Download - Skripsi Singkat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara definisi di sebutkan bahwa ilmu kedonteran forensik adalah cabang spesialistik
dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan
penegakan hukum serta keadilan. 1 Seiring dengan perkembangan zaman dan perjalanan
waktu, ilmu kedokteran forensik terus berkembang menjadi suatu ilmu yang universal karena
meliputi berbagai aspek ilmu pengetahuan. Salah satu bidang penting dalam kedokteran
forensik adalah identifikasi.2
Untuk kepentingan Visum et Repertum ( VeR ), ketika dokter memeriksa jenazah maka
identifikasi pada jenazah tetap dilakukan sekalipun jenazah tersebut dikenal. Dokter harus
mencatat jenis kelamin, umur, suku bangsa, panjang dan berat badan, kebangsaan, warna
kulit, perawakan, rambut, mata, gigi, bekas-bekas luka, tahi lalat, tato, pakaian, perhiasan,
barang-barang yang ada pada jenazah, ada tidaknya kumis/jenggot ( pada laki-laki ) dan
sebagainya.2-4
Dalam bidang kedokteran forensik peranan pemeriksaan identifikasi sangatlah penting
pada korban yang telah meninggal, hal ini oleh karena setelah dilakukan identifikasi terhadap
jenazah untuk kepastian identitas, barulah kemudian pemeriksaan dapat dilakukan pada
tingkat beeerikutnya pada jenazah yang sejak semula tidak dikenal atau biasa disebut dengan
istilah Mr. X, tentunya identifikasi menjadi sulit bila mayat yang dikirim ke rumah sakit atau
puskesmas telah mengalami pembusukan atau mengalami kerusakan berat baik akibat
kebakaran, ledakan, kecelakaan pesawat, ataupun tinggal sebagian jaringan tubuh misalnya
pada kasus mutilasi. Pada kondisi tersebut tidak jarang pihak kepolisian ( penyidik ) hanya
menyerahkan kepala saja, sebagian lengan atau kaki yang terpotong-potong atau kadang kala
tulang belulang saja.1,3
1
Terjadinya peningkatan kasus-kasus korban mutilasi pada akhir-akhir ini membuat
penulis bepikir bahwa proses identifikasi sangat dibutuhkan oleh penyidik untuk mengungkap
identitas korban mutilasi tersebut. Menurut data yang diperoleh penulis dari media cetak,
Kabareskrim Mabes Polri; Irjen. Pol. Drs. Susno Duadji, SH menyatakan bahwa di wilayah
hokum Polda Metro Jaya saja sepanjang tahun 2008 tercatat 6 ( enam ) kasus mutilasi, dan
yang paling menggemparkan adalah kasus mutilasi Heri Santoso yang dimutilasi menjadi 7
( tujuh ) potongan dengan pelaku mutilasi adalah Very Idam Heriyansyah alias Ryan dari
jombang.5
Mengukur panjang badan jenazah bila masih utuh bukanlah merupakan suatu pekerjaan
yang sulit namun kesulitan akan muncul bila jenazah mengalami kerusakan yang sangat hebat
atau tidak lagi utuh.2,6
Pada saat jenazah tidak lagi utuh, perkiraan panjang jenazah dapat dilakukan dengan
mengukur bagian tertentu tubuh jenazah untuk memperkirakan tinggi badan seseorang pada
saat masih hidup. Ada beberapa pengukuran bagian tubuh yang dapat dilakukan untuk
memperkirakan tinggi badan secara umum adalah dengan mengukur jarak kedua ujung jari
kanan dan kiri, mengukur panjang puncak kepala sampai symphisis pubis dikali 2, panjang
salah satu ujung jari tengah sampai olecranon sisi yang sama dikali 3,7, panjang femur dikali
4, ataupun humerus dikali 6, yang semua perhitungan tersebut dapat memperkirakan panjang
jenazah ( tinggi badan ) seseorang.2
Pada kasus mutilasi selain jari-jari tangan/telapak tangan, kepala juga menjadi bagian
yang paling sering menjadi incaran pelaku kejahatan untuk dihilangkan, dimana hal tersebut
dilakukan tentunya untuk menghilangkan identitas si korban. Beberapa cara memisahkan
bagian tubuh yang sering terjadi pada kasus mutilasi adalah dengan memisahkan kepala pada
daerah leher, memisahkan tangan pada daerah ketiak, siku ataupun pergelangan tangan,
memisahkan kaki pada daerah paha atau lutut.6,7
2
Pada kesempatan ini, penulis terdorong untuk melakukan penelitian mencari korelasi
panjang tulang radius dengan tinggi badan yang dilakukan pada mahasiswa Fakultas
Kedokteran UNSRAT kelompok skripsi anatomi-histologi. Hal ini akan dalam
mengidentifikasi tinggi badan seseorang, karena belum ada penelitian tentang hal ini di
Fakultas Kedokteran UNSRAT.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bermaksud untuk mengemukakan suatu
masalah yaitu: apakah ada korelasi antara panjang radius dengan tinggi badan pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran kelompok skripsi anatomi-histologi dan berapa besar
korelasinya?
