ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIPRODUKSI MADU LEBAH HETEROTRIGONA ITAMA DI
RUMAH KOMPOS UIN JAKARTA
SKRIPSI
Oleh :ARIJAL WAHID MUKLIS NUR HASAN
1112092000013
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2018 M / 1439 H
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIMADU LEBAH HETEROTRIGONA ITAMA DI RUMAH
KOMPOS UIN JAKARTA
ARIJAL WAHID MUKLIS NUR HASAN1112092000013
SkripsiDiajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana `Pertanian Pada
Program Studi AgribisnisFakultas Sains dan Teknologi
PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA2018 M / 1439 H
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 8 Februari 2018
Arijal Wahid Muklis Nur HasanNIM. 1112092000013
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Diri
Nama : Arijal Wahid Muklis Nur Hasan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal, Lahir : Jakarta, 05 November 1994
Agama : Islam
Alamat : Jl. Arya Putra Rt 09 Rw 10Kedaung Pamulang TangerangSelatan
No. Hp : 089 638 581 721
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. 2012 – 2017 : Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi (FST)UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. 2009 – 2012 : SMK Satya Karya Karanganyar
3. 2006 – 2009 : SMPN 2 Pamulang
4. 2000 – 2006 : SDN Kampung Bulak
Pengalaman Organisasi
1. 2009-2012 : Karang Taruna Dusun Kumpul Gondangmanis Kra.pandan.
Kra.anyar (Sekertaris )
2. 2012-2013 : Ketua Ikatan Remaja Masjid Asmaul Husna
3. 2015-2017 : Kopma UIN Jakarta – Anggota – Staff Kantin4. 2015-2016 : Unit Bisnis Katering Kopma – Sekertaris
5. 2016-2017 : Asosiasi Koperasi Mahasiswa JABODETABEK BANTEN –
Anggota
6. 2017-2018 : BPKP Tangerang Selatan – Anggota
Pengalaman Kerja
1. 2013 : PT. Bagelen Putra – Pelaksana
RINGKASAN
ARIJAL WAHID MUKLIS NUR HASAN, ANALISI FAKTOR -FAKTOR YANGMEMPENGARUHI PRODUKSI MADU LEBAH HETEROTRIGONA ITAMADI RUMAH KOMPOS UIN JAKARTA. DI BAWAH BIMBINGANELPAWATI DAN ACHMAD TJACHJA
Madu merupakan salah satu produk hasil hutan yang sudah lama dikenaloleh masyarakat dan memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai suplemenkesehatan, kecantikan, anti toksin, obat luka, dan sebagai bahan baku dalamindustri makanan dan minuman.
Hasil penelitian para pakar menunjukkan bahwa, madu yang dihasilkanlebah memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, selain menghasilkanmadu, juga menghasilkan malam atau lilin tawon, propolis atau perekat lebah,susu madu atau royal jelly dan manna (honeydew) yang berguna untuk berbagaiindustri makanan, dan kosmetik, sedangkan manna oleh banyak kalanganmemaknai sebagai bahan makanan dari Surga karena cita rasanya yang spesial(Sihombing, 1997).
Tujuan penelitian ini adalah adalah : Menganalisa Faktor – faktor yangmempengaruhi jumlah produksi madu lebah Heterogona itama Rumah KomposUIN Jakarta. Penelitian ini dilakukan di Rumah Kompos UIN Jakarta yangberalamat di Jalan Asrama Putra Komplek Perumahan Dosen UINSyarifhidayatullah Jakarta, Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari-Juni 2017. Data yang diperolwhdalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari dokumen produksimadu lebah heterotrigona itama di Rumah Kompos UIN Jakarta dan laporan sertaliteratur baik mediua cetak maupun media eletronik. Metode yang digunakandalam mengolah dan menganalisa data produksi madu lebah Heterotrigona yaituanalisi kuantitatif melalui model persamaan regresi berganda. Alat bantu yangdigunakan adalah software Microsoft Excel dan Stastitical Product ServiceSolution (SPSS) versi 2.1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan madu lebah HetrerotrigonaItama adalah sebagai berikut: Tanaman mengandung nektar, ukuran log, tanamanmengandung resin, suhu,hama. Dari kelima faktor yang di analisis Dari kelimafaktor yang dianalisis uji t faktor yang paling berpengaruh adalah ukuran tanamanmemiliki nektar, log dan hama, sementara melalui uji F diketahui bahwa kelimafaktor yang digunakan dapat di pakai untuk memprediksi produksi madu lebahHeterotrigona itama Rumah Kompos UIN Jakarta. Uji koefisien determinasisebesar 37,8 % dari produksi madu lebah Heterotrigona itama Rumah KomposUIN Jakarta mampu dijelaskan oleh kelima faktor – faktor tersebut .
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim
Assalamu’alaikum, Wr, Wb
Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor Produksi Madu Lebah
Heterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta”. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan program studi Strata-1 di Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa materil dan moral yang
sangat berarti dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta Alm Ayahanda Sunarto dan Ibunda Sumiyem yang
selalu memberikan kasih sayang, doa, nasihat, motivasi, saran serta dukungan,
dan dorongan moril maupun materil. Semoga saya dapat membahagiakan kedua
orang tua saya dengan selesainya skripsi ini.
2. Saudara tercinta Shofi Mawadah Warohmah, Paibu (Sugito), Ibu (Sri),
Setyowati Indah Lestari yang telah memberikan kasih sayang, doa, nasihat,
saran serta dukungan dan dorongan moril maupun materil sehingga sampai
tercapainya skripsi ini.
3. Sahabat tercinta dr.Annisa Dian Zulianti, Ibnu Dwi Saputra S.Ds, dr.Fitria Dewi
Nur, dr. Rahma Dewi, Cahya Junanda, Ivan Suaily, Alan Budi Kusuma S.E
yang telah memberikan kasih sayang, doa, nasihat, saran serta dukungan dan
dorongan moril maupun materil sehingga sampai tercapainya skripsi ini.
4. Tetangga tercinta Bude Febri , Ibu Guru, Uztad Abdul Karim, Aa ucup, Bapak
Toro yang telah memberikan kasih sayang, doa, nasihat, saran serta dukungan
dan dorongan moril maupun materil sehingga sampai tercapainya skripsi ini.
5. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Ir. E d m o n D a r i s , Ms selaku ketua program studi Sosial
Ekonomi Pertanian/Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Bapak Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku sekertaris program studi Sosial
Ekonomi/Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ibu, Dr. Ir. Elpawati, MP selaku dosen pembimbing pertama saya yang telah
mengarahkan dan memberi masukan dengan sabar dalam menghadapi saya
pada saat penyusunan skripsi ini.
9. Bapak Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP, selaku dosen pembimbing kedua
saya yang telah memperlancar dan mensupport saya pada saat penyusunan
skripsi ini.
10. Ibu Dewi Rohma Wati, SP, M.Si yang telah sabar membantu dan memperlancar
saya dalam pengurusan jalannya skripsi ini.
11. Sahabat 3 ceria Rizky Aprianto, Agus Herlambang, Alivia Anissa, Shannaz
Amadea, Novi Yulianti yang telah mensupport saya pada saat penyusunan
skripsi ini.
12. Riski, Barry, Fachrul, Madon, Dewo, Ihsan, Fandi, Anik, Aziz, Tyas, Tiara,
Mega, dan Isti yang telah mensupport saya pada saat penyusunan skripsi ini.
13. Sahabat Agribisnis 2012, KKN DERMA, TIM Riset Rumah Kompos, Sahabat
RK, Kopma UIN Jakarta, dan Guild Jakarta Seal Online yang telah
mengajarkan arti hidup, mendampingi saya dengan tulus ikhlas, dam sabar.
Semoga ini adalah langkah awal dalam kesuksesan kita bersama.
Jakarta, Februari 2018
Arijal Wahid Muklis Nur Hasan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 4
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lebah Heterotrigona Itama ........................................................... 6
2.2 Sumber Pakan Lebah Heterotrigona Itama.................................... 8
2.3 Tehnik Budidaya Lebah Heterotrigona itama ..................................... 12
2.4 Madu Lebah Heterotrigona itama .................................................. 14
2.5 Propolis Lebah Heterotrigona itama .............................................. 15
2.6 Hama Pada Lebah Heterotrigona Itama ......................................... 16
2.7 Teori Produksi .............................................................................. 17
2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi................... 19
2.9 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 21
2.10 Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 26
3.2 Jenis dan Sumber Data................................................................. 26
ii
3.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 26
3.4 Metode Pengolahan Data ............................................................. 27
3.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda .................................... 273.4.2 Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t) ......................... 283.4.3 Pengujian Hipotesis secara Serempak (Uji F) ................... 293.4.4 Koefisien Determinasi (R2).............................................. 30
3.5 Definisi Operasional .................................................................... 30
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Berdirinya Rumah Kompos UIN Jakarta ......................... 31
4.2 Letak Geografis dan Luas Area Lahan ......................................... 32
4.3 Lokasi Rumah Kompos ............................................................... 32
4.4 Luas Lahan dan Penggunaanya .................................................... 33
4.5 Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta ........................ 34
4.6 Alat-Alat Yang Digunakan Di Rumah Kompos UIN Jakarta ........ 35
4.7 Tahap – Tahap Produksi Madu Lebah Heterotrigona Itama ......... 36
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................. 38
5.1.1 Uji Normalitas ....................................................................... 385.1.2 Uji Heterokedastisitas ............................................................ 395.1.3 Uji Multikoleniritas................................................................ 41
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Produksi MaduLebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN Jakarta........... 42
5.2.1 Pengujian Parameter Regresi Secara Tunggal......................... 455.2.2 Uji Siginifikasi Simultan (Uji Statistik F)............................... 475.2.4 Koefisien Determinasi (R2).................................................... 48
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 50
6.2 Saran ........................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 51
LAMPIRAN ................................................................................................... 53
iii
DAFTAR TABEL
1. Jumlah Produksi Madu Indonesia 2010-2014 ............................................... 2
2. Jenis Tanaman Yang Memiliki Nektar Dan Resin ........................................ 19
3. Variabel Dependen dan Independen ............................................................. 27
4. Alat-alat yang digunakan di rumah kompos UIN Jakarta .............................. 35
5. Hasil Uji Glesjer .......................................................................................... 41
6. Hasil Uji Multikolinearitas........................................................................... 42
7. Hasil Anaisis Regresi Berganda ................................................................... 43
8. Hasil Uji T ................................................................................................... 45
9. Anova Uji F ................................................................................................. 48
10. Koefisien Dterminasi ................................................................................. 49
iv
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran..................................................................................... 25
2. Rumah Kompos UIN ................................................................................... 33
3. Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta......................................... 34
4. Bagian dalam log lebah Heterotrigona itama................................................ 37
5. Bagian dalam log lebah Heterotrigona itama ............................................... 37
6. Pemanenan lebah madu Heterotrigona itama ............................................... 38
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu produk hasil hutan bukan kayu yang menjadi prioritas
pengembangan Kementerian Kehutanan dan menjadi komoditas unggulan
adalah madu. Madu merupakan salah satu produk hasil hutan yang sudah lama
dikenal oleh masyarakat dan memiliki banyak manfaat, diantaranya sebagai
suplemen kesehatan, kecantikan, anti toksin, obat luka, dan sebagai bahan
baku dalam industri makanan dan minuman. Dengan luas hutan yang
mencapai 136,88 juta ha (Kementerian Kehutanan, 2010) potensi
pengembangan madu di Indonesia cukup besar. Sumber daya hutan itu
dapat dikembangkan sebagai ekosistem dan peternakan lebah madu.
