STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM
MENGEMBANGKAN DAN MENINGKATKAN PEMBIAYAAN
USAHA KECIL DAN MENENGAH
(Studi Pada BMT Al-Munawwarah Pamulang)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.I)Gelar Sarjana
Ekonomi Syariah (SE.Sy)
Oleh :
SUKRON
NIM. 206046103886
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM
MENGEMBANGKAN DAN MENINGKATKAN PEMBIAYAAN
USAHA KECIL DAN MENENGAH
(Studi Pada BMT Al-Munawwarah Pamulang)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SE.I)
Oleh :
SUKRON
NIM. 206046103886
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Zainal Arifin, M.Pd.I Muh. Fudhoil Rahman, Lc.,M.A
NIP. 195911101991031001 NIP. 197508102009121001
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan untuk memenuhi gelar strata satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 18 Maret 2011
Sukron
i
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, apa yang ada dan tiada adalah kehendak Allah SWT
yang Maha Pencipta langit dan bumi beserta segala isinya. Hanya Allah yang telah
menyusupkan inspirasi ilmu kepada semua hambanya, dan hanya Allah SWT saja
yang boleh sombong terhadap IlmuNya. Berkat petunjuk dari yang Maha Pemberi
Petunjuk sajalah skripsi ini bisa diselesaikan oleh penulis. Shalawat dan Salam
kepada pemimpin peradaban dunia Nabi Besar Muhammad SAW sebagai utusan
Allah SWT untuk menyebarkan kitab yang terjaga keasliannya sepanjang zaman
yaitu Al-Qur’an nulkarim. Dengan uswatun hasanahmu lah penulis dapat selalu tegar
dan pantang putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini, walaupun tidak sedikit
hambatan dan kendala yang penulis hadapi dalam menyelesaikan proses skripsi ini.
Hanya dengan rencana Allah SWT sajalah skripsi ini selesai dengan tema ”Stategi
pembiayaan mikro syariah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan
usaha kecil dan menengah”.
Penulis hanya bisa berharap semoga karya kecil ini dapat memberikan
manfaat kepada pihak pihak yang terkait. Secara umum dapat memberikan wacana
terhadap masyarakat, dan secara khusus pertama kepada kalangan akademis maupun
praktisi yang berkosentrasi pada bidang ekonomi Islam atau lembaga keuangan mikro
syariah khususnya BMT.
Dalam menjalankan proses penyelesaian skripsi ini penulis banyak dibantu
oleh pihak-pihak yang secara langsung maupun secara tidak langsung membantu
melancarkannya. Karena kalau tidak ada dukungan dan bantuan yang diberikan
ii
penulis sangat menyakini skripsi ini tidak akan terselesaikan. Dengan segala
kerendahan hati izinkanlah penulis untuk memberikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tuaku, Ibunda Hj. Maspuroh dan Ayahanda H. Kiming. Ini mungkin
bukan apa-apa bagi ibunda dan ayahanda, Tetapi semua ini adalah karena
jasa-jasamu ini semua adalah berkat do’amu dan tanpa ibunda dan ayahanda
aku bukanlah siapa-siapa.
2. Bpk. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bpk. Ah. Azharuddin Latif, M.Ag selaku Ketua
Program Studi Muamalat dan Sekertaris Konsentrasi Perbankan Syariah
Jurusan Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bpk. Drs. H. Zaenal Arifin, M.Pd.I dan Bpk. Muh. Fudhoil Rahman, Lc., M.A
selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing penulis dan
senantiasa meluangkan waktunya kepada penulis untuk memberikan
masukan-masukannya, dan mengarahkan sehingga penulis dapat
meyelesaikan skripsi ini.
5. Para Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis semasa
kuliah, semoga amal kebaikannya mendapat balasan di sisi Allah SWT.
iii
6. Pimpinan dan Staf BMT Al-Munawwarah Pamulang, terutama pak Sutanto
Samidjan yang telah menerima penulis untuk melakukan riset dan membantu
data yang diperlukan guna penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh staff karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan hukum, staff dan
karyawan Perpustakaan Pusat UIN atas kerjasamanya dalam membarikan
pelayanan yang terbaik dalam pengumpulan materi skripsi yang diperlukan.
8. PT Bank CIMB NIAGA (Mikrolaju Karawang) dimana tempat sekarang ini
penulis bekerja, terimakasih untuk kang Andria Nugraha, kang Nur Roni
Gustiana dan kang Eko Fitrian Nugraha yang telah banyak memberi masukan
dan kebaikan hati sudah memberikan izin dan keleluasaan dalam
menyelesaikan skripsi dan urusan terkait dengan keperluan skripsi penulis.
9. Terimakasih juga buat sahabat-sahabat di Counter: Jamruddin Furqaan, Iis
mulyadi Dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebut satu persatu
terimakasih atas dukungannya saran-saran dan pengalamannya selama ini.
Persahabatan kalian sangat berarti walaupun kadang kala ada sedikit amarah,
benci, cekcok dan perbuatan yang tidak meynenangkan tapi itu semua adalah
bumbu-bumbu dari persahabatan yang akan kita rindukan dimasa depan.
Tiada suatu hal pun yang sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah
SWT saja. Oleh karena itu penulis sangat menyadari bahwa dalam skripsi ini masih
sangat banyak kekurangan-kekurangan sehingga masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, kritik, saran dan koreksi sangat penulis harapkan untuk menuju dan
mendekati kesempurnaan. Akhir kalam penulis mengucapkan banyak terima kasih
iv
dan berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan berguna untuk
kebaikan. Semoga karya ini dicatat sebagai amal baik. Amiin
Jakarta,………….
Penulis
v
ABSTRAK
STRATEGI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH DALAM
MENGEMBANGKAN DAN MENINGKATKAN PEMBIAYAAN
USAHA KECIL DAN MENENGAH
PAMULANG
SUKRON
206046103886
Penelitian ini tentang strategi pembiayaan BMT Al-Munawwarah Pamulang.
Alasan mengapa diteliti, karena strategi pembiayaan BMT Al-Munawwarah Pamulang
yang menunjukkan perkembangan dan usia BMT yang sudah relatif lama yaitu 15
tahun,,BMT Al-Munawwarah juga memiliki jaringan kerjasama yang luas. Berdasarkan
alasan diatas peneliti berasumsi bahwasannya strategi pembiayaan di BMT Al-
Munawwarah adalah bagus karena itu peneliti berkeinginan untuk mengetahui
bagaimanakah strategi pembiayaan BMT Al-Munawwarah Pamulang.
Metode yang dipakai peneliti adalah metode penelitian lapangan dengan cara
wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian tentang bagaimana strategi pembiayaan
BMT Al-Munawwarah diantaranya adalah datang langsung ke tempat calon nasabah,
rekomendasi mitra lama, promosi dengan brosur-brosur yang disebarkan ke masjid, jenis
usaha yang dibiayai. Sedangkan keunggulan BMT Al-Munawwarah dari segi produknya
adalah pembiayaan mudharabah, pembiayaan murabahah yang lebih maksimal dan
kompetitif serta penekanan pelayanan dan kepercayaan kepada mitra BMT Al-
Munawwarah.
vi
This research is about financing strategies BMT Al-Munawwarah Pamulang.
The reason why the investigation, because the financing strategy BMT Al-
Munawwarah Pamulang which shows the development and age BMT was relatively
long: 15 years, Al-Munawwarah BMT also has an extensive network of cooperation.
Based on the above reasons the researchers assume Praise be to Allaah financing
strategies in BMT Al-Munawwarah is good because the researchers wanted to know
how the financing strategy of Al-Munawwarah Pamulang BMT.
The method is a method researchers used field research by way of interviews
and documentation. Results of research on how the financing strategy of BMT Al-
Munawwarah them are coming directly to the prospective customer, the old partners
recommendation, promotion brochures are distributed to the mosques, the type of
business being financed. Meanwhile, Al-Munawwarah BMT advantage in terms of
financing their products are, the more leverage murabahah competitive and the
emphasis of service and trust to the partners of Al-Munawwarah BMT.
vii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………..………. i
ABSTRAK ……………………………………………………………………. v
DAFTAR ISI …………………………………………………………..…….. vii
DAFTAR TABEL …………………………………………………..……….. x
DAFTAR GAMBAR …………………………………………..………..….. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………….1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……………………..….…..…8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………..9
D. Tinjauan Pustaka ………………………………………..…………10
E. Metode Penelitian ……………………………………….................12
F. Sistematika Penulisan ………………...………………..………….16
BAB II KAJIAN TEORI
A. Strategi pembiayaan …………………………………….……....…17
1. Pengertian Strategi …………………………………………….17
2. Pengertian Pembiayaan ………………………….…………….18
3. Unsur-unsur Pembiayaan .………………………….…..……...19
4. Jenis-jenis Pembiayaan ……………….……….………………21
5. Tujuan Pembiayaan ………………………. ..…………..……..24
6. Prinsip Pembiayaan Syariah ……..…………………………….26
viii
viii
7. Analisis SWOT ………………………………………………..28
B. BMT ( Baitul Maal wat Tamwil) …………..…..……………….…31
1. Pengertian BMT ……………………………………………….31
2. Tujuan dan Fungsi BMT ………………………………………32
3. Badan Hukum BMT …………………………………………..35
C. Usaha Kecil dan Menengah ………...…………………………..…37
1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah ……………………….37
2. Karakteistik Usaha Kecil dan Menengah ……………………...38
3. Peran Usaha Kecil dan Menengah dalam Perekonomian
Indonesia ……… ……………………………………………...40
BAB III GAMBARAN UMUM BMT AL-MUNAWWARAH
A. Sejarah singkat dan Latar Belakang BMT Al Munawwarah ……...41
B. Visi dan Misi BMT Al-Munawwarah .……..…………….………..42
C. Struktur Organisasi BMT Al-Munawwarah ..……………………..43
D. Produk dan Jasa BMT Al-Munawwarah .……………………….…50
E. Pola dan Alur Proses Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah pada
BMT Al-Munawwarah…………………………………...………...
F. Prosedur dan Persyaratan untuk Mengajukan Pembiayaan pada BMT
Al-Munawwarah …...……………………………………………...
G. Reputasi ……………………..…………………………………..…56
ix
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Strategi-strategi Pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Al-
Munawwarah dalam Mengembangkan dan Meningkatkan
Pembiayaan UKM….........................................................................57
B. Perkembangan Pembiayaan BMT Al-Munawwarah terhadap Usaha
Kecil dan Menengah di Daerah Pamulang …….…….…………….72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………..………………………82
B. Saran ……..…….…………………………...……………………..85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Pertumbuhan Aset ……………………………………………………...
2. Tabel 4.2 Pertumbuhan O/S Funding …………………………………………….
3. Tabel 4.3 Pertumbuhan O/S Financing …………………………………………...
4. Tabel 4.4 Pertumbuhan Saldo Modal …………………………………………….
5. Tabel 4.5 Pertumbuhan SHU …………………………………………………….
6. Tabel 4.6 Pertumbuhan Anggota …………………………………………………
7. Tabel 4.7 Pertumbuhan Mitra-Bina ………………………………………………
8. Tabel 4.8 Rasio Keuangan ……………………………………………………….
xi
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Al-Munawwarah Pamulang ………… 44
2. Gambar 3.1 Alur Proses Pembiayaan BMT Al-Munawwarah Pamulang …… 59
3. Gambar 4.2 Tingkat Hasil Investasi Yang Diperoleh Anggota dan Mitra BMT
Al-Munawwarah Pamulang …...……………………………………………….. 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Krisis moneter yang terjadi pertengahan tahun 1997 membuat Indonesia
menjadi morat-marit, betapa tidak, karena krisis moneter yang berkembang
menjadi krisis ekonomi serta pelbagai krisis lainnya yang berpengaruh pada
berbagai aspek hidup dan kehidupan bangsa1.
Pada saat krisis moneter melanda, perbankan konvensional tidak memiliki
ketersediaan dana liquid yang cukup untuk operasionalnya karena nilai tukar
yang turun tajam. Nasabah peminjam mengalami ketidak mampuan untuk
mengembalikan dana pinjaman karena tingginya nilai suku bunga yang
diterapkan. Kemacetan pengembalian dana pinjaman dari pihak nasabah
keperbankan berimplikasi pada ketidakmampuan pihak perbankan untuk
mengembalikan dana pinjaman kepada Bank Indonesia. Selain itu perbankan
konvensional juga cenderung kurang dalam pengembangan sektor riil dan lebih
bermain pada transaksi yang spekulatif berdasarkan nilai suku bunga.
Sistem ekonomi kapitalis dengan jargon mekanisme pasar dan persaingan
bebas yang kebanyakan diterima dan di anggap final oleh masyarakat dunia
ternyata tidak lepas dari kelemahan-kelemahan vital2
1 Juanita, Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan, (Sumatera Utara :
Universitas Sumatera Utara Digital Library, 2003) 2 Majalah I-Syariah, Demam Syariah di Dunia, edisi September, (Jakarta : 2009) h. 28
2
Sedangkan sistem perbankan syariah memiliki keunggulan yang tidak dimiliki
oleh bank konvensiaonal yaitu terletak pada sistem bagi hasil. Bagi hasil adalah
konsep yang lazim dan tidak ada keraguan di dalamnya dan hampir seluruh
ulama sepakat dengan transaksi bagi hasil3
Oleh karena itu terpuruknya perbankan konvensional menjadi suatu pelajaran
bagi pengambil kebijakan moneter untuk mencoba sistem moneter alternatif.
Sistem syariah di yakini dapat membantu menjadi solusi dalam membangun
kembali sistem perekonomian Indonesia. Para ulama, ahli fiqih dan Isalamic
banker dikalangan dunia Islam menyatakan bahwa bunga yang diterapkan dalam
perbankan konvensional adalah riba dan riba itu diharamkan. Pernyataan ini
menstimulasi pertumbuhan perbankan syariah pertama di Indonesia, yaitu Bank
Muamalat Indonesia pada tanggal 1 Mei 1992. Seiring dengan waktu, perbankan
syariah mengalami peningkatan baik dari sisi pertumbuhan asset maupun
kuantitas kelembagaan.
Perkembangan perbankan syariah yang sangat cepat dalam lima tahun
belakangan ini ditandai pula dengan peningkatan penyaluran pembiayaan.
Pembiayaan menjadi sangat penting karena faktor pembiayaan inilah yang
menjadi kunci perkembangan bank syariah dimasa datang. Idealnya pembiayaan
bank syariah didominasi oleh akad musyarakah dan murabahah dimana keduanya
dijalankan dengan sistem bagi hasil.
