STRATEGI PENGEMBANGAN PRASARANA AIR BERSIH
DI PULAU KISAR KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA
STRATEGY ON CLEAN WATER INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT in
ISLAND KISAR SOUTHWEST MOLUCCAS REGENCY
HANNA MARIANI SINGGIH
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI TEKNIK PERENCANAAN PRASARANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
STRATEGI PENGEMBANGAN PRASARANA AIR BERSIH
DI PULAU KISAR KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Teknik Perencanaan Prasarana
Disusun dan diajukan oleh
HANNA MARIANI SINGGIH
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Hanna Mariani Singgih
Nomor mahasiswa : P2800210004
Program Studi : Teknik Perencanaan Prasarana
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis
ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.
Makassar, 3 Desember 2012
Yang menyatakan
Hanna Mariani Singgih
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
dengan selesainya tesis ini.
Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul dari hasil
pengamatan penulis terhadap kondisi air bersih yang ada di tanah leluhur,
yang sering dikeluhkan masyarakat setempat akan kualitas, kuantitas dan
kontinuitasnya. Penulis bermaksud menyumbangkan konsep strategi apa
yang tepat untuk dikembangkan pada prasarana air bersih di wilayah ini
yang dapat memperbaiki dan mengembangkan kondisi air bersih yang
ada sekarang dan untuk beberapa tahun ke depan.
Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka
penyusunan tesis ini, yang hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka
tesis ini selesai pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis dengan
tulus menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Mary Selintung,
M.Sc sebagai Ketua Komisi Penasihat dan Prof. Dr. Ir. H. Saleh Pallu,
M.Eng. sebagai Anggota Komisi Penasihat dan Prof. Dr. Ir. H. M. Ramli
Rahim, M.Eng sebagai Ketua Program Studi Teknik Perencanaan
Prasarana atas bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mulai dari
pengembangan minat terhadap permasalahan penelitian ini, pelaksanaan
penelitiannya sampai dengan penulisan tesis ini. Terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Drs. Johannes H. Frans selaku Kepala Badan
Kepegawaian Daerah dan segenap Kepala Dinas terkait penulisan di
Kabupaten Maluku Barat Daya yang telah banyak membantu dalam
rangka pengumpulan data dan informasi serta kepada para saudara dari
keluarga Hayr – Bakker yang telah banyak membantu dan menemani
dalam pengumpulan data, dan terakhir ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada suami dan anak (Thony A. Hutabarat, ST dan
Algierine T.M. Hutabarat), ayah dan ibu (Ir. Hanny M. Singgih dan Martha
Ch. Hayr) serta seluruh keluarga dan rekan yang namanya tidak
tercantum tetapi telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
tesis ini.
Makassar, 3 Desember 2012
Hanna Mariani Singgih
DAFTAR ISI
PRAKATA iv
ABSTRAK vi
ABSTRACT vii
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
E. Ruang Lingkup Penelitian 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengembangan Prasarana Air Bersih 7
1. Aspek Teknis 8
a. Curah hujan dan topografi 10
b. Sumber air baku 11
c. Jenis tanah 13
d. Kualitas dan kuantitas air 16
e. Tata letak sistem pengolahan dan distribusi 22
f. Teknologi dan material/bahan bangunan 23
g. Sistem pelayanan pelanggan 23
2. Aspek Sosial Budaya 24
a. Kondisi kependudukan 25
b. Kebiasaan penduduk 26
3. Aspek Ekonomi dan Keuangan 26
a. Perekonomian tingkat kesejahteraan penduduk 27
b. Ketersediaan infrastuktur 28
c. Kesediaan (WTP) dan kemampuan (ATP) membayar
iuran 28
4. Aspek Kelembagaan 30
a. Lembaga Pengelola Air Bersih Masyarakat 30
b. Lembaga pengelola air bersih milik Pemerintah 31
1) Kualitas air PDAM 32
2) Kuantitas air PDAM 32
3) Kontinuitas air PDAM 32
4) Cakupan pelayanan 33
c. Sumber Daya Manusia 33
d. Standardisasi 34
B. Strategi Pengembangan Prasarana Air Bersih 34
C. Penelitian yang terkait 38
D. Kerangka Pemikiran 40
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 43
B. Lokasi Penelitian 44
C. Waktu Penelitian 46
D. Sumber Data Penelitian 46
1. Data Primer 46
2. Data Sekunder 47
E. Teknik Pengumpulan Data 48
F. Teknik Pengambilan Sampel 49
1. Populasi 50
2. Sampel 51
G. Teknik Analisis Data 54
H. Definisi Operasional 54
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Pulau Kisar 63
1. Letak Geografis dan Wilayah Administasi 63
2. Aspek Teknis 65
a. Curah hujan dan topografi 65
b. Sumber air baku 67
c. Jenis tanah 69
d. Kualitas dan kuantitas air 72
e. Tata letak sistem pengolahan dan distribusi 80
f. Teknologi dan material/bahan bangunan 81
g. Sistem pelayanan pelanggan 84
3. Aspek Sosial Budaya 85
a. Kondisi kependudukan 85
b. Kebiasaan penduduk 86
c. Sarana kesehatan lingkungan 88
d. Fasilitas umum dan fasilitas sosial 89
4. Aspek Ekonomi dan Keuangan 91
a. Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk 91
b. Ketersediaan infrastruktur 93
c. Kesediaan (WTP) dan Kemampuan (ATP) Membayar Iuran
94
5. Aspek Kelembagaan 100
a. Lembaga Pengelola Air Bersih berbasis masyarakat 100
b. Lembaga pengelola Air Bersih (PDAM) 100
1) Kualitas air PDAM 100
2) Kuantitas air PDAM 101
3) Kontinuitas air PDAM 102
4) Cakupan pelayanan 102
c. Sumber Daya Manusia 105
d. Standardisasi 106
B. Karakteristik Lokasi Penelitian 107
1. Karakteristik klaster wilayah penelitian 107
2. Karakteristik responden 109
a. Tingkat pendidikan responden 109
b. Tingkat pekerjaan responden 111
c. Tingkat pemakaian air harian responden 113
d. Kondisi dan status kepemilihan tempat tinggal 114
e. Tingkat penghasilan responden 116
f. Sumber air bersih untuk minum 119
g. Sumber air bersih untuk mandi dan cuci 121
h. Sumber air bersih untuk masak 123
i. Tingkat kepuasan terhadap sumber air bersih
yang dipakai 125
C. Analisis strategi Pengembangan Prasarana Air Bersih 131
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 164
B. Saran 166
DAFTAR PUSTAKA 169
LAMPIRAN 174
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kebutuhan Air Bersih Domestik 20
Tabel 2. Pembagian angket kuesioner di tiap wilayah desa 53
Tabel 3. Pembagian administrasi berdasarkan luas di Pulau Kisar 64
Tabel 4. Kualitas dan Kuantitas Sumur Gali 73
Tabel 5. Hasil Uji Kualitas Sumur Gali 75
Tabel 6. Proyeksi Jumlah Penduduk Hingga Tahun 2022 77
Tabel 7. Kebutuhan Air Bersih Domestik Pulau Kisar
Berdasarkan Ukuran Kapasitas (liter/detik) 79
Tabel 8. Kondisi Demografi Pulau Kisar tahun 2012 85
Tabel 9. Sarana Kesehatan Lingkungan 89
Tabel 10. Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial 90
Tabel 11. Kesediaan mendapatkan layanan perpipaan dari PDAM 96
Tabel 12. Pemilihan layanan air bersih 96
Tabel 13. Perbandingan Kemampuan Membayar Jasa Layanan Air
Bersih PDAM (ATP) terhadap Kesediaan Membayar Jasa (WTP) 98
Tabel 14. Hasil Uji Kualitas Air PDAM Tirta Dharma Wonreli 101
Tabel 15. Tingkat Pendidikan Responden Pulau Kisar 110
Tabel 16. Tingkat Pekerjaan Responden Pulau Kisar 112
Tabel 17. Pemakaian Air Harian Tiap Desa 114
Tabel 18. Kondisi Bangunan Tempat Tinggal 115
Tabel 19. Status Kepemilikan Bangunan 115
Tabel 20. Penghasilan Bulanan Responden 118
Tabel 21. Sumber Air Bersih untuk Minum 120
Tabel 22. Sumber Air Bersih untuk Mandi dan Cuci 122
Tabel 23. Sumber Air Bersih untuk Masak 124
Tabel 24. Tingkat Kepuasan terhadap Sumber Air
Bersih yang Dipakai 126
Tabel 25. Alasan Ketidakpuasan (Belum Puas) terhadap Sumber Air
Bersih yang dipakai 128
Tabel 26. Analisa SWOT 132
Tabel 27. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan
Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Teknis 144
Tabel 28. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks
Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Sosial Budaya 146
Tabel 29. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)
dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek
Ekonomi dan Keuangan 148
Tabel 30. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks
Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Kelembagaan 150
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lokasi dan jenis aliran air tanah 13
Gambar 2. Tingkat Kebutuhan Air 21
Gambar 3. Diagram analisis SWOT 35
Gambar 4. Diagram Matriks SWOT 38
Gambar 5. Kerangka Pikir Penelitian 42
Gambar 6. Orientasi Lokasi Penelitian di Pulau Kisar 44
Gambar 7. Lokasi Penelitian Pulau Kisar 45
Gambar 8. Peta Administrasi Pulau Kisar 65
Gambar 9. Kondisi Topografi Pulau Kisar 66
Gambar 10. Penggunaan lahan di Pulau Kisar 70
Gambar 11. Tanah di Desa Purpura, Oirata Barat dan
Dusun Yawuru (Desa Wonreli) 71
Gambar 12. Lokasi PWoMe01 dan PKl01 74
Gambar 13. Pipa distribusi dan transmisi di Oirata Barat 80
Gambar 14. Aktifitas masyarakat mengambil air bersih 81
Gambar 15. Mesin pompa di IPA PDAM Tirta Dharma 82
Gambar 16. Panel surya dan tangki air di Purpura serta rumah
bertenaga surya di Oirata Barat 83
Gambar 17. Kondisi embung di Dusun Keitaru dan
Dusun Wakleken (Desa Wonreli) 84
Gambar 18. Sumur komunal untuk keperluan air bersih di
Desa Wonreli 87
Gambar 19. Sampah disekitar lokasi sumur 88
Gambar 20. Tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan
Pulau-Pulau Terselatan sejak pemekaran pada tahun 2008 92
Gambar 21. Grafik posisi ATP terhadap WTP 97
Gambar 22. Wilayah cakupan pelayanan sambungan rumah (SR)
PDAM Tirta Dharma Wonreli 104
Gambar 23. Sumur bor dan Hidran Umum (HU) yang rusak
di Dusun Kioumanumere Desa Wonreli 106
Gambar 24. Pembagian Klaster Wilayah Penelitian 108
Gambar 25. Posisi Pengembangan Prasarana Air Bersih 153
Gambar 26. Matriks Strategi Agresif (Pengembangan)
Aspek Teknis Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar 155
Gambar 27. Matriks Strategi Diversifikasi (Perluasan)
Aspek Sosial Budaya Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar 157
Gambar 28. Matriks Strategi Agresif (Pengembangan)
Aspek Ekonomi dan Keuangan Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar 158
Gambar 29. Matriks Strategi Agresif (Pengembangan)
Aspek Kelembagaan Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar 160
DAFTAR LAMPIRAN
Data Responden 174
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prasarana merupakan suatu fasilitas dan instalasi dasar dimana
kelangsungan dan pertumbuhan masyarakat sangat bergantung.
Prasarana erat kaitannya dengan jumlah penduduk dan sosial ekonomi
penduduk. Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, prasarana air
bersih di suatu wilayah juga semakin berkembang, pendapatan penduduk
meningkat dan timbul tuntutan pembangunan prasarana di suatu wilayah
terarah pada pemanfaatanpemb angunan sarana dan prasarana dasar
tersebut. Salah satu komponen prasarana dasar yang cukup penting
adalah prasarana air bersih.
Pulau Kisar adalah salah satu pulau kecil terdepan Republik
Indonesia seluas 8.500 Ha dengan ukuran 10,4 km untuk jarak utara –
selatan dan 10,22 km untuk timur – barat yang mengalami ruralisasi
semenjak pemekaran tahun 2008. Ruralisasi adalah penyebaran
penduduk dari kota ke desa atau biasa juga disebut reurbanisasi, atau
kembalinya penduduk asli yang telah merantau baik untuk melanjutkan
studi maupun pekerjaan, dan meningkatnya pendatang baru akibat
pemekaran wilayah. Terdapat banyak pemuda-pemudi Pulau Kisar yang
berkeinginan untuk memajukan desa atau daerah asalnya karena merasa
terkait dengan daerah asal atau kenangan masa kecil. Pulau Kisar
memiliki jumlah penduduk sebesar 14.015 jiwa dengan tingkat kepadatan
50,64 jiwa/km2 pada tahun 2010, dan pada tahun 2012 mengalami
peningkatan penduduk akibat ruralisasi menjadi 16.055 jiwa, menuntut
ketersediaan air bersih yang memadai di pulau Kisar.
Kondisi topografi pulau ini adalah berbatu dan berbukit. Sumber
air baku di Pulau Kisar adalah air tanah dan air hujan. Tidak ada air
permukaan. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat, selain
keberadaan PDAM Tirta Dharma cabang Wonreli, dilakukan
penggalian/pengeboran sumur-sumur untuk pengolahan dan pengelolaan
air baku. Di beberapa wilayah pohon sagu tumbuh subur dan jeruk Kisar
menjadi produk unggulan pulau Kisar.
Pengolahan dan distribusi air dilakukan oleh PDAM Tirta Dharma
cabang Wonreli dan masih memanfaatkan gravitasi sebagai sistem
distribusi air. Instalasi pengolahan air (IPA) masih tergantung mesin
berbahan bakar minyak (BBM) yang sering langka dan harganya sangat
mahal. Kondisi energi PLN juga mempengaruhi kinerja sistem perpipaan
PDAM. Sistem perpipaan PDAM masih terbatas hanya beroperasi di
Desa Wonreli. Jika aliran air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) terhenti karena kerusakan mesin IPA atau kelangkaan BBM,
maka masyarakat terpaksa membeli air bersih dengan harga cukup tinggi.
Pelayanan PDAM belum sepenuhnya memanfaatkan sistem pengukuran
debit air terpakai melalui meteran air. Masalah terjadinya kehilangan Air
Berekening (AR) pada konsumsi resmi berekening tak bermeter ini sering
menimbulkan masalah dalam penagihan iuran rekening air minum dengan
pelanggan.
Di Desa Oirata Barat, beberapa rumah telah menggunakan panel
surya sebagai sumber energi listrik. Di Desa Purpura, tampak panel surya
untuk mengalirkan air dari sumur yang berada di kaki bukit ke menara
penampungan di atas bukit. Alternatif pemenuhan kebutuhan air bersih
masyarakat selain PDAM, sumur gali dan air hujan adalah melalui layanan
penjualan air dari PEMDA dan swasta. Selain sumur gali, Penampungan
Air Hujan (PAH) dan PDAM, terdapat 4 (empat) embung yang kondisinya
sudah kritis. Embung terletak di Desa Oirata Timur, Dusun Yawuru, Dusun
Wakleken dan Dusun Keitaru. Tiga dari keempat embung tersebut telah
tidak berfungsi dan kosong, hanya embung di Keitaru yang masih
berfungsi tapi airnya semakin menyusut. Sumur-sumur di Pulau Kisar
umumnya dibuat tanpa tutup pengaman dan pada sebuah sumur di Desa
Wonreli tampak jaraknya berdekatan dengan septiktank komunal.
Fenomena meningkatnya pertumbuhan penduduk di Pulau Kisar
akibat ruralisasi ini memerlukan rumusan strategi untuk mengembangkan
prasarana air bersih di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat Daya guna
memenuhi ketersediaan air bersih masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan prasarana dasar seperti air bersih bertumpu pada
ketersediaannya dan pengelolaannya, baik oleh masyarakat maupun
pemerintah setempat. Berdasarkan meningkatnya pertumbuhan penduduk
di Pulau Kisar akibat ruralisasi itulah maka dipandang perlu dirumuskan
strategi untuk mengembangkan prasarana air bersih di Pulau Kisar
Kabupaten Maluku Barat Daya dengan tujuan untuk memenuhi
ketersediaan air bersih masyarakat. Berdasarkan pada rumusan masalah
di atas, maka pertanyaan penelitian (Research Question) yang diangkat
dalam penulisan ini adalah, bagaimana Strategi Pengembangan
Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat Daya?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah dan penguraian kondisi wilayah, fenomena
penduduk, kondisi sarana dan prasarana air bersih di Pulau Kisar maka
dapat diperoleh tujuan penelitian ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk
merumuskan strategi pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar
Kabupaten Maluku Barat Daya guna memenuhi ketersediaan air bersih
masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
1) Sebagai masukan dan pertimbangan bagi pemerintah Kabupaten
Maluku Barat Daya dalam mengembangkan prasarana air bersih, di
Pulau Kisar. Dengan prasarana air bersih yang berkembang, maka
ketersediaan air bersih juga dapat ditingkatkan.
2) Sebagai masukan untuk PDAM dalam mengelola air bersih dan
melayani kebutuhan masyarakat Pulau Kisar.
3) Sebagai salah satu sumbangan pemahaman dan pemikiran kepada
masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan kesejahteraan
dan kesehatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup, sehingga
memahami pentingnya prasarana air bersih agar tetap memelihara
dan memperhatikan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup lingkup
pembahasan, lingkup obyek dan lingkup wilayah yang akan diteliti, yaitu:
1) Lingkup Pembahasan; lingkup pembahasan dalam penelitian akan
merumuskan strategi pengembangan prasarana air bersih yang
terdapat di Pulau Kisar.
2) Lingkup Batasan Obyek; lingkup batasan obyek dalam penelitian ini,
peneliti membatasi obyek yang akan diteliti, peneliti memfokuskan
penelitian dan pembahasan pada prasarana air bersih yang terdapat
di Pulau Kisar.
3) Lingkup Wilayah; lingkup wilayah penelitian ini berada di Kabupaten
Maluku Barat Daya, Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, yaitu Pulau
Kisar yang meliputi Sembilan desa yaitu; Desa Wonreli, Lekloor, Kota
Lama, Abusur, Lebelau, Nomaha, Purpura, Oirata Barat dan Oirata
Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pengembangan Prasarana Air Bersih
Prasarana air bersih adalah bangunan air beserta bangunan lain
yang menunjang kegiatan pengelolaan air bersih, baik langsung maupun
tidak langsung. Prasarana erat kaitannya dengan jumlah penduduk dan
sosial ekonomi penduduk. Sejalan dengan bertambahnya jumlah
penduduk, sistem sarana dan prasarana suatu wilayah akan semakin
berkembang, pendapatan penduduk meningkat dan implikasinya, timbul
tuntutan terhadap berbagai sarana dan prasarana dasar dalam suatu
wilayah dan perkembangan dan pembangunan wilayah tersebut akan
terarah pada pemanfaatan pembangunan sarana dan prasarana dasar
tersebut (Asghara, 2007).
Dalam mengembangkan prasarana air bersih suatu wilayah, faktor
utama yang perlu diperhatikan adalah perubahan wilayah tersebut akibat
perkembangan penduduk, dinamika alam dan perkembangan sosial
ekonominya. Menurut Pedoman SPM bidang Penataan Ruang,
Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum dalam KepMen
Permukiman dan Prasarana Wilayah No.534/KPTS/M/2001, dinyatakan
bahwa sebagai utilitas umum, bidang pelayanan air bersih memiliki
indikator yaitu penduduk terlayani, tingkat debit pelayanan/orang dan
tingkat kualitas air minum. Kualitas standar pelayanan mencakup 55 75%
penduduk terlayani dengan tingkat pelayanan; 60 220 liter/orang/hari,
untuk permukiman di kawasan perkotaan, 30 50 liter/orang/hari, untuk
lingkungan perumahan dan memenuhi standar air bersih.
Perencanaan penyediaan air bersih meliputi 4 aspek sebagai
dasar pertimbangan (Selintung, 2011), yaitu: aspek teknis, aspek sosial
budaya. aspek ekonomi/finansial dan aspek kelembagaan.
5. Aspek Teknis
Pemilihan sumber air untuk mendapatkan kepastian ketersediaan
air dengan kualitas dan kuantitas tertentu, lokasi dan sistem pengaliran air
yang akan digunakan, sistem pengaliran, serta sistem pengolahan air
yang dibutuhkan terkait erat dengan kondisi fisik wilayah pelayanan.
Variabel terkait kondisi fisik wilayah pelayanan aspek teknis
diambil dari Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum, yang menyatakan bahwa data dan peta gambaran umum hidrologi
(sumber air, topografi, klimatografi, fisiografi dan geologi) data curah hujan
dan tangkapan air termasuk sebagai kriteria dasar
perencanaan/penyusunan evaluasi kondisi kota/kawasan (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum, No.18/PRT/M/2007).
Air tanah termasuk dalam kriteria hidrologi yang berpotensi
terkena dampak pengembangan prasarana air bersih (Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup, No. 4/2000). Syarat pengkajian pelayanan dan potensi
air tanah untuk permukiman ditentukan dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum, No.18/PRT/M/2007. Dalam penelitian ini data yang
dapat diperoleh hanya gambaran umum sumber air (air tanah dalam
sumur), topografi dan curah hujan.
Pengembangan prasarana air bersih juga tidak terlepas dari
komponen lingkungan atau struktur ekosistem yang potensial terkena
dampak proyek di mana tanah menjadi salah satu kriteria mencakup
topologi, sifat fisik dan kimia tanah (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup,
No. 4/2000). Dalam penelitian ini komponen tanah dirangkum menjadi
satu dalam jenisnya, yang mencakup daya dukung terhadap air baku.
Kualitas air merupakan komponen fisik-kimia yang berpotensi
terkena dampak regional (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup, No.
4/2000) dan diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan,
No.907/MENKES/SK/VII/2002. Sedangkan kuantitas air adalah variabel
yang berhubungan dengan demografi saat ini dan 10 tahun terakhir,
penyebaran penduduk dan kepadatan (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum, No.18/PRT/M/2007).
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi adalah variabel yang
termasuk dalam evaluasi sistem eksisting serta menjadi bagian dalam
identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum, No.18/PRT/M/2007), demikian juga sistem
pelayanan. Sedangkan teknologi dan material/bahan bangunan termasuk
pengembangan alternatif dalam pengembangan prasarana air bersih air
minum (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No.18/PRT/M/2007).
a. Curah hujan dan topografi
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh di permukaan
tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi
(mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan
infiltrasi. Air hujan adalah air yang berasal dari proses kondensasi uap air
di alam menjadi tetes-tetes air yang jatuh ke bumi. Pada proses terjadinya
hujan, uap air tercampur dan melarutkan gas-gas Oksigen, Nitrogen,
Karbondioksida, debu dan senyawa lain. Air hujan air lunak, batas nilai pH
rata-rata 5,5, bila pH<5,6 bersifat asam dan >5,6 bersifat basa.
Keuntungan air hujan adalah banyak tersedia di wilayah yang
mempunyai curah hujan tinggi, mudah diperoleh dan dikumpulkan.
Kerugiannya; kandungan mineral rendah, perlu wadah penampung untuk
mengumpulkan dan sangat tergantung musim, banyak di musim hujan
dan tidak ada pada musim kemarau.
Penampung Air Hujan (PAH) adalah wadah yang disiapkan untuk
penampungan air hujan yang akan digunakan untuk kebutuhan air bersih.
PAH dipilih untuk daerah-daerah kritis, sulit mendapatkan air baku tetapi
memiliki curah hujan minimal 1.300 mm pertahun (Lampiran 3.a Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum, No. 39/PRT/M/2006). Volume PAH disesuaikan
dengan kebutuhan dan tergantung dari panjangnya musim kemarau.
Bangunan PAH dapat berupa talang air dipasang sepanjang bibir atap
yang kemudian ditampung dalam bak plastik/fiber atau beton.
Topografi adalah studi tentang bentuk permukaan bumi dan dalam
pengertian yang lebih luas, juga mengenai vegetasi dan pengaruh
manusia terhadap lingkungan, dan bahkan kebudayaan lokal. Lokasi atau
topografi sumber air baku serta wilayah yang berbukit-bukit dapat
mempengaruhi pemilihan sistem pengaliran air bersih. Lokasi atau posisi
juga menunjukkan kondisi iklim, dan menggambarkan kondisi curah hujan.
b. Sumber air baku
Sumber air baku sangat berperan penting dalam pemberian
pelayanan air bersih kepada masyarakat. Sumber air tanah tak dapat
dilepaskan dengan struktur tanah dan batuan yang terkandung di dalam
bumi (geologi). Gerakan aliran air dalam tanah dikenal dengan hidrolika
dalam media porous, karena air tanah mengalir di antara atau sela-sela
butiran tanah yang sekaligus sebagai media (Kodoatie, 1996).
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau
bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu
sumber daya air yang keberadaannya terbatas. Keberadaan air tanah
tergantung pada lingkungan vegetasi di sekitar lokasi yang mempengaruhi
adanya tampungan air dalam tanah. Kualitas air umumnya baik, tidak
membutuhkan banyak pengolahan. Pengambilan bisa dilakukan di daerah
pelayanan. Namun sumber air berada di bawah permukaan tanah, pada
daerah tertentu kandungan besi (Fe) dan mangan (Mg) tinggi. Debit
tergantung musim dan struktur tanah yang ada. Air tanah dapat tercemar
bila terlalu dekat dengan septiktank (cubluk).
Jika jarak sumur terhadap pelayanan kurang dari 100 m berarti
sumber air tanah dangkal tersebut masih sangat layak digunakan. Jika
jarak 100 150 m berarti sumber air tanah dangkal tersebut masih layak di
gunakan. Dan apabila jarak lebih dari 150 m berarti sumber air tanah
dangkal tersebut kurang layak digunakan. Untuk mengetahui muka air
tanah atau ketebalan muka air tanah pada musim kemarau memadai
maka dapat dikaji bahwa apabila air tanah masih ada dan cukup untuk
memenuhi kebutuhan satu rumah tangga berarti potensi air tanah dangkal
baik. Jika air tanah masih ada tapi masih memerlukan penambahan
kedalaman untuk mendapatkan tambahan air tanah sehingga masih dapat
mencukupi kebutuhan sebuah rumah tangga berarti potensi air tanah
dangkal cukup baik; dan jika air tanah tidak ada meskipun sudah dibiarkan
selama waktu tertentu dipendam berarti air tanah dangkal kurang baik
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No.18/PRT/M/2007).
Bangunan penangkap air tanah terbagi atas sumur gali (bangunan
pengumpul yang berfungsi untuk menyadap dan menampung air tanah
dangkal; dinding sumur berfungsi untuk menahan tanah dari longsor atau
resapan air, bibir sumur yaitu bagian atas sumur mencegah air masuk dari
permukaan lantai, lantai sumur berfungsi sebagai tempat aktifitas
pengambilan air bersih dan tiang sumur untuk menyangga katrol, alat
untuk memudahkan pengambilan air dengan timba) dan sumur
dalam/sumur bor (sumur yang dibuat untuk mengambil air dari sumber air
tanah dalam, kedalaman sumur tergantung dari kedalaman letak lapisan
tanah yang mengandung air (akifer), pengambilan air dengan
menggunakan pemompaan, kecuali untuk air tanah tertekan positif (artesis
positif)).
c. Jenis tanah
Tanah adalah sebagai material yang terdiri dari: agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain,
zat cair, gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara butiran mineral-
mineral padat tersebut. Secara umum, jenis air tanah dapat dilihat dari
daerahnya di dalam tanah. Hubungan letak (zone) air tanah dan jenis air
tanah dilihat secara vertikal dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:
TERMINOLOGI
Daerah Jenis air
Daera
h r
eta
k b
atu
an
Daera
h tak je
nu
h a
ir
(vadose z
one)
Daerah air tanah (soil
water)
Air tanah (moisture)
Air m
ela
ya
ng (
va
dose
wate
r)
Air c
ela
h/s
ela
(in
ters
titial
wate
r)
Air b
aw
ah t
ana
h Daerah
antara
Bisa berisi air
Bisa berisi udara
Daerah kapiler
(capillarry fringe)
Air kapiler
Muka air Daerah jenuh air
(p=p atm) Air tanah*
Daerah aliran air pada batuan berdasarkan umur aliran pada
batuan (rock of flowage)
Air dalam (hanya dalam kombinasi kimia dan batuan)
Gambar 1. Lokasi dan jenis aliran air tanah (Sumber: Toth dalam Kodoatie, 1996)
Secara global bila dilihat dari volume yang dimilikinya air tanah
memiliki kapasitas yang lebih besar dibandingkan dengan aliran di
permukaan tanah, sehingga merupakan salah satu sumber daya air yang
potensial dan penting. Yang harus diperhatikan adalah volume air tanah
di suatu daerah memiliki kapasitas terbatas, sehingga pengelolaan air
tanah harus memperhatikan prinsip-prinsip keseimbangan air yang ada.
Selain struktur akuifer, penting juga untuk mengetahui jenis tanah
dalam pengembangan prasarana air bersih dalam hal ini air tanah.
Menurut Susanto dan Sirappa (2007), satuan tanah yang terdapat di
Propinsi Maluku pada tingkat ordo adalah Entisols (tanah berlum
berkembang berbahan alluvium, volkan dan non-volkan, berwarna kelabu
hingga kelabu kekuningan), Inceptisols (tanah yang telah mengalami
perkembangan horizon kambik, warna tanah coklat hingga coklat
kekuningan dan teksturnya halus hingga sedang), Alfisols (tanah yang
telah mengalami perkembangan lanjutan, bertekstur halus), Mollisols
(tanah yang kandungan bahan organiknya cukup tinggi berwarna coklat
tua hingga hitam, dari bahan sedimen batu kapur), Oxisols (tanah yang
telah mengalami perkembangan sangat lanjut sebagai hasil pelapukan,
potensinya sangat rendah), Ultisols (tanah yang telah mengalami
perkembangan lanjut, terbentuk dari batuan sedimen, metamorfik dan
bahan volkanik, tekstur halus) dan Vertisols (tanah dengan kandungan liat
tinggi - lebih dari 30% - di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang
dan mengkerut). Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-
pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Bahan induk
dalam tanah vertisols adalah kapur dan gamping.
Tanah adalah media tanam. Dari jenis tanaman yang tumbuh
dapat dilihat kadar kandungan air dalam tanah tersebut. Di Pulau Kisar,
pohon sagu tumbuh subur di beberapa kawasan dan komoditi paling
terkenal adalah jeruk. Tanaman sagu membutuhkan air yang cukup,
namun penggenangan permanen dapat mengganggu pertumbuhan sagu.
Sagu tumbuh di daerah rawa yang berair tawar atau daerah rawa yang
bergambut dan di daerah sepanjang aliran sungai, sekitar sumber air, atau
di hutan rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi dan tanah mineral
di rawa-rawa air tawar dengan kandungan tanah liat > 70% dan bahan
organik 30%. Pertumbuhan sagu yang paling baik adalah pada tanah liat
kuning coklat atau hitam dengan kadar bahan organik tinggi. Sagu mampu
tumbuh pada lahan yang memiliki keasaman tinggi. Pertumbuhan yang
paling baik terjadi pada tanah yang kadar bahan organiknya tinggi dan
bereaksi sedikit asam pH 5,5 6,5. Jumlah curah hujan yang optimal bagi
pertumbuhan sagu antara 2.000 4.000 mm/tahun, yang tersebar merata
sepanjang tahun. Sagu dapat tumbuh sampai pada ketinggian 700 m di
atas permukaan laut (dpl), namun produksi sagu terbaik ditemukan
sampai ketinggian 400 m dpl. Sagu dapat tumbuh baik di daerah
1000Lintang Selatan 500Lintang Utara dan 900 1800 darajat Bujur Timur,
yang menerima energi cahaya matahari sepanjang tahun.
Jeruk Kisar merupakan salah satu varietas dari jenis/species
Jeruk Keprok (Citrus Nobilis) dan merupakan salah satu buah endemik
(sumber: http://cybex.deptan.go.id). Iklim mempengaruhi perkembangan
jeruk, tergantung pada spesiesnya, Jeruk memerlukan 5 6, 6 7 atau 9
bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk
perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia
tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-
Agustus. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari
sinar matahari. Tanah yang baik untuk dijadikan media tanam tanaman
jeruk adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7 27%,
debu 25 50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik.
Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk
adalah 5,5 6,5 dengan pH optimum 6. Air tanah yang optimal berada
pada kedalaman 150 200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim
kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai
air yang mengandung garam sekitar 10%. Tanaman jeruk dapat tumbuh
dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 30° (sumber:
http://cybex.deptan.go.id).
d. Kualitas dan kuantitas air
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air untuk
dipergunakan bagi pemenuhan tertentu kehidupan manusia, seperti untuk
air minum, mengairi tanaman, minuman ternak dan sebagainya.
Pemeriksaan fisik kualitas air adalah untuk memeriksa kekotoran air yang
mengganggu penglihatan, bau dan rasa (Selintung, 2011). Karakteristik
fisik termasuk kekeruhan (disebabkan oleh adanya material suspensi)
misalnya bahan organik, plankton, lempung, lanau dan benda mikroskopik
lainnya, dan alat pengukurnya adalah fotometrik dengan satuan
kekeruhan NTU), warna (disebabkan oleh larutan bahan organik atau
anorganik tertentu), bau, rasa, temperatur dan busa.
Sedangkan untuk pemeriksaan kimia, sifat air yang melarutkan
unsur-unsur yang melaluinya menyebabkan air yang melalui tanah dan
batuan membawa serta mineral dari yang dilaluinya. Itulah sebabnya air
tanah pada umumnya mengandung unsur-unsur mineral yang lebih
banyak dibanding air permukaan.
Beberapa karakteristik kimia dalam air yang perlu diperiksa
antaranya; pH, jumlah zat padat, bahan organik, alkalinitas, chloride,
korosifitas, florida, besi, mangan, kalsium, nitrat dan sebagainya.
Melindungi sumber air permukaan dan air tanah dari pencemaran
haruslah selalu menjadi prioritas.
Peran air sangat penting dalam mendukung kehidupan manusia
sehingga air yang tercemar berpotensi besar dalam transmisi berbagai
macam penyakit. Melalui air dan makanan, penyakit dapat menular
sehingga media ini perlu perhatian dalam pengelolaannya. Pengelolaan
air erat hubungannya dengan teknik lingkungan dan sanitasi. Penyakit
melalui air termasuk penyakit pencernaan karena penyakit ini mengenai
saluran pencernaan manusia (Selintung, 2011).
Di negara yang sedang berkembang masalah penyediaan air
bersih dan penanganan air limbah masih kurang, sehingga masih banyak
penyakit yang berhubungan dengan air. Masih banyak masyarakat yang
hidup tanpa air yang aman (safe water). Patogen (agen penyakit berupa
mikroba) akan dikeluarkan melalui tinja. Jika patogen ini masuk dalam air
atau melalui makanan penyakit terkena pada seseorang maka siklus
penyakit dapat berlanjut, dan dapat menjadi suatu epidemik. Penyakit
yang menyerang manusia dapat secara langsung maupun tidak langsung
ditularkan dan disebarkan melalui air.
Mekanisme penularan penyakit yang berhubungan dengan air
dapat digolongkan menjadi empat, yaitu: waterborne mechanism (patogen
yang ada dalam air dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan
melalui sistem pencernaan), waterwashed mechanism (penularan
penyakit dikaitkan dengan kebersihan umum dan perseorangan.
Penularan dapat melalui alat pencernaan, melalui kulit dan mata, serta
melalui binatang pengerat), water-based mechanism, (penularan penyakit
melalui agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya dalam
air), water-related insect vector mechanism (agen penyakit melalui gigitan
serangga yang berkembang biak dalam air).
Air merupakan unsur penting dalam kehidupan. Sekitar 80% dari
tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang manusia pun yang dapat
bertahan hidup tanpa air minum selama 4 5 hari. Selain dari air untuk
minum, air juga digunakan untuk memasak, membersihkan tubuh,
mencuci, dan membersihkan rumah. Kebutuhan umum yang lain ialah
untuk pertanian, perikanan, transportasi, pembangkit energi, industri,
rekreasi dan lain sebagainya. Manusia juga akan terkena dehidrasi atau
terserang penyakit bila kekurangan cairan dalam tubuhnya.
Pada kondisi normal tubuh manusia memerlukan antara 3 10 liter
air per hari, tergantung cuaca dan aktifitas yang dilakukannya, sebagian
dari jumlah air ini didapat dari makanan. Kebutuhan air penduduk
tergantung dari cuaca, standar hidup, ketersediaan dan metode distribusi
air. Untuk memperoleh estimasi kebutuhan air dalam suatu wilayah, lebih
mudah untuk mensurvey jumlah rumah tangga daripada harus melakukan
sensus dari rumah ke rumah.
Penggunaan air domestik (rumah tangga) dapat dihitung dengan
mengasumsikan rata-rata jumlah anggota keluarga dalam suatu rumah
tangga. Adanya sekolah, tempat peribadatan, rumah sakit dan fasilitas
umum lainnya juga harus dihitung penggunaan airnya.
Agar sarana dan prasarana air bersih suatu wilayah dapat melayani
penduduk yang semakin berkembang, maka perlu dilakukan perhitungan
antara tingkat kebutuhan masyarakat dengan tingkat ketersediaan sarana
dan prasarana sesuai dengan jumlah penduduk yang ada.
Secara garis besar, kebutuhan air bersih dapat digolongkan pada:
(1). Kebutuhan air domestik; dihitung berdasarkan perkiraan jumlah
penduduk dan proyeksi pertambahan jumlah penduduk. Perkiraan jumlah
penduduk yang akan dilayani dalam perencanaan air bersih/minum
disesuaikan dengan tenggang waktu yang akan ditetapkan, mengingat
pada jangka waktu tertentu kebutuhan akan berubah dan dengan
demikian keseluruhan sistem juga akan berubah akibat pertumbuhan
penduduk. Secara umum kebutuhan air perorang disesuaikan dengan
standar yang digunakan dan kriteria pelayanan berdasarkan kategori
besar kotanya.
Tabel 1. Kebutuhan Air Bersih Domestik
Uraian
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah penduduk ( x 1000 Jiwa )
> 1.000 500 -1.000 100 -500 10 - 100 3 – 10
Metro Besar Sedang Kecil Desa
Konsumsi unit SR (Lt/org/hr) 190 170 150 130 30 Konsumsi unit HU (Lt/org/hr) 30 30 30 30 30 Konsumsi Unit Non-Domestik (%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30 Kehilangan air sistem baru(%) 20-30 20-30 20-30 20-30 20-30 Kehilangan air sistem Lama (%) 30-40 30-40 30-40 30-40 30-40
Faktor jam puncak 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Jumlah jiwa per-SR 5 5 6 6 10
Jumlah jiwa per-HU 100 100 100 100-200 200
Sisa tekanan di jaringan distribusi (mka)
10 10 10 10 10
Jam operasi (jam) 24 24 24 24 24
Volume reservoir/m3
(Kebutuhan harian rata-rata) 20 20 20 20 20
SR:HU 50:50 s/d
80:20 50:50 s/d
80:20 80:20 70:30 70:30
Cakupan pelayanan (*) **)90 **)90 **)90 **)90 ***)70
Sumber: Kimpraswil, 2003
(2). Kebutuhan air non-domestik; mencakup kebutuhan air untuk
industri; kebutuhan air untuk institusi; kebutuhan air untuk komersial; dan
kebutuhan air untuk umum.
Menurut Bank Dunia, kebutuhan manusia akan air dimulai dengan
kebutuhan untuk air sampai kebutuhan untuk sanitasi (Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Prasarana Air Minum Sederhana, 2007). Kebutuhan air
untuk setiap tingkatan kebutuhan diilustrasikan pada Gambar 2.
70L
60L
50L
40L
30L
20L
10L
Gambar 2. Tingkat Kebutuhan Air (Sumber: Dirjen Cipta karya, 2007)
Kebutuhan air minum yang diperlukan untuk suatu daerah
pelayanan ditentukan berdasarkan parameter-parameter, yaitu:
1) Proyeksi Penduduk
Maksud dari proyeksi penduduk adalah untuk memberikan
perkiraan jumlah penduduk di masa mendatang. Dengan berdasarkan
perkiraan jumlah penduduk maka dapat dibuat rancangan kebutuhan air
bersih untuk masa yang akan datang. Metode yang dapat dipakai dalam
memproyeksikan pertumbuhan jumlah penduduk yakni metode geometrik,
yaitu:
Pn = Po (1+r)n……………….………..……….(1)
dimana:
Pn = jumlah penduduk setelah n tahun (jiwa)
Po = jumlah penduduk pada awal tahun (jiwa)
r = prosentase rata-rata kenaikan penduduk pertahun (%)
n = umur perencanaan (tahun)
Metoda Geometrik (Berganda) adalah proyeksi yang menganggap
bahwa perkembangan penduduk secara otomatis berganda dengan
pertambahan penduduk awal. Metoda ini memperhatikan suatu saat
terjadi perkembangan menurun dan kemudian mantap, disebabkan
kepadatan penduduk mendekati maksimum (sumber:
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/ ).