C. Tujuan
Untuk menentukan nilai korelasi panjang tulang radius dengan tinggi badan pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT kelompok skripsi anatomi-histologi.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk melatih mahasiswa Kedokteran dalam mengidentifikasi tinggi badan seseorang
yang berguna untuk kedokteran forensik
2. Untuk menambah pengetahuan mahasiswa dalam pengolahan data
3. Sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Antropologi
Antropologi fisik dalam arti khusus adalah bagian dari antropologi yang mencoba
memahami sejarah terjadinya beragam makhluk manusia berdasarkan perbedaan ciri-ciri
tubuhnya, dengan bahan penelitian berupa ciri-ciri tubuh yang tampak lahir seperti warna
kulit, warna dan bentuk rambut, indeks tengkorak, bentuk muka, warna mata, bentuk hidung,
tinggi dan bentuk tubuh.8,9
B. Antropometri
Karya klasik pratical anthropology yang banyak dirujuk ahli antropologi, Oliver
(1967 ) membuat daftar pengukuran untuk orang hidup dan jenazah. Antropometri orang
hidup meliputi pengukuran tinggi badan, panjang torso, dimensi transversal torso, lingkar
torso, pengukuran kaki dan tangan, berat badan, kepala dan wajah.10
Antropometri secara harafiah berarti pengukuran badan. Antropometri sangat luas
terapannya, tergantung pada pemahaman teoritis ilmuwan untuk mengaaplikasikannya.
Pemahaman teoritis ini mencakup ilmu kedokteran, kesehatan, biologi, pertumbuhan, gizi,
dan patologi. Antropometri dibagi menjadi antropometri hidup dan antropometri skeletal-
dental. Hal ini karena antropologi biologis mencakup rentang waktu masa lalu dan masa kini,
maka pengukuran dalam antropologi di aplikasikan ke rangka dan gigi maupun ke badan
manusia hidup. Tiga tipe pengukuran antropometri adalah ukuran vertikal, horizontal, dan
lingkaran. Aplikasi antropometri mencakup berbagai bidang karena dapat dipakai untuk
menilai status pertumbuhan, status gizidan obesitas, identifikasi individu, olahraga, dan lanjut
usia.10
C. Anatomi Radius
4
Radius dari posisi anatomi berada disebelah luar. Di ujung proksimal tulang radius
terdapat kepala berbentuk diskus yang berartikulasi dengan kapitulum humerus dan takik
radial ulna. Tuberositas radial untuk tempat perlekatan otot biseps terletak pada batang radius
tepat dibawah bagian kepala.13
Ujung distal tulang radius memiliki permukaan karpal konkaf yang berartikulasi
dengan tulang pergelangan tangan, sebuah takik ulnar pada permukaan medialnya untuk
berartikulasi dengan tulang ulna, dan sebuah prosessus stiloid disisi lateral.13
D. Proses Perkembangan Tulang
Tulang pipa di bagi 3 yaitu kedua ujung yang bersendian ( epifisis ), bagian tengah
( diafisis ), dan diantaranya cakra epifisis.14 Pada orang yang masih dalam pertumbuhan
bagian inilah yang bertambah panjang. Di dalam tulang pipa terdapat rongga. Rongga ini
terjadi karena aktivitas osteoklas yang berfungsi merombak sel-sel tulang. Selanjutnya
rongga ini berisi sumsum tulang. Sumsum tulang berwarna kuning, yang merupakan
campuran antara lemak dan sumsum merah. Tulang berwarna kuning, yang merupakan
campuran antara lemak dan sumsum merah.15
Osifikasi adalah proses perubahan tulang rawan menjadi tulang keras. Tangka manusia
telah terbentuk pada akhir bulan kedua, atau awal bulan ketiga pada waktu perkembangan
embrio. Yang mula-mula terbentuk adalah tulang rawan. Kartilago berasal dari jaringan ikat
embrional atau mesenkim. Didalam kartilago terdapat rongga yang mengandung osteoblas.
