 19,88
B/C Ratio 2,04 1,12 1,24
PBP (Tahun) 2,56 4,67 4,21
BEP (kg) 3.902 4.527 4.493
BEP (Rp) 143.611.988 158.269.308 165.339.033
Data analisa finansial menunjukkan bahwa usaha keripik kentang
layak pada semua skenario. Hal ini menunjukkan bahwa sensitifitas
terhadap perubahan harga tidak terlalu tinggi. Skenario 2 dan skenario
3, meskipun layak tetapi pengembalian modal mencapai lebih dari 4
tahun. Hal ini menjadi pertimbangan tersendiri apakah pengembalian
modal selama 4 tahun dinilai terlalu lama ataukah tidak.
B. Agroindustri Skala Kecil Keripik Kentang
Agroindustri skala kecil keripik kentang ini layak untuk dikembangkan.
Hal ini didukung juga oleh pemerintah dalam kebijakan pembangunan
industrinya yaitu menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah.
Pemerintah melalui departemen perindustrian dalam Rencana Induk
Pengembangan Industri Kecil Menengah (RI-PIKM) memiliki fokus
perencanaan jangka panjang yang berfokus pada:
1. Industri agro
2. Industri alat angkut
3. Industri telematika
4. Basis Industri manufakur
5. Industri kecil dan menengah tertentu
45
Pada perencanaan jangka menengah sendiri memperlihatkan dukungan
terhadap industri makanan dan minuman. Perencanaan jangka menengah
tersebut diantaranya:
1. Industri makanan dan minuman
2. Industri pengolahan hasil laut
3. Industri tekstil dan produk tekstil
4. Industri alas kaki
5. Industri kelapa sawit
6. Industri barang kayu (termasuk rotan dan bambu)
7. Industri karet dan barang karet
8. Industri pulp dan kertas
9. Industri mesin listrik dan peralatan listrik
10. Industri petrokimia
Perencanaan tersebut mendukung industri kecil keripik kentang karena
industri keripik kentang ini termasuk dalam industri agro dan termasuk juga
ke dalam industri makanan dan minuman. Lebih lanjut, Peraturan Presiden
Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional menjelaskan dukungan terhadap industri kecil dan menengah.
Kelemahan industri kecil salah satunya adalah penguasaan teknologi.
Sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang ini bisa
membantu mengembangkan industri kecil keripik kentang pada bidang
teknologi.
46
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Model sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis
kentang diharapkan dapat membantu pengambil keputusan dalam pemilihan
produk olahan agroindustri berbasis kentang yang potensial untuk
dikembangkan. Tahapan-tahapan dalam pengembangan model ini adalah 1)
analisa kebutuhan; 2) formulasi permasalahan; 3) identifikasi system; 4)
pengolahan dan analisa data; 5) perancangan sistem; 6) implementasi; dan 7)
verifikasi.
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perencanaan agroindustri skala
kecil berbasis kentang adalah penentuan produk unggulan, pemilihan lokasi,
serta data finansialnya. Model sistem yang dibuat untuk membantu
pengambilan keputusan disusun dalam satu paket perangkat lunak yang diberi
nama PoDSS. Model ini terdiri dari beberapa sub model pendukung yaitu sub
model pembobotan kriteria produk potensial, sub model penentuan produk
potensial, sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi, sub model
penentuan lokasi potensial, dan sub model kelayakan finansial.
Sub model pembobotan kriteria produk potensial digunakan untuk
menentukan bobot kriteria yang akan digunakan pada penentuan produk
potensial. Sub model penentuan produk potensial digunakan untuk
menentukan produk potensial yang akan dipilih. Alternatif-alternatif produk
unggulan adalah keripik kentang, kerupuk kentang, dan tepung kentang.
Berdasarkan kriteria yang ditentukan, hasil model ini adalah produk
agroindustri keripik kentang.
Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi digunakan untuk
menentukan bobot kriteria yang akan digunakan pada penentuan lokasi
potensial. Alternatif-alternatif lokasi yang ada adalah Pangalengan, Kertasari,
dan Cimenyan. Sub model penentuan lokasi potensial digunakan untuk
menentukan lokasi potensial berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, hasil
model ini adalah kecamatan Pangalengan.
Sub model kelayakan finansial digunakan untuk menganalisa tingkat
kelayakan agroindustri terpilih yaitu keripik kentang dilihat dari aspek
finansial. Kriteria kelayakan yang digunakan dalam sub model ini adalah NPV
(Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C Rasio (Benefit per
Cost Ratio) dan PBP (Pay Back Period). Hasil perhitungan sub model ini
dengan asumsi tingkat suku bunga 18% diperoleh NPV sebesar Rp.
51.038.439,-. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 49,57% yang berarti
nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Nilai B/C Ratio sebesar
7,41 artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 7,41 kali dari biaya dan PBP
sebesar 2,97 tahun, dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa agroindustri
skala kecil keripik kentang layak untuk didirikan.
B. Saran
Model PoDSS perlu dikembangkan sehingga bisa digunakan untuk
agroindustri skala menengah maupun skala besar. Data pada model PoDSS
perlu diperbaharui terus tiap tahun disesuaikan dengan data aktual pada tahun
yang bersangkutan. Pada sub model pembobotan kriteria produk potensial,
sub model penentuan produk potensial, sub model pembobotan kriteria
pemilihan lokasi, dan sub model penentuan lokasi potensial bisa dirubah
menjadi lebih dinamis atau bisa ditambah atau dikurangi sesuai kehendak
pengguna.
48
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, J. 2004. Aplikasi Excel dalam Studi Kasus Akuntansi dan Manajemen Keuangan. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Asandhi, A.A. 1989. Kentang Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Bandung. Austin J, E. 1992. Agroindustrial Project Analysis. The John Hopkins University
Press. Maryland. Blank, L. T. and A. J. Tarquin. 1989. Engineering Economy. McGraw-Hill, Inc.
