SKRIPSI
EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS PISANG AMBON DAN REBUSAN
DAUN SELEDRI UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU
DEWI KUNTI KELURAHAN WINONGO
KOTA MADIUN
Oleh :
DINAR RAHMA NINGRUM
NIM : 201502011
PROGAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS PISANG AMBON DAN REBUSAN
DAUN SELEDRI UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH
PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU
DEWI KUNTI KELURAHAN WINONGO
KOTA MADIUN
Diajukan untuk memperoleh
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Program Studi SI Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun
Oleh :
DINAR RAHMA NINGRUM
NIM : 201502011
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
v
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dinar Rahma Ningrum
NIM : 201502011
Judul Proposal : Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan
Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti di
Kelurahan Winongo Kota Madiun.
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam
memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah
maupun belum/ tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan
daftar pustaka.
Madiun, 09 Agustus 2019
Dinar Rahma Ningrum
NIM. 201502011
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dinar Rahma Ningrum
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 16 Oktober 1997
Alamat : Jln. Cokro Aminoto RT 11, RW 02 Ds Kincang
Wetan Kec. Jiwan Kab. Madiun
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. Lulus Dari Pendidikan Taman Kanak-Kanak
Al-Hikmah Kab Madiun 2003
2. Lulus Dari SDN Kincang 01 Kab Madiun 2009
3. Lulus Dari SMPN 01 Jiwan Kab Madiun 2012
4. Lulus Dari SMAN 01 Jiwan Kab Madiun 2015
5. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada
Mulia Madiun 2015-Sekarang
vii
ABSTRAK
Dinar Rahma Ningrum
EFEKTIVITAS PEMBERIAN JUS PISANG AMBON DAN REBUSAN
DAUN SELEDRI UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU DEWI KUNTI
KELURAHAN WINONGO KOTA MADIUN
Penyakit Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di
masyarakat. hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit
degeneratif seperti penyakit jantung dan gagal ginjal. Salah satu terapi yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darah adalah terapi pisang ambon dan
daun seledri. Tujuan dari peneliti ini adalah untuk mengetahui perbedaan
efektivitas pemberian jus pisang ambon dan rebusan daun seledri untuk
menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu Dewi
Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.
Jenis penelitian kuantitatif rancangan Quasi Eksperiment dengan Two Group
pretest – posttest Control Group. Populasi penelitian ini berjumlah 64 penderita.
Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan
jumlah sampel sebanyak 36 orang. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
Tensimeter GEA, stetoskop, dan lembar observasi.
Hasil Penelitian dengan uji Wilxocon dan Mann Whitney U Test didapatkan
hasil analisa jus pisang ambon nilai sig ρ↑alue sistolik= 0,000≤α 0,05 dan ρ-νalue diastolik = 0,000≤0,05, artinya ada pengaruh pemberian jus pisang ambon untuk menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia penderita hipertensi. Untuk hasil
analisa rebusan daun seledri di peroleh nilai sig ρ-νalue sistolik = 0,000≤α 0,05 dan ρ-νalue diastolik = 0,000≤0,05, artinya ada pengaruh pemberian rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia penderita hipertensi.
Hasil analisa Mann →hitney diperoleh nilai signifikasi ρ-νalue sistolik = 0,000≤ α 0,05 dan ρ-νalue diastolik = 0,003≤ α 0,05, artinya ada perbedaan efektivitas pemberian jus pisangbambon dan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi di posyandu dewi kunti kelurahan winongo
kota madiun. Pada Pisang Ambon Mengandung Kalium yang Tinggi sedangkan
daun seledri mengandung flavonoid dipercaya dapat menurunkan tekanan darah
tanpa efek samping.
Diharapkan pada penderita hipertensi dapat menerapkan pemberian jus pisang
ambon ataupun rebusan daun seledri sebagai pengobatan alternatif menurunkan
tekanan darah tinggi.
Kata Kunci : hipertensi, jus pisang ambon dan rebusan daun seledri
viii
ABSTRACT
Dinar Rahma Ningrum
EFFECTIVENESS OF AMBON BANANA JUICE AND CELERY STEW TO
REDUCE BLOOD PRESSURE IN ELDERLY WITH HYPERTENSION AT
THE POSYANDU DEWI KUNTI, WINONGO VILLAGE, MADIUN CITY.
Hypertension is a health problem that often occurs in the community.
Uncontrolled hypertension can lead to degenerative diseases such as heart
disease and kidney failure. One of the therapies used to reduce blood pressure is
the therapy of Ambon banana and celery leaves. The aim of this study was to
determine the differences in effectiveness of Ambon banana juice and decoction of
celery leaves to reduce blood pressure in elderly people with hypertension at
Dewi Kunti's Posyandu in Winongo Village, Madiun City.
This type of quantitative research with the Quasi Experiment with Two
Group Pretest Posttest Control Group Designs. The population of this study was
64 patients. The sampling technique uses simple random sampling with a total
sample of 36 people. The instruments in this study used GEA Tensimeters,
stethoscopes, and observation sheets.
The results of Wilxocon test and Mann Whitney U Test showed the results of
ambon banana juice analysis sig ρ value systolic = 0,000≤α 0,05 and ρ-νalue diastolic = 0,000≤0,05, meaning that there was the effect of giving Ambon banana juice to lower blood pressure high in elderly people with hypertension. For the
results of the analysis of celery leaves decoction obtained sig ρ-νalue systolic = 0,000≤α 0,05 and ρ-νalue diastolic = 0,000≤0,05, meaning that there is the influence of celery leaf decoction to reduce high blood pressure in elderly
hypertensive sufferers. Mann Whitney analysis results obtained a significance
value of ρ-νalue systolic = 0,000≤ α 0,05 and ρ-νalue diastolic = 0,003≤ α 0,05, meaning that there are differences in the effectiveness of banana banana juice and
celery stew to reduce blood pressure in elderly hypertensive patients in posyandu
dewi kunti, winongo village, madiun city. Ambon bananas contain high potassium
while celery leaves contain flavonoids believe to reduce blood pressure without
side effects.
It is expected that hypertensive patients can apply the therapy of Ambon
banana juice or stew of celery leaves as an alternative treatment lowers high
blood pressure.
Keywords: hypertension, Ambon banana juice and celery leaf stew
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skrispsi yang
berjudul “Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan Daun Seledri
untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu
Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun” dengan baik. Tersusunnya skripsi
ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan moral kepada penulis,
untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Yunie Ernawati, S.KM selaku Kepala UPTD Pukesmas Manguharjo
2. Bpk. Suwarno selaku Ketua Pengelola Posyandu Lansia Dewi Kunti
Kelurahan Winongo
3. Bpk. Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
4. Ibu Mega Arianti P., S.Kep., Ns., M.Kep selaku ketua Prodi S-1 Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
5. Ibu Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns , M.Kes sebagai pembimbing I Skripsi yang
dengan Kesabaran dan Ketelitian dalam membimbing sehingga Skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
6. Ibu Retno Widiarini, S.KM., M.Kes sebagai pembimbing II Skripsi yang
dengan Kesabaran dan Ketelitian dalam membimbing sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
7. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka dan duka dalam
penyelesaian skripsi ini. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini
Madiun, 09 Agustus 2019
Penulis
(Dinar Rahma N.)
x
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Halaman Pernyataan Keaslian Penelitian ........................................................... v
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vi
Abstrak ................................................................................................................ vii
Abstract ............................................................................................................... viii
Kata Pengantar .................................................................................................... ix
Daftar Isi ............................................................................................................. x
Daftar Tabel ........................................................................................................ xii
Daftar Gambar..................................................................................................... xv
Daftar Lampiran .................................................................................................. xvi
Daftar Istilah ....................................................................................................... xvii
Daftar Singkatan ................................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ............................................................ 6
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pisang Ambon ............................................................... 8
2.1.1 Klasifikasi Pisang Ambon ............................................. 8
2.1.2 Kandungan Gizi Pisang Ambon .................................... 9
2.1.3 Manfaat Pisang Ambon ................................................. 9
2.1.4 Teknik Terapi Jus Pisang Ambon ................................. 11
2.1.5 Mekanisme Penurunan Tekanan darah menggunakan
pisang ambon ................................................................ 12
2.2 Konsep Daun Seledri .................................................................. 13
2.2.1 Klasifikasi Daun Seledri ............................................... 13
2.2.2 Kandungan Gizi Daun Seledri ...................................... 15
2.2.3 Manfaat Daun Seledri ................................................... 15
2.2.4 Teknik Rebusan Daun Seledri ...................................... 16
2.2.5 Mekanisme Penurunan Tekanan Darah
Menggunakan Daun Seledri .......................................... 17
2.3 Konsep Hipertensi ....................................................................... 18
2.3.1 Pengertian Hipertensi ................................................... 18
2.3.2 Penyebab Hipertensi ..................................................... 19
xi
2.3.3 Patofisiologi Hipertensi ................................................. 19
2.3.4 Klasifikasi Hipertensi .................................................... 21
2.3.5 Faktor Resiko Hipertensi ............................................... 22
2.3.6 Pencegahan Penyakit Hipertensi ................................. 26
2.3.7 Pencegahan Hipertensi .................................................. 27
2.3.8 Komplikasi Hipertensi ................................................... 31
2.3.9 Pengobatan Hipertensi ................................................... 32
2.4 Konsep Lansia ............................................................................ 36
2.4.1 Pengertian Lanjut Usia .................................................. 36
2.4.2 Batasan – Batasan Lanjut Usia ...................................... 36
2.4.3 Perubahan Lansia .......................................................... 37
2.5 Kerangka Teori ............................................................................ 38
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 43
3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 44
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 46
4.2 Desain Sampel ............................................................................ 47
4.2.1 Populasi .......................................................................... 47
4.2.2 Sampel............................................................................ 47
4.2.3 Kriteria Sampel .............................................................. 49
4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 51
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .............. 52
4.5.1 Variabel Penelitian ......................................................... 52
4.5.2 Definisi Operasional Variabel........................................ 52
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 54
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 55
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 55
4.9 Pengolahan Data Dan Analisa Data ............................................ 58
4.10 Teknik Analisa Data .................................................................... 60
4.10.1 Analisa Univariat ........................................................... 61
4.10.2 Analisa Bivariat ............................................................. 62
4.11 Etika Penelitian............................................................................ 64
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................... 67
5.2 Hasil Penelitian............................................................................ 68
5.2.1 Data Umum ................................................................... 68
5.2.2 Data Khusus .................................................................. 71
5.3 Pembahasan ................................................................................. 77
5.3.1 Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Pada Penderita
Hipertensi ...................................................................... 77
5.3.2 Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Rebusan Daun Seledri Pada
Penderita Hipertensi ...................................................... 82
xii
5.3.3 Efektivitas Terapi Jus Pisang Ambon dan Rebusan
Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi
Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun ...................... 87
5.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................... 90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 91
6.2 Saran ............................................................................................ 91
Daftar Pustaka .................................................................................................... 93
Lampiran-lampiran ............................................................................................. 97
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Pisang Ambon .......................................... 9
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Daun Seledri dalam 100gram bahan ........ 15
Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC7 (2003) ............. 21
Tabel 2.4 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Kelompok
Umur Menurut Tambayong (2000) ..................................... 22
Tabel 4.1 Desain Penelitian Quasi Eksperimen dengan pre test-
post test with two group (Notoatmodjo, 2018) .................... 46
Tabel 4.2 Definisi Oprasional Efektivitas Pemberian Jus Pisang
Ambon dan Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun .. 53
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk tekanan darah
sebelum dan sesudah pemberian Jus Pisang Ambon dan
Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu
Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun ................... 61
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Di Posyandu
Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun ................... 68
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun .. 69
Tabel 5.3 Karakteritik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota
Madiun ................................................................................. 70
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun .. 70
Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Shapiro Wilk tekanan darah
sebelum dan sesudah pemberian Jus Pisang Ambon dan
Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan
Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu
Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun ................... 71
Tabel 5.6 Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik sebelum dan
Sesudah Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun ....................................... 72
Tabel 5.7 Analisa Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diatolik
Sesudah Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Pada
xiv
Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun Pada Bulam Mei 2019 .. 73
Tabel 5.8 Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik sebelum dan
Sesudah Diberikan Terapi Rebusan Daun Seledri Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun ....................................... 74
Tabel 5.9 Analisa Perubahan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
Sesudah Diberikan Terapi Rebusan Daun Seledri Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun Pada Bulam Mei 2019 .. 75
Tabel 5.10 Perbedaan Perubahan Tekanan Darah Sistol Sesudah
Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Dan Rebusan Daun
Seledri ................................................................................. 76
Tabel 5.11 Perbedaan Perubahan Tekanan Darah Diastol Sesudah
Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Dan Rebusan Daun
Seledri .................................................................................. 77
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Mekanisme penurunan tekanan darah menggunakan
pisang ambon .................................................................... 13
Gambar 2.2 Mekanisme penurunan tekanan darah menggunakan
daun seledri ....................................................................... 18
Gambar 2.3 Patofisiologi Hipertensi ..................................................... 21
Gambar 2.5 Teori Model Betty Neuman ............................................... 38
Gambar 2.6 Kerangka teori efektivitas pemberian jus pisang ambon
dan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi ............................... 40
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Efektifitas Pemberian Jus Pisang
Ambon dan Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Posyandu Lansia Dwi Kunti Winongo Kota Madiun ........ 43
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Efektifitas Pemberian Jus
Pisang Ambon dan Rebusan Daun Seledri untuk
Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan
Winongo Kota Madiun ...................................................... 51
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal ............................................. 97
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian .................................................................... 99
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian Dari Puskesmas ................. 101
Lampiran 4 Surat Selesai Penelitian Dari Desa .............................................. 102
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden .................................. 103
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .................................... 104
Lampiran 7 Standart Operasional Prosedur (SOP) Teknik Pembuatan Jus
Pisang Ambon ............................................................................. 105
Lampiran 8 Standart Operasional Prosedur (SOP) Teknik Pembuatan
Rebusan Daun Seledri ................................................................. 106
Lampiran 9 Standart Operasional Prosedur (SOP) Pengukuran Tekanan
Darah ........................................................................................... 107
Lampiran 10 Standart Operasional Prosedur (SOP) Hipotensi ......................... 108
Lampiran 11 Lembar Observasi Responden Jus Pisang Ambon ...................... 109
Lampiran 12 Tabulasi Data Umum Pisang Ambon .......................................... 111
Lampiran 13 Tabulasi Data Umum Daun Seledri ............................................. 112
Lampiran 14 Distribusi Frekuensi Jus Pisang Ambon ...................................... 113
Lampiran 15 Distribusi Rebusan Daun Seledri ................................................ 114
Lampiran 16 Pretest dan Posttest Pisang Ambon dan Rebusan Daun
Seledri .......................................................................................... 115
Lampiran 17 Uji Normalitas ............................................................................. 117
Lampiran 18 Uji Statistik Wilcoxon .................................................................. 119
Lampiran 19 Uji Statistik Mann Whitney ......................................................... 120
Lampiran 20 Dokumentasi ................................................................................ 121
Lampiran 21 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................... 122
Lampiran 22 Lembar Konsultasi Bimbingan .................................................... 123
xvii
DAFTAR ISTILAH
Aferload : Penambahan beban jantung
Arterosklerosis : Penyempitan dan penebalan arteri karena penumpukan
plak pada dinding arteri
Diaustolik : Angka bagian bawah
Hiperlipidemia : Peningkatan kadar lemak dalam darah
Hipertropi : Membesar
Hipertiroid : Kelenjar tiroid yang terlalu aktif dalam memproduksi
hormone
Hypertension : Penyakit darah tinggi atau hipertensi
Hipoksia : Suatu kondisi dimana tubuh kekurangan oksigen
Potassium : Kalium
Sistolik : Angka bagian atas
Silent killer : Penyakit yang timbul hampir tanpa adanya gejala awal
namundapat menyebabkan kematian.
Stressor : Pengalaman atau situasi yang penuh dengan tekanan
Trigliserida : Salah satu jenis lemak yang ditemukan di dalam darah.
Vasokontriksi : Tahanan perifer meningkat
Vasodilatasi : Tahanan perifer akan menurun
xviii
DAFTAR SINGKATAN
ACE : Angiotensin Converting Enzyme
DNA : Deoxyribo Nucleic Acid
HCT : Hydrochlorothiazide
HDL : High Density Lipoprotein
IMT : Index Massa Tubuh
LDL : Low Density Lipoprote
NaCl : Natrium Chlorida
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah masalah kesehatan yang sering terjadi di
masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya
penyakit degeneratif seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan
penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya
asimptomik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal
atau penyakit jantung. Menurut World Health Organization (WHO)
menyebutkan bahwa hipertensi suatu kondisi dimana pembuluh darah
memiliki tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik
≥90 mmHg yang menetap (→HO,2012). (Nur,Purwati,Ririn, 2015).
Hipertensi yang tidak terkontrol akan menyebabkan berbagai
komplikasi kesehatan pada lansia yang berusia lebih dari 60 tahun seperti
stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal, dan penyakit vaskularisasi
lainnya. Hipertensi dianggap sebagai penyakit yang serius karena dampak
yang ditimbulkan sangat luas, bahkan dapat berakhir kematian pada
kematian. Dampak fisiologis meliputi penurunan aktivitas sehari-hari, rasa
capek, lemah, koordinasi neuromuskuler buruk, proses penyembuhan
lambat, daya tahan tubuh menurun, dan ketidakstabilan tanda vital
sedangkan dampak psikologis meliputi depresi, cemas, tidak konsentrasi,
koping tidak efektif (Hanifa, 2016).
