SKRIPSI
EFEK PENINGKATAN KONSENTRASI KARBONDIOKSIDA (CO2)
TERHADAP PERTUMBUHAN MAKROALGA Halimeda discoidea
SKALA LABORATORIUM
SAHARUDDIN
10594 385 09
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ” Efek Peningkatan
Konsentrasi Karbondioksida Terhadap Pertumbuhan Makroalga Halimeda discoidea
Skala Laboratorium di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros
Sulawesi Selatan ” adalah karya saya dengan arahan dari komisi Pembimbing dan belum
pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi
yang berasal atau yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian
akhir skripsi ini.
Makassar, Agust, 2014
Saharuddin
NIM. 10594 385 09
ii
ABSTRAK
SAHARUDDIN. Efek Peningkatan Konsentrasi Karbondioksida (CO2) Terhadap
Pertumbuhan Makroalga Halimeda discoidea Skala Laboratorium. Dibimbing oleh Dr.
SAHABUDDIN, S.Pi, MP dan Ir. H BURHANUDDIN, MP.
Alga dalam pertumbuhannya membutuhkan karbondioksida yang di gunakan dalam
proses fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek peningkatan konsentrasi
karbondioksida (CO2) terhadap pertumbuhan makroalga jenis Halimeda discoidea, Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah tentang efek peningkatan
konsentrasi karbondioksida terhadap pertumbuhan makroalga Halimeda discoidea.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2013 pada Lab. Air
di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros, sebagai lokasi
uji coba penelitian makroalga Halimeda discoidea. Penelitian ini terdiri atas 3 perlakuan
konsentrasi CO2 dan setiap perlakuan mempunyai 3 ulangan. Perlakuan yang akan dicobakan
adalah konsentasi karbondioksida CO2 385 ppm, konsentrasi karbondioksida CO2 750 ppm,
dan konsentrasi karbondioksida 1000 ppm.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa , perlakuan konsentrasi
karbondioksida (CO2) 385 ppm terlihat bahwa pertumbuhan alga Halimeda discoidea, yang
paling tinggi yaitu 2,37 gr, dan disusul pada perlakuan 2, CO2 750 ppm yaitu 1,59 gr, serta
pada perlakuan 3, CO2 1000 ppm yaitu 1,3 gr. Dimana semakin tinggi konsentrasi
karbondioksida (CO2) semakin rendah pula laju pertumbuhan makroalga Halimeda
disscoidea.
Kata Kunci: Halimeda discoidea, Karbondioksida (CO2), pertumbuhan Biomassa.
ii
HALAMAN HAK CIPTA
@ Hak cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2015
Hak Cipta dilindungi undang – undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa mencantumkan atau
menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya kepentingan pendidikan, penelitian penulisan karya ilmiah,
penyusunan laporan,penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam
bentuk laporan apapun tampa izin Unismuh Makassar
ii
EFEK PENINGKATAN KONSENTRASI KARBONDIOKSIDA (CO2) TERHADAP
PERTUMBUHAN MAKROALGA Halimeda discoidea
SKALA LABORATORIUM
SAHARUDDIN
10594 385 09
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
pada Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2014
ii
ii
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalebajeng Kabupaten Gowa tanggal 29 Juli 1990. Adapun
pendidikan yang telah dilalui yaitu SDN.1 Doja tahun 2001, SLTP NEG. 1 Bajeng tahun
2004, SMA NEG. 1 Bontonompo tahun 2008, kemudian pada tahun 2009 penulis
melanjutkan Kuliah Strata Satu (S1) di Universitas Muhammadiyah Makassar dengan
Jurusan Budidaya Perairan dan selesai pada tahun 2014 dengan judul Efek Peningkatan
Konsentrasi Karbondioksida (CO2) Terhadap Pertumbuhan Makroalga Halimeda discoidea
Skala Laboratorium.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat
dan Karunianya sehingga penelitian dan penulisan Skripsi yang berjudul. Efek Peningkatan
Konsentrasi Karbondioksida (CO2) Terhadap Pertumbuhan Makroalga Halimeda discoidea
Skala Laboratorium, dapat terselesaikan.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam tahapan-tahapan penyelesaian
tugas akhir ini. Namun berkat bantuan berbagai pihak, maka skripsi ini dapat terselesaikan.
Olehya itu dalam kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya, teristimewa kepada
Bapak Dr. Sahabuddin, S.Pi, MP selaku pembimbing utama dan Bapak Ir. H.
Burhanuddin, MP selaku pembimbing kedua yang telah memberikan arahan, bimbingan,
motivasi dan waktunya kepada penulis mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai
selesainya skripsi ini.
Penulis mengucapkan terima kasih pada Bapak Dr. Abdul Haris, S.Pi, M.Si. dan Ibu
Ir. Andi Khaeriyah, M.Pd selaku komisi Penguji atas saran dan masukan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini. Bapak/Ibu Dosen pengajar pada Jurusan Budidaya Perairan
Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak/Ibu Dosen pengajar pada
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda MustapaMepa
dan Ibunda Rahmawati, serta saudara-saudaraku dan seluruh keluarga yang telah banyak
memberikan do’a restu, bantuan, motivasi dan nasehatnya selama penulis menempuh
pendidikan. Semua pihak, teman, handai tolan yang tak sempat penulis sebutkan satu persatu
tetapi sangat banyak membantu penulis selama penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
ii
Meskipun skripsi ini sudah tersusun dengan rapi namun karena sifat keterbatasan yang
dimiliki penulis, maka usaha menuangkan yang terbaik dalam skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Walau demikian penulis berharap semoga hasil karya ini bermanfaat bagi
yang membutuhkannya.
