Download - syariah islam Ltm 2
PENGERTIAN DAN IMPLEMENTASI SYARIAH DAN
MUAMALAH ISLAM
Khairunnisa Nazhifah Yudyawati
1506731795
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2015
2
Daftar Isi
Daftar Isi…………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….3
A. LATAR BELAKANG……………………………………………..3
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………………..3
C. TUJUAN …………………………………………………………..3
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………..4
A. SYARIAH ISLAM
1. Pengertian Syariah Islam…………………………………….4
2. Ruang Lingkup Syariah……………………………………...7
3. Perbedaan Syariah dan Fiqih………………………………..9
B. IMPLEMENTASI SYARIAH ISLAM
1. Implementasi Ibadah dan Muamalah dalam Kehidupan….10
2. Peningkatan Kulaitas Ibadah dan Muamalah…………….....13
3. Hikmah Muamalah…………………………………………...14
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………..17
DAFTAR PUSAKA………………………………………………………..18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah SWT.
Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap segala
kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan anugerah
tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT yang telah
memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus mendapatkan suatu
bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai dengan
bimbingan Allah SWT. Hidup yang dibimbing syariah akan melahirkan
kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan
Allah dan Rasulnya yang tergambar dalam hukum Allah yang Normatif
dan Deskriptif (Quraniyah dan Kauniyah).
Sebagian dari syariat terdapat aturan tentang ibadah, baik
ibadah khusus maupun ibadah umum. Sumber syariat adalah Al-Qur’an
dan As-Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur secara pasti di dalam
kedua sumber tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad). Syariat dapat
dilaksanakan apabila pada diri seseorang telah tertanam Aqidah atau
keimanan. Dan dengan bimbingan syariah semoga hidup kita akan selamat
dunia dan akhirat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian Syariah Islam?
2. Bagaimana implementasi syariah islam dan muamalah dalam kehidupan?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian syariah islam.
2. Mengetahui implementasi syariah islam dan muamalah dalam kehidupan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Syariah Islam
1. Pengertian Syariah Islam
Secara etimologi syariah berarti aturan atau ketetapan yang Allah
perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, seperti: puasa, shalat, haji, zakat dan
seluruh kebajikan. Kata syariat berasal dari kata syar’a al-syai’u yang berarti
menerangkan atau menjelaskan sesuatu. Atau berasal dari kata syir’ah dan syariah
yang berarti suatu tempat yang dijadikan sarana untuk mengambil air secara
langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan bantuan alat lain.
Syariat dalam istilah syar’i hukum-hukum Allah yang disyariatkan kepada hamba-
hamba-Nya, baik hukum-hukum dalam Al-Qur’an dan sunnah nabi Saw dari
perkataan, perbuatan dan penetapan. Syariat dalam penjelasan Qardhawi adalah
hukum-hukum Allah yang ditetapkan berdasarkan dalil-dalil Al-Qur’an dan
sunnah serta dalil-dalil yang berkaitan dengan keduanya seperti ijma’ dan
qiyas. Syariat Islam dalam istilah adalah apa-apa yang disyariatkan Allah kepada
hamba-hamba-Nya dari keyakinan (aqidah), ibadah, akhlak, muamalah, sistem
kehidupan dengan dimensi yang berbeda-beda untuk meraih keselamatan di dunia
dan akhirat.
Demikian juga istilah “hukum Islam” sering diidentikkan dengan kata
norma Islam dan ajaran Islam. Dengan demikian, padanan kata ini dalam bahasa
Arab barangkali adalah kata “al-syari’ah”. Namun, ada juga yang mengartikan
kata hukum Islam dengan norma yang berkaitan dengan tingkah laku,
yang padanannya barangkali adalah “al-fiqh”.
Penjabaran lebih luas dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa kalau diidentikkan
dengan kata “al-syari’ah”, hukum Islam secara umum dapat diartikan dalam arti
luas dan dalam arti sempit.
