TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
BUKU PEGANGAN SISWA DAN GURU
TEKNIK PENYIARAN
MENGIDENTIFIKASI SISTEM SIARAN
TELEVISI
DISUSUN OLEH : ZAINUL ARIFIN, S. Kom
= TEKNIK BROADCASTING =
PAKET KEAHLIAN
TEKNIK PRODUKSI DAN PENYIARAN PROGRAM PERTELEVISIAN
BIDANG KEAHLIAN TEKNIK INFORMASI DAN KOMUNIKASI
DINAS PENDIDIKAN. KAB. MOJOKERTO
SMK NEGERI 1 PUNGGING
2013/2014
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
A. SISTEM SIARAN TELEVISI.
Pengetahuan Dasar Penyiaran Radio dan Televisi, Penyiaran
adalah Pancaran melalui ruang angkasa oleh sumber frekuensi dengan
sinyal yang mampu diterima di telinga atau didengar dan dilihat oleh
publik. (Chester, Garrison, Willis dalam buku “Television and Radio”)
Penyiaran merupakan bentuk pengiriman pesan melalui media
televisi atau radio dengan tidak dikontrol secara teknik oleh penerima.
(Sullivan, Hartley, Saunders, Montgomery, Fiske dalam buku “Key Concept
in Communication and Cultural Studies”)
SEKILAS SEJARAH PENYIARAN
Peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan siaran radio dan siaran
televisi serta perkembangan teknologi informasi secara singkat :
1887 : Hertz seorang ahli fisika Jerman berhasil mengirim & menerima
gelombang radio
1895 : Komunikasi radio tanpa kabel ditemukan oleh Marconi (Italia)
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
1896 : Tabung sinar kathode ditemukan oleh F. Braun (Jerman)
1920 : Ahli teknik bernama Frank Conrad (USA) membangun pemancar
radio
1922 : Siaran radio dimulai di Amerika, Perancis, Cina, Jerman dan Uni
Soviet
1923 : Vladimir Katejev Zworykin berhasil menciptakan sistem televisi
elektris
1924 : Percobaan untuk televisi dilakukan oleh J.L. Baird (Inggris)
1926 : NBC (USA) berdiri dan membangun sistem radio jaringan
1927 : CBS (USA) berdiri
1929 : Siaran Percobaan BBC (Inggris)
1936 : Siaran TV dimulai oleh BBC (Inggris)
1939 : Percobaan siaran TV dimulai di Jepang (NHK)
1951 : Percobaan siaran TV berwarna di Amerika Serikat
1954 : Amerika menetapkan sistem siaran TV berwarna (NTSC)
1957 : Percobaan siaran TV berwarna oleh NHK
1960 : Siaran TV berwarna sistem NTSC dimulai di NHK
1965 : Siaran televisi dimulai di Indonesia (ASEAN games)
1967 :Siaran TV berwarna sistem PAL dimulai di Inggris, Jerman Barat,
Belanda.
1967 : Siaran TV berwarna sistem SECAM dimulai di Perancis dan Uni
Soviet
1969 : Apollo 11 (USA) berhasil mengirim gambar bulan yang
berwarna
1976 : Satelit Palapa diluncurkan (Indonesia)
1977 : Siaran TV berwarna dimulai di Indonesia (sistem PAL)
2000 : Siaran TV digital dimulai di Amerika
2001 : Siaran TV satelit digital dimulai di Jepang
2003 : Siaran TV lewat pemancar di darat UHF/VHF dimulai di Jepang
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
Sejarah media penyiaran dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
sejarah media penyiaran sebagai penemuan teknologi dan sejarah media
penyiaran sebagai suatu industri. Sejarah media penyiaran sebagai
penemuan teknologi berawal dari ditemukannya radio oleh para ahli
teknik di Eropa dan Amerika.Sejarah media penyiaran sebagai suatu
industri dimulai di Amerika.
SIFAT MEDIA PENYIARAN
Media penyiaran sebagai salah satu bentuk media massa memiliki
ciri dan sifat yang berbeda dengan media massa lainnya, bahkan diantara
sesama media penyiaran, misalnya antara radio dan televisi, terdapat
berbagai perbedaan sifat.
JENIS MEDIA
CETAK, sifatnya :
dapat dibaca, dimana dan kapan saja
dapat dibaca berulang-ulang
daya rangsang rendah
pengolahan bisa mekanik, bisa elektris
biaya relatif rendah
daya jangkau terbatas
RADIO, sifatnya :
dapat didengar bila siaran
dapat didengar kembali bila diputar kembali
daya rangsang rendah
elektris
relatif murah
daya jangkau besar
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
TELEVISI, sifatnya :
dapat didengar dan dilihat bila ada siaran
dapat dilihat dan didengar kembali, bila diputar kembali
daya rangsang sangat tinggi
elektris
sangat mahal
daya jangkau besar
Televisi dan radio dapat dikelompokkan sebagai media yang
menguasai ruang tetapi TIDAK MENGUASAI WAKTU, sedangkan media
cetak menguasai waktu tetapi tidak menguasai ruang. Artinya siaran dari
media televisi atau radio dapat diterima dimana saja dalam jangkauan
pancarannya (menguasai ruang) tetapi siarannya tidak dapat dilihat
kembali.
Media cetak untuk sampai kepada pembacanya memerlukan
waktu (tidak menguasai ruang) tetapi dapat dibaca kapan saja dan dapat
diulang-ulang (menguasai waktu). Perbedaan sifat inilah yang
menyebabkan adanya jurnalistik televisi, jurnalistik radio dan juga
jurnalistik cetak, namun semuanya tetap tunduk pada ilmu induknya yaitu
ilmu komunikasi.