Makassar, Agustus, 2014
Saharuddin
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................ iii
ABSTRAK ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR............................................................................ . v
DAFTAR ISI.......................................................................................... .. vii
DAFTAR TABEL ………………………………………....................... ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………...................... x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………... xi
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Kegunaan .......................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Dan Morfologi ................................................... 4
2.2. KonsentrasiKarbondioksida (CO2) ...................................... 6
2.3. Reproduksi ……………………… ...................................... 7
2.4. Habitat ................................................................................. 9
2.5. Kualitas Air .......................................................................... 9
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................... 13
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................... 13
3.3. Metode Penelitian.......................... ...................................... 15
3.4. Rancangan Percobaan ........................................................ 15
3.5. Analisis Data ....................................................................... 17
ii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pertumbuhan Makroalga Halimeda discoidea………… 18
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 23
5.2. Saran ..................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….…
LAMPIRAN …………………………………………………………
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Bahan yang digunakan dalam penelitian 13
2. Jenis alat dan kegunaannya dalam penelitian 14
3. Parameter kualitas air yang diukur… 16
4. Data pertumbuhan makroalga Halimeda discoidea 28
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Morfologi makroalga Halimeda discoidea 4
2. Tata letak unik penelitian 16
3. Rataan pertumbuhan mutlak alga Halimeda discoidea,
pada peningkatan konsentrasi karbondioksida (CO2). 18
4. Laju pertumbuhan harian alga Halimeda discoidea, pada peningkatan
konsentrasi karbondioksida (CO2). 19
5. Rataan pH, rataan berat, rataan panjang 21
ii
LAMPIRAN
Halaman
28
1. Foto-foto kegiatan selama penelitian
ii
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber Daya alam termasuk tumbuhan memiliki peranan penting dalam
kehidupan. Peranan tumbuhan tidak hanya sebagai sumber makanan, habitat,
bahan peralatan sehari-hari bagi manuasia, akan tetapi juga memegang peranan
penting dalam menjaga kondisi lingkungan agar tetap nyaman dihuni baik oleh
manusia maupun makhluk hidup lainnya. Dalam menjaga lingkungan tumbuhan
berperan mereduksi emisi karbondioksida (CO2). Karbondioksida di atmosfir
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya pemanasan global.
Seperti halnya di darat produktivitas primer dalam perairan pada dasarnya
tergantung pada aktivitas fotosintesis yang terjadi dari organisme autotrofik,
dimana organisme tersebut melakukan fotosintesis dan mengubahnya menjadi
bahan organik yang kemudian dimanfaatkan untuk proses pertumbuhan.
Berdasarkan hal tersebut, estimasi produktifitas primer di perairan didasarkan
pada aktivitas primer dari alga.(Suara Karya, 2007).
Sumber-sumber CO2 di atmosfir berasal dari respirasi manusia dan hewan,
erupsi vulkanik, pebakaran batu bara, dan asap pabrik. Di ekosistem air
pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbondioksida
berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion
bikarbonat.
Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan
untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat
2
organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat.
Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah CO2 di air.
Pada atmosfer proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler
bertanggung jawab perubahan dan pergerakan utama siklus karbon. Naik turunnya
CO2 dan O2 atsmosfer secara musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas
Fotosintetik. Dalam skala global kembalinya CO2 dan O2 ke atmosfer melalui
proses respirasi yang menghasilkan CO2 dan proses fotosintesis yang
menghasilkan oksigen.
Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih
banyak lagi CO2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO2 di atmosfer
meningkat. CO2 dan O2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar
sistem akuatik, dimana CO2 dan O2 terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis
dengan bentuk bahan anorganik lainnya. Alga Halimeda terdiri dari 18 jenis,
marga alga ini berkapur menjadi salah satu penyumbang kapur air laut. Alga
Halimeda discoidea terdiri atas rantai cabang dari potongan tipis berbentuk kipas.
Potongan-potongan ini berkapur, masing-masing 2 cm tengahnya. Yang terbesar
dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh sendi-sendi yang tak berkapur.
Mereka berada di bawah air surut rata-rata pada pasang surut bulan-setengah,
pada pantai berbatu dan paparan terumbu, tetapi potongan-potongannya dapat
tersapu ke bagian atas pantai setelah terjadi badai. Alga Halimeda discoidea
berbeda dengan alga Halimeda tuna karena jenis ini mempunyai potongan bentuk
kipas lebih kecil, berwarna hijau muda, mempunyai panjang 1 cm dan mempunyai
3
bentuk pinggiran yang kurang teratur. Jenis ini terdapat di bawah air surut rata-
rata pada pasang surut bulan-setengah pada pantai berbatu dan paparan terumbu.
Alga hijau ( Chlorophyceae ) merupakan kelompok alga yang berwarna
hijau rumput. Sel-selnya mengandung satu sampai beberapa buah kloroplas.
Pigmen fotosintetik yang terdapat di dalam plastida terdiri dari klorofol a dan b
yang jumlahnya sangat banyak sehingga menutupi pigmen lainnya yaitu karoten
dan xantofil sehingga algae ini berwarna hijau. Contoh : Caulerpa sp. Codium sp,
Halimeda sp. (Nybakken, 1992).
