ii
PENGARUH PEMBIAYAAN SEKTOR UMKM DAN NPF
TERHADAP LABA OPERASIONAL PT BANK SYARIAH MANDIRI PUSAT
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (SE.Sy)
Oleh:
LIA NUR AULIA
NIM. 1111046100152
Di bawah bimbingan:
Arif Fauzan, SE., MM
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, Mei 2015
LIA NUR AULIA
v
ABSTRAKSI
Lia Nur Aulia. 1111046100152. Pengaruh Pembiayaan Sektor UMKM
dan NPF terhadap Laba Operasional PT Bank Syariah Mandiri Pusat. Skripsi,
Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.
Bank Syariah merupakan lembaga keuangan syariah, yang salah satu
tujuannya adalah untuk mendapatkan laba. Semakin tinggi laba yang dicapai
perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laba Bank Syariah diantaranya yaitu Pembiayaan dan NPF. Bank
Syariah Mandiri (BSM) sebagai salah satu lembaga keuangan syariah memiliki
portofolio pembiayaan, salah satu nya yaitu pembiayaan UMKM. Dalam penelitian
ini akan diketahui pengaruh antara pembiayaan UMKM dan NPF terhadap Laba
Operasional Bank Syariah Mandiri dengan teknik analisis regresi linear berganda.
Data yang digunakan adalah data primer berupa wawancara langsung dengan pihak
terkait dan data sekunder berupa laporan keuangan triwulan periode 2008-2014 dan
dokumen-dokumen terkait. Hasil penelitian diketahui bahwa variabel UMKM dan
NPF berpengaruh secara simultan terhadap Laba yaitu sebesar 47,4 %. Secara parsial,
variabel UMKM memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap laba sebesar
0,597 atau sebesar 59,7 %. Sedangkan variabel NPF memiliki pengaruh yang negatif
signifikan terhadap laba dengan pengaruh sebesar - 0,609 atau sebesar - 60,9 %.
Kata Kunci: Laba Operasional, Pembiayaan UMKM, NPF
Pembimbing: Arif Fauzan, SE., MM.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam nikmatnya, terutama
nikmat sehat wal’afiat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Pembiayaan Sektor UMKM dan NPF terhadap Laba Operasional
PT Bank Syariah Mandiri Pusat”. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan
keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kepada zaman yang
terang benderang.
Skripsi ini merupakan hasil dari perjuangan penulis guna memenuhi salah
satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (SE.Sy) pada Fakultas Syariah
dan Hukum, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penulisan skripsi ini, penulis ini tidaklah terlepas dari segala
bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
vii
2. Bapak AM.Hasan Ali, MA, selaku Ketua Program Studi Muamalat dan Bapak
Abdurrauf, Lc, MA, selaku Sekretaris Program Studi Muamalat.
3. Bapak Arif Fuzan, SE.,MM, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
waktu luang, bimbingan dan motivasi serta doa kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini, semoga Allah membalas kebaikan Bapak.
4. PT Bank Syariah Mandiri Pusat khususnya Micro Banking Group yang telah
mengizinkan penulis melakukan penelitian serta bersedia memberikan berbagai
macam data yang diperlukan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Pimpinan dan staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta serta Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu menyediakan fasilitas perpustakaan.
6. Bidik Misi Departemen Agama, yang telah memberikan beasiswa khususnya
kepada penulis sehingga penulis dapat mengenyam pendidikan di Perguruan
Tinggi Negeri.
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan berbagai bekal ilmu yang sangat
bermanfaat selama masa perkuliahan.
8. Kedua orang tuaku tercinta, H.A.Nawawi dan Hj.Nurhayati yang telah
memberikan segala dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tak
pernah putus untuk anak-anaknya.
9. Kakak dan abang tersayang, Faizah, Hifziah, Siti Nurbaiti, A.Syaugi, M.Zam-
Zami yang selalu memberikan support dan doa nya serta adik ku A.Fairuzi yang
viii
tak pernah bosan mengantar dan menjemput sekaligus ponakan-ponakan yang
selalu menghibur saat mengalami kebosanan selama penulisan skripsi.
10. Sahabat-sahabat terbaik dan seperjuangan penulis di kampus, khususnya PS-D
2011, Syahliah, Siti Nurhayati, Siti Nurhotimah dan sahabat satu atap (Ma’had
Putri), Rasma Juansari Tantri, Afinanisa Iksan, Munawarotul Kiptiah yang selalu
memberikan semangat dan waktunya dalam menemani penulis menyelesaikan
skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat sedari dulu hingga sekarang, Fakhrani Ahliyah, Mega Rizkiah,
Indah Nurwashilah, Astuti yang tak pernah bosan menemani dan mensupport
penulis selama ini.
12. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah membalas
segala kebaikan yang telah dilakukan.
Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat serta dapat menjadi amal ibadah bagi penulis.
Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat untuk kita semua. Amin.
Jakarta, 08 Mei 2015
PENULIS
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ……………………………………………………...…………….…… v
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...…………. ix
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………… xi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………….………….. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….....…...…….. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………..………………….. 6
C. Pembatasan Masalah ………………………………………..……………. 7
D. Perumusan Masalah ………………………………………………..……... 7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………..………………. 7
F. Review Studi Terdahulu ………………………………..………………... 9
G. Kerangka Pemikiran …………………………………………………….... 11
H. Variabel Penelitian ………………………………………………………... 12
I. Pernyataan Hipotesis ……………………………………………………... 13
J. Sistematika Penulisan …………………………………………………….. 13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan
1. Gambaran Umum Pembiayaan ………………………………………... 15
2. Jenis Pembiayaan ……………………………………….…………….. 17
3. Proses Pemberian Pembiayaan ………………………………………... 18
B. Pembiayaan UMKM
1. Gambaran Umum UMKM ……………………………………………. 19
2. Peraturan Pemerintah tentang Pembiayaan UMKM ………………….. 23
C. Non Performing Financing (NPF)
1. Kualitas Pembiayaan dan NPF ……………………………….……….. 25
x
2. Jenis-jenis NPF ………………………………………………………... 30
D. Laba Operasional Bank Syariah
1. Pengertian Laba ……………………………………………………….. 32
2. Pertumbuhan Laba …………………………………………………….. 33
3. Konsep Laba Operasional ……………………………………………... 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………….. 37
B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian ……………………………………………………….. 37
2. Pendekatan Penelitian ………………………………………………… 38
C. Jenis dan Sumber Data ……………………………………………………. 38
D. Variabel Penelitian ………………………………………………………… 39
E. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………….… 40
F. Teknik Analisis Data ……………………………………………………... 41
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum PT Bank Syariah Mandiri …………………………….. 48
B. Pengaruh pembiayaan sektor UMKM terhadap Laba Operasional Bank
Syariah Mandiri …………………………………………………………... 51
C. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Laba Operasional
Bank Syariah Mandiri …………………………………………………….. 52
D. Pengaruh UMKM dan NPF secara Bersama-sama terhadap Laba
Operasional ………………………………………………………………. 53
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 59
B. Saran ……………………………………………………………………… 60
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 61
LAMPIRAN …………………………………………………………..……………… 64
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Review Studi Terdahulu …………………………………………………… 9
Tabel 2.1. Sumber Permodalan UMKM ………………………………………………. 23
Tabel 2.2. Kriteria Kualitas Pembiayaan ……………………………………………… 27
Tabel 3.1. Koefisien Determinasi ……………………………………………………... 47
Tabel 4.1. Hasil Uji Korelasi Laba & UMKM ……………………………………………….. 51
Tabel 4.2. Hasil Uji t UMKM …………………………………………………………. 51
Tabel 4.3. Hasil Uji Korelasi Laba & NPF ……………………………………………. 52
Tabel 4.4. Hasil Uji t NPF …………………………………………………………….. 53
Tabel 4.5. Hasil Uji Multikolinearitas …… …………………………………………… 54
Tabel 4.6. Hasil Uji Autokorelasi ……………………………………………………... 55
Tabel 4.7. Hasil Uji F UMKM dan NPF ……………………………………………… 56
Tabel 4.8. Hasil Uji Determinasi ……………………………………………………… 57
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ……………………………………………. 12
Gambar 4.1. Skema Pembiayaan UMKM secara Langsung ………………………….. 50
Gambar 4.2. Skema Pembiayaan UMKM secara Linkage ……………………………. 50
Gambar 4.3. Hasil Uji Normalitas …………………………………………………….. 54
Gambar 4.4. Hasil Uji Heterokedastisitas …………………………………………….. 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan syariah hingga saat ini terus mengalami perkembangan yang
signifikan. Perbankan syariah juga masih mampu mempertahankan eksistensi dan
perkembangannya dalam menghadapi situasi perekonomian yang masih dalam
tahap pemulihan akibat krisis global. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah
kantor BUS dan UUS hingga Oktober 2013 yaitu mencapai 23 % dari jumlah
kantor pada tahun sebelumnya. 1
Meningkatnya jumlah bank dan kantor perbankan syariah yang beroperasi
di Indonesia ini memberikan dampak yang positif bagi perkembangan industri
perbankan syariah. Peningkatan ini memberikan kemudahan bagi masyarakat
yang kelebihan dana (surplus) untuk menginvestasikan dana nya di bank syariah
dan juga memudahkan bank itu sendiri untuk menyalurkan pembiayaan kepada
masyarakat yang kekurangan dana (defisit). Hal ini sesuai dengan fungsi bank
sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan antara pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana.2
1 Bank Indonesia. Outlook Perbankan Syariah 2014. (Jakarta: BI, 2014). Diakses pada 2
Oktober 2014 dari http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-
pers/Documents/BIOutlookPerbankanSyariah2014.pdf 2 Muhammad. Bank Syari’ah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h. 2.