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
B. STANDARISASI PENYIARAN
Secara garis besar, standar penyiaran televisi dibedakan menjadi 2
macam yaitu sistem analog dan sistem digital. Perbedaan yang paling
mendasar antara sistem penyiaran televisi analog dan digital terletak pada
penerimaan gambar lewat pemancar. Pada sistem analog, semakin jauh
dari stasiun pemancar televisi, sinyal akan melemah dan penerimaan
gambar menjadi buruk dan berbayang. Sedangkan pada sistem digital,
siaran gambar yang jernih akan dapat dinikmati sampai pada titik dimana
sinyal tidak dapat diterima lagi. Dapat dikatakan, siaran digital hanya
mengenal dua kondisi status, terima (kode 1) atau tidak (kode 0).
Siaran televisi digital terestrial berisikan siaran stasiun-stasiun
televisi yang beroperasi secara ‘free-to-air’, sehingga masyarakat tidak
dipungut bayaran untuk menonton. Siaran televisi digital ini dapat
diterima di televisi analog dengan memanfaatkan perangkat Digital Set
Top Box (STB)/Digital Receiver/DVB-T Receiver yang mengubungkan
antena dengan televisi analog.
Digital Set Box
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
Dengan kata lain Digital STB adalah sebuah dekoder untuk mengubah
sinyal digital menjadi gambar dan suara dan menampilkannya pada
pesawat televisi analog.
SISTEM ANALOG
Ada 3 standar yang digunakan dalam sistem penyiaran analog.
NTSC. Standar ini digunakan di Amerika serikat, Kanada, Meksiko,
Jepang, dan banyak Negara lainnya. Spesifikasi standar penyiaran ini
dibuat oleh National Television Standar Comitee pada tahun 1952.
Standar ini mendefinisikan sebuah metode untuk mengenkode
informasi kedalam sinyal video terbuat dari 525 garis Horizontal yang
di-scan dan digambar ke dalam wajah dalam tabung gambar berfosfor
setiap 1/30 detik dengan electron yang bergerak cepat.
PAL. Sistem Phase Alternate Line (PAL) digunakan di Inggris, Eropa
Barat, Australia, Afrika Selatan, Cina, dan Amerika Selatan. PAL
meningkatkan resolusi layer menjadi 625 garis Horizontal, namun
memperlambat kecepatan scan menjadi 25 frame per detik. Sama
seperti saat penggunaan NTSC, garis genap dan ganjil digabungkan ,
setiap field memerlukan 1/50 detik untuk menggambar (50Hz).
SECAM. Sistem Sequantial Color and Memory digunakan di Perancis.
Eropa timur, USSR (sekarang Rusia), dan beberapa Negara lain.
Meskipun SECAM merupakan system dengan 625 garis, 50 Hz, namun
berbeda jauh dari system warna NTSC dan PAL dalam hal dasar
teknologi dan metode penyiaran. Terkadang TV yang dijual di Eropa
memanfaatkan dual komponen dan dapat menggunakan system PAL
dan SECAM.
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
SISTEM PENYIARAN DIGITAL
Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) atau
penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital
dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio dan data ke
pesawat televisi. TV Digital bukan berarti pesawat televisinya yang digital,
namun lebih kepada sinyal yang dikirimkan adalah sinyal digital atau
mungkin yang lebih tepat adalah siaran digital (Digital Broadcasting).
Terdapat tiga standar sistem pemancar televisi digital di dunia,
yaitu televisi digital (DTV) di Amerika, penyiaran video digital terestrial
(DVB-T) di Eropa, dan layanan penyiaran digital terestrial terintegrasi
(ISDB-T) di Jepang.Semua standar sistem pemancar sistem digital
berbasiskan sistem pengkodean OFDM dengan kode suara MPEG-2 untuk
ISDB-T dan DTV serta MPEG-1 untuk DVB-T.
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
Dibandingkan dengan DTV dan DVB-T, ISDB-T sangat fleksibel dan
memiliki kelebihan terutama pada penerima dengan sistem seluler.ISDB-T
terdiri dari ISDB-S untuk transmisi melalui kabel dan ISDB-S untuk
tranmisi melalui satelit. ISDB-T dapat diaplikasikan pada sistem dengan
lebar pita 6,7MHz dan 8MHz. Fleksibilitas ISDB-T bisa dilihat dari mode
yang dipakainya, dimana mode pertama digunakan untuk aplikasi seluler
televisi berdefinisi standar (SDTV), mode kedua sebagai aplikasi penerima
seluler dan SDTV atau televisi berdefinisi tinggi (HDTV) beraplikasi tetap,
serta mode ketiga yang khusus untuk HDTV atau SDTV bersistem
penerima tetap. Semua data modulasi sistem pemancar ISDB-T dapat
diatur untuk QPSK dan 16QAM atau 64QAM. Perubahan mode ini bisa
diatur melalui apa yang disebut kontrol konfigurasi transmisi dan
multipleks (TMCC).
Frekuensi sistem penyiaran televisi digital dapat diterima
menggunakan antena yang disebut televisi terestrial digital (DTT), kabel
(TV kabel digital), dan piringan satelit.Alat serupa telepon seluler
digunakan terutama untuk menerima frekuensi televisi digital berformat
DMB dan DVB-H.Siaran televisi digital juga dapat diterima menggunakan
internet berkecepatan tinggi yang dikenal sebagai televisi protokol
internet (IPTV).
