Strategi dan Rencana Aksi Gender
(November 2009)
i
STRATEGI & RENCANA AKSI GENDER INDII: PANDUAN REFERENSI CEPAT
Klik kanan pada angka di tiap kotak berwarna abu-abu untuk mengaktifkan hyperlink
Untuk kembali ke matriks ini setelah membaca bagian yang relevan, tekan CTRL-G dan masukkan nomor halaman ini (“ i ”)
PERAN Menuju
ke:
Selanjutnya:
Konsultan/kontraktor yang akan mulai bekerja pada aktivitas IndII yang memiliki isu-isu gender (kecacatan) yang signifikan
1 2 3 4.1 4.2 4.3 5 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 7 8
Staff Pemerintah Indonesia yang bekerjasama dengan IndII dalam aktivitas yang terkait dengan isu-isu gender pada tingkat nasional
Lampiran
3 Ringkasan
Lampiran
2 3 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 8
Lampiran
1
Direktur Teknis atau konsultan IndII yang mengelola aktivitas IndII dengan isu-isu gender yang signifikan
Ringkasan Lampiran 3 8 7 4.1 4.2 4.3 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 Lampiran
2
Staff Pemerintah Indonesia yang bekerjasama dengan IndII dalam melaksanakan aktivitas yang berpotensi memiliki isu-isu gender pada tingkat propinsi atau kabupaten/kota
Ringkasan Lampiran 2 3 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 8
Konsultan eksternal yang ditugasi melakukan kajian atas aktivitas IndII (pada tahap penyelesaian aktivitas), yang memiliki/berpotensi memiliki isu-isu gender yang signifikan
Ringkasan 8 4.1 4.2 4.3 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 7 Lampiran
1
Lampiran
2
Konsultan/kontraktor yang akan mulai bekerja pada suatu aktivitas IndII yang memiliki sejumlah isu gender
3 Lampiran 3 Ringkasan 8 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 7
Wakil dari lembaga donor lain yang berkolaborasi dengan IndII dalam melaksanakan suatu aktivitas yang berpotensi memiliki isu-isu gender yang signifikan
Lampiran
3 6.1 66.2 6.3 6.4 6.5 6.6 8 4.1 4.2 4.3
Konsultan eksternal yang melaksanakan kajian menyeluruh atas aktivitas-aktivitas IndII (kajian tengah semester)
Ringkasan 4.1 4.2 4.3 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 8 7 Lampiran
2
Anggota Tim Teknis IndII 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 8 7 Annexe
2
Staff IndII atau perwakilan SMEC yang bertanggung jawab atas sejumlah peran IndII
Ringkasan 4.1 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 8
Perwakilan AusaID yang sedang mencari informasi mengenai pendekatan yang digunakan IndII dalam menangani isu-isu gender
Ringkasan 8 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 7
Konsultan/kontraktor yang akan mulai bekerja pada aktivitas IndII yang tidak berpotensi memiliki isu gender
Ringkasan 1 4.1 4.2 4.3
Perwakilan dari lembaga donor lain yang membawa usulan proyek, untuk mengikuti aktivitas IndII yang berpotensi memiliki
Ringkasan 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 8
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
ii
isu-isu gender yang signifikan
Pengamat yang berminat mencari informasi mengenai kebijakan-kebijakan gender IndII
Ringkasan 6.1 6.2 6.3 6.4
Pedoman ini mengindikasikan bagian-bagian dari Rencana Aksi Gender IndII yang merupakan petunjuk penting bagi para personil IndII, konsultan & lembaga mitra.
Bagian-bagian lain dari pedoman ini mungkin perlu dipelajari tergantung pada karakteristik keterlibatan individu/kelompok dalam sebuah aktivitas IndII.
iii
Indonesia Infrastructure Initiative
Strategi dan Rencana Aksi Gender (November 2009)
© IndII 2010
Semua kekayaan intelektual yang terkandung dalam dokumen ini merupakan hak milik dari Indonesia
Infrastructure Initiative (IndII). Dokumen ini dapat digunakan dengan bebas tanpa syarat oleh para
konsultan dan mitra IndII dalam mempersiapkan dokumen-dokumen aktivitas IndII, desain dan rencana
laporan; dan dapat digunakan dengan bebas oleh lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi lainnya
yang telah diberi kewenangan.
Setiap upaya telah dilakukan untuk memastikan kesesuaian dari dokumen-dokumen acuan yang
digunakan dalam Strategi dan Rencana Aksi Gender ini. Namun IndII [email protected] akan sangat
menghargai koreksi-koreksi yang diperlukan atau saran menyangkut dokumen-dokumen sumber
dan/atau data terbaru.
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
iv
RINGKASAN
Sering diasumsikan bahwa kaum laki-laki dan perempuan akan sama-sama memperoleh
manfaat dari pembangunan infrastruktur dan penyediaan jasa. Namun penelitian membuktikan
bahwa laki-laki dan perempuan mungkin mempunyai kebutuhan dan prioritas yang berbeda
dalam hubungannya dengan infrastruktur dan bahwa hubungan gender yang tidak setara di
dalam masyarakat dapat membatasi kaum perempuan dalam mengakses dan memperoleh
manfaat dari fasilitas-fasilitas dan pelayanan yang disediakan. Upaya-upaya tertentu perlu
dilakukan untuk memastikan bahwa baik perempuan maupun laki-laki dapat berpartisipasi dan
memperoleh manfaat yang sama. Hal ini sangat penting demi memajukan hak asasi kaum
perempuan serta menciptakan pembangunan yang efektif dan berkelanjutan. Baik kebijakan-
kebijakan dari Pemerintah Australia maupun Pemerintah Indonesia menekankan pada
pentingnya pertimbangan terhadap kesetaraan gender dalam inisiatif-inisiatif pembangunan.
Dalam masyarakat Indonesia, kaum laki-laki biasanya dianggap sebagai kepala rumah tangga
dan pencari nafkah, sedangkan kaum perempuan memegang peranan kedua dengan tanggung
jawab mengurusi rumah tangga dan pekerjaan rumah lainnya. Dalam hubungannya dengan
peranan dan pengalaman mereka, perempuan dan laki-laki mungkin memiliki kebutuhan dan
prioritas yang berbeda. Namun perempuan biasanya sering tidak diikutsertakan dalam berbagai
konsultasi dan pertemuan publik yang dilakukan dalam rangka pengambilan keputusan
menyangkut penyediaan infrastruktur. Kaum laki-laki sebagai wakil dari rumah tangga,
berbicara dan mengambil keputusan atas nama anggota keluarganya yang lain, termasuk kaum
perempuan. Dominasi kaum laki-laki dalam pengambilan keputusan terbawa sampai pada
lingkungan pemerintah dimana mayoritas pegawai negeri, khususnya mereka yang berada pada
posisi pengambil keputusan, adalah kaum laki-laki. Kementerian Pemberdayaan Perempuan
telah melakukan upaya-upaya untuk mengarusutamakan gender dalam kegiatan-kegiatan
pemerintah. Namun demikian, data yang dipilah berdasarkan jenis kelamin belum dikumpulkan
secara rutin oleh semua lembaga pemerintah untuk dianalisa dan digunakan dalam pengambilan
keputusan dan pembuatan program.
The Indonesia Infrastructure Initiative (IndII) mendukung penyediaan infrastruktur dan jasa
dengan membantu Pemerintah Indonesia dalam melakukan perbaikan sistem dan proses
pembangunan. IndII menjawab proposal-proposal yang diajukan oleh lembaga-lembaga
pemerintah melalui pendampingan dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan
investasi infrastruktur yang mencakup tiga sektor yaitu: air dan sanitasi; jalan dan transportasi;
kebijakan-kebijakan infrastruktur dan tema-tema lintas bidang lainnya (cross cutting themes).
IndII bekerja pada dua level: level program-yang terkait dengan pengelolaan program secara
keseluruhan, dan level aktivitas-yang terkait dengan implementasi kegiatan.
IndII menangani spektrum aktivitas yang luas dimana masing-masing aktivitas memiliki tingkat
kedalaman isu gender yang berbeda. Mengingat keterbatasan input dari spesialis gender, maka
kemampuan IndII dalam mengidentifikasi dan merespon isu gender terletak pada kapasitas para
individunya yang terlibat dalam setiap tahap program mulai dari desain, pengelolaan dan
implementasi. Strategi gender ini dibuat dengan tujuan membantu para individu tersebut untuk
mengintegrasikan isu gender ke dalam pekerjaan mereka.
Namun demikian, ada sejumlah batasan dalam mengimplementasikan strategi gender IndII.
IndII sering hanya bertanggung jawab atas sebagian kecil dari keseluruhan program yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia atau lembaga-lembaga lainnya. Dengan demikian,
implementasi strategi gender IndII dibatasi oleh tingkat kendali yang dipegang IndII atas
aktivitas dimaksud. Selain itu, lembaga-lembaga dan donor-donor lain yang terlibat dalam
program-program dan proyek-proyek yang didukung oleh IndII mungkin telah memiliki strategi
dan rencana aksi gender tersendiri.
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
v
Sasaran keseluruhan dari strategi gender ini adalah untuk meningkatkan responsivitas terhadap
isu-isu gender dari inisiatif-inisiatif yang didukung oleh IndII, yang pada akhirnya bermuara
pada terwujudnya kesetaraan gender .
Di bawah sasaran utama tersebut terdapat empat sasaran strategis pada level program dan enam
sasaran strategis pada level aktivitas. Sasaran-sasaran dan tindakan-tindakan pencapaian strategi
gender IndII diuraikan pada bagian 6.5 & 6.6: Program dan Sasaran-sasaran Strategis.
Strategi dan Rencana Aksi Gender ini memuat indikator-indikator kinerja kunci yang dapat
digunakan untuk mengukur pencapaian dari sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Strategi ini
juga mencakup kapan atau pada tahap mana dukungan tambahan dari para spesialis gender
diperlukan.
Lampiran 1 dan 2 merupakan alat untuk membantu para personil IndII dan kontraktor untuk
mengintegrasikan isu gender ke dalam pekerjaan mereka guna mencapai tujuan-tujuan strategis
dengan lebih baik. Lampiran 3 memuat definisi mengenai terminologi-terminologi gender
pilihan.
