Download - Strategi Belajar Mengajar - Made Wena
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar sering kita jumpai beberapa hal yang
menghambat dalam kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran di sekolah,
mulai dari pendidik (guru), peserta didik (siswa), dan sarana prasarana
pembelajaran. Hal ini, tentunya akan menghambat dalam setiap kegiatan belajar
mengajar atau proses pembelajaran apabila tidak segera diatasi.
Yang perlu ditekankan untuk mengatasi permasalahan dalam kegiatan
belajar mengajar atau proses pembelajaran adalah strategi yang perlu diterapkan
atau digunakan dalam kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran. Oleh
karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai strategi pembelajaran
inovatif kontemporer yang merupakan suatu tinjauan konseptual operasional
untuk mengatasi hambatan kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran.
2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi dalam pembelajaran?
2. Bagaimana strategi pengorganisasian dan pengelolaan dalam
pembelajaran?
3. Bagaimana strategi pembelajaran dalam pemecahan masalah?
4. Bagaimana strategi pembelajaran dalam ranah motorik?
5. Bagaimana strategi pembelajaran kretif produktif, pembelajaran berbasis
proyek, dan pembelajaran kuantum?
6. Bagaimana strategi pembelajaran siklus, pembelajaran generative,
pembelajaran tuntas, dan pembelajaran kooperatif?
7. Bagaimana strategi pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran
berbasis elektronik (E-Learning)?
8. Bagaimana dimensi belajar, pembelajaran berbasis modul dan peristiwa
pembelajaran?
C. Tujuan
1. Memahami dan menganalisis strategi dalam pembelajaran.
2. Memahami dan menganalisis strategi pengorganisasian dan pengelolaan
dalam pembelajaran.
3. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran dalam pemecahan
masalah.
4. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran dalam ranah motorik.
5. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran kretif produktif,
pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajaran kuantum.
6. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran siklus, pembelajaran
generative, pembelajaran tuntas, dan pembelajaran kooperatif.
7. Memahami dan menganalisis strategi pembelajaran berbasis komputer dan
pembelajaran berbasis elektronik (E-Learning).
8. Memahami dan menganalisis dimensi belajar, pembelajaran berbasis
modul dan peristiwa pembelajaran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
BAB I
A. PENDAHULUAN
Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran guru
diharapkan paham tentang pengertian strategi pembelajaran.
Pembelajaran berarti upaya membelajarkan siswa (Degeng,1989). Dengan
demikian, strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua
sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Disebut suatu cara, strategi
pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk
suatu pengetahuan tersendiri. Sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran
kadang-kadang secara implisit dimiliki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara
formal tentang ilmu strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran sangat
diperlukan karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat
mencapai hasil yang optimal. Strategi pembelaran berguna bagi guru sebagai
pedoman dan acuan bertindak sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Dan
bagi siswa berguna untuk mempermudah proses belajar.
B. Taksonomi Variabel Pembelajaran
Menurut Reigeluth dan Merill (dalam Degeng, 1989) strategi pembelajaran
dibagi menjadi tiga yaitu:
5
1. Kondisi pembelajaran
Menurut Reigeluth dan Merill (dalam Degeng, 1989) variable kondisi
pembelajaran dikelompokkan menjadi menjadi tiga yaitu:
Kondisi (Condition) Pembelajaran
VARIABEL
PEMBELAJARAN Strategi (Methods)
Pembelajaran
Hasil (Outcomes)
Pembelajaran
Tujuan dan karakteristik
bidang studi
Kendala dan karakteristik bidang
studi
KONDISI
PEMBELAJARAN
Karateristik siswa
6
a. Tujuan pembelajaran merupakan pernyataan tentang hasil pembelajaran
yang diharapkan.
b. Karakteristik bidang studi merupakan aspek yang memberikan landasan
yang berguna dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran.
c. Karakteristik siswa, terkait dengan kualitas individu siswa.
2. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk
mencapai hasil pembelajaran yang berbeda (Reigeluth, 1983h; Degeng,
1989). Variabel strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a. Strategi pengorganisasian merupakan cara untuk menata isi suatu bidang
studi.
b. Strategi penyampaian adalah cara untuk menyampaikan pembelajaran
pada siswa.
c. Strategi pengelolaan adalah cara untuk menata interaksi antara siswa dan
variable strategi pembelajaran lainnya.
3. Hasil pembelajaran
Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai
indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah
kondisi yang berbeda (Degeng, 1989). Variable hasil pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
Strategi pengorganisasian
(organization strategy)
STRATEGI
PEMBELAJARAN
NN
Strategi penyampaian
(Delivery Strategy)
Strategi Pengelolaan
(Management Strategi)
Strategi penyampaian (Delivery
Strategy)
Strategi Pengelolaan
(Management Strategi)
7
a. Keefektifan pembelajaran, diukur dari tingkat pencapaian siswa, dan
terdapat empat indikator untuk mempreskripsikannya, yaitu (1)
kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, (2) kecepatan unjuk
kerja, (3) tingkat alih belajar, (4) tingkat retensi.
b. Efisiensi pembelajaran, diukur dengan perbandingan antara
keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai siswa.
c. Daya tarik pembelajaran, diukur dengan mengamati kecenderungan
siswa untuk tetap belajar.
Secara singkat taksonomi variable pembelajaran dapat digambarkan
sebagai berikut;
Keefektifan
(Effectiveness)
HASIL
PEMBELAJARAN
Daya Tarik
(Appeal)
Efisiensi
(Effeciency)
Keefektifan, Efisiensi, dan Daya Tarik Pembelajaran
Strategi
Pengorganisasia
n
Strategi
Penyampaian
Strategi
Pengelolaan
Kendala dak
karakteristik
bidang studi
Karakteristik
siswa
Tujuan dan
karakteristik
bidang studi
8
Strategi pengorganisasian pembelajaran lebih banyak dipengaruhi
oleh tujuan pembelajaran dan karakteristik bidang studi. Strategi
penyampaian pembelajaran lebih banyak dipengaruhi oleh kendala dan
karakteristik bidang studi. Strategi pengelolaan pembelajaran lebih banyak
dipengaruhi oleh karakteristik siswa.
C. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Strategi pengorganisasian adalah cara untuk membuat urutan
(sequencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur dan
prinsip yang berkaitan, suatu isi pembelajaran. Sequencing terkait dengan
cara pembuatan urutan penyajian isi suatu bidang studi, synthesizing
terkait dengan cara untuk menunjukkan kepada siswa hubungan antara
fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan, suatu isi pembelajaran.
Strategi pengorganisasian pembelajaran dapat dipilah menjadi dua yaitu
strategi pengorganisasian makro (menata keseluryhan isi bidang studi),
dan strategi pengorganisasian mikro (menata urutan sajian untuk suatu ide
tunggal).
D. Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi penyampaian pembelajaran menekankan pada media yang
dipakai untuk menyampaikan pembelajaran. Strategi penyampaian
(delivery strategy) adalah cara-cara yang dipakai untuk penyampaikan
pembelajaran kepada siswa, dan sekaligus untuk menerima atau merespon
masukan-masukan dari siswa.
Menurut Degeng (1989) secara lengkap ada tiga komponen yang
perlu diperhatikan dalam mempreskripsikan strategi penyampaian, yaitu:
9
a. Media pembelajaran, adalah komponen strategi penyampaian yang
dapat dimuati pesan yang akan disampaikan kepada siswa (orang, alat
atau bahan).
b. Interaksi siswa dengan media, adalah komponen strategi penyampaian
pembelajaran yang mengacu pada kegiatan yang dilakukan oleh siswa
dan bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar.
c. Bentuk (struktur) belajar mengajar, adalah komponen strategi
penyampaian pembelajaran yang mengacu pada apakah siswa belajar
dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan ataukah belajar
mandiri.
E. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Pada dasarnya strategi pengelolaan pembelajaran terkait dengan
usaha penataan interaksi antar siswa dengan komponen strategi
pembelajaran yang terkait.
Menurut Degeng (1998) paling tidak ada empat hal yang menjadi
strategi pengelolaan, yaitu:
1. Penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran,
2. Membuat catatan kemajuan belajar siswa,
3. Pengelolaan motivasional,
Media
pembelajaran
Kegiatan belajar
Bentuk belajar
mengajar
10
4. Control belajar.
F. Penerapan Strategi Pembelajaran
Keberhasilan guru menerapkan suatu strategi pembelajaran, sangat
tergantung dari kemampuan guru menganalisis kondisi pembelajaran yang
ada, meliputi:
1. Tujuan pembelajaran
Menurut taksonomi Bloom: secara teoritis tujuan pembelajaran dibagi
atas tiga kategori, yaitu (1) tujuan pembelajaran ranah kognitif, (2)
tujuan pembelajaran ranah efektif, dan (3) tujuan pembelajaran ranah
psikomotorik.
Adanya perbedaann tujuan pembelajaran akan berimplikasi pula pada
adanya perbedaan strategi pembelajaran yang harus diterapkan.
2. Karakteristik Siswa
Karakteristik siswa berhubungan dengan aspek-aspek yang melekat
pada diri siswa, seperti motivasi, bakat, minat, kemampuan awal, gaya
belajar, kepribadian, dan sebagainya.
3. Kendala SumberatauMedia belajar
Control belajar
Pengelolaan
motivasional
Membuat catatan
kemajuan belajar siswa
Penjadwalan
penggunaan strategi
pembelajaran
STRATEGI
PENGELOLAAN
PEMBELAJARAN
11
Media pembelajaran adalah perantara pesan dari pengirim ke penerima
pesan (Sadiman, 1990). Ketersediaan sumber belajar sangat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Tanpa adanya sumber belajar yang
memadai sangat sullit bagi seorang guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Guna membuat produk media ini digunakan model
pengembangan media pembelajaran yang diajukan Sadiman (1990)
seprti bagan berikut:
4. Karakteristikatau Struktur Bidang Studi
Struktur bidang studi terkait dengan hubungan-hubungan di antara
bagian-bagian bidang studi.
G. Faktor Penunjang Bidang Studi
Secara umum ada beberapa variabel penunjang, baik teknis maupun
nonteknis yang berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran.
Beberapa variabel tersebut antara lain:
Perumusan
Butir-Butir
Materi
TesatauUji
Coba
Naskah Siap
Produksi
Penulisan
Naskah Media
Perumusan
Tujuan
Identifikasi
Kebutuhan
Revisi
Perumusan Alat
Pengukur
Keberhasilan
12
1. Kemampuan guru dalam membuka pelajaran,
2. Kemampuan guru dalam melaksanakan kegiatan inti pembelajaran,
3. Kemampuan guru melakukan penilaian,
4. Kemampuan guru menutu pembelajaran, dan
5. Faktor penunjang lainnya.
13
BAB II
STRATEGI PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN
PEMBELAJARAN
A. Pendahuluan
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan, seorang guru
terlebih dahulu harus menata, mengorganisasikan isi pembelajaran yang akan
diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran yang diajarkan mudah
dipahami siswa. Salah satu cara untuk menata dan mengorganisasikan isi
pembelajaran adalah dengan menggunakan teori elaborasi.
B. Teori Elaborasi
Strategi atau teori elaborasi dikategorikan sebagai strategi pengorganisasian isi
pembelajaran tingkat makro. Teori elaborasi mendeskripsikan cara-cara
pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci.
Pegurutan isi pembelajaran dari yang bersifat umum ke rinci dilakukan dengan:
a. Langkah pertama dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi
bidang studi yang dipelajari),
b. Langkah selanjutnya mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam
epitome secara lebih rinci.