C. JENIS-JENIS PENYIARAN TELEVISI
Sebelum kita mengetahui jenis-jenis penyiaran televisi ada baiknya
kita ketahui telebih dahulu asal mula televisi tersebut.Televisi adalah
sebuah alat penangkap siaran bergambar.Kata televisi berasal dari kata
tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan
tampak (vision).Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
jauh.Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena
penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia.Di Indonesia sendiri
‘televisi’ secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.
JENIS-JENIS PENYIARAN.
1. Televisi analog mengkodekan informasi gambar dengan
memvariasikan voltase dan/atau frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem
sebelum Televisi digital dapat dimasukan ke analog.
Sistem yang dipergunakan dalam televisi analog adalah NTSC (National
Television System(s)) Committee, badan industri pembuat standar
yang menciptakannya.
Sistem ini sebagian besar diteraapkan di Amerika Serikat (AS) dan
beberapa bagian Asia Timur, seperti: China/Tiongkok, Jepang, Korea
Utara, Korea Selatan, Taiwan, Mongolia.
Sementara, sistem PAL (Phase-Alternating Line, phase alternation by
line atau untuk phase alternation line). Dalam bahasa Indonesia: garis
alternasi fase), adalah sebuah encoding berwarna digunakan dalam
sistem televisi broadcast, digunakan di seluruh dunia. PAL
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, yang bekerja di
Telefunken, dan pertama kali diperkenalkan pada 1967.
2. Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) adalah jenis
TV yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk
menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi.
Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV), yaitu:
standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9
(TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. Ia memiliki
resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama.
Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna
matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV
memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL yang digunakan
di Indonesia.
3. Televisi kabel adalah sistem penyiaran acara televisi lewat frekuensi
radio melalui serat optik atau kabel coaxial dan bukan lewat udara
seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antena. Selain acara
televisi, acara radio FM, internet, dan telephon juga dapat disampaikan
lewat kabel.
Sistem ini banyak dijumpai di Amerika Utara, Eropa, Australia, Asia
Timur, Amerika Selatan, dan Timur Tengah.Televisi kabel kurang
berhasil di Afrika karena kepadatan penduduk yang rendah di berbagai
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
daerah. Seperti halnya radio, frekuensi yang berbeda digunakan untuk
menyebarkan banyak saluran lewat satu kabel.Sebuah kotak penerima
digunakan untuk memilih satu saluran televisi.
Sistem televisi kabel modern sekarang menggunakan teknologi digital
untuk menyiarkan lebih banyak saluran televisi daripada sistem
analog.
4. Televisi satelit adalah televisi yang dipancarkan dengan cara yang
mirip seperti komunikasi satelit, serta bisa disamakan dengan televisi
lokal dan televisi kabel. Di banyak tempat di bumi ini, layanan televisi
satelit menambah sinyal lokal yang kuno, menghasilkan jangkauan
saluran dan layanan yang lebih luas, termasuk untuk layanan berbayar.
Sinyal televisi satelit pertama disiarkan dari benua Eropa ke satelit
Telstar di atas Amerika Utara pada tahun 1962.Satelit komunikasi
geosynchronous pertama, Syncom 2 diluncurkan pada tahun
1963.Komunikasi satelit komersial pertama di dunia, disebut Intelsat_I
(disebut juga Early Bird), diluncurkan ke orbit pada tanggal 6 April
1965.Satelit jaringan televisi nasional pertama, Orbita, dibuat di Uni
Soviet pada tahun 1967.Satelit domestik Amerika Utara pertama yang
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
memuat siaran televisi adalah geostasiun Anik 1 milik Kanada, yang
diluncurkan pada tahun 1872.
D. KHALAYAK PENYIARAN PUBLIK
Secara umum, proses komunikasi diartikan sebagai proses
terdistribusinya informasi dari komunikator kepada komunikan. Proses
ini bisa menggunakan media ataupun langsung. Bila menggunakan media,
maka komunikan disebut juga sebagai khalayak. Dalam proses komunikasi
terdapat tujuh elemen yang dapat didedah walaupun kita lebih sering
menelaah proses komunikasi melalui lima elemen utama, sesuai dengan
formula Harold Laswell, yaitu who says what in which channel with what
effects.
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
Who atau komunikator adalah sumber informasi dimana informasi
disusun dan diformulasikan menjadi pesan.Says what adalah pesan atau
teks media.Informasi adalah satuan terkecil dari pesan. Pesan dapat
diartikan sebagai kumpulan informasi yang telah diberi makna atau
tambahan analisis untuk mengurangi ketidakyakinan pihak-pihak yang
terlibat dalam suatu proses komunikasi.
In which channel adalah media. Walau sebenarnya merupakan
elemen yang berbeda, media dan komunikator biasanya disamakan,
terutama dalam proses komunikasi yang melibatkan media massa. Media
sendiri dapat diartikan sebagai teknologi dan pengorganisasian sumber
daya untuk mendistribusikan pesan, sementara komunikator adalah pihak
yang mencari, memformulasi, dan mengirimkan pesan melalui media tadi.
Teknologi media radio siaran tentu berbeda dengan media baru seperti
sebuah situs di internet. Begitu juga dengan pengorganisasian sumber
daya.
