-
STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DESA MANTANG LAMA
KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN
NASKAH PUBLIKASI
Oleh
ISKANDAR
NIM : 110569201025
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
-
1
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang
disebut dibawah ini :
Nama : ISKANDAR
NIM : 110569201025
Jurusan/ Prodi : Sosiologi
Alamat : JL.Paitam Syarif, RT/RW 003/002 Desa Mantang Lama, Kec. Mantang
Nomor Telp : 085765503332
Email : [email protected]
Judul Naskah : STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DESA MANTANG
LAMA KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan
untuk dapat diterbitkan.
Tanjungpinang, 01 Agustus 2017
Yang menyatakan,
Dosen Pembimbing I
Nanik Rahmawati, M.Si NIDN.1013048002
Dosen Pembimbing II
Marisa Elsera,S.Sos. M.Si NIP.198710192014042001
-
2
STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DESA MANTANG LAMA
KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN
ISKANDAR
NANIK RAHMAWATI, M.SI
MARISA ELSERA,S.SOS. M.SI
ABSTRAK
Stratifikasi adalah tingkatan-tingkatan kedudukan secara hierarki yaitu setiap
masyarakat dapat menduduki status berdasarkan peroleh, diraih dan pemberian dengan
memiliki ukuran-ukuran yang dianggap memiliki sesuatu yang berharga seperti
kehormatan, kekayaan, kekuasaan,dan ilmu pengetahuan. Di desa Mantang Lama masih
terlihat jelas stratifikasi yang ada atau status secara vertikal di dalam kehidupan
masyarakat, karena masyarakat masih mangahragai nilai-nilai leluhur secara turun-temurun
yaitu kedududkan seorang baten, hakin dan dukun. Berdasarkan tingkat kelas yang ada
yaitu kelas atas mewakili kelompok elit (baten, hakim, kepala desa), kelas menengah
mewakili kelompok professional dam fungsional (dokter, guru, wiraswasta, pedagang dan
dukun) kelas bawah mewakili kelompok pekerja kasar (nelayan, buruh). Berdasrkan hal
tersebut rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaiman stratifikasi sosial yang
terjadi di Mantang Lama Kabupaten Bintan.
Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui stratifikasi sosial yang terjadi di desa
Mantang Lama, Kecamatan Mantang Kabupaten Bintan. Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teori evolusioner fungsionalis talcott parsons di dalam parson menganggap bahwa evolusi
sosial secara umum terjadi karena sifat kecenderungan masyarakat untuk berkembang,
yang disebut sebagai kapasitas adaptif.
Berdasarkan hasil analisis data di jelaskan masyarakat dari tingkatan atau kelas
mana mereka berada seperti hal nya baten, hakin dan kepala desa mereka menduduki kelas
tertinggi sementara kedudukan kepala desa (KADES) adalah kedudukan yang di tunjuk
oleh penduduk desa berdasarkan pemilihan KADES secara langsung dan kedudukan guru,
dokter dan dukun merupakan kedudukan fungsional dalam masyarakat adalah kedudukan
menengah dan kedudukan bawah adalah kedudukan yang di isi oleh pekerja kasar biasanya
kedudukan ini tidak memilki peran yang begitu berarti bagi kelompok dan kedudukan ini
tidak mendapat penghargaan dari masyarakat sehingga ia berada pada kelas bawah seperti
nelayan dan buruh. Berdasarkan analisa peneliti maka, disimpulkan bahwa adanya tingkat
stratifikasi sosial di desa Mantang Lama yaitu Stratifikasi sosial yang di lihat dari jenjang
kelas di dalam masyarakat tersebut yaitu kelas atas yang di isi oleh mereka berdasaran
kedudukan yang diukur dari status kehormatan (Baten, Hakim, dan Kepala desa), kelas
menengah yaitu di isi oleh mereka berdasarkan ukuran pendidikan dan kekayaan yaitu
guru, dokter, pegawai negeri sipil, pedagang dan dukun. Sementara pada kelas bawah di isi
oleh golongan pekerja kasar seperti nelayan dan buruh.
KATA KUNCI : Stratifikasi, Masyarakat Desa Mantang Lama
-
3
ABSTRACT
Stratification is the levels of hierarchical position that any society can
occupy status by getting, achieved and administration by having sizes that are
considered to have something valuable such as honor, wealth, power, and
knowledge. In the village of Old Mantang still visible stratification existing
vertically or status in society, because society still appreciate values hereditary
ancestor that seat a Baten, Judge and shaman. Based on the level of existing class
is top class represents a group of elite (Baten, judges, village head), the middle
class representing professional groups dam functional (doctors, teachers,
entrepreneurs, merchants and herbalists) lower class represents a group of blue-
collar workers (fishermen, laborers). Pursuant to the terms of the problem in this
research is How the social stratification that occurs in Mantang Lama Bintan
regency.
The purpose of this study was to find out the social stratification that
occurred in the village of Old Mantang, District Mantang Bintan regency. The
method used is descriptive qualitative. The theory used in this research is the
evolutionary theory of functionalist Talcott Parsons in the parson assume that
social evolution generally occurs due to the nature of the tendency of society to
develop, which is referred to as adaptive capacity.
Based on the analysis described the community of the level or class they
are like his thing Baten, Judge and head of the village they occupied the highest
grade while the position of village head (Kadesh) is a position appointed by the
villagers based on the selection of village heads directly and position of teachers ,
doctors and herbalists is a functional position in society is the status of the medium
and the position of the bottom is a position filled by blue-collar workers usually this
position does not have the role that was so meaningful for the group and this
position is not honored by the society so that it is located on the lower classes, such
as fishermen and laborers. Based on the analysis the researchers then concluded
that the level of social stratification in the village Mantang Lama namely social
stratification that in view of the level of the class in the community that is upscale
filled by those berdasaran position as measured from the honorable status (Baten,
Judge, and Chief village), the middle class is filled by them based on the size and
wealth of education that teachers, doctors, civil servants, merchants and herbalists.
While the lower classes in the contents of the categories of workers such as
fishermen and laborers rough.
KEYWORDS: Stratification, Village Communities Mantang Lama
-
4
A. PENDAHULUAN
Stratifikasi soial didalam masyarakat
melahirkan tingkatan sosial ditengah-tengah
masyarakat. Munculnya kelas sosial didalam
masyarakat melahirkan wibawa didalam diri
setiap individu sehingga membuat persaingan
untuk mendapatkan kedudukan tertinggi
didalam masyarakat. Ketidaksamaan sosial
berkenaan dengan adanya perbedaan derajat
dalam pengaruh atau prestise sosial antar
individu dalam suatu masyarakat tertentu.
Ada dua segi penting dari defenisi ini,
Pertama, ketidaksamaan sosial hanya
mengenai perbedaan antar individu dalam
pengaruh sosial yakni aksi seorang individu
akan diikuti atau ditiru oleh individu lainnya
atau prestis yakni dimana individu dihormati
dan dihargai. Jadi, ketidaksamaan bukan
berkenaan dengan derajat kekuasaan atau
kekayaan. Ketidaksamaan ada dan dapat
terjadi dalam masyarakat tanpa perbedaan
kekayaan atau pendapatan individu atau
kelompok.Kedua, ketidaksamaan sosial
mengimplikasikan ketidaksamaan antar
individu, bukan antar suatu kelompok-
kelompok yang berlainan (Sanderson,
2010:145)
Karakteristik penting lain dari
stratifikasi adalah bahwa ia melibatkan
kelompok, bukan individu. Tingkat
kekuasaan, hak istimewa dan prestise
individu dalam masyarakat terstratifikasi
tergantung pada keanggotaannya dalam
kelompok-kelompok sosial, bukan pada
karakteristik personalnya. Kelompok-
kelompok yang tingkatannya berbeda-beda
membentuk strata sosial(singular/stratum),
atau lapisan sistem sosial-kultural secara
menyeluruh yang bersifat turun-temurun.
Karena itu, dalam masyarakat terstratifikasi,
individu dilahirkan dalam suatu stratum
sosial tertentu yang memberikan suatu
kedudukan sosial dan identitas tanpa
memperhatikan karakteristik personal
mereka. Stratifikasi yang bersifat turun-
temurun ini jelas melahirkan ketidaksamaan
dalam masyarakat tidak terstratifikasi,
ketidaksamaan yang timbulterutama
disebabkan usaha dan kemampuan individual
daripada penempatan sosial yang turun-
temurun (Sanderson, 2010:146).