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
vi
DAFTAR ISI
RINGKASAN ......................................................................................................................................................................................... IV
DAFTAR AKRONIM ............................................................................................................................................................................ VII
1. GENDER DAN INFRASTRUKTUR ............................................................................................................................................... 8
2. MENGAPA KESETARAAN GENDER PENTING DALAM PEMBANGUNAN? ........................................................................... 8
3. KONTEKS KEBIJAKAN ............................................................................................................................................................... 9
4. ISU-ISU GENDER UTAMA BAGI THE INDONESIA INFRASTRUCTURE INITIATIVE (INDII) ................................................... 9 4.1 Peranan, tanggung jawab, kebutuhan dan prioritas 9 4.2 Pengambilan keputusan 10 4.3 Pemerintahan 11
5. THE INDONESIA INFRASTRUCTURE INITIATIVE (INDII) ........................................................................................................ 11
6. STRATEGI GENDER .................................................................................................................................................................. 13 6.1 Pendekatan 13 6.2 Perumusan strategi 13 6.3 Batasan-batasan 14 6.4 Tujuan dan sasaran strategi gender IndII 14 6.5 Sasaran-sasaran strategis pada LEVEL PROGRAM 14 6.5.1 Sasaran strategis 1 14 6.5.2 Sasaran strategis 2 15 6.5.3 Sasaran strategis 3 15 6.5.4 Sasaran Strategis 4 16 6.6 Sasaran-sasaran strategis pada LEVEL AKTIVITAS 16 6.6.1 Sasaran strategis 1 16 6.6.2 Sasaran strategis 2 16 6.6.3 Sasaran strategis 3 17 6.6.4 Sasaran startegis 4 17 6.6.5 Sasaran Strategis 5 17 6.6.6 Sasaran strategis 6 18
7. MEKANISME PENGKLASIFIKASIAN AKTIVITAS INDII DAN USULAN TINDAKAN RESPONSIF GENDER ........................ 18
8. INDIKATOR-INDIKATOR KINERJA UTAMA ............................................................................................................................. 19
9. USULAN INPUT LANJUTAN YANG DIPERLUKAN DARI SPESIALIS GENDER .................................................................... 21 9.1 Lokakarya strategi gender 21 9.2 Evaluasi terhadap kesesuaian strategi gender 22 9.3 Evaluasi terhadap upaya-upaya IndII dalam mempromosikan kesetaraan gender 22 9.4 Referensi 23
LAMPIRAN 1: PENGKLASIFIKASIAN AKTIVITAS BAGI TINDAKAN RESPONSIF GENDER ................................................. 24
LAMPIRAN 2: DAFTAR PERIKSA RESPONSIF GENDER ......................................................................................................... 30
LAMPIRAN 3: ISTILAH-ISTILAH DAN DEFINISI-DEFINISI GENDER ........................................................................................ 33
GAMBAR 1: TUJUAN DAN LEVEL OPERASI INDONESIA INFRASTRUCTURE INITIATIVE ...................................................... 1
TABEL 1: INDIKATOR-INDIKATOR KINERJA UTAMA ............................................................................................................ 19
TABEL 2: PENGKLASIFIKASIAN AKTIVITAS BAGI TINDAKAN RESPONSIF GENDER ...................................................... 24
TABEL 3: ISTILAH-ISTILAH DAN DEFINISI-DEFINISI GENDER ............................................................................................. 33
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
vii
DAFTAR AKRONIM
AD Activity Design
AP Activity Proposal
AST Activity Screening Tool
AusAID Australian Agency for International Development
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (National Development Planning Agency)
CEDAW Convention on the Elimination of all forms of Discrimination Against Women (UN)
DGH Directorate General for Highways (Dirjen Bina Marga)
EIA Environmental Impact Assessment
EOI Expression of Interest
GOA Government of Australia
GOI Government of Indonesia
IAR Initial Activity Request
IndII The Indonesia Infrastructure Initiative
INPRES Instruksi Presiden (Presidential Instruction)
MDB Multilateral Development Bank
MEF Monitoring and Evaluation Framework
ODE AusAID’s Office of Development Effectiveness
PAMSIMAS Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
(Community-based Drinking Water and Sanitation Provision program)
QAI Quality at Information report
RFP Request for Proposal
TOR Terms of Reference
WB World Bank
WSI Water and Sanitation Initiative
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
8
1. GENDER DAN INFRASTRUKTUR
Sering diasumsikan bahwa baik perempuan maupun laki-laki akan memperoleh manfaat yang
sama dari pembangunan infrastruktur dan penyediaan jasa. Namun, riset menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan antara kemampuan perempuan dan laki-laki dalam menggunakan dan
memperoleh manfaat dari infrastruktur.
Para perencana infrastruktur sering mengabaikan adanya perbedaan pengalaman, kebutuhan dan
prioritas perempuan dan laki-laki, serta kondisi ketidaksetaraan gender dalam lingkungan
rumah tangga dan masyarakat, yang membatasi partisipasi dan kemampuan kaum perempuan
untuk memperoleh manfaat yang sama. Meskipun kaum perempuan dan laki-laki miskin dalam
masyarakat tidak diuntungkan secara ekonomi dalam mengakses dan menggunakan
infrastruktur dan jasa, namun sesungguhnya kaum perempuan miskin lebih tidak diuntungkan
lagi oleh adanya batasan sosial yang diterapkan kepada mereka (karena posisi mereka sebagai
perempuan), yang diperparah lagi dengan pekerjaan rumah tangga, pekerjaan produktif dan
aktivitas kemasyarakatan yang berat dan memakan waktu.
Ketika penyediaan infrastruktur dan jasa dilakukan dengan mempertimbangkan aktivitas,
kebutuhan dan prioritas dari kaum perempuan maupun laki-laki, maka prosedur pengadaan
kontrak jasa akan juga mempertimbangkan dampaknya terhadap isu gender dan sosial.
Pelaksanaan pembangunan infrastruktur yang responsif gender akan berdampak pada
kesetaraan dalam pemberian kesempatan pelatihan dan kerja bagi perempuan, baik untuk
pekerjaan teknis dan manajerial maupun pekerjaan-pekerjaan di level yang lebih rendah.
Dengan demikian, penyediaan infrastruktur dapat menjadi sebuah alat yang bermanfaat dalam
mengupayakan kesetaraan gender.
2. MENGAPA KESETARAAN GENDER PENTING DALAM
PEMBANGUNAN?
Kesetaraan gender merupakan hal yang diterima secara luas sebagai komponen penting bagi
praktek pembangunan yang berkelanjutan. Bank Dunia telah menunjukkan bahwa proyek-
proyek yang mempertimbangkan kesetaraan gender cenderung lebih sering mencapai sasaran-
sasaran mereka dibandingkan dengan proyek-proyek yang mengabaikan isu ini.
Berdasarkan laporan Office of Development Evaluation’s (ODE) AusAID tentang Evaluasi
terhadap Pembangunan Air dan Sanitasi di Indonesia dan Timor Timur ditemukan bahwa
perhatian yang diberikan atas isu-isu gender dan perbedaan kebutuhan dan prioritas perempuan
dan laki-laki, menghasilkan perbedaan yang sangat mendasar bagi efektivitas dan keberlanjutan
program.
Pemberian kesempatan yang sama bagi perempuan, sebagaimana laki-laki, untuk
mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan berkontribusi bagi ekonomi dan
kesejahteraan keluarga serta masyarakat, merupakan sebuah elemen penting dalam upaya
mencapai pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat kemiskinan.
Pembangunan yang memerhatikan ketidaksetaraan gender dan berbagai bentuk diskriminasi
yang dialami oleh kaum perempuan sesungguhnya membantu kaum perempuan dalam
memajukan hak-hak asasi mereka dan mendukung terciptanya sebuah masyarakat yang lebih
adil dan kooperatif.
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
9
3. KONTEKS KEBIJAKAN
Pemerintah Indonesia maupun Pemerintah Australia merupakan penanda tangan konvensi PBB
mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDAW)1.
Pemerintah kedua negara ini memiliki kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi yang
mewajibkan penanganan terhadap masalah diskriminasi dan ketidaksetaraan gender.
Pemerintah Australia mensyaratkan agar kesetaraan gender dipertimbangkan dalam semua
kegiatan pembangunan. Tujuan dari kebijakan Pemerintah Australia, seperti yang dijelaskan
dalam dokumen Kesetaraan Gender dalam Program Bantuan Australia-mengapa dan
bagaimana,2 adalah untuk mengurangi kemiskinan melalui peningkatan kesetaraan gender dan
pemberdayaan perempuan. Dengan memastikan bahwa pendapat, kebutuhan, dan hak
perempuan telah diintegrasikan dalam pembangunan, diharapkan kaum perempuan akan
memiliki status ekonomi yang lebih baik dan kesetaraan dalam pengambilan keputusan. Selain
itu, pengintegrasian prinsip-prinsip gender juga diharapkan dapat membawa perbaikan dan
manfaat yang setara bagi perempuan dan laki-laki, serta anak perempuan dan laki-laki dalam
sektor pendidikan dan kesehatan; dan berdampak pada peningkatan kesetaraan gender dalam
pembangunan daerah.
Sementara itu, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (INPRES) RI
No.9/2000 yang mensyaratkan perlunya pengarusutamaan gender dalam upaya-upaya
pembangunan. Pada tahun 2002, sebuah pedoman mengenai Petunjuk Pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional telah diterbitkan oleh Kementerian
Pemberdayaan Perempuan untuk memberikan arahan bagi lembaga-lembaga pemerintah dalam
pelaksanaan INPRES 9/2000, dan menyusul dengan digunakannya sebuah pendekatan GAP
(Gender Analysis Pathway).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Indonesia tahun 2005-2009 menargetkan
pengarusutamaan gender dalam area-area utama yang terkait dengan upaya mewujudkan negara
Indonesia yang adil dan demokratis. Dokumen ini mempertegas pentingnya: menjamin
partisipasi semua anggota masyarakat dalam pengambilan keputusan baik di tingkat nasional
maupun daerah; memperkenalkan tindakan afirmatif bagi partisipasi kaum perempuan dalam
pemerintahan; menyediakan upaya-upaya peningkatan kapasitas bagi kaum perempuan untuk
berperan dalam pengambilan keputusan politik; menjamin partisipasi kaum perempuan dalam
berbagai pelatihan dan peningkatan keterampilan bisnis; serta memastikan bahwa sektor formal
memberikan peluang kepada kaum perempuan untuk berpartisipasi di dalamnya.
4. ISU-ISU GENDER UTAMA BAGI THE INDONESIA INFRASTRUCTURE
INITIATIVE (INDII)
4.1 Peranan, tanggung jawab, kebutuhan dan prioritas
Di Indonesia, sebagaimana halnya di negara lain, sistem patriarki masih berlaku. Kaum
laki-laki biasanya dianggap sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah. Sebuah
peribahasa Sasak yang berbunyi: ”laki-laki merupakan jarum sedangkan perempuan
adalah benangnya”, menggambarkan peran perempuan sebagai pengikut laki-laki dalam
lingkungan keluarga maupun masyarakat. Padahal, baik perempuan maupun laki-laki,
seringkali berperan besar dalam pencarian nafkah dan peningkatan kesejahteraan
keluarga, terutama di kalangan masyarakat miskin. Di samping melakukan kegiatan
produktif dan mencari nafkah, kaum perempuan juga melakukan sebagian besar pekerjaan
rumah tangga dan mengurus keluarga. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak mudah dan
1 Acuan: http://www.un.org/womenwatch/daw/cedaw/ 2 Acuan: http://www.ausaid.gov.au/publications/pdf/gender_policy.pdf
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
10
memakan waktu, seperti mengambil dan mengangkut air dari sumur atau sungai ke
rumah, mengumpulkan kayu bakar, merawat anak-anak dan anggota keluarga yang renta,
cacat atau sakit.
Mengingat adanya perbedaan peran dan tanggung jawab, maka perempuan dan laki-laki
sering memiliki kebutuhan dan prioritas yang berbeda dalam pembangunan infrastruktur.
Sebagai contoh, ketersediaan layanan transportasi berbiaya murah untuk mengangkut
hasil-hasil pertanian ke pasar, mungkin merupakan prioritas yang paling utama bagi para
pedagang perempuan di desa jika dibandingkan dengan laki-laki yang mungkin telah
memiliki alat transportasi sendiri, atau yang tidak membawa banyak beban berat. Kaum
perempuan mungkin lebih peduli terhadap masalah pasokan air bagi keluarganya
dibandingkan laki-laki yang mungkin lebih peduli pada ketersediaan air untuk kegiatan
pertanian.