3 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk dan
Implementasi Operasional bank Syariah, (Jakarta :2001) h.10
3
Permasalahan yang selalu dihadapi oleh Usaha kecil dan Menengah (UKM)
adalah modal atau biaya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan akses sumber-
sumber permodalan, keterbatasan pengetahuan atau kemampuan dalam
mencukupi kebutuhan prosedur atau persyaratan perbankan. Untuk itu ada
beberapa pertimbangan yang diperlukan dalam membangun sistem pembiayaan,
yang mencakup kepentingan usaha kecil dan menengah dan lembaga keuangan.
Mengingat faktor persyaratan dan prosedur untuk mendapatkan pinjaman
merupakan hal yang mendasar yang sangat penting dipenuhi oleh sebagian besar
usaha kecil, maka faktor ini menjadi hal yang sangat penting untuk
dipertimbangkan terutama dalam membangun sistem untuk usaha skala mikro.
Selain itu juga perlu adanya segmentasi kebutuhan dari masing-masing usaha
kecil dan menengah.
Usaha kecil dan menengah merupakan kegiatan ekonomi yang mendominasi
lebih dari 75% struktur perekonomian Indonesia. Sektor ini memiliki peranan
yang sangat penting baik secara ekonomi maupun sosial politik. Fungsi sektor ini
antara lain menyediakan barang dan jasa bagi konsumen yang berdaya beli
rendah dan sedang. Sektor ini menyumbang lebih dari separuh pertumbuhan
ekonomi serta kontribusi dalam perolehan devisa Negara. Secara sosial politik
fungsi sektor ini sangat penting terutama dalam penyerapan tenaga kerja serta
upaya pengentasan kemiskinan4. Bukan hanya di Indonesia tetapi di Negara
4 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah Lingkup Peluang. Tantangan dan Prospek
(Jakarta:Alvabet, 1999), h.108
4
paman Sam Usaha Kecil dan Menengah juga berperan penting untuk kesetabilan
ekonomi, pada tahun 1953, hanya ada lebih dari empat juta usaha kecil. Di tahun
1983, jumlah usaha kecil di Amerika Serikat diperkirakan hampir empat kali
lebih besar dari tahun 1953 hanya dalam 30 tahun yang lalu (The Wall Street
Journal. 25 Juli 1983 hal. : 13)5
Potensi usaha mikro di Indonesia yang besar menjadi peluang bagi perbankan
syariah. Pengamat ekonomi syariah, Agustianto Mingka, menilai penyaluran
usaha mikro bank syariah secara mandiri atau lewat linkage harus tetap
dilaksanakan untuk mempercepat pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM).
Saat ini ada potensi sekitar 40 juta usaha UMKM. "Pembiayaan langsung
dengan pendirian unit mikro juga harus didorong karena sekarang ini banyak
juga bank asing yang menyerbu sampai level mikro. Bank syariah juga harus
gencar dan memprioritaskan pembiayaan ke mikro," katanya. Ia mengakui,
terdapat sejumlah kelebihan dan kekurangan dalam penyaluran pembiayaan
mikro. Untuk mendirikan unit mikro diperlukan jaringan yang luas dan banyak
sumber daya manusia (SDM). Jika melalui linkage program, rekan lembaga
keuangan syariah juga harus diseleksi.
Fakta menunjukkan bahwa hampir 90 persen pelaku usaha ekonomi berskala
kecil adalah umat Islam. Namun ironisnya, dari keseluruhan usaha mikro yang
ada, dapat dikatakan umat Islam masih belum memiliki institusi yang kuat,
5 Hary Darmawan, Cara Sukses Merintis Bisnis, (Jakarta : Progres 2004), h. 29
5
mapan, dan bebas dari intervensi pihak manapun. Untuk itu, pengembangan
usaha mikro umat pun harus mendapat perhatian kita semua.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah memberi pelajaran penting
tentang kondisi ekonomi Indonesia sebenarnya. Perekonomian negeri ini ternyata
dikuasai sektor korporasi atau usaha besar yang dikuasai segelintir orang.
Sementara itu, di sisi lain, pilar pembangunan ekonomi lainnya seperti usaha
kecil dan menengah (UKM) tidak mendapat perhatian yang cukup dari
pemerintah. Perannya seringkali tidak berarti dalam perekonomian nasional.
Ironisnya, ketika terjadi krisis, terbukti sektor korporasi tidak mampu bertahan
dengan baik. Justru UKM, yang tadinya dianggap kurang berperan dalam
perekonomian nasional, terbukti lebih mampu bertahan menghadapi gejolak
perekonomian yang mengarah pada krisis multidimensi tersebut.
Dengan fakta tersebut, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan sektor ini
dengan melahirkan paradigma pengembangan sektor UKM secara lebih serius.
Sehingga kebijakan-kebijakan yang akan dikeluarkan, nantinya, benar-benar
mencerminkan keberpihakan pemerintah terhadap sektor ini.
Hingga tahun 2002, jumlah LKM dari berbagai jenis yang beroperasi secara
aktif di Indonesia mencapai sekitar 53 ribu unit. Namun demikian, dari jumlah
tersebut, lembaga yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah masih
sangat kecil. Jumlah nasabah yang dilayani LKM melebihi 17 juta orang,
6
sedangkan jumlah kredit mikro yang telah disalurkan mencapai lebih dari Rp 16
triliun.
BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) atau padanan kata Balai Usaha Mandiri
Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi
hasil, menumbuh-kembangkan bisnis usaha mikro, dalam upaya mengangkat
derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin. BMT
merupakan lembaga keuangan mikro syariah ditumbuhkan oleh prakasa dan
dengan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat sebagai landasan
sistem ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian dan
kesejahteraan.6
Keberadaan BMT sudah sangat berkembang dan tesebar di daerah. Menuut
Aslichan Burhan Pimpinan PINBUK center (Pusat Inkubasi Bisnis dan Usaha
Kecil) menyatakan, saat ini jumlah BMT di Indonesia 3.037 unit dengan total
asset Rp.300 miliar dan dana swadaya masyarakat Rp. 264 miliar. Dari 3.037
BMT yang aktif di Indonesia hanya 107 yang memiliki asset diatas 1 miliar, 223
berasset Rp. 500 juta-Rp1 miliar, 1.202 berasset Rp 250 juta-Rp 500 juta, 1.206
berasset Rp 50 juta-Rp 250 juta, dan 299 berasset Rp 50 juta kurang.7
Sekalipun mengalami pekembangan yang cukup baik, namun faktanya BMT
masih banyak kendala yang dialami. Salah satunya adalah belum memiliki status
landasan hukum yang kuat. Maka dibutuhkan adanya Undang-undang khusus
6 M. Amin Aziz, Pedoman Pendirian BMT, Jakarta, Pinbuk Press, 2004, h, 1
7 Aslichan Burhan, BMT KUBE Sejahtera : sebuah Model Pengembangn BMT Berbasis
Masyarakat Miskin, Makalah Kongres Nasional BMT, Jakarta, 2005, h, 4
7
tentang BMT sehingga aturan mainnya menjadi semakin jelas dan dapat
dihindari munculnya kecendrungan persaingan yang tak sehat antar BMT
ditengah pangsa sejenis. Berbeda dengan perkembangan syariah yang telah
memiliki landasan hukum yaitu UU No.10 Tahun 1998.
Dari segi formalitas hukum BMT memiliki beberapa alternatif badan hukum
yaitu koperasi dalam kelompok simpan pinjam, Yayasan, Paguyuban, maupun
Himpunan. Dalam bentuk koperasi, BMT akan tunduk pada Undang-Undang No.
25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dan peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.9 Tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan usaha simpan-pinjam
oleh koperasi.
Kegiatan usaha simpan-pinjam oleh koperasi yang diatur dalam peaturan
pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1995 diartikan sebagai kegiatan
yang menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan simpan pinjam
dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang
bersangkutan, koperasi lain anggotanya. Dalam rangka menghimpun dana
tersebut koperasi simpan pinjam akan memberikan imbalan yang ditentukan oleh
rapat anggota. Pembagian imbalan tersebut berupa bagi hasil.8
Diantara BMT yang sudah terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap
ketahanan ekonomi masyarakat kecil menengah adalah BMT Al- Munawwarah.
Kehadiran BMT Al-Munawwarah sangat berpengaruh terhadap kegiatan sektor
8 Baihaqi, Abd. Majid dan Saifuddin A. Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan Sistem
Syariah: Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, Jakarta, Pinbuk, 2000, h 206
8
riil, khususnya di darerah Pamulang. Hal yang tentunya sangat membantu bagi
pengembalian kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan (termasuk
dunia perbankan).
Sehingga, bagi kita, membangun perekonomian nasional yang kuat, hanya
dapat dilakukan manakala institusi ekonomi mikro negeri ini mendapatkan
perhatian dan dukungan dari semua pihak, baik pemerintah, DPR, maupun
masyarakat lain secara keseluruhan. Inilah paradigma yang harus dibangun dan
ditanamkan, agar problematika kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di
tanah air tercinta ini dapat diatasi.9
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil sebuah judul
“Strategi Lembaga Keuangan Mikro Syariah dalam Mengembangkan dan
Meningkatkan Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah (Studi pada BMT
Al-Munawwarah Pamulang.)”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
Dalam penulisan karya tulis ini, agar tidak meluas dan mencapai fokus yang
diharapkan, maka penulis perlu membuat batasan. Batasan yang dimaksud dalam
penulisan ini adalah bahwa data yang diambil dalam penelitian ini adalah pada
BMT Al-Munawwarah.
9 Pembiayaan Mikro Syariah, artikel ini diakses pada tanggal 25 Januari 2011 dari
http://sumeleh99.wordpress.com/ Pembiayaan Mikro Syariah
9
Dari pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana strategi BMT Al-Munawwarah dalam mengembangkan dan
meningkatkan pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah?
2. Bagaimana perkembangan pembiayaan mikro syariah yang dilakukan oleh
BMT Al-Munawwarah kepada Usaha Kecil dan Menengah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif antara pembiayaan
mikro syariah dalam mengembangkan pembiayaan usaha kecil dan menengah,
dan mengetahui seberapa besar keberhasilan yang dicapai oleh LKMS dalam
mengembangkan pembiayaan usaha kecil dan menengah dengan strategi-strategi
yang digunakan yang dalam hal ini dilakukan oleh BMT Al-Munawwarah di
daerah Pamulang.
Sedangkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
akademik, lembaga keuangan, dan khususnya penulis sendiri. Bagi pihak
akademik memberikan sumbangsih hasil penelitian dan menambah literature
kepustakaan mengenai konsep pembiayaan mikro syariah dan pengembangan
usaha kecil menengah; sedangkan bagi dunia perbankan syariah memberikan
manfaat yang berarti bagi praktisi perbankan syariah dalam mengambil kebijakan
pembiayaan mikro pada usaha kecil dan menengah; dan bagi penulis,
10
memberikan wawasan dan pengetahuan serta pengalaman langsung mengenai
pembiayaan mikro syariah dan pengembangan pembiayaan usaha kecil dan
menengah.
D. Tinjauan Kajian Terdahulu
Penelitian tentang pembiayaan untuk mengembangkan usaha kecil dan
menengah telah banyak dilakukan di antaranya oleh Muhammad Taufiq (2003)
dengan judul “membangun sistem pembiayaan bagi usaha kecil, menengah dan
koperasi” yang diterbitkan oleh Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi
Usaha. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa usaha kecil, menengah dan
koperasi mengharapkan terpenuhinya kebutuhan modal dalam waktu yang tepat,
dengan persyaratan dan prosedur yang mudah serta dengan biaya yang murah10
Penelitian lain yang mengkaji tentang usaha kecil dan menengah yaitu
dilakukan oleh Rosidah (2005) dengan judul “Analisis SWOT Strategi Baitul
Maal wat Tamwil dalam Peningkatan usaha kecil dan menengah”. Pada
penelitian ini dijelaskan bahwa Baitul Maal wat Tamwil sebagai lembaga
ekonomi dan keuangan syariah bertujuan meningkatkan kesejahteraan umat
Islam dari jurang kemiskinan, meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan
jalan pemerataan pendapatan melalui jalur investasi serta penciptaan peluang
dengan memberikan pembiayaan kepada usaha-usaha yang produktif
10
Muhammad Taufiq, Membangun Sistem Pembiyaan Bagi Usaha Kecil, Menengah dan
Koperasi,(Jakarta: Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha, 2003)
11
berdasarkan prinsip kemiteraan dan terciptanya kemandirian dalam berusaha.
Selain itu dijelaskan beberapa lembaga keuangan akan dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat lapisan bawah terhadap sistem pendanaan yang dapat
memberikan bantuan modal untuk meningkatkan produktivitas usaha mereka,
dan sebagai upaya untuk memenuhi keterbatasan pelayanan lembaga yang
selama ini yang belum atau bahkan tidak sama sekali mampu menjangkau
kebutuhan masyarakat lapisan bawah terhadap akses permodalan
Kemudian Herni Murniasih (2003) melakukan penelitian dengan judul
“Peranan Perbankan Syariah dalam Membangun Usaha Kecil dan Menengah”.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dalam penyaluran pembiayaan kepada
pengusaha kecil dan menengah selain aspek permodalan adalah kurangnya jiwa
kewirausahaan, terbelakangnya teknis produksi serta lemahnya kemampuan dan
pemasaran. Oleh karenanya pola pembinaan, pengawasan, dan pendampingan
secara teknis harus selalu dilaksanakan dalam setiap aktivitas penyaluran
pembiayaan. Kesulitan pengusaha kecil untuk mengakses kredit usaha kecil
disebabkan karena adanya aturan atau adanya tata cara permohonan kredit yang
menurut kebanyakan pengusaha kecil dan menengah dirasakan terlalu panjang
dan berbelit-belit. Kesulitan untuk mengakses fasilitas kredit semacam itu
terutama sangat dirasakan oleh pengusaha kecil yang berada di sektor informal
Dari ketiga hasil penelitian tersebut, ditemukan adanya kesimpulan bahwa
terdapat peranan antara pembiayaan mikro syariah yang dilakukan oleh
12
perbankan syariah dan BMT terhadap pengembangan usaha kecil dan menengah.
Namun dari ketiga hasil penelitian tersebut tidak dibahas strategi lembaga
keuangan mikro syariah untuk mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan
dari usaha kecil dan menengah untuk mencapai taraf nasional bahkan merambah
pasar Internasional.