2) Perhitungan Kebutuhan Air
Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang
telah diproyeksikan untuk 10 tahun mendatang dan kebutuhan rata-rata
setiap pemakai setelah ditambahkan 20% sebagai faktor kehilangan air
(kebocoran). Kebutuhan total ini dipakai untuk mengetahui apakah sumber
air yang dipilih dapat digunakan. Kebutuhan air ditentukan dengan
perhitungan sebagai berikut:
Qd = P x q ……………………..………………….(2)
Keterangan:
Qd = total pemakaian air harian domestik (liter/hari)
P = jumlah yang akan dilayani - sesuai tahun perencanaan (orang)
q = pemakaian air harian (liter/orang/hari)
e. Tata letak sistem pengolahan dan distribusi
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi mencakup bangunan
pelayanan dan distribusi dimana termasuk didalamnya adalah; menara air
(berfungsi sebagai tempat penyimpanan air dan sistem pelayanan dengan
cara gravitasi), bak penampung/reservoir (berfungsi sebagai tempat
penyimpanan air untuk mengatasi fluktuasi penggunaan air dalam satu
hari), Hidran Umum/HU (bak penampung yang dilengkapi dengan keran
untuk pengambilan air, dapat melayani 10 15 KK), Keran Umum/KU
(fungsi sama dengan HU tetapi tidak mempunyai bak penampung),
Sambungan Rumah/SR (sambungan perpipaan yang berasal dari pipa
distribusi untuk disalurkan ke rumah, dilengkapi dengan meter air). secara
keseluruhan, tata letak sistem pengolahan dan distribusi berfungsi untuk
merencanakan sistem pengaliran air (bidang hidrolika) dan sistem jaringan
pipa. Sistem pengaliran air bersih ada 3 (tiga) jenis yaitu: sistem
pengaliran secara gravitasi, sistem pengaliran pemompaan dan sistem
pengaliran kombinasi.
Tujuan pengolahan air dalam sistem pengolahan air adalah untuk
mengubah air baku menjadi air bersih, secara fisik tidak berbau, berwarna
dan tidak berasa atau memenuhi standar Depkes RI. Pengolahan air dari
sumber air tanah apabila air tanah banyak mengandung zat besi dan
mangan (bau besi) sistem pengolahan air sederhana dengan
menggunakan aerasi (pencampuran air dan udara) serta bak saringan
pasir.
f. Teknologi dan material/bahan bangunan
Teknologi dan material yang dimaksud adalah mencakup pipa
distribusi (pipa yang mengalirkan air dari bak penampung/reservoir
menuju jaringan pelayanan) dan pipa transmisi (pipa yang mengalirkan air
dari sumber air baku menuju bak penampung atau Instalasi Pengolahan
Air (IPA). Material dan teknologi lainnya mencakup bangunan pelengkap
dan penunjang seperti Bak Pelepas Tekan (BPT), ruang katup, ruang
katup pelepas udara, jembatan pipa, perlintasan jalan dan gorong-gorong,
trush block, pompa dan rumah pompa.
g. Sistem pelayanan pelanggan
Terbagi menjadi dua jenis yaitu sistem perpipaan (pelayanan air
bersih dengan sistem perpipaan, daerah pelayanan PDAM) dan sistem
non perpipaan (daerah yang belum dilayani PDAM, sistem penyediaan air
berbasis masyarakat (komunal), sistem individual dan lain sebagainya.
Pelayanan pelanggan adalah untuk kepuasan, servis dan penagihan
pembayaran yang sesuai dengan pemakaian.
Menurut Model Penyiapan Program Pembangunan Prasarana dan
Sarana Dasar Perkotaan Tahun 1994, masyarakat berpenghasilan rendah
lebih tidak terlayani oleh Public Water Supply daripada masyarakat
berpenghasilan tinggi. Tidak tersedianya sambungan dan tingginya biaya
pemasangan, membuat animo masyarakat yang berpenghasilan rendah
untuk memiliki air bersih yang sehat dan berkualitas serta kontinu mengalir
menjadi berkurang.
6. Aspek Sosial Budaya
Pengembangan prasarana air bersih harus terpadu dengan aspek
sosial budaya untuk menjaga keberlanjutan sistem lokalnya (Keputusan
Menteri Lingkungan Hidup, No. 4/2000). Gaya hidup yang berlaku sudah
secara mantap diterjemahkan ke dalam berbagai tatanan dan bentuk
bangunan serta peralatan yang dipakai sehari-hari. Kaidah dan pola dan
warisan budaya dan pola hidup ini harus menjadi dasar awal
untukdikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kesempatan baru
yangdiciptakan oleh pembangunan yang maju dan berhasil yang
merupakan proses berlanjut.
Kondisi kependudukan yang mencakup kepemilikan tanah
setemoat dan akulturasi dan asimilasi, yang berarti pola penyebaran
penduduk. Kebiasaan penduduk mencakup gaya hidup dan perubahannya
serta tradisi masyarakat lokal. Sarana kesehatan lingkungan serta fasilitas
sosial dan fasilitas umum juga termasuk dalam aspek sosial budaya yang
terkait dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat (Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup, No. 4/2000).
a. Kondisi kependudukan
Kondisi kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan
jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran,
kualitas, kondisi, kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial,
budaya, agama serta lingkungan penduduk tersebut.
Kondisi kependudukan penting dalam menentukan pelayanan
yang dibutuhkan. Contohnya; sistem pemberian air apakah sambungan
rumah (SR) atau hidran umum (HU). Pola sistem pelayanan tergantung
dari penyebaran permukiman dan standar hidup masyarakat. Menurut Mc.
Ghee dalam Asghara (2007), penggunaan air bersih perkotaan
dipengaruhi oleh faktor karakteristik penduduk terutama tingkat sosial
ekonomi, semakin tinggi tingkat pendapatan suatu penduduk maka akan
semakin banyak pula air bersih yang digunakan.
b. Kebiasaan penduduk
Kebiasaan penduduk adalah sesuatu yang biasa dikerjakan, pola
untuk melakukan tanggapan thd situasi tertentu yg dipelajari oleh individu
dan yg dilakukannya secara berulang untuk hal yg sama. Dalam
pengelolaan air bersih, kebiasaan yang berlaku di dalam masyarakat juga
menjadi faktor penentu keberhasilan pengelolaan prasarana air bersih,
seperti cara pandang masyarakat terhadap air, kebutuhan-kebutuhan
khusus dalam memanfaatkan air, kebiasaan masyarakat dalam
membuang sampah, dan lain sebagainya.
7. Aspek Ekonomi dan Keuangan
Selain keterpaduan dengan aspek sosial budaya, pengembangan
prasarana air bersih juga harus terpadu dengan aspek ekonomi dan
keuangan untuk mengkaji kemampuan masyarakat (ATP) untuk
membayar air dan elastilitas permintaan akan air minum terhadap
perubahan harga, dapat digunakan sebagai acuan/pertimbangan untuk
penentuan tarif (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, No.18/PRT/M/2007).
Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk meliputi;
penghasilan bulanan keluarga, pengeluaran bulanan keluarga, pemilikan
barang, status kepemilikan rumah, keadaan rumah tinggal (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum, No.18/PRT/M/2007). Sumber mata
pencaharian dan kondisi sarana dan prasarana perhubungan
(ketersediaan infrastruktur) juga menjadi parameter ekonomi untuk
menganalisis pengembangan suatu prasarana (Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup, No. 4/2000). Sementara persepsi masyarakat
melengkapi parameter sosial untuk pengembangan suatu prasarana yang
menjadi latar belakang kesediaan untuk berkontribusi (willingness to
pay/WTP) bagi pengembangan suatu prasarana (Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup, No. 4/2000 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum,
No.18/PRT/M/2007).
a. Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk
Perekonomian dan kesejahteraan penduduk sangat berperan
dalam pengembangan sarana dan prasarana air bersih. Semakin tinggi
taraf ekonomi dan tingkat kesejahteraan penduduk, semakin baik kondisi
prasarana dan pengetahuannya akan air bersih.
b. Ketersediaan infrastuktur
Ketersediaan infrastruktur adalah kesiapan infrastruktur penunjang
untuk dapat digunakan atau dioperasikan dl waktu yg telah ditentukan;
keadaan tersedia; hal tersedia. Ketersediaan infrastruktur yang dimaksud
adalah infrastruktur penunjang seperti jalan, teknologi informasi,
pelabuhan dan Bandar udara untuk meningkatkan iklim investasi.
c. Kesediaan (WTP) dan kemampuan (ATP) membayar iuran
Keinginan untuk membayar jasa tergantung dari kemampuan
pelanggan, kebutuhan dan harga air. Sehingga harga air menjadi faktor
pertimbangan dalam aspek ekonomi. Menurut EPA dalam Sugiarto (2006),
keterjangkauan adalah fungsi pungutan air maupun kemampuan rumah
tangga (dan konsumen non rumah tangga) untuk membayar layanan
air.Dengan demikian, air bersih dapat dibuat lebih terjangkau dengan
menekan biaya pengadaannya, meningkatkan kemampuan konsumen
untuk membayar, atau kedua-duanya.
Aspek penting yang harus diperhatikan ketika membahas
keterjangkauan layanan air bersih adalah perbedaan antara kemauan
membayar (WTP) dengan kemampuan membayar (ATP). Kemauan
membayar mencerminkan preferensi konsumen tentang pembelian
kuantitas barang atau jasa relatif terhadap harganya. Ketika harga naik,
terutama dalam hal barang dan jasa yang sangat dibutuhkan, konsumen
memungkinkan menunjukkan keengganan atau ketidakmauan membayar.
Misalnya konsumen yang sensitif terhadap harga mungkin akan
mengurangi pemakaian air ketika terjadi kenaikan tarif.
Persentasi kenaikan tarif yang tinggi akan menimbulkan reduksi
yang signifikan terhadap pemakaian air (paling tidak dalam jangka
pendek). Tarif yang seolah-olah rendah akan mendorong pemakaian air
secara tidak efisien dan menciptakan persepsi publik yang keliru
mengenai biaya penyediaan air. Tindakan menaikan tarif, tidak perduli
seberapa kuat justifikasinya, dapat memicu ketidakmauan membayar.
Perubahan persepsi dan kesadaran pengguna air berdampak pada pola
konsumsi air (Afifi, 2008).
Dalam hal ini kesediaan membayar, konsumen dapat menentukan
pilihannya sendiri dalam memperoleh air bersih. Dalam sistem kecil yang
saling bertetangga, persepsi konsumen mungkin juga dipengaruhi
besarnya tarif di sistem tetangga. Konsumen bersedia membayar dengan
tarif yang menurut persepsi mereka adil dan setara dengan sistem lain
yang berdekatan (EPA dalam Sugiarto, 2006).
Salah satunya adalah memanfaatkan skala ekonomis sehingga
biaya produksi satuan dapat ditekan. Skala ekonomis ini relevan terutama
untuk fungsi-fungsi sumber air baku dan instalasi pengolahan air baku,
dan dapat dicapai melalui merger, akuisi, interkoneksi sistem, dan
penjualan air secara jumlah besar. Pemilihan teknologi yang berbiaya
yang lebih murah juga dapat membantu menekan biaya penyediaan air
bersih. Cara lain adalah memanfaatkan hibah, pinjaman lunak, dan
subsidi sehingga biaya yang harus ditanggung menjadi berkurang.
Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai animo dan
preferensi masyarakat perlu dilakukan survey dalam bentuk kuesioner
yang akan dibagikan kepada responden dari wilayah penelitian.Setelah
hasil kuesioner berdasarkan metode RDS diperoleh, maka akan dilakukan
evaluasi dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Dari kuesioner
RDS dapat diketahui gambaran situasi dan kondisi prasarana air bersih
wilayah penelitian serta persepsi masyarakat yang diwakili Kepala
Keluarga (per-Rumah Tangga).
8. Aspek Kelembagaan
Aspek kelembagaan menjadi pertimbangan untuk keberlanjutan
pengoperasian penyediaan pelayanan air bersih. Kelembagaan perlu
dikaji sebagai dasar penyelenggaraan pengembangan prasarana.
Penyelenggara termasuk lembaga pengelola air bersih baik milik
masyarakat, pemerintah, pendukungnya adalah sumber daya manusia
(SDM) dan perangkat hukum sebagai standardisasi (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum, No.18/PRT/M/2007).
a. Lembaga Pengelola Air Bersih Masyarakat
Lembaga pengelola air bersih masyarakat yang dimaksud disini
yaitu lembaga yang berfungsi mengelola sumber air, air baku, air bersih
dan air minum berbasis masyarakat. Badan Pengelola Air Minum, Badan
Usaha Milik Daerah yang mengelola air minum, dan model kelembagaan
lainnya juga berfungsi memonitoring dan mengevaluasi penggunaan air,
meningkatkan peran serta masyarakat dalam serta mengusahakan
keberlanjutan air.
Guna memenuhi kebutuhan akan air bersih, peran lembaga
pemerintah seperti eksekutif dan legislatif, masyarakat pengguna,
Lembaga Swadaya Masyarakat dan lain-lain sangat berperan penting
dalam mendukung pemenuhan kebutuhan akan air bersih perkotaan.
Dukungan atau kritikan yang berupa kebijakan atau bantuan dalam bentuk
pendanaan sangat dibutuhkan dalam mengembangkan sarana dan
prasarana air bersih. Tuntutan dan kritikan dari masyarakat dan Lembaga
Swadaya Masyarakat terhadap pelayanan air bersih yang diberikan bisa
menjadi motivator guna peningkatan kapasitas pelayanan ada.
b. Lembaga pengelola air bersih milik Pemerintah (PDAM)
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan
daerah air minum yang diserahkan kewajiban dan hak oleh pemerintah
untuk mengelola sarana dan prasarana air bersih dan sumber air baku.
Pengelolaan air bersih menjadi suatu badan/lembaga juga bisa
mengurangi dampak negatif dari eksploitasi air tanah yang berlebihan
yang mengakibatkan terjadinya penurunan permukaan tanah, instrusi air
laut dan sebagainya, karena pelayanan yang dikelola bisa mengarah pada
daerah-daerah yang rawan kondisi air tanahnya.
Peningkatan kapasitas pelayanan air bersih merupakan suatu
tuntutan bagi PDAM selaku institusi atau stakeholders yang bertanggung
jawab memberikan jasa pelayanan dalam penyediaan kebutuhan air
bersih bagi masyarakat luas. Dalam menentukan penilaian kapasitas
pelayanan air bersih yang dilakukan oleh PDAM kepada masyarakat
didaerah pelayanan dapat digunakan acuan berupa kriteria teknis
pelayanan PDAM, yaitu:
5) Kualitas air PDAM
Kualitas air bersih PDAM yang diterima masyarakat harus
memenuhi standar kualitas air bersih sebagaimana yang telah ditetapkan
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan, No.
416/MENKES/PER/1990 tentang Pedoman Kualitas Air.
6) Kuantitas air PDAM
PDAM yang memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat
harus dapat memenuhi kebutuhan minimal air bersih suatu rumah tangga
dengan tingkat konsumsi yang cukup untuk kebutuhan air bersih sehari-
hari baik untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya.
7) Kontinuitas air PDAM
Pelayanan air bersih PDAM harus tersedia dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam 24 jam sehari, dalam arti air bersih
PDAM harus dapat terdistribusikan ke masyarakat secara kontinu selama
24 jam sehari.
8) Cakupan pelayanan PDAM
Perkembangan pembangunan jaringan air bersih yang baru, yang
tidak dapat mengiringi laju perkembangan penduduk yang ada
menyebabkan terjadinya kesenjangan kebutuhan akan air bersih sehingga
terjadi penurunan cakupan pelayanan. Prosentase cakupan layanan air
bersih dapat diketahui dari jumlah penduduk terlayani yang sudah
mendapat pelayanan jaringan prasarana air bersih pada tahun X
berbanding jumlah penduduk secara keseluruhan dalam wilayah studi
dikalikan 100%, atau dirumuskan sebagai berikut:
…………………………….(3)
Keterangan:
Cp = cakupan pelayanan (%)
P = penduduk terlayani (jiwa)
⅀P = total penduduk wilayah studi (jiwa)
c. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang dimaksud adalah potensi yang
terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya
sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu
mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam
menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang
seimbang dan berkelanjutan. Sumber daya manusia dan
pengembangannya dalam PDAM haruslah disesuaikan dengan kebutuhan
dan keahlian.
d. Standardisasi
Standardisasi yang dimaksud adalah penyesuaian bentuk (ukuran,
kualitas, dsb) dng pedoman (standar) yg ditetapkan; pembakuan. Dalam
melakukan pelayanannya, Perusahaan Daerah Air Minum selaku
stakeholders atau pihak yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola
air bersih bagi masyarakat harus memperhatikan aspek pelayanan yang
berperan penting dalam memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
masyarakat. Aspek pelayanan sangat mempengaruhi langsung karena
langsung menyentuh kepada masyarakat selaku pengguna air bersih.
Standardisasi haruslah sesuai dengan kebutuhan wilayah, dalam
penelitian ini disesuaikan dengan aturan pengelolaan kepulauan dan
kebijakan pemerintah setempat.
B. Strategi Pengembangan Prasarana Air Bersih
Strategi pengembangan prasarana air bersih dilakukan dengan
cara mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam
prasarana air bersih sehingga dapat dirumuskan strategi pengembangan
prasarana. Menurut Rangkuti (2001), strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Tujuan utama dari perencanaan strategis adalah agar
dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal
sehingga dapat mengantipasi perubahan lingkungan ekstenal.
Perencanaan strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing
dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan
dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.
Untuk menentukan strategi pengembangan prasarana air bersih
dapat dilakukan dengan menggunakan analisa SWOT. Menurut Rangkuti
(2001), analisa SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (oppurtunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness)
dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu
berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan.
Dengan demikian perencana strategis harus menganalisis faktor-faktor
strategis (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi
yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan menganalisis situasi. Analisis ini
merupakan model yang paling populer untuk analisis situasi.
BERBAGAI PELUANG
KE
LE
MA
HA
N
INT
ER
NA
L 3. Mendukung strategi
turn-around 1. Mendukung strategi agresif
KE
KU
AT
AN
IN
TE
RN
AL
4. Mendukung strategi defensif
2. Mendukung strategi diversifikasi
BERBAGAI ANCAMAN
Gambar 3. Diagram analisis SWOT (Sumber: Rangkuti, 2001)
Kuadran I: ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan
terdapat peluang dan kekuatan yang sangat kuat sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan
dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang
agresif (growth oriented strategy)
Kuadran II: meskipun sedang menghadapi ancaman, masih ada
kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar)
Kuadran III: ada peluang yang sangat besar, tetapi di lain pihak
menghadapi kendala/kelemahan internal. Fokus strategi adalah
meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut
peluang yang lebih baik.
Kuadran IV: ini merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan.
Proses penyusunan perencanaan strategis melalui tiga tahap
analisis, yaitu:
1) Tahap pengumpulan data.
Tahap ini tidak sekadar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga
merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada
tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua yaitu; data eksternal dan
data internal. Model yang dipakai pada tahap ini terdiri dari tiga, yaitu:
a). Matrik faktor strategi eksternal
Sebelum membuat matrik faktor eksternal, kita perlu mengetahui
terlebih dahulu faktor strategi eksternal (external strategic factor
analysis summary/EFAS) dalam kerangka peluang (opportunity)
dan ancaman (treathness)
b). Matrik faktor strategi internal
Setelah faktor-faktor strategis internal diidentifikasi, faktor internal
(internal strategic factors analysis summary/IFAS) dirumuskan
dalam kerangka Kekuatan (strength) dan Kelemahan (weakness).
c). Matrik profil kompetitif
Matrik profil kompetitif dipergunakan untuk mengetahui posisi
parameter yang akan dianalisis dengan memberi bobot dan rating.
2) Tahap analisis.
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap
keperluan analisis, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi.
Sehubungan dengan penulisan ini, model yang dpakai adalah matrik
SWOT. Matrik ini menghasilkan empat set kemungkinan alternatif
strategis seperti terlihat dalam Gambar 4 berikut.
STRENGTHS (S) Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal
WEAKNESSES (W) Tentukan 5 – 10 faktor
kekuatan internal
OPPURTUNITIES (O) Tentukan 5-10 faktor
peluang internal
STRATEGI SO Ciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang
STRATEGI WO Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
TREATHS (T) Tentukan 5 – 10 faktor
ancaman internal
STRATEGI ST Ciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman
STRATEGI WT Ciptakan strategi yang
meminimalkan kelemahan untuk
menghindari ancaman
Gambar 4. Diagram Matriks SWOT (Sumber: Rangkuti, 2001)
3) Tahap pengambilan keputusan.
Keputusan yang diambil adalah berdasarkan hasil pembobotan dan
peratingan yang diperoleh dari pengelompokan masing-masing aspek
kedalam kerangka internal (IFAS) maupun eksternal (EFAS), posisi
strategi dapat diketahui berada dikuadran berapa dalam Gambar 3.
C. Penelitian yang terkait
Penelitian ini bukan merupakan penelitian yang baru, terdapat
beberapa penelitian dengan variabel, metode analisis dan subyek yang
sama akan tetapi terdapat perbedaan dan persamaan sehingga daapt
dibedakan dari penelitian lainnya. Penelitian terkait sumber daya air pulau
kecil di perbatasan NKRI berjudul Pengembangan Sumber Daya Air Di
Pulau - Pulau Kecil Terluar Perbatasan Pulau Marore Kabupaten
Kepulauan Sangihe Sulut dikemukakan oleh Erman Mawardi mengenai
IFAS
EFAS
pemenuhan kebutuhan Air Bersih penduduk Pulau Marore yang saat ini
cenderung kurang memadai. Pengembangan potensi sumber daya air
baku di Pulau Marore dilakukan dengan cara: studi kepustakaan,
wawancara, pengkajian lapangan, survei, dan investigasi. Hasil survey
diperoleh bahwa sumber air bersih penduduk untuk memenuhi kebutuhan
MCK dan air minum adalah berasal dari Sumur Dangkal dan
Penampungan Air Hujan (PAH). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian,
menunjukkan bahwa baik kuantitas maupun kualitas air dari kedua sumber
tersebut kurang memadai dan baik. Sehingga diperlukan pengembangan
dan peningkatan sarana dan prasarana air bersih, termasuk peningkatan
kualitas air minum penduduk.
Penelitian terkait strategi untuk air bersih adalah tentang
peningkatan kapasitas pelayanan air bersih di Kota Bangko Kabupaten
Merangin. Penelitian ini dikemukakan oleh Ariya Asghara yang
mengemukakan bahwa permasalahan kesulitan masyarakat setempat
untuk mendapatkan air bersih yang sehat, berkualitas serta kontinu
mengalir. Penyebabnya adalah faktor lokasi penduduk yang jauh dari
sumber air dan menurunnya debit air baku yang berasal dari air tanah dan
sungai-sungai kecil pada waktu musim kemarau. Disamping itu, kapasitas
pelayanan air bersih PDAM belum mencapai target untuk wilayah
perkotaan sebesar. Penelitian ini bertujuan menyusun strategi
peningkatan kapasitas pelayanan air bersih di Kota Bangko Kabupaten
Merangin guna memenuhi kebutuhan air bersih domestik masyarakat
melalui sistem jaringan air bersih dan pengembangan potensial pada
suatu wilayah. Pendekatan yang digunakan studi ini adalah pendekatan
kualitatif dan kuantitatif. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif,
SWOT dan superimpose. Rekomendasi yang dapat diberikan pada studi
ini adalah kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah agar dapat
menjaga dan melestarikan lingkungan terutama pada daerah-daerah yang
dijadikan sebagai kawasan konservasi guna menjaga kualitas dan
kuantitas sumber air baku yang sangat berpotensial untuk dijadikan
sebagai sumber air baku masyarakat Kota Bangko. Untuk meningkatkan
kualitas dan cakupan pelayanan air bersih PDAM, perlu dilakukan
koordinasi yang intensif antara pihak-pihak yang terkait seperti lembaga
eksekutif dan legislatif. Untuk menarik minat masyarakat menjadi
pelanggan air bersih maka pihak PDAM harus meningkatkan kualitas
pelayanannya.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pikir penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan alur dan
konsep pikir penelitian untuk mendapatkan tujuan dari penelitian ini. Latar
belakang penelitian yang diteliti adalah isu pemekaran kabupaten pada
tahun 2008 yang meningkatkan ruralisasi (kembalinya angkatan muda
produktif dan meningkatnya kaum perantau dari daerah lain untuk
membangun Pulau Kisar dan mencari sumber penghasilan di sana).
Potensi Pulau Kisar mempertimbangkan meningkatnya penduduk,
sebagai pulau terdepan NKRI dan buruknya pengelolaan prasarana air
bersih sehingga akses air tidak merata.
Gambaran kondisi nyata dan kebutuhan ditingkat masyarakat
terkait air bersih bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,
mengetahui kondisi dan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan,
air bersih,mengetahui tingkat kebutuhan dan kepentingan masyarakat
terhadap sarana dan prasarana air bersih, sanitasi, persampahan, dan
drainase, mengetahui tingkat kemauan membayar masyarakat dalam
penyediaan sarana dan prasarana air bersih, mengetahui tingkat
kemampuan ekonomi masyarakat.
Berdasarkan aspirasi masyarakat terkait air bersih yang sehat dan
berkualitas serta kontinu mengalir, maka dirasa perlu sebuah strategi
dirumuskan untuk mengembangkan prasarana air bersih yang sudah ada
di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat Daya dengan mempertimbangkan
aspek teknis, aspek sosial budaya, aspek ekonomi dan keuangan serta
aspek kelembagaan.Tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup dan
pemenuhan kebutuhan dasar. Keempat aspek masing-masing akan
dianalisis dengan metode SWOT (strengths-weakness-opurtunity-threat)
untuk mengetahui strategi apa yang paling tepat diterapkan pada
pengembangan air bersih di Pulau Kisar pada masing-masing aspek.
Gambar 5. Kerangka Pikir Penelitian
Kebutuhan air bersih meningkat
Pulau Kisar
Survei Kebutuhan Nyata
Aspek Teknis: 1. Curah hujan dan
topografi 2. Sumber air baku 3. Jenis tanah 4. Kualitas dan
kuantitas air 5. Tata letak sistem
pengolahan dan distribusi
6. Teknologi dan material/bahan bangunan
7. Sistem pelayanan pelanggan
Aspek Sosial Budaya:
1. Kondisi kependudukan
2. Kebiasaan penduduk
3. Sarana kesehatan lingkungan
4. Fasum dan Fasos
Aspek Ekonomi dan Keuangan:
1. Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk
2. Ketersediaan infrastuktur
3. WTP 4. ATP
Aspek Kelembagaan:
1. Lembaga Pengelola Air Bersih
2. PDAM: - Kualitas air - Kuantitas air - Kontinuitas - Cakupan
pelayanan 3. SDM 4. Standardisasi
SWOT - Klasifikasi - IFAS dan EFAS - Profil kompetitif - Matriks analisa - Posisi kuadran
Strategi Pengembangan Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif – kualitatif, yang merupakan penelitian yang
bermaksud untuk mendeskripsikan fenomena kondisi infrastruktur, analisis
dan rumusan yang mengkaitkan kondisi prasarana air bersih dengan
pengembangan prasarana air bersih yang terdapat di Pulau Kisar.
Penelitian kualitatif juga dikenal sebagai tata cara pengumpulan
data yang lazim, yaitu studi pustaka dan studi lapangan (studi pustaka
berbeda dengan tinjauan pustaka), yang dilakukan dengan cara mengkaji
sumber tertulis seperti dokumen, laporan, peraturan perundangan dan
diploma. Sumber tertulis ini dapat merupakan data primer maupun
sekunder, sehingga data yang diperoleh juga bersifat primer atau
sekunder. Pengumpulan data melalui studi lapangan terkait situasi ilmiah.
Peneliti mengumpulkan data dengan cara bersentuhan langsung dengan
situasi lapangan, misalnya mengamati (observasi), wawancara, interview,
diskusi atau terlibat langsung dalam penilaian.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dipusatkan di Pulau Kisar yang terletak di
wilayah kabupaten Maluku Barat Daya (MBD).
Gambar 6. Orientasi Lokasi Penelitian di Pulau Kisar
Secara geografis, Pulau Kisar terletak di Selat Wetar, dengan
posisi koordinat 08°06'10" Lintang Selatan dan 127o08'36"Bujur Timur
(Peraturan Presiden, No.78/2005). Batas-batas pulau Kisar adalah;
sebelah utara berbatasan dengan Pulau Romang, sebelah timur
berbatasan dengan Pulau Leti, sebelah selatan berbatasan dengan
daratan bagian timur Pulau Timur dari Republik Demokrat Timor Leste,
dan sebelah barat berbatasan dengan Pulau Wetar. Pulau Kisar termasuk
dalam wilayah kecamatan Pulau-Pulau Terselatan Kabupaten Maluku
Barat Daya.
Gambar 7. Lokasi Penelitian Pulau Kisar
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 5 (lima) bulan,
mulai dari bulan Februari hingga Juli 2012. Waktu ini dipergunakan untuk
melakukan kegiatan pengumpulan data, analisis data sampai dengan
penyajian hasil penelitian.
D. Sumber Data Penelitian
1. Data Primer
Data primer ini diperoleh dari kegiatan studi lapangan (observasi),
dimana usaha untuk mengumpulkan data diperoleh langsung dari lokasi
penelitian. Wawancara juga dilakukan beberapa kali untuk menggali
informasi lebih dalam mengenai kondisi Pulau Kisar baik kepada
masyarakat maupun pihak-pihak yang dianggap mampu memberikan
informasi yang dibutuhkan menyangkut kondisi prasarana air bersih di
lokasi penelitian.
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain:
a) Data hasil pengamatan/observasi lapangan mengenai kondisi
prasarana air bersih yang terdapat di Pulau Kisar
b) Data hasil pengamatan observasi mengenai segala potensi yang
terdapat di Pulau Kisar, baik itu potensi teknologi, sosial, budaya dan
ekonomi masyarakat
c) Data hasil kegiatan wawancara dan persepsi masyarakat sekitar
tentang kondisi prasarana air bersih di Pulau Kisar
d) Data pemetaan beberapa titik sumur gali menggunakan GPS dan
diolah dalam program computer ArcGIS
e) Data pemeriksaan uji kualitas 27 sumur dan air PDAM di
Laboratorium Kesehatan Lingkungan BTKL-PP Kelas I Makassar.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai
macam sumber, baik itu studi kepustakaan, data dari instansi terkait
dengan penelitian dan kebijakan yang berasal dari pemerintah.
Data instansi yang berkaitan dengan penelitian antara lain
berassal dari Bappeda Kabupaten Maluku Barat Daya, Dinas Pencatatan
Sipil dan Kependudukan Kabupaten Maluku Barat Daya, Dinas Kesehatan
Kabupaten Maluku Barat Daya, PDAM Tirta Dharma cabang Wonreli. Data
sekunder berisikan data pemetaan garis pantai dan guna lahan Pulau
Kisar, jumlah penduduk dan kepala keluarga hingga bulan April 2012,
Maluku Barat Daya dalam Angka 2011, PP Terselatan dalam Angka 2011,
Sarana dan Fasilitas Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, sketsa jaringan
perpipaan PDAM, daftar pelanggan PDAM. Sedangkan untuk studi
kepustakaan, dengan penelaahan dan pengkajian literatur terhadap
prasarana air bersih baik dari luar maupun daridalam negeri, seperti buku,
jurnal, karya tulis ilmiah tesis/disertasi, publikasi, dan pencarian di internet.
Proses studi literatur ini selain untuk memperoleh pengetahuan
tentang masalah-masalah yang terkait dengan pengembangan prasarana
air bersih, macam-macam strategi penyelesaian masalah, kebijakan-
kebijakan yang melatari pengembangan prasarana air bersih juga
dimaksudkan mampu mengatasi bahkan menyempurnakan kelengkapan
data yang banyak kurang terkait status Pulau Kisar yang baru saja
menjadi bagian pemekaran daerah.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengambilan data primer dan sekunder dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu: observasi atau pengamatan lapangan, wawancara,
interview, dokumentasi dan teknik field note.
a. Metode observasi merupakan pengamatan di lapangan yang dilakukan
untuk melihat secara langsung kondisi lokasi penelitian. Dengan
melakukan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal tidak
terungkap dalam dokumentasi-dokumentasi
b. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara dalam
penelitian dilakukan untuk mendapatkan data yang mendalam
mengenai suatu obyek penelitian. Metode wawancara dengan
pertanyaan terstruktur yang ditujukan kepada responden pada
penelitian ini. Metode kuesioner untuk mendukung wawancara dengan
memberikan pertanyaan yang ditujukan oleh responden sebagai
sampel. Kuesioner dibagikan maupun diisi oleh peneliti mengenai
kebutuhan nyata masyarakat terkait air bersih.
c. Metode wawancara, teknik pengumpulan data dengan cara melakukan
proses tanya jawab secara langsung dengan informan kunci. Proses
tanya jawab bersifat tidak terstruktur, tetapi informan yang diinterview
merupakan informan yang mengerti dan paham dalam penelitian ini,
baik itu tokoh adat, kontraktor penggalian sumur dalam dan tokoh
legislatif.
d. Metode field note yaitu teknik yang dilakukan dalam memperoleh data
di lapangan dengan mencatat seluruh hal-hal yang ditemukan di lokasi
penelitian. Teknik ini termasuk rekam jejak pemetaan tiap titik sumur
dengan menggunakan Global Positoning System (GPS) dan
pengkodean sampel air sumur untuk keperluan pemeriksaan
laboratorium.
F. Teknik Pengambilan Sampel
Suatu cara untuk menentukan banyaknya sampel dan pemilihan
calon anggota sampel, sehingga tiap sampel yang terpilih dalam penelitian
dapat mewakili populasinya (representatif) baik dari aspek jumlah maupun
aspek karakteristik yang dimiliki populasi. Oleh karena dalam survei ini
ditujukan untuk mendapatkan hasil yang sifatnya general/umum yang
menggambarkan pendapat masyarakat (rumah tangga) secara
keseluruhan dalam suatu wilayah, maka sampel yang diambil adalah
sampel acak (random sampling atau probability sampling) dengan teknik
sampel Cluster Sampling (Area Sampling).
Dalam pelaksanaannya, sampel Cluster Sampling ini dapat
dilakukan dengan mengelompokkan per Kecamatan dalam suatu
Kota/Kabupaten. Dalam sampel klaster (Cluster Sampling), unit analisis
dalam populasi digolongkan dalam gugus-gugus yang disebut klaster,
yang merupakan satuan-satuan dari mana sampel akan diambil secara
acak. Unit terkecil sampel klaster disebut PSU (Primary Sampling Unit) –
dapat berupa organisasi, asosiasi, batas geografis, batas administrasi
yang jelas (kelurahan/desa, kecamatan, dan lain-lain). Terdapat dua
situasi dimana sampel klaster dipakai, yaitu pertama, wilayah sampel
tersebar luas, sehingga untuk menyusun kerangka dasar sampel sangat
sulit. Kedua, tidak terdapat kerangka dasar sampel yng cukup baik dan
harus dibuat dengan biaya yang mahal (Survei Kebutuhan Nyata
Sanitasi/Real Demand Survey for Sanitation, 2008). Peneliti mempunyai
pertimbangan tertentu dengan mengambil wilayah perdesa.
1. Populasi
Sasaran populasi adalah penduduk yang tinggal di Pulau Kisar,
pelanggan maupun non-pelanggan PDAM, di 9 desa di seluruh Pulau
Kisar, yaitu penduduk desa: Wonreli, Abusur, Lebelau, Oirata Timur,
Oirata Barat, Nomaha, Purpura, Lekloor dan Kota Lama, diwakili oleh
Kepala Keluarga. Jumlahnya bervariasi berdasarkan perhitungan sampel.
2. Sampel
Jumlah sampel ditentukan berdasarkan dari tingkat ketelitian dan
analisis area sampling yang diinginkan. Semakin besar ketelitian (error
sampling semakin kecil), maka akan mengakibatkan jumlah sampel
semakin besar, demikian juga dengan tingkatan analisis yang akan
dicapai semakin fokus akan mengakibatkan jumlah sampel yang semakin
besar. Ketelitian suatu hasil survey sangat ditentukan dari besarnya
ketelitian yang dinyatakan sebagai faktor tingkat kepercayaan dan error
sampling. Perhitungan jumlah sampel responden dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus Real Demand Survay (ESP, 2008) sebagai berikut:
S = ………………………….(4)
Keterangan:
S = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi (Kepala Keluarga) dalam area sampling
E = Error Sampling (%), tergantung dari ketelitian yang direncanakan,
semakin kecil Error Sampling, akan mengakibatkan jumlah sampel yang
semakin besar.
Z = Ukuran tingkat kepercayaan/nilai rata-rata dari Standard Error
Untuk tingkat kepercayaan 99%, nilai Z = 1,64
Untuk tingkat kepercayaan 95%, nilai Z = 1,96
Untuk tingkat kepercayaan 90%, nilai Z = 2,58
r = variasi proporsi populasi, nilai r untuk populasi berimbang adalah
0,25.
Sampel dalam penelitian terdiri dari kepala keluarga masyarakat
Pulau Kisar yang berprofesi sebagai petani, peternak, pedagang,
pegawai, wiraswasta, dan lainnya. Terdapat 3.084 rumah tangga (kepala
keluarga/KK) yang bermukim di Pulau Kisar, dan tingkat kepercayaan
yang diambil adalah 90%. Jadi dengan perhitungan rumus sampel
berdasarkan Survey Kebutuhan Nyata (RDS), maka jumlah sampel yang
diperlukan untuk populasi penduduk adalah:
S = 157,939 ≈ 158 sampel
Setiap sampel dibagikan oleh petugas survey (enumerator) yang
adalah individu-individu pelaksana wawancara kepada responden untuk
melakukan pengisian angket (kuesioner) sehingga penyebaran angket di
setiap desa disesuaikan jumlahnya dengan perhitungan rumus (4) di atas.
Untuk masing-masing desa diambil sampel seperti Tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Pembagian angket kuesioner di tiap wilayah desa
Desa Jumlah KK di tiap
desa
Angket minimal
Dihitung Disebar
dan kembali
Wonreli 1.458 74,67 75 Lekloor 214 10,96 11 Kota Lama 192 9,83 10 Oirata Barat 161 8,25 8
Abusur 177 9,06 9 Oirata Timur 257 13,16 13
Purpura 92 4,71 5
Lebelau 396 20,28 20
Nomaha 137 7,02 7 TOTAL 3.084 157,94 158
Sumber: Hasil Olah Data Survei, 2012
Dalam penelitian juga diambil sampel air sumur untuk diuji kualitas
airnya. Sumur yang diambil sampel airnya adalah sumur yang dinyatakan
pencemarannya rendah dan sedang berdasarkan data Dinas Kesehatan
Wonreli (2010), yaitu sejumlah 38 sumur yang keberadaannya diketahui
warga. Sampel air sumur diambil berdasarkan rumus Slovin dengan
pertimbangan bahwa jumlah (N) sumur diketahui (Setiawan, 2007).
Rumus Slovin yang digunakan yaitu:
n = ………………………….(5)
Jumlah sampel air bersih yang diambil adalah:
n = 27,536 ≈ 27 sampel
Total sampel air bersih yang diambil untuk uji kualitas adalah 28
sampel, terdiri dari 27 sampel air sumur dan 1 sampel air PDAM.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis untuk pengembangan prasarana air bersih adalah
analisa deskriptif melalui pengkajian hasil identifikasi peta kontur, wilayah
administrasi dan identifikasi sumber air dalam hal ini sumur gali di tiap
desa yang tersaji dalam aplikasi computer AutoCAD 2008 dan ArcGIS 9.3.
Sedangkan untuk menentukan strategi pengembangan akan
menggunakan analisa SWOT (Strength – Weakness – Oppurtunity –
Treath) dalam kerangka faktor internal dan eksternal (IFAS dan EFAS)
yang akan dinilai melalui pembobotan dan peratingan, hingga dari tabel
kuadran.
Tahap akhir dari penelitian ini adalah merangkum hasil
pembahasan pada penelitian yang telah dilakukan, dan memberikan saran
bentuk strategi untuk dijadikan pertimbangan kebijakan bagi,
pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar.
H. Definisi Operasional
Definisi operasional dalam menganalisis tujuan penelitian adalah:
1. Prasarana air bersih; adalah bangunan air beserta bangunan lain
yang menunjang kegiatan pengelolaan air bersih, baik langsung
maupun tidak langsung.
2. Strategi; merupakan alat untuk mencapai tujuan. Tujuan utama dari
perencanaan strategis adalah agar dapat melihat secara obyektif
kondisi-kondisi internal dan eksternal sehingga dapat mengantipasi
perubahan lingkungan ekstenal.
3. Curah hujan; jumlah air hujan yang jatuh di permukaan tanah datar
selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di
atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan
infiltrasi. Data curah hujan termasuk sebagai kriteria dasar
perencanaan/penyusunan evaluasi kondisi kota/kawasan dalam
pengembangan penyediaan air bersih. Dari data curah hujan dapat
diketahui potensi air tanah. Satuannya adalam millimeter (mm). Untuk
Penampungan Air Hujan yang memadai minimal curah hujan adalah
1.300 mm pertahun. Air hujan memiliki kandungan mineral yang
rendah.
4. Topografi; adalah studi tentang bentuk permukaan bumi. Data
topografi memberi gambaran umum hidrologi sebagai kriteria dasar
perencanaan/penyusunan evaluasi kondisi kota/kawasan dalam
pengembangan penyediaan air bersih. Kondisi topografi menentukan
bentuk jaringan pipa distribusi atau sistem distribusi. Sifat yang
menonjol dari topografi: bentuk morfologi yang landai umumnya
ditempati oleh endapan aluvial; bentuk perbukitan yang bergelombang
biasanya ditempati oleh batuan yang berselang-seling batuan pasir,
lempung atau breksi; bukit yang menonjol dan tersendiri seringkali
merupakan suatu batuan intrusi.