Peristiwa pengerasan tulang ini urutannya sebagai berikut.15
1. Tulang rawan pada embrio banyak mengandung osteoblas, terutama pada bagian tengah
epifise dan bagian tengah diafise serta pada jaringan ikat pembungkus tulang rawan.
2. Osteoblas kemudian akan membentuk osteosit, (sel-sel tulang keras), yang tersusun
melingkat membentuk suatu sistem Havers, yang banyak mengandung pembuluh darah
serta serabut saraf.
5
3. Osteosit mensekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang, dan setelah
mendapatkan tambahan senyawa Ca dan P, maka tulang akan mengeras.
4. Terjadinta penulangan pada bagian epifise dan diafise akan menyebabkan terbentuknya
daerah antara yang tidak mengalami penulangan yang disebut cakra epifise yang berupa
tulang rawan yang banyak mengandung osteoblas.
5. Bagian cakra epifise terus mengalami penulangan, sehingga bagian inilah yang dapat
menyebabkan tulang tumbuh memanjang.
6. Bagian tengah tulang pipa terdapat osteoklas yang merombak sel-sel tulang yang telah
terbentuk, sehingga terbentuk rongga yang berisi sumsum tulang.15
E. Perkiraan Tinggi Badan
Disebutkan bahwa tubuh manusia dibangun berdasarkan susunan struktur
tulang/kerangka tubuh manusia.16,17 Berdasarkkan hal tersebut, maka diyakini bahwa tinggi
badan tubuh manusia erat hubungannya dengan ukuran dari panjang tulang-tulang tersebut.
Disebutkan bahwa ukuran panjang tulang-tulang memiliki hubungan yang signifikan dalam
memperkirakan tinggi badan manusia.18
Sering kali autopsi yang dilakukan oleh ahli forensic tidak dilakukan terhadap tubuh
manusia yang masih utuh, tetapi sudah dalam keadaan rusak atau terpotong-potong.18 Dalam
autopsy ataupun rumus yang menyatakan tentang hubungan panjang tulang-tulang tertentu
dengan tinggi badan merupakan acuan yang ridak lagi dapat dipungkiri.16,19-21
Tulang-tulang panjang yang terdapat dalam tulang/kerangka tubuh manusia meliputi
humerus, radius, ulna, femur, tibia dan fibula.21,22,23 Ruas lengan dibangun atas tulang-tulang
panjang seperti humerus pada lengan atas dan radius dan ulna pada lengan bawah.20,21
Dalam memperkirakan tinggi badan seseorang, maka harus diperhatikan bahwa
pembentukan tinggi badan sesorang yang memang sudah dimulai sejak masih dalam
6
kandungan (intra uterin), dan pertumbuhan tinggi badan tersebut akan terus bertambah
ukurannya hingga usia sekitar 20-21 tahun. Setelah usia tersebut tidaklah terlalu signifikan
pertumbuhan tinggi badan dan akan berkurang seiring dengan pertambahan usia.6,16,24
Selain yang disebutkan diatas, perlu diperhatikan pula tentang tinggi badan yang masih
akan mengalami perpanjangan pada beberapa hal, seperti : bahwa pertumbuhan maksimum
akan terjadi pada usia 21-25 tahun.6,16
Disisi lain pula ternyata tinggi badan dapat mengalami penurunan/pengurangan
pertambahan usia setelah 25 tahun akan mengakibatkan terjadinta pengurangan tinggi badan
sekitar 1mm pertahun, pada sore dan malam hari terjadi pengurangan tinggi badan sekitar 1,5
cm dibandingkan dengna pada saat pagi hari, ini disebabkan terjadinya penurunan elastisitas
dan peningkatan kekuatan otot tulang punggung belakang pada waktu sore/malam hari, pada
posisi berdiri tinggi badan mengalami pengurangan dibandingkan pada posisi
terlentang/berbaring, pada tubuh mayat dapat terjadi pengurangan panjang badan selama
terjadinya kaku mayat (rigor mortis)6,16.
Pada keadaan tubuh yang tidak lagi utuh, dapat diperkirakan tinggi badan seseorang
secara kasar, yaitu dengan.2,6
1. Mengukur jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat direntangkan secara
maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan.
2. Mengukur panjang dari puncak kepala (vertex) sampai symphisis pubis dikali 2,
ataupun ukuran panjang dari symphisis pubis sampai ke salah satu tumit, dengan posisi
pinggang dan kaki diregang serta tumit dijinjitkan.
