BERBAGAI KESALAHPAHAMAN KINERJA KONSELOR SEKOLAH
MENURUT PERSEPSI GURU BIDANG STUDI DI SMA NEGERI
SE-KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Disusun dalam rangka penyelesaian Studi Strata 1 untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh
Dwi Yogianti Kurnia Widyastuti
1301411056
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“JANGAN PUTUS ASA” Seringkali ini adalah kunci yang membuka
keberhasilan. Karena Allah selalu bersama kita dan menjadi seperti apa yang
kita prasangkakan.
( Dwi Yogianti Kurnia )
Persembahan
Skripsi ini Saya persembahkan untuk
Almamater
vi
PRAKATA
Alhamdulillahi robbil „alamin, puji syukur penulis haturkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“Berbagai Kesalahpahaman Kinerja Konselor Sekolah Menurut Persepsi Guru
Bidang Studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran
2015/2016” dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
kendala dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin
menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak berikut:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di Universitas
Negeri Semarang.
2. Prof. Dr. Fakhruddin M.Pd.,Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan ijin penelitian.
3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd.,Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling yang
telah memberikan ijin penelitian dan dukungan untuk segera menyelesaikan
skripsi.
4. Prof. Dr. Sugiyo, M.Si, Dosen penguji I yang telah memberikan bimbingan
dan kesempurnaan skripsi ini.
5. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd. Kons, Dosen penguji II yang telah memberikan
bimbingan dan kesempurnaan skripsi ini.
vii
6. Dr. Awalya, M.Pd., Kons., Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikiran serta dengan sabar membimbing dan memberikan
motivasi hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan
bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
8. Kepala sekolah SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga yang telah
memberikan ijin penelitian.
9. Guru bidang studi SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga yang telah
berpartisipasi dalam penelitian skripsi ini.
10. Guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga yang
telah membantu dan berpartisipasi dalam penelitian skripsi ini.
11. Orang tuaku Bapak Sarko dan Ibu Kalimah, kakakku Andri Tri Pratomo,
adikku Shevtin Rizky Purnamasari serta keluarga besarku di Purbalingga yang
selalu memberikan doa dan motivasinya.
12. Sahabat-sahabat mahasiswa BK yang senantiasa memberikan dukungan dan
semangat.
13. Sahabatku Regina, Itsna, Ika, Jeki, Novi, Hari, Cumi, Khoirureza, Ire dan
Upin Ipin 3 yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
14. Sahabat-sahabat PPL, KKN dan PLBK yang selalu memberi semangat dan
motivasi.
15. Sahabat-sahabatku Kos Shinta yang selalu memberi semangat dan dukungan
untuk menyelesaikan skripsi ini.
viii
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, serta dapat
memberikan inspirasi positif terkait dengan perkembangan ilmu bimbingan dan
konseling.
Semarang, 2016
Penulis
ix
ABSTRAK
Widyastuti, Dwi Yogianti K. 2016. Berbagai Kesalahpahaman Kinerja
Konselor Sekolah Menurut Persepsi Guru Bidang Studi di SMA Negeri se-
Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi, Bimbingan dan
Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing:
Dr. Awalya, M.Pd., Kons.
Kata Kunci: Persepsi , kesalahpahaman kinerja konselor.
Banyak persepsi tentang konselor di sekolah, baik negatif maupun positif.
Banyak yang sudah memahami peranan konselor beserta tugas-tugasnya di
sekolah, namun masih ada pula yang kurang tepat dalam berpersepsi. Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui gambaran berbagai
kesalahpahaman kinerja konselor menurut persepsi guru bidang studi di SMA
Negeri se-Kabupaten Purbalingga.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu penelitian
deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah guru bidang
studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologis. Teknik analisis data dalam
penelitian ini dengan menggunakan analisis deskriptif persentase.
Hasil penelitian adalah dapat diketahui bahwa dari kesuluruhan poin
kesalahpahaman yang dipakai, Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk
klien-klien tertentu saja, sebesar 79,96 %. Kemudian diikuti dengan Konselor
sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling hanya bekerja
sendiri sebesar 79,87%. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua
klien sebesar 79,83%. Tugas konselor didalam Bimbingan dan konseling
disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan pada
persentase 79,13 %. Menganggap hasil pekerjaan konselor harus segera dilihat
74,10%. Kemudian diikuti dengan Pekerjaan konselor sekolah dapat dilakukan
oleh siapa saja pada persentase 73,30%. Konselor sekolah dianggap sebagai polisi
sekolah yaitu 71,53%. Bimbingan dan konseling yang dilakukan konselor
dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat pada persentase 59,96%.
Simpulan dalam penelitian kesalahpahaman-kesalahpahaman kinerja
konselor menurut persepsi guru bidang studi masih banyak terjadi. Dari delapan
indikator yang dipakai, terdapat 7 poin kesalahpahaman pada kategori tinggi dan
satu poin pada kategori sedang..
x
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN....................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................................
ii
iii
PENGESAHAN.............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................ v
PRAKATA ........................................................................................... vi
ABSTRAK..................................................................................................... ix
DAFTAR ISI............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 9
1.5 Sistematika Skripsi................................................................................ 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu.............................................................................. 11
2.2 Konsep Dasar Persepsi......................................................................... 21
2.2.1 Pengertian Persepsi .............................................................................. 21
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi .................................................. 23
2.2.3 Proses Terjadinya Persepsi ........................................................... 26
2.2.4 Indikator Persepsi.......................................................................... 28
2.3 Guru Bidang Studi ........................................................................ 30
2.3.1 Pengertian Guru Bidang Studi ..................................................... 30
xi
2.3.2 Macam-macam Guru Bidang Studi.................................................... 30
2.3.3 Peran Guru Bidang Studi dalam BK.................................................... 30
2.4 Kinerja Konselor........................................................................... 33
2.4.1 Pengertian Kinerja .............................................................................. 33
2.4.2 Unsur Kinerja ............................................................................ 35
2.4.3 Wujud atau Bentuk Kinerja Konselor................................................. 36
2.4.4 Pentingnya Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kinerja Konselor...
2.5 Kesalahpahaman ............................................................................
2.5.1 Pengertian Kesalahpahaman ........................................................
2.5.2 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kinerja yang Salah ...............
2.6 Kerangka Pemikiran ........................................................................
BAB 3 METODE PENELITIAN
36
39
39
40
48
3.1 Jenis Penelitian................................................................................. 51
3.2 Variabel Penelitian........................................................................... 52
3.3 Definisi Operasional ......................................................................
3.4 Populasi dan Sampel .............................................................................
3.5 Metode Pengumpulan Data ..................................................................
53
54
56
3.6 Validitas dan Reliabelitas ...................................................................... 59
3.7 Teknik Analisis Data ......................................................................... 62
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ......................................................................................
4.2 Pembahasan ..........................................................................................
4.2.1 Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa tugas
konselor didalam Bimbingan dan Konseling disamakan dengan
atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan...................................
4.2.2 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa
Konselor Sekolah Adalah Polisi Sekolah .......................................
4.2.3 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa
Bimbingan dan Konseling yang Dilakukan Konselor Dianggap
64
70
82
71
72
xii
Semata-mata Sebagai Proses Pemberian Nasihat ...........................
4.2.4 Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa
bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu
saja .....................................................................................
4.2.5 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa
Konselor Sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan
Konseling Hanya Bekerja Sendiri ............................................
4.2.6 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa
Pekerjaan sebagai Konselor Bisa Dilaksanakan oleh Siapa
Saja..................................................................................................
4.2.7 Persepsi Guru Bidang Studi Terhadap Kesalahpahaman bahwa Hasil
Pekerjaan Konselor Harus Segera Dilihat .............................
4.2.8 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa
konselor menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua
klien ................................................................................................
4.3 Keterbatasan Penelitian.........................................................................
74
76
76
78
80
81
82
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan................................................................................................ 84
5.2 Saran...................................................................................................... 85
Daftar Pustaka............................................................................................... 87
Lampiran........................................................................................................ 90
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Daftar Populasi Guru Bidang Studi SMA Negeri se-Kabupaten
Purbalingga..................................................................................
Daftar Sampel tiap Sekolah ....................................................
54
55
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Kategori Jawaban dan Skoring Skala Persepsi............................
Kriteria Penilaian Persepsi ........................................................
58
63
Tabel 4.1 Interval Persepsi Guru Bidang Studi.......................................... 65
Tabel 4.2 Analisis Tiap Indikator............................................................... 66
Tabel 4.3 Hasil Analisis Persepsi........................................................... 69
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Gambar 2.1
Gambar 3.1
Sistematika Kerangka Pemikiran ..................................................
Langkah-langkah Penyusunan Instrumen .....................................
Hal
50
59
Gambar 4.1 Gambar Diagram Analisis Tiap Indikator...................................... 67
Gambar 4.2 Diagram Hasil Analisis Persepsi Guru Bidang Studi per
Sekolah...........................................................................................
69
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
Lampiran 1. Data SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga ..........................
Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen sebelum Tryout .........................................
91
92
Lampiran 3. Skala Persepsi (Sebelum Tryout)............................................... 96
Lampiran 4. Data Validitas dan Reliabelitas Skala Persepsi.......................... 105
Lampiran 5. Kisi-kisi Instrumen Setelah Try Out.......................................... 112
Lampiran 6. Skala Persepsi (Setelah Tryout)................................................ 116
Lampiran 7. Perhitungan sampel ...............................................................
Lampiran 8. Hasil Skala Persepsi per Sekolah ............................................
122
124
Lampiran 9. Hasil Analisis Skala Persepsi .................................................
Lampiran 10. Pedoman Wawancara Data Awal dengan Konselor ................
Lampiran 11. Hasil Wawancara Awal dengan Konselor ...............................
167
171
173
Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian ......................................................... 179
Lampiran 13. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian..................... 183
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal
3 menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Adanya bimbingan dan konseling disekolah adalah agar peserta didik
tidak tersesat dalam proses menuju generasi yang sesuai amanat Undang-
Undang. Salah satu cara atau wadah untuk mempermudah mewujudkan hal
tersebut adalah layanan bimbingan dan konseling bagi peserta didik di
sekolah. Tujuan tersebut seperti dijelaskan Prayitno (2004: 144), “bahwa
bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan
predisposisi yang dimilikinya, berbagai latar belakang yang ada, serta dengan
tuntutan positif lingkungannya”. Untuk mencapai tujuan tersebut,
2
kegiatan bimbingan dan konseling haruslah dilaksanakan oleh seseorang yang ahli
dan profesional, dalam hal ini yaitu seorang konselor.
Bimbingan dan konseling merupakan bantuan kepada individu peserta
didik dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya
atau dalam proses belajarnya. Bantuan semacam itu sangat tepat jika diberikan di
sekolah, agar setiap peserta didik dapat lebih berkembang ke arah yang seoptimal
mungkin. Dengan demikian bimbingan dan konseling menjadi bidang layanan
khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh
tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.
Banyak persepsi tentang konselor di sekolah, baik negatif maupun positif.
Banyak yang sudah memahami peranan konselor beserta tugas-tugasnya di
sekolah, namun masih ada pula yang kurang tepat dalam berpersepsi. Fowler
(dalam Suparno, 2005: 5) memandang kesalahpahaman atau yang sering disebut
dengan miskonsepsi merupakan sebagai suatu pengertian yang tidak akurat
terhadap konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang
salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan konsep-konsep
yang tidak benar. Bentuk miskonsepsi dapat berupa kesalahan konsep, hubungan
yang tidak benar antar konsep, dan gagasan intuitif atau pandangan yang naif
(Suparno, 2005). Kesalahpahaman-kesalahpahaman kinerja konselor ini dapat
muncul dari berbagai pihak, baik dari siswa, orang tua murid, maupun dari guru
bidang studi. Dalam hal ini yang akan disoroti adalah kesalahpahaman dari guru
bidang studi selaku partner konselor sekolah.
3
Masing-masing guru bidang studi memiliki persepsi yang berbeda-
beda, perpsepsi tersebut dapat berupa persepsi positif maupun negatif.
Menurut Desmita (2009: 116), persepsi merupakan salah satu aspek kognitif
manusia yang sangat penting, yang memungkinkannya untuk mengetahui dan
memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil
dapat menangkap dan memaknai berbagai fenomena, informasi atau data yang
senantiasa mengitarinya. Demikian juga halnya dengan guru bidang studi
disekolah, layanan bimbingan dan konseling tidak akan berjalan efektif, tanpa
adanya persepsi yang benar. Dari hasil wawancara dengan beberapa guru BK
di dua SMA Negeri yang berbeda di kabupaten Purbalingga didapati bahwa
sebagian guru bidang studi masih berpersepsi kurang tepat terhadap konselor
sekolah. Hal ini tentu berdampak kurang optimalnya pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah. Menurut konselor sekolah, beberapa guru terkesan
melimpahkan permasalahan siswa kepada konselor sekolah saja, tanpa
berperan aktif dalam penyelesaian masalah siswa. Padahal untuk mengetahui
bagaimana keadaan siswa, konselor membutuhkan informasi dan data dari
guru mata pelajaran. Ahmadi (1990: 98) menambahkan “guru mata pelajaran
mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam
kelas untuk membantu proses perkembangan peserta didik, berarti guru bidang
studi juga mempunyai peranan dalam melihat dan memperhatikan bagaimana
perkembangan siswanya”. Selain itu, masih banyak lagi persepsi yang kurang
tepat dari guru bidang studi terhadap konselor sekolah. Seperti konselor
dianggap sebagai polisi sekolah, konselor dianggap sebagai pencatat poin
4
pelanggaran saja, konselor sekolah dianggap sebagai eksekutor dari suatu
peraturan sekolah, konselor sekolah hanya mengatasi siswa yang bermasalah
saja, serta konselor sekolah dianggap memakan gaji buta dan tidak memiliki
kegiatan yang jelas. Menurut salah satu konselor yang diwawancarai,
mayoritas guru bidang studi yang berpersepsi seperti itu adalah guru-guru
senior. Dari fenomena tersebut, tentu sangat jauh dari yang semestinya.
Peranan konselor yang semestinya seperti yang dikemukakan oleh Yusuf
(2005: 25) yaitu: “konselor dalam arti khusus sebagai konsultan, sebagai
anggota tim kerja, sebagai pengelola, serta sebagai sumber informasi dan
layanan bagi masyarakat”. Konselor sekolah adalah staf spesialis sekolah yang
memiliki kualifikasi untuk membantu siswa mengatasi masalah dan membantu
siswa merencanakan dan menjalani program-program pendidikan yang tepat,
dan siswa menemukan pemecahan yang lebih memuaskan dalam masalah-
masalah pribadi-sosial. Fenomena ini juga didukung penelitian sebelumnya
oleh Paramita mengenai “Persepsi Guru Mata Pelajaran terhadap Bimbingan
dan Konseling” yang dilaksanakan di Maos, yang masih satu karesidenan
dengan Purbalingga. Dari penelitian tersebut didapati bahwa persepsi guru
mapel masih kurang sesuai dengan BK di sekolah. Salah satunya yakni
anggapan bahwa guru BK adalah sebagai polisi sekolah.
Selain itu, penelitian-penelitian sebelumnya juga membuktikan bahwa
masih terdapat kesalahpahaman dari guru bidang studi terhadap konselor.
Menurut jurnal ilmiah mengenai “Kompetensi Profesional Dalam Perspektif
Konselor Sekolah dan Peranannya Terhadap Pelayanan Bimbingan Dan
5
Konseling” mengatakan bahwa masih banyak anggapan miring guru mata
pelajaran terhadap konselor sekolah dikarenakan kompetensi profesional
konselor yang masih dirasa kurang. Hal ini dapat dinilai dengan melihat dari
aspek kompetensi profesional konselor dalam penguasaan konsep dan praksis
asesmen, teori dan praktik, pembuatan dan pengimplementasian program,
penilaian proses dan hasil kegiatan program, kesadaran dan komitmen
terhadap etika profesional, serta penguasaan konsep dan praksis dalam
penelitian BK. Dari indikator-indikator penilaian tersebut, rata-rata berada
pada kategori sedang. Dan hal tersebut memunculkan beberapa anggapan
dalam menilai kinerja konselor yang kurang sesuai dengan karakteristik
pribadi konselor yang efektif.
Sedangkan didalam jurnal ilmiah berjudul “Kerjasama Guru
Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran dalam
Mengembangkan Cara Belajar Siswa” diperoleh data bahwa sebagian besar
guru mata pelajaran sudah mengetahui perannya sebagai pembimbing di
sekolah. Ini berarti masih ada sebagian guru yang belum mengetahui perannya
sebagai pembimbing disekolah. Hal ini dibuktikan dengan adanya persentase
wawasan pengetahuan guru bidang studi terhadap peranserta dalam bimbingan
dan konseling, hanyalah 72,89%. Ini berarti masih ada 27,11% yang belum
mengetahui dan kurang terlibat dalam BK di sekolah. Data ini didapat dengan
melihat aspek partisipasi guru mata pelajaran dalam kegiatan khusus
penanganan masalah siswa disekolah yang masih berada pada kategori cukup.
Padahal menurut Prayitno, guru mata pelajaran diharapkan memiliki
6
komitmen yang tinggi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa demi
teratasinya permasalahan dengan baik dan tuntas.
Selain itu, hasil penelitian berjudul “Interaksi Guru Bidang Studi
dengan konselor dalam bimbingan belajar : studi deskriptif-analitik di SMA-
SMA Negeri Kabupaten 50 Kota Sumatra Barat” menunjukkan bahwa (1)
Antara guru bidang studi dengan konselor telah terjadi komunikasi berkaitan
dengan pengajaran perbaikan, (2) Dalam melaksanakan tugas mengenai
pengajaran perbaikan , mereka juga telah melakukan berbagai jenis kegiatan.
(3) Masih kurang komunikasi dalam pelaksanaan tugas tersebut, antara lain
dipengaruhi oleh faktor individu itu sendiri, seperti persepsi, sikap, motivasi,
pengetahuan dan keterampilan, dan karena tidak adanya program yang
digunakan, serta kurangnya dukungan dan partisipasi kepala sekolah.
Penelitian tersebut memberikan gambaran awal tetang komunikasi guru
bidang studi dengan konselor yang masih kurang. Hal tersebut dipengaruhi
oleh berbagai faktor salah satuya yaitu persepsi.
Penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2009) yang berjudul
“Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas
VIII D Pada Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs N
Ngemplak Sleman Yogyakarta” menunjukkan bahwa faktor penghambat
kerjasama antara guru BK dengan guru SKI adalah terjadi kesalahpahaman
antara guru bimbingan dan konseling dengan guru SKI, dan komunikasi
kurang lancar antara guru keduanya.
7
Dapat disimpulkan bahwa masih terdapat kesalahpahaman dari guru
bidang studi, serta kurangnya pemahaman guru bidang studi mengenai peran
dan tugas dari seorang konselor sekolah. Berdasarkan deskripsi di atas, maka
peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Berbagai Kesalahpahaman
Kinerja Konselor Sekolah Menurut Persepsi Guru Bidang Studi di SMA
Negeri se-Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 20015/2016”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang
penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran
berbagai kesalahpahaman kinerja konselor menurut persepsi guru bidang
studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan fenomena yang ada dalam rumusan masalah diatas
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran
berbagai kesalahpahaman kinerja konselor menurut persepsi guru bidang
studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
bidang pendidikan pada umumnya dan dalam bidang bimbingan dan
8
konseling pada khususnya tentang persepsi guru bidang studi terhadap
keslahpahaman kinerja konselor.
1.4.2 Manfaat Praktis
Selain dilihat dari kegunaan teoritis, penelitian ini juga diharapkan
berguna bagi :
1.4.2.1 Bagi Konselor
Konselor dapat mengetahui persepsi dari guru bidang studi
sehingga dapat dijadikan perbaikan untuk memaksimalkan perannya. Serta
melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir kesalahpahaman persepsi.
1.4.2.2 Bagi Guru Bidang Studi
Guru bidang studi dapat mengetahui persepsi guru bidang studi
yang kurang tepat, sehingga dapat dijadikan bahan introspeksi bagi guru
bidang studi itu sendiri.
1.4.2.3 Bagi Kepala Sekolah
Kepala Sekolah dapat mengetahui kesalahpahaman persepsi guru
bidang studi terhadap kinerja konselor sekolah, sehingga dapat dijadikan
evaluasi dan bahan masukan bagi kepala sekolah dalam menciptakan iklim
kerja yang positif antara karyawannya, dalam hal ini konselor sekolah
dengan guru bidang studi.
9
1.5 Sistematika Skripsi
Untuk mempermudah dalam menelaah skripsi ini, maka dalam
penyusunannya dibuat sistematika sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan, pada bab ini mengemukakan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
skripsi.
Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi kajian mengenai landasan teori yang
mendasari penelitian yaitu penelitian terdahulu, kajian teoritis mengenai konsep
dasar persepsi yang meliputi pengertian, faktor yang mempengaruhi, proses
terjadinya persepsi, dan indikator persepsi. Kemudian sub teori yang berikutnya
yaitu tentang guru bidang studi, diantaranya dijelaskan tentang pengertian,
macam-macam guru bidang studi, serta peran guru bidang studi dalam BK. Dan
sub terakhir yaitu tentang kesalahpahaman, yang meliputi pengertian, dan persepsi
guru bidang studi terhadap kinerja konselor yang salah. Pada bab ini juga
disajikan kerangka pemikiran dari penelitian ini.
Bab 3 Metode Penelitian, pada bab ini berisi uraian metode penelitian
yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Pada bab ini mengemukakan jenis
penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, metode
pengumpulan data, validitas dan reliabelitas, serta teknik analisis data.
Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi tentang hasil
penelitian yang meliputi hasil penelitian, pembahasan dan keterbatasan penelitian.
10
Bab 5 Penutup, bab ini berisi tentang penyajian simpulan hasil penelitian
dan penyajian saran sebagai implikasi dari hasil penelitian yang diakhiri dengan
daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini membahas tentang persepsi guru bidang studi terhadap
kesalahpahaman kinerja konselor. Oleh karena itu, dalam tinjauan pustaka ini
akan membahas teori-teori yang relevan. Tinjauan pustaka dalam bab ini meliputi:
penelitian terdahulu, kajian teoritis mengenai pengertian persepsi, indikator,
proses, serta faktor yang mempengaruhi persepsi guru bidang studi. Selain itu
juga berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan kesalahpahaman kinerja
konselor, seperti pengertian, wujud kinerja, serta kesalahpahaman kinerja
konselor.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah penelitian-penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya oleh peneliti lain. Tujuannya adalah sebagai bahan masukan bagi
pemula dan untuk membandingkan antara penelitian yang satu dengan yang lain.
Penelitian terdahulu yang digunakan oleh peneliti memiliki hubungan dengan
judul penelitian ini. Penelitian-penelitian terdahulu yang peneliti gunakan
memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti,
sehingga penelitian tersebut dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi peneliti
agar posisi penelitian ini jelas arahnya. Penelitian terdahulu yang digunakan
peneliti adalah sebagai berikut:
12
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melisa dkk (2013) yang berjudul
“Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran dalam
Mengembangkan Cara belajar Siswa” menunjukkan bahwa kerjasama guru mata
pelajaran dan guru bimbingan dan konseling didalam mengembangkan cara
belajar siswa masih terlihat kurang bersinergi. Hal ini didapat dari pertanyaan
peneliti yang meliputi empat aspek diantaranya (1) Wawasan guru mata pelajaran
mengenai peran sebagai pembimbing di sekolah. Dalam hal ini didapati bahwa
masih ada beberapa guru mata pelajaran yang kurang memahami perannya
sebagai pembimbing di sekolah. Hal ini terlihat pada aspek partisipasi guru mata
pelajaran dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa di sekolah. (2)
Mengembangkan Cara Belajar Siswa dalam hal Persiapan Belajar Siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terungkap bahwa belum semua
guru mata pelajaran yang terlibat dalam melakukan kerjasama dengan guru BK di
sekolah dalam hal persiapan belajar siswa. (3) Mengembangkan Cara Belajar
Siswa dalam hal mengikuti pelajaran didapati bahwa belum semua guru mata
pelajaran yang terlibat melakukan kerjasama dengan guru BK dalam hal
mengikuti pelajaran. (4) Mengembangkan cara belajar siswa dalam hal sebelum
mengikuti ujian dan menindaklanjuti hasil ujian didapati bahwa belum semua
guru mata pelajaran yang terlibat dalam mengembangkan cara belajar siswa dalam
hal sebelum mengikuti ujian dan menindaklanjuti hasil ujian. Dari penelitian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan guru bidang studi dan peranannya
dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling masih dikategorikan kurang. Jika
dikaitkan dengan penelitian yang akan diteliti, kurangnya kerjasama dan
13
komunikasi antara guru bidang studi dengan konselor sekolah, dapat dipengaruhi
oleh persepsi yang salah dari guru bidang studi. Terdapat keterkaitan antara
penelitian yang dilakukan oleh Melisa (2013) dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang berjudul “Kerjasama Guru Bimbingan
dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran dalam Mengembangkan Cara Belajar
Siswa” memberikan gambaran awal tentang hubungan dan kerjasama antara guru
bidang studi dan konselor dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah. Dari kerjasama tersebut, kita dapat mengetahui apakah ada
kesalahpahaman guru bidang studi terhadap kinerja konselor. Karena secara
teoritik kerjasama dan komunikasi antara guru bidang studi dengan konselor dapat
dipengaruhi oleh persepsi yang salah dari guru bidang studi. Seperti yang
dijelaskan Sugiyo (2005: 48) bahwa komunikasi seseorang terhadap orang lain
sangat tergantung pada bagaimana persepsi antar pribadi tersebut terhadap orang
lain. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada
penelitian terdahulu mengugkapkan kerjasama diantara guru bidang studi dengan
konselor yang didapati hasil bahwa kerjasama diantara mereka masih kurang,
karena terdapat kesalahpahaman dari guru bidang studi terhadap konselor.
Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan ini merrupakan penelitian
lanjutan yang bertujuan untuk mengungkap seperti apa persepsi guru bidang studi
terhadap kesalahpahaman itu sendiri.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (1998) tentang “Studi
Pengembangan Model Kerjasama Konselor dan Guru Mata Pelajaran dalam
Mengetasi Kesulitan Belajar Siswa di Sekolah Menengah Umum Kotamadya
14
Pontianak” menunjukkan bahwa (1) Kinerja konselor dalam membina hubungan
antar pribadi sudah menunjukkan keberartian, walaupun belum sepenuhnya
dimanfaatkan konselor guna menjalin hubungan kerjasama dengan guru mata
pelajaran khususnya dalam menangani kesulitan belajar siswa, (2) Konselor
cenderung menangani rawan perilaku daripada rawan akademik. Masalah
kesulitan belajar masih belum dilanjutkan dengan memberikan pengajaran
perbaikan sebagaimana mestinya, (3) Jalinan kerjasama konselor dan guru mata
pelajaran guna mengatasi kesulitan belajar cenderung belum dilaksanakan
sebagaimana mestinya, sehingga belum menunjukkan keberartian bagi siswa.
Kesulitan belajar jarang diinformasikan kepada konselor. Guru mata pelajaran
juga cenderung jarang melibatkan konselor guna memberikan bantuan kepada
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Disamping itu, guru cenderung
memberikan data yang sudah jadi daripada membahas bersama konselor prestasi
belajar siswa guna kepentingan menemukan siswa yang mengalami kesulitan
belajar dan mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Oleh sebab itu kesulitan belajar
belum tertangani secara tuntas. Dari hasil penelitian tersebut sejalan dengan hal
yang akan diteliti yaitu tentang persepsi guru bidang studi terhadap konselor
sekolah. Terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan oleh Lestari (1998)
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang berjudul
“Pengembangan Model Kerjasama Konselor dan Guru Mata Pelajaran dalam
Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa di Sekolah Menengah Umum Kotamadya
Pontianak” memberikan gambaran awal tentang kerjasama antara konselor dan
guru bidang studi, mengingat guru mata pelajaran adalah pihak yang mengetahui
15
banyak kondisi siswa. Pada penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk
mengetahui seperti apa persepsi dari guru bidang studi terhadap kesalahpahaman
kinerja konselor. Berbeda dengan penelitian yang akan dilaksnakan, jika pada
penelitian terdahulu lebih memfokuskan pada pengembangan model
kerjasamanya, sedangkan pada penelitian ini akan difokuskan pada seperti apa
persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor yang ada.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2007) tentang “Hubungan
Persepsi Guru Mata Pelajaran Tentang Tugas-Tugas Guru Pembimbing dengan
Tingkat Partisipasinya dalam Pelaksanaan Program BK di SMP dan MTs se-
Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal Tahun 2007” diperoleh data
bahwa partisipasi guru mata pelajaran dalam melaksanakan program BK secara
umum masuk kategori tinggi. Namun masih terdapat persentase sebesar 22,50 %
dan 5 % yang masing-masing masuk dalam kategori partisipasi rendah dan sangat
rendah. Dari jumlah persentase keduanya berarti dapat disimpulkan bahwa hampir
seperempat guru mata pelajaran di SMP dan MTs se-Kecamatan Kaliwungu
Selatan tahun 2007 partisipasinya terhadap pelaksanaan program BK rendah hal
ini tentu akan berpengaruh pada keefektifan pelaksanaan layanan BK. Terlebih
lagi dalam penelitian ini pada komponen peran guru sebagai informator masuk
dalam kategori rendah, yaitu sebesar 60,25 %. Dari data tersebut, tentu dapat kita
simpulkan bahwa koordinasi antara guru bidang studi dengan konselor sekolah
masih kurang. Hal ini tentu tidak serta merta terjadi, partisipasi merupakan suatu
bentuk dari tingkah laku seseorang, sedangkan tingkah laku sendiri dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya yaitu persepsi. Ini tentu berkaitan
16
erat dengan masalah yang akan diteliti yaitu persepsi guru bidang studi. Terdapat
keterkaitan antara penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2007) dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang berjudul “Hubungan
Persepsi Guru Mata Pelajaran tentang Tugas-tugas Guru Pembimbing dengan
tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan Program BK di SMP dan MTs se-
Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal Tahun 2007” memberikan
gambaran awal tentang adanya kesalahpahaman guru bidang studi yang masih
menganggap bahwa konselor harus aktif melaksaakan tugasnya sendiri,
sedangkan guru mata pelajaran pasif. Padahal secara teoritik salah satu tugas guru
mata pelajaran adalah sebagai informator bagi konselor sekolah. Kesalahpahaman
tidak akan terjadi jika guru mata pelajaran mengetahui perannya sendiri didalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Perbedaan antara penelitian
terdahulu dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu terletak pada masalah
yang akan diteliti. Didalam penelitian terdahulu meneliti tentang persepsi dan
tingkat partisipasi guru bidang studi, sedangkan pada penelitian yang akan
dilakukan ini adalah pada persepsi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Daharnis (1995) yang berjudul
“Interaksi Guru Bidang Studi dengan konselor dalam bimbingan belajar : studi
deskriptif-analitik di SMA-SMA Negeri Kabupaten 50 Kota Sumatra Barat”
menunjukkan bahwa (1) Antara guru bidang studi dengan konselor telah terjadi
komunikasi berkaitan dengan pengajaran perbaikan, (2) Dalam melaksanakan
tugas mengenai pengajaran perbaikan , mereka juga telah melakukan berbagai
jenis kegiatan. (3) Masih kurang komunikasi dalam pelaksanaan tugas tersebut,
17
antara lain dipengaruhi oleh faktor individu itu sendiri, seperti persepsi, sikap,
motivasi, pengetahuan dan keterampilan, dan karena tidak adanya program yang
digunakan, serta kurangnya dukungan dan partisipasi kepala sekolah. Hasil
penelitian ini tentu berkaitan dengan objek yang akan diteliti, yaitu persepsi guru
bidang studi. Terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan oleh Daharnis
(1998) dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian tersebut
memberikan gambaran awal tetang komunikasi guru bidang studi dengan konselor
yang masih kurang. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satuya
yaitu persepsi. Dengan adanya penelitian yang akan dilakukan ini yaitu mengenai
persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor sekolah,
maka kita akan mengetahui seberapa tingkat kesalahpahaman yang ada, dan aspek
apa yang masih keliru untuk dipahami. Karena ketika tidak ada kesalahpahaman,
maka komunikasi antara guru bidang studipun akan lebih baik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irawati (2009) yang berjudul
“Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII D Pada Mata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di MTs N Ngemplak Sleman
Yogyakarta” menunjukkan bahwa bentuk –bentuk kerjasama guru bimbingan dan
konseling dengan guru SKI dalam meningkatkan prestasi belajar siswa meliputi,
bagaimana menemukan format belajar yang efektif, saling memberikan informasi,
saran dan masukan ataupun saling bertukar pikiran tentang permasalahan siswa,
memanggil orang tua siswa ke madrasah, dan mengunjungi rumah-rumah siswa.
Adapun upaya kerjasama guru bimbingan dan konseling dengan guru SKI dalam
18
meningkatkan prestasi belajar siswa meliputi memberikan bimbingan kepada
siswa, memberikan motivasi kepada siswa, alih tangan kasus, bekerjasama dengan
orang tua siswa dalam meningkatkan prestasi belajar , membentuk kelompok
belajar, memberikan bimbingan belajar yang efektif. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah terjadi kesalahpahaman antara guru bimbingan dan
konseling dengan guru SKI, dan komunikasi kurang lancar antara guru keduanya.
Hasil penelitian tersebut berkaitan erat dengan objek akan diteliti dalam penelitian
kali ini yaitu mengenai persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman
kinerja konselor. Terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan oleh
Irawati (2009) dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian
yang berjudul “Kerjasama guru bimbingan dan konseling dengan guru sejarah
kebudayaan islam (SKI) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII D
pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam (SKI) di MTs N Ngemplak Sleman
Yogyakarta” sedikit terhambat dikarenakan adanya kesalahpahaman antara guru
bimbingan dan konseling dengan guru SKI dan komunikasi kurang lancar antara
keduanya. Penelitian ini memberikan gambaran awal akan adanya
kesalahpahaman guru bidang studi terhadap konselor sekolah. Hal ini menguatkan
fenomena yang peneliti ambil dimana memang masih banyak terjadi
kesalahpahaman guru bidang studi terhadap konselor sekolah yang
mengakibatkan kurang bersinerginya kerjasama diantara kedua belah pihak.
Perbedaan penelitian terdahulu ini dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu
pada penelitian yang dilakukan oleh Irawati lebih memfokuskan pada seperti apa
kerjasama antara konselor dan guru mata pelajaran SKI. Sedangkan pada
19
penelitian yang akan dilakukan lebih memfokuskan pada persepsi guru bidang
studi terhadap kesalahpahaman kinerjanya. Dan persamaan diantara kedua
penelitian tersebut yaitu keduanya membahas mengenai hubungan diantara
konselor dan guru bidang studi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siti Faizah (2011) yang berjudul
“Bentuk Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Mata Pelajaran
dalam Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa (Studi Kasus Pada Kelas VII
SMP Negeri 22 Semarang)” menunjukkan bahwa kerjasama antara guru BK
dengan guru mata pelajaran dalam mengatasi kesulitan belajar pada umumnya
terjalin namun belum secara menyeluruh karena tidak semua guru mata pelajaran
maupun guru BK aktif mengadakan komunikasi mengenai kondisi siswa.
Sedangkan guru BK sendiri lebih aktif menjalin komunikasi dengan wali kelas
terutama terkait data nilai siswa. Dari hal tersebut dapat disimplkan bahwa
komunikasi antara guru bidang studi dengan konselor sekolah kurang maksimal.
Ini tentu akan berpengaruh terhadap keefektifan pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling. Terdapat keterkaitan antara penelitian yang dilakukan oleh Siti
Faizah (2011) dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian
yang berjudul “Bentuk Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru
Mata Pelajaran dalam Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa”
memberikan gambaran awal tentang bentuk kerjasama antara guru bidang studi
dengan konselor sekolah, dimana kerjasama yang telah dilakukan belum terjalin
secara menyeluruh karena belum semua guru mata pelajaran dan konselor ikut
aktif dalam mengadakan komunikasi mengenai kondisi siswa. Hal itu tidak akan
20
terjadi jika guru mata pelajaran mengetahui tugas dan perannya dalam BK di
sekolah serta memiliki persepsi positif terhadap konselor sekolah. Perbedaan dari
kedua penelitian tersebut yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Siti Faizah ini
lebih memfokuskan pada bentuk-bentuk kerjasama guru bidang studi terhadap
konselor, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan ini lebih memfokuskan
seperti apa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor.
Dari penelitian-penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa interaksi
konselor dengan guru bidang studi telah menunjukkan keberartian, namun belum
sepenuhnya dimanfaatkan oleh kedua belah pihak dalam menangani permasalahan
siswa. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antar pribadi konselor dengan guru
bidang studi belum terjalin secara optimal. Hal ini terbukti dari masih ada
sebagian guru bidang studi yang belum mengetahui perannya serta kurang
berpartisipasi aktif dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling. Selain itu juga
masih terdapat kesalahpahaman akan peran konselor di sekolah. Kesalahpahaman
persepsi guru bidang studi terhadap konselor tersebut tentu tidak serta merta
muncul, melainkan melalui proses penginterpretasian yang panjang. Yaitu setelah
adanya peristiwa menerima (melalui panca indra) berupa peristiwa, pengalaman,
informasi, dan akhirnya memberikan makna. Hasil penelitian-penelitian tersebut
mendorong peneliti untuk melakukan penelitian untuk mengetahui persepsi guru
bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor sekolah. Hal ini
dikarenakan pentingnya peran guru bidang studi dalam pelaksanaan bimbingan
dan konseling yang efektif di sekolah. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut
memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini. Nantinya
21
penelitian ini akan mengambil sebagian aspek dari penelitian terdahulu untuk
dikembangkan.
2.2 Konsep Dasar Persepsi
2.2.1 Pengertian Persepsi
Menurut Leavitt (dalam Sobur : 445), perception dalam pengertian sempit
adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu. Sedangkan
dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang
memandang atau mengartikan sesuatu. Sebagai sebuah konstruksi psikologis yang
kompleks, persepsi sulit dirumuskan secara utuh. Oleh karena itu, para ahli
berbeda-beda dalam memberikan definisi tentang persepsi ini.
Menurut Desmita (2009: 116), persepsi merupakan salah satu aspek kognitif
manusia yang sangat penting, yang memungkinkannya untuk mengetahui dan
memahami dunia sekelilingnya. Tanpa persepsi yang benar, manusia mustahil
dapat menangkap dan memaknai berbagai fenomena, informasi atau data yang
senantiasa mengitarinya. Demikian juga halnya dengan guru bidang studi
disekolah, layanan bimbingan dan konseling tidak akan berjalan efektif, tanpa
adanya persepsi yang benar. Hal ini karena persepsi merupakan proses yang
menyangkut masuknya informasi ke dalam otak manusia. Dalam proses ini,
manusia tidak seperti sebuah mesin, yang dapat memberikan respons terhadap
setiap stimulus secara otomatis. Sebaliknya, bagi manusia setiap informasi atau
stimulus harus terlebih dahulu melewati serangkaian proses kognitif yang
kompleks, yang melibatkan hampir seluruh dimensi kepribadiannya. Oleh sebab
22
itu, apa yang terjadi diluar dapat sangat berbeda dengan apa yang sampai ke otak
manusia, karena adanya faktor-faktor kognitif lain yang tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
Menurut Rahman (2005: 88) persepsi adalah proses yang menggabungkan
dan mengorganisasikan data-data indra kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar
akan diri kita sendiri.
Menurut Mar‟at (2006: 9) persepsi bergantung pada pengalaman dan apa saja
yang sudah diajarkan serta dipengaruhi oleh pengalaman yang ada pada pelaku
persepsi.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk
memperoleh dan menginterpretasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh
sistem alat indra manusia. Pada dasarnya persepsi menyangkut hubungan manusia
dengan lingkunganya, yaitu bagaimana individu tersebut mengerti dan
menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya. Setelah individu tersebut mengindrakan maka
timbullah makna tentang objek itu. Teori mengenai persepsi ini, relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan terkait dengan persepsi guru bidang studi terhadap
kesalahpahaman kinerja konselor sekolah.
23
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi tidaklah muncul begitu saja, melainkan ada banyak faktor yang
mempengaruhi terbentuknya suatu persepsi. Pada bagian ini akan dijelaskan
mengenai faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor situasional
dan faktor personal. Seperti yang dijelaskan oleh Sugiyo (2005: 38-41) bahwa
secara garis besar terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecermatan persepsi
yaitu faktor situasional dan faktor personal. Faktor situasional antara lain yaitu
deskripsi verbal, petunjuk proksemik, petunjuk kinestik, petunjuk wajah, petunjuk
paralinguistik , dan petunjuk arifactual. Sedangkan faktor personal diantaranya
pengalaman, motivasi, kepribadian, intelegensi, dan kemampuan untuk menarik
kesimpulan. Selain itu mereka yang memperoleh angka rendah dalam tes
otoritarianisme cenderung menilai orang lain lebih baik dan hal ini menyebabkan
persepsinya akan tidak objektif. Dan mereka yang mempunyai tingkat objektivitas
tinggi mengenai diri mereka sendiri, cenderung memiliki wawasan yang baik atas
perilaku orang lain.
Persepsi individu terhadap objek tertentu akan mempengaruhi pikirannya.
Artinya, persepsi seseorang akan memungkinkannya untuk memberi penilaian
terhadap suatu kondisi stimulus. Penilaian (appraisal) seseorang terhadap suatu
stimulus biasanya dilakukan melalui proses kognitif, yaitu proses mental yang
memungkinkan seseorang mengevaluasi, memaknai, dan menggunakan informasi
yang diperoleh melalui indranya. Ini berarti, meskipun persepsi bergantung pada
indra manusia, proses kognitif yang ada pada diri manusia akan memungkinkan
terjadinya proses penyaringan, perubahan atau modifikas dari stimulus yang ada.
24
Dalam psikologi kontemporer, persepsi secara umum diperlakukan sebagai
variabel campur tangan (intervening variabel), yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor stimulus dan faktor-faktor yang ada pada subjek yang menghadapi stimulus
tersebut. Oleh sebab itu, persepsi seseorang terhadap suatu benda atau realitas
belum tentu sesuai dengan benda atau realitas yang sesungguhnya. Demikian juga,
pribadi-pribadi yang berbeda akan mempersepsikan sesuatu secara berbeda pula.
Dapat disimpulkan pengertian di atas bahwa persepsi adalah proses
pengorganisasian terhadap bimbingan dan konseling, penginterprestasian terhadap
stimulus yang diterima organisme berupa peristiwa dalam bimbingan dan
konseling, pengalaman terhadap bimbingan dan konseling, informasi tentang
bimbingan dan konseling, memperhatikan bagaimana bimbingan dan konseling di
sekolah, dan menafsirkan kesan yang berakhir dengan kesimpulan tentang
bimbingan dan konseling di sekolah dan memaknainya. Persepsi dapat pula
diartikan sebagai proses penginterpretasian seseorang atau kelompok terhadap
bimbingan dan konseling di sekolah, peristiwa atau stimulus dengan melibatkan
pengalam-pengalaman yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling tersebut
atau hubungan yang diperoleh melalui proses kognisi dan afeksi untuk
menyimpulkan informasi dan penafsiran pesan untuk membentuk konsep tentang
bimbingan dan konseling di sekolah tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat
mempengaruhi persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja
konselor ada dua yaitu faktor situasional dan faktor personal. Dimana faktor
situasional terdiri dari deskripsi verbal, petunjuk proksemik, petunjuk kinestik,
25
petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik, dan petunjuk arifactua. Sedangkan faktor
personal meliputi faktor pengalaman, motivasi, kepribadian, intelegensi dan
kemampuan yang dimiliki. Yang dimaksud dengan faktor pengalaman yaitu
pengalaman yang dimiliki oleh guru bidang studi dalam melihat kinerja konselor
sekolah. Semakin banyak pengalaman guru bidang studi, maka akan semakin
cermat dalam mempersepsi konselor sekolah. Kedua yaitu motivasi, ketika guru
bidang studi memiliki motivasi terhadap konselor sekolah, maka persepsinya akan
cenderung bias dan tidak objektif. Dan faktor yang lain yaitu
kepribadian,intelegensi, serta kemampuan guru bidang studi didalam menarik
kesimpulan. Kelima hal tersebut nantinya akan dijadikan dasar acuan didalam
penelitian untuk mengetahui bagaimana persepsi mereka terhadap
kesalahpahaman kinerja konselor. Persepsi yang diberikan guru mata pelajaran
sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pelayanan bimbingan dan konseling.
Oleh karena itu persepsi guru mata pelajaran terhadap kesalahpahaman kinerja
konselor ini memiliki peran penting di sekolah, karena dengan mengetahui seperti
apa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor, akan
dapat menjadi evaluasi bagi konselor dalam menampilkan citra sebagai konselor
yang menunjukkan kinerja yang baik. Teori-teori tersebut diatas berkaitan erat
dengan penelitian yang akan dilakukan, karena teori tersebut relevan dengan
obyek yang akan diteliti yaitu, persepsi guru bidang studi terhadap
kesalahpahaman kinerja konselor sekolah.
26
2.2.3 Proses terjadinya Persepsi
Menurut De Vito dalam Sugiyo (2005 : 34) mengemukakan bahwa peroses
persepsi melalui tiga tahap yaitu “ Pertama, stimulasi sensoris terjadi, proses ini
merupakan proses sensori; Kedua, stimulasi organisasi terorganisasi, tahap ini
merupakan kelanjutan dari tahap pertama dan pada tahap ini akan memperoleh
pemahaman tertentu dengan prinsip–prinsip kedekatan dan kesamaan / kemiripan;
Ketiga, stimulasi sensori diinterpretasikan, maksudnya bahwa apa yang telah
diterima melalui sensori akan diberi makna atau ditafsirkan”. Persepsi merupakan
bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah ransangan
ditetapkan kepada manusia. Dari segi psikologi dikatakan bahwa tingkah laku
seseorang merupakan fungsi dari cara dia memandang. Oleh karena itu, untuk
mengubah tingkah laku seseorang harus dimulai dengan mengubah persepsinya.
Proses pertama dalam persepsi adalah menerima rangsangan atau data dari
berbagai sumber melalui panca indera. Setelah diterima, rangsangan atau data
diseleksi untuk diproses lebih lanjut. Rangsangan yang diterima selanjutnya
diorganisasikan dalam suatu bentuk. Setelah rangsangan atau data diterima dan
diatur, penerima menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Proses penafsiran
inilah yang dinamakan persepsi. Persepsi pada intinya adalah memberikan arti
pada berbagai data dan informasi yang diterima. Setelah melakukan penafsiran
atau persepsi maka akan diwujudkan dalam reaksi atau tindakan terhadap objek
persepsi.
Dalam Walgito (2005: 102) mengemukakan proses terjadinya persepsi
menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut :
27
1) Proses kealaman atau proses fisik, dimana objek menimbulkan stimulus,
dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor.
2) Proses fisiologis. Merupakan proses dimana stimulus yang diterima oleh
alat indra dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak.
3) Proses psikologis, proses yang terjadi di otak, sehingga individu dapat
menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu, sebagai suatu akibat
dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat
kesadaran. Dengan demikian, taraf terakhir persepsi adalah individu
menyadari apa yang diterima.
Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan
dalam persepsi itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai
oleh satu stimulus saja, tetapi berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh
keadaan sekitarnya. Namun, tidak semua stimulus mendapatkan respon individu
untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi atau mendapatkan respon
tergantuang pada perhatian individu yang bersangkutan. Penafsiran terhadap
stimulus bersifat subyektif sehingga pemaknaan stimulus yang sama belum tentu
menghasilkan interpretasi yang sama pula. Hal ini dipengaruhi oleh pengalaman,
kebutuhan, nilai dan harapan yang ada pada diri individu. Berdasarkan keterangan
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses persepsi berlangsung dalam
beberapa tahap. Proses tersebut dimulai dengan adanya stimulus yang mengeai
alat indera. Stimulus ini berasal dari objek atau kejadian yang menjadi
pengalaman individu. Stimulus yang diterima akan diteruskan oleh syaraf sensoris
ke pusat susunan syaraf (otak). Setelah informasi sampai ke otak terjadi proses
28
kesadaran, yaitu individu mampu menyadari apa yang dilihat, dirasa, dan
sebagainya. Setelah menyimpulkan dan menafsirkan informasi yang diterimanya,
individu memunculkan respon sebagai reaksi terhadap stimulus yang diterimanya.
Dalam penelitian ini, objek yang akan dipersepsi oleh guru mata pelajaran adalah
kesalahpahaman kinerja konselor sekolah. Objek tersebut akan menjadi stimulus
yang akan diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak kemudian ditafsirkan. Proses
penafsiran ini dapat berbeda antara guru satu dengan lainnya, hal ini tergantung
pengalaman masing – masing guru khususnya yang berkaitan dengan persepsi
guru mata pelajaran tentang bimbingan dan konseling di sekolah.
2.2.4 Indikator Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu
merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra. Namun
proses ini tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan ke
proses selanjutnya yang merupakan proses persepsi. Stimulus yang diindra
individu kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga
individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindra itu. (Bimo Walgito, 2002 :
67)
Dari pengertian persepsi di atas terdapat beberapa indikator persepsi guru
bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor di sekolah yaitu sebagai
berikut:
1. Penyerapan terhadap rangsang atau objek dari luar individu.
29
Rangsang atau objek tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik
penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pencecap secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama. Dari hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat
indera tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak.
Gambaran tersebut dapat tunggal maupun jamak, tergantung objek persepsi yang
diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik
yang lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut
tergantung dari jelas tidaknya rangsang, normalitas alat indera dan waktu, baru
saja atau sudah lama.
2. Pengertian atau pemahaman
Setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam otak, maka
gambaran tersebut diorganisir, digolong –golongkan (diklasifikasi), dibandingkan,
diinterpretasi, sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses terjadinya
pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang
terbentuk tergantung juga pada gambaran -gambaran lama yang telah dimiliki
individu sebelumnya (disebut apersepsi).
3. Penilaian atau evaluasi
Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman , terjadilah penilaian dari
individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru
diperoleh tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara
subjektif. Penilaian individu berbeda -beda meskipun objeknya sama. Oleh karena
itu persepsi bersifat individual.
30
2.3 Guru Bidang Studi
2.3.1 Pengertian Guru Bidang Studi
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi, pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Peran guru sebagai agen pembelajaran (learning agent)
adalah peran peran guru sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi
inspirasi belajar bagi peserta didik (E. Mulyasa, 2007: 53).
2.3.2 Macam-macam Guru Bidang Studi
Macam-macam guru bidang studi ditingkat SMA diantaranya Matematika,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Biologi, Kimia, Fisika, Ekonomi, Sejarah,
Sosiologi, Geografi, Akuntansi, Bahasa Jawa, Bahasa Asing, Kesenian, Olahraga,
TIK, PKN Agama.
2.3.3 Peran Guru Bidang Studi dalam BK
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah bukan hanya
menjadi tanggung jawab guru bimbingan dan konseling (guru BK) melainkan
menjadi tanggung jawab bersama semua guru, baik guru kelas maupun guru mata
pelajaran di bawah koordinasi guru bimbingan dan konseling. Sekalipun tugas dan
tanggung jawab utama guru kelas maupun guru mata pelajaran adalah
menyelenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran, bukan berarti dia sama
31
sekali lepas dari kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan
konstribusi guru kelas dan guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna
kepentingan efektivitas dan efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling di
sekolah, bahkan dalam batas-batas tertentu guru kelas maupun guru mata
pelajaran dapat bertindak sebagai pembimbing bagi siswanya. Salah satu peran
yang harus dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi
pembimbing yang baik guru harus memiliki pemahaman tentang siswa yang
dibimbingnya. Lebih jauh, Makmun (2003: 40) menyatakan bahwa guru sebagai
pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga
mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau
masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial
teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah
siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor
profesional.
Berkenaan peran guru kelas dan guru mata pelajaran dalam bimbingan dan
konseling, Willis (2005: 81) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran
dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat,
ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa
syarat. Prayitno dkk (2004: 70) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru
kelas dan guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
kepada siswa
2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa
yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan
data tentang siswa-siswa tersebut.
32
3. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan
konseling kepada guru pembimbing/konselor
4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa
yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan
pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program
pengayaan).
5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan
hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan
pembimbingan dan konseling.
