TATA RUANG PERPUSTAKAAN ADZKIA ISLAMIC SCHOOL
DALAM KEGIATAN PERPUSTAKAAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh:
Triyona Febri Guwantoro
NIM. 1110025000054
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1438 H / 2017 M
i
ABSTRAK
Triyona Febri Guwantoro (1110025000054). Tata Ruang Perpustakaan Adzkia
Islamic School Dalam Kegiatan Perpustakaan. Dibawah bimbingan
Alfida, MLIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan mengetahui kebijakan tata ruang perpustakaan, upaya
penataan ruang perpustakaan dan rencana jangka panjang terhadap tata ruang
perpustakaan Adzkia Islamic School dalam menunjang kegiatan pepustakaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah kepala sekolah dan kepala
perpustakaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada kebijakan resmi
secara tertulis, yang ada hanya koordinasi secara langsung antara kepala
perpustakaan dengan kepala sekolah. Upaya pembenahan tata ruang perpustakaan
yang dilakukan kepala perpustakaan Adzkia Islamic School yakni pembaruan rak
buku dan rak referensi, lalu mengatur tata letak rak buku, meja baca serta meja
tenaga perpustakaan, pengaturan sirkulasi udara dan keamanan bahan pustaka,
perubahan lay out setiap tiga bulan sekali. Adanya upaya untuk menciptakan
batasan pada setiap unit area kegiatan di dalam ruang perpustakaan melalui
pengaturan penempatan perabot perpustakaan. Sedangkan rencana jangka panjang
dalam pengelolaan perpustakaan yaitu kepala perpustakaan mengajukan ruang
khusus bagi perpustakaan Adzkia Islamic School.
Kata Kunci: Tata Ruang, Kebijakan, Kegiatan, Perpustakaan Sekolah,
Perpustakaan Adzkia Islamic School
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji dan syukur penulis kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Tata Ruang Perpustakaan Adzkia Islamic School”. Penulisan
skripsi ini guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berbagai kendala yang telah dihadapi penulis selama proses penyelesaian
skripsi sehingga penulis mendapat bantuan dari banyak pihak yang mendukung
secara moril, materil, waktu maupun tenaga. Penulis menyadari betul kekurangan dan
kelemahan penulis dalam masa penyusunan skripsi ini. Maka, penulis mengucapkan
terima kasih yang terutama dan yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua
Bapak dan Mama serta Mas Yogi yang sangat sabar dan tidak pernah lupa
memanjatkan do’a kepada Allah SWT, serta memberi dorongan semangat.
Skripsi ini tentu tidak lepas dari dukungan semua pihak yang meluangkan
waktu dan memberi ilmu dalam membantu penulis. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.
4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan.
5. Ibu Alfida, S.Ag, S.IP, MLIS, selaku dosen pembimbing penulis yang membantu,
mengarahkan, dan menuntun penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah mencurahkan
ilmunya begitu banyak untuk masa depan penulis.
7. Pihak Adzkia Islamic School, khususnya kepada Kepala Sekolah Adzkia Islamic
School yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan penelitian. Bapak Febri Nurul Huda S.IP selaku Kepala Perpustakaan
Adzkia Islamic School yang telah memberi banyak bantuan dan informasi yang
penulis butuhkan selama penelitian berlangsung. Siswa dan siswi Adzkia Islamic
School yang telah bersedia menjadi informan wawancara penelitian penulis.
8. Terima kasih kepada Rahmi Fitri yang selalu memberi semangat dan motivasi
khusus kepada penulis.
9. Kepada para sahabat Ari Herdiana, Ashabul Kahfi, Moh. Rifqi Muzaki, Illona
Rezky, Nuty Inanda Kusuma, Putri Anggraeni dan Yeni Nurul Fitriyani. Terima
kasih untuk do’a, bantuan dan semangat yang kalian berikan selama proses
penyusunan skripsi ini serta kebersamaan kita yang telah menciptakan senyum
simpul tersendiri bagi penulis.
10. Seluruh teman-teman di Jurusan Ilmu Perpustakaan dari kelas B dan teman-teman
lain diantaranya Septian Nur Hakim, Bang Ekbud, Akhmad Radhitya, Fheby
Azom Ar-Rafiqie, Eko Raharjo, Joese Putra Yuda, Bayu Asmara, Soekarno
Kurniawan, Zulfikar Arman, Kibar Sumanja, Arief Dwi Hermawan, Ari Pratama
iv
Putra, Aldri Sulaiman, Luki Budiawan, Rizki Ahmad Ghazali, Firly Hidayat,
Afifatul Humairo, Vida, M. Yukha Mulyawan, Anong, Ihsan Rolis, Rizky
Alphiral, Rosyid Suryandaru. Terima kasih untuk do’a, semangat, kebaikan dan
bantuan kalian selama proses penyelesaian skripsi ini.
11. Dan, beberapa pihak baik teman maupun saudara yang terlewatkan atau tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan semua
kebaikan serta do’a yang sudah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun, dengan harapan dapat mencapai hasil yang lebih sempurna dan untuk
pengembangan diri penulis selanjutnya.
Akhir kata penulis memanjatkan do’a semoga Allah SWT memberikan
balasan yang setimpal pada semua pihak atas dukungan dan bantuannya. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi
para pembacanya, khususnya bagi dunia perpustakaan di masa sekarang dan masa
yang akan datang.
Aamiin Yaa robbal’alamiin
Jakarta, 26 Juli 2016
Triyona Febri Guwantoro
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.......................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 6
D. Sistematika Penulisan ................................................................. 7
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Sekolah ................................................................. 9
1. Perpustakaan Sekolah............................................................ 9
2. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Sekolah............................. 12
B. Ruang Perpustakaan Sekolah ...................................................... 15
C. Tata Ruang Perpustakaan Sekolah .............................................. 18
D. Perabot Perpustakaan Sekolah .................................................... 23
E. Kegiatan Perpustakaan Sekolah .................................................. 25
F. Penelitian Terdahulu ................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.................................................. 30
B. Sumber Data ................................................................................ 31
1. Data Primer ........................................................................... 31
2. Data Sekunder ....................................................................... 32
C. Pemilihan Informan ..................................................................... 32
D. Teknik Pengumpalan Data .......................................................... 34
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 35
1. Reduksi Data ......................................................................... 35
2. Penyajian Data ...................................................................... 36
3. Penarikan Kesimpulan .......................................................... 36
F. Jadwal Penelitian ......................................................................... 36
G. Instrumen Penelitian.................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Perpustakaan Adzkia Islamic School ................................ 37
1. Sejarah Perpustakaan Adzkia Islamic School ....................... 37
2. Visi dan Misi Perpustakaan Adzkia Islamic School ........... 38
3. Struktur Perpustakaan Adzkia Islamic School ..................... 39
4. Koleksi Perpustakaan Adzkia Islamic School ...................... 40
5. Layanan Perpustakaan Adzkia Islamic School ..................... 41
vi
B. Hasil Penelitiandan Pembahasan................................................. 42
1. Ruang Perpustakaan Adzkia Islamic School......................... 42
2. Upaya Pembenahan Tata Ruang Perpustakaan
Adzkia Islamic School ......................................................... 47
3. Rencana Jangka Panjang Ruang Perpustakaan
Adzkia Islamic School.................. ........................................ 54
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 57
B. Saran .................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 60
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 Daftar Informan Penelitian ............................................................ 34
2. Tabel 2 Koleksi Perpustakaan Adzkia Islamic School ............................... 40
viii
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1 Lay Out Ruang Perpustakaan Adzkia Islamic School
2. Gambar 2 Lokasi Ruang Perpustakaan Adzkia Islamic School
3. Gambar 3 - 4 Area Koleksi Buku Dengan Area Baca Pemustaka
4. Gambar 5 Area Layanan Sirkulasi, Meja Kerja Pustakawan, dan
Pengolahan Bahan Pustaka
5. Gambar 6 - 7 Area Ruang Kepala Sekolah
6. Gambar 8 Area Meneima Tamu
7. Gambar 9 - 10 Suhu Udara dan Kelembapan
8. Gambar 11 - 13 Rak Koleksi Buku
9. Gambar 14 - 15 Rak Koleksi Referensi
10. Gambar 16 Rak Koleksi Audio Visual
11. Gambar 17 Rak Koleksi Buku Baru
12. Gambar 18 Lemari Kamus dan Referensi, dan Lemari Dokumen
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sekolah dasar sampai menengah sangat penting sebagai awal
pembentukan karakter setiap individu generasi muda untuk keberhasilan di masa
mendatang. Pembelajaran di tingkatan ini akan menentukan bagaimana setiap
individu generasi muda dapat mampu bersaing sekaligus berperan seiring
perkembangan teknologi dan informasi. Tanggung jawab besar disandarkan pada
institusi sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar. Institusi di dalamnya
harus mampu membuat gerakan atau strategi dalam pengembangan karakter
generasi muda untuk menjawab tantangan-tantangan yang ada pada setiap
individu generasi muda.
Pendidikan di Indonesia merupakan organisasi yang memiliki orientasi
ganda (multiple oriented), yaitu organisasi yang berorientasi sosial dan
berorientasi bisnis. Orientasi sosial pendidikan bertujuan dalam meningkatkan
kecerdasan bangsa, sedangkan orientasi bisnis pendidikan dalam
mempertahankan eksistensi maupun operasionalnya harus memiliki dana yang
cukup memadai.1
1EtiRochaety, dkk.,SistemInformasiManajemanPendidikan(Jakarta: BumiAksara, 2006),
h. 1.
2
Penyediaan sumber belajar di setiap lembaga pendidikan merupakan
upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Sumber belajar dalam
berbagai bentuk media, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Salah satu sumber
belajar yang tersedia di sekolah adalah perpustakaan. Perpustakaan yang memiliki
fungsi dan tujuan dapat menjadi media pembelajaran dalam mengembangkan
kualitas individu manusia seperti pengembangan karakter dan individu yang
berintelektualitas.
Secara operasional, perpustakaan terdiri dari berbagai jenis, yaitu:
perpustakaan nasional, perpustakaan daerah, perpustakaan umum, perpustakaan
sekolah, perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan khusus.2
Semua jenis perpustakaan memiliki peranan dalam mendukung lembaga
induknya maupun instansi dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan.
Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0103/0/1981
tertanggal 11Maret 1981 disebutkan bahwa perpustakaan sekolah berfungsi
sebagai pusat kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan, pusat penelitian
sederhana untuk mengembangkan kreatifitas dan imajinasi para siswa, pusat
untuk membaca guna menambah ilmu pengetahuan, dan sebagai tempat rekreasi
dengan membaca buku-buku yang bersifat hiburan.3
2Kosam Rimbarawa, Gedung, Tata Ruang, Peraabot dan Peralatan Perpustakaan
(Jakarta: Hakaeser, 2010), h. 3. 3Rizal Saiful-Haq, dkk., Perpustakaan dan Pendidikan: Pemetaan Peranserta
Perpustakaan dalam Proses Belajar Mengajar (Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Jakarta, 2007), h. 12.
3
Sedangkan dalam menyelenggarakan kegiatan perpustakaan, perlu
didukung sarana dan prasarana yang memadai berupa gedung/ruang perpustakaan
dan prasarana lainnya berupa perabot dan peralatan perpustakaan yang sesuai
dengan fungsi perpustakaan sebagai sumber belajar yang optimal.4
Peran perpustakaan sekolah sangat penting bagi seluruh warga sekolah
yang membutuhkan banyak informasi di kehidupannya. Setiap warga sekolah
seperti siswa, guru, karyawan dan warga sekolah lainnya akan sangat
membutuhkan perpustakaan sebagai media belajar, mengerjakan tugas, tempat
diskusi bahkan sebagai tempat rekreasi.
Perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan
fondasi agar berfungsi secara baik di dalam masyarakat masa kini yang berbasis
informasi dan pengetahuan. Perpustakaan sekolah merupakan sarana bagi para
murid agar terampil belajar sepanjang hayat dan mampu mengembangkan daya
pikir agar mereka dapat hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab.5
Perpustakaan adalah sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang
digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan
menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual.6
Semua bahan koleksi perpustakaan membutuhkan tempat penyimpanan
yang layak agar terjaga dengan baik. Penataan ruang perpustakaan juga perlu
diutamakan agar terlihat rapih sehingga mencipatakan kesan nyaman bagi
4 Muh.Syarif Bando, dkk.,Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2014), h. 47. 5IFLA/UNESCO, “Pedoman Perpustakaan Sekolah,” artikel diakses pada 2 Juni 2014 dari
http://www.ifla.org/VII/s11/pubs/school-guidelines.htm 6Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia, 1991), hal. 3.
4
pengunjumg perpustakaan. Pustakawan sudah seharusnya memahami ilmu
tentang tata ruang perpustakaan.
Tata ruang perpustakaan sangat dibutuhkan karena merupakan salah satu
komponen dari pengelolaan perpustakaan yang memiliki pengaruh dan peranan
yang sangat besar dalam memperlancar beragamnya kegiatan layanan di dalam
ruang perpustakaan. Setiap unit perlengkapan dan fasilitas ruangan ditata menurut
cara dan sistem yang tepat, baik dari segi pemilihan, pemasangan, maupun
pemeliharaan fasilitas ruangan di perpustakaan.
Sebuah ruangan perpustakaan di dalamnya terdapat kegiatan, di mana
perpustakaan memiliki kegiatan layanan teknis dan layanan pemustaka. Pelayanan
merupakan unsur utama dalam pencapaian keberhasilan suatu organisasi
perpustakaan, karena bagian ini yang berhubungan langsung dengan pengguna
perpustakaan. Pada dasarnya semua kegiatan yang dilakukan di perpustakaan
ditujukan kepada pengguna perpustakaan.
Pelayanan pembaca merupakan kegiatan pemberian pelayanan kepada
pengunjung perpustakaan sekolah dalam menggunakan buku-buku dan bahan
pustaka lainnya. Pengunjung perpustakaan sekolah pada dasarnya meliputi murid-
murid, guru-guru dan anggota staf lainnya. Pelayanan kepada pengunjung tersebut
dapat diselenggarakan dengan sebaik-baiknya apabila pelayanan teknisnya
dikerjakan dengan sebaik-baiknya pula.7
7Ibrahim Bafadal, Pengelola Perpustakaan Sekolah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 124.
5
Dari hal-hal yang telah disebutkan diatas, sebuah perpustakaan sekolah
memerlukan kelengkapan organisasi, antara lain adalah struktur organisasi,
kebijakan pelaksanaan perpustakaan, serta tempat dan waktu penyelenggaraan.
Dari hasil observasi di lapangan, adanya kebijakan penempatan ruang
kepala sekolah di dalam perpustakaan. Hal tersebut sangat berpengaruh pada
kelancaran, keleluasaan dan kenyaman, baik dalam kegiatan teknis maupun
kegiatan pemustaka.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti
dengan tema yang akan diangkat dalam penulisan skripsi adalah “Tata Ruang
Perpustakaan Sekolah Adzkia Islamic School Dalam Kegiatan
Perpustakaan.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
a. Kebijakan tata ruang perpustakaan Adzkia Islamic School
b. Upaya yang sudah dilakukan terhadap tata ruang perpustakaan Adzkia
Islamic School.
c. Rencana jangka panjang terhadap ruang perpustakaan Adzkia Islamic
School.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana kebijakan tata ruang perpustakaan Adzkia Islamic School?
b. Apa upaya yang sudah dilakukan terhadap tata ruang perpustakaan Adzkia
Islamic School?
