Download - Spesifikasi teknis tpa morowali
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
1
SPESIFIKASI TEKNIS
P a s a l - 1
Uraian Pekerjaan
Pekerjaan meliputi :
1.1. Pekerjaan yang dilaksanaan meliputi :
Rencana Teknis Rinci Pembangunan TPA Sampah Kab. Morowali
Jenis Pekerjaan :
Pembangunan TPA Sampah Bahoruru
1.2. Pekerjaan tersebut pada pasal 1 ayat 1 diatas dilaksanakan sesuai dengan :
- Uraian dan syarat-syarat kerja (Bestek)
- Gambar situasi, Detail dan gambar susulan bila ada
- Rízala rapat penjelasan (Aanwijzing)
- Petunjuk-petunjuk dari direksi pelaksanaan dengan kondisi lapangan.
P a s a l - 2
Lokasi Pekerjaan
2.1. Lokasi pekerjaan Desa Bahoruru Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten
Morowali Propinsi Sulawesi Tengah
2.2. Tempat pekerjaan akan ditunjukkan kemudian oleh Direksi
2.3. Lokasi pekerjaan akan dijelaskan pada Pemborongan pada saat Aanwijzing
berlangsung berdasarkan gambar-gambar perencanaan
P a s a l - 3
Umum
3.1 Gambar, Spesifikasi Teknis, dan HPS merupakan sesuatu kesatuan yang
saling mengikat dan melengkapi. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas
mutu bahan (material) dan kualitas hasil pekerjaan.
3.2 Kontraktor wajib bertanggung jawab atas semua pekerjaan.
3.3 Sebelum memulai pekerjaan, pihak Kontraktor harus memberikan
pemberitahuan secara tertulis kepada pihak direksi.
3.3 Penanggung jawab pelaksanaan pekerjaan harus selalu berada di tempat
pekerjaan dan dapat mengambil keputusan dengan dikonsultasikan bersama
direksi, demi kelancaran pekerjaan.
3.4 Penyedia jasa wajib menyediakan penerangan malam untuk
pengamanan dan kegiatan malam hari.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
2
P a s a l - 4
Gambar
4.1 Perbedaan Gambar
- Kontraktor wajib mengikuti/memenuhi semua persyaratan yang ditulis dalam
spesifikasi teknis ini, juga wajib memenuhi persyaratan umum yang
dikeluarkan oleh Pemberi Tugas.
- Apabila ada hal-hal yang disebutkan kembali pada bagian bab/gambar
lain, maka ini harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap
yang lain tetapi malah untuk lebih menegaskan masalahnya. Kalau terjadi
hal yang saling bertentangan antar gambar atau terhadap spesifikasi teknis
maka Kontraktor wajib berkonsultasi dengan direksi dan Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK)
- Perbedaan-perbedaan tersebut tidak boleh dijadikan alasan bagi kontraktor
untuk mengadakan claim pada waktu pelaksanaan.
4.2 Perubahan Gambar
Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor wajib meneliti/memeriksa
Gambar Perencanaan dan Spesifikasi Teknis; dan jika Kontraktor
menemukan kesalahan dalam gambar-gambar Perencanaan dan/atau
spesifikasi teknisnya, maka Kontraktor wajib memberitahukan kepada Pemberi
Tugas secara tertulis untuk mendapatkan penjelasan sebelum masalah tersebut
dilaksanakan di lapangan.
P a s a l - 5
Perbedaan
5.1 Apabila dalam dokumen pengadaan tertulis/tercantum, sedangkan dalam
gambar belum tercantum maka dokumen pengadaan yang mengikat.
5.2. Apabila dalam gambar tertulis sedang dokumen pengadaan belum
tercantum/tertulis maka gambar yang mengikat.
5.3. Jika ada perbedaan antara gambar rencana dan gambar detailnya, maka
Penyedia Jasa wajib minta pertimbangan kepada Direksi.
5.4 Apabila dalam rencana dan dokumen pengadaan tidak tercantum, maka
Direksi dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) yang menentukan.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
3
P a s a l – 6
Mobilisasi dan Demobilisasi
6.1 Mobilisasi dan demobilisasi merupakan kegiatan yang bertujuan mendatangkan
segala kebutuhan yang akan dilaksanakan pada saat pelaksanaan pekerjaan
yang harus disediakan oleh pihak kontraktor.
6.2 Segala kebutuhan demi kelancaran sebuah pekerjaan merupakan kewajiban
yang disediakan oleh pihak kontraktor, dengan mendatangkan ke lokasi
pekerjaan baik tenaga kerja maupun peralatan yang dibutuhkan.
6.3 Semua peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus
disediakan oleh kontraktor, baik peralatan tukang maupun alat berat yang
diperlukan. Sebelum suatu tahapan pekerjaan dimulai, kontraktor harus
mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tahap
pekerjaan tersebut. Penyediaan peralatan ditempat pekerjaan, dan persiapan
peralatan pekerjaan harus terlebih dahulu mendapat penelitian dan
persetujuan dari direksi.
6.4 Tanpa persetujuan direksi, kontraktor tidak diperbolehkan untuk memindahkan
peralatan yang diperlukan dari lokasi pekerjaan.
6.5 Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan peralatan yang akan
mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau
diganti hingga direksi menganggap pekerjaan dapat dimulai.
P a s a l – 7
Pengukuran/Pematokan
7.1 Ukuran-ukuran pokok dan detail tertera pada gambar penyedia barang/jasa
harus mentaati ukuran tersebut dan ikut menelitinya apabila ada
perbedaan/penggambaran harus dibicarakan dengan Direksi.
7.2 Semua pekerjaan pengukuran/pematokan yang bertalian dengan pekerjaan ini
menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa dan dilaksanakan dengan alat
ukur yang baik.
7.3 Penyedia barang/jasa harus mengerjakan pematokan untuk menetukan
kedudukan dan peil bangunan sesuai dengan gambar rencana. Pekerjaan ini
harus seluruhnya telah disetujui oleh direksi sebelum memulai pekerjaan
selanjutnya.
7.4 Direksi dapat melakukan revisi pemasangan patok tersebut bila dipandang
perlu. Penyedia barang/jasa harus mengerjakan revisi tersebut sesuai petunjuk
direksi.
7.5 Sebelum memulai pekerjaan pemasangan pematokan tersebut, penyedia
barang/jasa harus memberitahukan kepada direksi dalam waktu tidak kurang
dari 24 jam sehingga direksi dapat menyiapkan peralatan yang perlu untuk
melakukan pengawasan.
7.6 Pekerjaan pematokan yang telah diukur oleh penyedia barang/jasa untuk
kemudian disetujui oleh direksi.
7.7 Hasil pengukuran yang disetujui oleh direksi dapat dilaksanakan dasar
pembayaran.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
4
P a s a l - 8
Pekerjaan Persiapan dan Papan Nama Kegiatan
8.1 Penyedia barang/jasa harus membuat dan memasang Papan Nama Kegiatan
pada lokasi pekerjaan dengan ukuran 120 cm x 80 cm, sebagai Papan Nama
Pemberitahuan yang berisikan informasi pekerjaan yang akan dilaksanakan,
pembiayaan, jangka waktu pelaksanaan dan nama penyedia barang/jasa
pekerjaan.
8.2 Format Papan Nama Proyek
8.3 Bahan-bahan harus ditempatkan pada tempat yang tidak akan mengganggu
lalu lintas dan selambat-lambatnya dalam waktu satu kali 24 jam.
8.4 Setiap kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian penyedia barang/jasa
memberi pengamanan seperti tersebut diatas sepenuhnya tanggung jawab
penyedia barang/jasa.
8.5 Sebelum melaksanakan pekerjaan lokasi harus dibersihkan dari segala kotoran
dan setelah pekerjaan selesai harus dibersihkan dari segala sisa bahan dan lain-
lain.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
5
P a s a l - 9
Penyediaan Pos Kerja, Kantor, dan Gudang
9.1 Penyedia barang/jasa herus menyiapkan kantor direksi sementara, yang
dilengkapi oleh fasilitas meja, kursi, papan tulis dan sebagainya seperti
disebutkan dalam syarat-syarat khusus dan petunjuk direksi.
9.2 Juga harus disediakan gudang untuk penyimpanan material yang cukup dan
memenuhi syarat agar material maupun peralatan lain tidak menjadi lembab
atau karena sebab-sebab lain. Bila diperlukan tempat kerja dan tempat tersebut
terletak diluar daerah yang disediakan direksi, maka penyedia barang/jasa
harus menyelesaiakan ganti rugi atau biaya-biaya lain sehubungan hal tersebut
dan tidk diperkenankan meminta biaya-biaya tambahan.
P a s a l - 10
Penyediaan Tenaga, Peralatan, dan Lampu Penerangan
10.1 Tenaga yang diperlukan bagi pelaksanaan pekerjaan harus disediakan sendiri
oleh penyedia barang/jasa dengan jumlah dan kapasitas yang sesuai dengan
pekerjaan yang dilaksanakan, yaitu seorang tenaga teknis dengan pendidikan
minimal sarjana muda sipil dengan pengalaman lebih dari 5 tahun dan memiliki
SKA/SKT serta seorang tenaga administrasi dengan pendidikan minimal SLTA
dengan pengalaman kerja lebih dari 5 tahun. dan harus disetujui oleh direksi.
10.2 Penyedia barang/jasa harus mengajukan daftar peralatan secara terperinci
yang akan digunakan untuk melaksanakan pekerjaan. Daftar tersebut harus
disetujui direksi. Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan alat-
alat tersebut yang akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan harus segera
diperbaiki atau diganti sehingga direksi menganggap pekerjaan dapat
dimulai/dilanjutkan yaitu Memiliki :
5 Unit Excavator
1 Unit Vibrator Roller
1 Unit Motor Grader
1 Unit Water tank
5 Unit Dump Truck
5 Unit Concrete Mixer
10.3 Penyedia barang/jasa harus mnyediakan lampu-lampu penerangan apabila
pekerjaan tersebut dilaksanakan pada waktu malam hari.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
6
P a s a l - 11
Penyediaan Rambu-Rambu Lalu Lintas
11.1 Dimana yang dipandang perla, penyedia barang/jasa harus menyediakan
rambu-rambu untuk keperluan lalu lintas melewati jalan dan rambu tersebut
harus cukup jelas untuk menjamin keselamatan lalu lintas.
Apabila melalui jalan-jalan yang sibuk, maka penyedia barang/jasa harus
melaksanakan secara bertahap dan apabila perlu dikerjakan pada malam hari.
Biaya yang dikeluarkan akibat keperluan-keperluan tersebut diatas harus
menjadi tanggungan Penyedia barang/Jasa.
P a s a l - 12
Penyediaan Air
Air yang diperlukan harus disediakan oleh penyedia barang/jasa termasuk
penyediaan peralatan dan perpipaan antara ukuran dan gambarnya, maka segera
diminta petunjuk direksi untuk menetapkan ukuran yang benar.
P a s a l - 13
Peyediaan Material
13.1 Penyedia barang/jasa harus menyediakan sendiri material seperti yang
disebutkan dalam daftar volume pekerjaan. Material-material yang disediakan
oleh direksi atau pemberi perintah akan ditentukan tersendiri dalam syarat-
syarat khusus atau dalam rapat penjelasan.
13.2 Penyedia barang/jasa harus memeriksa terlebih dahulu meterial-meterial
tersebut dan harus bertanggung jawab atas pengangkutan sampai di lokasi
pekerjaan. Penyadia barang/jasa harus mengganti kalau material itu rusak
yang diakibatkan oleh cara pengangkutan yang salah, hilang atau
berkurangnya material yang diangkut kelalaian penyedia barang/jasa.
P a s a l - 14
Perlindungan Terhadap Cuaca
Penyedia barang/jasa harus mengusahakan atas tanggungannya sendiri, langkah-
langkah peralatan yang perlu untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan yang
digunakan agar tidak rusak atau berkurangnya mutu karena pengaruh cuaca.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
7
P a s a l - 15
Rencana Kerja
Penyedia barang/jasa harus menyiapkan status rencana kerja dan harus
disampaikan kepada direksi, rencana kerja tersebut harus mencakup :
15.1 Tanggal mulai, serta selesai pekerjaan konstruksi dan atau pemasangan
kegiatan pekerjaan termasuk pengujiannya.
15.2 Jam kerja bagi tenaga yang disediakan oleh penyedia barang/jasa
15.3 Jumlah dari tenaga yang dipakai pada setiap tahap pekerjaan dengan
disertai latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja.
15.4 Macam serta jumlah mesin-mesin serta alat-alat yag akan dipakai pada
pelaksanaan pekerjaan.
15.5 Cara pelaksanaan pekerjaan.
P a s a l - 16
Pemberitahuan Untuk Memulai Pekerjaan
Penyedia barang/jasa diharuskan untuk memberikan secara tertulis akan memulai
pekerjaan kepada direksi selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah Surat Printah
Mulai Kerja (SPMK) diterbitkan. Dalam keadaan apapun tidak diperkenankan untuk
memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa terlebih dahulu mendapat
persetujuan direksi, pemberitahuan lengkap dan jelas harus terlebih dahulu
disampaikan kepada direksi dan dalam jangka waktu yang cukup sebelum
dimulainya pekerjaan tersebut.
P a s a l - 17
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
1. PEKERJAAN TANAH
1.1 Umum
a). Pekerjaan tanah meliputi pekerjaan yang berhubungan
dengan pengupasan dan penimbunan atau pembuangan
tanah, batu-batu atau material lain dari atau ke tempat
proyek, atau pembongkaran dan pembersihan bekas-
bekas saluran air, selokan parit dan pembuangan bekas-
bekas tanah longsor dan yang berhubungan dengan
pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi,
menurut gambar pelaksanaan atau petunjuk direksi.
b). Pada lokasi yang akan diurug, pemborong harus melakukan
stripping terlebih dahulu, sehingga mendapatkan permukaan
tanah asli yang bebas dari segala bentuk kotoran, humus, akar-
akar atau sisa-sisa material lain yang dapat membusuk.
c). Bila yang akan didirikan bangunan kontraktor harus
melakukan pengupasan, ketebalan pengupasan ini minimum
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
8
30 cm dari permukaan tanah asli untuk tanah
yang cukup baik tetap memperhatikan syarat-syarat
tersebut diatas. Tanah bekas stripping ini harus
dibuang/disingkirkan sesuai dengan petunjuk direksi.
d). Untuk semua pekerjaan urugan yang tidak memakai pasir urug,
harus menggunakan tanah yang baik dan bersih dari
tanaman, akar-akaran, brangkal-brangkal, puing- puing dan
segala macam kotoran lainnya.
e). Pekerjaan pengurugan terdiri dari pekerjaan mengurug tanah,
sesuai dengan syarat-syarat serta ketentuan-ketentuan pada
RKS ini dan gambar-gambar pelaksanaan yang disetujui direksi.
Gambar pelaksanaan menunjukkan antara lain gambar-
gambar profil melintang memanjang, kemiringan dan dimensi-
dimensi dengan jelas.
1.2 Sumber Penggunaan Material
a). Material untuk timbunan site/lokasi terdiri dari material-
material yang sesuai untuk keperluan itu dan disetujui oleh
direksi.
b). Apabila tanah untuk pengurugan harus diambil dari luar
site, maka tanah yang diambil harus dari satu sumber dan
harus dilakukan test laboratorium meliputi : compactor
(standar proctor) kandungan bahan-bahan organik, plastisitas
dan harus mendapat persetujuan direksi.
c). Material lebih atau material yang tidak dapat dipakai harus
dibuang sesuai dengan ketentuan yang telah dicantumkan
dalam RKS ini atau menurut petunjuk direksi. Material yang
ada dalam keadaan basah, dimana dalam keadaan kering
dapat dipakai harus dikeringkan lebih dahulu/sampai
mencapai kadar air optimum baru kemudian digunakan untuk
timbunan.
d). Material penimbunan dari tanah asli yang didatangkan dengan
memenuhi persyaratan material penimbunan jalan, standar
Bina Marga antara lain :
- Bukan termasuk tanah lempung (clay)
- Memenuhi persyaratan plastisitas
- Bersih dari bahan-bahan organik
- CBR rendaman laboratorium minimal 4%.
e). Kepadatan yang harus dicapai di lapangan
- CBR minimal 1-4 %
- Kepadatan lapangan 95% dari kepadatan standard
proctor laboratorium pada kadar air yang optimum.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
9
f). Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai, direksi dapat
memerintahkan untuk pemadatan permukaan yang telah
dibersihkan itu dengan kepadatan yang telah dicantumkan
dalam RKS ini.
1.3 Tanah Dasar dari Material yang Kurang Baik
Bila direksi menghendaki, pemborong harus menggali tanah yang
kurang baik mutunya sampai kedalaman yang dianggap cukup
oleh direksi sebelum pekerjaan konstruksi timbunan maupun
bangunan dimulai. Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai,
direksi dapat memerintahkan untuk memadatkan permukaan
tanah yang telah dibersihkan itu dengan kepadatan yang
tercantum dalam RKS ini.
1.4 Penghamparan dan Pemadatan
a). Material untuk pengurugan didapat dari jenis yang telah
disetujui direksi akan dihamparkan berlapis-lapis dengan
ketebalan perlapis 20 cm lalu dipadatkan. Untuk pekerjaan
pemadatan ini, pemborong harus melaksanakan sedemikian
rupa, sehingga kepadatan yang direncanakan dapat
tercapai, dengan memperhatikan kadar air optimum dari
material timbunan tersebut.
b). Untuk melaksanakan hamparan, maka pemborong harus
melindungi dari curahan hujan, panas matahari yang
mengakibatkan perubahan kadar air optimum. Bila
hamparan ini kena hujan, maka pemborong harus mengupas
kembali hamparan tersebut.
c). Dalam pekerjaan penghamparan dan pemadatan ini
pemborong harus melaksanakannya dengan sistem
pentahapan atau pembagian lokasi per zone. Untuk itu
pemborong harus menyampaikan rencananya kepada
direksi untuk disetujui pelaksanaannya.
d). Pekerjaan Pemadatan "Fill"
- Pelaksanaan pemadatan dilakukan lapis demi lapis. Tiap
lapis tidak boleh lebih dari 30 cm tebal sebelum dipadatkan
atau 25 cm setelah dipadatkan.
- Pemadatan tanah dan pembentukan permukaan (shaping)
dilakukan dengan blade graders dan 3 wheel power roller
yang beratnya 8 ton sampai 10 ton, atau pneumatic
roller lainnya dengan mendapatkan persetujuan dari
perencanaan sebelum tanah harus dipadatkan dengan
sheep foot roller.
- Tanah yang dipadatkan harus mencapai 90% kepadatan
maksimum yang dapat dicapai pada keadaan kadar air
optimum yang ditentukan dengan modified AASTHO T-99.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
10
- Selama pemadatan harus dikontrol terus kadar airnya,
sebelum pemadatan kadar air dari fill material harus
sama dengan kadar air optimum dari hasil test
compaction modified proctor dari contoh fill material.
- Apabila kadar air bahan timbunan/fill material lebih kecil dari
kadar air optimum, maka fill material harus diberi air sehingga
menyamai kadar optimum. Sebaliknya apabila kadar air
bahan timbunan/fill material lebih besar dari kadar air
optimum maka fill material harus dikeringkan terlebih dahulu
atau ditambah dengan bahan timbunan yang lebih kering.
- Apabila tanah yang dipadatkan telah mencapai nilai
100% compacted dari modified proctor (untuk lapisan sub
grade setebal 30 cm di bawah su base) tetapi tidak
mencapai nilai soaked CBR=4, maka tanah (sub grade)
tersebut harus diganti dengan fill material yang fill 100%
compacted mencapai nilai soaked CBR minimum = 5.
- Pemadatan harus dilakukan pada cuaca baik, bila hujan
dan terjadi penggenangan air maka pemadatan harus
dihentikan, diusahakan supaya air dapat mengalir
dengan membuat saluran-saluran drainase.
- Setiap lapisan dari daerah yang dipadatkan harus ditest
dengan field density test untuk mengetahui kepadatan
tanah yang dicapai serta moisture content. Dapat
dilakukan satu test untuk setiap 1500 m2 per lapis field
density test dengan cara sand cone.
- Apabila tanah yang telah dipadatkan tidak mencapai
1,6 ton/m3, maka tanah tersebut harus diganti dengan
tanah lain atau dicampur pasir, sehingga tanah tersebut
menjadi 1,6 ton/m3.
e). Pemadatan tanah pada daerah "Cut"
- Untuk daerah cut, maka tanah digaru/digali lagi
minimum sedalam 30 cm kemudian dipadatkan hingga
mencapai 100% compacted dari modified proctor. Syarat
pemadatan dengan daerah fill.
f). Khusus untuk pemadatan pada daerah jalan
- Kontraktor harus melakukan pemadatan daerah cut/fill
pada badan jalan sampai dengan peil permukaan sub
base.
- Harus selalu dihindarkan terjadinya genangan-genangan air
pada daerah badan jalan selama lapisan-lapisan konstruksi
jalan tersebut dikerjakan.
1.5 Percobaaan Pemadatan
a). Sebelum dimulai pekerjaan pemadatan yang
sesungguhnya, pemborong harus mengirimkan sampel tanah
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
11
urug yang akan dipakai, dan setelah disetujui direksi
kemudian diadakan test di laboratorium untuk mendapatkan
nilai kadar air optimum dan standar penggilasan dengan road
roller/walls yang akan digunakan.
b). Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air
optimum yang akan dipakai dan hubungan antara jumlah
penggilasan dengan kepadatan yang dapat dicapai
contoh material urugan tersebut.
c). Pemborong wajib melaksanakan field density test sesuai dengan
ASTM D 1556 (sand cone method) di lokasi pemadatan yang
dilaksanakan. Lokasi tempat test ini akan ditentukan oleh
direksi. Lapisan pemadatan berikutnya belum dapat
dilaksanakan sebelum field density test dilakukan. Semua biaya
laboratorium/test adalah tanggung jawab pemborong.
1.6 Kepadatan yang harus dicapai untuk konstruksi urugan
Kepadatan yang dicapai untuk konstruksi urugan adalah sebagai
berikut : Tiap lapisan tanah setinggi 20 cm harus dipadatkan
sampai 95% dari kepadatan (kering) maximum yang dipakai test ASTM
D 1556 (san cone method).
1.7 Kadar Air
a). Material urugan yang tidak mengandung air yang cukup
untuk dapat mencapai kepadatan yang dikehendaki, harus
ditambah air dengan alat penyemprot (sprinkler) dan dicampur
sampai kadar air lebih tinggi dari seharusnya, tidak boleh
dipadatkan sebelum cukup dikeringkan dan disetujui direksi
untuk dipakai. Cara-cara mengeringkan tanah basah tersebut
dapat dengan cara digelar/dihampar atau cara- cara lain
yang umum dipakai.
b). Test kadar air di lapangan dilakukan dengan alat pengetes
yang cepat dan disediakan oleh pemborong.
c). Pekerjaan pemadatan urugan tanah tadi harus dilaksanakan
pada kadar air optimum sesuai dengan sifat-sifat dan alat-alat
pemadat yang tersedia.
d). Pada pelaksanaan, pemborong harus mengambil langkah-
langkah yang diperlukan agar pada pekerjaan tersebut air
hujan dapat mengalir dengan lancar dan harus dipersiapkan
kemungkinan adanya pengerutan atau pengembangan.
1.8 Urugan Pasir
a). Urugan pasir harus disirami semua lantai atau plat dasar
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
12
dengan stemper hingga padat.
b). Urugan pasir dilakukan di bawah semua lantai atau plat dasar
dengan tebal urugan sesuai dengan gambar, termasuk
lantai rabat, sehingga diperoleh peil-peil yang dikehendaki.
c). Urugan pasir dilakukan juga pada bekas galian pondasi sebelah
dalam bangun dengan ketebalan sesuai dengan gambar
rencana, dan di bawah pondasi, pipa dan lain-lain sesuai
dengan gambar.
2. PASANGAN BATU KALI
2.1 Lingkup Pekerjaan :
Bagian pekerjaan ini meliputi pasangan anstamping batu kosong dan
pondasi batu kali untuk landasan sloof, pasangan batu kali sebagaimana
dinyatakan dalam gambar kerja.
2.2 Material :
a. Batu kali yang dipakai harus dari jenis yang keras, tidak keropos, serta
mempunyai gradasi baik dengan diameter maksimum 25 cm.
b. Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 PC : 4 Pasir dan 1 PC : 2 Pasir
c. Baik batu kali, pasir maupun air adukan yang dipakai pada pekerjaan ini
harus bersih dari lumpur dan kotoran-kotoran lainnya.
d. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan jenis batu lain kecuali atas izin
Direksi.
2.3 Pelaksanaan :
a. Pekerjaan pasangan batu kali dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan
bentuk yang ditunjukan dalam gambar kerja.
b. Antar satu batu kali dengan batu kali lainnya tidak boleh saling
bersentuhan, tetapi diantaranya diberi spesi 1Pc : 5 Psr sampai penuh
sebagai perekat sambil ditekan agar padat.
3. PASANGAN BATU BATA
3.1 Lingkup Pekerjaan :
Bagian pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, pemasangan untuk semua
pasangan bata seperti yang tertera pada gambar, pelaksanaan
pemasangan harus benar-benar mengikuti garis-garis ketinggian, siku dan
bentuk-bentuk yang terlihat pada gambar dan disebutkan dalam spesifikasi
ini.
3.2 Referensi :
Persyaratan-persyaratan standar mengenai pekerjaan ini tertera pada PUBI N-
3 1970 dan N-10 1973 dan SNI 1728-1989; SKBI 1.3.53.1989, tentang Tata Cara
Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung.
3.3 Material :
a. Batu bata yang digunakan harus baru, dengan pembakaran yang cukup
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
13
sehingga masak, keras, kering dan tidak mudah patah. Jika diketuk
menimbulkan suara nyaring. Ukuran yang dianjurkan adalah 5 cm x 11 cm
x 23 cm dengan toleransi 0,5 cm.
b. Adukan yang digunakan untuk pasangan dinding biasa adalah campuran
1 PC : 4 Pasir. Untuk dinding kedap air pada KM/WC, ruang cuci dan 20 cm
diatas lantai seluruh dinding menggunakan spesi transram campuran 1 PC :
2 Pasir.
3.4 Pengerjaan dan Penyimpanan.
Bahan-bahan yang akan digunakan pada pekerjaan ini disimpan dengan
cara-cara yang disetujui Direksi, untuk menghindari dari segala hal yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan-bahan tersebut.