1. Komponen Teori Elaborasi
Pada dasarnya terdapat tujuh komponen strategi yang diintergrasikan
dalam teori elaborasi, (Reigeluth, 1983 & Degeng, 1989) yaitu sebagai
berikut:
a. Urutan elaboratif, adalah urutan isi pembelajaran dai yang bersifat
sederhana ke kompleks atau dari yang bersifat umum ke rinci.
b. Urutan prasyarat belajar, adalah struktur yang menunjukan konsep,
prosedur, atau prinsip mana yang harus dipelajari sebelum konsep,
perosedur, atau prinsip lain bias dipelajari.
14
c. Rangkuman, adalah tujuan kembali (review) terhadap apa yang telah
dipelajari.
d. Sintesis, berfungsi untuk menunjukan kaitan-kaitan di antara konsep,
prosedur, atau prinsip yang diajarkan.
e. Analogi, dibuat untuk dapat memudahkan pemahaman terhadap
pengetahuan yang baru dengan cara membandingkannya dengan
pengetahuan yang sudah dikenal oleh siswa (Reigeluth, 1983).
f. Pengaktif strategi kognitif, strategi kognitif adalah keterampilan yang
diperlukan siswa untuk mengatur proses internalnya ketika belajar,
mengingat, dan berpikir.
g. Kontrol belajar, terkait dengan kebebasan siswa dalam melakukan
pilihan dan pengurutan terhadap isi yang dipelajari, kecepatan belajar,
komponen strategi pembelajaran yang ingin digunakan, dan strategi
kognitif yang ingin digunakan (Merrill, 1979).
2. Model Elaborasi
Menurut Degeng (1989) ada tujuh prinsip yang menjadi model teori
elaborasi yaitu:
a. Penyajian kerangka isi,
b. Elaborasi secara bertahap,
c. Bagian terpenting disajikan pertama kali,
d. Cakupan optimasi elaborasi,
e. Penyajian pensintesis secara bertahap,
f. Penyajian jenis pensintesis, dan
g. Tahapan pemberian rangkuman.
3. Langkah-Langkah Pengorganisasian Teori Elaborasi
Menurut Degeng (1989), langkah-langkah pengorganisasian pembelajaran
dengan menggunakan model elaborasi adalah sebagai berikut.
a. Penyajian kerangka isi,
b. Elaborasi tahap pertama,
c. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal,
d. Elaborasi tahap kedua,
15
e. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal,
f. Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan, dan
diintegrasikan kedalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang
kembali untuk elaborasi tahap ketiga, dan seterusnya, sesuai dengan
tingkat kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pembelajaran.
g. Pada tahap akhir pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk
mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.
4. Hasil Penelitian
Penelitian tentang efektivitas dan efisiensi teori elaborasi, telah banyak
dilakukan dalam berbagai jenjang pendidikan dan berbagai tipe bidang
sstudi. Secara umum hasil penelitian menyimpulkan bahwa penerapan
teori elaborasi dalam pembelajarn dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
C. Strategi Pengelolaan Motivasional
Menurut Martin dan Briggs (1986), motivasi adalah kondisi internal dan
eksternal yang mempengaruhi bangkitnya arah serta tetap berlangsungnya suatu
kegiatan atau tingkah laku. Good dan Brophy (1991) mendefinisikan motivasi
sebagai suatu energi penggerak, pengarah, dan memperkuat tingkah laku.
Ditinjau dari tipe motivasi, para ahli membagi motivasi menjadi dua jenis,
yaitu:
a. Motivasi instrinsik, yaitu keinginan bertindak yang disebabkan faktor
pendorong dari dalam diri individu.
b. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang keberadaannya karena pengaruh
rangsangan dari luar.
1. Komponen Strategi Pengelolaan Motivasional
Pada dasrnya strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis,
yaitu: a. strategi pengorganisasian, b. strategi penyampaian, c. strategi
pengelolaan (Degeng, 1989).
Reigeluth dan Merrill (1979) mengklasifikasikan strategi pengelolaan
motivasional menjadi tiga, yaitu:
16
a. Penjadwalan strategi pembelajaran,
b. Pembuatan catatan kemajuan belajar,
c. Pengelolaan motivasional.
Keller (1983;1987) mengajukan empat jenis strategi pengelolaan
motivasional, yaitu:
a. Strategi pengelolaan motivasional untuk membangkitkan dan
mempertahankan perhatian.
b. Strategi pengelolaan motivasional untuk menciptakan relevansi
terhadap isi pembelajaran.
c. Strategi pengelolaan motivasional untuk menumbuhkan keyakinan diri
pada siswa.
d. Strategi pengelolaan motivasional untuk menumbuhkan rasa puas pada
siswa terhadap pembelajaran.
2. Menarik dan Mempertahankan Perhatian Siswa Selama Pembelajaran
Secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan
mempertahankan perhatian siswa dalam pembelajaran, yaitu:
a. Membangkitkan daya perspsi siswa,
b. Menumbuhkan hasrat ingin meneliti, dan
c. Menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi.
3. Mengaitkan Pembelajaran dengan Kebutuhan Siswa
Pada dasrnya ada tiga jenis strategi guna meningkatkan relevansi isi
pembelajaran dengan kebutuhan siswa, yaitu:
a. Keakraban atau kebiasaan,
b. Berorientasi pada tujuan, dan
c. Motif yang sesuai.
4. Menumbuhkan Rasa Yakin Diri Siswa
Pada dasarnya ada tiga jenis strategi untuk menumbuhkan keyakinan pada
diri siswa, yaitu:
a. Prasyarat belajar,
b. Kesempatan sukses, dan
c. Kontrol pribadi (Keller & Kopp, 1987; Keller & Suzuki, 1988).
17
5. Membangkitkan Rasa Puas pada Pelajaran
Pada dasarnya ada tiga jenis strategi pengelolaan motivasional untuk
membangkitkan kepuasan dalam pembelajaran, yaitu:
a. Konsekuensi alami,
b. Konsekuensi positif, dan
c. Kewajaran (Keller & Kopp, 1987; Keller & Suzuki, 1988).
6. Hasil Penelitian
Penelitian Wena (1997) tentang Strategi Pengelolaan Motivasional ARCS
dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMA di Malang
menyimpulkan bahwa:
a. Strategi pengelolaan motivasional ARCS lebih unggul dibandingkan
dengan strategi pengelolaan motivasional konvensional,
b. Strategi pengelolaan motivasional dapat meningkatka motivasi belajar
siswa SMA secara signifikan.
18
BAB III
STRATEGI PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH
A. Pendahuluan
Pada hakikatnya program pembelajaran bertujuan tidak hanya memahami
dan menguasai apa dan bagaimana sesuatu terjadi, tetapi juga memberi
pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa hal itu terjadi.” Berpijak pada
permasalahan tersebut, maka pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat
penting untuk diajarkan.
Kemampuan pemecahan masalah sangat penting artinya bagi siswa dan
masa depannya. Para ahli pembelajaran sependapat bahwa kemampuan
pemecahan masalah dalam batas-batas tertentu, dapat dibentuk melalui bidang
studi dan disiplin ilmu yang diajarkan (Suharsono, 1991).
Mengingat jenis permasalahan yang akan diajarkan terdiri dari berbagai kan
macam permasalahan, maka terdapat juga berbagai macam strategi pemecahan
masalah, antara lain strategi pemecahan masalah yang dikembang Solso,
pemecahan masalah Wankat dan Oreovocz, pemecahan masalah sistematis,
inkuiri biologi, inkuiri jurisprudensial, inkuiri sosial latihan inkuiri, strategi
pemecahan masalah ideal, dan strategi belajar berbasis masalah.
B. Taksonomi Pemecahan Masalah
Wankat dan Oreovocz (1995) mengklasifikasikan lima tingkat taksonomi
pemecahan masalah, yaitu:
1. Rutin: tindakan rutin atau bersifat alogaritmik yang dilakukan tanpa
membuat suatu keputusan.
2. Diagnostik: pemilihan sautu prosedur atau cara yang tepat secara rutin.
3. Strategi: pemilihan prosedur secara rutin untuk memecahkan suatu
masalah.
19
4. Interpretasi: kegiatan pemecahan masalah yang sesungguhnya.
5. Generalisasi: pengembangan prosedur yang bersifat rutin untuk
memecahkan masalah-masalah yang baru.
C. Model Peta Pemecahan Masalah
Dalam melakukan pemecahan masalah, sebaiknya siswa diajak untuk
melihat proses pemecahan masalah yang kompleks. Wankat dan Oreovocz (1995)
menggambarkan peta interaksi dan kompleksitas pemecahan masalah. Pemetaan
masalah yang dihadapi sangat perlu karena proses pemecahan masalah melibatkan
berbagai aktivitas kognitif.
D. Strategi Pemecahan Masalah Solso
Solso (dalam Wankat dan Oreovocz, 1995) mengemukakan enam tahap
dalam pemecahan masalah.
1. Identifikasi permasalahan (indentification the problem).
2. Representasi permasalahan (representation of the problem).
3. Perencanaan pemecahan (planning the solution).
4. Menerapkan atau mengimplementasikan perencanaan (execute the plan).
5. Menilai perencanaan (evaluate the plan)
6. Menilai hasil pemecahan (evaluate the solution).
E. Strategi Pemecahan Masalah Wankat dan Oreovocz
Wankat dan Oreovocz (1995) mengemukakan tahap-tahap strategi
operasional dalam pemecahan masalah sebagai berikut.
1. Saya mampu atau bisa (I can): tahap menumbuhkan motivasi dan
keyakinan siswa.
2. Mendefinisikan (Define): Membuat daftar hal yang diketahui dan tidak
diketahui.
20
3. Mengeksplorasi (Eksplore): merangsang siswa untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan dan membimbing untuk menganalisis
permasalahan.
4. Merencanakan (Plan): mengembangkan cara berpikir logis siswa untuk
menganalisis masalah.
5. Mengerjakan (Do it): membimbing siswa secara sistematis untuk
memperkirakan jawaban yang mungkin untuk memecahkan masalah yang
dihadapi.
6. Mengoreksi kembali (Check): membimbing siswa untuk mengecek
kembali jawaban yang dibuat.
7. Generalisasi (Generalize): membimbing siswa untuk mengajukan
pertanyaan.
F. Strategi Pemecahan Masalah Sistematis (Sistematic Approach To
Problem Solving)
Secara operasional tahap-tahap pemecahan masalah sistematis terdiri atas
empat tahap sebagai berikut (Kramers, dkk, 1988).
1. Memahami masalahnya.
2. Membuat rencana penyelesaian.
3. Melaksanakan recana penyelesaian.
4. Memeriksa kembali, mengecek hasilnya.
G. Strategi Pembelajaran Inkuiri Biologi
Pembelajaran model Inkuiri Biologi terdiri atas empat tahap, yaitu sebagai
berikut.
1. Investigasi (area of investigation is posed to student).
2. Penentuan masalah (student structure the problem).
3. Identifikasi masalah (student indentify the problem in the investigation).
21
4. Penyimpulan atau penyelesaian masalah (student speculate on way to
clear up the difficulty).
H. Strategi Pembelajaran Jurisprudensial (Jurisprudensial Inkuiri
Model)
Tahap pembelajaran inkuiri jurisprudensial, yaitu:
1. Orientasi kasus atau permasalahan (orientation to the case).
2. Identifikasi Isu (identifying the issue).
3. Penetapan posisi atau pendapat (taking position).
4. Menyelidiki cara berpendirian, pola argumentasi (exploring the stance (s),
patterns of argumentation).