Algae kelas ini juga mempunyai bentuk yang sangat beragam, tetapi
bentuk umum yang dijumpai adalah bentuk filamen (seperti benang) dengan septa
(sekat) atau tanpa sekat, dan berbentuk lembaran. (Romimohtarto, 2001).
Sebaran alga hijau terdapat terutama di mintakat litoral bagian atas,
khususnya di belahan bawah dari mintakat pasut, dan tepat di daerah bawah pasut
sampai kejelukan 10 meter atau lebih, jadi di habitat yang mendapat penyinaran
matahari bagus. Alga dari kelas ini terdapat berlimpah di perairan hangat (tropik).
Di laut kutub Utara, alga hijau ini lebih jarang ditemukan dan bentuknya kerdil.
(Romimohtarto, 2001).
1.2 . Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peningkatan
konsentrasi karbondioksida (CO2) terhadap pertumbuhan makroalga Halimeda
discoidea.
4
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
informasi ilmiah tentang efek peningkatan konsentrasi karbondioksida terhadap
pertumbuhan makroalga Halimeda discoidea.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologis
Klasifikasi makroalga jenis Halimeda discoidea menurut Bold dan Wynne
(1985) seperti disajikan pada gambar 1 :
Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Class : Chlorophyceae
Ordo : Caulerpales
Family : Udoteaceae
Genus : Halimeda
Species : Halimeda discoidea
Makroalga adalah tumbuhan ringkas. Menurut Trainor (1978), makroalga
merupakan kumpulan tumbuhan tidak bervaskular serta mempunyai pigmen
klorofil a untuk menjalankan proses fotosintesis. Makroalga mempunyai struktur
vegetatif yang berbeda daripada tumbuhan tingkat tinggi. Struktur vegetatif
makroalga tidak dapat dibedakan antara daun, batang dan akar. Struktur yang
6
tidak dapat dibedakan ini dikenali sebagai talus. Makroalga adalah multisel dan
terdiri dari bentuk serta ukuran yang berbeda. Talus bisa dibedakan menjadi dua
bentuk umum yaitu filamen dan sifon. Kedua bentuk talus ini akan bervariasi yang
akan menghasilkan bentuk talus yang lebih kompleks. Ini termasuk juga filamen
ringkas hingga kepada bentuk yang lebih besar yang dapat dibedakan antara
kepada pelekap, stip dan lamina.
Algae kelas ini juga mempunyai bentuk yang sangat beragam, tetapi
bentuk umum yang dijumpai adalah bentuk filamen (seperti benang) dengan septa
(sekat) atau tanpa sekat, dan berbentuk lembaran. (Romimohtarto, 2001).
Pengapuran pada spesies ini erat kaitannya dengan fotosintesis, sehingga
penurunan efisiensi fotosintesis menyebabkan penurunan klasifikasi. Meskipun
pH tampaknya menjadi faktor utama yang mempengaruhi spesies alga Halimeda.
Ada efek gabungan yang kuat dari CO2 tinggi dan suhu pada kedua spesies,
di mana pemaparan CO2 tinggi atau suhu saja menurunkan fotosintesis dan
kalsifikasi, tetapi pemaparan kedua CO2 tinggi dan suhu menyebabkan penurunan
lebih besar dalam fotosintesis dan kalsifikasi dibandingkan stres masing-masing
individu (Sinutok et al, 2012) .
Pengasaman dan pemanasan laut adalah ‘penghambat’ kalsifikasi dan
fotosintesis pada alga Halimeda discoidea. Skenario perubahan iklim diprediksi
pada tahun 2100 akan mempengaruhi makroalga Halimeda discoidea, yang
mengakibatkan berkurangnya produksi sedimen karbonat pada terumbu karang
(Sinutok et al, 2012).
7
Semesi et al (2009) menyelidiki variasi pola makan dalam pH air laut yang
disebabkan oleh aktivitas fotosintesis padang lamun di Teluk Chwaka (Zanzibar,
Tanzania), dapat mempengaruhi tingkat kalsifikasi dan fotosintesis dari alga
merah berkapur (Hydrolithon sp dan Mesophyllum sp) dan ganggang hijau
(Halimeda renschii) yang tumbuh dalam padang lamun. Hal ini dilakukan dengan
mengukur tingkat kalsifikasi dan fotosintesis transpor elektron relatif (RETR) dari
ganggang di ekosistem lamun yang diinkubasi di bawah silinder terbuka.
Ditemukan bahwa fotosintesis lamun meningkatkan pH air laut dalam silinder
8,3-8,4 dan 8,6-8,9 setelah inkubasi 2,5 jam, yang pada gilirannya meningkatkan
tingkat kalsifikasi 5,8 kali lipat untuk Hydrolithon sp dan 1,6 kali lipat untuk 2
spesies lainnya. Halimeda discoidea menetap secara khusus untuk membantu
pertumbuhan bertahap pada terumbu karang. Bukti dari pendapat ini datang dari
studi penggalian dasar dari karang atoll Funafuti, yang memperlihatkan bahwa 20
meter pertama dari sedimen terdiri dari 80-95% segmen-segmen Halimeda yang
dikenali (Bold dan Wynne,1985). Halimeda discoidea menghasilkan kerak kapur
(CaCO ), karenanya dapat memberi sumbangan yang sangat berarti di daerah
tropik. Sendi-sendi dari jenis alga Halimeda discoidea ini tidak berkapur,
karenanya lentur dan alga ini dapat bergerak-gerak dalam air jika air bergerak.
