Download - TANYA JAWAB.doc
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sering kurang diperhatikan
oleh semua pihak di lingkungan sekolah, baik guru maupun siswa. Mata pelajaran
PKn dianggap terlalu banyak menghafal, banyak membaca. Sehingga banyak siswa
yang merasa jenuh dengan materi mata pelajaran ini.
Kondisi tersebut sering diperparah oleh keadaan bahwa siswa merasa
kurang tertarik, menganggap mudah, dan menganggap pelajaran yang menjemukan.
Keberadaan mata pelajaran PKn sering dianggap kurang bermanfaat bagi siswa. Sejak
mata pelajaran PKn tidak termasuk mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Akhir
Nasional, maka semakin dianggap tidak berarti bagi siswa.
Metode mengajar menjadi salah satu bagian yang ikut memperburuk pan-
dangan berbagai pihak tentang mata pelajaran PKn. Terlebih lagi jika mata pelajaran
ini disampaikan dengan cara-cara yang kurang menarik. Penggunaan metode menga-
jar yang monoton, kurang variasi akan semakin memperparah keadaan. Kejenuhan
siswa akan lebih cepat muncul dalam kondisi seperti ini.
Kondisi seperti di atas merupakan bukti bahwa siswa memiliki motivasi
yang rendah dalam kegiatan pembelajaran, terutama pelajaran PKn. Dengan motivasi
yang rendah, sangat sulit bagi guru maupun siswa untuk dapat mencapai tujuan pem-
belajaran yang diharapkan.
1
1
Oemar Hamalik (1992:173) menyebutkan tentang motivasi bahwa “Suatu
masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan,
dan mengontrol minat-minat”. Minat belajar anak harus dapat ditumbuhkan dalam
setiap proses belajar mengajar. Minat belajar yang tinggi akan sangat berpengaruh
terhadap peran serta atau aktifitas anak dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Proses membangkitkan minat belajar, mempertahankan minat belajar dan mengon-
trol minat belajar menjadi bagian yang sangat penting dalam proses belajar mengajar.
Jadi tanpa motivasi belajar yang memadai, sangat sulit bagi pihak-pihak yang terkait
dengan pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Motivasi belajar siswa dapat berasal dari dalam dirinya maupun dari luar
dirinya. Kecerdasan, cita-cita atau harapan, kesenangan merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa yang dapat menumbuhkan minat belajar yang tinggi.
Kondisi lingkungan, metode mengajar, waktu belajar merupakan faktor-faktor yang
berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi minat belajar. Jika faktor-faktor
yang mempengaruhi tersebut dalam kondisi baik, maka minat belajar siswa juga
semakin tinggi. Namun jika faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut kondi-sinya
kurang kondusif, maka motivasi belajar siswa juga akan rendah.
Keadaan tersebut juga terjadi pada siswa SMP Negeri 3 Ngunut,
Kabupaten Tulungagung. Dalam mata pelajaran PKn, juga kurang mendapat
perhatian yang serius dari siswa, khususnya siswa kelas IX-A. Motivasi belajar siswa
sangat rendah. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (1) mata
pelajaran PKni diberikan pada jam pelajaran terakhir; (2) siswa merasa kurang
2
tertarik pada pelajaran PKn; (3) siswa sulit untuk menguasai materi pelajaran; (4)
kondisi in-put siswa relatif rendah.
SMP Negeri 3 Ngunut, Kabupaten Tulungagung merupakan salah satu
sekolah yang berada di pinggiran kota. Siswa banyak yang kurang berminat terhadap
mata pelajaran PKn. Pada siswa kelas IX-A, mata pelajaran PKn diberikan pada jam
pelajaran terakhir. Kondisi siswa yang sudah merasa lelah, mengantuk, lapar, jenuh
selalu muncul setiap kali menerima pelajaran. Sikap siswa terhadap mata pelajaran
PKn masih relatif kurang. Sehingga siswa semakin sulit untuk dapat menguasai
materi pada mata pelajaran PKn.
Guru telah menggunakan berbagai metode mengajar, agar siswa tertarik
dengan pelajaran ekonomi dan dapat mengikuti dengan baik. Namun upaya tersebut
masih belum membuahkan hasil. Penguasaan siswa terhadap materi pelajaran masih
belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Kondisi tersebut merupakan tantangan bagi guru. Bagimana agar siswa
dapat memiliki motivasi yang lebih besar terhadap mata pelajaran ekonomi. Salah
satu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan menggunakan meto-
de ‘Tatas’. Metode ‘Tatas’ merupakan kombinasi dari metode ‘Tanya jawab’ dan
metode ‘Penugasan/Pemberian tugas’ yang dikemas secara terpadu dengan membe-
rikan berbagai tambahan yang berupa ‘sangsi’ yang dapat mendorong siswa untuk
dapat lebih menguasai materi pelajaran. Dengan penggunaan metode ‘Tatas’ yang
dirancang secara matang dan dilaksanakan secara tepat diharapkan dapat mendo-rong
siswa lebih dapat meningkatkan persiapan dalam menerima pelajaran. Pening-katan
3
motivasi belajar siswa juga diharapkan membawa dampak positif yaitu pening-katan
prestasi belajar pelajaran PKn.
Terkait dengan permasalahan tersebut di atas, maka untuk mengkaji lebih
mendalam tentang peningkatan motivasi belajar siswa, peneliti ingin melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Motivasi Belajar PKn Dengan
Menggunakan Metode ‘Tatas’ Pada Siswa Kelas IX-A SMPN 3 Ngunut, Kabupaten
Tulungagung”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, maka
rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah “Apakah motivasi belajar PKn dapat
meningkat dengan penerapan metode ‘Tatas’ pada siswa kelas IX-A SMPN 3
Ngunut, Kabupaten Tulungagung”?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penyusunan karya tulis ini adalah untuk meningkatkan mo-
tivasi belajar pelajaran PKn pada siswa kelas IX-A SMPN 3 Ngunut, Kabupaten
Tulungagung dengan penerapan metode ‘Tatas’ dalam pembelajaran mata pelajaran
PKn. Dengan peningkatan motivasi belajar pada siswa, diharapkan juga membawa
dampak positif yaitu peningkatan prestasi belajar pada pelajaran PKn.
4
D. Hipotesis Tindakan
Atas dasar uraian pada latar belakang masalah, rumusan masalah dan
tujuan penelitian tersebut, hipotesis tindakan dalam karya tulis ini adalah “jika
metode ‘Tatas’ diterapkan dalam pembelajaran pelajaran PKn, maka motivasi belajar
siswa kelas IX-A SMPN 3 Ngunut, Kabupaten Tulungagung akan meningkat”.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang terangkum dalam karya tulis ini dapat dikemu-
kakan sebagai berikut:
1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pedoman dalam
melakukan kegiatan pembelajaran pada siswa yang berbeda tetapi memiliki kon-
disi permasalahan yang sama.
2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melaku-
kan kegiatan penelitian yang sejenis.
3. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk
merumuskan berbagai kebijakan tentang kegiatan pembelajaran yang dapat dila-
kukan oleh guru yang berkaitan dengan peningkatan motivasi belajar siswa dan
peningkatan prestasi belajar.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Yang diuraikan dalam kajian pustaka ini adalah meliputi: (1) motivasi
belajar; (2) metode mengajar; (3) Pelajaran PKn; dan (4) pengaruh metode ‘Tatas’
terhadap motivasi belajar.
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motivasi sering disebut motif. Banyak para ahli memberikan pengertian
yang berbeda tentang motivasi. Perbedaan pandangan dapat dipahami sebagai kera-
gaman pola berfikir, sudut pandang, situasi dan kondisi serta berbagai perbedaan se-
cara khusus pada pribadi setiap manusia. Namun perbedaan yang ada justru semakin
memperkaya wawasan berbagai pihak tentang motivasi.
McDonald dalam Oemar Hamalik (1992:173) menyatakan, “motivation is
an energy change within the person characterized by effective arousal and anticipa-
tory goal reaction”. (Motivasi merupakan suatu perubahan energi dalam diri se-
seorang yang dikarakteristiki oleh pemacu yang efektif dan reaksi-reaksi tujuan
awalnya).
Atas dasar pengertian di atas, motivasi mengandung tiga (3) unsur, yaitu
(a) perubahan energi dalam pribadi, (b) timbulnya perasaan, (c) pencapaian tujuan.
6
6
a. Motivasi dimulai dari perubahan energi dalam diri pribadi, yaitu adanya peru-
bahan-perubahan tertentu dalam organisme manusia. Dengan berbagai peru-
bahan-perubahan yang terjadi akan mendorong manusia untuk selalu mengada-
kan penyesuaian.
b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan. Perasaan ini dapat muncul setiap
saat dan dapat menekan emosinya sehingga dapat menimbulkan perilaku yang
bermotif.
c. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Reaksi ini berupa
respon yang wajar dari akibat adanya perubahan energi dan munculnya perasaan
yang mendorong manusia memiliki berbagai tujuan yang harus dipenuhi.
Perubahan kebutuhan motivasi menurut Leon Festinger dalam Miftah
Toha (1996: 188) dikemukakan bahwa perbedaan dalam kognisi mendorong sese-
orang untuk berbuat sesuatu. Perbedaan itu meliputi ketidakserasian dan adanya kon-
tradiksi antara dua hal. Hubungan perbedaan ini muncul, bila dua hal tersebut tidak
dapat muncul secara bersama-sama.
Dorongan motivasi berkembang untuk memenuhi kebutuhan organisme,
sekaligus merupakan system yang memungkinkan organisme dapat memelihara ke-
langsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab mun-
culnya dorongan akan mengaktifkan tingkah laku yang dapat mengembalikan kese-
imbangan fisiologis organisme. Dorongan menjadi motivasi penggerak utama ting-
kah laku.
7
Tujuan merupakan pemberi arah pada tingkah laku. Jika tujuan sudah
tercapai, maka kebutuhan juga sudah terpenuhi untuk sementara. Dengan demikian
orang akan menjadi puas. Sedangkan dorongan terhadap mental untuk berbuat se-
suatu akan berhenti untuk sementara. Motivasi tujuan dapat digambarkan situasinya
sebagai berikut (Miftah Toha, 1996: 189) :
Gambar 2.1 : Situasi yang termotivasi
Dorongan yang ada dalam diri seseorang mengarahkan ketercapaiannya
tujuan. Dorongan yang paling kuat menghasilkan adanya perilaku, baik yang berupa
aktivitas terarah ke tujuan atau aktivitas tujuan.
Oemar Hamalik (1992:173) menyebutkan tentang motivasi bahwa “Suatu
masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan, mempertahankan,
dan mengontrol minat-minat”. Membangkitkan atau menumbuhkan minat pada
seseorang untuk melakukan suatu kegiatan sangat diperlukan. Mempertahankan
berarti memelihara minat yang sudah tumbuh secara baik dan selalu mengontrol agar
minat tersebut tidak padam dari diri seseorang.
8
Dorongan
Perilaku
Tujuan
Aktivitas terarahKe tujuan
Aktivitas Tujuan
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa motivasi merupa-
kan segala sesuatu yang dapat menumbuhkan keinginan seseorang untuk melakukan
kegiatan. Motif juga dapat diartikan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam
subyek untuk melakukan berbagai aktifitas dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Motif juga dapat diartikan suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).
Motivasi sering dikaitkan dengan prestasi. Keberhasilan seseorang dalam
mencapai tujuan yang diharapkan akan menjadi prestasi yang membanggakan
dirinya. Prestasi yang tinggi merupakan harapan semua orang. Secara umum prestasi
yang tinggi hanya dapat dicapai apabila seseorang memiliki motivasi yang tinggi
pula.
Menurut Moekijat (1999: 192) bahwa “… motivasi yang tinggi mengaki-
batkan moril yang tinggi - suatu sikap dan persamaan yang positif terhadap peru-
sahaan, pekerjaan, atasan, teman-teman sekerja, dan orang-orang bawahan – dan
moril yang tinggi mempunyai hubungan positif terhadap hasil yang tinggi”. Jadi
motivasi dapat mempengaruhi moril yang dapat diwujudkan dalam kinerja dan selan-
jutnya mempengaruhi hasil yaitu meningkatkan produktifitas, baik kualitas maupun
kuantitasnya.
Motivasi untuk berprestasi juga dikemukakan oleh AA. Anwar Prabu
Mangkunegara (2001: 103), “Motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai suatu do-
rongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan atau
tugas dengan sebaik-baiknya guna mencapai prestasi dengan predikat terpuji”.