3.5 Contoh-contoh.
Contoh bahan yang diusulkan untuk dipakai harus diserahkan kepada Direksi
dan persetujuan atas bahan-bahan tersebut sudah ada sebelum bahan
yang dimaksud dipergunakan. Pengambilan contoh atas bahan yang telah
ada dilapangan akan diadakan sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan
Direksi guna keperluan pengujian.
3.6 Pelaksanaan :
a. Pasangan dinding batu bata umumnya adalah 1/2 batu, kecuali Direksi
memberikan petunjuk lain.
b. Pemasangan batu bata harus lurus dan tegak, lajur penaikannya diukur
tepat dengan tiang lot, kecuali bilamana tidak diperlihatkan dalam
gambar maka setiap lajur bata harus putus sambungan dengan lajur
dibawahnya. Selain itu pola ikatan pasangan harus terjaga baik diseluruh
pekerjaan.
c. Pada jarak-jarak tertentu atau luasan maksimum 10 M2 pasangan batu
bata perlu diperkuat dengan kolom praktis (beton bertulang), dengan
dimensi, penulangan dan penempatan sesuai gambar.
d. Segera setelah pasangan batu bata selesai, siar-siarnya dikeruk sedalam 1
cm agar plesteran dapat melekat dengan baik.
e. Sebelum bata dipasang hendaknya direndam dalam air sampai jenuh,
dan pemasangannya harus rapi sesuai dengan syarat pekerjaan yang
baik. Batu bata potongan tidak boleh dipakai/dipasang, terkecuali pada
pertemuan-pertemuan dengan kosen/kolom.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
14
4. PEKERJAAN BETON
4.1 Umum
Pekerjaan beton harus dilaksanakan sesuai dengan
persyaratan-persyaratan yang tercantum di dalam Peraturan
Beton Inonesia (PBI NI-2 1971). Pemborong harus melaksnakan
pekerjaannya dengan ketepatan dan ketelitian yang tinggi
menurut spesifikasi gambar kerja dan instruksi-instruksi dari direksi
pelaksnaan. Direksi pelaksanaan berhak untuk
memeriksa/mengawasi setiap pekerjaan yang dilakukan oleh
pemborong. Direksi pelaksanaan berhak untuk melakukan
pemeriksaan, dan setiap kegagalan direksi pelaksanaan tidak
membebaskan pemborong dari tanggungjawabnya. Semua
pekerjaan-pekerjaan yang jelek atau tidak memenuhi uraian dan
syarat-syarat peleksanaan (spesifikasi) harus dibongkar dan diganti
dari yang ditentukan (contoh) dan harus disetujui direksi
pelaksanaan sebelum dipakai. Direksi pelaksanaan akan
menyimpan contoh-contoh yang telah disetujui sebagai standar
untuk memeriksa selanjutnya. Semua material yang tidak disetujui
direksi harus segera dikeluarkan dari tempat pekerjaan atas biaya
pemborong.
4.2 Material
Semua material harus mempunyai kualitas yang terbaik dan
memenuhi syarat PBI 1971. Pemborong harus menyediakan contoh
dari material-material yang akan digunakan untuk menghasilkan
beton, untuk dimintakan persetujuan dari direksi, dan tidak
boleh memesan/mengirim dahulu sebelum persetujuan diberikan.
Direksi akan menyimpan contoh-contoh yang telah disetujui
sebagai standar, dengan maksud untuk memeriksa/mencocokkan
pengiriman-pengiriman selanjutnya. Pemborong tidak diizinkan
mengirimkan material-material dengan perbedaan yang besar dari
standar sampel tanpa persetujuan dari direksi. Semua material
yang ditolak oleh direksi harus segera dikeluarkan dari tempat
pekerjaan atas biaya pemborong.
4.3 Semen
a). Semen yang digunakan adalah jenis Portland Cement type I
yang memenuhi syarat- syarat yang ditentukan dalam N.I.8
1972 dan Standard Industri Indonesia (SII 0013-
81). Semen harus diperoleh dari satu pabrik yang telah
disetujui direksi dan dikirimkan ke tempat pekerjaan dengan
kantong tersegel dan utuh. Bila karena sesuatu hal
terpaksa menggunakan semen dari pabrik lain, harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi, merk
semen tersebut setarap dengan Tiga Roda.
b). Bila direksi menganggap perlu pemborong harus mengirimkan
surat pernyataan dari pabrik yang menyetakan tipe, kualitas
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
15
dari semen beserta manufacture's test certificate yang
menyatakan memenuhi semua syarat-syarat yang ditentukan
N.I.8. Semen yang menggumpal, sweeping atau kantong
yang robek/rusak ditolak untuk disegel.
c). Semen harus disimpan dalam gudang/silo dengan ventilasi
yang cukup dan tidak bocor, serta diletakkan di atas lantai
yang ditinggikan minimal 30 cm dari tanah. Kantong-kantong
semen tidak diperbolehkan ditumpuk/ditimbun melebihi 2
(dua) meter dan setiap pengiriman diberi tanda pengenal
sehingga dapat dipakai sesuai dengan tanggal pengiriman.
d). Pemborong harus mengirimkan laporan dari pengujian-pengujian
semen di laboratorium kepada direksi secara rutin. Laboratorium
yang ditunjuk untuk pengetesan tersebut, terlebih dahulu harus
disetujui direksi.
4.4 Agregat Halus (Pasir)
a). Agregat halus untuk pekerjaan beton yang akan dipakai pada
proyek ini harus sesuai dengan persyaratan pada PBI atau ASTM.
b). Klasifikasi dan gradasi agregat halus sebagai berikut :
Ukuran Ayakan
(US Standard Sieve)
Lolos (%)
No. 4 100 %
No. 8 92 – 100%
No. 16 65 – 85%
No. 30 35 – 55%
No. 50 15 – 30%
No. 100 0 – 12%
No. 200 %
c). Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%
(ditentukan terhadap kering), dan yang diartikan dengan
lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063
mm atau ayakan No. 200 bila test sesuai dengan ASTM C 117.
d). Agregat halus harus bersih dan bebas dari segala macam
kotoran baik dalam organis lumpur, tanah, karang, garam dan
sebagainya. pasir laut sama sekali tidak boleh dipergunakan.
e). Pemborong harus mengajukan contoh agregat halus yang
akan dipergunakan untuk mendapatkan persetujuan direksi.
Test-test yang harus dilakukan terhadap contoh di atas berupa :
- test gradasi sesuai dengan ASTM C 136
- test abrou-holder (larutan NaOH)
- test-test lainnya bila memang dianggap perlu olehdireksi
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
16
f). Bahan agregat halu harus disimpan di tempat bersih, keras
permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pengotoran
dan pencampuran satu sama lain.
g). Persyaratan-pesyaratan agregat halus di atas dari ayat a
s/d f berlaku juga untuk beton ready mix.
4.5 Agregat Kasar (Kerikil atau Koral)
a). Agregat kasar untuk pekerjaan beton yang akan dipakai pada
proyek ini harus sesuai dengan persyaratan pada PBI 1971 atau
ASTM.
b). Klasifikasi dan gradasi agregat kasar sebagai berikut :
Agregat kasar type A1 : (besar)
Ukuran Ayakan
(US Standard Sieve)
Lolos (%)
1 Inch 100 %
¾ Inch 90 - 98%
½ Inch 30 - 45%
3/8 Inch 0 - 10%
No. 4 0 - 5%
Agregat kasar type A2 : (medium)
Ukuran Ayakan
(US Standard Sieve)
Lolos (%)
½ Inch 100 %
3/8 Inch 90 - 98%
No. 4 30 - 45%
No. 8 0 - 10%
%
c). Agregat tersebut tidak mengandung lumpur melebihi dari 1%
(ditentukan terhadap berat kering). yang diartikan dengan
lumpur adalah bagian-bagian yang dapat lolos melalui ayakan
0,063 mm atau ayakan no. 200 bila ditest sesuai dengan ASTM C
117. Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat kasar
harus dicuci.
d). Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras
dan tidak berpasir. Agregat kasar yang mengandung butir-butir
pipih hanya dapat dipakai bila butir-butir pipih tersebut tidak
melampaui 20% dari berat agregat seluruhnya.
Yang dimaksud butir agregat pipih adalah perbandingan antara
lebar dengan tebalnya lebih besar dari pada 3 (tiga). Butir-butir
agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik matahari
dan hujan.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
17
e). Pemborong harus mengajukan contoh agregat kasar yang
akan dipergunakan untuk dapat persejutuan direksi. Test-test
yang harus dilakukan terhadap contoh di atas berupa :
- test dengan mesin sesuai dengan ASTM C 131 Resistance to
abrasion of small size coarse
- test gradasi sesuai dengan ASTM A 136
- test gradasi untuk kadar lumpur sesuai dengan ASTM C 117
- test-test lainnya bila dianggap perlu dan semuanya
menjadi tanggungjawab pemborong
f). Agregat tersebut harus disimpan di tempat yang saling
terpisahkan di permukaan tanah yang bersih, padat serta
kering dan harus dicegah terhadap pengotoran dan
pencampuran
g). Persyaratan-persyaratan agregat kasar di atas dari ayat a
s/d g berlaku juga untuk beton ready mix.
4.6 Baja Tulangan
a). Bahan
Baja tulangan yang dipakai adalah minimal harus sesuai
dengan PBI-1971. Mutu, ukuran dan jenis tersebut di atas
adalah sebagai berikut :
Diameter Jenis
Batang
Mutu □ Au (0,2)
Lebih kecil atau sama
dengan (<) 12 mm
Polos U.24 2.400
kg/cm2
Lebih besar atau sama
dengan (>) 12 mm
Profil U.39 3.900
kg/cm2
Keterangan :
□ Au = tegangan lelah karakteristik
0,2 = tegangan karakteristik yang memberikan tegangan
tetap 0,2%
Baja tulangan yang dipakai adalah setaraf produksi Krakatau
Steel.
Kawat beton : Kawat pengikat baja tulangan harus terbuat
dari baja lunak dengan diameter minimal 1 mm yang telah
dipijarkan terlebih dahulu, dan tidak bersepuh seng.
b). Penggantian diameter
- Penggantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan
atas persetujuan tertulis dari direksi.
- Bila penggantian disetujui maka luas penampang yang
diperlukan tidak boleh kurang dari yang tercantum dalam
gambar atau perhitungan.
- Biaya yang diakibatkan oleh penggantian tulangan
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
18
terhadap yang ada gambar sejauh bukan kesalahan
gambar adalah tanggungan pemborong.
c). Pelaksanaan
- Baja dan kawat seperti dimaksud di atas harus bebas dari
kotoran-kotoran, karat, cat, kulit giling serta bahan lain
yang akan mengurangi daya lekat terhadap beton.
- Membengkok akan meluruskan baja tulangan harus
dilakukan dalam keadaan dingin serta dipotong dan
dibengkokkan sesuai dengan gambar.
- Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat
sehingga tidak berubah tempat atau bergeser sebelum
dan selama pengecoran. Selimut tulangan minimum 3
cm.
- Sambungan dan panjang lawatan baja tulangan harus
sesuai buku pedoman perencanaan untuk struktur beton
bertulang biasa dan struktur tembok bertulang untuk gedung
1983.
- Baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus segera
dikeluarkan dari lapangan dalam waktu 24 jam setelah ada
perintah tertulis dari direksi.
- Penyambungan tulangan dengan diameter lebih besar atau
sama dengan 20 mm baik untuk kolom maupun balok,
setiap panjang 6 m selang seling dilakukan sesuai dengan
buku pedoman perencanaan untuk struktur tembok
bertulang untuk gedung 1983.
d). Penyimpanan
Penyimpanan besi beton dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya karat, dengan cara meletakkannya di atas papan
atau balok kayu sehingga tidak langsung di atas tanah, untuk
penyimpanan waktu lama maka besi beton harus disimpan di
bawah atap.
e). Test dan sertifikat
- Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja
tulangan sesuai dengan RKS ini, maka pada saat pemesanan
baja tulangan pemborong harus menyerahkan sertifikat resmi
dari laboratorium.
- Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus
diadakan test periodic minimal 3 contoh untuk setiap
diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh
baja tulangan akan ditentukan oleh direksi.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
19
- Semua pengetesan tersebut di atas, harus dilakukan di
laboratorium Lembar Uji Konstruksi BPPT (LUK BPPT) Serpong
atau Laboratorium lainnya yang direkomendasi oleh direksi
dan minimal sesuai dengan standar/peralatan lain yang
setaraf.
- Semua biaya pengetesan tersebut ditanggung oleh
pemborong.
4.7 Pekerjaan Pengisi Dilatasi (Bila Diperlukan)
Bahan untuk pengisisan dilatasi dipergunakan bahan setaraf
sikaflexla atau feabseal 2 part dengan spesifikasi teknis sebagai
berikut :
- Bahan untuk pengisian delatasi (joint delatation)
Warna : Abu-abu
Elastisitas: Permanen
Kekerasan: Shore A durometer 28 kurang lebih 5 Sifat perekatan
pada beton tetap baik dalam jarak suhu 20 sampai 60 derajat
celcius. Tahan terhadap asam, alkali, lemak dan bahan yang
berasal dari Hydrocarbon.
Memenuhi standar : DIN 18540 BS 4252 : 1967, BS 5 : 1980 JIS A 5757
- Setelah plat lantai beton maupun plat atap menjadi kering,
maka lobang delatasi segera dibersihkan dari segala macam
kotoran
- Pasang back up material (stirr up foam)
- Pasang masking tape pada sisi beton
- Priming dengan sika primer
- Selanjutnya bahan delatasi ini dimasukkan ke dalam lubang
tersebut dengan mengikuti petunjuk dari pabriknya
- Disarankan agar pemasangan dikerjakan oleh licenced
applicator.
4.8 Bahan Campuran Tambahan
a). Penggunaan bahan campuran beton hanya seizin direksi dan
harus sesuai dengan pasal 3.8 bab 2 PBI 1971 dan ASTM C 494
Chemical Admixtures for Concrete.
b). Bahan campuran beton yang dipakai hanya type A dan D dan
sesuai ASTM C 494.
4.9 Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh
mengandung minyak, asam, alkali, garam-garam, bahan-bahan
organis dan bahan-bahan lain yang merusak beton atau baja
tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
20
4.10 Mutu Beton
Mutu beton yang dipergunakan adalah :
Kolom : f’c 26,4 Mpa dan f’c 19,3 Mpa
Pelat Lantai/Slab : f’c 26,4 Mpa dan f’c 19,3 Mpa
Pelat Dinding/Wall : f’c 26,4 Mpa dan f’c 19,3 Mpa
Untuk menjamin kestabilan mutu beton, dianjurkan memakai
beton ready mixed.
4.11Rencana Campuran Beton (Concrete Mix Design)
a). Lima minggu sebelum pekerjaan pengecoran beton
dimulai, pemborong harus membuat design procedure dan
prelimary test atas biaya sendiri untuk mendapatkan mutu
seperti yang disyaratkan. campuran harus menggunakan
perbandingan berat antara semen, pasir, kerikil, dan air.
b). Perencanaan campuran hendaknya mengikuti persyaratan PBI
ayat 4.6. dan dievaluasi kekuatan karakteristiknya menurut ayat
4.5.
c). Bilamana karena sesuatu hal sumber atau kualitas dari
semen dan/atau agregat diganti, maka harus dicari lagi
campuran yang baru sehingga tetap memenuhi syarat, sesuai
ayat-ayat di atas. Jumlah semen yang dipakai 340 kg per m3
beton, dan pada pondasi, pipa caps dan luifel atap jumlah
minimum tersebut adalah 375 kg/m3 beton.
d). Dalam hal dipakai beton beton ready mix, maka semua syarat-
syarat dalam standard spesification for ready mixed
concrete AASHTO designation H. 157-74 harus dipenuhi.
4.12 Pengujian Beton dan Peralatannya
a). Pemborong harus menyediakan alat-alat yang diperlukan
dan tempat untuk melakukan percobaan berikut :
- Slump test
- Test specimens
- Cetakan-cetakan baja untuk membuat kubus-kubus beton
- Test kadar lumpur
Pemborong juga menyediakan peralatan untuk
menentukan moisture content dari agregat halus,
timbangan dan alat lain. Alat yang perlu untuk melakukan
percobaan- percobaan berikut.
b). Pengujian slump dilakukan segera setelah beton keluar dari
mixer minimum 5 cm dan maksimum 10 cm untuk campuran
koral beton dan maksimum 12 cm untuk campuran dengan
crushed stones.
c). Atas biaya sendiri pemborong harus membuat, merawat dan
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
21
mengangkut semua test specimens ke laboratorium yang
ditentukan/disetujui oleh direksi pelaksanan untuk dilakukan
compresion test pada 7 hari, 14 hari, dan 28 hari.
d). Setiap kubus test harus bersih dan ditandai secara tetap
dengan nomor kode dan hari pembuatan, bersama-sama
dengan tanda dari bagian pekerjaan mana sample
diambil. Sistem dari pengukuran dan penandaan dari kubus
akan ditentukan oleh direksi pelaksanaan.
e). Pemborong harus memberikan material untuk pembuatan
sample, dari semua test yang diperlukan pada bagian ini
dalam spesifikasi. Kontraktor harus menyampaikan semua hasil
test tersebut kepada direksi secara rutin. Segala hal
biaya yang menyangkut pengetesan tersebut adalah biaya
kontraktor.
4.13 Beton Bertulang
4.13.1 Kekuatan dan Penggunaan Beton
a). Beton struktural
Meliputi beton konstruksi plat atas, dinding dan plat
dasar. Untuk mencapai mutu K.225, Pemborong wajib
membuat adukan sesuai dengan proporsi trial mix
yang disetujui.
b). Beton non struktural
- Beton dengan adukan 1 pc + 3 ps + 5 krl meliputi
beton lantai kerja, tebal 5 cm, tidak dicor ke dalam
cetakan.
- Beton dengan adukan 1 pc + 3 ps + 5 krl meliputi
rabat beton, sesuai dengan gambar kerja.
- Beton dengan adukan 1 pc + 3 ps + 5 krl meliputi
kolom atau beton bertulang yang mempunyai
ukuran maksimal 15 cm, kanstin, neut kaki kusen
kayu, pengisi lubang angker dan sudut-sudut beton
dan lain-lain.
- Beton mortal dengan adukan 1 pc + 2 ps + 5 krl
K adalah tegangan tekan hancur karakteristik
untuk kubus beton 15 x 15 x 15 cm pada usia 28
hari. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan
ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam PBI
1971.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
22
4.13.2 Campuran Tambahan
Selain bahan seperti sudah ditentukan pada ayat 3.6.7. RKS
ini, bahan campuran lainnya yang digunakan hanya jika
disetujui oleh direksi secara khusus dan tertulis.
4.13.3 Pengadukan
Semua pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin
pengaduk yang berkapasitas tidak kurang dari 600 liter dan
dilengkapi dengan alat timbangan berat.
a. Bahan
- Untuk penyelesaian beton exposed harus dibuat dari
plywood dengan tebal 12 mm dan dapat dipakai
untuk 2 kali pengecoran beton. Plywood ini diberi
perkuatan kaso 5/7 untuk menjaga kestabilan dari
bekisting tersebut.
- Lain-lain jenis tersebut diatas harus dengan
persetujuan direksi.
- Untuk acuan beton yang tertutup finishing harus
dibuat dari kayu klas II tebal sesuai kebutuhan dan
dapat dipakai untuk 2 kali pengecoran beton,
acuan ini diberi penguat kaso 5/7 untuk menjaga
kestabilan dari bekisting tersebut.
- Untuk perkerasan bekisting (acuan) tersebut,
apabila diperlukan direksi dapat meminta
kontraktor menghitungnya dan kemudian disetujui
direksi.
b. Konstruksi
- Bekisting-bekisting tidak boleh bocor dan cukup kaku
mencegah pergeseran atau
perubahan/kelongsoran penyangga. Permukaan
bekisting halus halus dan rata, tidak boleh
melendut atau cekung. Sambungan-sambungan
bekisting harus diusahakan agar lurus dan rata dalam
arah horisontal dan vertikal.
- Tiang penyangga anti lendutan (cambres) harus
dibuat sebaik mungkin dan mampu menunjang
seperti yang dibutuhkan, tanpa adanya
kerusakan atau overstress ataupun pergeseran
tempat pada bagian konstruksi yang dibebani.
- Struktur dari tiang-tiang penyangga harus
ditempatkan pada posisi sedemikian rupa,
sehingga konstruksi ini benar-benar kuat dan kaku
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
23
untuk menunjang berat sendiri dan beban-beban
yang berada di atasnya selama pelaksanaan.
- Kecuali detail-detail yang berlainan pada gambar,
bekisting untuk semua balok dan pelat lantai
dilaksanakan dengan mengikuti anti lendut ke
atas sebagai berikut:
- Semua balok atau/dan pelat lantai 0,2% lebar
bentang pada tengah-tengah bentang. Semua
balok cantilever dan pelat lantai 0,4% dari bentang,
dihitung dari ujung bebas.
c. Baut
Baut-baut tie rod yang diperlukan untuk ikatan-
ikatan dalam beton harus diatur sedemikian rupa
sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka
semua besi tulangan akan berada 4 cm dari
permukaan beton. Kawat pengikat tidak diizinkan
pada beton exposed yang akan berhubungan langsung
dengan keadaan alam, dimana dapat menimbulkan
warna yang tidak merata. Semua bekisting harus
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan
paku tanpa merusak beton.
d. Pembersihan
Semua bekisting harus dibersihkan sebelum
dipergunnakan. Pekerjaan harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi
kemungkinan adanya beton yang keropos dan lain-lain
kerusakan/cacat pada beton. Segera sebelum beton
dicor pada beberapa bagian dari bekisting, bagian
dalam dari bagian itu harus dibersihkan dari semua
material lain, termasuk air. Tiap-tiap bagian dari
bekisting, bagian-bagian yang struktural harus diperiksa
oleh direksi pelaksanaan segera sebelum beton dicor
di bagian itu. Khusus untuk acuan kolom dan dinding
beton atau balok-balok tinggi, pada tepi bawahnya
harus dibuat bukaan atau dua sisinya untuk
mengeluarkan kotoran yang mungkin terdapat pada
dasar kolom/dinding tersebut. Bukaan ini boleh ditutup
setelah diperiksa dan disetujui oleh direksi pelaksanaan.
e. Pelapisan (coating)
Sebelum pemasangan besi beton bertulang bekisting
yang dipergunakan untuk beton yang tidak diplester lagi
(exposed concrete) harus dilapisi dengan minyak yang
tidak meninggalkan bekas pada beton. Bekisting untuk
beton biasa (yang perlu diplester lagi permukaannya)
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
24
harus dibasahi air dengan seksama sebagai
pengganti minyak sebelum beton dicor.
f. Pembongkaran
Bangunan tidak boleh mengalami perubahan bentuk,
kerusakan atau pembebanan yang melebihi beban
dengan rencana pembongkaran bekisting pada
beton. Pertanggungjawaban atas keselamatan
pada waktu pembongkaran tiap bagian bekisting
atau penyangga berada dipihak pemborong.
g. Waktu minimum untuk pembongkaran bekisting.
Waktu minimum dari saat selesainya pengecoran beton
sampai dengan pembongkaran bekisting dari bagian-
bagian struktur ditentukan dari percobaan kubus
benda uji yang memberikan kuat desak minimum
sebagai berikut :
Bagian Struktur Waktu Minimum
Pembongkaran Bekisting
(Hari)
Sisi balok dan dinding 1
Penyanggah plat lantai 21
Penyanggah balok 21
4.14 Pembuatan Beton dan Peralatannya
a. Pemborong bertanggungjawab seluruhnya atas pembuatan
campuran beton yang baik/unform dan memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan. Untuk memenuhi syarat- syarat ini,
pemborong atas biaya sendiri harus menyediakan dan
menggunakan, mesin pencampur beton (beton molen) yang
baik, volumetric system untuk mengukur air dengan tepat yang
disetujui direksi.
b. Pengaturan untuk pengangkutan, penimbangan dan
pencampuran material-material harus dengan persetujuan
direksi.
c. Mencampur beton dengan tidak menggunakan perbandingan
berat (timbangan), tidak diperbolehkan.
d. Mixer harus betul-betul kosong sebelum
menampung/menerima material untuk adukan selanjutnya,
harus dibersihkan dan dicuci bila mixer tidak dipakai lebih lama
dari 30 menit dan pada setiap akhir pekerjaan. Mixer juga
harus dibersihkan dan dikosongkan lebih dulu, bila beton yang
akan dibuat berbeda mutunya.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
25
e. Pencampuran kembali dari beton yang sebagian sudah
terjatuh/mengeras tidak diizinkan. Demikian juga
penambahan air pada adukan beton yang sudah jadi (dari
hasil mixer) dengan tujuan memudahkan pengerjaan dan
sebagainya tidak diizinkan.
4.15 Penolakan Pekerjaan Beton
a. Direksi berhak menolak pekerjaan yang tidak memenuhi
syarat. Pemborong harus mengganti atau
memperbaiki/membongkar pekerjan beton yang tidak
memenuhi syarat, atas biaya sendiri, sesuai dengan instruksi
yang diberikan oleh direksi pelaksanaan.
b. Percobaan compressive strength dari pengujian kubus harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
- Sr adalah deviasi standard rencana.
- Tidak boleh lebih dari 1 (satu) nilai diantara 20 nilai hasil
pemeriksaan benda uji berturut-turut, terjadi kurang dari '
bk.
- Tidak boleh satupun rata-rata dari 4 hasil pemeriksaan
benda uji berturut-turut, terjadi kurang dari ( ' bk + 0,82 Sr).
- Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4
(empat) hasil pemeriksaan benda uji berturut-turut tidak
boleh lebih besar dari 4,3 Sr.
- Dalam segala hal, hasil pemeriksaan 20 benda uji berturut-
turut harus memenuhi ( ' bk = ' bm - 1,64 Sr).
c. Bila compressive strength test dari kelompok kubus test gagal
memenuhi syarat di atas, maka direksi pelaksanaan akan
menolak semua pekerjaan-pekerjaan beton dari kubus-kubus
tersebut diambil.