6
c. Bagaimana rencana jangka panjang terhadap ruang perpustakaan Adzkia
Islamic School?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada pembatasan dan perumusan di atas maka penelitian ini
bertujuan:
a. Mengetahui kebijakan tata ruang perpustakaan Adzkia Islamic School.
b. Mengetahui upaya apa saja yang sudah dilakukan terhadap tata ruang
perpustakaan Adzkia Islamic School.
c. Mengetahui rencana jangka panjang terhadap ruang perpustakaan
Adzkia Islamic School.
2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
a. Teoritis
Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan teoritis dan
memperkaya khazanah ilmu penegtahuan serta mendorong peneliti
lain untuk menelliti permasalahan sejenis dengan variabel-variabel
lain.
b. Manfaat Praktis
1) Penelitian ini diharapkan memberikan pengembangan pemikiran
bagi kepala perpustakaan dan kepala sekolah terhadap ruang
perpustakaan sekolah.
7
2) Untuk memberikan wawasan serta pengembangan konstribusi
pemikiran bagi Perpustakaan Adzakia Islamic School dalam
meningkatkan kualitas perpustakaan.
c. Manfaat Akademis
Memenuhi persyaratan dalam meraih gelar kesarjanaan studi Strata
Satu (S1) Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Ilmu Perpustakaan.
D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam penulisan skripsi ini secara keseluruhan, maka
diperlukan suatu sestematika penulisan. Adapun sistematika yang dimaksud
adalah seperti yang akan diuraikan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini menjelaskan pengertian tentang perpustakaan sekolah, tujuan
dan fungsi perpustakaan sekolah, ruang perpustakaan sekolah, tata
ruang perpustakaan sekolah, perabot perpustakaan sekolah, kegiatan
perpustakaan sekolah dan penelitian terdahulu.
Bab III Metode Penelitian
Bab ini berisikan tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis dan
pendekatan penelitian, sumber data, pemilihan informan, teknik
8
pengumpulan data, teknik analisis data, jadwal penelitian, dan
instrumen penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini berisi sejarah singkat Perpustakaan Adzkia Islamic School,
yang berisikan visi dan misi, strukur, koleksi, dan layanan Perpustakaan
Adzkia Islamic School serta hasil penelitian dan pembahasan mengenai
tata ruang Perpustakaan Adzkia Islamic School.
Bab V Penutup
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran mengenai permasalahan
yang diangkat dan diteliti. Saran yang diberikan untuk kemajuan
Perpustakaan Adzkia Islamic School dalam pengelolaan perpustakaan
sekolah kuhusnya dalam aspek tata ruang perpustakaan.
9
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Sekolah
1. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan merupakan wadah segala sumber informasi dari berbagai
bidang ilmu. Pengetahuan akan informasi sangat dibutuhkan bagi setiap
individu remaja, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa depan.
Pembelajaran yang tidak hanya dilakukan secara formal, namum juga
nonformal. Sekolah dapat memainkan peranannya untuk aktif memberikan
dukungan bagi setiap individu siswa agar dapat menemukan ruang khusus
untuk mengeksplor lebih luas informasi, ilmu dan pengetahuan.
Kini setiap sekolah diwajibkan memiliki perpustakaan. Sebagaimana
telah disebutkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 23
Tentang Sistem Pendidikan Nasional :
a. Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana
dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan potensi fisik, keceerdasan, intelektual, sosial, emosional
dan kejiwaan peserta didik.
b. Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada
semua satuan pendidikan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
10
Dalam pedoman perpustakaan sekolah yang di terbitkan oleh
IFLA/UNESCO tahun 2000, disebutkan dalam misi perpustakaan sekolah
adalah perpustakaan sekolah menyediakan informasi dan ide yang merupakan
fondasi agar berfungsi secara baik di dalam masyarakat masa kini yang
berbasis informasi dan pengetahuan. Perpustakaan sekolah merupakan sarana
bagi para murid agar terampil belajar sepanjang hayat dan mampu
mengembangkan daya pikir agar mereka dapat hidup sebagaiwarga negara
yang bertanggung jawab.8
Sementara secara garis besar perpustakaan sekolah mempunyai fungsi
sebagai berikut:
a. Sebagai pusat belajar mengajar.
b. Membantu anak didik memperjelas dan memperluas pengetahuannya
tentang suatu pelajaran di kelas dan mengadakan penelitian di
perpustakaan.
c. Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca yang
menuju kebiasaan mandiri.
d. Membantu anak untuk mengembangkan bakat, minat dan
kegemarannya.
e. Membiasakan anak mencari informasi di perpustakaan.
f. Sebagai tempat rekreasi.
8 IFLA/UNESCO, “Pedoman Perpustakaan Sekolah,” artikel diakses pada 10 Februari
2015 dari http://www.ifla.org/VII/s11/pubs/school-guidelines.htm
11
g. Memperluas kesempatan belajar bagi murid-murid.9
Ibrahim Bafadal berpendapat bahwa perpustakaan sekolah adalah
kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan buku (non-
book material) yang diorganisasikan secara sistematis dalam suatu ruang
sehingga dapat membantu murid-murid dan guru-guru dalam proses belajar
mengajar di sekolah.10
Selain itu, disebutkan pula dalam Standar Nasional Perpustakaan (SNP
009:2011) perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada satuan
pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang
merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan
merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan
pendidikan sekolah yang bersangkutan.11
Perpustakaan merupakan sebuah unit kerja yang terpadu dalam dunia
pendidikan. Sebuah unit penyedia layanan berbagai jenis referensi informasi
penunjang kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekolah mempunyai
tanggung jawab dalam pengelolaan perpustakaan. Perlunya perhatian khusus
dalam pengelolaan perputakaan mengingat struktur organisasi perpustakaan
yang bernaung dibawah kedudukan kepala sekolah dan memiliki tugas
membantu pencapaian tujuan sekolah.
9 Perpustakaan Nasional RI, Perpustakaan Sekolah: Petunjuk Untuk Membina, Memakai
dan Memelihara Perpustakaan di Sekolah (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 1996), h. 7. 10
Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.
3. 11
Perpustakaan Nasioanal RI, Standar Nasional Perpustakaan (SNP): Bidang
Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Perguruan Tinggi. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,
2011), h. 2.
12
2. Tujuan dan Fungsi Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah dapat bermanfaat apabila benar-benar
memperlancar pencapaian tujuan proses belajar mengajar di sekolah. Tujuan
perpustakaan sekolah menurut Mudjito terdiri dari tujuan umum dan khusus,
yaitu :
a. Tujuan Umum
Bertujuan untuk memberikan kelengkapan sarana belajar mengajar
yang berupa bahan tercetak dan bahan terekam untuk mencapai tujuan
pendidikan di sekolah.
b. Tujuan Khusus
1) Meletakkan dasar-dasar untuk belajar mandiri
2) Memupuk minat dan bakat pada umumnya dan minat baca pada
khususnya
3) Mendidik siswa untuk memelihara dan memanfaatkan bahan
pustaka secara efektif dan efisien
4) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah atas usaha
dan tanggung jawab sendiri
5) Mengembangkan penghargaan pada pengalaman imajinatif.
6) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mencari, menemukan,
mengolah dan memanfaatkan informasi.12
12
Mudjito, Pembinaan Minat Baca (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 21.
13
Penyelenggaraan perpustakaan sekolah bukan hanya untuk
mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, akan tetapi dengan
adanya penyelenggaraan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu
siswa menyelesaikan tugas-tugas dalam proses belajar mengajar.
Hal ini mengandung arti bahwa dalam penyelenggaraan sekolah
sebagai satuan pendidikan pada jalur formal dipersyaratkan untuk
menyediakan sarana yang mampu mengakomodir kebutuhan pemustaka.
Bafadal mengemukakan ada lima fungsi perpustakaan sekolah, yaitu:
a. Fungsi Edukatif
Di dalam perpustakaan sekolah disediakan buku-buku baik buku-buku
fiksi maupun non fiksi. Adanya buku-buku tersebut dapat
membiasakan murid-murid belajar mandiri tanpa bimbingan guru, baik
secara individual maupun berkelompok. Hal ini dapat meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
b. Fungsi Informatif
Koleksi yang terdapat di perpustakaan tidak hanya berupa koleksi
buku-buku ajar saja, tetapi juga menyediakan bahan-bahan pustaka
bukan berupa buku (non- book material), seperti majalah, koran, peta,
pamflet dan lain-lain. Semua ini akan memberikan informasi atau
keterangan yang diperlukan oleh murid-murid bahkan guru maupun
karyawan yang ada di lingkungan sekolah.
14
c. Fungsi Tanggung Jawab Administratif
Fungsi ini tampak pada kegiatan sehari-hari di perpustakaan sekolah,
di mana setiap ada peminjaman dan pengembalian buku selalu di catat
oleh petugas. Setiap murid yang akan masuk ke perpustakaan harus
menunjukkan kartu anggota atau kartu pelajar, tidak boleh membawa
tas. Apabila ada murid yang terlambat mengembalikan buku
pinjamannya didenda, dan apabila ada murid yang telah
menghilangkan buku pinjamannya harus menggantinya. Semua ini
selain mendidik mueid-murid ke arah tanggung jawab, juga
membiasakan murid-murid bersikap dan bertindak secara
administratif.
d. Fungsi Riset
Adanya bahan pustaka yang lengkap, murid-murid dan guru-guru
dapat melakukan riset, yaitu mengumpulkan data atau keterangan-
keterangan yang diperlukan dengan cara membaca buku-buku yang
telah tersedia di dalam perpustakaan sekolah.
e. Fungsi Rekreatif
Perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai tempat mengisi waktu
luang pada waktu istirahat, dengan membaca buku-buku cerita, novel,
roman, majalah, surat kabar, dan sebagainya.13
13
Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Jakarta : Bumi Aksara, 2005), h.
7-8.
15
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, sudah seharusnya sekolah
memperhatikan setiap aspek yang dibutuhkan perpustakaan dalam
menjalankan tugasnya untuk pencapaian tujuan dan fungsi perpustakaan. Hal
mendasar adalah penyediaan ruang perpustakaan yang dapat mendukung
kegiatan perpustakaan.
B. Ruang Perpustakaan Sekolah
Ketentuan tentang ruang perpustakaan diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional RI Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana di
Sekolah. Ketentuan tersebut antara lain :
a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan
guru memperoleh informasi dan berbagai jenis bahan pustaka dengan
membaca, mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas
mengelola perpustakaan.
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan satu setengah kali luas
ruang kelas. Luas minimum ruang perpustakaan adalah 5 m2.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang
memadai untuk membaca buku.
d. Ruang perpustakaan terletak di bagian sekolah/madrasah yang mudah
dicapai.
16
e. Ruang perpustakaan dilengkapi dengan sarana dan prasarana.14
Dilihat dari segi administrasi dan organisasi, maka ruangan selalu menjadi
faktor yang menentukan. Tidak mungkin tanpa ruangan bisa berjalan suatu
organisasi dengan baik demikian juga dengan perpustakaan sebagai suatu
organisasi. Sekecil apa pun kondisi perpustakaan, tetap diperlukan suatu ruangan
yang memadai.15
Pembangunan gedung perpustakaan perlu memperhatikan faktor-faktor
fungsional dari kegiatan perpustakaan. Secara umum gedung perpustakaan
memiliki kesamaan dengan gedung lainnya. Yang membedakan adalah bahwa
gedung perpustakaan adalah sarana yang berfungsi sebagai fasilitas layanan.16
Perpustakaan berisikan tenaga perpustakaan dan memiliki kegiatan yang
bersifat layanan. Pelayanan yang terbagi dalam beberapa jenis, seperti layanan
membaca dan koleksi buku, layanan sirkulasi, layanan multi media, pengolahan
buku, dan tempat kerja tenaga perpustakaan memiliki kegiatan yang berbeda-
beda. Maka sangat dibutuhkan ruang, dalam arti ruang berbatas bagi masing-
masing jenis atau unit kegiatan layanan agardapat fokus pada fungsi dan perannya
masing-masing.
Berbagai jenis penelitian tentang perpustakaan mengungkapkan bahwa
susksesnya pelayanan suatu perpustakaan itu banyak tergantung pada tiga faktor
14
Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk Sekolah/Madrasah, h. 20-
21. 15
Pawit. M Yusuf dan Yaya Suhendra, Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah
(Jakarta: Kencana, 2007), h. 95. 16
Darmono, Perpustakaan Sekolah : Pendekatan Aspek Manajemen dan Pendekatan
(Jakarta: Grasindo, 2007), h. 223.
17
yang pada hakikatnya dapat dipresentasekan sebagai berikut: 5% tergantung atas
fasilitas dan perlengkapan gedung/ruang perpustakaan yang bersangkutan; 20%
diakibatkan oleh koleksi bahan-bahan pustaka yang ada; dan 75% adalah berbagi
kegiatan dan program dari kegiatan perpustakaan yang bersangkutan. Meskipun
kondisi gedung memberikan kontribusi 5% terhadap keberhasilan layanan
perpustakaan, faktor ini tetap harus menjadi perhatian bagi peneglola
perpustakaan, agar layanan yang diberikan dapat berhasil secara optimal.17
Fasilitas perpustakaan menjadi sisi lain yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan perpustakaan sekolah. Untuk itu diperlukan sebuah kebijakan dalam
penyediaan fasilitas yang diselaraskan dengan fungsi dan tujuan perpustakaan
sekolah.
Kebijakan merupakan faktor dari manajemen perpustakaan, di mana
kebijakan sendiri mengarah pada mengapa dan apa prinsip-prinsip dari sekolah
atau perpustakaan. Kadang kala sebuah kebijakan terhadap perpustakaan sekolah
sangat dipengaruhi oleh kondisi kebijakan di lingkungannya, baik dari sekolah
atau pemilik sekolah.18
Perpustakaan sekolah membuat kebijakan tertulis meliputi komponen:
anggaran, tempat, sarana prasarana, pengembangan koleksi, teknologi, organisasi,
17
Ibid., h. 225-226. 18 Anonim. School Library Management. Canada: Saskatchewan Schools. Artikel diakses
tanggal 11 Oktober 2016 dari
http://www.saskschools.ca/curr_content/teachlib/management/manmain.htm
18
ketenagaan, layanan dan promosi perpustakaan yang terintegrasi dengan
kurikulum.19
Perpustakaan sebagai sebuah unit kerja, baik yang berdiri sendiri maupun
yang tergabung dalam unit organisasi yang membawahinya, harus menetapkan
visi, misi, tugas dan fungsinya. Semua itu merupakan pedoman, arah, dan tutunan
untuk mencapai tujuan akhir. Karena visi, misi, tugas dan fungsi perpustakaan
disesuaikan dengan kebiakan dan keinginan lembaga induknya.20
Kebijakan perpustakaan tidak hanya menentukan rencana kerja dalam
pengelolaan koleksi bahan-bahan pustaka, organisasi, pengembangan teknologi
dan layanan, serta ketenagaan. Perihal tempat atau ruang perpustakaan beserta
sarana dan prasarana juga perlu di perhatikan, karena semua unit kegiatan
perpustaaan membutuhkan tempat atau ruangan yang ideal. Oleh sebab, itu
diperlukan dukungan dari pihak sekolah dengan menanamkan prioritas kebijakan
terhadap ruang perpustakaan sekolah.
