Download - Skripsi Oleh:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU
DARI ASPEK AKTIVITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN
MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 14
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Skripsi
Oleh:
RITA JIWA SETYANI
X 4306016
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK
MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU
DARI ASPEK AKTIVITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN
MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 14
SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011
Oleh:
RITA JIWA SETYANI
X 4306016
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK Rita Jiwa Setyani. PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATI F JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK AKTIVITAS LANGSUNG, MENCATAT DA N MENTAL SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 14 SURAKARTA . Skripsi , Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, februari 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar biologi dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian dilaksanakan dua siklus. Tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Sumber data berasal dari informasi guru dan siswa, tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan angket, observasi, dan wawancara. Validitas data menggunakan teknik triangulasi metode. Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif. Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar biologi siswa di kelas VIIIA SMP Negeri 14 Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Peningkatan keaktifan belajar siswa dapat dilihat melalui angket dan lembar observasi. Persentase rata-rata berdasarkan lembar observasi keaktifan belajar siswa pra siklus sebesar 54,36%, siklus 1 sebesar 67,06% dan siklus 2 sebesar 79,36%. Hasil perhitungan angket pra siklus menunjukkan keaktifan belajar siswa sebesar 68,91%, siklus 1 sebesar 73,49%, dan siklus 2 sebesar 81,05%.
Kata kunci: Jigsaw, keaktifan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Rita Jiwa Setani. X 4306016. THE IMPLEMENTATION OF JIGSAW COOPERATIF LEARNING TO IMPROVE ACTIVENESS IN BIOLO GY INCLUDE STUDENT’S ORAL, WRITING AND MENTAL ACTIVITY TO THE EIGHT-A GRADE STUDENTS OF SMP 14 SURAKARTA. Skr ipsi , Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, February 2011.
The purpose of this study was to increase student’s learning activeness in biology teaching and learning activities with the implementation of Jigsaw cooperative learning.
This research was a classroom action research. This research was done in two cycles, each cycle consisted of the planning, action, observation, analysis, and reflection. The subjects of the research were the students of VIII-A SMP Negeri 14 Surakarta in academic year of 2010/2011. The source of the data were gained from the teacher and student’s interview, observation, and documentation. The techniques of collecting data was questionnaire, observation, and interviews. The validity of the data used triangulation technique of methods. Thr data were analyzed by using qualitative analysis. The research procedure is a spiral model of inter-related.
The results showed that the application of Jigsaw cooperative learning strategies could increase student’s activeness biology learning the VIIIA of SMP Negeri 14 Surakarta academic year of 2010/2011. The Improvement of student learning activeness could be viewed through a 1) questionnaire and 2) observation sheet. The student’s based on the observation sheet, the student’s activeness average percentage in the pretes was 54,36%, first cycle 67,06% and the second cycle 79,36%. Based on the questionnaire, the student’s activeness was 68,91% in the pretes, 73,49% in the first cycle, and 81,05% in the second cycle.
Keyword : Jigsaw, activeness.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong), dan
janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
(Q. S Al Lukman : 18)
Rasulullah SAW bersabda ” Barangsiapa menuntut ilmu dan mendapatkannya,
maka Allah mencatat baginya pahala 2 bagian. Dan barangsiapa menuntut ilmu
tetapi ia tidak mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya pahala 1 bagian.
(H.R Thabrani)
”Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda, jangan pernah menyesali
kegagalan karena bisa jadi dari kegagalan itu kita mendapatkan yang
terbaik”
(Penulis)
”Terimalah segala sesuatu dengan penuh keikhlasan, karena dengan keikhlasan
kita tidak akan merasa berat untuk menjalani semuanya”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT, kupersembahkan
karya ini untuk:
� Bapak dan Ibuku... untuk semua kasih sayang, do'a, perhatian dan
dukungannya.terima kasih atas semuanya
� Nenek tercinta, terimakasih atas doa yang selalu tercurah kepadaku.
� Ibu Harlita S.Si,M.Si dan bapak Joko AriyantoS.Si,M.Si
terima kasih atas bimbingan dan nasehatnya
� Bapak dan ibu narbiyanto, trimakasih atas doa dan semangatnya
selama ini
� Mas Fendi terima kasih atas doa, kasih sayang dan dukungannya
yang selalu kau berikan untukku dalam suka maupun duka
� Kakak dan Adikku terimakasih atas dukungan dan semangat yang
selalu kau berikan untukku
� Bulek dan om makasih atas doa dan dukungannya selama ini.
� Sahabatku danik, lilin, putri terimakasih atas dukungan dan
kerjasamanya
� Teman-teman biologi ’06, terimakasih atas kebersamaannya selama
ini.
� Almamaterku tercinta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENERAPAN PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN
KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI ASPEK AKTIVITAS
LANGSUNG, MENCATAT DAN MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP
NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan dalam
mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.
2. Ketua Jurusan P. MIPA yang telah menyetujui permohonan penyusunan
skripsi.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi yang memberikan ijin untuk penulisan
skripsi.
4. Harlita S.Si,M.Si yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penelitian.
5. Joko Ariyanto S.Si,M.Si, selaku pembimbing II, yang selalu memberikan
motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan penelitian.
6. Kepala SMP Negeri 14 Surakarta, yang telah memberi izin dan tempat
pengambilan data dalam penelitian.
7. Guru mata pelajaran biologi SMP Negeri 14 Surakarta yang telah memberi
bimbingan dan bantuan selama penelitian.
8. Ibu dan Bapak yang selalu memberikan doa dan dukungan penuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tiada yang sempurna selain Allah SWT, maka
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh keterbatasan penulis. Harapan
penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
umumnya.
Surakarta, Februari 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGAJUAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
HALAMAN ABSTRAK v
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR ix
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1
4
4
4
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
B. Kerangka Berpikir
6
13
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
B. Metode Penelitian
C. Data dan Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Analisis Data
E. Pemeriksaan Validitas Data
F. Indikator Keberhasilan
G. Prosedur Penelitian
16
16
17
19
19
20
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
B. Deskripsi Siklus 1
C. Deskripsi Siklus 2
D. Deskripsi Antar Siklus
E. Pembahasan
24
28
35
40
43
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
B. Implikasi
C. Saran
54
54
54
DAFTAR PUSTAKA 56
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perhitungan Skor Perkembangan 9
Tabel 2. Tingkat Penghargaan Kelompok 9
Tabel 3. Skor Penilaian Angket 18
Tabel 4. Target keberhasilan penelitian 20
Tabel 5. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa Pra Siklus
25
Tabel 6. Persentase Capaian Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa Pra Siklus
26
Tabel 7. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus I
30
Tabel 8. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Bioloi Siswa Siklus I
31
Tabel 9. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus II
37
Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus II
37
Tabel 11. Persentase Capaian Indikator pada Oservasi Keaktifan Belajar Biologi Setiap Siklus
40
Tabel 12. Persentase Capaian Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa Setiap Siklus
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir 15
Gambar 2. Skema Triangulasi Metode Penelitian 20
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 23
Gambar 4. Persentase Siswa Tiap Indikator Para Siklus Berdasarkan Data Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
26
Gambar 5. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus I Berdasarkan Data Lembar Observasi Keaktivaan Belajar Biologi Siswa
32
Gambar 6. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus I Berdasarkan Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
33
Gambar 7. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus II Berdasarkan Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
38
Gambar 8. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus II Berdasarkan Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
39
Gambar 9. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Lembar Observasi
41
Gambar 10. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Angket
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian
a. Silabus 58
b. RPP Siklus 1 60
c. RPP Siklus II 75
d. Kisi-kisi Angket Keaktifan Belajar Siswa 89
e. Angket Keaktifan Belajar Siswa 90
f. Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa 96
g. Lembar Observasi Keaktifan Belajar Siswa 97
h. Pedoman Wawancara Guru 103
i. Pedoman Wawancara Siswa 106
j. Lembar Kerja Siswa Siklus I 109
k. Lembar Kerja Siswa Siklus II 113
Lampiran 2. Hasil Penelitian
a. Daftar Siswa Kelas VIIIA SMP N 14 Surakarta 119
b. Daftar presensi siswa 120
c. Daftar kelompok 122
d. Hasil Observasi Pra Siklus 123
e. Hasil Observasi Siklus I 125
f. Hasil Observasi Siklus II 127
g. Angket Keaktifan Pra Siklus 129
h. Angket Keaktifan Siklus I 131
i. Angket Keaktifan Siklus II 133
j. Analisis Lembar Observasi Pra Siklus 135
k. Analisis Lembar Observasi Siklus I 136
l. Analisis Lembar Observasi Siklus II 137
m. Analisis Angket Keaktifan Pra Siklus 138
n. Analisis Angket Keaktifan Siklus I 139
o. Analisis Angket Keaktifan Siklus II 140
p. Hasil Wawancara Guru Pra Siklus 141
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
q. Hasil Wawancara Guru Pasca Siklus I 142
r. Hasil Wawancara Guru Pasca Siklus II 143
s. Hasil Wawancara Siswa Tahap Observasi Awal 145
t. Hasil Wawancara Siswa Pra Siklus 147
u. Hasil Wawancara Siswa Pasca Siklus I 149
v. Hasil Wwawancara Siswa Pasca Siklus II 152
w. Dasar Pembagian Kelompok 155
x. Daftar Nilai Siswa Observasi Awal 156
Lampiran 3. Dokumentasi
a. Dokumentasi Pra Siklus 157
b. Dokumentasi Siklus I 158
c. Dokumentasi Siklus II 160
Lampiran 4. Perijinan
a. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi 162
b. Surat Permohonan Ijin Research 163
c. Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan 164
d. Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian di SMP
Negeri 14 Surakarta
e. Surat Permohonan Mengadakan Observasi 166
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran biologi mencakup proses mengajar dan proses belajar.
Proses mengajar dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan proses belajar
dilaksanakan oleh siswa sebagai peserta didik. Biologi cenderung dipandang
sebagai mata pelajaran yang kurang disukai oleh sebagian siswa, karena pelajaran
biologi lebih banyak menghafal sehingga butuh ketekunan dan kemampuan
menghafal yang cukup tinggi. Guru harus memiliki kreativitas yang tinggi dalam
mengajar untuk menciptakan kondisi yang menyenangkan dan tidak monoton
sehingga siswa merasa senang dan menyukai pelajaran biologi, siswa dapat lebih
aktif bertanya dan mengemukakan gagasannya(Syaodih, 2004: 3). Peran aktif
siswa sangat penting untuk membentuk generasi kreatif yang mampu
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain, interaksi antara
guru dan siswa dapat berjalan dengan baik,siswa dapat mengemukakan
gagasannya. Guru diharuskan menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Keaktifan siswa dapat
meningkat maka hasil belajar siswa juga meningkat.
SMP Negeri 14 Surakarta merupakan sekolah yang mempunyai input
siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda, mulai dari siswa yang
memiliki kemampuan belajar rendah, sedang dan tinggi. Perbedaan kemampuan
belajar tersebut membuat siswa dalam menyikapi kegiatan belajar dikelas sangat
beragam, yaitu ada siswa yang sangat antusias dengan pelajaran sehingga siswa
terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran tetapi sebagian besar siswa masih
terlihat sangat pasif dalam pembelajaran.
Berdasar hasil observasi pada kegiatan belajar mengajar biologi di SMP
Negeri 14 Surakarta kelas VIIIA dengan jumlah 36 siswa diperoleh hasil bahwa
kegiatan pembelajaran berlangsung monoton, siswa mengantuk, siswa bersikap
pasif, banyak siswa yang ngobrol dan bercanda dengan teman lain, tidak ada
interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa artinya siswa hanya duduk dan
mendengarkan guru menjelaskan materi, saat guru memberi pertanyaan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
tidak mau menjawab jika tidak ditunjuk oleh guru. Siswa banyak yang tidak
mencatat dan tidak mengerjakan soal yang diberi guru. Siswa hanya diam dan
tidak mau bertanya pada guru bila ada materi yang belum dipahami, sebagian
besar siswa tidak membawa buku panduan, banyak yang tidak mengumpulkan
tugas. Keadaan tersebut karena dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan
metode yang kurang bervariasi sehingga siswa merasa bosan dengan kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi tersebut masalah yg mendesak dan
memungkinkan untuk diselesaikan adalah masalah keaktifan. Keaktifan itu
beranekaragam bentuknya yaitu aktif secara jasmani dan rohani meliputi keaktifan
indera, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan keaktifan emosi(Sriyono 1992: 75).