4.16 Pengangkutan dan Pengecoran Beton
a. Pengecoran beton tidak boleh dimulai sebelum direksi
memeriksa dan menyetujui cetakan, bekisting (formwork),
tulangan, angker-angker dan lain-lain, dimana beton akan
dituangkan/dicor. Tempat dimana beton akan dituangkan
harus bebas dari segala macam kotoran, puing-puing,
potongan-potongan, kayu, air dan sebagainya.
b. Air (genangan) harus dibuang dari tempat/ruangan yang akan
diisi/dicor beton. Air yang mengalir ke dalam galian harus
dikontrol/dibuang dengan cara yang disetujui direksi
pelaksanaan.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
26
c. Isi dari mixer yang dikeluarkan pada suatu operasi continous
harus diangkut tanpa menimbulkan degradasi. Beton harus
diangkut dalam gerobak yang bersih dan kedap air. Metoda
yang digunakan harus disetujui direksi pelaksanaan, setelah
pemborong mengajukan proposal/usulan cara-cara
pengangkutan.
d. Alat-alat dan tempat yang digunakan untuk pengangkutan
beton harus diberikan dan dicuci bila pekerjaan terhenti lebih
lama dari 30 menit dan pada setiap akhir pekerjaan.
Semua campuran beton di tempat pekerjaan harus
diletakkan/dicor dan dipadatkan pada tempatnya dalam
waktu 40 menit setelah penuangan air ke dalam mixer.
e. Beton pada umumnya tidak boleh dijatuhkan
bebas/dituangkan dari ketinggian lebih besar dari 1,5 m.
pengecoran harus dilaksanakan dengan menghindari
timbulnya degradasi dan menjamin suatu pengecoran
yang tidak terputus. Beton harus diletakkan dalam lapisan
tidak lebih dari 60 cm tebalnya dan dipadatkan sesuai
ketentuan di bawah ini tanpa timbulnya
degradasi/pemisahan. pengecoran dari satu unit atau
bagian dari pekerjaan harus dilaksanakan dengan satu
operasi yang continous atau sampai construction joint
tercapai.
f. Beton, acuan atau penulangan tidak boleh diganggu selama
minimal 24 jam setelah pengecoran, kecuali dengan izin direksi
pelaksanaan. Semua pengecoran harus dilaksanakan di siang
hari dan pengecoran beton dari suatu bagian pekerjaan
jangan dimulai apabila tidak dapat diselesaikan pada siang
hari, kecuali atas izin Direksi Pelaksanaan boleh dikerjakan
pada malam hari. Izin ini tidak boleh diberikan, bila sistem
penerangan yang dipersiapkan Pemborong belum
disetujui Direksi Pelaksanaan.
g. Dalam hal dinding, kolom beton atau bagian-bagian yang
dianggap tinggi, tidak boleh dicor dari atas, tetapi harus dari
samping melalui satu bukaan pada ketinggian yang disetujui.
Saluran curah untuk pengecoran tidak boleh
dipergunakan, kecuali jaraknya dekat dan hanya dengan
persetujuan direksi pelaksanaan. Bila hal ini disetujui direksi
pelaksanaan, maka saluran itu harus dibuat dari logam (metal)
atau bahan dihaluskan, agar dapat mengalirkan adukan
beton dengan lancar, sedangkan kemiringan saluran/talang
tersebut tidak lebih curam dari perbandingan 1 (satu) tegak
dan 2 (dua) mendatar.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
27
h. Siar pelaksanaan harus ditempatkan sedemikian sehingga
tidak banyak mengurangi kekuatan konstruksi. Bila siar-siar
pelaksanaan tidak ditunjukkan dalam gambar-
gambar rencana, maka tempat-tempatnya harus disetuji oleh
direksi.
i. Penyimpanan tempat siar daripada yang dinyatakan dalam
gambar harus disetujui direksi.
j. Penempatan air (penyambungan pengecoran) pada
dinding yang berfungsi
menampung air, harus dipasang water stop dari type yang
terlebih dahulu disetuji direksi.
4.17 Pemadatan Beton
a. Beton harus dipadatkan keseluruhan dengan mechanical
vibrator yang dikerjakan oleh orang-orang yang
berpengalaman dan telah mendapatkan trainning untuk
pekerjaan tersebut. Pekerjaan beton yang telah selesai harus
merupakan suatu massa yang bebas dari lubang-lubang
degradasi atau kropos-kropos (honey combing).
b. Vibrator yang dipakai harus dari type rotary out of balance
dengan frekuensi tidak kurang dari 6.000 cycles per menit. harus
diperhatikan agar pemadatan/ penggetaran semua bagian
beton tidak menyebabkan degradasi dari material-material
akibat over vibration. Vibration tidak boleh dipergunakan pada
tulang-tulang, terutama tulang- tulangan yang telah masuk
pada beton yang mulai mengeras.
c. Banyaknya vibrator yang dipergunakan harus disesuaikan
dengan volume dan kecepatan pengecoran.
Pemborongan juga harus menyediakan paling sedikit 1
vibrator tambahan/cadangan untuk mengganti yang rusak
pada waktu yang sedang dipakai.
4.18 Perlindungan Terhadap Cuaca Alam
a. Cuaca Panas
Bila perlu dipergunakan rangkaian instalasi penahanan angin,
naungan, fog spraying, memerciki dengan air, menggenangi
dengan air ataupun menutup dengan penutup basah yang
berwarna muda dapat dibuat bagian yang telah selesai
dicor, dan tindakan perlindungan yang sedemikian harus
segera diambil setelah pengecoran dan pekerjaan akhir selesai
dikerjakan.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
28
b. Musim Hujan
- Tidak diperbolehkan mengecor selama turun hujan lebat,
dan beton yang baru dicor harus segera dilindungi dari
curahan hujan. Sambungan harus dilindungi seperti yang
dijelaskan dalam spesifikasi ini.
- Sebelum pengecoran berikutnya dikerjakan maka seluruh
beton yang terkena hujan/aliran air hujan harus
diperiksa, diperbaiki dan dibersihkan dulu dari beton-
beton yang tercampur/terkikis air hujan. Pengecoran
selanjutnya harus mendapat izin direksi pelaksanaan terlebih
dahulu.
4.19 Perawatan
a. Beton baru harus dilindungi dari hujan lebat, aliran dan dari
kerusakaan yang disebabkan oleh alat-alat. Semua beton
hendaknya selalu dalam keadaan basah, selama paling
sedikit 7 hari, dengan cara menyiramkan air pada pipa yang
berlubang atau cara lain yang menjadikan bidang permukaan
beton itu selalu dalam keadaan basah.
b. Bekisting kayu dibiarkan terpasang agar beton itu tetap
basah selama perawatan untuk mencegah retak pada
sambungan dan pengeringan beton yang terlalu cepat. Air
yang dipergunakan untuk perawatan harus bersih dan sama
sekali bebas dari unsur-unsur kimia yang dapat menyebabkan
kerusakan atau perubahan warna pada beton.
4.20 Cacat pada Beton
Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, pemberi tugas
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat
seperti berikut.
a. Konstruksi beton yang sangat keropos.
b. Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang
direncanakan atau posisinya tidak seperti yang ditunjukkan oleh
gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang
direncanakan.
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
29
5. PEKERJAAN PLESTERAN
5.1 Lingkup Pekerjaan :
Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan plesteran dan kebutuhan persyaratan
adukan sebagai berikut :
a. Untuk semua plesteran dinding biasa terdiri dari 1Pc : 4 Ps.
b. Plesteran kedap air (transram) menggunakan adukan 1 Pc: 2Ps
c. Untuk semua plesteran beton, kaki pondasi digunakan 1Pc: 4Ps.
5.2 Material :
a. Pasir untuk plesteran harus diayak cukup halus, dan pasir laut atau pasir
yang memiliki kandungan tanah tidak diperkenankan untuk digunakan.
b. Semen yang digunakan harus baru, tidak ada bagian yang membatu serta
dalam kemasan standard pabrik dan terlindung.
5.3 Pelaksanaan :
a. Sebelum pekerjaan plesteran dimulai, semua bidang yang akan diplester
harus disiram air sampai jenuh, dan siar-siarnya telah dikeruk sedalam lebih
kurang 1 cm.
b. Tebal plesteran dinding ditentukan dengan ketebalan minimal 1 cm,
dikerjakan dengan lurus dan rata, juka terdapat bidang-bidang dinding
yang berombak/retak harus dibongkar dan diperbaiki.
c. Semua bidang plesteran yang kelihatan harus diaci menggunakan acian
semen.
5.4 Memperbaiki dan membersihkan
Pemborong wajib memperbaiki plesteran dinding tersebut dengan bentuk
memanjang, memakai alat serta diplester kembali. Pekerjaan plester yang
telah selesai harus bebas dari retak, noda dan cacat lain. Pada waktu-waktu
tertentu selama pelaksanaan, dan bila pekerjaan telah selesai, semua plester
yang tampak harus dibersihkan dari kotoran-kotoran akibat pekerjaan.
6. PEKERJAAN KAYU
6.1 Lingkup Pekerjaan :
Bagian pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan kayu-kayu untuk
konstruksi rangka kusen pintu/jendela, bingkai pintu,kayu untuk pek. Gazebo,
pek. Bantaya, kuda- kuda, gording, rangka atap dan pekerjaan kayu lainnya
yang tertera dalam gambar kerja.
6.2 Material :
a. Jenis :
Kayu yang dipakai pada pekerjaan ini terdiri atas 2 jenis kayu yaitu
- Kayu yang mempunyai kelas keawetan I dan kelas kuat I sesuai dengan
SKBI-3.6.53.1987 UDC : 674.048. Yaitu Kayu Ulin untuk konstruksi bagian
bawah dermaga.
- Kayu yang mempunyai kelas keawetan II dan kelas kuat II sesuai
dengan SKBI-3.6.53.1987 UDC : 674.048. untuk konstruksi bangunan dan
bagian atas dermaga.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
30
b. Mutu :
Kayu yang dipakai harus lurus kering, memiliki serat yang teratur, tidak
terdapat mata kayu/cacat-cacat lainnya serta tidak terdapat bidang-
bidang yang lemah.
c. Ukuran :
Ukuran-ukuran kayu yang dipergunakan harus sesuai dengan yang
terdapat pada gambar detail.
d. Kadar Air :
Kayu-kayu yang dipergunakan hanya boleh mengandung kadar air
maksimum 25 % untuk ukuran tebal lebih dari 7 cm dan kadar air
maksimum 19 % untuk tebal kurang dari 7 cm.
e. Pengikat-pengikat :
Bahan pengikat digunakan dari kayu paku galvanis, baut atau plat besi.
Apabila menggunakan perekat, bahan perekat yang digunakan harus
terbuat dari lem tahan air setaraf dengan merk "Herferin".
6.3 Pelaksanaan :
a. Semua pekerjaan kosen, daun pintu dan jendela pada bagian-bagian
tertentu harus diserut rata dan halus, dan pada bagian-bagian pertemuan
harus dikerjakan dengan rapi dan tidak berongga.
b. Semua pekerjaan harus bertaraf kelas satu dengan hasil yang baik dan
rapi, untuk profil panjang harus menggunakan mesin potong.
c. Semua lubang-lubang bekas paku, baut dan sebagainya harus ditutup
dengan dempul hingga rapi kembali.
7. PEKERJAAN RANGKA ATAP BAJA RINGAN,LISPLANK DAN BUBUNGAN
7.1 Lingkup Pekerjaan :
Bagian pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan rangka baja
ringan termasuk atap, bubungan dan lisplank.
7.2 Material :
Material yang digunakan sesuai dengan standar kekuatan yang tercantum
dalam Standar Nasional Indonesia.
Material Rangka atap baja ringan, lisplank dan bubungan atap harus
dilengkapi dengan spesifikasi teknis.
7.3 Pelaksanaan :
Semua pekerjaan harus bertaraf kelas satu dengan hasil yang baik dan rapi,
untuk profil panjang harus menggunakan mesin potong.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
31
8. PEKERJAAN KERAMIK
8.1 Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan/material, tenaga kerja dan
pemasangan lantai dan dinding sesuai yang ditentukan dalam gambar.
8.2 Material :
a. Keramik dinding dan Lantai KM/WC menggunakan Tegel 20x20 cm, merk
roman atau setara dengan mutu KW 1.
b. Tegel Keramik yang digunakan adalah yang mempunyai kualitas satu
(KW-1).
8.3 Pelaksanaan :
a. Sebelum pekerjaan lantai dikerjakan, pasir timbunan harus benar-benar
padat sehingga tidak terjadi penurunan/keretakan pada lantai.
b. Pemasangan lantai/ubin harus rapi, dengan siar saling tegak lurus, serta
mengikuti peil-peil yang ditentukan dalam gambar.
c. Semua pemasangan Tegel Dinding harus menggunakan campuran 1 pc :
4 ps dengan perekat AM-30 Mortar Flax.
d. Pemasangan tegel pada lantai dan dinding harus dikerjakan dengan
rata dan datar serta dikerjakan oleh tukang yang benar-benar ahli. Untuk
pekerjaan pemasangan lantai KM/WC harus dibuat miring (1%) kearah
saluran pembuangan air (floor drain).
e. Pemasangan tegel lantai keramik dipasang diatas lantai kerja (beton
tidak bertulang) dengan mutu beton K 175l setebal 5 cm.
f. Pada sudut-sudut pertemuan antara dinding dengan lantai Keramik,
dipasang ubin plint (dinding bagian luar) dengan ukuran yang sesuai
dengan ukuran lantainya.
g. Pemasangan plint keramik sejajar dengan dinding tembok, antara plint
keramik dan plesteran dinding dibuat tali air.
h. Pekerjaan tali air atas plint keramik dilakukan dengan kualitas kelas satu,
rapi dan lurus.
9. KUNCI DAN PENGGANTUNG
9.1 Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja dan
pemasangan kunci serta alat-alat penggantung, seperti : engsel, kunci,
handle dan sebagainya.
9.2 Material :
a Semua daun pintu dipasang kunci tanam buatan dalam negeri 2 (dua)
slaag kualitas baik, setara Yale.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
32
b Engsel yang digunakan pada pekerjaan ini adalah untuk daun pintu
engsel Nylon Ring 4", untuk jendela engsel nylon ring 3".
c Grendel tanam lengkap untuk Pintu 2 daun, grendel biasa untuk pintu
tunggal dan jendela. Semua Grendel buatan dalam negeri dengan
kualitas baik.
d Semua daun jendela dilengkapi satu pasang Haq Angin buatan dalam
negeri.
e Sebelum dipasang, kunci-kunci dan alat-alat penggantung harus
diperlihatkan contohnya kepada Direksi/Pengawas.
9.3 Pelaksanaan :
a Semua daun pintu menggunakan engsel Stainless Steel Ring 4" buatan
dalam negeri masing-masing 3 (tiga) buah.
b Untuk pintu-pintu 2 (dua) daun harus dilengkapi dengan grendel tanam
yang dipasang pada bagian atas dan bawah.
c Semua daun jendela bingkai menggunakan engsel nylon ring 3" buatan
dalam negeri masing-masing 2 (dua) buah, haq angin 2 (dua) buah dan
untuk pengunci dipasang grendel 1 (satu) buah.
d Kunci-kunci harus berfungsi dengan baik dan pada saat diserahkan anak
kunci harus diserahkan lengkap dengan cadangannya.
10. PEKERJAAN CAT DAN POLITUR
10.1 Lingkup Pekerjaan :
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan/material, tenaga kerja dan
pengecatan kayu, tembok, plafond.
10.2 Material :
a. Jenis cat kayu yang digunakan adalah merk Avian atau setara.
b. Jenis Cat tembok yang digunakan adalah merk Avian atau setara.
c. Plamur yang digunakan adalah merk AVIAN atau setara.
d. Residu dengan kekentalan yang cukup untuk kap.
e. Politur/teakoil digunakan untuk permukaan teekwood dan pada
pekerjaan kayu yang diekspos seperti yang ditunjukan pada gambar.
10.3 Pelaksanaan :
a. Pekerjaan Cat Kayu :
1) Bidang yang akan dicat harus bersih dari segala macam kotoran,
sebelum pengecatan dilaksanakan Kontraktor harus
memperlihatkan bagian yang akan dicat kepada Direksi untuk
diperiksa.
2) Semua permukaan kayu yang akan dicat/dipolitur harus diamplas,
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
33
dan lobang-lobang bekas paku harus didempul dan diamplas
kembali sampai rata.
3) Pengecetan kayu dilaksanakan satu kali menie, satu kali cat dasar
dan satu kali plamur, kemudian digosok dengan amplas, dan
akhirnya dua kali cat akhir.
4) Warna Cat kayu yang digunakan untuk kosen, daun pintu, bingkai
jendela dan listplank akan ditentukan kemudian.
b Pekerjaan Cat Tembok/Plafond :
1) Permukaan dinding dan plafond sebelum dicat harus diplemur
kemudian diamplas dengan kertas pasir sampai rata dan halus.
2) Semua bidang tembok dan plafond dicat tembok minimal 2 (dua)
kali sampai kelihatan rata dan cukup tebal.
3) Cat tembok yang digunakan adalah warna putih untuk plafond,
broken white untuk bagian dalam dan cream bagian luar.
c Pekerjaan Politur/Teakoil :
Semua daun pintu teekwood dan dinding papan harus dipolitur.
Persiapan dilakukan dengan membersihkan dan mengamplas
bagian/permukaan yang akan dipolitur. Selanjutnya dapat dipolitur
dengan menggunakan Ultra Politur P-01.
d. Pekerjaan Water Proofing
Dinding dan dasar penampung yang berfungsi menampung
air harus dilapisi water proofing dari type yang tidak
mengandung zat-zat kimia yang membahayakan air
minimum. Dalam hal ini kontraktor harus mengajukan sistem
dan spesifikasi teknisnya untuk terlebih dahulu disetujui direksi.
11. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK
11.1 Lingkup Pekerjaan :
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah :
a Pengadaan Lampu SL, Kabel-Kabel, Stop Kontak, Saklar, Fitting, Pipa
Instalasi, Material Bantu, termasuk pemasangannya.
b Penyerahan Surat Jaminan oleh Instalatur/Kontraktor beserta
pembuatan gambar instalasi yang terpasang.
11.2 Bahan yang dipakai :
a. Kabel-kabel yang dipakai adalah dari jenisnya NYA yang memenuhi
standard PLN (SPLN) serta berinitial LMK (Minimal merk Eterna atau
setara).
b. Stop kontak, sacklar dan fitting serta peralatan listrik yang digunakan
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
34
harus buatan dalam negeri yang telah memenuhi standard PLN,
kemampuan minimal 10/16A.
c. Untuk trafo lampu SL yang digunakan merk Philips atau setara,
sedangkan balon pijar/TL harus merk Phillips TL atau setara harus
dilengkapi Capasitor.
11.3 Pemasangan :
a Pemasangan instalasi listrik harus berpedoman pada Peraturan Umum
Instalasi Listrik (PUIL) tahun 2000.
b Untuk menangani pekerjaan ini harus ditunjuk Instalatur yang telah
memiliki SPJT dan SBUJK Bidang E&M dari AKLI.
c Inslatasi yang terpasang harus disesuaikan dengan tegangan listrik yang
terpasang di area proyek.
d Untuk penerangan dan stop kontak biasa kabel yang digunakan adalah
jenis NYA diameter 2,5 mm atau 1,5 mm dengan pelindung PVC
diameter 5/8" dan dipasang inbouw.
e Untuk semua penyambung kabel harus menggunakan T Dos dan ditutup
dengan las dop, serta ditempatkan pada kedudukan yang aman.
f Pemasangan instalasi listrik umumnya dikerjakan sebelum plafon ditutup
dan pelesteran diding dikerjakan.
g Pada semua stop kontak dan SDP harus di beri arde dengan
menggunakan kawat BC, dan khusus pentanahan harus dikerjakan
sampai mendapatkan tahanan yang disyaratkan, serta diberi pelindung
pipa Paralon diameter 3/4".
12. PEKERJAAN JALAN OPERASI, GALIAN DAN SALURAN DRAINASE
12.1 Umum
Pekerjaan yang meliputi :
- Prosedur galian
- Bahan-bahan
- Penempatan dan pemadatan timbunan
- Jaminan kualitas
- Prosedur pengerjaan
- Subbase
- Base
- Pekerjaan perkerasan jalan
- Saluran drainase
- Box dan culvert
- Pipa-pipa drainase
akan disajikan dalam uraian berikut ini.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
35
12.2 Prosedur Galian
a. Galian harus dilaksanakan sampai kelandaian, garis dan
ketinggian yang ditentukan dalam gambar atau
diperintahkan oleh direksi dan harus meliputi pembuangan
semua bahan-bahan yang ditemukan, termasuk tanah,
batuan, batu bata, batu beton, pasangan batu dan
bahan-bahan perkerasan jalan lama.
b. Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan
yang seminimal mungkin hadap bahan-bahan di bawah dan
diluar batas galian.
c. Apabila batuan, lapisan keras atau bahan-bahan keras
lainnya ditemukan pada jalur selokan atau pada ketinggian
tanah dasar untuk perkerasan dan bahu jalan, atau pada
dasar parit pipa atau galian pondasi struktur maka bahan-
bahan tersebut harus digali lebih dari 150 mm sampai suatu
permukaan yang rata halus dan mantap. Tidak boleh ada
tonjolan batuan ditinggalkan dari permukaan yang terbuka
dan semua pecahan batu yang berdiameter lebih besar dari
150 mm harus dibuang. Profil galian yang ditentukan harus
dicapai dengan bahan-bahan urugan kembali yang
dipadatkan dan disetujui oleh direksi.
d. Peledakan tidak boleh digunakan untuk pekerjaan galian.
e. Galian batuan dilaksanakan sampai kedalaman sesuai
perencanaan yang dinyatakan pada gambar kerja atau
yang ditetapkan oleh direksi. Permukaan harus datar,
dengan 50 mm maksimum gelombang permukaan. Batuan
lepas dengan ukuran lebih dari 150 mm harus disingkirkan.
f. Permukaan dasar batuan harus dibersihkan menggunakan
kompresor air bertekanan tinggi.
g. Jika diperlukan, kontraktor harus memasang landasan beton
tanpa tulang belulang sebelum pekerjaan beton struktur.
h. Parit atau pipa, gorong kecil dan saluran beton, pasangan
batu atau pasangan batu adukan encer harus berukuran
cukup untuk memungkinkan pemasangan yang layak dari
bahan-bahan, pemeriksaan pekerjaan dan pemadatan
urugan kembali di bawah dan disekeliling pekerjaan yang
ditempatkan.
i. Jika gorong-gorong atau parit lainnya digali pada
embankmen baru, embankmen harus dibangun sampai tinggi
permukaan yang disyaratkan dengan suatu jarak pada
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
36
masing-masing sisi lokasi parit tidak kurang dari 5 kali ukuran
lebar parit, dan setelahnya parit digali dengan sisi-sisi hampir
vertikal sebagaimana kondisi tanah mengijinkan.
j. Setiap pemompaan dari galian harus dikerjakan dengan
cara yang cermat untuk menghindari kemungkinan setiap
bagian bahan-bahan konstruksi yang baru ditempatkan
dapat terbawa keluar. Setiap pemompaan yang diperlukan
selama penempatan beton atau suatu perioda sekurang-
kurangnya 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dari suatu
bak yang tepat, dan terletak diluar acuan beton, dan aliran
air yang dipompa masuk ke dalam sistim drainase yang telah
ditetapkan.
12.3 Bahan-Bahan
a. Sumber bahan-bahan
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang disetujui
direksi.
b. Timbunan biasa
- Timbunan yang digolongkan sebagai timbunan biasa akan
terdiri dari tanah atau bahan-bahan batuan yang disetujui
oleh direksi.
- Bahan-bahan juga akan diseleksi sejauh mungkin, tidak
termasuk penggunaan tanah liat yang sangat plastis,
diklasifikasikan sebagai A-7-6 oleh AASHTO M 145 atau
sebagian CH pada Unified or Cassagrande Siol
Classification System. Dimana penggunaan tanah-tanah
yang plastis berkadar tinggi tidak dapat dihindari
secara layak, maka bahan-bahan tersebut hanya
kan digunakan dibagian dasar timbunan atau dalam
urugan kembali yang tidak memerlukan daya dukung
atau kekuatan geser yang tinggi. Tidak ada tanah plastis
berkadar tinggi yang akan digunakan sama sekali pada
lapisan bahan-bahan 400 mm di bawah setiap tanah
dasar perkerasan atau bahu jalan. Sebagai tambahan,
maka timbunan dalam daerah ini bilamana diuji sesuai
dengan AASHTO T-193 harus mempunyai suatu nilai CBR tidak
kurang dari 6 % setelah terendam empat hari bila
dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum
sebagaimana ditentukan sesuai AASHTO T-99.
- Bila digunakan situasi pemadatan dengan kondisi jenuh
atau banjir tidak dapat dihindari, maka timbunan
dengan bahan-bahan terpilih harus terdiri dari pasir atu
kerikil atau bahan-bahan butiran bersih lainnya
dengan suatu Indeks Plastisitas maksimum 6%.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
37
- Bila digunakan pada pekerjaan stabilisasi timbunan atau
lereng atau dalamsituasi lainnya dimana kekuatan geser
adalah penting, tetapi berlaku kondisi pemadatan
normal, maka timbunan dengan bahan-bahan
terpilih dapat merupakan timbunan batuan atau kerikil
berlempung yang bergradasi baik atau tanah liat berpasir
atau tanah liat yang memiliki plastisitas rendah. jenis
bahan- bahan yang terpilih dan disetujui oleh direksi akan
bergantung pada kecuraman dari lereng yang akan
dibangun atau ditimbun atau pada tekanan tanah
yang harus dipikul.
12.4 Penempatan dan Pemadatan Timbunan
a. Penempatan Timbunan
- Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang
dipersiapkan dan disebarkan merata serta bila
dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan
lapisan tertentu.
- Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari daerah
galian ke permukaan yang dipersiapkan dalam keadaan
cuaca kering. Penumpukan tanah timbunan tidak akan
diizinkan selama musim hujan, dan pada waktu lainnya
hanya dengan izin tertulis dari direksi.
- Dalam penempatan timbunan di atas atau pada selimut
pasir atau bahan-bahan drainase porous lainnya,
maka harus diperhatikan untuk menghindari
pencampuran adukan dari kedua bahan-bahan tersebut.
Dalam hal pembentukan drainase vertikal, maka suatu
pemisah yang luas antara kedua bahan-bahan tersebut
harus dijamin dengan menggunakan acuan sementara
dari lembaran baja tipis yang secara bertahap akan
ditarik sewaktu penempatan timbunan dan bahan
drainase porous dilaksanakan.
