Abstrak - Salah satu faktor yang
mempengaruhi harga jual ikan adalah kualitas
dan kesegaran ikan. Perlakuan dan penangan
terhadap ikan baik selama pelayaran ataupun
pasca panen menjadi hal yang sangat penting.
Ikan harus terjaga pada suhu yang tepat agar
kualitas ikan tetap terjaga dengan baik. Cara
yang paling mudah dilakukan ketika penyimpanan
adalah dengan mendinginkan ikan. Dari kesekian
banyak teknik pendinginan ikan, metode
pendinginan menggunakan crushed ice adalah
yang paling sering digunakan. Namun, sejatinya,
metode ini dinilai kurang efektif karena sifat es
basah yang tergolong cepat mencair. Sehingga
perlu adanya inovasi dalam pendinginan ikan.
Salah satunya adalah dengan menggabungkan
CO2 cair dengan es basah. Selain itu, juga perlu
memodifikasi palka ikan (cold storage). Dalam
penelitian ini, didapatkan jumlah es basah yang
lebih sedikit, yaitu 3,9 ton es dan 274,5 kg CO2
cair selama empat hari pelayaran, untuk 15 ton
ikan. Dan terdapat volume sisa sebesar 3,64 m3
yang bisa digunakan untuk menampung tambahan
ikan sebesar 2,5 ton. Oleh karena itu, perlu media
pendingin tambahan berupa 650 kg es basah dan
CO2 cair sebesar 45,75 kg. Biaya yang
dikeluarkan per bulan juga lebih hemat, yaitu
mencapai 24,07 % jika dibandingkan dengan
metode pendinginan hanya menggunkan es basah.
Kata Kunci - Cold storage, Crushed ice, Es basah,
CO2 cair, Media Pendingin,
Pendinginan ikan
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara
dengan wilayah laut yang besar. Kondisi geografis
seperti ini menjadikan Indonesia memiliki potensi
perikanan yang cukup besar. Pada tahun 2002,
produksi perikanan tangkap tercatat sebesar
4.378.495 ton (Irianto dan Giyatmi 2009).
Namun, dalam beberapa tahun terakhir
banyak sekali ditemukan kasus overfishing. Yang
dimaksud overfishing disini adalah penangkapan
ikan dalam jumlah yang sangat besar di daerah
tidak jauh dari pantai. Akibatnya, saat ini nelayan
harus berlayar lebih jauh lagi dalam mencari
ikan.Tidak lagi seperti dulu dalam mencari ikan di
perairan tidak terlalu jauh dari garis pantai.
Otomatis nelayan membutuhkan waktu berhari-
hari dalam mencari ikan sampai kembali ke darat.
Ikan yang telah ditangkap, pada umumnya akan
disimpan pada ruang muat (palka) kapal. Sehingga
lama penyimpanan ikan tersebut tidak cukup
sehari atau dua hari tetapi berhari-hari.
Selama ini, kebanyakan nelayan
mendinginkan hasil tangkapannya dengan cara
yang masih konvensional. Menggunakan es basah
dinilai cara yang sederhana dan murah. Pada
dasarnya, pendinginan ikan ini dimaksudkan untuk
menghambat metabolisme bakteri. Sehingga
pertumbuhan bakteri tersebut terhambat, dan ikan
tidak menjadi rusak dan busuk.
Permasalahan yang ditemui adalah
bagaimana menyimpan ikan dalam waktu yang
lama agar tetap segar sampai kembali ke darat.
Sedangkan dalam kenyataannya, es basah yang
digunakan oleh nelayan tidak mampu bertahan
lama. Es basah yang berbentuk balok tersebut
cepat mencair. Apabila tanpa pendinginan, maka
ikan tidak awet dan bisa menjadi rusak. Selain
cepat mencair, hal tersebut mengakibatkan
berkurangnya volume ruang muat untuk
menampung ikan.
Teknologi yang banyak dipakai di lapangan
adalah Refrigerated Sea Water (RSW. Sistem ini
memanfaatkan air laut sebagai media pendingin.
Evaporator yang melekat pada dinding palka akan
mendinginkan air laut. Setelah mencapai suhu
tertentu, maka ikan dimasukkan ke dalam palka.
