0
STUDI DESKRIPTIF PERTUNJUKAN MAKYONG
CERITA PUTRI RATNA OLEH SINAR BUDAYA GRUP MEDAN
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA : KASIRO A NAINGGOLAN
NIM : 050707012
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya dipikirkan,
dilakukan, dan diciptakan oleh manusia, yang berdasar kepada tuntunan Tuhan Yang Maha
Kuasa. Budaya manusia ini mencakup aspek-aspek seperti: sistem religi, bahasa, organisasi
sosial, teknologi, pendidikan, ekonomi, dan kesenian. Kesemuanya ini terbentuk dalam tiga
wujud kebudayaan, yaitu: ide atau gagasan, kegiatan atau aktivitas, dan benda-benda atau
artefak.
Contoh konkrit kebudayaan ini, pada masyarakat Melayu terdapat sistem kosmologi
tentang alam yang diekspresikan dalam konsep kembali ke alam, atau belajar ke alam. Orang
Melayu juga memiliki sistem teknologinya seperti panggunaan okik alat menyongket kain,
teknologi membuat perahu, membuat rumah, sistem perbintangan, dan lain-lain. Begitu juga
dengan kesenian seperti ronggeng, hadrah, rodat, dabus, senandung, gubang, mendu, jikei,
makyong, dan lainnya. Semua ini memberikan identitas khas kepada kebudayaan Melayu.
Agak berbeda jika dibandingkan dengan etnik-etnik lain di Nusantara, yang biasanya
menentukan kelompok etniknya berdasarkan keturunan atau hubungan darah, maka etnik
Melayu atau masyarakat Melayu menentukan etniknya berdasarkan budaya. Siapa pun boleh
masuk Melayu, dengan syarat mengikuti kebudayaan Melayu. Dengan demikian Melayu ini
bisa difahami dalam arti khusus sebagai etnik, rumpun Melayu, wangsa Melayu, dan juga ras
Melayu. Kalau dipandang secara rasial, maka orang Melayu tersebar di kawasan Asia
Tenggara, Pasifik, sampai ke Madagaskar dan Afrika bahagian Selatan. Dengan demikian ras
Melayu ini memiliki kekuatan besar baik dalam kuantitas maupun kualitas sosiobudayanya.
Kebudayaan ras Melayu ini dalam kajian keilmuan lazim disebut sebagai Melayu-Polinesia
2
atau Melayu-Austronesia (lihat Haziyah Hussein 2008). Indonesia dalam konteks ini
dipandang sebagai bahagian dari Dunia Melayu atau Alam Melayu-Polinesia, bersama
Malaysia, Thailand, Singapura, Brunai Darussalam, Filipina, dan beberapa diaspora Melayu
di Asia Tenggara. Masyarakat Melayu yang terbesar adalah di Indonesia. Dengan keadaan
yang seperti ini dapat dilihat bagaimana identitas kebudayaan Melayu. Salah satu di
antaranya adalah melalui kesenian. Kesenian ini sendiri ada yang berupa seni pertunjukan
musik, tari, dan teater juga seni rupa, arsitektur, dan lain-lainnya.
Di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara, saat ini, banyak terdapat bentuk kesenian.
Mulai dari kesenian tradisional hingga kesenian yang dianggap modern atau yang telah
mengalami kontak budaya dari luar negeri. Beberapa kesenian tradisional yang hingga pada
saat ini telah mengalami kepunahan dan tidak dapat dilestarikan lagi yang karena kurangnya
perhatian dari masyarakat pemiliknya dan dari pihak pemerintah yang terkait.
Salah satu bentuk kesenian yang ada pada kebudayaan Melayu di daerah Sumatera
Utara khususnya di Medan yakni kesenian tradisional yang yang dinamakan kesenian teater
makyong.1 Sebutan makyong berasal dari kata Mak Hyang (Dewi Padi) yang berasal dari
Kerajaan Melayu Patani (Thailand Selatan) pada abad ke-15 Masehi. Lalu makyong
menyebar ke Kelantan dan Pahang (Malaysia) kemudian masuk ke Indonesia melalui
Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat (Luckman Sinar 1990).
Makyong2 adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang pertunjukannya
menggabungkan berbagai unsur-unsur ritual (persembahan menghadap rebab), sandiwara,
1Penulisan kata ini dengan huruf miring atau italuic hanya dimunculkan dan diterapkan pada saat
pemunculan pertama ini saja, yang mengindikasikan ini adalah istilah yang dipakai dalam bahasa Melayu. Untuk pemunculan istilah atau terminologi kata ini berikutnya baik di Bab I ini atau bab-bab berikut tidak ditulis miring, untuk mengefektifkan penulisan. Skripsi ini bertema tentang makyong pada Sinar Budaya Group Medan, tentu saja akan muncul terus menerus istilah ini di semua tempat di dalam skripsi ini. Dalam tulisan-tulisan berbahasa Melayu atau Indonesia, kata makyong ini ada yang ditulis terpisah yaitu Mak Yong atau mak yong, dan ada pula yang ditulis menyatu yaitu makyong. Ini menggambarkan bahwa istilah tersebut belum dibakukan. Dalam skripsi ini penulis memilih menggunakan penulisan makyong.
2 Parafrase tulisan ini dikutip dari laman web yang http://id.wikipedia.org/wiki/Mak_Yong,, yang
diunduh pada 3 Maret 2010.
3
tari, musik dengan vokal atau instrumental. Tokoh utama pria dan wanita keduanya
dibawakan oleh penari wanita dan menggunakan topeng.
Pada masa awal perkembangannya (diperkirakan di masa Budha), pertunjukan
makyong diadakan sebagai pertunjukan untuk acara doa ucapan syukur saat masa panen,
acara pernikahan, perayaan ulang tahun raja, upacara penyelamatan yang digunakan dalam
pertunjukan main puteri3 yang merupakan upacara penyembuhan penyakit secara tradisional.
Peran dalam teater makyong dilaksanakan oleh pemeran yang berjumlah antara 8
hingga 25 orang tergantung cerita yang dipersembahkan. Dalam pertunjukan makyong
diperankan oleh wanita dan jika ada peran pria maka yang berperan tersebut harus
menggunakan topeng atau setidaknya mengecat wajahnya. Beberapa tokoh-tokoh dalam
teater makyong di antaranya adalah seperti daftar berikut ini.
1. Raja Muda Lembek,
2. Putri Ratna,
3. Raja Jemala Indra,
4. Awang Pengasuh,
5. Awang Muda,
6. Mak Inang,
7. Gergasi (Raksasa),
8. Dayang-dayang, dan
9. Prajurit-prajurit.
3Perrtunjukan boneka yang diisi roh yang dipandu oleh dukun (bomoh). Dalam kebudayaan Melayu
pada umumnya, unsure seni pertunjukan yang berkaitan dengan dunia gaib di antaranya adalah main puteri seperti diuraikan di ats. Di beberapa negeri Melayu, seperti di Perak dan Perlis terdapat upacara pengobatan secara spiritual dengan melibatkan jembalang (makhluk halus), pada genre seni ulik mayang. Di Riau upacara pengobatan seperti ini disebut dengan belian. Sementara di kawasan Serdang dan Bedagai terdapat seni gebuk, untuk mengobati penyakit akibat gangguan makhluk halus.
4
Pertunjukan makyong biasanya diiringi alat-alat musik seperti sepasang gendang;
tawak-tawak yang kini umumnya digantikan dengan talempong; serunai sebagai pengganti
rebab, juga ditambah kesi (simbal kecil); sepasang canang; breng-breng (gong China); dua
pasang batang bambu, dan gendang gedombak (semacam darbukeh dari Arab). Terjadinya
variasi instrumentasi ini diakibatkan penyesuaian dengan perkembangan waktu. Beberapa
lagu-lagu dalam makyong diantaranya; Lagu Menghadap Rebab, Lagu Memberi Arahan,
Lagu Berjalan, Lagu Mengulit, Lagu Bersedih, Lagu Khusus, Lagu Sedayong Pakyong.
Makyong juga diiringi dengan tari-tarian yang mendukung plot cerita seperti: Tari
Menghadap Rebab, Pakyong Berjalan, Tari Inai, dan lain-lain. (Ben Pasaribu 1984:1).
Persembahan makyong diawali dengan ritual pembuka salam dan doa dari pawang
dimana hal ini dilaksanakan dengan tujuan agar acara pertunjukan dari awal hingga akhir
pertunjukan dapat berlangsung dengan baik. Setelah pawang membacakan mantra ritual lalu
musik pembuka dimulai para penari dan tokoh-tokoh dalam cerita masuk ke panggung
bersamaan dengan pemain rebab lalu adegan cerita pun dimulai.
Di Kota Medan terdapat salah satu group kesenian yang masih tetap melestarikan
pertunjukan makyong hingga saat ini. Grup tersebut adalah Sinar Budaya Grup. Penulis
memilih grup kesenian ini sebagai objek penelitian karena kuantitas, kualitas, dan totalitasnya
mementaskan pertunjukan makyong. Sinar Budaya Grup beralamatkan di Jalan Abdullah
Lubis No.47/42 Medan yang dibentuk pada tahun 1998 oleh Tengku Luckman Sinar, S.H;4
Drs. Fadlin, dan seniman-seniman lainnya yang tergabung dalam Sinar Budaya Grup .
4Pada tahun 1998 ini, beliau belum lagi menjadi Sultan Serdang. Saat itu jabatan Sultan Serdang
dipegang dan dikendalikan oleh Tuanku Abu Nawar Sinar. Selain sebagai sultan beliau juga menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupatehn Deli Serdang. Selepas Tuanku Abu Nawar Sinar meninggal dunia tahun 2003, maka berdasarkan kerapatan adat Serdang, pemegang tampuk kekuasaan Kesultanan Serdang adalah Tuanku Luckman SInar Basharshah II, S.H. Kemudian pada hari Jumat 4 januari 2011 yang baru lalu, Tuanku Luckman Sinar Bashasrshah II meninggal dunia di salah satu rumah sakit di Kuala Lumpur Malaysia. Beliau dimakamkan di Perbaungan dekat dengan makam ayahandanya Tuanku Sulaiman Syariful Alamsyah. Berdasarkan kerapatan adat Kerajaan Serdang maka terpilihlah Tuanku Drs. Ahmad Thala’a menjadi Sultan Serdang.
5
Terbentuknya Sinar Budaya Grup diawali keprihatinan Tengku Luckman Sinar atas
semakin hilangnya jati diri kesenian Melayu dengan masuknya pengaruh modernisasi dari
negara-negara maju. Sehingga dengan terbentuknya Sinar Budaya Grup ini diharapkan dapat
memelihara dan menumbuhkan jati diri kesenian Melayu, dan dengan demikian Sinar Budaya
Grup dapat menjadi wadah apresiasi dan kreativitas peminat seni budaya Melayu khususnya
dan seni budaya Indonesia umumnya.
Sinar Budaya Grup (SBG) ini pada tahun 1994 sampai 1998 lebih sering disebut
MABMI Cultural Group atau Lembaga Kesenian MABMI.5 Bedanya di masa Lembaga
Kesenian Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia ini, mereka merupakan gabungan dari Sri
Indera Ratu di bawah pimpinan Dra. Tengku Sitta Syaritsah, juga Lia Grup di bawah
pimpinan Encik Dahlia Abu Kasim Sinar, dan Tengku Luckman sendiri. Mereka ini adalah
keluarga besar Serdang dan Deli. Namun sejak 1998, Tengku Luckman Sinar mendirikan
sendiri Sinar Budaya Grup, akibat dari pergesekan internal di Lembaga Kesenian MABMI.
Kelompok seni SBG ini adalah grup kesenian yang melakukan beberapa kegiatan
seni, yang didukung oleh para seniman dengan bidang-bidang keahlian dan kekhususan
sebagai berikut ini.
1. Ahli pantun Melayu,
2. Pemain debus (Aceh),
3. Pemain teater tradisional Melayu makyong,
4. Pemain pertunjukan silat Melayu,
5MABMI merupakan singkatan dari Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia. Ini adalah lembaga
formal yang mewadahi budaya dan adat Melayu Sumatera Utara. Pendiri MABMI di antaranya adalah Raja Syahnan dan Tengku Amin Ridwan. Beberapa dekade, lembaga ini dipimpin oleh Tengku Amin Ridwan, yang juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Kemudian dipimpin selama satu periode tahun 1999 sampai 2004. Kemudian dipimpin oleh H. Syamsul Arifin, S.E., mantan bupati Kabupaten Langkat. Kini adalah gubernur Sumatera Utara. Namun ia sedang menjalani hukuman akibat skandal korupsi semasa menjabat bupati Langkat, yang diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ada juga beberapa pejabat di Sumatera Utara ini yang mengalami kasus yang sama dengan Syamsul Arifin, seperti mantan Walikota Medan Drs. Abdillah, mantan Wakil Walikota Medan Dr. Ramli, M.M. dan lain-lainnya. Semua ini adalah dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, sebagai tekad bangsa Indonesia dalam memberantas korupsi.
6
5. Pemain musik kompang atau hadrah,
6. Pemain band yang memainkan genre musik tradisional Melayu, Batak,
Mandailing, Simalungun, Nias, Karo , Jawa, dan lain-lain, serta
7. Penari pria dan wanita yang menarikan tari-tarian Melayu, Batak, Karo, Nias,
Simalungun, Mandailing, Aceh, Padang, Jawa, Bali, China Muslim serta tari
kreasi baru kontemporer.
Personil Sinar Budaya Grup berjumlah sekitar ±50 orang yang terdiri dari pimpinan,
pemusik, penari, artis, dan petugas. Pada saat pertunjukan, Sinar Budaya Grup menampilkan
kesenian berdurasi selama 2 jam non-stop. Sinar Budaya Grup juga menyelenggarakan
pertunjukan kesenian untuk acara pesta perkawinan dan acara tari massal.
Adapun menurut penjelasan para informan, berbagai pertunjukan kesenian yang
ditampilkan oleh Sinar Budaya Group terdiri dari genre-genre sebagai berikut.
1. Teater tradisional Melayu Makyong (teater tradisional Melayu),
2. Tari Inai,
3. Tari Indonesia Bersatu (Indonesia in Unity),
4. Tari Zapin Serdang,
5. Tari Rampoe Aceh,
6. Tari Debus,
7. Tari Tor-Tor Hatasopisik,
8. Tari Iyolah Molek,
9. Tari Piring (Sumatera Barat),
10. Tari Lenggok Jakarta (Betawi),
11. Tari Jaranan ( Jawa),
12. Tari Kipas (Sulawesi),
13. Tari Zapin Ya Salam ( Kalimantan),
7
14. Tari Bambu (Maluku),
15. Tari Payembrame ( Bali),
16. Tari Joget Pahang (Malaysia),
17. Tari Gulayim (Tiongkok Islam dari Sinjiang),
18. Tari Gorokinaka (India), dan
19. Pasukan Adat Kesultanan Adat Tombak Berambu, dan lain-lain.
Dari tahun 1998 sampai 2002, pemimpin Sinar Budaya Grup adalah Tengku Luckman
Sinar, dengan wakilnya Drs. Fadlin, sekretaris Drs. Muhammad Takari, M.Hum., bendahara
Tengku Syahruwardi, Performing Art Manager Syainul Irwan, disertai beberapa penari dan
pemusik, yang sifatnya ada yang tetap dan ada pula yang cabutan. Di masa mereka ini
berbagai pergelaran pertunjukan dilakukan baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Di
antaranya adalah sebagai berikut.
1. The OPEC International Culture Festival di Caracas Venezuela, tanggal 11 -17
September 2000,
2. Festival Gendang Nusantara I s/d XIII di Melaka, Malaysia Tahun 1997 –
2009,
3. Festival “Persatuan dan Kesenian Melayu – Polenesia” di Kuala Lumpur,
Tahun 2002,
4. Festival tari Melayu Nusantara I – IV di Palembang , Tahun 2002 – 2005,
5. Festival Kraton Nusantara I – IV di Cirebon, Yogyakarta dan Solo, Tahun
2002 – 2006,
Kemudian tahun 2003 dan seterusnya, tampuk kepemimpinan Sinar Budaya Grup
dipegang oleh Tengku Mira Sinar dan telah membawa SBG ke berbagai event di dalam dan
di luar negeri, seperti ke Qatar, Portugal, Malaysia, Singapura, dan lain-lain.
8
Penghargaan-penghargaan yang pernah diterima oleh Sinar Budaya Grup adalah pada
event-event seni berikut ini.
1. The OPEC International Cultural Festival di Caracas Venezuela pada
tanggal 11-17 September 2000,
2. Festival Gendang Nusantara – I s/d XIII di Melaka, Malaysia pada tahun
1997 s/d 2009,
3. Festival “Persuratab dan Kesenian Melayu-Polenesia” di Kuala Lumpur,
pada tahun 2002,
4. Festival tari Melayu Nusantara I-IV di Palembang, tahun 2002-2005.
5. Festival Keraton I-IV, di Cirebon, Yogyakarta dan Solo, pada tahun 2002-
2006,
6. Festival Budaya Melayu se-Dunia di Pekan Baru – Riau , pada Tahun
2003,
7. Festival Budaya Melayu Dunia Islam di Melaka - Malaysia, tahun 2002-
2006,
8. Malam Budaya Indonesia di Songkla-Thailand , tahun 2000,
9. Moslem Consumer Showcase in Singapore, pada tahun 2000,
10. Indonesian Night In Mumbay and New Delhi, pada tahun 2003,
11. Global Village Expo in Dubai, pada tahun 2005,
12. Indonesian Art’s Performance in Doha-Qatar, pada tahun 2005,
13. Bintan Art’s Festival, Tanjung Pinang-Bintan Island, pada tahun 2005,
14. Indonesian Art’s Performance in Doha-Qatar pada tahun 2006,
15. Indonesian Cultural and Culinary Show in Sana’a – Yaman, 2006,
16. Indonesian Art’s Performance in Portugal, pada tahun 2008,
17. Indoensian Cultural Night in France, pada tahun 2008, dan
9
18. Sumatera Utara Night in Thailand, pada tahun 2010.
Sinar Budaya Grup juga memiliki pakar-pakar sejarah yang menjadi dosen di
Universitas Sumatera Utara yang mana telah mengadakan pertunjukan kesenian dan juga
menyertai berbagai seminar mengenai kebudayaan dibeberapa provinsi di Indonesia seperti,
Riau, Aceh, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jakarta, Yogyakarta dan juga dibeberapa negara
seperti: Malaysia, Singapura, Thailand, India, Eropa, Venezuela, Dubai, Qatar, dan Yaman.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa SBG aktif dalam memperkenalkan dan
memungsikan seni Melayu dan Sumatera Utara dalam lingkup dalam negeri maupun luar
negeri, termasuk makyong yang menjadi tumpuan kajian dalam skripsi ini.
Pertunjukan makyong pada saat ini masih dianggap fenomenal dan tetap dilestarikan
namun beberapa unsur-unsur seperti pakem-pakemnya sudah tidak dipertahankan lagi karena
pertunjukan yang tadinya biasa berlangsung selama berjam-jam bahkan semalaman suntuk,
namun sekarang dalam pementasan pertunjukan Makyong cukup dipentaskan selama
berdurasi sekitar 1,5 jam dan dapat disesuaikan dengan kondisi keadaan. Bahasa dalam
dialog dan lelucon pun pada pertunjukan makyong, kini sudah diubah dan disesuaikan
dengan dialek Melayu sekarang.
Sejarah keberadaan teater makyong di Sumatera Utara6, tepatnya di Istana Kota
Galuh Kesultanan Serdang, merupakan “buah tangan” dari perjalanan Sultan Sulaiman
Syariful Alamsyah (Sultan Serdang ke V) ketika melawat ke Perlis dan Kedah pada Tahun
1898. Ketika itu Tengku Mahmud dari Regent Kedah menghadiahkan seperangkat peralatan
musik Makyong lengkap dengan para pemainnya.
Sejak tahun 1945, makyong sudah jarang dipentaskan. Namun pada tahun 1970,
Tengku Luckman Sinar Basarsyah-II, SH (Sultan Serdang ke VIII) mengangkat kembali
6Sumber data tertulis dari Ibu Tengku Mira Rozanna Sinar, S.Sos, 2011. Beliau lebih suka diberi
pertanyaan dan menjawab secara tertulis tentang apa saja yang berkaitan dengan Sinar Budaya Grup dan pengalaman dirinya dalam berkesenian.
10
pertunjukan Makyong dan diberi nuansa baru sesuai zaman sekarang, seperti penggarapan ide
cerita baru. Dan untuk pertama kalinya pertunjukan Makyong kembali dipentaskan pada
Pekan Budaya Melayu di Medan pada tahun 1998 yang dibawakan oleh Sinar Budaya Grup
Kesultanan Serdang. Lalu pada tahun 2003 Sinar Budaya Grup mengadakan pementasan
keliling makyong pada Kongres Kebudayaan Indonesia di Padang Panjang.
Pada acara Pekan Produk Budaya (Kreatif) Indoensia pada 25-28 Juni tahun 2009
yang dibuka oleh Presiden Republik Indonesia di Jakarta Convention Center, Sinar Budaya
Grup juga turut mementaskan makyong pada acara tersebut. Makyong yang dipentaskan
tersebut berjudul Putri Ratna yang disadur oleh Tengku Luckman Sinar Basarsyah II, SH.
Makyong yang berjudul Putri Ratna berkisah tentang kaul (nazar)7 dari ayah Raja
Muda Lembek yang tidak dilaksanakan oleh Raja Muda Lembek untuk pergi bertapa ke
Gunung Burma. Akibat dari perbuatan Raja Muda Lembek tersebut maka Raja Muda
Lembek menjadi sakit lumpuh. Lalu Awang Pengasuh yang telah diusir Raja Muda Lembek
mengingatkan kembali Sang Raja Muda Lembek agar melaksanakan kaul (nazar) ayah dari
Raja Muda Lembek dilaksanakan agar Raja Muda Lembek bisa sembuh.
Akhirnya Raja Muda Lembek melaksanakan kaul (nazar) tersebut dan sembuhlah
Raja Muda Lembek. Ketika Raja Muda Lembek pergi bertapa, kepengurusan kerajaan
dititipkan kepada Putri Ratna yang merupakan adik Raja Muda Lembek. Selama Putri Ratna
memegang kepemimpinan, kerajaan Putri Ratna selalu diganggu oleh Gergasi (raksasa). Lalu
Putri Ratna diselamatkan oleh Raja Jemala Indra (sahabat Raja Muda Lembek) dari gangguan
7Kaul atau nazar adalah suatu janji manusia kepada Penguasa (Tuhan) semesta alam. Nazar ini biasa
dilakukan untuk mencapai sesuatu, atau menyelesaikan sesuatu. Misalnya seseorang yang bertahun-tahun sakit dan tidak sembuh-sembuh, sudah lelah berusaha mengobatinya. Akhirnya ia bernazar kepad Tuhan, bahwa kalau sembuh ia akan mendirikan rumah yatim dan mengasuh anak yatim. Atau sepasang suami dan isteri yang telah opuluhan tahun menikah tetapi tidak dikaruniai anak. Maka mereka bernazar, apabila memperoleh anak, laki-laki atau perempuan, mereka akan mendirikan mushala di kampungnya. Banyak lagi nazar-nazar yang lain. Intinya adalah janji untuk melaksanakan sesuatu apabila dikaruniai sesuatu.
11
gergasi, dan berlanjut menjalin cinta antara Putri Ratna dan Raja Jemala Indra dan diakhiri
pernikahan mereka.
Yang menarik di dalam pertunjukan teater makyong oleh Sinar Budaya Grup Medan
ini terdapat plot cerita, musik iringan yang khas, dan tari-tarian. Sebahagian ada yang benar-
benar tradisi dan sebahagian ada yang merupakan garapan baru. Ada juga genre tarian dan
nyanyian dalam teater ini yang mereka masukkan dan menjadi ciri khas dalam konteks ini.
Misalnya dengan masukknya lagu Zapin Serdang, yang berakar dari tradisi zapin di Serdang,
khususnya lagu Selabat Laila.
Dengan demikian, secara keilmuan, pertunjukan teater (yang di dalamnya terdapat
musik dan tari) sangat menarik untuk didekati dengan disiplin ilmu etnomusikologi, sebagai
latar belakang ilmu penulis selama ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Alan P. Merriam
tentang etnomusikologi sebagai berikut.