2
Bank syariah merupakan lembaga keuangan syariah, yang berorientasi
pada laba (profit). Laba bukan hanya untuk kepentingan pemilik atau pendiri,
tetapi juga sangat penting untuk pengembangan usaha bank syariah. Laba bank
syariah terutama diperoleh dari selisih antara pendapatan atas penanaman dana
dan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu.3
Laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan. Pertumbuhan laba
yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Oleh karena laba
merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang
dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Perolehan
laba yang maksimal akan didapatkan jika bank memaksimalkan pembiayaannya
secara efektif dan efisien.4
Pembiayaan adalah salah satu tugas pokok bank syariah. Menurut
ketentuan Bank Indonesia, pembiayaan adalah penyediaan dana dan atau tagihan
berdasarkan akad mudharabah dan atau musyarakah dan atau pembiayaan
lainnya berdasarkan prinsip bagi hasil.5
Dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syariah harus memenuhi aspek
syariah dan aspek ekonomi. Artinya, dalam setiap realisasi pembiayaan kepada
nasabah, bank syariah harus tetap berpedoman pada syariat Islam (antara lain
tidak mengandung unsur maysir, gharar, dan riba serta bidang usahanya halal), di
3 Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). h. 133
4 Ibid. h.133
5 Bank Indonesia. Peraturan Bank Indonesia No.5/7/PBI/2003. (Jakarta: BI 2003). Diakses
pada 2 Oktober 2014 dari http://www.bi.go.id/id/peraturan/arsip-peraturan/Perbankan2003/pbi-5-7-
kap_bps.pdf
3
samping tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank syariah
maupun nasabah itu sendiri.6
Penyaluran pembiayaan yang besar berpengaruh positif terhadap
perolehan laba. Hal ini dapat dijelaskan karena dengan semakin besar
menyalurkan pembiayaan maka bank syariah dapat memperoleh pendapatan baik
itu didapat dari perolehan bagi hasil, margin penjualan atau pendapatan jasa yang
pada akhirnya akan meningkatkan laba bank syariah.7
Bank-bank syariah tengah gencar memberikan pembiayaan ke sektor ritel
khususnya sektor UMKM. Hal ini terlihat dari tingginya porsi pembiayaan yang
diberikan oleh beberapa bank syariah per 2014, diantaranya yaitu Bank Bukopin
Syariah pada tahun 2014 memberikan porsi pembiayaan ke sektor UMKM yaitu
sebesar 80% dari total pembiayaan atau sebesar 2,9 triliun. BNI Syariah sebesar
44% dari total pembiayaan Rp. 13,4 triliun dan 38%-40% dari total pembiayaan
pada Panin Bank Syariah.8
Bank Syariah Mandiri (BSM) dalam hal ini juga turut memberikan
kontribusinya dalam menyalurkan pembiayaan secara individu maupun kelompok
yang kekurangan dana. Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSM terus
6 Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 314.
7 Tri Joko Purwanto, “Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing To Deposit Ratio
(Fdr) Dan Rasio Non Performing Financing (Npf) Terhadap Laba Bank Syariah (Studi Kasus Pt. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk)”. (Bogor: Skripsi IPB, 2011). Diakses pada 17 Juli 2014 dari
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47725/H11tpu.pdf?sequence=1. 8 Berita Keuangan. Pembiayaan Bank Syariah. Diakses pada 1 Juli 2015 dari
http://keuangan.kontan.co.id/news/perbankan-syariah-gencar-di-pembiayaan-umkm.
4
berupaya mendorong kemandirian masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah dengan menyalurkan pembiayaan ke sektor UMKM.9
Pembiayaan UMKM yang tercatat oleh perseroan per akhir 2012 mencapai
Rp32,79 triliun, atau sebesar 73,3% dari total pembiayaan sebesar Rp44,76
triliun. Pada akhir 2011, posisi pembiayaan UMKM sebesar Rp26,78 triliun,
sebesar 72,9% dari total pembiayaan Rp36,73 triliun. Pertumbuhan pembiayaan
UMKM sendiri sebesar 22,45% dalam setahunan, yang juga dikontribusi
pembiayaan di segmen mikro. 10
Salah satu penyebab cukup besarnya presentase pembiayaan bank syariah
terhadap UMKM diduga karena bank syariah lebih mengutamakan kelayakan
usaha (proyek) ketimbang nilai agunan.11
Selain itu, UMKM juga memiliki
pengaruh yang signifikan bagi pencapaian program pemerintah dalam hal
mengurangi pengangguran dan mengentaskan kemiskinan. Pembiayaan ini juga
berpengaruh terhadap perolehan laba operasional bank syariah. Pernyataan ini di
dukung oleh penelitian Iman dan Adi bahwasanya pembiayaan UMKM
mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan laba operasional bank syariah.
Selain memperhatikan pembiayaan yang disalurkan, bank juga harus
memperhatikan kualitas pembiayaan. Kualitas pembiayaan dapat dilihat dari NPF
9 Bank Syariah Mandiri: BSM Masih Fokus ke UMKM. (Jakarta: BSM, 20012). Artikel
Diakses pada 29 November 2014 dari http://www.syariahmandiri.co.id/2012/08/bsm-masih-fokus-ke-
umkm/ 10
Berita BSM, BSM Patok Porsi Pembiayaan UMKM Jadi 75%. (Jakarta: BSM, 2013).
Artikel Diakses tanggal 9 September 2014 dari http://www.syariahmandiri.co.id/2013/04/bsm-patok-
porsi-pembiayaan-umkm-jadi-75/. 11
Amir Machmud dan Rukmana. Bank Syariah Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di
Indonesia. (Jakarta: Erlangga, 2010). h. 100
5
bank syariah tersebut. NPF mencerminkan risiko pembiayaan, semakin tinggi
rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk.
Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi
pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah.
Bertambahnya NPF akan mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk
memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga
mempengaruhi perolehan laba. Hal ini didukung oleh penelitian Tri Joko yang
menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap laba.
Permasalahan yang terjadi saat ini, NPF perbankan syariah termasuk BSM
turut mengalami kenaikan yang cukup tinggi. NPF di Bank Syariah Mandiri
mencapai 3,90% pada triwulan kedua tahun 2014. Rasio NPF tersebut lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kondisi pada triwulan pertama tahun 2014 yang berada
pada level 2,65 %.12
Kenaikan NPF di BSM ini bukan semata-mata karena tingginya
pembiayaan yang diberikan pada sektor UMKM. Jika dibandingkan, pembiayaan
UMKM paling tinggi ada pada triwulan kedua tahun 2013 dan NPF nya hanya
mencapai 1,1%. Hal ini berbanding terbalik pada saat pembiayaan UMKM turun
pada tahun 2014, NPF di BSM naik mencapai 4,23%.13
Oleh karena itu, tingginya NPF di BSM bukan hanya karena pembiayaan
sektor UMKM, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya, salah satunya
12
Bank Syariah Mandiri. Laporan Keuangan Triwulan 2014. (Jakarta: BSM, 2014) 13
Ibid
6
yaitu adanya kasus fraud (kecurangan) pada tahun 2013. Selain itu, tingginya
NPF juga disebabkan oleh kondisi ekonomi global dan nasional. Hal ini turut
memberikan efek bagi sektor-sektor usaha yang dibiayai oleh BSM.
Pertumbuhan penyaluran pembiayaan ke sektor UMKM merupakan
prestasi luar biasa yang dicapai BSM. Tetapi tingginya pembiayaan tersebut juga
diikuti tingginya tingkat NPF dalam tiga tahun terakhir. Apakah terdapat
pengaruh antara kedua variabel tersebut terhadap laba di BSM? Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian
yang berjudul: “PENGARUH PEMBIAYAAN SEKTOR UMKM DAN NON
PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP LABA OPERASIONAL PT
BANK SYARIAH MANDIRI PUSAT”
B. Identifikasi Masalah
Sebelum dirumuskan masalah penelitian perlu dibuat identifikasi masalah.
Berikut ini dikemukakan masalah-masalah yang ada pada objek yang diteliti,
antara lain :
1. Laba bank syariah dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan.
2. Tingkat NPF (Non Performing Financing) di bank syariah cukup tinggi dalam
tiga tahun terakhir. Rata-rata NPF bank syariah mencapai 4 % untuk NPF net
dan 6 % untuk NPF gross.
7
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dideskripsikan, maka penulis membatasi permasalahan pada:
1. Faktor yang mempengaruhi laba operasional yang diteliti yaitu hanya
pembiayaan UMKM dan NPF khususnya di Bank Syariah Mandiri Pusat.
2. NPF yang digunakan dalam penelitian ini yaitu NPF Gross dan periode
penelitian ini yaitu tahun 2008-2014
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah dan latar belakang di atas, maka untuk
mempermudah pembahasan penulis, merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh pembiayaan sektor UMKM terhadap laba
operasional Bank Syariah Mandiri?
2. Apakah terdapat pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap laba
operasional Bank Syariah Mandiri?
3. Apakah pembiayaan sektor UMKM dan NPF secara bersama-sama
berpengaruh terhadap laba operasional Bank Syariah Mandiri?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui dan menganalisis apakah terdapat pengaruh pembiayaan
UMKM terhadap laba operasional Bank Syariah Mandiri.
8
b. Mengetahui dan menganalisis apakah terdapat pengaruh NPF terhadap laba
operasional Bank Syariah Mandiri.
c. Mengetahui dan menganalisis apakah pembiayaan sektor UMKM dan NPF
berpengaruh secara bersama-sama terhadap laba operasional Bank Syariah
Mandiri
2. Manfaat Penelitian
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah :
a. Bagi Perusahaan, sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk
menentukan kebijakan terhadap pembiayaan khususnya pembiayaan sektor
UMKM dan dapat menjadi dasar penilaian yang obyektif dalam rangka
meningkatkan laba operasional melalui langkah yang telah ditetapkan.
b. Bagi Ilmu Pengetahuan, untuk menambah khazanah intelektual bagi
perkembangan perbankan syariah, khususnya dalam pengaruh pembiayaan
sektor UMKM dan NPF terhadap laba operasional bank syariah. Dapat
pula dijadikan literatur untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai
pembiayaan dan npf serta laba operasional.
c. Bagi Penulis, sebagai bahan informasi/masukan dalam upaya
meningkatkan kemampuan, kreativitas yang berkaitan dengan dunia kerja
dimasa yang akan datang dan merupakan sarana pelatihan bagi mahasiswa
9
untuk dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi antara teori
yang diberikan dengan praktek dilapangan.
F. REVIEW STUDI TERDAHULU14
Tabel 1.1
Review Studi Terdahulu
14
Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi (Jakarta: Pusat Peningkatan dan
Jaminan Mutu ( PPJM ) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2012), h.93.