Sistem ini dinilai efektif ketika ikan yang akan
disimpan berukuran besar, seperti ikan tuna.
Permasalahan yang terjadi adalah ketika sistem ini
diaplikasikan pada ikan hasil tangkapan yang
berukuran lebih kecil. Ikan tersebut memang
segar, namun kadar garamnya melebihi batas
normal. Selain itu, sistem RSW dinilai cukup berat
Bravo Yovan Sovanda, Alam Baheramsyah, dan Taufik Fajar Nugroho
Jurusan Teknik Sistem Permesinan Kapal, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
Email : [email protected] dan [email protected]
Studi Perencanaan Jacketed Storage System
Memanfaatkan CO2 Cair Sebagai Refrigeran
dan membutuhkan biaya besar, baik initial cost,
operational cost, maupun maintenance cost.
Salah satu inovasi yang bisa dikembangkan
adalah membuat desain jacketed storage system
dengan memanfaatkan CO2 cair sebagai
refrigeran. Harapannya adalah waktu pendinginan
yang dihasilkan lebih lama. Selain itu, jika
dibandingkan dengan sistem RSW, dari segi biaya
lebih murah dan lebih ringan.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi yang digunakan dalam
pengerjaan tugas akhir ini adalah
A. Studi Literatur
Mengumpulkan dan mempelajari teori dasar
dari berbagai referensi guna menunjuang
pengerjaan skripsi ini. Referensi didapatkan dari
buku ajar, artikel ilmiah, jurnal internasional,
paper, atau pun wawancara secara langsung
mengenai berbagai hal yang berhubungan dengan
skripsi ini.
B. Pengumpulan Data
Dilakukan kegiatan survey ke wilayah objek
yang dituju dalam hal ini kapal ikan tradisional
untuk mendapatkan data pendukung pengerjaan
skripsi ini, antara lain data kapal.
Berikut data kapal yang didapat :
Lama Pelayaran : 4 hari
Engine
1 Unit Main Engine
Type : Dongfeng Diesel Engine
Daya : 155 kW
Dimensi Ruang Muat
Panjang : 380 cm
Lebar : 150 cm
Tinggi : 170 cm
Jumlah : 3 Buah
Media Pendingin
Type : Es basah
Jumlah : 5000 kg/storage
C. Perancangan Jacketed Storage System
Melakukan perancangan dan modifikasi palka
ikan dengan tambahan liquid CO2 storage tank.
Dinding palka ikan dimodifikasi sehingga terjadi
perpindahan panas dan mencapai suhu yang
diinginkan.
Gambar 1. Rancangan Jacketed Storage System
Gambar 2. Modifikasi Palka Ikan
Gambar 3. Perencanaan peletakan Pipa dan Permesinan
Gambar 4. Schematic Diagram Jacketed Storage System
III. ANALISA DATA
A. Penentuan Es Basah
Dalam desain cold storage ini, juga
menggunakan es basah sebagai pendinginan awal.