Pengorganisasian untuk media komersial yang padat modal tentu
saja berbeda dengan media publik yang visi dan tujuannya untuk
memberdayakan masyarakat. Elemen berikutnya adalah ‘to whom’, yang
juga disebut komunikan atau khalayak. ‘To whom’ adalah sasaran atau
tujuan akhir dari distribusi informasi. Akibat perkembangan peradaban
dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, posisi komunikator
dan komunikan kini semakin setara dan bisa saling bertukar peran dengan
sangat cair dan mudah.
Elemen terakhir adalah ‘with what effects’ atau efek setelah pesan
atau sekumpulan informasi diterima oleh khalayak. Efek inilah indikator
keberhasilan suatu proses komunikasi. Bila muncul kesamaan
pemahaman, bisa dikatakan proses komunikasi tersebut berhasil. Efek
sendiri memiliki spektrum yang luas, misalnya efek menurut jangka
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
waktunya, ada efek jangka panjang, menengah, dan pendek. Juga menurut
aspek kesengajaan, ada efek yang disengaja seperti dalam proses
komunikasi pembangunan, ada pula efek yang tidak disengaja, juga
terdapat efek yang diinginkan dan tidak diinginkan. Khalayak yang
semakin paham dengan hak-hak politiknya adalah efek yang diinginkan
dalam proses komunikasi yang melibatkan media penyiaran publik.
Sementara itu, efek yang tidak diinginkan adalah terpicunya
peningkatan kekerasan dan pornografi di masyarakat sebagai akibat
tayangan media yang tak pantas. Efek yang muncul di khalayak juga dapat
dilihat melalui tiga level, yaitu level personal, level kelompok-kelompok
masyarakat, dan masyarakat secara umum. Masih terdapat dua elemen
lain dalam proses komunikasi yang jarang disebut karena dianggap
merupakan elemen tambahan, yakni gangguan (noise), dan umpan-balik
(feedback).
Gangguan adalah keadaan yang menghambat atau mengganggu
proses distribusi informasi dari komunikator kepada komunikan.
Gangguan ini bisa berwujud banyak hal, mulai dari tidak jelasnya tulisan
di media cetak, suara yang tidak jelas dalam siaran radio hingga gangguan
koneksi saat mengakses internet. Intinya, semua kejadian atau keadaan
yang muncul ketika proses komunikasi berjalan dan berpotensi
mengganggu “perjalanan” informasi dari komunikator kepada khalayak
disebut sebagai “noise”.
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
Sementara itu, umpan-balik adalah respon yang diberikan
khalayak kepada komunikator ataupun media setelah informasi diterima
dan dimaknai. Umpan-balik ini bisa merupakan upaya untuk memperjelas
informasi, memperkuat informasi, atau pun memperbaiki informasi bila
dinilai salah atau kurang tepat oleh komunikan. Pada titik ini sebenarnya
elemen khalayak, efek, dan umpan-balik adalah elemen yang “menyatu”
bila khalayak itu aktif dan partisipatif dalam proses komunikasi. Khalayak
yang aktif dan partisipatif akan berusaha mewujudkan efek yang sebaik
dan semaksimal mungkin bagi dirinya dengan memberikan umpan-balik
yang sesuai dan memadai di dalam proses komunikasi.
Istilah media publik misalnya, adalah upaya untuk menyinergikan
media dengan khalayak. Pada dasarnya media publik bertujuan
menjadikan khalayak partisipatif dan terberdayakan. Jadi, bisa
disimpulkan bahwa untuk mewujudkan media publik yang baik, bukan
hanya diperlukan penataan dari sisi institusi media, tetapi juga dari sisi
khalayak dan regulasi, di mana pemahaman khalayak atas media
ditingkatkan dan regulasi yang memperkuat visi kepublikan diwujudkan.
Untuk lebih memperluas pemahaman kita tentang proses
komunikasi publik, perlu kiranya kita pahami dua definisi dari komunikasi
publik. Proses komunikasi publik sendiri memiliki dua definisi. Pertama,
komunikasi dalam publik, yaitu proses komunikasi yang berlangsung
dalam institusi masyarakat sipil. Berkomunikasi dalam wilayah
masyarakat sipil menjadikan relasi antar individu lebih dekat dalam fungsi
relasi untuk integrasi dan saling memahami, bukan untuk mencari profit
atau “menguasai” individu lain. Artinya, proses komunikasi jenis ini adalah
komunikasi yang terjadi di dalam ranah masyarakat dan dilakukan oleh
individu dalam masyarakat.
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
Motif utama dari jenis komunikasi ini adalah motif sosiokultural,
yaitu mengutamakan terciptanya relasi, mengelola konflik, dan memahami
antarkelompok di masyarakat dengan baik. Proses komunikasi yang
dilakukan oleh media komunitas atau lembaga penyiaran komunitas, juga
proses komunikasi yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat
sipil adalah jenis komunikasi publik yang pertama ini.
Kedua, proses komunikasi publik dapat bermakna proses
komunikasi untuk publik atau bervisi kepublikan. Proses komunikasi
seperti ini bisa terjadi di dua wilayah yang lain, negara dan pasar, tidak
hanya di ranah masyarakat. Negara mesti berperan di sini, antara lain
menyediakan media dan prasarana pendukung yang digunakan untuk
memberdayakan masyarakat. Untuk media penyiaran, apa yang sudah
berusaha dibentuk oleh negara, Lembaga Penyiaran Publik (LPP), yaitu
Radio Republik Indonesia (RRI) dan Televisi Republik Indonesia (TVRI)
adalah contoh terbaik proses komunikasi publik yang berusaha kita
wujudkan bersama.