3. Mengukur panjang dari lekuk diatas sternum (sterna notch) sampai symphisis pubis lalu
dikali 3,3
4. Mengukur panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon pada satu sisi yang sama
lalu dikali 3,7
7
5. Panjang femur dikali 4
6. Panjang humerus dikali 6
Bila yang dikur adalah tulang-tulang yang dalam keadaan kering, maka umumnya telah
terjadi pemendekan sepanjang 2mm dibandingkan dengan tulang yang sedar, yang tentunya
hal tersebut harus diperhatikan dalam melakukan penghitungan tinggi badan.1 Pada beberapa
tulang disebutkan penyusutan untuk masing-masing tulang femur sebesar 2,3-2,6 mm,
humerus sebesar 1,3 mm, tibia sebesar 1,7 mm dan radius 0,7 mm.25 Dalam mencari tinggi
badan sebenarnya, perlu diketahui pula bahwa rata-rata tinggi badan laki-lakii lebih besar dari
perempuan, maka perlu ada rumus yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Apabila
tidak dibedakan, maka perhitungan ratio laki-laki:perempuan adalah sebesar 100:90. 1,2,26
Secara sederhana pula, Topmaid dan Rollet membuat formula perkiraan tinggi badan
yang kemudian dipopulerkan oleh Ewing pada tahun 1923. Formula tersebut hanya
memperkirakan apakah seseorang tersebut tinggi, sedang atau pendek, dan tidak member
ukuran ketinggian yang begitu tepat. Dalam formula ini disebutkan bahwa panjang tulang
humerus, femur, tibia dan tulang belakang masing-masing adalah 20%, 22%, 27%, dan 35%
daripada ketinggian individu si empunya tulang tersebut.27
Formula Parikh27
Formula ini didasari atas pemeriksaan terhadap tulang-tulang kering.
Laki-laki Perempuan
TB (Cm) = Humerus x 5,31 TB (Cm) = Humerus x 5,31
TB (Cm) = Radius x 6,78 TB (Cm) = Radius x 6,70
TB (Cm) = Ulna x 6,00 TB (Cm) = Ulna x 6,00
TB (Cm) = Femur x 3,82 TB (Cm) = Femur x 3,80
TB (Cm) = Tibia x 4,49 TB (Cm) = Tibia x 4,46
TB (Cm) = Fibula x 4,46 TB (Cm) = Fibula x 4,43
8
F. Mutilasi
Menanggapi kasus mutilasi yang dilakukan oleh Ryan pada tahun 2008 yang lalu
terhadap Heri Santoso yang dimutilasi menjadi tujuh potongan, merupakan tindakan criminal
mutilasi yang terncana dengan proses yang rasional agar tidak tertangkap dan mendapatkan
keuntungan harta benda.5
Mutilasi didefinisikan sebagai keadaan tubuh jenazah/mayat yang terpotong-
potong.1,26,28 pada prinsipnya bahwa jenazah yang termutilasi dapat disebabkan oleh berbagai
faktor seperti : akibat ledakan bom, kecelakaan pesawat terbang, termutilasi karena gigitan
binatang buas serta termutilasi akibat tindak pidana pelaku mutilasi, yang sering menjadi
sorotan adalah mutilasi akibat tindakan kriminal.26 Mutilasi akibat tindakan criminal sering
dihubungkan oleh beberapa ahli dengan perilaku kejahatan seksual.28
Identifikasi merupakan tindakan yang mutlak dilakukan terhadap jenazah yang tidak
dikenal, apalgi terhadap jenazah yang termutilasi. Untuk itu peran dokter forensik dalam
melakukan pemeriksaan secara maksimal sangat diharapkan.29
G. Identifikasi Tulang
Tulang/kerangka merupakan bagian tubuh manusia yang cukup keras, tidak mudah
mengalami pembusukan. Jaringan lunak pembusukan tulang akan mulai mengalami
pembusukan dan menghilang sekitar 4 minggu setelah kematian. Pada masa ini tulang masuh
menunjukkan kesan ligamentum yang masih melekat disertai bau busuk. Setelah 3 bulan,
tulang kelihatan berwarna kuning. Setelah 6 bulan, tulang tidak lagi mempunyai kesan
ligament dan berwarna kuning keputihan, serta tidak lagi mempunyai bau busuk.27 Dengan
demikian, tulang/kerangka merupakan salah satu organ tubuh yang cukup baik untuk
identifikasi manusia karena selain cukup lama mengalami pembusukan, tulang juga
mempunyai karakteristik yang sangat menonjol untuk identifikasi.27,30
9
Upaya identifikasi pada tulang/kerangka bertujuan untuk membuktikan bahwa tulang
tersebut adalah:
