Download - SUBYEK,OBYEK HUKUM DAN PERBUATANNYA
SUBYEK,OBYEK HUKUM DAN
PERBUATANNYA
OLEH: TRI WINARSIH
JURUSAN: MUAMALAT BNIM: 10380050
KATA PENGANTAR Hukum adalah untuk manusia. Kaedah-kaedahnya yang berisi
perintah, larangan dan perkenaan itu ditujukan pada anggota-
anggota masyarakat. Hukum itu mengatur hubungan antar
masyarakat.
Manusia atauu suatu masyarakat takkan lepas dari yang
namanya hukum atau aturan. Hampir setiap waktu dimanapun dan
kapanpun kita akan menghampiri yang namanya hukum atau aturan.
Karena manusia di sini peranannya sangatlah penting. Dalam suatu
hukum pasti ada subjek atau pelaku dan objek atau benda, alatnya.
Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh
hak dan kewajiban. Dan yang berhak memperoleh kewajiban dan hak
hanyalah manusia. Jadi, manusia adalah subjek hokum. Sedangkan,
Objek hokum adalah segala sesuatu yang berguna bagi subjek
hukum dan yang menjadi objek hukum adalah hak, karena dapat di
kuasai oleh subjek hukum.
Adanya subjek dan objek hokum pasti menimbulkan perbuatan
hokum. Perbuatan hokum adalah setiap perbuatan manusia yang
dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan hak dan kewajiban.
Perbuatan hukum adalah perbuatan yang memiliki akibat-
akibat hukum. Jadi akibat itu bias dianggap sebagai kehendak dari
yang melakukan hokum. Misalnya, pembayaran utang, baik berupa
pemberian uang atau barang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI …………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 4
A. Latar Belakang Penulisan
.............................................................. 4
B. Tujuan Penulisa ……................................
………………………. 5
C. Rumusan Masalah ...........……………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN ………………………….. 6
A. Subjek Hukum ………………………………………….. 6
B. Objek ………………………………………………….. 12
C. Perbuatan H……………………………………………. 13
BAB III PENUTUP ………………………………. 17
A. Kesimpulan ……………………. 17
B. Saran …………………………. 18
DAFTAR PUSTAKA ……………………………. 19
BAB I
PENDAHULUAN
1 LATAR BELAKANGSelain untuk memenihi criteria penilaian didalam memilih judul
ini penulis juga ingin memberikan pemahaman lebih detail
mengenai subjek hokum, objek hokum, dan perbuatan hokum.
Hukum adalah untuk manusia. Kaedah-kaedahnya yang berisi
perintah, larangan dan perkenaan itu ditujukan pada anggota-
anggota masyarakat. Tanpa adanya suatu hukum maka
masyarakat tidak akan mendapatkan hak dan kewjibannya
secara adil.
Di dalam hukum dikenal subjek hukum dan objek hukum juga
perbuatan hukum. Subjek hukum merupakan aspek terpenting
dalam suatu hukum. Tanpa adanya subjek hukum, suatu hukum
tidak akan bisa dilaksanakan. Begitu juga dengan objek hukum.
Jika subjek hukum itu ada, maka objeknyapun juga harus ada,
karena antara subjek hukum dengan objek hukum sangatlah
berkaitan dalam hal hukum. Objek hukum merupakan
pelengkap dari suatu subjek hukum.
Biasanya subjek hukum itu berupa manusia atau orang.
Sedangkan objek hukum adalah bendanya atau sasarannya.
Setelah adanya subjek hukum dn objek hukum, kemudian
muncul perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah hasil dari
subjek hukum dan objek hukum. Bisa juga di katakana sebagai
akibat-akibat hukum.
2 TUJUAN PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini penulis mempunyai tujuan yaitu:
1. Menjelaskan lebih detail tentang pengertian subjek
hukum, objek hukum, dan perbuatan hukum.
2. Pembaca dapat mengerti pembagian subjek hukum,
objek hukum, dan perbuatan hukum.
3 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan tema pembahasan penulis meltakkan beberapa
pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan subjek hukum, objek
hukum, dan perbuatan hukum?
2. Subjek hukum dibagi menjadi berapa macam?
3. Teori-teori apa sajakah yang ada dalam subjek
hukum?
4. apa perbedaan antara manusia dan badan hukum
sebagai subjek hukum?
