SRI SUWANTI - Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Operasional (LO)
Definisi dan Struktur LRA
Pendapatan-LRA: semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara /Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Pendapatan-LO: hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.(Par 8)
3
DEFINISI
DEFINISI
Belanja: semua pengeluaran dari Rekening Kas Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Beban: penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
(Par 8)
4
Surplus/Defisit-LRA: selisih lebih/kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan.Surplus/Defisit-LO: selisih antara pendapatan-LO dan beban selama satu periode pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/ defisit dari kegiatan non operasional dan pos luar biasa.
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.
(Par 8)
DEFINISI
5
DEFINISI
Pos luar biasa: pendapatan/beban luar biasa yg terjadi karena kejadian atau transaksi yg bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.
Saldo Anggaran Lebih adalah gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan serta penyesuaian lain yang diperkenankan
(Par 8)
6
STRUKTUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) disajikan secara tersanding yang sekurang-kurangnya mencakup pos-pos sebagai berikut:• Pendapatan LRA;• Belanja• Transfer• Surplus/Defisit LRA;• Penerimaan Pembiayaan;• Pengeluaran Pembiayaan;• Pembiayaan Netto;• SiLPA/SiKPA.
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 7
Akuntansi LRA
AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA
Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada RKUN/D Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut jenis
pendapatan. Transfer masuk/keluar adalah penerimaan/pengeluaran
uang dari/kepada entitas pelaporan lain (a.l.DAU dan DBH) Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto,
yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 9
AKUNTANSI PENDAPATAN LRA (2)
Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan;
Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang (recurring) atas penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA.
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010
10
AKUNTANSI PENDAPATAN LRA (3)
Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas pendapatan-LRA yang terjadi pada periode: berjalan dibukukan sebagai pengurang
Pendapatan-LRA periode yang sama/berjalan; sebelumnya dibukukan sebagai pengurang Saldo
Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 11
AKUNTANSI BELANJA
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Daerah
Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanjanya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi.
Belanja disajikan dalam LRA menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja).
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 12
AKUNTANSI PEMBIAYAAN
Pembiayaan adalah seluruh transaksi penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Penerimaan/pengeluaran pembiayaan diakui pada saat diterima/ dikeluarkan pada/dari Rekening Kas Daerah
Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran)
Lampiran I PP No. 71 Tahun 201013
AKUNTANSI PEMBIAYAAN (2)
Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Cadangan yang bersangkutan;
Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai Pendapatan-LRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya.
Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010 14
Struktur dan Akuntansi
LO
STRUKTUR LAPORAN OPERASIONAL (Par 11)
16
• Pendapatan/Beban yg bukan merupakan operasi biasa
• Tidak diharapkan sering/rutin terjadi
• Di luar kendali/ pengaruh entitas ybs
• Sifat & jumlah diungkap dalam CalK
• Sifatnya tidak rutin, termasuk surplus/defisit dari penjualan aset non lancar dan penyelesaian kewajiban jangka panjang
• Penurunan manfaat ekonomi/potensi jasa dalam periode pelaporan
• menurunkan ekuitas
• berupa pengeluaran/ konsumsi aset atau timbulnya kewajiban
• Hak pemerintah• Diakui sebagai
penambah ekuitas• Dalam periode tahun
anggaran yg bersangkutan
• Tidak perlu dibayar kembali
Pendapatan-LO (dari
kegiatan operasional)
Beban (dari
kegiatan operasional)
Pos Luar Biasa
Kegiatan Non
Operasional
Surplus/Defisit LO Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban
selama satu periode pelaporan
• Pada saat timbul hak atas pendapatan (hak untuk menagih) atau
• Pada saat pendapatan direalisasi
. .
..
AKUNTANSI PENDAPATAN PADA LAPORAN OPERASIONAL (Par 19)
17
PengakuanPengukuran/Penilaian/Pencatatan
Pendapatan LO
Pengungkapan Penyajian/Klasifikasi Menurut sumber
pendapatan
Rincian lebih lanjut sumber pendapatan disajikan dalam CaLK
Berdasarkan azas bruto
• Menurut klasifikasi ekonomi
• Penyusutan dapat dilakukan dengan metode garis lurus, saldo menurun, dan unit produksi
• Saat timbul kewajiban• Terjadinya konsumsi aset• Terjadinya penurunan manfaat
ekonomi/potensi jasa
. .