- Penimbunan kembali di atas pipa atau di belakang
struktur harus sesuai dengan galian dan urugan kembali
untuk struktur.
- Dimana timbunan akan diperlebar, maka lereng
timbunan yang ada harus dipersiapkan dengan
mengeluarkan semua tumbuh-tumbuhan permukaan dan
harus dibuat terasering sebagaimana diperlukan
sehingga timbunan yang baru terikat pada timbunan
yang ada hingga memuaskan direksi. Timbunan yang
diperlebar kemudian harus dibangun dalam lapisan
horizontal sampai pada ketinggian tanah dasar. Tanah
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
38
dasar harus ditutup dengan sepraktis dan secepat mungkin
dengan lapis pondasi bawah sampai ketinggian
permukaan jalan yang ada untuk mencegah pengeringan
dan kemungkinan peretakan permukaan.
- Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh rumput
dan tumbuh-tumbuhan harus dibuang dari permukaan atas
di mana timbunan tersebut ditempatkan dan permukaan
yang sudah dibersihkan dihancurkan dengan pembajakan
atau pengupasan selajutnya akan dipadatkan
kembali, sesuai dengan jenis pemadatan yang
ditentukan untuk timbunan jalan raya selanjutnya.
Jika permukaan asli di atas mana timbunan yang akan
ditempatkan adalah jalan lama, permukaan tersebut
harus dibajak, dikupas, atau dihancurkan tanpa
menghiraukan tinggi dari timbunan yang kan ditempatkan.
Dalam tiap-tiap kasus tidak ada pembayaran terpisah
yang akan dilakukan untuk pekerjaan ini sebagaimana
hal tersebut dipertimbangkan sebagai tambahan pada
item lain-lain di dalam bill of quantities.
b. Pemadatan
- Segera setelah penempatan dan penghamparan
timbunan maka setiap lapisan harus dipadatkan secara
menyeluruh dengan alat pemadat yang cocok dan layak
serta disetujui oleh direksi sampai suatu kepadatan yang
memenuhi persyaratan.
- Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya bila
kadar air bahan-bahan berada dalam batas antara 3%
kurang daripada kadar air optimum sampai 1% lebih
daripada kadar air optimum. Kadar air optimum tersebut
harus ditentukan sebagai kadar air dimana kepadatan
kering maksimum diperoleh bila tanah tersebut dipadat
sesuai dengan AASTHO T99.
- Semua timbunan batuan harus ditutup degan sebuah
lapisan atau lapisan dengan tebal 200 mm dari bahan-
bahan yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak
lebih besar dari 50 mm dan mampu mengisi semua
sela-sela bagian atas timbunan batuan. Lapisan penutup
ini harus dibangun sesuai dengan persyaratan untuk
timbunan tanah.
- Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus
dipadatkan sebagaimana ditentukan, diuji untuk
kepadatan diterima oleh direksi, sebelum lapisan berikut
ditempatkan.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
39
- Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan
dilanjutkan ke arah sumbu jalan dengan suatu cara yang
sedemikian sehingga setiap bagian menerima jumlah
pemadatan yang sama. Dimana mungkin lalu lintas alat
konstruksi harus dilewatkan di atas pekerjaan timbunan
dan jalur yang digunakan diubah secara terus menerus
untuk menyebar pengaruh pemadatan dari lalu-lintas.
- Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai/dimasuki
oleh alat pemadat yang biasa, harus ditempatkan dalam
lapisan horisontal dari bahan-bahan lepas tidak lebih dari
150 mm tebal dan seluruhnya dipadatkan dengan
menggunakan alat pemadat tangan mekanis
(mechanical temper) yang disetujui. Perhatian khusus
harus diberikan guna menjamin pemadatan yang
memuaskan dibawah dan ditepi pipa untuk menghindari
rongga-rongga dan guna menjamin bahwa pipa ditunjang
sepenuhnya.
c. Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan Tanah
- Lapisan yang lebih dari 300 mm di bawah ketinggian
tanah dasar harus dipadatkan sampai 95% dari
standar maksimum kepadatan kering yang ditentukan
sesuai AASTHO T99. Untuk tanah yang mengandung lebih
dari 10% bahan-bahan yang tertahan pada ayakan 3/4
inch, kepadatan kering maksimum yang dipadatkan harus
disesuaikan untuk bahan-bahan yang berukuran lebih
besar sebagaimana diarahkan oleh direksi.
- Lapisan 300 mm atau kurang di bawah ketinggian tanah
harus dipadatkan sampai 100% dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan AASTHO T99.
- Pengujian kepadatan harus dibuat setiap lapisan
timbunan yang dipadatkan sesuai dengan AASTHO T191 dan
bila hasil setiap pengujian menunjukkan bahwa kepadatan
kurang daripada kepadatan yang disyaratkan maka
kontraktor harus membetulkan pekerjaan tersebut sesuai
dengan ketentuan diatas. Pengujian harus dibuat sampai
kedalaman lapisan sepenuhnya pada lokasi yang
diarahkan oleh direksi, tetapi satu dengan yang lainnya
tidak terpisah lebih 50 cm. Untuk urugan kembali
disekeliling struktur atau pada parit gorong-gorong,
sekurang- kurangnya satu pengujian untuk satu lapisan
urugan kembali yang ditempatkan harus dilaksanakan.
Pada timbunan, sekurang-kurangnya satu pengujian
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
40
harus dilaksanakan pada setiap 150 meter kubik timbunan
yang ditempatkan.
- Kriteria untuk timbunan batuan
Penampatan dan pemadatan timbunan batuan harus
dilaksanakan dengan menggunakan mesin gilas atau
mesin pemadat bergetar atau sebuah traktor beroda
rantai yang berbobot sekurang-kurangnya 20 ton
atau peralatan konstrukasi berat yang serupa.
Pemadatan harus dikerjakan dalam arah memanjang
sepanjang timbunan, dimulai dari tepi luar dan dilanjutkan
menuju ke arah sumbu, dan harus diteruskan sampai tak
ada gerakan yang nampak di bawah peralatan tersebut.
Setiap lapisan harus terdiri dari batuan bergradasi yang
cukup baik dan semua rongga permukaan harus terisi
dengan pecahan kecil sebelum lapisan berikutnya
ditempatkan.
Batuan tidak boleh digunakan pada 150 mm lapisan atas
timbunan dan tidak ada batu dengan suatu ukuran
melebihi 100 mm boleh dimasukkan ke dalam lapisan atas
ini.
- Percobaan pemadatan
Kontraktor harus bertanggungjawab untuk pemilihan
peralatan dan metoda untuk mencapai kepadatan yang
diisyaratkan, maka pemadatan berikutnya harus menyusul.
Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan
jumlah lintasan alat pemadat dan kadar air harus
diubah-ubah sampai kepadatan yang ditentukan
tercapai sehingga memuaskan direksi. Hasil percobaan
lapangan ini kemudian harus digunakan untuk
menentukan jumlah lintasan yang diisyaratkan, jenis alat
pemadat dan kadar air untuk semua pemadatan yang
selanjutnya.
12.5 Prosedur Pengerjaan
a. Galian untuk struktur
- Parit untuk struktur dan telapak struktural digali menurut
garis, kelandaian dan ketinggian yang terlihat pada
gambar atau sebagaimana diarahkan oleh direksi.
Ketinggian dasar telapak yang terlihat pada gambar
adalah hanya perkiraan saja dan direksi boleh
menginstruksikan perubahan pada ukuran atau
ketinggian telapak sebagaimana dianggap perlu untuk
menjamin hasil yang memuaskan. Batu besar bulat, balok
kayu dan bahan-bahan lain yang di bawah dan di sekitar
pekerjaan yang ditempatkan.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
41
- Parit harus berukuran cukup untuk memungkinkan
pemasangan bahan-bahan yang layak, pemeriksaan
pekerjaan dan pemadatan urugan kembali di bawah dan
di sekitar pekerjaan yang ditempatkan.
- Bila gorong-gorong atau parit lainnya akan digali ada
timbunan baru, maka timbunan tersebut harus dibangun
hingga setinggi permukaan yang diperlukan suatu jarak sisi
lokasi parit tidak kurang 5 kali ukuran lebar parit
tersebut, sesudah itu parit tersebut akan digali dengan
sisi-sisi yang vertikal sesuai dengan kondisi yang
memungkinkan.
- Setiap pemompaan galian harus dikerjakan dengan
cara tertentu untuk menghindari kemungkinan setiap
bagian bahan-bahan konstruksi yang baru ditempatkan
terbawa keluar. Setiap pemompaan yang diperlukan
selama penempatan beton, atau untuk suatu perioda
sekurang-kurangnya 24 jam setelah itu, harus dikerjakan dari
tempat penampungan air yang terletak di bagian luar
acuan beton.
b. Urugan kembali pada standar
- Daerah yang digali di sekitar struktur harus diurug kembali
dengan bahan-bahan yang disetujui dalam pelapisan
horisontal dengan kedalaman tidak lebih dari 150 mm
sampai setinggi permukaan tanah asal atau setinggi
permukaan tanah dasar, dan dipilih yang lebih rendah.
Setiap lapisan harus dibasahi atau dikeringkan sampai
kadar air optimum sebagimana diisyartkan dan
dipadatkan seluruhnya.urugan kembali yang membentuk
bagian timbunan harus dipadatkan sampai 100% dari
kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuatu
dengan AASTHO T99. Urugan kembali di luar daerah
jalan dan timbunan harus dipadatkan sampai suatu
kepadatan sekurang-kurangnya setinggi bahan-bahan
yang berdampingan dan tak terganggu.
c. Pengendalian lalu lintas
- Pengendalian lalu lintas harus sesuai dengan
persyaratan pengaturan dan pengendalian lalu lintas.
- Kontraktor harus bertanggungjawab untuk semua akibat
dari lalu lintas yang diizinkan melewati tanah dasar.
Semua lalu lintas selain mesin-mesin konstruksi yang langsung
terlibat dalam penempatan lapisan di atasnya harus
dicegah melewati tanah dasar setelah penyelesaian dan
penerimaan.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
42
d. Bahan-bahan
Tanah dasar dibentuk pada timbunan biasa, timbunan dengan
bahan-bahan terpilih, agregat lapisan pondasi atau
drainase porous, atau pada tanah asli dengan
merapikan atau memotong dengan menggunakan galian
biasa atau galian batuan. Bahan-bahan yang akan
digunakan pada setiap contoh harus sebagaimana diarahkan
oleh direksi. Sifat bahan-bahan untuk digunakan dalam
pembentukan tanah dasar harus sesuai dengan sifat bahan-
bahan khusus yang sedang digunakan sebagaimana diberikan
di bagian lain dalam spesifikasi ini.
e. Pemadatan tanah dasar
Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang
relevan dari spesifikasi ini. Persyaratan pemadatan dan
persyaratan jamian kualitas untuk tanah dasar harus sesuai
dengan ketentuan spesifikasi ini
12.6 Sub-Base
a. Material
- Peserta pelelangan harus sebelumnya menentukan sendiri
akan tempat, jumlah dan keserasian bahan yang ada
untuk digunakan sebagai bahan subbase. harus juga
diperhitungkan biaya sehubungan dengan pengambilan,
pengukuran, penyaringan bila perlu yang kesemuanya itu
harus juga tercakup dalam suatu harga bahan subbase
yang diajukan pada harga penawaran.
Kontraktor selambat-lambatnya 30 hari sebelum
dimulainya pekerjaan subbase harus sudah mengajukan
kepada Direksi sesuai pernyataan yang menerangkan
tempat asal dan komposisi dari material yang
digunakan sebagai subbase, dimana sifat-sifat material
tersebut harus memenuhi persyaratan yang akan
disebutkan selanjutnya pada spesifikasi ini.
- Pemeriksaan, testing dan persetujuan
Sebagaimana keharusan, sebelum dimulai pekerjaan
penggalian bahan, kontraktor harus menyerahkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang diakui direksi mengenai
sifat-sifat bahan tersebut. Pengambilan bahan untuk
keperluan pemeriksaan, biaya yang diperlukan untuk
pemeriksaan tersebut ditanggung oleh kontraktor.
Pengambilan contoh bahan untuk pemeriksaan dihadiri
direksi atau wakil yang ditunjuk olehnya dimana sebagian
dari bahan itu akan disimpan oleh direksi di tempat
pekerjaan sebagai barang contoh.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
43
Kategori Spesifikasi
3/8” 40 – 70
No.4 30 – 60
No.10 20 – 50
No.40 10 – 30
No.200 5 – 15
Persentase berat yang lewat untuk masing-masing ayakan
dapat dikoreksi oleh direksi bila digunakan batu pecah
dengan bermacam-macam berat jenis
- Batas cair (AASTHO T89) 25 max
- Indeks Plastis (ASSTHO T91) 6 max
- Kadar lempung (AASTHO T176) 25 min
- Kehilangan berat dari partikel yang tertinggal pada
ayakan ASTM No. 12
- (AASTHO T96)
- CBR direndam yang ditest pada density yang
dikehendaki (100% dari kepadatan kering maksimum
menurut AASTHO T180) 60 max
Kelas C subbase terdiri dari pasir dan kerikil dengan gradasi
baik menurut persyaratan di bawah ini.
ASTM Standar Sieve Persentase Berat Yang Lewat
1 1/2” 100 max
No. 10 80 max
No.12 15 max
Kadar Lempung
(AASTHO T176 kehilangan
berat
25 max
akibat abrasi dari partikel
yang tertinggal pada ayakan
ASTM No. 12 (AASTHO T96)
40 max
Kepadatan Kering maksimum
(AASTHO T180) Min 20 gr/cucm
b. Pelaksanaan
- Pekerjaan persiapan untuk subgrade
Subgrade akan dibuat, dipersiapkan dan dikerjakan seperti
yang disebut pada lab sebelumnya, sebelum subbase
ditempatkan.
- Pencampuran dan pembuatan
Kecuali ditentukan lain, bila kontraktor mengerjakan
pencampuran material subbase harus menuruti salah
satu cara di bawah ini, dengan bahan-bahan
pembantu bila perlu seperti diisyaratkan pada gambar
rencana.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
44
- Cara dengan alat pencampur stasioner
Agregat dan air dicampur di dalam suatu mixer.
Jumlah air diatur selama pencampuran agar mencapai
kadar air yang sesuai untuk keperluan pamadatan yang
memenuhi syarat. Setelah proses pencampuran,
material diangkut ke tempat pekerjaan, dijaga agar
kadar air tetap dalam batas-batas yang diisyaratkan
dan dihampar di lapangan untuk segera dipadatkan.
- Cara dengan alat pencampuran yang berjalan
Setelah material untuk masing-masing ditempatkan dengan
mesin penyebar (spreader) atau alat lain, kemudian
dilakukan pencampuran dengan alat pencampur
berjalan. Selama itu air bila perlu ditambah agar dicapai
kadar air optimum.
- Cara dengan pencampuran setempat (mixed on place)
Setelah material untuk masing-masing lapisan
ditempatkan, pencampuran dilakukan dengan motor
grader atau alat lain pada kadar air yang dikehendaki.
Subbase material akan dipadatkan tiap lapisan dengan
tebal sedemikian agar kepadatan maksimum dapat
dicapai dengan alat-alat yang ada. Tebal lapisan itu
umumya tidak boleh dari 25 cm setelah jadi. Bila lebih
dari satu lapis, tiap lapisan yang terdahulu harus sudah
dipadatkan secukupnya sebelum penempatan lapisan
selanjutnya.
- Penebaran dan pemadatan
Segera setelah dilakukan penebaran dan perataan, tiap
garis segera dipadatkan pada seluruh lebar jalan dengan
mesin gilas, mesin gilas roda karet atau alat pemadat lain
yang disetujui direksi untuk dipakai. Penggilasan dilakukan
dari tepi menggeser ke tengah, berjalan paralel
dengan as jalan dan diusahakan berlangsung terus tanpa
berhenti sampai seluruh permukaan selesai digilas.
Bila terjadi pelendutan atau hal-hal yang tidak wajar
pada suatu tempat, harus segera dilakukan perbaikan
dengan cara membongkar tempat itu, mengganti atau
dilakukan menambah material lain dan menggilasnya
kembali sehingga rata dengan permukaan yang
dikehendaki.
Pada tepi-tepi curb, dinding-dinding dan pada tempat-
tempat yang tidak dapat dicapai oleh mesin gilas harus
dipadatkan dengan alat-alat tangan yang tepat
(temper, compactor). Lapisan yang dipadatkan
tersebut harus digilas dan dipangkas (bladed)
sedemikian agar permukaan jadi berbentuk sesuai
dengan gambar rencana. Material subbase harus
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
45
dipadatkan hingga mencapai paling tidak 100% dari
kepadatan kering maksimum yang dipadatkan pada
pemeriksaan AASTHO T180 Method D. Kepadatan
tersebut harus dicapai pada seluruh tebalnya.
Direksi melakukan pengukuran pada tempat-tempat
yang dipilihnya selama pelaksanaan pekerjaan untuk
memeriksa tebal lapisan subbase yang dihampar agar
dapat mencapai tebal jadi yang disyaratkan pada
kepadatan maksimum. Pembuatan lubang-lubang untuk
keperluan pengukuran itu dan pengisiannya kembali akan
dilakukan oleh kontraktor dan diawasi oleh direksi atau wakil
yang ditunjuk olehnya.
12.7 Base
a. Sumber Material
- Peserta lelang sebelum mengajukan harga penawaran
harus menentukan sendiri lokasi, kemungkinan bahan
tersebut untuk dipakai sebagai bahan base, cara
pengambilan atau pengangkutannya, biaya
pemecahan batu, penyeleksian dan pembiayaan lain
yang perlu sehubungan dengan pendatangan material itu.
Kontraktor harus juga memperhitungkan, bila memang
demikian keadaannya, cara menggali dan membuang
lapisan tanah atas tempat pengambilan bahan
tersebut. Harga satuan dari material base yang diajukan
harus telah mencakup semua pembiayaan itu.
Kontraktor harus mengajukan pernyataan selambat-
lambatnya 30 hari sebelum dilakukan pengambilan
material tersebut yang berisi tentang tempat asal bahan
komposisi dan macam agregat yang akan dipakai sebagai
bahan base. Sifat-sifat material tersebut harus sesuai
dengan persyaratan di bawah ini.
b. Persyaratan material
Agregat untuk base harus memenuhi persyaratan untuk bahan
base kelas B di bawah ini. Semua agregat untuk base course
harus terdiri dari bahan-bahan yang bersih, keras, awet,
bersudut tajam, tidak banyak bercampur dengan bentuk-
bentuk yang pipih atau memanjang, dan dalam batas
tertentu tidak banyak mengandung batu- batu yang lunak,
yang mudah hancur, kotoran atau bahan-bahan lain yang
mudah membusuk/tidak dikehendaki.
Kerikil pecah atau batu pecah untuk lapisan base kelas
B terdiri dari hasil pemecahan kerikil dan batu. Bila
ditentukan demikian oleh direksi, maka untuk bahan kerikil
sebelumnya harus diayak terlebih dahulu sehingga agregat
hasil dari pemecahan kerikil itu tidak kurang dari 50% beratnya
terdiri dari partikel yang mempunyai sekurang-kurangnya satu
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
46
bidang pecahan.
Agregat base course harus menuruti persyaratan dibawah ini.
Kategori Keterangan
Kekerasan (Toughness ASTM D3) Min 6%
Kehilangan berat dengan percobaan sodium
sulfate (AASTHO T104)
Max 10%
Kehilangan berat dengan percobaan magnesium
sulfate (AASTHO T140)
Max 12%
Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 100
putaran (AASTHO T96) Max 10%
Kehilangan berat akibat abrasi sesudah 500
putaran (AASTHO T96) Max 40%
Partikel-partikel tipis, memanjang persentase berat
(partikel lebih besar dari 1” dengan ketebalan
kurang dari 1/5 panjang
Max 5%
Bagian-bagian baru yang lunak (ASTM C235) Max 55%
Gumpalan-gumpalan lengkung (AASTHO T12) Max 0,225%
ASTM Standar Sieve Persentase Berat Butir Yang
Lewat
2 ½” 100
2” 90 - 100
1 ½ “ 35 - 70
1” 0 - 15
½” 0 - 5
Kelas B terdiri dari campuran kerikil dan kerikil pecah atau
batu pecah dengan berat jenis yang seragam dengan pasir,
lanau atau lempung dengan persyaratan di bawah ini :
ASTM Standar Sieve Persentase Berat Butir Yang
Lewat
2 ½” 100
1” 60 - 100
3/4“ 55 - 85
No. 4 35 - 60
No. 10 25 - 60
No. 14 15 – 30
No. 200 8 - 15
Partikel yang mempunyai diamater kurang dari 0,02 mm harus
tidak lebih dari 35% dari berat total contoh bahan yang diuji.
Persentase berat butir yang lewat dapat dikoreksi oleh direksi
bila agregat terdiri dari bahan-bahan dengan berat jenis yang
berlain-lainan :
- Batas cair (AASTHO T89) : max 25%
- Indeks plastis (AASTHO T91) : 4-8%
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
47
- Kadar lempung (AASTHO T176) : min 50%
Persentase agregat yang mempunyai paling sedikit satu bidang
pecah harus paling tidak berjumlah 80% dari berat material
yang tertinggal pada ayakan No. 4.
Persentase agregat yang mempunyai paling sedikit satu bidang
pecah harus paling tidak berjumlah 80% dari berat material
yang tertinggal pada ayakan No. 4.
12.8 Saluran Drainase
a. Uraian
Pekerjaan ini terdiri dari pembuatan saluran dari pasangan
batu dengan bentuk dan beton pracetak, kemiringan dan
kedudukan seperti yang tercantum pada Gambar Rencana
dan Petunjuk Direksi. Saluran beton pracetak digunakan di sisi
luar rencana jalan baru, sedangkan saluran dengan pasangan
batu digunakan di sisi median.
b. Material
Batu yang digunakan hendaknya terdiri dari pecahan batu
keras dengan permukaan yang kasar. Aduk yang digunakan
apabila tidak disebutkan tersendiri pada gambar rencana
hendaknya terdiri dari campuran semen dan pasir dengan
perbandingan 1:3
c. Pelaksanaan
Lubang galian dibuat sesuai dengan bentuk kemiringan dan
kedudukan seperti yang diisyaratkan pada gambar rencana.
Apabila dinding-dinding dan dasar lubang galian tersebut
masih dalam keadaan gembur harus dilakukan pemadatan
seperlunya agar didapat suatu permukaan yang stabil dan
keras. Batu-batu yang telah dipecah berukuran terpanjang
0.75 tebal dinding dan tidak lebih dari 25 cm dipasangkan
setelah terlebih dahulu diberikan lapisan aduk yang cukup.
Batu-batu yang lebih kecil ditempatkan untuk mengisi rongga-
rongga agar pasangan tidak goyah dan tebal aduk
diantaranya tidak menjadi terlalu tebal. Permukaan luar
hendaknya diatur sedemikian sehingga didapat permukaan
yang datar dan rapih. Apabila tidak ditentukan adanya
pekerjaan plesteran maka setelah pemasangan cukup keras
dan kokoh, harus dilakukan pekerjaan siar dengan
campuran aduk semen dan pasir halus 1 : 2.
Pekerjaan siar itu hendaknya dilakukan dengan cermat agar
tidak terjadi bagian-bagian yang terbuka atau keropos.
Pembahasan sebelum dan sesudah pekerjaan siar dapat
dilakukan sesuai dengan keperluannya untuk mencapai
daya lekat dan mencegah keretakan bidang-bidang siar.
Pada umumnya tebal pasangan ini tidak boleh kurang dari 20
cm.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
48
12.9 Box Culvert
a. Material
Box Culvert yang terbuat dari beton bertulang harus memenuhi persyaratan
AASTHO – M170. Adukan untuk sambungan harus memenuhi persyaratan
artikel 9.01 dari spesifikasi khusus.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan yang tersebut untuk
pemasangan box-culvert secara umum dan pemasangan-
pemasangan lain sesuai dengan cara-cara dan petunjuk yang
sesuai dengan itu dari pihak pabrik yang mengeluarkannya.
12.10 Pipa-Pipa Drainase
a. Material
Material yang digunakan harus terdiri dari pipa bulat non-metal
yang halus dan tidak bergelombang berdimensi 6", seperti
paralon yang mampu menahan beban rencana jalan, yang
dihasilkan oleh pabrik-pabrik yang telah diakui oleh direksi
serta jaminan yang perlu diberikan oleh pabriknya.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan yang tersebut untuk
pemasangan pipa-pipa drainase secara umum dan
pemasangan-pemasangan lain sesuai dengan cara-cara
dan petunjuk yang sesuai dengan itu dari pihak pabrik yang
mengeluarkannya.
13. PEKERJAAN TANAH DAN SAMPAH
Spesifikasi teknis ini merupakan bagian dari Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) yang tidak terpisahkan. Semua ketentuan dalam Spesifikasi
Teknis ini berlaku dalam kaitan, merujuk pada, menjelaskan, serta
tidak perlu mengulangi apa yang terdapat dalam bagian lain dari RKS.
Meskipun Spesifikasi Teknis ini terdiri atas beberapa bagian, semua
ketentuan berlaku saling melengkapi satu sama lain. Pembagian atas
bagian tidak membatasi berlakunya ketentuan dari bagian lainnya.
Dalam hal Spesifikasi Teknis ini bertentangan dengan Gambar RKS, maka
yang berlaku adalah Gambar RKS.
A. DIMENSI GEOMETRIK
a. Elevasi dan Bench Mark
Semua elevasi yang dimaksud adalah terhadap LWS, kecuali
dinyatakan lain. Semua elevasi harus dinyatakan dalam meter
dengan ketelitian sampai dua desimal. Kontraktor wajib
membuat sedikitnya 6 (enam) buah bench mark di sekitar
lokasi proyek yang ditunjuk Direksi Teknik/Konsultan. Bench mark
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
49
yang terpasang harus diikatkan terhadap referensi yang ada
yang disetujui Konsultan. Ikatannya harus merupakan ikatan
sempurna dari poligon tertutup. Bila diperlukan, Kontraktor harus
menambahkan sendiri bench mark tambahan untuk pelaksanaan
pekerjaan.
b. Dimensi
Semua dimensi dalam gambar dinyatakan dalam satuan metrik.