(Romimohtarto, 2001).
8
2.2. Konsentrasi Karbondioksida (CO2)
Karbondioksida merupakan unsur utama dalam proses fotosintesis yang
dibutuhkan oleh fitoplankton dan tumbuhan air. Oleh karena itu, perbedaan
perlakuan konsentrasi karbondioksida (CO2) tersebut di karenakan untuk
menjadikan suatu bahan percobaan dalam hal untuk mengetahui atau
membandingkan pengaruh pertumbuhan terhadap produksi proses fotosintesis,
dan perubahan kualitas air dalam membudidayakan alga Halimeda discoidea. Gas
CO2 memegang peranan sebagai unsur makanan bagi semua tumbuhan yang
mempunyai chlorophil, baik tumbuh-tumbuhan renik maupun tumbuhan tingkat
tinggi.
Untuk melakukan proses fotosintesis, alga membutukan karbondioksida
yang merupakan gas yang bersifat asam, tidak berbau, tak terasa, tidak berwarna,
tidak beracun, tidak terbakar, dan tidak meninggalkan sisa endapan (Jalil, 1989 in
Nainggolan, 1993). Karbondioksida adalah sumber karbon yang lebih disukai
oleh tumbuhan akuatik seperti alga dibandikan bikarbonat dan karbonat.
Bikarbonat sebenarnya dapat dijadikan sebagai sumber karbon akan tetapi
didalam kloroplas, bikarbinat dikonveresi menjadi karbondiksida dengan bantuan
enzim karbonik anhidrase (Boney, 1989 in Effendi 2003)
2.3. Reproduksi
Makroalga pada umumnya membiak dengan cara menghasilkan spora
mikroskopik yang dihasilkan oleh organ pembiakan yang jelas serta nyata.
9
Struktur organ pembiakan ini membantu di dalam pengelompokan spesimen
karena ia boleh dilihat dengan mata kasar. Sel pembiakan yang dihasilkan oleh
organ pembiakan ini subur. Corak pembiakan bagi sesuatu kumpulan rumput laut
penting dalam kajian taksonomi.
Makroalga melakukan pembiakan dengan cara seksual ataupun aseksual.
Pembiakan sebagian makroalga adalah kompleks. Pembiakan akan membenarkan
populasi makroalga yang baru tersebar ke kawasan baru dan ini akan
mengurangkan tekanan di kawasan lama yang padat. Ini akan memudahkan
makroalga tersebut menyesuaikan diri terhadap daerah yang sentiasa berubah.
2.3.1 Pembiakan Seksual
Pembiakan seksual, dua individu rumput laut yang berbeda akan
membebaskan dua gamet masing-masing. Gamet-gamet ini akan membentuk
generasi baru yang mengandungi sifat genetik dari pada kedua induk. Gamet-
gamet yang dihasilkan untuk pembiakan terdiri dari berbagai ciri. Isogami
merupakan pencampuran dua gamet yang serupa dari segi ukuran dan bentuk. Jika
kedua gamet berbeda dari segi bentuk dan ukuran yaitu pencampuran di antara
ovum besar dan sperma kecil yang bergerak maka pencampuran disebut sebagai
oogami.
2.3.2 Pembiakan Aseksual
Bagi kebanyakan spesies rumput laut, cara pembiakan aseksual lebih kerap
berlaku daripada pembiakan seksual (Morris, 1967). Sebagian kecil dari talus
yaitu serpihan talus boleh berkembang membentuk individu baru. Terdapat
10
rumput laut yang menghasilkan berbagai jenis spora untuk pembiakan. Spora-
spora ini mempunyai rintangan yang tinggi terhadap keadaan yang menyebabkan
ia mampu tersebar jauh daripada induk asal dan berkecambah di kawasan baru
tersebut (Fritsch, 1935). Ciri-ciri yang terdapat pada spora menyebabkan ia
mempunyai daya tahan yang tinggi yaitu wujud dinding rintang yang berfungsi
untuk melindungi spora. Sebagian spora mempunyai flagelum untuk pergerakan
dan dikenali sebagai zoospora. Bagi spora yang tidak mempunyai flagelum
dikenal sebagai aplanospora.
2.4. Habitat
Habitat makroalga adalah di sekitar pantai, di perairan laut serta di dalam
laut. Ini termasuk juga kawasan yang berpasir, berbatu karang, berlumpur dan
juga terdapat pada kulit kerang, pada kayu, pukat serta tumbuh atas rumputi laut
lain sebagai epifit (Trainor, 1978). Substrat adalah tempat untuk rumput laut
melekat daripada dihanyutkan oleh arus serta ombak yang kuat. Substrat terdiri
dari benda hidup atau bukan hidup bergantung kepada jenis pelekap makroalga.
Contoh substrat ialah batu karang, tumbuhan laut, hewan laut atau dasar laut
seperti lumpur dan pasir. Menurut Setchell (1926), jadi di habitat yang mendapat
penyinaran matahari bagus. Alga dari kelas ini terdapat berlimpah di perairan
hangat (tropik). Makroalga boleh tumbuh di atas batu (epilit), di dalam batu
(endolit), di atas tumbuhan (epifit), di dalam tumbuhan (endofit), di atas hewan
(epizoik), di dalam hewan (endozoik) atau di atas lumpur (pelopil). Taburan
makroalga di sesuatu habitat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di antara faktor-
11
faktor tersebut ialah cahaya, suhu, salinitas, interaksi di antara hewan dan
tumbuhan serta ombak dan arus (Trainor, 1997)
2.5. Kualitas Air
Salah satu faktor yang sangat menentukan keberhasilan tumbuh kembangnya
organisme adalah kualitas air. Air yang tidak memenuhi syarat atau terjadi
perubahan yang mendadak akan dapat berakibat buruk bagi kelangsungan hidup
dan pertumbuhan biota yang di budidayakan, ( Boyd, 1982).