Desa Mantang Lama merupakan Desa
yang terletak di tengah-tengah Kecamatan
Mantang serta jumlah penduduk masyarakat
berdasarkan jumlah penduduk menurut jenis
kelamin yaitu, laki-laki berjumlah sebanyak
449 orang dan perempuan berjumlah
sebanyak 893 orang. Di daerah Mantang
Lama masih terlihat jelas stratifikasi yang ada
atau status secara vertikal di dalam kehidupan
masyarakat, karena masyarakat masih
menghargai nilai-nilai leluhur secara turun-
temurun. Di Desa Mantang Lama, stratikasi
sosial yang masih berperan penting di dalam
masyarakat yaitu seorang Baten(ketua
kampong ) karena Baten yang mengatur nilai-
nilai dalam masyarakat seperti mengatur
masyarakat dalam bergotong royong,
membimbing pemuda dalam bidang agama
dengan mendorong meberi pembalajaran
-
5
dalam khutbah jum’at, serta sebagai
pemangku adat dalam acara pernikhan
seluruh masyarakat diperintahkan untuk
memakai baju kurung dan kain songket,
seorang Baten ini akan selalu mengontrol
masyarakat agar nilai-nilai kearifan lokal
tidak pudar. Hakim(Ketua dalam pemutusan
permasalah) merupakan seseorang yang
mengatur masyarakat agar selalu menjaga
hubungan satu sama lain tetap baik didalam
kehidupan sehari-hari, apa bila ada
permasala han didalam masyarakat terjadi
perkelahian dalam rumah tangga maupun
antar individu, Hakim yang akan meleraiakan
jalan keluar permasalahan yang terjadi. dan
Dukun merupakan seorang yang selalu
mengobati setiap masyarakat yang
mengalami penyakit seperti sakit perut,
sakit,gigi, sakit kepala dan sakit keserupan
makhluk halus. Kedudukan Baten, Hakim
dan Dukun merupakan peranan yang penting
dalam mengatur berbagai sendi-sendi dalam
masyarakat seperti menganjurkan
masyarakat agar selalu kompak dalam
kegiatan-kegiatan yang ada didalam
masyarakat misalnya ketika ada masyarakat
yang melaksanakan ajatan pernikahan
seluruh masyarakat harus ikut serta
membantu dalam pelaksanaan nya sampai
selesai, apabila di bulan ramadhan seluruh
masyarakat di anjurkan untuk berpuasa.
Kedudukan Baten di Mantang
Lamamerupakan kedudukan yang sangat
dihargai serta menjadi panutan masyarakat
secara umum, karena masyarakat memiliki
ketergantungan (dalam hal sosial dan
politik)yaitu peranan seorang Baten dalam
mendidik masyarakat dan menjaga nilai-nilai
kekompakan (solidaritas). Hal ini bisa terlihat
saat masyarakat mengadakan berbagai
macam musyawarah, maka peran Baten
sangat dibutuhkan untuk melaksanakan
musyawarah dan keputusan Baten dalam
musyawarah sangat diutamakan dari pada
kesepakatan hasil musyawarah, bagi
masyarakat hal seperti ini telah melembaga
didalam kehidupan masyarakat Mantang
Lama.Selain itu, dalam diri seorang Baten ia
memiliki kharisma (wibawa), kelebihan
ilmu(pengetahuan dalam segi mistis) secara
pribadi yang baik,dan berbagai kelebihan
lainnya yang kemudian menciptakan rasa
penghormatan yang tinggidan rasa takut
untuk menentang setiap tindakan yang di
perintahnya.
Status sebagai Baten(ketua
kampung/pemimpin kampung)dahulunya
diberikan atau dinobatkan sultan (raja)
dikarenakan ia adalah orang yang memiliki
kelebihan secara individu dan lebih unggul
dari pada masyarakat yang tinggal
diperkampungan tersebut, selain itu jasanya
dalam mengabdikan diri dan membantu
masyarakatmemberikannya status tersebut.
Di Desa Mantang Lama sekarang ini untuk
mendapatkan status Batendiperoleh melalui
kelahiran yang diturunkan secara turun
temurun dari Baten terdahulu. Baten yang
sudah tua akan menurunkan kedudukan
mereka kepada anak-anaknyauntuk menjadi
-
6
Baten. Seorang anak yang akan menjadi
Batenmereka akan dilihat dari sifatnya dalam
pergaulan hidup dimasyarakat.
Selain Baten, Hakim juga memiliki
posisi yang hampir setara dengan posisi
Baten hanya saja peranan yang dijalankan
Hakim berbeda seperti yang dijalankan oleh
Baten. Hakim merupakan seseorang yang
diperintah untuk menjaga masyarakat serta
menyelesaikan urusan yang terjadi
dilingkungan masyarakat.Hakim ialah
seorang yang di percayai dalam kehidupan
masyarakat karena apabila terjadi kejadian
dilingkungan masyarakat dialah yang
menjadi penengah di setiap permasalahan
seperti perkelahian di dalam rumah tangga
maupun perkelahian antar individu.
Untuk mendapatkan status sebagai
Hakim juga diperoleh secara turun temurun,
mereka yang akan menggantikan Hakim yang
sudah tua atau yang akan melepaskan status
sebagai Hakim akan melihat anaknya yang
memiliki pergaulan baik dalam kehidupan
masyarakat. Seorang Hakim memiliki aturan
yang ketat dalam memberikan pendidikan
kepada keluarganya terutama kepada
anaknya yang suatu hari akan menggantikan
statusnya sebagai Hakim. Mereka akan
diajarkan banyak hal terutama berkaitan
dengan tata cara pergaulan yang baik didalam
masyarakat dan juga diajarkan mengenai
ilmu-ilmu agama sehingga jika seorang anak
dari si Hakim menggantikan status orang
tuanya sebagai Hakim ia telah terbiasa
dengan aturan untuk menjadi seorang Hakim.
Sementara itu, selain Baten dan
Hakim, Dukun juga merupakan status yang
memiliki peran penting didalam kehidupan
masyarakat Mantang Lama. Dukun iyalah
seorang yang dipercayai masyarakat dalam
hal pengobatan penyakit yang di alami
masyarakat.Kedudukan Dukun berada
dibawah Baten dan Hakim, dikarenakan
Dukun tidak menjalalankan peranan seperti
peranan yang dijalankan Baten dan Hakim
yang lebih merangkul semua kepentingan
masyarakat. Seorang Dukun diMantang
Lama hanya menjalankan peranan dalam
permasalahan pengobatan penyakit yang
dialami masyarakat seperti membantu
masyarakat khususnya ibu-ibu melahirkan
maka peran Dukun kampung (dukunberanak)
sangat dibutuhkan.
Biasanya dalam permasalahaan
melahirkan selain ditangani bidan, para
Dukun juga akan diikut sertakan guna
mempermudah proses melahirkan dan
melakukan jampi-jampi terhadap pasien yang
melahirkan. Masyarakat Mantang Lama
meyakini jika seorang ibu melahirkan, maka
si ibu akan diganggu mahluk halus untuk itu
peran dari Dukun ialah meminta kepada
keluarga si ibu yang melahirkan untuk
memenuhi berbagai macam syarat (asam
garam)Dukun seperti meletakan daun kelor
dibawah rumah si pasien sehingga
masyarakat Mantang Lama sangat
menempatkan kedudukan Dukun pada posisi
penting untuk mengurus keperluan
masyarakat Mantang Lama.
-
7
Status Dukun adalah status yang dapat
diperoleh setiap orang melalui kerja keras
dalam belajar pengetahuan tentang
pengobatan secara tradisional
(pengobatanmenggunakan bahan-bahan
herbal/alami dan pengobatan mistis)
biasanya mereka yang ingin memperoleh
status sebagai Dukun, mereka akan belajar
dengan para Dukun yang telah lama
mengabdi dimasyarakat Mantang Lama. Bagi
mereka yang telah menguasai pengetahuan
tentang pengobatan tradisional maka mereka
juga akan menjadi Dukun yang kedudukan
mereka juga akan setara dengan Dukun yang
sebelumnya.
Biasanya sistem penyelesaiaan
masalah akan dilakukan perundingan secara
kekeluargaan dengan mempertemukan kedua
belah pihak beserta keluarganya yang
berkonflik (berkelahi) dengan mediasi pihak
ketiga yaitu Baten dan Hakim. Hakim juga
merupakan kedudukan teratas di Desa
Mantang Lama yaitu Hakim menjalankan
peranan hampir samadengan peranan yang
dijalankan Baten, ia hanya menjadi pengadil
untuk memutuskan setiap permasalahan atau
pelanggaran terhadap aturan kampung.
