Download - Terobosan Edisi Reguler 365
-
8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365
1/12Edisi Reguler 365, 03 November 2014
Media Sebagai Jembatan Solutif diantara MerekaMedia Sebagai Jembatan Solutif di
Edisi Reguler 365, 03 November 2014
-
8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365
2/12
TROBOSAN
-E
disiReguler
365-N
ovember2014
Sekapur Sirih,Joyeux Anniversaire
Halaman 2
Sikap, Media di antara Pejabat dan Mahasiswa;
Sebuah Jembatan Solutif
Halaman 3
Laporan Utama, Menyoal Keruwetan Birokrasi
Mahasiswa Baru
Halaman 4,5
Komentar Peristiwa, Kapan Asrama Indonesia-
Mesir Siap Huni (?)
Halaman 6,
Sketsa, Mengejar Target Masa Depan
Halaman 7
Kolom, Yang Masisir Harapkan dari Atdik
Halaman 8
Seputar Kita PPMI Menggelar ORMABA 2014 |
Gebyar HUT GAMAJATIM ke-16
Halaman 9
Sastra Nila (II)
Halaman 10
Kolom, Mahasiswa (Lama) Pembentuk Generasi
Dunia
Halaman 11
Terbit perdana pada21 Oktober 1990.Pendiri: SyarifuddinAbdullah, TabraniSabirin. PemimpinUmum: Iis IstianahPemimpin Redaksi:
Fachry Ganiardi. Pem-impin Perusahaan:Dila Nabila, Aulia
Khairunnisa. Dewan Redaksi: M. Hadi Bakri.Heni Septianing. Abdul Malik, Abdul LatifHarahap, Ahmad Ramdani, Rijal W. Rizkillah,Zammil Hidayat, Reportase: Ikmal AlHudawi, Muhammad Al-Khudori, Furna Hub-batalillah, Muhammad Rifai, DIni MukhlishatiEditor: Fahmi Hasan Nugroho, Ainun Mardi-yah Lay Outer: Abdul Malik PembantuUmum: Keluarga TROBOSAN. AlamatRedaksi: Indonesian Hostel-302 Floor 04, 08el-Wahran St. Rabea el-Adawea, Nasr City Cai-
ro-Egypt. Telepon: 22609228, E
-mail: tero-
[email protected]. Facebook : Tero-bosan Masisir. Untuk pemasangan iklan, pen-gaduan atau berlangganan silakan menghub-ungi nomor telepon : 01206308454(Malik), 01140957150 (Iis), 01156796475
(Dila)
Tak terasa, masa perkuliahan pada ta-
hun ajaran baru 2014 sudah dimulai.
Mayoritas mahasiswa al-Azhar berbondong-
bondong ke kampus dengan membawa se-
gumpal semangat.
Tak terasa jua, buletin yang sedang anda
baca saat ini telah masuk dalam usia yang ke
24, usia yang bisa diukur cukup dewasa.
Bisa jadi ketika anda masih dalam kan-
dungan ibu, TROBOSAN sudah mulai me-
rangkak dan tengah belajar berjalan.
Sebuah pertanyaan yang sering terulang dalam
pikiran sebagian dari kita, apa sih pent-
ingnya media informasi di komunitas
Masisir ini?
Memang kami akui bahwa sama sekali tidak
ada kenikmatan materi yang didapatkandari kesibukan kami di dapur redaksi, justru
mau tidak mau kami yang mengorbankan
sedikit harta, bahkan waktu dan pikiran demi
menerbitkan satu edisi saja. Jika dipikirkan,
kenapa kami ingin berbuat seperti ini?
Media itu ibarat cermin bagi sebuah
komunitas, yang memperlihatkan bentuk wajah
dari komunitas tersebut. Hal itu tidak lain
karena apa yang ditulis di dalam media itu
tidak akan jauh dari apa yang terlihat di
sekitar komunitas tersebut.
Apa yang diangkat oleh sebuah media biasanya
menggambarkan apa yang menjadi topik utama
pembicaraan komunitas tempat media itu
berada. Menggambarkan pola pikirnya, keadaan
masyarakatnya, hingga menggambarkan apa
sebenarnya isi dari komunitas tersebut.
Ya, selain menjadi lahan pembelaja-
ran bagi kami seluruh kru
redaksi, media informasi juga
menjadi pembelajaran secara tid-
ak langsung bagi komunitas ini. Agar
Masisir tidak terlalu menikmati kenya-
manan saat kenyamanan tersebut justru
membuat komunitas menjadi stagnan.