2.5.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor fisik yang sangat menentukan tingkat
kualitas air suatu perairan khususnya media budidaya. Suhu secara tidak langsung
merupakan faktor pembatas bagi organisme yang di budidayakan. Baik suhu
tinggi maupun suhu rendah mempengaruhi pertumbuhan dari organisme yang di
budidayakan (Lesmana, 2005). Lebih lanjut ditambahkan bahwa suhu lingkungan
sangat mempengruhi metabolisme organisme, konsumsi oksigen dan fisiologi
tubuh akan mengalami kerusakan bahkan menyebabkan kematian.
Suhu memberikan peranan penting dalam kultur fitoplankton, karena sangat
mempengaruhi aktifitas enzim dalam metabolisme sel (Graffith, 1983 dalam
Nurliati, 1995). Selanjutnya dikemukakan bahwa semua spesies alga halimeda
discoidea, Toleran terhadap suhu tinggi.
Menurut Cahyaningsih, dkk (2005), Toleran terhadap makroalga halimeda
discoidea suhu tinggi. Pada suhu 400C spesies ini dapat hidup tetapi tidak dapat
12
berkembang. Makroalga Halimeda discoidea, tumbuh normal pada kisaran suhu
20 - 300C dan tumbuh optimum pada kisaran suhu 25 - 30
0C.
2.5.2. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu faktor pembatas pertumbuhan dan
perkembangan makroalga. Perubahan salinitas secara langsung menyebabkan
perubahan tekanan osmose di dalam sel makroalga sehingga aktifitas sel menjadi
terganggu. Fluktuasi salinitas juga dapat mempengaruhi pH sitoplasma sel dan
menurunkan enzim (Sudjiharno, 2002).
Menurut Isnansetyo dan kurniastuty (1995), makroalga Halimeda
discoidea. tergolong spesies yang euryhaline. Toleransi salinitasnya sangat lebar
yakni 6 – 50%, kegiatan makroalga Halimeda discoidea salinitas optimal untuk
pertumbuhan optimal dari makroalga Halimeda discoidea. adalah 17 - 25 %.
2.5.3. Derajat keasaman (pH)
Menurut Kordi (2004) pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan
karena mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang
produktif pada pH rendah (keasaman tinggi) karena kandungan oksigen terlarut
(DO) akan berkurang dan akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktifitas
pernapasan naik dan selera makan organisme akuatik akan berkurang.
Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
langsung terhadap pertumbuhan dan produksi alga. Pada saat peningkatan pH
melewati titik ambang maksimum maka kecepatan tumbuh alga akan menurun
13
(Angka dkk, 1976 dalam Nurliati, 1995). Selanjutnya ditambahkan oleh Pescod
(1973) dalam Nurliati (1995) bahwa pH yang ideal untuk pertumbuhan alga
adalah 7,75 – 8,49.
2.5.4. Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut (DO) merupakan parameter penting untuk mengukur
pencemaran air. Walaupun Oksigen (O2) sulit larut, tapi dibutuhkan banyak semua
jenis organisme air. Tahap adanya Oksigen tidak ada kehidupan tanaman dan
binatang di perairan ( sutrisno, 2009).
Oksigen terlarut adalah gas untuk respirasi yang sering menjadi faktor
pembatas dalam lingkungan perairan. Oksigen terlarut sangat penting bagi
kelangsungan dan pertumbuhan organisme air. Kandungan Oksigen Terlarut akan
berkurang dengan naiknya suhu dan salinitas (Saclan, 1982; Nybakken,, 1988 ).
Menurut Raymont (1963), konsentrasi dari oksigen terlarut paling rendah yang
dibutuhkan oleh organisme perairan adalah 1 ppm.
14
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan November - Desember 2013. Di
Laboratorium Plankton dan Kualitas Air Balai Penelitian Dan Pengembangan
Budidaya Air Payau (BPPBAP) Maros.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan Toples (wadah penelitian), selang, krang dan batu
aerasi blower, tissue, pH meter, thermometer, DO meter, tabung karbondioksida
(CO2). Bahan yang digunakan tumbuhan makroalga Halimeda discoidea, air laut
steril 30%, air tawar / aquades, pasir laut, karbondioksida murni.
3.2.2 Bahan
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 1
dan tabel 2:
Tabel 1. Bahan yang di gunakan dalam penelitian
No Jenis bahan Kegunaan
1.
2.
3.
4.
Halimeda discoidea
Air laut steril 30‰
Air tawar / aquades
Pasir laut
Sebagai organisme uji
Media kultur Halimeda discoidea
Untuk mencuci alat
Sebagai subtrat organisme uji
15
Tabel 2. Jenis alat dan kegunaannya dalam penelitian.