Tidak ada tambahan akibat konversi dari satuan lainnya ke sistem
metrik. Semua gambar dan komunikasi harus dinyatakan dalam
sistem metrik.
c. Toleransi
Toleransi pengukuran untuk pekerjaan tanah dan sampah ini
adalah :
Pekerjaan Galian
Vertikal : 0,25 m
Horisontal : 0,25 m
Pekerjaan Timbunan
Vertikal : 0,05 m
Horisontal : 0,05 m
Pekerjaan Urugan dan Pemadatan
Vertikal : 0,03 m
Horisontal : 0,03 m
B. DEFINISI
Pada seluruh dokumen ini dipakai kata-kata :
Direksi Teknik menerangkan : Pemberi Tugas
Konsultan menerangkan : Konsultan Pengawas
Kontraktor menerangkan : Kontraktor yang
memenangkan Tender
Insinyur Pengawas menerangkan : Insinyur yang ditunjuk oleh
Konsultan Supervisi sebagai Pengawas di lapangan
Ahli Geoteknis menerangkan : Ahli Geoteknis yang
kompeten dan berpengalaman.
Spesifikasi teknis ini merupakan bagian dari Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) yang tidak terpisahkan. Semua ketentuan dalam
Spesifikasi Teknis ini berlaku dalam kaitan, merujuk pada,
menjelaskan, serta tidak perlu mengulangi apa yang terdapat
dalam bagian lain dari RKS.
Meskipun Spesifikasi Teknis ini terdiri atas beberapa bagian, semua
ketentuan berlaku saling melengkapi satu sama lain. Pembagian
atas bagian tidak membatasi berlakunya ketentuan dari bagian
lainnya.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
50
13.1 PEKERJAAN GALIAN
13.1.1 Umum
13.1.1.1 Uraian
a. Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan,
pembuangan tanah, humus atau cadas atau material lain.
b. Pekerjaan ini diperlukan untuk pembentukan tempat kerja
sesuai dengan ketinggian dan penampang melintang yang
ditunjukkan dalam gambar atau yang diperintahkan oleh
Direksi Teknik.
c. Kecuali untuk kepentingan pembayaran, ketentuan dari
Seksi ini berlaku untuk seluruh pekerjaan galian yang
dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan seluruh galian
dapat merupakan salah satu dari :
Galian biasa
Galian padas
Galian/dredging sungai
d. Galian biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi
sebagai galian padas atau galian sungai.
e. Galian padas mencakup galian dari batu dengan volume 1
m3 atau lebih dan seluruh padas atau bahan lainnya yang
digali tanpa penggunaan alat bertekanan udara,
pemboran, atau peledakan. Galian ini tidak termasuk
bahan yang menurut pendapat Direksi Teknik dapat
dilepaskan dengan penggaruk yang ditarik oleh traktor
dengan berat minimum 15 ton dan tenaga kuda netto
sebesar 180 HP.
f. Galian/dreging sungai mencakup seluruh pekerjaan
dredging pada daerah sungai.
g. Data bor dan profil tanah yang disajikan dalam dokumen
tender adalah informasi umum. Variasi dan/atau
interpretasi diperbolehkan sepanjang tidak mempengaruhi
kontrak. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor harus
menyerahkan gambar penampang memanjang yang
menunjukkan tanah dasar yang ada.
h. Kontraktor dianggap telah memenuhi pekerjaan bila
material substansi yang digali telah dibuang sampai pada
batas yang ditunjukkan dalam gambar atau ketentuan
lain.
i. Kontraktor harus melakukan penggalian dan membuang
substansi apapun yang ditemukan hingga kedalaman yang
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
51
ditentukan dalam gambar atau hingga kedalaman yang
perlu untuk pelaksanaan konstruksi yang layak dan
penyelesaian pekerjaan.
j. Kontraktor dianggap telah memasukkan dalam jadwal
kecepatan yang diizinkan untuk melingkupi seluruh faktor
yang mungkin timbul selama atau dalam hubungan dengan
penggalian dan pembuangan sisa-sisa.
13.1.1.2 Survei
a. Pada waktu yang telah disepakati untuk memulai
pekerjaan galian, Kontraktor di bawah pengawasan
Konsultan, harus memeriksa dan melakukan survei
dengan peralatan yang disetujui pada lokasi pekerjaan.
b. Level yang disepakati harus dicatat dan
ditandatangani oleh Konsultan dan Kontraktor.
13.1.1.3 Peralatan
a. Peralatan yang digunakan Kontraktor harus memenuhi
persyaratan minimal yang ditentukan.
b. Jika pemakaian peralatan lain tidak diizinkan oleh
Konsultan, Kontraktor harus menggunakan peralatan yang
telah diusulkan dalam tender atau telah disetujui untuk
digunakan ketika kontrak ditandatangani. Kontraktor
harus menyerahkan rencana kerja detail pelaksanaan
pekerjaan sehubungan dengan mobilisasi peralatan.
c. Peralatan yang dipakai pada saat pelaksanaan harus
diajukan pada rencana kerja dan disetujui oleh Direksi Teknik
sebelum dioperasikan.
13.1.1.4 Toleransi Dimensi
a. Galian harus dilakukan sesuai dengan ukuran, ketinggian,
dan kemiringan seperti yang ditunjukkan dalam gambar
dengan kelandaian akhir, arah dan formasi sesudah galian
tidak boleh bervariasi dari yang ditentukan lebih dari 25 cm
pada setiap titik.
b. Permukaan galian yang telah selesai dan terbuka
terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan
harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin drainase
yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan
atau menggunakan pelindung plastik sebagaimana
tercantum di dalam Gambar RKS.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
52
13.1.1.5 Pelaporan dan Pencatatan
a. Untuk setiap pekerjaan galian, sebelum memulai pekerjaan
Kontraktor harus menyerahkan gambar perincian potongan
melintang yang menunjukan tanah asli sebelum operasi
pembabatan dan penggarukan dilakukan kepada Direksi
Teknik.
b. Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi Teknik gambar
perincian dari seluruh struktur sementara yang
diusulkannya atau yang diperintahkan untuk digunakan,
seperti skor, turap, cofferdam, dan tembok penahan
dan harus memperoleh persetujuan Direksi Teknik dari
gambar tersebut sebelum melaksanakan pekerjaan galian
yang dimaksudkan akan dilindungi oleh struktur yang
diusulkan tersebut.
c. Setelah masing-masing galian untuk tanah dasar, formasi
atau fondasi selesai, Kontraktor harus memberitahu Direksi
Teknik, dan bahan landasan atau meterial lain tidak boleh
dipasang sebelum disetujui oleh Direksi Teknik.
13.1.1.6 Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian
a. Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab untuk
menjamin keselamatan pekerja yang melaksanakan
pekerjaan galian serta penduduk sekitar.
b. Selama masa pekerjaan galian, suatu lereng yang harus
mampu menahan aktivitas pekerjaan disekitarnya,
termasuk struktur atau mesin harus dipertahankan
sepanjang waktu. Skor serta turap yang memadai
harus dipasang, jika tepi permukaan galian tidak stabil.
c. Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan
atau keperluan lainnya tidak boleh diijinkan berada atau
beroperasi lebih dekat dari 1,5 m dari tepi galian
terbuka.
d. Tembok ujung cofferdam atau cara lainnya untuk
menghindarkan air dari daerah galian harus dirancang
dengan benar dan cukup kuat untuk menjamin tidak terjadi
keruntuhan mendadak, yang mungkin dapat membanjiri
tempat kerja secara cepat.
e. Pada setiap saat sewaktu pekerja atau yang lainnya
berada dalam galian yang mengharuskan kepala mereka
berada di bawah permukaan tanah, Kontraktor harus
menempatkan Konsultan keamanan pada tempat
kerja yang tugasnya hanya memonitor kemajuan dan
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
53
keamanan. Pada setiap saat peralatan galian cadangan
(yang belum dipakai) serta perlengkapan P3K harus
tersedia pada tempat kerja galian.
f. Bahan Peledak yang diperlukan untuk galian padas harus
disimpan, ditangani, dan digunakan secara hati-hati dan
ketat sesuai dengan Peraturan Perundangan dari
Pemerintah. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk
pencegahan pengeluaran atau penggunaan yang tidak
tepat dari bahan peledak dan harus menjamin bahwa
yang menangani peledakan harus dipercayakan hanya
kepada orang yang berpengalaman dan bertanggung
jawab.
13.1.1.7 Jadwal Kerja
a. Perpanjangan jadwal pekerjaan oleh Kontraktor harus
disetujui oleh Direksi Teknik.
b. Bila lalu lintas pada jalan terpaksa terganggu karena
peledakan atau operasi pekerjaan lainnya, Kontraktor
harus mendapatkan persetujuan sebelumnya terhadap
jadwal untuk gangguan tersebut dari penguasa
setempat dan juga dari Direksi Teknik.
13.1.1.8 Kondisi Tempat Kerja
a. Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan
Kontraktor harus menyediakan seluruh material dan
peralatan (pompa) yang diperlukan serta buruh untuk
pengeringan, pengalihan saluran air dan pembangunan
saluran sementara. Pompa agar siap di tempat kerja pada
setiap saat untuk menjamin tak ada gangguan dalam
prosedur pengeringan dengan pompa.
b. Bila pekerjaan sedang dilakukan pada daerah saluran
yang ada atau tempat lain dimana aliran air tanah
mungkin tercemari, Kontraktor harus setiap saat
menyediakan pada tempat kerja sejumlah air minum
yang dapat digunakan oleh pekerja.
13.1.1.9 Perbaikan Pekerjaan Galian Yang Tidak Memuaskan
Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan
dalam Pasal 3.1.1.4 di atas harus diperbaiki oleh Kontraktor
sebagai berikut :
Material yang berlebih harus dibuang dengan penggalian
lebih lanjut.
Daerah dimana telah tergali lebih, atau daerah retak
atau lepas, harus diurug kembali dengan timbunan
pilihan atau lapis fondasi agregat seperti yang
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
54
diperintahkan Direksi Teknik.
13.1.1.10 Penambahan Kedalaman Galian
a. Apabila dalam pelaksanaan galian Direksi Teknik merasa
perlu untuk memperdalam galian, maka Direksi Teknik
berhak memerintahkan kepada Kontraktor untuk
menambah kedalaman galian.
b. Penambahan biaya penambahan kedalaman galian hanya
dihitung, jika penambahan tersebut diperintahkan Direksi
Teknik atau Konsultan.
c. Penambahan kedalaman galian diukur dengan cara
yang ditetapkan Konsultan disesuaikan dengan kondisi
setempat. Pengukuran dibulatkan ke bawah sampai
dengan 25 cm.
d. Jika penambahan pekerjaan berupa penambahan
kedalaman membutuhkan waktu tambahan dari time
schedule, Kontraktor diijinkan memperpanjang jadwal
pekerjaan tersebut, selama waktu tambahan yang logis
dengan jalan mengirim permohonan tertulis kepada Direksi
Teknik/Konsultan.
13.1.1.11 Pengurangan Kedalaman Galian
a. Konsultan Pengawas atas persetujuan Konsultan
Perencana berhak memerintahkan Kontraktor untuk
menghentikan galian sebelum kedalaman rencana jika
dianggap perlu.
b. Pengukuran pengurangan volume pekerjaan akibat
pengurangan kedalaman galian sama dengan cara
perhitungan penambahan kedalaman galian.
c. Kontraktor tidak diijinkan menyimpan sisa waktu akibat
pengurangan kerja ini untuk time schedule-nya.
13.1.1.12 Penggunaan Dan Pembuangan Material Galian
a. Seluruh material yang dapat dipakai yang digali dalam
batas-batas dan cakupan proyek dimana memungkinkan
harus digunakan secara efektif untuk formasi timbunan
atau urugan kembali.
b. Material galian yang mengandung tanah organis tinggi,
peat, sejumlah besar akar, atau benda tumbuhan lain
serta tanah yang kompresif yang menurut pendapat
Direksi Teknik akan menyulitkan pemadatan dari
material pelapisan atau yang mengakibatkan terjadinya
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
55
kerusakan atau penurunan yang tidak dikehendaki, harus
diklasifikasikan tidak memenuhi untuk digunakan sebagai
timbunan dalam pekerjaan permanen.
c. Setiap material galian yang berlebih untuk kebutuhan
timbunan, atau tiap material yang tidak disetujui oleh
Direksi Teknik sebagai bahan timbunan harus dibuang dan
diratakan dalam lapis yang tipis oleh Kontraktor daerah
yang diperintahkan Direksi Teknik.
d. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk seluruh
pengaturan dan biaya untuk pembuangan material yang
berlebihan atau tidak memenuhi syarat, termasuk
pengangkutan dan perolehan ijin dari pemilik tanah
dimana pembuangan dilakukan.
13.1.1.13 Pengembalian Bentuk Dan Pembuangan Pekerjaan
Sementara
a. Material bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara
tetap merupakan milik dari Kontraktor atau bila
memenuhi syarat yang disetujui oleh Direksi Teknik,
dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen dan
dibayar dalam Mata Pembayaran yang bersangkutan
dalam Daftar Penawaran.
b. Setiap pemakaian material galian yang bersifat
sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan dalam
saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan
berakhir sedemikian rupa sehingga tidak menganggu
saluran air.
c. Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber
bahan yang digunakan oleh Kontraktor harus
ditinggalkan dalam keadaan rapi dengan tepi dan
lereng yang stabil.
13.1.2 Prosedur Penggalian
13.1.2.1 Prosedur Umum
a. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis ketinggian dan
elevasi yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan
oleh Direksi Teknik dan harus mencakup pembuangan
seluruh material dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, padas, batu bata, batu, beton, tembok
dan perkerasan yang lama.
b. Dimana material yang terbuka pada garis formasi atau
permukaan lapis tanah dasar atau fondasi dalam
keadaan lepas atau tanah gambut material lainnya
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
56
yang tak memenuhi dalam pendapat Direksi Teknik, maka
material tersebut harus dipadatkan dengan benar atau
seluruhnya dibuang dan diganti dengan timbunan yang
memenuhi syarat, sebagaimana diperintahkan Direksi Teknik.
c. Galian lapisan tanah atas setebal + 30 cm atau material
tanah yang mengandung humus harus diletakkan ditempat
yang telah ditentukan oleh Direksi Teknik.
d. Jika material padas atau lapisan keras yang sukar
dibongkar dijumpai pada garis formasi untuk selokan
berpasangan atau untuk fondasi struktur, maka material
tersebut harus digali 15 cm lebih dalam hingga ke
permukaan yang mantap dan merata. Tidak boleh ada
tonjolan-tonjolan padas dari permukaan tersebut dan
seluruh pecahan padas yang diameternya lebih besar dari
15 cm harus dibuang, dan harus diurug lagi dengan
meterial yang dipadatkan yang disetujui oleh Direksi
Teknik.
e. Penggalian padas harus dilakukan sedemikian rupa sehingga
tepi dari galian harus dibiarkan pada kondisi yang aman dan
serata mungkin. Padas yang lepas yang dapat menjadi
tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan
atau orang harus dibuang.
13.1.2.2 Blasting
a. Peledakan sebagai cara pembongkaran padas hanya
boleh digunakan jika, menurut pendapat Direksi Teknik,
tidak praktis menggunakan alat bertekanan udara atau
penggaruk hidraulis. Direksi Teknik dapat melarang
peledakan dan memerintahkan padas untuk digali
dengan cara lain, jika menurut pendapatnya,
peledakan berbahaya bagi manusia atau struktur yang
berdekatan.
b. Bila diperintahkan oleh Direksi Teknik, Kontraktor harus
menyediakan anyaman pelindung ledakan untuk melindungi
orang, benda dan pekerjaan selama penggalian. Jika
dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya
seperti yang diuraikan oleh Direksi Teknik.
13.1.2.3 Penggalian Untuk Sumber Material
a. Galian untuk mendapatkan sumber material harus digali
sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.
b. Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau
pengoperasian yang lama harus diperoleh dari Direksi
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
57
Teknik secara tertulis sebelum operasi penggalian dimulai.
c. Galian tidak boleh dilakukan pada daerah yang dilindungi
atau daerah yang diperlukan untuk keperluan lainnya.
d. Galian tidak boleh mengganggu drainase alam atau
rancangan lainnya.
13.1.3 Pengukuran dan Pembayaran
a. Prestasi akhir penggalian dihitung dengan membandingkan
peta situasi pengukuran awal dan sesudah digali. Volume
yang dipakai untuk pembayaran termin dihitung dari gambar
kerja yang diberikan dan penambahan maupun
pengurangan volume galian.
b. Bagi keperluan perhitungan prestasi pekerjaan yang
berhubungan dengan pembayaran tahapan termin,
pengukuran dilaksanakan oleh kontraktor dan dilakukan
bersama-sama dengan Konsultan.
c. Pengukuran peta situasi awal dan peta situasi akhir
dilaksanakan berdasarkan referensi yang sama. Referensi
ditentukan Direksi Teknik.
d. Ukuran satuan untuk mobilisasi dan demobilisasi peralatan
yang digunakan untuk galian yang ditentukan di sini
adalah dalam lump sum. Jadwal yang dimasukkan dalam
Bill of Quantity harus memuat semua biaya untuk
transportasi peralatan dari dan menuju lokasi dan
depresiasi selama periode yang diperlukan. Jika tidak
dinyatakan dalam kontrak, ukuran tersebut harus dianggap
termasuk biaya pajak, asuransi dan semua tagihan/biaya
yang diperlukan untuk prosedur-prosedur yang
berhubungan dengan pekerjaan ini.
e. Ukuran satuan untuk galian harus dalam meter kubik insitu
dari tanah yang digali, dihitung berdasarkan level yang
disepakati dan pekerjaan selesai. Kecuali adanya
penambahan dan pengurangan yang diperintahkan Direksi
Teknik termasuk dalam sub bab 1.1.10 dan 1.1.11.
Kelebihan ataupun kekurangan galian tidak diperhitungkan
jika galian yang terselesaikan tidak dalam toleransi yang
ditentukan.
Schedule rate harus dimasukkan ke dalam Bill of
Quantity, kecuali biaya dalam pembayaran terpisah,
biaya untuk material, tenaga kerja, dan semua
pekerjaan lain yang dibutuhkan.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
58
13.2 PEKERJAAN TIMBUNAN DAN PEMADATAN
13.2.1 Umum
13.2.1.1 Uraian
a. Istilah timbunan apabila tidak dijelaskan secara khusus,
berarti dimaksudkan untuk timbunan tanah dan atau
timbunan sampah.
b. Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan
berbutir yang disetujui untuk konstruksi timbunan atau
untuk timbunan umum yang diperlukan untuk membuat
bentuk dimensi timbunan, antara lain ketinggian yang sesuai
dengan persyaratan atau penampang melintangnya.
c. Segala perubahan dari spesifikasi ini harus dikonsultasikan
secara tertulis kepada Konsultan dan harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan untuk memulai
pekerjaan.
d. Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini
harus dibagi menjadi dua jenis, yaitu timbunan biasa dan
timbunan pilihan. Timbunan pilihan akan digunakan di
daerah berair dan lokasi serupa dimana material yang
plastis sulit untuk dipadatkan dengan baik. Timbunan
pilihan dapat juga digunakan untuk stabilisasi lereng atau
pekerjaan pelebaran jika diperlukan lereng yang curam
karena keterbatasan ruang, dan untuk pekerjaan
timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah
faktor yang kritis.
e. Pekerjaan timbunan dengan material yang dipasang
sebagai landasan pada saluran beton, juga tidak
termasuk material drainase berpori yang dipakai untuk
maksud drainase bawah permukaan atau untuk
mencegah hanyutnya butir halus akibat filtrasi.
13.2.1.2 Survei
a. Sebelum pekerjaan timbunan dimulai, harus dilakukan survei
topografi. Level yang disepakati harus dicatat dan
ditandatangani oleh Konsultan dan Kontraktor.
b. Kontraktor harus membuat hasil survei dalam bentuk
gambar tampak dan penampang dengan skala yang
disetujui oleh konsultan. Gambar penampang harus pada
interval 10 m. Konsultan harus memverifikasi dan memeriksa
gambar tampak dan penampang.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
59
13.2.1.3 Peralatan
a. Kontraktor harus mengajukan metoda kerja termasuk
output kerja harian, jumlah, tipe dan kapasitas peralatan
yang akan dioperasikan kepada Konsultan.
b. Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kondisi
lapangan dan lingkungan.
13.2.2 Pekerjaan Timbunan
13.2.2.1 Lingkup
a. Pekerjaan ini terdiri dari pengambilan, pengangkutan,
penempatan dan pemadatan tanah atau bahan-
bahan butiran yang disetujui untuk timbunan atau
pengurugan kembali pada lokasi timbunan badan jalan.
Galian dan urugan atau timbunan, pada umumnya
diperlukan sesuai garis kelandaian dan ketinggian dari
penampang melintang yang telah disetujui.
b. Timbunan/urugan kering (di atas elevasi HWS) memakai
material lempung seperti yang disyaratkan dan memenuhi
kepadatan yang disyaratkan pada spesifikasi ini.
13.2.2.2 Toleransi Dimensi
a. Kelandaian dan ketinggian yang diselesaikan setelah
pemadatan tidak akan melebihi tinggi 30 mm lebih rendah
dari yang ditentukan atau disetujui.
b. Semua permukaan timbunan akhir yang tidak terlindung
harus cukup halus dan rata serta mempunyai kemiringan
yang cukup untuk menjamin pengaliran bebas dari air
permukaan.
c. Permukaan lereng timbunan yang selesai tidak akan
berbeda dari garis profil yang ditentukan dengan melebihi
100 mm dari ketebalan yang dipadatkan.
d. Timbunan tidak boleh dihamparkan dalam ketebalan
lapisan yang dipadatkan melebihi 300 mm.
13.2.2.3 Standar Rujukan
a. Kontraktor harus menyelesaikan semua pengujian di bawah
pengawasan Konsultan dan harus mengajukan laporan
dalam waktu 1 (satu) minggu setelah masing-masing
pengujian dilaksanakan.
b. Pengujian mencakup:
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
60
Analisis Saringan
Pemadatan
Lapangan
: AASHTO T 88 - 78,
: AASHTO T 99 - 74,
ASTM D422
ASTM D698,
D1557 Penetapan Batas Cair
Tanah
: AASHTO T 89 - 68, ASTM D423
Penetapan Batas
Plastis
CBR
Sand cone
: AASHTO T 90 - 70,
: AASHTO T 193-74,
: ASTM D-1556
ASTM D424
ASTM D1883-73
Test Mineralogi.
13.2.2.4 Pengajuan
a. Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut kepada
Konsultan sebelum suatu persetujuan untuk memulai
pekerjaan dapat diberikan oleh Konsultan.
Gambar penampang melintang terinci yang
menunjukkan permukaan yang dipersiapkan bagi
timbunan yang akan ditempatkan.
Hasil pengujian kepadatan yang memberikan hasil
pemadatan yang baik dari permukaan yang
dipersiapkan dimana timbunan itu akan ditempatkan.
b. Kontraktor harus mengajukan hal-hal berikut pada
konsultan sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari
sebelum tanggal yang diusulkan dari penggunaan bahan-
bahan yang diajukan untuk digunakan sebagai timbunan.
Dua contoh masing-masing seberat 50 kg dari bahan-
bahan, salah satu akan ditahan oleh konsultan untuk
rujukan selama perioda kontrak.
Pernyataan tentang asal dan komposisi dari setiap
bahan-bahan yang diusulkan untuk digunakan sebagai
timbunan bersama dengan data pengujian
laboratorium yang membuktikan bahwa bahan-bahan
tersebut memenuhi sifat yang ditentukan.
c. Kontraktor harus mengajukan hal berikut secara tertulis
kepada Konsultan segera setelah penyelesaian setiap
bagian pekerjaan dan sebelum setiap persetujuan
diberikan untuk penempatan bahan-bahan lain di atas
timbunan.
Hasil pengujian kepadatan.
Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data
pengukuran membuktikan bahwa permukaan berada
dalam toleransi yang ditentukan.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
61
13.2.2.5 Kondisi Tempat Kerja
a. Kontraktor harus menjamin lahan pekerjaan selalu kering
sebelum dan selama pekerjaan pemadatan.
b. Timbunan harus mempunyai kemiringan yang cukup
untuk menunjang sistem drainase dari aliran air hujan dan
pekerjaan yang diselesaikan mempunyai drainase yang
baik. Air dari tempat kerja harus dikeluarkan ke dalam
sistem drainase permanen. Penjebak lumpur harus
disediakan pada sistem drainase sementara yang
mengalirkan ke dalam sistem drainase permanen.
c. Kontraktor harus menjamin pada tempat kerja suatu
persediaan air yang cukup untuk pengendalian
kelembaban timbunan selama operasi pemadatan.
13.2.2.6 Pembetulan Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Syarat
a. Timbunan akhir yang tidak sesuai dengan penampang
melintang yang ditentukan atau disetujui atau dengan
toleransi permukaan yang ditentukan, harus diperbaiki
dengan menggaruk permukaan tersebut dan
membuang atau menambah bahan- bahan
sebagaimana diperlukan, disusul dengan pembentukan
pemadatan kembali.
b. Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan dalam
batas kadar air yang ditentukan atau sebagaimana
diarahkan oleh konsultan, harus dikoreksi dengan
menggaruk bahan-bahan disusul dengan penyiraman
dengan jumlah air secukupnya dan mencampur secara
keseluruhan dengan sebuah mesin perata (grader)
atau peralatan lain yang disetujui.
c. Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan dalam
batas kadar air yang ditetapkan atau sebagaimana
diarahkan oleh Konsultan, harus dikoreksi dengan
menggaruk bahan-bahan disusul dengan pengerjaan
dengan mesin perata berulang- ulang atau peralatan
lainnya yang disetujui, dengan selang istirahat antara
pekerjaan, di bawah kondisi cuaca kering. Kalau tidak
atau bila pengeringan yang cukup tak dapat dicapai
dengan pengerjaan dan membiarkan bahan terlepas,
maka Konsultan dapat memerintahkan agar bahan-
bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti
dengan bahan-bahan kering yang memadai.
d. Timbunan yang menjadi jenuh karena hujan atau banjir
atau sebaliknya setelah dipadatkan secara memuaskan
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
62
sesuai dengan spesifikasi ini, pada umumnya tak akan
memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat bahan-
bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi
persyaratan dari spesifikasi ini.
e. Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi persyaratan
sifat atau kepadatan bahan- bahan dari spesifikasi ini
harus sebagaimana diarahkan oleh Konsultan dan dapat
meliputi pemadatan tambahan, penggarukan kemudian
disusul dengan pengaturan kadar air dan pemadatan
kembali atau pembuangan dan penggantian bahan-
bahan.
