Download - Tb Paru + Efusi Argie
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.A (510824)
Umur : 42 tahun 3 bulan
TTL : Magelang, 31 Januari 1970
Jenis Kelamin : Pria
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pegawai Dinkes
Agama : Islam
Alamat : Kp. Jati Rt.01/08 Desa Jatimulya, Kecamatan Tambun selatan
ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesa
Tanggal : 13 April 2012
Keluhan Utama :
Sesak memberat sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSUD kabupaten Bekasi dengan keluhan sesak nafas yang semakin
memberat sejak 1 hari SMRS disertai dengan lemas. Sesak sudah dirasakan sejak 1 bulan yang
lalu disertai dengan sering berkeringat pada saat tidur malam. Sesak dirasakan sepanjang hari,
tidak pernah terbangun secara tiba-tiba karena sesak, sesak tidak dirasakan semakin memberat
apabila beraktivitas, tidak ada perubahan berat sesak saat pasien berdiri, duduk, maupun
berbaring. Sehari-harinya pasien tidur dengan menggunakan satu bantal.
Pasien juga mengeluhkan adanya batuk yang hilang timbul sejak lebih dari satu bulan
yang lalu. Pasien merasakan seperti ada dahak / riak namun susah untuk dikeluarkan. Pasien
tidak pernah batuk darah sebelumnya. Apabila sedang batuk, pasien sering mengeluhkan nyeri
yang terasa seperti tertarik pada regio hipokondrium kanan. Pasien tidak mengeluhkan adanya
mual dan muntah. Buang air besar lancar + 2 hari sekali berwarna kuning kecoklatan tanpa
disertai lendir dan darah. Buang air kecil juga dirasakan lancar setiap hari berwarna kuning
jernih tanpa disertai darah dan nyeri saat berkemih. Pasien tidak pernah merokok selama
hidupnya.
Dua minggu yang lalu pasien berobat ke RS Al-Multazam dengan keluhan demam tinggi
sejak 1 minggu sebelumnya. Di RS tersebut pasien dirawat selama 3 hari dengan diagnosis
demam tifoid disertai dengan efusi pleura dan tb paru. Setelah itu pasien diterapi dengan Rimstar
dan melanjutkan pengobatan seminggu kemudian ke puskesmas dekat rumahnya. Oleh dokter
puskesmas rimstar diganti dengan 4macam obat (Rifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol).
Pasien mengaku sudah 3x diperiksa dahak di puskesmas dan hasilnya 3x negatif.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien baru pertama kali menderita sakit seperti ini
- Riwayat penyakit maag disangkal
- Riwayat penyakit hipertensi disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit paru (tuberkulosis) diakui + 15 tahun yang lalu dengan lama
pengobatan 6 bulan dan dinyatakan sembuh oleh dokter puskesmas
- Riwayat penyakit batu pada saluran kemih disangkal
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat asma disangkal
- Riwayat asam urat disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat keluhan yang sama pada anggota keluarga disangkal
- Riwayat penyakit paru disangkal
- Riwayat hipertensi disangkal
- Riwayat DM disangkal
- Riwayat asma disangkal
Riwayat Alergi :
- Riwayat alergi obat dan makanan di sangkal pasien
PEMERIKSAAN KLINIS
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E4 M6 V5)
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 37,3 oC
Pernafasan : 32 x/menit
Tinggi badan : 157 cm
Berat badan : 40 kg
IMT : 16,2 kg/cm2 (berat badan kurang)
STATUS INTERNA
Kepala : Normocephal, tidak ada tanda trauma atau benjolan.
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+.
Pupil bulat isokor, kelopak mata tidak cekung
Hidung : Bentuk normal, septum nasi ditengah, tidak ada deviasa, mukosa tidak
hiperemis, tidak ada edema konka. Tidak terdapat sekret pada kedua
lubang hidung.
Telinga : Bentuk aurikula normal, tidak ada sekret, cairan, luka maupun
perdarahan. Fungsi pendengaran masih baik
Mulut dan gigi : Bibir tampak normal, tidak sianosis. Tidak ditemukan deviasi pada lidah,
Tidak terdapat lidah kotor, gigi geligi normal dan tidak ada karies.