2
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama kematian di
seluruh dunia, diperkirakan sekitar 9,4 juta kematian disebabkan oleh
hipertensi. Riskesdas (2018), prevalensi hipertensi di Indonesia pada lansia
yang berusia 55-64 tahun sebesar 53,7%, usia 65-74 tahun sebesar 63,5%,
dan pada lansia 75 tahun ke atas sebesar 73,5%.Survei indikator kesehatan
nasional (sirkesnas) menunjukan prevalensi hipertensi meningkat menjadi
32,4%. Ini ada peningkatan sekitar 7% angka hipertensi terus meningkat
karena faktor resikonya di antaranya masyarakat juga terus mulai dari
kebiasaan merokok, konsumsi garam, hingga minimnya konsumsi buah
dan sayur, selain makanan bisa juga karena aktivitas fisik, stress. Badan
kesehatan dunia (WHO) angkanya meningkat secara global sebanyak 15-
20 % dan sekitar 1,13 milyar orang di duniasedangkan di Jawa Timur
prevalensinya sebesar 37,4% orang dewasa yang hipertensi, sedangkan di
Kota Madiun sebesar 85.259 jiwa atau sebesar 26,7% (Dinkes,
2017).Berdasarkan Hasil Survey Wawancara yang dilakukan pada tanggal
14 januari 2019, Berdasarkan data yang di peroleh dari Puskesmas
Mangunharjo bahwa 64 Lansia di Kelurahan Winongo, Kota Madiun
menderita Hipertensi. Peneliti melakukan wawancara 10 lansia yang
menderita hipertensi. Selama ini usaha yang mereka lakukan untuk
mengatasi hipertensi adalah dengan mengurangi makan-makanan yang
asin, sate kambing, dan jerohan. dan memilih terapi dari bahan alami
(buah dan sayur) dilakukan untuk mengurangi efek samping yang akan
timbul akibat dari konsumsi obat anti hipertensi yang diminum ketika
3
merasa sakit kepala akibat tekanan darah tinggi. Peneliti melakukan
pengukuran darah terhadap 10 lansia di Posyandu Lansia Dewi Kunti,
ternyata 10 lansia memiliki tekanan darah sistol lebih dari 130 mmHg dan
diastole lebih dari 90 mmHg. Peneliti juga menanyakan kepada responden
apakah sudah pernah mengkonsumsi jus pisang ambon dan rebusan daun
seledri. Hasil dalam rangka menurunkan tekanandarahyang diperoleh
adalah responden belum pernah mengkonsumsi jus pisang ambon dan
rebusan daun seledri dan banyak masyarakat yang kurang tahu tentang
manfaat jus buah pisang ambon dan rebusan daun seledri
Menurut (Muttaqin, 2009) Secara fisiologis dinding arteriakan
mengalami penebalan akibat penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,
sehingga pembuluh darah akan menyempit dan kaku hal tersebut akan
mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi. (Wahdah, 2011).Peran
kalium dalam pisang ambon adalah kalium bekerja mirip obat
antihipertensi di dalam tubuh manusia, kalium dapat menyebabkan
penghambatan pada renin Angiotensine system juga menyebabkan
terjadinya penurunan sekresi aldosterone, sehingga terjadi penurunan
reabsorpsi natrium dan air di tubulus ginjal. Akibat dari mekanisme
tersebut, maka terjadi peningkatan diuresis yang menyebabkan
berkurangnya volume darah, sehingga tekanan darah pun menjadi turun.
Selain itu, kalium juga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer,
akibatnya terjadi penurunan resistensi perifer, dan tekanan darah juga
menjadi turun (Palmer dan Williams, 2007)
4
Pengobatan hipertensi pada dasarnya dapat dilakukan secara
farmakologi dan non farmakologi. Teknik farmakologi dilakukan dengan
obat antihipertensi seperti deuretik, beta blocker, vasodilator, inhibitor
saraf simpatik, alpha blocker (World dalam Rohmah 2012).Sedangkan
terapi non faramokolgi bisa diberikan dengan jus pisang ambon dan
rebusan daun seledri.
Berdasarkan hasil penelitianDayanand et al. (2015) di Nepalpenderita
hipertensi yang mengonsumsi jus pisang selama 5hari mengalami
penurunan tekanan darah secara signifikan yang disebabkan oleh
kandungan kalium yang lebih tinggi pada pisang. Penelitian yang sama
juga ditunjukkan oleh Tryastuti et al. (2015) bahwa penderita hipertensi
berusia 60-75 tahun yang mengonsumsi jus pisang ambon selama 5 hari
mengalami penurunan tekanan darah, rata-rata penurunan tekanan darah
sistolik adalah 11,70 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan darah
diastolik adalah 3, 450 mmHg.
Dan dari hasil penelitian yang dilakukan Muzakar dan Nuryanto
(2015) dengan memberikan rebusan seledri pada penderita hipertensi
selama 5 hari. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik setelah diberikan
air rebusan seledri adalah 20,32 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan
darah diastolik setelah diberikan air rebusan seledri adalah 7,09 mmHg.
Berdasarkan data tersebut diperkirakan seledri bermanfaat dalam
menurunkan tekanan darah.
5
Berdasarkan uraian diatas peneliti menjadi tertarik melakukan
penelitian tentang “Efektifitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan
Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi di Posyandu Lansia Dewi Kunti Winongo Kota Madiun”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
Bagaimana efektifitas pemberian jus pisang ambon dan rebusan daun
seledri untuk menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi
di Posyandu Lansia Dewi Kunti Winongo Kota Madiun?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Menganalisis Efektifitas
Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan Daun Seledri untuk
menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu
Lansia Dewi Kunti Winongo Kota Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi
sebelum dan sesudah dilakukan pemberian jus pisang ambon untuk
menurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
6
2. Mengidentifikasi perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi
sebelum dan sesudah pemberian rebusan daun seledri untuk
menurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
3. Menganalisa perbedaan pemberian jus pisang ambon dan rebusan
daun seledri untuk menurunkan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi di Posyandu Lansia Dewi Kunti Winongo Kota Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
kemajuan di bidang ilmu keperawatan terutama tentang keefektivitas
pemberian jus pisang ambon dan rebusan daun seledri untuk menurunkan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah informasi kepada masyarakat,
khususnya kepada penderita hipertensi mengenai tentang efektivitas
pemberian jus pisang ambon dan rebusan daun seledri untuk
menurunan tekanan darah di dalam tubuh. Informasi tersebut
diharapkan dapat membantu masyarakat yang menderita hipertensi
lebih patuh melakukan minum jus pisang ambon dan rebusan daun
seledri.
7
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan bidang kesehatan sebagai
wadah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan dikenal
masyarakat serta mahasiswa selanjutnya dapat mengembangkan
penelitian atau dapat digunakan sebagai acuan penelitian.
3. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan peneliti tentang efektivitas pemberian
jus pisang ambon dan rebusan daun seledri untuk menurunan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pisang Ambon
2.1.1 Klasifikasi Pisang Ambon
Pisang ambon atau biasa dikenal dengan pisang hijau adalah pisang
yang dagingnya tebal, berwarna putih kekuningan, kulitnya kehijau-
hijauan sampai kuning (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Online). Buah ini
banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia dengan harga relatif
murah, pisang juga mudah diolah menjadi beragam masakan (Maya
Apriyanti, 2014). Klasifikasi tanaman pisang ambon yang diterima secara
luas saat ini adalah sebagai berikut (Satuhu dan Supriyadi, 2008):
Division : Magnoliophyta
Sub division : Spermatophyta
Klas : Liliopsida
Sub klas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa paradisiaca var. sapientum (L.) Kunt.
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna
raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya
(Musa acuminate, M. balbisiana, dan M. xparadisiaca) menghasilkan
buah konsumsi yang dinamakan sama. Budidaya pisang sesuai dengan
9
iklim Indonesia baik dataran rendah maupun tinggi sampai dengan 1300
dpl. Pisang dapat ditanam didataran rendah bersuhu 21-32 derajat celcius
dan beriklim lembab. Topografi yang di hendaki tanaman pisang berupa
lahan datar dengan kemiringan 8 derajat. Lahan itu terletak didaerah tropis
antara 16 derajat LU – 12 derajat LS. Apabila suhu udara kurang dari 13
derajat celcius atau lebih dari 38 derajat celcius maka pisang akan berhenti
tumbuh dan akhirnya mati. Pisang ambon merupakan buah yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandug senyawa yang disebut
asam lemak rantai pendek, yang memelihara lapisan sel jaringan dari usus
kecil dan meningkatkan kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi.
(Suyanti dan Ahmad supriyadi, 2008).
2.1.2 Kandungan Gizi Pisang Ambon
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Pisang Ambon
Nutrisi Jumlah per 100 gram dapat
dimakan
Pemenuhan
kecukupan / hari
(%)
Vitamin B6 0,68 mg 34,0
Vitamin C 10,74 mg 17,9
Kalium 467,28 mg 13,4
Serat 2.830 mg 11,3
Mangan (Mn) 0,18 mg 9,0
2.1.3 Manfaat Pisang Ambon
Pisang sejak lama telah dikenal sebagai buah lezat dan berkhasiat bagi
kesehatan. Buah pisang mengandung kalium (potasium) yang bermanfaat
untuk penyeimbangan pH atau derajat keasaman didalam lambung
(Lalage, 2013). Selain itu, kalium bermanfaat untuk pengendalian tekanan
darah, memengaruhi irama jantung, terapi darah tinggi, membersihkan
10
karbondioksida didalam darah, berperan dalam kepekatan saraf dan otot,
serta memicu kerja otot dan simpul saraf (Astrawan, 2008). Kalium yang
tinggi juga akan memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu
keseimbangan cairan di dalam tubuh. (Kowalski, 2010)
Salah satu buah pisang yang memiliki kandungan kalium yang paling
tinggi yaitu pisang ambon, kandungan kaliumnya yaitu 435mg dalam
100gr pisang ambon dan 18 mg natrium, dan berat rata-rata satu pisang
ambon kurang lebih 140gr sehingga satu buah pisang ambon mengandung
kalium kurang lebih 600mg, sementara itu kandungan kalium dalam buah
pisang biasa yaitu 500mg, kandungan kalium yang tinggi dalam buah
pisang ambon inilah yang dapat berperan dalam menurunkan tekanan
darah (Adzahari, 2016).
Berdasarkan hasil penelitian Dayanand et al. (2015) di Nepal
penderita hipertensi yang mengonsumsi jus pisang selama 5hari
mengalami penurunan tekanan darah secara signifikan yang disebabkan
oleh kandungan kalium yang lebih tinggi pada pisang. Penelitian yang
sama juga ditunjukkan oleh Tryastuti et al. (2015) bahwa penderita
hipertensi berusia 60-75 tahun yang mengonsumsi jus pisang ambon
selama 5hari mengalami penurunan tekanan darah, rata-rata penurunan
tekanan darah sistolik adalah 11,70 mmHg dan rata-rata penurunan
tekanan darah diastolik adalah 3, 450 mmHg.
11
2.1.4 Teknik Terapi Jus Pisang Ambon
Pembuatan terapi Pisang Ambon dengan cara di Jus. Berikut ini cara
Penerapan (Maya Apriyanti, 2014) :
1. Bahan dan alat yag di butuhkan meliputi :
a. 100grm Pisang Ambon.
b. ± 125 ml air
c. Blender.
d. Pisau.
e. Gelas ukur
f. Sendok
2. Pelaksanaan membuat jus pisang ambon
a. Kupas buah pisang kemudian potong kecil-kecil.
b. Masukan potongan buah pisang 100 grm ke dalam blender
kemudian tambahkan air ± 125 ml
c. Blender semua bahan hingga halus.± 1 menit
d. Tuang ke dalam gelas 200 ml.
3. Cara pemakaian
a. Minum jus pisang ambon satu kali sehari
b. Minum 200 ml selama 5 hari setiap pagi sehabis makan pagi
12
2.1.5 Mekanisme Penurunan Tekanan Darah Menggunakan Pisang Ambon
Pisang ambon mengandung Kalium yang tinggi, didalam kalium
terdapat sekresi renin dan Angiotensin II, Vasokontriksi pembuluh darah
berkurang dapat meringankan kerja jantung sehingga tekanan darah
berkurang. kalium bermanfaat untuk pengendalian tekanan darah,
memengaruhi irama jantung, terapi darah tinggi, membersihkan
karbondioksida didalam darah, berperan dalam kepekatan saraf dan otot,
serta memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi juga akan
memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu keseimbangan
cairan di dalam tubuh.Pisang ambon mengandung ACE 1 dapat
menghambat kerja enzim angiotensin pada proses penurunan tekanan
darah. Pisang mengandung angiotensin converting enzyme alami atau
ACE inhibitor alami. ACE menghasilkan zat yang disebut angiotensin-2
yang berakibat pada penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan
tekanan didalamnya. Konsumsi pisang telah terbukti untuk menghentikan
terjadinya penyempitan pembuluh darah. ACE inhibitor menurunkan
tekanan darah dengan memblokade produksi hormon angiotensin II yang
menyebabkan kontriksi pembuluh darah. Dengan demikian ACE inhibitor
dapat memperlebar pembuluh darah sehingga akan mengurangi tekanan
darah (Kowalksi, 2010).
13
Gambar 2.1 : Mekanisme Penurunan Tekanan Darah Menggunakan Pisang Ambon
2.2 Konsep Daun Seledri
2.2.1 Klasifikasi Daun Seledri
Seledri (Apium graveolens L) merupakan salah satu dari jenis terapi
herbal untuk menangani penyakit hipertensi.Masyarakat Cina tradisional
sudah lama menggunakan seledri untuk menurunkan tekanan darah.
Seledri memiliki kandungan yang lebih banyak untuk menurunkan tekanan
darah dari pada tumbuhan lain yang dapat juga digunakan untuk
menurunkan tekanan darah tinggi. seledri memiliki kandungan apigenin
yang sangat bermanfaat untuk mencegah penyempitan pembuluh darah
dan tekanan darah tinggi. Apigenin dalam daun seledri berfungsi sebagai
beta blocker yang dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan
Pisang Ambon
Mengandung ACE-1 Mengandung Kalium
Sekresi renin
Vasokontriksi
pembuluh darah
berkurang
Meringankan kerja
jantung
Menghambat kerja enzim
angiotensin pada proses
peningkatan tekanan darah
Tekanan Darah
14
kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih
sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang. Manitol dan apiin, serta
bersifat diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan
garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan
menurunkan tekanan darah. (Maya Apriyanti, 2014).
Kingdom : Plantarum
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Umbelliferales
Famili : Umbelliferae
Genus : Apium
Species : Apium graveolens L.
Deskripsi : Seledri biasanya tumbuh dengan ketinggian 1sampai 2 kaki.
Batangnya agak keras dan bergalur, memiliki daun
majemuk (segmented) dengan tepi bergerigi. Selama bulan
Juni dan Juli, mengeluarkan bunga kecil yang berwarna
putih yang nantinya berkembang menjadi buah dengan biji
yang halus. Tanah yang basah dengan sifat asam merupakan
lingkungan pertubuhan yang sesuai untuk seledri. Biji
seledri memiliki bau yang khas dengan rasa agak pahit.
Pascal menerapkan nama umum ke beberapa seledri hijau.
Di Eropa, seledri merupakan istilah yang sering digunakan
15
pada sayuran akar, Apium graveolen L. varitas Rapaceum,
DC. Seledri liar dapat mengacu pada Vallisneria spiralisl.,
merupakan tumbuhan akuatis yang tumbuh menahun
(Najib, 2011).
2.2.2 Kandungan Gizi Daun Seledri
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Daun Seledri dalam 100gram bahan
Kandungan Jumlah
Air (ml) 93.00
Protein (gram) 0.90
Lemak (gram) 0.10
Karbohidrat (gram) 4.00
Serat (gram) 0.90
Kalsium (mg) 50.00
Besi (mg) 1.00
Riboflavin (mg) 0.05
Nikotiamid (mg) 0.40
Asam askorbat (mg) 15.00
Protein (gram) 0.90
Lemak (gram) 0.10 Sumber : Ashari, 1995
2.2.3 Manfaat Daun Seledri
Penelitian pada tikus rattus strain wistardengan hipertensi yang diberi
jus seledri (Apiumgraveolens L.) dua kali sehari menggunakan sonde
selama 2 minggu. Penurunan sistolik ada pemberian jus seledri 0,009 gr/gr
bb selama 2 minggu adalah38,83 mmHg (p=0,000) dan penurunan sistolik
ada pemberian jus seledri 0,0225 gr/gr bb selama 2 minggu adalah 85
mmHg (p=0,000) rata- rata penurunan tekanan darah sistolik pada tikus
rattusstrain wistar adalah 3 mmHg (p=0,000) (Harmilah& Ekwantini,
2014). Bapak ilmuan UCMC telah membuktikan bahwa dengan memakan
4 tangkai seledri setiap hari selama seminggu tekanan darah menurun dari
158/96 ke 118/82 (Djojoseputro, 2012).
16
Dan dari hasil penelitian yang dilakukan Muzakar dan Nuryanto
(2015) dengan memberikan rebusan seledri pada penderita hipertensi
selama 5 hari. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik setelah diberikan
air rebusan seledri adalah 20,32 mmHg dan rata-rata penurunan tekanan
darah diastolik setelah diberikan air rebusan seledri adalah 7,09 mmHg.
Berdasarkan data tersebut diperkirakan seledri bermanfaat dalam
menurunkan tekanan darah.
2.2.4 Teknik Rebusan Daun Seledri
Pembuatan terapi daun seledri dengan cara direbus. Berikut ini cara
menerapkan (Maya Apriyanti, 2014)
1. Bahan dan alat yang di butuhkan meliputi :
a. Seledri sebanyak 1,3 grm (± 3 seledri )
b. Air matang ± 250 ml
c. Kompor
d. Panci
e. Saringan
2. Pelaksanaan membuat rebusan daun seledri
a. Bersihkan daun seledri dengan air bersih yang mengalir
b. Masukan daun seledri dan tambahkan ±250 ml air
c. Rebus± 10 menit dengan menggunakan api sedang hingga
rebusan daun seledri menjadi½ gelas (200ml)
17
3. Cara pemakaian
a. Saring daun seledri tuangkan kedalam gelas 200 ml pada pagi
hari
b. Lakukan selama 5 hari berturut-turut.
2.2.5 Mekanisme Penurunan Tekanan Darah Menggunakan Daun Seledri
Apigenin yang dapat mencegah penyempitan pembuluh darah dan
Phthalides yang dapat mengendurkan otot-otot arteri atau merelaksasi pembuluh
darah. Zat tersebut yang mengatur aliran darah sehingga memungkinkan
pembuluh darah membesar dan mengurangi tekanan darah. Pada pemberian
rebusan seledri dengan cara di rebus menunjukkan penurunan tekanan darah.
Apigenin dalam daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat
memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung
sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi
berkurang. Manitol dan apiin, bersifat diuretik yaitu membantu ginjal
mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga
berkurangnya cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah. Flavonoid
berfungsi sebagai mengurangi fungsi organisme/ virus, dapat memperlancar
peredaran darah lalu aliran balik vena ke jantung dapat menurunkan tekanan darah
18
Gambar 2.2 : Mekanisme penurunan tekanan darah menggunakan daun seledri
2.3 Konsep Hipertensi
2.3.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari
90 mmHg (Purwandhono, 2013).
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka
bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
Flavonoid Tanin
Daun Seledri (Apium graveolens.L)
Apigenin ( Apiin &
Manitol
Menggangu fungsi
dari mikroorganisme/
virus
Memperlancar
peredaran darah
Antioksidan Menurunkan
kekuatan kontriksi
jantung
Aliran balik vena
ke jantung normal
Mengeluarkan
kelebihan cairan dan
garam dari dalam
tubuh yang tidak
diperlukan
Penurunan Tekanan Darah
19
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Wahdah, 2011).
2.3.2 Penyebab Hipertensi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu(Azis, 2009):
1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya.
Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi ini adalah peningkatan
resistensi perifer. Prevalensi hipertensi primer merupakan mayoritas
dan jumlahnya lebih dari 90%. Penyebabnya terdiri dari bawaan,
lingkungan (jumlah keluarga, pekerjaan, makanan, dan kegemukan,
garam dan sensitivitas.(Aziz, 2009)
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang
mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal
ginjal, atau kerusakan system hormon tubuh (Wahdah, 2011).
Prevalensi hipertensi sekunder antara 5-8% dari seluruh penderita
hipertensi (Azis, 2009).