No
Nama Penulis/
NIM/ Fakultas/
Universitas/ Judul
Skripsi,
Jurnal/Tahun
Substansi Perbedaan dengan
penulis
1. Iman Pirman
Hidayat dan Adi
Ridwan Fadillah /
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi/
Universitas
Siliwangi/Pengaru
h Penyaluran
Kredit
Usaha Mikro Kecil
Menengah
dan Pendapatan
Operasional
Terhadap Laba
Operasional
(Kasus Pada Pt
Bank Jabar
Banten. Tbk)/2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh penyaluran kredit usaha mikro kecil
menengah (UMKM) dan pendapatan operasional
terhadap laba operasional pada PT. Bank Jabar Banten,
Tbk. Metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
Hasilnya, kredit UMKM berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap pendapatan operasional. Pengaruh
penyaluran kredit UMKM terhadap laba operasional
secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap laba operasional. Pengaruh pendapatan
operasional terhadap laba operasional berpengaruh
signifikan terhadap laba operasional. Pengaruh
penyaluran kredit UMKM dan pendapatan operasional
terhadap laba operasional secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap laba operasional.
Letak
perbedaannya
adalah variable
bebas yang diteliti
dan metodologi
penelitiannya.
2. Hanif Maula
Tanjung/ Jurusan
Akuntansi/
Fakultas
Pendidikan
Ekonomi dan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Non Performing Financing (NPF)
pembiayaan murabahah dan pertumbuhan margin
murabahah terhadap pertumbuhan laba operasional
pada bank umum syariah di Indonesia pada periode
2005-2009. Penelitian ini menggunakan metode
Perbedaan pada
penelitian ini
terletak pada
variable yang
diteliti sekaligus
metode yang
10
Bisnis/ Universitas
Pendidikan
Indonesia/
Pengaruh Non
Peforming
Financing (Npf)
Pembiayaan
Murabahah Dan
Pertumbuhan
Margin
Murabahah
Terhadap
Pertumbuhan Laba
Operasional Pada
Bank Umum
Syariah Di
Indonesia/2012
penelitian analisis inferensial. Data penelitian diambil
dari laporan keuangan tiga bank umum syariah yang
dilibatkan pada penelitian ini. Data dikumpulkan
dengan teknik purposive sampling secara cross
sectional dan time series.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pertama,
pengaruh Non Performing Financing (NPF)
pembiayaan murabahah terhadap pertumbuhan margin
murabahah menunjukan hubungan yang berada pada
tingkat sedang (r = -0,412) dengan signifikasi
hubungan sebesar 17,0%. Kedua, pengaruh
pertumbuhan margin murabahah terhadap pertumbuhan
laba operasional menunjukkan hubungan yang sangat
kuat (r = 0,995) dengan signifikasi hubungan sebesar
99,0%. Ketiga, pengaruh Non Performing Financing
(NPF) pembiayaan murabahah terhadap pertumbuhan
laba operasional menunjukan hubungan yang berada
pada tingkat rendah (r = -0,372) dengan signifikasi
hubungan sebesar 13,9%.
digunakan pun
juga berbeda.
3. Cahya Masturina
Citra/09390079/Fa
kultas Syari’ah dan
Hukum/UIN
Sunan Kalijaga
Yogyakarta/Pengar
uh NPF, DPK dan
Inflasi Terhadap
Penyaluran
Pembiayaan Usaha
Kecil Menengah
(UKM) pada
BPRS di
Indonesia/Skripsi/
2013
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menjelaskan
pengaruh NPF, DPK dan inflasi terhadap jumlah
pembiayaan yang disalurkan pada sektor UKM.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal
komparatif. Teknik pengumulan data yang digunakan
yaitu teknik dokumentasi. Teknik analisa data yang
digunakan yaitu uji asumsi klasik, analisis regresi
linear berganda, uji R square, uji F dan uji t.
Kesimpulannya bahwa secara simultan variabel
NPF, DPK dan inflasi berpengaruh terhadap
pembiayaan UKM. Secara parsial, DPK berpengaruh
positif signifikan terhadap penyaluran pembiayaan
UKM. NPF berpengaruh negative terhadap pembiayaan
UKM. Sedangkan inflasi tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan UKM. Hasil koefisien determinasi (R
square) menunjukan 98,6%, dimana variabel Y dapat
dijelaskan oleh ketiga variabel X. Sedangkan 1,4% Y
dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Perbedaan
penelitian ini
dengan penelitian
yang dilakukan
oleh penulis yaitu
pada variabelnya.
Selain itu, teknik
analisis data nya
pun berbeda.
penelitian ini
hanya
menggunakan
teknik
dokumentasi
sedangkan penulis
selain dokumentasi
juga menggunakan
teknik wawancara.
11
G. Kerangka Pemikiran
Pembiayaan sektor UMKM di bank syariah hingga saat ini masih terus
mengalami peningkatan. Peningkatan ini tentunya bukan tanpa alasan, sebagai
lembaga yang berorientasi pada profit senantiasa terus meningkatkan
pembiayaannya untuk meningkatkan laba. Akan tetapi, bank syariah juga harus
memperhatikan kualitas pembiayaan itu sendiri. Kualitas pembiayaan dapat
4. Tri Joko Purwanto/
H24061626/
Fakultas Ekonomi
dan Manajemen/
Institut Pertanian
Bogor (IPB)/
Analisis Besarnya
Pengaruh
Pembiayaan,
Financing To
Deposit Ratio
(Fdr) Dan Rasio
Non Performing
Financing (Npf)
Terhadap Laba
Bank Syariah
(Studi Kasus Pt.
Bank Muamalat
Indonesia, Tbk)/
Skripsi/ 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis
pengaruh total dana pihak ketiga, pembiayaan, FDR
dan NPF terhadap laba bank syariah, (2) Menganalisis
pengaruh pembiayaan terhadap Non Performing
Financing. Model dalam penelitian ini terdiri dari dua
model regresi linier sederhana dan satu model regresi
linier berganda, yaitu: (1). Pengaruh Dana Pihak Ketiga
terhadap Laba, (2) Pengaruh pembiayaan, Financing to
Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap
Laba, (3) Pengaruh Pembiayaan terhadap Rasio Non
Performing Financing.
1. Laba = -40271 + 0,0328 Dana Pihak Ketiga
2. Laba = 29659 + 0,0327 Pembiayaan – 401 FDR –
4000 NPF
Hasil penelitian menunjukan bahwa: berdasarkan
model persamaan (1), dana pihak ketiga berpengaruh
positif terhadap laba dengan koefisien 0,0328. Model
persamaan (2) secara simultan (keseluruhan) variabel
pembiayaan, FDR dan NPF memiliki pengaruh nyata.
Namun secara parsial hanya pembiayaan dan NPF yang
berpengaruh nyata terhadap laba. Model ini memiliki
nilai Koefisien Determinasi (R²) sebesar 94,4% yang
artinya keragaman nilai dari laba, 94,4 % nya
dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam model yaitu:
pembiayaan, FDR dan NPF dan sisanya sebesar 5,6 %
dipengaruhi oleh factor-faktor lainnya.
Pada penelitian ini
terdapat 3 variabel
bebas, sedangkan
penulis hanya
meneliti 2 variabel
bebas dan terfokus
pada pembiayaan
UMKM dan NPF,
analisis regresinya
pun tentu berbeda.
Penulis
menggunakan
analisis regresi
berganda dengan 1
persamaan
sedangkan
penelitian ini
menggunakan
analisis regresi
linier berganda
dengan 2 model
persamaan karena
variable yang
digunakan pun
lebih banyak.
12
dilihat dengan rasio NPF. Semakin rendah rasio ini maka kesempatan bank untuk
mendapatkan laba dari pembiayaannya akan semakin tinggi.
Gambar 1.1
Kerangka pemikiran Teoritis
H. Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka variabel dalam penelitian
ini yaitu:
1. Variebel dependent : Laba Operasional (Y)
2. Variebel Independent : Pembiayaan UMKM (X1), NPF (X2)
Landasan Teori
Tujuan Penelitian
Latar Belakang Penelitian
Analisis Statistik
Keterkaitan Variabel
Variabel Yang Diteliti
1. Laba Operasional (Y)
2. Pembiayaan UMKM (X1)
3. NPF (X2)
Hasil Penelitian:
Dapat diketahui adanya pengaruh dari pembiayaan UMKM dan NPF terhadap
laba operasional Bank Syariah
X1
11
11
11
1 X2
Y
13
I. Pernyataan Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah ada serta beberapa literature review
terdahulu, maka penulis merumuskan hipotesis pengaruh pembiayaan UMKM
dan NPF terhadap laba operasional bank syariah sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh positif antara pembiayaan sektor UMKM dan laba
operasional Bank Syariah Mandiri
H2 : Terdapat pengaruh negatif antara NPF dan laba operasional Bank Syariah
Mandiri.
H3 : Terdapat pengaruh secara bersama-sama antara pembiayaan UMKM dan
NPF terhadap Laba Operasional Bank Syariah Mandiri.
J. Sistematika Penulisan
Untuk keserasian dan ketertiban pembahasan, serta untuk mempermudah
analisa materi pada skripsi ini, maka penulis menjelaskan dalam sistematika
penulisan. Secara garis besar, skripsi ini terdiri dari lima bab yang dibagi didalam
sub bab dan setiap sub bab mempunyai pembatasan masing-masing yang akan
saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar
belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan
14
dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian, review terdahulu dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan
pembahasan penulisan skripsi ini, khusunya mengenai variabel-
variabel yang terkait di dalam penelitian ini yaitu pembiayaan sektor
UMKM, NPF dan laba operasional.
BAB III METODE PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan lebih rinci mengenai variable
dalam penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pengumpulan dan
pengolahan data, serta teknik analisis yang digunakan dalam penelitian
ini.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi uraian secara rinci mengenai semua temuan-temuan
yang dihasilkan dalam penelitian dan mendeskripsikan hasil yang
diperoleh secara teoritik dan statistik berdasarkan pada analisa
kuantitatif.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan permasalahan
yang dihasilkan dari pembahasan yang telah dilakukan serta saran
terhadap permasalahan yang diteliti.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan
1. Gambaran Umum Pembiayaan
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi
intermediari, yaitu menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya dalam
bentuk pembiayaan kepada kelompok masyarakat yang memerlukan. Seperti
bank konvensional, salah satu aktivitas bank syariah yang dominan adalah
penyaluran pembiayaan kepada masyarakat. Penyaluran pembiayaan menjadi
bagian yang sangat penting bagi bisnis bank karena menunjukkan
keberpihakan bank pada kemajuan ekonomi masyarakat.