Istilah syariah merupakan kata yang lumrah beredar di kalangan
masyarakat Muslim dari masa awal Islam, namun yang mereka gunakan selalu
syara’i (bentuk jamak) bukan syariah (bentuk mufrad). Riwayat-riwayat
menunjukkan bahwa orang-orang yang baru masuk Islam dan datang kepada
5
Rasulullah dari berbagai pelosok Jazirah Arab, meminta kepada Rasulullah agar
mengirim seseorang kepada mereka untuk mengajarkan syara’i Islam. Sedangkan
istilah syariah hampir-hampir tidak pernah digunakan pada masa awal Islam. Dari
perkembangan Makna, istilah syariah ini diperkenalkan dengan perubahan
Makna yang menyempit untuk membawakan Makna yang khusus, yakni ”Hukum
Islam” pada masa kemudian.
Syariah adalah kosa kata bahasa Arab yang secara harfiah berarti ”sumber
air” atau ”sumber kehidupan”, dalam Mukhtar al-Sihah diungkapkan sebagai
berikut: Syariah adalah sumber air dan ia adalah tujuan bagi orang yang akan
minum. Syariah juga sesuatu yang telah ditetapkan Allah swt. kepada hamba-Nya
berupa agama yang telah disyariahkan kepada mereka. Orang-orang Arab
menerapkan istilah ini khususnya pada jalan setapak menuju palung air yang tetap
dan diberi tanda yang jelas terlihat mata. Jadi, kata demikian ini berarti jalan yang
jelas kelihatan atau ”jalan raya” untuk diikuti. Al-Qur’an menggunakan kata
syirah dan syariah dalam arti agama, atau dalam arti jalan yang jelas yang
ditunjukkan Allah bagi manusia. Syariah sering digunakan sebagai senonim
dangan kata din dan millah yang berMakna segala peraturan yang berasal dari
Allah swt. yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis yang bersifat qat’I atau jelas
nasnya.
Sedangkan pengertian syariah Islam menurut Mahmud Syaltut adalah:
syariah menurut bahasa ialah tempat yang didatangi atau yang dituju oleh
manusia dan hewan guna meminum air. Menurut istilah ialah hukum-hukum dan
aturan Allah disyariahkan buat hambanya untuk diikuti dan hubungan mereka
sesama manusia. Di sini dimaksudkan Makna secara istilah yaitu syariah tertuju
kepada hukum yang didatangkan al-Qur’an dan Rasul-Nya, kemudian yang
disepakati para sahabat dari hukum-hukum yang tidak datang mengenai urusannya
sesuatu nas dari al-Qur’an atau sunah. Kemudian hukum yang diistinbatkan
dengan jalan ijtihad, dan masuk ke ruang ijtihad menetapkan hukum dengan
perantara kias, karinah, tanda-tanda dan dalil-dalil.
Sedangkan syariah menurut Salam Madkur: tasyrik ialah lafal yang
dikenal dari kata syariah yang di antara Maknanya dalam pandangan orang Arab
ialah jalan yang lurus dan dipergunakan oleh ahli fikih Islam untuk nama bagi
6
hukum-hukum yang Allah tetapkan bagi hambanya dan dituangkan dengan
perantaraan Rasul-Nya agar mereka mengerjakan dengan penuh keilmuan baik
hukum-hukum itu berkaitan dengan perbuatan ataupun dengan aqidah maupun
dengan akhlak budi pekerti dan dinamakan dengan Makna ini dipetik kalimat
tasyrik yang berarti menciptakan undang-undang dan membuat kaidah-kaidah-
Nya, maka tasyrik menurut pengertian ini ialah membuat undang-undang baik
undang-undang itu dating dari agama dan dinamakan tasyrik samawi ataupun dari
pebuatan manusia dan pikiran mereka dinamakan tasyrik wa’i.
