SKRIPSI
ANALISIS KONTRIBUSI PETANI PEREMPUAN DALAM
MENINGKATKAN PEREKONOMIAN KELUARGA
DITINJAU DARI PERPEKSTIF EKONOMI ISLAM
(DESA LAMKUNYET KECAMATAN DARUL KAMAL
KABUPATEN ACEH BESAR)
Disusun Oleh:
Nurhaliza
NIM. 160602115
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
BANDA ACEH
2020 M / 1442 H
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah dijalan Allah
sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum
datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak
ada lagi syafaat dan orang-orang kafir itulah yang zalim”
(Al-Baqarah[2]:254)
“Sedekah Tidak Mengurangi Harta Tetapi Menambah
Keberkahan”
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kontribusi Petani
Perempuan Dalam Meningkatkan Perekonomian Keluarga
Ditinjau Dari Perspektif Ekonomi Islam (Desa Lamkunyet
Kecamatan Darul Kamal Aceh Besar)” ini tepat pada waktu
yang telah ditentukan. Shalawat beserta salam penulis sampaikan
kepada baginda Rasullullah Muhammad SAW, yang telah
membawa risalah Islam sebagai tuntunan hidup yang sempurna
bagi seluruh manusia. Kemudian Shalawat dan Salam juga kepada
keluarga dan sahabat Rasulullah SAW.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini merupakan
hasil kerja keras, namun juga tidak terlepas dari dukungan, arahan,
dan bimbingan serta doa restu dari berbagai pihak. Oleh sebab itu,
dalam kesempatan ini dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Zaki Fuad, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Ar-Raniry.
2. Dr. Nilam Sari, M.Ag dan Cut Dian Fitri, SE., M.Si., Ak.,
CA selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi
Syariah UIN Ar-Raniry.
viii
3. Muhammad Arifin, Ph.D dan Rina Desiana, ME selaku
Ketua dan Sekretaris Lab Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN Ar-Raniry.
4. Dr. Nevi Hasnita, M. Ag dan Dara Amanatillah, M.Sc Finn
selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak
memberi waktu, pemikiran serta pengarahan baik berupa
saran maupun arahan menuju perbaikan.
5. Dr. Analiansyah, S. Ag., M. Ag selaku penguji I dan Rina
Desiana, M.E selaku penguji II yang telah meluangkan
waktu dan memberikan masukan kepada penulis.
6. Seri Murni, SE., M.Si., Ak selaku Penasehat Akademik
yang telah memberikan informasi dan pengarahan selama
penulis menempuh perkuliahan.
7. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Ar-Raniry yang telah banyak memberikan bantuan dan
kemudahan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
8. Terima kasih kepada perangkat desa dan seluruh informan
di Desa Lamkunyet yang telah bekerjasama dan
berkontribusi dalam penelitian ini, sehingga penulis bisa
menyelasaikan skripsi ini.
9. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Hasanuddin dan ibunda
Nurlaili yang senantiasa memberikan kasih sayang, cinta,
doa serta motivasi yang tiada hentinya agar penulis
memperoleh yang terbaik, didikan, dukungan serta semua
jasa yang tidak ternilai harganya yang telah diberikan
ix
selama ini. Kakak dan adik, yang selalu mendoakan yang
selalu memberikan semangat dan motivasi dalam
menjalankan perkuliahan dan menyelesaikan penulisan ini
guna memperoleh gelar sarjana dan ilmu yang diperoleh
berkah juga bermanfaat bagi seluruh umat di muka bumi.
10. Sahabat-sahabat terbaikku Hanipah, Zialetha, Adhini,
Marza, Karin, Rizna, Heni, Balqis, Mirza, Fahrul, wais
yang selalu memberikan dukungan penuh selama
menempuh studi di UIN Ar-Raniry.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-
banyaknya kepada semua pihak yang telah membantu dan mohon
maaf kepada semua pihak baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih ada
kekurangan, oleh karena itu penulis harapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak
yang membutuhkan.
Banda Aceh, 12 Juni 2020
Penulis,
Nurhaliza
x
TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri
P dan K Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987
1. Konsonan
No Arab Latin No Arab Latin
ا 1Tidak
dilambangkan Ṭ ط 16
Ẓ ظ B 17 ب 2
‘ ع T 18 ت 3
G غ Ṡ 19 ث 4
F ف J 20 ج 5
Q ق H 21 ح 6
K ك Kh 22 خ 7
L ل D 23 د 8
M م Ż 24 ذ 9
N ن R 25 ر 10
W و Z 26 ز 11
H ه S 27 س 12
’ ء Sy 28 ش 13
Y ي Ṣ 29 ص 14
xi
Ḍ ض 15
2. Vokal
Vokal Bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri
dari vocal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau
diftong.
a. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa
tanda atau harkat, transliterasinya sebagai berikut:
Tanda Nama Huruf Latin
Fatḥah A
Kasrah I
Dammah U
b. Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa
gabungan antara harkat dan huruf, transliterasinya
gabungan huruf, yaitu:
Tanda dan
Huruf
Nama Gabungan Huruf
ي Fatḥah dan ya Ai
و Fatḥah dan wau Au
xii
Contoh:
kaifa : كيف
haula : هول
3. Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harkat
dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:
Harkat dan
Huruf
Nama Huruf dan Tanda
ا / ي Fatḥah dan alif
atauya
Ā
ي Kasrah dan ya Ī
ي Dammah dan wau Ū
Contoh:
qāla : ق ال
ramā : م ى ر
qīla : ق يل
yaqūlu : ي ق ول
4. Ta Marbutah (ة)
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua.
a. Ta marbutah (ة) hidup
xiii
Ta marbutah (ة) yang hidup atau mendapat harkat fatḥah,
kasrah dan dammah, transliterasinya adalah t.
b. Ta marbutah (ة) mati
Ta marbutah (ة) yang mati atau mendapat harkat sukun,
transliterasinya adalah h.
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya ta marbutah (ة)
diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al, serta
bacaan kedua kata itu terpisah maka ta marbutah (ة) itu
ditransliterasikan dengan h.
Contoh:
rauḍah al-aṭfāl/ rauḍatulaṭfāl : طف ال ة ال وض ر
al-Madīnah al-Munawwarah/ : ة ن ور ين ة الم د ا لم
al-Madīnatul Munawwarah
Ṭalḥah : ة ط لح
Catatan:
Modifikasi
1. Nama orang berkebangsaan Indonesia ditulis seperti biasa
tanpatransliterasi, seperti M. Syuhudi Ismail, sedangkan
nama-nama lainnya ditulis sesuai kaidah penerjemahan.
Contoh: Ḥamad Ibn Sulaiman.
2. Nama Negara dan kota ditulis menurut ejaan Bahasa
Indonesia, seperti Mesir, bukan Misr; Beirut, bukan Bayrut;
dan sebagainya.
xiv
3. Kata-kata yang sudah dipakai (serapan) dalam kamus Bahasa
Indonesia tidak ditransliterasi. Contoh: Tasauf, bukan
Tasawuf.
xv
ABSTRAK
Nama : Nurhaliza
NIM : 160602115
Fakultas/Program Studi : Ekonomi dan Bisnis Islam/Ekonomi
Syariah
Judul : Analisis Kontribusi Petani Perempuan
Dalam Meningkatkan Perekonomian
Keluarga Ditinjau Dari Perspektif
Ekonomi Islam (Desa Lamkunyet
Kecamatan Darul Kamal Aceh Besar)
Pembimbing I : Dr. Nevi Hasnita, M.Ag
Pembimbing II : Dara Amanatillah, M.ScFinn
Perkembangan zaman dalam kehidupan ini menjadikan kebutuhan
dalam keluarga meningkat sehingga mendorong perempuan untuk
ikut bekerja. Perempuan di Desa Lamkunyet bekerja sebagai petani
untuk membantu menunjang perekonomian keluarga. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat kontribusi petani perempuan dalam
meningkatkan perekonomian keluarga ditinjau dari perspektif ekonomi Islam di desa Lamkunyet kecamatan Darul Kamal Aceh
Besar. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Petani perempuan yang bekerja sangat
membantu kondisi perekonomian keluarga. Dan perempuan yang
berkerja sebagai petani di desa Lamkunyet sesuai dengan Al-Quran
dan Sunnah.
Kata Kunci : Petani perempuan, Perekonomian
keluarga, Kesejahteraan Keluarga.
xvi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL KEASLIAN ...................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. ii
PERSETUJUAN SKRIPSI ...................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................... vi
KATA PENGANTAR .............................................................. vii
HALAMAN TRANSLITERASI ............................................. x
ABSTRAK ................................................................................. xv
DAFTAR ISI ............................................................................. xvi
DAFTAR TABEL ..................................................................... xviii
DAFTAR GAMBAR ................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................ 8
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................... 9
1.5 Sistematika Penulisan................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI ................................................... 11
2.1 Petani Perempuan dan Kontribusinya
Terhadap Perekonomian Keluarga ............................... 11
2.1.1 Perempuan Berperan Sebagai Petani .................. 12
2.1.2 Konsep Perempuan Bekerja dalam Islam ........... 14
2.2 Peranan Perempuan dalam Keluarga ........................... 20
2.3 Hak dan Kewajiban Perempuan Pekerja ...................... 26
2.4 Konsep Gender ............................................................. 27
2.5 Perekonomian Keluarga ............................................... 28
2.5.1 Peranan Perempuan dalam Perekonomian
Keluarga Secara Islam ........................................ 30
2.5.2 Konsep Kesejahteraan Keluarga ........................ 33
2.6 Teori Pembangunan Ekonomi Islam ............................ 44
2.7 Penelitian Terkait ......................................................... 47
2.8 Kerangka Pemikiran ..................................................... 51
xvii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................... 53
3.1 Desain Penelitian .......................................................... 53
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ...................... 53
3.3 Populasi dan Sampel .................................................... 54
3.4 Sumber Data ................................................................. 55
3.5 Teknik Pengumpulan Data ........................................... 55
3.6 Analisis Data ................................................................ 58
BAB IV PEMBAHASAN ......................................................... 60
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................... 60
4.1.1 Gambaran Umum Konsdisi dan Lokasi
Penelitian ............................................................ 60
4.1.2 Peta Wilayah ...................................................... 61
4.2 Analisis Hasil ............................................................... 61
4.2.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ................... 62
4.3 Kontribusi Petani Perempuan dalam
Meningkatkan Perekonomian Keluarga di
Desa Lamkunyet Aceh Besar ....................................... 66
4.4 Tinjauan Kontribusi Petani Perempuan
Dalam Meningkatkan Perekonomian Keluarga Dari
Perpekstif Ekonomi Islam Di Desa Lamkunyet
Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar ........ 107
BAB V PENUTUP .................................................................... 111
5.1 Kesimpulan .................................................................. 111
5.2 Saran ............................................................................. 111
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 113
LAMPIRAN .............................................................................. 119
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Desa Lamkunyet Berdasarkan
Jenis Kelamin ......................................................... 6
Tabel 1.2 Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa .............
Lamkunyet .......................................................... 6
Tabel 2.1 Penelitian Terkait ................................................... 47
Tabel 4.1 Keadaan Umum Informan Berdasarkan Umur ...... 62
Tabel 4.2 Keadaan Umum Informan Berdasarkan
Tingkat PendidikanTerakhir .................................. 63
Tabel 4.3 Keadaan Umum Informan Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Terakhir Suami ...................... 63
Tabel 4.4 Keadaan Umum Informan Berdasarkan Jumlah
Anak Yang Menjadi Tanggungan Dalam Keluarga 64
Tabel 4.5 Keadaan Umum Informan Berdasarkan Pekerjaan
Suami ..................................................................... 65
Tabel 4.6 Keadaan Umum Informan Berdasarkan Pendapatan
Suami ...................................................................... 66
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran.......................................... 51
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian ...................................... 61
Gambar 4.2 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Anggota Keluarga
Makan Dua Kali Sehari atau lebih?” ................ 92
Gambar 4.3 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Anggota Keluarga
Memiliki Pakaian yang Berbeda Dirumah,
Bekerja/Sekolah dan Bepergian?” ................... 93
Gambar 4.4 Tanggapan Informan Mengenai Mengenai
Pertanyaan “Apakah Rumah yang
Ditempati Keluarga Mempunyai Atap, Lantai
dan Dinding yang Baik?” .................................. 94
Gambar 4.5 Grafik Tanggapan Informan Mengenai ...........
Pertanyaan “Apabila Ada Anggota Keluarga
Sakit apakah Dibawa ke Sarana Kesehatan?” .. 95
Gambar 4.6 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan ....... “Apabila Pasangan Usia Subur
Ingin Ber KB Pergi Apakah Dibawa ke
Sarana Pelayanana Kontrasepsi?” ................... 96
Gambar 4.7 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Semua Anak Umur 7-15
Tahun Dalam Keluarga Bersekolah?” ............. 97
Gambar 4.8 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah anggota
keluarga melaksanakan ibadah sesuai
dengan agama kepercayaan masing – masing?” 98
xx
Gambar 4.9 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Paling Kurang Sekali
Seminggu Seluruh Anggota Keluarga
Mmakan Daging/Ikan/Telur?” ....................... 99
Gambar 4.10 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Seluruh Anggota ............
Keluarga Memperoleh Paling Kurang Satu
Stel Pakaian Baru Dalam Setahun?“ ................ 100
Gambar 4.11 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Luas Lantai Rumah
Paling Kurang 8 m2 untuk Setiap
Penghuni Rumah?” .......................................... 101
Gambar 4.12 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Tiga Bulan Terakhir
Keluarga Dalam Keadaan Sehat Sehingga
Dapat Melaksanakan Tugas/Fungsi
Masing-Masing?” ............................................. 102
Gambar 4.13 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Aada Seorang atau
Lebih Anggota Keluarga yang Bekerja
untuk Memperoleh Penghasilan?” ................ 103
Gambar 4.14 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Seluruh Anggota
Keluarga Umur 10 – 60 Tahun Bisa Baca
Tulis Latin?” ..................................................... 104
Gambar 4.15 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Pasangan Usia Ssubur
dengan Anak Dua atau Lebih Menggunakan
Alat/Obat Kontarsepsi?” .................................. 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini seiring dengan perkembangan zaman kebutuhan
keluarga semakin meningkat, sementara di sisi lain harga
kebutuhan terlampau tinggi sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara pendapatan dan kebutuhan. Hal ini memicu masyarakat baik
dari kalangan laki-laki maupun perempuan untuk berkerja lebih
giat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Peran perempuan yang
bekerja sangat berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan
keluarga termasuk dalam bidang ekonomi. Dengan adanya peran
ganda perempuan dapat meningkatkan penghasilan keluarga
dimana hal ini akan berdampak langsung terhadap kualitas
kehidupan keluarga baik dari segi kesehatan, pendidikan dan
ekonomi.
Salaa (2015) menjelaskan bahwa seiring dengan
perkembangan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat membuat
kebutuhan rumah tangga semakin meningkat. Dorongan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga yang semakin meningkat
mewajibkan masyarakat untuk lebih giat dalam melakukan
pekerjaan agar mendapatkan hasil yang lebih baik atau mendapat
tambahan pendapatan. Hal ini menjadi salah satu penyebab
perempuan juga ikut serta dalam meningkatkan ekonomi
keluarganya. Perempuan saat ini tidak hanya berperan sebagai ibu
rumah tangga, namun juga bekerja pada sektor lain di luar rumah.
2
Dalam keluarga suami istri harus saling berkerja sama
dalam mengelola rumah tangganya, tanggung jawab suami sebagai
kepala keluarga untuk mengatur rumah tangga haruslah berjalan
dengan sebaik mungkin demi mensejahterakan keluarganya.
Meskipun peran dan tanggung jawab dalam keluarga telah
dilakukan dengan baik, namun masih terdapat keluarga yang
rendah kesejahteraannya. Maka dari itu mendorong istri untuk ikut
serta dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Banyak dasar yang membuat perempuan berkerja, yang
pertama karena perempuan yang menjadi janda yang dicerai atau di
tinggal mati oleh suami yang mengharuskan perempuan
menggantikan posisi kepala rumah tangga untuk mencari nafkah
agar terpenuhi semua kebutuhan keluarganya. Yang kedua
perempuan yang sudah bersuami tetapi pendapatan suaminya
belum cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka.
Ketiga perempuan yang belum bersuami yang masih tinggal
dengan orang tua tetapi orang tuanya sudah tidak sanggup lagi
mencari nafkah. Kondisi-kondsi demikianlah yang membuat
perempuan ikut berperan aktif dalam menopang perekonomian
keluarganya.
Demikian juga dengan yang dikemukakan oleh Muzdzakkar
(2001: 189) bahwa partisipasi perempuan dalam dunia kerja, telah
memberikan kontribusi yang besar terhadap kesejahteraan
keluarga, khususnya bidang ekonomi. Angka perempuan pekerja di
Indonesia dan juga di negara lain masih akan terus meningkat,
3
karena beberapa faktor seperti meningkatnya kesempatan belajar
bagi perempuan, keberhasilan program keluarga berencana,
banyaknya tempat penitipan anak, teknologi yang memungkinkan
perempuan dapat menangani sekaligus masalah keluarga dan
masalah kerja, serta peningkatan partisipasi kerja. Hal ini bukan
hanya mempengaruhi pasar kerja, lebih dari itu juga mempengaruhi
kesejahteraan perempuan itu sendiri dan kesejahteraan
keluarganya. Perempuan yang bekerja akan menambah penghasilan
keluarga, yang secara otomatis mampu meningkatkan kualitas gizi
dan kesehatan seluruh anggota keluarga.
Al-Qur’an telah menjelaskan pandangan terhadap
perempuan yang bekerja bahwa Islam memberikan kesempatan
untuk perempuan mengembangkan dirinya sebagai sumber daya di
tengah-tengah masyarakat. Dan setiap muslim dianjurkan untuk
bekerja dan berusaha memakmurkan dunia, kebebasan mencari
rezeki sesuai dengan tuntutan agama dan tidak melanggar aturan
syariat. Firman Allah SWT.
4
Artinya :
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya
akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (An-Nahl [16]: 97)
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa setiap manusia
termasuk perempuan berhak untuk bekerja dan mendapatkan
imbalan yang setimpal apa yang mereka kerjakan. Sehingga dalam
Islam hukum perempuan bekerja itu adalah mubah atau
diperbolehkan. secara tegas bahwa untuk meciptakan kehidupan
yang baik (hayatan thayyibah) dipersyaratkan peran aktif setiap
orang beriman, lelaki dan perempuan (secara eksplisit disebutkan
lelaki dan perempuan), tentu dengan melakukan aktifitas-aktifitas
yang positif (amalan shalihah) (Muhibbudin, 2018).
Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang
sangat penting dalam perkembangan pembangunan yaitu sebagai
sumber kehidupan. Hal ini terlihat dari penyediaan lapangan kerja,
penyediaan pangan dan penyumbangan devisa negara melalui
ekspor. Perempuan sebagai sumber insani mempunyai hak dan
kewajiban serta kesempatan yang sama dengan pria dalam
pembangunan di segala bidang. Disamping itu juga berperan
mengembangkan generasi muda, terutama anak-anak dan remaja
5
dalam pembangunan manusia seutuhnya. Perempuan dalam
kehidupan bermasyarakat disamping sebagai ibu rumah tangga juga
sebagai tenaga kerja pencari nafkah baik untuk dirinya maupun
keluarganya (Leni, 2010:15). Indonesia sebagai negara agraris
dimana aktifitas ekonomi masyarakatnya banyak dalam bidang
pertanian didukung dengan kondisi alam yang sangat menjanjikan,
sehingga tidak dipungkiri bahwa di perdesaan banyak kita temukan
masyarakat yang berprofesi sebagai petani. Hal ini dapat kita lihat
dari keseharian masyarakat di perkampungan bahwa sebagian besar
perempuan baik ibu rumah tangga ataupun yang belum berkeluarga
berprofesi sebagai petani.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bunsaman
(2018) menyimpulkan bahwa para perempuan ini berperan aktif
dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan penghasilan dari
suami yang notabene adalah kepala keluarga dianggap kurang
mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka bekerja untuk
membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dewi (2015)
menyimpulkan bahwa ibu rumah tangga yang turut bekerja, tidak
hanya mementingkan diri mereka sendiri, mereka bekerja karena
tuntutan kebutuhan ekonomi dan tekanan kebutuhan hidup yang
terus menerus semakin naik. Kusmayadi (2017) menyimpulkan,
semakin banyak perempuan yang bekerja seperti membantu suami
mereka untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga karena
kebutuhan dan permintaan dalam keluarga tumbuh tinggi. Selain
itu, dalam keluarga perempuan dituntut untuk dapat mengelola
6
uang dengan baik dalam kaitannya dengan kondisi ekonomi yang
masih tidak stabil karena gaji suami tidak mampu memenuhi
kebutuhan dan kebutuhan keluarga.
Sama halnya dengan Desa Lamkunyet Aceh Besar sebagian
perempuan di desa tersebut berprofesi sebagai petani padi.
Berdasarkan observasi pertama yang penulis lakukan profesi
mereka sebagai petani ini mereka lakukan untuk membantu
memenuhi kebutuhan dan menambah penghasilan keluarga.
Tabel 1. 1
Jumlah Penduduk Desa Lamkunyet Berdasarkan Jenis
Kelamin
No. Jumlah KK Laki-Laki (Orang) Perempuan (Orang)
1. 188 330 345
Sumber: Dokumentasi Desa Lamkunyet (2020)
Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk di Desa
Lamkunyet adalah sebanyak 188 KK yang terdiri dari 330 berjenis
kelamin laki-laki dan 345 perempuan. Berikut tabel jenis mata
pencaharian masyarakat Desa Lamkunyet.
Tabel 1. 2
Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Lamkunyet
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Kondisi
Usaha
1. Petani/Pekebun:
a. Petani sawah
b. Petani kebun
300
55
Aktif
Aktif
7
Tabel 1. 3 - Lanjutan
No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Kondisi
Usaha
2. Nelayan/Perikanan 1 Aktif
3. Buruh harian lepas 52 Aktif
4. Tukang jahit 12 Aktif
5. Peternak:
a. Peternak Unggas
b. Peternak besar
(kambing, lembu, sapi)
25
45
Aktif
Aktif
6. Pedagang :
a. Pedagang tetap
b. Pedagang keliling
25
45
Aktif
Aktif
7. Pertukangan :
a. Tukang batu
b. Tukang kayu
35
30
Aktif
Aktif
8. PNS/TNI/POLRI 8 Aktif
9. Sopir 6 Aktif
Sumber: Dokumentasi Desa Lamkunyet (2020)
Berdasarkan tabel diatas kita bisa melihat bahwa jenis
pekerjaan masyarakat Desa Lamkunyet didominasi oleh petani
sawah dengan jumlah 300 jiwa. Hasil observasi awal didapatkan
informasi dari sekretaris Desa Lamkunyet terdapat 180 ibu rumah
tangga dimana 40% darinya bekerja sebagai petani (Kantor desa
Lamkunyet). Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk
melakukan penelitian terhadap petani perempuan di Desa
Lamkunyet.
8
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti
ingin mengkaji ulang tentang “Analisis Kontribusi Petani
Perempuan dalam Meningkatkan Perekonomian Keluarga
Ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam (Desa Lamkunyet
Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kontribusi petani perempuan dalam
meningkatkan perekonomian keluarga di Desa Lamkunyet
Aceh Besar?
2. Bagaimana tinjauan ekonomi Islam terhadap kontribusi
petani perempuan dalam meningkatkan perekonomian
keluarga?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mengacu pada permasalahan yang
telah disebutkan di atas yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi yang dilakukan
perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di
Desa Lamkunyet Aceh Besar.
2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan ekonomi Islam
terhadap kontribusi petani perempuan dalam meningkatkan
perekonomian keluarga.
9
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Praktis
a) Bagi penulis
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang bagaimana kontribusi petani perempuan
dalam meningkatkan perekonomian keluarga
berdasarkan perspektif ekonomi Islam.
b) Bagi umum
Menjadi salah satu sarana pengehetahuan tentang
bagaimana kontribusi petani perempuan dalam
meningkatkan perekonomian keluarga.
2. Secara Teoritis
a) Untuk menambah penghetahuan dan wawasan bagi
pembaca, baik mahasiswa maupun masyarakat
tentang bagaimana kontribusi petani perempuan
dalam meningkatkan perekonomian keluarga.
b) Diharapkan menjadi tambahan referensi penelitian
berikutnya mahasiswa yang ingin meneliti tentang
bagaimana kontribusi petani perempuan dalam
meningkatkan perekonomian keluarga.
1.5 Sistematika Penulisan
Kerangka penulisan dalam penelitian ini terbagi menjadi
lima bab, setiap bab terdiri dari sub-sub bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan berisi tentang pengantar keseluruhan
skripsi. Pada bab ini terdapat lima sub bab, yaitu latar
10
belakang masalah yang menguraikan penelitian ini
perlu untuk di teliti, rumusan masalah berisi tentang
pokok permasalahan yang akan diteliti, tujuan manfaat
penelitian berisi tentang kerangka penyusunan
penelitian yang berkaitan dengan kontribusi petani
perempuan dalam meningkatkan perekonomian
keluarga.
BAB II Landasan teori berisi tentang teori-teori yang
mendukung penelitian yaitu tentang kontribusi
perempuan dalam bekerja sebagai petani dan teori
kesejahteraan keluarga, penelitian-penelitian terkait
dan kerangka berfikir.
BAB III Bab ini terdiri dari jenis dan pendekatan penelitian,
jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data serta
metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini.
BAB IV Pada bab ini menguraikan gambaran umum tentang
kontribusi petani perempuan dalam meningkatkan
perekonomian keluarga di Desa Lamkunyet Aceh
Besar. Dan analisis hasil penelitian.
BAB V Penutup berisi tentang kesimpulan yang dirangkum
berdasarkan hasil penelitian dan sarana berupa
masukan-masukan yang ingin disampaikan baik
11
kepada pihak-pihak yang terkait maupun peneliti
selanjutnya.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Petani Perempuan dan Kontribusinya Terhadap
Perekonomian Keluarga
Dalam Kamus Pertanian Umum petani (2013: 104) juga
memiliki arti yaitu orang yang menjalankan usaha tani dengan
melakukan kegiatan pertanian sebagai sumber mata pencarian
pokoknya. Petani adalah orang yang menggantungkan hidupnya
pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Secara
garis besar terdapat tiga jenis petani, yaitu petani pemilik lahan,
petani pemilik yang sekaligus juga penggarap, dan buruh tani.
Secara umum, petani bertempat tinggal dipedesaan dan sebagian
besar diantaranya, terutama yang tinggal di daerah-daerah.
Menurut undang-undang nomor 19 tahun 2013 tentang
perlindungan dan pemberdayaan petani menyatakan petani adalah
warga negara Indonesia perseorangan dan/atau beserta keluarganya
yang melakukan usaha tani di bidang tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan atau peternakan. Petani adalah seseorang yang
bergerak di bidang pertanian utamanya dengan cara melakukan
pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan
memelihara tanaman seperti padi, bunga, buah dan lain-lain dengan
harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk
digunakan sendiri ataupun menjualnya ke orang lain.
Bahan pokok pangan tak terlepas dari hasil kerja keras
seorang petani. Petani merupakan seorang penggelola tanah dengan
memanfaatkan segala sumber daya hayati yang bertujuan untuk
memelihara dan menumbuhkan tanaman. Petani berperan besar
dalam kehidupan manusia, karena bahan dasar pangan manusia
diproduksi oleh petani.
2.1.1 Perempuan Berperan Sebagai Petani
Menurut Friedman (dalam Nurmayasari, 2014: 24) peran
adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai
dengan posisi sosial yang diharapkan dalam suatu pekerjaan
tertentu;
1. Peran itu sulit dikendalikan;
2. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat
menghasilkan beberapa perubahan perilaku utama.
3. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama, seseorang
yang melakukan satu pekerjaan bisa saja memainkan
beberapa peran.
Ditinjau dari penyerapan tenaga kerja sejumlah penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak terlibat
dalam sektor kerja informal. Kondisi tersebut menjadi sangat
dipahami mengingat peran. Perempuan sebagai ibu rumah tangga
sekaligus bekerja membutuhkan fleksibilitas yang lebih tinggi
dalam menjalankan pekerjaannya demi mewujudkan keseimbangan
perannya. Tuntutan ekonomi rumah tangga yang mendesak
seringkali menjadi salah satu alasan perempuan terjun dalam dunia
kerja khususnya bagi perempuan yang tinggal di daerah pedesaan.
Sektor pertanian dalam kenyataannya menyediakan kesempatan
kerja informal yang memberikan kesempatan kepada petani
perempuan di pedesaan untuk terlibat didalamnya. Melihat kondisi
ini tentunya membutuhkan langkah-langkah yang strategis untuk
meningkatkan kapasitas petani perempuan dalam sektor pertanian
sehingga dapat mendorong kemampuan menciptakan berbagai
peluang usaha sebagai upaya pembangunan pertanian diberbagai
lini yang ada (Arsanti, 2013).
Petani memiliki pandangan sebagai pekerjaan yang berat
dan kasar bagi perempuan. Pada dasarnya konstribusi perempuan
sangat dibutuhkan dalam bidang pertanian (agribisnis) terutama
dalam perumusan kebijakan. Pengaruh peranan perempuan dalam
dunia pertanian berdampak cukup besar. Berdasarkan data dari
FAO Focus (2009) yang dilansir oleh World Health Organization
(WHO) konstribusi perempuan mampu memproduksi 60% sampai
80% pangan disebagian negara-negara berkembang dan
bertanggung jawab pada sebagian produksi pangan dunia dengan
kontribusi pada setiap subsistem pertanian. Jika perempuan
memiliki akses, produktivitas pertanian dan rumah tangga mereka
akan meningkat. Dengan begitu terjadinya peningkatan dan
kestabilan pendapatan keluarga.
2.1.2 Konsep Perempuan Bekerja dalam Islam
Bekerja sesungguhnya merupakan perwujudan dari
eksistensi dan aktualisasi diri manusia dalam hidupnya. Manusia,
baik laki-laki maupun perempuan diciptakan Allah dengan daya
fisik, pikir, kalbu serta daya hidup untuk melakukan aktifitas
pekerjaannya yang merupakan bagian dari amal shaleh (Shihab:
2013). Adapun kriteria amal Shalih ada 3 menurut al-Shinqithi
dalam (Solihatin, 2017) yaitu: 1) sesuai dengan ajaran yang dibawa
Nabi, 2) Ikhlas karena Allah Ta’ala, 3) dibangun berdasarkan
aqidah yang benar.
Dalam konteks pekerjaan, banyak sekali profesi yang
termasuk kedalam amal shaleh. Islam melalui Al-Quran dan Hadis
perempuan dan bekerja menjadi sebuah relasi yang tidak pernah
lepas satu sama lain. Mengisahkan sejarah beberapa sosok
perempuan pekerja yang turut berperan aktif dalam membangun
peradaban, melakukan aktifitas sosial ekonomi, politik, pendidikan
serta bergelut di berbagai profesi kerja yang dinilai sesuai dan
memberikan manfaat (shaleh) bagi kemaslahatan umat.
Bekerja secara umum adalah mengerjakan suatu pekerjaan
dengan target menyelesaikan pekerjaan tersebut. Bekerja bukan
hanya dengan tujuan untuk menghasilkan uang. Namun, bekerja
juga bertujuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Artinya
perempuan dapat bekerja bukan hanya sekedar untuk menghasilkan
uang tetapi perempuan bekerja untuk mengurus rumah tangganya.
Terdapat dua pandangan konsep perempuan dalam bekerja yaitu:
a. Secara Umum
Peningkatan kontribusi perempuan dalam
perekonomian karena beberapa faktor, pertama: adanya
perubahan pandangan dan sikap masyarakat tentang sama
pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan dan pria, serta
makin didasari perlunya kaum perempuan ikut campur
berkontribusi dalam pembagunan, yang kedua adalnya
kemauan perempuan untuk mandiri dalam hal ekonomi
yaitu berusaha untuk membiayai hidupnya dan keluarganya
dengan penghasilan sendiri. Faktor lain yang menyebabkan
peningkatan kontribusi perempuan dalam bekerja karena
makin luasnya kesempatan kerja yang bisa menyerap
kerjaan perempuan. Pada zaman modern yang kita rasakan
sekarang ini tak terlepas dari kontribusi perempuan.
Perempuan berperan penting dalam hal pembangunan
negara. Perempuan juga ikut menyuarakan hak nya dalam
berkarya.
Manusia bekerja untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya dan dituntut untuk bekerja dengan giat. Salah satu
faktor yang mendorong manusia bekerja dengan giat ialah
motivasi. Manusia memerlukan motivasi untuk melakukan
kegiatan dengan semangat tinggi, dan dapat mendorong
usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Siagian (1990) dalam
Bertham (2011) menyatakan bahwa motivasi merupakan
dorongan dari dalam diri seseorang dan dari luar dirinya
untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu.
Motivasi kerja dapat berbeda-beda karena dipengaruhi oleh
motif, tujuan, kebutuhan setiap orang untuk bekerja, dan
perbedaan waktu dan tempat.
Ambarini dalam (Bertham, 2011) menyatakan
bahwa fungsi motivasi dalam hubungannya dengan alasan
untuk melakukan kegiatan pekerjaan ialah:
1. Mencukupi kebutuhan keluarga. Perempuan yang
telah menikah terdorong untuk bekerja terutama jika
mereka mengetahui bahwa penghasilan suami tidak
mencukupi untuk keluarga.
2. Alasan sosial psikologis. Perempuan yang
mempunyai pendidikan lebih tinggi umumnya
terdorong untuk mengaktualisasikan kemampuannya
dan ingin mendapatkan pengetahuan baru tentang
berbagai jenis pekerjaan serta menambah pergaulan
sosial hidupnya.
3. Kebutuhan pembangunan nasional yaitu mobilitas
untuk pembangunan bagi seluruh warga negara
termasuk perempuan.
b. Secara Agama
Pada masa awal Islam juga sering kita jumpai
seorang perempuan bekerja. Islam membolehkan
perempuan bekerja dalam berbagai bidang, baik di dalam
ataupun luar rumahnya, baik secara mandiri atau bersama-
sama, dengan lembaga pemerintahan ataupun swasta,
selama pekerjaan itu dilakukan dengan baik tidak
bertentangan dengan agamanya serta dapat menghindari
dampak-dampak negatif dari pekerjaan tersebut terhadap
dirinya dan lingkungannya. Islam telah memposisikan
perempuan di tempat mulia sesuai dengan kodratnya. Islam
menjamin bahwa perempuan berhak memiliki harta dan
kepemilikannya atas harta tersebut yang diakui secara
penuh termasuk dalam harta warisan, sebagai mana
dijelaskan dalam surat An – Nisa:7 berikut:
Artinya :
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi
orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta
peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit
atau banyak menurut bahagian yang telah
ditetapkan”. (Q.S. An-Nisa [4]: 7)
Qardhawi (2013: 54) pernah mengatakan,
“Perempuan memegang peranan penting dalam kehidupan
keluarga dan masyarakat”. Manusia adalah makhluk hidup
yang dapat berfikir dan bekerja. Oleh karena itu Islam
menganjurkan kepada pria dan perempuan untuk bekerja.
Pekerjaan adalah suatu wadah untuk memperoleh rezeki
dari sumber yang layak untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Menurut Sujarwati dalam artikelnya menyebutkan
bahwa motif tingginya keterlibatan perempuan bekerja
adalah:
1. Kebutuhan finansial kondisi ekonomi keluarga
seringkali memaksa perempuan untuk ikut bekerja
untuk menambah penghasilan keluarga. Seringkali
kebutuhan rumah tangga yang begitu besar dan
mendesak, membuat suami dan isteri harus bekerja
untuk bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Kondisi tersebut membuat sang istri tidak
mempunyai pilihan lain kecuali ikut mencari
pekerjaan di luar rumah.
2. Kebutuhan sosial-relasional perempuan memilih
untuk bekerja karena mempunyai kebutuhan sosial
relasional yang tinggi. Tempat kerja mereka sangat
mencukupi kebutuhan mereka tersebut. Dalam diri
mereka tersimpan suatu kebutuhan akan penerimaan
sosial, akan adanya identitas sosial yang diperoleh
melalui komunitas kerja. Bergaul dengan rekan-
rekan di kantor menjadi agenda yang lebih
menyenangkan dari pada tinggal di rumah.
3. Kebutuhan aktualisasi diri bekerja adalah salah jalan
yang dapat digunakan oleh manusia dalam
menemukan makna hidupnya. Dengan berkarya
berekreasi, mengekspresikan diri, mengembangkan
diri, membagikan ilmu dan pengalaman,
menemukan sesuatu, menghasilkan sesuatu serta
mendapatkan penghargaan, penerimaan, prestasi
adalah bagian dari proses penemuan dan pencapaian
pemenuhan diri melalui profesi atau pun karir. Ia
merupakan suatu pilihan yang banyak diambil oleh
para perempuan di zaman sekarang terutama dengan
makin terbukanya kesempatan yang sama pada
perempuan untuk meraih jenjang karir yang tinggi.