Diperkirakan rata-rata produksi madu seluruh Indonesia sekitar 2000 ton
setiap tahunnya, dan dari produksi tersebut sekitar 75 % dihasilkan dari
perburuan madu liar di hutan (Kuntadi, 2008).
Lebah sebagai serangga penghasil madu, telah dikenal manusia sejak zaman
prasejarah. Pengenalan tersebut semakin mendalam bersamaan dengan turunnya
wahyu yang tercatat dalam kitab-kitab samawi antara lain Alqur’an dari Tuhan
Pencipta Alam Semesta. Dalam surat An-Nahl (ayat 68), dinyatakan bahwa
kumbang ini diilhamkan membuat sarang dibukit-bukit, dipohon-pohon kayu dan
di tempat-tempat yang dibuat agar mudah diperoleh manusia. Selanjutnya, dalam
ayat 69 kitab tersebut, ditunjukkan-Nya kepada manusia bahwa, dari dalam perut
lebah itu dihasilkan madu yang mengandung obat dan menyembuhkan berbagai
penyakit yang diderita manusia. Disaat itulah madu diyakini bukan hanya bahan
minuman/konsumsi semata, melainkan juga berhasiat yang secara medis dapat
menyembuhkan berbagai macam penyakit. Dengan demikian eksistensi serangga
ini bukanlah sejenis hewan biasa, akan tetapi sangat khusus. Bahkan di beberapa
negara terutama di zaman Kerajaan Mesir Kuno madu disetarakan nilainya
dengan sebuah mata uang resmi, sehingga masyarakat diwajibkan membayar
pajak dengan madu di zaman itu. Dengan keistimewaan seperti ini, tidak heran
apabila keingin untuk mengembangkan usaha tani hewan yang satu ini, dalam
kurun waktu belakangan ini makin tinggi.
Produksi madu Indonesia baru mencapai sekitar 2.000 ton/tahun
dengan tingkat konsumsi madu perkapita masih rendah, yaitu sekitar 10 s/d
15 gram/orang/th atau hanya setara dengan satu sendok makan per orang
per tahun. Sebagai pembanding konsumsi madu di negara – negara maju
seperti Jepang dan Australia telah mencapai kisaran 1.200 s/d 1.500
gram/orang/th (Dirjen BPDASPS, 2013).
Berikut data hasil produksi madu secara nasional yang diperoleh dari
Kementerian Kehutanan.
Tabel 1. Jumlah Produksi Madu Indonesia 2011-2014
No Tahun Produksi (Ton)
1 2010 15,40
2 2011 10,794
3 2012 1,94
4 2013 -
5 2014 1,94
Sumber : Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan
Perhutanan Sosial 2014
Hasil penelitian para pakar menunjukkan bahwa, madu yang dihasilkan
lebah memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, selain menghasilkan
madu, juga menghasilkan malam atau lilin tawon, propolis atau perekat lebah,
susu madu atau royal jelly dan manna (honeydew) yang berguna untuk berbagai
industri makanan, dan kosmetik, sedangkan manna oleh banyak kalangan
memaknai sebagai bahan makanan dari Surga karena cita rasanya yang spesial
(Sihombing, 1997).
Lebah Heterotrigona itama merupakan salah satu spesies lebah peng-hasil
madu anggota Famili Meliponidae (tidak memiliki sengat), berukuran kecil dan
merupakan salah satu serangga pollinator penting (Nagamitsu dan Inoue, 1998;
Batista et al., 2003; Francoy et al., 2009). Lebah jenis ini masih kurang populer
dibanding dengan Famili Apidae, se-perti Apis mellifera dan A. cerana. Lebah
Heterotrigona itama ini di Indonesia memiliki beberapa nama daerah, yaitu
kelulut (Kali-mantan), galo-galo (Sumatera), klanceng, lenceng (Jawa), dan
te’uweul (Sunda). Kelompok lebah ini membela diri dengan cara menggigit jika
terganggu. Lebah ini banyak dijumpai di daerah tropis dan subtropis seperti di
Amerika Selatan, Aus-tralia dan Asia Tenggara (Michener, 2007; Sakagami et al.,
1983; Sakagami dan In-oue, 1989; Klakasikorn et al., 2005).
Sampai saat ini produksi sarang Heterotrigona itama diperoleh dari mencari
langsung ke hutan karena budidaya Heterotrigona itama masih belum
berkembang, selain itu produksi madunya tergolong sedikit (1-2 kg atau sekitar 2
liter per koloni per tahun). Hal ini membuat harga madunya jauh lebih mahal dari
madu lebah lain. Keunggulan lebah Heterotrigona itama ini adalah produksi
propolisnya yang tinggi (3kg per koloni per tahun) dibandingkan dengan lebah
Apis yang hanya menghasilkan 20-30 g propolis per koloni per tahun.
Rumah kompos merupakan tempat penelitian yang di miliki oleh UIN
Syarifhidayatullah Jakarta. Salah satu penelitian yang di sedang di lakukan di
Rumah Kompos adalah Penelitian Lebah Heterotrigona itama, dengan total 37
log. Setiap log terdapat 1 koloni, dan penelitian lebah Heterotrigona itama ini di
berada di daerah perkotaan bukan di hutan, berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka penulis mengangkat judul “Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi madu lebah ( Heterotrigona Itama) di Rumah
Kompos UIN Syarifhidayatullah Jakarta.”
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dan penelitian ini adalah faktor – faktor apakah yang
mempengaruhi produksi madu lebah Heterogona itama di Rumah Kompos UIN
Jakarta dan berapa besar pengaruh dari faktor-faktor tersebut ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor – faktor yang
mempengaruhi jumlah produksi madu lebah Heterogona itama di Rumah Kompos
UIN Jakarta dan besar pengaruh dari faktor-faktor tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan-kegunaan :
1. Memberikan informasi yang dapat menambah pengetahuan mengenai
produksi madu Heterotrigona itama bagi petani dan masyarakat, pelaku
bisnis, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan sehingga dapat
memberikan daya tarik bagi mereka untuk menanamkan modal pada usaha
madu Heterotrigona itama.
2. Sebagai sarana latihan dan pengembangan wawasan bagi penulis dalam
penerapan teori yang penulis peroleh dibangku kuliah.
3. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pembaca sebagai sarana informasi
dan sebagai masukan bagi penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Peneliti melakukan aktivitas budidaya lebah madu Heterotrigona itama di
Rumah Kompos UIN Jakarta, untuk mengetahui dan memperoleh pengetahuan
tentang seberapa besar pengaruh faktor-faktor produksi madu lebah
Heterotrigona itama di Rumah Kompos UIN Jakarta. Dimana penelitian ini
meliputi tanaman yang menghasilkan nektar, ukuran log, tanaman yang
menghasilkan resin , suhu, dan hama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lebah Heterotrigona itama
Lebah genus Heterotrigona itama berasal dari Asia, lebah ini memiliki
warna hitam dengan ukuran tubuh relatif lebih kecil dibandingkan dengan lebah
dari genus Apis. Kebanyakan spesies lebah ini hidup berkoloni atau sosial, namun
beberapa ditemukan hidup soliter. Besar kecilnya koloni lebah dapat dipengaruhi
oleh spesies, umur koloni, besar-kecilnya sarang serta faktor lingkungan seperti
suhu, kelembaban dan ketinggian tempat (Michener, 2007). Lebah Heterotrigona
itama adalah lebah yang tidak memiliki sengat sebagai alat pertahanan, namun
mempertahankan koloni dengan cara mengerumuni sumber gangguannya. Lebah
ini memiliki tiga pasang kaki yang beruas-ruas. Sepasang kaki belakang memiliki
duri-duri yang berfungsi sebagai alat memegang polen yang dikoleksi dari
tumbuhan.
Di bagian kepala terdapat mata facet yang besar, memiliki sepasang antena,
dengan bagian mulut yang termodifikasi menjadi alat hisap, serta memiliki
sepasang sayap. Pasangan sayap depan lebih besar dibandingkan dengan pasangan
sayap belakang (Mace, 1984). Lebah Heterotrigona itama termasuk lebah sosial
sejati (eusocial) yang terdiri dari 374 (Pranck et al., 2004) spesies yang telah
teridentifikasi dan terdistribusi atau tersebar di daerah tropik (Dollin etal., 1997).
Lebah Heterotrigona itama termasuk dalam kelas Insekta, dengan tatanan takson
dan contoh spesiesnya tertera di bawah ini (Sakagami, 1978).
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hymenoptera
Superfamily : Apoidea
Family : Apidae
Subfamily : Apinae
Tribe : Meliponini
Genus Heterotrigona itama merupakan jenis lebah yang kebanyakan hidup
sosial, dimana di dalam satu koloni atau sarang terdapat lebah ratu (quin), lebah
pejantan (drone) dan lebah pekerja (worker) yang merupakan lebah betina dengan
jumlah koloni terbanyak di dalam sarang. Ratu berwarna coklat kekuningan,
berukuran lebih besar (3-4 kali) dibandingkan betina pekerja, dengan ukuran perut
atau abdomen secara proporsional lebih besar terhadap tubuhnya, memiliki sayap
dengan ukuran yang relatif pendek terhadap ukuran tubuh. Ratu lebah melepaskan
pheromones yang berguna untuk mengatur aktivitas koloni (Wahyuni, 2012).
Pheromones berfungsi untuk memikat lebah jantan untuk membuahi lebah
ratu, sehingga lebah ratu dapat memproduksi telur setelah dibuahi oleh lebah
pejantan. Lebah pejantan (drone) merupakan kelompok terbesar kedua yang
terdapat pada satu koloni lebah. Jumlahnya diperkirakan sepertiga dari jumlah
lebah betina. Selain untuk membuahi lebah ratu, lebah jantan juga berfungsi
menjaga sarang dari gangguan. Lebah pejantan tidak bekerja mencari madu dan
polen untuk makanan yang akan disimpan di dalam koloninya (Abdilah, 2008).
Lebah pekerja (workers) adalah lebah betina dengan organ reproduksi yang tidak
berkembang, sehingga tidak menghasilkan telur (Michener, 2007).
Lebah ini berwarna hitam dengan panjang tubuh 3-4 mm, panjang sayap
sekitar 8 mm, kaki belakang berkembang menjadi alat pembawa polen, tubuh
berbulu dan tungkai berkait (Mace, 1984). Lebah pekerja ini mampu mengubah
bahan-bahan yang dikoleksi dari tumbuhan, seperti resin, menjadi bahan untuk
membangun sarang (wax dan propolis). Selain mencari makan, lebah pekerja ini
bertugas untuk membersihkan dan memelihara sarang, memelihara larva, dan
menjaga sarang agar tetap bersih (Mace, 1984; Michener, 2007).
Menurut Baconawa (1999), masa kerja lebah pekerja sekitar 60 hari. Pada
usia 1 minggu lebah pekerja mulai bekerja membersihkan lubang tempat
dilahirkan saat menjadi larva. Pada usia 2-3 minggu lebah pekerja mulai bekerja
untuk menghasilkan royal jelly. Pada usia 4 minggu lebah muda mulai mengikuti
lebah dewasa untuk mencari makan diluar sarang. Memasuki usia 5 minggu lebah
pekerja sering disebut dengan lebah pangan yang sudah dapat mencari jejak,
karena lebah pekerja ini sudah mampu membaca arah sinar ultraviolet dari
matahari untuk mencari jejak arah sumber makanannya. Usia 6-7 minggu lebah
pekerja akan bekerja menjaga keamanan koloni. Lebah pekerja akan mati pada
usia 7 minggu.