Kepedulian pribadi juga dapat memengaruhi prioritas dan kebutuhan. Misalnya, kaum
perempuan dan anak perempuan memiliki perhatian yang lebih besar terhadap masalah-
masalah pribadi menyangkut toilet, lokasinya dari rumah, dan ketersediaannya di tempat-
tempat umum, dibandingkan dengan kaum laki-laki dan anak laki-laki. Di bidang
penyediaan layanan transportasi, kaum perempuan dan anak perempuan juga mungkin
lebih peduli terhadap keselamatan dan keamanan pribadi dibandingkan dengan kaum laki-
laki dan anak laki-laki.
4.2 Pengambilan Keputusan
Dalam masyarakat, kaum laki-laki dipandang sebagai pembuat keputusan dan wakil
keluarga. Oleh karena itu, konsultasi-konsultasi publik yang dilaksanakan dengan tujuan
menjelaskan program pembangunan kepada masyarakat, meminta masukan dan
memperoleh persetujuan masyarakat, akan mengundang kaum laki-laki sebagai kepala
keluarga untuk dimintai pendapatnya. Di seluruh Indonesia terdapat 13 persen rumah
tangga yang dikepalai oleh perempuan. Walaupun para kepala rumah tangga perempuan
ini kadang-kadang diundang ke pertemuan-pertemuan publik, namun seringkali mereka
meminta sanak kerabat laki-laki untuk mewakili mereka. Sementara itu, para perempuan
yang menjadi kepala keluarga untuk sementara waktu (misalnya ketika suami pergi
merantau), umumnya jarang diundang ke pertemuan publik. Ketika perempuan
menghadiri pertemuan, biasanya mereka akan memilih untuk duduk di bagian pinggir dan
seringkali ragu-ragu untuk mengekspresikan ide-ide mereka, meskipun mereka dimintai
pendapat secara langsung. Sangat sering mereka khawatir dianggap salah. Ketika
pendapat kaum perempuan bertentangan dengan pendapat yang disampaikan oleh kaum
laki-laki, kaum perempuan mungkin diminta untuk diam. Di tingkat desa, seringkali
keanggotaan komite dan komite eksekutif didominasi oleh kaum laki-laki, khususnya oleh
para wakil pemerintah desa.
Keputusan-keputusan dalam rapat yang dibuat tanpa melibatkan perempuan atau tanpa
mendengarkan suara perempuan, dapat berdampak signifikan bagi perempuan dan bagi
cara perempuan menjalankan peran mereka. Sebagai contoh, dalam banyak kebudayaan
di Indonesia, kaum perempuan bertanggung jawab mengelola keuangan keluarga,
khususnya dalam mengatur pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Keputusan yang dibuat
oleh laki-laki sebagai kepala keluarga atas besaran kontribusi rumah tangga untuk suatu
jenis pelayanan infrastruktur dapat sangat mempengaruhi kemampuan kaum perempuan
dalam memenuhi kebutuhan harian keluarga.
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
11
4.3 Pemerintahan
Kaum laki-laki mendominasi jumlah total pegawai negeri, khususnya pada posisi-posisi
pengambil keputusan dalam pemerintahan. Oleh karena itu, perspektif dan nilai-nilai yang
memengaruhi kebijakan dan keputusan-keputusan utama hingga prosedur-prosedur dan
pilihan-pilihan terkecil dalam birokrasi, termasuk memilih siapa yang dapat terlibat dalam
kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas (capacity building), biasanya merefleksikan
prioritas dan pandangan kaum laki-laki.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan,
gender masih sering dipandang sebagai isu yang hanya menyangkut perempuan dan
merupakan urusan kaum perempuan. Rapat-rapat pemerintah tentang isu gender sering
didominasi oleh kaum perempuan yang sengaja diutus oleh para pimpinan. Lebih jauh
lagi, indikator-indikator yang digunakan dalam kegiatan monitoring dan evaluasi sering
tidak sensitif gender, dan data berdasarkan jenis kelamin-yang diperlukan bagi analisis
dan perencanaan-tidak dikumpulkan atau dianalisis secara rutin untuk bahan perumusan
kebijakan dan program-program pembangunan. Strategi gender Indonesia Infrastructure
Initiative (IndII) akan mendukung upaya-upaya peningkatan kesetaraan gender yang
dilakukan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan, dengan jalan mewujudkan
kesetaraan bagi kaum perempuan dan laki-laki dalam memperoleh manfaat dari seluruh
aktivitas IndII.
5. THE INDONESIA INFRASTRUCTURE INITIATIVE (INDII)
The Indonesia Infrastructure Initiative mendorong terciptanya peningkatan fasilitas
infrastruktur dan penyediaan jasa melalui penguatan sistem dan proses pemerintahan di
Indonesia. IndII menjawab proposal-proposal yang datang dari lembaga-lembaga pemerintah
melalui pemberian bantuan teknis dalam level perencanaan, implementasi dan pengelolaan
investasi infrastruktur di tiga sektor utama, yaitu: air dan sanitasi, jalan dan transportasi, dan
tema-tema lintas bidang (cross-cutting themes). Aktivitas yang diusulkan untuk didukung oleh
IndII, paling tidak harus memenuhi satu dari beberapa kriteria berikut:
Memungkinkan terciptanya investasi infrastruktur yang lebih efisien dan efektif melalui
pelaksanaan identifikasi, koordinasi, perencanaan dan implementasi proyek yang lebih baik;
serta berpotensi memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia;
Menghasilkan investasi infrastruktur yang efisien dan efektif dengan jalan mengurangi
ketidakpastian dalam kebijakan, regulasi dan keuangan;
Meningkatkan pengaruh ekonomi dan sosial yang positif melalui hibah yang disediakan bagi
proyek-proyek prioritas.
Contoh beberapa jenis aktivitas yang dilaksanakan oleh IndII adalah: studi cakupan aktivitas
(scoping), uji kelayakan dan desain proyek, bantuan teknis dan peningkatan kapasitas, serta
reformasi kebijakan, regulasi dan prosedur.
IndII beroperasi pada dua level yaitu: level program dan level aktivitas. Pada level program,
manajemen IndII akan memroses, menyetujui dan mendanai proposal-proposal; membuat
tender dan kontrak, melakukan komunikasi mengenai IndII, melaksanakan monitoring,
evaluasi, dan pelaporan mengenai seluruh program dan pembangunan kemitraan. Sedangkan
pada level aktivitas, proposal-proposal yang telah disetujui akan diimplementasikan, diawasi
dan dilaporkan.
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
12
Gambar 1: Tujuan dan Level Operasi Indonesia Infrastructure Initiative
Tujuan Fasiltas IndII Untuk mengurangi hambatan-hambatan kebijakan, peraturan, peningkatan kapasitas dan pembiayaan dalam investasi infrastruktur di tingkat nasional dan daerah, melalui: Penerapan manajemen proyek yang efisien dan efektif bagi proyek-proyek Pemerintah Indonesia di tingkat
nasional dan daerah, termasuk proyek-proyek yang didanai oleh pinjaman dari MDBs Penciptaan iklim tata pemerintahan, regulasi dan kebijakan yang kondusif bagi investasi infrastruktur
Peningkatan dampak positif ekonomi dan sosial dari proyek-proyek infrastruktur yang bersifat prioritas
Level Program: melakukan tugas-tugas manajemen proyek seperti: memroses, menyetujui dan mendanai proposal-proposal; membuat tender dan kontrak; melakukan komunikasi dan publikasi tentang IndII; melakukan monitoring,
evaluasi, serta pelaporan mengenai kemajuan program secara keseluruhan
Tujuan Pembangunan (Development Goal) Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui peningkatan relevansi, kualitas, dan kuantum dari investasi
infrastruktur
Level Aktivitas: Implementasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan atas proposal-proposal yang disetujui
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
13
6. STRATEGI GENDER
6.1 Pendekatan
IndII merupakan sebuah fasilitas yang bersifat fleksibel, yang menerima dan merespon berbagai
macam proposal aktivitas yang diharapkan dapat mengurangi hambatan terhadap investasi
infrastruktur di tingkat nasional dan daerah. Mengingat beragamnya jenis aktivitas yang
didukung oleh IndII, maka perumusan strategi gender tidak dapat mengikuti suatu pendekatan
proyek tertentu.
IndII meliputi sejumlah spektrum aktivitas yang luas, seperti dukungan bagi program air dan
sanitasi di tingkat lembaga dan masyarakat; sosialisasi dan kampanye penyadaran publik;
peningkatan kapasitas bagi pemerintah dalam bidang perencanaan infrastruktur; reformasi
kebijakan dan peraturan; dan perbaikan proses dan prosedur birokrasi seperti peningkatan
fungsi-fungsi audit internal serta memperkuat dan mengefektifkan prosedur-prosedur
tender/pengadaan. Oleh karena itu, isu gender hanya relevan pada tingkatan-tingkatan tertentu
dari suatu aktivitas. Namun demikian, beberapa aktivitas yang kelihatannya kurang memiliki
relevansi dengan isu gender, bisa jadi mencakup beberapa kegiatan seperti pelatihan dan
lokakarya dimana kesetaraan gender dalam hal partisipasi penting untuk diperhatikan. Selain
itu, reformasi yang nampaknya hanya bersifat birokrasi, mungkin saja menimbulkan dampak
yang berbeda bagi perempuan dan laki-laki di dalam masyarakat, sehingga perlu diambil suatu
tindakan yang bersifat responsif gender (lihat Lampiran tentang Pengklasifikasian Aktivitas
bagi Tindakan Responsif Gender).
Untuk menangani isu-isu gender yang mungkin timbul dari berbagai aktivitas IndII, IndII telah
merekrut seorang spesialis gender. Namun demikian, input dari spesialis gender ini bersifat
terbatas sehingga kemampuan IndII dalam merespon berbagai isu gender yang muncul akan
sangat bergantung pada kapasitas para individu yang terlibat dalam manajemen, desain, dan
implementasi aktivitas-aktivitas IndII. Para individu ini diharapkan mampu mengidentifikasi isu
gender dan menanganinya. Strategi yang dikembangkan dalam dokumen ini mengacu pada
berbagai jenis kegiatan yang berbeda yang dilakukan dalam mengimplementasikan aktivitas
IndII. Strategi ini akan memberikan arahan bagi para manajer, perencana, dan pelaksana
tentang bagaimana memastikan bahwa program dan aktivitas mereka telah responsif gender dan
berkontribusi bagi upaya-upaya peningkatan kesetaraan gender.
6.2 Perumusan Strategi
Strategi gender ini dikembangkan melalui kajian atas dokumen-dokumen gender AusAID dan
beberapa dokumen strategi dan panduan gender lainnya yang terkait dengan infrastruktur.
Penulis selaku ahli gender IndII telah mempelajari dokumen-dokumen IndII dan berdiskusi
dengan personil IndII untuk mengidentifikasi berbagai proses, prosedur, tugas dan aktivitas
yang dilakukan oleh IndII. Penulis juga melakukan kajian atas naskah Ringkasan Desain WSI
dan Studi Cakupan Pendirian Unit Keselamatan Jalan di Dirjen Bina Marga, guna melihat
bagaimana prinsip-prinsip gender dapat diintegrasikan di dalam proses desain dan
implementasi. Perubahan-perubahan kemudian diusulkan untuk membuat kedua naskah
tersebut menjadi lebih responsif gender.