2.2 Peranan Perempuan dalam Keluarga
Perempuan memiliki peranan ganda, yaitu di dalam rumah
tangganya maupun di lingkungan luar. Peranan ganda ini menuntut
waktu dan perhatian penuh membuat karir perempuan tertinggal
jauh dari pria. Namun demikian, perempuan memiliki tiga peranan
hebat yang dilakoninya sekaligus (Muri’ah, 2011: 147):
a. Perempuan Sebagai Istri
Dalam sebuah rumah, perempuan yang berperan
sebagai istri tidak hanya bertugas menggurus rumah
tangganya. Namun, istri berperan dalam mendampingi
suaminya. Sekuat apa pun seorang pria, pasti ada titik
kelemahannya membutuhkan seorang istri untuk
mendampingi, menjadi penghibur lara, dan motivator dalam
hidupnya. Perempuan sebagai istri harus bersedia menjadi
patner, pendengar yang baik dan pemberi solusi terhadap
masalah yang dihadapi suami. Istri juga harus bersedia
memberi dorongan dan motivasi kepada suami dikala suami
mengalami kegagalan.
Selain itu, ketika suami sedang terbawa arus hitam,
maka istri pun muncul sebagai penasehat suami yang tidak
dapat luput dari kesalahan yang kadang tidak disadarinya.
Suami dan istri adalah sepasang makhluk manusia yang atas
dasar cinta kasih suci mengikat diri dalam jalinan
pernikahan. Keduanya saling melengkapi dan saling
membutuhkan. Islam memuliakan seorang istri dengan
penghormatan yang tidak pernah diterima oleh para istri
dari umat-umat lainnya. Islam menjadikan pernikahan
sebagai salah satu tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Allah
berfirman:
Artinya :
“Dan di antara tanda - tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu istri - istri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.” (Q. S. Ar-Rum [30]: 21).
Ayat ini menjelaskan kepada seluruh umat manusia,
bahwa istri diciptakan oleh Allah untuk suami agar suami
dapat hidup tentram membina keluarga. Ketentraman
seorang suami dalam membina istri dapat tercapai apabila
diantara keduanya terdapat kerjasama timbal balik yang
serasi, selaras dan seimbang. Masing-masing tidak bertepuk
sebelah tangan. Kedua pihak bisa saling mengasihi dan
menyayangi, saling mengerti antara satu dengan lainnya
dengan kedudukannya masing-masing demi tercapainya
rumah tangga yang sakinah (Fuad dan Kanima, 1997: 7).
b. Perempuan Sebagai Ibu
Perempuan sebagai ibu menjadi pendidik di institut
keluarga, bukan hanya menyediakan makanan untuk
keluarganya. Perempuan dikodratkan oleh sang Khaliq
menjadi perantara lahirnya manusia ke dunia. Saat dalam
kandungan, ibu mulai mendidik anak-anaknya sejak 120
hari dalam kandungan, dan saat anak masih dalam
kandungan seorang ibu harus menjaga perilakunya, taat
kepada Allah, ikhlas dan banyak membaca Al-Quran.
Ketika anak tersebut lahir, ibu senantiasa mendidik,
mengayomi, mengajari dan menanamkan norma - norma
kepada anak tersebut hingga beranjak dewasa. Hal tersebut
yang membuat sosok ibu menjadi sangat dekat dengan anak
- anaknya. Sosok ibu juga menjadi panutan bagi anak -
anaknya. Di tangan ibu-lah setiap individu dibesarkan
dengan kasih sayang yang tidak terhingga. Ibu, dengan
taruhan jiwa raga telah memperjuangkan kehidupan
anaknya, sejak anak masih dalam kandungan, lahir hingga
dewasa. Secara tegas al-Qur’an memerintah setiap manusia
untuk menghayati dan mengapresiasi ibu atas jasa-jasanya
dengan berbuat baik kepadanya Firman Allāh dalam (QS.
Luqman 31: 14).
Artinya :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah -tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.” (Q.S. Luqman [31]:14).
Allah Ta’ala berfirman, “Dan kami perintahkan
kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu dan
bapaknya...” kami wasiatkan kepada manusia yaitu
memerintahkan mereka berbuat baik, berbakti dan
mentaati keduanya dalam hal yang ma’ruf serta tidak
menyakiti mereka. Firman Allah Ta’ala,“ Ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah...” Yakni dalam keadaan yang sangat lemah serta
sangat susah payah, yaitu rasa sakit yang dideritanya
ketika saat melahirkan. Rasa capek yang dia tanggungkan
dalam mengandung, melahirkan, dan ketika menyusui.
Maka kondisi seorang ibu seperti ini lebih ditekankan
untuk berbuat baik kepadanya melebihi kepada ayahnya
dua kali lipat.
Firman-Nya, “Dan menyapihnya dalam dua
tahun...” Yakni ibunya menyusui anaknya selama dua
tahun. Dan boleh memisahkannya dari susuan antar dua
tahun ini. Dan firman-Nya, “Bersyukurlah kepadaku dan
kedua ibu bapakmu, hanya kepadaku-lah
kembalimu.” Inilah yang diperintahkan Allah, yaitu
bersyukur kepada Allah dengan melakukan ketaatan yang
diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya,
serta mengingat-Nya dengan hati dan lisan. Firman
Allah Ta’ala, “Dan kepada dua orang ibu
bapakmu...” karena mereka berdua telah berbuat baik
kepadamu, maka kamu harus bersyukur kepada keduanya,
yaitu berbakti, menyambung silaturahmi, dan taat kepada
keduanya dalam hal yang ma’ruf dan bukan dalam rangka
maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mentaati dan
mensyukuri Allah adalah ketaatan serta syukur pertama
kali yang harus dilakukan sebelum menaati dan
mensyukuri kedua orangtua.
Firman Allah Ta’ala, “Hanya kepadaku-lah
kembalimu...” setelah kematian. Kalimat ini adalah
sebagai penguat atas kewajiban bersyukur kepada Allah
Ta’ala dan berbakti kepada kedua orangtua. Karena ayat
ini mengandung kabar dan ancaman. Jadi, orang yang
bertaqwa, yang kembali kepada Allah dia akan
dimuliakan, sedangkan orang yang bermaksiat akan
dihinakan-Nya. Dan selagi manusia akan kembali kepada
Allah (manusia pasti kembali kepada-Nya) maka berbuat
taat, bersyukur kepada-Nya dan kepada kedua orangtua
adalah sesuatu yang wajib dan harus dilakukan (Thalib,
2012: 512).
c. Perempuan Sebagai Pekerja diluar Lingkup Keluarga
Dalam kehidupan masyarakat, perempuan memiliki
peran dalam menyukseskan pembangunan bangsa tersebut.
Seperti yang dikatakan para ahlu hikmah, perempuan adalah
tiang negara. Apabila suatu negara memiliki perempuan
yang baik, maka baiklah negara itu, dan apabila suatu
negara memiliki perempuan yang rusak, maka rusaklah
negara tersebut. Meskipun kodrat perempuan sangat lemah,
namun ternyata perempuan memiliki kelebihan yang luar
biasa. Karier sangat diperlukan perempuan agar ia bisa
mewujudkan jati diri dan membangun kepribadiannya.
Sebab dalam hal ini perempuan tetap bisa mewujudkan jati
dirinya secara sempurna dengan berprofesi sebagai ibu
rumah tangga, sambil berpartisipasi aktif dalam kegiatan
sosial atau politik (Jauhari dan Khayyal, 2005: 91).
2.3 Hak dan Kewajiban Perempuan Pekerja
Dulu ketika negara-negara Muslim masih bisa mengambil
manfaat dari keterlibatan perempuan dalam proses pembangunan,
menjadi sangat penting untuk mengevaluasi posisi Islam berkenaan
dengan pemberdayaan tenaga kerja perempuan. Untuk
memulainya, kita dapat mengatakan bahwa Islam tidak melarang
perempuan untuk bekerja dan memiliki profesi di luar rumah
sepanjang pekerjaannya di luar rumah tersebut tidak mengganggu
tugas-tugas rumah tangganya atau menurunkan martabatnya.
Sebaliknya, Islam malah memberikan hak kepada
perempuan untuk memegang sebuah profesi dan melibatkan diri
secara aktif dalam perniagaan dan perdagangan. Perempuan berhak
bekerja di luar rumah dan memperoleh penghasilan. Pada masa
awal Islam, kaum perempuan sering membantu laki-laki
mengerjakan beberapa pekerjaan di luar ruangan dan mereka
diperbolehkan bergerak secara bebas bersama laki-laki. Asma, putri
khalifah pertama Abu Bakar, biasa membantu suaminya
mengerjakan pekerjaan lapangan. Nabi sendiri memuji perempuan
yang bekerja dengan keras dan baik, beliau juga mendorong kaum
perempuan, termasuk para istri dan anak-anaknya, untuk
melibatkan diri dalam pekerjaan yang menguntungkan.
2.4 Konsep Gender
Santrock (2003: 365) mengemukakan bahwa istilah gender
dan seks memiliki perbedaan dari segi dimensi. Isilah seks (jenis
kelamin) mengacu pada dimensi biologis seorang laki-laki dan
perempuan, sedangkan gender mengacu pada dimensi sosial-
budaya seorang laki-laki dan perempuan. Perbedaan antara jenis
kelamin dengan gender yaitu, jenis kelamin lebih condong terhadap
fisik seseorang sedangkan gender lebih condong terhadap tingkah
lakunya. Selain itu jenis kelamin merupakan status yang
melekat/bawaan sedangkan gender merupakan status yang
diperoleh/diperoleh. Gender tidak bersifat biologis, melainkan
dikontruksikan secara sosial. Karena gender tidak dibawa sejak
lahir, melainkan dipelajari melalui sosialisasi, oleh sebab itu gender
dapat berubah.
Kesetaraan gender memiliki kaitan dengan keadilan gender.
Keadilan gender merupakan suatu proses dan perlakuan adil
terhadap laki–laki dan perempuan. Terwujudnya kesetaraan dan
keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi baik
terhadap laki–laki maupun perempuan. Sehingga dengan hal ini
setiap orang memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol
atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil
dari pembangunan tersebut. Teori tentang kesetaraan gender terbagi
dalam beberapa kajian teori diantaranya adalah “Teori Nurture”
Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki
pada hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga
menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut
menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran
dan konstribusinya dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Perjuangan untuk persamaan dipelopori
oleh orang-orang yang konsen memperjuangkan kesetaraan
perempuan dan laki-laki (kaum feminis) yang cenderung mengejar
“kesamaan” yang kemudian dikenal dengan istilah kesamaan
kuantitas (perfect equality) (Aldianto, Jasruddin, dan Quraisy,
2015).
2.5 Perekonomian Keluarga
Pengertian ekonomi menurut KBBI adalah segala hal yang
bersangkutan dengan penghasilan, pembagian dan pemakaian
barang-barang dan kekayaan (keuangan). Sedangkan keluarga
adalah suatu bagian dari masyarakat yang terdiri dari istri, suami
dan anak-anaknya yang selalu berupaya mewujudkan rasa aman
dan tentram. Keluarga mempunyai beberapa fungsi dalam menjaga
kelangsungan hidup anggota keluarganya yaitu salah satunya
fungsi ekonomi.
Kepala keluarga memiliki peran yang cukup besar yaitu
bertanggung jawab untuk menafkahi keluarganya. Sedangkan
perempuan memiliki peran menggurus rumah tangga. Kedua peran
ini menjadikan sebuah keluarga yang kuat. Keluarga yang kuat
yaitu keluarga yang mampu mendidik, membiayai pendidikan
anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan keluarganya Salah satu
faktor yang mendukung menciptakan keluarga yang kuat adalah
faktor ekonomi keluarga tersebut. Karena, keluarga yang kuat akan
menghasilkan negara yang berdaulat yang memiliki orientasi
melahirkan generasi yang hebat untuk meneruskan cita-cita
bangsanya. Untuk menciptakan perekonomian keluarga yang kuat,
perempuan memiliki kesempatan untuk mewujudkannya.
Perempuan dapat melakukan peranan ganda dalam menunjang
perekonomian keluarga. Perempuan dapat bekerja sebagai ibu
rumah tangga sekaligus menjadi pekerja pada sebuah sektor.
Masuknya perempuan ke dalam dunia kerja tentu berdampak baik
bagi perekonomian keluarga. Peranan perempuan dalam dunia
kerja juga memberi dampak baik bagi masyarakat, khususnya bagi
pekerjaan yang membutuhkan tenaga ahli seorang perempuan.
Jadi perekonomian keluarga adalah suatu kajian tentang
upaya manusia dalam memenuhi kebutuhannya melalui aktifitas
yang dilakukan oleh seseorang yang bertanggung jawab atas
kebutuhan dari kebahagiaan bagi kehidupannya (sekelompok
komunitas).
2.5.1 Peranan Perempuan dalam Perekonomian Keluarga
Secara Islam
Islam telah mengajarkan bahwa motivasi dan alasan bekerja
adalah untuk mencari karunia Allah. Tujuan bekerja adalah untuk
mendapatkan harta agar seseorang dapat memenuhi kebutuhannya
dan menikmati kesejahteraan hidup. Pekerjaan yang dilakukan
haruslah dengan cara yang halal dan dapat bernilai sebagai ibadah.
Dan hasil yang diperoleh dari pekerjaan yang halal adalah hasil
kepemilikan yang halal pula. Islam telah menjamin perempuan
untuk bekerja sesuai dengan profesi nya namun tetap dalam
peraturan syariat Islam yang berlaku. Meskipun dalam islam
perempuan disarankan bekerja mengurus rumah tangga, seperti
yang dijelaskan pada Q.S Al – Baqarah (2): 233 (Ismail, 2018):
Artinya:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan
menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan
pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu
kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan”(Q.S. Al-Baqarah [2] :233).
Namun demikian, tidak ada satupun petunjuk maupun
pernyataan dalam agama Islam yang melarang perempuan bekerja
diluar rumah, khususnya jika pekerjaan itu membutuhkan
penangagan dan peranan perempuan. Ulama fiqih menyatakan dua
alasan yang memperbolehkan perempuan bekerja diluar rumah
yaitu:
1. Rumah tangga memerlukan biaya lebih untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari untuk menjalankan fungsi keluarga,
dan penghasilan suami belum cukup untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Apabila suami sakit atau
meninggal, maka perempuan wajib mencari nafkah bagi
dirinya sendiri maupun anak – anaknya.
2. Diperlukannya peranan perempuan di lingkungan
masyarakat untuk melaksanakan tugas tertentu yang hanya
dapat dilakukan oleh seorang perempuan. Islam telah
menghilangkan kebiasaan buruk kaum Quraish Jahiliah
yang suka mengubur hidup bayi perempuan karena
dianggap sebagai pembawa sial. Kemudian muncul sosok-
sosok perempuan hebat seperti Ummul Mukminin Khadijah
yang mendukung dakwah Rasulullah SAW baik secara
material maupun spiritual. Khadijah menjadi bukti nyata
bahwa dalam agama Islam perempuan diberikan kebebasan
bekerja dan tetap.
2.5.2 Konsep Kesejahteraan Keluarga
Menurut Aisyah Dahlan dalam Suharto (2005),
kesejahteraan diartikan sebagai berikut: “Pengertian kesejahteraan
dengan kebahagiaan walaupun secara maknawi sulit dibedakan.
Kesejahteraan berasal dari kata “sejahtera” yang dipakai untuk
suatu yang konkret, riil, materiil. Telah diketahui bahwa
kesejahteraan dapat diperoleh apabila terjadi keseimbangan atau
keserasian antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan kebutuhan
rohani.
Badan Pusat Statistik Indonesia (2000) menerangkan bahwa
guna melihat tingkat kesejahteraan rumah tangga suatu wilayah ada
beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran yakni:
1. Tingkat pendapatan keluarga.
2. Komposisi pengeluaran rumah tangga dengan
membandingkan pengeluaran untuk pangan dengan non-
pangan
3. Tingkat pendidikan keluarga
4. Tingkat kesehatan keluarga.
5. Kondisi perumahan serta fasilitas yang dimiliki dalam
rumah tangga.
Konsep Kesejahteraan Keluarga Menurut BKKBN (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) Keluarga
sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual
dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar
anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 52 tahun 2009).
Tingkat Kesejahteraan Keluarga Menurut BKKBN Tingkat
kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjadi 5 (lima) tahapan
beserta indikator-indikatornya yaitu (Astuti, Adyatma, dan
Normelani, 2017):
1. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
Yaitu keluarga yang tidak memenuhi salah satu dari
6 (enam) indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau
indikator ”kebutuhan dasar keluarga” (basic needs).
2. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KSI)
Yaitu keluarga mampu memenuhi 6 (enam)
indikator tahapan KS I. Enam Indikator tahapan Keluarga
Sejahtera I (KS I) atau indikator”kebutuhan dasar keluarga”
(basic needs), dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu:
1) Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali
sehari atau lebih.
Pengertian makan adalah makan menurut
pengertian dan kebiasaan masyarakat setempat,
seperti makan nasi bagi mereka yang biasa makan
nasi sebagai makanan pokoknya (staple food), atau
seperti makan sagu bagi mereka yang biasa makan
sagu dan sebagainya.
2) Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda
untuk di rumah, bekerja/sekolah dan bepergian.
Pengertian pakaian yang berbeda adalah
pemilikan pakaian yang tidak hanya satu pasang,
sehingga tidak terpaksa harus memakai pakaian
yang sama dalam kegiatan hidup yang berbeda beda.
Misalnya pakaian untuk di rumah (untuk tidur atau
beristirahat di rumah) lain dengan pakaian untuk ke
sekolah atau untuk bekerja (ke sawah, ke kantor,
berjualan dan sebagainya) dan lain pula dengan
pakaian untuk bepergian (seperti menghadiri
undangan perkawinan, piknik, ke rumah ibadah dan
sebagainya).
3) Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap,
lantai dan dinding yang baik.
Pengertian Rumah yang ditempati keluarga
ini adalah keadaan rumah tinggal keluarga
mempunyai atap, lantai dan dinding dalam kondisi
yang layak ditempati, baik dari segi perlindungan
maupun dari segi kesehatan.
4) Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana
kesehatan.
Pengertian sarana kesehatan adalah sarana
kesehatan modern, seperti Rumah Sakit, Puskesmas,
Balai Pengobatan, Apotek, Posyandu, Poliklinik,
Bidan Desa dan sebagainya, yang memberikan obat
obatan yang diproduksi secara modern dan telah
mendapat izin peredaran dari instansi yang
berwenang (Departemen Kesehatan/Badan POM).
