TEKNIK PENANGANAN LIMBAH PADAT DI ATAS KAPAL KARGO
TECHNIQUE OF HANDLING SOLID WASTE ON CARGO SHIP
YAN ZAKRI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009
TEKNIK PENANGANAN LIMBAH PADAT DI ATAS KAPAL KARGO
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Megister
Program Studi
Pengelolaan Lingkungan Hidup
Disusun dan diajukan oleh
YAN ZAKRI
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2009
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Yan Zakri Nomor Mahasiswa : P0302206012 Program Studi : Pengelolaan Lingkungan Hidup
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Februari 2009
Yang menyatakan
Yan Zakri
Kata Pengantar
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rakhmat dan hidayah-Nya, maka Tesis ini dapat diselesaikan dan diberi judul: “TEKNIK PENANGANAN LIMBAH PADAT DI ATAS
KAPAL KARGO” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master pada Program Studi Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
Dalam menyusun Tesis ini, penulis banyak menemui hambatan dan kesulitan, terutama disebabkan keterbatasan pengetahuan dan wawasan penulis mengenai substansi dan cakupan pembahasan yang diperlukan. Namun demikian melalui upaya dan kerja keras serta atas bimbingan, arahan dan bantuan para dosen pembimbing, maka akhirnya hambatan dan kesulitan tersebut dapat teratasi sehingga jadilah Tesis ini. Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini dapat disusun dan diselesaikan, tidaklah terlepas dari adanya partisipasi, dorongan serta doa dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dari lubuk hati yang paling dalam penulis ingin memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Dr.Ir. Didi Rukmana, M.S,
Dr.M. Ali Hamzah, M.Eng, Prof.Dr.H. Ambo Upe,DEA, Prof.Dr. Abd.Wahid
Wahab, M.Sc, Dr.Ir.Meta Mahendradatta, M.Sc selaku dosen pembimbing dan penguji yang telah berkenan membimbing, menguji dan memberikan masukan bagi perbaikan tesis ini. Juga teman-teman Pengelolaan Lingkungan Hidup Universitas Hasanuddin Makassar 2006, Adho cs, crew KM. X No.8, serta semua pihak yang telah memberikan kesempatan, dan berbagi ilmu pengetahuan selama penulisan tesis ini. Tidak lupa juga kepada seluruh dosen dan
staf administrasi pada PPS Universitas Hasanuddin yang telah membantu dalam proses penyelesaian administrasi.
Akhirnya terima kasih yang tak terhingga atas bantuan, kasih
sayang dan do’a yang telah diberikan oleh kedua orang tuaku
H.BM.Zachlul dan Hj.Murni, kakak-kakaku serta adik-adiku, mertuaku
H.A.Muis Arief,BAE, serta dorongan semangat dan cinta dari isteriku
Ulmiah Muis, ST.MT dan anakku Yaumil Afwan dan Zahir Muhammad Adin.
Terima kasih ya Allah atas perkenanMU.
Makassar, Februari 2009 Yan Zakri
ABSTRAK
YANZAKRI. Teknik Penanganan Limbah Padat di Atas Kapal Kargo (dibawah bimbingan : Didi Rukmana dan Ali Hamzah)
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini yakni untuk
memperoleh gambaran tentang penanganan dan karakteristik limbah padat yang dihasilkan kapal kargo serta mengurangi volume limbah padat dari kapal kargo.
Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan membuat mesin press hidrolik sehingga dapat mengurangi volume sampah yang dihasilkan dari kapal kargo. Hasil penelitian menunjukan dengan menggunakan alat press dapat menurunkan volume limbah padat sebesar 50% hingga 75 %.
Hasil survei limbah padat yang dihasilkan di atas kapal kargo bersumber dari dek, anjungan, kamar mesin, kamar ABK, saloon, buritan dan dapur . Ada beberapa jenis limbah padat antara lain : Sisa makanan 31%, Plastik 10%, Kertas 25%, Besi 8%, Tekstil / Kain 9%, Kaca 4% dan lain-lainnya 13%. Dari hasil pengamatan kuantitas limbah padat menunjukkan bahwa crew kapal memproduksi sampah rata-rata 1,6 liter per hari per crew. Sedangkan tiap ruangan atau bagian di atas kapal kargo rata-rata menghasilkan limbah padat 25 liter per hari per ruangan. Ketidak pedulian crew kapal terhadap penanganan limbah padat di atas kapal sebanyak 75%, maka dengan mencoba pengunaan alat press, volume limbah padat akan berkurang. Disamping itu alat press yang dirancang ini juga sangat mudah dioperasikan, efektifitas tinggi, murah dan bebas perawatannya.