5. Sumber air baku; sangat berperan penting dalam pemberian
pelayanan air bersih kepada masyarakat. Data sumber air baku
memberi gambaran umum hidrologi sebagai kriteria dasar
perencanaan/penyusunan evaluasi kondisi kota/kawasan dalam
pengembangan penyediaan air bersih. Sumber air baku harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut: (a). debit minimum dari sumber
air baku; (b). kuantitas sumber air baku harus terjamin kontinuitasnya;
(c). kualitas air baku harus memenuhi ketentutan baku mutu air yang
berlaku.
6. Air tanah; adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan
di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber
daya air yang keberadaannya terbatas dan tergantung pada
lingkungan vegetasi di sekitar lokasi yang mempengaruhi adanya
tampungan air dalam tanah. Kualitas air umumnya baik tidak
membutuhkan banyak pengolahan, namun sumber air yang berada
pada daerah tertentu memiliki kandungan besi (Fe) dan Mangan (Mg)
yang tinggi.
Jika jarak sumur terhadap pelayanan kurang dari 100 m berarti
sumber air tanah dangkal tersebut masih sangat layak digunakan. Jika
jarak 100-150 m berarti sumber air tanah dangkal tersebut masih
layak di gunakan. Dan apabila jarak lebih dari 150 m berarti sumber
air tanah dangkal tersebut kurang layak digunakan. Untuk mengetahui
muka air tanah atau ketebalan muka air tanah pada musim kemarau
memadai maka dapat dikaji bahwa apabila air tanah masih ada dan
cukup untuk memenuhi kebutuhan satu rumah tangga berarti potensi
air tanah dangkal baik. Jika air tanah masih ada tapi masih
memerlukan penambahan kedalaman untuk mendapatkan tambahan
air tanah sehingga masih dapat mencukupi kebutuhan sebuah rumah
tangga berarti potensi air tanah dangkal cukup baik; dan jika air tanah
tidak ada meskipun sudah dibiarkan selama waktu tertentu dipendam
berarti air tanah dangkal kurang baik
7. Jenis tanah; tanah menjadi salah satu kriteria mencakup topologi, sifat
fisik dan kimia tanah. Potensi air tanah dapat diketahui dari jenis
tanah. Tanah liat kuning coklat atau hitam dengan kadar bahan
organik tinggi paling cocok untuk sagu. Tanah lempung hingga
lempung berpasir baik dijadikan media tanam tanaman jeruk.
8. Kualitas air; menyatakan tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan
bagi pemenuhan tertentu kehidupan manusia, seperti untuk air minum,
mengairi tanaman, minuman ternak dan sebagainya. Kualitas air
merupakan komponen fisik-kimia yang berpotensi terkena dampak
regional pembangunan prasarana air. Pemeriksaan fisik kualitas air
adalah untuk memeriksa kekotoran air yang mengganggu penglihatan,
bau dan rasa. Karakteristik fisik termasuk kekeruhan, dan alat
pengukurnya adalah fotometrik dengan satuan kekeruhan (NTU),
warna, bau, rasa, temperatur dan busa. Beberapa karakteristik kimia
dalam air yang perlu diperiksa antaranya; pH, jumlah zat padat, bahan
organik, alkalinitas, chloride, korosifitas, florida, besi, mangan,
kalsium, nitrat,, dan sebagainya.
9. Kuantitas air; berhubungan dengan demografi saat ini dan 10 tahun
terakhir, penyebaran penduduk dan kepadatan. Pada kondisi normal
tubuh manusia memerlukan antara 3 – 10 liter air per hari, tergantung
cuaca dan aktifitas yang dilakukannya, sebagian dari jumlah air ini
didapat dari makanan. Kuantitas diukur dengan alat-alat ukur untuk
mengetahui kinerja pompa air baku. Satuan kuantitas air adalah kubik
(m3) atau liter, untuk persatuan waktu adalah debit (liter/detik).
Kuantitas air berperan dalam memenuhi kebutuhan air.
Satuan kebutuhan air adalah liter/orang/satuan waktu (hari atau
detik). Pelayanan air bersih kepada masyarakat harus dapat
memenuhi kebutuhan minimal air bersih suatu rumah tangga dengan
tingkat konsumsi yang cukup (30 - 50 liter/orang/hari) untuk kebutuhan
air bersih sehari-hari baik untuk minum, memasak, mandi, mencuci
dan sebagainya.
10. Tata letak sistem pengolahan dan distribusi; mencakup bangunan
pelayanan dan distribusi dimana termasuk didalamnya adalah;
a. menara air; berfungsi sebagai tempat penyimpanan air dan
sistem pelayanan dengan cara gravitasi,
b. bak penampung/reservoir; berfungsi sebagai tempat
penyimpanan air untuk mengatasi fluktuasi penggunaan air
dalam satu hari,
c. Hidran Umum/HU; bak penampung yang dilengkapi dengan
keran untuk pengambilan air, dapat melayani 10 – 15 KK,
d. Keran Umum/KU; fungsi sama dengan HU tetapi tidak
mempunyai bak penampung,
e. Sambungan Rumah/SR; sambungan perpipaan yang berasal
dari pipa distribusi untuk disalurkan ke rumah, dilengkapi
dengan meter air.
Secara keseluruhan, tata letak sistem pengolahan dan
distribusi berfungsi untuk merencanakan sistem pengaliran air (bidang
hidrolika) dan sistem jaringan pipa. Tata letak sistem pengolahan dan
distribusi termasuk dalam evaluasi sistem eksisting serta menjadi
bagian dalam identifikasi permasalahan dan kebutuhan
pengembangan.
11. Teknologi dan material/bahan bangunan; mencakup pipa distribusi
(pipa yang mengalirkan air dari bak penampung/reservoir menuju
jaringan pelayanan) dan pipa transmisi (pipa yang mengalirkan air dari
sumber air baku menuju bak penampung atau Instalasi Pengolahan
Air (IPA)), Bak Pelepas Tekan (BPT), ruang katup, ruang katup
pelepas udara, jembatan pipa, perlintasan jalan dan gorong-gorong,
trush block, pompa dan rumah pompa. Teknologi dan material/bahan
bangunan termasuk pengembangan alternatif dalam pengembangan
prasarana air bersih air bersih.
12. Sistem pelayanan pelanggan; terbagi menjadi dua jenis yaitu sistem
perpipaan (pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan, daerah
pelayanan PDAM) dan sistem non perpipaan (daerah yang belum
dilayani PDAM, sistem penyediaan air berbasis masyarakat
(komunal), sistem individual dan lain sebagainya. Pelayanan
pelanggan adalah untuk kepuasan, servis dan penagihan pembayaran
yang sesuai dengan pemakaian.
13. Kondisi kependudukan; adalah hal ihwal yang berkaitan dengan
jumlah, ciri utama, pertumbuhan, persebaran, mobilitas, penyebaran,
kualitas, kondisi, kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi,
sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk tersebut. Kondisi
kependudukan berperan penting dalam menentukan pelayanan yang
dibutuhkan. Pola sistem pelayanan tergantung dari penyebaran
permukiman dan standar hidup masyarakat.
14. Kebiasaan penduduk; adalah sesuatu yang biasa dikerjakan, pola
untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yg dipelajari
oleh individu dan yg dilakukannya secara berulang untuk hal yg sama.
15. Sarana kesehatan lingkungan; adalah tempat atau media untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan lingkungan.
16. Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial; adalah fasilitas yang diadakan
untuk kepentingan umum dan kepentingan sosial.
17. Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk; sangat berperan
dalam pengembangan sarana dan prasarana air bersih. Semakin
tinggi taraf ekonomi dan tingkat kesejahteraan penduduk, semakin
baik kondisi prasarana dan pengetahuannya akan air bersih.
18. Ketersediaan infrastuktur; adalah kesiapan infrastruktur penunjang
untuk dapat digunakan atau dioperasikan dalam suatu proyek
pembangunan sarana dan prasarana. Ketersediaan infrastruktur yang
dimaksud adalah infrastruktur penunjang seperti jalan, teknologi
informasi, pelabuhan dan bandar udara untuk meningkatkan iklim
investasi.
19. Kesediaan (WTP) dan kemampuan (ATP); kesediaan untuk
membayar jasa (willingness to pay/WTP) tergantung dari kemampuan
pelanggan (ability to pay/ATP), kebutuhan dan harga air. Perubahan
persepsi dan kesadaran pengguna air berdampak pada pola konsumsi
air.
20. Lembaga Pengelola Air Bersih Masyarakat; berfungsi mengelola
sumber air, air baku, air bersih dan air minum berbasis masyarakat.
Badan Pengelola Air Minum, Badan Usaha Milik Daerah yang
mengelola air minum, dan model kelembagaan lainnya juga berfungsi
memonitoring dan mengevaluasi penggunaan air, meningkatkan peran
serta masyarakat dalam serta mengusahakan keberlanjutan air.
21. Lembaga pengelola air bersih milik Pemerintah (PDAM); Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan daerah air minum yang
diserahkan kewajiban dan hak oleh pemerintah untuk mengelola
sarana dan prasarana air bersih dan sumber air baku. Dalam
menentukan penilaian kapasitas pelayanan air bersih yang dilakukan
oleh PDAM kepada masyarakat didaerah pelayanan dapat digunakan
acuan berupa kriteria teknis pelayanan PDAM, yaitu:kualitas air yang
harus memenuhi standar kualitas air bersih, kuantitas air, dan
kontinuitas harus tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
dalam 24 jam sehari
22. Cakupan pelayanan; prosentase cakupan layanan air bersih dapat
diketahui dari jumlah penduduk terlayani yang sudah mendapat
pelayanan jaringan prasarana air bersih pada tahun X berbanding
jumlah penduduk secara keseluruhan dalam wilayah studi dikalikan
100%.
23. Sumber Daya Manusia; adalah potensi yang terkandung dalam
diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk
sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya
sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju
tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang
dan berkelanjutan.
24. Standardisasi; adalah penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas, dsb) dng
pedoman (standar) yg ditetapkan; pembakuan. Standardisasi haruslah
sesuai dengan kebutuhan wilayah, dalam penelitian ini disesuaikan
dengan aturan pengelolaan kepulauan dan kebijakan pemerintah
setempat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
E. Gambaran Umum Pulau Kisar
1. Letak Geografis dan Wilayah Administrasi
Secara geografis, Pulau Kisar terletak di Selat Wetar, dengan
posisi koordinat 08°06'10" Lintang Selatan dan 127o08'36"Bujur Timur
(Perpres No.78/2005). Batas-batas pulau Kisar adalah; sebelah utara
berbatasan dengan Pulau Romang, sebelah timur berbatasan dengan
Pulau Leti, sebelah selatan berbatasan dengan daratan bagian timur
Pulau Timur dari Republik Demokrat Timor Leste, dan sebelah barat
berbatasan dengan Pulau Wetar. Pulau Kisar termasuk dalam wilayah
kecamatan Pulau-Pulau Terselatan Kabupaten Maluku Barat Daya (UU
No.31/2008).
Secara administratif Pulau Kisar dibagi menjadi 9 desa yaitu; Desa
Wonreli (sementara ini dijadikan Ibukota Kabupaten), Desa Kota Lama,
Desa Lekloor, Desa Lebelau, Desa Abusur, Desa Oirata Barat, Desa
Oirata Timur, Desa Nomaha, Desa Purpura.
Tabel 3. Pembagian administrasi berdasarkan luas di Pulau Kisar
No Desa Luas (km2) Persentase (%)
1 Lekloor 10,27 15,3 2 Oirata Barat 1,87 2,8 3 Oirata Timur 1,87 2,8 4 Abusur 4,20 6,2 5 Kota Lama 2,53 3,8 6 Wonreli 29,79 44,3 7 Nomaha 4,11 6,1 8 Purpura 2,55 3,8 9 Lebelau 10,13 15,0
Total 67,32 100,0
Sumber: PP Terselatan Dalam Angka, 2011
Gambar 8. Peta Administrasi Pulau Kisar
2. Aspek Teknis
e. Curah hujan dan topografi
Curah hujan tahunan sekitar 900 1000 mm pertahun (MBD Dalam
Angka 2010). Kondisi topografi pulau ini adalah berbatu dan berbukit.
Ukuran Pulau Kisar adalah, jarak Utara – Selatan hanya 10,4 km; jarak
terjauh dari Timur – Barat adalah 10,22 km; luas 8.500 ha dan keliling
pulau sekitar 37 km.
Gambar 9. Kondisi Topografi Pulau Kisar
Kondisi topografi Pulau Kisar yang berbukit-bukit menyebabkan
beberapa bagian wilayah kesulitan dalam mendapatkan air bersih.
Penduduk Pulau Kisar membeli air bersih dari toko-toko yang berada di
Pulau Kisar, sementara sebagian penduduk Desa Wonreli dilayani oleh
PDAM, baik dalam sistem perpipaan (SR dan KU) maupun pendistribusian
lewat mobil tangki untuk menjangkau tempat-tempat sulit air seperti Desa
Abusur, Dusun Yawuru dan Dusun Kioumanumere (kedua dusun
termasuk wilayah Desa Wonreli).
Jarak yang harus ditempuh karena kondisi topografi berbukit
berpengaruh terhadap harga air. Sementara masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) yang hidup di daerah yang sulit air memerlukan waktu dan
tenaga lebih untuk mengangkut air dari sumber air ke rumah-rumah
mereka.
Wilayah yang memiliki topografi yang relatif lebih tinggi dari pusat
pelayanan (sumur-sumur gali/SGL) mengalami kesulitan dalam menerima
distribusi air bersih karena adanya pengaruh tekanan air yang belum
mencapai daerah tersebut secara optimal. Untuk topografi wilayah yang
berbukit, kedalaman air tanah baru dapat dicapai pada kedalaman >20 m.
f. Sumber air baku
Sumber air baku di Pulau Kisar adalah air tanah dan air hujan.
Tidak ada air permukaan. Untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat,
dilakukan penggalian/pengeboran sumur-sumur untuk pengolahan dan
pengelolaan air baku. Untuk air tanah dilakukan pengambilan dengan
membuat sumur (untuk kedalaman dangkal, sekitar 6 8 meter) atau
dilakukan pengeboran sumur dalam untuk air tanah yang jauh dari
permukaan tanah dengan kedalaman sekitar 50 80 m. Rata-rata
kedalaman air sumur dalam adalah 15 20 m di musim penghujan. Pada
musim kemarau, rata-rata penyusutan air sumur dapat mencapai 7 10
meter.
Untuk air hujan, umumnya dipakai untuk mencuci baju dan atau
kendaraan (motor) atau sebagai cadangan air jika air sulit diperoleh,
ditampung dalam bak-bak beton yang berada di pekarangan rata-rata
warga masyarakat dan ditutup seng aluminium dan batu pemberat untuk
kebersihan dan keamanan air keluarga. Penampungan air hujan (PAH)
dilakukan secara konvensional oleh tiap rumah tangga dengan
penampungan dalam bak-bak beton yang tersedia di pekarangan rumah
warga.
Masyarakat yang berada di sekitar pohon-pohon sagu seperti di
Desa Purpura dan Lekloor (yang mempunyai ketersediaan debit air yang
mencukupi serta memiliki kualitas air yang cukup baik) dapat terlayani
dalam pemenuhan kebutuhan air bersihnya. Demikian juga masyarakat
yang tinggal di desa Oirata Barat dan Oirata Timur yang sumber air
tanahnya cukup berlimpah (Oirata berasal dari dua kata, yakni: oir yang
artinya „air‟ dan riata yang artinya „keruh‟. Jadi, Oirata berarti „air keruh‟).
Hanya pada beberapa wilayah dengan kondisi topografi berbukit yang
mengalami kesulitan dalam pengambilan air baku karena dibutuhkan
waktu dan tenaga untuk pengambilannya, seperti Desa Lebelau, Nomaha
dan Abusur.
g. Jenis tanah
Secara fisik, tanah di Pulau Kisar terlihat berkarang dan berpori,
umumnya jenis batuannya adalah dari batu kapur dan gamping. Jenis
tanah di daerah kepulauan Kisar adalah jenis tanah alfisols, inceptisols
dan vertisols dengan keadaan lahan pada daerah pertanaman dengan
fotografi datar sampai bergelombang dengan kemiringan 0-6% dan
kedalaman efektif perakaran 35 70 cm dengan pH tanah 5,6 6,4,
ketinggian tempat 0 200 m dpl, tipe curah hujan B - D dengan bulan
basah 6 8 bulan dan bulan kering 0 4 bulan, suhu udara 25 310C
(sumber: http://cybex.deptan.go.id).
Pembangunan dan pengembangan wilayah di Pulau Kisar
Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan tergolong cukup lambat. Hal ini
dikarenakan perencanaan pengembangan wilayah Kabupaten Maluku
Barat Daya terkonsentrasi pada pembangunan Ibukota Kabupaten yang
dipindahkan dari Pulau Kisar ke Pulau Moa. Namun akibat pemekaran
dan perencanaan Pulau Kisar - utamanya Desa Wonreli yang saat ini
masih menjadi Ibukota Kabupaten - menjadi pusat niaga dan pendidikan
mampu menarik pendatang dan putra asli daerah kembali dengan
semangat membangun wilayahnya, menyebabkan berkembangnya
permukiman dan sarana prasarana pendukungnya disepanjang jalan
tersebut.
Penggunaan lahan di Pulau Kisar secara umum dapat dilihat pada
Gambar 10 berikut ini:
Gambar 10. Penggunaan lahan di Pulau Kisar
Di Pulau Kisar, pohon sagu tumbuh subur di beberapa kawasan
seperti Lekloor, Purpura dan Nomaha. Komoditi paling terkenal adalah
jeruk. Jeruk Kisar merupakan salah satu varietas dari jenis/species Jeruk
Keprok (Citrus Nobilis) dan merupakan salah satu buah endemik (sumber:
http://cybex.deptan.go.id). Hal menarik dan aneh adalah jeruk Kisar yang
ditanam di luar Pulau Kisar terasa asam, tetapi jeruk produksi petani Pulau
Kisar sendiri terasa manis. Panen jeruk terjadi pada bulan Juli hingga
November. Jeruk Kisar banyak dipasarkan di Ambon dan Kupang, Nusa
Tenggara Timur melalui kapal laut. Jeruk Kisar sering menjadi oleh-oleh
dari Pulau Kisar.
Dusun Yawuru,
Desa Wonreli
Desa Purpura
Desa Oirata Barat
Gambar 11. Tanah di Desa Purpura, Oirata Barat dan Dusun Yawuru (Desa Wonreli)
h. Kualitas dan kuantitas air
Perbandingan kualitas air yang telah diinspeksi oleh Puskesmas
Wonreli Pulau Kisar pada bulan Mei – Juli 2010 dengan kualitas air yang
diperiksa BTKLPP Kelas I Makassar pada tahun 2012.
Total kuantitas sumur gali (SGL) yang telah diinspeksi pada tahun
2010 oleh Puskesmas Wonreli adalah 106 sumur dengan kondisi 9,43 %
rusak, 9,43% resiko pencemarannya amat tinggi, 36,79% resiko
pencemaran tinggi, 24,53% resiko pencemaran sedang dan 19,81%
resiko pencemaran rendah sehingga layak untuk memenuhi kebutuhan air
bersih masyarakat.
Resiko pencemaran rendah diakibatkan sanitasi daerah di sekitar
sumur gali baik. Resiko pencemaran sedang karena lantai SGL yg retak
perlu di perbaiki dan sanitasi sekitar SGL perlu di perhatikan. Resiko
pencemaran tinggi karena di lantai sumur retak dan perlu di perbaiki, ada
genangan air di sekitar daerah sumur, air berbau, dan sumber
pencemaran berupa sampah dan kotoran hewan di sekitar SGL.
Sedangkan resiko pencemaran amat tinggi adalah SGL tidak layak lagi di
gunakan oleh masyarakat.
Tabel 4. Kualitas dan Kuantitas Sumur Gali tahun 2010
NO DESA TOTAL SUMUR
RUSAK PENCEMARAN AMAT TINGGI
PENCEMARAN TINGGI
PENCEMARAN SEDANG
PENCEMARAN RENDAH
1 Oirata Timur
8 2 0 1 1 4
2 Oirata Barat
5 1 0 2 1 1
3 Wonreli 50 3 6 21 14 6
4 Lekloor 6 1 1 4 0 0
5 Nomaha 8 1 0 0 4 3
6 Lebelau 12 2 0 6 3 1
7 Purpura 12 0 2 3 1 6
8 Kotalama 5 0 1 2 2 0
TOTAL 106 10 10 39 26 21
Sumber: Inspeksi Puskesmas Wonreli 2010
Pada Tabel 5 dapat dilihat hasil pemeriksaan kualitas air bersih
dari Balai teknik Penyehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BTKL-PP) Kelas I Makassar pada tahun 2012 yang berdasarkan sampel
air bersih di 27 titik lokasi sumur gali.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa kadar Nitrat (15,35 mg/L) salah
satu sumur di Desa Wonreli (*), tepatnya di Dusun Mesiapi (kode pada
Gambar 12 adalah PWoMe01) lebih tinggi dari batas maksimum yang
diperbolehkan (10 mg/L). Mengkonsumsi air sumur dengan kadar nitrat
tinggi dapat menyebabkan gondok dan sangat berbahaya pada bayi.
Selanjutnya dapat mengakibatkan berbagai penyakit kelainan darah dan
kematian pada bayi (Manampiring, 2009). Kadar nitrat tinggi pada air
dapat disebabkan pemakaian pupuk untuk pertanian. Pada lokasi sumur
yang sama (**) pula kadar pH (5,59) dinyatakan lebih rendah dari batas
minimum yaitu 6,5. Ini menunjukkan bahwa pH air tersebut bersifat asam.
Air yang bersifat asam dapat mengakibatkan kerusakan korosif pada besi
dan benda logam lainnya. Di Desa Kota Lama (***) kadar Besi (1,1661
mg/L) dinyatakan sedikit lebih tinggi dari batas maksimum yaitu 1 mg/L
(Kode pada Gambar 12 adalah PKl01). Kelebihan besi pada air
menyebabkan rasa mual, lebih lanjut dapat merusak dinding usus. Apabila
air tanah banyak mengandung zat besi dan mangan (bau besi) sistem
pengolahan air sederhana dengan menggunakan aerasi (pencampuran air
dan udara) serta bak saringan pasir (Habibie, 2012).
Gambar 12. Lokasi PWoMe01 dan PKL01 (dalam uji kualitas air sumurnya
ditemukan bahwa kadar nitrat tinggi, pH rendah dan besi tinggi)
Tabel 5. Hasil Uji Kualitas Air Sumur Gali 2012
No Parameter Satuan
Batas maksimum yang
diperbolehkan
Desa Wonreli
(7 sampel)
Desa
Lekloor (4
sampel)
Desa Kota Lama
(3 sampel)
Desa
Oirata Barat (3 sampel)
Desa Oirata Timur
(3 sampel)
Desa Purpura
(2 sampel)
Desa Lebelau
(4 sampel)
Desa Nomaha (1
sampel)
A Fisika
1 Bau - Tidak berbau Tidak
berbau
Tidak
berbau Tidak berbau
Tidak
berbau Tidak berbau Tidak berbau Tidak berbau
Tidak
berbau
2 Kekeruhan Skala NTU
25 0,00 0,47 0,00
0,31 0,06 0,37 0,00 0,00 0,69 0,66, 1,01 0,00 0,68 0,72
3 Rasa - Tidak berasa Tidak
berasa Tidak
berasa Tidak berasa
Tidak berasa
Tidak berasa Tidak berasa Tidak berasa Tidak
berasa
4 Suhu* 0C Suhu Udara ± 3
0C -1 s/d-2 -1 s/d -2 -1 -1 -1 0 , -1 -1 s/d -2 0
5 Zat Padat Terlarut
(TDS)
mg/L 1.500 279 457 252
398 405 510
840
1.170 272 620 339, 362 395 464 321
B Kimia
1 Kesadahan (CaCO3)
mg/L 500 168,92
333,06
145,02
247,01
243,02
278,88
302,78
377,68
164,14
253,38
181,67& 202,39
213,54
282,86 203,98
2 Klorida (Cl) mg/L 600 30,02
79,71
30,28
66,25 80,22 94,72
59,00
495,83 49,17 192,28
53,31 & 60,56
53,83
74,53 64,70
3 Besi (Fe) mg/L 1,0 0,0488 0,1462
0,0172 0,0516
0,0515 1,1641***
0,0226 0,1270
0,0409 0,1045
0,0857 & 0,2172
0,0339 0,0940
0,1655
4 Nitrat (NO3-N)
mg/L 10 0,90
15,35*
0,80
1,60 1,50 3,40
0,30
1,00 0,50 0,70 4,10 & 0,80 0,30 1,40 1,20
5 Nitrit (NO2-N)
mg/L 1,0 0,006
0,025
0,001
0,006 0,007 0,019
0,002
0,010 0,003 0,048
0,011 &
0,003 0,002
0,013 0,005
6 Fluorida (F) mg/L 1,5 < 0,032 <0,032
0,250
<0,032
0,324
<0,032
0,635 < 0,032
<0,032 &
0,241 < 0,032
0,740 < 0,032
7 Mangan
(Mn) mg/L 0,5 < 0,0263 < 0,0263 < 0,0263 < 0,0263 < 0,0263
0,0824 & < 0,0263
< 0,0263
0,1056 < 0,0263
8 pH* - 6,5 – 9,0 5,59**
6,92
6,66
6,92 6,76 6,80
7,09
7,25 6,57 7,63 6,67 & 7,34 6,56 7,41 6,70
9 Seng (Zn) mg/L 15 <0,0084
0,0425 <0,0084
< 0,0084 0,0949
<0,0084 < 0,0084
0,0122
0,0085 & < 0,0084
<0,0084 0,0141
0,0088
10 Sulfat (SO4) mg/L 15 14,083
35,199
15,558
37,495
24,468
35,530
55,812
80,572 9,680 28,787
18,032 & 25,162
29,372
38,638 28,627
11 Zat organic (KMnO4)
mg/L 10 1,07 4,04 1,67
2,86 2,11 3,15
1,67
3,01 1,67 2,86 4,04 & 3,45 1,97 2,86 2,86
Sumber: BTKL-PP Kelas I Makassar, 2012
Kuantitas air tanah cukup banyak karena terindikasi terdapat sungai
bawah tanah. Umumnya sungai bawah tanah juga dijumpai pada daerah
topografi karst. Secara fisik aliran sungai bawah tanah termasuk aliran air
tanah melalui akuifer beberapa rongga/celah, sebagai akibat pelarutan batu
gamping koral, sehingga lama kelamaan terbentuk suatu alur/sungai yang
berfungsi sebagai pengering lingkungan sekitarnya (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum, No. 18/PRT/M/2007). Hal ini pun bisa diasumsikan dari
suburnya pohon sagu utamanya di Desa Lekloor, Purpura, dan beberapa
desa lainnya, serta kandungan rasa manis pada jeruk Kisar. Jeruk keprok
membutuhkan air yang mengandung kadar garam 10%. Diasumsikan
kandungan air tanah di Kisar mampu memenuhi kebutuhan tersebut
sehingga jeruk Kisar dapat bertumbuh dengan baik di Pulau Kisar.
3) Proyeksi Penduduk
Jumlah penduduk Pulau Kisar berdasarkan Pencatatan Sipil bulan
Mei tahun 2012 adalah sebanyak 16.055 jiwa dengan angka pertumbuhan
penduduk sebesar 0,04 %. Jika dilihat dari luas wilayahnya, maka rata-rata
kepadatan penduduk untuk Pulau Kisar adalah 188,88 jiwa/km2 (hasil
pengolahan data). Untuk mencari proyeksi jumlah penduduk pada tahun yang
akan datang, dapat digunakan metode geometrik maka diperoleh proyeksi
jumlah penduduk Pulau Kisar sampai dengan tahun 2022 dapat
diproyeksikan sesuai dengan Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Proyeksi Jumlah Penduduk Hingga Tahun 2022
DESA JUMLAH PENDUDUK TAHUN (jiwa)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
WONRELI 7.488 7.810 8.146 8.497 8.863 9.244 9.642 10.057 10.489 10.941 11.412
ABUSUR 896 935 975 1.017 1.060 1.106 1.154 1.203 1.255 1.309 1.366
KOTA LAMA 1.005 1.048 1.093 1.140 1.189 1.241 1.294 1.350 1.408 1.468 1.532
LEKLOOR 1.461 1.524 1.589 739 1.729 1.804 1.881 1.962 2.047 2.135 2.227
OIRATA BARAT
651 679 708 739 771 804 838 874 912 951 992
OIRATA TIMUR
1.043 1.088 1.135 1.184 1.234 1.288 1.343 1.401 1.461 1.524 1.590
NOMAHA 699 729 760 793 827 863 900 939 979 1.021 1.065
PURPURA 464 484 505 527 549 573 597 623 650 678 707
LEBELAU 2.348 2.449 2.554 2.664 2.779 2.899 3.023 3.153 3.289 3.431 3.578
TOTAL 16.055 16.746 17.467 17.299 19.002 19.820 20.673 21.563 22.490 23.458 24.468
Sumber: Hasil Analisa Peneliti, 2012
Dari analisis kependudukan diatas, dapat disimpulkan bahwa Pulau
Kisar di masa mendatang perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan
air bersih. Banyaknya jumlah penduduk sampai dengan tahun 2022
berpotensi sebagai konsumen air bersih selanjutnya akan digunakan untuk
perhitungan kebutuhan air bersih.
Kuantitas air baku di Pulau Kisar Secara ketersediaan, sumber air
baku yang ada mempunyai potensi yang berlimpah, terbukti dari sumur yang
jarang kering bahkan pada musim kemarau, dan hanya menyusut sekitar
2 10 meter dari kedalaman rata-rata sumur yaitu 20 80 m. Air hujan mulai
banyak dimanfaatkan masyarakat untuk keperluan cuci sejak tahun 2010 di
mana curah hujan dirasakan meningkat sejak tahun 2010 yang diasumsikan
akibat anomali cuaca yang melanda sebagian besar wilayah dunia.
sebelumnya, curah hujan dilaporkan sekitar 900 1000 mm pertahun (BPS,
2011).
4) Perhitungan Kebutuhan Air
Dihitung dari proyeksi jumlah penduduk yang ada, maka kebutuhan
air bersih domestik Pulau Kisar berdasarkan ukuran kapasitas (liter/detik)
dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7. Kebutuhan Air Bersih Domestik Pulau Kisar Berdasarkan Ukuran Kapasitas (liter/detik)
Desa q (liter/orang/hari) Qd (liter/detik)
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
WONRELI 46,44 4,02 4,20 4,38 4,57 4,76 4,97 5,18 5,41 5,64 5,88 6,13
ABUSUR 46,05 0,48 0,50 0,52 0,54 0,57 0,59 0,61 0,64 0,67 0,70 0,73
KOTA LAMA 54,96 0,64 0,67 0,70 0,73 0,76 0,79 0,82 0,86 0,90 0,93 0,97
LEKLOOR 55,43 0,94 0,98 1,02 0,47 1,11 1,16 1,21 1,26 1,31 1,37 1,43
OIRATA BARAT 61,54 0,46 0,48 0,50 0,53 0,55 0,57 0,60 0,62 0,65 0,68 0,71
OIRATA TIMUR 61,00 0,74 0,77 0,80 0,84 0,87 0,91 0,95 0,99 1,03 1,08 1,12
NOMAHA 50,16 0,41 0,42 0,44 0,46 0,48 0,50 0,52 0,55 0,57 0,59 0,62
PURPURA 33,85 0,18 0,19 0,20 0,21 0,22 0,22 0,23 0,24 0,25 0,27 0,28
LEBELAU 40,08 1,09 1,14 1,19 1,24 1,29 1,34 1,40 1,46 1,53 1,59 1,66
TOTAL 449,52 8,96 9,34 9,74 9,57 10,60 11,06 11,53 12,03 12,55 13,09 13,65
Sumber: Hasil Analisa Peneliti, 2012
i. Tata letak sistem pengolahan dan distribusi
Distribusi air masih memanfaatkan sistem gravitasi. Dari Gambar 13,
terlihat dua jenis ukuran pipa yang tersambung, yaitu pipa transmisi besar
untuk mengalirkan air dari sumber air baku menuju bak penampung dan pipa
distribusi kecil untuk mengalirkan air menuju jaringan pelayanan.
Gambar 13. Pipa distribusi dan transmisi di Oirata Barat
Selain sistem perpipaan dari PDAM, distribusi air bersih juga
dilakukan Pemerintah Daerah (PEMDA) melalui layanan penjualan air melalui
mobil-mobil tangki berkapasitas 4.000 liter untuk menjangkau keseluruhan
Pulau Kisar, utamanya desa dan dusun yang terletak jauh dari Desa Wonreli.
Harga per-pengangkutan (1 rate perjalanan) adalah Rp. 30.000,00 Rp.
40.000,00 tergantung jarak dari lokasi sumber air. Sumber air diambil dari
sumur-sumur gali (SGL) yang ada, tapi sulit dijangkau penduduk dari wilayah
sulit air seperti Abusur, dusun Yawuru dan dusun Kioumanumere.
Pipa transmisi
Pipa distribusi
Selain layanan mobil tangki dari Pemda, ada juga jasa layanan
swasta yang disediakan Toko Gembira, Toko India dan Pattbers melalui
pengangkutan mobil pick-up dalam tangki air fiber berkapasitas 1.100 dan
2.200 liter. Harga per-tangki bervariasi tergantung jarak tempuh, antara Rp.
80.000,00 Rp. 200.000 per-pengangkutan. Setiap kali pengangkutan dapat
memuat 3 tangki berkapasitas 2.200 liter dan 4 tangki berkapasitas 1.100
liter. Untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) umumnya mencari air
sendiri ke sumur-sumur gali terdekat.
Gambar 14. Aktifitas masyarakat mengambil air bersih
j. Teknologi dan material/bahan bangunan
Selain teknologi tenaga surya untuk energi, untuk distribusi air bersih
dari PDAM masih menggunakan pompa untuk mengalirkan air.
Gambar 15. Mesin pompa di IPA PDAM Tirta Dharma
Instalasi pengolahan memanfaatkan mesin pompa berbahan bakar
minyak (BBM) yang sering terhenti dalam beberapa waktu akibat kondisi
listrik PLN yang juga masih bergantung dengan bahan bakar minyak. BBM di
Pulau Kisar langka dan mahal. Saat penelitian dilakukan, harga perbotol air
mineral ukuran 1.000 ml bensin adalah Rp. 30.000,00.
Energi listrik berbahan bakar minyak di pulau Kisar masih terbatas
karena tergantung mesin pembangkit listrik milik PLN. Di Desa Oirata Barat
tampak beberapa rumah telah menggunakan panel surya sebagai sumber
energi listrik, dan di dekat sumur di Desa Purpura terpasang panel surya
untuk mengalirkan air dari sumur yang berada di kaki bukit ke tempat
penampungan di atas bukit. Panel surya yang berdimensi 2 x 3 m terletak
yang di Purpura mampu memompa air melalui pipa dari sumber air sumur
gali di kaki bukit (18 - 40 m dpl) menuju bak penampungan di atas bukit
(50 63 m dpl). Sementara itu, di beberapa rumah di Oirata Barat juga terlihat
menggunakan panel surya sebagai sumber energi listrik keluarga.
Gambar 16. Panel surya dan tangki air di Purpura serta rumah bertenaga
surya di Oirata Barat
Selain panel surya, terdapat 4 (empat) embung yang kondisinya
sudah kritis. Embung terletak di Desa Oirata Timur, Dusun Yawuru, Dusun
Wakleken dan Dusun Keitaru. Tiga dari keempat embung tersebut telah tidak
berfungsi dan kosong, hanya embung di Keitaru yang masih berfungsi tapi
airnya semakin menyusut. Kerusakan embung terindikasi karena semakin
menyusutnya curah hujan akibat anomali cuaca, kebocoran konstruksi atau
tingkat penguapan yang tinggi .
Gambar 17. Kondisi embung di Dusun Keitaru dan Dusun Wakleken (Desa Wonreli)
k. Sistem pelayanan pelanggan
Di Pulau Kisar sistem pelayanan meliputi sistem perpipaan dari
PDAM yang melayani Sambungan Rumah (SR) sebanyak 134 pelanggan,
khusus penduduk Desa Wonreli (Data PDAM Tirta Dharma cabang Wonreli,
2012) dan sistem non perpipaan dari PDAM (15 KU di Desa Wonreli) dan 8
desa lainnya dibuatkan 82 SGL dan ada 1.146 PAH yang tersebar (Dinas
Kesehatan Wonreli, 2012), yang diantaranya banyak merupakan inisiatif
warga sendiri dan terletak di rumah-rumah penduduk .
Pelayanan PDAM belum sepenuhnya memanfaatkan sistem
pengukuran debit air terpakai melalui meteran air. Masalah terjadinya
kehilangan Air Berekening (AR) pada konsumsi resmi berekening tak
bermeter ini sering menimbulkan masalah dalam penagihan iuran rekening
air minum dengan pelanggan.
9. Aspek Sosial Budaya
a. Kondisi kependudukan
Berdasarkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten
Maluku Barat Daya pada bulan April 2012, Pulau Kisar memiliki jumlah
penduduk 16.055 jiwa yang terdiri dari 8.130 orang laki-laki dan 7.925 orang
perempuan. Jumlah rumahtangga (Kepala Keluarga/KK) adalah 3.084,
sehingga rata-rata jumlah anggota keluarga pada tahun 2012 adalah 5 orang.
Jika dibandingkan data dari BPS tahun 2010, yaitu jumlah penduduk
Pulau Kisar sejumlah 14.015 jiwa dengan data Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil tahun 2012 yang berjumlah 16.055 jiwa, maka rasio
peningkatan penduduk adalah sebesar 87,29% dalam kurun waktu 2 tahun.
Tabel 8. Kondisi Demografi Pulau Kisar tahun 2012
D e s a
Jumlah rumah tangga (KK)
Laki-laki Perempuan Jumlah Seks ratio
Lekloor 214 792 669 1.461 118,39
Oirata Barat 161 344 307 651 112,05
Oirata Timur 257 515 528 1.043 97,54
Abusur 177 456 440 896 103,64
Kota Lama 192 497 508 1.005 97,83
Wonreli 1.458 3.739 3.749 7.488 99,73
Nomaha 137 356 343 699 103,79
Purpura 92 215 249 464 86,35
Lebelau 396 1.216 1.132 2.348 107,42
Total 3.084 8.130 7.925 16.055
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Maluku Barat Daya, 2012
Wilayah administrasi di Pulau Kisar tersebar tidak merata disebabkan
pola permukiman tersebar. Persebaran penduduk yang mengikuti pola jalan
ini mengakibatkan nama desa tidak teratur. Penduduk dari daerah asal yang
berpindah ke daerah lain karena pernikahan maupun peningkatan
penghasilan (karena perpindahan ladang) tidak mengubah identitas daerah
mereka seperti nama wilayah asal. Kebiasaan ini terdapat pada penduduk
Desa Wonreli dan penduduk Desa Lekloor.
Budaya masyarakat Kisar adalah patriarkhi, dimana kaum lelaki yang
berpergian mencari nafkah, sementara kaum wanita tinggal di rumah
mengurus keluarga dan menanam tanaman di pekarangan rumah untuk
ketahanan pangan keluarga dan ternak (Sahusilawane, 2012).
b. Kebiasaan penduduk
Untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih, masyarakat membeli
air pada penjual air selain menampung air hujan. Alasan beberapa warga
yang tidak ingin mendaftar sebagai pelanggan PDAM adalah karena biaya
penyambungan yang cukup mahal, kualitas air tidak baik, ataupun kontinuitas
air yang tidak lancar.
Di Pulau Kisar banyak terdapat Sumur Gali. Masyarakat Pulau Kisar
memiliki kebiasaan berkumpul sambil mencuci bersama di lokasi-lokasi
sumur atau sekedar bertemu kenalan dan mengambil air sumur. Sumur-
sumur di Pulau Kisar umumnya dibuat tanpa tutup pengaman dan pada salah
satu sumur di Desa Wonreli yang terlihat berjarak sangat dekat dengan
septiktank komunal seperti yang tampak dalam Gambar 18 ini.
a.
Gambar 18. Sumur komunal untuk keperluan air bersih di Desa Wonreli
Dilihat dari sisi kualitas, satu-satunya sumber pencemaran air tanah
adalah kebiasaan penduduk yang melakukan aktivitas mandi dan cuci di
sekitar sumur, serta membuang sampah di sembarang tempat. Sampah
plastik, kemasan sabun deterjen atau makanan kecil yang biasa dikonsumsi
anak-anak terlihat bertebaran di beberapa lokasi sumur. Kebiasan
membuang sampah sembarang tempat ini dilakukan mulai dari kaum manula
hinga anak kecil seusia SD. Drainase pembuangan air limbah domestik juga
belum merata di bangun di Pulau Kisar, dan di beberapa tempat kondisinya
sudah tidak layak.