5) Bila pasangan usia subur ingin berkeluarga
berencana (KB) pergi ke sarana pelayanan
Kontrasepsi
Pengertian Sarana Pelayanan Kontrasepsi
adalah sarana atau tempat pelayanan keluarga
berencana (KB), seperti Rumah Sakit, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Balai Pengobatan, Apotek,
Posyandu, Poliklinik, Dokter Swasta, Bidan Desa
dan sebagainya, yang memberikan pelayanan
keluarga berencana (KB) dengan alat kontrasepsi
modern, seperti IUD, MOW, MOP, Kondom,
Implan, Suntikan dan Pil, kepada pasangan usia
subur yang membutuhkan. (Hanya untuk keluarga
yang berstatus Pasangan Usia Subur).
6) Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga
bersekolah.
Pengertian Semua anak umur 7-15 tahun
adalah semua anak 7-15 tahun dari keluarga (jika
keluarga mempunyai anak 7-15 tahun), yang harus
mengikuti wajib belajar 9 tahun. Bersekolah
diartikan anak usia 7-15 tahun di keluarga itu
terdaftar dan aktif bersekolah setingkat SD/sederajat
SD atau setingkat SLTP/sederajat SLTP.
3. Tahapan Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam)
indikator tahapan KS I dan 8 (delapan) indikator KS II.
Delapan indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau
indicator “kebutuhan psikologis” (psychological needs)
keluarga, dari 21 indikator keluarga sejahtera yaitu:
1) Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
Pengertian anggota keluarga melaksanakan
ibadah adalah kegiatan keluarga untuk
melaksanakan ibadah, sesuai dengan ajaran
agama/kepercayaan yang dianut oleh masing masing
keluarga/anggota keluarga. Ibadah tersebut dapat
dilakukan sendiri-sendiri atau bersama sama oleh
keluarga di rumah, atau di tempat tempat yang
sesuai dengan ditentukan menurut ajaran masing
masing agama/kepercayaan.
2) Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota
keluarga makan daging/ikan/telur.
Pengertian makan daging/ikan/telur adalah
memakan daging atau ikan atau telur, sebagai lauk
pada waktu makan untuk melengkapi keperluan gizi
protein. Indikator ini tidak berlaku untuk keluarga
vegetarian.
3) Seluruh anggota keluarga memperoleh paling
kurang satu stel pakaian baru dalam setahun.
Pengertian pakaian baru adalah pakaian
layak pakai (baru/bekas) yang merupakan tambahan
yang telah dimiliki baik dari membeli atau dari
pemberian pihak lain, yaitu jenis pakaian yang lazim
dipakai sehari hari oleh masyarakat setempat.
4) Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap
penghuni rumah.
Luas Lantai rumah paling kurang 8 m2
adalah keseluruhan luas lantai rumah, baik tingkat
atas, maupun tingkat bawah, termasuk bagian dapur,
kamar mandi, paviliun, garasi dan gudang yang
apabila dibagi dengan jumlah penghuni rumah
diperoleh luas ruang tidak kurang dari 8 m2.
5) Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat
sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi masing-
masing.
Pengertian Keadaan sehat adalah kondisi
kesehatan seseorang dalam keluarga yang berada
dalam batas normal, sehingga yang bersangkutan
tidak harus dirawat di rumah sakit, atau tidak
terpaksa harus tinggal di rumah, atau tidak terpaksa
absen bekerja/ke sekolah selama jangka waktu lebih
dari 4 hari. Dengan demikian anggota keluarga
tersebut dapat melaksanakan tugas dan fungsinya
sesuai dengan kedudukan masing masing di dalam
keluarga.
6) Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang
bekerja untuk memperoleh penghasilan.
Pengertian anggota keluarga yang bekerja
untuk memperoleh penghasilan adalah keluarga
yang paling kurang salah seorang anggotanya yang
sudah dewasa memperoleh penghasilan berupa uang
atau barang dari sumber penghasilan yang
dipandang layak oleh masyarakat, yang dapat
memenuhi kebutuhan minimal sehari hari secara
terus menerus.
7) Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa
baca tulisan latin.
Pengertian anggota keluarga umur 10 - 60
tahun bisa baca tulisan latin adalah anggota keluarga
yang berumur 10 - 60 tahun dalam keluarga dapat
membaca tulisan huruf latin dan sekaligus
memahami arti dari kalimat kalimat dalam tulisan
tersebut. Indikator ini tidak berlaku bagi keluarga
yang tidak mempunyai anggota keluarga berumur
10-60 tahun.
8) Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat/obat kontrasepsi.
Pengertian Pasangan usia subur dengan anak
dua atau lebih menggunakan alat/obat kontrasepsi
adalah keluarga yang masih berstatus Pasangan Usia
Subur dengan jumlah anak dua atau lebih ikut KB
dengan menggunakan salah satu alat kontrasepsi
modern, seperti IUD, Pil, Suntikan, Implan,
Kondom, MOP dan MOW.
4. Tahapan Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam)
indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator KS II, dan 5
(lima) indikator KS III. Keluarga Sejahtera III (KS III), atau
indikator ”kebutuhan pengembangan” (develomental needs)
dari keluarga. Lima indikator Keluarga Sejahtera III (KS
III) atau indikator ”kebutuhan pengembangan”
(developmental needs), dari 21 indikator keluarga sejahtera
yaitu:
1) Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan
agama.
Pengertian keluarga berupaya meningkatkan
pengetahuan agama adalah upaya keluarga untuk
meningkatkan pengetahunan agama mereka masing-
masing. Misalnya mendengarkan pengajian,
mendatangkan guru mengaji atau guru agama bagi
anak anak, sekolah madrasah bagi anak anak yang
beragama Islam atau sekolah minggu bagi anak anak
yang beragama Kristen.
2) Sebagian penghasilan keluarga ditabung dalam
bentuk uang atau barang.
Pengertian sebagian penghasilan keluarga
ditabung dalam bentuk uang atau barang adalah
sebagian penghasilan keluarga yang disisihkan
untuk ditabung baik berupa uang maupun berupa
barang (misalnya dibelikan hewan ternak, sawah,
tanah, barang perhiasan, rumah sewaan dan
sebagainya). Tabungan berupa barang, apabila
diuangkan minimal senilai Rp500.000
3) Kebiasaan keluarga makan bersama paling kurang
seminggu sekali dimanfaatkan untuk berkomunikasi.
Pengertian kebiasaan keluarga makan
bersama adalah kebiasaan seluruh anggota keluarga
untuk makan bersama sama, sehingga waktu
sebelum atau sesudah makan dapat digunakan untuk
komunikasi membahas persoalan yang dihadapi
dalam satu minggu atau untuk berkomunikasi dan
bermusyawarah antar seluruh anggota keluarga.
4) Keluarga ikut dalam kegiatan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal.
Pengertian Keluarga ikut dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan tempat tinggal adalah
keikutsertaan seluruh atau sebagian dari anggota
keluarga dalam kegiatan masyarakat di sekitarnya
yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti gotong
royong, ronda malam, rapat RT, arisan, pengajian,
kegiatan PKK, kegiatan kesenian, olah raga dan
sebagainya.
5) Keluarga memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/ radio/tv/internet.
Pengertian Keluarga memperoleh informasi
dari surat kabar/ majalah/ radio/tv/internet adalah
tersedianya kesempatan bagi anggota keluarga untuk
memperoleh akses informasi baik secara lokal,
nasional, regional, maupun internasional, melalui
media cetak (seperti surat kabar, majalah, bulletin)
atau media elektronik (seperti radio, televisi,
internet). Media massa tersebut tidak perlu hanya
yang dimiliki atau dibeli sendiri oleh keluarga yang
bersangkutan, tetapi dapat juga yang dipinjamkan
atau dimiliki oleh orang/keluarga lain, ataupun yang
menjadi milik umum/milik bersama.
5. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi keseluruhan
dari 6 (enam) indikator tahapan KS I, 8 (delapan) indikator
KS II, 5 (lima) indikator KS III, serta 2 (dua) indikator
tahapan KS III Plus. Dua indikator Keluarga Sejahtera III
Plus (KS III Plus) atau indikator “aktualisasi diri” (self
esteem) dari 21 indikator keluarga, yaitu:
1) Keluarga secara teratur dengan suka rela
memberikan sumbangan materiil untuk kegiatan
sosial.
Pengertian Keluarga secara teratur dengan
suka rela memberikan sumbangan materiil untuk
kegiatan sosial adalah keluarga yang memiliki rasa
sosial yang besar dengan memberikan sumbangan
materiil secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela,
baik dalam bentuk uang maupun barang, bagi
kepentingan masyarakat (seperti untuk anak yatim
piatu, rumah ibadah, yayasan pendidikan, rumah
jompo, untuk membiayai kegiatan kegiatan di
tingkat RT/RW/Dusun, Desa dan sebagainya) dalam
hal ini tidak termasuk sumbangan wajib.
2) Ada anggota keluarga yang aktif sebagai pengurus
perkumpulan sosial/yayasan/ institusi masyarakat.
Pengertian ada anggota keluarga yang aktif
sebagai pengurus perkumpulan sosial/yayasan/
institusi masyarakat adalah keluarga yang memiliki
rasa sosial yang besar dengan memberikan bantuan
tenaga, pikiran dan moral secara terus menerus
untuk kepentingan sosial kemasyarakatan dengan
menjadi pengurus pada berbagai
organisasi/kepanitiaan (seperti pengurus pada
yayasan, organisasi adat, kesenian, olah raga,
keagamaan, kepemudaan, institusi masyarakat,
pengurus RT/RW, LKMD/LMD dan sebagainya.
2.6 Teori Pembangunan Ekonomi Islam
Islam sangat memperhatikan masalah pembangunan
ekonomi, namun tetap menempatkannya sebagai bagian dari
persoalan yang lebih besar, yaitu pembangunan umat manusia.
Fungsi utama Islam adalah membimbing manusia pada jalur yang
benar dan arah yang tepat. Semua aspek yang berkaitan dengan
pembangunan ekonomi harus menyatu dengan pembangunan umat
manusia secara keseluruhan.
Khurshid Ahmad, merumuskan empat prinsip yang dapat
diturunkan dari ajaran Islam sebagai “dasar-dasar filosofis”
pembangunan yang Islami dapat dijelaskan sebagai berikut (Fadlan,
2010):
1. Tawhid, yang meletakkan dasar-dasar hubungan antara
Allah dan manusia dengan sesamanya.
2. Rububiyah, yang menyatakan dasar-dasar hukum Allah
untuk selanjutnya mengatur model pembangunan yang
bernafaskan Islam.
3. Khalifah, yang menjelaskan status dan peran manusia
sebagai wakil Allah di muka bumi. Pertanggung jawaban
ini menyangkut manusia sebagai muslim maupun sebagai
anggota dari umat manusia. Dari konsep ini lahir pengertian
tentang perwalian, moral, politik, ekonomi, serta prinsip-
prinsip organisasi soial lainnya.
4. Tazkiyah, misi utama utusan Allah adalah menyucikan
manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesamanya,
alam lingkungan, masyarakat dan negara.
Menurut Chapra dalam Almizan (2016) salah satu cara yang
paling konstruktif dalam mempercepat pertumbuhan yang
berkeadilan adalah dengan membuat masyarakat dan individu
untuk mampu semaksimal mungkin menggunakan daya kreasi dan
artistiknya secara profesional, produktif dan efisien.
Islam berusaha supaya sumber daya alam yang ada dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya agar bisa menghasilkan produksi
sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya. Oleh karena itu,
pemberian kebebasan mutlak kepada hak milik, tanpa ada
pencegahan terhadap pelampauan batas yang dilakukan oleh para
pemilik maupun pencegahan terhadap keluarnya mereka dari jalan
yang benar dalam pemanfaatan alam, merupakan aturan yang
bertentangan dengan Islam. Islam dalam pemanfaatan sumber daya
alam (Mujahidin, 2013) memberikan petunjuk sebagai berikut:
1. Alquran dan Sunnah memberikan peringatan bahwa alam
telah ditundukan untuk umat manusia sebagai salah satu
sumber rezeki
2. Manusia adalah khalifah Allah Swt yang bertugas untuk
mengatur, memanfaatkan, dan memberdayakan alam
dimuka bumi. Sedangkan pemilik yang hakiki adalah Allah
Swt.
3. Islam mengizinkan pemanfaatan sumber daya alam baik
untuk kepentingan seseorang ataupun untuk orang banyak.
4. Manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam harus
memerhatikan dan hukum-hukum yang telah ditetapkan
Allah Swt yaitu menjaga, memilihara dan
memakmurkannya bukan merusak alam yang
mengakibatkan punahnya keasian dan keindahan alam
semesta.
2.7 Penelitian Terkait
Tabel 2.1
Penelitian Terkait
No. Judul/Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
1.
Peran Perempuan
Tani Dalam
Menunjang
Perekonomian
Rumah Tangga
Keluarga Petani
(Praksekti dan
Rohmah, 2017)
Kedua penelitian
ini sama-sama
mengkaji tentang
petani perempuan
dalam menunjang
perekonomian
keluarga petani.
Dalam penelitian
Praksekti dan
Rohmah, 2017
Pemilihan sampel
dengan
menggunakan
purposive sample
dengan mengambil
subjek penelitian
yang memenuhi
kriteria.
2. Peran Pekerja
Perempuan Dalam
Memenuhi
Ekonomi Keluarga:
Dari Peran
Domestik Menuju
Sektor Publik
(Tuwu, 2018)
Kedua penelitian
sama-sama
mengkaji tentang
bagaimana peran
perempuan dalam
meningkatkan
perekonomian
keluarga.
Dalam penelitian
Tuwu teknik
pengumpulan data
menggunakan focus
group discusions.
Sedangkan dalam
penelitian ini tidak
menggunakan hal
yang demikian.
3. Peran Perempuan
Dalam Menunjang
Perekonomian
Rumah Tangga
Keluarga Petani
Tradisional Untuk
Penanggulangan
Kemiskinan Di
Desa Kuwil
Kecamatan
Kalawat ( aswiyati,
2016)
Kedua penelitian
ini sama-sama
mengkaji tentang
perempuan dalam
menunjang
perekonomian
keluarga petani.
Dalam penelitian
aswiyati dia
memasukkan
variabel kemiskinan
sedangkan penelitian
ini tidak
menggunakan
menggunakan
variabel demikian.
Tabel 2.1 Lanjutan
Penelitian Terkait
No. Judul/Penelitian Persamaan
Penelitian
Perbedaan Penelitian
4. Peranan Perempuan
Dalam
Meningkatkan
Kesejahteraan
Ekonomi Keluarga
(Studi Tentang
Peranan tugas K3l
Perempuan
Universitas
Padjadjaran
Jatinangor (zona:
rektorat)
(Bunsaman, 2018)
Kedua penelitian ini
sama-sama mengkaji
tentang peranan
perempuan dalam
meningkatkan
ekonomi keluarga.
Dalam penelitian
Bunsaman, objek
penelitian petugas
kebersihan, sedangkan
dalam penelitian ini
objek
penelitiannya adalah
perempuan yang
bekerja sebagai petani.
5. Peranan Perempuan
Dalam
Perekonomian
Keluarga Dengan
Memanfaatkan
Sumber daya
Pertanian (Bertham,
dkk. 2011)
Kedua penelitian ini
sama-sama mengkaji
tentang peranan
perempuan dalam
meningkatkan
ekonomi keluarga
Dalam penelitian
Bertham mengkaji lebih
dalam keseteraan
gender tentang,
sementara focus
penelitian saya adalah
untuk melihat seberapa
besar kontribusi petani
perempuan dalam
meningkatkan
perekonomian keluarga.
6. Peran Gender,
Kontribusi Ekonomi
Perempuan, Dan
Kesejahteraan
Keluarga Petani
Hortikultura
(Puspitasari,dkk.,
2013)
Kedua penelitian ini
sama-sama mengkaji
tentang peranan
perempuan dalam
meningkatkan
ekonomi keluarga
Dalam penelitian
Puspitasari
membandingkan antara
konribusi antara petani
laki-laki dan petani
perempuan dalam
meningkatkan
perekonomian keluarga.
Sementara penelitian
saya hanya melihat
seberapa besar
kontribusi petani
Hasil penelitian ini menunjukkan peran perempuan tani
dalam menunjang perekonomian rumah tangga keluarga petani di
Desa Ngubalan Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung,
para perempuan tani telah ikut ambil bagian dalam menambah
pendapatan keluarga untuk membantu suami yang penghasilannya
kecil. Selain bekerja menjadi tani perempuan, mereka tidak
melupakan tanggung jawab mereka sebagai ibu rumah tangga.
Secara otomatis perannnya menjadi ganda, yaitu menjadi ibu
rumah tangga dan sebagai istri yang bekerja (Praksekti dan
Rohmah, 2017).
Peran perempuan sebagai istri-ibu rumah tangga petani
traditional di Desa Kuwil relatif besar dan kedudukan mereka
sebagai istri-ibu rumah tangga relatif kuat, karena istri petani
dominan dalam mengambil keputusan sendiri dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi dan sosial bagi keluarganya. Demikian pula
untuk beban kerja dalam rumah tangga, yaitu tugas domistiknya
ternyata juga besar (Aswiyati, 2016).
Hasil penelitian (Tuwu, 2018) menunjukkan bahwa peran
perempuan desa yang bekerja di kawasan pariwisata pantai Batu
Gong sangat besar dalam mendukung pemenuhan ekonomi
keluarga. Pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha tersebut
kemudian mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
rumah tangga seperti; Pertama, untuk menambah penghasilan
suami dan pendapatan keluarga; Kedua, untuk keperluan belanja
keluarga sehari-hari; Ketiga, untuk keperluan biaya sekolah anak-
anak; dan keempat, sebagian pendapatan ditabung untuk keperluan
penting lainnya seperti ketika mengalami krisis, sakit keras, dan
masalah keluarga lainnya.
Bunsaman (2018) dalam penelitiannya menemukan bahwa
peranan perempuan dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi
keluarga K3L terbagi menjadi dua peran, yang pertama adalah
peran perempuan di dalam keluarga, diantaranya adalah peranan
sebagai seorang ibu dan juga peranan sebagai pendamping suami.
Yang kedua adalah peranan perempuan di luar keluarga yaitu
sebagai pencari nafkah. Para perempuan ini bekerja untuk dapat
meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga.
Bertham, dkk. (2011) kontribusi pendapatan perempuan
petani terhadap pendapatan keluarga pada umumnya adalah sedang,
dengan kisaran kontribusi 40% – 59% dari total penghasilan
keluarga. Kondisi ini bisa menjadi kekuatan perempuan untuk ikut
serta dalam pengambilan keputusan dalam rumah tangganya,
sehingga keberadaan perempuan dalam keluarga menjadi lebih
penting dan dihargai.
Puspitasari (2013) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
peran gender pada aktifitas domestik dan publik berada pada
kategori sedang dan peran gender dalam manajemen kontribusi
ekonomi perempuan dalam pendapatan keluarga sebesar 11,3
persen.