Penggunaan es basah juga dinilai memiliki efek
Final Project :MARINE MACHINERY SYSTEM
Fishing Vessel
Jacketed StorageSystem
DRAWN BY:
APPROVED BY:
DRAWING NO:
Bravo Yovan Sovanda
4209 100 021
Ir. Alam Baheramsyah, M..Sc
SIGNED:
SIGNED:
REV:DATE: SCALE:
the DEPT of MARINE ENGINEERING - ITS
ODD SEMESTER 2012/2013
3 WAY VALVE
BUTTERFLY VALVE
VENT PIPE
3
3
1
11
3
3
CO2 STORAGE TANK 11
PRESSURE INDICATOR 22
COLD STORAGE
SAFETY VALVE
FLOW RATE CONTROLLER
9.69 m³
COLD STORAGE
EQUIPMENT ID /
SYMBOLNAME SPEC QTY
TEMPERATURE
INDICATOR3
-23°C19.25 Bar
9.69 m³
-23°C19.25 Bar
-23°C19.25 Bar
9.69 m³
COLD STORAGE
9.69 m³
COLD STORAGE
Main
Deck
Co
llisio
n
Bu
lkh
ea
d
E/R
Bu
lkh
ea
d
FLOW REGULATE VALVE 11
positif. Jika tanpa es basah di dalam cold storage,
maka dengan suhu yang cukup rendah, bisa
menyebabkan satu ikan dengan yang lainnya
saling menempel (rekat). Sehingga, perlu
diketahui terlebih dahulu berapa banyak es basah
yang diperlukan. Dalam hal ini, diasumsikan
bahwa kalor yang dihasilkan oleh ikan sampai
mencairkan es basah. Penentuan jumlah es basah
bisa dihitung dengan cara sebagai berikut :
𝑄𝑖𝑘𝑎𝑛 = 𝑚 𝐿 dimana :
m : massa es basah (kg)
L : kalor laten es basah (336 kJ/kg)
Sehingga :
𝑄𝑖𝑘𝑎𝑛 = 𝑚 𝐿 436800 𝑘𝐽 = 𝑚 . 336 𝑘𝐽/𝑘𝑔
436800
336 = 𝑚
1300 = 𝑚
B. Perhitungan Beban Kalor
Beban pendingin dapat didefinisikan sebagai
suatu beban yang dihasilkan oleh sumber energi
panas yang nantinya dapat mempengaruhi
kapasitas sistem pendingin. Beban sumber energi
panas berasal dari beban produk, beban infiltrasi,
dan beban transmisi. Beban produk disini
dihasilkan oleh kalor dari ikan, dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut :
𝑄𝑖𝑘𝑎𝑛 = 𝑚𝑖𝑘𝑎𝑛 × 𝐶𝑖𝑘𝑎𝑛 × (𝑇𝑎 − 𝑇𝑏)
dimana :
Qikan : Beban panas yang dilepaskan
oleh ikan (kJ)
mikan : Massa ikan (kg)
Cikan : Kalor spesifik ikan (kJ/kgoK)
Ta :Temperatur awal ikan sebelum
didinginkan (K)
Tb : Temperatur akhir ikan setelah
didinginkan (K)
Dari hasil survey yang telah dilakukan,
diketahui bahwa massa ikan yang didinginkan
untuk setiap palka sebesar 5000 kg. Suhu awal
pada ikan adalah 28oC, sedangkan suhu akhir
setelah pendinginan adalah sebesar 2oC. Sehingga,
beban kalornya adalah :
Qikan = 5000kg x 3.36 kJ/kgoK x
(301.15K-275.15K)
Qikan = 436800 kJ
C. Suhu Dinding Aluminium
Storage System yang direncanakan adalah
storage yang memiliki beberapa lapisan-lapisan.
CO2 yang mengalir dalam void space adalah CO2
dalam fasa gas. CO2 ini memiliki temperatur -
800C dan bersentuhan langsung dengan dinding
aluminium. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada
gambar 4.
Gambar 4. Lapisan pada cold storage
Sehingga perhitungan temperatur dinding
dapat diselesaikan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut, yaitu : 𝑄
𝑡= 𝑘 𝐴
∆𝑇
∆𝑥
dimana :
Q : Beban Kalor (kJ)
t : Waktu pendinginan (s)
k : Konduktivitas termal (W/moC)
A : Luas Area (m2)
∆T : Beda temperatur (0C)
∆x : Ketebalan Plat (m)
sehingga :
436800 𝑘𝐽
3600 𝑠= 202 𝑤 𝑚 𝐶 . 2,45 𝑚2 .