2.3.3 Patofisiologi Hipertensi
Banyak faktor patofisiologis yang terlibat dalam hipertensi esensial
diantaranya peningkatan aktivitas sistem saraf simpatik, mungkin
berhubungan dengan respon terhadap stress psikososial, kelebihan hormon
20
penahan natrium dan vasokonstriktor, meningkatnya produksi angiotensin
II dan aldosterone yang menyebabkan peningkatan sekresi renin, defisiensi
vasodilator seperti prostasiklin, nitrat oksida dan peptide natriuretic,
penanganan garam ginjam; kelainan resistensi pembuluh, diabetes
mellitus, obesitas. Konsep kelainan struktural dan fungsional dalam
pembuluh darah yang meliputi disfungsi endotel, peningkatan stres
oksidatif, remodeling vaskuler, dan penurunan kepatuhan pasien mungkin
menjadi penyebab terjadinya hipertensi dan berkontribusi pada
pathogenesis hipertensi. Proses terjadinya hipertensi adalah menurunnya
tonus otot vaskuler merangsang saraf simpatis yang diturunkan ke sel
junggularis, dari sel junggularis ini dapat meningkatkan tekanan darah,
apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi ekskresi renin
yang berkaitn dengan angiostensinogen, dengan adanya perubahan
angiostensinogen II berakibat pada terjadinya tekanan darah, selain itu
dapat meningatkan hormone aldesteron yang menyebabkan restensi
natrium, hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah.
Dengan peningatan tekanan seperti kerusakan pada ginjal, dan mata, maka
dari itu jika hipertensi itu tidak ditangani dengan baik, dapat
mengakibatkan akibat lanjut seperti terjadinya stroke, gagal jantung, gagal
ginjal dan gangguan penglihatan (Muttaqin, 2009).
21
Gambar 2.3 Patofisiologi hipertensi. (Rusdi & Nurlaela Isnawati, 2009)
2.3.4 Klasifikasi Hipertensi
Tabel 2.3Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC7 (2003)
Kategori Sistole (mmHg) Diastole (mmHg)
Normal
Pra hipertensi (ringan)
Hipertensi derajat 1 (sedang)
Hipertensi derajat 2 (berat)
90 – 119
120 – 139
140 – 159
≥ 160
60 – 79
80 – 89
90 – 99
≥ 100
Angiotensin I
Angiotensin II
Sekresi hormone ADH rasa haus Stimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal
Urin sedikit pekat & osmolaritas
Mengentalkan
Menarik cairan intraseluler ekstraseluler
↑olume darah
Tekanan darah
Ekskresi NaCl (garam) dengan mereabsorpsinya di tubulus ginjal
Konsentrasi NaCl di pembuluh darah
Diencerkan dengan volume ekstraseluler
↑olume darah
Tekanan darah
Angiotensin I Converting Enzyme (ACE)
Renin
22
Tabel 2.4 Klasifikasi Tekanan Darah Berdasarkan Kelompok Umur
Menurut Tambayong (2000)
Kelompok usia
Tekanan darah
normal
(Sistole/Diastole
mmHg)
Hipertensi
(Sistole/Diastole
mmHg)
Bayi
Anak 7 – 11 tahun
Remaja 12 – 17 tahun
Dewasa 20 – 45 tahun
Dewasa 46 – 60 tahun
Lansia > 60 tahun
80/40 – 89/59
100/60 – 119/79
115/70 – 129/79
125/80 – 134/89
140/85 – 159/94
150/85 – 159/94
≥ 90/60
≥ 120/80
≥ 130/80
≥ 135/90
≥ 160/95
≥ 160/95
2.3.5 Faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu dapat diubah dan tidak
dapat diubah sebagai berikut (Bumi medika, 2017).
1. Faktor yang tidak dapat diubah
a. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan salah satu resiko terjadinya
hipertensi yang tidak dapat diubah. Dalam hal ini, pria cenderung
lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita.
Hal tersebut terjadi karena adannya dugaan bahwa pria memiliki
gaya hidup yang kurang sehat jika dibandingkan dengan wanita.
Akan tetapi, prevalensi hipertensi pada wanita mengalami
peningkatan setelah memasuki usia menopause. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya perubahan hormonal yang dialami wanita
setelah menopause (Medika, 2017).
Ada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi
sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh
darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana terjadi
23
perubahan kuantitas hormon estrogen sesuai dengan umur wanita
secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita
umur 45-55 tahun (Kumar, 2005).
b. Umur
Semakin tinggi umur seseorang maka semakin tinggi tekanan
darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai
tekanan darah yang tinggi dari orang yang berusia lebih muda.
Hal ini disebabkan, oleh perubaha struktur pembuluh darah
seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah
menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang sehingga
meningkatkan tekanan darah. Kecenderungan bahwa pria dengan
usia lebih dari 45 tahun lebih rentan mengalami peningkatan
tekanan darah, sedangkan wanita cenderung mengalami
peningkatan tekanan darah pada usia diatas 55 tahun. Pada usia
tersebut kerja gunjal dan hati mulai menurun. Tetapi pada
kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut.
Pada wanita, hipertensi sering terjadi pada usia diatas 50 tahun.
Hal ini disebabkan perubahan sesudah menopause (Elsanti, 2009).
c. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita
hipertensi. Hal ini dengan peningkatan kadar sodium intrasluler
dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium, individu
24
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali
lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi
jika orang tuanya adalah penderita hipertensi (Triyanto, 2014).
2. Faktor resiko yang dapat diubah
a. Merokok
Merokok dapat menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya
hipertensi. Merokok dapat menyebabkan denyut jantung dan
kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot jantung mengalami
peningkatan. Pada umumnya, rokok mengandung zat kimia
berbahaya seperti nikotin dan karbon monoksida. Zat nikotin
dapat diserap oleh pembuluh darah kemudian diedarkan melalui
darah ke seluruh tubuh, termasuk otak. Akibatnya, otak akan
bereaksi dengan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepaskan epinefrin (adrenalin). Hormon inilah yang akan
membuat pembuluh darah mengalami penyempitan, sehingga
dapat meningkatkan kerja jantung. Selain itu karbon monoksida
yang terdapat dalam rokok diketahui dapat mengikat hemoglobin
dalam darah dan mengentalkan darah. Hal inilah yang dapat
meningkatkan tekanan darah (Medika, 2017).
25
b. Obesitas
Obesitas adalah suatu keadaan penumpukan lemak berlebihan
di dalam tubuh. Obesitas dapat memicu terjadinya hipetensi
akibat terganggunya aliran darah. Dalam hal ini, orang dengan
obesitas biasanya mengalami peningkatan kadar lemak dalam
darah (hiperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan
penyempitan pembuluh darah. Penyempitan tersebut memicu
jantung untuk bekerja lebih kuat agar kebutuhan oksigen dan zat
lain yang dibutuhkan oleh 15tubuh dapat terpenuhu. Hal inilah
yang menyebabkan tekanan darah meningkat (Medika, 2017).
c. Konsumsi garam (Natrium) berlebih
Sudah banyak diketahui bahwa konsumsi garam berlebih
dapat menyebabkan hipertensi. Hal tersebut dikarenakan garam
(NaCl) mengandung natrium yang dapat menarik cairan diluar sel
agar tidak dikeluarkan sehingga menyebabkan penumpukan
cairan di dalam tubuh. Hal inilah yang dapat membuat
peningkatan volume dan tekanan darah (Medika, 2017).
d. Stress
Stress juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi.
Kejadian besar terjadi pada individu yang memiliki
kecenderungan stress emosional. Keadaan seperti tertekan,
murung, dendam, takut dan rasa bersalah dapat merangsang
timbulnya hormon adrenalin dan memicu jantung berdetak lebih
26
kencang sehingga memicu peningkatan tekanan darah (Medika,
2017).
2.3.6 Pencegahan Penyakit Hipertensi
Penderita tekanan darah tinggi memerlukan obat. Apabila
hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol melalui sikap
hidup sehari-hari. Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah
pencegahan yang amat baik agar penderita tekanan darah tinggi tidak
kambuh gejala penyakitnya.(LeMone Priscilla, 2012)
Hal-hal yang perlu dilakukan bagi penderita hipertensi sebagai
tindakan pencegahan ialah sebagai berikut Wijayakesuma (2012)
1. Diet rendah lemak. Kurangi atau hindari makanan gorengan, daging
yang banyak lemak, susu full cream, telur dan sebagainya.
2. Diet rendah garam. Batasi pemakaian garam dan makanan yang
diasinkan seperti cumi asin, ikan asin, telur asin, kecap asin, dan lain-
lain.
3. Hindari memakan daging kambing, buah durian, atau minum
minuman yang beralkohol.
4. Lakukan olahraga secara teratur dan terkontrol. Olahraga yang cocok
berupa aktivitas aerobik seperti jalan kaki, berlari, naik sepeda, dan
berenang.
5. Berhenti merokok bagi perokok.
6. Berhenti minum kopi.
27
7. Menurunkan berat badan bagi penderita hipertensi yang disertai
kegemukan.
8. Menghindari stress dengan gaya hidup yang lebih santai.
9. Mengobati penyakit penyerta seperti kencing manis, hyperthyroid,
kolesterol tinggi dan sebagainya.
2.3.7 Pencegahan Hipertensi
Pencegahan lebih baik daripada harus mengobati penyakit. Penyakit
darah tinggi merupakan penyakit yang berbahaya, bahkan menyebabkan
kematian. Penyakit darah tinggi dapat menimbulkan penyakit mematikan,
seperti penyakit jantung dan stroke. Oleh karena itu, penyakit darah tinggi
harus dicegah dengan cara-cara berikut (LeMone Priscilla, 2012)
1. Menerapkan pola hidup sehat
Biasakan mengonsumsi makanan dan minuman sehat dan bergizi,
istirahat yang cukup, minum mineral 8 gelas setiap hari dan lain-lain
(Medika, 2017)
2. Kurangi konsumsi garam
Kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mengurangi garam dalam
makanan diantaranya sebagai berikut:
a. Tidak menyediakan garam diatas meja makan.
b. Ketika membeli makanan dalam kemasan, perhatikan
komposisinya. Pilihlah makanan yang mengandung kadar garam
(sodium atau natrium) yang jumlahnya sedikit.
28
c. Kurangi makanan dan minuman yang mengandung banyak lemak
seperti jeroan, keju dan santan kelapa.
d. Kurangi mengonsumsi makanan-makanan ringan yang
mengandung banyak garam seperti goreng-gorengan serta kripik
yang rasanya gurih dan asin (Medika, 2017).
3. Membiasakan olahraga teratur
Untuk pencegahan penyakit darah tinggi, pilihlah olahraga yang kita
senangi dan kuasai. Lakukanlah olahraga minimal satu kali seminggu
selam 30-40 menit. Olahraga yang mudah dan murah diantaranya
berjalan kaki, jogging, lari, bersepeda, senam, menari dan sepakbola.
Olahraga teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Untuk yang
sudah mengalami penyakit darah tinggi, pilhlah jenis olahraga ringan
seperti jalan kaki, jogging, bersepeda, senam pilates, yoga dan
berenang (Medika, 2017).
4. Menjaga berat badan ideal
Untuk mengetahui berat badan ideal dapat dilakukan dengan cara
berikut. Menentukan berat badan (kg) dan menentukan tinggi badan
(m).Rumus: tinggi badan dikuadratkan, lalu berat badan dibagi hasil
kuadrat tersebut (Medika, 2017).
Keterangan IMT = Index Massa Tubuh
Jika hasilnya=
a. Kurang dari 19 = kurus.
IMT=berat badan(kg) /tinggi badan (m²)
29
b. Antara 19-24.9 = ideal.
c. Antara 25-29.9 = gemuk.
d. Lebih dari 30 = kegemukan / obesitas.
5. Menghindari stress
Buatlah hari-hari menjadi menyenangkan dan membahagiakan. Hal ini
baik untuk kesehatan karena akan memberikan efek ketenangan
sehingga organ-organ pada tubuh dapat berfungsi sebagaimana
mestinya (Medika, 2017).
6. Hindari merokok
Dalam rokok terdapat zat nikotin dan zat-zat lainnya yang dapat
meningkatkan tekanan darah tinggi. Selain itu merokok juga dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit, seperti penyakit jantung,
kanker, dan diabetes (Medika, 2017).
7. Hindari alkohol
Mengkonsumsi alkohol dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit, diantaranya penyakit darah tinggi, dapat mengganggu organ
hati dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan sirosis hati, serta
penyakit lainnya (Medika, 2017).
8. Konsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran
Konsumsilah buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung
sumber vitamin dan mineral alami serta buah-buahan dan sayur-
sayuran yang mengandung kalium, magnesium, kalsium karena dapat
mengurangi tekanan darah tinggi (Medika, 2017).
30
9. Kurangi lemak
Kurangi makanan dan minuman yang mengandung banyak lemak
seperti jeroan, santan kelapa, melinjo, dan susu full cream. Gantilah
makanan dan minuman yang rendah lemak.Trigliserida merupakan
suatu jenis lemak. Semua lemak yang kita konsumsi termasuk
trigliserida. Trigliserida diangkut melalui aliran darah untuk
dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi tubuh. Asam lemak yang
membentuk trigliserida dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
yang diperlukan oleh otot-otot tubuh untuk bekerja atau disimpan
sebagai cadangan energi dalam bentuk lemak dalam tubuh.Saat ini
trigliserida ramai dibicarakan karena dapat mengakibatkan kolesterol.
Kolesterol merupakan penyakit yang perlu dihindari. Partikel
kolesterol (LDL) jika berada dalam jumlah yang berlebihan akan
menumpuk disepanjang dinding pembuluh darah sehingga
menyebabkan timbulnya arterosklerosis yang membuat diameter
pembuluh darah menyempit, lalu menyebabkan aliran darah
terganggu. Pada jangka waktu yang panjang akan menimbulkan
penyakit darah tinggi, jantung koroner dan lain-lain (Medika, 2017).
High density lipoprotein (HDL) yang dikenal sebagai kolesterol
baik, memiliki kemamuan untuk membersihkan tumpukan lemak yang
menempel pada dinding pembuluh darah. Oleh karena itu, kadar HDL
yang tinggi memiliki efek baik bagi jantung (Medika, 2017).
31
10. Kurangi gula
Kurangi jumlah gula yang kita konsumsi karena mengkonsumsi gula
berlebih tidak baik bagi kesehatan. Mengonsumsi gula berlebih dapat
menimbulkan penyakit darah tinggi, kanker, diabetes, jantung dan
obesitas (Medika, 2017).
11. Kurangi minuman yang mengandung kafein
Kurangi minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh. Hal
itu akan menyebabkan kecanduan, gelisah, detak jantung lebih cepat,
dan meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke dalam jangka
waktu yang panjang (Medika, 2017).
12. Hindari obat pemicu terjadi tekanan darah tinggi
Jika kita memiliki penyakit darah tinggi, kemudian terserang penyakit
seperti demam, batuk, dan influenza, pilihlah obat yang dapat
menyembuhkan penyakit yang tidak memicu terjadinya tekanan darah
tinggi. Jika perlu konsultasikan pada dokter (Nisa, 2012).
2.3.8 Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah anda terus-menerus tinggi maka akan menimbulkan
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Bagian tubuh yang paling sering
menjadi sasaran kerusakan antara lain (Sutanto, 2010):
1. Otak
Gangguan pada otak biasanya akibat rusaknya pembuluh darah
sehingga menyebabkan stroke (Sutanto, 2010).
32
2. Mata
Gangguan pada mata biasanya menyebabkan kerusakan sel-sel retina
sehingga jika sangat parah dapat menimbulkan kebutaan (Sutanto,
2010).
3. Jantung
Gangguan jantung sebagai organ pemompa darah menyebabkan
penyakit jantung koroner dan gagal jantung (Sutanto, 2010).
4. Ginjal
Menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal.
Komplikasi dari hipertensi ini sering dirujuk sebagai kerusakan akhir
organ karena kerusakan pada organ-organ ini adalah hasil akhir dari
tekanan darah tinggi kronis. Oleh karena itu, diagnosa tekanan darah
tinggi sangat penting sehingga usaha-usaha dapat dibuat untuk
membuat tekanan darah menjadi normal dan mencegah terjadinya
komplikasi (Sutanto, 2010).
2.3.9 Pengobatan Hipertensi
1. Pengobatan farmakologis
Pengobatan farmakologis pada hipertensi adalah pengobatan
hipertensi yang bersifat jangka panjang, bahkan ada kemungkinan
pengobatan ini dilakukan sepanjang umur hidup (Rusdi, 2009). Ada
beberapa jenis obat yang dianjurkan dokter untuk penderita hipertensi,
antara lain :
33
a. Diuretik.
Obat-obatan jenis diuretik berfungsi untuk mengeluarkan cairan
yang ada dalam tubuh dengan melalui urine. Berkurangnya
volume air dapat mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan. Tetapi karena potassium kemungkinan terbuang
dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potassium harus
dilakukan. Contoh obatnya yaitu tablet Hydrochlorothiazide
(HCT) dan Lasix (Furosemide) (Rusdi, 2009).
b. Betabloker
Betabloker merupakan obat yang dipakai dalam upaya
pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja
jantung dan memperlebar pembuluh darah. Contoh obat dari
golongan ini adalah Atenolol (Tenorim) dan Capoten (Captopril) .
Tetapi, sebaiknya anda yang diketahui sedang mengidap
gangguan pernafasan, seperti asma bronkial serta gangguan
pernafasan lainnya tidak menggunakan obat jenis ini (Rusdi,
2009).
c. Calcium channel blokers.
Golongan obat ini merupakan satu obat yang biasa dipakai dalam
pengontrolan darah tinggi melalui proses relaksasi pembuluh
darah yang juga memperlebar pembuluh darah. Contoh obat
golongan ini yaitu Norvasc (amlopidipine) dan Angiotensin
converting enzyme (ACE) (Muhammadun, 2010).
34
2. Pengobatan non-farmakologis
Pengobatan hipertensi yang bersifat non-farmakologis pada dasarnya
dilakukan hanya untuk mengontrol tekanan darah dalam tubuh.
Sehingga, seorang penderita hipertensi yang menjalani pengobatan
non-farmakologis paling tidak dapat menunda atau tidak
menggunakan sama sekali pengobatan yang bersifat farmakologis
(Rusdi, 2009).
Pengobatan nonfarmakologis ini dengan menggunakan (Rokhaeni,
2001):
a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan
aktivitas rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
c. Penggunaan tamanan herbal
Tamanan berkhasiat obat atau herbal dapat digunakan sebagai
terapi pendamping farmakologis untuk hipertensi. Tanaman
tersebut antara lain :
35
1) Pisang Ambon
Pisang ambon adalah buah yang memiliki kandungan kalium
lebih tinggi dan natrium lebih rendah dibandingkan dengan
buah pisang lainnya, dalam 100 gr pisang ambon
mengandung 435 mg kalium dan hanya 18 mg natrium dan
dapat bermanfaat terhadap penurunan tekanan darah (Megia,
2013).
2) Seledri
Seledri (Apium graveolens L) merupakan salah satu dari jenis
terapi herbal untuk menangani penyakit hipertensi (Megia,
2013).
3) Mentimun
Jus mentimun bersifat diuretik sehingga mampu menurunkan
tekanan darah (Hidayat, 2011).
