Download - Tabulasi Revisi Setlh Mmd
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan seperti tercantum didalam sistem
kesehatan nasional adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal serta dapat hidup secara produktif, tujuan ini merupakan salah satu
tujuan pembangunan nasional dalam mencapai kesehatan umum.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan sumber daya yang
trampil dan berkualitas dan dapat mengembangkan tugasnya dengan baik
dibidang kesehatan. Salah satu tenaga kesehatan yang paling dibutuhkan
untuk melaksanakan tugas tersebut adalah perawat kesehatan. Peran
perawat komunitas sangat bervariasi dan menantang. Peran perawat telah
berkembang sejak abad ke-19, yang berfokus lebih banyak kearah kondisi
lingkungan seperti sanitasi, kontrol penyakit dan perawatan keluarga.
Adapun faktor yang mempengaruhi status kesehatan adalah faktor
prilaku masyarakat terhadap hidup sehat yang merupakan faktor utama
disamping faktor pelayanan kesehatan dan faktor keturunan, oleh karena
itu untuk meningakatkan status kesehatan masyarakat diperlukan kerja
sama lintas program maupun lintas sektoral.
Stikes Icme Jombang yang menghasilkan lulusan perawat
kesehatan turut mempunyai andil dalam pelaksanaan pembangunan
dibidang kesehatan dan salah satu kemampuan yang harus dimiliki
perawat kesehatan adalah mampu berperan secara aktif dalam program
kesehatan masyarakat dengan bekerja sama dengan anggota tim kesehatan
lainnya serta anggota tim lintas sektoral termasuk keterlibatan atan peran
serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan serta pengembangan
kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan. Untuk dapat
melaksanakan tugas tersebut maka mahasiswa Stikes Icme Jombang
1
melakukan PKL di Desa Balongbesuk RT 04/ RW 02 meliputi
keperawatan komunitas, keluarga dan gerontik.
Masalah tersebut merupakan tanggung jawab bersama, untuk
mengantisipasinya perlu dukungan dan partisipasi aktif dari masyarakat
setempat. Oleh karena itu perlu diskusi dengan masyarakat dan
menemukan rencana tindakan selanjutnya dimana rencana tersebut
disesuaikan dengan sumber daya dan kemampuan masyarakat Desa
Rejosari. Peran serta dari berbagai pihak untuk melaksanakan kerja sama
tersebut. Untuk mengatasi masalah yang terjadi dimasyarakat terutama
masalah kesehatan yang akan direncanakan berbagai kegiatan. Untuk itu
kami sangat mengharapkan bantuan dari sekdes dan untuk itu kami sangat
mengharapkan bantuan dari bapak dalam bantuan pendanaan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui masalah kesehatan yang ada
dimasyarakat sesuai dengan masalah yang ditemukan oleh
mahasiswa PKL Stikes Icme Jombang di Desa Balongbesuk RT 04/
RW 02.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengkajian
komunitas.
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan analisa data.
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan diagnosa
keperawatan komunitas.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan rencana
keperawatan komunitas.
2
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mengetahui masalah kesehatan yang ada
dimasyarakat sesuai dengan masalah yang ditemukan oleh
mahasiswa.
1.3.2 Bagi Masyarakat
Masyarakat merasa terbantu dengan adanya penyuluhan dari
mahasiswa.
1.3.3 Bagi Pendidikan
Diharapan mampu memperoleh gambaran bagaimana cara
penyelenggaraan dan pengelolaan managemen keperawatan
komunitas.
1.3.4 Bagi Keperawatan
Diharapkan mampu memperbaiki mutu pelayanan keperawatan
sehingga dapat memperbaiki kesehatan masyarakat dan memberikan
dampak kemajuan yang signifikan bagi keperawatan khususnya
keperawatan komunitas
1.4 Sistematika Laporan
BAB 1 : Pendahuluan
Berisi tentang latarr belakang, tujuan praktik, manfaat
praktik,sistematika laporan
BAB 2 : Tinjauan Teori
Berisi tentang teori komunitas, keperawatan komunitas dan
puskesmas
BAB 3 : Pengkajian dan analisa data
Berisi kumpulan data umum, data khusus dan perumusan
masalah. Data umum meliputi: data geografi, data demografi,
dan data social budaya. Sedangkan data khusus meliputi : PUS,
kesehatan ibu, kesehatan anak, kesehatan remaja, kesehatan
lansia , lingkungan, Analisa data dan peenapisan masalah
3
BAB 4 : Diagnosa keperawatan komunitas
Berisi prioritas masalah dan diagnose keperawatan yanag
muncul.
BAB 5 : Rencana keperawatan komunitas atau Plan Of Action ( POA )
BAB 6 : Penutup
Berisi tentang kesimpulan kritik dan saran
4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Komunitas Dan Kesehatan Masyarakat
2.1.1 Definisi
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu
tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta
mempunyai minat dan interest yang sama. Komunitas adalah kelompok
dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka
tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi,
2007).
Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan
manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi
(Mubarak, 2007).
Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu,
keluarga/ kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan
primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat
tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat
dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri
dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan
yang optimal (Elisabeth, 2007).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan.
Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu
mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya.
Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan
masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status
kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).
5
2.1.2 Ciri-Ciri Masyarakat Secara Umum
Dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
masyarakat itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Interaksi diantara sesama anggota masyarakat
b. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu
c. Saling tergantung satu dengan yang lainnya
d. Memiliki identitas bersama(Nasrul Effendi, 1990)
2.1.3 Masyarakat Indonesia
Dilihat dari struktur sosial dan kebudayaan masyarakat
Indonesiadibagi dalam 3 kategori, yaitu :
a. Masyarakat Desa
1. Hubungan keluarga natara masyarakat sangat kuat
2. Hubungan didasarkan pada adat istiadat yang kuat
3. Percaya pada ketentuan gaib
4. Tingkat buta huruf relatif tinggi
5. Berlaku hukum tida tertulis
6. Tidak ada lembaga pendidikan khusus di bidang tekhnologi
7. Keterampilan diwariskan langsung oleh orang tua
8. Sisitem ekonomi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
9. Semangat gotong royong bidang sosial ekonomi sangat kuat
b. Masyarakat Madya
1. Hubungan keluarga masih tetap kuat, dan hubungan
kemasyarakatan mulaimengendor
2. Adat istiadat masih dihormati, dan sikapa masyarakat mulai
terbuka dari pengaruh luar
3. Timbul rasionalitas pada cara berpikir sehingga kepercayaan
terhadap kekuatan-kekuatan gaib mulai berkurang dan akan
timbul kembali apabila telah kehabisan akal.
4. Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama
pendidikan dasar dan menengah
5. ingkat buta huruf sudah mulai menurun
6
6. Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis
7. Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi
pasaran,sehinggamenimbulkan deferensi dalam struktur
masyarakat karenanya uang semakin meningkat penggunaannya.
8. Gotong Royong tradisional tinggi untuk keperluan social
dikalangan keluarga dan tetangga serta kegiatan-kegiatan umum
lainnya didasarkan upah
c. Masyarakat Modern
1. Hubungan antar manusia didasarkan atas kepentingan-
kepentingan pribadi
2. Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam
suasana saling mempengaruhi
3. Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
4. Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian yang
dapat dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga-lembaga
keterampilan dan kejurusan.
5. Tingkat pendidikan formal dan merata
6. Hukum yang berlaku adalah hokum yang tertulis dan kompleks
7. Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi pasar yang didasarkan atas
pengunaan uang dan alat pembayaran lainnya
2.1.4 Ciri Masyarakat Sehat
1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
2. Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
terutama untuk ibu dan anak
3. Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan
sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup
7
4. Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan
status social ekonomi masyarakat
5. Penurunuan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan
penyakit
2.1.5 Indikator Masyarakat Sehat
Menurut WHO :
1. Keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan
masyarakatmeliputi :
a. Indikator Komprehensif
1) Angka kematian kasar menurun
2) Rasio angka mortalitas proporsional rendah
3) Umur harapan hidup meningkat
b. Indikator Spesifik
1) Angka kematian ibu dan anak menurun
2) Angka kematian karena penyakit menular menurun
3) Angka kelahairan menurun
2. Indikator pelayanan kesehatan
a. Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang
b. Distribusi tenaga kesehatan merata
c. Informasi lengakap tentang jumlah tempat tidur di rs,dan fasilitas
lain
d. Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehatan.
2.2 Konsep Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional
sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi,
psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada
individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup
siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan serta memberikan bantuan melalui intervensi
8
keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi barbagai masalah
keperawatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari (Efendi,
2009).
Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masyarakat dijelaskan
bahwa keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan
masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat
secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak, 2005).
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar
suatu institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga
(Elisabeth, 2007).
Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan
dalam praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien
dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi,
2007).
1. Individu sebagai klien
2. Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang
kemauan menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).
3. Keluarga sebagai klien
9
2.2.1 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas
b. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-
upaya sebagai berikut.
1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care)terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat
(health general community) dengan mempertimbangkan
permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok. Selanjutnya,
secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
a) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami.
b) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut.
c) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan.
d) Menanggulangi masalah kesehatan yang mereka hadapi.
e) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi,yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (self care).
c. Fungsi keperawatan komunitas
1. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2. Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidang kesehatan.
3. Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
10
4. Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).
2.2.2 Strategi Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari
keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel
yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual Lingkungan, meliputi semua faktor internal dan eksternal atau
pengaruh-pengaruh dari sekitar atau sistem klien Sehat, merupakan
kondisi terbebas dari gangguan pemenuhan kebutuhan. Sehat
merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari
keberhasilan menghindari atau mengatasi stressor. Model ini
menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang
keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek
psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual. Sehat
menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan
spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan
fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam
delapan tahapan, yaitu:Keperawatan Komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit,
tentunya setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga
dengan masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat,
tentunya gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan
sebelumnya sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan
penyakit yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa
penangan yang bersifat individual tidak akan mampu mencegah,
apalagi memberantas penyakit tertentu, maka mereka telah
11
melakukan pemecahan-pemecahan masalah kesehatan melalui proses
kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku
yang dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar
proses transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan
pula seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi
adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau
masyarakat sendiri. Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan
menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun
WHO yaitu ”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental
dan sosialnya; sehingga produktif secara ekonomi maupun secara
sosial.
c. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam
lingkungan masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan
menjadi ancaman bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu,
kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di
dalam lingkungan masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.
