-
ISBN : 978-602-0951-13-3
Tema Inovasi Dan Hilirisasi Hasil Penelitian
Untuk Kesejahteraan Masyarakat
Subtema Ekonomi dan Manajemen
Surabaya, 27 Nopember 2016
-
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL
Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Surabaya
SEMNAS PPM 2016
Buku 4
Tema Inovasi Dan Hilirisasi Hasil Penelitian
Untuk Kesejahteraan Masyarakat
Subtema Ekonomi dan Manajemen
Surabaya, 27 November 2016
Penerbit :
Fakultas MIPA Universitas Negeri Surabaya
-
TIM EDITOR I Wayan Susila Suroto Tukiran
DESIGN LAYOUT
Agus Prihanto
PENYUNTING Bayu Agung Prasodi Biyan Yesi Wilujeng Ainul Khafid Andika Pramudya Wardana Yudo Chandrasa Wirasadewa
TIM REVIEWER
Darni A. Grummy Wailanduw Andre Dwijanto Witjaksono Titik Taufikurohmah Najlatun Naqiyah
Diterbitkan oleh : FAKULTAS MIPA - UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Gedung D-1 UNESA Kampus Ketintang Jln. Ketintang Surabaya - 60231 Telp. 031-8280009 Email : [email protected] Cetakan Pertama Nopember 2016
ISBN :
Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
mailto:[email protected]
-
i
SAMBUTAN KETUA PANITIA PADA SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2016
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Bismillahir rohmannir rohiim
Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokhatuh
Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua
Yth. Bapak Rektor Universitas Negeri Surabaya, Bapak Prof. Dr. Warsono, M.S.
Yth. Ibu Wakil Rektor Bidang Akademik, Ibu Dr. sc. agr. Yuni Sri Rahayu, M.Si.
Yth. Bapak Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Bapak Drs. Tri Wahatnolo, M.Pd, M.T.
Yth. Bapak Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Bapak Dr. Ketut Prasetyo, M.S.
Yth. Bapak Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Perencanaan, Bapak Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M.Litt.
Yth. Bapak Prof. Ocky Karna Radjasa, M.Sc., Ph.D, Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(DRPM), Kemenristekdikti, selaku narasumber
Yth. Bapak Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd, pemerhati pendidikan dan sekaligus narasumber
Yth, Bapak Tritan Saputra, S.T., M.H. Ketua Komite Tetap Pengembangan Usaha Elektronika Bidang Industri
Kreatif dari KADIN Jatim sekaligus sebagai narasumber
Yth. Bapak Ibu para Dekan selingkung Unesa,
Yth. Bapak Direktur Pascasarjana Unesa,
Yth. Bapak Ketua LP3M Unesa,
Yth. Bapak Ketua dan Sekretaris LPPM Unesa, dan
Bapak ibu semua kepala dan sekretaris pusat di LPPM Unesa, serta bapak ibu peserta Seminar Nasional Hasil
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2016 yang diselenggarakan di Best Western
Papilio Hotel, Jl. A. Yani, Surabaya, yang berbahagia dan saya banggakan.
Pertama-tama, marilah kita senantiasa mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga kita semua bisa berkumpul di ruangan ini dalam keadaan sehat wal
afiat dan tak kurang suatu apapun.
Bapak Rektor, ibu bapak Wakil Rektor, bapak ibu pimpinan fakultas dan direktur pascasarjana serta pimpinan
unit kerja lainnya selingkung Unesa serta bapak ibu hadirin peserta seminar yang saya hormati,
Kegiatan Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2016 (SEMNASPPM
2016) ini merupakan kegiatan yang secara rutin diselenggarakan oleh LPPM Unesa Surabaya yang biasanya jatuh
pada bulan Oktober atau Nopember tiap tahunnya. Kegiatan Seminar Nasional kali ini dilakukan dengan
mengusung tema: Inovasi dan Hilirisasi Hasil Penelitian untuk Kesejahteraan Masyarakat. Adapun tema
pokok tersebut dapat dijabarkan menjadi sub tema, yaitu: 1) Inovasi Pendidikan, 2) Konservasi, Sains dan
Teknologi, 3) Kualitas Hidup dan Pengembangan Sumber Daya, 4) Seni, Budaya, dan Kemasyarakatan,
dan 5) Ekonomi dan Manajemen. Dengan diversitas subtema yang diangkat ini, maka kegiatan seminar ini
diharapkan dapat memberikan banyak wahana, wacana, dan warna pengetahuan dan keilmuan yang lain dan yang
baru sehingga dapat memberikan stimuli untuk berkreasi dan berkarya bagi para dosen dan/atau peneliti ataupun
profesi lainnya baik di lingkup kemenristekdikti dan/ataupun lingkup lainnya.
Bapak Rektor, ibu bapak Wakil Rektor, bapak ibu pimpinan fakultas dan bapak direktur pascasarjana serta
pimpinan unit kerja lainnya selingkung Unesa serta bapak ibu hadirin peserta seminar yang saya muliakan,
Untuk dapat mencapai dan sekaligus memperkaya wahana, wacana, dan warna pengetahuan dan keilmuan yang
baru tersebut, kami telah mengundang para narasumber yang sangat berkompeten, yaitu bapak Prof. Ocky Karna
Radjasa, M.Sc., Ph.D., bapak Prof. Dr. Muchlas Samani, M.pd., dan bapak Tritan Saputra, S.T.,M.H., dimana
diantara mereka sudah berada ditengah-tengah kita. Dengan kompetensi, kepakaran dan pengalaman dari masing-
masing narasumber, tentu kami sangat yakin akan banyak wacana dan warna informasi penting lainnya yang kita
dapatkan hari ini yang tentu pula sangat bermanfaat untuk pengembangan ilmu dan tingkat profesionalitas kita
sebagai seorang dosen dan/ataupun peneliti atau profesi lainnya.
Bapak Rektor, ibu bapak Wakil Rektor, bapak ibu pimpinan fakultas dan direktur pascasarjana serta pimpinan
unit kerja lainnya selingkung Unesa serta bapak ibu hadirin peserta seminar yang saya banggakan,
Perkenankan pada kesempatan ini, kami melaporkan bahwa peserta Seminar Nasional Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat tahun 2016 ini dihadiri oleh sekitar 219 orang, yang terdiri dari 3 narasumber, 13
undangan, 149 pemakalah yang terdiri dari 64 pemakalah oral, dan sisanya pemakalah poster, serta 25 orang
-
ii
panitia. Sesungguhnya, pada satu dua minggu terakhir menjelang hari pelaksanaan seminar ini masih banyak
dosen/peneliti atau mahasiswa yang berkeinginan kuat untuk mengirimkan abstrak dan sekaligus sebagai
pemakalah. Namun, karena keterbatasan tenaga dan pikiran kami, dengan amat terpaksa dan sangat menyesal kami
harus menutupnya. Untuk itu, kami mohon maaf.
Selanjutnya, kami berharap kegiatan Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat tahun
2016 ini dapat berlangsung dengan baik, lancar dan sukses. Kami juga mengharapkan partisipasi peserta seminar
ini untuk aktif menggunakan momentum dan event ini guna memperoleh banyak wahana, wacana, dan informasi
lain yang sangat bermanfaat dan tentu ikut memperlancar kegiatan seminar nasional ini. Event seminar nasional
ini tentu menjadi ajang silaturahmi bagi bapak ibu semua sekaligus memberikan ruang dan wadah untuk saling
bertukar pikiran dan informasi yang saling menguntungkan serta memberikan kesempatan membangun dan
menjalin kerjasama di antara kita ke arah yang lebih.
Pada kesempatan ini pula, mohon dengan hormat bapak Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. berkenan untuk
memberikan sambutan dan arahan terkait tema dalam kegiatan seminar ini dan sekaligus berkenan membuka
secara resmi acara seminar nasional ini.
Demikian, bapak ibu hadirin semua yang bisa saya sampaikan dan laporkan, mohon maaf atas segala kekurangan
dan kesalahan.
Wa billahi taufik wal hidayah war ridho wa innayah
Wassalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokhatuh
Maturnuwun
Surabaya, 27 November 2016
Ketua Pelaksana
Prof. Dr. Tukiran, M.Si.
-
iii
SAMBUTAN REKTOR PADA SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2016
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Assalamu alaikum wr, wb.
Teriring ungkapan rasa puji syukur kehadirat Allah SWT, pagi hari ini kita bertemu dalam kegiatan yang sangat
bermanfaat bagi perjalanan dan kemajuan bangsa ini yaitu Seminar Nasional hasil penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat Universitas Negeri Surabaya tahun 2016. Kegiatan ini terlaksana berkat rahmat dan hidayah
dari Allah Swt.
Para peserta seminar yang saya hormati,
Salah satu tujuan dari perguruan tinggi adalah menjamin agar mutu pembelajaran, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat mencapai target sesuai yang ditetapkan oleh Standar Nasional Perguruan Tinggi. Terdapat 8
Standar nasional perguruan tinggi dibidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yaitu standar hasil,
standar isi, standar proses, standar penilaian, standar peneliti dan pelaksana pengabdian, standar sarana dan
prasarana, standar pengolahan, dan standar pendanaan dan pembiayaan. Delapan standar tersebut merupakan
pedoman dan sekaligus target capaian yang harus diupayakan oleh perguruan tinggi yang disesuaikan dengan visi
dan misi masing masing perguruan tinggi.
Standar hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat bermuara pada pengembangan IPTEK yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan daya saing bangsa. Untuk mencapai hal tersebut, harus diketahui akar
permasalahan dan dan dicarikan peluang serta pemecahannya. Tugas seorang peneliti dan pelaksana pengabdian
kepada masyarakat adalah menggali, mengidentifikasi, dan menganalisis akar permasalahan tersebut dengan
didasarkan kepakaran yang dimilikinya serta berkolaborasi dengan stakeholder terkait.
Seorang peneliti perlu memiliki kecerdasan dalam memetakan tipologi, karakteristik setiap kelompok masyarakat
serta memiliki kemampuan memprediksi dampak yang ditimbulkan dari setiap pelaksanaan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena setiap wilayah dan kelompok masyarakat memiliki karakteristik yang
berbeda maka diperlukan treatment yang berbeda pula. Wilayah Indonesia memiliki potensi yang luar biasa baik
dari sumber daya alam, budaya, dan manusia. Potensi tersebut sangat memungkinkan untuk diberdayakan menjadi
sebuah kekuatan yang dahsyat untuk membangun bangsa dan menyejahterakan masyarakat. Formula yang
ditawarkan adalah inovasi, kreatif, dan produktif berbasis kajian ilmiah dalam bentuk empiris dan pemodelan.
Sehingga hasil penelitian aplikatif dan solutif, tidak hanya menjadi koleksi, tetapi bernilai dan bermanfaat langsung
pada masyarakat. Program hilirisasi hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dicanangkan
pemerintah perlu mendapat dukungan penuh. Kehadiran para peneliti dan pengabdian kepada masyarakat sudah
sangat ditunggu oleh warga bangsa ini.
