Tanggapan Laporan Masyarakat Kepulan Asap dari dalam Tanah di Gedangsari GunungKidul
Bersama ini kami sampaikan tanggapan atas laporan masyarakat adanya kepulan asap di Desa
Sampang, Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul. Informasi awal adanya fenomena tersebut
berasal dari Babinsa Sampang, Bpk. Sertu Sri Haryoto, serta pengecekan lapangan telah
dilakukan oleh Pasopati 13 bersama TRC BPBD Gunung Kidul, Bpk. Kusmiyanto. Berdasarkan
laporan tersebut maka Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi
(BPPTKG), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi
membentuk tim untuk melakukan tinjauan lapangan. Berdasar hasil penyelidikan di lapangan
oleh tim penyelidikan lapangan dan hasil analisis laboratorium BPPTKG-PVMBG, Badan Geologi
melaporkan sebagai berikut:
1. Lokasi dan waktu kejadian
Semburan uap panas terjadi di pekarangan BapakTrisno Wiyono, Dusun Kayeng, Desa
Sampang, Gedangsari, Kabupaten GunungKidul. Semburan bermula pada saat Bapak
Trisno Wiyono menggali lubang di halamannya untuk menanam suatu tanaman. Uap
panas muncul dari lubang tersebut pada pukul 5.30 Kamis 16 Februari 2017.
Posisigeografi: S 07°.48'.413" dan E 110°.33'. 328" dengan tinggi tempat sekitar ± 247 m
dpl.
2. Dampak semburan uap panas
Area yang terkena sekitar 3 m dari titik munculnya uap panas.
3. Hasil tinjauan lapangan
a. Kegiatan lapangan yang dilakukan
Tim sampai di lapangan pada hari Jum’at tanggal 17 Februari 2017, sehari setelah
kejadian semburan uap panas.
Tim melakukan pengamatan di tempat titik keluarnya uap panas dan lingkungan
yang ada disekitarnya. Selain itu tim juga melakukan pengukuran suhu, gas serta
pengambilan sampel air dan gas, sebagaimana gambar terlampir. Pengukuran suhu
dilakukan pada titik semburan dan beberapa titik secara menjauh dari titik
semburan tersebut. Pengukuran dan sampling gas dilakukan pada titik semburan
dan area yang ada disekitarnya, sedangkan sampel air diambil dari kondensasi uap
yang disemburkan serta sumur terdekat yang akan digunakan sebagai pembanding
air hasil semburan.
b. Hasil pengamatan lapangan dan analisis laboratorium
Pada saat tim sampai di lapangan, beberapa perangkat desa dan instansi terkait
(Dukuh setempat, Babinsa, BPBD, PLN) sudah melakukan peninjauan di lapangan.
Selain itu juga sudah dilakukan pemasangan pipa kira-kira setinggi 4 meter pada titik
semburan oleh masyarakat bersama-sama aparat setempat.
Hasil pengukuran suhu tanah, di titik semburan sebesar 68 oC. Pengukuran pada
diameter 3 m dari titik semburan suhu terjadi penurunan mulai dari 50 oC sampai 30 oC. Gambar terlampir. Sedangkan hasil pengukuran gas dengan sensor gas “Drager”
menunjukan nilai tertinggi gas CO2 sebesar 1,2%mol.
Berdasar informasi dari penduduk setempat, area tempat keluarnya uap panas
tersebut merupakan area bekas kolam/kubangan yang dulu digunakan untuk
merendam pengawetan bahan bangunan. Karena sudah tidak terpakai lagi, kolam
tersebut kemudian ditimbun dengan berangkal dan tanah bagian permukaan.
Setelah itu pada area tersebut didirikan bangunan dan ada penanaman arde listrik
diarea tersebut. Dalam pemasangan arde ternyata terjadi kekeliruan dalam
interkoneksi yang seharusnya kabel yang ada arusnya terpasang di arde. Akibat
kesalahan pemasangan arde tersebut, arde berubah fungsi menjadi pemanas.
Karean area tersebut merupakan bekas kolam, kemungkinan air permukaan diarea
tersebut terjebak dalam kolam. Banyak kandungan air dalam kolam dan terpanasi
oleh arde yang terpasang, maka kemungkinan panas berasal dari kasus tersebut
diatas. Hal ini terjadi sudah cukup lama yaitu sejak beberapa saat setelah terjadi
gempa tahun 2006. Setelah kejadian tersebut arde yang terpasang langsung dilepas.
Sehingga diharapkan dalam beberapa waktu panas dan uap panas akan menurun.