2.2.3 Pusat Kesehatan Komunitas
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan komunitas dapat dilakukan di:
a. Sekolah atau Kampus
Pelayanan keperawatan yang diselenggarakan meliputi
pendidikan pencegahan penyakit, peningkatan derajat kesehatan dan
pendidikan seks. Selain itu perawata yang bekerja di sekolah dapat
memberikan perawatan untuk peserta didik pada kasus penyakit akut
yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit influensa, batu dll.
Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik dan
12
keluarganya bila dibutuhkan perawatan kesehatan yang lebih
spesifik.
b. Lingkungan kesehatan kerja
Beberapa perusahaan besar memberikan pelayanan
kesehatan bagi pekerjanya yang berlokasi di gedung perusahaan
tersebut. Asuhan keperawatan di tempat ini meliputi lima bidang.
Perawata menjalankan program yang bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan
mengurangi jumlah kejadian kecelakaan kerja
2. Menurunkan resiko penyakit akibat kerja
3. Mengurangi transmisi penyakit menular anatar pekerja
4. Memberikan program peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, dan pendidikan kesehatan.
5. Mengintervensi kasus-kasus lanjutan non kedaruratan dan
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan (Mubarak,
2006).
c. Lembaga perawatan kesehatan di rumah
Klien sering kali membutuhkan asuhan keperawatan khusus
yang dapat diberikan secara efisien di rumah. Perawat di bidang
komunitas juga dapat memberikan perawatan kesehatan di rumah
misalnya: perawata melakukan kunjungan rumah, hospice care,
home care dll. Perawat yang bekerja di rumah harus memiliki
kemampuan mendidik, fleksibel, berkemampuan, kreatif dan percaya
diri, sekaligus memiliki kemampuan klinik yang kompeten.
d. Lingkungan kesehatan kerja lain
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat
bekerja dan memiliki peran serta tanggungjawab yang bervariasi.
Seorang perawat dapat mendirikan praktek sendiri, bekerja sama
dengan perawata lain, bekerja di bidang pendididkan , penelitian, di
wilayah binaan, puskesmas dan lain sebagainya. Selain itu,
13
dimanapun lingkungan tempat kerjanya, perawat ditantang untuk
memberikan perawatan yang berkualitas (Mubarak, 2006).
2.2.4 Bentuk – Bentuk Pendekatan dan Partisipasi Masyarakat Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan
posyandu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai pusat kegiatan
dimana masyarakat dapat sekaligus memperoleh pelayanan KB dan
Kesehatan. Selain itu posyandu juga dapat diartikan sebagai wahana
kegiatan keterpaduan KB dan kesehatan ditingkat kelurahan atau desa,
yang melakukan kegiatan-kegiatan seperti: (1) kesehatan ibu dan anak,
(2) KB, (3) imunisasi, (4) peningkatan gizi, (5) penanggulangan diare,
(6) sanitasi dasar, (7) penyediaan obat esensial (Zulkifli, 2003).
Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini
bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi
masyarakat karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah
pelayanan lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu
dipandang sangat bermanfaat bagi masyarakat namun keberadaannya di
masyarakat kurang berjalan dengan baik, oleh karena itu pemerintah
mengadakan revitalisasi posyandu. Revitalisasi posyandu merupakan
upaya pemberdayaan posyandu untuk mengurangi dampak dari krisis
ekonomi terhadap penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan
masyarakat dalam menunjang upaya mempertahankan dan
meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui
peningkatan kemampuan kader, manajemen dan fungsi posyandu
(Zulkifli, 2003).
Tujuan pokok penyelenggaraan Posyandu adalah untuk : (1)
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak, (2)
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR, (3)
mempercepat penerimaan NKKBS, (4) meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan
lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat, (5)
14
pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk
berdasarkan letak geografi, (6) meningkatkan dan pembinaan peran
serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha
kesehatan masyarakat.
Menurut (Nasru effendi, 2000) untuk menjalankan kegiatan
Posyandu dilakukan dengan system 5 meja, yaitu:
1. Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS
(Pasangan Usia Subur)
2. Meja II
Penimbangan Balita dan ibu hamil
3. Meja III
Pengisian KMS
4. Meja IV
a. Diketahui BB anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko
tinggi, PUS yang belum mengikuti KB
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan,
Kondom
5. Meja V
a. berian imunisasi
b. Pemeriksaan Kehamilan
c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan.
Peserta Posyandu mendapat pelayanan meliputi :
a. Kesehatan ibu dan anak :
1. Pemberian pil tambah darah (ibu hamil)
Pemberian vitamin A dosis tinggi ( bulan vitamin A pada bulan
Februarii dan Agustus)
2. PMT
15
3. Imunisasi.
4. Penimbangan balita rutin perbulan sebagai pemantau kesehatan
balita melalui pertambahan berat badan setiap bulan.
Keberhasilan program terlihat melalui grafik pada kartu KMS
setiap bulan.
5. Keluarga berencana, pembagian Pil KB dan Kondom.
6. Pemberian Oralit dan pengobatan.
7. Penyuluhan kesehatan lingkungan dan penyuluhan pribadi
sesuai permasalahan dilaksanakan oleh kader PKK melalui meja
IV dengan materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil.
Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
Menurut (Nasrul effendi, 2000), untuk meja I sampai meja IV
dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh
petugas kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, juru imunisasi. Tetapi
dilapangan yang kita temukan dari meja 1 sampai meja 5 dilakukan
oleh semua perawat puskesmas, hanya di beberapa posyandu yang
kader kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan pelatihan kader
selama ini hanya sebatas wacana saja di masyarakat. Kader seharusnya
lebih aktif berpatisipasi dalam kegiatan Posyandu. Keadaan seperti ini
masih perlu perhatian khusus untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
2.2.5 Model Konseptual Dalam Keperawatan Komunitas
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik
yang bermutu yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang
mendekati kenyataan dari konsep. Model praktik keperawatan
didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep praktik (Riehl & Roy,
1980 dalam Sumijatun, 2006).
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model
Health Care System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini
merupakan model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan,
yang ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan cara
16
memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel, normal,
maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas (Mubarak
& Chayatin, 2009). Menurut Sumijatun (2006) teori Neuman berpijak
pada metaparadigma keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari
klien, lingkungan, kesehatan dan keperawatan.Asumsi Betty Neuman
tentang empat konsep utama yang terkait dengan keperawatan
komunitas adalah: Manusia, merupakan suatu sistem terbuka yang
selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan merupakan suatu
kesatuan dari variabel yang utuh, yaitu: fisiologi, psikologi,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual Lingkungan, meliputi semua
faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari sekitar atau
sistem klien Sehat, merupakan kondisi terbebas dari gangguan
pemenuhan kebutuhan. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis
sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi stressor.
Model ini menganalisi interaksi anatara empat variabel yang menunjang
keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek
psikologis, aspek sosial dan kultural, serta aspek spiritual. Sehat
menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan
spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan
fleksibel, normal dan resisten. Sehat dapat diklasifikasikan dalam
delapan yaitu :
1) Normally well, yaitu sehat secara psikologis,medis dan social.
2) Pessimistic, yaitu bersikap atau berpandangan tidak mengandung
harapan baik (misalnya khawatir sakit, ragu akan kesehatannya, dan
lain-lain)
3) Socially ill, yaitu secara psikologis dan medis baik, tetapi kurang
mampu secara social, baik ekonomi maupun interaksi social dengan
masyarakat
4) Hypochondriacal, yaitu penyakit bersedih hati dan kesedihan tanpa
alasan
17
5) Medically ill, yaitu sakit secara medis yang dapat diperiksa dan
diukur
6) Martyr, yaitu orang yang rela menderita atau meninggal dari pada
menyerah karena mempertahankan agama/kepercayaan. Dalam
kesehatan, seseorang yang tidak memperdulikan kesehatannya, dia
tetap berjuang untuk kesehatan/keselamatan orang lain
7) Optimistic, yaitu meskipun secara medis dan social sakit, tetapi
mempunyai harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu
dalam penyembuhan sakit medisnya
8) Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis
dan sosial
2.2.6 Hubungan Konsep Keperawatan Komunitas Dengan Pelayanan
Kesehatan Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat dengan
menekankan kepada peningkatan peran serta masyarakat dalam
melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan
tindakan kuratif dan rehabilitatif sehingga diharapkan masyarakat
mampu mengenal, mengambil keputusan dalam memelihara
kesehatannya (Mubarak, 2009).
Selain menjadi subjek, masyarakat juga menjadi objek yaitu
sebagai klien yang menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan
komunitas terdiri dari individu dan masyarakat. Berdasarkan pada
model pendekatan totalitas individu dari Neuman (1972 dalam
Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas
sebagai klien dikembangkan untuk menggambarkan batasan
keperawatan kesehatan masyarakat sebagai sintesis kesehatan
masyarakat dan keperawatan. Model tersebut telah diganti namanya
18
menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan filosofi
pelayanan kesehatan primer yang menjadi landasannya.
Secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut :
a. Tingkat individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila
individu tersebut mempunyai masalah kesehatan maka perawat
akan memberikan asuhan keperawatan pada individu tersebut.
Pelayanan pada tingkat individu dapat dilaksanakan pada rumah
atau puskesmas, meliputi penderita yang memerlukan pelayanan
tindak lanjut yang tidak mungkin dilakukan asuhan keperawatan di
rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti
penderita penyakit demam darah dan diare. Kemudian individu
yang memerlukan pengawasan dan perawatan berkelanjutan seperti
ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
b. Tingkat keluarga
Keperawatan kesehatan komunitas melalui pendekatan
keperawatan keluarga memberikan asuhan keperawatan kepada
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan terutama keluarga
dengan resiko tinggi diantaranya keluarga dengan sosial ekonomi
rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita penyakit
menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit
utama masyarakat dan lembaga yang menyakut kehidupan
masyarakat. Dalam pelaksanaannya, keluarga tetap juaga berperan
sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan
anggotanya.
c. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat
dilakukan dalam lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas
didalam suatu wilayah kerja puskesmas. Pelayanan ditingkat
masyarakat dibatasi oleh wilayah atau masyarakat yang
19
mempunyai ciri-ciri tertentu misalnya kebudayaan, pekerjaan,
pendidikan dan sebagainya.
Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan
memandang komunitas sebagai klien dengan strategi intervensi
keperawatan komunitas yang mencakup tiga aspek yaitu primer,
sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok dengan
kerja sama lintas sektoral dan lintas program.
Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas
mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada
pencegahan yang terdiri dari tiga tingkat yaitu:
1) Pencegahan primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer
mencakup peningkatan derajat kesehatan secara umum dan
perlindungan spesifik. Promosi kesehatan secara umum
mencakup pendidikan kesehatan baik pada individu maupun
kelompok. Pencegahan primer juga mencakup tindakan spesifik
yang melindungi individu melawan agen-agen spesifik misalnya
tindakan perlindungan yang paling umum yaitu memberikan
imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi
bayi dan balita.
2) Pencegahan sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi
penyakit lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-
kegiatan yang mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai
pencegahan sekunder misalnya memotivasi keluarga untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui
posyandu dan puskesmas.
3) Pencegahan tertier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada
seseorang dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang
20
mengalami kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai
dengan kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik
pada penderita patah tulang.
Selanjutnya agar dapat memberikan arahan pelaksanaan
kegiatan, berikut ini diuraikan falsafah keperawatan komunitas
dan pengorganisasian masyarakat (Mubarak, 2009):
a. Falsafah Keperawatan Kesehatan KomunitasKeperawatan
kesehatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan
perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-
kultural-spiritual) terhadap kesehatan masyarakat dan
memberikan prioritas pada strategi pada pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi yang
mengacu pada paradigma keperawatan secar umum dengan
empat komponen dasar yaitu; manusia, kesehatan,
lingkungan dan keperawatan.
b. Pengorganisasian masyarakat
Tiga model pengorganisasian masyarakat menurut Rothman
(1998) meliputi peran serta masyarakat (localiti developmen),
perencanaan sosial melalui birokrasi pemerintah (social
developmant) dan aksi sosial berdasarkan kejadian saat itu
(social action) (Mubarak, 2009). Pelaksanaan
pengorganisasian masyarakat dilakukan melalui tahapan-
tahapan berikut:
1) Tahap persiapan
Dilakukan dengan memilih area atau daerah yang menjadi
prioritas, menentukan cara untuk berhubungan dengan
masyarakat , mempelajari dan bekerjasama dengan
masyarakat.
21
2) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok dan
penyesuaian dengan pola yang ada dimasyarakat dengan
pembentukan kelompok kerja kesehatan.
3) Tahap pendidikan dan pelatihan
Melalui kegiatan-kegiatan pertemuan teratur dengan
kelompok masyarakat melalui pengkajian, membuat
pelayanan keperawatan langsung pada individu, keluarga
dan masyarakat.
4) Tahap formasi kepemimpinan
Memberikan dukungan latihan dan mengembangkan
keterampialan yang mengikuti perencanaan,
pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan kegiatan
pendidikan kesehatan.
5) Tahap koordinasi
Kerjasama dengan sektor terkait dalam upaya
memandirikan masyarakat
6) Tahap akhir
Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan
pemberian umpan balik dan masing-masing evaluasi untuk
perbaikan untuk kegiatan kelompok kesehatan kerja
selanjutnya.
2.3 Puskesmas
2.3.1 Definisi
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD)
kesehatan kabupaten / kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunankesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat
pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan
pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu , dan
berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan perorang
22
(private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods).
Puskesmasw melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan
masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang
langsung memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat
dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan
pokok.Jenis pelayan kesehatan disesuaikandengan kemampuan
puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus
dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan
pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta
kemampuan puskesmas.
2.3.2 Visi Puskesmas
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas
adalah tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya indonesia
sehat adapun visi dari Puskesmas Barambai adalah menuju Kecamatan
Barambai yang sehat dan mandiri.
a. Misi Puskesmas
Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan.
Memberdayakan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan
kesehatan.
Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama dan bermutu.
b. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah ( Basic Six):
Upaya promosi kesehatan
Upaya kesehatan lingkungan
Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
Upaya perbaikan gizi masyarakat
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
Upaya pengobatan
c. Fungsi Puskesmas
1) Sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator,
23
fasilitator dan turut serta membantu terselenggaranya proses
pembangunan di wilayah kerjanya agar berdampak positif
terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerja. Hasil yang
diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah
terselenggaranya pembangunan diluar bidang kesehatan yang
mendukung terciptanya lingkungan dan prilaku sehat. Sebagai
pusat pembangunan berwawasan kesehatan lingkungan
Puskesmas harus secara proaktif menjalin kemitraan dengan
bidang pertemuan koordinasi yang membahas situasi dan upaya
peningkatan kesehatan lingkungan dan perilaku hidup sehat
masyarakat.
2) Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan Puskesmas ikut memberdayakan
masyarakat, sehingga masyarakat tahu, mau, serta mampu
menjaga dan mengatasi masalah kesehatan masyarakat dalam
pembangunan kesehatan adalah tumbuh kembangnya upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat, kemitraan dengan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan berbagai potensi
masyarakat lainnya.
3) Sebagai pusat pemberdayaaan masyarkat, Puskesmas diharapkan
bisa secara proaktif menjangkau keluarga, sehingga bisa menjaga
keluarga sehat tetap sehat dan keluarga yang sakit bisa sembuh.
4) Sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama
Sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah
kerjanya, Puskesmas merupakan sarana pelayanan kesehatan
secara bermutu, terjangkau, adil, dan merata. Pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan adalah pelayanan kesehatan dasar yang
sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat dan sangat
strategis dalam upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat
umum.
24
d. Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi:
1) Pelayanan Kesehatan Masyarakat yang lebih mengutamakan
pelayanan promotif dan preventif dengan pendekatan kelompok
masyarakat serta sebagai besar diselenggarakan bersama
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas.
2) Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga
pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan. Pada
kondisi tertentu dan bila memungkinkan dapat di pertimbangkan
Puskesmas memberikan pelayanan rawat inap sebagai rujukan
sebelum ke rumah sakit. Program Puskesmas merupakan wujud
dari pelaksanaan ketiga fungsi di atas. Program kesehatan dasar
Puskesmas adalah program yang ditetapkan berdasarkan
kebutuhan sebagian besar masyarakat Indonesia serta mempunyai
daya bangkit tinggi dalam mengatasi permasalahan kesehatan
nasional dan internasional yang berkaitan dengan kesakitan,
kecacatan dan kematian (Effendy, 1997).
2.3.3 Tujuan,Fungsi dan Peran Puskesmas
a. Tujuan
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2015.
b. Fungsi
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga
berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan.Di
25
samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan
dari penyelenggaraan setiap pembangunan di wilayah
kerjanya.Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha
memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri
sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam
memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaannya, serta ikut menetap, menyelenggarakan dan
memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan
perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya social budaya
masyarakat setempat.
3. Pusat strata pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu
danberkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
a. Pelayan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang
bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit
dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
terstentu di tambahkan dengan rawat inap.
26
b. Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang
bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara
lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan
lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga,
keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai
program kesehatan masyarakat lainnya.
c. Peran
Dalam konteks otonomi daerah saat ini,puskesmas mempunyai
peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana
teknis,dituntut memiliki kemampuan menajerial dan wawasan
jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk keikutsertaan dalam
menentukan kebijakan daerah melalui sistm perencanaan yang
matang dan realistis,tata laksana kegiatan yang tersusun
rapi,serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat.
Rangkaian menajerial tersebut bermanfaat dalam penentuan
skala prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam
menetukan Rancangan Anggaran Pembelanjaan Daerah
(RAPBD) yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat.
Pada masa mendatang,puskesmas juga dituntut berperan dalam
pemanfaatan teknologi informasi terkait upaya peningkatan
pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terpadu.
27
2.3.4 Kedudukan Puskesmas
Kedudukan puskesmas bisa dilihat secara administratif dan
dalam suatu hierarki pelayanan kesehatan sebagaimna berikut ini.
1. Kedudukan Secara Administratif
Puskesmas merupakan perangkat teknis pemerintah daerah tingkat II
dan bertanggungjawab langsung baik secara teknis maupun
administratif kepada kepala dinas kesehatan daerah tingkat II.
2. Kedudukan dalam Hierarki Pelayanan Kesehatan
Dalam urutan hierarki pelayanan kesehatan, sesuai SKN maka
puskesmas berkedudukan padaa fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama. Maksud dari pelayanan tingkat pertama adalah fasilitas,
sedangkan dalam hal pengembangan pelayanan kesehatan,
puskesmas dapat meningkatkan dan mengembangkan diri kearah
modernisasi sistem pelayanan kesehatan di semua lini.baik
pomotif,preventif,kuratif,maupun rehabilitatif sesuai kebijakan
Renstra tingkat II di bidang kesehatan. Berikut ini contoh Renstra
diberbagai bidang.
a. Bidang promotif, puskesmas dimungkinkan menggunakan LCD
projector sebagai sarana penyuluhan kesehatan dengan
memanfaatkan teknologi terkini yang bersifat interaktif
menggunakan perangkat audiovisual multimedia,
b. Bidang penunjang preventif, puskesmas dapat
mengembangkannya dalam bentuk pembuatan brosur seperti
brosur jadwal imunisasi,pencegahan DBD, pencegahan diare, dan
lainnya sesuai skala prioritas dan kondisi masing-masing
puskesmas.
c. Bidang penunjang kuratif, puskesmas dapat mengembangkan
laboratorium modern dengan menggunakan Elektro
Fotometri,USG,EEG, dan lainnya secara bertahap, agar mutu
pelayanan meningkat dan masyarakat dapat menikmati berbagai
pelayanan kesehatan di puskesmas.
28
d. Bidang rehabilitatif, juga dapat dikembangkan transfer
pengetahuan kesehatan kepada khalayak berupa brosur seperti
brosur jadwal makan untuk penderita diabetes melitus saat
berpuasa dan lainnya.
e. Bidang pengembangan SDM petugas, pempinan puskesmas dapat
mengupayakan nursing review dan prosedur tetap pelayanan
keperawatan, agar upaya kuratif lebih bermutu dan dapat
dipertanggungjawabkan.
2.3.5 Stuktur Organisasi Puskesmas
Berikut ini merupkan susunan organisasi dan ringkasan uraian
tugasnya dalam puskesmas.
1. Unsur Pimpinan (Kepala Puskesmas)
Mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk memimpin, mengawasi,
dan mengoordinasi kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan dalam
jabatan struktur dan jabatan fungsional.
2. Unsur Pembantu Pimpinan (Kepala Urusan Tata Usahan).
Mempunyai tugas pokok dan fungsi di bidang kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, serta surat menyurat, pencatatan dan
pelaporan.