9
Dengan demikian setiap orang yang mempunyai motivasi yang tinggi akan cende-
rung bekerja dengan giat dan rajin guna mencapai prestasi yang diharapkan.
Menurut Mc Clelland dalam AA. Anwar Prabu Mangkunegara (2001:
102) menyatakan ada 6 karakteristik orang yang mempunyai motif berprestasi tinggi,
yaitu:
a. Memiliki tingkat tanggung jawab yang tinggi, setiap kegiatan selalu dikerjakan
dengan serius.
b. Berani mengambil dan memikul resiko.
c. Memiliki tujuan yang realistic, dapat diukur dengan jelas dan nyata.
d. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasi tujuan.
e. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan.
f. Memberi kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogram.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa motivasi berprestasi
merupakan keinginan seseorang untuk memperoleh prestasi tertentu sehingga dapat
mendorong dirinya melakukan kegiatan-kegiatan yang terarah pada prestasi yang
diharapkan. Prestasi yang tinggi merupakan harapan bagi setiap orang, sehingga akan
selalu berusaha untuk dapat mewujudkannya.
2. Macam-macam Motivasi
Setiap orang memiliki motivasi yang berbeda dalam melakukan kegiatan.
Perbedaan ini dapat disebabkan oleh faktor umur, lingkungan tujuan hidup, dan
10
kebutuhan. Oemar Hamalik (1992: 174 – 175) menjelaskan tentang macam-macam
motivasi, dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Motivasi memenuhi kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud adalah adanya peru-
bahan organisme dalam diri manusia. Perubahan organisme ini akan menimbul-
kan motivasi dan kelakukan untuk memenuhinya.
b. Motivasi memenuhi perubahan neurofisiologis. Perubahan neurofisiologis atau
disebut ‘drive’, yaitu merupakan dasar organis perubahan energi dalam diri ma-
nusia sehingga menimbulkan motivasi untuk memenuhi.
c. Motivasi mencapai tujuan. Tujuan merupakan segala sesuatu yang diinginkan.
Keinginan yang sudah dirumuskan secara jelas dapat menjadi pemacu lahirnya
motivasi dalam diri seseorang agar tujuannya dapat tercapai.
3. Motivasi Belajar
Motivasi dapat tejadi di dalam seluruh aspek kehidupan manusia.
Lingkungan, pendidikan, keluarga, budaya menjadi faktor penentu jenis motivasi
yang dimiliki oleh seseorang. Perbedaan kondisi dari berbagai faktor tersebut akan
menyebabkan motivasi yang berkembang dalam kehidupan masyarakat juga berbeda
satu dengan yang lain.
Perbedaan usia juga mempengaruhi motivasi. Orang tua memilki motivasi
yang berbeda dengan anak-anak dalam kehidupannya. Anak dalam usia sekolah lebih
mengedepankan motivasi dalam belajar yang lebih dominan. Sedangkan motivasi
yang lain bersifat pelengkap.
11
Motivasi belajar merupakan segala sesuatu yang dapat menumbuhkan ke-
inginan seseorang sehingga orang tersebut melakukan kegiatan belajar. Keinginan
antara orang yang satu dengan yang lain tidak selalu sama, meskipun kegiatan yang
dilakukan bisa sama, yaitu belajar. Motivasi untuk belajar dapat berasal dari dalam
diri sendiri maupun yang berasal dari luar diri sendiri.
Motivasi belajar akan menumbuhkan minat belajar. Minat belajar anak
harus dapat ditumbuhkan dalam setiap proses belajar mengajar. Minat belajar yang
tinggi akan sangat berpengaruh terhadap peran serta atau aktifitas anak dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Proses membangkitkan minat belajar, mem-
pertahankan minat belajar dan mengontrol minat belajar menjadi bagian yang sangat
penting dalam proses belajar mengajar. Jadi tanpa motivasi belajar yang memadai,
sangat sulit bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran untuk dapat men-
capai tujuan yang diharapkan.
Minat belajar anak dapat dibangkitkan atau ditumbuhkan dengan berbagai
cara. Di rumah peran orang tua sangat besar dalam membangkitkan minat belajar
anak. Kepedulian orang tua terhadap motivasi belajar anak dapat berupa penyediaan
sarana belajar yang memadai, penciptaan kondisi yang kondusif, selalu bertanya
tentang pelajaran di sekolah, dan sebagainya.
Minat belajar anak juga dapat ditumbuhkan di lingkungan sekolah mela-
lui kegiatan belajar mengajar. Peran guru dan pihak sekolah sangat besar dalam me-
numbuhkan minat belajar pada anak. Dalam kegiatan belajar selalu ada interaksi
antara guru dengan anak didik. Anak didik harus memiliki motivasi belajar yang
12
tinggi agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan
harapan bersama. Namun jika motivasi anak didik sangat rendah, maka sangat sulit
untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Untuk itu penyediaan sarana belajar
yang memadai dan lingkungan sekolah yang kondusif menjadi tugas pihak sekolah.
Dalam kondisi motivasi belajar anak didik yang rendah, maka peran guru
dan pihak lain yang terkait baik langsung maupun tidak langsung, sangat diharapkan
agar dapat meningkatkan motivasi belajar anak didik. Peran guru sangat besar dalam
menumbuhkan mituvasi belajar pada anak didik agar dalam menjalankan tugasnya
dapat berhasil dengan baik. Disebutkan oleh Soetomo (1993: 141), “Pengertian dan
penggunaan yang tepat dari teknik-teknik motivasi akan menimbulkan minat, moral
yang baik, belajar yang efektif, sehingga dengan demikian anak telah mencapai
sesuatu yang realistis”.
Oemar Hamalik (1992: 181) menyebutkan bahwa ada 17 prinsip motivasi
belajar yang dikembangkan berdasarkan pandangan demokratis, yaitu:
a. Pujian lebih efektif dari pada hukuman.
b. Semua siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang harus
mendapat pemuasan.
c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang
dipaksakan dari luar.
d. Jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keingingan) memerlukan usaha
penguatan (reinforcement).
e. Motivasi mudah menjalar dan menyebar luas terhadap orang lain.
13
f. Pemahaman yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi.
g. Tugas-tugas yang bersumber dari diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih
besar untuk mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.
h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external rewards) kadang-kadang di-
perlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.
i. Teknik dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk meme-
lihara minat siswa.
j. Minat khusus yang dimiliki oleh siswa berdaya guna untuk mempelajari hal-hal
lainnya.
k. Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat para siswa yang tergolong ku-
rang tidak ada artinya bagi para siswa yang tergolong pandai.
l. Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih efektif dalam memotivasi diban-
dingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang dewasa.
m. Motivasi yang tinggi erat hubungannya dengan kreatifitas siswa.
n. Kecemasan akan menimbulkan kesulitan belajar.
o. Kecemasan dan frustasi dapat membantu siswa berbuat lebih baik.
p. Tugas yang terlalu sukar dapat mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju
pada demoralisasi.
q. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi dan toleransi yang berlainan.
Jika prinsip-prinsip motivasi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik,
maka hasil yang diharapkan juga lebih baik. Namun perlu disadari bahwa prinsip-
prinsip motivasi yang didasarkan pada pendekatan pendekatan demokratis tidak se-
14
lalu cocok untuk diterapkan dalam segala situasi. Dalam kondisi tertentu penggunaan
pendekatan yang lain juga perlu diterapkan, yaitu pendekatan terpimpin maupun
bebas. Di sini diperlukan kemampuan untuk membaca situasi, baik situasi ling-
kungan maupun situasi kejiwaan anak didik.
Selanjutnya Oemar Hamalik (1992: 184) menjelaskan tentang pemberian
motivasi secara efektif akan dapat memberikan dampak yang positif terhadap moti-
vasi belajar anak didik. Ada beberapa teknik dalam memberikan motivasi belajar,
yaitu:
a. Pemberian penghargaan atau ganjaran. Perlu disadari bahwa penghargaan yang
diberikan adalah bukan tujuan, tetapi merupakan alat yang dapat mendorong
minat belajar secara terus menerus.
b. Pemberian angka atau grade. Dengan pemberian angka akan mengukur tingkat
keberhasilan anak didik. Namun perlu diperhatikan bahwa jangan sampai pembe-
rian angka justru menimbulkan masalah bagi anak didik.
c. Pemberian pujian. Pujian harus dilakukan secara tepat dan melihat situasi dan
kondisi pada masing-masing anak didik.
d. Berorientasi pada keberhasilan pekerjaan yang mendahuluinya. Pemberian peker-
jaan kepada siswa hendaknya bertumpu pada pekerjaan-pekerjaan yang pernah
dilakukan oleh anak didik dan berhasil dengan baik. Sehingga dapat menum-
buhkan minat untuk mengerjakan lagi.
e. Pembentukan situasi kompetisi dan kooperasi/kerja sama. Persaingan dapat di-
tumbuhkan antar individu atau personal, antar kelompok, dan persaingan dengan
15
diri sendiri. Sedangkan kerja sama merupakan dasar dari hubungan-hubungan
antar kelompok.
f. Pemberian harapan, yaitu mengacu pada keberhasilan di masa depan. Dengan
harapan-harapan tertentu akan dapat menumbuhkan minat belajar anak didik.
Dalam penelitian ini, motivasi belajar siswa dibedakan dalam dua kelom-
pok, yaitu kemandirian belajar siswa dan sikap siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
a. Kemandirian Belajar
Untuk dapat memiliki kemandirian belajar, maka setiap siswa harus dapat
menciptakan minat belajar pada diri sendiri. Bobbi DePorter (2005: 51) menye-
butkan “Menciptakan minat adalah cara yang sangat baik untuk memberikan motivasi
pada diri anda demi mencapai tujuan anda”. Apabila minat belajar sudah tumbuh
dalam diri siswa, maka kemandirian belajar akan dapat muncul dengan sendirinya.
Kemandirian belajar dalam penelitian ini meliputi tujuan belajar,
kebutuhan belajar, sumber belajar, strategi belajar, dan hasil belajar. Adapun
indikator tentang kemandirian belajar siswa adalah sebagai berikut :
Merumuskan tujuan belajar
Menyiapkan tempat belajar
Menyiapkan kebutuhan belajar
Mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Berusaha menyelesaikan setiap kesulitan yang dihadapi
16
Bertanya setiap ada materi yang belum dipahami
Selalu mengerjakan tugas yang diberikan
Mengerjakan soal-soal latihan secara mandiri
Berusaha menemukan cara belajar yang tepat
Mengevaluasi masteri yang sudah dipelajari
b. Sikap Siswa
Sikap siswa merupakan tanggapan yang dilakukan oleh siswa terhadap
berbagai komponen yang terdapat dalam kegiatan belajar. Sikap siswa dalam mengi-
kuti kegiatan belajar mengajar dapat dirumuskan dengan indikator sebagai berikut:
Materi yang disajikan
Penggunaan metode pembelajaran
Suasana pada saat mengikuti pelajaran
Minat saya mengikuti proses pembelajaran
Terhadap tugas yang diberikan
Cara guru mengajar
Kesan terhadap model pembelajaran
B. Metode Mengajar
Slameto (1991: 84) menyebutkan bahwa “Mengajar adalah kegiatan
mengorganisasi yang bertujuan untuk membantu dan menggairahkan siswa belajar”.
Mengajar dapat diartikan sebagai proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan
17
tertentu kepada anak didik. Yang lain menyebutkan bahwa mengajar adalah mengor-
ganisasi lingkungan secara kondusif sehingga dapat menciptakan bagi siswa untuk
melakukan proses belajar secara efektif.
Mengajar merupakan aktifitas yang dilakukan oleh guru dalam melaku-
kan interaksi dengan siswa. Aktifitas guru dilakukan secara bertahap, diawali dengan
menyusun perencanaan secara menyeluruh tentang segala sesuatu yang akan dila-
kukan pada saat terjadi interaksi dengan siswa dan pemanfaatan sumber-sumber yang
ada untuk mendukung selama kegiatan interaksi dengan siswa berlangsung. Pada
tahap akhir guru masih harus melakukan berbagai kegiatan yaitu melakukan eva-
luasi, menganalisis, dan melakukan pencatatan-pencatatan terhadap sesuatu yang ter-
jadi pada saat interaksi berlangsung.
Pada saat terjadi interaksi dengan siswa, maka guru memilih dan mela-
kukan dengan cara-cara tertentu agar kegiatan interaksi dengan siswa dapat berjalan
dengan kondusif sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Cara-cara yang
dilakukan oleh guru dalam melakukan interaksi dengan siswa tersebut disebut meto-
de mengajar.