ABSTRACT
YANZAKRI. Technique of Handling Solid Waste on the Cargo Ship (supervised by : Didi Rukmana and Ali Hamzah).
The aim of the study was to describe the handling and
characteristics of solid waste on cargo ship and reduce its volume from the cargo ship.
The study was experiment by using hydraulic pressing machine to reduce the waste volume produced by the cargo ship.
The result of the study indicate that the press divice can reduce the volume of solid waste as much as 50% to 75%. The solid waste produced on the cargo ship is from the deck, bridge, engine room, crew cabin, saloon, galley and stern. There are saveral types of solid waste : leftovers 31%, plastic 10%, paper 25%, Iron 8%, textiles / clothing 9%, glass 4%, etc 13%. The quantity of solid waste produced by crew is on the average 1.6 liters per day per crew, whereas each room on the cargo ship produces solid waste on the average 25 liters per day per room. The ignorance of crew to handle the solid waste is 75%. Therefore by using press device, the solid waste can be reduced. The designed press device is easy to operate, besides that, it is highly effective, it is also cheap and free maintenance.
Daftar Isi dan Halaman
Hal Lembar Persetujuan ........................................................................ i Abstraks .......................................................................................... ii Kata Pengantar ............................................................................... iii Daftar Isi dan Halaman ................................................................... iv Daftar Tabel .................................................................................... v Daftar Gambar ................................................................................ vi Daftar Lampiran .............................................................................. vii Bab I Pendahuluan
A Latar Belakang .................................................................... 1 B Rumusan Masalah ............................................................... 4 C Tujuan Penelitian .................................................................. 4 D Manfaat Penelitian ................................................................ 5 Bab II Tinjauan Pustaka
A Kapal Kargo Secara Umum.................................................. 6 B Jenis-jenis Limbah Padat ...................................................... 8 C Sumber Limbah Padat .......................................................... 11 D Dampak Pencemaran Laut ................................................... 13 E Pengendalian Pencemaran Laut ……………………………… 14 F Teknik Penanganan Limbah Padat …………………………… 15 G Kerangka Pemikiran …………………………………………… 17 H Hipotesis ………………………………………………………… 18 Bab III Metode Penelitian
A Jenis Penelitian ................................................................... 19
B Waktu Dan Lokasi Penelitian ............................................... 19
C Alat Dan Bahan ..................................................................... 19
D Rancangan Alat .................................................................... 20
E Teknik Pengambilan Data ..................................................... 21
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan
A Hasil Penelitian..................................................................... 23
A.1. Sumber-sumber Limbah Padat ..... ................................ 24
A.2. Fasilitas Penanganan Limbah Padat ............................ 25
A.3. Karakteristik dan Volume Limbah Padat ....................... 26
A.4. Pengetahuan dan Kepedulian Crew Terhadap
Peraturan Penanganan Limbah Padat ........................ 27
B Pembahasan ........................................................................ 30
B.1. Sumber Dan Jenis Limbah Padat di Atas Kapal .......... 30
B.2. Kepedulian Dan Pengetahuan ABK Mengenai
Pencegah Pencemaran di Atas Kapal........................... 34
B.3. Peraturan Dan Tanggung Jawab Perusahaan
Pelayaran.................................................. .................... 35
B.4. Rancangan Alat Press Limbah Padat ........................... 37
a. Alat Press Limbah Padat di Atas Kapal Kargo ......... 38
b. Keterangan Alat Press ............................................... 40
c. Teknik Penggunaan Alat Press Hidrolik ................... 41
d. Kegiatan Penanganan Limbah Padat Kapal ............ 45
Bab V Kesimpulan Dan Saran
