Download - Struma endemik
MAKALAH KMB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
STRUMA ENDEMIK
DISUSUN OLEH KELOMPOK 11:
EVI JAYANTI
SEPRIANI
VERA DHITA
STIKES EKA HARAP
PALANGKA RAYA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Makalah ini berjudul “asuhan keperawatan pada pasien struma endemic”.
Kelompok tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah,yang telah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan belajar/mengajar.
Kelompok menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini.Akhir kata kami mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun dan kelompok juga minta maaf sebesar-besarnya.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Palangkaraya, April 2011
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang……………………………………………………………………………………………………………….......1
1.2.Tujuan Penulisan………………………………………………………………………………………………………………….1
1.3.Metode Penulisan………………………………………………………………………………………………………………..1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian…………………………………………………………………………………………………………………………..2
2.2. Anatomi………………………………………………………………………………………………………………………………2
2.3. Etiologi………………………………………………………………………………………………………………………………..3
2.4. Patofisiologi………………………………………………………………………………………………………………………..3
2.5. Manifstasi Klinis………………………………………………………………………………………………………………….4
2.6. Penatalaksanaan…………………………………………………………………………………………………………………4
2.7. Asuhan Keperawatan………………………………………………………………………………………………………….5
2.8. Diagnosa keperawatan ……………………………………………………………………………………………………….5
2.9. Pengkajian………………………………………………………………………………………………………………………….5
2.10.Perencanaan……………………………………………………………………………………………………………………..5
2.11.Evaluasi……………………………………………………………………………………………………………………………..6
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………………………………………………14
3.2. Saran……………………………………………………………………………………………………………………………….14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Struma koloid , difus, nontoksik dan nodular koloid merupakan gangguan yang sangat
sering dijumpai dan menyerang 16 % perempuan dan 4 % laki-laki yang berusia antara 20
sampai 60 tahun seperti yang telah dibuktikan oleh suatu penyelidikan di Tecumseh, suatu
komunitas di Michigan. Biasanya tidak ada gejala-gejala lain kecuali gangguan kosmetik,
tetapi kadang-kadang timbul komplikasi-komplikasi. Struma mungkin membesar secara difus
dan atau bernodula.
Struma endemic merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Sebab utamanya adalah
efisiensi yodium, disamping factor-faktor lain misalnya bertambahnya kebutuhan yodium
pada masa pertumbuhan, kehamilan dan laktasi atau pengaruh-pengaruh zat-zat goitrogenik.
Goitrogenik sporadic dapat disebabkan factor genetic atau karena obat (iatrogenic) antara
lain metal atau propiltiourasil ( PTU ), tolbutamid, sulfaguanidin, PAS dan lain-lain.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah agar kita dapat memahami tentang penyakit struma endemic dan agar kita dapat mengerti tentang askep penyakit struma endemic.
1.3. Metode Penulisan
Metode yang digunakan di dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan buku-buku dan browsing di internet.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Struma adalah gemetaran, bicara jadi gagap, mencret, berat badan menurun, mata
membesar, penyakit ini dinamakan pembesaran kelenjar gondok yang disebabkan oleh
penambahan jaringan kelenjar gondok yang menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah
banyak sehingga menimbulkan keluhan seperti berdebar - debar, keringat, hipertiroid
(graves’ disease).
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba
nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.
Struma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh sekresi
hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan ini adalah sebagai suatu
hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym kelenjar.
lama Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan
mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.
2.2. Anatomi
Kelenjar thyroid terletak di depan trakhea dan di bawah laryng yang terdiri atas dua
lobus yang terletak disebelah dan kiri trakhea dan diikat bersama oleh secarik jaringan
disebut istmus yang melintasi pada cincin tulang trakhea dua dan tiga.
Struktur thyroid terdiri atas sejumlah besar folikel dilapisi oleh cuboid epitelium
membentuk ruang yang disebut koloid yaitu lumen substansi protein.
2
Regulasi sekresi hormon tyroid dipengaruhi oleh sistim kerja balik antara kelenjar
hipofisis atau pituitari lobus anterior dan kelenjar thyroid. Lobus anterior hipofisis
mensekresi TSH yang berfungsi meningkatkan iodine, meningkatkan sintesis dan sekresi
hormon thyroid, meningkatkan ukuran kelenjar thyroid.
Apabila terjadi penurunan hormon thyroid, hipofisis anterior merangsang peningkatan
sekresi TSH dan mempengaruhi kelenjar thyroid untuk meningkatkan sekresi hormon
thyroid.
1. Thyroxine (T4) berfungsi untuk mempertahankan metabolisme tubuh.
2. Tridothyronin (T3), berfungsi untuk mempercepat metabolisme tubuh.
Fungsi utama kelenjar thyroid adalah memproduksi hormon tiroxin yang berguna untuk
mengontrol metabolisme sel. Dalam produksinya sangat erat hubungannya dengan proses
sintesa tyroglobulin sebagai matrik hormon, yodium dari luar, thyroid stimuliting hormon
dari hipofise.