Namun, peranan sebagai Hakim dapat
menggantikan peranan Baten jika Baten
sedang tidak berada diperkampungan maka,
Hakim menjalankan fungsi Baten dan
masyarakat harus mengikuti keputusan yang
dibuat oleh Hakim.
Sementara itu selain Baten dan
Hakim kedudukan atas juga di isi oleh Kepala
Desa (Kades).Kedudukan Kepala Desa
adalah kedudukan formal berdasarkan aturan
yang berlaku di Indonesia tentang
Pemerintahan Desa, Kepala Desa berada
pada lapisan atas dikarenakan kedudukan
Kepala Desa adalah kedudukan yang bersifat
ascribed status (status yang diperoleh)
melalui kompetisi pemilihan Kades, yaitu
dimana calon Kades yang memenangi
Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) tersebut
adalah berdasarkan kesepakatan atau
dukungan masyarakat yang memilihnya
sehingga seseorang Kepala Desa yang
mendapatkan kedudukan tersebut secara
kekuasaan sangat berbeda dengan
masyarakat biasa dan esensinya memberikan
individu yang menduduki kedudukan sebagai
Kepala Desa memiliki pengaruh yang sangat
signifikan didalam kehidupan masyarakat
Desa Mantang Lama.
Sementara itu kedudukan menengah
atau Middle Class yaitu kedudukan
fungsional yang di isi oleh dokter, dukun,
guru, pedagang. Kedudukan ini memainkan
peranan yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat Desa Mantang Lama seperti
kedudukan dokter yaitu kedudukan yang
berperan selain dipandang dari pendidikan
seorang dokter juga berperan dalam hal
pengobatan penyakit masyarakat secara
medis. Dukun juga sama seperti halnya
dokter yang juga berperan dalam hal
pengobatan penyakit masyarakat Desa.
Namun, Dukun dalam hal pengobatan lebih
-
8
mengarah kepada hal-hal yang bersifat mistis
dan pengobatan tradisional.
Selain itu kedudukan fungsional ini
juga di isi oleh guru yang dilihat dari tingkat
pendidikan serta peranannya dalam hal
memberi ilmu pengetahuan secara formal
kepada anak-anak Desa Mantang Lama selain
memberikan pendidikan secara formal
kedudukan guru juga memiliki keterlibatan
dalam aspek keagamaan seperti halnya Baten
yang mengisi khutbah Jum’at di Mesjid dan
aspek sosial dalam hal sering menjadi
koordinator kegiatan-kegiatan yang ada di
Desa Mantang Lama salah satunya ialah
koordinator gotong-royong setiap Jum’at dan
kedudukan sebagai untuk pedagang yaitu
dilihat dari ukuran kekayaan yaitu ia dihargai
dikarenakan kepemilikan rumah yang layak,
kendaraan yang bagus, pakaian dan lain-lain
yang mengidentikan ia adalah golongan kaya
dengan status simbol yang melekat dalam
kehidupannya. Sementara itu untuk kelas
bawah atau Lower Class di Desa Mantang
Lama adalah golongan para pekerja kasar
seperti nelayan dan buruh harian. Kedudukan
ini merupakan kedudukan masyarakat biasa
yang tidak memiliki tingkat kekayaan, ilmu
pengetahuan modern atau tingkat pendidikan
rendah yang berpengaruh pada pekerjaan dan
penghasilan mereka serta keterbatasan akses
kekuassan secara umum (tidak memiliki
pengaruh terhadap kebijakan publik).
Dari keterangan diatas dapat
digambarkan mengenai tentang stratifikasi
sosial yang ada di Desa Mantang Lama.
Stratifikasi adalah tingkatan-tingkatan
kedudukan secara hierarki yaitu setiap
masyarakat dapat menduduki status
berdasarkan perolehan, diraih dan pemberian
dengan memiliki ukuran-ukuran yang
dianggap memiliki sesuatu yang berharga
seperti kehormatan, kekayaan, kekuasaan dan
ilmu pengetahuan. Berdasarkan penjabaran
diatas tentang fenomena stratifikasi yang ada
di Desa Mantang Lama maka, peneliti
mengangkat judul penelitian ini dengan judul
“Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa
Mantang Lama Kecamatan Mantang
Kabupaten Bintan.”
B. LANDASAN TEORI
1. Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat senantiasa
mempunyai penghargaan tertentu terhadap
hal-hal tertentu dalam masyarakat yang
bersangkutan. Penghargaan yang lebih
tinggii terhadap hal-hal tertentu, akan
menempatkan hal tersebut pada kedudukan
yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau
suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan
materiil dari pada kehormatan, misalnya,
mereka yang lebih banyak mempunyai
kekayaan materiil akan menempati
kedudukan yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan pihak-pihak lain.
Gejala tersebut menimbulkan lapisan
masyarakat, yang merupakan pembedaan
posisi seseorang atau suatu kelompok dalam
kedudukan yang berbeda-beda secara
vertikal.
-
9
Dikemukakan oleh Pitrim A
Sorokin (Wulansari, 2009:101) lapisan sosial
adalah pembedaan penduduk atau
masyarakat kedalam kelas-kelas secara
bertingkat (secara hierarkis).Perwujudannya
adalah kelas yang lebih tinggi dan kelas yang
lebih rendah.Dasar dari lapisan-lapisan
dalam masyarakat adalah tidak adanya
keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan
kewajiban-kewajiban, kewajiban dan
tanggung jawab, nilai sosial dan pengaruhnya
diantara anggota masyarakat.
Soekanto (2000:286) menjelaskan
bahwa gejala stratifikasi sosial adalah suatu
ketidaksamaan sosial yang menunjuk adanya
suatu sistematis dalam penilaian atas
beragam tingkatan pada sejumlah kedudukan
beserta peranan yang merupakan unsur-unsur
baku dalam sistem stratifikasi sosial.
Kedudukan dan peranan tersebut dijelaskan
sebagai berikut:Kedudukan adalah tempat
atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial, masyarakat pada umumnya mengenal
dua macam kedudukan yaitu kedudukan yang
diperoleh karena kelahiran ascribed,
achieveddan assigned. Peranan (role)
merupakan aspek dinamis kedudukan status.
Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajiban sesuai dengan kedudukannya
maka ia telah menjalani suatu peranan.
Purwanto (2007:94) juga menyatakan bahwa
stratifikasi sosial merupakan sesuatu yang
fungsional dalam perkembangan masyarakat
dan nantinya akan ditandai oleh semakin
kompleksnya stratifikasi sosial.
Perbedaan penting antara konsep
ketidaksamaan social (social inequality) dan
stratifikasi sosial harus di pahami dengan
jelas. Kelalaian memahami perbedaan
penting ini akan membuat bingung para
sosiologi tentang apakah struktur sosial
benar-benar universal dalam kehidupan
sosial. Ketidaksamaan sosial berkenaan
dengan adanya perbedaan derajat dalam
mempengaruhi atau pretise sosial antar
individu dalam suatu masyarakat tertentu.
Ada dua segi penting dari defenisi ini.
Pertama, ketidaksamaan sosial
hanya mengenai perbedaan antar individu
dalam pengaruh sosial yakni aksi seorang
individu akan di ikuti atau di tiru oleh
individu lainnya atau pretise yakni dimana
individu di hormati dan di hargai. Jadi,
ketidaksamaan bukan berkenaan dengan
derajat kekuasaan atau kekayaan.
Ketidaksamaan bukan berkenaan dan dapat
terjadi dalam masyarakat tanpa perbedaan
kekayaan atau pendapatan individu atau
kelompok. Kedua, ketidaksamaan
mengimplikasikan ketidaksamaan antar
individu, bukan antar suatu kelompok-
kelompok yang berlainan. Apabila terjadi
ketidaksamaan, individu mencapai
kedudukan terhadap kelomok. Jadi dapat di
pahami, ketidaksamaan sosial adalah hal
yang universal dalam masyarakat manusia,
karena itu tidak ada masyarakat tanpa
perbedaan antar individu (Sanderson,
2010:145).
-
10
Berlawanan dengan ketidaksamaan
sosial. Stratifikasi sosial berkenaan dengan
adanya dua atau lebih kelompok-kelompok
bertingkat (Ranken Group) dalam satu
masyarakat tertentu yang anggotanya
mempunyai kekuasaan, hak dan prestise yang
tidak sama pula. Defenisi tentang stratifikasi
ini dipengaruhi oleh konsep tentang
masyarakat terstratifikasi (stratified
societies) yang dikembangkan oleh
antropolog Morton Fried.Menurut Fried
(Sanderson, 2010:146) kekuasaan meliputi
kapasitas beberapa individu untuk
memerintah individu lainnya, walaupun
diluar kehendaknya.