Fungsi media untuk menjadi
cerminan masyarakat, dan masyarakat
menjadi pengawas bagi media.
Hingga terjadilah semacam tim-
bal balik antara media dan
masyarakat, saling memberi dan
mempengaruhi demi terwujud-
nya komunitas yang dinamis.
Maka kami sangat berterimakasih
atas segala masukan, kritik dan saran
yang selama ini mengiringi perjal-
anan kami selama dua dekade.
Kami tidak akan eksis tanpa semangat dan
dorongan dari para pembaca, pertanyaan Kapan
terbit? yang kami terima, meski seakan tidak terla-
lu penting justru menjadi penyemangat bagi
kami bahwa kehadiran kami memang dinanti oleh
para pembaca.
Maka kami berharap semoga kami terus bisa
melakukan hal yang terbaik demi terciptanya
komunitas Masisir yang dinamis.
Pada edisi ini kami mencoba menengok
kelanjutan proses pembangunan asrama
Indonesia-Azhar yang katanya sudah bisa
dihuni. Pun asrama yang baru saja diresmi-
kan oleh SBY itu ternyata tidak dapat dihuni
pada tahun ini, mengapa demikian ?
Di edisi ini juga, kami mampu mengupas
birokrasi mahasiswa baru yang setiap ta-hunnya permasalahannya selalu berubah-
ubah. Kemudian kami juga melirik nasib 85
Camaba yang ijazahnya tersendat alias tidak
muadalah, apa sih kendalanya?
Kami juga memberi sekelumit tulisan
pada rubrik kolom, terkait polemik yang
tengah terjadi antara Masisir-Atdikbud.
Dan akhirnya kami ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu
kami moral maupun materil, hingga kami
pun masih dapat eksis mewarnai dinamikaMasisir yang tdiak pernah tidur.
Setiap kritik dan saran akan kami terima
dengan lapang dada, dan tentunya menjadi
amunisi bagi kami untuk terus berbuat.
Selamat membaca! []
Joyeux Anniversaire
Express Copy
Menerima segala jenis
fotokopi
Mahatthah Mutsallas,
Hay `Asyir
Building 102 Sweesry.
Hp: 01001726484
-
8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365
3/12
TROB
OSANEdisiReguler365November2014
Rubrik Sikap adalah editorial buletin TROBOSAN. Ditulis oleh tim redaksi TROBOSANdan mewakili suara resmi dari TROBOSANterhadap
suatu perkara. Tulisan ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab redaksi.
Saya sangat sebeldengan kawan-kawan
TROBOSAN...
Sejumlah kru TROBOSAN terkejut
menerima sambutan hangat dari salah satu
narasumber yang ditemui di ruang kerjanya.
Tapi saya care karena kalian mau datanguntuk evaluasi.
Tiga orang kru TROBOSAN itupun ke-
cele. Tidak lain karena pertemuan dengan
sang narasumber yang rencananya
digunakan untuk wawancara ternyata di-
tolak. Bukan karena apa, nampaknya ada
ketidakpuasan narasumber setelah mem-
baca berita yang telah kami sajikan pada
edisi lalu.
Faktanya, momen wawancara itu di-
manfaatkan narasumber untuk memberi
masukan kepada segenap kru. Beberapa
konten berita yang dianggap menyudutkan
pihaknya diprotes dan dikritisi. Baik dari
segi konten maupun sudut pandang (angle)
yang kami gunakan. Tentu kami kecewa ka-
rena agenda wawancara tersebut batal
meskipun pada akhirnya beliau bersedia
menjawab wawancara lewat email. Dan
siapa sangka, kedatangan kami mendapat
sambutan seperti itu.
Mengkritisi konten berita yang telah
kami sajikan tentu sah-sah saja. Tetapi jika
sudut pandang (angle) pun didikte, di mana
lagi daya kreatif jurnalis ditampung? Ya,
pembicaraan dan masukan yang beliau sam-
paikan pada saat itu memang tidak kami
rekam. Akan tetapi Tuhan melihat, dan ma-
laikat pasti merekamnya.
Merupakan suatu hal yang wajar, ter-
dapat pihak yang tidak puas dengan pember-
itaan suatu media. Bukan hanya sekali dua
kali terdapat pihak yang merasa terpojokkan
dengan apa yang telah kami sajikan.