Pembiayaan di bank syariah atau disebut kredit di bank konvensional,
pada dasarnya merupakan sebuah kesepakatan bank dengan nasabah yang
memerlukan dana untuk membiayai kegiatan atau aktivitas tertentu.
Kesepakatan penyaluran pembiayaan bank kepada nasabah tersebut dapat
dibedakan berdasarkan akad yang digunakan. Akad pembiayaan bisa berupa
akad jual beli, akad penanaman modal atau investasi, akad sewa/sewa-beli,
dan akad lain-lain. Ada juga akad pinjam meminjam uang tanpa tambahan
atas pokok atau bunga.1
1 Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2014). h. 202
16
Pengenaan tambahan pengembalian berupa bunga pada pokok
pinjaman terjadi pada kredit bank konvensional. Pada bank syariah, tambahan
pengembalian berupa tambahan tidak terjadi. Dalam pelaksanaan pembiayaan,
Bank Syariah harus memenuhi aspek syariah dan aspek ekonomi. Artinya,
dalam setiap realisasi pembiayaan kepada nasabah, bank syariah harus tetap
berpedoman pada syariat Islam (antara lain tidak mengandung unsur maysir,
gharar, dan riba serta bidang usahanya halal), di samping tetap
mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank syariah maupun
nasabah itu sendiri.2
Bank syariah melandasi kegiatan penyaluran pembiayaan dengan Al-
Qur’an dan Hadits. Allah berfirman di dalam Q.S Al Maidah 5 : 2 yang
berbunyi sebagai berikut
إن الله شديد العقاب واتقوا الله ولا تعاونوا علي الإثم والعدوان البر والتقوىوتعاونوا علي
[٢:٥]
Yang artinya berbunyi sebagai berikut, “Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya “
2 Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 314.
17
Hadits riwayat Ibnu Majah dari Shuhaib:
“Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak
secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan
jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.‟”
Kaidah Fiqih:
Pada dasarnya segala bentuk muamalat boleh dilakukan, kecuali ada dalil
yang mengharamkan.
2. Jenis Pembiayaan
Secara umum, jenis pembiayaan berdasarkan tujuan penggunaan dapat
dibedakan menjadi:3
a. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada nasabah
yang dipergunakan untuk menbiayai barang-barang konsumtif. Pembiayaan
ini umumnya untuk perorangan, seperti untuk pembelian rumah tinggal,
pembelian mobil untuk keperluan pribadi. Pembayaran kembali
pembiayaan, berupa angsuran, berasal dari gaji atau pendapatan lainnya,
bukan dari objek yang dibiayainya.
Jenis pembiayaan yang termasuk dalam jenis pembiayaan konsumtif,
antara lain:
1.) Pembiayaan Perumahan
3 Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2014). h. 207
18
2.) Pembiayaan Mobil
3.) Pembiayaan Multiguna
4.) Kartu Pembiayaan
b. Pembiayaan Komersial, yaitu pembiayaan yang diberikan kepada
perorangan atau badan usaha yang dipergunakan untuk membiayai suatu
kegiatan usaha tertentu. Pembayaran kembali pembiayaan komersial
berasal dari hasil usaha yang dibiayai.
Pembiayaan yang termasuk dalam jenis pembiayaan komersial yaitu:
1.) Pembiayaan Mikro
2.) Pembiayaan Usaha Kecil
3.) Pembiayaan Usaha Menengah
4.) Pembiayaan Korporasi
3. Proses Pemberian Pembiayaan
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, khususnya pasal 23 perihal Kelayakan
Penyaluran Dana (Pemberian Pembiayaan), ditegaskan bahwa:
Bank Syariah dan/atau UUS harus mempunyai keyakinan atas
kemauan dan kemampuan calon Nasabah Penerima Fasilitas untuk
melunasi seluruh kewajiban pada waktunya sebelum Bank Syariah
dan/atau UUS menyalurkan dana kepada Nasabah Penerima Fasilitas.
19
Untuk memperoleh keyakinan sebagaimana dimaksud pada butir di
atas, Bank Syariah dan/atau UUS wajib melakukan penilaian yang
seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek
usaha dari calon Nasabah Penerima Fasilitas.
Proses pemberian pembiayaan yang baik dapat membantu
meminimalkan concentration risk. Untuk menghasilkan keputusan
pembiayaan yang baik, seluruh tahap dalam proses pemberian pembiayaan
harus dilalui, seperti:4
- Memahami bisnis dan industri;
- Mewawancarai nasabah;
- Melakukan analisis pembiayaan, termasuk analisis keuangan nasabah;
- Melakukan negosiasi;
- Menyusun struktur pembiayaan sesuai dengan kebutuhan nasabah;
- Melakukan dokumentasi secara layak;
- Melakukan monitoring pembiayaan dengan baik.
B. Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
1. Gambaran Umum UMKM
UMKM merupakan salah satu industri yang terus berkembang di
Indonesia. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan
4 Ikatan Bankir Indonesia. Mengelola Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2014). h. 69-70
20
mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai
tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri ini terbagi menjadi 3
kelompok, yaitu industri mikro dan kecil, industri menengah dan industri
besar.5 Pengertian UMKM dan karakteristiknya yaitu:
a. Usaha Mikro
Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang
usaha mikro, kecil, menengah adalah usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria
Usaha Mikro yaitu:6
1.) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
atau
2.) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah)
b. Usaha Kecil
Berdasarkan Pasal 1 butir 2, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
5 Kementrian Koperasi dan UMKM, PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL,
MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB)TAHUN 2011 – 2012. (Jakarta: DEPKOP, 2012).
Diakses pada 9 Juli 2014 dari
http://www.depkop.go.id/phocadownload/data_umkm/sandingan_data_umkm_2011-2012-new.pdf. 6 UU No.20 tahun 2008. Pasal 6 butir 1 tentang UMKM. Di akses pada 30 Desember 2014
dari http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Documents/UU20Tahun2008UMKM.pdf.
21
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil yaitu:7
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
c. Usaha Menengah
Berdasarkan Pasal 1 butir 3, usaha menengah adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yaitu:8
1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000
7 Ibid. Pasal 6 butir 2
8 Ibid. Pasal 6 butir 3.
22
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha; atau
2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan
paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
UMKM erat kaitannya dengan ekonomi rakyat. Ekonomi rakyat
merupakan kegiatan yang bertumpu pada sektor riil, yang mampu menyerap
potensi dan sumber daya yang ada dan tersedia di masyarakat setempat secara
swadaya, dan hasilnya ditunjukan untuk kemakmuran seluruh anggota
masyarakat, bukan untuk orang seorang atau kelompok tertentu. Selain itu,
UMKM itu sendiri juga memiliki pengaruh yang sangat signifikan bagi
pencapaian program pemerintah dalam hal mengurangi pengangguran dan
mengentaskan kemiskinan.9
Meskipun demikian, UMKM masih memiliki banyak kendala,
diantaranya yaitu akses pembiayaan bagi sebagian besar UMKM di seluruh
Indonesia.10
Keterbatasan akses pembiayaan ini menyebabkan sebagian besar
industri UMKM di Indonesia hanya mengandalkan modal yang dimiliki
sendiri. Berikut adalah alokasi sumber modal yang dimiliki oleh industri
UMKM di Indonesia baik dari modal sendiri maupun modal pinjaman..
9 Muhammad. Bank Syariah dan Prospek Pengembangan UKM. (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2005). h. 135 10
Kabar Bisnis, Empat Kendala Penghambat Pengembangan UMKM. Artikel Diakses
tanggal 9 September 2014 dari http://www.kabarbisnis.com/read/2845011.
23
Tabel 2.111
Sumber Permodalan UMKM
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa sumber permodalan
UMKM sebagian besar adalah modal sendiri dengan persentase mencapai
69,82% dan modal pinjaman hanya sebesar 4,76%. Sebagian Besar modal
pinjaman tersebut yang berasal dari bank yaitu sebesar 59,78 %. Hal ini
menunjukkan masih rendahnya suntikan modal yang diberikan ke sektor
UMKM dari lembaga keuangan maupun lembaga non keuangan lainnya.
2. Peraturan Pemerintah tentang Pembiayaan UMKM
Menurut Pasal 1 butir 11 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang
usaha mikro, kecil, menengah yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan
dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat
melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk
11
Kementerian Negara Koperasi dan UMKM. Sumber Modal UMKM. Diakses pada 13 Juni
2014 dari www.depkop.go.id
24
mengembangkan dan memperkuat permodalan usaha mikro, kecil, dan
menengah.
Perkreditan atau pembiayaan perbankan yang selama ini harus
dihadapi UMKM yaitu:12
1) Prosedur dan persyaratan perbankan yang terlalu
rumit sehingga pinjaman yang diperoleh tidak sesuai kebutuhan baik dalam
hal jumlah maupun waktu; 2) Kebanyakan perbankan masih menempatkan
agunan material sebagai salah satu persyaratan dan cenderung
mengesampingkan kelayakan usaha; 3) Tingkat bunga yang dibebankan
dirasakan masih tinggi; 4) Kurangnya pembinaan, khususnya dalam
manajemen keuangan, seperti perencanaan keuangan, penyusunan proposal
dan lain sebagainya, sehingga meskipun dimasa lalu pemerintah telah
memberikan berbagai skim kredit bagi UMKM tetap saja skim-skim kredit
tersebut tidak terjangkau.
Namun, sejalan dengan telah berkembangnya industri perbankan, dan
perbaikan ekonomi Indonesia pada era Presiden SBY, maka penguatan kredit
untuk sektor UMKM menjadi fokus perhatian pemerintah. BI pada tanggal 2
April 2007 akhirnya mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI), yang
intinya memperlonggar dan mempermudah sejumlah persyaratan kredit
perbankan bagi UKM.
12
Sri Lestari Hs. Perkembangan dan Strategi Pengembangan Pembiayaan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM). Jurnal, 2010. Di akses pada 3 Desember 2014 dari
http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/VOL15_02/6_%20lestari.pdf.
25
Selain itu, BI juga juga membuat peraturan nomor 14/22/PBI/2012.
Peraturan tersebut mengatur tentang pemberian kredit atau pembiayaan oleh
Bank Umum. Salah satu peraturan tersebut yaitu adanya kewajiban setiap
Bank Umum untuk memberikan pembiayaan kepada UMKM minimal 20%
dari total pembiayaan yang diberikan. Hal ini tentu memberikan angin segar
bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk
mendapatkan suntikan modal untuk memperluas usahanya.