4) Tomat
Jus tomat merupakan sumber kalium yang sangat baik untuk
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Tomat kaya
akan kalium (235 mg/100gr tomat), sedikit natrium, dan
lemak. Kerja kalium dalam menurunkan tekanan darah
adalah dapat menyebabkan vasodilatasi (Raharjo, 2010).
36
2.4 Konsep Lansia
2.4.1 Pengertian Lanjut Usia
Lansia adalah seseorang yang telah berusia di atas 60 tahun dan tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari – hari. (Emmelia, 2017).
2.4.2 Batasan-batasan Lanjut Usia
Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda– beda umunya
berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan
usia adalah sebagai berikut (Emelia, 2017) :
1. Menurut (WHO dalam Emmelia, 2017) batasan lanjut usia meliputi :
a. Middle Age (45-59 tahun)
b. Elderly (60-70 tahun)
c. Old (75-90 tahun)
d. Very Old ( ≥ 90 tahun)
2. Menurut (Hurlock 1979 dalam Findy 2018) perbedaan lanjut usia
terbagi dalam dua tahap, yaitu :
a. Early old age (usia 60-70 tahun)
b. Advanced old age 9 (usia ≤ 70 tahun)
3. Menurut (Maryam 2008 dalam Emmelia 2017) mengklasifikasikan
lansia antara lain :
a. Pra lansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
37
b. Lansia
Seseorang yang berusia ≥ 60 tahun
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia ≥ 70 tahun seseorang yang berusia ≥ 60
tahun dengan masalah kesehatan (Depkes RI,2003 dalam
Emmelia, 2017).
d. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI,
2003; dalam Emmelia, 2017 ).
e. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003; dalam
Emmelia, 2017).
4. Menurut Kementrian Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokkan
menjadi usia lanjut (60-69 tahun) dan usia lanjut dengan risiko tinggi
(≥ 70 tahun) dengan masalah kesehatan (Emmelia, 2017).
2.4.3 Perubahan Lansia
Menjadi menua membawa pengaruh serta perubahan menyeluruh
baik, fisik, sosial, mental, dan spiritual, yang keseluruhanya saling terkait
antara satu bagian dengan bagian yang lainya. Secara umum menjadi tua
ditandai dengan kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala – gejala
kemunduran fisik antara lain (Emelia, 2017).
38
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis – garis
yang menetap.
2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban.
3. Gigi mulai lepas (ompong).
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang.
5. Mudah lelah mudah jatuh.
6. Mudah terserang penyakit.
7. Nafsu makan menurun.
8. Penciuman mulai berkurang.
9. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah.
10. Pola tidur berubah.
2.5 Kerangka Teori
Gambar 2.5 Teori Model Betty Neuman, 1972
Sehat :
Prevensi Primer
Ancaman :
Prevensi Sekunder
Nyata / Aktual :
Prevensi Tersier
Garis Pertahanan
Resisten
Garis Pertahanan
Normal
Garis Pertahanan
Fleksibel
Kultural
Spiritua1
Biologis
Psikologis
Sosial
39
Teori betty Neuman memiliki tujuan untuk membantu individu,
keluarga, dan kelompok untuk mendapatkan dan mempertahankan tingkat
kesehatan maksimalnya melalui intervensi tertentu. Neuman meyakini
bahwa keperawatan memperhatikan manusia secara utuh. Perawat
mengkaji, mengatur dan mengevaluasi system klien. Perawatan berfokus
pada variabel-variabel yang mempengaruhi resposns klien terhadap
stressor. Tindakan keperawatan terdiri dari pencegahan primer berfokus
pada peningkatan pertahanan tubuh melalui identifikasi faktor-faktor
resiko yang potensial dan aktual terjadi akibat stressor tertentu.
Pencegahan sekunder berfokus pada penguatan pertahanan dan sumber
internal melalui penetapan prioritas dan rencana pengobatan pada gejala-
gejala yang tampak, sedangkan pencegahan tersier berfokus pada proses
adaptasi kembali. Prinsip dari pencegahan tersier adalah untuk
memberikan penguatan pertahanan tubuh terhadap stressor melalui
pendidikan kesehatan dan untuk membantu dalam mencegah terjadinya
masalah yang sama.
40
Gambar 2.5 Kerangka Teori Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan
Rebusan Seledri untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi
Pisang Ambon Daun Seledri
Sekresi renin
Vasokontriksi
pembuluh darah
berkurang
Meringankan kerja
jantung
Menghambat kerja enzim
angiotensin pada proses
penurunan tekanan darah
Kalium ACE 1 Flavonoid Tanin Apigenin ( Apiin &
Manitol
Menggangu fungsi dari
mikroorganisme/ virus
Memperlancar
peredaran darah
Antioksida
Menurunkan
kekuatan kontriksi
jantung
Mengeluarkan
kelebihan cairan
dan garam dari
dalam tubuh yang
tidak diperlukan
Vasodilatasi
pembuluh darah
Tahanan perifer
Kec aliran
darah
Tekanan
arteri-vena
Viskositas
Tekanan Darah CO / Curah Jantung
SV / Isi Sekuncup HR / Nadi
Preload Afterload Simpatetik Parasimpatetik
41
Kerangka teori diatas menggambarkan efektivitas pemberian jus
pisang ambon dan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan darah
pada lansia penderita hipertensi. Tekanan darah dipengaruhi oleh Cardiac
Output (CO) atau curah Jntung dan Tahanan Perifer. Curah Jantung Sendiri
di pengaruhi oleh Stroke Volume (SV) atau isi sekuncup dan Heart Rate
(HR) atau nadi. Isi Sekuncup dipengaruhi oleh preload dan afterload, jika
terjadi peningkatan afterload maka tekanan darah juga akan meningkat.
Sedangkan nadi dipengaruhi oleh saraf simpatetik dan parasimpatetik, jika
saraf simpatetik dirangsang akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
Tahanan perifer dipengaruhi oleh kecepatan aliran darah, tekanan arteri-
vena, dan viskositas.
Apigenin dalam daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang
dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi
jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan
darah menjadi berkurang. Manitol dan apiin, bersifat diuretik yaitu
membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam
tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan menurunkan
tekanan darah. Flavonoid berfungsi sebagai mengurangi fungsi
organisme/ virus, dapat memperlancar peredaran darah lalu aliran balik
vena ke jantung dapat menurunkan tekanan darah. Pisang ambon
mengandung Kalium yang tinggi, didalam kalium terdapat sekresi renin
dan Angiotensin II, Vasokontriksi pembuluh darah berkurang dapat
meringankan kerja jantung sehingga tekanan darah berkurang. kalium
42
bermanfaat untuk pengendalian tekanan darah, memengaruhi irama
jantung, terapi darah tinggi, membersihkan karbondioksida didalam darah,
berperan dalam kepekatan saraf dan otot, serta memicu kerja otot dan
simpul saraf. Kalium yang tinggi juga akan memperlancar pengiriman
oksigen ke otak dan membantu keseimbangan cairan di dalam
tubuh.Pisang ambon mengandung ACE 1 dapat menghambat kerja enzim
angiotensin pada proses penurunan tekanan darah.
43
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau
kaitan antar konsep satu terhadap konsep lainya, antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin di teliti (Notoatmodjo,
2012).
Keterangan :
: DiTeliti : Berpengaruh
: Tidakditeliti : Hubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Efektifitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan
Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Lansia Dwi Kunti Winongo
Kota Madiun.
Pengobatan hipertensi
1. Farmakologi a) Diuretic
b) Betablocker
c) Calciumchannel
blokers
(Rusdi, 2009 ) 2. Non farmakologi
a) Diet
b) Aktivitas
(Rokhaeni,2001)
c) Penggunaan tanaman herbal 1) jus pisang ambon
2) 2.Rebusandaun
seledri
Faktor resiko hipertensi
Faktor yang tidak dapat
diubah :
1. Genetic
2. Jenis Kelamin
3. Umur
Faktor yang tidak dapat
diubah :
1. Stress
2. Berat badan
3. Konsumsi garam
berlebihan
4. Kebiasaan merokok
(Bumi Medika,2017)
Tekanan darah pada
Hipertensi
44
Gambar 3.1 Menjelaskan bahwa Hipertensi di pengaruhi beberapa
Faktor yang tidak dapat diubah : (Genetik, Jenis kelamin,Umur). Faktor
yang tidak dapat diubah : (stress, berat badan, konsumsi garam berlebihan,
dan kebiasaan merokok)Dalam penanganan hipertensi terdapat terapi
farmakologis dan non farmakologis. Terapi non farmakologis antara lain
jus pisang ambon kandungan kalium yang sangat tinggi dalam pisang
Ambon akan meningkatkan konsentrasi dalam intraseluler sehingga
cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler beserta natrium
sehingga terjadi retensi cairan yang mengakibatkan peningkatkan ekskresi
natrium dalam urin (natriuresis) dan menurunkan tekanan darah. Selain itu
rebusan darun seledri juga dapat menurunkan hipertensi. Apigenin dalam
daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat memperlambat
detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran
darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalah jawaban sementara penelitian, patokan duga atau dalil
sementara, tentang kebenaranya akan ibuktikan dalam penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2012).
1. Ada signifikan perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah di
berikan terapi jus pisang ambon pada lansia penderita hipertensi di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.
45
2. Ada signifikan perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah di
berikan terapi rebusan daun seledri pada lansia penderita hipertensi di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winonogo Kota Madiun.
3. Ada perbedaan antara jus pisang ambon dan rebusan daun seledri
terhadap perubahan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.
46
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Menurut Nursalam (2017), desaian penelitian pada hakikatnya
merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan
sebelum perencanaan akhir pengumpulan data.Penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kuantitatif dengan metode Quasi Eksperiment dengan Two
Group Pretest-Posttest Control Group, dimana pada penelitian ini
menganalisis Perbedaan pemberian jus pisang ambon dan rebusan daun
seledri pada kelompok eksperimen yang sampelnya di observasi terlebih
dahulu sebelum di perlakuan kemudian setelah diberikan perlakuan sampel
tersebut diobservasi.
Bentuk rancangan ini sebagai berikut :
Tabel 4.1 Desain Penelitian Quasi Eksperimen dengan two group pretest-
posttest control group (Notoatmodjo,2018)
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Kelompok A O1 X1 O2
Kelompok B O1 X2 O2
Keterangan :
O1 : Pengukuran awal sebelum dilakukan perlakuan (pre test)
X1 : Perlakuan (pemberian rebusan daun seledri)
X2 : Perlakuan (pemberian jus pisang ambon)
O2 : Pengukuran kedua setelah dilakukan perlakuan (post test)
47
Dalam penelitian ini dipilih penderita hipertensi yang di awali dengan
observasi melakukan pengecekan tekanan darahnya (pre test), kemudian di
bagi menjadi dua kelompok perlakuan 1dan Perlakuan 2. Kelompok yang
pertama diberi rebusan daun seledri dan kelompok yang kedua di beri jus
pisang ambon selama 5 hari. Sebelum dilakukan perlakuan responden di
berikan inform consent. Setelah diberikan perlakuan dilakukan observasi
lagi terhdap tekanan darah (post test).
4.2 Desain Sampel
4.2.1 Populasi
Nursalam (2017) mendefinisikan populasi adalah keseluruhan subjek
yang diteliti dan menjadi sasaran generalisasi hasil-hasil penelitian, baik
anggota sampel maupun di luar sampel. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua lansia yang menderita hipertensi di Posyandu Lansia Dewi
Kunti Winongo Kota Madiun sebanyak 64 lansia.
4.2.2 Sampel
Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek
penelitian dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,2018) .
Rumus jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Federer
(1963) yang dikutip dalam Anjarini (2018) dapat ditentukan berdasarkan
total kelompok (t) yang digunakan dalam penelitian adalah 2 kelompok
maka besar sampel yang digunakan.
48
Keterangan :
n = Besar sampel tiap kelompok
t = Banyaknya kelompok
Hasil jumlah sampel dengan hitungan rumus yang didapat adalah
minimal n = 16 sampel responden. Untuk mengantisipasi responden yang
hilang atau mengundurkan diri maka dilakukan koreksi atau perubahan
jumlah sampel berdasarkan prediksi sampel drop out dari peneliti. Rumus
yang digunakan untuk koreksi jumlah sampel adalah :
Keterangan :
n’ = Besar sampel setelah dikoreksi
n = Jumlah sampel sebelumnya
f = Prediksi sampel drop out diperkirakan 10% (f = 0,1)
49
n' =17,7
n' =dibulatkan menjadi 18
Sampel yang diperlukan berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus
drop out adalah masing-masing kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol dalam penelitian sejumlah 18 sampel sehingga jumlah seluruh
sampel penelitian sebanyak 36 responden.
4.2.3 Kriteria Sampel
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untukmengurangi
bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel yang
ditemui. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu inklusi
dan eksklusi (Nursalam 2017).
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakter umum subjek penelitian dari suatu
populasi terjangkau yang akan diteliti. Dalam penelitian ini kriteria
inklusinya adalah:
a. Anggota Posyandu Dewi Kunti di Kelurahan Winongo Kota
Madiun.
b. Bersedia menjadi responden.
d. Lansia dengan Hipertensi.
e. Lansia ≥ 60 tahun
50
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
tidakmemenuhi kriteria inklusi karena adanya penyakit yang
mengganggu, hambatan etis, dan subjek menolak berpatisipasi. Dalam
penelitian ini kriteria eksklusinya adalah:
a. Lansia yang mengkonsumsi obat antihipertensi
4.3 Teknik Sampling
Pada penelitian ini cara pengambilan sampel adalah menggunakan
teknik simplerandom sampling. Simplerandom sampling yaitu
pengambilan anggota-anggota sampel yang dilakukan dengan cara
mengacak individu-individu anggota populasi. Pada data puskesmas
terdapat 64 penderita hipertensi di posyandu Dewi Kunti Kelurahan
Winongo Kota Madiun.
Cara pengambilan sampel secara random adalah :
1. Menentukan populasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini
berjumlah 64 orang
2. Berdasarkan perhitungan statistik, sampel yang diikutkan sebanyak 36
penderita hipertensi
3. Membuat penomeran 1-64
Peneliti mengambil secara acak sesuai dengan kebutuhan atau
sampelnya sebanyak 36 penderita hipertensi
51
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rencana kegiatan
penelitian yang akan dilakukan.
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Efektifitas Pemberian Jus Pisang
Ambon dan Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun
Sampel: 36 lansia yang menderita hipertensi di Posyandu Lansia Dwi Kunti winongo kota madiun yang akan
dibagi 2 kelompok , yaitu 18 untuk kelompok perlakuan minum jus pisang ambon dan untuk 18
orang lagi untuk kelompok perlakuan meminum rebusan daun seledri
Pengumpulan data:
Lembar Observasi
Sampling:
Simple random sampling
Desain Penelitian:
Quasi eksperiment dengan two group ( Pretest-Posttest control Group)
Hasil, Pembahasan dan Kesimpulan
Eksperimen :
Pre test : Pengukuran Tekanan Darah Intervensi : Rebusan Daun Seledri
Post test : Pengukuran Tekanan darah
Eksperimen :
Pre test : Pengukuran tekanan Darah
Pisang ambon
Post Test : Pengukuran tekanan darah
Pengolahan data :
Editing, coding, entry,cleaning dan tabulating.
Analisa Data: Wilxocon dan Mann Whitney
Populasi: Semua lansia yang menderita hipertensi di Posyandu Dwi Kunti kelurahan Winongo kota Madiun
sebanyak 64 Lansia
52
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel
4.5.1 Variabel Penelitian
Menurut Nursalam (2017) Variabel adalah perilaku atau karakteristik
yang memberikan nilai benda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-
lain). Ciri yang dimiliki oleh anggota suatu kelompok tersebut. Dalam
riset, variabel dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah dan perbedaan.
Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang
didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi
suatu penelitian (Nursalam, 2017).
Macam jenis variabel meliputi independen dan dependen :
1. Variabel independen (Variabel bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Jus Pisang Ambon dan
Rebusan Daun Seledri.
2. Variabel dependen (Variabel terikat)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah penurunan tekanan darah
pada lansia hipertensi.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional secara rinci dapat dilihat dalam definisi operasional.
Penelitian yang digambarkan dibawah ini :
53
Tabel 4.2 Definisi Oprasional Efektivitas Pemberian Jus pisang Ambon
dan Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun
Variabel Definisi Indikator Alat
Ukur Skala Skor
Independen :
jus pisang
ambon dan
rebusan
daun seledri
Jus pisang
ambon: buah
pisang ambon
yang di ambil
sarinya
menggunakan
juicer atau
blender
Rebusan daun
seledri: daun
seledri yang di
ambil sarinya
dengan cara
direbus
Jumlah : 100
grm buah jus
pisang ambon
tambahkan air
± 125ml
Kemudian
dihaluskan
dengan
blender.
Diberikan 1x
sehari selama
5 hari setiap
pagi setelah
makan.
Jumlah : 1,3
grm (3 seledri)
tambahkan
±250 ml air.
Rebus
±10menit
hingga rebusan
daun seledri
menjadi ½
gelas. Di
berikan 1x
sehari selama
5 hari setiap
pagi setelah
makan pagi
SOP
SOP
-
1.Jus Pisang
Ambon
2. Rebusan
Daun Seledri
-
Dependent:
tekanan
darah
Tekanan darah
di dalam
pembuluh darah
yang dapat
diukur dengan
tensimeter
Tekanan darah
sistolik dan
tekanan darah
diastolik
Lembar
observasi
Tensimet
er,
stetoskop
Rasio Sesuai dengan
angka yang
ditampilkan
oleh alat ukur
dalam satuan
mmHg.
54
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitianalat atau fasilitas yang digunakan untuk peneliti
dalam pengumpulan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih
baik (Nursalam, 2017) Instrumen penelitian yang digunakan dalam
penelitian adalah tensimeter merk GEA dengan tingkat akurasi tinggi
±3mmHg, stetoskop, lembar observasi. Pada penelitian ini alat timbangan
dan tensimeter jarum yang digunakan baru.
Sop cara membuat jus pisang ambon dan rebusan daun seledri. Bahan
dan alat yang di butuhkan meliputi : Bahan dan alat yag di butuhkan
meliputi : 100gr Pisang Ambon±125ml(½ gelas), Blender, Pisau,
Gelas/cup, gelas ukur Pelaksanaan membuat jus pisang ambon yaitu kupas
buah pisang kemudian potong kecil-kecil, Masukan potongan buah pisang
ke dalam blender kemudian tambahkan ±125ml air, Blender semua bahan
hingga halus ±1 menit, Tuang ke dalam gelas/cup.Cara pemakaiannya
yaitu Minum jus pisang ambon satu kali sehari. Minum jus pisang ambon
selama 5 hari setiap pagi setelah makan pagi.
Bahan dan alat yang di butuhkan untuk pembuatan rebusan daun
seledri meliputi Daun seledri sebanyak 1,3gram atau ±3 seledri, Air
matang ±250ml (setara dengan 1 gelas aqua kecil), Panci, Kompor.
Pelaksanaan membuat rebusan daun seledri: Bersihkan daun seledri
dengan air bersih yang mengalir, Masukan daun seledri dan tambahkan
240ml air,Rebus±10menit menggunakan api sedang hingga rebusan daun
55
seledri menjadi ½ gelas (200ml). Cara pemakaian: Minum rebusan daun
seledri pada pagi hari, setelah makan pagi Lakukan selama 5 hari.