Anehnya, tidak jarang terdapat pihak yang
pada akhirnya memilih untuk diam saat
dihadapkan dengan data yang kami peroleh,
ataupun saat diminta untuk mengklariikasi
atas berita yang kami paparkan melalui jalur
resmi, sesuai kode etik jurnalistik.
Semua tahu bahwa jurnalis adalah manu-
sia yang tidak Maha Mengetahui. Keterbata-
san informasi pun tidak jarang menjadi tan-
tangan dan kendala yang sulit ditembus.
Mulai dari narasumber yang kurang terbuka
saat diwawancarai, respon lambat narasum-ber yang berbenturan dengan deadline, sam-
pai mereka yang kucing-kucingan ketika
dihubungi. Dengan keterbatasan semacam
itu, tidak jarang membuat berita yang
disajikan seolah memicu itnah dan adu
domba. Padahal check and balance sudah
semaksimal mungkin dilakukan.
Sebenarnya bukan hal yang wajar, bilasuatu berita yang mengandung kritik dan
masukan serta berdasar pada data yang valid
dianggap sebagai parasit; pemicu itnah dan
adu domba. Hal yang demikian tidak didapat
kecuali dalam suatu masyarakat yang diatur
oleh sistem yang diktator. Hal tersebut ten-
tunya bertolak belakang dengan nilai yang
dianut oleh sistem dan Undang-Undang di
negara kita. Hal ini sebagaimana yang ter-
maktub dalam pasal 28 UUD 45, di mana
kebebasan berpendapat mendapat jaminan.
Jujur saja, akhir-akhir ini terjadi ketegan-
gan antara beberapa aktiis Masisir dengan
pihak KBRI yang terekam oleh media sosial.
Beberapa waktu yang lalu KBRI atau lebih
tepatnya Atase Pendidikan Cairo dibully
beberapa Masisir di facebook. Beberapa
komentar dan kritik tajam dilontarkan
secara langsung melalui foto, caption yang
beraroma dagelan dan tidak tanggung-
tanggung, dengan mengetag akun pribadi
yang bersangkutan.
Memang sudah seharusnya kita ber-pegang pada asas praduga tak bersalah
kalau boleh disebut juga husnudzon ter-
hadap para pejabat yang menaungi seluruh
warga Indonesia di Mesir ini. Beberapa pen-
capaian mereka juga selayaknya diapresiasi,
seperti bantuan asrama dari Indonesia untuk
al-Azhar yang pada akhirnya dapat diresmi-
kan oleh Mantan Presiden SBY di Jakarta
(lihat TROBOSAN edisi 364).
Akan tetapi, tindakan beberapa akun
Masisir yang menyampaikan kritik dan ma-
sukan secara terang-terangan di media so-
sial, apakah hal itu dapat dibenarkan?
Apakah sesuai dengan etika dan sopan san-
tun selaku mahasiswa Al-Azhar yang tengah
menuntut ilmu dien? Jangan-jangan hal itu
terjadi lantaran jalur birokrasi yang ada,
dirasa melempem dan tidak dapat menjem-
batani berbagai aspirasi publik. Ataukah
selama ini tidak ada respon yang solutif dari
pihak-pihak yang dituju?
Menanggapi fenomena yang tengah ter-
jadi, lalu mengaitkannya dengan eksistensidan fungsi sebuah media, sebenarnya ada hal
penting terkait etika jurnalistik yang banyak
dilupakan oleh Masisir dan beberapa pejabat
yang menaunginya. Ini terkait hak jawab dan
hak koreksi. Hak Jawab adalah hak bagi
seseorang atau sekelompok orang untuk
memberikan tanggapan atau sanggahan ter-
hadap pemberitaan berupa fakta yang meru-gikan nama baiknya. Adapun Hak Koreksi
adalah hak bagi setiap orang untuk mengore-
ksi atau membetulkan kekeliruan informasi
yang diberitakan oleh media, baik tentang
dirinya maupun tentang orang lain. Dua hak
ini yang sangat jarang dimanfaatkan di
komunitas Masisir saat ini.