2.3. Etiologi
Hyperthyroid disebabkan oleh hypersekresi dari hormon-hormon thyroid tetapi yang
mempengaruhi adalah faktor : umur, temperatur, iklim yang berubah, kehamilan, infeksi,
kekurangan yodium dan lain-lain.
2.4. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tyroid. Bahan yang mengandung iodium diserap usus, masuk ke
dalam sirkulasi darah dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tyroid. Dalam kelenjar,
iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimuler oleh Tiroid Stimulating
Hormon kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang terjadi pada fase sel koloid.
3
Senyawa yang terbentuk dalam molekul diyodotironin membentuk tiroksin (T4)
dan molekul yoditironin (T3). Tiroksin (T4) menunjukkan pengaturan umpan balik negatif
dari sekresi Tiroid Stimulating Hormon dan bekerja langsung pada tirotropihypofisis,
sedang tyrodotironin (T3) merupakan hormon metabolik tidak aktif. Beberapa obat dan
keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan dan metabolisme tyroid sekaligus
menghambat sintesis tiroksin (T4) dan melalui rangsangan umpan balik negatif
meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan ini menyebabkan
pembesaran kelenjar tyroid.
2.5. Manifestasi Klinis
Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan
gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.
Peningkatan simaptis seperti ; jantung menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak
tahan cuaca dingin, diare, gemetar, dan kelelahan.
2.6. Penatalaksanaan
Terapi struma antara lain dengan penekanan TSH oleh tiroksin, yaitu pengobatan yang
akan mengakibatkan penekanan TSH hipofisis, dan penghambatan fungsi tiroid disertai atrofi
kelenjar tiroid. Pembedahan dapat dianjurkan untuk struma yang besar untuk menghilangkan
gangguan mekanis dan kosmetis yang diakibatkannya. Pada masyarakat tempat struma
timbul sebagai akibat kekurangan yodium, garam dapur harus diberi tambahan yodium.
4
2.7. ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
1). Pengumpulan data
Anamnese
Dari anamnese diperoleh:
1. Identifikasi klien.
2. Keluhan utama klien.
Pada klien post operasi thyroidectomy keluhan yang dirasakan pada umumnya
adalah nyeri akibat luka operasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh adanya pembesaran nodul pada leher yang semakin
membesar sehingga mengakibatkan terganggunya pernafasan karena penekanan
trakhea eusofagus sehingga perlu dilakukan operasi.
4. Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan penyakit
gondok, misalnya pernah menderita gondok lebih dari satu kali, tetangga atau
penduduk sekitar berpenyakit gondok.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dimaksudkan barangkali ada anggota keluarga yang menderita sama dengan klien
saat ini.
5
6. Riwayat psikososial
Akibat dari bekas luka operasi akan meninggalkan bekas atau sikatrik sehingga ada
kemungkinan klien merasa malu dengan orang lain.
2). Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya composmentis dengan
tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, pernafasan dan suhu yang berubah.
2. Kepala dan leher
Pada klien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan adanya luka operasi
yang sudah ditutup dengan kasa steril yang direkatkan dengan hypafik serta terpasang
drain. Drain perlu diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
3. Sistim pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek dari anestesi, atau
karena adanya darah dalam jalan nafas.
4. Sistim Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan didapatkan ekspresi
wajah yang tegang dan gelisah karena menahan sakit.
5. Sistim gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam lambung akibat
anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan dengan efek anestesi yang hilang.
6
6. Aktivitas/istirahat
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
7. Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
8. Integritas ego
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
9. Makanan/cairan
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid.
10. Rasa nyeri/kenyamanan
Nyeri orbital, fotofobia.
11. Keamanan
Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium
(mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit
halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi,
iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial)
yang menjadi sangat parah.
12. Seksualitas
Libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.
3). Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan penunjang
o Human thyrologlobulin( untuk keganasan thyroid)
o Kadar T3, T4
7
Nilai normal T3=0,6-2,0 , T4= 4,6-11
o Darah rutin
o Endo Crinologiie minimal tiga hari berturut turut (BMR) nilai normal antara –
10s/d +15
o Kadar calsitoxin (hanya pada pebnderita tg dicurigai carsinoma meduler).
2. Pemeriksaan radiologis
o Dilakukan foto thorak posterior anterior
o Foto polos leher antero posterior dan lateral dengan metode soft tissu technig .
o Esofagogram bila dicurigai adanya infiltrasi ke osofagus.
B. DIAGNOSAKEPERAWATAN
Adapun diagnosa yang sering timbul pada penderita post operasi theroidectomy adalah
1. Gangguan jalan nafas yang berhubungan dengan obstruksi trakhea secunder terhadap
perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan sesak nafas, pernafasan cuping hidung
sampai dengan sianosis.
2. Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, kerusakan nervus laringeal yang
ditandai dengan klien sulit berbicara dan hilang suara.
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak pembedahan, udema otot,
terputusnya jaringan syaraf, yang ditandai ekspresi wajah tampak tegang.
4. Kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan salah interprestasi yang ditandai
dengan sering bertanya tentang penyakitnya.