USA. BPS, 1997. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung. BPS, 1998. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung. BPS, 1999. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung. BPS, 2000. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung. BPS, 2001. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung. BPS, 2002. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung. BPS, 2003. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung. BPS, 2004. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung. Brojonegoro, B.P.S. 1992. Analytical Hierarchy Process. PAU - Studi Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta. DeGarmo, E.P., W.G. Sullivan, J.A. Bontadelli dan E.M. Wicks. 1997.
Engineering Economy. Prentice-Hall, Inc. Published by Simon & Schuster / A Viacom Company, New Jersey.
Eriyatno. 1989. Analisa Sistem Pangan Industri Pangan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen. IPB
Press. Bogor. Hartus, T. 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Hartuti, N. dan R.M. Sinaga. 1998. Monograf No. 12, Keripik Kentang, Salah Satu Diversifikasi Produk. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bandung.
Http://faostat.fao.org/faostat/servlet Http://www.asiamaya.com/nutrisi/keripikkentang.htm Http://www.iptek.net.id Ma’arif, M.S. dan H, Tanjung. 2003. Teknik-teknik Kuantitatif untuk Manajemen. Makridakis S, S.C. Wheelwright, dan V.E. McGee, 1983. Forecasting, Method
and Applications. John Wiley and Sons Inc. Canada. Manestech, T.J. and G.L. Park. 1977. System Analysis and Simulation with
Application to Economics and Socials System. Michigan State University, USA.
Manning, W.A. 1984. Decision Making : How a MicrocomputerAids the Process.
Portland State University, Portland. Marimin, 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.
PT. Grasindo. Jakarta. Pramudya, B. dan N. Dewi. 1992. Ekonomi Teknik. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin : Proses Hirarki
Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Komplek. Terjemahan. PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Setiadi, N.S.F. 1993. Kentang, Varietas & Pembudidayaan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
50
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kabupaten Bandung
52
Lampiran 2. Diagram Alir Data Level 0
Keluaran SistemMasukan sistemInput
1Sistem
Penunjang Keputusan
+
Output
Process ModelProject : Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri KentangModel : Aliran DataAuthor : Dhani Satria W. Version 1.0.0 27/09/2007
53
Lampiran 3. Diagram Alir Data Level 1
Keluaran Sistem
Menentukan Kelayakan Finansial
Penentuan LokasiMasukan sistem
Input
Output
1Penentuan
Produk Potensial
+
2Penentuan
Lokasi Potensial
+
3Penentuan Kelayakan Finansial
Agroindustri+
Process ModelProject : Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri KentangModel : Sistem Penunjang KeputusanAuthor : Dhani Satria W. Version 27/09/2007
54
Lampiran 4.1. Diagram Alir Data Level 2
Simpan Data Bobot
Simpan Data Kriteria
Simpan Data Produk
Penentuan Alternatif
Menentukan Bobot
Penentuan KriteriaMasukan sistem
Input
1Pemasukan
Produk Potensial
2
Menentukan Kriteria Produk
Potensial
3Penentuan
Bobot Produk
Potensial
4Penetuan Alternatif Produk
Potensial
Process ModelProject : Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri KentangModel : Penentuan Produk PotensialAuthor : Dhani Satria W. Version 27/09/2007
Data Produk
Data Kriteria
Data Bobot
55
Lampiran 4.2. Diagram Alir Data Level 2 (lanjutan)
Simpan Data Bobot Lokasi
Simpan Data Kriteria Lokasi
Simpan Data Lokasi
Penentuan Alternatif
Menentukan Bobot
Penentuan Kriteria
1Pemasukan
Lokasi Potensial
2
Menentukan Kriteria Lokasi
Potensial
3Penentuan
Bobot Lokasi Potensial
4Penetuan Alternatif Lokasi
Potensial
Process ModelProject : Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri KentangModel : Penentuan Lokasi PotensialAuthor : Dhani Satria W. Version 27/09/2007
Data Lokasi
Data Kriteria Lokasi
Data Bobot Lokasi
56
Lampiran 4.3. Diagram Alir Data Level 2 (lanjutan)
Simpan Data Parameter Analisa Finansial
Keluaran SistemPenentuan Analisa Kelayakan
Penentuan Parameter Analisa Finansial
Simpan Data Detil BiayaSimpan Data Jenis Biaya Simpan Data Kelopok Biaya
Simpan Data Umur ProyekSimpan Data Analisa Finansial
Penentuan Detil Biaya Penentuan Jenis Biaya
Penentuan Kelompok Biaya
Penentuan Umur Proyek
Output
1
Penentuan Model
2
Menentukan Jangka Waktu
Proyek
3
Menentukan Kelompok
Biaya
4
Menentukan Jenis Biaya
5
Menentukan Detil Baya
Data Model Analisa Finansial
Data Umur Proyek
Data Kelompok BiayaData Jenis Biaya
Data Detil Baya
6Menentukan Parameter
Analisa Finansial
7Analisa
Kelayakan Finansial
Data Parameter Analisa Finansial
Process ModelProject : Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri KentangModel : Penentuan Kelayakan Finansial Agroindustri
Author : Dhani Satria W. Version 27/09/2007
57
Lampiran 5. Surat Pengantar Kuisioner Untuk Penentuan Produk Unggulan dan
Penentuan Lokasi Agroindustri
Kepada
Yth. Bapak/Ibu Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama : Dhani Satria Wibawa
NRP : F34101074
Fakultas/Departemen : Teknologi Pertanian/Teknologi Industri Pertanian
Sedang melakukan penelitian tugas akhir (skripsi) dalam menyelesaikan studi
jenjang sarjana di Institut Pertanian Bogor dengan judul Sistem Penunjang
Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang. Metode penelitian
yang saya gunakan adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), yang
dalam pelaksanaannya saya membutuhkan pertimbangan-pertimbangan ahli untuk
memberikan bobot pada kriteria dan alternatif yang saya miliki.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi
kuisioner ini.