Metode mengajar memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
belajar mengajar. Soetomo (1993: 144) menyebutkan “ Metode mengajar sebagai
suatu alat untuk mencapai tujuan pengajaran yang ingin dicapai, sehingga semakin
baik penggunaan metode mengajar semakin berhasillah pencapaian tujuan, …”.
Penggunaan metode mengajar secara tepat dapat menumbuhkan minat siswa untuk
dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik, sehingga kreatifitas anak
18
akan muncul dan berkembang dengan baik pula. Namun sebaliknya, jika penggunaan
metode mengajar ini kurang tepat, maka akan menjadi tidak bermakna bahkan dapat
mematikan kreatifitas siswa.
Pemilihan metode mengajar sangat tergantung pada situasi dan kondisi
pada saat guru mengajar. Tidak semua metode mengajar selalu tepat digunakan un-
tuk menyampaikan materi pelajaran. Metode mengajar sangat banyak ragamnya,
antara lain: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pembe-
rian tugas, metode bermain peran, metode inkuiri, metode demontrasi, metode
pemecahan masalah. Berbagai metode tersebut memiliki kelebihan dan keku-
rangannya masing-masing.
Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini metode yang digunakan adalah me-
tode ‘Tatas’, yaitu penggabungan metode tanya jawab dan metode pemberian tugas.
1. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab merupakan cara menyajikan bahan ajar dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan yang memerlukan jawaban, baik dari guru maupun siswa un-
tuk mencapai tujuan (E. Mulyasa, 2005: 115). Pertanyaan-pertanyaan dapat muncul
dari guru maupun dari siswa. Sedangkan jawaban juga dapat yang berasal dari guru
maupun dari siswa. Masing-masing saling mengisi, baik memberikan pertanyaan
maupun jawaban. Penggunaan metode tanya jawab secara tepat dapat mendorong
aktivitas dan kreativitas berfikir peserta didik.
19
Dalam penggunaan metode tanya jawab, pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan kepada anak didik harus sudah dipersiapkan sedemikian rupa, agar kegiatan
belajar mengajar tidak menyimpang dari materi pelajaran yang sedang diba-has.
Soetomo (1993: 151) menjelaskan langkah-langkah yang perlu disiapkan oleh guru
dalam pemberian pertanyaan adalah:
a. Merumuskan tujuan secara jelas.
b. Mengemukakan alasan tentang penggunaan metode tanya jawab.
c. Menetapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan.
d. Membuat garis besar jawaban dari setiap pertanyaan.
e. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
Metode tanya jawab akan dapat berhasil dengan baik apabila dilaksana-
kan pada situasi yang tepat dalam proses belajar mengajar. Soetomo (1993: 151 –
152) menjelaskan bahwa metode tanya jawab tepat digunakan apabila :
a. Guru hendak meletakkan hubungan antara pelajaran yang lalu dengan pelajaran
yang baru.
b. Guru hendak memberikan kesempatan kepada anak didik menanyakan hal-hal
yang belum dimengerti.
c. Guru melihat keadaan siswa di kelas semakin kurang tertarik terhadap materi
yang disampaikan.
d. Guru hendak mendorong aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam kegiatan
belajar mengajar.
20
e. Guru hendak mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi yang telah
disampaikan.
Sebagaimana metode mengajar yang lain, metode tanya jawab tidak selalu
baik untuk diterapkan dalam segala situasi. Untuk itu guru diharapkan benar-benar
dapat mengambil keputusan secara tepat kapan metode tanya jawab digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan metode tanya jawab tidak terlepas dari
kelebihan dan kekurangannya. Soetomo (1993: 153) menjelaskan tentang kelebihan
dan kelemahan metode tanya jawab sebagai berikut:
Kelebihan metode tanya jawab:
a. Suasana belajar lebih aktif.
b. Peserta didik memperoleh kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum
dipahami.
c. Guru dapat mengetahui tingkat penguasaan peserta didik secara langsung.
d. Dapat melatih peserta didik untuk mengemukakan pendapat secara lisan.
Kelemahan metode tanya jawab antara lain :
a. Pertanyaan yang disampaikan cenderung menghendaki jawaban yang bersifat
hafalan.
b. Penggunaan secara terus menerus lebih mudah menyimpang dari materi yang
sedang dipelajari.
c. Guru sulit mengetahui secara pasti tentang peserta didik yang tidak mengajukan
pertanyaan, apakah sudah menguasai atau belum.
21
Berdasarkan uraian tentang kelebihan dan kelemahan tersebut maka setiap
guru yang menggunakan metode Tanya jawab harus mampu memaksimalkan
kelebihan dan meminimalisasikan kekurangan, sehingga penggunaan metode tanya
jawab dapat berhasil sesuai dengan tujuan yang harapkan.
2. Metode Penugasan/Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas juga sering diartikan sebagai pekerjaan rumah.
Namun sebenarnya metode ini memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari pada
pekerjaan rumah. Soetomo (1993: 160) menyebutkan bahwa “metode pemberian
tugas adalah pemberian tugas dari guru kepada anak-anak untuk diselesaikan dan
dipertanggungjawabkan”. Tugas dapat diberikan di rumah, maupun di sekolah pada
saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, pemberian tugas dari guru akan
dapat memupuk peserta didik dalam mengembangkan penalarannya dan melatih
siswa untuk belajar secara mandiri, serta dapat melatih siswa dalam bekerja secara
kelompok. Sehingga peranan guru semakin berkurang, bahkan hanya sebatas sebagai
motivator peserta didik dalam belajar.
Pemberian tugas secara tepat juga dapat memupuk rasa tanggung jawab
peserta didik dalam berbagai kehidupan yang dialaminya. Setiap tugas selalu menun-
tut penyelesaian yang baik, untuk selanjutnya dipertanggungjawabkan hasilnya kepa-
da guru. Kebiasaan seperti ini akan dapat membawa dampak positif terhadap pola
kehidupan peserta didik di luar kegiatan belajar mengajar maupun di luar sekolah.
22
Tidak semua situasi selalu sesuai dengan penggunaan metode pemberian
tugas. Metode pemberian tugas ini tepat digunakan apabila :
a. Materi yang disampaikan memiliki keterkaitan yang besar terhadap kehidupan
sehari-hari, sehingga melibatkan beberapa sumber belajar.
b. Materi pelajaran sangat luas, sedangkan waktu yang tersedia sangat terbatas.
c. Guru ingin mencari suatu keterkaitan antara meteri yang disajikan dengan materi-
materi yang lain.
E. Mulyasa (2005: 113) menjelaskan agar pelaksanaan metode pemberian
tugas ini dapat berlangsung secara efektif, maka guru perlu memperhatikan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis.
b. Tugas yang diberikan harus benar-benar sudah dipahami oleh peserta didik.
c. Jika berupa tugas kelompok, diharapkan bahwa setiap anggota kelompok dapat
terlibat secara aktif.
d. Jika memungkinkan, guru hendaknya mengontrol proses penyelesaian tugas yang
diberikan.
e. Guru hendaknya memberikan penilaian yang proporsional terhadap tugas-tugas
yang telah dikerjakan oleh peserta didik.
Soetomo (1993:161 – 162) menjelaskan tentang kelebihan dan kelemahan
penggunaan metode pemberian tugas dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu sebagai
berikut:
Kelebihan metode pemberian tugas:
23
Dapat membangkitkan minat belajar anak.
Dapat memupuk rasa tanggung jawab.
Dapat memupuk rasa percaya diri.
Dapat mengembangkan kreatifitas anak didik.
Kelemahan metode pemberian tugas:
Guru sulit mengontrol tugas yang diberikan.
Sulit mencari tugas yang dapat menampung perbedaan individu siswa.
Tugas yang terlalu sulit akan dapat menurunkan minat belajar siswa.
Agar penggunaan metode pemberian tugas dapat berjalan secara efektif,
maka guru harus mampu menemukan solusi untuk mengatasi kelemahan tersebut,
misalnya: mengontrol tugas yang diberikan secara cermat, memberikan tugas yang
berbeda kepada masing-masing individu atau mengelompokkan siswa yang yang
memiliki potensi tertentu untuk diberikan tugas yang sama. Sehingga tugas tidak me-
nyulitkan bagi siswa, tetapi justru dapat menumbuhkan kesenangan bagi siswa untuk
menyelesaikan.
3. Metode ‘Tatas’
Berdasarkan uraian di atas, jika kedua metode tanya jawab dan metode
pemberian tugas dilaksanakan dengan saling mengisi, maka akan dapat digunakan
untuk menyampaikan materi pelajaran secara tepat dan baik. Namun juga perlu
diperhatikan bahwa tidak semua situasi dan kondisi cocok menggunakan kombinasi
24
kedua metode tersebut. Dalam konteks ini, penulis berusaha untuk menyusun
formula penggabungan kedua metode tersebut dengan nama metode ‘Tatas’.
Metode ‘Tatas’ adalah metode tanya jawab dan metode pemberian tugas
yang dikemas secara terpadu untuk dapat dilaksanakan dalam kegiatan belajar me-
ngajar dengan situasi dan kondisi tertentu. Metode ‘Tatas’ dapat dilaksanakan de-
ngan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Guru menyusun tujuan pembelajarn secara rinci.
b. Guru menyusun pertanyaan beserta dengan jawabannya. Pertanyaan dapat ber-
asal dari guru sendiri maupun yang dijaring dari siswa melalui pemberian tugas.
Pertanyaan yang berasal dari siswa dikemas ulang sedemikian rupa dengan baha-
sa yang dapat dipahami oleh siswa yang lain.
c. Setiap pertanyaan yang disampaikan harus dijawab minimal oleh dua siswa yang
ditunjuk oleh guru.
d. Siswa yang tidak dapat menjawab dengan benar diberi sangsi secara langsung
berupa mengerjakan/menuliskan jawaban dari pertanyaan tersebut pada lembaran
kertas, minimal dua kali jawaban.
e. Jika jam pelajaran sudah habis, maka tugas dapat dikerjakan di rumah.
Sedangkan yang dimaksud dengan situasi dan kondisi tertentu antara lain:
a. Pelajaran diberikan pada jam pelajaran terakhir.
b. Kondisi siswa mengantuk, lelah sehingga kurang bergairah dalam mengikuti ke-
giatan belajar mengajar.
c. Siswa sulit untuk memahami materi pelajaran.
25
d. Tingkat kecerdasan siswa relatif rendah.
e. Siswa menganggap pelajaran tersebut kurang berarti dalam kehidupannya.
Situasi dan kondisi seperti tersebut di atas dapat dinyatakan sebagai moti-
vasi belajar peserta didik yang rendah. Dengan motivasi belajar yang rendah sangat
sulit bagi siswa untuk dapat menyerap materi pelajaran yang sedang diajarkan, se-
hingga prestasi belajar siswa juga akan rendah.
C. Pelajaran PKn
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang
wajib bagi siswa SMP. Lebih lanjut tentang mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengertian, Visi, dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) adalah merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragamdari segi agama,
sosio – kultural, bahasa, usia,dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka Pendidikan Kewarganegaraan
mempunyai visi yaitu mewujudkan proses pendidikan yang terarah pada pengem-
bangan kemampuan individu sehingga menjadi warganegara yang cerdas, parti-
sipatif, dan bertanggung jawab, yang pada gilirannya mampu mendukung berkem-
bangnya kehidupan masyarakat bangsa dan negara Indonesia yang cerdas.
26
Sedangkan untuk dapat mewujudkan visi tersebut, Pendidikan Kewarga-
negaraan mempunyai misi sebagai berikut :
a. Memanfaatkan kenyataan dan kecenderungan dalam masyarakat yang semakin
transparan, tuntutan kendali mutu yang semakin mendesak, dan proses demokrasi
yang semakin inten dan meluas sebagai konteks dan orientasi dalam pendidikan
demokrasi.
b. Memanfaatkan substansi berbagai disiplin ilmu yang relevan sebagai wahana
pedagogis untuk menghasilkan dampak instruksional dan pengiringnya berupa
wawasan, sikap, dan ketrampilan kewarganegaraan, sehingga bisa dihasilkan
desain kurikulum yang bersifat interdisipliner.
c. Memanfaatkan berbagai konsep, prinsip, dan prosedur pembelajaran yang
memungkinkan para peserta didik mampu belajar demokrasi, dalam situasi yang
demokratis, dan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat yang lebih
demokratis.