Dalam merumuskan strategi gender, kajian juga dilakukan atas berbagai proses dan prosedur
yang ada di IndII, termasuk kajian atas kelayakan formulir proposal, pernyataan minat
(Expression of Interest) dan kerangka acuan kegiatan (TOR) serta proses penyaringan proposal.
Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi entry point dan kerangka bagi strategi gender IndII.
Penulis telah mengusulkan perubahan-perubahan yang diperlukan bagi dokumen-dokumen
tersebut agar lebih responsif gender. Sejumlah diskusi juga dilakukan dengan AusAID dan
Bappenas sebagai mitra kerja IndII guna mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan mereka.
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
14
6.3 Batasan-batasan
IndII membantu Pemerintah Indonesia dalam mengatasi masalah-masalah penyediaan
infrastruktur dan jasa serta merespon proposal-proposal permohonan bantuan. Karena
karakteristik IndII, maka sebuah aktivitas mungkin hanya merupakan suatu bagian kecil dari
keseluruhan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia atau lembaga-lembaga
lainnya. Dengan demikian, pelaksanaan strategi gender IndII dibatasi oleh tingkat kendali yang
dimiliki IndII atas setiap aktivitas yang didukungnya. Di samping itu, lembaga-lembaga dan
donor-donor lain mungkin telah menetapkan strategi dan panduan gender mereka sendiri,
termasuk misalnya pada program dimana IndII hanya terlibat dalam pemberian dukungan
tambahan (misalnya PAMSIMAS). Untuk itu, strategi gender IndII hanya dapat diarahkan pada
aktivitas-aktivitas yang dikendalikan dan didukung sepenuhnya oleh IndII, dan pada aktivitas
dimana strategi dan rencana gender donor dan lembaga multilateral lainnya dinilai tidak
berjalan efektif.
Dokumen ini menyediakan suatu strategi gender yang menyeluruh bagi program IndII. Namun
demikian, IndII mungkin melaksanakan jenis aktivitas tertentu yang berskala besar dan
kompleks yang berfokus pada penyediaan infrastruktur langsung di tingkat masyarakat. Jenis
aktivitas ini akan membutuhkan strategi dan rencana aksi gender tersendiri yang dirumuskan
berdasarkan analisis gender atas situasi sosial tertentu dimana kegiatan-kegiatan tersebut
dilaksanakan (lihat Lampiran 1).
6.4 Tujuan dan sasaran strategi gender IndII
Sasaran utama dari strategi gender ini adalah meningkatkan responsivitas aktivitas-aktivitas
IndII terhadap isu-isu gender sehingga kesetaraan gender dapat terwujud dalam lingkup
aktivitas-aktivitas tersebut.
Sasaran-sasaran strategis pada level program dan level aktivitas (lihat Gambar 1) disajikan
sebagai berikut, dilengkapi dengan sejumlah tindakan yang diperlukan untuk membantu
pencapaiannya.
6.5 Sasaran-sasaran strategis pada LEVEL PROGRAM
6.5.1 Sasaran strategis 1
Mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk kepentingan perencanaan, analisis dan
pelaporan mengenai dampak gender
Kerangka acuan kerja (TOR) mensyaratkan para konsultan dan mitra untuk
mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif yang dipilah berdasarkan jenis
kelamin, untuk selanjutnya dianalisis dan disajikan dalam laporan-laporan
mereka beserta dengan upaya-upaya yang telah mereka lakukan untuk
meningkatkan kesetaraan gender.
Kerangka Monitoring dan Evaluasi IndII harus menetapkan indikator-indikator
kinerja yang sensitif gender.
Analisis studi kasus, yang merupakan bagian dari Kerangka Monitoring dan
Evaluasi, harus meliputi analisis tentang bagaimana sebuah aktivitas telah
mengidentifikasi dan mengatasi isu-isu gender.
IndII perlu mengidentifikasi pembelajaran penting yang dapat dipetik (lessons
learned) dan kisah keberhasilan (success stories) dari aktivitas-aktivitas IndII
dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip gender.
IndII perlu melaporkan dampak positif dan negatif dari isu kesetaraan gender dan
membuat keputusan mengenai rencana tanggap gender berdasarkan data per jenis
kelamin yang telah dikumpulkan.
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
15
6.5.2 Sasaran strategis 2
Memastikan bahwa para konsultan dan kontraktor IndII memahami dan memiliki
kapasitas untuk menangani isu kesetaraan gender sebelum mereka dipilih untuk
melaksanakan aktivitas IndII
Para kontraktor yang menyampaikan pernyataan minat keikutsertaan
(expressions of interest) dalam aktivitas-aktivitas IndII yang berpotensi memiliki
isu gender yang signifikan (lihat Lampiran 1) diharuskan untuk menyertakan
pengalaman mereka dalam menangani isu-isu gender.
Requests for proposals (RFP) harus mensyaratkan bahwa semua proposal teknis
menunjukkan pemahaman atas kebijakan gender IndII dan bagaimana kebijakan
tersebut akan diterapkan dalam pekerjaan mereka.
Kerangka acuan kegiatan (TOR) mensyaratkan bahwa para konsultan akan
menggunakan data per jenis kelamin dan mengidentifikasi serta mengatasi setiap
masalah ketidaksetaraan gender yang ada atau berpotensi untuk muncul dalam
aktivitas-aktivitas yang akan mereka lakukan. Hal ini berlaku pula bagi aktivitas-
aktivitas yang dilakukan bekerja sama dengan para lembaga mitra. Apabila
aktivitas-aktivitas bersangkutan berpotensi memiliki isu gender yang signifikan
(lihat Lampiran 1), maka IndII harus mensyaratkan konsultan untuk
mengikutsertakan seorang ahli gender di dalam aktivitas yang bersangkutan.
IndII mengharuskan para konsultan dan kontraktor untuk menggunakan alat
pengklasifikasian aktivitas (Lampiran 1) yang berisi panduan mengenai
tindakan-tindakan responsif gender.
6.5.3 Sasaran strategis 3
Memperkuat dukungan dari para mitra IndII, donor dan lembaga multilateral lainnya
terhadap upaya-upaya IndII dalam meningkatkan kesetaraan gender
IndII menggunakan pengaruhnya untuk memperoleh dukungan dari pemerintah,
donor dan lembaga multilateral lainnya untuk mengintegrasikan analisis, desain
dan praktek-praktek gender yang lebih baik dalam perumusan dan implementasi
suatu aktivitas.
Formulir-formulir Initial Activity Request (IAR), Activity Proposal (AP), dan
Activity Design (AD) mengharuskan para pemohon untuk mempertimbangkan
penerapan prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam usulan aktivitas mereka.
Apabila lembaga mitra memiliki pemahaman yang kurang atas kebijakan gender
IndII, maka IndII harus:
Mendorong kesadaran tentang pentingnya penerapan gender dalam
meningkatkan efektifitas dari suatu aktivitas; dan
Menyediakan pelatihan gender, mengembangkan suatu alat analisis gender
(gender tool), dan mengupayakan inisiatif-inisiatif lainnya agar lembaga mitra
mampu mengintegrasikan prinsip-prinsip gender ke dalam pekerjaan mereka.
Para personil IndII perlu mengangkat isu-isu kesetaraan gender dan pentingnya
mempertimbangkan isu-isu tersebut dalam aktivitas-aktivitas IndII, khususnya
dalam setiap pertemuan dan diskusi dengan lembaga-lembaga pemerintah, para
mitra, donor, lembaga-lembaga multilateral, dan kontraktor pemenang tender.
IndII perlu mengidentifikasi apakah para donor/lembaga multilateral lain telah
memiliki suatu strategi/rencana gender untuk diimplementasikan dalam aktivitas
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
16
yang didukung oleh IndII. IndII harus memantau pelaksanaan aktivitas dimaksud
melalui mekanisme pelaporan dan peninjauan langsung di lapangan. Apabila
ditemukan kelemahan dalam penerapan strategi gender tersebut, IndII harus
mendukung dan mengupayakan metode implementasi yang lebih efektif guna
meningkatkan kesetaraan gender.
6.5.4 Sasaran Strategis 4
Untuk mempromosikan pentingnya pengintegrasian gender dalam aktivitas-aktivitas IndII
melalui komunikasi kepada khayalak yang lebih luas
Dokumen strategi gender IndII, atau ringkasannya, disiapkan dalam bahasa
inggris dan bahasa indonesia melalui unit komunikasi IndII.
Contoh-contoh mengenai bagaimana isu kesetaraan gender ditanggapi dan
diperbaiki dalam aktivitas-aktivitas IndII berikut pembelajaran yang dapat
dipetik (lessons learned), disebarluaskan dalam dwibahasa melalui unit
komunikasi IndII.
Segala bentuk komunikasi yang dilakukan oleh IndII harus dipantau untuk
memastikan bahwa kegiatan-kegiatan tersebut tidak mendorong atau
memperkuat gender stereotip.
6.6 Sasaran-sasaran strategis pada LEVEL AKTIVITAS
6.6.1 Sasaran strategis 1
Mengumpulkan dan menganalisa data guna merumuskan pendekatan-pendekatan yang
dapat digunakan untuk memperbaiki kesetaraan gender
Para konsultan dan mitra IndII mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif
yang dipilah berdasarkan jenis kelamin.
Data dikumpulkan dari kaum perempuan dan laki-laki.
Para konsultan dan mitra IndII menampilkan data yang dipilah berdasarkan jenis
kelamin di dalam laporan-laporan kegiatan mereka.
Data tersebut dianalisa oleh para konsultan bekerjasama dengan lembaga-
lembaga mitra untuk mengidentifikasi upaya-upaya yang diperlukan untuk
memperbaiki kesetaraan gender dan mengembangkan cara-cara yang diperlukan
untuk menangani permasalahan gender yang muncul dalam suatu aktivitas.
Indikator-indikator kinerja di level aktivitas harus bersifat sensitif gender agar
perbedaan-perbedaan dalam distribusi sumber daya, hasil dan dampak suatu
kegiatan bagi kaum perempuan dan laki-laki dapat diidentifikasi.
6.6.2 Sasaran strategis 2
Memastikan bahwa tahapan penentuan cakupan aktivitas (scoping), desain dan berbagai
persiapan implementasi aktivitas IndII telah mempertimbangkan inisiatif-inisiatif yang
diperlukan untuk meningkatkan kesetaraan gender
Para konsultan yang ditugaskan dalam kegiatan-kegiatan seperti penentuan
cakupan aktivitas (scoping) dan uji kelayakan dan desain proyek, harus
mengumpulkan dan menggunakan data per jenis kelamin (yang relevan) untuk
mengidentifikasi masalah-masalah gender yang potensial muncul dalam tahap
implementasi aktivitas.
Para konsultan yang ditugaskan untuk melakukan kegiatan seperti tersebut di
atas, menggunakan Alat Pengklasifikasian Aktivitas (lihat Lampiran 1) dan
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
17
mengintegrasikan tindakan-tindakan responsif gender yang relevan ke dalam
dokumen yang sedang disiapkan.
Apabila suatu aktivitas dikategorikan sebagai Tipe D atau dinilai sangat
berpotensi menimbulkan masalah gender (lihat Lampiran 1), maka seorang
spesialis gender harus ditugaskan dalam tahapan penentuan cakupan aktivitas
(scoping) dan uji kelayakan atau desain proyek, guna melakukan analisis gender
dan memberikan rekomendasi bagi upaya-upaya perbaikan kesetaraan gender.