Atas perhatian Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Dhani Satria W.
F34101074
58
Lampiran 6.1. Kuisioner Penentuan Produk Unggulan dan Penentuan Lokasi
Agroindustri
Nama Responden :
Instansi :
1. Penentuan Alternatif Industri Olahan
Petunjuk Pengisian
Terdapat 5 (lima) kriteria untuk penentuan alternatif industri olahan
berbasis kentang. Kriteria-kriteria tersebut adalah:
a. Kebutuhan tenaga kerja
b. Nilai tambah produk
c. Potensi pasar
d. Dampak terhadap lingkungan
Skor kriteria
Nilai Keterangan
1 Sangat Penting
2 Penting
3 Biasa
4 Kurang Penting
5 Tidak Penting
Kriteria Kebutuhan Tenaga Kerja
Nilai Keterangan
1 1 – 4 orang
2 5 – 19 orang
3 20 – 99 orang
4 100 orang keatas
59
Lampiran 6.2. Kuisioner Penentuan Produk Unggulan dan Penentuan Lokasi Agroindustri (lanjutan)
Kriteria Nilai Tambah
Nilai Keterangan
1 Nilai tambah sangat besar
2 Nilai tambah besar
3 Nilai tambah cukup besar
4 Nilai tambah kecil
5 Nilai tambah sangat kecil
Kriteria Potensi Pasar
Nilai Keterangan
1 Potensi pasar yang sangat tinggi
2 Potensi pasar yang tinggi
3 Potensi pasar yang cukup
4 Potensi pasar yang kurang
5 Potensi pasar yang sangat kurang
Kriteria Dampak Terhadap Lingkungan
Nilai Keterangan
1 Dampak terhadap lingkungan sangat rendah
2 Dampak terhadap lingkungan rendah
3 Dampak terhadap lingkungan cukup rendah
4 Dampak terhadap lingkungan tinggi
5 Dampak terhadap lingkungan sangat tinggi
Pemilihan Tipe Industri Kriteria
No Alternatif Kbthn TK Tek. Pros Nilai Tmb Pot. Psr Dmpk. Ling.
1 Alt. 1
2 Alt. 2
3 Alt. 3
Skor Kriteria
60
Lampiran 6.3. Kuisioner Penentuan Produk Unggulan dan Penentuan Lokasi
Agroindustri (lanjutan)
2. Penentuan Alternatif Lokasi Potensial
Petunjuk Pengisian
Terdapat 4 (empat) kriteria untuk penentuan alternatif lokasi agroindustri
berbasis kentang. Kriteria-kriteria tersebut adalah:
a. Dukungan masyarakat
b. Produktivitas bahan baku
c. Ketersediaan tenaga kerja
d. Infrastruktur (sarana dan prasarana)
Skor kriteria
Nilai Keterangan
1 Sangat Penting
2 Penting
3 Biasa
4 Kurang Penting
5 Tidak Penting
Kriteria Dukungan Masyarakat
Nilai Keterangan
1 Dukungan masyarakat sangat tinggi
2 Dukungan masyarakat tinggi
3 Dukungan masyarakat cukup tinggi
4 Dukungan masyarakat rendah
5 Dukungan masyarakat sangat rendah
61
Lampiran 6.4. Kuisioner Penentuan Produk Unggulan dan Penentuan Lokasi
Agroindustri (lanjutan)
Kriteria Produktivitas Bahan Baku
Nilai Keterangan
1 Produktivitas bahan baku sangat tinggi
2 Produktivitas bahan baku tinggi
3 Produktivitas bahan baku tinggi
4 Produktivitas bahan baku rendah
5 Produktivitas bahan baku sangat rendah
Kriteria Tenaga Kerja
Nilai Keterangan
1 Tenaga kerja sangat tersedia
2 Tenaga kerja tersedia
3 Tenaga kerja cukup tersedia
4 Tenaga kerja kurang tersedia
5 Tenaga kerja tidak tersedia
Kriteria Infrastruktur
Nilai Keterangan
1 Infrastruktur sangat lengkap
2 Infrastruktur lengkap
3 Infrastruktur cukup lengkap
4 Infrastruktur tidak lengkap
5 Infrastruktur sangat tidak lengkap
Pemilihan lokasi
Kriteria No Alternatif
Produktifitas. BB Infrastruktur Dukungan Masy Tenaga Kerja
1 Alt. 1
2 Alt. 2
3 Alt. 3
Skor Kriteria
62
Lampiran 7. Asumsi Kelayakan Finansial Agroindustri Keripik Kentang
Asumsi Persentase produk terjual 100%Harga jual produk 36.800Biaya pemeliharaan 2%Modal sendiri 100%Bunga bank 14%Pajak penghasilan 1. Sampai dengan Rp. 25.000.000 5%2. Rp. 25.000.000 s/d Rp. 50.000.000 10%3. Rp. 50.000.000 s/d Rp. 100.000.000 15%4. Rp. 100.000.000 s/d Rp. 200.000.000 25%5. Diatas Rp. 200.000.000 35%Persentase produksi 100%Rendemen 20%
63
64
Lampiran 8. Biaya Investasi
Deskripsi Jumlah Satuan Harga/Satuan Total Biaya Per Tahun Penyusutan
1 Bangunan
Kantor 9 m2 500.000 4.500.000 450.000 Gudang bahan baku 6 m2 500.000 3.000.000 300.000 Unit pengolahan 9 m2 500.000 4.500.000 450.000 Gudang bahan jadi 4 m2 500.000 2.000.000 200.000
2 Tanah 100 m2 200.000 20.000.000
3 Mesin dan peralatan Kompor 1 unit 300.000 300.000 30.000 Penggorengan 1 buah 150.000 150.000 15.000 Panci/baskom 4 buah 50.000 200.000 20.000 Tampah (nyiru) 4 buah 10.000 40.000 4.000 Slicer 1 unit 500.000 500.000 50.000 Ember plastik 5 buah 30.000 150.000 15.000 Pengaduk 2 buah 4.000 8.000 800 Saringan 1 buah 5.000 5.000 500 Alat pengemas 1 unit 400.000 400.000 40.000
4 Perlengkapan dan kendaraan
Sepeda motor 1 unit 15.000.000 15.000.000 1.500.000
5 Peralatan kantor ATK 1 unit 500.000 500.000 50.000 Meja 1 unit 300.000 300.000 30.000 Kursi 2 unit 200.000 400.000 40.000 Telepon 1 unit 100.000 100.000 10.000
6 Bahan baku Kentang 2322 kg 3.500 8.127.000 97.524.000 Bumbu 3 kg 25.000 75.000 900.000 BTM 1 kg 5.000 5.000 60.000 Bahan kemasan 1 paket 1.500.000 1.500.000 18.000.000
7 Energi Listrik 100 kwh 1.500 150.000 1.800.000 Bahan bakar 120 liter 4.500 540.000 6.480.000
8 Komunikasi Telepon 1 bulan 500.000 500.000 6.000.000
9 Biaya pemasaran Transportasi 1 unit 500.000 500.000 6.000.000 10 Tenaga kerja Karyawan 5 orang 750.000 3.750.000 45.000.000
Lampiran 9. Biaya Produksi
Biaya
Keterangan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10