1. Apakah tulang manusia atau hewan?
2. Apakan berasal dari satu individu?
3. Berapakah usianya?
4. Berapakah umur tulang itu sendiri?
5. Jenis kelamin?
6. Tinggi badan?
7. Sebab kematian. 6,26,28,30
Identifikasi tulang belulang atau bagian potongan tulang merupakan bagian tulang
belulang yang masih dibaluti sebagian atau seluruh jaringan kulit yang diakibatkan oleh kasus
mutilasi, gigitan binatang buas, maupun akibat lainnya sebaiknya tidak menggunakan satu
prosedur pemeriksaan identifikasi, sangat disarakan agar semaksimal mungkin menggunakan
berbagai identifikasi yang ada sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat maksimal dalam
penentuan tinggi badan juga sebaiknya demikian agar hasil maksimal maka disarankan untuk
menggunakan seluruh sisa jaringan yang ada dan menggunakan berbagai metode/formula
pengukuran yang ada.31,32
10
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ialah penelitian deskriptif dimana diperoleh suatu data yang
aktual tentang korelasi tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi angkatan 2009 yang termasuk dalam kelompok skripsi Anatomi-Histologi.
B. Tempat dan lamanya penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Unsrat Manado, selama 1 hari pada
tanggal 8 Agustus 2012 di bagian Anatomi-Histologi.
C. Subjek penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa Universitas Sam Ratulangi
Manado kelompok skripsi anatomi-histologi, baik laki-laki dan perempuan, dengan
memenuhi syarat sebagai berikut.
Kriteria inklusi:
- Berbadan sehat
- Usia antara 18 – 24 tahun
- Tidak mengalami kelumpuhan pada kedua tangan
- Bersedia ikut serta dan membantu dalam penelitian ini
D. Populasi dan sampel
Populasi target adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat Manado angkatan 2009
kelompok skripsi Anatomi-Histologi. Sampel berjumlah 24 orang mahasiswa kelompok
skripsi anatomi-histologi.
11
E. Alat dan bahan
- Lembar persetujuan yang berisi penjelasan mengeni proses pelaksanaan
penelitian dan disetujui serta ditanda tangani oleh subjek.
- Meteran digunakan untuk pengukuran panjang tulang radius.
- Microtoise yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan dengan (satuan cm)
yang panjangnya 200 cm dengan tingkat ketelitiannya 0,1 cm.
- Alat tulis menulis.
F. Cara pengukuran
1. Tinggi badan
- Subjek diminta untuk melepaskan alas kaki dan topi
- Pastikan alat geser berada pada posisi atas
- Subjek diminta untuk berdiri tegak dibawah alat geser.
- Posisi kepala, bahu bagian belakang, lengan, pantat dan tumit menempel pada
dinding tempat microtoise dipasang kemudian subjek menghadap lurus
kedepan.
- Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar.
Pembacaan dilakukan tepat di depan angka pada garis merah sejajar dengan
mata petugas.
2. Panjang tulang radius
- Posisi lengan direntangkan lurus.
- Panjang tulang diukur dari tuberositas radii sampai ke processus styloid.
- Pembacaan dilakukan tepat pada meteran.
G. Variabel penelitian
12
Variabel penelitian yang akan diamati:
1. Panjang radius
2. Tinggi badan
H. Definisi operasional
1. Tinggi badan adalah jarak dari tumit sampai vertex dalam posisi tegak lurus.
2. Panjang tulang radius adalah jarak antara tuberositas radii sampai ke processus
styloid.
I. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 20. Setelah diperoleh data
mengenai ukuran tinggi badan dan panjang radius, kemudian dihitung nilai rata-rata
dan simpangan baku dari variabel umur, variabel tinggi badan dan panjang radius,
kemudian dilakukan analisis korelasi dan regresi antara tinggi badan dan tinggi bahu
baik pria maupun wanita dengan menggunakan rumus regresi linier sederhana:
Y= a + bX, dimana:
Y= Tinggi badan
X= Panjang radius
a= Konstanta
b= Koefisien regresi
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap 24 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 14 orang perempuan, dilakukan pada
tanggal 8 Agustus 2012 disusun dalam tabel induk (lihat lampiran) dengan kolom isian:
nomor urut, umur (dalam tahun), jenis kelamin, tinggi badan (dalam centimeter),
panjang radius kanan (dalam centimeter) dan panjang radius kiri (dalam centimeter).