Dilain pihak, sebagai sebuah lembaga tinggi techno park bagi Universitas Negeri Surabaya bukan hanya sebuah
mimpi tetapi merupakan target dan sasaran yang harus diupayakan agar bisa menjadi perguruan tinggi berkelas
dunia. Berbekal keahlian dan kepakaran yang terus dikembangkan para dosen-dosen Unesa berangsur mampu
mencetak interpreneurship di dalam dan diluar lingkungan kampus.
Seiring harapan tersebut sangat tepat jika seminar ini mengambil tema Inovasi dan hilirisasi hasil penelitian untuk
kesejahteraan masyarakat. Untuk lebih mengoptimalkan dan operasional tema tersebut ditetapkan sub tema
seminar tahun ini adalah sebagai berikut: 1) Inovasi pendidikan, 2) Konservasi, sains, dan teknologi, 3) Kualitas
hidup dan sumber daya, 4) Seni, budaya, dan kemasyarakatan, 5) Ekonomi dan manajemen. Kiranya dengan 5 sub
tema tersebut dapat memberikan kontribusi Universitas Negeri Surabaya terhadap pembangunan bangsa dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Bapak, Ibu peserta seminar yang saya hormati.
Selamat berseminar dan semoga sukses. Semoga kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas bapak ibu sekalian
mendapat balasan dari Allah Swt, yang berlipat lipat dikemudian hari.
Wassalamu alaikum wr. wb.
Surabaya, 27 November 2016
Rektor
Universitas Negeri Surabaya
-
iv
-
v
SUSUNAN PANITIA SEMINAR NASIONAL
HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT 2016
LPPM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Pelindung : Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor)
Penasihat : 1. Dr. rer.nat. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (WR Bid.Akademik)
2. Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (WR Bid. Umum Keuangan)
3. Dr. KetutPrasetyo, M.S. (WR Bid. KemahasiswaandanAlumni)
4. Prof. DjodjokSoepardjo, M. Litt. (WR Bid. Kerjasama)
PenanggungJawab : Prof. Dr. Ir. I WayanSusila, M.T.
Ketua : Prof. Dr. Tukiran, M.Si.
Wakil : Drs. Suroto, M.A., Ph.D.
Sekretaris : 1. Dr. NajlatunNaqiyah, M.Pd.
2. Dr. Nurkholis, M.Kes.
Bendahara : 1. Dr. Rindawati, M.Si.
2. ZulaikhahAbdullah, S.E.
Kesekretariatan : 1.Dra. Ec. Nurmika Simanullang, M.Pd.
2. IkaPurnamaWati, A.Md.
I T : 1. Wiyli Yustanti, S.Si., M.Kom.
2. Agus Prihanto, S.Kom, M.T.
Dana/Akomodasi : 1. Dr. Grummy W., M.T.
2. SitiNurulHidayati, S.Pd.,M.Pd.
Dokumentasi : Moch. Suyanto
NaskahdanProsiding : 1. Dr. Andre W., M.Si.
2. Dr. TitikTaufikurrohmah, M.Si.
Humas/Publikasi : 1. Prof. Dr. Darni, M.Hum.
2. Drs. BudihardjoA.H., M.Pd.
Acara/Sidang/Narasumber : 1. Prof. Dr. Hj. SitiMaghfirotunAmin, M.Pd.
2. Dian Savitri, S.Pd.,M.Pd.
Umum/Perlengkapan : 1. Amalia Rachel Manoppo, S.H.
2. Parni
Konsumsi : 1.NurHartatik, S.E.
2. Yulia Sukmawati, S.Pd .
-
vi
-
vii
DAFTAR ISI
SAMBUTAN KETUA PANITIA ............................................................................................................................ i
SAMBUTAN REKTOR ........................................................................................................................................ iii
SUSUNAN PANITIA SEMINAR NASIONAL ..................................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................... vii
Studi Eksplorasi Pada Intensi Kewirausahaan: Sebuah Perspektif Wanita Wirausaha Di Surabaya ...................... 1
Anik Lestari Andjarwati1, Nindria Untarini2*), dan Haris Balady3 ...................................................................... 1
Realisasi Penerimaan Dana Zakat di Indonesia: Sebuah Pendekatan Inklusi Keuangan ...................................... 11
Clarashinta Canggih1*), Khusnul Fikriyah2, Ach. Yasin3 .................................................................................. 11
Implementasi Pengukuran Kualitas Corporate Governance pada Perusahaan di Indonesia .................................. 15
Musdholifah1*), Ulil Hartono2 ........................................................................................................................... 15
Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Penerbitan Sukuk dan Besaran Bagi Hasil Sukuk Ritel Pemerintah
.............................................................................................................................................................................. 21
Prayudi Setiawan Prabowo1*), Rachma Indrarini2 ............................................................................................. 21
Identifikasi Kemampuan Strategi Bersaing dalam Upaya Peningkatan Kinerja UMKM di Gerbangkertasusila
Jawa Timur............................................................................................................................................................ 25
Purwohandoko1, Yuyun Isbanah2*), Prayudi Setiawan Prabowo3 ..................................................................... 25
Pelabelan Produk Olahan Ikan: Sebuah Studi untuk Peningkatan Daya Saing UMKM ....................................... 31
Rosa P. Juniarti1*), Rahayu D. S.Y. Mende2 ...................................................................................................... 31
Eksplorasi Kolaborasi Antar UKM dalam Membangun Toko Online Bersama ................................................... 37
Sri Setyo Iriani1*), Sanaji2, Hujjatullah Fazlurrahman 3 ..................................................................................... 37
Upaya Peningkatan Ketrampilan Pembuatan Sabun Detergen dan Laporan Keuangan Sederhana Melalui IPTEK
Bagi Wirausaha Jasa Laundry di Sidoarjo ............................................................................................................ 43
Susanti1*), Joni Susilowibowo2, Atik Wintarti3 ................................................................................................. 43
Pemberdayaan Sociopreneurship Masyarakat Nelayan (Studi pada UKM Crispy Ikan Sunduk Kabupaten
Lamongan) ............................................................................................................................................................ 51
Jun Surjanti1*), Dian Anita Nuswantara2 ........................................................................................................... 51
-
viii
-
1
Studi Eksplorasi Pada Intensi Kewirausahaan: Sebuah Perspektif
Wanita Wirausaha Di Surabaya
Anik Lestari Andjarwati1, Nindria Untarini2*), dan Haris Balady3 1 Jurusan Manajemen, Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya.
Email:[email protected] 2 Jurusan Manajemen, Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya.
E-mail:[email protected] 3 Jurusan Manajemen, Universitas Negeri Surabaya, Kota Surabaya.
E-mail:[email protected]
*) Alamat Korespondesi: Email: [email protected]
ABSTRACT
Some researchers argue that entrepreneur career choice for women is lower than men. Low desire a career as
an entrepreneur in women is unfortunate. The next question that arises is how to increase entrepreneurial
intentions in a woman as their career choice. Therefore, the intention may be used as a basic approach that makes
sense to understand anyone who would become entrepreneurs. Some researchers have argued that the
encouragement career being an entrepreneur can be predicted based on perceived desirability, propensity to act,
entreprenurial self-efficacy, and social enviroment. The purpose of this study was to explore women's perceptions
about the factors that shape the entrepreneurial intentions and how the role of these factors in influencing the
intention of entrepreneurship among women who live in Surabaya.
Focus group interviews are used in empirical research, where results found is perceived desirability,
propensity to act, entrepreneurial self-efficacy, and social environment capable of encouraging entrepreneurial
intentions in women. However, the intention of entrepreneurship can also be formed through openness to
experience, situation variable, need for autonomy, and economic approach. This study should contribute and
serve as a guide for next researcher in developing entrepreneurial intention models which can lead to the
formation of entrepreneurial behavior.
Key Words: Perceived desirability, propensity to act, self-efficacy entrepreneurial, social environment,
entrepreneurial intentions
ABSTRAK
Beberapa peneliti mengemukakan bahwa pilihan karir berwirausaha pada wanita lebih rendah dibanding
dengan laki-laki. Rendahnya keinginan berkarir sebagai wirausaha pada diri wanita sangat disayangkan.
Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah bagaimana meningkatkan intensi wirausaha dalam diri wanita
sebagai pilihan karir mereka. Oleh karena itu, intensi dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal
untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa dorongan
berkarir menjadi wirausaha dapat diprediksi berdasarkan persepsi atas tingkat kemenarikan karir (career
attractiveness), tingkat kelayakan (feasibility) dan keyakinan atas efikasi diri (self-efficay beliefs) untuk memulai
usaha dan juga faktor lingkungan social. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi persepsi wanita
tentang faktor-faktor yang mampu membentuk intensi kewirausahaan dan bagaimana peran faktor-faktor tersebut
dalam mempengaruhi intensi kewirausahaan pada wanita yang berdomisili di Surabaya.
Focus group interview digunakan dalam penelitian empiris ini, dimana hasil yang ditemukan adalah
perceived desirability, propensity to act, self-efficacy entrepreneurial, dan lingkungan social mampu mendorong
intensi kewirausahaan pada wanita. Namun, intensi kewirausahaan juga dapat dibentuk melalui openness to
experience, variabel situasi, need for autonomy, dan pendekatan ekonomi. Penelitian ini seharusnya berkontribusi
dan berfungsi sebagai panduan untuk penelitian selanjunya dalam mengembangkan model intensi kewirausahaan
yang mana dapat berlanjut pada pembentukan perilaku kewirausahaan.
Keywords: perceived desirability, propensity ti act, entrepreneurial self efficacy, social environment, intensi
kewirausahaan, perilaku kewirausahaan
1. PENDAHULUAN
Beberapa peneliti mengemukakan bahwa
pilihan karir berwirausaha pada wanita lebih rendah
dibanding dengan laki-laki1. Rendahnya intensi
berwirausaha pada wanita karena mereka memiliki
tingkat keyakinan atas kemampuan dirinya yang
rendah. Wanita cenderung menghindari membuka
bisnis sendiri karena mereka merasa kurang memiliki
kemampuan bisnis yang diperlukan2. Pakar lain
berpendapat bahwa beberapa kesan stereotip
disebabkan wanita bertanggung jawab dalam
mendukung keharmonisan keluarga dan membesarkan
anak-anak, kondisi ini berdampak negatif pada intensi
mailto:[email protected]
-
2
berwirausaha wanita3 dan hal ini didukung dengan
kondisi di Indonesia sendiri dimana masyarakat
beranggapan bahwa wanita lebih cocok bekerja di
kantor atau menjadi ibu rumah tangga.
Rendahnya keinginan berkarir sebagai
wirausaha pada diri wanita sangat disayangkan.
Padahal wanita sebagai salah satu motor penggerak
pembangunan dan mewujudkan keluarga sejahtera.
Pertanyaan yang muncul selanjutnya adalah
bagaimana meningkatkan intensi wirausaha dalam diri
wanita sebagai pilihan karir mereka. Intensi telah
terbukti menjadi prediktor yang terbaik bagi perilaku
kewirausahaan. Oleh karena itu, intensi dapat
dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal
untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi
wirausaha4.