Karakteristik penting lain dari
stratifikasi adalah bahwa ia melibatkan
kelompok, bukan individu. Tingkat
kekuasaan, hak istimewa dan pretise individu
dalam masyarakat terstratifikasi tergantung
pada keanggotaannyadalam kelompok-
kelompok sosial, bukan pada karakteristik
personalnya. Kelompok-kelompok yang
tingkatannya berbeda-beda membentuk
strata social(singular= stratum), atau lapisan
sistem sosial- kultural secara menyeluruh,
yang bersifat turun-temurun. Karena itu,
dalam masyarakat terstratifikasi, individu
dilahirkan dalam suatu stratum sosial tertentu
yang memberikan suatu kedudukan sosial
dan identitas tanpa memperhatikan
karakteristik personal mereka.Stratifikasi
yang bersifat turun-temurun ini jelas
melahirkan ketidakasamaan.Dalam
masyarakat tidak terstratifikasi,
ketidaksamaan yang timbul (diluar umur dan
jenis kelamin) terutama di sebabkan usaha
dan kemampuan individual dari pada
penempatan sosial yang turun-temurun
(Sanderson, 2010:146).
Tidak diragukan lagi bahwa
stratifikasi merupakan karakteristik universal
masyarakat manusia. Tidak ada suatu
masyarakat dimana anggotanya sama(equal).
Tetapi ada juga banyak masyarakat yang
kurang terstratifikasi. Stratifikasi cenderung
ditemukan pada tingkat perkembangan
teknologi hortikultural intensif (walaupun
kadang- kadang hal ini ditemukan di
masyarakat yang lebih primitif). Namun, di
samping fakta ini, ia merupakan ciri-ciri
umum dalam banyak masyarakat, dan
memang universal di semua masyarakat yang
kompleks.
Di dalam (Sanderson, 2010:150)
Stratifikasi biasanya timbul pada saat terjadi
transisi menuju masyarakat hortikultural
intensif.Masyarakat ini sering kali
menampilkan strata atau kelas sosial yang
turun-temurun, suatu ciri khas masyarakat
terstratifikasi. Tiga strata sosial utama (yakni
pemimpin, sub pemimpin, massa) merupakan
pola yang biasa terjadi. Jadi perbedaan
kedudukan atau status pada masyarakat
hotikultural sederhana, pada masyarakat
hortikultural intensif ditransformasikan
menjadi ketidaksamaan yang berarti
perbedan ekses untuk pendapatan. Hal ini
akan terlihat pada beberapa kelompok orang
yang dipisahkan oleh kedudukan sosial,
-
11
kekuasaan, pakaian dan hiasan, pola
konsumsi barang dan jasa, keterlibatan
dalam produksi ekonomi, adanya waktu
untuk bersenang-senang dan pola gaya hidup
keseluruhan. Keanggotaan di dalam
kelompok-kelompok ini didapatkan secara
turun-temurun dan tidak berhubungan
dengan hubungan darah/ keturunan dengan
penguasa atau raja.
Namun, karena penguasa dan massa
dihubungkan oleh teli kekerabatan, sistem
stratifikasi yang terjadi memiliki batas-batas
yang pasti. Tali kekerabatan berfungsi untuk
memperlunak sifat dan akibat-akibat dari
ketidaksamaan, dan penguasa tetap
diharapkan dermawan akan hartanya dan
selalu memperhatikan kesejahtraan umum.
Seperti yang dicatat oleh Lenski (1966) “
etika redistributive” tetap berlaku dalam
masyarakat seperti ini, untuk mencegah
penguasa menguasainya secara berlebihan.
Walaupun kelas penguasa menikmati hak-
hak istimewanya, para penguasa tetap di
anggap sebagai pemberi nafkah” yang harus
terus-menerus memperhatikan kebutuhan
dan keinginan sanak keluarganya yang jauh
di dalam kelas massa.
2. Teori Stratifikasi Sosial
Teori evolusioner fungsionalis
Talcott Parsons (1966,1977) didalam
(Sanderson, 2011:157) Parson menganggap
bahwa evolusi sosial secara umum terjadi
karna sifat kecendrungan masyarakat untuk
berkembang, yang disebut sebagai kapasitas
adaptif. Kapasitas adaptif adalah kemampuan
masyarakat untuk merespon lingkungan dan
mengatasi berbagai masalah yang selalu
dihadapi manusia sebagai mahluk
sosial.Manusia telah berevolusi berabad-abad
menurut Parsons, melaui kapasitas adaptif
yang Semakin tinggi.
Parson beranggapan bahwa
timbulnya stratifikasi sebagai aspek penting
dari evolusi akibat meningkatnya kapasitas
adaptif dalam kehidupan sosial. Bagi Parsons
dobrakan evolusionerlah yang membuat
banyak bentuk-bentuk kemajuan
sosial.Dengan demikian, stratifikasi menjadi
alat yang diperlukan untuk memusatkan
aktivitasnya dengan tujuan memecahkan
masalah dan menghadapi tantangan. Semakin
besar masalah dan tantangan yang dihadapi,
Semakin besar pula kebutuhan akan
stratifikasi. Disimpulkan bahwa stratifikasi
timbul dalam masyarakat manusia karna
kebutuhan untuk mengatasi masalah-
masalahyang dihadapi.Masyarakat
berstratifikasi dapat berfungsi lebih baikdari
pada masyarakat tanpa stratifikasi. Dengan
imbalan kedudukan yang lebih tinggi,
masyarakat dapat mendorong individu-
individu menduduki jabatan sosial yang akan
mengarahkan masyarakat lebih efektif.
C. METODE PENELITIAN
Adapun Metode penelitian yang
peneliti gunakan adalah Metode Kualitatif.
Menurut Sugiyono (2008:292) pada
-
12
umumnya alasan menggunakan Metode
Kualitatif yaitu permasalahan belum jelas,
hoslistik, dinamis dan penuh makna sehingga
tidak mungkin data pada situasi sosial
tersebut dijaring dengan metode peneltian
kuantitatif.
Lokasi dalam penelitian ini di
tetapkan di Desa Mantang Lama Kecamatan
Mantang Kabupaten Bintan. Desa Mantang
Lama adalah salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Mantang yang letak sebagian
wilayahnya berada di daerah pesisir. Letak
desa yang merupakan desa pesisir membuat
hampir sebagian penduduknya bekerja
sebagai nelayan selain itu, desa Mantang
Lama sangat kuat dalam memegang norma
dan aturan yang telah melembaga dalam
kehidupan masyarakat Mantang Lama.
Dilihat dari sumber datanya
Sugiyono (2008:225) membagi menjadi dua
jenis data yaitu:
a. Data Primer yaitu data yang
langsung diperoleh memalalui
responden dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang
diperoleh melalui wawancara dan
observasi. Data primer yang
dibutuhkan penelti dalam
penelitian ini adalah data yang
diperoleh secara langsung melalui
wawancara maupun melalui
observasi secara mendalam
berkaitan dengan stratifikasi soial
masyarakat nelayan bagaimana
stratifikasi yang terjadi di
Mantang Lama, Desa Mantang
Lama, Kecamatan Mantang,
Kabupaten Bintan.
b. Data Sekunder adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber-sumber yang
telah ada. Data sekunder yang
peneliti butuhkan dalam penelitian
ini adalah data yang berkaitan
dengan stratifikasi sosial
masyarakat nelayan di Mantang
Lama, Desa Mantang Lama,
Kecamatan Mantang, Kabupaten
Bintan.
Dalam bagian ini teknik pengmpulan
data yang digunakan peneliti berupa
observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi.
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah
kegiatan keseharian manusia atau peneliti
dengan menggunakan pancaindara mata
sebagai alat bantu utamanya. Adapun
observasi yang peneliti lakukan ialah berupa
pengamatan dan pencatatan terhadap gejala-
gejala yang diteliti. Adapun jenis observasi
yang peneliti gunakan ialah observasi
partisipatif yang bersifat partisipasi pasif
(Sugiyono,2008:227).Di dalam observasi ini
ingin melihat bentuk-bentuk stratifikasi yang
terjadi di Desa Mantang Lama.