Padahal, kalau memang terdapat kesala-
han atau hal-hal yang ingin diluruskan dari
suatu berita atau opini, pihak yang
dikecewakan tidak seharusnya main hakim
sendiri. Klariikasi alias tabayun dapat dil-
akukan dengan cara yang sopan dan sesuai
aturan. Dengan memanfaatkan Hak Jawab
dan Hak Koreksi, setiap pihak baik yang
merasa dirugikan atau merasa tidak puas
dengan pemberitaan media dapat mela-
yangkan koreksi pada media yang ber-
sangkutan. Selanjutnya media harus memuat
dan menanggapi koreksi tersebut.
Media sosial memang lebih cepat, murah
dan mudah untuk menyampaikan aspirasi.
Akan tetapi apa yang disampaikan melaluimedia sosial baik itu berupa kritik, tangga-
pan, opini, dll hanya dapat dipertanggung-
jawabkan dan direspon secara personal. Pun
konten yang disampaikan cepat sekali ber-
ganti dan tertumpuk oleh postingan-
postingan baru. Ini tentu berbeda dengan
media jika ditilik berdasarkan fungsinya;
dapat menjembatani komunikasi secara mas-
sal. Di sinilah seharusnya media dapat men-
jalankan fungsi dan perannya, sebagai wadah
untuk menjembatani komunikasi berbagai
pihak. Karena hal itu pula TROBOSAN men-
gusung tiga hal; Informasi, Opini dan Komu-
nikasi.
Dengan hal ini semoga ke depannya
kesadaran Masisir dan berbagai pihak yang
menyangkut Masisir akan media, dapat
lebih dioptimalkan. Kami pun berharap ke-
jadian penghakiman seperti yang dialami
kru TROBOSAN di atas tidak terulang di
kemudian hari.
[]
Media di antara Pejabat dan Mahasiswa; Sebuah Jembatan Solutif
-
8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365
4/12
TROBOSAN
-E
disiReguler
365-N
ovember2014
Minat para pelajar Indonesia dalam
menuntut ilmu di al-Azhar setiap tahunnya
tidak pernah surut, ditandai dengan ban-
yaknya kedatangan pelajar Indonesia setiap
tahun. Akan tetapi proses pendaftaran danpemberangkatan para calon mahasiswa
baru itu selalu mendapat masalah yang
berbeda tiap tahunnya. Salah satu sebabnya
karena kebijakan al-Azhar dan sejumlah
pihak yang selalu berubah-ubah. Tak
terkecuali pada tahun ajaran 2014-2015 ini.
Peran KPP MABA
8 Agustus 2014, Komite Pelaksana Pen-
daftaran Mahasiswa Baru (KPP MABA)
resmi terbentuk kembali di bawah naungan
IAAI dengan anggota berjumlah 8 orang,
setelah sempat terjadi penga-
lihan tugas ke dalam tubuh
organisasi induk Masisir, PPMI.
Dalam hal ini, Darul Quthni
selaku Ketua KPP MABA
mengatakan bahwa saat kepen-
gurusan PPMI tahun 2013-
2014, ia sudah mengajukan
kepada pihak IAAI berupa lam-
piran nama untuk menjadi ba-
gian dari kepengurusan KPP
MABA, Alhamdulillah pihak
IAAI menyepakati apa yang
kami usulkan,(yang-red) ter-
catat pada tanggal 8 Agustus.
tuturnya.
Setelah terbentuknya struktur
keanggotaan, pihak KPP MABA mulai men-
gurus pemberkasan dari 437 Camaba. Na-
mun, keterlambatan dalam pemberkasan
yang dikirim dari Indonesia ke Mesir men-
jadi sebuah kendala utama yang dialami
oleh KPP MABA. Darul beralasan pemicudari keterlambatan itu adalah karena be-
berapa pihak Depag (Departemen Agama)
yang mengurusi ijazah sedang berada di
luar negeri, Pak Mastuki (selaku Pejabat
Tinggi Depag sedang red) ke Kairo, dan
pak Bachtiar (selaku Pegawai Depag sedang
red) ke Maroko, jadi agak sedikit telat,
(namun red) ada juga Camaba yang telat
dalam mengirim data dan berkas, dan itu
termasuk juga dari salah satu pemicu
keterlambatannya ungkapnya.Seharusnya awal September pember-
kasan sudah sampai di Mesir, namun 8 Ok-
tober baru nyampe, yaitu berbarengan
dengan kedatangan Camaba. tambah Darul.
