Download - Tata Kelola PT
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
1/67
Penerapan Model Tata Kelola Keuangan Perguruan Tinggi Yang Baik Untuk
Mewujudkan Good University Governance
(Studi Pada PTM se Indonesia)
Misbahul Anwar, SE., M.Si
DR. Suryo Pratolo, M.Si., Akt., AAP-A
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
2/67
1
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
B. Tujuan Khusus ............................................................................................................. 6BAB II. STUDI PUSTAKA .................................................................................................... 9
A. State of The Art ............................................................................................................ 9
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................................................... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 36
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................ 53
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
3/67
2
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1. Daftar Perguruan Tinggi Muhammadiyah berbentuk Universitas ......................... 5 Tabel 4. 1. Hasil Uji Validitas X1 .......................................................................................... 36Tabel 4. 2. Hasil Uji Validitas X 2 .......................................................................................... 38Tabel 4. 3. Hasil Uji Validitas X 3 .......................................................................................... 38Tabel 4. 4. Hasil Uji Validitas Y ............................................................................................ 39Tabel 4. 5. Hasil Uji Validitas Z ............................................................................................ 40Tabel 4. 6. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................................ 41Tabel 4. 7. Skor Jawaban Dimensi Komitmen Manajemen (X 1) ........................................... 42Tabel 4. 8. Skor Jawaban Dimensi Keterbatasan Sistem Informasi (X2) .............................. 42Tabel 4. 9. Skor Jawaban Dimensi Otoritas Pengambil Keputusan (X3) .............................. 43Tabel 4. 10. Skor Jawaban Dimensi Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik (Y) ........ 43Tabel 4. 11. Skor Jawaban Dimensi Good University Governance (Z) ................................. 44Tabel 4. 12. Hasil Uji Regresi Model Pertama ...................................................................... 45Tabel 4. 13. Hasil Uji Regresi Model Kedua ......................................................................... 49
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
4/67
3
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1. Hubungan Kualitas Pendidikan, Minat Mahasiswa, Jumlah Mahasiswa, &Sumber Daya. ................................................................................................. 7
Gambar 2. 1. Hubungan Struktural Antarvariabel Lengkap .................................................. 24Gambar 3. 1. Sub Struktur Pertama ....................................................................................... 32Gambar 3. 2. Sub Struktur Kedua .......................................................................................... 34Gambar 4. 1. Grafik Uji Normalitas Model Pertama ............................................................. 45Gambar 4. 2. Grafik Uji Hetereskedastisitas Model Pertama ................................................ 45Gambar 4. 3. Model Penelitian Pertama ................................................................................ 46Gambar 4. 4. Grafik Uji Normalitas Model Kedua ................................................................ 48Gambar 4. 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Kedua ..................................................... 48Gambar 4. 6. Model Penelitian Kedua ................................................................................... 50
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
5/67
4
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari pendidikan
menengah di jalur pendidikan sekolah yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi sebagai
satuan pendidikan yang dimaksudkan untuk dapat menjadi komunitas kaum intelektual suatu
bangsa. Komunitas intelektual ini diharapkan untuk menjadi komunitas yang mampu
menelurkan inovasi-inovasi dan pemikiran-pemikiran dalam menghadapi permasalahan yang
dihadapi oleh bangsa. Komunitas pendidikan tinggi juga dijadikan sebuah garda moral dan
penjaga nilai-nilai luhur yang dianut oleh suatu bangsa, termasuk budaya, adat istiadat dan
sebagainya. Dengan peranan dan harapan yang besar inilah kemudian anggota komunitas
pendidikan tinggi kemudian mendapat posisi yang terhormat di tengah masyarakat. Dalam
mewujudkan hal tersebut, yang dilakukan oleh perguruan tinggi adalah:
1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan atau
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian.
2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian
serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
dan memerkaya kebudayan nasional.
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan berbasiskan agama di
Indonesia yang genap satu abad usianya sangat concern terhadap pendidikan termasuk di
dalamnya adalah pendidikan tinggi sebagai bentuk da’wah amar ma’ruf nahi munkar dan dan
bentuk gerakan pembaharuan (tajdid). Dalam mewujudkan perguruan tinggi yang
berkualitas, Pusat Persyarikatan (PP) Muhammadiyah memiliki Majelis Pendidikan Tinggi,
Penelitian dan Pengembangan (Majelis Diktilitbang) yang telah menetapkan visi di bidang
pendidikan tinggi berupa terbangunnya tata kelola Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM)
yang baik atau dikenal dengan istilah Good University Governance (GUG) menuju
peningkatan mutu yang berkelanjutan.
Pada saat ini, dari segi jumlah, perkembangan jumlah PTM adalah 152 buah dimana 37
buah diantaranya berbentuk universitas yang bisa dipaparkan sebagai berikut:
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
6/67
5
Tabel 1. 1. Daftar Perguruan Tinggi Muhammadiyah berbentuk Universitasdi Indonesia
No Nama Universitas
1 Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
2 Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan
3 Universitas Muhammadiyah Aceh
4 Universitas Muhammadiyah Palembang
5 Universitas Muhammadiyah Lampung
6 Universitas Muhammadiyah Metro
7 Universitas Muhammadiyah Bengkulu
8 Universitas Muhammadiyah Jakarta
9 Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
10 Universitas Muhammadiyah Cirebon
11 Universitas Muhammadiyah Sukabumi
12 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
13 Universitas Muhammadiyah Magelang
14 Universitas Muhammadiyah Surakarta
15 Universitas Muhammadiyah Purwokerto
16 Universitas Muhammadiyah Purworejo
17 Universitas Muhammadiyah Semarang
18 Universitas Muhammadiyah Surabaya
19 Universitas Muhammadiyah Malang
20 Universitas Muhammadiyah Jember
21 Universitas Muhammadiyah Ponorogo
22 Universitas Muhammadiyah Gresik
23 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
24 Universitas Muhammadiyah Mataram25 Universitas Muhammadiyah Kupang
26 Universitas Muhammadiyah Makassar
27 Universitas Muhammadiyah Palu
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
7/67
6
No Nama Universitas
28 Universitas Muhammadiyah Pare-Pare
29 Universitas Muhammadiyah Luwuk Banggai
30 Universitas Muhammadiyah Buton
31 Universitas Muhammadiyah Kendari
32 Universitas Muhammadiyah Gorontalo
33 Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat
34 Universitas Muhammadiyah Riau
35 Universitas Muhammadiyah Palangka Raya
36 Universitas Muhammadiyah Pontianak
37 Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
Sumber: (http://www.pts.co.id)
Penerapan tatakelola keuangan pada universitas di lingkungan PTM sementara ini masih
bervariasi. Untuk itu pada tanggal 8 Juni 2009 Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah
menerbitkan surat edaran no 182/1.3/D/2009 mengenai Pedoman Manajemen Keuangan
PTM. Secara teori, keberhasilan penerapan sistem manajemen termasuk di dalamnya
tatakelola keuangan dipengaruhi oleh banyak hal yang dapat dikelompokkan menjadi dua
aspek utama yaitu aspek personil dan aspek sistem sehingga perlu dilakukan pengkajian
lebih dalam mengenai peran kedua aspek tersebut terhadap keberhasilan implementasi
tatekelola keuangan yang baik di perguruan tinggi. Untuk itulah maka penelitian ini akan
dilakukan.
B. Tujuan Khusus
Tidak bisa dipungkiri bahwa pada saat ini tidak sedikit Perguruan Tinggi Swasta (PTS)
mengalami penurunan kuantitas peminat yang berujung pada permasalahan keuangan yang
akhirnya dilakukan penutupan PTS yang bersangkutan. Kualitas dan relevansi untuk
meningkatkan daya saing lulusan perguruan tinggi merupakan suatu keharusan namun
masalah kualitas perlu ditinjau lebih dalam karena bisa jadi masalah kualitas perguruan
tinggi bisa jadi bukanlah masalah itu sendiri namun hanyalah merupakan suatu gejala,
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
8/67
7
sehingga harus diteliti lebih dalam dan ditemukan masalah utamanya. Faktor yang terkait
dengan dengan kualitas dan relevansi pendidikan pada perguruan tinggi terkait dengan
aspek sistem dan sumberdaya yang lain baik sumber daya manusia (dosen dan karyawan),
infrastruktur, dan sumberdaya keuangan. Pada pengelolaan PTS, terdapat trade-off antara
peningkatan jumlah mahasiswa, biaya SPP dan kualitas pendidikan. Semakin rendah kualitas
pendidikan maka akan menyebabkan semakin berkurangnya jumlah mahasiswa dan akhirnya
semakin kecil sumberdaya keuangan yang dimiliki. Semakin kecil sumber daya keuangan
yang dimiliki maka semakin menurun pula kualitas pendidikan sebuah PTS. Apabila hal ini
terjadi, dikhawatirkan akan berakibat pada semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia.
Saling keterkaitan antar aspek yang membentuk kualitas perguruan tinggi dipaparkan dalam
gambar berikut:
Banyak faktor yang dihadapi PTS untuk menjaga kondisi keberlanjutannya baik berupa
faktor eksternal maupun faktor internal. Faktor eksternal antara lain persaingan antar PTS,
persaingan dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi (PT) luar
negeri, kemampuan daya beli masyarakat, lapangan kerja bagi lulusan yang semakin
berkurang, dan lain-lain. Faktor internal antara lain manajemen internal PTS baik aspek
sistem manajemen maupun personil yang dimiliki. Yang harus dilakukan PTS untukmencapai keunggulan dan keberlanjutan adalah dengan memfokuskan seluruh energinya
pada pencapaian visi-misinya dengan menerapkan manajemen PTS yang berbasis pada
kinerja. Manajemen yang berbasis kinerja merupakan manajemen yang memfokuskan
Kualitaspendidikan tinggi Minat mahasiswa
Jumlah mahasiswaSumber daya
keuangan
Gambar 1. 1. Hubungan Kualitas Pendidikan, MinatMahasiswa, Jumlah Mahasiswa, & Sumber Daya.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
9/67
8
sumber daya pada pencapaian output , outcome , benefit , dan impact yang diikuti dengan
sistem audit dan sistem reward dan punishment .
Salah satu sumber daya utama selain sumber daya manusia yang merupakan energi dari
suatu organisasi adalah sumber daya keuangan. Uang merupakan salah satu faktor yang
mampu menggerakkan organisasi. Apabila uang dapat dikelola dalam pencarian sumber-
sumbernya dan dalam penggunaannya terfokus pada visi-misi yang telah ditetapkan maka
akan dapat mendukung keunggulan kompetitif PTS. Tatakelola keuangan yang
memfokuskan pada kinerja pencapaian visi-misi organsiasi dapat diistilahkan dengan
Tatakelola Keuangan berbasis Kinerja.