6.6.3 Sasaran strategis 3
Memastikan bahwa kebutuhan dan prioritas kaum perempuan dan laki-laki diidentifikasi
dan diakomodasi dalam aktivitas IndII
Apabila tahapan persiapan atau implementasi aktivitas juga meliputi konsultasi
publik, maka kaum perempuan dan laki-laki dari semua strata ekonomi dan
kelompok rentan diundang untuk mengemukakan kebutuhan dan prioritas
mereka terkait dengan aktivitas dimaksud.
Apabila kaum perempuan enggan berbicara dalam pertemuan-pertemuan publik,
maka perlu dikembangkan inisiatif-inisiatif untuk meningkatkan posisi dan rasa
percaya diri mereka.
Setiap bentuk survei harus didesain sedemikian rupa agar dapat mengidentifikasi
peran, kebutuhan dan opini dari kaum perempuan maupun laki-laki.
Apabila suatu aktivitas dinilai berpotensi menimbulkan implikasi gender yang
signifikan (aktivitas Tipe D–lihat Lampiran 1), maka seorang spesialis gender
harus ditugaskan untuk mengembangkan suatu rencana aksi gender yang spesifik
bagi aktivitas dimaksud.
6.6.4 Sasaran startegis 4
Memastikan bahwa semua kegiatan sosialisasi dan komunikasi yang dilakukan sebagai
bagian dari aktivitas IndII dapat diakses secara merata oleh kaum perempuan dan laki-
laki
Kaum perempuan dan laki-laki, termasuk perempuan dan laki-laki yang berasal
dari rumah tangga yang sama, dan dari semua level sosial ekonomi dan
kelompok rentan, diundang ke pertemuan-pertemuan publik.
Pertemuan-pertemuan publik perlu diadakan pada waktu dan tempat yang
disetujui bersama oleh kaum perempuan dan laki-laki.
Jenis media dan saluran yang akan digunakan untuk diseminasi pesan dan
informasi harus dinilai dan dipilih sesuai dengan ketepatan, frekuensi, dan
kemudahan aksesnya bagi kaum perempuan dan laki-laki.
Pemahaman kaum perempuan dan laki-laki terhadap pesan-pesan dan informasi
yang disampaikan harus diuji secara terpisah.
Materi-materi komunikasi harus diawasi untuk menghindari gender stereotip.
6.6.5 Sasaran Strategis 5
Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kapasitas kaum perempuan dan laki-laki,
termasuk dalam bidang-bidang non-tradisional, dengan cara memberikan kesempatan
yang sama bagi mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan kapasitas
(capacity building)
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
18
Kesempatan dan dorongan untuk berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan
kapasitas harus diberikan oleh IndII secara merata kepada kaum perempuan dan
laki-laki, baik yang berada di level institusi maupun masyarakat. Dalam kegiatan
peningkatan kapasitas yang dilaksanakan di tingkat masyarakat, perempuan dan
laki-laki dari kelompok rentan dan miskin harus diikutsertakan.
Kaum perempuan dan laki-laki perlu didorong untuk berpartisipasi dalam
kegiatan peningkatan kapasitas di bidang-bidang non-tradisional (misalnya,
pelatihan pemeliharaan jalan diberikan kepada perempuan dan laki-laki, tidak
hanya kepada laki-laki).
Apabila pemilihan peserta pelatihan berada di luar kendali IndII, maka
kontraktor bersangkutan atau IndII harus memastikan bahwa pihak-pihak yang
melakukan seleksi telah mengetahui prinsip-prinsip kesetaraan gender IndII, dan
mendorong pihak-pihak tersebut untuk memberikan kesempatan yang sama bagi
perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi dalam kegiatan dimaksud.
Manfaat-manfaat yang dapat diperoleh oleh
individu/keluarga/masyarakat/organisasi/daerah/negara melalui pelibatan
perempuan dan laki-laki dalam kegiatan peningkatan kapasitas, harus dijelaskan
kepada mereka yang bertanggung jawab memilih peserta pelatihan, dan kepada
peserta perempuan dan laki-laki yang potensial.
6.6.6 Sasaran strategis 6
Memberikan kesempatan yang sama kepada kaum perempuan untuk berpartisipasi dalam
komite, kelompok dan unit-unit pemerintahan yang dibentuk sebagai bagian dari aktivitas
IndII, khususnya sebagai pengambil keputusan
Inisiatif-inisiatif dibangun untuk mendorong baik perempuan maupun laki-laki
dari semua strata sosial ekonomi dan kelompok rentan, untuk terlibat dalam
komite dan organisasi-organisasi sejenis lainnya yang dibentuk dalam kegiatan-
kegiatan yang didukung oleh IndII, dan menempati posisi-posisi komite
eksekutif dan pimpinan.
Perempuan maupun laki-laki ditunjuk untuk menempati posisi-posisi yang
berhak menerima pembayaran (honor). Kaum perempuan tidak boleh diharapkan
untuk menyumbangkan waktu kerja mereka dengan cuma-cuma sedangkan kaum
laki-laki dibayar untuk itu.
Jika ada aktivitas dimana di dalamnya terdapat pembentukan unit-unit
pemerintahan, misalnya unit keselamatan jalan di Dirjen Bina Marga, maka IndII
harus menjelaskan kepada mereka yang terlibat dalam seleksi staf tentang
pentingnya mempertimbangkan dan memberikan kesempatan yang sama bagi
kaum perempuan dan laki-laki untuk menempati posisi senior dan menjadi staf
pada unit yang baru terbentuk tersebut.
7. MEKANISME PENGKLASIFIKASIAN AKTIVITAS INDII DAN USULAN
TINDAKAN RESPONSIF GENDER
Dokumen ini memuat sebuah mekanisme yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan
kegiatan-kegiatan IndII dan memilih tindakan-tindakan responsif gender yang sesuai dengan
kategori dari masing-masing kegiatan. Lihat Lampiran 1.
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
19
Sebuah daftar periksa (checklist) yang dapat digunakan sebagai petunjuk bagi personil IndII
untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan mereka telah responsif gender dapat dilihat pada
Lampiran 2.
8. INDIKATOR-INDIKATOR KINERJA UTAMA
Data yang dikumpulkan bagi indikator-indikator kinerja di bawah ini mencerminkan tingkat
pencapaian sasaran-sasaran Strategi Gender IndII dan menggambarkan kemajuan dari upaya-
upaya IndII dalam mewujudkan komitmen kesetaraan gender pada level program dan level
aktivitas.
Tabel 1: Indikator-indikator kinerja utama
Sasaran Indikator Kinerja Utama Alat Verifikasi
Meningkatkan responsivitas
gender dari aktivitas-aktivitas
IndII, yang bertujuan
mewujudkan kesetaraan gender
di dalam ruang lingkup
wewenang IndII
Dokumen-dokumen yang
dihasilkan oleh IndII telah
mengindentifikasi inisiatif-
inisiatif yang sesuai untuk
meningkatkan kesetaraan gender
dan merekam keberhasilan-
keberhasilan yang dicapai dalam
upaya meningkatkan kesetaraan
gender.
Laporan program,
aktivitas dan studi
kasus
Level Program
Sasaran Strategis 1:
Mengumpulkan data yang dapat
dianalisis demi kepentingan
perencanaan, analisis dan
pelaporan mengenai dampak
dari upaya-upaya memperbaiki
kesetaraan gender
Indikator-indikator kinerja
bersifat sensitif gender.
Laporan-laporan memberikan
data kuantitatif dan kualitatif
yang dipilah berdasarkan jenis
kelamin.
Laporan-laporan menyertakan
pembelajaran (lessons learned)
dan kisah keberhasilan (success
stories) mengenai upaya-upaya
peningkatan kesetaraan gender.
Laporan-laporan
aktivitas
Laporan-laporan
program termasuk
Kerangka Monitoring
dan Evaluasi
Sasaran Strategis 2:
Memastikan bahwa para
konsultan dan kontraktor IndII
yang akan dipilih untuk
melaksanakan aktivitas IndII
telah memahami dan memiliki
kapasitas untuk menangani isu-
isu kesetaraan gender
Para konsultan dan kontraktor
merespon persyaratan di dalam
EOI, RFP, dan TOR dengan
menunjukkan bahwa mereka
mampu mengidentifikasi dan
menangani isu-isu gender di
dalam pekerjaan mereka.
Respon terhadap EOI,
RFP, TOR
Sasaran Strategis 3:
Memperkuat apresiasi para
mitra IndII, para donor dan
lembaga multilateral lainnya
Bentuk-bentuk Initial Activity
Request (IAR), Activity
Proposal (AP), Activity Design
(AD) menunjukkan bahwa para
Penilaian terhadap
dokumen-dokumen
IAR, AP, AD
Notulen rapat
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
20
terhadap upaya-upaya IndII
untuk meningkatkan kesetaraan
gender
pembuat proposal telah
mempertimbangkan bagaimana
mengintegrasikan tindakan
responsif gender ke dalam
aktivitas-aktivitas yang mereka
usulkan.
Isu-isu kesetaraan gender
diangkat oleh IndII dalam setiap
pertemuan dan diskusi dengan
para mitra dan kontraktor.
Sasaran Strategis 4:
Mempromosikan tentang
pentingnya upaya-upaya
peningkatan kesetaraan gender
dalam berbagai aktivitas IndII
melalui komunikasi kepada
khayalak yang lebih luas
Contoh upaya-upaya IndII dalam
meningkatkan kesetaraan gender
disampaikan dalam kegiatan-
kegiatan komunikasi.
Tinjauan terhadap
materi-materi strategi
komunikasi dan
kegiatan-kegiatan
komunikasi
Level Aktivitas
Sasaran Strategis 1:
Mengumpulkan dan
menganalisis data yang
digunakan untuk merumuskan
pendekatan-pendekatan yang
sesuai untuk meningkatkan
kesetaraan gender
Data kuantitatif dan kualitatif
yang dipilah berdasarkan jenis
kelamin dikumpulkan dan
dilaporkan.
Indikator-indikator kinerja dari
suatu aktivitas bersifat sensitif
gender.
Pertanyaan-pertanyaan
dalam kegiatan
baseline survey dan
database
Kerangka Monitoring
dan Evaluasi serta
database
Sasaran Strategis 2:
Memastikan bahwa tahapan
penentuan cakupan aktivitas
(scoping), desain dan persiapan
implementasi aktivitas IndII
menyertakan inisiatif-inisiatif
yang diperlukan untuk
meningkatkan kesetaraan gender
Inisiatif-inisiatif responsif
gender diintegrasikan ke dalam
semua tahapan scoping, uji
kelayakan dan desain serta
persiapan implementasi lainnya
yang dinilai berpotensi
menimbulkan dampak gender.
Tinjauan atas
dokumen scoping, uji
kelayakan dan desain
Sasaran Strategis 3:
Memastikan bahwa kebutuhan
dan prioritas kaum perempuan
dan laki-laki telah diidentifikasi
dan diakomodasi dalam aktivitas
IndII
Berbagai dokumen aktivitas
telah mengidentifikasi perbedaan
kebutuhan kaum perempuan dan
laki-laki, dan merumuskan
bagaimana kebutuhan yang
berbeda tersebut-akan atau
sedang-ditangani.
Tinjauan atas
dokumen-dokumen
aktivitas
Sasaran Strategis 4:
Memastikan bahwa semua
kegiatan sosialisasi dan
komunikasi yang dilakukan
sebagai bagian dari aktivitas
IndII dapat diakses secara
merata oleh kaum perempuan
dan laki-laki
Rencana-rencana yang dibuat
dengan jelas menunjukkan
bagaimana kegiatan sosialisasi
dan komunikasi akan dapat
diakses secara merata, baik oleh
kaum perempuan maupun laki-
laki.