Ethnomusicology carries within itself the seeds of its own division, for it has always been compounded of two distinct parts, the musicological and the ethnological, and perhaps its major problem is the blending of the two in a unique fashion which emphasizes neither but takes into account both. This dual nature of the field is marked by its literature, for where one scholar writes technically upon the structure of music sound as a system in itself, another chooses to treat music as a functioning part of human culture and as an integral part of a wider whole. At approximately the same time, other scholars, influenced in considerable part by American anthropology, which tended to assume an aura of intense reaction against the evolutionary and diffusionist schools, began to study music in its ethnologic context. Here the emphasis was placed not so much upon the structural components of music sound as upon the part music plays in culture and its functions in the wider social and cultural organization of man. It has been tentatively suggested by Nettl (1956:26-39) that it is possible to characterize German and American "schools" of ethnomusicology, but the designations do not seem quite apt. The distinction to be made is not so much one of geography as it is one of theory, method, approach, and emphasis, for many provocative studies were made by early German scholars in problems not at all concerned with music structure, while many American studies heve been devoted to technical analysis of music sound.8
8Silahkan lihat lebih jauh Alan P. Merriam, op. cit. 1964. h. 3-4. Buku ini menjadi “bacaan wajib dan
mendasar” bagi para pelajar etnomusikologi seluruh dunia, dengan pendekatan kebudayaan, fungsionalisme, strukturalisme, sosiologis, dan lain-lainnya.
12
Dari kutipan paragraf di atas, menurut Merriam para pakar etnomusikologi membawa
dirinya sendiri kepada benih-benih pembahagian ilmu, untuk itu selalu dilakukan
percampuran dua bagian keilmuan yang terpisah, yaitu musikologi dan etnologi.
Kemudian menimbulkan kemungkinan-kemungkinan masalah besar dalam rangka
mencampur kedua disiplin itu dengan cara yang unik, dengan penekanan pada salah satu
bidangnya, tetapi tetap mengandung kedua disiplin tersebut. Sifat dualisme lapangan studi
ini, dapat ditandai dari literatur-literatur yang dihasilkannya--seorang sarjana menulis
secara teknis tentang struktur suara musik sebagai suatu sistem tersendiri, sedangkan
sarjana lain memilih untuk memperlakukan musik sebagai suatu bagian dari fungsi
kebudayaan manusia, dan sebagai bagian yang integral dari keseluruhan kebudayaan.
Pada saat yang sama, beberapa sarjana dipengaruhi secara luas oleh para pakar
antropologi Amerika, yang cenderung untuk mengasumsikan kembali suatu aura reaksi
terhadap aliran-aliran yang mengajarkan teori-teori evolusioner difusi, dimulai dengan
melakukan studi musik dalam konteks etnologisnya. Di sini, penekanan etnologis yang
dilakukan para sarjana ini lebih luas dibanding dengan kajian struktur komponen suara
musik sebagai suatu bagian dari permainan musik dalam kebudayaan, dan fungsi-fungsinya
dalam organisasi sosial dan kebudayaan manusia yang lebih luas.
Hal tersebut telah disarankan secara tentatif oleh Nettl yaitu terdapat kemungkinan
karakteristik "aliran-aliran" etnomusiko-logi di Jerman dan Amerika, yang sebenarnya
tidak persis sama. Mereka melakukan studi etnomusikologi ini, tidak begitu berbeda,
baik dalam geografi, teori, metode, pendekatan, atau penekanannya. Beberapa studi
provokatif awalnya dilakukan oleh para sarjana Jerman. Mereka memecahkan masalah-
masalah yang bukan hanya pada semua hal yang berkaitan dengan struktur musik saja.
Para sarjana Amerika telah mempersembahkan teknik analisis suara musik. Dari
kutipan di atas tergambar dengan jelas bahwa etnomusikologi dibentuk dari dua disiplin
13
dasar yaitu etnologi dan musikologi, walau terdapat variasi penekanan bidang yang
berbeda dari masing-masing ahlinya. Namun terdapat persamaan bahwa mereka sama-
sama berangkat dari musik dalam konteks kebudayaannya.
Berdasarkan uraian dan pemikiran di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
suatu kajian ilmiah tentang Makyong dan menuangkan kedalam tulisan yang berjudul Studi
Deskriptif Pertunjukan Makyong Cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Grup Medan.
1.2 Pokok Permasalahan
Pokok permasalahan yang penulis akan lakukan berdasar kepada pertanyaan:
Bagaimana pertunjukan cerita Putri Ratna oleh kelompok kesenian Sinar Budaya Grup.
Pokok permasalahan ini akan dijawab dengan melakukan uraian dalam bentuk deskripsi
pertunjukan makyong Sinar Budaya Grup untuk cerita dimaksud. Kemudian menganalisis
jalannya pertunjukan tersebut, dengan menotasikan musik, mentranskripsi dialog-dialog, dan
kemudian menuliskannya dalam bentuk skripsi.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan, maka tujuan utama dari
penulisan dan penelitian ini adalah,
1. Untuk mengetahui bagaimana pertunjukan Makyong oleh Sinar Budaya Grup
mulai dari latihan sampai pementasan, khususnya untuk cerita Putri Ratna.
2. Untuk melengkapi persyaratan meraih gelar kesarjanaan dari Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara .
3. Sekaligus nantinya tulisan ini dapat menjadi referensi bagi rekan-rekan yang lain
yang hendak membahas pertunjukan Makyong dimasa yang akan datang.
14
1.3.2 Manfaat
Manfaat penulisan ini adalah :
1. Sebagai sumbangan bagi dokumentasi, referensi, dan analisis kebudayaan Melayu
Sumatera Utara secara umum
2. Dapat digunakan oleh peneliti-peneliti dimasa yang akan datang sebagai suatu
langkah awal untuk memulai ataupun melanjutkan penelitian kesenian
pertunjukan Makyong kebudayaan Melayu Sumatera Utara secara khusus.
1.4 Konsep dan Teori yang Digunakan
1.4.1 Konsep
Koentjaraningrat (1980:207), menyebutkan bahwa konsep adalah suatu sistem
pedoman hidup dan cita-cita yang akan dicapai oleh banyak individu dalam suatu
masyarakat. Masing-masing suku bangsa mempunyai istilah dalam menyebut musik yang
berbeda dengan suku lain. Dalam tulisan ini perlu dikemukakan konsep-konsep yang
berkaitan dengan judul skripsi Studi Deskriptif Pertunjukan Makyong Cerita Putri Ratna oleh
Sinar Budaya Grup Medan.
Dalam konteks penelitian ini, penulis akan menjelaskan pengertian secara harfiah
beberapa kata kunci yang menjadi bingkai masalah penelitian, yaitu: deskriptif, pertunjukan,
makyong yang berjudul “Putri Ratna” dan Sinar Budaya Grup.
(a) Deksriptif, berasal dari deskripsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005:258), deskripsi berarti pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata
secara jelas dan terperinci sedangkan deskriptif berarti besifat deskripsi.
(b) Menurut Murgianto (1996:156), pertunjukan adalah sebuah komunikasi yang
dilakukan satu orang atau lebih, pengirim pesan marasa bertanggung jawab pada
15
seseorang atau lebih penerima pesan, dan kepada sebuah tradisi yang mereka
pahami bersama melalui seperangkat tingkah laku yang khas.
(c) Menurut penjelasan Tengku Mira Rozanna Sinar (wawancara Oktober 2010) ,
makyong yang berjudul Putri Ratna adalah merupakan bentuk seni pertunjukan
teater tradisional masyarakat Melayu yang disadur dari karya Tengku Luckman
Sinar Basarsyah II, SH dimana pertunjukan tersebut berdurasi sekitar 1,5 jam
yang diiringi dengan musik, lagu, tarian tradisonal Melayu.
(d) Sinar Budaya Grup merupakan sanggar seni yang didirikan oleh Tengku Luckman
Sinar Basarsah II, SH dan Drs. Fadlin pada tahun 1998, yang bertujuan untuk
melestarikan seni budaya Melayu khususnya dan seni budaya Indonesia
umumnya.
Dengan melihat definisi di atas, penulis memberi kesimpulan tentang konsep atau hal
yang akan menjadi bingkai permasalahan penelitian, yaitu tulisan yang mampu memaparkan
dan menggambarkan secara jelas dan terperinci tentang pertunjukan makyong yang berjudul
Putri Ratna dari saat latihan hingga selesai pementasan.
1.4.2 Teori
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkap konsep,
definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Teori merupakan alat yang terpenting
dari suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja,
tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat 1973:10).
Sebagai pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa
teori yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan
ini. Maka penulis menggunakan teori analisis pertunjukan oleh Edi Sedyawati (1981:48-66)
yang mengemukakan bahwa suatu analisis pertunjukan sebaiknya selalu dikaitkan dengan
16
kondisi lingkungan dimana seni pertunjukan tersebut dilaksanakan atau di dukung
masyarakatnya, pergeseran-pergeseran yang terdapat didalam pertunjukan, dan kemungkinan
yang muncul dari interaksi setiap orang (penyaji dan penyaji), (penyaji dan penonton) di
antara variabel-variabel wilayah yang berbeda.
Untuk mendeskripsikan pertunjukan menggunakan teori Milton Siger (dalam Jurnal
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia 1996:164-165) juga menjelaskan bahwa pertunjukan
selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini.
1. Waktu pertunjukan yang terbatas,
2. Awal dan akhir,
3. Acara kegiatan yang terorganisir,
4. Sekelompok pemain,
5. Sekelompok penonton,
6. Tempat pertunjukan, dan
7. Kesempatan untuk mempertunjukannya.
Untuk mendukung teori analisis pertunjukan, maka penulis juga menggunakan teori
fungsionalisme, dalam kaitannya mengkaji sejauh apa fungsi makyong dalam masyarakat
Melayu, khususnya di Serdang dan lebih luas Sumatera Utara. Bagaimana makyong ini
berfungsi dalam masyarakat Melayu tersebut.
Menurut Lorimer et al., teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang
dipergunakan pada ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara
institusi-institusi dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi
menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi institusi-institusi seperti:
negara, agama, keluarga, aliran dan pasar terwujud. Sebagai contoh, pada masyarakat yang
kompleks seperti Amerika Serikat, agama dan keluarga mendukung nilai-nilai yang
difungsikan untuk mendukung kegiatan politik demokrasi dan ekonomi pasar. Dalam
17
masyarakat yang lebih sederhana, masyarakat tribal, partisipasi dalam upacara
keagamaan berfungsi untuk mendukung solidaritas sosial di antara kelompok-kelompok
manusia yang berhubungan kekerabatannya. Meskipun teori ini menjadi dasar bagi para
penulis Eropa bada ke-19, khususnya Emile Durkheim, fungsionalisme secara nyata
berkembang sebagai sebuah teori yang mengagumkan sejak dipergunakan oleh Talcott
Parsons dan Robert Merton tahun 1950-an. Teori ini sangat berpengaruh kepada para pakar
sosiologi Anglo-Amerika dalam dekad 1970-an. Bronislaw Malinowski dan A. R. Radcliffe-
Brown, mengembangkan teori ini di bidang antropologi, dengan memusatkan perhatian pada
masayarakat bukan Barat. Sejak dekad 1970-an, teori fungsionalisme dipergunakan pula
untuk mengkaji dinamika konflik sosial (Lorimer et al. 1991-112-113).
Untuk melihat fungsi pertunjukan makyong penulis menggunakan teori
fungsionalisme yang dikemukakan oleh Merriam (1964-219-226) yang memberikan contoh
fungsi musik ke dalam 10 kategori, yaitu fungsi :
(1) pengungkapan emosional,
(2) penghayat estetis,
(3) hiburan,
(4) komunikasi,
(5) perlambangan,
(6) reaksi jasmani,
(7) berkaitan dengan norma-norma social,
(8) pengesahan lembaga sosial,
(9) kesinambungan kebudayaan, dan
(10) pengintegrasian masyarakat.
Untuk mendeskripsikan struktur musik (baik melodi maupun ritme) yang dihasilkan
ensambel makyong ini, penulis mempergunakan teori weighted scale yaitu teori yang lazim
18
digunakan untuk menganalisis melodi seperti yang ditawarkan oleh William P. Malm (1977)
yang terdiri dari delapan unsur, yaitu sebagai berikut.
1. Tangga nada,
2. Wilayah nada (ambitus),
3. Nada dasar (tone center),
4. Jumlah nada-nada,
5. Distribusi interval,
6. Formula melodi,
7. Pola-pola kadensa, dan
8. Kontur.
Demikian kira-kira gambaran umum teori yang akan penulis gunakan nantinya dalam
mendeskripsikan pertunjukan makyong cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Grup Medan.
Termasuk konteks sosiobudaya dalam masyarakat pendukungnya, seperti yang ditawarkan
oleh para ahli teori dalam bidang seni pertunjukan dan etnpmusikologi.
1.5 Metode Penelitian
Metode peneletian adalah suatu prosedur atau urutan kerja yang akan dilaksanakan
dalam rangka penyelidikan dari suatu bidang yang bertujuan untuk memperoleh fakta-fakta.
Metode kerja yang penulis lakukan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif,
yaitu suatu rangkaian kegiatan atau proses menyaring data/informasi yang bersifat
sewajarnya mengenai suatu masalah dalam bidang kehidupan tertentu pada objeknya
(Bogdan dan Taylor 1975:176).
Suatu penelitian kualitatif memungkinkan kita memahami masyarakat secara personal
dan memandang mereka sendiri mengungkapkan pandangan dunianya (Bogdan 1975:4-5).
19
Dalam hal metode penelitian, penulis memakai metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Di sini penulis mencari data dilapangan dengan cara wawancara secara langsung.
Sebelum melakukan wawancara penulis hanya mempersiapkan garis-garis besar pertanyaan
yang akan ditanyakan. Seluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan setiap
informan penulis kumpulkan untuk diolah dalam kerja laboratorium.
Menurut Netll (1964:62-64) ada 2 hal yang esensial untuk melakukan aktifitas
penelitian dalam disiplin etnomusikologi yaitu : kerja lapangan (field work) dan kerja
laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi pemilihan informan, pendekatan dan
pengambilan data, pengumpulan dan perekaman data. Sedangkan kerja laboratorium meliputi
pengolahan data, menganalisis dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data-data yang
diperoleh. Namun demikian, sebelum melakukan hal ini terlebih dahulu dilakukan studi
kepustakaan yakni mendapatkan literatur atau sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan
pokok permasalahan.
1.5.1 Pemilihan Lokasi Penelitian
Sebagai sample kajian penelitian maka penulis memilih lokasi penelitian di jln.
Abdullah Lubis No. 47/42 Medan yang merupakan alamat Sinar Budaya Grup. Alasan
penulis memilih daerah tersebut sebagai lokasi penelitian adalah dapat langsung bertemu
dengan informan dan keterbukaan dari para informan tentang pertunjukkan Makyong dimana
informan sangat respek dengan niat penulis untuk melakukan penelitian disanggar mereka.
Sebagai bukti simpati dari informan penulis diberi video Makyong yang berjudul Putri Ratna
dan catatan-catatan mengenai Sinar Budaya Grup dan Makyong. Penulis juga sering
20
melakukan pertemuan dalam bentuk diskusi dan wawancara dengan Ibu Tengku Mira.
Rozanna, S. Sos. sebagai pengelola Sinar Budaya Grup.
1.5.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data penulis menjalani dua tahapan, yakni:
1. Studi kepustakaan,
2. Penelitian lapangan.
1.5.2.1 Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan kerja lapangan, terlebih dahulu penulis membaca beberapa
literatur yaitu berupa makalah, skripsi, buku-buku dan majalah yang berkaitan dengan objek
yang diteliti. Kemudian mencari konsep-konsep dan teori yang dapat menjadi sumber
informasi bagi penulis untuk membahas tulisan ini. Untuk mencari teori, konsep dan juga
informasi yang berhubungan dengan tulisan ini, yang dapat dijadikan landasan dalam
penelitian, maka penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan untuk menemukan
literatur atau sumber bacaan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian lapangan.
Sumber bacaan yang dilakukan dapat berasal dari peneliti luar maupun peneliti dari
Indonesia sendiri. Selain bacaan yang dapat berupa majalah atau Koran, bulletin, buku
ilmiah, jurnal, skripsi sarjana, tesis, berita dan lain-lain, penulis juga menggunakan buku-
buku yang cukup relevan dengan topik permasalahan dalam penelitian ini, terutama yang
menyangkut pertunjukan Makyong.
Buku-buku tersebut antara lain ialah, Kebudayaan Melayu Sumatera Timur, tulisan
Tuanku Luckman Sinar Basarsyah II. SH dan Wan Syaifuddin. M.A, The Anthropology of
Music, tulisan Alan P. Merriam, 1964; Theory and Method in Ethnomusicology, karya Bruno
21
Nettl, 1864; Pokok-pokok Antropologi Budaya, karya T.O. Ihromi, 1987; serta buku-buku
pendukung lainnya yang dianggap relevan dengan topik penelitian ini.
1.5.2.2 Penelitian Lapangan
Dalam penelitian lapangan penulis mengadakan observasi langsung dan wawancara
langsung. Adapun observasi langsung ini dilakukan untuk mendapatkan secara langsung
data-data yang dibutuhkan selama berlangsungnya kegiatan yang diamati tersebut. Selain
mengamati kegiatan dari observasi langsung ini penulis dapat langsung menentukan orang-
orang yang dianggap mampu menjadi narasumber dalam pengumpulan data-data yang
dibutuhkan penulis.
Pengamatan atau observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian
digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu :
a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak
menggunakan instrumen pengamatan.
b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Dalam metode pengamatan setidaknya ada 3 (tiga) macam metode, yaitu :
1. Metode pengamatan bebas. Metode ini menggunakan teknik pengamatan yang
mengharuskan si peneliti tidak boleh terlibat dalam hubungan-hubungan emosi
pelaku yang menjadi sasaran penelitiannya. Si peneliti dalam hal ini tidak ada
hubungan apapun dengan para pelaku yang diamatinya.
2. Metode pengamatan terkendali. Dalam pengamatan terkendali, si peneliti juga
tidak terlibat hubungan emosi dan perasaan dengan yang ditelitinya, seperti halnya
dengan pengamatan biasa. Yang membedakannya adalah pada pengamatan
terkendali para pelaku yang akan diamati diseleksi dan kondisi-kondisi yang ada
22
dalam ruang atau tempat kegiatan pelaku itu diamati dan dikendalikan oleh si
peneliti.
3. Metode pengamatan terlibat. Melalui metode pengamatan terlibat si peneliti
mempunyai hubungan dengan para pelaku yang diamatinya dalam melakukan
pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan. Sasaran dalam metode pengamatan
terlibat adalah orang atau pelaku.
Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode pengamatan terlibat.
Disini penulis bertindak sebagai pengamat total yang dapat masuk ke suatu tempat dan
melakukan pengamatan sebagai seorang peneliti. Melalui pengamatan ini peneliti dalam
mengumpulkan bahan keterangan yang diperlukan tidak perlu bersembunyi tapi juga tidak
mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan yang diamati. Dalam hal ini,
peneliti harus berusaha memperoleh kepercayaan penuh dari orang-orang yang menjadi
sasaran penelitiannya.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara, jawaban responden akan dicatat
atau direkam dengan alat perekam (tape recorder) (Suhartono, 1995:67). Teknik wawancara
yang dilakukan oleh penulis adalah seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat
(1985:138-140) mengatakan bahwa wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu:
1. Wawancara berfokus : pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu dan selalu
berpusat kepada satu pokok permasalahan
2. Wawancara bebas : pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpusat pada pokok
permasalahan tetapi beraneka ragam selama masih berkaitan dengan objek penelitian.
3. Wawancara sambil lalu : pertanyaan dalam hal ini diajukan kepada nara sumber
dalam situasi yang tidak terkonsep ataupun tanpa persiapan. Dengan kata lain
informan dijumpai secara kebetulan.
23
Adapun wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara bebas. Wawancara bebas
adalah wawancara yang lebih santai dan fleksibel.
Kendala yang penulis alami dalam wawancara hanya berkisar dari informan yang
merasa terganggu dengan adanya alat rekam. Namun setelah penulis memberikan pengertian
dari tujuan dari peralatan tersebut hal ini segera dapat diatasi. Sebelum wawancara secara
terfokus penulis membuat kerangka pertanyaan, hal ini sengaja penulis lakukan agar disaat
wawancara dapat melakukan wawancara sesuai dengan yang penulis inginkan dan hasilnya
sesuai dengan yang diharapkan.
1.5.3 Pemilihan Informan
Dalam melaksanakan penelitian ini penulis terlebih dahulu menentukan informan
pangkal sebagai sumber informasi yang dibutuhkan penulis. Ini merupakan titik awal bagi
penulis untuk mencari informan lainnya. Untuk memulai peneletian ini penulis menetapkan
Ibu Tengku Mira Rozanna Sinar,S.Sos sebagai informan pangkal. Adapun informan pangkal
tersebut merupakan pengelola dari Sinar Budaya Grup yang mana pada saat ini beliau salah
satu orang yang masih melestarikan kesenian pertunjukan Makyong. Untuk informan lainnya
berasal dari personil Sanggar Sinar Budaya Grup.
1.5.4 Metode Penelusuran Data Online
Perkembangan Internet yang sudah semakin maju pesat serta telah mampu menjawab
berbagai kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan para akademisi mau ataupun tidak
menjadikan media online seperti Internet sebagai salah satu medium atau ranah yang sangat
bermanfaat bagi penelusuran berbagai informasi, mulai dari informasi teoritis maupun data-
data primer ataupun sekunder yang diinginkan oleh peneliti untuk kebutuhan penelitian.
24
“Pada mulanya banyak kalangan akademisi meragukan validitas data Online
sehubungan apabila data atau informasi itu digunakan dalam karya-karya ilmiah, seperti
penelitian, karya tulis, skripsi, tesis maupun disertasi. Namun ketika media Internet
berkembang begitu pesat dengan sangat akurat, maka keraguan itu menjadi sirna
kecuali bagi kalangan akademisi konvensional –ortodoks yang kurang memahami
perkembangan teknologi informasi sajalah yang masih mempersoalkan akurasi media
online sebagai sumber data maupun sumber informasi teori. Hal ini disebabkan karena
saat ini begitu banyak publikasi teoritis yang disimpan dalam bentuk online dan
disebarkan melalui jaringan Internet. Begitu pula saat ini, berbagai institusi telah
menyimpan data mereka pada server-server yang dapat dimanfaatkan secara Intranet
maupun Internet. Dengan demikian polemic tentang keabsahan dan validitas data-
informasi online menjadi sesuatu yang kuno, tergantung pada bagaimana peneliti dapat
memilih sumber-sumber data online mana yang sangat kredibel dan dikenal banyak
kalangan”.
Dengan demikian, Burhan Bungin menjelaskan bahwa metode penelusuran data
online yang dimaksud adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media
online seperti Internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online
sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang
berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat
dipertanggungjawabkan secara akademis.
1.5.5 Perekaman
Ada dua jenis perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dan perekaman
video audio. Hal perekaman audio digunakan tape perekam merk Sony sensitif audio,camera
digital IXUS 8015 Canon 8.0 megapixels, michrophone laptop merk Keenion Mic-309, dan
25
menggunakan software Adobe Audition 1.5. Sedangkan untuk merekam video digunakan
digunakan kamera video Sony Handycam Wide LCD DCR/DVD808 dengan menggunakan
MinicDVD Maxel 60 Minute.
1.5.6 Pemotretan
Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar maka penulis menggunakan
kamera digital merk Canon, 8 megapixel. Data digital ini kemudian dipindahkan ke dalam
bentuk data komputer dalam format bmp (bitmap picture graphics), yang kemudian diinsert
ke tempat-tempat analisis yang memerlukan data visual ini.
1.5.7 Kerja Laboratorium
Kerja laboratoroium yang penulis lakukan adalah bertujuan mengolah data yang telah
terkumpul dari pengamatan dan wawancara. Demua data diklasifikasikan sesuai dengan jenis
yang dibutuhkan oleh penulis dengan melihat relevansi dari data tersebut. Pengklasifikasian
bertujuan untuk menghindari data yang bertumpang tindih dan untuk mempermudah penulis
untuk mengolah data tersebut.
Rekaman musik juga dianalisa untuk melihat hubungan music dengan pola gerak tari
pertunjukan Makyong, juga melihat reportoar-reportoar dalam mengiringi pertunjukan
tersebut. Data-data dioalah sesuai materi permasalahan. Hasil dari data yang telah diolah
tersebut penulis jadikan sebagi laporan dalam bentuk skripsi.
26
BAB II
DESKRIPSI UMUM
EKSISTENSI SINAR BUDAYA GRUP MEDAN
Pada Bab II ini penulis akan mendeskripsikan keberadaan kelompok kesenian Sinar
Budaya Grup, baik dari sisi historis, aktivitas, dan pengelolaannya. Tujuannya adalah
memberikan gambaran dan wawasan kepada para pembaca, bagaimana sebuah kelompok
kesenian tumbuh, berkembang, bertahan, dan mencari terobosan-terobosan dalam rangka
melestarikan seni. Materi deskripsi pada Bab II ini disunting dari skripsi Astri Ismiralda yang
memfokuskan perhatian pada manajemen Sinar Budaya Grup di era 1990-an. Selain ini data
dilengkapi dengan wawancara kepada para informan, dan pengamatan lapangan.