2.2 Sumber Pakan Lebah
Bunga yang mengandung serbuk sari dan nektar merupakan sumbermakanan
dari lebah. Serbuk sari dan nektar merupakan bahan makanan yang penting untuk
lebah (Carlos et al., 1995). Nektar memiliki kandungan karbohidrat dalam bentuk
gula, sedangkan polen memiliki kandungan protein, lemak, vitamin dan mineral
(Crane, 1980; Sanford, 2001). Kelebihan makanan yang dikoleksi dari lingkungan
akan disimpan di dalam sarangnya dalam bentuk madu dan royal jelly. Bahan-bahan
ini akan digunakan dalam pemeliharaan larva dan ratu serta digunakan pada saat
lebah pekerja tidak dapat keluar untuk mencari makan atau sumber makanan di luar
sudah terbatas (Tarumingke dan Coto, 2003).
Ketersedian pakan lebah secara berkesinambungan yang mampu
menghasilkan nektar dan tepung sari sangat menentukan keberhasilan usaha
perlebahan (Sulthoni, 1986).
Oleh karena itu segala usaha yang diarahkan untuk menghasilkan sumber-
sumber pakan lebah yang dapat tersedia terus menerus sepanjang tahun menjadi
suatu usaha yang sangat penting. Lebah madu sangat membutuhkan pakan yang
mengandung karbohidrat, protein, vitamin, mineral, air dan lain-lainuntuk
kehidupannya. Pakan tersebut sangat penting untuk perkembangan koloni,
perawatan ratu, peningkatan produksi telur dan produksi madu. Sumber
karbohidrat sebagian besar diperoleh dari nektar, sedangkan sumber protein
diperoleh dari polen (Sulthoni, 1986).
Lebah Heterotrigona itama sp ini dibudidayakan di dalam log, macam-
macam log yang digunakan antaranya bambu, rambutan, kelapa. Ukuran log
Heterotrigona itama sp tidak sama, berbeda-beda sesuai jenis log yang digunakan.
Temperatur lingkungan mempengaruhi terhadap aktivitas lebah pekerja
dalam mencari makanan. Temperatur sekitar berpengaruh terhadap aktivitas
lebah, aktivitas tersebut meliputi pencarian makanan, perawatan keturunan, dan
pembesaran koloni. Temperatur meningkat mengakibatkan penurunan aktivitas
lebah dalam mencari pakan (Mani, 1972). Aktivitas pencarian nektar, tepung sari
dan air tergantung cuaca dan kebutuhan koloni. Lebah madu aktif mencari nektar
dan tepung sari pada kisaran 20- 26 ºC (Gojmerac, 1983).
Suhu ideal untuk lebah terbang adalah antara 16 °C dan 26 °C. Namun suhu
bukanya salah satu faktor yang menguntungkan untuk terbang karena ada faktor
kelembaban lingkungan yang paling penting untuk kegiatan penerbangan. (Hilario
et al., 2003). Aktivitas pembuangan sampah lebih banyak dilakukan pada pagi
hari dan sore hari. Dan aktivitas lebih tinggi ketika pada musim panas daripada di
musim dingin (Hilario et al., 2003).
Heterotrigona itama tidak bisa bertoleransi dengan suhu rendah, tetapi
Heterotrigona itama bisa bertahan pada suhu 34 - 36ºC karena itu Heterotrigona
itama lebih kuat pada suhu panas ketimbang Apis. Lebah Heterotrigona itama
tidak tahan dengan temperatur dingin, tapi ketika temperaturpanas Heterotrigona
itama akan mengepak sayapnya untuk menurunkan suhu tubuhnya (Amano,
2004).
Pada musim bunga (kemarau), peternak harus mampu mencari lokasi
penggembalaan yang bunganya melimpah, agar madu dan royal jellynya
melimpah pula. Pada musim-musim paceklik (penghujan), peternak dituntut untuk
mampu menempatkan lebah di lokasi yang memiliki curah hujan kecil dan paling
banyak sumber nektarnya, terutama sumber tepung sari bunga. Suhu udara yang
terlalu panas atau terlalu dingin tidak cocok untuk kehidupan lebah, demikian pula
lokasi yang memiliki curah hujan terlalu tinggi tidak cocok untuk budidaya lebah
madu, karena lebah-lebah pekerja tidak bisa mencari makanan. Namun, jika hujan
turun pada siang hari, lebah masih mempunyai kesempatan mencari makanan
pada pagi hari (Halim dan Suharno, 2008).
1. Nektar
Nektar adalah suatu senyawa kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar
nectarifer tanaman dalam bentuk larutan gula dan konsentrasi yang bervariasi.
Komponen utama pada nektar adalah sukrosa, fruktosa dan glukosa disamping
terdapat juga zat-zat lainnya seperti maltose, melibiosa, refinosa, serta
turunankarbohidrat lain. Selain dari zat gula, nektar juga mengandung protein,
garammineral dan vitamin-vitamin (Winarno, 2000).
Nektar mengandung air dari 40 sampai 60 % karena itu kadang-kadang
tiga perempat dari beratnya harus dikeluarkan atau dibuang sampai menjadi madu.
Hal ini dilakukan dengan cara mengangkut setiap tetes nektar dari satu ruang
keruang lainnya sehingga sebagian air teruapkan, yaitu dengan cara pengisapan
oleh sayap-sayap lebah yang dapat mengatur ventilasi sehingga kadar air turun
sampai 15-20 % (Winarno, 2000).
Sebagian besar energi yang diperlukan oleh lebah madu berasal dari nektar
yaitu semacam cairan yang dihasilkan oleh kelenjar nektar tumbuhan. Nektar kaya
akan berbagai bentuk karbohidrat (3-87%) seperti fruktosa, sukrosa, dan glukosa.
Selain karbohidrat juga mengandung sedikit senyawa-senyawa nitrogen seperti
asam amino, amida-amida, vitamin-vitamin, senyawa-senyawa aromatic dan juga
mineral-mineral (Sihombing, 2005).
2. Polen
Polen adalah tepung sari bunga yang merupakan bahan halus seperti bubuk
dengan warna kekuning-kuningan dan terdapat dari ujung sari bunga. Bahan ini
mengandung semua unsur yang diperlukan oleh tumbuhan maupun hewan
berupavitamin, enzim dan hormon. Tepung sari dibersihkan terlebih dahulu
dengan kakilebah lalu disimpan dalam keranjang khusus. Di dalam sarang, tepung
saridisimpan dalam sel penyimpanan. Letak penyimpanan tepung sari berada
dekatlarva sehingga mudah dalam pemberian larva lebah. Larva inilah
yangmenghasilkan sebagian besar persediaan tepung sari. Tepung sari
mengandung zatprotein yaitu zat nutrisi yang diperlukan untuk membentuk otot
lebah dan jugamempengaruhi tingkat pembiakan dan masa hidup lebah (Sarwono,
2007).
Polen atau tepung sari bunga adalah bagian dari anther bunga yang
berbentuk butiran atau serbuk halus. Lebah madu mempunyai alat dan cara khas
untuk mengumpulkan dan membawa polen dalam bentuk pellet yaitu polen13
disimpan dalam keranjang polen yang terletak di kaki belakang lebah pekerja
(Pusat Perlebahan APIARI Pramuka, 2003).
Sihombing (2005), mengemukakan bahwa polen dimakan oleh lebah madu
terutama sebagai sumber protein dan lemak, dan sedikit karbohidrat dan
mineral.Kandungan protein besarnya bervariasi antara 8-40 %, rata-rata 23 % dan
mengandung semua asam-asam amino essensial.
2.3 Tehnik Budidaya Lebah Heterotrigona itama
1. Pembuatan Stup
Stup lebah Heterotrigona itama sebaiknya menggunakan kayu yang
berserat halus. Hingga saat ini belum ada ukuran standard dari stup Heterotrigona
itama. Di Nusa Tenggara Barat, stup yang digunakan masyarakat berukuran 20 x
15 X 17 cm. Stup lebah Heterotrigona itama bisa digantung ataupun disusun pada
rak dan diletakkan di tempat teduh / tidak terkena matahari langsung. Struktur
stup lebah Heterotrigona itama berbeda dengan stup lebah lainnya. Ruangan
dalam stup lebah Heterotrigona itama tidak bersekat-sekat. Namun lebah
Heterotrigona itama menempatkan telur, madu, propolis dan polen secara terpisah.
2. Pemindahan Koloni
Pemindahan koloni dari alam ke dalam stup atau dari satu stup ke stup
lainnya merupakan hal yang paling penting untuk diperhatikan dan dilakukan
secara hati-hati pada malam hari setelah semua koloni kembali ke sarang atau
dinihari ketika koloni belum mencari pakan. Secara teknik, pemindahan koloni
lebih mudah dengan cara memindahkan ratunya terlebih dahulu, ketika ratunya
sudah dipindahkan secara otomatis angota koloni akan mengikuti ratu berpindah
tempat. Setelah semua koloni berpindah, stup yang baru didiamkan 1-2 bulan agar
koloni dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Setiap koloni terdiri dari
ratu, lebah pekerja dan lebah jantan. Lebah ratu merupakan satu-satunya lebah
petelur seumur hidup dalam satu koloni. Lebah pekerja adalah lebah betina yang
organ reproduksinya tidak berfungsi sempurna/ tidak subur. Lebah pekerja
mengeluarkan lilin yang digunakan untuk membangun, membersihkan dan
memelihara sarang, menjaga sarang, menyediakan makanan, terdiri dari madu dan
tepung sari.
Masa kerja lebah pekerja selama 60 hari, sejak usia 1 minggu lebah pekerja
mulai bekerja membersihkan lubang sel bekas huniannya tatkala ia masih menjadi
larva. Usia 2 minggu lebah pekerja membuat royal jelly. Usia 3 minggu, membuat
sel-sel dalam sarang. Usia 4 minggu mengikuti lebah pekerja dewasa mencari
makan di luar sarang. Usia 5 minggu lebah pekerja mencari makan untuk
memenuhi kebutuhan hidup koloni. Stup tersusun atas beberapa bagian. Setiap
bagian digunakan untuk menyimpan madu, tepung sari, tempat bertelur dan
tempat larva. Di bagian tengah terdapat karangan-karangan bola berisi telur,
tempayak, dan kepongpong. Di bagian sudut terdapat bola-bola agak kehitam-
hitaman untuk menyimpan madu dan tepung.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan stup sebaiknya dilakukan secara rutin dan periodik, meliputi
pembersihan dari sarang semut/ laba-laba, pengecekan kondisi stup agar terkena
air hujan. Stup juga harus dihindarkan dari hama pengganggu (cecak, tokek, larva
kumbang, tawon kuning, ayam dan lain-lain).
4. Pemanenan
Pemanenan madu maupun propolis dilakukan 1-3 kali setahun tergantung
kondisi lingkungan, pakan, besar kecilnya stup dan kesehatan koloni. Pemanenan
umumnya dilakukan dengan cara tradisional, yaitu menggunakan pisau kikis.
Madu dan propolis yang sudah dipanen diletakan dimangkuk untuk dilakukan
penirisan. Penirisan madu dilakukan agar madu tetap steril dengan tidak terlalu
banyak kontak dengan tangan.
2.4 Madu lebah Heterotrigona itama
Madu lebah Heterotrigona itama mengandung berbagai vitamin dan nutrisi
lainnya. Madu lebah Heterotrigona itama terbuat dari nektar yang diambil dari
tumbuhan. Nektarmerupakan hasil sekresi tumbuhan berupa cairan yang berasa
manis, yang dihasilkan pada kelenjar nektari dari bunga. Nektar dari tumbuhan
diambil oleh Heterotrigona itama dengan menggunakan probosis. Probosis
merupakan bagian mulut yang memiliki bentuk menyerupai belalai.