Dengan adanya keterlambatan pember-
kasan tersebut akan berdampak pada
Camaba yang akan menghadapi ujian ter-
min pertama, sedang mereka belum ter-
daftar secara resmi (muqayyad) di Universi-tas al-Azhar. Padahal proses untuk muqay-
yad di al-Azhar membutuhkan jangka waktu
yang cukup lama.
Muhammad Hanif Ilyas selaku anggota
KPP MABA menuturkan bahwa kemung-
kinan Camaba kedatangan 2013 dan 2014
akan terdaftar secara resmi di al-Azhar ku-
rang lebih satu bulan setelah mendaftar,
Pastinya, kami kurang tahu kapan mereka
(Camaba red) muqayyad, namun biasanya
sih hanya berselang satu bulan, yang berar-
ti pada bulan Desember. Dan selebihnya
kami serahkan kepada al-Azhar. Ujarnya.
Ahmad Fauzi Zahrul Anam, Camaba
yang datang melalui Mediator IKPM ini ka-
get dan cukup menyesalkan sistem
birokrasi pendaftaran masuk ke Universitasal-Azhar yang kian ruwet, seakan kami
(Camaba red) berada dalam titik ketid-
akjelasan. Apalagi ujian sebentar lagi,
muqayyad saja belum. Keluhnya.
Menurut Camaba asal Jakarta itu, sistem
pendaftaran fakultas dan jurusan menjadi
salah satu bagian dari keruwetan,
Masalahnya, berkali-kali pihak panitia yang
mengurusi kami selalu melampirkan pemili-
han fakultas, hal ini terkesan sangat labil.
Tutur Fauzi.
Pernyataan di atas dikomentari oleh
Darul dengan memberikan sebuah jaminan,
bahwa Camaba dapat memulai masuk
kuliah dan daurul lughah pada awal Novem-
ber. Ia juga menjelaskan bahwa tanggungja-
wab KPP MABA terhadap Camaba
khususnya kedatangan 2014 adalah hingga
mereka mendapatkan ishol dari Tansiq,
setelah mereka dapat ishol, inshaallahakansemakin mudah kedepannya, yaitu pros-
esnya melakukan tahlil dam dsb, ujarnya.
Proses pendaftaran pun mulai berlang-
sung, terlihat pada hari Senin tanggal 27
Oktober, Camaba mulai tahap pembelian
madzruf dan mengisi berupa formulir. Se-
mentara setelah itu berkasnya akan dis-
erahkan ke kantor Tansiq Azhar. Atase Pen-
didikan KBRI Kairo Bapak Fahmy Lukman
ikut berkomentar terkait proses pendafta-
ran tersebut, Proses pendaftaran sedang
berlangsung, saat ini KPP
MABA sudah pada tahap
permuadalahan ijazah dan
pembelianmadzruf. Setelah
itu, berkas mereka akan
segera diterima panitia
pendaftaran di al-
Azhar.ujarnya.
Ditanya mengenai
penyebab persoalan
Camaba yang kini tidak
dapat melakukan kuliah
langsung alias harus dauru
lughah terlebih dahulu,
Hanif Ilyas mengatakan
bahwa salah satu pemicu
persoalan tersebut adalah ka-
rena pada tahun 2013 semua Camaba yang
diberangkatan oleh Amrizal Batubara ma-
suk daurul lughah dan tidak ada sistem
muqabalah,Akibatnya, pada tahun ini juga
Camaba masuk daurul lughah, dan pihak
daurul lughah sendiri sudah mengarahkanbagi Camaba Indonesia, jika kemampuan
bahasa Arabnya kurang dari standar, maka
mau tidak mau harus masuk kursus bahasa
(daurul lughah). Ujar mahasiswa asal Jogja
ini.
Hal senada diutarakan Bapak Fahmy
Lukman yang bersedia diwawancarai Tro-
bosan melalui email, dauru lughah adalah
kebijakan al-Majlis al-ala lil Azhar. Mulai
beberapa tahun lalu, lembaga tertinggi al-
Azhar ini mewajibkan agar semua pelajarasing yang ingin kuliah di al-Azhar, harus
mengikuti tes kemampuan bahasa Arab.
Jika kemampuan bahasa Arabnya sangat
bagus, maka dia akan bisa langsung kuliah
Menyoal Keruwetan Birokrasi Mahasiswa Baru
KPP MABA tengah mengurus pemberkasan Calon Mahasiswa Baru kedatngan 2014
Doc: www.facebookKPP-MaBa al Azhar mesir.com
http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326 -
8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365
5/12
TROB
OSANEdisiReguler365November2014
ke S-1 al-Azhar, jika di bawah itu, maka
yang bersangkutan harus ikut kursus dulu.