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah Kualitatif,
1. Pendekatan Kualitatif
Cirri-ciri penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif
diantaranya:
a. Sumber data bersifat ilmiah, artinya sehari-hari masyarakat;
b. Penelitian sendiri merupakan instrument yang paling penting didalam
pengumpulan data dan penginterpretasikan data;
c. Penelitian kualitatif bersifat pemerian (deskriptif), artinya mencatat
secara teliti segala gejala (fenomena) yang dilihat dan didengar serta
dibaca (via wawancara) atau bukan, catatan lapangan foto, video tape,
dokumen pribadi, catatan atau memodokumen resmi atau bukan dan
lain-lain dan penelitian harus membanding-bandingkan,
mengkombinasikan, dan menarik kesimpulan;
13
d. Penelitian harus dilakukan untuk memahami bentuk-bentuk tertentu
(shaping) atau kasus (studi kasus)11
Langkah pendekatan kualitatif adalah mencari makna, berawal dari
fakta, melakukan observasi, mencatat semua fakta secara holistik dan bersifat
alamiah (naturalistik). Memahami interpretasi fakta: membuat deskripsi
fenomena yang diamati, perumusan generalisasi bersifat teoritis.
Skripsi ini mendeskripsikan kesesuaian antara teori yang ada dengan
kondisi riil dilapangan. Dengan demikian, pendekatan yang dilakukan pada
penelitian ini pendekatan empiris dengan kajian politik ekonomi.
2. Jenis Penelitian
Corak penelitian menggunakan penelitian deskriptif analisis yaitu
penelitian yang berusaha menerangkan atau menggambarkan peristiwa yang
terjadi pada subjek penelitian pada masa sekarang kemudian dijelaskan,
dianalisa dan disajikan sedemikian rupa sehingga menjadi gambaran yang
sistematis.12
Dalam hal ini penulis menggambarkan langsung tentang strategi
lembaga keuangan mikro syariah dalam mengembangkan dan meningkatkan
pembiayaan UKM dengan mengumpulkan data-data akurat kemudian
dianalisis.
11
Burhan Bungin (Ed), Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta : PT Raja Grafindo, 2004),
hal.52 12
Irwan soeharto, Metode Penelitian social (Bandung : PT Raja Gravindo, 2004), cet.ke-6,
hal.35
14
3. Data Penelitian
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden
berupa catatan tertulis atau wawancara, dalam hal ini penulis
melakukan wawancara kepada pejabat BMT Al-Munawwarah yang
berwenang.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis
yang terdapat dalam buku dan dokumen. Penulis mengumpulkan
informasi berupa buku-buku, contoh: buku-buku yang berkaitan
dengan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Library Research, yaitu suatu metode dengan mengkaji data-data yang
diperoleh dari buku-buku, bahan-bahan presentasi, artikel, brosur dan
bahan bacaan lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
b. Field Research (lapangan) dengan wawancara, yaitu teknis dalam
upaya menghimpun data yang akurat untuk keperluan melakukan
proses pemecahan maslalah tertentu sesuai dengan data. Teknik yang
digunakan adalah berupa interview bebas terpimpin yaitu penulis
mangajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan, kemudian
langsung dijawab oleh informan dengan bebas terbuka.13
Dalam hal
ini penulis memberikan pertanyaan kepada narasumber dari masing-
masing pihak yang bersangkutan.
13
Ibid, hal. 72
15
c. Studi Dokumentasi, yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan data
berdasarkan pada laporan keterangan pihak BMT Al-Munawwarah
dan keterangan dokumen lainnya yang terkait dengan masalah
penelitian.
5. Subjek-Objek Penelitian
Subjek adalah BMT Al-Munawwarah Pamulang.
Objek penelitiannya adalah strategi yang dilakukan BMT Al-
Munawwarah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan
UKM.
6. Teknik Pengelolaan Data
Pengelolaan data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data
kedalam kelompok, kategori, dan kesatuan. Pengelolaan data ini
dilakukan terus-menerus selama pengumpulan data berlangsung maupun
setelah data terkumpul.14
Adapun teknik pengolahan data adalah deskriptif kualitatif dan teknik
penulisannya menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007”.
14
Ibid, hal 71
16
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini dibagi menjadi lima bab, secara keseluruhan kelima bab tersebut
merupakan satu rangkaian pembahasan yang saling terintegrasi dan saling
berkaitan. Dengan demikian sistematika penyusunannya adalah sebagai barikut :
Bab I merupakan suatu pendahuluan, pada bab ini penulis akan
menguraikan secara singkat latar belakang masalah, pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, kajian
pustaka, metode penelitian dan teknik penulisan, sistematika
penulisan.
Bab II Kajian teori yang terdiri dari dua sub, sub yang pertama menjelaskan
masalah strategi pembiayaan yang tediri dari pengertian strategi,
pengertian pembiayaan, unsur-unsur pembiayaan, jenis-jenis
pembiayaan, tujuan pembiayaan, prinsip pembiayaan syariah.
Bab III Gambaran umum BMT Al-Munawwarah, meliputi segala hal yang
berkaitan dengan BMT Al-Munawwarah mulai dari sejarah singkat
BMT Al-Munawwarah, latar belakang pendirian, visi dan misi,
struktur organisasi, produk dan jasa pembiayaan BMT Al-
Munawwarah, pola dan alur proses pembiayaan usaha kecil dan
menengah pada BMT Al-Munawwarah, prosedur dan persyaratan
untuk mengajukan pembiayaan pada BMT Al-Munawwarah,
Reputasi.
17
Bab IV Membahas tentang penelitian terhadap data-data yang dikumpulkan
dalam bab ini juga membahas strategi yang digunakan BMT Al-
Munawwarah untuk memngembangkan dan meningkatkan
pembiayaan usaha kecil dan menengah. Sub yang pertama
menjelaskan mengenai strategi-strategi yang dilakukan BMT Al-
Munawwarah dalam mengembangkan dan meningkatkan
pembiayaan usaha kecil dan menengah. Sub yang kedua mengenai
perkembangan BMT Al-Munawwarah terhadap pembiayaan usaha
kecil dan menengah.
Bab V Merupakan bab penutup yang mencakup kesimpulan berupa
jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian yang dikemukakan
sebelumnya. Bab lima juga berisi saran yang sifatnya membangun
dan memberi saran atas permasalahan yang telah ditemukan.
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Strategi Pembiayaan
1. Pengertian Strategi
Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos. Pada saat itu,
strategos ditujukan sebagai “komandan militer” pada zaman demokrasi Athena.
Sementara dalam ensiklopedia bebas Wikipedia bahasa Indonesia disebutkan,
strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan
gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu.1
Dengan adanya arti penting nilai-nilai dan gaya manajemen, dan juga
perubahan-perubahan dalam lingkungan bisnis, kita dapat menegaskan kembali
gagasan strategi tingkat usaha untuk lebih erat menghubungkan “ masalah-
masalah sosial dan etis” dengan “masalah-masalah bisnis” yang tradisional.
Strategi tingkat usaha tidak mengharuskan adanya sekumpulan nilai-nilai tertentu,
dan juga tidak mengharuskan agar setiap perusahaan “tanggap secara sosial”
dengan cara tertentu.
1 Strategi, Wikipedia bahasa Indonesia, “Stategi” Artikel diakses pada 28 Januari 2011 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi
19
2. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan sering diartikan memperoleh barang dengan membayar cicilan
yang dikemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya
dilakukan dikemudian hari dengan cara angsuran sesuai dengan perjanjian bisa
juga berbentuk barang atau berbentuk uang.
Pembiayaan selalu berkaitan dengan aktivitas bisnis. Pembiayaan atau
financing yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain
untuk mendukung investasi yang telah di rencanakan, baik dilakukan sendiri
maupun lembaga. Dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Manajemen biaya merupakan suatu sistem yang didesain untuk menyediakan
informasi baik bersifat keuangan (pendapatan dan biaya) dan non keuangan
(kualitas dan produktivitas) bagi manajemen untuk identifikasi peluang-peluang
penyempurnaan, perencanaan strategik dan pembuatan keputusan operasional
memngenai pengadaan dan penggunaan sumber-sumber yang diperlukan oleh
organisasi. Manajemen biaya juga merupakan suatu sistem yang terintegrasi yang
menunjukan adanya hubungan dengan sistem lainnya seperti sistem desain dan
pengembangan, sistem pembelian dan produksi, sistem pelayanan konsumen serta
sistem pemasaran dan distribusi.2
2 Drs. Harnanto, M. Soc., Akt. Zulkifli, SE., MM. Manajemen Biaya, Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, 1987, h. 2
20
3. Unsur-unsur Pembiayaan
Setiap pemberian pembiayaan sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam
mengandung beberapa arti, jadi dengan menyebutkan kata pembiayaan sudah
terkandung beberapa arti, sehingga jika kita bicara pembiayaan maka termasuk
membicarakan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
Adapun unsur-unsur yang tekandung dalam pemberian suatu fasilitas
pembiayaan adalah sebagai berikut:3
a. Kreditur
Adalah orang atau badan usaha milik modal yang memberikan
pinjaman kepada peminjam dengan ketentuan-ketentuan yang sudah
disepakati oleh kedua belah pihak.
b. Debitur
Adalah orang atau badan usaha pemilik modal yang diberi pinjaman.
c. Kepercayaan
Yaitu suatu sifat yakin pihak pemberi pembiayaan bahwa pembiayaan
yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar
diterima kembali pada masa tertentu, dimasa datang kepercayaan ini
diberikan oleh lembaga keuangan karena sebelum dana diberikan sudah
dilakukan penelitian terlebih dahulu yang mendalam terhadap nasabah
3 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
Profil Perusahaan 2010
21
agar dapat mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar
pembiayaan yang telah disalurkan.
d. Janji Kesanggupan Bayar/kesepakatan
Disamping unsur-unsur kesepakatan antara pihak pemberi pembiayaan
dengan pihak penerima pembiayaan kesepakatan itu dituangkan dalam
suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan
kewajiban masing-masing. Kesepakatan penyaluran pembiayaan
dituangkan dalam akad pembiayaan yang ditandatangani kedua belah
pihak.
e. Jangka waktu
Dalam pembiayaan pasti memiliki jangka waktu tertentu. Jangka
waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah
disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada pembiayaan yang
tidak memiliki jangka waktu. Adanya jangka waktu tersebut diakibatkan
karena ditakutkan nasabah melakukan wanprestasi yang menyebabkan
risiko atau kerugian bagi lembaga keuangan yang memberikan
pembiayaan.
f. Risiko
Faktor risiko kerugian dapat diketahui dua hal yaitu risiko kerugian
yang diakibatkan nasabah sengaja tidak membayar pembiayaan padahal
mampu dan risiko kerugian yang diakibatkan nasabah tidak sengaja yaitu
22
akibat terjadinya musibah seperti kecelakaan atau bencana alam.
Penyebab tidak tertagih sebenarnya diakibatkan karena adanya suatu
tenggang waktu pengembalian (jangka waktu) semakin panjang jangka
waktu suatu pembiayaan semakin besar risikonya tidak tertagih, demikian
pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan lembaga keuangan (bank)
baik risiko yang disengaja maupun tidak disengaja.
g. Balas jasa
Akibat dari pemberian fasilitas pembiayaan lembaga keuangan (bank)
tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan
atas pemberian suatu pembiayaan atau jasa dalam bentuk bunga, biaya
promosi dan komisi serta biaya administrasi pembiayaan ini merupakan
keuntungan utama bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.4
4. Jenis-jenis Pembiayaan
Dalam kehidupan sehari-hari kebutuhan masyarakat sangat beragam apalagi
dalam perekonomian serta beragamnya jenis usaha mengakibatkan beragam pula
kebutuhan jenis pembiayaannya.
Jenis pembiayaan pada bank syariah akan diwujudkan dalam bentuk aktiva
produktif dan aktiva non-produktif, yaitu:
4 Kasmir S.E., Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2003, cet.
Keempat, h. 75
23
a. Jenis aktiva produktif pada bank syariah atau BMT dialokasikan dalam bentuk
pembiayaan sebagai berikut:
1) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, untuk jenis pembiayaan dengan
prinsip ini meliputi:
a) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan
pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati sebelumnya. Dengan aplikasi pembiayaan modal,
pembiayaan proyek dan pembiayaan ekspor.
b) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah adalah perjanjian antara para pemilik dana
modal untuk mencampurkan dana atau modal mereka pada suatu
usaha tertentu dengan pembagian keuntungan diantara pihak pemilik
dana atau modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama
sebelumnya. Dengan aplikasi pembiayaan modal kerja dan
pembiayaan ekspor.
2) Pembiayaan dengan prinsip jual-beli (piutang). Untuk jenis pembiayaan
dengan prinsip ini meliputi:
24
a) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah adalah perjanjian jual beli antara pihak
lembaga keuangan dan nasabah dimana lembaga keuangan syariah
membeli barang yang diperlukan oleh nasabah dan kemudian
menjualnya kepada nasabah tersebut sebesar harga perolehan ditambah
dengan margin atau keuntungan yang telah disepakati dalam akad.
Dengan aplikasi pembiayaan aplikasi pembiayaan investasi atau
barang modal, pembiayaan konsumtif, pembiayaan modal kerja, dan
pembiayaan ekspor.
b) Pembiayaan Salam
Pembiayaan salam adalah perjanjian jual-beli barang dengan cara
pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran harga
terlebih dahulu. Dengan aplikasi pembiayaan sektor pertanian dan
produk manufakturing.
c) Pembiayaan Istishna
Pembiayaan pembiayaan istishna adalah perjanjian jual-beli dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati antara pemesan dan penjual. Dengan aplikasi
pembiayaan konstruksi, proyek, produk manufakturing.
3) Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis pembiayaan ini
diklasifikasikan menjadi pembiayaan:
25
a) Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan ijarah adalah pembiayaan sewa menyewa suatu barang
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. Dengan aplikasi
pembiayaan sewa.
b) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Biltamlik wa Iqtina
Adalah perjanjian sewa menyewa suatu barang yang diakhiri dengan
perpindahan kepimilikan barang dari pihak yang memberikan sewa
kepada pihak penyewa.
b. Jenis aktiva tidak produktif yang berkaitan dengan aktivitas pembiayaan
adalah berbentuk pinjaman adalah: pinjaman qardh atau talangan adalah
penyediaan dana atau tagihan antara bank syariah dengan pihak peminjam
yang mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau
secara cicilan dalam jangka waktu tertentu.
5. Tujuan Pembiayaan
Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah dan
lembaga keuangan syariah lainnya seperti BMT. Tujuan pembiayaan yang
dilaksanakan BMT Al-Munawwarah adalah Meningkatkan kesejahteraan
bersama melalui kegiatan ekonomi yang menaruh perhatian pada nilai-nilai
26
dan kaidah-kaidah muamalah syar’iyyah yang memegang teguh keadilan,
keterbukaan dan kehati-hatian.5 dan untuk memenuhi stakeholder, yaitu
6:
a. Pemilik
Dari sumber pendapatan tersebut, para pemilik mengharapkan akan
memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada lembaga keuangan
tersebut.
b. Pegawai
Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari
lembaga keuangan yang dikelolanya.
c. Masyarakat
1) Pemilik dana
Sebagaimana pemilik, mereka mengharapkan keuntungan dari dana
yang diinvestasikan.