Beberapa peneliti mengemukakan bahwa
dorongan berkarir menjadi wirausaha dapat diprediksi
berdasarkan persepsi atas tingkat kemenarikan karir
(career attractiveness), tingkat kelayakan (feasibility)
dan keyakinan atas efikasi diri (self-efficay beliefs)
untuk memulai usaha5. Di sisi lain, minat karir dapat
dibentuk melalui pengaruh keluarga dan pendidikan6
dan pengalaman kerja pertama5. Disamping itu,
faktor lingkungan sosial seperti peraturan legal dan
dukungan pemerintah merupakan faktor penting dalam
mempengaruhi intensi berwirausaha7. Scholars
mengindikasikan bahwa faktor lingkungan sosial
merupakan variabel yang mendorong berwirausaha
yang dikaitkan dengan sikap individu8 .
Teori umum yang digunakan untuk mengukur
intensi kewirausahaan adalah Entrepreneurial Event
Model (EEM) oleh Shapero & Sokol dan Theory of
Planned Behavior (TPB) oleh Ajzen. Kolvereid
mendemonstrasikan bahwa kerangka yang dibangun
Ajzen adalah model yang solid untuk memperkirakan
dorongan untuk berwirausaha9. Dorongan adalah
anteseden dari perilaku, dimana terkandung tiga
variabel yaitu attitude toward the behavior, subjective
norm, dan perceived behavior control10. Sedangkan,
intensi kewirausahaan dibentuk dari perceived
desirability, perceived feasibility, dan propensity to
act10.
Secara umum permasalahan penelitian ini
adalah determinan apa yang sebenarnya mendorong
wanita untuk memilih dan memutuskan berwirausaha
sebagai pilihan karir mereka mengingat pentingnya
kewirusahaan bagi kesejahteraan ekonomi dan sosial.
Dengan mengetahui karakteristik dan pola pikir wanita
serta faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
wanita dalam berwirausaha diharapkan dapat dibuat
model perilaku kewirausahaan bagi wanita dengan
memasukkan berbagai aspek yang mempengaruhi
terbentuknya perilaku kewirausahaan dengan
mendasarkan pada alasan-alasan pemilihan karier yang
berbeda dan pelatihan kompetensi yang berbeda.
Ketika alasan pemilihan karier dan kompetensi yang
dibutuhkan wanita distimulasi, maka karakteristik
entrepreneurship dapat dikembangkan dengan baik
pada wanita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi
karakteristik wanita yang berkeinginan memilih
wirausaha sebagai pilihan karirnya dan menghasilkan
proposisi yang menunjukkan relasi faktor-faktor yang
mempengaruhi intensi wanita dalam berwirausaha
sebagai embrio model konsepsi dalam mendorong
intensi kewirausahaan dengan mengintegrasikan
konsep model intensi kewirausahaan dari Ajzen dan
Shapero & Sokol yang ditambah dengan faktor
lingkungan sosial.
1.1 Intensi Kewirausahaan
Keyakinan memainkan peran penting dalam
memahami apa yang terjadi di dalam pola pikir
seseorang dan dianggap sebagai relevan dalam
pengetahuan baru, bagaimana kita memproses
rangsangan dan informasi, dan akhirnya, bagaimana
kita menyimpan dan struktur pengetahuan yang
dihasilkan. Jika kita gagal untuk menganalisis
keyakinan, maka kita tidak akan dapat memahami
kewirausahaan karena di balik tindakan kewirausahaan
adalah niat kewirausahaan; balik niat kewirausahaan
dikenal sikap kewirausahaan; dibalik sikap
kewirausahaan adalah struktur kognitif; di belakang
struktur kognitif yang mendalam adalah keyakinan
yang mendalam. Sejak niat mampu membantu untuk
memprediksi perilaku masa depan, pemahaman
kewirausahaan akan mengharuskan bahwa seseorang
perlu memahami niat11. Ketika perilaku sulit untuk
diamati, niat menawarkan wawasan penting ke dalam
proses yang mendasari seperti pengakuan
kesempatan11. Dengan demikian, niat model
menawarkan kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan kita untuk menjelaskan dan memprediksi
aktivitas kewirausahaan. Nniat kewirausahaan sebagai
komitmen seseorang untuk memulai bisnis baru12.
Ketika seseorang memiliki niat tertentu maka ia yakin
bahwa perilakunya sesuai dengan tujuan dalam
mencapai niatnya13. Intensi berwirausaha diukur
dengan skala entrepreneurial intention14 dengan
indikator memilih jalur usaha daripada bekerja pada
orang lain, memilih karir sebagai wirausahawan, dan
perencanaan untuk memulai usaha.
1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensi
Kewirausahaan
Teori planned behavior dikembangkan untuk
melihat proses dimana individu memutuskan, terikat
pada tindakan tertentu. Teori planned behavior (TPB)
adalah kelanjutan dari teori reasoned action (TRA)
yang memasukkan pengukuran dalam control belief
dan perceived behavioral control. Teori planned
behavior dikembangkan untuk melihat proses dimana
individu memutuskan, terikat pada tindakan tertentu
sehingga kerangka yang dibangun Ajzen adalah model
yang solid untuk memperkirakan dorongan untuk
berwirausaha.
Model Entrepreneurial Event milik Shapero
merupakan implikasi dari model intensi yang
-
3
dispesifikasikan pada ruang lingkup wirausaha
(entrepreneurship). Dalam Entreprenurial Event,
intensi untuk memulai suatu bisnis (wirausaha) akan
muncul didukung oleh adanya persepsi atas keinginan
(perceptions of desirability), persepsi atas
kemungkinan (perceived feasibility) serta
kecenderungan bertindak (propensity to act). Model
entrepreneurial event ini menunjukkan bahwa niat
kewirausahaan dapat diprediksi dari ketertarikan,
kelayakan dan kecenderungan untuk bertindak11.
Model ini menjelaskan bahwa kegiatan kewirausahaan
dapat timbul dari rasa ketertarikan seseorang pada
tindakan memulai bisnis, memiliki persepsi bahwa
mereka merupakan pribadi yang mampu untuk
memulai bisnis dan memiliki kecenderungan untuk
bertindak atas keputusan sendiri.
Pada model Azjen and model Shapero,
mempertimbangkan efikasi diri (self-efficacy) sebagai
pengganti dari feasibility. Adanya tumpang tindih di
antara dua model niat kewirausahaan pada dua elemen
yaitu konstruk persepsi atas keinginan (perceived
desirability) oleh Shapero dan Sokol dinyatakan setara
dengan konstruk sikap berperilaku (attitude toward
behavior) dan norma sibjektif (subjective norm) oleh
Ajzen. Sedangkan, persepsi atas keinginan (perceived
feasibility) oleh Shapero dan Sokol dinyatakan sama
dengan kontrol perilaku yang dirasakan (perceived
behavior control) oleh ajzen atau konsep efikasi diri
(self efficacy)15. Dari beberapa pernyataan tersebut,
maka peneliti menyimpulkan bahwa konstruk sikap
berperilaku dan norma subjektif dari model Ajzen
memiliki kesamaan makna dengan konstruk persepsi
atas keingan dari model Shapero. Sedangkan, konstruk
kontrol persepsi atas kemungkinan dari model Shapero
memiliki kesamaan makna dengan konstruk control
perilaku yang dirasakan dari model Ajzen atau konsep
efikasi diri dari model Krueger & Brazeal; Linan,
Urbano & Guerrero. Persepsi atas keinginan
berwirausaha, kecenderungan bertindak, maupun
efisikasi diri atas kemudahan berwirausaha yang
dirasakan timbul dari dalam diri seseorang (personal).
Padahal dorongan intensi berwirausaha dapat
dikembangkan melalui beberapa aspek, salah satunya
adalah faktor lingkungan. Karena faktor lingkungan
juga diprediksi memiliki dampak pada eberhasilan
berwirausaha. Faktor lingkungan seperti modal,
informasi, jaringan, maupun peraturan legal dan
dukungan pemerintah juga sangat membantu dalam
mendorong intensi berwirausaha.
2. METODE
Metode penelitian ini meliputi pemilihan desain
dan rancangan penelitian, metode pengumpulan data,
cara pemilihan peserta kelompok focus, serta analisis
data. Berikut penjelasan dari masing-masing metode
penelitian sebagai berikut:
2.1 Desain dan Rancangan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami
faktor-faktor yang menentukan intensi kewirausahan,
yang dilakukan dengan cara ekplorasi.
Pada proses pengumpulan data ada beberapa
alternatif yang dapat dipilih dalam desain penelitian
berbentuk ekploratori dengan rancangan penelitian
kualitatif. Penelitian eksploratori bertujuan untuk
merumuskan masalah yang lebih presisi,
mengidentifikasi alternative keputusan, menentukan
variabel dan hubungan antar variabel untuk diuji lebih
lanjut, mencari ide untuk mengembangkan pendekatan
masalah, dan menetapkan prioritas untuk riset
selanjutnya16.. Penelitian ini bertujuan untuk
membentuk preposisi dari hubungan antar variabel
yang mana akan dilakukan uji lebih lanjut sehingga
dapat diperoleh model intensi kewirausahaan yang
lebih presisi.
2.2 Metode Pengumpulan data
Ada beberapa alternatif teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam studi kualitatif, yaitu
wawancara yang mendalam, kelompok focus, teknik
proyeksi, dan analisis kiasan17. Penelitian ini
menggunakan kelompok focus dan wawancara
mendalam. Focus group interview dilakukan dengan
mewawancara sejumlah para pelaku bisnis, yang
terbagi menjadi tiga (3) kelompok focus. Masing-
masing kelompok focus berjumlah sepuluh (10) orang
yang bersifat homogen. Setiap kelompok focus akan
dipandu oleh seorang moderator. Moderator dalam hal
ini adalah tim peneliti sendiri. Kegiatan wawancara
dengan kelompok focus ini berlangsung kurang lebih
selama dua (2) jam. Dimana, setiap kelompok focus di
awal pertemuan diminta untuk mendekripsikan dirinya
sendiri didasarkan demografi, pola pikir dan kondisi
ekonomi. Selanjutnya, kelompok focus diminta untuk
memberikan pandangan tentang faktor-faktor yang
membentuk intensi kewirausahaan dan bagaimana
intensi tersebut dapat digunakan sebagai predictor
dalam membentuk perilaku. Kuesioner digunakan
sebagai instrument penelitian oleh moderator dalam
mengarahkan pertanyaan kepada kelompok focus.
Agar apa yang disampaikan kelompok focus dapat
diingat kembali, maka tim peneliti mencatat dan
merekam setiap diskusi pembicaraan antara kelompok
focus dengan moderator. Dengan adanya focus group
interview ini diperoleh tentang gambaran informasi
lebih rinci tentang faktor-faktor yang membentuk
kelompok focus dalam berwirausaha dan bagaimana
intensi mampu memprediksi perilaku kewirausahaan,
kelompok fokus lebih memiliki kebebasan berekspresi
karena berada pada kondisi yang sama, dan kecepatan
waktu penelitian.