5. Memperbaiki dan mengkualifikasi posisi (refining and qualifiying the
positions).
6. Melakukan pengujian asumsi-asumsi terkait posisi atau pendapatnya
(testing factual assumtions behind qualified positions).
I. Strategi Latihan Inkuiri (Inquiry Traning)
Menurut Joice and Weil (1986) strategi pembelajaran pelatihan inkuiri
secara umum terbagi atas lima tahap, yaitu:
1. Penyajian masalah (confrontation with problem).
2. Pengumpulan data-verifikasi (data gathering-verification).
3. Pengumpulan data-eksperimentasi (data gathering-eksperimentation).
4. Organisasi data dan formulasi kesimpulan (organizing, formulating, and
explanation).
5. Analisis proses inkuiri (analysis of the inquiry process).
22
J. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial (Social Science Inquiry)
Strategi pembelajaran inkuiri sosial terdiri atas enam tahap pembelajaran,
yaitu:
1. Orientasi (orientation).
2. Hipotesis (hypothesis).
3. Definisi (definition).
4. Eksplorasi (exploration).
5. Pembuktian (evidencing).
6. Generalisasi (generalization).
23
K. Strategi Pemecahan Masalah Ideal
Strategi pemecahan masalah ideal terdiri atas lima tahap:
1. Identifikasi masalah (identify the problem).
2. Mendefinisikan masalah (define the problem).
3. Mencari solusi (explore solution).
4. Melaksanakan strategi (act on the strategy).
5. Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh (look back evaluate the
effect).
L. Strategi Belajar Berbasis Masalah
Menurut Fogarty (1997), tahap-tahap strategi belajar berbasis masalah
adalah sebagai berikut:
1. Menemukan masalah.
2. Mendefinisikan masalah.
3. Mengumpulkan fakta.
4. Menyusun hipotesis (dugaan sementara).
5. Melakukan penyelidikan.
6. Menyempurnakan masalah yang telah didefinisikan.
7. Menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif.
8. Melakukan pengujian hasil (solusi pemecahan masalah).
24
BAB IV
STRATEGI PEMBELAJARAN RANAH MOTORIK
A. Pendahuluan
Melalui kegiatan pembelajaran praktik, siswa akan dapat menguasai
keterampilan kerja secara optimal. Nolker & Schoenfeldt (1983: 28)
mengatakan bahwa hal yang paling penting dalam pembelajaran dan pelatihan
praktik kejuruan adalah penguasaan keterampilan praktis, serta pengetahuan
dan perilaku yang bertalian langsung dengan keterampilan tersebut. Agar
siswa mampu menguasai keterampilan kerja yang diharapkan, pengajar harus
menerapkan metode atau strategi mengajar praktik yang sesuai dengan
pembelajaran dan pelatihan praktik. Hal ini merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan program. Dalam program pendidikan sistem ganda
di sekolah kejuruan, pada dasarnya pembelajaran praktik kejuruan meliputi
tiga tahap berikut:
a. Tahap pertama, pembelajaran praktis dasar kejuruan yang umumnya
dilaksanakan di sekolah.
b. Tahap kedua, praktik keterampilan kejuruan dengan strategi proyek,
yang umumnya dilaksanakan di sekolah juga.
c. Tahap ketiga, pembelajaran praktik keterampilan kejuruan dengan
strategi praktik industri yang harus dilakukan di industri atau dunia
kerja.
B. Strategi Pembelajaran Pelatihan Industri (Training Within Industry)
Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) salah satu strategi pembelajaran
untuk mengajarkan keterampilan keterampilan dasar kejuruan adalah strategi
pembelajaran pelatihan industri yang terdiri dari lima tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan,
2. Tahap peragaan,
25
3. Tahap peniruan,
4. Tahap praktik,
5. Tahap evaluasi.
1. Tahap Pembelajaran
a. Persiapan
Secara pokok guru dalam tahap ini adalah merencanakan, menata
dan memformulasikan kondisi- kondisi pembelajaran dan pelatihan
sehingga ada kaitan secara sistematis dengan strategi yang akan
diterapkan.
b. Peragaan
Dalam tahap ini menekankan pada strategi penyampaian. Strategi
penyampaian yang harus disesuaikan dengan media pembelajaran
dan pelatihan praktik yang tersedia. Akan lebih baik jika siswa
terlebih dahulu diperagakan pekerjaan yang harus dipelajari melalui
media audio visual. Langkah selanjutnya adalah guru memperagakan
secara nyata pekerjaan yang harus dipelajari dan menjelaskan cara
kerja yang baik.
c. Peniruan
Dalam tahap peniruan siswa melakukan kegiatan kerja menirukan
aktivitas kerja yang telah diperagakan oleh guru. Guru harus
memperhatikan tahap kerja yang dilakukan siswa dan memonitor
proses kerja siswa.
d. Praktik
Agar siswa mampu melakukan kegiatan belajar praktik secara
optimal, disamping dipegaruhi kondisi pembelajaran dan pelatihan
praktik juga sangat dipengaruhi oleh penerapan metode atau strategi
pembelajaran dan pelatihan praktik yang sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari pembelajaran. Dengan adanya
evaluasi siswa akan mengetahui kemampuannya sehingga siswa
26
Persiapan
Peragaan
Peniruan
Praktik
Evaluasi
Strategi Pembelajaran
Pelatihan Industri
dapat memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dan
pelatihannya. Bagi seorang guru dari hasil evaluasi yang dilakukan
dapat diketahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
2. Penerapan di Kelas
3. Hasil Penelitian
Penelitian Ambibi dan Wena (2003) tentang penerapan metode
pembelajaran pelatihan industri menyimpulkan bahwa: 1) penerapan
strategi pembelajaran pelatihan industri pada matadiklat Praktik Kerja
Kayu di SMK secara signifikan dapat meningkatkan kualitas hasil belajar
siswa, dan 2) penerapan srategi pembelajaran pelatihan industri pada
matadiklat Praktik Kerja Kayu di SMK secara signifikan dapat
meningkatkan efisiensi pembelajaran.
C. Pembelajaran Praktik Kejuruan Berbasis Proyek
Menurut Nolker & Schoenfeldt (1983) mengingat prinsip strategi proyek
yang sangat khas, maka ada persyaratan yang harus dipenuhi agar strategi
pembelajaran proyek dapat diterapkan, antara lain:
a. Sasaran yang harus dicapai berupa penyelesaian suatu problem yang
kompleks;
27
b. Para peserta proyek memiliki kebebasan seluas mungkin, untuk
mengadakan penentuan mengenai subjek, perencanaan, pelaksanaan, serta
penerapan proyek;
c. Dalam proyek, keputusan diambil berdasarkan konsensus;
d. Pengajar atau instruktur berintegrasi dalam kelompok proyek;
e. Diadakan pertalian antara teori dan praktik;
f. Diperlukan keterampilan mengenai lebih dari satu bidang guna
menyelesaikan problem yang ditimbulkan;
g. Pekerjaan proyek dibagi dalam kelompok-kelompok;
h. Sasaran proyek adalah menghasilkan sesuatu yang nyata dan berfaedah.
1. Tahap Pembelajaran
Terdiri atas tiga tahap utama, yaitu:
a. Tahap perencanaan
Langkah-langkah perencanaan dirancang sebagai berikut
1) Merumuskan tujuan pembelajaran atau proyek
2) Menganalisis karakteristik siswa
3) Merumuskan strategi pembelajaran
4) Membuat lembar kerja
5) Merancang kebutuhan sumber belajar
6) Merancang alat evaluasi
b. Tahap pelaksanaan
Agar proses pelaksanaan berjalan dengan baik, kegiatan yang harus
dilakukan:
1) Mempersiapkan sumber belajar yan di perlukan
2) Menjelaskan tugas proyek dan gambar kerja
3) Mengelompokkan siswa sesuai dengan tugas masing-masing
4) Mengerjakan proyek
c. Tahap evaluasi
Guru harus melakukan evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh
tujuan pembelajaran praktik dapat tercapai. Evaluasi harus dilakukan
28
sesuai dengan prosedur evaluasi yang benar, sehingga perbaikan
pembelajaran dapat dilakukan secara tepat.
2. Hasil Penelitian
Penelitian Mujiono (2003) dengan judul Pengembangan Pembelajaran
Metode Proyek dalam Matakuliah Praktik Kerja Batu dan Beton Guna
Meningkatkan Keterampilan Kerja Mahasiswa S1 Pendidikan Teknik
Bangunan (PTB) Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Malang (UM)
menyimpulkan bahwa: 1) penerapan metode proyek dalam matakuliah
praktik kerja batu dan beton dapat meningkatkan evektifitas pelaksanaan
pembelajaran praktik kerja batu dan beton mahasiswa semester IV pada
program studi S1 PTB FT UM, dan 2) meningkatkan kemampuan dosen
dalam penerapan metode pengajar.
D. Stretegi Pembelajaran Model Pelatihan (Training Model)
Taksonomi Bloom (1974) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga
ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1. Tahap Pembelajaran
Secara umum model pembelajaran pelatihan terdiri atas 6 tahap, yaitu:
a. Penyampaian tujuan
Mager dan Beach (1967: 29) dalam bukunya Developing Vocational
Instruction mengatakan bahwa tujuan pembelajaran menggambarkan
penampilan atau unjuk kerja yang diharapkan pada akhir suatu
program pembelajaran.
Derajat Keberhasilan
Menurut Degeng (1989) ada 5 kriteria yang dapat digunakan untuk
memenuhi derajat keberhasilan, yaitu:
1) Kecermatan
2) Waktu (kecepatan)
3) Kesesuaian dengan prosedur
29
4) Kuantitas
5) Kualitas hasil akhir
Pentingnya Tujuan Pembelajaran
1) Siswa dapat mengatur waktu, energi, dan pemusatan perhatian
2) Guru dapat lebih baik mengatur kegiatan pembelajaran yang
digunakan dan respons yang lebih baik terhadap kegiatan belajar
3) Pengelola dapat menyediakan sumber belajar
4) Pada dunia industri, memberikan motivasi guna
mengomunikasikan harapan perusahaan
5) Lebih mudah dalam melakukan evaluasi hasil pembelajaran
6) Sebagai alat validasi derajat keberhasilan untuk kerja siswa
b. Penjelasan materi pendukung
Strategi ceramah adalah suatu alat yang digunakan untuk menjelaskan
materi praktik secara lisan. Agar lebih bermakna dan menarik
perhatian siswa beberapa materi disajikan melalui media audio visual.