Biaya Tetap Komunikasi 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 Tenaga kerja 45.000.000 45.000.000 45.000.000 45.000.000 45.000.000 45.000.000 45.000.000 45.000.000 45.000.000 45.000.000 Pemeliharaan 1.041.060 1.041.060 1.041.060 1.041.060 1.041.060 1.041.060 1.041.060 1.041.060 1.041.060 1.041.060 Total Biaya Tetap 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 Biaya Variabel Bahan baku 116.484.000 116.484.000 116.484.000 116.484.000 116.484.000 116.484.000 116.484.000 116.484.000 116.484.000 116.484.000 Energi 8.280.000 8.280.000 8.280.000 8.280.000 8.280.000 8.280.000 8.280.000 8.280.000 8.280.000 8.280.000 Biaya pemasaran 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 Total Biaya Variabel 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 Total Biaya Produksi 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060
65
Lampiran 10. Laba Rugi
Biaya
Keterangan Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10
A. Penerimaan 1. Produksi (kg) 5.573 5.573 5.573 5.573 5.573 5.573 5.573 5.573 5.573 5.573 2. Harga jual 36.800 36.800 36.800 36.800 36.800 36.800 36.800 36.800 36.800 36.800 Total Penerimaan 205.079.040 205.079.040 205.079.040 205.079.040 205.079.040 205.079.040 205.079.040 205.079.040 205.079.040 205.079.040 B. Biaya Operasi 1. Biaya Tetap 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 2. Biaya Variabel 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 Total Biaya Operasi 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 182.805.060 C. Laba Kotor 22.273.980 22.273.980 22.273.980 22.273.980 22.273.980 22.273.980 22.273.980 22.273.980 22.273.980 22.273.980 D. Penyusutan 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 E. Laba Sebelum Pajak 19.068.680 19.068.680 19.068.680 19.068.680 19.068.680 19.068.680 19.068.680 19.068.680 19.068.680 19.068.680 F. Pajak Penghasilan 1.906.868 1.906.868 1.906.868 1.906.868 1.906.868 1.906.868 1.906.868 1.906.868 1.906.868 1.906.868 Laba Bersih Setelah Pajak 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812
66
Lampiran 11. Aliran Kas
Biaya
Keterangan Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 Tahun 6 Tahun 7 Tahun 8 Tahun 9 Tahun 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pemasukan Laba Bersih 0 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 17.161.812 Penyusutan 0 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 3.205.300 Sub Total 0 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 Pengeluaran Investasi 52.053.000 Sub Total 52.053.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Selisih Kas (52.053.000) 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 20.367.112 1,000 0,877 0,769 0,675 0,592 0,519 0,456 0,400 0,351 0,308 0,270 (52.053.000) 17.865.888 15.671.831 13.747.220 12.058.965 10.578.040 9.278.982 8.139.458 7.139.876 6.263.049 5.493.902 (52.053.000) (34.187.112) (18.515.281) (4.768.060) 7.290.905 17.868.945 27.147.927 35.287.385 42.427.260 48.690.309 54.184.212 Aliran Kas (52.053.000) (31.685.888) (11.318.776) 9.048.336 29.415.448 49.782.560 70.149.672 90.516.784 110.883.896 131.251.008 151.618.120
67
No Komponen Biaya Satuan Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5 Tahun ke-6 Tahun ke-7 Tahun ke-8 Tahun ke-9 Tahun ke-
10
1 Produksi kg 5.573 5.573 5.573 5.573 5.573 5.573 5.573 5.573 5.573 5.573 2 Persentase produksi % 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 3 Biaya Tetap Rp 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 52.041.060 4 Biaya Variabel Rp 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000 130.764.000
5 Biaya Variabel per Unit Rp/kg 23.465 23.465 23.465 23.465 23.465 23.465 23.465 23.465 23.465 23.465
6 Harga per Unit Rp 36.800 36.800 36.800 36.800 36.800 36.800 36.800 36.800 36.800 36.800
BEP kg 3.902 3.902 3.902 3.902 3.902 3.902 3.902 3.902 3.902 3.902 BEP Rp 143.611.988 143.611.988 143.611.988 143.611.988 143.611.988 143.611.988 143.611.988 143.611.988 143.611.988 143.611.988
68
Lampiran 12. BEP
Lampiran 13. Hasil Analisa Kelayakan Agroindustri Kentang
NPV 47.530.010 rupiah Layak IRR 37,51% Layak B/C Ratio 2,04 Layak PBP 2,56 tahun BEP 3.902 kg BEP 143.611.988 Rp
69
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN
AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG
Oleh
DHANI SATRIA WIBAWA
F34101074
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Jurnal
Sarjana Teknologi Pertanian
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh
DHANI SATRIA WIBAWA
F34101074
2007
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN
AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG
JURNAL
Oleh :
DHANI SATRIA WIBAWA
F34101074
Dilahirkan pada tanggal 1 September 1982
di Bojonegoro
Tanggal Lulus : November 2007
Disetujui,
Bogor, November 2007
Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA
Dosen Pembimbing
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI SKALA KECIL BERBASIS KENTANG
(Decision Support System of Small Scale Potato Agroindustry)
Hartrisari Hardjomidjojo, dan Dhani Satria Wibawa
ABSTRAK
Sistem penunjang keputusan merupakan salah satu pendekatan ilmiah yang dapat digunakan dari berbagai alternatif keputusan. Pengembangan sistem penunjang keputusan dapat membantu pengambil keputusan tentang perencanaan pengembangan agroindustri berbasis kentang. Tujuan penelitian ini adalah merancang model sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang serta memberikan alternatif keputusan investasi produk agroindustri berbasis kentang yang paling potensial dan tepat.