5. Dibagi menjadi berapakah objek hukum?
6. Pengertian perbuatan hukum?
7. Apa pembagian dari perbuatan hukum?
BAB II
PEMBAHASAN
4 SUBJEK HUKUM
→ Orang
Subjek hukum=orang
→ Badan Hukum → Privat
→ Publik
[1]Subjek Hukum adalah segala sesuatu yang dapat
memperoleh hak dan kewajiban. Yang dapat memperoleh
hak dan kewajiban dari hukum hanyalah manusia. Jadi
manusia oleh hukum diakui sebagai penyandang hak dan
kewajiban, sebagai subjek hukum atau orang.
Seiring berkembangnya dunia hukum, subjek hukum di
bagi menjadi 2 :
1) Orang / manusia (natuurlijke person);
2) Badan Hukum (rechtsperson).
Setiap manusia di Indonesia, tanpa terkecuali, selama
hidupnya adalah , orang, atau subjek hukum. Sejak di
lahirkan manusia memperoleh hak dan kewajiban.
Apabila meninggal dunia, maka hak dan kewajibannya
akan beralih pada ahli warisnya.
Bahwa setiap manusia di Indonesia adalah orang yang
dapat di simpulkan dari pasal 15 UUDS yang berbunyi
bahwa [2]“tidak suatu hukmanpun menyebabkan
kematian perdata atau kehilangan segala hak-hak
kewenangan”.
Di dalam sejarah di kenal adanya manusia yang tidak
mempunyai hak dan kewajiban, tidak merupakan subjek
hukum, yaitu budak belian. Budak bukan merupakan
subjek hukum tetapi, merupakan objek hukum yang
dapat di perjualbelikan. Selain itu, dahulu di kenal
kematian perdata(burgelyke dood) pernyatan pengadilan
(lijke dood) kyang menyatakan bahwa seseorang itu tak
dapat memperoleh hak apapun lagi.
Pencabutan hak dan kewajiban masih bersifat terbatas
dan hanya untuk sementara saja. [3]Berikut hak-hak
tertentu yang dapat di cabut, di antaranya:
a. Hak memegang jabatan pada umumnya atau
jabatan tertentu;
b. Hak memasuki angkatan bersenjata;
c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan
umum yang diadakan berdasarkan aturan-aturan
tertentu;
d. Hak menjadi penasehat, wali pengawas atau
pengampu atau pengampu pengwas atas anak
yang bukan anak sendiri.
e. Hak menjalankan kekuasan bapak,
menjalankan perwakilan, atau pengampu atas
anaknya sendiri;
f. Hak untuk menjalankan pencaharian
tertentu.
Dengan demikian orang dianggap sebagai pendukung
hak dan kewajiban, sejak lahir sampai meninggal,
bahkan sejak dalam kandungan ibunya. Tapi meskipun
demikian orang yang belum dewasa masih belum cukup
untuk melakukan hukum sendiri. [4]Berikut yang
dianggap belum cukup untuk melakukan hukum sendiri
diantaranya:
a. Orang yang belum dewasa atau belum cukup
umur;
b. Orang gila pemabuk, pemboros,yakni mereka
yang ditaruh dibawah pengampuan(curatele);
c. Orang perempuan dalam pernikahan(wanita
kawin).
Manusia bukanlah satu-satunya subjek hukum.
Diperlukan suatu hal lain yang menjadi subjek hukum. Di
samping orang dikenal subjek hukum selain manusia
yang disebut Badan Hukum. [5]Badan Hukum adalah
organisasi atau kelompok manusia yang mempunyai
tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan
kewajiban. Negara dan perseroan terbatas misalnya
asalah organisasi atau kelompok manusia yang
merupakan badan hukum.
Badan Hukum itu bertindak sebagai satu kesatuan dalam
lalu lintas hukum seperti orang. Hukum menciptakan
badan hukum oleh karena pengakuan organisasi atau
kelompok manusia sebagai subjek hukumitu sangat
diperlukan karena ternyata bermanfaat bagi lalu lintas
hukum.
[6]Badan hukum dibedakan menjadi dua bentuk yaitu:
1. Badan hukum dalam lingkungan hukum
public, yaitu badan-badan yang pendiriannya dan
tatanannya ditenktukan oleh hukum ublic. Badan
hukum ini merupakan hasil pembentukan dari
penguasa, berdasarkan perundang-undangan
yang dijalankan eksekutif, pemerintah atau badan
pengurus yang diberi tugas untuk itu. Misalnya,
Negara, propinsi, kabupaten, bank Indonesia,
desa, subak dll.