2) Debitur yang bersangkutan
Dengan penyediaan baginya, mereka terbantu guna menjalankan
usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk mengadakan barang
produksi (barang konsumtif)
5 Hasil wawancara peneliti kepada Sutanto Samidjan, Operation Manager BMT Al-
Munawwarah, pada hari kamis tanggal 27 Januari 2011
6 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, Yogyakarta, 2004, Cet Pertama, h. 1996
27
3) Masyarakat umumnya-konsumen
Mereka akan mendapat barang yang diinginkan dengan adanya
pembiayaan yang disalurkan kepada para pengusaha.
d. Pemerintah
Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pembiayaan
pembangunan Negara, disamping itu akan diperoleh pajak (berupa pajak
penghasilan atas keuntungan yang diperoleh BMT dan juga perusahaan-
perusahaan)
e. Lembaga keuangan (bank atau BMT)
Bagi lembaga keuangan yang bersangkutan, hasil dari penyaluran
pembiayaan diharapkan BMT dapat meneruskan dan mengembangkan
usahanya agar tetap survive dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin
banyak masyarakat yang dilayaninya.
6. Prinsip Pembiayaan syariah
Prinsip pembiayaan syariah yang mendasar adalah:7
1. Keadilan
Pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan dana
maupun pihak yang menyediakan dana.
7 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
Profil Perusahaan 2010
28
2. Kepercayaan
Merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan maupun
dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang menyertai
pembiayaan tersebut. Untuk mendukung prinsip-prinsip tersebut agar dapat
berjalan jauh dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan
informasi yang memadai. Informasi ini menjadi data pendukung yang dapat
digunakan untuk mengambil keputusan yang proposional. Jenis informasi
yang dimaksud antara lain:
a. Informasi data nasabah
Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh
pembiayaan dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan
bentuknya berupa form pengisian yang memuat data pribadi dan data
usaha calon nasabah.
b. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil
Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari akad yang sudah
disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang dirasakan
oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi dengan
data riil. Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara rutin
sesuai dengan siklus usahanya oleh nasabah.
29
c. Proyeksi laporan keuangan
Proyeksi dari laporan keuangan yang dimaksud terdiri dari proyeksi
arus kas, proyeksi laba (rugi). Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-
asumsi yang relatif tetap sepanjang umur usaha yang dibiayai. Sedangkan
dalam hukum syariah semua transaksi harus riil. Oleh sebab itu dalam
menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak bisa merujuk pada
hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada transaksi riil (relatif
berfluktuasi sesuai dinamika usahanya).
d. Akad pembiayaan
Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan
mudharib. Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi
pembiayaan. Akad pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha
nasabah.
7. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan ( Strengths ) dan peluang ( Opportunities ), namun
secara bersamaan dapat meminimkan kelemahan ( Weknesses ) dan ancaman(
Threats ). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan
pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan
30
demikian perencanaan strategi harus menganalisis faktor-faktor strategi
perusahaan ( kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ) dalam kondisi yang
ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling popular
untuk analisis situasi adalah analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari
lingkungan Internal Strengtht dan Weaknesses serta lingkungan eksternal
Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang ( opportunities ) dan Ancaman
( threats ) dengan faktor internal kekuatan ( strengths ) dan Kelemahan (
Weaknesses ).8
Diagram Analisis SWOT
3. Mendukung Strategi 1. Mendukung Strategi
Turnaround Agresif
4. Mendukung Strategi 2. Mendukung Strategi
Devensif Diversifikasi
8 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, ( Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama, 1997), h. 18-19
Berbagai Peluang
Kelemahan Internal Kekuatan Internal
Berbagai Ancaman
31
Keadaan 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus digunakan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif ( growth oriented strategy )
Keadaan 2 : Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman,perusahaan ini
masih memiliki kekuatan dari segi Internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (
Produk/pasar )
Keadaan 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi
dilain pihak, menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah
internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang
lebih baik.
Keadaan 4 : Ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan, perusahaan
tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan Internal.
32
B. BMT (Baitul Maal Wat Tamwil)
1. Pengertian BMT
Baitul Maal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan al-maal
yang berarti harta. Jadi secara etimologis (ma’na lughawi) baitul maal berarti
rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta. Adapun secara terminologis
Baitul Maal wat Tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan
dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis usaha mikro dalam
rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir
miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat
setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam: keselamatan
(berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.
Kegiatan Baitul Maal wat Tamwil adalah mengembangkan usaha-usaha
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi
pengusaha kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan
menunjang kegiatan ekonominya.
Baitul maal sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah merupakan kepala Negara yang pertama memperkenalkan konsep baru
di bidang keuangan Negara di abad ke tujuh, semua hasil perhimpunan kekayaan
Negara harus dikumpulkan terlebih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai
33
dengan kebutuhan Negara. Tempat inilah yang disebut bait al-maal, yang pada
masa Rasulullah SAW sumber pemasukan bait al-maal adalah 9:
a. Kharaj, yaitu pajak tanah
b. Zakat yang dikumpulkan dalam bentuk uang tunai, hasil peternakan dan
hasil pertanian.
c. Khums, yaitu pajak proporsional sebesar 20%
d. Jizyah, yaitu pajak yang dibebankan kepada orang-orang non-muslim
sebagai pengganti layanan sosial ekonomi dan jaminan perlindungan
keamanan dari Negara Islam.
e. Penerimaan lainya separti kaffarah dan harta waris dari orang yang tidak
memiliki ahli waris.
2. Tujuan dan Fungsi BMT
Tujuan umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan dan
pendanaan yang berdasarkan prinsip syariah. Tujuannya sebagi berikut :
1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi ekonomi anggota, kelompok anggota muamalat
dan daerah kerjanya.
2. Meningkatkan kualitas SDM anggota menjadi lebih profesional dan Islami
sehingga semakin utuh dan tangguh dalam menghadapi persaingan global.
9 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005), h.16
34
3. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
4. Menjadi perantara keuangan antara agniya sebagai shahibul maal dengan
dhu’afa sebagai mudharib, terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat,
infaq, shadaqah, wakaf, hibah dan lain-lain. BMT dalam fungsi ini
bertindak sebagai amil yang bertugas untuk menerima dana zakat, infaq,
shadaqah, dan dana sosial lainnya dan untuk selanjutnya akan disalurkan
kembali kepada golongan-golongan yang membutuhkannya.
5. Menjadi perantara keuangan, antara pemilik dana, baik sebagai pemodal
maupun penyimpan dengan pengguna dana untuk pengembangan usaha
produktif.
Peran ini menegaskan arti penting prinsi-prinsip syariah dalam kehidupan
ekonomi masyarakat, sebagai Lembaga Keuangan Syariah (LKMS) yang
bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil. Keberadaan BMT
setidaknya mempunyai beberapa fungsi :
1. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah.
Aktif melakukan sosialisasi ditengah masyarakat tentang arti penting
sistem ekonomi Islami. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan
mengenai cara-cara bertransaksi yang Islami.
35
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil.
BMT harus bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan
mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan,
dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum.
3. Melespaskan ketergantungan pada rentenir.
Masyarakat yang masih tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu
memenuhi keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera.
Maka BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya
selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana dan lain
sebagainya.
4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata.
Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks
dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk
melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus
diperhatikan, misalnya masalah dalam pembiayaan, BMT harus
memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis
pembiayaan.
36
3. Badan Hukum BMT
Pada awal perkembangannya, BMT memang tidak memiliki badan hukum
resmi. BMT berkembang sebagai lembaga swadaya masyarakat atau kelompok
simpan-pinjam. Namun mengantisipasi perkembangan ke depan, status hukum
menjadi kebutuhan yang mendesak.
Pengguna badan hukum kelompok swadaya masyarakat atau koperasi untuk
BMT itu disebabkan karena BMT tidak termasuk kepada lembaga formal yang
dijelaskan UU no. 7 tahun 1992 dan UU no. 10 tahun 1998 tentang perbankan
yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
Menurut undang-undang pihak yang berhimpun dan menyalurkan dana
masyarakat adalah bank umum dan BPR, baik dioperasikan dengan cara
konvensional maupun prinsip bagi hasil.
Dalam peraturan per undang-undangan di Indonesia, yang memungkinkan
penerapan sistem operasi bagi hasil adalah perbankan dan koperasi. Saat ini oleh
pembina-pembina BMT yang ada, BMT diarahkan untuk berbadan hukum
koperasi mengingat BMT berkembang dari kelompok swadaya masyarakat.
Selain itu dengan terbentuk koperasi, BMT berkembang ke berbagai sektor usaha
seperti keuangan dan sektor riil.10
BMT dapat didirikan dan dikembangkan dengan suatu proses legalitas hukum
yang bertahap, pertama dapat dimulai sebagai KSM atau LKM dan jika telah
10
Hertanto widodo, Panduan Praktis Operasional BMT, (Bandung : mizan, 19999), h.81.
37
mencapai modal dasar yang telah ditentukan barulah segera menyiapkan diri ke
dalam badan hukum koperasi, KSM atau LKM dengan mendapat sertifikat dari
PINBUK.
Jika mencapai keadaan dimana para anggota dan pengurus telah siap, maka
BMT dapat dikembangkan menjadi badan hukum koperasi. BMT yang telah
memiliki kekayaan Rp. 75.000.000 atau lebih diminta atau diharuskan untuk
mempersiapkan proses administrasi untuk menjadi koperasi yang sehat dan baik
dilihat dari segi pengelolaan koperasi. Dianalisa dari ibadah yang harus
dipertanggungjawabkan kinerjanya tidak saja pada anggota dan masyarakat, tetapi
juga kepada Allah SWT, karena seharusnya BMT berbadan hukum koperasi ini
dikelola secara syariah Islam yang penuh dengan nilai-nilai etika Islam.
Badan hukum BMT yang sesuai dengan kondisi peraturan yang berlaku
adalah koperasi syariah, yaitu sebagai salah satu unit usaha yang dikelola
koperasi. Secara organisatoris BMT dibawah badan hukum koperasi. Dalam hal
ini pengelola BMT bertanggung jawab kepada pengurus koperasi. Sedangkan
pengurus koperasi bertanggung jawab kepada rapat anggota tahunan.11
Adapun lebih singkatnya sebagai brikut :
a. BMT dapat didirikan dalam bentuk KSM atau Koperasi :
KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat Surat
Keterangan dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil)
11
Ahmad Sukamatjaya, “Baitul Maal Wat Tamwil”, 26-28 Desember 2008, (Bogor: yayasan
Al-Amin Dharma Mulia), h.10.
38
b. Koperasi serba usaha atau koperasi syariah
c. Koperasi simpan-pinjam syariah (KSP-S)
d. BMT berazaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta
berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah, kekeluargaan,
kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme). Secara Hukum BMT
berpayung pada koperasi tetapi sistem operasionalnya tidak jauh berbeda
dengan Bank Syariah sehingga produk-produk yang berkembang dalam
BMT seperti apa yang ada di Bank Syariah. Oleh karena berbadan hukum
koperasi, maka BMT harus tunduk pada Undang-Undang Nomor 25 tahun
1992 tentang perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang
pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Juga dipertegas oleh
KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa keuangan syariah.
C. Usaha Kecil dan Menengah
1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah
Pengertian tentang usaha kecil dan menengah (UKM) tidak selalu sama,
tergantung konsep yang digunakan Negara tersebut. Mengenai pengertian atau
definisi usaha kecil dan menengah ternyata sangat bervariasi, disatu Negara
berlainan dengan Negara lainnya. Dalam definisi tersebut mencakup sedikitnya
dua aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga keja dan aspek pengelompokan
perusahaan tersebut (range of the member of employees), misalnya usaha kecil di
39
United Kingdom adalah jumlah karyawannya antara 1-200 orang, di Jepang
antara 1-300 orang, di USA antara 1-500 orang.
Departemen perindustrian RI pada tahun 1983 membagi sektor industri dalam
tiga kelompok.12
Pertama adalah kelompok industri dasar (Basic Industry).
Seperti metal dan kimia. Kedua adalah aneka industri yang menyerap banyak
tenaga kerja dan menggunakan teknologi yang sifatnya tradisioanl atau sederhana.
Ketiga ialah industri yang mempunyai investasi berupa asset tetap (fixed asset)
kurang dari Rp. 70 juta di luar nilai tanah yang dikuasainya.
Dengan berkembangnya perekonomian nasional, pada tahun 1991
Departemen Perindustrian RI melakukan penyesuaian rumusan pengelompokan
industri, yaitu untuk industri kecil dan kerajinan didefinisikan sebagai kelompok
perusahaan yang dimiliki penduduk Indonesia dengan jumlah nilai asset kurang
dari RP. 600 juta diluar nilai tanah dan bangunan yang digunakannya. Sedangkan
Bank Indonesia menentukan batas tertinggi dari investasi, diluar tanah dan
bangunan, sebesar 600 juta bagi pengertian industri kecil.13
2. Karakteristik UKM
INPRES No. 10 Tahun 1999 mendefinisikan usaha kecil menengah adalah
unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta sampai
maksimal 10 miliar (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)
12
Tiktik Sartika Partomo, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2004), h. 51 13
Ibid., h. 54.
40
Adapun kriteria umum UKM dilihat dari cirri-cirinya pada dasarnya bisa
dianggap sama, yaitu sebagai berikut:14
1. Struktur organisasi yang sangat sederhana.
2. Tanpa staf yang berlebihan.
3. Pembagian kerja yang “kendur.”
4. Memiliki hirarki manajerial yang pendek.
5. Aktivitas sedikit formal dan sedikit menggunakan proses perencanaan.
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil
dilihat dari segi memilikinya adalah:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak RP. 200 juta (tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha), atau
b. Memiliki hasil penjualan paling banyak 1 miliar/tahun.
Sedangkan untuk kriteria usaha menengah:
a. Untuk sektor industri memiliki total asset paling banyak Rp. 5 miliar.
b. Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.
600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 miliar.
14
Ibid., h. 72.
41
3. Peran Usaha Kecil dan Menengah dalam Perekonomian Indonesia
Keberadaan usaha kecil di tanah air kita memang mewakili hampir seluruh
unit usaha di berbagai sektor ekonomi yang hidup dalam perekonomian kita, karena
jumlahnya yang amat besar. Sampai saat ini usaha kecil mewakili sekitar 99,85 %
dari jumlah unit usaha yang ada, sedangkan usaha menengah sebesar 0,14% saja,
sehingga usaha besar hanya merupakan 0,01%. Dengan demikian corak
perekonomian kita ditinjau dari subjek hukum pelaku usaha adalah ekonomi rakyat
yang terdiri dari usaha kecil di berbagi sektor, terutama sektor pertanian dan
perdagangan maupun jasa serta industri pengolahan.15
Di masa krisis usaha kecil dan menengah dinilai masih mampu bertahan,
karena fleksibilitasnya dan ketidak tergantungannnya pada pembiayaan melalui kredit
perbankan. Semasa krisis walaupun banyak UKM yang mengalami kesulitan, tetapi
juga masih cukup banyak yang berkembang. Hal ini juga terlihat dari adanya
perbaikan posisi usaha kecil dan menengah dalam struktur pembentukan PDB pada
saat dan setelah krisis dibanding masa sebelum krisis di mana pangsa UKM dalam
pembentukan PDB mengalami peningkatan.