2.3 Pemilihan Populasi
Ada berbagai cara untuk merekrut peserta
kelompok fokus. Pemilihan dapat dilakukan dengan
menggunakan daftar yang ada, pemilihan secara acak,
melalui kontak person dengan aplikasi terbuka,
misalnya surat kabar harian atau mereka bisa menjadi
non-acak memilih. Penelitian ini menggunakan
pemilihan kelompok fokus secara non-probablity
sampling dengan judgmental sampling dan snowball
sampling. Kedua teknik ini dipilih karena dengan
pertimbangan mudah mendapatkan populasi yang
-
4
sesuai dengan kriteria yang diharapkan, seperti pekerja
wanita (bukan wirausaha), berusia minimal 17 tahun,
berdomisili di Surabaya. Karakteristik dari pilihan
sampel non-probabilitas memiliki daya tarik yang
cukup besar ketika akurasi tidak sangat penting.
Disamping itu, pemilihan sampel non-probabilitas
karena desain penelitian ini berbentuk eksplorasi.
Memilih responden dengan pengetahuan yang benar
tentang daerah penelitian sangat penting untuk
penelitian kualitatif. Pada pemilihan kelompok fokus
ini, peneliti mengikuti prosedur yang sama dalam
memilih responden dan juga meminta bantuan kepada
salah satu orang yang telah memiliki karakteristik
responden dan selanjutnya meminta bantuan kepada
salah satu seorang responden untuk
merekeomendasikan responden lainnya yang telah
memenuhi syarat dari karakteristik populasi yang
ditentukan dan seterusnya.
2.4 Analisis Data
Analisis data kualitatif berfokus pada data dalam
bentuk kata-kata. Analisis data diyakini terdiri dari
"tiga arus bersamaan kegiatan":
1. reduksi data, yaitu proses pemilihan, fokus, menyederhanakan, abstrak, dan mengubah data.
Tujuannya adalah untuk mengatur data sehingga
kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.
2. menampilkan data, yaitu mengambil data yang kurang dan menampilkan dengan cara dikompres
secara terorganisir sehingga mudah ditarik
kesimpulan.
3. kesimpulan menggambar/verifikasi, yaitu memutuskan sesuatu hal-hal berarti - mencatat
keteraturan, pola, penjelasan, konfigurasi,
hubungan kausal, dan proposisi.
Penelitian ini mengikuti langkah-langkah yang
diusulkan oleh Miles dan Huberman dimana data
pertama dituliskan kalimat demi kalimat dengan
bantuan dari tape recorder, dan setelah itu data
dikurangi menjadi informasi dikompres. Selanjutnya,
dilakukan konsolidasi data dari ketiga kelompok fokus
dan tidak membuat perbandingan antara mereka
karena peneliti tidak punya niat untuk menekankan
pendapat yang berbeda antara kelompok.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini dimulai dengan
menginterpretasi gambaran kelompok focus yang
didasarkan pada demografi, kondisi sosio ekonomi,
dan pola pikir dari sekelompok wanita. Hasil
identifikasi karakteristik responden ini dianalisis
secara deskriptif dalam bentuk tabulasi data sehingga
diperoleh prosentase tertinggi karakteristik kelompok
focus berdasarkan demografi. Hasil indentifikasi
karakteristik responden berdasarkan demografi
ditunjukkan pada tabel 1: Tabel 1. Karakteristik Wanita Berdasarkan Demografi
Hasil wawancara dengan kelompok focus
diketahui bahwa mereka yang berusia 17 24 tahun
mendominasi sebanyak 12 orang (40%) dengan
sebagian besar pendapatan yang diperoleh lebih dari
10 juta rupiah (33%). Dua puluh tiga (23) orang (77%)
menyatakan bahwa sebelumnya telah memiliki
wawasan dan pengetahuan dalam berbisnis yang
diperoleh ketika mereka sekolah/kuliah, mengikuti
seminar, pelatihan, maupun berbagai informasi yang
diperoleh dari membaca buku, majalah, artikel
maupun internett Meskipun, sebagian besar mereka
(60%) belum pernah bekerja sebelumnya, namun
hampir sebagian responden (50%) menyatakan bahwa
wawasan dan pengetahuan bisnis mereka diperoleh
dari latar belakang orang tua yang memiliki usaha
bisnis.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa profesi
wirausaha pada wanita didominasi usia 17 24 tahun.
Dimana, mereka sangat tertarik untuk berbisnis
produk. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata usia
responden masih relatif muda dan berada pada rentang
usia yang produktif. Keberhasilan mereka dalam
menjalankan bisnis ini karena mereka memiliki
motivasi dan keyakinan yang tinggi bahwa dengan
berwirausaha mereka akan mendapat nilai lebih
dibanding dengan bekerja kantoran dan umumnya para
calon wirausahawan yang berusia muda, cenderung
lebih sukses dibanding mereka yang berusia tua.
Begitu pula, keberhasilan seseorang dapat dilihat dari
usia si calon wirausahawan di saat awal mereka
melakukan usahanya. Umumnya usia yang produktif
untuk berusaha adalah di sekitar 25 hingga 44 tahun.
Pengetahuan bisnis yang mereka peroleh
selama sekolah/kuliah, mengikuti kursus, seminar, dan
Karakteristik
Responden Jumlah Prosentase
Usia
17-24 12 40%
25-32 5 17%
33-40 3 10%
>40 10 33%
Total 30 100.00%
Latar
Belakang
Pendidikan
Ekonomi dan
Bisnis 15 50%
Non Ekonomi 15 50%
Total 30 100%
Pendapatan
< 3 juta 9 30%
3 - 5 juta 8 27%
6 - 10 juta 3 10%
> 10 juta 10 33%
Total 30 100%
Pengetahuan
Bisnis
Ada 23 77%
Tidak Ada 7 23%
Total 30 100%
Pengalaman
Bekerja
Ada 12 40%
Tidak Ada 18 60%
Total 30 100%
Pekerjaan
Orang Tua
Wirausaha 15 50%
Bukan wirausaha
15 50%
Total 30 100%
-
5
pelatihan sangat membantu dalam merencanakan dan
menjalankan suatu bisnis. Hal ini karena latar belakang
pendidikan seseorang menentukan tingkat intensi
seseorang dan kesuksesan suatu bisnis yang
dijalankan. Disamping itu, biasanya program-program
kewirausahaan diperoleh saat mereka sekolah maupun
magang di perusahaan akan berdampak positif
terhadap keinginan menjadi wirausaha.
Latar belakang pendidikan kelompk focus juga
dapat menstimuli mereka untuk membuka usaha
bisnis. Meskipun, ada pula sebagian besar responden
dengan latar belakang pendidikan non ekonomi,
namun mereka memiliki keinginan dan keyakinan
yang kuat bahwa keberhasilan karir seseorang tidak
hanya ditentukan dari bekerja kantoran tapi dapat pula
diraih dengan wirausaha. Meskipun, umumnya pada
fakultas ekonomi, materi perkuliahan maupun
kurikulum yang diajarkan akan lebih banyak berkaitan
dengan kewirausahaan sehingga dapat membantu
tingkat pemahaman tentang kewirausahaan yang lebih
tinggi dibanding dengan mahasiswa fakultas non
ekonomi (bisnis) yang mana berdampak pada
kecenderungan mahasiswa yang kuliah di fakultas
ekonomi (bisnis) akan memiliki intensi kewirausahan
yang lebih tinggi dibanding dengan mahasiswa
fakultas non bisnis.
Selanjutnya mereka juga berpendapat bahwa
orang tua yang berprofesi sebagai wirausaha,
mempermudah bagi mereka untuk menjalankan suatu
bisnis. Hal ini karena pola pengasuhan dan
pengalaman orang tua yang berprofesi wirausaha akan
turut memberi kontribusi penting akan keberhasilan
berwirausaha. Disamping itu, pengetahuan dalam
memulai dan menjalankan bisnis menurut mereka
merupakan prediktor yang penting sebagai modal
berwirausaha, karena seorang calon wirausaha yang
sukses, tidak cukup hanya memiliki bakat/talenta
semata, tetapi juga harus didukung dengan aspek
pengetahuan yang memadai. Talenta dapat
diwujudkan melalui pendidikan sehingga pendidikan
juga turut memberikan rangsangan untuk
meningkatkan intensi untuk berwirausaha.
3.1 Kondisi Sosio Ekonomi dan Pola Pikir Kelompok
Focus
Latar belakang sosio ekonomi juga berperan
dalam menstimuli seseorang dalam memulai sebuah
usaha. Selama wawancara, kelompok focus
berpendapat bahwa ketika mereka berpikir untuk
memulai usaha maka yang ada dalam pemikirannya
adalah bagaimana nanti bisnis yang dijalankan bisa
berkembang, survive, dan bahkan bisa diwariskan ke
anak cucunya. Untuk itu, salah satu faktor yang
dipertimbangkan mereka dalam membuka usaha bisnis
adalah perpseptif ekonomi. Perspektif ekonomi
memandang perilaku berwirausaha berdasarkan
kondisi kesiapan berwirausaha melalui instrumen
ekonomi seperti kondisi ekonomi, modal, aturan
pemerintah dan faktor ekonomi lainnya.
Kekuatan ekonomi dalam bentuk akses modal
menjadi salah satu penentu rangsangan kelompok
fokus untuk melakukan kegiatan usaha. Dimana,
kesulitan dalam mendapatkan akses modal dan
kendala system ekonomi keuangan dipandang
hambatan utama dalam kesuksesan usaha. Jika
seseorang memiliki akses modal yang cukup maka
intensi kecenderungan membuka usaha akan menjadi
lebih tinggi.
Peningkatan kondisi ekonomi keluarga juga
mendorong kelompok focus untuk tetap berbisnis
dibanding menjadi pegawai. Didukung dengan kondisi
ekonomi dan status keluarga yang telah mapan,
membantu mereka untuk memperoleh dan menambah
modal usaha. Latar belakang orang tua sebagai seorang
pebisnis juga membantu mereka dalam memperoleh
mitra bisnis maupun akses modal dan akses pasar.
Kelompok focus percaya bahwa keberhasilan
dalam menjalankan usaha bisnis salah satunya adalah
perubahan paradigma tentang wirausaha. Mereka
berpendapat bahwa jika ingin berhasil dalam bisnis
maka perlu pemikiran yang produktif, kreatif, inovatif,
dan positif dan lakukan saja (just do it) karena pola
pikir tersebut diperlukan jika seorang wirausaha inging
mengembangkan bisnisnya lebih maju.
Rata-rata kelompok focus berpendapat
keberhasilan wirausaha tidak hanya ditentukan oleh
seberapa tepat dia menemukan sebuah peluang usaha.
Namun, juga harus mau bekerja keras, perencana,
mandiri, peduli, fleksibel, suka bergaul, pandai
berkomunikasi, suka tantangan, dan tidak takut resiko
dalam mencoba hal-hal baru karena adanya dorongan
rasa keingintahuan yang tinggi.
Wirausaha yang sukses tentunya memiliki
kerangka berpikir yang lebih maju dari orang biasa.