2. Badan hukum dalam lingkungan hukum
privat, yaitu badan-badan yang pendirian dan
tatanannya ditentukan oleh hukum privat. Badan
hukum ini merupakan badan hukum swasta yang
didirikan oleh pribadi orang untuk tujuan tertentu,
yaitu mencari keuntungan, social pendidikan, ilmu
pengetahuan, politik, kebudayaan, kesehatan,
olah raga, dll. Yangtermasuk dalam hukum privat
misalnya koperasi, NV, dan wakaf.
[7]Menurut, tujuannya badan hukum privat dapat
dibagi menjadi:
a. Perserikatan dengan tujuan tidak
materialistis atau amal. Misalnya,
perkumpulan gereja, badan wakaf, yayasan
dll.
b. Persekutuan dengan tujuan
memperoleh laba. Misalnya, perseroan
terbatas.
Dalam [8]Tata Hukum Indonesia, badan-badan hukum
dikelompokkan dalam tiga macam, yaitu:
1. Menurut hukum Eropa antara lain: Negara, PT,
dan perhimpunan-perhimpunan berdasarkan Stb.
1870 No. 64;
2. Menurut hukum Eropa yang tertulis, antara
lain: perhimpunan-perhimpunan berdasarkan Stb.
1939 No. 570 jo.1939 No. 717, dan Stb. 1958 No.
139:
3. Menurut hukum adat, antara lain: wakaf
yayasan.
[9]Berikut beberapa teori yang berhubungan dengan
badan hukum:
1. Teori anggapan(fiksi) dari Von savigny,C.W.
Opzoomer dan Houwing. Pada dasarnya subjek
hukum hanyalah manusia, dan badan hukum hanya
merupakan anggapan saja dan tidak berwujud. Ia
dibuat oleh Negara oleh karena itu badan hukum
tergantung oleh pengakuan Negara.
2. Teori kekayaan- tujuan A. Brinz dan Siccana
kekayaan yang dipisahkan dan diberi tujuan-tujuan
tertentu. Kekayaan dianggap miik suatu badan
hukum padahal kekayaan itu terikat pada
tujuannya.
3. Teori organdari Otto Van Gierke bahwa badan
hukum itu seperti manusia. Ia sungguh-sungguh
ada dalam pergaulan hukum. Badan hukum
membentuk kehendak sendiri dengan perantara
alat-alat(organ) yang ada padanya(pengurus)
seertoi manusia. Oleh karena itu fungsi badan
hukum disamakan dengan manusia.
4. Teori milik kolektif(teori kekayaan bersama)
dari W.L.P.A. Molengraff dan Marcel Planiol bahwa
badan hukum ialah harta yang tak dapat di bagi
dari anggota secara bersama-sama. Hak dan
kewajiban badan hukum sebenarnya merupakan
hak dan kewajiban anggotanya secara bersama-
sama. Dengan demikian, badan hukum hanyalah
konstruksi yuridis.
5. Teori duguitdari Duguit bahwa badan hukum
itu tidak ada. Manuspia adalah satu-satunya subjek
hukum. Hal ini sesuai dengan ajarannya yaitu
fungsi social yang harus di laksanakan.
6. Teori enggensbahwa badan merupakan hulp
figuur, karena adanya diperlukan dan
diperbolehkan oleh hukum untuk menjalankan hak-
hak dengan sewajarnya.
5 OBJEK HUKUM
Objek hukum (recht objek) merupakan segala sesuatu
yang berguna bagi subjek hukum (person), dan yang
menjadi objek hukum dari suatu hubungan hukum adalah
hak. Oleh karenanya dapat di kuasai oleh subjek hukum.
[10]Hubungan hukum adalah suatu wewenang yang di
miliki oleh .seseorang untuk menguasai sesuatu dari
orang lain, dan kewajiban orang lain untuk berperilaku
sesuai dengan wewenang yang ada. Isi dari wewenang
da kewajiban tersebut ditentukan oleh hukum(misalnya
hubungan antara pembeli dan penjual). Dalam hubungan
hukum menurut hukum ublic (dalam hal ini, hukum
pajak), objek hukumnya adalah sejumlah uang yang
dapat dipungut dari wajib pajak, dan hukum pidana
adalah pidana yang dapat dijatuhkan pada pelanggar
pidana. Dalam hukum perdata, objek hukum lazim
disebut benda (zaa). [11]Menurut hukum perdata Eropa
pasal 503 KUH Perdata, benda dibedakan menjadi:
1. Benda yang berwujud, yaitu segala sesuatu
yang dapat ditangkap oleh pancaindera, misalnya:
rumah, buku-buku, dll.