2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pelaksanaan pembelajaran untuk setiap materi pelajaran memiliki
karakteristik sendiri-sendiri. Pokok bahasan, siswa, tujuan, dan materi yang akan
disajikan merupakan komponen yang berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran.
Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara optimal, maka setiap guru harus
dapat memahami komponen-komponen tersebut secara mendalam. Berdasarkan
komponen-komponen tersebut, guru dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat.
27
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru haruslah dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien sehingga mampu memberikan pengalaman belajar dan
memberikan fasilitas kepada siswa untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan strategi pembelajaran yang tepat akan memungkinkan tercapainya tujuan
pembelajaran oleh sebanyak mungkin siswa sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.
Strategi pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dipilih, yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa dalam menuju tercapainya tujuan
pembelajaran. Dengan demikian strategi memiliki makna yang lebih luas dari pada
metode mengajar. Jadi strategi mengandung makna berbagai alternatif kegiatan dan
pendekatan yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan juga menuntut keca-
kapan guru untuk dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat sehingga tujuan
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat tercapai dengan baik. Secara
umum pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan
potensi individu warga negara Indonesia sehingga memiliki wawasan, sikap, dan
ketrampilan kewarganegaraan yang memadai, yang memungkinkan untuk berpar-
tisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka pembelajaran Pendidikan Kewargane-
garaan diharapkan mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah di-
tetapkan, yaitu sebagai berikut:
28
a. Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewargane-
garaan.
b. Berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab, serta bertindak secara sadar
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
D. Pengaruh Metode ‘Tatas’ Terhadap Motivasi Belajar
Kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode ‘Tatas’ yang
disertai dengan ‘sangsi’ yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi, menuntut
persiapan belajar yang memadai baik oleh guru maupun siswa. Setiap guru harus
sudah siap terhadap materi yang diajarkan, termasuk juga pengembangan materi jika
diperlukan. Kesiapan guru akan sangat membantu dalam penggunaan metode ‘Tatas’
dalam proses pembelajaran.
Kesiapan guru tidak banyak berarti jika tidak diimbangi dengan kesiapan
siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan secara terus menerus, akan memaksa siswa untuk ikut serta secara
aktif dalam proses pembelajaran. Agar siswa secara aktif dan kreatif dalam mengi-
29
kuti proses pembelajaran, maka setiap siswa dituntut untuk mempersiapkan diri
sebaik-baiknya.
Jika setiap siswa selalu mempersiapkan diri dengan baik dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar, hal ini merupakan bukti bahwa motivasi belajar siswa
semakin meningkat. Diharapkan peningkatan motivasi selalu diikuti dengan pening-
katan minat belajar siswa, baik secara mandiri maupun dalam kegiatan belajar di
sekolah, sehingga dapat membawa dampak pada peningkatan prestasi belajarnya.
Peningkatan prestasi belajar ditandai dengan meningkatnya jumlah nilai yang di-
peroleh oleh siswa pada saat dilakukan evaluasi.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Latar Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Ngunut
Kabupaten Tulungagung, pada kelas IX-A, dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tahun pelajaran
2006/2007, semester genap, dari bulan Pebruari 2005 sampai dengan April 2007.
Siswa kelas IX-A, SMP Negeri 3 Ngunut, Kabupaten Tulungagung berjumlah 36
siswa.
B. Persiapan Penelitian
Dalam pelaksnaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan
berbagai persiapan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Refleksi awal, peneliti mengidentifikasi permasalahan motivasi belajar pada siswa
kelas IX-A.
2. Peneliti merumuskan permasalahan secara operasional yang relevan dengan
rumusan masalah penelitian.
3. Peneliti merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan ini bersifat tentatif,
sehingga sangat mungkin akan mengalami perubahan sesuai dengan keadaan di
lapangan.
4. Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan yang meliputi:
31
31
a. Menetapkan indikator-indikator desain pembelajaran dengan metode ’Tatas’.
b. Menyusun rancangan strategi belajar mengajar dengan metode ’Tatas’.
c. Menyusun metode dan alat perekam data yang berupa angket, catatan di lapangan,
pedoman analisis, dokumen, dan catatan harian.
d. Menyusun rancangan pengolahan data, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif.
e. Mempersiapkan penyusunan laporan hasil dari penelitian tindakan kelas yang
dilakukan.
C. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan dan pengamatan dalam penelitian ini dibagi dalam 2
siklus. Setiap siklus dibagi dalam tiga kali pertemuan. Kegiatan pelaksanaan tindakan
dalam setiap siklus, dibarengi dengan pengamatan yang dapat dilakukan sebagai
berikut:
1. Guru melaksanakan desain pembelajaran dengan metode ’Tatas’ yang telah
direncanakan.
2. Guru melakukan pembelajaran dengan metode ‘Tatas’.
3. Guru memberikan sangsi berupa tugas kepada masing-masing siswa yang belum
dapat menjawab pertanyaan yang diajukan.
4. Guru mengamati kegiatan siswa dengan menggunakan alat perekam, pedoman
pengamatan serta catatan lapangan.
32
5. Setiap akhir siklus, guru memberikan kuesioner kepada siswa tentang
kemandirian belajar dan kuesioner tentang sikap siswa terhadap kegiatan
pembelajaran.
D. Refleksi
Peneliti mengadakan telaah terhadap data-data hasil penelitian yang telah
dilakukan, melalui: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan menyimpulkan.
Hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat efektifitas desain pembelajaran dengan
metode ‘Tatas’ yang telah dirancang, dan menginventarisir daftar permasalahan yang
muncul di lapangan, untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan perencanaan pada kegiatan berikutnya.
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa instrumen yang digunakan untuk
menjaring data penelitian, antara lain: kuesioner, dokumen, dan catatan lapangan.
Instrument penelitian disusun secara fleksibel dengan harapan agar segala bentuk
permasalahan yang mungkin timbul dapat dieliminir dan dapat dicarikan solusinya
dengan cepat dan tepat.
Instrumen penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini berupa:
1. Format Kuesioner
Kuesioner diberikan kepada siswa setelah setiap siklus kegiatan selesai
dilaksanakan. Kuesioner yang diberikan untuk menjaring data tentang motivasi
33
belajar, dapat berupa kemandirian siswa dan sikap siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar.
Kemandirian siswa dalam belajar dapat dirumuskan dengan indicator
sebagai berikut:
Merumuskan tujuan belajar
Menyiapkan tempat belajar
Menyiapkan kebutuhan belajar
Mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dipelajari
Berusaha menyelesaikan setiap kesulitan yang dihadapi
Bertanya setiap ada materi yang belum dipahami
Selalu mengerjakan tugas yang diberikan
Mengerjakan soal-soal latihan secara mandiri
Berusaha menemukan cara belajar yang tepat
Mengevaluasi materi yang sudah dipelajari
Kemandirian belajar tersebut diuraikan dalam bentuk pernyataan yang
dituangkan dalam angket kemandirian siswa. Skala penilaian dengan menggunakan
empat (4) titik, yaitu : 1 = tidak pernah; 2 = jarang; 3 = sering; 4 = selalu (lihat
lampiran 1).
Untuk mengetahui tingkat kemandirian belajar siswa dalam kegiatan be-
lajar mengajar menggunakan kriteria sebagai berikut:
34
Tabel 3.1 : Klasifikasi Penilaian Kemandirian Belajar Siswa
No Prosentase Klasifikasi
1 0 – 50 Tidak mandiri
2 51 – 65 Kurang mandiri
3 66 – 85 Mandiri
4 86 – 100 Sangat mandiri
Angket juga digunakan untuk menjaring data yang berupa sikap siswa.
Sikap siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat dirumuskan dengan indikator
pernyataan sebagai berikut:
a. Materi yang disajikan
b. Penggunaan metode pembelajaran
c. Suasana pada saat mengikuti pelajaran
d. Minat saya mengikuti proses pembelajaran
e. Terhadap tugas yang diberikan
f. Cara guru mengajar
g. Kesan terhadap model pembelajaran
Sedangkan skala penilaian yang digunakan adalah: skor 1 = tidak senang;
skor 2 = kurang senang; skor 3 = senang; skor 4 = sangat senang (lihat lampiran 2).
Untuk mengetahui sikap siswa dalam kegiatan belajar mengajar menggu-
nakan kriteria sebagai berikut:
35
Tabel 3.2 : Klasifikasi Penilaian Sikap Siswa
No Prosentase Klasifikasi
1 0 – 50 Tidak senang
2 51 – 65 Kurang senang
3 66 – 85 Senang
4 86 – 100 Sangat senang
2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang berupa nilai hasil
belajar siswa. Hasil belajar ini hanya digunakan sebagai pelengkap dan sekaligus
untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar selanjutnya disebut
sebagai prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa dijaring melalui evaluasi pada
saat sebelum pelaksanaan tindakan, setelah siklus I, dan setelah siklus II.
Siswa disebut memiliki prestasi belajar atau berhasil dalam proses
kegiatan belajar mengajar apabila masing-masing siswa telah memperoleh nilai
minimal 65. Sedangkan secara klasikal disebut berhasil atau tuntas belajar apabila
minimal 85 % dari siwa telah memperoleh nilai minimal 65.
3. Wawancara
Untuk melengkapi informasi tentang pelaksanaan pembelajaran, parti-
sipasi siswa, perlu dilakukan wawancara. Kegiatan wawancara digunakan sebagai
‘cross check’ apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas dalam proses pengamatan
maupun dalam pengisian angket.
36
4. Catatan Lapangan
Pencatatan lapangan dilakukan dengan jalan mencatat berbagai kejadian
yang dianggap penting pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, dan
data tersebut belum terekam oleh instrumen yang lain. Dengan demikian diharapkan
tidak ada data penting yang terlewatkan dalam kegiatan penelitian ini.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif. Secara
garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menelaah seluruh data yang dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara
menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan membuat kesimpulan.
Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilaksanakan sejak awal penjaringan data.
2. Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkategorian dan
pengklasifikasian. Hasil yang diperoleh dapat berupa pola-pola dan
kecenderungan-kecenderungan yang terjadi dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan metode ‘Tatas’.
3. Menyusun keterkaitan atau pengaruh dari metode ‘Tatas’ dengan motivasi belajar
siswa.
4. Menyusun kesimpulan dari keterkaitan atau pengaruh yang ada.
G. Penyiapan Partisipan
Agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar,
maka perlu ada penyiapan terhadap partisipan. Metode ‘Tatas’ tidak akan dapat
37
dilakukan secara efektif bila tidak melalui persiapan yang matang. Konsep dan
kondisi siswa harus benar-benar sudah siap. Penjelasan tentang tugas masing-masing
siswa dalam kegiatan belajar mengajar harus jelas.
Dengan kondisi yang benar-benar sudah siap, diharapkan kegiatan belajar
mengajar dapat secara efektif mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Peningkatan motivasi belajar juga
diharapkan dapat membawa dampak pada peningkatan prestasi atau hasil belajarnya.
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini dibedakan dalam tiga
kegiatan, yaitu (1) pra tindakan, (2) siklus I, dan (3) siklus II
1. Pra Tindakan
Kegiatan pra tindakan yang dilakukan pada siswa kelas IX-A SMP Negeri
3 Ngunut, menemukan permasalahan yaitu motivasi belajar siswa rendah,
sebagaimana ditunjukkan dalam rekapitulasi hasil kuesioner kemandirian belajar
siswa berikut ini (lihat lampiran 3) :
Tabel 4.1 Rekapitulasi Angket Kemandirian Belajar Pada Pra Tindakan
Skor Keterangan Jumlah % Skor Mean
1 Tidak mandiri 0 0 0
2 Kurang mandiri 13 40,63 0,81
3 Mandiri 17 53,13 1,59
4 Sangat mandiri 2 6,25 0,25
Jumlah 32 2,66
Berdasarkan hasil tersebut, masih terlalu banyak siswa yang kurang mandiri dalam
belajar, yaitu sebesar 40,63%.
39
39
Sedangkan sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran juga kurang baik,
sebagaimana ditunukkan oleh table rekapitulasi hasil angket sikap siswa berikut ini
(lihat lampiran 4) :
Tabel 4.2 Rekapitulasi Angket Sikap Siswa Pada Pra Tindakan
Skor Keterangan Jumlah % Skor Mean
1 Tidak senang 5 16 0.2
2 Kurang senang 13 41 0.8
3 Senang 12 37 1.1
4 Sangat senang 2 6 0.3
Jumlah 32 100 2.4
Berdasarkan perhitungan dalam rekapitulasi angket sikap siswa tersebut
dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa bersikap kurang senang terhadap ke-
giatan belajar mengajar sebagaimana ditunjukkan oleh jumlah skor mean sebesar 2,4.