.
15
Perkembangan Usaha Mikro, artikel ini diakses pada tanggal 25 Januari
2011 dari http://sumeleh99.wordpress.com/
42
BAB III
GAMBARAN UMUM BMT AL-MUNAWWARAH
A. Sejarah Singkat dan Latar Belakang BMT Al-Munawwarah
Ide dan inisiatif pendirian BMT Al-Munawwarah bermula dari keprihatinan
bersama beberapa jama’ah dan pengurus Yayasan Al-Munawwarah, ICMI orsat
Pamulang dan beberapa tokoh lingkungan sekitar Pamulang terhadap kondisi
pengusaha mikro yang seringkali kesulitan mengakses permodalan guna
mengembangkan usahanya sehingga mereka mencari alternatif ‘termudah’ dalam
mengakses permodalan yaitu rentenir, walaupun pada kenyataan sebenarnya
ketika mereka meminta bantuan terhadap rentenir tersebut justru itulah awal dari
keterpurukan usaha mereka.
Beberapa pertemuan tokoh digagas guna menindaklanjuti keinginan mulia
tersebut. Tidak lama berselang sejumlah calon pendiri bersedia menyertakan dana
penggerak dalam bentuk SPK (Simpanan Pokok Khusus) sebagai modal awal
operasional BMT. Setelah semua sepakat, maka didirikanlah BMT Al
Munawwarah dengan mengambil bentuk KSM -Kelompok Swadaya Masyarakat
sebagai legalitas dan status hukum awal operasionalnya.
Tepat pada tanggal 26 Mei 1996, BMT Al-Munawwarah yang beralamat di
Komp. Masjid Al-Muhajirin Bukit Pamulang Indah Blok A Pamulang 15417
Tangerang-Selatan Banten, bersama 16 BMT baru lainnya diwilayah Jakarta
Selatan diresmikan operasionalnya oleh ketua PINBUK Jakarta Selatan H. Ali
43
Moeis dan Direktur Bank Muamalat H. Zainul Bahar Noor. Sejak itu BMT Al-
Munawwarah yang didukung oleh para pendiri dari 2 lembaga yaitu Yayasan Al-
Munawwarah dan ICMI orsat Pamulang serta 39 perorangan lainnya mulai
berkiprah dalam komunitas usaha lapisan ‘grass root’ yakni usaha kecil-mikro.1
B. Visi dan Misi BMT Al-Munawwarah
Visi BMT Al-Munawwarah adalah untuk kesejahteraan bersama, yaitu :
Terwujudnya BMT yang terdepan, tangguh dan profesional dalam membangun
ekonomi umat.
Misi BMT Al-Munawwarah adalah sebagai berikut :
a. Memberikan layanan yang prima kepada seluruh anggota, mitra dan
masyarakat luas.
b. Mendorong anggota, mitra dan masyarakat luas dalam kegiatan menabung
dan investasi
c. Menyediakan permodalan dan melakukan pendampingan usaha bagi anggota,
mitra dan masyarakat luas.
d. Memperkuat permodalan sendiri dalam rangka memperluas jaringan serta
menambah produk dan fasilitas jasa layanan
e. Mencapai pertumbuhan dan hasil usaha BMT yang layak serta proporsional
dan berkelanjutan.
1 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
Profil Perusahaan 2010.
44
C. Struktur Organisasi BMT Al-Munawwarah
Struktur organisasi BMT Al-Munawwarah bisa dilihat melalui gambar
3.1 di bawah ini. Dari gambar tersebut terlihat ada pemimpin cabang yang
membawahi kepala bidang operasional, kepala bidang marketing.2
Gambar 3.1
Struktur Organisasi BMT Al-Munawwarah Pamulang
Sumber : BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi
Jasa Keuangan Syariah) Profil Perusahaan 2010.
2 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
Profil Perusahaan 2010.
45
a. Anggota Pendiri dan Pengurus
BMT Al-Munawwarah untuk pertama kalinya didirikan oleh sebanyak 42
anggota yang terdiri dari 3 lembaga dan 39 dari perorangan. Sebagian besar
anggota tersebut telah menyerahkan modal awal sebagai dana penggerak
BMT berupa simpanan pokok sebesar antara Rp.250.000,- s/d Rp.1.000.000,-.
Namun seiring dengan berkembangnya waktu, sesuai kesepakatan anggota
dalam RAT (Rapat Anggota Tahunan), maka batas minimal dan maksimal
simpanan pokok anggota (Pendiri) dirubah menjadi Rp.4 juta sebagai batas
minimal dan Rp. 15 juta sebagai batas maksimal. Dan kesempatan menjadi
anggota BMT akan tetap dibuka dengan ketentuan jumlah setoran simpanan
pokok anggota yang baru tersebut. Sampai tahun 2009, mereka yang tercatat
sebagai anggota BMT Al-Munawwarah sebanyak 51 anggota yang sebagian
besar merupakan masyarakat asli daerah Pamulang (terlampir).
Adapun para pengelola BMT Al-Munawwarah sebagai berikut:
1. Murad (Direktur)
2. Sutanto (Manajer Operasional)
3. Samabiyanto (Manajer Marketing)
4. Rausin (Manajer Cabang 01-Depok)
5. Asep Soufian (Manajer Cabang 02-BSD)
46
Pengurus BMT Al-Munawwarah adalah:
1. Drs. H. Achyar Said Kabasaran (Ketua)
2. H. Sukamdi (Sekretaris)
3. Ir. H. Djoko Prabowo Sastrosatomo (Bendahara)
Pengawas BMT Al-Munawwarah adalah:
1. Drs. Nadarsjah Mahdur, MM., Ak., CPA. (Ketua)
2. HM. Arief Ismail, MH., MHuk. (Anggota)
3. Prof. Dr. H. Gatot Suradji, MM., MSc. (Anggota)
Dewan Pengawas Syariah:
1. Dr. Hj. Euis Amalia, M.Ag (Ketua)
2. Dr. H. Ali Rahmat, LC, MSc (Anggota)
3. KH. Bahruddin (Anggota)
b. Legalitas dan Badan Hukum
1. Status Hukum : Koperasi Syariah
2. Nomor Akta : No.518/26/BH/Dis KUK
3. Nomor Domisili : No.517/42-Kel.PT/2010
4. Nomor NPWP : No.02.289.745.8-411.000
5. Nomor TDP : No.30.08.2.65.00016
6. Nomor SIUP : No.503/000677-BP2T/30-08/PK/VII/2010
47
c. Budaya Kerja
Budaya Kerja BMT Al Munawwarah didasarkan pada keyakinan inti yaitu
keyakinan dan semangat individu-individu BMT dalam upaya mencapai visi
dan menjalankan misi BMT, sedangkan NILAI DASAR yaitu nilai-nilai yang
dimiliki oleh BMT yang menjadi kebanggaan dan selalu dijaga untuk
mengawal segala keputusan yang telah, sedang dan akan diambil.
Adapun keyakinan inti Al-Munawwarah terangkum dalam kata 'ILAHI' :3
1. ISLAH
Kami yakin bahwa keunggulan diperoleh dengan cara perbaikan dan
inovasi terus menerus
2. LILLAH
Kami yakin bahwa semua aktivitas kerja harus dilandasi semata-mata
karena Allah SWT
3. AMANAH
Kami yakin bahwa semua pekerjaan harus dilakukan dengan penuh
kejujuran, dedikasi dan tanggungjawab
4. HISAB
Kami yakin bahwa kita harus selalu melakukan intropeksi (muhasabah)
atas segala kekurangan dan kesalahan
5. IBADAH
3 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
Profil Perusahaan 2010
48
Kami yakin bahwa semua aktivitas dan kegiatan kerja yang dilakukan
akan bernilai ibadah di mata Allah SWT
Sedangkan NILAI DASAR BMT Al Munawwarah terangkum dalam
kata 'MANTAP' :
1. MANFAAT
Berusaha mengkreasi produk dan layanan BMT yang multi-manfaat untuk
semua pihak
2. ANTUSIAS
Berusaha melayani semua pihak dengan antusias, kesungguhan, dan
tanggungjawab
3. NYAMAN
Berusaha membuat situasi dan kondisi kerja dan pelayanan yang nyaman
4. TRANPARAN : Berusaha mencitrakan BMT yang transparan, acountable
dan dapat dipercaya
5. ADIL
Berusaha adil dan seimbang dalam memperoleh dan berbagi keuntungan
financial
6. PATUH
Berusaha mematuhi dan mentaati regulasi, aturan-aturan dan undang-
undang yang berlaku untuk BMT
49
D. Produk-produk dan Jasa BMT Al-Munawwarah
Baitul-Maal merupakan bagian dari kegiatan CSR (sosial) nya BMT Al-
Munawwarah yang meliputi: 4
a. Penghimpunan Dana, terdiri dari:
1. Zakat
2. Infaq
3. Shodaqoh
4. Wakaf
b. Penyaluran Dana, terdiri dari :
1. Bea-Pendidikan
2. Sumbangan Kemanusiaan
3. Sumbangan Lembaga Keagamaan
4. Sosial Keagamaan
Produk dan layanan diperuntukan bagi nasabah yang mengutamakan prinsip
syariah disertai kenyamanan, keamanan, keleluasaan dan kemudahan
bertransaksi. Berbagai produk BMT Al Munawwarah adalah :
a. Penghimpunan Dana
b. Penanaman Dana
c. Jasa Layanan
1. Penghimpunan Dana (Funding)
4 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
Brosur Produk, Profil Perusahaan 2010
50
a. Simpanan INSANI (Investasi Syariah Non-Ribawi).
INSANI merupakan tabungan berbagi hasil dengan memberikan
keleluasaan berinvestasi dengan transaksi yang mudah, cepat, aman dan
insyaAllah menguntungkan. Dengan prinsip mudharabah Al-Mutlaqah,
simpanan anda diperlakukan sebagai investasi dengan memberi kebebasan
penuh pada BMT untuk mengelola dana dalam bentuk pembiayaan yang
sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan investasi akan dibagihasilkan
antara Anda dan BMT sesuai dengan nisbah yang disepakati sebelumnya.
BMT telah mengemas tabungan INSANI dalam beberapa bentuk yaitu: 5
1) SIMAPAN (Simpanan Amanah untuk Masa Depan)
2) SAHAJA (Simpanan Haji Al Munawwarah)
3) TAFAQUR (Tabungan Fasilitas Qurban)
4) SAPITRI (Simpanan Pendidikan untuk Puter-Puteri)
5) TAFADDAL (Simpanan Fasilitas Debet Al Munawwarah)
6) SAHARA (Simpanan Hari Raya)
7) TAZKIAH (Tabungan Zakat-Infaq-Shadaqah)
b. Deposito BERKAH (Berjangka Mudharabah)
Deposito bekah merupakan investasi dengan nisbah bagi hasil kompetitif
dalam jumlah dan jangka waktu tertentu. Dengan prinsip Mudharabah
Muthlaqah dimana debitur memberi kebebasan penuh kepada BMT untuk
5 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
Brosur Produk, Profil Perusahaan 2010
51
mengelola dana sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan dari pengelolaan
dana tersebut akan dibagihasilkan sesuai dengan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya. Adapun manfaat dan kelebihan dari deposito ini adalah:
1) Bagi hasil keuntungan atas pengelolaan dana debitur
2) Jangka waktu yang fleksibel yaitu 2, 3, 6, 9 dan 12 bulan sesuai rencana
debitur.
3) Dapat dijadikan jaminan pembiayaan
4) Hasil investasi debitur dapat diambil secara tunai, otomatis dikreditkan ke
rekening tabungan atau ditambahkan ke pokok deposito, sesuai dengan
keinginan debitur.
c. Pembiayaan/Pinjaman dari Pihak Lain
Adalah kewajiban BMT kepada pihak lain dalam bentuk hutang
pembiayaan atau investasi dengan jangka waktu tertentu. Investor akan
mendapatkan bagi-hasil sesuai kesepakatan nisbah yang dimusyawarahkan
diawal.
d. Penanaman/Penyertaan Modal
Penyertaan modal adalah penyertaan yang bertujuan investasi untuk
memupuk penguatan modal BMT. Untuk tahap awal produk ini ditawarkan
bagi pendiri BMT yang berminat. Penyerta modal akan mendapatkan imbalan
berupa deviden tahunan yang ditentukan oleh RAT-BMT
52
2. Penanaman Dana (Financing)
a. Sistem Bagi-Hasil (Mudharabah dan Musyarakah)
1. Pembiayaan Mudharabah :6
Pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan
bersama, disalurkan untuk berbagai jenis usaha halal seperti industri rumah
tangga, perdagangan, jasa dan pertanian.
2. Musyarakah :
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, diperuntukan bagi mitra yang telah
memiliki usaha produktif halal dan bermaksud untuk menambah modal
usahanya. BMT menempatkan porsi penyertaan/sharing dana terhadap usaha
mitra.
b. Sistem Jual-Beli (Murabahah)
1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli barang dengan keuntungan/margin yang
disepakati
2. Pembayaran dapat diangsur sesuai kesepakatan bersama
3. Diperuntukan bagi Anda yang memerlukan asset berupa barang dan tidak
ingin melunasi sekaligus (angsuran dicicil)
c. Sistem Jasa (Ijarah Multijasa, Hiwalah, Pembiayaan Pembayaran Rek.Telepon)
Pembiayaan atas dasar prinsip jasa, disalurkan untuk berbagai jenis kebutuhan
yang benar-benar halal:
6 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
Profil Perusahaan 2010
53
1. Ijaroh Multijasa : Untuk pembayaran biaya pendidikan,pengobatan,sewa
tempat dan lain-lain
2. Hiwalah : Untuk anjak hutang-piutang, dan
3. Pembiayaan Tagihan Rekening Rekening Telepon
d. Sistem Pinjaman (Alqard)
Al-Qard adalah penyediaan dana pinjaman berdasarkan kesepakatan antara
BMT dan Mitra peminjam yang mewajibkan mitra peminjam melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. Dalam sistem ini mitra peminjam
diperkenankan memberi imbalan kepada BMT tanpa dipersyaratkan sebelumnya
oleh BMT.