A Kesimpulan .......................................................................... 47
B Saran.................................................................................... 48
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 A. Kuisioner 52
B. Spesifikasi Kapal Penelitian 53
2 A. Hasil Jawaban Kuisioner dari Responden
B. Hasil Nilai dan Tanggapan Responden
C. Tingkat kepedulian responden terhadap pencegahan pencemaran akibat limbah padat di atas kapal
D. Peraturan Tentang Pencegahan Pencemaran Di Laut
55
56
56
57
3 A. KM. X NO. 8
B. Tumpukan Sampah di Perairan
C. Sampah yang dikumpulkan crew di atas kapal
59
59
60
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Desain Alat Press Hidrolik 20
2
3
Prosentase Sumber Limbah Padat di Atas Kapal
Prosentase Ketersediaan Tempat Sampah di Atas Kapal
25
25
4
5
Prosentase Penampungan Sampah Pelabuhan
Prosentase Jenis Limbah Padat
26
26
6 Prosentase Limbah Padat yang dibuang 27
7 Prosentase Kebiasaan Crew 27
8 Prosentase Limbah Padat yang dibuang 28
9 Prosentase Pengetahuan Crew Tentang Peraturan 28
10
11
Prosentase Tentang Peraturan Internasional
Prosentase Volume Limbah Yang diminimalkan
29
29
12
13
Sumber Dan jenis Limbah Padat di atas Kapal Kargo
Grafik Kepedulian ABK Terhadap Pencegahan Pencemaran akibat Limbah Kapal
33
35
14 Alat Press Limbah Padat Kapal 39
15 Plat Besi Penutup 40
16 Limbah Padat atau Sampah dalam Tong 41
17 Sampah yang sudah penuh 43
18 Limbah padat di press 43
19 Hasil Press bila limbah padat dipisahkan sesuai jenisnya 44
20 Hasil Press bila limbah padat tidak dipisahkan sesuai jenisnya
44
21 Prosedur Penanganan Limbah Padat Kapal 42
22 Tumpukan kantong sampah di buritan Kapal 46
23 Posisi Alat Press di buritan Kapal 46
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Sampel Penelitian 24
2. Sumber Limbah Padat di atas Kapal Kargo 33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar wilayah Republik Indonesia berupa perairan laut
yang letaknya sangat strategis. Perairan laut Indonesia selain
dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan laut lokal maupun
internasional, juga memiliki sumber daya laut yang sangat kaya dan
penting, antara lain sumber daya perikanan, terumbu karang, padang
lamun, mangrove dan pada daerah pesisir dapat dimanfaatkan sebagai
obyek wisata yang menarik. Laut juga mempunyai arti penting bagi
kehidupan makhluk hidup seperti manusia, ikan, tumbuh-tumbuhan dan
biota laut lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor kelautan mempunyai
potensi yang sangat besar untuk dapat ikut mendorong pembangunan di
masa kini maupun di masa depan.
Oleh karena itu, laut yang merupakan salah satu sumber daya
alam, sangat perlu untuk dilindungi. Hal ini berarti pemanfaatannya harus
dilakukan dengan bijaksana dengan memperhitungkan kepentingan
generasi sekarang dan yang akan datang. Agar laut dapat bermanfaat
secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan, maka kegiatan
pengendalian pencemaran atau perusakan laut menjadi sangat penting
(Suhaidi, 2006)
Menurut PP No. 19 Tahun 1999 Pencemaran laut diartikan dengan
masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu atau fungsinya.
Angkutan laut dewasa ini berkembang sangat pesat. Kapal sebagai
sarana angkutan laut memegang peranan penting dalam melancarkan
transportasi laut yang aman dan tepat guna. Jenis-jenis kapal niaga yang
dibangun dewasa ini lebih cenderung ke arah spesialisasi jenis muatan
yang diangkut misalnya kapal kargo, tanker , curah dan lain-lain. Bila
ditinjau dari sudut pengoperasiannya kapal secara umum dibedakan
antara ”Liner”, yaitu kapal yang menjalani trayek tetap antara dua
pelabuhan atau lebih dan ”Tramp” yakni kapal yang melayani trayek tidak
tetap, biasanya kapal-kapal yang dioperasikan dalam bentuk ”Charter”.
Diman Dali (2000), mengklasifikasikan kapal menurut jarak pelayarannya,
misalnya :
- Pelayaran lokal
- Pelayaran nusantara
- Pelayaran khusus, dalam negri & luar negri
- Pelayaran Samudera
- Pelayaran Rakyat.
Menurut laporan akhir DKP (2006), aktivitas pelayaran mengancam
terjadinya pencemaran baik dari pelabuhan, tumpahan minyak,
pembuangan bangkai kapal, pembuangan sampah dari atas kapal, dan
akibat langsung dari pelemparan jangkar kapal. Menurut analisis TKT
(Terumbu Karang yang Terancam) terhadap ancaman akibat pencemaran
dari laut, didasarkan pada lokasi jalur perkapalan utama dan infrastruktur
pertambangan minyak. Hasil analisis menunjukkan 7% terumbu karang di
kawasan ini terancam oleh pencemaran dari laut.