Dengan adanya media audio visual siswa akan dapat menggunakan
indera pandang dan dengar sehingga akan lebih cepat menguasai
keterampilan kerja yang diajarkan.
c. Pendemonstrasian untuk kerja
Menunjukkan cara kerja yang benar yaitu dengan peragaan. Agar hasil
pembelajaran praktik optimal, peragaan harus dilakukan dengan
urutan:
1) Menarik pehatian siswa
2) Memberitahukan tujuan pembelajaran praktik
3) Menjelaskan masalah yang berkaitan dengan lembar kerja
30
4) Merangsang ingatan pada prasyarat
5) Menyajikan bahan perangsang
6) Melakukan peragaan
d. Latihan (praktik simulasi)
Latihan memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan yang dimilikinya. Kegiatan praktik
harus mendapat penekanan yang lebih besar daripada tahap-tahap
pembelajaran yang lainnya. Kegiatan praktik akan memberikan
kesempatan bagi siswa untuk belajar menggunakan peralatan,
mengembangkan kemampuan dasar teknik, dan menumbuhkan sikap
terhadap perkembangan pekerjaan di masa depan.
e. Latihan pengalihan (training transfer)
Latihan pengalihan adalah penggunaan hal-hal yang telah dipelajari
untuk menghadapi atau memecahkan hal-hal baru. Latihan pengalihan
mempunyai fungsi yang penting dalam pendidikan. Latihan
pengalihan dilaksanakan agar apa yang dipelajari di sekolah dapat
digunakan untuk berbagai keperluan di luar sekolah
f. Kunjungan industri
Menurut (Nolker & Schoenfeldt, 1983) ada tiga bentuk perjumpaan
antara pendidikan kejuruan dengan dunia kerja, yaitu:
1) Darmawisata
Perjumpaan pertama dengan dunia kerja, waktunya sangat
terbatas,kadang hanya beberapa jam saja
2) Widyawisata
Membawa peserta didik ke dunia industri untuk melakukan tugas-
tugas terbatas, waktunya lebih lama, sehari, dua atau tiga hari.
3) Praktikum pada dunia industri
Kegiatan yang berupa praktik langsung pada dunia kerja yang
nyata. Waktunya beragam, dua hingga tiga bulan atau satu hingga
dua semester.
31
Strategi Pembelajaran Pelatihan
Penyampaian Tujuan Pembelajaran
Penyampaian Materi Pembelajaran
Mendemonstrasikan Unjuk Kerja
Latihan Praktik / Simulasi
Latihan Pengalihan
Melakukan Kunjungan Industri
2. Penerapan di Kelas
3. Hasil Penelitian
Penelitian Djoko Trijanto dan Warno (2006) dengan judul Meningkatkan
Hasil Belajar Mahasiswa D3 Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang
dalam Matakuliah Praktik Beton melalui Penerapan Model
Pembelajaran, menyimpulkan bahwa: 1) penerapan metode
pembelajaran pelatihan (training model) dalam pembelajaran Praktik
Beton, dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Hal ini terlihat dari
kecermatan unjuk kerja, kecepatan unjuk kerja, dan kualitas hasil kerja
mahasiswa, 2) penggunaan metode pembelajaran pelatihan lebih unggul
dibandingkan metode praktik konvensional dalam peningkatan
keterampilan motorik mahasiswa.
E. STRATEGI PEMBELAJARAN PELATIHAN LABORATORIUM
(LABORATORY TRAINING)
1. Prinsip Pembelajaran Pelatihan Laboratorium
Menurut Joice and Weil (1986) ada dua prinsip utama, yaitu
a. Kerja Kelompok
32
Melalui kelompok-kelompok belajar, siswa diharapkan dapat
saling bertukar pikiran antar anggota kelompok. Dalam hal ini
siswa diharapkan dapat belajar dari temannya dan juga dapat
mengajari temannya.
b. Menekankan Pengembangan 4 Area Kepribadian
1) Intrapersonal
2) Interpersonal
3) Dinamisasi kelompok
4) Pengarahan diri (self direction)
2. Tahap Pembelajaran
Menurut Joice and Weil (1986) ada empat prosedur, yaitu:
a. Pengelompokkan
Pembentukkan kelompok merupakan langkah awal dari metode
pembelajaran ini, disarankan setiap kelompok terdiri atas 2 sampai
4 orang siswa. Melalui kelompok siswa dapat saling belajar dan
mengajar, dapat saling memberi dan menerima.
b. Penyajian materi atau teori
Merupakan tahap kedua yang meliputi kegiatan:
1) Penyampaian tujuan pembelajaran
2) Penyampaian materi
3) Diskusi dan tanya jawab, disertai balikan oleh pengajar.
c. Latihan atau praktik
Merupakan tahap ketiga dimana dalam tahap ini siswa mulai
melakukan praktik kerja sesuai dengan rencana pembelajaran yang
telah direncanakan
d. Latihan pada masalah nyata
Dalam tahap ini siswa diajak untuk melakukan kerja sesungguhnya
terhadap masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata, yang sesuai
dengan materi yang dibahas. Dengan demikian siswa dapat praktik
langsung membuat benda kerja yang sesungguhnya.
33
Strategi Pembelajaran Pelatihan Laboratorium
Pembentukkan Kelompok
Penyajian Materi
Latihan / Praktik
Latihan pada Masalah Nyata
3. Penerapan di Kelas
4. Hasil Penelitian
Penelitian Pribadi dan Wahyo Hendarto (2004) dengan judul
Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Program D3 Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang (UM) dalam Matakuliah
Laboratorium Uji Bahan melalui Penerapan Pembelajaran
Laboratory Training menyimpulkan:
a. Penerapan Laboratory Training dapat meningkatkan efektivitas
pembelajaran.
b. Dibanding dengan pembelajaran ceramah bengkel, pembelajaran
pelatihan laboratorium lebih unggul dalam peningkatan hasil
belajar dan motivasi belajar mahasiswa.
34
BAB V
STRATEGI PEMBELAJARAN KREATIF PRODUKTIF,
PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK, DAN PEMBELAJARAN
KUANTUM
A. Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas tiga jenis strategi pembelajan, yaitu strategi
kreatif-produktif, strategi berbasis proyek, dan strategi pembelajaran kuantum.
Ketiga strategi pembelajaran iini penting bagi guru untuk menciptakan
pembelajaran yang efektif dan efisien.
B. Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif
Kreatifitas terkait langsung dengan produktivitas dan merupakan bagian
esensial dalam pemecahan masalah. Menurut Wankat dan Oreovoc(1995)
meningkatkan kreativitas siswa dapat dilakukan dengan:
a. Mendorong siswa untuk kreatif(tell student to be creative).
b. Mengajari siswa beberapa metode untuk menjadi kreatif(teach student some
creativity methods).
c. Menerima ide-ide kreatif yang dihasilkan siswa(accept the result of creative
exercises).
Karakteristik strategi pembelajaran kreatif-produktif antara lain:
a. Keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran.
b. Siswa didorong untuk menemukanataumengonstruksikan sendiri konsep
yang sedang dikaji melalui penafsiran yang dilakukan dengan berbagai cara
seperti observasi, diskusi, atau percobaan.
c. Siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas
bersama.
d. Pada dasarnya untuk menjadi kreatif seseorang harus bekerja keras,
berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri.
Dengan mengacu kepada karakteristik tersebut, strategi pembelajaran
kreatif-produktif diasumsikan mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan
35
berbagai kegiatan sehingga merasa tertantang menyelesaikan tugas-tugasnya
secara kreatif. Terdapat 5 tahap strategi pembelajaran kreatif-produktif, yaitu:
(a)Orientasi; (b)Eksplorasi; (c)Interpretasi; (d)Re-kreasi; dan (e)Evaluasi.
C. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning)
1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek
Menurut Buck Institute for Education(1999) be;lajar berbasis proyek
memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja.
b. Terdapat pemecahan masalah yang pemecahannya tidak ditentukan
sebelmunya..
c. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil.
d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi
yang dikumpulkan.
e. Melakukan evaluasi secara kontinu.
f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan.
g. Hasil akhir berupa produk dn dievaluasi kualitasnya.
h. Kelas memiliki atmosfer yang memberi toleransi kesalahan dan
perubahan.
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek
Menurut Thomas(2000), pembelajaran berbasis proyek mempunyai
beberapa prinsip, yaitu:
a. Prinsip sentralistis(centrality). Model ini merupakan pusat strategi
pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu
pengetahuan melalui kerja proyek.
b. Prinsip pertanyaan pendorongataupenuntun(driving question) berartii
bahwa kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau permasalahan” yang
dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip
utama suatu bidang tertentu.
c. Prinsip investigasi konstruktif(constructive investigation) merupakan
proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung
36
kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi
memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah,
pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model.
d. Prinsip otonomi(autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat
diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakanproses
pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja
dengan minimal supervise, dan bertanggung jawab.
e. Prinsip realistis(relism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang
nyata, bukan seperti di sekolah(Suhartadi, 2001).
3. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Increased motivation (meningkatkan motivasi belajar siswa).
b. Increased problem-solving ability (meningkatkan kemampuan siswa
memecahkan masalah).
c. Improved library research skills (meningkatkan ketrampilan siswa
mencari dan mendapatkan informasi).
d. Increased resource-management skills (meningkatkan kemampuan
kecermatan mengorganisasi proyek).
D. Strategi Pembelajaran Kuantum (Quantum Teaching)
Pembelajaran kuantum merupakan cara baru yang memudahkan proses belajar,
yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah, untuk segala mata
pelajaran.
1. Asas Utama Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran kuantun bersandar pada suatu konsep, yaitu “bawalah dunia
siswa ke dunia guru, dan antarkan dunia guru ke dunia siswa”. Hal ini
berarti bahwa langkah pertama seorang guru dalam kegiatan PBM adalah
memahami atau memasuki dunia siswa, sebagai bagian kegiatan
pembelajaran. Tindakan ini akan memberi peluangatauizin pada guru untuk
memimpin, menuntun, dan memudahkan kegiatan siswa dalam PBM
sehingga siswa akan semakin mudah untuk diberi pemahaman tentang isi
pelajaran yang disampaikan oleh guru.
37
2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kuantum
Menurut De Porter, Reardon & Nourie (2001) model pembelajaran
ini memiliki lima prinsip, yaitu (1) segalanya berbicara, (2) segalanya
bertujuan, (3) pengalaman sebelum pemberian nama, (4) akui setiap usaha,
(5) jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan.
3. Model Pembelajaran Kuantum
Model pembelajaran kuantun dibagi atas dua kategori, yaitu konteks
dan isi (De Porter, Reardon & Nourie, 2001). Konteks meliputi (1)
lingkungan, (2) suasana, (3) landasan, dan (4) rancangan. Sedangkan isi
mencakup masalah penyajian dan fasilitas(yang mempermudah proses
belajar).
38
BAB VI
STRATEGI PEMBELAJARAN SIKLUS, PEMBELAJARAN
GENERATIVE, BELAJAR TUNTAS, DAN PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
A. Strategi Pembelajaran Siklus
Model pembelajaran siklus belajar (Learning Cycle) pertama kali
diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study
(SCIS). siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan
pendekatan konstruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu:
1. eksplorasi (Exploration)
2. pengenalan konsep (concept introduction)
3. penerapan konsep (concept application)
ketiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap, yang terdiri atas:
1. Pembangkitan minat (engagement)
Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus
belajar. Guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan
keingintahuan (curiosity) siswa tentang topic yang akan diajarkan.
2. Eksplorasi (exploration)
Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Dalam tahap ini
dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa kemudian diberi
kesempatan untuk bekerja sama dalam suatu kelompok kecil tersebut tanpa
pembelajaran langsung dari guru. Tujuannya adalah mengecek
pengetahuan siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin
sebagian salah, dan sebagian benar
3. Penjelasan (explanation)
39
Guru mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat,
atau pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan
siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru.
4. Elaborasi (elaborationatauextention)
Pada tahap ini siswa menerapkan konsep dan ketrampilan yang telah
dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda
5. Evaluasi (evaluation)
Guru mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan
konsep baru.
B. Strategi Pembelajaran Generatif
Pembelajaran generative (generative learning) pertama dikenalkan oleh
Osborne dan cosgrove pada tahun 1985. pembelajaran ini melalui beberapa tahap,
yaitu:
1. Tahap pendahuluan atau disebut tahap eksplorasi
Pada tahap eksplorasi guru membimbing siswa untuk melakukan
eksplorasi terhadap pengetahuan, ide, atau konsepsi awal yang diperoleh
dari pengalaman sehari-harinya atau diperoleh dari pembelajaran pada
tingkat kelas sebelumnya.
