Download - terapi farmaka psikiatri
BAB I
PENDAHULUAN
Dewasa ini, gangguan jiwa merupakan masalah yang harus diperhatikan
secara penuh, penderitanya sudah menjadi sebagian besar dari masyarakat atau
penduduk negara ini. Diperkirakan penduduk Indonesia yang menderita gangguan
jiwa sebesar 2-3% jiwa setiap tahun. Zaman dahulu penanganan pasien gangguan
jiwa adalah dengan dipasung, dirantai, atau diikat, lalu ditempatkan di rumah atau
hutan jika gangguan jiwa berat. Tetapi bila pasien tersebut tidak berbahaya,
dibiarkan berkeliaran di desa, sambil mencari makanan dan menjadi tontonan
masyarakat.
Terapi dalam gangguan jiwa bukan hanya meliputi pengobatan dengan
farmakologi tetapi juga dengan psikoterapi. Psikotropik adalah terapi farmakologi
yang mempengaruhi fungsi perilaku, emosi dan pikiran yang biasa digunakan
dalam bidang psikiatri atau ilmu kedokteran jiwa. Berbeda dengan antibiotik,
pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan lebih didasarkan atas
pengetahuan empirik. Berdasarkan latar belakang di atas maka penting untuk
membahas macam dan klasifikasi obat pada psikiatri yang tepat dan sesuai untuk
pengobatannya dengan tujuan agar mempercepat proses penyembuhannya.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Obat psikotropika ialah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi hgsi
fisik psikis, kelakuan atau pengalaman. Sebenarnya psikotropika baru dikenalkan
sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi yakni psikofarmakologi, yang
khusus mempelajari psikofarmaka dan psikotropik. Berbeda dengan antibiotik,
pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan lebih didasarkan atas
pengetahuan empirik. Hal ini dapat dipahami karena, karena patofisiologi
penyakit jiwa belum jelas. Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa penderita
sehingga lebih kooperatif dan dapat menerima psikoterapi dengan lebih baik.
2.2 Klasifikasi
2.2.1 Ketentuan peresepan berdasarkan Undang - undang No. 5 Tahun 1997
Psikotropika digolongkan menjadi :
a Psikotropika golongan I
Adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, hanya diberikan khusus untuk
penelitian serta potensinya amat kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan. Termasuk obat
psikotropika golongan I adalah Etisiklida (PEC), Methatirnona, Psilosin.
b. Psikotropika golongan II
2
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
kuat menimbulkan sindrom ketergantungan apalagi diberikan dalam jangka
waktu yang lama. Contoh antara lain Amfetamin, Fenobilina, Metakualin,
Zipepprol, Secobarbital.
c. Psikotropika golongan III
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Contoh Butalbital, Pentazosina, Amobarbital,
Pentobarbital, Glutetimide.
d. Psikotropika golongan IV
Adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan, serta mempunyai potensi
ringan yang mengakibatkan sindrom ketergantungan. Obat Golongan IV
ini sering diresepkan oleh dokter umum maupun oleh dokter spesialis.
Sebagian besar obat ini adalah depresan sistem saraf pusat (SSP). Contoh
antara lain Alprazolom, aminorex, Brotizolam, Etinomat, Bromazepam,
diazepam, Meprobamate. Peresepannya hanya untuk short term therapy
misalnya tidak boleh digunakan lebih dari satu minggu untuk tiap resep.
Bila sesudah satu rninggu ada indikasi untuk meneruskan maka dapat
diberikan resep untuk satu minggu. Jadi setiap kali resep jumlah obat yang
diberikan hendaknya tidak boleh diberikan satu minggu pemakaian.
3
2.2.2 Berdasarkan pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat
manusia
a. Depresant
Yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan saraf
pusat (Psikotropika Go1 4), contohnya antara lain :. Sedatin 1 Pil BK,
Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrak (MX).
b. Stimulant
Yaitu yang bekerja mengaktikan kerja susunan sad pusat, contohnya
amphetamine, yang terdapat dalam kandungan Ecstasi.
c. Hallusinogen
Yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau khayalan
contohnya licercik acid dhietilamide (LSD), psylocibine, rnicraline.