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Posyandu Dwi Kunti di Kelurahan
Winongo Kota Madiun.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian di lakukan pada bulan Januari 2019 sampai Juni
2019.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek
dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2017). Dalam melakukan penelitian, prosedur yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Perijinan
Peneliti dalam pengumpulan data berawal dari mengurus surat
izin penelitian dengan membawa surat dari STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun untuk diajukan kepada Kepala Bankesbangpol Kota
Madiun. Setelah mendapatkan persetujuan dari surat izin dari
Bankesbangpol Kota Madiun, peneliti memberikan surat izin tersebut
yang diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun dan
Kepala Puskesmas Manguharjo. Setelah mendapatkan persetujuan dari
56
Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun dan Kepala Puskesmas
Manguharjo.
Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang
maksud dan tujuan serta inform consent responden. Setiap responden
diberikan kebebasan untuk memberikan persetujuan atau menolak
menjadi subjek penelitan. Setelah calon responden menyatakan
bersedia untuk mengikuti prosedure penelitian, maka responden
diminta untuk menandatangani lembar inform consent yang telah
disiapkan peneliti (lampiran). Setelah responden menandatangani
lembar inform consent, kemudian responden diminta untuk mengisi
data demografi meliputi nama, usia, pekerjaan dan jenis kelamin.
2. Pre Eksperimen
Pengukuran tekanan darah dilakukan 1 hari sebelum pemberian
jus dan rebusan daun seledri dengan mengumpulkan responden,
peneliti membagi dua kelompok pemberian jus pisang ambon dan
rebusan daun seledri dengan cara teknik acak. Peneliti di bantu oleh
5orang teman untuk melakukan pengukuran tekanan darah tersebut.
Pengukuran dilakukan pada saat pagi pukul 07.00 WIB karena kondisi
tubuh masih dalam keadaan segar dan posisi responden duduk dengan
dua telapak kaki menyentuh lantai. Hasil pengukuran kemudian ditulis
di dalam lembar observasi.
57
3. Eksperimen
Peneliti di bantu oleh 5 orang untuk membuat jus pisang ambon
dan rebusan daun seledri. Untuk 1 responden membutuhkan 100 mg
buah pisang ditambahkan air ±125ml dan 1,3 grm / ±3 seledri
ditambahkan air ±250 ml.Proses memblender jus selama ±1 menit dan
untuk merebus daun seledri ±10 menit menggunakan api sedang . Jus
dan rebusan daun seledri di buat pagi jam 06.00 WIB. Jus di buat
tanpa menggunakan gula karena kandungan fruktosa akan
mempengaruhi kanal kalsium yang terdapat pada membrane sel otot
polos pembuluh darah yang kemudian menyebabkan vasokontriksi
dan peningkatan resistensi perifer sehingga tekanan darah akan naik
(yona, 2018). Responden didatangi satu persatu dari rumah kerumah(
door to door), jus dan rebusan daun seledri diberikan selama 5 hari
pada pagi hari setelah makan. Dan dilakukan pengamatan pemberian
jus dan rebusan daun seledri untuk memastikan jus dan rebusan daun
seledri diminum dan lansung di habisakan oleh responden.
4. Post eksperimen
Peneliti dibantu oleh 5 orang melakukan pengukuran kembali
tekanan darah di hari ke 5 setelah pemberian intervensi dengan
mendatangi responden satu persatu dari rumah ke rumah. Waktu dan
cara pengukuran sama dengan pengukuran pada waktu pre eksperimen
yaitu dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB karena
kondisi tubuh masih dalam keadaan segar dan posisi responden duduk
58
dengan dua telapak kaki menyentuh lantai.. Hasil pengukuran tekanan
darah ditulis dilembar observasi. Setelah semua data terkumpul
peneliti melakukan pengolahan dan analisa data.
4.9 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu diproses
dan dianalisis secara stematis supaya bisa terdeteksi. Data tersebut di
tabulasi dan dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti.
Langkah-langkah pengolahan data (Notoatmodjo, 2012)
1. Editing
Editing adalah mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul
apakah sudah baik dan terisi lengkap untuk proses selanjutnya.
2. Coding
Coding adalah mengklasifikasikan rincian jawaban dari responden
dengan memberikan kode. Pada penelitian ini hasil dari scoring
diberikan kode antara lain.
a. Usia
1) 60-69 tahun =1
2) 70-79 tahun = 2
3) > 80 tahun =3
b. Jenis Kelamin
1) Laki-laki = 1
2) Perempuan = 2
59
c. Pendidikan
1) Tidak Sekolah = 1
2) Tamat SD = 2
3) Tamat SMP = 3
4) Tamat SMA = 4
5) Tamat Perguruan Tinggi = 5
d. Pekerjaan
1) PNS/TNI/POLRI = 1
2) Wiraswasta = 2
3) Petani = 3
4) Pensiunan = 4
5) Tidak Bekerja = 5
3. Tabulating
Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk tabel dan
selanjutnya dilakukan pembahasan sesuai variabel yang diteliti,
hasilnya berupa presentase dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
∑
Keterangan :
P = Prosentase
∑F = Frekuensi responden
N = Total Responden
60
Hasil pengklasifikasiakan dimasukkan ke dalam standar kriteria :
a. Seluruh dari responden : 100%
b. Hampir seluruh dari responden : 76-99%
c. Sebagian besar dari responden : 51-75%
d. Setengah dari responden : 50%
e. Hampir setengah dari responden : 26–49%
f. Sebagian keci dari : 1-25%
g. Tidak satu pun dari responden : 0
(Sugiyono, 2010)
4. Data Entry
Data entry adalah kegiatan yang memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau data komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi.
5. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan perlu di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidaklenyapan dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
4.10 Teknik Analisa Data
4.10 Analisa Data
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Shapiro – Wilk Tekanan Darah
Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus Pisang Ambon Dan Rebusan
Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo
Kota Madiun
61
Tekanan
Darah
Shapiro Wilk ( Nilai Signifikansi )
Jus Pisang
Ambon
Rebusan Daun
Seledri
Pre Sistol 0,005 0,030
Pre Diastol 0,000 0,000
Uji normalitas data menggunakan Uji Shapiro-Wilk sesuai syarat sampel ≤
50. Sampel ini sebanyak 36 responden, sehingga cocok menggunakan Uji
Shapiro-Wilk . Hasil uji normalitas data pada kelompok Jus Pisang Ambon
didapatkan nilai signifikan pre sistol pada jus pisang ambon 0,005 dan pre diastol
0,000 . Pada kelompok Rebusan Daun Seledri didapatkan nilai signifikan pre
sistol Rebusan Daun Seledri 0,030 dan pre diastol 0,000. Kedua kelompok
menunjukkan nilai signifikan lebih kecil dari α ( α = 0,05 ) dapat disimpulkan
bahwa distribusi data tidak normal. Sehingga dalam menganalisis data
menggunakan uji non- parametrik yaitu dengan menggunakan Uji Wilcoxon
Signed Rank Test untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Terapi Jus Pisang
Ambon Dan Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota
Madiun. Menggunakan uji Mann Whitney untuk mengetahui Perbedaan
Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan Daun Seledri Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi
Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.
4.10.1 Analisa Uvariat
Analisa Univariat dilakukan terhadap masing masing variabel yang
diteliti. Tujuan dari analisa univariat adalah menjelaskan karakteristik
62
setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Distribusi Frekuensi dalam
penelitian ini untuk data kategorik sebagai berikut: pendidikan, jenis
kelamin, pekerjaan.
P = ∑ /N X 100%
Keterangan :
P : populasi
F : frekuensi
Perhitungan Tendensi Sentral. Data yang dianalisis jenis tendensi
sentral adalah mean (rata-rata), median (nilai tengah), modus. Data yang
dianalisis meruoakan data numerik yang berskala rasio dan interval. Di
dalam penelitian ini data yang dianalisis tendensi sentral adalah tekanan
darah dan usia.
4.10.2 Analisa Bivariat
Analisa Bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel
yang di duga berhubangan atau berkolerasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik
analisis yang digunakan untuk mengetahui tekanan darah sebelum dan
sesudah diberikan jus pisang ambon dan rebusan daun seledri
menggunakan uji paired t-test dengan syarat skala data interval/rasio,
berdistribusi normal, homogen, data berpasangan dan jika tidak
berdistribusi normal menggunakan uji Wilcoxon yang merupakan
nonparametic test dengan syarat skala data interval/rasio, berdistribusi
tidak normal.
Teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan
efektivitas anatara kelompok yang diberi jus pisang ambon dan rebusan
63
daun seledri untuk menurunkan tekanan darah menggunakan uji statistic
Independent t-test. Beberapa syarat penggunaan independent t-test :
1. Sampel dalam jumlah kecil
2. Skala data interval/rasio
3. Data homogen
4. Data berdistribusi normal
Langkah-langkah yang di lakukan dalam uji penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Homogen/sejenis
Uji homogenitas menggunakan metode levene’s kelompok dikatakan
homogen apabila hasil ρ> 0,05. Dimana uji signifikan 0,05 atau taraf
kepercayaan 95%. Hasil analisa di simpulkan sebagai berikut:
a. Menolak H0 (menerima Ha) bila diperoleh nilai ρ<0.05
b. Menerima H0 (menolak Ha) bila diperoleh nilai ρ>0,05
Perhitungan uji statistik menggunakan perhitungan dengan
system komputerisasi SPSS 16.
2. Uji Kenormalan Data
Untuk mengetahui normalitas data perlu dilakukan uji normalitas
dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, distribusi data dikatakan
normal jika nilai ρ> 0,05 dan tidak normal jika hasil nilai ρ< 0,05. Uji
normalitas Shapiro-Wilk digunakan jika jumlah sampel ≤ 50, pada
penelitian ini jumlah sampel sebanyak 36 orang sehingga cocok
64
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Data-data tersebut akan disajikan
dalam bentuk tabel.
3. Metode analisis statistik
Metode analisis statistik ini untuk mengetahui perubahan dua
populasi/kelompok data yang independent yaitu 2 kelompok
intervensi yang mendapatkan jus pisang ambon dan rebusan daun
seledri untuk menurunkan tekanan darah.
Bila syarat-syarat terpenuhi maka menggunakan uji independent T-test
dan bila syarat tidak terpenuhi maka menggunakan uji Mann – whitney U
test yang merupakan nonparametik test. dengan syarat skala data
interval/rasio, berdistribusi tidak normal. Untuk mengetahui perbedaan
efektivitas antara kelompok jus pisag ambon dan kelompok rebusan daun
seledri dilihat nilai p value dari dua kelompok. Jika nilai ρ< 0,05 maka
terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok jus pisang ambon dan
rebusan daun seledri. Namun jika ρ> 0,05 maka tidak ada perbedaan yang
signifikan antara kelompok jus dan rebusan daun seledri.
4.11 Etika Penelitian
Menurut (Notoatmodjo,2012) prinsip dasar dan kaidah penelitian adalah
1. Menghormati harkat dan martabat manusia
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian
untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan
penelitian tersebut. Disamping itu, peneliti juga memberikan
kebebasan kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak
65
memberikan informasi (berpartisipasi). Peneliti mempersiapkan
formulir persetujuan subjek ( inform consen) yang mencakup:
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan
c. Menjelaskan manfaat yang didaparkan
d. Jaminan kerahasiaan terhadap identitas
2. menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian ( Respect for
privacy and confidentialy)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu
peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan identitas subjek.
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (respect for justicean
inclusivess)
Keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan
menjelaskan prosedur penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (blacing
harms and benefits) Sebuah penelitian hendaknya memperoleh
manfaat semaksimal mungkin bagi subjek. Oleh sebab itu,
pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak
66
mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek
penelitian.
67
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menyajikan hasil pembahasan dan penelitian tentang
Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan Daun Seledri untuk
Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi
Kunti Keurahan Winongo Kota Madiun. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal
12 Mei 2019 sampai – 18 Mei 2019 dengan jumlah responden sebanyak 36
responden pernderita hipertensi. Penyajian data dibagi menjadi 2 bagian yaitu data
umum dan data khusus. Data umum berisi karakteristik meliputi usia, jenis
kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Data khusus yang disajikan berdasarkan
tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi jus pisang ambon, tekanan
darah sebelum dan sesudah diberikan terapi rebusan daun seledri dan perbedaan
efektivitas pemberian jus pisang ambon dan rebusan daun seledri untuk
menurunkan tekanan darah lansia penderita hipertensi.
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu wilayah Puskesmas Manguharjo.
Puskesmas Manguharjo di Kelurahan Winongo terdapat 2 posyandu yaitu
Posyandu Dewi Shinta dan Posyandu Dewi Kunti. Penelitian ini
dilaksanakan di Posyandu Dewi Kunti yang terletak di Jalan Doho
Kelurahan Winongo Kota Madiun. Jumlah anggota Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo Kota Madiun. Jumlah
anggota di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun
68
sebanyak 70 orang dimana anggota tinggal di Kelurahan Winongo itu
sendiri.
Posyandu Dewi Kunti terletak di rumah ketua kader yang mempunyai
ukuran luas rumah 15m x 10m = 150 meter dimana dibantu oleh 4 kader
wilayah setempat. Lokasi disana sangat mudah dijangkau, karena
lokasinya terletak dipinggir jalan raya. Posyandu Dewi KuntiKunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun terdapat beberapa kegiatan diantaranya
terdapat kegiatan senam lansia setiap hari senin, cek kesehatan dan
penyuluhan setiap sebulan sekali.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Data Umum
Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden
berdasarkan usia, karakteristik responden berdarsarkan jenis kelamin,
karakteristik responden berdasarkan pendidikan, karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan, karakteristik responden berdasarkan.
1. Karakteristik Respnden Berdasarkan Usia
Tabel 5.1 Karekteristik Responden Berdasarkan usia di Posyandu
Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun Bulan Mei
2019.
No Usia
Kelompok
Jus Pisang Ambon Rebusan Daun Seledri
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
1 60-69 9 25,0 13 36,1
2 70-79 8 22,0 5 13,9
3 > 80 1 2,8 0 0
Total 18 100 18 100
Sumber : Data Primer 2019
69
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 2 kelompok
tersebut frekuensi terbesar dengan usia 60-69, yaitu 13 responden
(36,1%) dan terendah pada umur > 80 tahun sebanyak 1 responden
(2,8%).
2. Karakterstik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Karakteristik Respnden Berdasarkan Jenis Kelamin di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun
Bulan Mei 2019
No Jenis
Kelamin
Kelompok
Jus Pisang Ambon Rebusan Daun Seledri
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
1 Laki-Laki 4 22,2 3 16,7
2 Perempuan 14 77,8 15 83,3
Total 18 100 18 100
Sumber : Data Primer 2019
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 kelompok tersebut
frekuensi terbesar berjenis kelamin Perempuan, pada kelompok Jus
Pisang Ambon responden perempuan berjumlah 14 (77,8%) dan untuk
responden laki-laki berjumlah 4 (22,2%). Dan Rebusan Daun Seledri
responden Perempuan berjumlah 15 (83,3%) dan untuk responden
laki-laki berjumlah 3 (16,6%).
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota
Madiun Bulan Mei 2019.
70
No Pendidikan
Kelompok
Jus Pisang Ambon Rebusan Daun Seledri
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
1 Tidak Sekolah 9 50 3 16,7
2 Tamat SD 5 27,8 10 55,6
3 Tamat SMP 4 22,2 5 27,8
4 Tamat SMA 0 0 0 0
5 Tamat PT 0 0 0 0
Total 18 100 18 100
Sumber : Data Primer 2019
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 kelompok tersebut
frekuensi terbesar adalah dengan pendidikan Tidak Sekolah dan
Tamat SD, untuk pendidikan (Tidak Sekolah) pada kelompok jus
pisang ambon sebanyak 9 orang (50%) sedangkan lulusan SD untuk
kelompok rebusan daun seledri sebanyak 10 orang (55,6%). Dan
terendah pada kelompok rebusan daun seledri pendidikan (tidak
sekolah) sebanyak 3 orang (16,7%).
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.4 Karekteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun
Bulan Mei 2019
No Pekerjaan
Kelompok
Jus Pisang Ambon Rebusan Daun Seledri
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
Frekuensi
(f)
Presentase
(%)
1 PNS/TNI/POLRI 0 0 0 0
2 Wiraswasta 3 16,7 4 22,2
3 Petani 0 0 0 0
4 Pensiunan 1 5,6 0 0
5 IRT 14 77,8 14 77,8
Total 18 100 18 100
Sumber: Data Primer 2019
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 2 kelompok tersebut
frekuensi tersebesar sebagian besar pekerjaan Ibu Rumah Tangga
71
masing-masing berjumlah 14 orang (77,8%). Pada kelompok (jus
pisang ambon) dengan pekerjaan Wiraswasta sebanyak 3 orang
(16,7%). untuk kelompok rebusan daun seledri sebanyak 4 orang
(22,2%), dan Pensiunan Sejumlah 1 orang (5,6%).
5.2.2 Data Khusus
Tabel 5.5 Hasil Uji Normalitas Shapiro – Wilk Tekanan Darah
Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus Piang Ambon Dan Rebusan
Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo
Kota Madiun
Uji normalitas data menggunakan Uji Shapiro-Wilk sesuai syarat
sampel ≤ 50. Sampel ini sebanyak 36 responden, sehingga cocok
menggunakan Uji Shapiro-Wilk . Hasil uji normalitas data pada kelompok
Jus Pisang Ambon didapatkan nilai signifikan pre sistol pada jus pisang
ambon 0,005 dan pre diastol 0,000. Pada kelompok Rebusan Daun
Seledri didapatkan nilai signifikan pre sistol Rebusan Daun Seledri 0,030
dan pre diastol 0,000. Kedua kelompok menunjukkan nilai signifikan lebih
kecil dari α ( α = 0,05 ) dapat disimpulkan bahwa distribusi data tidak
normal. Sehingga dalam menganalisis data menggunakan uji non-
parametrik yaitu dengan menggunakan Uji Wilcoxon Signed Rank Test
untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Terapi Jus Pisang Ambon Dan
Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Tekanan
Darah
Shapiro Wilk ( Nilai Signifikansi )
Jus Pisang
Ambon
Rebusan Daun
Seledri
Pre Sistol 0,005 0,030
Pre Diastol 0,000 0,000
72
Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota
Madiun. Menggunakan uji Mann Whitney untuk mengetahui Perbedaan
Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon dan Rebusan Dun Seledri Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.
1. Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Jus
Pisang Ambon untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi.
Tabel 5.6 Tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah
diberikan terapi jus pisang ambon pada lansia penderita
hipertensi di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo
Kota Madiun.