2.1 Sejarah Berdirinya Sinar Budaya Grup
Di kota Medan terdapat berbagai kelompok kesenian, yang memiliki ciri-ciri budaya
masing-masing, yang mempertunjukan mulai dari kesenian tradisional (termasuk didalamnya
kreativitas seni yang berakar dari nilai-nilai tradisi) dan kesenian modern (yang mengadopsi
kesenian dari Barat) atau gabungan dari kesenian tradisional dan kesenian modern. Diantara
kesenian tradisional ada yang bersifat hanya mengekspresikan satu budaya kelompok etnik
saja atau berbagai kelompok etnik. Kesenian modern bersifat mengekspresikan budaya
populer dan kontemporer. Di antara kelompok kesenian itu salah satunya adalah kelompok
kesenian Sinar Budaya Grup.
Sinar Budaya Grup adalah salah satu kelompok seni pertunjukan yang mengekspresikan
budaya heterogen di Nusantara terutama yang berkaitan dengan Sumatera Utara. Juga
mengadopsi semangat kontemporer sekaligus. Awalnya Sinar Budaya Grup berasal dari
LKMABMI (Lembaga Kesenian Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia) yang berakar
budaya pertunjukan Melayu. Dimana LKMABMI (Lembaga Kesenian Majelis Adat Budaya
27
Melayu Indonesia) didirikan pada tahun 1987 dan yang menjadi ketuanya adalah Tengku
Luckman Sinar, sekretaris Tengku Sjahruwardi, manajer pertunjukan Fadlin, koreografer
Syainul Irwan, kemudian bekerja sama dengan Lia Group dibawah pimpinan Hajjah Dahlia
Abu Kasim Sinar.
Gambar 2.1: Sekretariat dan sanggar Sinar Budaya Grup Jalan Abdullah Lubis No. 47/42 Medan
Para seniman tarinya adalah: Riri Virzan Puteri, Ade Ira Carla, Titin, Vina, Tengku
Mahzura, Romi Ghazali Maghribi Aziz, Tommy Hariawan Maghribi Aziz, Hendra Januar,
Rahmad Dani dan Pofo. Syainul Irwan sebagai koreografer juga ikut menari. Sebagai pemain
alat musiknya adalah: Ahmad Setia, Fadlin, Muhammad Zulfahmi, Darmansyah, Buyung,
Cicik, Tengku Syafick Sinar, Roisyam, Zulham Zais, Yossy Tanjung, dan Abraham.
Kadangkala mereka juga mengundang pemain musik “cabutan” di Medan seperti Syaiful
Amri, Inong , dan lainnya. Lembaga ini membidangi seni pertunjukan Melayu. LKMABMI
telah mengadakan pertunjukan seperti di Medan, Kalimantan, dan Malaysia. Untuk di
Malaysia sendiri LKMABMI telah mengisi berbagai acara di televisyen 3, seperti Jejak
Melayu Serantau yang menceritakan keberedaan Melayu Sumatera Timur, dan Sri Sumatera
28
yang mengisi pertunjukan musik dan tari di Kuala Lumpur. Kadangkala LKMABMI juga
bergabung dengan kelompok Sri Indra Ratu dalam mengisi pertunjukan-pertunjukan tertentu.
Pada tahun 1995 LKMABMI terjadi konflik internal yaitu antara Hajjah Dahlia Abu
Kasim Sinar dengan Fadlin, dimana ketua umum MABMI (Majlis Adat Budaya Melayu
Indonesia) Prof. Amin Ridwan, Ph.D memberhentikan Fadlin dengan hormat dari
LKMABMI, selanjutnya Hajjah Dahlia Abu Kasim dengan Lia Grupnya tampaknya ingin
menjadi alur utamanya. Sehingga LKMABMI “terpecah” menjadi dua kelompok.
Kemudian pada tahun 1998 Tengku Luckman Sinar yang merasa “ditinggalkan” oleh
Hajjah Dahlia Abu Kasim Sinar bersama kembali dengan Fadlin menggiatkan LKMABMI
yang dinilai vakum oleh mereka. Kemudian tak lama setelah itu mereka kembali mengadakan
pertunjukan di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Pada saat itu pula Fadlin mengajak
rekannya Muhammad Takari sesama dosen di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara untuk masuk kedalam group ini. Begitu juga dengan pemain
“cabutan” seperti Zulfan Effendi dan Muhammad Jamil Konong.
Kemudian pimpinan dan para seniman dan ilmuwan yang tergabung didalamnya
mempunyai pemikiran perlu adanya suatu pembentukan kelompok kesenian yang didalamnya
bukan hanya seni budaya Melayu saja tetapi juga seni budaya yang lain terutama di Sumatera
Utara dan di Nusantara. Maka mereka sepakat membentuk Sinar Budaya Grup (SBG) pada
tahun 1998 namun LKMABMI juga terus dikembangkan. Mereka memakai nama Sinar
Budaya Grup jika kesenian yang disajikan multietnik, dan memakai nama LKMABMI jika
yang disajikan pertunjukan kesenian Melayu saja, terutama dalam acara yang bersuasana
Melayu, seperti perkawinan adat budaya Melayu, menyambut tamu-tamu Melayu dan
sejenisnya.
Tahun 2000 Sinar Budaya Grup dipercaya oleh Pemerintah Republik Indonesia, untuk
mewakili Indonesia dalam mengisi acara Pekan Kebudayaan dalam Rangka Konferensi
29
Tingkat Tinggi Kedus OPEC (Organization Petrolium Exportir Countries) di Caracas
Venezuela, Amerika Latin. Pada saat itu Sinar Budaya Grup terdiri dari dua puluh orang,
yaitu: Tengku Luckman Sinar sebagai Ketua, kemudian para pemusik Hebo Simbolon,
Martogi Sitohang, Zulfan Effendi, Muhammad Takari, Fadlin dan Syainul Irwan, sedangkan
penarinya Rahmat Dani, Romi Maghgribi Gazali Azis, Tomy Hariawan Gazali Aziz, Hendra
Januar, Elviyana, Sylvia Vianty Ranita, Nurhabibah Tanjung, Riri Virzan Putri, dan Ade Ira
Carla ditambah Tengku Eliza Norhan yang mengurusi tata busana dan Ludfi Taher di bidang
make-up.
Para anggota Sinar Budaya Grup juga silih berganti, terutama penari dan pemusik. Pada
tahun 2002 masuk lah penari wanita yaitu Tengku Mira Rozanna (anak Tengku Luckman
Sinar), Merry Permata Hadi, Lala, ditambah dengan penyanyi Laili Hamnizar. Sinar Budaya
Grup juga tampaknya memperhatikan generasi, terutama penari. Misalnya dari Gerakan
Angkatan Muda Melayu Indonesia (GAMMI) beberapa wanitanya dilatih untuk menjadi
penari, namun karena bakat yang kurang maka mereka tidak dapat menjadi penari seperti
yang diharapkan karena umumnya seorang penari harus mempunyai bakat sebagai penari.
Setelah Sinar Budaya Grup terbentuk, perkembangan yang dialami semakin pesat. Hal
ini terlihat dengan permintaan pertunjukan yang dalam sebulan bisa mencapai empat
pertunjukan atau bahkan bisa lebih. Namun tidak bisa dipastikan dengan pasti tiap bulannya
selalu banyak yang meminta pertunjukan Sinar Budaya Grup. Akan tetapi selalu ada saja
permintaan pertunjukan minimal sebulan sekali pertunjukan. Pertunjukan tersebut untuk
kepentingan yang berbeda-beda. Misalnya untuk cara perkawinan, acara kesenian budaya,
acara hiburan, dan lain sebagainya. Itu dikarenakan Sinar Budaya Grup berfokus pada satu
kesenian etnik saja. Walaupun kenyataannya permintaan untuk etnik Melayu lebih banyak
dibandingkan dari etnik lain karena Sinar Budaya Grup bercikal bakal dari budaya etnik
Melayu. Lokasi tempat dimana Sinar Budaya Grup menampilkan pertunjukan pun
30
bermacam-macam. Baik didalam negeri maupun di luar negeri, seperti di Jakarta, Pekan
Baru, Palembang, Kalimantan, Malaysia, Brunei Darussalam, Venezuela, Singapura,
Thailand dan lain-lain.
Perkembangan yang terjadi di Sinar Budaya Grup tentunya didukung dengan suatu
pengelolaan (manajemen) yang layak yang mereka lakukan. Selain itu pengelolaan tersebut
dilakukan seperti apa adanya dan fleksibel, tanpa berpatokan pada satu pengelolaan yang
sifatnya terikat seperti pada perusahaan atau organisasi lain pada umumnya. Hal penting
dalam pengelolaan Sinar Budaya Grup adalah sistem musyawarah untuk mencapai mufakat.
Setiap keputusan apapun selalu dimusyawarahkan. Setiap anggota mempunyai hak dan
kewajiban sesuai dengan tugas yang diberikan kepada masing-masing anggota.
Di era tahun 2000-an, Sinar Budaya Grup memperluas kerjasamanya dengan berbagai
instansi dan individu yang dianggap memiliki kebijakan dalam mengembangkan kesenian,
baik di Sumatera Utara sendiri, provinsi-provinsi lain, ibukota Jakarta, dan luar negeri seperti
Malaysia, Sinagpura, Thailand, dan Brunei Darussalam.
2.2 Organisasi Sinar Budaya Grup
Dalam mengelola organisasi, Sinar Budaya Grup memakai prinsip-prinsip organisasi.
Perlu ditekankan lagi bahwa hasil penyelenggaraan fungsi pengorganisasian adalah
terciptanya suatu organisasi yang bentuknya, strukturnya dan bagian-bagiannya disesuaikan
dengan kebutuhan sekelompok orang yang terikat secara formal dan terus menerus
berinteraksi satu sama lain dalam usaha pencapaian tujuan bersama. Fungsi pengorganisasian
berkaitan erat dengan sikap dan perilaku para anggotanya dalam pemanfaatan organisasi
tersebut.
Sinar Budaya Grup melakukan pembagian kerja berdasarkan kemampuan teknis artistik
seniman dan pengelolanya. Artinya orang yang ahli di bidang tari dipercayakan di bidang
31
tari, begitu juga musik, namun ini digabung dengan konsep perluasan kerja, misalnya bagi
yang mampu kedua bidang diperkenankan melakukannya. Mereka memiliki hak dan
kewajiban dalam organisasi.
Di dalam organisasi SBG juga dikembangkan aspek hubungan manusiawi seperti yang
ditawarkan dalam teori neoklasik. Umumnya selalu melibatkan setiap orang dalam
mengambil keputusan, dan perlu perluasan kerja bukan dalam spesialisasi. Umumnya para
seniman SBG mampu membawakan berbagai genre musik maupun tari. Misalnya Fadlin
mampu bermain berbagai macam jenis gendang dan serune Mandailing, Ahmad Setia mampu
memainkan akordion dan gendang Melayu serta menari tari-tarian Melayu, Muhammad
Takari mampu bermain gambus, berbagai macam gendang, biola, akordion, dan lainnya. Para
penari selain dapat menari berbagai tarian etnik, ada juga yang dapat bermain alat musik.
Sinar Budaya Grup adalah sebuah organisasi yang memiliki konsep sebagai satu
kesatuan. Sinar Budaya Grup dapat dikatakan sebagai salah satu dari jenis kelompok sosial,
dimana terbentuknya kelompok sosial disebabkan oleh kebutuhan manusia untuk hidup
bersama dan menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Gambar 2.2: Lambang dan Logo Sinar Budaya Grup
32
Sinar Budaya Grup dapat juga dikatakan organisasi formal, tetapi ada juga unsur-
unsur informalnya. Dikatakan formal, karena mereka mempunyai struktur organisasi
walaupun dapat dikatakan tidak begitu besar, misalnya seperti ketua, sekretaris/wakl ketua,
bendahara dan anggota. Selain itu ada juga seperti penanggungjawab masing-masing seperti
dalam hal penciptaan tarian, musik dan kostum.
Sedangkan unsur informalnya lebih banyak antara lain misalnya mereka tidak diikat
oleh kontrak pertunjukan yang rutin, tetapi diminta baru mengadakan pertunjukan. Kemudian
anggotanya baik itu pemusiknya atau penari tidak juga diikat semacam kontrak oleh SBG.
Sehingga mereka bisa memiliki beberapa organisasi kesenian lainnya, tetapi dengan syarat
mengutamakan kepentingan SBG terlebih dahulu dan didukung dengan sikap permisi.
Sehingga mereka berorganisasi dengan berdasarkan saling percaya saja yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman berinteraksi.
2.3 Kepemimpinan dan Keanggotaan
Sampai Februari 2002, kepemimpinan di sini dipegang oleh Bapak Tengku Luckman
Sinar sendiri dan sebagai pendukung dana utama. Tetapi walaupun beliau sebagai pimpinan
disini, beliau juga cukup terbuka menerima masukan-masukan dari para anggotanya.
Sehingga tidak berarti kekuasaan penuh berada di tangannya.
Di sini beliau juga sebagai pendukung utama pemasaran yang ada di SBG. Dikatakan
begitu karena beliau dikenal sebagai tokoh budayawan masyarakat sehingga otomatis dikenal
banyak masyarakat.. Khususnya dalam bidang budaya. Kemudian disamping itu masyarakat
tersebut mengetahui bahwa beliau mempunyai kelompok kesenian yang bisa menampilkan
kesenian dari berbagai etnis.
33
Dalam hal ini rasa keseniman itu juga perlu, apalagi terutama untuk beliau sebagai
pendukung dana. Maksud keseniman disini adalah tidak sekedar mempunyai seni untuk
dipertunjukan dan dibisniskan, tetapi cinta dan kesungguhan terhadap seni itu juga.
Pada tanggal 10 Februari 2002 setelah dia menjadi Sultan Deli Serdang dan Ketua
Umum Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia, kepemimpinan SBG diserahkan kepada
Fadlin. Beliau ini adalah seorang dosen tetap di Jurusan Etnomusikologi Universitas
Sumatera Utara yang juga adalah Ketua Lembaga Kesenian Universitas Sumatera Utara
(LKUSU), dan sarjana lulusan Jurusan Etnomusikologi. Fadlin secara manajemen memiliki
banyak pengalaman, antara lain beliau pernah ditugasi oleh Rizaldi Siagian (Ketua LKUSU
saat itu dekade 1980-an) di bidang surat-menyurat dan hubungan masyarakat. Ia memiliki
jaringan kenalan yang. Sebelum ia menjabat sebagai ketua SBG ia juga diangkat oleh Tengku
Luckman Sinar sebagai manajer pertunjukan (panggung) yang membidangi produksi dan
saatnya pertunjukan.
Sekretaris SBG adalah Muhammad Takari, sarjana lulusan Jurusan Etnomusikologi
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dan magister ilmu humaniora Jurusan Pengkajian
Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Universitas Gajah Mada, beliau juga seorang dosen tetap di
Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Beliau memiliki
kelebihan di bidang konsepsi dan pemikiran ke arah pengembangan SBG. Masalah
penelitian-penelitian kesenian ke daerah-daerah di Sumatera Utara atau Malaysia biasanya
beliau yang mengkoordinasikannya, dan kemudian menganalisisnya dalam bentuk tulisan-
tulisan. Beliau sering membantu Tengku Luckman Sinar dan Fadlin dalam rangka konsepsi
kesenian dan pengembangannya. Seminar-seminar nasional dan internasional selalu
disertainya, atas nama USU dan SBG. Di SBG ini, selain sekretaris, beliau juga sebagai
pemain alat musik gambus, gitar bas elektrik, dan gendang. Ia juga adalah seorang seniman
34
dari Lembaga Kesenian Patria, yang berbasis seni pertunjukan Melayu yang berpusat di
Tanjung Morawa.
Syainul Irwan, adalah seorang koreografer ternama untuk tari-tarian Melayu di kawasan
ini. Beliau adalah sarjana Hukum lulusan Universitas Sumatera Utara. Beliau ini menjadi
andalan SBG dalam penciptaan tari dan pertunjukan tari. Syainul Irwan juga adalah dosen
luar biasanya di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra USU. Beliau mengajar mata kuliah
Praktik Tari Melayu Sumatera Timur. Beliau juga salah seorang pengurus Lembaga Kesenian
USU. Kemampuan dasar seni yang ia miliki adalah tari-tarian Melayu, namun beliau juga
memiliki kemampuan dalam mencipta dan mengkoreografikan tari yang berbasis tradisi
dengan sentuhan budaya kontemporer. Beliau juga memiliki pakaian-pakaian tari yang siap
untuk disewakan kepada mereka yang memerlukannya. Dalam penelitian untuk
pengembangan materi pertunjukan SBG beliau selalu ikut, terutama untuk mempelajari tari-
tarian yang diteliti, kemudian dikembangkan menurut citarasa seni yang dimilikinya.
Anggota senior lainnya adalah Ahmad Setia. Beliau adalah seorang pemain musik
Melayu yang profesional. Beliau begitu ahli dalam akordion gaya musik Melayu. Karena
beliau bermain akordion dan lainnya bertumpu kepada gerakan tangan kiri, maka beliau
sering juga disebut dengan Ahmad Kidal. Dari semua pemusik di SBG, beliaulah yang paling
banyak banyak menguasai repertoar lagu-lagu tradisi Melayu. Menurutnya ada ratusan lagu
yang dapat dihafalnya sampai saat ini. Ahmad Setia selalu diundang oleh beberapa kelompok
seni Melayu lainnya di Medan dan Sumatera Utara, misalnya Lia Group, Patria, dan Sri
Indera Ratu. Dari semua pemain akordion gaya musik Melayu, yang dianggap oleh para
seniman Melayu paling ahli dalam mengiringi tari Serampang Dua Belas adalah Ahmad Setia
ini. Beliau juga anggota dari sanggar seni Patria pimpina Yose Rizal Fidaus seperti halnya
Muhammad Takari. Ahmad Setia juga sebenarnya adalah penari Melayu, sehingga dengan
mudah ia dapat mengiringi tari-tarian Melayu dengan permainan akordion dan gendang
35
Melayu. Di berbagai temat kegiatan seni ronggeng di Sumatera Utara, biasanya selalu
menggunakan jasanya untuk bermain akordion.
Datuk Ahmad Fauzi adalah seorang pemain biola gaya Melayu yang handal di kawasan
ini. Beliau adalah anak dari Almarhum Datuk Abdurrahman, yang juga adalah seorang
pemain biola handal di kawasan ini. Datuk Fauzi juga anggota dari sanggar seni Patria, yang
juga adalah seorang penari tari-tarian Melayu dan Sumatera Utara. Selain itu, ia juga adalah
seorang telangkai (pembawa acara) dalam berbagai upacara perkawinan adat Melayu. Ia juga
seorang penyanyi, yang selalu bernyanyi bersama-sama dengan beberapa penyanyi Melayu
lainnya.
Muhammad Jamil Konong pula sampai tahun 1999 aktif di SBG. Ia adalah seorang
pemain biola yang handal juga dianggap oleh para seniman di kawasan ini. Pengalaman ke
luar negerinya juga berkat ia aktif di SBG. Ia seorang perokok berat. Bahkan di sela-sela
pertunjukan ia selalu merokok di belakang pentas. Tak jarang ia sering ketinggalan
rombongan berkat ia selalu merokok meninggalkan kelompok SBG. Ia juga memiliki
keluarga seniman, anak-anaknya ada yang menjadi penyanyi dan pemain musik.
Laili Hamnizar, adalah seorang penyanyi yang menjadi primadona dalam kelompok
musik SBG. Ia tinggal di Sei karang Perusahaan Terbatan Perkebunan Nusantara III. Di sini
ia juga masuk ke dalam kelompok musik Melayu pimpinan ayahnya.
Yusnizar Heniwaty adalah isteri dari koreografer SBG Syainul Irwan. Ia adalah lulusan
dari Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar Bali untuk sarjananya dan Pengkajian Seni
Pertunjukan untuk program magisternya. Dia sampai saat sekarang adalah dosen tetap di
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan (Unimed), dahulu disebut Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP). Ia awalnya seorang penari utama tari-tarian Melayu
dan Minangkabau.
36
Riri Virzan Putri adalah seorang dokter lulusan dari Universitas Islam Sumatera Utara.
Kedua orangtuanya adalah pengurus MABMI cabang Tanjung Balai Asahan, yang memiliki
hubungan kuat dengan Tengku Luckman Sinar. Riri Virzan Putri adalah termasuk seorang
penari handal di SBG. Ia juga turut menjadi pembantu koreografer Syainul Irwan dalam
menggarap tari-tari bar di SBG. Ia memiliki daya intelektual yang baik dalam bidang ilmu
tari dan praktik tari, terutama tari Melayu. Dalam rangka kunjungan ke luar negeri, ia selain
sebagai penari juga menjadi tenaga medis bagi kelompok SBG.
Ade Ira Carla adalah adik dari Riri Virzan Puteri. Ia termasuk juga penari handal dan
senior di SBG. Sebagaimana kakaknya, ia berbakat di bidang tari-tarian Melayu. Kadang-
kadang ia juga bertindak sebagai motivator dalam menarikan tari-tarian SBG yang bersifat
kelompok.
Elviyana pula adalah seorang penari handal SBG, yang memiliki berbagai pengalaman
tari yang cukup baik. Kini ia aktif kuliah di Unimed. Ia termasuk primadona dalam kelompok
penari SBG. Ia juga dianggap menjadi guru bagi penari lainnya, karena pengetahuannya yang
luas terhadap berbagai genre seni tari. Misalnya saat SBG mengembangkan tari-tarian Aceh
untuk berbagai kepentingan pertunjukan budaya, ia langsung diangkat menjadi guru tari
Saman di dalam kelompok ini. Begitu juga untuk bidang regenerasi ia dipercayakan oleh
pelindung dan ketua SBG untuk melatih para penari muda, termasuk para penari yang dikirim
oleh pihak GAMMI. Elviyana juga telah mengisi berbagai acara tari di luar SBG. Misalnya ia
menjadi penari kehormatan dalam rangka album video compact disk Dua Dimensi yang
disajikan oleh Syaiful Amri, Laila Hasyim, Zulfan Effendi, Ismed Baroes, dan Yan Session.
Album ini laku keras di pasaran.
Sylvia Vianty Ranita adalah seorang sarjana ekonomi lulusan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Termasuk penari senior di dalam SBG. Ia juga memiliki talenta
yang tinggi di bidang seni tari. Hal ini dibuktikannya pada saat awal masuk SBG ia berangkat
37
dari pengalaman yang nihil. Namun dengan kesungguhannya ia buktikan bahwa ia mampu
mengimbangi rekan-rekan penarinya yang lebih senior dan berpengalaman.
Nurhabibah Tanjung pula adalah seorang penari SBG yang cukup energik dan kreatif.
Bahkan ia begitu cinta dengan dunia tari, yang dibuktikan melalui sikapnya yang selalu
mengutamakan tari padahal ia bekerja di suatu perusahaan. Dibanding penari-penari lainnya,
ia termasuk penari yang cerdas dan banyak menguasai reportoar-reportoar tari, terutama tari-
tarian Melayu. Namun sejak tahun 2001, saat ia menikah dan memperoleh anak, ia tidak lagi
aktif menari di SBG.
Zulrifah Malasuri Batubara, adalah penari paling senior di SBG. Ia lahir dan tinggal di
Gang Tualang Kota Binjai. Ia telah berkeluarga dan mempunyai seorang anak. Meskipun ia
telah menjadi seorang ibu rumah tangga, ia tetap aktif di SBG. Ia termasuk penari handal di
SBG. Banyak menguasai repertoar tari-tarian Melayu. Selalu menjadi motivator dalam
pertunjukan tari yang dilakukan SBG.
Gemala Ayu Rivanda (Lala) adalah penari paling junior di SBG. Ia masuk di SBG
tahun 2002 yang baru lalu. Namun, ayah dan ibunya sangat mendukung beliau untuk
menjadi penari di SBG. Hal ini dibuktikan ketika ayah dan ibunya langsung mengantarkan di
kepada Tengku Luckman langsung untuk menjadi penari di SBG, hal ini tak dilakukan oleh
ayah dan ibu penari lainnya. Kelebihan Lala dalam hal tari adalah semangatnya yang
menggebu dalam mengejar tari-tarian yang belum dikuasainya.
Romi Maghribi Ghazali Azis adalah penari pria paling senior di SBG. Ia lahir dan
bermukim di Gang Tualang Kota Binjai. Gurunya yang utama adalah koreografer SBG,
Syainul Irwan. Karena kuat cintanya kepada dunia tari, sampai-sampai sekolahnya agak
terbengkalai, walaupn akhirnya ia tamatkan Sekolah Menengah Atas nya di sela-sela
kesibukan ia menari. Selain berwajah tampan, ia juga paling energik dan mapan dalam
menari.