Untuk media baru, kita masih menunggu strategi yang bagus dari
pemerintah, dan juga negara, untuk membuat masyarakat kita
mendapatkan haknya atas informasi dan berkomunikasi melalui
ketersediaan kanal dan teknologi informasi dan komunikasi yang
memadai, terutama bagi kelompok-kelompok masyarakat yang
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
terpinggirkan karena rendahnya kemampuan ekonomi dan politik.
Peningkatan kapasitas dan revitalisasi berbagai media publik, khususnya
Lembaga Penyiaran Publik, adalah isu yang sangat penting untuk
mewujudkan proses komunikasi publik yang dilakukan bukan oleh
masyarakat sendiri.
Dalam konteks Indonesia, khalayak media publik adalah anggota
masyarakat yang mengakses kumpulan informasi atau pesan media yang
disampaikan oleh media publik. Di negeri kita ini, secara eksplisit yang
disebut media publik adalah Lembaga Penyiaran Publik seperti yang
termuat di dalam Undang Undang nomor 32 tahun 2002 tentang
Penyiaran. Secara lebih spesifik lagi, yang dimaksud dengan Lembaga
Penyiaran Publik adalah RRI dan TVRI. Kedua institusi ini dahulu
bukanlah media publik melainkan media pemerintah yang berperan
sebagai corong penguasa.
Setelah lebih dari satu dekade, stigma tersebut masih terasa
walaupun upaya melekatkan RRI dan TVRI kepada warga atau publik
sudah mulai berhasil. Pemosisian dan revitalisasi RRI dan TVRI perlu terus
dilakukan akan terwujud media publik yang benar-benar independen dan
berguna meningkatkan kesadaran warga atas hak mereka mendapatkan
informasi dan berkomunikasi dengan sebaik-baiknya.
E. BENTUK LEMBAGA PENYIARAN
Dalam usaha membangun sistem penyiaran yang demokratis, saat
ini UU Penyiaran yang sedang dalam proses revisi, hendaknya
mengakomodasi tiga jenis penyiaran yang relevan dengan kondisi
Indonesia, yakni Penyiaran Publik, Penyiaran Swasta, dan Penyiaran
Komunitas. Masing-masing jenis lembaga penyiaran tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut.
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
1. Penyiaran Publik
Secara khusus, publik dalam istilah penyiaran publik
diposisikan dalam dua pengertian, yakni sebagai khalayak (pemirsa
atau pendengar) dan sebagai partisipan yang aktif. Pemahaman ini
terkait dengan kebebasan menyatakan pendapat, hak untuk
mendapatkan informasi, serta upaya pemberdayaan masyarakat dalam
proses menuju civil society. Sementara mengenai syarat penyiaran
publik (public service broadcasting), diantaranya adalah media yang:
a. tersedia (available) secara “general-geographis”,
b. memiliki concern terhadap identitas dan kultur nasional,
c. bersifat independen, baik dari kepentingan negara maupun
kepentingan komersil,
d. memiliki imparsialitas program,
e. memiliki ragam variasi program, dan
f. pembiayaannya dibebankan kepada pengguna media.
Definisi tersebut mengandaikan bahwa penyiaran publik
dibangun didasarkan pada kepentingan, aspirasi, gagasan publik yang
dibuat berdasarkan swadaya dan swamandiri dari masyarakat atau
publik pengguna dan pemetik manfaat penyiaran publik.Oleh karena
itu, ketika penyiaran publik dibangun bersama atas partisipasi publik,
maka fungsi dan nilai kegunaan penyiaran publik tentunya ditujukan
bagi berbagai kepentingan dan aspirasi public.
Kemudian, untuk menjawab kehadiran media penyiaran publik di
Indonesia saat ini, terdapat hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, telekomunikasi sebagai basis material.Keberadaan
media penyiaran publik bertumpu pada ranah (domain)
telekomunikasi, yaitu fasilitas transmisi signal.Setiap transmisi
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
menggunakan jalur telekomunikasi berupa gelombang elektromagnetik
yang ‘dikuasai’ negara.Regulasi penyiaran publik harus menjamin
pengelolaan spektrum gelombang tersebut dalam bingkai penguatan
publik.
Kedua, orientasi fungsi publik sebagai basis kultural.Basis
kultural dari keberadaan media penyiaran publik sebagai institusi
publik ditentukan oleh nilai bersama yang menjadi dasar
keberadaannya.Nilai dasar ini mulai dari ketentuan hukum, kebijakan
negara, serta konsensus yang tumbuh di lingkungan masyarakat
tentang orientasi dan fungsi sosial-kultural yang harus dijalankan oleh
media penyiaran publik.nilai bersama ini diharapkan dirumuskan oleh
kaum profesional penyiran publik sebagai titik awal dalam
penghayatan atas orientasi fungsional kelembagaan.
Ketiga, sistem jaringan publik. Sistem penyiaran publik pada
dasarnya berupa ranah jaringan (networks) penyiaran dan stasiun
penyiaran. Masing-masing ranah ini dapat memiliki pola orientasi
fungsional yang spesifik, serta pola hubungan institusional satu sama
lain. Rumusan kedua macam pola ini diperlukan sebagai dasar sistemik
kelembagaan penyiaran publik. Keberadaan media penyiran publik
juga ditentukan oleh dukungan sosial dan finansial.Secara kongkrit
dukungan ini diwujudkan melalui adanya stake-holder yang berfungsi
untuk mendorong dan mengawasi jalannya fungsi kultural penyiaran
publik, dan memberi dukungan sistem finansial beroperasinya
penyiaran publik.