2 − 𝑇𝐴 𝐶
0,03 𝑚
121333 𝑤 = 164,97 2 − 𝑇𝐴 . 102
121333 𝑤 = 329,9 − 164,97 𝑇𝐴 . 102
16497 𝑇𝐴 = 32990 − 121333
𝑇𝐴 = −88343
16497
TA = - 5,3 0C
D. Perpindahan Kalor Menyeluruh
Perpindahan panas menyeluruh merupakan
gabungan dari proses konduksi yang terjadi pada
logam (aluminium) dan konveksi. Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Analogi Perpindahan Panas
Perpindahan panas menyeluruh bisa
ditentukan dengan cara sebagai berikut :
𝑞 = ∆𝑇
𝑅𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
dimana :
∆𝑇 ∶ Beda Temperatur
Rtotal : Tahanan termal menyeluruh
Untuk mendapatkan nilai berapa besarnya
kalor, maka harus melakukan perhitungan
mengenai tahanan termal menyeluruh, yaitu
sebagai berikut :
𝑅 = 1
ℎ. 𝐴+
∆𝑥
𝑘. 𝐴
𝑅 = 1
0,0162 × 2,45+
3 × 10−2
202 × 2,45
𝑅 = 103
3,06 × 2,45+
3 × 10−2
202 × 2,45
𝑅 = 25,157
Sehingga :
𝑞 = −(−80 − −2
25,15)
𝑞 = 1,4 𝑤
E. Laju Alir Massa CO2
Laju aliran massa CO2 sebanding dengan
kebutuhan panas yang terjadi akibat proses
konduksi dan konveksi. CO2 yang tersedia harus
mampu mengatasi beban panas tersebut. Sehingga,
laju aliran massa bisa dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut, yaitu :
𝑞 = 𝑚𝐶𝑂2 . ∆ℎ𝐶𝑂2
dimana :
∆ℎ ∶ Beda Entalpi CO2 (kJ/kg)
m : Laju aliran massa CO2 (kg/s)
t : Waktu pendinginan (s)
Sehingga : 𝑞 = 𝑚𝐶𝑂2
. ∆ℎ𝐶𝑂2
1,4 𝑤 = 𝑚𝐶𝑂2 . 727,7 − 722,4 𝑘𝐽/𝑘𝑔
1,4 𝑗/𝑠
5,3 𝑘𝐽/𝑘𝑔= 𝑚𝐶𝑂2
0,00026 𝑘𝑔/𝑠 = 𝑚𝐶𝑂2
0,95 𝑘𝑔/ℎ = 𝑚𝐶𝑂2
Jika pelayaran dilakukan selama 4 hari, maka
jumlah CO2 yang harus tersedia adalah sebesar
274,5 kg.
F. Analisa Ekonomis
1. Perhitungan Volume Ikan dan Es Basah
Perlu dilakukan perhitungan mengenai
volume ikan dan es basah yang bisa ditampung di
dalam satu palka. Seperti yang telah diketahui,
bahwa dimensi dari palka ikan adalah 3,8 m x 1,5
m x 1,7 m. Sehingga volume dari palka ikan
adalah sebesar 9,69 m3. Jika menggunakan
kombinasi es basah dan CO2 cair, maka es basah
yang ada di dalam satu palka ikan hanya 1300 kg.
Sedangkan ikan yang diangkut adalah sebesar
5000 kg. Perhitungan volume bisa diselesaikan
dengan cara di bawah ini, yaitu:
Volume = Volume Ikan + Volume Es
Volume = (Massa ikan/massa jenis ikan)
+ (Massa Es/massa jenis es)
Volume = 5000 kg + 1300 kg
1080 kg/m3 916 kg/m
3
Volume = 4,63 m3 + 1,416 m
3
Volume = 6,05 m3
Perhitungan volume di atas menandakan
bahwa ikan dan es akan menempati volume 6,05
m3 dari 9,69 m
3. Sehingga masih ada volume sisa
sebesar 3,64 m3. Nelayan dapat memanfaatkan
volume sebesar 3,64 m3 dengan mencari ikan dan
menyimpannya.
2. Volume Ikan dan Es Basah Tambahan
Perhitungan kalor tambahan ikan sebesar
2500 kg, yaitu
Qikan = mikan x Cpikan x (Ta-Tb)
Qikan = 2500kg x 3.36 kJ/kgoK x (301.15K-
275.15K)
Qikan = 218400 kJ
Sehingga perlub tambahan es basah untuk
mengatasi kalor yang dihasilkan oleh ikan.
Perhitungan mengenai tambahan es basah, yaitu :
Qikan = Qes
Qikan = m x Les
Qikan = m x Les
218400 kJ = m x 336 kJ/kg
218400 kJ = m
336 kJ/kg
650 kg = m
Langkah selanjutnya adalah menghitung
perhitungan volume tambahan es basah dan ikan.