6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang
memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti
/menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan.
7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti
konferensi kasus.
8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka
penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak
lanjutnya.
Peran guru kelas maupun guru mata pelajaran dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling sangatlah penting. Keberhasilan penyelenggaraan
bimbingan dan konseling di sekolah akan sulit dicapai tanpa peran serta guru
kelas ataupun guru mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan. Sehubungan
dengan hal tersebut Yusuf (2008: 35) menjelaskan deskripsi kerja (kinerja) dari
guru bidang studi termasuk didalamnya peran serta dalam pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling adalah sebagai berikut:
a. Memahami konsep dasar bimbingan dan karakteristik siswa (tugas-tugas
perkembangan siswa), sebagai landasan untuk memberikan layanan
bimbingan.
b. Memahami keragaman karakteristik siswa dalam aspek-aspek fisik
(kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan
kebiasaan belajar, temperamen (periang, pendiam, pemurung, atau mudah
tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan
tanggung jawab).
c. Menandai siswa yang diduga mempunyai masalah atau siswa yang gagal
dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya
d. Menciptakan iklim kelas yang secara sosiopsikologis kondusif bagi
kelancaran belajar siswa, seperti: bersikap ramah, bersikap respek terhadap
siswa, bersikap adil (tidak menganaktirikan/ menganakemaskan anak),
menghargai pendapat atau hasil karya siswa, memberikan kesempatan
33
kepada siswa untuk bertanya atau mengemukakan pendapat, bergairah
dalam mengajar, dan berdisiplin.
e. Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar
f. Mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing
g. Bekerjasama dengan guru pembimbing dalam rangka membantu siswa
h. Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja
yang diminati siswa
i. Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat
memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja
(tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek
kerja)
j. Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial,
maupun moral-spiritual. Hal ini penting, karena guru merupakan “figur
central” bagi siswa
k. Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran yang
diberikannya secara efektif
Peran-peran guru sebagaimana telah dikemukakan terkait erat dengan
penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Kesulitan-
kesulitan atau permasalahan yang timbul dalam implementasi deskripsi kerja
tersebut pada dasarnya juga merupakan permasalahan yang berada dalam wilayah
penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini, guru kelas
maupun guru mata pelajaran membutuhkan kehadiran guru bimbingan dan
konseling, sebaliknya guru bimbingan dan konseling juga membutuhkan
informasi, bantuan, dan kerja sama dengan guru kelas dan guru mata pelajaran
untuk melaksanakan tugas-tugas kepembibingannya.
2.4 Kinerja Konselor
2.4.1 Pengertian Kinerja
Secara etimologi, kata kinerja berarti suatu yang hendak dicapai, prestasi
yang diperlihatkan, kemampuan kerja. Kinerja menurut Mangkunegara (2000: 67)
34
merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Menurut Hasibuan (2001: 34) kinerja prestasi kerja adalah
suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan serta waktu. Menurut Tika (2006: 121) kinerja merupakan hasil
fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi
yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam
periode waktu tertentu
Menurut Gibson, dkk (2003: 355), job performance adalah hasil dari
pekerjaan yang terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan kinerja keefektifan
kinerja lainnya. Sementara menurut Ilyas (1999: 99), kinerja adalah penampilan
hasil kerja personil maupun dalam suatu organisasi. Penampilan hasil karya tidak
terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural
tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi.
Pengertian kinerja lainnya dikemukakan oleh Simanjuntak (2005: 1) yang
mengemukakan kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas
tertentu. Sedangkan menurut Irawan (2002: 11), bahwa kinerja (performance)
adalah hasil kerja yang bersifat konkret, dapat diamati, dan dapat diukur. Jika kita
mengenal tiga macam tujuan, yaitu tujuan organisasi, tujuan unit, dan tujuan
pegawai, maka kita juga mengenal tiga macam kinerja, yaitu kinerja organisasi,
kinerja unit, dan kinerja pegawai. Dessler (2000: 87) berpendapat : Kinerja
(prestasi kerja) karyawan adalah prestasi aktual karyawan dibandingkan dengan
35
prestasi yang diharapkan dari karyawan. Prestasi kerja yang diharapkan adalah
prestasi standar yang disusun sebagai acuan sehingga dapat melihat kinerja
karyawan sesuai dengan posisinya dibandingkan dengan standar yang dibuat.
Selain itu dapat juga dilihat kinerja dari karyawan tersebut terhadap karyawan
lainnya.
Selain itu menurut John Whitmore (1997: 104) kinerja adalah pelaksanaan
fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang, kinerja adalah suatu perbuatan , suatu
prestasi, suatu pameran umum keterampilan. Sedangkan menurut Robert L.
Mathis dan John H. Jackson terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira (2001:
78) menyatakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau
tidak dilakukan karyawan.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja dapat disimpulkan bahwa
pengertian kinerja adalah suatu perbuatan yang dilakukan/ pameran/ penampilan
hasil kerja personil maupun suatu organisasi didalam melaksanakan tugasnya
dalam upaya pencapaian suatu tujuan.
2.4.2 Unsur Kinerja
Berdasarkan pengertian di atas kinerja mengandung 3 (tiga) unsur, yaitu :
1) Unsur waktu, dalam hasil-hasil yang dicapai oleh usaha-usaha tertentu,
dinilai dalam satu putaran waktu atau sering disebut periode. Ukuran
periode dapat menggunakan satuan jam, hari, bulan, maupun tahun.
2) Unsur hasil, dalam arti hasil-hasil tersebut merupakan hasil rata-rata pada
akhir periode tersebut. Hal ini tidak berarti mutlak setengah periode harus
memberikan hasil setengah dari keseluruhan.
36
3) Unsur metode, dalam arti seorang pegawai harus meguasai betul dan
bersedia mengikuti pedoman yang telah ditentukan, yaitu metode kerja
yang efektif dan efisien, ditambah pula dalam bekerjanya pegawai tersebut
harus bekerja dengan penuh gairah dan tekun serta bukan berarti harus
bekerja berlebihan.
2.4.3 Wujud atau Bentuk Kinerja Konselor
Wujud atau bentuk kinerja guru BK tentu berbeda dengan profesi yang
lain. Pada dasarnya dapat ditegaskan bahwa perbedaan pekerjaan dapat
menyebabkan wujud kinerja berbeda. Namun demikian perbedaan wujud kinerja
berdasarkan perbedaan pekerjaan tetap mengacu pada satu konsep yang disebut
ukuran kinerja. Artinya setiap profesi atau pekerjaan tertentu memiliki indikator
atau ukuran kinerja masing-masing. Ukuran kinerja disebut sebagai kriteria. Yang
dimaksudkan sebagai alat untuk menggambarkan keberhasilan, ukuran prediktif
untuk menilai efektifitas individu dan organisasi. Wujud kinerja dalam konteks
karakteristik individu mencakup tugas-tugas konselor yang harus dilaksanakan.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan penerapan konsep,asas,
kaidah, hukum dan prosedur ilmiah bimbingan dan konseling. Apa yang
dilakukan oleh guru pembimbing dalam menjalankan tugasnya disekolah tidak
asal-asalan akan tetapi ada landasan ilmunya. Prayitno (2005: 3) menyebutkan
bahwa tugas pokok konselor adalah mewujudkan proses konseling disertai dengan
kegiatan yang menunjang tugas pokoknya.
37
Dalam buku dasar standarisasi profesi konseling yang dikeluarkan
Depdikbud (2004: 16), disebutkan bahwa tugas dan kegiatan tenaga profesi
konseling meliputi yaitu tugas pokok, tugas kegiatan pengelolaan, tugas
kolaborasi profesional, dan tugas keorganisasian.
a. Tugas pokok profesional, yaitu tugas dalam melaksanakan pelayanan
bimbingan dan konseling yang mendukung terlaksnanya fungsi-fungsi
bimbingan dan konseling.
b. Tugas yang berkaitan dengan manajerial/ pengelolaan, yaitu tugas-tugas
konselor dalam mengelola bimbingan dan konseling di sekolah. Tugas ini
dimulai dari penyusunan/ perencanaan program, pelaksanaan program-
program yang direncanakan, evaluasi hasil dan proses layanan, kegiatan
tindak lanjut serta pelaporan
c. Tugas yang berkaitan dengan administrasi, yang idimaksudkan disini
adalah tugas konselor untuk menyusun administrasi bimbingan dan
konseling.
d. Tugas yang berkaitan dengan organisasi profesi, yaitu tugas konselor
untuk ikut serta mengembangkan bimbingan dan konseling di sekolah dan
dimasyarakat melalui partisipasi aktif dalam organisasi profesinya.
2.4.4 Pentingnya Persepsi Guru Bidang Studi Terhadap Kinerja Konselor
Persepsi guru bidang studi terhadap pelayanan bimbingan dan konseling
sangatlah penting bagi seorang konselor, karena seorang guru bidang studi dapat
memberikan pemahaman dan penilaian tentang pelayanan bimbingan dan
38
konseling yang dilaksanankan di sekolah. Sehingga dapat terjalin kerja sama
antara guru bidang studi dengan konselor sekolah atau guru pembimbing dalam
menghadapi permasalahan–permasalahan yang terjadi atau yang dialami oleh
siswa. Dengan demikian persepsi guru bidang studi dalam menunjang
pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sangatlah diperlukan.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa persepsi setiap guru bidang
studi terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah berbeda – beda, ada
persepsi positif maupun negatif. Persepsi positif guru bidang studi terhadap
pelayanan bimbingan dan konseling merupakan suatu penilaian yang di berikan
oleh seorang guru bidang studi terhadap pelayanan bimbingan dan konseling
dengan menilai sisi baik dari konselor sekolah tersebut, yaitu misalnya seorang
guru bidang studi menilai bahwa konselor di sekolah sangat membantu guru
bidang studi dalam mengetahui tugas perkembangan peserta didiknya, kemudian
selain itu pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah juga membantu guru
bidang studi mengentaskan permasalahan siswa yang sedang atau sering dihadapi
siswa, misalnya siswa bermasalah dengan belajar. Selain persepsi positif dari guru
bidang studi terhadap pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, juga
sebaliknya sering muncul persepsi yang negatif dari guru terhadap konselor di
sekolah, sebab dari persepsi negatif yang muncul biasanya seorang guru bidang
studi kurang memahami apa tugas dan peran dari seorang guru pembimbing atau
konselor sekolah itu sendiri yang terkadang menyalah gunakan tugas dan peranan
konselor sekolah, sehingga menimbulkan kesalahpahaman antara guru bidang
studi dengan guru pembimbing.
39
2.5 Kesalahpahaman
2.5.1 Pengertian Kesalahpahaman
Menurut KBBI Kesalahpahaman artinya salah atau keliru dalam
memahami sikap orang lain yang biasanya menimbulkan reaksi bagi yang
bersangkutan. Pemahaman menurut Sadiman (1996: 109) adalah suatu
kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau
menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah
diterimanya. Menurut Winkel dan Mukhtar (dalam Sudaryono, 2012: 44),
pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari, yang dinyatakan dengan menguraikan isi pokok dari suatu
bacaan atau mengubah data yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk yang
lain. Sementara Benjamin S. Bloom (dalam Anas Sudijono, 2009: 50) mengatakan
bahwa pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi. Jadi, dapat disimpulkn bahwa kesalahpahaman
adalah salah mengerti tentang sesuatu dan tidak dapat melihatnya dari berbagai
segi. Seorang guru bidang studi dikatakan memahami konselor apabila ia dapat
memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang konselor itu
sendiri yang meliputi tugas-tugas dan fungsinya di sekolah. Kesalahpahaman
sering disebut juga dengan miskonsepsi. Fowler (dalam Suparno, 2005: 5)
memandang miskonsepsi sebagai suatu pengertian yang tidak akurat terhadap
40
konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah,
kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan konsep-konsep yang tidak
benar. Bentuk miskonsepsi dapat berupa kesalahan konsep, hubungan yang tidak
benar antar konsep, dan gagasan intuitif atau pandangan yang naif (Suparno,
2005).
2.5.2 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap kinerja yang Salah
Menurut Prayitno (2004: 120) Kesalahpahaman guru terhadap
pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri antara lain sebagai berikut :
1. Bimbingan dan Konseling Disamakan Saja dengan atau Dipisahkan
Sama Sekali dari Pendidikan
Bimbingan dan konseling di sekolah secara umum termasuk ke
dalam ruang lingkup upaya pendidikan di sekolah, namun tidak berarti
bahwa dengan penyelenggaraan pengajaran (yang baik) saja seluruh misi
sekolah akan dapat tercapai dengan penuh. Kenyataan menunjukkan
bahwa masih banyak hal yang menyangkut kepentingan siswa yang harus
ditanggulangi oleh sekolah yang tidak dapat teratasi dengan pengajaran
semata-mata.
2. Konselor di Sekolah Dianggap sebagai Polisi Sekolah
Masih banyak anggapan bahwa peranan konselor di sekolah
adalah sebagai polisi sekolah yang harus menjaga dan mempertahankan
tata tertib, disiplin, dan keamanan sekolah. Petugas bimbingan dan
konseling bukanlah pengawas ataupun polisi yang selalu mencurigai dan
41
akan menangkap siapa saja yang bersalah. Petugas bimbingan dan
konseling adalah kawan pengiring penunjuk jalan, pembangun kekuatan,
dan pembina tingkah laku positif yang dikehendaki. Petugas bimbingan
dan konseling hendaknya bisa menjadi sitawar-sidingin bagi siapa pun
yang datang kepadanya. Dengan pandangan, sikap, keterampilan, dan
penampilan konselor siswa atau siapa pun yang berhubungan dengan
konselor akan memperoleh suasana sejuk dan memberi harapan.
3. Bimbingan dan Konseling Dianggap Semata-Mata sebagai Proses
Pemberian Nasihat
Bimbingan dan konseling bukan hanya bantuan yang berupa
pemberian nasihat. Pemberian nasihat hanya merupakan sebagian kecil
dari upaya-upaya bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan
konseling menyangkut seluruh kepentingan klien dalam rangka
pengembangan pribadi klien secara optimal. Konselor juga harus
melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta mensinkronisasikan upaya
yang satu dengan upaya yang lainnya sehingga keseluiruhan upaya itu
menjadi satu rangkaian yang terpadu dan bersinambungan.
4. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Dibatasi pada Hanya Menangani
Masalah yang Bersifat Insidental
Pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak dari masalah
yang dirasakan klien sekarang, yang sifatnya diadakan. Namun pada
hakikatnya pelayanan itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih
luas, yaitu yang lalu, sekarang, dan yang akan datang. Disamping itu
42
konselor tidaklahhanya menunggu saja klien yang datang dan
mengemukakan masalahnya.
5. Bimbingan dan Konseling Dibatasi Hanya untuk Klien-Klien Tertentu
Saja
Pelayanan bimbingan dan konseling bukan tersedia dan tertuju
hanya untuk klien-klien tertentu saja, tetapi terbuka untuk segenap
individu ataupun kelompok yang memerlukannya. Di sekolah misalnya,
pelayanan bimbingan dan konseling tersedia dan tertuju untuk semua
siswa. Semua siswa mendapat hak dan kesempatan yang sama untuk
mendapatkan pelayanan bimbingan dan konseling. Petugas bimbingan
dan konseling membuka pintu yang selebar-lebarnya bagi siapa saja
siswa yang ingin mendapatkan atau memerlukan pelayanan bambingan
dan konseling.
6. Bimbingan dan Konseling Melayani “Orang Sakit” dan/atau “Kurang
Normal”
Sebagaimana telah dikemukakan, bimbingan dan konseling tidak
melayani “orang sakit” dan “kurang normal”. Bimbingan dan konseling
hanya melayani orang-orang normal yang mengalami masalah tertentu.
Konselor yang memiliki kemampuan yang tinggi akan mampu
mendeteksi dan mempertimbangkan lebih jauh tentang mantap atau
kurang mantapnya fungsi-fungsi yang ada pada klien sehingga kliennya
itu perlu dikirim kepada dokter atau psikiater.
7. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Bekerja Sendiri
43
Pelayanan bimbingan dan konseling bukanlah proses yang
terisolasi,melainkan proses yang bekerja sendiri sarat dengan unsur-unsur
budaya, sosial dan lingkungan. Oleh karenanya pelayanan bimbingan dan
konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor harus pandai menjalin
hubungan kerja sama yang saling mengerti dan saling menunjang demi
terbantunya klien yang mengalami masalah itu serta harus bisa
memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan dapat diadakan untuk
kepentingan pemecahan masalah.
8. Konselor Harus Aktif, Sedangkan Pihak Lain Pasif
Sesuai dengan asas kegiatan, di samping konselor yang bertindak
sebagai pusat penggerak bimbingan dan konseling, pihak lain pun,
terutama klien, harus secara langsung aktif terlibat dalam proses tersebut.
Pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling adalah usaha bersama
yang beban kegiatannya tidak semata-mata ditimpakan hanya kepada
konselor saja. Jika dilakukan oleh satu pihak saja, dalam hal ini konselor,
maka hasilnya akan kurang mantap, tersendat-sendat, atau bahkan tidak
berjalan sama sekali.
9. Menganggap Pekerjaan Bimbingan dan Konseling Dapat Dilakukan oleh
Siapa Saja
Benarkah pekerjaan bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siapa
saja? Jawabannya bisa “benar” atau “tidak”.“Benar”, jika bimbingan dan
konseling dianggap sebagai pekerjaan yang mudah dan dapat dilakuakn
secara amatiran belaka. “Tidak”, jika bimbingan dan konseling
44
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan, dengan kata lain
dilaksanakan secara professional oleh orang-orang yang ahli dalam
bidang bimbingan dan konseling. Keahliannya itu diperoleh melalui
pendidikan dan latihan yang cukup lama di perguruan tinggi.
10. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berpusat pada Keluhan Pertama
Saja
Usaha pemberian bantuan memang diawali dengan melihat
gejala-gejala dan keluhan awal yang disampaikan oleh klien. Namun jika
pembahasan masalah itu dilanjutkan, didalami, dan dikembangkan,
sering kali ternyata masalah yang sebenarnya lebih pelik dibandingkan
dengan yang tampak atau disampaikan. Konselor tidak boleh terpukau
oleh keluhan atau masalah yang pertama disampaikan oleh klien, tetapi
harus mampu menyelami sedalam-dalamnya masalah klien yang
sebenarnya.
11. Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan
dokter atau psikiater.
Memang dalam hal-hal tertentu terdapat kesamaan antara
pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter dan
psikiater, yaitu sama-sama menginginkan klien atau pasien terbebas dari
penderitaan yang dialaminya, melalui berbagai teknik yang teruji sesuai
dengan masing-masing bidang pelayanan, baik dalam mengungkap
masalah klien atau pasien, mendiagnosis, melakukan prognosis atau pun
penyembuhannya. Dengan demikian pekerjaan bimbingan dan konseling
45
tidak lah persis sama dengan pekerjaan dokter atau psikiater. Dokter atau
psikiater berkerja dengan orang sakit, sedangkan konselor berkerja
dengan orang yang normal (sehat namun sedang mengalami masalah).
Cara penyembuhan yang dilakukan dokter atau psikiater bersifat
reseptual dan pemberian obat, serta teknis medis lainnya, sementara
bimbingan dan konseling memberikan cara-cara pemecahan masalah
secara konseptual melalui pengubahan orientasi pribadi, penguatan
mental / psikis, modifikasi perilaku, teknik-teknik khas bimbingan dan
konseling.
12. Menganggap hasil pekerjaan bimbingan dan konseling harus segera
dilihat.
Disadari bahwa semua orang menghendaki agar masalah yang
dihadapi klien dapat diatasi sesegera mungkin dan hasilnya pun dapat
segera dilihat. Namun harapan itu sering kali tidak terkabul, lebih-lebih
kalau yang dimaksud dengan cepat itu adalah dalam hitungan detik atau
jam. Hasil bimbingan dan konseling tidaklah seperti makan sambal,
begitu masuk kemulut akan terasa pedasnya. Hasil bimbingan dan
konseling mungkin saja baru dirasakan beberapa hari kemudian, atau
bahkan beberapa tahun kemudian. Misalnya siswa yang mengkonsultasi
tentang cita-citanya untuk menjadi seorang dokter, mungkin manfaatdari
hasil konsultasi akan dirasakannya justru pada saat setelah dia menjadi
seorang dokter.
13. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien.
46
Cara apa pun yang akan dipakai untuk mengatasi masalah
haruslah disesuaikan dengan pribadi klien dan berbagai hal yang terkait
dengannya. Tidak ada suatu cara pun yang ampuh untuk semua klien dan
semua masalah. Bahkan sering kali terjadi, untuk masalah yang sama pun
cara yang dipakai pun berbeda. Masalah yang tampaknya sama setelah
dikaji secara mendalam mungkin ternyata hakikatnya berbeda, sehingga
diperlukan cara yang berbeda untuk mengatasi. Pada dasarnya,
pemakaiaan sesuatu cara tergantung pada pribadi klien, jenis dan sifat
masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan petugas bimbingan dan
konseling dan sarana yang tersedia.
14. Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan
instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes, inventori, angket,
dan alat pengungkap lainnya).
Perlu diketahui bahwa perlengkapan dan sarana utama yang pasti
ada dan dapat dikembangkan pada diri konselor ialah keterampilan
pribadi. Dengan kata lain, ada dan digunakan instrument (tes, inventori,
angket, dan sebagainya itu) hanyalah sekadar pembantu. Ketiadaan alat-
alat itu tidak boleh mengganggu, menghambat, ataupun melumpuhkan
sama sekali usaha pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh sebab itu,
konselor tidak menjadikan ketiadaan instrument seperti itu sebagai alasan
atau dalih untuk mengurangi, apalagi tidak melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling sama sekali. Petugas bimbingan dan konseling
yang baik akan selalu menggunakan apa yang dimiliki secara optimal
47
sambil terus berusaha mengembangkan sarana-sarana penunjang yang
diperlukan.
15. Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-
masalah yang ringan saja.
Ukuran berat-ringanya suatu masalah memang menjadi relative,
seringkali masalah seseorang dianggap sepele, namun setelah diselami
lebih dalam ternyata masalah itu sangat kompleks dan berat. Begitu pula
sebaliknya, suatu masalah dianggap berat namun setelah dipelajari lebih
jauh ternyata hanya masalah ringan saja. Terlepas berat ringan yang
paling penting bagi konselor adalah berusaha untuk mengatasinya secara
cermat dan tuntas. Jika segenap kemampuan konselor sudah dikerahkan
namun belum juga menunjukan perbaikan maka konselor seyogyanya
mengalihtangankan masalah kepada pihak yang lebih kompeten
Kesalahpahaman-kesalahpahaman tersebut merupakan hal yang
bertolak belakang dengan kinerja konselor yang semestinya. Dari
kesalahpahaman tersebut, jika dikaitkan dengan penelitian ini persepsi
guru bidang studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor di sekolah
sangatlah penting dan diperlukan, karena dapat mengetahui sejauh mana
pengetahuan guru bidang studi mengenai kinerja konselor yang
semestinya, dan dapat pula diketahui seperti apa pandangan guru bidang
studi terhadap kesalahpahaman kinerja konselor yang sering terjadi. Ini
diharapkan dapat membantu konselor dalam melaksanakan tugas dan
peranannya di sekolah. Selain itu, konselor sekolah juga dapat
48
mengetahui kekurangan yang dimilikinya, sehingga dalam melaksanakan
tugas dan peranannya dapat di tingkatkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Selain itu konselor sekolah diharapkan dapat memiliki kinerja
yang baik, yaitu dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai
seorang tenaga profesional yang memiliki kemampuan, usaha, dan
kesempatan dalam melaksanakan pelayanan Bimbingan dan Konseling
kepada peserta didik, sehingga dapat dinilai hasil kerjanya yaitu
membantu peserta didik secara optimal menjadi pribadi mandiri.
2.6 Kerangka Pemikiran
Pada bagian ini akan dikaji mengenai kerangka peneliti dalam
memecahkan masalah yang muncul didalam penelitian ini. Kerangka
penelitian ini menjadi dasar bagi peneliti untuk dapat mencapai tujuan
yakni mengetahui bagaimana persepsi guru bidang studi terhadap konselor
yang difokuskan pada kesalahpahaman kinerja di SMA Negeri se-
Kabupaten Purbalingga. Untuk mengetahui seperti apa persepsi terhadap
kesalahpahaman kinerja konselor, peneliti menggunakan delapan poin
kesalahpahaman menurut Prayitno. Delapan poin tersebut antara lain,
Tugas konselor didalam Bimbingan dan konseling disamakan saja dengan
atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan, Konselor sekolah dianggap
sebagai polisi sekolah, bimbingan dan konseling yang dilakukan konselor
dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat, bimbingan dan
konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja, konselor sekolah
49
didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling hanya bekerja
sendiri, pekerjaan konselor sekolah dapat dilakukan oleh siapa saja,
menganggap hasil pekerjaan konselor harus segera dilihat,
menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien. Dari
kedelapan poin tersebut dapat diketahui tingkat kesalahpahaman kinerja
konselor yang dipersepsikan oleh guru bidang studi. Persepsi guru bidang
studi ini dapat digali melalui penyerapan terhadap objek, pemahaman
terhadap konselor, dan kemudian penilaian atau evaluasi dari guru bidang
studi. Kerangka pemikiran tersebut disajikan dalam gambar 2.1 berikut :
50
Gambar 2.1
Sistematika Kerangka Pemikiran
Tinggi
Rendah
Persepsi
kesalahpahaman
terhadap kinerja
konselor
Poin kesalahpahaman :
1. Tugas konselor didalam Bimbingan
dan konseling disamakan saja dengan
atau dipisahkan sama sekali dari
pendidikan
2. Konselor sekolah dianggap sebagai
polisi sekolah
3. Bimbingan dan konseling yang
dilakukan konselor dianggap semata-
mata sebagai proses pemberian
nasihat
4. Bimbingan dan konseling dibatasi
hanya untuk klien-klien tertentu saja
5. Konselor sekolah didalam
melaksanakan pelayanan bimbingan
dan konseling hanya bekerja sendiri
6. Pekerjaan konselor sekolah dapat
dilakukan oleh siapa saja
7. Menganggap hasil pekerjaan
konselor harus segera dilihat
8. Menyamaratakan cara pemecahan
masalah bagi semua klien
Persepsi
Penyerapan terhadap
objek
Penilaian / evaluasi
Pemahaman
terhadap konselor
51
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan usaha yang harus ditempuh dalam
penemuan ilmiah guna menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran
suatu pengetahuan. Hal ini perlu diperhatikan dalam penelitian bagi seorang
peneliti sehingga, metode yang digunakan sesuai dengan objek penelitian dan
tujuan yang akan dicapai. Berdasarkan hal tersebut akan dibahas dalam metode
penelitian antara lain jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional,
populasi dan sampel, metode pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, serta
teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian dapat di klarifikasi dari berbagai cara dan sudut pandang dilihat
dari pendekatan analisisnya. Menurut Azwar (2003:5-6) bahwa penelitian dibagi
atas dua macam yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. bila dilihat
kedalaman analisisnya, jenis penelitian terbagi atas penelitian deskriptif dan
inferensial. Jika dipandang dari sifat permasalahanya, terdapat delapan jenis
penelitian yaitu penelitian historis, penelitian deskriptif, penelitian perkembangan,
penelitian kasus atau lapangan, penelitian korelasional, penelitian kausal
komparatif, penelitian eksperimen dan penelitian tindakan.