3. Unsur Pelaksana
a. Unit yang terdiri atas tenaga atau pengawai dalam jabatan
fungsional.
b. Jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga, dan fasilitas tiap
daerah.
c. Unsur pelaksana terdiri atas unit I,II,III,IV,V,VI,dan VII
1. Unit I. Mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk
melaksanakan kegiatan kesejahteraan ibu dan anak,keluarga
berencana, dan perbaikan gizi.
2. Unit II. Mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk
melaksanakan kegiatan pencegahan dan pemberaantasan
29
penyakit khususnya imunisasi,kesehatan lingkungan, dan
laboratorium.
3. Unit III. Mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk
melaksanakan kegiatan kesehatan gigi dan mulut,serta
kesehatan tenaga kerja dan lanjut usia (lansia).
4. Unit IV. Mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk
melaksanakan kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat,kesehatan sekolah dan olahraga,kesehatan
jiwa,kesehatan mata, dan kesehatan khusus lainnya.
5. Unit V. Mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk
melaksanakan kegiatan di bidang pembinaan dan
pengembangan upaya kesehatan masyarakat dan penyuluhan
kesehatan masyarakat.
6. Unit VI. Mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk
melaksanakan kegiatan pengobatan rawat jalan dan rawat inap
(puskesmas perawatan.
7. Unit VII. Mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk
melaksanakan pengelolaan farmasi
30
Kepala Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Unit I-VII Pelaksana
TeknisUnit I-III Pelaksana
Teknis
Urusan Tata Usaha
2.3.6 Azaz dan Tata Kerja Puskesmas
a. Azaz Penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas
secara terpadu.Azas penyelenggaraan Puskesmas tersebut
dikembangkan dari ketiga fungsi dari setiap fungsi Puskesmas dalam
menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas, baik upaya kesehatan
wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas
penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah :
1. Azas Penanggung Jawab Wilayah
Azas penyelenggara Puskesmas yang pertama adalah
pertanggungjawaban wilayah.Dalam arti Puskesmas bertanggung
jawab meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerjanya. Untuk ini Puskesmas harus
pertama melaksanakan berbagai kegiatan, antara lain sebagai
berikut :
a) Menggerakkan pembangunan berbagai sector tingkat
kecematan sehingga berwawasan kesehatan.
b) Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap
kesehatan masyarakat diwilayah kerjanya.
c) Membina setiap upaya kesehatan strata pertama yang
diselenggarakan oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah
kerjanya.
d) Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama (primer)
secara merata dan terjangkau di wilayah
kerjanya.Diselenggarakan upaya kesehatan strata pertama oleh
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Bidan di Desa serta
berbagai upaya kesehatan di luar gedung Puskesmas lainnya
(outreach activities) pada dasarnya merupakan realisasi dari
pelaksanaan azas pertanggung-jawaban wilayah.
31
2. Azas Pemberdayaan Masyarakat
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah
pemberdayaan masyarakat.Dalam arti Puskesmas wajib
memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat, agar
berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya
Puskesmas.Untuk ini, berbagai potensi masyarakat perlu
dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas
(BPP). Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
Puskesmas dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain :
a) Upaya Kesehatan Ibu dan anak; Posyandu, Polindes, Bina
Keluarga Balita (BKB)
b) Upaya Pengobatan : Posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c) Upaya Perbaikan Gizi; Posyandu, Panti pemulihan Gizi,
Keluarga sadar Gizi (Kadarzi)
d) Upaya kesehatan sekolah; Dokter kecil, penyertaan guru dan
orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren)
e) Upaya Kesehatan Lingkungan; Kelompok Pemakai air
(Pomkmair), Desa percontohan Kesehatan Lingkungan
(DPKL)
f) Upaya Kesehatan Usia Lanjut: Posyandu Usila, Panti wreda
g) Upaya Kesehatan Kerja; Pos Upaya kesehatan Kerja (Pos
UKK)
h) Upaya kesehatan Jiwa; Posyandu, Tim Pelaksana Kesehatan
Jiwa Masyarakat (TPKJM)
i) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional; Taman Obat
Keluarga (TOGA), Pembinaan pengobat Tradisional (Battra)
j) Upaya Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (inovatif); dana
sehat, Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Mobilisasi dana
Keagamaan.
32
3. Azas Keterpaduan
Azas penyelenggaraan Puskesmas ketiga adalah
keterpaduan.Untuk mengatasi keterbatasan serta diperolehnya
hasil yang optimal, penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas
harus diselenggarakan secara terpadu, jika mungkin sejak dari
tahap perencanaan. Ada dua macam keterpaduan yang perlu di
perhatikan yakni :
a) Keterpaduan lintas program
Keterpaduan lintas program adalah upaya memadukan
penyelenggarakan berbagai upaya kesehatan yang menjadi
tanggung jawab Puskesmas. Contoh keterpaduan lintas
program antara lain :
1) Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS); Keterpaduan
KIA dengan P2M, Gizi,PromosiKesehatan, Pengobatan.
2) Upaya Kesehatan Sekolah (UKS); keterpaduan kesehatan
lingkungan dengan Promosi Kesehatan, pengobatan,
kesehatan gigi, kesehatan reproduksi remaja dan kesehatan
jiwa.
3) Puskesmas Keliling; keterpaduan pengobatan dengan
KIA/KB, gizi, promosi kesehatan.
b) Keterpaduan Lintas Sektor
Keterpaduan lintas sector adalah upaya memadukan
penyelenggaraan upaya Puskesmas (wajib, pengembangan dan
inovasi) dengan berbagai program dari sector terkait tingkat
kecamatan, termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia
usaha. Contoh keterpaduan lintas sector antara lain :
1) Upaya kesehatan sekolah; keterpaduan sector kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, pendidikan, agama.
2) Upaya kesehatan ibu dan anak; keterpaduan sector
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi
profesi, organisasi kemsyarakatan, PKK, PLKB.
33
3) Upaya perbaikan gizi; keterpaduan sector kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, pertanian, pendidikan, agama,
koperasi, dunia usaha, PKK, PLKB.
4) Upaya pembiayaan dan Jaminan Kesehatan; keterpaduan
sector kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga
kerja, koperasi, dunia usaha, organisasi kemsyarakatan.
5) Upaya Kesehatan kerja; keterpaduan sector kesehatan
dengan camat, lurah/kepala desa, tenaga kerja, dunia usaha.
4. Azas Rujukan
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang keempat adalah
rujukan. Sebagai saran pelayanan kesehatan tingkat pertama,
kemampuan yang dimiliki oleh Puskesmas terbatas.Padahal
Puskesmas berhadapan langsung dengan masyarakat dengan
berbagai masalah kesehatan tersebut dan juga untuk meningkatkan
efisiensi, maka penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas (wajib,
pengembangan dan inovasi) harus ditopang oleh azas rujukan.
Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
atas kasus penyakit atau masalah kesehatan yang diselenggarakan
secara timbale balik, baik secara vertical dalam arti dari suatu
strata saran pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan
kesehatan lainnya, maupun secara horizontal dalam arti antar
strata sarana pelayanan kesehatan yang sama.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan
oleh Puskesmas ada dua macam rujukan yang dikenal yakni:
a) Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan perorangan adalah
kasus penyakit.Apabila suatu Puskesmas tidak mampu
menanggulangi satu kasus penyakit tertentu, maka Puskesmas
tersebut wajib merujuknya ke sarana pelayanan kesehatan yang
lebih mampu (baik horizontal maupun vertical).Sebaliknya
pasien pasca rawat inapp yang hanya memerlukan rawat jalan
34
sederhana, di rujuk ke Puskesmas.
Rujukan upaya kesehatan perorangan dibedakan atas tiga macam :
1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostic, pengobatan,
tindakan medic (misalnya operasi) dan lain-lain.
2) Rujukan bahan pemeriksaan (specimen) untuk pemeriksaan
laboratorium yang lebih lengkap
3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan tenaga
yang lebih kompetan untuk melakukan bimbingan tenaga
Puskesmas dan atau pun menyelenggarakan pelayanan medic
di Puskesmas
b) Rujukan Upaya Kesehantan Masyarakat
Cakupan rujukan pelayanan kesehatan masyarakat adalah
masalah kesehatan masyarakat, misalnya kejadian luar biasa,
pencemaran lingkungan, dan bencana.
Rujukan pelayanan kesehatan masyarakat juga di lakukan
apabila satu Puskesmas tidak mampu menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat wajib dan pengembangan, padahal
upaya kesehatan masyarakat tersebut telah menjadi kebutuhan
masyarakat. Apabila suatu Puskesmas tidak mampu
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat dan atau tidak
mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat, maka
Puskesmas wajib merujuknya ke dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat dibedakan atas tiga
macam :
1) Rujukan sarana logistic, antara lain peminjaman peralatan
fogging, peminjaman alat lanoratorium kesehatan,
peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-
bahan habis pakai dan bahan makanan.
2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian
35
maslah hokum kesehatan, penanggulangan gangguan
kesehatan karena bencana alam.
3) Rujukan operasional, yakni menyerahkan sepenuhnya
kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah
kesehatan masyarakat dan atau penyelenggaraan upaya
kesehatan masyarakat (antara lain Usaha Kesehatan
Sekolah, Usaha Kesehatan Kerja, Usaha Kesehatan Jiwa,
pemeriksaan contoh air bersih) kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota. Rujukan operasional diselenggarkan
apabila Puskesmas tidak mampu.
b. Tata Kerja
1. Dengan Kantor Kecamatan
Dalam melaksanakan fungsinya, puskesmas berkoordinasi dengan
kantor kecamatan melalui pertemuan berkala yang
diselenggarakan di tingkat kecamatan. Koordinasi tersebut
mencakup perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan
dan pengendalian serta penilaian. Dalam hal pelaksanaan fungsi
penggalian sumber daya masyarakat oleh puskesmas, koordinasi
dengan kantor kecamatan mencakup pula kegiatan fasilitasi.
2. Dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, dengan demikian secara teknis dan
administratif, puskesmas bertanggungjawab kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.Sebaliknya Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota bertanggungjawab membina serta memberikan
bantuan administratif dan teknis kepada puskesmas.
3. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
Sebagai mitra pelayanan kesehatan strata pertama yang dikelola
oleh lembaga masyarakat dan swasta, puskesmas menjalin
kerjasama termasuk penyelenggaraan rujukan dan memantau
kegiatan yang diselenggarakan.Sedangkan sebagai pembina upaya
36
kesehatan bersumberdaya masyarakat, puskesmas melaksanakan
bimbingan teknis, pemberdayaan dan rujukan sesuai kebutuhan.
4. Dengan Jaringan Pelayanan Kesehatan Rujukan
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, puskesmas menjalin kerjasama yang erat
dengan berbagai pelayanan kesehatan rujukan. Untuk upaya
kesehatan perorangan, jalinan kerjasama tersebut diselenggarakan
dengan berbagai sarana pelayanan kesehatan perorangan seperti
rumah sakit (kabupaten/kota) dan berbagai balai kesehatan
masyarakat (balai pengobatan penyakit paru-paru, balai kesehatan
mata masyarakat, balai kesehatan kerja masyarakat, balai
kesehatan olahraga masyarakat, balai kesehatan jiwa masyarakat,
balai kesehatan indra masyarakat). Sedangkan untuk upaya
kesehatan masyarakat, jalinan kerjasama diselenggarakan dengan
berbagai sarana pelayanan kesehatan masyarakat rujukan, seperti
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan, Balai Laboratorium Kesehatan serta berbagai balai
kesehatan masyarakat. Kerjasama tersebut diselenggarakan
melalui penerapan konsep rujukan yang menyeluruh dalam
koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
5. Dengan Lintas Sektor
Tanggungjawab puskesmas sebagai unit pelaksana teknis adalah
menyelenggarakan sebagian tugas pembangunan kesehatan yang
dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Untuk
mendapat hasil yang optimal, penyelenggaraan pembangunan
kesehatan tersebut harus dapat dikoordinasikan dengan berbagai
lintas sektor terkait yang ada di tingkat kecamatan. Diharapkan di
satu pihak, penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
kecamatan tersebut mendapat dukungan dari berbagai sektor
terkait, sedangkan di pihak lain pembangunan yang
37
diselenggarakan oleh sektor lain di tingkat kecamatan berdampak
positif terhadap kesehatan.
6. Dengan Masyarakat
Sebagai penanggungjawab penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya, puskesmas memerlukan dukungan
aktif dari masyarakat sebagai objek dan subjek
pembangunan.Dukungan aktif tersebut diwujudkan melalui
pembentukan Badan Penyantun Puskesmas (BPP) yang
menghimpun berbagai potensi masyarakat, seperti tokoh
masyarakat, tokoh agama, LSM, orgasnisasi kemasyarakatan,
serta dunia usaha.
2.3.7 Program Pokok Puskesmas
Program pokok puskesmas dilaksanakan sesuai kemampuan
tenaga maupun fasilitasnya karenanya program dapat berbeda- beda.
Namun demikian,program pokok puskesmas yang lazim dan
seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Kesejahteraan ibu dan anak (KIA)
2. Keluarga berencana
3. Usaha peningkatan gizi
4. Kesehatan lingkungan
5. Pembrantasan penyakit menular
6. Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan
7. Penyuluhan kesehatan masyarakat
8. Usaha kesehatan di sekolah (UKS)
9. Kesehatan olahraga
10. Perawatan kesehatan masyarakat
11. Usaha kesehatan kerja
12. Usaha kesehatan gigi dan mulut
13. Usaha kesehatan jiwa
14. Kesehatan mata
15. Laboratorium (diupayakan tidak lagi sederhana)
38
16. Pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan
17. Kesehatan usia lanjut
18. Pembinaan pengobatan tradisional
Semua program pokok yang dilaksanakan dipuskesmas
dikembangkan berdasarkan program pokok pelayanan kesehatan dasar
seperti yang dianjurkan oleh World Health Organization (WHO) yang
dikenal dengan Basic Seven. Basic Seven terdiri atas maternal and
child health care, medical care, environmental sanitation, health
education (untuk kelompok-kelompok masyarakat), simple laboratory,
communicable disease control, dan simple statistic (pencatatan-
recording atau pelaporan-reporting).
Pelaksanaan program pokok puskesmas diarahkan kepada
keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil.Karenanya, program
pokok puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga
sebagai bagian dari masyarakat diwilayah kerjanya. Setiap program
pokok puskesmas dilaksanakaan dengan pendekatan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD).
Disamping penyelenggaran usaha-usaha program pokok
puskesmas tersebut, puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk
melaksanakan program kesehatan tertentu oleh pemerintah pusat
seperti Pekan Imunisasi Nasional. Dalam hal demikian, baik petunjuk
pelaksanaan maupun pembekalan akan diberikan oleh pemerintah
pusat bersama pemerintah daerah.
Keadaan darurat mengenai kesehatan dapat terjadi,misalnya
timbulnya wabah penyakit menular atau bencana alam. Untuk
mengatasi kejadian darurat seperti diatas bisa dengan mengurangi atau
menunda kegiatan lain.
2.3.8 Fasilitas Penunjang Puskesmas
Sesuai dengan keadaan geografi, luas wilayah, sarana
perhubungan serta kepadatan penduduk dalam wilayah kerja
puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mendapatkan
39
pelayanan puskesmas.Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih
merata dan meluas, perlu ditunjang dengan puskesmas pembantu,
penempatan bidan di desa-desa yang belum terjangkau oleh pelayanan
yang ada di puskesmas keliling. Disamping itu penggerakan peran serta
masyarakat untuk mengelola posyandu dan membina desa wisma akan
dapat menunjang jangkauan pelayanan kesehatan.
Demi pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan
kesehatan maka puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan
kesehatan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan
puskesmas keliling.
1. Puskesmas Pembantu
Puskesmas pembantu adalah unit pelayanan kesehatan yang
sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan puskesmas dalam ruang
lingkup wilayah yang lebih kecil. Dalam Repelita V wilayah kerja
puskesmas pembantu diperkirakan meliputi 2 sampai 3 desa, dengan
sasaran penduduk antara 2500 orang (di luar Jawa dan Bali) sampai
10.000 orang (di perkotaan Jaawa dan Bali).
Puskesmas pembantu merupakan bagian integral dari puskesmas,
dengan lain perkataan satu puskesmas meliputi juga seluruh
puskesmas pembantu yang ada di wilayah kerjanya.
2. Puskesmas Keliling
Puskesmas keliling merupakan unit pelayanan kesehatan keliling
yang dilengkapi dengan kendaraan bermotor roda 4 atau perahu
bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta
sejumlah tenaga yang berasal dari puskesmas.Puskesmas keliling
berfungsi menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-
kegiatan puskesmas dalam wilayah kerjanya yang belum terjangkau
oleh pelayanan kesehatan. Kegiatan-kegiatan puskesmas keliling
adalah:
40
1) Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerah
terpencil yang tidak terjangkau oleh pelayanan puskesmas atau
puskesmas pembantu, 4 hari dalam 1 minggu
2) Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa
3) Dapat dipergunakan sebagai alat transportasi penderita dalam
rangka rujukan bagi kasusu gawat darurat
4) Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alat
audio visual
3. Bidan yang bertugas di desa
Pada setiap desa yang belum ada fasilitas pelayanan kesehatan, akan
ditempatkan seorang bidan yang bertempat tiggal di desa tersebut
dan bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas. Wilayah
kerja bidan tersebut adalah satu desa dengan jumlah penduduk rata-
rata 3000 orang, dengan tugas utamanya adalah membina peran serta
masyarakat melalui pembinaan posyandu yang membina pimpinan
kelompok persepuluhan, selain memberikan pelayanan aangsung di
posyandu dan pertolongan persalinan di rumah-rumah. Disamping
itu juga menerima rujukan anggota keluarga persepuluhan untuk
diberi pelayanan seperlunya atau ditunjuk lebih lanjut ke puskesmas
atau fasilitas kesehatan yang lebih mampu dan terjangkau secara
tradisional.
2.3.9 Sistem Rujukan Puskesmas
Merupakan suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbale
balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan
masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih
kompeten, terjangkau, dan dilakukan secara rasional.
1. Jenis sistem rujukan upaya kesehatan
Sistem rujukan upaya kesehatan secara konsepsional menyangkut
hal-hal sebagai berikut:
41
a. Rujukan medis
1) Konsultasi pasien untuk keperluan pemeriksaan diagnostic,
pengobatan, tindakan operatif, dan lain-lain
2) Pengiriman bahan(specimen) untuk pemeriksan laboratorium
yang lebih lengkap
3) Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten
(ahli) untuk menigkatkan mutu pelayanan pengobatan
b. Rujukan Kesehatan
Merupakan rujukan yang menyangkut masalah kesehatan
masyarakat yang bersifat preventif dan promotif yang antara lain
meliputi bantuan sebagai berikut.
1) Survai epidemiologi dan pembrantasan penyakit atas kejadian
luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular.
2) Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah.
3) Penyidikan penyebab keracunan, bantuan teknologi
penanggulangan keracunan, dan bantuan obat-obatan atas
terjadinya keracunaan missal
4) Pemberian makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan untuk
pengungsi atas terjadinya bencana alam
5) Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah
kekurangan air bersih bagi masyarakat umum.
6) Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan lain-
lain
2. Tujuan sistem rujukan upaya kesehatan
a. Tujuan umum
Dihasilkanya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang
didukung kualitas pelayanaan uang optimal dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
guna.
42
b. Tujuan Khusus
1) Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat
kuratif dan rehabilitative secara berhasil guna dan berdaya guna
2) Dihasilkannya upaya masyarakat yang bersifat preventif dan
promotif secara berhasil guna dan berdaya guna
3. Alur sistem rujukan upaya kesehatan
a. Internal antara petugas puskesmas
b. Antara puskesmas pembantu dengan puskesmas
c. Antara masyarakat dan puskesmas
d. Antara puskesmas yang satu dengan puskesmas yang lain
e. Antara puskesmas dengan rumah sakit, laboratorium, atau
fasilitas kesehatan lainnya.
4. Upaya peningkatan mutu sistem rujukan upaya kesehatan
a. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung
rujukan dari puskesmas pembantu dan pos kesehatan lain dari
masyarakat
b. Mengadakan pusat rujukan antara dengan mengadakan ruangan
tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan pasien gawat darurat
di lokasi yang strategis
c. Meningkatakan sarana komunikasi antara unit pelayanan
kesehatan
d. Menyediakan puskesmas keliling disetiap kecamatan dalam
bentuk kendaraan roda empat atau prahu bermotor yang
dilengkapi dengan alat komunikasi
e. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem
rujukan, baik rujukan medis maupun rujukan kesehatan
f. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang
pelayanan rujukan
43
2.3.10 Peran Perawat
Di puskesmas selain sebagai pemberi layanan kesehatan,
perawat juga berperan sebagai manajer.Tugas pokok perawat di
puskesmas adalah mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat
diselenggarakan dengan baik dan dapat memberi manfaat kepada
masyarakat kerjanya.Kegiatan pokok yang dilakukan oleh perawat di
puskesmas adalah sebagai berikut.