..
AKUNTANSI BEBAN PADA LAPORAN OPERASIONAL (Par 32)
18
Pengakuan
Pengungkapan
Beban LO
Beban berdasarkan klasifikasi organisasi dan klasifikasi lain yang dipersyaratkan menurut ketentuan perundangan disajikan dalam CaLK
Pengukuran/Penilaian/Pencatatan
Penyajian/Klasifikasi
• Pos Luar Biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa.
• Pos Luar Biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:(a) tidak dapat diprediksi terjadi.(b) tidak diharapkan terjadi berulang – ulang; dan(c) Kejadian di luar kendali entitas pemerintah.
• Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Pos Luar Biasa (Par 48 - 50)
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTALAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
No URAIAN Saldo 20X1
Saldo 20X0
Kenaikan/ Penurunan
(%)
KEGIATAN OPERASIONAL 1PENDAPATAN 2 PENDAPATAN ASLI DAERAH 3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx8 9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN 11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx16 17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA 18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx19 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx21 22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI 23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xxx25 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxx xxx xxx xxx26 Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxx xxx xxx xxx27 28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 29 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31) xxx xxx xxx xxx33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxx xxx xxx xxx34 35BEBN 36 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx37 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx38 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx39 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx40 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx41 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx42 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx43 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx44 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx45 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx46 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx47 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) xxx xxx xxx xxx49 50 SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48) xxx xxx xxx xxx51 52SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL 53 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx54 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx55 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx56 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx57 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx58 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL(53 s/d 57) xxx xxx xxx xxx59 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58) xxx xxx xxx xxx60 61POS LUAR BIASA xxx xxx xxx xxx62 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx63 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx64 POS LUAR BIASA ( 62-63) xxx xxx xxx xxx65 SURPLUS/DEFISIT-LO ( 59 + 64) xxx xxx xxx xxx
35BEBAN
36 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx37 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx38 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx39 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx40 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx41 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx42 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx43 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx44 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx45 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx46 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx47 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) xxx xxx xxx xxx49 50 SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33-48) xxx xxx xxx xxx51 52SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL 53 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx54 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx55 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx56 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx57 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx
58JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL(53 s/d 57) xxx xxx xxx xxx
59SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58) xxx xxx xxx xxx
60 61POS LUAR BIASA xxx xxx xxx xxx62 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx63 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx64 POS LUAR BIASA ( 62-63) xxx xxx xxx xxx65 SURPLUS/DEFISIT-LO ( 59 + 64) xxx xxx xxx xxx
Prinsip akuntansi dalam penyusunan LO memiliki sebagian besar kesesuaian bahkan kesamaan dengan pelaporan realisasi anggaran (LRA), antara lain:1. Periode Pelaporan;2. Penyandingan dengan TA. Sebelumnya;3. Klasifikasi Pendapatan;4. Klasifikasi Beban;5. Koreksi/Pengembalian Pendapatan;6. Koreksi/Pengembalian Beban;7. Pengungkapan dalam CaLK;8. Pelarangan Azas Neto dengan pengecualian;9. Transaksi dalam Mata Uang Asing;
Kesamaan Prinsip Akuntansi antara LO dan LRA
23
Pendapatan 500Beban (200)Surplus/Defisit Opr 300Kegiatan non operasional 60Surplus/Defisit LO 360
Laporan Operasional
Laporan Perubahan Ekuitas
Ekuitas Awal 1.000Surplus/Defisit LO 360Ekuitas Akhir 1.360
NeracaAset 2.000Kewajiban 640Ekuitas 1.360
LRAPendapatan 450Belanja (0)Surplus/(defisit) 450Pembiayaan 1.000SILPA 1.450
Laporan Perubahan SALSAL Awal 100Penggunaan SAL (30)SILPA 1.450SAL Akhir 1.520
KETERKAITAN LAPORAN KEUANGAN
Terima Kasih