No Jenis alat Kegunaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Spidol snowman
Balon lampu
Blower
Tabung karbondioksida (CO2)
konsentrasi 750 ppm dan 1000
ppm
Kabel listrik
Toples kaca / plastik
Stiropoam
Selang aerasi
Batu aerasi
Krang aerasi
Lakban warna kuning
Gunting
Timbangan Digital
pH meter
DO meter
Thermometer
Tissue
Buku
Pulpen
Mistar
Pasir laut
Alat penanda label
Penyinaran cahaya
Menyuplai oksigen
Menyuplai CO2
Penyambung listrik untuk blower
Tempat penebaran pemeliharaan makro
alga Halimeda discoidea
Tempat penyimpanan wadah/toples
Penyuplai aerator
Penghasil gelembung CO2
Untuk mengatur besar kecilnya aerator
Sebagai label setiap toples
Untuk memotong hewan uji
Untuk menimbang volume contoh uji
Untuk mengukur konsentrasi oksigen
terlarut
Untuk mengukur derajat keasaman
Mengukur suhu
Untuk membersihkan alat
Tempat untuk mencatat hasil
Untuk mencatat hasil
Untuk mengukur panjang alga
Subtrat alga Halimeda discoidea
16
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Cara Kerja
Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan wadah dan peralatan yang
akan digunakan. Wadah yang digunakan berupa toples plastic berkapasitas 2 liter,
wadah dan peralatan yang akan digunakan terlebih dahulu di bersihkan.
Wadah yang disiapkan diisi dengan air laut steril sebanyak 2 liter. Setiap
toples berisi pasir laut, kemudian pemasangan stalasi yang dimulai dari tabung
karbondioksida (CO2) yang dilengkapi dengan selang aerasi, kran aerasi, batu
aerasi di sambungkan ke dalam toples yang sudah diatur dengan perlakuan
tersebut. Setelah itu dilakukan penebaran alga Halimeda discoidea. Sebelum
dilakukan penebaran terlebih dahulu diukur panjangnya dan di timbang beratnya.
Kemudian menginjeksi CO2 ke dalam masing-masing toples alga, hal tersebut
dilakukan untuk mempertahankan pH sesuai konsentrasi CO2 yang di inginkan.
3.4. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan 3 perlakuan dengan masing-
masing 3 ulangan.
3.4.1 Perlakuan
Perlakuan yang akan dicobakan selama penelitian adalah :
Perlakuan A : Konsentrasi CO2 385 ppm (kontrol)
Perlakuan B : Konsentrasi CO2 750 ppm
Perlakuan C : Konsentrasi CO2 1000 ppm
17
Gambar 2. Tata letak unit penelitian setelah pengacakan
3.4.2 Pengukuran Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati dalam penelitian ini adalah Suhu, Ph,
dan DO meter. Parameter kualitas air, alat yang digunakan, dan waktu
pengamatan tercantum pada Tabel 3. berikut :
Tabel 3. Parameter Kualitas Air yang Diukur ,
Alat/Metode yang Digunakan, dan Waktu Pengamatan Selama Penelitian
No Parameter Metode Satuan Alat ukur
1. Suhu Pembaca skala ºC Termometer
2. Pertumbuhan - - -
3. pH Pembaca skala - pH meter
750-2
385-3 1000-2
1000-3 750-1 385-2
1000-1 385-1 750-3
18
3.4.3. Peubah yang Diamati
Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Pertumbuhan berat diukur dengan menggunakan timbangan elektrik dengan
ketelitian 0.0001 gram. Pertumbuhan mutlak dihitung dengan menggunakan
rumus Effendi (1997) sebagai berikut :
W = Wt – Wo
Dimana: W = Pertumbuhan berat mutlak (g)
Wt = Berat tubuh akhir (g)
Wo = Berat tubuh awal (g)
3.5. Analisa Data
Analisis data dengan menggunakan program microsof exel, dan SPSS 17.
Untuk melihat pengaruh peningkatan konsentrasi karbondioksida (CO2) terhadap
pertumbuhan makroalga Halimeda discoidea, maka dilakukan analisis korelasi,
kemudian dibahas secara deskriptif.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pertumbuhan Makro Alga Halimeda discoidea
Berdasarkan hasil pengujian peningkatan konsentrasi karbondioksida
(CO2) terhadap pertumbuhan makroalga Halimeda discoidea, skala laboratorium
setiap perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Rataan pertumbuhan mutlak alga Halimeda discoidea, pada
peningkatan konsentrasi karbondioksida
Gambar di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan mutlak tertinggi pada
CO2 385 ppm yakni 2,37 gram, kemudian menurun CO2 750 ppm yakni 1,59 gram
dan didapatkan paling rendah pada CO2 1000ppm, hal ini menunjukkan bahwa
terdapat korelasi antara penurunan pertumbuhan dengan peningkatan konsnentrasi
CO2 (R2 = 0,998). Grafik di atas menunjukkan bahwa kepadatan pertumbuhan
alga Halimeda discoidea, pada penelitian tersebut, memberikan hasil cukup
berbeda antara perlakuan kosentrasi karbondioksida (CO2) 385 ppm, (CO2) 750
ppm dan (CO2) 1000 ppm, serta Rata-rata pertumbuhan maksimum terjadi pada
2.37
1.59 1.3
y = 2.3585x-0.55 R² = 0.9986
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
A = 385 ppm B = 750 ppm C = 1000 ppm
Konsentrasi CO2
20
minggu ke-2 dan minggu ke-3 dari masing-masing perlakuan dan ulangan. Dalam
grafik di atas menunjukkan pertumbuhan maksimal alga Halimeda discoidea,
selama penelitian hanya pada konsentrasi karbondioksida (CO2) 385 ppm di
antara konsentrasi karbondioksida (CO2) 750 ppm, (CO2) 1000 ppm.