13.2.2.7 Pemulihan Pekerjaan Setelah Pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang dibuat oleh
pengujian kepadatan atau lainnya harus ditimbun kembali oleh
Kontraktor tanpa penundaan dan dipadatkan sampai
persyaratan toleransi permukaan dan kepadatan dari spesifikasi
ini.
13.2.2.8 Pembatasan Cuaca
Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan
sewaktu hujan turun, dan tak ada pemadatan yang boleh
dilakukan setelah hujan atau sebaliknya bila kadar air bahan-
bahan berada di luar batas yang ditentukan.
13.2.2.9 Royalti Bahan-Bahan
Bila bahan-bahan timbunan didapat dari luar daerah milik,
Kontraktor harus membuat semua pengaturan yang diperlukan
dan membayar semua biaya dan royalti kepada pemilik
tanah dan pejabat sebelum mengeluarkan bahan-bahan.
13.2.2.10 Bahan-Bahan
1. Sumber Bahan-Bahan
Bahan-bahan timbunan harus dipilih dari sumber yang
disetujui.
2. Bahan Timbunan
a. Bahan timbunan terdiri dari timbunan tanah yang
digali dan disetujui oleh Konsultan sebagai bahan-
bahan yang memenuhi syarat untuk penggunaan
dalam pekerjaan permanen. Material yang
digunakan adalah material silty clay yang memenuhi
klasifikasi USCS sebagai material CL, ML, atau SM
(khusus untuk timbunan di bawah muka air tanah).
Clay fraction (< 0.002 mm) bahan-bahan timbunan
harus memenuhi minimal 25% yang ditunjukkan dari
hasil analisis saringan.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
63
b. Tanah yang mempunyai sifat mengembang
(shrinkage) sangat tinggi yang mempunyai suatu
nilai aktivitas lebih besar daripada 1,0 atau suatu
derajat pengembangan yang digolongkan oleh AASHTO
T 258 sebagai sangat tinggi atau ekstra tinggi, tidak
akan digunakan sebagai bahan timbunan secara
langsung kecuali apabila dilakukan perbaikan tanah
terlebih dahulu sesuai usulan seorang Ahli Geoteknis.
Nilai Aktivitas harus diukur sebagai Indeks
Plastisitas, IP (AASHTO T90) dan Persentase Ukuran Tanah
Liat (AASHTO T88).
c. Indeks Plastisitas, IP (AASHTO T90) dari material timbunan
harus lebih kecil dari 15 % dan batas cair, LL harus lebih
kecil dari 45% (AASHTO T90).
d. Material yang telah dipadatkan menurut Modified
Proctor, harus memiliki:
Undrained Shear Strength (Cu) untuk sample tanah
yang dijenuhkan lebih besar dari 50 kPa atau
sample tanah kering setelah dipadatkan > 120 kPa.
Specific Grafity (Gs) lebih besar dari 2,6
Kepadatan kering minimum harus mencapai
kepadatan minimal 95 % Modified Proctor
maximum density untuk bahan timbunan umum,
dan 98 % Modified Proctor maximum density untuk
bahan timbunan subgrade jalan.
3. Bahan Lapisan Kedap harus memiliki karakteristik sebagai
berikut:
Jenis tanah MH, Ml, CH, CL.
Prosentase butiran halus > 50%
Liquid Limit 35 % – 60 %
Indeks plastisitas vs liquid limit > garis A
Permeabilitas lebih kecil dari 1 x 10-7 cm/det.
4. Bahan lapisan penutup harian dan lapisan antara dan
akhir
Bahan penutup harian dan antara harus memiliki
permeabilitas maksimum 1 x 10-6 cm/det.
Sedangkan untuk bahan penutup akhir harus
memiliki permeabilitas maksimum sebesar 1 x 10-7
cm/det.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
64
13.2.2.11 Penempatan dan Pemadatan Timbunan
1. Persiapan Tempat Kerja
a) Sebelum menempatkan timbunan pada suatu
daerah maka semua operasi pembersihan dan
pembongkaran, termasuk penimbunan lubang yang
tertinggal pada waktu pembongkaran akar pohon
harus telah diselesaikan dan bahan-bahan yang
tidak memenuhi syarat harus telah dikeluarkan
sebagaimana telah diperintahkan oleh Konsultan.
Seluruh areal harus diratakan secukupnya sebelum
penimbunan dimulai.
b) Di mana ukuran tinggi timbunan adalah satu meter
atau kurang, maka daerah pondasi timbunan
tersebut harus dipadatkan secara penuh
(termasuk penggarukan dan pengeringan atau
pembasahan bila diperlukan) sampai lapisan atas
150 mm dari tanah memenuhi persyaratan
kepadatan yang ditentukan untuk timbunan yang
akan ditempatkan di atasnya.
c) Bila timbunan tersebut akan dibangun di atas tepi
bukit atau ditempatkan pada timbunan yang
ada, maka lereng-lereng yang ada harus
dipotong untuk membentuk terasering dengan
ukuran lebar yang cukup untuk menampung
peralatan pemadatan sewaktu timbunan
ditempatkan dalam lapisan horisontal.
2. Penempatan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan pada permukaan yang
dipersiapkan dan disebarkan merata serta bila
dipadatkan akan memenuhi toleransi ketebalan
lapisan yang diberikan. Di mana lebih dari satu
lapisan yang akan ditempatkan, maka lapisan
tersebut harus sedapat mungkin sama tebalnya.
b) Timbunan tanah harus dipindahkan segera dari
daerah galian tambahan ke permukaan yang
dipersiapkan dalam keadaan cuaca kering.
Penumpukan tanah timbunan tidak akan diizinkan
selama musim hujan, dan pada waktu lainnya
hanya dengan izin tertulis dari Konsultan.
c) Dalam penempatan timbunan di atas atau pada
selimut pasir atau bahan-bahan drainase porous
lainnya, maka harus diperhatikan untuk
menghindari pencampuran adukan dari kedua
bahan-bahan tersebut. Dalam hal pembentukan
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
65
drainase vertikal, maka suatu pemisah yang luas
antara kedua bahan-bahan tersebut harus dijamin
dengan menggunakan acuan sementara dari
lembaran baja tipis yang secara bertahap akan
ditarik sewaktu penempatan timbunan dan bahan
drainase porous dilaksanakan.
d) Di mana timbunan akan diperlebar, maka lereng
timbunan yang ada harus dipersiapkan dengan
mengeluarkan semua tumbuhan permukaan dan
harus dibuat terasering sebagaimana diperlukan
sehingga timbunan yang baru terikat pada
timbunan yang ada hingga memuaskan Konsultan.
Timbunan yang diperlebar kemudian harus dibangun
dalam lapisan horisontal sampai pada ketinggian
tanah dasar. Tanah dasar harus ditutup dengan
sepraktis dan secepat mungkin dengan lapis pondasi
bawah sampai ketinggian permukaan jalan yang
ada untuk mencegah pengeringan dan
kemungkinan peretakan permukaan.
e) Sebelum sebuah timbunan ditempatkan, seluruh
rumput dan tumbuhan harus dibuang dari
permukaan atas di mana timbunan tersebut
ditempatkan dan permukaan yang sudah
dibersihkan dihancurkan dengan pembajakan atau
pengupasan sampai kedalaman minimum 20 cm.
3. Pemadatan
a. Apabila diperlukan pelaksanaan pekerjaan
pemadatan harus dilakukan pada musim kering
guna mendapatkan kualitas pemadatan yang
disyaratkan.
b. Segera setelah penempatan dan penghamparan
timbunan maka setiap lapisan harus dipadatkan
secara menyeluruh dengan alat pemadat yang
cocok dan layak serta disetujui oleh Konsultan
sampai suatu kepadatan yang memenuhi
persyaratan yang ditentukan.
c. Pemadatan tanah timbunan akan dilakukan hanya
bila kadar air bahan-bahan berada dalam batas
antara 2 % lebih daripada kadar air optimum
(wet of optimum). Kadar air optimum tersebut
harus ditentukan sebagai kadar air di mana
kepadatan kering maksimum diperoleh bila tanah
tersebut dipadatkan sesuai dengan AASHTO T-180.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
66
d. Semua timbunan batuan harus ditutup dengan
lapisan dengan tebal 200 mm dari bahan-bahan
yang bergradasi baik yang berisi batu-batu tidak lebih
besar dari 50 mm dan mampu mengisi semua sela-
sela bagian atas timbunan batuan. Lapisan penutup
ini harus dibangun sesuai dengan persyaratan untuk
timbunan tanah.
e. Setiap lapisan timbunan yang ditempatkan harus
dipadatkan sebagaimana ditentukan, diuji untuk
kepadatan dan diterima oleh Konsultan sebelum
lapisan berikutnya ditempatkan.
f. Timbunan harus dipadatkan dimulai dari tepi luar dan
dilanjutkan ke arah sumbu timbunan dengan suatu
cara yang sedemikian rupa sehingga setiap
bagian menerima jumlah pemadatan yang sama.
g. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat
dicapai/dimasuki oleh alat pemadat biasa, harus
ditempatkan dalam lapisan horisontal dari bahan-
bahan lepas tidak lebih dari 150 mm tebal dan
seluruhnya dipadatkan dengan menggunakan alat
pemadat tangan mekanis (mechanical tamper)
yang disetujui. Perhatian khusus harus diberikan guna
menjamin pemadatan yang memuaskan di bawah
dan di tepi pipa untuk menghindari rongga-rongga
dan guna menjamin bahwa pipa ditunjang
sepenuhnya.
4. Perlindungan Timbunan Yang Sudah Dipadatkan
a. Kontraktor harus menjaga dan melindungi timbunan
yang sudah dipadatkan dari segala pengaruh yang
merusak mutu timbunan.
b. Kontraktor harus memelihara talud dan timbunan
terhadap terjadinya longsoran lokal pada talud.
Apabila terjadi kelongsoran lokal pada talud, maka
Kontraktor harus memperbaikinya dalam waktu 24
jam setelah ada instruksi dari Direksi
Teknik/Konsultan. Semua biaya perbaikan talud yang
diperlukan menjadi tanggungan Kontraktor.
c. Apabila Direksi Teknik memandang perlu, maka
Direksi Teknik berhak memerintahkan pengujian
tambahan pada sebagian atau keseluruhan
timbunan yang sudah diuji dan diterima. Apabila
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
67
terbukti bahwa timbunan tersebut mengalami
penurunan mutu sehingga tidak memenuhi Spesifikasi
Teknis ini, maka Kontraktor wajib atas biayanya sendiri
memperbaiki timbunan tersebut sampai memenuhi
Spesifikasi Teknis ini, maka Kontraktor wajib atas
biayanya sendiri memperbaiki timbunan tersebut
sampai memenuhi Spesifikasi Teknis ini dan
menanggung biaya pengujian yang diperintahkan
Direksi Teknik.
13.2.2.12 Jaminan Kualitas
1. Pengawasan Kualitas Bahan
a. Jumlah data penunjang untuk hasil pengujian yang
diperlukan untuk persetujuan awal kualitas bahan-
bahan harus sebagaimana diarahkan oleh Konsultan,
tetapi harus termasuk semua pengujian yang relevan
yang telah ditentukan, sekurang- kurangnya tiga
contoh yang mewakili sumber bahan-bahan yang
diajukan yang terpilih untuk mewakili serangkaian
kualitas bahan-bahan yang akan diperoleh dari
sumber tersebut.
b. Menyusul persetujuan mengenai kualitas bahan-
bahan timbunan yang diajukan, maka pengujian
kualitas bahan-bahan tersebut harus diulangi
lagi atas kebijaksanaan tenaga Konsultan, dalam
hal mengenai perubahan yang diamati pada
bahan-bahan tersebut atau pada sumbernya.
c. Suatu program rutin pengujian pengawasan mutu
bahan-bahan harus dilaksanakan untuk
mengendalikan keanekaragaman bahan yang
dibawa ke tempat proyek. Jangkauan pengujian
tersebut harus sebagaimana diarahkan oleh Konsultan
tetapi untuk setiap 1000 meter kubik timbunan yang
diperoleh dari setiap sumber.
2. Persyaratan Pemadatan untuk Timbunan
a) Ketebalan hamparan untuk setiap lapisan yang akan
dipadatkan adalah 300 mm.
b) Pemadatan setiap lapis (lift) yang telah ditentukan
harus mencapai kepadatan minimal 95 % Modified
Proctor maximum density pada kadar air optimum +
2%.
c) Lapisan yang lebih dari 300 mm di atas ketinggian
elevasi muka air rata-rata harus dipadatkan sampai
95 % dari standar maksimum kepadatan kering
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
68
yang ditentukan sesuai dengan AASHTO T-180. Untuk
tanah yang mengandung lebih dari 10 % bahan-
bahan yang tertahan pada ayakan 3/4 inch,
kepadatan kering maksimum yang dipadatkan harus
disesuaikan untuk bahan-bahan yang berukuran lebih
besar sebagaimana diarahkan oleh Tenaga
Ahli/Insinyur.
d) Pengujian kepadatan dengan uji sand cone harus
dilaksanakan untuk setiap 500 m2 pada setiap lapisan
timbunan yang dipadatkan sesuai dengan ASTM D-1556
dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan bahwa
kepadatan kurang dari kepadatan yang disyaratkan
maka Kontraktor harus membetulkan pekerjaan
tersebut.
3. Percobaan Pemadatan
a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk
pemilihan peralatan dan metoda untuk mencapai
tingkat pemadatan yang ditentukan. Dalam hal
bahwa Kontraktor tidak mampu untuk mencapai
kepadatan yang disyaratkan, maka pemadatan
berikutnya belum boleh dilaksanakan, kecuali dengan
seizin Konsultan Pengawas.
b. Suatu percobaan lapangan harus dilaksanakan
dengan jumlah lintasan alat pemadat dan kadar
air harus diubah-ubah sampai kepadatan yang
ditentukan tercapai dan disetujui Konsultan. Hasil
percobaan lapangan ini kemudian harus digunakan
untuk menentukan jumlah lintasan yang
disyaratkan, jenis alat pemadat dan kadar air
untuk semua pemadatan yang selanjutnya.
13.2.2.13 Pengukuran
a. Timbunan akan diukur sebagai jumlah meter kubik bahan-
bahan yang dipadatkan yang diterima lengkap di
tempat. Volume yang diukur harus didasarkan pada
gambar penampang melintang yang disetujui dari profil
tanah atau profil galian sebelum suatu timbunan
ditempatkan serta pada garis, kelandaian dan ketinggian
dari pekerjaan timbunan akhir yang ditentukan
dan disetujui. Metoda perhitungan volume bahan-
bahan harus merupakan metoda luas bidang ujung
rata-rata, dengan menggunakan penampang
melintang dari pekerjaan yang berjarak tidak lebih dari
25 meter.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
69
b. Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan
penampang melintang yang disetujui, termasuk setiap
tambahan timbunan yang diperlukan sebagai akibat
pekerjaan terasing atau pengikatan timbunan pada
lereng yang ada atau sebagai akibat penurunan pondasi,
tidak akan diukur untuk pembayaran, kecuali:
Timbunan diperlukan untuk mengganti bahan-bahan
yang kurang sesuai atau lunak atau untuk mengganti
bahan-bahan batuan atau keras lainnya.
Tambahan timbunan diperlukan untuk membetulkan
pekerjaan yang kurang memuaskan atau kurang stabil
atau gagal dalam hal bahwa Kontraktor tidak
dianggap bertanggung jawab.
c. Pekerjaan timbunan kecil yang menggunakan timbunan
biasa dinyatakan sebagai bagian dari pos pekerjaan
tanah tidak akan diukur untuk pembayaran sebagai
timbunan di bawah bab ini.
d. Timbunan yang digunakan di luar batas kontrak dari
konstruksi timbunan atau untuk mengubur bahan-bahan
yang tidak memenuhi syarat atau tidak terpakai, tidak
akan dimasukkan dalam pengukuran timbunan.
e. Bila bahan-bahan galian yang digunakan untuk timbunan,
maka bahan-bahan ini akan dibayar sebagai timbunan.
f. Timbunan yang telah disetujui dan diterima oleh
Konsultan sebagi drainase porous akan diukur dan tidak
akan dimasukkan ke dalam pengukuran timbunan di dalam
bab ini.
g. Jumlah timbunan yang diukur akan dibayar untuk setiap
meter kubik timbunan. Biaya tersebut sudah termasuk
pekerjaan persiapan, penyelesaian dan penempatan
material, keuntungan jasa kontraktor serta semua
kegiatan untuk mencapai hasil kerja yang sebaik-baiknya.
14. PEKERJAAN PENGUMPUL/PENYALURAN DAN PENGOLAHAN LINDI
14.1. LINGKUP PEKERJAAN
14.1.1. Umum
Sistem Pengelolaan lindi dan biogas untuk TPA Bahoruru Kab. Morowali
1. Sistem pengumpul dan penyalur lindi
2. Sistem pengolahan lindi
3. Sistem resirkulasi lindi
4. Sistem penyalur biogas
Keempat sistem ini dapat dikatakan saling berhubungan,
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
70
seperti ditunjukkan dalam gambar kerja.
Pembangunan sistem ini dikerjakan sekaligus secara bertahap
yaitu :
Masing-masing penahapan tersebut kemudian dibagi lagi
menjadi beberapa sub penahapan sesuai arahan direksi.
Sistem pengumpul dan pengolah lindi terdiri dari sub sistem
perpipaan yaitu :
- Pengumpul lindi : menangkap dan mengumpulkan lindi
yang berada di daerah
tangkapannya menuju penyalur lindi.
- Penyalur lindi : menyalurkan lindi yang terkumpul
menuju unit pengolah lindi;
perpipaan ini dapat pula berfungsi
sebagai pengumpul lindi. Sistem
pengolah lindi terdiri dari sub sistem
pengolahan, yaitu :
- Kolam penyeimbang yang menangkap dan sebagai kolam
stabilisasi sekaligus kolam anaerob dengan input
mikroorganisme dari kolam seeding
- Kolam fakultatif mekanis
- Kolam maturasi
- Kolam biofilter/lahan sanitasi.
Sistem resirkulasi lindi terdiri dari :
- Bak penampung lindi
- Pompa resirkulasi
- Pipa fleksibel resirkulasi lindi.
14.1.2 Standar
Semua pekerjaaan harus dilakukan dengan baik dan penuh
keahlian sesuai dengan spesifikasi teknis dan gambar
perencanaan. Pelaksanaannya harus mentaati semua
standar untuk hal yang relevan yang berlaku di Indonesia.
14.2. PEKERJAAN SISTEM PENGUMPUL DAN PENYALUR LINDI
14.2.1 Persyaratan Umum
Pekerjaan perpipaan lindi hendaknya mengikuti
persyaratan-persyaratan yang tercantum dalam Pedoman
Plumbing Indonesia tahun 1974, serta persyaratan yang telah
ditentukan oleh pihak berwenang. Mutu bahan harus baik dan
telah diuji oleh lembaga yang berwenang.
Gambar-gambar rencana instalasi pipa bersifat garis besar,
letak persyaratan instalasi dan jalur pemasangan pipa harus
disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Jaringan perpipaan terdiri dari 1 (satu) sistem, yaitu :
Perpipaan yang melayani TPA Zona Landfill mengumpulkan lindi
dari masing-masing cabang pipa (pipa sekunder) untuk
selanjutnya menuju pipa tengah (pipa primer) yang selanjutnya
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
71
untuk dialirkan ke pengolah lindi di bagian hilir dari siteplan.
14.2.2. Persyaratan Teknis Perpipaan
a. Kecuali ditentukan lain oleh direksi, maka perpipaan
yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah dari jenis pipa
HDPE.
b. Sistem perpipaan terdiri dari 1 jenis, yaitu :
Perpipaan yang berfungsi sebagai penangkap/pengumpul
lindi dengan pipa beroperasi. Perpipaan yang berfungsi
sebagai penyalur semua sistem perpipaan mengalirkan lindi
secara gravitasi.
c. Seluruh pipa dan fitting-accesories yang digunakan harus
mengikuti standar-standar yang berlaku untuk pipa air
buangan.
d. Coupling (sambungan pipa) yang digunakan adalah jenis
sambungan dengan lem yang biasa digunakan dalam pipa
HDPE.
e. Setiap pipa dan accesories yang digunakan harus jelas berisi
informasi tentang:
- Jenis pipa
- Diameter pipa (mm)
- Tekanan pipa (bar)
- Nilai kekuatan pipa
- Merk
- Nomor produksi, tanggal dan tanda-tanda lain
- Sudut (derajat) dari fitting
f. Perforasi pada pipa penangkap/pengumpul dilaksanakan
sesuai dengan gambar dengan alat yang tidak akan merusak
kekuatan pipa.
14.2.3. Lingkup Perkerjaan Pemasangan Pipa
Pekerjaan pemasangan pipa yang selanjutnya disebut pekerjaan
pemipaan meliputi :
- Pekerjaan pengukuran
- Pekerjaan patok ukur
- Pekerjaan galian tanah
- Pekerjaan urugan tanah (perataan)
- Pekerjaan perpipaan.
a. Pekerjaan dan rencana kerja
- Pekerjaan pengukuran
Yang dimaksud dengan pekejaan pengukuran dalam
pekerjaan ini adalah pengukuran arah memanjang dan
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
72
pekerjaan pemipaan.
- Rencana kerja
Berdasarkan pengukuran tersebut, kontraktor harus
membuat rencana kerja pekerjaan pemipaan yang
berisi :
Elevasi permukaan tanah
Elevasi dasar tanah (dari galian yang harus
dilaksanakan)
Elevasi peletakan pipa
Elevasi permukaan tanah setelah selesai
pekerjaan urugan dan atau pembuatan jalan
Letak dan atau posisi perpipaan yang lurus, bend
piping, trust block
b. Pekerjaan Galian Tanah
Untuk pengalian tanah (trench cutting) diberlakukan hal-hal
khusus :
- Profil ekonomis
Untuk melaksanakan pekerjaan galian tanah, kotraktor
hanya diperkenankan melakukannya berdasarkan profil
galian seperlunya.
- Galian tanah dan konstruksi pelindung
Untuk kedalaman yang lebih dari 1,2 meter dan pada
tanah yang biasa (yaitu tanah yang bercampur
lempung atau pasir atau batu-batu kecil), maka
kontraktor harus melakukan perlindungan terhadap
galian tersebut. Konstruksi pelindung galian terbuat dari
konstruksi kayu atau baja (selanjutnya disebut konstruksi
pelindung). Konstruksi pelindung tersebut harus benar-
benar kuat, aman serta memudahkan manuver kerja dan
peralatan para pekerja dan petugas dalam galian.
- Pembongkaran bekisting
Pada pelaksanaan pembongkaran konstruksi pelindung,
bahan konstruksi tidak diperkenankan tertinggal dalam
galian dan harus dikeluarkan dari lubang galian.
- Tanah dari jenis lain
Untuk pekerjaan galian tanah dari jenis lain, kontraktor
harus membicarakannya dengan direksi pengawas untuk
mendapatkan hasil galian dengan profil yang kuat,
aman dan semurah-murahnya.
14.2.4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
a. Pada waktu pemasangan pipa harus diperhatikan benar-
benar mengenai kedudukan pipa agar betul-betul lurus serta
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
73
pada peil yang benar dan dasar pipa harus terletak rata,
tidak boleh ada batu-batu (puing-puing) atau benda-
benda keras yang memungkinkan rusaknya pipa dikemudian
hari.
b. Pada waktu pemasangan pipa, pasir galian harus dalam
keadaan kering tidak boleh ada air sama sekali dan dalam
pipa harus diperiksa kembali kebersihannya.
c. Pemotongan pipa apabila benar-benar diperlukan
dapat dilakukan kontraktor dengan persetujuan pengawas
dan harus dilakukan dan harus dilaksanakan dengan alat
yang sesuai untuk pipa yang dipakai.
14.2.5. Pengetesan Pipa
a. Pengetesan pipa harus dilaksanakan dengan disaksikan
oleh pengawas untuk selanjutnya bila telah
diterima/memenuhi syarat untuk dibuatkan berita acara.
b. Pada prinsipnya pengetesan dilakukan dengan cara
bagian dari panjang pipa maksimum 100 m.
c. Pengetesan pipa induk (penyalur) harus dilakukan dengan
tekanan minimal enam (6) atmosfir dan apabila selama
satu (1) jam tekanan tidak berubah/turun, test dapat
dinyatakan berhasil dan dapat diterima.
d. Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan
adalah menjadi tanggungan kontraktor.
e. Apabila pengetesan tidak berhasil, kontraktor harus
mencari sebab-sebabnya, kemudian memperbaikinya,
kalau perlu diadakan pembongkaran dan perbaikan
kembali adalah tanggungan kontraktor.
14.2.6. Perubahan Arah Peletakan Pipa
Perubahan arah perletakan pipa (belokan/tikungan) harus
dilaksanakan dengan bantuan alat penyambung bend/elbow
yang sesuai, begitu pula untuk percabangan harus dengan tee
atau tee-cross (sesuai kebutuhannya). Membengkokkan atau
mengubah bentuk pipa dengan cara apapun tidak
diperbolehkan (secara mekanis maupun cara pemanasan).