Selain berdasarkan hasil analisis data tersebut juga diketahui dari hasil tes
siswa pada pra tindakan (lihat lampiran 5), bahwa siswa yang sudah tuntas belajar
sebesar 13 siswa (41%), dan yang belum tuntas belajar sebesar 19 siswa (59 %).
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I terdiri dari tiga (3)
kali pertemuan, yang masing-masing pertemuan menggunakan waktu 90 menit. Jadi
siklus I menggunakan waktu 270 menit.
40
a. Perencanaan
Secara garis besar, rencana tindakan yang akan disajikan dalam siklus I
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Rangkuman Rencana Pelaksanaan Siklus I
No Komponen Waktu Kegiatan
1 Kegiatan awal 15 menit Guru mengadakan presensi kelas Guru menjelaskan tujuan pembelajaran Guru menjelaskan metode mengajar yang
digunakan Guru memotivasi siswa
2 Kegiatan inti 210 menit
Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan.
Siswa menjawab pertanyaan setelah ditun-juk oleh guru.
Guru memberikan tugas secara langsung maupun tidak langsung terhadap siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan yang diajukan.
Guru memberikan pertanyan yang bersifat membimbing.
3 Kegiatan akhir 15 menit Guru membuat kesimpulan bersama siswa
4 Evaluasi 30 menit Guru melaksanakan evaluasi
b. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan tindakan dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Kegiatan awal (15 menit)
Guru mengadakan presensi kelas pada setiap pertemuan dalam siklus I.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
41
Guru menjelaskan metode yang digunakan.
Guru memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
pada setiap pertemuan.
2) Kegiatan Inti (210 menit)
Guru menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa.
Setelah ditunjuk oleh guru, siswa menjawab pertanyaan.
Setiap pertanyaan dijawab oleh lebih dari dua siswa.
Guru memberikan pertanyaan yang bersifat membimbing kepada siswa yang
belum bisa menjawab.
Guru memberikan tugas kepada siswa yang belum dapat menjawab perta-
nyaan dengan jalan menuliskan jawaban dari pertanyaan yang diberikan
dalam lembaran kertas sebanyak tiga kali. Menuliskan jawaban tiga kali se-
bagai bentuk sangsi bagi siswa.
3) Kegiatan akhir (15 menit)
Bersama-sama dengan siswa, guru membuat kesimpulan dari kegiatan yang
telah dilakukan.
4) Evaluasi (30 menit)
Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa pada
akhir siklus I.
42
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan pada siklus I secara rinci dapat diuraikan sebagai
berikut :
Pada pertemuan pertama, pada saat guru menyampaikan tentang penggunaan
metode ‘Tatas’ dan ketentuannya, siswa masih terlihat tegang.
Pertama kali guru menyampaikan pertanyaan, sebagian besar siswa juga
masih terlihat tegang.
Setelah beberapa pertanyaan sudah disampaikan, kondisi siswa sudah mulai
terbiasa.
Pada pertemuan pertama, ada tujuh siswa yang mendapat sangsi karena belum
dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Pada pertemuan kedua ada empat siswa yang mendapat tugas tambahan.
Pada pertemuan ketiga ada tiga siswa yang mendapat tugas tambahan.
Pada pertemuan pertama guru sering memberikan pertanyaan membimbing,
namun dalam pertemuan berikutnya sudah semakin berkurang.
Pada pertemuan pertama, pengambilan kesimpulan masih didominasi oleh
guru. Namun pada pertemuan selanjutnya sudah banyak didominasi oleh
siswa.
Selain kondisi-kondisi sebagaimana diuraikan di atas, pada pertemuan
ketiga siklus I juga dilakukan penjaringan data sebagai akumulasi dari pertemuan
pertama sampai dengan pertemuan ketiga, dengan hasil sebagai berikut :
43
1) Kemandirian Belajar
Berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner kemandirian belajar siswa, dapat
dilihat dalam tabel berikut ini (lihat lampiran 6) :
Tabel 4.4 Rekapitulasi Angket Kemandirian Belajar Pada Siklus I
Skor Keterangan Jumlah % Skor Mean
1 Tidak mandiri 0 0 0
2 Kurang mandiri 9 28,13 0,56
3 Mandiri 19 59,38 1,78
4 Sangat mandiri 4 12,50 0,50
Jumlah 32 2,84
Berdasarkan hasil tersebut, sebagian besar siswa sudah mandiri dalam belajar, yaitu
sebesar 59,38% dan 12,50%. Sedangkan skor mean sudah menunjukkan angka 2,84.
2) Sikap Siswa
Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran, sebagaimana ditunjukkan
oleh table rekapitulasi hasil angket sikap siswa berikut ini (lihat lampiran 7) :
44
Tabel 4.5 Rekapitulasi Angket Sikap Siswa Pada Siklus I
Skor Keterangan Jumlah % Skor Mean
1 Tidak senang 0 0 0
2 Kurang senang 10 31,25 0,63
3 Senang 15 46,88 1,41
4 Sangat senang 7 21,88 0,88
Jumlah 32 100 2.91
Berdasarkan perhitungan dalam rekapitulasi angket sikap siswa tersebut
dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah merasa senang terhadap kegiatan
belajar mengajar sebagaimana ditunjukkan oleh jumlah skor mean sebesar 2,91.
3) Hasil Belajar
Selain berdasarkan hasil analisis data tersebut juga diketahui dari hasil tes
siswa pada siklus I (lihat lampiran 8), bahwa siswa yang sudah tuntas belajar sebesar
22 siswa (68,75%), dan yang belum tuntas belajar sebesar 10 siswa (31,25 %). Jadi
hasil belajar siswa ada peningkatan dibandingkan dengan hasil belajar pada pra
tindakan.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan, pengisian angket, dan hasil evaluasi da-
lam siklus I, maka kegiatan pembelajaran dapat direfleksikan sebagai berikut:
45
Kondisi kelas sudah kondusif, sehingga perlu terus dijaga bahkan diting-
katkan lebih baik lagi.
Sangsi yang diberikan sering dianggap ringan oleh siswa, sehingga perlu di-
pertimbangkan sangsi yang lebih berat sesuai dengan tingkat kesalahannya.
Pertanyaan yang bersifat membimbing sudah baik, sehingga perlu terus diper-
tahankan bahkan ditingkatkan.
Pembuatan rangkuman sudah didominasi oleh siswa, sehingga guru cukup
menjadi fasilitator.
Kemandirian belajar siswa cukup baik, yaitu memperoleh skor mean 2,84.
Sikap siswa semakin baik, yaitu memperoleh skor mean 2,91.
Secara klasikal kegiatan pembelajaran belum tuntas, karena hanya 22 siswa
(68,75 %) yang telah memperoleh nilai 65 atau lebih. Namun sudah ada
peningkatan jika dibandingkan dengan hasil evaluasi pada pra tindakan.
3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II terdiri dari tiga (3)
kali pertemuan, yang masing-masing pertemuan menggunakan waktu 90 menit. Jadi
siklus I menggunakan waktu 270 menit.
a. Perencanaan
Secara garis besar, rencana tindakan yang akan disajikan dalam siklus II
sebagai berikut:
46
Tabel 4.6 Rangkuman Rencana Pelaksanaan Siklus II
No Komponen Waktu Kegiatan
1 Kegiatan awal 15 menit Guru mengadakan presensi kelas Guru menjelaskan tujuan pembelajaran Guru menjelaskan metode mengajar yang
digunakan Guru memotivasi siswa
2 Kegiatan inti 210 menit
Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan.
Siswa menjawab pertanyaan setelah ditun-juk oleh guru.
Guru memberikan tugas secara langsung maupun tidak langsung terhadap siswa yang belum mampu menjawab pertanyaan yang diajukan.
Guru memberikan pertanyan yang bersifat membimbing.
3 Kegiatan akhir 15 menit Guru membuat kesimpulan bersama siswa
4 Evaluasi 30 menit Guru melaksanakan evaluasi
b. Pelaksanaan/Implementasi
Pelaksanaan tindakan dalam siklus II dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Kegiatan awal (15 menit)
Guru mengadakan presensi kelas pada setiap pertemuan dalam siklus II.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
Guru menjelaskan metode yang digunakan.
Guru memberikan motivasi kepada siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
pada setiap pertemuan.
47
2) Kegiatan Inti (210 menit)
Guru menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa.
Setelah ditunjuk oleh guru, siswa menjawab pertanyaan.
Setiap pertanyaan dijawab oleh lebih dari dua siswa.
Guru memberikan pertanyaan yang bersifat membimbing kepada siswa yang
belum bisa menjawab.
Guru memberikan tugas kepada siswa yang belum dapat menjawab perta-
nyaan dengan jalan menuliskan jawaban dari pertanyaan yang diberikan
dalam lembaran kertas sebanyak tiga kali. Menuliskan jawaban tiga kali se-
bagai bentuk sangsi bagi siswa.
Guru memberikan tugas secara kelompok untuk dikerjakan di rumah.
3) Kegiatan akhir (15 menit)
Bersama-sama dengan siswa, guru membuat kesimpulan dari kegiatan yang
telah dilakukan.
4) Evaluasi (30 menit)
Guru mengadakan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa pada
akhir siklus II.
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan pada siklus I secara rinci dapat diuraikan sebagai
berikut :
Kegiatan pembelajaran semakin kondusif.
48
Siswa merasa senang dengan metode pembelajaran yang digunakan.
Pada pertemuan pertama, ada empat siswa yang mendapat sangsi karena
belum dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Pada pertemuan kedua ada dua siswa yang mendapat tugas tambahan.
Pada pertemuan ketiga ada tiga siswa yang mendapat tugas tambahan.
Pertenyaan membimbing semakin efektif digunakan oleh guru.
Guru sering melontarkan pertanyaan yang bersifat menggali.
Pengambilan kesimpulan sudah didominasi oleh siswa.
Selain kondisi-kondisi sebagaimana diuraikan di atas, pada pertemuan
ketiga siklus II juga dilakukan penjaringan data sebagai akumulasi dari pertemuan
pertama sampai dengan pertemuan ketiga, dengan hasil sebagai berikut :
1) Kemandirian Belajar
Berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner kemandirian belajar siswa, dapat
dilihat dalam tabel berikut ini (lihat lampiran 9) :
Tabel 4.7 Rekapitulasi Angket Kemandirian Belajar Pada Siklus II
Skor Keterangan Jumlah % Skor Mean
1 Tidak mandiri 0 0 0
2 Kurang mandiri 5 15,63 0,31
3 Mandiri 18 56,25 1,69
4 Sangat mandiri 9 28,13 1,13
Jumlah 32 3,13
49
Berdasarkan hasil tersebut, sebagian besar siswa sudah mandiri dalam belajar, yaitu
sebesar 56,25% mandiri dan 28,13% sangat mandiri. Sedangkan skor mean sudah
menunjukkan angka 3,13.
2) Sikap Siswa
Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran, sebagaimana ditunjukkan
oleh table rekapitulasi hasil angket sikap siswa berikut ini (lihat lampiran 10) :
Tabel 4.8 Rekapitulasi Angket Sikap Siswa Pada Siklus II
Skor Keterangan Jumlah % Skor Mean
1 Tidak senang 0 0 0
2 Kurang senang 3 9,38 0,19
3 Senang 17 53,13 1,59
4 Sangat senang 12 37,50 1,50
Jumlah 32 100 3,28
Berdasarkan perhitungan dalam rekapitulasi angket sikap siswa tersebut
dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa sudah merasa senang terhadap kegiatan
belajar mengajar, yaitu 53,13 % senang dan 37,50 % sangat senang. Sedangkan
jumlah skor mean sebesar 3,28.
50
3) Hasil Belajar
Selain berdasarkan hasil analisis data tersebut juga diketahui dari hasil tes
siswa pada siklus II (lihat lampiran 11), bahwa siswa yang sudah tuntas belajar
sebesar 28 siswa (87,50%), dan yang belum tuntas belajar sebesar 4 siswa (12,5 %).