-
13
b.Wawancara
Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data, apabila peneliti
atau pengumpul data telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan
dicari. Oleh karena itu dalam melakukan
Pengumpulan data, telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-
pertanyaan tertulis (Sugiyono,2008:233).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan
berupa wawancara tidak terstruktur dengan
para stratifikasi sosial masyarakat nelayan di
DesaMantang Lama, Kecamatan Mantang,
Kabupaten Bintan. Wawancara yang di
lakukan seperti: Stratifikasi masyarakat Desa
Mantang Lama, pola fikir masyarakat,
budaya masyarakat dan pandangan
masyarakat
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2008:240)
dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu, dokumentasi bisa terbentuk
tulisan, gambar atau karya monumental dari
seseorang. Dokumentasi yang peneliti
lakukan dalam penelitian ini berupa gambar
yaitu foto yang berkaitan dengan situasi
sosial.
Sesuai dengan jenis penelitian yang
digunkan berupa penelitian deskriptif
kualitatif yaitu menganalisa data yang
diperoleh dilapangan dalam bentuk kualitatif
dan diberi penjelasan kesimpulan dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan atau
kalimat logis yang berkaitan dengan
stratifikasi sosial masyarakat nelayan di
Mantang Lama, Desa Mantang Lama,
Kecamatan Mantang, Kabupaten Bintan.
Analisa data kualitatif dilkukan bila data
empiris yang di peroleh yaitu berupa
kumpulan kata-kata telah dikumpulkan
dalam berbagai macam bentuk yaitu
observasi, wawancara serta dokumentasi.
Analisis data dalam penelitian ini
yang peneliti lakukan berdasarkan acuan dari
pendapata Miles dan Huberman
(Sugiyono,2008:246) yang mengemukakan
bahwa aktifitas dalam menganalisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas sehingga datanya sampai jenuh.
Data yang diperoleh dilapangan
melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi jumlahnya cukup banyak utnuk
itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok,
menfokuskan pada hal penting dengan
demikian data yang telah mereduksi data
dengan memfokuskan pada stratifikasi sosial
masyarakat nelayan di Mantang Lama, Desa
Mantang Lama, Kecamatan Mantang,
Kabupaten Bintan. Setelah data diredukasi
maka langkah selanjutnya ialah
mendisplaykan data. Dalam penelitian ini
penyajian data yang peneliti lakukan adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Dengan
mendisplaykan data maka peneliti akan lebih
mudah untuk memahami apa yang terjadi.
-
14
Setelah peneliti melakukan redukasi dan
penyajian data makah langkah akhir ialah
melakukan verifikasi atau penarikan
kesimpulan.
D. PEMBAHASAN
1. Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa
Mantang Lama Kecamatan Mantang
Kabupaten Bintan
Setiap masyarakat senantiasa
mempunyai penghargaan tertentu terhadap
hal-hal tertentu dalam masyarakat yang
bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi
terhadap hal-hal tertentu, akan menempatkan
hal tersebut pada kedudukan yang lebih
tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau suatu
masyarakat lebih menghargai kekayaan
materiil dari pada kehormatan, misalnya,
mereka yang lebih banyak mempunyai
kekayaan materiil akan menempati
kedudukan yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan pihak-pihak lain.
Gejala tersebut menimbulkan lapisan
masyarakat, yang merupakan pembedaan
posisi seseorang atau suatu kelompok dalam
kedudukan yang berbeda-beda secara vertical
(Soekanto, 2012:197).
Diantara lapisan atasan dengan yang
terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya
relative banyak. Biasanya lapisan atasan
tidak hanya memiliki suatu macam saja dari
apa yang dihargai masyarakat akan tetapi
kedudukan yang tinggi itu bersifat kumulatif.
Artinya, mereka yang mempunyai uang yang
banyak akan mudah sekali mendapatkan
kedudukan atas, mereka yang mempunyai
jabatan juga akan berada pada kedudukan
atas, mereka yang berilmu pengetahuan juga
dapat menduduki lapisan atas serta mereka
yang paling disegani oleh masyarakat juga
akan berada pada kedudukan atas
berdasarkan ukuran-ukuran yang diakui oleh
masyarakat. Ukuran yang dapat dipakai
untuk menggolong-golongkan anggota-
anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan
dapat dilihat dari kedudukan berdasarkan
ukuran kehormatan, kekayaan, kekuasaan
dan ilmu pengetahuan.
1.1 Stratifikasi Berdasarkan Ukuran
Kehormatan
Pada kehidupan masyarakat di Desa
Mantang Lama yang kecil serta bersahaja,
kedudukan dan peranan masih relatif kecil.
Hal ini bisa terlihat dari aktifitas keseharian
masyarakat yang masih berpegang teguh
pada kearifan lokal. Berbagai nilai-nilai lokal
tersebut terbentuk, dipercayai, dan di taati
oleh masyarakat Desa Mantang Lama
berdasarkan adanya penghormatan kepada
Baten, Hakim, dan Dukun yang memiliki
pengaruh terhadap sendi-sendi kehidupan.
Sehingga kedudukan dan peranan dari Baten,
Hakim, dan Dukun mendapatkan kedudukan
yang istimewa dari masyarakat Mantang.
Dan penghargaan tersebut menimbulkan
pembedaan posisi pada masyarakat Mantang
Lama itu sendiri, yakni Baten, Hakim, dan
Dukun merupakan kedudukan yang berada
-
15
pada lapisan teratas di bandingkan dengan
status (kedudukan) masyarakat yang lainnya.
a. Baten
Berdasarkan sejarah kehidupan
masyarakat di Desa Mantang Lama, status
sebagai Baten merupakan jabatan yang di
berikan oleh sultan Riau-Lingga yang
bertempat tinggal di Pulau Penyengat.
Kedudukan (status) tersebut merupakan
kedudukan yang terhormat bagi masyarakat
melayu pada waktu itu, karena sebagai salah
satu orang yang di percayai sultan untuk
menjaga dan mengatur penduduk kampung.
sebelum mereka di berikan status sebagai
Baten, secara kemampuan dan karakter
mereka pada dasarnya memang memiliki
sifat yang baik, selain itu berkarisma,
berwibawa, dan bijaksana, sehingga
mendapatkan kepercayaan dari sultan untuk
mengorganisir struktur kehidupan agar
kelangsungan hidup bermasyarakat dapat
berjalan berkesinambungan.
Dalam kehidupan saat ini, status
Baten bisa di sejajarkan dengan kepala desa
(Kades) atau dalam bahasa melayu disebut
dengan penghulu. Status atau kedudukan
penghulu merupakan kedudukan yang berada
pada lapisan diatas, karena mereka
mendapatkan status tersebut berdasarkan
perintah dari sultan. Maka sebagai
masyarakat kelas bawah, adanya kewajiban
dari mereka untuk mematuhi segala perintah
dari pernyataan seorang Baten. Berdasarkan
hasil wawancara peneliti, Baten memiliki
pengaruh yang amat besar dalam kehidupan
masyarakat Mantang Lama, hal ini
dikarenakan Baten dipilih oleh masyarakat
secara musyawarah dengan ketentuan,
seorang yang akan menjadi Baten adalah
berdasarkan keturunan, berprilaku yang baik
dalam pergaulannya sehingga akan menjadi
contoh bagi masyarakat serta dapat dipercaya
oleh masyarakat Mantang Lama.
Berdasarkan aturan yang berlaku di
Desa Mantang Lama kedudukan baten dapat
bertahan hingga sekarang selain fungsinya
atau perannya yang begitu besar bagi
kehidupan masyarakat terutama dalam
mempertahankan nilai-nilai lokal, hal ini juga
dipengaruhi adanya sistem/mekanisme dalam
mempertahankan kedudukan baten melalui
kedudukan yang diperoleh berdasarkan garis
keturunan yaitu jika seorang Baten memiliki
zuriat (keturunan) berjumlah lebih dari satu
orang maka, Hakim, Dukun dan tokoh-tokoh
desa (orang-orang tua) tersebut akan
melakukan musyawarah untuk memilih
siapakah yang berhak mendapatkan status
sebagai seorang Baten. Biasanya anak laki-
laki akan sangat berpeluang besar untuk
menduduki status sebagai seorang Baten
sementara, anak perempuan juga akan
mendapat status Baten jika seorang Baten
tidak memiliki anak laki-laki maka, yang
akan mendapat kedudukan sebagai Baten
adalah anak perempuan.
Mereka yang akan dipilih menjadi
Baten akan diuji oleh tokoh-tokoh kampung
seperti Hakim, Dukun untuk mengetahui
-
16
sejauh mana kemampuan yang dimiliki untuk
memenuhi syarat sebagai seorang Baten.