Menurut data terakhir Hasfarm konsultan (2007), bahwa sampah
padat dapat menyebabkan kecelakaan kapal kargo yang memasuki rute
alur sungai adalah sebagai berikut :
• Sampah plastik; dimana dapat menyebabkan macetnya putaran
daun baling-baling atau propeler yang mengakibatkan kerusakan
pada kapal.
• Sampah kayu atau balok; sampah ini muncul dipermukaan
perairan yang akan berakibat fatal bagi kapal apabila menabrak
sampah tersebut, dan akibatnya kapal pecah atau bocor besar
dan tenggelam. Hampir disemua sungai di Indonesia penanganan
sampah baloknya belum dikendalikan, sehingga kapal-kapal dari
bahan fiberglas dan kayu sangat riskan dengan ancaman ini.
Adapun dasar pertimbangan dari penelitian ini, dapat diketahui
bahwa kebiasaan pelaut yang menganggap laut sebagai kolam tempat
sampah raksasa yang membuang sampah seenaknya sehingga
lingkungan laut memang sangat rentan terhadap zat pencemar (special
environmental sensitive). Dengan demikian, negara yang akan membuat
ketentuan khusus pada lingkungan lautnya, harus disertai dengan bukti-
bukti yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, juga disertai
dengan teknik yang mendukung dan informasi yang akurat.
Penelitian yang diusulkan pada prinsipnya akan mencoba
mengembangkan alat press untuk mengurangi terjadinya pencemaran
perairan yang disebabkan sampah yang dibuang dari kapal yang dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam menyusun sistem dan prosedur
penanggulangannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka
pokok permasalahan pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Berapa besar jumlah limbah padat dan jenis limbah padat apa
saja yang dihasilkan di atas kapal kargo selama 1 trip ?
2. Bagaimana prilaku crew kapal kargo terhadap pencegahan
pencemaran di perairan ?
3. Bagaimana teknik penanganan limbah padat kapal kargo ?
C. Tujuan Penelitian
Adapaun tujuan dari penelitian ini secara garis besar adalah
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi karakteristik dan komposisi limbah padat yang
dihasilkan dari kapal kargo.
2. Memperoleh gambaran serta kepedulian crew tentang
penanganan dan pengelolaan limbah padat yang dihasilkan di
atas kapal kargo.
3. Merancang alat press untuk memperkecil volume limbah padat
diatas kapal kargo.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif yang
dapat dikembangkan dengan memanfaatkan penanganan limbah padat di
atas kapal kargo supaya mengurangi pencemaran pada lingkungan laut.
Selain itu dapat dijadikan patokan pemerintah dalam hal ini ijin berlayar
untuk mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan standar
pencegahan pencemaran di laut. Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
pengendalian Lingkungan laut.
2. Dapat menjadi data dan informasi yang mendukung perusahaan
pelayaran untuk membentuk peraturan yang lebih berwawasan
lingkungan.
3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi kalangan akademisi
dan masyarakat umum khususnya masyarakat pelayaran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kapal Kargo Secara Umum
Menurut Sentot Raharjo (2000), kapal adalah kendaraan
pengangkut penumpang dan barang di laut dan di semua daerah yang
mempunyai perairan. Pada saat ini sebagian besar perkapalan di dunia
diisi oleh armada kapal dagang. Kapal-kapal ini berguna untuk membawa
muatan melalui perairan dan ekonomis. Kapal kargo merupakan salah
satu tipe kapal yang paling banyak melayani pengangkutan barang-barang
melalui perairan di seluruh dunia. Untuk pengangkutan barang-barang
tersebut diperlukan ruangan palka yang memungkinkan penempatan dan
penyimpanan barang-barang tersebut. Jalan masuk ke ruang palka yang
berada di geladak disebut lubang palka. Lubang palka tersebut ditutup
dengan sistem penutupan yang dibuat dari bahan kayu atau baja.
Penutupan ruang palka harus dibuat kedap. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah masuknya air pada waktu mengarungi lautan. Ruang palka
dapat diletakan digeladak utama atau geladak diatasnya. Geladak kedua
atau ketiga kapal kargo berguna untuk mengatur fleksibilitas pemuatan
kargo, memisahkan jenis barang dan perbaikan stabilitas kapal.
Sebagai alat bongkar muat digunakan kombinasi bermacam-
macam perlengkapan bongkar muat, antara lain derek, mesin derek dan
kran. Pada kapal kargo perlu pula dipasang tangki balas yang berguna
untuk menjaga stabilitas kapal dan menjaga agar seluruh baling-baling
kapal berada dibawah garis muat (Sentot Raharjo, 2000).