3. Jasa Layanan dan Perdagangan
a. Transaksi ONLINE, meliputi :
1. Pembayaran Listrik PLN
2. Pembayaran Telpon TELKOM
3. Pembayaran Air PAM-TPJ
4. Pembayaran Angsuran Kredit Motor FIF
5. Pembayaran Tagihan Kartu Kredir CitiBank
6. Pembayaran Tagihan Ponsel PASCA-BAYAR
7. Transfer Antar BANK
8. Pembelian Isi Ulang PULSA
54
b. Unit Usaha GAS & AIR MINERAL
UU-GAM merupakan usaha perdagangan retail yang menyediakan kebutuhan
rumah tangga berupa gas elpiji dan air minum mineral baik yang galonan maupun
kemasan.
Adapun jasa layanan unggulan adalah:
1. Fasilitas mikro CARD BMT yang berpungsi sebagai :
a. Kartu Penarikan tabungan nasabah BMT melalui ATM bersama,
BSM, Mandiri, Prima BCA dan Bankcard Malaysia.
b. Kartu Belanja diseluruh super/hyper mart melalui jaringan EDC BSM,
Mandiri dan prima BCA
c. Fasilitas Transfer ke seluruh bank jaringan ATM bersama dan Prima
BCA
d. Fasilitas Pembayaran tagihan listrik, telepon dan seluler
2. Jasa Layanan transaksi ONLINE BMT meliputi :
a. Pembayaran tagihan PLN, TELKOM, PAM, Seluler Pasca- Bayar,
Kartu Kredit, Angsuran Motor.
b. Transfer Bank
c. Pembelian Pulsa Isi Ulang
55
E. Pola dan Alur Proses Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah pada
BMT Al-Munawwarah
Adapun pola dan alur proses Pemberian Pembiayaan calon mitra pada BMT
Al-Munawwarah sebagai berikut:7
1. Pembiayaan/Pinjaman dari Pihak Lain
Adalah kewajiban BMT kepada pihak lain dalam bentuk hutang
pembiayaan atau investasi dengan jangka waktu tertentu. Investor akan
mendapatkan bagi-hasil sesuai kesepakatan nisbah yang dimusyawarahkan
diawal. BMT menerima pembiayaan dari pihak lain dalam bentuk akad
mudharabah mutlaqah maupun muqayyadah
2. Penanaman/Penyertaan Modal
Penyertaan modal adalah penyertaan yang bertujuan investasi untuk
memupuk penguatan modal BMT. Untuk tahap awal produk ini ditawarkan
bagi pendiri BMT yang berminat. Penyerta modal akan mendapatkan imbalan
berupa deviden tahunan yang ditentukan oleh RAT-BMT
3. Penanaman Dana (Financing)
Sistem Bagi-Hasil (Mudharabah dan Musyarakah)
a. Pembiayaan Mudharabah :
Pembiayaan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kesepakatan
bersama, disalurkan untuk berbagai jenis usaha halal seperti industri
7 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
Profil Perusahaan 2010
56
rumah tangga, perdagangan, jasa dan pertanian. Dalam pembiayaan
mudharabah tidak ada porsi penyertaan/sharing dana dari mitra, total dana
pembiayaan total dari BMT.
b. Musyarakah :
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, diperuntukan bagi mitra yang
telah memiliki usaha produktif halal dan bermaksud untuk menambah
modal usahanya. BMT menempatkan porsi penyertaan/sharing dana
terhadap usaha Mitra.
4. Sistem Jual-Beli (Murabahah)
a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli barang dengan keuntungan/margin
yang disepakati
b. Pembayaran dapat diangsur sesuai kesepakatan bersama
c. Diperuntukan bagi yang memerlukan asset berupa barang dan tidak ingin
melunasi sekaligus (angsuran dicicil)
5. Sistem Jasa (ijarah multijasa, hiwalah, pembiayaan pembayaran Rek.Telepon)
pembiayaan atas dasar prinsip jasa, disalurkn untuk berbagai jenis kebutuhan
yang benar-benar halal:
a. Ijarah Multijasa : untuk pembayaran biaya pendidikan, pengobatan, sewa
tempat dan lain-lain
b. Hiwalah : untuk anjak hutang-piutang, dan
c. Pembiayaan Tagihan Rekening Telepon.
57
6. Sistem Pinjaman Al-Qard
Al-Qard adalah penyediaan dana pinjaman berdasarkan kesepakatan
antara BMT dan mitra peminjam yang mewajibkan mitra peminjam melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai perjanjian. Dalam sistem ini
mitra peminjam diperkenankan memberi imbalan kepada BMT tanpa
dipersyaratkan sebelumnya oleh BMT.
Alur proses pemberian pembiayaan calon mitra pada BMT Al-Munawwarah
sebagai adalah:
Hari Pertama, calon mitra bertemu dengan marketing atau marketing datang
langsung ketempat usaha calon mitra untuk menawarkan pembiayaan. Biasanya
hari itu juga marketing tersebut melakukan survey ketempat usaha dan rumah
mitra, namun bisa juga keesokan harinya bila yang bersangkutan sudah ada janji
dengan calon mitra lain.
Hari Kedua, Survey BMT dirumah, dan ditempat usaha mitra. Pada saat itu
umumnya marketing menanyakan segala seluk beluk usaha mitra agar ia paham
akan bisnisnya. Kecepatan persetujuan pembiayaan tergantung pula atas
keyakinan marketing apakah bisnis mitra prospektif dan menguntungkan.
Biasanya petugas juga akan mengambil foto usaha dan jaminan bank yang mitra
akan berikan.
Sepulang dari tempat calon nasabah, marketing membuat report kunjungan
dan menyerahkan report tersebut kepada petugas analis pembiayaan disertai surat
58
permohonan kredit, copy dokumen usaha. Selanjutnya analis akan memeriksa
dokumen-dokumen apakah sudah sesuai dan membuat nota analisa. Segala hal
yang dia tidak paham, akan ditanyakan kembali kepada marketing. Apabila
dokumen telah lengkap dan analis yakin akan usaha calon nasabah, selanjutnya
disampaikan kepada komite untuk disidangkan apakah layak diberikan atau
tidak.8
Hari Ketiga, kepala cabang, manager pembiayaan, analis administrasi
pembiayaan dan marketing melakukan komite pembiayaan. Disini pembiayaan
mitra dibahas habis, tentunya tidak jauh-jauh dari hal 5 C. Marketing akan
membela dan mempertahankan argumennya agar pembiayaan disetujui. Apabila
hasil komite pembiayaan disetujui, selanjutnya analis administrasi pembiayaan
akan membuat surat persetujuan kredit yang ditandatangani kepala cabang,
selanjutnya marketing akan menyampaikan surat tersebut kepada mitra.
Hari Keempat dan Lima, apabila disetujui dan mitra sanggup memenuhi
syarat-syarat yang ada pada surat persetujuan pembiayaan maka akan segera
diadakan pengikatan pembiayaan. Biasanya mitra akan dihubungi oleh petugas
BMT.
8 Hasil wawancara peneliti kepada Sutanto Samidjan, Operation Manager BMT Al-
Munawwaroh, pada hari kamis tanggal 27 Januari 2011
59
Gambar 3.1
Alur Proses Pembiayaan BMT Al-Munawwarah
Sumber: BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan
Syariah)
MARKETING
KELENGKAPAN
DOKUMEN
SURVEY
REALISASI
YA (disetujui) 1
MITRA
ANALISA
YA (disetujui) 2
60
F. Prosedur dan Persyaratan untuk Mengajukan Pembiayaan pada BMT Al-
Munawwarah Pamulang
Layanan pembiayaan diberikan kepada anggota yang sudah menjadi anggota
dengan prosedur dan syarat sebagai berikut: 9
a. Telah menjadi anggota minimal 3 (tiga) bulan
b. Usaha berdomisili di sekitar kawasan Pamulang
c. Memenuhi kewajiban sebagai anggota. Antara lain ialah:
1) Membayar simpanan wajib sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
dalam anggaran rumah tangga atau diputuskan dalam rapat anggota.
2) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha BMT
3) Menaati ketentuan anggaran dasar, anggaran rumah tangga, keputusan
rapat anggota dan ketentuan lainnya yang yang berlaku dalam BMT
4) Memelihara serta menjaga nama baik dan kebersamaan dalam BMT
Disamping itu pula, BMT Al-Munawwarah mempunyai persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon peminjam sebagai bahan
pertimbangan untuk mendapatkan pembiayaan. Tetapi sebelum nasabah
memenuhi syarat-syarat pembiayaan, nasabah harus mengisi form permohonan
9 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
Profil Perusahaan 2010
61
pembiayaan terlebih dahulu. Setelah itu, barulah calon peminjam memenuhi
persyaratan-persyaratan seperti dibawah ini, anatra lain:10
a. Sudah bergabung di BMT minimal 3 bulan
b. Usahanya telah berjalan minimal 6 bulan
c. Foto copy KTP
d. Foto copy Kartu Keluarga
e. Domisili sekitar Pamulang
f. Memiliki tabungan minimal 10% dari plafon yang diajukan.
Tapi, sebelum pihak BMT Al-Munawwarah memberikan pembiayaan, pihak
BMT akan menganalisa terlebih dahulu terhadap calon nasabahnya, agar nantinya
tidak terjadi kredit macet dan pengembalian pembiayaan tersebut lancar dan
usaha nasabah berkembang.
Sebagaimana analisa perbankan, BMT Al-Munawwarah juga memberikan
analisa 5C kepada calon peminjam. Namun karena pihak BMT Al-Munawwarah
menggunakan sistem bagi hasil maka lebih tertumpu pada analisa kelayakan
usaha. Analisa tersebut adalah:
a. Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon peminjam
dengan tujuan untuk menganalisa kejujuran calon peminjam. Dalam hal
ini pihak BMT Al-Munawwarah melakukan proses investigasi terhadap
10
Hasil wawancara peneliti kepada Sutanto Samidjan, Operation Manager BMT Al-
Munawwaroh, pada hari kamis tanggal 27 Januari 2011
62
tetangga, saudaranya, atau orang-orang yang terdekat dengan si peminjam.
Dan BMT Al-Munawwarah juga lebih memprioritaskan bagi laki-laki
yang tidak merokok, mereka ini mempunyai nilai lebih di mata BMT.
Maka bagi laki-laki yang merokok tidak terlalu di prioritaskan.
b. Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan calon peminjam
untuk melakukan pembayaran. Dalam hal ini BMT Al-Munawwarah
memberi syarat kepada calom peminjam bahwa usahanya minimal sudah
berjalan 6 bulan, dan juga mereka harus berpotensi untuk
mengembangkan usahanya. BMT Al-Munawwarah lebih prioritaskan bagi
mereka yang berpendidikan, karena biasanya orang-orang yang seperti itu
lebih kreatif dan mempunyai konsep dalam membuka usaha.
c. Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon
peminjam. Dalam hal ini BMT Al-Munawwarah melihat modal dari dua
sisi, selain dari segi materi juga dari segi amanah, artinya sejauh mana
calon peminjam dalam memegang amanah yang di berikan pihak BMT
untuk mengembangkan usaha.
63
d. Condition
Yaitu BMT dalam penyaluran pembiayaan tersebut melihat kondisi
ekonomi suatu Negara dan lokasi kegiatan usaha dan secara spesifik
mengkaitkannya dengan calon peminjam.
e. Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki oleh calon peminjam.
Dalam hal jaminan, BMT Al-Munawwarah mensyaratkan jaminan sesuai
besar kecilnya jumlah pinjaman. Jika jumlah pinjaman Rp. 1.000.000 ke
bawah jaminannya Ijazah SMA, sedangkan jika jumlah pinjaman Rp.
1.000.000 ke atas minimal jaminan berupa BPKB.
f. Analisa kelayakan usaha
Yaitu penilaian terhadap kelayakan usaha calon peminjam. Kegiatan
analisa kelayakan usaha pada BMT Al-Munawwarah ini dilakukan
berdasarkan informasi yang didapat dari analisa di lapangan yang
dilakukan oleh pihak BMT terhadap kegiatan usaha calon peminjam.
G. Reputasi
1. BANK MANDIRI. Pada tahun 2004 BMT Al-Munawwarah menjadi
pemenang penghargaan Mandiri Viesta yang di adakan oleh Bank Mandiri.
2. DINAS KOPERASI TANGERANG. BMT A-Munawwarah juga
mendapatkan predikat koperasi berprestasi pada tahun 2007
64
3. TVRI – KEMENEGPORA. Pada tahun 2008 TVRI menyelenggarakan acara
talk show dan salah satu narasumber acara FORMULA (Forum Pemuda dan
Olahraga) adalah dari BMT A-Munawwarah.
4. KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI & UKM RI, Deputi Bidang
Kelembagaan Kop.& UKM Kementrian Negara Koperasi juga memberikan
Peringkat Koperasi ‘CUKUP BERKUALITAS’ dengan SKOR NILAI: 326,
kepada BMT Al-Munawwarah pada tahun 2009.
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Strategi yang Dilakukan oleh BMT Al-Munawwarah dalam
Mengembangkan dan Meningkatkan Pembiayaan UKM di Pamulang
Adapun strategi yang digunakan oleh BMT Al-Munawwarah dalam
mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan usaha kecil dan menengah
adalah sebagai berikut:
a. Datang langsung ketempat calon nasabah
Adalah salah satu strategi BMT Al-Munawwarah untuk mendapatkan
nasabah dan membantu para pelaku UKM (Usaha Kecil dan Menengah) yang
memang membutuhkan pembiayaan untuk mengembangkan dan
meningkatkan produktivitas usahanya artinya yaitu dengan mendatatangi satu-
persatu para pedagang atau pelaku usaha kecil dan menengah tersebut dan
menawarkan produk-produk BMT Al-Munawwarah khususnya produk
pembiayaan.
Adapun langkah-langkah dalam strategi ini antara lain:
Pertama, marketing mempersiapkan keperluan-keperluan yang
dibutuhkan yaitu;
66
a. Brosur
Merupakan hal yang sangat penting karena brosur ini merupakan
senjata marketing untuk memberikan informasi kepada calon nasabah
yang akan didatanginya, dengan brosur ini maka si calon nasabah
dapat mengetahui bahwa benar adanya bahwa orang yang menawarkan
pembiayaan kepadanya adalah marketing BMT Al-Munawwarah,
kemudian calon nasabah juga dapat mengetahui produk apa yang
ditawarkan kepada mereka.
b. Alat tulis
Alat-alat tulis seperti ballpoint buku catatan dan lain-lain, yang
gunanya untuk mencatat alamat, nomor telpon calon nasabah,
mencatat alamat calon nasabah, yang kemudian hari akan di hubungi
kembali untuk menanyakan berminat atau tidaknya calon nasabah
dalam mengajukan pembiayaan.
Kedua, marketing mempersiapkan tujuan atau daerah mana yang akan di
kunjungi, dalam hal ini para marketing biasanya telah membuat jadwal setiap
hari kemana mereka akan menawarkan produk pembiayaan, agar dalam
kunjungan mereka tidak terjadi kekeliruan dengan marketing yang lainnya.