Penelitian ini akan dilakukan dengan tujuan untuk meguji faktor-faktor sistem dan
personil yang mempengaruhi pengembangan sistem tatakelola keuangan perguruan tinggi
swasta. Dalam tahapan selanjutnya berdasarkan hasil penelitian ini akan dibangun disain
model sistem tatakelola keuangan perguruan tinggi yang mampu mendukung tercapainya
GUG dengan harapan hasilnya mampu mendukung perguruan tinggi memfokuskan
energinya dalam pencapaian visi-misinya sehingga memiliki keunggulan kompetitif dan
pada akhirnya kualitas pendidikan tinggi di Indonesia semakin membaik.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
10/67
9
BAB II. STUDI PUSTAKA
A. State of The Art
Penelitian yang diajukan ini mendasarkan pada penelitian-penelitian sebelumnya yang
membahas mengenai manajemen keuangan perguruan tinggi, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian Indriasari dan Tanti (2006) mengenai persepsi manajer pendidikan pada
pelaporan manajemen.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsep tentang pengelola pendidikan yang
profesional selalu dikaitkan dengan pengetahuan tentang wawasan dan kebijakan
pendidikan, teori belajar dan pembelajaran, penelitian pendidikan (tindakan kelas),
evaluasi pembelajaran, kepemimpinan pendidikan, manajemen pengelolaan kelas, serta
teknologi informasi dan komunikasi. Manajemen pendidikan menurut penelitian
Balitbangdikbud (1991) merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan kualiatas
pendidikan. Dengan demikian, upaya peningkatan kualitas pendidikan harus dimulai
dengan pembenahan manajemen di samping peningkatan kualitas pendidik dan
pengembangan sumber belajar.
2. Penelitian Yunita, Rusliyawati, dan Yustikasari (2006) mengenai perbandingan
penerapan manajemen keuangan pendidikan di Indonesia dan Australia.
Kesimpulan dari penelitian di atas adalah mengenai perbandingan antara manajemen
keuangan pendidikan yang diterapkan di Indonesia dan di Australia. Pengukuran yang
dilakukan terhadap laporan keuangan pendidikan masing-masing sekolah menunjukkan
masih lemahnya manajemen keuangan pendidikan yang ada dan selama ini diterapkan
di Indonesia. Laporan keuangan sekolah di Australia telah mengelompokkan kos yang
ada ke dalam kos langsung dan tidak langsung, sehingga penggunaan dana dapat dengan
mudah ditelusuri dan diketahui. Dengan adanya pengelompokkan kos, kos total dapat
diketahui sehingga penghitungan tentang berapa besarnya kos untuk setiap siswa dapat
diketahui. Berbeda dengan Indonesia, banyak sekolah yang belum membuat laporan
keuangan. Laporan keuangan yang ada juga menunjukkan bahwa kos hanya
dikelompokkan sesuai dengan kegiatan rutin yang dilakukan, belum dikelompokkan
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
11/67
10
berdasarkan pengelompokan kos sehingga untuk menghitung berapa kos yang harus
ditanggung oleh setiap siswa masih belum akurat. Pendidikan Indonesia seharusnya
mencoba mengadaptasi hal-hal yang positif dari pendidikan negara-negara barat,
termasuk manajemen keuangan pendidikan yang telah diterapkan pada sistem
pendidikan negara-negara tersebut.
3. Penelitian Elim, Wahyuni, dan Himawan (2006) mengenai strategi pengembangan
manajemen keuangan pendidikan di Indonesia.
Kesimpulan yang dihasilkan dari penelitian di atas menunjukkan bahwa kegagalan
sistem pendidikan nasional (sisdiknas) di Indonesia, selain faktor komersialisasi yang
menggeser esensi tujuan pendidikan, faktor lainnya adalah kurang pahamnya
penyelenggara merumuskan sisdiknas, sehingga produk undang-undang sisdiknas
menimbulkan pro-kontra karena tidak berupaya mengoptimalkan potensi manusia
namun lebih mengarah kepada hal-hal yang tidak substansi-esensial, hanya bersifat
materi finansial-kuantifikasi. Pembenahan manajemen keuangan pendidikan di
Indonesia harus dimulai dengan menyusun suatu standar khusus mengenai manajemen
keuangan pendidikan yang komprehensif, dan mencakup standar manajemen keuangan
pendidikan dan standar keuangan. Untuk merancang sistem manajemen keuangan
pendidikan yang baik, pembuat regulasi harus memperhatikan setiap aspek yang terkait
dalam sistem pendidikan nasional, yaitu operator, evaluator, dan pengawas.
4. Penelitian Hendrian dan Sutanto (2006) mengenai peran masyarakat dalam
pengembangan kualitas manajemen pendidikan dalam perspektif akuntansi dan
keuangan.
Penelitian di atas menyimpulkan bahwa dengan rendahnya kemampuan pembiayaan
pemerintah, konsep partisipasi masyarakat dalam pendidikan dengan mudah bergeser
menjadi konsep mobilisasi pembiayaan dari masyarakat. Konsep mobilisasi ini masih
jauh dari konsep kepedulian dan keikutsertaan warga dalam pembuatan kebijakan, serta
pengambilan keputusan yang mempengaruhi pendidikan. Berbagai aspek manajemen
pendidikan dalam perspektif keuangan dan akuntansi dapat menjadi titik awal dalam
menentukan dari mana pemerintah dan masyarakat harusnya memperbaiki manajemen
pendidikan. Anggaran pendidikan, pola subsidi pendidikan, pelaporan pengelolaan
keuangan sekolah, pengukuran dan pelaporan kinerja sekolah, costing dan pricing
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
12/67
11
layanan pendidikan, audit keuangan dan kinerja sekolah adalah elemen-elemen yang
perlu segera diperbaiki dan diadakan dalam sebuah format regulasi yang mengikat para
pengelola pendidikan baik pada level kebijakan hingga level mikro pengelolaan sekolah
ini semua penting dalam upaya memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia.
5. Penelitian Mahsun (2006) mengenai studi cross sectional dan scorecard terhadap
kinerja perguruan tinggi terakreditasi.
Kesimpulan yang dihasilkan penelitian di atas adalah:
a. Ada perbedaan kinerja antara perguruan tinggi dengan status terakreditasi A,
perguruan tinggi dengan status terakreditasi B, dan perguruan tinggi dengan status
terakreditasi C berdasarkan perspektif keuangan.
b. Ada perbedaan kinerja antara perguruan tinggi dengan status terakreditasi A,
perguruan tinggi dengan status terakreditasi B, dan perguruan tinggi dengan status
terakreditasi C berdasarkan perpektif mahasiswa aktif.
c. Tidak ada perbedaan kinerja antara perguruan tinggi dengan status akreditasi A,
perguruan tinggi dengan status akreditasi B, dan perguruan tinggi dengan status
akreditasi C berdasarkan perpektif proses bisnis internal.
d. Ada perbedaan kinerja antara perguruan tinggi dengan status terakreditasi A,
perguruan tinggi dengan status terakreditasi B, dan perguruan tinggi dengan status
akreditasi C berdasarkan perspektif inovasi dan pembelajaran.
Dari- penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pendidikan baik di
pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi masih perlu untuk diperbaiki dan
ditingkatkan. Salah satu aspek utama untuk mendukung kualitas pendidikan adalah
manajemen di bidang pendidikan yang salah satunya adalah manajemen keuangan
pendidikan. Penelitian ini akan dilakukan dengan tujuan untuk melihat sejauhmana
implementasi tatakelola keuangan perguruan tinggi di Indonesia dalam hal ini adalah PTM
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dari aspek sistem maupun dari aspek personil.
Selanjutnya akan diuji pula pengaruh dari variabel-variabel di atas pada pencapaian (GUG)
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
13/67
12
B. Tinjauan Tentang Perguruan Tinggi
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No. 20 tahun 2003 pasal (19)
menyebutkan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Dan pada pasal 24 ayat (2) diatur
bahwa perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai
pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada
masyarakat. Berkenaan dengan pendanaan, ayat (3) berbunyi perguruan tinggi dapat
memperoleh sumber dana dari masyarakat yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan
prinsip akuntabilitas publik. Pendidikan tinggi, seperti halnya pendidikan dasar dan
menengah, menurut UU Sisdiknas, bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah, orang tua dan masyarakat. Ini artinya, masyarakat memiliki hak untuk
mendirikan dan mengelola peguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Secara tradisional, peranan institusi perguruan tinggi berfokus pada transfer atau
konservasi ilmu pengetahuan ( knowledge ) dan diharapkan untuk menjadi komunitas yang
memegang teguh nilai-nilai ( values ) yang dianggap ideal atau dijunjung tinggi suatu bangsa.
Ia diharapkan menjadi sebuah komunitas yang mampu melindungi dirinya dari kooptasi
nilai-nilai lingkungan diluarnya yang mungkin korup atau mengandung keburukan. Inilah
yang mendasari perlunya status independensi atau otonomi perguruan tinggi. Selain itu,
sebuah kebebasan atau independensi juga diperlukan untuk mendukung terwujudnya inovasi
atau perkembangan pemikiran dan ilmu pengetahuan. Kebebasan itu juga kemudian
menyentuh individu-individu yang tercakup dalam komunitas tersebut, karena pada
hakikatnya, inovasi dan pemikiran itu bukan dihasilkan oleh institusi, melainkan individu-
individu didalamnya.
Output dari perguruan tinggi diharapkan bukan hanya sumber daya manusia yang
berkualitas dan siap kerja, tapi lebih dari itu, menjadi agen-agen bangsa yang sanggup
mengelola dan mengarahkan perubahan di bangsa itu. Dengan dasar tujuan demikian, maka
pengelolaan sebuah institusi perguruan tinggi tidak mungkin disamakan dengan pengelolaan
sebuah negara maupun korporasi. Ada koridor-koridor tertentu yang berkaitan dengan nilai-
nilai luhur ( values ), baik dalam hal akademik maupun social values yang harus dijaga
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
14/67
13
didalamnya. Sementara hal-hal lain dalam penyelenggaraannya harus ditempatkan sebagai
means atau alat untuk mendukung pencapaian tujuan dasar tersebut.