1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajerial
2. Melakukan pelayanan asuhan keperawatan
3. Mengoordinasi kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat
4. Mengoordinasi Pembina peran serta masyarakat melalui
pendekatan pemeliharaan kesehatan masyarakat desa(PKMD)
5. Mengoordinasikan kegiatan lain seperti kegiatan lintas sektoral
44
BAB 3
PENGKAJIAN KOMUNITAS
Asuhan keperawatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa
STIKES ICME melalui praktik keperawatan dimasyarakat melalui dari
tanggal 04 januari 2016 sampai 16 januari 2016 praktik keperawatan
komunitas ini dilakukan di desa balongbesuk RT 004 RW 02.
3.1 Tahap Persiapan
A. Persiapan tim mahasiswa
1. Menciptakan hubungan yang baik kepada semua anggota tim
mahasiswa.
2. Membina komunikasi yang intens kepada semua anggota tim agar
selalu kompak.
3. Melakukan musyawarah untuk persiapan kegiatan praktika gerontik.
4. Membagi tugas untuk pelaksanaan praktika gerontik.
B. Persiapan lapangan
Melakukan survey tempat praktika gerontik di Desa Balongbesuk RT 04
RW 02 Kecamatan Diwek Jombang.
1. Meminta izin kepada ketua RT untuk melakukan kegiatan praktika di
area lingkup RT 04 RW 02.
2. Melakukan survey area geografi dan demografi kawasan RT 04 RW 02.
3.2 Tahap Pengkajian
1. Data Umum
45
a. Data Geografi
U
Keterangan :
: Masjid : Sawah / Ladang
: Rumah warga RT 04 RW 02 : Pos Kamling
: RT 03 RW 02
: RT 01 RW 02
46
b. Demografi
Wilayah Desa Balongbesuk memiliki 08 RW dan RT 04 dengan :
2) Jumlah penduduk : 200 Jiwa
3) Jumlah KK : 63 KK
4) Komposisi Penduduk
Hasil pengolahan data yang berdasarkan angket, wawancara
dan observasi terlihat pada diagram berikut :
1. Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 3.1 Proporsi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di
RT04/ RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang Bulan Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa
sebagian besar penduduk berjenis kelamin laki-laki, yaitu 55%
47
2. Proporsi Penduduk Berdasarkan Usia
Gambar 3.1 Proporsi Penduduk Berdasarkan Usia di RT04/
RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang Bulan Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar penduduk berusia 18-<45, yaitu 40%.
3. Proporsi Penduduk berdasarkan KK
Gambar 3.3 Proporsi Penduduk Berdasarkan hubungan dalam
KK RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang Bulan Desember
Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar penduduk sebagai anggota keluarga, yaitu 78%
48
4. Proporsi Penduduk berdasarkan Status Perkawinan
Gambar 3.4 Proporsi Penduduk Berdasarkan status perkawinan
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang Bulan Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar penduduk berstatus janda /duda , yaitu 50%
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar penduduk stataus perkaawina janda/duda 56%
5. Proporsi Penduduk Berdasarkan AgamaGambar 3.5 Proporsi Penduduk Berdasarkan Agama
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang Bulan Desember Tahun 2015
49
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data seluruh penduduk beragama islam , yaitu 100%
6. Proporsi Penduduk Berdasarkan Suku
Gambar 3.6 Proporsi Penduduk Berdasarkan suku RT04/RW02
Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang Bulan Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh penduduk bersuku jawa, yaitu 100%
7. Proporsi Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Gambar 3.7 Proporsi Penduduk Berdasarkan pendidikan
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang Bulan Desember Tahun 2015
50
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa
sebagian besar penduduk berpendidikan SD, yaitu 26%
sehingga rendahnya dalam penyerapan informasi.
8. Proporsi Penduduk berdasarkan Pekerjaan
Gambar 3.8 Proporsi Penduduk Berdasarkan pekerjaan
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang Bulan Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa
sebagian besar penduduk tidak bekerja , yaitu 26%
dikarenakan sebagian masih balita dan lansia
9. Proporsi Keluarga Berdasarkan Pendapatan
Gambar 3.9 Proporsi Keluarga Berdasarkan Pendapatan (Per
KK) RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
51
Diwek Kabupaten Jombang Bulan Desember
Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK Berpandapatan kurang dari 1 juta , yaitu 80%
10. Proporsi Keluarga Berdasarkan Pengeluaran
Gambar 3.10 Proporsi Keluarga Berdasarkan Pengeluaran (Per
KK) RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang Bulan Desember
Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK berpendapatan < 1 juta , yaitu 80%
11. Proporsi Penduduk Berdasarkan penyakit 6 bulan terakhir
Gambar 3.11 Proporsi Penduduk Berdasarkan penyakit 6 bulan
terakhir RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Bulan
Desember Tahun 2015
52
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar penduduk mengalami ISPA , yaitu 36%
1) Data Khusus
a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Hasil pengolahan data yang berdasarkan angket, wawancara
dan observasi terlihat pada diagram berikut :
12. Proporsi PUS yang menjadi akseptor KB berdasarkan jenis
Kontrasepsi yang dipakai
Gambar 3.12 Proporsi PUS yang menjadi akseptor KB
berdasarkan jenis Kontrasepsi yang dipakai
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang Bulan Desember
Tahun 2015.
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar PUS menjalani program KB suntik, yaitu 44%
53
13. Proporsi PUS yang mempunyai keluhan
Gambar 3.13 Proporsi PUS yang mempunyai keluhan
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang Bulan Desember
Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar PUS Tidak ada keluhan , yaitu 100%
14. Proporsi balita berdasarkan BB di KMS
Gambar 3.14 Proporsi balita berdasarkan BB di KMS
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
54
Diwek Kabupaten Jombang Bulan Desember
Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa
sebagian besar Balita hasil KMS hijau yaitu 47 %
15. Proporsi balita berdasarkan minum ASI EkslusifGambar 3.15 Proporsi balita berdasarkan minum ASI Ekslusif
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang Bulan Desember
Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh balita minum ASI ekslusif, yaitu 100%
16. Proporsi balita berdasarkan imunisasiGambar 3.16 Proporsi balita berdasarkan imunisasi
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang Bulan Desember
Tahun 2015
55
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa
sebagian besar balita sudah mendapatkan imunisasi lengkap,
yaitu 85% dan sebagian kecil balita belum mendapatkan
imunisasi lengkap yaitu 15% dikarenakan umur balita belum
mencukupi
17. Proporsi balita berdasarkan keikutsertaan dalam imunisasi
Gambar 3.17 Proporsi balita berdasarkan keikutsertaan dalam
imunisasi RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Bulan
Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh balita
rutin dalam mengikuti posyandu, yaitu 100%
18. Proporsi Balita berdasarkan pemberian vit A
Gambar 3.18 Proporsi Balita berdasarkan pemberian vit A
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang Bulan Desember
Tahun 2015
56
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh balita rutin dalam pemberian vit A, yaitu 100%.
19. Proporsi balita berdasarkan konsumsi MP ASI
Gambar 3.19 Proporsi balita berdasarkan konsumsi MP ASI
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang Bulan Desember
Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa
sebagian kecil balita yang diberikan MP ASI <6 bulan yaitu
40% dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu
20. Proporsi anak sekolah berdasarkan status gizi
57
Gambar 3.20 Proporsi anak sekolah berdasarkan status gizi
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang Bulan Desember
Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa
anak yang berstatus izi baik dan cukup sama besar , yaitu 60%
21. Proporsi anak sekolah berdasarkan kebiasaan gosok gigi
Gambar 3.21 Proporsi anak sekolah berdasarkan kebiasaan
gosok gigi RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Bulan
Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh anak sekolah rutin menggosok gigi 100 %
22. Proporsi anak sekolah berdasarkan pernah tidaknya
mengalami sakit gigi
Gambar 3.22 Proporsi anak sekolah berdasarkan pernah tidaknya
mengalami sakit gigi RT04/RW02 Desa
58
Balongbesuk Kecamatan Diwek Kabupaten
Jombang Bulan Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan seluruh Anak sekolah tidak pernah mengalami sakit gigi , yaitu 100%
23. Proporsi anak sekolah berdasarkan tidak naik kelas
Gambar 3.23 Proporsi anak sekolah berdasarkan tidak naik kelas
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang Bulan Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh anak sekolah tidak pernah tinggal kelas , yaitu 100 %
Hasil pengolahan data yang berdasarkan angket, wawancara dan observasi
terlihat pada diagram berikut :
59
24. Proporsi anak sekolah berdasarkan kenakalan Remaja
Gambar 3.24 Proporsi anak sekolah berdasarkan kenakalan
Remaja RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Bulan
Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa
sebagian besar remaja merokok , yaitu 75%
25. Proporsi Remaja berdasarkan keikutsertaan dalam organisasi
Gambar 3.25 Proporsi Remaja berdasarkan keikutsertaan dalam
organisasi RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Bulan
Desember Tahun 2015
60
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh remaja tidak aktif dalam organisasi , yaitu 100% kurangnya kemauan remaja
Hasil pengolahan data yang berdasarkan angket, wawancara dan
observasi terlihat pada diagram berikut :
26. Proporsi Keluarga Berdasarkan Status Rumah
Gambar 3.26 Proporsi Keluarga Berdasarkan Status Rumah
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang Bulan Desember
Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh KK status rumah sendiri, yaitu 100
27. Proporsi Jenis Rumah
Gambar 3.27 Proporsi Jenis Rumah RT04/RW02 Desa
Balongbesuk Kecamatan Diwek
KabupatenJombang Bulan Desember Tahun 2015
61
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh KK memiliki jenis rumah permanen , yaitu 100%
28. Proporsi Rumah Berdasarkan lantai
Gambar 3.28 Proporsi Rumah Berdasarkan lantai RT04/RW02
Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
KabupatenJombang Bulan Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK memiliki lantai aman, yaitu 62%
29. Proporsi Rumah Berdasarkan Ventilasi
Gambar 3.29 Proporsi Rumah Berdasarkan Ventilasi
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
KabupatenJombang Bulan Desember Tahun 2015.