2. Tahap pemfokusan
Siswa melakukan pengujian hipotesis melalui kegiatan laboratorium atau
dalm model pembelajaraan lain.
3. Tahap tantangan atau tahap pengenalan konsep
Siswa berlatih untuk berani mengeluarkan ide, kritik, berdebat,
menghargai adanya perbedaan pendapat antar teman. Guru berperan
sebagai moderator dan fasilitator terarah.
4. Tahap penerapan konsep
Pada tahap ini siswa diajak untuk dapat memecahkan masalah dengan
konsep barunya atau konsep benar dalam situasi baru yang berkaitan
dengan hal praktis dalam kehidupan sehari-hari.
40
Menurut Sutarman dan Swasono (2003), secara garis beras ada tiga langkah
yang dikerjakan guru dalam pembelajaran, yaitu:
1. Guru perlu melakukan identifikasi pendapat siswa tentang pelajaran yang
dipelajari
2. Siswa perlu mengeksplorasi konsep dari pengalaman dan situasi
kehidupan sehari-hari dan kemudian menguji pendapatnya, dan
3. Lingkungan kelas harus nyaman dan kondusif sehingga siswa dapat
mengutarakan pendapatnya tanpa rasa takut dari ejekan dan kritikan dari
temannya. Dalam hal ini guru perlu menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan bagi semua siswa.
Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Model pembelajaran tuntas dikembangkan oleh John B. Caroll (1971) dan
Benjamin Bloom (1971). Belajar tuntas menyajikan suatu cara yang menarik dan
ringkas untuk meningkatkan unjuk kerja siswa ke tingkat pencapaian suatu pokok
bahasan yang lebih memuaskan. Model pembelajaran ini terdiri dari 5 tahap,
yaitu:
1. Orientasi (orientation)
Pada tahap orientasi dilakukan suatu penetapan kerangka isi pembelajaran
Selama tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, tugas-tugas yang
akan dikerjakan dan mengembangkan tanggung jawab siswa.
2. Penyajian (presentation)
Dalam tahap ini guru menjelaskan konsep-konsep atau keterampilan baru
disertai dengan contoh-contoh.
3. Latihan terstruktur (structured practice)
Guru memberi siswa contoh praktik penyelesaian masalah, berupa
langkah-langkah penting secara bertahap dalam penyelesaian suatu
masalah atau tugas.
4. Latihan terbimbing (guided practice)
41
Pada tahap ini guru member siswa kesempatan untuk latihan
menyelesaikan suatu permasalahan, tetapi masih dibawah bimbingan
5. Latihan mandiri (independent practice).
Latihan mandiri merupakan tahap inti dari strategi ini. Latihan mandiri
dilakukan apabila siswa telah mencapai skor untuk kerja antara 85%-90%
dalam tahap latihan terbimbing.
C. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran
kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar
sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa
pandai dapat mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa
yang kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena
banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya
terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan
terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.
(Priyanto,2007)
Beberapa pengertian pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar siswa
bukan hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa. Pembelajaran
kooperatif adalah sistem pembelajaran yang member kesempatan kepada siswa
untuk bekerja sama dengan sesama siswa yang lain dalm tugas-tugas yang
terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai
latihan hidup di dalam masyarakat nyata.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha
42
memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar di samping guru
dan sumber belajar yang lainnya. Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem
pembelajaran yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait.
Elemen-elemen merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif,
yaitu sebagai berikut:
1. Saling ketergantungan positif
Dalam pembelajaran Kooperatif setiap anggota kelompok sadar bahwa
mereka perlu bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Suasana saling
ketergaantungan dapat diciptakan melaluinberbagai strategi yaitu:
a) Saling ketergantungan dalam pencapaian tujuan
b) Saling ketergantungan dalam menyelesaikan tugas
c) Saling ketergantungan bahan atau sumber belajar
d) Saling ketergantungan peran
e) Saling ketergantungan hadiah
2. Interaksi tatap muka
Menuntut siswa dalam kelompok untuk saling bertatap muka, sehingga
mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga
dengan sesame siswa (Nurhadi & Senduk, 2003)
3. Akuntabilitas individual
Akuntabilitas individual adalah unsure pembelajaran kooperatif yang
menumbuhkan sikap tanggung jawab siswa terhadap kelompoknya.
4. Keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi
Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk membimbing siswa agar
dapat berkolaborasi, bekerja sama dan bersosialisasi antaranggota
kelompok.
D. Model Pembelajaran Kooperatif
43
Beberapa model pembelajaran kooperatif, antara lain: model STAD
(Student Team Achievement Division), model Jigsaw, dan model GI (Group
Investigation).
1) STAD (Student Team Achievement Division)
a) Kelompok dibagi dalam beberapa kelompok.
b) tiap kelompok siswa terdiri atas 4-5 orang yang bersifat heterogen,
baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya
c) Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran
yang harus dikerjakan
d) Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan ajar dan
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok.
e) Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator
f) tiap minggu, atau dua minggu guru melakukan evaluasi, baik
secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan
belajar siswa.
g) Bagi siswa atau kelompok siswa yang memperoleh hasil belajar
yang sempurna diberi penghargaan.
2) Model Jigsaw
Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif model jigsaw yaitu:
a) Pembentukan kelompok asal
b) Pembelajaran pada kelompok asal
c) Pembentukan kelompok ahli
d) Diskusi kelompok Asal (induk)
e) Diskusi kelas
f) Pemberian kuis
g) Pemberian penghargaan kelompok
3) Model GI (Group Investigation)
a) Identifikasi topik
b) Perencanaan tugas belajar
44
c) Pelaksanaan kegiatan penelitian
d) Persiapan laporan akhir
e) Presentasi penelitian
f) Evaluasi
45
BAB VII
STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER DAN
PEMBELAJARAN BERBASIS ELEKTRONIK (E-LEARNING)
A. Pembelajaran Berbasis Komputer
Menurut Hick dan Hyde, pembelajaran berbasis komputer adalah a
teaching process directly involving a computer in the presentation of instructional
matenals in an interactive mode to provideand control the individualized tearning
environment for each individual student. Dalam definisi tersebut, dengan
pembelajaran berbasisi komputer siswa akan berinteraksi dan berhadapan secara
kangsung dengan komputer secara individual sehingga apa yang dialami oleh
seorang siswa akan berbeda dengan apa yang dialami oleh siswa lain.
1. Model Pembelajaran Berbasis Komputer
Menurut Simon (dalam Wankat & Oreovocz, 1995) terdapat tiga model
penyampaian materi pembelajaran berbasis komputer, uaitu sebagai berikut:
a. Latihan dan Praktik
Model pembelajaran ini hampir sama dengan pekerjaan rumah yang
diberikan kepada siswa, kemudian guru memberikan umpan balik. Namun
dalam pembelajaran berbasis komputer, balikan akan diberikan segera
kepada masing-masing siswa sehingga siswa tahu dimana letak
kesalahannya.
b. Tutorial
Model pembelajaran berbasis komputer ini menyediakan rancangan
pembelajaran yang kompleks yang berisi materi pembelajaran, latihan yang
disertai umpan balik.
c. Simulasi
Model pembelajaran berbsis komputer ini menyajikan pembelajaran
denagn sistem simulasi yang berhubungan dengan materi yang dibahas.
2. Peranan Media dalam Pembelajaran
46
Secara umum beberapa isi pembelajaran memuat prinsip-prinsip yang
cukup rumit dan abstrak. Untuk bisa memahami dengan cepat, mudah, dan
benar, konsepatauprinsip dalam suatu pembelajaran yang sifatnya abstrak,
rumit, dan kompleks memerlukan multimedia yang sesuai dengan isi
pembelajaran tersebut.
Gambar-gambar multimedia melalui komputer akan berusaha
secermat dan sentyata mungkin melukiskan konsepatauprinsip suatu
pembelajaran yang sifatnya abstrak dan kompleksmenjadi sesuatu yang nyata,
sederhana, sistenmatis dan sejelas mungkin. Dengan demikian penggunaan
pembelajaran melalui komputer dalam pembelajaran akan membuat kegiatan
pembelajaran berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna sehingga hasil
belajar siswa dapat ditingkatkan.
3. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Komputer
Keuntungan yang akan diperoleh dengan pembelajaran berbasis
komputer, yaitu sebagai berikut;
a. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah secara
individual.
b. Menyediakan presentasi yang menarik dengan animasi.
c. Menyediakan pilihan isi pembelajaran yang banyak dan beragam.
d. Mampu membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
e. Mampu mengaktifkan dan menstimulasi metode mengajar dengan baik.
f. Meningkatkan pengembangan pemahaman siswa terhadapa materi yang
disajikan.
g. Merangsang siswa belajar dengan penuh semangat, materi yang disajikan
mudah dipahami oleh siswa.
h. Siswa mendapat pengalaman yang bersifat konkret, retensi siwa
meningkat.
i. Memberi umpan balik secara langsung.
j. Siswa dapat menentukan sendiri laju pembelajaran.
k. Siswa dapat melakukan evaluasi diri.
47
Sedangakan Wankat & Oreovocz, (1993) menjelaskan bahwa
keuntungan utama metode pembelajaran berbasis komputer adal;ah memberi
kemudahan bagi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran lebih
lanjut. Demikian pula pembelajaran berbasis komputer memilki beberapa
keuntungan antara lain sebagai berikut:
a. Dapat mengakomodasi siswa yang lamban karena dapat menciptakan
iklim belajar yang efektif dengan cara yang lebih individual.
b. Dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan karena tersedianya
animasi grafis, warna, dan musik.
c. Kendali berda pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat disesuaikan
dengan tingkat kemampuan.
Disamping itu, pembelajaran komputer juga memilki beberapa
kelemahan, antara lain sebagai berikut:
a. Hanya efektif jika digunakan oleh satu orang atau kelompok kecil.
b. Jika tampailan fisik isi pembelajaran tidak dirancang dengan baik atau
hanya merupakan tampilan seperti pada buku teks biasa, pembelajaran
melalui media komputer tidak akan mampu meningkatkan motivasi belajar
siswa.
c. guru yang tidak memahami aplikasi program komputer tidak dapat
merancang pembelajaran lewat media komputer, ia harus bekerja sama
dengan ahli progamer grafis, juru kamera, dan teknisi komputer.
4. Cara Pengembangan
Berikut ini adalah salah satu contoh untuk mengembangkan
pembelajaran berbasis komputer, dengan menggunakan pengembangan
pembelajaran Model Banathy yang di gambarkan sebagai berikut;
48
Gambar 7.1 Pengembangan pembelajaran model Banathy
(Suparman, 1991)
5. Langkah Pengembangan
a. Pengembangan Bahan Ajar
Sesuai dengan model pengembangan yang dijadikan pijakan dasar
dalam proses pengembangan, prosedur pengembangan dilakukan dengan
urutan langkah-langkah sebagai berikut:
1) menetapkan rumusan tujuan pembelajaran,
2) mengembangkan tes untuk mengukur ketercapaian tujuan,
3) menganalisis kegiatan belajar,
4) mendesain sistem pembelajran,
1. Merumuskan
Tujuan
3. Analisis kegiatan
belajar
4. Mendesain
Sistem
Pembelajaran
5. Melaksanakan
kegiatan dan
evaluasi
6. Mengadakan
Perbaikan
2. Pengembangan tes
49
5) melaksanakan kegiatan pembelajaran dan melakukan evaluasi, dan
6) mengadakan perbaikan.
b. Pengembangan Media Komputer
Setelah rancangan pembelajaran dihasilkan, langkah selanjutnua
adalah mengembangkan pembelajaran tersebut ke dalam program
komputer sesuai dengan rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Proses pengembangan dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut;
1) Perancangan bahan ajar ke dalam program komputer.