C. Non Performing Financing (NPF)
1. Kualitas Pembiayaan dan NPF
Salah satu ukuran keberhasilan penyaluran pembiayaan adalah
kolektibilitas (kualitas pembiayaan), yaitu tingkat pengembalian atau
pembayaran kembali pembiayaan oleh nasabah. Tingkat kelancaran
pembayaran ini menentukan kualitas suatu pembiayaan. Kualitas pembiayaan
juga ditentukan oleh prospek usaha serta kinerja usaha dari nasabah
pembiayaan yang bersangkutan.
Tujuan penetapan kolektibilitas pembiayaan adalah mengetahui
kualitas pembiayaan agar bank dapat menghitung dan mengantisipasi risiko
pembiayaan secara dini. Penetapan kolektibilitas juga digunakan untuk
menentukan tingkat cadangan potensi kerugian pembiayaan.
26
Kualitas pembiayaan daoat ditentukan berdasarkan 3 parameter:13
a. Prospek Usaha
Penilaian prospek usaha meliputi penilaian terhadap komponen-
komponen berikut:
1) Potensi pertumbuhan usaha;
2) Kondisi pasar dan posisi nasabah pembiayaan dalam
persaingan;
3) Kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja;
4) Dukungan dari grup atau afiliasi; dan
5) Upaya yang dilakukan oleh nasabah pembiayaan dalam rangka
memelihara lingkungan hidup.
b. Kinerja Nasabah Pembiayaan
Penilaian kinerja (performance) nasabah pembiayaan meliput
penilaian terhadap komponen-komponen:
1) Perolehan laba;
2) Struktur permodalan;
3) Arus kas; dan
4) Sensitivitas terhadap risiko pasar.
c. Kemampuan Membayar
13
Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2014). h. 221-222
27
Penilaian kemampuan membayar meliputi penilaian terhadap
komponen-komponen:
1) Ketepatan pembayaran pokok dan bunga;
2) Ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan nasabah
pembiayaan;
3) Kelengkapan dokumentasi pembiayaan;
4) Kepatuhan terhadap perjanjian pembiayaan;
5) Kesesuaian penggunaan dana; dan
6) Kewajaran sumber pembayaran kewajiban.
Kualitas pembiayaan pada bank syariah dapat dilihat dari NPF bank
syariah tersebut. NPF (pembiayaan bermasalah) adalah pembiayaan yang
dikategorikan dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet.14
Tabel 2.2
Kriteria Kualitas Pembiayaan15
No. Kualitas Pembiayaan Kriteria
1. Pembiayaan Lancar a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau
bagi hasil tepat waktu; dan
b. Memiliki rekening yang aktif; atau
c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin
dengan agunan tunai (cash colateral).
14
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014). h. 359 15
Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia No.13/10/DPbs. (Jakarta: BI, 2011). Diakses
pada 11 Mei 2015 dari
http://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Documents/e23620c42f9141f6ad163539fe8056c3lampiran
_se_131012.pdf
28
2. Perhatian Khusus a. Terdapat tunggakan angsuran pokok
dan/atau bagi hasil yang belum
melampui Sembilan puluh hari: atau
b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau
c. Mutasi rekening relative aktif; atau
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap
kontrak yang diperjanjikan; atau
e. Didukung oleh pinjaman baru
3. Kurang Lancar a. Terdapat tunggakan angsuran pokok
dan/atau bagi hasil; atau
b. Sering terjadi cerukan; atau
c. Frekuensi mutasi rekeningrelatif
rendah
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak
yang diperjanjikan lebih dari
Sembilan puluh hari; atau
e. Terdapat indikasi masalah keuangan
yang dihadapi debitur; atau
f. Dokumentasi pinjaman yang lemah
4. Diragukan a. Terdapat tunggakan angsuran pokok
dan/atau bagi hasil; atau
b. Terdapat cerukan yang bersifat
permanen; atau
c. Terdapat wanprestasi lebih dari 180
hari atau
d. Terdapat kapitalisasi bunga; atau
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik
untuk perjanjian pembiayaan maupun
pengikatan jaminan.
5. Macet a. Terdapat tunggakan angsuran pokok
dan/atau bagi hasil; atau
b. Kerugian operasional ditutup dengan
pinjaman baru; atau
c. Dari segi hukummaupun kondisi
pasar, jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai wajar
Pembiayaan bermasalah (NPF) adalah suatu kondisi pembiayaan,
dimana ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali
29
pembiayaan yang menyebabkan kelambatan dalam pengembalian atau
diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan potensial
loss. Beberapa hal yang menyebabkan timbulnya pembiayaan bermasalah,
antara lain:16
- Analisis keuangan yang kurang baik;
- Struktur pembiayaan yang kurang tepat;
- Support dan dokumentasi yang buruk;
- Monitoring yang kurang baik;
- Analisis penjamin yang kurang memadai.
Dari sisi nasabah, beberapa hal yang menyebabkan pembiayaan
menjadi bermasalah, antara lain:
- Prosuk dan jasa yang buruk;
- Kontrol keuangan yang buruk;
- Faktor eksternal, seperti bencana, ekonomi, persaingan, dan
teknologi.
NPF (pembiayaan bermasalah) mencerminkan risiko pembiayaan,
semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah
semakin buruk. Dengan semakin tingginya NPF akan mengakibatkan
16
Ikatan Bankir Indonesia. Mengelola Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2014). h. 94-95
30
hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang
diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba.
2. Jenis-Jenis NPF
a. Non Performing Financing Gross (NPF Gross)17
Adalah perbandingan antara pembiayaan bermasalah dengan total
pembiayaan dengan formula sebagai berikut:
NPF Gross = Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan
- Pembiayaan adalah Pembiayaan sebagaimana diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia mengenai kualitas aset bank umum.
- Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang
lancar, diragukan, dan macet, dan dihitung berdasarkan nilai tercatat
dalam neraca secara gross (belum dikurangi CKPN).
- Total pembiayaan dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca
secara gross (belum dikurangi CKPN).
- Angka rasio dihitung per posisi (tidak disetahunkan).
b. Non Performing Financing Net (NPF Net)18
Adalah perbandingan antara pembiayaan bermasalah setelah dikurangi
CKPN terhadap total kredit dengan formula sebagai berikut:
17
Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2014). h. 284 18
Ibid. h. 285
31
NPF Net = Pembiayaan Bermasalah – CKPN Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan
- Pembiayaan adalah pembiayaan sebagaimana diatur dalam ketentuan
Bank Indonesia mengenai kualitas asset bank umum.
- Pembiayaan bermasalah adalah pembiayaan dengan kualitas kurang
lancar, diragukan, dan macet, dan dihitung berdasarkan nilai tercatat
dalam neraca.
- CKPN Pembiayaan adalah cadangan yang wajib dibentuk bank sesuai
ketentuan dalam PSAK mengenai instrumen keuangan dan PAPI, yang
mencakup CKPN pembiayaan secara individual dan kolektif.
- Total pembiayaan dihitung berdasarkan nilai tercatat dalam neraca
secara gross (belum dikurangi CKPN).
- Angka rasio dihitung per posisi (tidak disetahunkan).
Semakin tinggi rasio NPF Gross, semakin tinggi pembiayaan
bermasalah dengan kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet. Namun
harus juga dilihat rasio NPF Net-nya, yaitu rasio setelah pembiayaan
bermasalah tersebut dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN)
atau penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Rasio NPF Net yang
menjadi acun Bank Indonesia maksimal 5 % (lima persen). Jika tinggi rasio
32
NPF Net sebuah bank di atas 5 % (lima persen), bank tersebut dianggap
mempunyai risiko pembiayaan yang tinggi.19
D. Laba Operasional
1. Pengertian Laba
Setiap pendirian suatu organisasi memiliki tujuan. Begitu juga dengan
sebuah perusahaan. Tujuan dari didirikannya sebuah perusahaan oleh pemilik
perusahaan adalah untuk menciptakan dan memaksimalkan laba. Termasuk di
dalamnya adalah pendirian sebuah bank, baik itu bank konvensional maupun
bank syariah. Laba bukan hanya untuk kepentingan pemilik atau pendiri,
tetapi juga sangat penting untuk pengembangan usaha bank syariah.
Soemarso SR. mendefinisikan laba sebagai selisih lebih pendapatan
atas biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan usaha untuk memperoleh
pendapatan tersebut.20
Laba atau rugi merupakan hasil perhitungan secara
periodik. Laba/rugi ini belum merupakan laba/rugi yang sebenarnya.
Laba/rugi yang sebenarnya baru dapat diketahui apabila perusahaan
menghentikan kegiatannya dan dilikuidasikan. Tetapi, tentu saja, manajemen
dan pihak-pihak lain yang berkepentingan tidak akan sabar apabila untuk
mengetahui laba/rugi harus menanti sampai perussahaan dilikuidasi. Bahkan
mereka ingin mengetahui tanda-tanda bahaya terhadap kelangsungan hidup
19
Ikatan Bankir Indonesia. Mengelola Bank Syariah. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2014). h. 37 20
Muhammad Gade. Teori Akuntansi. (Jakarta: Almahira, 2005). h. 15.
33
perusahaan itu sedini mungkin, sehingga dapat mengambil tindakan. Oleh
karena itu, laba dihitung secara berkala, biasanya dilakukan setahun sekali.
Menurut Uhammas Gade dan Said Khaerul Wasif, laba yang diperoleh
perusahaan adalah selisih antara pendapatan dan biaya.21
Jadi pendapatan dan
biaya merupakan elemen-elemen yang dipergunakan untuk mencari besarnya
laba.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwasanya
laba merupakan kelebihan pendapatan atau penghasilan atas beban atau biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa (biaya total yang
melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang / jasa).
2. Pertumbuhan Laba
Pada dasarnya, perusahaan beroperasi adalah dengan harapan agar
memperoleh laba pada tingkat tertentu yang sudah ditetapkan sebagai tujuan
yang harus dicapai. Laba sebagaimana dilaporkan dalam laporan keuangan
telah menjadi kriteria utama yang paling penting bagi para stakeholder dalam
menilai kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dalam mencapai
tujuannya.
Pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kinerja
perusahaan juga baik. Oleh karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu
perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan,
21
Ibid. h. 16
34
mengindikasikan semakin baik kinerja perusahaan. Dengan demikian apabila
rasio keuangan perusahaan baik, maka pertumbuhan laba perusahaan juga
baik.22
Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen
dalam laporan keuangan. Pertumbuhan laba yang disebabkan oleh perubahan
komponen laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga
pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga,
perubahan pajak penghasilan, adanya perubahan dalam pos-pos luar biasa, dan
lain-lain.
Laba bank syariah terutama diperoleh dari selisih antara pendapatan
atas penanaman dana dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama periode
tertentu. Untuk dapat memperoleh hasil yang optimal, bank syariah di tuntut
untuk melakukan pengelolaan dananya secara efisien dan efektif, baik atas
dana-dana yang dikumpulkan dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga), serta dana
modal pemilik/pendiri bank syariah maupun atas pemanfaatan atau
penanaman dana tersebut.23
22
Tri Joko Purwanto, “Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit Ratio
(Fdr) dan Rasio Non Performing Financing (NPF) terhadap Laba Bank Syariah (Studi Kasus Pt. Bank
Muamalat Indonesia, Tbk)”. (Bogor: Skripsi IPB, 2011). 23
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syariah. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014).
h. 133
35
3. Konsep Laba Operasional
Pada dasarnya, pendapatan dan biaya merupakan elemen-elemen yang
dipergunakan untuk mencari besarnya laba. Elemen-elemen ini
dikelompokkan untuk memberikan pengukuran laba yang berbeda-beda,
yaitu:24
a. Laba Bruto
Laba bruto merupakan selisih antara pendapatan dari penjualan dengan
harga pokok penjualan.
b. Laba usaha (Laba Operasi)
Laba usaha merupakan selisih antara laba bruto dengan beban usaha.
c. Laba sebelum pajak
Merupakan hasil penambahan laba usaha dengan pendapatan lain-lain dan
dikurangi dengan beban-beban, pos luar biasa dan pengaruh kumulatif dari
perubahan prinsip akuntansi.
d. Laba Bersih
Laba bersih adalah laba setelah dikurangi pajak penghasilan.
24
Muhammad Gade. Teori Akuntansi. (Jakarta: Almahira, 2005). h. 16.
Penjualan - Harga Pokok Penjualan = Laba Bruto
Laba Bruto - Beban Usaha = Laba Usaha
Laba Usaha + Pendapatan Lain-lain – Beban lain-lain = Laba Sebeum Pajak
Laba Sebelum Pajak Penghasilan – Pajak Penghasilan = Laba Bersih
36
Perhitungan laba rugi perusahaan, dilakukan dengan membandingkan
antara pendapatan dalam suatu periode tertentu dengan biaya-biaya untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Selisih dari pendapatan dan biaya-biaya
akan merupakan laba atau rugi untuk periode tersebut. Jika terjadi selisih lebih
pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi berarti perusahaan mendapatan laba,
jika terjadi selisih kurang pendapatan atas biaya-biaya yang terjadi maka
perusahaan menderita kerugian.
Berdasarkan beberapa jenis laba tersebut, dalam hal ini laba usaha
dianggap bersifat masa kini (current) dan berulang. Temuan-temuan riset
menunjukkan bahwa, sebagai peramal laba yang akan datang, laba usaha lebih
unggul dari pada laba bersih.25
Selain itu, laba yang sering digunakan sebagai
pengukur kemampuan perusahaan dalam menjalankan kegiatan utamanya
adalah laba usaha. Karena laba usaha merupakan keuntungan yang benar-
benar hanya di dapat dari kegiatan utama perusahaan. Laba usaha sering juga
disebut dengan laba operasi.
Niswonger dan Fees mengemukakan pendapatnya bahwa laba dari
operasi atau laba operasi adalah kelebihan laba kotor terhadap total beban
operasi. Laba usaha dihasilkan dari selisih antara pendapatan dikurangi
dengan biaya-biaya tentunya pendapatan disini jumlahnya lebih besar dari
pada biaya yang dikeluarkan sehingga selisihnya merupakan laba.
25
Ahmed Belkaoui. Teori Akuntansi. (Jakarta: Erlangga, 1997). h. 232
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT Bank Mandiri Syariah, Wisma
Mandiri I, Jl. MH. Thamrin No. 5 Jakarta 10340 – Indonesia. Tempat
penelitian ini dipilih karena Bank Mandiri Syariah (BSM) merupakan salah
satu bank syariah terbesar di Indonesia dan dalam hal pembiayaan UMKM,
BSM juga merupakan salah satu bank syariah yang memberikan pembiayaan
sektor UMKM cukup besar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2015. Sebelum penelitian
dimulai, peneliti mengawali dengan wawancara untuk menemukan
permasalahan yang dihadapi dalam proses penelitian.
B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada pengujian teori-
38
teori melalui variabel-variabel penelitian dalam angka dan melalui analisis
data dengan menggunakan statistik atau permodelan matematis.1 Karakteristik
khusus dari penelitian kuantitatif yaitu merupakan penelitian yang
membuktikan hipotesis, meneliti sesuatu yang telah terjadi, dan penelitian ini
bersifat deduktif.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun jenis pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kausalitas.
Penelitian kausalitas adalah suatu penelitian yang bersifat sebab akibat.2
Dalam hal ini terdapat variabel independent (variabel yang mempengaruhi)
dan variabel dependent (dipengaruhi).
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berjenis data kuantitatif berupa
data rasio dan berdasarkan sumbernya penelitian ini menggunakan data primer
dan data sekunder.
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung yang
dikumpulkan melalui survey lapangan. Data primer dalam penelitian ini yaitu
1 Singgih Santoso. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. (Jakarta: PT. Elek Media
Komutindo, 2004). h. 34 2 Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2012). h.
37
39
data yang diperoleh secara langsung dari PT Bank Syariah Mandiri melalui
wawancara dengan pihak Micro Banking Group.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung baik dari buku
literatur, arsip - arsip laporan keuangan dan dokumen-dokumen pembiayaan
UMKM yang dimiliki oleh instansi bersangkutan.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.3 Jadi yang
dimaksud dengan variabel penelitian dalam penelitian ini adalah segala sesuatu
yang dianggap sebagai objek penelitian yang ditetapkan dan dipelajari sehingga
memperoleh informasi untuk menarik kesimpulan.
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka
macam-macam variabel dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi:4
1. Variabel Independent
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas
3 Ibid. h. 38
4 Ibid. h. 39
40
adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas (X)
pada penelitian ini yaitu pembiayaan UMKM (X1) dan NPF (X2).
2. Variabel Dependent
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam
bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas. Variabel terikat (Y) pada penelitian ini adalah Laba
Operasional.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi :
1. Library Research yaitu kajian pustaka mencapai pemahaman yang
komperhensif mengenai konsep yang akan dikaji. Bahan yang digunakan
untuk kajian pustaka ini adalah buku-buku, makalah, dan penelitian
terdahulu yang relevan untuk mengetahui teori yang mendukung dengan
pembiayaan UMKM, NPF dan Laba Operasional.
2. Field Research atau disebut studi lapangan adalah metode pengumpulan
data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Teknik
yang digunakan pada penelitian lapangan ini yaitu wawancara. Wawancara
dengan pihak Micro Banking Group PT Bank Syariah Mandiri Pusat yaitu
41
Bapak Jumbadi. Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah
wawancara tidak terstruktur, dimana penulis hanya menanyakan hal-hal
secara garis besar yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti.
Penulis menggunakan teknik wawancara guna mengetahui informasi secara
mendalam yang berkaitan dengan pembiayaan UMKM di PT Bank Syariah
Mandiri periode 2008-2014.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik. Sedangkan teknik
yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Regresi berganda bertujuan
menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu
variable terikat dan memprediksi variable terikat dengan menggunakan dua atau
lebih variabel bebas.5
Model regresi linier berganda dalam penelitian ini yaitu:
Y =
Dimana:
Y : Laba Operasional
α : konstanta (intercept)
βi : slope
5 Ety Rochaety dkk. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Mitra Wacana
Media: Jakarta. h:142
42
X : Pembiayaan UMKM
X : NPF
e : Besaran nilai residu (standar eror)
Untuk model regresi linier, ada beberapa pengujian yang harus dilakukan,
di antaranya yaitu:
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan salah satu uji mendasar yang dilakukan sebelum
melakukan analisis data lebih lanjut atau lebih dalam, data yang normal
sering dijadikan landasan dalam beberapa uji statistik. Data yang
mempunyai distribusi yang normal berarti mempunyai sebaran yang
normal pula. Dengan profit data semacam ini maka data tersebut dianggap
bisa mewakili populasi.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas data,
namun pada penelitian ini hanya digunakan satu teknik yaitu dengan
Teknik Kolmogorov-Smirnov (normal QQ Plot). Jika suatu distribusi data
normal, maka data akan tersebar di sekeliling garis. Pada output data
terlihat bahwa pola data tersebar di sekeliling garis, yang berarti bisa
dikatakan berdistribusi normal.
43
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah uji untuk melihat apakah terdapat hubungan
linear yang sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model
regresi.6 Salah satu cara untuk melihat apakah terdapat multikolinearitas
pada model regresi yaitu dapat dilihat dari nilai variance inflation factor
(VIF). Jika nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai lebih
besar dari 10 maka model regresi memiliki multikolinearitas sehingga
menjadi tidak valid. Selain dilihat dari nilai VIF, multikolinearitas juga
dapat dilihat dari nilai tolerance nya. Suatu variabel jika memiliki nilai
tolerance kurang dari 0,10 maka variabel tersebut memiliki masalah
multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual untuk peubah
bebas yang diketahui. Jika varian dari residual untuk peubah yang
diketahui tetap, disebut dengan homokedastisitas. Jika varian berbeda
disebut heterokedastisitas.
Untuk melihat apakah pada model regresi terdapat heteroskedastisitas
dilihat dari sebaran titik-titik yang tersebar pada output perhitungan dengan
perangkat lunak minitab. Sebaran titik-titik yang tidak membentuk pola-
6 J.Supranto. Ekonometri. (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010). Cet. 2. h. 13
44
pola tertentu namun tersebar di atas dan di bawah nol menunjukan bahwa
model regresi tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Penaksiran model regresi linear memilki asumsi bahwa tidak terdapat
korelasi serial atau autokorelasi. Autokorelasi atau korelasi serial
kemungkinan terjadi pada data time series. Model regresi yang baik tidak
memperkenankan terjadinya autokorelasi. Akibat dari terjadinya
autokorelasi adalah pengujian dalam uji F menjadi tidak valid dan jika
diterapkan akan memberikan kesimpulan yang menyesatkan pada tingkat
signifikansi dan koefisien regresi yang ditaksir.