Sistem Penunjang Keputusan Agroindustri Skala Kecil Berbasis Kentang dikembangkan menjadi paket perangkat lunak komputer yang diberi nama PoDSS (Potato Decision Support System). Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan. Didalam aplikasinya, PoDSS memiliki empat sistem yang terintegrasi, yaitu: Sistem manajemen dialog, Sistem pengolahan pusat, Sistem manajemen basis data, dan Sistem manajemen basis model.
Sub model kelayakan finansial digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan agroindustri keripik kentang berdasarkan data finansial. Berdasarkan hasil perhitungan, agroindustri keripik kentang memiliki nilai NPV sebesar Rp. 51.038.439,-. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 49,57% yang berarti nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yaitu 18%. Nilai B/C Ratio sebesar 7,41 artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 7,41 kali dari biaya dan PBP sebesar 2,97 tahun. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa agroindustri keripik kentang layak untuk dikembangkan. Kata kunci : DSS, sistem, keputusan, kelayakan, finansial
ABSTRACT
Decision Support System of Small Scale Potato Agroindustry is developed into computer software called PoDSS (Potato Decision Support System). This software is expected to help management in making a decision. PoDSS have four integrated system, dialog system, central processing system, data based system, and model based system. Dialog based system is the system that interact directly with user. Dialog based system can be seen when the software is running that is user interface. Central processing system is the main system that combines all of the system. Central processing system will manage the individual system to unite as a one whole system. Data based system comprise with two parts, static and dynamic data based. Model based system comprise of five supporting sub model, potential product criteria weighing sub model, potential product decision sub model, potential location criteria weighing sub model, potential location decision sub model, and financial feasibility sub model.
Financial feasibility sub model beneficent to analyze the potato chips agroindustry’s feasibility. Based on calculation, potato chips agroindustry has NPV value of Rp. 51.038.439,-. IRR value of 49,57% which mean IRR value is higher than bank’s interest rate of 18%. B/C Ratio of 7,41 which mean revenue generated as much as 7,41 times from cost and PBP value of 2,97 years. Calculation shows that potato chips agroindustry is reasonable to be developed. Keywords : DSS, system, decision, feasibility, financial
PENDAHULUAN
Indonesia termasuk salah satu negara agraris dengan sumber daya alam yang melimpah. Sebagai negara agraris, sektor pertanian memiliki peran yang relatif besar dalam roda perekonomian Indonesia. Peran ini dapat dicapai dengan salah satu cara yaitu melalui agroindustri. Agroindustri mengolah bahan baku yang berasal dari tanaman maupun hewan. Agroindustri diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian, sehingga dapat bersaing baik di pasar lokal maupun pasar internasional.
Salah satu produk pertanian yang memiliki prospek cukup besar adalah kentang (Solanum tuberosum L.). Di pasaran, kentang memiliki harga yang relatif stabil. Hal ini dikarenakan kentang merupakan produk yang dapat disimpan, berbeda dengan sayuran seperti tomat atau kubis. Kentang sebelum dikonsumsi harus diolah terlebih dahulu. Untuk pemakaian umum, kentang biasanya diolah menjadi makanan seperti perkedel, sambal kentang, ataupun sop. Beberapa produk olahan kentang diantaranya adalah keripik, kerupuk, tepung, dan kentang goreng.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk pengembangan produk ini adalah dengan mengembangkan agroindustri berbasis kentang, tetapi kenyataannya agroindustri berbasis kentang masih mengalami banyak kendala. Hal ini karena pertanian dan industri walaupun saling terkait tetapi mempunyai karakteristik yang berbeda. Hasil pertanian sebagai bahan baku industri tergantung pada alam dan bersifat musiman sehingga berpengaruh terhadap kontinuitas hasil produksi. Umumnya, produk pertanian juga hanya bisa berproduksi secara maksimal pada daerah-daerah tertentu saja. Disamping produk pertanian, petani juga perlu diperhatikan. Petani umumnya memiliki keterbatasan dalam akses informasi dan teknologi yang berkaitan dengan bisnisnya. Di sektor industri, kontinuitas bahan baku harus terjamin serta memiliki kualitas yang baik.
Dari kondisi tersebut, maka diperlukan suatu sistem untuk menjembatani antara usahatani kentang dan agroindustri berbasis kentang sehingga saling mendukung. Agroindustri dapat memberikan informasi tantang varietas dan kualitas kentang yang diinginkan, jumlah permintaan serta harga yang ditawarkan kepada petani. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh petani untuk merencanakan varietas kentang yang ditanam maupun tingkat produksinya.