Menurut Krisnawati (2013), kandungan vitamin pada madu lebah
Heterotrigona itama adalah thiamin (B1), riboflavin (B2), (B3), asam askorbat
(C), (B5), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asamfolat dan vitamin
K, sedangkan mineral yang terkadung adalah Natrium (Na), Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg), Alumunium (A1), besi (Fe), Fosfor , Kalium (K), Potassium,
Sodium klorida dan Sulfur. Enzim-enzim yang terdapat pada madu lebah
Heterotrigona itama adalah diatase, invertasem glukosa oksidase, fruktosa,
peroksidase, lipase dan mengandung sejumlah kecil hormon, tembaga (Cu),
iodium (I) dan seng (Zn). Kandungan mineral, vitamin dan enzim-enzim tersebut
menyebabkan madu dari lebah Heterotrigona itama dapat digunakan sebagai
bahan obat untuk mengobati beragam penyakit dan meningkatkan kekebalan
tubuh (Krisnawati, 2013). Madu bermanfaat untuk memulihkan energi yang
hilang akibat dari aktifitas sehari-hari, karena madu sebagai sumber energi yang
akan tercerna secara cepat (Purbaya, 2007).
2.5 Propolis lebah Heterotrigona itama
Propolis diperoleh oleh lebah Heterotrigona itama dari getah tumbuhan
yang memiliki resin berwarna kecoklatan dan digunakan sebagai perekat sarang
(Anilakumar etal., 2011). Propolis dikumpulkan dari bunga, kulit kayu dan bagian
tumbuhan lain (Gojmerac, 1983). Propolis merupakan bahan yang sangat berharga
yang diketahui berfungsi untuk membunuh bakteri, virus, jamur, ataupun protozoa
yang masuk kedalam sarang (Krisnawati, 2013) dan digunakan untuk
membungkus bangkai hewan yang menganggu disarang lebah dengan propolis
karena hewan ini terlalu berat untuk dapat dibuang dari sarangnya, Prosesnya
menghasilkan efek serupa pembalseman, karena tubuh mati hewan tersebut
mengering tanpa mengalami pembusukan (Salatino et al., 2005).Propolis berguna
bagi lebah Heterotrigona itama dikarenakan lebah Heterotrigona itama yang
rentan terhadap infeksi dari virus dan bakteri (Chinthapally et al., 1993).
Kumpulan propolis yang terkumpul dicampur dengan cairan lilin pada sarang,
sehingga berguna sebagai antimikroba (Dharmayanti et al., 2000).
Manfaat propolis bagi manusia adalah sebagai pemacu sistem imun dan
memperbaiki jaringan yang rusak (Stojko et al., 1978;Ghisaberti, 1979). Propolis
ini juga digunakan sebagai bahan kosmetik, obat, dan teknologi pangan (Krell,
1996).
Kandungan propolis sangat dipengaruhi oleh jenis dan umur tumbuhan
yang dijadikan sumber pakan oleh lebah, serta iklim dan waktu propolis diperoleh
(Hill, 1981; Chen, 1993). Oleh karena itu propolis merupakan senyawa kompleks
yang kaya akan senyawa terpena, asam benzoat, asam kafeat, asam sinamat dan
asam fenolat. Propolis juga mengandung senyawa flavonoid yang tinggi
(Chinthapally et al., 1993), selain itu propolis juga mengandung penyusun
lainnya, seperti polen dan asam amino (Salatino et al., 2005).
2.6 Hama pada Lebah Heterotrigona Itama
Menurut Nas (1978) bahwa serangga dapat dikatan hama apabila serangga
tersebut mengurangi kualitas dan kuantitas bahan makanan, pakan ternak, tanaman
serat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalam penggunaanya serta dapat
bertindak sebagai vektor penyakit pada tanaman, binatang dan manusia, dapat
merusak tanaman hias, bunga serta merusak bahan bangunan dan milik pribadi lainya.
Jenis-jenis hama yang terdapat pada lebah Heterotrigona Itama
1. Burung, Kadal, Katak sebagai hewan yang juga pemakan serangga menjadikan
lebah sebagai salah satu makananya.
2. Semut dan Laba-laba membangun sarang dalam stup dan merampas makanan lebah
baik madu maupun nektar.
3. Kupu-Kupu, telur kupu-kupu yang menetas dalam propolis dapat menjadi ulat dan
menyerang propolis.
4. Tikus merampas madu dan juga merusak propolis yang ada di dilam dan luar stup.
2.7 Teori Produksi
Produksi berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya dipergunakan
untuk menghasilkan produk. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah
input, dan jumlah produksi disebut output. Menurut Joesron dan Fathorrozi,
(2003) produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dalam kaitannya dengan pertanian,
produksi merupakan esensi dari suatu perekonomian (Sukirno, 2000). Untuk
berproduksi diperlukan sejumlah input, dimana umumnya input yang diperlukan
pada sektor pertanian adalah adanya kapital, tenaga kerja dan teknologi.
Produksi juga merupakan suatu kegiatan yang dapat menimbulkan
tambahan manfaatnya atau penciptaan faedah baru. Faedah atau manfaat ini dapat
terdiri dari beberapa macam, misalnya faedah bentuk, faedah waktu, faedah
tempat, serta kombinasi dari beberapa faedah tersebut di atas. Dengan demikian
produksi tidak terbatas pada pembuatan, tetapi sampai pada distribusi. Namun
komoditi bukan hanya dalam bentuk output barang, tetapi juga jasa. Menurut
Salvatore (2001) produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input
atau sumber daya menjadi output beberapa barang atau jasa. komoditi bukan
hanya dalam bentuk output barang, tetapi juga jasa. Menurut Salvatore (2001)
produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumber daya
menjadi output beberapa barang atau jasa. Hubungan antara jumlah output (Q)
dengan sejumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1, X2, X3,…Xn)
secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Q = f (X1, X2, X3,…Xn)
Keterangan:
Q = tingkat produksi(output) di pengaruhi oleh faktor X
X = berbagai input yang digunakan atau variabel yang mempengaruhi Q
Berdasarkan fungsi produksi di atas maka akan dapat diketahui hubungan
antara input dengan output, dan juga akan dapat diketahui hubungan antar input
itu sendiri.Apabila input yang dipergunakan dalam proses produksi hanya terdiri
atas modal (K) dan tenaga kerja (L) maka fungsi produksi yang dimaksud dapat
diformulasikan menjadi:
Q = f (K, L)
Keterangan:
Q = jumlah produksi
K = input jumlah stok modal
L = input jumlah tenaga kerja
Fungsi produksi tersebut menunjukkan maksimum output yang dapat
diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif dari modal (K) dan tenaga
kerja (L).
2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi
Penelitian terdahulu menunjukan bahwa produksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dijabarkan menjadi beberapa variabel yang
diduga mempunyai pengaruh terhadap produksi dengan menggunakan uji tertentu.
Variabel yang berpengaruh nyata terhadap produksi bisa menjadi acuan untuk
pengembangan penelitian melalui peningkatan produksi yang diperoleh.
1. Pengaruh jumlah tanaman menghasilkan nektar terahadap produksi madu
Heterotrigona itama itama
Tabel 2. Jenis Tanaman Yang Menghasilkan Nektar, Resin dan Polen
Nama tanaman Sumber
Damar (Agathis spp.) Resin, nektar, polenNangka (Artocarpus heterophyllus) Resin, polenCemara (Casuarina spp.) Resin
Meranti (Shorea spp.) ResinManggis (Carciona mangostana) Resin, nektar, polenKemenyan (Dioscorea oppositifolia) ResinKenari (Canarium commune) ResinPala (Myristica fragrans) Resin, polenPinus (Pinus merkusii) ResinRasalama (Altingia excelsa) ResinSawo (Achras zapota) ResinSingkong (Manihot uttilisima) Resin, nektar, polenAkasia (Acacia mangiums) NektarAlpukat (Persea americana) NektarBungur (Lagerstroemia speciosa) PolenBelimbing (Averhoa spp.) Nektar, polenCabe (Capaicum spp.) NektarDurian (Durio zibethinus) NektarJagung (Zea mays) PolenJambu batu (Psidium guayana) PolenJambu air (Eugenia javanica) Nektar, polenJengkol (Phitecollobium jiringa) PolenKaliandra (Calliandra callothirsus) Nektar, polen
Tanaman pakan lebah merupakan tanaman/tumbuhan yang menghasilkan
pangan bagi lebah madu (Kasno, 2001). Semua jenis tanaman berbunga (tanaman
hutan, tanaman pertanian, tanaman perkebunan, tanaman holtikultura, dan
tanaman liar) yang megandung unsur nektar sebagai bahan madu, polen, dan resin
sebagai bahan propolis dapat dimanfaatkan sebagi sumber pakan lebah (Sarwono,
2001).
2. Pengaruh ukuran log terhadap produksi madu Heterotrigona itama
Log lebah Heterotrigona itama sangat beragam mulai dari bambu, kelapa,
rambutan, mangga dan lain-lain. Ukuran log berbeda-beda sesuai dengan log yang
di tinggali oleh lebah Heterotrigona itama, mulai dari batang bambu yang kecil
sampai batang pohon rambutan yang besar.
3. Pengaruh tanaman menghasilkan resin terhadap produksi madu Heterotrigona
itama Pohon yang menghasilkan getah tumbuhan menghasilkan resin berwarna
kecoklatan dan digunakan sebagai perekat sarang yang akan di bentuk menjadi
propolis (Anilakumar etal., 2011). Propolis dikumpulkan dari getah, kulit kayu
dan bagian tumbuhan lain (Gojmerac, 1983). Propolis berguna sebagai kantong
dari madu dan berfungsi untuk membunuh bakteri, virus, jamur, ataupun protozoa
yang masuk kedalam sarang (Krisnawati, 2013) dan digunakan untuk
membungkus bangkai hewan yang menganggu disarang lebah dengan propolis
karena hewan ini terlalu berat untuk dapat dibuang dari sarangnya, Prosesnya
menghasilkan efek serupa pembalseman, karena tubuh mati hewan tersebut
mengering tanpa mengalami pembusukan (Salatino et al., 2005).
4. Pengaruh suhu terhadap produksi madu lebah Heterotrigona itama
Heterotrigona itama tidak bisa bertoleransi dengan suhu rendah, tetapi
Heterotrigona itama bisa bertahan pada suhu 34o - 36º Celcius. Lebah
Heterotrigona itama tidak tahan dengan temperatur dingin, tapi ketika
temperaturpanas Heterotrigona itama akan mengepak sayapnya untuk
menurunkan suhu tubuhnya (Amano, 2004).
5. Pengaruh hama terhadap produksi madu lebah Heterotrigona itama
Hama merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produksi madu
lebah Heterotrigona itama karena hama ini ada yang merusak sarang, mengambil
madu atau polen sehingga dapat membunuh koloni yang ada di dalam log, hama
yang sering mengganggu lebah Heterotrigona itama antara lain, semut, cecak,
ayam, laba-laba, tokek, dan lain-lain.
2.8 Penelitian Terdahulu
Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji
penelitian ini.
1. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Desri Hamzah (2011), “Produksi Lebah
Madu (Apis Cerana)Yang Dipelihara Pada Sarang Tradisional Dan Moderen
Di Desa Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbandingan produksi lebah madu (Apis
cerana) yang dipelihara pada sarang tradisional dan moderen di Desa
Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar berdasarkan berat sisiran
sarang, berat sarang madu dan berat madu. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan eksperimen dengan pengamatan langsung pada ternak lebah
(Apis cerana) yang ada di Desa Kuapan Kecamatan Tambang Kabupaten
Kampar. Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penimbangan sisiran
sarang, sarang madu dan madu lebah, sedangkan data sekunder diperoleh
dari kantor Desa Kuapan. Peubah yang di ukur dalam penelitian ini
adalah; 1) berat sisiran sarang, 2) berat sarang madu dan 3) berat madu.