Keaktifan belajar siswa yang kurang pada kelas antara lain adalah aspek aktivitas
langsung, mencatat dan mental. Keaktifan sangat penting untuk diselesaikan
karena dalam proses pembelajaran keaktifan dapat merangsang dan
mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, berfikir kritis dan dapat memecahkan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dampak dari keaktifan siswa yang
rendah tersebut maka hasil belajar siswa juga sangat rendah. Hal ini bisa dilihat
dari nilai hasil ulangan siswa yang rendah. Berdasar hasil wawancara dengan guru
biologi didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa memiliki nilai ulangan
dibawah 60.
Mendukung hasil observasi awal, maka dilakukan observasi lanjutan
menggunakan indikator keaktifan. Hasil observasi lanjutan sebagai berikut,
mengajukan pertanyaan kepada guru adalah 15 siswa (41,67%), bertanya kepada
teman adalah 21 siswa (58,33%), berperan serta dalam diskusi kelompok 16
siswa(44,44%), mengeluarkan pendapat pada saat presentasi 14 siswa(38,89%),
mencatat materi pelajaran 26 siswa(72,22%), siswa mengerjakan soal yang diberi
guru adalah 20 siswa(55,56%), mempelajari buku catatan dan buku panduan di
kelas adalah 25 siswa(69,44%).
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penyebab rendahnya keaktifan
belajar siswa adalah cara mengajar yang digunakan guru dalam pembelajaran
kurang bervariasi dan siswa bertindak sebagai obyek dalam pembelajaran. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
wawancara guru mengajar dengan ceramah disertai tanya jawab, sehingga
kegiatan belajar mengajar terkesan sangat monoton dan membosankan. Siswa
banyak yang tidak mencatat, enggan untuk bertanya mengenai materi yang belum
dipahami, malas mengemukakan pendapat, tidak mengerjakan soal dengan
sungguh-sungguh, sebagian besar siswa bahkan tidak membawa buku panduan.
Metode ceramah umum digunakan guru karena beberapa alasan, yaitu
memberikan pengarahan diawal pembelajaran, mengejar mater dan keterbatasan
staf pengajar.
Tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah keaktifan siswa yang
rendah maka dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan suatu strategi
pembelajaran kooperatif yang membuat siswa bisa bekerjasama dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Penerapan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa. Keaktifan siswa yang dimaksud adalah sejauh mana siswa
aktif pada saat pelajaran berlangsung yaitu siswa mencatat, membawa buku
panduan belajar, bertanya apabila ada materi yang belum dipahami, mengerjakan
soal, mengeluarkan pendapat dan aktif dalam kegiatan diskusi.
Jenis pembelajaran kooperatif yang bisa digunakan guru untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah Jigsaw pada materi sistem rangka
manusia. Alasan pemilihan pembelajaran kooperatif Jigsaw karena melalui teknik
ini siswa dilibatkan secara aktif dalam situasi yang menyenangkan. Pembelajaran
kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat
mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran
untuk mencapai prestasi yang maksimal. Metode ini menyangkut kerjasama dan
saling ketergantungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Masing-
masing anggota kelompok dalam metode Jigsaw mempelajari materi yang
berbeda dan setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari
bagiannya masing-masing. Keaktifan siswa yang rendah dapat teratasi melalui
belajar menjelaskan kepada teman, diskusi dan presentasi.
Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat mendorong siswa aktif
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi
yang maksimal. Pembelajaran kooperatif melibatkan peran serta siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
pembelajaran, siswa dilibatkan dalam sebuah kelompok kecil dan masing-masing
siswa diberi sebuah tanggung jawab dalam kelompok. Siswa saling bekerja sama
untuk mendiskusikan materi yang menjadi tanggung jawab masing-masing siswa
sehingga terbentuk interaksi antara siswa satu dengan siswa yang lain. Melalui
pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa menjadi lebih aktif dalam kelompok, berani
bertanya dan bebas menyampaikan pendapat, rajin mencatat dan mengerjakan soal
dari guru. Berdasar latar belakang masalah di atas, maka telah dilakukan
penelitian dengan judul PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BIOLOGI
DITINJAU DARI ASPEK AKTIFITAS LANGSUNG, MENCATAT DAN
MENTAL SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN
PELAJARAN 2010/2011.
B.Perumusan Masalah
Bagaimana pembelajaran biologi dengan penerapan pembelajaran
kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan keaktifan belajar biologi ditinjau dari
aspek aktifitas langsung, mencatat dan mental siswa kelas VIII A SMP Negeri 14
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011 ?
C.Tujuan Penelitian
Mengetahui peningkatan keaktifan belajar biologi ditinjau dari aspek
aktifitas langsung, mencatat dan mental siswa dengan penerapan pembelajaran
kooperatif Jigsaw pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 14 Surakarta tahun
pelajaran 2010/2011.
D.Manfaat Penelitian
Berdasarkan penelitian ini maka diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan keaktifan belajar siswa pada aspek aktifitas langsung,
mencatat dan mental terhadap pembelajaran biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Menciptakan suasana yang menyenangkan dan tidak monoton dalam
kegiatan belajar biologi sehingga siswa merasa senang dan dapat lebih
aktif dalam belajar biologi.
2. Bagi guru
a. Menyajikan sebuah pilihan untuk mengatasi masalah pembelajaran yang
membutuhkan penyelesaian melalui penerapan pembelajaran kooperatif
Jigsaw.
b. Memperkaya khasanah pengetahuan guru mengenai alternatif strategi
pembelajaran yang dapat digunakan.
3. Bagi sekolah
a. Memberikan sumbangan bagi sekolah agar dapat melakukan perbaikan
proses pembelajaran.
b. Menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan
proses pembelajaran pada tahap berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
a. Pembelajaran Kooperatif
Dibutuhkan metode yang tepat dalam pembelajaran agar kegiatan
pembelajaran tidak monoton, siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran. Metode
yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan diskusi kelas.
Salah satu metode yang berkembang saat ini adalah pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran ini menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa saling
bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
(Cooperative learning) adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh
guru (Suprijono,2009:54).
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran untuk
mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa,terutama untuk
mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa. Guru harus
berusaha menanamkan dan membina sikap demokrasi diantara para siswanya ketika
pembelajaran kooperatif dilaksanakan (Isjoni 2009 : 21-23).
Lie (2008:31) mengemukakan bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal,
terdapat lima prinsip pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan yaitu saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar
anggota, dan evaluasi proses kelompok.
Pembelajaran kooperatif mempunyai banyak nilai diantaranya adalah
meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, memudahkan siswa melakukan
penyesuaian sosial, terbentuknya nilai-nilai sosial dan komitmen, menghilangkan
sifat mementingkan diri sendiri atau egois, membangun persahabatan, meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
rasa saling percaya kepada sesama manusia, meningkatkan kemampuan memandang
masalah situasi dari berbagai perspektif, kesediaan menggunakan ide orang lain dan
kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan (Sugiyanto,2008: 41).
Gocer (2010:441) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
upaya yang dilakukan siswa, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil menuju
tujuan umum mempelajari materi untuk menyelesaikan masalah atau melakukan
tugas dengan cara kerja kolektif.
Ciri dari pembelajaran kooperatif adalah 1)setiap anggota memiliki peran 2)
terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa 3)setiap anggota kelompok
bertanggungjawab atas belajarnya dan teman kelompoknya 4)guru membantu
mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok 5)guru hanya berinteraksi
dengan kelompok saat diperlukan (Isjoni, 2009: 27).
b. Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang dapat mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Metode ini menyangkut
kerjasama dan saling ketergantungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain.
Pelaksanaan dari metode ini dengan membentuk beberapa kelompok kecil dan dibuat
kelompok secara heterogen baik dari segi prestasi, jenis kelamin, kebiasaan bergaul
dan sebagainya (Isjoni 2009:77-79).
Proses pembelajaran menggunakan metode kooperatif Jigsaw mempunyai
kelebihan yaitu dapat memacu siswa untuk berpikir kritis dan menggunakan kata-kata
yang tepat agar dapat menjelaskan kepada teman lain, sehingga menguntungkan
semua anggota kelompok dengan mengajar dan belajar dari teman. Gocer (2010: 442)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif Jigsaw dikembangkan oleh Aronson
yaitu siswa dibagi dalam 5 – 6 kelompok secara heterogen. Setiap kelompok yang
diberikan materi yang dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sesuai dengan
jumlah anggota sehingga setiap siswa diberi bagian. Setelah masing-masing siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
belajar materi tersebut, maka dilakukan diskusi dan setiap anggota mengajarkan
bagiannya ke anggota lain dari kelompoknya. Siswa melakukan pertukaran
pertanyaan dan memahami materi dengan sungguh-sungguh. Selanjutnya perwakilan
anggota kelompok melakukan presentasi berdasar catatan hasil diskusinya. Proses
pembelajaran keterampilan lain sperti keterampilan berbahasa dalam berpendapat
juga sangat penting. Penerapan pembelajaran Jigsaw dapat membuat siswa bebas
berbahasa untuk menyampaikan pendapat tanpa rasa takut.
Trianto (2007: 56-57) menyatakan langkah-langkah Jigsaw adalah sebagai
berikut: a) siswa dibagi atas beberapa kelompok, tiap kelompok 5-6 orang b) materi
diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi menjadi beberapa sub
bab, c) setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung
jawab untuk mempelajarinya, d) anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari
sub bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk berdiskusi, e) setiap anggota
kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar temannya.
Menurut Slavin (2008:238-244) pelaksanaan metode Jigsaw meliputi 2 tahap ,
yaitu: a) Persiapan, meliputi : (1) menentukan materi yang akan dipelajari, (2) siswa
dibagi menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4-6 orang secara heterogen.
b) Pelaksanaan, meliputi empat tahap antara lain : (1) membaca, (2) diskusi kelompok
ahli, (3) laporan tim atau kelompok, (4) tes, (5) penghargaan.
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan guru dengan
melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Menghitung skor individu
Trianto (2007:55) menjelaskan bahwa penskoran perkembangan individu
dapat dilihat pada Tabel 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tabel 1. Perhitungan Skor Perkembangan
Nilai Tes Skor perkembangan
a. Lebih dari 10 poin dibawah skor awal.
b. 10 poin di bawah sampai 1 poin di bawah skor
awal.
c. Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal.
d. Lebih dari 10 poin diatas skor awal.
e. Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor).
5 poin
10 poin
20 poin
30 poin
30 poin
2. Menghitung skor kelompok
Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan
anggota kelompok , yaitu menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh
anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok seperti tercantum pada
Tabel 2 (Trianto,2007:55-56).
Tabel 2. Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata tim Predikat
0 ≤ x ≤ 5
5 ≤ x ≤ 15
15 ≤ x ≤ 25
25 ≤ x ≤ 30
-
Tim baik
Tim hebat
Tim super
2. Keaktifan Belajar Siswa
a. Proses Pembelajaran
Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu
lingkungan pendidikan yang mencakup lingkungan fisik, sosial, intelektual dan nilai-
nilai. Lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan buatan manusia
yang merupakan tempat sekaligus memberi dukungan dan hambatan bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
berlangsungnya proses pembelajaran. Proses pendidikan mendapat dukungan dari
lingkungan fisik berupa sarana, prasarana dan fasilitas yang digunakan. Tersedianya
sarana, prasarana dan fasilitas fisik dalam jenis, jumlah dan kualitas yang memadai
akan mendukung berlangsungnya proses pendidikan yang efektif. Kekurangan sarana,
prasarana dan fasilitas fisik akan menghambat proses pendidikan dan menghambat
pencapaian hasil yang maksimal (Syaodih,2004 :5).
Proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan
merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi,serta sesuai dengan
kebutuhan,perkembangan masyarakat dan pembangunan (Mulyasa,2006: 102).
Keberhasilan pengajaran dilihat dari segi hasil yang dicapai,mengharapkan bahwa
semua hasil yang diperoleh membentuk satu sistem nilai yang membentuk
kepribadian siswa, sehingga memberi warna dan arah dalam semua perbuatannya
(Sudjana,2005: 38).
Saefudin (2008: 99) menyatakan bahwa proses pembelajaran tidak diarahkan
semata-mata agar siswa mampu menguasai sejumlah materi pembelajaran tetapi lebih
diarahkan kepada penguasaan kompetensi tertentu sesuai dengan kurikulum. Faktor-
faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah faktor dalam dan luar diri siswa.
Faktor yang berada dalam diri siswa seperti kemampuan, motivasi, persepsi, ingatan
sedang faktor yang berada diluar diri siswa seperti kondisi belajar dan tujuan belajar
(Sukartawi,1995:58). Keaktifan belajar biologi siswa dalam hal ini masuk kedalam
faktor dari luar diri siswa yaitu kondisi belajar siswa.
b. Keaktifan Belajar Siswa
Perubahan perilaku pada proses pembelajaran terjadi karena adanya latihan
atau pengalaman seseorang. Belajar aktif merupakan fungsi interaksi antara individu
dan situasi disekitarnya yang ditentukan oleh indikator merupakan pengembangan
dari kompetensi dasar. Belajar aktif ditandai bukan hanya melalui keaktifan siswa
yang belajar secara fisik namun juga keaktifan secara mental. Justru keaktifan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
mental merupakan hal yang sangat penting dan utama dalam belajar aktif
dibandingkan keaktifan fisik. Belajar aktif adalah suatu usaha manusia untuk
membangun pengetahuan dalam dirinya (Yamin 2007: 81-82).
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah
makhluk yang aktif. Anak memiliki dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemauan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga
tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain, setiap proses belajar siswa selalu
menampakkan keaktifan. Keaktifan beranekaragam bentuknya, mulai dari kegiatan
fisik sampai psikis (Dimyati dan Mujiono 2002 : 44).
Yamin (2007: 77) menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam proses belajar
mengaja adalah a) Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
b)Tekanan pada aspek afektif dalam belajar. c) Partisipasi siswa dalam kegitan
pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa. d) Kekompakan kelas
sebagai kelompok belajar. e) Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan
kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses
pembelajaran. f) Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik
berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.
Keaktifan dapat diartikan saat guru mengajar maka harus mengusahakan agar
murid-muridnya aktif jasmani dan rohani meliputi :
1) Keaktifan indera yaitu murid-mirid harus dirangsang agar dapat menggunakan alat
indera sebaik mungkin
2) Keaktifan akal yaitu anak-anak harus aktif untuk memecahkan masalah,
menimang-nimbang, berpendapat dan mengambil keputusan.
3) Keaktifan ingatan yaitu pada waktu mengajar anak harus aktif menerima bahan
pengajaran yang disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak.
4) Keaktifan emosi yaitu dalam hal ini murid hendaklah senantiasa berusaha
mencintai pelajarannya (Sriyono 1992 : 75).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Keaktifan siswa sangat penting untuk membentuk generasi kreatif, yang
mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Guru
diharuskan menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai
tingkat kemampuan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimiliki siswa, berfikir kritis dan dapat
memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari (Yamin 2007: 77)
Jenis-jenis aktivitas belajar menurut Sardiman (2007: 101) meliputi:
1) Visual activities (aktivitas melihat) misalnya: membaca, memperhatikan, gambar
demonstrasi, percobaan, dan pekerjaan orang lain.
2) Oral activities (aktivitas langsung) seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan
interupsi.
3) Listening activities (aktivitas mendengarkan) meliputi: uraian, percakapan, diskusi,
musik pidato.
4) Writing activities (aktivitas menulis), seperti: menulis cerita, karangan, laporan,
angket dan menyalin.
5) Drawing activities (aktivitas menggambar), misalnya: menggambar, membuat
grafik, peta dan diagram.
6) Motor aktivities (aktivitas motorik), seperti: melakukan percobaan, membuat
konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun dan beternak.
7) Mental activities (aktivitas mental), misalnya: menganggap, mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
8) Emosional activities (aktivitas emosi), seperti: menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
B.Kerangka Berpikir
Siswa SMP Negeri 14 memiliki latar belakang yang berbeda-beda baik dari
segi keluarga, ekonomi, tingkat kemampuan belajar, dan tingkat kemampuan
menyerap materi yang berbeda. Perbedaan tersebut memiliki pengaruh yang sangat
besar terhadap proses pembelajaran sehingga menimbulkan berbagai permasalahan
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Salah satu permasalahan yang timbul
adalah keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas yang rendah. Siswa merasa bosan
dalam mengikuti pembelajaran dikelas, sebagian besar siswa tidak memperhatikan
pelajaran tetapi mengobrol dengan teman lain,siswa sebagian besar tidak mencatat.
Siswa tidak berani mengutarakan pendapatnya sehingga kurang terjadi interaksi
antara siswa satu dengan siswa lain serta antara siswa dengan guru.
Keaktifan siswa yang rendah disebabkan metode pembelajaran yang
digunakan guru kurang mengaktifkan siswa. Guru dalam pembelajaran lebih bersikap
aktif, sedangkan siswa bersikap pasif. Siswa hanya mendengarkan penjelasan dari
guru, siswa kurang terlibat didalam kegiatan pembelajaran sehingga tidak terjadi
interaksi antara guru dengan siswa.
Mengatasi permasalahan yang terjadi maka dilakukan perubahan terhadap
metode pembelajaran yaitu dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw.
Melalui penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw maka siswa dapat ikut berperan
serta dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Siswa dapat berinteraksi dan bekerjasama
dengan baik pada saat dilakukan diskusi kelompok dan berani bertanya kepada guru
jika ada kesulitan dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan
suatu pembelajaran kooperatif yang melibatkan peran serta siswa didalamnya. Siswa
dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan setiap siswa diberi materi yang akan
menjadi tanggungjawab masing-masing siswa untuk mempelajarinya. Selanjutnya
dilakukan diskusi kelompok. Siswa dari kelompok lain yang mempelajari materi yang
sama berkumpul dalam satu kelompok ahli untuk diskusi. Setiap anggota kelompok
ahli kembali kekelompok awal dan bertugas mengajar temannya dan berdiskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Perwakilan masing-masing kelompok maju ke depan untuk presentasi hasil diskusi.
Melalui langkah-langkah dalam Jigsaw tersebut maka keaktifan siswa dapat
meningkat. Adapun bagan paradigma penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
PERMASALAHAN Metode yang digunakan kurang mengaktifkan siswa
Perbedaan kemampuan pada siswa
Keaktifan siswa ditinjau dari aspek aktivitas langsung, mencatat dan mental dalam pembelajaran di kelas kurang
Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw
Pembelajaran di kelas
Interaksi antar siswa meningkat meningkat
Interaksi antara siswa dengan guru meningkat
TARGET Keaktivan siswa meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 14
Surakarta pada siswa kelas VIII A Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan secara bertahap yang secara garis besar,dibagi menjadi
tiga tahap, yaitu:
a. Bulan Februari 2010 - Juni 2010: tahap persiapan meliputi kegiatan observasi
di kelas, pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal skripsi, seminar
proposal, perijinan penelitian, survei sekolah yang bersangkutan, dan
konsultasi instrument penelitian.
b. Bulan Agustus 2010 - September 2010: tahap penelitian meliputi semua
kegiatan yang dilaksanakan di lapangan, yaitu pengambilan data.
c. Bulan September - selesai: tahap penyelesaian meliputi pengolahan data dan
penyusunan laporan.
B. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian berisi tentang informasi yang bermanfaat untuk mengambil suatu
keputusan yang bijak tentang metode yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran
demi peningkatan profesionalisme guru, prestasi siswa, kelas, dan sekolah secara
keseluruhan. Penelitian tindakan kelas diterapkan metode pembelajaran kooperatif
Jigsaw untuk meningkatkan keaktifan belajar biologi siswa. Pelaksanaan dari
penelitian tindakan kelas dengan metode kooperatif Jigsaw dilakukan dalam beberapa
siklus. Sukardi (2001: 214-215 ) menyatakan penelitian tindakan kelas secara garis
besar terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan (planning), tindakkan (acting),
pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
C. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Data Penelitian
a. Data Penelitian
Data penelitian diperoleh dari dokumentasi observasi yang berasal dari
catatan lapangan tentang pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung. Hasil
observasi berdasarkan pengamatan digunakan lembar observasi,wawancara dengan
guru dan siswa dan pemberian angket.
b. Sumber Data
Tiga sumber data penting yang disajikan sebagai sasaran penggalian dan
pengumpulan data serta informasi penelitian adalah
1) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran siswa kelas VIIIA
SMP Negeri 14 Surakarta
2) Informan meliputi guru biologi, dan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 14
Surakarta.
3) Dokumentasi atau arsip, yang antara lain berupa silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran(RPP) dan buku referensi mengajar.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari observasi langsung terhadap kegiatan pembelajaran,
wawancara dengan guru dan siswa, pemberian angket dan dokumentasi.Secara
lengkap teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Kajian dokumen
Kajian dilakukan terhadap berbagai dokumen atau arsip setiap kurikulum, silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, nilai siswa, presensi siswa, buku atau materi
pelajaran.
b) Angket
Angket yang digunakan didasarkan pada skala Likert (Sukardi, 2001: 146-147)
yang sudah dimodifikasi. Angket berbentuk cek-list, yaitu suatu bentuk angket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
(Sudjana, 1991: 84)
dimana pengisi angket tinggal memberi tanda cek (√) pada kolom yang telah
disediakan. Alternatif jawaban tiap item ada lima. Teknik angket digunakan untuk
mengukur keaktifan belajar siswa. Untuk item positif skor yang diberikan mulai dari
5 sampai 1, dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Skor Penilaian Angket
Skor Untuk Aspek Yang Dinilai Skor
(+) (-)
Sangat Setuju (SS)
Setuju (S)
Tidak Punya Pendapat (TB)
Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
c) Wawancara
Wawancara dilakukan dengan guru mata pelajaran dan dengan siswa yang
diambil secara acak. Wawancara bertujuan untuk mengadakan informasi balikan
terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Waktu dan tempat wawancara
dilakukan untuk mendapat masukan yang mendalam setiap proses pembelajaran yang
dapat dijadikan refleksi untuk perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya.
d) Observasi
Observasi merupakan suatu langkah sangat baik untuk memperoleh data
tentang pribadi dan tingkah laku setiap individu anak didik. Penelitian ini metode
observasi digunakan untuk memperoleh data tentang keaktifan siswa terhadap materi
yang diajarkan guru. Pengisian dilakukan dengan memberi tanda check (V) pada
pilihan yang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
D. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai
berakhirnya pengumpulan data. Data dari hasil penelitian di lapangan diolah dan
dianalisis secara deskripsi kualitatif. Analisis kualitatif mengacu pada model analisis
Miles dan Huberman (1992: 16-19) yang dilakukan dalam 3 komponen berurutan
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian
singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. Penyajian data
dilakukan dalam rangka menorganisasikan data yang merupakan penyusunan
informasi secara sistematik dari hasil reduksi data, dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi masing-masing siklus. Penarikan
kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna data, mencatat
keteraturan data dan penggolongan data. Data yang terkumpul disajikan secara
sistematis dan bermakna.