C. Tata Ruang Perpustakaan Sekolah
Tata ruang adalah pengaturan ruangan dan bagian-bagian yang berada di
dalamnya seperti perabotandan peralatan lainnya. Melalui tata ruang perpustakaan
ini diharapkan tercipta hal-hal sebagai berikut:
19
Perpustakaan Nasioanal RI, Standar Nasional Perpustakaan (SNP): Bidang
Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Perguruan Tinggi. (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI,
2011), h. 7. 20
Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2010), h. 42.
19
a. Komunikasi dan hubungan antar ruang, staf, dan pengguna perpustakaan,
tidak terganggu.
b. Pengawasan dan pengamanan koleksi perpustakaan bisa dilakukan dengan
baik.
c. Aktivitas layanan bisa dilakukan dengan lancar.
d. Udara dapat masuk ke ruangan perpustakaan dengan leluasa, namun harus
dihindari sinar matahari menembus koleksi perpustakaan secara langsung.
e. Tidak menimbulkan gangguan terhadap pembaca/pengguna dan staf
perpustakaan.21
Penataan lingkungan perpustakaan mencakup penataan interior dan
eksterior, termasuk di dalamnya fasilitas yang digunakan untuk menciptakan
suasana yang kondusif sehingga pemakai yang datang ke perpustakaan merasa
senang, tenang dan nyaman. Untuk memberikan kegairahan sekaligus suasana
yang segar, pada jam tertentu dialunkan musik-musik lembut yang tidak
mengganggu bahkan disukai oleh pemakai pada saat belajar di perpustakaan.22
Penataan ruangan perpustakaan perlu dilakukan secara hati-hati dan
mempertimbangkan berbagai aspek. Untuk dapat memikat perhatian pemustaka
agar mau datang ke perpustakaan, salah satu cara yang bisa dilakukan adalah
melalui penataan ruangan yang menarik dan fungsional.23
21
Pawit M, Yusuf dan Yaya Suhendar, Pedoman Penyelenggara Perpustakaan Sekolah
(Jakarta: Kencana, 2007), h. 98-99. 22
Hari Santoso, “Artikel Pustakawan Perpustakaan UM: Strategi Pemberdayaan
Perpustakaan Sekolah yang Berorientasi Pada Kepuasan Pemakai Melalui Kegiatan Promosi,”
Malang: Perpustakaan UM, April 2008, h. 5. 23
Wiji Suwarno, Perpustakaan dan Buku (Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2011), h. 45.
20
Ruang sangat berarti karena memberikan pengaruh pada kinerja tenaga
perpustakaan terhadap layanan. Secara berkelanjutan, alur yang tercipta dari
pelayanan tersebut diperuntukkan kepada pemustaka. Penataan ruangan
diperlukan untuk mendatangkan manfaat positif bagi pemustaka. Adanya
hubungan antara jenis area satu dengan yang lainnya membutuhkan teknik dalam
penataan ruang perpustakaan guna memberi kenyamanan ruang gerak pemustaka.
Agar menghasilkan penataan ruang perpustakaan yang optimal serta dapat
menunjang kelancaran tugas perpustakaan sebagai lembaga pemberi jasa,
sebaiknya pustakwan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Penerangan dan Pengaturan Sirkulasi Udara
Penerangan yang baik ditambah dengan ventilasi (untuk sirkulasi udara)
yang baik pula, membawa keuntungan berkurangnya ganguan-gangguan
binatang serangga dan juga mencegah cendawan pada buku.
b. Penataan Meja dan Kursi Belajar
Agar siswa dapat belajar dengan nyaman, aman, dan tenang, meja dan
kursi belajar harus ditata dengan sebaik-baiknya. Penataan meja dan kursi
belajar yang baik diintegrasikan dengan tempat atau rak-rak buku.
c. Penataan Ruang Kerja Petugas
Sebaiknya kepala perpustakaan sekolah, petugas tata usaha, dan petugas
pelayanan teknis memiliki ruang tersendiri yang merupakan bagian dari
ruang atau gedung perpustakaan sekolah secara keseluruhan sehingga
petugas tersebut dapat dengan leluasa tanpa terganggu oleh siswa yang
21
sedang mengunjungi perpustakaan sekolah. Dengan cara ini diharapkan
siswa dapat belajar dengan tenang tanpa terganggu oleh petugas-petugas
yang mengerjakan tugasnya.24
Sementara itu, perlu diperhatikan bahwa adanya aspek psikologi ruang
perpustakaan, di mana fungsi tata ruang perpustakaan untuk menjadikan ruang
perpustakaan yang berintegrasi. Pertimbanagan ketiga hal di atas dalam
melakukan penataan ruang perpustakaan sekolah. Dapat dikaitkan hubungannya
dengan aspek-aspek psikologi perpustakaan yang ditulis Wiji Suwaro di dalam
buku Psikologi Perpustakaan (2009).
Pertama, penerangan dan pengaturan sirkulasi udara bertujuan pada aspek
keamanan bahan pustaka, di mana faktor keamanan bahan pustaka akibat
kerusakan secara alamiah dan faktor kerusakan akibat tangan manusia.
Kedua, penataan meja dan kursi belajar bertujuan menciptakan aspek
psikologi pemustaka. Kondisi ini dapat diciptakan melalui penataan ruangan yang
harmonis dan serasi, termasuk dalam hal penataan perabot perpustakaan.
Ketiga, penataan ruang kerja petugas agar tercipta aspek fungsional tata
ruang perpustakaan. Penataan yang fungsional dapat tercipta jika antar ruangan
mempunyai hubungan yang fungsional dan arus barang (bahan pustaka) dan
peralatan lainnya serta arus dan pergerakan pemustaka dapat mengalir dengan
lancar.
24
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Pendekatan
(Jakarta: Grasindo, 2007), h. 244-245.
22
Dari ketiga perihal penataan ruang perpustakaan tersebut dapat
menghasilkan aspek keempat, yaitu aspek estetika. Keindahan penataan ruangan
melalui penataan ruang dan perabot yang digunakan, penataan ruang yang serasi,
bersih dan tenang bisa mempengaruhi kenyamanan pemustaka untuk berlama-
lama berada di perpustakaan.
Ruang perpustakaan yang baru didesain memenuhi kebutuhan sekolah
dengan cara paling efektif haruslah dipikirkan berbagai pertimbangan.
Pertimbangan berikut ini perlu disertakan dalam proses perencanaan seperti lokasi
terpusat atau sentral, akses dan kedekatan, faktor kebisingan, pencahayaan yang
baik dan cukup, suhu ruangan yang tepat, desain yang sesuai guna memenuhi
kebutuhan penderita cacat fisik, ukuran yang cukup untuk penempatan koleksi,
dan yang juga penting adalah fleksibilitas untuk memungkinkan keberagaman
kegiatan serta perubahan kurikulum dan teknologi pada masa mendatang.25
Penyediaan sarana prasarana dan fasilitas dalam bentuk perabot dan
peralatandi dalam ruang perpustakaan, membutuhkan pertimbangan khusus dalam
peletakannya. Hal tersebut guna mendukung terciptanya alur pergerakan yang
kondusif bagi parapemustaka saat mengakses informasi di dalam ruang
perpustakaan.
Dalam mengoptimalkan upaya tata ruang perpustakaan guna menunjang
kegiatan perputakaan. Tata ruang perpustakaan tidak sekedar menghasilkan
keindahan desain inetrior ruang yang hanya terlihat oleh mata saja, namun
25
Muh. Syarif Bando, dkk., Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2014), h. 10.
23
bagaimana tata ruang dapat serta merta mendatangkan manfaat bagi seluruh aspek
kegiatan di dalam ruang perpustakaan.
D. Perabot Perpustakaan Sekolah
Untuk mendukung fungsi dan tujuan perpustakaan agar dapat optimal
dibutuhkan perabotan sebagai berikut:
a. Perabot Penyimpanan Koleksi
Beberapa perabot yang biasa digunakan untuk menyimpan koleksi
perpustakaan antara lain, rak buku, rak majalah, rak surat kabar, meja/rak
atlas.
b. Perabot Area Membaca dan Mengakses Informasi
Beberapa perabot untuk membaca dan memperoleh informasi antara lain,
meja baca di mana pemilihan jenis meja sangat tergantung dari luas
ruangan perpustakaan dan papan-display yang dapat digunakan untuk
memamerkan informasi buku yang baru datang.
c. Perabot Area Layanan
Pada aea ini dibutuhkan meja dan kursi yang nyaman, untuk menyimpan
peralatan administrasi dan untuk menyimpan koleksi yang baru datang
yang belum diolah. Perabot area layanan antara lain, meja sirkulasi, meja
kerja pepustakaan, almari kabinet, almari katalog, kereta buku.26
26
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Pendekatan
(Jakarta: Grasindo, 2007), h. 248.
24
Yang terpenting dari adanya tata ruang perpustakaan sekolah adalah
sebagai berikut:
a. Pintu masuk dan keluar yang digunakan untuk lalu lintas pengunjung
perpustakaan hanya satu.
b. Meja peminjaman perlu ditempatkan dekat pintu masuk.
c. Lemari katalog ditempatkan di samping atau di depan meja peminjaman.
d. Rak-rak buku berada di pinggir, bergandengan dengan dinding sehingga
pengamatan kepadanya dapat dijangkau dari meja peminjaman.
e. Di sekitar rak buku perlu disediakan meja baca atau meja belajar
f. Ruang referensi sebaiknya terpisah dengan ruangan koleksi yang
dipinjamkan.
g. Penempatan perabot dan peralatan perpustakaan yang lainnya disesuaikan
dengan kondisi dan fungsinya masing-masing.27
Penempatan perabot perpustakaan harus dilakukan dengan megikuti
prosedur atau tata cara yang berlaku mengingat adanya arus barang atau
perabotan perpustakaan maupun arus pergerakan pemustaka.
Untuk perabot atau furniture, dapat dievaluasi secara mendalam tentang
hal ergonomi pada furniture. Ergonomi adalah ilmu tentang hubungan di antara
manusia, mesin yang digunakan dan lingkungan kerja.28
27
Pawit M, Yusuf dan Yaya Suhendar, Pedoman Penyelenggara Perpustakaan Sekolah
(Jakarta: Kencana, 2007), h. 99. 28
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), h. 255
25
Ketika kita memilih furniture untuk perpustakaan, kita memilih tidak
untuk satu orang tertentu, tapi unmtuk banyak pengguna potensial, dan pengguna
ini datang dalam berbagai ukuran dan bentuk. Tidak ada ergonomis furniture
yang benar untuk semua situasi dan semua orang. Hal ini terutama berlaku untuk
perpustakaan sekolah, di mana furniture yang sama akan digunakan oleh banyak
siswa yang berbeda dan banyak kelompok usia yang berbeda.Kuncinya adalah
untuk pilih furniture yang dapat dengan mudah disesuaikan terutama di sekolah
dasar dan menengah, di mana ada perbedaan ukuran yang signifikan antara siswa
serta hindari membeli furniture berukuran sama.29
Perabot perpustakaan termasuk ke dalam syarat berdirinya perpustakaan.
Jumlah dan jenis perabotan bergantung pada besarnya ruang perpustakaan yang
ada. Tata ruang yang fungsional akan lebih tercipta dengan penyediaan perabotan
yang proporsional.
E. Kegiatan Perpustakaan Sekolah
Fungsi perpustakaan harus dapat benar-benar sejalan dengan lembaga
penaungnya. Perannya harus lebih aktif dan dinamis serta servisnya harus dapat
memuaskan pemustaka. Penataan ruang yang diciptakan memiliki keterkaitan
dengan kegiatan perpustakaan sekolah. Sebagaimana yang sudah disebutkan
dalam aspek fungsional, bahwa penataan ruang harus mampu mendukung kinerja
29
Erikson, Rolf, Designing A School Library Media Center For The Future (Chicago:
American Library Association, 2007), h. 68.
26
perpustakaan secara keseluruhan baik dalam kegiatan teknis mupun kegiatan
pemustaka.
Perpustakaan merupakan pemberi jasa yang bergerak pada kegiatan
pelayanan. Dalam kegiatan pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Kelompok kegiatan kerja pelayanan teknis, yaitu kegiatan kerja yang
dilakukan untuk melaksanakan pelayanan informasi dalam program
pelayanan teknis, yang terdiri atas kegiatan kerja pengadaan,
inventarisasi, klasifikasi, katalogisasi, dan pemeliharaan koleksi.
b. Kelompok kegiatan kerja pelayanan pemakai, yaitu kegiatan kerja yang
dilakukan untuk melaksanakan pelayanan informasi dalam program
pelayanan pemakai, yang terdiri atas kegiatan kerja sirkulasi koleksi,
pelayanan referensi, pendidikan pemakai, dan penyebarluasan informasi.
c. Kelompok kegiatan kerja pelayanan admisistrasi, kegiatan-kegiatan kerja
yang dilaksanakan untuk mendukung secara administrasi kelancaran
seluruh kelompok kegiatan kerja di perpustakaan perguruan tinggi,
kelompok kegiatan meliputi kegiatan administrasi ketatausahaan,
administrasi perlengkapan, administrasi keuangan, administrasi
kerumahtanggaan dan administrasi kepegawaian.
27
d. Kelompok kegiatan kerja pengelolaan, yaitu kegiatan kerja yang dilakukan
untuk menyelaraskan semua kelompok kegiatan kerja sehingga berjalan
harmonis dan terpadu.30
Kepentingan pemustaka dalam pencarian informasi yang tersedia di
perpustakaan adakala berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam
penyelenggaraan perpustakaan sekolah, peranan perpustakaan sangat membantu
proses belajar siswa.
Perpustakaan sekolah harus mencakup berbagai kegiatan secara luas dan
harus berperan penting guna mencapai misi dan visi sekolah. Semuanya harus
ditujukan untuk melayani pengguna potensial di dalam komunitas sekolah dan
guna memenuhi kebutuhan tertentu dan berbeda-beda dari berbagai kelompok
sasaran. Kepuasan para pengguna perpustakaan tergantung pada kemampuan
perpustakaan sekolah dalam mengdentifikasi kebutuhan pengguna perorangan
maupun kelompok, serta kemampuan perpustakaan sekolah untuk
mengembangkan berbagai jasa perpustakaan yang mencerminkan kebutuhan
perubahan di komunitas sekolah.31
Murid dapat menggunakan perpustakaan untuk berbagai keperluan.
Perpustakaan harus dapat dirasa sebagai lingkungan pembelajaran yang tidak
menakutkan, bebas, terbuka tempat murid dapat mengerjakan semua tugas, baik
30
Perpustakaan Nasional RI, Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi. (Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 1979), h, 4. 31
IFLA/UNESCO, “Pedoman Perpustakaan Sekolah.” h. 19. artikel diakses pada 10
Februari 2015 dari http://www.ifla.org/VII/s11/pubs/school-guidelines.htm
28
sebagai perorangan maupun sebagai kelompok. Aktivitas murid di perpustakaan
pada umumnya meliputi hal berikut :
a. Pekerjaan rumah tradisional.
b. Pekerjaan proyek dan tugas pemecahan masalah.
c. Mencari dan menggunakan informasi.
d. Membuat laporan dan karya untuk disajikan di depan guru atau murid.32
Jenis-jenis kegiatan yang perlu ditampung, merupakan suatu interpretasi
dari program perpustakaan dalam hubungannya dengan kebutuhan/persyaratan
ruangan yang harus disediakan.33
Siswa dalam proses belajar akan melakukan berbagai kegiatan
penyelidikan, seperti eksperimen, berdiskusi dan kegiatan lainnya baik di dalam
kelas maupun di alam bebas yang mendorong ke arah pemikiran yang produktif
dan kritis.