Selain perubahan dari sentralisasi ke desentralisasi yang membawa banyak
perubahan juga bagaimana untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam
menghadapi persaingan bebas abad ke-21. Kebutuhan ini ditampung dalam Undang-Undang
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta pentingnya tenaga guru dan dosen sebagai
ujung tombak dari reformasi pendidikan nasional. Sistem Pendidikan Nasional Era
Reformasi yang diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 diuraikan dalam
indikator-indikator akan keberhasilan atau kegagalannya, maka lahirlah Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian
dijelaskan dalam Permendiknas RI.
Di dalam masyarakat Indonesia dewasa ini muncul banyak kritikan baik dari praktisi
pendidikan maupun dari kalangan pengamat pendidikan mengenai pendidikan nasional yang
tidak mempunyai arah yang jelas. Dunia pendidikan sekarang ini bukan merupakan
pemersatu bangsa tetapi merupakan suatu ajang pertikaian dan persemaian manusia-
manusiaa yang berdiri sendiri dalam arti yang sempit, mementingkan diri dan kelompok.
Menurut H.A.R. Tilaar, hal tersebut disebabkan adanya dua kekuatan besar yaitu kekuatan
politik dan kekuatan ekonomi. Kekuatan Politik Pendidikan masuk dalam subordinasi dari
kekuatan-kekuatan politik praktis, yang berarti pendidikan telah dimasukkan ke dalam
perebutan kekuasaan partai-partai politik, untuk kepentingan kekuatan golongannya.
Pandangan politik ditentukan oleh dua paradigma yaitu paradigma teknologi dan paradigma
ekonomi. Paradigma teknologi mengedepankan pembangunan fisik yang menjamin
kenyaman hidup manusia. Paradigma ekonomi lebih mengedepankan pencapaian kehidupan
modern dalam arti pemenuhan-pemenuhan kehidupan materiil dan mengesampingkan
kebutuhan non materiil duniawi. Pada sisi kekuatan ekonomi, manusia Indonesia tidak
terlepas dari modernisasi seperti teknologi informasi dan teknologi komunikasi.
Neoliberalisme pendidikan membawa dampak positif dan negatif. Positifnya yaitu
pendidikan menunjang perbaikan hidup dan nilai negatifnya yaitu mempersempit tujuan
pendidikan atas pertimbangan efisiensi, produksi, dan menghasilkan manusia-manusia yang
dapat bersaing, yaitu pada profit-oriented yang mencari keuntungan sebesar-besarnya
terhadap investasi yang dilaksanakan dalam bidang pendidikan.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
15/67
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
16/67
15
3. Transparency
Transparansi mengandung arti bahwa pengambilan dan pengimplementasian keputusan
dilakukan dalam tata cara yang mengukuti hukum dan peraturan. Ia juga berarti bahwa
informasi tersedia secara bebas dan dapat diakses langsung oleh mereka yang akan
dipengaruhi oleh keputusan tersebut. Informasi yang tersedia haruslah dalam bentuk dan
media yang mudah dimengerti.
4. Responsiveness
Good governance memerlukan institusi dan proses didalamnya yang mencoba untuk
melayani semua stakeholders dalam kerangka waktu tertentu yang sesuai.
5. Consensus oriented
Ada lebih dari satu aktor dan banyak sudut pandang dalam suatu komunitas. Good
governance memerlukan mediasi dari kepentingan-kepentingan yang berbeda di
masyarakat dalam rangka mencapai sebuah konsensus umum dalam masyarakat yang
merupakan kepentingan atau keputusan yang terbaik yang dapat dicapai untuk seluruh
masyarakat. Ini memerlukan perspektif luas dan jangka panjang mengenai apa yang
diperlukan untuk pengembangan manusia secara berkesinambungan. Ini hanya dapat
dicapai melalui pemahaman yang baik atas konteks historis, kultural dan sosial di
komunitas atau masyarakat tersebut.
6. Equity and inclusiveness
Keberadaan sebuah masyarakat bergantung pada proses memastikan bahwa seluruh
anggotanya merasa bahwa mereka memiliki kepentingan didalamnya dan tidak merasa
dikucilkan dari mainstream masyarakat tersebut. Ini memerlukan semua kelompok,
terutama yang paling lemah, memiliki kesempatan untuk meningkatkan atau
mempertahankan keberadaan mereka.
7. Effectiveness and efficiency
Good governance berarti bahwa output dari seluruh proses dan institusi tepat sasaran atau
sesuai dengan kebutuhan masyarakat disamping efisien dalam pemanfaatan sumber daya
untuk melakukannya. Konsep efisiensi dalam konteks good governance juga mencakup
penggunaan sumber daya alam dengan memperhatikan kesinambungan dan perlindungan
lingkungan.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
17/67
16
8. Accountability
Akuntabilitas adalah salah satu kebutuhan utama dalam good governance . Tidak hanya
untuk institusi pemerintahan, melainkan juga sektor swasta dan organisasi-organisasi civil
society harus bisa diakun oleh publik dan stakeholders- nya. Secara umum, sebuah
organisasi atau institusi bertanggung jawab pada pihak-pihak yang dipengaruhi oleh
tindakan-tindakan atau keputusan-keputusan mereka. Akuntabilitas tidak mungkin
ditegakkan tanpa adanya transparansi dan supremasi hukum.
Secara sederhana, good university governance dapat kita pandang sebagai penerapan prinsip-
prinsip dasar konsep “ good governance ” dalam sistem dan proses governance pada institusi
perguruan tinggi, melalui berbagai penyesuaian yang dilakukan berdasarkan nilai-nilai yang
harus dijunjung tinggi dalam penyelenggaraan perguruan tinggi secara khusus dan
pendidikan secara umum. Basis pada tujuan pengembangan pendidikan dan keilmuan
akademik, pengembangan manusia seutuhnya. Yang lain ditempatkan sebagai alat atau
means , bukan tujuan dasar.
Dalam penyelenggaraannya, sebuah institusi perguruan tinggi harus memenuhi
prinsip-prinsip partisipasi, orientasi pada konsensus, akuntabilitas, transparansi, responsif,
efektif dan efisien, ekuiti (persamaan derajat) dan inklusifitas, dan penegakan/supremasi
hukum. Yang berbeda adalah nilai dan tujuan yang menjiwainya. Prinsip-prinsip manajerial
tersebut hendaknya diterapkan untuk mendukung fungsi-fungsi dan tujun dasar pendidikan
tinggi. Selain itu, perbedaan lain adalah dalam hal stakeholders yang terkait dengan
penyelenggaraan pendidikan dan perguruan tinggi.
Keistimewaan institusi perguruan tinggi dibanding institusi lain terletak pada fungsi
dasarnya, yaitu dalam hal pendidikan, pengajaran dan usaha penemuan atau inovasi. Fungsi-
fungsi inilah yang kemudian mendefinisikan peranan perguruan tinggi dalam masyarakat.
Wacana yang kemudian sering mengemuka dalam penyelenggaraan perguruan tinggi
kemudian adalah mengenai academic excellence dan manajemen perguruan tinggi, termasuk
dalam hal pembiayaan.
Ada sebuah kesepahaman atau kesetujuan umum mengenai pentingnya otonomi
dalam usaha pencapaian academic excellence (yaitu dalam hal pengajaran dan riset) untuk
perguruan tinggi, akan tetapi hal yang sama belum berlaku dalam hal manajerial dan
pembiayaan. Perbedaan pandangan ini biasanya terkait dengan pentingnya fungsi perguruan
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
18/67
17
tinggi bagi masyarakat dan mahalnya biaya penyelenggaraan pendidikan tinggi.
Kecenderungan saat ini, tingginya biaya pendidikan tinggi biasanya dianggap dapat
membebani negara dan masyarakat, sehingga perguruan tinggi dianggap lebih baik berusaha
mencari sumber-sumber pembiayaan mandiri.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan good university
governance ini, terutama dalam hal penerapan prinsip-prinsip atau karakteristik dasarnya.
1. Penentuan stakeholders . Inti dari proses governance yang baik adalah bagaimana
hubungan antar stakeholders didalamnya. Untuk itu, maka kita terlebih dahulu perlu
mendefinisikan siapa para stakeholders tersebut. Stakeholder pertama adalah warga
kampus, yaitu manajer eksekutif, mahasiswa, dosen, karyawan, dsb. Yang kedua
adalah pihak-pihak diluar perguruan tinggi yang mempengaruhi atau dipengaruhi
oleh keberadaan perguruan tinggi. Kelompok stakeholders kedua ini berarti
termasuk negara, masyarakat umum, calon mahasiswa baru, sektor swasta dan
sebagainya. Masyarakat secara umum merupakan entitas yang mendasari munculnya
pendidikan tinggi, dan pada dasarnya pendidikan tinggi dibangun untuk mengabdi
pada masyarakat, tidak hanya untuk membekali individu-individu dalam
memperoleh pekerjaan yang layak baginya. Penyelenggara perguruan tinggi pada
hakikatnya harus mampu memberikan pertanggungjawaban pada seluruh
stakeholders ini.
2. Pendefinisian peranan dan tanggung jawab masing-masing stakeholders . Hal ini
harus didahului dengan pembangunan kesadaran dalam diri seluruh stakeholders
bahwa mereka memiliki kepentingan dan karenanya harus turut berpartisipasi dalam
penyelenggaraan perguruan tinggi.
3. Partisipasi. Partisipasi atau pelibatan aktif dari seluruh stakeholders merupakan
sesuatu yang vital dalam penyelenggaraan governance yang baik. Hal ini hanya
dapat dilakukan apabila dari pihak stakeholders sendiri memiliki kesadaran untuk
berpartisipasi dan ada kesempatan atau fasilitas yang terbuka seluas mungkin untuk
itu. Kesempatan dan fasilitas ini harus disediakan oleh pihak penyelenggara
perguruan tinggi. Partisipasi atau pelibatan ini harus terbuka dalam setiap langkah
dalam proses pembangunan atau penyelenggaraan perguruan tinggi. Artinya, usaha
pelibatan harus mulai dilakukan sejak tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
19/67
18
Selama ini, dalam praktiknya, usaha pelibatan atau kesempatan partisipasi hanya
diberikan pada tahap implementasi sebuah program, sementara belum tentu seluruh
stakeholders menyetujui program tersebut. Yang lebih parah lagi, “kesempatan” itu
seringkali lebih bersifat sosialisasi program dari rektorat pada stakeholders . Seluruh
stakeholders sudah harus mulai diberi kesempatan berpartisipasi sejak awal
perencanaan program-program dan sasaran kedepan. Hal ini penting untuk menjaga
komitmen seluruh stakeholders dan menjadi basis legitimasi program-program
pembangunan.