Kapal kargo juga punya tangki ceruk haluan dibagian ujung depan
serta tangki ceruk buritan dibagian ujung buritan kapal. Kegunaan tangki-
tangki tersebut untuk membantu memperbaiki kedudukan trim kapal. Pada
bagian dasar kapal dipasang ruangan yang disebut dasar ganda. Dasar
ganda ini dibagi-bagi dalam beberapa tangki. Tangki ini untuk membawa
bahan bakar, minyak pelumas, air tawar maupun air balast. Untuk ruangan
akomodasi serta kamar mesin diletakan antara palka dan sekat ceruk
buritan. Hal ini berguna untuk memperbaiki kondisi kapal trimming pada
waktu membawa setengah muatan dan mengurangi kerugian atas
hilangnya isi ruang palka. Ukuran kapal kargo berkisar 2000 – 15000 ton
displasemen dengan kecepatan 12 – 18 knot (mil/jam).
Kamar mesin merupakan kompartemen yang sangat penting pada
sebuah kapal. Ditempat inilah terdapat mesin pengerak kapal yang biasa
dinamakan mesin induk atau utama. Di kamar mesin pula terletak sumber
tenaga untuk membangkitkan listrik yang berupa generator listrik, pompa-
pompa dan bermacam peralatan kerja yang menunjang pengoperasian
kapal
Menurut Hira (2005), transportasi laut merupakan salah satu
komponen pendukung utama perdagangan internasional, dimana salah
satu keunggulannya economies of scale yang menawarkan transportasi
laut yang lebih murah untuk volume barang yang besar atau banyak.
Transportasi laut saat ini dikuasai oleh kapal pengangkut barang (Cargo
Ship) 73 %. Kapal yang digunakan pada transportasi laut umumnya dibagi
4 jenis :
1. Passenger vessels yakni kapal penumpang dapat dibagi 2 bagian
kapal ferry sebagai alat transportasi pengangkutan manusia jarak
dekat serta kapal pesiar (cruise ship) sebagai kapal berekreasi.
2. Cargo Ship yakni kapal yang dirancang untuk keperluan khusus
seperti untuk muatan semen, batubara, CPO dan lain-lain.
3. General Cargo yakni kapal pengangkutan yang menggunakan
container untuk berbagai keperluan muatannya.
4. RORO yakni kapal yang dirancang khusus untuk memuat alat
transportasi darat seperti mobil, kereta api, truk dan lain-lain.
Bila ditinjau dari sudut pengoperasiannya kapal secara umum
dibedakan antara ”Liner”, yaitu kapal yang menjalani trayek tetap antara
dua pelabuhan atau lebih dan ”Tramp” yakni kapal yang melayani trayek
tidak tetap, biasanya kapal-kapal yang dioperasikan dalam bentuk
”Charter”. Diman Dali (2000), mengklasifikasikan kapal menurut jarak
pelayarannya, misalnya : Pelayaran lokal, nusantara, khusus (dalam negri
& luar negri), samudera dan pelayaran rakyat.
B. Jenis-jenis Limbah Padat
1. Menurut Martin (2001), pada Lampiran /
ANNEX V yang dimaksud dengan Limbah padat adalah
semua jenis sisa makanan, bahan-bahan buangan rumah
tangga dan bahan-bahan buangan , tidak termasuk ikan
segar dan bagian-bagianya yang terjadi selama
pengoperasian kapal yang normal dan ada keharusan untuk
disingkirkan dan dibersihkan secara terus menerus atau
secara berkala . Pada peraturan 3, syarat pembuangan
sampah antara lain :
a. Semua jenis plastik termasuk tali plastik, jaring, kantong plastik dan
abu pembakaran plastik dari incenerator dilarang dibuang ke laut.
b. Dunnage, pelapis dan pembungkus yang terapung dapat dibuang
pada jarak 25 mil atau lebih dari pantai.
c. Sisa makanan dan sampah kertas, gelas, metal, botol dapat di
buang pada jarak 12 mil dari pantai.
d. Sampah sisa makanan apabila telah dihancurkan dan dapat
melewati saringan 26 mm dapat dibuang 3 mil dari pantai.
e. Pembuangan dari flatform dilarang untuk sisa makanan dapat
dibuang pada jarak 500 m dari platform dan 12 mil dari daratan
dengan syarat telah dihancurkan.
f. Dalam keadaan khusus hanya sisa makanan yang dapat dibuang
pada jarak 12 mil dari pantai. Bahan-bahan pencemar yang
dibuang ke laut dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara.