Air dan gas dari semburan uap panas telah selesai di analisis komposisi dan isotop
air-nya di laboratorium Geokimia BPPTKG. Hasil analisis dan pembahasan terdapat
pada lampiran. Hasil pengukuran parameter fisika yaitu daya hantar listrik
memeberikan nilai yang kecil yaitu sebesar 230,33 µmhos/cm, demikian pula dengan
komposisi anion Cl-, SO42-, dan HCO3-, menghasilkan nilai yang kecil. Berdasar hasil
analisis tersebut uap yang disemburkan merupakan uap air permukaan. Hal ini
diperkuat dengan hasil analisis isotop stabil air(18
O dan 2H). Adapun komposisi gas
semburan uap panas didominasi oleh uap air (H2O), diikuti oleh N2, O2+Ar, CO2, NH3,
dan HCl. Perbandingan gas O2+Ar dan N2 adalah sekitar 1:3,7 yang merupakan
komposisi udara atmosfer (komposisi di atmosfer N2:78%, O2: 20,95%). Komposisi
CO2 sebesar 5,4% merupakan kadar yang wajar dijumpai di tanah.
4. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
- Berdasar hasil analisis di laboratorium baik sampel air maupun gasnya serta
penyelidikan di lapangan menunjukkan bahwa semburan uap panas berasal dari air
permukaan yang terpanaskan. Bersamaan dengan terlepasnya uap air dan tidak ada
pemanasan lagi, uap panas tersebut akan berhenti dengan sendirinya.
Saran
- Dengan hasil yang menunjukkan bahwa semburan uap panas berasal dari air
permukaan yang terpanaskan, maka masyarakat diharapkan tidak perlu panik.
- Untuk menghindari bahaya uap panas makan tindakan masyarakat dan aparat
setempat sudah tepat, dengan melokalisir semburan panas dengan memasang pipa
keatas, sehingga gas dan uap panas diharapkan akan terencerkan dengan udara
disekitarnya dan mengurangi bahaya yang ada.
- Warga dihimbau untuk tidak mendekat sampai pada radius 3 m dari titik keluarnya
uap panas.
Lampiran:
Analisis Kimia Air dan Gas atas laporan semburan uap panas di Gunung Kidul
Analisis terhadap sampel air dan gas telah dilakukan di laboratorium Geokimia Balai
Penyelidikan dan pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi. Analisis sampel air meliputi
analisis kimia anion dan analisis isotop stabil 18O dan 2H menggunakan water stable isotop
analyzer Picarro L-2130-I.Hasil analisis kimia air dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Hasil analisis kimia air
Kode Contoh
Nama Contoh
Cl (mg/L)
SO42-
(mg/L) HCO3- (mg/L)
F- (mg/L)
pH lab DHL (µmhos/cm)
037/A/2017 Gunung Kidul, Sumur P. Trisno
7.54 11.88 247.26 0.36 7.44 361.33
038/A/2017 Gunung Kidul, Semburan Uap GK
29.277 18.48 93.66 1.56 7.27 230.33
Berdasarkan hasil pengukuran, air dari semburan uap Gunung Kidul memiliki pH yang
netral dengan Daya Hantar Listrik (DHL) yang relatif kecil, yakni 230,33 µmhos/cm. Daya hantar
listrik yang relatif rendah ini mengindikasikan kandungan ion terlarut yang kecil pula, yang
wajar dijumlai dalam mata air dingin, sumur, dan sumber air minum. Hasil analisis anion Cl-,
SO42-, dan HCO3
- juga tampak bahwa ion HCO3- memiliki proporsi relatif yang dominan.
Keberadaan HCO3- yang dominan ini mengindikasikan bahwa air tersebut merupakan air
permukaan. Menurut Todd, D.K,2013, fresh groundwater (air tanah tawar) juga dapat terlihat
dari perbandingan klorida terhadap bicarbonat yang memiliki nilai kurang dari 0,51.
Selain analisis kimia anion, dilakukan pula analisis isotop stabil air(18O dan 2H) terhadap
sampel uap air yang keluar dari semburan. Dianalisis pula sampel air sumur penduduk sekitar
sebagai pembanding. Melalui pendekatan metode isotop stabil ar ini dapat digunakan untuk
mempelajari asal/sumber dari air. Hal ini karena komposisi isotop ini memiliki nilai yang khas
dan perubahan komposisinya dapat mengindikasikan proses fisikokimia yang mungkin terjadi.
Hasil dari analisis isotop stabil air terhadap sampel terlihat pada tabel 2 berikut.
1TODD, D. K., Groundwater Hydrology,2nd edition, john Willey & SonsInc., New York (1980).
Tabel 2. Hasil analisis isotop air
NAMA CONTOH δ18O δD Unit
Gunung Kidul, Sumur P. Trisno -6.5 -40.1 ‰ vs.
VSMOW
Gunung Kidul, Semburan Uap GK -4.8 -33.9 ‰ vs.
VSMOW
Gunung Kidul, Air gas -2.4 -17.2 ‰ vs.
VSMOW
Grafik hubungan antara komposisi isotop 18O dan 2H merupakan pendekatan yang umum
digunakan dalam interpretasi fenomena asal dari air tersebut. Grafik tersebut dapat terlihat
pada gambar 1 berikut.Pada Gambar, titik A, B, dan C merupakan sampel air yang diambil dari
lokasi tanggap darurat. Garis hijau dengan persamaan δD = 7,978δ18O + 8,423 merupakan garis
meteorik lokal Gunung Kidul dari sampel yang telah dikumpulkan oleh Satrio dan Paston
Sidauruk2. Tampak bahwa titik-titik sampel berada di sepanjang garis meteorik lokal, yang
menunjukkan bahwa air semburan merupakan air meteorik.