38
Hendra Januar adalah seorang ahli madya teknik mesin tamatan Politeknik Negeri
Medan (dahulu Politeknik Universitas Sumatera Utara). Ia adalah termasuk salah seorang
penari laki-laki SBG yang paling baik intelektualnya. Untuk pengembangan-pengembangan
tari, ia selalu menjadi pemikirnya. Selain tarian ia juga menguasai permainan beberapa alat
musik. Namun, kini ia telah bekerja di perusahaan swasta, sehingga kegiatan menarinya di
SBG agak terganggu, karena jadwal kerjanya menghendaki kerja yang sedemikian rupa.
Namun ia tidak berhenti menari sama sekali. Kadang-kadang dalam waktu senggang
pekerjaannya ia masih ikut menari di SBG.
Fauzan Adli (Poppo) juga seorang ahli madya teknik tamatan Politeknik Negeri
Medan. Ia termasuk salah seorang penari laki-laki SBG yang junior dan baik talenta dari yang
dimilikinya. Ia dalam menari memiliki kecepatan dan kekuatan yang relatif prima. Ia juga
menjadi inspirasi dalam eksplorasi-eksplorasi gerak yang diperlukan dalam pengembangan
tari-tarian baru di SBG.
Rahmat Dani adalah seorang penari laki-laki SBG yang tergolong kreatif dan dinamik.
Ia memiliki tenaga dan kecepatan serta olah tubuh yang baik sebagai seorang penari. Ia
banyak menguasai berbagai repertoar dari Melayu yang menjadikannya seorang penari yang
mampu menguasai peran seni pertunjukan. Rahmat Dani juga memiliki wajah yang tampan,
sehingga banyak penonton wanita yang menanyai dirinya secara pribadi selepas pertunjukan.
Hasbullah Effendi adalah seorang pemain keyboard untuk lagu-lagu Melayu yang
begitu handal. Beliau belajar secara otodidak, namun permainan progesi akordnya sangat
unik dan menari. Kadang beliau memasukkan elemen musik rock dan jazz, namun begitu
padu dengan irama dan melodi musik Melayu. Gerakan tangannya yang cepat dan atraktif
memiliki nilai artistik tersendiri bagi para pendengarnya. Di SBG beliau bertindak sebagai
leader permainan melodi dan irama melalui pemain keyboardnya. Beliau masuk ke SBG
tahun 2002, yag dibawa oleh Datuk Ahmad Fauzi.
39
Zulfan Effendi adalah salah seorang pemusik senior di Kota Medan. Beliau adalah
“lulusan” dari Orkes Padang Pasie El Suraya pimpinan Almarhum Haji Ahmad Baqi. Di
antara murid-murid Ahmad Baqi, beliau termasuk murid kesayangan dan dianggap paing
banyak mengetahui komposisi musik garapan Almarhum Ahmad Baqi. Selain dari aliran
musik Islam Timur Tengah, beliau juga merambah ke aliran musik tradisional Melayu. Beliau
adalah salah seorang pemain keyboard dan akordion gaya musik Melayu yang handal di
kawasan ini. Beliau juga seorang konseptor untuk penerbitan album dua dimensi. Kini ia
memiliki grup musik keyboard sendiri dan juga sebagai pemain cabutan untuk grup-grup
musik dan tari di Kota Medan, termasuk SBG.
Hebo Simbolon adalah seorang sarjana seni lulusan Jurusan Etnomusikologi Fakultas
Sastra USU Medan. Kini ia menjadi guru di Yayasan Tuna Netra Katolik di Tanjung Morawa
Deli Serdang. Pada yayasan ini ia bahkan mengajar notasi memakai sistem Braile, yang
menjadikannya seorang guru yang langka di bidangnya. Di kelompok SBG ia termasuk
seniman yang akti. Dalam berbagai kunjungan ke luar negeri terutama yang melibatkan seni
Batak Toba, ia selalu aktif mendukungnya. Ia berbasis sebagai penyanyi pop Batak. Di SBG
ia sering diminta untuk menyanyi lagu-lagu tradisi Batak seperti: O Tao Toba, Maragam-
ragam, Sitogol, dan sejenisnya. Ia juga dapat memainkan alat-alat musik seperti: taganing,
gitar, keyboard, dan sulim.
Martogi Sitohang adalah seorang seniman musik Batak Toba yang serba bisa. Ia adalah
sarjana seni lulusan Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra USU. Ia termasuk seniman
musik Batak Toba yang energik dan dinamik. Ia mampu memainkan alat-alat musik seperti:
sarune, sulim, garantung, taganing, klarinet, saksofon, dan lain-lainnya. Kini ia tinggal di
ibukota Jakarta sebagai seniman musik Batak Toba.
Marsius Sihotang adalah salah seorang pemain musik tradisional Batak Toba yang
cukup terkenal dan handal. Awalnya beliau bergabung dengan opera Batak Tilhang Gultom.
40
Beliau mampu memainkan hampir sebagian besar alat-alat musik tradisional Batak Toba.
Kemudian dasawarsa 1980-an, beliau diambil oleh Rizaldi Siagian, Ketua Jurusan
Etnomusikologi Fakultas Sastra USU, menjadi dosen luar biasa. Walaupun secara akademik
pendidikan formalnya hanya sampai di tingkat SD (Sekolah Dasar) beliau tidak bernyali
kecil, karena beliau merasa sebagai master dalam musik tradisi Batak Toba. Kini selain
sebagai dosen luar biasa Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sasra USU, beliau juga sebagai
ketua musik tradisi di dalam kelompok Sopo Badragaz, yang umumnya membidangi pesanan
musik untuk mengiringi upacara kematian pada masyarakat Batak Toba di Sumatera Utara.
SBG selalu memakainya sebagai seniman cabutan untuk mengiringi pertunjukan tari dan
musik Batak Toba. Beliau kadangkala diundang sendirian bermain sarune diiringi permainan
alat musik tradisi Batak Toba lainnya oleh anggota SBG seperti Fadlin, Muhammad Takari,
Hebo Simbolon, dan Syainul Irwan. Ada kalanya beliau membawa kawan-kawannya.
Ishak Jamal Lubis adalah anak dari Almarhum Dagaruddin Lubis sebagai seniman
terkenal pada masyarakat Mandailing. Ishak Jamal Lubis sekarang ini tinggal di Kampung
Mandailing di sebelah Timur Aksara (Buana) Plaza. Ia adalah seorang seniman pemusik
Mandailing generasi muda yang memiliki kemampuan musik dan jaringan persahabatan yang
luas. Ia juga sebagai dosen luar biasa Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra USU. Ia juga
dapat membuat alat-alat musik tradisional Mandailing. Kadang ia dimanfaatkan oleh Fadlin
untuk mereperasi alat-alat musik milik SBG yang telah rusak. SBG memanfaatkan dia
terutama jika menampilkan permainan alat-alat musik untuk iringan tortor Mandailing.
Seperti Marsius Sitohang, kadang ia secara pribadi dikontrak untuk bermain sarune
Mandailing dibantu oleh pemain SBG, kadang kala ia membawa kawan-kawannya dalam
kelompok untuk memainkan esambel musik Mandailing.
Ketua Jelantik adalah seorang sarjana seni tari tamatan Sekolah Tinggi Seni Indonesia
Denpasar Bali. Riwayat hidup beliau sampai di Medan adalah ketika Rizaldi Siagian sebagai
41
Ketua Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra USU pada dasawarsa 1980-an meminta
kepada Prof I Made Bandem ketua STSI Bali saat itu untuk mengirim dosen praktik musik
Bali. STSI Denpasar Bali mengirim Ketua Jelantik untuk keperluan ini. Beliau diangkat
sebagai dosen tetap USU tahun 1991 sampai saat ini. Ada rencana beliau akan pindah ke Bali
lagi dengan berbagai alasan budaya. Beliau mampu menari dan bermain musik tradisional
Bai secara baik. SBG memakainya untuk menari tari-tarian Bali dan Jawa terutama ketika ada
pesanan tari Nusantara dari Bali dan Jawa, seperti yang diminta oleh pemerintah Indonesia
ketika mengadakan pertunjukan di Venezuela saat acara Pekan Kebudayaan OPEC pada KTT
Kedua OPEC.
Syaiful Amri adalah seorang penyanyi lagu-lagu tradisional Melayu yang sangat
terkenal di kawasan ini. Album Pucuk Pisang adalah salah satu album yang melambungkan
namanya di kalangan penyanyi elit pop Melayu. Awalnya ia berkecimpung di dalam
kelompok Patria. Kemudian menjalin kerjasama dengan Lia Group dan SBG. Pada akhir-
akhir ini ia aktif bersama Zulfan Effendi pertunjukan di kawasan Sumatera Utara, yang
banyak meminatinya. Ia memiliki kemampuan panggung dan improvisasi yang begitu baik.
Ia juga dapat menari tari-tarian tradisi Melayu. SBG menggunakan beliau sebagai penyanyi
di berbagai kesempatan seperti di Medan sendiri dan berbagai kunjungan di Malaysia,
terutama dalam nyanyian tradisi Melayu.
Darmansyah adalah seorang penyanyi Melayu yang berasal dari Batang Kuis Deli
Serdang. Awalnya ia adalah penyanyi di LKMABMI, dan banyak belajar menyanyi dari
Hajjah Dahlia Abu Kasim Sinar. Ia memiliki “suara emas” sebagai penyanyi Melayu. Kini ia
merantau dan tinggal di Jakarta sebagai penyanyi Melayu ataupun pop Melayu bergaya
Malaysia.
Muhammad Tahir adalah seorang penyanyi putera Melayu asal Kota Binjai. Ia
mempunyai suara bariton yang khas. Selain sebagai seorang karyawan di salah satu
42
perusahaan ekspor impor, di sela-sela waktu senggangnya ia aktif pertunjukan bersama SBG.
Ia juga sering dibawa oleh SBG ke Malaysia dan Singapura. Karena jadwal kerjanya yang
padat untuk dapat tampil bersama SBG ia harus memanajemeni waktunya secara baik dan
bijaksana.
Fitri adalah penyanyi wanita Melayu yang cukup memiliki pengalaman. Ia bergabung
bersama SBG tahun 2001. Pengalamannya bernyanyi adalah di sekitar Medan dan Jakarta
dalam rangka memenuhi undangan Dewan Kesenian Jakarta dalam rangka Apresiasi Tari
Melayu bagi siswa-siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Atas tahun 2001. Kemudian tahun itu
pula ia kawin dengan seorang karyawan di Jakarta, menetap di sana.
Nazaruddin adalah seorang seniman seni dabus yang bermukim dan tinggal di Banda
Aceh. Ia sehari-hari disebut dengan Bang Jal. Dabus adalah sebuah genre seni dalam Dunia
Islam yang menggunakan kegiatan mencucuk-cucukkan benda-benda yang terbuat dari besi
seperti: pedang, rencong, pisau, bahkan alat-alat chinshaw ke tubuh pemain dabus atau orang
lain, namun orang tersebut kebal berkat pertolongan Allah SWT. Di nusantara dabus ini
terkenal di daerah Aceh dan Banten. Namun di daerah lain seperti Melaka, Asahan, Riau, ada
juga dijumpai permainan dabus ini. Pada masa awalnya seni ini adalah sebagai salah satu
sarana dakwah agama Islam. Namun pada masa kini berkembang juga sebagai sarana
hiburan. Nazaruddin adalah termasuk ke dalam pemain dabus terkenal di Aceh. SBG sering
mengundangnya untuk bermain bersama dalam mengiringi tari dabus maupun saman. Ia
sering dibawa oleh SBG ke Malaysia, Thailand, bahkan ke Venezuela.
Tengku Mira Rozanna Sinar adalah putri bungsu Tengku Luckman Sinar. Sampai tahun
2002 ia tinggal di Jakarta dan kemudian ia tinggal di Medan, dan sekaligus masuk ke dalam
SBG sebagai penari. Ia termasuk berusia paling tua di antara penari-penari wanita SBG.
Walaupun ia baru masuk tahun 2002 di SBG, ia punyai dasar sebagai penari Melayu yang
baik.
43
Tengku Eliza Norhan Sinar adalah putri Tengku Luckman Sinar juga, yang dalam
keorganisasian SBG ia menjadi pemasar grup ini. Ia memiliki jaringan persahabatan yang
luas, terutama di kalangan elit eksekutif Sumatera Utara dan Jakarta. Ia juga salah seorang
fungsionaris Partai Golkar di Jakarta. Dengan kedudukannya yang sedemikian rupa ia mampu
memasarkan SBG di kalangan-kalangan elit eksekutif tersebut.
Ludfi Taher adalah salah seorang pengurus teras Majis Adat Budaya Melayu Indonesia
yang juga diketuai oleh Tengku Luckman Sinar. Ia membawahi bidang sumber daya manusia.
Di SBG ia juga menjadi seorang pemasar yang handal. Sama dengan Tengku Eliza Norhan
Sinar, ia memiliki jaringan persahabatan ditingkat elit eksekutif di kawasan Sumatera Utara
yang relatif luas.
Selain dari pemimpin dan anggota seni, SBG juga dibantu oleh dua orang pegawai
Tengku Luckman Sinar di perusahannya, yaitu Elly Batubara dan Tengku Badi. Elly
Batubara adalah sekretaris perusahaan Tengku Luckman Sinar, yang dalam urusan SBG ialah
yang membuat surat-menyurat, hubungan telefon dan faksimili, internet, urusan transportasi
dan akomodasi, dan lain-lainnya. Ia juga telah beberapa kali menyertai SBG pertunjukan di
Sumatera Utara dan Malaysia.
Tengku Badi (Tengku Syahruwardi) adalah saudara Tengku Luckman Sinar yang juga
adalah bendahara perusahaan Tengku Luckman Sinar. Dalam produksi pertunjukan dan
penampilan, dialah yang dipercayakan oleh Tengku Luckman Sinar untuk mendistribusikan
uang transportasi dan honor kepada para pemain.
Selain itu, yang tak kalah pentingnya SBG adalah Almarhum Tengku Yasmar. Ia
seorang pemain keyboard. Pensiunan pegawai PTPN II. Masuk ke SBG tahun 1990 dan telah
banyak mengelilingi negara-negara Asia Tenggara, seperti: Malaysia, Singapura, dan
Thailand. Ia adalah seorang improvisatoris keyboard yang baik.
44
Setelah kepimipinan Fadlin berakhir maka pada tahun 2003 hingga saat ini tampuk
kepimpinan dan pengelolaan Sinar Budaya Grup dipegang oleh Tengku Mira Sinar S.Sos.
Dimana beliau adalah putri bungsu dari Almarhum Tengku Luckman Sinar Basharsyah II,
S.H. Dalam struktur kepengurusan Sinar Budaya Grup pada saat ini Tengku Mira membentuk
sistim manajemen dan struktur kepengurusan yang baru, seperti dijelaskan dibawah ini :
Sesuai Akte Sinar Budaya Grup No. 4 Tahun 2007
1. Ketua atau Pimpinan Sinar Budaya Grup melaksanakan seluruh kegiatan Lembaga
berikut mengetahui surat-surat.
2. Jika Ketua tidak hadir atau berhalangan, maka wewenang Ketua tersebut digantikan
oleh Wakil Ketua yang dipilih oleh Ketua.
3. Bendahara bertugas untuk menerima, menyimpan, mengeluarkan, serta mengurus
keuangan Lembaga sesuai dengan persetujuan Ketua.
4. Menggunakan Sistim musyawarah
5. Menggunakan struktur organisasi
6. Merekrut tenaga profesional, yang memiliki keahlian dan kemampuan serta integritas
pribadi dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Struktur Kepengurusan Sinar Budaya Grup sejak tahun 2003 adalah sebagai berikut ini.
Penasehat : dr. Sjafii Ahmad, MPH
Ketua : Tengku Mira Eozanna Sinar, S.Sos
Sekretaris : Elly Suryani Batubara
Bendahara : Tengku Syahruwardi
Administrasi : Yul Andhana, ST
Koordinator Pelatihan Tari : Almahdi, S.Pd.
Anggota : Suci Pernanda, S.Pd , Masyita Ulfa
Koordinator Pelatihan Musik : Tengku Ryo Rizqan, S.E.
45
Anggota : Bukhari, Ladoni
Koordinator Tim Kreatif : Safdinar Dlimartha
Anggota : Tengku Haris Fadillah, S.Psi, Hadizah S.Pd
Seluruh total jumlah Anggota Tim Sinar Budaya Grup berjumlah ±50 orang.
Peran Anggota Sinar Budaya Grup adalah sebagai berikut.
1. Mempersiapkan materi dan jadwal kegiatan dilingkungan sanggar Sinar Budaya Group
2. Koordinator Sinar Budaya Group akan melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
sepenuhnya pada Direktur, Pembina, dan Penasehat Sinar Budaya Group
3. Koordinator Sinar Budaya Group membuat laporan secara tertulis secara triwulan dari
setiap kegiatan.
Demikian sekilas manajemen kepemimpinan dan anggota dalam organisasi SBG, dalam
menjalani dimensi ruang dan waktunya. Selengkapnya bagan berikut ini menggambarkan
struktur organisasi SBG.
46
Skema 2.1
Struktur Organisasi Sinar Budaya Group
Pelindung
Ketua
Sekretaris
Bidang Pemasaran
Koreografer Penata Musik
Make-Up Kostum Pembantu koreografer
Penari Pemusik
Ket : : menunjukkan ”bertanggung jawab kepada”
2.4 Materi Pertunjukan
2.4.1 Pemilihan Materi Pertunjukan
Dalam rangka mencapai misi dan visinya, SBG juga memanajemi bidang produksi agar
sinerji. Adapun di bidang manajemen produksi, salah satu hal yang sangat penting adalah
memilih materi pertunjukan. Adapun materi pertunjukan SBG mencakup sebagian besar seni
pertunjukan etnik Melayu, ditambah seni pertunjukan Nusantara, dan kontemporer.
Keseluruhannya dilatih dan dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan pasar terhadap produk
seni SBG. Kemudian pemilihan materi pertunjukan untuk suatu pertunjukan ini biasanya
47
disesuaikan dengan konteksnya, misalnya untuk mengiringi upacara perkawinan adat Melayu
menggunakan tari inai dan hiburan musik ronggeng, untuk upacara penyambutan tamu tari
persembahan, untuk upacara tradisi perkawinan Mandailing digunakan tortor sabe-sabe dan
gondang dua, untuk mengiringi upacara perkawinan adat Toba digunakan tortor somba dan
seterusnya. Adakalanya pihak pemesan juga meminta tari kontemporer, misalnya tari maena
dari Nias dengan garapan baru yang dipopulerkan oleh pihak Gubernur Sumatera Utara.
2.4.2 Penciptaan Materi Seni Pertunjukan
Untuk seorang pelatih, yang dalam hal ini adalah pelatih tarian, dia harus selalu
melatih anggota-anggotanya untuk menarikan satu tarian baru yang dia ciptakan atau secara
bersama-sama. Untuk memenuhi satu permintaan pertunjukan, biasanya tariannya harus
sesuai dengan permintaan kecuali pertunjukan itu mengatasnamakan satu budaya.
Untuk satu pertunjukan, biasa saja tarian yang dimiliki oleh satu suku dipadu dengan
gerakan-gerakan yang lainnya, dengan tujuan agar terihat lebih kreatif. Jadi satu tarian tradisi
bisa saja tidak mengetahui pola aslinya, karena ini merupakan satu kreasi dari pelatih tari
(penata tari/koreografer). Setelah menemukan gerakan-gerakan yang dianggapnya cocok
untuk dipadukan dengan tarian yang sudah ada, maka si pelatih tadi langsung
mengajarkannya kepada anggota dan gerakan tadi pun harus bisa dikembangkan oleh
anggota-anggotanya. Karena melatih penari ini sudah menjadi tugas bagi si pelatih, maka si
pelatihlah yang menentukan siapa orang yang cocok untuk menarikan tarian itu, jadwal
latihannya, dan seperti apa gerakan yang dia inginkan. Dalam hal ini si pelatih memiliki
wewenang penuh untuk menentukan hal-hal yang berkaitan dengan tarian untuk pertunjukan
itu.
Tarian yang ditampilkan disesuaikan dengan acara pertunjukan dan si pemesan.
Karena bisa saja tarian itu bersifat tradisi, modern ataupun kontemporer. Tetapi kesemuanya
48
itu tidak terlepas dari bersuasanakan etnis. Sehingga yang membuatnya berbeda dalam hal
kostum ataupun gerakan tarian.
Dalam hal gerakan ini, si pelatih biasanya mendapatkan ide melihat dari beberapa
pertunjukan yang lain. Artinya disini bukan mengambilnya secara utuh tetapi mengambil
beberapa pola gerakan tertentu dan kemudian divariasikan lagi. Dalam mengembangkan pola
tersebut, hal yang demikian dilakukan biasanya secara bersama-sama dengan penari.
2.4.3 Materi Yang Berkaitan dengan Saat Pertunjukan
Dengan menggunakan teori semiotika seperti sudah dikemukakan dalam bab satu,
maka pada bagian yang berkaitan dengan saat pertunjukan ini dalam rangka manajemen
produksi akan dibahas 13 hal yang berkaitan dengan pertunjukan, yaitu: kata-kata, nada
bicara, mimik, gestur, gerak, make-up, gaya rambut, kostum, setting, lighting, musik, dan
efek suara.
Dalam hal kata-kata dan nada bicara terutama untuk produksi teater, SBG memiliki
konsep natural artinya dilakukan sebagaimana halnya teater tradisional. Namun ada naskah
dihafal dan diimprovisasikan oleh setiap pemain. Untuk penampilan tari dan musik umumnya
disesuaikan dengan setting budaya apa yang dipertunjukan. Musik yang digunakan juga
adalah sesuai dengan konteksnyaa. Misalnya untuk iringan upacara perkawinan adalah musik
inai, untuk hiburan musik keyboard lagu-lagu etnik dan pop.
Dalam rangka produksi kesenian, SBG juga tak terlepas dari pengadaan alat-alat yang
mencakup busana tari dan pemusik, make-up, properti, alat-alat musik, dan sound system.
Peralatan ini sebagian besar dimiliki oleh SBG. Namun terkadang juga disewa seperti yang
sering adalah busana tarian. Khususnya untuk tarian tertentu, dan SBG belum memiliki
busananya. Alat-alat musik dan sound system juga dimiliki oleh SBG seperti seperangkat
gondang Toba, gondang dua Mandailing, gondang sidua-dua Simalungun, gondang Nias,
gendang dol Minangkabau, gendang Cina, simbal dan gong. Ada juga alat-alat musik Melayu
49
seperti akordion, gambus, biola dan lainnya. Begitu juga dengan peralatan elektrik modern
seperti keyboard, gitar bass, gitar melodi, dan lainnya. Untuk sound system disediakan tiga
loudspeaker. Untuk pertunjukan biasanya SBG merajuk kepada sound system yang baik yang
ada di Medan seperti sound system miliknya Ahyar.
2.4.4 Materi-materi pertunjukan SBG
Materi-materi pertunjukan SBG diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Tari Persembahan, adalah salah satu jenis tari dari kebudayaan Melayu yang
dipergunakan untuk menghormati para tetamu yang hadir dalam suatu upacara tradisi Melayu
2. Tari Mak Inang dan Serampang Dua Belas, adalah satu jenis tari hiburan yang
dipergunakan untuk hiburan. Tari ini sering difestivalkan atau diperlombakan. Tari mak
inang atau Mak Inang Pulau Kampai adalah tarian yang menggambarkan para dayang-dayang
istana mencari menghibur keluarga kerajaan. Sementaraa itu pula, Tari Serampang Dua Belas
adalah tari yang digarap oleh Guru Sauti dan O.K. Adram pada dasawarsa 1930-an, yang
disusun menurut kronologis sepasang jaka dan dara mulai dari berkenalan sampai bersanding
di pelaminan. Tari ini dibagi ke dalam dua belas ragam. Biasanya SBG menyajikan tarian
dengan iringan musik langsung sebagaimana dalam tradisi Melayu.
3. Tortor somba adalah suatu tari tradisional yang berasal dari kebudayaan etnik Batak
Toba. Tari ini adalah menggambarkan penghormatan kepada Hula-hua (dibata nadi ida)
sebagai penguasa semesta alam. Tari ini biasa dipergunakan dalam upacara-upacara ritual,
termasuk perkawinan.
4. Joget atau ronggeng adalah tari tradisional Melayu yang fungsi utamanya adalah
hiburan sosial. Penari wanita yang disebut ronggeng atau joget menari bersama mitra
lelakinya yang berasal dari penonton. Ronggeng ini biasanya menari sebagai jasanya ia
50
menerima kupon atau karcis yang nilainya telah ditentukan oleh kelompoknya. Sekarang tari
ini sering dipersembahkan dalam bagian akhir suatu pertunjukan.
5. Rantak adalah sebuah tari yang berasal dari masyarakat Minangkabau, tari ini
menggambarkan bagaimana para pemuda Minangkabau begitu baik menguasai seni bela diri
dengan rentak yang dinamik.