Cara untuk melihat apakah terdapat autokorelasi atau tidak yaitu dengan
DW test atau uji Durbin Watson dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis
nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi.
2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang
berarti tidak ada autokorelasi.
3) Jika d terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka
tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Nilai du dan dl dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang
bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang
menjelaskan.
45
2. Uji Hipotesis
a. Uji F
Untuk menguji pengaruh peubah bebas terhadap peubah tak bebas secara
simultan dapat diuji dengan menggunakan uji F. Penggunaan uji F dalam
menguji pengaruh peubah bebas secara simultan sering disebut analisis
ragam. Pengujian secara simultan dimaksudkan melihat pengaruh peubah
bebas secara bersama-sama terhadap peubah tak bebas. Nilai F hitung hasil
regresi dibandingkan dengan nilai F pada tabel. Jika F hitung > F tabel
maka berarti terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial, dan
sebaliknya jika F hitung < F tabel maka tidak terdapat pengaruh yang
signifikan secara parsial. Hal tersebut juga berlaku untuk Uji t.
b. Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independent secara individual dalam menerangkan variabel
dependent. Sama seperti Uji F, untuk menguji nya yaitu dengan
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Selain itu, pengujian juga
dapat dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%).
Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria:
46
- Jika nilai signifikan > 0,05 maka Ho diterima dan Ha belum cukup
bukti. Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai
pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
- Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak. Ini berarti
secara parsial variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
c. Uji Determinasi
Dalam uji linear, koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
prosentase sumbangan pengaruh serentak variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikat untuk itu digunakan angka-angka pada tabel
model summary. Cara menetukan Koefisien Determinasi dengan melihat
Adjusted R Square. Interpretasinya sama dengan R Square, akan tetapi
nilai Adjusted R Square dapat naik atau turun dengan adanya penambahan
variabel baru, tergantung dari korelasi antara variabel bebas tambahan
tersebut dengan variabel terikatnya. Nilai Adjusted R Square dapat bernilai
negatif, sehingga jika nilainya negatif, maka nilai tersebut dianggap 0, atau
variabel bebas sama sekali tidak mampu menjelaskan varians dari variabel
terikatnya
47
Dasar pengambilan keputusan:
Tabel 3.1
Koefisien Determinasi
Jika perhitungannya semakin mendekati nilai 100% maka model tersebut
semakin baik, karena perubahan pada variabel-variabel independen yang
dimaksud memang benar-benar memberikan pengaruh atau kontribusi
terhadap perubahan yang terjadi pada variabel dependen.
< 0,10 Buruk Ketepatannya
0,11-0,30 Rendah Ketepatannya
0,31-0,50 Cukup Ketepatannya
> 0,50 Tinggi Ketepatannya
48
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum PT Bank Mandiri Syariah
1. Sejarah dan Profil PT Bank Mandiri Syariah
Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan salah satu bank syariah
terbesar di Indonesia. BSM didirikan pada 25 Oktober 1999 dan secara resmi
mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1
November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai
bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani,
yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama
membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
Bank Syariah Mandiri hingga saat ini telah memiliki 864 kantor yang
tersebar di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Dengan 921 ATM Syariah
Mandiri, ATM Prima 74.050 unit, dan Malaysia Electronic Payment System
(MEPS) 12.010 unit. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan kepada
49
nasabahnya dalam melakukan berbagai macam transaksi. Dilihat dari visi dan
misi nya, BSM memfokuskan pada penghimpunan dana murah dan
mengutamakan penyaluran pembiayaan pada segmen UMKM.
2. Pembiayaan UMKM di Bank Syariah Mandiri1
UMKM adalah usaha yang sangat strategis dan penting di Indonesia,
dengan potensi yang sangat besar dengan jumlah pelaku usaha sebesar 48,85
juta usaha. Bagi BSM, pembiayaan di sektor UMKM cukup menarik karena
menjanjikan yield yang tinggi. Marjin merupakan magnet yang menarik,
karena bisnis bank pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan marjin.
BSM juga melihat, di samping pasar yang masih luas, pembiayaan
UMKM adalah pembiayaan dengan plafond yang tidak terlalu besar. Artinya
bank tidak menaruh risiko yang begitu besar. Hal ini terlihat dari rendahnya
prosentase NPF terhadap UMKM yang hanya mencapai 7,4 % dari total
pembiayaan UMKM.
Di mata perbankan, saat ini sektor UMKM sedang menjadi bintang
dan primadona. Hal ini dikarenakan UMKM dianggap tahan terhadap
gunjangan krisis, bank-bank pun berebut membiayai sektor ini. Sektor ini
dianggap seksi karena pembiayaan di sektor ini bisa mendatangkan yield yang
tinggi. Marjin yang begitu besar menjadikan bank-bank berlomba berebut
masuk ke sektor ini.
1 Wawancara pribadi dengan Jumbadi Micro Banking Group. Jakarta, 2 April 2015.
50
BSM memfokuskan pembiayaan ke sektor UMKM ini dengan dua
model, yaitu:
a. Pembiayaan langsung
Gambar 4.1
Skema Pembiayaan UMKM secara Langsung
b. Pembiayaan Linkage Program
Gambar 4.2
Skema Pembiayaan UMKM secara Linkage
51
B. Pengaruh Pembiayaan UMKM terhadap Laba Operasional
Tabel 4.1 Hasil Uji Korelasi Laba & UMKM
Ln_Laba Ln_UMKM
Pearson Correlation Ln_Laba 1 0.597
Ln_UMKM 0.597 1
Sig. (1-tailed) Ln_Laba . 0
Ln_UMKM 0 .
N Ln_Laba 28 28
Ln_UMKM 28 28
Pada tabel Correlations dapat diketahui korelasi antara satu variabel
dengan variabel lainnya. Dalam hal ini terdapat variabel Laba dan UMKM.
Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwasanya UMKM memiliki korelasi sebesar
0,597 atau sebesar 59,7 % terhadap laba operasional Bank Syariah Mandiri. Ini
merupakan hasil yang cukup baik. Jika dilihat data berdasarkan laporan keuangan
triwulan BSM, pembiayaan di sektor UMKM sejauh ini hanya pada kisaran 20-33
%. Dengan prosentase tersebut, UMKM mampu memberikan keuntungan lebih
dari 50% terhadap total laba operasional di BSM.
Tabel 4.2
Hasil Uji t UMKM
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant)
1.836 4.775
0.385 0.704
Ln_UMKM 0.796 0.295 0.415 2.703 0.012 0.826 1.211
a. Dependent Variable: Ln_Laba
52
Pada tabel tersebut, terlihat bahwasanya variabel UMKM memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,012 < 0,05 dan t hitung sebesar 2,703 > t tabel sebesar
2,052. Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika
dilihat berdasarkan nilai koefisiennya, variabel UMKM memiliki nilai positif
yaitu sebesar 0,796. Kedua hal ini membuktikan bahwa UMKM memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap laba operasional.
C. Pengaruh NPF terhadap Laba Operasional
Tabel 4.3
Hasil Uji Korelasi Laba & NPF
Ln_Laba Ln_NPF
Pearson Correlation Ln_Laba 1 -0.609
Ln_NPF -0.609 1
Sig. (1-tailed) Ln_Laba . 0
Ln_NPF 0 .
N Ln_Laba 28 28
Ln_NPF 28 28
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa korelasi antara variabel
NPF dan Laba sebesar - 0,609 atau sebesar - 60,9 %. Ini menunjukkan bahwa
NPF memiliki hubungan yang kuat terhadap laba operasional. Hubungan antara
NPF dan Laba adalah negatif, hal tersebut terlihat dari adanya tanda negatif ( - )
pada hasil regresi.
53
Tabel 4.4
Hasil Uji t NPF
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant)
1.836 4.775
0.385 0.704
Ln_NPF -1.024 0.361 -0.436 -2.837 0.009 0.826 1.211
a. Dependent Variable: Ln_Laba
Pada tabel coefficients dapat diketahui bahwasanya nilai sig. NPF adalah
sebesar 0,009 < 0,05 dan t hitung sebesar 2,837 > t tabel yaitu sebesar 2,052. Jika
t hitung > t tabel maka dapat disimpulkan bahwasanya H0 di tolak dan H2
diterima. Selain itu, nilai Beta dari variabel NPF adalah – 1,024 atau sebesar
102,4 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel NPF memiliki pengaruh yang
negatif signifikan terhadap laba operasional.
D. Pengaruh UMKM dan NPF secara Bersama-sama terhadap Laba
Operasional
1. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah
dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal. Pada
dasarnya suatu data dikatakan normal apabila memiliki data minimal 30 ( n >
30). Sedangkan pada penelitian ini, jumlah data yang digunakan adalah 28.
54
Oleh karena itu sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, langkah awal yang
dilakukan adalah uji normalitas.
Gambar 4.3
Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan tabel normal QQ Plots dapat diketahui bahwasanya plot-
plot mengikuti dan mendekati garis fit line. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa variabel mendekati distribusi normal.
2. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant)
1.836 4.775
0.385 0.704
Ln_UMKM 0.796 0.295 0.415 2.703 0.012 0.826 1.211
Ln_NPF -1.024 0.361 -0.436 -2.837 0.009 0.826 1.211
a. Dependent Variable: Ln_Laba
55
Ada atau tidaknya kolineraitas ganda pada suatu model regresi salah
satunya dapat dilihat pada nilai VIF maupun nilai tolerance nya. Dari table
coefficients diatas dapat diketahui bahwa nilai VIF dari kedua variabel
bebasnya < 10 yaitu sebesar 1,211. Jika dilihat dari nilai tolerance nya,
nilainya sebesar 0,826 > 0,10. Oleh karena itu, dari nilai VIF dan nilai
tolerance tersebut dapat dikatakan bahwa tidak terdapat masalah
multikolinearitas di dalam model regresi ini.