4. Penegakkan hukum. Pelaksanaan fungsi-fungsi perguruan tinggi tidak mungkin
dapat berjalan dengan kondusif apabila tidak ada sebuah hukum atau peraturan yang
ditegakkan dalam penyelenggaraannya. Aturan-aturan itu, berikut sanksi-sanksinya,
hendaknya merupakan hasil konsensus dari stakeholders , untuk meningkatkan
komitmen dari semua pihak untuk mematuhinya. Aturan-aturan itu dapat disusun
dalam bidang akademik maupun non-akademik. Yang perlu diperhatikan adalah
aturan yang dibuat tidak dimaksudkan untuk mengekang kebebasan stakeholders
untuk berekspresi, melainkan untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan fungsi-
fungsi perguruan tinggi dengan seoptimal mungkin.
5. Transparansi. Transparansi atau keterbukaan merupakan sebuah prasyarat dasar
untuk menunjang adanya partisipasi dan menjaga akuntabilitas institusi. Proses
partisipasi memerlukan ketersediaan informasi yang memadai dan kemudahan bagi
seluruh stakeholders dalam mengakses informasi tersebut. Selain itu, transparansi
memungkinkan seluruh stakeholders untuk dapat mengawasi dan mengevaluasi
kinerja institusi. Dalam hal anggaran atau keuangan, transparansi ini menjadi sangat
urgen. Akan tetapi, transparasi ini hendaknya tidak hanya dalam hal anggaran,
melainkan seluruh dinamika yang terjadi dalam dinamika penyelenggaraan
perguruan tinggi.
6. Responsivitas. Sifat responsif ini dapat kita bagi dalam dua konteks. Pertama, pihak
penyelenggara perguruan tinggi harus mampu menangkap isu-isu dan permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam dinamika penyelenggaraan perguruan tinggi
tersebut. Mereka harus mampu merespon harapan-harapan stakeholders dan
menyikapi permasalahan yang terjadi. Yang kedua, dalam konteks yang lebih luas,
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
20/67
19
perguruan tinggi secara institusi harus mampu bersikap responsif terhadap
permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya dan mempu bertindak atau
berpartisipasi untuk menyikapinya. Pada dasarnya, pendidikan tinggi harus mampu
responsif untuk menyikapi permasalahan-permasalah di bangsa yang menaunginya
dan selalu berusaha untuk memenuhi harapan-harapan dan amanat yang diembannya
dari masyarakat.
7. Orientasi pada konsensus. Proses pengambilan segala keputusan atau kebijakan
dalam penyelenggaraan perguruan tinggi hendaknya mengutamakan konsensus atau
kesepakatan dari stakeholders .
8. Persamaan derajat dan inklusivitas. Seluruh prinsip-prinsip tadi hanya mungkin
terwujud apabila ada satu kesepahaman mengenai persamaan derajat ( equity ) setiap
entitas stakeholders . Artinya, paradigma yang dipakai bukanlah hierarkikal atau ada
satu kelompok yang derajatnya lebih tinggi dibanding kelompok lain. Sebaliknya,
paradigma yang dipakai adalah persamaan derajat dan adanya pemahaman bersama
bahwa perbedaan antar stakeholders sebenarnya terletak pada peranan, tanggung
jawab, dan amanat yang diemban. Dengan begitu akan tercipta rasa saling
menghargai dan menghormati antar stakeholders , mengingat penyelenggaraan
perguruan tinggi tidak akan berjalan dengan baik apabila salah satu dari peran
masing-masing stakeholders tidak berfungsi.
9. Efektifitas dan efisiensi. Output dari seluruh proses penyelenggaraan atau program-
program yang digariskan harus tepat sasaran (efektif) atau sesuai dengan kebutuhan
dan harapan stakeholders . Yang terutama adalah efektif dalam menunjang fungsi-
fungsi pendidikan, khususnya dalam hal peningkatan mutu akademik dan riset.
Selain itu, penyelenggaraan perguruan tinggi juga harus efisien dalam pemanfaatan
sumber daya untuk melakukannya.
10. Akuntabilitas. Institusi perguruan tinggi harus mampu mempertanggungjawabkan
seluruh rangkaian proses penyelenggaraan perguruan tinggi terhadap seluruh
stakeholders , baik internal maupun eksternal, terutama pada masyarakat umum.
Pertanggungjawaban ini dapat dilakukan secara rutin dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, dalam hal anggaran setiap tahun perlu dilakukan proses audit, baik audit
internal maupun audit eksternal yang dilakukan oleh akuntan publik. Hasil audit
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
21/67
20
maupun laporan pertanggungjawaban lain harus dengan mudah dapat diakses oleh
seluruh stakeholders . Selain itu, untuk mendukung akuntabilitas ini, prinsip
transparansi juga harus diterapkan dengan benar.
11. Values yang harus dijunjung tinggi perguruan tinggu. Seluruh prinsip ini harus
dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai dan tujuan dasar yang dianut
dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, dan diterapkan untuk menunjang
pelaksanaan fungsi-fungsi dasar perguruan tinggi. Perguruan tinggi mengemban
amanat dan harapan yang besar dari masyarakat, bangsa dan negara, sehingga
penyimpangan dari nilai-nilai ini merupakan sebuah pengkhianatan terhadap amanat
dan harapan itu.
D. Tantangan Perguruan Tinggi Swasta
Dalam rangka mewujudkan GUG, hal-hal yang menjadi tantangan perguruan tinggi swasta
antara lain adalah bagaimana menumbuhkan sumber-sumber pendanaan baru yang produktif,
tatakelola keuangan, kebebasan lebih besar dalam merumuskan kurikulum dan hal-hal lain
yang terkait dengan bidang akademis, akuntabilitas publik dan sebagainya. Pemikiran-
pemikiran baru mulai bermunculan mengenai bagaimana konsep penyelenggaraan institusi
perguruan tinggi yang dianggap cukup ideal untuk menghadapi tantangan-tantangan baru
tersebut. Konsep tersebut, apapun bentuknya, harus memperhatikan pelibatan dan
pemenuhan kebutuhan dari seluruh stakeholders yang terkait dengan institusi perguruan
tinggi, mengingat peranan ideal pendidikan tinggi bagi sebuah bangsa yang sangat vital
dalam menelurkan calon putra-putra terbaiknya dan memperhatikan bahwa lingkungan
perguruan tinggi merupakan sebuah komunitas yang relatif kritis terhadap permasalahan-
permasalahan disekitarnya.
Pengelolaan dana perguruan tinggi haruslah diikuti dengan transparansi anggaran
secara menyeluruh kepada publik berdasarkan prinsip keadilan, akuntabilitas, dan kejujuran
seperti yang dijelaskan dalam pasal 48 UU Sisdiknas No 20/2003. Prinsip akuntabilitas dan
transparansi adalah prinsip dasar untuk membawa sebuah perguruan tinggi menuju GUG .
Memahami prinsip-prinsip dasar dalam GUG akan memacu untuk mencari bentuk yang
terbaik sebuah perguruan tinggi yang paling dekat dengan para sivitas akademika.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
22/67
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
23/67
22
meningkatkan akuntabilitas kinerja (Artley, 2001) dan penggunaan informasi kinerja (The
Urban Institute, 2002). Cavalluzzo dan Ittner (2003) juga berpendapat bahwa komitmen
manajemen berpengaruh positif terhadap pengembangan indikator kinerja, akuntabilitas
kinerja dan penggunaan informasi kinerja yang dihasilkan oleh penerapan sistem manajemen
yang baik.
Keterbatasan Sistem Informasi
Teknologi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kesuksesan implementasi
suatu sistem informasi. Organisasi yang tidak memiliki teknologi yang tepat dan memadai
biasanya akan mengalami kesulitan dalam mendesain, mengimplementasi, dan mengevaluasi
produk atau jasa yang sudah dihasilkan (Poole et a l., 2001). Di lain pihak, organisasi dengan
kualitas sistem informasi yang lebih baik akan dapat mengimplementasikan sistem tatakelola
organisasi secara lebih mudah dibandingkan dengan organisasi dengan sistem informasi
yang kurang baik karena biaya tatakelola yang lebih kecil sebagaimana dinyatakan oleh
Krumwiede (1998) dalam Cavalluzo dan Ittner (2003). Kondisi ini mengarah kepada
hubungan positif antara kemampuan sistem informasi yang ada dengan kesuksesan
implementasi. Beberapa hasil penelitian di sektor publik mengindikasikan bahwa masalah
sistem informasi menggambarkan hambatan utama terhadap kesuksesan implementasi sistem
tatakelola organisasi. Hal ini berhubungan dengan keterbatasan kemampuan sistem informasi
yang ada untuk memberikan data yang reliabel, valid, tepat waktu dan dengan biaya yang
efektif. Kravcuk dan Schank (1996) menunjukkan bahwa organisasi sektor publik sering
menghadapi masalah yang serius dalam tatakelola keuangan karena adanya berbagai masalah
dalam sistem informasi yang digunakan seperti perbedaan definisi data, teknologi,
kemudahan akses, dan jumlah data yang didapatkan. Penggunaan sistem pengukuran kinerja
untuk akuntabilitas dan mendukung pembuatan keputusan kemungkinan menjadi terbatas
karena keterbatasan sistem informasi akan menghalangi para manajer memperoleh data yang
tepat waktu dan reliabel. Menurut Cavalluzzo dan Ittner (2003), keterbatasan sistem
informasi dalam suatu organisasi berpengaruh negatif terhadap pengembangan sistem
tatakelola organisasi.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
24/67
23
Otoritas Pengambilan Keputusan
Otoritas pengambilan keputusan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mempunyai
otorisasi atau hak untuk membuat keputusan dengan persyaratan yang telah ditentukan
terlebih dahulu dalam rangka mencapai tujuan strategis organisasi (Cavalluzzo dan Ittner,
2003). Pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari pimpinan kepada para
bawahannya merupakan elemen penting untuk terciptanya peningkatan kinerja organisasi
(Yasunari Tamada dan Tsung-Sheng Tsai, 2004). Terpusatnya otoritas pengambilan
keputusan akan menghambat kreatifitas dan pengambilan resiko, yang pada akhirnya akan
menghambat berbagai usaha untuk melakukan perubahan dan inovasi dalam suatu organisasi
(Poole et al., 2001). Terpusatnya otoritas pengambilan keputusan juga akan mengurangi
tingkat akuntabilitas diantara personil organisasi sektor publik dan menyebabkan timbulnya
keputusan tentang kinerja dan sumber daya yang tidak diinginkan serta mismanagement yang
mengarah pada penurunan kualitas pelayanan publik (Mwita, 2000). Dalam lingkup
penerapan tatakalola keuangan yang baik, Laurensius (2004) berpendapat bahwa personil
perlu diberi otoritas untuk membuat ukuran atau target kinerja sendiri dan untuk mencapai
target itu sesuai aturan ( rules of the game ) yang berlaku dalam organisasi. Implementasi
sistem pengukuran kinerja sering gagal karena faktor keterlibatan karyawan tidak
diperhatikan. Keterlibatan staf program dalam pengembangan sistem pengukuran kinerja
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan informasi kinerja
dalam suatu organisasi (The Urban Institute, 2002). Otoritas pengambilan keputusan juga
merupakan faktor yang mempengaruhi terwujudnya akuntabilitas kinerja (Artley, 2001).
Selanjutnya Cavalluzzo dan Ittner (2003) telah membuktikan bahwa otoritas pengambilan
keputusan yang diberikan kepada pihak manajemen berpengaruh positif terhadap
pengembangan sistem pengukuran kinerja, akuntabilitas kinerja dan penggunaan informasi
kinerja yang dihasilkan oleh implementasi sistem pengukuran kinerja. Pendapat ini cukup
beralasan karena para manajer yang mempercayai bahwa implementasi sistem tatakelola
yang baik akan dapat mendukung aktifitas pembuatan keputusan mereka.
Berdasarkan telaah literatur di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Komitmen manajemen berpengaruh positif terhadap penerapan tatakelola keuangan
yang baik.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
25/67
24
H2: Keterbatasan sistem informasi berpengaruh negatif terhadap penerapan tatakelola
keuangan yang baik.
H3: Otoritas pengambilan keputusan berpengaruh positif terhadap penerapan tatakelola
keuangan yang baik.
H4: Komitmen manajemen berpengaruh positif terhadap Good University Governance .
H5: Keterbatasan sistem informasi berpengaruh negatif terhadap Good University
Governance .
H6: Otoritas pengambilan keputusan berpengaruh positif terhadap Good University
Governance
H7: Tatakelola keuangan yang baik berpengaruh positif terhadap Good University
Governance .
E. Model Penelitian
Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan dapat disusun model penelitian sebagai
berikut:
Komitmenmanajemen
KeterbatasanSistem
Informasi
Otoritaspengambilkeputusan
Penerapan SistemTata kelola
keuangan yangbaik
GoodUniversity
Governance
Gambar 2. 1. Hubungan Struktural Antarvariabel Lengkap
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
26/67
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
27/67
26
(Sekaran, 2003). Dalam operasionalisasi variabel, masing-masing variabel diuraikan definisi
operasionalnya.
Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
Variabel X 1: Komitmen Manajemen
Variabel ini mengukur tingkat komitmen manajemen untuk menyediakan sumber daya
dalam implementasi sistem pengukuran kinerja organisasi. Diukur berdasarkan jawaban
responden bahwa organisasi memiliki komitmen untuk mengalokasikan sumber daya yang
digunakan dalam penerapan sistem tatakelola keuangan yang baik (meliputi: waktu, orang,
uang); menugaskan staf organisasi untuk melakukan evaluasi terhadap sistem tatakelola
keuangannya, menugaskan divisi/ departemen dalam organisasi untuk melakukan evaluasi
tatakelola keuangannya; mengumpulkan data yang relevan dan reliabel sehingga dapat
digunakan untuk mendukung tatakelola keuangan yang baik; serta menggunakan benchmark
untuk mengevaluasi penerapan sistem tatakelola keuangan yang ada.
Variabel X 2: Keterbatasan Sistem Informasi
Variabel ini mengungkapkan keterbatasan kemampuan sistem informasi yang dimiliki suatu
organisasi untuk memberikan data yang diperlukan secara valid, reliabel, dan tepat waktu.
Variabel ini diukur berdasarkan jawaban responden terhadap beberapa pertanyaan mengenai:
kesulitan memperoleh data yang valid atau reliabel; kesulitan memperoleh data secara tepat
waktu; biaya pengumpulan data yang tinggi; dan ketidakmampuan teknologi informasi yang
ada untuk memberikan data yang diperlukan.
Variabel X 3: Otoritas Pengambil Keputusan
Variabel ini mengungkapkan tingkat otoritas pengambilan keputusan berdasarkan informasi
kinerja yang didelegasikan oleh organisasi kepada personilnya untuk mendukung pencapaian
tujuan strategis organisasi. Tingkat otoritas pembuatan keputusan diukur berdasarkan
jawaban responden terhadap pertanyaan yang menanyakan seberapa tinggi otoritas
pembuatan keputusan yang dimiliki para manajer pada tingkatan responden untuk mencapai
tujuan strategis organisasi.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
28/67
27
Variabel Y:Penerapan Tatakelola Keuangan Yang Baik
Tatakelola keuangan yang baik merupakan mekanisme pengelolaan keuangan di suatu
organisasi yang dimuali sejak perencanaan, penatausahaan keuangan, pelaporan keuangan,
audit, dan penghargaan serta hukuman yang dilaksanakan yang mampu mendukung proses
akademik, proses sumber daya, dan proses tatakelola yang lain secara cepat dan tepat.
Pengukuran variabel ini dilakukan dengan mengeksplorasi jawaban responden mengenai
keberadaan dan kualitas dari perencanaan, penatausahaan keuangan, pelaporan keuangan,
audit, dan pemberian penghargaan serta hukuman terkait penerapan sistem tatakelola
keuangan pada universitas.
Variabel Z: Good University Governance
GUG adalah suatu mekanisme tatakelola organisasi yang memenuhi komponen-komponen
GUG yang dalam hal ini adalah terciptanya transparansi, akuntabilitas, responsif, adil, dan
bertanggungjawab. Pengukuran variabel GUG ini dilakukan dengan mengeksplorasi jawaban
responden tentang sejauhmana transparansi, akuntabilitas, responsivitas, keadilan, dan
tanggungjawab universitas dalam berbagai hal.
C. Populasi
Menurut Sekaran (2003), populasi adalah the entire group of people, events, or things of
interest that the researcher wishes to investigate, sedangkan sampel adalah a subset of the
population .
Populasi sebagai keseluruhan unit analisis penelitian ini adalah seluruh PTM di Indonesia
sebagai unit analisisnya. Jumlah responden setiap unit analisis pada penelitian ini adalah:
Rektor, Wakil Rektor Bidang Akademik, Wakil Rektor Bidang Keuangan, Wakil Rektor
bidang Kemahasiswaan, Dekan, Wakil Dekan, Kepala Prodi, dan Sekretaris Prodi.
D. Metode Analisis
Metode Pengujian DataMengingat pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, kesungguhan
responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting
dalam penelitian ini. Keabsahan atau kesahihan suatu hasil penelitian sosial sangat
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
29/67
28
ditentukan oleh alat ukur yang digunakan. Apabila alat ukur yang digunakan tidak valid atau
tidak dapat dipercaya (tidak reliabel), hasil penelitian yang diperoleh tidak akan
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Pentingnya aspek validitas dan reliabilitas
tersebut menjadi alasan pentingnya pengujian validitas dan reliabilitas pada data yang
diperoleh sebelum nantinya dianalisis.
Uji Validitas ( Test of validity )
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang telah disusun benar-benar
dapat mengukur apa yang perlu diukur. Uji Validitas dimaksudkan sebagai ukuran seberapa
cermat alat ukur melakukan fungsi ukurannya. Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi akan
mempunyai varian kesalahan yang kecil sehingga data yang terkumpul merupakan data yang
dapat dipercaya.
Uji Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian validitas terhadap item
pertanyaan (validitas item). Pengertian dari validitas item adalah bahwa setiap item
(pertanyaan) dapat dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total.
Dengan kata lain, sebuah item pertanyaan dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika
terdapat skor kesejajaran (korelasi yang tinggi) terhadap skor total item. Pengujian terhadapvaliditas item ini dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing skor butir pertanyaan
dengan total skor untuk masing-masing variabel menggunakan korelasi Product Momen
Pearson (Syahri Alhusni, 2002). Apabila angka korelasi signifikan berarti alat ukur tersebut
valid dan layak digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian. Sebaliknya bila tidak
signifikan maka tidak akan diikutsertakan dalam pengujian hipotesis penelitian.
Setelah dapat ditentukan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah valid, maka selanjutnya pertanyaan yang dinyatakan valid tersebut diuji
reliabilitasnya.
Uji Reliabilitas ( Test of reliability )
Pengujian reliabilitas atau keandalan adalah berkaitan dengan tingkat kepercayaan terhadap
instrumen penelitian. Penerapan uji reliabilitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
instrumen berupa kuesioner pada dasarnya menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan,
kestabilan atau konsistensi yang baik dalam mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
30/67
29
individu, walaupun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Dapat disimpulkan, reliabilitas
instrumen berhubungan dengan ketepatan hasil penelitian. Uji reliabilitas dilakukan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid untuk mengetahui sejauhmana hasil pengukuran
tetap konsisten bila dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama.
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha dimana Instrumen
dikatakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh >0,60
(Imam Ghozali, 2002).
Paparan Analisis Deskriptif
Sebelum data yang sudah diuji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji hipotesis,
terlebih dahulu akan dipaparkan analisis deskriptif data penelitian untuk melihat kondisi riil
masing-masing dimensi dan variabel. Kriteria kondisi dimensi dan variabel dibangun dengan
mengkonversikan skala likert yang digunakan sebagai berikut:
1. Menentukan nilai konversi dari skor skala likert yang digunakan.
Skala likert memiliki skor minimal 1 dan skor maksimal 5. Skor maksimal 5
menunjukkan nilai maksimal yaitu nilai 100%. Dengan pertimbangan tersebut maka skor
1 dikonversikan menjadi nilai sebesar: 1/5 x 100%=20 %. Jangkauan nilai masing-masing
skor dapat dihitung: (100%-20%)/5=16%
2. Mengkonversi skor jawaban responden menjadi nilai.
Konversi skor jawaban responden menjadi nilai menggunakan rata-rata tertimbang
sebagai berikut:
Nilai= [ ] max xS F FiSi
∑∑
Dimana
Fi : frekuensi untuk skor i
Si : skor 1
Smax : skor maksimal = 5
F : frekuensi
3. Membuat kesimpulan deskriptif sesuai dengan sebagai berikut:
a) Apabila 20%
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
31/67
30
b) Apabila 36%
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
32/67
31
Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa varian variabel tidak sama untuk semua
pengamatan. Situasi heteroskedastisitas menyebabkan terjadinya kesalahan dalam menaksir
koefisien regresi. Untuk melihat terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas, dapat dilakukan
dengan mendasarkan pada grafik plot antara nilai prediksi variabel (Z PRED) dengan
residualnya (SRESID). Apabila tidak terdapat pola tertentu dari sebaran titik-titik pada grafik
dan titik-titik menyebar di antara angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan model
regresi tidak terjadi heteroskedastisitas (Montgomery & Peck, 1992).