52
Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Berbagai Kesalahpahaman Kinerja
Konselor sekolah menurut persepsi guru bidang studi di SMA Negeri se-
Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2015/2016, maka penelitian ini termasuk
dalam penelitian deskriptif kuantitatif, karena bertujuan untuk mengetahui
jawaban mengenai gambaran berbagai kesalahpahaman kinerja konselor menurut
guru bidang studi.
Dalam menganalisis data menggunakan angka yang diolah dengan metode
statistik, setelah diperoleh hasilnya kemudian di deskripsikan dengan
menggunakan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode
statistik tersebut. Menurut Nazir (2003: 56) penelitian deskriptif yaitu “penelitian
yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari
keterangan-keterangan secara faktual”. Sedangkan menurut Azwar (2004: 7)
“penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan
akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu”.
Hasil penelitian ini disajikan secara deskriptif untuk memberikan gambaran
tentang hasil penelitian yang diperoleh.
3.2 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008: 38) menyatakan bahwa “variable penelitian
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan”. Variabel dalam penelitian ini yaitu berbagai
keslahpahaman kinerja konselor sekolah menurut persepsi guru bidang studi.
53
Variabel tersebut adalah variabel tunggal, sehingga tidak ada hubungan antar
variabel, baik variabel yang mempengaruhi (independent) dan variabel yang
dipengaruhi (dependen).
3.3 Definisi Operasional
Suryabrata (2006: 29) menjelaskan definisi operasional variabel adalah
definisi yang didasarkan atas sifat variabel yang didefinisikan dan dapat diamati,
maka batasan operasional variabel penelitian ini adalah berbagai kesalahpahaman
kinerja konselor sekolah menurut persepsi guru bidang studi. Persepsi guru bidang
studi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari seorang guru bidang studi
untuk mengetahui profesi seorang konselor sekolah melalui proses yang didahului
oleh penginderaan yang difokuskan pada persepsi yang salah/ kesalahpahaman.
Untuk mengetahuinya digunakan skala psikologi.
3.4 Populasi dan sampel
3.4.1 Populasi
“Populasi adalah keseluruhan objek penelitian” (Arikunto, 2006: 108).
Menurut Sugiyono (2009: 215), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Dari pendapat tersebut, maka populasi adalah keseluruhan objek yang mempunyai
karakteristik tertentu. Sesuai dengan judul dari penelitian maka populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh guru bidang studi di SMA Negeri se-Kabupaten
54
Purbalingga. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru bidang
studi se-Kabupaten Purbalingga yang berjumlah 418 orang. Berikut tabel data
guru bidang studi SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga :
Tabel 3.1
Daftar Populasi Guru Bidang Studi SMA Negeri se-Kabupaten
Purbalingga
No
Nama Sekolah
Jumlah Guru
1. SMA N 1 Purbalingga 65 guru
2. SMA N 2 Purbalingga 56 guru
3. SMA N 1 Bukateja 51 guru
4. SMA N 1 Bobotsari 54 guru
5. SMA N 1 Karangreja 37 guru
6. SMA N 1 Kemangkon 28 guru
7. SMA N 1 Kutasari 25 guru
8. SMA N 1 Padamara 32 guru
9. SMA N 1 Rembang 42 guru
10. SMA N 1 Kejobong 28 guru
Jumlah 418 guru
Sumber : Dinas Pendidikan Purbalingga
3.4.2 Sampel
Sugiyono (2005: 56) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Menurut Arikunto (2006: 131) sampel adalah
55
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel biasanya terdiri atas sejumlah
kecil unit sampling yang proporsional dan biasanya merupakan elemen-elemen
target yang dipilih dari kerangka samplingnya (Bulaeng, 2004: 138).
Karena jumlah guru bidang studi yang sangat banyak maka diambil
sampel yang dapat mewakili populasi tersebut. Apabila subjeknya kurang dari 100
dapat diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi
bila subjeknya besar, dapat diambil 10-15% atau 20-25% (Arikunto, 2006:134).
Peneliti mengambil sampel 25% dari jumlah populasi yaitu 104 responden.
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik proportional sampling.
Teknik ini menghendaki cara pengambilan sampel dari setiap sub populasi dengan
memperhitungkan besar kecilnya sub populasi tersebut. Dengan demikian peneliti
terlebih dahulu menghitung jumlah penyebaran responden di tiap sekolah dengan
menyesuaikan jumlah guru di sekolah tersebut. Selanjutnya, pemilihan guru
mapel yang akan diberi skala psikologis bersifat acak. Peneliti memberi hak yang
sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel.
Jadi dalam pengambilan sampel semua guru bidang studi mempunyai hak yang
sama untuk dijadikan sampel.
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian Tiap Sekolah
No
Nama Sekolah
Jumlah Guru
1. SMA N 1 Purbalingga 16 guru
2. SMA N 2 Purbalingga 14 guru
56
3. SMA N 1 Bukateja 13 guru
4. SMA N 1 Bobotsari 13 guru
5. SMA N 1 Karangreja 9 guru
6. SMA N 1 Kemangkon 7 guru
7. SMA N 1 Kutasari 6 guru
8. SMA N 1 Padamara 8 guru
9. SMA N 1 Rembang 11 guru
10. SMA N 1 Kejobong 7 guru
Jumlah 104 guru
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi atau bahan yang
akurat, relevan, dan reliabel. Menurut Arikunto (2010: 265) metode pengumpulan
data diartikan sebagai cara pengumpulan data untuk penelitian yang menuntut
memiliki keahlian dalam melakukannya. Dalam pengumpulan data perlu
menggunakan teknik-teknik dan prosedur pengumpulan data, serta alat-alat yang
digunakan.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala
psikologis. Penggunaan skala psikologis untuk pengumpulan data dalam
penelitian ini karena data yang akan diungkap bersifat construct atau konsep
psikologi yang menggambarkan aspek peribadi individu seperti: tendensi
agresivitas, sikap terhadap sesuatu, self esteem, kecemasan, persepsi, dan motivasi
57
(Sutoyo, 2012: 193). Arikunto menyatakan bahwa “didalam kegiatan penelitian,
cara memperoleh data dikenal sebagai metode pengumpul data” (Arikunto, 2006:
149). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Skala
psikologi ini berisi tentang berbagai kesalahpahaman kinerja konselor menurut
persepsi guru bidang studi.
Azwar (2005: 3) menjelaskan bahwa skala psikologis sebagai alat ukur
yang memiliki karakteristik khusus, yaitu:
1. Cenderung digunakan untuk mengukur aspek afektif bukan kognitif
2. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung
mengungkap atribut yang bersangkutan
3. Jawabannya lebih bersifat proyektif
4. Selalu berisi banyak item berkenaan dengan atribut yang diukur
5. Respon subyek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar atau salah”,
semua jawaban berbeda diinterpretasikan berbeda pula
Berdasarkan karakteristik tersebut, peneliti menggunakan skala psikologis,
karena sesuai dengan aspek yang akan diukur, yaitu persepsi.
Dalam penelitian ini, menggunakan skala model likert dalam
penskorannya. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi tentang fenomena sosial yang telah diterapkan secara spesifik oleh
peneliti (Sugiyono, 2012: 134). Skala persepsi ini menggunakan lima alternatif
jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS),
sangat tidak setuju (STS). Instrumen penelitian ini diisi oleh responden dengan
memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan. Agar dalam pengisian
instrumen penelitian responden mengisi sesuai keadaan maka dibuat bervariasi
yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Adapun kategori jawaban dan
skorsing untuk skala persepsi sebagai berikut:
58
Tabel 3.3
Kategori Jawaban dan Skoring Skala Persepsi
No
Pernyataan positif Pernyataan negative
Jawaban Nilai Jawaban Nilai
1. SS 5 SS 1
2. S 4 S 2
3. RR 3 RR 3
4. TS 2 TS 4
5. STS 1 STS 5
Penyusunan skala psikologi diawali dengan pencarian teori-teori yang
relevan dengan penelitian ini. Dari teori tersebut kemudian disusun kisi-kisi. Kisi-
kisi ini memuat tentang indikator dari variabel penelitian yang dapat memberikan
gambaran mengenai isi dan dimensi kawasan ukur yang akan dijadikan acuan
dalam penulisan aitem. Dari kisi-kisi tersebut kemudian dibuatlah instrumen
dengan mengkonsultasikan dengan ahli terlebih dahulu. Langkah berikutnya yaitu
uji coba instrumen, dari uji coba tersebut dapat diketahui instrumen yang valid
dan tidak valid. Untuk instrumen yang tidak valid, kemudian tidak diikutkan.
Setelah tahapan tersebut dilaksanakan, maka instrumen dapat digunakan. Berikut
langkah-langkah penyusunan skala psikologis tersebut :
59
Gambar 3.1
Langkah-langkah Penyusunan Instrumen
3.6 Validitas dan Reliabelitas
3.6.1 Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto,2006: 168). Sebuah
instrumen dapat dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan dan
mengungkap data atau variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Menurut Arikunto
(2006: 168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.
Validitas konstruk (Construct Validity) berkaitan dengan konstruksi atau
konsep bidang ilmu yang akan diuji validitas alat ukurnya. Validitas konstruk
merujuk pada kesesuaian antara hasil alat ukur dengan kemampuan yang ingin
Kisi- kisi
instrumen Instrumen
Uji coba Revisi
Teori
Instrumen
jadi
60
diukur. Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas
konstrak, karena validitas konstrak adalah proses yang terkait erat dengan
perkembangan teori. Hanya teori yang bisa memberitahukan apa yang
seharusnya dan tidak seharusnya menjadi pusat perhatian. Validitas kontruk
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan memasangkan butir-butir soal
dengan tujuan-tujuan tertentu yang dimaksudkan untuk mengungkap tingkatan
aspek kognitif tertentu pula. Seperti halnya dalam validitas isi, untuk
menentukan tingkatan validitas konstruk, penyusunan butir soal dapat dilakukan
dengan mendasarkan diri pada kisi-kisi alat ukur.
Uji validitas dalam penelitian ini adalah yang digunakan oleh Person yaitu
rumus korelasi product moment (Arikunto, 2010: 213)
∑ (∑ ∑ )
√* ∑ (∑ ) +{ ∑ (∑ ) }
Keterangan :
: Koefisien pada kondisi X dan Y
: Jumlah subyek
∑ : Jumlah skor item x
∑ : Jumlah skor item y
∑ : Jumlah perkalian skor item x dan item y
∑ : Jumlah kuadrat skor X
∑ : Jumlah kuadrat skor Y
61
Koefisien kolerasi rxy tersebut kemudian dibandingkan dengan rtabel.
apabila rxy > rtabel maka disimpulkan bahwa butir yang dianalisis valid.
3.6.2 Reliabelitas
Reliabelitas adalah suatu ketetapan suatu tes apabila diberikan kepada
subjek yang sama untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat
kesejajaran hasil (Arikunto, 2010: 221). Instrumen yang reliabel apabila
digunakan beberapa kali akan tetap memberikan data yang sama. Reliabelitas
instrument merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen.
Untuk menguji validitas dan realiabilitas data peneliti menggunakan
Rumus Alpha Cronbach (Arikunto, 2010: 239), karena perolehan skor skala
tentang perilaku prososial merupakan rentangan yang berbentuk skala dari 1
sampai 5, jadi skor diperoleh bukan 1 dan 0.
(
( )) ( ∑
)
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir pertanyaan
∑ : jumlah varians butir
: varians total
Dari hasil perhitungan reliabilitas kemudian hasil tersebut dibandingkan
dengan nilai rtabel dan apabila r11 ≥ rtabel pada taraf signifikan 5% maka butir item
dikatakan reliabel.
62
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode deskriptif persentase (DP). Teknik analisis ini bersifat
eksploratif yang bertujuan untuk menggambarkan status fenomena. Angka-angka
hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses dengan cara menjumlahkan,
membandingkan dengan jumlah yang diharapkan oleh persentase. “pencarian
persentase dimaksudkan untuk mengatahui status sesuatu yang diperresentasikan
lalu ditafsirkan dengan kalimat” (Arikunto, 1998: 245) dengan rumus:
p =
x 100 %
Keterangan :
p = presentase yang dicari
n = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor yang diharapkan
Skala persepsi menggunakan persentase skor 1 sampai 5, sehingga panjang
kelas interval kriteria persepsi dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:
Persentase skor maksimum : 5/5 x 100% = 100%
Persentase skor minimum : 1/5 x 100% = 20 %
Rentangan persentase skor : 100% - 20 % = 80%
Banyaknya kriteria : 5
Panjang kelas interval : rentang : banyak kriteria
= 80% : 5 = 16 %
Berdasarkan perhitungan di atas maka kriteria penilaiannya adalah sebagai
berikut :
63
Tabel 3.4
Kriteria Penilaian Persepsi
Interval Kriteria
87 % - 100 % Sangat tinggi
70 % - 86 % Tinggi
53 % - 69 % Sedang
36 % - 52 % Rendah
20 % - 35 % Sangat rendah
64
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan dibagi kedalam dua bagian, yaitu hasil penelitian
dan pembahasan. Hasil penelitian merupakan hasil-hasil yang didapat berupa data
kuantitatif berdasarkan skala psikologi. Kedua yakni pembahasan, yang
membahas mengenai hasil penelitian tersebut.
4.1 Hasil Penelitian
Sesuai tujuan penelitian yang pertama yaitu mengetahui gambaran
berbagai kesalahpahaman kinerja konselor menurut persepsi guru bidang studi di
SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga, maka akan disajikan hasil penyebaran
skala psikologi berdasarkan 8 poin kesalahpahaman kinerja konselor. Untuk
menjawab hal tersebut, akan disajikan hasil penelitian secara deskriptif prosentase
dari hasil skala persepsi yang telah disebarkan di 10 SMA Negeri se-Kabupaten
Purbalingga.
Skala persepsi dalam penelitian ini menggunakan skor 1 sampai dengan 5
dengan jumlah item sebanyak 65 butir. Panjang kelas interval kriteria dapat
ditentukan dengan cara sebagai berikut :
Prosentase skor maksimum = ( 5 : 5 ) x 100% = 100%
65
Prosentase skor minimum = ( 1: 5 ) x 100% = 20%
Rentang prosentase skor = 100% - 20% = 80 %
Banyaknya kriteria = (Sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi).
Panjang kelas interval = Rentang : banyaknya kriteria= (80% : 5 = 16%).
Berdasarkan perhitungan diatas maka kriteria penilaian berbagai
kesalahpahaman kinerja konselor sekolah adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Interval Persepsi Kesalahpahaman Kinerja Konselor Menurut Persepsi
Guru Bidang Studi di SMA Negeri se-Kabupaten Purbalingga
Interval Kriteria
87 % - 100 % Sangat tinggi
70 % - 86 % Tinggi
53 % - 69 % Sedang
36 % - 52 % Rendah
20 % - 35 % Sangat rendah
Tabel 4.1 merupakan tabel interval yang nantinya menjadi penilaian untuk
mengkategorikan kesalahpahaman yang terjadi, berdasarkan hasil analisis skala
persepsi yang telah disebarkan. Dari interval tersebut dibagi menjadi lima kriteria
yaitu, sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
66
Tabel 4.2
Analisis Tiap Indikator dari Seluruh Komponen Persepsi Guru Bidang Studi
terhadap Kesalahpahaman Kinerja Konselor di SMA Negeri se-Kabupaten
Purbalingga
NO
Indikator
Persentase
Kategori
1. Tugas konselor didalam Bimbingan
dan konseling disamakan saja dengan
atau dipisahkan sama sekali dari
pendidikan
79,13 % Tinggi
2. Konselor sekolah dianggap sebagai
polisi sekolah 71,53 % Tinggi
3. Bimbingan dan konseling yang
dilakukan konselor dianggap semata-
mata sebagai proses pemberian nasihat
59,96 % Sedang
4. Bimbingan dan konseling dibatasi
hanya untuk klien-klien tertentu saja 79,96 % Tinggi
5. Konselor sekolah didalam
melaksanakan pelayanan bimbingan
dan konseling hanya bekerja sendiri
79,87 % Tinggi
6. Pekerjaan konselor sekolah dapat
dilakukan oleh siapa saja 73,30 % Tinggi
7. Menganggap hasil pekerjaan konselor
harus segera dilihat 74,10 % Tinggi
8. Menyamaratakan cara pemecahan
masalah bagi semua klien 79,83 % Tinggi
Dari tabel 4.2 tersebut dapat diperoleh gambaran kesalahpahaman kinerja
konselor dari delapan poin kesalahpahaman yang digunakan. Terdapat tujuh poin
pada kategori tinggi, serta satu poin pada kategori sedang.
67
Gambar 4.1
Diagram Analisis Tiap Indikator dari Seluruh Komponen Kesalahpahaman
Kinerja Konselor Sekolah Menurut Persepsi Guru Bidang Studi di SMA
Negeri se-Kabupaten Purbalingga
Keterangan :
K1 : Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa tugas
konselor didalam Bimbingan dan Konseling disamakan dengan atau
dipisahkan sama sekali dari pendidikan.
K2 : Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Konselor
Sekolah Adalah Polisi Sekolah
K3 : Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa
Bimbingan dan Konseling yang Dilakukan Konselor Dianggap Semata-
mata Sebagai Proses Pemberian Nasihat
K4 : Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa bimbingan
dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja
K5 : Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Konselor
Sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan Konseling
Hanya Bekerja Sendiri
K6 : Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa Pekerjaan
sebagai Konselor Bisa Dilaksanakan oleh Siapa Saja
K7 : Persepsi Guru Bidang Studi Terhadap Kesalahpahaman bahwa Hasil
Pekerjaan Konselor Harus Segera Dilihat
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8
68
K8 : Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa konselor
menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
Berdasarkan gambar 4.1, dapat diketahui bahwa dari kesuluruhan poin
kesalahpahaman yang dipakai, Bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk
klien-klien tertentu saja, sebesar 79,96 %. Kemudian diikuti dengan Konselor
sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling hanya bekerja
sendiri sebesar 79,87%. Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua
klien sebesar 79,83%. Tugas konselor didalam Bimbingan dan konseling
disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan pada
persentase 79,13 %. Menganggap hasil pekerjaan konselor harus segera dilihat
74,10%. Kemudian diikuti dengan Pekerjaan konselor sekolah dapat dilakukan
oleh siapa saja pada persentase 73,30%. Konselor sekolah dianggap sebagai polisi
sekolah yaitu 71,53%. Bimbingan dan konseling yang dilakukan konselor
dianggap semata-mata sebagai proses pemberian nasihat pada persentase 59,96%.
4.2 Pembahasan
Bimbingan dan konseling adalah layanan bantuan untuk peserta didik
untuk mengembangkan segala potensi yang ada dalam dirinya. Peran bimbingan
dan konseling dalam dunia pendidikan menjadi sangat urgent, ketika
permasalahan pendidikan bukan hanya tentang kurikulum atau pembelajaran,
namun juga permasalahan yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang
berhubungan erat dengan psikologi. Namun hingga saat ini bimbingan dan
konseling seringkali dipersepsi dan dipahami keliru oleh sebagian orang.
Kekeliruan pemahaman ini tidak hanya terjadi di kalangan orang-orang yang
berada di luar Bimbingan dan Konseling, tetapi juga banyak ditemukan di
kalangan orang-orang yang terlibat langsung dengan bimbingan dan konseling
69
termasuk oleh guru bidang studi. Padahal guru bidang studi memiliki peranan
penting dalam layanan bimbingan dan konseling.
Untuk mengetahui berbagai kesalahpahaman kinerja konselor di sekolah
menurut persepsi guru bidang studi, peneliti menggunakan skala persepsi yang
didalamnya terdapat 8 indikator kesalahpahaman dari 15 kesalahpahaman BK
menurut Prayitno.
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian , maka peneliti akan
menjelaskan mengenai berbagai kesalahpahaman kinerja konselor di sekolah
menurut persepsi guru bidang studi berdasarkan analisis deskriptif dari skala
persepsi.
4.2.1 Persepsi Guru Bidang Studi Terhadap Kesalahpahaman Bahwa Tugas
Konselor Didalam Bimbingan Dan Konseling Disamakan Dengan Atau
Dipisahkan Sama Sekali Dari Pendidikan.
Usaha bimbingan dan konseling dapat memainkan peranan yang amat
berarti dalam melayani kepentingan siswa, khususnya yang belum terpenuhi
secara baik. Dalam hal ini peranan bimbingan dan konseling ialah penunjang
seluruh usaha sekolah demi keberhasilan anak didik. Seperti yang dijelaskan oleh
Syamsu Yusuf (2008: 2) bahwa Pendidikan yang bermutu merupakan pendidikan
yang seimbang, tidak hanya mampu mengantarkan peserta didik pada pencapaian
standar kemampuan akademis, tetapi juga mampu membuat perkemabangan diri
yang sehat dan produktif.
Lebih lanjut Awalya, dkk dalam bukunya Bimbingan dan Konseling, latar
belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah diantaranya:
70
1. Latar Belakang Psikologi
Yaitu karena siswa sebagai individu yang dinamis dan berada dalam
proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika dalam
interaksinya dengan lingkungannya.
2. Latar Belakang Sosial Budaya
Kondisi makin derasnya perubahan sosial dan makin kompleksnya keadan
masyarakat berpengaruh pada berkembangnya masalah-masalah pribadi
yang terekspresikan dalam suasana psikologis yang kurang nyaman seperti
perasaan cemas, stress, perasaan terasing serta sering terjadi
penyimpangan moral dalam sistem nilai. Atas dasar keadaan tersebut,
sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal harus bertanggung
jawab untuk mendidik dan menyiapkan siswa agar berhasil menyesuaikan
diri di masyarakat
3. Latar Belakang Paedagogis
Dalam hal ini bimbingan da konseling mempunyai peranan yang amat
penting dalam pendidikan, yaitu membantu setiap pribadi anak didik agar
berkembang secara optimal.
Berdasarkan hasil penyebaran angket yang telah dilakukan, menunjukkan
bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa tugas konselor
didalam Bimbingan dan Konseling disamakan dengan atau dipisahkan sama sekali
dari pendidikan berada pada kategori tinggi, yaitu 79,13 %. Berdasarkan jawaban
responden mengenai poin kesalahpahaman ini, memiliki nilai tertinggi pada item
nomor 3 yaitu anggapan bahwa seluruh misi sekolah akan dapat tercapai dengan
penuh, cukup dengan penyelenggaraan pengajaran yang baik.
4.2.2 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa
Konselor Sekolah Adalah Polisi Sekolah
Dari hasil penyebaran angket yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa
persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman mengenai anggapan konselor
sekolah adalah polisi sekolah masih tetap ada yaitu sebesar 71,53%.
Kesalahpahaman-kesalahpahaman tersebut diantaranya anggapan bahwa konselor
71
sekolah bertugas memotong rambut, memberi poin pelanggaran kepada siswa
yang menyalahi tata tertib, guru BK bertugas memberi sanksi siswa yang
bermasalah, guru bimbingan dan konseling bertugas mengawasi siswa yang
terlambat dengan berjaga didepan gerbang, guru BK bertugas menertibkan kelas
yang gaduh saat jam pelajaran, serta anggapan bahwa guru BK bertugas untuk
mengisi jam mata pelajaran kosong. Ini tentu bertentangan dengan tugas konselor
yang seharusnya. Dapat dikatakan bahwa persepsi guru bidang studi tidak sesuai
dengan deskripsi pekerjaan (kinerja) konselor seperti yang dijelaskan oleh
Syamsu Yusuf, sebagai berikut :
Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang
kegiatan utama secara sinergi, yaitu bidang administrasif dan
kepemimpinan, bidang intruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan
siswa (bimbingan dan konseling).
1. Bidang administratif dan kepemimpinan
Bidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efisien.
Pada bidang ini terletak tanggungjawab kepemimpinan (kepala sekolah
dan staf administrasi lainnya), yang terkait dengan kegiatan
perencanaan, organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas,
pembiayaan, penyediaan fasilitas atau sarana prasarana (material),
supervisi,dan evaluasi program.
2. Bidang intruksional dan kurikuler
Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap.
Pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang ini
adalah para guru
3. Bidang pembinaan siswa (bimbingan dan konseling)
Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada
peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangannya yang
optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya. Personel
yang paling bertanggungjawab terhadap pelaksanaan bidang ini adalah
guru pembimbing atau koselor
Seperti yang dijelaskan oleh Syamsu Yusuf (2008: 25), bahwa salah satu
kekeliruan dalam menafsirkan arti bimbingan yaitu anggapan bahwa bimbingan
menghendaki kepatuhan dalam tingkah laku, padahal yang dikehendaki sebagai
72
hasil bimbingan bukanlah kepatuhan, melainkan penyesuaian diri. Sangatlah
keliru apabila seseorang mempersamakan kepatuhan dan penyesuaian diri.
4.2.3 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa
Bimbingan dan Konseling yang Dilakukan Konselor Dianggap
Semata-mata Sebagai Proses Pemberian Nasihat
Konselor didalam melakukan bimbingan dan konseling bertugas untuk
mendorong siswa agar mampu mengambil keputusan yang penting bagi dirinya.