Ketiga, ketika mereka marketing dijalan mereka mengamati dari setiap
pedagang/pengusaha yang akan di datanginya. Artinya marketing langsung
menganalisis apakah pedagang yang akan ditawarkannya memiliki prospek
67
yang bagus dimasa depannya atau tidak. Jika mereka yakin dengan usaha
yang dimiliki oleh calon nasabah maka mereka pun menawarkan produk
pembiayaan untuk pengembangan usaha si calon nasabah, dari informasi yang
diberikan oleh marketing haruslah jelas penyampaiannya kepada calon
nasabah dan disana diharapkan calon nasabah tertarik dengan presentasi dan
penjelasan marketing, dalam hal ini kemampuan berkomunikasi sangatlah
penting untuk meyakinkan calon nasabah untuk mengajukan pembiayaan di
BMT Al-Munawwarah.
Keempat, setelah dua hari biasanya marketing mem-follow up calon
nasabah, baik menghubunginya lewat telepon atau bahkan dating kembali
untuk menanyakan calon nasabah tersebut setuju atau tidak untuk mengajukan
pembiayaan di BMT Al-Munawwarah, jika calon nasabah setuju dan telah
menentukan bagi hasil dengan BMT Al-Munawwarah biasanya nasabah telah
menyiapkan beberapa data untuk di ajukan kepada BMT Al-Munawwarah
untuk di rapatkan layak atau tidaknya calon nasabah ini mendapatkan
pembiayaan, tentunya dengan berbagai pertimbangan dan kesepakatan
bersama. Adapun hasil keputusan rapat di beritahukan kepada calon nasabah,
baik disetujui maupun tidak agar calon nasabah mengerti, jika di terima maka
marketing akan mendatangi calon nasabah hal-hal yang harus dipersiapkan
untuk keprluan administrasi.
68
Strategi ini digunakan untuk memberikan informasi sekaligus sebagai
promosi BMT Al-Munawwarah kepada masyarakat di daerah Pamulang
khususnya di Bukit Pamulang Indah dimana keberadaan BMT Al-
Munawwarah, dan juga untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
setempat.1
b. Rekomendasi mitra lama
Yaitu dengan cara melihat data-data mitra yang memang sudah dikenal
lebih dahulu atau melalui mitra ke mitra yang lain dan saling memberi
informasi jika ada mitra yang lain membutuhkan pembiayaan untuk
pengembangan usaha mereka. Biasanya cara ini sering digunakan karena
untuk mendapatkan nasabah kemungkinannya cukup besar dengan saling
mengenal terlebih dahulu, kemudian marketing menghubungi atau langsung
mendatangi tempat usaha ataupun juga bisa langsung dating kerumah calon
nasabah ini tentunya dengan persetujuan atas kemauan calon nasabah.
c. Jenis usaha yang dibiayai
Strategi ini di gunakan untuk menyaring jenis usaha apa saja yang boleh
dibiayai oleh BMT Al-Munawwarah, tentunya berdasarkan syariat Islam.
Adapun beberapa kriterianya yaitu:
1 Hasil wawancara peneliti kepada Sutanto Samidjan, Operation Manager BMT Al-
Munawwaroh, pada hari kamis tanggal 27 Januari 2011
69
1. Perdagangan yang halal
Pengertian perdagangan dalam kamus wikipedia dapat didefinisikan
sebagai kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya. Pada masa
awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter yaitu
menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan
dengan penukaran uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang. Pembeli
akan menukar barang atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan
penjual. Aktivitas perdagangan ini merupakan kegiatan utama dalam sistem
ekonomi yang diterjemahkan sebagai sistem aktivitas manusia yang
berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang
dan jasa.2
Dalam pandangan Islam perdangan merupakan aspek kehidupan yang
dikelompokkan kedalam masalah muamalah, yakni masalah yang berkenaan
dengan hubungan yang bersifat horizontal dalam kehidupan manusia.
Meskipun demikian, sektor ini mendapatkan penekanan khusus dalam
ekonomi Islam, karena keterkaitannya secara langsung dengan sektor riil.
Sistem ekonomi Islam memang lebih mengutamakan sektor riil dibandingkan
dengan sektor moneter, dan transaksi jual beli memastikan keterkaitan kedua
sektor yang dimaksud.
2 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
Profil Perusahaan 2010
70
Dalam Islam kegiatan perdagangan itu haruslah mengikuti kaidah-kaidah
dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Aktivitas perdagangan
yang dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang digariskan oleh
agama mempunyai nilai ibadah. Dengan demikian, selain mendapatkan
keuntungan-keuntungan materil guna memenuhi kebutuhan ekonomi,
seseorang tersebut sekaligus dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.3
Usaha perdagangan yang didalamnya terkandung tujuan-tujuan yang
eskatologis seperti ini dengan sendirinya mempunyai watak-watak khusus
yang bersumber dari tata nilai samawi. Watak-watak yang khusus itulah
merupakan ciri-ciri dari perdagangan yang Islami sifatnya, dan ini tentu saja
merupakan pembeda dengan pola-pola perdagangan lainnya yang tidak
Islami.
Watak ini menjadi karakteristik dasar yang menjadi titik utama pembeda
antara kegiatan perdagangan Islam dengan perdagangan lainnya, yaitu
perdagangan yang dilakukan atas dasar prinsip kejujuran, yang didasarkan
pada sistem nilai yang bersumber dari agama Islam, dan karenanya
didalamnya tidak dikenal apa yang disebut zero sum game, dalam pengertian
keuntungan seseorang diperoleh atas kerugian orang lain. Dengan kejujuran
dan aspek spiritual yang senantiasa melekat pada praktek-praktek
pelaksanaannya, usaha perdagangan yang terjadi akan mendatangkan
keuntungan kepada semua pihak yang terlibat. Perdagangan yang dilakukan
3 Masyhuri, et all., Penelitian Sistem Perdagangan Dalam Islam, Abstrak, LIPI
71
dengan cara yang tidak jujur, mengandung unsur penipuan (gharar), yang
karena itu ada pihak yang dirugikan, dan praktek-praktek lain sejenis jelas
merupakan hal-hal yang dilarang dalam Islam.4
Tentang perdagangan di dalam Al-Quran dengan jelas disebutkan bahwa
perdagangan atau perniagaan merupakan jalan yang diperintahkan oleh Allah
SWT untuk menghindarkan manusia dari jalan yang bathil dalam pertukaran
seuatu yang menjadi milik di antara sesama manusia. Seperti yang tercantum
dalam Q.S. Surat An-Nisa, ayat 29.
Yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu, dan
janganlah membunuh dirimu, sesungguhnya Allah saying kepadamu. (QS.
An-Nisa ayat 29)
Telah jelas bahwa Allah SWT sangat melarang untuk mendapatkan harta
dengan jalan yang bathil, yaitu dengan hal-hal yang penuh dengan ketidak
jelasan dan penipuan kemudian Allah SWT menganjurkan untuk melakukan
4 Syekh Muhammad Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, Bab IV point 4.2,
bagian Muamalah Alih bahasa: H. Mu'ammal Hamidy,: ( PT. Bina Ilmu, 1993)
72
perniagaan untuk mendapatkan harta tersebut karena dengan perniagaan yang
halal dan sesuai dengan syariat Islam tidak ada pihak yang terdzalimi antara
penjual maupun pembeli.
2. Perdagangan yang produktif dan menguntungkan
Berasal dari bahasa Inggris “product” yg berarti hasil, produktif berarti
menghasilkan kemudian diadopsikan kedalam bahasa Indonesia yaitu
produktif yang berarti kemauan untuk menghasilkan sesuatu atau banyak
mendatangkan hasil. Produktif dapat juga diartikan degan menghasilkan atau
berkarya.5 Usaha yang produktif adalah usaha yang selalu menghasilkan
produk-produk yang secara terus-menerus dan bahkan selalu meningkat
disetiap perjalanan usahanya dan menghasilkan nilai lebih, usaha yang
produktif akan memberikan pendapatan yang sangat baik dalam hal ini usaha
kecil dan menengah adalah termasuk usaha yang sangat produktif dan
memiliki prospek yang bagus dalam kegiatan dunia perekonomian. Oleh
karena itu marketing disini sangat berperan penting dalam menganalisa
apakah calon nasabah yang ditawarkannya ini mempunyai prospek yang
bagus kedepannya, jangan sampai terjadi kredit macet akibat marketing salah
dalam menganalisa calon nasabahnya, selain itu marketing pun memberikan
5 BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah)
Profil Perusahaan 2010
73
saran-saran yang dapat membantu perkembangan nasabahnya agar tetap
produktif dan menguntungkan.
d. Promosi
Dalam melakukan promosi BMT Al-Munawwarah mengandalkan beberapa
jenis promosi, di antaranya:
1. Brosur
yaitu dengan menyebarkan atau memberikan brosur-brosur kepada para
pedagang disekitar daerah pamulang, yang mana fungsinya untuk memberikan
informasi kepada masyarakat tentang produk pembiayaan dan untuk
menjaring nasabah lebih banyak lagi dan memperluas cakupan.
2. Media lainnya
Promosi dilakukan bukan hanya dilakukan dengan cara manual seperti
memberikan brosur kepada masyarakat, akan tetapi BMT Al-Munawwarah
juga menggunakan media lain seperti, surat kabar, internet, stasiun radio,
banner dan lain-lain, yang mana di zaman yang semakin canggih ini BMT Al-
Munawwarah terus mengembangkan penyediaan informasi melalui teknologi
canggih sesuai kebutuhan masyarakat yang kian canggih dan praktis.
Dari keempat strategi yang digunakan oleh BMT Al-Munawwarah tersebut di
atas adalah saling keterkaitan satu dengan yang lainnya, yang mana saling
melengkapi. Dari mulai mendatangi langsung calon nasabah, rekomendasi mitra
lama, jenis usaha yang dibiayai, promosi. Semua strategi yang digunakan sangat
74
efektif dalam menjaring calon nasabah serta menyaingi dan memusnahkan para
rentenir yang kian merajalela, menjebak para pengusaha dan pedagang dengan janji
dan kata-kata manis mereka padahal para rentenir ini hanyalah memikirkan
keuntungan semata tanpa memikirkan kemajuan pedagang itu sendiri.
B. Perkembangan Pembiayaan BMT Al-Munawwarah Terhadap Pembiayaan
Usaha Kecil dan Menengah di daerah Pamulang
75
Perkembangan BMT Al-Munawwarah dalam mengembangkan dan
meningkatkan pembiayaan usaha kecil dan menengah dapat dilihat dari gambar
grafik berikut dibawah ini:
Gambar 4.2
Tingkat Hasil Investasi Yang Diperoleh
Anggota dan Mitra BMT Tahun 2005-2009 (% pa)
35 31% 31%
30
25 23% 18%
20 17%
15 12% 12% 11% 9%
10 8% 7% 7% 6% 5%
5
- -
2005 2006 2007 2008 2009
Deviden Anggota Bagi Hasil Tabungan Bagi Hasil Deposito
Sumber: BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan
Syariah)
Tingkat hasil investasi yang diperoleh BMT Al-Munawwarah pada tahun
2005 deviden anggota menunjukan angka 31% dan bagi hasil tabungan sebesar 8%
dan bagi hasil deposito masih menunjukan nihil. Sedangkan di tahun 2006 memiliki
kesamaan yaitu bertahan di angka 31% pada deviden anggota sedangkan bagi hasil
76
tabungan mengalami penurunan yaitu di angka 7% turun 1%, dan bagi hasil
melonjak dari nihil menjadi 12%. Di tahun 2007 mengalami penurunan di deviden
anggota yaitu 8% yang di tahun 2005 dan 2006 31% menjadi 23%, sedangkan di
tahun 2008 deviden anggota kembali mengalami penurunan sebesar 5% dari 23%
menjadi 18%, dan bagi hasil tabungan menurun 1% dari 7% di tahun 2007 menjadi
6% di tahun 2008, begitu juga terjadi penurunan pada bagi hasil deposito yaitu 1%
yang di tahun 2006 dan 2007 12% menjadi 11%. Di tahun 2009 kembali mengalami
penurunan pada deviden anggota sebesar 1% dari 18% di tahun 2008 menjadi 17% di
tahun 2009.
Ikhtisar Kinerja Keuangan Tahun 2005 – 2009
Tabel 4.1
PERTUMBUHAN ASSET (Jutaan Rp)
Tabel pertumbuhan asset diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan di
setiap tahunnya, peningkatan di tahun pertama yaitu sebesar 495 yang semula di
tahun 2005 sebesar 1295 menjadi 1790 di tahun 2006, peningkatan kedua sebesar 612
di tahun 2007 menjadi 2402, peningkatan yang ketiga sebesar 846 di tahun 2008
menjadi 3248, dan peningkatan di tahun 2009 yaitu sebesar 1864. Pertumbuhan asset
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dan peningkatannya sangat signifikan.
2005 2006 2007 2008 2009
1.295 1.790 2.402 3.248 5.112
77
Tabel 4.2
PERTUMBUHAN O/S FUNDING (Jutaan Rp)
2005 2006 2007 2008 2009
1.034 1.501 2.039 2.833 4.606
Tabel Pertumbuhan O/S Funding menunjukkan adanya peningkatan di setiap
tahunnya peningkatan di tahun pertama yaitu sebesar 467 yang semula di tahun 2005
sebesar 1034 menjadi 1501 di tahun 2006, peningkatan kedua sebesar 538 di tahun
2007 menjadi 2039, peningkatan yang ketiga sebesar 794 di tahun 2008 menjadi
2833, dan peningkatan di tahun 2009 yaitu sebesar 1773. Pertumbuhan O/S Funding
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dan peningkatannya sangat signifikan
pula.
Tabel 4.3
PERTUMBUHAN O/S FINANCING (Jutaan Rp)
78
2005 2006 2007 2008 2009
929 1.243 1.538 2.263 3.513
Tabel Pertumbuhan O/S Financing pun menunjukkan adanya peningkatan di
setiap tahunnya peningkatan di tahun pertama yaitu sebesar 314 yang semula di tahun
2005 sebesar 929 menjadi 1243 di tahun 2006, peningkatan kedua sebesar 295 di
tahun 2007 menjadi 1538, peningkatan yang ketiga sebesar 725 di tahun 2008
menjadi 2263, dan peningkatan di tahun 2009 yaitu sebesar 1250 menjadi 3513.
Pertumbuhan O/S Financing dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dan
peningkatannya sangat jelas.