E. Pemeriksaan Validitas Data
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau
kesahihan suatu data. Informasi yang digunakan sebagai data penelitian perlu
diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat
mewakili atau mencakup aspek-aspek yang ingin diteliti yang nantinya dapat
dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik suatu kesimpulan.
Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data dalam penelitian ini
adalah teknik triangulasi. Menurut Maleong (2002:178) triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi metode.
Triangulasi metode berarti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan tehnik
atau metode pengumpulan data yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang berupa
wawancara, observasi selama KBM berlangsung dan angket. Skema triangulasi dapat
dilihat pada Gambar 2 (Sutopo, 2002: 81)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Gambar 2. Skema Triangulasi Metode Penelitian
F. Indikator Keberhasilan
Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau
setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif baik fisik
ataupun mental dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2006: 101). Penelitian ini dapat
dihentikan apabila setiap indikator dari aspek yang diukur sudah mencapai target
yang ditentukan, sebaliknya jika masing-masing variabel yang diukur belum
memenuhi target capaian maka dilanjutkan siklus berikutnya untuk mencapai target
yang ditetapkan. Daftar target dari masing-masing variabel yang akan diukur dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Target keberhasilan Penelitian Aspek Target yang harus dicapai
Observasi keaktifan belajar siswa ≥ 75% Angket keaktifan belajar siswa Wawancara
≥ 75% ≥ 75%
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah penelitian yang digunakan mengikuti model
yang dikembangkan oleh Kemmis dan Robin MC Taggart dalam Sukardi (2001:
214-215) yang berupa model spiral. Perencanaan Kemmis menggunakan sistem spiral
refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan, refleksi,
perencanaan kembali merupakan suatu dasar untuk pemecahan masalah. Langkah-
Wawancara
Angket
Observasi
Data Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, perencanaan, tindakan,
pengamatan, refleksi. Tahap pelaksanaan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Perencanaan Tindakan
Tahap Perencanaan merupakan tahap untuk menentukan materi
pembelajaran yaitu sistem rangka manusia, materi pada siklus I adalah organ
penyusun sistem gerak dan mcam-macam tulang, sedangkan materi pada siklus II
adalah persendian, otot dan kelainan pada tulang. Penyusunan perangkat
pembelajaran meliputi silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Silabus yang
digunakan mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembuatan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mengacu pada penerapan Pembelajaran
kooperatif Jigsaw. Instrumen penelitian disusun pada tahap ini yaitu angket, lembar
observasi keaktifan belajar biologi siswa serta pedoman wawancara bagi guru dan
siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan merupakan penerapan pembelajaran kooperatif
Jigsaw pada pokok bahasan sistem rangka manusia. Tiap siklus terdiri dari dua kali
pertemuan. Pertemuan pertama pembelajaran dimulai dengan memberikan
penjelasan materi secara garis besar. Tahap selanjutnya guru memberi pengarahan
tentang pelaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Guru membagi siswa
menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Tiap anggota
kelompok memiliki tugas dan tanggungjawab untuk membaca dan mempelajari
materi yang telah dibagi oleh guru. Tahap selanjutnya siswa bertemu dalam
kelompok ahli untuk melakukan diskusi dan mencatat hasil diskusi kepada teman satu
kelompok.
Pertemuan kedua siswa kembali ke kelompok awal dan dan wajib
menjelaskan hasil diskusi. Perwakilan kelompok melakukan presentasi berdasarkan
hasil diskusi. Tahap akhir dalam penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah
membuat kesimpulan hasil diskusi kelas dan mengerjakan soal postes. Siswa
selanjutnya mencocokkan jawaban soal postes dan menghitung skornya, kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
guru mengumumkan kelompok yang mendapatkan penghargaan sesuai kriteria yang
telah ditentukan, tetapi pemberian sertifikat penghargaan tim dilakukan pada lain
waktu.
c. Observasi
Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan
penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Kegiatan pada tahap ini adalah
mengamati, mencatat serta mendokumentasikan kegiatan siswa selama pembelajaran
berlangsung. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi terfokus yaitu maksud
dan sasaran observasi telah ditentukan sebelumnya. Lembar observasi digunakan
untuk mempermudah mengamati setiap indikator yang diukur. Tahap ini dilakukan
pengisian angket keaktifan belajar oleh siswa yang digunakan sebagai data sekunder.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interprestasi dan evaluasi atas
informasi yang diperoleh dari hasil observasi kegiatan belajar mengajar dan keaktifan
belajar siswa selama proses pembelajaran. Data yang telah terkumpul dalam kegiatan
observasi harus secepatnya dianalisis dan diinterpretasi atau diberi makna sehingga
dapat segera diketahui apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai tujuan.
Kegiatan refleksi diperlukan dalam Penelitian Tindakan Kelas agar tindakan
yang dilakukan dapat dievaluasi keefektifannya. Hasil dari refleksi digunakan untuk
menentukan tindakan selanjutnya. Penelitian dapat dihentikan apabila target yang
diukur telah tercapai, apabila target yang diukur belum tercapai dapat dilanjutkan
pada siklus selanjutnya dengan melakukan perbaikan. Prosedur penelitian tindakan
kelas ini dapat dilihat pada Gambar 3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pengamatan
Pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Evaluasi Evaluasi keaktifan belajar siswa melalui angket, lembar observasi, dan wawancara
Pelaksanaan
Penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw
Perencanaan
Rancangan perbaikan dari refleksi siklus I
Penyusunan instrumen pembelajaran: angket keaktifan belajar biologi siswa , silabus, RPP untuk Siklus II, lembar observasi, dan pedoman wawancara.
Refleksi Menganalisis proses dan dampak pelaksanaan tindakan, serta melihat ketercapaian indikator
Pelaksanaan
Penerapan pembelajaran kooperatif jigsaw
Tindak Lanjut
Perbaikan pembelajaran oleh guru Biologi setelah penelitian.
Refleksi
Menganalisis proses dan dampak pelaksanaan tindakan, jika indikator belum tercapai diteruskan siklus II
Perencanaan
Penyusunan instrument pembelajaran: angket keaktifan belajar biologi siswa , silabus, RPP untuk Siklus I, lembar observasi, dan pedoman wawancara.
Pengamatan Pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Evaluasi Evaluasi keaktifan belajar siswa melalui angket, lembar observasi, dan wawancara siswa.
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Sukardi, 2001: 215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pra Siklus)
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 14 Surakarta siswa kelas VIIIA.
Kegiatan awal penelitian dilaksanakan dengan melakukan observasi dan diskusi
dengan guru mata pelajaran biologi untuk mengetahui kondisi awal kelas VIIIA yang
berkaitan dengan pembelajaran biologi di kelas.
Hasil observasi diperoleh data selama kegiatan pembelajaran siswa bersikap
pasif, guru menggunakan metode kurang bervariasi. Selama pembelajaran
berlangsung sebagian besar siswa duduk dan mendengarkan penjelasan dari guru,
siswa banyak mengobrol dengan teman lain, tidak mencatat materi dari guru, tidak
berani bertanya kepada guru bila ada materi yang kurang jelas. Sebagian besar siswa
tidak membawa buku literature atau buku paket biologi, siswa kurang berinteraksi
dengan teman lain dalam kegiatan diskusi. Usaha mengerjakan tugas dari guru masih
rendah, tidak tepat waktu dalam mengumpulkan tugas dan ada yang tidak
mengerjakan tugas.
Berdasar hasil observasi tersebut diperoleh kesimpulan bahwa keaktifan
belajar biologi siswa kurang. Sebagai penguat observasi digunakan lembar observasi
dengan item yang mewakili tiap indikator dari keaktifan belajar siswa yang akan
diukur. Berikut rincian presentasi pada setiap indikator dari berbagai aspek keaktifan
belajar siswa berdasar lembar observasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Tabel 5. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa Pra Siklus
No
INDIKATOR Persentase
Tiap Indikator (%) Persentase Rata-Rata
Tiap Aspek (%) 1 Mengajukan pertanyaan kepada
guru 41,67 Aktivitas langsung
45,83 2 Bertanya kepada teman 58,33 3 Berperan serta dalam diskusi
kelompok 44,44
4 Mengeluarkan pendapat pada saat presentasi
38,89
5 Mencatat materi pelajaran 72,22 Aktivitas mencatat 72,22
6 Siswa mengerjakan soal yang diberi guru
55,56 Aktivitas mental 62,5
7 Mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas
69,44
Jumlah Rata-rata
380,56 180,55 54,36 60,18
Tabel 5 diketahui bahwa capaian rata-rata indikator pada observasi masih
tergolong rendah, indikator keaktifan belajar biologi siswa berkisar antara 38,89% -
72,22% dengan nilai rata-rata 54,36%. Rata-rata presentase tertinggi yaitu pada
indikator mencatat materi pelajaran dengan presentase 72,22%, persentase terendah
38,89% pada indikator mengeluarkan pendapat pada saat presentasi.
Persentase hasil capaian indikator pada observasi keaktifan belajar biologi
siswa pra siklus dapat dilihat pada Gambar 4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
0
20
40
60
80
A B C D E F G
mempelajari buku catatn dan buku panduan di kelassiswa mengerjakan soal yang diberi guru
mencatat materi pelajaran
mengeluarkan pendapat pada saat presentasi
berperan serta dalam diskusi kelompok
bertanya kepada teman
Mengajukan pertanyaan kepada guru
Gambar 4. Persentase Siswa Tiap Indikator Pra Siklus Berdasarkan Data Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Data mengenai keaktifan belajar biologi siswa selain diperoleh dari hasil
observasi, juga diperoleh dari angket dengan item tiap indikator yang akan diukur.
Berikut rincian besarnya keaktifan setiap indikator berdasarkan perhitungan angket.
Tabel 6. Persentase Capaian Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa Pra Siklus
No Indikator Capaian Indikator %
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Mengajukan pertanyaan terhadap guru Bertanya kepada teman lain Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat di depan kelas Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal-soal dikelas Mempelajari materi dari buku paket,lks dan buku lain sebagai penunjang
69,67 67,44 69,63 68,89 68,06 69,17 69,54
Rata-rata 68,91
Berdasar Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai keaktifan belajar biologi siswa
berkisar antara 67,44%-69,67% dengan nilai rata-rata persentase sebesar 68,91%.
Indikator keaktifan yang memiliki persentase tertinggi adalah mengajukan pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
terhadap guru dengan besar persentase 69,67%. Indikator yang memiliki persentase
terendah adalah bertanya kepada teman lain dengan besar presentase 67,44%.
Berdasar perhitungan rata-rata keaktifan belajar biologi ditinjau dari aspek
aktivitas langsung, mencatata dan mental menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
persentase antara lembar observasi dan perhitungan angket pra siklus. Perbedaan
terjadi karena adanya perbedaan sudut pandang dalam mencari informasi mengenai
keaktifan belajar biologi siswa. Angket diberikan kepada siswa untuk diisi secara
subjektif menurut sudut pandang siswa sendiri. Kegiatan observasi dilakukan secara
objektif oleh observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil observasi
dan angket keaktifan belajar biologi siswa pra siklus digunakan sebagai pembanding
untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa melalui tindakan yang
diberikan.
Pembelajaran kooperatif Jigsaw mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
maksimal. Pembelajaran kooperatif Jigsaw menyangkut kerjasama, saling
ketergantungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain, memacu siswa
berpikir kritis dan menggunakan kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan kepada
teman lain, sehingga menguntungkan semua anggota kelompok dengan mengajar dan
belajar dari teman.
Hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa siswa selama proses
pembelajaran kurang aktif, hal ini karena siswa hanya mendengarkan penjelasan dari
guru, sebagian besar siswa tidak mencatat materi yang diajarkan, tidak berani
bertanya dan mengemukakan pendapat karena takut dan malu, siswa tidak
mengerjakan soal yang diberi guru dengan sungguh-sungguh, hal ini terbukti bahwa
sebagian besar siswa tidak mengumpulkan tugas tepat waktu. Hasil wawancara
dengan guru menyatakan bahwa selama pembelajaran guru menggunakan metode
yang kurang bervariasi, guru memberikan tugas kepada siswa tetapi siswa
mengerjakan dengan mencontek teman lain dan mengumpulkan tidak tepat waktu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Siswa banyak yang tidak mencatat materi dan tidak membawa buku panduan biologi
saat kegiatan pembelajaran berlangsung.
Terdapat 2 siklus untuk menyelesaikan masalah keaktifan yang terjadi di
kelas dengan penerapan metode kooperatif Jigsaw yang terdiri dari beberapa tahap
yaitu (1) tahap perencanaan tindakan, (2) tahap pelaksanaan tindakan, (3) tahap
observasi dan evaluasi, dan (4) tahap analisis dan refleksi.
B.Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan Tindakan Siklus I
Keaktifan belajar biologi siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan
pembelajaran kooperatif Jigsaw yang dapat mendorong kerjasama dan saling
ketergantungan antar siswa. Tahap perencanaan pada siklus I memerlukan beberapa
persiapan penyusunan instrumen yaitu:
a) Penyusunan silabus mata pelajaran biologi materi pokok sistem rangka manusia
b) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP), tiap siklus terdiri dari 2 kali
pertemuan
c) Penyusunan lembar observasi keaktifan belajar biologi siswa
d) Penyusunan angket keaktifan belajar biologi siswa
e) Penyusunan pedoman wawancara tentang keaktifan belajar biologi siswa
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Tahap pelaksanaan tindakan siklus I guru menerapkan pembelajaran
kooperatif Jigsaw yang terdiri dari 2 pertemuan, masing-masing pertemuan dengan
alokasi waktu 2x40 menit. Pertemuan pertama, guru memulai pelajaran dengan
melakukan apersepsi mengenai materi rangka manusia. Apersepsi dilakukan untuk
membuat siswa terangsang untuk berfikir dan lebih konsentrasi sebelum pelajaran
dimulai. Langkah selanjutnya guru memberi soal pretest untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dan bagaimana kesiapan siswa terhadap pelajaran. Guru
menjelaskan materi rangka secara garis besar setelah siswa selesai mengerjakan soal
pretest. Tahap selanjutnya guru memberi pengarahan tentang pelaksanaan penerapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pembelajaran kooperatif Jigsaw, hal ini dimaksudkan agar siswa tidak mengalami
kebingungan selama proses pembelajaran.
Guru memulai penerapan metode Jigsaw yaitu guru membagi siswa menjadi
6 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa. Pembagian kelompok
dilakukan secara heterogen yaitu setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa dengan
tingkat kecerdasan yang berbeda, pada masing-masing kelompok diberikan bahan
diskusi. Tiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggungjawab untuk membaca
dan mempelajari sub bab atau materi yang telah dibagi. Siswa dari kelompok lain
yang mempelajari sub bab sama bertemu dalam kelompok ahli untuk melakukan
diskusi dan mencatat hasil diskusi. Akhir pembelajaran pertemuan pertama guru
membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan memberi penjelasan siswa agar
mempelajari materi rangka untuk melanjutkan diskusi pada pertemuan selanjutnya.
Guru memulai pembelajaran pada pertemuan kedua dengan melakukan
apersepsi dan memotivasi siswa agar siswa terangsang untuk berfikir dan siap
mengikuti pembelajaran. Tahap selanjutnya guru mengulas materi pada pertemuan
sebelumnya secara garis besar untuk mengingatkan siswa pada materi yang sudah
dipelajari. Guru melanjutkan diskusi yang telah dilakukan pada pertemuan pertama,
yaitu siswa pada pertemuan sebelumnya melakukan diskusi kelompok ahli maka
kembali ke kelompok awal. Siswa dari kelompok ahli tersebut manjelaskan hasil
diskusi kepada teman lain dikelompok awal dan melakukan diskusi lagi. Tahap
selanjutnya setiap kelompok memilih satu siswa untuk melakukan presentasi di
depan. Guru membahas hasil diskusi dan membetulkan konsep siswa jika terjadi
miskonsepsi dan memperkuat konsep yang telah didiskusikan siswa. Guru membagi
soal kuis kepada siswa untuk dikerjakan. Tahap selanjutnya guru meminta siswa
untuk mencocokan hasil kuis dan menghitung skor masing-masing individu dan
kelompok. Guru mengumumkan skor individu dan skor kelompok. Tahap akhir, guru
mengumumkan kelompok yang menduduki peringkat I, II, dan III. Pemberikan
penghargaan kepada kelompok yang mendapatkan kriteria sebagai tim super, tim
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
hebat dan tim baik berdasarkan peringkat yang diperoleh masing-masing tim
diberikan pada hari yang berbeda.
3.Observasi Siklus I
Observasi dilakukan bersamaan dengan jalannya proses pembelajaran
Biologi dengan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Observasi dilakukan
melalui pengamatan secara langsung terhadap keaktifan belajar biologi siswa dan
penyebaran angket. Berdasarkan observasi yang dilakukan didapat hasil sebagai
berikut:
a. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Hasil observasi terhadap keaktifan belajar biologi siswa dalam pembelajaran
pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus I
No Indikator Capaian indiKator % 1 2 3 4 5 6 7
Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal di kelas Mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas
52,78 75,00 61,11 55,56 80,56 69,44 75,00
Rata-rata 67,06
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Hasil Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Hasil angket keaktifan belajar biologi siklus I dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus I
No Indikator Capaian indikator % 1 2 3 4 5 6 7
Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal di kelas Mempelajari buku catatn dan buku panduan di kelas
72,56 73,89 74,44 74,81 73,61 73,19 71,94
Rata-rata 73,49
4. Analisis dan Refleksi
a. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Berdasarkan perhitungan, keaktifan siswa pada siklus 1 mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan keaktifan pada pra siklus. Rata-rata persentase
keaktifan belajar biologi siswa siklus I adalah sebesar 67,06%. Persentase tertinggi
rata-rata keaktifan belajar biologi siswa adalah mencatat materi pelajaran dengan
rata-rata presntase sebesar 80,56%.
Persentase hasil capaian indikator pada observasi keaktifan belajar biologi
siswa siklus I dapat dilihat pada Gambar 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
0102030405060708090
A B C D E F G
mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelassiswa mengerjakan soal yang diberi guru
mencatat materi pelajaran
mengeluarkan pendapat pada saat presentasi
berperan serta dalam diskusi kelompok
bertanya kepada teman
Mengajukan pertanyaan kepada guru
Gambar 5. Presentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus I
Berdasarkan Data Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Melalui tindakan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada siklus 1
keaktifan belajar biologi siswa mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan.
Siklus 1 target belum tercapai, target pada penelitian ini adalah rata-rata capaian
indikator keaktifan belajar biologi mencapai lebih dari atau sama dengan 75%.
b. Hasil Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Hasil perhitungan angket keaktifan belajar biologi siswa setelah dilakukan
tindakan pada siklus 1 yaitu penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw, keaktifan
belajar biologi siswa berdasarkan angket dari hasil pra siklus sebesar 68,91%
meningkat menjadi 73,49%. Persentase indikator pada siklus 1 berdasarkan angket
berkisar antara 71,94 - 74,81%. Indikator tertinggi adalah mengeluarkan pendapat
saat presentasi sebesar 74,81%, sedang indikator terendah adalah mempelajari buku
catatan dan buku panduan di kelas yaitu 71,94%.
Persentase hasil capaian indikator pada angket keaktifan belajar biologi
siswa siklus I dapat dilihat pada Gambar 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
0
20
40
60
80
A B C D E F G
Persentase keaktifan belajar siswa
mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelassiswa mengerjakan soal yang diberi guru
mencatat materi pelajaran
mengeluarkan pendapat pada saat presentasi
berperan serta dalam diskusi kelompok
bertanya kepada teman
Mengajukan pertanyaan kepada guru
Gambar 6. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus I Berdasarkan Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
c. Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan guru dan siswa diperoleh bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningktkan keaktifan belajar siswa. Hal ini
terbukti dengan jumlah siswa yang antusias dengan pembelajaran semakin besar yaitu
siswa yang mencatat materi, mempelajari buku panduan dan buku catatan, siswa
berani bertanya dan mengemukakan pendapat semakin meningkat. Penerapan
pembelajaran kooperatif Jigsaw membuat siswa aktif dalam kegiatan diskusi, siswa
mengerjakan soal dari guru dengan sungguh-sungguh dan mengumpulkan tepat
waktu.
Berdasar pengamatan pada siklus 1 ditemukan beberapa hal yang perlu
diperbaiki antara lain :
1) Awal pembelajaran guru kurang memberikan apersepsi sehingga siswa kurang
antusias dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
2) Saat diskusi, guru terlalu banyak mengulur waktu, sehingga pelaksanaan
pembelajaran tidak sesuai dengan alokasi waktu yang telah disusun di Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3) Siswa hanya bertanya jika ditunjuk oleh guru sehingga pembelajaran berlangsung
sangat pasif.
4) Siswa mengulur waktu untuk diskusi dan mengumpulkan hasil diskusi sehingga
pelaksanaan pembelajaran tidak tepat waktu.
5) Siswa kurang berani mengemukakan pendapat pada saat presentasi sehingga
siswa masih pasif dalam melakukan presentasi dan pembelajaran belum terlihat
aktif.
Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka tindakan yang tepat untuk
dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya adalah:
1) Awal pembelajaran guru lebih memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan
yang berhubungan dengan pembelajaran, sehingga siswa terangsang untuk
mempelajari materi.
2) Saat dilakukan diskusi guru memperhatikan waktu, sehingga kegiatan
pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun
3) Guru lebih terampil dalam menggunakan respon dan pertanyaan kepada siswa
dalam pembelajaran,sehingga siswa terangsang untuk berperan aktif dalam
pembelajaran.
4) Siswa yang selalu mengulur waktu diskusi dan mengumpulkan hasil diskusi,
dapat diatasi dengan ketegasan guru terhadap sikap siswa
5) Guru berusaha meyakinkan siswa agar lebih percaya diri dalam mengemukakan
pendapat pada saat presentasi didepan kelas, siswa diyakinkan agar tidak merasa
takut dan malu.
Siklus I terdapat beberapa kegiatan yang menunjukkan keaktifan siswa
meningkat, diantaranya :
1) Siswa dalam mengikuti pembelajaran terlihat sungguh-sungguh, hal ini terlihat
dari siswa semakin antusias dalam mencatat materi pelajaran, karena siswa sadar
bahwa siswa harus memiliki catatan untuk belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2) Siswa mempelajari buku panduan pelajaran biologi, baik buku paket dan lks. Hal
ini karena siswa terdorong untuk belajar agar dapat menjelaskan materi kepada
teman lain pada saat dilakukan diskusi dan siswa harus belajar agar tidak
mendapat kesulitan dalam mengerjakan soal.
3) Saat diberi soal oleh guru siswa mengerjakan dengan sungguh-sungguh dan
mengumpulkan jawaban tepat waktu. Hal ini karena siswa berlomba-lomba ingin
mendapatkan nilai yang baik sehingga mendapatkan penghargaan yang baik pula.
4) Siswa berusaha untuk bertanya kepada teman yang sudah paham jika ada materi
yang belum dipahami.
Pada siklus 1 target belum tercapai, tetapi sudah ada peningkatan keaktifan
belajar biologi siswa meskipun tidak signifikan. Peningkatan keaktifan belajar biologi
siswa disebabkan pada siklus I diterapkan pembelajaran kooperatif Jigsaw.