2.2.3 Berdasarkan penggunaan klinik
A. Antipsikosis
Antipsikosis bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu
gangguan jiwa yang berat. Ciri terpenting obat antipsikosis ialah :
1. Berefek antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresifitas, hiperaktifitas
dan labilitas emosional pada pasien psikosis.
2. Dosis besar tidak menyebabkankoma yang dalam ataupun anestesia.
3. Dapat menimbulkan gejala ekstra piramidal yang reversibel atau
ireversibel.
4
4. Tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan
psikis.
Antipsikosis dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti:
a. Antipsikosis tipikal: klorpromazin dan derivat fenotiazin.
Prototip kelompok ini adalah klorpromazin (CPZ). Pembahasan
terutama mengenai CPZ karena obat ini sampai sekarang masih tetap
digunakan sebagai antipsikosis.
Kimia : klorpromazin (CPZ) adalah 2-klor-N-(dimetil-aminopropil)-
fenotiazin. Derivat fenotiazin lain didapat dengan cara substitusi pada
tempat 2 dan 10 inti fenotiazin.
Farmakodinamik : efek farmakologik klorpromazin dan antispikosis
lainya meliputi efek pada susunan saraf pusat, sistem otonom, dan
sistem endokrin. Efek ini terjadi karena antipsikosis menghambat
berbagai reseptor, diantaranya dopamin, muskarinik, histamin H1.
Susunan saraf pusat : CPZ menimbulkan sedasi yang disertai sikap acuh
tak acuh terhadap rangsangan dari lingkungan. Pada pemakian lama
dapat timbul toleransi terhadap efek oksidasi. Timbulnya sedasi amat
tergantung dari status emosional pasien sebelum minum obat.
Neurologik : pada dosis berlebihan, semua derivat fenotiazin dapat
menyebabkan gejala ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada
parkinsonisme.
Otot rangka : CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot rangka yang
berada dalam keadaan spastik. Cara kerja relaksasi ini diduga bersifat
5
sentral, sebab sambungan saraf otot dan medulla spinalis tidak
dipengaruhi CPZ.
Efek endokrin : CPZ dan beberapa antipsikosis lama lainya mempunyai
efek samping terhadap sistem reproduksi. Pada wanita dapat terjadi
amenore, galaktorea, dan peningkatan libido, sedangkan pada pria
dilaporkan adanya penurunan libido dan ginokomastia.
Kardiofaskular : hipotensi ortostatik dan peningkatan denyut nadi saat
istrahat biasanya sering terjadi dengan derivat fenotiazin. Tekanan arteri
rata-rata resistensi perifer, curah jantung menurun dan frekuensi denyut
jantung meningkat.
Farmakokinetik : kebanyakan antipsikosis absorbsi sempurna, sebagian
diantaranya mengalami metabolisme lintas pertama. Biovailabilitas
klorpromazin dan tioridazin berkisar antara 25-35% sedangkan
haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikosis bersifat larut
dalam lemak dan terikat kuat dengan protein plasma(92-99%) serta
mamiliki volume distribusi besar ( >7 L/kg). Metabolit klorpromazin
ditemukan di urin sampai beberapa minggu setelah pemberian obat
terakhir.
Efek samping : batas keamanan CPZ cukup lebar sehingga obat ini
cukup aman. Efek samping umumnya merupakan perluasan efek
farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul berupa
ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia dalam
darah perifer.
6
Sedian : klorpromazin tersedia dalam bentuk tablet 25 mg dan 100 mg.
Selain itu juga tersedia dalam bentuk larutan suntik 25 mg/ml.
b. Antipsikosis atipikal: olanzapin
Farmakodinamik : olanzapin merupakan derivat tienobenzodiazetin,
struktur kimianya mirip dengan klozapin. Olanzapin memiliki afinitas
terhadap reseptor dopamin, reseptor serotonin dan histamin.
Farmakokinetik : olanzapin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian
obat, dengan kadar plasma tercapai setelah 4-6 jam pemberian,
metabolisme di hepar oleh enzim CYP 2D6, dan diekskresi leawt urin.