5. Potensial terjadinya perdarahan berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah
sekunder terhadap pembedahan.
8
C. PERENCANAAN
Rencana tindakan yang dilakukan pada klien post operasi thyroidectomy meliputi
Diagnosa pertama
1.Tujuan:
Jalan nafas klien efektif
2. Kriteria:
Tidak ada sumbatan pada trakhea
3. Rencana tindakan:
Monitor pernafasan dan kedalaman dan kecepatan nafas.
Dengarkan suara nafas, barangkali ada ronchi.
Observasi kemungkinan adanya stridor, sianosis.
Atur posisi semifowler
Bantu klien dengan teknik nafas dan batuk efektif.
Melakukan suction pada trakhea dan mulut.
Perhatikan klien dalam hal menelan apakah ada kesulitan.
9
4. Rasional
Mengetahui perkembangan dari gangguan pernafasan.
Ronchi bisa sebagai indikasi adanya sumbatan jalan nafas.
Indikasi adanya sumbatan pada trakhea atau laring.
Memberikan suasana yang lebih nyaman.
Memudahkan pengeluaran sekret, memelihara bersihan jalan nafas.dan ventilsassi
Sekresi yang menumpuk mengurangi lancarnya jalan nafas.
Mungkin ada indikasi perdarahan sebagai efek samping opersi.
Diagnosa keperawatan kedua
1. Tujuan :
Klien dapat komunikasi secara verbal
2. Kriteria hasil:
Klien dapat mengungkapkan keluhan dengan kata-kata.
3. Rencana tindakan:
Kaji pembicaraan klien secara periodik
Lakukan komunikasi dengan singkat dengan jawaban ya/tidak.
Kunjungi klien sesering mungkin
Ciptakan lingkungan yang tenang.
10
4. Rasionalisasi:
Suara parau dan sakit pada tenggorokan merupakan faktor kedua dari odema jaringan /
sebagai efek pembedahan.
Mengurangi respon bicara yang terlalu banyak.
Mengurangi kecemasan klien
Klien dapat mendengar dengan jelas komunikasi antara perawat dan klien.
Diagnosa keperawatan ketiga
1. Tujuan:
Rasa nyeri berkurang
2. Kriteria hasil:
Dapat menyatakan nyeri berkurang, tidak adanya perilaku uyg menunjukkan adanya
nyeri.
3. Rencana tindakan
Atur posisi semi fowler, ganjal kepala /leher dengan bantal kecil
Kaji respon verbal /non verbal lokasi, intensitas dan lamanya nyeri.
Intruksikan pada klien agar menggunakan tangan untuk menahan leher pada saat alih
posisi .
Beri makanan /cairan yang halus seperti es krim.
Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.
11
4. Rasionalisasi
Mencegah hyperekstensi leher dan melindungi integritas pada jahitan pada luka.
Mengevaluasi nyeri, menentukan rencana tindakan keefektifan terapi.
Mengurangi ketegangan otot.
Makanan yang halus lebih baik bagi klien yang menjalani kesulitan menelan.
Memutuskan transfusi SSP pada rasa nyeri.
Diagnosa keperawatan keempat
1. Tujuan:
Pengetahuan klien bertambah.
2. Kriteria hasil:
Klien berpartisipasi dalam program keperawatan
3. Rencana tindakan:
Diskusikan tentang keseimbangan nutrisi.
Hindari makanan yang banyak mengandung zat goitrogenik misalnya makanan laut,
kedelai, Lobak cina dll.
Konsumsikan makanan tinggi calsium dan vitamin D.
4. Rasionalisasi:
Mempertahankan daya tahan tubuh klien.
Kontraindikasi pembedahan kelenjar thyroid.
Memaksimalkan suplai dan absorbsi kalsium.
12
Diagnosa keperawatan kelima
1. Tujuan
Perdarahan tidak terjadi.
2. Kriteria hasil
Tidak terdapat adanya tanda-tanda perdarahan.
3. Rencana tindakan:
Observasi tanda-tanda vital.
Pada balutan tidak didapatkan tanda-tanda basah karena darah.
Dari drain tidak terdapat cairan yang berlebih.( > 50 cc).
4. Rasionalisasi:
Dengan mengetahui perubahan tanda-tanda vital dapat digunakan untuk mengetahui
perdarahan secara dini.
Dengan adanya balutan yang basah berarti adanya perdarahan pada luka operasi.
Cairan pada drain dapat untuk mengetahui perdarahan luka operasi.
D. EVALUASI
1. teruskan bila masalah masih ada.
2. Revisi/modifikasi bila masalah ada tetapi rencana dirubah.
3. Terpecahkan jika masalah berhasil dipecahkan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Struma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh sekresi
hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan ini adalah sebagai suatu
hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym kelenjar.
Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan
mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.
3.2. Saran
Kami berharap dengan adanya makalah ini supaya dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penyakit-penyakit berbahaya.
14
DAFTAR PUSTAKA
-Brunner dan Suddarth, (2001) Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, penerbit EGC.
-Long, Barbara C, (1996), Keperawatan Medikal Bedah, EGC. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.