Gambar 1 Grafik δ18O vs δD sampel air Gunung Kidul
2Satrio dan Paston Sidauruk, 2015, Studi Daerah Imbuh Sistem Air Sungai Bawah TanahGunungkidul—Yogyakarta
Menggunakan Isotop Stabil δ18
Odan δ2H, Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi, Vol. 11 No. 2 Desember 2015,
Jakarta,ISSN 1907-0322
Tabel 3. Hasil analisis Gas
semburan gunung kidul-
tb1 (% mol)
semburan gunung kidul-tb2 (% mol)
He: 0.000 0.000
H2: 0.000 0.000
O2+Ar: 5.402 5.866
N2: 20.096 21.666
CH4: 0.000 0.000
CO: 0.000 0.000
CO2: 5.349 5.415
SO2: 0.000 0.000
H2S: 0.000 0.000
HCl: 0.017 0.021
NH3: 0.046 0.035
HF: 0.000 0.000
H2O: 69.089 66.997
Total: 100.000 100.000
Selain sampling air untuk analisis kimia air dan isotop H2O, dilakukan pula sampling gas
untuk mengetahui komposisi gas dalam semburan uap panas. Pengambilan contoh gas
dilakukan sebanyak 2 kali.Hasil analisis gas tampak pada tabel 3. Tampak komposisi gas
semburan uap panas didominasi oleh uap air (H2O), diikuti oleh N2, O2+Ar, CO2, NH3, dan HCl.
Tampak dalam tabel bahwa perbandingan gas O2+Ar dan N2 adalah sekitar 1:3,7 yang
merupakan komposisi udara atmosfer (komposisi di atmosfer N2:78%, O2: 20,95%). Komposisi
CO2 sebesar 5,4% merupakan kadar yang wajar dijumpai di tanah (CO2 dalam udaratanah
biasanya diantara 0.1 dan 5 dan dapat mencapai hampir 20 %).
Kondisi Geologi Area Semburan Uap Panas
Secara administrative lokasi daerah keluarnya air panas terletak di dusun Kayen, Desa
Sampang ,Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul bagian utara-timur yang berbatasan
dengan kabupaten Klaten. Dan secara geografis terletak pada koordinat S 07°.48'.413" dan E
110°.33'. 328". dengan tinggi tempat sekitar ± 247 m dpl.
Geomorfik
Geomorfologi daerah air panas berupa perbukitan Homoklin dan perbukitan Volkanik.
Perbukitan homoklin terletak dibagian utara yang membentuk perbukitan yang memanjang
dengan arah relatif barat timur. Sedangkan perbukitan dengan pola pengaliran yang
berkembang yaitu dengan pola dendritik dengan stadia geomorfologi yang telah mencapai
muda-dewasa.
Geologi
Dari hasil pengamatan di lokasi air panas batuan penyusun terdiri dari perlapisan
batupasir halus dengan batupasir sedang, membentuk struktur perlapisan, kompak dan massif.
Kemudian secara selaras diatasnya diendapkan batulanau yang cukup tebal, dengan ketebalan
± 3 - 4 meter, struktur massif dan agak kompak (gambar 2)
Gambar 2: Endapan batulanau dengan sisipan batulempung yang telah dipotong untuk lahan rumah dengan arah dan kemiringan N 110° E/12°. ( lokasi dekat pusat air panas)
Kemudian diatas batu lanau diendapkan secara selaras perselingan batulanau dengan
batu lempung dengn tebal batu lanau ± 8-12 cm massif kompak, sedangkan batu lempung tipis
dengan ketebalan dibawah ± 1cm yang membentuk bidang perlapisan batuan. Berdasarkan
hasil pengukuran arah dan kemiringan batuan di lokasi air panas didapat dengan arah secara
umum sekitar N 110° E, sedangakan kemiringan batuan sekitar 12°. Di lokasi air panas pada
bagian permukaan didominasi oleh batuan perselingan batulanau dengan batu lempung,
(gambar 3). Sedangkan struktur geologi yang berkembang adalah struktur kekar dengan arah
umum antar N 115° E - N 135°E (gambar 4).
Gambar 3: Perselingan batupasir halus dengan kasar, merupakan endapan bagian bawah di daerah keluarnya mata air panas.
Gambar 4:. Struktur kekar dengan arah umum antara N 115° E - N 135°E
Foto-foto kegiatan:
Pengukuran gas dengan Detector Gas “Drager” pada titik semburan uap panas
Pengambilan sampel gas untuk di lakukan analisis komposisi di Laboratorium BPPTKG
Pengukuran suhu disekitar area titik semburan uap panas
Foto pengambilan sampel air gas gas serta pengukuran suhu di area titik semburan uap panas
dan sekitarnya. Analisis air yang di lakukan adalah analisis komposisi dan isotope air untuk
mengetahui jenis air uap yang dikeluarkan.