2) Pembuatan media untuk pembelajaran meliputi pengambilan gambar
dan pembuatan animasi.
3) Penggabungan gambaratauanimasi ke dalam bahan ajar komputer.
4) Tim yang terlibat: untuk produksi melibatkan programer komputer
grafis, juru kamera, teknisi dan objek lingkungan yang terkait dengan
pembelajaran.
6. Penerapan di Kelas
Secara operasional kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran
dapat dijabarkan sebagai berikut.
No. Peran Guru Peran Siswa
1.
2.
3
4.
.
Merancang dan mengembangkan
isi pembelajaran dalam bentuk
komputer.
Memberi bimbingan individual
pada setiap siswa yang
membutuhkan.
Fasilitator bagi kegiatan belajar
siswa.
Selalu melakukan update terhadap
bahan ajar.
Belajar secara mandiri.
Mendiskusikan topikataumasalah
yang dirasa belum jelas dengan guru.
Menilai kemajuan belajar (self
evaluation).
7. Indikator Penilaian
50
Secara umum indikator-indikator penilaian yang digunakan untuk
melihat apakah produk pembelajaran berbasis komputer telah memenuhi
syarat pembelajaran atau belum, antara lain sebagai berikut;
a. Tingkat kedalaman materi.
b. Urutan penyajian atau pengorganisasian isi pembelajran.
c. Kejelasan penggunaan bahasa.
d. Kejelasan tabel atau gambar atau grafik atau animasi.
e. Tampilan secara keseluruhan.
8. Pentingnya Pembelajaran Berbasis Komputer
a. Bagi Guru
Pembelajaran berbasis komputer sangat penting bagi guru karena:
1) guru akan lebih banyak berperan sebagai fasilitator bagi siswa,
2) memberi alternatif variasi metode pembelajaran,
3) menolong mengembangkan media pembelajaran,
4) memberi pedoman bagi pegembangan lebih lanjut, dan
5) meminimalkan ytingkat kesalahpahaman konsep atau teori yang sering
dialami siswa sehingga efektivitas dan efisiensi pembelajaran dapat
dicapai secara optimal.
b. Bagi Siswa
Bagi siswa sangat bermanfaat karena:
1) siswa akan lebih mudah dan cpat memahami materi pembelajaran yang
bersifat abstrak,
2) mampu meningkatkan motivasi belajar siswa selama proses
pembelajaran,
3) meningkatkan hasil pembelajaran siswa,
4) kendali belajar berada pada siswa sehingga kecepatan belajar dapat
disesuaikan dengan tingkat kemampuannya, dan
5) dapat mengakomodasi siswa yang lambat karena dapat menciptakan
iklim yang efektif dengan cara ynag lebih individual.
c. Bagi Sekolah
51
Dengan adanya model pembelajaran berbasis komputer yang
dikembangkan melalui kegiatan ini, maka di sekolah:
1) akan tersedia bahan ajar yang telah divalidasi sesuai dengan bidang
teknik sipil sehingga setiap guru dapat menggunakan dengan mudah dan
efektivitas dan efisiensi pembelajaran secara keseluruhan akan
meningkat,
2) pengembangan isi pembelajaran akan sesuai dengan pokok-pokok
bahasan, dan
3) sebagai pedoman praktis implementasi pembelajaran sesuai dengan
kondisi dan karakteristik pembelajaran.
9. Hasil Penelitian
Menurut beberapa hasil penelitian, ternyata pembelajaran berbasis
komputer menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional (Dede & Swigger, 1998; Wilkinson, 1984). Hasil
penelitian Morrinson, Ross dan O’Dell (1991) menemukan bahwa metode
pembelajaran berbasis komputer lebih efektif dibannding kan metode
pembelajaran tradisional. Dengan metode pembelajaran berbasis komputer,
siswa akan lebih mudah melakukan kontrol belajar, memilih urutan
pembelajaran, memudahkan mengerjakan tugas-tugas, dan melakukan
evaluasi secara mandiri. Pembelajaran berbasis komputer ini memliki
keuntungan dibandingkan metode lainnya karena mampu mengembangkan
interaksi dan memeberi balikan secara segera pada siswa (Wankat &
Oreonovicz, 1993: 158). Selain itu pembelajaran berbasis komputer memiliki
tingkat motivasional yang lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional (Smith, 1991).
B. Pembelajaran Berbasis Elektronik
Pada dasarnya e-learning telah mulai diterapkan sejak tahun 1970-an
(Waller & Wilson, 2001). Secara umum terdapat beberapa hal penting sebagai
persyaratan pelaksanaan e-learning, yaitu sebagai berikut:
52
a. Kegiatan proses pembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan.
b. Tersedianya dukungan layanan tutor yang dapat membantu ssiswa apabila
mengalami kesulitan belajar.
c. Adanya lembaga penyelenggara atau pengelola e-learning.
d. Adanya sikap positif dari siswa dan tenaga pendidik terhadap teknologi
komputer dan internet.
e. Tersedianya rancangan sistem pembelajaran yang dapat dipelajari atau
diketahui oleh setiap siswa.
f. Adanya sistem evaluasi terhadap kemajuan belajar siswa dan mekanisme
umpan balik yang dikembangkan oleh lembaga penyelenggara.
Pada pihak lain disebutkan bahwa pembelajaran e-learning merupakan
kegiatan pembelajaran yang memanfaatkan jaringan internet sebagai metode
penyampaian, interaksi, dan fasilitasi serta dukungan oleh berbagai bentuk
layanan belajar lainnya (Brown, 2000; Feasy 2001).
1. Fungsi Pembelajaran Elektronik
Menurut Siahaan (2002) setidaknya ada tiga fungsi pembelajaran
elektronik terhadap kegiatan pembelajaran dalam kelas, yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai suplemen pembelajaran yang sifatnya pilihan atau oposional.
E-learning berfungsi sebagai suplemen pembelajaran apabila
peserta didik mempunyai kebebasan memeilih, apakan siswa akan
memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau menggunakan
pembelajaran model konvensional. Jadi tidak ada kewajiban atau keharusan
bagi siswa untuk mengakses materi pembelajaran elektronik.
b. Sebagai pelengkap (komplemen) pembelajaran.
E-learning berfungsi sebagai pelengkap pembelajaran apabila
materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi
pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas konvensional (Lewis,
2002).
c. Sebagai pengganti (substitusi) pembelajaran.
53
E-learning berfungsi sebagai pengganti pembelajaran jika
pembelajaran elektronik sepenuhnya digunakan dalam proses
pembelajaran. Dalam kondisi ini, siswa hanya belajar lewat pembelajaran
elektronik saja, tanpa menggunaka model pembelajaran lainnya.
2. Manfaat Pembelajaran Elektronik
a. Bagi Siswa
Dengan kegiatan pembelajaran melalui e-learning dimungkinkan
berkembangnya fleksibilitas belajar setiap siswa yang optimal, dimana
siswa dapat mengakses bahan-bahan belajar secara optimal. Disamping itu
siswa juga dapat berkomunikasi dengan guru setiap saat.
b. Bagi Guru
Menurut Sukartawi (2003), dengan adanya kegiatan pemelajaran e-
learning ada beberapa manfaat yang diperoleh guru yaitu:
1) Lebih mudah melakukan pemutakhiranbahan-bahan ajar yang menjadi
tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangankeilmuan
yang terjadi.
2) Mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan
wawasannya karena waktu luang yang dimiliki relatif banyak.
3) Mengontrol kebiasaan belajar peserta didik.
4) Mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan so0al-soal latihan
setelah mempelajari topik tertentu.
5) Memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya
kepada peserta didik.
Sedangkan manfaat pembelajaran elektronik menurut A.W. Bates,
1995 dan K. Wulf, 1996 terdiri atas 4 hal:
1) Meningkatkan kadar pembelajaran antara siswa dengan guru.
2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran darimana dan kapan
saja.
3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas.
54
4) Mempermudah penyempurnaan dan penyampaian materi
pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
Dengan adanya model pembelajran e-learning berbasis web, maka
di sekolah;
1) akan tersedia bahan ajar yang telah divalidasi sesuai dengan
bidangnya,
2) pengembangan isi pembelajaran akan sesuai dengan pokok-pokok
bahasan,
3) sebagai pedoman praktis implementasi pembelajaran sesuai dengan
kondisi dan karakteristik pembelajaran, dan
4) mendorong menumbuhkan sikap kerja sama antar guru dengan guru
dan guru dengan siswa dalam memecahkan masalah pembelajaran.
3. Kelemahan Pembelajaran Elektronik
Menurut Wildavsky, 9 2001 0 kelemahan utama pembelajaran e-
learning adalah sebagai berikut:
a. Frekuensi kontak secara langsung antara seasma siswa maupun antar siswa
dengan narasumber sangat minim.
b. Peluang siswa untuk bersosialisasi denagn siswa lain sangat terbatas.
Guna mengatasi kelemahan tersebut, dapat dipecahkan denagn
membentuk lingkungan pembelajaran elektronik yang dapat menciptakan dan
mengembangkan “ rasa bermasyarakat “ di kalangan siswa sekalipun mereka
terpisahkan secara geografis.
Satu hal yang perlu ditekankan dan dipahami adalah bahwa e-learning
tidak dapat sepenuhnya menggantikan pembelajaran konvensional di kelas
(Lewis, 2002). E-learning dapat menjadi patner atau saling melengkapi dengan
pembelajaran konvensional di kelas.
4. Pembelajaran Berbasis Web (Web Based Learning)
55
WBL atau sering disebut on-line adalah suatu sistem atau proses untuk
melaksanakan kegiatan belajar mengajar jarak jauh melalui aplikasi web dan
jaringan internet (Simamora, 2003).
Beberapa kelebihan dari pemanfaatan internet untuk WBL antara lain
sebagai berikut:
a. Kelas tidak membutuhkan bentuk fisik, semuanya dapat dibangun dalam
aplikasi internet.
b. Melalui internet lembaga pendidikan akan dapat lebih fokus pada program
penyelenggaraan pendidikan atau latihan.
c. Program WBL dapat dilaksanakan dan di update secara cepat.
d. Dapat diciptakan interaksi yang bersifat real time maupun non real time.
e. Dapat mengakomodasi keseluruhan proses belajar, mulai dari registrasi,
penyampaian materi, diskusi, evaluasi, dan juga transaksi.
f. Dapat diakses dari lokasi mana saja dan bersifat global.
g. Materi dapat dirancang secara multimedia dan dinamis.
h. Siswa dapat terhubung ke berbagai perpustakaan maya di seluruh dunia
dan menjadikannya sebagai media penelitian dalam menuingkatkan
pemahaman dan bahan ajar.
i. Guru dapat secara cepat menambah referensi bahan ajar yang bersifat studi
kasus, tren industri dan proyeksi teknologi ke depan melalui berbagai
sumber untuk menambah wawasan peserta terhadap bahan ajar
(Simamora, 2003).
5. Pengembangan WBL
Simamora (2003) mendeskripsikan komponen-komponen WBL, baik
dalam interaksi langsung maupun tidak langsung adalah sebagai berikut:
a. Interaksi secara tidak langsung dalam WBL dapat diwujudkan dengan
menggunakan:
1) Elektronik mail (e-mail), merupakan layanan yang paling banyak
digunakan dalam web.