Secara klasikal kegiatan belajar mengajar sudah tuntas belajar, karena yang
memperoleh nilai 65 atau lebih telah mencapai jumlah lebih dari 85 %.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan, pengisian angket, dan hasil evaluasi da-
lam siklus II, maka kegiatan pembelajaran dapat direfleksikan sebagai berikut:
Kondisi siswa sudah dapat menyesuaikan dengan metode yang digunakan.
Guru dapat melakukan kegiatan lebih baik.
Pembuatan rangkuman sudah didominasi siswa.
Kemandirian belajar siswa sudah baik, yaitu memperoleh skor mean 3,13.
Sikap siswa juga sudah baik, yaitu memperoleh skor mean 3,28.
Secara klasikal kegiatan pembelajaran sudah tuntas, karena 28 siswa (87,50%)
telah memperoleh nilai 65 atau lebih.
B. Pembahasan Keseluruhan
Berdasarkan hasil observasi, pengisian angket oleh siswa, dan hasil tes
yang dilakukan pada pra tindakan, siklus I dan siklus II, maka dapat diuraikan sebagai
berikut:
51
1. Kemandirian Belajar Siswa
Berdasarkan hasil angket tentang kemandirian siswa yang dilakukan
pada pra tindakan, siklus I dan siklus II (lihat lampiran 3, lampiran 6 dan lampiran
9), maka dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.9 Perbandingan Kemandirian Siswa Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II
Skor KualifikasiPra Tindakan Siklus I Siklus II
Jml % Mean Jml % Mean Jml % Mean
1 Tidak mandiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Kurang mandiri 13 40,63 1,02 9 28,13 0,56 5 15,63 0,31
3 Mandiri 17 53,13 1,33 19 59,38 1,78 18 56,25 1,69
4 Sangat mandiri 2 6,25 0,16 4 12,50 0,50 9 28,13 1,13
Jumlah 32 2,50 32 2,84 32 3,13
Kemandirian siswa berdasarkan tabel di atas dapat diuraikan bahwa
yang menyebutkan siswa kurang mandiri mengalami penurunan dari 13 siswa
(40,63%) pada pra tindakan, menjadi 9 siswa (28,13 %) pada siklus I, dan menjadi 5
siswa (15,63%) pada siklus II. Kualifikasi yang menyebutkan siswa mandiri
mengalami kenaikan dari 17 siswa (53,13%) pada pra tindakan, menjadi 19 siswa
(59,38%) pada siklus I, dan menjadi 18 siswa (56,25%) pada siklus II. Kualifikasi
yang menyebutkan siswa sangat mandiri mengalami kenaikan dari 2 siswa (6,25%)
pada pra tindakan, menjadi 4 siswa (12,50%) pada siklus I, dan menjadi 9 siswa
(28,13%) pada siklus II. Sedangkan jumlah mean menunjukkan peningkatan dari
2,50 pada pra tindakan, menjadi 2,84 pada siklus I, dan menjadi 3,13 pada siklus II.
52
2. Sikap Siswa
Berdasarkan hasil angket tentang sikap siswa yang dilakukan pada pra
tidakan, siklus I, dan siklus II (lihat lampiran 4, lampiran 7 dan lampiran 10), maka
dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.10 Perbandingan Hasil Angket Sikap Siswa Pada Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II
Skor KualifikasiPra Tindakan Siklus I Siklus II
Jml % Mean Jml % Mean Jml % Mean
1 Tidak senang 5 15,63 0,16 0 0 0 0 0 0
2 Kurang senang 13 40,63 0,81 10 31,25 0,63 3 9,38 0,19
3 Senang 12 37,50 1,13 15 46,88 1,41 17 53,13 1,59
4 Sangat senang 2 6,25 0,24 7 21,88 0,88 12 37,50 1,50
Jumlah 2,34 2,91 3,28
Sikap siswa yang diperoleh dari angket menunjukkan bahwa kualifikasi
yang menyatakan tidak senang mengalami penurunan dari 5 siswa (15,63%) pada pra
tindakan menjadi tidak ada (0) pada siklus I dan siklus II. Kualifikasi yang menun-
jukkan kurang senang menunjukkan penurunan dari 13 siswa (40,63%) pada pra
tindakan menjadi 10 siswa (31,25%) pada siklus I dan menjadi 3 siswa (9,38%) pada
siklus II. Kualifikasi yang menyatakan senang mengalami kenaikan dari 12 siswa
(37,50%) pada pra tindakan menjadi 15 siswa (46,88%) pada siklus I, dan menjadi 17
siswa (53,13%) pada siklus II. Kualifikasi yang menyatakan sangat senang
mengalami kenaikan dari 2 siswa (6,25%) pada pra tindakan menjadi 7 siswa
(21,88%) pada siklus I, dan menjadi 12 siswa (37,50%) pada siklus II. Sedangkan
53
jumlah mean menunjukkan kenaikkan dari 2,34 pada pra tindakan menjadi 2,91pada
siklus I, dan menjadi 3,28 pada siklus II.
3. Hasil Evaluasi
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada pra tindakan, siklus I,
dan siklus II (lihat lampiran 5, lampiran 8, lampiran 11), maka dapat diketahui
sebagaimana dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Evaluasi
No KegiatanTuntas Belum Tuntas
Jml % Jml %
1 Pra Tindakan 17 53,13 15 46,88
2 Siklus I 22 68,75 10 31,25
3 Siklus II 28 87,50 4 12,50
Hasil evaluasi menunjukkan terdapat kenaikkan yang tuntas belajar dari
17 siswa (53,13%) pada pra tindakan menjadi 22 siswa (68,75%) pada siklus I, dan
menjadi 28 siswa (87,50%) pada siklus II. Sedangkan yang belum tuntas belajar
mengalami penurunan dari 15 siswa (46,88%) pada pra tindakan menjadi 10 siswa
(31,25%) pada siklus I, dan menjadi 4 siswa (12,50%) pada siklus II.
4. Pembuktian Hipotesis
Dengan demikian hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini,
yang menyatakan bahwa “jika metode ‘Tatas’ diterapkan dalam pembelajaran
54
pelajaran PKn, maka motivasi belajar siswa kelas IX-A SMPN 3 Ngunut, Kabupaten
Tulungagung akan meningkat” dapat diterima.
Berdasarkan uraian tersebut dia atas dapat disimpulkan bahwa dengan
pelaksanaan metode ‘Tatas’ dalam kegiatan pembelajaran PKn dapat meningkatkan
kemandirian belajar siswa dan sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran PKn.
Kemandirian belajar dan sikap siswa tersebut merupakan variable dari motivasi
belajar siswa. Jadi dengan penggunaan metode ‘Tatas’ dapat meningkatkan motivasi
belajar pelajaran PKn, khususnya pada siswa kelas IX-A SMPN 3 Ngunut.
Peningkatan motivasi belajar juga dapat membawa dampak positif yaitu
meningkatnya hasil belajar siswa.
55
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dalam bab
terdahulu dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar PKn pada siswa kelas IX-A
SMPN 3 Ngunut, Kabupaten Tulungagung, dapat meningkat dengan penerapan
metode ‘Tatas’. Peningkatan motivasi belajar siswa, yang terdiri atas kemandirian
belajar siswa dan sikap siswa, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kemandirian Belajar Siswa
Kemandirian belajar siswa berdasarkan hasil penelitian ini dapat diurai-
kan sebagai berikut:
a. Siswa kurang mandiri mengalami penurunan dari 13 siswa (40,63%) pada pra
tindakan, menjadi 9 siswa (28,13) pada siklus I, dan menjadi 5 siswa (15,63%)
pada siklus II.
b. Siswa mandiri mengalami kenaikan dari 17 siswa (53,13%) pada pra tindakan,
menjadi19 siswa (59,38%) pada siklus I, dan menjadi 18 siswa (56,25%) pada
siklus II.
c. Siswa sangat mandiri mengalami kenaikan dari 2 siswa (6,25%) pada pra
tindakan, menjadi 4 siswa (12,50%) pada siklus I, dan menjadi 9 siswa (28,13%)
pada siklus II.
56
56
d. Jumlah rata-rata atau mean menunjukkan peningkatan dari 2,50 pada pra
tindakan, menjadi 2,84 pada siklus I, dan menjadi 3,13 pada siklus II.
2. Sikap Siswa
Sikap siswa yang diperoleh dari hasil pengisian angket dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Kualifikasi yang menyatakan tidak senang mengalami penurunan dari 5 siswa
(15,63%) pada pra tindakan menjadi tidak ada (0) pada siklus I dan siklus II.
b. Kualifikasi yang menunjukkan kurang senang ada penurunan dari 13 siswa
(40,63%) pada pra tindakan menjadi 10 siswa (31,25%) pada siklus I dan menjadi
3 siswa (9,38%) pada siklus II.
c. Kualifikasi yang menyatakan senang mengalami kenaikan dari 12 siswa (37,50%)
pada pra tindakan menjadi 15 siswa (46,88%) pada siklus I, dan menjadi 17 siswa
(53,23%) pada siklus II.
d. Kualifikasi yang menyatakan sangat senang mengalami kenaikan dari 2 siswa
(6,25%) pada pra tindakan menjadi 7 siswa (21,88%) pada siklus I, dan menjadi
12 siswa (37,50%) pada siklus II.
e. Jumlah rata-rata atau mean menunjukkan kenaikkan dari 2,34 pada pra tindakan
menjadi 2,91 pada siklus I, dan menjadi 3,28 (82%) pada siklus II.
57
3. Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi menunjukkan terdapat kenaikkan yang tuntas belajar dari
17 siswa (53,13%) pada pra tindakan menjadi 22 siswa (68,75%) pada siklus I, dan
menjadi 28 siswa (87,50%) pada siklus II. Sedangkan yang belum tuntas belajar
mengalami penurunan dari 15 siswa (46,88%) pada pra tindakan menjadi 10 siswa
(31,25%) pada siklus I, dan menjadi 4 siswa (12,50%) pada siklus II.
4. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil analisis penelitian sebagaimana dijelaskan di atas, maka
hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “jika metode ‘Tatas’ diterapkan dalam
pembelajaran pelajaran PKn, maka motivasi belajar siswa kelas IX-A SMPN 3
Ngunut, Kabupaten Tulungagung akan meningkat” dapat diterima.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, dapat disampaikan saran-saran se-
bagai berikut :
1. Bagi Guru
Dengan kondisi tertentu, maka penggunan metode ‘Tatas’ dapat mening-
katkan motivasi belajar siswa. Kepada para guru diharapkan memiliki kemauan
dalam mengembangkan kegiatan belajar mengajar agar dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa.
58
2. Bagi Sekolah dan Kepala Sekolah
Kepala Sekolah hendaknya dapat mengambil kebijakan ten-tang perlunya
melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi setiap guru, agar prestasi belajar
siswa semakin meningkat. Selain itu Kepala Sekolah hendaknya dapat mengusahakan
agar ketersediaan sarana bagi para guru dalam melaksanakan PTK terus ditingkatkan.
3. Bagi Siswa
Dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK), dapat mendorong
siswa dalam kegiatan belajar. Sehingga hasil yang diperoleh juga semakin me-
ningkat. Kepada peserta didik hendaknya selalu mempersiapkan diri dalam mengi-
kuti kegiatan belajar mengajar agar prestasi belajarnya semakin meningkat.
59
DAFTAR RUJUKAN
DePorter, B. & Hernacki, M. 1992. Quantum Learning: unleashing the Genius in You. Diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman. 1999. Bandung: Kaifa.
Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2004. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.
Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. 2001. Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Miarsa, Yusufhadi. 1995. Peningkatan Mutu Pendidikan, Jurnal Teknologi Pembelajaran. Malang: IPTPI.
Miftah Toha. 1996. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada.
Moekijat. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Kepegawaian. Bandung: Mandar Maju.
Mulyasa, E.. 2005. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Oemar Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Saiful Rachman, Yoto, Syarif Suhartadi, Suparti. 2006. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surabaya: SIC Bekerjasama Dengan Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
60
60
Lampiran 1
ANGKET KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA
Nama :Nomor :Tanggal :Petunjuk : Berilah tanda cek (v) pada kolom skala penilaian sesuai dengan
keadaan anda.Keterangan : 1 = tidak pernah 3 = sering
2 = jarang 4 = selalu
No PernyataanSkala
Penilaian1 2 3 4
1 Saya mengetahui tujuan belajar saya
2 Saya selalu menyusun jadwal belajar
3 Saya menyiapkan tempat untuk belajar
4 Saya menyiapkan kebutuhan untuk belajar
5 Saya selalu mempelajari materi yang akan diajarkan
6 Saya berusaha menyelesaikan setiap kesulitan belajar
7 Saya selalu bertanya setiap ada materi yang belum dipahami
8 Saya selalu mengerjakan tugas yang diberikan
9 Saya mengerjakan soal-soal latihan secara mandiri
10 Saya berusaha menemukan cara belajar yang baik bagi saya
11 Saya selalu mengevaluasi materi yang telah saya pelajari
Jumlah
Prosentase
61
61
Lampiran 2
ANGKET SIKAP SISWA
Nama :Nomor :Tanggal :
Petunjuk : Berilah tanda cek (v) pada kolom skala penilaian sesuai dengan keadaan anda.