Kulit : Akral hangat, Sianosis(-), ikterik(-), turgor baik
LEHER
Trakea : Tidak deviasi
Tekanan vena jugularis (JVP) : 5 – 2 cmH2O
KGB : Tidak teeraba pembesaran KGB
Auskultasi : Bruit (-)
THORAKS
Inspeksi:
- Bentuk dan pergerakan hemithoraks kanan dan kiri simetris dalam keadaan statis dan
dinamis
- Ictus cordis terlihat
- Terlihat ada massa pada dada kiri, warna sama dengan kulit sekitar
Palpasi:
- Teraba adanya massa pada costae III linea sternalis sinistra berukuran + 2x2 cm,
immobile
- Fremitus taktil dan fremitus vokal kanan dan kiri simetris
- Ictus cordis teraba ICS IV linea midclavicula sinistra
Perkusi :
- Redup pada thoraks belakang dextra bagian basal
- Batas paru-hepar pada ICS VII linea midklavikula dextra, peranjakan paru (+)
- Batas kanan jantung di ICS VI linea midklavikula dextra.
- Batas paru-lambung pada ICS VI linea axillaris anterior sinistra
- Batas kiri jantung di ICS V linea sternalis sinistra
- Batas atas jantung (pinggang jantung) di ICS IV linea parasternalis sinistra
Auskultasi :
- Vesikuler +/+ melemah pada bagian basal paru dextra
- Wheezing -/-, rhonki +/+
- BJ I-II normal regular. Murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : Perut cekung, simetris
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Tes shifting dullness (-)
Palpasi : Tidak teraba pembesaran hepar dan lien
Tes undulasi (-), nyeri tekan (-)
EKSTREMITAS ATAS
Kanan Kiri
Purpura + +
Edema - -
Tonus Normal Normal
Massa - -
Sendi Normal Normal
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Refleks fisiologis (BPR/TPR) + +
Refleks patologis (H/T) - -
.
EKSTREMITAS BAWAH
Kanan Kiri
Purpura + +
Edema - -
Tonus Normal Normal
Massa - -
Sendi Normal Normal
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Refleks fisiologis (KPR/APR) + +
Refleks patologis
(Babinsky/chaddok)- -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
05-04-2012 09-04-2012 Nilai normal
Hemoglobin 10,1 7,9 12-16 g/dl
Leukosit 7.100 5.100 3.500-10.000 /mm
LED 150 <20 mm/jam
Basofil - 0 0-0 %
Eosinofil - 1 0-3 %
Batang - 1 2-6 %
Segmen - 70 43-76 %
Limfosit - 23 17-48 %
Monosit - 5 2-8 %
Eritrosit - 3,3 3,8-5,8 Jl/mm3
Hematokrit 31,2 26,4 35-50
Trombosit 423.000 800.000 150-390 rb/mm3
Ureum 27 - 15-45 mg/dl
Creatinin 1,1 - 0,5-0,9 mg/dl
SGOT 21 -
SGPT 10 -
GDS 118 -
Elektrolit
05-04-2012 13-04-2012 Nilai normal
Natrium 135,69 144 135-145 mmol/L
Kalium 2,87 3,1 3,5-5 mmol/L
Clorida 99,95 109 94-111 mmol/L
AGD
05-04-2012 Nilai normal
PH 7,45 7,35-7,45
PCO2 32 35-48 mmHg
PO2 161 80-108 mmHg
HCO3 22 22-26 mmol/L
TCO2 52 22-29 mmol/L
ABE -1 -2,50-2,50 mmol/L
SBE -1 -1,50-3,00 mmol/L
SBC 24 22-26
SO2 99 96-97 %
BTA I : -
Rontgen thorax tanggal 5 April 2012
RESUME
Pasien datang ke RSUD kabupaten Bekasi dengan keluhan sesak nafas yang semakin
memberat sejak 1 hari SMRS. Sesak sejak 1 bln y.l, berkeringat saat tidur malam(+). Sesak
sepanjang hari, terbangun tiba-tiba karena sesak(-), sesak memberat saat aktivitas(-), perubahan
berat sesak saat berdiri, duduk, berbaring (-). Sehari-harinya pasien tidur dengan menggunakan
satu bantal. Lemas (+)
Batuk hilang timbul > 1 bln y.l. dahak terasa namun susah untuk dikeluarkan. rw batuk
darah (-). Nyeri (+) terasa seperti tertarik pada regio hipokondrium kanan, apabila sedang batuk.