Bak septiktank
yang menempel
pada konstruksi
beton sumur
WC darurat
Gambar 19. Sampah disekitar lokasi sumur
c. Sarana kesehatan lingkungan
Sarana Air Bersih (SAB) yang telah terbangun di Pulau Kisar adalah:
sistem non perpipaan, meliputi; Sumur Gali (SGL = 82 unit), dan
Penampungan Air Hujan (PAH = 1.146 unit) dan sistem perpipaan dari PDAM
Cabang Wonreli yang meliputi SambunganRumah (40 SR) dan Keran Umum
(15 KU). Sistem perpipaan hingga saat ini masih melayani Desa Wonreli.
Penampungan Air Hujan dibuat dalam bak-bak penampung yang umumnya
terletak di pekarangan rumah warga. Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL)
belum diinspeksi,demikian pula dengan tempat sampah.
Tabel 9. Sarana Kesehatan Lingkungan
D e s a jumlah
KK penduduk
jumlah rumah jumlah SAB
permanen semi
permanen darurat
perpipaan SGL PAH
SR KU
Lekloor 231 1.310 121 60 21
6 80
Oirata Barat 127 553 93 - 10
5 93
Oirata Timur 258 1.024 183 - 62
8 183
Abusur 158 787 121 31 -
3 91
Kota Lama 176 786 118 14 16
5 40
Wonreli 1.255 6,687 941 251 63 40 15 30 502
Nomaha 137 689 60 27 48
7 7
Purpura 86 442 34 30 22
10 30
Lebelau 374 2.157 341 37 19
8 120
Total 2.802 14.435 2.012 450 261 40 15 82 1.146
Sumber: Dinas Kesehatan Wonreli, 2011
d. Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
Fasilitas Umum (Fasum) yang dimaksud disini adalah Tempat-
Tempat Umum (TTU) yang terdapat di Pulau Kisar seperti hotel, pasar, salon,
masjid, gereja, sekolah dan rumah kost. Sedangkan Fasilitas Sosial (Fasos)
yang dimaksud adalah Tempat Penyediaan Makanan (TPM) yang meliputi;
depot air isi ulang, rumah makan, pedagang kaki lima, pedagang keliling dan
pabrik sederhana.
Tabel 10. Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial (TTU dan TPM)
D e s a Tempat-tempat Umum Tempat Pengelola Makanan/Minuman
hotel pasar salon masjid gereja sekolah rumah kost
depot isi ulang
rumah makan
pedagang kaki lima
pedagang keliling
pabrik sederhana
Lekloor
1 2
Oirata Barat
3 3
1
Oirata Timur
2 2
1
Abusur
1
1 4
1
Kota Lama
1 1 - - 4
2 2
Wonreli 4 1 6
4 18 13 3 10 4 5 1
Nomaha
3 3
Purpura
1 1
Lebelau
3 3
Total 4 1 8 1 18 36 17 3 14 6 5 2
Sumber: Dinas Kesehatan Wonreli, 2011
10. Aspek Ekonomi dan Keuangan
a. Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk
Mata pencaharian pokok penduduk Pulau Kisar adalah petani,
PNS/TNI/Polri, peternak, wiraswasta (usaha perdagangan, jasa katering, dan
lainnya). Sejak pemekaran wilayah pada tahun 2008, peningkatan
kesejahteraan masyarakat sangat signifikan hanya dalam waktu 2 (dua)
tahun, yaitu keluarga prasejahtera tahun 2008 berjumlah sekitar 1.510 KK
mengalami penurunan sebesar 53% di tahun 2010, sedangkan keluarga
sejahtera III tahun 2008 sebanyak sekitar 187 KK meningkat 78,31% di tahun
2010 menjadi ± 862 KK. Keluarga sejahtera III+ yang pada tahun 2008
sebanyak 68 KK meningkat pada tahun tahun 2010 sebesar 91,20% (BPS,
2011).
Dari data di atas dapat terlihat bahwa secara finansial, masyarakat
Kecamatan PP Terselatan pada umumnya dan Pulau Kisar pada khususnya,
utamanya kalangan menengah ke atas, mampu meningkatkan Pendapatan
Daerah Regional Bruto (PDRB). Hanya keterbatasan sarana dan prasarana
yang memadai menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat kelas
menengah ke atas membelanjakan dananya ke luar Pulau Kisar untuk
memenuhi kebutuhan hidup.
Gambar 20. Tingkat kesejahteraan masyarakat Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan sejak pemekaran pada tahun 2008 (Sumber: PP Terselatan
Dalam Angka, 2011)
Sejak tahun 2008 pula perkembangan fisik Pulau Kisar meningkat
drastis dengan tumbuhnya pusat-pusat keramaian dan perekonomian baru di
Desa Wonreli dan Kota Lama yang hingga saat ini masih menjadi Pusat
Kegiatan Pemerintahan dan Perekonomian Kabupaten Maluku Barat Daya.
Hingga saat ini produk olahan dari jeruk Kisar selain sebagai buah
yang langsung dikonsumsi adalah selai jeruk tapi masih berskala individual
tergantung kreatifitas masing-masing anggota keluarga. Umumnya teknis
budidaya budidaya tanaman jeruk Kisar oleh petani adalah masih secara
tradisional yaitu dengan menggunakan biji. Biji tidak disemai lagi akan tetapi
setelah selesai makan daging buahnya kemudian biji dibuang diatas tanah,
baik disekitar rumah maupun pada kebun. Biji tersebut akan tumbuh secara
alami. Kemudian dibiarkan tumbuh sampai berproduksi, tanpa adanya
perlakuan khusus.
b. Ketersediaan infrastuktur
Logistik di Pulau Kisar masih terkendala masalah infrastruktur
transportasi yang terbatas hingga menjadikan pulau ini seolah terisolasi.
Infrastruktur transportasi, bandar udara yang tersedia adalah Bandar udara
perintis untuk pesawat terbang jenis Casa 212 berkapasitas 18 penumpang
dengan maksimal bagasi adalah 10 kg per-penumpang. Pesawat lainnya
adalah milik maskapai Susi Air yang disewa oleh Perusahaan Pertambangan
yang terletak di Pulau Wetar. Susi Air berkapasitas 4 orang, tapi tidak
melayani penerbangan komersial. Untuk harga tiket pesawat Merpati
Nusantara Airlines, berkisar antara Rp. 1.200.000,00 Rp. 1.500.000,00,
sedangkan tiket subsidi pemerintah untuk masyarakat adalah Rp.
300.000,00 Rp. 600.000,00. Jadwal pesawat tidak menentu, tergantung
ketersediaan bahan bakar Avtur yang tersedia di Pulau Kisar.
Untuk pelabuhan kapal dapat memuat kapal Pelni dan kapal barang,
namun karena gelombang di Laut Banda sering tinggi utamanya pada bulan-
bulan Januari Maret, Mei Juli dan Oktober November, maka jadwal kapal
tidak menentu. Untuk infrastruktur telekomunikasi dan komunikasi, selain
memakai internet satelit, menara BTS penyedia jasa layanan Telekomunikasi
yang baru tersedia hanya milik PT. Telkomsel. Warga sering kesulitan
berkomunikasi menggunakan telepon genggam, namun jika sambungan
panggilan dilakukan oleh warga di dalam Pulau Kisar komunikasi cukup
lancar. Di beberapa tempat yang terletak di kaki lembah sinyal jaringan
telepon sulit diperoleh. Keterbatasan sarana dan prasarana penunjang lain
seperti komunikasi, telekomunikasi, automatic machine teller (ATM) juga
menjadi penyebab keterbatasan logistik di Pulau Kisar.
c. Kesediaan membayar (WTP) dan kemampuan membayar (ATP)
Dari Survey Kebutuhan Nyata diperoleh bahwa keinginan responden
yang mewakili masyarakat di Pulau Kisar untuk memperoleh layanan
perpipaan dari PDAM dan kesediaan membayar iuran bulanan cukup besar.
Sekitar 80% dari responden bersedia dan ingin memperoleh layanan PDAM,
sisanya (20%) tidak bersedia. Sebagian besar ketidak-sediaan lebih
disebabkan oleh rasa tidak puas dan apatis karena; (a). biaya
penyambungan maupun iuran dianggap terlalu mahal, (b). kualitas air tidak
baik, (c). air sering mati dan tidak selalu tersedia, maupun ketiganya (a-c).
Walaupun sekitar 17,72 % responden menyatakan tidak bersedia
mendapatkan layanan PDAM, namun jika memang layanan telah tersedia,
maka sebagian besar responden tetap memilih mendapatkan Sambungan
Rumah (SR) di setiap keluarga (74,68 %). Sekitar 12,03 % memilih
Keran/Hidran Umum (KU/HU), 5,06 % memilih Sambungan Halaman (SH),
6,33 % memilih Terminal Air (TA), sedangkan sekitar 1,90 % memilih lain-
lain. Maksud dari lain-lain ini adalah responden merasa masih nyaman
mengambil sendiri dari sumur gali yang telah tersedia, ataupun membeli dari
penjual air.
Tabel 11. Kesediaan mendapatkan layanan perpipaan dari PDAM Kesediaan mendapatkan sambungan rumah dari PDAM dan membayar biaya sambungan dan iuran bulanan
Wilayah Sampel jumlah
(1) Wonreli (2) Lekloor (3) Kota Lama (4) Oirata B (5) Abusur (6) Oirata T (7) Purpura (8) Lebelau (9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
Ya 63 84,00 9 81,82 7 70,00 8 100,00 8 88,89 12 92,31 4 80,00 12 60,00 7 100,00 130 82,28
Tidak 12 16,00 2 18,18 3 30,00 0 0,00 1 11,11 1 7,69 1 20,00 8 40,00 0 0,00 28 17,72
75 100,00 11 100,00 10 100,00 8 100,00 9 100,00 13 100,00 5 100,00 20 100,00 7 100,00 158 100,00
Sumber: Hasil Olah Data Survey, 2012
Tabel 12. Pemilihan layanan air bersih
jenis sambungan yang dipilih
Wilayah Sampel jumlah
(1) Wonreli (2) Lekloor (3) Kota Lama (4) Oirata B (5) Abusur (6) Oirata T (7) Purpura (8) Lebelau (9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
Sambungan Rumah 63 84,00 10 90,91 7 70,00 4 50,00 6 66,67 6 46,15 2 40,00 15 75,00 5 71,43 118 74,68
Keran/Hidran Umum 8 10,67 0 0,00 2 20,00 2 25,00 2 22,22 1 7,69 1 20,00 2 10,00 1 14,29 19 12,03
Sambungan Halaman 3 4,00 0 0,00 0 0,00 1 12,50 0 0,00 1 7,69 1 20,00 2 10,00 0 0,00 8 5,06
Terminal Air 0 0,00 1 9,09 1 10,00 1 12,50 1 11,11 3 23,08 1 20,00 1 5,00 1 14,29 10 6,33
Lain-lain 1 1,33 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 2 15,38 0 0,00 0 0,00 0 0,00 3 1,90
75 100 11 100 10 100 8 100 9 100 13 100 5 100 20 100 7 100 158 100
Sumber: Hasil Olah Data Survey, 2012
Rentang kemampuan pelanggan dalam membayar jasa layanan air
bersih berkisar dari Rp. 5.000,00 hingga Rp. 500.000,00 perbulan. Dari grafik
dapat terlihat bahwa kemampuan membayar jasa layanan dan iuran bulanan
(ATP) lebih besar daripada kesediaan untuk membayar jasa (WTP).
Gambar 21. Grafik posisi ATP terhadap WTP (sumber: Hasil olah data, 2012)
Tabel 13. Perbandingan Kemampuan Membayar Jasa Layanan Air Bersih PDAM (ATP) terhadap Kesediaan Membayar Jasa (WTP)
ATP dan WTP
Wilayah Sampel jumlah
(1) Wonreli (2) Lekloor (3) Kota Lama (4) Oirata B (5) Abusur (6) Oirata T (7) Purpura (8) Lebelau (9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
ATP < WTP 37 49,33 5 45,45 3 30,00 3 37,50 3 33,33 6 46,15 1 20,00 12 60,00 4 57,14 74 46,84
ATP > WTP 38 50,67 6 54,55 7 70,00 5 62,50 6 66,67 7 53,85 4 80,00 8 40,00 3 42,86 84 53,16
75 100,00 11 100,00 10 100,00 8 100,00 9 100,00 13 100,00 5 100,00 20 100,00 7 100,00 158 100,00
Sumber: Hasil Olah Data Survey, 2012
Di Desa Wonreli ada sekitar 75 responden, 38 orang (50,67 %)
menyatakan kemampuan membayar jasa layanan air bersih PDAM lebih
besar daripada kesediaan membayar jasa. Demikian juga di Lekloor, sekitar
6 (enam) dari 11 responden (54,55%) menyatakan kemampuan dalam
membayar jasa lebih besar daripada kesediaan mereka membayar jasa.
Pernyataan bahwa kemampuan membayar jasa lebih besar daripada
kesediaan membayar mereka dari kedua desa sebelumnya juga diikuti oleh 6
(enam) responden dari Desa Abusur (66,67 %), 5 (lima) orang dari Desa
Oirata Barat (62,50%), 7 (tujuh) responden dari Desa Oirata Timur (53,85 %),
dan 4 (empat) orang dari Desa Purpura (80,00 %). Terkecuali Desa Abusur,
lokasi keempat desa lainnya cukup mudah dijangkau oleh penjual air dan
lokasi sumur gali cukup banyak. Khusus Desa Wonreli telah terlayani oleh
PDAM, dan Desa Abusur terletak berdekatan dengan Desa Wonreli sebagai
pusat keramaian dan ibukota kabupaten sementara. Di Desa Purpura
terdapat teknologi panel surya yang berfungsi memompa air naik dari sumur
di kaki bukit ke tempat penampungan yang berada di puncak bukit. Lokasi
panel surya dijaga khusus oleh warga sekitar secara bergantian dan di jalan
masuk terdapat portal penghalang kendaraan.
Responden desa lainnya menyatakan keinginan yang lebih besar
untuk membayar jasa layanan air bersih oleh PDAM dibanding kemampuan
mereka. Ada 12 orang dari Desa Lebelau (60,00 %) dan 4 (empat) responden
dari Desa Nomaha (57,14 %).
11. Aspek Kelembagaan
Aspek kelembagaan menjadi pertimbangan untuk keberlanjutan
pengoperasian penyediaan pelayanan air bersih meliputi:
a. Lembaga Pengelola Air Bersih Berbasis Masyarakat
Hingga saat ini, Lembaga Pengelola Air Bersih Berbasis Masyarakat
di Pulau Kisar belum dibentuk, walaupun Badan Usaha Milik Desa (BUMD)
telah ada. BUMD yang telah dibentuk belum menangani masalah air bersih
dan pengelolaannya.
b. Lembaga Pengelola Air Bersih milik Pemerintah (PDAM)
Untuk saat ini di Pulau Kisar Lembaga Pengelola Air Bersih milik
pemerintah satu-satunya adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta
Dharma yang masih melayani Desa Wonreli. Pihak swasta, seperti toko,
terbatas mendistribusikan air yang diambil dari sumur-sumur gali dan
menjualnya kembali ke masyarakat.
9) Kualitas air PDAM
Kualitas air PDAM dinyatakan cukup bersih dan memenuhi syarat
sehingga layak dikonsumsi masyarakat (Pemeriksaan Laboratorium BTKL-PP
Kelas I Makassar, 2012).
Tabel 14. Hasil Uji Kualitas Air PDAM Tirta Dharma Wonreli
No Parameter Satuan Hasil Pengujian
Batas maksimum yang diperbolehkan
A Fisika 1 Bau - Tidak berbau Tidak berbau 2 Kekeruhan Skala NTU 0,72 25 3 Rasa - Tidak berasa Tidak berasa
4 Suhu* 0C +1
Suhu Udara ± 3
0C
5 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 441 1.500 B Kimia
1 Kesadahan (CaCO3) mg/L 272,51 500 2 Klorida (Cl) mg/L 61,40 600 3 Besi (Fe) mg/L 0,0322 1,0 4 Nikel (Ni) mg/L < 0,0263 (-) 5 Nitrat (NO3-N) mg/L 1,30 10 6 Nitrit (NO2-N) mg/L 0,021 1,0 7 Fluorida (F) mg/L < 0,032 1,5 8 Mangan (Mn) mg/L < 0,0263 0,5 9 pH* - 7,33 6,5 – 9,0
10 Seng (Zn) mg/L 0,0758 15 11 Zat organic (KMnO4) mg/L 1,37 10
Sumber: BTKL-PP Kelas I Makassar, 2012
10) Kuantitas air PDAM
Pelanggan PDAM Tirta Dharma hingga saat ini tercatat sebanyak 134
Kepala keluarga (KK) yang bermukim di Desa Wonreli. Secara kuantitas, air
bersih yang diproduksi oleh PDAM masih jauh dari mencukupi untuk
pelayanan Pulau Kisar. Sampai saat ini penduduk Pulau Kisar masih
terlayani dengan adanya Sumur Gali (SGL), Penampungan Air Hujan (PAH)
dan penjualan air per-rate dari PEMDA dan toko-toko setempat.
11) Kontinuitas air PDAM
Kontinuitas aliran sistem distribusi air bersih PDAM yang ada
sekarang ini dirasakan belum memuaskan karena air belum mengalir selama
24 jam penuh. Kontinuitas aliran yang ada rata-rata baru mencapai 6 12 jam
perhari. Kondisi ini disebabkan oleh sering rusaknya peralatan yang ada dan
masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap PLN yang mempengaruhi
terhadap daya beli listrik.Jika dilakukan pengaliran air selama 24 jam penuh,
maka PDAM akan terkena beban puncak sedangkan jumlah pelanggan yang
ada dinilai belum mencukupi untuk dilakukan pengaliran selama 24 jam
penuh. Hal ini sangat mempengaruhi dalam proses operasional PDAM
dikarenakan PDAM memiliki keterbatasan dari segi biaya operasional.
Untuk pemesanan air kepada penjual air, penduduk setempat harus
memesan sekitar 1 - 2 hari sebelum persediaan air domestik rumah tangga
benar-benar habis karena faktor banyaknya pemesan, faktor jarak dan
keterbatasan prasarana pengangkutan oleh penjual.
12) Cakupan pelayanan
Sistem jaringan distribusi air bersih milik PDAM yang ada saat ini
masih mengikuti pola jaringan jalan, sehingga wilayah-wilayah yang memiliki
akses atau berada dekat dengan jaringan jalan utama saja yang terlayani
oleh air bersih PDAM, seperti Desa Wonreli.
Cakupan pelayanan baru cukup untuk Desa Wonreli baru sebesar
10,68 % SR dan 1,20% KU atau hanya sebesar 4,78% SR dan 0,54% KU
untuk seluruh Pulau Kisar. Penduduk yang tidak terlayani oleh jaringan air
bersih milik PDAM yaitu sebesar 13.667 jiwa atau 94,68% dari jumlah
penduduk dan kalangan ini menggunakan air sumur bor, menampung air
hujan atau membeli air dari penjual air untuk dijadikan sebagai sumber air
bersih.
Gambar 22. Wilayah cakupan pelayanan sambungan rumah (SR) PDAM Tirta Dharma Wonreli
c. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di Pulau Kisar terbilang cukup potensial
dengan kembalinya para putra dan putri daerah yang telah mengecap
pendidikan setara SLTA hingga Pascasarjana di luar Pulau Kisar untuk
membangun kampung halaman keluarga mereka. Sedangkan keahlian
berdagang/berniaga umumnya dikuasai kaum pendatang dari Pulau Jawa
dan Sulawesi. Keberadaan PNPM Mandiri cukup membantu masyarakat
dengan membuat sumur bor dan bak atau tangki-tangki penampungan air,
namun program PNPM sendiri telah berakhir pada tahun 2010 dan
menyerahkan hasil pembangunan ke tangan masyarakat.
Dalam satu kasus, dari laporan warga dan peninjauan langsung,
terlihat sumur bor yang pompanya telah rusak akibat ulah tidak
bertanggungjawab oknum tertentu di Dusun Kioumanumere Desa Wonreli
sehingga mengakibatkan masyarakat sekitar tidak memperoleh air dari
sumber tersebut sejak 6 (enam) bulan yang lalu.
Gambar 23. Sumur bor dan Hidran Umum (HU) yang dibangun dari Program PNPM Mandiri yang rusak di dusun Kioumanumere Desa Wonreli
d. Standardisasi
Pulau Kisar termasuk pulau terdepan Indonesia, sehingga
pembangunan dan pengembangan di Pulau Kisar berpijak pada
pembangunan kepulauan sesuai Peraturan Presiden Negara Republik
Indonesia No. 78/2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar.
Strategi pembangunan dan pengembangan daerah Pemerintah
Propinsi Maluku kepulauan adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi
dengan konsep “Satuan Gugus Pulau”. Untuk mengembangkan sistem
perekonomian pada masing-masing gugus pulau, dikembangkan beberapa
wilayah yang berfungsi sebagai “pintu-pintu keluar”. Wilayah pintu keluar
tersebut diupayakan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, ekaligus pusat
pelayanan publik, pusat perdagangan serta lalu-lintas barang dan jasa. Pulau
Kisar termasuk dalam Gugus XII.
F. Karakteristik Lokasi Penelitian
1. Karakteristik Klaster Wilayah Penelitian
Lokasi penelitian diarahkan ke seluruh wilayah Pulau Kisar. Dengan
menggunakan teknik pengambilan sampel cluster, peneliti membagi wilayah
penelitian/wilayah sampel sesuai wilayah administrasi, yaitu 9 desa.
Pembagian ini diambil berdasarkan karakteristik pembagian wilayah
administrasi di Pulau Kisar sendiri yang bersifat menyebar, dimana setiap
anggota keluarga yang keluar dari desa asal dan membangun rumah di desa
lain akan tetap menyebut mereka orang desa asal, dan mempertahankan
adat istiadat desa asal mereka.
Sampel yang diambil adalah sampel acak (random sampling atau
probability sampling) dengan teknik sampel Cluster Sampling (Area
Sampling) dalam bentuk unit terkecil yaitu Primary Sampling Unit (PSU) yang
dilakukan dengan mengelompokkan per-Desa (batas-batas administrasi
Pulau Kisar). Wilayah penelitian terbagi atas 9 wilayah sampel berdasarkan
wilayah administrasi Pulau Kisar, yaitu; Desa Wonreli (kode sampel: 1), Desa
Lekloor (2), Desa Kota Lama (3), Desa Oirata Barat (4), Desa Abusur (5),
Desa Oirata Timur (6), Desa Purpura (7), Desa Lebelau (8) dan Desa
Nomaha (9).
Gambar 24. Pembagian Klaster Wilayah Penelitian
2. Karakteristik Responden
a) Tingkat pendidikan responden
Tingkat pendidikan responden merupakan salah satu karakteristik
suatu lingkungan permukiman, dimana tingkat pendidikan merupakan salah
satu indikator status sosial seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
semakin bagus gambaran yang diberikan terhadap kondisi dan kebutuhan
prasarana air bersih dan semakin sehat lingkungan permukimannnya.
Tabel 15. Tingkat Pendidikan Responden Pulau Kisar
Pendidikan
Wilayah Sampel jumlah
(1) Wonreli (2) Lekloor (3) Kota Lama (4) Oirata B (5) Abusur (6) Oirata T (7) Purpura (8) Lebelau (9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
SD 7 9,33 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 3 23,08 0 0,00 3 15,00 0 0,00 13 8,23
SMP 7 9,33 1 9,09 0 0,00 2 25,00 0 0,00 0 0,00 1 20,00 5 25,00 1 14,29 17 10,76
SMA/Sederajat 36 48,00 5 45,45 6 60,00 4 50,00 2 22,22 4 30,77 4 80,00 10 50,00 4 57,14 75 47,47
D1 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 11,11 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 0,63
D3 4 5,33 0 0,00 0 0,00 1 12,50 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 5 3,16
S1 20 26,67 5 45,45 3 30,00 1 12,50 5 55,56 6 46,15 0 0,00 2 10,00 2 28,57 44 27,85
S2 1 1,33 0 0,00 1 10,00 0 0,00 1 11,11 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 3 1,90
TOTAL 75 100,00 11 100,00 10 100,00 8 100,00 9 100,00 13 100,00 5 100,00 20 100,00 7 100,00 158 100,00
Sumber: Hasil Olah Data Survei, 2012
Tingkat pendidikan pada Tabel 15 menggambarkan tingkat
pendidikan tertinggi di Pulau Kisar masih berada pada tamatan Sekolah
Menengah Atas/sederajat (SMA) dengan persentase sebanyak 47,47 %,
menyusul Sarjana Strata-Satu (S1) sebanyak 27,85 %, dan sisanya terbagi
atas tamatan Sekolah Dasar/SD (8,23 %), Sekolah Menengah Pertama/SMP
(10,76 %), Diploma Satu/D1(0,63 %), Diploma Tiga/D3 (3,16 %) dan Sarjana
Strata-Dua/S2 (1,90 %).
b) Tingkat pekerjaan responden
Tingkat pekerjaan responden terdapat pekerjaan formal dan non-
formal. Pekerjaan responden ini menunjukkan dasar petimbangan responden
dalam memilih tempat tinggal (tempat tinggal sesuai pekerjaan).
Tabel 16. Tingkat Pekerjaan Responden Pulau Kisar
Pekerjaan
Wilayah Sampel jumlah
(1) Wonreli (2) Lekloor (3) Kota Lama (4) Oirata B (5) Abusur (6) Oirata T (7) Purpura (8) Lebelau (9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
PNS 24 32,00 4 36,36 5 50,00 1 12,50 5 55,56 2 15,38 1 0,00 2 1,00 2 28,57 46 29,11
Pegawai Swasta 5 6,67 1 9,09 2 20,00 0 0,00 1 11,11 4 30,77 0 0,00 1 0,00 3 42,86 17 10,76
TNI/Polri 3 4,00 1 9,09 0 0,00 1 12,50 0 0,00 1 7,69 0 0,00 0 1,00 0 0,00 6 3,80
Pedagang Kecil 3 4,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 2 15,38 0 1,00 1 1,00 0 0,00 6 3,80
Pedagang 2 2,67 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 0,00 1 0,00 1 14,29 5 3,16
Nelayan Pemilik 1 1,33 1 9,09 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 2 1,27
Buruh Nelayan 1 1,33 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 7,69 0 1,00 0 1,00 1 14,29 3 1,90
Buruh Petani/Gembala 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 12,50 0 0,00 1 7,69 1 2,00 1 7,00 0 0,00 4 2,53
Petani/Peternak Pemilik 15 20,00 0 0,00 0 0,00 2 25,00 0 0,00 1 7,69 2 0,00 7 7,00 0 0,00 27 17,09
Lain-lain 21 28,00 4 36,36 3 30,00 3 37,50 3 33,33 1 7,69 0 0,00 7 1,00 0 0,00 42 26,58
75 100,00 11 100,00 10 100,00 8 100,00 9 100,00 13 100,00 5 4,00 20 19,00 7 100,00 158 100,00
Sumber: Hasil Olah Data Survei, 2012
Berdasarkan hasil survey, pekerjaan responden didominasi oleh
Pegawai Negeri Swasta (PNS) yaitu sebanyak 46 orang (29,11%).
Profesi terbanyak kedua adalah lain-lain (26,58%) terdiri dari beragam
pekerjaan, mulai dari ibu rumah tangga biasa, pensiunan, hingga
penduduk sementara yang datang hanya untuk jangka waktu singkat di
Pulau Kisar (27 orang). Sisanya terdiri dari Petani/Peternak Pemilik
(17,09%), TNI/Polri (3,80%), Pegawai Swasta (10,76%), Pedagang Kecil
(3,80%), Pedagang (3,16%), Nelayan Pemilik (1,27%), Buruh Nelayan
(1,90%), Buruh Petani/Gembala (2,53%).
c) Tingkat Pemakaian Air Harian Responden
Total pemakaian air harian diperoleh dari informasi kuantitas air
sekali pembelian yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu, dibagi
jumlah anggota keluarga responden di Pulau Kisar.
Tabel 17. Pemakaian Air Harian Tiap Desa
No Desa Total anggota keluarga responden Pemakaian Air Harian (liter/hari)
1 Wonreli 397 18.436,61
2 Lekloor 60 3.325,71
3 Kota Lama 48 2.638,10
4 Oirata Barat 36 2.215,48
5 Abusur 53 2.440,48
6 Oirata Timur 54 3.294,05
7 Purpura 32 1.083,33
8 Lebelau 116 4.649,76
9 Nomaha 37 1.855,95
TOTAL 833 39.939,46
Sumber: Hasil Olah Data Survey, 2012
Sehingga jika pemakaian air harian dibagi rata untuk total lingkup
responden dan keluarganya diperoleh 47,95 liter/orang/hari. Dari
Pedoman SPM Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
No.534/KPTS/M/2001, kondisi ini memenuhi syarat tingkat pelayanan
untuk utilitas air bersih lingkungan perumahan yang mensyaratkan 30 –
50 liter/orang/hari.
d) Kondisi dan Status Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal
Kondisi bangunan tempat tinggal dapat menggambarkan kemampuan
ekonomi responden, namun status kepemilikan bangunan juga perlu
diperhatikan. Kondisi bangunan berkaitan juga dengan kelengkapan
prasarana air bersih dalam tiap rumah tangga.
Tabel 18. Kondisi Bangunan Tempat Tinggal
Kondisi bangunan yang ditempati
Wilayah Sampel Jumlah
(1) Wonreli (2) Lekloor (3) Kota Lama (4) Oirata Barat (5) Abusur (6) Oirata Timur (7) Purpura (8) Lebelau (9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
Permanen 45 60,00 9 81,82 6 60,00 2 25,00 8 88,89 11 84,62 4 80,00 15 75,00 4 57,14 104 65,82
Semi Permanen 26 34,67 1 9,09 3 30,00 6 75,00 1 11,11 2 15,38 0 0,00 5 25,00 3 42,86 47 29,75
Darurat 4 5,33 1 9,09 1 10,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 20,00 0 0,00 0 0,00 7 4,43
TOTAL 75 100,00 11 100,00 10 100,00 8 100,00 9 100,00 13 100,00 5 100,00 20 100,00 7 100,00 158 100,00
Sumber: Hasil Olah Data Survey, 2012
Tabel 19. Status Kepemilikan Bangunan
Status kepemilikan bangunan yang
ditempati
Wilayah Sampel
Jumlah (1) Wonreli (2) Lekloor (3) Kota Lama
(4) Oirata Barat
(5) Abusur (6) Oirata Timur (7) Purpura (8) Lebelau (9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
Milik sendiri 49 65,33 6 54,55 6 60,00 4 50,00 8 88,89 12 92,31 5 100,00 19 95,00 6 85,71 115 74,19
Menumpang 8 10,67 2 18,18 0 0,00 1 12,50 0 0,00 1 7,69 0 0,00 1 5,00 1 14,29 14 9,03
Sewa bulanan 2 2,67 1 9,09 1 10,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 4 2,58
Kontrak 10 13,33 0 0,00 2 20,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 12 7,74
Rumah adat 0 0,00 0 0,00 1 10,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 0,65
Rumah dinas 6 8,00 2 18,18 0 0,00 0 0,00 1 11,11 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 9 5,81
Lain-lain 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
TOTAL 75 100,00 11 100,00 10 100,00 5 62,50 9 100,00 13 100,00 5 100,00 20 100,00 7 100,00 155 100,00
Sumber: Hasil Olah Data Survey, 2012
Kondisi bangunan tempat tinggal adalah 65,82% menempati rumah
permanen yang dapat diasumsikan telah memiliki sarana air air bersih
yang memadai, 29,75 % menempati rumah semi permanen yang dapat
diasumsikan telah memiliki sarana air bersih kurang memadai, dan 4,43%
menempati bangunan darurat (gubuk), dengan sarana air bersih
seadanya. Sedangkan dari status kepemilikan, 74,19 % adalah milik
sendiri, sisanya menumpang (9,03 %), sewa bulanan (2,58%), kontrak
(7,74%), rumah adat (0,65%), dan rumah dinas (5,81%).
e) Tingkat Penghasilan Responden
Tingkat penghasilan menunjukkan taraf ekonomi responden. Tingkat
penghasilan terbesar adalah di atas Rp. 2.000.000,00 (30,38%) yang
kebanyakan berprofesi Pegawai Negeri Sipil. Kemudian diikuti dengan
level Rp. 100.000,00 – Rp. 400.000,00 (22,78%) dan Rp.400.000,00 –
Rp. 800.000,00 (17,09%). Sisanya adalah penghasilan yang dalam
kisaran Rp. 1.600.000,00 – Rp. 2.000.000,00 (12,03%) dan taraf yang
sama pada penghasilan Rp. 800.000,00 – Rp. 1.200.000,00 dengan Rp.
1.200.000,00 – Rp. 1.600.000,00 yang menunjukkan level 8,86%.
Kebanyakan yang mengisi penghasilan Rp. 100.000,00 – Rp.
400.000,00 adalah petani atau honorer PNS. Umumnya keluarga di
Pulau Kisar tidak terlalu membelanjakan penghasilan mereka untuk
bahan pangan karena rata-rata tiap rumah memiliki pekarangan untuk
bercocok tanam (Sahusilawane, 2012), sehingga dapat diasumsikan
kebutuhan pangan keluarga terpenuhi dengan sendirinya.
Tabel 20. Penghasilan Bulanan Responden
Penghasilan
Wilayah Sampel Jumlah
(1) Wonreli (2) Lekloor (3) Kota Lama
(4) Oirata Barat
(5) Abusur (6) Oirata
Timur (7) Purpura (8) Lebelau
(9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
18 24,00 1 9,09 0 0,00 2 25,00 0 0,00 3 23,08 2 40,00 10 50,00 0 0,00 36 22,78
Rp. 400.000,00 - Rp. 800.000,00
15 20,00 0 0,00 2 20,00 0 0,00 1 11,11 2 15,38 1 20,00 4 20,00 2 28,57 27 17,09
Rp. 800.000,00 - Rp. 1.200.000,00
10 13,33 1 9,09 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 3 15,00 0 0,00 14 8,86
Rp. 1.200.000,00 - Rp. 1.600.000,00
7 9,33 1 9,09 2 20,00 3 37,50 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 14,29 14 8,86
Rp. 1.600.000,00 - Rp. 2.000.000,00
9 12,00 3 27,27 0 0,00 2 25,00 2 22,22 0 0,00 1 20,00 1 5,00 1 14,29 19 12,03
> Rp. 2.000.000,00 16 21,33 5 45,45 6 60,00 1 12,50 6 66,67 8 61,54 1 20,00 2 10,00 3 42,86 48 30,38
TOTAL 75 100,00 11 100,00 10 100,00 8 100,00 9 100,00 13 100,00 5 100,00 20 100,00 7 100,00 158 100,00
Sumber: Hasil Olah Data, 2012
f) Sumber Air Bersih untuk Minum
Sumber air bersih untuk minum diperoleh dari sumur gali,
penampungan air hujan, layanan PDAM dan lain-lain. Yang dimaksud
dengan lain-lain disini adalah bermacam cara yang dilakukan responden
untuk memenuhi kebutuhan air minumnya. Beberapa responden
menyatakan sering membeli air mineral kemasan di toko yang harganya
cukup mahal tapi kebersihannya terjamin, ada juga yang memasak air
dibeli dari penjual air, walaupun sumber air para penjual diketahui juga
berasal dari sumur-sumur gali yang tersebar di seluruh Pulau Kisar dan
dari embung Keitaru.
Tabel 21. Sumber Air Bersih untuk Minum
Sumber air untuk minum
Wilayah Sampel
Jumlah (1) Wonreli (2) Lekloor (3) Kota Lama (4) Oirata B (5) Abusur (6) Oirata T (7) Purpura (8) Lebelau
(9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
sumur 47 62,67 8 72,73 6 60,00 4 50,00 1 11,11 9 69,23 2 40,00 9 45,00 3 42,86 89 56,33
air hujan 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 12,50 0 0,00 3 23,08 0 0,00 11 55,00 0 0,00 15 9,49
PDAM 20 26,67 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 20 12,66
lain-lain 8 10,67 3 27,27 4 40,00 3 37,50 8 88,89 1 7,69 3 60,00 0 0,00 4 57,14 34 21,52
TOTAL 75 100,00 11 100,00 10 100,00 8 100,00 9 100,00 13 100,00 5 100,00 20 100,00 7 100,00 158 100,00
Sumber: Hasil Olah Data Survey, 2012
Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa sumber air bersih untuk minum
paling banyak diperoleh dari sumur gali (56,33%), dan dari pembelian air
bersih (lain-lain; 21,52%). Bahkan di Desa Abusur, tingkat sumber air
untuk minum dari pembelian air (88,89%) melampaui sumber air untuk
minum dari sumur (11,11%). Ini disebabkan letak permukiman di Desa
Abusur rata-rata berada di ketinggian, dan tidak ada sumur gali yang
dibangun disitu. Responden yang menyatakan sumber air adalah sumur
umumnya adalah penduduk yang tinggal di perbatasan Desa Abusur dan
dekat dari lokasi sumur di desa lain. Di Desa Lebelau yang juga terletak
di ketinggian, terlihat pemanfaatan air hujan cukup besar sebagai sumber
air minum (55,00%), perbedaannya cukup tipis dengan sumur sebagai
sumber air minum (45,00%). Mengkonsumsi air hujan sebagai air minum
dalam waktu lama cukup berbahaya untuk kesehatan karena kandungan
mineralnya yang rendah. Sementara penerima manfaat layanan PDAM
hanya berasal dari Desa Wonreli, itupun hanya 26,67% (20 orang) saja
dari total responden 75 orang.
g) Sumber Air Bersih untuk Mandi dan Cuci
Sumber air bersih untuk mandi dan cuci juga diperoleh dari sumur
gali, penampungan air hujan, layanan PDAM dan lain-lain. Cuci yang
dimaksud adalah cuci pakaian, cuci kendaraan dan perabot rumah
tangga.
Tabel 22. Sumber Air Bersih untuk Mandi dan Cuci
Sumber air untuk mandi
dan cuci
Wilayah Sampel Jumlah
(1) Wonreli (2) Lekloor (3) Kota Lama (4) Oirata
Barat (5) Abusur
(6) Oirata Timur
(7) Purpura (8) Lebelau (9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
sumur 46 61,33 9 81,82 6 60,00 4 50,00 0 0,00 9 69,23 2 40,00 8 40,00 3 42,86 87 55,06
air hujan 8 10,67 0 0,00 3 30,00 3 37,50 6 66,67 3 23,08 1 20,00 12 60,00 3 42,86 36 22,78
PDAM 17 22,67 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 17 10,76
lain-lain 4 5,33 2 18,18 1 10,00 1 12,50 3 33,33 1 7,69 2 40,00 0 0,00 1 14,29 18 11,39
TOTAL 75 100,00 11 100,00 10 100,00 8 100,00 9 100,00 13 100,00 5 100,00 20 100,00 7 100,00 158 100,00
Sumber: Hasil Olah Data Survey, 2012
Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa sumur masih menjadi sumber air
terbesar untuk keperluan mandi dan cuci (55,06%) diikuti pemanfaatan
air hujan (22,78%). Di Desa Lebelau bahkan pemanfaatan air hujan
(60,00%) untuk keperluan mandi dan cuci lebih besar dibanding
pemanfaatan air sumur (40,00%).
Di Desa Abusur yang tidak mempunyai sumur gali, sekitar 66,67%
responden memanfaatkan air hujan sebagai sumber air bersih untuk
keperluan mandi dan cuci. Dari tingkat penghasilan (Tabel 20), kondisi
bangunan (Tabel 18) dan status kepemilikan (Tabel 19), responden dari
Desa Abusur dapat terlihat berada pada tingkat yang cukup tinggi,
sehingga dapat diasumsikan rata-rata responden sudah memiliki kamar
mandi sendiri di tiap rumah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hanya
keperluan cuci yang dilakukan di sumur terdekat dari Desa Abusur, baik
itu keperluan cuci pakaian, kendaraan maupun perabot rumah tangga.
h) Sumber Air Bersih untuk Masak
Sumber air bersih untuk masak pun diperoleh dari sumur gali,
penampungan air hujan, layanan PDAM dan lain-lain. Masak termasuk air
untuk masakan dan untuk mencuci bahan makanan.
Tabel 23. Sumber Air Bersih untuk Masak
Sumber air untuk masak
Wilayah Sampel
Jumlah (1) Wonreli (2) Lekloor
(3) Kota Lama
(4) Oirata Barat
(5) Abusur (6) Oirata Timur (7) Purpura (8) Lebelau (9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
sumur 41 54,67 8 72,73 6 60,00 4 50,00 0 0,00 11 84,62 2 40,00 7 35,00 3 42,86 82 51,90
air hujan 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 12,50 0 0,00 1 7,69 0 0,00 11 55,00 0 0,00 13 8,23
PDAM 18 24,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 18 11,39
lain-lain 16 21,33 3 27,27 4 40,00 3 37,50 9 100,00 1 7,69 3 60,00 2 10,00 4 57,14 45 28,48
TOTAL 75 100,00 11 100,00 10 100,00 8 100,00 9 100,00 13 100,00 5 100,00 20 100,00 7 100,00 158 100,00
Sumber: Hasil Olah Data Survey, 2012
Dari Tabel 23 dapat terlihat bahwa sumur masih menjadi sumber air
bersih untuk masak rata-rata keluarga di Pulau Kisar yang diwakili oleh
jawaban responden. Peringkat pertama adalah sumur (56,33%), kedua
adalah lain-lain (misalnya membeli air di penjual) sebesar 21,52%,
kemudian PDAM yang tentunya hanya dirasakan oleh penduduk Desa
Wonreli (12,66%), sedangkan sisanya adalah pemanfaatan air hujan
sebesar 9,49% untuk keperluan masak.
i) Tingkat Kepuasan Terhadap Sumber Air Bersih yang Dipakai
Kepuasan terhadap sumber air bersih yang telah ada sangat
berpengaruh terhadap pengembangan sarana dan prasarana air bersih di
masa depan. Dari mengetahui tingkat kepuasan masyarakat ini dapat
dilihat gambaran mengenai akses dan kondisi prasarana air bersih yang
telah ada.