3. Uji Autokorelasi
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .716
a 0.513 0.474 0.5209 0.513 13.17 2 25 0 1.935
a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_UMKM b. Dependent Variable: Ln_Laba
Pada tabel tersebut nilai Durbin Watson (DW) sebesar 1,935 dengan
jumlah data 28 (n=28), dan jumlah variabel (k) sebanyak 3. Berdasarkan data-
data itu didapatkan nilai du yaitu sebesar 1,41. Dilihat dari tabel klasifikasi
nilai DW maka nilai DW berada diantara du dan 4-du (4-du < DW > du),
dapat disimpulkan bahwa pada model regresi ini tidak terjadi autokolerasi.
56
4. Uji Heterokedastisitas
Gambar 4.4
Hasil Uji Heterokedastisitas
Pada uji heteroskedastisitas melalui uji scatter plot terlihat bahwa
titik-titik tidak membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
5. Uji F
Tabel 4.7
Hasil Uji F UMKM dan NPF
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression
7.147 2 3.574 13.17 .000a
Residual 6.783 25 0.271
Total 13.931 27
a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_UMKM
b. Dependent Variable: Ln_Laba
57
Pada Uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 13,17.
Dengan df1= 2 dan df2= 25. Sedangkan pada F tabel didapat nilai sebesar
3,39. Dengan demikian F hitung 13,17 > F tabel 3,59. Dengan signifikansi
0,000 < 0,05, maka H0 ditolak dan H3 diterima yang berarti nilai koefisien
regresi tidak sama dengan nol, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
variabel bebasnya secara bersama-sama dapat menerangkan variabel
terikatnya.
6. Uji Determinasi
Tabel 4.8
Hasil Uji Determinasi
Hasil di atas didapatkan koefisien determinasi Adjusted R Square (Adj
R2) 0,474 atau 47,4%. Hal ini menunjukkan bahwa prosentase sumbangan
pengaruh variabel independent UMKM dan NPF terhadap variabel dependent
Laba Operasional sebesar 47,4% dan sisanya sebesar 52,6% dipengaruhi oleh
variabel lain.
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .716
a 0.513 0.474 0.5209
a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_UMKM
b. Dependent Variable: Ln_Laba
58
Berdasarkan uji analisa yang dilakukan sebelumnya, maka didapatkan
hasil pada model regresi berganda sebagai berikut:
Ln_Laba = 1,836 + 0,796 Ln_UMKM – 1,024 Ln_NPF
Persamaan di atas menunjukkan bahwa:
1. UMKM memiliki hubungan searah (positif) dengan Laba. Jadi, jika
UMKM naik satu kesatuan maka Laba akan naik juga sebesar 0,796 dan
begitu pula sebaliknya. Hal ini menyatakan bahwa semakin besar
pembiayaan UMKM yang diberikan oleh suatu bank maka akan
meningkatkan Laba Operasional bagi bank.
2. NPF memiliki hubungan terbalik (negatif) dengan Laba. Jika NPF naik
satu kesatuan maka Laba akan turun sebesar 1,024 dan jika NPF turun
satu kesatuan maka Laba akan naik sebesar 1,024. Oleh karena itu, untuk
tetap meningkatkan laba, bank harus tetap menjaga tingkat NPF
seminimal mungkin agar laba yang di dapatkan maksimal.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan mengenai
pembiayaan UMKM dan NPF serta Laba pada Bank Syariah Mandiri Pusat
periode 2008-2014, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh positif signifikan pembiayaan UMKM terhadap Laba
Operasional. Besarnya pengaruh kedua variabel tersebut yaitu sebesar 0,597
atau sebesar 59,7 % dengan signifikansi sebesar 0,012. Hal ini membuktikan
bahwasanya semakin tinggi pembiayaan UMKM yang disalurkan, maka laba
yang didapatkan akan semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah
pembiayaan UMKM yang disalurkan, maka laba yang didapatkan akan
semakin rendah.
2. Terdapat pengaruh negatif signifikan NPF terhadap Laba Operasional.
Pengaruhnya yaitu sebesar – 0,609 atau sebesar -60,9 % dengan signifikansi
sebesar 0,009. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat NPF,
maka akan menurunkan perolehan laba dan jika tingkat NPF turun, maka laba
yang didapatkan akan naik.
60
3. Terdapat pengaruh variabel independent (UMKM dan NPF) secara bersama-
sama terhadap variabel dependent nya (Laba Operasional) yaitu sebesar 0,474
atau sebesar 47,4%. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangsih variabel
UMKM dan NPF terhadap laba operasional yaitu sebesar 47,4 % dan sisanya
sebesar 52,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti pada
penelitian ini.
B. Saran
Setelah didapat hasil dari penelitian ini dan berdasarkan kesimpulan-
kesimpulan yang telah disebutkan di atas, saran-saran yang dapat peneliti
sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi pihak Bank Syariah Mandiri (BSM), diharapkan terus meningkatkan
pembiayaan ke sektor UMKM akan tetapi tetap memperhatikan tingkat NPF
agar laba yang didapatkan tetap maksimal.
2. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan variabel-variabelnya lebih bervariasi
agar model yang diformulasikan lebih baik lagi.
61
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia. Outlook Perbankan Syariah 2014. Jakarta: BI, 2014. Diakses pada 2
Oktober 2014 dari http://www.bi.go.id.
_____________. Peraturan Bank Indonesia No.5/7/PBI/2003. Jakarta: BI, 2003.
Diakses pada 2 Oktober 2014 dari http://www.bi.go.id.
_____________. Surat Edaran Bank Indonesia No.13/10/DPbs. Jakarta: BI, 2011.
Diakses pada 11 Mei 2015 dari http://www.bi.go.id.
Belkaoui, Ahmed. Teori Akuntansi. Jakarta: Erlangga, 1997.
Citra, Cahya Masturina. Pengaruh NPF, DPK dan Inflasi Terhadap Penyaluran
Pembiayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) pada BPRS di Indonesia 2013.
Skripsi. Diakses pada 2 November 2014 dari http://digilib.uin-
suka.ac.id/8364/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf.
Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Pusat Peningkatan
dan Jaminan Mutu ( PPJM ) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah, 2012.
Gade , Muhammad. Teori Akuntansi. Jakarta: Almahira, 2005.
Hidayat, Imam Pirman dan Adi Ridwan Fadhilah. Pengaruh Penyaluran Kredit
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Pendapatan Operasional
terhadap Laba Operasional (Kasus pada Pt Bank Jabar Banten. Tbk) 2011.
62
Skripsi. Diakses pada 2 November 2014 dari
https://imanph.files.wordpress.com/2011/10/iman-umkm-bjb.pdf.
Ikatan Bankir Indonesia. Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2014.
____________. Mengelola Bank Syariah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2014.
Kabar Bisnis, Empat Kendala Penghambat Pengembangan UMKM. Artikel Diakses
pada 9 September 2014 dari http://www.kabarbisnis.com/read/2845011.
Lestari, Sri. Perkembangan dan Strategi Pengembangan Pembiayaan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM). Jurnal, 2010. Diakses pada 3 Desember 2014
dari
http://www.smecda.com/deputi7/file_Infokop/VOL15_02/6_%20lestari.pdf.
Muhammad. Bank Syari’ah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
_________ . Bank Syariah dan Prospek Pengembangan UKM. (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2005). h. 115
_________ . Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Machmud , Amir dan Rukmana. Bank Syariah Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di
Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2010.
Rochaety, Ety dkk. Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2009.
63
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elek Media
Komutindo, 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2012.
Supranto, J. Ekonometri Cet. 2. Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Tanjung, Maula Hanif. Pengaruh NPF Pembiayaan Murabahah dan Pertumbuhan
Margin Murabahah terhadap Pertumbuhan Laba Operasional pada Bank
Umum Syariah di Indonesia 2012. Skripsi. Diakses pada 2 November 2014
dari http://a-research.upi.edu
Tri Joko Purwanto, “Analisis Besarnya Pengaruh Pembiayaan, Financing to Deposit
Ratio (Fdr) dan Rasio Non Performing Financing (Npf) terhadap Laba Bank
Syariah (Studi Kasus Pt. Bank Muamalat Indonesia, Tbk)”. Bogor: Skripsi
IPB, 2011. Diakses pada 17 Juli 2014 dari
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47725/H11tpu.pdf?se
quence=1.
Undang-Undang No.20 tahun 2008. tentang UMKM.
Wawancara pribadi dengan Jumbadi Micro Banking Group. Jakarta, 2 April 2015.
www.syariahmandiri.co.id.
www.depkop.go.id.
64
LAMPIRAN
NO. TAHUN
LABA
(Juta
Rupiah)
UMKM
(Juta
Rupiah)
NPF (%) Ln_LABA Ln_UMKM Ln_NPF
1 2014 96120 6358327 6.84 11.47 15.67 1.92
2 369279 6701118 6.76 12.82 15.72 1.91
3 209025 6690847 6.46 12.25 15.72 1.87
4 270404 5905765 4.88 12.51 15.59 1.59
5 2013 874903 7028943 4.32 13.68 15.77 1.46
6 629908 7213535 3.4 13.35 15.79 1.22
7 487600 7273224 2.9 13.10 15.80 1.06
8 342615 6999559 3.44 12.74 15.76 1.24
9 2012 1091102 7064014 2.82 13.90 15.77 1.04
10 789061 5293230 3.1 13.58 15.48 1.13
11 529399 5316292 3.04 13.18 15.49 1.11
12 257260 5025823 2.52 12.46 15.43 0.92
13 2011 741645 4877845 2.42 13.52 15.40 0.88
14 548594 6085549 3.21 13.22 15.62 1.17
15 360454 6750907 3.49 12.80 15.73 1.25
16 184271 6186821 3.3 12.12 15.64 1.19
17 2010 565098 6838510 3.52 13.24 15.74 1.26
18 432504 6877205 4.17 12.98 15.74 1.43
19 262163 3782107 4.13 12.48 15.15 1.42
20 119487 3276391 4.08 11.69 15.00 1.41
21 2009 410384 3250744 4.84 12.92 14.99 1.58
22 283297 3233814 5.87 12.55 14.99 1.77
23 176831 2913457 5.35 12.08 14.88 1.68
24 89142 2678925 5.81 11.40 14.80 1.76
25 2008 279940 2763258 5.66 12.54 14.83 1.73
26 215806 3174108 5.01 12.28 14.97 1.61
27 140824 3043232 5.08 11.86 14.93 1.63
28 68574 2602352 5.36 11.14 14.77 1.68