Pembelajaran kooperatif Jigsaw mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Pembelajaran
Jigsaw menyangkut kerjasama dan saling ketergantungan antara siswa yang satu
dengan siswa yang lain. Pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat memacu siswa
berpikir kritis dan menggunakan kata-kata yang tepat agar dapat menjelaskan kepada
teman lain, sehingga menguntungkan semua anggota kelompok dengan mengajar dan
belajar dari teman lain. Mencapai persentase capaian target yang telah ditentukan,
dilakukan tindakan untuk siklus berikutnya, dengan perbaikan sesuai yang
dikemukakan pada refleksi tindakan pada siklus I.
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan Tindakan Siklus II
Perencanaan siklus II dilakukan dengan pemberian beberapa tindakan untuk
memperbaiki kekurangan yang terjadi pada siklus I sehingga tercipta proses
pembelajaran yang membuat keaktifan belajar biologi siswa meningkat agar dapat
mencapai prestasi yang maksimal. Perbaikan yang dilakukan pada siklus II akan
membawa pengaruh terhadap pembelajaran sehingga ketercapaian target pada siklus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
II dapat terpenuhi. Pelaksanaan pada siklus II menggunakan penerapan pembelajaran
kooperatif Jigsaw. Instrument yang digunakan berupa silabus, RPP, angket keaktifan
belajar biologi dan lembar observasi keaktifan belajar biologi siswa. Pembelajaran
dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan,dengan alokasi waktu tiap pertemuan adalah
2 x 40 menit.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan
tindakan siklus I. Pelaksanaan siklus II menggunakan pembelajaran kooperatif Jigsaw
seperti pada siklus I, tetapi dilakukan tindakan-tindakan perbaikan pembelajaran.
Materi pada siklus II adalah persendian, otot dan kelainan tulang. Awal pembelajaran
guru lebih banyak memberikan apersepsi berupa pertanyaan-pertanyaan supaya siswa
memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang materi pelajaran. Melalui tanya jawab
mendorong siswa untuk lebih aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru. Langkah-
langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw pertemuan pertama dan kedua sama seperti
pada siklus I, yang membedakan pada siklus II adalah dilakukan perbaikan pada
proses pembelajaran seperti yang tertulis pada perencanaan tindakan siklus II.
Perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II adalah:
1) Awal pembelajaran guru lebih memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan
yang berhubungan dengan pembelajaran, sehingga siswa terangsang untuk
mempelajari materi.
2) Saat dilakukan diskusi guru memperhatikan waktu, sehingga kegiatan
pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun
3) Guru lebih terampil dalam menggunakan respon dan pertanyaan kepada siswa
dalam pembelajaran,sehingga siswa terangsang untuk berperan aktif dalam
pembelajaran.
4) Siswa yang selalu mengulur waktu diskusi dan mengumpulkan hasil diskusi,
dapat diatasi dengan ketegasan guru terhadap sikap siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
5) Guru berusaha untuk meyakinkan siswa agar mempunyai rasa percaya diri dalam
mengemukakan pendapat pada saat presentasi di depan kelas, siswa diyakinkan
agar tidak takut dan malu.
3. Observasi dan Evaluasi Tindakan Siklus II
Berdasar hasil penelitian proses penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw
pada siklus II diperoleh data-data sebagai berikut:
a. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Hasil observasi keaktifan belajar biologi siswa pada siklusII dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Observasi keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus II
No Indikator Capaian indikator % 1 2 3 4 5 6 7
Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal di kelas Mempelajari buku catatn dan buku panduan di kelas
75,00 83,33 75,00 75,00 86,11 83,33 77,78
Rata-rata 79,36
b. Hasil Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Hasil angket keaktifan belajar biologi siswa siklus II dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Persentase Capaian Setiap Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa Siklus II
No Indikator Capaian indikator % 1 2 3 4 5 6 7
Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal di kelas Mempelajari buku catatn dan buku panduan di kelas
84,78 80,00 80,37 80,00 85,14 77,08 80,00
Rata-rata 81,05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
4. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II
a. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Capaian persentase keaktifan siswa siklus II mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan persentase keaktifan pada siklus I. Rata-rata persentase
keaktifan belajar biologi siswa siklus II sebesar 79,36%. Persentase tertinggi rata-rata
keaktifan belajar biologi siswa adalah mencatat materi pelajaran yaitu 86,11%.
Persentase hasil capaian indikator pada observasi keaktifan belajar biologi siswa
siklus II dapat dilihat pada Gambar 7.
0102030405060708090
A B C D E F G
mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelassiswa mengerjakan soal yang diberi guru
mencatat materi pelajaran
mengeluarkan pendapat pada saat presentasi
berperan serta dalam diskusi kelompok
bertanya kepada teman
mengajukan pertanyaan kepada guru
Gambar 7. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus II Berdasarkan Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
b. Hasil Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Hasil perhitungan angket keaktifan belajar biologi siswa setelah dilakukan
tindakan pada siklus II yaitu penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw, keaktifan
belajar biologi siswa berdasarkan angket meningkat menjadi 81,05%. Persentase
indikator pada siklus 1 berdasarkan angket berkisar antara 77,08 - 85,14%. Indikator
tertinggi adalah mencatat materi pelajaran sebesar 85,14%, sedang indikator terendah
adalah mengerjakan soal di kelas yaitu 77,08%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Persentase hasil capaian indikator pada angket keaktifan belajar biologi
siswa siklus I dapat dilihat pada Gambar 8.
0
20
40
60
80
100
A B C D E F G
Presentase Keaktivan Siswa Siklus II
Mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelasSiswa mengerjakan soal yang diberi guru
Mencatat materi pelajaran
Mengeluarkan pendapat pada saat presentasi
Berperan serta dalam diskusi kelompok
Bertanya kepada teman
Mengajukan pertanyaan kepada guru
Gambar 8. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Indikator Pasca Siklus II
Berdasarkan Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Siklus II rata-rata capaian indikator keaktifan belajar biologi siswa yang
diukur telah mencapai target minimal 75% sehingga pemberian tindakan tidak perlu
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
c. Hasil Wawancara
Hasil wawancara dengan siswa diperoleh bahwa dengan penerapan
pembelajaran kooperatif Jigsaw keaktifan siswa meningkat. Hal ini terbukti dengan
banyaknya siswa yang berani bertanya kepada guru apabila ada materi yang kurang
jelas, siswa rajin mengerjakan soal dan mengumpulkan tepat waktu. Kegiatan diskusi
melibatkan siswa aktif baik dalam diskusi kelompok ataupun diskusi kelas. Siswa
berani mengemukakan pendapat pada saat presentasi di depan kelas. Keinginan siswa
untuk mencatat juga semakin meningkat.
Hasil wawancara dengan guru pelajaran Biologi, secara umum respon siswa
terhadap penggunaan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada proses pembelajaran
adalah positif. Melalui penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw keaktifan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
biologi siswa meningkat. Siswa menjadi aktif dalam kegiatan diskusi, berani bertanya
kepada guru dan mencatat materi meningkat menjadi lebih banyak.
D. Deskripsi Antar Siklus
Hasil deskripsi antara pra siklus, siklus I dan siklus II menunjukkan adanya
peningkatan keaktifan yang berarti. Hasil ini dapat dilihat berdasarkan observasi yang
dilakukan saat proses pembelajaran untuk mengetahui keaktifan belajar biologi siswa.
Angket keaktifan belajar biologi diberikan kepada siswa di akhir siklus untuk
menggali informasi tentang keaktifan siswa selama pembelajaran dari sudut pandang
siswa. Hasil observasi dan pengisian angket menunjukkan adanya peningkatan tiap
akhir siklus. Uraian hasil peningkatan keaktifan belajar biologi siswa dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Hasil Lembar Observasi Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Perbandingan antara hasil observasi keaktifan belajar biologi siswa pada setiap
siklus dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Persentase Capaian Indikator pada Observasi Keaktifan Belajar Biologi Setiap Siklus
No Indikator Capaian Indikator % Pra
Siklus Siklus I Siklus II
1 2 3 4 5 6 7
Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal di kelas Mempelajari buku catatn dan buku panduan di kelas
41,67 58,33 44,44 38,89 72,22 55,56 69,44
52,78 75,00 61,11 55,56 80,56 69,44 75,00
75,00 83,33 75,00 75,00 86,11 83,33 77,78
Rata-rata 54,36 67,06 79,36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Gambar 9. Persentase Keaktifan Belajar Biologi Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Lembar Observasi
Berdasarkan data pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa nilai keaktifan belajar
biologi siswa (pra siklus) sebelum diberi tindakan penerapan pembelajaran
kooperatif Jigsaw masih rendah. Keaktifan belajar siswa pra siklus yang teramati
sebesar 54,36%. Pada siklus I, telah diterapkan pembelajaran kooperatif Jigsaw, rata-
rata capaian indikator keaktifan belajar biologi siswa mencapai 67,06%. Keaktifan
belajar biologi siswa di akhir siklus II meningkat dari 67,06% menjadi 79,36%.
Siklus I target belum tercapai, rata-rata capaian indikator sebesar 54,36%
sedangkan target pada penelitian ini rata-rata capaian indikator keaktifan belajar
biologi mencapai lebih dari atau sama dengan 75%. Pada siklus II terjadi peningkatan
sehingga target telah tercapai, rata-rata capaian indikator lebih dari 75% yaitu sebesar
79,36%.
Peningkatan persentase tersebut menunjukkan ada perubahan tingkah laku
siswa selama proses kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik. Jumlah siswa yang
aktif dalam pembelajaran berupa kegiatan bertanya, berpendapat, mengerjakan soal,
mencatat, berdiskusi dan mempelajari buku mengalami peningkatan yang berarti
(Gambar 9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Hasil Angket Keaktifan Belajar Biologi Siswa
Perbandingan antara hasil observasi keaktifan belajar biologi siswa pada
setiap siklus dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Persentase Capaian Indikator pada Angket Keaktifan Belajar Biologi Setiap Siklus
No Indikator Capaian Indikator % Pra
Siklus Siklus I Siklus II
1 2 3 4 5 6 7
Mengajukan pertanyaan kepada guru Bertanya kepada teman Berperan serta dalam diskusi kelompok Mengeluarkan pendapat saat presentasi Mencatat materi pelajaran Mengerjakan soal di kelas Mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas
69,67 67,44 69,63 68,89 68,06 69,17 69,54
72,56 73,89 74,44 74,81 73,61 73,19 71,94
84,78 80,00 80,37 80,00 85,14 77,08 80,00
Rata-rata 68,91 73,49 81,05
Gambar 10. Persentase Keaktifan Belajar Siswa Tiap Siklus Berdasarkan Angket
Keaktifan belajar siswa menurut hasil angket pra siklus, siklus I dan siklus II
menunjukkan adanya peningkatan yang berarti. Berdasarkan data pada Tabel 12 dapat
dilihat bahwa nilai keaktifan belajar biologi siswa pra siklus sebelum diberi tindakan
penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw masih rendah. Keaktifan belajar siswa pra
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
siklus yang teramati sebesar 69,81%. Pada siklus I, telah diterapkan pembelajaran
kooperatif Jigsaw, rata-rata capaian indikator keaktifan belajar biologi siswa
mencapai 73,49%. Keaktifan belajar biologi siswa di akhir siklus II meningkat dari
73,49% menjadi 81,05%.
Siklus I target belum tercapai, rata-rata capaian indikator sebesar 73,49%
sedangkan target pada penelitian ini rata-rata capaian indikator keaktifan belajar
biologi mencapai lebih dari atau sama dengan 75%. Siklus II terjadi peningkatan
sehingga target telah tercapai, rata-rata capaian indikator lebih dari 75% yaitu sebesar
81,05%.
Peningkatan persentase tersebut menunjukkan ada perubahan tingkah laku
siswa selama proses kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik. Jumlah siswa yang
aktif dalam pembelajaran berupa kegiatan bertanya, berpendapat, mengerjakan soal,
mencatat, berdiskusi dan mempelajari buku mengalami peningkatan yang berarti.
Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada siklus I dan siklus II sudah mampu
memberikan perbaikan terhadap masalah di dalam kelas sehingga tidak perlu
dilanjutkan siklus berikutnya. Kesesuaian hasil antara data yang diperoleh melalui
angket, observasi maupun wawancara menunjukkan bahwa data hasil penelitian
tentang penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan keaktifan
belajar siswa dalam pembelajaran biologi siswa SMP N 14 Surakarta Kelas VIIIA
dapat dikatakan valid. Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat
meningkatkan keaktifan belajar biologi siswa.
E. PEMBAHASAN
Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIIIA SMP Negeri 14 Surakarta Tahun
Pelajaran 2010/2011 dilakukan berdasar hasil observasi diketahui bahwa keaktifan
belajar biologi siswa di kelas tersebut masih rendah. Salah satu upaya untuk
meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas adalah dengan melakukan perbaikan
dalam proses belajar mengajar. Guru sebagai pendidik dan pengajar dituntut untuk
mengembangkan potensinya, salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
kooperatif yang lebih inovatif sehingga keaktifan belajar siswa dapat meningkat.
Pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan bentuk pembelajaran yang menuntut
siswa untuk aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran yaitu
dengan diskusi, presentasi, menjawab soal. Peningkatan keaktifan belajar siswa dapat
dilihat melalui pemberian angket, observasi serta wawancara dengan guru dan siswa
tentang keaktifan belajar siswa. Analisis kenaikan persentase capaian tiap indikator
keaktifan belajar biologi siswa adalah :
1. Mengajukan pertanyaan kepada guru
Hasil observasi pra siklus untuk indikator mengajukan pertanyaan kepada
guru sebesar 41,67%, capaian siklus I adalah 52,78 dan capaian pada siklus II sebesar
75%. Berdasar angket indikator mengajukan pertanyaan kepada guru pada pra sikus
69,67%, pasca sikls I sebesar 72,56% dan pada siklus II mengalami penigkatan
menjadi 84,78%. Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan kepada guru pada
pra siklus masih sangat rendah karena siswa kurang percaya diri dan takut untuk
bertanya kepada guru. Siswa lebih memilih untuk diam bila ada materi yang belum
dipahami. Pada siklus I persentase indikator mengajukan pertanyaan mengalami
peningkatan, hal ini karena pada pembelajaran siklus I telah diterapkan pembelajaran
kooperatif Jigsaw. Peningkatan keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan
dikarenakan pada pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa lebih diberi kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan terutama pada diskusi kelompok. Siswa lebih leluasa
untuk menyampaikan pertanyaan kepada iswa lain tentang semua yang belum
dipahami daripada bertanya kepada guru.
Siklus II guru sudah baik dalam menggunakan respon dan pertanyaan kapada
siswa sehingga siswa aktif untuk bertanya. Setiap akhir pembelajaran diadakan tes
individu dan penghargaan kelompok, sehingga siswa memiliki keadaran untuk
bertanya kepada guru dengan tujuan siswa tidak mengalami kesulitan dalam
mengerjakan tes dan mendapatkan penghargaan yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Bertanya kepada teman
Hasil angket pra siklus indikator bertanya kepada teman masih rendah yaitu
67,44%, pada siklus I sebesar 73,89% dan pada siklus II sebesar 80,00%. Hasil
observasi menunjukkan capaian indikator pada pra siklus sebesar 58,33%, pada siklus
I sebesar 75% dan pada siklus II yaitu 83,33%. Capaian presentase pra siklus masih
rendah karena siswa merasa malas untuk mendiskusikan dan bertanya kepada teman
yang lebih pintar bila ada materi yang belum paham. Siswa lebih cenderung diam
meskipun aada beberapa hal yang belum dipahami.
Hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa persentase indikator bertanya
pada teman mengalami peningkatan karena siswa sadar untuk rajin bertukar
komunikasi dengan teman lain agar dapat menyelesaikan bahan diskusi dengan baik
dan benar. Indikator bertaya kepada teman pada siklus II mengalami peningkatan
yang besar, karena siswa merasa wajib untuk mendapatkan informasi dan
berkomunikasi dengan teman lain agar tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan
bahan diskusi. Peningkatan persentase indikator bertanya pada teman pada siklus I
dan II meningkat jika dibandingkan dengan pra siklus sebab pada kegiatan diskusi,
siswa memiliki tanggungjawab untuk menyelesaikan bahan diskusi.
3. Berperan serta dalam diskusi kelompok
Hasil angket pra siklus indikator berperan serta dalam diskusi kelompok
masih rendah yaitu 69,63%, pada siklus I sebesar 74,44% dan pada siklus II sebesar
80,37%. Hasil observasi menunjukkan capaian indikator pada pra siklus sebesar
44,44%, pada siklus I sebesar 61,11% dan pada siklus II yaitu 75,00%. Peningkatan
presentase berperan serta dalam diskusi kelompok pada siklus I karena pada
pembelajaran telah diterapkan pembelajaran kooperatif Jigsaw.
Melalui tahap diskusi siswa akan meningkatkan kerjasama dan saling
ketergantungan antara siswa satu dengan siswa yang lain. Tahap diskusi mewajibkan
siswa untuk menguasai materi bahan diskusi yang telah dibagikan, siswa saling
bertukar pikiran sehingga setiap siswa harus aktif dalam diskusi agar dapat mengisi
bahan diskusi dan mendapat penghargaan yang baik. Melalui kelompok ahli maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
siswa akan belajar untuk bertukar informasi sehingga siswa berperan serta secara
maksimal. Siklus II dilakukan perbaikan yaiu guru sudah memperhatikan waktu
diskusi, bertindak tegas kepada siswa yang sulit diatur sehingga pelaksanaan diskusi
berjalan dengan baik.
4. Mengeluarkan pendapat pada saat presentasi
Capaian angket pra siklus indikator mengeluarkan pendapat pada saat
presentasi masih rendah yaitu 68,89%, pada siklus I sebesar 74,81% dan pada siklus
II sebesar 80,00%. Hasil observasi menunjukkan capaian indikator pada pra siklus
sebesar 38,89%, pada siklus I sebesar 55,56% dan pada siklus II yaitu 75%. Hasil
observasi pra siklus menunjukkan siswa yang mengeluarkan pendapat pada saat
presentasi masih sangat rendah karena siswa selalu merasa takut untuk mengeluarkan
pendapat pada saat pembelajaran. Pada siklus I diterapkan pembelajaran kooperatif
Jigsaw sehingga siswa yang berani mengemukakan pendapatnya semakin banyak.
Persentase capaian Indikator mengeluarkan pendapat pada saat presentasi
pada siklus II mengalami peningkatan yang lebih baik karena pada pembelajaran
kooperatif Jigsaw siswa wajib mempresentasikan hasil diskusi. Guru selalu berusaha
meyakinkan siswa agar tidak merasa malu dan takut untuk mengemukakan pendapat
sehingga melalui tahap presentasi maka siswa akan belajar untuk mengeluarkan
pendapat di depan kelas dan siswa yang lain akan menanggapi hasil diskusi yang
dipresentasikan teman di depan kelas.
5. Mencatat materi pelajaran
Capaian angket pra siklus indikator mencatat materi pelajaran masih rendah
yaitu 68,06%, pada siklus I sebesar 73,61% dan pada siklus II sebesar 85,14%. Hasil
observasi menunjukkan capaian indikator pada pra siklus sebesar 72,22%, pada siklus
I sebesar 80,56% dan pada siklus II yaitu 86,11%. Indikator mencatat materi
pelajaran pada pra siklus rendah karena guru menjelaskan materi kurang bervariasi
sehingga siswa merasa bosan dan malas untuk mencatat materi yang disampaikan
guru. Hasil observasi siklus I siswa sudah mulai merasa senang pembelajaran yang
berlangsung, karena siswa merasa ada yang baru dalam pembelajaran yaitu dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
penerapan kooperatif Jigsaw sehingga siswa mulai tertarik untuk mencatat. Hasil
siklus II semakin meningkat karena diawal pembelajaran guru memberikan apersepsi
yang baik sehingga siswa semangat untuk mencatat materi dari guru. Siswa semakin
senang dengan pembelajaran menggunakan kooperatif Jigsaw sehingga siswa
semakin sadar untuk mencatat, karena pada pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa
harus memiliki catatan selengkap mungkin untuk informasi awal untuk bekal
mengerjakan soal diskusi dengan baik dan untuk belajar dalam mengerjakan kuis
diakhir pembelajaran.
6. Mengerjakan soal di kelas
Capaian angket pra siklus indikator mengerjakan soal di kelas masih rendah
yaitu 69,17%, pada siklus I sebesar 73,19% dan pada siklus II sebesar 77,08%. Hasil
observasi menunjukkan capaian indikator pada pra siklus sebesar 55,56%, pada siklus
I sebesar 69,44% dan pada siklus II yaitu 83,33%.
Hasil observasi siklus I da II menunjukkan bahwa siwa sudah rajin untuk
mengerjakan soal yang diberi oleh guru secara maksimal. Siklus II guru memberikan
smangat kepada siswa melalui apersepsi sehingga siswa semangat untuk mengerjakan
soal dari guru. Hal ini karena siswa memiliki kesadaran untuk mengerjakan soal dari
guru tanpa mencontek dengan tujuan mendapatkan nilai yang baik.
7. Mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas
Capaian angket pra siklus indikator mempelajari buku catatan dan buku
panduan di kelas masih rendah yaitu 69,54%, pada siklus I sebesar 71,94% dan pada
siklus II sebesar 80%. Hasil observasi menunjukkan capaian indikator pada pra siklus
sebesar 69,44%, pada siklus I sebesar 75% dan pada siklus II yaitu 77,78%. Indikator
mempelajari buku catatan dan buku panduan di kelas pada pra siklus masih rendah
karena guru menjelaskan dengan ceramah,sehingga siswa tidak tertarik untuk
membaca buku tetapi siswa hanya mendengarkan tidak sungguh-sungguh.
Siklus I dan II indikator mempelajari buku catatan dan buku panduan telah
mengalami peningkatan, hal ini karena melalui pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa
sadar untuk mempelajari buku, karena dengan mempelajari buku maka akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
menambah informasi bagi siswa untuk mengerjakan soal diskusi dengan benar. Guru
dalam memotivasi siswa dilakukan dengan baik sehingga siswa semangat mengikuti
pembelajaran dan mempelajari buku panduan yang dimiliki. Melalui membaca siswa
akan memiliki bekal untuk menjelaskan mayeri diskusi kepada teman dan
mengerjakan soal diskusi kepada teman dan mengerjakan soal kuis diakhir
pembelajaran.
Keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran biologi ditinjau dari aspek
aktivitas langsung, mencatat dan mental meningkat dengan penerapan pembelajaran
kooperatif Jigsaw, hal ini karena penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw membuat
siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran dan siswa merasa dihargai
dengan adanya penghargaan. Ciri khas pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah siswa
dituntut untuk menjelaskan materi diskusi kepada teman, sehingga ada
tanggungjawab bagi setriap siswa. Tanggung jawab yang diberikan kepada masing-
masing siswa untuk menjelaskan materi kepada teman dapat meningkatkan dorongan
siswa untuk mempelajari buku panduan dan buku catatan yang dimiliki. Setiap siswa
harus menjelaskan materi sebaik mungkin kepada siswa lain agar masing-masing
siswa dalam anggota kelompok dapat memahami apa yang diajarkan. Penguasaan
materi yang baik akan menghantarkan siswa untuk mendapatkan penghargaan yang
baik bagi kelompok dan diakhir pembelajaran siswa dapat mengerjakan kuis dengan
baik. Tahap presentasi membuat siswa belajar untuk mengeluarkan pendapat dan
siswa akan berusaha untuk menyajikan presentasi sebaik mungkin. Penerapan
pembelajaran kooperatif Jigsaw melibatkan siswa untuk berperan aktif dan dapat
mengatasi kebosanan siswa terhadap metode pembelajaran yang biasa digunakan oleh
guru, sehingga timbul kesenangan dari diri siswa pada saat kegiatan pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif Jigsaw dalam pembelajaran di kelas telah meningkatkan keaktifan belajar
biologi siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yaitu berdasar hasil
observasi pra siklus rata-rata 54,36% karena pada pra siklus guru belum menerapkan
pembelajaran kooperatif Jigsaw, tetapi guru dalam pembelajaran masih menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
metode ceramah, belum melakukan diskusi, belum ada interaksi antar siswa dan
siswa dengan guru. Beberapa siswa tidak membawa buku panduan dan tidak berani
bertanya kepada guru jika ada materi yang belum dipahami. Selama pembelajaran
guru tidak pernah memberi penghargaan kepada siswa.