Berikut ini dipaparkan perincan tabel dan data deskriptifnya:
1. Umur subyek penelitian
Tabel I. Umur subyek penelitian
Jenis
Kelamin
Jumlah
Subyek
Umur
(tahun)
Rata-rata
(tahun)
Simpangan
Baku (tahun)
Laki-laki 10 18-24 21 0,66
Perempuan 14 18-24 20 0,72
Keseluruha
n 24 18-24 20 0,77
2. Tinggi badan subyek penelitian
Tabel II. Tinggi badan subyek penelitian
Jenis
Kelamin
Jumlah
Subyek
Tinggi Badan
(cm)
Rata-rata
(cm)
Simpangan Baku
(cm)
Laki-laki 10 161-175 167,80 3,82
Perempuan 14 142-161 155,64 5,21
Keseluruha 24 142-175 160,71 7,65
14
n
3. Panjang radius kanan dan panjang radius kiri subyek penelitian
Tabel III. Panjang radius kanan subyek penelitian
Jenis
Kelamin
Jumlah
Subyek
Panjang Radius
Kanan (cm)
Rata-rata
(cm)
Simpangan Baku
(cm)
Laki-laki 10 26-30 27,55 1,26
Perempuan 14 23,0-26,5 24,89 1,09
Keseluruha
n 24 23-30 26 1,76
Tabel IV. Panjang radius kiri subyek penelitian
Jenis
Kelamin
Jumlah
Subyek
Panjang Radius
Kiri (cm)
Rata-rata
(cm)
Simpangan Baku
(cm)
Laki-laki 10 25,5-30,0 27,4 1,39
Perempuan 14 23,5-26,5 24,93 0,98
Keseluruha
n 24 23,5-30,0 25,96 1,69
Tabel V. Panjang radius subyek
Jenis
Kelamin
Jumlah
Subyek
Panjang
Radius (cm)
Rata-rata
(cm)
Simpangan
Baku (cm)
Laki-laki 10 25,8-30,0 27,47 1,31
Perempuan 14 23,3-26,5 24,91 1,01
Keseluruha 24 23,3-30 25,98 1,71
15
n
4. Analisis Regresi Antara Panjang Radius dengan Tinggi Badan
Berdasarkan perhitungan analisis regresi didapatkan persamaan dan koefisien
korelasi (r) antara panjang radius dengan tinggi badan pada subyek penelitian berikut:
Pada subyek penelitian laki-laki
a. Korelasi antara panjang radius kanan dengan tinggi badan
Tinggi badan laki-laki = 115,315 + 1,305 x panjang radius kanan
Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,626
b. Korelasi antara panjang radius kiri dengan tinggi badan
Tinggi badan laki-laki = 123,236 + 1,626 x panjang radius kiri
Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,591
c. Korelasi antara panjang radius dengan tinggi badan
Tinggi badan laki-laki = 118, 481 + 1,795 x panjang radius
Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,615
Pada subyek perempuan
a. Korelasi antara panjang radius kanan dengan tinggi badan
Tinggi badan perempuan = 75,062 + 3,237 x panjang radius kanan
Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,680
b. Korelasi antara panjang radius kiri dengan tinggi badan
Tinggi badan perempuan = 54,066 + 4,075 x panjang radius kiri
Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,764
c. Korelasi antara panjang radius dengan tinggi badan
16
Tinggi badan perempuan = 60,246 + 3,830 x panjang radius
Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,740
Pada keseluruhan data yang diperoleh:
a. Korelasi antara panjang radius kanan dengan tinggi badan
Tinggi badan = 63,300 + 3,746 x panjang radius kanan
Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,860
b. Korelasi antara panjang radius kiri dengan tinggi badan
Tinggi badan = 59,899 + 3,884 x panjang radius kiri
Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,856
c. Korelasi antara panjang radius dengan tinggi badan
Tinggi badan = 59,838 x 3,883 x panjang radius
Dengan koefisien korelasi (r) yaitu 0,866
B. Pembahasan
Pada tabel III dan IV (panjang radius kanan dan kiri), ditemukan perbedaan yaitu nilai
rata-rata radius kanan sedikit lebih panjang dibandingkan dengan radius kiri baik pada laki-
laki maupun perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh sebagian subyek penelitian lebih
banyak beraktivitas dengan menggunakan tangan kanan.
Semua data yang terkumpul dianalisis regresi antara panjang radius dengan tinggi
badan baik kanan maupun kiri, pada laki-laki maupun perempuan serta pada keseluruhan
subyek penelitian, dengan menggunakan rumus analisis regresi linear sederhana:
Y= a+bX
Dimana:
17
Y= variabel terikat, dalam hal ini tinggi badan
a= konstanta
b= koefisien regresi
X= variabel bebas, dalam hal ini panjang radius
Maka didapatkan pada subyek penelitian secara keseluruhan untuk radius kanan dan
kiri didapatkan nilai koefisien korelasi (r) yaitu 0,866. Nilai koefisien korelasi pada subyek
laki-laki (r) = , sedangkan untuk subyek perempuan (r) = . Hasil analisis yang diperoleh suatu
hubungan korelasi yang sangat kuat antara panjang radius dengan tinggi badan.