Metode Analisis Data dan Rancangan Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan terhadap hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya untuk
menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis tersebut. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui pengaruh antar variabel seperti tertuang pada paradigma struktural secara
lengkap. Pengujian atas struktur di atas dilakukan menggunakan analisis jalur ( path
analysis ).
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan model analisis jalur dengan
alasan bahwa model penelitian merupakan model struktural yang meliputi baik pengaruh
langsung maupun pengaruh tidak langsung.
Prosedur teknik pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur adalah sebagai
berikut:
1. Perumusan persamaan struktural dan diagram jalur.
2. Menghitung atau menentukan koefisien jalur.
3. Pengujian koefisien jalur.
4. Dekomposisi pengaruh kausal antar variabel.
Pengujian hipotesis sejalan dengan paradigma penelitian seperti tertuang pada
gambar hubungan struktural antarvariabel. Berdasarkan gambar tersebut, struktur hubungan
antar variabel dapat dibagai ke dalam tiga sub struktur sedangkan pengujian hipotesisnya
adalah sebagai berikut:
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
33/67
32
1) Pengujian pengaruh komitmen manajemen (X 1), keterbatasan sistem informasi (X 2),
dan otoritas pengambil keputusan (X 3) terhadap penerapan tatakelola keuangan
yang baik (Y)
Pengujian hipotesis pertama, kedua, dan ketiga mendasarkan pada sub struktur pertama yang
mengidentifikasikan pengaruh dari variabel X 1, X 2, X 3 terhadap Y dengan persamaan sebagai
berikut:
Y=P YX 1 X1+P YX 2X2+P YX3X3+P Y εεεε 1
Persamaan struktural di atas dapat digambarkan ke dalam bentuk sebagai berikut:
Uji hipotesis pertama tentang pengaruh variabel X 1, X 2, X 3, terhadap variabel Y dilakukan
dengan menguji hipotesis sebagai berikut:
Ho : PYX i=0
Ha : PYX i≠ 0
i : 1,2,3
Nilai PYX i adalah nilai koefisien jalur yang ditaksir atau dihitung berdasarkan data hasil
pengamatan. Hipotesis di atas diuji dengan menggunakan pengujian t dalam rangka menilai
signifikansi dari nilai PYX i sebagai berikut:
a) Menentukan nilai t hitung dengan rumus (Kusnendi, 2005):
)( YXi
YXiYXi se
t ρ
ρ = di mana:
ρ Yxi = koefisien jalur yang akan diuji
PYX1
P Y ε εε ε 1 PYX3
PYX2 Y
X1
X2
X3
Gambar 3. 1. Sub Struktur Pertama
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
34/67
33
tYxi = nilai t hitung dari setiap koefisien jalur variabel eksogen
se ( ρ YXi) = standar error koefisien jalur yang bersesuaian
b) Menguji nilai t hitung yang sudah dihasilkan pada poin pertama dengan caramembandingkan t hitung dengan t tabel (dengan dk=n-k-2) dimana n adalah jumlah
pengamatan dan k menunjukkan jumlah variabel eksogen yang terdapat dalam sub
struktur yang sedang diuji atau dengan membandingkan nilai p value (sig t) hasil
output regresi menggunakan SPSS dengan nilai α (0,05) yang telah ditentukan
sebelumnya. Apabila t hitung lebih besar dari t tabel atau p value (sig t) lebih kecil
dari α , dapat disimpulkan bahwa Ho berhasil ditolak atau dalam hal ini nilai
koefisien jalur yang didapatkan adalah signifikan.
3) Pengujian keempat, kelima, keenam, dan ketujuh: pengaruh komitmen
manajemen (X 1), keterbatasan sistem informasi (X 2), otoritas pengambil
keputusan (X 3), dan penerapan tatakelola keuangan yang baik (Y) terhadap good
university governance (Z)
Pengujian hipotesis keempat, kelima, dan keenam mendasarkan pada sub struktur kedua
yang mengidentifikasikan pengaruh dari variabel X 1, X 2, X 3 dan Y terhadap Z dengan
persamaan sebagai berikut:
Z=P ZX1 X1+P ZX2 X2+P ZX3 X3+P ZY Y+P Z εεεε 2
Persamaan struktural di atas dapat digambarkan ke dalam bentuk sebagai berikut:
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
35/67
34
Uji hipotesis keempat, kelima, keenam, dan ketujuh tentang pengaruh variabel X 1, X 2, X 3,
danY terhadap variabel Z dilakukan dengan menguji hipotesis sebagai berikut:
Ho : P ZXi=0
Ha : P ZXi ≠ 0
i:1,2,3
dan
Ho : P ZY=0
Ha : P ZY≠ 0
Nilai P ZXi dan P ZY adalah nilai koefisien jalur yang ditaksir atau dihitung berdasarkan data
hasil pengamatan. Hipotesis di atas diuji dengan menggunakan pengujian t dalam rangka
menilai signifikansi dari nilai P ZXi dan P ZY sebagai berikut:
a) Menentukan nilai t hitung dengan rumus:
)(PZXi
ZXi ZXi se
Pt =
PYX 1
PYX 3
PYX 2
Z
X1
X2
X3
PZY
Y
ε 2
PZ ε 2
Gambar 3. 2. Sub Struktur Kedua
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
36/67
35
)( PZY
ZY ZY se
Pt =
di mana:
PZXi dan P ZY = Koefisien jalur yang akan diuji
tZxi dan t ZY = Nilai t hitung dari setiap koefisien jalur variabel eksogen
se (PZXi) dan se (PZY) = Standar error koefisien jalur yang bersesuaian
b) Menguji nilai t hitung dengan membandingkan t hitung dengan t tabel (dengandk=n-k-2) dimana n adalah jumlah pengamatan dan k menunjukkan jumlah variabel
eksogen yang terdapat dalam sub struktur yang sedang diuji atau dengan
membandingkan nilai p value (sig t) hasil output regresi menggunakan SPSS dengan
nilai α yang telah ditentukan sebelumnya (0,05). Apabila t hitung lebih besar dari t
tabel atau p value (sig t) lebih kecil dari α , dapat disimpulkan bahwa Ho berhasil
ditolak atau dalam hal ini nilai koefisien korelasi yang didapatkan adalah signifikan.
c) Untuk menguji signifikansi pengaruh X 1, X 2, X 3, dan Y terhadap Z secara simultan
dilakukan dengan uji F dengan membandingkan nilai pvalue
(sig t) dari uji Fterhadap nilai α . Apabila p value (sig t) lebih kecil dari α , dapat disimpulkan bahwa
Ho berhasil ditolak yang berarti bahwa pengaruh X 1, X 2, X 3, dan Y terhadap Z
secara simultan diterima.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
37/67
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Validitas
1. Uji Validitas Variabel X 1
Uji validitas Variabel X 1 menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson
(Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:
Tabel 4. 1. Hasil Uji Validitas X1
Correlations
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X1
X11 Pearson Correlation 1 .690 ** .663 ** .252 .505 ** .069 .442 * .244 .658 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .180 .004 .718 .015 .194 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X12 Pearson Correlation .690 ** 1 .730 ** .009 .382 * .094 .374 * .378 * .607 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .964 .037 .621 .042 .039 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X13 Pearson Correlation .663 ** .730 ** 1 .102 .386 * .187 .416 * .171 .620 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .591 .035 .321 .022 .366 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30X14 Pearson Correlation .252 .009 .102 1 .508 ** .470 ** .303 .073 .600 **
Sig. (2-tailed) .180 .964 .591 .004 .009 .103 .700 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X15 Pearson Correlation .505 ** .382 * .386 * .508 ** 1 .484 ** .428 * .422 * .822 **
Sig. (2-tailed) .004 .037 .035 .004 .007 .018 .020 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X16 Pearson Correlation .069 .094 .187 .470 ** .484 ** 1 .332 .237 .655 **
Sig. (2-tailed) .718 .621 .321 .009 .007 .073 .207 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X17 Pearson Correlation .442 * .374 * .416 * .303 .428 * .332 1 .275 .652 **
Sig. (2-tailed) .015 .042 .022 .103 .018 .073 .141 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X18 Pearson Correlation .244 .378 * .1 71 .0 73 .422 * .237 .275 1 .537 **
Sig. (2-tailed) .194 .039 .366 .700 .020 .207 .141 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1 Pearson Correlation .658 ** .607 ** .620 ** .600 ** .822 ** .655 ** .652 ** .537 ** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
38/67
37
Correlations
X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X1
X11 Pearson Correlation 1 .690 ** .663 ** .252 .505 ** .069 .442 * .244 .658 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .180 .004 .718 .015 .194 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X12 Pearson Correlation .690 ** 1 .730 ** .009 .382 * .094 .374 * .378 * .607 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .964 .037 .621 .042 .039 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X13 Pearson Correlation .663 ** .730 ** 1 .102 .386 * .187 .416 * .171 .620 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .591 .035 .321 .022 .366 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X14 Pearson Correlation .252 .009 .102 1 .508 ** .470 ** .303 .073 .600 **
Sig. (2-tailed) .180 .964 .591 .004 .009 .103 .700 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X15 Pearson Correlation .505 ** .382 * .386 * .508 ** 1 .484 ** .428 * .422 * .822 **
Sig. (2-tailed) .004 .037 .035 .004 .007 .018 .020 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X16 Pearson Correlation .069 .094 .187 .470 ** .484 ** 1 .332 .237 .655 **
Sig. (2-tailed) .718 .621 .321 .009 .007 .073 .207 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X17 Pearson Correlation .442 * .374 * .416 * .303 .428 * .332 1 .275 .652 **
Sig. (2-tailed) .015 .042 .022 .103 .018 .073 .141 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X18 Pearson Correlation .244 .378 * .1 71 .0 73 .422 * .237 .275 1 .537 **
Sig. (2-tailed) .194 .039 .366 .700 .020 .207 .141 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X1 Pearson Correlation .658 ** .607 ** .620 ** .600 ** .822 ** .655 ** .652 ** .537 ** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (X 1.1, X 1.2 , X 1.3 , X 1.4 , X 1.5 , X 1.6, X 1.7 , X 1.8)
memiliki nilai korelasi terhadap X 1 di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua
butir pertanyaan pada variabel X 1 adalah valid.