Hal ini dilakukan supaya tahu apakah volume
kosong pada palka sebesar 3,64 m3 mampu
menampung tambahan ikan dan es atau tidak.
Berikut ini adalah perhitungan mengenai volume
tambahan ikan dan volume tambahan es basah,
yaitu :
Volume = Volume Ikan + Volume Es
Volume = (Massa ikan/massa jenis ikan)
+ (Massa Es/massa jenis es)
Volume = 2500 kg + 650 kg
1080 kg/m3 916 kg/m
3
Volume = 2,31 m3 + 0,71 m
3
Volume = 3,02 m3
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa
volume sisa sebesar 3,64 m3/palka bisa digunakan
untuk menambah tangkapan ikan sebesar 2500 kg
ikan dan es basah sebesar 650 kg. Perlu tambahan
CO2 cair guna menjaga suhu supaya konstan pada
suhu yang diinginkan, yakni 20C. Banyak CO2 cair
yang harus disediakan adalah 45,75 kg.
3. Biaya Operasional Campuran CO2 Cair
dan Es Basah
Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan
di lapangan, maka didapatkan hasil sebagai
berikut, yaitu :
Massa CO2 cair/botol = 25 kg
Harga CO2 cair/botol = Rp 85.000 sampai
Rp 90.000,00
Biaya yang harus dikeluarkan oleh nelayan
guna mencukupi kebutuhan CO2 adalah sebagai
berikut
Biaya Operational CO2 = Jumlah botol x
Harga per botol
Biaya Operational CO2 = 11 botol x
Rp 85.000,00
Biaya Operational CO2 = Rp 935.000,00
Selain menggunakan CO2, dalam
perancangan jacketed storage system ini juga
menggunakan es basah sebanyak 1300 kg untuk
setiap palka. Karena ada tiga buah palka ikan,
maka jumlah es basah yang harus disediakan
adalah sebesar 3900 kg. Dimana es dijual dengan
harga per balok Rp 9000,00 dan setiap baloknya
memiliki berat sebesar 25 kg. Sehingga nelayan
harus menyediakan es balok sebanyak 156 buah
dengan harga Rp 1.404.000,00. Biaya tambahan
dari CO2 cair dan es basah untuk mengatasi kalor
ikan sebesar 2,5 ton adalah Rp 1.212.000,00.
Jumlah total biaya operasional untuk empat
hari adalah penjumlahan antara biaya kebutuhan
CO2 dan biaya kebutuhan es basah. Sehingga
jumlah biaya operasionalnya adalah sebesar Rp
3.551.000,00
Biaya modifikasi jacketed storage system
meliputi pengadaan elbow 900, elbow 45
0, tee
connector, butterfly valve, flow rate controller,
pipe insulation, carbon steel pipe, biaya instalasi.
Total biaya modifikasi yang harus dikeluarkan
adalah sebesar 15.456.800,00. Biaya modifikasi
palka ikan bisa diangsur selama 10 bulan,
sehingga biaya nya sebesar Rp 1.545.680,00. Dan
biaya operasional campuran CO2 cair-es dalam
satu bulan sebesar Rp 26.402.680,00. Keuntungan
dari tambahan 7,5 ton ikan dari 3 cold storage (1
cold storage = 2,5 ton ikan) adalah sebesasar Rp
135.000.000,00.
Sedangkan jika menggunakan es basah
sebagai pendingin dan menjaga temperatur agar
konstan di level 20C, sesuai dengan perhitungan,
butuh sebesar 5200 kg es untuk setiap palka.
Karena kapal yang ditinjau memiliki 3 buah palka
ikan, maka butuh 15600 kg es. Karena setiap
balok es adalah 25kg, maka nelayan harus
menyediakan sebanyak 624 balok es. Besar biaya
yang harus disediakan oleh nelayan adalah sebesar
Rp 5.616.000,00. Dalam satu bulan, maka
menghabiskan biaya sebesar Rp 39.312.000,00.