Dalam perencanaan, penggunaan perangkat lunak dapat membantu memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan. Pengembangan sistem penunjang keputusan dapat
membantu pengambil keputusan tentang perencanaan pengembangan agroindustri berbasis kentang. Sistem ini diharapkan mampu menganalisa faktor-faktor yang berpengaruh dan harus dipertimbangkan dalam pendirian agroindustri berbasis kentang ini.
METODOLOGI
Kerangka Pemikiran Kajian investasi agroindustri berbasis
kentang digunakan untuk mengembangkan suatu model sistem penunjang keputusan yang berfungsi untuk membantu pengambil keputusan yang akan terjun dalam bidang agroindustri berbasis kentang. Kajian ini diharapkan dapat mendukung pengembangan agroindustri kentang sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat maupun pendapatan pemerintah daerah.
Sistem yang dirancang bertujuan untuk mengambil keputusan dalam pemilihan produk olahan agroindustri berbasis kentang yang potensial untuk dikembangkan. Pemilihan lokasi yang sesuai dan kelayakan investasi usaha agroindustri berbasis kentang juga mempengaruhi keputusan yang diambil. Investasi yang dikembangkan harus memenuhi kriteria kelayakan, diantaranya adalah kelayakan finansial. Analisa finansial berguna untuk mengurangi resiko kegagalan dalam investasi. Pendekatan Sistem
Sistem adalah kumpulan obyek-obyek yang saling berinteraksi dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang kompleks. Sistem mencakup lima unsur utama yaitu: (1) elemen-elemen atau bagian; (2) adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen; (3) adanya sesuatu yang mengikat elemen-elemen tersebut menjadi satu kesatuan; (4) terdapat tujuan bersama sebagai hasil akhir; (5) berada dalam suatu lingkungan yang kompleks. Pendekatan sistem adalah cara pemecahan masalah yang dimulai dengan identifikasi kebutuhan. Identifikasi kebutuhan akan menghasilkan suatu sistem dan operasi. Ciri pendekatan sistem adalah mencari semua faktor yang penting untuk memperoleh solusi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah dan membuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional (Eriyatno, 1989). 1. Analisa Kebutuhan
Analisa kebutuhan merupakan tahapan permulaan dalam pengkajian suatu sistem. Analisa kebutuhan merupakan interaksi dari
seorang pengambil keputusan terhadap sistem yang ada.
Komponen-komponen yang terdapat dalam sistem mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan fungsi dan tujuannya. Komponen-komponen yang berpengaruh dalam investasi agroindustri kentang antara lain: investor, pemerintah, lembaga perbankan, industri pesaing, petani kentang, pelaku industri, lembaga penelitian dan pengembangan, masyarakat sekitar dan konsumen.
2. Formulasi Permasalahan Pengembangan investasi agroindustri
berbasis kentang dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku, sarana dan prasarana, prakiraan biaya, serta kemudahan memperoleh modal. Hal-hal tersebut merupakan faktor penting yang dijadikan pertimbangan dalam investasi atau pengembangan agroindustri berbasis kentang yang terpilih.
Investasi agroindustri berbasis kentang memerlukan analisa terutama yang berhubungan dengan kelayakan usaha dengan tujuan menghindari resiko kegagalan. Hasil analisa menjadi bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan investor dalam menanamkan modalnya.
3. Identifikasi Sistem Identifikasi sistem merupakan suatu
hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan yang dijabarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab-akibat dan diagram input-output. Diagram sebab-akibat menunjukkan hubungan antara dua variabel.
Diagram input-output menggambarkan skema identifikasi yang di dasarkan pada masukan dan keluaran dari model yang dikembangkan. Masukan terdiri dari dua, yaitu masukan yang berasal dari lingkungan dan masukan yang berasal dari sistem. Untuk keluaran juga terbagi menjadi dua yaitu keluaran yang dikendaki dan keluaran yang tidak dikehendaki.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Program Utama
PoDSS merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk pihak manajemen atau pihak pengambil keputusan dalam pembuatan prencanaan agroindustri kentang skala kecil. Perangkat lunak ini diharapkan dapat membantu pihak manajemen dalam
pengambilan keputusan. Perangkat lunak ini dapat membantu pihak manajemen dalam penentuan produk yang cocok dikembangkan dari bahan baku kentang serta lokasi yang sesuai untuk pengembangannya.
Didalam aplikasinya, PoDSS memiliki empat sistem yang terintegrasi, yaitu: 1. Sistem manajemen dialog 2. Sistem pengolahan pusat 3. Sistem manajemen basis data 4. Sistem manajemen basis model
1. Sistem manajemen dialog
Sistem manajemen dialog adalah sistem yang langsung berinteraksi dengan pengguna. Sistem manajemen dialog ini bisa langsung terlihat saat program berjalan yaitu tampilan antar muka. Semua kontrol antar muka seperti menu, tombol-tombol serta pilihan-pilihan di dalam sistem merupakan bagian dari sistem manajemen dialog. Pengguna bisa melakukan aksi terhadap elemen anatar muka. Aksi untuk menjalankan perintah bisa dilakukan dengan meng-klik objek dengan mouse.
2. Sistem pengolahan pusat
Sistem pengolahan pusat merupakan bagian penting yang menyatukan keseluruhan sistem. Sistem pengolahan pusat akan mengatur masing-masing sistem menjadi satu-kesatuan yang utuh. Ketika perangkat lunak PoDSS dijalankan, PoDSS akan meminta pengguna untuk mengidentifikasi dirinya melalui dialog login.