2.8 Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir yang baik yaitu kerangka berpikir yang
dapat menjelaskan hubungan antar variabel yang akan diteliti. Jadi,
hubungan antar variabel harus dijelaskan dalam melakukan sebuah
penelitian. Dalam suatu penelitian kerangka berpikir perlu
dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut terdapat dua
variabel atau lebih (Sugiyono, 2011).
Untuk mengetahui masalah yang akan dibahas, maka perlu
adanya kerangka pemikiran yang merupakan landasan dalam
meneliti suatu masalah yang bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran suatu penelitian. Maka
dari itu kerangka pemikiran ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas yaitu untuk
mengetahui bagaimana kontribusi perempuan sebagai petani dalam
perspektif Islam dalam meningkatkan kesejahteraan perekonomian
Kontribusi perempuan sebagai petani
Tingkat perekonomian
keluarga
Tinjauan islam terhadap kontribusi
perempuan dalam meningkatkan
perekonomian keluarga
keluarga maka penulis menggunakan faktor-faktor yang beberapa
pertanyaan untuk menjawab rumusan masalah dengan
mengidentifikasi tingkat kesehateraan keluarga beradasarkan
indicator yang dikeluarkan BKKBN.
53
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut
Moleong (2011: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan dan lain-lain., secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan
sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.
Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau
sampling, bahkan samplingnya sangat terbatas. Jika data yang
terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang
diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya.
3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti
melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau
peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam
rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Berdasarkan
observasi pertama yang penulis lakukan, penulis menemukan
bahwa pada umumnya perempuan baik yang berkeluarga maupun
yang belum berkeluarga bekerja sebagai petani. Hal ini didukung
54
oleh kondisi geografis dimana kondisi tanah memungkinkan untuk
dijadikan lahan pertanian dengan luas yang mencukupi. Maka
lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Lamkunyet Aceh Besar.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Maka populasi dari penelitian ini adalah seluruh
petani perempuan di Desa Lamkunyet Aceh Besar. Sedangkan
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan cara-cara
tertentu, jelas dan lengkap dan dapat dianggap mewakili populasi.
Maka yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah petani
perempuan di desa Lamkunyet serta tokoh masyarakat yaitu kepala
desa dan perangkat desa Lamkunyet. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan snowball
sampling. Teknik sampling snowball adalah suatu metode untuk
mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam suatu
jaringan atau rantai hubungan yang menerus. Peneliti menyajikan
suatu jaringan melalui gambar sociogram berupa gambar
lingkaran-lingkaran yang dikaitkan atau dihubungkan dengan garis-
garis. Setiap lingkaran mewakili satu responden atau kasus, dan
garis-garis menunjukkan hubungan antar responden atau antar
kasus (Neuman, 2003). Jadi, penentuan sampel dalam penelitian
kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan
selama penelitian berlangsung. Caranya yaitu seorang peneliti
55
memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan
data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi
yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu peneliti dapat
menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan
memberikan data lebih lengkap. Sehingga informan dalam
penelitian ini adalah delapan orang petani perempuan dan dua
orang perangkat desa.
3.4 Sumber Data
Adapun dalam penelitian ini data yang digunakan adalah:
a. Data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui wawancara dengan para petani perempuan di Desa
Lamkunyet Aceh Besar.
b. Data sekunder diperoleh dari dokumentasi yaitu berupa
jumlah penduduk Desa Lamkunyet yang didapat di Kantor
Desa.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara
yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Ada
beberapa teknik atau metode pengumpulan data yang biasanya
dilakukan oleh peneliti. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau
gabungan dari metode yang ada tergantung masalah yang dihadapi
(Kriyantono, 2009: 93). Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini, antara lain:
56
a. Wawancara
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan wawancara. Wawancara
adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan
oleh Lincoln dan Guba dalam Moleong (2011: 186), antara
lain:
1. Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntunan, kepedulian, dan lain-lain
kebulatan;
2. Merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai
yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-
kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada
masa yang akan datang;
3. Memperivikasi, mengubah dan memperluas konstruksi
yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan
anggota.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini adalah wawancara baku terbuka, yakni menggunakan
pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-kata, dan cara
penyajiannya pun sama untuk setiap informan. Keluwesan
57
mengadakan pertanyaan pendalaman (probing) terbatas, dan
hal itu bergantung situasi wawancara dan kecakapan
pewawancara. Wawancara demikian digunakan jika
dipandang sangat perlu untuk mengurangi sedapat-dapatnya
variasi yang bisa terjadi antara seorang terwawancara
dengan yang lainnya. Maksud pelaksanaan tidak lain
merupakan usaha untuk menghilangkan kemungkinan
terjadi kekeliruan (Moleong, 2011: 188). Secara spesifik
agar lebih mudah wawancara digunakan dengan teknik
wawancara terstruktur karena peneliti menetapkan sendiri
masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
(Moleong, 2011: 190).
b. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi
menurut Arikunto (2006:72) ialah pengambilan data yang
diperoleh melalui dokumen-dokumen. Pada
pelaksanaannya data dokumentasi merupakan data sekunder
yaitu data informasi yang terkait dengan masalah penelitian
yang diperoleh dari buku, internet, majalah, surat kabar, dan
dokumen-dokumen yang terkait.
c. Observasi
Untuk melengkapi cara memperoleh data yang
lengkap penulis mempergunakan metode observasi, yaitu
mengamati, mencari data dari beberapa fakta mengenai hal
yang ada hubungannya dengan permasalahan. Pada
58
penelitian ini meneliti melakukan pengamatan langsung ke
lapangan untuk mengetahui secara umum mengenai
bagaimana kontribusi petani perempuan dalam
meningkatkan perekonomian keluarga ditinjau dari
perspektif Islam.
3.6 Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dokumentasi, dengan mengorganisasikan data kedalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, dan memilih mana yang lebih penting
untuk dipelajari sehingga dapat di tarik kesimpulan. Untuk
kepentingan analisis data, dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode analisis kualitatif. Analisis kualitatif
merupakan penelitian yang dilakukan pada obyek yang alamiah
yaitu objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh
peneliti, dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi
dinamika pada obyek tersebut. Sedangkan pendekatan penelitian
yang digunakan adalah pendekatan induktif, yaitu prosedur
penelitian yang berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dilapangan
dan kemudian dikontruksikan menjadi hipotesis atau teori.
Analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu prosedur untuk
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata,
tulisan atau lisan dari orang yang berperilaku yang dapat
dimengerti. Analisis deskriptif digunakan untuk menguraikan dan
59
merincikan kalimat-kalimat yang ada, sehingga dapat ditarik
kesimpulan sebagai jawaban.
60
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Konsdisi dan Lokasi Penelitian
1. Geografis
Secara Geografis desa Lamkunyet adalah salah satu
desa yang berada di kecamatan Darul Kamal kabupaten
Aceh Besar dengan luas wilayah 200 Ha. Secara
administrasi dan geografis Lamkunyet berbatasan langsung
dengan:
1. Sebelah Barat berbatasan dengan desa Lhang
2. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Turam
3. Sebelah Utara berbatasan dengan desa Lambatee
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Lhang
2. Topografi
Secara umum topografi desa Lamkunyet adalah
daerah dataran. Ketinggan tanah dari permukaan laut antara
500-600 dpl dengan suhu udara rata-rata 22-35 derajat
celcius. Iklim desa Lamkunyet sebagaimana desa-desa
lainnya di wilayah Indonesia mempunyai iklim kemarau
dan penghujan, hal tersebut mempunyai pengaruh terhadap
pola tanam yang ada di desa Lamkunyet kecamatan Darul
Kamal.
Desa Lamkunyet merupakan daerah daratan
persawahan, daerah datar. Secara fisik potensi alam
61
memiliki keberagaman bila dikelola dan dikembangkan
dengan baik maka mendapatkan peningkatan penghasilan
yang memuaskan. Secara umum masyarakat desa
Lamkunyet melakukan kegiatan pertanian (tanaman
pangan/hortikula dan perkebunan) dan peternakan (lembu,
kambing, ayam). Lahan yang terdapat di wilayah desa
Lamkunyet digunakan secara produktif. Hal ini
menunjukkan bahwa Kawasan desa Lamkunyet memiliki
sumber daya alam yang memadai dan siap untuk diolah.
4.1.2 Peta Wilayah
Berikut Peta wilayah desa Desa Lamkunyet kecamatan
Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar menjadi studi penelitian ini.
Gambar 4. 1 Peta Lokasi Penelitian
Sumber: google maps (2020)
4.2 Analisis Hasil
Dalam analisis hasil terdapat dua bagian yaitu keadaan
umum informan yang terdiri dari nama, umur, jumlah tanggungan
dalam keluarga, pekerjaan suami dan pendapatan suami, bagian
62
kedua terdiri adalah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan
kepada informan.
4.2.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, semua nama informan disamarkan
dengan inisial dari orang yang berkerja sebagai petani. Hal ini
peneliti lakukan dengan tujuan menjaga kerahasian informan yang
diteliti. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 10 orang yaitu
delapan orang merupakan perempuan yang bekerja sebagai petani
dan dua diantaranya merupakan perangkat desa yang memberikan
informasi secara umum tentang keadaan petani perempuan di Desa
Lamkunyet.
1. Keadaan Umum Informan Berdasarkan Umur
Tabel 4.1
Keadaan Umum Informan Berdasarkan Umur
Inisial Informan Umur (Tahun) HB 42
EL 29
AS 65
KH 42
BD 45
FD 50
NY 38
AM 38
Sumber: Wawancara dengan informan(2020)
Berdasarkan tabel diatas keadaan umum informan
berdasarkan umur yang berumur 29 tahun sebanyak satu orang, 38
tahun sebanyak dua orang, 42 tahun sebanyak dua orang, 45 tahun
satu orang, 50 tahun sebanyak satu orang, 65 tahun sebanyak satu
63
orang. Dengan rata-rata umur petani perempuan yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah 49 tahun.
2. Keadaan Umum Informan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Terakhir
Tabel 4.2
Keadaan Umum Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Terakhir
Inisial Informan Tingkat Pendidikan Terakhir HB SD
EL S1
AS -
KH SD
BD SMP
FD SD
NY SMP
AM SMA
Sumber : Wawancara dengan informan(2020)
Berdasarkan tabel tingkat pendidikan terakhir informan
yang tidak bersekolah sebanyak satu orang, tamatan SD sebanyak
tiga orang, tamatan SMP sebanyak dua orang, tamatan SMA
sebanyak satu orang dan tamatan S1 sebanyak satu orang.
3. Keadaan Umum Informan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Terakhir Suami
Tabel 4.3
Keadaan Umum Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Terakhir Suami
Inisial Informan Tingkat Pendidikan
Terakhir Suami HB SMP
EL SMA
AS -
KH SD
64
Tabel 4.3 - Lanjutan
Inisial Informan Tingkat Pendidikan
Terakhir Suami BD SD
FD SD
NY SMA
AM SMA
Sumber : Wawancara dengan informan (2020)
Berdasarkan tabel tingkat pendidikan terakhir suami yang
tidak bersekolah sebanyak satu orang, tamatan SD sebanyak tiga
orang, tamatan SMP sebanyak satu orang, tamatan SMA sebanyak
tiga orang.
4. Keadaan Umum Informan Berdasarkan Jumlah Anak
Yang Menjadi Tanggungan Dalam Keluarga
Tabel 4.4
Keadaan Umum Informan Berdasarkan Jumlah Anak Yang
Menjadi Tanggungan Dalam Keluarga
Inisial Informan Jumlah Anak Yang Menjadi
Tanggungan HB 2
EL 2
AS 1
KH 2
BD 2
FD 3
NY 3
AM 4
Sumber : Wawancara dengan informan (2020)
Berdasarkan tabel di atas informan berdasarkan jumlah
anak yang menjadi tanggungan dalam keluarga adalah sebanyak
informan HB sebanyak dua orang, informan EL sebanyak dua
65
orang, informan AS satu orang tanggungan, informan KH sebanyak
dua orang, informan BD sebanyak dua orang, informan FD
sebanyak tiga orang, informan NY sebanyak tiga orang, informan
AM sebanyak empat orang.
5. Keadaan Umum Informan Berdasarkan Pekerjaan
Suami
Tabel 4.5
Keadaan Umum Informan Berdasarkan Pekerjaan Suami
Inisial Informan Pekerjaan Suami
HB Buruh Kasar
EL Swasta
AS -
KH Buruh kasar
BD Petani
FD Swasta
NY Buruh Kasar
AM Swasta
Sumber : Wawancara dengan informan (2020)
Berdasarkan tabel diatas distribusi keadaan umum informan
berdasarkan pekerjaan suami terdapat tiga orang yang berkerja
sebagai buruh kasar, swasta terdapat tiga orang, petani satu orang,
satu orang tidak bersuami.
66
6. Keadaan Umum Informan Berdasarkan Pendapatan
Suami
Tabel 4.6
Keadaan Umum Informan Berdasarkan Pendapatan suami
Inisial
Informan
Rata-Rata Pendapatan
suami / Bulan HB Rp 1.000.000
EL Rp 1.500.000
AS Rp 0
KH Rp 1.500.000
BD Rp 2.500.000
FD Rp 1.500.000
NY Rp 1.500.000
AM Rp 2.500.000
Sumber : Wawancara dengan informan (2020)
Berdasarkan tabel diatas distribusi keadaan umum informan
berdasarkan pendapatan suami terdapat satu orang yang
berpenghasilan Rp1.000.000, terdapat tiga orang yang
berpenghasilan Rp1.500.000, terdapat dua orang yang
berpenghasilan Rp2.500.000.
4.3 Kontribusi Petani Perempuan dalam Meningkatkan
Perekonomian Keluarga di Desa Lamkunyet Aceh Besar
Menurt Dewi (2011) dalam Putri dan Lestari (2015) secara
umum seorang suami berperan sebagai kepala keluarga yang
bertugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan. Suami juga berperan sebagai mitra istri yaitu
menjadi teman setia yang menyenangkan dan selalu ada di saat
suka maupun duka dengan selalu menyediakan waktu untuk
berbincang dan menghabiskan waktu senggang dengan sang istri.
67
Sebagai suami juga harus berperan untuk mengayomi atau
membimbing istri agar selalu tetap berada di jalan yang benar.
Selain menjadi rekan yang baik untuk istri, suami juga dapat
membantu meringankan tugas istri, seperti mengajak anak-anak
bermain atau berekreasi serta memberikan waktu-waktu luang yang
berkualitas untuk anak di sela-sela kesibukan suami dalam mencari
nafkah. Selain peran suami, istri juga mempunyai peran yang
sangat penting, yaitu sebagai pendamping suami di setiap saat dan
ibu yang siap menjaga dan membimbing anak-anaknya. Sama
seperti suami, istri juga berperan sebagai mitra atau rekan yang
baik dan menyenangkan bagi pasangan hidupnya. Istri dapat diajak
untuk berdiskusi mengenai berbagai macam permasalahan yang
terjadi dan juga berbincang tentang hal-hal yang ringan. Istri
sebagai pendorong dan penyemangat demi kemajuan suami di
bidang pekerjaannya (Dewi, 2011).
Tidak hanya dalam rumah tangga, banyak perempuan yang
berkontribusi dalam meningkatkan perekonomian keluarganya
dengan bekerja. Pekerjaan yang dijalani seorang perempuan ialah
sebagai pengajar, tenaga medis bahkan tenaga jasa. Membagi
waktu antara pekerjaan dan menggurus rumah tangga dijalani untuk
meningkatkan perekonomian keluarganya.
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelitian terhadap
kontribusi petani perempuan dalam meningkatkan perekonomian
keluarga di desa Lamkunyet. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa banyaknya perempuan yang bekerja sebagai petani paruh
68
waktu dalam meningkatkan perekonomian keluarga mereka, juga
untuk membantu meringankan beban suami karena penghasilan
suami mereka kurang mencukupi. Penghasilan yang mereka
peroleh sebagai petani tergolong tinggi dalam meningkatkan
perekonomian keluarganya, penghasilan tersebut dapat memenuhi
kebutuhan pokok dan juga untuk dapat memenuhi kebutuhan
pendidikan anak. Berdasarkan wawancara dengan perangkat Desa
Lamkunyet didapatkan informasi bahwa secara umum penduduk
desanya sebagian besar bekerja sebagai petani untuk memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari, dan kebanyakan kepemilikan
tanahnya adalah milik pribadi dengan sekali panen dalam setahun
dan ada juga yang dua kali panen dalam setahun tetapi tergantung
kondisi air dikarenakan ketidaktersediaan irigasi di desa tersebut.
ZN dan MW mengatakan bahwa hasil panen yang didapatkan oleh
masyarakat desanya secara keseluruhan cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga mereka dan kontribusi petani perempuan
juga besar dalam menunjang perekonomian keluarga dengan
adanya istri yang bekerja meringankan beban suami.
ZN sebagai sekretaris desa mengatakan bahwa selama lima
tahun belakangan secara ekonomi bahwa masyarakat di desa
Lamkunyet mengalami perkembangan yang tinggi hal ini bisa
dilihat dari segi pembangunan rumah, sebelumnya kondisi rumah
mereka umumnya semi permanen dan tidak layak huni. Disamping
itu dari segi Pendidikan kebanyakan masyarakat desa Lamkunyet
hanya banyak yang tamatan sekolah dasar. Juga mereka tidak
69
memiliki akses kesehatan seperti BPJS kesehatan dan struktur
masyarakatnya masih teringgal. Namun lima tahun belakangan ini
perkembangan sangat cepat yaitu dari segi bangunan rumah sudah
permanen dan kondisi layak huni dengan ukuran rumah yang cukup
besar. Kemudian dari segi pendidikan juga sudah banyak anak
petani perempuan di desa Lamkunyet yang sekolah menengah
keatas juga bahkan keperguruan tinggi. Petani perempuan di desa
Lamkunyet juga sudah banyak menggunakan alat kontrasepsi bagi
pasangan usia subur atau mengikuti program keluarga berencana.
Peningkatan pendapatan petani perempuan di Desa Lamkunyet
karena mulai mengubah cara bercocok tanam seperti telah
menggunakan pupuk olahan pabrik yang sebelumnya hanya
menggunakan pupuk kandang seadanya. Kemudian juga
menggunakan alat modern seperti penggunaan mesin bajak yang
sebelumnya menggunakan lembu dan cangkul yang memperlambat
proses panen mereka, kemudian mereka juga sudah mengerti
tentang bibit unggul sehingga sekarang petani di desa Lamkunyet
sudah panen dengan masa lebih singkat sekirtar kurang 100 hari.