2. Benda yang tak berwujud, yaitu segala
macam hak. Misalnya: hak cipta, merek, dll.
Kemudian pada saat yang sama, benda terwujud maupun
tak berwujud itu terbagi menjadi dua yaitu [12]menurut
pasal 504 KUH perdata yaitu:
1. Benda bergerak(benda tidak tetap) yaitu
benda-benda yang dapat dipindahkan, seperti:
meja, kursi, sepeda, dll.
2. Benda tidak bergerak(benda tetap) yaitu
benda yang tak dapat dipindahkan, seperti: tanah,
mencakup pohon, gedung, mesin-mesin, dll. Kapal
yang ukurannya besarnya 20 m3 termasuk juga
golongan benda tetap.
6 PERBUATAN HUKUM
[13]Perbuatan hukum asalah setiap perbuatan manusia
yang dilakukan dengan sengaja untuk menimbulkan hak
dan kewajiban.
Perbuatan hukum adalah perbuatan yang memiliki
akibat-akibat hukum. Jadi akibat itu bias dianggap
sebagai kehendak dari yang melakukan hokum. Misalnya,
pembayaran utang, baik berupa pemberian uang atau
barang.
Perbuatan hukum atau tndakan hukm akan terjadi
apabila ada pernyataan kehendak. [14]Dan untuk adanya
kehendak dibutuhkan hal-hal berikut:
a. Adanya kehendak orang itu untuk bertidak,
menerbitkan/ menimbulkan akibat yang diatur oleh
hokum.
b. Pernyataan kehendak pada asasnya tidak
terikat pada bentuk-bentuk tertentu dan tidak ada
pengecualiannya, debab dapat terjadi secara:
a) Pernyataan kehendak secara tegas,
antara lain:
· Ditulis sendiri.
· Ditulis oleh pejabat tertentu.
b) Mengucapkan kata setuju, mesalnya
OK, YA dll.
c) Pernyataan kehendak dengan isyarat,
misalnya:mengangguk, dll.
c. Pernyataan kehendak secara diam-diam
Perbuatan hokum terdiri dari:
1. Perbuatan hukum sepihak.
Ialah perbuatan hokum yang dilakukan oleh satu
pihak saja tetapi memunculkan hak dan kewajiban
pada satu pihak pula. Misalnya: pembuatan surat
wasiat(pasal 875 KUH Perdata), pemberian hibah
suatu benda(pasal 1666 KUH Perdata).
2. Perbuatan hokum dua pihak.
Ialah perbuatan hokum yang dilakukan oleh dua
pihak yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi
kedua pihak tersebut. Misalnya: persetujuan jual
beli(pasal 1457 KUH Perdata), perjanjian sewa-
menyewa(pasal 1548 KUH Perdata), dll.
Menurut pendapat lain yaitu pendapat hukum, yaitu
dibagi menjadi dua. [15]Menurut hokum perbuatan
hokum dibagi menjadi dua yaitu:
1. Perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek
hukum.
a. Perbuatan menurut hukum. Contoh :
zaakwarneming(1354).
zaakwarneming ialah perbuatan yang akibatnya
diatur oleh hukum meskipun tidak dikehendaki
oleh orang tersebut. Contoh : mengurusi
kepentingan orang lain tanpa diminta oleh orang
tersebut yakni bila terdapat kasus kecelakaan
yang mengakibatkan seseorang luka parah dan
harus dioperasi secepatnya maka dokter harus
mengoperasinya tanpa meminta ijin kepada
orang tersebut atau keluarganya.
b. Perbuatan melawan hukum. Contoh :
onrechtmatigdaad(1365).
onrechtmatigedaad adalah suatu perbuatan yang
bertentangan dengan hukum. Meski tidak
dikehendaki atau disengaja, pelaku harus
mengganti kerugian yang diderita oleh pihak
yang dirugikan akibat perbuatan yang dilakukan
oleh pelaku.