Pengguna perangkat lunak ini ada tiga jenis sesuai otoritasnya yaitu administrator, anggota dan umum. Pengguna umum dapat menggunakan sistem tetapi tidak bisa melakukan manipulasi data. Akses pengguna umum hanya sekedar melihat informasi yang ada. Penguna anggota memiliki akses terbatas. Pengguna anggota bisa melakukan manipulasi data pada sistem tetapi tidak bisa melakukan editing pada user sistem. Pengguna administrator memiliki hak tertinggi pada sistem. Administrator bisa merubah semua data yang ada, termasuk manipulsi data user.
Jika pengguna masuk sebagai anggota maka sistem akan meminta username dan password. Jika nama user dan kata kunci sesuai maka pengguna akan masuk ke tampilan awal sistem
PoDSS. Dari menu utama ini, pengguna bisa memilih menu lain yang tersedia. Ada beberapa menu lain yang ada pada sistem untuk mengakses masing-masing sub sistem.
3. Sistem manajemen basis data Sistem manajemen basis data
sendiri terdiri dari dua bagian, sistem manajemen basis data statis dan sistem manajemen basis data dinamis. Sistem manajemen basis data statis menyediakan informasi yang tidak bisa diubah oleh user biasa. Sistem basis data statis ini hanya menyediakan informasi yang bersifat umum dan tidak menyajikan data yang bersifat dinamis. Informasi yang ada pada basis data ini adalah informasi seputar kentang secara umum.
4. Sistem manajemen basis model a. Sub model pembobotan kriteria
produk potensial Sub model ini berguna untuk
memberikan nilai pada kriteria produk potensial sebelum diolah menggunakan sub model selanjutnya. Metode yang digunakan dalam sub model ini adalah metode eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah kebutuhan tenaga kerja, teknologi proses, nilai tambah, potensi pasar dan dampak terhadap lingkungan.
b. Sub model penentuan produk potensial
Sub model penentuan produk potensial merupakan sub model yang berguna untuk mendapatkan produk potensial berdasarkan metode perbandingan eksponensial (MPE).
Produk potensial yang dipilih berdasarkan pohon industri kentang. Pohon industri ini menunjukkan bahwa umbi kentang bisa diolah menjadi kerupuk kentang, keripik kentang ataupun tepung kentang. Alternatif-alternatif ini kemudian dihitung skornya dengan bantuan pakar.
c. Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi
Sub model ini berguna untuk memberikan nilai pada kriteria pemilihan lokasi sebelum diolah menggunakan sub model selanjutnya. Metode yang digunakan dalam sub model ini
adalah metode eckenrode. Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat.
d. Sub model penentuan lokasi potensial
Sub model ini digunakan dalam pemilihan lokasi potensial berdasarkan alternatif yang tersedia. Sub model ini menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Kriteria pada sub model ini adalah ketersediaan lahan, produktivitas bahan baku, ketersediaan infrastruktur, ketersediaan tenaga kerja dan dukungan masyarakat.
e. Sub model kelayakan finansial Sub model ini digunakan untuk
menganalisa tingkat kelayakan industri terpilih berdasarkan data finansial. Beberapa parameter yang digunakan dalam penilaian kelayakan usaha ini adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C Rasio (Benefit per Cost Ratio) dan PBP (Pay Back Period).
Berdasarkan hasil perhitungan, agroindustri keripik kentang memiliki nilai NPV sebesar Rp. 51.038.439,-. Nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 49,57% yang berarti nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank yaitu 18%. Nilai B/C Ratio sebesar 7,41 artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 7,41 kali dari biaya dan PBP sebesar 2,97 tahun.
Penentuan kelayakan dilakukan dengan membandingkan tiga skenario. Skenario pertama semua perhitungan dilakukan pada kondisi normal, skenario kedua perhitungan dilakukan ketika terjadi penurunan harga jual keripik kentang sebesar 5%, sedangkan perhitungan skenario tiga dilakukan ketika terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 5%. Hasil perhitungan pada beberapa skenario ini bisa dilihat pada tabel dibawah.
Hasil analisa finansial keripik kentang Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
Kriteria Normal Harga jual turun 5 %
Biaya produksi naik 5%
Harga (Rp)
40.000 38.000 40.000
NPV (Rp) 51.038.439 19.793.979 22.417.857 IRR (%) 49,57 30,71 31,70 B/C Ratio 7,41 4,73 4,87 PBP (Tahun)
2,97 6,50 6,13
BEP (kg) 3.151 3.589 3.565
Data analisa finansial menunjukkan bahwa usaha keripik kentang layak pada semua skenario. Hal ini menunjukkan bahwa sensitifitas terhadap perubahan harga tidak terlalu tinggi. Skenario 2 dan skenario 3, meskipun layak tetapi pengembalian modal mencapai lebih dari 6 tahun. Hal ini menjadi pertimbangan tersendiri apakah pengembalian modal selama 6 tahun dinilai terlalu lama ataukah tidak.
B. Agroindustri Skala Kecil Keripik Kentang
Agroindustri skala kecil keripik kentang ini layak untuk dikembangkan. Hal ini didukung juga oleh pemerintah dalam kebijakan pembangunan industrinya yaitu menumbuhkembangkan industri kecil dan menengah. Pemerintah melalui departemen perindustrian memiliki fokus perencanaan jangka panjang yang berfokus pada:
1. Industri agro 2. Industri alat angkut 3. Industri telematika 4. Basis Industri manufakur 5. Industri kecil dan menengah
tertentu Pada perencanaan jangka menengah
sendiri memperlihatkan dukungan terhadap industri makanan dan minuman. Perencanaan jangka menengah tersebut diantaranya:
1. Industri makanan dan minuman 2. Industri pengolahan hasil laut 3. Industri tekstil dan produk tekstil 4. Industri alas kaki 5. Industri kelapa sawit 6. Industri barang kayu (termasuk
rotan dan bambu) 7. Industri karet dan barang karet 8. Industri pulp dan kertas 9. Industri mesin listrik dan peralatan
listrik 10. Industri petrokimia
Perencanaan tersebut mendukung industri kecil keripik kentang karena industri keripik kentang ini termasuk dalam industri agro dan termasuk juga ke dalam industri makanan dan minuman. Lebih lanjut, Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional menjelaskan dukungan terhadap industri kecil dan menengah.