Pentingnya kerangka berpikir memungkinkan adanya
pendukung ide-ide baru untuk menciptakan lapangan
pekerjaan. Disamping itu, dengan ide-ide baru tersebut
yang didukung dengan sumber daya yang berkualitas
mampu membantu wirausaha dalam mempertahankan
daya saing bisnisnya.
Pola pikir seseorang yang kreatif, inovatif,
melihat peluang sangat membantu dalam mewujudkan
peluang yang ada dan sangat penting untuk
mempertahankan persaingan ekonomi. Karena
kreatifitas merupakan sarana untuk membuka potensi
terpendam dalam diri seseorang. Kreatifitas adalah
cara untuk menggali potensi kewirausahaan. Individu
yang memiliki motivasi prestasi tinggi lebih memilih
kegiatan beresiko yang menantang tapi dapat dicapai.
Seseorang yang memiliki pola pikir
kewirausahaan pada dasarnya memiliki karakteristik
psikologik yang spesifik. Seperti halnya pola pikir
mereka tentang suatu bisnis. Mereka gemar
menghadapi tantangan, bergerak dalam dunia yang
penuh persaingan dan menunjukkan kegigihannya
dalam berjuang untuk akhirnya muncul sebagai
pemenang. Pola pikir tersebut sesuai dengan pola pikir
kewirausahaan yang tidak menyenangi kerja yang
-
6
lamban, dan suka mengambil resiko serta mampu
mempengaruhi orang lain agar kerja lebih giat.
Kesuksesan dalam membuka usaha bisnis juga
tak lepas dari peran pemerintah dalam mendorong
pertumbuhan usaha kecil dan menengah. Regulasi
pemerintah yang mendorong kemudahan dalam
perijinan pendirian usaha, kemudahan dalam
perolehan akses modal, dan kemudahan dalam
perluasan pasar luar negeri sangat membantu
wirausaha dalam memulai usaha bahkan sampai
mengembangkan usaha bisnis ke skala lebih besar.
3.2 Peran Faktor-Faktor Pembentuk Intensi
Kewirausahaan
Berdasarkan hasil jawaban terbuka dari
kelompok focus group yang telah dilakukan pada tiga
puluh orang para pelaku bisnis, diketahui peran factor
perceived desireablity, propensity to act, self efficacy
dan lingkungan social dalam membentuk intensi
kewirausahaan menunjukkan bahwa hampir sebagian
besar responden menyatakan profesi wirausaha sangat
menarik dan disukai. Kelompok focus juga meyakini
bahwa dengan dukungan keluarga/suami baik dalam
bentuk saran maupun modal memudahkan mereka
dalam mewujudkan dan mengembangkan usaha bisnis.
Pengalaman bekerja dan pengalaman positif atas
pandangan dalam berwirausaha menimbulkan
kemenarikan dalam intensi berwirausaha.
Mereka juga yakin dengan keberhasilan dan
keberlanjutan usaha yang dijalankan karena mereka
memiliki ketrampilan dan kemampuan berbsinis.
Ketrampilan tersebut baik dalam ketrampilan
berkomunikasi, ketrampilan teknis, maupun
ketrampilan manajerial. Keyakinan akan kemampuan
dalam menyelesaikan masalah dan dengan adanya
keyakinan kuat dapat membantu mereka dalam
membentuk intensi usaha.
Keyakinan tersebut distimuli oleh dorongan
berwirausaha dalam diri mereka yang cukup besar
yang mana berdampak pada dukungan untuk
menciptakan usaha baru, dukungan untuk kemudahan
untuk menjalankan bisnis, dukungan untuk
menyelesaikan permasalahan bisnis. Walaupun, masih
ada beberapa kelompok focus yang menyatakan bahwa
ketidakberhasilan bisnis bukan merupakan nasib buruk
bagi mereka. Namun, keberhasilan suatu bisnis
dikarenakan sebelumnya mereka telah memiliki
rencana yang tersusun dengan baik dan yakin bahwa
rencana tersebut mudah untuk dijalankan. Kondisi
inilah yang meyakinkan mereka untuk berhasil dalam
mengelola bisnis di masa yang akan datang.
Faktor keberhasilan dan keberlanjutan suatu
bisnis lainnya menurut responden dimana 28 orang
menyatakan kemudahan mereka dalam bisnis
didukung oleh jaringan bisnis yang kuat, dan
kemudahan akses informasi. Disamping itu, dukungan
pemerintah dalam menyusun peraturan pemerintah
yang tidak terlalu mengikat dalam ijin aturan
mendirikan perusahaan dapat mendukung kelancaran
bisnis mereka di masa datang. Meskipun, tidak sedikit
pula responden yang menyatakan bahwa akses modal
bukanlah satu-satunya dalam mendorong keinginan
memulai bisnis.
Keingingan responden untuk memulai dan
menjalankan bisnis ditandai dengan pernyataan bahwa
profesi wirausaha merupakan tujuan professional
mereka dan keingingan mereka yang cukup besar
untuk menjadi wirausaha dibanding dengan pegawai.
Hal ini karena responden merasa yakin bahwa dengan
berwirausaha akan memperoleh penghasilan yang
lebih baik dan mampu meningkatkan status social dan
harga dirinya. Mereka juga setuju bahwa mereka
bersedia mengupayakan segala sesuatu untuk
mewujudkan keingingan menjadi wirausaha.
3.3 Pembahasan
Hasil temuan dari focus group interview akan
dikorelasikan dengan temuan dari tinjauan literatur,
penelitian empiris, dan tujuan penelitian sehingga pada
akhirnya diperoleh kesimpulan akhir dari kegiatan
analisis ini sebagai berikut:
3.3.1 Pengaruh Perceived Desireability Terhadap
Intensi Kewirausahaan
Perceived desireability merujuk pada sikap
kemampuan untuk menjalankan bisnis baru.
Keyakinan ini didasarkan pada kemampuan seseorang
dari aspek pengetahuan, keahlian dan emosi untuk
menjadi wirausaha11. Semakin yakin seseorang
memandang bahwa ia mampu melakukannya maka
semakin tinggi intensinya berkaitan dengan usaha
tersebut. Keyakinan ini tumbuh dari pandangan atas
konsekuensi personal pengalaman kewirausahaan
(misalnya baik atau buruk), dan tingkat dukungan dari
lingkungan (keluarga, teman, kerabat, sejawat, dsb).
Argumen ini didukung oleh kelompok focus yang
berpendapat bahwa pengalaman kerja sebelumnya
maupun pengalaman berbisnis, adanya pengaruh serta
dukungan keluarga untuk berwirausaha, dapat
digunakan sebagai modal dalam memulai dan
mengembangkan karir kewirausahaan. Keinginan
yang dirasakan seseorang atas sikap kewirausahaan
berdasar pada pengalaman individu baik langsung
maupun tidak langsung. Pengalaman kewirausahaan
dapat diperoleh dari pengaruh panutan dan
pengalaman kerja.
3.3.2 Pengaruh Self Efficacy Terhadap Intensi
Kewirausahaan
Efikasi diri mempengaruhi kepercayaan
seseorang pada tercapai atau tidaknya tujuan yang
sudah ditetapkan18. Kelompok focus berpikir bahwa
Mereka percaya bahwa tugas-tugas sulit yang harus
diselesaikan dalam mengelola usaha bisnis merupakan
sebuah tantangan yang harus dihadapi dan bukan
merupakan ancaman untuk dihindari. Tantangan
tersebut dapat diselesaikan dengan memanfaatkan
kemampuan dan ketrampilan kewirausahaan,
kematangan mental, rasa percaya diri yang tinggi,
keyakinan kuat akan berhasil dalam bisnis, dan yakin
bahwa mewujudkan dan menjalankan bisnis itu adalah
-
7
pekerjaan yang mudah, maka dapat membentuk intensi
yang tinggi dalam berwirausaha.
Sedangkan, peneliti lain menjelaskan bahwa
Efikasi diri diasosiasikan dengan peningkatan
ekspektasi dan tujuan, peningkatan kinerja yang
berkaitan dengan pekerjaannya19.. Kelompok focus
juga berpendapat bahwa kemampuan dan ketrampilan
kewirausahaan yang mereka miliki merupakan bekal
dalam memulai usaha bisnis dan digunakan sebagai
pedoman dalam menumbuhkan kepercayaan diri untuk
memutuskan berwirausaha.
Di sisi lain, individu dengan self efficacy yang
tinggi akan merasa yakin bahwa mereka mampu
menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang
wirausahawan sehingga pada akhirnya menjadi faktor
penting dari munculnya intensi kewirausahaan20.
Keyakinan tersebut muncul karena adanya
pengalaman di sector tertentu sebelumnya sehingga
mampu meningkatkan self efficacy yang pada akhirnya
berpengaruh positif pada intensi kewirausahaan21.
Namun, kelompok focus berpendapat bahwa mereka
tetap memiliki keyakinan yang tinggi atas kemampuan
mengelola usaha bisnis, meskipun sebelumnya kurang
memiliki pengalaman dalam berbisnis. Mereka juga
yakin bahwa di masa mendatang mampu
mengembangkan usaha bisnis. Pembelajaran melalui
pengamatan secara langsung di dunia usaha digunakan
kelompok focus untuk memperkirakan keahlian dan
kemampuan diri dalam keinginannya mewujudkan
kewirausahaan.
Efikasi diri seseorang terhadap karir yang akan
ditempuhnya menggambarkan proses pemilihan dan
penyesuaian diri terhadap pilihan karirnya tersebut.
Semakin tinggi tingkat efikasi diri terhadap
kewirausahaan maka akan semakin kuat intensi
kewirausahaan. Efikasi diri dalam proses pengambilan
keputusan terkait dengan karier seseorang22. Efikasi
diri terbukti signifikan menjadi penentu intensi
seseorang. Self-efficacy memiliki hubungan langsung
dengan teori atribusi yang telah berhasil diterapkan
untuk memulai usaha. Argumen ini didukung oleh
kelompok focus yang berpendapat bahwa efikasi diri
dapat dilihat secara spesifik maupun secara umum
tergantung dari ranah atau domain yang
melingkupinya23. Efikasi diri merupakan
kepercayaan individu atas kemampuannya dalam
menyelesaikan pekerjaan, memegang peranan penting
dalam mempengaruhi intensi seseorang. Dimana,
efikasi diri terlihat dalam mempengaruhi perilaku dan
kognisi seseorang.
3.3.3 Pengaruh Propensity to Act Terhadap Intensi
Kewirausahaan
Kecenderungan untuk berperilaku sangat
penting karena intensi yang diterima dan kemudahan
yang dirasakan tidak cukup baik untuk menjelaskan
niat.. Niat kewirausahaan memiliki hubungan yang
positif dan signifikan dengan keinginan, dirasakan
kelayakan dan kecenderungan untuk bertindak12. Jika
motivasi seseorang tinggi, berarti masih ada
kemungkinan bahwa munculnya intensi
kewirausahaan rendah. Hal ini karena seseorang
merasa kemampuan yang dimiliki dalam memulai
bisnis rendah. Kelompok focus menjelaskan bahwa
dorongan berwirausaha dalam diri mereka cukup
besar. Dimana, mereka yakin bahwa keberhasilan
suatu bisnis sepenuhnya berada di tangan sendiri.