Pengertian yang dikemukakan Syaltut tersebut dengan jelas telah
memisahkan antara agama dengan syariah. Manurutnya, agama (Islam) terdiri dari
dua ajaran pokok yaitu akidah dan syariah. Di mana syariah lebih dikhususkan
pada persoalan amaliah. Lebih lanjut, masih menurut Syaltut, aspek akidah
merupakan pondasi tempat tumbuh dan berkembangnya syariah, sedangkan
syariah adalah sesuatu yang harus tumbuh dari akidah itu.
Definisi syariah tersebut menunjukkan bahwa syariah sebagai ketentuan
yang mengatur persoalan-persoalan amaliah terdiri dari dua kategori; pertama,
ketentuan-ketentuan hukum yang secara langsung ditetapkan oleh syari’.
Ketentuan-ketentuan tersebut bersifat abadi dan tidak berubah, karena tidak ada
yang punya wewenang merubahnya kecuali Allah.
Sedangkan istilah syariah dalam konteks kajian hukum Islam lebih
menggambarkan norma-norma hukum yang merupakan hasil dari proses tasyrik,
yaitu proses menetapkan dan membuat syariah. Lebih lanjut terminologi syariah
dalam kalangan ahli hukum Islam mempunyai pengertian umum dan khusus.
Syariah dalam arti umum merupakan keseluruhan jalan hidup setiap muslim,
termasuk pengetahuan tentang ketuhanan. Syariah dalam arti ini sering disebut
dengan fikih akbar. Sedangkan dalam pengertian khusus berkonotasi fikih atau
sering disebut dengan fikih asghar, yakni ketetapan hukum yang dihasilkan dari
pemahaman seorang muslim yang memenuhi syariah tertentu tentang al-Qur’an
dan sunah dengan menggunakan metode ushul fikih. Berdasarkan pengertian
syariah itulah terbentuk istilah tasyrik atau tasyri’ Islami yang berarti peraturan
perundang-undangan yang disusun sesuai dengan landasan dan prinsip-prinsip
yang terkadung di dalam al-Qur’an dan sunah. Peraturan perundang-undangan
7
tersebut terumuskan ke dalam dua bagian besar, yakni bidang ibadah dan kedua
bidang muamalah. Fikih ibadah meliputi aturan puasa, zakat, haji dan sebagainya
yang ditujukan untuk mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
Adapun fikih muamalah diantaranya mengatur tentang perikatan, sangsi hukum.
Dan aturan selain yang diatur dalam fikih ibadah dan bertujuan untuk mengatur
subjek hukum baik secara indiviual maupun secara komunal.
Syari'ah Dalam Arti Luas
Dalam arti luas “al-syari’ah” berarti seluruh ajaran Islam yang berupa
norma-norma ilahiyah, baik yang mengatur tingkah laku batin (sistem
kepercayaan/doktrinal) maupun tingkah laku konkrit (legal-formal) yang
individual dan kolektif.
Dalam arti ini, al-syariah identik dengan din, yang berarti meliputi seluruh
cabang pengetahuan keagamaan Islam, seperti kalam, tasawuf, tafsir, hadis, fikih,
usul fikih, dan seterusnya. (Akidah, Akhlak dan Fikih).
Syari'ah Dalam Arti Sempit
Dalam arti sempit al-syari’ah berarti norma-norma yang mengatur
sistem tingkah laku individual maupun tingkah laku kolektif. Berdasarkan
pengertian ini, al-syari’ah dibatasi hanya meliputi ilmu fikih dan usul fikih.
Syari'ah dalam arti sempit (fikih) itu sendiri dapat dibagi menjadi empat bidang:
‘ibadah
mu’amalah
‘uqubah dan
lainnya.
2. Ruang Lingkup Syariah Islam
Syariah Islam adalah aturan hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia. Hukum-hukum Islam yang diatur dalam Al Qur’an dan As Sunah
meliputi :
8
Aspek aqidah.
Aspek akhlaq.
Aspek hukum-hukum ‘amaliyah (praktis).
Aspek ini terbagi lagi menjadi dua, yaitu aspek ibadah yang mengatur
hubungan hamba dengan Kholiq seperti sholat, zakat, shoum , haji dan seterusnya,
serta aspek mu’amalah yang mengatur hubungan sesama hamba. Dalam istilah
kontemporer, aspek mu’amalah ini meliputi aturan hidup yang sangat luas, yaitu :
a. Ahkamul Akhwal Syakhsiah
yaitu hukum-hukum yang mengatur hubungan rumah tangga, Dalam Al
Qur’an terdapat sekitar 70 ayat yang membahas masalah ini.
b. Al Ahkamul Madaniyah yaitu hukum-hukum yang mengatur transaksi
ekonomi sesama anggota masyarakat, seperti jual beli, pegadaian, sewa
menyewa, hutang piutang, syirkah dan seterusnya. Dalam Al Qur’an
terdapat sekitar 70 ayat yang membahas masalah ini.
c. Al Ahkamul Jinaiyah (hukum-hukum pidana), mengatur segala hal yang
berkaitan dengan tindak pidana kejahatan serta hukumannya. Dalam Al
Qur’an terdapat sekitar 30 ayat yang membahas masalah ini.
d. Al Ahkamul Dusturiyah (hukum ketatanegaraan): mengatur mekanisme
penyelenggaraan negara berikut hubungan antara penguasa dan rakyat.
Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini.
e. Ahkamul Murafa’at (hukum perdata): mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan dunia peradilan, kesaksian dan sumpah. Dalam Al Qur’an terdapat
sekitar 13 ayat yang membahas ini.
f. Al Ahkamul Iqtishodiyah wal Maliyah (ekonomi dan moneter) ; mengatur
pendapatan dan belanja negara serta interaksi antara kaum kaya dan
miskin sertanegara dan warga negara dalam masalah ekonomi. Dalam Al
Qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang membahas masalah ini.
g. Al Ahkam Ad Duwaliyah : mengatur hubungan antara negara Islam
dengan negara lain dan hubungan negara dengan warga negara kafir
dzimmi dalam negara Islam. Dalam Al Qur’an terdapat sekitar 10 ayat
yang membahas masalah ini.
9
[Tarikhu Al Tasyri' Al Islami hal. 84-86, Al Madkhal Ila Dirasati Syari'ah
Islamiyah hal. 49-53 dan 156-158, Ilmu Ushulil Fiqhi hal. 32-33 ].
Hukum-hukum ini dibukukan dan diatur lagi secara detail dalam As Sunah
An Nabawiyah yang jumlahnya sangatlah banyak. Demikianlah, syariah Islam
merupakan aturan hidup dan perundangundangan paling lengkap dan sempurna
yang Allah Ta’ala turunkan untuk umat manusia sampai akhir zaman nanti.
Tapi Pada garis besarnya ruang Syari’ah lingkup terbagi dua bagian
besar:
a. Realisasi dari pada keyakinan akan kebenaran ajaran agama islam kedalam
kehidupan di dunia ini disebut ibadah. Ibadah dalam arti khas (Qa’idah
‘Ubudiyah), yaitu tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan ritual
langsung antara hamba dengan Tuhannya, yang cara , acara, tata-cara dan
upacaranya telah ditentukan secara terperinci dalam al-Quran dan sunnah
rasul. Pembahasan mengenai ‘Ibadah dalam arti khusus ini biasanya
berkisar sekitar: thaharah, shalat, zakat, shaum, haji.
b. Mu’amalah dalam arti luas, tata aturan Ilahi yang mengatur hubungan
manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan benda.
Mu’amalah dalam arti luas ini pada garis besarnya terdiri atas dua bagian
besar: Al-Qanunu ‘l-Khas(khusus) hukum perdata (Mu’amalah dalam arti
agak luas), yang meliputi: Mu’amalah dalam arti sempit = hukum niaga;
Munakahah ( hukum nikah ) waratsah ( hukum waris) dsb. Al-Qanunu ‘l-
‘Am (umum) hukum publik yang meliputi: Jinayah (hukum pidana)
Khilafah = hukum kenegaraan; Jihad = hukum perang dan damai.Denagn
demikian Syari’ah memberikan kaidah kaidah umum (universal)dan
kaedah kaedah terperinci dan sangat pokok (fundamental).
3. Perbedaan Syariah Islam dan Fikih
Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh
sendi kehidupan umat manusia,Baik Muslim maupun bukan Muslim.Selain berisi
hukum dan aturan, Syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah seluruh
kehidupan ini.Maka oleh sebagian penganut Islam, Syariat Islam merupakan
10
panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan
kehidupan dunia ini.
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam adalah sumber hukum Islam
yang pertama kerana merupakan firman Allah yang disampaikan pada Nabi
Muhammad SAW.Karena tidak semuanya dinyatakan secara zahiriah, terdapat
pelbagai tafsiran tentang isi-isi Al-Qur’an namun tidak ada yang saling
bertentangan.
Fiqih (bahasa Arab) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam
yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan
manusia dengan Tuhannya. Beberapa ulama fiqih seperti Imam Abu Hanifah
mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan
haknya sebagai hamba Allah.
Fiqih membahas tentang cara bagaimana cara tentang beribadah, tentang
prinsip Rukun Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang
terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat empat mazhab dari
Sunni,Satu mazhab dari Syiah, dan Khawarij yang mempelajari tentang fiqih.
Seseorang yang sudah menguasai ilmu fiqih disebut Faqih.
Abu Ameenah menambahkan tiga perbedaan lain antara syari’ah dan fiqh,
yaitu: Pertama, Syari’ah merupakan hukum yang diwahyukan Allah yang
terdapat dalam al-Qur’an dan sunah, sementara fiqh adalah hukum yang
disimpulkan dari syari’ah yang merespon situasi-situasi tertentu yang tidak
secara langsung dibahas dalam hukum syari’ah. Kedua, syari’ah adalah pasti
dan tidak berubah, sementara fiqh berubah sesuai dengan situasi dan
kondisi dimana diterapkan. Ketiga, hukum syari’ah sebagian besar bersifat umum;
meletakkan prinsip-prinsip dasar, sebaliknya hukum fiqh cenderung
spesifik; menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip dasar syari’ah bisa
diaplikasikan sesuai dengan keadaan. Akan tetapi, walaupun sesungguhnya
makna syari’ah dan fiqh memiliki perbedaan, namun kemudian diterjemahkan
secara longgar sebagai ‘hukum Islam’.
11
B. Implementasi Syariah Islam
1. Implementasi Ibadah dan Muamalah dalam Kehidupan
Ibadah dan Muamalah merupakan dua hal penting yang akan selalu ada
ketika kita mencoba menggali lebih dalam mengenai agama Islam. Keduanya
mempunyai kedudukan yang berbeda dari segi pengertian dan fungsinya sendiri-
sendiri.
Sebelum kita bahas lebih dalam mengenai bagaimana dan upaya apa saja
yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kualitas Ibadah kita, kita harus
mengetahui terlebih dahulu pengertian Ibadah itu sendiri. Menurut Ustadz Yazid
bin Abdul Qadir Jawas, Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan
diri serta tunduk.
Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia. Allah SWT
berfirman:
56. وما خلقت الجن واالنس اال ليعبدون
57. ما اريد منهم من رزق وما اريد ان يطعمون
58. ان هللا هو الرزاق ذو القوة المتين
“Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghen-daki rizki sedikit pun dari
mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi makan kepada-Ku.
Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pemberi rizki Yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kokoh.” [Adz-Dzaariyaat : 56-58].
Ibadah didalamnya mengatur mengenai Hablum Minallah dan Hablum
Minannas. Dimana yang dimaksudkan dengan Hablum Minallah adalah hubungan
yang berlaku secara vertikal, yaitu hubungan antara manusia dengan Allah SWT.
Selain itu, ada juga Hablum Minannas, yaitu hubungan yang tipenya horizontal
atau hubungan antara manusia dengan manusia.