Mannion dan Bowlby (1992) menggolongkannya dari segi
konservatif/non-konservatif :
a) Golongan non-konservatif terbagi dalam tiga bentuk yaitu :
1. Buangan yang dapat terurai (seperti sampah dan lumpur),
buangan dari industri pengolahan makanan, proses distilasi
(penyulingan), industri-industri kimia, dan tumpahan minyak;
2. Pupuk, umumnya dari industri pertanian;
3. Buangan dissipasi (berlebih), pada dasarnya adalah energi
dalam bentuk panas dari buangan air pendingin, termasuk juga
asam dan alkali.
b) Golongan konservatif terbagi dalam dua bentuk yaitu :
1. Partikulat, seperti buangan dari penambangan (misalnya :
tumpahan dari tambang batubara, debu-debu halus), plastik-
plastik inert;
2. Buangan yang terus-menerus (persistent waste) yang terbagi
lagi dalam tiga bentuk :
(I) logam-logam berat (merkuri, timbal, zinkum);
2. (ii) hidrokarbon terhalogenasi (DDT dan pestisida lain dari
hidrokarbon terklorinasi, dan PCBs atau polychlorinated
biphenyl);
(iii) bahan-bahan radioaktif.
Limbah yang dihasilkan kapal kargo maupun penumpang penuh
dengan resiko yang berbeda- beda, ini merupakan limbah yang dapat
berbentuk cairan, padat, semisolid, atau berisi gas. Dimana setiap
aktivitas kapal yang berlayar menghasilkan limbah yang meliputi sampah
sisa proses foto, pencucian pakaian, dan peralatan yang digunakan untuk
membersihkannya. Ini menghasilkan limbah yang berisi suatu unsur
seperti hidrokarbon, chlorinated hidrokarbon, besi karat, barang sisa cat,
bahan pelarut, merkuri dari bola lampu, berbagai jenis baterei dan obat-
otan yang kadaluarsa atau tak terpakai. Tabel 2.1 mengidentifikasi jenis
limbah yang dihasilkan kapal penumpang yang sangat berbahaya. Semua
limbah yang dihasilkan kapal merupakan tanggung jawab pemilik kapal
atau operator kapal. Oleh sebab itu pemilik kapal dapat membuat
ketentuan dan peraturan untuk mematuhi semua kebutuhan lingkungan
yang bisa diterapkan di atas kapal.
3. Sementara itu GESAMP (The Group of Experts
on Scientific Aspects of Marine Pollution) memberikan 8
klasifikasi polutan yakni hidrokarbon terhalogenasi termasuk
PCBs dan pestisida, misalnya DDT; minyak bumi dan bahan-
bahan yang dibuat dari minyak bumi; zat kimia organik
seperti biotoksin laut (marine biotoxin), deterjen; pupuk
buatan (kimia) maupun alami termasuk yang terdapat di
dalam kotoran yang berasal dari pertanian; zat kimia
anorganik, terutama logam berat seperti merkuri dan timah
hitam; benda-benda padat (sampah) baik organik maupun
anorganik; zat-zat radioaktif; dan buangan air panas (thermal
water).
C. Sumber Limbah Padat
4. Biasanya limbah padat yang terdapat diatas
kapal cargo bersumber dari crew, ruang kamar mesin, dek
serta sisa setelah bongkar muat barang. Dalam peraturan
Annex V sampah-sampah dalam bentuk sisa barang atau
material hasil dari kegiatan di atas kapal atau kegiatan
normal lainnya diatas kapal.
5. Menurut Rudi (2004), sumber pencemaran laut
berasal dari Land-based/athmospheric (44%/33%) Dumping
(10%) Sea-bed activities (1%) Shipping (12%). Kemudian
laporan Biro Bina Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta
(2004), adapun komposisi sampah-sampah tersebut dibagi
atas 54 % adalah sampah plastik. 24 % berasal dari kayu.
14% dari tumbuh-tumbuhan dan daun. 3 % berasal dari botol
dan gelas. 3 % dari karet. 1 % dari kain dan 1 % berasal dari
stereofoam. Komposisi terbesar sampah yang masuk ke
Teluk Jakarta berasal dari sampah plastik yang justru adalah
sampah yang paling sulit diuraikan secara alamiah dan
butuh waktu ratusan tahun untuk hancur di alam.
Menurut Alamsyah (1999), pencemaran lingkungan pesisir dan
laut dapat diakibatkan oleh limbah buangan kegiatan atau aktivitas di
daratan (land-based pollution) maupun kegiatan atau aktivitas di lautan
(sea-based pollution). Kontaminasi lingkungan laut akibat pencemaran
dapat dibagi atas kontaminasi secara fisik dan kimiawi.