Tinjauan atas rencana-
rencana
sosialisasi/komunikasi
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
21
Sasaran Strategis 5:
Meningkatkan pengetahuan,
pemahaman dan kapasitas kaum
perempuan dan laki-laki,
termasuk dalam bidang-bidang
non-tradisional, dengan cara
memberikan kesempatan yang
sama bagi mereka untuk
bepartisipasi dalam kegiatan
peningkatan kapasitas
Laporan aktivitas menunjukkan
bahwa kaum perempuan ikut
berpartisipasi dalam kegiatan
peningkatan kapasitas, termasuk
untuk bidang-bidang yang
bersifat non-tradisional
Tinjauan atas laporan-
laporan aktivitas
Sasaran Strategis 6:
Memberikan kesempatan yang
sama kepada kaum perempuan
dan laki-laki untuk
berpartisipasi dalam komite,
kelompok dan unit-unit
pemerintah yang dibentuk
sebagai bagian dari aktivitas
IndII, khususnya sebagai
pengambil keputusan
Laporan aktivitas menunjukkan
bahwa kaum perempuan ikut
berpartisipasi sebagai
anggota/staf dan menempati
posisi pengambil keputusan
dalam komite, kelompok, dan
unit-unit lainnya yang dibentuk
di bawah aktivitas IndII
Tinjauan atas laporan-
laporan aktivitas
Indikator-indikator kinerja terpilih pada daftar di atas dapat digunakan untuk mengevaluasi
aktivitas IndII, khususnya pada saat studi kasus (bagian dari Kerangka Monitoring dan Evaluasi
IndII) dilakukan. Informasi yang diperoleh tentang hasil, dampak dan aktivitas-aktivitas yang
telah berkontribusi terhadap upaya peningkatan kesetaraan gender dapat digunakan untuk
melengkapi Kriteria 7 dari Laporan Quality at Implementation (QAI) AusAID, yaitu di bagian:
Kesetaraan Gender dan Isu-isu Lintas Bidang (Cross Cutting Issues).
9. USULAN INPUT LANJUTAN YANG DIPERLUKAN DARI SPESIALIS
GENDER
9.1 Lokakarya strategi gender
Dasar Pemikiran: Lokakarya ini penting untuk dilakukan mengingat walaupun konsep gender
strategi telah diserahkan kepada IndII, personil IndII belum memahami
bagaimana menerapkan strategi ini ke dalam pekerjaan mereka.
Tugas spesialis gender:
1. menyusun rencana lokakarya dan materi yang akan digunakan;
2. melaksanakan lokakarya untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan personil IndII
dalam mengaplikasikan strategi gender di pekerjaan mereka;
3. menyediakan sesi konsultasi setelah lokakarya bagi setiap personil IndII yang ingin
mengetahui lebih dalam tentang cara menerapkan strategi gender di dalam aktivitas-
aktivitas mereka;
4. membuat ringkasan tentang strategi gender untuk dimasukkan dalam kegiatan komunikasi
IndII.
Waktu pelaksanaan: Setelah diperoleh persetujuan AusAID atas usulan strategi gender IndII
Jumlah hari yang dibutuhkan oleh spesialis gender internasional: 5 hari
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
22
9.2 Evaluasi terhadap kesesuaian strategi gender
(dapat dikombinasikan dengan aktivitas di bawah ini jika waktu memungkinkan)
Dasar Pemikiran: strategi gender yang telah disusun perlu diuji kesesuaiannya dengan
melihat perkembangan IndII dan program-programnya. Strategi gender
saat ini mungkin tidak cukup relevan dengan berbagai perubahan yang
akan terjadi di masa depan.
Tugas spesialis gender:
1. mengkaji kesesuaian dan penerapan strategi gender pada level program dan aktivitas
melalui diskusi-diskusi dengan para personil dan kontraktor IndII;
2. merevisi strategi gender berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merumuskan strategi
lain yang lebih sesuai;
3. melaksanakan pertemuan dengan personil IndII atau lokakarya apabila revisi besar perlu
dilakukan, untuk memastikan bahwa mereka memahami perubahan-perubahan yang ada.
Waktu pelaksanaan: Enam bulan setelah lokakarya strategi gender dilaksanakan
Jumlah hari yang dibutuhkan oleh spesialis gender internasional: 7 hari
9.3 Evaluasi terhadap upaya-upaya IndII dalam mempromosikan kesetaraan gender
Dasar Pemikiran: Evaluasi terhadap upaya-upaya peningkatan kesetaraan gender oleh IndII
dan identifikasi kisah-kisah keberhasilan (success stories) diperlukan untuk
mempromosikan pekerjaan IndII kepada masyarakat, serta untuk
memenuhi ketentuan pelaporan AusAID.
Tugas spesialis gender:
1. menganalisis data-data yang terkait dengan upaya IndII dalam menangani isu kesetaraan
gender, yang dikumpulkan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi, serta sumber-sumber
relevan lainnya;
2. membantu analisis studi kasus tentang responsivitas gender dan upaya peningkatan
kesetaraan gender dari aktivitas-aktivitas yang telah ditentukan;
3. melakukan kunjungan lapangan dan berdiskusi dengan para mitra pelaksana dan penerima
manfaat untuk menilai responsivitas IndII terhadap isu gender dan mengumpulkan bahan-
bahan pembelajaran (lessons learned);
4. menyediakan contoh-contoh kisah keberhasilan (success stories) dan pembelajaran (lessons
learned) tentang upaya peningkatan kesetaraan gender bagi unit komunikasi IndII;
5. membuat laporan sesuai dengan format laporan yang ditetapkan oleh AusAID.
Waktu pelaksanaan: Pada tiga bulan terakhir setiap tahun sesuai dengan periode pelaporan
AusAID di bulan Februari. Akan sangat berguna apabila evaluasi strategi gender dapat
dilakukan bersamaan dengan evaluasi yang dilakukan oleh spesialis Monitoring dan Evaluasi.
Jumlah hari yang dibutuhkan oleh spesialis gender internasional: 16 hari/tahun
Jumlah hari yang dibutuhkan oleh spesialis gender nasional: 14 hari/tahun (tidak termasuk
perjalanan).
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
23
9.4 Referensi
ADB, Indonesia Country Gender Assessment, Southeast Asia Regional Department, Regional
and Sustainable Development Department. July 2006
African Development Bank Group, Checklist for Gender Mainstreaming in the Infrastructure
Sector. January 2009
AusAID, Draft Evaluation on Water Supply and Sanitation in Indonesia and East Timor, Office
of Development Effectiveness. 2009
AusAID, Gender equality in Australia’s aid program – why and how. March 2007
March, Candida, Ines Smyth, Maitrayee Mukhopadhyay, A Guide to Gender-Analysis
Framework, Oxfam. 1999
Pemerintah Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan
Gender Dalam Pembangunan Nasional
Pemerintah Indonesia, Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2005-2009
Masika, Rachel and Sally Baden, Infrastructure and Poverty: A Gender Analysis Report,
Prepared for the Gender Equality Unit, SIDA, Bridge Report No.51. June 1997.
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
24
LAMPIRAN 1: PENGKLASIFIKASIAN AKTIVITAS BAGI TINDAKAN RESPONSIF GENDER
Tabel 2: Pengklasifikasian aktivitas bagi tindakan resposif gender
Aktivitas Tipe A Aktivitas Tipe B Aktivitas Tipe C Aktivitas Tipe D
(1) Tidak ada kegiatan
peningkatan kapasitas di
tingkat lembaga, tidak ada
kegiatan perekrutan atau
penempatan pegawai, tidak
ada dampak potensial di
masyarakat
(2) Aktivitas IndII, atau
sebagian daripadanya, akan
dilaksanakan di bawah
strategi gender
donor/lembaga lain
Dampak hanya berada pada level
institusi/lembaga
Contoh:
- Kegiatan peningkatan kapasitas
- Perekrutan pelatih
- Pembentukan unit baru di
dalam organisasi dan
penempatan pegawai
Berdampak di tingkat
kelembagaan dan di masyarakat
dalam skala yang terbatas
Contoh:
- Kegiatan peningkatan kapasitas
lembaga dalam hal perbaikan
prosedur-prosedur internal
mungkin berdampak bagi
masyarakat
- Kegiatan peningkatan kapasitas
lembaga yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan
lembaga dalam berinteraksi
dengan masyarakat
- Reformasi kebijakan dan
peraturan yang memiliki
dampak potensial bagi
masyarakat
Berdampak di tingkat lembaga
dan masyarakat dalam skala yang
besar/kompleks, atau terdapat
keterlibatan masyarakat yang
ekstensif
Contoh:
- Penyediaan jasa dan fasilitas
publik kepada masyarakat
secara langsung
- Survei dan konsultasi
masyarakat yang ekstensif,
misalnya untuk kajian
AMDAL
- Kegiatan peningkatan
kapasitas masyarakat
- Semua bentuk kegiatan lain
yang melibatkan partisipasi
masyarakat secara ekstensif
TINDAKAN
(1) Tidak memerlukan
tindakan apapun
(2) Dokumentasi aktivitas
harus menyatakan bahwa
aktivitas tersebut (atau
Mengidentifikasi bagaimana
lembaga mitra dapat menjadi lebih
peka terhadap kebijakan gender
IndII dan menerima saran-saran
tentang tindakan responsif gender.
Mengidentifikasi bagaimana
lembaga mitra dapat menjadi lebih
peka terhadap kebijakan gender
IndII dan menerima saran-saran
tentang tindakan responsif gender.
Tahap Penyiapan Desain
Aktivitas (Activity Design
Preparation): Jika diperlukan
suatu studi penentuan cakupan
aktivitas atau sejenisnya (misal
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
25
Aktivitas Tipe A Aktivitas Tipe B Aktivitas Tipe C Aktivitas Tipe D
sebagian daripadanya) akan
dilaksanakan di bawah
strategi gender atau rencana
aksi gender dari lembaga
mitra IndII, dan bahwa
pelaksanaan strategi dan
rencana aksi gender tersebut
akan dipantau oleh IndII dan
diintervensi apabila
dianggap buruk. Bila
dimungkinkan, strategi dan
rencana aksi gender dari
lembaga mitra disertakan
dalam bentuk lampiran.
Apabila aktivitas tersebut
tidak sepenuhnya
dilaksanakan di bawah
rencana aksi gender dari
lembaga mitra, maka ikuti
langkah-langkah di atas dan
kelompokkan bagian-bagian
yang tersisa ke dalam tipe B,
C atau D untuk penentuan
respon gender yang sesuai.
Memastikan bahwa kesempatan
yang sama diberikan kepada
kaum perempuan dan laki-laki
untuk berpartisipasi dalam
kegiatan lokakarya, pelatihan,
studi banding dan kegiatan lain
yang menjadi bagian dari
kegiatan peningkatan kapasitas.
Memberikan kesempatan yang
sama kepada perempuan dan laki-
laki yang memenuhi syarat untuk
menjadi pelatih.
Pertimbangkan untuk
menyelenggarakan pelatihan
pengarusutamaan gender
menggunakan pendekatan GAP
(Gender Analysis Pathway) dari
Pemerintah Indonesia dalam
kegiatan penguatan kapasitas
kelembagaan, misalnya pada
tahap perencanaan, monitoring
dan evaluasi, atau kegiatan
pengumpulan data.