Selain kemampuan dalam ilmu-ilmu agama
seperti membaca Al- Quran, shalat, puasa.
mereka juga akan diuji dengan ilmu-ilmu
mistis. Masyarakat Mantang Lama adalah
masyarakat yang sangat taat pada aturan atau
kearifan lokal yang sudah mengakar didalam
kehidupan mereka. Didalam memilih
seseorang yang akan menjadi Baten, mereka
para Hakim dan Dukun akan sangat selektif
dalam memilih seseorang yang akan
memegang status sebagai Baten, hal ini
dikarenakan ketika terjadi kesalahan dalam
memilih seorang Baten maka akan sangat
sulit untuk menjatuhkan ia dari kedudukan
yang telah diperoleh. Masyarakat Mantang
Lama akan tetap taat pada seorang Baten
yang telah mereka pilih walaupun Baten
tersebut tidak dapat menjalankan peranannya
untuk menjadi contoh yang baik bagi
masyarakat Mantang Lama.
Selain penunjukan Baten melalui
musyawarah, sistem penunjukan calon Baten
secara langsung oleh Baten juga dapat terjadi
jika seorang Baten hanya memiliki seorang
anak yang esensinya dia adalah calon tunggal
sebagai Baten. Namun, walaupun seorang
Baten adalah calon tunggal yang sistem
penunjukannya secara langsung, ia juga akan
di musyawarahkan oleh para tokoh Desa
Mantang Lama dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan dari calon Baten.
Jika saja seorang calon Baten tidak
memenuhi ketentuan yang telah melembaga
untuk menjadi seorang Baten seperti
memahami ilmu agama dan ilmu-ilmu mistis
maka, ia belum berhak (ditunda) menjadi
seorang Baten namun, ia akan tetap menjadi
Baten sebagai penerus status Baten dari orang
tuanya dengan diajarkan ilmu agama dan
mengamalkannya serta ilmu-ilmu mistis yang
dipercayai untuk kewibawaan sebagai
seorang pemimpin kampung atau Baten.
Sebagai orang yang terpandang di
kehidupan masyarakat Mantang Lama, peran
seorang Baten begitu berpengaruh terhadap
pola pergaulan hidup mereka. Pada dasarnya,
seorang Baten benar-benar menekankan
pengaruh terhadap nilai-nilai pergaulan orang
melayu yang telah tertanam sejak lama.
Bentuk pengajaran kepada remaja dan
pemuda agar adanya rasa kekompakan
(solidaritas) dan rasa hormat menghormati
antar sesama masyarakat. Jika kondisi
pergaulan masyarakat Mantang Lama telah
mulai luntur dan mulai tidak peduli pada
kehidupan sesama, seorang Baten akan
mengumpulkan seluruh pemuda untuk di
berikan pengarahan berkaitan dengan nilai-
nilai lokal. Karena nilai-nilai lokal saat ini
sangat rentan dengan budaya barat yang
semakin ditiru oleh remaja saat ini hingga
pada pergaulan hidup yang bebas.
Selain itu, kedekatan seorang Baten
dengan dewan di Kabupaten begitu sangat
dekat. Kedekatan tersebut membuat
komunikasi masyarakat Mantang Lama
dengan dewan perwakilan semakin mudah
untuk tersampaikan berkaitan dengan aspirasi
-
17
dan berbagai keperluan masyarakat.
Misalkan masyarakat memerlukan lapangan
olahraga, seragam bola kaki, perbaikan jalan,
dan keperluan lainnya. Keperluan tersebut
akan di urus oleh seorang Baten yang
nantinya akan di anggarkan oleh dewan yang
duduk di kursi pemerintahan di Kabupaten
Bintan.
Selanjutya, Baten juga cukup
berperan penting dalam menentukan berbagai
program pemerintahan seperti pada program
bantuan rumah tidak layak huni (RTLH) di
Desa Mantang Lama. Sebagai orang yang di
hormati, Baten juga di anggap masyarakat
sebagai orang yang mengerti bagaimana
situasi sosial-ekonomi masyarakatnya.
Sehingga peran rukun tetangga (RT) dan -
rukun warga (RW) selalu berdampingan
dengan seorang Baten. Agar keputusan
benar-benar tepat dan tidak ada kecemburuan
sosial bagi mereka yang tidak layak
mendapatkan program tersebut. Selain itu
peran dari Baten tidak hanya berpengaruh
dalam usaha untuk perbaikan fasilitas
masyarakat desa Mantang Lama namun,
peranan Baten juga berdampak pada peranan
politik.
b. Hakim
Kedudukan seorang Hakim pada
kehidupan masyarakat Mantang Lama di
sejajarkan dengan seorang Baten. Karena
status sebagai seorang Hakim juga status
yang sangat di hormati dan secara perolehan
status dari seorang Hakim adalah sama
dengan seorang Baten. Kehadiran seorang
Hakim di tengah-tengah hidup masyarakat
Mantang Lama pada dasarnya sama dengan
kehidupan bernegara, yakni sebagai
pemutusan suatu perkara. Ketika masyarakat
melanggar aturan-aturan yang bertentangan
dengan nilai dan norma maka Hakimlah yang
memutuskan bagaimana seseorang tersebut
di hukum sesuai dengan tingkat
kejahatannya.
Hakim di desa Mantang Lama di
tunjuk atau dipilih berdasarkan garis
keturunan berdasarkan hasil musyawarah
mufakat masyarakat desa mantang lama.
Seorang Hakim pada dasarnya memang
orang yang benar-benar taat dalam
menjalankan agama, sehingga penunjukkan
seorang Hakim memang orang yang memiliki
akhlak yang baik, agar keputusan yang di
berikan benar-benar sesuai dengan kejahatan
dan tidak bertindak secara diskriminasi
terhadap hukum. Berdasarkan wawancara
peneliti kedudukan Hakim merupakan
kedudukan yang memiliki peranan dalam
agama khususnya pada saat hari jum’at
seorang Hakim akan berkhutbah dan
memberikan himbauan kepada masyarakat
desa Mantang Lama dalam perbaikan ahklak
dan perintah untuk taat terhadap aturan atau
norma-norma yang berlaku serta aturan
agama yang dijadikan dasar dalam pergaulan
hidup sehari-hari.
-
18
c. Dukun
Pada kehidupan masyarakat di Desa
Mantang Lama, kedudukan (status) sebagai
Dukun merupakan kedudukan yang
terpenting, karena kemampuannya dalam
mengobati berbagai penyakit yang di derita
oleh masyarakat. Penyembuhan berbagai
penyakit dengan cara tradisional merupakan
hal yang telah di kenal masyarakat Mantang
Lama sudah sejak lama. Pada dasarnya, untuk
mendapatkan kedudukan sebagai Dukun
siapa saja boleh untuk mendapatkannya
asalkan ia mau belajar dari Dukun yang
memang bisa dalam ilmu perDukunan dan
berhasil dalam menyembuhkan berbagai
penyakit. Keberhasilan tersebut membuat
seseorang bisa mendapatkan gelar dan di
percaya sebagai Dukun pada kehidupan
masyarakat di Desa Mantang Lama.
Kemampuan Dukun di Desa
Mantang Lama bukan hanya mampu dalam
mengobati penyakit secara medis namun
penyakit non-medis seperti
tesampok(penyakit disebabkan oleh
gangguan makhluk halus),kerasukan, santet
juga mampu di obati oleh seorang Dukun.
Selain itu, keberadaan seorang Dukun selalu
di dampingi dalam proses kelahiran seorang
bayi di Desa Mantang, karena bagi
masyarakat seorang bidan belum mampu
dalam merawat dan menjaga proses
persalinan, hal ini adanya kepercayaan yang
kuat bahwa kelahiran bayi perlu di jaga
dengan ilmu-ilmu tradisional orang melayu.