Tingkat kepuasan dapat terlihat dari jawaban yang pilihan berganda
yaitu; (a). sudah dan mudah memperolehnya, (b). sudah tapi sulit
memperolehnya, dan (c). belum. Pada bagian (c). jawaban belum
kembali digali dengan menanyakan alasan untuk dikemukakan oleh
responden.
Tabel 24. Tingkat Kepuasan terhadap Sumber Air Bersih yang Dipakai
Kepuasan terhadap sumber air yang
dipakai
Wilayah Sampel
Jumlah (1) Wonreli (2) Lekloor
(3) Kota Lama
(4) Oirata Barat
(5) Abusur (6) Oirata
Timur (7) Purpura (8) Lebelau (9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
sudah dan mudah memperolehnya
15 20,00 10 90,91 3 30,00 2 25,00 4 44,44 5 38,46 2 40,00 10 50,00 2 28,57 53 33,54
sudah tapi sulit
memperolehnya 34 45,33 0 0,00 1 10,00 3 37,50 2 22,22 6 46,15 1 20,00 7 35,00 3 42,86 57 36,08
belum 26 34,67 1 9,09 6 60,00 3 37,50 3 33,33 2 15,38 2 40,00 3 15,00 2 28,57 48 30,38
TOTAL 75 100,00 11 100,00 10 100,00 8 100,00 9 100,00 13 100,00 5 100,00 20 100,00 7 100,00 158 100,00
Sumber: Hasil Olah Data Survey, 2012
Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa di Desa Wonreli ada 57 orang
(36,08%) yang menyatakan kepuasannya terhadap sumber air bersih
yang telah ada meskipun sulit diperoleh, 48 orang (30,38%) menyatakan
belum puas dan 53 orang (33,54%) yang menyatakan puas. Dari 48
orang yang belum puas;3 orang (6,25%) menyatakan bahwa sumber air
dari prasarana yang telah ada (PDAM, sumur dan penampungan air
hujan) belum cukup untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih sehari-
hari sehingga keluarganya masih bergantung pada pembelian air dari
penjual air, 5 orang (10,42%) menyatakan sumber air yang ada berkapur
(tidak bersih/kotor/tidak higienis), 6 orang (12,50%) menyatakan masih
kurangnya air bersih utamanya pada musim kemarau di mana air dalam
sumur-sumur gali yang tersedia surut sementara air dari PDAM tidak
lancar, 13 orang (27,08%) menyatakan karena sumber air bersih yang
telah ada dirasakan masih belum ekonomis, 10 orang (20,83%)
menyatakan sumber air yang telah ada jauh untuk dicapai dari rumah
mereka sehingga tidak praktis, dan 11 orang (22,92%) tidak menyertakan
alasan mengapa mereka belum puas terhadap sumber air yang dipakai
selama ini.
Tabel 25. Alasan Ketidakpuasan (Belum Puas) terhadap Sumber Air Bersih yang Dipakai
Alasan ketidakpuasan
(belum puas) terhadap pakaiSumber
Air Bersih yang dipakai
Wilayah Sampel
Jumlah (1) Wonreli (2) Lekloor
(3) Kota Lama
(4) Oirata Barat
(5) Abusur (6) Oirata
Timur (7) Purpura (8) Lebelau (9) Nomaha
N % N % N % N % N % N % N % N % N % N %
bergantung pada penjual air
1 3,85 0 0,00 1 16,67 0 0,00 0 0,00 1 50,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 3 6,25
berkapur dan sulit diperoleh
1 3,85 0 0,00 3 50,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 33,33 0 0,00 5 10,42
kering saat
kemarau 4 15,38 0 0,00 0 0,00 1 33,33 0 0,00 1 50,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 6 12,50
tidak ekonomis 9 34,62 0 0,00 0 0,00 1 33,33 2 66,67 0 0,00 1 50,00 0 0,00 0 0,00 13 27,08
jauh 8 30,77 0 0,00 1 16,67 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 1 50,00 10 20,83
alasan kosong 3 11,54 1 100,00 1 16,67 1 33,33 1 33,33 0 0,00 1 50,00 2 66,67 1 50,00 11 22,92
TOTAL 26 100,00 1 100,00 6 100,00 3 100,00 3 100,00 2 100,00 2 100,00 3 100,00 2 100,00 48 100,00
Sumber: Hasil Olah Data Survey, 2012
Di Desa Lekloor yang banyak ditumbuhi pohon sagu, umumnya
responden cukup puas dengan kemudahan dan ketersediaan air pada
sumber air yang telah ada, walaupun desa mereka belum dilayani oleh
sistem perpipaan PDAM. Ada 10 orang (90,91%) menyatakan puas dan
mudah memperoleh air bersih, dan 1 orang (9,09%) menyatakan belum
puas tanpa menyertakan alasan ketidakpuasannya.
Di Desa Kota Lama responden yang menyatakan sudah puas dan
mudah memperoleh air bersih dari sumber air eksisting adalah 3 orang
(30,00%) dan 1 orang (10,00%) yang menyatakan sudah puas tapi sulit
untuk memperoleh. Sisanya ada 6 orang (60,00%) yang belum puas
dengan alasan masih bergantung pada penjual air (1 orang), tidak
higienis (3 orang) dan jauh (1 orang).
Di Desa Oirata Barat, dari 8 responden ada 2 orang (25,00%) yang
menyatakan sudah puas dan mudah memperoleh air bersih dari sumber
air eksisting, 3 orang (37,50%) menyatakan sudah puas tapi sulit
memperoleh, dan 3 orang (37,50%) yang menyatakan belum puas
dengan alasan debit air di sumber air bersih selama ini dapat berkurang
karena air yang surut di musim kemarau, tidak ekonomis, alasan tidak
disertakan (masing-masing 1 orang) sehingga tidak mencukupi
kebutuhannya.
Di Desa Abusur yang tidak terdapat sumur gali ada 4 orang (44,44%)
yang menyatakan sudah puas dan muda memperoleh air bersih, 2 orang
(22,22%) yang sudah puas tapi sulit memperolehnya dan 3 orang
(33,33%) yang belum puas dengan alasan tidak ekonomis (2 orang)
sementara 1 orang tidak mengemukakan alasan ketidakpuasannya.
Di Desa Oirata Timur sekitar 6 orang (46,15%) menyatakan sudah
puas tapi masih sulit memperoleh air bersih, dan 2 orang (15,38%) belum
puas dengan alasan kering saat musim kemarau dan tidak ekonomis.
Persentasi Desa Nomaha yaitu 42,86% (3 orang) responden menyatakan
sudah puas tapi masih sulit memperoleh air bersih, dan 25,87% (2 orang)
menyatakan belum puas dengan sumber air bersih eksisting yang jauh
dari rumah (1 orang) dan 1 orang lagi tidak menyatakan alasannya belum
puas dengan sumber air bersih yang dipakai.
Di Desa Purpura, dari 5 orang responden; 2 orang (40,00%)
menyatakan sudah puas dan mudah memperoleh sumber air, 1 orang
(20,00%) yang sudah puas tapi masih sulit memperoleh dan 2 orang
(40,00%) yang belum puas. Satu orang yang menyatakan belum puas
dilatarbelakangi alasan bahwa sumber air eksisting tidak efisien karena
boros air, waktu dan tenaga (tidak ekonomis) untuk menjangkau atau
mendapatkan air bersih sedangkan 1 orang lagi tidak menyertakan
alasan belum puasnya terhadap air bersih yang dipakai.
Di Desa Lebelau, 10 orang responden (50,00%) menyatakan
kepuasan dan kemudahan memperoleh air bersih, 7 orang (35,00%)
menyatakan sudah puas tapi masih sulit untuk memperoleh air bersih,
dan 3 orang (15,00%) belum puas karena air bersih yang ada dirasa tidak
higienis (1 orang) dan 2 orang responden tidak menyertakan alasan
ketidakpuasan terhadap sumber air yang dipakai.
Total keseluruhan adalah 57 orang (36,08%) responden mengaku
sudah puas dengan sumber air bersih yang telah ada tapi masih merasa
sulit untuk memperolehnya, sisanya, yang sudah puas sekitar 53 orang
(33,54%) sedangkan yang belum puas adalah 48 orang (30,38%).
Mayoritas alasan belum puas adalah karena sumber air yang dipakai saat
ini menyusut drastis hingga kadang kering saat musim kemarau (13
orang dari 48 responden belum puas atau sekitar 27,08%).
G. Analisis Strategi Pengembangan Prasarana Air Bersih
Aspek teknis, aspek sosial ekonomi dan keuangan, aspek
kelembagaan dan aspek sosial budaya berperan penting dalam menentukan
strategi pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar. Untuk
mengetahui secara lebih jelas apakah indikator dari aspek-aspek tersebut
merupakan suatu kekuatan, kelemahan, peluang atau ancaman dalam
pengembangan kapasitas pelayanan air bersih masyarakat Pulau Kisar,
dapat dilihat pada tabel 26 berikut.
Tabel 26. Analisa SWOT
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Analisis Aspek Teknis
Kondisi alam dan topografi
Curah hujan tahunan sekitar 900-1.000 mm pertahun
Data curah hujan termasuk sebagai kriteria dasar perencanaan/penyusunan evaluasi kondisi kota/kawasan dalam pengembangan penyediaan air bersih. Dari data curah hujan dapat diketahui potensi air tanah. (PermenPU No.18/PRT/M/2007). Untuk Penampungan Air Hujan yang memadai minimal curah hujan adalah 1.300 mm pertahun. Air hujan memiliki kandungan mineral yang rendah.
W
Kondisi alam dan topografi
Kondisi topografi Pulau Kisar yang berbukit-bukit dan berbatu karang
Data topografi memberi gambaran umum hidrologi sebagai kriteria dasar perencanaan/penyusunan evaluasi kondisi/kawasan dalam pengembangan penyediaan air bersih. Kondisi topografi menentukan bentuk jaringan pipa distribusi atau sistem distribusi (PermenPU no. 18/PRT/M/2007)
W
Sumber air baku
Air tanah dalam sumur-sumur gali dan air hujan.
Kualitas air umumnya baik tidak membutuhkan banyak pengolahan, namun sumber air yang berada pada daerah tertentu memiliki kandungan besi (Fe) dan Mangan (Mg) yang tinggi. Air tanah termasuk dalam kriteria hidrologi yang berpotensi terkena dampak pengembangan prasarana air bersih (KepMen LH No. 4/2000). Syarat pengkajian pelayanan dan potensi air tanah untuk permukiman ditentukan dalam PerMenPU No.18/PRT/M/2007
S
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Sumber Air Bersih untuk Minum
Sumber air bersih untuk minum paling banyak diperoleh dari sumur gali (56,33%), dan dari pembelian air bersih (lain-lain, 21,52%). Bahkan di Desa Abusur, tingkat sumber air untuk minum dari pembelian air (88,89%) melampaui sumber air untuk minum dari sumur (11,11%). Ini disebabkan letak permukiman di Desa Abusur rata-rata berada di ketinggian, dan tidak ada sumur gali yang dibangun disitu. Di Desa Lebelau yang juga terletak di ketinggian, terlihat pemanfaatan air hujan cukup besar sebagai sumber air minum (55%), dibandingkan sumur sebagai sumber air minum (45%). Sementara penerima manfaat layanan PDAM hanya berasal dari Desa Wonreli, itupun hanya 26,67% (20 orang) saja dari total responden 75 orang.
Pelayanan air bersih kepada masyarakat harus dapat memenuhi kebutuhan minimal air bersih suatu rumah tangga dengan tingkat konsumsi yang cukup (30 - 50 liter/orang/hari) untuk kebutuhan air bersih sehari-hari baik untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya (UU No.16/2005)
S
Sumber Air Bersih untuk Mandi dan Cuci
Sumur masih menjadi sumber air terbesar untuk keperluan mandi dan cuci (55,06%) diikuti pemanfaatan air hujan (22,78%). Di Desa Lebelau bahkan pemanfaatan air hujan (60%) untuk keperluan mandi dan cuci lebih besar dibanding pemanfaatan air sumur (40%).
Pelayanan air bersih kepada masyarakat harus dapat memenuhi kebutuhan minimal air bersih suatu rumah tangga dengan tingkat konsumsi yang cukup (30 - 50 liter/orang/hari) untuk kebutuhan air bersih sehari-hari baik untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya (UU No.16/2005)
S
Sumber Air Bersih untuk Masak
Sumur masih menjadi sumber air bersih untuk masak rata-rata keluarga di Pulau Kisar yang diwakili oleh jawaban responden. Peringkat pertama adalah sumur (51,90%), kedua adalah lain-lain (misalnya membeli air di penjual) sebesar 28,48%, kemudian PDAM yang tentunya hanya dirasakan oleh penduduk Desa Wonreli (11,39%), sedangkan sisanya adalah pemanfaatan air hujan sebesar 8,23% untuk keperluan masak.
Pelayanan air bersih kepada masyarakat harus dapat memenuhi kebutuhan minimal air bersih suatu rumah tangga dengan tingkat konsumsi yang cukup (30 - 50 liter/orang/hari) untuk kebutuhan air bersih sehari-hari baik untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya (UU No.16/2005)
S
Jenis tanah
Secara fisik, tanah di Pulau Kisar terlihat berkarang dan berpori, umumnya jenis batuannya adalah dari batu kapur dan gamping.
Tanah menjadi salah satu kriteria mencakup topologi, sifat fisik dan kimia tanah. Potensi air tanah dapat diketahui dari jenis tanah (KepMen LH No. 4/2000).
O
Jenis tanah
Di Pulau Kisar, pohon sagu tumbuh subur di beberapa kawasan seperti Lekloor, Purpura dan Nomaha. Komoditi paling terkenal adalah jeruk Kisar.
Keberadaan air tanah tergantung pada lingkungan vegetasi di sekitar lokasi yang mempengaruhi adanya tampungan air dalam tanah (PerMenPU No.18/PRT/M/2007)
O
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Kuantitas air
Sumber air baku yang ada mempunyai potensi yang berlimpah, terbukti dari sumur yang jarang kering bahkan pada musim kemarau, dan hanya menyusut sekitar 2-10 meter dari kedalaman rata-rata sumur yaitu 20 - 80 m.
Syarat pengkajian pelayanan dan potensi air tanah untuk permukiman ditentukan dalam PerMenPU No.18/PRT/M/2007
S
Tingkat Pemakaian Air Harian Responden
Pemakaian air harian dibagi rata untuk total lingkup responden dan keluarganya diperoleh 47,95 liter/orang/hari.
Kebutuhan air setiap orang untuk permukiman adalah 30 - 50 liter/orang/hari (Pedoman Standar Pelayanan Minimal Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001)
S
Kualitas air
Total sumur gali (SGL) yang telah diinspeksi pada tahun 2010 oleh Puskesmas Wonreli adalah 106 sumur dengan kondisi 9,43 % rusak, 9,43% resiko pencemarannya amat tinggi, 36,79% resiko pencemaran tinggi, 24,53% resiko pencemaran sedang dan 19,81% resiko pencemaran rendah sehingga layak untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat. Pada salah satu sumur di Desa Wonreli (Dusun Mesiapi ) kadar nitrat lebih tinggi dari batas maksimum yang diperbolehkan. Pada lokasi sumur yang sama pula kadar pH dinyatakan lebih rendah dari batas minimum. Ini menunjukkan bahwa pH air tersebut bersifat asam. Di Desa Kota Lama kadar Besi dinyatakan sedikit lebih tinggi dari batas maksimum.
Kualitas air merupakan komponen fisik-kimia yang berpotensi terkena dampak regional (KepMen LH No. 4/2000) dan diatur dalam KepMenKes No.907/MENKES/SK/VII/2002.
W
Kuantitas air
Kuantitas air tanah cukup banyak diasumsikan berdasarkan suburnya pohon sagu utamanya di Desa Lekloor, Purpura, dan beberapa desa lainnya, serta kandungan rasa manis pada jeruk Kisar.
Kuantitas air adalah variabel yang berhubungan dengan demografi saat ini dan 10 tahun terakhir, penyebaran penduduk dan kepadatan (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
O
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi
Distribusi air masih memanfaatkan sistem gravitasi.
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi adalah variabel yang termasuk dalam evaluasi sistem eksisting serta menjadi bagian dalam identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan (PerMenPU No.18/PRT/M/2007). Sistem gravitasi adalah model pengaliran tradisional yang hanya mampu mencakup permukiman yang berada di dataran yang lebih rendah dari sumber pelayanan. Sumur artesis positif adalah pengecualian alternatif sistem pompa dan kombinasi
W
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi
Distribusi air bersih juga dilakukan Pemerintah Daerah (PEMDA) melalui layanan penjualan air melalui mobil-mobil tangki berkapasitas 4.000 liter untuk
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi adalah variabel yang termasuk dalam evaluasi sistem eksisting serta menjadi bagian dalam
S
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
menjangkau keseluruhan Pulau Kisar, utamanya desa dan dusun yang terletak jauh dari Desa Wonreli.
identifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan (PerMenPU No.18/PRT/M/2007). Sistem gravitasi adalah model pengaliran tradisional yang hanya mampu mencakup permukiman yang berada di dataran yang lebih rendah dari sumber pelayanan. Sumur artesis positif adalah pengecualian alternatif sistem pompa dan kombinasi
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi
Selain layanan mobil tangki dari Pemda, ada juga jasa layanan swasta yang disediakan toko-toko melalui pengangkutan mobil pick-up dalam tangki air fiber berkapasitas 1.100 dan 2.200 liter. Harga per-tangki bervariasi tergantung jarak tempuh, antara Rp. 80.000,00 – Rp. 200.000 per-pengangkutan. Setiap kali pengangkutan dapat memuat 3 tangki berkapasitas 2.200 liter dan 4 tangki berkapasitas 1.100 liter. Untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) umumnya mencari air sendiri ke sumur-sumur gali terdekat.
Baik buruknya pelayanan air bersih dinilai dari baik tidaknya sistem distribusi, artinya masyarakat hanya mengetahui air sampai kepengguna atau konsumen, dan masyarakat tidak melihat bagaimana prosesnya (UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen)
T
Teknologi dan material bahan bangunan
PDAM masih menggunakan pompa untuk mengalirkan air.
Teknologi dan material/bahan bangunan termasuk pengembangan alternatif dalam pengembangan prasarana air bersih air minum (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
S
Teknologi dan material bahan bangunan
Instalasi pengolahan memanfaatkan mesin pompa berbahan bakar minyak (BBM) bergantung kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Teknologi tergantung dari infrastruktur penunjang. Teknologi dan material/bahan bangunan termasuk pengembangan alternatif dalam pengembangan prasarana air bersih air minum (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
T
Teknologi dan material bahan bangunan
Di Desa Oirata Barat tampak beberapa rumah telah menggunakan panel surya sebagai sumber energi listrik, dan di dekat sumur di Desa Purpura terpasang panel surya untuk mengalirkan air dari sumur yang berada di kaki bukit ke tempat penampungan di atas bukit.
Alternatif tepat guna paling dibutuhkan dalam pengembangan prasarana air bersih (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
O
Teknologi dan material bahan bangunan
Embung yang kondisinya sudah kritis. Embung terletak di Desa Oirata Timur, Dusun Yawuru, Dusun Wakleken dan Dusun Keitaru. Tiga dari keempat embung tersebut telah tidak berfungsi dan kosong, hanya embung di Keitaru yang masih berfungsi tapi airnya semakin menyusut.
Selain infrastruktur penunjang, teknologi juga tergantung kondisi wilayah (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
W
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Sistem pelayanan pelanggan
Pelayanan PDAM belum sepenuhnya memanfaatkan sistem pengukuran debit air terpakai melalui meteran air.
UU No.16/2005 (Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum) tetang aturan-aturan yang menjadi dasar dan pedoman bagi pihak PDAM selaku institusi atau stakeholders dalam mengatur, mengelola dan meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
W
Analisa aspek sosial dan budaya
Kondisi Kependudukan
Jika dibandingkan data dari BPS tahun 2010, yaitu jumlah penduduk Pulau Kisar sejumlah 14,015 jiwa dengan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tahun 2012 yang berjumlah 16,055 jiwa, maka rasio peningkatan penduduk adalah sebesar 87.29% dalam kurun waktu 2 tahun.
Kenaikan pemakaian air setiap orang, seiring dengan meningkatnya perekonomian, didapat dari perbandingan data beberapa tahun sebelumnya (PerMenPU No. 18/PRT/M/2007)
T
Kondisi Kependudukan
Wilayah administrasi di Pulau Kisar tersebar tidak merata disebabkan pola permukiman tersebar. Persebaran penduduk mengikuti pola jalan.
Rencana pengembangan harus mengikuti rencana jaringan (PP No. 16/2005 tentang Pengembangan SPAM)
S
Kondisi Kependudukan
Budaya masyarakat Kisar adalah patriarkhi, dimana kaum lelaki yang berpergian mencari nafkah, sementara kaum wanita tinggal di rumah mengurus keluarga dan menanam tanaman di pekarangan rumah untuk ketahanan pangan keluarga dan ternak.
Pengembangan prasarana air bersih harus terpadu dengan aspek sosial budaya untuk menjaga keberlanjutan sistem lokalnya (KepMen LH No. 4/2000)
O
Kebiasaan Penduduk
Untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih, masyarakat membeli air pada penjual air selain menampung air hujan.
Baik buruknya pelayanan air bersih dinilai dari baik tidaknya sistem distribusi, artinya masyarakat hanya mengetahui air sampai kepengguna atau konsumen, dan masyarakat tidak melihat bagaimana prosesnya (UU No.8/1999 tentang Perlindungan Konsumen)
W
Kebiasaan Penduduk
Masyarakat Pulau Kisar memiliki kebiasaan berkumpul sambil mencuci bersama di lokasi-lokasi sumur atau sekedar bertemu kenalan dan mengambil air sumur. Sumur-sumur di Pulau Kisar umumnya dibuat tanpa tutup pengaman dan pada salah satu sumur di Desa Wonreli yang terlihat berjarak sangat dekat dengan septiktank komunal
Pengembangan prasarana air bersih harus terpadu dengan aspek sosial budaya untuk menjaga keberlanjutan sistem lokalnya (KepMen LH No. 4/2000)
T
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Kebiasaan Penduduk
Kebiasan membuang sampah sembarang tempat ini dilakukan mulai dari kaum manula hinga anak kecil seusia SD.
Limbah yang harus dikendalikan mulai dan yang dihasilkan (KepMen LH No. 4/2000) oleh jamban dan kamar mandi, dapur, rumah sampai akibat dan pemakaian berbagai peratatan listrik, bahan bakar fosil dan sebagainya. Limbah ini harus terkelola dengan baik dan jelas dengan prinsip produksi bersih.
T
Kebiasaan Penduduk
Drainase pembuangan air limbah domestik juga belum merata di bangun di Pulau Kisar, dan di beberapa tempat kondisinya sudah tidak layak.
Perlengkapan bangunan penangkap adalah saluran drainase keliling (PerMenPU No. 18/PRT/M/2007)
W
Tingkat pendidikan responden
Tingkat pendidikan tertinggi di Pulau Kisar masih berada pada tamatan Sekolah Menengah Atas/sederajat (SMA) dengan persentase sebanyak 47,47%, menyusul Sarjana Strata-Satu (S1) sebanyak 27,85%, dan sisanya terbagi atas tamatan Sekolah Dasar/SD (8,23%), Sekolah Menengah Pertama/SMP (10,76%), Diploma Satu/D1(0,63%), Diploma Tiga/D3(3,16%) dan Sarjana Strata-Dua/S2 (1,90%).
Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk meliputi; penghasilan bulanan keluarga, pengeluaran bulanan keluarga, pemilikan barang, status kepemilikan rumah, keadaan rumah tinggal (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
O
Sarana kesehatan lingkungan
Sarana Air Bersih (SAB) yang telah terbangun di Pulau Kisar adalah: sistem non perpipaan, meliputi; Sumur Gali (SGL = 82 unit), dan Penampungan Air Hujan (PAH = 1.146 unit) dan sistem perpipaan dari PDAM Cabang Wonreli yang meliputi SambunganRumah (40 SR) dan Keran Umum (15 KU). Sistem perpipaan hingga saat ini masih melayani Desa Wonreli. Penampungan Air Hujan dibuat dalam bak-bak penampung yang umumnya terletak di pekarangan rumah warga.
Sarana kesehatan lingkungan termasuk dalam aspek sosial budaya yang terkait dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat (KepMen LH No. 4/2000).
W
Fasum dan Fasos
Fasilitas Umum (Fasum) yang dimaksud disini adalah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang terdapat di Pulau Kisar seperti Hotel, Pasar, Salon, Masjid, Gereja, Sekolah dan Rumah Kost. Sedangkan Fasilitas Sosial (Fasos) yang dimaksud adalah Tempat Penyediaan Makanan (TPM) yang meliputi; Depot Air Isi Ulang, Rumah Makan, Pedagang Kaki Lima, Pedagang Keliling dan Pabrik Sederhana.
Fasilitas sosial dan fasilitas umum juga termasuk dalam aspek sosial budaya yang terkait dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat (KepMen LH No. 4/2000).
T
Analisa aspek ekonomi dan keuangan
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk
Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat signifikan hanya dalam waktu 2 (dua) tahun, yaitu keluarga prasejahtera tahun 2008 berjumlah sekitar 1.510 KK mengalami penurunan sebesar 53% di tahun 2010, sedangkan keluarga sejahtera III tahun 2008 sebanyak sekitar 187 KK meningkat 78,31% di tahun 2010 menjadi ± 862 KK. Keluarga sejahtera III+ yang pada tahun 2008 sebanyak 68 KK meningkat pada tahun tahun 2010 sebesar 91,20%.
Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk meliputi; penghasilan bulanan keluarga, pengeluaran bulanan keluarga, pemilikan barang, status kepemilikan rumah, keadaan rumah tinggal (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
O
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan Penduduk
Perkembangan fisik Pulau Kisar meningkat drastis dengan tumbuhnya pusat-pusat keramaian dan perekonomian baru di Desa Wonreli dan Kota Lama yang hingga saat ini masih menjadi Pusat Kegiatan Pemerintahan dan Perekonomian Kabupaten Maluku Barat Daya.
Kenaikan pemakaian air setiap orang, seiring dengan meningkatnya perekonomian, didapat dari perbandingan data beberapa tahun sebelumnya (PerMenPU No. 18/PRT/M/2007)
T
Ketersediaan infrastuktur
Infrastruktur transportasi terbatas, jarang dan mahal.Bandar udara yang tersedia adalah Bandar udara perintis untuk pesawat terbang jenis Casa 212 berkapasitas 18 penumpang dengan maksimal bagasi adalah 10 kg per-penumpang. Jadwal pesawat tidak menentu, tergantung ketersediaan bahan bakar Avtur yang tersedia di Pulau Kisar. Dermaga pelabuhan dapat memuat kapal Pelni dan kapal barang, namun tergantung gelombang di Laut Banda Infrastruktur telekomunikasi dan komunikasi, selain memakai internet satelit, menara BTS penyedia jasa layanan Telekomunikasi yang baru tersedia hanya milik PT. Telkomsel. Di beberapa tempat yang terletak di kaki lembah sinyal jaringan telepon sulit diperoleh. Mesin automatic machine teller (ATM) tidak ada
Sumber mata pencaharian dan kondisi sarana dan prasarana perhubungan (ketersediaan infrastruktur) juga menjadi parameter ekonomi untuk menganalisis pengembangan suatu prasarana (KepMen LH No. 4/2000)
T
Tingkat pekerjaan responden
Berdasarkan hasil survey, pekerjaan responden didominasi oleh Pegawai Negeri Swasta (PNS) yaitu sebanyak 46 orang (29,11%). Profesi terbanyak kedua adalah Petani/Peternak Pemilik yaitu sebanyak 27 orang (17,09%), dan lain-lain terdiri dari beragam pekerjaan, mulai dari ibu rumah tangga biasa, pensiunan, hingga penduduk sementara yang datang hanya untuk jangka waktu singkat di Pulau Kisar (42 orang/26,58%). Sisanya terdiri dari TNI/Polri (3,80%), Pegawai Swasta (10,76%), Pedagang Kecil (3,80%), Pedagang (3,16%), Nelayan Pemilik (1,27%), Buruh Nelayan (1,90%), Buruh Petani/Gembala (2,53%).
Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk meliputi; penghasilan bulanan keluarga, pengeluaran bulanan keluarga, pemilikan barang, status kepemilikan rumah, keadaan rumah tinggal (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
O
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Kondisi dan Status Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal
Kondisi bangunan tempat tinggal adalah 65,82% menempati rumah permanen yang dapat diasumsikan telah memiliki sarana air air bersih yang memadai, 29,75% menempati rumah semi permanen yang dapat diasumsikan telah memiliki sarana air bersih kurang memadai, dan 4,43% menempati bangunan darurat (gubuk), dengan sarana air bersih seadanya. Sedangkan dari status kepemilikan, 74,19% adalah milik sendiri, sisanya menumpang (9,03%), sewa bulanan (2,58%), kontrak (7,74%), rumah adat (0,65%), dan rumah dinas (5,81%).
Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk meliputi; penghasilan bulanan keluarga, pengeluaran bulanan keluarga, pemilikan barang, status kepemilikan rumah, keadaan rumah tinggal (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
S
Tingkat Penghasilan Responden
Tingkat penghasilan menunjukkan taraf ekonomi responden. Tingkat penghasilan terbesar adalah di atas Rp. 2.000.000,00 (30,38%), diikuti dengan level Rp.100.000,00 – Rp. 400.000,00 (22,78%), Rp.400.000,00 – Rp. 800.000,00 (17,09%), Rp. 1.600.000,00 – Rp. 2.000.000,00 (12,03%), Rp.800.000,00 – Rp. 1.200.000,00 dan Rp.1.200.000,00 – Rp. 1.600.000,00 sama-sama persentasenya adalah 8,86%.
Perekonomian dan tingkat kesejahteraan penduduk meliputi; penghasilan bulanan keluarga, pengeluaran bulanan keluarga, pemilikan barang, status kepemilikan rumah, keadaan rumah tinggal (PerMenPU No.18/PRT/M/2007).
O
Keinginan untuk membayar jasa (Willingness To Pay/WTP)
Walaupun sekitar 17,72% responden menyatakan tidak bersedia mendapatkan layanan PDAM, namun jika memang layanan telah tersedia, maka sebagian besar responden tetap memilih mendapatkan Sambungan Rumah (SR) di setiap keluarga (74,68%). Sekitar 12,03% memilih Keran/Hidran Umum (KU/HU), 5,06% memilih Sambungan Halaman (SH), 6,33% memilih Terminal Air (TA), sedangkan sekitar 1,90% memilih lain-lain. Maksud dari lain-lain ini adalah responden merasa masih nyaman mengambil sendiri dari sumur gali yang telah tersedia, ataupun membeli dari penjual air.
Besarnya tingkat pelayanan dan kenaikan tingkat pelayanan air minum berdasarkan hasil survei keinginan untuk berlangganan (PerMenPU No.18/PRT/M/2007)
W
Kemampuan pelanggan (Ability To Pay/ATP)
Total kemampuan untuk membayar jasa (ATP) dibandingkan kesediaan untuk membayar jasa (WTP) adalah ATP > WTP (53,16%), sedangkan ATP<WTP adalah 46,84% di seluruh Pulau Kisar
Besarnya tingkat pelayanan dan kenaikan tingkat pelayanan air minum berdasarkan hasil survei kemampuan untuk membayar (PerMenPU No.18/PRT/M/2007)
S
Tingkat Kepuasan Terhadap Sumber Air Bersih yang Dipakai
Total keseluruhan adalah mayoritas responden (36,08%) sudah puas dengan sumber air bersih yang telah ada tapi masih merasa sulit untuk memperolehnya, sisanya, yang sudah puas adalah sekitar 33,54% dengan yang belum puas adalah 30,38%.
Persepsi masyarakat melengkapi parameter sosial untuk pengembangan suatu prasarana yang menjadi latar belakang kesediaan untuk berkontribusi (willingness to pay/WTP) bagi pengembangan suatu prasarana (KepMen LH No. 4/2000)
T
Analisa aspek kelembagaan
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Lembaga Pengelola Air Bersih
Untuk saat ini di Pulau Kisar Lembaga Pengelola Air Bersih milik pemerintah satu-satunya adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma yang baru melayani Desa Wonreli
Penyelenggaraan pengembangan SPAM dilakukan olehBUMN/BUMD yang dibentuk secara khusus untukpengembangan SPAM.Jika BUMN/BUMD tidak dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan SPAM di wilayah pelayanannya, BUMN atauBUMD atas persetujuan dewan pengawas/komisaris dapatmengikutsertakan koperasi, badan usaha swasta, dan/atau masyarakat dalam penyelenggaraan di wilayahpelayanannya (UU no. 16/2005)
W
PDAM Tirta Dharma Wonreli
Sistem perpipaan mencakup 134 KK untuk Sambungan Rumah (SR) dan 15 keran Umum (KU). atau sekitar 10.68% SR dan 1.20% KU untuk Desa Wonreli, atau 4.78% SR dan 0.54% untuk seluruh Pulau Kisar. Total KK terlayani PDAM adalah 5.32% dan yang tidak terlayani PDAM adalah 2.653 KK (94.68%).
UU No.16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum tetang aturan-aturan yang menjadi dasar dan pedoman bagi pihak PDAM selaku institusi atau stakeholders dalam mengatur, mengelola dan meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
W
Kualitas air bersih PDAM
Kualitas air PDAM dinyatakan cukup bersih dan berada pada pencemaran rendah sehingga layak dikonsumsi masyarakat (Pemeriksaan Laboratorium BTKL-PP Kelas I Makassar, 2012). Secara fisik, air yang didistribusikan PDAM kepada masyarakat di Desa Wonreli relatif cukup baik (jernih, tidak berbau, tidak berasa).
Kualitas air bersih PDAM yang diterima masyarakat harus memenuhi standar kualitas air bersih sebagaimana yang telah ditetapkan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/1990 tentang Pedoman Kualitas Air.
S
Kuantitas air bersih PDAM
Pelanggan PDAM Tirta Dharma hingga saat ini tercatat sebanyak 134 Kepala keluarga (KK) yang bermukim di Desa Wonreli. Secara kuantitas, air bersih yang diproduksi oleh PDAM masih jauh dari mencukupi untuk pelayanan Pulau Kisar.
Pelayanan air bersih kepada masyarakat harus dapat memenuhi kebutuhan minimal air bersih suatu rumah tangga dengan tingkat konsumsi yang cukup (30 - 50 liter/orang/hari) untuk kebutuhan air bersih sehari-hari baik untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan sebagainya (UU No.16/2005)
W
Kontinuitas aliran layanan PDAM
Kontinuitas aliran sistem distribusi air bersih PDAM yang ada sekarang ini dirasakan belum memuaskan karena air belum mengalir selama 24 jam penuh. Kontinuitas aliran yang ada rata-rata baru mencapai 6 – 12 jam perhari. Kondisi ini disebabkan oleh sering rusaknya peralatan yang ada dan masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap PLN yang mempengaruhi terhadap daya beli listrik.
Pelayanan air bersih PDAM harus tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam 24 jam sehari, dalam arti air bersih PDAM harus dapat terdistribusikan ke masyarakat secara kontinu selama 24 jam sehari (UU No.16/2005)
W
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Cakupan Pelayanan PDAM
Sistem jaringan distribusi air bersih milik PDAM yang ada saat ini masih mengikuti pola jaringan jaringan jalan, sehingga wilayah-wilayah yang memiliki akses atau berada dekat dengan jaringan jalan utama saja yang terlayani oleh air bersih PDAM, seperti Desa Wonreli.
UU No.16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum tetang aturan-aturan yang menjadi dasar dan pedoman bagi pihak PDAM selaku institusi atau stakeholders dalam mengatur, mengelola dan meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
O
Cakupan Pelayanan PDAM
Cakupan pelayanan baru cukup untuk Desa Wonreli baru sebesar 10.68 % SR dan 1.20% KU atau hanya sebesar 4.78% SR dan 0.54% KU untuk seluruh Pulau Kisar. Penduduk yang tidak terlayani oleh jaringan air bersih milik PDAM yaitu sebesar 13.667 jiwa atau 94.68% dari jumlah penduduk dan kalangan ini menggunakan air sumur bor, menampung air hujan dan membeli air dari penjual air untuk dijadikan sebagai sumber air bersih.
UU No.16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum tetang aturan-aturan yang menjadi dasar dan pedoman bagi pihak PDAM selaku institusi atau stakeholders dalam mengatur, mengelola dan meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
T
Sumber Daya Manusia dan Pengembangannya
Sumber daya manusia di Pulau Kisar terbilang cukup potensial dengan kembalinya para putra dan putri daerah yang telah mengecap pendidikan setara SLTA hingga Pascasarjana di luar Pulau Kisar untuk membangun kampung halaman keluarga mereka. Sedangkan keahlian berdagang/berniaga umumnya dikuasai kaum pendatang dari Pulau Jawa dan Sulawesi.
UU No.16/2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum tetang aturan-aturan yang menjadi dasar dan pedoman bagi pihak PDAM selaku institusi atau stakeholders dalam mengatur, mengelola dan meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat.
O
Sumber Daya Manusia dan Pengembangannya
Pengawasan prasarana air bersih yang telah ada masih kurang. dengan adanya dari laporan warga dan peninjauan langsung, terlihat sumur bor yang pompanya telah rusak akibat ulah tidak bertanggungjawab oknum tertentu di Dusun Kioumanumere Desa Wonreli sehingga mengakibatkan masyarakat sekitar tidak memperoleh air dari sumber tersebut sejak 6 (enam) bulan yang lalu.
Sumber daya manusia dan pengembangannya dalam PDAM haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dan keahlian (UU No.16/2005)
T
Standardisasi
Pulau Kisar termasuk pulau terdepan Indonesia, sehingga pembangunan dan pengembangan di Pulau Kisar berpijak pada pembangunan kepulauan
PerPres RI No.78/2005 O
VARIABEL PENJELASAN LANDASAN SWOT
Standardisasi
Strategi pembangunan dan pengembangan daerah Pemerintah Propinsi Maluku kepulauan adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan konsep “Satuan Gugus Pulau”.
Untuk peningkatan ketahanan pangan dan untuk mendukung aktivitas perekonomian, pembangunan diarahkan untuk peningkatan pengembangan infrastruktur yang dapat menghubungkan antarkota, pulau-pulau, wilayah tertinggal dan wilayah terpencil serta diarahkan untuk mendorong percepatan pembangunan Wilayah Maluku dengan memperhatikan daya dukung dan keberlanjutan lingkungan (LampiranPerPres RINo.29/2011tentang Renja Pemerintah Tahun 2012).
O
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Setelah diketahui aspek-aspek pengembangan prasarana air bersih
di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat Daya, selanjutnya dilakukan
pemberian bobot dan rating. Bobot dan rating dimaksudkan untuk
mengetahui derajat kepentingan (bobot) dan derajat kuat tidaknya (rating)
pengaruh indikator-indikator tersebut terhadap pengembangan kapasitas
pelayanan air bersih. Untuk memperoleh nilai bobot, nilai pengaruh dari
indikator-indikator internal dan eksternal diberikan nilai dengan skala mulai
dari 1 (tidak penting), 2 (kurang penting), 3 (penting) dan 4 (sangat penting).
Kemudian bagi nilai-nilai pengaruh tersebut dengan jumlah total nilai
pengaruh untuk mendapatkan bobot, sehingga apabila semua bobot
dijumlahkan maka hasilnya adalah 1. Untuk memperoleh nilai rating indikator-
indikator diberikan nilai (+) dengan skala mulai dari 1 (tidak baik), 2 (kurang
baik), 3 (baik) dan 4 (sangat baik) berdasarkan kondisi yang ada.
Nilai negatif pada rating menunjukkan indikator tersebut merupakan
kelemahan atau ancaman bagi pengembangan kapasitas pelayanan air
bersih. Berdasarkan atas faktor-faktor strategi kondisi internal dan eksternal,
maka didapat nilai dalam Matriks Faktor Strategi Internal (Internal Strategic
Factor Analysis Summary - IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal
(External Strategic Factor Analysis Summary - EFAS). Masing-masing aspek
akan dianalisa dan dibuat matriksnya.
Tabel 27. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Teknis
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
KEKUATAN (STRENGHTS)
Sumber air baku Air tanah dalam sumur-sumur gali dan air hujan. 4 0,15 2 0,30 Pengaruhnya sangat penting sebagai ketersediaan air baku di Pulau Kisar
tapi kondisinya kurang baik
Sumber Air Bersih untuk Minum
Sumber air bersih untuk minum paling banyak diperoleh dari sumur gali (56,33%), dan dari pembelian air bersih (lain-lain, 21,52%)
4 0,15 1 0,15
Pengaruhnya sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan hidup dan kesehatan tubuh tapi kondisinya
tidak baik
Sumber Air Bersih untuk Mandi dan Cuci
Sumur masih menjadi sumber air terbesar untuk keperluan mandi dan cuci (55,06%) diikuti pemanfaatan air hujan (22,78%).