Keterangan : 1 = tidak senang2 = kurang senang3 = senang4 = sangat senang
No PernyataanSkala
Penilaian1 2 3 4
1 Saya merasa senang terhadap materi yang diajarkan
2 Saya merasa senang dengan metode pembelajaran
yang digunakan
3 Suasana pada saat mengikuti pelajaran
4 Minat saya mengikuti kegiatan belajar
5 Saya senang terhadap tugas yang diberikan
6 Saya senang dengan cara guru mengajar
7 Kesan terhadap model pembelajaran
Jumlah
Prosentase
62
62
LEMBAR PENGAMATAN KEGIATAN GURU
DENGAN METODE ‘TATAS’
Kelas :
Tanggal :
Petunjuk : Berilah tanda cek (v) pada kolom sesuai dengan hasil pengamatan
Keterangan : 1 = tidak baik 3 = baik
2 = kurang baik 4 = sangat baik
No Kegiatan Guru
Hasil Pengamatan
1 2 3 4
1 Perencanaan Pembelajaran
a. Kesesuaian materi pelajaran dengan
kurikulum
b. Guru menyusun pertanyaan-pertanyaan
dan jawaban-jawaban
c. Guru menyusun langkah-langkah
pelaksanaan tindakan
d. Guru menyiapkan sanksi atau tugas
tambahan terhadap siswa yang tidak
dapat menjawab pertanyaan
e. Guru menyusun alat penilaian
Jumlah
Prosentase
2 Pelaksanaan Pembelajaran
89
63
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
b. Guru menjelaskan penggunaan metode
pembelajaran
c. Guru memberikan apersepsi
pembelajaran
d. Guru menggunakan teknik bertanya
dengan tepat
e. Guru menjawab pertanyaan dengan
benar
f. Guru menggunakan pertanyaan
membimbing
g. Guru memberikan evaluasi
Jumlah
Prosentase
Rejotangan, 2007
Observer,
_______________________
Lampiran 2
LEMBAR PENGAMATAN SIKAP SISWA
64
DENGAN METODE ‘TATAS’
Kelas :
Tanggal :
Petunjuk : Berilah tanda cek (v) pada kolom sesuai dengan hasil pengamatan
Keterangan : 1 = tidak senang 3 = senang2 = kurang senang 4 = sangat senang
No Kegiatan Siswa
Hasil Pengamatan
1 2 3 4
1 Siswa merasa senang terhadap materi yang diajarkan
2 Siswa merasa senang dengan metode pembelajaran yang digunakan
3 Siswa senang dengan suasana pada saat mengikuti pelajaran
4 Minat siswa mengikuti kegiatan belajar lebih baik
5 Siswa selalu mengerjakan tugas yang diberikan
6 Siswa senang dengan cara guru mengajar
7 Siswa memiliki kesan yang baik terhadap model pembelajaran
Jumlah
Prosentase
Rejotangan, 2007
Observer,
_______________________
Lampiran 3 91
65
Lampiran 4
Lampiran 5
REKAPITULASI HASIL ANGKET SIKAP SISWA PADA PRA TINDAKAN
92
93
66
Lampiran 6
HASIL PENGAMATAN KEGIATAN GURU SIKLUS I
94
67
Kelas :Tanggal :Petunjuk : Berilah tanda cek (v) pada kolom sesuai dengan hasil pengamatanKeterangan : 1 = tidak baik 3 = baik
2 = kurang baik 4 = sangat baik
No Kegiatan GuruHasil Pengamatan
1 2 3 4
1 Perencanaan Pembelajaran
a. Kesesuaian materi pelajaran dengan kurikulum
b. Guru menyusun pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban
c. Guru menyusun langkah-langkah pelaksanaan tindakan
d. Guru menyiapkan sanksi atau tugas tambahan terhadap siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan
e. Guru menyusun alat penilaian
Jumlah 19Prosentase 95
2 Pelaksanaan Pembelajarana. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran b. Guru menjelaskan penggunaan metode pembelajaran
c. Guru memberikan apersepsipembelajaran
d. Guru menggunakan teknik bertanya dengan tepat
e. Guru menjawab pertanyaan dengan benar
f. Guru menggunakan pertanyaan membimbing
g. Guru memberikan evaluasi Jumlah 23
Prosentase 82,14Lampiran 7
HASIL PENGAMATAN SIKAP SISWA SIKLUS I95
68
Kelas :Tanggal :
Petunjuk : Berilah tanda cek (v) pada kolom sesuai dengan hasil pengamatanKeterangan : 1 = tidak senang
2 = kurang senang3 = senang4 = sangat senang
No Kegiatan SiswaHasil
Pengamatan1 2 3 4
1 Siswa merasa senang terhadap materi
yang diajarkan
2 Siswa merasa senang dengan metode
pembelajaran yang digunakan
3 Siswa senang dengan suasana pada saat
mengikuti pelajaran
4 Minat siswa mengikuti kegiatan belajar
lebih baik
5 Siswa selalu mengerjakan tugas yang
diberikan
6 Siswa senang dengan cara guru mengajar
7 Siswa memiliki kesan yang baik terhadap
model pembelajaran
Jumlah 20
Prosentase 71,43
Lampiran 8
REKAPITULASI HASIL ANGKET KEMANDIRIAN SISWA SIKLUS I
96
69
Lampiran 9
REKAPITULASI HASIL ANGKET SIKAP SISWA SIKLUS I
97
70
Lampiran 10
HASIL PENGAMATAN KEGIATAN GURU SIKLUS II
Kelas :
98
71
Tanggal :Petunjuk : Berilah tanda cek (v) pada kolom sesuai dengan hasil pengamatanKeterangan : 1 = tidak baik 3 = baik
2 = kurang baik 4 = sangat baik
No Kegiatan GuruHasil Pengamatan
1 2 3 4
1 Perencanaan Pembelajaran
a. Kesesuaian materi pelajaran dengan kurikulum
b. Guru menyusun pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban
c. Guru menyusun langkah-langkah pelaksanaan tindakan
d. Guru menyiapkan sanksi atau tugas tambahan terhadap siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan
e. Guru menyusun alat penilaian
Jumlah 20Prosentase 100
2 Pelaksanaan Pembelajarana. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran b. Guru menjelaskan penggunaan metode pembelajaran
c. Guru memberikan apersepsipembelajaran
d. Guru menggunakan teknik bertanya dengan tepat
e. Guru menjawab pertanyaan dengan benar
f. Guru menggunakan pertanyaan membimbing
g. Guru memberikan evaluasi Jumlah 26
Prosentase 96,29Lampiran 11
HASIL PENGAMATAN SIKAP SISWA SIKLUS II
Kelas :
99
72
Tanggal :Petunjuk : Berilah tanda cek (v) pada kolom sesuai dengan hasil pengamatanKeterangan : 1 = tidak senang
2 = kurang senang3 = senang4 = sangat senang
No Kegiatan SiswaHasil
Pengamatan1 2 3 4
1 Siswa merasa senang terhadap materi
yang diajarkan
2 Siswa merasa senang dengan metode
pembelajaran yang digunakan
3 Siswa senang dengan suasana pada saat
mengikuti pelajaran
4 Minat siswa mengikuti kegiatan belajar
lebih baik
5 Siswa selalu mengerjakan tugas yang
diberikan
6 Siswa senang dengan cara guru mengajar
7 Siswa memiliki kesan yang baik terhadap
model pembelajaran
Jumlah 25
Prosentase 89,28
Lampiran 12
REKAPITULASI HASIL ANGKET KEMANDIRIAN SISWA SIKLUS II
100
73
Lampiran 13
REKAPITULASI HASIL ANGKET SIKAP SISWA SIKLUS II101
74
Lampiran 14
HASIL EVALUASI PADA PRA TINDAKAN102
75
Catatan : Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai minimal 65. Secara klasikal dinyatakan tuntas belajar apabila 85% dari siswa mempe-
roleh nilai minimal 65.Lampiran 15
HASIL EVALUASI SIKLUS I103
76
No Responden Nilai Tuntas/Tidak
1 Aditya Eko N. 65 tuntas2 Agus Budiono 65 tuntas3 Agus Purwanto 50 tidak tuntas4 Ahmat Takim 60 tidak tuntas5 Ainul Lakhifah 65 tuntas6 Anik P. 75 tuntas7 Anita Raeni 65 tuntas8 Ari Irawan 60 tidak tuntas9 Aries Setiawan 80 tuntas10 Arif Hermawan 55 tidak tuntas11 Arip Wahyu 60 tidak tuntas12 Bagus Susanto 70 tuntas13 Bero Riadi 55 tidak tuntas14 Candra S. 40 tidak tuntas15 Devi Wahyu N. 75 tuntas16 Dwi Wahyuni 70 tuntas17 Eky W. 80 tuntas18 Eny Handayani 75 tuntas19 Findia P. 65 tuntas20 Heru S. 60 tidak tuntas21 Lina Sa'adah 70 tuntas22 M. Khoirur R. 55 tidak tuntas23 Ninik S. 70 tuntas24 Pujianik 65 tuntas25 Ramadhan P. 65 tuntas26 Rima Fitri N. 65 tuntas27 Rodiyah 65 tuntas28 Siti Z. 70 tuntas29 Sugeng H. 85 tuntas30 Sugeng R. 60 tidak tuntas31 Pambudis 65 tuntas32 Luria 65 tuntas
Catatan : Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai minimal 65. Secara klasikal dinyatakan tuntas belajar apabila 85% dari siswa mempe-
roleh nilai minimal 65.Lampiran 16
HASIL EVALUASI SIKLUS II104
77
Catatan : Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai minimal 65. Secara klasikal dinyatakan tuntas belajar apabila 85% dari siswa mempe-
roleh nilai minimal 65.Lampiran 17
Soal Tes Siklus I
105
78
Petunjuk : Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang paling benar !
1. Sistem perekonomian yang menjamin kebebasan individu secara mutlak
melakukan tindakan ekonomi disebut sistem …
a. ekonomi terpusat c. demokrasi ekonomi
b. ekonomi sosial d. ekonomi kapitalis
2. Salah satu kebaikan ekonomi liberal yang paling menonjol adalah …
a. orang tertantang untuk maju c. menjamin pendapatan secara merata
b. hak untuk perorangan diakui d. perusahaan besar menang bersaing
3. Kelemahan dalam sistem ekonomi terpusat adalah …
a. ada campur tangan pemerintah
b. mematikan potensi, inisiatif, dan daya kreasi warga negara
c. tidak ada pengakuan hak milik
d. mendahulukan kepentingan bersama
4. Produksi dikerjakan oleh semua untuk kesejahteraan bersama adalah pengertian
dari …
a. demokrasi ekonomi c. demokrasi liberal
b. demokrasi terpimpin d. demokrasi campuran
5. Sistem ekonomi yang diterapkan di era reformasi adalah …
a. kapitalis b. campuran c. sosialis d. sistem demokrasi kerakyatan
6. Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dapat merugikan masyarakat
disebut …
a. monopoli b. etatisme c. liberalisme d. campuran
7. Salah satu kelemahan sistem ekonoi sosial adalah …
a. kegiatan ekonomi dilakukan oleh masyarakat
b. setiap orang tidak diberikan kebebasan berusaha
c. pemerintah memberi kebebasan penuh
d. pendapatan masyarakat tidak merata
8. Sistem ekonomi campuran banyak digunakan di negara-negara …
a. sosialis b. berkembang c. kapitalis d. terbelakang
106
79
9. Dalam sistem ekonomi kerakyatan, hak milik perseorangan diakui, akan tetapi
pemanfaatan hak milik perseorangan itu harus …
a. tidak boleh secara berlebihan c. dalam semangat kebersamaan
b. dalam jiwa kekeluargaan d. tidak bertentangan dengan masyarakat
10. Free fight liberalism tidak boleh muncul dalam sistem demokrasi ekonomi yang
dianut oleh negara kita, karena faham ini akan melahirkan …
a. kehancuran sistem ekonomi
b. pemusatan pendapatan
c. berbagai bentuk pemborosan sumber ekonomi
d. bentuk-bentuk eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain
Soal Tes Siklus II
Petunjuk : Berilah tanda silang pada salah satu jawaban yang paling benar !