Jelas disini bahwa pekerjaan konselor bukan menentukan keputusan yang harus
diambil oleh siswa atau memilih alternatif dari tindakannya. Keputusan-keputusan
ada pada diri siswa sendiri, dan ia harus tahu mengapa dan bagaimana ia
melakukannya. Oleh sebab itu siswa harus belajar mengestimasi konsekuensi-
konsekuensi yang mungkin terjadi dalam pengorbanan pribadi, waktu, tenaga,
uang, resiko, dan sebagainya. Individu belajar memperhatikan nilai-nilai dan ikut
mempertimbangkan yang dianutnya secara sadar dalam pengambilan keputusan.
Seperti yang dijelaskan oleh Syamsu (2008: 6) bahwa Bimbingan
merupakan “helping”, yang identik dengan “aiding,assisting, atau availing,” yang
berarti bantuan atau pertolongan. Makna bantuan dalam bimbingan menunjukkan
bahwa yang aktif dalam mengembangkan diri, mengatasi masalah, atau
mengambil keputusan adalah individu atau peserta didik sendiri. Dalam proses
bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan
sebagai fasilitator. Istilah bantuan dalam bimbingan dapat juga dimaknai sebagai
upaya untuk (a) menciptakan lingkungan (fisik, psikis, sosial, dan spiritual) yang
73
kondusif bagi perkembangan siswa, (b) memberikan dorongan dan semangat, (c)
mengembangkan keberanian bertindak dan bertanggung jawab, dan (d)
mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya
sendiri. Syamsu (2008: 9) juga menjelaskan bahwa Konseling merupakan salah
satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan disini yaitu
sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang
dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
menghadapai krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor
adalah menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan
perkembangan klien.
Dari hasil penyebaran skala psikologis yang telah dilakukan, menunjukkan
bahwa masih terdapat persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman
mengenai bimbingan dan konseling yang dilakukan konselor dianggap semata-
mata sebagai proses pemberian nasihat. Sebesar 59,96 % guru bidang studi masih
berpersepsi kurang tepat terhadap deskripsi kerja (kinerja) konselor. Nilai
tertinggi jawaban responden pada indikator ini yaitu nomor 9 dan 33. Dalam hal
ini masih banyak guru bidang studi yang beranggapan bahwa pengambilan
keputusan adalah berada ditangan konselor, dan guru BK harus langsung
memberikan solusi atas permasalahan yang dialami siswa.
4.2.4 Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa
bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu
saja
74
Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu (guidance is for all
individuals). Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua
individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah,
baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dala hal ini
pendekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan
pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif). Syamsu Yusuf (2008: 17).
Dari hasil penyebaran skala psikologis yang telah dilakukan, menunjukkan
bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bimbingan dan
konseling dibatasi hanya untuk klien-klien tertentu saja berada pada kategori
tinggi yaitu sebesar 79,96 %. Hanya sebagian kecil guru bidang studi yang sudah
menyadari bahwa layanan bimbingan dan konseling harus diberikan kepada
semua siswa secara menyeluruh. Sebagian besar masih memiliki kesalahpahaman.
Nomor item yang memiliki nilai tertinggi yaitu nomor 4, yaitu anggapan bahwa
guru BK hanya menangani siswa yang bermasalah saja.
4.2.5 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa
Konselor Sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan
Konseling Hanya Bekerja Sendiri
Syamsu Yusuf dalam bukunya Landasan Bimbingan dan Konseling
mengatakan bahwa pencapaian standar akademis dan tugas-tugas perkembangan
peserta didik memerlukan kerjasama yang harmonis antara para pengelola atau
manajemen pendidikan, pengajaran, dan bimbingan , sebab ketiganya merupakan
bidang-bidang utama dalam pencapaian tujuan pendidikan.
75
Dari hasil penyebaran skala psikologis yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa
konselor sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling
hanya bekerja sendiri berada pada kategori tinggi yaitu 79,87 %. Hanya sebagian
kecil guru bidang studi yang sudah mengetahui bahwa peran serta dari mereka
sangat dibutuhkan dalam penanganan permasalahan siswa.
Bimbingan merupakan usaha bersama. Bimbingan bukan tugas atau
tanggung jawab konselor saja, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah.
Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan. Syamsu yusuf (2008:
17). Berdasarkan hasil analisis skala persepsi, sebagian besar guru bidang studi
sudah menyadari bahwa didalam mengatasi permasalahan siswa perlu adanya
kerjasama dan kolaborasi dengan banyak pihak, salah satunya guru BK. Dan
mereka umumnya telah memahami deskripsi kerja (kinerja) mereka dalam
pengembangan staf pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, seperti yang
dijelaskan oleh Yusuf (2008: 34) sebagai berikut:
1) Memahami konsep dasar bimbingan dan karakteristik siswa (tugas-
tugas perkembangan siswa), sebagai landasan untuk memberikan
layanan bimbingan
2) Memahami keragama karakteristik siswa dalam aspek-aspek fisik
(kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap
dan kebiasaan belajar, temperamen (periang, pendiam, pemurung,atau
mudah tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan,
dan tanggungjawab).
3) Menandai siswa yang diduga mempunyai masalah atau siswa yang
gagal dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya
4) Menciptakan iklim kelas yang secara sosiopsikologis kondusif bagi
kelancaran belajar siswa, seperti bersikap ramah, bersikap respek
terhadap siswa, bersikap adil (tidak
menganaktirikan/menganakemaskan anak), menghargai pendapat atau
hasil karya siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk
76
bertanya atau mengemukakan pendapat, bergairah dalam mengajar,
dan berdisiplin.
5) Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar
6) Mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan
bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing
7) Bekerjasama dengan guru pembimbing dalam rangka membantu siswa
8) Memberikan informasi tentang kaitan mata pelajaran dengan bidang
kerja yang diminati siswa
9) Memahami perkembangan dunia industri atau perusahaan,sehingga
dapat memberikan informasi yang luas kepada siswa tentang dunia
kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja, persyaratan kerja, dan
prospek kerja)
10) Menampilkan pribadi yang matang, baik dalam aspek emosional,
sosial, maupun moral-spiritual. Hal ini penting, karena guru
merupakan “figur central” bagi siswa
11) Memberikan informasi tentang cara-cara mempelajari mata pelajaran
yang diberikan secara efektif
Jawaban responden pada poin ini yang memiliki nilai tertinggi yaitu item
nomor 25 dan 45. Yaitu anggapan bahwa tanpa adanya peran aktif dari guru
bidang studi, keefektifan pelayanan bimbingan dan konseling tetaplah sama.
Selain itu juga sebagian guru bidang studi beranggapan bahwa mereka tidak perlu
terlibat dalam kegiatan bimbingan dan konseling, karena mereka sudah memiliki
tugas masing-masing.
4.2.6 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa
Pekerjaan sebagai Konselor Bisa Dilaksanakan oleh Siapa Saja
Salah satu asas bimbingan dan konseling adalah Ahli, yaitu bimbingan
konseling menghendaki agar setiap layanan diselenggarakan atas dasar kaidah-
kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana bimbingan dan konseling
hendaklah tenaga yang benar-benar ahli dalam bimbingan dan konseling. Menurut
77
Pietrofesa (dalam Syamsu) sejumlah ciri-ciri konseling profesional sebagai
berikut:
a. Konseling merupakan suatu hubugan profesional yang diadakan oleh
seorang konselor yang sudah dilatih untuk pekerjaannya itu
b. Dalam hubungan yang bersifat profesional itu, klien mempelajari
keterampilan pengambilan keputusan, pemecahan masalah, serta
tingkah laku atau sikap-sikap baru
c. Hubungan profesional itu dibentuk berdasarkan kesukarelaan antara
klien dan konselor.
Dari hasil penyebaran skala psikologis yang telah dilakukan, menunjukkan
bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa pekerjaan
sebagai konselor bisa dilaksanakan oleh siapa saja berada pada kategori tinggi
yaitu 73,30%. Jawaban responden mengenai indikator ini yang memiliki nilai
tertinggi adalah item nomor 52, 8, dan 38. Yaitu sebagian guru bidang studi
beranggapan bahwa didalam mengatasi siswa yang bermasalah, yang terpenting
adalah menasihati siswa, tugas guru BK adalah tugas yang tidak membutuhkan
banyak teori, dan karena hal tersebut maka tugas guru BK dapat digantikan oleh
guru mata pelajaran sewaktu-waktu. Ini terkait dengan persepsi kesalahpahaman
poin ke 3 yaitu persepsi guru bidang studi bahwa Bimbingan dan Konseling yang
dilakukan oleh konselor adalah semata-mata sebagai proses pemberian nasihat.
Sebagian dari guru bidang studi beranggapan bahwa proses layanan konseling
individu hanyalah menasihati siswanya sehingga bisa dilakukan oleh siapa saja.
Hal ini tentu bertentangan dengan Peraturan menteri pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2008 tentang standar kualifikasi akademik
dan kompetensi konselor, yang menyatakan bahwa kualifikasi akademik konselor
dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah: (i)
78
sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling;
(ii)berpendidikan profesi konselor. kompetensi konselor meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional, yang berjumlah 17 kompetensi dan 76 sub kompetensi. Dimana
bimbingan dan konseling haruslah dilakukan oleh orang yang memang ahli
dibidangnya, dalam hal ini lulusan S-1 Bimbingan dan Konseling. Seperti yang
dikatakan oleh Prayitno (2004) bimbingan dan konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa
orang individu , baik anak-anak , remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang
dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri,
dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
4.2.7 Persepsi Guru Bidang Studi Terhadap Kesalahpahaman bahwa Hasil
Pekerjaan Konselor Harus Segera Dilihat
Upaya pengentasan masalah siswa oleh konselor, membutuhkan waktu dan
harus melalui proses yang mungkin berlangsung beberapa hari, minggu, atau
bulan sebelum perubahan yang nyata tampak. Seperti yang dikatakan Syamsu
Yusuf (2008: 6) bahwa Bimbingan merupakan suatu proses, yang
berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Bimbingan
merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana yang
terarah kepada pencapaian tujuan.
79
Dari hasil penyebaran skala psikologis yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa
hasil pekerjaan konselor harus segera dilihat berada pada kategori tinggi, yaitu
sebesar 74, 10%. Sebagian guru bidang studi telah memahami bahwa konselor
sekolah tidak hanya melakukan layanan yang jangka pendek saja, tetapi juga
jangka penjang yang hasil dari layanan tersebut mungkin akan terlihat beberapa
bulan atau bahkan beberapa tahun kemudian. Namun sebagian dari mereka masih
berpersepsi salah tentang konselor. Nomor item yang memiliki nilai tertinggi
dalam indikator ini adalah nomor 39 dan 40. Yaitu anggapan anggapan bahwa
guru bidang studi harus menyelesaikan kasus sampai benar-benar tuntas,
walaupun bukan ranahnya. Selain itu adanya anggapan bahwa keberhasilan
layanan dapat terlihat langsung setelah pemberian layanan pertama.
4.2.8 Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman bahwa konselor
menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien
Menurut Prayitno (2004: 128) bahwa cara apapun yang akan dipakai untuk
mengatasi masalah siswa haruslah disesuaikan dengan pribadi siswa dan berbagai
hal yang terkait dengannya. Tidak ada suatu cara pun yang ampuh untuk semua
klien dan semua masalah. Bahkan sering kali terjadi, untuk masalah yang sama
pun cara yang dipakai perlu dibedakan. Selain itu, menurut Syamsu (2008: 6)
bahwa Individu yang dibantu adalah individu yang sedang berkembangdengan
segala keunikannya. Bantuan dalam bimbingan diberikan dengan pertimbangan
keragaman dan keunikan individu. Tidak ada teknik pemberian bantuan yang
80
berlaku umum bagi setiap individu. Teknik bantuan seyogyanya disesuaikan
dengan pengalaman, kebutuhan, dan masalah individu. Untuk membimbing
individu diperlukan pemahaman yang komprehensif tentang karakteristik,
kebutuhan, atau masalah individu.
Dari hasil penyebaran skala psikologis yang telah dilakukan, menunjukkan
bahwa persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa konselor
menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien berada dalam
kategori tinggi dengan persentase 79,83 %. Jawaban responden mengenai
indikator ini yang memiliki nilai tertinggi adalah item nomor 19 yaitu guru bidang
studi berpersepsi bahwa jika masalah siswa yang ditangani sama, maka cara
pemecahan masalah dari guru BK pun sama.
4.3 Keterbatasan penelitian
Peneliti sudah berusaha melakukan penelitian sebaik mungkin, akan tetapi
penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan diantaranya seperti:
1. Waktu dalam pengurusan perijinan untuk sekolah memakan waktu yang
relatif lama, dikarenakan prosedur perijinan yang harus dipenuhi mulai
dari ijin universitas, ijin dari dinas pendidikan, dan disposisi surat dari
sekolah.
2. Waktu penelitian yang bertepatan dengan ujian membuat peneliti harus
berusaha membujuk pihak sekolah untuk tetap memberikan ijin
3. Jarak sekolah satu dengan yang lain yang berjauhan
81
4. Kesibukan guru mapel mempersiapkan ujian nasional, membuat
pengumpulan skala psikologis memakan waktu yang lama
5. Penelitian ini hanya menggunakan delapan poin kesalahpahaman sebagai
indikator, membuat hasil dari penelitian ini kurang lengkap. Namun
peneliti hanya menggunakan delapan poin dikarenakan item dalam angket
yang terlalu banyak jika menggunakan 15 poin yang ada.
82
BAB 5
PENUTUP
Pada bagian ini akan dibahas mengenai simpulan dan saran yang telah
disusun peneliti berdasarakan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian berbagai
kesalahpahaman kinerja konselor sekolah menurut guru bidang studi di SMA
Negeri se-Kabupaten Purbalingga tahun ajaran 2015/2016, dapat disimpulkan
bahwa kesalahpahaman-kesalahpahaman kinerja konselor menurut persepsi guru
bidang studi masih banyak terjadi. Dari delapan indikator yang dipakai, terdapat 7
poin kesalahpahaman pada kategori tinggi yaitu:
a) Tugas konselor didalam bimbingan dan konseling disamakan saja
dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan.
b) Konselor sekolah dianggap sebagai polisi sekolah
c) Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa
bimbingan dan konseling dibatasi hanya untuk klien-klien
tertentu saja
83
83
d) Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa
konselor sekolah didalam melaksanakan pelayanan bimbingan
dan konseling hanya bekerja sendiri
e) Persepsi bahwa pekerjaan konselor sekolah dapat dilakukan
oleh siapa saja
f) Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa
hasil pekerjaan konselor harus segera dilihat
g) Persepsi guru bidang studi terhadap kesalahpahaman bahwa
konselor menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi
semua klien
Serta satu poin pada kategori sedang, yaitu persepsi bahwa bimbingan dan
konseling yang dilakukan konselor sekolah semata-mata hanyalah pemberian
nasihat saja.
5.2 Saran
Saran merupakan upaya tindak lanjut dan masukan yang dilakukan kepada
lembaga atau pihak yang dipandang berkepentingan dengan hasil penelitian.
Adapun saran yang dapat diberikan difokuskan pada substansi berdasarkan hasil
penelitian dan ditujukan pada pihak-pihak terkait.
Berdasarkan hasil skala persepsi, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat
banyak persepsi yang kurang tepat dari guru bidang studi. Maka dari itu saran
yang diajukan untuk menanggulangi masalah tersebut adalah :
84
84
a. Bagi konselor perlu lebih memasyarakatkan Bimbingan dan
Konseling, agar warga sekolah yang lain, terutama guru bidang
studi lebih mengetahui apa saja tugas-tugas dari konselor dan
seperti apa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
mengingat pentingnya peran guru bidang studi dalam layanan BK.
b. Bagi guru bidang studi di sekolah, perlu menambah wawasan dan
mencari informasi-informasi dari berbagai sumber tentang BK,
agar dapat lebih mengetahui tentang bimbingan dan konseling di
sekolah, serta perananya dalam bimbingan dan konseling.
c. Bagi kepala sekolah diharapkan dapat membantu
memasyarakatkan bimbingan dan konseling, serta mengawasi
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terutama pada
kerjasama dengan guru bidang studi. Hal tersebut dimaksudkan
agar tidak ada lagi persepsi yang salah dari guru bidang studi
terhadap kinerja konselor, sehingga tercipta suasana kerja yang
harmonis, dan keefektifan dari layanan bimbingan dan konseling
juga dapat lebih maksimal.
85
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H.A dan N. Uhbiyati. 1990. Ilmu Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Andriani dkk. 2013. Kerjasama Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru
Mata Pelajaran dalam Mengembangkan Cara Belajar Siswa. Padang: UNP.
Vol.2 No 1, Jan 2013
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Yogyakarta: Rineka Cipta.
Awalya. 2013. Bimbingan dan Konseling. Semarang : UNNES Press
Azwar, Saifuddin. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Dessler, Gary. 2008. Sistem Informasi Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika
Aditama
Dharma,Surya.2010. Manajemen Kerja. Yogyakarta:Pustaka Pelajar
E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Gibson, JL. 2003. Struktur Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Erlangga
Hasibuan, Malayu S.P.2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Haji
Mas Agung
Ilyas, Y. 1999. Kinerja : Teori Penilaian dan Penelitian. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
86
Irawan, Prasetya. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : STIA LAN
Press
John, Whitmore. 1997. Coaching for Performance. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Makmun, Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : Rosda Karya
Remaja
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mar‟at, Samsunuwiyati dan Lieke Indieningsih. 2006. Perilaku Manusia.
Bandung: PT Refika Aditama
Mathis, Robert L dan Jackson (Terjemahan Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira).
2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba
NN.1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka
Payaman, Simanjuntak. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta
:Lembaga FE UI
Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor.
(Online)(http://unnes.ac.id/wpcontent/uploads/permendiknas-no-27-tahun-
2008.pdf, diakses pada tanggal 20 April 2015.
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta :
Depdiknas.
Prayitno, Dan Amti,Erman. 2004. Dasar – Dasar Bimbingan Dan Konseling.
Jakarta. RINEKA CIPTA
Rahman, Abdul. 2004. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta
: Kencana
87
Sadiman, Arif sukadi . 1996. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar.
Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Graha Ilmu
Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo
Sugiyo. 2005. Komunikasi Antar Pribadi. Semarang. UNNES PRESS.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan BK di Sekolah. Jakarta:
PT.Bina Aksara
Suparno, Paul. 2006. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika.
Jakarta : Grasindo
Sutoyo, Anwar. 2009. Pemahaman Individu. Semarang: Widya Karya
Tika, Pabundu.2006. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan.
Jakarta: Bumi Aksara
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi
Offset
Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta. ANDI
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung :
Alfabeta
Winkel, W. S dan M.M Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Yusuf, syamsu. 2008. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja
Rosdakarya
LAMPIRAN
89
Lampiran 1
DATA SMA NEGERI KABUPATEN PURBALINGGA
No
Sekolah
Jumlah Guru
Alamat
1. SMA N 1
PURBALINGGA 65 guru Jl. MT Haryono, Purbalingga
2. SMA N 2
PURBALINGGA 56 guru
Jl. Pucung Rumbak,
Purbalingga
3. SMA N 1 BUKATEJA 51 guru Jl. Raya Purwandaru
Bukateja, Purbalingga
4. SMA N 1
KEMANGKON 28 guru
Jl. Raya Penican, Kemangkon
Purbalingga
5.
SMA N 1 KEJOBONG 28 guru
Jl. Raya Gumiwang
Kejobong, Purbalingga
6. SMA N 1 BOBOTSARI 54 guru Jl. Majapura Bobotsari,
Purbalingga
7. SMA N 1 REMBANG 42 guru
Jl. Monumen Jenderal
Soedirman Rembang,
Purbalingga
8. SMA N 1
KARANGREJA 37 guru
Jl. Raya Karangreja,
Purbalingga
9. SMA N 1 PADAMARA 32 guru Jl. Raya Padamara,
Purbalingga
10. SMA N 1 KUTASARI 25 guru Jl. Raya Tobong Kutasari,
Purbalingga
90
Lampiran 2
Kisi-kisi Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman Kinerja Konselor (Sebelum Tryout)
Variabel Indikator Deskriptor No Item
+ -
Kesalahpahaman
kinerja konselor
Tugas konselor didalam
Bimbingan dan konseling
disamakan saja dengan atau
dipisahkan sama sekali dari
pendidikan
1. Bimbingan dan konseling
merupakan bagian dari
lingkup upaya pendidikan di
sekolah
1,29,30 11,15,3
Konselor sekolah dianggap
sebagai polisi sekolah
1. Konselor sekolah bertugas
sebagai eksekutor tata
tertib sekolah
2. Konselor adalah polisi
sekolah yang menjaga dan
mempertahankan disiplin
sekolah
3. Konselor sekolah
46,19,47
20,74
2,31,32
64,65,83,75
91
merupakan polisi sekolah
yang menjaga dan
mempertahankan keamanan
sekolah
4,48,49 33,34,66
Bimbingan dan konseling
yang dilakukan konselor
dianggap semata-mata
sebagai proses pemberian
nasihat
1. Konselor sekolah adalah
pihak yang paling tahu
seperti apa keputusan
terbaik bagi siswa
2. Konselor sekolah perlu
melakukan upaya tindak
lanjut bagi siswa
5,16,21
67,35,36
50,12,51
52,84,92
Bimbingan dan konseling
dibatasi hanya untuk klien-
klien tertentu saja
1. Layanan diberikan secara
menyeluruh kepada semua
siswa
2. Konselor tidak hanya
melayani siswa-siswa yang
bermasalah saja, karena
BK juga bertujuan untuk
mengoptimalkan potensi
22,68,37
7,38,39
6,53,85
93,96,86
92
siswa
Konselor sekolah didalam
melaksanakan pelayanan
bimbingan dan konseling
hanya bekerja sendiri
1. Konselor sekolah
membutuhkan bantuan
pihak lain
2. Konselor sekolah tidak
dapat menyelesaikan
tugasnya hanya dengan tim
BK disekolah saja
3. Informasi yang digunakan
konselor tidak hanya dari
nilai akademik/raport saja
13,54,76
55,77,78
97,102,56
8,40,69
87,70,99
41,94,71
Pekerjaan konselor sekolah
dapat dilakukan oleh siapa
saja
1. Tugas konselor
dilaksanakan secara
profesional
2. Pemberian layanan
diberikan berdasarkan
prinsip-prinsip keilmuan
bimbingan dan konseling
9,23,42,43
72,73,100
14,17,57,58
18,59,79
93
Menganggap hasil pekerjaan
konselor harus segera dilihat
1. Konselor mengatasi
masalah klien dengan
prosedur pelaksanaan
layanan
2. Keberhasilan konseling
tidak dapat dilihat secara
langsung
10,44,80
26,81,104
24,25,60
61,88,89
Menyamaratakan cara
pemecahan masalah bagi
semua klien
1. Cara pemecahan masalah
yang diberikan konselor
disesuaikan dengan
kepribadian siswa
2. Cara pemecahan masalah
yang diberikan konselor
disesuaikan dengan
permasalahan yang ada
27,45,62
63,103,82
90,98,95
101,28,91
94
Lampiran 3
“SKALA PERSEPSI GURU BIDANG STUDI TERHADAP
KESALAHPAHAMAN KINERJA KONSELOR”
1. Pengantar
Skala ini disusun dan disebarluaskan dalam rangka penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui Persepsi Guru Bidang Studi Terhadap
Kesalahpahaman Kinerja Konselor. Pernyataan-pernyataan dalam skala ini
dibuat untuk menggambarkan kondisi-kondisi serta pendapat tentang
persepsi/ tanggapan Bapak/ Ibu terhadap kesalahpahaman kinerja
konselor di sekolah.
Peneliti mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi semua
pernyataan yang tersedia. Kesungguhan dan kejujuran Bapak/ Ibu dalam
mengisi angket ini merupakan informasi penting dan berharga bagi
kebenaran hasil penelitian ini. Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan
informasi yang Bapak/ Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya akan digunakan untuk bahan penelitian saja.
2. Petunjuk pengisian
Isilah identitas diri Bapak/ Ibu. Bacalah daftar pernyataan ini dengan teliti
kemudian isilah kolom yang berada disebelah kanan dengan memberi
tanda (√) pada pernyataan yang Bapak/ Ibu pilih sesuai dengan kondisi
yang dialami ataupun menurut pendapat yang sebenarnya.
Ada 5 alternatif jawaban untuk mewakili kondisi /pendapat Bapak/ Ibu
yaitu :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh :
No Pernyataan Alternatif Jawaban
95
SS S RR TS STS
2. Tugas guru bimbingan dan
konseling merupakan tugas
yang mudah
√
-Selamat Mengerjakan-
Nama :
Sekolah :
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
1. Profesi guru Bimbingan dan konseling
dibutuhkan di sekolah
2. Guru BK bertugas memotong rambut,
memberi point pelanggaran kepada siswa
yang menyalahi tata tertib sekolah
3. Seluruh misi sekolah akan dapat tercapai
dengan penuh, cukup dengan
penyelenggaraan pengajaran (yang baik)
4. Guru BK perlu mengamati perkembangan
siswa
5. Guru BK memberikan arahan didalam
pengambilan keputusan siswa
6. Guru bimbingan dan konseling menangani
siswa yang bermasalah saja
7. Siswa datang ke ruang BK untuk
berkonsultasi
8. Guru bimbingan dan konseling tidak
membutuhkan informasi dari wali kelas
maupun guru bidang studi, karena guru BK
merupakan pihak yang paling tahu tentang
siswa
9. Tugas guru BK harus dilaksanakan oleh
guru yang lulusan S1 Bimbingan dan
Konseling
10. Guru BK menyegerakan siswa yang
bermasalah berat agar tidak mengganggu
KES (Kehidupan Efektif Sehari-hari)
96
11. Guru BK cocok dirumah sakit karena
menyangkut masalah psikologis
12. Pengambilan keputusan pada pemecahan
masalah siswa sepenuhnya berada ditangan
guru BK, karena walau bagaimanapun
siswa masih belum dewasa dan kurang
pengalaman hidup
13. Guru bimbingan dan konseling tidak dapat
bekerja sendiri
14. Tugas guru BK dapat digantikan oleh guru
mata pelajaran
NO Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
15. Profesi guru BK kurang tepat jika
diaplikasikan dalam lingkup pendidikan
16. Pengambilan keputusan pada pemecahan
masalah siswa sepenuhnya berada ditangan
siswa sendiri
17. Guru BK haruslah menampilkan pribadi
yang sedikit galak agar siswa segan dan
tidak melakukan pelanggaran
18. Tugas guru BK adalah tugas yang tidak
membutuhkan banyak teori ,yang paling
penting action
19. Tata tertib sekolah disosialisasikan pada
siswa mulai dari masa orientasi sekolah
yang disosialisasikan oleh OSIS, guru
mapel, wali kelas, serta guru BK
20. Menjaga kedisiplinan merupakan tugas
dari seluruh pihak sekolah
21. Guru BK memberikan pandangan pada
siswa mengenai konsekuensi dari setiap
keputusan yang diambil
22. Guru bimbingan dan konseling melayanai
semua siswa, baik yang bermasalah
maupun tidak bermasalah
23. Guru BK haruslah menampilkan sikap
yang hangat terhadap siswa agar siswa
dapat menyampaikan permasalahannya
24. Siswa yang datang ke guru BK harus
97
segara dapat menyelesaikan
permasalahannya dalam sekali konsultasi
25. Pendalaman masalah siswa cukup
dilakukan di awal , karena prinsip yang
terpenting adalah kesegeraan pengambilan
keputusan siswa
26. Hasil bimbingan dan konseling terlihat
beberapa hari atau bahkan bahkan
beberapa tahun kemudian.