14.2.7. Pekerjaan Tanah
a. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pembersihan,
pengupasan lapisan tanah, penebangan tanaman,
pembabatan semak, penutupan lubang, penimbunan
daerah rendah, pemindahan batu, pembuangan humus dan
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
74
tanah yang mengandung organis minimum sedalam 30 cm
serta pembongkaran bangunan, semua dikerjakan dalam
area seluas daerah pelaksanaan. Pekerjaan penimbunan
dilakukan untuk mencapai peil yang disyaratkan.
b. Dalam minimum dan tempat galian untuk pemasangan pipa
berikut peralatannya, begitupula bangunan yang nyata-
nyata termasuk dalam pekerjaan ini harus dibuat sesuai
dengan gambar pelaksanan, atau bila tidak ada
digunakan ketentuan- ketentuan persyaratan minimal
menurut buku petunjuk pemasangan pipa dari pabrik dan
peralatan yang bersangkutan (khusus untuk dalamnya
galian). Patokan/pedoman yang dipakai untuk dalamnya
galian adalah diukur dari atas pipa sampai ke muka
jalan/tanah asal, ditambah tebal lapisan pasir di bawah
pipa. Galian dinyatakan selesai setelah diperiksa/disetujui
oleh pengawas.
c. Penggalian tanah untuk parit pemasangan pipa harus
dilaksanakan serentak dengan diikuti pelaksanaan
pemasangan pipa dan perlengkapannya dan harus diikuti
pula dengan penimbunan/pengurugan kembali dengan
segera sesuai dengan cara-cara yang disetujui direksi.
d. Pekerjaan ini meliputi :
- Pengerjaan galian tanah untuk pemasangan pipa
- Pengerjaan urugan tanah untuk pemasangan pipa
- Mengatur kemiringan dan pengontrolan drainase
- Penggalian dan penimbunan
- Pemadatan
- Pemindahan material-material yang tak berguna dan
puing-puing
- Menyediakan material-material pengisi yang baik.
e. Peralatan untuk pekerjaan tanah
Agar didapat hasil yang baik, maka kontraktor harus
menyediakan alat-alat yang memenuhi syarat untuk
pekerjaan tanah. Apabila perlu pembuangan, maka
kontraktor harus menyediakan sarana pengangkutan
tersebut ke tempat-tempat pembuangan.
f. Pengerjaan urugan tanah untuk pemasangan pipa :
- Tanah urugan yang boleh dipakai adalah tanah yang
tidak mengandung bahan organis dipadatkan lapis demi
lapis tiap 20 cm sampai rata dan padat dengan alat
penimbris dari besi berat 10 kg. Apabila tanah
setempat tidak memenuhi persyaratan di atas maka
kontraktor harus mendatangkan tanah tersebut.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
75
- Urugan tanah untuk pemasangan pipa harus
dilaksanakan setelah pengurugan kerikil pasir di
sekeliling pipa yang dipasang telah selesai dan
harus mendapatkan persetujuan pengawas terlebih
dahulu sebelum dilaksanakan (lihat gambar
pelaksanaan).
g. Pekerjaan Urugan Pasir untuk Pemasangan Pipa
- Urugan pasir dilakukan lapis demi lapis setebal 15 cm
dengan penyiraman air, sehingga rata dan padat sampai
ketinggian yang dibutuhkan alat-alat penimbris dari besi
dengan berat minimum 10 kg.
- Urugan kerikil dan pasir dilakukan pada sekeliling pipa,
tebal 10 cm kecuali pipa- pipa yang memotong jalan
yang harus diurug penuh dengan pasir. Untuk
bangunan lainnya disesuaikan dengan gambar
pelaksanaan.
- Agar peletakan pipa tepat pada peilnya, pengurugan
pasir baru dapat dinyatakan selesai/disetujui oleh
pengawas yaitu bila peil tersebut sudah tepat pada
tempatnya.
h. Pekerjaan Galian
- Pekerjaan galian harus sesuai dengan gambar kerja,
tetapi dengan grade level yang lebih tinggi dari final
grade untuk memperhitungkan pengaruh pemadatan.
Penggalian yang dilakukan tidak boleh menyimpang dari
kemiringan (gradient) yang ditentukan pada gambar
kerja. Apabila pada waktu melakukan penggalian
bertemu dengan batukarang, batu-batuan lainnya,
maka material-material tadi harus dipindahkan dengan
seijin pengawas. Lubang bekas material yang
dikeluarkan tadi harus diisi kembali dengan tanah yang
disetujui oleh pengawas yang nantinya akan dipadatkan.
- Dasar galian harus dikerjakan dengan teliti sesuai dengan
ukuran gambar kerja, datar dan dibersihkan dari kotoran.
Bilamana kontraktor melakukan penggalian yang melebihi
dari apa yang telah ditetapkan, kontraktor harus
menutupi kelebihan tersebut dengan urugan tanah
yang terlebih dahulu mendapat persetujuan
pengawas. Urugan dipadatkan dan ditimbris air setiap
ketebalan 15 cm, lapis demi lapis sampai mencapai
ketinggian/ukuran yang dibutuhkan dan semua biaya
tambahan ditanggung oleh kontraktor.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
76
i. Pekerjaan urugan/penimbunan
- Penimbunan dilakukan sampai peil dan kemiringan yang
ditentukan pada gambar kerja.
- Penimbunan baru dilaksanakan setelah tanah yang
dikupas dipadatkan sampai 100% kepadatan maksimum
compaction modified proctor.
- Tanah yang digunakan untuk penimbunan adalah tanah
yang berbutir-butir bagus serta bebas dari humus/akar-
akaran/bahan-bahan organis lainnya.
14.2.8. Pekerjaan Manhole
a. Pekerjaan tersebut dari konstruksi beton dengan ketebalan
dinding sesuai dengan gambar. Saluran setengah pipa harus
dipasang pada manhole dengan material dan spesifikasinya
sesuai dengan jalur pipanya. Jika kontraktor tidak berhasil
mendapatkannya, maka kontraktor harus mengusulkan
alternatif lain yang sesuai untuk saluran air buangan.
Selama pipa tegak biogas belum dihubungkan pada manhole
ini, maka manhole perlu ditutup dengan tutup manhole.
b. Tutup manhole dari DCI dengan cover dan frame berbentuk
segi empat dan memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Tahan karat
- Kuat dan aman
- Mempunyai pengaman agar tidak mudah dicuri
- Mempunyai lubang ventilasi
- Mudah dioperasikan petugas
- Frame dilengkapi dengan gelang polythilane untuk
menghindarkan kontak antara metal dengan metal
- Frame mempunyai lubang-lubang untuk pembautan
- Untuk menghindari masuknya air kedalam manhole, tutup
manhole harus lebih tinggi 2 cm dari permukaan jalan
atau 3 cm dari permukaan tanah.
14.3. PEKERJAAN PEMBUATAN INSTALASI PENGOLAH LINDI
14.3.1. Bak Kontrol Efluen TPA
a. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan kolam pengumpul efluen dari TPA (merupakan
pipa efluen ke bak ini) mencakup pekerjaan-pekerjaan
sebagai berikut :
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan pondasi
- Pekerjaan beton
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
77
- Pembuatan kolam pengumpul efluen
- Pemasangan alat ukur Thomson
- Pemasangan pipa.
Spesifikasi teknis tentang pekerjaan tanah, pekerjaan beton
dan pekerjaan pondasi dapat dilihat dalam uraian Bab II
(Spesifikasi Teknis Pekerjaan Sipil).
Bak pengumpul efluen ini terbuat dari pasangan beton
bertulang, sesuai dengan gambar perencanaan.
b. Alat ukur Thomson
Alat ukur Thomson sebanyak 2 (dua) unit terbuat dari plat
baja 3 mm, masing- masing dengan sudut 60˚ dan 90˚. Alat
ukur ambang ini dapat dipasang dan dilepas pada bak
pengumpul efluen melalui celah yang dibuat pada dinding
bak. Di sisi bak juga kemudian dipasang mistar ukur berskala
centimeter, dengan titik nol berada tepat pada ambang
terendah dari alat ukur tersebut.
c. Perpipaan
- Pipa influen dan efluen dibuat dan ditetapkan
sebagaimana tercantum di dalam gambar rencana
- Pipa dari bahan baja atau besi tuang
- Pipa ini dipasang menembus dinding bak dan ruang inlet
pada posisi ketinggian seperti yang ditunjukkan di dalam
gambar perencanaan.
d. Valve (Disesuaikan dengan gambar rencana)
- Setiap cabang pipa dari pertemuan antara pipa-pipa
dari bangunan pengolahan sebelumnya dilengkapi
dengan valve
- Ukuran dan diameter valve sesuai dengan diameter
pipanya
- Valve yang dipilih adalah valve yang terbuat dari besi cor.
- Setiap valve dilengkapi dengan manhole yang
dilengkapi dengan konstruksi penutup.
- Penutup dibuat dari pelat baja yang bisa dibuka dan
dilengkapi dengan kunci gembok.
14.3.2. Kolam Stabilisasi/Anaerob
a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan pembuatan kolam stabilisasi/anaerob
mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut :
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
78
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan lantai kerja beton f’c 7,4 Mpa
- Pekerjaan lantai beton bertulang
- Pekerjaan dinding beton bertulang
- Pembuatan bak pengendap dan struktur inlet
- Pembuatan konstruksi pelimpah (sesuai gambar rencana)
- Pembuatan saluran pembuang influen dan efluen
Spesifikasi teknis tentang pekerjaan tanah, lantai kerja,
dan beton dapat dilihat pada bab II.
b. Kolam stabilisasi/Anaerob
- Kolam stabilisasi terbuat dari konstruksi beton,
sesuai dengan gambar perencanaan. Bak yang
dibuat dengan posisi sesuai dengan gambar site plan
instalasi pengolahan lindi.
- Inlet merupakan saluran terbuka yang langsung
dihubungkan dari bak pengumpul efluen melalui pintu-
pintu air.
- Outlet dari kolam stabilisasi/anaerob terdiri dari 2
elevasi sesuai dengan gambar, masing-masing melalui
pintu air yang berbeda. Level dari pintu air tersebut
harus diletakkan secara akurat, agar fungsi pengaturan
aliran sesuai dengan yang diinginkan.
14.3.3. Kolam Fakultatif
a. Lingkup pekerjaan
Pekerjaan pembuatan kolam fakultatif meliputi :
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan lantai kerja beton f’c 7,4 Mpa
- Pekerjaan lantai dan dinding beton bertulang
- Pemasangan perpipaan
Spesifikasi teknis tentang pekerjaan tanah, lantai kerja dan
beton dapat dilihat pada uraian bab II.
b. Bak fakultatif
- Bak fakultatif terbuat dari konstruksi beton.
- Sudut-sudut samping dasar bak berbentuk 90˚ akan
tetapi dibuat miring seperti tertera pada gambar
perencanaan.
- Lantai kerja terbuat dari beton dengan ketebalan 30
cm sesuai dengan gambar perencanaan.
c. Pemasangan pipa
- Pemasangan pipa inlet yang masuk ke dalam tangki
fakultatif harus dilakukan dengan teliti.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
79
- Posisi ketinggian pipa dari muka tanah maupun dari
dasar bak fakultatif harus sesuai dengan apa yang
tercantum di dalam gambar perencanaan.
- Bahan pipa adalah pipa PVC AW
- Sambungan-sambungan pipa dilakukan secara
mekanis, yaitu menggunakan flange diameter yang
sesuai.
d. Konstruksi pelimpah (sesuaikan gambar rencana)
- Konstruksi pelimpah dari bak fakultatif ini adalah
ambang pelimpah yang dipasang selebar bak.
- Ukuran lebar dan tinggi saluran pelimpah mengikuti apa
yang tercantum pada gambar perencanaan.
- Pelimpah terbuat dari bahan papan kayu yang lurus.
Papan ini dipasang di atas ketebalan dinding pelimpah
yang terbuat dari beton bertulang seperti
diperlihatkan pada gambar perencanaan. Pemasangan
papan pelimpah ini pada beton dilakukan dengan hati-
hati dan rapi. Agar tidak terjadi kebocoran maka setiap
penempelan harus diberi lem dan karet.
- Guna memudahkan pemasangan dan pencabutan
papan pelimpah, maka dibutuhkan jembatan (bordes)
operasi, yang terbuat dari baja. Posisi dan ukuran bordes
tersebut sesuai dengan gambar perencanaan.
14.3.4. Kolam Maturasi
Lingkup pekerjaan
Pekerjaan bak maturasi mencakup pekerjaan-pekerjaan sebagai
berikut :
- Pekerjaan tanah
- Pekerjaan lantai kerja beton f’c 7,4 Mpa
- Pekerjaan lantai beton bertulang
- Pekerjaan dinding beton bertulang
- Pemasangan pipa overflow
- Pembuatan pipa underdrain
Spesifikasi teknis tentang pekerjaan tanah, lantai kerja dan
beton bertulang dapat dilihat pada bab II.
14.3.5. Kolam Biofilter
Kolam kontrol merupakan lahan sanitasi yang dibatasi oleh
dinding beton dengan konstruksi yang biasa digunakan di
daerah tersebut. Bentuk dan letak dari kolam ini dapat dilihat
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
80
pada gambar-gambar teknis.
Pembuatan kolam biofilter :
- Kolam sorpsi terbuat dari konstruksi beton dengan ukuran
sesuai dengan gambar perencanaan. Pada dinding keluar
(efluen), digunakan pipa PVC berlubang di seluruh
bidangnya guna memungkinkan penyaluran air.
- Pengisian media pasir halus dan kerikil atau bahan sorpsi
lain sesuai dengan gambar perencanaan.
14.3.6. Pipa Resirkulasi (sesuaikan gambar rencana)
Pada efluen bak sendimentasi aliran air sebagian mengalir pada
bak resirkulasi dengan pengaturan melalui pintu-pintu air seperti
terlihat dalam gambar.
Bak resirkulasi yang terbuat dari pasangan beton bertulang,
dilengkapi dengan pipa dan valve-valve guna memungkinkan
penyambungan slang (pipa) fleksibel ke pompa, agar dapat
dialirkan ke TPA.
Jenis spesifikasi dari pompa ini dapat dilihat pada pekerjaan
mekanikal dan elektrikal.
15. PEKERJAAN SISTEM LINER
15.1. LINGKUP
Pekerjaan yang tercakup oleh bab ini meliputi penyediaan
tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan, dan pengawasan
untuk pekerjaan pemasangan sistem liner. Pemakaian
komponen-komponen dalam sistem liner ini harus berasal dari
produk satu pabrikan (atau komponen tertentu dapat atas
rekomendasi oleh satu pabrikan). Demikian juga untuk
pemasangan sistem liner ini wajib dilakukan sekaligus dalam
satu paket dengan pembelian sistem liner oleh pihak
pabrikan/supplier, dan tidak boleh dilakukan terpisah oleh pihak
yang tidak ahli di bidangnya. Hal ini penting dicantumkan,
mengingat pemasangan sistem liner memerlukan keahlian khusus.
15.2. LINER GEOSINTETIS
15.2.1. BAHAN
Kontraktor harus menyerahkan usulan rinci yang dilengkapi
dengan sertifikat pengujian dan 8 lembar contoh base lining
system pada landfill yang diusulkan berukuran 400 x 400 mm2
kepada Direksi. Penyerahan ini tidak boleh kurang dari 1
(satu) bulan sebelum pemasangan dilakukan. Tidak ada base
lining system pada landfill yang dipasang sebelum ada
persetujuan dari Direksi.
Usulan Konkrit Penggunaan Material Geosynthetics untuk TPA
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
81
Bahoruru Kabupaten Morowali, adalah sebagai berikut : dengan
memperhatikan dan menimbang pada uraian teknis tersebut
diatas dan juga mengacu pada standard / aturan
international untuk Landfill Base Liner, maka berikut ini adalah
usulan konkrit kami sebagai berikut :
1. Lapisan clay (tanah setempat)
2. Lapisan geomembrane yang terbuat dari High Density
Polypropylene 1,5 mm
(spesifkasi teknis terlampir).
3. Lapisan geotextile 4 mm
4. Drainage layer merupakan alternatif dari mineral material
layer (gravel) (spesifikasi teknis sesuai gambar desain).
Usulan alternatif sistem liner untuk TPA Bahoruru Kabupaten
Morowali lebih detail dapat dilihat pada Gambar 6.1,
sedangkan spesifikasi teknis lebih detail tentang spesifikasi
teknis masing-masing lapisan pada sistem liner ini dapat
dilihat pada bahasan berikutnya.
Gambar : Usulan Rencana Pelapisan Dasar (Liner)
15.2.2. DETAIL BASE LINING LANDFILL
Ada beberapa hal yang sangat penting untuk diperhitungkan
dalam melakukan detail desain untuk base lining system pada
landfill, terutama yang berhubungan dengan struktur
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
82
bangunan landfill dan lingkungan secara keseluruhan.
a). Penentuan parameter base lining yang sesuai dengan
kriteria / kebutuhan akhir yang
dikehendaki / ditentukan oleh consultant engineer
(misalnya : safety factor, permeabilitas liner, capasitas
drainase, lifetime dari struktur sesuai dengan perkiraan
fungsinya, dan lain-lain).
b). Analisa stabilitas struktur bangunan landfill dan material
pendukungnya dengan mempertimbangkan gaya-gaya
yang bekerja pada bidang / struktur tersebut. Dalam hal
ini, perlu diperhatikan juga kondisi pada saat landfill
tersebut masih pada masa konstruksi maupun setelah
beroperasi, sehubungan dengan adanya beban statis dan
dinamis.
c). Analisa stabilitas pertemuan antar material (secara khusus
ditentukan oleh koefisien geser), baik antara material
natural dengan material sintetis, ataupun antar material
sintetis.
d). Analisa bahan material dan aplikasinya sesuai parameter
(a).
Dalam melakukan suatu desain pada base lining landfill, hal
pertama yang harus dilakukan oleh consultant engineering
adalah menentukan parameter-parameter yang mutlak harus
dipenuhi dalam desain. Parameter-parameter tersebut antara
lain adalah :
- Usia yang diharapkan (Expected Design Lifetime) dari struktur
bangunan tersebut.
- Angka keamanan (safety factor), baik untuk struktur, base
lining, dan slope lining.
- Koefisien permeabilitas masing-masing lapisan.
- Puncture resistance dari material pelindung.
Sesuai dengan tujuan utama dari landfill system, yaitu
menghindari polusi pada tanah, air tanah dan air permukaan,
maka kegagalan, sekecil apapun tidak dapat ditolerir. Setiap
hal yang berhubungan dengan stabilitas harus dianalisa, baik
stabilitas struktur bangunan (sub-grade dan lereng), maupun
interaksi antara material lining dengan struktur tersebut.
Stabilitas ini harus sudah memperhitungkan gaya-gaya statis
dan dinamis yang bekerja pada bidang itu. Dua hal pokok
yang penting di lakukan perhitungan stabilitas adalah :
- Pada saat konstruksi, maka harus diperhitungkan gaya-gaya
yang ditimbulkan akibat alat-alat berat yang bekerja pada
struktur tersebut termasuk momen-momen yang terjadi
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
83
akibat perputaran roda dan komponen lainnya.
- Ketika telah beroperasi, harus diperhitungkan gaya-gaya
akibat moda pengangkut (truk) dan excavator yang
bekerja pada bangunan tersebut, berikut momen-momen
yang terjadi pada saat moda transportasi tersebut
melakukan aktifitasnya.
Meskipun di Indonesia belum merupakan suatu hal yang
populer, tetapi adalah merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk melakukan detail desain (analisa stabilitas)
antar material (poin c), sesuai dengan prinsip “zero mistake”
seperti tersebut dalam bab Pendahuluan, paragraf keempat.
Dan salah satu cara untuk mendapatkan hasil yang maksimal,
sangat direkomendasikan bahwa untuk semua jenis material
geosynthetics yang akan digunakan pada suatu landfill
harus berasal dari Satu Manufaktur / Pabrikan (bukan dari
satu supplier). Hal ini sangat penting, karena dengan berasal dari
satu sumber, maka garansi material secara keseluruhan dapat
diperoleh dan juga koefisien geser yang timbul dari interaksi
antar material juga dapat diperoleh dengan benar, dimana
kedua hal ini sulit diperoleh apabila setiap jenis material
geosynthetics berasal pabrikan yang berbeda. Ketidaktahuan
tentang koefisien geser antar material akan mengakibatkan
kegagalan (failure) base lining Landfill system.
Khusus untuk desain base lining system yang berhubungan
dengan material sintetis, ada beberapa parameter penting
yang harus diperhitungkan dalam menentukan kriteria /
spesifikasi material, yaitu dengan mengacu pada fungsi-fungsi
seperti tersebut di bawah ini :
- Fungsi Penutup / Sealing (lapisan impermeable)
- Fungsi Pelindung / Protection
- Fungsi Filtrasi dan Separasi
- Fungsi Pengikat / Reinforcement.
Salah satu hal yang sangat perlu diperhatikan adalah
menentukan bahan material yang akan digunakan. Pada
umumnya, alternatif material yang dapat digunakan bisa
dibedakan menjadi 2 (dua) jenis yaitu : material natural dan
material sintetis (geosynthetics).
Untuk jenis material natural, ada 2 (dua) hal utama yang perlu
menjadi pertimbangan, yaitu :
a). Ketersediaan (supply) material
b). Tingkat kesulitan dan biaya dalam hal aplikasi material
tersebut sesuai dengan parameter yang telah ditentukan.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
84
Misalnya, ketersediaan material clay pada lokasi setempat,
serta analisa biaya dan jaminan kualitas (quality assurance)
untuk aplikasi material clay tersebut sesuai dengan koefisien
permeabilitas yang telah ditentukan.
Untuk jenis material geosynthetics, hal utama adalah seperti
tersebut pada poin di atas. Dan selain itu analisa bahan
dan metode aplikasi harus dilakukan satu per satu untuk
didapatkan bahan / jenis material yang terbaik. Dalam
hal ini, beberapa kriteria yang perlu dijadikan sebagai
pertimbangan utama adalah :
- Creep factor, yaitu angka / koefisien yang
merupakan parameter kunci untuk menentukan usia
desain dari struktur bangunan landfill (expected design
lifetime). Dalam hal ini uji material jangka panjang
dari lembaga international yang independen mutlak
diperlukan
- Koefisien geser antar material geosynthetics dan dengan
material natural.
- Cara / metode produksi material, dimana hal ini sangat
menentukan kualitas akhir suatu material.
- Data teknis material sesuai dengan fungsinya dan
parameter yang diperlukan (poin a), misalnya : koefisien
permeabilitas bahan untuk GCL (sealing element),
puncture resistance untuk material geotextile pelindung
(protection element), opening size untuk material
geotextile untuk filtrasi (filtration element) dan kapasitas
drainase untuk beban tertentu (drainage element).
Sehubungan dengan hal ini, data teknis dari supplier /
pabrikan mutlak diperlukan.
15.2.3. PENYIMPANAN, PEMASANGAN DAN PERBAIKAN
Komponen material base lining system pada landfill harus
disimpan sedemikian rupa sehingga tidak terkena sinar matahari
langsung. Kontraktor bertanggungjawab terhadap pengadaan
dan pemasangan base lining system, tetapi untuk
pemasangannya harus merupakan satu paket dengan
pemasangannya, jadi kontraktor tidak boleh melakukan
pemasangan sendiri, jadi pemasangan harus dilakukan oleh pihak
pabrikan/supplier yang memang mempunyai keahlian khusus
dalam hal pemasangan base lining system pada landfill.
Tetapi tanggungjawab pemasangan base lining system pada
landfill tetap merupakan tanggungjawab kontraktor.
Kontraktor harus menyerahkan usulan rinci cara pemasangan
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
85
base lining system pada landfill kepada Direksi untuk mendapat
persetujuannya. Sambungan harus dijahit, atau disambung
dengan cara lain yang disetujui Direksi.
Kontraktor harus memperbaiki base lining system pada landfill
yang rusak. Metoda perbaikan harus mendapat persetujuan
Direksi. Apabila Direksi merasa bahwa perbaikan itu tidak
memuaskan, maka Kontraktor harus menggantinya dengan yang
baru.
15.2.4. SPESIFIKASI MATERIAL BASE LINING LANDFILL
GEOMEMBRANE SEBAGAI LAPISAN PENGEDAP
1. Umum
Geomembran yang dipergunakan untuk fungsi lapisan
pengedap pada suatu sistem kolam/tempat penampungan
akhir sampah harus memenuhi persyaratan spesifikasi, yaitu
menjaga agar tidak terjadi kebocoran pada kolam agar tidak
mencemari lingkungan sekitar.
Kontraktor diharuskan untuk menunjukkan contoh
material yang disertai dengan spesifikasi teknik material
kepada pemberi tugas dan atau konsultan yang ditunjuk
untuk diperiksa dan disetujui.
Material yang digunakan haruslah sudah sering digunakan
di Indonesia dan pihak kontraktor harus melampirkan
daftar proyek-proyek di Indonesia yang telah
menggunakan material geomembran ini.
Kontraktor harus mempunyai pengalaman dalam
pemasangan material geomembran ini dan telah melakukan
pemasangan material geomembran yang sama untuk proyek-
proyek di Indonesia.
Kontraktor wajib melampirkan brosur geomembran yang akan
digunakan pada saat penawaran, jika ridak melampirkan atau
ketidaksesuain brosur yang dilampirkan dengan spesifikasi
dapat menggugurkan penawaran.
2. Sifat-Sifat Fisik
(a) Geomembran harus terbuat dari resin dengan
kepadatan (ASTM D-1505) > 0,932 g/ cc dan kandungan
carbon black antara (2,0 – 3,0)% sehingga
menghasilkan lembar HDPE (High Density Polyothlene)
smooth dengan density (ASTM D-1505) >0,94 g/ cc.
(b) Untuk meminimalkan jumlah jalur sambungan sebagai
area yang rawan bocor dan effisiensi penggunaan
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
86
bahan, maka lebar roll geomembrane minimal 8,0 m
sebagai lebar standar yang umum diproduksi dan tidak
menimbulkan kesulitan dalam transportasi dan
pemasangan.
(c) Material Geomembran hharus memenuhi spesifikasi
Carbon Black Dispersion (ASTM D-5596) category 1 /
category 2 dan Oxidation Induction Time (ASTM D-3895)
minimum average 100 min.
(d) Untuk antisipasi kondisi pemakaian expose, bahan
geomembrane harus memenuhi spesifikasi dimensional
stability (ASTM D-1204) +/- 2%, Stress Crack Resistance SP-
NCTL (ASTM D5397) 400 Hr.
Geomembrane harus memenuhi spesifikasi Oven Aging
0% Retained sesudah 90 hari (ASTM D-5721) dan HP OIT
(ASTM D-5885) minimum Average 80%. Geomembrane harus
memenuhi spesifikasi Ultra Violet Resistance 0%
Retained sesudah 1.600 jam GRI-GM-11 HP-OIT, minimum
average 50%.
(e) Setiap roll geomembran yang dikirimkan ke lapangan,
harus dilengkapi stiker data merk dan tipe yang dibuat
oleh pabrik.
Data merk dan tipe/ ketebalan harus tercetak pula
secara teratur sepanjang lembaran geomembrane
untuk pemeriksaan visual.
3. Penyimpanan dan Pemasangan
(a) Geomembran yang dikirim ke lapangan harus disimpan
dan dilindungi dari hal-hal yang dapat merusak
geomembran dan dari pengaruh sinar matahari
langsung (untuk jangka waktu yang lama).
(b) Geomembran yang dipasang sesuai dengan
rekomendasi/petunjuk yang dikeluarkan pabrik, dan
harus dipasang pada lokasi seperti yang dicantumkan
pada gambar rencana atau atas petunjuk Engineer.