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK memiliki ventilasi > 10 , yaitu 60 %
62
30. Proporsi Keluarga Berdasarkan Luas Rumah 8m2/org
Gambar 3.30 Proporsi Keluarga Berdasarkan Luas Rumah
8m2/org Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
KabupatenJombang Bulan Desember Tahun 2015.
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh KK memiliki luas rumah 8m/orang , yaitu 100%
31. Proporsi Keluarga Berdasarkan Sumber Air Bersih
Gambar 3.31 Proporsi Keluarga Berdasarkan Sumber Air Bersih
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
KabupatenJombang Bulan Desember Tahun 2015.
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh KK menggunakan sumber air bersih dari sumur, yaitu 100%
32. Proporsi Keluarga Berdasarkan Sumber Air Minum
63
Gambar 3.32 Proporsi Keluarga Berdasarkan Sumber Air
Minum RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek KabupatenJombang Bulan
Desember Tahun 2015.
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK air minum dengan dimasak , yaitu 60%
33. Proporsi Keluarga Berdasarkan Jenis Jamban
Gambar 3.33 Proporsi Keluarga Berdasarkan Jenis Jamban
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
KabupatenJombang Bulan Desember Tahun 2015.
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK memiliki jamban leher Angsa , yaitu 87%
34. Proporsi Keluarga Berdasarkan Tempat BAB
Gambar 3.34 Proporsi Keluarga Berdasarkan Tempat BAB
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
KabupatenJombang Bulan Desember Tahun 2015.
64
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa Seluruh KK memiliki WC, yaitu 100%
35. Proporsi Keluarga Berdasarkan Adanya Jentik
Gambar 3.35 Proporsi Keluarga Berdasarkan Adanya Jentik
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
KabupatenJombang Bulan Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK tidak ada jentik jentik , yaitu 79%
36. Proporsi Keluarga Berdasarkan Ada Tidaknya Tempat
sampah
65
Gambar 3.36 Proporsi Keluarga Berdasarkan Ada Tidaknya
Tempat sampah RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek KabupatenJombang Bulan
Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK membuang sampah dengan cara ditimbun , yaitu 71%
37. Proporsi Keluarga Berdasarkan Kondisi Saluran Limbah
Gambar3.37 Proporsi Keluarga Berdasarkan Kondisi Saluran
Limbah RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek KabupatenJombang Bulan
Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK membuang saluran sampah di got , yaitu 80%
38. Proporsi Keluarga Berdasarkan Ada tidaknya Binatang
66
Gambar3.38 Proporsi Keluarga Berdasarkan Ada tidaknya
Binatang RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek KabupatenJombang Bulan
Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian Besar KK memiliki hewan piaraan, yaitu 63%
39. Proporsi Keluarga Berdasarkan Kondisi Kandang Ternak
Gambar3.39 Proporsi Keluarga Berdasarkan Kondisi Kandang
Ternak RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
Diwek KabupatenJombang Bulan Desember Tahun
2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK kondisi kandang kotor , yaitu 25% Dikarenakan kurangnya perawatan kandang
67
40. Proporsi Keluarga Berdasarkan Pemanfaatan Fasyankes
Gambar3.40 Proporsi Keluarga Berdasarkan Pemanfaatan
Fasyankes RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek KabupatenJombang Bulan
Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK lebih memilih ke Klinik , yaitu 60%
41. Proporsi Keluarga Berdasarkan Pemanfaatan Jamkes
Gambar 3.41 Proporsi Keluarga Berdasarkan Pemanfaatan
Jamkes RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek KabupatenJombang Bulan
Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK memanfaatkan jamkes BPJS , yaitu 64%
68
42. Proporsi Keluarga Berdasarkan Kebiasaan CTPS (Cuci
Tangan Pakai Sabun)
Gambar3.42 Proporsi Keluarga Berdasarkan Kebiasaan CTPS
(Cuci Tangan Pakai Sabun) RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek KabupatenJombang Bulan Desember Tahun
2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh KK memiliki kebiasaan CTPS, yaitu 100%
43. Keluarga Berdasarkan Konsumsi Lauk/ Hari
Gambar3.43 Proporsi Keluarga Berdasarkan Konsumsi Lauk/
Hari RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan
Diwek KabupatenJombang Bulan Desember Tahun
2015
69
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh KK mengkonsumsi lauk/hari , yaitu 100%
44. Keluarga Berdasarkan Konsumsi Lauk/ Hari
Gambar3.44 Proporsi Keluarga Berdasarkan Makan Sayur dan
Buah/ Hari RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek KabupatenJombang Bulan
Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh KK Makan Sayur dan Buah/ Hari, yaitu 100%
45. Proporsi Keluarga Berdasarkan Tidak Merokok Dalam
Rumah
Gambar3.45 Proporsi Keluarga Berdasarkan Tidak Merokok
Dalam Rumah RT04/RW02 Desa Balongbesuk
Kecamatan Diwek KabupatenJombang Bulan
Desember Tahun 2015
70
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian KK tidak merokok dalam rumah , yaitu 62%
46. Proporsi Keluarga Berdasarkan Olah Raga/ Hari
Gambar3.46 Proporsi Keluarga Berdasarkan Olah Raga/ Hari
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
KabupatenJombang Bulan Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa sebagian besar KK Tidak Melakukan Olah raga , 54% dikarenakan malas
2) Data Khusus
b. Kesehatan Lansia
Hasil pengolahan data yang berdasarkan angket, wawancara
dan observasi terlihat pada diagram berikut :
47. Proporsi lansia berdasarkan keikutsertaan posyandu
Gambar3.47 Proporsi lansia berdasarkan keikutsertaan posyandu
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
KabupatenJombang Bulan Desember Tahun 2015
71
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa
seluruh Lansia Tidak rutin dlm keikutsertaan posyandu , yaitu
100% Dikarenakan lansia malas datang ke posyandu
48. Proporsi lansia berdasarkan pemeriksaan kesehatan
Gambar3.48 Proporsi lansia berdasarkan pemeriksaan kesehatan
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
Kabupaten Jombang Bulan Desember Tahun 2015
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa
sebagian lansia Tidak rutin Dalam pemeriksaan kesehatan, yaitu
78% dikarenakan kurangnya kesadaran.
49. Proporsi lansia berdasarkan kegiatan social
Gambar3.49 Proporsi lansia berdasarkan kegiatan social
RT04/RW02 Desa Balongbesuk Kecamatan Diwek
KabupatenJombang Bulan Desember Tahun 2015
72
Berdasarkan gambar diatas didapatkan data bahwa seluruh Lansia tidak rutin dalam kegiatan social , yaitu 100% Dikarenakan Malas
1. Fasilitas Umum (Dalam Satu Komunitas)
a. Fasilitas Pendidikan
No Jenis Pendidikan Jumlah
1 TK 2
2 SD 2
3 SMP
4 SMA
5 PT
b. Fasilitas Kesehatan
73
No Jenis Fasilitas Kesehatan Jumlah
1 RS 1
2 PKM
3 Klinik Swasta 2
4 Poskesdes/ Ponkesdes
5 Posyandu Balita 1
6 Posyandu Lansia 1
7 Klinik Alternatif
8 Lain – lain
c. Sarana Kegiatan Kelompok
No Jenis Kegiatan kelompok Jumlah
1 Karang taruna 1
2 PKK 1
3 TPA 1
4 Kegiatan keagamaan 1
5 Lain – lain
d. Sarana Ibadah
No Jenis Tempat Ibadah Jumlah
1 Masjid 1
2 Mushola 3
3 Gereja
4 Vihara
5 Pura
6 Lain – lain
e. Sarana Olah raga
No Tempat Olah Raga Jumlah
74
1 Lap. Sepak Bola 1
2 Lap. Bola Volley 1
3 Lap. Bulu Tangkis 1
4 Lain – lain
f. Tempat Pertemuan
No Tempat Pertemuan Jumlah
1 Balai desa 1
2 Balai Dukuh
3 Balai RW 1
4 Balai RT 1
5 Lain – lain
g. Pusat Kegiatan Ekonomi
No Jenis Jumlah
1 Pasar Tradisional 1
2 Pasar Swalayan 1
3 Toko kelontong 5
4 Warung 5
h. Industri
No Jenis Jumlah
1 Makanan 1
2 Pakaian
3 Sepatu
4 Lain – lain 1
2. Keamanan Dan Transportasi
a. Keamanan
No Fasilitas Keamanan Jumlah
1 Pemadam Kebakaran
75
2 Pos Polisi
3 Poskamling 1
4 Lain – lain
b. Transportasi
No Jenis Jumlah
1 Angkutan Umum
2 Angkutan Pribadi
3. Politik Dan Pemerintah
No Jenis Ada/ Tidak
1 Struktur Organisasi Ada
2 PKK, LKMD, dll Ada
3 Kebijakan yankes Tidak
4. Komunikasi
a. Fasilitas
No Fasilitas Ada/ Tidak
1 Radio Ada
2 TV Ada
3 Telepon/Hp Ada
4 Internet Ada
5 Koran/Majalah Ada
b. Layanan Informasi
76
No Layanan Informasi Ada/ Tidak
1 Radio Ada
2 TV Ada
3 Internet Ada
4 Papan pengumuman Ada
5 Keliling Ada
5. Rekreasi
77
No Fasilitas Ada/ Tidak
1 Wisata alam Ada
2 Kolam renang ada
3 Taman Kota
4 Bioskop
5 Lain – lain
3.3 Tahap Analisa Data
ANALISA DATA PRAKTEK KEPERAWATAN KOMUNITAS
MAHASISWA STIKES INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
DESA BALONGBESUK RT 04 RW O2 KECAMATAN DIWEK
KABUPATEN JOMBANG
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF MASALAH
1 (Kesling)
Warga desa balongbesuk
RT 04 RW 02
mengatakan bahwa jarang
sekali diadakan kegiatan
kerja bakti
(Kesling)
1. Dari hasil pengkajian
didapatkan 25% keadaan
kandang ternak kotor dan
25% keadaan kandang
bersih
2. Dari hasil pengkajian
didapatkan 80% warga
saluran limbah di got.