27. Cara pemecahan masalah siswa oleh guru
BK berbeda-beda, disesuaikan dengan
kepribadian masing-masing siswa
28. Jika permasalahan yang dialami siswa satu
dengan yang lain sama, maka cara guru
BK dalam mengatasinya pun sama
No Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
29. Profesi guru BK sangat dibutuhkan
disekolah, karena menyangkut masalah
perkembangan psikologis siswa
30. Ada banyak hal yang menyangkut
kepentingan siswa yang harus
ditanggulangi oleh sekolah yang tidak
dapat teratasi dengan pengajaran semata
31. Sosialisasi tata tertib sekolah, sepenuhnya
menjadi tanggungjawab guru bimbingan
dan konseling
32. Guru bimbingan dan konseling bertugas
menerima tamu, dan mengabsen siswa tiap
kelas
33. Guru BK merupakan pihak yang selalu
mencurigai dan menangkap siswa yang
bermasalah
34. Guru BK bertugas menghukum siswa yang
nakal
35. Proses layanan bimbingan dan konseling
adalah penanganan yang berkelanjutan
36. Guru BK melaporkan hasil monitoring
siswa kepada wali kelas dan orang tua
37. Layanan bimbingan dan konseling
98
diberikan ke semua siswa
38. Siswa kelas XII yang berprestasi sering
dipanggil ke ruang BK untuk mendapatkan
rekomendasi sekolah lanjutan
39. Layanan bimbingan dan konseling
diberikan kesemua siswa baik bermasalah
maupun tidak bermasalah
40. Tanpa adanya peran aktif dari guru bidang
studi, keefektifan pelayanan bimbingan
dan konseling tetaplah sama
41. Guru bimbingan dan konseling cukup
melihat nilai akademik untuk mengetahui
siswa mana yang bermasalah
42. Guru BK mengadministrasikan dan
melaporkan hasil pelayanan BK yang telah
dilakukan di dalam forum sebagai evaluasi
43. Setiap tahun guru BK membuat program
BK baru, yang disesuaikan dari analisis
kebutuhan siswa
No Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
44. Proses pemberian layanan konseling
memerlukan tahapan-tahapan pelaksanaan
45. Cara pemecahan masalah siswa oleh guru
BK tergantung pada jenis dan sifat masalah
yang dihadapi siswa
46. Yang bertugas memberi sanksi siswa yang
bermasalah adalah pihak kesiswaan
47. Setiap guru memiliki tugas berjaga di
lobby sekolah sesuai dengan jadwal piket
48. Guru BK bekerjasama dengan pihak lain
(staf atau guru) untuk menangani dan
membantu siswa yang dianggap
bermasalah
49. Pengawasan terhadap siswa merupakan
tanggungjawab bersama seluruh pihak
sekolah dan wali murid
50. Menurut saya guru BK sering menganggap
remeh keputusan siswa
51. Nasehat tidak boleh diberikan pada siswa,
99
karena siswa akan merasa digurui
52. Guru BK langsung memberikan solusi
atas permasalahan yang dialami siswa
tanpa mendalaminya
53. Guru bimbingan dan konseling hanya
memberikan layanan pada siswa yang
datang pada guru BK saja
54. Dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling, semua pihak harus berperan
aktif
55. Guru BK meminta informasi pada guru
bidang studi tentang perkembangan siswa
56. Di awal tahun ajaran, guru BK menyebar
angket pada siswa untuk kepentingan
analisis kebutuhan siswa
57. Apa yang dilakukan guru BK tidak jelas,
karena tidak ada pengadministrasian dan
evaluasi
58. Dari tahun ke tahun, program BK tetap
sama
NO Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
59. Tugas guru BK adalah tugas yang mudah
60. Guru BK harus menyelesaikan kasus
sampai benar-benar tuntas, walau bukan
ranahnya
61. Keberhasilan layanan dapat terlihat
langsung setelah pemberian layanan
pertama
62. Setiap siswa memiliki pribadi yang unik
63. Cara pemecahan masalah siswa
disesuaikan dengan berat ringannya
permasalahan yang dihadapi siswa
64. Guru BK bertugas mengawasi siswa yang
terlambat dengan berjaga didepan gerbang
65. Guru BK bertugas menggeledah tas siswa
66. Jika terjadi tawuran antar siswa, guru
bimbingan dan konseling adalah pihak
yang patut disalahkan
67. Keberhasilan konseling ditentukan atas
100
kerjasama antara konselor dan siswa
68. Guru bimbingan dan konseling
menerapkan sistem jemput bola, dimana
konselor yang berperan aktif mendatangi
siswa
69. Guru bidang studi tidak terlibat dalam
layanan bimbingan dan konseling karena
sudah memiliki tugasnya masing-masing
70. Guru bimbingan dan konseling dalam
mengatasi masalah siswa cukup
bekerjasama dengan teman satu profesi
saja tanpa melibatkan guru bidang studi
maupun wali kelas
71. Guru BK tidak memerlukan angket/ skala
psikologis karena hanya menghabiskan
dana
72. Guru bimbingan dan konseling didalam
melaksanakan layanan menggunakan teori-
teori khusus
73. Bimbingan dan konseling membutuhkan
keterampilan dan keahlian khusus
74. Guru BK bertugas mensosialisasikan
kewajiban siswa sebagai warga sekolah
NO Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
75. Guru bimbingan dan konseling bertugas
menertibkan kelas yang gaduh saat jam
pelajaran kosong
76. Guru BK dan guru bidang studi
bekerjasama dalam penyelesaian
permasalahan siswa
77. Selain tim BK, seluruh staf dan guru di
sekolah juga mendukung pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling
78. Guru BK sekolah saling bekerjasama
dalam pelaksanaan BK
79. Dalam mengatasi siswa yang bermasalah,
yang terpenting adalah menasihati agar
siswa tahu hal yang benar
80. Guru BK dapat mengalihtangankan kasus
101
pada pihak yang lebih ahli
81. Pemberian layanan bimbingan dan
konseling merupakan kegiatan yang
berkesinambungan
82. Terkadang Masalah yang dihadapi siswa
tidak semudah yang terlihat
83. Konselor sekolah mengisi jam mata
pelajaran kosong dengan mata pelajaran
BK
84. Guru BK tidak perlu memantau
permasalahan siswa
85. Layanan yang diberikan guru BK hanya
untuk siswa yang akan lulus saja
86. Layanan bimbingan dan konseling lebih
diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah
87. Guru BK tidak menjalin komunikasi
dengan guru bidang studi
88. Pemberian layanan tidak membutuhkan
tindak lanjut
89. Layanan BK cukup hanya dengan
pemberian layanan dalam format klasikal
90. Cara pemecahan masalah yang diberikan
konselor pada setiap siswa sama tanpa
melihat kepribadian siswa
91. Masalah yang dimiliki oleh siswa
kebanyakan sama, dan ini memudahkan
guru BK dalam membantu penyelesaian
siswa
NO Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
92. Guru BK tidak perlu melakukan upaya
tindak lanjut dari proses konseling, karena
telah dilakukan pemberian nasihat
93. Yang datang ke ruang BK adalah siswa-
siswa yang bermasalah
94. Guru BK memberikan penilaian terhadap
siswa bermasalah berdasarkan nilai
akademik yang buruk saja
95. Kemampuan setiap orang dalam
menyelesaikan masalah,rata-rata sama
102
96. Siswa yang dipanggil ke ruang BK adalah
siswa yang bermasalah
97. Guru bimbingan dan konseling mencari
informasi siswa yang bermasalah dari guru
bidang studi dan wali kelas
98. Cara pemecahan masalah yang diberikan
konselor pada setiap siswa sama tanpa
melihat jenis dan sifat dari masalah yang
dihadapi
99. Antar guru BK kurang bekerjasama
dengan baik
100. Dalam pelaksanaan layanan BK, guru
bimbingan dan konseling menggunakan
pendekatan-pendekatan psikologis sesuai
dengan tugas perkembangan siswa
101. Cara pemecahan masalah yang diberikan
guru BK pada setiap siswa sama tanpa
melihat permasalahan siswa
102. Guru BK mengumpulkan informasi
permasalahan siswa melalui berbagai
sumber
103. Dalam melakukan layanan BK, guru BK
menggunakan pendekatan yang berbeda
104. Guru BK melaksanakan layanan klasikal,
Bimbingan kelompok, Konseling
kelompok, konseling individu sebagai
rangkaian layanan BK
-Terima Kasih-
103
Lampiran 4
HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS SKALA PERSEPSI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 1 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 4
2 2 5 5 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4
3 3 4 1 2 4 4 2 4 2 5 4 3 2 4 3 4
4 4 5 1 4 4 5 4 4 5 4 4 3 3 5 4 4
5 5 4 2 1 5 4 3 4 5 4 4 5 3 5 5 4
6 6 5 2 2 5 5 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4
7 7 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 3 5
8 8 5 4 1 5 4 3 4 5 4 4 3 3 5 4 4
9 9 5 2 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
10 10 5 1 1 5 5 1 5 1 5 5 4 4 4 5 4
11 11 5 2 2 5 5 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4
12 12 4 1 2 4 4 2 4 2 5 4 4 2 4 4 4
13 13 5 2 2 5 4 5 5 5 4 4 5 4 5 3 4
14 14 5 3 4 5 4 5 3 5 4 4 5 4 5 4 4
15 15 5 4 5 4 4 5 4 4 5 5 3 5 4 5 5
16 16 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 3 5
17 17 4 2 4 5 5 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4
18 18 4 1 2 4 4 2 5 5 4 4 4 1 4 2 4
19 19 4 2 2 4 5 2 4 4 4 4 3 1 2 3 4
20 20 5 1 2 4 4 2 5 4 4 5 4 4 2 2 4
94 51 59 91 87 70 84 82 88 85 78 66 80 75 83
0,472018 0,484252 0,610279 0,202284 -0,11714 0,544827 -0,53747 0,043324 0,502914 -0,04143 0,112766 0,503874 0,513284 0,51503 0,228243
0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
446 175 215 419 383 276 358 362 392 365 314 242 338 297 347
V V V TV TV V TV TV V TV TV V V V TV
0,21 2,2475 2,0475 0,2475 0,2275 1,55 0,26 1,29 0,24 0,1875 0,49 1,21 0,9 0,7875 0,1275
64,265
856,39
0,933938
∑σ2t
r11
∑X
∑X2
∑XY
NO ITEM/PERNYATAAN
R XY
R TABEL
NO RESPONDEN
KETERANGAN
σ2
∑σ2
104
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
5 5 4 4 5 4 5 5 4 4 5 5 2 5 4
5 4 2 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4
2 2 2 5 5 4 4 5 4 1 2 4 5 5 5
2 5 4 5 5 5 5 5 2 4 4 5 4 4 5
2 3 2 4 5 4 4 4 3 2 4 5 1 4 4
5 5 2 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4
4 3 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 3 4 4
2 4 2 4 5 4 4 4 3 2 3 5 3 4 4
5 5 2 4 5 4 5 5 4 4 4 5 4 5 4
2 2 1 5 5 5 5 5 1 1 2 5 2 5 5
5 5 2 4 5 4 5 5 4 4 4 5 2 4 5
2 2 2 5 5 4 4 5 4 1 2 4 5 5 5
2 5 2 5 5 4 4 4 2 2 3 4 4 4 4
2 5 4 4 5 4 5 5 4 4 2 4 5 5 5
4 5 4 4 5 4 5 4 5 4 4 5 2 5 4
4 3 4 4 5 3 5 4 5 4 4 5 2 3 4
2 4 2 5 5 4 4 4 2 2 3 4 5 4 4
2 3 2 5 4 5 4 4 2 3 2 4 2 5 4
2 3 2 5 5 4 4 4 2 2 3 4 1 4 4
2 2 2 5 4 5 5 4 2 3 2 3 1 4 5
61 75 51 89 98 83 92 90 66 59 65 89 62 88 87
0,559517 0,463435 0,565022 -0,51138 0,496626 -0,24108 0,578247 0,628756 0,602028 0,519718 0,485148 0,452439 0,478411 0,240861 0,083464
0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
221 309 149 401 482 349 428 410 246 201 229 403 234 394 383
V V V TV V TV V V V V V V V TV TV
1,7475 1,3875 0,9475 0,2475 0,09 0,2275 0,24 0,25 1,41 1,3475 0,8875 0,3475 2,09 0,34 0,2275
no item / pernyataan
105
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 2 4 4 4
4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4
3 4 5 4 5 4 5 4 5 3 4 5 5 5 5
5 4 5 4 5 3 5 4 5 5 5 5 4 5 5
4 2 4 3 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
4 2 4 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4
4 2 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5
4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4
3 4 5 4 5 4 5 4 5 3 4 5 5 5 5
4 4 3 4 4 4 5 4 2 4 5 5 5 4 2
3 4 5 4 4 4 5 4 5 3 4 5 5 5 5
4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
4 4 3 4 5 5 5 4 2 4 5 5 5 4 2
4 2 4 3 4 5 4 4 4 3 4 4 4 5 4
4 2 3 2 4 4 4 4 1 4 5 5 5 4 2
4 2 4 3 3 4 5 4 5 3 5 5 5 5 3
78 70 83 76 90 83 89 82 79 76 87 88 90 88 78
-0,04233 0,605849 0,699543 0,877674 0,470747 -0,26257 -0,04774 -0,00114 0,456012 0,449418 -0,12072 -0,40177 -0,32121 0,007673 0,59621
0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
308 272 353 298 412 349 401 338 337 298 383 398 410 392 322
TV V V V V TV TV TV V V TV TV TV TV V
0,19 1,35 0,4275 0,46 0,35 0,2275 0,2475 0,09 1,2475 0,46 0,2275 0,54 0,25 0,24 0,89
NO ITEM/ PERNYATAAN
106
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
5 4 5 5 5 3 5 4 5 5 5 5 4 4 5
5 4 4 5 5 2 5 5 5 5 5 5 4 4 5
3 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 2
2 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 4 2
3 4 4 4 3 4 4 4 5 4 5 4 4 4 2
5 4 4 5 4 3 4 1 5 4 4 5 4 4 2
4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 2
3 4 4 4 3 3 4 4 5 4 5 4 4 4 2
4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 2
2 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 1
2 5 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 1
3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 2
4 2 4 4 4 5 2 4 2 4 4 4 3 3 2
3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 2
4 4 4 5 4 3 4 4 5 4 4 5 4 4 2
4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 2
4 2 4 4 4 3 2 4 2 4 4 4 3 3 2
3 4 4 4 3 2 4 4 5 4 5 4 4 4 2
3 2 3 4 4 2 2 4 2 4 4 4 3 3 2
1 2 5 4 3 1 3 4 2 3 4 4 4 4 2
67 74 88 93 83 71 80 81 86 87 86 88 77 77 44
0,452632 0,5896484 0,492857 0,829984 0,735615 0,470852 0,753482 0,176023 0,638 0,651752 0,02759 0,61103 0,489502 0,489502 0,464899
0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
247 290 394 437 355 279 340 341 398 385 374 392 299 299 116
V V V V V V V TV V V TV V V V V
1,1275 0,81 0,34 0,2275 0,5275 1,3475 1 0,6475 1,41 0,3275 0,21 0,24 0,1275 0,1275 0,96
NO ITEM/ PERNYATAAN
107
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75
5 5 4 5 5 5 4 2 4 4 4 4 4 4 5
4 5 4 5 5 5 4 2 4 4 5 4 4 4 5
3 5 5 2 2 4 4 3 4 5 5 4 4 4 2
3 4 4 3 4 5 4 2 5 4 2 5 5 4 4
4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3
3 4 4 2 2 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4
5 4 4 4 2 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3
4 5 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
1 5 5 1 1 4 5 5 4 4 3 5 5 5 1
1 5 5 1 1 4 5 5 4 4 4 5 5 5 1
3 5 5 2 2 4 4 3 4 5 5 4 4 4 2
3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2
4 5 5 2 2 4 4 3 4 5 5 4 4 4 2
4 4 4 4 2 4 5 2 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 2 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 2
4 4 4 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3
2 4 3 2 2 3 4 4 4 3 2 3 4 4 2
1 4 3 2 2 3 5 2 3 3 2 5 5 4 2
64 88 83 53 55 77 84 62 77 81 74 83 83 82 59
0,497545 0,52384 0,482768 0,447396 0,286474 0,805638 0,070052 -0,39964 0,581383 0,556024 0,567152 0,160122 0,1036 -0,00114 0,552569
0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
232 392 351 167 179 305 360 214 301 333 294 349 351 338 203
V V V V TV V TV TV V V V TV TV TV V
1,36 0,24 0,3275 1,3275 1,3875 0,4275 0,36 1,09 0,2275 0,2475 1,01 0,2275 0,3275 0,09 1,4475
NO ITEM/ PERNYATAAN
108
76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4
5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4
5 5 4 4 4 5 4 3 5 5 2 5 5 2 5
5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5
4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
4 5 4 2 5 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4
4 5 4 2 5 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4
4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 5 4
5 5 5 2 4 5 4 2 4 4 2 4 4 4 4
5 5 5 1 2 5 5 1 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 1 2 5 5 1 4 4 5 5 4 4 4
5 5 4 4 4 5 4 3 5 5 2 5 5 2 5
4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
5 5 4 4 4 5 4 3 5 5 2 5 5 2 5
4 5 4 2 5 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4
4 5 4 2 5 4 4 5 4 4 2 4 4 4 4
4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 2 2 4 4 2 4 4 2 4 4 2 4
3 4 4 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4
87 92 85 50 74 88 84 66 83 83 60 85 85 73 84
0,690564 0,790991 0,530708 0,551909 0,645482 0,52384 0,37845 0,48759 0,464605 0,464605 0,155971 0,321582 0,487305 0,043469 0,327192
0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444
385 428 365 146 302 392 356 256 349 349 204 365 365 281 356
V V V V V V TV V V V TV TV V TV TV
0,3275 0,24 0,1875 1,05 1,41 0,24 0,16 1,91 0,2275 0,2275 1,2 0,1875 0,1875 0,7275 0,16
NO ITEM / PERNYATAAN
109
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 2 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 456 207936 2 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 451 203401 2 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 3 4 412 169744 2 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 442 195364 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 388 150544 2 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 4 410 168100 2 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 429 184041 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 388 150544 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 427 182329 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 2 5 5 404 163216 4 4 4 4 4 4 5 3 4 5 4 3 4 5 414 171396 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 3 4 419 175561 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 391 152881 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 4 3 4 440 193600 2 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 429 184041 2 4 5 4 4 5 4 4 5 5 5 4 3 4 417 173889 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 390 152100 2 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 5 4 375 140625 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 344 118336 2 4 3 4 5 5 3 4 4 3 4 4 4 4 356 126736
59 83 79 83 85 88 81 82 89 88 90 80 79 85 8182 3364384 -0,0081 0,209103 0,620901 0,209103 0,451485 0,136715 0,46673 0,152086 0,621964 0,519228 0,73127 0,34309 0,069216 0,479413
0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 0,444 205 347 321 347 371 392 333 340 401 394 410 328 321 365
TV TV V TV V TV V TV V V V TV TV V 65 1,5475 0,1275 0,4475 0,1275 0,4875 0,24 0,2475 0,19 0,2475 0,34 0,25 0,4 0,4475 0,1875
?Y (?Y)2 NO ITEM/ PERNYATAAN
110
Lampiran 5
Kisi-kisi Persepsi Guru Bidang Studi terhadap Kesalahpahaman Kinerja Konselor
Variabel Indikator Deskriptor No Item
+ -
Kesalahpahaman
kinerja konselor
Tugas konselor didalam
Bimbingan dan konseling
disamakan saja dengan atau
dipisahkan sama sekali dari
pendidikan
1. Bimbingan dan konseling
merupakan bagian dari
lingkup upaya pendidikan
di sekolah
1, 3
Konselor sekolah dianggap
sebagai polisi sekolah
1. Konselor sekolah bertugas
sebagai eksekutor tata
tertib sekolah
2. Konselor adalah polisi
sekolah yang menjaga dan
mempertahankan disiplin
sekolah
3. Konselor sekolah
merupakan polisi sekolah
yang menjaga dan
27,28
12
29,30
2,20
43,55,48
21,22,44
111
mempertahankan
keamanan sekolah
Bimbingan dan konseling
yang dilakukan konselor
dianggap semata-mata
sebagai proses pemberian
nasihat
1. Konselor sekolah adalah
pihak yang paling tahu
seperti apa keputusan
terbaik bagi siswa
2. Konselor sekolah perlu
melakukan upaya tindak
lanjut bagi siswa
9
23
31,6,32
33,56
Bimbingan dan konseling
dibatasi hanya untuk klien-
klien tertentu saja
1. Layanan diberikan secara
menyeluruh kepada semua
siswa
2. Konselor tidak hanya
melayani siswa-siswa yang
bermasalah saja, karena
BK juga bertujuan untuk
mengoptimalkan potensi
siswa
13
24
4,57
59
Konselor sekolah didalam 1. Konselor sekolah 7,34,49 25,45
112
melaksanakan pelayanan
bimbingan dan konseling
hanya bekerja sendiri
membutuhkan bantuan
pihak lain
2. Konselor sekolah tidak
dapat menyelesaikan
tugasnya hanya dengan
tim BK disekolah saja
3. Informasi yang digunakan
konselor tidak hanya dari
nilai akademik/raport saja
35,50,51
61
46,62
47
Pekerjaan konselor sekolah
dapat dilakukan oleh siapa
saja
1. Tugas konselor
dilaksanakan secara
profesional
2. Pemberian layanan
diberikan berdasarkan
prinsip-prinsip keilmuan
bimbingan dan konseling
5,14
63
8,10,36,37
11,38,52
Menganggap hasil pekerjaan
konselor harus segera dilihat
1. Konselor mengatasi
masalah klien dengan
53
15,16,39
113
prosedur pelaksanaan
layanan
2. Keberhasilan konseling
tidak dapat dilihat secara
langsung
17,54,65
40,58
Menyamaratakan cara
pemecahan masalah bagi
semua klien
1. Cara pemecahan masalah
yang diberikan konselor
disesuaikan dengan
kepribadian siswa
2. Cara pemecahan masalah
yang diberikan konselor
disesuaikan dengan
permasalahan yang ada
18,26,41
42
60
64,19
114
Lampiran 6
SKALA PERSEPSI GURU BIDANG STUDI
1. Pengantar
Skala ini disusun dan disebarluaskan dalam rangka penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui Persepsi Guru Bidang Studi. Pernyataan-
pernyataan dalam skala ini dibuat untuk menggambarkan kondisi-kondisi
serta pendapat tentang persepsi/ tanggapan Bapak/ Ibu.
Peneliti mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk mengisi semua
pernyataan yang tersedia. Kesungguhan dan kejujuran Bapak/ Ibu dalam
mengisi angket ini merupakan informasi penting dan berharga bagi
kebenaran hasil penelitian ini. Segala sesuatu yang ada kaitannya dengan
informasi yang Bapak/ Ibu berikan akan dijaga kerahasiaannya dan
hanya akan digunakan untuk bahan penelitian saja.
2. Petunjuk pengisian
Isilah identitas diri Bapak/ Ibu. Bacalah daftar pernyataan ini dengan teliti
kemudian isilah kolom yang berada disebelah kanan dengan memberi
tanda (√) pada pernyataan yang Bapak/ Ibu pilih sesuai dengan kondisi
yang dialami ataupun menurut pendapat yang sebenarnya.
Ada 5 alternatif jawaban untuk mewakili kondisi /pendapat Bapak/ Ibu
yaitu :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
RR : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh :
No Pernyataan Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
1. Bimbingan dan Konseling
sangat penting, karena
√
115
menyangkut perkembangan
psikologis siswa.
-Selamat Mengerjakan-
Nama :
Sekolah :
No
Pernyataan
Alternatif Jawaban
SS S RR TS STS
1. Profesi guru Bimbingan dan konseling
dibutuhkan di sekolah
2. Guru BK bertugas memotong rambut,
memberi point pelanggaran kepada siswa
yang menyalahi tata tertib sekolah
3. Seluruh misi sekolah akan dapat tercapai
dengan penuh, cukup dengan
penyelenggaraan pengajaran (yang baik)
4. Guru bimbingan dan konseling menangani
siswa yang bermasalah saja
5. Tugas guru BK harus dilaksanakan oleh
guru yang lulusan S1 Bimbingan dan
Konseling
6. Pengambilan keputusan pada pemecahan
masalah siswa sepenuhnya berada ditangan
guru BK, karena walau bagaimanapun
siswa masih belum dewasa dan kurang
pengalaman hidup
7. Guru bimbingan dan konseling tidak dapat
bekerja sendiri
8. Tugas guru BK dapat digantikan oleh guru
mata pelajaran sewaktu-waktu
9. Pengambilan keputusan pada pemecahan
masalah siswa sepenuhnya berada ditangan
siswa sendiri
10. Guru BK haruslah menampilkan pribadi
yang sedikit galak agar siswa segan dan
tidak melakukan pelanggaran
116
11. Tugas guru BK adalah tugas yang tidak
membutuhkan banyak teori ,yang paling
penting action
12. Menjaga kedisiplinan merupakan tugas
dari seluruh pihak sekolah
13. Guru bimbingan dan konseling melayanai
semua siswa, baik yang bermasalah
maupun tidak bermasalah
No Pernyataan SS S RR TS STS
14. Guru BK haruslah menampilkan sikap
yang hangat terhadap siswa agar siswa
dapat menyampaikan permasalahannya
15. Siswa yang datang ke guru BK harus
segara dapat menyelesaikan
permasalahannya dalam sekali konsultasi
16. Pendalaman masalah siswa cukup
dilakukan di awal , karena prinsip yang
terpenting adalah kesegeraan pengambilan
keputusan siswa
17. Hasil bimbingan dan konseling terlihat
beberapa hari atau bahkan beberapa tahun
kemudian.