Data dari masing-masing peubah yang diamati dianalisis menggunakan uji t.
Hasil analisis data yaitu produksi sisiran sarang lebah madu (Apis cerana)
yang dipelihara pada sarang moderen lebih tinggi dari yang dipelihara
pada sarang tradisional. Rata-rata produksi lebah madu (Apis cerana) yang
dipelihara pada sarang moderen adalah 1,7 kg berat sisiran sarang, 0,7 kg
berat sarang madu dan 0,6 kg berat madu. Rata-rata produksi lebah madu
(Apis cerana) yang dipelihara pada sarang tradisional adalah 1,2 kg berat
sisiran sarang, 0,5 kg berat sarang madu dan 0,4 kg berat madu.
2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Hendri Banowu (2016), “Studi
Perkembangan Koloni dan Produksi Lebah Heterotrigona itama dari Posisi
Stup yang Berbeda” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
posisi stup terhadap berat sarang lebah Heterotrigona itama dan jumlah
produk lebah Heterotrigona itama (madu, propolis, pollen dan sel telur)
dari perlakuan stup yang berbeda yaitu Horizontal dan Vertikal. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai Februari 2016
bertempat di Desa Wata Benua Kecamatan Landono Kabupaten Konawe
Selatan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Hasil pengamatan produk lebah Heterotrigona itama dianalisis dengan
anova dilanjutkan dengan uji beda nyata DMRT (Duncan's Multiple
Range Test) jika berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 %. Hasil
analisis menunjukan bahwa rata-rata produk lebah Heterotrigona itama sp.
berupa madu, propolis, pollen dan sel telur melalui pengaruh perlakuan posisi
stup yaitu horizontal dan vertikal yang paling tinggi diperoleh perlakuan
posisi stup vertikal dengan rata-rata produk madu 216,67 g, propolis 216,67 g,
pollen 475,00 g dan sel telur 166,67 g sedangkan perlakuan posisi stup
horizontal hanya berkisar rata-rata produk madu 68,33 g, propolis 82,17 g,
pollen 330,00 g dan sel telur 151,67 g. Hal ini diduga berkaitan dengan sifat
alami dari lebah Heterotrigona itama . yang jika berada di alam
menunjukkan pertumbuhan kearah vertikal atau mengikuti pertumbuhan
pohon.
3. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Arifudin Lamusa (2010), “Usaha Ternak
Lebah Madu Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Madu Di Desa
Lolu Kabupaten Sigi Provinasi Sulawesi Tengah”. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis usaha ternak lebah madu dan faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi usaha ternak lebah madu di Desa Lolu Kabupaten
Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Interpretasi data dilakukan melalui analisis
produksi Cobb Douglas (CD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa,
variable x1, x2 dan x3 berpengaruh sangat nyata terhadap produksi madu
(Ŷ) dengan α = 1%. Sedangkan variabel x4 berpengaruh tidak nyata terhadap
Ŷ. Hasil analisis menunjukan bahwa Secara keseluruhan, variabel jumlah
sarang atau stup, banyaknya tenaga kerjaa, dan pengalaman beternak
lebah madu berpengaruh sangat nyata terhadap produksi usaha ternak
lebah madu. Hal ini dibuktikan oleh nilai F-hitung yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai F-tabel pada tingkat kepercayaan 99 %, yakni
nilai F-hitung (27.800) > F-tabel (3.849). Secara parsial variabel jumlah
sarang atau stup, banyaknya tenaga kerjaa, dan pengalaman beternak
lebah madu masing-masing signifikan terhadap produksi usaha ternak
lebah madu. Hal ini, ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai t-tabel. Sebaliknya, harga madu berpengaruh tidak
nyata terhadap produktivitas usaha ternak lebah madu di Kabupaten Sigi
yang ditunjukkan oleh nilai t-hitung yang lebih kecil dibandingkan nilai t-
tabel.
2.9 Kerangka Pemikiran Konseptual
Penelitian Madu Lebah Heterotrigona ItamaRumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Produksi Madu LebahHeterotrigona Itama
Faktor-faktor berpengaruh :1. Tanaman Nektar (X1)2. Ukuran Log (X2)3. Tanaman Resin (X3)4. Suhu (X4)5. Hama (X5)
Analisis Regresi Berganda
Hasil Analisis: Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi madulebah Heterotrigona itama
Madu Lebah HeterotrigonaItama
Gambar.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Madu Lebah Heterotrigona itamadi Rumah Kompos UIN Jakarta
Alur pemikiran dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi madu lebah Heterotrigona Itama di Rumah Kompos UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam produksi madu lebah Heterotrigona itama
yang ada di Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di perlukan
beberapa faktor yang mempengaruhi proses produksi sehingga proses produksi
berjalan lancar, faktor tersebut berupa tanaman yang menghasilkan nektar, ukuran
log, tanaman yang menghasilkan resin, suhu dan hama yang ada di sekitar Rumah
Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Faktor-faktor tersebut dihitung
menggunakan pendekatan regresi linear berganda.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Rumah Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, Cemp Putih, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten. Penelitian
ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2017. Lokasi penelitian ini dipilih karena
untuk mengetahui bagaimana produksi madu lebah trigona itama di daerah
perkotaan, karena madu ini aslinya merupakan komoditas hutan.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi di Rumah Kompos. Data
sekunder yang digunakan diperoleh dari Dinas Pertanian, BMKG dan dari
berbagai literatur baik buku, skripsi, jurnal dan artikel-artikel dari internet.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data dan keterangan melalui beberapa cara yaitu:
1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap
objekyang akan diteliti. Dalam hal ini pengamatan langsung ke Rumah
Kompos UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Studi kepustakaan, yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui
telaah berbagai literatur yang relevan yang berhubungan dengan
permasalahan yang ada didalam penulisan skripsi ini, dapat diperoleh dari
buku-buku, Dinas Pertanian, BMKG, BPS dan departemen terkait,
internet dan lain-lain.
3.4 Metode Pengolahan Data
Metode yang digunakan dalam mengolah dan menganalisis data produksi
bawang merah yaitu analisis kuantitatif melalui model persamaan regresi linear
berganda. Metode ini digunakan karena diharapkan dapat menjelaskan faktor-
faktor yang berhubungan nyata dan tidak berhubungan nyata terhadap produksi
madu lebah trigona itama di Rumah Kompos UIN Syarifhidayatullah Jakarta. Alat
atau instrument perhitungan yang digunakan dalam penelitiaan ini yaitu cara
komputerisasi dengan menggunakan software Excell dan Statistical Product for
Service Solution (SPSS).
3.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh
lebih dari satu variable independen terhadap variable dependen. Persamaan umum
regresi linear berganda adalah sebgai berikut:
Y= a0 + bX + bX + bX + bX + bnXn + e
Tabel.3 Variabel Dependen dan Independen
Dependen Y Output LiterIndependen X1 Tanaman Nektar Pohon
X2 Ukuran Log Dm3
X3 Tanaman Resin PohonX4 Suhu CelciusX5 Hama Rumpuna KonstantaB KoefisienE Pengaruh galat atau residu
Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk menguji pengaruh dari
variabel independen dengan variabel dependen dalam penelitian yang dilakukan,
yaitu dengan cara:
3.4.2 Pengujian Hipotesis secara Parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial menggunakan uji t yang merupakan uji pengaruh
signifikan variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Uji
signifikansi adalah prosedur di mana hasil sampel digunakan untuk menentukan
keputusan untuk menerima atau menolak Ho berdasarkan nilai uji statistik yang
diperoleh dari data.
Prosedur dari uji t adalah sebagai berikut (Agus Widarjono, 2007):
1. Membuat hipotesa nol (Ho) dan hipotesa alternatif (Ha)
2. Menghitung t dengan rumus:
Dimana:
bi = Koefisien bebas ke-i
b = Nilai hipotesis nol
Sb = Simpangan baku (standar deviasi) dari variabel bebas ke-i
3. Mencari nilai kritis t dari tabel t dengan df = n-k danα yang tertentu
4. Keputusan untuk menerima atau menolak Ho didasarkan pada perbandingan t
hitung dan t tabel (nilai kritis).
Jika: t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima
t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak
3.4.3 Pengujian Hipotesis secara Serempak (Uji F)
Pengujian secara serempak menggunakan uji F. Uji F bertujuan untuk
menguji pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependensecara
bersama-sama.
Prosedur pengujian uji F adalah sebagai berikut:
1. Membuat hipotesa nol (Ho) dan hipotesa alternatif (Ha)
2. Menghitung nilai F.hitung dengan rumus:
Dimana:
R² = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah sampel
3. Mencari nilai kritis (F tabel); df (k-1, n-k). dimana: k = jumlah parameter
termasuk intersep.
4. Keputusan untuk menerima atau menolak Ho didasarkan pada perbandingan F
hitung dan F tabel.
Jika: F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima
F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak
3.4.4 Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Gujarati (1995) koefisien determinasi adalah untuk mengetahui
seberapa besar persentase sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat
yang dapat dinyatakan dalam persentase. Besarnya persentase pengaruh semua
variabel independen terhadap nilai variabel dependen dapat diketahui dari
besarnya koefisien determinasi (R2) persamaan regresi. Besarnya koefisien
determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu. Semakin mendekati nol
besarnya koefisien determinsi suatu persamaan regresi, maka semakin kecil
pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya,
Semakin mendekati satu besarnya koefisien determinsi suatu persamaan regresi,
maka semakin besar pengaruh semua variabel independen terhadap variabel
dependen (Algifari,2000).
3.5 Definisi Operasional
Nazir (2005) menyatakan definisi operasional adalah suatu definisi yang
diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau
menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu opersional yang
diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Produksi adalah total produksi yang dihasilkan dalam 1 kali panen satunya
Liter.
2. Jumlah tanaman menghasilkan nektar adalah banyak jumlah tanaman yang
menghasilkan nektar yang terdapat di sekitar log.
3. Ukuran Log adalah besar kecilnya ukuran log yang di gunakan sebagai tempat
tinggal rumah satuanya dm3.
4. Jumlah tanaman menghasilkan resin adalah banyak jumlah tanaman
menghasilkan resin ya yang terdapat di sekitar log.
5. Suhu adalah besaran suhu derajat Celcius yang terdapat di dalam log.
6. Hama adalah jumlah hewan yang mengganggu atau menurunkan proses
produksi madu lebah Heterotrigona itama.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Berdirinya Rumah Kompos UIN Jakarta
Pada tahun 2009, UIN menghasilkan Rumah Kompos yang berlokasi di
Jalan Asrama Putra Komplek Perumahan Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Rumah Kompos telah
memproduksi Kompos dan telah di pasarkan dengan merek “Kompos UIN
Jakarta”. Selama ini produk Rumah Kompos telah banyak dimanfaatkan baik
untuk penanaman pohon di kampus dan masyarakat sekitar kampus UIN Jakarta.
Rumah Kompos telah berperan mendukung penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat dalam bentuk penelitian mengenai kompos yang dilakukan oleh para
dosen,melakukan penelitian bagi masyarakat sekitar mengenai tehnik prossesing
pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik (kompos), pelatihan bagi
mahasiswa tehnik pemilahan sampah, tehnik penacacahan bagi menggunakan
mesin dan manual serta pembuatan kompos hingga ke pemasaran. Setelah mereka
dilatih kemudian diharapkan nantinya dapat melakukan pelatihan bagi masyarakat
dengan bimbingan dosen-dosen yang selama ini terlibat dalam produksi kompos.