Penataan ruangan perpustakaan sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan
semua kegiatan di perpustakaan. Berorientasi pada kepentingan dan kepuasan
pemustaka, di mana layanan perpustakaan agar dapat dilakukan secara prima
mulai dari penyiapan sampai penyajian informasi sehingga pemustaka dapat
memperoleh informasi yang dibutuhkan.
32
Ibid., h. 21. 33
Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Pendekatan
(Jakarta: Grasindo, 2007), h. 236.
29
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Ananda Rasulia Wirawan (2010) dengan
judul “Persepsi Pemustaka terhadap Tata Ruang Perpustakaan Sekolah. Studi
Kasus Pada Perpustakaan SMAN 47 Jakarta Selatan”. Penelitian ini bertujuan
memahami persepsi pemustaka terhadap tata ruang pada perpustakaan SMAN 47
Jakarta Selatan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode studi
kasus deskriptif. Masalah yang ada dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pesepsi pemustaka, yang terdiri dari pembina perpustakaan, guru, staff
perpustakaan dan siswa terhadap tata ruang perpustakaan setelah direnovasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemustaka sudah merasa nyaman dan cukup puas
dengan tata ruang yang baru, namun masih ada kendala yaitu kurangnya luas
perpustakaan.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
Berikut ini adalah metodologi penelitian yang penulis lakukan dalam
penelitian ini. Penulis melakukan metode penelitian untuk mendukung
pembahasan dalam skripsi yang sesuai dengan judul dan permasalahan yang
diteliti.
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu
penelitian bermaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala
yang ada atau kejadian apa saja yang terjadi saat penelitian dilakukan. Metode
deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
menggabungkan, melukiskan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
nampak atau sebagai mana adanya. Penelitian deskriptif umumnya bertujuan
mendefinisikan secara sistematis, faktual dan akurat terdapat suatu populasi atau
daerah tertentu mengenai berbagai sifat dan faktor tertentu.33
Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dilakukan umtuk memberikan
gambaran secara umum mengenai bagaimana kebijakan tata ruang perpustakaan,
upaya kepala perpustakaan dalam menunjang kegiatan perpustakaan melalui
33
Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 54.
31
penataan ruang perpustakaan dan mengenai rencana jangka panjang terkait
kebijakan terhadap ruang perpustakaan.
Sedangkan pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap data-data
non angka seperti hasil wawancara atau catatan laporan bacaan dari buku-buku
artikel dan juga termasuk non tulisan seperti foto gambar atau film.34
Penelitian kualitatif menurut Moleong adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik, dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagi metode alamiah.35
Dengan
pendekatan ini maka penulis mengadakan penelitian dengan meninjau dan
mengkaji mengenai tata ruang di Perpustakaan Adzkia Islamic School.
B. Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, penelitian dikelompokkan menjadi dua jenis
yaitu, data primer dan sekunder diuraikan sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara, dari
sumbernya.36
Dapat diperoleh langsung dari hasil wawancara narasumber atau
34
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta : STIA-LAN,1999), h. 99. 35
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2001), h. 6. 36
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian, h. 86.
32
informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang
relevan. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari kepala sekolah dan
kepala Perpustakaan Adzkia Islamic School.
2. Data Sekunder
Data ini berasal dari perpustakaan, yaitu terdiri dari buku-buku,
literatur-literatur, artikel dan dokumen yang berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti.37
Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai data sekunder adalah
struktur organisasi, catatan dokumentasi, jurnal dan lain sebagainya. Penulis
juga melakukan studi kepustakaan dengan melakukan kunjungan ke berbagai
perpustakaan untuk mendapatkan data dari berbagai literature dan referensi
lain seperti buku, majalah, makalah, surat kabar, jurnal, serta artikel yang
mengandung dengan pembahasan yang sedang penulis teliti dan beberapa
situs internet.
C. Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan konsidi latar penelitian.38
Penentuan informan ditentukan
dengan mencari tahu pihak yang paling memahami objek penelitian dan
ditentukan berdasarkan konsep purposive sampling. Purposive sampling adalah
metode penentuan informan dengan cara secara sengaja memilih informan-
37
Ibid., h. 87. 38
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 90.
33
informan tertentu dengan mengabaikan informan lainnya karena informan tertentu
ini memiliki cirri-ciri khusus yang tidak dimiliki informan lain.39
Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap kebijakan dan pelaksanaan penataan ruang perpustakaan, yaitu
kepala sekolah dan kepala Perpustakaan Adzkia Islamic School. Selain itu,
pemilihan kepala sekolah sebagai informan dikarenakan ruang kerja kepala
sekolah yang ditempatkan di dalam perpustakaan.
Menurut Natajumena (2008) setidaknya ada 3 Figur yang menentukan
dunia pendidikan kita, yaitu menteri, kepala kanwil (kepala dinas), dan kepala
sekolah. Dari pernyataan ini bisa dilihat bahwa kepala sekolah mempunyai
peranan sangat penting dalam keberhasilan pendidikan dan pembelajaran. Dengan
kata lain, kepala sekolah juga sangat berperan dalam pengembangan perpustakaan
sekolah. Sehingga kepala sekolah sebagai pemangku kebijakan yang sangat
penting karena prioritas kebijakan mempengaruhi perkembangan perpustakaan
sekolah. Selanjutnya kepala perpustakaan memiliki peran dan taggung jawab
dalam mengelola perpustakaan secara utuh melalui upaya terkait penataan ruang
perpustakaan.40
39
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta : STIA-LAN,1999), h. 183. 40 Rachmat Natajumena, Perpustakaan Sekolah Lahan Tidur Pustakawan (Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2008), h. 12.
34
Tabel 1
Daftar Informan Penelitian
No. Nama Informan Pendidikan
Terakhir Posisi/Jabatan
1. Febri Nurul Huda, S. IP S1
Kepala (Pustakawan)
Perpustakaan Adzkia
Islamic School
2. Suwardi, S. Si S1 Kepala Sekolah SMP
Adzkia Islamic School
Sumber : Adzkia Islamic School
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang digunakan penulis untuk mendapatkan data-data atau
informasi dalam penelitian ini adalah melalui:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh pewawancara
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.41
Penulis mengajukan beberapa pertanyaan
yang telah disiapkan untuk informan lalu dijawab oleh pemberi data
dengan bebas terbuka.
2. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah pengidentifikasian secara sistematis penemuan dan
analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan
41
Ibid., h. 135.
35
dengan masalah penelitian.42
Kajian pustaka merupakan penelitian yang
datanya diambil dari beberapa kepustakaan (buku, dokumen, artikel,
laporan dan sebagainya).
3. Observasi
Observasi adalah metode penelitian yang pengambilan datanya bertumpu
pada pengamatan langsung pada objek penelitian.43
Observasi bertujuan
untuk mendeskripsikan keadaan yang dipelajari dan aktifitas-aktifitas yang
telah berlangsung. Hasil dari observasi tersebut dicatat menjadi suatu
catatan observasi yang berisi deskripsi hal-hal yang diamati secara
lengkap dengan keterangan tanggal dan waktu.
E. Teknik Analisis Data
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh penulis melalui penelitian lapangan, wawancara,
kajian pustaka dan observasi dicatat dengan rinci, mengelompokkan atau
memilah–milah dan memfokuskan pada hal penting. Dengan demikian data
yang didapat bisa memberikan gambaran yang jelas. Jadi, reduksi data adalah
suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang
menyusun data dalam suatu cara di mana kesimpulan akhir dapat
digambarkan dan diverifikasikan.44
42
Consuelo G. Sevilla, et. al., Pengantar Metode Penelitian (Jakarta: UI Press, 1993), h.
31. 43
PrasetyaIrawan, Logika dan Prosedur Penelitian(Jakarta : STIA-LAN,1999), h.63. 44
Krisyanto,Teknik Praktis Riset Komunikasi(Jakarta : Prenada Media Group, 2006), h.96.
36
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi penulis melakukan penyajian dalam bentuk
tabel frekuesi dan teks bersifat naratif.45
Penyajian data akan tersusun secara
sistematis dalam pola yang berhubungan sehingga mudah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan
Penulis membuat kesimpulan dari data–data yang terangkum yang
dijabarkan dalam bentuk naratif. Kesimpulan digunakan untuk menjawab
rumusan masalah.46
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini di lakukan dengan metode-metode tersebut di atas dalam
observasi awal dilakukan tanggal 24 April 2015, sedangkan wawancara
mendalam dilakukan tanggal 5 Juni 2015 dan 29 Agustus 2016. Tempat penelitian
adalah Perpustakaan Adzkia Islamic School, Jalan Suka Mulya, Kampung Dukuh,
Serua Indah, Ciputat, Tangerang Selatan.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yaitu alat-alat perlengkapan penelitian.47
Alat-alat
tersebut berguna dalam pengumpulan informasi, seperti alat perekam suara (hand
phone), kamera, kertas, bolpoin, dan daftar pertanyaan.
45
Ibid., h. 131. 46
Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif(Bandung : Alfabeta, 2010), h. 99. 47
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 132.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perpustakaan Adzkia Islamic School
1. Sejarah Perpustakaan Adzkia Islamic School
AIS Resources Centre atau disingkat dengan ARC, merupakan entitas
sekolah yang berperan penting dalam mengembangkan dan meningkatkan
kemajuan pendidikan khususnya di lingkungan sekolah Adzkia Islamic
School Daarut Tauhiid.
Pada tahun 2010 kementerian pendidikan nasional memberikan dana
hibah untuk pembangunan perpustakaan senilai 90 juta dan total nilai
pembangunan sebesar 250 juta. Masa pembangunan kurang lebih empat
bulan. Bangunan perpustakaan terdiri dari dua lantai dengan beberapa ruangan
penunjang, luas lantai kedua hanya separuh dari luas lantai dasar.
Penempatan ruang perpustakaan sejak awal pendirian sudah
mengalami tiga kali perubahan. Awalnya ruang perpustakaan berada di
bawah, selanjutnya di lantai dua. Sekolah Adzkia Islamic School terus
melakukan pembangunan infrastruktur sarana. Penambahan jumlah ruangan
dan fasilitas terus dilakukan oleh pihak sekolah dikarenakan banyaknya
pendaftar calon siswa/i baru. Hingga akhirnya ruang perpustakaan saat ini
kembali seperti awal di lantai bawah dengan menempati satu ruangan.
38
Awal perencanaan sistem manajemen informasi perpustakaan dirintis
oleh tim mahasiswa dan sarjana perpustakaan Universitas Indonesia. Selepas
dari masa itu, perkembangan Perpustakaan Adzkia Islamic School saat ini
seperti berjalan ditempat. Di tahun 2014 dilakukan perubahan struktur
kepengurusan perpustakaan dengan hadirnya seorang sarjana Ilmu
Perpustakaan yang merangkap sebagai pustakawan sekaligus Kepala
Perpustakaan Adzkia Islamic School.
Sejak September 2014 hingga sekarang, perpustakaan mulai
mengalami peremajaan antara lain layanan teknis dan layanan pemustaka,
sistem penelusuran buku yang sudah otomasi, ruang dan perlengkapan.
Namun, Perpustakaan Adzkia Islamic School belum menunjukkan
perkembangan yang signifikan dalam aspek ruang.
2. Visi dan Misi Perpustakaan Adzkia Islamic School
a. Visi Perpustakaan Adzkia Islamic School
Menjadi sekolah Islam unggulan yang aktif mewujudkan insan
berakhlak mulia, cerdas, dan mandiri.
b. Misi Perpustakaan Adzkia Islamic School
1) Membentuk lembaga pendidikan yang profesional, amanah, dan
bermutu.
2) Menjadikan sekolah sebagai pusat belajar yang menyenangkan, pusat
aktifitas keislaman, dan pusat pengembangan karakter.
3) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
39
4) Membentuk warga sekolah yang bertauhiid dan beramal shaleh.
5) Membentuk warga sekolah berwawasan Islam, nasional, dan
internasional.
6) Mengembangkan potensi kecerdasan warga sekolah untuk mencapai
prestasi terbaik.
7) Mengembangkan potensi warga sekolah berbekal keterampilan hidup
(life skill) dan keterampilan untuk hidup (vocational skill).
3. Struktur Perpustakaan Adzkia Islamic School
Perpustakaan Adzkia Islamic School dikelola oleh satu orang sumber
daya aktif, yaitu kepala perpustakaan yang juga bertugas sebagai pustakawan
perpustakaan dengan dibantu anggota. Anggota tersebut adalah siswa yang
ikutserta mendaftar sebagai staff perpustakaan secara sukarela dengan rasa
peduli terhadap perpustakaan. Kedudukan perpustakaan berada di bawah
Kepala Sekolah. Berikut bagan struktur Perpustakaan Adzkia Islamic School.
40
KepalaPerpustakaan
Febri Nurul Huda S.IP
Keanggotaan Perpustakaan Adzkia
Islamic School
KepalaSekolah
SMP Adzkia Islamic School
Suwardi S. Si
KepalaSekolah
SMA Adzkia Islamic School
Ahmad Najib, S. E
DirektoratPendidikan
Ust. M. HariSanusi
Bagan 4.1
Struktur Perpustakaan Adzkia Islamic School
4. Koleksi Perpustakaan Adzkia Islamic School
Koleksi Perpustakaan Adzkia Islamic School terdiri dari koleksi
tercetak (buku) dan non-cetak (audio visual). Jumlah koleksi yang dimiliki
perpustakaan adalah 2.092 judul, termasuk koleksi audio visual. Berikut tabel
jenis koleksi dan jumlah judul koleksi.
Tabel 2
Koleksi Perpustakaan Adzkia Islamic Shcool
No. Jenis Koleksi Jumlah Judul
1. Buku pelajaran 1500
2. Buku Fiksi dan Non-Fiksi 250
3. Jurnal 14
4. Majalah 11
41
5. Biografi 200
6. Audio Visual/CD 17
7. Koran 100
Sumber: Perpustakaan Adzkia Islamic School
5. Layanan Perpustakaan Adzkia Islamic School
a. Sistem Layanan
Perpustakaan Adzkia Islamic School menggunakan sistem layanan
terbuka (open access). Pemustaka baik itu siswa maupun warga sekolah
lainnya dapat mencari bahan pustaka yang dibutuhkan secara langsung
dengan mentaati semua peraturan Perpustakaan Adzkia Islamic School.
Jam buka Perpustakaan Adzkia Islamic School adalah Senin sampai
Jum’at pukul 06.30 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Sedangkan
jam kunjungan untuk pemustaka untuk siswa adalah pukul 08.50 WIB
sampai dengan pukul 09.00 WIB (jam pertama istirahat) dan pukul 13.00
WIB sampai dengan 13.10 WIB (jam kedua istirahat).
b. JenisLayanan
1) Layanan Baca
Layanan ini dapat digunakan oleh seluruh warga sekolah yang ingin
memanfaatkan perpustakaan untuk membaca, belajar, menambah
informasi dan memperluas wawasan.