6. Chek Minah Sayang, adalah sebuah tari tradisi Melayu yang berfungsi hiburan.
Ditarikan sepasang penari. Tari ini menceritakan tentang kemolekan Chek Minah yang
termasyur ke segenap pejuru negeri.
7. Piso Surit, adalah tari yang berasal dari budaya Karo. Tari ini adalah tari yang
menceritakan tentang konsep pergaulan antara pemuda dan pemudi karo. Tari ini termasuk
tari yang populer dalam budaya Karo. Tari-tari sejenis adalah Guro-guro Aron dan Biring
Manggis yang cukup populer di Sumatera Utara.
8. Zapin Serdang adalah tari yang berasal dari Kesultanan Serdang. Tari ini menurut
penjelasan Tengku Luckman berasal dari Hadrahmaut Arab, yang dibawa oleh para pedagang
dan penyiar agama Islam dari Arab ke Kesultanan Serdang abad ke-17. Tari ini termasuk
tarian yang berunsurkan ajaran-ajaran agama Islam. Tari Zapin Serdang adalah tari untuk
iringan upacara pernikahan pada awalnya, kini sering pula disajikan dalam konteks hiburan.
9. Zapin Kasih dab Budi adalah salah satu tari zapin garapan baru, yang mengadopsi tari
zapin asas dan tari kontemporer. Tari ini berasal dari judul lagu yang populer dari Malaysia
yaitu Zapin Kasih dan Budi. Tarian ini sangat diminati di kalangan remaja Melayu karena
sentuhan kontemporernya. Secara umum tarian ini adalah pengungkapan rasa kasih dan
bagaimana manusia wajib berbudi baik kepada sesamanya. Ia adalah unsur cinta universal
yang diajarkan dalam agama Islam.
10. Inang Samarkan adalah salah satu jenis tari garapan baru yang mengadopsi rentak dan
gerak dari wilayah Dunia Islam lain yaitu Samarkan Uzbekistan. Tarian ini menggambarkan
51
para pemuda dan dara yang menari sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah yang telah
menganugerahi negeri yang makmur, adil, dan aman. Tari ini diciptakan oleh koreografer
Syainul Irwan ketika ia berkunjung membawakan musik sufi di Samarkand bersama
Irwansyah dan kawan-kawan.
11. Rentak Medan atau Mabuk Kepayang adalah tari yang menggambarkan ungkapan
rasa cinta para jejaka dan dara dari Kota Medan, sebagai tempat bermukimnya berbagai
kelompok etnik yang hidup rukun damai dalam segala perbedaannya. Gerakan tari ini
umumnya menggunakan kosa gerak tari Melayu, Arab, Mandailing, dan Toba.
12. Baris Tunggal adalah salah satu tari tradisional dari Bali, yang mengekspresikan
tentang kepahlawanan para prajurit dari kerajaan-kerajaan yang ada di Bali dalam rangka
menjaga keamanan negeri dari gangguan-gangguan perusuh dari luar negeri.
13. Iyolah Molek adalah tari tradisional Melayu dari kawasan Batubara dan Tanjung
Balai Asahan. Tari ini menceritakan tentang para gadis yang sedang menenun kain songket,
kemudian mereka digoda oleh para jejaka untuk saling kenal-mengenal dan bila mungkin
mereka berpacaran dan nantinya membina mahligai rumah tangga yang bahagia yang
diberkati oleh Tuhan.
14. Tortor Sabe-sabe adalah salah satu jenis tari tradisional dari daerah Mandailing
Sumatera Utara. Tortor ini dilakukan sebagai ekspresi menghormati para tetamu yang
berkunjung ke dalam suatu upacara. Istilah sabe-sabe itu sendiri memiliki pengertian sebagai
kain kebesaran masyarakat Batak (kain adat).
15. Klono Topeng adalah salah satu tari tradisional dari daerah Jawa Timur. Tari ini
mengekspresikan seorang pahlawan yang bernama Klono yang begitu gagahnya dalam
melakukan latihan perang di Kerajaan Majapahit. Klono sendiri memiliki sifat-sifat kesetiaan,
kejujuran, dan pengabdian kepada kerajaan.
52
16. Saman dan dabus adalah tari tradisional dari daerah Aceh. Saman adalah tari
ungkapan puji-pujian kepada Allah, dan sebagai bagian dari kegiatan zikir bagi masyarakat
Aceh. Berkat anugerah dari Allah seseorang dapat kebal dari benda-benda tajam seperti: besi,
rantai, recong, pisau, dan pedang. Untuk mencapai tahap ini seseorang itu harus belajar dari
seorang guru. Kedua seni ini adalah menggambarkan bagaimana masyarakat Aceh menerima
Islam dan keseniannya dalam rangka kehidupannya sehari-hari.
17. Tari Wo Ai Ni adalah salah satu tari garapan baru SBG, yang menceritakan tentang
kisah kasih sepasang dara dan jejaka dalam konsep tradisi masyarakat China. Tari ini
menggunakan iringan musik dan properti tarian China yang diadopsi dan digarap sedemikian
rupa.
18. Hadrah adalah salah satu aktivitas pertunjukan tradisional Melayu yang
mengekspresikan ajaran-ajaran Islam berupa puji-pujian kepada Allah dan Nabi Muhammad.
Tari dan musik hadrah diperkirakan sebagai bagian dari tradisi sufisme Islam di berbagai
kawasan termasuk dunia Melayu. Tari dan musiknya yang terkenal adalah Bismillah Mula-
Mula.
19. Iya Kothe Kaloke adalah tari garapan baru yang menyerap unsur-unsur tari dari musik
India. Tari ini menggambarkan tentang pergaulan antara pemuda-pemudi dalam rangka
penjajakan perkenalan dalam bercinta dan kemungkinan untuk memilih pasangan dalam
mengharungi rumah tangga.
20. Indonesia Bersatu adalah salah satu tari kolosel garapan baru yang mengekspresikan
rasa persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai
macam etnik, bahasa, budaya, agama, dan lainnya yang terkonsep dalam Bhinneka Tunggal
Ika (biar berbeda tetapi satu juga). Tari ini diiringi oleh lagu-lagu daerah di Indonesia.
21. Inai adalah salah satu tari tradisional Melayu yang biasanya dipergunakan dalam
upacara berinai di rumah pengantin wanita malam sebelum menjelang hari persandingan pada
53
esok hari. Tujuannya adalah memperkuat batin dan lahir calon pengantin dalam menghadapi
cabaran kehidupan.
Selain itu SBG juga memiliki produk musik, yaitu musik tradisi Melayu, etnik lain
Sumatera Utara, atau juga musik keyboard gaya Melayu, dengan ratusan lagu. Begitu juga
dengan teater, seperti misalnya Makyong SBG tetap mempertahankannya hingga kini. Atau
jika ada pemesan meminta teater lain SBG juga akan menyiapkannya berdasarkan referensi
yang ada.
Masih banyak lagi seni persembahan yang lain, yang diproduksi oleh SBG. Namun
intinya materi pertunjukan itu mencakup budaya Dunia Melayu, Sumatera Utara, Nusantara,
dan Dunia baik dalam suasana tradisi maupun garapan baru atau kontemporer.
2.5 Proses Latihan
SBG mempunyai jadwal latihan bagi para anggotanya. Dilakukan untuk persiapan
pertunjukan yang benar-benar sempurna. Jadwal latihan tersebut tidak bisa ditentukan
harinya. Tetapi minimal sekali seminggu, lain halnya jika menjelang pertunjukan. Semakin
dekat pertunjukannya, makin sering diadakan latihan.
Berkenan dengan harinya, biasanya mereka membuat kesepakatan bersama. Karena
disesuaikan dengan kesibukan masing-masing anggota diluar SBG. Sehingga kelihatan dari
situ rasa kekeluargaan dan tenggang rasa antar sesama anggota.
Latihan di dalam SBG bisa terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu tari dan musik. Kedua
bentuk latihan tersebut dilakukan secara bersama atau masing-masing. Dilakukan secara
individu terlebih dahulu karena biasanya ada suatu penciptaan baru baik didalam tarinya
ataupun musiknya. Kemudian apabila proses penciptaan tersebut telah selesai, maka latihan
tari dan musiknya dilakukan bersama-sama. Manfaat yang diambil dari penggabungan latihan
agar tercipta kekompakan yang sangat diperlukan dalam suatu pertunjukan.
54
Di SBG ada juga pelatihan buat regenerasi, tetapi regenerasi yang bersifat penari SBG
yang dalam batasan umur. Bukan anak-anak, tetapi batasan umur pelajar SMA keatas. Dan
mereka didalam SBG tidak dipungut bayaran. Regenerasi disini berlaku pada penari yang
sudah mempunyai kemampuan menari. Diperlukan regenerasi tersebut karena apabila
khusunya penari yang terdahulu tidak dapat/bida bergabung lagi didalam SBG. Sehingga
dapat digantikan oleh penari yang baru yang kemudian dilatih penari yang lebih senior.
Hal ini yang berkenaan dengan latihan, SBG juga menyediakan tenaga pelatihan kepada
yang memerlukan khususnya tari. Misalnya pernah ada suatu pihak perusahaan di Malysia
memerlukan tenaga pelatihan tari untuk kepentingan tertentu. SBG sebagai pihak yang
diminta mengirimkan beberapa tenaga pelatihan dengan biaya yang ditanggung oleh pihak
pemesan dan kesepakatan yang telah disetujui.
2.6 Uji Kendali Mutu
Untuk mempertahankan citranya, SBG selalu mengadakan uji kendali mutu artinya
materi yang dianggap bersama telah memenuhi standar pertunjukan itulah yang dapat
ditampilkan. Sebaliknya materi yang belum layak ditampilkan akan digarap kembali dalam
latihan-latihan.
Sebaliknya itu untuk mengawasi proses regenerasi selalu dilakukan uji bakat bagi para
seniman yang baru masuk. Hal ini dimaksudkan agar SBG dapat mempertahankan
kualitasnya di bidang produksi.
2.7 Persiapan Pertunjukan
Persiapan pertunjukan yang dilakukan SBG biasanya sebelum keberangkatan.
Persiapan-persiapan tersebut seperti dalam hal visa dan paspor (bila berada diluar Indonesia),
tiket, transportasi serta tidak ketinggalan latihan dan sebagainya yang mendukung
55
pertunjukan. Hal tersebut diperlukan agar pertunjukan yang dilakukan dapat terlaksana
dengan baik dan tidak menjadi sia-sia.
Biasanya di dalam SBG bila untuk persiapan tersebut, akan ditunjuk satu orang yang
bertanggungjawab sebagai pimpinan rombongan. Bertanggungjawab disini bukan berarti
membiayai tetapi bertanggungjawab dalam hal pengurusan administrasi seperti tiket, visa,
paspor, penginapan dan lain-lainnya, untuk urusan pembrangkatan. Begitu juga dengan
pertunjukannya. Seperti hal-hal yang dibutuhkan selama pertunjukan. Dalam hal latihan juga
begitu, baik itu tari maupun musiknya. Latihan yang rutin dan maksimal tentunya akan
mendapatkan hasil pertunjukan yang juga akan maksimal. Hal-hal tersebutlah yang menjadi
persiapan pertunjukan di dalam Sinar Budaya Grup, dalam hal keberangkatan menuju tempat
diadakannya pertunjukan.
2.8 Sistem Pendanaan
Dalam seni pertunjukan, pendanaan menjadi hal yang mutlak atau penting karena akan
menentukan berkembang atau tidaknya suatu organisasi kesenian. Ada juga kelompok seni
yang tidak mengutamakan pada aspek dana, misalnya institusi seni tradisional yang berkaitan
dengan upacara religi atau agama. Kelompok seni seperti ini dapat terus berjalan walaupun
tidak ada pendanaan, sejauh ini ia mendapat dukungan dari ritual pemeluk agamanya,
misalnya tradisi memperingati lahirnya pura di Bali, upacara sekaten di Yogyakarta, dan
lainnya. Namun dalam kelompok kesenian SBG atau yang lainnya, dimana mengutamakan
komersialisasi dan sebagai bagian dari profesionalitas, maka dana menjadi begitu penting.
Dana menjadi aspek yang paling penting, ini terlihat di dalam SBG sejak awal
berdirinya sangat bergantung kepada pendukung dana (sponsorship) sekaligus sebagai
pimpinan kelompok ini yakni Tengku Luckman Sinar.
56
Donatur juga berperan dalam hal pendanaan di sini. Di sini SBG tidak mempunyai
donatur yang bersifat “tetap”. Tetapi disini bila diperlukan pihak donatur tersebut, SBG akan
membuat sejenis proposal dan akan diberikan kepada pihak atau pemerhati SBG. Biasanya
SBG tidak membatasi jumlah dana yang akan diberikan.
Pendukung dana selain dari pimpinannya sendiri, ada juga yang bersifat sponsor
perusahaan (donatur perusahaan). Seperti yang diakukan perusahaan Pertamina mensponsori
SBG dalam pertunjukan yang dilakukan di Venezuela dalam rangka OPEC (seperti yang
sudah disebutkan di atas). Ataupun pihak Pemda (Pemerintah Daerah) yang ada di Medan,
karena mereka membawa nama daerah.
Dana yang didapati dari pihak pengundang (customer), atau bisa disebut dengan
honorarium pertunjukan yang didapati SBG tidak tentu jumlahnya. Karena di sini tergantung
dari besar kecilnya acara (event) yang sedang berlangsung dan tentunya juga besar kecilnya
permintaan pertunjukan. Setidaknya disesuaikan dengan kondisi bagaimana perjanjian yang
dibuat oleh kedua pihak yakni SBG dan pihak pengundang. Seperti kalau diundang ke
wilayah lain, selain pertunjukan, apakah SBG ditanggung dalam hal biaya penginapan,
makan dan transport oleh si pengundang. Hal tersebut berpengaruh juga terhadap honorarium
pertunjukan yang mereka dapatkan.
Pemberian honorarium, biasanya dilakukan dengan cara memtberi uang muka (DP)
terlebih dahulu. Baru diakhiri acara pertunjukan, pihak pengundang akan melunasi sisanya.
Disini pemberian honor tersebut didukung dengan memakai sistim kontrak, tetapi bisa juga
dengan ‘modal’ kepercayaan. Karena disini mereka saling membutuhkan.
Kemudian honorarium yang didapat bila ada sisa dari dana yang didapat akan
dipergunakan untuk keperluan SBG. Dibuat semacam kas yang memang untuk dipergunakan
seperti keperluan peralatan, kostum, dana transportasi dan lain-lain. Dimana kesemuanya itu
untuk mendukung latihan dan pertunjukan yang ditampilkan.
57
Honor yang diterima pelaku pertunjukan juga tidak bisa ditafsirkan berapa jumlah
yang mereka dapat. Karena bergantung juga kepada besar kecilnya suatu acara. Di dalam
SBG mereka tidak mendapat gaji yang rutin, tetapi mereka mendapat honor dari setiap
pertunjukan. Selain itu, anggota yang tergabung di dalam SBG tidak dipungut bayaran
apapun, seperti uang kas. Mereka tidak dibebankan dalam hal keuangan di SBG, malah
mereka dibayar. Seperti halnya juga kalau sedang latihan, mereka akan diganti uang
perjalanan mereka ke tempat latihan.
Bila ada anggota tambahan yang diikutsertakan (anggota tidak tetap) mereka juga
diberikan honor. Tentunya honor tersebut dibicarakan dengan kesepakatan terlebih dahulu.
Besarnya honor yang diterima juga bisa berbeda atau sama dengan yang diterima oleh
anggota tetap SBG. Hal tersebut juga bergantung kepada besar kecilnya acara yang diadakan.
58
BAB III
DESKRIPSI PERTUNJUKAN MAKYONG
CERITA PUTRI RATNA OLEH SINAR BUDAYA GRUP MEDAN
3.1 Sejarah Makyong
Latar belakang sejarah makyong dimulai dari kerajaan dan kebudayaan Melayu yang
tercatat sudah ada pada tahun 644 M (di hulu Jambi), cukup luas pengaruhnya diberbagai
wilayah di Indonesia dan semenanjung Malaka. Kerajaan-kerajaan pendukung kebudayaan
Melayu pada masa lampau berpindah-pindah kedudukannya dari berbagai tempat dipulau
Sumatera Utara ke Semenanjung Malaka dan sebaliknya. Setelah Jambi, kerajaan Sriwijaya
yang berkedudukan di Sumatera Utara Selatan menjadi pendukung dan penyebar kebudayaan
Melayu. Kerajaan Melayu pernah pula berkedudukan dipedalaman Melayu Sumatera Barat
dan Singapura (Tumasik).
Pada tahun 1400 berdirilah kerajaan Melayu di Semenanjung Malaka (sekarang
Malaysia) yang menjadi pusat kebudayaan Melayu dan pusat perdagangan serta agama islam.
Kerajaan yang kemudian pindah ke Riau-Johor, kekuasaanya meliputi seluruh Barat dan
Sumatera Utara. Karena itulah tumbuhlah kebudayaan “Melayu Pesisir” yang menerima
banyak pengaruh dari pertemuannya dengan berbagai bangsa (suku bangsa) Jawa, Cina,
Parsi, Siam dan bangsa-bangsa Eropa yang datang kemudian.
Itulah sebabnya teater-teater yang menggunakan bahasa Melayu (Indonesia lama)
tersebar luas bukan saja didaerah-daerah yang sudah disebutkan, melainkan juga didaerah-
daerah diluar pulau Sumatera terutama di pesisir yang telah mendapatkan pengaruh
kebudayaan Melayu misalnya lenong (Jakarta) dan Mamanda (Kalimantan Selatan).
Sesungguhnya didaerah penyebaran kebudayaan Melayu tersebut, teater (yang
biasanya disebut wayang) dengan tema sastra Hindu-Jawa seperti Ramayana bukannya tidak
59
ada. Akan tetapi perkembangan wayang atau teater pengaruh Jawa yang masuk pada zaman
Majapahit abad ke-14 memang tidak sepesat di Jawa dan Bali. Adapun jenis wayang yang
digemari adalah yang mendapat pengaruh dari Siam dan salah satu diantaranya adalah
makyong yang lebih dikenal sejak abad ke-17.
Makyong merupakan salah satu peninggalan kesenian tradisional Melayu. Dimana
kesenian ini dalam pementasannya yang memperlihatkan unsur ritual dan menggabungkan
unsur-unsur cerita, tari, nyanyi dan musik dalam pementasannya. Dahulu seni pertunjukan
ini hidup dan berkembang pada beberapa tempat dalam kawasan Sumatera Utara dan Riau
yang berfungsi sebagai hiburan rakyat di pedesaan pantai. Seni peran makyong telah
mengalami modernisasi penyebutannya menjadi “teater tradisional” makyong, pada
hakikatnya salah satu materi pengisi khazanah seni makyong dapat dianggap sebagai teater
vokal yang mempertemukan pemain, dan pementasannya dengan penonton dalam ruang
waktu dan tempat yang sama.
Menurut Bandem dan Murgiyanto (1996:170) makyong merupakan seni peran
berbentuk lakonan cerita yang telah popular dikalangan orang Melayu di Semenanjung Tanah
Melayu paling tidak sejak abad ke-17 M dialog diatas pentas menggunakan bahasa Melayu.
Rombongan terdiri atas kurang lebih 15 orang yang bertugas dari pukul 8 malam sampai
menjelang subuh. Serangkaian cerita Makyong dapat dipertunjukan berturut-turut selama
berhari-hari.
Namun dilain hal, banyak para ahli meyakini awal mula munculnya Makyong
didaerah Naraiyala Pattani, Thailand Selatan pada abad 17. Penyebarannya dari Thailand
Selatan menuju Kelantan Malaysia melewati Singapura menuju Pulau Bintan yang kini
termasuk dalam wilayah Kepulauan Riau dan masuk ke Sumatera Utara tepatnya di
Kesulatanan Serdang. Meskipun demikian ada perbedaan mendasar, bila di Thailand Selatan
60
maupun Kelantan Malaysia pertunjukan makyong tanpa topeng sedangkan di Sumatera Utara
di Kesultanan Serdang dan di Bintan Kep.Riau menggunakan topeng.
Sejarah keberadaan teater makyong di Sumatera Utara, tepatnya berada di Istana
Kota Galuh Kesultanan Serdang, dimana teater Makyong ini merupakan “buah tangan” dari
perjalanan Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah (Sultan Serdang ke V) ketika melawat ke
Perlis dan Kedah pada tahun 1898. Ketika itu Tengku Mahmud yang merupakan sultan dari
Regent Kedah menghadiahkan seperangkat peralatan musik makyong lengkap dengan para
pemainnya. Keberadaan teater Makyong ini dari dahulu hingga sekarang masih ada dan tetap
dipelihara dan telah dilakukan perkembangan dan perubahan. Yang mana pada zaman dulu
pementasan makyong dilaksanakan dengan memakan waktu semalaman suntuk, namun
setelah dilakukannya perubahan dan dilakukannya beberapa perkembangan maka dalam
pertunjukan makyong cukup hanya satu setengah jam atau dua saja dalam setiap cerita yang
ditampilkan.
Cerita-cerita makyong banyak yang diambil dari cerita-cerita Hindu dan Jawa yang
dianggap popular. Salah satu cerita Hindu yang dimakusd adalah Anak Raja Gondang yang
dianggap diambil dari cerita Sauvarna Sangkha Jataka (The Golden Shell Jataka) dimana
cerita ini sangat terkenal di Kamboja, Siam, dan Tibet. Cerita Dewa Muda dan cerita
Samadaru kemungkinan dianggap diambil dari cerita roman Panji dari Jawa seperti cerita
Raden Panji Inu Kertapati. Cerita-cerita pada pertunjukan Makyong selalu menceritakan
tentang kerajaan, Raja, Permaisuri, Tuan Putri, Putera Mahkota yang berjuang untuk
mencapai tujuannya dengan berbagai malapetaka, menderita penuh sengsara yang harus
dialami dan akhirnya berjaya dengan bantuan pihak ketiga seperti dewa atau dewi atau
sahabat. Dalam isi cerita menggambarkan tentang perlawanan antara yang baik dan buruk
dan kemudian berakhir dengan kemenangan yang baik.
61
Teater makyong di Sinar Budaya Grup mempunyai berbagai macam judul cerita
seperti cerita makyong yang berjudul “Anak Raja Gondang”, “Cerita Dewa Muda”, “Dewa
Samadaru”. “Dewa atau Raja Sakti”, “Dewa Indra atau Indra Dewa”, “Anak Raja Panah”,
“Gading Bertimah”, “ Raja Tangkai Hati”, “Raja Muda Lakleng”, “Raja Muda Lembek”,
“Raja Besar dalam negeri Ho Gading, “Bedara Muda”, “Putri Ratna”. Ada beberapa
kesamaan cerita makyong yang ada di Sinar Budaya Group Serdang maupun di Riau seperti
Megat Sakti, Tuan Puteri Ratna Emas, Gunung Intan, Wak Peran Hutan, namun diantara
cerita yang sama tersebut cerita Anak Raja Gondang dan cerita Nenek Gajah Dandaru yang
paling terpenting dalam pementasannya. Hal ini dikarenakan sebelum pementasan cerita
Anak Raja Gondang dan cerita Nenek Gajah Dandaru haruslah melakukan ritual dan
menyajikan sesajen dan ayam panggang guna suksesnya pertunjukan Makyong tersebut dari
awal hingga akhir pertunjukan9. Namun di Bab III ini pembahasan penulis akan difokuskan
terhadap deskripsi pertunjukan cerita Putri Ratna.
3.2 Cerita Putri Ratna
Teater makyong yang berjudul Putri Ratna adalah cerita hasil gubahan dari Tengku
Luckman Sinar Basarsyah II, S.H yang dimana dalam cerita ini mengisahkan tentang kaul
(nazar) dari ayah Raja Muda Lembek agar Raja Muda Lembek pergi bertapa ke Gunung
Burma, namun Raja Muda Lembek tidak melaksanakan kaul seperti yang telah diamanatkan
oleh ayahanda dari Raja Muda Lembek, sehingga akibat dari perbuatan Raja Muda Lembek
tersebut maka Raja Muda Lembek menjadi sakit lumpuh hingga menggemparkan seluruh
negerinya. Lalu Awang Pengasuh yang telah di usir Raja Muda Lembek datang kembali ke
9Lebih jauh lihat tulisan Ghulam Sarwar Youssof , dalam buku Pengantar Etnomusikologi dan Tarian
Melayu oleh T.Luckman Sinar Basarsyah II, S.H (hal39) . Ghulam Sawar Youssof adalah seorang ilmuwan budaya dari Universiti Malaya, Kuala Lumpur. Ia sangat intens melakukan penelitian dan penulisan tetaer tradisonal Melayu.
62
kerajaan untuk mengingatkan kembali sang Raja Muda Lembek agar kaul (nasar) ayah dari
Raja Muda Lembek dilaksanakan agar Raja Muda Lembek bisa sembuh kembali.