Kecenderungan untuk berperilaku memiliki
hubungan dekat terhadap kewirausahaan yang
didasarkan pada pengalaman individu baik secara
langsung maupun tidak langsung13. Argumen ini
didukung oleh kelompok focus yang berpendapat
bahwa bahwa pengalaman keberhasilan ataupun
kegagalan bisnis bukan merupakan satu-satunya nasib
baik atau buruk yang menimpa mereka. Namun,
pengalaman tersebut merupakan pembelajaran yang
sangat berharga sebagai informasi dalam perbaikan
usaha kearah yang lebih baik. Pemikiran inilah yang
meyakinkan mereka bahwa nantinya ketika mereka
ingin memulai sampai dengan mengembangkan bisnis
akan berhasil.
Ketika propensity to act individu rendah,
intensi untuk berwirausaha mempunyai kemungkinan
kecil untuk berkembang, dan perceived desirability
menjadi prediktor satu-satunya intensi. Tetapi, jika
propensity to act individu tinggi, kuantitas pengalaman
berwirausaha sebelumnya sebagai tambahan pada
perceived feasibility dan desirability secara langsung
mempengaruhi intensi11. Kelompok focus berpikir
bahwa kecenderungan untuk berperilaku merupakan
disposisi pribadi seseorang untuk bertindak atas
keputusannya. Hal ini berkaitan dengan sejauh mana
seseorang mampu atau tidak mampu memberlakukan
perilaku yang bersangkutan khususnya dalam usaha
kewirausahaan. Namun, motivasi seseorang yang
tinggi atas intensi kewirausahaan bisa terhambat
dengan adanya pemikiran atas kemampuan diri yang
rendah.
3.3.4 Pengaruh Lingkungan Sosial Terhadap
Kewirausahaan
Masalah lingkungan yang memiliki dampak
pada keberhasilan berwirausaha terletak di faktor
modal, informasi, dan jejaring yang dimiliki
pewirausaha. Lingkungan kontekstual yang dimaksud
adalah konteks dimana individu memiliki akses
terhadap modal, informasi serta jaringan social.
Kesiapan akses tersebut merupakan kesiapan
instrument sebagai predictor terhadap lingkungan4.
Aksesibilitas permodalan akan menjadi salah
satu penentu rangsangan seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan usaha24. Akses permodalan sangat
mempengaruhi intensionalitas seseorang dalam
melakukan kegiatan bisnis. Pendapat umum dari
kelompok focus menyatakan bahwa permodalan di
lingkungan kewirausahaan adalah masalah penting
yang harus difikirkan sebelum usaha dimulai.
Aksebilitas modal akan menjadi salah satu penentu
rangsangan mereka melakukan kegiatan usaha.
Meskipun rata-rata kelompok focus menyatakan
-
8
bahwa terkadang mereka juga mengalami kesulitan
dalam mendapatkan modal, namun dengan kepandaian
mengatur dan mengelola keuangan dari keuntungan
usaha yang diperoleh, mereka mampu
mengembangkan usaha dengan modal yang
dimilikinya sendiri.
Ketersediaan informasi akan memberikan
berbagai pandangan atas kesiapan berwirausaha25.
Oleh karenanya, kebutuhan yang tinggi akan informasi
dapat dijadikan salah satu bentuk karekteristik untuk
melihat kelayakan seseorang menjadi wirausahawan
yang sukses dan juga aksesibilitas terhadap informasi
mampu meningkatkan sikap mereka terhadap
wirausaha sehingga Ketersediaan informasi akan
mendorong seseorang untuk membuka usaha baru.
Kelompok focus berpikir bahwa informasi diyakini
memiliki peran penting dalam menstimuli mereka
untuk berwirausaha. Informasi akan memberikan
berbagai pandangan atas kesiapan dalam
berwirausaha. Pencarian informasi mengacu pada
frekuensi kontak yang dibuat oleh seseorang dengan
berbagai sumber informasi. Ketersediaan informasi
akan mendorong mereka untuk membuka usaha baru.
Kondisi lingkungan yang serba tidak pasti,
sangat diperlukan sebuah asumsi pada diri para
usahawan bahwa keputusan yang diambilnya
mengandung banyak resiko26. Hal ini selain
disebabkan banyaknya hal-hal yang masih kabur
kondisinya, juga dikarenakan kondisi serba tidak pasti
menuntut hadirnya keunggulan bersaing di diri
mereka. Dengan kata lain, tinggi tidaknya jaringan
yang dimiliki calon pewirausaha, akan menentukan
mereka untuk mau atau tidak melakukan kegiatan-
kegiatan bisnis. Argumen tersebut didukung oleh
kelompok focus yang berpendapat bahwa jaringan
merupakan media untuk mengurangi resiko serta
meningkatkan ide-ide bisnis maupun akses terhadap
modal. Mereka percaya bahwa ketika mereka berada
pada kondisi usaha yang serba tidak pasti (ambigu),
sangat diperlukan sebuah asumsi pada diri sendiri
bahwa keputusan yang diambil mengandung banyak
resiko, maka kondisi tersebut dapat dikuasai dengan
baik jika memiliki jaringan yang kuat. Dengan kata
lain, tinggi tidaknya jaringan yang dimiliki mereka,
akan menentukan mereka untuk bersedia atau tidak
melakukan kegiatan usaha bisnis.
4. SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan interpretasi hasil penelitian, analisis
penelitian dan pemabahasan dapat disimpulkan dan
direkomendasikan sebagai berikut:
1. Hasil karakteristik kelompok focus berdasarkan demografi, sosio ekonomi dan pola pikir
menunjukkan bahwa sebagian besar kelompok
focus telah memiliki pengetahuan bisnis, dan
belum memiliki pengalaman bekerja sebelumnya.
Ada jumlah yang cukup seimbang bagi kelompok
focus dengan orang tua yang berprofesi sebagai
wirausaha dan kelompok focus dengan latar
belakang pendidikan ekonomi bisnis dan non
ekonomi bisnis. Kelompok focus rata-rata
berpendapat bahwa kondisi ekonomi yang mapan
dapat mempermudah mereka dalam membentuk
intensi kewirausahaan dan mereka percaya bahwa
keberhasilan dalam berwirausaha didorong
adanya perubahan pola pikir yang kreatif, inovatif,
produktif, positif, dan just do it. Hal ini
mengindikasikan bahwa pengalaman bekerja dan
bekal pendidikan yang diperoleh dari mengikuti
kuliah, seminar, workshop dapat menjadi bekal
dalam membantu mereka nantinya dalam
memahami mengelola usaha bisnis. Pola
pengasuhan dan pengalaman orang tua
berwirausaha turut memberi kontribusi penting
dalam pilihan karir bahkan keberhasilan
berwirausaha. Begitu pula, kekuatan ekonomi
dalam bentuk akses modal menjadi salah satu
penentu rangsangan niat berwirausaha.
Memperoleh penghasilan yang lebih tinggi dalam
berwirausaha dibanding dengan menjadi pegawai
juga merupakan faktor pendorong seseorang
untuk berkeinginan berwirausaha. Untuk itu, bagi
peneliti selanjutnya, dapat mempertimbangkan
faktor latar belakang keluarga, pendidikan
kewirausahaan, pengalaman, kondisi ekonomi,
dan fleksibelitas penghasilan dalam membentuk
intensi kewirausahaan.
2. Kelompok focus menyakini bahwa persepsi atas keinginan (perceived desirability),
kecenderungan bertindak (propensity to act),
efikasi diri kewirausahaan (entrepreneurial self
efficacy), dan lingkungan sosial (social
environment) dapat membentuk intensi
kewirausahaan pada wanita. Karena kelompok
focus memandang bahwa dengan berwirausaha
akan mendatangkan manfaat yang lebih besar
dibanding menjadi pegawai. Pernyataan ini dapat
digunakan sebagai dasar acuan dalam mendukung
terbentuknya model perilaku kewirausahaan
selanjutnya. Dimana prediksi terbaik dalam
membentuk perilaku seseorang dalam
berwirausaha adalah dipengaruhi oleh faktor
personal dan faktor lingkungan. Faktor personal
meliputi perceived desirability, propensity to act,
dan self efficacy. Sedangkan, faktor lingkungan
adalah lingkungan social.
3. Salah satu topic yang menarik untuk diketahui dalam studi empiris ini adalah terdapat beberapa
faktor yang ternyata dipertimbangkan kelompok
focus dalam mendorong hasrat berwirausaha yaitu
Pertama, kuatnya hasrat seorang untuk menjadi
wirausahawan didorong oleh karakteristik
seseorang untuk menjadi kreatif dan inovatif
(openness to experience). Opennes to experience
secara positif berkorelasi dengan intelejensi yang
berhubungan dengan kreativitas. Kedua, variabel
situasi, yang digambarkan sebagai kesempatan
dalam hidup dikarenakan ketiadaan pekerjaan dan
komitmen terhdap rumah dan keluarga yang
-
9
mendorong seseorang untuk memperkerjakan diri
sendiri dari pada menjadi pekerja kantoran.
Ketiadaan kerja membuat seseorang memiliki
keinginan untuk memiliki self-employment.
Variable ini berinteraksi dengan persepsi atau
sikap dalam mempengaruhi intensi memulai suatu
usaha. Ketiga, dibalik motivasi menjadi
wirausaha, terdapan kebutuhan-kebutuhan yang
mempengaruhinya, salah satunya adalah
kebutuhan akan kemandirian (need for autonomy).
Individu dengan nilai kebutuhan akan
kemandirian tinggi, mampu dalam mengatur
tujuan dan jadwal secara mandiri dan mencari
lingkungan yang penuh dengan kebebasan.
Keempat, penelitian kewirausahaan dapat
dikelompokkan menjadi tiga pendekatan utama,
yaitu pendekatan ekonomi, pendekatan
psikologis, dan pendekatan sosiologis. Pada fokus
ekonomi, aspek relatif diterapkan untuk
rasionalitas ekonomi dengan anggapan bahwa
kewirausahaan terjadi semata-mata karena alasan
ekonomi. Hal ini adalah area menarik untuk
dibahas lebih lanjut, apakah keempat faktor
tersebut mampu mendorong hasrat seseorang
untuk menjadi wirausaha.
5. DAFTAR PUSTAKA
1. Kolvereid. L, (1996). Prediction of Entrepreneurial Employment Status: Choice Intentions,
Entrepreneurship theory and Practice, Vol.21, No.1,
47-57.
2. Fielden. S.L, Davidson. M.J., Dawe, A.J., and Makin.
P.J., (2003). Fac-tors Inhibiting the Economic
Growth of Female Owned Small Businesses in
North West England, Journal of Small Business and
Enterprise Development, Vol.10, No. 2, 152-166.
3. Lee. L, Wong. P. K, Foo. M.D and Leung. A, (2011).
Entrepreneurial Intentions: the Influence of
Organizational and Individual Factors. Journal of
Business Venturing, Vol.26, No.1, 124-136.