Melalui analisis regresi didapatkan rumus persamaan untuk memperkirakan tinggi
badan dengan panjang tulang radius.
a. Pada keseluruhan subyek penelitian didapatkan persamaan
Tinggi badan = 59,838 x 3,883 x panjang radius
b. Untuk subyek laki-laki
Tinggi badan laki-laki = 118, 481 + 1,795 x panjang radius
c. Untuk subyek perempuan
Tinggi badan perempuan = 60,246 + 3,830 x panjang radius
Dengan persamaan di atas, maka dapat dikatakan tinggi badan akan bertambah sebesar
3,883 cm bila panjang rata-rata radius bertambah 1 cm pada keseluruhan sampel. Pada
subyek laki-laki tinggi badan akan bertambah sebesar 1,795 bila panjang rata-rata radius
bertambah 1 cm, dan pada subyek perempuan tinggi badan akan bertambah sebesar 3,830 bila
panjang rata-rata radius bertambah 1 cm.
Dalam penerapan pada kasus, sebaiknya rumus ini digunakan sebagai pelengkap
metode perhitungan tinggi badan lainnya, sebab dengan metode gabungan kita akan dapat
memperoleh perkiraan tinggi badan dengan lebih tepat.
18
Hasil penelitian ini diharapkan kiranya rumusan yang diperoleh dapat membantu
mengidentifikasi tinggi badan seseorang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa dengan
menggunakan analisis regresi diperoleh hubungan yang sangat kuat antara tinggi badan
dengan panjang radius kanan dan kiri pada perempuan, dan hubungan yang kuat antara tinggi
badan dengan panjang radius kanan dan kiri pada mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado kelompok Anatomi-Histologi.
B. Saran
1. Perlu dilakukan pengukutan dengan menggunakan sampel yang lebih banyak.
2. Pengukuran panjang tulang di dalam kegunaannya secara medikolegal untuk
kepentingan identifikasi manusia di bidang kedokteran forensik, hendaknya juga
disertai dengan pemeriksaan medik dan teknik lainnya seperti uji DNA.
3. Perlunya dilakukan penelitian terhadap ruas tubuh lainnya dengan jumlah sampel yang
lebih besar.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Budyanto A., Widiatmaka W., atmaja D. s., dkk. IdentifikasiForensik.
Dalam :IlmukedokteranForensik. Bagiankedokteran FK-UI. Jakarta . 1999: 197-202
2. Amir A. Identikasi. Dalam: RangkaianIlmuKedokteranForensik. Edisikedua.
BagianIlmuKedokteranForensik FK-USU. Medan. 2005: 178-203
3. Hamdani N. IdentifikasiMayat. DalamIlmuKedokteranKehakiman. EdisiKedua. PT.
GramediaPustakaUtama. Jakarta. 1992: 83-88
4. Wiliam D. J., Ansford A. J., Friday D. S. Etall.Identification. In: Colour Guide forensic
pathology. Churchill Livingstone. 2002: 13-17
5. http://yuhendrablog>wordprees.com/2008/06/04/kejahatan-mutilasi-version/
6. Nandy A. Identification of An Individual. In: Principles of Forensic Medicine. New
Central Book Agency (P) Ltd. Calcutta. 1996: 47-109
7. Franklin C. A. Postmortem Examination ( autopsy ). In: Modi’s Textbook of medical
jurisprudence and toxicology. Twenty First Adition. N. M. Tripathi Private Limited
Bombay. 1988: 69-95
8. Koentjaraningrat. PengantarIlmuAntropologi. Jilid I. Jakarta.
PenerbitBukuRinekaCipta. 2005: 8-20
9. Koentjaraningrat. PengantarIlmuAntropologi. EdisiRevisi 2009. Jakarta.
PenerbitBukuRinekaCipta. 2009: 5-26.
10. Oliver, G. Practical Anthropology. Charles C. Thomas Publisher. Springfield. 1969
20
11. Indriati, E. AntropologiForensik: IdentifikasiRangkaManusiadalamKonteksHukum.
GadjahMada University Prees. Yogyakarta. 2044.
12. Ross dan Wilson. Dasar-dasarAnatomidanFisiologi. Edisi 10. Jakarta
PenerbitSalembaMedika: 286-309.