3. Berdasarkan pengkajian
penyakit 6 bulan terakhir
didapatkan 36% warga
menderita ISPA,
4. Berdasarkan pengkajian
didapatkan 29% warga
membuang sampah
dengan cara di bakar
Resiko pemeliharaan
kesehatan lingkungan
2 (Remaja)
Warga mengatakan
bahwa remaja di RT 04
RW 02 tidak aktif dalam
berorganisasi
(Remaja)
1. Jumlah Remaja di Desa
Balongbesuk RT04 RW02
sebanyak 20 orang
2. Semua Remaja tidak aktif
dalam organisasi Karang
Taruna
3. Dari hasil pengkajian
kenakalan remaja
didapatkan 75% remaja
merokok
Penyalahgunaan Rokok
78
4. Dari hasil pengamatan
didapatkan bahwa hampir
seluruh remaja sibuk main
game dan menggunakan
media social.
3 (Lansia)
Kelompok lansia
mengatakan posyandu
lansia di desa
balongbesuk RT 04 RW
02 tidak berjalan
Kelompok lansia
mengatakan banyak yang
mengeluh kakinya linu –
linu
Kelompok lansia
mengatakan bahwa
kepala sering pusing dan
tidak tau penyebabnya
(Lansia)
1. Dari hasil pengkajian
lansia tidak rutin dalam
mengikuti kegiatan sosial
2. Mayoritas lansia tidak
mengetahui penyebab dari
keluhannya
3. Dari hasil pengkajian
fungsi fisiologis kepala
diketahui 45% lansia
mengeluh pusing dan gatal
– gatal pada kulit kepala
sebanyak 30%
4. Mayoritas penduduk RT
04 RW 02 bekerja sabagai
buruh lem triplek
ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan
pada lansia
79
3.4 Tahap Penapisan masalah
SELEKSI ( PENAPISAN )
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
DESA BALONGBESUK RT 04 RW O2 KECAMATAN DIWEK
KABUPATEN JOMBANG
MASALAH KESEHATAN / DIAGNOSA
KEPERAWATAN KOMUNITAS
KRITERIA PENAPISAN
JUMLAH
SKORE
Sesu
ai D
enga
n
Pera
n Pe
raw
at
Kom
unita
s
Res
iko
Tin
ggi
Res
iko
Para
h
Pote
nsi U
ntuk
Pend
idik
an
Inte
rest
Kom
unita
sK
emun
gkin
an
Dia
tasi
Rel
evan
Den
gan
Prog
ram
Tersedia sumber
Tem
pat
Wak
tu
Dan
a
Fasi
litas
Sum
ber
Day
a
Resiko pemeliharaan kesehatan lingkungan 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 3 35
Penyalahgunaan rokok 3 2 1 3 3 3 2 4 3 2 2 2 30
Resiko ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
pada lansia2 3 3 3 3 2 2 1 1 1 2 2 25
KETERANGAN :
1= SANGAT RENDAH 4= TINGGI
2 = RENDAH 5= SANGAT TINGGI
3 = SEDANG
80
PRIORITAS MASALAH
NO MASALAH SCORE
1 Resiko pemeliharaan kesehatan lingkungan 35
2 Penyalahgunaan rokok 30
3 Resiko ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada
lansia
25
81
BAB 4
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Resiko pemeliharaan kesehatan lingkungan
2. Penyalahgunaan rokok
3. Resiko ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia
82
BAB 5
RENCANA KEPERAWATAN KOMUNITAS
DESA BALONGBESUK RT 04 RW O2 KECAMATAN DIWEK
KABUPATEN JOMBANG
No
Masalah
Keperawatan
Komunitas
Sasaran Tujuan StrategiRencana
Kegiatan
Hari/
TanggalTempat
Evaluasi
Kriteria Standar
1 Resiko
pemeliharaan
kesehatan
lingkungan
Lingkungan Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2 minggu diharapkan
masyarakat Desa
Balongbesuk RT04
RW02
mampu :
1. Menjaga
kebersihan
lingkungan
2. Membuang
sampah pada
Komunikasi
Informasi
Edukasi
1. Pembentukan
Pokja kesling
2. Sosialisasi
pada
masyarakat
tentang
pembuangan
limbah pada
tempatnya
3. Pemeriksaan
jentik – jentik
nyamuk pada
04 Januari
2016
Lingkung
an RT04
RW02
Psikomotor Terjalin
kerjasama
antara
puskesmas dan
pokja kesling
dalam
pelaksanaan
pemeliharaan
lingkungan.
Berikan
penyuluhan
tentang PHBS
Berikan
83
2 Penyalahgunaan
rokok
Remaja
tempatnya
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2 minggu diharapkan
remaja Desa
Balongbesuk Rt 04
Rw O2
mampu :
1) Berperan
aktif dalam
Komunikasi
Informasi
Edukasi
rumah warga
4. Pendidikan
kesehatan
(memberikan
5. himbauan
kepada
masyarakat
tentang
kebersihan
lingkungan)
1. Pembentukan
Pokja remaja
2. Mengadakan
penyuluhan
tentang rokok
3. Mengadakan
kegiatan
06 Januari
2016
Lapangan Psikomotor
penyuluhan
tentang CTPS
Terjalin
kerjasama untuk
membersihkan
lingkungan setia
seminggu
sekali.
Memberikan
penyuluhan
pentingnya
menjaga
kebersihan
lingkungan
Terbentuknya
Pokja remaja
Kegiatan dapat
berjalan dengan
baik dan lancar
Terjalin
kerjasama antar
remaja agar
84
3 Resiko
ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan pada
lansia
Balai Desa
kegiatan Karang
Taruna
2) Melakukan
kegiatan yang
bermanfaat bagi
remaja di desa
Balongbesuk
RT04 RW02
Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2 minggu diharapkan
masyarakat Desa
Balongbesuk RT04
RW02
mampu :
1. Lebih peduli dan
menjaga
Komunikasi
Informasi
Edukasi
olahraga
4. Melakukan
kegiatan
kerajinan
tangan
5. Mengadakan
acara diba’an
1. Pembentukan
pokja lansia
2. Sosialisasi
pada lansia
pentingnya
pemeriksaan
tekanan darah
secara rutin
3. Mengadakan
kegiatan tensi
08 Januari
2016
Rumah
ketua RT
Psikomotor
melaksanakan
kegiatan dengan
kompak
Kegiatan
Karang Taruna
selanjutnya
tetap berjalan
dengan baik dan
rutin
Terbentuknya
Pokja Lansia
Adanya
posyandu lansia
Pemeriksaan
tekanan darah
secara rutin
Melaksanakan
senam lansia 1
minggu sekali
Terjalin
kerjasama
85
kesehatan
2. Rutin melakukan
senam lansia
3. Mengikuti
posyandu lansia
gratis
4. Mengadakan
senam lansia
antara lansia
dan pokja lansia
dalam
pelaksanaan
pemeliharaan
kesehatan
86
PLAN OF ACTION
NO MASALAH RENCANA KEGIATANPENANGGUNG
JAWAB
WAKTU
KEGIATAN
TEMPAT
KEGIATANDANA SUMBER
1
2
Resiko pemeliharaan
kesehatan
lingkungan
Penyalahgunaan
rokok
1. Pembentukan Pokja kesling
2. Sosialisasi pada masyarakat
tentang pembuangan limbah
pada tempatnya
3. Pemeriksaan jentik – jentik
nyamuk pada rumah warga
4. Pendidikan kesehatan
(memberikan himbauan
kepada masyarakat)
1. Pembentukan Pokja Remaja
2. Menyediakan tempat untuk
kegiatan penyuluhan rokok
3. Menyediakan tempat
pelaksanaan kegiatan
olahraga
4. Menyediakan tempat
pelaksanaan kegiatan
Hidayaturrahman
Abdul Latief
04 Januari
2016
07 Januari
2016
Lingkungan
RT04 RW02
Rumah Ketua
RT
Iuran
mahasiswa
dan dana
sukarelawan
Iuran
mahasiswa
dan dana
sukarelawan
Iuran
mahasiswa dan
dana
sukarelawan
Iuran
mahasiswa dan
dana
sukarelawan
87
3 Resiko
ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan pada lansia
keterampilan
5. Menyediakan tempat
pelaksanaan kegiatan
diba’an
6. Sosialisasi pada remaja
tentang manfaat kegiatan
karangtaruna
1. Pembentukan pokja lansia
2. Melaksanakan tensi gratis
3. Melaksanakan senam lansia
4. Penyuluhan tentang lansia
yang menderita penyakit
kronis
Khurrotul aini 27 Desember
2015
Rumah ketua
RT
Iuran
mahasiswa
dan dana
sukarelawan
Iuran
mahasiswa dan
dana
sukarelawan
88
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas telah dilaksanakan oleh mahasiswa Stikes Icme Jombang Desa Balongbesuk Rt 04 Rw O2 Kecamatan
Diwek Kabupaten Jombang berlangsung mulai dari Tanggal 4 Januari 2016 , yang meliputi:
1. Pengkajian komunitas.
2. Analisa data.
3. Diagnosa keperawatan komunitas.
4. Rencana keperawatan komunitas.
6.2 Saran
Dengan dilaksanakannya kegiatan – kegiatan yang telah direncanakan dan sudah djalankan tersebut sehingga terjadi perubahan yang
lebih baik dan kemajuan yang signifikan untuk Desa Balongbesuk utamanya RT 04 RW 02.
Kesling:
1. Diharapkan warga memiliki kesadaran dalam pembuangan sampah.
2. Dalam pembakaran sampah di usahakan jaraknya jauh dari rumah dan pintu/jendela dtutup saat proses pembakaran.
3. Diharapkan diadakan kerja bakti 1 inggu 1x.
Remaja :
Diharapkan remaja aktif dalam kegiatan karangtaruna dan mengadakan kegiaatan yang bermanfaat.
Lansia :
Diharapkan para lansia konsultasi kesehatan secara rutin, aktif mengikuti senam lansia.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ferry Efendy dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Anderson, Elizabeth T dan Judith McFarlance. 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori dan Praktik. Ed. 3. Jakarta: EGC
Mubarak, W, I, Santoso, B, A, Rosikin, K & Patonah, S. (2006). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori & Aplikasi Dalam Praktik Dengan
Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik dan Keluarga.Jogjakarta : Sagung Seto.
Ali, Z. (2009). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Internasional, NANDA, Herman, T, Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan dan Klasifikasi. (2012-2014). Jakarta : EGC.
Jhonson, R & Leni, R. (2010). Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika.
Latif, A. (2012). Obat Tradisional. Jakarta : EGC.
Mubarak, W, I. (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jogjakarta : Sagung Seto.
90