Akhirnya Raja Muda Lembek menuruti dan melaksanakan kaul (nazar) seperti yang
telah disarankan oleh Awang Pengasuh tersebut, lalu Raja Muda Lembek berangkat ke
Gunung Burma. Ketika Raja Muda Lembek pergi bertapa ke gunung Burma, kerajaan
dititipkan kepada Putri Ratna yang merupakan adik Raja Muda Lembek. Selama Putri Ratna
memegang kepemimpinan kerajaan Putri Ratna selalu diganggu oleh Gergasi (raksasa). Lalu
Putri Ratna diselamatkan oleh Raja Jemala Indra (sahabat Raja Muda Lembek) dari Gergasi,
dan berlanjut menjalin cinta antara Putri Ratna dan Raja Jemala Indra dan diakhiri pernikahan
mereka.
3.2.1 Tokoh-Tokoh Dalam Cerita Putri Ratna
Banyaknya jumlah dari tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita Makyong tergantung
dari isi ceritanya. Berdasarkan peran yang dibawakan, tokoh-tokoh Makyong pada cerita
Putri Ratna adalah sebagai berikut
1. Raja Muda Lembek, merupakan kakak dari Putri Ratna yang memerintah dikerajaan,
2. Putri Ratna, adik dari Raja Muda Lembek,
3. Raja Jemala Indra, pahlawan yang akan menyelamatkan Putri Ratna dari gangguan
Gergasi dan menjadi kekasih dari Putri Ratna,
4. Awang Pengasuh, merupakan penasehat dari Raja Muda Lembek yang mana telah
diusir dari kerajaan dan kembali lagi kekerajaan setelah mengetahui bahwa Raja
Muda Lembek sedang sakit.
5. Awang Muda, pembantu atau asisten dari Awang Pengasuh.
6. Mak Inang, tangan kanan dari Raja Muda Lembek, kadang-kadang penghibur Putri
Ratna.
7. Gergasi , jin, raksasa yang menggangu Putri Ratna.
63
3.2.2 Lagu-lagu Berdasarkan Fungsionalnya
Menurut Tengku Luckman Sinar Basarsyah II (1998:47) mengatakan di dalam
pertunjukan makyong kurang lebih terdapat 35 jenis lagu. Namun penulis disini hanya
menguraikan beberapa lagu saja diantaranya adalah :
1. Lagu Barat Manganjur, merupakan intro ketika pertunjukan akan dimulai,
2. Lagu Mangambur, merupakan lagu ketika suasana sedih atau penuh derita,
3. Lagu Mangulit, merupakan lagu ketika sedang bercinta atau ketika sedang makan atau
mandi maupun sedang berpiknik,
4. Lagu Yur, merupakan lagu suasana letih baru tiba dari perjalanan jauh,
5. Lagu Kijang Emas, merupakan lagu ketika menari bersama-sama,
6. Lagu Timang-timang Welu atau Cagak Manis, Pandan Wangi, merupakan lagu
ketika sedang di dalam suasana percintaan dan romantik,
7. Lagu Tari Ragam, merupakan lagu yang bertempo cepat, dimana pemain menari
ditempat berputar-putar sambil merendah ( seperti Tari Patam-patam ) dan gendang
induk atau geduk terus menerus dipukul sewaktu penari berputar.
Dibeberapa daerah seperti di Riau, Kelantan, dan Serdang, makyong ini berkembang
dan terdapat memiliki persamaan judul lagu, yaitu : Awang nak Berjalan, Cik Milik,
Selendang Awang, Betabik, Awang Berjalan, Soleram, Anak Ikan, Anak Raja Turun Beradu.
dan lain-lain.
Untuk pertunjukan Makyong oleh Sinar Budaya Grup yang berjudul “Putri Ratna”,
lagu-lagu yang dimainkan adalah sebagai berikut :
1. Lagu Ragam Berjalan
Dalam cerita Puteri Ratna lagu Ragam Berjalan dimainkan pada awal cerita setelah
Pawang selesai membacakan mantra. Para tokoh cerita seperti Putri Ratna, para dayang, Raja
64
Jemala Indra, Awang Pengasuh, Awang Muda dan Mak Inang serta para Pengawal Raja
mengelilingi panggung yang bertujuan untuk memperkenalkan diri dan pada penutupan akhir
cerita lagu ini juga dimainkan. Lagu Ragam Berjalan bertempo cepat mempunyai durasi
waktu 1 menit. Pada lagu ini hanya berupa reportoar tanpa vokal.
2. Lagu Timang Welo
Lagu Timang Welo adalah lagu yang syairnya berisi sinopsis dari cerita yang akan
diceritakan dalam lagu yang dinyanyikan oleh vokal. Dalam lagu ini penari dan Raja Muda
Lembek dan Awang Pengasuh menari dengan gaya bebas mengikuti alunan musik dan lagu
hingga lagu selesai. Lagu ini bertempo lambat dan berdurasi 2 menit18 detik.
3. Lagu Bunga Tanjung
Lagu ini dimainkan tempo yang lambat, lagu ini berdurasi 1 menit. Dalam cerita Putri
Ratna lagu ini dimainkan untuk menghibur Putri Ratna. Dimana Putri Ratna mengajak Mak
Inang dan para dayang-dayangnya untuk menyanyi dan menari dan yang menjadi vocal
dalam lagu ini adalah Mak Inang.
4. Lagu Kelantan
Lagu Kelantan adalah musik untuk berjalan dengan tempo yang lambat,lagu ini berdurasi
40 detik. Pada cerita Puteri Ratna lagu ini dimainkan pada saat Raja akan naik ke gunung
Burma untuk bertapa dan pada saat Raja Muda Lembek pulang dari Gunung Burma menuju
kekerajaan.
5. Musik Gaduh (Improvisasi)
Musik Gaduh (improvisasi) adalah musik yang mengiringi pergerakan pelakon, seperti
pada saat Gergasi/Raksasa mengganggu Putri Ratna, pada saat Mak Inang memukul Awang
Pengasuh, dll.
6. Lagu Ikan Kekek dan Lagu Rinjis-rinjis
65
Lagu ini merupakan lagu reportoar tanpa vokal, lagu ini dimainkan pada saat Awang
Pengasuh membacakan pengumuman mandat Raja, dan pada saat pengantin Raja Jemala
Indra dengan Putri Ratna berjalan. Lagu ini berdurasi 1 menit.
7. Musik Patam-patam
Musik Patam-patam adalah musik yang dipakai pada saat terjadi perkelahian atau
peperangan lagu ini tanpa vokal. Lagu dimainkan pada saat adegan perkelahian antara Raja
Jemala Indra dengan Gergasi. Durasi waktu pada lagu musik patam-patam ini 1 menit.
8. Lagu-lagu Senandung
Lagu ini dipakai pada saat pelakon sedang berdialog serius, seperti pada adegan Putri
Ratna dan Raja Jemala Indra berdialog. Lagu ini bertempo lambat dan berdurasi 1 menit. Dan
pada lagu ini Putri Ratna dan Raja Jemala Indra menari.
9. Lagu Hiburan
Lagu-lagu sebagai hiburan ini disesuaikan dengan materi yang akan ditampilkan pada
lagu hiburan dimainkan pada saat merayakan pernikahan Putri Ratna dengan Raja Jemala
Indra. Dalam lagu hiburan ini dimainkan beberapa lagu dari beberpa etnis seperti lagu batak
Toba, lagu batak Karo, lagu batak Mandailing, Lagu batak Pak-pak, lagu batak Simalungun.
3.3 Kostum
1. Kostum Raja Muda Lembek; baju model Teluk Belanga berwarna kuning emas,
memakai kain sampin songket, 3 set kebaya, mahkota dan memakai teratai di leher
dan bengkong di pinggang.
2. Kostum Puteri Ratna; model Kebaya Panjang berwarna nuasa keemasan, memakai
kain songket, teratai di leher dan ikat pinggang rantai berpending emas, 3 set kebaya,
mahkota.
66
3. Kostum Awang Pengasuh; celana panjang hitam, kaos dalaman putih, memakai baju
lengan panjang tidak berkancing dan memakai sampin sarung bermotif kotak.
4. Kostum Awang Muda; celana panjang hitam, kaos dalaman putih, memakai baju
lengan panjang tidak berkancing dan memakai sampin sarung bermotif kotak.
5. Kostum Mak Inang; kebaya panjang polos, kain plekat dan selendang, rotan kecil.
6. Kostum Raja Jemala Indra; baju model Teluk Belanga bahan songket betabur, kain
Sampin dan Tengkuluk bahan yang sama.
7. Kostum Gergasi; memakai jubah panjang hitam, kain panjang bentuk sayap berwarna
merah.
8. Pengawal : teluk belanga, kain sampan, selempang, teratai, tombak bamboo.
9. Dayang-dayang ; 1 set kebaya dan tetampan.
3.4 Karakter Topeng
Dalam cerita Makyong yang berjudul Putri Ratna terdapat tokoh yang memakai topeng
dalam perannya.Topeng yang dipergunakan dalam cerita Putri Ratna terbuat dari kayu dan
yang memakai topeng tersebut adalah tokoh-tokoh yang diperankan oleh laki-laki. Di dalam
cerita Putri Ratna tokoh-tokoh cerita yang menggunakan topeng adalah Raja Muda lembek,
Awang Pengasuh, Awang Muda, dan Gergasi/Rakasasa. Seperti yang dikatakan ibu T.Mira
Sinar S.Sos dalam tulisan paper yang penulis peroleh dari ibu T.Mira Sinar S.Sos bahwa
setiap topeng-topeng mempunyai karakter masing-masing, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Topeng Raja Muda Lembek
67
Gambar 3.1: Raja Muda Lembek
Karakter topeng Raja Muda Lembek dalam cerita menggambarkan watak yang tegas,
lucu dan humoris hal ini dapat dilihat beberapa adegan dalam cerita dimana Raja Muda
Lembek sering berekspresi-ekspresi lucu dan topeng Raja Muda Lembek juga mempunyai
karakter yang sangat perhatian dan menyayangi adiknya Putri Ratna.
2. Topeng Awang Pengasuh
Gambar 3.2: Awang Pengasuh
68
Topeng Awang Pengasuh menggambarkan sosok tua yang bijaksana namun lucu.
Dalam beberapa adegan tampak karakter topeng Awang Pengasuh juga nakal dan sering
menggoda para dayang-dayang dan sering mengusil Mak Inang.
3. Topeng Awang Muda
Gambar 3.3: Awang Muda
Topeng Awang Muda menggambarkan karakter watak Awang Muda yang pendiam
dan lugu. Dalam cerita Awang Muda adalah asisten dari Awang Pengasuh.
4. Topeng Gergasi
Gambar 3.4: Gergasi
69
Topeng Gergasi/Raksasa, menggambarkan watak yang kejam dan jahat. Dalam cerita
karakter topeng Gergasi mengganggu kerajaan ketika Raja Muda Lembek sedang bertapa.
Dan Gergasi juga ingin menculik dan menyakiti Putri Ratna.
3.5 Tarian
Bentuk gerak dari tari Makyong berasal dari reportoar dari tari Melayu lama. Hal ini
dapat dilihat dari bentuk gerak anggota tubuh yang luwes dan lentur dari langkah-langkah
kaki para penari. Pada Makyong yang berjudul Putri Ratna ini ada beberapa tari yang wajib
dan harus ditampilkan pada saat awal pertunjukan berlangsung hingga akhir dari pertunjukan,
tarian tersebut diurutkan sebagai berikut:
1. Tari Sembah Rebab.
Tari Sembah Rebab dimulai setelah Pawang mengakhiri mantra pembuka acara yang
dinamakan ritual buka panggung. Lalu arakan seluruh tokoh pemain dalam cerita Putri Ratna
masuk ke panggung dimana arakan para pemain tersebut yang pertama kali masuk
kepanggung adalah Putri Ratna lalu disusul dengan pemain rebab lalu para dayang-dayang
disusul dengan Mak Inang kemudian Awang Pengasuh, lalu Awang Muda, lalu para
pengawal raja dan diakhiri dengan Raja Muda Lembek. Durasi dari Tari Menghadap Rebab
ini ±1 menit. Setelah seluruh para pemain masuk ke panggung maka seluruh pemain
menghadap rebab.
Tari Menghadap Rebab ini berfungsi sebagai pembuka pertunjukan Makyong. Setelah
tari menghadap rebab berakhir maka dilanjutkan dengan nyanyian lagu Timang Welo.
Menurut bapak 10Tengku Syahruwardi ketika diwawancarai penulis di Sinar Budaya Group,
dibeberapa pertunjukan Makyong yang berjudul Putri Ratna oleh Sinar Budaya Group sudah
sangat jarang dilaksanakan tarian menghap rebab hal ini dikarenakan tidak ada nya pemain
10Tengku Syahruwardi adalah pemain serunai Makyong Sinar Budaya Group (salah satu informan penulis).
70
rebab masih hidup, maka untuk menggantikan rebab maka digunakan lah serunai sebagai
penggantinya.
2. Tari Puteri Bersedih.
Tari Putri Bersedih ini merupakan tari yang berfungsi sebagai ungkapan rasa sedih Putri
Ratna atas keadaan Raja Lembek yang sedang sakit lumpuh. Maka Putri Ratna mengajak
Mak Inang untuk menyanyi dan menari bersama para dayang-dayang untuk menghibur diri
dari rasa sedih. Tari Puteri Bersedih ini berdurasi ±1 menit. Dalam tari ini Mak Inang
menyanyikan Lagu tentang kisah sedih yang dialami Raja Muda Lembek.
3. Tari Dukung Tertatih.
Tari ini menggambarkan suasana perjalanan Raja Muda Lembek beserta pengawal serta
Awang Pengasuh ke Gunung Burma. Dalam tari ini para dayang-dayang dan Putri Ratna
menari dengan awal gerakan tari ini lambat dan semakin lama semakin cepat, tari ini
berdurasi ±1 menit.
4. Tari Ya Salam (Tari Zapin Serdang).
Tari ini berasal dari Hadrahmaut Arab yang dibawa oleh para pedagang dan penyiar
agama Islam dari Arab ke Kerajaan Serdang pada pertengahan abad XVIII, dimana tari ini
imenjadi salah satu primadona yang sering ditampilkan pada acara – acara besar di Kerajaan
Serdang. Tari Zapin Serdang sempat vakum ditarikan, namun oleh Sultan Serdang VIII Alm.
Tuanku Luckman Sinar Basarshah – II, SH.
Kemudian tari ini diangkat kembali setelah terlebih dahulu mengumpulkan data lengkap
dari keturunan penari dan pemusik Istana yang ketika itu masih ada. Gerak tari Zapin
Serdang diajarkan kembali kepada generasi muda, dikemas ulang pada gerak tari, musik dan
lirik lagunya. Tari Zapin Serdang menggambarkan masyarakat Melayu Serdang yang terkenal
gagah, berwibawa dan cekatan bagai Elang, namun tetap lembut bagai Bunga dan tetap
Santun serta saling Menghormati. Tari Zapin Serdang hanya boleh ditarikan oleh penari yang
71
berjumlah ganjil saja. Tari Zapin Serdang menggambarkan rasa syukur dan kegembiraan hati
atas kesembuhan Raja Muda Lembek dan tari Zapin serdang ini berdurasi ±5 menit .
5. Tari Silat.
Tari Silat merupakan tarian yang gerakannya menggambarkan perkelahian antara Raja
Jemala Indra melawan Gergasi (raksasa) tari ini diakhiri dengan gerakan Raja Jemala Indra
yang membawa keris dan menusukkan keris ketubuh Gergasi. Durasi tari silat ini sekitar 30
detik.
6. Tari Senandung Puteri.
Tari Senandung Puteri ini dilakukan oleh Raja Jemala Indra dan Putri Ratna dimana
dalam tarian ini gerakannya menggambarkan perasaan suka antara Puteri Ratna dan Raja
Jemala Indra. Dalam tarian ini diselingi dengan dialog antara Raja Jemala Indra dan Putri
Ratna yang mengungkapkan dari isi hati masing-masing. Tari ini berdurasi sekitar 1,5 menit.
7. Tari Hiburan.
Tari Hiburan merupakan tari yang menggambarkan suasana kebahagiaan didalam
Kerajaan. Dimana didalam istana Kerajaan merayakan kesembuhan dari Raja Muda Lembek
dan sekaligus pernikahan dari adik dari Raja Muda Lembek yaitu Putri Ratna dengan Raja
Jemala Indra yang merupakan sahabat Raja Muda Lembek yang telah menyelamatkan Putri
Ratna dari sang Gergasi. Tari hiburan ini bisa berupa tarian dari etnis yang ada di Sumatera
Utara yakni tari tradisional dari etnis Pak-pak, tari tradisional etnis Simalungun, tari
tradisional etnis Karo, tari tradisional etnis Batak Toba.
3.6 Proses-proses Persiapan Pertunjukan
3.6.1 Panggung
Dalam setiap pementasan Makyong cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Group
penggunaan panggung disesuaikan dengan alur cerita, diharapkan penonton seolah-olah
72
menganggap bahwa latar dari panggung dapat berupa suasana didalam istana, didalam taman
istana, ditengah hutan diatas puncak gunung ataupun didalam salah satu ruangan yang ada di
dalam istana. Namun tidak ada penataan panggung khusus, karena Makyong merupakan
teater tradisional yang mengedepankan alur cerita.
Gambar 3.5: Bentuk Panggung
3.6.2 Instrumen Musik
3.6.2.1 Rebab
Rebab merupakan alat musik masuk kedalam klasifikasi kordofon. Rebab adalah alat
musik gesek bersenar dua atau tiga yang mempunyai tabung resonansi dan biasanya
fungsinya digunakan untuk musik melodi solo. Di zaman dahulu kala di Persia terdapat rebab
bersenar satu yang digunakan untuk mengiringi deklamasi disebut “ rebab ul Shaer”. Rebab
berasal dari Timur Tengah kemudian menyebar ke Persia dan India hingga mencapai
kepulauan Nusantara. Ada yang mengatakan bahwa rebab telah dilukiskan pada dinding
Candi Borobudur (abad ke-11 M). Bagi orang Arab penyebutan rebab adalah “R a b a b” dan
73
disempurnakan dengan alat gesek yang kemudian tersebar luas melalui pusat Khalifah Islam
di Cordoba (Spanyol) diabad ke-8 M lalu rebab menyebar ke Eropa Barat sehingga berbentuk
cello dan kemudian biola. Lalu penyebarannya mencapai Turki dan Asia Tengah, ia masuk ke
Persia dan India juga Tiongkok, kemudian ke Asia Tenggara.
Pada masyarakat Melayu Rebab sangat tinggi prestisenya, seperti biola di Barat
dianggap raja instrument, hal ini terlihat ketika melakukan tari menghadap rebab pada saat
akan memulai pertunjukan Makyong. Dalam permainan teater tradisonal Makyong, upacara
dibuka dengan tarian “Menghadap Rebab” dimana para pemain menari kemudian duduk
menghadap pemain rebab. Karena kedudukannya yang tinggi itu, rebab sering diukir dan
dihias baik kepalanya (disebut “Kecopong’) maupun batangnya (shaft). Batang pinggangnya
ramping dan biasanya terbuat dari kayu leban (vitex), panjangnya 3 kaki 6 inci, dan diukir
dari ujung kepala sampai akhir batangnya.
Kecopong (kepala) pada rebab menyerupai mahkota orang Khmer yang ada di
Thailand. Pada rebab terdapat dua atau tiga buah telinga untuk senar, telinga tersebut juga
diukir dan dihias yaitu 2 buah disebelah kiri dan satu buah disebelah kanan dari batangnya.
Nadanya adalah E, A dan E tinggi dan ada juga G, D, A. Alat penggeseknya terbuat dari
kayu yang diukir dan bercemara dan digesekkan seperti memainkan cello. Batangnya
memanjang secara vertical melalui badannya, yang disebut “tempurung” dan muncul lagi
dibawah sebagai kakinya. Lebar diatas kira-kira 8 inci, yang dibawah 4,5 inci dan tebalnya 2
inci dan tempurungnya biasanya terbuat dari kulit kerbau. Ada yang disebut “Susu” yaitu
lengket pada kulit yang gunanya untuk menekan suara (resonance). Cemara untuk gesekkan
terbuat daripada ekor kerbau atau sabut kelapa. Pemain rebab meletakkan ibu jari kanannya
disamping kepala gesekan dan jari ke 2 dan ke 3 dibawah dan lalu jari ke 4 dan ke 5
mengeraskan tali. Tali gesekan dimainkan pada bagian atas tempurung. Namun pada
74
pertunjukan Makyong cerita Putri Ratna Oleh Sinar Budaya Group penggunaan rebab sangat
jarang sekali, alat music rebab ini digantikan oleh serunai.
Gambar 3.6: Rebab
3.6.2.2 Serunai
Serunai merupakan instrumen yang tergolong kedalam aerophone. Didalam
pementasan Makyong oleh Kesultanan Serdang dan Riau serunai digunakan sebagai
pengganti dari Rebab. Alat tiup ini sudah ada sejak zaman Mesir Kuno dan Mesopotamia.
Serunai telah digunakan di Arab sejak 3000 tahun yang silam yang pada awalnya digunakan
oleh tentera-tentara, tetapi setelah 1000 tahun kemudian serunai sudah mulai digunakan untuk
mengiringi tarian, lagu-lagu pada upacara perkawinan atau menyambut tamu agung dan
sebagai tanda waktu. Di dalam bahasa Arab serunai disebut “Zurna”, Cina “Sona”, India
“Sahnay” dan Persia “Surnay”. Serunai berbentuk seperti oboe dimana sebenarnya oboe itu
berasal dari serunai. Pada saat pusat Islam berada di Cordoba (Spanyol) pada abad ke 8 M
serunai tersebar ke Eropa Barat dan menjadi cikal bakal daripada oboe dan clarinet. Ketika
Turki menjadi Islam, dari Sana dan dari Persia serunai menyebar ke Asia Timur dan ke Asia
Tenggara melalui India. Serunai masuk ke India dibawa oleh orang Islam dari Persia dan
75
mulai dipakai di dalam angkatan musik Nobat Diraja Monghul (Kesultanan Delhi)
sebagaimana halnya di istana Raja-raja India, maka serunai ini pun juga masuk pada alat-alat
music Nobat Diraja Melayu.
Serunai mempunyai panjang badan 18 inci, dan menggunakan lidah serunai (reed)
yang disebut “Pipit” yang kecil dan terbuat dari daun pohon kelapa atau nibung dimasukkan
pada mouth piece. Serunai dimainkan dengan tehnik mengontrol aliran udara melalui lubang
tiupan dan mendapatkan nada (pitch) dengan menutup lubang-lubang nada yang ada. Pada
serunai terdapat delapan lubang nada yang terletak tujuh lubang dibagian atas dan sebuah
lubang dibagian bawah. Meskipun ada delapan lobang, tetapi hanya lima yang bisa
dimainkan sekaligus dengan berbagai nada dimana nada umumnya adalah C. Tiga lobang di
atas bernada G,A dan B. Lobang kelima dan keenam bernada D dan E. Sedangkan lobang ke
tujuh merupakan nada antara, yaitu E#. Jika lobang di bawah itu ditutupkan, maka nada akan
naik satu oktaf. Dalam lagu silat dan inai, serunai dimainkan dengan tiupan panjang dengan
improvisasi masing-masing tiap pemain tanpa melodi tertentu.
Gambar 3.7: Serunai
76
3.6.2.3 Gendang Panjang
Gendang panjang ini mempunyai dua sisi, kedua sisinya ditutupi kulit. Satu sisinya
lebih kecil daripada sisinya yang lain. Selalu dimainkan 2 buah, yaitu yang besar disebut “
gendang induk” dan yang agak kecil bentuknya disebut “ gendang anak” panjangnya rata-rata
21 inci terbuat daripada kayu marbau yang keras dan tahan lama. Gendang anak kulitnya
terbuat dari kulit kambing dan gendang induk kulitnya terbuat dari kulit kerbau. Kulit yang
terletak dikedua sisinya itu diikat dengan rotan yang dibelitkan. Untuk memainkan gendang
panajang ini diperlukan keterampilan tangan dan jari-jari yang lincah, kecepatan, inisiatif dan
imajinasi dan pandai meningkah menurut irama (timing). Di dalam lagu silat biasanya
gendang panjang ini dipukul dengan 2 potong rotan. Di India gendang panjang ini disebut
dengan “Dhol”.
Gambar 3.8: Gendang Induk
Gambar 3.9: Gendang Anak
77
3.6.2.4 Gendang Gedombak
Dibeberapa negeri-negeri Melayu, gedombak ini hanya dipakai dalam musik
“Menora” dan “Wayang orang” (Kelantan, Petani), tetapi di Riau dan di Serdang (Sumatera
Timur) gendang gedombak dipakai juga dalam musik “Makyong”. Gedombak dalam bahasa
Arab disebut “Darabuka”, “Deblak” (Turki), “Thon” (Siam), “Dombak” (Persia). Gendang
ini adalah gendang membranofon yang berbentuk kerucut dengan kepalanya bulat besar dan
ditaruh kulit kambing. Gedombak besar disebut “induk” dan yang kecil disebut “anak”.