4 0,15 2 0,30
Pengaruhnya sangat penting untuk
kesehatan tubuh tapi kondisinya kurang baik
Sumber Air Bersih untuk Masak
Sumur masih menjadi sumber air bersih untuk masak rata-rata
keluarga di Pulau Kisar yang diwakili oleh jawaban responden. Peringkat pertama adalah sumur (51,90%), kedua adalah lain-lain (misalnya membeli air di penjual) sebesar 28,48%, kemudian PDAM
yang tentunya hanya dirasakan oleh penduduk Desa Wonreli (11,39%), sedangkan sisanya adalah pemanfaatan air hujan sebesar 8,23% untuk keperluan masak.
4 0,15 1 0,15 Pengaruhnya sangat penting untuk kesehatan tubuh tapi kondisinya
tidak baik
Kuantitas air
Sumber air baku yang ada mempunyai potensi yang berlimpah, terbukti dari sumur yang jarang kering bahkan pada musim kemarau, dan hanya menyusut sekitar 2-10 meter dari kedalaman rata-rata
sumur yaitu 20 - 80 m.
3 0,11 3 0,33 Pengaruhnya penting bagi ketersediaan air baku dan kondisinya baik
Tingkat Pemakaian Air Harian Responden
Pemakaian air harian dibagi rata untuk total lingkup responden dan keluarganya diperoleh 47,95 liter/orang/hari.
3 0,11 3 0,33 pengaruhnya sangat penting untuk kesehatan tubuh dan kualitas hidup
dan kondisinya baik
Tata letak sistem pengolahan dan distribusi
Distribusi air bersih juga dilakukan Pemerintah Daerah (PEMDA)
melalui layanan penjualan air melalui mobil-mobil tangki berkapasitas 4.000 liter untuk menjangkau keseluruhan Pulau Kisar, utamanya desa dan dusun yang terletak jauh dari Desa Wonreli.
2 0,07 3 0,22 pengaruhnya kurang penting bagi layanan air bersih tapi kondisinya baik
Teknologi dan material
bahan bangunan PDAM masih menggunakan pompa untuk mengalirkan air. 3 0,11 1 0,11
pengaruhnya penting bagi
kelancaran layanan air bersih tapi kondisinya tidak baik
27 1,00 16 1,89
KELEMAHAN (WEAKNESSES)
Kondisi alam dan
topografi Curah hujan tahunan sekitar 900-1.000 mm pertahun 4 0,19 -3 -0,57
Pengaruhnya sangat penting untuk
cadangan air baku dan kondisinya baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Kondisi alam dan
topografi
Kondisi topografi Pulau Kisar yang berbukit-bukit dan berbatu
karang 3 0,14 -3 -0,43
pengaruhnya penting bagi distribusi
air dan kondisinya baik
Kualitas air
Total sumur gali (SGL) yang telah diinspeksi pada tahun 2010 oleh Puskesmas Wonreli adalah 106 sumur dengan kondisi 9.43 % rusak,
9.43% resiko pencemarannya amat tinggi, 36.79% resiko pencemaran tinggi, 24.53% resiko pencemaran sedang dan 19.81% resiko pencemaran rendah sehingga layak untuk memenuhi
kebutuhan air bersih masyarakat.
4 0,19 -2 -0,38
pengaruhnya sangat penting sebagai
prasarana air bersih tapi kondisinya kurang baik
Tata letak sistem
pengolahan dan distribusi Distribusi air masih memanfaatkan sistem gravitasi. 3 0,14 -1 -0,14
pengaruhnya penting bagi distribusi
air dan kondisinya tidak baik
Teknologi dan material bahan bangunan
Embung yang kondisinya sudah kritis. Embung terletak di Desa
Oirata Timur, Dusun Yawuru, Dusun Wakleken dan Dusun Keitaru. Tiga dari keempat embung tersebut telah tidak berfungsi dan kosong, hanya embung di Keitaru yang masih berfungsi tapi airnya
semakin menyusut.
4 0,19 -1 -0,19 pengaruhnya sangat penting bagi ketersediaan air baku tapi kondisinya tidak baik
Sistem pelayanan pelanggan
Pelayanan PDAM belum sepenuhnya memanfaatkan sistem pengukuran debit air terpakai melalui meteran air.
3 0,14 -1 -0,14 pengaruhnya penting bagi layanan air baku tapi kondisinya tidak baik
21 1,00 -11 -1,86
TOTAL NILAI IFAS = 1,89 + (-1.86) = 0,03
PELUANG (OPURTUNITIES)
Jenis tanah Secara fisik, tanah di Pulau Kisar terlihat berkarang dan berpori, umumnya jenis batuannya adalah dari batu kapur dan gamping.
3 0,38 2 0,75
pengaruhnya penting sebagai
resapan air dan kondisinya kurang baik
Kuantitas air
Kuantitas air tanah cukup banyak diasumsikan berdasarkan
suburnya pohon sagu utamanya di Desa Lekloor, Purpura, dan beberapa desa lainnya, serta kandungan rasa manis pada jeruk Kisar.
2 0,25 4 1,00 pengaruhnya penting sebagai resapan air dan kondisinya sangat baik
Teknologi dan material
bahan bangunan
Di Desa Oirata Barat tampak beberapa rumah telah menggunakan panel surya sebagai sumber energi listrik, dan di dekat sumur di Desa Purpura terpasang panel surya untuk mengalirkan air dari
sumur yang berada di kaki bukit ke tempat penampungan di atas bukit.
3 0,38 4 1,50 pengaruhnya penting untuk pengembangan prasarana air bersih
dan kondisinya sangat baik
8 1,00 10 3,25
ANCAMAN (THREATS)
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Tata letak sistem
pengolahan dan distribusi
Selain layanan mobil tangki dari Pemda, ada juga jasa layanan
swasta yang disediakan toko-toko melalui pengangkutan mobil pick-up dalam tangki air fiber berkapasitas 1.100 dan 2.200 liter. Harga per-tangki bervariasi tergantung jarak tempuh, antara Rp. 80.000,00
– Rp. 200.000 per-pengangkutan. Setiap kali pengangkutan dapat memuat 3 tangki berkapasitas 2.200 liter dan 4 tangki berkapasitas 1.100 liter. Untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR)
umumnya mencari air sendiri ke sumur-sumur gali terdekat.
2 0,40 -2 -0,80 pengaruhnya kurang penting karena komersialisasi air dan kondisinya
juga kurang bagus
Teknologi dan material bahan bangunan
Instalasi pengolahan memanfaatkan mesin pompa berbahan bakar minyak (BBM) bergantung kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN)
3 0,60 -1 -0,60 pengaruhnya penting untuk layanan air bersih dan kondisinya tidak bagus
5 1.00 -3 -1,40
TOTAL NILAI EFAS = 3,25 + (-1.40) = 1,85
POSISINYA TERLETAK PADA KUADRAN I DENGAN STRATEGI : MENDUKUNG STRATEGI AGRESIF (PENGEMBANGAN)
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Tabel 28. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Sosial Budaya
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
KEKUATAN
Kondisi Kependudukan
Wilayah administrasi di Pulau Kisar tersebar tidak merata disebabkan pola permukiman tersebar. Persebaran penduduk mengikuti pola jalan.
3 1,00 2 2,00
pengaruhnya penting untuk
pengembangan layanan air bersih tapi kondisinya kurang baik
3 1,00 2 2,00
KELEMAHAN
Kebiasaan Penduduk
Untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih, masyarakat membeli air pada penjual air selain menampung air hujan.
4 0,36 -2 -0,73
pengaruhnya sangat penting untuk pemenuhan kebutuhan air bersih
masyarakat tetapi kondisinya kurang baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Kebiasaan
Penduduk
Drainase pembuangan air limbah domestik juga belum merata di bangun di Pulau Kisar, dan di
beberapa tempat kondisinya sudah tidak layak. 4 0,36 -1 -0,36
pengaruhnya sangat penting untuk kesehatan
lingkungan tetapi kondisinya tidak baik
Sarana kesehatan
lingkungan
Sarana Air Bersih (SAB) yang telah terbangun di Pulau Kisar adalah: sistem non perpipaan, meliputi; Sumur Gali (SGL = 82 unit), dan Penampungan Air Hujan (PAH = 1,146 unit) dan sistem perpipaan dari PDAM Cabang Wonreli yang meliputi SambunganRumah (40 SR) dan Keran Umum (15 KU).
Sistem perpipaan hingga saat ini masih melayani Desa Wonreli. Penampungan Air Hujan dibuat dalam bak-bak penampung yang umumnya terletak di pekarangan rumah warga.
3 0,27 -2 -0,55
pengaruhnya sangat penting untuk pengembangan sarana dan
prasarana air bersih tapi kondisinya kurang baik
11 1,00 -5 -1,64
TOTAL NILAI IFAS = 2,00 + (-1,64) = 0,36
PELUANG
Kondisi Kependudukan
Budaya masyarakat Kisar adalah patriarkhi, dimana kaum lelaki yang berpergian mencari nafkah,
sementara kaum wanita tinggal di rumah mengurus keluarga dan menanam tanaman di pekarangan rumah untuk ketahanan pangan keluarga dan ternak.
3 0,43 3 1,29
pengaruhnya sangat penting untuk pemenuhan
kebutuhan air bersih keluarga dan kondisinya baik
Tingkat pendidikan
responden
Tingkat pendidikan tertinggi di Pulau Kisar masih berada pada tamatan Sekolah Menengah Atas/sederajat (SMA) dengan persentase sebanyak 43%, menyusul Sarjana Strata-Satu (S1)
sebanyak 21%, dan sisanya terbagi atas tamatan Sekolah Dasar/SD (13%), Sekolah Menengah Pertama/SMP (16%), Diploma Satu/D1(1%), Diploma Tiga/D3(3%) dan Sarjana Strata-Dua/S2 (3%).
4 0,57 1 0,57
pengaruhnya sangat penting untuk pola pikir
keberlanjutan air bersih dan kondisinya tidak baik
7 1,00 4 1,86
ANCAMAN
Kondisi Kependudukan
Jika dibandingkan data dari BPS tahun 2010, yaitu jumlah penduduk Pulau Kisar sejumlah 14.015 jiwa dengan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tahun 2012 yang berjumlah 16.055
jiwa, maka rasio peningkatan penduduk adalah sebesar 87,29% dalam kurun waktu 2 tahun.
4 0,31 -3 -0,92
pengaruhnya sangat penting untuk ketersediaan air bersih dan kondisinya
baik
Kebiasaan Penduduk
Masyarakat Pulau Kisar memiliki kebiasaan berkumpul sambil mencuci bersama di lokasi-lokasi sumur atau sekedar bertemu kenalan dan mengambil air sumur. Sumur-sumur di Pulau Kisar umumnya dibuat tanpa tutup pengaman dan pada salah satu sumur di Desa Wonreli yang terlihat
berjarak sangat dekat dengan septiktank komunal
3 0,23 -2 -0,46
pengaruhnya sangat penting untuk partisipatif terhadap kualitas air baku
dan kondisinya kurang baik
Kebiasaan Penduduk
Kebiasan membuang sampah sembarang tempat ini dilakukan mulai dari kaum manula hinga anak kecil seusia SD.
4 0,31 -1 -0,31
pengaruhnya sangat penting untuk kualitas lingkungan sekitar sumber
air bersih dan kondisinya tidak baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Fasum dan Fasos
Fasilitas Umum (Fasum) yang dimaksud disini adalah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang terdapat di Pulau Kisar seperti Hotel, Pasar, Salon, Masjid, Gereja, Sekolah dan Rumah Kost. Sedangkan Fasilitas Sosial (Fasos) yang dimaksud adalah Tempat Penyediaan Makanan (TPM) yang meliputi;
Depot Air Isi Ulang, Rumah Makan, Pedagang Kaki Lima, Pedagang Keliling dan Pabrik Sederhana.
2 0,15 -4 -0,62
pengaruhnya kurang penting untuk prasarana air bersih tapi kondisinya
sangat baik
13 1,00 -10 -2,31
TOTAL NILAI EFAS = 1,86 + (-2,31) = - 0,45
POSISINYA TERLETAK PADA KUADRAN IV DENGAN STRATEGI : MENDUKUNG STRATEGI DIVERSIFIKASI (PERLUASAN)
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Tabel 29. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Ekonomi dan Keuangan
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
KEKUATAN
Kondisi dan Status Kepemilikan
Bangunan Tempat Tinggal
Kondisi bangunan tempat tinggal adalah 65,82% menempati rumah permanen yang dapat
diasumsikan telah memiliki sarana air air bersih yang memadai, 29,75% menempati rumah semi permanen yang dapat diasumsikan telah memiliki sarana air bersih kurang memadai, dan 4,43% menempati bangunan darurat (gubuk), dengan sarana air bersih seadanya.
Sedangkan dari status kepemilikan, 74,19% adalah milik sendiri, sisanya menumpang (9,03%), sewa bulanan (2,58%), kontrak (7,74%), rumah adat (0,65%), dan rumah dinas (5,81%)
4 0,57 3 1,71 pengaruhnya sangat penting untuk pengembangan prasarana air bersih
keluarga dan kondisinya baik
Kemampuan pelanggan (Ability To
Pay/ATP)
Total kemampuan untuk membayar jasa (ATP) dibandingkan kesediaan untuk membayar jasa (WTP) adalah ATP > WTP (53,16%), sedangkan ATP<WTP adalah 46,84% di seluruh
Pulau Kisar
3 0,43 4 1,71 pengaruhnya penting untuk peningkatan layanan air bersih dan
kondisinya sangat baik
7 1,00 7 3,43
KELEMAHAN
Keinginan untuk
membayar jasa (Willingness
To Pay/WTP)
Walaupun sekitar 17,72% responden menyatakan tidak bersedia mendapatkan layanan PDAM, namun jika memang layanan telah tersedia, maka sebagian besar responden tetap
memilih mendapatkan Sambungan Rumah (SR) di setiap keluarga (74,68%). Sekitar 12,03% memilih Keran/Hidran Umum (KU/HU), 5,06% memilih Sambungan Halaman (SH), 6,33% memilih Terminal Air (TA), sedangkan sekitar 1,90% memilih lain-lain. Maksud dari
lain-lain ini adalah responden merasa masih nyaman mengambil sendiri dari sumur gali yang telah tersedia, ataupun membeli dari penjual air.
3 1,00 -2 -2,00 pengaruhnya penting untuk peningkatan layanan air bersih tapi kondisinya kurang baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
3 1,00 -2 -2,00
TOTAL NILAI IFAS = 3,43 + (-2,00) = 1,43
PELUANG
Tingkat pekerjaan responden
Berdasarkan hasil survey, pekerjaan responden didominasi oleh Pegawai Negeri Swasta (PNS) yaitu sebanyak 46 orang (29,11%). Profesi terbanyak kedua adalah Petani/Peternak
Pemilik yaitu sebanyak 27 orang (17,09%), dan lain-lain terdiri dari beragam pekerjaan, mulai dari ibu rumah tangga biasa, pensiunan, hingga penduduk sementara yang datang hanya untuk jangka waktu singkat di Pulau Kisar (42 orang/26,58%). Sisanya terdiri dari
TNI/Polri (3,80%), Pegawai Swasta (10,76%), Pedagang Kecil (3,80%), Pedagang (3,16%), Nelayan Pemilik (1,27%), Buruh Nelayan (1,90%), Buruh Petani/Gembala (2,53%).
3 0,33 3 1,00 pengaruhnya penting untuk peningkatan layanan air bersih dan kondisinya baik
Perekonomian dan Tingkat Kesejahteraan
Penduduk
Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat signifikan hanya dalam waktu 2 (dua)
tahun, yaitu keluarga prasejahtera tahun 2008 berjumlah sekitar 1.510 KK mengalami penurunan sebesar 53% di tahun 2010, sedangkan keluarga sejahtera III tahun 2008 sebanyak sekitar 187 KK meningkat 78,31% di tahun 2010 menjadi ± 862 KK. Keluarga
sejahtera III+ yang pada tahun 2008 sebanyak 68 KK meningkat pada tahun tahun 2010 sebesar 91,20%.
4 0,44 4 1,78 pengaruhnya penting untuk peningkatan layanan air bersih dan kondisinya sangat baik
Tingkat
Penghasilan Responden
Tingkat penghasilan menunjukkan taraf ekonomi responden. Tingkat penghasilan terbesar adalah di atas Rp. 2.000.000,00 (30,38%), diikuti dengan level Rp.100.000,00 – Rp.
400.000,00 (22,78%), Rp.400.000,00 – Rp. 800.000,00 (17,09%), Rp. 1.600.000,00 – Rp. 2.000.000,00 (12,03%), Rp.800.000,00 – Rp. 1.200.000,00 dan Rp.1.200.000,00 – Rp. 1.600.000,00 sama-sama persentasenya adalah 8,86%.
2 0,22 3 0,67
pengaruhnya kurang penting untuk
peningkatan layanan air bersih tapi kondisinya baik
9 1,00 10 3,44
ANCAMAN
Perekonomian dan Tingkat
Kesejahteraan Penduduk
Perkembangan fisik Pulau Kisar meningkat drastis dengan tumbuhnya pusat-pusat keramaian dan perekonomian baru di Desa Wonreli dan Kota Lama yang hingga saat ini
masih menjadi Pusat Kegiatan Pemerintahan dan Perekonomian Kabupaten Maluku Barat Daya.
2 0,18 -4 -0,73
pengaruhnya kurang penting untuk
peningkatan layanan air bersih tapi kondisinya sangat baik
Ketersediaan infrastuktur
Infrastruktur transportasi terbatas, jarang dan mahal.Bandar udara yang tersedia adalah
Bandar udara perintis untuk pesawat terbang jenis Casa 212 berkapasitas 18 penumpang dengan maksimal bagasi adalah 10 kg per-penumpang. Jadwal pesawat tidak menentu, tergantung ketersediaan bahan bakar Avtur yang tersedia di Pulau Kisar. Dermaga
pelabuhan dapat memuat kapal Pelni dan kapal barang, namun tergantung gelombang di Laut Banda Infrastruktur telekomunikasi dan komunikasi, selain memakai internet satelit, menara BTS penyedia jasa layanan Telekomunikasi yang baru tersedia hanya milik PT.
Telkomsel. Di beberapa tempat yang terletak di kaki lembah sinyal jaringan telepon sulit diperoleh. Mesin automatic machine teller (ATM) tidak ada
3 0,27 -1 -0,27
pengaruhnya penting untuk menunjang
pembangunan prasarana air bersih dan kondisinya tidak bagus
Tingkat Penghasilan Responden
Tingkat penghasilan menunjukkan taraf ekonomi responden. Tingkat penghasilan terbesar
adalah antara Rp. 100.000,00 – Rp. 400.000,00 (35%) dan diikuti dengan level Rp.400.000,00 – Rp. 800.000,00 dan di atas Rp. 2.000.000,00 yang sama-sama persentasenya adalah 18%.
2 0,18 -3 -0,55 pengaruhnya kurang penting untuk pengembangan prasarana air bersih tapi kondisinya baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Tingkat
Kepuasan Terhadap Sumber Air
Bersih yang Dipakai
Total keseluruhan adalah mayoritas responden (36,08%) sudah puas dengan sumber air bersih yang telah ada tapi masih merasa sulit untuk memperolehnya, sisanya, yang sudah puas adalah sekitar 33,54% dengan yang belum puas adalah 30,38%.
4 0,36 -2 -0,73 pengaruhnya sangat penting untuk peningkatan layanan air bersih tapi kondisinya kurang baik
11 1,00 -10 -2,27
TOTAL NILAI EFAS = 3.44 + (-2.27) = 1.17
POSISINYA TERLETAK PADA KUADRAN I DENGAN STRATEGI : MENDUKUNG STRATEGI AGRESIF (PENGEMBANGAN)
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Tabel 30. Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) untuk Aspek Kelembagaan
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
KEKUATAN
Kualitas air bersih PDAM
Kualitas air PDAM dinyatakan cukup bersih dan berada pada pencemaran rendah sehingga
layak dikonsumsi masyarakat (Pemeriksaan Laboratorium BTKL-PP Kelas I Makassar, 2012). Secara fisik, air yang didistribusikan PDAM kepada masyarakat di Desa Wonreli relatif cukup baik (jernih, tidak berbau, tidak berasa).
4 1,00 3 3,00 pengaruhnya sangat penting bagi kualitas air PDAM dan kondisinya baik
4 1,00 3 3,00
KELEMAHAN
Lembaga
Pengelola Air Bersih
Untuk saat ini di Pulau Kisar Lembaga Pengelola Air Bersih milik pemerintah satu-satunya
adalah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma yang baru melayani Desa Wonreli 4 0,27 -1 -0,27
pengaruhnya sangat penting untuk
pengelolaan air bersih dan kondisinya tidak baik
PDAM Tirta
Dharma Wonreli
Sistem perpipaan mencakup 134 KK untuk Sambungan Rumah (SR) dan 15 keran Umum (KU). atau sekitar 10.68% SR dan 1.20% KU untuk Desa Wonreli, atau 4.78% SR dan 0.54% untuk
seluruh Pulau Kisar. Total KK terlayani PDAM adalah 5.32% dan yang tidak terlayani PDAM adalah 2.653 KK (94.68%).
4 0,27 -1 -0,27
pengaruhnya sangat penting untuk
melayani air bersih dan kondisinya tidak baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Kuantitas air bersih PDAM
Pelanggan PDAM Tirta Dharma hingga saat ini tercatat sebanyak 134 Kepala keluarga (KK) yang bermukim di Desa Wonreli. Secara kuantitas, air bersih yang diproduksi oleh PDAM masih jauh dari mencukupi untuk pelayanan Pulau Kisar.
3 0,20 -2 -0,40 kondisinya penting untuk peningkatan kapasita layanan air bersih dan kondisinya kurang baik
Kontinuitas aliran layanan
PDAM
Kontinuitas aliran sistem distribusi air bersih PDAM yang ada sekarang ini dirasakan belum memuaskan karena air belum mengalir selama 24 jam penuh. Kontinuitas aliran yang ada rata-rata baru mencapai 6 – 12 jam perhari. Kondisi ini disebabkan oleh sering rusaknya peralatan
yang ada dan masih tingginya tingkat ketergantungan terhadap PLN yang mempengaruhi terhadap daya beli listrik.
4 0,27 -1 -0,27 pengaruhnya sangat penting untuk melayani air bersih dan kondisinya
tidak baik
15 1,00 -5 -1,20
TOTAL NILAI IFAS = 3,00 + (-1,20) = 1,80
PELUANG
Cakupan Pelayanan
PDAM
Sistem jaringan distribusi air bersih milik PDAM yang ada saat ini masih mengikuti pola jaringan jaringan jalan, sehingga wilayah-wilayah yang memiliki akses atau berada dekat dengan jaringan
jalan utama saja yang terlayani oleh air bersih PDAM, seperti Desa Wonreli.
3 0,23 2 0,46
pengaruhnya penting untuk pengembangan layanan distribusi
air bersih tapi kondisinya kurang baik
Standardisasi Pulau Kisar termasuk pulau terdepan Indonesia, sehingga pembangunan dan pengembangan di Pulau Kisar berpijak pada pembangunan kepulauan
4 0,31 2 0,62
pengaruhnya penting untuk pembangunan sarana dan prasarana air bersih tapi kondisinya
kurang baik
Standardisasi Strategi pembangunan dan pengembangan daerah Pemerintah Propinsi Maluku kepulauan adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan konsep “Satuan Gugus Pulau”.
3 0,23 2 0,46
pengaruhnya penting untuk percepatan pembangunan sarana dan prasarana air bersih tapi
kondisinya kurang baik
Sumber Daya Manusia dan
Pengembangannya
Sumber daya manusia di Pulau Kisar terbilang cukup potensial dengan kembalinya para putra dan putri daerah yang telah mengecap pendidikan setara SLTA hingga Pascasarjana di luar
Pulau Kisar untuk membangun kampung halaman keluarga mereka. Sedangkan keahlian berdagang/berniaga umumnya dikuasai kaum pendatang dari Pulau Jawa dan Sulawesi.
3 0,23 2 0,46
pengaruhnya penting untuk capacity
and character building tapi kondisinya kurang baik
13 1,00 8 2,00
ANCAMAN
Cakupan Pelayanan
PDAM
Cakupan pelayanan baru cukup untuk Desa Wonreli baru sebesar 10,68 % SR dan 1,20% KU atau hanya sebesar 4,78% SR dan 0,54% KU untuk seluruh Pulau Kisar. Penduduk yang tidak terlayani oleh jaringan air bersih milik PDAM yaitu sebesar 13.667 jiwa atau 94,68% dari jumlah
penduduk dan kalangan ini menggunakan air sumur bor, menampung air hujan dan membeli air dari penjual air untuk dijadikan sebagai sumber air bersih.
3 0,43 -1 -0,43 pengaruhnya penting untuk layanan air bersih tapi kondisinya tidak baik
VARIABEL PENJELASAN PENGARUH BOBOT RATING NILAI
TOTAL KETERANGAN
Sumber Daya Manusia dan
Pengembangannya
Pengawasan prasarana air bersih yang telah ada masih kurang. dengan adanya dari laporan warga dan peninjauan langsung, terlihat sumur bor yang pompanya telah rusak akibat ulah tidak bertanggungjawab oknum tertentu di Dusun Kioumanumere Desa Wonreli sehingga
mengakibatkan masyarakat sekitar tidak memperoleh air dari sumber tersebut sejak 6 (enam) bulan yang lalu.
4 0,57 -2 -1,14 pengaruhnya sangat penting untuk pengamanan sumber air bersih tapi
kondisinya kurang baik
7 1,00 -3 -1,57
TOTAL NILAI EFAS = 2,00 + (-1,57) = 0,43
POSISINYA TERLETAK PADA KUADRAN I DENGAN STRATEGI : MENDUKUNG STRATEGI AGRESIF (PENGEMBANGAN)
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Berdasarkan matriks-matriks faktor internal dan eksternal tersebut,
jumlah nilai akhir indikator strategi internal (kekuatan dan kelemahan)
pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat
Daya adalah; 0,03 (aspek teknis), 0,36 (aspek sosial-budaya), 1,43 (aspek
ekonomi dan keuangan), dan 1,80 (aspek kelembagaan), sedangkan nilai
total indikator strategi eksternal (peluang dan ancaman) adalah; 1,85 (aspek
teknis), -0,45 (aspek sosial dan budaya), 1,17 (aspek ekonomi dan
keuangan) dan 0,43 (aspek kelembagaan). Dengan demikian posisi
pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat
Daya dari masing-masing aspek dapat diketahui.
Strategi
Turnaround/Stabilisasi
(Penyehatan)
Posisi Strategi Agresif
(Pengembangan)
Strategi Defensif/Survival
(Bertahan) Strategi Diversifikasi
Gambar 25. Posisi Pengembangan Prasarana Air Bersih
Dari Gambar 25, terlihat bahwa posisi setiap aspek untuk melakukan
strategi pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar masing-masing
PELUANG
KEKUATAN KELEMAHAN
ANCAMAN
Kuadran I Kuadran II
Kuadran III Kuadran IV
1
2
3
4
-2 -3 -4 -1
-3
-2
-1
-4
3 2 1 4
adalah pada kuadran I (warna kuning) untuk aspek teknis, ekonomi dan
keuangan serta kelembagaan. Sedangkan pada kuadran IV (warna hijau)
adalah posisi aspek sosial dan budaya.
Rekomendasi strategi yang berada pada kuadran I adalah strategi
agresif atau disebut juga strategi pengembangan. Sedangkan untuk kuadran
IV, rekomendasinya adalah strategi diversifikasi atau perluasan. Setelah
didapat rekomendasi strategi, langkah selanjutnya adalah menyusun Matrik
Analisis SWOT/KLPA untuk masing-masing aspek. Analisis SWOT
dimaksudkan untuk menyusun faktor-faktor pengembangan prasarana air
bersih di Pulau Kisar Kabupaten Maluku Barat Daya, sehingga dapat
menggambarkan secara jelas interaksi antara Internal Strategic Faktor
Analysis Summary (IFAS) dan External Strategic Faktor Analysis Summary
(EFAS). Interaksi bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi
dalam pengembangan prasarana air bersih disandingkan dengan kekuatan
dan kelemahan internal yang dimilikinya. Matrik Analisis SWOT strategi
pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar (IFAS dan EFAS), yaitu
hasil interaksi berdasarkan posisi kuadran.
Gambar 26. Matriks Strategi Agresif (Pengembangan) Aspek Teknis Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar
KEKUATAN KELEMAHAN
Sumber air
baku Air tanah dalam sumur-sumur gali dan air hujan.
Kondisi alam dan
topografi
Curah hujan tahunan sekitar 900-1.000 mm pertahun. Kondisi topografi Pulau Kisar yang
berbukit-bukit dan berbatu karang
Sumber Air Bersih untuk
Minum
Sumber air bersih untuk minum paling banyak diperoleh dari sumur gali (56,33%), dan dari
pembelian air bersih (lain-lain, 21,52%).
Sumber Air
Bersih untuk Mandi dan
Cuci
Sumur masih menjadi sumber air terbesar untuk keperluan mandi dan cuci (55,06%) diikuti pemanfaatan air hujan (22,78%).
Kualitas air
Total sumur gali (SGL) yang telah diinspeksi pada
tahun 2010 oleh Puskesmas Wonreli adalah 106 sumur dengan kondisi 9,43 % rusak, 9,43% resiko pencemarannya amat tinggi, 36,79% resiko
pencemaran tinggi, 24,53% resiko pencemaran sedang dan 19,81% resiko pencemaran rendah sehingga layak untuk memenuhi kebutuhan air
bersih masyarakat. Pada salah satu sumur di Desa Wonreli (Dusun Mesiapi ) kadar nitrat lebih tinggi dari batas maksimum yang diperbolehkan. Pada
lokasi sumur yang sama pula kadar pH dinyatakan lebih rendah dari batas minimum. Ini menunjukkan bahwa pH air tersebut bersifat asam. Di Desa Kota
Lama kadar Besi dinyatakan sedikit lebih tinggi dari batas maksimum.
Sumber Air Bersih
untuk Masak
Sumur masih menjadi sumber air bersih untuk masak rata-rata keluarga di Pulau Kisar yang
diwakili oleh jawaban responden. Peringkat pertama adalah sumur (51,90%), kedua adalah lain-lain (misalnya membeli air di penjual) sebesar 28,48%,
kemudian PDAM yang tentunya hanya dirasakan oleh penduduk Desa Wonreli (11,39%), sedangkan sisanya adalah pemanfaatan air hujan sebesar
8,23% untuk keperluan masak.
Kuantitas air
Sumber air baku yang ada mempunyai potensi yang
berlimpah, terbukti dari sumur yang jarang kering bahkan pada musim kemarau, dan hanya menyusut sekitar 2-10 meter dari kedalaman rata-rata sumur
yaitu 20 - 80 m.
Tata letak
sistem pengolahan dan
distribusi
Distribusi air masih memanfaatkan sistem gravitasi.
Tingkat
Pemakaian Air Harian Responden
Pemakaian air harian dibagi rata untuk total lingkup
responden dan keluarganya diperoleh 47,95 liter/orang/hari. Teknologi
dan material
bahan bangunan
Embung yang kondisinya sudah kritis. Embung terletak di Desa Oirata Timur, Dusun Yawuru, Dusun Wakleken dan Dusun Keitaru. Tiga dari keempat
embung tersebut telah tidak berfungsi dan kosong, hanya embung di Keitaru yang masih berfungsi tapi airnya semakin menyusut.
Tata letak sistem
pengolahan dan distribusi
Distribusi air bersih juga dilakukan Pemerintah Daerah (PEMDA) melalui layanan penjualan air melalui mobil-mobil tangki berkapasitas 4.000 liter
untuk menjangkau keseluruhan Pulau Kisar, utamanya desa dan dusun yang terletak jauh dari Desa Wonreli.
Teknologi
dan material bahan
bangunan
PDAM masih menggunakan pompa untuk mengalirkan air.
Sistem pelayanan pelanggan
Pelayanan PDAM belum sepenuhnya memanfaatkan sistem pengukuran debit air terpakai melalui meteran air.
PELUANG STRATEGI SO STRATEGI WO
Jenis tanah Secara fisik, tanah di Pulau Kisar terlihat berkarang dan berpori, umumnya jenis batuannya adalah dari
batu kapur dan gamping.
Memanfaatkan potensi sumber air baku yang ada (sumur gali
dan air hujan) namun secara kualitas dan kuantitas sesuai dengan Standar Baku Mutu, serta meningkatkan/mengembangkan SAB secara bertahap
Meningkatkan kualitas penyimpanan air cadangan dari air hujan (Sistem Pengolahan Air Hujan) di tiap rumahtangga (skala rumahan)
Meningkatkan dan memperluas akses air yang aman melalui non-perpipaan terlindungi (pengamanan air baku untuk
menjaga kualitas dan kuantitasnya)
Bekerjasama dengan lembaga riset dan akademisi untuk riset
pengembangan teknologi ramah lingkungan dan terjangkau yang tepat untuk peningkatan layanan air bersih, pengembangan energi alternatif oleh Dinas Pertambangan
dan Energi
Membangun waduk-waduk lapangan, situ-situ dan jaringan pembawa, rehabilitasi embung dan tandon air untuk cadangan
air baku
Membangun dan merehabilitasi stasiun-stasiun untuk
pemutakhiran data hidrologi, yaitu stasiun hujan, klimatologi dan hidrometri dalam satu jaringan pengamatan hidrologi
Intensifikasi usaha pelestarian air seperti greenbelt dilahan-
lahan subur, daur ulang air baik sebagai air bersih, keperluan pertanian, peternakan, dan lainnya
Membangun Sistem Pengolahan Air Sederhana dengan menggunakan aerasi (pencampuran air dan udara) serta bak
saringan pasir untuk mengolah zat besi dan mangan pada sumur yang kadar besi dan nitratnya tinggi (khusus pada wilayah yang kada besi dan nitrat pada airnya cukup tinggi –
contoh: Dusun Mesiapi dan Desa Kota Lama)
Membangun Sistem Pengolahan Air Hujan skala rumahtangga
Pemanfaatan teknologi surya yang sudah ada dikembangkan lagi sebagai sumber energi sistem kombinasi dalam mendistribusikan air ke permukiman
Kuantitas air
Kuantitas air tanah cukup banyak diasumsikan berdasarkan suburnya pohon sagu utamanya di Desa Lekloor, Purpura, dan beberapa desa lainnya,
serta kandungan rasa manis pada jeruk Kisar.
Teknologi dan material
bahan bangunan
Di Desa Oirata Barat tampak beberapa rumah telah menggunakan panel surya sebagai sumber energi listrik, dan di dekat sumur di Desa Purpura
terpasang panel surya untuk mengalirkan air dari sumur yang berada di kaki bukit ke tempat penampungan di atas bukit.
ANCAMAN STRATEGI ST STRATEGI WT
Tata letak sistem pengolahan
dan distribusi
Selain layanan mobil tangki dari Pemda, ada juga jasa layanan swasta yang disediakan toko-toko melalui pengangkutan mobil pick-up dalam tangki air
fiber berkapasitas 1.100 dan 2.200 liter. Harga per-tangki bervariasi tergantung jarak tempuh, antara Rp. 80.000,00 – Rp. 200.000 per-pengangkutan.
Setiap kali pengangkutan dapat memuat 3 tangki berkapasitas 2.200 liter dan 4 tangki berkapasitas 1.100 liter. Untuk masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) umumnya mencari air sendiri ke sumur-sumur gali terdekat.
Peningkatan kapasitas PDAM agar mampu bersaing dengan
Perusahaan Air Minum Swasta
Mengembangkan aset manajemen SAB secara kontinyu untuk
efektifitas dan efisiensi pengelolaan air
Mengadakan program/kegiatan Pemerintah Daerah untuk
perlindungan sumber air berupa penyuluhan-penyuluhan kesehatan lingkungan serta sosialisasi isu-isu lingkungan
menyangkut air bersih seperti; penyuluhan kesehatan, menciptakan lingkungan yang sehat, penanaman pohon dan perilaku hidup bersih dan sehat
Mengadakan uji kualitas air baku secara berkesinambungan dengan teknologi tepat guna diselaraskan dengan rencana
strategis Dinas Kesehatan Teknologi dan
material bahan bangunan
Instalasi pengolahan memanfaatkan mesin pompa
berbahan bakar minyak (BBM) bergantung kepada Perusahaan Listrik Negara (PLN)
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Gambar 27. Matriks Strategi Diversifikasi (Perluasan) Aspek Sosial Budaya Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar
KEKUATAN KELEMAHAN
Kondisi Kependudukan
Wilayah administrasi di
Pulau Kisar tersebar tidak merata disebabkan pola permukiman tersebar.
Persebaran penduduk mengikuti pola jalan.
Kebiasaan Penduduk
Untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih, masyarakat
membeli air pada penjual air selain menampung air hujan. Drainase pembuangan air limbah domestik juga belum merata di bangun di Pulau Kisar, dan di beberapa tempat kondisinya
sudah tidak layak.
Sarana kesehatan
lingkungan
Sarana Air Bersih (SAB) yang telah terbangun di Pulau Kisar
adalah: sistem non perpipaan, meliputi; Sumur Gali (SGL = 82 unit), dan Penampungan Air Hujan (PAH = 1,146 unit) dan sistem perpipaan dari PDAM Cabang Wonreli yang meliputi
SambunganRumah (40 SR) dan Keran Umum (15 KU). Sistem perpipaan hingga saat ini masih melayani Desa Wonreli. Penampungan Air Hujan dibuat dalam bak-bak penampung
yang umumnya terletak di pekarangan rumah warga.
PELUANG STRATEGI SO STRATEGI WO
Kondisi Kependudukan
Budaya masyarakat Kisar adalah patriarkhi, dimana kaum
lelaki yang berpergian mencari nafkah, sementara kaum wanita tinggal di rumah mengurus keluarga dan menanam tanaman di pekarangan rumah untuk ketahanan pangan
keluarga dan ternak.
Mengadakan kegiatan pemberdayaan masyarakat khususnya kaum wanita dalam
pembangunan air minum dan memperluas pengetahuan tentang air bersih
Pengembangan pola pikir kebersamaan
membangun daerah lewat air bersih untuk kepentingan bersama dengan
mengadakan workshop setiap tahun dengan mengundang pihak-pihak terkait air bersih seperti Pihak PDAM, NGO/LSM/
tokoh-tokoh masyarakat, rohaniwan, SKPD-SPD (Kesehatan, Lingkungan Hidup, Pekerjaan Umum, Permukiman, dan lain-
lain) dan Badan Legislatif (DPRD)
Mengadakan program sosialisasi dan penyuluhan ke sekolah-sekolah untuk
membangun kesadaran akan pentingnya air, mulai dari tingkat SD - SMA bekerjasama dengan Dinas Pendidikan
Sosialisasi lewat tempat-tempat ibadah seperti Gereja, Masjid dan
tempat publik lain mengenai peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Bersih serta
kebiasaan hidup bersih dan sehat
Peningkatan Kapasitas Badan Penyediaan Air Minum - Berbasis
Masyarakat (BPAM-BM) tingkat daerah
Penyebarluasan ciri keberhasilan kelompok masyarakat yang membangun SPAB dan sosialisasi Pengelolaan Air Bersih berbasis
masyarakat
Tingkat pendidikan
responden
Tingkat pendidikan tertinggi di Pulau Kisar masih berada pada tamatan Sekolah Menengah Atas/sederajat (SMA) dengan persentase sebanyak 47,47%, menyusul Sarjana Strata-Satu (S1) sebanyak 27,85%, dan sisanya terbagi atas tamatan
Sekolah Dasar/SD (8,23%), Sekolah Menengah Pertama/SMP (10,76%), Diploma Satu/D1(0,63%), Diploma Tiga/D3(3,16%) dan Sarjana Strata-Dua/S2 (1,90%).
ANCAMAN STRATEGI ST STRATEGI WT
Kondisi Kependudukan
Jika dibandingkan data dari BPS tahun 2010, yaitu jumlah penduduk Pulau Kisar sejumlah 14,015 jiwa dengan data
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tahun 2012 yang berjumlah 16,055 jiwa, maka rasio peningkatan penduduk adalah sebesar 87.29% dalam kurun waktu 2 tahun.
Perbaikan manajemen administrasi wilayah untuk keberhasilan program-program
Pemerintah Daerah dalam rangka sinergi dan keterpaduan antar SKPD dan demi efisiensi dan efektifitas
Relokasi sumur gali yang terpadu dengan rehabilitasi prasarana sanitasi mengikuti
pola permukiman yang ada
Penyediaan prasarana persampahan dan
sosialisasi 3R (reduce, reuse, recycle)
4. Pembangunan fasum dan fasos sesuai
RTR dan pemberlakuan regulasi yang mengatur penggunaan lahan dengan ancaman sanksi tegas sesuai Undang-
undang Nasional
Membangun Badan Usaha Milik Desa yang khusus mengelola air bersih dan mengadakan program pelatihan kepedulian pengamanan sumber air
Pembangunan drainase untuk pembuangan limbah rumah tangga
(sebaiknya limbah yang sudah diolah agar tidak mencemari lingkungan) yang memadai diseluruh Pulau Kisar dan membangun kesadaran
masyarakat untuk memelihara drainase demi kesehatan lingkungan yang terintegrasi pada keberlanjutan ketersediaan air bersih secara kualitas dan kuantitas
Menghidupkan kembali kearifan lokal yang mendukung pelestarian lingkungan, kebiasaan hidup sehat dan bersih serta peduli air
Kebiasaan Penduduk
Masyarakat Pulau Kisar memiliki kebiasaan berkumpul sambil mencuci bersama di lokasi-lokasi sumur atau sekedar bertemu
kenalan dan mengambil air sumur. Sumur-sumur di Pulau Kisar umumnya dibuat tanpa tutup pengaman dan pada salah satu sumur di Desa Wonreli yang terlihat berjarak sangat dekat
dengan septiktank komunal
Kebiasaan
Penduduk
Kebiasan membuang sampah sembarang tempat ini dilakukan
mulai dari kaum manula hinga anak kecil seusia SD.