Pemerintah desa juga rutin memberikan sosialiasi atau penyuluhan
tentang tata cara bercocok tanam yang didatangkan langsung dari
dinas pertanian sehingga pendapatan petani perempuan di desa
Lamkunyet meningkat dan juga resiko gagal panen rendah. Dengan
demikian ZN menyimpulkan bahwa peningkatan hasil panen ini
berdampak pada kesejahteraan masyaratakat lamkunyet yang
sebelumnya dari tahun 2010-2015 umumnya masyarakat yang
70
bekerja sebagai petani perempuan termasuk keluarga sejahtera satu
(I) dan berdasarkan wawancara dengan dengan sekretaris desa
mengungkapkan bahwa beberapa tahun ini terjadi peningkatan
kesejahteraan masyarakatnya.
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai petani, para
perempuan di Desa lamkunyet mereka melakukan pekerjaan
dibantu oleh suaminya yaitu pada saat pengerjaan pemerataan tanah
setelah dibajak menggunakan traktor dan mengangkat hasil panen
selebihnya mulai dari menabur benih, menanam hingga panen
dikerjakan sendiri oleh petani perempuan.
Bertani telah menjadi kegiatan turun-temurun bagi
masyarakat di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal
Kabupaten Aceh Besar, sejak kecil banyak perempuan dan laki-laki
membantu orang tua dalam bertani, sehingga membuat masyarakat
memahami bagaimana cara bertani. Lama bertani dari seorang
petani pasti berbeda-beda antara petani yang satu dengan petani
yang lainnya. Dalam hal ini peneliti telah melakukan wawancara
secara langsung dengan petani perempuan di Desa Lamkunyet
Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar, dengan
pertanyaan “Sejak kapan ibu bekerja sebagai petani?”, berikut
jawaban beberapa informan:
Informan berinisial HB menjawab:
“Saya sudah menjadi petani sejak dulu, sudah lama sekali,
mungkin ada sekitar 25 tahunan.”
71
Informan berinisial EL menjawab:
“Saya menjadi petani sejak usia 19 tahun, saya ingin
mandiri untuk membantu keluarga sejak saat itu, sekarang usia
saya sudah 29 tahun, berarti saya sudah menjadi petani sudah 10
tahun.”
Informan berinisial AS menjawab:
“Kalau saya menjadi petani setelah menikah, tidak lama
setelah menikah saya menjadi petani, sudah 30 tahun lebih ada.”
Informan berinisial KH menjawab:
“Saya sudah bertani sejak kecil, bantu orang tua, cuma
kalau sebagai petani untuk sendiri (maksudnya untuk pemasukan
sendiri), adalah sekitar 10 tahunan terakhir.”
Informan berinisial BD menjawab:
“Saya sudah 25 tahun menjadi petani, sejak saya masih
gadis saya sudah mulai bertani.”
Informan berinisial FD menjawab:
“Sudah dari dulu saya jadi petani, angka pastinya berapa
tahun saya tidak ingat lagi, sebelum nikah sudah jadi petani, waktu
itu usia saya 20 tahunan, sekarang saya usia 50 tahun, berarti ada
sekitar 30 tahun saya bertani dek.”
72
Informan berinsial NY menjawab:
“Tidak lama setelah menikah saya menjadi petani, mungkin
ada sekitar 15 tahun lah.”
Informan berinsial AM menjawab:
“Kalau jadi petani untuk diri sendiri sekitar 15 tahun, itu
karena kebutuhan dan biar tidak nganggur dirumah.”
Berdasarkan dari jawaban informan di atas dapat
disimpulkan bahwa, informan sudah menjadi petani lebih dari 10
tahun, dengan masa paling sedikit adalah informan berinisial EL
yang telah menjadi petani selama 10 tahun, dan masa paling
banyak adalah informan berinisial AS yang telah menjadi petani
selama 30 tahun lebih. Dari kesimpulan ini bisa dilihat bahwa lama
bertani seseorang sangat bervariasi, hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Aulia, Ayu, dan Siregar (2017)
yang menyatakan bahwa lama dan pengalaman petani dalam
bertani bervariasi.
Islam menempatkan bekerja sebagai ibadah untuk mencari
rezeki dari Allah SWT., guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dalam hal ini peneliti telah melakukan wawancara secara langsung
dengan petani perempuan di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul
Kamal Kabupaten Aceh Besar, dengan pertanyaan “Apa motif ibu
bekerja?”, berikut jawaban beberapa informan:
73
Informan berinisial HB menjawab:
“Alasan saya bekerja untuk membantu memenuhi
kebutuhan pangan ekonomi keluarga, dan kebutuhan keluarga
lainnya seperti kebutuhan Pendidikan anak.”
Informan berinisial EL menjawab:
“Alasan saya bekerja untuk menghasilkan pendapatan yang
lebih banyak daripada sebelumnya, dan untuk memenuhi
kebutuhan pokok dalam keluarga.”
Informan berinisial AS menjawab:
“Saya bekerja sebagai petani untuk mmencukupi kebutuhan
sehari-hari dan kalau ada sisa untuk tabungan.”
Informan berinisial KH menjawab:
“Saya bekerja untuk untuk keluarga, untuk memenuhi
kebutuhan pangan dan untuk menambah pendapatan yang bisa
digunakan untuk menyekolahkan anak.”
Informan berinisial BD menjawab:
“Alasan saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan pangan
sehari-hari, selain padinya bisa dijual, padinya juga bisa dijadikan
beras dan hasil kalau makan hasil keringat sendiri akan
meningkatkan kenikmatannya.”
Informan berinisial FD menjawab:
“Alasan saya bekerja untuk makan dan memenuhi
kebutuhan sehari – hari.”
74
Informan berinisial NY menjawab:
“Alasan saya bekerja selain untuk mengisi waktu kosong,
juga untuk membantu memenuhi pangan keluarga, bantu suami
juga iya.”
Informan berinisial AM menjawab:
“Alasan saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
dan ini keahlian yang sudah saya kuasai.”
Berdasarkan dari jawaban informan di atas dapat
disimpulkan bahwa, motif informan bekerja sebagai petani untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membantu keuangan
keluarga. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh
Umanailo (2019) yang menyatakan bahwa, bertani atau menjadi
seorang petani adalah salah satu strategi untuk bertahan hidup
dengan cara memanfaatkan segala potensi yang dimiliki.
Lahan pertanian adalah lahan yang ditujukan atau cocok
untuk dijadikan lahan usaha tani untuk memproduksi tanaman
pertanian. Lahan pertanian merupakan salah satu sumber daya
utama pada usaha pertanian, karena jika seseorang ingin bertani
maka ia harus memiliki lahan, baik itu lahan sendiri atau lahan
orang lain yang telah diizikan untuk dikelola. Dalam hal ini peneliti
telah melakukan wawancara secara langsung dengan petani
perempuan di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal
Kabupaten Aceh Besar, dengan pertanyaan “Apakah lahan yang
ibu garap milik sendiri atau mengelola lahan milik orang lain?”,
berikut jawaban beberapa informan:
75
Informan berinisial HB menjawab:
“Alhamdulillah lahan yang saya garap adalah lahan milik
sendiri.”
Informan berinisial EL menjawab:
“Saya menggarap lahan milik pribadi, dari dulu saya
menggarap lahan sendiri.”
Informan berinisial AS menjawab:
“Milik pribadi, alhamdulillah saya mempunyai lahan
sendiri.”
5 informan lain juga mempunyai jawaban yang serupa
dengan informan diatas, jadi dapat disimpulkan bahwa, para petani
di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh
Besar sudah memiliki lahan pribadi/sendiri dan menggarap lahan
milik pribadi. Kepemilikan lahan akan mempengaruhi jumlah
pendapatan yang diterima ketika panen. Hal ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi dan Rondhi (2018) yang
menyatakan bahwa, kepemilikan lahan mempengaruhi pendapatan,
semakin rata distribusi kepemilikan lahan makan akan semakin rata
pula distribusi pendapatan.
Panen merupakan kegiatan pemungutan hasil sawah atau
ladang. Istilah ini paling umum digunakan dalam kegiatan
bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di sebuah
lahan. Dalam hal ini peneliti telah melakukan wawancara secara
langsung dengan petani perempuan di Desa Lamkunyet Kecamatan
76
Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar, dengan pertanyaan “Dalam
setahun berapa kali ibu panen?”, berikut jawaban beberapa
informan:
Informan berinisial HB menjawab:
“2 kali panen dalam satu tahun jika kondisi cuaca yang
mendukung dan tersedianya air yang cukup, jika tidak adanya air
hanya satu kali panen dalam satu tahun.”
Informan berinisial EL menjawab:
“2 kali panen dalam setahun karena tersedianya irigasi.”
Informan berinisial AS menjawab:
“1 kali panen dalam satu tahun, anjuran pemerintah dalam
setahun memang 2 kali, namun 1 kali itu pasti kesulitan air untuk
menanam padi, jadi saya menanam sekali saja ketika airnya
bagus.”
Informan berinisial KH menjawab:
“Saya hanya 1 kali panen, karena saya menanam padi
ketika ketersediaan airnya bagus.”
Informan berinisial BD menjawab:
“Alhamdulillah saya 2 kali panen dalam setahun, paling 1
kali panennya banyak, satu kali lagi lebih sedikit.”
Informan berinisial FD menjawab:
“1 kali panen, karena dalam setahun saya hanya sekali
menanam padi.”
77
Informan berinisial NY menjawab:
“2 kali panen dalam setahun, sama seperti yang lain.
Ketika masa tanam padi, saya juga nanam, kalau belum masanya
ya belum nanam.”
Informan berinisial AM menjawab:
“Kalau saya cuma 1 kali panen dalam setahun.”
Berdasarkan dari jawaban informan di atas dapat
disimpulkan bahwa, ada sebanyak 4 informan menyatakan bahwa
dalam setahun ada 2 kali penen, dan ada sebanyak 4 informan
menyatakan bahwa dalam setahun hanya 1 kali panen, perbedaan
jumlah panen dikarenakan karena ketersediaan air untuk menanam
padi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Khodijah (2015) bahwa, ketersediaan air akan sangat
mempengaruhi produksi, luasan panen, dan produktivitas padi
sawah.
Pendapatan akan didapatkan setelah melakukan panen,
Pendapatan petani adalah salah satu tolak ukur yang diperoleh
petani dari usaha tani yang dilakukan. Dalam hal ini peneliti telah
melakukan wawancara secara langsung dengan petani perempuan
di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh
Besar, dengan pertanyaan “Berapa pendapatan yang dihasilkan
dari pekerjaan ibu sebagai petani?”, berikut jawaban beberapa
informan:
78
Informan berinisial HB menjawab:
“Pendapatan dari bertani ini tidak menentu, karena saya
menggarap sawah sendiri, jadi tidak di gaji, palingan masuk uang
ketika sudah panen, biasanya dalam sekali panen ada dalam 20
empang.”
Informan berinisial EL menjawab:
“Untuk jumlah pastinya kurang tau, karena harga padi
setiap tahunnya berbeda-beda, rata-rata saya dapat 70 empang
dalam setahun”
Informan berinisial AS menjawab:
“Dalam sekali panen dapat 42 empang, tapi itu tidak
menjamin setiap tahunnya segitu, bisa lebih dan bisa saja kurang
sedikit”
Informan berinisial KH menjawab:
“Alhamdulillah saya punya lahan yang lumayan luas, jadi
sekali panen berhasil dapat 49 empang”
Informan berinisial BD menjawab:
“Rata-rata setiap tahunnya saya 56 empang, berarti kalau
sekali panen ada sekitar 28 empang kira-kiranya”
Informan berinisial FD menjawab:
“Kalau lagi bagus cuaca dan airnnya bisa nyampai 35
empang, tapi kalau kurang bagus cuma 30-32 empang.
Alhamdulillah seringnya dapat 35 empang dek.”
79
Informan berinisial NY menjawab:
“Sekali panen ada sekitar 30 empang dek, segitu rata-
ratanya di lahan ibu”
Informan berinisial AM menjawab:
“Kalau keseluruhan saya dapat hasil dari sawah saya
sebanyak 1000 kg setahun, alhamdulillah.”
Berdasarkan dari jawaban informan di atas dapat
disimpulkan bahwa, dalam setahun hasil panen sebagai pendapatan
petani di atas 20 empang, luas lahan membuat berbedanya hasil
panen. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lumintang (2013), bahwa pendapatan usahatani padi sawah yang
diterima oleh penduduk dipengaruhi oleh penerimaan, biaya
produksi dan luas lahan.
Dalam analisis usahatani, pendapatan yang diperoleh oleh
petani adalah sebagai indikator yang sangat penting karena
merupakan sumber pokok dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dalam hal ini peneliti telah melakukan wawancara secara langsung
dengan petani perempuan di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul
Kamal Kabupaten Aceh Besar, dengan pertanyaan “Apakah
pendapatan tersebut cukup memenuhi kebutuhan sehari – hari?”,
berikut jawaban beberapa informan:
Informan berinisial BD menjawab:
“Cukup dek, dalam setahun mungkin cuma 25 empang
untuk kebutuhan pangan, sisanya bisa ibu simpan atau ibu jual
ketika perlu uang.”
80
Informan berinisial NY menjawab:
“Alhamdulillah cukup dek, palingan untuk kebutuhan
pangan hanya 15 empang dalam setahun, sisanya bisa dijual untuk
keperluan yang lain atau disimpan dulu buat jaga-jaga, ketika
mendesak bisa dijual.”
6 informan lain juga mempunyai jawaban yang serupa
dengan informan diatas, jadi dapat disimpulkan bahwa, para petani
perempuan di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal
Kabupaten Aceh Besar sepakat menyatakan bahwa pendapatan dari
hasil bertani cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bhastoni dan
Yuliati (2015) yang menyatakan bahwa, pendapatan petani dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga.
Nafkah merupakan tangunggan seorang suami setelah
menikah, dan tidak diwajibkan istri untuk mencari nafkah, jika
seorang istri ingi mencari nafkah dengan tujuan membantu
keluarga, maka harus ada persetujuan dari suami. Dalam hal ini
peneliti telah melakukan wawancara secara langsung dengan petani
perempuan di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal
Kabupaten Aceh Besar, dengan pertanyaan “Apakah ibu
merupakan pencari nafkah utama dalam keluarga?”, berikut
jawaban beberapa informan:
81
Informan berinisial HB menjawab:
“Tidak, saya bukan pencari nafkah utama, masih ada suami
yang jadi pencari nafkah utama, saya hanya membantu
meringankan beban suami dan mencari uang untuk menutupi
kekurangan.”
Informan berinisial AS menjawab:
“Iya dek, saya pencari nafkah utama dalam keluarga,
karena suami saya juga sudah meninggal, saya tidak bisa berharap
sama orang lain, jadi harus usaha sendiri.
6 informan lain juga mempunyai jawaban yang serupa
dengan informan berinisial HB, jadi dapat disimpulkan bahwa,
sebanyak 7 orang informan petani perempuan di Desa Lamkunyet
Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar bukan pencari
nafkah utama, dan sebanyak 1 orang informan lainnya merupakan
pencari nafkah utama di dalam keluarga karena suaminya telah
meninggal. Djazimah dan Habudin (2016) pernah mengungkapkan
bahwa pencari nafkah utama dalam sebuah keluarga seorang suami
laki-laki (suami), perempuan akan menjadi seorang pencari nafkah
utama dalam keadaan tertentu seperti suaminya meninggal atau
bercerai.
Seorang istri memiliki berbagai peranan dalam rumah
tangga, selain sebagai seorang ibu, juga memeiliki peranan sebagai
seorang istri, bahkan ada beberapa memiliki peranan sebagai
pekerja. Seorang istri dituntut untuk bisa membagi waktu untuk
82
mengelola kegiatannya. Dalam hal ini peneliti telah melakukan
wawancara secara langsung dengan petani perempuan di Desa
Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar,
dengan pertanyaan “Bagaimana peranan istri di rumah tangga jika
dibarengi dengan bekerja?”, berikut jawaban beberapa informan:
Informan berinisial HB menjawab:
“Harus membagi waktu dengan baik dalam menjadi istri,
menggurus anak dan masak.”
Informan berinisial EL menjawab:
“Membagi waktu dengan baik, tanpa melupakan tugas
sebagai ibu dan istri.”
Informan berinisial AS menjawab:
“Saya pencari nafkah utama dalam keluarga, saya juga
berperan sebagai ibu, sejauh ini tidak ada yang mengganngu
kedua peranan yang saya emban.”
Informan berinisial KH menjawab:
“Saya tetap menjalankan peran saya sebagai istri dan ibu,
setelah itu saya lanjut bekerja.”
Informan berinisial BD menjawab:
“Meskipun saya bertani saya tidak melupakan tugas saya
sebagai ibu dan istri, saya tetap menjalankan tanggung jawab saya
sebelum pergi bertani.”
83
Informan berinisial FD menjawab:
“Saya tetap menjalankan peran saya sebagai seorang istri
dan seorang ibu untuk anak saya walupun saya bekerja.”
Informan berinisial NY menjawab:
“Saya tetap mengutamakan tugas saya sebagai istri dan ibu
karena itu tugas utama saya, jika tugas utama sudah selesai maka
baru saya bertani, jadi tidak melalaikan tugas utama.”
Informan berinisial AM menjawab:
“Peranan ganda ini saya jalani dengan baik, saya tidak
melalaikan keluarga saya baik itu anak maupun suami, bertani
hanya saya lakukan ketika kegiatan di rumah sudah saya
bereskan.”
Berdasarkan dari jawaban informan di atas dapat
disimpulkan bahwa, para petani perempuan di Desa Lamkunyet
Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar menjalankan
kedua perannya (sebagai ibu rumah tangga dan sebagai petani),
tanpa mengganggu aktifitas lainnya, artinya para petani perempuan
membagi waktu setiap kegiatannya, seperti bertani ketika tugas
rumah sudah selesai dikerjakan. Bachroni dan Asnawi (1999)
menyatakan bahwa, orang yang selalu kekurangan waktu adalah
mereka yang kurang memiliki keteraturan dan kedisiplinan diri
untuk menggunakan waktu secara efisien, jika orang tersebut
menetapkan/menyusun apa yang akan ia kerjakan kemudian ia
kerjakan sesuai dengan yang ditetapkan, maka ia tidak akan merasa
kekurangan waktu.
84
Banyaknya kegiatan yang menumpuk seringkali membuat
seseorang menjadi bingung harus memulai dari yang mana
disinilah seseorang dituntut untuk bisa membagi waktu sehingga
dapat menjalankan setiap kegiatannya. Dalam hal ini peneliti telah
melakukan wawancara secara langsung dengan petani perempuan
di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh
Besar, dengan pertanyaan “Bagaimana cara membagi waktu
dengan pekerjaan dan waktu dengan keluarga?”, berikut jawaban
beberapa informan:
Informan berinisial HB menjawab:
“Sebelum saya pergi ke sawah dari jam 07.00 hingga jam
09.00 pagi, saya melaksanakan tugas-tugas di rumah terlebih
dahulu, setalah siap itu baru saya kesawah.”