Gambar 3.10:Gendang gedombak dan Gendang Gedombak Anak
3.6.2.5 Gong
Gong termasuk di dalam kategori idiophone. Gong dipakai didalam musik tradisional
Melayu untuk mengiringi teater-teater tradisional Melayu seperti Makyong, mendu, Menora
dan Wayang Kulit Melayu. Didalam pertunjukan Makyong, gong yang dipakai hanya 2 buah
gong,yaitu Gong Induk dan Gong Anak . dimana gong induk bernada C dan gong anak
bernada G. Ada gong besar yang disebut “MONG” bernada C yang dipakai bersama-sama
dengan 2 buah tetawak dan Mong yang menyelinginya. Gong dianggap mempunyai tenaga
gaib sehingga pantang dilangkahi dan pada pencu yang ada dibagian dalam disapukan dengan
kapur.
78
Gambar 3.11: Gong
3.6.2.6 Talempong
Gong yang kecil atau kromong mempunyai diameter 6,5 inci. Fungsi talempong ini
ialah mengulangi melodi dasar pada reportoar.
Gambar 3.12: Talempong
3.6.2.7 Canang
Canang adalah alat musik idiofon yang terbuat dari perunggu. Alat musik ini
berbentuk gong kecil yang berpencu, dimana didalam pertunjukan Makyong dipakai untuk
79
penyampaian berita atau pengumuman. Biasanya canang terdiri dari 4 atau 5 bauah yang
berbentuk bonang dengan garis tengah antara 30 dan 40 cm. Canang ini diletakkan diletakkan
berjejer diatas kerangka kayu atau rentangana rotan. Canang ini dibunyikan dengan cara
dipukul menggunakan memukul, sebagai pemukul, digunakan sepotong kayu atau rotan.
Sepasang canang dimainkan oleh satu orang dan kadang dimainkan oleh dua orang.
Istilah Canang dikawasan berkebudayaan Melayu dikenal dengan penyebutan yang
berbeda-beda dengan penggunaan-penggunaan yang berbeda. Hal ini bisa dilihat, di Aceh
disebut canang trieng dan di Minang canang digunakan dalam ensambel talempong, dan
didaerah Bengkulu, canang berupa gong yang berukuran kecil, dimana fungsi dari canang ini
tidak dalam alat music melainkan hanya sebagai alat pemberitahu, misalnya untuk
memberitahu kerja bakti untuk pembersihan halaman rumah. Sedangkan di Lampung terdapat
isitlah gelinting yang terdiri atas beberapa instrumen canang yang masing-masing
mempunyai nada tertentu dan canang ini berbentuk bulat dengan garis tengah 15-30 cm dan
tinggi 10-15 cm.
Gambar 3.13:Canang
3.6.2.8 Akordion
Akordion merupakan alat music free reed box aerophone yang berasal dari benua
Eropa. Alat music ini bukan dari alat music tradisi Melayu dimana alat music ini dibawa
masuk oleh bangsa Portugis ke Indonesia sekitar abad ke-19 atau pada masa pemerintahan
80
Kesultanan Deli, yaitu Sultan Delikhan Akbar. Alat music akordion memiliki fungsi penting
dalam suatu komposisi music Melayu pada pertunjukan Makyong.
Akordion merupakan alat music yang berfungsi sebagai pembawa melodi. Pada
prinsipnya alat music ini hamper sama dengan alat musik piano atau pun keyboard karena
sama-sama dimainkan dengan cara menekan tutsnya dengan jari. Namun jika piano sumber
bunyinya berasal dari senar yang bergetar dan keyboard sumber bunyinya berasal dari listrik,
maka akordion sumber bunyinya berasal dari udara yang keluar masuk melalui resonatornya.
Gambar 3.14: Akordion
3.6.3 Properti
Ada beberapa properti yang digunakan dalam pementasan pertunjukan Makyong
cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Group. Dimana properti-proeperti ini berfungsi sebagai
pendukung penampilan dari para tokoh-tokoh dalam cerita dan juga berfungsi sebagai
pelengkap di panggung ketika cerita sedang berlangsung. Disini penulis akan menguraikan
81
lebih jelas mengenai properti-properti tersebut yang digunakan dalam pertunjukan tersbut
diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Canggai
Canggai adalah kuku palsu yang panjang yang terbuat dari emas atau perak untuk hiasan
jari dan berbentuk kerucut memanjang. Pada pertunjukan Makyong cerita Putri Ratna canggai
dipakai oleh Putri Ratna dan para dayang-dayangnya. Hal ini menandakan bahwa setiap
seorang yang memakai canggai maka seseorang itu bertangan lentik dan berkuku panjang dan
hidup dikalangan istana saja yang tidak biasa bekerja kasar.
.
Gambar 3.15: Putri Ratna dan Para Dayang-dayang Memakai Canggai
2. Cemeti
Cemeti adalah sebuah tongkat komando yang pendek yang terbuat dari beberapa batang
rotan yang diikat menjadi satu. Cemeti ini hanya dipegang oleh Raja Muda Lembek seperti
yang mana cemeti ini digunakan untuk menunjuk sesuatu atau memukul Awang Pengasuh
ketika bercanda.
82
Gambar 3.16: Raja Muda Lembek memegang cemetinya
3. Sapu lidi kecil
Sapu lidi kecil ini bentuk nya hampir sama dengan cemeti yang di pegang oleh Raja
Muda. Namun letak perbedaanya adalah jika pada cemeti adalah terbuat dari beberapa rotan
yang disatukan dengan kedua ujungnya diikat meneyerupai tongkat sedangkan sapu lidi kecil
hanya salah satu ujungnya saja yang diikat sehingga menyerupai seperti sapu lidi. Sapu lidi
kecil ini hanya digunakan oleh Mak Inang.
Gambar 3.17: Mak Inang dengan Sapu Lidinya
83
4. Parang kecil
Parang kecil ini merupakan parang tiruan yang terbuat dari kayu. Parang kecil ini
digunakan oleh Awang Pengasuh dan Awang Muda dimana parang kecil tersebut masing
masing diselipkan dipinggang Awang Pengasuh dan pembantunya Awang Muda.
5. Canang
Canang merupakan sebuah gong kecil bersuara nyaring yang digunakan oleh Awang
Muda dan Awang Pengasuh sebagai alat untuk mengumpulkan warga, pada cerita Putri
Ratna canang ini berfungsi untuk mengumumkan titah Raja atau pengumuman dari
kerajaan.
Gambar 3.18: Awang Pengasuh dan Awang Muda memberikan Pengumuman dengan Canang
Ada juga beberapa properti lain yang mendukung alur cerita seperti pelaminan kecil
untuk bersanding antara Putri Ratna dan Raja Jemala Indra, dan Singgasana kecil tempat Raja
Muda Lembek duduk dan payung yang dipegang oleh prajurit istana kerajaan.
84
3.7 Proses Teknis Pelatihan
Sebelum mengadakan penampilan, Sinar Budaya Group terlebih dahulu mengadakan
latihan terhadap para pemusik, penari dan pelakon dalam cerita. Pelatihan dilaksanakan di
sanggar Sinar Budaya Group di Jln. Abdullah Lubis No. 47/42 Medan. Pelatihan ini rutin
dilaksanakan agar lebih mematangkan penampilan para pemusik, pelakon maupun penari
sebelum pagelaran pertunjukan dimulai. Untuk jadwal latihan dilaksanakan setiap hari Selasa
dan Jumat dimulai pada Pukul :16.00 s.d 21.00 Wib.
3.7.1 Pemusik
Dalam setiap proses latihan setiap pemusik harus dapat mempelajari musik-musik
dasar yang sering dipakai dalam pertunjukan Makyong seperti musik Lagu Ragam Berjalan,
musik Lagu Timang Welo dan seluruh lagu yang harus dimainkan dalam Makyong. Setiap
pemusik diwajibkan untuk dapat menghayati cerita yang dibawakan agar dapat
berimprovisasi ketika dalam setiap adegan lucu maupun adegan perkelahian musik juga harus
dimainkan yang tujuan nya agar pertunjukan semakin didramatisir. Pelatihan pemusik akan
dilaksanakan secara rutin ketika jadwal pertunjukan semakin dekat dengan hari yang telah
ditentukan. Pelatihan tari dikoordinir oleh Tengku Ryo Rizqan, S.E.
3.7.2 Penari
Sistim pelatihan penari dilakukan secara rutin dan yang menjadi materi setiap latihan
yang dilaksanakan adalah seluruh tari yang ada pada cerita Puteri Ratna seperti tari
menghadap rebab, tari puteri bersedih, tari zapin ya salam, tari senandung puteri, dan
berbagai ragam tari hiburan. Dalam setiap pelatihan tari dikordinir oleh Almahdi, S.Pd.
Proses latihan dilakukan setiap hari Selasa dan Jumat pada pukul :16.00 s.d 21.00 Wib.
Pelatihan dilaksanakan didalam sanggar Sinar Budaya Group.
85
3.7.3 Tokoh dalam cerita
Setiap tokoh-tokoh dalam cerita merupakan faktor terpenting dari pertunjukan teater
tradisional Makyong khususnya cerita Putri Ratna, dalam proses latihan setiap pelakon harus
menghayati karakter dari peran yang dibawakannya, dan para pelakon harus melatih diri
untuk selalu bisa berimprovisasi terutama pada saat berdialog, karena para pelakon tidak
menghafal skript dialog pada cerita namun sudah mengetahui bagaimana alur tema cerita
sehingga para pelakon lebih mengutamakan improvisasi.
3.8 Proses Jalannya Pertunjukan
Proses jalannya pertunjukan Makyong cerita Putri Ratna penulis membagi dalam tiga
bagian bahasan. Bagian-bagian yang dimaksud adalah bagian awal, bagian isi dan bagian
akhir.
3.8.1 Bagian Awal
Pada bagian ini, awal pertunjukan diawali dengan upacara “Buka Panggung” atau
“Buka Tanah”. Upacara ini merupakan pembacaan mantra yang dibacakan oleh Pawang.
Pertama-tama Pawang datang membawa kemenyan dan duduk bersila dipanggung kemudian
meletakkan kemenyan dihadapan sang Pawang. Setelah itu Pawang mengucap mantra
sebagai berikut:
Assalammu’alaikum wa’alaikumsalam, tabek orang dilaut, tabek orang didarat, aku nak membuboh paras dan tanda di sini, aku nak minta tanah yang baik, bismillahirrahmanirrahim bam tanah- Jembalang Tanah, aku tahu asal engkau, mula menjadi Bintang Timur, undurlah engkau dari hadapanku, jangan menghalangi pekerjaan kami disni, berkat lahillahhaillahlahmuhammadrasullulah, Huuuuuuuhhhh !
86
Guna dari pembacaan mantra ini adalah agar pertunjukan dari awal hingga akhir
pertunjukan berjalan dengan lancar dan tidak ada gangguan sehingga acara berjalan dengan
sukses. Setelah upacara “Buka Panggung” dan pembacaan mantra oleh Pawang telah selesai
dan Pawang kembali ke belakang panggung. Lalu pemusik memainkan reportoar “Lagu
Berjalan” untuk mengiringi para pelakon seperti Putri Ratna, para dayang, Raja Jemala Indra,
Awang Pengasuh, Awang Muda serta para pengawal kerajaan masuk kepanggung sambil
menari dan mengelilingi panggung sebanyak satu putaran. Biasanya pada pertunjukan
Makyong diawali dengan tarian menghadap rebab namun pada pertunjukan Makyong yang
berjudul Putri Ratna yang dibawakan oleh sanggar Sinar Budaya Group tidak melakukan
tarian menghadap rebab. Hal ini dikarenakan Sinar Budaya Group dalam pementasan
pertunjukan Makyong tidak menggunakan alat musik rebab melainkan menggunakan alat
musik tiup serunai. Sehingga untuk mengawali pertunjukan para pelakon cukup melakukan
tarian dan mengelilingi panggung sebanyak satu putaran.
Setelah Putri Ratna, para dayang, Raja Jemala Indra, Awang Pengasuh, Awang Muda
serta para pengawal kerajaan menari dan mengelilingi panggung sebanyak satu putaran maka
Putri Ratna, para dayang, Raja Jemala Indra, Awang Pengasuh, Awang Muda dan Mak Inang
serta para Pengawal Raja mengambil mengambil posisi dan duduk berjejer ditengah
panggung. Kemudian dilanjutkan dengan nyanyian lagu “Timang Welo”, Putri Ratna dan
para dayang duduk bersila dan melakukan tarian dan Raja Jemala Indra serta Awang
Penagasuh menari dengan gerakan tari bebas hingga lagu selesai.
3.8.2 Bagian Isi
Pada bagian ini penulis akan menjabarkan yang menjadi isi dari pertunjukan. Isi dari
pertunjukan yang dimaksud akan dijabarkan sebagai berikut. Setelah lagu “Timang Welo”
berakhir maka dilanjutkan dengan dialog Putri Ratna dengan Mak Inang dimana Putri Ratna
87
mengajak Mak Inang dan beserta para dayang-dayang agar menyanyi dan menari untuk
menghibur diri. Lalu Putri Ratna dan para dayang menari dan Mak Inang menyanyi dengan
lagu “Bunga Tanjung”.
Setelah lagu “Bunga Tanjung” selesai lalu muncul lah Awang Pengasuh dengan
mengendap-endap lalu Putri Ratna menegur Awang Pengasuh lalu Putri Ratna dan Awang
Pengasuh dan terjadilah dialog antara Awang Pengasuh dan Putri Ratna. Dalam dialog
tersebut Putri Ratna menanyakan kelancangan Awang Pangasuh yang masuk ke istana
dengan cara mengendap-endap dan memberitahukan kepada Awang Pengasuh bahwa Raja
Muda Lembek sedang sakit dimana Raja Muda Lembek mengalami kelumpuhan dan
menggemparkan seluruh negeri. Lalu Awang Pengasuh memperkenalkan diri kepada Putri
Ratna, dan Awang Pengasuh menjelaskan bahwa Awang Pengasuh berasal dari negeri
tersebut dan pernah mengabdikan diri pada Raja Muda Lembek, dan Awang Pengasuh
memberitahukan kepada Putri Ratna sebab dari Raja Muda Lembek mengalami kelumpuhan
yang dikarenakan Raja Muda Lembek tidak melaksanakan nazar/ pesan dari almarhum ayah
Raja Muda Lembek untuk berangkat ke Gunung Burma.
Setelah Awang Pengasuh memberi penjelasan kepada Putri Ratna lalu Raja Muda
Lembek muncul dan mendengarkan apa yang dikatakan Awang Pengasuh dan berkata bahwa
Raja Muda Lembek akan menuruti apa yang dikatakan oleh Awang Pengasuh untuk
melaksanakan nazar/pesan untuk pergi berangkat ke Gunung Burma. Lalu Raja Muda
Lembek mengajak Awang Pengasuh untuk menemani Raja Muda Lembek berangkat ke
Gunung Burma, lalu Awang Pengasuh menuruti untuk menemani Raja Muda Lembek
berangkat ke Gunung Burma.
Lalu Raja Muda Lembek memerintahkan pengawal kerajaan untuk melepaskan
Burung Muri Sakti yang ditugaskan untuk menyampaikan pesan kepada sahabat Raja Muda
Lembek yaitu Raja Jemala Indra yang isi pesannya adalah Raja Muda Lembek meminta
88
tolong agar Raja Jemala Indra menjaga Putri Ratna dan menjaga kerajaan selama Raja Muda
Lembek pergi bertapa ke Gunung Burma. Setelah burung Muri Sakti dilepas kemudian Raja
Muda Lembek bersenandung yang menandakan akan berangkatnya Raja Muda Lembek lalu
berangkat lah Raja Muda Lembek, Awang Pengasuh, Awang Muda, Mak Inang, dan serta
beberapa dayang-dayang dan para pengawal kerajaan ke Gunung Burma untuk bertapa dan
keberangkatan diiringi dengan tarian dan musik Lagu Kelantan.
Lalu sampailah Raja Muda Lembek dan Awang Pengasuh beserta rombongannya di
Gunung Burma. Di Gunung Burma Raja Muda Lembek bertapa didalam gua, dan diluar gua
Awang Pengasuh menunggu berserta para rombongannya. Ketika Raja Muda Lembek tengah
bertapa, Awang Pengasuh menggoda dan merayu para dayang-dayang yang juga turut serta
menunggu Raja Muda Lembek dalam pertapaannya. Lalu Awang Pengasuh memanggil
Awang Muda berkata kepada Awang Muda, jika Awang Muda bertemu dengan Mak Inang
agar Awang Muda mengatakan kepada Mak Inang bahwa Awang Pengasuh sedang pergi
membeli Minyak. Lalu pergilah Awang Muda dan kemudian Awang Pengasuh kembali
menggoda dan merayu para dayang-dayang dan memanggil salah satu dayang dan merayu
salah satu dayang tersebut.
Kemudian Mak Inang pun muncul mencari Awang Pengasuh dan berteriak
memanggil Awang Pengasuh dengan membawa sapu lidi kecil. Lalu Mak Inang mendapati
Awang Pengasuh sedang berdiri berduaan dengan salah satu dayang dan Mak Inang
memukul bokong Awang Pengasuh dengan sapu lidi yang dibawa mak Inang. Lalu Mak
Inang pun memarahi Awang Pengasuh dan sembari memukul bokong Awang Pengasuh dan
kemudian Awang Pengasuh meledek Mak inang dengan bercanda. Kemudian Awang
Pengasuh memanggil Awang Muda dan menanyakan kepada Awang Muda mengapa Awang
Muda memberitahukan kepada Mak Inang kalau Awang Pengasuh sedang menggoda dan
89
merayu para dayang-dayang. Lalu Awang Pengasuh mengulangi meledek dan mengejek Mak
Inang sambil bercanda.
Ketika Awang Pengasuh, Awang Muda dan Mak Inang saling meledek dan mengejek,
tiba-tiba Raja Muda Lembek muncul beserta pengawalnya. Raja Muda Lembek berteriak
memanggil Awang Pengasuh dan mengucap syukur karena Raja Muda Lembek telah sembuh
dan dapat berjalan seperti semula setelah Raja Muda Lembek melaksanakan nazar/pesan dari
almarhum ayah Raja Muda Lembek untuk bertapa di Gunung Burma. Lalu Mak Inang dan
Awang Pengasuh serta Awang Muda merasa senang kegirangan dan seakan mereka tak
percaya sehingga Awang Pengasuh dan Awang Muda serta Mak Inang melihat secara dekat
dan memegang langsung kaki dari Raja Muda Lembek.
Kemudian Raja Muda Lembek berkata kepada Awang Pengasuh dan Awang Muda
serta Mak Inang bahwa Raja Muda Lembek teringat pada adiknya Putri Ratna yang tinggal
dikerajaan. Lalu Raja Muda Lembek mengajak para rombongannya untuk segera pulang
kembali kekerajaan namun Awang Pengasuh berkata dan mengusulkan sebelum pulang
kembali kekerajaan Awang Pengasuh agar merayakan kesembuhan dari Raja Muda Lembek
dengan menampilkan sebuah tarian yang dinamakan Tari Ya Salam (Tari Zapin Serdang).
Setelah tarian Ya Salam (Tari Zapin Serdang) selesai lalu Raja Muda Lembek
kembali memanggil Awang Pengasuh dan Awang Muda dan berkata untuk mengajak pulang
kembali kekerajaan. Kemudian Raja Muda Lembek bersenandung dan diikuti musik Lagu
Kelantan, ini menandakan bahwa Raja Muda Lembek beserta rombongan kembali pulang
kekerajaannya.
Adegan berikutnya adalah ketika Raja Muda Lembek beserta rombongannya sedang
menuju perjalanan pulang kembali kekerajaan, Putri Ratna yang berada dalam istana
diganggu oleh Gergasi (Raksasa) dimana Gergasi ingin menyakiti Putri Ratna disaat Gergasi
sedang mengganggu Putri Ratna tiba-tiba muncullah Raja Jemala Indra yang akan menolong
90
Putri Ratna dari Gergasi. Lalu pertarungan antara Raja Jemala Indra dengan Gergasi pun
berlangsung, dalam pertarungan Raja Jemala Indra dengan Gergasi musik yang dimainkan
adalah lagu Patam-patam. Ketika bertarung Raja Jemala Indra mengambil senjatanya dan
menusukkan ketubuh Gergasi dan akhirnya Gergasi pun kalah dan mati ditangan Raja Jemala
Indra.
Kemudian Raja Jemala Indra mendekati Putri Ratna, dan Putri Ratna berkata kepada
Raja Jemala Indra untuk mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Raja Jemala Indra
yang telah menyelamatkan Putri Ratna dari gangguan Gergasi. Kemudian Raja Jemala Indra
berkata pada Putri Ratna bahwa Raja Jemala Indra telah lama memendam rasa terhadap Putri
Ratna sangat mencintai dan menyayangi Putri Ratna dan telah bertekad dalam hati Raja
Jemala Indra ingin meminang Putri Ratna. Dalam dialaog antara Raja Jemala Indra diiringi
dengan ”Lagu Senandung”
Ketika Raja Jemala Indra dan Putri Ratna sedang menari dan berduaan tiba-tiba Raja
Muda Lembek datang dan bertanya kepada Raja Jemala Indra mengapa berduaan dengan
adiknya Putri Ratna dan apakah negerinya aman, lalu Putri Ratna menjelaskan bahwa Gergasi
telah mengganggu dan telah membuat gempar seluruh negeri, Putri Ratna juga menjelaskan
bahwa dirinya juga telah diculik paksa oleh Gergasi, dan untung lah Raja Jemala Indra datang
menyelamatkan Putri Ratna dari Gergasi. Kemudian setelah mendengar dari penjelasan dari
Putri Ratna, Raja Muda Lembek merangkul dan memeluk Raja Jemala Indra dan berkata
bahwa Raja Muda Lembek sangat berhutang budi terhadap Raja Jemala Indra dan
menawarkan agar Raja Jemala Indra mau menajadi suami dari adiknya Putri Ratna. Setelah
mendengarkan penawaran dari Raja Muda Lembek maka dengan spontan Putri Ratna dan
Raja Jemala Indra menyetujui tawaran dari Raja Muda Lembek.
91
3.8.3 Bagian Akhir
Di bagian akhir diceritakan Raja Muda Lembek memanggil Awang Pengasuh dan
Awang Muda beserta Mak Inang dimana Raja Muda Lembek memberitahukan kepada
mereka bahwa Raja Muda Lembek akan melaksanakan pesta perkawinan adiknya Putri Ratna
dengan Raja Jemala Indra. Maka Raja Muda Lembek memerintahkan kepada Awang
Pengasuh, Awang Muda, dan Mak Inang untuk mengadakan pesta besar-besaran selama 9
hari 99 malam dan memerintahkan mereka agar mengundang segala raja-raja dari negeri
tetangga dan mengundang semua rakyat dan rakyat dilarang membawa kado. Kemudian
Awang Pengasuh dan Awang Muda serta Mak Inang membagi tugas, Mak Inang ditugaskan
mempersiapkan 99 ekor sapi, 99 ekor ayam, 99 ekor kerbau, dan Awang Pengasuh dan
Awang Muda bertugas mengumumkan berita pesta pernikahan adik Raja Jemala Indra yaitu
Putri Ratna dengan Raja Jemala Indra dan mengundang para raja-raja dan rakyat agar
menghadiri agar menghadiri pesta perkawinan tersebut.
Setelah Awang Pengasuh dan Awang Muda mengumumkan berita pernikahan kepada
raja-raja dan rakyat, kemudian rombongan pengantin Putri Ratna dan Jemala Indra masuk
kepanggung dengan perlahan dan pemusik memainkan Lagu Ikan Kekek dan Lagu Rinjis-
rinjis dimana lagu ini untuk mengiringi rombongan pengantin berjalan masuk ke panggung
dan pengantin duduk dipelaminan. Kemudian, setelah pengantin Putri Ratna dan Raja Jemala
Indra duduk dipelaminan lalu Awang Pengasuh dan Awang Muda serta Mak Inang
mengumumkan kepada para undangan dan para tamu pernikahan bahwa dalam acara
disediakan berbagai hiburan. Kemudian Awang Pengasuh dan Awang Muda serta Mak Inang
memanggil hiburan berupa penampilan tari-tarian tradisional yang berasal tari tradisional dari
etnis Pakpak, tari tradisional etnis Simalungun, tari tradisional etnis Karo, tari tradisional
etnis Batak Toba dan kemudian tari etnis Melayu dimana tari ini yang ditarikan oleh tim tari
92
Sinar Buday Group. Setelah seluruh tari hiburan selasai ditampilkan maka berakhirlah
pertunjukan Makyong cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Group.