Es basah sebesar 5200 kg ternyata tidak
mampu ditampung oleh satu palka jika ikan yang
di dalamnya sebanyak 5000 kg. Dengan ikan
sebanyak 5000 kg, maka volume ruang muat
hanya akan terisi es basah sebesar 4600 kg es
basah per satu palka. Sehingga Biaya
operasionalnya per bulan adalah sebesar Rp
34.776.000,00.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil perhitungan dan
perancangan yang telah dilakukan, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Perancangan sistem ini merupakan
perancangan sistem pendingin palka
ikan(cold storage) dengan memanfaatkan
CO2 cair dan es basah. Dengan menggunkan
sistem ini, maka suhu dapat diturunkan
sekaligus dijaga pada 20C. Lama pendinginan
bisa sampai empat hari.
Jika dalam 3 palka terisi ikan sebanyak 15 ton
ikan, maka butuh es basah sebanyak 3900 kg
dan 275 kg CO2 cair guna mengatasi kalor
yang dilepas. Nelayan harus menyediakan 11
botol CO2 cair dengan kapasitas 25kg/botol
dan 156 balok es dalam 4 hari.
Jika menggunakan kombinasi es basah dan
CO2 cair, maka setiap palka akan menyisakan
volume sebesar 3,64 m3. Volume sisa tersebut
bisa dimanfaatkan untuk menyimpan
tambahan hasil tangkapan sebesar 2,5 ton
ikan. Guna mengatasi kalor yang dilepaskan,
maka perlu tambahan es basah sebanyak 650
kg dan CO2 cair sebanyak 45,75 kg.
Volume satu palka ikan (cold storage)
sebesar 9,69 m3 mampu menampung ikan
sebanyak 7,5 ton ikan dan 1950 kg es basah.
CO2 cair yang harus disediakan adalah
sebanyak 137,25 kg. Sehingga perbandingan
ikan, es basah, dan CO2 cair adalah 1 : 0,26 :
0,02
Biaya operasional yang dikeluarkan per bulan
jika menggunakan kombinasi es basah dan
CO2 cair lebih hemat 24,07% daripada
menggunakan metode es basah saja.
Keuntungan dari hasil penjualan tambahan
ikan sebesar 7,5 ton (3 palka dengan masing-
masing 2,5ton) mencapai Rp 135.000.000,00.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, doa, dukungan dan semagat selama
pengerjaan skripsi ini. Semoga Tuhan yang Maha
Esa membalas kebaikan anda semua dan
senantiasa dimudahkan dalam segala urusan.
Amin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Alam, Muhammad Dipo. 2004. “Studi
Perencanaan Sistem Pendingin Tipe Flo Ice
Untuk Kapal Ikan Purse Seine 30 GT Di
Perairan Kalimantan Timur”, Tugas Akhir S-
1, Teknik Sistem Perkapalan, Surabaya.
2. Aziz, Alwi Asy’ari. 2012. “Desain Sistem
Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional
Dengan Memanfaatkan Es Kering”, Tugas
Akhir S-1, Teknik Sistem Perkapalan FTK-
ITS, Surabaya
3. Geankoplis, Christie J. 1993. “Transport
Processes and Unit Operations”, Prentice-
Hall, Inc, United States of America
4. Holman, J.P. 1997. “Perpindahan Kalor”,
Penerbit Erlangga, Jakarta
5. Ilyas, Sofyan. 1983. “Teknologi Refrigerasi
Hasil Perikanan, Teknik Pendingin Ikan,” CV.
Paripurna, Jakarta
6. Sayogyo, Adi. 2006. “Studi Media Pendingin
Ikan Pada Kapal Ikan Tradisional”, Tugas
Akhir S-1, Teknik Sistem Perkapalan,
Surabaya
7. Shawyer, Michael dan Pizzali, Avilio. 2003.
“The Use Of Ice On Small Fishing Vessels”,
Food And Agriculture Organization Of United
Nation, Rome
8. Sondana, Agung. 2013. “Desain Sistem
Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional
Dengan Teknologi Insulasi Vakum”, Tugas
Akhir S-1, Teknik Sistem Perkapalan, FTK-
ITS, Surabaya
9. Stoecker, Wilbert F. 1998. “Industrial
Refrigeration Handbook”, McGraw-Hill
companies, Inc, United States of America