Indikasi : indikasi utama adalah mengatasi gejala negatif maupun
positif skizofenia dan sebagi antimania. Obat ini menunjukan efektifitas
pada pasien depresi dengan gejala psikotik.
Efek samping : meskipun mirip dengan klozapin, olanzapin, tidak
menyebabkan agranulosi-tosis seperti klozapin.
Sediaan : olazapin tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, dan vial
10 mg.
B. Antiansietas
Antiansietas terutanma berguna untuk pengobatan simptomatik penyakit
psikoneurosis (neurosis, keluhan subjektif tanpa gangguan somatik yang nyata
dengan fungsi mental – kogntif tidak terganggu) dan berguna untuk terapi
tambahanpenyakit somatis dengan ciri ansietas (perasaan cemas) dan
ketegangan mental.
7
Ansietas didefinisikan sebagai perasaan kuatir atau ketakutan yang ditandai
dengan keadaan fisik seperti palpitasi, berkeringat dan tanda-tanda sters
lainnya. Contoh dari antiansietas yaitu :
• Golongan benzodiazepin.
Benzodiazepin yang dianjurkan sebagai antisietas adalah : klordiazepoksid.
Farmakodinamik : klordiazepoksid dan diazepam merupakan prototip
derivat benzodiazetin yang digunakan secara meluas sebagai antiasietas.
Mekanisme kerja : mekanisme kerja benzodiazepin merupakan potensiasi
inhibisi neoron dengan GABA sebagai mediatornya.
Efek samping dan kontra indikasi : pada gangguan dosisterapi jarang timbul
kantuk, tetapi pada pakar lajak benzodizepin menimbulkan depresi SSP.
Efek samping akibat depresi susunan saraf pusat berupa kantuk dan ataksia
merupakan kelanjutan efek farmakodinamik. Derivat benzodiazepin
sebaiknya jangan diberikan bersama alkohol, barbiturat atau fenotiazin.
Kombinasi ini menimbulkan efek depresi yang berlebihan. Pada pasien
gangguan pernapasan benzodiazepin dapat memperberat gejala sesak nafas.
Indikasi dan sediaan : derifat benzodiazepin digunakan untuk menimbulkan
sedasi, menghilangkan rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada
hubungan dengan rasa cemas. Selain sebagai ansietas juga digunakan
sebagai hipnotik, antikonfulsi, pelemas otot dan induksi anestesi umum.
Toleransi dan ketergantungan fisik : keadaan ini dapat terjadi bila
benzodiazepin diberikan dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu lama.
Jadi pemberian golongan obat ini lebih dari 3 minggu sebaiknya dihindari.
8
Golongan benzodiazepin: diazepam, alprazolam, klordiazepoksid,
klonazepam.
Golongan lain: buspiron, zolpidem.
C. Antimania (mood stabilizer)
Golongan obat ini mempengaruhi proses hiperaktivitas atau ggn
maniakal tanpa menyebabkan proses depresi . Pada keadaan maniakal yg
berlebihan dan akut diperlukan antipsikotik untuk mensupresi gejala
secara cepat. Setelah fase akut diatasi baru dapat diberi antimaniakal yg
dapat bekerja profilaksis supaya tidak timbul eksaserbasi.
Litium
Antimania lain : karbamazepin, asam valproat
Farmakokinetik : absorbsi lengkap dalam 6-8 jam, kadar plasma dapat
dicapai dalam 20 menit sampai 2 jam. Volume distribusi 0,5L/kg,
ekkresi terutama lewat urin dengan waktu paro eliminasi 20 jam.
Indikasi : sampai saat ini litium karbonat dikenal sebagfai obat untuk
gangguan bipolar terutama pada fase manik dan untuk pengobatan
penunjang. Pengobatan jangka panjang terbukti menurunkan insiden
percobaan bunuh diri.
Efek samping : indeks terapi litium rendah, maka untuk pemberian
yang aman perlu dilakukan pemantauan dalam plasma atau serum.