2. Perbuatan hukum yang tidak dilakukan oleh
subyek hukum. Contoh : jatuh tempo atau
kadaluarsa, kelahiran, kematian.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULANDari sederet penjelasan diatas, dapat kita simpulkan sebagai
berikut:
1) Subjek hukum di Indonesia adalah manusia
2) Subjek hukum dibagi menjadi dua yaitu manusia
atau orang dan badan hukum.
3) Kemudian badan hukum dibagi menjadi dua yaitu
badan hukum privat dan badan hukum public.
4) Objek hukum merupakan segala sesuatu yang
berguna bagi subjek hukum, biasanya berupa benda.
5) Objek hukum dibagi menjadi dua bentuk yaitu
benda berwujud dan benda tak berwujud.
6) Perbuatan hukum adalah perbuatan yang memiliki akibat-
akibat hukum. Misalnya, pembayaran utang, baik berupa
pemberian uang atau barang.
7) Perbuatan hokum dibagi menjadi beberapa macam
misalnya, hokum satu pihak dan hokum antara dua pihak,
menurut pendapat lain hokum juga dibagi menjadidua
yaitu,perbuatan hokum yang dilakukan oleh subjek, dan
perbuatan hokum yang tidak dilakukan oleh subjek.
B. SARAN
kita sebagai subjek hokum yang dibela oleh hokum harus bias
menjaganya dengan baik. Kita mempunyai hak dan kewajiban
yang harus kita pertanggngjawabkan apabila kita telah
melakukan suatu perbuatan. Perbuatan tersebut juga tak
lepas dari yang namanya hokum. Yaitu perbuatan hokum
dimana kita juga harus berhati-hati dalam melakukan atau
berbuat hokum. Karena itu akan menimbulkan masalah yang
besar jika kita tidak bias berhati-hati dalam berbuat. Oleh
karena itu walaupun kita mempunyai hak dan kewajiban
bukan berarti kita bisa melakukan apa saja yang kita bisa.
Tapi kita juga harus berhati-hati dalam berbuat.
DAFTAR PUSTAKA
Budi Ruhiatun, SH., M.Hum.2009 Pengantar Ilmu Hukum,Teras,
Yogyakarta.
Pipin Syarifin.1999 Pengantar Ilmu Hukum, Pustaka Setia, Bandung.
Sudikno Mertokusumo.2004 Mengenal Hukum(Suatu
Pengantar),Liberty, Yogyakarta.
R. Soeroeo, SH.1996 Pengantar Ilmu Hukum,Sinar Grafika, Jakarta
http://belajarhukumindonesia.blogspot.com/2010/03/perbuatan-
hukum.html
[1] Budi Ruhiatun, SH., M.Hum, Pengantar Ilmu Hukum,Cet. 1; Yogyakarta;
Teras; 2009, h. 57-62.
[2] Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum(Suatu Pengantar),Cet. 1;
Yogyakarta; Liberty; 2004, hm 52-53.
[3] Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. 1; Bandung; Pustaka Setia; 1999,
h. 61-63.
[4] Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. 1; Bandung; Pustaka Setia; 1999,
h. 63
[5] Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum(Suatu Pengantar),Cet. 1;
Yogyakarta; Liberty; 2004, h. 52-53.
[6] Budi Ruhiatun, SH., M.Hum, Pengantar Ilmu Hukum,Cet. 1; Yogyakarta;
Teras; 2009, h. 57-62.
[7] Budi Ruhiatun, SH., M.Hum, Pengantar Ilmu Hukum,Cet. 1; Yogyakarta;
Teras; 2009, h. 57-62.
[8]
http://openlibrary.org/books/OL2703851M/Pengantar_ilmu_hukum_dan_tata_huk
um_Indonesia
[9] Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. 1; Bandung; Pustaka Setia; 1999,
h. 63
[10] Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. 1; Bandung; Pustaka Setia;
1999, h. 65.
[11] Pipin Syarifin, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. 1; Bandung; Pustaka Setia;
1999, h. 65.
[12] Ibid., h. 64.
[13] R Soeroso SH., Pengantar Ilmu Hukum, Cet. II; Jakarta; Sinar Grafika; 1996,
h. 291.
[14] Ibid., h.292.
[15] http://belajarhukumindonesia.blogspot.com/2010/03/perbuatan-
hukum.html