42
2) Layanan Sirkulasi
Kegiatan layanan sirkulasi di Perpustakan Adzkia Islamic School
adalah peminjaman dan pengembalian buku.
3) Layanan Referensi
Perpustakan Adzkia Islamic School mnyediakan referensi seperti
kamus, ensiklopedi, almanak, biografi, referensi Arab dan sumber-
sumber referensi lainnya.
4) Layanan Audio-Visual
Layanan ini berupa koleksi bentuk CD, di mana pemutaran media
dilakukan di dalam ruang perpustakaan tanpa ruangan khusus dengan
menggunakan proyektor yang dibimbing oleh guru dan pengawasan
oleh pustakawan karena koleksi ini tidak dapat dipinnjam.
5) Layanan Administrasi
Layanan ini meliputi pendaftaran anggota perpustakaan, dan bebas
pustaka.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Ruang Perpustakaan Adzkia Islamic School
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis selama melakukan
interaksi dengan kepala sekolah. Adanya kebijakan standar dalam pengelolaan
perpustakaan Adzkia Islamic School dalam memenuhi kebutuhan
perpustakaan. Berikut ini penjelasan yang disampaikan oleh kepala sekolah
Adzkia Islamic School.
43
“Kepala sekolah merencanakan kebutuhan untuk pengembangan
perpustakaan dan menentukan hasil terukur yang hendak dicapai
dalam kurun waktu tertentu serta laporannya. Mulai dari kebutuhan
koleksi buku, layanan, fasilitas atau perabot,program kegiatan dan
promosi dan lain-lain. Kita sebagai pemangku kebijakan mencoba
menerapkankan dari program itu sendiri.” 47
Kepala sekolah sebagai pengambil keputusan kebijakan terkait
pengembangan perpustakaan berkoordinasi langsung dengan kepala
perpustakaan untuk mengimplementasikan kebijakan yang ada dalam
memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana perpustakaan. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh informan berikut:
“Kita berkoordinasi dengan putakawan tentang apa yang kiranya
dibutuhkan dengan melihat di perpustakaan. Contohnya perihal
koleksi buku-buku ya. Kita sesuaikan dari beragamnya jenis bacaan
untuk kebutuhan guru maupun siswa. Bisa juga dalam jumlah koleksi
dan pembaruannya. Kalau yang sifatnya kegiatan kita lebih ke
program-program yang sifatnya tematik atau berkala memang
direncakan dengan baik dibantu oleh pustakawan kita.” 48
Melihat struktur organisasi perpustakaan Adzkia Islamic School, di
mana kedudukan kepala perpustakaan berada di bawah kepala sekolah.
Tentunya hal tersebut menjadi tanggung jawab besar yang disandarkan pada
institusi sekolah dalam pendayagunaan perpustakaan menurut fungsi utama
perpustakaan sekolah.Hal ini diungkapkan oleh informan berikut ini:
“Perpustakaan merupakan salah satu sarana sebagai sumber
pembelajatran dengan adanya media tercetak seperti buku-buku dan
media non-cetak seperti CD. Media-media tersebut yang berhubungan
dengan mata pelajaran dan referensi lainnya.” 49
47
Wawancara Pribadi dengan Suwardi, Jakarta, 29 Agustus 2016. 48
Wawancara Pribadi dengan Suwardi, Jakarta, 29 Agustus 2016. 49
Wawancara Pribadi dengan Suwardi, Jakarta, 29 Agustus 2016.
44
Dalam hal kebijakan tersebut, kepala sekolah belum menunjukkan
adanya dukungan terhadap pendayagunaan ruang perpustakaan sekolah.
Kondisi ini dapat dilihat dari pemanfaatan ruang perpustakaan Adzkia Islamic
School dan melalui pernyataan kepala perpustakaan tentang penempatan area
kerja kepala sekolah di dalam ruang perpustakaan berikut ini:
“Perpustakaan harus punya media tersendiri. Seperti kaya ruang
baca. Karena kan di sini kan harusnya kan satu ruangan ini kan untuk
perpustakaan ya. Dengan keterbatasan infrastruktur, kepala sekolah
memakai ruang perpustakaan untuk kantornya Karena kita masih
bercampur ya, jadi keabsahan dari perpustakaan itu sendiri
terganggu.” 50
Kutipan di bawah ini adalah penjelasan dari kepala sekolah mengenai
penempatan area kerja kepala sekolah di dalam ruang perpustakaan Adzkia
Islamic School. Bagaimana kondisi tersebut bisa terjadi, berikut
penuturannya:
“Kita membagi ruangan begitu saja sesuai keputusan atau penetapan
dari kepsek yang dikordinasikan dengan pustakawan. Keputusan
dalam sekali rapat waktu itu. Jadi awalnya ruangan ini dulu
diperuntukkan khusus untuk perpustakaan saja. Karena kita
kurangnya infrastruktur di sekolah dan ruang kepala sekolah gabung
dengan perpustakaan. Memang agak kurang kondusif ya.” 51
Kurangnya dukungan pihak sekolah tentang pendayagunaan ruang
perpustakaan mengakibatkan melemahnya prioritas kebijakan yang diambil
terkait ruang perpustakaan sekolah. Hal tersebut disadari oleh kepala sekolah
melalui penjelasannya di bawah ini:
50
Wawancara Pribadi dengan Febri Nurul Huda, Jakarta, 5 Juni 2015. 51
Wawancara Pribadi dengan Suwardi, Jakarta, 29 Agustus 2016.
45
“Kondisi yang ada sekarang ini ruang perpustakaan masih terbatas
Mungkin salah satu kekurangan kita. Kita masih kurang gerak untuk
pembinaan. Jadi kita kurang optimal untuk perpstakaan…
Kebijakan penataan ruang itu sendiri kita belum ada kebijakan
tersendiri. Hanya berupa usulan dari pustakawan ya biasanya, seperti
peletakan rak, meja dan lain sebagainya, penambahan alat-alat kerja.
Karena ruang kepala sekolah juga masih gabung di sini. Semua
dilakukan berjalan begitu saja.” 52
Dari apa yang dituturkan oleh para informan di atas, dapat
disimpulkan dalam pembahasan bahwa fungsi perpustakaan Adzkia Islamic
School sudah sejalan dengan fungsi perpustakaan sekolah secara garis besar,
di mana sebuah unit kerja yang berfungsi sebagai sumber pembelajaran siswa
dan adanya kebijakan pengelolaan perpustakaan guna mencapai tujuan
perpustakaan.
Dalam hal ruang perpustakaan, pihak sekolah kurang memperhatikan
fungsi ruang perpustakaan secara utuh, yakni ruang yang benar-benar khusus
untuk kegiatan perpustakaan terpisah dengan kegiatan lain di luar unit
kegiatan perpustakaan karena ruang perpustakaan adalah ruang atau sarana
yang berfungsi sebagai fasilitas layanan.
Sebuah ruangan perpustakaan sangat mempengaruhi kelengkapan
fasilitas baik berupa layanan maupun perabot yang diperlukan untuk berbagai
unit kegiatan di dalam perpustakaan. Walaupun fasilitas dan perlengkapan
ruang perpustakaan pada hakekatnya hanya memiliki presentase 5% terhadap
suksesnya pelayanan suatu perpustakaan. Jika tidak diikuti dengan adanya
52
Wawancara Pribadi dengan Suwardi, Jakarta, 29 Agustus 2016.
46
kebijakan menentu terkait penataan ruang perpustakaan. Tidak akan tercipta
alur pergerakan bagi para pemustaka secara kondusif.
Tata ruang seharusnya mencakup seluruh komponen di dalam ruangan
perpustakaan. Perpustakaan merupakan unit penyedia jasa berupa layanan
informasi dari berbagai bidang ilmu. Perihal pelayanan perpustakaan diawali
dari dalam ruang perpustakaan. Dari kegiatan pelayanan teknis yang
disediakan untuk pemustaka.
Beragammnya aktifitas dari berbagai jenis kegiatan perpustakaan dan
juga jenis perabot perpustakaan yang bervariasi. Membutuhkan pertimbangan
khusus untuk pembagian setiap unit area kegiatannya dan juga dalam
peletakan setiap perabotan. Tanpa adanya dukungan dari pihak sekolah,
penataan ruang tidak akan mampu mendatangkan hasil dan manfaat dengan
baik. Perpustakaan Adzkia Islamic School membutuhkan ruangan khusus
untuk bisa fokus mencapai tujuannya.
Dampak dari penempatan area kerja kepala seolah di dalam ruang
perpustakaan Adzkia Islamic School mengakibatkan keterbatasan jenis area di
dalam ruang perpustakaan, yaitu area koleksi buku, area baca, area
pengolahan bahan pustaka dan tenaga perpustakaan. Kondisi seperti itu
berimbas terhadap ketidaklancaran aktifitas kegiatan baca dan belajar siswa
serta aktifitas kepala perpustakaan melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti
mengimpun, mengolah dan melayankan kepada pemustaka.
47
2. Upaya Pembenahan Tata Ruang Perpustakaan Adzkia Islamic School
Kondisi lingkungan di sekolah yang mempengaruhi keputusan suatu
kebijakan masih seringkali menjadi batu sandungan bagi perkembangan
perpustakaan sekolah. Di bawah ini akan dijelaskan upaya-upaya tata ruang
yang dilakukan kepala perpustakaan menindaklanjuti keputusan kebijakan
penempatan area kerja kepala sekolah di dalam ruang perpustakaan Adzkia
Islamic School.
Adanya upaya pengadaan rak baru untuk koleksi buku, rak koleksi
audio visual, rak jurnal dan majalah. Perpustakaan Adzkia Islamic School
sebelumnya menggunakan rak buku berbahan dasar kayu dan kondisinya
sudah bisa dikatakan reyot. Kondisi rak yang tidak mungkin dipertahankan
lagi karena dari aspek keamanan sudah tidak mendukung untuk penyimpanan
buku dalam jumlah banyak. Oleh sebab itu, kepala perpustakaan melakukan
pembaruan rak dengan menggunakan bahan dasar yang terbuat dari besi.
Berikut pemaparan lebih jelas oleh informan tentang pengadaan rak baru:
“Untuk kemanan bahan pustaka saya masih bisa kontrol. Rak buku
sudah saya perbarui dengan rak double face, tidak ada sekat tertutup,
berbahan besi. Jadi saya masih bisa melihat siswa dan mengontrol
buku dari kerusakan tangan manusia dan kerusakan alamiah.
Sebelumnya rak terbuat dari kayu dengan kondisi usang, sudah tidak
layak pakai…
Oleh karena itu, saya mendisain ulang rak baru. kalau dari besi tidak
kemakan rayap, untuk pelestarian bahan pustaka pun juga sanagat
gampang. Tidak rentan dari bahaya.” 53
Peletakan rak koleksi buku berada di pinggir berdekatan dengan
dinding. Sedangkan untuk rak koleksi audio visual, jurnal dan majalah berupa
53
Wawancara Pribadi dengan Febri Nurul Huda, Jakarta, 5 Juni 2015.
48
rak etalase yang ditempel pada bagian diding. Penempatan area rak referensi
tersebut belum terpisah dengan area koleksi yang dapat dipinjam dan rak
untuk sebagian koleksi referensi seperti kamus dan ensiklopedia diletakkan di
belakang meja kerja kepala perpustakaan.
Untuk fasilitas membaca, perpustakaan Adzkia Islamic School hanya
memiliki tiga buah meja leseh untuk membaca dengan karpet berbahan hangat
untuk alas. Meja baca berada di antara rak koleksi buku sehingga siswa yang
sedang membaca dapat tergannggu oleh aktifitas siswa lain yang sedang
mencari buku. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan berikut ini:
“Perpustakaan ini masih belum dapat membagi ruang untuk
kelengkapan fasilitas ya, makannya disini kan saya
mempertimbangkan space ruang yang ada ini. Saya sih pingin gitu
ada pembagian areauntuk fasilitas membaca, untuk perorangan
maupun kelompok gitu kan. Tapi apa daya jika dari ruangannya saja
terbagi dua.” 54
Kepala sekolah juga menuturkan tentang kurangnya ketersediaan meja
baca dan terbatasnya area bacadi ruang perpustakaan Adzkia Islamic School.
Berikut ini adalah penuturannya:
“Dari sisi fasilitas lain kita masih terbatas. Penyediaan perabot kita
masih terbatas karena letaknya pun masih sempit ya. Ruangan ini ya
harus masih di tata sih ya untuk mewujudkan fasilitas-fasilitas itu
sendiri. Area koleksi, area layanan dan area baca. Dari area
membaca masih sangat terbatas untuk siswa membaca. Untuk area
yang lain kita belum ada.” 55
Sedangkan perabotan yang dimiliki perpustakaan Adzkia Islamic
School terkait perabot pendukung layanan perpustakaan, terdiri dari tiga buah
54
Wawancara Pribadi dengan Febri Nurul Huda, Jakarta, 5 Juni 2015. 55
Wawancara Pribadi dengan Suwardi, Jakarta, 29 Agustus 2016.
49
meja tenaga perpustakaan, yaitu meja kerja kepala perpustakaan, meja
pengolahan bahan pustaka dan meja sirkulasi. Mengingat tenaga perpustakan
di Perpustakaan Adzkia Islamic School hanya ada satu tenaga kerja, yaitu
kepala perpustakaan yang sekaligus bertindak sebagai pustakawan. Maka
tidak ada lagi meja tenaga perpustakaan lainnya. Ketiga meja tersebut
diletakkan berdampingan dan difungsikan sebagai layanan pemustaka.
Adanya arus barang atau perabot perpustakaan dan arus pergerakan
pemustaka, penempatan perabotan harus disesuaikan dengan fungsinya
masing-masing. Namun di perpustakaan Adzkia Islamic School, penempatan
perabot yang berfungsi sebagai kegiatan layanan belum strategis.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh informan di bawah ini:
“Di AIS ini kita kan sudah fungsikan ada layanannya yaa.. Untuk
tempat aktifitas layanan, Cuma pergerakan aktifitasnya itu belum
lancar. Dalam arti, ruang geraknya masih masih sempit.
Kegiatan perpus itu butuh ruang atau tempat. Tata ruang itu sendiri
salah satunya bertujuan sebagai aktifitas pergerakan manusia atau
pemustaka. Pengaturan letak rak, pembagian area ya itu
mempengaruhi.” 56
Di sisi lain, tata ruang perpustakaan tidak hanya perihal tentang
pengaturan dalam segi peletakan perabotan saja. Melalui penataan ruang
diharapkan udara dapat masuk ke ruangan perpustakaan dengan leluasa.
Tetapi, harus dihindari sinar matahari menembus koleksi perpustakaan secara
langsung.
Dalam hal ini, kepala perpustakaan telah memerhatikan fungsi tata
ruang tersebut. Berikut penjelasan kepala perpustakaan
56
Wawancara Pribadi dengan Febri Nurul Huda, Jakarta, 5 Juni 2015.
50
“Untuk sirkulassi udara kebetulan kita cukup menggunakan AC
ya,sedangkan untuk masuknya sinar matahari saya juga perhatikan
hal itu. Saya juga sudah terapkan agar cahaya tidak langsung
mengenai buku dengan memasang gorden dan ventilasi itu ditutup
juga dengan bahan yang tidak terlalu tembus cahaya. Dalam arti
disini cahaya matahari kan perlu bagi ruangan dan manusia juga ya..