Informan berinisial EL menjawab:
“Kalau saya pagi-pagi menggurus rumah tangga seperti
masak, menyapu rumah, dan lainnya, setelah itu lanjut bekerja di
sawah.”
Informan berinisial AS menjawab:
“Saya mempunyai 1 orang anak yang masih menjadi
tanggungan saya, dia membantu saya membersihakan rumah, jadi
untuk pekerjaan rumah yang bisa dia kerjakan maka ia kerjakan,
sisanya saya kerjakan sendiri, setelah siap itu saya pergi bekerja.”
85
Informan berinisial KH menjawab:
“Pagi-pagi hari saya menggurus rumah, kemudian pergi ke
sawah. Kalau rumah belum beres, pantang pergi ke sawah.”
Informan berinisial BD menjawab:
“Setelah selesai pekerjaan dirumah baru saya pergi ke
sawah, setelah shalat subuh saya tidak tidur lagi, tapi langsung
beres-beres dirumah biar bisa pergi bertani.”
Informan berinisial FD menjawab:
“Sebelum pergi ke sawah sudah mempersiapkan makanan
untuk suami dan anak-anak, saya juga membersihkan rumah
kadang juga saya bersihkan setelah pulang dari sawah.”
Informan berinisial NY menjawab:
“Saya mengutamakan peranan saya sebagai seorang istri
dan ibu, karena itu tanggung jawab saya ketika menikah, kemudian
saya melanjutkan bekerja.”
Informan berinisial AM menjawab:
“Peran utama saya ya dirumah, kalau rumah belum beres
gimana mau ke sawah kan dek, jadi bersihkan dulu rumah, masak,
dan kemudian baru pergi sawah kalau sudah beres.”
Berdasarkan dari jawaban informan di atas dapat
disimpulkan bahwa, para petani perempuan di Desa Lamkunyet
Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar mengutamakan
pekerjaan rumah (peran sebagai ibu dan istri) terlebih dahulu,
kemudian baru melakukan aktifitas lain terutama bertani. Hal ini
sejalah dengan penelitian Elizabeth (2008) yang mengatakan
86
bahwa, peran utama setelah perempuan menikah ialah sebagai
seorang istri, peran kedua perempuan akan datang ketika ia
melahirkan yaitu sebagai seorang ibu, dan peran ketiga bisa datang
ketika dia bisa memenuhi kedua peran sebelumnya.
Pendapatan sangatlah berguna untuk membantu memenuhi
kebutuhan sehari-hari, semakin tinggi pendapatan yang diterima
maka akan semakin terpenuhi kebutuhannya, begitu juga
sebaliknya. Dalam hal ini peneliti telah melakukan wawancara
secara langsung dengan petani perempuan di Desa Lamkunyet
Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar, dengan
pertanyaan “Pendapatan yang diperoleh dapat memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga?”, berikut jawaban beberapa
informan:
Informan berinisial HB menjawab:
“Iya dek, alhamdulillah bisa memenuhi kebutuhan
keluarga, setidaknya tidak lapar dan pekerjaan yang saya lakukan
tidak sia-sia.”
Informan berinisial EL menjawab:
“Alhamdulillah sejauh ini memenuhi semua kebutuhan
sehari-hari.”
6 informan lain juga mempunyai jawaban yang serupa
dengan informan berinisial HB, jadi dapat disimpulkan bahwa, para
petani perempuan di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal
87
Kabupaten Aceh Besar sepakat menyatakan bahwa pendapatan
yang diperoleh dari bertani cukup untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wonda (2012) yang menyatakan bahwa penerimaan dan
pendapatan yang diterima petani menguntungkan dan layak untuk
dikembangkan.
Kegiatan memanen merupakan kegiatan yang
membahagiakan bagi para petani, karena hasil panen tersebut bisa
dijual untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari terutama
kebutuhan pokok. Dalam hal ini peneliti telah melakukan
wawancara secara langsung dengan petani perempuan di Desa
Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar,
dengan pertanyaan “Apakah hasil panen yang didapatkan
digunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok?”, berikut
jawaban beberapa informan:
Informan berinisial HB menjawab:
“Kalau saya tidak, 10 empang dijual setiap panen untuk
keperluan lain, sisanya baru digunakan untuk keputuhan pokok.”
Informan berinisial EL menjawab:
“Tidak, saya hanya memakai seperlunya untuk kebutuhan
pokok, sisanya saya jual.”
88
Informan berinisial KH menjawab:
“Iya, hasil panen saya gunakan untuk keperluan pokok,
sisanya saya jual untuk memenuhi kebutuhan lainnya.”
5 informan lain juga mempunyai jawaban yang serupa
dengan informan berinisial EL, sebanyak 8 orang informan petani
perempuan di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal
Kabupaten Aceh Besar tidak menggunakan hasil panen secara
keseluruhan untuk kebutuhan pokok. Kusuma, Priyono dan Sriyoto
(2015) mengungkapkan bahwa, tidak semua hasil panen padi untuk
konsumsi (kebutuhan pangan), tetapi juga ada yang dijual jika ada
kebutuhan yang tidak diduga sebelumnya.
Dalam hal ini peneliti telah melakukan wawancara secara
langsung dengan petani perempuan di Desa Lamkunyet Kecamatan
Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar, dengan pertanyaan “Apakah
pendapatan dari hasil panen padi bisa digunakan untuk menunjang
kebutuhan ekonomi keluarga yang lainnya?”, berikut jawaban
beberapa informan:
Informan berinisial BD menjawab:
“Bisa, hasil padi yang dijual bisa digunakan untuk
menunjang kebutuhan ekonomi keluarga terutama bisa membantu
memenuhi kebutuhan pendidikan anak.”
89
Informan berinisial AM menjawab:
“Menurut saya bisa, terutama menunjang dalam hal
pendidikan anak dan keperluan rumah tangga.”
6 informan lain juga mempunyai jawaban yang serupa
dengan informan berinisial HB, jadi dapat disimpulkan bahwa, para
petani perempuan di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal
Kabupaten Aceh Besar sepakat menyatakan bahwa pendapatan dari
hasil panen padi bisa digunakan untuk menunjang kebutuhan
ekonomi keluarga yang lainnya terutama dalam hal pendidikan
anak. Rahayu (2014) pernah mengemukakan penelitiannya bahwa,
ketika orang tua mendapatkan pendapatan dari hasil bertani, selain
memikirkan kebutuhan pokok, orang tua juga memikirkan
pendidikan anak.
Tujuan seorang wanita bekerja ialah untuk membantu atau
berkontribusi bagi keluarganya dalam meningkatkan perekonomian
keluarga. Dalam hal ini peneliti telah melakukan wawancara secara
langsung dengan petani perempuan di Desa Lamkunyet Kecamatan
Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar, dengan pertanyaan “Menurut
Ibu seberapa besar konstribusi yang ibu berikan dari bekerja
sebagai petani dalam membantu perekonomian keluarga?”, berikut
jawaban beberapa informan:
Informan berinisial HB menjawab:
“Cukup besar, dengan saya bekerja bisa menambah
pendapatan dalam keluarga.”
90
Informan berinisial EL menjawab:
“Sangat besar, karena dengan saya dengan saya bekerja
dapat membantu perekonomian keluarga saya.”
Informan berinisial AS menjawab:
“Sangat besar, karena saya merupakan pencari nafkah
utama dalam keluarga.”
Informan berinisial KH menjawab:
“Kontribusinya besar dalam menunjang perekonomian
keluarga saya. Salah satunya hasil panen padi tersebut saya jual
dan uangnya saya gunakan untuk pendidikan anak dan membantu
meringankan beban suami.”
Informan berinisial BD menjawab:
“Menurut saya kontribusinya besar, selain membantu
perekeonomian keluarga, juga meringankan beban suami.”
Informan berinisial FD menjawab:
“Kalau menurut saya besar, bisa meringankan beban suami
untuk membeli beras.”
Informan berinisial NY menjawab:
“Besar, pendapatan yang dihasilkan sangat membantu
perekonomian keluarga dan membantu meringankan beban
suami.”
Informan berinisial AM menjawab:
“Sangat besar, karena membantu perekonomian keluarga
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.”
91
Berdasarkan dari jawaban informan di atas dapat
disimpulkan bahwa, para petani perempuan di Desa Lamkunyet
Kecamatan Darul Kamal Kabupaten Aceh Besar sepakat
menyatakan bahwa bekerja sebagai petani sangat berkontribusi
dalam membantu perekonomian keluarga. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Praksekti dan Rohmah berpendapat
(2017), bahwa perempuan yang bekerja sebagai petani memberikan
kontribusi yang besar dalam meningkatkan perekonomian keluarga
juga membantu meringankan beban suami mereka. Disamping itu
mereka tidak melalaikan tanggung jawab mereka di rumah sebagai
ibu dan seorang istri. Dengan demikian mereka memiliki peran
ganda, yaitu menjadi ibu rumah tangga dan sebagai istri yang
bekerja
Untuk memperkuat penelitian ini, peneliti juga menanyakan
beberapa pertanyaan lain dengan pilihan jawaban Iya/Tidak yang
berhubungan dengan penelitian. Pertanyaan pertama yang peneliti
mengajukan kepada informan adalah “Apakah anggota keluarga
makan dua kali sehari atau lebih?”, berikut jawaban informan:
92
Gambar 4.2 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Anggota Keluarga Makan Dua Kali Sehari
atau lebih?”
Berdasarkan Gambar 4.2, dapat dilihat bahwa sebanyak 8
informan atau keseluruhan informan menyatakan bahwa anggota
keluarganya makan dua kali dalam sehari atau lebih, serta tidak ada
informan yang anggota keluarganya makan kurang dari 2 kali.
Peneliti juga mengajukan pertanyaan “Apakah anggota keluarga
memiliki pakaian yang berbeda dirumah, bekerja/sekolah dan
bepergian?”, berikut jawaban informan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Iya Tidak
93
Gambar 4.3 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Anggota Keluarga Memiliki Pakaian yang
Berbeda Dirumah, Bekerja/Sekolah dan Bepergian?”
Berdasarkan Gambar 4.3, dapat dilihat bahwa sebanyak 8
informan atau keseluruhan informan menyatakan bahwa anggota
keluarga memiliki pakaian yang berbeda ketika berada dirumah,
bekerja/sekolah dan bepergian, serta tidak ada informan yang
anggota keluarga memiliki pakaian yang sama ketika berada
dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian. Peneliti juga mengajukan
pertanyaan “Apakah rumah yang ditempati keluarga mempunyai
atap, lantai dan dinding yang baik?”, berikut jawaban informan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Iya Tidak
94
Gambar 4.4 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Rumah yang Ditempati Keluarga
Mempunyai Atap, Lantai dan Dinding yang Baik?”
Berdasarkan Gambar 4.4, dapat dilihat bahwa sebanyak 8
informan atau keseluruhan informan menyatakan bahwa rumah
yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding yang
baik, serta tidak ada informan yang rumah yang ditempati keluarga
mempunyai atap, lantai dan dinding yang buruk. Peneliti juga
mengajukan pertanyaan “Apabila ada anggota keluarga sakit
dibawa apakah dibawa ke sarana kesehatan?”, berikut jawaban
informan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Iya Tidak
95
Gambar 4.5 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apabila Ada Anggota Keluarga Sakit apakah
Dibawa ke Sarana Kesehatan?”
Berdasarkan Gambar 4.5, dapat dilihat bahwa sebanyak 8
informan atau keseluruhan informan menyatakan bahwa bila ada
anggota keluarga yang sakit maka akan dibawa ke sarana
kesehatan, serta tidak ada informan yang bila anggota keluarganya
sakit maka akan dirawat di rumah saja. Peneliti juga mengajukan
pertanyaan “Apabila pasangan usia subur ingin ber KB pergi
apakah dibawa ke sarana pelayanana Kontrasepsi?”, berikut
jawaban informan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Iya Tidak
96
Gambar 4.6 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apabila Pasangan Usia Subur Ingin Ber KB Pergi
Apakah Dibawa ke Sarana Pelayanana Kontrasepsi?”
Berdasarkan Gambar 4.6, dapat dilihat bahwa sebanyak 8
informan menyatakan bahwa bila pasangan usia subur ingin ber KB
maka akan pergi ke sarana pelayanana kontrasepsi. Peneliti juga
mengajukan pertanyaan “Apakah semua anak umur 7-15 tahun
dalam keluarga bersekolah?”, berikut jawaban informan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Iya Tidak
97
Gambar 4.7 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Semua Anak Umur 7-15 Tahun Dalam
Keluarga Bersekolah?”
Berdasarkan Gambar 4.7, dapat dilihat bahwa sebanyak 8
informan menyatakan bahwa semua anak umur 7-15 tahun dalam
keluarga bersekolah. Peneliti juga mengajukan pertanyaan “Apakah
anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama
kepercayaan masing – masing?”, berikut jawaban informan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Iya Tidak
98
Gambar 4.8 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah anggota keluarga melaksanakan ibadah
sesuai dengan agama kepercayaan masing – masing?”
Berdasarkan Gambar 4.8, dapat dilihat bahwa sebanyak 8
informan atau keseluruhan informan menyatakan bahwa anggota
keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan agama kepercayaan
masing – masing, serta tidak ada informan yang anggota keluarga
melaksanakan ibadah diluar agama kepercayaan masing – masing.
Peneliti juga mengajukan pertanyaan “Apakah paling kurang sekali
seminggu seluruh anggota keluarga makan daging/ikan/telur?”,
berikut jawaban informan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Iya Tidak
99
Gambar 4.9 rafik Tanggapan Informan Mengenai Pertanyaan
“Apakah Paling Kurang Sekali Seminggu Seluruh Anggota
Keluarga Mmakan Daging/Ikan/Telur?”
Berdasarkan Gambar 4.9, dapat dilihat bahwa sebanyak 8
informan atau keseluruhan informan menyatakan bahwa paling
kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan
daging/ikan/telur, serta tidak ada informan yang dalam seminggu
tidak memakan daging/ikan/telur. Peneliti juga mengajukan
pertanyaan “Apakah seluruh anggota keluarga memperoleh paling
kurang satu stel pakaian baru dalam setahun?”, berikut jawaban
informan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Iya Tidak
100
Gambar 4.10 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Seluruh Anggota Keluarga Memperoleh
Paling Kurang Satu Stel Pakaian Baru Dalam Setahun?”
Berdasarkan Gambar 4.10, dapat dilihat bahwa sebanyak 8
informan atau keseluruhan informan menyatakan bahwa seluruh
anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru
dalam setahun, serta tidak ada informan yang anggota keluarga
yang tidak memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru dalam
setahun. Peneliti juga mengajukan pertanyaan “Apakah luas lantai
rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah?”, berikut
jawaban informan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Iya Tidak
101
Gambar 4.11 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Luas Lantai Rumah Paling Kurang 8 m2
untuk Setiap Penghuni Rumah?”
Berdasarkan Gambar 4.11, dapat dilihat bahwa sebanyak 8
informan atau keseluruhan informan menyatakan bahwa luas lantai
rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah, serta tidak
ada informan yang luas lantai rumah kurang dari 8 m2. Peneliti
juga mengajukan pertanyaan “Apakah tiga bulan terakhir keluarga
dalam keadaan sehat sehingga dapat melaksanakan tugas/fungsi
masing – masing?”, berikut jawaban informan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Iya Tidak
102
Gambar 4.12 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Tiga Bulan Terakhir Keluarga Dalam
Keadaan Sehat Sehingga Dapat Melaksanakan Tugas/Fungsi
Masing-Masing?”
Berdasarkan Gambar 4.12, dapat dilihat bahwa sebanyak 8
informan atau keseluruhan informan menyatakan bahwa tiga bulan
terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat
melaksanakan tugas/fungsi masing – masing, serta tidak ada
informan yang menyatakan bahwa tiga bulan terrakhir ada keluarga
yang kurang sehat/sakit. Peneliti juga mengajukan pertanyaan
“Apakah ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja
untuk memperoleh penghasilan?”, berikut jawaban informan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Iya Tidak
103
Gambar 4.13 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Aada Seorang atau Lebih Anggota
Keluarga yang Bekerja untuk Memperoleh Penghasilan?”
Berdasarkan Gambar 4.13, dapat dilihat bahwa sebanyak 5
informan menyatakan bahwa ada seorang atau lebih anggota
keluarga yang bekerja untuk memperoleh penghasilan, serta
sebanyak 3 informan menyatakan bahwa tidak ada seorang atau
lebih anggota keluarga yang bekerja unruk memperoleh
penghasilan. Peneliti juga mengajukan pertanyaan “Apakah seluruh
anggota keluarga umur 10 – 60 tahun bisa baca tulis latin?”,
berikut jawaban informan:
0
1
2
3
4
5
6
Iya Tidak
104
Gambar 4.14 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Seluruh Anggota Keluarga Umur 10 – 60
Tahun Bisa Baca Tulis Latin?”
Berdasarkan Gambar 4.14, dapat dilihat bahwa sebanyak 7
informan menyatakan bahwa seluruh anggota keluarga umur 10 –
60 tahun bisa baca tulis latin, serta sebanyak 1 informan
menyatakan ada anggota keluarga umur 10 – 60 tahun yang tidak
bisa baca tulis latin. Peneliti juga mengajukan pertanyaan “Apakah
pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan
alat/obat kontarsepsi?”, berikut jawaban informan:
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Iya Tidak
105
Gambar 4.15 Grafik Tanggapan Informan Mengenai
Pertanyaan “Apakah Pasangan Usia Ssubur dengan Anak Dua
atau Lebih Menggunakan Alat/Obat Kontarsepsi?”
Berdasarkan Gambar 4.15, dapat dilihat bahwa sebanyak 8
informan atau keseluruhan menyatakan bahwa pasangan usia subur
dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat kontarsepsi.
Dari hasil penelitian diatas, peneliti memperoleh informan
sebanyak delapan petani perempuan yang ada di Desa Lamkunyet
Kecamatan Darul Kamal dapat disimpulkan bahwa:
1. Perempuan petani adalah mereka yang memiliki peran
ganda dalam keluarganya yaitu sebagai Istri, Ibu dan
petani
2. Perempuan petani ikut berkonstribusi besar dalam
meningkatkan perekonomian keluarga meskipun bukan
pencari nafkah utama dalam keluarga.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Iya Tidak
106
3. Perempuan petani berpengaruh besar dalam
meningkatkan perekonomian keluarga yaitu hasil panen
dijadikan untuk kebutuhan pokok pangan dan
selebihnya dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari –
hari, pendidikan anak dan untuk kesehatan
4. Petani perempuan yang bekerja sangat membantu
kondisi perekonomian keluarga, sehingga dalam
penelitian keluarga informan umumnya berada pada
kondisi Keluarga Sejahtera I (KS I) yaitu sebanyak 3
informan, sedangkan sisanya 5 informan dengan status
keluarga sejahtera dua (II).