Pada tahun 2016, Rumah Kompos mulai mengembangkan penelitiannya
yang dilaksanakan oleh Dr. Ir. Elpawati, MM dan Prof. Dr. Manshur Guru Besar
(Universitas Putera Malaysia (UPM) serta di bantu oleh dosen-dosen dan
sekelompok mahasiswa. Penelitian ini guna untuk mengetahui tentang
pengembangan budidaya lebah tanpa sengat (Trigona sp) di sekitar area pinggir
kota Jakarta, sehingga dapat mengetahui prospek kedepannya mulai dari teknik
budidaya yang dilakukan, risiko atau kendala yang terjadi di area budidaya seperti
hama atau penyakit lebah Trigona, kecocokan iklim, suhu dan kelembaban di
sekitar area budidaya, pakan yang disukai oleh lebah Trigona, serta mengetahui
jumlah produksi yang dihasilkan pada budidaya lebah Trigona di sekitar area
pinggir kota Jakarta.UIN Jakarta. Penelitian ini berkerjasama dengan salah satu
Universitas yang ada di Malaysia, Universitas Putra Malaysia.
4.2 Letak Geografis dan Luas Area Lahan
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kompos yang disediakan oleh UIN
Jakarta sebagai tempat riset dan pengembangan usaha pupuk kompos, EM10 dan
budidaya lebah Heterotrigona itama yang terletak di jalan Ibnu Taima Komplek
Dosen UIN Jakarta, Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten, 15419. Luas lahan Rumah Kompos UIN
Jakarta bekisar 500 m2 yang terdiri dari green house, gudang, lahan budidaya,
peralatan dan perlengkapan, kamar mandi, parker motor.
Berdasarkan kedudukan geografis, kawasan Rumah Kompos UIN Jakarta
terletak pada 6°18ˈ24ˈˈLintang Selatan - 106°45ˈ22ˈˈBujur Timur atau
6,3066928°Lintang Selatan 106,756146°Bujur Timur.
4.3 Lokasi Rumah Kompos
Lokasi Rumah Kompos UIN Jakarta terletak di Jalan Asrama Putra
Kompleks Perumahan Dosen UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, Kecamatan Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan. Dengan Perbatasan Sebagai Berikut :
1. Sebelah Barat : Pemukiman penduduk dan Madrasah Aliyah
Pembangunan
2. Sebelah Timur : Pemukiman penduduk
3. Sebelah Selatan : Asrama Putra UIN Syarif Hidyatullah Jakarta
4. Sebelah Utara : Perumahan Dosen UIN Syarif Hidyatullah Jakarta
Gambar 2. Rumah Kompos UIN Jakarta
4.4 Luas Lahan dan Penggunannya
Luas lahan Rumah Kompos yaitu 500m2. Luas dari bangunan yang ada yaitu
6m x 12m yang terdiri dari : ruang produksi untuk mencacah, mengayak,
menghaluskan dan menyimpan pupuk yang di fermentasikan. Kemudian Gudang
persediaan, ruang kantor, kamar mandi, parkir kendaraan.
4.5 Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta
Gambar 3. Struktur Organisasi Rumah Kompos UIN Jakarta
Adapun tugas dari struktur organisasi tersebut adalah :
1. Penasehat, bertugas untuk memberikan pengarahan kepada pengurus dalam
menjalankan setiap kegiatan Rumah Kompos UIN Jakarta.
2. Ketua, bertugas untuk memanajemen seluruh kegiatan pada Rumah Kompos
UIN Jakarta.
Penasehat
Prof. Dr. Manshur
Ketua
Dr. Ir. Elpawati, MP
Sekertaris
Titik
BendaharaYelvi Erida
Anggota RisetArijal Wahid
Anggota RisetWahyu Rochman
Anggota RisetHaris Maulana
Anggota RisetRizky Ardian
3. Sekertaris, bertugas untuk mencatatpembukuan di Rumah Kompos, mengecek
inventaris, mengontrol kegiatan produksi dan pemasaran pupuk kompos
organik, madu, dan menyiapkan kebutuhan rumah kompos seperti plastik
kemasan, benang, dan lain sebagainya
4. Bendahara, mengatur dan mencatat arus kas baik yang masuk dan keluar.
5. Anggota, bertugas mengatur, menjalankan dan mengawasi penelitian yang
dilakukan di Rumah Kompos UIN Jakarta.
4.6 Alat-Alat Yang Digunakan Di Rumah Kompos UIN Jakarta
Alat-alat yang terdapat di Rumah Kompos UIN Jakarta.
Tabel 4. Alat-Alat Yang Digunakan di Rumah Kompos UIN Jakarta
No Uraian Unit Fungsi1 Gergaji Mesin 1 Untuk memotong log
2 Mesin Penyedot Madu 1Untuk menyedot madu dari dalam kantungmadu
3 Lemari Pendingin 1Untuk menyimpan madu yang sudah dipanen.
4 Botol Kaca Madu 6 Untuk wadah penyimpanan madu.
5 Sapu Lidi 2 Untuk mempersihkan daun disekitar log.
6 Pengki 1 Untuk mempersihkan daun disekitar log.
7 Cangkul 1
Untuk menggali tanah saat melakukanpenanaman bunga dan pemasangan betonpenyangga log.
8 Ember 2 Untuk sebagai wadah penyimpanan air.
9 Alat Penyiram Tanaman 1Untuk menyiram bunga dan tanamandisekitar log.
10 Beton Penyangga log 37Untuk menyangga log agar tidak kontaklangsung dengan tanah.
11 Stup 37Untuh wadah pembuatan dan penyimpananmadu, polen , propolis lebah.
12 Mika Stup 37 Untuk melindungi log dari hama.
13 Mika Penahan log 37Untuk menyangga log antara betonpenyangga dan log supaya tidak jatuh.
4.7 Tahap – Tahap Produksi Madu Lebah Heterotrigona itama
Berikut tahap-tahap proses produksi madu lebah heterotrigona di Rumsh
Kompos Uin Jakarta:
1. Pembuatan stup
Pembuatan stup di rumah kompos uin terbuat dari kayu dengan ukuran
40x30x5cm. Di bagian tengah stup di beri lubang kecil dengan diameter 2cm.
Stup kayu ini di tutup dengan mika bening dengan ketebalan 0,1cm. Setelah
ditutup mika ditutup lagi dengan dengan papan triplek dengan ukuran yang sama
dengan stup, yaitu 40x30cm. Terakhir di tutup lagi dengan pelindung yang
berfungsi melindungi stup dari panas dan hujan dengan ukuran 1mx1m. Pelindung
ini di buat menggunakan kerangka yang terbuat dari bambu dan juga terbuat dari
bahan karpet sintetis.
2. Pemotongan log untuk pemindahan koloni dan menemukan sel telur (brute cell)
Di dalam log lebah heterotrigona terdapat tiga tingkat yaitu sel telur,
polen, madu. Sebelum memasang stup pada log harus kita potong terlebih dahulu
dulu log sampai kepada bagian sel telur, atau bagian sel telur ini terlihat. Bisa di
lihat di gambar 1 bagian-bagian yang terdapat pada log lebah madu Heterotrigona
itama. Log harus di potong sampai sel telur agar lebah Heterotrigona itama dapat
memproduksi madu dan polen nya di stup agar memudahkan saat melakukan
pemanenan.
Gambar 4. Bagian Dalam Log Lebah Heterotrigona Itama
3. Pemasangan Stup
Stup yang sudah di buat tadi di pasang pada log setelah log menemukan
sel telur. Stup di pasang diatas log, lalu dipaku dan ditutup mika atasnya. Mika ini
di beri solatip agar tidak terlepas dan rapat supaya semut tidak masuk
kedalamnya. Lalu untuk bagian bawah log di beri beton ukuran 30cm agar tidak
langsung terkena tanah dan terhindar dari rayap bila hujan terjadi. Dibagian atas
stup di tutup dengan pelindung agar log tidak terkena sinar hujan dan panas yang
dapat merusak log. Lalu lubang-lubang yang ada didalam log di tutup dengan
menggunakan propolis agar semut atau cecak tidak masuk kedalam.
Gambar 5. Pemotongan Log.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan stup sebaiknya dilakukan secara rutin dan periodik, meliputi
pembersihan dari sarang semut/ laba-laba, pengecekan kondisi stup agar terkena
air hujan. Stup juga harus dihindarkan dari hama pengganggu (cecak, tokek, laba-
laba dan lain-lain). Lalu perawatan bunga-bunga dan juga tanaman di rumah
kompos sebagai sumber pakan lebah.
5. Pemanenan
Pemanenan madu maupun propolis dilakukan 1-3 kali setahun tergantung
kondisi lingkungan, pakan, besar kecilnya stup dan kesehatan koloni. Pemanenan
umumnya dilakukan dengan cara menyedotnys, bsik menggunakan suntikan dan
juga alat penyedot madu. Madu dan propolis yang sudah dipanen diletakan
dimangkuk untuk dilakukan penirisan. Penirisan madu dilakukan agar madu tetap
steril dengan tidak terlalu banyak kontak dengan tangan.
Gambar 6. Pemanenan Madu Lebah Heterotrigona Itama
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Uji Asumsi Klasik.
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus di penuhi pada
analisis regresi linier berganda. Didalamnya ada uji normalitas, heterokedastisitas,
dan multikolinearitas. Penelitian ini sudah memenuhi syarat uji asumsi klasik.
Dari hasil menunjukan bahwa residual terdistribusi secara normal, tidak terdapat
masalah heterokedastisitas, dan tidak terdapat masalah multikolinearitas.
Selanjutnya akan dijelaskan satu persatu.
5.1.1 Uji Normalitas.
Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
yang digunakan, variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi
data yang normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang
memiliki persebaran atau distribusi data yang normal. Cara yang termudah untuk
melihat normalitas residual adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal. Hasil uji normalitas
terlihat dalam grafik normal P-P Plot of Regression Standarized Residual .
Pada grafik Normal P-P Plot of Regression Standarized Reidual, titik-
titiknya menyebar pada sumbu diagonal. p-plot sehingga dapat dikatakan data
terdistribusi secara normal sehingga dapat memenuhi asumsi normalitas. Salah
satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat Normal
Probability Plot yang membandingkan distribusi komulatif dari distribusi normal.
Ghozali (2011) mengemukakan jika data menyebar di sekitar garis diagonal
menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
5.1.2 Uji Heterokedastisitas.
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Cara termudah untuk melakukan uji heterokedastisitas adalah dengan melihat
grafik Plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
nilai residualnya SRESID. Hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini
disajikan pada gambar di lampiran 2 lanjutan.
Gambar menunjukan pada diagram scatterplot terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak, serta tidak tersebar diatas maupun dibawah angka 0 pada
sumbu Y sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat gejala heterokedastisitas
pada model regresi yang digunakan. Santoso (2014) dalam Namira (2015)
mengemukakan bahwa uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah
dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varian residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, hal tersebut homokedastisitas, namun
jika varian berbeda, disebut heterokedastisitas. Model regresi dapat dilihat apakah
terjadi heterokedastisitas dari scatterplot yang dihasilkan. Cara lain untuk menguji
heterokedastisitas adalah dengan cara uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan
cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya.
Ghozali (2011) mengemukakan jika nilai signifikansi antara variabel independen
dengan absolut residual lebih dari 0,1 maka tidak terjadi masalah
heterokedastisitas, untuk hasil uji glejser dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel dibawah.