Tapi mengingat cahaya matahari itu juga tidak baik untuk bahan
pustaka jadi saya sudah upayakan hal tersebut untuk mengatasinya.” 57
Selain itu, ada pula upaya kepala perpustakaan merubah tata lay out
penempatan rak koleksi buku untuk menghindari kesan ruangan yang
monoton. Berikut ini penuturan informan tentan gupaya mengurangi tingkat
kebosanan siswa saat berkunjung di perpustakaan:
“Saya lakukan perubahan desain ruangan itu per tiga bulan sekali.
Jadi, pertiga bulan dari awal saya di sini, saya pikir ruangan ini
harus saya rubah. Agar tidak membosankan dan penyegaran di dalam
perpustakaan. Perubahan tata ruang dilakaukan pertiga bulan sekali
untuk penempatan rak.” 58
Pada intinya kepala perpustakaan ingin adanya pembatasan area pada
setiap jenis kegiatan yang terselenggara di dalam ruang perpustakaan dengan
system tata baur yang berintegrasi melalui penempatan perabot sesuai
prosedur.
Dari hasil upaya-upaya tata ruang yang telah dilakukan kepala
perpustakaan, di mana jenis area yang dimiliki perpustakaan Adzkia Islamic
School yakni area koleksi buku, area baca, area layanan sirkulasi, dan area
meja kerja kepala perpustakaan yang terdri dari meja pengolahan bahan
pustaka dan meja sirkulasi. Setiap jenis area tersebut belum memiliki batasan,
57
Wawancara Pribadi dengan Febri Nurul Huda, Jakarta, 5 Juni 2015. 58
Wawancara Pribadi dengan Febri Nurul Huda , Jakarta, 5 Juni 2015.
51
artinya batasan setiap unit area kegiatan belum tepat dan jelas. Di bawah ini
adalah kutipan penjelasan dari kepala perpustakaan mengenai pembagian
setiap jenis area di dalam ruang perpustakaan Adzkia Islamic School.
“Sebenarnya di Perpustakaan Adzkia Islamic School sudah memiliki
area-area untuk membaca, mengolah buku, pelayanan sirkulasi, area
koleksi. Tapi sayangnya area-area tersebut hanya terbagi dalam skala
kecil.Kondisi di sini ruang koleksi buku yang masih bercampur
dengan tempat baca. Terus pengolahan sebenarnya kita sering
melakukan pengolahan bahan pustaka, tapi kita tidak mempunyai
ruangan yang cukup. Pengolahan buku dilakukan disekitar area baca
dan koleksi. Seharusnya ruang kepala sekolah itu dapat dimanfaatkan
untuk untuk ruang baca. Untuk ruang audio visual belum ada. Ruang
audio visual membutuhkan space. Kita punya koleksinya, sedangkan
media pemanfaatannya kita hanya menggunakan proyektor saja.” 59
Sebagaimana apa yang dituturkan oleh informan diatas, upaya
penataan ruang perpustakaan belum bisa mencapai hasil efektif. Adanya
kondisi yang menjadi pertimbangan dalam proses penataan ruang
perpustakaan Adzkia Islamic School. Berikut ini pemaparan yang
disampaikan oleh informan terkait:
“Adanya area kerja atau ruang kepala sekolah membatasi ruang
gerak upaya saya menata ruang ini. Hal itu adalah minus yang paling
besar. Ya saya juga masih terus berpikir terus berupaya bagaimana
saya mengkonsep perpus AIS ini dengan keadaan disini…
Saya masih belum bisa upayakan hal lebih untuk kelancaran aktifitas
yang berlangsung. Yang saya lakukan alternatifnya dengan
penempatan perabotan sekondusif mungkin biar tidak terlalu sempit
ruang geraknya.” 60
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis melalui wawancara
dengan informan. Pembahasan yang dapat diambil, bahwa upaya penataan
ruang perpustakaan Adzkia Islamic School yang telah dilakukan kepala
59
Wawancara Pribadi dengan Febri Nurul Huda, Jakarta, 5 Juni 2015. 60
Wawancara Pribadi dengan Febri Nurul Huda, Jakarta, 5 Juni 2015.
52
perpustakaan belum menghasilkan empat aspek psikologi tata ruang
perpustakaan secara keseluruhan.
Letak meja baca yang tidak kondusif karena letaknya berada di sela-
sela rak koleksi buku. Hal ini menimbulkan gangguan terhadap pembaca,
karena kondisi tersebut belummenciptakan aspek psikologi pemustaka.
Selain itu, pada saat adanya kegiatan pengolahan bahan pustaka.
Proses kegiatan tersebut dapat terganggu oleh siswa yang sedang berkunjung
ke perpustakaan, karena area atau meja pengolahan bahan pustaka sangat
berdekatan dengan area baca dan koleksi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa arus dan
pergerakan dari setiap unit area kegiatan di dalam perpustakaan Adzkia
Islamic School belum mengalir dengan lancar, belum bias menghasilkan
hubungan antar area dengan jelas, di mana itu menyangkut aspek fungsional
tata ruang perpustakaan.
Ada tiga aspek yang saling berkaitan dan mimiliki hubungan di
antaranya. Aspek fungsional ruang perpustakaan dapat menciptakan aspek
psikologi pemustaka. Lalu sebalikya aspek psikologi pemustaka tercipta dari
aspek fungsional. Jika dua aspek tersebut belum bisa tercapai setelah proses
penataan ruang perpustakaan. Maka tidak akan menghasilkan aspek estetika di
dalam ruang perpustakaan, di mana aspek ini adalah aspek terakhir dari tata
ruang perpustakaan yang memiliki hasil keseluruhan serta berpengaruh besar
terhadap penilaian sebuah ruang perpustakaan sekolah.
53
Hanya ada satu aspek yang dapat tercipta dari upaya kepala
perpustakaan dalam penataan ruang perpustakaan Adzkia Islamic School,
yaitu aspek keamanan bahan pustaka.
Upaya tata ruang yang dilakukan belum menghasilkan suasana
kondusif karena upayanya pun memiliki hambatan dalam pelaksanaannya.
Kepala perpustakaan sangat mempertimbangkan keberadaan area kerja kepala
sekolah selama proses penataan ruang perpustakaan berlangsung.
Penempatan kantor kepala sekolah memberi pengaruh kurangnya
ketersediaan jenis area yang dimiliki di dalam perpustakaan. Bagaimana bisa
berjalan optimal, jika dari segi layanan teknis perpustakaan tidak memiliki
ruang tersendiri bagi tenaga perpustakaan untuk bekerja dengan leluasa. Area
yang sekarang menjadi area kerja kepala sekolah seharusnya bisa
dimanfaatkan untuk area baca dan ruang kepala perpustakaan maupun ruang
pengolahan bahan pustaka.
Fasilitas perpustakaan menjadi sisi lain yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan perpustakaan. Seringkali yang terjadi masalah perpustakaan
adalah masalah ketidakberdayaan fasilitas. Mulai dari minimnya ruang yang
dipergunakan untuk perpustakaan, kurangnya sarana pendukung, dan
prasarana lainnya.
Ruang perpustakaan dan perlengkapan yang tersedia harus ditata dan
dirawat dengan baik sehingga benar-benar menunjang penyelenggaraan
perpustakaan sekolah yang efektif dan efisien.
54
3. Rencana Jagka Panjang Ruang Perpustakaan Adzkia Islamic School
Dalam pengelolaan perpustakaan sekolah, seringkali menghadapi
problematik, salah satunya adalah perihal ruang perpustakaan. Ruang
perpustakaan sekolah hendaknya juga menjadi prioritas dan perlu adanya
rencana lebih lajut untuk perubahan kedepan yang lebih baik. Berikut ini
pernyataan informan mengenai rencana jangka panjang terhadap ruang
perpustakaan Adzkia Islamic School:
“Rencana program kerja tahunan baru disusun pada tahun ajaran
depan. Untuk program jangka panjang mugkin kita akan diskusikan
dulu dengan pustakawan yang ada. Baiknya seperti apa kan yang
lebih tau kan pustakawan.” 61
Terkait apa yang telah dituturkan informan di atas. Kepala
perpustakaan memiliki rencana untuk pengembangan ruang perpustakaan
Adzkia Islamic School. Berikut ini penjelasannya:
“Makannya disini saya pingin gitu untuk menjadikan perpustakaan
AIS ini perpustakaan yang utuh..Sudah mengajukan ruang untuk
perpustakaan yang baru. Buat berkembangnya perpustakaan agar
perpustakaan ini bisa berdiri sendiri. Jadi terfokus pada kegiatan
perpustakaan saja. Biar perpustakaan sekolah ini dapat bekerja
secara maksimal dalam tujuannya, fungsinya dan sebagainya.” 62
Hal serupa juga dituturkan oleh kepala sekolah mengenai rencana
jangka panjang penyediaan ruang khusus bagi terselenggaranya kegiatan
perpustakaan sekolah dengan lancar. Berikut ini penuturannya:
“Hal tersebut sebenarnya sangat kami cita-citakan sehingga
perpustakaan itu menjadi saran bagi mereka untuk cinta ilmu,
mencari informasi bukan karena hanya ada tugas atau permintaan
dari guru tetapi adanya kemauan yang timbul dari kesadaran mereka
61
Wawancara Pribadi dengan Suwardi, Jakarta, 29 Agustus 2016. 62
Wawancara Pribadi dengan Febri Nurul Huda, Jakarta, 5 Juni 2015.
55
bahwa pentingnya datang ke perpustakaan. Mudah-mudahan untuk
rencana itu bisa terwujud.” 63
Dalam kasus yang ditemui di dalam penelitian ini, tentunya tidak bisa
dibiarkan berlarut. Institusi sekolah atau pengambil kebijakan setidaknya
mulai berpikir dan memasukkan ruang khusus untuk perpustakaan ke dalam
bagian perencanaan dan pengembangan infrastruktur pendidikan di sekolah.
Artinya setiap pengembangan pendidikan dan pembelajaran di sekolah harus
diikuti dengan pengembangan perpustakaan karena perpustakaan merupakan
media sumber belajar yang dapat mendukung tercapainya tujuan sekolah.
Oleh sebab itu, perpustakaan sekolah harus dapat menjadi bagian integral dari
kegiatan sekolah yang bersangkutan.
Perihal ruang perpustakaan termasuk tata ruang di dalamnya juga
harus memiliki kebijakan dan apabila diperlukan dilakukan evaluasi dan revisi
sesuai degan kondisi dan keadan terkini. Sekolah harus mampu medukung
penuh memberikan ketersediaan ruag perpustakaan, di mana perpustakaan
memiliki kegiatan layanan pemberi jasa atau media bagi siswa untuk belajar,
mendapatkan informasi yang akan memperkaya pengetahuan dan imajinasi.
63
Wawancara Pribadi dengan Suwardi, Jakarta, 29 Agustus 2016.
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Perpustakaan Adzkia Islamic School sudah sejalan dengan fungsi
perpustakaan sekolah secara garis besar, di mana sebuah unit kerja yang
berfungsi sebagai sumber pembelajaran siswa dan adanya kebijakan
pengelolaan perpustakaan guna mencapai tujuan perpustakaan.
Namun, kurangnya perhatian terhadap fungsi ruang perpustakaan berimbas
pada lemahnya prioritas kebijakan terkait fungsi ruang perpustakaan secara
utuh. Penempatan area kerja kepala sekolah di dalam ruang perpustakaan
Adzkia Islamic School, dikarenakan keterbatasan infrastruktur di lingkugan
sekolah. Kondisi tersebut mengakibatkan ruang perpustakaan belum bias
sepenuhnya mengakomodir kebutuhan pengguna mulai dari kelengkapan jenis
area untuk setiap unit kegiatan pelayanan perpustakaan sampai ketersediaan
perabot pendukung kegiatan layanan perpustakaan.
2. Upaya yang dilakukan kepala perpustakaan Adzkia Islamic School yakni
pembaruan rak buku dan rak referensi, mengatur tata letak rak buku dan meja
baca serta meja tenaga perpustakaan, pengaturan sirkulasi udara dan
keamanan bahan pustaka, perubahan lay out setiap tiga bulan sekali. Adanya
58
upaya untuk menciptakan batasan pada setiap unit area kegiatan di dalam
ruang perpustakaan melalui penempatan perabotan perpustakaan.
Ruang perpustakaan belum berintegrasi dengan baik. Ketidaklancaran arus
dan pergerakan pemustaka karena hubungan antar unit area kegiatan yang
masih saling terganggu. Tata ruang belum menghasilkan aspek psikologi
pemustaka, aspek fungsional dan aspek estetika. Hanya aspek keamanan
bahan pustaka saja yang sudah tercipta dari upaya penataan ruang
perpustakaan Adzkia Islamic School.
3. Rencana jangka panjang terhadap ruang perpustakaan disusun saat memasuki
tahuna jaran baru. Kepala perpustakaan mengajukan ruang khusus bagi
perpustakaan Adzkia Islamic School untuk kelancaran terselenggaranya
aktifitas kegiatan perpustakaan yang beragam.
B. Saran
1. Seharusya perpustakaan maupun institusi sekolah membuat kebijakan tertulis
tentang pendayagunaan ruang perpustkaaan dan perlunya dukungan dari pihak
sekolah dengan menanamkan prioritas terhadap kebijakan tersebut, karena
perpustakaan harus memiliki ruangan khusus yang hanyadifungsikan untuk
kegiatan pelayanan perpustakaan.
2. Perpustakaan Adzkia Islamic School dapat melengkapi sarana prasarana dan
fasilitas penunjang kegiatan perpustakaan dengan penataan ruang yang
fungsional serta perabot yang proporsional. Agar tercipta kelancaran dan
59
kenyamanan arus kegiatan perpustakaan, baik dalam kegiatan pelayanan
teknis maupun pelayanan pemustaka.
3. Seharusnya ruang perpustakaan terpisah dengan ruang kantor Kepala Sekolah.
Ruang perpustakaan tidak dapat dibagi fungsi, di mana beda kegiatan yang
berlangsung dalam satu waktu dan satu ruangan dengan satu akses pintu
utama. Pimpinan sekolah Adzkia Islamic School sebaiknya mengalokasikan
ruangan perpustakaan tersendiri, terpisah dengan kegiatan lain di luar unit
kegiatan perpustakaan. Sehingga perpustakaan dapat lebih fokus dalam
menjalankan fungsi dan tujuannya dengan baik serta memberikan
kenyamanan kepada pemustaka.
60
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. School Library Management. Canada: Saskatchewan Schools. Artikel
diakses tanggal 11Oktober 2016 dari
http://www.saskschools.ca/curr_content/teachlib/management/manmain.ht
m
Bafadal, Ibrahim. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Bando, Muh. Syarif. dkk. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2014.
Basuki, Sulistyo. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia, 1991.
Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Pendekatan.
Jakarta: Grasindo, 2007.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka, 1988.
Erikson, Rolf. Designing A School Library Media Center For The Future. Chicago:
American Library Association, 2007.
IFLA/UNESCO. “Pedoman Perpustakaan Sekolah.” Artikel diakses pada 2 Juni
2014dan 10 Februari 2015dari http://www.ifla.org/VII/s11/pubs/school-
guidelines.htm
Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Untuk
Sekolah/Madrasah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI, 2007.
Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengentar teori dan Panduan
Praktis Penelitian Bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula. Jakarta: STIA-LAN,
1999.
Krisyanto. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenada Media Group, 2006.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001.
Mudjito. Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Universitas Terbuka, 2001.
61
Natajumena, Rachmat. Perpustakaan Sekolah Lahan Tidur Pustakawan. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2008.
Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
Perpustakaan Nasional RI. Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 1979.
Perpustakaan Nasional RI. Perpustakaan Sekolah: Petunjuk Untuk Membina,
Memakai dan Memelihara Perpustakaan di Sekolah. Jakarta :Perpustakaan
Nasional RI, 1996.
Perpustakaan Nasioanal RI. Standar Nasional Perpustakaan (SNP): Bidang
Perpustakaan Sekolah dan Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 2011.
Rimbarawa, Kosam. Gedung, Tata Ruang, Peraabot dan Peralatan Perpustakaan.
Jakarta: Hakaeser, 2010.
Rizal Saiful-Haq, dkk. Perpustakaan dan Pendidika: Pemetaan Peranserta
Perpustakaan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Jakarta, 2007.
Rochaety, Eti. dkk. Sistem Informasi Manajeman Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
2006.
Santoso, Hari. Artikel Pustakawan Perpustakaan UM: Strategi Pemberdayaan
Perpustakaan Sekolah yang Berorientasi Pada Kepuasan Pemakai Melalui
Kegiatan Promosi. Malang: Perpustakaan UM, April 2008.
Sevilla, Consuelo G. at al. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press, 1993.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2010.
Suwarno, Wiji. Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan. Yogyakarta: AR-Ruzz Media,
2010.
Suwarno, Wiji. Perpustakaan dan Buku. Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2011.
Suwarno, Wiji. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Agung Seto, 2009.
Wawancara Pribadi dengan Febri Nurul Huda. Jakarta, 5 Juni 2015.
Wawancara Pribadi dengan Suwardi. Jakarta, 29 Agustus 2016.
Yusuf, Pawit. M dan Suhendra, Yaya. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan
Sekolah. Jakarta: Kencana, 2007.
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Febri Nurul Huda S. IP
Jabatan : Kepala Perpustakaan Adzkia Islamic School
Tempat : Perpustakaan Adzkia Islamic School
1. Berapa jumlah siswa yang berkunjung ke perpustakaan perharinya?
Jawab : Kalau untuk kunjunngan pemustaka di perpustakaan Adzkia ini dalam
skala perhari itu, untuk siswa jumlahnya itu sekitar 20-an. Antara 20 sampai
25. Juga untuk siswa SMA juga sekitar sekitar 20 sampai 30. Kalau
dijumlahkan sekitar 50 siswa untuk tingkat SMP dan SMA.
2. Kegiatan apa yang sering dilakukan pengunjung saat di perpustakaan?
Jawab : Kegiatan itu yang pertama ya sistem belajar mengajar sama kegiatan
seperti kunjungan, membaca buku atau dengan ngerjain tugas. Tidak hanya
peminjaman buku saja. Kalau untuk peminjaman buku dan baca buku itu jam
pertama istirahat dan jam kedua istirahat khusus untuk membaca buku. Untuk
selebihnya ada guru yang mengajar, dia merekomendasikan untuk mencari
referensi di perpus dipinjam untuk dikelas
3. Adakah kegiatan dari perpustakaan sebagai kegiatan atau program khusus,
seperti kegiatan atau program yang berintegrasi dengan kurikulum?
Jawab :Ooh iya, kalau untuk itu ada semacam bedah buku. Itu kita program
khusus dari perpustakaan untuk menumbuhkan minat baca perpustakaan AIS.
Programnya bedah buku itu sudah berjalan setiap seminggu sekali setiap hari
Selasa, yaitu dihadirkan pembicaranya dari pihak guru ataupun saya sendiri
juga dan anggota perpus juga. Kegiatan story telling juga pernah kita adakan
yang berkesinambungan dengan perpustakaan.
4. Berkaitan dengan lokasi gedung perpustakaan. Akses menuju gedung
perpustakaan apakah mudah dicapai atau tidak? Lalu apakah lokasi
perpustakaan berada di tempat yang tenang?
Jawab : Kalau menurut saya sih sudah strategis ya. Mudah di capai oleh siswa
ya terutama. Karena kan juga dekat dengan ruang kelas ya. Terus kalau untuk
ketenangan di dalam perpustakaan yaa.. saya rasa sudah cukup tenang dan
nyaman ya. Memang perpus Ais ini sebelahnya itu lapangan. Tapi sudah
cukup tenang sih. Kebisingan suara dari luar ruangan ga mengganggu banget.
Itu paling lapangan hanya di pakai di jam olah raga dan ga terlalu
mengganggu ketenangan di dalam perpus. Ya maaf kalau boleh saya
ngeceplos ya maaf yaa, yang paling mengganggu ya gangguan yang dari
dalam. Ya itu kan ruang kepala sekolah. Ga bikin nyaman didalamnya gitu
loh..
5. Menurut Bapak, apakah luas ruang perpustakaan yang ada sekarang sudah
memenuhi kriteria untuk sebuah perpustakaan sekolah?
Jawab : Ruangan disini itu memang kurang standar, yang seharusnya standar
perpus itu harus bias kanan kiri itu bisa tatap muka seorang pemustaka itu bias
luas ataupun dalam arti dia juga membaca juga nyaman, kan gitu. Yang paling
krusial memang ruangan. Ruangan yang belum memadai. Kalau untuk ruang,
perpustakaan idealnya harus mempunyai ruangan. Ruang yang luas. Karena
volume buku itu kan setiap tahun itu meningkat dan butuh space yang luas
seperti lemari, ruang baca, ruang audio visual. Jadi harus mempunyai ruang
yang luas untuk infrastruktur sarana dan prasarana itu yang harus memadai
untuk kebutuhan perpus tersebut. Untuk ruangan audio visual juga kan belum
ada. Kalau untuk ruangan audio visual itu kan butuh spaca ya.. Kita punya
koleksinya kalau untuk pemanfaatannya kita Cuma menggunakan proyektor
saja.
6. Untuk jenis ruang/area dalam sebuah perpustakaan sekolah selayaknya
terdapat ruang/area koleksi buku dan ruang/area baca, ruang/area layanan,
ruang/area multimedia, ruang/area pengolahan. Apakah di perpustakaan
Adzkia sudah memenuhi kriteria tesebut?
Jawab : Ya, sesuai yang saya ketahui untuk jenis-jenis ruangan tersebut ya..
Koleksinya sih kita sudah miliki ya, terus kegiatannya juga kita sudah
lakukan. Tapi, kan perpus AIS ini masih belum bisa apa namanya untuk
memenuhi pembagian jenis ruang. Bisa kita lihat disini ya.. Sebenarnya sih ya
di sini sudah punya area-area untuk membaca, mengolah buku, pelayanan
sirkulasi, terus ada area koleksi. Tapi sayangnya area-area tersebut hanya
terbagi dalam skala kecil saja gitu. Dalam arti disini tidak ada penyekat
pembatas ya setiap areannya itu. Jadi pembagian jenis areanya belum terfokus
lah untuk masing-masing kegiatannya.
Dimana saya artikan kondisi di sini ruang koleksi buku yang masih bercampur
dengan tempat baca. Terus pengolahan sebenarnya kita sering melakukan
pengolahan bahan pustaka, tapi kita tidak mempunyai ruangan cukup.
Pengolahan buku dilakukan disekitar area baca dan koleksi. Terus koleksi
audiovisual kita sudah punya tetapi tidak ada ruang khusus untuk menjalankan
ya untuk layanan jenis koleksi itu. Area kerja saya juga masih gabung sama
meja sirkulasi.
Saya melihat perpustakaan ini memprihatinkan, kantor kepala sekolah yang
bercampur dengan perpustakaan. Makannya disini saya pingin gitu untuk
menjadikan perpustakaan AIS ini perpustakaan yang utuh. Karena juga sejak
saya disini walaupun saya lihat perpustakaan ini kecil ternyata banyak
kegiatan di dalamnya. Itu yang bikin saya tertarik mengelola perpus AIS ini.
Terus saya waktu itu saya sudah mengajukan ruang untuk perpustakaan yang
baru ya.. Tapi ya belum ada kabar lagi dari Kepala Sekolah. Kenapa saya
mengajukan hal itu kepada Kepala Sekolah… Yaa buat berkembangnya
perpustakaan ini gitu loh.. Agar perpustakaan ini bisa berdiri sendiri. Jadi
terfokus pada kegiatan perpustakaan saja. Biar perpustakaan sekolah ini dapat
bekerja secara maksimal gitu loh.. dalam tujuannya, fungsinya dan
sebagainya. Seperti itu
Yaa… Intinya sekarang perpustakaan ini masih belum dapat membagi ruang
untuk kelengkapan fasilitas ya, makannya disini kan saya mempertimbangkan
space ruang yang ada ini. Saya sih pingin gitu ada pembagian areauntuk
fasilitas membaca, untuk perorangan maupun kelompok gitu kan. Tapi apa
daya jika dari ruangannya saja terbatas. Jadi saya yaa disni kan masih memilih
mana dulu yang bisa saya ikuti dengan standar perpustakaan ya.
7. Menurut Bapak, fungsi dari tata ruang untuk perpustakaan itu sebagai apa?
Jawab : Fungsi ya.. fungsinya tata ruang itu yaa kalau saya bilang ya. Kaya
sebagai alur pergerakan kegiatan perpustakaan itu sendiri. Dari mulai layanan
teknis sampai untuk siswanya sendiri. Kalau kegiatan itu otomatis ada
pergerakan kan ya. Terus kegiatan perpus itu butuh ruang atau tempat. Tata
ruang itu sendiri salah satunya bertujuan sebagai aktifitas pergerakan manusia
atau pemustaka. Pengaturan letak rak, pembagian area ya seperti yang saya
bilang tadi dan sebagainya. Itu mempengaruhi.
Kalau dari layanan sih kita sudah mencukupi lah ya. Tapiii.. sayangnya belum
dapat bebas kita bergerak. Jadi kalau mau tau aktivitas layanan disini belum
dapat dibilang lancar ya. Di AIS ini kita kan sudah fungsikan ada layanannya
yaa.. Untuk tempat aktifitas layanan, Cuma pergerakan aktifitasnya itu belum
lancar. Dalam arti, ruang geraknya masih masih sempit. Saya masih belum
bisa upayakan hal lebih untuk kelancaran aktifitas yang berlangsung. Ya itu
tadi dikarenakan kendala space ruangan. Ya apa daya mau lebih selama belum
ada ruang yang baru. Saya pun disni juga merasa sempitnya disini.. Jadi ga
lancar lah ya aktifitas layanan kita.Karena untuk ruangnya sendiri kita belum
ideal. Terus.. Di tambah lagi adanya area kerja atau ruang kepala sekolah
yang semakin membatasi ruang gerak pemustaka.. Hal itu adalah minus yang
paling besar. Ya saya juga masih terus berpikir terus berupaya bagaimana
saya mengkonsep perpus AIS ini dengan keadaan disini. Yang saya lakukan
alternatifnya dengan penempatan perabotan sekondusif mungkin biar tidak
terlalu sempit ruang geraknya.
8. Bagaimana menurut Bapak dalam hal tata ruang ini mendatangkan manfaat
positif. Baik untuk kenyamanan pemustaka maupun untuk keamanan bahan
pustaka? Dimana dalam hal tata ruang ini kan tidak hanya diperuntungkan
untuk kenyamanan siswa, tapi juga aspek keamanan bahan pustaka pun perlu
diperhatikan.
Jawab : Oyaa.. mungkin saya bisa ambi jawaban dari upaya saya dalam hal
sinar matahari ya. Masuknya sinar matahari atau dengan sirkulasi udara
untuk ruangan. Untuk manusia juga ya. Bagi saya itu kan, baik itu sirkulasi
udara atau sinar matahari itu kan bagus ya, kesehatan ruangan lah. Kalau
sirkulasi udara ga ada kan orang juga engap dan ga mau lama-lama di perpus
gitu kan, atau dalam ruangan gitu kan. Untuk sirkulassi udara kebetulan kita
cukup menggunakan AC ya,sedangkan untuk masuknya sinar matahari saya
juga perhatikan hal itu. Saya juga sudah terapkan agar cahaya tidak langsung
mengenai buku dengan memasang gorden dan ventilasi itu ditutup juga
dengan bahan yang tidak terlalu tembus cahaya. Dalam arti disini cahaya
matahari kan perlu bagi ruangan dan manusia juga ya.. Tapi mengingat
cahaya matahari itu juga tidak baik untuk bahan pustaka jadi saya sudah
upayakan hal tersebut untuk mengatasinya.
Untuk kemanan bahan pustaka mungkin saya masih bisa kontrol ya. Karena
kan ruangan ini ga besar jadi masih bisa lah. Trus juga apa… rak di sini kan
sudah saya perbarui rak double space, yang ga ada sekat tertutup, bahannya
besi dan semua rak saya taruh di tengah ruangan. Terus.. Jadi kan saya masih
bisa liat siswa trus masih bisa control buku dari kerusakan tangan manusia
dan alamiah juga…. Karena rak yang saya buat ini memudahkan saya untuk
mengontrol juga, karena yang sebelumnya itu, rak sebelum ini, terbuat dari
kayu terus kondisinya sudah usang ya sudah ga layak pakai, ga aman lah.
9. Sedangkan di AIS ini, apa yang menurut Bapak paling penting diperhatikan
dan dibutuhkan untuk tata ruang perpustakaan?
Jawab : Ooh iya, pertama itu dalam segi ruanagan. Ruangan itu spacenya
harus luas dan perpustakaan juga harus punya media tersendiri. Seperti kaya
ruang baca. Karena kan di sini kan harusnya kan satu ruangan ini kan satu
perpustakaan ya. Dengan keterbatasan infrastruktur. Jadi ya Kepala Sekolah
itu apa ya ibaratnya.. meminjam. Dalam arti memakai ruang perpustakaan
untuk kantornya gitu. Perpustakaan dijadikan tempat menerima tamu dan ada
kantor. Karena kan kita masih bercampur ya, jadi keabsahan dari
perpustakaan itu sendiri terganggu dengan privasi dari tamu-tamu Kepala
Sekolah.Jadi seharusnya sih ruang Kepala Sekolah itu bisa dimanfaatkan
untuk tempat koleksi buku dan pengolahan. Juga bisa dipakai untuk ruang
baca, seperti itu.
10. Bagaimana penerangan dan suhu di perpustakaan Adzkia?
Jawab : Kalau untuk suhu dan penerangan yaa.. kalau di sini saya menerapkan
system pendingim ruangan itu dengan temperature suhu yang stabil yaa.. Saya
memakai suhu itu dengan temperature 16 derajat Celsius. Saya tidak merubah
temperature suhu, karena apabila saya merubah temperature suhu ini akan
merusak dari konstruksi buku. Trus kalau untuk segi penchayaan menurut
saya sih sudah cukup ya, pencahayaan di sini. Sudah bagus lah, karena
pencahayan itu kan penting untuk baca ya, supaya tidak rusak matanya.