2) Newsgroup, merupakan media komunikasi antar siswa untuk diskusi
dan berkolaborasi dalam suatu kelompok tertentu.
56
3) Bulletin board file exchange, merupakan media komunikasi untuk
mempertukar dokumen, mengirim dokumen yang ditugaskan oleh guru
dan kolaborasi dokumen antarsiswa.
b. Interaksi secara langsung dalam WBL dapat diwujudkan dengan
menggunakan:
1) Chat, merupakan media komunikasi langsung antarsiswa dalam bentuk
teks.
2) Aplicatin Sharing, meggunakan aplikasi khusus yang memungkinkan
suatu grup berkolaborasi secara langsung pada suatu dokumen kerja
dengan melakukan editing secara jarak jauh.
3) Audio atau video conference, menggunakan aplikasi perangkat lunak
khusus yang memungkinkan terjadinya komunikasi audioatau video
conference.
Menurut Simamora (2003) bagian teknologi e-learning adalah sebagai
berikut.
Gambar 7.2 Kedudukan Web Learning (Simamora, 2003)
Dari Gambar 7.2 dapat dipetakan kedudukan WBL dalam sekumpulan
jenis pembelajaran jarak jauh.
Computer Based
Learning Online
Learning E-Learning Distance
Learning
57
a. Distance learning, merupakan seluruh bentuk pembelajran jarak jauh
(PJJ), baik yang berbasis korespondensi maupun yang berbasis teknologi
informasi.
b. E-learning merupakan PJJ yang memanfaatkan teknologi komunikasi dan
informasi.
c. Online learning, memanfaatkan teknologi intranet, internet yang dikenal
dengan world wide web (www).
d. Computer base learning, memanfaatkan komputer sebagai terminal akses
ke proses belajar.
6. Model Pengembangan
Salah satu contoh model pengembangan pembelajaran e-learning adalah
sebagai berikut.
Menentukan mata
pelajran yang akan
dikembangkan
Mengidentifikasi
silabus mata pelajaran
Mengembangkan
Web Based Learning
Uji coba produk
pembelajaran WBL
Menyusun petunjuk
penggunaan program
Memproduksi
WBL
58
Prosedur pengembangan
a. Menentukan mata pelajaran yang akan dikembangkan
b. Mengembangkan WBL
c. Memproduksi WBL
d. Menyusun petunjuk penggunaan program
e. Menyediakan jaringan
f. Proses instalasi produk pembelajaran
7. Hasil Penelitian
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan e-learning
sebagai pelengkap pembelajaran konvensional dapat meningkatkan kreativitas
dan hasil belajar siswa. Penelitian Hajji (2006) menyimpulkan bahwa:
a. Terjadinya aktivitas mahasiswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
yang di tandai dengan sebuah hit yang mengakses situs belajar.
b. Terjadi peningkatan motivasi mahasiswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran yang ditandai dengan jumlah balikan yang diperoleh dalam
webmail situs belajar.
c. Menurunnya tingkat kejenuhan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
d. Terjadinya peningkatan pemahaman mahasiswa terhadap materi
perkuliahan yang dapat dilihat dari kualitas balikan terhadap tes dan
pertanyaan yang ada dalam situs belajar.
59
BAB VIII
DIMENSI BELAJAR PEMBELAJARAN, BERBASIS MODUL DAN
PERISTIWA PEMBELAJARAN
A. Dimensi Belajar
Dimensi belajar adalah strategi pembelajaran yang terdiri dari beberapa
langkah pembelajaran, yang diyakini mampu mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Konsep dimensi belajar ini
dikembangkan oleh Marzano (1998) dan Marzano (1994), yang meliputi lima
dimensi belajar, yaitu sikap dan presepsi yang positif,pemerolehan dan
pengintergrasian pengetahuan, perluasan dan penghalusan pengetahuan,
penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan kebiasaan berpikir positif.
1. Konsep Dimensi Belajar
a. Sikap dan Presepsi yang Positif
Ada dua kategori sikap dan presepsi yang mempengaruhi belajar, yaitu
(1) sikap dan persepsi tentang iklim (suasana) belajar, dan (2) sikap dan
persepsi tentang tugas-tugas kelas. Cara guru membantu siswa
menumbuhkan sikap dan persepsi yang positif terhadap iklim belajar
dengan menekankan aspek-aspek internal dan eksternal siswa. Aspek-
aspek internal meliputi (1) penerimaan guru dan teman sekelas (kontak
mata, pengetahuan, dan lain-lain), dan (2) kenyamanan fisik dalam
kelas. Cara membantunmenumbuhkan sikap dan sikap persepsi yang
positif terhadap tugas-tugas kelas dilakukan dengan pemahaman akan
nilai-nilai tugas, kejelasan tugas, dan kejelasan sumber (Waras, 2001).
b. Pemerolehan dan Pengintergrasian Pengetahuan
Menerima pengetahuan melibatkan proses interaksi antara apa yang
sudah diketahui dengan apa yang ingin dipelajari, setelah itu
mengintergrasikan informasi tersebut menjadi langkah-langkah
sederhana yang mudah dipahami. Cara guru membantu siswa untuk
60
dapat menerima pengetahuan (deklaratif dan prosedural) dilakukan
dengan persiapan pembelajaran yang menggunakan perencanaan
dengan mempertimbangkan sejumlah pertanyaan dasar untuk tiap jenis
pengetahuan. Belajar pengetahuan deklaratif melibatkan tiga fase yakni
kontruksi makna , pengorganisasian pengetahuan, dan penyimpanan
pengetahuan (Waras, 2001).
c. Perluasan dan Penghalusan Pengetahuan
Kegiatan memperluas dan memperhalus pengetahuan dilakukan dengan
(1) comparising (identifikasi dan artikulasi hal-halataubenda-benda
yang mirip dan berbeda), (2) classifying (pengklasifikasian kasus-kasus
ke dalam suatu kategori berdasarkan atribut dasarnya), (3) inducing
(pendugaan prinsip-prinsip atau generalisasi yang belum diketahui dari
observasi atau analisis), (4) deducting (pendugaan kondisi yang belum
tertanyakan dari prinsip-prinsip atau generalisasi tertentu), (5) analizing
error (identifikasi dan artikulasi kesalahan di dalam pikiran sendiri atau
orang lain), (6) contructing support (pengkontruksian sistem dukungan
kebenaran atau bukti-bukti suatu pernyataan yang tegas), (7)
abstracting (identifikasi dan artikulasi tema penting atau pola umum
suatu informasi), dan (8) analyzing perspective (identifikasi dan
artikulasi perspektif personal tentang berbagai macam isu).
Kegiatan belajar bisaberupa proses-proses membandingkan, klasifikasi,
menginduksi, mendeduksi, menganalisis kesalahan dan sebagainya
(Waras, 2001).
d. Penggunaan Pengetahuan Secara Bermakna
Penggunaan pengetahuan secara bermakna dilakukan dengan cara (1)
decision making (strategi pengambilan keputusan), (2) investigation
(melakukan penyelidikan), (3) experiment inquiry (proses memperoleh
jawaban atas suatu pertanyaan), (4) problem solving (proses pemecahan
masalah), dan (5) invetion (proses penciptaanataupenemuan).
e. Kebiasaan Berpikir Produktif
61
Dimensi ini berkaitan dengan penumbuhan kebiasaan mental untuk
dapat berpikir secara produktif yang ditandai dengan (1) self regulated
thinking and learning (menumbuhkan kemampuan berpikir dan belajar
yang teratur secara mandiri), (2) critical thinking and learning
(menumbuhkan sikap kritis dalam berpikir dan belajar), (3) creative
thinking and learning (menumbuhkan sikap kreatif dalam berpikir dan
belajar.
2. Penerapan Dimensi Belajar
Pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model dimensi belajar
memiliki asumsi dasar bahwa pembelajaran yang komprehensif sekurang-
kurangnya mengakomodasikan dua tipe pembelajaran, yakni pembelajaran
yang lebih teacher directed maupun yang bertipe student directed (Waras,
2001).
Cara guru membantu siswa untuk dapat menerima pengetahuan
(deklaratif dan prosedural) dilakukan dengan persiapan pembelajaran yang
menggunakan perencanaan dengan mempertimbangkan sejumlah
pertanyaan dasar untuk tiap jenis pengetahuan. Belajar mengetahui
deklaratif melibatkan tiga fase, yakni konstruksi makna, pengorganisasian
pengetahuan, dan penyimpanan pengetahuan (Waras, 2001).
3. Hasil Penelitian
Berdasarkan beberapa hasil penelitian, model dimensi belajar memiliki
beberapa keunggulan, yaitu (1) model dimensi belajar lebih menekankan
pada aktivitas mental dan fisik anak dalam belajar, (2) upaya alternatif
membangun hubungan dinamis dan sistematis antara bagaimana guru
mengajar dan bagaimana siswa belajar, (3) penerapan model dimensi belajar
telah terbukti dapat meningkatkan hasil belajar bidang sains (Waras, 2001),
(4) dimensi belajar lebih akomodatif dalam meningkatkan kadar CBSA
untuk situasi dan kondisi sekolah di Indonesia, dan (5) memandu
pembelajaran berlangsung secara sistematis dan dinamis tanpa menambah
beban guru untuk mempelajari teori-teori belajar tingkat tinggi secara
langsung (Marzano, 1994; Waras, 2001).
62
B. Pembeljaran Berbasis Modul
Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan
adalah peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan kualitas
pembelajaran dapat dilakukan dari berbagai aspek variabel pembelajaran.
Variabel pembelajaran yang terkait langsung dengan kualitas
pembelajaran adalah tersedianya buku teks yang berkualitas. Menurut
Russel (1974) sistem pembelajaran modul akan menjadikan pembelajaran
lebih efisien, efektif, dan relevan. Dibandingkan dengan pembelajaran
konvesional yang cenderung klasikal dan dilaksanakan dengan tatap muka,
pembelajaran modul ternyata memiliki keunggulan atau kelebihan (Sudjoko,
1989). Disamping itu, pembelajaran modul dalam beberapa hal kurang
efektif jika dibandingkan dengan sistem pembelajaran tradisional (Good &
Brophy, 1991).
1. Unsur-Unsur Modul Pembelajaran
Unsur-unsur sebuah modul pembelajaran yaitu:
a. Modul merupakan seperangkat pengalaman belajra yang berdiri sendiri,
b. Modul dimaksudkan untuk mempermudah siswa mencapai seperangkat
tujuan yang telah ditetapkan,
c. Modul merupakan unit-unit yang berhubungan satu dengan yang lain
secara hierarkis.
Menurut Russel (1974) karakteristik modul mencakup:
a. Self contain,
b. Bersandar pada berbedaan individu,
c. Adanya asosiasi,
d. Pemakaian bermacam-macam media,
e. Partisipasi aktif siswa,
63
f. Pengetahuan langsung, dan
g. Pengawasan strategi evaluasi.
Komponen-komponen modul terdiri dari:
a. Rasional
b. Tujuan
c. Tes masukan
d. Kegiatan belajar
e. Tes diri (self test)
f. Tes akhir (post test)
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Kebudayaan
(dikemukakan oleh Suryobroto, 1983), peneertian modul adalah satu unit
program belajar mengajar terkecil, yang secara rinci menggariskan:
a. Tujuan intruksional yang akan dicapai,
b. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar,
c. Pokok-pokok yang akan dipelajari,
d. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas,
e. Peran guru dalam proses belajar mengajar,
f. Alat dan sumber belajar yang dipergunakan,
g. Kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati siswa secara
berurutan,
h. Lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa,
i. Program evaluasi yang akan dilaksanakan.