Memastikan bahwa kaum
perempuan diberikan kesempatan
yang sama dengan laki-laki untuk
menjadi bagian dari komite atau
kelompok pengambil keputusan
lainnya yang dibentuk sebagai
bagian dari aktivitas IndII.
Memastikan juga bahwa
Memastikan bahwa kesempatan
yang sama diberikan kepada
kaum perempuan dan laki-laki
untuk berpartisipasi dalam
kegiatan lokakarya, pelatihan,
studi banding dan kegiatan lain
yang menjadi bagian dari
kegiatan peningkatan kapasitas.
Memberikan kesempatan yang
sama kepada perempuan dan laki-
laki yang memenuhi syarat untuk
menjadi pelatih.
Pertimbangkan untuk
menyelenggarakan pelatihan
pengarusutamaan gender
menggunakan pendekatan GAP
(Gender Analysis Pathway) dari
Pemerintah Indonesia dalam
kegiatan penguatan kapasitas
kelembagaan, misalnya pada
tahap perencanaan, monitoring
dan evaluasi, atau kegiatan
pengumpulan data.
Memastikan bahwa kaum
perempuan diberikan kesempatan
yang sama dengan laki-laki untuk
menjadi bagian dari komite atau
kelompok pengambil keputusan
lainnya yang dibentuk sebagai
bagian dari aktivitas IndII.
Memastikan juga bahwa
AMDAL), maka analisis gender
harus dilakukan untuk
mengidentifikasi: peran
perempuan dan laki-laki dari
semua kelompok sosial yang
relevan dengan aktivitas terkait;
perbedaan kepentingan dan
prioritas; kelompok perempuan
dan laki-laki yang berpotensi
dirugikan oleh aktivitas
bersangkutan; hambatan-
hambatan dalam upaya
meningkatkan kesetaraan
perempuan dan laki-laki dalam
hal partisipasi dan pengambilan
keputusan; serta rekomendasi
yang sesuai untuk desain yang
sedang disiapkan guna
meminimalkan atau mengurangi
dampak negatif, mengatasi setiap
hambatan dan memaksimalkan
manfaat bagi perempuan dan laki-
laki serta tingkat partisipasi
keduanya.
Tahap Desain Aktivitas (Activity
Design): Apabila analisis gender
tidak dilakukan dalam penyiapan
desain aktivitas, maka gunakan
analisis gender untuk
mengidentifikasi: peran
perempuan dan laki-laki dari
semua kelompok sosial yang
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
26
Aktivitas Tipe A Aktivitas Tipe B Aktivitas Tipe C Aktivitas Tipe D
perempuan dipertimbangkan
untuk memegang posisi-posisi
pimpinan seperti menjadi ketua
kelompok/organisasi.
Mendorong lembaga-lembaga
mitra untuk memberikan
pertimbangan yang sama bagi
kaum perempuan dan laki-laki
untuk menjadi staf dari
struktur/unit baru yang dibentuk
di bawah IndII.
Mengindentifikasi area-area yang
dapat digunakan untuk
mendorong kaum perempuan
berpartisipasi dalam peran-peran
yang dianggap non-tradisional
dan menjadikan hal tersebut
teladan bagi perempuan lainnya.
Memastikan bahwa setiap survei
(kuantitatif dan kualitatif)
didesain untuk mengumpulkan
data tentang pengalaman,
kebutuhan dan pendapat kaum
perempuan dan laki-laki.
Mensyaratkan agar semua data
yang dikumpulkan, misalnya data
tentang peserta pelatihan, dipilah
berdasarkan jenis kelamin.
Mensyaratkan agar indikator-
indikator kinerja bersifat sensitif
perempuan dipertimbangkan
untuk memegang posisi-posisi
pimpinan seperti menjadi ketua
kelompok/organisasi.
Mendorong lembaga-lembaga
mitra untuk memberikan
pertimbangan yang sama bagi
kaum perempuan dan laki-laki
untuk menjadi staf dari
struktur/unit baru yang dibentuk
di bawah IndII.
Mengindentifikasi area-area yang
dapat digunakan untuk
mendorong kaum perempuan
berpartisipasi dalam peran-peran
yang dianggap non-tradisional
dan menjadikan hal tersebut
teladan bagi perempuan lainnya
di dalam lembaga dan
masyarakat.
Apabila kegiatan peningkatan
kapasitas lembaga menyertakan
pelatihan tentang perencanaan
partisipatif, pelayanan konsumen
atau bentuk interaksi (interface)
lain antara lembaga dengan
masyarakat, maka harus
dipastikan bahwa perbedaan
gender dan sosial lainnya telah
dipertimbangkan dan
diintegrasikan dalam pelatihan
relevan dengan aktivitas terkait;
perbedaan kepentingan dan
prioritas; kelompok perempuan
dan laki-laki yang berpotensi
dirugikan oleh aktivitas
bersangkutan; hambatan-
hambatan dalam upaya
meningkatkan kesetaraan
perempuan dan laki-laki dalam
hal partisipasi dan pengambilan
keputusan; serta rekomendasi
yang sesuai untuk meminimalkan
atau mengurangi dampak negatif,
mengatasi setiap hambatan dan
memaksimalkan manfaat bagi
perempuan dan laki-laki serta
tingkat partisipasi keduanya.
Tahap Implementasi Aktivitas:
Tugaskan seorang spesialis
gender untuk mengidentifikasi
dan memastikan bahwa isu
gender yang muncul dalam tahap
implementasi kegiatan telah
ditangani.
Mengidentifikasi bagaimana
lembaga mitra dapat menjadi
lebih peka terhadap kebijakan
gender IndII dan menerima saran-
saran tentang tindakan responsif
gender.
Sertakan pengarusutamaan gender
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
27
Aktivitas Tipe A Aktivitas Tipe B Aktivitas Tipe C Aktivitas Tipe D
gender.
tersebut.
Mensyaratkan perlunya analisis
tentang potensi dampak gender
yang akan muncul di masyarakat
atas usulan reformasi kebijakan,
peraturan atau prosedur. Hal ini
perlu dilakukan untuk
menentukan bagaimana reformasi
dapat dirumuskan sehingga
dampak negatif terkait gender
dapat dikurangi.
Memastikan bahwa perempuan
dan laki-laki, termasuk mereka
yang berasal dari rumah tangga
yang sama dan semua strata sosial
ekonomi serta kelompok-
kelompok rentan, diberikan
kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam setiap
kegiatan sosialisasi dan
konsultasi.
Memastikan bahwa setiap survei
(kuantitatif dan kualitatif)
didesain untuk mengumpulkan
data tentang pengalaman,
kebutuhan dan pendapat kaum
perempuan dan laki-laki.
Mensyaratkan agar semua data
yang dikumpulkan menyangkut
lembaga dan masyarakat, dipilah
berdasarkan jenis kelamin
dengan menggunakan pendekatan
GAP (Gender Analysis Pathway)
dari Pemerintah Indonesia bila
aktivitas dibuat untuk
memperkuat kapasitas
kelembagaan, misalnya dalam
kegiatan perencanaan, monitoring
dan evaluasi, serta kegiatan
pengumpulan data.
Memastikan bahwa kaum
perempuan dan laki-laki dari
semua strata sosial ekonomi dan
kelompok rentan dilibatkan dalam
aktivitas terkait. Contoh
kelompok ini adalah masyarakat
miskin, penyandang cacat,
kelompok etnis minoritas, dan
perempuan kepala keluarga.
Memastikan bahwa kaum
perempuan dan laki-laki,
termasuk mereka yang berasal
dari rumah tangga yang sama,
diberikan kesempatan yang sama
untuk berpartisipasi dalam semua
kegiatan sosialisasi dan
konsultasi.
Memastikan bahwa kaum
perempuan diberikan kesempatan
untuk mengemukakan
kepentingan-kepentingan,
kebutuhan-kebutuhan dan
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
28
Aktivitas Tipe A Aktivitas Tipe B Aktivitas Tipe C Aktivitas Tipe D
Mensyaratkan agar indikator-
indikator monitoring bersifat
sensitif gender
prioritas-prioritas mereka dalam
setiap pertemuan publik.
Apabila kaum perempuan ragu-
ragu untuk mengekspresikan
pendapat-pendapat mereka dalam
sebuah pertemuan yang dihadiri
juga oleh kaum laki-laki, maka
bentuklah kelompok-kelompok
diskusi dalam pertemuan tersebut
dimana kaum perempuan dapat
mendiskusikan dan
menyampaikan pandangan
mereka; atau berilah mereka
kesempatan untuk bertemu dan
mendiskusikan ide-ide mereka
terlebih dahulu, kemudian
pilihlah perempuan-perempuan
yang dapat berbicara mewakili
kelompok mereka dalam
pertemuan utama.
Melakukan konsultasi dengan
organisasi-organisasi perempuan
dan unit-unit Pemberdayaan
Perempuan dalam pemerintahan.
Memastikan bahwa kaum
perempuan dan laki-laki
dilibatkan dalam komite-komite
yang dibentuk sebagai bagian dari
aktivitas IndII, termasuk menjadi
anggota komite eksekutif.
Memastikan bahwa baik
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
29
Aktivitas Tipe A Aktivitas Tipe B Aktivitas Tipe C Aktivitas Tipe D
perempuan maupun laki-laki
diikutsertakan dalam kegiatan
pelatihan dan peningkatan
kapasitas, termasuk mendorong
mereka untuk berperan dalam
bidang-bidang non-tradisional
serta menjadi teladan bagi yang
lainnya.
Memastikan bahwa kaum
perempuan dan laki-laki diberi
kesempatan yang sama untuk
berpartisipasi dalam pekerjaan
yang mendapatkan bayaran, yang
merupakan bagian dari
implementasi aktivitas IndII.
Memastikan bahwa setiap survei
(kuantitatif dan kualitatif)
dirancang untuk mengumpulkan
data tentang pengalaman,
kebutuhan dan prioritas dari
perempuan dan laki-laki, dan data
dikumpulkan dari kaum
perempuan dan laki-laki (tidak
diwakilkan).
Mensyaratkan agar semua data
yang dikumpulkan dipilah
berdasarkan jenis kelamin.
Mensyaratkan agar indikator-
indikator monitoring bersifat
sensitif gender
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
30
LAMPIRAN 2: DAFTAR PERIKSA RESPONSIF GENDER
Pengumpulan dan Pelaporan Data
Apakah data yang dikumpulkan mengenai partisipasi, distribusi sumberdaya, manfaat atau
dampak lainnya dari suatu aktivitas IndII akan dipilah berdasarkan jenis kelamin?
Apakah anda bertanggung jawab untuk melakukan analisis dan pelaporan mengenai isu-isu
gender yang diungkap oleh data yang ada? Jika tidak, maka siapa yang bertanggung jawab?
Apakah mereka mengetahui bahwa mereka bertanggung jawab atas tugas ini? Bagaimana hal
ini akan dilaporkan?
Apakah contoh-contoh berupa hasil, dampak atau aktivitas dari upaya peningkatan
kesetaraan gender telah diidentifikasi dan dilaporkan?
Kegiatan peningkatan kapasitas pada level institusi dan masyarakat
Apakah anda telah mensyaratkan persamaan kesempatan bagi perempuan dan laki-laki untuk
dipilih dan dilibatkan dalam kegiatan peningkatan kapasitas, termasuk dalam bidang yang
bersifat non-tradisional bagi keduanya?