1.2 Stratifikasi Berdasarkan Ukuran
Kekuasaan
Secara teoritis, setiap manusia dapat
dianggap sederajat, akan tetapi sesuai dengan
kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial
tidaklah demikian. Pembedaan atas dasar
lapisan merupakan gejala universal yang
merupakan bagian sistem sosial setiap
masyarakat. Ada sistem sosial yang sengaja
disusun untuk mengejar tujuan bersama. Hal
itu biasanya berkaitan dengan pembagian
kekuasaan dan wewenang resmi dalam
organisasi-organisasi formal seperti
pemerintahan. Didesa Mantang Lama sistem
kekuasaan yang formal dikendalikan oleh
Kepala Desa berdasarkan pemilihan secara
demokratis.
a. Kepala Desa
Desa Mantang Lama secara
administratif merupakan wilayah yang di
pimpin oleh kepala desa. Secara sistem,
kepala desa merupakan kedudukan yang
berada pada lapisan teratas karena ia di pilih
secara langsung oleh masyarakat melalui
pemilihan kepala desa (Pilkades) dan
memiliki kewenangan atau legalitas untuk
memimpin, menyelenggarakan,
mengoordinasikan pemerintahan berdasarkan
kebijakan yang di tetapkan bersama Badan
Perwakilan Desa (BPD).Karena status
kepemimpinan oleh kepala desa merupakan
kedudukan secara resmi (formal leadership),
yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam
suatu jabatan. Sehingga dalam mengelola
-
19
berbagai program pemerintah berdasarkan
landasan dan peraturan-peraturan. Dengan
dasar demikian, meskipun kepala desa
merupakan orang yang cukup terpandang
namun, peran dan fungsi kepala desa pada
kehidupan masyarakat cenderung terbilang
terbatas, yakni berdasarkan periode jabatan
dan tidak bersifat permanen.
Pada kehidupan masyarakat di Desa
Mantang Lama, peran kepala desa sangat
membantu dalam proses pembangunan, hal
ini di rasakan oleh masyarakat dengan adanya
berbagai pembangunan infrastruktur seperti
dermaga pelabuhan, sumur umum, pelebaran
jalan, dan berbagai pembangunan lainnya.
Selain itu, kepala desa selalu memberikan
himbauan kepada masyarakat agar selalu
menjaga kebersihan lingkungan agar
masyarakat merasakan kenyamanan dan
harus tetap menjaga kekompakkan
(solidaritas) serta saling menghargai antar
sesama warga.
Disisi lain, kehidupan masyarakat
Desa Mantang Lama dengan ciri kehidupan
tradisional dengan ikatan yang kuat dengan
kearifan lokal. Berbagai gerak tingkah laku
masyarakatnya masih dipengaruhi oleh
tokoh-tokoh yang di yakini berpengaruh
seperti (Baten, Hakim, dan Dukun). Kondisi
seperti ini meskipun bukan dari
kepemimpinan yang resmi tetapi mendapat
Dukungan tradisi yang kuat dari kehidupan
masyarakatnya. Adanya kedudukan yang di
anggap masyarakat Mantang Lama memiliki
kesetaraan dalam mempengaruhi masyarakat
seperti Baten, Hakim dan kepala desa,
pengaruh kekuasaan selalu menjadi seimbang
dalam mengatur pola-pola pergaulan
kehidupan sehari-hari dan mengambil segala
keputusan dalam program pembangunan
masyarakat.
1.3 Stratifikasi Berdasarkan Ukuran
Kekayaan
Matapencaharian masyarakat Desa
Mantang secara mayoritas adalah nelayan,
pekerjaan sebagai nelayan merupakan
pekerjaan yang sejak lama di geluti oleh
masyarakatnya. Karena profesi nelayan
merupakan mayoritas, wujud pembagian
kerja tersebut telah memungkinkan adanya
perbedaan kelas dalam kehidupan
masyarakat Mantang Lama, karena
kedudukan secara mayoritas biasanya berada
pada posisi kelas bawah dan hal ini bisa
terlihat pada penghargaan masyarakat
terhadap kekayaan, kekuasaan dan prestise.
Berdasarkan ukuran kekayaan, masyarakat
Mantang Lama beranggapan bahwa
kedudukan (status) seseorang di anggap kaya
bisa di lihat dari simbol yang melekat pada
diri individu itu sendiri, seperti rumah yang
mewah, pakaian yang bagus (trendy), motor
gede dan berbagai simbol lainnya. Jika di
lihat pola pemukiman masyarakat di Desa
Mantang Lama secara umum, masyarakatnya
membangun rumah di sepanjang pinggir
pantai dengan rumah yang terbuat dari kayu
-
20
dan luas bangunan rumah yang cukup
sederhana. Pada situasi sosial seperti ini, jelas
simbol/lambang mempengaruhi gaya dan
tingkah laku hidup masing-masing kelas (life
style) karena mempunyai perbedaan dengan
batas kelas yang tegas. Kehidupan orang-
orang yang memiliki kesempatan hidup yang
jauh lebih baik di desa Mantang Lama adalah
mereka yang berstatus pekerjaan sebagai
pedagang, wiraswasta serta pegawai-pegawai
kantoran.
1.4 Stratifikasi Berdasarkan Ukuran
Pendidikan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran
dipakai oleh masyarakat untuk melihat kelas
seseorang didalam kelompoknya. Hal yang
mewujudkan unsur dalam teori sosiologi
tentang sistem lapisan masyarakat adalah
kedudukan (status) dan peranan (role). Di
Desa Mantang Lama kedudukan orang yang
berilmu (berpengetahuan) sangat dihargai
seperti guru dan dokter. Kedudukan mereka
sangat memberikan peranan didalam
masyarakat khususnya guru yang banyak
memberikan pendidikan formal kepada anak-
anak, sementara dokter juga berperan dalam
hal pengobatan penyakit yang dialami oleh
masyarakat Mantang Lama.
a. Guru
Status sebagai guru merupakan
status yang hanya dimiliki seseorang yang
berpendidikan, berilmu pengetahuan dan
mampu mengajarkan ilmu mereka kepada
orang lain. Didesa Mantang Lama sebagian
besar guru (tenaga pendidik) merupakan
pendatang dikarenakan tingkat pendidikan
masyarakat desa mantang lama masih
tergolong rendah, sehingga untuk mengisi
kedudukan sebagai seorang guru
membutuhkan tingkat pendidikan minimal
strata satu (S1). Minimnya pendidikan
masyarakat Mantang Lama esensinya telah
meletakan individu-individu yang
berpendidikan tinggi berada pada lapisan
atas. Namun, setiap kedudukan yang ada
akan melahirkan peranan-peranan dari
kedudukan tersebut.
Peranan sebagai seorang guru
dimasyarakat Mantang Lama tidaklah sebatas
hanya peranan sebagai pengajar tetapi lebih
merangkul kepada aspek-aspek yang lain.
Masyarakat Mantang Lama beranggapan
bahwa orang yang berpendidikan adalah
orang yang serba bisa dalam segala hal
termasuk dalam peranan dalam bidang
agama.
b. Dokter
Melalui pendidikan dan keahlian
yang di miliki oleh seorang dokter seperti
memberikan pelayanan, merawat dan
mengobati para pasien, peran tersebut telah
menempatkan kedudukannya pada kelas
yang sangat di hargai oleh masyarakat
Mantang Lama. Karena secara kultural,
masyarakat akan memberikan penghargaan
-
21
dan sekaligus pemakluman terhadap
siapapun yang memiliki ilmu pengetahuan
yang tinggi. Dengan ciri kehidupan
masyarakat yang masih kuat dengan kearifan
lokal, peran seorang dokter terkadang harus
seimbang dengan peran Dukun di Desa
Mantang Lama sebagai orang-orang yang
cukup di hargai. Karena tidak jarang masih
ada sebagian masyarakat yang kurang
mempercayai dan menganggap bahwa gelar
kesejarhanaan terkadang belumlah sempurna
dalam mengobati berbagai penyakit yang di
derita oleh masyarakat.
2. Kelas Sosial Masyarakat Di Mantang
Lama
Stratifikasi atau strata sosial adalah
struktur sosial yang berlapis-lapis didalam
masyarakat. Lapisan sosial menunjukan
bahwa masyarakat memiliki strata, mulai dari
yang terendah sampai yang paling tinggi.
Secara fungsional, lahirnya strata sosial ini
karena kebutuhan masyarakat terhadap
sistem produksi yang dihasilkan oleh
masyarakat di setiap strata. Menurut Pitrim A
Sorokin yang dikutip dari Soekanto, social
stratification adalah pembedaan penduduk
dan masyarakat ke dalam kelas-kelas yang
bertingkat, yaitu kelas-kelas tinggi dan kelas-
kelas rendah (Soekanto, 2002:228). Istilah
kelas selalu mempunyai arti yang sama
walaupun pada hakikatnya mewujudkan
sistem kedudukan-kedudukan yang pokok
dalam masyarakat, penjumlahan kelas-kelas
dalam masyarakat disebut sebagai class
system artinya semua orang yang sadar akan
kedudukan mereka itu diketahui dan diakui
oleh masyarakat umum.