Sedangkan kegiatan atau aktivitas di laut (sea-based pollution)
yang berpotensi mencemari lingkungan pesisir dan laut antara lain :
perkapalan (shipping), dumping di laut (ocean dumping), pertambangan
(mining), eksplorasi dan eksploitasi minyak (oil exploration and
exploitation), budidaya laut (mariculture), dan perikanan (fishing).
6. Lebih jauh lagi, cara masuknya sumber-sumber
polutan ke laut diterangkan oleh Mannion dan Bowlby
(1992). Ada limbah yang dibuang ke laut secara langsung
yaitu berupa hasil kegiatan di pantai maupun lepas pantai,
atau secara tidak langsung sebagai bahan yang terbawa
melalui aliran sungai; ada pula limbah yang dengan sengaja
dibawa ke laut lepas untuk ditimbun (dumping). Sumber
polutan yang terpenting berasal dari kegiatan di darat
(sekitar 95%), yaitu berupa buangan industri yang dilepas
secara reguler juga berupa limbah cair domestik. Sementara
itu, sumber pencemaran akibat kegiatan di laut terutama
berasal dari buangan kapal-kapal baik karena kegiatan
operasional rutin (sengaja) maupun karena kecelakaan
(tidak sengaja). Pencemaran akibat kecelakaan
mengakibatkan masuknya polutan dalam jumlah besar,
seperti akibat kebocoran kapal supertanker minyak yang
menyebabkan laut tercemar. Yang lebih penting lagi adalah
akibat kegiatan rutin yang secara reguler membuang polutan
ke lingkungan laut karena hal ini merupakan cara termurah
untuk membuang limbah.
D. Dampak Pencemaran Laut
Menurut Siahainenia (2001), dampak yang timbul akibat
pencemaran oleh berbagai jenis polutan yang telah disebutkan
sebelumnya adalah sangat beragam. Ada beberapa polutan yang dapat
langsung meracuni kehidupan biologis. Ada pula polutan yang menyerap
banyak jumlah oksigen selama proses dekomposisi. Ada polutan yang
mendorong tumbuhnya jenis-jenis binatang tertentu. Ada pula polutan
yang berakumulasi di dalam jaringan makanan laut yang tidak dapat
dihancurkan oleh sel-sel hidup (bioaccumulation).
E. Pengendalian Pencemaran Laut
Setelah mengetahui berbagai dampak yang ditimbulkan dari
polutan-polutan lingkungan laut, maka sangatlah perlu dilakukan upaya
pengendalian bahkan pencegahan terhadap pencemaran laut mengingat
akibatnya yang tidak saja dirasakan oleh biota-biota laut tetapi juga oleh
manusia. Upaya pengendalian pencemaran laut perlu dilaksanakan sejak
awal, dalam arti limbah-limbah yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan
manusia, baik di darat maupun di laut, haruslah diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang ke lingkungan (Pramudianto, 1999).
Pada Annex VI beberapa cara operasional pencegahan
pencemaran yaitu :
1. Metode dasar dalam prosedur pencegahan pencemaran.
Prosedur yang dijelaskan dalam bagian ini mengganggap bahwa
kapal laut terutama tanker harus dilengkapi dengan deteksi batas antara
air dengan minyak (oil / water interface detector), menggunakan sistem
stripper, mempunyai sebuah tangki slop atau tangki muat yang
direncanakan sebagai tangki slop seperti yang disyaratkan oleh konvensi
MARPOL ‘73/78. Ini adalah persyaratn perlengkapan dasr untuk
penyimpanan sisa minyak di kapal dan berlaku untuk semua kapal tanker
maupun kapal lain baik yang dilengkapi dengan tangki ballast terpisah
atau tidak.
2. Memeriksa dan mengawasi pembuangan limbah kapal mengingat
setiap kapal wajib membuang limbahnya ke tempat sarana penampungan
limabh (Reception Facilities) yang telah disediakan oleh pelabuhan
setelah kapal berlayar 30 hari pada pelabuhan singgah.
F. Teknik Penanganan Limbah Padat
Menurut Suhaidi , 2006 Konsep pencegahan pencemaran
merupakan penggunaan proses, praktik bahan energi guna
menghindarkan atau mengurangi timbulnya pencemaran. Pencegahan
pencemaran secara fundamental mengalihkan fokus perlindungan
lingkungan dari penanggulangan melalui end-of pipe yang reaktif dengan
pengolahan pencemaran setelah terjadinya pencemaran ke pemikiran
front-of process yang preventif dengan menekankan bahwa pencemaran
seharusnya tidak boleh terjadi, termasuk pencemaran lingkungan laut
sebagai akibat adanya sarana pelayaran lokal maupun internasional pada
wilayah perairan suatu negara.
7. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
No.19/1999, pencemaran laut diartikan dengan masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan
manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi
dengan baku mutu dan/atau fungsinya (Pramudianto, 1999).
Sedangkan Konvensi Hukum Laut III (United Nations
Convention on the Law of the Sea = UNCLOS III)
memberikan pengertian bahwa pencemaran laut adalah
perubahan dalam lingkungan laut termasuk muara sungai
(estuaries) yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga
dapat merugikan terhadap sumber daya laut hayati (marine
living resources), bahaya terhadap kesehatan manusia,
gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk perikanan dan
penggunaan laut secara wajar, memerosotkan kualitas air
laut dan menurunkan mutu kegunaan dan manfaatnya
(Siahaan, 2002).
1. Incenerator (Pembakar Sampah)
Pembakaran sampah dengan menggunakan incenerator adalah salah
satu cara pengolahan sampah, baik padat maupun cair. Di dalam
incenerator, sampah dibakar secara terkendali dan berubah menjadi gas
(asap) dan abu. Dalam proses pembuangan sampah, cara ini bukan
merupakan proses akhir. Abu dan gas yang dihasilkan masih memerlukan
penanganan lebih lanjut untuk dibersihkan dari zat-zat pencemar yang
terbawa, sehingga cara ini masih merupakan intermediate treatment (Sidik
et al.,1985).
Sesuai dengan Annex VI polusi udara hasil dari pembakaran, asap
cerobong kapal, pabrik dan lain-lain yang mengakibatkan lapisan ozon
tipis, sehingga dibuat peraturan pencegahan pencemaran udara dari kapal
antara lain :
1. Berlaku untuk kapal GT 400 atau lebih dan anjungan lepas
pantai.
2. Apabila dari hasil survei memenuhi syarat diberi sertifikat
INTERNATIONAL AIR POLLUTION PREVENTION
CERTIFICATE.
3. Pengawasan emisi dilakukan terhadap :
a. Zat perusak ozon
b. Nitrogen Oxide (NOx)
c. Sulphur Oxides (SOx)
d. Volatile Organic Compounds.
G. Kerangka Pemikiran
Sampai saat ini, sebagian limbah padat yang dihasilkan di atas
kapal langsung dibuang ke perairan. Limbah padat itu di buang apa
adanya ke perairan tanpa dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Padahal
limbah padat tersebut masih dapat di optimalkan penanganannya. Disisi
lain crew maupun perusahaan pelayaran harus ikut bertanggung jawab
dalam usaha pencegahan terjadinya pencemaran di alur pelayaran. Dalam
hal ini juga diperlukan kerjasama pemerintah dengan perusahaan
pelayaran, sehingga pencegahan terjadinya pencemaran di alur pelayaran
dapat tertangani dengan baik.
Berkaitan dengan limbah padat yang ada di atas kapal kargo, akan
lebih bermanfaat apabila penanganannya dilakukan crew secara bersama,
dimulai dalam satu kapal. Hal ini dilakukan dengan alasan atau
Sumber Fasilitas Karekteristik Peraturan
1. Kamar ABK 2. Kamar Mesin 3. Bridge 4. Deck 5. Saloon 6. Galley 7. Buritan
Tong & Sampah Jenis,Vol/hari
Limbah Padat Kapal Cargo
Pressing
Perlakuan : - Dengan menggunakan Mesin Press hidrolik - Dikumpul diburitan Kapal - Dibuang di Pelabuhan (TPS)
1. Kebijakan Perusahaan 2. Peraturan UU
pertimbangan apabila satu kapal bisa menangani limbah padat secara
baik, maka dapat dipastikan kebersihan lingkungan perairan sekitarnya
akan terjaga. Dengan demikian apabila semua kapal yang beroperasi di
perairan kita menangani limbah padat dengan baik, maka lingkungan
perairan yang bersih, nyaman akan bisa kita rasakan bersama. Maka
untuk mencapai tujuan yang diharapkan ditentukan tahapan-tahapan
dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu :
F. Hipotesis
Dengan menggunaan alat press hidrolik di atas kapal kargo akan
diperoleh persentase volume limbah padat sekecil mungkin,
sehingga efektif untuk menanggani limbah padat di atas kapal kargo
sebelum dibuang ke lingkungan.