18. Cara pemecahan masalah siswa oleh guru
BK berbeda-beda, disesuaikan dengan
kepribadian masing-masing siswa
19. Jika permasalahan yang dialami sama,
maka cara guru BK dalam mengatasinya
pun sama
20. Guru bimbingan dan konseling bertugas
menerima tamu, dan mengabsen siswa tiap
kelas
21. Guru BK merupakan pihak yang selalu
mencurigai dan menangkap siswa yang
bermasalah
22. Guru BK bertugas menghukum siswa yang
nakal
23. Proses layanan bimbingan dan konseling
adalah penanganan yang berkelanjutan
24. Layanan bimbingan dan konseling
117
diberikan kesemua siswa baik bermasalah
maupun tidak bermasalah
25. Tanpa adanya peran aktif dari guru bidang
studi, keefektifan pelayanan bimbingan
dan konseling tetaplah sama
26. Cara pemecahan masalah siswa oleh guru
BK tergantung pada jenis dan sifat masalah
yang dihadapi siswa
27. Yang bertugas memberi sanksi siswa yang
bermasalah adalah pihak kesiswaan
28. Setiap guru memiliki tugas berjaga di
lobby sekolah sesuai dengan jadwal piket
No Pernyataan SS S RR TS STS
29. Guru BK bekerjasama dengan pihak lain
(staf atau guru) untuk menangani dan
membantu siswa yang dianggap
bermasalah
30. Pengawasan terhadap siswa merupakan
tanggungjawab bersama seluruh pihak
sekolah dan wali murid
31. Menurut saya guru BK sering menganggap
remeh keputusan siswa
32. Nasehat tidak boleh diberikan pada siswa,
karena siswa akan merasa digurui
33. Guru BK harus langsung memberikan
solusi atas permasalahan yang dialami
siswa
34. Dalam pelaksanaan bimbingan dan
konseling, semua pihak harus berperan
aktif
35. Guru BK meminta informasi pada guru
bidang studi tentang perkembangan siswa
36. Apa yang dilakukan guru BK tidak jelas,
karena tidak ada pengadministrasian dan
evaluasi
37. Dari tahun ke tahun, program BK tetap
sama
38. Tugas guru BK adalah tugas yang mudah
39. Guru BK harus menyelesaikan kasus
118
sampai benar-benar tuntas, walau bukan
ranahnya
40. Keberhasilan layanan dapat terlihat
langsung setelah pemberian layanan
pertama
41. Setiap siswa memiliki pribadi yang unik
42. Cara pemecahan masalah siswa
disesuaikan dengan berat ringannya
permasalahan yang dihadapi siswa
43. Guru BK bertugas mengawasi siswa yang
terlambat dengan berjaga didepan gerbang
44. Jika terjadi tawuran antar siswa, guru
bimbingan dan konseling adalah pihak
yang patut disalahkan
No Pernyataan SS S RR TS STS
45. Guru bidang studi tidak terlibat dalam
layanan bimbingan dan konseling karena
sudah memiliki tugasnya masing-masing
46. Guru bimbingan dan konseling dalam
mengatasi masalah siswa cukup
bekerjasama dengan teman satu profesi
saja
47. Guru BK tidak perlu menyebar angket/
skala psikologis ke siswa karena hanya
menghabiskan dana
48. Guru bimbingan dan konseling bertugas
menertibkan kelas yang gaduh saat jam
pelajaran kosong
49. Guru BK dan guru bidang studi
bekerjasama dalam penyelesaian
permasalahan siswa
50. Selain tim BK, seluruh staf dan guru di
sekolah juga mendukung pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling
51. Guru BK sekolah saling bekerjasama
dalam pelaksanaan BK
52. Dalam mengatasi siswa yang bermasalah,
yang terpenting adalah menasihati agar
119
siswa tahu hal yang benar
53. Guru BK dapat mengalihtangankan kasus
pada pihak yang lebih ahli
54. Pemberian layanan bimbingan dan
konseling merupakan kegiatan yang
berkesinambungan
55. Konselor sekolah dapat mengisi jam mata
pelajaran kosong dengan mata pelajaran
BK
56. Guru BK tidak perlu memantau
permasalahan siswa
57. Layanan yang diberikan guru BK hanya
untuk siswa yang akan lulus saja
58. Pemberian layanan tidak membutuhkan
tindak lanjut
59. Yang datang ke ruang BK adalah siswa-
siswa yang bermasalah
60. Kemampuan setiap orang dalam
menyelesaikan masalah,rata-rata sama
No Pernyataan SS S RR TS STS
61. Guru bimbingan dan konseling mencari
informasi siswa yang bermasalah dari guru
bidang studi dan wali kelas
62. Antar guru BK kurang bekerjasama
dengan baik
63. Dalam pelaksanaan layanan BK, guru
bimbingan dan konseling menggunakan
pendekatan-pendekatan psikologis sesuai
dengan tugas perkembangan siswa
64. Cara pemecahan masalah yang diberikan
guru BK pada setiap siswa sama tanpa
melihat permasalahan siswa
65. Guru BK melaksanakan layanan klasikal,
Bimbingan kelompok, Konseling
kelompok, konseling individu sebagai
rangkaian layanan BK
-Terima Kasih-
120
Lampiran 7 Perhitungan sampel
Daftar Populasi Guru Bidang Studi SMA Negeri se-Kabupaten
Purbalingga
No
Nama Sekolah
Jumlah Guru
1. SMA N 1 Purbalingga 65 guru
2. SMA N 2 Purbalingga 56 guru
3. SMA N 1 Bukateja 51 guru
4. SMA N 1 Bobotsari 54 guru
5. SMA N 1 Karangreja 37 guru
6. SMA N 1 Kemangkon 28 guru
7. SMA N 1 Kutasari 25 guru
8. SMA N 1 Padamara 32 guru
9. SMA N 1 Rembang 42 guru
10. SMA N 1 Kejobong 28 guru
Jumlah 418 guru
Jumlah sampel :
25 % x 418 = 104,5 dibulatkan menjadi 104.
104 adalah jumlah sampel yang akan diteliti, selanjutnya berikut perhitungan
proporsional samplingnya :
1. SMA N 1 PURBALINGGA
dibulatkan menjadi 16
2. SMA N 2 PURBALINGGA
121
dibulatkakan menjadi 14
3. SMA N 1 BUKATEJA
dibulatkan menjadi 13
4. SMA N 1 BOBOTSARI
dibulatkan menjadi 13
5. SMA N 1 KARANGREJA
dibulatkan menjadi 9
6. SMA N 1 KEMANGKON
dibulatkan menjadi 7
7. SMA N 1 KUTASARI
dibulatkan menjadi 6
8. SMA N 1 PADAMARA
dibulatkan menjadi 8
9. SMA N 1 REMBANG
dibulatkan menjadi 11
10. SMA N 1 KEJOBONG
dibulatkan menjadi 7
122
Lampiran 8 Hasil Analisis Skala Persepsi per Sekolah
SMA N 1 PADAMARA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 5 2 1 4 5 2 4 4 2 5
2 2 5 4 5 4 2 5 4 4 4 5
3 3 5 3 4 2 2 4 4 2 1 4
4 4 5 2 4 4 5 4 5 2 4 4
5 5 5 3 5 4 5 4 4 2 2 4
6 6 5 4 2 3 5 4 5 4 2 4
7 7 5 3 5 4 1 4 5 4 2 5
8 8 4 2 3 4 4 3 4 2 3 5
39 23 29 29 29 30 35 24 20 36
NO RESPONDEN
NO ITEM
JUMLAH
123
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
4 5 3 5 3 2 2 4 2 2 3
1 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4
4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
4 3 5 4 4 4 4 5 3 4 2
4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4
4 4 5 5 4 4 4 5 4 4 4
4 4 4 5 4 4 4 4 2 4 4
4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3
29 33 33 36 32 30 28 35 28 29 28
NO ITEM
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
4 5 4 5 5 4 4 3 5 4 5
3 5 5 5 4 4 2 2 4 2 4
4 4 4 2 3 2 4 4 4 4 4
3 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4
4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 5
4 4 4 5 5 5 2 4 5 2 4
3 5 3 4 4 3 5 3 2 2 5
4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 4
29 36 32 32 33 27 27 27 33 26 35
NO ITEM
124
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
2 5 4 3 5 5 2 2 4 4 1
5 5 5 4 2 4 4 5 5 4 5
2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4
2 5 5 4 3 4 3 4 5 5 4
2 4 4 5 4 4 3 4 4 4 2
5 5 5 4 2 4 4 5 5 4 5
1 5 5 5 5 5 2 4 4 4 1
2 4 4 5 3 4 2 3 5 4 4
21 37 36 34 28 34 22 31 36 33 26
NO ITEM
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 4 4 4 5 4 5 5 2 2 5
4 4 5 5 2 4 4 4 1 5 5
4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4
4 4 4 4 2 5 5 5 2 4 5
4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3
4 4 4 4 2 4 5 5 1 5 5
4 4 4 4 2 4 4 4 2 5 5
5 4 4 4 3 4 4 5 2 3 4
33 32 33 33 21 33 35 36 18 28 36
NO ITEM
125
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
2 5 4 5 4 4 4 4 5 4 5
1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4
1 5 4 5 4 5 5 4 5 4 5
1 5 4 5 4 4 4 4 5 5 5
1 4 5 4 4 3 5 4 4 4 4
11 37 35 36 33 33 35 34 37 35 36
NO ITEM
126
SMA N 1 KEMANGKON
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 5 2 4 4 5 4 5 4 2 4
2 2 5 2 4 3 4 4 4 3 2 4
3 3 5 3 4 3 2 4 5 4 2 2
4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 2 3
5 5 5 5 5 3 2 4 4 3 2 4
6 6 4 2 2 2 4 2 5 2 5 5
7 7 5 2 1 4 4 4 4 2 5 1
33 20 24 22 25 26 31 23 20 23
NO RESPONDEN
NO ITEM
JUMLAH
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
4 5 4 5 4 4 2 5 1 4 4
4 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4
2 5 4 4 2 4 2 5 2 4 4
2 5 4 4 4 4 4 4 2 3 4
3 5 4 4 3 3 3 5 4 4 5
4 5 4 4 4 4 2 4 3 2 5
2 5 4 4 4 4 1 4 4 4 5
21 35 27 29 25 27 18 31 20 25 31
NO ITEM
127
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
4 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4
2 5 5 2 4 4 4 5 5 4 4
4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 4 2 5 4 4 4 5 4 3
5 4 5 4 4 3 3 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 5
5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 5
28 33 30 25 31 27 28 32 33 28 29
NO ITEM
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
1 5 5 4 3 3 4 4 5 5 4
2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2
2 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4
2 4 4 5 4 4 2 2 4 4 2
4 4 3 4 3 3 4 4 4 5 5
2 4 5 5 4 4 4 4 4 4 1
1 5 5 4 4 5 3 4 5 4 1
14 30 30 30 23 26 25 25 30 30 19
NO ITEM
128
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 4 4 4 4 5 5 5 2 4 5
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4
4 2 4 4 3 4 4 4 2 4 4
4 4 4 4 2 4 4 4 2 2 4
4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4
4 5 5 5 2 5 4 3 2 4 4
28 26 29 28 20 30 29 28 15 25 29
NO ITEM
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
1 4 4 4 3 4 5 5 5 4 5
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
2 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4
3 5 4 4 3 4 4 3 3 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5
18 29 27 29 25 28 30 28 28 28 29
NO ITEM
129
SMA N 1 BUKATEJA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 5 2 4 4 2 4 4 2 2 4
2 2 5 1 2 4 5 5 4 1 2 4
3 3 5 2 4 4 2 4 4 2 2 4
4 4 4 2 1 3 5 5 5 3 3 4
5 5 5 2 4 4 4 4 4 2 2 3
6 6 5 2 4 4 4 4 4 4 3 3
7 7 5 2 4 4 4 4 4 4 4 4
8 8 5 2 4 4 4 4 5 3 2 5
9 9 4 2 4 3 4 4 4 2 2 4
10 10 3 2 4 4 4 4 4 4 4 2
11 11 4 4 2 4 2 4 4 2 2 4
12 12 4 2 3 4 4 4 4 3 4 4
13 13 3 3 3 3 3 4 4 4 3 5
57 28 43 49 47 54 54 36 35 50JUMLAH
NO RESPONDEN
NO ITEM
130
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5
4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5
1 5 5 5 4 4 3 5 3 4 4
2 4 4 5 4 4 2 4 3 4 4
3 5 4 5 4 3 4 4 3 3 3
5 4 5 5 5 5 5 4 1 2 2
4 5 4 5 5 4 5 4 4 3 5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
4 5 4 4 3 4 2 4 4 4 2
3 5 4 4 4 2 4 4 3 4 4
5 5 4 4 4 3 4 4 3 3 3
3 4 5 5 3 4 4 4 4 4 4
46 60 56 59 52 49 49 53 44 45 49
NO ITEM
131
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4
4 5 3 4 4 4 5 5 5 4 5
4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4
2 5 4 3 4 3 4 5 5 3 4
4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4
3 5 5 1 4 4 3 5 5 3 4
2 5 4 5 5 1 5 5 5 2 5
4 5 4 4 4 3 4 4 5 3 4
2 5 4 4 4 4 4 5 5 4 4
3 4 5 3 4 4 4 4 5 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4
4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4
43 59 54 49 55 43 50 58 60 46 54
NO ITEM
132
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
1 4 5 5 4 5 1 2 5 5 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
2 5 4 4 3 4 4 3 5 4 2
3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2
1 5 5 4 3 4 2 3 5 5 3
1 4 5 1 1 1 1 1 4 4 1
5 5 4 3 3 5 2 5 5 4 2
2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2
4 5 4 4 4 4 3 4 5 5 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4
3 5 4 4 4 4 3 5 4 4 4
38 57 55 48 45 51 36 46 57 55 32
NO ITEM
133
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 4 5 5 2 5 5 4 2 1 5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 1 5 5 5 4 4 5
4 4 4 4 2 4 4 3 2 2 4
4 4 4 3 3 5 5 4 3 3 5
1 4 4 4 5 4 4 4 1 5 5
5 4 4 4 3 4 4 4 4 4 5
4 4 4 4 2 4 4 5 2 4 5
4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4
4 4 3 4 3 4 5 4 3 4 4
51 52 52 52 38 55 56 53 40 44 58
NO ITEM
134
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
2 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 5 4 4 4 3 5 5 4 3 5
2 5 4 5 2 2 4 4 5 4 5
1 4 3 4 4 2 5 4 5 4 5
1 5 4 5 5 5 4 1 5 5 5
4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4
30 56 52 58 53 49 56 50 56 53 57
NO ITEM
135
SMA N 1 PURBALINGGA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 5 1 4 4 5 4 5 4 2 1
2 2 5 3 1 4 5 3 5 3 3 4
3 3 5 4 3 4 4 4 4 4 2 4
4 4 5 4 4 4 4 2 5 4 4 5
5 5 4 2 3 3 2 3 5 4 5 4
6 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 7 5 2 3 4 4 4 4 3 2 4
8 8 5 4 4 4 4 3 4 3 3 4
9 9 4 4 3 4 4 3 4 4 3 5
10 10 5 3 4 5 5 3 5 3 4 4
11 11 4 2 2 2 2 4 4 2 2 2
12 12 4 2 2 4 5 2 4 4 2 4
13 13 4 4 4 1 5 4 5 2 2 2
14 14 5 1 2 3 5 4 4 2 4 5
15 15 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4
16 16 4 3 3 3 4 4 5 3 2 4
73 47 50 57 66 55 71 53 46 60JUMLAH
NO RESPONDEN
NO ITEM
136
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
4 5 5 5 4 4 2 5 1 4 4
3 5 4 4 3 3 3 4 4 3 4
4 4 5 4 4 3 3 4 3 5 4
5 5 4 4 4 4 4 4 2 5 5
3 5 4 4 4 3 4 4 3 4 4
2 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4
3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 2
3 5 5 5 3 4 3 2 3 4 4
4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 3
3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4
2 4 4 4 4 2 2 4 2 2 4
3 5 5 5 4 4 4 4 1 4 4
4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4
2 5 4 5 2 2 5 4 4 2 5
4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4
3 5 4 4 3 4 3 4 3 3 5
52 75 68 70 57 56 54 64 47 61 64
NO ITEM
137
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
1 5 5 4 5 3 5 5 5 4 4
4 4 4 2 4 3 4 5 5 4 4
4 4 4 3 3 4 5 4 4 4 2
5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5
3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 3
4 5 4 2 4 4 3 5 5 4 2
2 4 4 2 4 3 4 5 4 5 5
4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3
4 4 4 3 4 3 5 4 5 4 3
3 5 5 2 4 4 5 4 4 5 4
2 4 4 2 4 2 4 5 4 4 4
4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4
4 5 4 4 4 5 5 5 5 3 4
5 5 5 2 4 4 3 4 5 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5
57 70 67 47 66 57 67 72 73 64 60
NO ITEM
138
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
2 5 5 3 3 3 3 3 5 5 3
4 4 4 3 3 4 3 2 4 4 3
4 5 4 4 4 4 4 2 5 4 3
2 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4
3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3
2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2
2 4 4 5 4 5 2 4 4 4 3
3 4 4 3 3 4 3 3 5 4 4
3 5 4 4 3 5 4 3 5 4 3
2 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3
2 4 4 4 4 4 2 2 4 4 2
2 4 4 4 2 4 4 2 4 4 1
4 2 4 4 3 4 3 2 4 4 3
2 4 5 2 2 4 2 1 5 4 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 2
44 65 66 58 53 66 51 44 69 66 43
NO ITEM
139
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 4 3 3 2 5 5 5 1 4 5
4 3 4 4 3 4 5 4 2 3 4
4 4 4 4 3 4 5 4 4 4 4
5 4 4 4 4 4 4 5 2 4 5
4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 5
4 3 4 2 3 4 3 5 2 4 4
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4
4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4
4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 4
5 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4
4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4
2 2 1 2 5 4 5 4 2 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4
4 3 4 3 3 4 4 4 2 3 4
64 56 58 55 50 65 67 67 35 60 67
NO ITEM
140
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
1 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4
2 5 4 5 4 4 4 4 5 5 4
3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
1 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5
2 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4
2 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4
3 5 4 5 4 4 4 3 4 5 4
2 4 4 4 5 3 4 4 5 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 5 5 4 4 2 5 4 4 5 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 5 4 4 3 5 4 2 5 4 5
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 5 3 4 4 3 4 4 4
33 69 66 68 63 60 65 58 69 66 66
NO ITEM
141
SMA N 2 PURBALINGGA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 4 4 2 4 4 4 4 3 1 4
2 2 5 2 4 4 4 5 4 4 4 4
3 3 5 4 5 5 4 4 5 2 1 4
4 4 4 3 4 1 4 3 4 4 2 3
5 5 5 4 2 4 4 4 4 4 2 4
6 6 4 3 2 5 4 4 5 2 2 3
7 7 4 3 5 1 4 3 4 3 4 4
8 8 5 3 4 4 4 5 4 4 2 4
9 9 4 4 5 4 4 4 4 4 1 4
10 10 5 3 4 4 4 4 3 4 1 4
11 11 5 2 2 4 4 2 5 4 4 5
12 12 5 3 4 4 4 2 5 4 4 4
13 13 4 3 2 4 4 4 4 4 2 4
14 14 4 2 2 4 2 4 4 3 4 4
63 43 47 52 54 52 59 49 34 55JUMLAH
NO RESPONDEN
NO ITEM
142
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
3 5 4 5 4 5 3 4 2 3 4
4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4
4 5 4 5 4 4 4 1 4 5 4
1 5 5 5 4 2 4 5 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
1 5 3 5 4 3 3 4 4 3 5
4 5 5 4 4 4 3 4 3 5 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 4
4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4
3 5 4 5 3 5 4 4 3 4 3
2 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4
4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4
45 64 59 65 55 54 53 56 49 57 56
NO ITEM
143
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
4 5 5 4 4 3 3 4 4 2 3
5 4 4 2 5 4 4 4 5 4 4
5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 5
4 5 5 3 4 4 4 5 5 3 4
5 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4
4 4 4 3 5 4 3 5 4 3 5
5 4 5 4 4 4 3 5 5 2 5
4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4
4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
4 5 4 3 4 4 4 4 5 3 4
4 4 4 2 4 3 3 4 4 3 4
4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 4
4 4 4 2 4 4 4 4 5 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
60 61 59 45 59 53 50 60 62 50 58
NO ITEM
144
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
2 3 4 3 2 3 4 3 5 4 3
2 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5
1 5 5 4 5 4 2 4 4 4 4
3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 3
2 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4
1 5 4 4 2 5 2 4 5 4 4
3 4 4 4 3 4 2 4 5 4 3
2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3
2 4 4 5 3 3 4 3 4 4 4
3 3 4 3 5 4 4 4 4 4 4
3 2 4 4 3 4 4 3 5 4 2
2 5 4 5 4 4 2 4 4 4 2
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
33 55 57 57 49 54 45 52 60 56 49
NO ITEM
145
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4
5 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4
4 4 4 4 4 5 5 5 2 4 5
4 3 4 4 4 4 4 5 4 2 5
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4
4 4 4 4 4 5 4 4 4 3 5
5 4 4 4 3 4 4 5 3 2 5
4 4 4 4 2 4 5 4 2 2 4
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4
4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4
5 4 4 3 3 4 4 5 2 3 4
4 2 4 4 2 5 5 4 2 4 5
5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
60 52 56 55 48 59 59 60 38 42 61
NO ITEM
146
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
2 5 4 4 4 4 3 3 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5
1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4
3 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5
2 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4
2 4 4 4 3 4 4 5 4 4 4
1 4 5 5 4 4 3 4 4 4 4
2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 3 2 4 4 3 4 3 3
2 4 4 5 4 2 4 5 5 4 5
2 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
28 59 57 59 54 55 56 58 60 55 58
NO ITEM
147
SMA N 1 KEJOBONG
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 5 2 4 5 2 4 5 2 2 5
2 2 4 3 1 4 4 5 4 2 4 4
3 3 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4
4 4 4 1 3 4 4 3 4 4 2 4
5 5 5 2 4 4 4 3 4 3 3 4
6 6 5 3 1 5 4 4 4 2 2 5
7 7 5 4 1 5 4 4 4 4 2 4
32 17 16 31 26 27 29 21 17 30
NO RESPONDEN
NO ITEM
JUMLAH
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
5 3 4 5 4 5 1 4 4 4 5
2 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4
3 5 5 4 3 3 4 4 2 3 4
4 3 4 5 4 4 4 4 4 1 4
2 4 4 4 3 3 4 4 2 2 3
5 4 3 5 4 4 3 4 4 4 4
2 3 4 5 2 4 2 4 4 3 4
23 24 28 32 23 27 22 28 24 21 28
NO ITEM
148
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
4 4 4 2 5 2 4 4 4 2 4
4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3
2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3
4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4
3 4 3 3 5 4 4 3 4 3 5
4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 5
3 4 5 4 4 2 3 3 4 5 4
24 29 28 22 30 20 24 25 28 25 28
NO ITEM
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
2 4 4 5 5 5 4 2 4 4 5
3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3
2 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3
1 4 4 2 4 4 2 2 4 4 2
1 5 4 5 2 3 2 2 4 5 2
2 5 4 4 5 4 5 4 4 4 4
2 2 4 2 5 4 4 2 4 4 4
13 28 28 25 28 26 24 18 28 29 23
NO ITEM
149
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
5 5 5 5 5 5 5 4 2 4 4
3 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4
4 4 4 2 2 4 4 4 2 4 4
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4
4 3 3 4 2 4 4 4 3 4 5
4 5 4 5 2 4 4 4 2 2 4
4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
28 28 28 27 21 29 29 28 17 26 29
NO ITEM
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
2 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5
2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 5 3 5 5 5 5 5 4 3 3
2 5 4 5 4 5 4 4 5 5 4
2 4 4 4 4 4 2 5 4 4 4
17 31 27 31 29 30 28 29 29 29 28
NO ITEM
150
SMA N 1 REMBANG
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 4 1 4 3 2 4 4 4 4 2
2 2 5 4 4 3 4 4 4 4 5 4
3 3 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4
5 5 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4
6 6 5 4 5 3 4 4 5 4 1 4
7 7 5 4 5 3 4 4 5 4 1 4
8 8 4 3 4 4 4 4 5 2 2 4
9 9 5 4 2 3 4 4 4 2 4 5
10 10 5 3 2 4 4 5 4 5 1 5
11 11 4 4 3 3 3 4 4 3 2 4
51 38 41 37 40 45 47 39 32 44JUMLAH
NO RESPONDEN
NO ITEM
151
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 5 2 2 2 2 2 3 3
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4
2 3 5 5 3 4 4 5 2 3 4
4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2
4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4
4 5 4 5 3 2 4 4 3 2 3
2 4 5 5 2 2 2 4 4 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4
37 45 47 50 37 37 39 43 36 35 40
NO ITEM
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
2 5 4 2 4 2 2 4 4 2 4
4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4
4 4 4 2 4 2 3 4 4 3 4
4 4 4 2 4 2 2 4 4 4 4
4 5 5 4 4 3 4 5 5 3 4
3 4 4 2 4 2 4 4 5 4 4
4 4 4 2 4 2 4 4 5 4 4
4 4 4 2 4 4 3 5 4 4 4
3 5 5 2 4 2 4 4 5 4 2
4 4 2 5 4 4 4 5 5 3 4
4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3
40 47 44 30 44 30 37 48 50 38 41
NO ITEM
152
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
2 4 4 4 4 4 2 4 5 4 2
2 4 4 4 4 2 4 4 4 4 1
4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4
2 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4
2 5 5 2 4 4 4 2 5 5 2