Keempat, adanya code of conduct profesi dan institusi. Code of
conduct dimaksudkan untuk memelihara standar profesi.Biasanya
mencakup visi dan misi yang menjadi landasan dari seluruh standar
tindakan dan nilai hasil kerja kaum prefesional, bertolak dari sikap
terhadap masyarakat, dan pemaknaan atas hasil kerja dalam konteks
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
sosial. Pemaknaan hasil kerja dalam konteks sosial ini perlu
ditempatkan dalam konteks makna sosial dari media penyiaran publik.
Sebagai acuan standar tindakan profesional dan hasil kerjanya suatu
institusi memiliki dua sisi, eksternal untuk menjaga makna sosial dari
media massa, dan internal sebagai dasar dalam penilaian (evaluasi)
profesional sebagai bagian dalam sistem manejemen personalia.
Kelima, sistem kontrol fungsi publik.Untuk menjaga agar suatu
institusi dapat berjalan dalam penyelenggaraan yang bersih, perlu
dijunjung tinggi prinsip akuntabilitas terhadap stake-holder khususnya
dan publik umumnya. Akuntabilitas memiliki dua sisi, menyangkut
parameter akuntabilitas akuntasi dan menyangkut prinsip
akuntabilitas sosial untuk menjaga orientasi fungsionalnya kepada
publik.Jika pertanggung jawaban akuntansi melalui lembaga audit
(publik maupun negara), maka akuntabilitas sosial perlu
dipertanggung-jawabkan kepada stake-holder dan lembaga yang
relevan.Lewat akuntabilitas sosial ini kontrol atas fungsi publik yang
harus dijalankan oleh media penyiaran publik dapat berjalan.
Secara filosofis, urgensi kehadiran media penyiaran publik
berangkat dari kehidupan publik yang dilihat dari posisi sebagai warga
masyarakat hanya dalam dua ranah, yaitu dalam lingkup kekuasaan
dan lingkup pasar. Padahal, masyarakat memiliki ruang tersendiri
untuk berapresiasi, berkarya, berpendapat, dan bersikap terhadap
realitas yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu, munculnya
pandangan dikotomis yang mengabaikan peran dan posisi warga
negara dalam konteks hubungan sosial dan bernegara telah
mengabaikan adanya kenyataan tentang ranah publik yang diharapkan
dapat menjadi zona bebas dan netral yang di dalamnya berlangsung
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
dinamika kehidupan yang bersih dari kekuasaan dan pasar. Habermas
menyebut ranah ini sebagai ranah publik atau public sphere.
Secara garis besar, ada empat alasan mengapa lembaga
penyiaran publik itu penting dalam sistem demokrasi.
Pertama, dalam konteks kehidupan demokrasi dan penguatan
masyarakat sipil, sejatinya, publik berhak mendapatkan siaran yang
lebih mencerdaskan, lebih mengisi kepala dengan sesuatu yang lebih
bermakna dibandingkan sekedar menjual kepala kepada pemasang
iklan melalui logika rating.
Kedua, berkait dengan yang pertama, warga berhak
memperoleh siaran yang mencerdaskan tanpa adanya batasan
geografis, lebih-lebih sosio-politis. Argumen kedua ini penting karena
lembaga penyiaran swasta akan selalu berfikir dalam kerangka besaran
jumlah penduduk dan potensi ekonomi untuk membuka jaringannya.
Akibatnya, daerah-daerah yang miskin dan secara ekonomi tidak
menguntungkan tidak akan mendapatkan layanan siaran swasta.
Ketiga, penyiaran publik merupakan entitas penyiaran yang
memiliki concern lebih terhadap identitas dan kultur nasional. Jika
lembaga penyiaran swasta acapkali dituduh menjadi bagian dari apa
yang sering disebut sebagai imperalisme budaya, maka lembaga
penyiaran publik justru sebaliknya. Keberadaan lembaga penyiaran
publik penting dalam rangka menjaga identitas dan kultur nasional
yang bersifat dinamis.
Keempat, demokrasi media niscaya memerlukan lembaga
penyiaran yang bersifat independent, baik dilihat dari kepentingan
negara maupun komersial. Hal ini penting digarisbawahi karena
lembaga penyiaran yang dikontrol negara akan cenderung menjadi
ideological state aparatus, sedangkan lembaga penyiaran yang
dikontrol swasta akan mengakibatkan penggunaan logic of
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
acumulationand exclusion sebagai penentu apa dan bagaimana sesuatu
ditayangkan.
Sebagaimana nanti dapat dilihat dalam pembahasan
selanjutnya, dominasi lembaga penyiaran swasta telah membuat hanya
kelompok masyarakat tertentu yang direpresentasikan dalam media
penyiaran nasional. Demikian juga dengan tayangan yang hanya
memenuhi keinginan pasar dibandingkan dilandasi oleh usaha yang
sungguh-sungguh untuk turut serta, katakanlah, mencerdaskan
kehidupan masyarakat.
Kemudian, dalam konteks budaya, terdapat delapan prinsip
yang dibawa oleh lembaga penyiaran publik.
Pertama, geographic universality.Prinsip ini menggambarkan
bagaimana seharusnya penyelenggaraan penyiaran publik berorientasi
pada publik secara luas.Keterjangkauan siaran di seluruh lapisan
masyarakat merupakan hal penting yang harus diwujudkan.
Kedua, catering for all interest and taste.Prinsip ini mendorong
lembaga penyiaran publik memproduksi semua program yang
memenuhi kepentingan publik termasuk untuk kelompok minoritas.