Mual (-), muntah (-), BAB normal, BAK normal. Rw merokok (-)
Rw. Rawat inap di RS Al Multazam selama 3 hari dan pemberian OAT 1minggu
dilanjutkan di puskesmas. Cek BTA di puskesmas 3x hasil -/-/- Rw OAT selama 6 bulan pada +
15 tahun y.l dan telah dinyatakan sembuh
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan :
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- IMT : 16,2 kg/m2
- Massa pada costae III linea sternalis sinistra berukuran + 2x2 cm, immobile
- Redup pada thoraks belakang dextra bagian basal
- Vesikuler +/+ melemah pada bagian basal paru dextra
- Wheezing -/-, rhonki +/+
- Pada hasil pemeriksaan lab tanggal 05-04-2012 didapatkan Hb menurun (10,1), LED
meningkat (150), creatinin menurun (1,1), kalium menurun (2,87). Tanggal 09-04-2012
didapatkan hasil hb semakin menurun (7,9). Tanggal 13-04-2012 kalium perbaikan (3,1).
- Pada hasil AGD 05-04-2012 didapatkan hasil PCO2 menurun (32), PO2 meningkat 161,
TCO2 meningkat (52)
- Pada hasil ro thorax : didapatkan infiltrat pada kedua lapang paru dengan bagian terbanyak
pada bagian apex paru dextra, efusi pleura pada paru dextra.
DIAGNOSIS KLINIS
Efusi Pleura dextra ec TB paru
Tb paru BTA (-) relaps
Susp tumor dinding dada
Anemia ec susp defisiensi fe dd perdarahan
Thrombositosis
Gizi kurang tingkat sedang
Hipokalemi ringan
Alkalosis respiratori
DIAGNOSIS BANDING
-
PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN
• Pungsi pleura
• Rontgen thorax lateral kiri
• Rontgen thorax lateral dekubitus kanan
• Kultur dan test resistensi sputum bta
• Apus darah tepi
• Pemeriksaan cek albumin
• CT-scan thorax
• Biopsi tumor
• Biopsi sumsum tulang
• Cari rontgen lama
• Benzidine test
• Test anti HIV
RENCANA PENATALAKSANAAN
Medika mentosa :
OAT
• Rifampisin 300mg 1x1
• Isoniazid 300mg 1x1
• Pirazinamid 750mg 1x1
• Etambutol 750mg 1x1
• Streptomisin 500mg 1x1 IM
Non OAT
• IVFD RL/ 8jam/ kolf
• Vitamin B6 1x1
• Ambroksol 3x1
• KSR 3x1
• Tramadol 2x1
• Tab Fe 1x1
• 02 dengan masker rebreathing
• Diet tktp 2000kal
• Prednison (menunggu diagnosis efusi)
PERENCANAAN SELANJUTNYA
• Penentuan pengawas minum obat
• Evaluasi akhir bulan ke-2 (BTA 3x ulang & foto rontgen ulang)
• Evaluasi akhir bulan ke-6 (BTA 3x ulang & foto rontgen ulang)
• Evaluasi akhir bulan ke-9 (BTA 3x ulang & foto rontgen ulang)
• Ambil hasil kultur bta – untuk penyesuaian pengobatan
• Regimen 2RHZES/1RHZE/6RHE
PROGNOSIS
- Quo ad vitam : Dubia ad bonam
- Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam
- Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
ANALISIS MASALAH
Tinjauan Kasus
A. Pasien ini terdiagnosis sebagai TB paru BTA (+) relaps karena :
1. Gejala klinis pasien sesuai dengan gejala klinis pasien TB, yaitu :
Gejala respiratori yaitu:
1) Batuk / Batuk Darah
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-
produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Keadaan lanjut adalah batuk darah (hemoptisis).
Kavitas dapat menjadi sumber hemoptisis mayor. Menetapnya arteri pulmonalis
terminal didalam kavitas dapat menjadi sumber perdarahan yang hebat (aneurisma
Rasmussen). Penyebab perdarahan lainnya adalah aspergiloma pada kavitas tuberkulosis
kronik.
2) Sesak Napas
Sesak napas akan dirasakan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
3) Nyeri dada
Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik /
melepaskan nafasnya.
Gejala sistemik yaitu:
1) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadand panas
badan dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya, sehingga pasien tidak pernah
merasa terbebas dari serangan demam influenza.
2) Malaise
Gejala malaise yang sering ditemukan berupa anoreksia tidak nafsu makan, badan
makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam, dan
lain-lain. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan hilang timbul secara tidak
teratur.
2. Pasien juga termasuk dalam kategori TB paru BTA (+), karena dalam 3x pemeriksaan
BTA didapatkan hasil ++/++/++, sesuai dengan :
1) TB paru BTA (+), adalah :
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif,
b) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
c) Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif.
3. Pasien termasuk dalam kategori TB relaps karena sesuai dengan definisinya, yaitu :
Kasus kambuh (relaps) : pasien yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif.