Secara umum, strata sosial
dimasyarakat melahirkan kelas-kelas sosial
yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu kelas
atas (Upper Class), kelas menengah (Middle
Class), dan kelas bawah (Lower Class). Kelas
atas mewakili kelompok-kelompok elite
dimasyarakat yang jumlahnya sangat terbatas
sementara itu kelas menengah mewakili
kelompok-kelompok professional,
kelompok-kelompok fungsional dan kelas
bawah adalah kelompok-kelompok pekerja
kasar, buruh harian, buruh lepas dan
semacamnya. Jika ditinjau kelompok-
kelompok yang mewakili kelas masing-
masing adalah mereka yang mendapat
penghargaan dari masyarakat berupa
pengakuan akan kedudukannya
dimasyarakat.
Pada struktur kehidupan masyarakat
Mantang Lama kelas-kelas yang dapat
dikatakan menduduki peringkat atas yaitu
mereka yang dilihat dari ukuran kehormatan
serta kekuasaan seperti Baten, Hakim dan
Kepala Desa (Kades), dimana kedudukan ini
merupakan kedudukan yang diperoleh
berdasarkan kesepakatan atau penunjukan
langsung oleh masyarakat. Sementara untuk
mereka yang berada pada kelas menengah
adalah mereka yang dilihat dari ukuran
kekayaan, pendidikan seperti orang kaya,
-
22
guru, Dukun dan dokter, lalu untuk mereka
yang berada pada kelas bawah adalah mereka
masyarakat Mantang Lama yang berstatus
sebagai nelayan, buruh dan pekerjaan-
pekerjaan kasar. Di Desa Mantang Lama
kelompok-klompok yang berada pada kelas
atas adalah mereka yang dilihat dari status
kehormatan dan kekuasaan seperti Baten,
Hakim dan Kepala Desa.
E. PENUTUP
Berdasarkan analisa peneliti yang
telah dilakukan, maka selanjutnya hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
adanya tingkat stratifikasi sosial di desa
Mantang Lama. Stratifikasi sosial yang di
lihat dari jenjang kelas di dalam masyarakat
tersebut yaitu kelas atas yang di isi oleh
mereka berdasarkan kedudukan yang diukur
dari status kehormatan (Baten , Hakim dan
Kepala desa), kelas menengah yaitu di isi
oleh mereka berdasarkan ukuran pendidikan
dan kekayaan yaitu guru, dokter, pegawai
negeri sipil, pedagang dan dukun. Sementara
pada kelas bawah di isi oleh golongan
pekerja kasar seperti nelayan dan buruh.
Berdasarkan ukuran-ukuran tadi
dapat di jelaskan masyarakat dari tingkatan
atau kelas mana mereka berada seperti hal
nya baten, hakim dan kepala desa mereka
menduduki kelas tertinggi dikarnakan di
dalam masyarakat khususnya masyarakat
Mantang Lama beranggapan kedudukan
baten dan hakim merupakan kedudukan
yang tidak sembarang orang dapat untuk
mengisi kedudukan tersebut selain
berdasarkan keturunan (kelahiran) yang
pada awalnya merupakankedudukan yang di
mandatkan oleh raja untuk memimpin suatu
kampung sementara kedudukan kepala desa
(KADES) adalah kedudukan yang di tunjuk
oleh penduduk desa berdasarkan pemilihan
KADES secara langsung.
Sementara itu kedudukan guru,
dokter dan dukun merupakan kedudukan
fungsional dalam masyarakat.kedudukan ini
berada di bawah kedudukan baten, hakim
dan kepala desa di karnakan kedudukan ini
semua orang dapat untuk
memperolehnyaapa bila ia berupaya dengan
bekerja keras melalui jenjang pendidikan
dan keinginan untuk mencapai tujuan. Dan
kedudukan bawah adalah kedudukan yang di
isi oleh pekerja kasar, biasanya kedudukan
ini tidak memiliki peran yang begitu berarti
bagi kelompok dan kedudukan ini tidak
mendapat penghargaan dari masyarakat
sehingga ia berada pada kelas bawah seperti
nelayan dan buruh.
Untuk menindak lanjuti beberapa
kesimpulan yang telah di kemukakan, maka
di sampaikan beberapa saran di antaranya:
1. Tiap individu-individu selalu
berupaya untuk menggapai
tujuannya guna menduduki kelas
tertinggi di dalam kelompoknya,
sehingga perlunya ada upaya dari
masyarakat khususnya desa
-
23
Mantang Lama untuk termotivasi,
bekerja keras guna mendapatkan
penghidupan yang lebih baik.
2. Selain itu perlunya peningkatan
pendidikan di desa Mantang Lama
bagi generasi muda untuk
menduduki status berdasarkan
ukuran ilmu pengetahuan.
Pendidikan merupakan salah satu
mekanisme untuk memperoleh
pekerjaan karna pendidikan dan
status pekerjaan serta pendapatan
sangat memiliki hubungan yang
relevan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Anwar. 2007.Manajemen Pemberdayaan
Perempuan.Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik.Jakarta : Rineka
Azam Awang. 2010. Implementasi
Pemberdayaan Pemerintahab Desa.
Dunn, William N 2000, Pengantar Analisis
Kebijakan Publik ( Edisi
Kedua)Yogyakarta : Gadja Mada
University.
Edi Suharto. 2005.Membangun Masyarakat,
Memberdayakan Rakyat. Bandung :
PT. Retika Adhitama.
Harry Hikmat. 2010.Strategi Pemberdayaan
Masyarakat. Bandung : Humaniora
Utama Press.
Isbandi Rukminto Adi. 2013.Intervensi
Komunitas & Pengembangan
Masyarakat sebagai upaya
pemberdayaan Masyarakat. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Jim Ife dan Frank Tesoriere. 2008.Alternatif
Pengembangan Masyarakat di Era
Globalisasi: Community
Development. Sastrawan Manulang
dkk.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Meleong, Lexy J. 2005.Metodologi
Penelitian Kualitatif, Bandung :
Remaja Rosdakarya.
MulyadiS.Ed.2006. “Ekonomi Sumber Daya
Manusia Dalam Perspektif
Pembangunan”.
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi
(Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta
Rineka Cipta.
Sarwono. Jonathan 2005. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif.Yogyakarta
Sumodiningrat,
Gunawan.2003.Pemberdayaan
-
24
Masyarakat dan Jaring Pengaman
Sosial.Jakarta: Gramedia.
Tambunan, Tulus. 2003. Perkembangan
Sektor Pertanian di Indonesia,
Beberapa Isu Penting. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Usman, Husaini. Akbar, dan Purnomo
Setiady. 2006. Metodologi
PenelitianSosial. Bandung : Bumi
Aksara
Zubaedi . 2013 . Pengembangan Masyarakat
Wacana dan Praktik. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Peraturanperundang-undangan
Undang-UndangNomor 32 tahun 2004
tentangPemerintahan Daerah
Undang-UndangNomor 6 tahun 2014
tentangPemerintahanDesa
Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
273/Kpts/Ot.160/4/2007 tentang Pedoman
Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok
Tani dan Gabungan KelompokTani
Peraturan Mentri Pertanian Nomor:
82/Permentan/OT.140/8.2013 tentang
Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan
Kelompok Tani
Dokumen
Profil Desa Toapaya Selatan Kecamatan
Toapaya Kabupaten Bintan Tahun
2014
Programa Penyuluh Pertanian Tahun 2015.
BPK Kec.Gunung Kijang dan
Toapaya Kabupaten Bintan
COVERHALAMAN PERSETUJUANABSTRAKABSTRACTA. PENDAHULUANB. LANDASAN TEORI1. STRATIFIKASI SOSIAL2. TEORI STRATIFIKASI SOSIAL
C. METODE PENELITIAND. PEMBAHASAN1. STRATIFIKASI SOSIAL 1.MASYARAKAT DESA MANTANG LAMA KECAMATAN MANTAN KABUPATEN BINTAN1.1 STRATIFIKASI BERDASARKAN UKURAN KEHORMATANA. BATENB. HAKIMC. DUKUN
1.2 STRATIFIKASI BERDASARKAN UKURAN KEKUASAANA. KEPALA DESA
1.3 STRATIFIKASI BERDASARKAN UKURAN KEKAYAAN1.4 STRATIFIKASI BERDASARKAN UKURAN PENDIDIKANA. GURUB.DOKTER
2. KELAS SOSIAL MASYARAKAT DI MANTANG LAMA
E. PENUTUPDAFTAR PUSTAKA