4. Indarti. Nurul dan Rokhima. Rostiani, (2008). Intensi
Kewirausahaan Mahasiswa: Study Perbandingan
Antara Indonesia, Jepang dan Norwegia, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.23, No.4, 1-27.
5. Farzier. Barbara and Linda. S. Niehm, (2008). FCS
Students' attitudes and intentions toward
entrepreneur ial careers, Journal of Family and
Consumer Sciences, Vol.100, No.2, 17
6. Nabi. G, Holden. R and Walmsley. A, (2010).
Entrepreneurial intentions among students:
towards a re- focused research agenda. Journal of
Small Business & Enterprise Development, Vol.17,
No.4, 537-551.
7. Stephen. F, Urbano. D, Van Hemmen. S, (2005). The
impact of institutions on entrepreneurial activity.
Managerial and Decision Economics, 26, pp. 413-
419.
8. Shapero. A and Sokol. L, (1982). Social Dimension of
Entrepreneurship. In: C. Kent, D. Sexton and K.
Vesper (eds.). The Encyclopedia of Entrepreneurship,
Englewood Cliffs: Prentice-Hall, pp.72-90.
9. Segal. Gerry. Borgia and Jerry. Schoenfeld,
(2005). The motivation to become an
entrepreneur, International Journal of
Entrepreneurial Behaviour & Research, Vol. 11 No. 1,
42-57
10. Ajzen. I, (1991). The Theory of Planned Behavior.
Organizational Behavior and Human Decision
Processes, 50 (2), pp. 179 211.
11. Krueger. N.f. Jr, reilly. M.d, and Carsrud. A.l,
(2000). Competing models of entrepreneurial
intentions, Journal of business Venturing, Vol.15,
No.(5/6), 411-32.
12. Krueger. N.F and Casrud. A.L, (1993).
Enterpreneurial Intentions: Appliying The Theory
of Planned Behavior. Enterpreneurship & Regional
Development, Vol.5, No.4, 315-330.
13. Summer. David. F, (1998). An Empirical
Investigationof Personal And Situational factors
that relate to the formation of Entrepreneurial
Intention. Doctoral dissertation, university of North
texas, Ann Arbor, MI: UMI desertation Srevices.
14. Ramayah. T and Harun. Z, (2005). Entrepreneurial
Intention Among the Student of Universiti Sains
Malaysia (USM). International Journal of
Management and Entrepreneurship, Vol.1, 8-20
15. Linan. Francisco and Chen. Yi-Wen, (2006).
Document de Treball: Testing the entrepreneurial
intention model on a two-country sample. Universitat Autonoma de Barcelona.
16. Simamora. Henry, (2007). Manajemen Pemasaran
Internasional, Jilid II, Edisi 2, Jakarta, PT Rineka
Cipta.
17. Schiffman dan Kanuk. (2008). Perilaku Konsumen,
Edisi , Jakarta, Indeks.
18. Cromie, (2000). Assessing entrepreneurial
inclinations: some approaches and empirical
evidence, European Journal of Work and
Organizational Psychology, Vol.9, No.1, 7-30.
19. Cassar, Friedman, (2009). Does Self-Efficacy Affect
Entrepreneurial Investment?, Strategic
Entrepreneurship Journal, Vol.3, 241260.
20. Vecchio. Robert. P, (2003). Human Resource
management Review: Entrepreneurship and
leadership: common trends and common threads.
Notradame.
21. Lane. John, (2004). Self-efficacy, self-esteem and
their impact on academic performance, social
behavior and personality, UK. Middlesey University.
22. Giles. M., Rea. A, (1999). Career self-efficacy: An
application of the theory of planned behaviour,
Journal of Occupational and Organizational
Psychology, Vol.72, No.3, 261-403
23. Meyer. G, Zacharakis. A and de Castro. J, (1993).
Postmortem of new venture failure: An attribu-tion
theory perspective. Paper presented to Babson
Entrepreneurship Research Con-ference.
24. Langowitz. N and Minniti. M, (2007). The
entrepreneurial propensity of women,
Entrepreneurship Theory and Practice. Vol.31, No.3,
341-364.
25. Duh. M, (2003). Family Enterprises as an Important
Factor of The Economic Development: The Case of
Slovenia, Journal of Enterprising Culture, Vol.11,
No.2, 111-130.
26. Kolvereid. L, Iakovleva. T and Kickul. J, (2007). An
integrated model of entrepreneurial intentions.
Available online at: http://www.babson.edu/
entrep/fer/2006FER/chapter_viii_2.html (diakses
September 2016).
http://www.babson.edu/%20entrep/fer/2006FER/chapter_viii_2.htmlhttp://www.babson.edu/%20entrep/fer/2006FER/chapter_viii_2.html
-
10
-
11
Realisasi Penerimaan Dana Zakat di Indonesia: Sebuah Pendekatan
Inklusi Keuangan
Clarashinta Canggih1*), Khusnul Fikriyah2, Ach. Yasin3 1 Jurusan Ilmu Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: [email protected]
2 Jurusan Ilmu Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: [email protected] 3 Jurusan Ilmu Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Email: [email protected]
*) Alamat Korespondesi: Fakultas Ekonomi, Kampus UNSA Ketintang, Email: [email protected]
ABSTRACT
The paper aims to find out the amount of zakat fund collection, particularly zakat mal in Indonesia. Numbers of
zakat fund collected can be used to predict zakat inclusion from the perspective of zakat payment. The paper uses
descriptive quantitative through secondary data collection from several sources. The result shows that the
realization of zakat fund collection in Indonesia increases during 2011-2015, so does the number of people who
pay zakat. However, it can be seen that the zakat payment inclusion of Indonesian people is still low compare to
the number of people who are obligated. It need further research to divulge the reason.
Key Words: zakat fund, zakat collection, zakat inclusion
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran realisasi penerimaan zakat, terutama zakat atas pendapatan
di Indonesia. Realisasi penerimaan zakat digunakan untuk melihat inklusi zakat dari segi pembayaran oleh
masyarakat Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif melalui pengumpulan data
sekunder dari berbagai sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa realisasi penerimaan zakat di Indonesia
selama periode 2011-2015 mengalami peningkatan.Penerimaan dana zakat yang meningkat, berbanding lurus
dengan jumlah pembayar zakat selama periode tersebut. Namun demikian, dari hasil realisasi penerimaan zakat
tersebut dapat dilihat bahwa tingkat inklusi pembayaran zakat masyarakat masih rendah jika dibandingkan
dengan jumlah penduduk yang wajib berzakat. Dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut membuka alasan ini.
Kata kunci: dana zakat, pengumpulan zakat, inklusi zakat
1. PENDAHULUAN
Zakat merupakan sebuah kewajiban dan
bagian dari rukun Islam, yang terpenting setelah
sholat. Dalam Al-Quran zakat disebut sebanyak 32
kali, menunjukkan bahwa zakat adalah wajib
hukumnya[1]. Zakat adalah bentuk ibadah yang
berfungsi sebagai alat pemerataan pendapatan dalam
masyarakat untuk mengurangi kesenjangan antara
orang yang berkecukupan dengan orang yang
kekurangan. Pengelolaan zakat yang tepat diharapkan
dapat mewujudkan distribusi kekayaan yang merata.
Indonesia, dengan populasi penduduk muslim
mencapai 87.21% pada tahun 2013[2], diyakini
memiliki potensi zakat yang besar. Dalam penelitian
Baznas, Institut Pertanian Bogor (IPB). dan Islamic
Development Bank (IDB) dikatakan bahwa potensi
zakat nasional sebesar Rp.217 triliun[3].
Dengan angka sebesar itu, harusnya dapat
memberikan dampak pada upaya pemerataan
pendapatan yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemiskinan di Indonesia. Namun demikian, realisasi
penerimaan zakat ternyata masih sangat jauh dari
angka potensi tersebut. Pada tahun 2013, Baznas
menyerap dan mengelola hanya sebesar Rp. 2,73
triliun, atau hanya sekitar 1%[4].
Dengan penerimaan dana zakat yang hanya 1%
tersebut dapat diperkirakan bahwa jumlah orang yang
membayar zakat juga sedikit. Selaras dengan itu bisa
dikatakan bahwa tingkat inklusi zakat dalam segi
pembayaran juga masih rendah.
Sejauh ini penelitian tentang zakat membahas
mengenai potensi zakat, ataupun dampak zakat
terhadap kesejahteraan umat. Namun demikian, belum
ditemukan penelitian yang melihat pembayaran zakat
sebagai bentuk inklusi keuangan dan mengukur tingkat
inklusi zakat dari sisi pembayaran oleh masyarakat
Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk melihat melihat inklusi zakat dari segi
pembayaran oleh masyarakat Indonesia selama
periode 2011-2015.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Inklusi Keuangan
Inklusi keuangan dapat diinterpretasikan sebagai
pendistribusian jasa keuangan pada tingkat harga yang
terjangkau pada masyarakat yang berpendapatan
rendah. Menurut Gunawerdhana financial inclusion
bertujuan untuk mengatasi financial exclusion
dimana kurangnya akses, dihadapi oleh masyarakat
yang paling membutuhkan, terhadap jasa keuangan
yang murah, adil dan aman dari penyedia layanan
mainstream[5].
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
-
12
Inklusi keuangan merupakan isu yang pada
umumnya sering terjadi di mayoritas negara yang
kurang maupun sedang berkembang. Lebih dari
setengah penduduk Indonesia tidak memiliki akses
pada lembaga keuangan formal. Hasil survei rumah
tangga yang dilakukan Bank Indonesia pada tahun
2010 menunjukkan bahwa 62% rumah tangga tidak
memiliki tabungan sama sekali[6]. Hal ini
mengindikasikan bahwa Jumlah kepemilikan rekening
masyarakat Indonesia dinilai masih rendah. Sementara
itu data Bank Dunia menyebutkan bahwa pada tahun
2014, bahwa 35.9% orang dewasa di Indonesia (umur
15 tahun ke atas) memiliki rekening di lembaga
keuangan formal[7].
2.2. Zakat
Zakat dapat diartikan sebagai al-barakatu
(keberkahan), al-namaa (pertumbuhan dan
perkembangan), at-thaharatu (kesucian), as-salahu
(keberesan), dan terpuji[1]. Zakat bersifat menyucikan
jiwa dari sifat kikir dan tamak, serta menyucikan harta
dari hak orang lain yang berada di dalamnya sehingga
dapat membawa keberkahan dalam hidup mustahiq
serta keberkahan dan perkembangan ekonomi sosial
masyarakat sekitar[8].
Zakat merupakan sebuah kewajiban dan bagian
dari rukun Islam, yang terpenting setelah sholat.
Dalam Al-Quran kata zakat disebut sebanyak 32 kali,
28 kali diantaranya bersandingan dengan kata sholat.