Akhir siklus I terdapat peningkatan keaktifan belajar siswa dilihat dari hasil
pengisian angket dan lembar observasi. Rata-rata persentase angket keaktifan belajar
siswa meningkat, pada pra siklus sebesar 68,91% menjadi 73,49% pada akhir siklus I.
Rata-rata persentase observasi keaktifan belajar siswa meningkat sebesar 54,36%
pada pra siklus menjadi 67,06% pada akhir siklus I. Peningkatan rata-rata persentase
keaktifan belajar siswa tersebut menunjukkan bahwa ada perubahan tingkah laku
siswa dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik. Hal ini karena pada siklus
I telah diterapkan pembelajaran kooperatif Jigsaw, siswa dapat ikut serta didalam
pembelajaran. Setiap siswa harus menjelaskan materi sebaik mungkin kepada siswa
lain agar masing-masing siswa dalam anggota kelompok dapat memahami apa yang
diajarkan, melalui membaca buku panduan dan buku catatan siswa akan memiliki
bekal untuk menjelaskan materi diskusi kepada teman. Melalui kooperatif Jigsaw
siswa aktif dalam kegiatan diskusi, sehingga interaksi antar siswa dapat tercipta,
siswa yang bertanya juga meningkat, siswa semakin rajin untuk mempelajari buku
panduan dan mencatat materi pelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya melalui tahap presentasi di depan kelas.
Hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Gocer(2010:443) bahwa keuntungan dari pembelajaran menggunakan teknik
Jigsaw antara lain adalah memberikan efek positif pada proses pembelajaran. Selain
itu, dengan mengaplikasikan teknik ini, siswa akan lebih bisa belajar dengan
pemahaman secara permanen, meningkatkan komunikasi dan solidaritas diantara
siswa, dan mengembangkan kemampuan siswa dalam bekerjasama melalui kegiatan
diskusi kelompok. Berdasar penelitian ini pembelajaran menggunakan teknik Jigsaw
berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa dapat meningkatkan kemampuan siswa
termasuk memberikan kesempatan pada semua siswa untuk mempelajari kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
dan pengetahuan yang beragam. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
bahwa dengan memberi kesempatan siswa untuk berperan serta dalam pembelajaran
maka akan meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Keaktifan belajar biologi siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Rata-
rata persentase angket keaktifan belajar biologi siswa meningkat sebesar 7,56% dari
akhir siklus I sebesar 73,49% menjadi 81,05% pada akhir siklus II. Sedangkan rata-
rata persentase observasi keaktifan belajar biologi siswa meningkat sebesar 12,30%
dari akhir siklus I sebesar 67,06% menjadi 79,36% pada akhir siklus II. Peningkatan
keaktifan pada siklus II semakin besar karena pada siklus II siswa sudah paham
dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw dan siswa terlihat sangat
senang dalam mengikuti langkah-langkah pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan
bersaing untuk mendapatkan penghargaan dari guru. Pada siklus II guru lebih baik
dalam memberikan apersepsi dan motivasi sehingga siswa semakin antusias terhadap
pembelajaran. Guru lebih tegas mengambil tindakan terhadap siswa yang sulit diatur,
guru lebih terampil menggunakan respon dan pertanyaan kepada siswa sehingga
siswa aktif bertanya serta meyakinkan siswa untuk berani mengemukakan pendapat.
Pembelajaran dengan Jigsaw merupakan pembelajaran yang menarik, karena setiap
siswa memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan sesuatu kepada siswa lain
sehingga mendorong siswa untuk belajar. Pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat
melibatkan seluruh siswa dalam belajar, sehingga keaktifan belajar siswa di kelas dan
rasa percaya diri bisa dilatih.
Penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw pada siklus II dapat
meningkatkan interaksi sosial siswa yaitu siswa aktif dalam berdiskusi, siswa berani
bertanya kepada guru dan teman. Melalui penilaian kelompok yang diperoleh dari
poin tiap individu dari masing-masing anggota kelompok maka keberhasilan
kelompok pada pembelajaran kooperatif Jigsaw tergantung dari keberhasilan individu
jadi tiap-tiap siswa harus belajar dengan sungguh-sungguh, dan harus aktif agar dapat
menjelaskan materi baik kepada temannya dan memberikan kontribusi nilai yang baik
bagi kelompok dan diri siswa itu sendiri. Adanya tugas untuk mengajarkan materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
kepada siswa yang lain telah meningkatkan keberanian dan rasa percaya diri siswa
untuk berinteraksi dengan lingkungan. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Hanse(2007) bahwa tidak ada perbedaan yang berarti pada prestasi (hasil)
belajar yang dicapai siswa antara metode konvensional dengan teknik Jigsaw namun,
hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan pada pengalaman siswa yang
dibagi pada 3 kebutuhan dasar siswa (otonomi, kompetensi, dan interaksi sosial pada
pembelajaran), aktivitas kognitif, dan peningkatan motivasi intrinsik.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif Jigsaw dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan di kelas pada
materi sistem rangka manusia dan dapat digunakan pada mata materi lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa pembelajaran Jigsaw
cukup efektif dan membuat siswa lebih berperan aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas. Isjoni (2009:77-79) mengemukakan pembelajaran kooperatif
Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong
siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
prestasi yang maksimal. Metode ini menyangkut kerjasama dan saling
ketergantungan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pelaksanaan metode
ini dengan membentuk beberapa kelompok kecil dan dibuat kelompok secara
heterogen baik dari segi prestasi, jenis kelamin, kebiasaan bergaul dan sebagainya.
Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasanah(2007)
bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat membawa siswa ke dalam
suasana belajar yang baik karena siswa dapat secara aktif bekerjasama dengan
sesama siswa dalam suasana gotong royong dalam upaya menggali informasi dan
meningkatkan kemampuan berkomunikasi untuk meningkatkan pemahaman pada
materi pokok yang sedang dipelajari.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keaktifan belajar biologi
siswa dalam proses pembelajaran telah memenuhi rata-rata indikator capaian minimal
75%. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran,
berdasarkan Mulyasa (2006) bahwa suatu pembelajaran dapat dinyatakan berhasil dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa
terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran.
Terpenuhinya rata-rata indikator capaian minimal 75% membuktikan bahwa melalui
penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw mampu meningkatkan keaktifan belajar
biologi siswa yang ditunjukkan pada peningkatan hasil angket, observasi dan
wawancara siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dalam proses pembelajaran
biologi.
Penelitian lain dilakukan oleh Mulyanto (2007:4-5) menyatakan bahwa dari
tindakan kelas menunjukkan adanya perbaikan dan peningkatan proses belajar
mengajar untuk setiap siklusnya baik yang dilakukan guru maupun siswa.
Peningkatan proses belajar mengajar matematika tampak pada aspek : (1) aktifitas
kerja kelompok yang diperlihatkan oleh siswa yang tampak antusias, bergairah dan
bersemangat, dibandingkan dengan sebelum dilakukan tindakan. (2) penerapan
pendekatan cooperative learning untuk setiap siklus hasilnya sangat memuaskan
dilihat dari hasil rata-rata tugas yang diselesaikan para siswa yang pencapaiannya
rata-rata diatas 85% dari target yang sudah ditentukan.
Berdasar hasil penelitian yang dilakukan Haetami (2008) dapat diketahui
bahwa secara psikologis model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini
memberikan manfaat yang sangat besar terhadap siswa, antara lain : (1) memotivasi
siswa untuk belajar giat karena adanya tekanan dari teman kelompoknya serta
menyadari akan penilaian yang berkelanjutan, (2) menghilangkan rasa takut pada
anak untuk mengungkapkan pendapatnya dan menjawab pertanyaan, dan (3)
menumbuhkan kemampuan kerja sama siswa, berfikir kritis dan kemampuan
membantu teman. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw siswa akan lebih berani
mengungkapkan pendapat, menjawab pertanyaan, menumbuhkan kerjasama siswa.
Peningkatan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat sesuai dengan hasil
penelitian yang dapat dilihat dari presentase hasil observasi pra siklus sebesar
38,89%, pada siklus I sebesar 55, 56%, pada akhir siklus II meningkat menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
63,89%. Meningkatnya kerjasama siswa dapat dilihat dari prosentase keaktifan siswa
dalam kegiatan diskusi pada pra siklus masih sangat rendah yaitu sebesar 44,44%,
pada siklus I sebesar 61,11% pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 86,11%.
Penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 14 Surakarta berhasil menerapkan
pembelajaran kooperatif Jigsaw untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih efektif daripada pembelajaran konvensional
untuk melatih kemampuan siswa dan dapat melatih siswa untuk melakukan kerjasama
lebih baik dengan teman dan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pernyataan
tersebut sesuai dengan penelitian Azizah (2006) yaitu penelitian tentang studi
komparasi metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dan konvensional. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif Jigsaw lebih efektif daripada
metode pembelajaran konvensional karena mampu meningkatkan hasil belajar
akuntansi pokok bahasan jurnal khusus pada siswa kelas II MAN Suruh tahun
pelajaran 2005/2006 mengarah pada ketercapaian belajar tuntas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua
siklus dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat
meningkatkan keaktifan belajar biologi siswa kelas VIIIA SMP Negeri 14
Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:
a. Sumber acuan bagi peneliti lain yang akan mengadakan penelitian sejenis
lebih lanjut.
b. Sumbangan pemikiran bagi guru untuk mengembangkan variasi strategi
pembelajaran dalam mengajar biologi.
c. Menambah wawasan guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran,
khususnya mata pelajaran biologi.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran
Biologi di SMP Negeri 14 Surakarta, yaitu keaktifan belajar biologi siswa dalam
pembelajaran dapat ditingkatkan dengan penerapan pembelajaran kooperatif
Jigsaw
C. Saran
1. Bagi Guru
a. Pelaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif Jigsaw memerlukan peran
guru sebagai fasilitator pembelajaran, oleh sebab itu hendaknya guru
memantau siswa selama kegiatan belajar berlangsung agar kegiatan
pembelajaran berjalan dengan efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Guru diharapkan menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi dan dapat
mengikutsertakan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran agar
keaktifan belajar siswa meningkat.
c. Guru hendaknya lebih inovatif lagi pada saat memberikan apersepsi dan
motivasi kepada siswa, misalnya dengan menggunakan model atau alat bantu
dalam proses belajar mengajar. Sehingga diharapkan siswa akan lebih tertarik
untuk memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru.
2. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengikuti proses
pembelajaran misalnya lebih aktif mencari informasi materi dari sumber-
sumber internet supaya dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
b. Siswa hendaknya lebih aktif dalam kegiatan diskusi maupun pada saat
presentasi.
c. Siswa hendaknya lebih aktif mencari informasi materi dari sumber-sumber
lain selain buku paket sehingga akan menambah wawasan siswa dalam
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
3. Bagi Peneliti Lain
Perlu diadakan penelitian sejenis dengan cakupan materi lain yang lebih
luas sehingga dapat diketahui sejauh mana efektifitas penerapan pembelajaran
kooperatif Jigsaw dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa.