-
0
Tinjauan Performa Ekonomi
Indonesia Periode 2014-2019
Komisi Ekonomi PPI Dunia No. 1 / 2020
Penulis: Putra Hutama, Denny Irawan, Chairul
Adi, Achyar Al Rasyid, Perwira Yodanto
Editor: Denny Irawan
-
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
Dalam seri kajian ini, kami menyajikan gambaran umum terhadap perekonomian Indonesia
pada periode 2014-2019. Secara umum, tentunya periode ini berkaitan dengan masa
pemerintahan Kabinet Kerja 2014-2019 di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Meskipun demikian, kami tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa performa perekonomian
Indonesia di periode ini juga ikut dipengaruhi oleh kinerja pemerintahan periode sebelumnya.
Kami mendasarkan penilaian kami dengan mengacu pada dua benchmark, yaitu perekonomian
negara- negara berkembang lainnya di kelompok BRICS dan MINT, dan dokumen-dokumen
resmi dari pemerintah. Kami meyakini bahwa posisi Indonesia yang semakin penting dalam
konstelasi perekonomian Internasional tidak akan terlepas dari kondisi negara-negara mitra dan
perekonomian AS dan Tiongkok yang tetap dominan. Eskalasi perang dagang juga
memberikan warna khusus dalam gejolak perekonomian global beberapa tahun terakhir yang
tentunya memiliki pengaruh penting bagi perekonomian Indonesia.
Kajian ini terdiri atas lima tulisan pendek yang berfokus pada lima topik. Tiga topik pertama
berorientasi pada performa makroekonomi, fiskal dan perdagangan. Dua kajian berikutnya
berfokus pada pembangunan regional melalui dana desa dan peningkat kesejahteraan. Secara
umum kami melihat bahwa perekonomian Indonesia merupakan salah satu dengan performa
terbaik di kelompok BRICS- MINT, khususnya dari aspek makroekononomi. Pun demikian,
pertanyaan besar yang masih menjadi tantangan adalah kualitas pertumbuhan yang sejauh ini
masih bertumpu pada konsumsi, dan memiliki kontribusi yang terbilang kurang optimal dalam
penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.
Pada tulisan pertama, kami menyajikan gambaran umum performa makroekonomi Indonesia.
Secara umum, Indonesia tetap menjadi salah satu negara dengan performa makroekonomi
terbaik di kelompok BRICS-MINT. Namun, tentu terdapat beberapa catatan penting,
khususnya terkait kualitas pertumbuhan Indonesia yang sejauh ini masih bertumpu dengan
konsumsi.
-
2
Kedua, kami menyajikan gambaran kinerja fiskal pemerintah. Kami melihat bahwa kontribusi
pajak dalam pembiayaan APBN menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dalam lima
tahun terakhir, meskipun belum diimbangi kemampuan yang baik dalam pencapaian target.
Ketiga, kami menyajikan gambaran kinerja perdagangan dan diplomasi ekonomi. Kami melihat
bahwa performa perdagangan Indonesia masih menghadapi tantangan berat untuk dapat
berkembang. Pengaruh perang dagang global merupakan salah satu faktor utama penyebabnya.
Di samping itu, peran diplomasi ekonomi yang sudah gencar dilakukan belum menunjukkan
hasil yang signifikan.
Keempat, kami menyajikan gambaran capaian pembanguna regional, khususnya terkait peran
strategis dana desa. Kami melihat indikasi dampak positif dana desa terhadap pembangunan
desa. Meskipun demikian, terdapat tantangan besar untuk peningkatan kapasitas perangkat
desa agar penyerapan dana desa bisa lebih efektif.
Kelima, kami menyajikan gambaran capaian pembangunan ekonomi yang dilihat dari tiga
indikator utama indeks pembangunan manusia, yaitu kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan.
Kami melihat bahwa capaian Kabinet Kerja jilid 1 Presiden Joko Widodo (2014-2019) dalam
bidang ini cukup memuaskan. Namun, capaian tersebut belum tergolong optimal dalam
menerjemahkan target Nawa Cita yang dijanjikan.
-
3
Performa Makroekonomi Indonesia di Periode 2014-2019
Denny Irawan
Stabilitas dan Pencapaian
Sepanjang periode 2014-2019, performa makroekonomi Indonesia dapat dikatakan stabil,
meskipun memiliki beberapa catatan. Dalam artikel ini dilakukan perbandingan performa
makroekonomi Indonesia dengan negara-negara berkembang lainnya dalam kelompok BRICS
dan MINT yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, Cina, Afrika Selatan, Meksiko, Indonesia,
Nigeria dan Turki.
Secara kumulatif sepanjang periode 2014Q1-2019Q2, perekonomian Indonesia merupakan
salah satu negara yang bertumbuh paling tinggi di lingkungan BRICS-MINT (Gambar 1.a).
Perekonomian Indonesia bertumbuh sebesar total 29,48% sepanjang periode tersebut, dan
merupakan yang tertinggi ketiga setelah India (44,52%) dan Tiongkok (40,58%). Sementara
itu, beberapa negara lainnya cenderung bertumbuh lebih lambat, seperti Afrika Selatan, yang
secara kumulatif bertumbuh sebesar 5,21%, dan Rusia (1,56%). Bahkan, terdapat negara yang
mengalami penyusutan ukuran perekonomian, yaitu Brazil yang tumbuh negatif sebesar -4,79%
secara kumulatif.
Gambar 1. (a) Pertumbuhan PDB Kumulatif BRICS-MINT 2014-2019Q2 (%); dan
(b) Pergerakan Nilai Tukar Kumulatif BRICS-MINT 2014-2019Q3 (%)
Sumber: World Bank (2019) dan IMF (2019)
Disamping itu, performa makroekonomi Indonesia dapat dilihat juga dari nilai tukar Rupiah
yang secara kumulatif terdepresiasi sebesar 24% pada periode 2014-2019Q3 (Gambar 1.b.).
-
4
Performa ini menempatkan Rupiah di posisi ketiga di lingkungan BRICS-MINT. Meskipun
demikian, stabilitas ini diproyeksikan sulit untuk dipertahankan seiring menguatnya tensi
perang dagang dunia yang terus memberi tekanan terhadap mata uang negara-negara
berkembang, termasuk Rupiah. Performa nilai tukar Rupiah ini tentunya tidak terlepas dari
posisi akomodatif kebijakan moneter oleh Bank Indonesia, yang cukup efektif dalam menjaga
stabilisasi nilai tukar Rupiah. Di samping itu, keberhasilan yang dicapai sejauh ini juga
merupakan kontribusi atas disiplin fiskal yang terus terjaga di bawah batas aman 3% PDB.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga merupakan salah satu yang paling stabil sepanjang
periode 2014- 2019 (Gambar 2). Laju pertumbuhan tetap terjaga di kisaran 5%+, meskipun
terdapat tren penurunan. mendekati angka 5%. Tiongkok juga stabil dengan laju pertumbuhan
di atas 6%, dengan tren penurunan seiring gejolak perang dagang dalam beberapa tahun
terakhir. Sedangkan negara-negara lainnya memiliki fluktuasi laju pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi. Bahkan, pertumbuhan ekonomi Turki tercatat negatif dalam periode 2018Q4-
2019Q2.
Gambar 2. Pertumbuhan PDB (YoY) Indonesia dan Negara-Negara Berkembang Lainnya, 2014-2019
Sumber: World Bank (2019)
Tingkat pengangguran terbuka terus mengalami penurunan, dimana publikasi terakhir BPS
pada bulan Agustus 2019 menunjukkan angka pengangguran berada di posisi 5,28%, atau turun
dari posisi Agustus 2018 sebesar 5,34%. Di satu sisi, hal ini merupakan indikasi bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung stabil terus berkontribusi secara positif
terhadap penciptaan lapangan kerja. Akan tetapi, tren penurunan angka pengangguran yang
-
5
semakin mengecil dibandingkan stabilitas pertumbuhan PDB menunjukkan bahwa penciptaan
lapangan kerja dari pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun.
Gambar 3. (a) Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia (%); dan (b) Tingkat Inflasi
YoY(%), Sumber: BPS, 2019
Selain itu, inflasi terus terjaga stabil berada di kisaran 3% selama periode 2015-2019, dimana
inflasi YoY Oktober 2019 tercatat sebesar 3,13%, berada pada level yang sama dengan posisi
Desember 2018. Laju inflasi ini diproyeksikan tetap terjaga, bahkan ada kecenderungan
melemah seiring perlambatan ekonomi global.
Beberapa Catatan
Meskipun perekonomian Indonesia cenderung stabil di tengah gejolak yang melanda berbagai
negara lain, terdapat beberapa hal yang tetap perlu diwaspadai. Pertama, performa ekonomi
Indonesia tampak terus melemah. Gambar 4 menjabarkan dinamika siklus bisnis perekonomian
Indonesia dibandingkan dinamika siklus bisnis total negara-negara G20. Siklus ini
menggambarkan deviasi pertumbuhan ekonomi dari tren masing-masing. Tampak bahwa
perekonomian G20 berada pada kondisi di bawah garis tren, atau dalam posisi negatif. Di sisi
lain, perekonomian Indonesia masih berada pada posisi positif, meskipun sudah hampir
menyentuh garis tren. Seiring dengan proyeksi perekonomian dunia yang akan terus mengalami
perlambatan, terdapat peluang besar bagi perekonomian Indonesia untuk masuk ke dalam
siklus bawah dalam beberapa triwulan ke depan.
-
6
Gambar 4. Siklus Bisnis Indonesia dan Total Negara G20, 2010-2019
Sumber: OECD (2019), Diolah
Tabel 1. Struktur PDB Indonesia Berdasarkan Penggunaan, 2010-2019Q2 (%)
Komponen 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019Q2
Konsumsi Rumah
Tangga 56.2 55.6 55.4 55.3 55.5 55.4 55.5 55.4 55.4 54.9
Konsumsi Pemerintah 9.0 9.0 8.8 8.9 8.6 8.6 8.2 8.0 7.9 7.7
PMTDB 31.0 31.8 32.7 32.5 32.4 32.4 32.2 32.6 33.0 31.8
Net Ekspor 1.9 2.0 0.4 1.0 0.7 1.6 1.6 1.8 0.8 1.8
Perubahan Inventori 1.9 1.6 2.3 1.5 1.9 1.3 1.4 1.3 1.9 2.2
Diskrepansi Statistik - 0.0 0.4 0.7 0.9 0.7 1.1 0.9 0.9 1.6
Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber: BPS (2019)
Kedua, persoalan lain yang tetap menjadi perhatian adalah struktur perekonomian Indonesia
yang tetap bertumpu pada konsumsi rumah tangga, yang berkontribusi sekitar 55% terhadap
PDB. Struktur tersebut terus bertahan setidaknya dalam satu dekade terakhir. Pada saat
terjadinya krisis global pada tahun 2008, posisi dominan konsumsi disinyalir merupakan faktor
utama yang menjaga perekonomian. Indonesia tetap dapat bertumbuh secara positif. Akan
tetapi, perlu diperhatikan juga kualitas pertumbuhan dengan struktur ekonomi yang demikian.
Hal ini terkait dengan kapasitas produksi perekonomian Indonesia. Sebab, sektor produksi yang
ditandai dengan ekspor dan investasi merupakan kunci dari pertumbuhan berkualias yang
berkontribusi positif terhadap penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan. Di
samping itu, peran konsumsi pemerintah semakin menyusut, sementara porsi investasi
(PMTDB) cenderung stagnan.
-
7
Ketiga, penting juga untuk diperhatikan yaitu korekasi antara pertumbuhan ekonomi terhadap
penciptaan lapangan kerja. Gambar 5 menjabarkan perbandingan pertumbuhan ekononomi
dengan laju penurunan tingkat pengangguran. Tampak bahwa elastisitas pertumbuhan terhadap
penurunan angka penangguran berada di kisaran -0,1 hingga -0,3 dalam tiga tahun terakhir.
Rendahnya angka elastisitas tersebut disinyalir disebabkan oleh pertumbuhan yang masih
didominasi konsumsi. Tentu ini yang harus menjadi fokus ke depannya, mengingat
pertumbuhan angkatan kerja Indonesia yang masih positif.
Gambar 5. Laju Pertumbuhan PDB dan Penurunan Tingkat Pengangguran
Sumber: BPS, 2019
Diskusi dan Rekomendasi
Dari sisi makroekonomi, perekonomian Indonesia merupakan salah satu perekonomian dengan
performa yang terbaik dibandingkan dengan negara-negara berkembang dalam lingkungan
BRICS- MINT. Hal ini dapat dilihat dari stabilitas pertumbuhan dan stabilitas nilai tukar.
Secara domestik, performa makroekonomi Indonesia juga tampak dari inflasi yang terjaga di
kisaran 3% sepanjang 2015- 2019. Selain itu, stabilitas juga ditunjukkan dari tingkat
pengangguran terbuka yang terus menurun.
Namun, terdapat indikasi yang jelas tentang perlambatan laju perekonomian, sebagaimana
terlihat dalam pertumbuhan YoY. Risiko ketidakpastian dan perlambatan perekonomian global
juga menjadi salah satu faktor penting yang perlu diantisipasi. Di sisi lain, elastisitas
pertumbuhan terhadap penurunan angka pengangguran juga tampak mengalami penurunan.
7,00 0,06 5,94
6,18
6,00 0,05 5,61 5,5 5,34
5,28
5,00
5,06 5,15 5,17 5,04
4,00 4,94 4,88
-0,02 -0,01
3,00 -0,03
2,00 -0,06
1,00
0,04
0,02
0,00
-0,02
-0,04
-0,06
-0,08
-0,10 2014 2015
-0,12
2016 2017 2018 2019Q2
Pertumbuhan Pengangguran Elastisitas - Kanan
-
8
Oleh sebab itu, terdapat beberapa hal yang dapat menjadi perhatian kedepannya. Pertama,
Indonesia perlu terus mempromosikan investasi dan mengupayakannya menjadi motor baru
pendorong pertumbuhan. Peran pemerintah tentunya penting dalam menarik arus investasi baik
asing maupun domestik untuk tetap menggiatkan perekonomian nasional. Kedua, kebijakan
moneter yang akomodatif perlu terus dipertahankan. Stabilitas nilai tukar yang bisa dicapai
sejauh ini tidak terlepas dari keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga nilai tukar berada
pada kisaran yang diharapkan. Ketiga, disiplin fiskal perlu tetap dijaga, meskipun ruang gerak
untuk ekspansi masih tetap ada. Seiring dengan perlambatan yang diprediksi masih akan terus
terjadi, pemerintah dinilai perlu meningkatkan belanja untuk menjaga stabilitas kinerja
perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik.2019. www.bps.go.id
2. The International Monetary Fund (IMF) International Financial Statistics. 2019.
www.data.imf.org
3. Organization of Economic Cooperation and Development. 2019. www.data.oecd.org
4. The World Bank Global Economic Monitor. 2019. www.data.worldbank.org
http://www.bps.go.id/http://www.data.imf.org/http://www.data.oecd.org/http://www.data.worldbank.org/
-
9
Performa Fiskal Indonesia di Periode 2014 – 2019
Chairul Adi
1. Kinerja Penerimaan
Kontribusi pajak dalam pembiayaan APBN menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan
dalam lima tahun terakhir dan pada tahun 2019, pajak diharapkan dapat berkontribusi sekitar
82,5% dari total pendapatan negara, angka yang tertinggi sepanjang sejarah. Namun,
meningkatnya peran perpajakan dalam APBN belum diimbangi kemampuan dalam pencapaian
target. Hal ini terlihat dari kinerja penerimaan perpajakan selama periode pertama
pemerintahan Presiden Joko Widodo yang kurang memuaskan. Realisasi penerimaan dari
sektor perpajakan melenceng cukup jauh dari target yang ditetapkan dalam APBN, bahkan
merupakan capaian terendah dalam dua dekade terakhir. Demikian halnya di akhir periode
pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Sampai dengan bulan Oktober 2019, penerimaan
pajak baru mencapai sekitar Rp1.018 triliun, hanya tumbuh sebesar 0,23% dibanding periode
yang sama tahun lalu. Jumlah ini setara dengan 64,56% dari target APBN 2019 dan lebih rendah
dari capaian periode yang sama tahun lalu yang mencapai 71.39%. Dengan hanya dua bulan
tersisa, realisasi target penerimaan pajak diperkirakan sulit melampaui capaian tahun lalu.
Rendahnya kolektibilitas pajak tercermin dari rendahnya tax ratio Indonesia, yakni
perbandingan penerimaan perpajakan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Data OECD
menunjukkan bahwa tax ratio Indonesia dalam beberapa terakhir menunjukkan tren penurunan.
Pada tahun 2017, tax ratio Indonesia hanya sebesar 11,53%, merupakan yang terendah di antara
negara-negara di Asia Pasifik, bahkan lebih rendah dari rata-rata negara Amerika Latin dan
Afrika. Masih belum optimalnya kinerja di sektor perpajakan dipengaruhi beberapa faktor.
Faktor ketidakpastian ekonomi global dan perang dagang diyakini ikut berkontribusi pada
perlambatan ekonomi domestik yang kemudian berdampak pada lambannya pertumbuhan
penerimaan perpajakan dan tax ratio yang terus turun dalam beberapa tahun terakhir. Dominasi
lapangan kerja di sektor informal5 (sekitar 57%) juga turut berdampak pada sulitnya
menggenjot penerimaan pajak. Pemetaan potensi dan pengenaan basis pajak yang relatif lebih
sulit di sektor informal serta relatif banyaknya insentif pajak (atau pembebasan pengenaan
pajak) yang diberikan di sektor tersebut, misal pertanian dan perikanan, menjadi salah satu
tantangan tersendiri bagi pemerintah.
-
10
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah tingkat kepatuhan wajib pajak. Reformasi di bidang
administrasi perpajakan, antara lain melalui simplifikasi pendaftaran NPWP serta penyampaian
laporan SPT secara elektronik merupakan salah satu capaian positif di sektor perpajakan.
Kebijakan tersebut berhasil meningkatkan jumlah penduduk yang memiliki NPWP dan
kepatuhan dalam menyampaikan SPT. Namun, tingginya tingkat kepatuhan penyampaian SPT
tidak serta merta dapat dijadikan indikasi bahwa informasi perpajakan di dalamnya telah
disampaikan secara akurat. Hal ini diperkuat hasil survei OECD yang menunjukkan bahwa
penghindaran pajak merupakan salah satu masalah yang cukup krusial di Indonesia (Lewis
2019). Menggali potensi pengenaan objek pajak baru tentu merupakan hal yang sangat penting
untuk terus dilakukan, misal pajak terhadap e-commerce, content providers, dan sebagainya.
Akan tetapi, perluasan basis objek pajak baru di tengah tekanan pelambatan ekonomi global
dikhawatirkan menjadi disinsentif bagi pelaku usaha yang pada gilirannya justru menjadi
kontraproduktif bagi penerimaan perpajakan secara keseluruhan. Untuk itu, meningkatkan
kepatuhan dan penegakan hukum atas kewajiban pembayaran pajak yang sudah jelas diatur
perlu mendapat porsi yang lebih besar. Penguatan basis data perpajakan, pemanfaatan teknologi
dan kapasitas SDM, serta sinergitas antar institusi, baik di dalam maupun di luar negeri, jauh
lebih penting daripada sekedar menitikberatkan pada penambahan jumlah pegawai pajak.
Program pengampunan pajak (tax amnesty). yang diklaim merupakan salah satu yang tersukses
di dunia semestinya menjadi momentum yang sangat tepat untuk mendorong kepatuhan dan
penegakan hukum bagi wajib pajak.
-
11
Tabel 2. Kinerja Sektor Perpajakan
Tahun
Kontribusi Pajak
terhadap APBN6
Realisasi Penerimaan
Pajak7
Pertumbuhan Target
Penerimaan Pajak8
Tax Ratio9
2000 56,45% 104,37% - 7,87%
2001 61,63% 100,44% 66,33% 10,90%
2002 70,37% 97,85% 16,23% 11,27%
2003 70,90% 97,42% 15,72% 11,81%
2004 69,55% 100,85% 11,97% 12,10%
2005 70,08% 98,60% 26,51% 12,36%
2006 64,14% 96,27% 20,76% 11,92%
2007 69,37% 99,79% 15,75% 12,17%
2008 67,10% 108,12% 23,82% 12,99%
2009 73,04% 95,09% 7,01% 11,06%
2010 72,67% 97,31% 14,01% 11,36%
2011 72,19% 99,45% 18,21% 12,17%
2012 73,28% 96,49% 15,65% 12,48%
2013 74,87% 93,81% 13,00% 12,50%
2014 73,97% 92,04% 8,51% 12,16%
2015 82,25% 83,29% 19,51% 12,11%
2016 82,59% 83,48% 3,35% 12,00%
2017 80,63% 91,23% -4,32% 11,53%
2018 78,14% 93,86% 9,87% -
2019 82,51% 64,56%10 10,4% -
Sumber: Kemenkeu, OECD
Gambar 6. Perbandingan Tax Ratio di Beberapa Negara Tahun 2017
Sumber: OECD
-
12
Penerimaan cukai secara nominal menunjukkan tren kenaikan dari tahun ke tahun. Namun
pertumbuhannya dalam lima tahun terakhir tercatat hanya sekitar 35%, cukup jauh
dibandingkan pertumbuhan pada lima tahun sebelumnya yang mencapai lebih dari 100%.
Kenaikan cukai hasil tembakau yang cukup signifikan pada tahun 2020 serta rencana
pengenaan cukai terhadap penggunaan plastik merupakan salah satu langkah tepat untuk
meningkatkan potensi penerimaan negara sekaligus menekan konsumsi kedua barang tersebut.
Namun yang tidak kalah pentingnya adalah meningkatkan pengawasan untuk mengurangi
jumlah rokok ilegal yang beredar di masyarakat.
Sementara itu, meski kontribusinya terhadap APBN relatif menurun seiring naiknya porsi
penerimaan dari sektor perpajakan, kinerja penerimaan negara yang bersumber dari PNBP pada
2014 – 2018 relatif lebih baik dari periode-periode sebelumnya. Pada tahun 2018, realisasi
PNBP mencapai lebih dari 148% dari target yang ditetapkan di APBN, tertinggi dalam dua
dekade terakhir.
2. Kinerja Pengeluaran
Belanja negara terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Pada periode pertama
pemerintahan Presiden Joko Widodo, jumlah realisasi belanja negara berhasil mencapai lebih
dari Rp2.000 triliun dalam satu tahun APBN. Artinya, hanya dalam waktu delapan tahun,
APBN telah naik lebih dari dua kali lipat. Namun jika dilihat dari pertumbuhan tahunan,
kenaikan APBN relatif lebih lambat dibanding periode pemerintahan sebelumnya. Selama 10
tahun pemerintahan Presiden SBY, APBN tumbuh rata- rata sebesar 16,35% per tahun
sementara selama periode pertama pemerintahan Presiden Joko Widodo, APBN rata-rata naik
sebesar 5,61%. Dari sisi penyerapan anggaran, kinerja kementerian dan lembaga juga relatif
lebih rendah dibanding periode-periode sebelumnya, bahkan pada tahun 2016 tingkat
penyerapan anggaran kurang dari 90%, terendah dalam dua dekade terakhir.
Beberapa hal positif perlu digarisbawahi terkait alokasi belanja negara. Kebijakan pemotongan
subsidi BBM merupakan salah satu lompatan besar pemerintah dalam lima tahun terakhir. Pada
tahun 2015, anggaran belanja subsidi turun sekitar 50% tahun sebelumnya dan terus turun
dalam beberapa tahun terakhir. Namun, realisasi belanja subsidi tahun 2018 kembali
mengalami kenaikan seiring naiknya harga minyak dan pelemahan Rupiah.
-
13
Turunnya belanja subsidi dalam beberapa tahun terakhir memberikan ruang fiskal yang lebih
lebar bagi pemerintah untuk mengalokasikannya pada sektor lain, terutama infrastruktur.
Anggaran belanja infrastruktur tercatat mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu
hampir 170% dalam lima tahun terakhir. Lebih dari 200 proyek strategis nasional, termasuk di
dalamnya 37 proyek infrastruktur prioritas, ditargetkan untuk dilaksanakan sepanjang tahun
2015 – 2019. Meskipun masih banyak kendala pada tataran implementasi, antara lain terkait
pembebasan lahan, proses tender, dan overutilisation BUMN, capaian pembangunan di sektor
infrastruktur perlu diapresiasi. Data dari World Bank, misalnya, menunjukkan bahwa Logistic
Performance Index (LPI) Indonesia naik dari 3,08 pada tahun 2014 menjadi 3,15 pada tahun
2018. Dari sisi peringkat juga terjadi kenaikan dari 53 menjadi 46. Pengembangan skema
dukungan pemerintah, antara lain melalui skema Viability Gap Fund dan Availability Payment,
diyakini dapat mendorong kontribusi KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) dalam
mendukung pembiayaan infrastruktur.
Alokasi belanja di sektor pendidikan meningkat dalam lima tahun terakhir, namun secara
proporsi relatif stagnan di kisaran 20%. Sebaliknya, porsi anggaran di bidang kesehatan
menunjukkan tren peningkatan dalam lima tahun terakhir. Satu hal yang perlu dicermati, dalam
lima tahun terakhir terjadi peningkatan porsi belanja pegawai dibanding periode pemerintahan
sebelumnya. Padahal pada saat yang bersamaan Pemerintah tidak menaikkan gaji ASN dan juga
adanya moratorium penerimaan CPNS sejak tahun 2015. Kenaikan tersebut mungkin
disebabkan proses remunerasi sebagai bagian dari proses reformasi birokrasi yang masih terus
berjalan di beberapa kementerian/lembaga. Dengan kembali dibukanya pendaftaran CPNS
sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah perlu mewaspadai pembengkakan porsi belanja
pegawai yang dapat berdampak pada menyempitnya ruang gerak fiskal.
-
14
Tabel 3. Alokasi Belanja Negara (Rp Triliun)
Tahun Pendidikan Kesehatan Infrastruktur Pegawai Barang/Jasa Modal Total Belanja
2010 216,7 29,9 148,1 97,6 80,3 1.042,1
2011 258,3 36,1 114,2 175,7 124,6 117,9 1.295,0
2012 297,4 40,6 145,5 197,9 140,9 145,1 1.491,4
2013 332,2 46,3 168,5 221,7 169,7 180,9 1.650,6
2014 353,4 59,6 154,1 243,7 176,6 147,3 1.767,3
2015 390,3 69,3 256,1 281,1 233,3 215,4 1.796,6
2016 370,8 92,8 269,1 305,1 259,6 169,5 1.864,3
2017 406,1 92,2 379,7 312,7 291,5 208,7 2.004,1
2018 431,7 109,0 394,0 346,9 347,5 184,1 2.213,1
2019 492,5 123,1 415,0 381,6 345,2 189,3 2.461,1
3. Kinerja Pembiayaan
Utang menjadi isu yang cukup panas dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian masyarakat
mengkritik jumlah utang pemerintah yang naik signifikan dalam lima tahun terakhir. Kritik
tersebut cukup beralasan mengingat data lima tahun terakhir menunjukkan bahwa utang
pemerintah naik sekitar 71,69%, yaitu dari sebesar Rp2.609 triliun pada akhir tahun 2014
menjadi sebesar Rp4.479 triliun pada akhir tahun 2018. Dalam empat tahun terakhir,
outstanding utang pemerintah tumbuh rata-rata sekitar 15% per tahun, atau hampir dua kali
lipat pertumbuhan utang tahunan selama 10 tahun pemerintah Presiden SBY. Di sisi lain,
nominal defisit APBN hanya tumbuh sebesar 6% per tahun. Dengan kata lain, pertumbuhan
utang lebih tinggi dari pertumbuhan nominal defisit APBN. Hal ini dikarenakan adanya pos
penyertaan modal, khususnya BUMN infrastruktur, yang tidak masuk dalam komponen
penghitungan defisit APBN. Rasio utang terhadap PDB juga menunjukkan kenaikan, yaitu dari
24,7% pada akhir 2014 menjadi 29,9% pada akhir 2018. Angka tersebut masih jauh lebih
rendah dari batas maksimum yang disyaratkan dalam undang-undang, yaitu sebesar 60% dari
PDB.
Meski level utang pemerintah masih dalam batas aman, pemerintah perlu waspada dan berhati-
hati dalam kebijakan pengelolaan utang. Yang pertama, pemerintah perlu memastikan bahwa
alokasi belanja negara efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Tanpa didukung
alokasi anggaran ke sektor-sektor yang produktif, pertumbuhan utang pemerintah tidak akan
sustainable. Selain itu, porsi utang (berupa Surat Berharga Negara/SBN) dalam denominasi
mata uang asing menunjukkan peningkatan dalam lima tahun terakhir. Hal ini tentu saja
berdampak pada meningkatnya eksposur utang pemerintah terhadap risiko pergerakan nilai
-
15
tukar, terlebih dalam beberapa tahun ke depan ekonomi global diperkirakan masih belum stabil.
Kebijakan penerbitan SBN dalam denominasi mata uang asing perlu lebih selektif dan
disesuaikan dengan kebutuhan pembiayaan pemerintah. Hal lain yang perlu diwaspadai adalah
porsi kepemilikan asing yang relatif cukup tinggi. Di satu sisi hal ini menunjukkan kepercayaan
investor global terhadap Indonesia, namun di sisi lain juga meningkatkan eksposur risiko
pembalikan modal secara tiba-tiba (sudden reversal). Untuk itu, meningkatnya penerbitan
utang perlu diimbangi upaya pendalaman pasar dan perluasan basis investor domestik yang
lebih optimal. Namun, upaya ini tidak akan efektif tanpa diimbangi peningkatan kapasitas dan
likuiditas pasar keuangan domestik. Selain itu, koordinasi antar otoritas sangat penting untuk
mencegah terjadinya kanibalisme atau ‘perebutan’ likuiditas antara pemerintah, bank, dan
pelaku pasar lainnya.
Sumber: Statistik Sistem Keuangan Indonesia, Bank Indonesia
Sumber: Statistik Sistem Keuangan Indonesia, Bank Indonesia
Tabel 4. Persentase Kepemilikan Asing di Obligasi Pemerintah
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Indonesia 18,56 30,53 30,8 32,98 32,54 38,13 38,21 37,55 39,82 37,71 38,64
Japan 5,97 6,45 8,5 8,56 8,45 9,07 10,43 10,63 11,23 N/A N/A
Korea 7,64 11,05 12,9 10,91 10,72 10,81 10,05 10,47 11,21 11,8 N/A
Malaysia 13,48 21,63 26,6 30,1 29,4 29,02 31,7 32,16 29,23 23,99 22,99
Thailand 3,23 7,22 11,51 16,37 17,42 18,3 14,23 14,1 15,57 18,48 17,21
-
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Asian Bonds Online, 2019, https://asianbondsonline.adb.org/data-portal/ Badan
Pusat Statistik 2019, Tenaga Kerja, https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-
kerja.html#subjekViewTab3
2. Bank Indonesia, 2019, Statistik Sistem Keuangan Indonesia
3. Kemenkeu 2019, ‘APBN KiTa: Kinerja dan Fakta’, Edisi November 2019,
https://www.kemenkeu.go.id/apbnkita
4. Kemenkeu 2018, ‘APBN KiTa: Kinerja dan Fakta’, Edisi November 2018,
https://www.kemenkeu.go.id/apbnkita
5. Kemenkeu, 2019, Portal Data APBN, http://www.data-apbn.kemenkeu.go.id/
6. Lewis, C 2019, Raising more public revenue in Indonesia in a growth-and equity-
friendly way, OECD Economics Department Working Paper Series No. 1534.
7. OECD, 2019, ‘Revenue Statistics in Asian and Pacific Economies 2019 -
Indonesia’, https://www.oecd.org/tax/tax-policy/revenue-statistics-asia-and-pacific-
indonesia.pdf
https://asianbondsonline.adb.org/data-portal/https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html#subjekViewTab3https://www.bps.go.id/subject/6/tenaga-kerja.html#subjekViewTab3https://www.kemenkeu.go.id/apbnkitahttps://www.kemenkeu.go.id/apbnkitahttp://www.data-apbn.kemenkeu.go.id/https://www.oecd.org/tax/tax-policy/revenue-statistics-asia-and-pacific-indonesia.pdfhttps://www.oecd.org/tax/tax-policy/revenue-statistics-asia-and-pacific-indonesia.pdf
-
17
Performa Perdagangan Internasional dan Diplomasi Indonesia di
Periode 2014-2019
M. Putra Hutama
Pada bagian ini disajikan ulasan mengenai performa perdagangan internasional dan diplomasi
ekonomi Indonesia di periode 2014-2019. Kami mengevaluasi neraca perdagangan Indonesia
dengan melihat selisih ekspor dan impor serta mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan Indonesia mengalami surplus/defisit perdagangan. Tulisan ini juga akan
menyajikan data 10 besar komoditas (HS6) utama ekspor Indonesia dalam 5 tahun terakhir.
Lebih lanjut, kami akan menjabarkan beberapa kebijakan pemerintah dalam meningkatkan
jumlah ekspor melalui diplomasi perjanjian dagang bilateral maupun multilateral. Saat ini,
Indoensia sudah memiliki beberapa perjanjian perdagangan bebas multilateral, yaitu AFTA
(Asean Free Trade Agreement) dan 3 perjanjian bilateral dengan Jepang, Chile dan Pakistan.
Diakhir bagian, kami akan menjabarkan potensi dan tantangan perdangan international dan
diplomasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia 5 tahun ke depan.
Secara teori, perdagangan internasional dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi (Kerr & Gaisford, 2007). Hal tersebut
terjadi dikarenakan setiap negara yang terlibat dalam perdagangan international secara otomatis
dapat mencipatakan spesialisasi produk atau jasa sehingga harga produksi lebih efisien. Harga
produksi yang lebih efisien dapat menurunkan harga penjualan yang membuat konsumen atau
masyarakat bisa menikmati lebih banyak produk atau jasa. Perdangangan internasional juga
dapat menstimulus foreign direct investment atau investasi luar negeri, hal tersebut dapat
mendorong inovasi, serta transfer pengetahuan dan teknologi. Meskipun demikian, tentunya
setiap negara tetap perlu melakukan kalkulasi untuk mengukur biaya dan manfaat dari membuka
pasar impor serta mencari sebanyak banyaknya negara untuk pasar ekspor. Perjanjian dagang
baik preferrential maupun free trade agreement (FTA) menjadi salah satu strategi bagi setiap
negara untuk meningkatkan arus ekspor dan impor baik bilateral maupun multilateral.
Performa Perdagangan Internasional Indonesia 2014-2018
Dalam 5 tahun terakhir, Indonesia mencatatkan nilai ekspor yang fluktuatif. Pada periode 2014-
2016, nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan hingga 17,9 %. Akan tetapi, sejak tahun
2016 sampai tahun 2018, ekspor indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar
-
18
24,7%. Naik turunnya nilai ekspor Indonesia sejalan dengan naik turunnya nilai ekspor global.
Hal serupa juga menjelaskan terjadinya penurunan impor Indonesia sebesar 23,9% dari 2014
hingga 2016 dan mengalami kenaikan kembali sebesar 39,1% dari 2016 hingga 2018.
Penurunan ekspor dan impor Indonesia sejalan dengan penurunan jumlah volume perdagangan
global 2014-2017. Hal ini terindikasi karena pada tahun tersebut expor dan impor global “lesu”
dikarenakan komitmen inggris untuk keluar dari European Union (Brexit) dan mulainya perang
dagang antara China dan USA.
Performa neraca perdagangan Indonesia pada awal periode Presiden Jokowi memiliki tren yang
meningkat. Pada tahun 2014 Indonesia mencatatkan defisit perdagangan sebesar 2,1 miliar
USD. Selanjutnya Indonesia mengalami kenaikan hingga mencapai puncaknya pada tahun
2017, dimana neraca perdagangan surplus sebesar 11,9 miliar USD. Akan tetapi pada tahun
2018, Indonesia kembali mencatatkan performa negatif. Neraca perdagangan kembali defisit
sebesar -8,5 miliar USD atau lebih buruk 6,4 miliar USD dari tahun 2014.
Gambar 7. Neraca Perdagangan Indonesia 2014-2018
Sumber: Trademap
Pada Tabel 3 dapat kita lihat pembagian komoditas ekspor dan impor Indonesia yang terbagi
ke dalam produk migas dan produk non migas. Cukup menarik bahwasannya terjadi penurunan
yang cukup drastis sebesar 43,4% pada impor produk migas 2014-2017. Hal tersebut sejalan
dengan penghapusan kebijakan BBM bersubsidi oleh pemerintah. Jika hanya mengacu
terhadap produk non-migas, sejak tahun 2014 hingga 2017 Indonesia mencatat surplus
perdagangan mengalami peningkatan sebesar 81,4%. Akan tetapi pada tahun 2018, neraca
Juta
USD
200
180
160
140
120
100
80
60
15,0
10,0
5,0
-
2014 2015 2016 2017 2018
Nilai Ekspor Nilai Impor Neraca Perdagangan - kiri
-
19
produk non migas Indonesia mengalami penurunan yang signifikan sebesar 80% akibat
terjadinya peningkatan nilai impor. Faktor yang disinyalir menyebabkan naiknya nilai impor
yaitu pelemahan nilai tukar rupiah pada tahun 2017-2018 yang mengakibatkan nilai impor
Indonesia melonjak atau yang lebih dikenal dengan istilah J-curve effect.
Tabel 3. Neraca Perdagangan Migas dan Non-Migas (Juta USD) URAIAN 2014 2015 2016 2017 2018
EKSPOR 175.980,00 150.366,30 145.186,20 168.828,20 180.012,70
- MIGAS 30.018,80 18.574,40 13.105,50 15.744,30 17.171,70
- NON MIGAS 145.961,20 131.791,90 132.080,80 153.083,90 162.840,90
IMPOR 178.178,80 142.694,80 135.652,90 156.985,60 188.711,20
- MIGAS 43.459,90 24.613,20 18.739,30 24.316,00 29.868,40
- NON MIGAS 134.718,90 118.081,60 116.913,60 132.669,50 158.842,80
NERACA -2.198,80 7.671,50 9.533,30 11.842,60 -8.698,60
- MIGAS -13.441,10 -6.038,80 -5.633,90 -8.571,70 -12.696,70
- NON MIGAS 11.242,30 13.710,30 15.167,20 20.414,30 3.998,10
Sumber: BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan
Faktor lain yang menyebabkan Indonesia mengalami kenaikan impor khususnya pada tahun
2017 dan 2018 adalah kenaikan impor migas. Hal tersebut adalah dampak dari pemerintah
memutuskan untuk tidak menaikan harga BBM jenis premium. Pada tahun 2018 Pemerintah
tidak menaikan harga BBM jenis premium dikarenakan daya beli masyarakat yang sedang lesu
(CNN, 2018). Melebarnya defisit dari produk migas dan penurunan surplus dari produk non
migas menyebabkan pada tahun 2018 Indonesia mengalami defisit neraca dagang.
Komoditas Utama Indonesia
Berikut kami menyajikan 10 komoditas (HS6) utama Indonesia beserta nilai ekspor 5 tahun
terakhir. Dapat dilihat pada tabel dibawah, dari 10 produk ekspor Indonesia terdapat 7 produk
yang mengalami penurunan nilai ekspor pada tahun 2018 sedangkan hanya 3 produk yang
mengalami kenaikan yaitu batu bara, biji tembaga, dan batu bara muda. Seiring dengan
peningkatan nilai ekspor Indonesia di periode 2014-2018, dapat dikatakan Indonesia memiliki
beberapa produk lainnya yang secara nilai ekspornya meningkat tidak terpaut dengan
komoditas utama saja.
-
20
Sepuluh besar negara tujuan ekspor adalah Jepang, Tiongkok, Amerika Serikat, India,
Singapura, Korea Selatan, Malaysia, Filipina dan Thailand. Pada kondisi saat ini dimana
Indonesia mengalami depresiasi atau penurunan nilai tukar, seharusnya Indonesia dapat
meningkatkan jumlah nilai ekspor Indonesia karena barang-barang Indonesia menjadi lebih
kompetitif secara harga khususnya untuk komoditas unggulan Indonesia.
Tabel 4. Ekspor Komoditas Unggulan Indonesia (Ribu USD)
HS 6
Code HS 6 Digit 2014 2015 2016 2017 2018
151190 Coal 9.289.576 7.499.532 6.532.251 10.481.88
5
14.074.12
6
151190 Palm oil and its fractions 13.258.16
3
10.997.18
1
11.059.84
7
13.814.89
6
12.951.02
3
271111 Natural gas, liquefied 11.704.46
4 7.356.930 5.146.437 6.185.173 6.959.160
270112 Bituminous coal 9.404.300 7.217.732 6.365.838 7.380.177 6.536.145
270900 Petroleum oils, crude 9.271.214 6.479.432 5.196.717 5.237.639 5.120.474
260300 Copper ores 1.683.588 3.277.158 3.481.557 3.439.604 4.186.742
400122 Natural rubber “TSNR” 4.595.062 3.564.085 3.242.193 4.959.556 3.836.614
271121 Natural gas, gaseous state 5.471.346 2.971.637 1.845.915 2.599.883 3.632.906
151110 Crude palm oil 4.206.741 4.388.094 3.305.575 4.698.225 3.576.825
270210 Lignite 2.121.529 1.281.696 1.613.044 2.594.188 3.329.336
Sumber: Trademap
Diplomasi Ekonomi Melalui Perjanjian Dagang
Diplomasi ekonomi menjadi salah satu prioritas dalam politik luar negeri Indonesia dalam lima
tahun terakhir dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan volume
ekspor Indonesia ( Kementerian Luar Negeri Indonesia, 2015). Menurut data yang didapat dari
Kementerian Perdagangan, sejauh ini Indonesia memiliki 1 multilateral FTA dengan Negara
ASEAN (AFTA) (1993), serta AFTA dengan beberapa negara seperti Australia, Selandia Baru,
India, Jepang, Tiongkok dan Korea Selatan serta 3 perjanjian bilateral dengan Jepang, Pakistan
dan Chile. Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam dan Thailand
berdasarkan jumlah perjanjian bilateral, Indonesia mengalami ketinggalan dengan Thailand
dan Malaysia yang telah memiliki 7 perjanjian bilateral dan memiliki jumlah perjanjian yang
sama dengan Vietnam (Mandiri Group Research, 2019).
Selama 5 tahun terakhir, Indonesia hanya menyepakati 1 perjanjian bilateral yaitu dengan
Chile. Hal tersebut bukan berarti bahwa Pemerintah telah gagal dalam berdiplomasi ekonomi.
Saat ini Indonesia mempunyai 16 perjanjian yang sedang dinegosiasikan dan 2 perjanjian yang
-
21
sudah ditandatangani namun masih dalam proses ratifikasi. Serta, terdapat 11 negosiasi awal
yang telah diinisiasi oleh pemerintah dalam rentang waktu 2017-2018. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa Indonesia telah melakukan usaha yang baik dalam mempromosikan ekspor
melalui penghapusan/penurunan tarif. Dalam negosiasi perjanjian perdagangan, pemerintah
harus mendapatkan penurunan tarif yang dapat meningkatkan nilai ekspsor dan pangsa pasar
produk Indonesia. Dari sisi penurunan tarif oleh Indonesia, pemerintah harus
mempertimbangkan tarif produk apa saja yang perlu menjadi perhatian agar tidak mematikan
perusahaan dalam negeri. Lebih lanjut, pemerintah telah melakukan tinjauan umum terhadap
IJEPA di tahun 2019 (Kementerian Perdagangan, 2019). Hal tersebut merupakan kebijakan
yang sangat baik karena Indonesia dapat mereviu kembali komoditas mana yang perlu
mendapatkan penurunan tarif serta komoditas mana yang tidak relevan untuk mendapatkan
penurunan tarif dikarenakan Indonesia tidak memiliki kapasitas untuk mengekspor produk
tersebut.
Potensi dan Tantangan Indonesia 2019-2024
Pada tahun 2020, Uni Eropa melarang penggunaan produk kelapa sawit yang akan membuat
Indonesia mengalami penurunan nilai ekspor yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan kelapa
sawit merupakan produk unggulan Indonesia, perlu diingat bahwa Indonesia merupakan
penghasil terbesar kelapa sawit. Melalui negosiasi perjanjian CEPA (comprehensive Economic
Partnership Agreement) dengan Uni Eropa, diharapkan dapat membuka peluang Indonesia
tetap bisa mengekspor produk kelapa sawit ke Eropa.
Guna meningkatkan ekspor Indonesia, pemerintah harus segera menambah jumlah perjanjian
bilateral maupun perjanjian multilateral yang tentunya dapat menguntungkan produk
Indonesia. Hal ini dapat tercapai jika hasil negosiasi, Indonesia mendapatkan fasilitas
penurunan atau penghapusan tarif untuk komoditas unggulan Indonesia. Lebih lanjut,
pemerintah perlu memberi stimulus bagi kalangan industri Indonesia khususnya yang
berorientasi ekspor agar menjadi lebih efisien dan lebih kompetitif, sehingga Indonesia bisa
mengambil pangsa pasar produk ekspor negara lain. Strategi ini tentunya dapat meningkatkan
nilai ekspor Indonesia untuk jangka panjang. Dari sisi Impor, pemerintah juga harus
memperhatikan Industri Indonesia dalam memberikan penurunan tarif untuk negara mitra. Hal
ini bertujuan agar produk dalam negeri mampu bersaing dengan produk luar negeri.
-
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Luar Negeri Indonesia. (2015). Rencana Strategis 2015 - 2019. Retrieved from
kemlu.go.id:
https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVud
GVyaWFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJTIwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUl
Mj AyMDE1LTIwMTkucGRm
2. CNN. (2018, 10 10). Daya Beli jadi Alasan Jokowi Tunda Kenaikan Harga Premium.
Retrieved from CNN Indonesia:
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181010190446-85-337448/daya-beli-jadi
alasan-jokowi- tunda-kenaikan-harga-premium
3. Kementerian Perdagangan. (2019). Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan
Internasional. Retrieved from List Perjanjian Dagang: http://ditjenppi.kemendag.go.id/
4. Kerr, W. A., & Gaisford, J. D. (2007). Handbook on International Trade. Massachusetts:
Edward Elgar Publishing, Inc.
5. Mandiri Group Research. (2019). Special Topic on Free Trade Agreements: Capitalizing
Bilateral Agreements to Promote Export. Jakarta: Mandiri Office of Chief Economist .
www.trademap.com http://ditjenppi.kemendag.go.id/
https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGhttps://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGhttps://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGVyaWFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJTIwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUlMjAyMDE1LTIwMTkucGRmhttps://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGVyaWFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJTIwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUlMjAyMDE1LTIwMTkucGRmhttps://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9BS0lQL0tlbWVudGVyaWFuJTIwTHVhciUyME5lZ2VyaS9SZW5jYW5hJTIwU3RyYXRlZ2lzJTIwS2VtbHUlMjAyMDE1LTIwMTkucGRmhttps://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181010190446-85-337448/daya-beli-jadi%20alasan-jokowi-https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181010190446-85-337448/daya-beli-jadi%20alasan-jokowi-https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20181010190446-85-337448/daya-beli-jadi-alasan-jokowi-tunda-kenaikan-harga-premiumhttp://ditjenppi.kemendag.go.id/http://www.trademap.com/http://ditjenppi.kemendag.go.id/
-
23
Performa Pembangunan Regional Indonesia di Periode 2014-
2019: Peranan Dana Desa
Achyar Al Rasyid
Dana Desa diatur dalam Undang-Undang (UU) no. 6 tahun 2014, lalu turunannya diatur dalam
Pertauran Pemerintah (PP) no. 47 tahun 2015 tentang perubahan atas PP 43/2014 tentang
peraturan pelaksanaan UU no. 6 tahun 2015 dan PP no. 8 tahun 2016 tentang perubahan kedua
atas PP no. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN. Selanjutnya kedua
PP tersebut diturunkan lagi masing-masing dengan Pertaruan Kementerian Dalam Negeri
(PERMENDAGRI), Peraturan Kementerian Desa (PERMENDES), dan Peraturan
Kementerian Keuangan (PMK). Pengertian Dana Desa itu sendiri adalah dana APBN yang
diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui APBD kabupaten/kota dan diprioritaskan
untuk pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Tujuan utama dari dana
desa yaitu meningkatkan pelayanan publik di desa, mengentaskan kemiskinan, memajukan
perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa, dan memperkuat
masyarakat desa sebagai subjek pembangunan.
Pencapaian Dana Desa
Pemerintah telah mengalokasikan anggaran Dana Desa dengan jumlah yang cukup besar untuk
selanjutnya diberikan kepada desa-desa di seluruh Indonesia. Dana desa pada tahun 2015
dianggarkan sebesar Rp20,7 triliun, yang artinya rata-rata setiap desa memperoleh alokasi
sebesar Rp280 juta. Alokasi ini meningkat pada tahun 2016 menjadi Rp46,98 triliun dimana
setiap desa memperoleh rata- rata sebesar Rp628 juta, dan selanjutnya di tahun 2017 kembali
meningkat menjadi Rp 60 Triliun yang artinya setiap desa memperoleh rata-rata sebesar Rp800
juta.
Hasil evaluasi tahun pelaksanaan 2015-2017 menunjukkan bahwa Dana Desa berkontribusi
dalam pembangunan sarana/prasarana bagi masyarakat, yaitu berupa terbangunnya 914 ribu
meter jembatan; lebih dari 95,2 ribu kilometer jalan desa; 2.201 unit tambatan perahu; 21.357
unit PAUD; 19.485 unit sumur; 6.041 unit POLINDES; 103.405 unit drainase dan irigasi;
22.616 unit sambungan air bersih;
5.220 unit Pasar Desa; 10.964 unit Posyandu; 1.338 unit embung; dan 21.811 unit BUMDesa;
-
24
Data lapangan pada tahun 2015 jumlah penyerapan tenaga kerja akibat dari kontribusi Dana
Desa berjumlah 1,7 juta jiwa. Selanjutnya, tenaga kerja yang diserap pada tahun 2016 sebagai
akibat dari kontribusi Dana Desa sejumlah 3,9 juta jiwa. Tenaga kerja yang terserap pada tahun
2017sebagai akibat dari kontribusi Dana Desa berjumlah 5 juta jiwa. Dengan diasumsikan
bahwa tenaga kerja yang mampu diserap POLINDES sebanyak 18.123 jiwa, Posyandu mampu
menyerap sebanyak 64.071 jiwa, BUMDes dapat menyerap 65.919 jiwa, pasar dapat menyerap
15.660 jiwa, dan PAUD mampu menyerap 41.919 jiwa.
Program Pada Karya Tunai (PDT) Menjadi Ujung Tombak
Untuk menurunkan angka kemiskinan, gizi buruk,dan pembangunan di desa, pada awal 2018
kebijakan Padat Karya Tunai (PDT) digulirkan oleh pemerintah sebagi bagian dari program
Dana Desa (DD) untuk pembangunan. Kebijakan ini merupakan turunan dari Surat Keputusan
Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Penyelarasan dan Penguatan Kebijakan Percepatan
Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 (UU Desa) yang diterbitkan pada Desember
2017. Program ini adalah program swakelola pembangunan pedesaan dengan menggunakan
dana desa. Program ini melibatkan secara aktif masyarakat desa, dengan tujuan menyerap
tenaga kerja di desa. Di samping itu, program ini juga tentunya berorientasi dalam menunjang
pertumbuhan ekonomi desa-desa dengan kriteria implementasi yang mewajibkan tenaga kerja
berasal dari lokal desa, dengan 30% anggaran wajib dialokasikan untuk upah, serta bahan dan
barang material wajib dibeli di desa, dan hanya jika tidak tersedia, maka bias dibeli di tingkat
kecamatan. Harapan utama program ini adalah kelompok marjinal di desa bias ikut terlibat
menjadi tenaga kerja. Kelompok marginal yang dimaksud adalah keluarga miskin, penganggur
dan setengah penganggur, serta keluarga yang beranggotakan anak balita penderita gizi buruk.
Sehingga tambahan pendapatan bisa diperoleh oleh mereka yang berefek pada perbaikan
kehidupan. Melalui Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Desa Tahun 2018 untuk Padat Karya
Tunai (Juknis PKT), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(KemendesPDTT) mewajibkan seluruh desa penerima DD untuk melaksanakan PKT, dengan
ketentuan, antara lain, desa:
1. wajib mengalokasikan minimal 30% anggaran kegiatan pembangunan yang berasal dari
DD (DD-Kegiatan Pembangunan) untuk membayar upah tenaga kerja;
2. melakukan pemusatan kembali (refocusing) penggunaan porsi DD tersebut pada tiga
hingga lima kegiatan pembangunan sesuai Peraturan Mendes PDTT No. 19 Tahun 2017
tentang Penetapan Prioritas Penggunaan DD; dan
-
25
3. wajib mengutamakan warga marginal dalam perekrutantenaga kerja yang mencakup tenaga
kerja ahli, pembantutenaga kerja ahli, dan tenaga dari masyarakat desa setempat.
Pengaruh Dana Desa Terhadap Kesenjangan dan Pengentasan Kemiskinan
Selama dua tahun terakhir (2017-2018) dana desa meningkatkan kualitas hidup masyarakat
desa, antara lain dengan menurunnya rasio ketimpangan perdesaan dari 0,34 pada tahun 2014
menjadi 0,32 di tahun 2017. Menurunnya jumlah penduduk miskin perdesaan dari 17,7 juta
tahun 2014 menjadi 17,1 juta tahun 2017 dan, adanya penurunan persentase penduduk miskin
perdesaan dari 14,09% pada tahun 2015 menjadi 13,93% di tahun 2017.
Dana Desa tidak bisa dipungkiri merupakan suatu program yang positif bagi pembangunan di
daerah. Program ini merupakan hasil kesamaan persepsi dan pemikiran DPR sebagai
pembentuk Undang- Undang serta pemerintah sebagai eksekutor. Dasar pemikiran utamanya
adalah semangat desentralisasi, yaitu mewujudkan Indonesia adil dan makmur dengan
pelibatan seluruh elemen masyarakat sampai ke tingkatan paling bawah, yaitu desa. Dengan
kata lain, program ini juga memiliki semangat pemerataan ekonomi bagi seluruh lapisan
masyarakat.
Permasalahan dan Rekomendasi
Oleh sebab itu, program ini penting untuk dilanjutkan meskipun tentu terdapat beberapa catatan
untuk memperbaiki dan meningkatan pengaruh positif dari program Dana Desa. Salah satunya
adalah perlu adanya peningkatan kapasitas secara konsisten bagi sumber daya manusia (SDM)
pemerintah desa. Beberapa penelitian menemukan bahwa salah satu masalah utama penyaluran
Dana Desa terdapat pada manajemen penyaluran dan pelaporan yang dilakukan pemerintah
desa15. Manajemen penyaluran yang dimaksud menyangkut kemampuan menganalisa dan
membuat keputusan (decision making) skala prioritas dana desa. Aparatur desa menjadi bagian
pemerintah ditingkatan terbawah yang menjalankan program ini. Sehingga kemampuan,
kapasitas, serta kemahiran dalam mengelola birokrasi pemerintah desa menjadi kunci dalam
optimalnya dana desa. Aparatur pemerintah desa perlu dengan detil, cermat, dan inovatif dalam
melihat potensi yang ada di desanya. Setelah itu perlu dibuat skala prioritas dalam hal
penyaluran program dana desa. Terakhir diperlukan implementasi dan eksekusi program
lapangan dengan langkah yang “out of the box” dalam tataran pelaksanaan ide, sehingga
program yang dijalankan bukan hanya program rutinitas tapi juga memberikan kebermanfaatan
-
26
yang tinggi pada masyarakat desa. Secara keseluruhan kemampuan aparatur desa ini perlu
diupgrade secara baik karena menjalankan program dana desa sama dengan perlunya
mengupgrade kemampuan manajerial, mengelola birokrasi, serta pemikiran kreatif dan inovatif
pada tingkatan pelaksanaan terbawah yaitu aparatur pemerintah desa. Disamping itu, masalah
lainnya adalah terdapat masalah pada kualitas pelaporan yang erat kaitannya dengan
kemampuan manajemen akuntansi. Hal ini merupakan tantangan karena dana desa adalah
program pemerintah pusat yang merupakan program besar namun dijalankan pada tataran
terkecil, yaitu desa. Sehingga apa yang diinginkan dan menjadi kooridor dari pemerintah pusat
perlu dimengerti dan diikuti oleh aparatur pemerintah terkecilnya, yaitu desa. Dapat
dibayangkan dengan jumlah desa penerima dana desa perlu melaporkan pelaksanaan program
dana desa dengan aturan-aturan baku dari pemerintah pusat demi tetap terjaganya spirit Good
Governance. Sehingga paradigma berpikir efektif dan efisien serta kemampuan akuntansi para
aparatur pemerintah desa perlu ditingkatkan. Peningkatan atas kemampuan-kemampuan
tersebut tentunya dapat memperkuat efektifitas Dana Desa.
Dalam kebijakan program padat karya tunai di desa yang bertujuan untuk memberikan akses
kepada masyarakat marjinal di desa memiliki problem pada kemampuan ahli yang tersedia.
Tentunya beberapa pekerjaan memerlukan kualifikasi teknis khusus yang perlu dipenuhi untuk
memenuhi aturan pelaksana kerja, namun kelompok marjinal disebut marjinal dikarenakan
memiliki taraf pendidikan yang tidak terlalu tinggi juga tidak memiliki pekerjaan, sehingga
kelompok ini sulit mengisi kebutuhan tenaga ahli dalam kekhususan bidang pekerjaan tersebut.
Untuk mengatasi pemerintah pusat dalam hal ini KEMENDES-PDT RI perlu
mempertimbangkan kebijakan perekrutan terbuka, khususnya untuk posisi pekerja. Sementara
untuk tenaga ahli, pemerintah desa perlu memberdayakan terlebih dahulu sumber daya manusia
desa yang sudah memiliki kualifikasi ahli sebagai tenaga ahli dalam suatu pekerjaan. Hal ini
dapat dilakukan dengan tetap menjalankan program pembinaan dan peningkatan kapasitas
kepada penduduk desa marjinal dengan sistem pelatihan, kursus, atau kerja praktek (magang).
Di masa yang akan datang, diharapkan kualifikasi dan kemampuan yang dimiliki mampu
mengantar untuk dapat berpartisipasi sebagai tenaga kerja ahli. Pada akhirnya program ini
memiliki efek berkelanjutan jangka panjang selain memberikan lapangan pekerjaan juga
meninghkatkan kualitas kemampuan masyarakat marjinal desa.
-
27
Tentunya kekurangan-kekurangan diatas merupakan bagian dari proses berjalannya program
ini. Dimana ada program dijalankan maka sudah barang tentu pasti akan ada kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan perlu dipertahankan dan ditingkatkan, kekurangan perlu dievaluasi dan
dibenahi. Program dana desa dengan spirit desentralisasi membangun Indonesia dari pinggiran
sudah sangat tepat, efek pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangannya sudah terlihat.
Untuk proses membenahi kekurangan dan mengevaluasi pelaksanaan adalah proses yang akan
terus berjalan untuk membuat program ini semakin lebih baik kedepan, yang secara
keseluruhan lebih kepada meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) desa.
-
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Saku Dana Desa, Kementerian Keuangan
2. Pengaruh Dana Desa Terhadap Tingkat Kemiskinan dan Kesejahteraan Masyarakat di
Kabupaten/Kota Provinsi Bali, Made Krisna Kalpika Sunu dan Made Suyana Utama,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana (Unud), Bali, Indonesia
3. Pengaruh Dana Desa dan Alokasi Dana Desa Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kecamatan
Gemeh Kabupaten Kepulauan Talaud, Dianti Lalira, Amran T. Nakoko, Ita Pingkan F.
Rorong, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Sam
Ratulangi, Manado, Indonesia
4. Dampak Program Dana Desa Terhadap Peningkatan Pembangunan dan Ekonomi di
Kecamatan Pineleng Kabupaten Minahasa, Feiby Vencentia Tangkumahat, Vicky V. J.
Panelewen, Arie D. P. Mirah, Agri-Sosio Ekonomi Unsrat
5. Dampak Alokasi Dana Desa Terhadap Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat Desa
Di Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, Siti Muslihah, Hilda Octavana Siregar,
Sriniyati, Universitas Gadjah Mada , Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi
6. Pengelolaan Keuangan Dana Desa, Inten Meutia, Liliana, Universitas Sriwijaya
7. Sistem Pengelolaan Dana Desa, Muhammad Ismail, Ari Kuncara Widagdo, Agus Widodo,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret
8. Memperbaiki Kebijakan Padat Karya Tunai Desa Seri UU Desa No. 5/Okt/2018, SMERU
Research Institute
9. Penelitian LIPI : Jurnal Penelitian Politik Vol. 13 No. 2 Desember 2016
-
29
Performa Pembangunan Kualitas Hidup Manusia
Indonesia di 2014-2019
Perwira Yodanto
Capaian pembangunan kualitas hidup masyarakat Indonesia di periode 2014-2019 tergolong
memuaskan. Meskipun demikian, capaian tersebut belum tergolong optimal dalam
menerjemahkan target Nawa Cita yang dijanjikan oleh Presiden Joko Widodo pada saat
berkampanye di tahun 2014.
Hingga tahun 2018, rangkuman olah data BPS atas Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
menunjukkan tren yang selalu meningkat sepanjang periode pemerintahan. Terdapat beberapa
catatan yang perlu segera ditindaklanjuti atas indeks yang memiliki indikator utama yang
meliputi dimensi kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan tersebut. Dari ketiga elemen, faktor
yang terkait dimensi kesehatan adalah yang paling menyita perhatian publik, yaitu kontroversi
BPJS yang belum menemukan kestabilan operasional. Secara komparatif, disparitas IPM di
level pemerintahan daerah sudah terlihat menurun.
Nawa Cita dan Indeks Pembangunan Manusia
Dalam salah satu butir Nawa Cita, Pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla berjanji untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia (Kompas 2014). Hal tersebut
akan diterjemahkan dalam lima program. Tiga diantaranya ditempuh dengan jalan
meningkatkan kualitas pendidikan dan pelatihan melalui Program “Indonesia Pintar” dengan
pendidikan 12 tahun dan gratis; meningkatkan layanan kesehatan publik melalui Program
Kartu Indonesia Sehat; dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui Program
“Indonesia Kerja” dan “Indonesia Sejahtera” (UNDP 2015). Selanjutnya, pemerintah telah
menyelaraskan poin kelima dari Nawa Cita tersebut ke dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN). Pemerintah menggunakan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) sebagai indikator utama yang digunakan untuk mengukur kinerja dalam zona ini.
-
30
Tabel 5. Laju Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia Nasional, 2010-2018
Tahun Pertumbuhan (%)
2010-2011 0,84
2011-2012 0,90
2012-2013 0,91
2013-2014 0,87
2014-2015 0,93
2015-2016 0,91
2016-2017 0,90
2017-2018 0,82
Sumber: BPS, 2019
IPM atau yang jamak dikenal dengan Human Development Index (HDI) adalah indikator yang
diadopsi oleh United National Development Programme (UNDP) untuk mengukur capaian
rata-rata dalam dimensi pokok pembagunan manusia suatu negara. Dimensi yang diukur adalah
long and healthy life, knowledge, dan a decent standard of living. Sejak tahun 1996, Indonesia
menghitung IPM secara berkala setiap tiga tahun sekali. Frekuensi ini lalu berubah menjadi
setiap tahun untuk keperluan penghitungan Dana Alokasi Umum (DAU) sejak tahun 2004.
Dimensi pertama di-proxy-kan dengan Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH). Sedangkan
dimensi pengetahun memiliki dua indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata
Lama Sekolah (RLS). Berubah sejak 2015, dimensi standar hidup layak tidak lagi dikukur
dengan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) melainkan menggunakan indikator pengeluaran per
kapita. Dengan demikian, terdapat perbedaan antara pengukuran yang dilakukan oleh BPS
dengan metode yang dilakukan oleh UNDP. IPM dikategorikan menjadi empat kelompok
status, yaitu Sangat Tinggi (> 80), Tinggi (70-80), Sedang (60-70), dan Rendah (
-
31
.
Gambar 7. Indeks Pembangunan Manusia Nasional, 2010-2018
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Di tataran global, UNDP menempatkan Indonesia di peringkat 116 dari 189 negara yang
dicatat. Indonesia disejajarkan dengan Afrika Selatan, Mesir, Filipina, Vietnam, dan Bolivia.
Sedangkan di level ASEAN, Indonesia berada di urutan keenam, setelah Singapura (no. 9
dunia), Brunei (no. 39), Malaysia (no. 57), Thailand (no. 83), dan Filipina (no. 113) (BPS
2019).
Di level domestik, catatan prestisius di tahun 2018 ditunjukkan oleh Provinsi Papua atas
prestasinya meninggalkan status ‘Rendah’ menjadi berstatus ‘Sedang’ dengan raihan nilai IPM
60,06 dan pertumbuhan sebesar 1,64 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan IPM tertinggi
juga dialami oleh Sulawesi Barat dengan 1,24 persen dan Papua Barat dengan 1,19 persen.
Perubahan status juga dialami oleh Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, dan Sulawesi Tenggara dari ‘Sedang’ di 2017 menjadi
‘Tinggi’. Di sisi lain, status ‘Sangat Tinggi’ tidak otomatis menjamin DKI Jakarta mencetak
pertumbuhan tinggi pula. Ibukota hanya mampu mengerek pertumbuhan IPM sebesar 0,51
persen untuk mendorong raihan IPM-nya menjadi 80,47. Berstatus sama-sama ‘Tinggi’, Bali
dan Kepulauan Riau menemani DKI Jakarta dengan catatan pertumbuhan masing-masing yaitu
0,63 persen dan 0,52 persen.
Penurunan disparitas yang cukup signifikan juga nampak antara provinsi dengan capaian
tertinggi dengan yang terendah, khususnya di Indonesia Timur. Untuk IPM, selisih terakhir
antara provinsi dengan nilai tinggi, yaitu DKI Jakarta, dengan Papua sebagai pemegang angka
terendah adalah 20,41. Selisih UHH DI Yogyakarta dengan Sulawesi Barat kini menjadi 10,24
tahun. DIY juga mencetak selisih sebesar 4,73 tahun terhadap Papua pada kalibrasi HLS. Papua
74,00
72,00
70,00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
IPM
66,53 67,09
67,70 68,31
68,90 69,55
70,18 70,81
71,39
Ind
eks
-
32
71,50 71,20
71,00
70,50
70,00
69,50
69,00 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
UHH
juga masih tertinggal dari DKI sebesar 4,53 tahun di indikator RLS. Lagi-lagi antara DKI
Jakarta dan Papua terdapat gap yang lebar untuk rata-rata pengeluaran per kapita yaitu Rp.
10.969.000.
Capaian Dimensi Kesehatan
Pemerintah mengklaim prestasinya dalam meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia.
Melalui Program “Indonesia Sehat”, pemerintah melaporkan telah mengakomodasi 96,8 juta
peserta Kartu Indonesia Sehat serta menyelamatkan 1,7 juta Balita dari stunting dengan
penurunan prevalensi dari 37,2 persen di 2013 menjadi 30,8 persen di 2018 (KSP 2019). Diukur
dengan UHH, statistik yang disajikan oleh BPS menunjukkan tren yang positif, yaitu di angka
71,20 pada tahun 2018. Artinya, setiap bayi yang lahir pada tahun tersebut diproyeksikan akan
memiliki harapan hidup hingga usia 71,2 tahun. Angka mortalitas juga mengalami penurunan
dari 14,31 persen di 2017 menjadi 13,91 persen di 2018. Secara tidak langsung, peningkatan
UHH mengindikasikan peningkatan level kesehatan masyarakat di seluruh aspek kesehatan.
Gambar 8. Umur Harapan Hidup (UHH) Nasional, 2010-2018
Sumber: BPS, 2019
Namun demikian, ketidakstabilan operasional dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan telah menyedot perhatian publik dalam 5 tahun Pemerintahan Jokowi-JK
(Tempo 2019; Kompas 2019). Selain mengeluhkan tingkat kualitas layanan (Liputan6 2018),
masyarakat mengaku bingung dengan tingginya frekuensi perubahan prosedur administratif
untuk mengakses layanan kesehatan (Kompas 2016; CNN Indonesia 2017). Hal senada juga
dikeluhkan oleh tenaga kesehatan (IDI 2018, Kumparan 2019). Ketidaksinkronan prosedur
administratif dengan pihak BPJS Kesehatan cukup mengganggu pemberian layanan kepada
pasien, sehingga terkadang layanan yang diberikan menjadi sub-standar untuk mencocokkan
dengan ketentuan BPJS Kesehatan (Tribunnews 2018).
Tah
un
-
33
Di sisi keuangan, terhitung banyak rumah sakit yang mengeluhkan lambannya BPJS Kesehatan
dalam melunasi piutang mereka (Kompas 2018). Defisit di neraca lembaga bentukan pemerintah
tersebut lebih besar proporsinya disebabkan oleh rendahnya partisipasi peserta BPJS Kesehatan
untuk membayar premi secara rutin dan minimnya kontribusi pemda (Kementerian Keuangan
2019). Kementerian Keuangan telah melakukan bail out untuk menyokong operasional BPJS
Kesehatan, hingga pada akhirnya pemerintah memutuskan menaikkan premi dan beberapa
prosedur teknis terkait untuk melancarkan nadi organisasi (CNBC 2018, Kementerian
Keuangan 2019; The Jakarta Post 2019).
Capaian Dimensi Pendidikan
Berdasarkan IPM, upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia menuai hasil
yang cukup positif. Program “Indonesia Pintar” yang perinciannya diatur dalam Permendikbud
Nomor 19 Tahun 2016 mampu mendorong peningkatan HLS dan RLS tiap tahunnya, masing-
masing 1,69 persen/tahun untuk HLS dan 1,14 persen/tahun untuk RLS. Hingga 2018, HLS
yang dihitung dari proyeksi pendidikan anak usia 7 tahun mencapai 12,91 tahun. Artinya,
program-program jangka pendek pemerintah mampu menjamin mereka untuk bersekolah
hingga hampir 13 tahun ke depan. Sedangkan RLS yang dihitung dari rata-rata lama sekolah
penduduk berusia 25 tahun ke atas, menunjukkan output ari pembangunan jangka panjang
sebelumnya yang dilakukan pemerintah telah mencapai 8,17 tahun di 2018.
Gambar 9. Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Nasional, 2010- 2018
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Melalui Program “Indonesia Pintar” pula, pemerintah mengaku telah membagikan Kartu
Indonesia Pintar kepada 18,9 juta siswa (KSP, 2019) selama 2014-2018. Jumlah siswa putus
sekolah juga menurun drastis di periode itu. Siswa SD paling signifikan mengalami penurunan
untuk angka putus sekolah yaitu sebanyak 33.268 siswa pada tahun ajaran 2018/2019 dari
176.909 siswa di tahun ajaran 2014/2015. Disusul oleh siswa SMA/SMK dari 154.501 siswa.
-
34
menjadi 41.310 siswa yang putus sekolah, lalu dari 85.000 siswa menjadi 28.651 siswa SMP
yang putus sekolah. Melalui Program “Indonesia Pintar” pula, pemerintah mengaku telah
membagikan Kartu Indonesia Pintar kepada 18,9 juta siswa (KSP, 2019) selama 2014-2018.
Jumlah siswa putus sekolah juga menurun drastis di periode itu. Siswa SD paling signifikan
mengalami penurunan untuk angka putus sekolah yaitu sebanyak 33.268 siswa pada tahun
ajaran 2018/2019 dari 176.909 siswa di tahun ajaran 2014/2015. Disusul oleh siswa SMA/SMK
dari 154.501 siswa menjadi 41.310 siswa yang putus sekolah, lalu dari 85.000 siswa menjadi
28.651 siswa SMP yang putus sekolah.
Gambar 10. Jumlah Siswa Putus Sekolah, 2014-2018 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Akan tetapi, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan dari pembangunan dimensi
pendidikan selama Presiden Joko Widodo menjalankan mandat. Hal tersebut meliputi sarana
pendidikan baik yang masih minim, seperti pada tahun 2018 ruang kelas yang baik untuk tingkat
SD hanya sekitar 27,4 persen, SMP sebanyak 31,28 persen dan SMA/SMK sejumlah 45,95
persen. Selain itu, gonta-ganti kurikulum selama periode 2014-2019 tergolong membingungkan
tidak hanya siswa, melainkan juga para pengajar dan orang tua (Antara 2014, Tirto 2016). Sistem
zonasi sekolah yang diterapkan pada 2018 juga menjadi kontroversi bagi pihak sekolah, orang
tua maupun alumni yang meneruskan jenjang pendidikan ke lebih tinggi (Kompas 2018,
SindoNews, 2019).
Capaian Dimensi Kesejahteraan
Pada dimensi ini, pemerintah mencanangkan Program “Keluarga Harapan” dan Program
“Indonesia Kerja’. Kedua program ini sedikit banyak mendorong peningkatan IPM pada
indikator Rata-rata Pengeluaran per Kapita/tahun Disesuaikan. Pemerintah telah membagikan
insentif kepada 10 juta
-
35
keluarga peserta Program Keluarga Harapan dan mereformasi sistem bantuan sosial dari Beras
Sejahtera (Rastra) menjadi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) secara bertahap sejak 2017.
Senada dengan indikator lainnya, tren positif juga ditunjukkan oleh indikator pada dimensi ini
dengan angka capaian akhir sejumlah Rp. 11.059.000. Semenjak 2010, terhitung peningkatan
kesejahteraan penduduk Indonesia tumbuh sekitar 2 persen/tahun.
Gambar 11. Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita / Tahun di Tingkat Nasional, 2010-2018
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Namun, untuk melihat kinerja pemerintah meningkatkan tingkat kesejahteraan juga diperlukan
indikator lainnya seperti tren pada tingkat kemiskinan, Rasio Gini, maupun tingkat
pengangguran terbuka. Pada durasi 2014-2018, ketiganya menunjukkan slope yang negatif,
bahkan tingkat kemiskinan mencapai satu digit untuk pertama kalinya di tahun 2018. Artinya,
bias pada indikator yang digunakan dalam IPM tereduksi oleh konsistensi yang ditunjukkan
oleh ketiga indikator lainnya. Berikut adalah garfiknya.
Gambar 12. Angka Kemiskinan Nasional, 2014-2018
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
11.500 11.059
11.000 10.420 10.664
10.500 9.903
10.150
10.000
9.500
9.000
9.437 9.647 9.815
9.858
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita
12,00
11,50
11,00
10,50
10,00
11,25 11,22 10,96
11,13 10,86
10,70 10,64
10,12 9,82
9,66
Mar 2014 Sep 2014 Mar 2015 Sep 2015 Mar 2016 Sep 2016 Mar 2017 Sep 2017 Mar 2018 Sep 2018
(%)
Rib
u R
up
iah
-
36
Gambar 13. Rasio Gini Nasional, 2014-2018
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Gambar 14. Tingkat Pengangguran Terbuka Nasional (Agustus), 2010-2019
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2019
Kesimpulan dan Rekomendasi
Pemerintahan Jokowi-JK di periode 2014-2019 secara umum telah mencapai keberhasilan
dalam membangun kualitas manusia Indonesia. Angka agregat IPM beserta indikator di tiap
dimensi menunjukkan tren yang positif merupakan bukti keberhasilan program-program yang
diimplementasikan. Indikator-indikator lainnya juga mendukung prestasi tersebut dan
mereduksi bias yang mungkin terefleksi dalam indikator IPM. Namun demikian, banyak fakta
lapangan yang tidak terukur pada ketiga dimensi menunjukkan adanya tantangan dan juga
masalah yang harus ditindaklanjuti. Pada periode kedua Presiden Jokowi, hal-hal tersebut perlu
segera dirumuskan strategi pemecahan masalahnya. Misalnya, untuk BPJS Kesehatan,
pengelolaan portofolio ekuitasnya perlu didiversifikasi secara cermat, sehingga mampu
menyokong operasional dengan lebih stabil. Kemudian untuk dimensi pendidikan, perbaikan
sarana dan prasarana sekolah melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) perlu
pengawasan yang lebih ketat sehingga intensi untuk penyalahgunaan insentif pemerintah
tersebut bisa diminimalisasi.
0,430
0,420
0,410
0,400
0,390
0,414
0,406 0,408 0,402
0,397 0,394 0,393 0,391 0,389 0,384
Mar 2014 Sep 2014 Mar 2015 Sep 2015 Mar 2016 Sep 2016 Mar 2017 Sep 2017 Mar 2018 Sep 2018
Ras
io G
ini
7,50 7,14
7,00 6,56
6,50 6,14 6,25 6,18 5,94
6,00 5,61 5,50
5,50 5,34 5,28
5,00
4,50 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tin
gkat
Pe
nga
ngg
ura
n
Terb
uka
(%
)
-
37
Untuk dimensi kesejahteraan, pemerintah perlu untuk menstimulasi dan menyokong
pertumbuhan UMKM yang mengeksplorasi potensi dan kearifan lokal, dengan harapan tingkat
kesjahteraan warga juga akan terkerek naik secara merata.