No Hasil Tekanan
Darah N Mean Median Modus SD
Min-
Max
1 Pretest Sistol 18 152,2 150 150 8,78 140-170
2 Posttest Sistol 18 144,1 142,5 140 9,11 130-160
3 Pretest Diastol 18 91,67 90 90 5,14 80-100
4 Posttest Diastol 18 83,61 80 80 4,79 80-90
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui rata-rata pretest sistol 152,2
dengan nilai tengah 150 dan nilai yang sering muncul 150.00 dengan
Standartd Deviation 8,78 skor terendah 140 mmHg dan skor tertinggi
170 mmHg. Rata-rata Posttest Sistol 144,1 denga nilai tengah 142,5
dan nilai yang sering muncul 140.00 dengan Standard Deviation 9,11
skor terendah 130 mmHg dan skor tertinggi 160 mmHg. Rata-rata
Pretest Diastol 91,67 dengan nilai tengah 90 dan nilai yang sering
muncul 90.00 dengan Standard Deviation 5,14 skor terendah 80
mmHg dan skor teringgi 100 mmHg. Rata-rata Postest Diastol 83,61,
dengan nilai tengah 80 dan niali yang sering muncul 80.00 dengan
73
Standard Deviation 4,79 skor terendah 80 mmHg dan skor tertinggi 90
mmHg.
a. Hasil Uji Wilcoxon Efektivitas Terapi Jus Pisang Ambon Untuk
Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di
Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun
Tabel 5.7 Analisa Perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik
sesudah diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun Pada Bulan Mei
2019.
Tekanan Darah Menurun Meningkat Sama Total p-value
Tekanan Darah
Sistolik 15(8,82%) 0(%) 3(13,75) 18 0,000
Tekanan Darah
Diastolik 14(7,75%) 0(%) 4(14,75) 18 0,000
Sumber : Data Primer 2019
Uji Statistik Wilcoxon untuk tekanan darah sistolik sebelum
dan sesudah diberikan Jus Pisang Ambon sebanyak 15 orang, dan
memiliki tekanan darah sama sebanyak 3 orang dari 18
responden. Dengan nilai p-value =0,000≤ α=0,05 hal ini berati H0
ditolak H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara
tekanan darah sistol sebelum dan sesudah pemberian terapi jus
pisang ambon. Kesimpulan dari uji statistik diatas adalah ada
pengaruh terapi jus pisang ambon untuk menurunkaan tekanan
darah sistolik pada penderita hipertensi.
Uji Statistik Wilcoxon untuk tekanan darah diastolik sebelum
dan sesudah diberikan jus pisang ambon responden yang
mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 14 orang, dan
memiliki tekanan darah sama sebanyak 4 orang dari 18
responden. Dengan nilai p-value =0,000≤α=0,05 hal ini berati H0
74
ditolak H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara
tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemberian jus
pisang ambon. Kesimpulan dari uji statistik diatas adalah ada
pengaruh terapi jus pisang ambon untuk menurunkaan tekanan
darah sistolik pada penderita hipertensi.
2. Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi
Rebusan Daun Seledri untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi.
Tabel 5.8 Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Terapi Rebusan Daun Seledri Pada
Lansia Penderita Hipertensi di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun.
No Hasil Tekanan
Darah N Mean Median Modus SD
Min-
Max
1 Pretest Sistol 18 152,2 150 150 8,78 140-170
2 Posttest Sistol 18 144,1 142,5 140 9,11 130-160
3 Pretest Diastol 18 91,66 90 90 5,14 80-100
4 Posttest Diastol 18 83,61 80 80 4,79 80-90
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui rata-rata pretest sistol 152,2
dengan nilai tengah 150 dan nilai yang sering muncul 150.00 dengan
Standartd Deviation 8,78 skor terendah 140 mmHg dan skor tertinggi
170 mmHg. Rata-rata Posttest Sistol 144,1 denga nilai tengah 142,5
dan nilai yang sering muncul 140.00 dengan Standard Deviation 9,11
skor terendah 130 mmHg dan skor tertinggi 160 mmHg. Rata-rata
Pretest Diastol 91,66 dengan nilai tengah 90 dan nilai yang sering
muncul 90.00 dengan Standard Deviation 5,14 skor terendah 80
mmHg dan skor teringgi 100 mmHg. Rata-rata Postest Diastol 83,61,
dengan nilai tengah 80 dan niali yang sering muncul 80.00 dengan
75
Standard Deviation 4,79 skor terendah 80 mmHg dan skor tertinggi 90
mmHg.
a. Hasil Uji Wilcoxon Efektivitas Terapi Rebusan Daun Seledri
Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota
Madiun
Tabel 5.9 Analisa Perubahan tekanan darah sistolik dan
diastolik sesudah diberikan Terapi Rebusan Daun
Seledri Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu
Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun Pada
Bulan Mei 2019.
Tekanan Darah Menurun Meningkat Sama Total PValue
Tekanan Darah
Sistolik 15(8,82%) 0(%) 3(13,75) 18 0,000
Tekanan Darah
Diastolik 14(7,75%) 0(%) 4(14,75) 18 0,000
Sumber : Data Primer 2019
Uji Statistik Wilcoxon untuk tekanan darah sistolik sebelum
dan sesudah diberikan rebusan daun seledri sebanyak 15 orang,
dan memiliki tekanan darah sama sebanyak 3 orang dari 18
responden. Dengan nilai p-value =0,000≤ α=0,05 hal ini berati H0
ditolak H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara
tekanan darah sistol sebelum dan sesudah pemberian terapi
rebusan daun seledri. Kesimpulan dari uji statistik diatas adalah
ada pengaruh terapi rebusan daun seledri untuk menurunkaan
tekanan darah sistolik pada penderita hipertensi.
Uji Statistik Wilcoxon untuk tekanan darah diastolik sebelum
dan sesudah diberikan rebusan daun seledri responden yang
mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 14 orang, dan
memiliki tekanan darah sama sebanyak 4 orang dari 18
76
responden. Dengan nilai p-value =0,000≤α=0,05 hal ini berati H0
ditolak H1 diterima artinya ada perbedaan yang signifikan antara
tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah pemberian rebusan
daun seledri. Kesimpulan dari uji statistik diatas adalah ada
pengaruh terapi rebusan daun seledri untuk menurunkaan tekanan
darah sistolik pada penderita hipertensi.
3. Perbedaan Efektivitas antara Pemberian Jus Pisang Ambon Dan
Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti Keluraan
Winongo Kota Madiun.
Tabel 5.10 Perbedaan Perubahan Tekanan Darah Sistol Sesudah
Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Dan Rebusan Daun
Seledri.
Kelompok Mean Rank Sum Of Rank pValue
Jus Pisang Ambon 11,44 206,00 0,000
Rebusan Daun Seledri 25,56 460,00
Sumber : Data Primer 2019
Uji Mann Whitney didapatkan nilai p-value (Aymp. Sig 2-tailed)
sebesar 0,000 (≤0,05) sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak H1
diterima yang berati ada perbedaan efektivitas terapi jus pisang ambon
dan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan darah sistol pada
penderita hipertensi. Dengan Mean Rank Sistol Kelompok Jus Pisang
Ambon 11,44 dan sistol kelompok rebusan daun seledri 25,56 dengan
nilai sum sistol kelompok jus pisang ambon 206,00 dan nilai sum
sistol kelompok rebusan daun seledri 460,00
Dari Hasil di atas dapat diketahui rebusan daun seledri lebih
efektiv dalam menurunkan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi dibandingkan dengan Jus pisang ambon.
77
Tabel 5.11 Perbedaan Perubahan Tekanan Darah Diastol Sesudah
Diberikan Terapi Jus Pisang Ambon Dan Rebusan Daun
Seledri.
Kelompok Mean Rank Sum Of Rank pValue
Jus Pisang Ambon 13,75 247,50 0,003
Rebusan Daun Seledri 23,25 418,50
Sumber : Hasil Data Primer 2019
Uji Mann Whitney didapatkan nilai p-value (Aymp. Sig 2-tailed)
sebesar 0,003 (≤0,05) sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak H1
diterima yang berati ada perbedaan efektivitas terapi jus pisang ambon
dan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan darah diastol
pada penderita hipertensi.
Dengan Mean Rank Diastol Kelompok Jus Pisang Ambon 13,75
dan diastol kelompok rebusan daun seledri 23,25 dengan nilai sum
diastol kelompok jus pisang ambon 247,50 dan nilai sum diastol
kelompok rebusan daun seledri 418,50.
Dari Hasil di atas dapat diketahui rebusan daun seledri lebih
efektiv dalam menurunkan tekanan darah pada lansia penderita
hipertensi dibandingkan dengan Jus pisang ambon.
5.3 Pembahasaan
5.3.1 Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi
Jus Pisang Ambon Pada Penderita Hipertensi
Hasil penelitian terhadap 18 responden pada kelompok jus pisang
ambon sebelum dilakukan terapi jus pisang ambon didapatkan rata-rata
tekanan darah sebesar 152,2/91,67 mmHg, apabila di ubah dalam
klasifikasi tekanan darah tinggi berada dalam hipertensi stadium 1, dan
78
setelah diberikan terapi jus pisang ambon rata-rata tekanan darah menurun
yaitu menjadi 144,1/83,6 mmHg, apabila di ubah dalam klasifikasi tekanan
darah tinggi terdapat penurunan tetapi masih pada klasifikasi tekanan drah
tinggi stadium 1. Perubahan ini menunjukan bahwa terapi jus pisang
ambon berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Pengaruh pemberian jus pisang ambon untuk menurunkan
tekanan darah sistol pada penderita hipertensi telah dilakukan uji statistik
Wilcoxon sebelum dan sesudah diberikan jus pisang ambon responden
yang mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 15 orang dan yang
memiliki tekanan darah sama 3 orang dari 18 responden. Pada tingkat
kemaknaan α (0,05) dengan nilai (p) yang diperoleh 0,000. Dan untuk
pengaruh pengaruh jus pisang ambon untuk menurunkan tekanan darah
diastolik pada penderita hipertensi dilakukan uji statistik Wilcoxon
sebelum dan sesudah diberikan jus pisang ambon responden yang
mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 14 orang dan yang
memiliki tekanan darah sama 4 orang dari 18 responden. Pada tingkat
kemaknaan α (0,05) dengan nilai (p) yang diperoleh 0,000 karena nilai (p)
lebih kecil dari nilai (α), maka H0 ditolak H1 diterima, ada perubahan
pemberian jus pisang ambon untuk menurunkan tekanan darah pada lansia
penderita hipetensi. Kesimpulan dari statistik ini adalah ada pengaruh
pemberian jus pisang ambon untuk menurunkan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi.
79
Jus Pisang Ambon merupakan salah satu terapi yang tidak
membutuhkan dana yang cukup banyak karena hanya membutuhkan buah
jus pisang ambon yang dijus. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
pada tanggal 12 Mei sampai dengan 18 Mei 2019 didapatkan hasil bahwa
terdapat perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan jus
pisang ambon. Peneliti menerapkan dengan cara siapkan buah pisang
ambon 100 gram kemudian cuci buah pisang ambon, kupas buah pisang
ambon kemudian potong kecil-kecil, masukan potongan buah pisang
ambon ke dalam blender kemudian tambahkan ± 125 ml air, blender
semua bahan hingga halus ± 1 menit, lalu minum jus pisang ambon setaip
pagi setelah makan. Hasil perbedaan tersebut diperoleh dari hasil lembar
observasi yang dilakukan pada responden kemudian dianalisis dengan
menggunakan uji statistik, sehingga terdapat hasil perbedaan tekanan
darah sebelum dan sesudah diberikan terapi jus pisang ambon yaitu
dengan nilai tekanan darah Pre Test 152,2/91,67 mmHg dan nilai tekanan
darah Post Test 144,1/83,6 mmHg.
Pisang ambon mengandung Kalium yang tinggi, didalam kalium
terdapat sekresi renin dan Angiotensin II, Vasokontriksi pembuluh darah
berkurang dapat meringankan kerja jantung sehingga tekanan darah
berkurang. kalium bermanfaat untuk pengendalian tekanan darah,
memengaruhi irama jantung, terapi darah tinggi, membersihkan
karbondioksida didalam darah, berperan dalam kepekatan saraf dan otot,
serta memicu kerja otot dan simpul saraf. Kalium yang tinggi juga akan
80
memperlancar pengiriman oksigen ke otak dan membantu keseimbangan
cairan di dalam tubuh. Pisang ambon mengandung ACE 1 dapat
menghambat kerja enzim angiotensin pada proses penurunan tekanan
darah. Pisang mengandung angiotensin converting enzyme alami atau
ACE inhibitor alami. ACE menghasilkan zat yang disebut angiotensin-2
yang berakibat pada penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan
tekanan didalamnya. Konsumsi pisang telah terbukti untuk menghentikan
terjadinya penyempitan pembuluh darah. ACE inhibitor menurunkan
tekanan darah dengan memblokade produksi hormon angiotensin II yang
menyebabkan kontriksi pembuluh darah. Dengan demikian ACE inhibitor
dapat memperlebar pembuluh darah sehingga akan mengurangi tekanan
darah (Kowalksi, 2010).
Hasil Penelitian ini sesuai dengan penelitian Triyastuti (2015) yang
berjudul pengaruh pemberian jus pisang ambon terhadap penurunan
tekanan darah selama 5 hari didapatkan hasil secara signifikan penurunan
rata-rata tekanan darah sistolik adalah 11,70 mmHg dan rata-rata
penurunan tekanan diastolik adalah 3,450 mmHg.
Dilihat dari tabel frekuensi usia, diketahui bahwa dari 18 responden
untuk kelompok jus pisang ambon mayoritas responden berusia 60-69
tahun dengan jumlah 9 responden (25%).
Pendapat Susetyowati (2018) menyatakan bahwa faktor usia sangat
berpengruh karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi
81
mendapat resiko hipertensi. Hal ini disebabkan karena perubahan alamiah
tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.
Berdasarkan Opini peneliti diketahui bahwa semakin bertambahnya
usia pada seseorang maka akan lebih berpotensi terkena darah tinggi
(hipertensi) karena semakin bertambahnya usia kepekan terhadap
hipertensi akan meningkat hal itu merupakan pengaruh degenerasi pada
orang yang bertambah usia. Semakin bertambahnya usia seseorang maka
fungsi-fungsi organ tubuhnya juga akan berubah dan menurun seperti
fungsi jantung, dan organ tubuh lainya.
Dilihat dari tabel frekuensi Pekerjaan diketahui bahwa dari 18
responden untuk kelompok jus pisang ambon mayoritas responden dengan
pekerjan Ibu Rumah Tangga dengan jumlah 14 responden (77,8%).
Pendapat Endang, (2014) pada sat ini orang yang senang dengan hal
yang cepat dan praktis sehingga menjadikan tubuh tidak banyak bergerak
hal inilah yang memicu kolestrol tinggi dan juga adanya tekanan darah
yang menguat sehingga memicu hipertensi.
Berdasarkan Opini Peneliti diketahui Ibu Rumah Tangga lebih resiko
terkena tekanan darah tinggi (hipetensi) karena aktivitas ibu rumah tangga
yang dilakukan hampir sama setiap hari yang menjadikan mereka bosan
dengan kegiatan yang monoton sehingga ibu rumah tangga pada saat ini
beralih menggunakan alat dan sesuatu yang memudahkan dalam
menyelesaikan pekerjaan seperti majikom, mesin cuci, blender serta
adanya sepeda motor menjadikan seseorang malas untuk berjalan kaki
82
ditambah dengan jarangnya melakukan olahraga sehingga hal tersebut
mengakibatkan kurangnya aktivitas fisik dan menjadikan ibu rumah
tangga lebih beresiko terkena tekanan darah tinggi.
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian jus
pisang ambon mempunyai pengaruh yang signifikan untuk menurunkan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
5.3.2 Perubahan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi
Rebusan Daun Seledri Pada Penderita Hipertensi
Hasil penelitian terhadap 18 responden pada kelompok Rebusan Daun
Seledri sebelum dilakukan terapi Rebusan Daun Seledri didapatkan rata-
rata tekanan darah sebesar 152,2/91,66 mmHg, apabila di ubah dalam
klasifikasi tekanan darah tinggi berada dalam hipertensi stadium 1, dan
setelah diberikan terapi rebusan daun seledri rata-rata tekanan darah
menurun yaitu menjadi 144,1/83,61 mmHg, apabila di ubah dalam
klasifikasi tekanan darah tinggi terdapat penurunan tetapi masih pada
klasifikasi tekanan darah tinggi stadium 1. Perubahan ini menunjukan
bahwa pemberian rebusan daun seledri berpengaruh terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Pengaruh pengaruh rebusan daun
seledri untuk menurunkan tekanan darah sistol pada penderita hipertensi
telah dilakukan uji statistik Wilcoxon sebelum dan sesudah diberikan
rebusan daun seledri responden yang mengalami penurunan tekanan darah
sebanyak 15 orang dan yang memiliki tekanan darah sama 3 orang dari 18
responden. Pada tingkat kemaknaan α (0,05) dengan nilai (p) yang
diperoleh 0,000. Dan untuk pengaruh terapi rebusan daun seledri untuk
83
menurunkan tekanan darah diastolik pada penderita hipertensi dilakukan
uji statistik Wilcoxon sebelum dan sesudah diberikan rebusan daun seledri
responden yang mengalami penurunan tekanan darah sebanyak 14 orang
dan yang memiliki tekanan darah sama 4 orang dari 18 responden. Pada
tingkat kemaknaan α(0,05) dengan nilai (p) yang diperoleh 0,000 karena
nilai (p) lebih kecil dari nilai (α), maka H0 ditolak H1 diterima, ada
perubahan terapi rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan darah
pada lansia penderita hipetensi. Kesimpulan dari statistik ini adalah ada
pengaruh pemberian rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan
darah pada lansia penderita hipertensi.
Rebusan Daun Seledri merupakan salah satu terapi yang tidak
membutuhkan dana yang cukup banyak karena hanya membutuhkan daun
seledri untuk direbus. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 12 Mei sampai dengan 18 Mei 2019 didapatkan hasil bahwa
terdapat perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan rebusan
daun seledri. Peneliti menerapkan dengan cara siapkan daun seledri 1,3
gram (3seledri) kemudian cuci daun seledri, masukkan daun seledri dan
tambahkan 240ml air, rebus ± 10 menit menggunakan api sedang, rebus
hingga seledri menjadi ½ gelas (200ml), lalu minum rebusan daun seledri
setaip pagi setelah makan. Hasil perbedaan tersebut diperoleh dari hasil
lembar observasi yang dilakukan pada responden kemudian dianalisis
dengan menggunakan uji statistik, sehingga terdapat hasil perbedaan
tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi rebusan daun seledri
84
yaitu dengan nilai tekanan darah Pre Test 152,2/91,66 mmHg dan nilai
tekanan darah Post Test 144,1/83,6 mmHg.
Apigenin yang terdapat pada daun seledri yang dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah dan Phthalides yang dapat mengendurkan
otot-otot arteri atau merelaksasi pembuluh darah. Zat tersebut yang
mengatur aliran darah sehingga memungkinkan pembuluh darah
membesar dan mengurangi tekanan darah. Pada pemberian rebusan seledri
dengan cara di rebus menunjukkan penurunan tekanan darah. Apigenin
dalam daun seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat
memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung
sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah
menjadi berkurang. Manitol dan apiin, bersifat diuretik yaitu membantu
ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh,
sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan menurunkan tekanan
darah. Flavonoid berfungsi sebagai mengurangi fungsi organisme/ virus ,
dapat memperlancar peredaran darah lalu aliran balik vena ke jantung
dapat menurunkan tekanan darah.(Kowalksi, 2010)
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Muzakar
dan Nuryanto (2015) dengan memberikan rebusan seledri pada penderita
hipertensi selama 5 hari. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik
setelah diberikan air rebusan seledriadalah 20,32 mmHg dan rata-rata
penurunan tekanan darah diastolik setelah diberikan air rebusan seledri
85
adalah 7,09 mmHg. Berdasarkan data tersebut diperkirakan seledri
bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah
Dilihat dari tabel frekuensi usia, diketahui bahwa dari 18 responden
untuk kelompok rebusan daun seledri mayoritas responden berusia 60-69
tahun dengan jumlah 13 responden (36,1%).