Ketiga, catering for minorities. Prinsip ini menopang idealisme
lembaga penyiaran publik untuk senantiasa menaruh perhatian pada
program-program acara bagi publik minoritas misalnya menyangkut
persoalan anak-anak, rasial, atau minoritas gender. Melalui lembaga
penyiaran publik kelompok-kelompok minoritas akan memiliki ruang
berekspresi yang bermakna bagi tumbuh kembangnya wacana publik
tanpa harus tertekan oleh kepentingan kelompok elit atau mayoritas.
Keempat, detachment from vested interest and
government.Prinsip ini mengindikasikan pentingnya kemandirian
lembaga penyiaran publik dari pengaruh atau intervensi pihak luar
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
seperti pemerintah, partai politik, pemodal atau kelompok-kelompok
kepentingan lainnya.Kemandirian ini penting artinya untuk menjaga
konsistensi lembaga penyiaran publik pada kepentingan-kepentingan
publik.
Kelima, one broadcasting system to be directly founded by the
corpus of users. Berdasarkan prinsip tersebut lembaga penyiaran publik
dituntut untuk mencanangkan pendanaan langsung dan pembayaran
yang relatif universal. Sifat pendanaan demikian akan memberikan
ruang independensi yang luas bagi lembaga karena tidak perlu
bergantung pada pihak-pihak tertentu. Alternatif pendanaan yang
dimaksud dapat bersumber dari iuran penyiaran, donasi perorangan,
yayasan atau perusahaan-perusahaan juga subsidi pemerintah.
Keenam, competition in good programming rather than
numbers.Prinsip ini menegaskan teori diversity of content sekaligus
mengarahkan lembaga penyiaran publik untuk memproduksin dan
menyiarkan program-program berkualitas yang tidak hanyak
mengikuti rating dan selera pasar sebagaimana terjadi pada lembaga
penyiaran komersial.
Ketujuh, guideliness to liberate programming makers and not
restricted them. Prinsip ini menegaskan perlunya pedoman untuk
memberi kebebasan kepada pengelola lembaga penyiaran publik untuk
mebuat program-program sesuai tuntutan kreativitas, bukan malah
membatasi dengan berbagai sensor dan tekanan.
2. Penyiaran Swasta
Secara mendasar, lembaga penyiaran swasta bersifat komersial
dan menggantungkan hidupnya dari pemasukan iklan. Namun, sebagai
institusi yang mempergunakan ranah publik, ia harus terikat oleh
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
ketentuan-ketentuan di dalam peraturan perundang-undangan di
bidang penyiaran. Dalam konteks televisi swasta Indonesia,
kecenderungannya sangat sentralistik. Untuk itulah, sistem penyiaran
swasta berjaringan menjadi sebuah keniscayaan.
Alasannya, televisi swasta nasional mampu menjangkau 80%
penduduk di Indonesia.Sementara penduduk yang mempunyai akses
terhadap televisi sebesar 67%. Jadi, jumlah potensial viewers-nya
berkisar sekitar 118 juta penduduk. Ini berarti sekitar 118 juta
penduduk mempunyai akses terhadap televisi. Masing-masing televisi
sudah menjangkau antara 60 sampai dengan 99 % penduduk yang
mempunyai akses terhadap televisi. Ada dua hal yang dapat dicatat dari
sini.
Pertama, jumlah penduduk yang mampu mengakses televisi
baru separuhnya.
Kedua, di sisi lain, televisi sudah mampu menjangkau sekitar 60
sampai 90% dari mereka yang mempunyai akses. Ini sebenarnya sudah
dapat dikatakan sangat tinggi mengingat di AS saja regulasinya
mengatakan bahwa seseorang dapat memiliki stasiun televisi dalam
jumlah yang tidak terbatas, tetapi tidak boleh menjangkau lebih dari
39% television’shousehold atau nation’s TV homes.
Bila dilihat dari yang lain, maka pelaksanaan stasiun televisi
berjaringan sebenarnya adalah sebuah kesempatan (opportunity) yang
memberikan jalan dan kelonggaran bagi stasiun televisi nasional yang
saat ini siaran, baik bagi yang sudah untung besar maupun yang masih
“berdarah-darah”. Stasiun televisi berjaringan ini akan ikut
membangun berkembangnya televisi lokal, merangsang dan
membangun dinamika ekonomi dan sosial dan budaya lokal. Rumah
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
produksi lokal akan tumbuh, biro iklan lokal, lembaga “rating” lokal
juga akan tumbuh, dan lain-lain kegiatan sosial ekonomi dan budaya.
Hal semacam ini tentu saja akan mendapat dukungan ekonomi
dan sosial lokal. Posisi televisi jaringan semacam ini akan sangat kuat
posisinya di tingkat lokal karena mendapat dukungan lokal, yang pada
gilirannya menjadi stasiun televisi berjaringan yang sangat kuat secara
nasional, baik dilihat dari kaca mata sosial, budaya maupun ekonomi.
Di sini, diperlukan sebuah pemimpin stasiun televisi yang
visioner, yang sebenarnya sudah dituntun oleh Undang-undang
Penyiaran. Dalam hubungan ini, bila semua stasiun televisi nasional
melakukan transformasi seperti yang telah disebutkan di atas, maka
akan tercipta sebuah sistem penyiaran yang sehat, yang menjamin
adanya “diversity of ownership” dan “diversity of content”, yang akan
memperkuat dan memperkaya bangsa ini baik secara sosial, ekonomi,
budaya dan politik.