Fasum dan Fasos
Fasilitas Umum (Fasum) yang dimaksud disini adalah Tempat-Tempat Umum (TTU) yang terdapat di Pulau Kisar seperti
Hotel, Pasar, Salon, Masjid, Gereja, Sekolah dan Rumah Kost. Sedangkan Fasilitas Sosial (Fasos) yang dimaksud adalah Tempat Penyediaan Makanan (TPM) yang meliputi; Depot Air
Isi Ulang, Rumah Makan, Pedagang Kaki Lima, Pedagang Keliling dan Pabrik Sederhana.
Sumber: Hasil Analisa Peneliti, 2012
Gambar 28. Matriks Strategi Agresif (Pengembangan) Aspek Ekonomi dan Keuangan Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar
KEKUATAN KELEMAHAN
Kondisi dan
Status Kepemilikan Bangunan
Tempat Tinggal
Kondisi bangunan tempat tinggal adalah 65,82% menempati rumah
permanen yang dapat diasumsikan telah memiliki sarana air air bersih yang memadai,
29,75% menempati rumah semi permanen yang dapat diasumsikan telah memiliki sarana
air bersih kurang memadai, dan 4,43% menempati bangunan darurat (gubuk), dengan sarana air
bersih seadanya. Sedangkan dari status kepemilikan, 74,19% adalah milik sendiri, sisanya menumpang
Keinginan untuk membayar jasa (Willingness To
Pay/WTP)
Walaupun sekitar 17,72% responden menyatakan tidak
bersedia mendapatkan layanan PDAM, namun jika memang layanan telah tersedia, maka
sebagian besar responden tetap memilih mendapatkan Sambungan Rumah (SR) di setiap keluarga
(74,68%). Sekitar 12,03% memilih Keran/Hidran Umum (KU/HU), 5,06% memilih Sambungan
Halaman (SH), 6,33% memilih Terminal Air (TA), sedangkan sekitar 1,90% memilih lain-lain.
(9,03%), sewa bulanan (2,58%),
kontrak (7,74%), rumah adat (0,65%), dan rumah dinas (5,81%).
Maksud dari lain-lain ini adalah
responden merasa masih nyaman mengambil sendiri dari sumur gali yang telah tersedia, ataupun
membeli dari penjual air.
Kemampuan
pelanggan (Ability To Pay/ATP)
Total kemampuan untuk membayar jasa (ATP) dibandingkan kesediaan untuk
membayar jasa (WTP) adalah ATP > WTP (53,16%), sedangkan ATP<WTP adalah 46,84% di
seluruh Pulau Kisar
PELUANG STRATEGI SO STRATEGI WO
Tingkat pekerjaan responden
Berdasarkan hasil survey, pekerjaan responden didominasi oleh Pegawai Negeri Swasta (PNS) yaitu sebanyak 46 orang (29,11%). Profesi terbanyak kedua adalah Petani/Peternak
Pemilik yaitu sebanyak 27 orang (17,09%), dan lain-lain terdiri dari beragam pekerjaan, mulai dari ibu rumah tangga biasa, pensiunan, hingga penduduk sementara yang datang hanya
untuk jangka waktu singkat di Pulau Kisar (42 orang/26,58%). Sisanya terdiri dari TNI/Polri (3,80%), Pegawai Swasta (10,76%), Pedagang Kecil (3,80%), Pedagang (3,16%),
Nelayan Pemilik (1,27%), Buruh Nelayan (1,90%), Buruh Petani/Gembala (2,53%).
Sosialisasi Program Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diselaraskan dengan program SKPD terkait
seperti SKPD Kesehatan (program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat - STBM) dan SKPD Pekerjaan Umum (Program Sanitasi Lingkungan Berbasis
Masyarakat - SLBM)
Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) AMPL
(anggotanya multi sektor yang terkait dengan AMPL)
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia lewat
pelatihan-pelatihan AMPL
Pelaksanaan Program PPSP (Percepatan
Pembangunan Sanitasi Perkotaan(, termasuk di dalamnya sosialisasi sistem Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) dari SKPD terkait
yaitu; SKPD kesehatan (kualitas), SKPD Pekerjaan Umum (sarana dan prasarana) serta SKPD Lingkungan Hidup (air baku)
Pembentukan Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Berbasis Masyarakat
Perekonomian dan Tingkat
Kesejahteraan Penduduk
Peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat signifikan
hanya dalam waktu 2 (dua) tahun, yaitu keluarga prasejahtera tahun 2008 berjumlah sekitar 1.510 KK mengalami penurunan sebesar 53% di tahun 2010, sedangkan keluarga sejahtera III
tahun 2008 sebanyak sekitar 187 KK meningkat 78.31% di tahun 2010 menjadi ± 862 KK. Keluarga sejahtera III+ yang pada tahun 2008 sebanyak 68 KK meningkat pada tahun
tahun 2010 sebesar 91.20%.
Tingkat Penghasilan Responden
Tingkat penghasilan menunjukkan taraf ekonomi responden. Tingkat penghasilan terbesar adalah di atas Rp. 2.000.000,00
(30,38%), diikuti dengan level Rp.100.000,00 – Rp. 400.000,00 (22,78%), Rp.400.000,00 – Rp. 800.000,00 (17,09%), Rp. 1.600.000,00 – Rp. 2.000.000,00 (12,03%),
Rp.800.000,00 – Rp. 1.200.000,00 dan Rp.1.200.000,00 – Rp. 1.600.000,00 sama-sama persentasenya adalah 8,86%.
ANCAMAN STRATEGI ST STRATEGI WT
Perekonomian dan Tingkat
Kesejahteraan Penduduk
Perkembangan fisik Pulau Kisar meningkat drastis dengan tumbuhnya pusat-pusat keramaian dan perekonomian baru di
Desa Wonreli dan Kota Lama yang hingga saat ini masih menjadi Pusat Kegiatan Pemerintahan dan Perekonomian Kabupaten Maluku Barat Daya.
Prioritas alokasi dana air meningkat berdasarkan baseline APBD selama 3-4 tahun terakhir untuk
monitoring dan evaluasi alokasi menyangkut AMPL dan permukiman
Program sosialisasi dan advokasi masyarakat
Memanfaatkan kredit mikro dari koperas, bank atau lembaga keuangan lainnya untuk bantuan fisik
pengembangan SPAB bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Percepatan pembangunan infrastruktur untuk
Tingkat Kepuasan
Terhadap Sumber Air Bersih yang Dipakai
hemat air untuk keberlanjutan air bersih di daerah
mereka
Capacity Building PDAM untuk meningkatkan daya
saing dan kemandirian dalam pelayanan air bersih kepada masyarakat
pertumbuhan ekonomi daerah perbatasan dengan
pemberlakuan insentif untuk menarik investor misalnya; pengurangan/pembebasan di bidang pajak, retribusi daerah dan bea masuk peralatan
produksi, penyediaan lahan, penyediaan data dan informasi terbaru, penyediaan SDM untuk riset dan produksi, dan lain sebagainya
Total keseluruhan adalah mayoritas responden (36,08%) sudah puas dengan sumber air bersih yang telah ada tapi masih merasa sulit untuk memperolehnya, sisanya, yang
sudah puas adalah sekitar 33,54% dengan yang belum puas adalah 30,38%.
Ketersediaan
infrastuktur
Infrastruktur transportasi terbatas, jarang dan mahal.Bandar
udara yang tersedia adalah Bandar udara perintis untuk pesawat terbang jenis Casa 212 berkapasitas 18 penumpang dengan maksimal bagasi adalah 10 kg per-penumpang.
Jadwal pesawat tidak menentu, tergantung ketersediaan bahan bakar Avtur yang tersedia di Pulau Kisar. Dermaga pelabuhan dapat memuat kapal Pelni dan kapal barang,
namun tergantung gelombang di Laut Banda Infrastruktur telekomunikasi dan komunikasi, selain memakai internet satelit, menara BTS penyedia jasa layanan Telekomunikasi
yang baru tersedia hanya milik PT. Telkomsel. Di beberapa tempat yang terletak di kaki lembah sinyal jaringan telepon sulit diperoleh. Mesin automatic machine teller (ATM) tidak
ada
Sumber: Hasil Analisa Peneliti, 2012
Gambar 29. Matriks Strategi Agresif (Pengembangan) Aspek Kelembagaan Prasarana Air Bersih di Pulau Kisar
KEKUATAN KELEMAHAN
Kualitas air bersih
PDAM
Kualitas air PDAM dinyatakan cukup bersih dan berada pada pencemaran rendah sehingga layak
dikonsumsi masyarakat (Pemeriksaan Laboratorium BTKL-PP Kelas I Makassar, 2012).
Lembaga Pengelola
Air Bersih
Untuk saat ini di Pulau Kisar Lembaga Pengelola Air Bersih milik pemerintah satu-satunya adalah
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma yang baru melayani Desa Wonreli
Secara fisik, air yang didistribusikan PDAM kepada
masyarakat di Desa Wonreli relatif cukup baik (jernih, tidak berbau, tidak berasa). PDAM Tirta
Dharma Wonreli
Sistem perpipaan mencakup 134 KK untuk Sambungan Rumah (SR) dan 15 keran Umum
(KU). atau sekitar 10.68% SR dan 1.20% KU untuk Desa Wonreli, atau 4.78% SR dan 0.54% untuk seluruh Pulau Kisar. Total KK terlayani PDAM
adalah 5.32% dan yang tidak terlayani PDAM adalah 2.653 KK (94.68%).
Kuantitas air bersih PDAM
Pelanggan PDAM Tirta Dharma hingga saat ini
tercatat sebanyak 134 Kepala keluarga (KK) yang bermukim di Desa Wonreli. Secara kuantitas, air bersih yang diproduksi oleh PDAM masih jauh dari
mencukupi untuk pelayanan Pulau Kisar.
Kontinuitas
aliran layanan PDAM
Kontinuitas aliran sistem distribusi air bersih PDAM
yang ada sekarang ini dirasakan belum memuaskan karena air belum mengalir selama 24 jam penuh. Kontinuitas aliran yang ada rata-rata
baru mencapai 6 – 12 jam perhari. Kondisi ini disebabkan oleh sering rusaknya peralatan yang ada dan masih tingginya tingkat ketergantungan
terhadap PLN yang mempengaruhi terhadap daya beli listrik.
PELUANG STRATEGI SO STRATEGI WO
Cakupan Pelayanan PDAM
Sistem jaringan distribusi air bersih milik PDAM
yang ada saat ini masih mengikuti pola jaringan jaringan jalan, sehingga wilayah-wilayah yang memiliki akses atau berada dekat dengan jaringan
jalan utama saja yang terlayani oleh air bersih PDAM, seperti Desa Wonreli.
Penambahan dan pembenahan prasarana pendukung
sarana air bersih seperti jalan untuk memperluas akses terhadap sumber air baku
Percepatan pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan
ekonomi daerah perbatasan dengan pemberlakuan insentif untuk menarik investor misalnya; pengurangan/pembebasan
di bidang pajak, retribusi daerah dan bea masuk peralatan produksi, penyediaan lahan, penyediaan data dan informasi terbaru, penyediaan SDM untuk riset dan produksi, dan lain
sebagainya
Menjalin kemitraan dengan NGO/LSM, lembaga riset dan
ahli-ahli akademisi sebagai bagian pengelolaan sistem data dan peningkatan teknologi informasi (untuk pemutakhiran data)
Kelembagaan, penguatan kapasitas, advokasi dan monitoring dan evaluasi yang terpadu dengan sektor sanitasi
Menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dan Good
Coorporate Governance terutama untuk penyelenggara/operator SPAB
Meningkatkan kemampuan finansial PDAM dengan cara;
program penyehatan PDAM melalui pengaturan tarif (penuh dan progresif serta subsidi untuk MBR)
Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat kabupaten/kota dalam pengembangan SPAB dengan cara penyempurnaan tugas pokok SKPD terkait agar tidak saling
tumpang tindih, peningkatan SDM melalui sertifikasi ataupun pelatihan Operasional dan Pemeliharaan SPAB, pengisian jabatan struktural/fungsional sesuai kompetensi
Bekerjasama dengan daerah otonom lain sebagai suatu manajemen terpadu dalam mengelola air tanah/sumber air
baku berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 1451 K/10/MEM/2000 tanggal 3 November 2000, tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Standardisasi
Pulau Kisar termasuk pulau terdepan Indonesia,
sehingga pembangunan dan pengembangan di Pulau Kisar berpijak pada pembangunan kepulauan sesuai Peraturan Presiden Negara
Republik Indonesia no 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar.
Strategi pembangunan dan pengembangan
daerah Pemerintah Propinsi Maluku kepulauan adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi
dengan konsep “Satuan Gugus Pulau”.
Sumber Daya Manusia dan
Pengembangannya
Sumber daya manusia di Pulau Kisar terbilang
cukup potensial dengan kembalinya para putra dan putri daerah yang telah mengecap pendidikan setara SLTA hingga Pascasarjana di luar Pulau
Kisar untuk membangun kampung halaman keluarga mereka. Sedangkan keahlian berdagang/berniaga umumnya dikuasai kaum
pendatang dari Pulau Jawa dan Sulawesi.
Tugas Pemerintahan di Bidang Pengelolaan Air Bawah
Tanah
ANCAMAN STRATEGI KA STRATEGI LA
Cakupan Pelayanan PDAM
Cakupan pelayanan baru cukup untuk Desa Wonreli baru sebesar 10.68 % SR dan 1.20% KU atau hanya sebesar 4.78% SR dan 0.54% KU untuk seluruh Pulau Kisar. Penduduk yang tidak
terlayani oleh jaringan air bersih milik PDAM yaitu sebesar 13.667 jiwa atau 94.68% dari jumlah penduduk dan kalangan ini menggunakan air
sumur bor, menampung air hujan dan membeli air dari penjual air untuk dijadikan sebagai sumber air bersih.
Penambahan jaringan perpipaan PDAM secara bertahap
selaras dengan rencana strategis Dinas Pekerjaan Umum dan BAPPEDA
Promosi dan kampanye visi air dunia dalam World Water
Forum 2000 "making water everybody's business" dimulai dari gerakan legislatif peduli air dan lingkungan hingga ke
tingkat masyarakat dengan mengadakan event daerah setiap tahun
Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui bank komersial dan non-bank untuk PDAM shat
Memfasilitasi pembentukan Lembaga Konsumen Air Bersih Indonesia tingkat daerah
Sumber Daya Manusia dan
Pengembangannya
Pengawasan prasarana air bersih yang telah ada masih kurang. dengan adanya dari laporan warga
dan peninjauan langsung, terlihat sumur bor yang pompanya telah rusak akibat ulah tidak bertanggungjawab oknum tertentu di Dusun
Kioumanumere Desa Wonreli sehingga mengakibatkan masyarakat sekitar tidak memperoleh air dari sumber tersebut sejak 6
(enam) bulan yang lalu.
Sumber: Hasil Analisis Peneliti, 2012
Dari setiap aspek yang telah dirumuskan strateginya maka
direduksi lagi garis besar strategi prasarana air bersih di Pulau Kisar,
sebagai berikut:
1. Pengembangan dan peningkatan fisik prasarana baik air bersih
maupun prasarana pendukung.
2. Pengembangan dan peningkatan manajemen dan tata kelola air
bersih maupun dibidang finansial, lembaga masyarakat, administrasi,
informasi dan kompetensi.
3. Pembenahan dan perluasan pola pikir (paradigma) terhadap sarana
air bersih dan sarana penunjang lainnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil pembahasan penelitian ini untuk menjawab tujuan penelitian
tentang strategi pengembangan prasarana air bersih di Pulau Kisar,
dimana untuk pengembangan prasarana air bersih dari tinjauan aspek
teknis, ekonomi dan keuangan serta kelembagaan memerlukan strategi
agresif atau pengembangan, sedangkan aspek sosial budaya prasarana
air bersih membutuhkan strategi diversifikasi atau perluasan. Dari hasil
interaksi berdasarkan posisi kuadran eksternal dan internal maka
diperoleh kesimpulan upaya-upaya yang perlu dilakukan sebagai hasil
perumusan kedua strategi, yaitu sebagai berikut:
4. Pengembangan dan peningkatan fisik prasarana baik air bersih
maupun prasarana pendukung.
Prasarana tersebut adalah; sumur gali terpadu sanitasi dan air
hujan, akses air non-perpipaan, Sistem Pengolahan Air Sederhana
menggunakan teknik aerasi (pada wilayah tertentu yang kadar besi
pada airnya tinggi), Sistem Pengolahan Air Hujan skala rumahtangga,
teknologi surya menjadi sistem kombinasi (gravitasi dan pompa),
waduk-waduk lapangan, situ-situ dan jaringan pembawa, embung dan
tandon air, stasiun hujan, klimatologi dan hidrometri, Greenbelt
dilahan-lahan subur dan daur ulang air baik, prasarana persampahan
dan sosialisasi 3R (reduce, reuse, recycle), drainase untuk
pembuangan limbah rumah tangga, jalan, jaringan perpipaan PDAM
secara bertahap
5. Pengembangan dan peningkatan manajemen dan tata kelola air
bersih maupun dibidang finansial, lembaga masyarakat, administrasi,
informasi dan kompetensi.
Manajemen dan tata kelola yang dimaksud adalah;
kerjasama/kemitraan dengan NGO/LSM, PERPAMSI, daerah otonom
lain, lembaga riset dan akademisi, peningkatan kapasitas PDAM baik
secara kelembagaan, keuangan dan SDM, pengembangan aset
manajemen Sarana Air Bersih secara kontinyu, kegiatan
pemberdayaan masyarakat khususnya kaum wanita, manajemen
administrasi wilayah untuk koordinasi antar instansi terkait,
pemberlakuan regulasi yang memprioritaskan air bersih, peningkatan
Kapasitas Badan Penyediaan Air Minum - Berbasis Masyarakat
(BPAM-BM) tingkat daerah, BUMD, BPAM-BM dan Lembaga
Konsumen Air Bersih Indonesia tingkat daerah, prioritas alokasi dana
air dalam APBD, kredit mikro dari koperasi, bank atau lembaga
keuangan lainnya untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),
emberlakuan insentif untuk menarik investor, pengelolaan sistem data
dan peningkatan teknologi informasi (untuk pemutakhiran data),
pelembagaan-penguatan kapasitas-advokasi –monitoring- evaluasi
terpadu sektor sanitasi.
6. Pembenahan dan perluasan pola pikir (paradigma) terhadap sarana
air bersih dan sarana penunjang lainnya.
Yang dimaksud dengan perbaikan paradigma adalah;
program/kegiatan penyuluhan, pelatihan dan sosialisasi menyangkut
air bersih seperti; penyuluhan kesehatan, menciptakan lingkungan
yang sehat, penanaman pohon, kelestarian air, promosi keberhasilan
kelompok masyarakat dan perilaku hidup bersih dan sehat ke
sekolah-sekolah, tempat ibadah, tempat publik/alun-alun desa,
workshop “bersama membangun daerah” setiap tahun, menghidupkan
kembali kearifan lokal yang mendukung pelestarian lingkungan,
kebiasaan hidup sehat dan bersih serta peduli air , gerakan legislatif
dan masyarakat peduli air melalui event daerah setiap tahun
B. SARAN
Untuk memenuhi ketersediaan air bersih setelah strategi
pengembangan prasarana air bersih telah dirumuskan, maka dari hasil
penelitian ini dapat diberikan saran sebagai bahan pertimbangan yang
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Kabupaten Maluku Barat Daya:
Pemerintah memprioritaskan penambahan layanan non perpipaan
PDAM, layanan perpipaan PDAM secara bertahap di seluruh Pulau
Kisar, pengamanan sumur gali, waduk dan situ, dan lainnya maupun
prasarana pendukung (teknologi surya, stasiun hidrologi, infrastruktur
perhubungan dan telekomunikasi). Pemerintah juga perlu memikirkan
alternatif sumber air, misalnya; membangun pipa bawah laut untuk
mengambil air dari pulau lain yang sumber airnya cukup banyak
(memiliki air permukaan). Namun pengembangan sarana dan
prasarana fisik perlu didukung oleh manajemen dan tata kelola air
bersih yang baik dibidang finansial, lembaga masyarakat, administrasi,
informasi dan kompetensi dengan meningkatkan kemitraan dan
menerapkan good governance. Selain itu pemerintah juga perlu
membenahi dan memperluas pola pikir (paradigma) terhadap sarana
air bersih dan sarana penunjang air bersih, sanitasi dan kesehatan
lewat penyuluhan PHBS, sosialisasi, workshop tahunan, dan lainnya,
serta membangun karakter dan kapasitas masyarakat Pulau Kisar
khususnya dan Kabupaten Maluku Barat Daya pada umumnya,
dengan menghidupkan kembali kearifan budaya lokal yang berpihak
pada kelestarian alam
2. Bagi PDAM:
PDAM sebaiknya meningkatkan standar layanan mencapai Standar
Pelayanan Minimal (60 liter/orang/hari) utamanya untuk Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR), berinovasi dan mengembangkan
alternatif teknologi yang paling baik untuk wilayah layanan,
membenahi kapasitas manajemen PDAM dan memperluas cakupan
pelayanan secara bertahap.
3. Bagi masyarakat:
Perlu proaktif , partisipatif serta konsekuen menjalankan peran, hak
dan kewajiban dalam memelihara dan mengelola air bersih di daerah
mereka dan harus berani menerima perubahan dan keluar dari zona
nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Afifi, Mansur. Kesediaan Membayar (Willingness To Pay) Air Bersih oleh
Pelanggan PDAM Menang Mataram Lombok. Jurnal LIPI, Vol. 13
No. 1, Mei 2008. Available from:
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/13108193204.pdf
Asghara, Ariya 2007. Strategi Peningkatan Kapasitas Pelayanan Air
Bersih di Kota Bangko Kabupaten Merangin. Eprints Undip.
Semarang. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/165281.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara Barat (2011) tentang:
Pulau-Pulau Terselatan Dalam Angka 2011.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara Barat. 2011. Maluku
Barat Daya Dalam Angka 2011.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tenggara Barat. 2011. Pulau-
Pulau Terselatan Dalam Angka 2011.
Budiharjo, Eko.1999. Kota Berkelanjutan. Alumni. Bandung.
Direktur Jenderal Cipta Karya. 2007. Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Prasarana Air Minum Sederhana. Jakarta.
Environmental Services Program (ESP). 2008. Panduan Survei
Kebutuhan Nyata (Real Demand Survey - RDS). USAID. Jakarta.
Habibie, Ridwan. 2012. Pengenalan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) – Kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten
Jeneponto dan IUWASH SSEI. Materi Presentasi. USAID
Kementerian Pertanian. Jeruk Kisar (Jeruk Keprok). Available from::
http://cybex.deptan.go.id/lokalita/jeruk-kisar-jeruk-keprok-1.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 47 Tahun 1999
tentang: Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air
Minum.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.907/MENKES/SK/VII/2002 tentang: Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Minum.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 2000 tentang :
Panduan Penyusunan AMDAL Kegiatan Pembangunan
Permukiman Terpadu
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No.
534/KPTS/M/2001 tentang: Pedoman Standar Pelayanan Minimal
bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan
Pekerjaan Umum.
Kodoatie, Robert. 1996. Pengantar Hidrogeologi. ANDI. Yogyakarta
Manampiring, Aaltje. 2009. Studi Kandungan Nitrat (NO-3) Pada Sumber
Air Minum Masyarakat Kelurahan Rurukan Kecamatan Tomohon
Timur Kota Tomohon. Departemen Pendidikan Nasional RI –
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Available from:
http://repo.unsrat.ac.id/255/1/Studi_Kandungan_Nitrat_(NO-
3)_Pada_Sumber__Air.pdf
Metode Menghitung Proyeksi Penduduk. Available from:
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2232696-metode-
menghitung-proyeksi-penduduk/
Mulya, Happy dan Samson, Maggy. Water Harvesting and Recycling
Upaya Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Daya Air Pada
Pulau-pulau Perbatasan di Propinsi Maluku. Pertemuan Ilmiah
Tahunan (PIT)-HATHI, Manado (cited 2006 Nov 10 – 13): ISBN:
978-979-15616-4-8. Available from:
http://www.hathi-manado.org/files/Gabung-A.pdf.
Noto Susanto, Andriko dan Marthen P. Sirappa. 2007. Karakteristik dan
Ketersediaan Data Sumber Daya Lahan Pulau-pulau Kecil Untuk
Perencanaan Pembangunan Pertanian di Maluku. Jurnal Litbang
Pertanian BPTP. Maluku. Available from:
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3262071.pdf.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 tentang:
Penyelenggaraan Pengembangan SPAM.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 tahun 2005 tentang:
Pengembangan Sistem Penyedia Air Minum (SPAM).
Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2005 tentang: Rencana Kerja
Pemerintah Tahun 2006 (RKP 2006).
Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang: Pulau-pulau Kecil Terluar.
Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Rangkuti, Freddy. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sahusilawane, Aphrodite M (2012). Potret Perempuan Oirata di Pulau
Kisar Menjaga Pangan. Titah Surga. Yogyakarta
Selintung, Mary. 2011. Pengenalan Sistem Penyediaan Air Minum. AS
Publishing. Makassar
Standar Nasional Indonesia (SNI No. 01-3165-2009) tahun 2009 tentang:
Jeruk Keprok. Badan Standarisasi Nasional.
Sugiarto. 2006. Kinerja Pelayanan Air bersih di Kota Cilegon. Eprints
Undip. Semarang. Available from: http://eprints.undip.ac.id/15906.
Susana dan Soedjono, Eddy S. 2009. Penyediaan Air Bersih Perdesaan
Pulau Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan Propinsi Sulawesi
Tengah. Digilib ITS. Surabaya. Available from:
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10758-Paper.pdf.
Teknik Budidaya Tanaman Sagu.. Available from:
http://budidayanews.blogspot.com/2011/06/budidaya-tanaman-
sagu.html.
Undang-Undang Republik Indonesia Kepulauan No. 31 Tahun 2008
tentang: Pembentukan Kabupaten Maluku Barat Daya di Propinsi
Maluku.
Undang-undang Republik Indonesia No. 7 tahun 2004 tentang: Sumber
Daya Air.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang:
Perlindungan Konsumen.
LAMPIRAN
DATA KELUARGA
Desa: Wonreli
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR apakah sumber
air yang
dipakai
sudah memuaskan?
min
um
(L/h
ari
)
mand
i&cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
1
Frijon
Lewerissa
anak
laki-laki
PNS
tidak/be
lum nikah
S1 perma
nen milik
sendiri >Rp.
2.000.000,00 ya
Rp
500,000.00
Rp
500,000.00
SR PDAM
PDAM
PDAM
sudah dan
mudah memperolehny
a
2 J.P.Na
nlohy
sua
mi
laki-
laki PNS nikah S1
semi perma
nen
kontra
k
>Rp.
2.000.000,00 ya
Rp 100,000.
00
Rp 200,000.0
0
SR
lain-
lain
lain-
lain
lain-
lain
belum
3
Marsa
n Suade
suami
laki-laki
PNS nikah S1 perma
nen milik
sendiri Rp. 400.000,00 - Rp. 800.000,00
ya
Rp
50,000.00
Rp 50,000.00
SR
lai
n-lain
lain-lain
lai
n-lain
belum
4
Anthony
Lasamahu
sua
mi
laki-
laki PNS nikah S1
semi perma
nen
numpa
ng
Rp. 1.200.000,00 - Rp.
1.600.000,00
ya Rp
50,000.0
0
Rp
50,000.00 SR
sumu
r
sum
ur
sumu
r
sudah tetapi sulit
memperolehnya
5 Martha Rupilu
istri perempu
lain-lain
nikah SMA semi
permamilik
sendiri Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
ya Rp
30,000.0 Rp
80,000.00 lain-lain
sumu
sumur
sumu
belum
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR apakah sumber
air
yang dipakai sudah
memuaskan?
min
um
(L/h
ari
)
mand
i&cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
an nen 0 r r
6 Lis Jermias
lainnya
perempuan
lain-lain
tidak/belum
nikah SMA
permanen
numpang
Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
ya Rp
20,000.00
Rp 50,000.00
SR sumur
sumur
sumur
sudah
dan mudah mempe
rolehnya
7 Jacob suami
laki-laki
PNS nikah D3 perma
nen kontra
k
Rp. 1.600.000,00 - Rp.
2.000.000,00 ya
Rp 100,000.
00
Rp 250,000.0
0 SR
sumur
sumur
sumur
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
8 Lius Hattu
lainnya
laki-laki
PNS
tidak/be
lum nikah
SMA perma
nen kontra
k Rp. 400.000,00 - Rp. 800.000,00
tidak
Rp
20,000.00
Rp 25,000.00
SR
lai
n-lain
sumur
su
mur
belum
9 Yosep M.
Bakker
sua
mi
laki-
laki
lain-
lain nikah SMA
semi perma
nen
milik
sendiri
Rp. 100.000,00 -
Rp. 400.000,00 ya
Rp 20,000.0
0
Rp
25,000.00 SH
sumu
r
sum
ur
sumu
r
sudah dan mudah
memperolehnya
10
Ny. L. Francis I.
istri perempuan
PNS nikah S1 perma
nen milik
sendiri
Rp. 1.600.000,00 - Rp.
2.000.000,00 tidak
Rp 100,000.
00
Rp 350,000.0
0
HU/KU
PDAM
sumur
PDAM
belum
11
Andarias A Frans
suami
laki-laki
petani pemilik
nikah SMA darurat milik
sendiri Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
ya Rp
50,000.00
Rp 50,000.00
SH sumur
sumur
sumur
belum
12
Marinus Melatu
man
suami
laki-laki
lain-lain
nikah S1 semi
permanen
numpang
Rp. 800.000,00 - Rp. 1.200.000,00
ya Rp
200,000.00
Rp 250,000.0
0 SH
sumur
sumur
sumur
sudah dan mudah
mempe
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR apakah sumber
air
yang dipakai sudah
memuaskan?
min
um
(L/h
ari
)
mand
i&cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
rolehnya
13
Arthonia C. Koman
dely
istri perempu
an
lain-lain
nikah S1 perma
nen milik
sendiri
Rp. 1.200.000,00 - Rp.
1.600.000,00
ya Rp
50,000.0
0
Rp 100,000.0
0
SR sumu
r
sumur
sumu
r
sudah
dan mudah mempe
rolehnya
14
Daniel R. Laimeh
eriwa
suami
laki-laki
PNS nikah S1 semi
perma
nen
numpang
Rp. 1.600.000,00 - Rp.
2.000.000,00
ya Rp
100,000.
00
Rp 125,000.0
0
SR sumu
r
sumur
sumu
r
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
15
Yeriyanto
Aihery
anak
laki-laki
nelayan
pemilik
tidak/belum
nikah
SD perma
nen milik
sendiri Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
ya Rp
50,000.0
0
Rp 15,000.00
SR sumu
r
sumur
sumu
r
sudah
dan mudah mempe
rolehnya
16
Ponadi suami
laki-laki
pedagang
nikah SMA semi
perma
nen
sewa/bulan
Rp. 1.200.000,00 - Rp.
1.600.000,00
ya Rp
50,000.0
0
Rp 10,000.00
SR
lain-lai
n
lain-lain
lain-lai
n
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
17
Wilem Dahokl
ory
suami
laki-laki
petani pemilik
nikah SMA semi
perma
nen
milik sendiri
Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
tidak Rp
50,000.0
0
Rp 10,000.00
SR sumu
r
sumur
sumu
r
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
1
8
Thimoti
us
sua
mi
laki-
laki PNS nikah S1
semi
perma
kontra
k
>Rp.
2.000.000,00 ya
Rp
50,000.0
Rp
10,000.00 SR
su
mu
sum
ur
PD
AM belum
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR apakah sumber
air
yang dipakai sudah
memuaskan?
min
um
(L/h
ari
)
mand
i&cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
Werionsora
nen 0 r
19
Walalaya Aguste
in
suami
laki-laki
PNS nikah S1 semi
perma
nen
kontrak
>Rp. 2.000.000,00
ya Rp
25,000.0
0
Rp 50,000.00
SR sumu
r
sumur
sumu
r
sudah
dan mudah mempe
rolehnya
20
Semuel Pooke
y
suami
laki-laki
PNS nikah SMA semi
perma
nen
numpang
Rp. 1.200.000,00 - Rp.
1.600.000,00
ya Rp
50,000.0
0
Rp 200,000.0
0
SR
lain-lai
n
air huja
n
sumu
r
sudah
dan mudah mempe
rolehnya
21
Matheus B.
Letelay
suami
laki-laki
lain-lain
nikah SMA darurat milik
sendiri Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
ya Rp
200,000.
00
Rp 100,000.0
0
HU/KU
sumu
r
sumur
sumu
r
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
22
A.J.Ezauw
suami
laki-laki
PNS nikah S2 perma
nen milik
sendiri >Rp.
2.000.000,00 tidak
Rp 100,000.
00
Rp 50,000.00
SR PDAM
PDAM
PDAM
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
23
A. Paulus
suami
laki-laki
pegawai
swasta
nikah SMA perma
nen milik
sendiri
Rp. 1.200.000,00 - Rp.
1.600.000,00
ya Rp
100,000.
00
Rp 50,000.00
SR PDAM
PDAM
PDAM
sudah
dan mudah mempe
rolehnya
2
4
Natani
el
sua
mi
laki-
laki
petani
pemilik nikah SMA
perma
nen
milik
sendiri
Rp. 100.000,00 -
Rp. 400.000,00 tidak
Rp
20,000.0
Rp
50,000.00
HU/K
U
su
mu
sum
ur
su
mu
sudah
tetapi
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR apakah sumber
air
yang dipakai sudah
memuaskan?
min
um
(L/h
ari
)
mand
i&cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
Benyamin
0 r r sulit memperolehny
a
2
5
Yohanes
Petrus
sua
mi
laki-
laki
petani
pemilik nikah SMP
perma
nen
milik
sendiri
Rp. 100.000,00 -
Rp. 400.000,00 ya
Rp 50,000.0
0
Rp
50,000.00 SR
sumu
r
sum
ur
sumu
r
belum
26
Jd.Ny. A.Maumer
istri perempuan
pedagang
kecil
janda/duda
SD perma
nen milik
sendiri Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
ya Rp
50,000.00
Rp 50,000.00
HU/KU
sumur
sumur
sumur
sudah tetapi
sulit memperolehny
a
27
Andari
as Balthazar
suami
laki-laki
petani pemilik
nikah SMA perma
nen milik
sendiri Rp. 400.000,00 - Rp. 800.000,00
ya Rp
50,000.00
Rp 50,000.00
SR sumur
sumur
sumur
sudah tetapi
sulit memperolehny
a
28
Matheus Salele
suami
laki-laki
petani pemilik
nikah SMP perma
nen milik
sendiri Rp. 800.000,00 - Rp. 1.200.000,00
ya Rp
50,000.00
Rp 100,000.0
0 SR
sumur
sumur
sumur
sudah tetapi
sulit memperolehny
a
29
Novi Paulus
anak
perempuan
PNS tidak/be
lum nikah
S1 perma
nen kontra
k
Rp. 1.600.000,00 - Rp.
2.000.000,00 ya
Rp 50,000.0
0
Rp 100,000.0
0 SR
sumur
sumur
sumur
sudah dan
mudah memperolehny
a
3
0
J. Rupida
ra
sua
mi
laki-
laki
petani
pemilik nikah SMA darurat
milik
sendiri
Rp. 800.000,00 -
Rp. 1.200.000,00 ya
Rp 10,000.0
0
Rp 100,000.0
0
SR sumu
r
sum
ur
sumu
r
belum
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR apakah sumber
air
yang dipakai sudah
memuaskan?
min
um
(L/h
ari
)
mand
i&cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
3
1
D.
Lekimau
sua
mi
laki-
laki
petani
pemilik nikah SMP
semi
permanen
milik
sendiri
Rp. 100.000,00 -
Rp. 400.000,00 ya
Rp
20,000.00
Rp
20,000.00 SR
su
mur
sum
ur
su
mur
sudah tetapi sulit
memperolehnya
32
Philipus Rupida
ra
anak
laki-laki
lain-lain
tidak/belum
nikah
SD semi
perma
nen
milik sendiri
Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
ya Rp
10,000.0
0
Rp 20,000.00
SR sumu
r
sumur
sumu
r
belum
33
Reinha
rd Katipana
suami
laki-laki
petani pemilik
nikah SD perma
nen milik
sendiri Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
ya Rp
50,000.00
Rp 200,000.0
0 SR
sumur
sumur
sumur
sudah tetapi
sulit memperolehny
a
3
4
Yusuf
Frans
sua
mi
laki-
laki
petani
pemilik nikah SD
semi
permanen
milik
sendiri
Rp. 400.000,00 -
Rp. 800.000,00 ya
Rp
20,000.00
Rp
50,000.00 SR
lain-
lain
sum
ur
lain-
lain
belum
35
Anthon
ia Augustyn
Albertus
istri perempu
an
petani pemilik
nikah SMA semi
perma
nen
milik sendiri
Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
ya Rp
10,000.0
0
Rp 100,000.0
0
SR sumu
r
sumur
sumu
r
belum
36
Pieter Lekitoo
suami
laki-laki
petani pemilik
nikah SD darurat milik
sendiri Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
tidak
Rp
100,000.00
Rp 50,000.00
SR
su
mur
sumur
su
mur
belum
37
Andarias Mauan
a
suami
laki-laki
petani pemilik
janda/duda
SD semi
permanen
milik sendiri
Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
tidak Rp
100,000.00
Rp 50,000.00
HU/KU
sumur
sumur
sumur
sudah
tetapi sulit mempe
rolehny
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR apakah sumber
air
yang dipakai sudah
memuaskan?
min
um
(L/h
ari
)
mand
i&cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
a
3
8
Meca
Frans
sua
mi
laki-
laki
petani
pemilik nikah SMA
perma
nen
milik
sendiri
Rp. 100.000,00 -
Rp. 400.000,00 ya
Rp
10,000.00
Rp
500,000.00
SR
su
mur
sum
ur
su
mur
belum
39
Stevan
us Balthazar
suami
laki-laki
petani pemilik
nikah SMA perma
nen milik
sendiri Rp. 400.000,00 - Rp. 800.000,00
ya
Rp
50,000.00
Rp 50,000.00
SR
su
mur
sumur
su
mur
belum
4
0
Thomas
Rupilu
sua
mi
laki-
laki
pedagang
kecil
nikah SMP perma
nen
milik
sendiri
Rp. 400.000,00 -
Rp. 800.000,00 ya
Rp 50,000.0
0
Rp
50,000.00 SR
PD
AM
PDA
M
PD
AM
sudah tetapi sulit
memperolehnya
4
1
Oscar
Lakusa
sua
mi
laki-
laki
lain-
lain nikah SMP
perma
nen
milik
sendiri
Rp. 400.000,00 -
Rp. 800.000,00 ya
Rp 35,000.0
0
Rp
50,000.00 SR
sumu
r
sum
ur
sumu
r
sudah tetapi sulit
memperolehnya
4
2
Yoke
Paulus istri
perempu
an
pedagang
kecil
janda/d
uda SMA
perma
nen
milik
sendiri
Rp. 800.000,00 -
Rp. 1.200.000,00 tidak
Rp 20,000.0
0
Rp 500,000.0
0
SR PD
AM
PDA
M
PD
AM
sudah tetapi sulit
memperolehnya
4
3
Edi
Jonas
sua
mi
laki-
laki
pedaga
ng nikah SMA
perma
nen
milik
sendiri
Rp. 800.000,00 -
Rp. 1.200.000,00 ya
Rp 50,000.0
0
Rp 100,000.0
0
SR sumu
r
sum
ur
sumu
r
sudah dan mudah
memperolehnya
4 Samue ana laki- buruh tidak/be SMP semi milik Rp. 400.000,00 - ya Rp Rp SR su sum su sudah
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR apakah sumber
air
yang dipakai sudah
memuaskan?
min
um
(L/h
ari
)
mand
i&cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
4 l Darkay
k laki nelayan
lum nikah
permanen
sendiri Rp. 800.000,00 10,000.00
5,000.00 mur
ur mur
tetapi sulit mempe
rolehnya
45
Yenni Veronica
Letelay
istri perempu
an
PNS nikah S1 perma
nen milik
sendiri >Rp.
2.000.000,00 ya
Rp 200,000.
00
Rp 100,000.0
0
SR PDAM
PDAM
PDAM
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
46
Ny. Rosa Rahak
bau
istri perempu
an
PNS nikah SMA perma
nen rumah dinas
Rp. 1.600.000,00 - Rp.
2.000.000,00
ya Rp
15,000.0
0
Rp 100,000.0
0
SR PDAM
PDAM
PDAM
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
47
Ny. Eka Philipu
s
istri perempu
an
PNS nikah SMA perma
nen rumah dinas
Rp. 1.600.000,00 - Rp.