Kelemahan industri kecil salah satunya adalah penguasaan teknologi. Sistem penunjang keputusan agroindustri skala kecil berbasis kentang ini bisa membantu mengembangkan industri kecil keripik kentang pada bidang teknologi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perencanaan agroindustri skala kecil berbasis kentang adalah penentuan produk unggulan, pemilihan lokasi, serta data finansialnya. Model sistem yang dibuat untuk membantu pengambilan keputusan disusun dalam satu paket perangkat lunak yang diberi nama PoDSS. Model ini terdiri dari beberapa sub model pendukung yaitu sub model pembobotan kriteria produk potensial, sub model penentuan produk potensial, sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi, sub model penentuan lokasi potensial, dan sub model kelayakan finansial.
Sub model pembobotan kriteria produk potensial digunakan untuk menentukan bobot kriteria yang akan digunakan pada penentuan produk potensial. Sub model penentuan produk potensial digunakan untuk menentukan produk potensial yang akan dipilih. Berdasarkan kriteria yang ditentukan, hasil model ini adalah produk agroindustri keripik kentang.
Sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi digunakan untuk menentukan bobot kriteria yang akan digunakan pada penentuan lokasi potensial. Sub model penentuan lokasi potensial digunakan untuk menentukan lokasi potensial berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hasil model ini adalah kecamatan Pangalengan.
Sub model kelayakan finansial digunakan untuk menganalisa tingkat kelayakan agroindustri terpilih yaitu keripik kentang dilihat dari aspek finansial. Kriteria kelayakan yang digunakan dalam sub model ini adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), B/C Rasio (Benefit per Cost Ratio) dan PBP (Pay Back Period). Hasil perhitungan sub model ini dengan asumsi tingkat suku bunga 18% diperoleh NPV sebesar Rp. 51.038.439,-. Nilai IRR yang
diperoleh adalah sebesar 49,57% yang berarti nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga bank. Nilai B/C Ratio sebesar 7,41 artinya penerimaan yang diperoleh sebesar 7,41 kali dari biaya dan PBP sebesar 2,97 tahun, dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa agroindustri skala kecil keripik kentang layak untuk didirikan. Saran
Model PoDSS perlu dikembangkan sehingga bisa digunakan untuk agroindustri skala menengah maupun skala besar. Data pada model PoDSS perlu diperbaharui terus tiap tahun disesuaikan dengan data aktual pada tahun yang bersangkutan. Pada sub model pembobotan kriteria produk potensial, sub model penentuan produk potensial, sub model pembobotan kriteria pemilihan lokasi, dan sub model penentuan lokasi potensial bisa dirubah menjadi lebih dinamis atau bisa ditambah atau dikurangi sesuai kehendak pengguna.
PUSTAKA
Arifin, Johar. 2004. Aplikasi Excel dalam Studi
Kasus Akuntansi dan Manajemen Keuangan. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Asandhi, A.A. dkk. 1989. Kentang Edisi Kedua.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Penelitian Hortikultura Lembang, Bandung.
Austin J, E. 1992. Agroindustrial Project
Analysis. The John Hopkins University Press. Maryland.
Blank, Leland T and Tarquin, Anthony J. 1989.
Engineering Economy. McGraw-Hill, Inc. USA.
BPS, 1997. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik, Bandung. BPS, 1998. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik, Bandung. BPS, 1999. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik, Bandung. BPS, 2000. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik, Bandung. BPS, 2001. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik, Bandung.
BPS, 2002. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Bandung.
BPS, 2003. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik, Bandung. BPS, 2004. Bandung Dalam Angka. Badan Pusat
Statistik, Bandung. Brojonegoro, B.P.S. 1992. Analytical Hierarchy
Process. PAU - Studi Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
DeGarmo, E. Paul et all. 1997. Engineering
Economy. Prentice-Hall, Inc. Published by Simon & Schuster / A Viacom Company, New Jersey.
Eriyatno. 1989. Analisa Sistem Pangan Industri
Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB.
Eriyatno. 1999. Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu
dan Efektivitas Manajemen. IPB Press. Bogor.
Hartus, Toni. 2001. Usaha Pembibitan Kentang
Bebas Virus. Penebar Swadaya. Jakarta. Hartuti, Nur dan Sinaga, R.M. 1998. Monograf
No. 12, Keripik Kentang, Salah Satu Diversifikasi Produk. Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bandung.
Http://faostat.fao.org/faostat/servlet Http://www.asiamaya.com/nutrisi/keripikkentang.
htm Http://www.iptek.net.id Ma’arif, M. Syamsul dan Tanjung, Hendri. 2003.
Teknik-teknik Kuantitatif untuk Manajemen.
Makridakis S, Wheelwright, S.C, McGee, V.E.
1983. Forecasting, Method and Applications. John Wiley and Sons Inc. Canada.
Manestech, T.J. and G.L. Park. 1977. System
Analysis and Simulation with Application to Economics and
Socials System. Michigan State University, USA.
Manning, W.A. 1984. Decision Making : How a
MicrocomputerAids the Process. Portland State University, Portland.
Marimin, 2004. Teknik dan Aplikasi
Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT. Grasindo. Jakarta.
Pramudya, B. dan N. Dewi. 1992. Ekonomi
Teknik. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi
Para Pemimpin : Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Komplek. Terjemahan. PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Setiadi, Nurulhuda S.F. 1993. Kentang, Varietas
& Pembudidayaan. Penebar Swadaya. Jakarta.