4. Pasien ini mempunyai gambaran foto rontgen sinus costofrenicus yang tumpul, sehingga dicurigai itu adalah sebuah efusi pleura. Perlu pemeriksaan penunjang rontgen thoraks posisi right lateral decubitus untuk mengetahui apakah ini benar efusi atau schwarte.
5. Lesi tuberkulosis pasien ini adalah aktif, karena sesuai dengan gambaran rontgennya :lesi tuberkulosis aktif adalah :
1) Pada segmen apikal dan posterior lobus atas paru serta segmen superior
lobus bawah paru ditemukan berupa bercak-bercak seperti awan / nodular.
2) Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdinding tipis.
Lama-lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal,
3) Bayangan bercak milier, berupa bercak-bercak halus yang umumnya
tersebar merata pada seluruh lapangan paru.
4) Efusi pleura unilateral atau bilateral.
Gambaran radiologis yang dicurigai lesi tuberkulosis inaktif adalah:
1) Fibrotik, terlihat bayangan yang bergaris-garis,
2) Kalsifikasi, terlihat seperti bercak-bercak padat dengan densitas tinggi,
Schwarte atau penebalan pleura.
B. Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.
1. Karena pasien ini termasuk dalam kategori kasus kambuh maka diberikan pengobatan :
Pasien TB paru kasus kambuh.
Sebelum ada hasil uji resistensi dapat diberikan 2RHZES/1RHZE. Fase lanjutan
sesuai dengan hasil uji resistensi. Bila tidak terdapat hasil uji resistensi dapat
diberikan RHE selama 5 bulan.
2. Sesuai dengan kategori 2 :
Kategori -2 (2RHZES/ RHZE/5R3H3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati
sebelumnya:
a) Pasien kambuh
b) Pasien gagal
c) Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
3. Karena terdapat efusi maka :
Pasien Efusi Pleura TB
Paduan obat yang diberikan adalah sesuai dengan kategorinya. Evakuasi cairan
dilakukan seoptimal mungkin, sesuai keadaan pasien dan dapat diberikan
kortikosteroid. Hati-hati pemberian kortikosteroid pada TB dengan lesi luas dan DM.
Evakuasi cairan dapat diulang jika diperlukan.
C. Evaluasi Pengobatan
1) Evaluasi klinis
Pasien dievaluasi setiap 2 minggu pada 1 bulan pertama pengobatan selanjutnya
setiap 1 bulan. Evaluasi respon pengobatan dan ada tidaknya efek samping obat serta ada
tidaknya komplikasi penyakit. Evaluasi klinis meliputi keluhan, berat badan,
pemeriksaan fisis.
2) Evaluasi bakteriologi
Evaluasi bakteriologi (0-2-6/9 bulan pengobatan). Tujuan untuk mendeteksi ada
tidaknya konversi dahak. Pemeriksaan dan evaluasi pemeriksaan mikroskopis sebelum
pengobatan dimulai, setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif) dan pada akhir
pengobatan. Bila ada fasiliti biakan, dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
3) Evaluasi radiologis
Evaluasi radiologis (0-2-6/9 bulan pengobatan). Pemeriksaan dan evaluasi foto
toraks dilakukan pada saat sebelum pengobatan, setelah 2 bulan pengobatan (kecuali
pada kasus yang juga dipikirkan kemungkinan keganasan dapat dilakukan 1 bulan
pengobatan) dan pada akhir pengobatan.
4) Evaluasi efek samping secara klinis.
a) Bila mungkin sebaiknya dari awal diperiksa fungsi hati, fungsi ginjal, dan
darah lengkap.
b) Fungsi hati : SGOT, SGPT, bilirubin. Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan
gula darah, serta asam urat untuk data dasar penyakit peyerta atau efek
samping pengobatan.
c) Asam urat diperiksa bila menggunakan pirazinamid.
d) Pemeriksaan visus dan uji buta warna bila menggunakan etambutol (bila
ada keluhan)
e) Pasien yang mendapat streptomisin harus diuji keseimbangan dan
audiometric (bila ada keluhan)
f) Pada anak dan dewasa muda umumnya tidak diperlukan pemeriksaan
awal tersebut. Yang paling penting adalah evaluasi klinis kemungkinan
terjadi efek samping obat. Bila pada evaluasi klinis dicurigai terdapat efek
samping, maka dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
memastikannya dan penangan efek samping obat sesuai pedoman.
D. Pasien dapat dikatakan sembuh apabila sudah memenuhi kriteria berikut :
a) BTA mikroskopis negatif dua kali (pada akhir fase itensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat.
b) Pada foto toraks, gambaran radiologi serial tetap sama/perbaikan.
c) Bila ada fasilitas biakan, maka criteria ditambah biakan negatif.