107
4.4 Tinjauan Kontribusi Petani Perempuan Dalam
Meningkatkan Perekonomian Keluarga Dari Perpekstif
Ekonomi Islam Di Desa Lamkunyet Kecamatan Darul Kamal
Kabupaten Aceh Besar
Petani adalah orang yang menggantungkan hidupnya pada
lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Dalam Islam
sektor pertanian adalah salah satu mata pencaharian yang
dianjurkan dalam Al-Qur'an surat Yasiin (36) ayat 33-35, yang
artinya:
Artinya :
“Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi
mereka adalah bumi yang mati. kami hidupkan bumi itu
108
dan kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka
daripadanya mereka makan.
Dan kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan
anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air,
Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa
yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka
mengapakah mereka tidak bersyukur?”
Dalam surat Yassin (36) ayat 33-35 Allah SWT
menjelaskan bahwa Allah SWT menghidupkan bumi yang mati
dengan tumbuh-tumbuhan atau biji-bijian. Ahmad Musthafa Al-
Maraghi (1993: 6-7) menafsirkan bahwa ayat tersebut menjelaskan
bukti kekuasaan Allah SWT untuk menghidupkan bumi mati yang
sebelumnya tidak terdapat tumbuhan didalamnya. Allah SWT
menurunkan air hujan kemudian bumi hidup tumbuh-tumbuhan
menjadi subur dengan berbagai jenis tanaman untuk keperluan
makan manusia juga binatang ternak untuk menegakkan kehidupan
manusia. Pada ayat 34 Al-Maraghi juga menjelaskan bahwa Allah
SWT menumbuhkan buah-buahan seperti kurma dan anggur juga
membuatkan manusia sunga-sungai yang menjalar diberbagai
tempat agar manusia dapat memakan buah dari apa yang mereka
usahakan. Maka dari itu Allah SWT menyeru hamba-Nya untuk
mensyukuri nikmat yang telah diberikan.
109
Tujuan utama bekerja baik bagi laki-laki maupun bagi
perempuan ialah untuk mencapai kesejahteraan. Menurut P3EI
(2008:4) Kesejahtaraan dalam Islam itu terbagi menjadi dua yaitu:
a. Kesejahtaraan Hoelistik dan Seimbang
Yaitu kecukupan materi yang didukung terpenuhinya
kebutuhan spiritual serta mencakup individu dan sosial.
b. Kesejahtaraan Dunia dan Akhirat
Bahwa manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan dunia saja, tetapi bekerja sebagai amal ibadah.
Kecukupan yang diperoleh di dunia merupakan untuk
memperoleh kecukupkan di akhirat.
Jadi kesejahteraan dalam ekonomi Islam adalah
kesejahtaraan secara menyeluruh yaitu spritual dan material.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap petani
perempuan di Desa Lamkunyet bahwa mereka bekerja sebagai
petani adalah untuk membantu perekonomian keluarga demi
mencapai kemaslahatan. Dan hasil dari wawancara dapat
disimpulkan bahwa besar kontribusi mereka sebagai petani dalam
membantu perekonomian keluarga. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dikemukan oleh Iswanto, Wijaya, dan Ritonga
(2018) yang menyatakan bahwa, banyak perempuan yang bekerja
untuk meningkatkan ekonomi keluarga, membayar hutang-hutang,
serta meringankan beban suami, dampak yang diberikan ketika
perempuan bekerja ialah terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga
dan terpenuhinya pendidikan anak.
110
Meski bekerja sebagai seorang petani, para perempuan tidak
mengurangi kewajiban mereka sebagai seorang istri dan ibu di
dalam keluarganya. Islam menganjurkan kita untuk berlaku adil
tidak berat sebelah. Sama halnya dengan perempuan yang bekerja
sebagai petani di Desa Lamkunyet mereka tetap membagi waktu
dengan adil dalam hal mengurus rumah tangga dan bekerja.
111
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani perempuan di
Desa Lamkunyet maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1. Petani perempuan yang bekerja sangat membantu kondisi
perekonomian keluarga, sehingga dalam penelitian ini dapat
disimpulkan dari total delapan informan 3 dianataranya
dengan status keluarga sejahtera satu (1) dan lima informan
dengan status keluarga sehajtera dua (II). Hal ini
disimpulkan dari hasi wawancara dengan informan
berdasarkan indikator keluarga sejatera menurut BKBN.
2. Petani perempuan di Desa Lamkunyet bekerja sebagai
petani untuk membantu perekonomian keluarga demi
mencapai kemaslahatan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, adapun saran yang
dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, dengan adanya penelitian ini dapat
dijadikan bahan referensi dalam kegiatan mengajarnya
maupun dalam melakukan penelitian selanjutnya dengan
menggunakan sampel yang lebih besar, metode analisis
yang berbeda tentang kontribusi petani perempuan dalam
112
meningkatan perekonomian keluarga dalam perspektif
ekonomi Islam.
2. Bagi petani perempuan diharapkan untuk selalu
meningkatkan kesejateraan perekonomian keluarga, terus
melakukan inovasi dalam bercocok tanam tidak hanya
menggunakan sistem pertanian yang tradisional tetapi
menggunakan sistem pertanian modern untuk mendapatkan
hasil yang maksimal.
3. Para petani perempuan di Desa Lamkunyet tetap
mengedepankan peran mereka sebagai seorang istri dan ibu
didalam keluarganya.
113
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Agama R. (2013). Al-qur’an dan Terjemahnya.
Semarang, Toha Putra.
Aldianto, R., Jasruddin dan Quraisy, H. (2015). Kesetaraan Gender
Masyarakat Transmigrasi Etnis Jawa. Jurnal
Equilibrium, 3 (1), 87-95.
Al-Jauhari, M. M. dan Khayyal, M. A. K. (2005). Membangun
Keluarga Qur‟ani: Panduan Untuk Wanita Muslimah.
Jakarta: Amzah.
Al-Maraghi, A.M. (1993). Tafsir Al-Maraghi. Terj. Bahrun Abu
Bakar dkk, Karya Toha Putra, Semarang.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Armiadi, & Sari, S. (2019). Persepsi Pekerja Perempuan Sebagai
Pedagang Dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus
di Pasar Aceh Kecamatan Baiturrahman Kota Banda
Aceh) . Internasional Journal of Child and Gender
Studies, 5 (2), 115-140.
Arsanti, T. A. (2013). Perempuan dan Pembangunan Sektor
Pertanian. Jurnal Maksipreneur, 3 (1), 62-74
Astuti, Adyatma, S. dan Normelani, E. (2017). Pemetaan tingkat
kesejateraan keluarga di kecamatan Banjarmasin
selatan. Jurnal Pendidikan Geografi, 4 (2), 20-34.
Bachroni, M dan Asnawai, S. (1999). Stres Kerja. Buletin
Psikologi, 7 (2), 29- 41.
Basthoni, Khamiliya, dan Yayuk, Y. (2015). Peran Wanita Tani
Diatas Usia Produktiiif Dalam Usahatani Sayuran
Organik Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Di Des
Sumberejo Kecamatan Batu. Habitat, 26 (2), 119-126.
114
Bertham, Y. H., Ganefianti, D. W. dan Andani, A. (2011). Peranan
Perempuan Dalam Perekonomian Keluarga Dengan
Memanfaatkan Sumberdaya Pertanian. Agrisep, 10. (1),
138 – 153.
Badan Pusat Statistik. (2000). Statistik Indonesia. Jakarta: BPS.
Bunsaman, S.M. (2018). Peranan Perempuan Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Ekonomi Keluarga (Studi Tentang
Peranan Petugas K3l Perempuan Universitas
Padjadjaran Jatinangor (Zona: Rektorat)). Prosiding
Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, 5 (2).
146-157.
Dewi, D. A. L . (2015). Peran Ibu Rumah Tangga Dalam
Perekonomian Keluarga Studi Kasus Di Desa Gunem
Kabupaten Rembang. Buletin Bisnis & Manajemen, 1
(1), 38-45.
Djazimah, S. dan Habudin, I. (2016). Istri Sebagai Pencari Nafkah
Utama Studi Terhadap Perajin Kapuk Di Desa Imogiri,
Bantul, Yogyakarta. Al-Ahwal, 9 (1), 47- 55.
Edi, S. (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat
(Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial
dan Pekerjaan Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Fadlan. (2010). Konsep Pembangunan Ekonomi Islam. Al-Ihkam, 5
(2), 254-274.
Haifaa A. Jawad, (2002). Otentisitas Hak-hak Perempuan
Perspektif Islam Atas Kesetaraan Jender, terj: Anni
Hidayatun Noor, Sulhani Hermawan. Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru.
Indah Aswiyati (2016). Peran Wanita Dalam Menunjang
Perekonomian Rumah Tangga Keluarga Petani
Tradisional Untuk Penanggulangan Kemiskinan Di
Desa Kuwil Kecamatan Kalawat. Jurnal Holistik, 9
(17), 1-18.
115
Indrawan, R. (2014). Metodologi Penelitian. Bandung: Replika
Aditama.
Ismail, H. (2018). Syariat Menyusui Dalam Alquran (Kajian Surat
Al-Baqarah Ayat 233). At-Tibyan: Jurnal Ilmu
Alqur’an Dan Tafsir, 3 (1), 56-68.
Ismanto, B., Wijaya, M., & Ritonga, A. (2018). Istri Sebagai
Pencari Nafkah Utama dan Dampaknya Dalam
Keluarga Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus
Kehidupan Keluarga TKW di Kabupaten Lampung
Timur). Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 4 (2),
397-416.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2011). Pengertian Ekonomi.
Jakarta Timur: Badan Pengembangan Dan Pembinaan
Bahasa.
Kauma, Fuad & Nipan. (1997). Membimbing Istri Mendampingi
Suami.Yogyakarta: Mitra Usaha.
Kementrian Agama. (2013). Al-qur’an dan Terjemahnya.
Semarang, Toha Putra.
Khodijah, NS. (2015). Hubungan Antara Perubahan Iklim Dan
Produksi Tanaman Padi Di Lahan Rawa Sumatera
Selatan. Enviagro jurnal pertainian dan lingkungan, 8
(2), 83-91.
Kriyantono, R. (2009). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta,
Kencana.
Kusmayadi, R. C. R. (2017) Kontribusi Pekerja Wanita dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga dan Proses
Pengambilan Keputusan dalam Keluarga (Studi
Mengenai Pekerja Wanita dalam Industri Pengolahan
Tembakau PR. Tali Jagad di Desa Gondowangi
Kecamatan Wagir Kabupaten Malang). Iqthisodia, 2
(1), 104-113.
116
Kusuma, A. P., Priyono, B. S. dan Sriyonto. (2015). Faktor Yang
Berhubungan Dengan Motivasi Menyimpan Hasil
Panen Padi Petani Dikabupaten Seulema. Agrisep, 14
(1), 108-119.
Lumintang, F. (2013). Analisis Pendapatan Petani Pada Di Desa
TEEP Kecamatan Langongan Timur. Jurnal EMBA, 1
(3), 991-998.
Maleha, Y. N. (2018). Pandangan Islam Tentang Pilihan
Kehidupan Wanita Karir. An Nisa’a: Jurnal Kajian
Gender dan Anak, 13 (01), 98-109.
Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Mudzakkar, A. H. M. (2001). Wanita dalam Masyarakat Indonesia.
Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press.
Muhibbudin. (2018). Pandangan Ulama Dayah Terhadap
Perempuan Pekerja Pada Malam Hari Pada Fasilatas
Umum (Studi Penelitian di Kabupaten Bireun).
Internasional Journal of Child and Gender Studies, 4
(1). 131-158.
Mulu, B. dan Saleh, L. (2017). Peran Wanita Tani Pembuat Atap
Rumbia dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga
dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus di
Kabupaten Konawe). Lifalah, 2 (1), 113-136.
Muri’ah, S. (2011). Nilai-nilai Pendidikan Islam dan Wanita
Karier Rasai. Semarang: Media Group.
Nurmayasari, D. (2014). Peran Anggota Kelompok Wanita Tani
(KWT) “Laras Asri” pada Peningkatan Kesejahteraan
Keluarga (Studi Deskriptif di Dusun Daleman Desa
Kadirejo Kecamatan PabelanKabupaten Semarang).
Skripsi.
117
Peraturan Pemerintah Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor
52 tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan
Dan Pembangunan Keluarga. Jakarta: Sekretariatan
Negara.
Peraturan Pemerintah Indonesia. (2013). Undang-Undang Nomor
19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan
Pemberdayaan Petani. Jakarta: Sekretariatan Negara.
Prasekti, Y. H. dan Rohmah, I. S. N. (2017). Peran Wanita Tani
Dalam Menunjang Perekonomian Rumah Tangga
Keluarga Petani. Jurnal Agribisnis Fakultas Pertanian
Unita, 1-16.
Pratiwi, P. A. dan Rondhi, M. (2018).Ditribusi Kepemilikan Lahan
Pertanian Usaha Tani Diwilayah Perkotaan Di
Kabupaten Jember. SEPA, 15 (1), 81-90.
Puspitasari, N., Puspitawati, H. Dan Herawati, T. (2013). Peran
Gender, Kontribusi Ekonomi Perempuan, dan
Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura. Jurnal
llmiah Kel. & Kans, 6 (1), 10-19.
Putri, D. P. K dan Lestari, S. (2015). Pembagian Peran Dalam
Rumah Tanggapada Pasangan Suami Istri Jawa. Jurnal
Penelitian Humaniora, 16 (1), 72-85.
Rahayu, Y., Sulistyarini, dan Supriadi (2014). Peran Orang Tua
Dalam Pendidikan Anak pada Keluarga Petani di Desa
Mekar Baru. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Untan, 12 (2), 85-97.
Rosihon, A. (1999). Melacak Unsur-Unsur Israiliyat Dalam Tafsir
al-Thabari dan Tafsir Ibnu Katsir. Bandung: Cv.
Pustaka.
Salaa, J. (2015). Peran Ganda Ibu Rumah Tangga Dalam
Meningkatkan Ekonomi Keluarga Di Desa Tarohan
Kecamatan Beo Kabupaten Kepulauan Talaud. Jurnal
Holistik, 7 (15).
118
Saleh, L. (2010). Produktivitas dan Efisiensi Usaha Tani Tanaman
Padi Sawahdi Kabupaten Konawe. Tesis.
Shihab, M. Q. (2013). Secercah Cahaya Ilahi. Bandung: Mizan.
Sujarwati, A. (2013). Peran Perempuan Dalam Perekonomian
Rumah Tangga di Dusun Pantog Kulon, Banjaroya,
Kalibawang, Kulon Progo. Skripsi.
Thalib, M. (2012). Al Qur’an Terjemah Tafsiriyah. Yogyakarta:
Ma’had An Nabawy.
Tim Penyusun Kamus PS. (2013). Kamus Pertanian Umum.
Jakarta: Penebar SwaDaya.
Tuwu, D. (2018). Peran Pekerja Perempuan Dalam Memenuhi
Ekonomi Keluarga: Dari Peran Domestik Menuju
Sektor Publik. Al Izzah, 13 (1), 63-76.
http:bwi.or.id/index.php/in/artikel/1123-peran-wakaf-dalam-
pemberdayaanekonomi-perempuan-1. Diakses pada
tanggal 7 November 2019. Pukul 13.19 WIB
119
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Wawancara
Daftar Pertanyaan Wawancara
Nama :
Umur :
Tingkat Pendidikan Terakhir :
Jumlah Anggota Keluarga :
Pekerjaan Suami :
Pendapatan Suami :
Pendidikan Terakhir Suami :
No. Daftar Pertanyaan Alternatif Jawaban
Ya Tidak
1. Apakah anggota keluarga makan
dua kali sehari atau lebih?
2. Apakah anggota keluarga
memiliki pakaian yang berbeda
untuk dirumah, bekerja/sekolah
dan bepergian?
3. Apakah rumah yang ditempati
keluarga mempunyai atap, lantai
dan dinding yang baik.
4. Apabila ada anggota keluarga
sakit dibawa apakah di bawa ke
sarana kesehatan.
5. Apabila pasangan usia subur
ingin ber KB pergi apakah di
brawa ke sarana pelayanan
Kontrasepsi
6. Apakah semua anak umur 7-15
tahun dalam keluarga bersekolah.
7. Apakah anggota keluarga
melaksanakan ibadah sesuai
120
Lanjutan No. Daftar Pertanyaan Alternatif Jawaban
Ya Tidak dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
8. Apakah paling kurang sekali
seminggu seluruh anggota
keluarga makan daging/ikan/telur.
9. Apakah seluruh anggota keluarga
memperoleh paling kurang satu
stel pakaian baru dalam setahun.
10. Apakah luas lantai rumah paling
kurang 8 m2 untuk setiap
penghuni rumah.
11. Apakah tiga bulan terakhir
keluarga dalam keadaan sehat
sehingga dapat melaksanakan
tugas/fungsi masing-masing.
12. Apakah ada seorang atau lebih
anggota keluarga yang bekerja
untuk memperoleh penghasilan.
13. Apakah seluruh anggota keluarga
umur 10 - 60 tahun bisa baca
tulisan latin.
14. Apakah pasangan usia subur
dengan anak dua atau lebih
menggunakan alat/obat
kontrasepsi.
121
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Sejak mulai kapan ibu bekerja sebagai petani?
2. Apakah motif ibu bekerja sebagai petani?
3. Apakah lahan yang ibu garap milik sendiri atau mengelola
lahan milik orang lain?
4. Dalam setahun berapa kali ibu panen padi?
5. Berapa pendapatan yang di hasilkan dari pekerjaan ibu
sebagai petani?
6. Apakah pendapatan tersebut cukup memenuhi kebutuhan
sehari-hari?
7. Apakah ibu merupakan pencari nafkah utama dalam
keluarga?
8. Bagaimana peranan istri di rumah tangga jika dibarengi
dengan bekerja
9. Bagaimana cara membagi waktu dengan pekerjaan dan waktu
dengan keluarga?
10. Pendapatan yang diperoleh dapat memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga?
11. Apakah hasil panen yang didapatkan digunakan hanya untuk
memenuhi kebutuhan pokok?
12. Apakah pendapatan dari hasil panen padi bisa digunakan
untuk menunjang kebutuhan ekonomi keluarga yang lainnya?
13. Menurut ibu seberapa besar konribusi yang ibu berikan dari
bekerja sebagai petani dalam membantu perekonomian
122
keluarga?
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Dokumentasi Penelitian Hari-Pertama (9 Juni 2020)
Dokumentasi Penelitian Hari-kedua (12 Juni 2020)
123
Dokumentasi Penelitian Hari-ketiga (16 Juni 2020)