DAFTAR PUSTAKA
1. Antara 2014, ‘Kurikulum pendidikan ganti menteri ganti
kebijakan’, AntaraNews https://www.antaranews.com/berita/469132/kurikulum-
pendidikan-ganti-menteri-ganti- kebijakan
2. Badan Pusat Statistik 2019, Indeks Pembangunan Manusia 2018, Badan Pusat Statistik,
3. CNBC 2018, ‘Kemenkeu segera cairkan bailout bpjs kesehatan’, CNBC Indonesia
https://www.cnbcindonesia.com/news/20180914074234-4-33056/kemenkeu-segera-
cairkan-bailout- bpjs-kesehatan
4. CNN Indonesia 2017, ‘Masyarakat keluhkan layanan bpjs kesehatan’,
CNN Indonesia https://www.youtube.com/watch?v=B3hA6FllDXI
5. Ikatan Dokter Indonesia 2018, ‘Fokus kami soal kebijakan bpjs yang merugikan
masyarakat’, IDI Online http://www.idionline.org/berita/fokus-kami-soal-kebijakan-bpjs-
yang-merugikan-masyarakat/
6. Kantor Staf Presiden 2019, ‘Lima tahun maju bersama’, Capaian Pemerintahan Joko
Widodo – Jusuf Kalla, Kantor Staf Presiden http://www.ksp.go.id/wp-
content/uploads/2019/10/Lima-Tahun-Maju-Bersama-1.pdf
7. Kementerian Keuangan 2017, ‘Bpjs kesehatan defisit pemerintah sentil minimnya
kontribusi pemda’, Kementerian Keuangan
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/bpjs-kesehatan-defisit-pemerintah-sentil-
minimnya- kontribusi-pemda/---------- 2019, ‘Ini alasan iuran bpjs perlu penyesuaian’,
Kementerian Keuangan https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-alasan-iuran-
bpjs-perlu-penyesuaian/
8. Kompas 2014, ‘”Nawa cita” 9 agenda prioritas Jokowi jk’, Kompas
https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agenda.prioritas.joko
wi-jk
https://www.antaranews.com/berita/469132/kurikulum-pendidikan-ganti-menteri-ganti-kebijakanhttps://www.antaranews.com/berita/469132/kurikulum-pendidikan-ganti-menteri-ganti-kebijakanhttps://www.antaranews.com/berita/469132/kurikulum-pendidikan-ganti-menteri-ganti-kebijakanhttps://www.cnbcindonesia.com/news/20180914074234-4-33056/kemenkeu-segera-cairkan-bailout-bpjs-kesehatanhttps://www.cnbcindonesia.com/news/20180914074234-4-33056/kemenkeu-segera-cairkan-bailout-bpjs-kesehatanhttps://www.cnbcindonesia.com/news/20180914074234-4-33056/kemenkeu-segera-cairkan-bailout-bpjs-kesehatanhttps://www.youtube.com/watch?v=B3hA6FllDXIhttp://www.idionline.org/berita/fokus-kami-soal-kebijakan-bpjs-yang-merugikan-masyarakat/http://www.idionline.org/berita/fokus-kami-soal-kebijakan-bpjs-yang-merugikan-masyarakat/http://www.ksp.go.id/wp-content/uploads/2019/10/Lima-Tahun-Maju-Bersama-1.pdfhttp://www.ksp.go.id/wp-content/uploads/2019/10/Lima-Tahun-Maju-Bersama-1.pdfhttps://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/bpjs-kesehatan-defisit-pemerintah-sentil-minimnya-https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/bpjs-kesehatan-defisit-pemerintah-sentil-minimnya-https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/bpjs-kesehatan-defisit-pemerintah-sentil-minimnya-kontribusi-pemda/https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-alasan-iuran-bpjs-perlu-penyesuaian/https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-alasan-iuran-bpjs-perlu-penyesuaian/https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agenda.prioritas.jokowi-jkhttps://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agenda.prioritas.jokowi-jk
-
38
9. Kompas 2014, ‘”Nawa cita” 9 agenda prioritas Jokowi jk’,
Kompashttps://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agen
da.prioritas.jokowi-jk
10. ---------- 2016, ‘Layanan bpjs kesehatan, puaskah publik?’, Kompas
https://www.youtube.com/watch?v=cBlqwhJ5vMA
11. ---------- 2018, ‘Faskes keluhkan bpjs kesehatan lambat membayar ini
penjelasannya’, Kompas
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/21/080800126/faskes-
keluhkan-bpjs-kesehatan-lambat-
membayar-ini-penjelasannya
12. ---------- 2018, ‘Mulai tahun 2019 kemendikbud ubah sistem penerimaan
siswa baru’, Kompas
https://edukasi.kompas.com/read/2018/09/18/14000351/mulai-tahun-2019-
kemendikbud-ubah-sistem-penerimaan-siswa-baru
13. -------- 2019, ‘Ombudsman ri minta pemerintah tutup defisit bpjs kesehatan
dengan dana dari cukai rokok’, Kompas
14. https://nasional.kompas.com/read/2019/10/13/18054461/ombudsman-
ri-minta-pemerintah-tutup- defisit-bpjs-kesehatan-dengan-dana-dari
15. Kumparan 2019, ‘Rs dan klinik keluhkan syarat akreditasi di bpjs
kesehatan’, Kompas https://kumparan.com/kumparanbisnis/rs-dan-
klinik-keluhkan-syarat-akreditasi-di-bpjs-kesehatan-
1sCwIQQPChe
16. Liputan6 2018, ‘Ke istana dewan kesehatan rakyat keluhkan ragam
masalah bpjs kesehatan’, Liputan6
https://www.liputan6.com/health/read/3642313/ke-istana-dewan-kesehatan-
rakyat-keluhkan-ragam-
masalah-bpjs-kesehatan
17. United Nation Development Programme 2015, ‘Converging Development
agendas: ‘nawa cita’, ‘rpjmn’, and sdg’, UNDP Indonesia Country Office
18. Sindonews 2019, ‘Mendikbud sistem zonasi solusi masalah
pendidikan’, Sindonews
https://nasional.sindonews.com/read/1413943/144/mendikbud-
sistem-zonasi-solusi-masalah-pendidikan-1561226206
https://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agenda.prioritas.jokowi-jkhttps://nasional.kompas.com/read/2014/05/21/0754454/.nawa.cita.9.agenda.prioritas.jokowi-jkhttps://www.youtube.com/watch?v=cBlqwhJ5vMAhttps://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/21/080800126/faskes-keluhkan-bpjs-kesehatan-lambat-membayar-ini-penjelasannyahttps://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/21/080800126/faskes-keluhkan-bpjs-kesehatan-lambat-membayar-ini-penjelasannyahttps://ekonomi.kompas.com/read/2018/08/21/080800126/faskes-keluhkan-bpjs-kesehatan-lambat-membayar-ini-penjelasannyahttps://edukasi.kompas.com/read/2018/09/18/14000351/mulai-tahun-2019-kemendikbud-ubah-sistem-penerimaan-siswa-baruhttps://edukasi.kompas.com/read/2018/09/18/14000351/mulai-tahun-2019-kemendikbud-ubah-sistem-penerimaan-siswa-baruhttps://edukasi.kompas.com/read/2018/09/18/14000351/mulai-tahun-2019-kemendikbud-ubah-sistem-penerimaan-siswa-baruhttps://nasional.kompas.com/read/2019/10/13/18054461/ombudsman-ri-minta-pemerintah-tutup-https://nasional.kompas.com/read/2019/10/13/18054461/ombudsman-ri-minta-pemerintah-tutup-https://nasional.kompas.com/read/2019/10/13/18054461/ombudsman-ri-minta-pemerintah-tutup-defisit-bpjs-kesehatan-dengan-dana-darihttps://kumparan.com/kumparanbisnis/rs-dan-klinik-keluhkan-syarat-akreditasi-di-bpjs-kesehatan-1sCwIQQPChehttps://kumparan.com/kumparanbisnis/rs-dan-klinik-keluhkan-syarat-akreditasi-di-bpjs-kesehatan-1sCwIQQPChehttps://kumparan.com/kumparanbisnis/rs-dan-klinik-keluhkan-syarat-akreditasi-di-bpjs-kesehatan-1sCwIQQPChehttps://www.liputan6.com/health/read/3642313/ke-istana-dewan-kesehatan-rakyat-keluhkan-ragam-masalah-bpjs-kesehatanhttps://www.liputan6.com/health/read/3642313/ke-istana-dewan-kesehatan-rakyat-keluhkan-ragam-masalah-bpjs-kesehatanhttps://www.liputan6.com/health/read/3642313/ke-istana-dewan-kesehatan-rakyat-keluhkan-ragam-masalah-bpjs-kesehatanhttps://nasional.sindonews.com/read/1413943/144/mendikbud-sistem-zonasi-solusi-masalah-pendidikan-1561226206https://nasional.sindonews.com/read/1413943/144/mendikbud-sistem-zonasi-solusi-masalah-pendidikan-1561226206https://nasional.sindonews.com/read/1413943/144/mendikbud-sistem-zonasi-solusi-masalah-pendidikan-1561226206
-
39
19. Tempo 2019, ‘Mendikbud sistem zonasi solusi masalah pendidikan’,
Tempo https://fokus.tempo.co/read/1257616/kontroversi-rencana-
sanksi-untuk-penunggak-iuran-bpjs-kesehatan/full&view=ok
20. The Jakarta Post 2019, ‘Bpjs-premium-increase-stirs-controversy’,
The Jakarta Post
https://www.thejakartapost.com/news/2019/09/02/bpjs-premium-
increase-stirs-controversy.html Tirto 2016, ‘Mengakhiri kutukan ganti
menteri ganti kurikulum’,
21. Tirto https://tirto.id/mengakhiri-kutukan-ganti-menteri-ganti-
kurikulum-bwqv
22. Tribunnews 2018, ‘Kerugian yang dialami pasien dan dokter karena
aturan baru bpjs kesehatan’, TribunNews
https://www.tribunnews.com/kesehatan/2018/08/03/kerugian-yang-
dialami-pasien-dan dokter-karena- aturan-baru-bpjs-kesehatan
https://fokus.tempo.co/read/1257616/kontroversi-rencana-sanksi-untuk-penunggak-iuran-bpjs-kesehatan/full%26view%3Dokhttps://fokus.tempo.co/read/1257616/kontroversi-rencana-sanksi-untuk-penunggak-iuran-bpjs-kesehatan/full%26view%3Dokhttps://fokus.tempo.co/read/1257616/kontroversi-rencana-sanksi-untuk-penunggak-iuran-bpjs-kesehatan/full%26view%3Dokhttps://www.thejakartapost.com/news/2019/09/02/bpjs-premium-increase-stirs-controversy.htmlhttps://www.thejakartapost.com/news/2019/09/02/bpjs-premium-increase-stirs-controversy.htmlhttps://tirto.id/mengakhiri-kutukan-ganti-menteri-ganti-kurikulum-bwqvhttps://tirto.id/mengakhiri-kutukan-ganti-menteri-ganti-kurikulum-bwqvhttps://www.tribunnews.com/kesehatan/2018/08/03/kerugian-yang-dialami-pasien-dan%20dokter-karena-https://www.tribunnews.com/kesehatan/2018/08/03/kerugian-yang-dialami-pasien-dan%20dokter-karena-https://www.tribunnews.com/kesehatan/2018/08/03/kerugian-yang-dialami-pasien-dan-dokter-karena-aturan-baru-bpjs-kesehatan
-
40
Profil Penulis
Muhammad Putra Hutama adalah ketua Komisi Ekonomi PPI Dunia
2019/2020 dan mahasiswa Master di Corvinus University of
Budapest jurusan International Economics and Business.
Mempunyai pengalaman sebagai asisten peneliti di PRISMA CEDS
Unpad.
Denny Irawan adalah kepala Divisi Kajian Ekonomi PPI Dunia 2019/2020
dan mahasiswa doktoral bidang Economics di The Australian National
University (ANU), Australia. Mempunyai pengalaman sebagai peneliti di
Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI).
Chairul Adi adalah anggota Komisi Ekonomi PPI Dunia 2019/2020 dan
pegawai Kementerian Keuangan RI yang tengah menjalani tugas belajar
di tingkat doktoral dalam bidang Political Economy di The University of
Sydney, Australia.
Achyar Al Rasyid adalah anggota Komisi Ekonomi PPI Dunia 2019/2020
dan sedang berkuliah doktoral dalam bidang Urban Planning di Tianjin
University, Republik Rakyat Tiongkok.
Perwira Yodanto adalah anggota Komisi Ekonomi PPI Dunia 2019/2020
dan pegawai Kementerian Keuangan RI yang saat ini akan mendalami 2
spesialisasi (Policy Analysis dan Economic Policy) dalam program Master
of Public Policy di The Australian National University (ANU) Canberra,
Australia.