Tabel 4. Hasil Uji Glejser
Variabel Independen T Sig.
Tanaman menghasilkan nektar -1,726 0,212Ukuran Log 1,077 0,290Tanaman menghasilkan Resin 0,636 0,530Suhu 1,421 0,165Hama 1.139 0,263
Sumber: Data Sekunder (diolah)
Dalam tabel 4 menunjukan bahwa variabel jumlah pohon, ukuran log dan
jumlah bunga memiliki nilai signifikan 0,212, 0,290, 0,530, 0,165 dan 0,263 yang
semuanya bernilai lebih besar dari 0,1. artinya bahwa tidak terdapat masalah
heterokedastisitas dalam model regresi ini, dengan kata lain semua variabel
independen yang terdapat dalam model ini memiliki sebaran varian yang
homogen.
5.1.3 Uji Multikolinearitas.
Menurut Ghozali (2005) dan Ramadhani (2016) menjelaskan bahwa uji
multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Multikolinearitas
dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF).
Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas yaitu
nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10. Hasil uji multikolinearitas
penelitian ini disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 5. Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Data primer (diolah)
Tabel 5 menunjukan bahwa nilai VIF untuk variabel Tanaman nektar,
ukuran log, Tanaman Resin, suhu, dan hama dapat disimpulkan bahwa dalam
model regresi tidak terdapat masalah multikolinearitas. Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya gejala
korelasi antar variabel independen. Ghozali (2011) mengemukakan model regresi
yang baik adalah dengan melihat nilai Tollerance dan Variation Inflation Faktor
(VIF) dengan nilai cut-off yang digunakan untuk menentukan adanya
multikolinearitas adalah nilai Tollerance > 0,10 dan VIF < 10
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Produksi Madu LebahHeterotrigona itama UIN Jakarta
Variabel IndependenCollinearity Statistics
Tolerance VIFTanaman menghasilkan nektar .606 1.649
Ukuran log .739 1.353
Tanaman menghasilkan resin .740 1.351
Suhu .860 1.162
Hama .925 1.081
Alat analisis regresi berganda dengan dugaan lima faktor digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi madu UIN Jakarta.
Besarnya Pengaruh yang di timbulkan oleh faktor tanaman nektar, ukuran log,
tanaman resin, suhu, hama diduga mempengaruhi produksi madu Lebah
Heterotrigona itama UIN Jakarta yang dijabarkan pada tabel 7 berikut :
Tabel 7. Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor yang Mempengaruhi ProduksiMadu Lebah Heterotrigona itama UIN Jakarta
No Faktor Koefisian Regresi
1 Tanaman Nektar 0,649
2 Ukuran Log 0.099
3 Tanaman Resin 0,4064 Suhu 0.617
5 Hama -0,677
Konstanta 130.167
Ket : Predicted interval 90 persen
Sumber : data sekunder (diolah)
Hasil perhitungan pada Tabel dapat dibuat persamaan regresi berganda
untuk faktor-faktor yang mempengaruhi produksi madu Lebah Heterotrigona
itama UIN Jakarta. Adapun persamaan matematis tersebut adalah sebagai berikut :
Y = 130,167 + 0,649 X1 + 0.099 X2 + 0,406 X3 + 0.617 X4 + -0,677 X5
Hasil dari model persamaan diatas, diperoleh nilai konstanta sebesar
130,167 , menyatakan bahwa jika tidak ada tanaman menghasilkan nektar,
ukuran log, tanaman menghasilkan resin, suhu, hama maka produksi madu Lebah
Heterotrigona itama yang dihasilkan sebesar 130,167 ml. Persamaan diatas juga
menunjukan bahwa hasil perhitungan koefisien regresi sebagai berikut :
Hasil perhitungan regresi berganda, didapat koefisien regresi tanaman
menghasilkan nektar nektar (X1) bernilai positif sebesar 0,649. Angka ini
menunjukan hubungan searah antara jumlah bunga (X1) terhadap produksi (Y).
Hal ini menyatakan bahwa setiap penambahan 10 tanaman menghasilkan nektar
akan meningkatkan produksi madu lebah Heterotrigona itama Rumah Kompos
UIN Jakarta sebesar 6,49 ml.
Hasil perhitungan regresi berganda, didapat koefisien regresi ukuran log
(X2) bernilai positif sebesar 0.099 Angka ini menunjukan hubungan searah antara
jumlah ukuran log (X2) terhadap produksi (Y). Hal ini menyatakan bahwa setiap
penambahan 10dm3 ukuran log akan meningkatkan produksi madu lebah
Heterotrigona Itama Rumah Kompos UIN Jakarta sebesar 0,99 ml.
Hasil perhitungan regresi berganda, didapat koefisien regresi tanaman
menghasilkan resin (X3) bernilai positif sebesar 0,406. Angka ini menunjukan
hubungan searah antara jumlah tanaman menghasilkan resin (X3) terhadap
produksi (Y). Hal ini menyatakan bahwa setiap penambahan 10 tanaman yang
menghasilkan resin akan meningkatkan produksi madu lebah Heterotrigona
itama Rumah Kompos UIN Jakarta sebesar 4,06 ml.
Hasil perhitungan regresi berganda, didapat koefisien regresi suhu (X4)
bernilai positif sebesar 0,617. Angka ini menunjukan hubungan searah antara suhu
(X4) terhadap produksi (Y). Hal ini menyatakan bahwa setiap peningkatan suhu
10oC akan meningkatkan produksi madu lebah Heterotrigona itama Rumah
Kompos UIN Jakarta sebesar 6,17 ml.
Hasil perhitungan regresi berganda, didapat koefisien regresi hama (X5)
bernilai negatif sebesar -0,677. Angka ini menunjukan berlawanan antara jumlah
hama (X5) terhadap produksi (Y). Hal ini menyatakan bahwa setiap 10 tahama
yang datang akan mengurangi produksi madu lebah Heterotrigona itama Rumah
Kompos UIN Jakarta sebesar 6,77 ml.
5.2.1 Pengujian Parameter Regresi Secara Tunggal
Hasil uji t dengan tingkat kepercayaan 90 persen ( α = 0,1), variable
independen ( jumlah bunga, ukuran log, pohon ) berpengaruh nyata terhadap
produksi madu lebah Heterotrigona itama UIN Jakarta. Uji ini dilakukan dengan
memperbandingkan thitung dengan ttabel (terima Ho jika thitung<ttabel atau tolak Ho
jika thitung>ttabel) atau dari probabilitasnya ( sig < α), yaitu serta masing-masing
berdasarkan 2 hipotesis, yaitu :
Tabel 8. Tabel Hasil Uji T
No Faktor Thitung Sig
1 Tanaman Menghasilkan Nektar 2,650 0,0132 Ukuran Log 1,835 0,0763 Tanaman Menghasilkan Resin 0,693 0,4934 Suhu 0,424 0,6755 Hama -1,981 -0,057
Ttabel 1,305
Ho : Tidak terdapat pengaruh variabel bebas dengan produksi madu rumah
kompos UIN Jakarta.
H1 : Terdapat pengaruh variabel bebas dengan produksi madu rumah
kompos UIN Jakarta.
1. Pengujian tanaman menghasilkan nektar (X1) terhadap produksi (Y)
Jumlah tanaman menghasilkan nektar merupakan salah satu faktor penting
yang terdapat pada proses produksi madu lebah Heterotigona itama. Berdasarkan
hasil perhitungan SPSS 23 pada tingkat kepercayaan 90% dengan nilai signifikasi
0,013 dalam tabel nilai thitung untuk jumlah tanaman menghasilkan nektar adalah
sebesar 2650 > ttabel = 1,305 atau tingkat signifikasinya lebih besar dari α,yaitu
0,013 < 0,1 dengan demikian dapat disimpulkan , bahwa terima Ho (thitung <
ttabel ; Sig > α), yang berarti bahwa jumlah tanaman menghasilkan nektar
mempunyai pengaruh nyata atau signifikasi secara stastitik terhadap produksi
madu Heterotigona itama Rumah Kompos UIN Jakarta.
2. Pengujian ukuran log (X2) terhadap produksi (Y)
Ukuran log merupakan salah satu faktor penting yang terdapat pada
proses produksi madu lebah Heterotigona itama. Berdasarkan hasil perhitungan
SPSS 23 pada tingkat kepercayaan 90% dengan nilai signifikasi 0,076 dalam tabel
nilai thitung untuk ukuran log adalah sebesar 1,835 > ttabel = 1,305 atau tingkat
signifikasinya lebih besar dari α,yaitu 0,076 < 0,1 dengan demikian dapat
disimpulkan , bahwa ditolak Ho (thitung < ttabel ; Sig < α), yang berarti bahwa
jumlah ukuran log mempunyai pengaruh nyata atau signifikasi secara stastitik
terhadap produksi madu heterotigona Rumah Kompos UIN Jakarta.
3. Pengujian tanaman menghasilkan resin (X3) terhadap produksi (Y)
Jumlah tanaman menghasilkan resin merupakan salah satu faktor penting
yang terdapat pada proses produksi madu lebah Heterotigona itama. Berdasarkan
hasil perhitungan SPSS 23 pada tingkat kepercayaan 90% dengan nilai signifikasi
0,493 dalam tabel. nilai thitung untuk suhu adalah sebesar 0,693 < ttabel = 1,305 atau
tingkat signifikasinya lebih besar dari α,yaitu 0,493 > 0,1 dengan demikian dapat
disimpulkan , bahwa terima Ho (thitung < ttabel ; Sig > α), yang berarti bahwa
tanaman menghasilkan resin tidak mempunyai pengaruh nyata atau signifikasi
secara stastitik terhadap produksi madu Heterotigona itama Rumah Kompos UIN
Jakarta.
4. Pengujian suhu (X4) terhadap produksi (Y)
Suhu merupakan salah satu faktor penting yang terdapat pada proses
produksi madu lebah Heterotigona itama. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 23
pada tingkat kepercayaan 90% dengan nilai signifikasi 0,675 dalam tabel. nilai
thitung untuk suhu adalah sebesar 0,424 < ttabel = 1,305 atau tingkat signifikasinya
lebih besar dari α,yaitu 0,675 > 0,1 dengan demikian dapat disimpulkan , bahwa
terima Ho (thitung < ttabel ; Sig > α), yang berarti bahwa suhu tidak mempunyai
pengaruh nyata atau signifikasi secara stastitik terhadap produksi madu
Heterotigona itama Rumah Kompos UIN Jakarta.
5. Penguji hama (X5) terhadap produksi (Y)
Hama merupakan salah satu faktor penting yang terdapat pada proses
produksi madu lebah Heterotigona itama. Berdasarkan hasil perhitungan SPSS 23
pada tingkat kepercayaan 90% dengan nilai signifikasi 0,057 dalam tabel. nilai
thitung untuk hama adalah sebesar -1,981 < ttabel = 1,305 atau tingkat signifikasinya
lebih kecil dari α,yaitu -0,057 > 0,1 dengan demikian dapat disimpulkan , bahwa
terima Ho (thitung < ttabel ; Sig > α), yang berarti bahwa hama mempunyai pengaruh
nyata atau signifikasi secara stastitik terhadap produksi madu Heterotigona itama
Rumah Kompos UIN Jakarta.
5.2.3 Uji Siginifikasi Simultan (Uji Statistik F)
Uji signifikasi simultan (uji statistik F) dalam penlitian ini digunakan
untuk menunjukan apakah semua variabel bebas (Tanaman nektar, ukuran log,
tanaman resin, suhu, hama) yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel terikat (produksi). Uji ini dapat dilakukan
dengan membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel atau dari perbandingan
probabilitisnya (Sig dengan α).