Pendapat Susetyowati (2018) menyatakan bahwa faktor usia sangat
berpengruh karena dengan bertambahnya usia maka semakin tinggi
mendapat resiko hipertensi. Hal ini disebabkan karena perubahan alamiah
tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon.
Berdasarkan Opini peneliti diketahui bahwa semakin bertambahnya
usia pada seseorang maka akan lebih berpotensi terkena darah tinggi
(hipertensi) karena semakin bertambahnya usia kepekan terhadap
hipertensi akan meningkat hal itu merupakan pengaruh degenerasi pada
orang yang bertambah usia. Semakin bertambahnya usia seseorang maka
fungsi-fungsi organ tubuhnya juga akan berubah dan menurun seperti
fungsi jantung, dan organ tubuh lainya.
Tabel Frekuensi Jenis Kelamin menunjukan mayoritas penderita
hipertensi berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 15 responden
(83,3%).
Pendapat Miller (2010) menyatakan bahwa perubahan Hormonal yang
sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih sering untuk
mengalami tekanan darah tinggi. Berdasarkan Opini Peneliti diketahui
bahwa jenis kelamin sangat erat kaitanya dengan terjadinya hipertensi
86
terutama dilihat dari data yang didapat penderita hipertensi terbesar
dialami oleh perempuan hal ini dikarenakan pada perempuan terdapat
hormon esterogen dimana hormone tersebut berkaitan dengan mencegah
kekakuan pada arteri dan penumpukan lemak dalam darah yang menjadi
penyebab terjadinya hipertensi.
Dilihat dari tabel frekuensi responden berdasarkan tingkat pendidikan
menunjukkan mayoritas penderita Hipertensi dengan tingkat pendidikan
Lulusan SD ( Sekolah Dasar) dengan jumlah 10 responden (55,6%).
Pendapat Dwipayanti (2011) tingkat pendidikan seseorang dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Pada umumnya tingkat
pengetahuan yang tinggi akan memudahkan seseorang untuk memecahkan
informasi dan kemudian dapat menentukan pilihan dalam pelayanan
kesehatan dan menerepkan hidup yang sehat dikemudian hari. Berdasarkan
Opini Peneliti diketahui bahwa apabila seseorang berpendidikan kurang
maka tidak menutup kemungkinan bahwa orang tersebut akan mempunyai
pengetahuan yang kurang dalam menentukan pilihan yang tepat ketika
menghadapi suatu penyakit. Tingkat pendidikan juga dapat mempengaruhi
kemampuan dan pengetahuan seseorang dalam menerapkan perilaku hidup
sehat, terutama mencegah hipertensi.
Dilihat dari tabel frekuensi Pekerjaan diketahui bahwa dari 18
responden untuk kelompok rebusan daun seledri mayoritas responden
dengan pekerjan Ibu Rumah Tangga dengan jumlah 14 responden (77,8%).
87
Pendapat Endang, (2014) pada sat ini orang yang senang dengan hal
yang cepat dan praktis sehingga menjadikan tubuh tidak banyak bergerak
hal inilah yang memicu kolestrol tinggi dan juga adanya tekanan darah
yang menguat sehingga memicu hipertensi.
Berdasarkan Opini Peneliti diketahui Ibu Rumah Tangga lebih resiko
terkena tekanan darah tinggi (hipetensi) karena aktivitas ibu rumah tangga
yang dilakukan hampir sama setiap hari yang menjadikan mereka bosan
dengan kegiatan yang monoton sehingga ibu rumah tangga pada saat ini
beralih menggunakan alat dan sesuatu yang memudahkan dalam
menyelesaikan pekerjaan seperti majikom, mesin cuci, blender serta
adanya sepeda motor menjadikan seseorang malas untuk berjalan kaki
ditambah dengan jarangnya melakukan olahraga sehingga hal tersebut
mengakibatkan kurangnya aktivitas fisik dan menjadikan ibu rumah
tangga lebih beresiko terkena tekanan darah tinggi.
Berdasarkan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian rebusan
saun seledri mempunyai pengaruh yang signifikan untuk menurunkan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
5.3.3 Efektivitas Terapi Jus Pisang Ambon Dan Rebusan Daun Seledri
Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota
Madiun
Berdasarkan tabel 5.10 hasil perbedaan tekanan darah sistolik sesudah
diberikan jus pisang ambon dan rebusan daun seledri dengan
menggunakan uji Mann Whitney didapatkan nilai p-value (Asymp. Sig 2-
tailed) sebesar 0,000 (≤0,05) sehingga dapat disimpulkan H0 ditolak H1
88
diterima yang berati ada perbedaan Efektivitas Pemberian Jus Pisang
Ambon dan Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan
Winongo Kota Madiun. Berdasarkan analisa peneliti menunjukkan bahwa
Mean Rank terapi jus pisang ambon (11,44) dan rebusan daun seledri
(25,56), hasil tersebut menunjukan bahwa terapi rebusan daun seledri
mempunyai konstribusi yang lebih besar dalam menurunkan tekanan darah
sistolik dari pada jus pisang ambon.
Hasil perbedaan tekanan darah diastol sesudah diberikan terapi jus
pisang ambon dan rebusan daun seledri dengan menggunakan uji Mann
Whitney didapatkan nilai p-value (Asymp. Sig 2-tailed) sebesar 0,003
(≤0,05) sehingga dapat disimpulkan Ho ditolak H1 diterima yang berati
ada perbedaan Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon Dan Rebusan
Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.
Berdasarkan analisa peneliti menunjukkan bahwa Mean Rank pemberian
jus pisang ambon (13,75) dan rebusan daun seledri (23,25), hasil tersebut
menunjukan bahwa terapi rebusan daun seledri mempunyai konstribusi
yang lebih besar dalam menurunkan tekanan darah diastolik dari pada jus
pisang ambon.
Jus Pisang Ambon terdapat mengandung Kalium yang tinggi, didalam
kalium terdapat sekresi renin dan Angiotensin II, sedangkan pada rebusan
daun seledri Apigenin, Flavonoid, mannitol dan apiin. Dalam rebusan
89
daun seledri Apigenin yang terdapat pada daun seledri yang dapat
mencegah penyempitan pembuluh darah. Zat tersebut yang mengatur
aliran darah sehingga memungkinkan pembuluh darah membesar dan
mengurangi tekanan darah. Pada pemberian rebusan seledri dengan cara di
rebus menunjukkan penurunan tekanan darah. Apigenin dalam daun
seledri berfungsi sebagai beta blocker yang dapat memperlambat detak
jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga aliran darah
yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang.
Manitol dan apiin, bersifat diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan
kelebihan cairan dan garam dari dalam tubuh, sehingga berkurangnya
cairan dalam darah akan menurunkan tekanan darah. Flavonoid berfungsi
sebagai mengurangi fungsi organisme/ virus , dapat memperlancar
peredaran darah lalu aliran balik vena ke jantung dapat menurunkan
tekanan darah.(Kowalksi, 2010)
Berdasarkan Opini Peneliti ,Perbedaan tekanan darah sistolik dan
diastolik dari kedua kelompok tersebut sama sama menurunkan tekanan
darah. Pada kelompok Perlakuan 1 responden diberikan terapi jus pisang
ambon dan kelompok perlakuan 2 responden diberikan rebusan daun
seledri yang mampu menurunkan tekanan darah. Dari Hasil Diatas dapat
diketahui bahwa ada perbedaan efektivitas pemberian jus pisang ambon
dan rebusan daun seledri untuk menurunkan tekanan darah namun
dibandingkan dengan terapi jus pisang ambon, rebusan daun seledri lebih
90
efektif menurunkan tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di
posyandu dewi kunti kelurahan winongo kota madiun.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan
yang mempengaruhi hasil dari penelitian, antara lain :
1. kegiatan atau aktivitas harian dirumah setelah peneliti pulang tidak
dapat peneliti kontrol sehingga peneliti tidak mengetahui sebab yang
jelas yang dapat mempengaruhi naik turunya tekanan darah responden
saat pengukuran.
91
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasi hasil penelitian yang telah dilakukan serta
diuraikan pada pembahasan yang terpapar di bab sebelumnya, maka
penelitian dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada signifikasi Perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah
diberikan terapi jus pisang ambon di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan
Winongo Kota Madiun.
2. Ada signifikasi perubahan tekanan darah sebelum dan sesudah
diberikan terapi Rebusan Daun Seledri di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun.
3. Ada perbedaan efektivitas antara jus pisang ambon dan rebusan daun
seledri untuk menurunkan tekanan darah. namun dibandingkan terapi
jus pisang ambon, rebusan daun seledri lebih efektif menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi di Posyandu Dewi Kunti
Kelurahan Winongo Kota Madiun.
6.2 Saran
1. Bagi Penderita Hipertensi
Melanjutkan terapi Rebusan Daun Seledri sebagai pengobatan alternatif
yang murah, mudah, dan praktis untuk menurunkan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi, Diminum 1x sehari setelah makan.
92
2. Bagi Institusi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Diharapkan ini dapat dijadikan referensi dan digunakan bagi
mahasiswa untuk menambah pengetahuan di bidang kesehatan yaitu
pemberian terapi alternatif rebusan daun seledri untuk menurunkan
tekanan darah pada lansia penderita hipertensi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan menambah waktu penelitian
sehingga dapat menjadi pebanding dari penggunaan terapi rebusan daun
seledri dan jus pisang ambon.
93
DAFTAR PUSTAKA
Adzari. 2016. Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Azis, S. 2009. Hidup Sehat dan Menyeluruh dan Alami Penyembuhan Penyakit
Kolesterol, Hipertensi dan Jantung. Jakarta: Indocamp.
Dalimartha S, dkk. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus+.
Djojoseputro. 2012. Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan Darah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dwipayanti, Putri, Indah. 2011. Efektifitas buah belimbing terhadap penurunan
tekana darah pada penderita hipertensi di Sumolepen Kelurahan Balongsari
Kota Mojokerto. Jurnal Keperawatan, Volume 01.
Elsanti. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed 5, Vo. 3 Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Emma, T.P. 2018. Efektivitas Konsumsi Semangka Yang Di Jus Dan Dimakan
Secara LangsungUntuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi Ringan-Sedang Di Posyandu Lansia Mawar Indah
Desa Janggan Kecamatn Pocol Kabupaten Magetan, Laporan Tugas Akhir,
Program Studi Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
Emmelia. 2017. Asuhan Keperawatan Geriontik. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.
Enung Tati. 2012. Pengaruh Air Rebusan Seledri Terhadap Tekanan Darah pada
Klien Hipertensi di Kelurahan Gunung Puyuh Wilayah Kerja Puskesmas
Cipelang Kota Sukabumi. Laporan Tugas Akhir, Program Studi Ilmu
Keperawatan, Stikes Kota Suka Bumi.
Findy, N, I, I. 2018. Efektifitas Terapi Kompres Air Hangat Terhadap Intensitas
Nyeri Pada Lansia Yang Menderita Arthritis Reumatoid Desa Janggan
Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan. Laporan Tugas Akhir, Program
Studi Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia, Madiun.
Gain, R. 2011. Pengobatan Alternatif untuk Mengatasi Tekanan Darah. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, A. 2012. Metodelogi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta : Salemba Medika.
94
Hidayat, S.,N. 2011. Efektifitas Juz Mentimun Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Tinggi Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Program Studi D III
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
Junaidi, I. 2010. Hipertensi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Kowalski. 2010. Pengobatan Alternatif Untuk Mengatasi Tekanan Darah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kumar. 2005. Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multi Press.
Lalage, 2013 racikan pengobatan herbal Hipertensi. Jakarta : Dunia Sehat.
Lemone, Prisicilla. 2012. Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta:
Multi Press.
Martha, K. 2012. Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta: Araska.
Megia. 2013. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi. Jakarta:
Dunia Sehat.
Muhammadun. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Ed 5, Vo. 3
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Muttaqqin, A. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Najib. 2011. Ramuan Herbal Anti Hipertensi. Jakarta: Pustaka Argo Indonesia.
Nisa, I. 2012. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Darah Tinggi. Jakarta:
Dunia Sehat.
Notoatmodjo,Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. 2017. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Maya Apriyanti. 2014. Meracik Sendiri Obat & Menu Sehat Bagi Penderita
Darah Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
95
Nurngaini, Purwati, Ririn. 2015. Efektivitas Rebusan Daun Seledri Dalam
Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di
Posyandu Lansia Kelurahan Pajar Bulan Kecamatan Wat Tenong Lampung
Barat. Laporan Tugas Akhir, Program Studi Keperawatan, Poltekes
Tanjungkarang.
Permadi, A. 2013. Ramuan Herbal Penumpas Hipertensi. Depok: Pustaka bunda.
Pukesmas Manguharjo. 2018. Profil Puskesmas Tahun 2018. Madiun.
Purwandhono. 2013. Hipertensi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Raharjo., P. 2010. Pengaruh Pemberian Jus Tomat Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Sistolik Dan Diastolik Pada Penderita Hipertensi Di Desa Wonorejo
Kecamatan Lawang Malang.Jurnal Keperawatan, ISSN: 2086-3071.
Rusdi dan Nurlaela, I. 2009. Awas Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi dan
Diabetes. Yogyakarta: Power Books.
Satuhu dan Supriyadi. 2008. Pengobatan Hipertensi. Jakarta : Pustaka Argo
Indonesia
Siti fatmawati. 2017. Pengaruh Pemberian Jus Pisang Ambon Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi , Program
Studi Ilmu Keperawatan, Stikes Widya Nusantara Palu, Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah 2(2).
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.
Susetyowati, dkk. 2018. Peranan Gizi Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Tidak
Menular. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sutanto. 2010. Cegah dan Tangkal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung,
Kolesterol dan Diabetes. Yogyakarta: Andi Offset.
Tim Bumi Medika. 2017. Berdamai Dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika.
Triyanto. 2014 Hipertensi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Vitahealth. 2003. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Wahdah, N. 2011. Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta: Multi
Press.
Wiadnyana. 2010. The Power of Yoga for Middle Age Panduan Praktis Yoga
untuk Usia 50+. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
96
Wijayakesuma, H. Dkk. 2012. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Darah
Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Wijoyo, P. 2012. Ramuan Herbal Anti Hipertensi. Jakarta: Pustaka Argo
Indonesia.
Yuliati. 2011. Ramuan Herbal Herbal Hipertensi. Jakarta : Pustaka Argo
Indonesia.
97
Lampiran 1
Surat Izin Pengambilan Data Awal
98
99
Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
100
101
Lampiran 3
Surat Keterangan Selesai Penelitian Dari Puskesmas
102
Lampiran 4
Surat Selesai Penelitian Dari Desa
103
Lampiran 5
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat
Saya sebagai mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun,
Nama : Dinar Rahma Ningrum
Nim : 201502011
Bermaksud melakukan penelitian tentang “Efektivitas Pemberian Jus Pisang
Ambon Dan Rebusan Daun Seledri Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Posyandu Dewi Kunthi Kelurahan Winongo Kota
Madiun”. Sehubungan dengan ini, saya memohon kesedian bapak/ ibu/ saudara/
saudari untuk menjadi responden dalam penelitian yang akan saya lakukan.
Kerahasiaan data bapak/ibu/saudara/saudari akan sangat kami jaga dan informasi
yang kami dapatkan akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesedian saudara saya
ucapkan terima kasih.
Madiun, 12 Mei 2019
Peneliti,
Dinar rahma.N
NIM 201502011
104
Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONCENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Saya telah menyetujui untuk menjadi responden pada penelitian yang dilakukan
oleh Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
Nama : Dinar Rahma Ningrum
NIM : 201502011
Judul : Efektivitas Pemberian Jus Pisang Ambon Dan Rebusan Daun Seledri
Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi
Di Posyandu Dewi Kunti Kelurahan Winongo Kota Madiun.
Sebelumnya Saya telah di beri penjelasan tentang tujuan penelitian dan informasi
yang saya butuhkan. Jika saya tidak berkenan peneliti akan menghentikan
pengumpulan data ini dan say berhak mengundurkan diri.
Dengan sadar dan sukarela serta tidak ada unsur paksaan dari siapapun saya
bersedia ikut serta dalam penelitian ini
Madiun,12 Mei 2019
Responden,
105
Lampiran 7
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TEKNIK PEMBUATAN JUS PISANG AMBON
4. Alat dan bahan :
a. 100 grm Pisang Ambon.
b. ± 125 ml air
c. Blender
d. Pisau
e. Gelas ukur
f. Sendok
5. Pelaksanaan membuat jus pisang ambon
a. Kupas buah pisang kemudian potong kecil-kecil.
b. Masukan potongan buah pisang 100 grm ke dalam blender kemudian
tambahkan± 125 ml air. Proses memblender ± 1menit
c. Blender semua bahan hingga halus.
d. Tuang ke dalam gelas 200ml.
6. Cara memakainya
a. Minum jus pisang ambon satu kali sehari setiap pagi setelah makan pagi.
b. Minum 200ml selama 5 hari.
106
Lampiran 8
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TEKNIK PEMBUATAN REBUSAN DAUN SELEDRI
1. Alat dan bahan :
a. Daun seledri sebanyak 1,3 gram ± 3 seledri
b. ±250ml air
c. Panci
d. Kompor
e. Saringan
2. Pelakasanaan membuat rebusan daun seledri
a. Bersihkan daun seledri dengan air bersih yang mengalir
b. Masukan daun seledri dan tambahakan ±250ml air
c. Rebus selama ±10 menit menggunakan api sedang
d. Rebus hingga daun seledri menjadi ½ Gelas (200ml)
3. Cara pemakaiannya
a. Minum rebusan daun seledri ½ gelas (200ml)pada pagi hari setelah
makan
b. Lakukan selama 5 hari
107
Lampiran 9
STANDART OPRASIONAL PROSEDUR
SOP (Standart Operasional Prosedur)
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
Pengertian Pengukuran tekanan darah adalah suatu pemeriksaan tekanan darah
diperoleh dari hasil pengukuran sirkulasi arteri. Aliran darah dari
pemompaan jantung memunculkan gelombang yaitu gelombang
tinggi dinamakan tekanan systole dan gelombang rendah dinamakan
tekanan diastole. Satuan tekanan darah dinyatakan dalam millimeter
air raksa (mmHg).