Ibadah yang dimaksudkan disini adalah sholat, puasa, zakat, dan haji.
Apabila kita beribadah, berarti kita menundukkan diri kepada Allah SWT dengan
penuh cinta kasih dan berniat untuk selalu mendapatkan ridho-Nya. Dalam
12
beribadah juga kita dituntut untuk selalu mentaati perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
Ibadah juga merupakan sesuatu yang bersifat khusus karena tanggung
jawab dalam beribadah itu langsung kepada Allah SWT dan tidak dapat
diwakilkan. Ketentuan dan aturan-aturan mengenai Ibadah juga sudah dituliskan
Allah SWT di dalam Al-Qur’an, jadi seseorang yang beribadah harus selalu
mengikuti aturan yang terdapat di Al-Qur’an.
Setelah mengetahui pengertian dari Ibadah, kita pun harus megetahaui apa
itu Muamalah. Berikut di bawah ini adalah pengertian Muamalah, dari kata (العمل)
yang merupakan istilah yang digunakan untuk mengungkapkan semua perbuatan
yang dikehendaki mukallaf. Muamalah mengikuti pola (مفاعلة) yang bermakna
bergaul (التعامل).
Muamalah pun berarti hubungan horizontal antar manusia dengan manusia
yang sesuai dengan syari’ah. Penerapan Muamalah dalam kehidupan yang berupa
penerapan Muamalah dalam hukum pidana dan perdata, ekonomi, dan politik.
Berikut mengenai penerapan Muamalah dalam hukum pidana dan hukum
perdata.
Hukum Pidana :
Jinayat, yakni hukum yang memuat aturan-aturan mengenai
perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman.
Al-Akham Al-Sultaniyah (Hukum Ketatanegaraan), yakni
hukum yang mengatur soal-soal yang berhubungan dengan kepala
negara, pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun daerah
Siyar (Hukum Internasional), yakni hukum yang mengatur
urusan perang dan damai yang mengatur pula hukum internasional.
Mukhashamat (Hukum Acara Pidana)
Hukum Perdata :
Munakahat, yakni hukum yang mengatur tentang perkawinan.
Wirasah, yakni hukum yang mengatur tentang warisan dan seluk
beluknya diatur di dalam [Q.S. An-Nisaa' 4:7]
13
مريئا هنيئا فكلوه نفسا منه شيء عن لكم طبن فان نحلة صدقاتهن النساء واتوا
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-
bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian
(pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik
sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan”.
Muamalah dalam arti khusus, yakni hukum masalah kebendaan
dan hak-hak atas benda
Ruang lingkup Muamalah dalam hubungan antar manusia dibidang
ekonomi :
Perbankan
Asuransi
Pasar modal (obligasi, reksadana)
BMT (Baitul Mal Wat Tamwil)
Koperasi
Pegadaian
MLM Syari'ah
Fungsi uang (moneter)
Kebijakan Fiskal
Kebijakan Moneter.
Yang terakhir adalah ruang lingkup Muamalah dalam bidang politik, yaitu
terkait dengan hubungan antar manusia atau dengan masyarakat luas. Zaman
berkembang dengan sangat cepat seiring berjalannya waktu, penerapan Muamalah
dalam bidang politik, manusia-manusia sebagai anggota masyarakat memiliki
peran, tugas, dan kewajibannya masing-masing bergantung kepada kapasitas
anggota masyarakat tersebut.
Muamalah menduduki posisi paling penting dalam Islam, karena hampir
tidak ada manusia yang tidak terlibat aktivitas ekonomi sehingga wajib dipelajari
oleh setiap muslim karenanya Umar bin Khottob berkata:
ال يبع في سوقنا إال من تفقه في الدين
14
"Janganlah melakukan jual beli di pasar kami melainkan orang yang
memiliki pengetahuan fiqh (Muamalah) dalam agama Islam". (HR.Tirmidzi)
Hal diatas termasuk pula diantaranya dilarang melangsungkan aktivitas
dibidang perbankan, asuransi, pasar modal, koperasi, pegadaian, rekasdana, bisnis
MLM, dan jual-beli apabila tidak memiliki pengatahuan mengenai Muamalah.