Hal ini menunjukkan zakat hukumnya wajib, dan
perintah menunaikan zakat hampir sejajar dengan
perintah sholat. Adapun syarat-syarat kekayaan yang
wajib dizakati adalah: 1) Milik Penuh (Almilkuttam),
2) Berkembang, 3) Cukup Nishab, 4) Lebih Dari
Kebutuhan Pokok (Alhajatul Ashliyah), 5) Bebas dari
hutang, dan 6) Berlalu Satu Tahun (Al-Haul) [1].
2.3. Realisasi Penerimaan Zakat di Indonesia
Dalam studi yang dilakukan Mukhlis dan Beik
disebutkan bahwa dana zakat yang diterima oleh BAZ
Kabupaten Bogor selalu mengalami kenaikan dengan
nilai yang cukup besar pada periode 2006-2010. Dana
zakat maal yang diperoleh oleh BAZ kabupaten Bogor
pada tahun 2010 mencapai Rp. 1.5 Milyar, yang
mengalami peningkatan sebesar 119% jika
dibandingkan tahun 2006[9]. Sementara itu data yang
dihimpun oleh BAZNAS, pada tahun 2014 realisasi
penerimaan zakat di Indonesia adalah sebesar Rp. 3.2
trilyun [10].
3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
karena mendeskripsikan atau menggambarkan tentang
inklusi pembayaran zakat di Indonesia. Adapun
pendekatan penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kuantitatif. Objek penelitian ini adalah
realisasi penerimaan zakat di Indonesia. Subjek pada
penelitian ini adalah penerimaan zakat dari
masyarakat Indonesia. Dalam penelitian ini lebih
spesifik kepada zakat maal, karena zakat fitrah
umumnya diserahkan langsung dari muzakki kepada
mustahiq secara langsung tanpa campur tangan
lembaga zakat dan memiliki batasan waktu
pengumpulan dan penyaluran.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Teknik
dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
sekunder mengenai data realisasi penerimaan zakat.
Data tersebut diperoleh dari Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS), juga Lembaga Amil Zakat
Nasional (LAZNAS), dan Badan Pusat Stastistik
(BPS).
Analisis deskriptif dilakukan untuk memperoleh
gambaran realisasi penerimaan zakat di Indonesia.
Hasil pengukuran deskriptif tersebut kemudian akan
digunakan sebagai dasar untuk memotret inklusi
pembayaran zakat masyarakat Indonesia dengan
membandingkan jumlah penduduk yang membayar
zakat dengan jumlah penduduk yang wajib berzakat.
Jumlah penduduk yang membayar zakat dihitung
dengan menggunakan dasar jumlah zakat yang
dihimpun dibagi dengan proyeksi besaran zakat yang
dibayar masyarakat. Proyeksi besaran zakat yang
dibayar masyarakat diambil dari nilai pendapatan
nasional per kapita dikalikan dengan persentase
besaran zakat yang harus dikeluarkan, yakni 2.5%.
4. PEMBAHASAN
Indonesia merupakan negara dengan jumlah
penduduk terbesar ke-4 di dunia, dengan jumlah
penduduk sebesar 255.461.700 jiwa pada tahun
2015[11]. Dari total jumlah penduduk Indonesia
tersebut sebesar 48% merupakan angkatan kerja yakni
penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja,
punya pekerjaan tapi sementara tidak bekerja, dan
pengangguran. Dari total penduduk di Indonesia,
diasumsikan yang wajib menunaikan zakat maal
adalah angkatan kerja beragama Islam yang bekerja.
Hal ini dikarenakan mereka mendapatkan penghasilan,
termasuk dalam kategori harta, dari pekerjaan atau
profesi yang mereka. Data estimasi penduduk yang
wajib mengeluarkan zakat maal di Indonesia
ditampilkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Estimasi Penduduk yang Wajib Berzakat
Tahun Penduduk yang Wajib
Zakat Maal
Penduduk Indonesia
2011 95,643,555 244,808,254 2012 96,635,791 248,037,853
2013 96,632,204 251,268,276
2014 99,967,101 254,454,778 2015 100,133,823 257,563,815
Sumber : [11][15], [2] Data diolah
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rata-rata sekitar
39% dari total penduduk Indonesia, wajib membayar
zakat maal. Terjadi peningkatan jumlah penduduk
yang wajib berzakat setiap tahunnya selaras dengan
pertambahan penduduk.
Zakat dapat disalurkan langsung dari mustahiq
kepada muzakki atau melalui lembaga amil. Untuk
zakat fitrah, umumnya disalurkan langsung kepada
muzakki dikarenakan waktu penerimaan dan
-
13
pendistribusian yang terbatas dan diutamakan
langsung diserahkan kepada 8 asnaf yang berhak.
Adapun untuk zakat maal, pembayaran dan
pendistribusian tidak terbatas pada waktu dan tempat
sehingga umumnya dapat disalurkan untuk dikelola
dan didistribusikan oleh lembaga amil zakat kepada
muzakki.
Nominal penerimaan zakat dapat dilihat dari
beberapa hal, salah satunya adalah laporan keuangan
yang dipublikasikan oleh lembaga amil zakat yang
menerima, mengelola, dan mendistribusikan dana.
Berikut adalah penerimaan zakat yang dipublikasikan
oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) periode
2011-2015.
Tabel 2. Realisasi Penerimaan Zakat Indonesia
Tahun Realisasi Penerimaan Zakat
2011 32,986,949,797
2012 40,387,972,149 2013 50,741,735,215
2014 69,865,506,671
2015 74,225,748,204
Sumber : [4], [16][18] Dari besaran penerimaan zakat tersebut dapat
diperkirakan jumlah orang yang membayar zakat di
Indonesia selama periode 2011-2015. Jumlah orang yang
membayar zakat di Indonesia dapat dilihat padaTabel 3.
Tabel 3. Jumlah Pembayar Zakat Indonesia Tahun Jumlah Pembayar Zakat
2011 53,510 2012 60,901
2013 70,253
2014 89,113 2015 89,972
Sumber : [4], [11][18] Data diolah.
Dari Tabel 3. di atas dapat dilihat bahwa seiring
dengan peningkatan nilai penerimaan zakat, jumlah
orang yang membayar zakat juga mengalami
peningkatan selama periode 2011-2015.
Dari data hasil perhitungan jumlah orang yang
wajib zakat dan jumlah orang yang membayar zakat
tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 bahwa terjadi
ketimpangan yang cukup signifikan antara pembayar
zakat dengan orang yang wajib berzakat.
Dapat dilihat bahwa persentase orang yang
membayar zakat terhadap orang yang wajib berzakat
sangat kecil. Pada periode 2011-2015, tidak sampai
0.1% dari orang yang wajib berzakat membayar zakat
melalui Badan Amil Zakat. Hal ini menunjukkan
bahwa inklusi pembayaran zakat masyarakat Indonesia
masih sangat rendah.
Gambar 1. Perbandingan jumlah pembayar zakat dan
orang yang wajib zakat di Indonesia Sumber : [11][15], [2], [4], [16][18] Data diolah
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Syahrullah dan Ulfah. Diindikasikan bahwa
tingkat pembayaran zakat, khususnya zakat atas
pendapatan, terutama pada kalangan akademisi cukup
rendah. Banyak akademisi yang belum membayarkan
zakat, terutama zakat pendapatan[19].
Tingkat inklusi pembayaran zakat yang rendah
tersebut bertolak belakang dengan fakta penduduk
Indonesia yang mayoritas Muslim. Salah satu
kemungkinan penyebab rendahnya inklusi
pembayaran zakat tersebut adalah masih banyaknya
orang yang wajib zakat di Indonesia menyalurkan
zakatnya langsung kepada mustahiq tanpa melalui
lembaga zakat. Hal ini menyebabkan pembayaran
zakat tersebut tidak terdata oleh pengelola zakat[20], [21].
Faktor lain yang juga menjadi salah satu
kemungkinan rendahnya tingkat inklusi zakat adalah
rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
pengelola zakat. Hal ini disebabkan oleh
profesionalisme lembaga zakat dan sumber daya
manusia yang ada di dalamnya serta kurang
terpublikasikannya hasil pengelolaan zakat oleh
lembaga zakat kepada masyarakat umum[22], [23].
Tingkat inklusi pembayaran zakat yang rendah ini
perlu menjadi perhatian bagi semua pihak yang
terlibat. Hal ini menunjukkan banyak hal yang harus
dilakukan bagi para pihak yang terkait dengan
pembayaran zakat di Indonesia. Syahrullah dan Ulfah
menyatakan bahwa semua pihak yang terkait dengan
zakat di Indonesia harus mengambil tindakan dan
langkah yang nyata untuk mempengaruhi orang
membayar zakat, melalui lembaga zakat pada
khususnya. Hal ini bisa dilakukan melalui banyak cara
misalnya dengan menyediakan informasi yang tepat
dan berkelanjutan, seminar, kampanye, dan juga
diskusi terbuka tentang isu terkini dalam zakat maal.
Pemahaman orang yang wajib membayar zakat
juga harus ditingkatkan, karena hal ini mempengaruhi
besaran dana zakat yang dihimpun oleh lembaga zakat.
Rendahnya pemahaman kewajiban zakat masyarakat
menjadi salah satu penyebab rendahnya penerimaan
zakat di Indonesia[24]. Jadi perlu diberikan edukasi
kepada masyarakat mengenai kewajiban membayar
zakat.
-
14
Selain itu pemerintah juga berperan penting dalam
upaya peningkatan pembayaran zakat di masyarakat.
Salah satunya dengan kebijakan zakat sebagai
pengurang pajak. Bank Indonesia juga menginisiasi
penyusunan standardisasi zakat internasional untuk
meningkatkan pengumpulan penerimaan zakat dan
mengoptimalkan pengelolaan zakat sesuai best
practices.
5. KESIMPULAN
Pembayaran zakat di Indonesia pada periode
2011-2015 selalu mengalami peningkatan sejalan
dengan peningkatan jumlah penduduk dan penduduk
yang wajib berzakat. Namun demikian jumlah orang
yang membayar zakat di Indonesia masih sedikit jika
dibandingkan dengan orang yang wajib berzakat. Hal
ini menunjukkan tingkat inklusi pembayaran zakat
masyarakat Indonesia masih sangat rendah.
Perlu adanya perhatian dan penanganan dari
semua pihak yang terkait. Adanya sinergi yang baik
dari pemerintah, lembaga zakat, bank sentral, dan
masyarakat dapat mewujudkan inklusi zakat
masyarakat Indonesia yang tinggi.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1]. Y. Al-Qardawi, (1999). Fiqh al Zakah, Vol I.
Kingdom Of Saudi Arabia, Ministry Of Higher
Education, King Abdulaziz University. Centre for
Research in Islamic Economics.
[2]. KEMENAG (2013). Jumlah Penduduk Menurut Agama, No. 1.
[3]. M. Firdaus, I. S. Beik, and T. Irawan, (2012).
Economic Estimation and Determinations of Zakat Potential in Indonesia.
[4]. BAZNAS, (2013). Laporan Penerimaan Zakat Badan Amil Zakat Nasional. Jakarta: BAZNAS.
[5]. M. Gunawardhena, (2007). Measures to Increase
Financial Inclu