(c) Permukaan tanah tempat geomembran akan digelar,
haruslah kering dan bersih dari benda-benda
pengrusak seperti lumpur, bebatuan, akar pohon,
batang pohon, dan lain-lain yang dapat
menimbulkan kerusakan pada geomembran. Tanah
dibawah tempat geomembran akan digelar
diusahakan kepadatannya seragam atau atas
persetujuan Engineer.
(d) Lokasi penyimpanan material sebaiknya berdekatan
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
87
dengan lokasi kerja untuk meminimalkan transportasi
dan penanganan. Material liner harus disimpan di
tempat dengan permukaan halus dan bebas dari batu
atau benda lain yang dapat merusak material.
(e) Akses ke lokasi pekerjaan harus diperiksa jika ada
pembatasan-pembatasan yang akan menentukan
keputusaan penggunaan alat, awal lokasi mulai kerja,
jadwal pelaksanaan, atau metoda penggelaran.
(f) Pola cuaca/iklim setempat perlu dimasukkan sebagai
pertimbangan untuk memutuskan jika dibutuhkan
penggantian untuk mencegah kontraksi tegangan
berlebihan dan pengangkatan liner atau membentuk
ruang kosong pada kaki lereng. Kompensator adalah
kerutan atau lipatan dari tambahan material yang
digunakan untuk pembentukan ke dalam liner untuk
kontraksi yang akan dating dari liner yang dapat
diijinkan.
(g) Tidak dianjurkan untuk mencoba menggelar material
selama periode musim angin besar, hujan, atau kondisi
lainnya yang menghalangi keberhasilan pengelasan
geomembran.
(h) Front end loader sangat direkomendasikan untuk
digunakan menggelar material geomembran, atau tipe
lain peralatan yang dapat digunakan adalah all
terrain forklift atau crane. Peralatan yang dapat
digunakan untuk penggelaran roll lebar 7 meter adalah
mempunyai kapasitas untuk mengangkat sambil berjalan
minimal seberat 2.000 kg.
(i) Batang penggelar roll dipasang pada front end loader
atau peralatan lain dan digunakan untuk batang as
untuk menggelar material liner :
Batang penggelar terbuat dari baja profil I atau
pipa. Batang as terbuat dari pipa baja berdiameter
15 cm.
Batang penggelar dan as minimum 1 meter lebih
panjang dari lebar rol dan mempunyai kapasitas
untuk mendukung roll material secara keseluruhan.
(j) Material geomembran dapat digelar dengan
beberapa metoda. Yang manapun metoda yang
digunakan tidak boleh merusak liner, dan material tidak
melipat, terlipat, dan mengkerut selama penggelaran :
Sangat dianjurkan untuk menggunakan metoda
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
88
penggelaran yang terbaik, yaitu untuk membuka
material menggunakan spreader dan axle bar
dan menempatkan rol pada permukaan tanah dan
ditarik dengan mesin menuju belakang alat.
Metoda lain adalah rol diangkat lebih tinggi dari
tanah dan material ditarik dari roll dimana
mesin/alat dalam keadaan tetap.
Rol dengan axle bar juga dapat digunakan dan
ditempatkan pada suatu perancah tetap dan
material ditarik keluar. Metoda ini dapat digunakan
untuk proyek kecil dengan jumlah material yang tidak
terlalu banyak.
(k) Panel geomembran harus segera diperiksa sesudah
penggelaran dan jika ditemukan kerusakan atau
cacat pabrik secepatnya diberi tanda untuk diperbaiki.
(l) Penyambungan geomembran harus dilakukan dengan
cara yang benar guna mengantisipasi kebocoran
yang terjadi, dan juga harus dilakukan pemeriksaan
terhadap sambungan.
(m) Pengisian material diatas geomembran harus dilakukan
secara hati-hati guna menghindari kerusakan pada
geomembran dan harus dihindari penjatuhan
material timbunan langsung ke atas geomembran.
Untuk lokasi-lokasi tertentu dimana penjatuhan langsung
tidak dapat dihindari, geomembran harus dilindungi
misalnya dengan geotekstil dan atau lapisan
pasir/tanah.
4. Persyaratan Spesifikasi
Geomembran yang digunakan harus berwarna hitam dan
halus pada kedua sisi serta harus memenuhi semua
persyaratan seperti yang tersebut dibawah ini melalui
metoda pengujian yang sama :
No. Data Teknis Metoda Tes Satuan Nilai Keterangan
1. Ketebalan ASTM D 5199 mm 1,5 Minimal
2. Kuat tarik
Tegangan saat
leleh
ASTM D 6693 kN/m 23 Minimal
Kemuluran saat
leleh
ASTM D 6693 % 13 Minimal
Tegangan saat
putus
ASTM D 6693 kN/m 43 Minimal
Kemuluran saat
putus
ASTM D 6693 % 700 Minimal
3. Ketahanan ASTM D 1004 N 187 Minimal
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
89
terhadap
sobek/Tear
Ressistance
4. Ketahanan
terhadap
jebol/Puncture
Ressistance
ASTM D 4833 N 530 Minimal
Area (lokasi) yang akan di-lining diharapkan untuk diukur
secara akurat dan gambar lapangan atau sketsa, detail
panel, dan lokasi sambungan atau susunannya.
(a) Susunan panel harus direncanakan untuk meminimalkan
potongan, panjang total yang memerlukan pengelasan
untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
(b) Kegunaan dari bagian prafabrikasi liner harus betul-betul
dipertimbangkan.
(c) Secara umum, panel geomembran harus
diorientasikan pararel terhadap garis maksimal lereng,
tidak melintang terhadap lereng atau dengan kata
lain sambungannya direncanakan memotong lereng
tegak lurus dari atas ke bawah.
Panel dapat digelar secara horizontal memotong
lereng hanya bila panjang total material mencukupi
ke arah bawah lereng sampai kaki lereng tidak lebih
dari lebar roll material.
Panel tidak pernah diorientasikan menuju
arah yang memerlukan penyambungan melintang
memotong lereng.
Lokasi penyambungan material tidak boleh dilakukan
di atas lereng.
5. Pengawasan Kualitas
Kontraktor harus mencatat dengan baik setiap lembar
geomembran yang terpasang, lokasi pemasangan,
tanggal penggelaran, waktu mulai dan selesai, dan
ukuran geomembran yang terpasang.
Pabrikan harus memiliki sertifikat ISO 9001 (2000). Setiap roll
harus memiliki nomor identifikasi produksi dan supplier
diwajibkan untuk melampirkan laporan QA/QC hasil tes pada
saat produksi. Frekuensi tes pada hasil akhir produksi tidak
boleh kurang dari :
Thickness (DIN 53370) setiap 1 per shift @ 8 jam
Kualitas permukaan (DIN 16925) setiap 1 per shift @ 8 jam
Kepadatan (ISO 1183) setiap 1 per shift @ 8 jam
Penyusutan akibat suhu setiap 1 per shift @ 8 jam
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
90
Index leleh (MFI) (ISO-R1133) setiap 1 per shift @ 8 jam
6. Metoda Pengukuran
Lembaran geomembran diukur dalam meter persegi untuk
tiap luas areal yang dipasang.
7. Persetujuan Material dan Sub Kontraktor (Aplikator) :
Agar material yang dipergunakan di lapangan sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh perencana.
Kontraktor wajib mengajukan persetujuan material dan sub
kontraktor (aplikator) kepada Konsultan dan Direksi terlebih
dahulu sebelum pemesanan barang/penunjukan sub
kontraktor dengan ketentuan sebagai berikut :
(a) Material yang diajukan harus dilengkapi dengan
surat keterangan asli dari manufaktur yang
menyatakan bahwa material yang disuplai harus sesuai
dengan spesifikasi teknis terlampir diatas, dan juga
pernyataan bahwa sub kontraktor/aplikator yang
ditunjuk adalah agen resmi untuk di Indonesia.
(b) Sampel material harus disertakan dalam pengajuan
tersebut.
(c) Sub kontraktor yang akan ditunjuk harus melampirkan
surat pernyataan memiliki perlengkapan untuk aplikasi
dan tes di lapangan sebagai berikut :
Mesin hot air welding, dengan 2 line welding sekaligus
(dengan saluran tes udara ditengahnya).
Mesin extrusion.
Mesin hand welding.
Alat tes kompresi udara (air test channel).
Alat vacuum test, untuk perbaikan dan sudut.
Alat tensio meter untuk peel dan shear test
daripada material dan overlap sesuai dengan ASTM
D638. Tes ini harus dilakukan setiap hari sebelum
pekerjaan dimulai di lapangan, dan harus dicatat
dan diberikan kepada Direksi dan Konsultan.
Untuk aplikasi di lapangan, sub kontraktor wajib
melakukan tes untuk hasil pekerjaan sesuai dengan
standar tes yang tercantum dalam dokumen ini.
15.2.5. SPESIFIKASI TEKNIS GEOTEXTILE NON WOVEN (GEONET) SEBAGAI LAPISAN PROTEKSI DAN
FILTRASI
1. Umum
Geotekstil sebagai lapisan proteksi harus memenuhi
persyaratan spesifikasi, yaitu harus dapat melindungi lapisan
pengedap dari kerusakan fisik akibat material timbunan.
Selain berfungsi sebagai lapisan proteksi, material ini juga
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
91
dapat digunakan untuk lapisan filtrasi, untuk filter lindi
sebelum jatuh ke gravel dan dalam hal ini material ini
mempunyai fungsi ganda sebagai penahan sampah agar
tidak masuk ke pori-pori gravel sehingga tidak menghambat
laju aliran lindi menuju pipa lindi.
Kontraktor diminta untuk menunjukkan contoh material yang
disertai dengan sertifikasi pabrik pembuat kepada Direksi
untuk diperiksa dan disetujui. Contoh-contoh ini harus
diseleksi oleh Direksi bersama-sama dengan contoh dari
lapangan untuk disetujui.
Penyedia jasa harus menyediakan dan memasang
geotekstil non woven seperti yang tertera pada gambar
atau ditentukan oleh Konsultan dan Direksi. Pemakaian
geotekstil non woven sudah umum dalam pekerjaan teknik
sipil, diantaranya sebagai filter, lapisan pelindung, lapisan
pemisah tanah untuk mencegah bercampurnya
tanah/material timbunan dengan tanah lunak, dan drainase
dibawah tanah.
2. Sifat-Sifat Fisik
(a) Untuk mencapai ketebalan tertentu dengan
puncture resistance yang cukup, Geotekstil harus dari
jenis yang tidak dianyam (non woven), dan dibuat
terdiri dari continuous filament (serabut menerus),
bukan dari staple fiber (seratpendek).
(b) Geotekstil yang dipasang sebagai pelindung
geomembrane sering kali terkena cahaya matahari
dalam waktu lama, sehingga harus mempunyai ultra
violetresistance >70% strength retention sesudah 3
bulan expose baik untuk Tensile Strength Retention
dengan method pengujian ISO 10319, maupun untuk
Puncture Strength Retention dengan method pengujian
ISO 12236.
(c) Karena terbentuknya Leachate seperti pada TPA
sampah, maka geotextile harus mempunyai chemical
resistance yang baik, tidak terpengaruh akibat asam,
alkali dan zat kimia dalam rentang pH 2 – 13. Dan
tidak mengalami hidrolisis pada kondisi iklim tropis.
(d) Setiap roll geotekstil yang dikirimkan ke lapangan, harus
dilengkapi data merk dan tipe yang tertera jelas pada
pembungkus luar. Data merk dan tipe harus tercetak
pula secara teratur sepanjang lembaran geotextile
untuk pemeriksaan visual.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
92
3. Penyimpanan dan Pemasangan
(a) Geotekstil yang dikirim ke lapangan harus dengan
pembungkus untuk melindungi material tersebut
terutama dari sinar matahari. Penyimpanan dan
pemasangan gulungan geotekstil tersebut tidak boleh
mengakibatkan kerusakan fisik.
(b) Geotekstil dipasang sesuai dengan
rekomendasi/petunjuk yang dikeluarkan pabrik, dan
harus dipasang pada lokasi seperti yang dicantumkan
pada gambar rencana atau atas petunjuk Engineer.
(c) Penyambungan geotekstil yang overlap harus tepat,
baik lebar maupun posisinya agar geotekstil dapat
berfungsi selama waktu pelaksanaan dan selama
umur rencana dari struktur. Alternatif lain dari overlap
dapat dilakukan dengan cara menjahit dengan
menggunakan mesin jahit ketik ganda portabel.
(d) Penyambungan geotekstil dengan cara menjahit harus
dengan jahitan ganda, dengan jarak 50 mm sampai
dengan 100 mm dari tepi lembaran geotekstil yang
disambung. Sambungan diusahakan sesedikit
mungkin dan harus dengan persetujuan dari Engineer.
(e) Penempatan material timbunan setelah penggelaran
geotekstil harus dilakukan dengan baik sehingga
geotekstil tidak mengalami beban melebihi
tegangan ijinnya. Kerusakan geotekstil selama
penempatan material timbunan harus diperbaiki atas
petunjuk Engineer.
4. Sifat-Sifat Mekanik dan Hidrolik
Geotekstil harus memenuhi atau melampaui semua
persyaratan seperti yang tersebut di bawah ini melalui
metoda pengujian yang sama :
No Data Teknis Test Method Satuan Nilai Keterangan
1 Weight ASTM D5261/ISO 9864 gr/m2 500 Minimal
2 Tensile properties by wide strip method
MD/CD ASTM D4595 / ISO 10319
KN/m 14.8 Minimal
Elongation MD/CD % 80 Minimal
3 Grab Breaking Load and Elongation
MD/CD ASTM D4632
KN 1.22 Minimal
Elongation MD/CD % 80 Minimal
4 Trapezoidal Tearing Strength
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
93
MD/CD ASTM D4533 N 550 Minimal
5 Static Puncture Resistence
Puncture Resistence, Fp ASTM D6241 / ISO
12236 N 2480 Minimal
6 Water permeability of geotextiles by permittivity
Permittivity ASTM D4491 S-1 0.95 Minimal
7 Nominal Thickness ASTM D5199 / ISO
9863 mm 4 Minimal
Pembuatan material geotextile non woven sesuai dengan ISO
9001. Dengan frekuensi tes yang tinggi di laboratorium sesuai
standar manajemen kualitas ISO 9001.
5. Pengawasan Kualitas
Kontraktor harus mencatat dengan baik setiap lembar
geotekstil yang terpasang, lokasi pemasangan, tanggal
penggelaran, waktu mulai dan selesai, dan ukuran geotekstil
yang terpasang. Pencatatan juga mencakup
penyambungan lembaran geotekstil.
6. Metoda Pengukuran
Lembaran geotekstil diukur dalam meter persegi untuk tiap
luas areal yang dipasang.
15.3 Urugan Batu Bulat (Gravel)
15.3.1 Umum
Batu yang dipergunakan adalah batu kali yang bulat, keras, tidak porous,
bukan batu pecah, bersih dari sedimen dan dengan ukuran 3/5 dan 5/7.
15.3.2 Prosedur Pemasangan
a) Batu bulat (gravel) yang diperoleh atau diambil dari sungai dengan
ukuran 3/5 dan 5/7, harus dalam kondisi bersih dari sedimen dengan
mencuci terlebih dahulu.
b) Batu bulat (gravel) tidak boleh bertekstur kasar atau pecah,
dikarenakan dapat merusak lapisan geomembran dan geotekstile.
c) Penghamparan batu bulat (gravel) dengan menggunakan alat berat
maupun sejenisnya harus hati-hati, jangan sampai merusak lapisan
geomembran dan geotekstile.
d) Apabila terjadi kerusakan lapisan geomembran dan geotekstile
akibat kelalaian dari penyedia jasa, maka di wajibkan penyedia jasa
harus memperbaiki kembali kerusakan tersebut sesuai dengan
spesifikasi pemasangan geomembran dan geotekstile.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
94
16. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
16.1 Proyek Konstruksi
Proyek adalah sebuah kata yang sering digunakan
untuk sebuah pekerjaan didalam sebuah program kegiatan,
akan tetapi kata ini mempunyai arti dimana sebuah
pekerjaan besar yang berkemungkinan besar tidak akan
terulang kembali pada jangka waktu tertentu dimasa yang
akan dating. Setiap proyek harus memiliki start dan finish yang
jelas, sekumpulan aktivitas yang berurutan diantara dua
kejadian itu, berikut adanya suatu sasaran tertentu. Suatu
proyek adalah suatu usaha sementara yang dilaksanakan
untuk menghasilkan suatu produk atau jasa yang unik. Setiap
proyek memiliki tanggal mulai dan selesai yang tertentu. Unik
diartikan bahwa produk atau jasa yang dihasilkan adalah
berbeda dari produk atau jasa sejenis lainnya. Tidak ada dua
proyek yang 100% sama (Evha, 2010).
Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang
sifatnya hanya dilakukan satu kali. Pada umumnya proyek
konstruksi memiliki jangka waktu yang pendek. Didalam
rangkaian kegiatan proyek kontstruksi tersebut, biasanya
terdapat suatu proses yang berfungsi untuk mengolah sumber
daya proyek sehingga dapat menjadi suatu hasil kegiatan
yang menghasilkan sebuah bangunan (Soeharto, 2001).
Sedangkan menurut Gould (2002) mendefinisikan proyek
konstruksi sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mendirikan suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya
baik biaya, tenaga kerja, material, dan peralatan.
Proyek konstruksi dilakukan secara detail dan tidak berulang
Dari pengertian dan batasan di atas, maka dapat
dijabarkan beberapa karakteristik proyek sebagai berikut :
1. Waktu proyek terbatas, artinya jangka waktu, waktu mulai
(awal proyek dan waktu finish (akhir proyek) sudah tertentu.
2. Hasilnya tidak berulang, artinya produk suatu proyek hanya
sekali, bukan produk rutin/berulang (Pabrikasi).
3. Mempunyai tahapan kegiatan-kegiatan berbeda-beda,
dengan pola di awal sedikit, berkembang makin banyak,
menurun dan berhenti.
4. Intensitas kegiatan-kegiatan (tahapan,
perencanaan, tahapan perancangan dan
pelaksanaan).
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
95
5. Banyak ragam kegiatan dan memerlukan klasifikasi tenaga
beragam pula.
6. Lahan/lokasi proyek tertentu, artinya luasan dan
tempat proyek sudah ditetapkan, tidak dapat
sembarang tempat.
7. Spesifikasi proyek tertentu, artinya persyaratan yang
berkaitan dengan bahan, alat, tenaga dan metoda
pelaksanaannya yang sudah ditetapkan dan harus
memenuhi prosedur persyaratan tersebut.
16.2. Faktor-faktor penyebab kecelakaan konstruksi
Kasus-kasus kecelakaan yang terjadi di luar negeri
umumnya adalah metode pelaksanaan konstruksi yang kurang
tepat mengakibatkan gedung runtuh yang menewaskan
banyak korban.
Sedangkan kasus yang terjadi di Indonesia umumnya terjadi
karena lemah nya pengawasan pada proyek konstruksi. Kurang
disiplin nya tenaga kerja dalam mematuhi ketentuan K3 dan
kurang memadainya kuantitas dan kualitas alat perlindungan
diri di proyek konstruksi.
Dari kasus-kasus diatas ada beberapa faktor
penyebab terjadinya kecelakaan kerja konstruksi adalah
akibat dari beberapa hal berikut :
1. Tidak dilibatkannya tenaga ahli K3 konstruksi dan
penggunaan metode pelaksanaan yang kurang tepat.
2. Lemahnya pengawasan K3
3. Kurang memadainya kualitas dan kuantitas ketersediaan
peralatanpelindung diri
4. Kurang disiplinnya para tenaga kerja dalam mematuhi
ketentuan mengenai K3.
16.3. Perlengkapan, Peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
1. Alat Pelindung Diri
Alat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah
seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja
untuk melindungi seluruh dan atau sebagian tubuh dari
adanya kemungkinan potensi bahaya dan kecelakaan kerja
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia NomorPer.08/MEN/VII/2010).
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
96
1. Pakaian Kerja
Gambar : Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi
badan manusia terhadap pengaruh-pengaruh yang
kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
Mengingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada
umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka
selayakya pakaian kerja yang digunakan juga tidak
sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan
yang bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti
betul masalah ini umumnya menyediakan sebanyak 3
pasang dalam setiap tahunnya.
2. Sepatu Kerja
Gambar : Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan
terhadap kaki. Setiap pekerja konstruksi perlu
memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya
bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh
benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari
bagian bawah. Bagian muka sepatu harus cukup keras
supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari
atas.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
97
3. Kacamata Kerja
Gambar : Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi
mata dari debu kayu, batu, atau serpih besi yang
beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-
partikel debu berukuran sangat kecil yang
terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh
karenanya mata perlu diberikan perlindungan.
Biasanya pekerjaan yang membutuhkan kacamata
adalah mengelas.
4. Sarung Tangan
Gambar : Sarung Tangan
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa
jenis pekerjaan. Tujuan utama penggunaan sarung
tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda
keras dan tajam selama menjalankan kegiatannya.
Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan
adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan
yang sifatnya berulang seperti mendorong gerobak cor
secara terus-menerus dapat mengakibatkan lecet
pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada
gerobak.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
98
5. Helm
Gambar : Helm
Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai
pelindung kepala, dan sudah merupakan keharusan
bagi setiap pekerja konstruksi untuk
menggunakannya dengan benar sesuai peraturan.
Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari
bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada
barang, baik peralatan atau material konstruksi yang
jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat kedisiplinan
para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang
tentunya dapat membahayakan diri sendiri.
6. Sabuk Pengaman
Gambar : Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan
kegiatannya pada ketinggian tertentu atau pada posisi
yang membahayakan wajib mengenakan tali
pengaman atau safety belt. Fungsi utama tali
pengaman ini adalah menjaga seorang pekerja dari
kecelakaan kerja pada saat bekerja, misalnya saja
kegiatan erection baja pada bangunan tower.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
99
7. Penutup Telinga
Gambar : Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-
bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume
suara yang cukup keras dan bising. Terkadang
efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari
mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.
8. Masker
Gambar : Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk
pekerja konstruksi mengingat kondisi lokasi proyek itu
sediri. Berbagai material konstruksi berukuran besar
sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu
kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan
memotong, mengamplas, mengerut kayu.
9. Tangga
Gambar : Tangga
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
100
Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum
digunakan. Pemilihan dan penempatan alat ini untuk
mecapai ketinggian tertentu dalam posisi aman
harus menjadi pertimbangan utama.
10. P3K
Gambar : P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat
ringan ataupun berat pada pekerja konstruksi, sudah
seharusnya dilakukan pertolongan pertama di proyek.
Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib menyediakan
obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan
pertama.
Demikianlah peralatan standar K3 di proyek yang
memang harus ada dan disediakan oleh kontraktor
dan harusnya sudah menjadi kewajiban. Tindakan
preventif jauh lebih baik untuk mengurangi resiko
kecelakaan.
Pasal - 17
Pekerjaan Akhir
Pekerjaan akhir yang berupa pembersihan akhir, dilaksanakan setelah seluruh
pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik selesai.Kontraktor diwajibkan membuang
semua sisa-sisa bahan yang tidak terpakai dari lokasi proyek, yang diakibatkan oleh
adanya pelaksanaan konstruksi fisik.
Pasal - 18
Dokumentasi Dan Adiministrasi Apabila jangka waktu masa pemeliharaan pekerjaan sudah berakhir,
pekerjaan akan diterima apabila sudah memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai
berikut :
- Pihak Penyedia Jasa sudah melaksanakan perbaikan-perbaikan terhadap
kerusakan/cacat–cacat dari kategori bencana alam, dan hasil perbaikan oleh
pelaksana tersebut sudah dapat diterima oleh Pemberi Pekerjaan dalam
kualitas/kuantitas sesuai dengan syarat-syarat teknis.
SPESIFIKASI TEKNIS
SATUAN KERJA PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN PROPINSI SULAWESI TENGAH
101
- PIHAK PENYEDIA JASA sudah mengajukan permohonan tertulis sebelum
tanggal ditetapkan penyerahan II (KEDUA) pekerjaan kepada Pemberi Tugas,
untuk diadakan pemeriksaan terhadap hasil perintah tertulis atau dan pada
buku harian sewaktu penyerahan (PERTAMA) pekerjaan.
- Penyedia Jasa harus membuat dokumentasi pekerjaan mulai tahap 0 %, 50 %
dan 100 % dengan pengambilan gambar pada sudut pandang yang sama,
termasuk tahapan pekerjaan yang penting. Dokumentasi ini dibuat 3 (tiga) set
dan disusun rapi pada album sesuai urutan dan jenis pekerjaan.
- As Built Drawing (gambar bangunan terpasang/jadi) dan laporan
kemajuan pekerjaan (harian, mingguan dan bulanan), serta back up data harus
dipersiapkan pada saat penyerahan pertama pekerjaan untuk keperluan
pemeriksaan dan harus sudah diserahkan pada Direksi pada saat penyerahan
kedua, sebanyak 3 rangkap (1 asli + 2 salinan), semuanya atas biaya Penyedia
Jasa.
- Penyedia Jasa wajib memiliki Kontrak (SPK) lengkap dengan gambar
bestek,perubahan Kontrak (Amandemen) lengkap dengan Gambar Perubahan
(Bila Ada).
Pasal - 19
Penutup
19.1 Perbaikan terhadap kerusakan
Jika terjadi ketidaksesuaian dengan persyaratan atau ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan, dan terjadinya kerusakan atau cacat baik yang
terlihat maupun yang tersembunyi, penyedia barang/jasa diwajibkan untuk
memperbaiki dan menyempurnakan sesuai peralatan teknis yang ada dan
sesuai petunjuk direksi.
Segala biaya dan resiko yang timbul akibat seperti hal diatas menjadi
tanggung jawab penyedia barang/jasa.
19.2 Hubungan Masyarakat
Penyedia barang/jasa diwajibkan menjalin hubungan baik dengan
masyarakat, tokoh dan aparat setempat.
Penyedia barang/jasa dapat menjamin hubungan imbal balik yang saling
menguntungkan dengan masyarakat setempat, seperti sewa tanah dan
rumah untuk kepentingan pelaksanaan pekerjaan, pembelian material
seperti pasir, batu, kayu dan lain-lain.
Segala akibat dan resiko yang timbul dalam hubungan masyarakat adalah
tanggung jawab penyedia barang/jasa.