Hikmah dengan memahami Muamalah adalah mempermudah umat Islam
dalam menjalankan Syari'ah khususnya dalam bidang ekonomi dapat menghindari
unsur riba, nyaman dalam berhubungan dengan bank karena sudah bersyari’ah
Islam dan ekploitasi dari orang kaya terhadap orang miskin dapat terhindari.
Muamalah sangat penting dipahami seluruh umat muslim, dikarenakan
dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari Muamalah mengatur hampir seluruh
hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan manusia lain.
Berdasarkan pengertian dari Ibadah dan Muamalah tadi, hubungannya
dengan manusia adalah bahwa Ibadah secara tidak langsung berarti ketundukkan
kita sebagai seorang hamba serta sarana hubungan vertikal manusia kepada Allah
SWT pencipta alam semesta, Allah SWT.
2. Peningkatan Kualitas Ibadah dan Muamalah
Upaya-upaya peningkatan kualitas Ibadah dan Muamalah dapat dilakukan
dengan cara lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT dan menjalin silaturahmi
dengan sesama umat muslim.
Cara untuk meningkatkan kualitas beribadah seseorang, pertama, sesorang
tersebut haruslah mengintrospkesi dirinya sendiri. Introspeksi yang harus
dilakukan adalah melihat sejauh mana Ibadah yang orang tersebut lakukan sudah
khusyuk, setengah khusyuk atau bahkan tidak sama sekali. Setelah
mengintrospeksi dirinya, orang tersebut haruslah berniat untuk memperbaiki
Ibadahnya, dan yang terakhir, haruslah ada perencanaan yang lebih baik dan
konsistensi dari orang tersebut untuk merubah kualitas Ibadahnya agar lebih baik
nantinya karena kualitas Ibadah merupakan tolak ukur tingkat keimanan
seseorang.
15
Sementara Muamalah atau biasa dimengerti sebagai hubungan sosial
sesama manusia adalah cerminan sikap kita sehari-hari terhadap orang lain. Akan
sangat baik sekali hidup seorang manusia jika dia bisa memberikan manfaat bagi
orang banyak.
Untuk meningkatkan kualitas Muamalah seseorang hampir sama dengan
cara meningkatkan kualitas Ibadah yang tadi sudah dijelaskan. Untuk
meningkatkan kualitas Muamalah, yang pertama kali dilakukan adalah dengan
mengevaluasi dan mengintrospeksi diri sendiri sehingga dapat mengetahui sudah
sejauh mana kita melakukan Muamalah, kemudian seseorang tersebut haruslah
berniat untuk lebih baik dalam melakukan Muamalah nantinya, dan yang terakhir,
apabila seseorang melakukan Muamalah, orang tersebut dituntut untuk tau
Mualamalah apa yang sedang ia jalankan, jadi jelas ia dituntut untuk mengetahui
pengetahuan mengenai hal tersebut
3. Hikmah Ibadah dan Muamalah
Berikut ini adalah beberapa hikmah dari beribadah kepada Allah:
1. Memiliki ketakwaan
لكم رزقا الثمرات من به فاخرج ماء السماء من وانزل بناء والسماء فراشا االرض لكم جعل الذي
تعلمون وانتم اندادا هلل تجعلوا فال
“Hai manusia, sembahlah Allah SWT mu yang telah menjadikan kamu dan
juga orang-orang sebelummu supaya kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah
2:22)
Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa, yaitu
karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul
karena Ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan
keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan
Nya munculah dorongan untuk berIbadah kepada-Nya. Sedangkan
ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan
Ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebuAllah SWT.
Ketika manusia menjalankan Ibadah sebagai suatu kewajiban, adakalanya
16
muncul ketidakikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari
pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.