2. Uji Validitas Variabel X 2
Uji validitas Variabel X 2 menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson
(Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
39/67
38
Tabel 4. 2. Hasil Uji Validitas X 2
Correlations
X21 X22 X23 X24 X2
X21 Pearson Correlation 1 .890 ** .548 ** -.044 .835 **
Sig. (2-tailed) .000 .002 .818 .000
N 30 30 29 30 30X22 Pearson Correlation .890 ** 1 .472 ** .126 .885 **
Sig. (2-tailed) .000 .010 .507 .000
N 30 30 29 30 30
X23 Pearson Correlation .548 ** .472 ** 1 -.139 .677 **
Sig. (2-tailed) .002 .010 .471 .000
N 29 29 29 29 29
X24 Pearson Correlation -.044 .126 -.139 1 .331
Sig. (2-tailed) .818 .507 .471 .074
N 30 30 29 30 30
X2 Pearson Correlation .835 ** .885 ** .677 ** .331 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .074
N 30 30 29 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (X 2.1, X 2.2 , X 2.3 , X 2.4) memiliki nilaikorelasi terhadap X 2 di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan
pada variabel X 2 adalah valid.
3. Uji Validitas Variabel X3
Uji validitas Variabel X 3 menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson
(Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:
Tabel 4. 3. Hasil Uji Validitas X 3
Correlations
X31 X32 X3
X31 Pearson Correlation 1 .604 ** .898 **
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30X32 Pearson Correlation .604 ** 1 .893 **
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
40/67
39
Correlations
X31 X32 X3
X3 Pearson Correlation .898 ** .893 ** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000
N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (X 3.1 , X 3.2) memiliki nilai korelasi
terhadap X 3 di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan pada
variabel X 3 adalah valid.
4. Uji Validitas Variabel Y
Uji validitas Variabel Y menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson
(Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:
Tabel 4. 4. Hasil Uji Validitas Y
Correlations
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y
Y1 Pearson Correlation 1 .823 ** .701 ** .406 * .575 ** .280 .456 * .885 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .026 .001 .134 .011 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Y2 Pearson Correlation .823 ** 1 .785 ** .293 .383 * .117 .314 .773 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .117 .037 .538 .091 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Y3 Pearson Correlation .701 ** .785 ** 1 .053 .310 .107 .381 * .718 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .782 .095 .572 .038 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Y4 Pearson Correlation .406 * .293 .053 1 .541 ** .467 ** .003 .510 **
Sig. (2-tailed) .026 .117 .782 .002 .009 .987 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Y5 Pearson Correlation .575 ** .383 * .310 .541 ** 1 .549 ** .161 .703 **
Sig. (2-tailed) .001 .037 .095 .002 .002 .396 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Y6 Pearson Correlation .280 .117 .107 .467 ** .549 ** 1 .282 .582 ** Sig. (2-tailed) .134 .538 .572 .009 .002 .131 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
41/67
40
Correlations
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y
Y7 Pearson Correlation .456 * .314 .381 * .003 .161 .282 1 .602 **
Sig. (2-tailed) .011 .091 .038 .987 .396 .131 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Y Pearson Correlation .885 ** .773 ** .718 ** .510 ** .703 ** .582 ** .602 ** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .004 .000 .001 .000N 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (Y 1, Y 2, Y 3, Y 4, Y 5, Y 6, Y 7) memiliki nilai
korelasi terhadap Y di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan
pada variabel Y adalah valid.
5. Uji Validitas Variabel Z
Uji validitas Variabel Z menggunakan menggunakan korelasi Product Momen Pearson
(Syahri Alhusni, 2002) dihasilkan temuan statistik sebagai berikut:
Tabel 4. 5. Hasil Uji Validitas Z
Correlations
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z
Z1 Pearson Correlation 1 .840 ** .779 ** .581 ** .703 ** .895 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
Z2 Pearson Correlation .840 ** 1 .791 ** .585 ** .859 ** .927 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .001 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
Z3 Pearson Correlation .779 ** .791 ** 1 .698 ** .643 ** .896 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
Z4 Pearson Correlation .581 ** .585 ** .698 ** 1 .577 ** .795 **
Sig. (2-tailed) .001 .001 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30Z5 Pearson Correlation .703 ** .859 ** .643 ** .577 ** 1 .857 **
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000
N 30 30 30 30 30 30
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
42/67
41
Correlations
Z1 Z2 Z3 Z4 Z5 Z
Z Pearson Correlation .895 ** .927 ** .896 ** .795 ** .857 ** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Pada tabel di atas tampak bahwa seluruh indikator (Z 1, Z 2, Z 3, Z 4, Z 5) memiliki nilai korelasi
terhadap Z di atas 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua butir pertanyaan pada
variabel Z adalah valid.
B. Hasil Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas dengan metode pengujian nilai Cronbach alpha, diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4. 6. Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.918 26
Berdasarkan nilai Cronbach Alpha diatas diperoleh nilai 0.918 di atas nilai r table 0.37
dengan df=26 dan prob 0,05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa seluruh butir
pertanyaan pada kuesioner adalah reliabel/andal.
C. Hasil Uji Deskriptif
1. Hasil Uji Deskriptif variabel X 1
Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel X 1 adalah sebagaiberikut:
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
43/67
42
Tabel 4. 7. Skor Jawaban Dimensi Komitmen Manajemen (X 1)
Butir
5
Butir
6
Butir
7
Butir
8
Butir
9
Butir
10
Butir
11
Butir
12f
f xskor %
Skor 5 17 15 12 5 11 8 8 5 81 405 34%
Skor 4 12 14 16 13 13 11 19 18 116 464 48%
Skor 3 1 1 2 8 4 8 3 5 32 96 13%
Skor 2 0 0 0 4 2 1 0 2 9 18 4%
Skor 1 0 0 0 0 0 2 0 0 2 2 1%
TOTAL 30 30 30 30 30 30 30 30 240 985 100%
Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 985/(240x5)= 0,82, dengan skor 0.82
artinya secara deskriptif menunjukkan bahwa tingkat Komitmen Manajemen berada pada
selang tinggi.
2. Hasil Uji Deskriptif Variabel X2
Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel X 1 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 8. Skor Jawaban Dimensi Keterbatasan Sistem Informasi (X2)
Butir 13 Butir14 Butir15 Butir16 f f x skor %
Skor 5 1 1 0 3 5 25 4%
Skor 4 8 9 7 12 36 144 30%
Skor 3 8 5 10 8 31 93 26%
Skor 2 11 13 11 6 41 82 34%
Skor 1 2 2 1 1 6 6 5%
TOTAL 30 30 29 30 119 350 99,00%
Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 350/(119x5)= 0,58 dengan skor 0.58 artinya
secara deskriptif menunjukkan bahwa Keterbatasan Sistem informasi berada pada selang
menengah.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
44/67
43
3. Hasil Uji Deskriptif Variabel X 3
Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel X 3 adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 9. Skor Jawaban Dimensi Otoritas Pengambil Keputusan (X3)
Butir 17 Butir 18 F f x skor %
Skor 5 2 0 2 10 3%
Skor 4 13 9 22 88 37%
Skor 3 10 12 22 66 37%
Skor 2 4 7 11 22 18%
Skor 1 1 2 3 3 5%
TOTAL 30 30 60 189 100,00%
Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 189/(60x5)= 0,63 dengan skor 0.63 artinya
secara deskriptif menunjukkan bahwa Otoritas Pengambil Keputusan berada pada selang
menengah.
4. Hasil Uji Deskriptif Variabel Y
Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel Y adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 10. Skor Jawaban Dimensi Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik (Y)
Butir 19 Butir 20 Butir 21 Butir 22 Butir 23 Butir 24 Butir 25 f f xskor
%
Skor 5 5 7 9 10 11 13 2 57 285 27,14%
Skor 4 15 16 11 17 12 8 12 91 364 43,33%
Skor 3 6 4 7 3 6 6 8 40 120 19,05%
Skor 2 3 3 3 0 1 3 4 17 34 8,10%
Skor 1 1 0 0 0 0 0 4 5 5 2,38%
TOTAL 30 30 30 30 30 30 30 210 808 100,00%
Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 808/(210x5)= 0,76 dengan skor 0.76 artinya
secara deskriptif menunjukkan bahwa Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik berada
pada selang tinggi.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
45/67
44
5. Hasil Uji Deskriptif Variabel Z
Hasil uji deskriptif jawaban responden atas pertanyaan pada variabel Z adalah sebagai
berikut:
Tabel 4. 11. Skor Jawaban Dimensi Good University Governance (Z)
Butir 26 Butir 27 Butir 28 Butir 29 Butir 30 ff x
skor %Skor 5 1 4 3 2 4 14 70 9%
Skor 4 22 20 20 13 18 93 372 62%
Skor 3 4 3 5 11 6 29 87 19%
Skor 2 1 3 1 3 2 10 20 7%
Skor 1 2 0 1 1 0 4 4 3%
TOTAL 30 30 30 30 30 150 553 100,00%
Nilai konversi skor jawaban responden adalah = 553/(150x5)= 0,73 dengan skor 0.73 artinya
secara deskriptif menunjukkan bahwa Good University Governance berada pada selang
tinggi.
D. Uji Struktural Model Penelitian1. Uji Model Pertama
a. Uji Asumsi Klasik Regresi Model Pertama
Hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa regresi model 1 memenuhi asumsi normalitas
yang ditunjukkan dengan normal probability plot pada gambar 4.1 menunjukkan penyebaran
titik-titik di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang mengindikasikan
bahwa model regresi analisis jalur memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji heterskedastisitas,
yang ditunjukkan gambar 4.2 mengindikasikan tidak terdapat pola tertentu dari sebaran titik-
titik pada grafik dan titik-titik menyebar di antara angka 0 pada sumbu Y, yang artinya tidak
terjadi heteroskedastisitas.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
46/67
45
Gambar 4. 1. Grafik Uji Normalitas Model Pertama
Gambar 4. 2. Grafik Uji Hetereskedastisitas Model Pertama
b. Uji Hipotesis 1, 2, dan 3
Dari uji regresi model pertama dihasilkan hasil uji sebagai berikut:
Tabel 4. 12. Hasil Uji Regresi Model Pertama
Model Summaryb
Model RR
SquareAdjustedR Square
Std.