Pemeriksaan ini dilakukan 10-12 jam setelah dosis terakhir. efek
9
samping yang terjadi terutama pada saraf tremor, juga dapat
menurunkan fungsi tiroid.
Dosis dan sediaan : litium diberikan dalam dosis terbagi untuk
mencapai kadar yang dianggap aman yaitu berkisar antra 0,8-1,25mEq
per liter.ini dicapai dengan pemberian 900-1500 mg litium karbonat
pada pasien berobat jalan dan 1200-2400 mg sehari pada pasien yang
dirawat.
D. Psikotogenik
• Meskalin
Meskalin merupakan suatu alkaloid yang berasal dari tumbuhan kaktus
di amerika utara dan meksiko. Meskalin digunakan untuk orang indian
dalam ritus keagamaan untuk mendatangkan trance. Meskalin hanya
digunakan dalam penelitian untuk menyelidiki keadaan yang
menyerupai psikosis, tidak untuk terapi atau diagnostik.
• Dietilamid asam lisergat dan marijuana (ganja).
E. Antidepresi
Antidepresi adalah obat untuk mengatasi atau mencegah depresi
mental. Depresi didefenisikan sebagai gangguan mental dengan
penurunan mood, kehilangan minat atau persaan senang, adanya
perasaan bersalah atau rendah diri, gangguan tiodur atau penurunan
selera makan, sulit kosentrasi atau kelemahan fisik. Gangguan ini dapat
10
menjadi kronik atau kambuh dan mengganggu aktifitas pasien. Pada
keadaan terburuk dapat mencetuskan bunuh diri, suatu kejadian fatal
yang dewasa ini semakin terjadi.
Antidepresi dapat dibagi menjadi beberapa bagian seperti :
a. Golongan trisiklik: imipramin, imitripilin
Farmakodinamik : sebagian efek farmakodinamik antidepresi trisiklik
mirip efek tromazin.
Efek psikologik : pada manusia normal imipramin menimbulkan rasa
lelah, obat tidak meningkatkan alam perasaan dan meningktkan rasa
cemas.
Susunan saraf otonom : imipramin jelas sekali memperlihatkan efek
antimuskarinik, sehingga dapat terjadi penglihatan kabur, mulut kering,
dan retensi urin.
Kardiofaskuler : pemberian imipramin dalam dosis terapi pada manusia
sering menimbulkan hipotensi ortostatik. Dalam dosis toksis, imipramin
dapat menimbulkan aritmia dan takikardia.
Efek samping : efek dari obat ini berupa perasaan lemah, hipertensi,
dan hiperperiksia.
b. Golongan heterosiklik(generasi keua dan ketiga): amoksatin,
maprotilin, trazodon.
c. Golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs): fluoseptin,
paroksetin, setralin.
d. Penghambat MAO: isokarbosazid, fenelzin.
11
e. Golongan serotonin neropinephrin reuptake inhibitopr(SNRI):
venlafaksin.
Tabel Obat Psikotropika
№. Psikotropika Obat Acuan Penggolongan
1. AntipsikosisChlorpromazin
e (CPZ)
1. Antipsikosis Tipikal
o Chlorpromazine (CPZ)
o Levomepromazine
o Perphenazine
o Trifluoperazine (TFP)
o Fluphenazine
o Thioridazine
o Haloperidol
Antipsikosis Tipikal
Antimania akut
o Pimozide
2. Antipsikosis Atipikal
o Sulpiride
o Clozapine
o Olanzapine
o Quetiapine
o Risperidone
2. Antidepresi Amitriptyline 1. Antidepresi Trisiklik
12
o Amitryptiline
o Imipramine
Antidepresi
Antipanik
o Clomipramine
Antidepresi
Antiobsesif-kompulsif
Antipanik
o Tianeptine
o Opipramol
2. Antidepresi Tetrasiklik
o Maprotiline
o Mianserin
o Amoxapine
3. Antidepresi MAOI-Reversible / RIMA
o Moclobemide
Antidepresi
Antipanik
4. Antidepresi Atipikal
o Trazodone
o Tianeptine
o Mirtazapine
5. Antidepresi SSRI
13
o Efek SSRI
Antidepresi
Antiobsesif-kompulsif
Antipanik
o Contoh
Sertraline
Paroxetine
Fluvoxamine
Fluoxetine
Citalopram
3.