2.000.000,00
ya Rp
50,000.0
0
Rp 500,000.0
0
SR PDAM
PDAM
PDAM
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
48
Gres Katipa
na
istri perempu
an
PNS nikah D3 perma
nen milik
sendiri
Rp. 1.600.000,00 - Rp.
2.000.000,00
ya Rp
10,000.0
0
Rp 100,000.0
0
SR PDAM
PDAM
PDAM
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
49
Karolina Izach
istri perempuan
PNS nikah D3 perma
nen milik
sendiri
Rp. 1.200.000,00 - Rp.
1.600.000,00 ya
Rp 25,000.0
0
Rp 50,000.00
SR PDAM
PDAM
PDAM
sudah
tetapi sulit mempe
rolehny
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR apakah sumber
air
yang dipakai sudah
memuaskan?
min
um
(L/h
ari
)
mand
i&cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
a
50
Fiany Frans
istri perempuan
PNS nikah S1 perma
nen milik
sendiri >Rp.
2.000.000,00 ya
Rp 50,000.0
0
Rp 100,000.0
0 SR
PDAM
PDAM
PDAM
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
51
Elizabeth Tuman
gken
istri perempuan
lain-lain
nikah SMA perma
nen milik
sendiri Rp. 800.000,00 - Rp. 1.200.000,00
ya Rp
10,000.00
Rp 50,000.00
SR PDAM
PDAM
PDAM
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
5
2
Noke
Tumangken
ana
k
pere
mpuan
lain-
lain
tidak/be
lum nikah
SMA perma
nen
kontra
k
Rp. 400.000,00 -
Rp. 800.000,00 ya
Rp
10,000.00
Rp
5,000.00 SR
su
mur
sum
ur
su
mur
belum
53
Lexi Lainata
anak
laki-laki
lain-lain
tidak/be
lum nikah
SMA
semi
permanen
rumah dinas
Rp. 400.000,00 - Rp. 800.000,00
tidak
Rp
10,000.00
Rp 5,000.00
SR
lai
n-lain
lain-lain
lai
n-lain
belum
54
Venansius Titirlolo
by
suami
laki-laki
lain-lain
nikah SMA semi
permanen
milik sendiri
Rp. 400.000,00 - Rp. 800.000,00
tidak Rp
10,000.00
Rp 5,000.00
HU/KU
sumur
sumur
sumur
belum
55
Elisabe
th Lainata
istri
pere
mpuan
PNS nikah S1 perma
nen milik
sendiri >Rp.
2.000.000,00 ya
Rp
50,000.00
Rp
100,000.00
SR
lai
n-lain
PDAM
PDAM
sudah tetapi
sulit memperolehny
a
56
Mersy Telupe
re
istri perempu
an
lain-lain
nikah SMA semi
perma
nen
milik sendiri
Rp. 800.000,00 - Rp. 1.200.000,00
ya Rp
25,000.0
0
Rp 30,000.00
SR PDAM
sumur
lain-
lai
sudah dan
mudah
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR apakah sumber
air
yang dipakai sudah
memuaskan?
min
um
(L/h
ari
)
mand
i&cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
n memperolehnya
5
7
Nova
Telupere
ana
k
pere
mpuan
pegaw
ai swasta
tidak/be
lum nikah
SMA perma
nen
numpa
ng
>Rp.
2.000.000,00 ya
Rp
50,000.00
Rp
100,000.00
SR PD
AM
sum
ur
lain-
lain
sudah dan mudah
memperolehnya
58
Andarias
Letelay
suami
laki-laki
lain-lain
nikah SMA semi
perma
nen
milik sendiri
Rp. 800.000,00 - Rp. 1.200.000,00
ya Rp
10,000.0
0
Rp 5,000.00
SR sumu
r
air huja
n
lain-lai
n
belum
5
9
Marlina
Dahoklory
sua
mi
pere
mpuan
lain-
lain nikah SMA
semi
permanen
sewa/
bulan
Rp. 400.000,00 -
Rp. 800.000,00 tidak
Rp
25,000.00
Rp
30,000.00 SR
su
mur
air
hujan
lain-
lain
belum
60
Estepa
nus Darkay
suami
laki-laki
lain-lain
nikah SMA
semi
permanen
milik sendiri
Rp. 400.000,00 - Rp. 800.000,00
ya
Rp
10,000.00
Rp 5,000.00
SR
su
mur
sumur
su
mur
belum
61
Ina Petruz
anak
perempu
an
pegawai
swasta
tidak/belum
nikah
S1 perma
nen kontra
k >Rp.
2.000.000,00 ya
Rp 50,000.0
0
Rp 100,000.0
0
SR PDAM
PDAM
lain-lai
n
sudah
dan mudah mempe
rolehnya
62
Chau Petruz
suami
laki-laki
PNS nikah S1 perma
nen milik
sendiri >Rp.
2.000.000,00 ya
Rp 25,000.0
0
Rp 30,000.00
SR sumu
r
air huja
n
lain-lai
n
sudah
tetapi sulit mempe
rolehnya
6
3
Yohan
es
sua
mi
laki-
laki
TNI/PO
LRI nikah SMA
perma
nen
rumah
dinas
>Rp.
2.000.000,00 ya
Rp
50,000.0
Rp
100,000.0SR
PD
AM
PDA
M
PD
AM
sudah
tetapi
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR apakah sumber
air
yang dipakai sudah
memuaskan?
min
um
(L/h
ari
)
mand
i&cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
Rupilu 0 0 sulit memperolehny
a
64
Enos Batsira
suami
laki-laki
TNI/POLRI
nikah SMA perma
nen rumah dinas
Rp. 1.600.000,00 - Rp.
2.000.000,00 ya
Rp 10,000.0
0
Rp 5,000.00
SR PDAM
PDAM
PDAM
sudah tetapi
sulit memperolehny
a
65
Hermanus Londer
suami
laki-laki
TNI/POLRI
nikah SMA perma
nen rumah dinas
Rp. 1.200.000,00 - Rp.
1.600.000,00 ya
Rp 10,000.0
0
Rp 5,000.00
SR PDAM
sumur
sumur
sudah tetapi
sulit memperolehny
a
6
6
Natri
Angkie
ana
k
laki-
laki
lain-
lain
tidak/be
lum nikah
SMA perma
nen
milik
sendiri
>Rp.
2.000.000,00 ya
Rp
50,000.00
Rp
100,000.00
SR
su
mur
air
hujan
lain-
lain
belum
67
Paulus Torintubun
suami
laki-laki
PNS nikah S1 perma
nen milik
sendiri >Rp.
2.000.000,00 ya
Rp 50,000.0
0
Rp 100,000.0
0 SR
sumur
air huja
n
lai
n-lain
belum
6
8
Novalia
Katipana
istri
pere
mpuan
pegaw
ai swasta
nikah D3 perma
nen
kontra
k
Rp. 1.600.000,00
- Rp. 2.000.000,00
ya
Rp
25,000.00
Rp
30,000.00 SR
su
mur
sum
ur
su
mur
sudah tetapi sulit
memperolehnya
69
Linda Maturw
ey
istri perempu
an
lain-lain
nikah SMP semi
perma
nen
milik sendiri
Rp. 800.000,00 - Rp. 1.200.000,00
ya Rp
10,000.0
0
Rp 5,000.00
SR sumu
r
sumur
lain-lai
n
belum
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR apakah sumber
air
yang dipakai sudah
memuaskan?
min
um
(L/h
ari
)
mand
i&cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
7
0
Ongki
Labobar
sua
mi
laki-
laki
lain-
lain
tidak/be
lum nikah
SMA
semi
permanen
milik
sendiri
Rp. 400.000,00 -
Rp. 800.000,00 ya
Rp
10,000.00
Rp
5,000.00
HU/K
U
su
mur
sum
ur
su
mur
sudah tetapi sulit
memperolehnya
71
Wempi Kelmaskosu
suami
laki-laki
PNS nikah S1 perma
nen numpa
ng Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
tidak Rp
5,000.00 Rp
5,000.00 HU/K
U
sumur
sumur
sumur
belum
7
2
Jemi
Izach
sua
mi
laki-
laki
pegaw
ai swasta
nikah S1 perma
nen
kontra
k
>Rp.
2.000.000,00 ya
Rp
50,000.00
Rp
100,000.00
SR PD
AM
PDA
M
PD
AM
sudah dan mudah
memperolehnya
7
3
Paulus
Katipana
ana
k
laki-
laki
lain-
lain nikah SMA
perma
nen
numpa
ng
Rp. 400.000,00 -
Rp. 800.000,00 ya
Rp
50,000.00
Rp
100,000.00
SR
su
mur
sum
ur
su
mur
sudah tetapi sulit
memperolehnya
7
4
Semi
Permaha
sua
mi
laki-
laki PNS nikah S1
perma
nen
milik
sendiri
>Rp.
2.000.000,00 ya
Rp
50,000.00
Rp
100,000.00
SR
su
mur
air
hujan
lain-
lain
sudah tetapi sulit
memperolehnya
75
Doni Rupilu
anak
laki-laki
lain-lain
tidak/belum
nikah
SMA semi
perma
nen
milik sendiri
Rp. 800.000,00 - Rp. 1.200.000,00
ya Rp
5,000.00 Rp
5,000.00 SR
sumu
r
air huja
n
lain-lai
n
belum
Desa: Abusur
N
O NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASIL
AN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N M
EM
BA
YA
R
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN
AIR
apakah
sumber air yang dipakai
sudah memuask
an? min
um
(L/h
ar)
min
um
(L/h
ar)
min
um
(L/h
ar)
1 Eduard
Davidz
suam
i
laki-
laki PNS
nik
ah
S
2
permane
n
milik
sendiri
>Rp.
2.000.000,00 ya
Rp
200,000.00
Rp
100,000.00 SR
lain-
lain
air huj
an
lain-
lain
sudah dan mudah
memperolehnya
2 P. Talutta suam
i
laki-laki
lain-lain nikah
D1
permanen
milik sendiri
Rp. 1.600.000,00
- Rp.
2.000.000,00
tidak Rp
50,000.00 Rp
100,000.00 HU/KU
lain-
lain
air hujan
lain-lai
n
sudah
dan mudah mempero
lehnya
3 Sarah T
Augustyn
istr
i
perem
puan lain-lain
nik
ah
S
MA
semi
permanen
milik
sendiri
Rp. 400.000,00 -
Rp. 800.000,00
ya Rp
100,000.00
Rp
300,000.00 TA
lain
-lain
lain
-lain
lain-
lain
sudah dan
mudah memperolehnya
4 Owen M. suam
i
laki-laki
PNS nikah
S1
permanen
milik sendiri
>Rp. 2.000.000,00
ya Rp
50,000.00 Rp
250,000.00 HU/KU
lain-
lain
air hujan
lain-lai
n
belum
5 Marcia
Warella
istr
i
perem
puan lain-lain
nik
ah
S
1
permane
n
rumah
dinas
>Rp.
2.000.000,00 ya
Rp
50,000.00
Rp
100,000.00 SR
lain
-lain
air
hujan
lain-
lain
sudah dan
mudah memperolehnya
6 Awan Fadli
suam
i
laki-laki
PNS nikah
SMA
permanen
milik sendiri
Rp. 1.600.000,00
- Rp.
2.000.000,00
ya Rp
100,000.00 Rp
300,000.00 SR
lain-
lain
lain-
lain
lain-lai
n
belum
7 Syane
Peta A.
istr
i
perem
puan
pegawai
swasta
nik
ah
S
1
permane
n
milik
sendiri
>Rp.
2.000.000,00 ya
Rp
50,000.00
Rp
100,000.00 SR
su
mur
air huj
an
lain-
lain
belum
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N M
EM
BA
YA
R
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah
sumber air yang dipakai
sudah memuask
an? min
um
(L/h
ar)
min
um
(L/h
ar)
min
um
(L/h
ar)
8 Yohanes Bakker
suam
i
laki-laki
PNS nikah
S1
permanen
milik sendiri
>Rp. 2.000.000,00
ya Rp
50,000.00 Rp
250,000.00 SR
lain-
lain
lain-
lain
lain-lai
n
sudah
tetapi sulit mempero
lehnya
9 Yohanes Frans
su
ami
laki-laki
PNS nikah
S1
permanen
milik sendiri
>Rp. 2.000.000,00
ya Rp
50,000.00 Rp
100,000.00 SR
lain
-lain
air
hujan
lai
n-lain
sudah tetapi
sulit memperolehnya
Desa: Lekloor
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N M
EM
BA
YA
R
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah sumber
air yang dipakai sudah
memuaskan? m
inum
(L/h
ar)
m
and
i
&cuci
(L/h
ar)
m
asak
(L/h
ar)
1 Elsy Yoltuwu
lainnya
perempuan
TNI/POLRI
nikah
S1
permanen
sewa/bulan
Rp. 1.600.000,00 -
Rp.
2.000.000,00
ya Rp
200,000.00 Rp
100,000.00 SR
lain-
lain
sumur
lain-
lain
sudah
dan mudah mempero
lehnya
2 Alex L. Katipana
suami
laki-laki
PNS nikah
S
MA
permanen
rumah dinas
>Rp. 2.000.000,00
tidak Rp
50,000.00 Rp
100,000.00 SR
lain
-lain
lain
-lain
lain
-lain
sudah dan
mudah memperolehnya
3 Thomas Ahab
suami
laki-laki
lain-lain nikah
SM
semi permane
numpang
Rp. 800.000,00 -
ya Rp
100,000.00 Rp
300,000.00 SR
sumu
sumu
sumu
belum
N
O NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILA
N/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N M
EM
BA
YA
R
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah
sumber air yang dipakai
sudah memuask
an? min
um
(L/h
ar)
m
and
i
&cuci
(L/h
ar)
m
asak
(L/h
ar)
A n Rp. 1.200.000,00
r r r
4 Chatherina Olivier
istri perempuan
PNS nikah
S1
permanen
milik sendiri
>Rp. 2.000.000,00
ya Rp
50,000.00 Rp
250,000.00 SR
sumur
sumur
sumur
sudah
dan mudah mempero
lehnya
5 Alfonsina
Koten-I istri
perem
puan lain-lain
nik
ah
S
MP
darurat numpa
ng
Rp. 100.000,00 -
Rp. 400.000,00
ya Rp
50,000.00
Rp
100,000.00 SR
su
mur
su
mur
su
mur
sudah dan
mudah memperolehnya
6 Semi Wakim
suami
laki-laki
PNS nikah
S1
permanen
rumah dinas
>Rp. 2.000.000,00
ya Rp
200,000.00 Rp
50,000.00 SR
lain-
lain
lain-
lain
lain-
lain
sudah dan mudah
memperolehnya
7 Dace Ahab suami
laki-laki
nelayan pemilik
nikah
SMA
permanen
milik sendiri
Rp.
1.600.000,00 - Rp.
2.000.000,00
tidak Rp
50,000.00 Rp
100,000.00 TA
sumur
sumur
sumur
sudah
dan mudah mempero
lehnya
8 Alex
Dadiara
sua
mi
laki-
laki lain-lain
nik
ah
S
MA
permane
n
milik
sendiri
Rp. 1.200.000,00 -
Rp. 1.600.000,00
ya Rp
50,000.00
Rp
100,000.00 SR
su
mur
su
mur
su
mur
sudah dan
mudah memperolehnya
9 Karel Dadiara
suami
laki-laki
lain-lain nikah
SM
A
permanen
milik sendiri
Rp. 1.600.000,00 -
Rp.
2.000.000,00
ya Rp
25,000.00 Rp
30,000.00 SR
sumu
r
sumu
r
sumu
r
sudah dan mudah
memperolehnya
1
0
Elisabet
Palpiali istri
perem
puan
pegawai
swasta
nik
ah
S
1
permane
n
milik
sendiri
>Rp.
2.000.000,00 ya
Rp
50,000.00
Rp
100,000.00 SR
su
mur
su
mur
su
mur
sudah
dan mudah
N
O NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILA
N/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N M
EM
BA
YA
R
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah
sumber air yang dipakai
sudah memuask
an? min
um
(L/h
ar)
m
and
i
&cuci
(L/h
ar)
m
asak
(L/h
ar)
memperolehnya
11
H. Alerbitu suami
laki-laki
PNS nikah
S1
permanen
milik sendiri
>Rp. 2.000.000,00
ya Rp
10,000.00 Rp
5,000.00 SR
sumur
sumur
sumur
sudah
dan mudah mempero
lehnya
Desa: Lebelau
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHA
SILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah sumber air
yang
dipakai sudah
memuaska
n? min
um
(L/h
ari
) m
and
i&
cuci
(L/h
ari
) m
asak
(L/h
ari
)
1 Hendrik Menahem
sua
mi
laki-laki
petani pemilik
nikah SM
P
permanen
milik sendir
i
Rp. 100.000,0
0 - Rp.
400.000,00
ya Rp
50,000.00 Rp
50,000.00 SR
sum
ur
sum
ur
sumu
r
sudah dan mudah memperole
hnya
2 Yul Samadara istr
i
perempua
n
petani pemilik
nikah SMP
permanen
milik sendir
i
Rp.
100.000,00 - Rp.
400.000,0
0
ya Rp
10,000.00 Rp
25,000.00 SR
sumur
sumur
sumur
sudah dan
mudah memperolehnya
3 A Laurika sua
mi
laki-
laki lain-lain nikah
SM
A
perman
en
milik sendir
i
Rp. 400.000,0
0 - Rp. 800.000,0
tidak Rp
25,000.00
Rp
50,000.00 SR
air huj
an
air huj
an
air huj
an
sudah dan mudah
memperolehnya
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BU
LAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah sumber air
yang dipakai sudah
memuaska
n? min
um
(L/h
ari
) m
and
i&
cuci
(L/h
ari
) m
asak
(L/h
ari
)
0
4 Yance Semuel Lakalay
su
ami
laki-laki
lain-lain nikah
S
MA
permanen
milik
sendiri
Rp. 100.000,0
0 - Rp. 400.000,0
0
tidak Rp
57,000.00 Rp
32,000.00 SR
su
mur
su
mur
su
mur
belum
5 Librek Mozes sua
mi
laki-
laki
petani
pemilik nikah
S
D
perman
en
milik sendir
i
Rp. 100.000,0
0 - Rp.
400.000,00
tidak Rp
10,000.00
Rp
100,000.00 SR
sum
ur
sum
ur
sumu
r
sudah dan mudah
memperolehnya
6 Kary Laurika anak
laki-laki
pedagang
tidak/belum nikah
SMA
permanen
milik sendir
i
Rp.
800.000,00 - Rp.
1.200.000,
00
ya Rp
100,000.00
Rp 100,000.00
SR sumur
air hujan
sumur
sudah tetapi sulit memperole
hnya
7
Christoph
Brian Samadara
su
ami
laki-laki
pedagang kecil
nikah
S
MP
permanen
milik
sendiri
Rp. 400.000,0
0 - Rp. 800.000,0
0
ya Rp
85,000.00 Rp
100,000.00 SR
air
hujan
air
hujan
air
hujan
sudah dan
mudah memperolehnya
8 Korky Lainata sua
mi
laki-
laki
petani
pemilik nikah
SM
P
perman
en
milik sendir
i
Rp. 100.000,0
0 - Rp.
400.000,00
ya Rp
20,000.00
Rp
10,000.00 SR
air huj
an
air huj
an
air huj
an
sudah tetapi sulit
memperolehnya
9 Yusuf Maanana
suami
laki-laki
buruh tani
nikah SMP
permanen
milik sendir
i
Rp.
100.000,00 - Rp.
400.000,0
0
tidak Rp
35,000.00 Rp
100,000.00 SH
air hujan
air hujan
air hujan
sudah tetapi sulit memperole
hnya
10
Agustinus Maromon
sua
laki-laki
petani pemilik
nikah SD
permanen
milik sendir
Rp. 100.000,0
ya Rp
50,000.00 Rp
25,000.00 SR
air huj
air huj
air huj
sudah dan mudah
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BU
LAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah sumber air
yang dipakai sudah
memuaska
n? min
um
(L/h
ari
) m
and
i&
cuci
(L/h
ari
) m
asak
(L/h
ari
)
mi i 0 - Rp. 400.000,0
0
an an an memperolehnya
11
Dina Laurika istr
i
perempua
n
petani pemilik
nikah SD
permanen
milik sendir
i
Rp. 100.000,0
0 - Rp.
400.000,00
ya Rp
100,000.0
0
Rp 50,000.00
SH air huj
an
air huj
an
air huj
an
sudah tetapi sulit memperole
hnya
12
Jamax Alfredo Leunary
suami
laki-laki
petani pemilik
nikah SMA
permanen
numpang
Rp.
100.000,00 - Rp.
400.000,0
0
tidak Rp
50,000.00 Rp
50,000.00 SR
sumur
sumur
sumur
sudah dan
mudah memperolehnya
1
3
Stevanie
Laurika
istr
i
pere
mpuan
lain-lain nikah
S
MA
perman
en
milik
sendiri
Rp. 100.000,0
0 - Rp. 400.000,0
0
tidak Rp
15,000.00
Rp
10,000.00
HU/K
U
su
mur
su
mur
lain-
lain
belum
14
Alex Katipana suami
laki-laki
PNS nikah S1
permanen
milik sendir
i
>Rp. 2.000.000,
00 ya
Rp 50,000.00
Rp 100,000.00
SR air hujan
air hujan
air hujan
sudah dan mudah memperole
hnya
1
5
Agustinus
Samadara
sua
mi
laki-
laki PNS nikah
S
1
perman
en
milik sendir
i
>Rp. 2.000.000,
00
ya Rp
50,000.00
Rp
250,000.00 SR
air huj
an
air huj
an
air huj
an
sudah tetapi sulit
memperolehnya
16
H. Laurika suami
laki-laki
lain-lain nikah SMA
semi perman
en
milik sendir
i
Rp.
400.000,00 - Rp.
800.000,0
0
tidak Rp
15,000.00 Rp
10,000.00 HU/K
U
air hujan
air hujan
air hujan
sudah
tetapi sulit memperolehnya
17
Hendrik Wariaka
sua
mi
laki-laki
lain-lain nikah SM
A
semi perman
en
milik sendir
i
Rp. 400.000,0
0 - Rp.
tidak Rp
15,000.00 Rp
10,000.00 TA
air huj
an
air huj
an
air huj
an
sudah dan mudah
memperole
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BU
LAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah sumber air
yang dipakai sudah
memuaska
n? min
um
(L/h
ari
) m
and
i&
cuci
(L/h
ari
) m
asak
(L/h
ari
)
800.000,00
hnya
18
Petrus Maromon
suami
laki-laki
lain-lain nikah SMA
semi perman
en
milik sendir
i
Rp.
800.000,00 - Rp.
1.200.000,
00
ya Rp
200,000.00
Rp 100,000.00
SR air hujan
air hujan
air hujan
sudah
tetapi sulit memperolehnya
1
9
Yohanes
Samadara
su
ami
laki-
laki lain-lain nikah
S
MA
semi
permanen
milik
sendiri
Rp. 800.000,0
0 - Rp. 1.200.000,
00
ya Rp
50,000.00
Rp
100,000.00 SR
su
mur
su
mur
su
mur
sudah dan mudah
memperolehnya
20
Piter Katipana sua
mi
laki-laki
pegawai swasta
nikah SM
A
semi perman
en
milik sendir
i
Rp. 1.600.000,
00 - Rp.
2.000.000,00
ya Rp
100,000.0
0
Rp 300,000.00
SR sum
ur
sum
ur
lain-lai
n
belum
Desa: Oirata Timur
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULA
N
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah sumber air
yang dipakai sudah
memuaskan? m
inum
(L/h
ari
) m
and
i&
cuci
(L/h
ari
) m
asak
(L/h
ari
)
1 Jacob Banny sua
mi
laki-
laki
lain-
lain nikah S1
perman
en
milik send
iri
>Rp. 2.000.000,0
0
ya Rp
50,000.00
Rp
100,000.00 SR
air hu
jan
air huj
an
sum
ur
belum
2 Yan Sefnath Aswaly
suami
laki-laki
PNS nikah SMA
permanen
numpang
>Rp. 2.000.000,0
0 ya
Rp 50,000.00
Rp 250,000.00
TA
lain-lai
n
lain-
lain
la
in-la
in
sudah tetapi sulit memperoleh
nya
3 Mery Ratulohoren
istri
pere
mpuan
buruh
nelayan
nikah SD perman
en
milik
sendiri
Rp.
400.000,00 - Rp.
800.000,00
ya Rp
10,000.00 Rp
10,000.00 lain-lain
su
mur
su
mur
su
mur
sudah tetapi
sulit memperolehnya
4 Mon Latusuay sua
mi
laki-
laki
petani
pemilik
janda/dud
a SD
semi perman
en
milik send
iri
Rp. 100.000,00
- Rp. 400.000,00
ya Rp
10,000.00
Rp
10,000.00 SR
sum
ur
sumu
r
sum
ur
sudah tetapi sulit
memperolehnya
5 Ibu Ena Latusuay
istri perempuan
pedagang kecil
nikah SMA
permanen
milik send
iri
Rp. 400.000,00
- Rp.
800.000,00
ya Rp
50,000.00 Rp
50,000.00 TA
air huja
n
sumur
s
umu
r
sudah tetapi sulit memperoleh
nya
6 Thoney Maakewe
suami
laki-laki
pedag
ang kecil
nikah SD
semi
permanen
milik
sendiri
Rp.
100.000,00 - Rp.
400.000,00
ya Rp
30,000.00 Rp
50,000.00 SH
su
mur
air
hujan
su
mur
belum
7 Desy istri pere buruh nikah SM perman milik Rp. ya Rp Rp lain- air air la sudah tetapi
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULA
N
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah sumber air
yang dipakai sudah
memuaskan
? min
um
(L/h
ari
) m
and
i&
cuci
(L/h
ari
) m
asak
(L/h
ari
)
Latusuay mpuan
tani A en sendiri
100.000,00 - Rp.
400.000,00
30,000.00 50,000.00 lain hujan
hujan
in-la
in
sulit memperolehnya
8 Yulius
Kamanasa
sua
mi
laki-
laki
TNI/P
OLRI nikah
SM
A
perman
en
milik
sendiri
>Rp.
2.000.000,00
ya Rp
5,000.00
Rp
10,000.00
HU/K
U
su
mur
su
mur
su
mur
sudah tetapi sulit
memperolehnya
9 Yohanes Ilwaru
suami
laki-laki
pegawai
swasta
nikah S1 perman
en
milik send
iri
>Rp. 2.000.000,0
0
tidak Rp
50,000.00 Rp
100,000.00 TA
sum
ur
sumu
r
sum
ur
sudah dan mudah memperoleh
nya
10
Beni Kamanasa
suami
laki-laki
pegawai
swasta
tidak/belum nikah
S1 perman
en
milik send
iri
>Rp. 2.000.000,0
0 ya
Rp 50,000.00
Rp 100,000.00
SR sumur
sumur
s
umu
r
sudah dan
mudah memperolehnya
1
1 Jhon Wedilen
sua
mi
laki-
laki
pegaw
ai swasta
nikah S1 perman
en
milik
sendiri
>Rp.
2.000.000,00
ya Rp
25,000.00
Rp
30,000.00 SR
su
mur
su
mur
su
mur
sudah dan mudah
memperolehnya
12
Nita Ratumanrasa
istri perempu
an
pegawai
swasta
nikah S1 perman
en
milik send
iri
>Rp. 2.000.000,0
0
ya Rp
50,000.00 Rp
100,000.00 SR
sum
ur
sumu
r
sum
ur
sudah dan mudah memperoleh
nya
13
Yohanes Ratu suami
laki-laki
PNS nikah S1 perman
en
milik send
iri
>Rp. 2.000.000,0
0 ya
Rp 10,000.00
Rp 5,000.00
SR sumur
sumur
s
umu
r
sudah dan
mudah memperolehnya
Desa: Oirata Barat
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah sumber
air yang dipakai sudah
memuaskan? m
inum
(L/h
ari
)
mand
i&
cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
1 Fransina
Haratilu
istr
i
perem
puan
petani
pemilik
janda/dud
a
SM
P
permane
n
milik
sendiri
Rp. 100.000,00 - Rp.
400.000,00
y
a
Rp
10,000.00
Rp
10,000.00 SR
sumu
r
sumu
r
sumu
r
sudah tetapi sulit
memperolehnya
2 Osni Teweloipaky
suam
i
laki-laki
buruh tani
nikah SMP
semi permane
n
milik sendiri
Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
ya
Rp 10,000.00
Rp 25,000.00
SR sumur
sumur
sumur
sudah
tetapi sulit memper
olehnya
3 Arnold R.
Wedilen
an
ak
laki-
laki
petani
pemilik
tidak/belu
m nikah S1
semi permane
n
milik
sendiri
Rp. 1.200.000,00 -
Rp. 1.600.000,00
y
a
Rp
50,000.00
Rp
100,000.00 SH
air huj
an
air huj
an
air huj
an
belum
4 Josi Ratu
su
ami
laki-laki
TNI/POLRI
nikah
S
MA
permanen
milik sendiri
Rp. 1.600.000,00 - Rp. 2.000.000,00
ya
Rp 30,000.00
Rp 25,000.00
HU/KU
su
mur
su
mur
su
mur
sudah dan
mudah memperolehnya
5 Ny. Ruth
Waisar
istr
i
perem
puan PNS nikah
D
3
semi permane
n
nump
ang
Rp. 1.200.000,00 -
Rp. 1.600.000,00
y
a
Rp 100,000.0
0
Rp
50,000.00 TA
sumu
r
sumu
r
sumu
r
sudah tetapi sulit
memperolehnya
6 Agus Katihari
su
ami
laki-laki
lain-lain nikah
S
MA
semi
permanen
milik sendiri
>Rp. 2.000.000,00 ya
Rp 50,000.00
Rp 250,000.00
HU/KU
lain
-lain
air
hujan
lain
-lain
belum
7 Nengsi Ratulohain
istri
perempuan
lain-lain nikah SMA
semi permane
n
milik sendiri
Rp. 1.200.000,00 - Rp. 1.600.000,00
ya
Rp 50,000.00
Rp 100,000.00
SR lain
-lain
air hujan
lain-
lain
sudah
dan mudah memper
olehnya
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah sumber
air yang dipakai sudah
memuas
kan? min
um
(L/h
ari
)
mand
i&
cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
8 Leo Horsair
suam
i
laki-laki
lain-lain nikah SMA
semi permane
n
milik sendiri
Rp. 1.600.000,00 - Rp. 2.000.000,00
ya
Rp 100,000.0
0
Rp 300,000.00
SR lain
-lain
lain-
lain
lain-
lain belum
Desa: Kota Lama
N
O NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BUL
AN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah
sumber air yang dipakai
sudah memuas
kan? min
um
(L/h
ari
)
mand
i&
cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
1 Franklin Masela
suam
i
laki-laki
PNS nikah
SMA
darurat kontra
k Rp. 1.200.000,00 - Rp. 1.600.000,00
tidak
Rp 50,000.00
Rp 50,000.00
SR sumur
sumur
sumur
sudah
tetapi sulit mempero
lehnya
2 Walter suam
i
laki-laki
pegawai swasta
nikah
SM
A
permanen
milik sendiri
Rp. 400.000,00 - Rp. 800.000,00
ya Rp
100,000.00 Rp
50,000.00 SR
sumu
r
sumu
r
sumu
r
belum
3 Marthen Zacheus
suam
i
laki-laki
PNS nikah
S2 semi
permane
n
rumah adat
>Rp. 2.000.000,00 ya Rp
10,000.00 Rp
100,000.00 SR
sumu
r
sumu
r
sumu
r
belum
4 Leonard Mesdela
suam
i
laki-laki
PNS nikah
S1 semi
permane
n
kontrak
>Rp. 2.000.000,00 ya Rp
10,000.00 Rp
100,000.00 SR
sumu
r
sumu
r
sumu
r
belum
5 Ona istri perempuan
PNS nikah
SM
A
semi permane
n
sewa/bulan
Rp. 1.200.000,00 - Rp. 1.600.000,00
tidak
Rp 10,000.00
Rp 50,000.00
SR sumu
r
sumu
r
sumu
r
belum
NO
NAMA
ST
AT
US
DLM
KLG
JE
NIS
KE
LA
MIN
PE
KE
RJA
AN
ST
AT
US
PE
RK
AW
INA
N
PE
ND
IDIK
AN
KO
ND
ISI
BA
NG
UN
AN
YA
NG
DIT
EM
PA
TI
ST
AT
US
KE
PE
MIL
IKA
N
RU
MA
H
PENGHASILAN/BULAN
KE
SE
DIA
AN
ME
NJA
DI
PE
LA
NG
GA
N
PD
AM
KE
SE
DIA
AN
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
KE
SA
NG
GU
PA
N
ME
MB
AY
AR
IUR
AN
PA
M
jen
is s
am
bun
ga
n
yang
dih
ara
pkan
KEPERLUAN AIR
apakah sumber
air yang dipakai sudah
memuas
kan? min
um
(L/h
ari
)
mand
i&
cuci
(L/h
ari
)
masak
(L/h
ari
)
6 Fery Letelay
suam
i
laki-laki
lain-lain nikah
SMA
permanen
milik sendiri
Rp. 400.000,00 - Rp. 800.000,00
ya Rp
10,000.00 Rp
50,000.00 SR
sumur
sumur
sumur
belum
7 Welem Lerrick
suam
i
laki-laki
pegawai swasta
nikah
S1 permane
n milik
sendiri >Rp. 2.000.000,00 ya
Rp 200,000.00
Rp 100,000.00
SR lain
-
lain
air huj
an
lain-
lain
sudah dan mudah
memperolehnya
8 Tom Belder
suam
i
laki-laki
lain-lain nikah
S1 permane
n milik
sendiri >Rp. 2.000.000,00
tidak
Rp 50,000.00
Rp 100,000.00
HU/KU
lain-
lain
air hujan
lain-
lain
sudah
dan mudah mempero
lehnya
9 Frans Ruff
su
ami
laki-
laki lain-lain
nik
ah
S
MA
permane
n
milik
sendiri >Rp. 2.000.000,00 ya
Rp
100,000.00
Rp
300,000.00 TA
lain
-lain
lain
-lain
lain
-lain
sudah dan
mudah memperolehnya
10
P. Malioy suam
i
laki-laki
PNS nikah
SMA
permanen
milik sendiri
>Rp. 2.000.000,00 ya Rp
50,000.00 Rp
250,000.00 HU/KU
lain-
lain
air hujan
lain-
lain belum
Desa: Purpura
N
O NAMA
STATUS DLM
KLG
JENIS
KEL
AMIN
PEKERJAA
N
STATUS PERKAWI
NAN
PENDIDIK
AN
KON
DISI BANGUN
AN YAN
G
STAT
US KEPEMILIK
AN RUMA
H
PENGHASILAN/
BULAN
KESE
DIAAN
MENJ
ADI PELANGG
KESEDIAAN
MEMBA
YAR IURAN PAM
KESAN
GGUPAN
MEMBA
YAR IURAN PAM
jenis
sambung
an
yang diharapka
KESULITAN AIR sudah dan
mudah
memperoleh
nya
minum
(L/
mandi&cuci
(L/hr)
masak
(L/h
r)
DITE
MPATI
AN
PDAM
n hr)
1 Nathan Philipus
suami laki-laki
petani
pemilik
nikah SMP darur
at milik
sendiri Rp. 400.000,00 - Rp. 800.000,00
tidak
Rp
10,000.00
Rp
100,000.00
SH
su
mur
sumur sumur
sudah tetapi
sulit memperoleh
nya
2 Victor Maanary
suami laki-laki
buruh tani
nikah SMA permanen
milik sendiri
Rp. 100.000,00 - Rp. 400.000,00
ya
Rp
100,000.00
Rp
50,000.00
SR
su
mur
sumur sumur
sudah dan
mudah memperoleh
nya
3 Jenny Augustyn
Paulus
istri perempu
an
petani pemili
k
nikah SMA perm
anen
milik
sendiri
Rp. 100.000,00 -
Rp. 400.000,00 ya
Rp 35,000.
00
Rp 50,000.0
0
SR
lain-
lain
lain-
lain
lain-
lain belum
4 Nevi Philipus
istri perempuan
PNS nikah SMA permanen
milik sendiri
Rp. 1.600.000,00 -
Rp.
2.000.000,00
ya Rp
100,000.00
Rp 300,000.
00 TA
lain-lai
n
lain-lain
lain-lain
sudah
dan mudah memp
erolehnya
5 Yozat Patipelohy
suami laki-laki
pedagang
nikah SMA permanen
milik sendiri
>Rp. 2.000.000,00
ya
Rp
50,000.00
Rp
250,000.00
HU/KU
lai
n-lain
air hujan
lain-lain
belum
Desa: Nomaha
N
O NAMA
STATUS
DLM KLG
JENIS
KELAMI
PEKE
RJAAN
STATUS
PERKAWINAN
PEND
IDIKAN
KONDISI
BANGUNAN
STATUS
KEPEMILIK
PENGHASILAN/
BULAN
KESEDIAA
N MENJ
KESEDIAAN
MEMBAYAR
KESANGGUPAN
MEMBAYAR
jenis sam
bungan
KESULITAN AIR
sudah dan
mudah memp
N YANG
DITEMPATI
AN
RUMAH
ADI
PELANGGAN
PDAM
IURAN
PAM
IURAN
PAM
yang
diharapka
n
mi
num (L/
hr)
mandi&cuci
(L/hr)
m
asak (L/
hr)
eroleh
nya
1 Edi Maromon
suami laki-laki
pegawai
swasta nikah SMA
semi perma
nen
milik sendiri
Rp. 1.600.000,00 -
Rp.
2.000.000,00
ya Rp
50,000.00
Rp 50,000.0
0 SR
lain-lai
n
air huja
n
lain-lai
n
sudah
tetapi sulit memp
erolehnya
2
Yanes
Lainata
suami laki-
laki
buruh
nelayan
nikah SMP
semi
permanen
milik
sendiri
Rp. 400.000,00 -
Rp. 800.000,00 ya
Rp
10,000.00
Rp
5,000.00 SR
su
mur
sum
ur
su
mur
belum
3 Nova Maunana
istri perempuan
pedagang
nikah SMA perma
nen milik
sendiri Rp. 400.000,00 - Rp. 800.000,00
ya Rp
20,000.00
Rp 10,000.0
0 SR
sumur
sumur
sumur
sudah tetapi
sulit memperoleh
nya
4 Oberth Anthony
suami laki-laki
PNS nikah S1 perma
nen milik
sendiri >Rp.
2.000.000,00 ya
Rp 100,000.
00
Rp 50,000.0
0 SR
sumur
sumur
sumur
sudah tetapi
sulit memperoleh
nya
5 Yuli Kikilaitety
istri perempuan
pegawai
swasta nikah S1
permanen
milik sendiri
>Rp. 2.000.000,00
ya Rp
100,000.00
Rp 300,000.
00 TA
lai
n-lain
lain-lain
lai
n-lain
sudah dan
mudah memperoleh
nya
6
Jhon
Anthony
suami laki-
laki
pegaw
ai swasta
nikah SMA
semi
permanen
milik
sendiri
Rp. 1.200.000,00 -
Rp. 1.600.000,00
ya
Rp
50,000.00
Rp
250,000.00
HU/K
U
lain-
lain
air
hujan
lain-
lain
belum
7 Nova Bernad
us
anak perempu
an
PNS tidak/belum nikah
SMA perma
nen numpa
ng >Rp.
2.000.000,00 ya
Rp 50,000.0
0
Rp 100,000.
00
SR
lain-lai
n
air huja
n
lain-lai
n
sudah
dan mudah memp
erolehnya
CURICULUM VITAE
A. Data Pribadi
1. Nama : Hanna Mariani Singgih
2. Tempat, tgl. lahir : Ujung Pandang, 23 Desember 1978
3. Alamat : jl. Kelapa Muda IV blok H no. 26, Kel. Tugu
Utara, Kec. Koja, Jakarta Utara, 14260
4. Status Sipil :
a. Nama suami : Thony Arisano Hutabarat, ST
b. Nama Anak : Algierine Tiara Maharani Hutabarat
B. Riwayat Pendidikan
a. Pendidikan Formal :
- Tamat SD tahun 1991 di Makassar
- Tamat SLTP tahun 1994 di Makassar
- Tamat SLTA tahun 1997 di Makassar
- Sarjana (S1) tahun 2003 di Universitas Hasanuddin, Makassar
b. Pendidikan Non Formal :
- NGO Management Certificate Program 2008 di Universitas
Indonesia, Depok – Jawa Barat
C. Pekerjaan dan Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan : wiraswasta
Pengalaman Kerja:
- Tahun 2008 – 2008 di Perusahaan SWI Jetty, Jakarta, sebagai
Assistant Construction Engineer.
- Tahun 2007 – 2008 di Yayasan Transformasi Lepra Indonesia
(YTLI), Makassar, sebagai Administrator.
- Tahun 2006 – 2007 di Decentralized Irrigation System
Improvement Project (DISIMP) Nippon Koei & Associates,
Gorontalo, sebagai Assistant Construction Engineer.
- Tahun 2003 – 2005 di PT. GARIS TERAKOTA (Architecture –
Interior – Landscape Firm), Makassar, sebagai Staf Teknik.
D. Karya ilmiah/artikel jurnal yang telah dipublikasikan
E. Makalah pada Seminar/Konferensi Ilmiah Nasional dan
Internasional