Vembiarto (dalam Suradi, 2003) mengemukakan ciri-ciri modul, yaitu:
a. Modul merupaken paket pembelajaran yang bersifat self-intruction;
b. Pengakuan adanya individual belajar;
c. Membuat rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit;
d. Adanya asosiasi, struktur, dan urutan pengetahuan;
e. Penggunaan berbagai macam media;
f. Partisipasi aktif dari siswa;
g. Adanya reinforcement langsung terhadap rrespon siswa;
64
h. Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajar.
2. Struktur Modul Pembelajaran
Dikcson dan Leonard (dalam Suradi, 2003) mengemukakan ada 12 unsur
dalam modul yaitu:
a. Topik statement, yaitu sebuah kalimat yang menyertakan pokok masalah
yang akan diajarkan;
b. Rational, yaitu pernyataan singkat yang mengungkapkan rasional dan
kegunaan materi tersebut untuk siswa;
c. Concept statement and prerequsite, yaitu pernyataan yang
mendefinisikan ruang lingkup dan sekuen dari konsep-konsep dalam
hubungannya dengan konsep lain dalam bidang pokok;
d. Concept, yaitu abstraksi atau ide pokok dari materi pelajaran yang
tertuang di dalam modul;
e. Pehavioral objectives, yaitu pernyataan tentang kemampuan apa yang
harus dikuasai siswa;
f. Pretest, yaitu tes untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa
sebelum mengikuti pelajaran;
g. Suggest teacher techniques, yaitu petunjuk kepada guru tentang metode
apa yang diterapkan dalam membantu siswa;
h. Suggest student activities, yaitu aktivitas yang harus dilakukan siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran;
i. Multimedia resources, yaitu menunjukan sumber dan berbagai pilihan
materi yang dapat digunakan ketika mengerjakan modul;
j. Post test and evaluation, yaitu guru menerapkan kondisi dan kriteria
penilaian terhadap penampilan siswa;
k. Remidiations plans, yaitu untuk membantu siswa yang lemah dalam
mencapai kriteria tertentu;
l. General reassessment potential, yaitu mengacu pada kebutuhan penilaian
terus menerus dari unsur-unsur modul.
Selanjutnya Soedijarto (1977) mengemukakan bahwa komponen-
komponen modul yang digunakan sebagai program pembelajaran mandiri
65
adalah sebagai berikut (1) pedoman guru, (2) lembar kegiatan siswa, (3)
lembar kerja, (4) kunci lembaran kerja, (5) lembaran tes, dan (6) kunci
lembaran tes.
3. Panduan Mengajar
Didalamnya memuat penjelasan tentang: (a) kegiatan yang harus
dilaksanakan guru dikelas; (b) waktu yang disediakan untuk menyelesaikan
modul yang bersangkutan, (c) alat-alat yang harus digunakan, (d) petunjuk-
petunjuk evaluasi, (e) komponen kunci lembaran tes dan lembaran tugas,
dan (f) buku sumber.
4. Lembaran Kegiatan Siswa
Lembaran kegiatan siswa memuat tentang; (a) rasional, (b) waktu, (c) tujuan
belajar secara umum, (d) petunjuk umum dan petunjuk khusus mempelajari
modul, (e) buku sumber atau sumber belajar lanjutan, (f) dekripsi kegiatan
siswa, (g) penggalan modul, (h) tujuan belajar secara khusus, (i) waktu yang
diperlukan untuk belajar setiap penggalan, (j) uraian dan contoh, (k)
ringkasan isi, (l) lembar soal, (m) lembar tugas.
5. Hasil Penelitian
Penelitian Wena, dkk (2000) dengan judul Pengembangan Modul
Pembelajaran Dengan Metode Elaborasi Pada Matapelajaran Kontruklsi
Bangunan Dan Menggambar I Pada Jurusan Pendidikan Teknik
Bangunan,menyimpulkan bahwa (1) pembelajaran modul dapat
meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan, dan (2) pembelajaran
modul dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas-
tugas pembelajaran.
C. Peristiwa Pembelajaran
Peristiwa pembelajaran ini dibagi menjadi sembilan tahapan, yang
diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung proses-
proses internal dalam belajar. Hakikat suatu peristiwa pembelajaran berbeda
tergantung pada kapabilitas apa yang diharapkan akan menjadi hasil
66
pembelajaran. "Learning intellectual skills requires a different design of
intructional evens from those required for learninp verbal information or for
those required for learning motor skills, and so on".(Gagne, 1985)
Tahapan pembelajaran yang dikembangkan gagne (1985) meliputi:
1. Menarik perhatian,
2. Memberitahukan tujuan pembelajaran,
3. Merangsang ingatan pada prasyarat belajar,
4. Menyajikan bahan perangsang,
5. Member bimbingan belajar,
6. Menampilkan unjuk kerja,
7. Member balikan,
8. Menilai unjuk kerja,
9. Meningkatkan retensi dan alih belajar.
a. Tahap pembelajaran
1) Menarik perhatian
Keller dan Kopp (1987) secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk
membangkitkan dan mempertahankan siswa, yaitu (1)membangkitkan
daya persepsi siswa, dengan menyajikan sesuatu yg membingungkan
dan kontradiktif, (2)menumbuhkan hasrat ingin meneliti, dengan jalan
(a)merangsang aktif merespons, menggunakan interaksi pertanyaan-
respons-umpan balik, (b)menciptakan masalah, yaitu memberi
kesempatan siswa memecahkan masalah (c)menciptakan materi, yaitu
menciptakan situasi pemecahan masalah dalam konteks yang
membutuhkan eksplorasi dan daya pengungkapan rahasia pengetahuan,
(3)menggunakan elemen pembelajaran variatif, dengan cara meringkas
pembelajaran, menciptakan respons saling mempengaruhi dan
mengintergrasikan media fungsional.
2) Menginformasikan Tujuan Pembelajaran
Tujuan pebelajaran merupakan uraian rinci tentang suatu (isi
pembelajaran) yang akan mampu dikerjakan siswa selesai mengikuti
67
satu satuan pembelajaran. Ditinjau dari segi siswa, tujuan
pembelajaran diartikan sebagai deskripsi tentang perilaku yang
diharapkan dapat dimiliki setelah mengikuti pembelajaran (Davis,
1976). Menuruj Dick and Carey (1985) perumusan tujuan
pembelajaran berguna dalam (1) menspesifikasi perilaku yang akan
diajarkan, (2) menentukan siasat bagi pembelajaran,dan (3)
menetapkan kriteria unjuk kerja siswa sesuai pembelajaran.
3) Merangsang Ingatan pada Prasyarat Belajar
Dalam proses pembelajaran prasyarat belajar ini harus dimunculkan
kembali dalam memori siswa. Karena merangsang ingatan pada
prasyarat belajar dapat memudahkan belajar kapabilitas baru (Gagne,
1985). Hal ini dapat dilakukan dengan kalimat sederhana, yaitu hanya
mengingatkan pada hal-hal yang sudah dipelajari.
4) Menyajikan Bahan Perangsang
Menurut Degeng (1989) apabila yang dipelajari adalah informasi
verbal, bahan perangsang dapat berupa bahan-bahan tercetak, seperti
fotocopi dari sub bab buku teks atau secara lisan dengan rekaman.
Apabila yang dipelajari suatu keterampilan intelektual, maka objek-
objek atau simbol-simbol yang termasuk dalam konsep, atau kaidah
atau masalah yang ingin dipecahkan, perlu disajikan. Untuk
keterampilan motorik bahan perancang yang biasanya perlu disajikan
adalah situasi ketika keterampilan itu ditampilkan.
5) Bimbingan Belajar
Memberikan bimbingan belajar berguna untuk membantu siswa guna
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Gagne, 1985).
Untuk memudahkan siswa memahami masalah konsep, prosedur,
maupun prinsip perlu diberi bimbingan belajar oleh guru.
6) Menampilkan Unjuk Kerja
Unjuk kerja berguna untuk meyakinkan siswa bahwa ia telah
menguasai kapabilitas. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi suatu
68
pertanyaan-pertanyaan pada siswa. Melalui jawaban siswa akan dapat
diketahui tingkat kemampuan siswa untuk menampilkan unjuk kerja.
7) Memberi Balikan (Feed Back)
Menurut Bardwell (1981) informasi balikan mempunyah dua fungsi,
yaitu sebagai perbaikan, dan sebagai penguatan. Balikan dapat
membantu meningkatkan motivasi dan mengatur kegiatan selanjutnya.
Pemrosesan balikan dalam diri seseorang yang berasal dari pemberi
balikan dan stimulus terjadi dalam tiga tahapan, yaitu (1) mempersepsi
balikan, (2) mempunyai keinginan menanggapi balikan, dan
(3)merespons (Ilgen, Fisher dan Taylor, 1979).
8) Menilai Unjuk Kerja
Tahap menilai unjuk kerja berguna untuk menetapkan seberapa jauh
siswa sudah mencapai tujuan pembelajaran dan mampu menampilkan
unjuk kerja seperti yang ditetapkan dalam tujuan secara konsisten
(Gagne, 1985). Alat penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan
menggunakan alat tes baik tes tulis, lisan ataupun tes perbuatan; ini
tergantung dari karakteristik isi pembelajaran.
9) Meningkatkan Retensi dan Alih Belajar
Retensi merupakan jumlah hasil belajar yang masih mampu diingat
atau diproduksioleh siswa setelah selang waktu tertentu (Gagne, 1985).
makin banyak jumlah hasil belajar yang mampu diingat oleh siswa
dalam selang waktu tertentu, berarti tingkat retensi tinggi, jadi
pembelajaran dianggap efektif.
b. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian Wahyo Hendarto Yoh dan Made Oka Mulya
(2006) disimpulkan sebagai berikut. (1) Model tahapan pembelajaran dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran dalam matakuliah Peralatan
Kontruksi. HAl ini nampak dari adanya peningkatan hasil belajar, motivasi
belajar, keaktifan mahasiswa, dan interaksi mahasiswa-dosen. (2) Dengan
penerapan model tahapan pembelajaran akan lebih berfokus pada siswa dan
69
lebih menempatkan dosen sebagai fasilator, yang mampu mendorong dan
mengembangkan keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran.
70
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil diskusi kelompok yang telah kami lakukan, dapat disimpulkan:
Dalam buku “Strategi Pembelajaran Inovatif Kurikulum,” terdapat 8 pokok
bahasan, yaitu:
1. Strategi pembelajaran.
2. Strategi pengorganisasian dan pengelolaan pembelajaran.
3. Strategi pembelajaran pemecahan masalah.
4. Strategi pembelajaran ranah motorik.
5. Strategi pembelajaran kretif produktif, pembelajaran berbasis proyek, dan
pembelajaran kuantum.
6. Strategi pembelajaran siklus, pembelajaran generative, pembelajaran
tuntas, dan pembelajaran kooperatif.
7. Strategi pembelajaran berbasis komputer dan pembelajaran berbasis
elektronik (E-Learning).
8. Dimensi belajar, pembelajaran berbasis modul dan peristiwa pembelajaran.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca dapat lebih
memahami tentang strategi pembelajaran inovatif kontemporer yang merupakan
suatu tinjauan konseptual opersional terutama dalam kaitannya dengan strategi
pembelajaran bagi anak sekolah dasar.
71
DAFTAR PUSTAKA
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.