2. Terhindar dari kemaksiatan
نصير وال ولي من هللا دون من لكم وما السماء في وال االرض في بمعجزين انتم وما
“Sesungguhnya shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang
nyata” (QS: Al-Ankabut 29:46)
Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi
tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai
jika Ibadah yang dilakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang
harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.
3. Berjiwa sosial
Ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan
keadaan lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman
langsung dari Ibadah yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan
Ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-
orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih
memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.
4. Merasakan keberadaan Allah SWT
Yang Dia melihatmu sewaktu kamu berdiri (shalat) dan bolak balik
dalam sujud Ketika seorang hamba berIbadah, Allah SWT benar-benar
berada berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat
kehadiran-Nya atau setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang
memperhatikannya.
5. Terkabul doa-doanya
17
تختانون كنتم انكم هللا علم لهن لباس وانتم لكم لباس هن نسائكم الى الرفث الصيام ليلة لكم احل
يتبين حتى واشربوا وكلوا لكم هللا كتب ما وابتغوا باشروهن فاالن عنكم وعفا عليكم فتاب انفسكم
وانتم تباشروهن وال الليل الى يامالص اتموا ثم الفجر من االسود الخيط من االبيض الخيط لكم
يتقون لعلهم للناس اياته هللا يبين كذلك تقربوها فال هللا حدود تلك المساجد في عاكفون
“Aku mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada
Ku. Maka hendaklah mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada
Ku supaya mereka mengikuti jalan yang benar” (QS. Al-Baqarah 2:187).
Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah
mereka yang dekat dengan-Nya melalui Ibadah untuk selalu menyeru
kepada-Nya.
6. Sehat jasmani dan rohani
Hamba yang berIbadah menjadikan gerakan shalat sebagai
senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al-Qur’an
sebagai sarana terapi kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang
tekun dalam Ibadah dikaruniakan kesehatan.
Kita dapat mengambil hikmah atau manfaat setelah melakukan Muamalah,
beberapa diantaranya adalah mendapat pahala dari Allah, dapat menjaga
hubungan antar manusia dan menjaga ketertiban hidup di masyarakat.
Dari uraian diatas dapat diketahui makna dari Ibadah dan mu’amalah serta
upaya peningkatannya agar manusia mendapat karunia dari Allah SWT. Seorang
muslim yang baik tentunya tahu bahwa kedua hal diatas menjadi hal penting
dalam menjalani kehidupan ini, karena tidak bisa dipungkiri manusia butuh Allah
SWT dan orang lain agar bisa hidup. Allah SWT sebagai Sang Pencipta dan orang
lain sebagai pelengkap.
BAB III
KESIMPULAN
18
Syariah Islam memberikan tuntunan hidup khususnya pada umat Islam
dan umumnya pada seluruh umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Muamalah dalam syariah Islam bersifat fleksibel tidak kaku. Dengan
demikian Syariah Islam dapat terus menerus memberikan dasar spiritual bagi
umat Islam dalam menyongsong setiap perubahan yang terjadi di masyarakat
dalam semua aspek kehidupan.Syariah Islam dalam muamalah senantiasa
mendorong penyebaran manfaat bagi semua pihak, menghindari saling
merugikan, mencegah perselisihan dan kesewenangan dari pihak yang kuat atas
pihak-pihak yang lemah. Dengan dikembangkannya muamalah berdasarkan
syariah Islam akan lahir masyarakat marhamah, yaitu masyarakat yang penuh
rahmat.
Daftar Pustaka
19
Achmad, Wahyudin, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta, Grasindo, 2009).
Ilmy, Bachrul, Pendidikan Agama Islam, (Bandung, Grafindo, 2010), cetakan I.
Kaelany HD, Dr. Islam Agama Universal, (Jakarta, Midada Rahma Press, 2010),
cetakan III.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta, PT RajaGrafindo, 2004),
cetakan IX.
Razak , Nasruddin, Dienul Islam, (Bandung: al-ma'arif, 1977), cetakan II.
Rasjid Sulaiman. 1976. Fiqih Islam. Bandung. Attahiriyah.