Pencahayaannya kita menggunakan lampu biasa. Tapi, kadang di sini ketika
pemustaka tidak ada, kita tidak memakai lampu ya.. Jadi, kita menyalakan
lampu itu ketika ada pemustaka aja.
11. Siapa saja yang terlibat dalam penataan ruang perpustakaan Adzkia?
Jawab : Kalau terlibat, itu termasuk saya sendiri. Kedua anggota perpus yang
saya buat dan ketiga juga bantuan dari para staff guru. Jadi, 3 aspek itulah
yang membantu.
12. Bantuan dari staff guru, contohnya apa saja?
Jawab : Itu seperti bantuan sukarelawan dari guru aja, kaya misalkan guru
saya ajak untuk pengembangan perpus atau untuk mendesain ataupun dalam
arti penataan buku.
13. Bantuan dari staff guru dalam hal tata ruang, apa yang sudah mereka berikan
untuk perpus?
Jawab : Kalau untuk tata ruang yaa.. kontribusinya mungkin bantuan dari
tenaga aja ya. Dari mereka itu paling membantu selfing penataan buku.
14. Upaya apa saja yang dilakukan oleh Bapak dalam memenuhi atau
mewujudkan tata ruang perpustakaan yang ideal?
Jawab : Upayanya yaa yang pertama itu ya ruangan yang luas, yang kedua
juga harus mempunyai rak koleks yang standar ya kaan.. Rak referensi, suhu
dan penerangan. Kebanyakan juga kalau di perpustakaan pada umumnya ya,
itu rak koleksi kurang diperhatikan gitu loh. Banyak perpustakaan
menggunakan rak yang belum standar. Itu kan bagian dari tata ruang
perpustakaan juga yaa.. Terus juga kadang ruangan itu, menaruhnya itu juga
di space yang paling pojok, yang susah untuk ditelusuri siswa, bahkan
diabaikan dari sekolah. Tapi kalau untuk di sini untuk tata ruangannya sengaja
ditaruh di tengah-tengah dari perpustakaan supaya bisa penelusuran dari siswa
itu mudah.
15. Adakah standar atau panduan yang digunakan dalam mengatur tata ruang
perpustakaan dan apakah standar yang ada sudah diterapkan sepenuhnya di
perpustakaan Adzkia?
Jawab : Alhamdulillah ya, setelah saya di sini itu tadinya rak ini tidak standar.
Bahkan pertama saya ke sini sekitar bulan September 2014 itu, perpustakaan
ini menggunkan rak yang tidak standar. Bahkan apabila itu ditaruh buku
banayak itu akan roboh. Nah setelah saya masuk di sini, saya mendisain rak
dari standar Perpustakaan Nasional, yaitu dari besi. Karena kan kalau dari besi
itu kan menjadi tidak mudah kemakan rayap, kafrena kan untuk pelestarian
bahan pustaka pun juga sanagat gampang. Tidak rentan dari bahaya, fumigasi.
Semacam itulah..
Jadi kalau untuk rak yang saya disain ini ya, itu saya rasa sudah cukup
memenuhi syarat ya. Karena rak yang saya buat ini memudahkan saya untuk
mengontrol atau untuk men-selfing buku. Yang sebelumnya kan susah saya
kontrol. Terus juga dari segi pelestarian bahan pustaka pun juga terkontrol.
Jarak antara rak ke rak itu juga saya bikin tidak terlalu berdekatan, karena kan
juga buat ruang gerak pemustaka untuk menelusuri buku itu kan biar sangat
mudah gitu.
16. Standar itu hanya baru diterapkan untuk rak atau ada hal lain lagi mas?
Jawab : Kalau untuk standar itu sementara ini dari rak saja ya.. Rak, koleksi,
trus juga dari rak referensi. Untuk ruanagn kita masih belum bisa, karena
untuk skala kedepannya kita akan mengajukan tempat perpustakaan yang
ideal, gitu. Insya Allah sih untuk tahun depan itu perpustakaan ini semuanya
akan benar-benar perpus. Seperti itu.
17. Untuk menghindari tata ruang yang monoton atau membosankan, adakah
jangka waktu untuk melakukan perubahan tata ruang perpustakaan?
Jawab : Iya. Jadi, lagi-lagi berbicara tentang tata ruang ya. Jadi, ketika saya
masuk di perpustakaan ini, saya memakai perubahan desain ruangan itu per
tiga bulan sekali. Jadi, pas pertiga bulan itu, dari awal saya di sini untuk
ruangan ini saya pikir juga harus saya rubah gitu, supaya tidak membosankan.
Kadang saya taruh raknya di sini, di sana. Jadi, ada penyegaran di dalam
perpustakaan. Seperti itu. Perubahan tata ruang dilakaukan per 3 bulan sekali
untuk penempatan rak.
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Suwardi S. Si
Jabatan : Kepala Sekolah Adzkia Islamic School
Tempat : Perpustakaan Adzkia Islamic School
1. Perihal penyelenggaraan perpustakaan sekolah, bagaimana peranan kepala
sekolah dalam menetapkan keputusan kebijakan penyelenggaraan perpustakaan?
Jawab : Kita sebagai kepala sekolah bersama pustakawan merencanakan
kebutuhan untuk pengembangan perpustakaan dan menentukan hasil terukur
yang hendak dicapai dalam kurun waktu tertentu serta laporannya. Mulai dari
kebutuhan koleksi buku, layanan, fasilitas atau perabot, program kegiatan dan
promosi dan lain-lain Kita sebagai pemangku kebijakan mencoba
menerapkankan dari program itu sendiri.
2. Bagaimana prosedur untuk menjalankan rencana tersebut?
Jawab : Biasanya kita berkoordinasi dengan putakawan tentang apa yang kiranya
dibutuhkan dengan melihat di perpustakaan. Contohnya perihal koleksi buku-
buku ya. Kita sesuaikan dari beragamnya jenis bacaan yang disesuaikan untuk
kebutuhan guru maupun siswa. Bisa juga dalam jumlah koleksi dan
pembaruannya. Lalu masalah anggaran kita juga cermati hal tersebut. Kalau yang
sifatnya kegiatan kita lebih ke program-program yang sifatnya tematik atau
berkala memang direncakan dengan baik dibantu oleh pustakawan kita.
3. Menurut bapak, seberapa penting fungsi perpustakaan sekolah?
Jawab : Perpustakaan menurut saya merupakan salah satu sarana sebagai sumber
pembelajatran dengan adanya media tercetak seperti buku-buku dan media non-
cetak seperti CD. Media-media tersebut yang berhubungan dengan mata
pelajaran dan referensi lainnya.
4. Kegiatan apa yang selama ini sudah berjalan di perpustakaan Adzkia?
Jawab : Kalau kegiatan umum yang pertama seperti kegiatan sirkulasi
peminjaman buku. Kemudian yang kedua ada ruang baca untuk mereka mencari
dan membaca referensi terkait dengan pembelajaran atau mata pelajaran tertentu
ataupun tugas-tugas dari guru serta juga kegiatan berdiskusi yang dilakukan oeh
para siswa karena mendapat tugas dari guru yang kaitannya dengan sumber
informasi dari buku maupun surat kabar.
5. Bagaimana pihak sekolah dalam mengupayakan ketersediaan fasilitas di ruang
perpustakaan Adzkia Islamic School?
Jawab : Yang pertama kita melihat tingkat kesadaran membaca siswa ya. Disini
siswa sudah lumayan banyak yang berkunjung untuk memanfaatkan sumber-
sumber ilmu di perpustakaan ini. Lalu kebutuhan untuk layanan perpustakaan
seperti tempat membaca, rak koleksi CD dan lainnya. Kita sudah ada perbaikan
untuk rak buku. Dimana itu usulan dari pustakawan kita dan sudah terpenuhi.
Tapi dari sisi fasilitas lain kita masih terbatas. Penyediaan perabot kita masih
terbatas karena letaknya pun masih sempit ya. Ruangan ini ya harus masih di tata
sih ya untuk mewujudkan fasilitas-fasilitas itu sendiri.
6. Apakah penataan ruang perpustakaan sudah mampu mengakomodir seluruh
kegiatan layanan di perpustakaanAdzkia Islamic School?
Jawab : Belum sepenuhnya, karena dengan kondisi yang ada sekarang ini ruang
perpustakaan masih terbatas baik dari segi ukuran dan perlengkapan dan lain-
lain. Mungkin salah satu kekurangan kita. Kita masih kurang gerak untuk
pembinaan. Jadi kita kurang optimal untuk perpstakaan.
7. Berkaitan dengan perlengkapan atau perabot, tentunya dibutuhkan kapasitas
ruang yang memadai untuk setiap unit pelayanan perpustakaan, untuk mencapai
pelayanan yang optimal. Bagaimana kepala sekolah menanggapi hal tersebut?
Jawab : Sebenarnya bisa dipandang dari beberapa sisi. Sisi luas yang harus
proporsional. Kalau dari sisi pelayanannya yaitu sirkulasi peminjaman buku
sudah berjalan. Dari sisi kenyamana masih dikatakan belum nyaman harus
diperbaiki. Dari luas dan letak mungkin dipertimbangkan lagi. Area koleksi, area
layanan dan area baca. Dari area membaca masih sangat terbatas utk menampng
siswa membaca. Untuk area yang lain kita belum ada.
8. Selain perihal luas ruangan. Menurut bapak hal lain apa yang mempengaruhi
keterbatasan fasilitas?
Jawab : Kalau yang lainnya, mungkin kendala gabungnya ruang kepala sekolah
ini, ruang gerak siswa jadi kurang leluasa. Kita juga sadari bahwa adanya
kurangnya beberapa unit di perpustakaan ini yang saya sebutkan tadi.
9. Bagaimana dengan kebijakan penataan ruang perpustakaan ini?
Jawab : Kalau kebijakan penataan ruang itu sendiri kita belum ada kebijakan
tersendiri. Tapi kita tetap berkoordinasi dengan putskawan bagaimana penataan
itu sendiri menjadi kenyamanan bagi siswa saat sedang mengakses perpustakaan.
Diawali hanya berupa usulan dari pustakawan ya biasanya, seperti peletakan rak,
meja dan lain sebagainya penambahan alat-alat kerja. Karena ruang kepala
sekolah juga masih gabung di sini. Semua dilakukan berjalan begitu saja sesuai
kapasitas ruang tapi tetap dalam koridor untuk bagaimana kelayakan
perpustakaan dapat berfungsi dengan baik setiap unitnya di perpustakaan ini.
Artinya penataan ruang ini diatur sesuai kapasitas ruangnya saja sesuai
kemampuan kita
10. Berkaitan dengan fungsi perpustakaan dan penempatan ruang kepsek di dalam
perpustakaan. Dimana kedua hal tersebut berbeda tugas, fungsi dan tujuan.
Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Jawab : Oya, sebenarnya kita membagi ruangan begitu saja sesuai keputusan atau
penetapan dari kepsek yang dikordinasikan dengan pustakawan dan guru.
Keputusan dalam sekali rapat waktu itu. Jadi awalnya ruangan ini dulu
diperuntukkan khusus untuk perpustakaan saja. Kenapa ruang kepsek gabung
dengan perpustakaan, ya itu karena kita kurangnya infrastruktur di sekolah dan
ruang kepala sekolah gabung dengan perpustakaan. Memang agak kurang
kondusif ya. Tapi tetap dalam evaluasi kita untuk kedepannya. Kedepannya kita
akan masukkan dalam perencanaan dan pengembangan infrastruktur sekolah.
11. Adakah program kerja tahunan atau rencana kedepan dalam pengembangan
perpustakan, khususnya perihal ruang perpustakaan?
Jawab : Rencana program kerja tahunan baru disusun pada tahun ajaran depan.
Untuk program jangka panjang mugkin kita akan diskusikan dulu dengan
pustakawan yang ada. Baiknya seperti apa kan yang lebih tau kan pustakawan.
12. Bagaimana rencana pengembangan perpustakaan tersebut? Apakah mungkin
dengan adanya ruang perpustakaan yang baru?
Jawab : Sebenarnya kalau dalam perencanaan itu ada, untuk bagaimana
perpustakaan didesain sehingga menjadi suatu daya tarik bagi siswa. Karena
siswa punya ketertaarikan untuk datang ke perpustakaan untuk mengggali
sumber-sumber ilmu yang ada di perpuspustakaan, menambah wawasan dengan
membaca. Hal tersebut sebenarnya sangat kami cita-citakan sehingga
perpustakaan itu menjadi saran bagi mereka untuk cinta ilmu, mencari informasi
bukan karena hanya ada tugas atau permintaan dari guru tetapi adanya kemauan
yang timbul dari kesadaran mereka bahwa pentingnya datang ke perpustakaan.
Mudah-mudahan untuk rencana itu bisa terwujud.
Lay Out Ruang Perpustakaan Adzkia Islamic School
Gambar 1. Lay Out Ruang Perpustakaan
Keterangan :
1. Rak Etalase Kaca Koleksi
Audio Visual
2. Rak Etalase Kaca Koleksi
Referensi
3. Karpet
4. Rak Buku
5. Meja Baca
6. Jendela
7. Lemari Referensi
8. Meja Pengolahan Bahan
Pustaka
9. Meja (Area) Sirkulasi
10. Lemari Penyimpanan Dokumen
11. Rak Minum
12. Rak Penyimpanan Buku Baru
13. Tiang Bangunan
14. Sofa dan Meja Menerima Tamu
15. Rak Etalase Kaca Koleksi
Majalah dan Jurnal
16. Lemari Penyimpanan Piala
Penghargaan
17. Pintu Masuk dan Keluar
18. Papan Pengumuman
19. Toilet
Foto Ruang Perpustakaan Adzkia Islamic School
Gambar 2. Lokasi Ruang Perpustakaan Adzkia Islamic School
Gambar 3-4. Area Koleksi Buku Dengan Area Baca Pemustaka
Gambar 5. Area Layanan Sirkulasi, Meja Kerja Pustakawan, dan Pengolahan Bahan Pustaka
Gambar 6-7. Area/Ruang Kepala Sekolah
Gambar 8. Area Menerima Tamu
Gambar 9-10. Suhu Udara dan Kelembapan
Gambar 16. Rak Koleksi Audio Visual Gambar 17. Rak Koleksi Buku Baru
Gambar 18. Lemari Kamus dan Referensi, dan Lemari Dokumen.
BIODATA PENULIS
Triyona Febri Guwantoro. Lahir di Jakarta 2 Februari 1992, anak
kedua dari Bapak Samiyo dan Ibu Ginah. Penulis bertempat tinggal di
Jalan Sawo 1 No. 40 Rt 009/05 Kelurahan Cipete Utara Kecamatan
Kebayoran Baru Kota Jakarta Selatan, kode pos 12150. Penulis
menyelesaikan pendidikan di SDN Kramat Pela 01 Pagi Jakarta, SMP
Negeri 12 Jakarta, SMA Negeri 46 Jakarta, dan melanjutkan pendidikan S1 pada
Program Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Menyelesaikan kuliah dengan menulis karya
ilmiah berjudul “Tata Ruang Perpustakaan Adzkia Islamic School Dalam Kegiatan
Perpustakaan”. Penulis pernah melaksanakan praktek kerja lapangan di Perpustakaan
Universitas Pembangunan Nasional Jakarta dan mengikuti kuliah kerja nyata di Desa
Sukamaju Kelurahan Cilame Kecamatan Cigudeg Kota Bogor.