Tabel 4.4
PERTUMBUHAN SALDO MODAL (Jutaan Rp)
2005 2006 2007 2008 2009
195 205 236 264 362
Tabel Pertumbuhan Saldo Modal yang juga menunjukkan adanya
peningkatan di setiap tahunnya peningkatan di tahun pertama yaitu sebesar 10
yang semula di tahun 2005 sebesar 195 menjadi 205 di tahun 2006,
peningkatan kedua sebesar 31 di tahun 2007 menjadi 236, peningkatan yang
ketiga sebesar 28 di tahun 2008 menjadi 264, dan peningkatan di tahun 2009
79
yaitu sebesar 98. Pertumbuhan Saldo Modal dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan.
Tabel 4.5
PERTUMBUHAN SHU (Jutaan Rp)
2005 2006 2007 2008 2009
52 61 105 90 120
Tabel Pertumbuhan SHU juga menunjukkan adanya peningkatan di setiap
tahunnya peningkatan dan penurunan di tahun 2008. di tahun pertama yaitu sebesar 9
yang semula di tahun 2005 sebesar 52 menjadi 61 di tahun 2006, peningkatan kedua
sebesar 44 di tahun 2007 menjadi 105, yang ketiga mengalami penurunan sebesar 15
di tahun 2008 menjadi 90, dan mengalami peningkatan lagi di tahun 2009 yaitu
sebesar 30.
Tabel 4.6
80
PERTUMBUHAN ANGGOTA (Jiwa)
2005 2006 2007 2008 2009
42 45 45 46 51
Tabel Pertumbuhan Anggota menunjukkan adanya peningkatan di
setiap tahunnya peningkatan di tahun pertama yaitu sebanyak 3 yang semula
di tahun 2005 sebesar 42 menjadi 45 di tahun 2006, mengalami stagmatis di
tahun 2007 menjadi 45, peningkatan yang dua sebanyak 1 di tahun 2008
menjadi 46, dan peningkatan di tahun 2009 yaitu sebanyak 5. Pertumbuhan
Anggota dari tahun ke tahun mengalami peningkatan walau sedikit.
Tabel 4.7
PERTUMBUHAN MITRA-BINA (Rekening)
2005 2006 2007 2008 2009
1.958 2.255 2.802 3.366 3.627
Tabel Pertumbuhan Mitra-Bina menunjukkan adanya peningkatan di setiap
tahunnya peningkatan di tahun pertama yaitu sebesar 297 yang semula di tahun 2005
sebesar 1958 menjadi 2255 di tahun 2006, peningkatan kedua sebesar 547 di tahun
2007 menjadi 2802, peningkatan yang ketiga sebesar 564 di tahun 2008 menjadi
3366, dan peningkatan di tahun 2009 yaitu sebesar 261 menjadi 3627. Pertumbuhan
81
Mitra-Bina dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dan peningkatannya sangat
jelas.
Tabel 4.8
RASIO KEUANGAN (Porsen)
JENIS 2005
(%)
2006
(%)
2007
(%)
2008
(%)
2009
(%)
CAR 23% 18% 20% 10% 8%
PROFITABLE 6,1% 5,4% 7,3% 3,7% 3,4%
FDR 105% 94% 87% 88% 82%
ROA 4,6% 3,9 5% 2,8% 2,3%
ROE 20% 21 31% 34% 33%
BOPO 80% 80% 77% 86% 86%
Rasio keuangan BMT Al-Munawwarah dari tahun tahun 2005 sampai dengan
tahun 2009 mengalami pasang surut, CAR yang di tahun 2005 sebesar 23%
mengalami penurunan ditahun 2006 yaitu sebesar 5%, sedangkan di tahun 2007
mengalami kenaikan sebesar 2%, dan di tahun 2008 mengalami penurunan lagi
sebesar 10%, kemudian mengalami penurunan lagi di tahun 2009 yaitu sebesar 2%.
Sedangkan Profitable mengalami penurunan ditahun 2006 yaitu sebesar 7% dari 6,1%
menjadi 5,4%, ditahun 2007 mengalami kenaikan 2,1%, tahun 2008 kembali
82
mengalami penurunan sebesar 4,4%, ditahun 2009 mengalami penurunan sebesar
0,3%. FDR mengalami penurunan juga di tahun 2006, sebesar 11%, kembali
mengalami penurunan di tahun 2007 sebesar 13%, di tahun 2008 turun 1%. Di tahun
2009 turun sebesar 6%. Sedang ROA mengalami penurunan di tahun 2006 sebesar
7%. Di tahun 2007 naik kembali sebesar 2,1%. Turun lagi di tahun 2008 sebesar
2,2%. Turun lagi di tahun 2009 sebesar 0,5%. Dan ROE mengalami kenaikan di
tahun 2006 sebesar 1%, kemudian meningkat lagi di tahun 2007 sebesar 10%, dan
kembali meningkat 3% di tahun 2008, dan kembali mengalami penurunan sebesar 1%
di tahun 2009. Kemudian BOPO mengalami stag di tahun 2006 yaitu 80%,
mengalami penurunan di tahun 2007 sebesar 3%, kembali mengalami peningkatan di
tahun 2008 yaitu sebesar 9%, dan stag lagi di tahun 2009 yaitu tetap di angka 86%.
Dari data-data diatas maka dapat dijelaskan bahwa peluang BMT Al-
Munawwarah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan UKM ini
sangat terbuka lebar itu karena sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam
dan lebih kurang 40 juta UKM yang perlu dilayani dan menbutuhkan pembiayaan
permodalan untuk pengembangan usahanya. Di samping itu sistem bunga masih
dalam perdebatan khilafiyah, banyak kaum muslim yang tidak menyimpan uangnya
di perbankan karena tidak mau dengan sistem bunga. Sementara peluang dalam
penyaluran pembiayaan bagi UKM oleh BMT Al-Munawwarah juga terbuka lebar itu
dikarenakan banyaknya usaha kecil menengah yang masih menggunakan jasa rentenir
dalam memenuhi kebutuhan mereka baik untuk keperluan rumah tangga maupun
83
untuk tambahan modal usaha, padahal sistem yang di gunakan para rentenir ini jelas-
jelas merugikan masyarakat dengan tingginya tambahan yang di berikan oleh pihak
rentenir kepada sipeminjam, apalagi bunga yang di tetapkan bersifat berlipat-lipat
apabila peminjam tidak mampu membayar tepat pada waktunya. Oleh karana itu
BMT Al-Munawwarah berusaha memanfaatkan kondisi tersebut untuk menjalankan
tujuannya yaitu penyaluran pembiayaan dengan sistem syariah yang diharapkan
masyarakat untuk beralih dalam melakukan pinjaman dari rentenir ke BMT Al-
Munawwarah.
Tantangan yang dihadapi oleh BMT Al-Munawwarah adalah merebaknya
pembiayaan mikro yang dikelola oleh bank-bank konvensional dan kesiapan
masyarakat dalam menerima dan memahaminya sebab masih ada masyarakat yang
menganggap pola syariah identik dengan zakat-infak atau gratis sebab bernuansa
keagamaan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah kejujuran
nasabah dalam memberi data keuangan atau keuntungannya setiap
bulan dalam rangka menentukan bagi hasil keuntungan tersebut. Demi menghindari
bagi hasil kadangkala seharusnya untung dilaporkan rugi sehingga dapat membuat
BMT Al-Munawwarah mendapat keuntungan yang tidak sebenarnya atau bahkan
merugi. Selain itu pelayanan sangat cepat dan mudah para rentenir merupakan
tantangan bagi BMT guna memenangkan persaingan. BMT merupakan alternatif
sumber permodalan yang harus dikembangkan di tengah-tengah masyarakat muslim
84
pada khususnya guna ketenangan berusaha bagi UKM pada umumnya. Untuk itu
perlu langkah-langkah strategis untuk mencapai hal tersebut antara lain:
a. Perlu sosialisasi kepada ummat muslim oleh ustad atau petugas BMT Al-
Munawwarah melalui majelis taklim atau pengajian secara intensif sehingga
sistem bagi hasil benar-benar dipahami masyarakat atau diterima dan
dipercaya masyarakat.
b. Hendaknya setiap masjid, para jamaahnya mampu membentuk BMT guna
membiayai UKM yang merupakan jamaahnya, sehingga fungsi masjid tidak
hanya untuk ibadah saja tapi berfungsi dalam melayani kepentingan ekonomi
ummat.
c. BMT Al-Muanawwarah perlu melayani nasabah dengan melebihi cara para
rentenir memberi pelayanan yaitu mendatangi para UKM di pasar-pasar
tradisional dengan memakai identitas BMT Al-Munawwarah yang jelas demi
merebut hati para UKM. UKM dikelompok berdasarkan domisili dan
diadakan pengajian dan majelis taklim antar nasabah sehingga kepentingan
dunia dibarengi dengan kepentingan akhirat
d. BMT Al-Munawwarah dapat memanfaatkan lulusan madrasah, pondok
pesantren, sarjana ekonomi syariah sebagai petugas lapangan atau
marketing BMT sekaligus sebagai penceramah agama pada majelis taklim
atau pengajian nasabah BMT.
85
perkembangan BMT tergantung kepada masyarakat muslim pada khususnya,
dengan merubah pola pikir dan tindakan nyata di lapangan dalam melayani
kebutuhan UKM sehingga manfaat BMT dirasakan UKM dengan prinsip halal,
sederhana, mudah, cepat dan tepat.
86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah penulis
kemukakan di bab-bab sebelumnya, maka penulis memberikan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Strategi yang digunakan oleh BMT Al-Munawwarah dalam mengembangkan
dan meningkatkan pembiayaan usaha kecil dan menengah (UKM) antara lain:
a. Datang langsung ketempat calon nasabah
Strategi ini digunakan untuk memberikan informasi sekaligus sebagai
promosi BMT Al-Munawwarah kepada masyarakat di daerah Pamulang
khususnya di Bukit Pamulang Indah dimana keberadaan BMT Al-
Munawwarah, dan juga untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
setempat.
b. Rekomendasi mitra lama
Yaitu dengan cara melihat data-data mitra yang memang sudah dikenal
lebih dahulu atau melalui mitra ke mitra yang lain dan saling memberi
informasi jika ada mitra yang lain membutuhkan pembiayaan untuk
pengembangan usaha mereka.
87
c. Jenis usaha yang dibiayai
Strategi ini di gunakan untuk menyaring jenis usaha apa saja yang boleh
dibiayai oleh BMT Al-Munawwarah, tentunya berdasarkan syariat Islam.
Adapun beberapa kriterianya yaitu:
1. Perdagangan yang halal
2. Perdagangan yang produktif dan menguntungkan
d. Promosi
Dalam melakukan promosi BMT Al-Munawwarah mengandalkan
beberapa jenis, di antaranya:
1) Brosur
2) Media lainnya, seperti surat kabar, internet, stasiun radio, banner dan
lain-lain.
2. perkembangan pembiayaan BMT Al-Munawwarah terhadap UKM., dengan
strategi-strategi yang telah dilakukukan oleh BMT Al-Munawwarah dalam
mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan UKM terbukti berhasil
karena rata-rata tiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
88
B. Saran-saran
Adapun saran-saran untuk BMT Al-Munawwarah dari penulis adalah:
a. Tetap mempertahankan strategi-strategi yang telah dilakukan selama ini,
bahkan harus dikembangkan dan dikemas sedemikian rupa agar para pelaku
UKM dapat lebih mengembangkan dan meningkatkan produktivitasnya.
b. Tetap memberikan pelayanan yang lebih profesional dan memberikan yang
terbaik sesuai dengan motto yang di usung oleh BMT Al-Munawwarah yaitu
“untuk kesejahteraan bersama”.
c. Lebih menggalakkan promosi agar meningkatkan dan kemajuan BMT Al-
Munawwarah di masa depan.
d. Lebih selektif dalam memberikan pembiayaan, agar dapat meminimalisir
kerugian.
e. Meningkatkan sumber daya teknologi yang kian canggih untuk kemudahan
masyarakat untuk mengakses informasi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an nul al-Karim, Surat An-Nisa ayat 29
Abd. Majid, Baihaqi dan Saifuddin A. Rasyid, Paradigma Baru Ekonomi Kerakyatan
Sistem Syariah: Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia, Jakarta,
Pinbuk, 2000
Amalia, Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: Pustaka Asatruss, 2005
Arifin, Zainul, Memahami Bank Syariah Lingkup Peluang. Tantangan dan Prospek
Jakarta: Alvabet, 1999
Aziz, M. Amin, Pedoman Pendirian BMT, Jakarta: Pinbuk Press, 2004
BMT Al-Munawwarah Sharia Micro Finance KJKS (Koperasi Jasa Keuangan
Syariah) Profil Perusahaan 2010
Bungin, Burhan (Ed), Metode Penelitian Kualitatif Jakarta : PT Raja Grafindo, 2004
Burhan, Aslichan, BMT KUBE Sejahtera : sebuah Model Pengembangn BMT
Berbasis Masyarakat Miskin, Makalah Kongres Nasional BMT, Jakarta, 2005
Darmawan, Hary, Cara Sukses Merintis Bisnis, Jakarta : Progres 2004
Harnanto, M. Soc., Akt. Zulkifli, SE., MM. Manajemen Biaya, Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, 1987
Juanita, Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pelayanan Kesehatan, Sumatera Utara :
Universitas Sumatera Utara Digital Library, 2003
Kasmir S.E., Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
2003, cet. Keempat
Kajian Pengembangan Pola Industri Pedesaan Melalui Koperasi dan Usaha Kecil,
LPM UGM dan Balitbang Departemen Koperasi & PPK, Yogyakarta. BPS.
1999
Majalah I-Syariah, Demam Syariah di Dunia, edisi September, Jakarta : 2009
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta: Akademi
Manajemen PeusahaanYKPN, 2005
Muhammad, Rifqi, Akuntansi Keuangan Syariah, P3EI press, yogyakarta, 2008
Perkembangan Usaha Mikro, artikel ini diakses pada tanggal 25 Januari 2011 dari
http://sumeleh99.wordpress.com/ Pembiayaan Mikro Syariah
Rangkuti,Freddy Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1997
Sartika Partomo. Tiktik, Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi, Bogor:
Ghalia Indonesia, 2004
Soeharto, Irwan, Metode Penelitian social Bandung : PT Raja Gravindo, 2004,
cet.ke-6
Sukamatjaya, Ahmad, “Baitul Maal Wat Tamwil”, Bogor: yayasan Al-Amin Dharma
Mulia, 2008
Stategi Wikipedia bahasa Indonesia, artikel ini diakses pada tanggal 10 Januari 2011
dari http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi
Taufiq, Muhammad, Membangun Sistem Pembiyaan Bagi Usaha Kecil, Menengah
dan Koperasi, Jakarta: Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha, 2003
Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep, Produk
dan Implementasi Operasional bank Syariah, Jakarta : 2001
Widodo, Hertanto, Panduan Praktis Operasional BMT, Bandung : mizan, 1999