1. Tiga pilar kekuatan ekonomi Indonesia yang merupakan sektor usaha formal
yaitu ….
a. koperasi b. BUMN c. BUMS d. a, b, c benar
2. Di bawah ini merupakan ciri sektor usaha informal, kecuali …
a. Proses pembentukannya sangat mudah
b. Jenis pekerjaannya sangat bervariasi
c. Peralatan yang diperlukan sangat sederhana
d. Membutuhkan modal cukup besar
3. Bentuk badan usaha yang memiliki sekutu aktif dan sekutu pasif adalah …
a. koperasi c, Persekutuan firma
b. Perseroan Terbatas d. Persekutuan Komanditer
4. Kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi yang dilakukan oleh pemerintah
merupakan peran pemerintah sebagai …
a. pengatur ekonomi c. pemungut pajak
80
b. pelaku ekonomi d. pengendali stabilitas
5. Bentuk badan usaha yang sesuai dengan pasal 33 ayat 1 UUD 1945 adalah …
a. koperasi b. BUMN c. BUMS d. Perseroan
6. Kegiatan pemerintah dalam rangka melaksanakan distribusi adalah …
a. Bulog mengatur beras c. memproduksi semen
b. membeli bahan bangunan d. membangun jalan dan jembatan
7. Di bawah ini merupakan tujuan distribusi yang dilakukan oleh pemerintah,
kecuali …
a. mempercepat penyaluran barang c. mengendalikan harga
b. membeli peralatan kantor d. memenuhi kebutuhan masyarakat
8. Suatu usaha mengambil barang yang telah disediakan oleh alam disebut badan
usaha …
a. ekstraktif b. agraris c. industri d. perdagangan
9. Di bawah ini merupakan tujuan pemerintah dalam mengatur kegiatan ekonomi,
kecuali …
a. hasil produksi meningkat c. kegiatan ekonomi stabil
b. pendapatan masyarakat meningkat d. kegiatan ekonomi berjalan baik
10. Pengatur perekonomian secara tidak langsung yang dilakukan oleh pemerintah
melalui …
a. pemberian insentif c. mengeluarkan berbagai peraturan
b. regulasi d. mempekerjakan para pegawai negeri ke berbagai
perusahaan
81
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ‘TATAS’
PADA SISWA KELAS IX-A SMPN 3 NGUNUTKABUPATEN TULUNGAGUNG
Laporan Penelitian Tindakan Kelas inidisusun sebagai persyaratan dalam
pengusulan Angka Kredit
Oleh :
Dra. INSIYATUN
NIP. 131 861 575
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNGDINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 3 NGUNUTMEI 2007
82
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ‘TATAS’
PADA SISWA KELAS IX-A SMPN 3 NGUNUTKABUPATEN TULUNGAGUNG
Laporan Penelitian Tindakan Kelas inidisusun sebagai persyaratan dalam
pengusulan Angka Kredit
Oleh :
Dra. INSIYATUN
NIP. 131 861 575
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNGDINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 3 NGUNUTMEI 2007
83
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul : Peningkatan Motivasi Belajar PKn Dengan Menggunakan Metode ‘Tatas’ Pada Siswa Kelas IX-A SMPN 3 Ngunut, Kabupaten Tulungagung
2. Identitas Peneliti : Nama : Dra. Insiyatun NIP. : 131861575 Jabatan / Gol. : Pembina / IV a Unit Kerja : SMPN 3 Ngunut, Kabupaten Tulungagung
Disetujui dan disahkan :Tanggal : 20 Agustus 2007
Kepala Peneliti,SMPN 3 Ngunut
Drs. Tukiran Dra. InsiyatunNIP. 130901810 NIP. 131861575
Kepala Dinas Pendidikan Pengurus PGRI Kab. TulungagungKabupaten Tulungagung Ketua,
Drs. Maryoto Birowo, M.M. Drs. Suharno, M.M. NIP. 510 062 644
84
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penelitian yang berupa penelitian tindakan kelas ini dengan judul
“Peningkatan Motivasi Belajar PKn Dengan Menggunakan Metode ‘Tatas’ Pada
Siswa Kelas IX-A SMPN 3 Ngunut, Kabupaten Tulungagung”.
Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini kami memperoleh bantuan,
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. Tukiran, selaku Kepala Sekolah SMPN 3 Ngunut Kabupaten
Tulungagung, yang telah memberikan ijin untuk melakukan kegiatan penelitian.
2. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kami telah berusaha dengan segenap kemampuan untuk dapat melakukan
penelitian tindakan kelas ini sebaik-baiknya. Namun hasil yang kami capai masih
banyak kekurangannya. Untuk itu kami sangat berharap berbagai tanggapan, kritik,
dan saran-saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan
hasil penelitian ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama
seluruh keluarga besar SMPN 3 Ngunut, Kabupaten Tulungagung dan para pembaca
pada umumnya.
Tulungagung, Mei 2007
Peneliti,
ii
85
ABSTRAK
Insiyatun, 2007 “Peningkatan Motivasi Belajar PKn Dengan Menggunakan Metode ‘Tatas’ Pada Siswa Kelas IX-A SMPN 3 Ngunut Kabupaten Tulungagung”.
Kata Kunci : Motivasi Belajar, Pelajaran PKn, Metode ‘Tatas’
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IX-A SMP Negeri 3 Ngunut Kabupaten Tulungagung dengan menggunakan Metode ‘Tatas’.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP negeri 3 Ngunut Kabupaten Tulungagung pada siswa kelas IX-A pada semester genap tahun pelajaran 20062007 Jumlah siswa ada 32 siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menggunakan dua siklus, sedangkan masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan.
Data dalam penelitian ini berupa kemandirian belajar siswa, aktifitas belajar siswa, dan hasil evaluasi belajar. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi/pengamatan, angket, dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa kemandirian belajar siswa, yang menyatakan kurang mandiri mengalami penurunan dari 13 siswa (40,63%) pada pra tindakan, menjadi 9 siswa (28,13) pada siklus I, dan menjadi 5 siswa (15,63%) pada siklus II. Siswa mandiri mengalami kenaikan dari 17 siswa (53,13%) pada pra tindakan, menjadi19 siswa (59,38%) pada siklus I, dan menjadi 18 siswa (56,25%) pada siklus II. Siswa sangat mandiri mengalami kenaikan dari 2 siswa (6,25%) pada pra tindakan, menjadi 4 siswa (12,50%) pada siklus I, dan menjadi 9 siswa (28,13%) pada siklus II. Sedangkan jumlah rata-rata atau mean menunjukkan peningkatan dari 2,50 pada pra tindakan, menjadi 2,84 pada siklus I, dan menjadi 3,13 pada siklus II.
Sedangkan sikap siswa yang diperoleh dari hasil pengisian angket yang menyatakan tidak senang mengalami penurunan dari 5 siswa (15,63%) pada pra tindakan menjadi tidak ada (0) pada siklus I dan siklus II. Siswa yang menunjukkan kurang senang ada penurunan dari 13 siswa (40,63%) pada pra tindakan menjadi 10 siswa (31,25%) pada siklus I dan menjadi 3 siswa (9,38%) pada siklus II. Siswa yang menyatakan senang mengalami kenaikan dari 12 siswa (37,50%) pada pra tindakan menjadi 15 siswa (46,88%) pada siklus I, dan menjadi 17 siswa (53,23%) pada siklus II. Siswa yang menyatakan sangat senang mengalami kenaikan dari 2 siswa (6,25%) pada pra tindakan menjadi 7 siswa (21,88%) pada siklus I, dan menjadi 12 siswa (37,50%) pada siklus II. Jumlah rata-rata atau mean menunjukkan kenaikkan dari 2,34 pada pra tindakan menjadi 2,91 pada siklus I, dan menjadi 3,28 (82%) pada siklus II.
iii
86
Hasil evaluasi menunjukkan terdapat kenaikkan yang tuntas belajar dari 17 siswa (53,13%) pada pra tindakan menjadi 22 siswa (68,75%) pada siklus I, dan menjadi 28 siswa (87,50%) pada siklus II. Sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dari 15 siswa (46,88%) pada pra tindakan menjadi 10 siswa (31,25%) pada siklus I, dan menjadi 4 siswa (12,50%) pada siklus II.
Berdasarkan hasil analisis penelitian sebagaimana dijelaskan di atas, ma-ka hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “jika metode ‘Tatas’ digunakan dalam pembelajaran PKn, maka motivasi belajar siswa kelas IX-A SMPN 3 Ngunut, Kabupaten Tulungagung akan meningkat” dapat diterima.
iv
v
87
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..
LEMBAR PERSETUJUAN ……… ……………………………………….
KATA PENGANTAR ………………………………………………………
ABSTRAK ……………………………………………………………………..
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………
B. Rumusan Masalah ……………………………………………
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………..
D. Hipotesis Penelitian …………………………………………….
E. Manfaat Penelitian …………………………………………….
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar ……………………………………………….
B. Metode Mengajar ………………………………………..
C. Pelajaran PKn ……………………………………………
D. Pengaruh Metode ‘Tatas’ Terhadap Motivasi Belajar ………….
i
ii
iii
iv
vi
viii
x
xii
1
4
4
5
5
6
17
26
29
vi
88
BAB III METODE PENELITIAN
A. Latar Penelitian …………………………………………
B. Persiapan Penelitian ………………………………………
C. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan …………………
D. Refleksi …….. ……………………………………………
E. Instrumen Penelitian ……………………………………….
F. Teknik Analisis Data …………………………………………
G. Penyiapan Partisipan ….…………………………………
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………………………………………………….
B. Pembahasan Keseluruhan …………………………………….
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………………………..
B. Saran-saran ……………………………………………………….
DAFTAR RUJUKAN ……………………………………………………………
31
31
32
33
33
37
37
39
51
56
58
60
vii
89
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 : Klasifikasi Penilaian Kemandirian Belajar Siswa ………………………
Tabel 3.2 : Klasifikasi Penilaian Sikap Siswa …………………………………..
Tabel 4.1 : Rekapitulasi Angket Kemandirian Belajar Pada Pra Tindakan ….
Tabel 4.2 : Rekapitulasi Hasil Angket Sikap Siswa Pada Pra Tindakan ………
Tabel 4.3 : Rangkumann Rencana Pelaksanaan Siklus I …………………..
Tabel 4.4 : Rekapitulasi Angket Kemandirian Belajar Siklus I …………….
Tabel 4.5 : Rekapitulasi Hasil Angket Sikap Siswa Siklus I ……………….
Tabel 4.6 : Rangkumann Rencana Pelaksanaan Siklus II …..…..………………..
Tabel 4.7 : Rekapitulasi Angket Kemandirian Belajar Siklus II ……………………..
Tabel 4.8 : Rekapitulasi Hasil Angket Sikap Siswa Siklus II …………………..
Tabel 4.9 : Perbandingan Kemandirian Belajar Siswa ………………………
Tabel 4.10 : Perbandingan Hasil Angket Sikap Siswa ……………………..
Tabel 4.11: Perbandingan Hasil Evaluasi ………………………………….
35
36
39
40
41
44
45
47
49
50
52
53
54
viii
90
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Situasi Yang Termotivasi ……………………………………. 8
ix
91
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 : Angket Kemandirian Belajar Siswa ……………………………
Lampiran 2 : Angket Sikap Siswa …………………………………………..
Lampiran 3 : Rekapitulasi Hasil Kuesioner Kemandirian Belajar ……………………
Lampiran 4 : Rekapitulasi Hasil Angket Sikap Siswa …………………………
Lampiran 5 : Hasil Evaluasi Pada Pra Tindakan ………………………….…..
Lampiran 6 : Rekapitulasi Kuesioner Kemandirian Belajar Siklus I ……………….
Lampiran 7 : Rekapitulasi Hasil Angket Sikap Siswa Siklus I …………………..
Lampiran 8: Hasil Evaluasi Siklus I …………………………………………..
Lampiran 9 : Rekapitulasi Kuesioner Kemandirian Belajar Siklus II ……………….
Lampiran 10 : Rekapitulasi Hasil Angket Sikap Siswa Siklus II ……………
Lampiran 11 : Hasil Evaluasi Siklus II ………………..…………………….
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
x
92