Gambar 4. Laju pertumbuhan harian alga Halimeda discoidea pada peningkatan
konsentrasi CO2
Laju pertumbuhan menggambarkan kecepatan pertambahan individu algae
per satuan waktu. Nilai laju pertumbuhan dapat digunakan untuk mengetahui
adanya daya dukung media terhadap pertumbuhan algae. Semakin tinggi nilai laju
pertumbuhan, menunjukkan daya dukung media terhadap pertumbuhan algae
semakin baik (Myers, 1955 dalan massenreng, 2002).
Laju pertumbuhan alga Halimeda discoidea, pada perlakuan konsentrasi
karbondioksida (CO2) 385 ppm terlihat bahwa pertumbuhan makroalga Halimeda
discoidea, yang paling tinggi yaitu 2,37 cm, dan di susul grafik 3 CO2 750 ppm
yaitu 1,59 cm, serta grafik 4 CO2 1000 ppm yaitu 1,3 cm. Dari ke- 3 perlakuan
konsentrasi karbondioksida (CO2) tersebut merupakan laju pertumbuhan populasi
0,1128
0,0757 0,0619
y = 0.1123x-0.55 R² = 0.9986
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.14
A = 385 ppm B = 750 ppm C = 1000 ppm
21
alga Halimeda discoidea, yang lebih baik di setiap atau masing-masing per lakuan
konsentrasi karbondioksida (CO2). Hal ini dikarenakan atau bertanda alga lebih
menyukai karbondioksida (CO2) yang lebih rendah (Boney, 1989 dalam effendi,
2003). Karbondioksida (CO2) merupakan gas yang di butuhkan oleh tumbuhan
air renik maupun untuk melakukan fotosintesis. Meskipun peranan
karbondioksida (CO2) sangat besar bagi kehidupan organisme air namun
kandungannya yang berlebihan sangat mengganggu, bahkan dapat menjadi racun
secara langsung bagi organisme tersebut (M. Ghufran H. Kordi K 2002).
Ini bertanda bahwa memberikan dampak buruk pada pertumbuhan populasi alga
Halimeda discoidea, jika konsentrasi karbondioksida (CO2) semakin tinggi.
22
Gambar 5. Rataan pH, rataan berat, rataan panjang.
8.23
7.95
7.76
y = 8.2349x-0.053 R² = 0.9977
7.2
7.4
7.6
7.8
8
8.2
8.4
8.6
385+30 750+30 1000+30
PH
Hal
imed
a
Perlakuan
Rataan pH
1.69 1.5
1.3
0
1
2
385+30 750+30 1000+30
Ber
at H
alim
eda
dis
coid
es (
Gr)
Perlakuan
Rataan berat
Rataan berat
3.43
4.4 3.96
0
1
2
3
4
5
pan
jan
gHal
imed
a (c
m)
Perlakuan
Rataan panjang
385+30
750+30
1000+30
23
a). Suhu
Suhu memberikan peranan penting dalam kultur makroalga Halimeda
discoidea, karena sangat mempengaruhi laju fotosintesis dan pertumbuhan alga
Halimeda discoidea, Hasil pengukuran suhu air pada media budidaya di Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Kab. Maros adalah 280C
dimana Suhu yang ideal untuk rumput laut adalah 28-320C (DJPB, 2005).
Menurut Cahyaningsih, dkk (2005), makroalga Halimeda discoidea,
toleran terhadap suhu tinggi. Pada suhu 400C spesies ini dapat hidup tetapi tidak
dapat berkembang. Makroalga Halimeda discoidea, tumbuh normal pada pada
kisaran suhu 20 – 300C dan tumbuh optimum pada kisaran 25-30
0C.
b). pH
Hasil pengukuran pH air diperoleh adalah 8,02 dimana hasil ini masih
masuk dalam persyaratan media budidaya makroalga. Rumput laut cenderung
membutuhkan pH yang basa untuk pertumbuhannya. Makroalga dapat tumbuh
dengan baik pada kisaran optimum 8,0 – 8,5, ini sesuai dengan pendapatnya
Lavens dan Sargeloos (1986), mengatakan bahwa kisaran pH secara umum untuk
beberapa spesies alga yaitu 7 – 9 dengan kisaran optimal 8,2 - 8,7. Menurut Ari,
dkk (2002), persyaratan kualitas air yang terbaik untuk pertumbuhan alga
Halimeda discoidea, adalah pada pH 7,42 – 8,02.
24
c). DO
Kadar oksigen terlarut pada perairan alami biasanya kurang dari 10 mg/L
(Effendi, 2003). Kandungan oksigen terlarut akan berkurang dengan naiknya
suhu dan salinitas (Sachlan, 1982; Nybakken, 1988). Menurut Raymont (1963),
konsentrasi dari oksigen terlarut paling rendah yang di butuhkan oleh organisme
perairan adalah 1 ppm.
25
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa, pertumbuhan tertinggi
makroalga Halimeda discoidea didapatkan pada konsentrasi karbondioksida
(CO2) 385 ppm, dan terdapat korelasi penurunan pertumbuhan alga Halimeda
discoidea dengan peningkatan konsentrasi karbondioksida CO2 (R2 = 0,998).
5.2. SARAN
Dari hasil yang didapatkan maka disarankan untuk mendapatkan
pertumbuhan maksimal alga Halimeda discoidea sebaiknya diupayakan
konsentrasi karbondioksida (CO2) 385 ppm, dan menghindari karbondioksida
(CO2) 1000 ppm.