Error oftheEstimate
Change StatisticsDurbin-Watson
R SquareChange F Change df1 df2
Sig. FChange
1 .896 a .803 .781 2.09859 .803 35.373 3 26 .000 1.654
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
47/67
46
Coefficients a
Model
Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -5.980 3.362 -1.779 .087
X1 .718 .114 .627 6.309 .000 .766 1.305
X2 .292 .163 .167 1.793 .085 .869 1.150X3 .943 .257 .346 3.669 .001 .851 1.175
a. Dependent Variable: Y
Dari tabel model summary, nampak R Square (R 2 = Koefisien Determinasi) = 0,803. Angka
tersebut menunjukkan nilai koefisien jalur variabel lain diluar model sebesar = PY ε 1 =
√ 1 − 0,803 = 0,443847
Dari tabel coefficients di atas dapat digambarkan model pertama sebagai berikut:
Dari gambar 4.3. di atas dapat diungkapkan temuan-temuan penelitian terkait hipotesis 1,
hipotesis 2, dan hipotesis 3 sebagai berikut:
Hipotesis 1
Dari gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa H 1 diterima, yang bermakna bahwa Komitemen
Manajemen berpengaruh positif signifikan terhadap Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang
Baik. Dari uji deskriptif dihasilkan kondisi Komitmen Manajemen dan Penerapan Tata
Kelola Keuangan Perguruan Tinggi berada pada kondisi yang tinggi. Hal ini berarti bahwa
kondisi penerapan tatakelola keuangan PTM yang selama ini berada pada kondisi yang baik
secara signifikan dipengaruhi oleh kondisi komitmen yang tinggi dari pengelola PTM.
0,444 ε 1
0.346
0.627
0.167 *
X1
YX2
X3
Gambar 4. 3. Model Penelitian Pertama
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
48/67
47
Hipotesis 2
Dari gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa H 2 ditolak, yang bermakna bahwa Keterbatasan
Sistem Informasi tidak berpengaruh terhadap Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik.
Dari uji deskriptif dihasilkan kondisi Keterbatan Sistem Informasi delama ini terjadi pada
kondisi menengah dalam arti terjadi keterbatasan sistem informasi meskipun tidak tinggi,
namun kondisi tersebut tidak atau meyebabkan kondisi penerapan tatakelola keuangan PTM
menjadi buruk yang ditunjukkan bahwa kondisi tatakelola keuangan PTM secara deskriptif
sampai saat ini berada pada kondisi yang baik .
Hipotesis 3
Dari gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa H 3 diterima, yang bermakna bahwa Otoritas
Pengambil Keputusan berpengaruh positif signifikan terhadap Penerapan Tata Kelola
Keuangan Yang Baik. Dari uji deskriptif ditunjukkan bahwa tingkat otoritas pengambil
keputusan berada pada ada kondisi menengah sedangkan kondisi penerapan tata kelola
keuangan yang baik berada pada posisi tinggi. Hal ini dapat diartikan bahwa meskipun
otoritas pengambil keputusan tidak berada pada kondisi tinggi namun menjadi salah satu
penentu penerapan tatakelola keuangan yang baik pada PTM di seluruh Indonesia.
2. Uji Model 2
a. Uji Asumsi Klasik Regresi Model Kedua
Hasil uji asumsi klasik menunjukkan bahwa regresi model 2 memenuhi asumsi normalitas
yang ditunjukkan dengan normal probability plot pada gambar 4.4 menunjukkan penyebaran
titik-titik di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang mengindikasikan
bahwa model regresi analisis jalur memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji heterskedastisitas,
yang ditunjukkan gambar 4.5 mengindikasikan tidak terdapat pola tertentu dari sebaran titik-
titik pada grafik dan titik-titik menyebar di antara angka 0 pada sumbu Y, yang artinya tidak
terjadi heteroskedastisitas.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
49/67
48
Gambar 4. 4. Grafik Uji Normalitas Model Kedua
Gambar 4. 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas Model Kedua
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
50/67
49
b. Uji Hipotesis 4, 5, 6, 7
Dari uji regresi model kedua dihasilkan hasil uji sebagai berikut:
Tabel 4. 13. Hasil Uji Regresi Model Kedua
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .798 a .637 .579 .47078
a. Predictors: (Constant), Y, X2, X3, X1
ANOVA b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9.714 4 2.428 10.957 .000 a
Residual 5.541 25 .222
Total 15.255 29
a. Predictors: (Constant), Y, X2, X3, X1
b. Dependent Variable: Z
Coefficients a
Model
Unstandardized CoefficientsStandardizedCoefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) .750 .499 1.505 .145
X1 .298 .339 .201 .878 .389
X2 -.189 .132 -.181 -1.435 .164
X3 .022 .142 .025 .159 .875
Y .678 .300 .598 2.258 .033
a. Dependent Variable: Z
Dari tabel summary, nampak R Square (R 2 = Koefisien Determinasi) = 0,637. Angka
tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien jalur variabel lain diluar model = PZ ε 2 adalah
sebesar= √ 1 − 0,637 = 0,602
Dari tabel coefficients dapat digambarkan model kedua sebagai berikut:
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
51/67
50
Dari gambar 4.3. di atas dapat diungkapkan temuan-temuan penelitian terkait hipotesis 4,
hipotesis 5, dan hipotesis 6, dan hipotesis 7, sebagai berikut:
Hipotesis 4
Dari gambar model kedua di atas dapat disimpulkan bahwa H 4 ditolak, yang bermakna
bahwa Komitmen Manajemen tidak berpengaruh terhadap Good University Governance .Dengan memperimbangkan hasil uji deskriptif ditunjukkan bahwa kondisi GUG yang tinggi
tidak dipicu oleh kondisi Komitmen Manajemen yang tinggi.
Hipotesis 5
Dari gambar model kedua di atas disimpulkan bahwa H 5 ditolak, yang bermakna bahwa
Keterbatasan Sistem Informasi tidak berpengaruh terhadap Good University Governance .
Dengan mempertimbangkan hasil uji deskriptif ditunjukkan bahwa kondisi GUG yang tinggi
tidak dipicu oleh kondisi Keterbatasan Sistem Informasi yang kondisinya pada level
menengah.
Hipotesis 6
Dari gambar model kedua di atas disimpulkan bahwa H 6 ditolak, yang bermakna bahwa
Otoritas Pengambil Keputusan tidak berpengaruh terhadap Good University Governance .
Dengan mempertimbangkan hasil uji deskriptif ditunjukkan bahwa kondisi GUG yang tinggi
tidak dipicu oleh kondisi Otoritas Pengambil Keputusan pada tingkatan menengah.
Hipotesis 7
ε 2
0,602
X3
X1
Z
X2
0.025*
-0.181 *
0.201 *
0.598
Y
Gambar 4. 6. Model Penelitian Kedua
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
52/67
51
Dari gambar model kedua di atas disimpulkan H7 diterima, yang bermakna bahwa
Penerapan Tata Kelola Keuangan Yang Baik berpengaruh terhadap Good University
Governance , dari uji deskriptif ditunjukkan bahwa kondisi GUG yang tinggi dipicu oleh
kondisi Tata Kelola Keuangan Yang Baik pada tingkatan yang tinggi.
Dari gambar model pertama dan kedua dapat digambarkan model penelitian secara lengkap
sebagai berikut:
Dari gambar lengkap gabungan model pertama dan model kedua diatas, selanjutnya
disesuaikan dengan kondisi fenomena dapat dirumuskan model penelitian sebagai berikut:
0,444
0.346
0.627
0.167 * 0.59 8
ε 2
0,602
0.201 *
-0.181 *
0.025* ε 1
X1
X2
X3
Y Z
0,443
0.346
0.627
Z0.59 8
ε 2
0,602
ε 1
Y
X1
X3
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
53/67
52
Dari struktur lengkap yang telah disesuaikan dapat diungkapkan temuan-temuan sebagai
berikut:
Kondisi penerapan tata kelola keuangan yang baik di perguruan tinggi Muhammadiyah se
Indonesia yang selama ini telah berada pada kondisi yang tinggi dipengaruhi oleh kondisi
Komitmen Manajemen yang selama ini pada kondisi yang tinggi dan kondisi Otoritas
Pengambil Keputusan yang dalam kondisi menengah pada koefisien determinasi yang tinggi.
Kondisi tata kelola keuangan yang baik pada kondisi yang tinggi ternyata mempengaruhi
kondisi GUG yang tinggi pula, meskipun dengan koefisien determinasi yang rendah.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
54/67
53
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari temuan-temuan statistik baik statistik deskriptif maupun induktuf dapat disimpulkan
bahwa kondisi aspek sistem GGG dan penerapan tatakelola keuangan yang baik pada PTM
selama ini kondisinya tinggi. Kondisi kedua hal di atas dipengaruhi secara langsung maupun
tidak langsung oleh komitmen manajemen dan otoritas pengambil keputusan dimanakeduanya merupakan dua aspek personil. Dari kedua aspek personil tersebut otoritas
pengambil keputusan berada pada kondisi menengah sedang komitmen manajemen berada
pada posisi tinggi. Kondisi keterbatasan sistem informasi pada PTM masih berada pada
kondisi menengah yang artinya masih terjadi keterbatasan sistem informasi namun kondisi
tersebut tidak mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap GUG.
Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa aspek non sistem keuangan lebih berperan dalam
perwujudan GUG di PTM se Indonesia.
Dari temuan-temuan penelitian di atas ada beberapa saran yang bisa dirumuskan antara lain:
1. Perlu ditingkatkan dukungan teknologi sistem informasi sehingga mampu meminimalisisr
kondisi keterbatasan sistem informasi dan diharapkan akan mendukung penerapan
tatakelola keuangan yang baik yang akhirnya mampu meningkatkan GUG pada kondisiyang maksimal.
2. Dalam mewujudkan penerapan tatakelola keuangan yang baik secara maksimal perlu
diwujudkan peningkatan otoritas pengembil keputusan dalam sistem keuangan di PTM.
3. Dalam mewujudkan GUG yang maksimal selain aspek non keuangan yang terbukti lebih
memiliki peran dibandingkan aspek keuangan, penerapan tatakelola keuangan yang baik
juga perlu ditingkatkan.
Dari kesimpulan dan saran di atas bisa diberikan masukan bagi Majelis Pendidikan Dikti PP
Muhammadiyah untuk mampu merumuskan standar kapasitas dan skill personil di bidang
keuangan dan suatu sistem informasi di bidang tatakelola keuangan berbasis kinerja dan
memberikan ruang gerak otoritas pengambil keputusan dimana sistem tersebut berbasis
prinsip-prinsip tatakelola keuangan yang baik termasuk di dalamnya transparansi danakuntabilitas.
-
8/16/2019 Tata Kelola PT
55/67
54
Daftar Pustaka
Artley, Will. 2001. The Performance Management Handbook Volume 3: Establis