Antimania
(Antigaduh
gelisah)
Lithium
Carbonate
1. Antimania Akut
o Haloperidol
Antipsikosis Tipikal
Antimania akut
o Carbamazepine
o Valproic Acid
o Divalproex Na
2. Obat Profilaksis Mania
o Lithium Carbonate
4. Antiansietas Diazepam,
Chlordiazepoxi
de
1. Antiansietas Benzodiazepine
o Diazepam
o Chlordiazepoxide
14
o Lorazepam
o Clobazam
o Bromazepam
o Oxazolam
o Clorazepate
o Alprazolam
Antiansietas
Antipanik
o Prazepam
2. Antiansietas Nonbenzodizepine
o Sulpiride
o Buspirone
o Hydroxyzine
5. Antiinsomnia Phenobarbital
1. Antiinsomnia Benzodiazepine
o Nitrazepam
o Triazolam
o Estazolam
2. Antiinsomnia Nonbenzodiazepine
o Chroral-hydrate
o Phenobarbital
6. Antiobsesif-
kompulsif
Clomipramine 1. Antiobsesif-kompulsif Trisiklik
o Clomipramine
15
Antidepresi
Antiobsesif-kompulsif
Antipanik
2. Antiobsesif-kompulsif SSRI
o Efek SSRI
Antidepresi
Antiobsesif-kompulsif
Antipanik
o Contoh
Sertraline
Paroxetine
Fluvoxamine
Fluoxetine
Citalopram
7. Antipanik Imipramine 1. Antipanik Trisiklik
o Imipramine
Antidepresi
Antipanik
o Clomipramine
Antiobsesif-kompulsif
Antipanik
2. Antipanik Benzodiazepine
o Alprazolam
16
Antiansietas
Antipanik
3. Antipanik MAOI-Reversible / RIMA
o Moclobemide
Antidepresi
Antipanik
4. Antipanik SSRI
o Efek SSRI
Antidepresi
Antiobsesif-kompulsif
Antipanik
o Contoh
Sertraline
Paroxetine
Fluvoxamine
Fluoxetine
Citalopram
17
BAB III
PENUTUP
Terapi dalam gangguan jiwa bukan hanya meliputi pengobatan dengan
farmakologi tetapi juga dengan psikoterapi. Pengobatan dengan psikotropik
bersifat simtomatik dan lebih didasarkan atas pengetahuan empirik. Hal ini dapat
dipahami karena, karena patofisiologi penyakit jiwa belum jelas. Psikotropik
hanya mengubah keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif dan dapat
menerima psikoterapi dengan lebih baik.
Gangguan jiwa terdiri dari berbagai macam, sehingga diperlukan
penmilihan obat yang sesuai. Psikotropik dapat digolongkan berdasarkan Undang
- undang No. 5 Tahun 1997 , pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf
pusat dan berdasarkan penggunaan klinik. Klasifikasi tersebut dapat
memudahkan kita untuk pemilihan peresepan obat yang efektif dan sesuai sasaran.
Di samping itu pemilihan obat juga perlu memperhatikan farmakodinamik,
farmakokinetik, kontraindikasi, efek samping, dan sediaan untuk kepentingan kita
sebagai dokter dan demi kesembuhan pasien.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis, W. F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga
University Press: Surabaya.
2. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya; 2001.
3. Kaplan HI, Saddock BJ, Greb JA. Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences / Clinical Psychiatry. 9th ed. USA : Lippincott Williams &
Wilkins. 2003.
4. Maslim R. Paduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Jakarta :
PT Nuh Jaya. 1996.
5. Albers J L, Hahn RK, Reist C. Handbook of Psychiatric Drugs. 2005
edition. Current Clinical Strategies Publishing. Diunduh dari:
www.ccspublishing.com/ccs pada tanggal 10 Juli 2013.
19