Tujuan Untuk mengetahui nilai tekanan darah
Alat dan
Bahan
Tensimeter (Spignomanometer)
Stetoskop
Lembar Observasi dan alat tulis
Prosedur
Pelaksanaan
1. Siapkan tensimeter dan stetoskop serta lembar observasi
2. Pemeriksa meminta izin kepada pasien/ keluarga untuk
diperiksa
3. Pemeriksa disebelah pasien.
4. Memberikan penjelasan sehubungan dengan pemeriksaan yang
akan dilakukan
5. Penderita dapat dalam keadaan duduk atau berbaring
6. Lengan dalam keadaan bebas dan relaks, bebaskan dari tekanan
oleh karena pakaian
7. Pasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas
secara rapi dan tidak terlalu ketat, kira-kira 2,5 – 5 cm di atas
siku.
8. Carilah arteri brachialis, biasanya terletak di sebelah medial
tendo biseps.
9. Sekarang ambillah stetoskop, pasangkan corong bel stetoskop
pada arteri Brachialis, lalu kunci balon tekan searah jarum jam.
10. Pompa manset, sampai kurang lebih 30 mmHg di atas tekanan
sistolik.
11. Secara perlahan turunkan tekanan manset. Perhatikan saat
dimana denyutan arteri brachialis terdengar (tekanan systole).
12. Lanjutkanlah penurunan tekanan manset sampai suara denyutan
melemah dan kemudian menghilang. Tekanan pada saat itu
adalah tekanan diastolic.
13. Dapat melaporkan tekanan darah sistolis dan diastolis
14. Melepas manset dan mengembalikannya dan disimpan selalu
dalam keadaan tertutup
108
Lampiran 10
SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE)
JIKA TEKANAN DARAH RESPONDEN DROP
Pengertian Suatu keadaan atau tindakan yang dilakukan oleh peneliti
jika responden mengalami keadaan dimana tekanan
darahnya turun di bawah angka normal yaitu mencapai ≤ 110/90 mmHg
Tujuan Suatu acuan dalam penatalaksanaan pada responden jika
terjadi hipotensi saat dilakukan penelitian jus pisang ambon
dan rebusan daun seledri.
Procedure kerja 1. Bantu pasien dan keluarga untuk mengenali tanda tanda
hipotensi ( tekanan darah Rendah )
a. Mengeluhkan keadaan sering pusing
b. Sering menguap.
c. Penglihatan kurang jelas (berkunang-kunang) terutams
sehabis duduk lama lalu berjalan.
d. Keringat dingin.
e. Merasa cepat lelah atau tidak bertenaga
f. Tampak pucat.
g. Mengalami pingsan yang berulang.
2. Hentikan Pemberian terapi jus pisang ambon dan rebusan
daun seledri jika responden atau keluarga melaporkan
pada peneliti penemuan tanda tanda hipotensi seperti
diatas.
3. Anjurkan untuk minum air putih dalam jumlah yang
cukup banyak antara 8 hingga 10 gelas, sesekali minum
kopi agar memicu peningkatan degup jantung sehingga
tekanan darah meningkat dan juga makan makanan yang
tinggi natrium atau garam.
4. Peneliti segera melakukan pemeriksaan tekanan darah
pada responden.
5. Jika tekanan darah tidak kunjung mengalami kenaikan
bawa responden ke pusat kesehatan terdekat (puskesmas)
6. Drop Out responden dari sampel yang dijadikan
penelitian.
7. Ambil atau gantikan responden tersebut dengan
responden lain.
8. lakukan terapi dari awal lagi pada responden yang baru
tersebut.
9. lakukan pemeriksaan tekanan darah series pada
responden yang baru tersebut untuk menghindari
hipotensi pada responden.
109
Lampiran 11
LEMBAR OBSERVASI RESPONDEN JUS PISANG AMBON
No Nama Umur Jenis
Kelamin
TD Sistolik TD Diastolik
Pre Post Pre Post
1 Ny. B 75 P 150 145 90 85
2 Ny. S 70 P 150 140 90 80
3 Ny. G 63 P 140 130 100 90
4 Ny. S 62 P 150 140 90 90
5 Ny. I 70 P 160 150 100 80
6 Tn. S 68 L 150 140 90 80
7 Ny. L 68 P 160 150 90 90
8 Ny.R 65 P 170 160 90 80
9 Tn. S 76 L 150 140 90 80
10 Tn. S 92 L 140 130 90 80
11 Ny. W 61 P 150 150 80 80
12 Tn. W 79 L 160 150 90 80
13 Ny. L 77 P 150 140 100 90
14 Ny. H 75 P 150 150 90 90
15 Ny. S 73 P 170 160 90 80
16 Ny. T 60 P 150 140 90 80
17 Ny. J 67 P 140 130 100 90
18 Ny. M 60 P 150 150 90 80
110
LEMBAR OBSERVASI RESPONDEN REBUSAN DAUN SELEDRI
No Nama Umur Jenis
Kelamin
TD Sistolik TD Diastolik
Pre Post Pre Post
1 Tn. T 63 L 150 130 100 80
2 Tn. M 74 L 160 150 90 80
3 Ny. S 63 P 140 130 100 80
4 Ny. S 64 P 140 120 100 80
5 Ny. J 67 P 160 150 100 90
6 Ny. S 65 P 170 150 100 80
7 Tn. D 67 L 150 130 90 80
8 Ny. K 69 P 160 140 100 80
9 Ny. N 76 P 150 130 100 80
10 Ny. A 73 P 160 150 90 80
11 Ny. C 73 P 150 130 90 80
12 Ny. T 63 P 150 130 100 80
13 Ny. S 62 P 160 140 90 80
14 Ny. E 61 P 170 150 90 80
15 Ny. SW 64 P 140 120 100 80
16 Ny. H 68 P 150 140 80 80
17 Ny. P 66 P 150 130 100 80
18 Ny. R 67 P 150 130 90 80
111
Lampiran 12
TABULASI DATA UMUM PISANG AMBON
No Nama Umur Jenis
Kelamin Pendidikan Pekerjaan
TD Sistolik TD
Diastolik Selisih
Pre Post Pre Post Sistolik Diastolik
1 Ny. B 75 P Tidak Sekolah IRT 150 145 90 85 5 5
2 Ny. S 70 P Tidak Sekolah IRT 150 140 90 80 10 10
3 Ny. G 63 P Tamat SD IRT 140 130 100 90 10 10
4 Ny. S 62 P Tamat SMP IRT 150 140 90 90 10 0
5 Ny. I 70 P Tamat SD IRT 160 150 100 80 10 20
6 Tn. S 68 L Tamat SD Wiraswasta 150 140 90 80 10 10
7 Ny. L 68 P Tamat SD IRT 160 150 90 90 10 0
8 Ny. R 65 P Tidak Sekolah IRT 170 160 90 80 10 10
9 Tn. S 76 L Tidak Sekolah Pensiunan 150 140 90 80 10 10
10 Tn. S 92 L Tidak Sekolah Wiraswasta 140 130 90 80 10 10
11 Ny. W 61 P Tamat SMP IRT 150 150 80 80 0 0
12 Tn. W 79 L Tidak Sekolah Wiraswasta 160 150 90 80 10 10
13 Ny. L 77 P Tidak Sekolah IRT 150 140 100 90 10 10
14 Ny. H 75 P Tidak Sekolah IRT 150 150 90 90 0 0
15 Ny. S 73 P Tidak Sekolah IRT 170 160 90 80 10 10
16 Ny. T 60 P Tamat SMP IRT 150 140 90 80 10 10
17 Ny. J 67 P Tamat SD IRT 140 130 100 90 10 10
18 Ny. M 60 P Tamat SMP IRT 150 150 90 80 0 10
112
Lampiran 13
TABULASI DATA UMUM DAUN SELEDRI
No Nama Umur Jenis
Kelamin Pendidikan Pekerjaan
TD Sistolik TD Diastolik Selisih
Pre Post Pre Post Sistolik Diastolik
1 Tn. T 63 L Tamat SMP Wiraswasta 150 130 100 80 20 20
2 Tn. M 74 L Tidak Sekolah Wiraswasta 160 150 90 80 10 10
3 Ny. S 63 P Tamat SMP IRT 140 130 100 80 10 20
4 Ny. S 64 P Tamat SD IRT 140 120 100 80 20 20
5 Ny. J 67 P Tamat SD IRT 160 150 100 90 10 10
6 Ny. S 65 P Tamat SD IRT 170 150 100 80 20 20
7 Tn. D 67 L Tamat SD Wiraswasta 150 130 90 80 20 10
8 Tn. K 69 P Tamat SD Wiraswasta 160 140 100 80 20 20
9 Ny. N 76 P Tidak Sekolah IRT 150 130 100 80 20 20
10 Ny. A 73 P Tamat SD IRT 160 150 90 80 10 10
11 Ny. C 73 P Tamat SD IRT 150 130 90 80 20 10
12 Ny. T 63 P Tamat SMP IRT 150 130 100 80 20 20
13 Ny. S 62 P Tamat SMP IRT 160 140 90 80 20 10
14 Ny. E 61 P Tamat SMP IRT 170 150 90 80 20 10
15 Ny. SW 64 P Tamat SD IRT 140 120 100 80 20 20
16 Ny. H 68 P Tamat SD IRT 150 140 80 80 10 0
17 Ny. P 66 P Tamat SD IRT 150 130 100 80 20 20
18 Ny. R 77 P Tidak Sekolah IRT 150 130 90 80 20 10
113
Lampiran 14
DISTRIBUSI FREKUENSI JUS PISANG AMBON
Statistics
usia jeniskelamin pendidikan Pekerjaan
N Valid 18 18 18 18
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 6 33.3 33.3 33.3
2 8 44.4 44.4 77.8
3 3 16.7 16.7 94.4
4 1 5.6 5.6 100.0
Total 18 100.0 100.0
Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 4 22.2 22.2 22.2
2 14 77.8 77.8 100.0
Total 18 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 9 50.0 50.0 50.0
2 5 27.8 27.8 77.8
3 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 2 3 16.7 16.7 16.7
4 1 5.6 5.6 22.2
5 14 77.8 77.8 100.0
Total 18 100.0 100.0
114
Lampiran 15
DISTRIBUSI REBUSAN DAUN SELEDRI
Statistics
usia jeniskelamin pendidikan Pekerjaan
N Valid 18 18 18 18
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 8 44.4 44.4 44.4
2 8 44.4 44.4 88.9
3 2 11.1 11.1 100.0
Total 18 100.0 100.0
Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 3 16.7 16.7 16.7
2 15 83.3 83.3 100.0
Total 18 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1 3 16.7 16.7 16.7
2 10 55.6 55.6 72.2
3 5 27.8 27.8 100.0
Total 18 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 2 4 22.2 22.2 22.2
5 14 77.8 77.8 100.0
Total 18 100.0 100.0
115
Lampiran 16
PRETEST DAN POSTTEST JUS PISANG AMBON
Statistics
TD Pre Sistolik
Jus Pisang
Ambon
TD Post Sistolik
Jus Pisang
Ambon
TD Pre Diastolik
Jus Pisang
Ambon
TD Post Diastolik
Jus Pisang
Ambon
N Valid 18 18 18 18
Missing 18 18 18 18
Mean 152.2222 144.1667 91.6667 83.6111
Median 150.0000 142.5000 90.0000 80.0000
Mode 150.00 140.00a 90.00 80.00
Std. Deviation 8.78204 9.11527 5.14496 4.79140
Minimum 140.00 130.00 80.00 80.00
Maximum 170.00 160.00 100.00 90.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
116
PRETEST DAN POSTTEST REBUSAN DAUN SELEDRI
Statistics
TD Pre Sistolik
Rebusan Seledri
TD Post Sistolik
Rebusan Seledri
TD Pre Diastolik
Rebusan Seledri
TD Post Diastolik
Rebusan Seledri
N Valid 18 18 18 18
Missing 18 18 18 18
Mean 152.2222 144.1667 91.6667 83.6111
Median 150.0000 142.5000 90.0000 80.0000
Mode 150.00 140.00a 90.00 80.00
Std. Deviation 8.78204 9.11527 5.14496 4.79140
Minimum 140.00 130.00 80.00 80.00
Maximum 170.00 160.00 100.00 90.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
117
Lampiran 17
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
grup
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest Sistol Pisang dan Rebusan
1 .322 18 .000 .837 18 .005
2 .254 18 .003 .884 18 .030
Postest Sistol Pisang dan Rebusan
1 .183 18 .112 .905 18 .070
2 .278 18 .001 .844 18 .007
Pretest Diastol Pisang dan Rebusan
1 .405 18 .000 .688 18 .000
2 .346 18 .000 .726 18 .000
Posttest Diastol Pisang dan Rebusan
1 .386 18 .000 .649 18 .000
2 .538 18 .000 .253 18 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
PretestSistolPisangdanRebusan
Based on Mean .240 1 34 .627
Based on Median .230 1 34 .635
Based on Median and with adjusted df
.230 1 33.975 .635
Based on trimmed mean .283 1 34 .598
PostestSistolPisangdanRebusan
Based on Mean .914 1 34 .346
Based on Median .125 1 34 .726
Based on Median and with adjusted df
.125 1 27.836 .726
Based on trimmed mean .936 1 34 .340
PretestDiastolPisangdanRebusan
Based on Mean 3.527 1 34 .069
Based on Median 1.495 1 34 .230
Based on Median and with adjusted df
1.495 1 31.434 .231
Based on trimmed mean 2.884 1 34 .099
PosttestDiastolPisangdanRebusan
Based on Mean 30.309 1 34 .000
Based on Median 5.894 1 34 .021
Based on Median and with adjusted df
5.894 1 24.773 .023
Based on trimmed mean 31.582 1 34 .000
118
UJI NORMALITAS SELISIH
Case Processing Summary
PEMBAGIAN GROUP
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Selisih Sistolik Jus Pisang Ambon dengan Rebusan Seledri
1 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
2 18 100.0% 0 .0% 18 100.0%
Descriptives
PEMBAGIAN GROUP Statistic Std. Error
Selisih Sistolik Jus Pisang Ambon dengan Rebusan Seledri
1 Mean 8.0556 .91634
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 6.1222
Upper Bound 9.9889
5% Trimmed Mean 8.3951
Median 10.0000
Variance 15.114
Std. Deviation 3.88772
Minimum .00
Maximum 10.00
Range 10.00
Interquartile Range 1.25
Skewness -1.682 .536
Kurtosis 1.128 1.038
2 Mean 17.2222 1.08632
95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 14.9303
Upper Bound 19.5142
5% Trimmed Mean 17.4691
Median 20.0000
Variance 21.242
Std. Deviation 4.60889
Minimum 10.00
Maximum 20.00
Range 10.00
Interquartile Range 10.00
Skewness -1.085 .536
Kurtosis -.942 1.038
Tests of Normality
PEMBAGIAN GROUP
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Selisih Sistolik Jus Pisang Ambon dengan Rebusan Seledri
1 .469 18 .000 .533 18 .000
2 .449 18 .000 .566 18 .000
a. Lilliefors Significance Correction
119
Lampiran 18
UJI STATISTIK WILCOXON
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
TD Post Sistolik Jus Pisang Ambon - TD Pre Sistolik Jus Pisang Ambon
Negative Ranks 15a 8.00 120.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 3c
Total 18
TD Post Diastolik Jus Pisang Ambon - TD Pre Diastolik Jus Pisang Ambon
Negative Ranks 14d 7.50 105.00
Positive Ranks 0e .00 .00
Ties 4f
Total 18
TD Post Sistolik Rebusan Seledri - TD Pre Sistolik Rebusan Seledri
Negative Ranks 15g 8.00 120.00
Positive Ranks 0h .00 .00
Ties 3i
Total 18
TD Post Diastolik Rebusan Seledri - TD Pre Diastolik Rebusan Seledri
Negative Ranks 14j 7.50 105.00
Positive Ranks 0k .00 .00
Ties 4l
Total 18
a. TD Post Sistolik Jus Pisang Ambon < TD Pre Sistolik Jus Pisang Ambon
b. TD Post Sistolik Jus Pisang Ambon > TD Pre Sistolik Jus Pisang Ambon
c. TD Post Sistolik Jus Pisang Ambon = TD Pre Sistolik Jus Pisang Ambon
d. TD Post Diastolik Jus Pisang Ambon < TD Pre Diastolik Jus Pisang Ambon
e. TD Post Diastolik Jus Pisang Ambon > TD Pre Diastolik Jus Pisang Ambon
f. TD Post Diastolik Jus Pisang Ambon = TD Pre Diastolik Jus Pisang Ambon
g. TD Post Sistolik Rebusan Seledri < TD Pre Sistolik Rebusan Seledri
h. TD Post Sistolik Rebusan Seledri > TD Pre Sistolik Rebusan Seledri
i. TD Post Sistolik Rebusan Seledri = TD Pre Sistolik Rebusan Seledri
j. TD Post Diastolik Rebusan Seledri < TD Pre Diastolik Rebusan Seledri
k. TD Post Diastolik Rebusan Seledri > TD Pre Diastolik Rebusan Seledri
l. TD Post Diastolik Rebusan Seledri = TD Pre Diastolik Rebusan Seledri
Test Statistics
b
TD Post Sistolik
Jus Pisang Ambon - TD Pre
Sistolik Jus Pisang Ambon
TD Post Diastolik Jus
Pisang Ambon - TD Pre Diastolik
Jus Pisang Ambon
TD Post Sistolik Rebusan Seledri - TD Pre Sistolik Rebusan Seledri
TD Post Diastolik
Rebusan Seledri - TD Pre Diastolik
Rebusan Seledri
Z -3.771a -3.556
a -3.771
a -3.556
a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
a. Based on positive ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
120
Lampiran 19
UJI STATISTIK MANN WHITNEY DIASTOLIK
Ranks
PEMBAGIAN GROUP N Mean Rank Sum of Ranks
Selisih Diastolik Jus Pisang Ambon dengan Rebusan Seledri
1 18 13.75 247.50
2 18 23.25 418.50
Total 36
Test Statistics
b
Selisih Diastolik Jus Pisang Ambon dengan Rebusan Seledri
Mann-Whitney U 76.500
Wilcoxon W 247.500
Z -3.015
Asymp. Sig. (2-tailed) .003
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .006a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: PEMBAGIAN GROUP
UJI STATISTIK MANN WHITNEY SISTOLIK
Ranks
PEMBAGIAN GROUP N Mean Rank Sum of Ranks
Selisih Sistolik Jus Pisang Ambon dengan Rebusan Seledri
1 18 11.44 206.00
2 18 25.56 460.00
Total 36
Test Statistics
b
Selisih Sistolik Jus Pisang Ambon dengan Rebusan Seledri
Mann-Whitney U 35.000
Wilcoxon W 206.000
Z -4.476
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: PEMBAGIAN GROUP
121
Lampiran 20
DOUKUMENTASI
122
Lampiran 21
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No. Kegiatan
Bulan
Desember
2018
Januari
2019
Februari
2019
Maret
2019
April
2019
Mei
2019
Juni
2019
Juli
2019
Agustus
2019
1. Pengajuan dan Konsul Judul
2. Penyusunan dan Bimbingan Proposal
3. Pengambilan Data Awal
(Studi Pendahuluan)
4. Bimbingan Proposal
5. Ujian Proposal
6. Revisi Proposal
7. Penelitian
8. Penyusunan dan Bimbingan Skripsi
9. Ujian Skripsi
123
Lampiran 22
Lembar Konsultasi Bimbingan