E. Evaluasi pasien sembuh :
Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap dievaluasi minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan. Hal yang dievaluasi adalah mikroskopis BTA dahak dan foto toraks. Mikroskopis BTA dahak 3, 6, 12, dan 24 bulan (sesuai indikasi/bila ada gejala) setelah dinyatakan sembuh. Evaluasi foto toraks 6, 12, 24 bulan setelah dinyatakan sembuh (bila ada kecurigaan TB kambuh).
Pasien termasuk kategori anemia karena sesuai dengan definisinya :
Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.
Pasien juga termasuk kategori trombositosis karena sesuai dengan definisinya :
Trombositosis adalah peningkatan jumlah trombosit di atas 400.000/mm3.
Pasien juga termasuk kategori kurang berat badan tingkat sedang karena :
Classification BMI(kg/m2)
Principal cut-off points Additional cut-off points
Underweight <18.50 <18.50
Severe thinness <16.00 <16.00
Moderate thinness 16.00 - 16.99 16.00 - 16.99
Mild thinness 17.00 - 18.49 17.00 - 18.49
Normal range 18.50 - 24.9918.50 - 22.99
23.00 - 24.99
Overweight ≥25.00 ≥25.00
Pre-obese 25.00 - 29.9925.00 - 27.49
27.50 - 29.99
Obese ≥30.00 ≥30.00
Obese class I 30.00 - 34.9930.00 - 32.49
32.50 - 34.99
Obese class II 35.00 - 39.99 35.00 - 37.49
37.50 - 39.99
Obese class III ≥40.00 ≥40.00
Sedangkan IMT pasien adalah : 16,2 kg/m2
Pasien termasuk hipokalemia karena kalium dibawah normal (3,1) :
Kalium normal = 3,5-5,1 mmol/l
Koreksi kalium apabila kurang dari 3,5 mmol/l
Defisit ringan (3-3,5 mmol/l) diberikan kcl oral (aspar k/ ksr 1tab/8jam)
Karena pasien termasuk kategori gizi sedang, maka diberikan diet TKTP, dengan perhitungan :
1. Kebutuhan Basal:
a. Laki-laki : BB idaman (kg) x 30 kalori
b. Wanita : BB idaman (kg) x 25 kalori
Sehingga rumus menjadi:
(TBcm - 100) – 10% x 30kal (untuk Laki-laki)
(TBcm – 100) – 10% x 25kal (untuk wanita)
2. Koreksi atau penyesuaian
a. Umur diatas 40 tahun : - 5%
b. Aktivitas ringan : + 10%
c. Aktivitas sedang : + 20%
d. Aktivitas berat : + 30%
e. Berat Badan Gemuk : - 20%
f. Berat Badan Lebih : - 10%
g. Berat Badan kurus : + 20%
3. Stress Metabolik (infeksi, operasi, stroke, dll) : + 10 -30%
4. Kehamilan trimester I dan II : + 300 kalori
5. Kehamilan trimester III dan menyusui : + 500 kalori
Makanan tersebut dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), makan siang (30%),
makan malam (25%) serta 2 – 3 porsi ringan (10 – 15%).
Karena pasien ini mempunyai tinggi badan 157cm, maka berat badan idealnya adalah (157-100) - 10% = 51,3kg.
Kebutuhan kalori idealnya adalah :51,3 x 30 = 1539 kal
Usia >40 tahun : 1539 x 5% = 76,95 kalAktivitas sedang : 1539 x 20% = 307,8 kalBB kurus : 1539 x 20% = 307,8 kalPenyakit infeksi : 1539 x 20% = 307,8 kal
Sehingga kebutuhan perhari = 1539 – 76,95 + 307,8 + 307,8 +307,8 = 2385,45 kal/ hariUntuk memudahkan pemberian sehingga dibulatkan menjadi : 2400 kal/hari
Cara pemberian : Makan pagi (20%) = 480 kal Snack (12,5%) = 300 kal
Makan siang (30%) = 720 kal Snack (12,5%) = 300 kal
Makan malam (25%)= 600 kal
DAFTAR PUSTAKA
1. Amin Z dan Asril B. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Edisi IV. Hal 988-992. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, 2006.
2. Mansjoer A, et all. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I. Hal 472-476. Jakarta:
Media Aesculapius, 2001.
3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan
Pentalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Indah Offset Citra Grafika, 2006.
4. http://www.emedicine.medscape.com
5. http://www.medicastore.com
6. http://www.wikipedia.com