26
DAFTAR PUSTAKA
Angka, S. L., Sumantadinata, K., sHarris, E., Darnas, Chaeruddin, A., 1976.
Kultur Laboratories Diatomae Laut (Pengaruh Salinitas dan Inoculums
Terhadap Pertumbuhan Populasi Monocultur Skeletonema Costatum dan
Nitzschia Closterium Pelagis dan Benthis Dari Laut Jawa). Proyek
Pengembangan Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor.
Bachtiar, Y., 2003. Menghasilkan Pakan Alami Untuk Ikan Hias. Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Cahyaningsih, S., Achmad, N.,Sugeng, J.P., 2005. Kultur Murni Phytoplankton.
Departemen kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya, Balai Budidaya Air Payau Situbondo.
Cahyaningsih, S., 2006. Petunjuk Teknis Produksi Pakan Alami. Departemen
kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai
Budidaya Air Payau Situbondo.
Djarijah, A.S., 1995. Pakan Ikan Alami. Kanisius, Yogyakarta. Effendie, M.
I., 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.
Foog, G. F, 1965. Algal Cultures and Phytoplankton Ecology. The University of
Wisconsin Press, London. 126 hal.
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Jilid II. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Haryati, 1980. Percobaan Penggunaan Beberapa Macam Komposisi Media
Terhadap Pertumbuhan populasi monokultur Skeletonema costatum
Greville. UNDIP-Press. Semarang.
Hastuti, 1986. Planktologi. Semarang UNDIP.
Ismail A, Wedjatmiko, Sastrawijaya dan Sindu S. 1999. Kajian Teknis Paktor
Pertumbuhan dan Populasi Plankton. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Eksplorasi Laut dan Perikanan. Departemen Perikanan
dan Kelautan Bekerjasama dengan Japan International Corporation
Agency. Jakarta.
Isnansetyo, A & Kurniastuti, 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan
Zooplankton Pakan Alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Kanisius.
Yogyakarta.
27
Kordi, G. H., 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta,
Jakarta.
Muhaimin, M. I., 2008. Pengaruh Konsentrasi Posfat pada Formula Pupuk
Conway terhadap Pertumbuhan Halimeda sp. Skripsi. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Nainggolan, R. F. 1993. Penggunaan karbondioksida dan propionate dalam
kemasan plastik plesibel kedap udara untuk menghambat perkembangan
serangga dan kapan pada ransun petelur komersil. Tesis. Sekolah pasca
sarjana, IPB, Bogor. Hal 18.
Nurliati, A., 1995. Pengaruh Dosis Abu Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan
Halimeda discoidea. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Muslim Indonesia, Makassar.
Sudjiharno, 2002. Budidaya Fitoplankton dan Zooplankton. Departemen kelautan
dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Balai Budidaya
Laut Lampung.
Yunus, 1992. Pengaruh Salinitas yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Halimeda
discoidea di Laboraturium. Jurnal Penelitian Budidaya Pantai, Balai
Penelitian Perikanan Budidaya Pantai Maros.
Yusuf, Trianingsih, E. Asnaryanti dan S. H. Riono. 1994. Kisaran Kelimpahan
dan Komposisi Plankton Predominan diperairan Kawasan Timur Indonesia.
P3O-LIPI.Jakarta.
28
Lampiran 1. Data pertumbuhan makroalga Halimeda discoidea selama penelitian.
Kode
Bera
t-1
(gr)
Panja
ng
(cm) pH
Bera
t-2
Panja
ng Ph
Bera
t-3
Panja
ng pH
Grow
th
385+3
0 (1) 1.75 3.4
8.2
2 1.79 3.9
8.2
5 2.67 5
8.2
2 2.25
385+3
0 (2) 1.84 3.7
8.2
3 1.92 4
8.2
3 2.21 4.5
8.2
2 2.45
385+3
0 (3) 1.49 3.2
8.2
5 1.82 3.4
8.2
3 1.98 4.2
8.2
2 2.43
750+3
0 (1) 1.94 4.5
7.9
9 3.02 4.7
7.8
8 3.59 5.1
7.9
8 1.64
750+3
0 (2) 1.93 4.4
7.9
9 1.95 4.45
7.8
7 1.97 4.75
7.9
9 1.56
750+3
0 (3) 2.15 4.3
7.8
8 2.45 4.5
7.8
9 3.21 4.95
7.9
9 1.57
1000+
30 (1) 1.55 3.9
7.7
7 1.87 3.95
7.7
8 2.1 4.2
7.7
4 1.42
1000+
30 (2) 1.65 4.5
7.7
8 1.75 4.65
7.7
9 1.98 5
7.7
8 1.25
1000+
30 (3) 1.57 3.5
7.7
4 1.8 3.75
7.7
6 1.87 4.1
7.7
9 1.24
29
Lampiran 2. Foto dokumentasi kultur alga Halimeda discoidea.
Gambar,1. Pengukuran alga Halimeda discoidea.
Gambar,2. Pengukuran alga Halimeda discoidea.
30
Gambar, 3. Penimbangan (gr) alga Halimeda discoidea.
Gambar, 4. Penebaran alga Halimeda discoidea, dan Tabung karbondioksida CO2
31
Gambar, 5. Persiapan kultur makroalga Halimeda discoidea.
Gambar, 6. Pengukuran pH meter.