4 5 4 2 4 4 4 4 4 3 2
4 5 4 2 4 4 4 4 5 4 2
2 4 4 4 4 4 2 3 4 4 2
4 5 4 4 4 4 4 2 4 4 4
3 3 4 2 4 4 4 2 4 4 1
3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3
32 47 43 33 42 42 40 35 47 44 27
NO ITEM
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 2 4 4 2 4 5 4 2 2 4
3 3 4 4 2 4 5 4 3 4 4
4 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4
3 4 4 4 1 4 4 4 3 3 4
4 4 4 4 3 5 4 5 3 5 5
3 4 4 4 2 4 5 4 3 2 4
4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4
4 4 4 4 2 4 4 5 1 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4
2 4 4 4 3 4 4 5 3 3 4
2 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4
37 41 44 43 27 45 46 47 30 35 45
NO ITEM
153
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
4 5 4 4 2 4 5 2 4 4 4
1 4 4 4 2 4 4 4 4 4 5
2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 5 1 4 1 4
3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4
25 45 44 44 39 45 43 38 44 42 48
NO ITEM
154
SMA N 1 BOBOTSARI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 4 2 4 4 2 4 4 2 2 4
2 2 5 1 2 4 5 2 5 2 2 2
3 3 4 2 4 4 5 4 4 4 2 4
4 4 5 2 4 4 3 5 4 2 2 4
5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 1 2
6 6 4 3 3 4 5 4 4 4 1 2
7 7 5 5 5 4 5 5 5 5 1 5
8 8 5 4 4 3 4 4 4 4 2 4
9 9 5 2 1 4 5 2 4 4 3 4
10 10 5 2 4 4 4 4 4 2 2 4
11 11 4 3 3 4 4 3 4 2 3 5
12 12 4 3 3 4 3 3 4 2 2 5
13 13 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3
58 36 45 51 53 48 54 40 25 48JUMLAH
NO RESPONDEN
NO ITEM
155
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4
2 5 5 5 4 4 4 4 2 2 4
2 5 4 5 4 4 4 4 3 4 4
3 5 4 5 3 3 3 5 4 3 4
3 5 5 5 3 3 4 4 4 4 4
3 5 4 5 4 4 4 5 3 3 3
5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5
4 5 5 5 2 4 4 4 3 3 4
4 5 4 5 3 2 3 4 4 4 4
4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3
4 5 4 4 5 4 3 4 4 3 3
3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3
45 63 55 60 48 49 45 54 47 44 49
NO ITEM
156
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
4 4 4 2 4 2 2 5 5 4 4
2 4 4 2 4 4 4 5 5 4 4
4 4 4 3 4 4 3 5 5 4 4
2 4 4 4 4 3 4 4 5 4 5
2 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
2 4 4 3 4 4 4 4 5 3 3
5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5
4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
4 4 5 2 4 4 4 5 5 3 4
4 4 4 4 4 2 4 5 5 4 4
4 4 4 3 4 3 2 4 5 4 4
4 4 4 4 4 3 2 5 5 3 4
3 4 3 3 4 3 3 4 5 4 3
44 53 52 41 52 45 45 59 64 50 52
NO ITEM
157
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4
2 5 5 4 4 4 2 2 4 4 1
4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4
3 4 4 4 3 4 3 2 4 4 2
2 4 4 4 4 4 3 4 5 4 2
2 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2
1 5 4 5 5 5 5 1 5 4 5
2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4
2 4 4 2 3 4 4 3 5 4 3
3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 5 5 3 4 2 3 5 4 4
2 4 4 5 3 4 2 3 4 4 5
2 4 3 4 3 4 2 3 4 4 4
31 55 53 52 47 52 40 39 58 52 44
NO ITEM
158
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 4 4 4 4 5 4 4 4 2 5
4 4 4 4 2 4 5 4 2 3 2
4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 5
5 3 4 4 2 4 4 4 2 4 4
3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4
2 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3
5 5 4 5 5 5 4 5 1 5 5
4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4
4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4
5 4 4 4 3 4 4 5 2 3 4
5 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4
5 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3
54 50 52 50 43 53 54 54 33 45 51
NO ITEM
159
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3
2 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4
4 4 4 4 4 4 3 4 5 4 4
3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
2 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 3 4 4 5 5 5
2 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4
33 53 52 53 52 48 51 51 56 54 54
NO ITEM
160
SMA N 1 KUTASARI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4
2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4
3 3 4 5 2 4 2 5 4 2 1 4
4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 2 4
5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4
6 6 5 5 4 4 2 5 4 2 4 2
26 26 20 21 21 26 24 20 13 22
NO RESPONDEN
NO ITEM
JUMLAH
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
3 4 5 5 3 4 2 4 3 4 4
2 4 4 5 4 2 4 4 4 4 4
4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 5
4 5 5 5 4 4 4 5 2 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 4
19 26 27 27 22 21 21 23 20 24 25
NO ITEM
161
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4
4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4
5 4 4 4 5 1 1 5 4 4 5
4 5 5 1 4 4 5 5 5 4 4
4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
25 25 25 18 25 17 21 26 25 24 25
NO ITEM
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
2 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4
4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 3
2 5 5 5 4 4 3 3 5 5 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16 26 25 26 24 24 22 20 25 25 23
NO ITEM
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 3 4 4 3 4 4 4 2 2 4
4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4
4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4
4 4 4 4 3 5 5 5 1 2 5
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4
24 22 24 24 20 22 25 25 17 18 25
NO ITEM
162
SMA N 1 KARANGREJA
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
1 5 5 5 4 3 4 5 5 5 5
4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16 25 25 25 24 20 24 25 25 25 25
NO ITEM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 5 4 5 5 4 2 5 3 4 1
2 2 4 3 4 2 4 2 4 2 2 4
3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 2 4
4 4 5 4 1 3 2 4 4 5 2 1
5 5 5 3 5 4 5 4 5 2 2 4
6 6 5 4 3 4 2 4 4 2 3 4
7 7 5 2 4 4 5 2 4 2 2 4
8 8 4 3 3 3 3 2 4 3 4 4
9 9 5 4 5 4 1 1 4 2 4 4
42 30 34 33 29 25 38 24 25 30
NO RESPONDEN
NO ITEM
JUMLAH
163
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4
4 5 4 4 4 4 2 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4
3 4 4 3 4 4 5 4 4 2 4
4 5 4 5 4 2 4 4 3 3 4
4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4
2 4 5 5 1 4 4 4 2 2 4
4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4
4 5 4 5 4 4 4 4 3 3 4
34 40 38 39 34 35 33 37 31 28 36
NO ITEM
22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4
4 4 4 4 4 3 2 5 4 4 5
4 4 4 4 4 4 2 4 5 3 4
4 5 4 2 4 2 3 4 4 3 4
4 5 4 1 4 4 4 4 4 4 4
4 4 3 4 4 3 2 4 4 4 4
4 5 4 1 5 3 3 5 5 4 4
4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4
5 5 5 4 5 4 3 4 4 4 5
37 41 36 29 39 29 27 39 39 34 38
NO ITEM
164
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
1 5 5 1 4 5 1 1 5 5 5
2 4 4 5 4 4 2 4 2 4 2
3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4
4 5 4 4 3 3 3 3 4 5 3
4 4 4 4 4 4 2 2 5 4 2
4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4
2 5 4 2 4 4 2 2 5 5 2
3 4 4 2 4 4 2 4 4 4 2
2 5 5 4 1 4 4 3 5 4 5
25 40 38 29 29 36 22 26 38 39 29
NO ITEM
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
4 5 5 5 4 5 5 5 2 5 5
3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4
3 2 4 4 2 4 4 4 2 4 4
3 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4
4 4 4 2 3 4 4 4 1 4 4
2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4
3 2 4 4 2 4 5 5 2 4 5
2 4 4 4 2 4 2 4 2 4 4
3 5 4 5 1 4 4 4 3 4 4
27 33 36 36 26 37 37 38 22 34 38
NO ITEM
165
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
2 5 5 5 5 5 2 1 5 5 5
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2
2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4
2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 5
2 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5
19 36 37 37 38 37 35 31 37 36 36
NO ITEM
166
Lampiran 9
HASIL ANALISIS PERSEPSI GURU BIDANG STUDI DI SMA NEGERI SEKABUPATEN PURBALINGGA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 SMA N 1 PADAMARA A 39 23 29 29 29 30 35 24 20 36
2 SMA N 1 KEMANGKON B 33 20 24 22 25 26 31 23 20 23
3 SMA N 1 BUKATEJA C 57 28 43 49 47 54 54 36 35 50
4 SMA N 1 PURBALINGGA D 73 47 50 57 66 55 71 53 46 60
5 SMA N 2 PURBALINGGA E 63 43 47 52 54 52 59 49 34 55
6 SMA N 1 KEJOBONG F 32 17 16 31 26 27 29 21 17 30
7 SMA N 1 REMBANG G 51 38 41 37 40 45 47 39 32 44
8 SMA N 1 BOBOTSARI H 58 36 45 51 53 48 54 40 25 48
9 SMA N 1 KUTASARI I 26 26 20 21 21 26 24 20 13 22
10 SMA N 1 KARANGREJA J 42 30 34 33 29 25 38 24 25 30
NO SEKOLAH CODE
NO ITEM
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
29 33 33 36 32 30 28 35 28 29 28 29 36 32 32
21 35 27 29 25 27 18 31 20 25 31 28 33 30 25
46 60 56 59 52 49 49 53 44 45 49 43 59 54 49
52 75 68 70 57 56 54 64 47 61 64 57 70 67 47
45 64 59 65 55 54 53 56 49 57 56 60 61 59 45
23 24 28 32 23 27 22 28 24 21 28 24 29 28 22
37 45 47 50 37 37 39 43 36 35 40 40 47 44 30
45 63 55 60 48 49 45 54 44 44 49 44 53 52 41
19 26 27 27 22 21 21 23 20 24 25 25 25 25 18
34 40 38 39 34 35 33 37 31 28 36 37 41 36 29
NO ITEM
167
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
33 27 27 27 33 26 35 21 37 36 34 28 34 22 31
31 27 28 32 33 28 29 14 30 30 30 23 26 25 25
55 43 50 58 60 46 54 38 57 55 48 45 51 36 46
66 56 67 72 73 64 60 44 65 66 58 53 66 51 44
59 53 50 60 62 50 58 33 55 57 57 49 54 45 52
30 20 24 25 28 25 28 13 28 28 25 28 26 24 18
44 30 37 48 50 38 41 32 47 43 33 42 42 40 35
52 45 45 59 64 50 52 31 55 53 52 47 52 40 39
25 17 21 26 25 24 25 16 26 25 26 24 24 22 20
39 29 27 39 39 34 38 25 40 38 29 29 36 22 26
NO ITEM
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55
36 33 26 33 32 33 33 21 33 35 36 18 28 36 11
30 30 19 28 26 29 28 20 30 29 28 15 25 29 18
57 55 32 51 52 52 52 38 55 56 53 40 44 58 30
69 66 43 64 56 58 55 50 65 67 67 35 60 67 33
60 56 49 60 52 56 55 48 59 59 60 38 42 61 28
28 29 23 28 27 29 27 21 29 29 28 17 26 29 17
47 44 27 37 41 44 43 27 45 46 47 30 35 45 25
58 52 44 54 50 52 50 43 53 54 54 33 45 51 33
25 25 23 24 22 24 24 20 22 25 25 17 18 25 16
38 39 29 27 33 36 36 26 37 37 38 22 34 38 19
NO ITEM
168
56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
37 35 36 33 33 35 34 37 35 36
29 27 29 25 28 30 28 28 28 29
56 52 58 53 49 56 50 56 53 57
69 66 68 63 60 65 58 69 66 66
59 57 59 54 55 56 58 60 55 58
31 27 31 29 30 28 29 29 29 28
45 44 44 39 45 43 38 44 42 48
53 52 53 52 48 51 51 56 54 54
25 25 25 24 20 24 25 25 25 25
36 37 37 38 37 35 31 37 36 36
NO ITEM
169
HASIL ANALISIS SKALA PSIKOLOGIS PER INDIKATOR
Indikator No Item Jumlah Jml item Skor Ideal
(%)
1 1, 3 823 2 520 1040 79,13462
2 2, 12, 20, 21,22,27,28,29,30,43,44.48,55 4836 13 520 6760 71,53846
3 6, 9,23, 31,32,33,56 2183 7 520 3640 59,97253
4 4, 13, 24, 57,59 2079 5 520 2600 79,96154
5 7, 25,34,35,45,46,47,49,50,51,61,62 4984 12 520 6240 79,87179
6 5,8,10,11,14,36,37,38,52,63 3812 10 520 5200 73,30769
7 15,16,17,39,40,53,54,58,65 3468 9 520 4680 74,10256
8 18,19,26,41,42,60,64 2906 7 520 3640 79,83516
170
Lampiran 10 Pedoman Wawancara Data Awal dengan Konselor
Kisi-kisi intrumen
Pendoman wawancara awal dengan konselor
No Prosedur Variable No Item
1 Tujuan Mengetahui pelaksanaan dan hambatan yang
dialami konselor dalam pelaksanaan layanan
Bimbingan dan Konseling kaitannya dengan
kerjasama dengan guru bidang studi
2 Focus Hambatan yang dialami konselor kaitannya dengan
hubungan dengan guru bidang studi
3 Penjelasan
dari studi
pustaka
1. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan
Konseling di sekolah
2. Kolaborasi antara konselor sekolah dengan
guru bidang studi
a) Peran guru bidang studi dalam BK
b) Kesalahpahaman terhadap Bimbingan
dan Konseling
PANDUAN WAWANCARA
1. Tujuan Wawancara: Mengetahui pelaksanaan dan hambatan yang dialami
konselor dalam pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling
2. Pelaksanaan :
a) Hari/tanggal :
b) Jam :
3. Aspek-aspek wawancara :
1. Pelaksanaan layanan klasikal
a. Bagaimana pelaksanaan layanan klasikal disekolah?
b. Materi-materi apa saja yang diberikan saat klasikal?
c. Adakah hambatan-hambatan yang dialami, mengingat waktu yang
diberikan hanya satu jam pelajaran?
2. Pelaksanaan layanan konseling individu
a. Apakah siswa sudah mempunyai kesadaran sendiri untuk datang ke
BK?
b. Siswa kelas berapa yang paling sering datang ke BK?
c. Permasalahan apa saja yang siswa alami dan kemukakan saat
konseling individu?
171
3. Pelaksanaan layanan BKP dan KKP
a. Bagaimana pelaksanaan layanan BKP dan KKP?
b. Kendala atau hambatan yang dihadapi?
4. Bagaimana prosedur penanganan masalah siswa?
5. Bagaimana peran serta guru bidang studi dalam bimbingan dan konseling?
6. Masih adakah kesalahpahaman guru bidang studi yang terjadi? Jika iya,
kesalahpahaman apa saja yang masih banyak terjadi?
7. Upaya apa yang dilakukan untuk meminimalisir kesalahpahaman guru
bidang studi?
8. Hambatan-hambatan yang dialami dalam pelaksanaan Bimbingan dan
Konseling?
172
Lampiran 11 Hasil Wawancara Awal dengan Konselor
Catatan lapangan
Wawancara Pengambilan Data Awal
Tanggal wawancara : 20 April 2015
Tujuan : Mengetahui pelaksanaan dan hambatan yang dialami
konselor dalam pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling
Jenis wawancara : wawancara terstruktur (pedoman wawancara)
Wawancara dilakuakan pada saat peneliti ingin mencari data awal dilapangan
sebagai penguat. Adapun wawancara yang digunakan terstruktur, dengan
pedoman yang ada peneliti mencoba mengembangkan wawancara untuk
memperoleh gambaran lebih luas mengenai pelaksanaan dan hambatan yang
dialami konselor dalam kaitannya dengan peran serta guru bidang studi.
No Interviewer Interviewiee
1 Bagaimana pelaksanaan
layanan klasikal disekolah?
Untuk layanan klasikal masuk kelas satu
kali seminggu
2 Materi-materi apa saja yang
diberikan saat klasikal
Materi-materi disesuaikan dari hasil
needassesmen. Kebanyakan masalah
belajar, dan hubungan dengan teman
sebaya.
3 Adakah hambatan-hambatan
yang dialami, mengingat
waktu yang diberikan hanya
satu jam pelajaran?
Iya,,, dengan waktu hanya satu jam itu
sangat dirasa kurang sekali, bahkan dulu
sempat mbak, untuk Bk tidak diberi jam
masuk. Hal itu dikarenakan jam kerja
sekarang itu kan hanya sampai jum‟at. Tapi
pada akhirnya, kami guru BK, matur ke
pihak sekolah untuk meminta jam klasikal.
Karena kan kalau ngga ada klasikal ya
gimana ya mbak, untuk satu jam saja itu
tidak cukup, apalagi kalau mesti ditiadakan.
Dan akhirnya pihak sekolah memberi satu
jam pelajaran untuk klasikal.
4 Apakah siswa sudah
mempunyai kesadaran sendiri
untuk datang ke BK?
Sebagian sudah, tapi ya masih banyak yang
suka malu-malu. Paling ya nanti saya
pancing-pancing dulu, kalau ada siswa yang
keliatannya mau crita, nanti saya ajak
ngobrol, guyonan dulu gitu mbak.
173
5 Siswa kelas berapa yang
paling sering datang ke BK?
Biasanya yang sudah berani datang sendiri
itu kelas tiga. Mereka biasanya banyak
meminta masukan, kemudian pengarahan
karier dan informasi-informasi pendidikan
lanjutan.
6 Permasalahan apa saja yang
siswa alami dan kemukakan
saat konseling individu?
Kebanyakan mengenai sekolah lanjutan.
Banyak yang masih bingung, mau
melanjutkan kemana, nanti kalau kuliah,
ambil jurusan apa, seperti itu.
7 Bagaimana pelaksanaan
layanan BKP dan KKP?
Untuk layanan Bkp dan Kkp dilaksanakan
sepulang sekolah. Karena kan untuk masuk
kelasnya hanya satu jam. Jadi ya,
diupayakan tetap ada, tapi waktunya
fleksibel. Biasanya sepulang sekolah.
8 Kendala atau hambatan yang
dihadapi?
kadang susah juga mbak. Karena siswa juga
sudah capek. Inginnya ya cepet-cepet
pulang.
9 Bagaimana prosedur
penanganan masalah siswa
Biasanya kalau ada siswa yang
bermasalah,siswanya kami panggil. Selain
itu,kami juga mencari tahu informasi-
informasi, baik dari teman-temannya
maupun dari lingkungan keluarga. Biasanya
kami melakukan home visit juga. Bahkan
jika perlu kami melakukan mediasi dan
konferensi kasus. Tergantung dari jenis dan
berat ringannya masalah.
10 Bagaimana peran serta guru
bidang studi dalam
bimbingan dan konseling?
Terkadang kami home visit bersama guru
yang menjadi wali kelas siswa yang
bermasalah itu mbak. Ya... saling bertukar
informasi juga.
11 Masih adakah
kesalahpahaman guru bidang
studi yang terjadi? Jika iya,
kesalahpahaman apa saja
yang masih banyak terjadi?
Nah itu mbak. Masih ada saja
kesalahpahaman itu. Lalu masih ada juga
yang belum bekerjasama dengan baik. Apa
ya.... jadi itu melimpahkan semua masalah
itu ke BK. Ya, mungkin karena mereka
belum tahu tugas dan peran serta mereka
dalam Bk kali ya mbak. Selain itu juga
masalah poin. Nah itu kan semestinya
bagiannya kesiswaan untuk mengelola poin
itu. Nah dulu sempat ada guru yang
mengusulkan kalo BK yang ngurusin itu.
Ya kami menolak mbak, karena kan sudah
ada tugasnya masing-masing.
Terus itu, banyak yang mengira kalau kita
174
disini ndak ada kerjaan, karena mungkin
yang mereka lihat itu oh BK cuma masuk
kelas satu jam. Padahal kan tugas kita
berbeda dengan mereka, yang banyak jam
mengajar dikelas. Padahal kan kita tugasnya
sebetulnya banyak juga. Padahal kami
terkadang pulang terakhir mbak, untuk BKP
atau KKP. Tapi dikiranya, cuma ngajar satu
jam saja, ngga jelas kerjanya, padahal kan
BK kegiatannya nggak cuma klasikal saja,
tapi ada BKP,KKP, Konseling Individu,
keluar-keluar untuk home visit dan lain-lain.
12 Upaya apa yang dilakukan
untuk meminimalisir
kesalahpahaman guru bidang
studi?
Biasanya kami mengkomunikasikan. Kalau
seperti kepsek, wakil mereka si sudah tahu.
Oh BK tugasnya ini ini ini, siswa-siswa
yang ditangani si A si B. Tapi kalau guru
mapel, sebagian ada yang masih
beranggapan kurang tepat seperti tadi itu.
13 Hambatan-hambatan yang
dialami dalam pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling?
Yang menjadi hambatan itu ya mbak, dari
intensitas bertemu siswa yang cuma satu
jam seminggu. Lalu anggapan negatif ya,,,
kesalahpahaman guru. Terutama itu guru
senior itu mbak, yang masih sering
beranggapan seperti itu. Kalau yang muda-
muda si kebanyakan mudah untuk diajak
kolaborasi. Lalu mungkin sarana
prasarananya ya. Seperti ruang konseling
individu yang khusus itu belum.
175
Catatan lapangan
Wawancara Pengambilan Data Awal
Tanggal wawancara : 21 April 2015
Tujuan : Mengetahui pelaksanaan dan hambatan yang dialami
konselor dalam pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling
Jenis wawancara : wawancara terstruktur (pedoman wawancara)
Wawancara dilakuakan pada saat peneliti ingin mencari data awal dilapangan
sebagai penguat. Adapun wawancara yang digunakan terstruktur, dengan
pedoman yang ada peneliti mencoba mengembangkan wawancara untuk
memperoleh gambaran lebih luas mengenai pelaksanaan dan hambatan yang
dialami konselor dalam kaitannya dengan peran serta guru bidang studi.
No Interviewer Interviewiee
1 Bagaimana pelaksanaan
layanan klasikal disekolah?
Untuk BK mendapat jatah masuk kelas satu
jam.
2 Materi-materi apa saja yang
diberikan saat klasikal
Untuk materi yang diberikan saat klasikal
itu kebanyakan yang menyangkut
perkembangan
3 Adakah hambatan-hambatan
yang dialami, mengingat
waktu yang diberikan hanya
satu jam pelajaran?
Tentunya waktunya terlalu singkat ya, jadi
harus pandai-pandai mengatur waktu.
4 Apakah siswa sudah
mempunyai kesadaran sendiri
untuk datang ke BK?
Siswa beberapa sudah sukarela namun
mayoritas belum, jadi harus dipanggil
biasanya
5 Siswa kelas berapa yang
paling sering datang ke BK?
Yang sering datang itu kebanyakan kelas
12, karena mereka kan sudah mengenal BK.
Jadi sudah tidak malu dan canggung-
canggung lagi.
6 Permasalahan apa saja yang
siswa alami dan kemukakan
saat konseling individu?
Kebanyakan yang curhat itu adalah siswi
perempuan dan masalahnya adalah masalah-
masalah yang berkaitan dengan orang tua.
7 Bagaimana pelaksanaan
layanan BKP dan KKP?
Untuk Bkp belum dilaksanakan
sebagaimana semestinya karena kendala
waktu masuk kelas yang hanya satu jam,
sedangkan kkp dilaksanakan dengan
memanggil siswa yang bermasalah,
176
biasanya pada saat jam-jam pelajaran
tertentu dengan izin pada guru mata
pelajaran.
8 Kendala atau hambatan yang
dihadapi?
Belum dilaksanakan sebagaimana mestinya
karena kendala waktu masuk kelas yang
hanya satu jam pelajaran. Dan jika
dilakukan sepulang sekolah tidak
memungkinkan karena pasti siswa sudah
lelah, dan kegiatan BKP KKP akhirnya
tidak kondusif.
9 Bagaimana prosedur
penanganan masalah siswa
Tergantung berat ringannya masalah mbak.
Biasanya siswa yang bermasalah dipanggil.
Kami gali informasi, seperti apa
permasalahan yang dialami. Jika perlu kami
melakukan kunjungan rumah. Dalam hal ini
tentunya kami bekerjasama dengan wali
kelas. Dan jika masalahnya berat, misalnya
mencuri atau berkelahi, pihak sekolah
mengundang orang tua siswa. Lalu tim BK,
wali kelas, kesiswaan, dan orang tua
bersama-sama membicarakan permasalahan
ini.
10 Bagaimana peran serta guru
bidang studi dalam
bimbingan dan konseling?
Disini sebisa mungkin kita bekerjasma ya,
baik dengan guru, kesiswaan, staf-staf lain,
serta koordinasi dengan kepala sekolah
tentunya. Kalau dengan guru bidang studi,
biasanya kami berkolaborasi mengatasi
siswa yang mengalami kesulitan belajar.
11 Masih adakah
kesalahpahaman guru bidang
studi yang terjadi? Jika iya,
kesalahpahaman apa saja
yang masih banyak terjadi?
Ya... yang namanya pemahaman, persepsi
setiap orang pasti berbeda-beda.
Kesalahpahaman pasti tetap ada. Saya rasa
disekolah-sekolah lain juga masih ada,
namun kalau disini kami berusaha untuk
berkomunikasi, dan bekerjasama agar
mereka juga tahu tugas dari guru BK itu
seperti apa. Sehingga tidak terjadi
kesalahpahaman seperti BK itu hanya
tempatnya siswa yang bermasalah, bagian
menghukum siswa yang tidak patuh tata
tertib, seperti itu.
12 Upaya apa yang dilakukan
untuk meminimalisir
kesalahpahaman guru bidang
studi?
kalau disini kami berusaha untuk
berkomunikasi, dan bekerjasama agar
mereka juga tahu tugas dari guru BK itu
seperti apa. Ya kalau untuk seperti
memotong rambut, menindak siswi yang
rok terlalu pendek, itu kolaborasi dari BK
177
dan kesiswaan. Jadi kami bekerjasma.
13 Hambatan-hambatan yang
dialami dalam pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling?
Hambatan yang dialami yaitu untuk klasikal
harus benar-benar mempersiapkan media
yang inovativ dan tidak membosankan.
Untuk BKP dan KKP terkendala dari jam
pelajaran yang hanya satu jam, selain itu
juga kurangnya tenaga BK, karena satu
orang konselor mengampu sampai 190
siswa.
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190