13. Ethel S. AnatomidanFisiologiUntukPemula. AlihBahasajamesVeldman. EGC. Jakarta.
2004: 107-108.
14. Biologi Media Center di unduhdari:
http://biologimediacenter.com/ system-gerak-pada-manusia-1-tulang/
15. Byers S. N. Basic of Human Osteologi and Odotologi. In: introduction to Forensic
anthropology. Third edition Boston. 2008: 28-59
16. Amir A. Autopsi. Universitas Sumatera Utara. Prees. Medan 2001.
17. El Najjar M. Y., McWilliams K. R. Forensic Anthropology. Charles C. Thomas
Publisher. Illionis. 1978: 83-105.
18. Ludwig J. Skeletal Sistem. In: Handbook Of autopsy Practice. Third Edition. Human
Press. New Jersey. 2002: 95-99.
19. Mestri S. C. Examination of Skeletal Remains. In: Manual Of Forensic Medicine.
Jaypee Brothers Medical Publisher PVT.Ltd. New Delhi 1994: 45-48.
20. Snell R. S. AnatomiKlinikUntukMahasiswaKedokteran. Bagian I. Edisi 3.
AlihBahasaAdji Dharma. EGC. Jakarta. 1997: 1-55.
21. Snell R. S. AnatomiKlinikUntukMahasiswaKedokteran. Bagian 2. Edisi 3.
AlihBahasaAdji Dharma. EGC. Jakarta. 1998: 113-270.
22. DiMaio V. J., Dana S. E. Introduction to Medicolegal case Work. In: Handbook of
Forensic Pathology. Landes Bioscience. Texas. 1998: 1-11
23. Glinka J. Artaria M. D., Koesbardiati T. MetodePengukuranManusia. Airlangga
University Press. Surabaya. 2008: 1-66.
21
24. Knight B. The Establishment of Identity of Human Remains. In: Forensic Pathology.
Second Edition. Oxford University Press. New York. 1996: 95-132.
25. Wahid S. A. Identifikasi. Dalam: PatologiForensik.
DewanBahasadanPustakaKementrianPendidikan Malaysia. Kuala Lumpur. 1993: 13-
48, 56-78.
26. Idries A. M. Identifikasi. Dalam: PedomanIlmuKedokteranForensik. EdisiPertama.
BinarupaAksara. 1992: 31-52.
27. Curran W. J., McGarry A. L., Petty C. S. Identification Procedures in Death
Investigation. In: Modern Legal Medicine, Psychiatri, and Forensic Science. F. A.
Davis Company. Philadelphia. 1980: 1206-1220.
28. Parikh C. K. Medicolegal Autopsy. In: Medicolegal Postmortem In India. Medical
Publication. Bombay. 1985: 1-17.
29. Haglund W. D. and Sorg M. H. Forensic Taphonomy-The Postmortem Fate Of Human
Remains. CRC Press. Florida. 1997: 367-381, 449-456.
30. Putz R. Pabst R. Sobotta Atlas AnatomiManusia, edisi 22, jilid I. Jakarta: EGC, 2007.
22
LAMPIRAN
Tabel panjang radius dan tinggi badan pada mahasiswa FK Unsrat angkatan 2009 kelompok
Anatomi-Histologi.
No Umur Jenis Kelamin
Tinggi Badan
(cm)
Panjang Radius
Kanan (cm)
Panjang Radius
Kiri (cm)
1 21 Laki-laki 175 28,5 28
2 21 Laki-laki 169 30 30
3 21 Laki-laki 165 27,5 26,5
4 20 Laki-laki 161 26 26
5 22 Laki-laki 168 28,5 29
6 21 Laki-laki 168 26,5 26,5
7 22 Laki-laki 168 27 27
8 20 Laki-laki 170 27,5 27,5
9 21 Laki-laki 164 26 25,5
10 21 Laki-laki 170 28 28
11 20 Perempuan 151 24,5 24,5
12 20 Perempuan 157 25,5 25
13 19 Perempuan 161 26,5 26,5
14 21 Perempuan 142 23,5 23,5
15 20 Perempuan 159 25,5 25,5
16 20 Perempuan 156 24,5 24,5
17 19 Perempuan 161 26 25,5
18 21 Perempuan 156 23 23,5
23
19 21 Perempuan 161 25,5 25,5
20 21 Perempuan 152 25 24
21 20 Perempuan 152 23,5 24
22 21 Perempuan 154 24,5 25
23 20 Perempuan 159 26,5 26,5
24 21 Perempuan 158 24,5 25,5
24