Dengan ketentuan :
H0 : ditolak, jika Fhitung > Ftabel, derajat bebas tertentu atau sig <
α
H1 : diterima , jika Fhitung < Ftabel, derajat bebas tertentu atau
Sig > α
Tabel 9. Tabel ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regresion 1513.435 5 302.687 3.763 .009b
Residual 2493.322 31 80.340
Total 4006.757 36
Hasil perhitungan uji signifikansi simultan (uji F) dengan tingkat
kepercayaan 90 persen diperoleh nilai Fhitung sebesar 3,76 dan Ftabel sebesar 2,01
dengan nilai signifikasi 0,009. Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa terima H1 (Fhitung > Ftabel ; Sig < α), artinya Tanaman
nektar, ukuran log, tanaman resin, suhu, hama secara bersama – sama
berpengaruh secara statistik terhadap produksi madu lebah Heterotrigona itama
Rumah Kompos UIN Jakarta.
5.2.4 Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar
Tanaman nektar, ukuran log, tanaman resin, suhu, hama menjelaskan produksi
madu lebah heteregona itama Rumah Kompos UIN Jakarta. Nilai koefisien
determinasi dijabarkan pada tabel 10.
Tabel 10. Tabel Koefisien Determinasi
Model R R Square Adjusted RSquare
Std. Error of theEstimate
1 .615a .378 .277 8.968
Hasil pengujian regresi berganda ,diperoleh nilai koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,378. Artinya 37,8 persen dari produksi madu lebah Heterotrigona
itama Rumah Kompos UIN Jakarta mampu dijelaskan oleh faktor –faktor untuk
a. Dependent Variable: Produksib. Predictors: (Constant), Hama, Tanaman Nektar, Suhu, Ukuran Log, TanamanResin
Tanaman nektar, ukuran log, tanaman resin, suhu, hama. Sedangkan sisanya 62,2
persen dapat dijelaskan oleh faktor –faktor lain terkait produksi madu lebah
Heterotrigona itama seperti tenaga kerja, kelembaban, pasca panen, curah hujan
dan lain-lain.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan selama kurang lebih 4
bulan maka dapat disimpulkan bahwa faktor –faktor yang mempengaruhi dalam
proses produksi madu lebah Heterotrigona itama Rumah Kompos UIN Jakarta
adalah sebagai berikut Tanaman menghasilkan nektar, ukuran log, tanaman
menghasilkan resin, suhu, hama. Dari ketiga faktor yang dianalisis uji t faktor
yang paling berpengaruh adalah ukuran tanaman menghasilkan nektar, log dan
hama, sementara melalui uji F diketahui bahwa kelima faktor yang digunakan
dapat di pakai untuk memprediksi produksi madu lebah Heterotrigona itama
Rumah Kompos UIN Jakarta. Uji koefisien determinasi sebesar 37,8 % dari
produksi madu lebah Heterotrigona itama Rumah Kompos UIN Jakarta mampu
dijelaskan oleh kelima faktor – faktor tersebut .
6.2 Saran
Dari hasil penelitian penulis mencoba memberikan saran untuk kemajuan
Rumah Kompos UIN Jakarta agar lebih berkembang dan produksi maksimal,
yaitu :
1. Mempertahankan ukuran log dan penaganan pemberantasan hama dalam
produksi madu lebah Heterotrigona itama disamping inovasi kegiatan
produksi madu lebah Heterotrigona itama.
2. Peningkatan jumlah tanaman yang menghasilkan nektar seperti bunga-bunga
dan tanaman menghasilkan resin yang menghasilkan getah dan juga menjaga
suhu dalam log agar dalam proses produksi madu lebah Heterotrigona itama
mencapai hasil produksi yang maksimal.
3. Memaksimalkan faktor – faktor lain yang mempengaruhi produksi madu lebah
Heterotrigona itama seperti tenaga kerja , kelembaban, jumlah lebah yang ada
di stup, penanganan pasca panen, saat pemanenan dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abrol, D.P. 2012. Pollination Biology: Biodiversity Consvertion and AgriculturalProduction. Springer Science+Business Media B.V. 10. 1007/978-94-007-1942-2_6
Arifudin Lamusa: Usaha Ternak Lebah Madu Dan Faktor-Faktor YangMempengaruhi Produski Madu Di Desa Lolu Kabupaten Sigi ProvinsiSulawesi Tengah. J .Agrisains 11 (3) :181-188, Desember 2010. ISSN :1412-3657.
Budi, R. dan Hidayat, RC. 2014. Identifikasi Macam Sumber Pakan LebahTrigona sp (Hymenoptera: Apidae) di Kabupaten Gunungkidul, ISSN :2302 - 1306 (electronic/Portal e-Journal).
Finstrom, M.S., Maria, S. 2010. Prolpolis and Bee Healt: The Natural Historyand Signinfincance of Resin Use by Honey Bee. Apidologie 41 (2010)295-311. 10.1051/apido/2010016
Gujarati, D. dan Sumarno, Z. 1999. Ekonometrika Dasar, Jakarta: , Erlangga.
Gujarati, D. Dan Mulyad, J. 2014. Dasar - Dasar Ekonometrika Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Gupta, R.K. et al. 2014. Beekeeping for Poverty Alleviation and LivelihoodSecurity. Springer Science+Business Media Dordrecht. DOI 10.1007/978-94-017-9199-1_21
Lains Alfian. 2003. Ekonometrika Teori Dan Aplikasi Jilid 1. Jakarta: PustakaLP3ES.
Lains Alfian. 2006. Ekonometrika Teori Dan Aplikasi Jilid 2. Jakarta: Pustaka
LP3ES.
Liliani L.L. 2008, Identifikasi Potensi Pengembangan Lebah Madu AsliIndonesia. Bodiversitas Vol.2 (1): 123-128
Mahmud, A. 2008. Pengembangan Lebah Madu Dalam Rangka GerakanPembangunan Masyarakat Di Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal HutanDan Masyarakat Vol. Iii
Milan K Chouri, Sachin, Rchamandra, and Paknikar: Antimicrobial Activity OfStingless Bee (Trigona Sp.) Propolis Used In The Folk Medicine OfWestern Maharashtra, India. Journal of Ethnopharmacology141 (2012)363–367.
Rosadi Dede. 2012. Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan.Yogyakarta: 2012.
Rospita Dan Hasanudin. 2014. Panduan Manual Budidaya Lebah Madu, DIPABalai Penelitian Kehutanan Aek Naluni.
Setiawan dan Endah Dwi Kusrini.2010.Ekonometrika. Yogyakarta: ANDIOFFSET.
Sinulingga Sukaria. 2013. Perencenaan Pengendalian Produksi. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Statistik Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2014.
Syafrizal. Tarigan D. Dan Yusuf, R. 2014. Keragaman dan Habitat LebahTrigona pada Hutan Sekunder Tropis Basah di Hutan PendidikanLempake, Samarinda, Kalimantan Timur, Jurnal Teknologi Pertanian9(1):34-38.
Vit, P et al. Pot-Honey: A legacy of stingless bees. 2013. SpringerScience+Business Media New York. DOI 10.1007/978-1-4614-4960-7_3
Winarto victor, Rusminan. 2010. Budidaya Lebah Madu Trigona SP.
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61654/3/BAB%20II%20Tinj
auan%20Pustaka.pdf, Di akses pada tanggal 12 Desember 2016, Pukul 22.24.
http://www.google.co.id/m?&q=lebah+genus+trigona+berasal+dari+asia Di akses
pada tanggal 13 Desember 2016, Pukul 00.48.
1
Lampiran. 1 Data Produksi dan Faktor Produksi Madu Lebah Heterotrigona itama
NoProduksi
(Y)Tanaman
Nektar (X1)Ukuran
Log (X2)Tanaman
Resin (X3)Suhu(X4)
Hama(X5)
1 135 26 17 22 29 222 132 11 22 24 27 173 142 20 22 24 28 184 126 9 13 23 27 205 144 29 26 28 29 216 153 27 23 22 28 237 126 11 24 24 27 258 147 23 62 26 28 169 138 30 86 29 29 19
10 154 31 60 25 29 1011 129 25 22 30 28 1712 155 28 40 28 30 1213 163 28 117 22 26 1714 148 17 153 28 28 1815 164 23 31 28 29 2116 136 12 10 23 28 1617 149 27 28 23 28 1818 130 10 39 23 29 2319 141 23 44 27 28 1520 148 19 81 25 29 1121 137 27 34 30 29 2122 152 16 12 28 28 1423 163 22 65 27 28 2424 147 29 48 31 30 1925 148 32 27 23 28 1226 139 18 43 24 25 2327 142 16 55 28 28 1128 134 12 30 22 28 1329 142 23 40 22 29 2330 127 18 34 24 29 2131 136 26 23 25 27 2632 159 14 18 23 30 10
2
33 131 15 17 24 29 1934 143 28 46 31 27 1935 136 23 31 26 30 2336 147 31 42 30 28 1937 151 26 48 28 28 13
3
Lampiran Hasil Pengolahan Data Madu Lebah Heterotrigona itama
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Produksi 143.08 10.550 37
Tanaman Nektar 22.19 7.546 37
Ukuran Log 38224.45 22806.249 37
Tanaman Resin 25.46 5.876 37
Suhu 28.13 1.083 37
Hama 18.08 4.468 37
Correlations
Produksi
Tanaman
Nektar Ukuran Log
Tanaman
Resin Suhu Hama
Pearson Correlation Produksi 1.000 .449 .401 .229 .132 -.333
Tanaman Nektar .449 1.000 .382 .470 .194 -.018
Ukuran Log .401 .382 1.000 .275 -.130 -.177
Tanaman Resin .229 .470 .275 1.000 .043 .002
Suhu .132 .194 -.130 .043 1.000 -.132
Hama -.333 -.018 -.177 .002 -.132 1.000
Sig. (1-tailed) Produksi . .003 .007 .086 .218 .022
Tanaman Nektar .003 . .010 .002 .125 .459
Ukuran Log .007 .010 . .050 .222 .147
Tanaman Resin .086 .002 .050 . .401 .496
Suhu .218 .125 .222 .401 . .218
Hama .022 .459 .147 .496 .218 .
N Produksi 37 37 37 37 37 37
Tanaman Nektar 37 37 37 37 37 37
Ukuran Log 37 37 37 37 37 37
Tanaman Resin 37 37 37 37 37 37
Suhu 37 37 37 37 37 37
Hama 37 37 37 37 37 37
4
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Hama,
Tanaman
Resin, Suhu,
Ukuran Log,
Tanaman
Nektarb
. Enter
a. Dependent Variable: Produksi
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2 Sig. F Change
1 .589a .347 .241 9.189 .347 3.291 5 31 .017
a. Predictors: (Constant), Hama, Tanaman Resin, Suhu, Ukuran Log, Tanaman Nektar
Lampiran.2 Lanjutan
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
90.0% Confidence
Interval for B
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper
Bound
1 (Constant) 123.439 43.845 2.815 .008 49.099 197.779
Tanaman
Nektar.532 .276 .344 1.927 .063 .064 1.001
Ukuran Log .000 .000 .227 1.362 .183 .000 .000
Tanaman
Resin.006 .298 .003 .019 .985 -.499 .510
Suhu .563 1.504 .058 .374 .711 -1.987 3.113
Hama -.659 .355 -.279 -1.858 .073 -1.261 -.058
a. Dependent Variable: Produksi
5
Lampiran.2 Lanjutan
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1389.324 5 277.865 3.291 .017b
Residual 2617.433 31 84.433
Total 4006.757 36
a. Dependent Variable: Produksi