Jika seleksi peserta tidak dilakukan oleh IndII, apakah anda telah melakukan upaya-upaya
untuk mendorong para pihak yang melakukan seleksi untuk memberikan kesempatan yang
sama bagi perempuan dan laki-laki untuk dilibatkan? Apakah mereka memahami manfaat
dari tercapainya potensi-potensi kaum perempuan dan laki-laki?
Apakah kaum perempuan akan dipertimbangkan untuk menjadi pelatih seperti halnya kaum
laki-laki?
Jika kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas diarahkan untuk meningkatkan kapasitas
perencanaan sebuah lembaga, apakah anda telah mempertimbangkan untuk menyertakan
pelatihan pengarusutamaan gender (dengan penerapan praktis pada pekerjaan perencanaan
rutin lembaga tersebut) dengan menggunakan pendekatan GAP (Gender Analysis Pathway)
dari Pemerintah Indonesia?
Sosialisasi atau diseminasi informasi kepada lembaga-lembaga atau masyarakat
Apakah anda mensyaratkan bahwa strategi sosialisasi dan diseminasi informasi yang akan
diterapkan harus dapat diakses oleh kaum perempuan maupun laki-laki?
Apakah bahan-bahan komunikasi seperti poster atau selebaran telah diujikan pada kaum
perempuan maupun laki-laki?
Apakah anda sudah memastikan bahwa sosialisasi dan diseminasi informasi tidak akan
memperkuat stereotip terhadap perempuan dan laki-laki, misalnya anggapan bahwa kaum
perempuan itu pendiam, patuh, atau bertanggung jawab atas semua pekerjaan rumah tangga,
dan kaum laki-laki itu dominan, agresif, atau merupakan para pengambil keputusan utama?
Pertemuan-pertemuan dalam masyarakat
Apakah anda telah memastikan bahwa baik perempuan maupun laki-laki dari semua strata
sosial ekonomi dan kelompok rentan akan diundang untuk menghadiri pertemuan-pertemuan
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
31
publik dan bahwa kaum perempuan akan bisa mengekspresikan pendapat-pendapat mereka
secara bebas? Bagaimana caranya?
Rekrutmen dan posisi-posisi yang digaji
Apakah akan ada kesempatan yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk
dipertimbangkan dalam rekrutmen?
Jika rekrutmen tidak dilaksanakan oleh IndII, apakah anda telah mendorong mereka yang
melaksanakan rekrutmen tersebut untuk memberikan kesempatan yang sama bagi
perempuan dan laki-laki?
Apakah anda telah memastikan bahwa perempuan dan laki-laki akan diberi kesempatan yang
sama untuk mendapatkan posisi-posisi yang digaji, termasuk mendapatkan honor? Apakah
anda telah memastikan bahwa kaum perempuan tidak diharapkan untuk melakukan
pekerjaan sukarela sementara kaum laki-laki menempati posisi-posisi yang digaji?
Reformasi kebijakan, peraturan, prosedur, mekanisme dan lain-lain
Apabila ada kemungkinan dampak terhadap masyarakat, apakah analisis terhadap
kemungkinan dampak yang berbeda terhadap kaum perempuan dan laki-laki telah
dilaksanakan?
Jika ada ada kemungkinan dampak negatif terhadap kaum perempuan atau laki-laki, upaya-
upaya apakah yang telah dilakukan dalam reformasi untuk meminimalkan dampak-dampak
tersebut?
Monitoring dan Evaluasi
Apakah indikator-indikator monitoring dan evaluasi bersifat sensitif gender – yaitu, apakah
indikator-indikator yang dipakai membedakan tingkat partisipasi kaum perempuan dan laki-
laki, anak laki-laki dan anak perempuan serta manfaat dan dampak suatu aktivitas bagi
mereka?
Dimana anda bisa mengintegrasikan hasil monitoring dan evaluasi atas isu-isu gender ke
dalam laporan-laporan anda?
Apakah anda telah menemukan dan melaporkan contoh-contoh best practice dan lessons
learned menyangkut upaya-upaya peningkatan kesetaraan gender dalam aktivitas terkait?
Jika para donor/lembaga multilateral lainnya telah menerapkan strategi gender dan rencana
aksi mereka, apakah IndII mengawasinya? Seberapa baik strategi gender/rencana aksi
tersebut diterapkan? Apa kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam penerapannya? Apa
yang perlu diperbaiki? Bagaimana caranya?
Para kontraktor dan konsultan
Apakah para kontraktor dan konsultan telah disadarkan akan kewajiban-kewajiban dan
tanggung jawab mereka menyangkut kesetaraan gender dan dipersiapkan untuk sungguh-
sungguh menaati kebijakan dan strategi yang ada?
Apakah semua tanggung jawab tersebut dimuat dalam kerangka acuan kegiatan (TOR) dan
kontrak?
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
32
Seberapa baik para kontraktor dam konsultan anda mengintegrasikan isu gender ke dalam
pekerjaan mereka?
Dalam hal apa mereka memerlukan bantuan? Bagaimana hal ini dapat diatur?
Lembaga-lembaga mitra
Bagaimana anda mempromosikan sasaran-sasaran kesetaraan gender IndII kepada para
mitra? Apa reaksi mereka? Bagaimana anda dapat mendorong mereka untuk lebih responsif
terhadap isu gender?
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
33
LAMPIRAN 3: ISTILAH-ISTILAH DAN DEFINISI-DEFINISI GENDER
Tabel 3: Istilah-istilah dan definisi-definisi gender
Gender Istilah gender mengacu pada peranan, atribut, nilai-nilai dan kesempatan yang
secara sosial dibangun dan diasosiasikan dengan keberadaan seseorang sebagai
laki-laki atau perempuan. Hal-hal tersebut mungkin bervariasi dari waktu ke
waktu antara budaya yang satu dengan yang lain atau di dalam budaya itu
sendiri, sebagai akibat dari faktor sosial, ekonomi dan sejarah. Konstruksi
sosial terhadap seorang perempuan, seorang laki-laki, seorang anak perempuan
atau seorang anak laki-laki menentukan bagaimana mereka dipandang, apa
yang diharapkan dari mereka, apa yang diperbolehkan bagi mereka dan
bagaimana mereka dinilai dalam sebuah konteks tertentu. Perbedaan-
perbedaan muncul karena ketidaksamaan harapan-harapan dan nilai-nilai sosial
terhadap kaum perempuan dan laki-laki, anak perempuan dan anak laki-laki;
membentuk peranan dan tanggung jawab mereka, juga akses dan kendali
mereka terhadap sumberdaya yang ada, serta wewenang mereka untuk
mengambil keputusan. Berfokus pada gender, dan bukan hanya pada kaum
perempuan, menunjukkan adanya perbedaan kebutuhan dan kepentingan antara
kaum perempuan dan laki-laki dalam konteks relasi kekuasaan di antara
mereka.
Relasi gender Relasi gender menyangkut hubungan ekonomi, sosial dan kekuasaan antara
laki-laki dan perempuan. Relasi gender menciptakan dan menghasilkan
perbedaan yang sistematis antara posisi kaum perempuan dan laki-laki dalam
suatu kelompok masyarakat.
Kesetaraan gender Kesetaraan gender berhubungan dengan kesetaraan hak, tanggung jawab dan
kesempatan bagi kaum perempuan dan laki-laki, anak perempuan dan anak
laki-laki. Hal ini tidak serta merta berarti bahwa perempuan dan laki-laki
adalah sama, namun bahwa hak, tanggung jawab dan kesempatan mereka
tidaklah bergantung pada keadaan mereka sebagai laki-laki atau perempuan;
dan bahwa kepentingan, kebutuhan dan prioritas mereka dianggap setara.
Kesetaraan gender dalam sebuah proyek atau aktivitas dapat dinilai melalui
analisis terhadap tingkat partisipasi yang berbeda antara perempuan dan laki-
laki dalam setiap aktivitas, pengambilan keputusan, akses dan kendali atas
sumberdaya serta manfaat yang berwujud atau tidak berwujud yang mereka
terima.
Pemberdayaan
perempuan
Pemberdayaan perempuan berarti bahwa kaum perempuan dan anak
perempuan mampu untuk memperoleh ketrampilan, kepercayaan diri dan
kemampuan untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan menyangkut
kehidupan mereka sebagai hasil dari relasi gender yang telah mengalami
perubahan.
Buta gender Buta gender adalah suatu keadaan dimana kebijakan, perencanaan, program
atau proyek mengasumsikan bahwa perempuan dan laki-laki akan memperoleh
manfaat yang sama; dan mengabaikan relasi gender yang tidak setara yang
memunculkan perbedaan antara kebutuhan dan prioritas perempuan dan laki-
laki, serta tingkat partisipasi dan manfaat yang mereka peroleh.
Strategi & Rencana Aksi Gender dari Indonesia Infrastructure Initiative
34
Responsif gender Kebijakan, perencanaan, program, proyek, dan aktivitas disebut responsif
gender apabila mereka mengakui kaum perempuan dan laki-laki sebagai
bagian dari pembangunan; menyoroti fakta bahwa relasi gender membuat
keterlibatan kaum perempuan menjadi berbeda dan sering tidak setara; dan
mengakui perbedaan kebutuhan, kepentingan dan prioritas antara kaum
perempuan dan laki-laki, dan bahwa terkadang semuanya ini dapat saling
bertentangan.
Analisis gender Analisis gender mengeksplorasi hubungan-hubungan dan perbedaan antara
kaum perempuan dan laki-laki dalam suatu masyarakat dan dampak yang
dihasilkan oleh sebuah kebijakan, program, proyek atau aktivitas terhadap
kaum perempuan dan laki-laki, anak perempuan dan anak laki-laki. Analisis ini
memunculkan pertanyaan sebagai berikut: Siapa melakukan apa? Mengapa?
Siapa mempunyai apa? Mengapa? Siapa yang memutuskan? Mengapa? Siapa
yang memperoleh manfaat? Mengapa? Siapa yang dirugikan? Mengapa?
Analisis gender menunjukkan cara-cara untuk meningkatkan kesetaraan
gender dalam sebuah kegiatan.
Data berdasarkan
jenis kelamin
Data berdasarkan jenis kelamin adalah data yang membedakan antara
perempuan dan laki-laki, anak perempuan dan anak laki-laki. Data tersebut
bisa dalam bentuk kuantitaif misalnya jumlah perempuan dan laki-laki yang
berpartisipasi dalam sebuah proyek atau menerima manfaat dari sebuah
proyek; atau jumlah sumberdaya misalnya jumlah total hibah yang diterima
oleh perempuan dan laki-laki. Data tersebut juga bisa berbentuk data kualitatif
seperti persepsi dan pendapat kaum perempuan dan laki-laki tentang sebuah
usulan kegiatan.
Indikator sensitif
gender
Indikator-indikator sensitif gender merupakan ukuran kinerja yang
membedakan antara pengalaman-pengalaman kaum perempuan dan laki-laki,
anak laki-laki dan perempuan. Indikator-indikator tersebut bergantung pada
kumpulan data kuantitatif dan kualitatif berdasarkan jenis kelamin. Indikator-
indikator sensitif gender dapat menunjukkan perubahan-perubahan positif dan
negatif dalam relasi gender dan kesetaraan gender bila diterapkan dari waktu
ke waktu.
Diadaptasi dari AusAID 2007; March, Smyth and Mulhopadhyay 1999