93
BAB IV
STRUKTUR MUSIK PERTUNJUKAN MAKYONG
CERITA PUTRI RATNA OLEH SINAR BUDAYA GRUP MEDAN
4.1 Pengantar
Struktur musik yang dikaji dalam Bab IV ini mencakup struktur melodi yang
digunakan. Struktur melodi lagu menjadi bahagian dari lagu dalam pertunjukan Makyong
cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Grup. Sebelum mengkaji struktur melodi lagu maka
terlebih dahulu dibentangkan hasil transkripsi lagu tersebut. Adapun teknik transkripsi ini
sudah diuraikan pada Bab I tulisan ini. Dalam hal ini penulis memilih tiga lagu untuk
mewakili tulisan ini, alasan penulis memilih tiga lagu ini dikarenakan dalam setiap
pementasan Makyong cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Grup ketiga lagu ini wajib
dimainkan. Adapun ketiga lagu tersebut adalah :
1. Lagu Ragam Berjalan,
2. Lagu Timang Welo, dan
3. Lagu Lagu Kelantan.
Ketiga lagu ini akan dikaji melodinya melalui delapan unsur seperti yang ditawarkan
oleh William P. Malm melalui teori weighted scale. Adapun kedelapan unsur melodi yang
akan dianalisis meliputi:
(a) tangga nada
(b) nada pusat atau nada dasar;
(c) wilayah nada,
(d) jumlah nada-nada,
(e) interval yang digunakan;
(f) pola-pola kadensa;
94
(g) formula melodi ,dan
(h) kontur.
4.2 Struktur Melodi Lagu
1. Lagu Ragam Berjalan
2. Lagu Timang Welo
95
96
97
3. Lagu Kelantan
Dengan berdasar kepada teori weighted scale yang diaplikasikan untuk menganalisis
ketiga lagu tersebut yaitu Ragam Berjalan, Timang Welo, Kelantan, maka hasil yang
diperoleh adalah sebagai berikut.
4.2.1 Tangga Nada
Setelah melakukan transkripsi dari ketiga lagu tersebut maka selanjutnya menganalisi
struktur melodinya. Pendekatan yang penulis lakukan untuk menentukan tangga nada dan
nada dasar dilakukan dengan pendekatan weighted scale, seperti yang dikemukakan oleh
Bruno Nettl (1964:7). Meskipun dapat saja pendekatan ini tidak sesuai dengan cara pandang
para pemain musik Makyong Sinar Budaya Grup, namun teori ini dapat mendeskripsikan
secara umum keberadaan struktur melodi lagu-lagu Makyong cerita Putri Ratna oleh Sinar
98
Budaya Grup, terutama bagi para pemula yang dilatarbelakangi pendidikan musik Barat yang
selanjutnya lebih dapat menelusuri konsep dan struktur sebenarnya musik Makyong cerita
Putri Ratna oleh Sinar Budaya Grup ini baik pandangan musikologis secara umum.
Dari hasil transkripsi tiga lagu sampel itu, maka struktur tangga nada yang digunakan
oleh ketiga lagu tersebut adalah seperti berikut ini.
Ragam Berjalan: 5 – 6 – 7 (Tangga Nada tonis)
Timang Welo : 1 – 2 –3 – 4 – 6 (Tangga Nada Pentatonis)
Kelantan : 1 – 2 – 3 – 4 – 6 – 7 (Tangga Nada Diatonis)
4.2.2 Nada Pusat atau Nada Dasar
Dalam menentukan nada dasar, penulis mempergunakan kriteria-kriteria generalisasi
yang ditawarkan oleh Bruno Nettl dalam bukunya yang berjudul Thaory and Method in
Ethnomusicology (1984:164). Menurutnya ada tujuh kriteria yang ditawarkannya untuk
menentukan nada dasar suatu lagu, yaitu sebagai berikut.
(1) Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang paling sering dipakai,
dan mana yang paling jarang dipakai dalam sebuah komposisi musik;
(2) Kadang-kadang nada yang harga ritmisnya besar dianggap sebagai nada dasar,
walaupun jarang dipakai dalam keseluruhan komposisi musik tersebut.
(3) Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun pada bahagian tengah
komposisi musik dianggap mempunyai fungsi penting dalam menentukan
tonalitas komposisi musik tersebut.
(4) Nada yang berada pada posisi paling rendah atau posisi tengah dianggap penting.
99
(5) Interval-interval yang terdapat di antara nada , kadang-kadang dapat dipakai
sebagai patokan. Umpamanya kalau ada satu nada dalam tangga nada pada
sebuah komposisi musik yangdigunakan bersama oktafnya.
(6) Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga dapat dipakai sebagai patokan
tonalitas.
(7) Harus diingat bahwa barangkali terdapat gaya-gaya musik yang mempunyai
sistem tonalitas yang tidak dapat dideskripsikan dengan keenam patokan di atas.
Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik adalah berdasar
kepada pengalaman akrab dengan gaya musik tersebut (terjemahan Marc Perlman
1990).
Dengan mempergunakan ketujuh kriteria di atas, maka nada dasar ketiga lagu tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut ini.
A. Lagu Ragam Berjalan
(1) Nada yang paling sering dipakai adalah nada G
(2) Nada yang memiliki nilai ritmik paling besar dalam keseluruhan komposisi
musik ini adalah nada G
(3) Nada awal lagu ini dan paling sering digunakan adalah nada B
(4) Nada yang memiliki posisi paling rendah adalah nada G
(5) Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf
(6) Tekanan ritmik pada umumnya terjadi pada nada
(7) Menurut pengalaman musikal penulis kemungkinan paling besar sebagai nada
dasar lagu Ragam Berjalan adalah nada G
B. Lagu Timang Welo
(1) Nada yang paling sering dipakai adalah nada C
100
(2) Nada yang memiliki nilai ritmik paling besar dalam keseluruhan komposisi
musik ini adalah nada C
(3) Nada awal lagu ini dan paling sering digunakan adalah nada C
(4) Nada yang memiliki posisi paling rendah adalah nada A
(5) Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf
(6) Tekanan ritmik pada umumnya terjadi pada nada
(7) Menurut pengalaman musikal penulis kemungkinan paling besar sebagai nada
dasar lagu Timang Welo adalah nada C
C. Lagu Kelantan
(1) Nada yang paling sering dipakai adalah nada B
(2) Nada yang memiliki nilai ritmik paling besar dalam keseluruhan komposisi
musik ini adalah nada B
(3) Nada awal lagu ini dan paling sering digunakan adalah nada B
(4) Nada yang memiliki posisi paling rendah adalah nada E
(5) Nada yang dipakai sebagai duplikasi oktaf
(6) Tekanan ritmik pada umumnya terjadi pada nada
(7) Menurut pengalaman musikal penulis kemungkinan paling besar sebagai nada
dasar lagu Kelantan adalah nada B
Tabel 5.2
Nada Dasar yang Dipergunakan pada Lagu Ragam Berjalan
No Kriteria Nada
1.
2.
K1
K2
G (39)
B
101
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
K31
K32
K33
K4
K5
K6
K7
B
G
G
G (oktaf rendah)
-
-
G
Tabel 5.3
Nada Dasar yang Dipergunakan pada lagu Timang Welo
No Kriteria Nada
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
K1
K2
K31
K32
K33
K4
K5
K6
K7
C (120)
C
C
A
C
A (oktaf rendah)
-
-
C (1b)
Tabel 5.4
102
Nada Dasar yang Dipergunakan pada lagu Kelantan
No Kriteria Nada
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
K1
K2
K31
K32
K33
K4
K5
K6
K7
B (29)
B
B
B
B
E (oktaf rendah)
-
-
B (1b)
Keterangan:
K1 = nada yang paling sering dipakai
K2 = nada yang memiliki nilai ritmis terbesar
K31 = nada awal yang paling sering dipakai
K32 = nada akhir yang paling sering dipakai (frase)
K33 = nada tengah yang paling sering dipakai
K4 = nada yang menduduki posisi paling rendah
K5 = nada dengan penggunaan duplikasi oktaf
K6 = nada yang mendapat tekanan ritmis
K7 = nada dasar sebagai ciri khas musik Makyong cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Grup
103
4.2.3 Wilayah Nada
Dari tangga nada yang telah didapatkan pada ketiga lagu Makyong cerita Putri Ratna
oleh Sinar Budaya Grup di atas, maka selanjutnya dapat ditentukan wilayah nada (ambitus)
melodi lagu Ragam Berjalan, Timang Welo, Kelantan. Dengan berpedoman pada nada
terendah dan nada yang tertinggi frekuensinya dan jarak atau interval yang dihasilkan antara
ketiganya. Dengan demikian maka wilayah nada ketiga lagu ini dapat dilihat sebagai berikut.
Ragam Berjalan : G sampai ke nada B
Timang Welo: A sampai ke nada F
Kelantan : E sampai ke nada D’
4.2.4 Jumlah Nada
Untuk menentukan jumlah nada-nada ada dua cara yang perlu dilakukan. Yang
pertama adalah melihat banyaknya kemunculan setiap nada tanpa melihat jumlah durasinya
secara kumulatif. Yang kedua adalah melihat kemunculannya dan sekaligus menghitung
durasi kumulatif. Karena durasi juga menentukan komposisi jumlah nada dalam melodi.
Dengan konsep tersebut, maka didapati jumlah masing-masing nada untuk lagu Ragam
Berjalan, Timang Welo, Kelantan adalah seperti berikut ini.
Ragam Berjalan : berjumlah 94 nada
Timang Welo : berjumlah 340 nada
Kelantan : berjumlah 107 nada
4.2.5 Penggunaan Interval
Interval yang penulis maksudkan dalam tulisan ini adalah jarak antara satu nada
dengan nada lain yang dipergunakan di dalam sebuah komposisi musik. Ukuran interval ini
dapat menggunakan laras atau langkah dan sent.
104
Setelah memperhatikan interval-interval yang dipergunakan dalam tiga lagu ini, yaitu
lagu Ragam Berjalan dan Timang Welo serta Lagu Kelantan maka interval yang digunakan
dalam ketiga komposisi ini adalah sebagai berikut. Selengkapnya jumlah penggunaan
interval-interval juga dapat dilihat sebagai berikut.
Ragam Berjalan :
Interval Murni Mayor Minor Dim
Prime Murni 22
Sekunda 35
Terst 33
Kwart
Kwint
Timang Welo :
Interval Murni Mayor Minor Dim
Prime 68
Skunda 118
Terts 21
Kwart 24
Kwint
Kelantan :
Interval Murni Mayor Minor Dim
105
Prime 23
Skunda 65 1
Terts 3
Kwart 1
Kwint
4.2.6 Pola-pola Kadensa
Pola-pola kadensa dapat dikonsepkan sebagai rangkaian nada-nada akhir pada setiap
frase melodi, namun pola kadensa ini juga dapat diartikan sebagai nada-nada akhir frase pada
musik yang bentuknya harmoni empat suara atau sejenisnya. Pola-pola kadensa dalam lagu
Ragam Berjalan, Timang Welo, Kelantan adalah sebagai berikut.
Lagu Ragam Berjalan:
Pada frase 1 di bar 14, yaitu :
Pada frase 2 di bar 49 , yaitu :
Lagu Timang Welo :
Pada frase 1 di bar ke 3, yaitu:
Pada frase 2 di bar ke 16, yaitu :
106
Pada frase ini juga memiliki kesamaan pola kadensa yaitu pada bar ke 44.
Lagu Kelantan
Pada frase 1 di bar 29 ke 30, yaitu:
4.2.7 Formula Melodi
Formula melodi yang dimaksud dalam skripsi ini adalah susunan melodi berdasarkan
blok-blok atau kesatuan-kesatuannya. Dalam hal ini ditentukan tiga jenis blok secara umum
dari yang terbesar sampai ke terkecil, yaitu: (a) bentuk, (b) frase, dan (c) motif melodi.
Yang dimaksud dengan bentuk melodi adalah bagian melodi terbesar yang menjadi
dasar perulangan bagi bentuk-bentuk berikutnya. Satu bentuk melodi terdiri dari dua frase
melodi atau lebih. Yang dimaksud dengan frase melodi adalah seuntai melodi yang terdiri
dari dua frase atau lebih, yang merupakan satu ide melodi yang utuh. Sedangkan motif
melodi adalah bahagian melodi terkecil yang menjadi karakter perulangan seluruh komposisi
(lihat Nettl 1964).
Bentuk, frase, dan motif melodi lagu Ragam Berjalan dan Timang Welo serta Lagu
Kelantan adalah seperti pada analisis berikut ini.
Ragam Berjalan:
a) Bentuk : A-B
b) Frase : A-B
107
c) Motif melody : A = a1, a2
B = b1,b2
Timang Welo :
a) Bentuk : A-B-A-C
b) Frase : A-B-C
c) Motif Melodi : A = a1, a2
B = b1, b2
C = c1, c2
Kelantan
Bentuk Melodi : A-B
Frase : A-B
Motif Melodi : A : a1 , b2
4.2.8 Kontur
Kontur adalah garis lintasan melodi yang terdapat pada sebuah nyanyian. Jenis-jenis
atau nama kontur dibedakan atas gerakan melodi:
(a) Bila gerakan melodi naik maka disebut dengan asending;
(b) Bila gerak melodi tersebut turun maka disebut konturnya dengan disending;
(c) Jika melengkung seperti lintasan jarum jam maka disebut dengan pendulum atau
pendulous;
(d) Bila susunannya berjenjang disebut dengan terraced;
(e) Bila gerak melodi terbatas gerak intervalnya, maka kontur melodi ini disebut
dengan statis (Malm 1977:17).
108
Melodi ketiga lagu pada Makyong cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Grup, yaitu
lagu Ragam Berjalan dan Timang Welo serta Lagu Kelantan, memiliki berbagai jenis kontur
melodi. Selengkapnya dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Lagu Ragam Berjalan:
Pada bar 4 desending (menurun)
Pada bar 10 terraced (berjenjang)
Pada bar 11 asending (menaik)
Pada bar 21 statis (sejajar)
Timang Welo :
Pada bar 1 pendulum (melengkung)
Pada bar 6 desending (menurun)
Pada bar 36 terraced (berjenjang)
Kelantan :
Pada bar 9 desending (menurun)
Pada bar 21 asending (menaik)
Pada bar 25 terraced (berjenjang)
Pada bar 16 pendulum (melengkung)
109
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, penulis
akan membuat kesimpulan dari pembahasan dan hasil penelitian yang telah penulis lakukan.
Makyong adalah seni teater tradisional masyarakat Melayu yang pertunjukannya
menggabungkan berbagai unsur-unsur ritual (persembahan mengahadap rebab), sandiwara,
tari, musik dengan vokal atau instrumental. Tokoh utama pria dan wanita keduanya
dibawakan oleh penari wanita dan menggunakan topeng. Dalam pertunjukan Makyong
diperankan oleh wanita dan jika ada peran pria maka yang berperan tersebut harus
menggunakan topeng atau setidaknya mengecat wajahnya.
Awal mula munculnya Makyong didaerah Naraiyala Pattani, Thailand Selatan pada
abad 17. Penyebarannya dari Thailand Selatan menuju Kelantan Malaysia melewati
Singapura menuju Pulau Bintan yang kini termasuk dalam wilayah Kepulauan Riau dan
masuk ke Sumatera Utara tepatnya di Kesulatanan Serdang. Meskipun demikian ada
perbedaan mendasar, bila di Thailand Selatan maupun Kelantan Malaysia pertunjukan
Makyong tanpa topeng sedangkan di Sumatera Utara di Kesultanan Serdang dan di Bintan
Kep.Riau menggunakan topeng.
Sejarah keberadaan teater Makyong di Sumatera Utara, tepatnya berada di Istana
Kota Galuh Kesultanan Serdang, dimana teater Makyong ini merupakan “buah tangan” dari
perjalanan Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah (Sultan Serdang ke V) ketika melawat ke
Perlis dan Kedah pada Tahun 1898. Ketika itu Tengku Mahmud yang merupakan sultan dari
Regent Kedah menghadiahkan seperangkat peralatan musik Makyong lengkap dengan para
110
pemainnya. Keberadaan teater Makyong ini telah dilakukan perubahan dan perkembangan
dalam pementasannya.
Sinar Budaya Grup adalah salah satu kelompok seni pertunjukan yang
mengekspresikan budaya heterogen di Nusantara terutama yang berkaitan dengan Sumatera
Utara dan juga mengadopsi semangat kontemporer sekaligus. Awalnya Sinar Budaya Grup
berasal dari LKMABMI (Lembaga Kesenian Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia) yang
berakar budaya pertunjukan Melayu. Dimana LKMABMI (Lembaga Kesenian Majelis Adat
Budaya Melayu Indonesia) didirikan pada tahun 1987 dan yang menjadi ketuanya adalah
Tengku Luckman Sinar, sekretaris Tengku Sjahruwardi, manajer pertunjukan Fadlin,
koreografer Syainul Irwan, kemudian bekerja sama dengan Lia Group dibawah pimpinan
Hajjah Dahlia Abu Kasim Sinar.
Pada tahun 1995 LKMABMI terjadi konflik internal yaitu antara Hajjah Dahlia Abu
Kasim Sinar dengan Fadlin, dimana ketua umum MABMI (Majlis Adat Budaya Melayu
Indonesia) Prof. Amin Ridwan, Ph.D memberhentikan Fadlin dengan hormat dari
LKMABMI, selanjutnya Hajjah Dahlia Abu Kasim dengan Lia Groupnya tampaknya ingin
menjadi alur utamanya. Sehingga LKMABMI “terpecah” menjadi dua kelompok.
Kemudian pimpinan dan para seniman dan ilmuwan yang tergabung didalamnya
mempunyai pemikiran perlu adanya suatu pembentukan kelompok kesenian yang didalamnya
bukan hanya seni budaya Melayu saja tetapi juga seni budaya yang lain terutama di Sumatera
Utara dan di Nusantara. Maka mereka sepakat membentuk Sinar Budaya Grup (SBG) pada
tahun 1998 namun LKMABMI juga terus dikembangkan. Mereka memakai nama Sinar
Budaya Grup jika kesenian yang disajikan multietnik, dan memakai nama LKMABMI jika
yang disajikan pertunjukan kesenian Melayu saja, terutama dalam acara yang bersuasana
Melayu, seperti perkawinan adat budaya Melayu, menyambut tamu-tamu Melayu dan
sejenisnya.
111
Teater Makyong yang berjudul “Putri Ratna” adalah cerita hasil gubahan dari Tengku
Luckman Sinar Basarsyah II, S.H yang dimana dalam cerita ini mengisahkan tentang kaul
(nazar) dari ayah Raja Muda Lembek agar Raja Muda Lembek pergi bertapa ke Gunung
Burma, namun Raja Muda Lembek tidak melaksanakan kaul seperti yang telah diamanatkan
oleh ayahanda dari Raja Muda Lembek, sehingga akibat dari perbuatan Raja Muda Lembek
tersebut maka Raja Muda Lembek menjadi sakit lumpuh hingga menggemparkan seluruh
negerinya. Lalu Awang Pengasuh yang telah di usir Raja Muda Lembek datang kembali ke
kerajaan untuk mengingatkan kembali sang Raja Muda Lembek agar kaul (nasar) ayah dari
Raja Muda Lembek dilaksanakan agar Raja Muda Lembek bisa sembuh kembali.
Akhirnya Raja Muda Lembek menuruti dan melaksanakan kaul (nazar) seperti yang
telah disarankan oleh Awang Pengasuh tersebut, lalu Raja Muda Lembek berangkat ke
Gunung Burma. Ketika Raja Muda Lembek pergi bertapa ke gunung Burma, kerajaan
dititipkan kepada Putri Ratna yang merupakan adik Raja Muda Lembek. Selama Putri Ratna
memegang kepemimpinan kerajaan Putri Ratna selalu diganggu oleh Gergasi (raksaa). Lalu
Putri Ratna diselamatkan oleh Raja Jemala Indra (sahabat Raja Muda Lembek) dari Gergasi,
dan berlanjut menjalin cinta antara Putri Ratna dan Raja Jemala Indra dan diakhiri pernikahan
mereka.
5.2 Saran
. Kesenian ini merupakan kesenian tradisional masyarakat Melayu yang bisa dikatakan
fenomenal dan hampir punah. Dimana perjalanan persebarannya dimulai dari Patani Thailand
hingga mencapai Kesultanan Serdang Sumatera Utara. Pada saat ini banyak pengaruh dari
kesenian yang ada di sekitarnya. Oleh karena itu, sebagai upaya pelestariannya diperlukan
wadah seperti sanggar Sinar Budaya Grup yang memiliki kesadaran untuk menjaga dan
melestarikan kesenian tradisional ini.
112
Para generasi muda diharapkan untuk berperan aktif dalam menjaga kelangsungan
kesenian Makyong. Ini dapat dilakukan dengan melakukan sosialisasi melalui pertunjukan
kesenian tradisi yang sering diadakan untuk membiasakan mereka mengenalnya. Rasa
kesadaran dan cinta dan kesenian tradisional merupakan kunci permasalahannya.
Dalam upaya melestarikan identitas etnis masing-masing yang terdapat di dalam
kebudayaan Indonesia, diperlukan lebih banyak lagi studi yang membahas tentang peranan
tradisi pertunjukan.
113
DAFTAR PUSTAKA
Bandem, I Made dan Sal Murgiyanto. 1996. Teater Daerah Indonesia. Yogyakarta : Kanisius Bogdan, R. and Taylor, S.J. 1975. Introduction to Qualitative Research Methode. New York :
John Willey and Sons. Depdikbud. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka. Hasibuan, S.P. Malayu H. 1996. Organisasi & Motivasi, Jakarta: Bumi Aksara Ismiralda Astri. 2003. Analisis Terhadap Manajemen Organisasi, Produksi dan Pemasaran
Sinar Budaya Group Dalam Konteks Kebudayaan. Medan: Skripsi. Jurusan Etnomusikologi USU.
Koentjaraningrat. 1973. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. 1980. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. 1981. Pengantar Antropologi, Jakarta : Balai Pustaka. 1985. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.
Malm, William P. 1977. Music Culture Of Pacific Music The Near East and Asia, New Jersey : Prentice Hall, Inc. England Wood Cliffs. Terjemahan Rizaldi Siagian
Manik Marlan. 2009. Seni Bela Diri Capoeira Di Unika ST Thomas Kajian Perkembangan, Struktur Musik, Dan Hubungan Musik Dengan Gerak Tari. Medan: Skripsi. Jurusan Etnomusikologi USU.
Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Chicago, Northwestern University Press. Murgianto, Sal. 1996 Cakrawala Pertunjukan Budaya Mengkaji Batas-batas dan Arti
Pertunjukan. MSPI Muhammad Takari bin Jilil Syahrial. 2011. Tengku Luckman Sinar : Pemikirannya Mengenai
Melayu Sebagai Bingkai Kemajemukan Sumatera Utara Dan Aplikasinya Dalam Kesenian. Kumpulan Makalah Seminar Internasional Pemikiran Tengku Luckman Sinar Tentang Kemelayuan dan KeIndonesiaan. Medan.
Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Etnomusicology. The Free Press of Glencoe. New York
Pasaribu Marojahan Ben. 1984. Drama Tari Makyong Melayu Suatu Genre Teater Diantara Dua Kutub. Paper. Jurusan Etnomusikologi USU.
Rusmiati, Ni Nyoman. 2000. “Manajemen” Makalah yang disampaikan pada kuliah Program Magister Manajemen. Yayasan Widya Wisata Denpasar.
Sediyawati, Edi. 1981 . Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan. Siger, Hilton. 1996. Cakrawala Pertunjukan Budaya Mengkaji Batas dan Arti Pertunjukan.
Yogyakarta, Jurnal MSPI. Sihombing P Gugun. 2010. Manajemen Program Pelatihan Musik Di Gereja Bethel Indonesia
Medan Plaza Medan. Medan. Skripsi. Jurusan Etnomusikologi USU Sinar R Mira T. 2011. Sejarah Lahirnya Sinar Budaya Group. Paper. Medan. 2011 Sejarah
Teater Tradisional “Makyong” Kesultanan Serdang. Paper. Medan Sinar Luckman T. 1996. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Malayu. Medan, Perwira.
2007. Pengantar Etnomusikologi dan Tarian Malayu. Yayasan Kesultanan Serdang. Medan.
Sinar Luckman T, Syiafuddin Wan. 2002. Kebudayaan Melayu Sumatera Timur. Medan, USU PRESS
Siregar Elvi Rosy. 2004. Analisis Struktur Terhadap Naskah Teater Makyong “ Anak Raja Gondang". Medan. Skripsi Sarjana Sastra USU.
Suhartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial. Bandung, Remaja Rosdak.
114
T.O. Ihromi. 1987. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Zein, St. Muhammad. 1957. Kamus Modern Bahasa Indoensia. Jakarta : Balai Pustaka.
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138