3. Penyiaran Komunitas
Media komunitas hadir sebagai media alternatif yang
mengusung keberagaman kepemilikan (diversity of ownership), yang
juga mendorong adanya keberagaman isi (diversity of content) dalam
program-program siaran karena melayani komunitasnya yang juga
beragam.
Kemudian, oleh karena keberagaman kepemilikan itulah,
masyarakat bisa melakukan kontrol sendiri (self controlling) terhadap
isi siaran. Pengelola lembaga penyiaran komunitas, tidak bisa
sewenang-wenang menayangkan program siaran yang tidak sesuai
dengan nilai, aturan, maupun budaya lokal.
Media komunitas pada dasarnya memainkan peran yang
hampir sama dengan media massa pada umumnya, hanya saja pada
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
wilayah (level of playing field) yang terbatas. Dibatasinya jangkauan
layanan jenis media penyiaran ini justru diharapkan dapat memberikan
layanan secara lebih spesifik dan membuka partisipasi secara lebih
sempurna kepada komunitasnya.
Semakin luas jangkauan siaran akan semakin sulit
mendapatkan partisipasi dari masyarakat, karena apapun media ini
merupakan refleksi kebutuhan komunitasnya. Dengan demikian, ada
pula fungsi kontrol sosial yang dimilikinya, fungsi menghibur, mendidik
dan menginformasikan berita yang benar-benar merefleksikan
kebutuhan komunitasnya.
Selanjutnya, dalam rangka menjawab kebutuhan kebutuhan
tersebut, empat prinsip mendasar yang harus diperhatikan dalam
penyelenggaraan penyiaran komunitas.
Pertama, berskala lokal dan mendorong partisipatif warga.
Karena tipologinya yang mendorong partisipasi warga masyarakat,
maka skala terbatas merupakan hal penting yang harus
dipertimbangkan.Dengan keterbatasan jangkauan yang dimiliki,
diharapkan dapat memberi kesempatan pada setiap prakarsa warga
komunitas untuk tumbuh dan tampil setara sejak tahap perumusan
program siaran, pengelolaan hingga kepemilikan. Untuk mampu
menjawab kebutuhan komunitasnya, penyiaran tersebut haruslah
membangun partisipasi warga masyarakatnya seluas mungkin. Ketika
kelompok masyarakat terlibat dalam proses untuk merumuskan
program dan tema siaran, maka dari proses tersebut telah
mengindikasikan terbangunnya proses yang demokratis. Semakin
banyak yang terlibat–dengan proses yang tepat–akan membangun
keragaman dalam berbagai konteks dan semakin menumbuhkan
proses yang partisipatif. Dari sisi ini, media tersebut dapat menjadi alat
bagi terciptanya proses partisipasi dalam masyarakat.
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
Kedua, teknologi siaran yang dipergunakan sesuai dengan
kemampuan ekonomi komunitas dan bukan bergantung pada campur
tangan pihak luar.Untuk membangun sense of belonging yang tinggi,
partisipasi masyarakat dalam hal penyediaan peralatan sesuai dengan
kemampuannya merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan
meskipun bukan tidak mungkin sumber pembiayaan dari luar
komunitas. Jika sumber daya infastruktur berasal dari luar komunitas,
maka perlu pendekatan yang tepat agar tidak menimbulkan
permasalahan di kemudian hari. Seringkali, peralatan yang
didatangkan dan didukung pihak luar menimbulkan masalah saat
terjadi kerusakan, yakni keengganan warga masyarakat untuk
memperbaikinya. Sebaliknya, dengan pembiayaan yang keluar dari
pembiayaan warga secara kolektif, akan mendapat dukungan penuh
dari warga masyarakat manakala terjadi kerusakan pada peralatan
tersebut. Pada sisi lain, seringkali pengelola terjebak pada keinginan
memiliki peralatan yang mutakhir dan canggih sehingga memaksakan
diri untuk membeli peralatan tersebut melalui dana sendiri yang pada
gilirannya memunculkan konflik ”kepemilikan” diantara pengelola
tersebut.
Ketiga, didorong oleh misi kebaikan bersama komunitas dan
bukan mencapai tujuan keuntungan uang.Sejak awal, penyiaran
komunitas harus mendeklarasikan misinya kepada masyarakat,
termasuk operasionalisasinya yang mengandalkan semangat
kesukarelawan penyiar dan pengelolanya. Jika tidak, maka akan sulit
untuk menjaga semangat tersebut yang telah dimunculkan sedari awal
pendirian.
Keempat, mengemukakan masalah-masalah bersama untuk
dicarikan solusinya sehingga mendorong keterlibatan aktif komunitas
dalam upaya perubahan sosial-politik. Sebagai media milik bersama
TP4 SMK NEGERI 1 PUNGGING
Oc
to
be
r 2
3,
20
13
(masyarakat), persoalan-persoalan bersama yang ada di masyarakat
layak disiarkan dan diadvokasi. Ketika persoalan-persoalan tersebut
diangkat, maka harapannya semakin banyak warga masyarakat yang
concern dengan persoalan bersama (karena mendengar dan
mengetahuinya sehingga mendorong kesadaran akan pentingnya
masalah tersebut diselesaikan), dan pada gilirannya semakin
memperluas keterlibatan warga masyarakat dari berbagai lapisan yang
ada di wilayah tersebut. Kondisi demikian akan mendorong terjadinya
perubahan iklim sosial politik ditingkat lokal.
.