Hal ini diperlukan, agar calon mahasiswa al-
Azhar memiliki kemampuan bahasa Arab
yang memadai sesuai kebutuhan saat ia
studi S-1 di al-Azhar. Tuturnya
Melalui akun emailnya, dengan singkatFahmy Lukman berpesan kepada Camaba,
Jangan khianati diri dan orangtuamu
dengan berleha-leha di Mesir ini. Raihlah
cita-citamu dengan tepat waktu. Hindari
aktivitas-aktivitas yang akan menga-
lihkanmu dari tujuan utamamu di al-
Azhar.pesannya.
Mediator dan Penempatan maha-
siswa baru
Tugas Mediator pada tahun ini, sis-
temnya cukup berbeda dengan tahun-
tahunsebelumnya. Jika tahun-tahun sebelumnya
Mediator menyediakan fasilitas berupa alat
keperluan seperti selimut, uang pangkal
PPMI, uang tamin rumah dan tinggal sela-
ma sebulan dan keperluan lainnya yang
termasuk dalam anggaran administrasi
Mediator. Namun pada tahun ini, Mediator
hanya menganggarkan uang tamin rumah
dan tinggal selama sebulan, biaya pember-
angkatan, visa dan tiket pesawat. Tidak
termasuk di dalamnya biaya yang lain sep-
erti uang pangkal PPMI, WIHDAH, PMIK dan
selimut.
Namun ada hal yang sama dengan tahun
-tahun sebelumnya, tidak ada keseragaman
biaya keberangkatan mahasiswa baru anta-
ra Mediator satu dengan yang lain. Untuk
pemberangkatan melalui Mediator IAAI
misalnya, para Camaba diharuskan mem-
bayar 4,8 juta Rupiah untuk pemberkasan
dan 7,5 juta Rupiah untuk biaya tiket pe-
sawat, semuanya dijumlahkan menjadi 12,3
juta Rupiah. Hal ini berbeda dengan Media-
tor Mumtaza, meski untuk biaya pember-
kasan diurus oleh IAAI (4,8 juta Rupiah),
namun untuk biaya tiket pesawat dan lain-
lain berkisar 8,7 juta Rupiah. Ditambah lagi
dengan biaya kursus dan pelatihan sebelum
ujian (3 juta Rupiah), semuanya
dijumlahkan menjadi 16,5 juta Rupiah. Se-
dangkan Camaba yang melalui Mediator
IKPM diharuskan membayar 14,5 juta Rupi-
ah. Sementara Mediator KPLN sebesar 11
juta Rupiah. Mediator lainnya seperti Rehla-ta dan PAAM Jawa Barat biayanya sebesar
13,5 juta Rupiah. Sedangkan KSMR sebesar
14 juta Rupiah.
Perbedaan biaya antar Mediator ini
salah satunya karena perbedaan fasilitas
yang diberikan oleh masing-masing Media-
tor. Misalnya, terdapat Mediator yang
menambah fasilitas untuk bimbingan bela-
jar selama sebulan dan penempatan calon
mahasiswa baru dan lain-lain.
Dalam hal ini Darul mengakui bahwadirinya selaku ketua KPP MABA tidak
menetapkan batas maksimal biaya yang
dianggarkan Mediator. Ia beralasan sangat
sulit untuk memutuskan standarisasi biaya
maksimal. Namun, menurutnya sah saja
selama biaya tersebut masih dalam batas
kewajaran, Sebenarnya sulit untuk
menetapkan batas maksmial biaya, cuman
kan yang jadi perbedaan di sini adalah fasil-
itas. Jika Mediator A memberi fasilitas yang
lebih dan rasional, dan Camaba sendiri me-nyetujui, saya rasa hal ini tdak boleh dil-
arang, ujarnya. Ia menambahkan, Namun,
jika saja biayanya tidak rasional misalnya
20-30 juta Rupiah, tentu hal ini sangat di
luar batas kewajaran. Lanjut mahasiswa
asal Aceh itu.
Berdasarkan UU BPA terkait penguru-
san calon mahasiswa baru, termaktub pada
pasal 7 ayat 1 bahwa KPP MABA menen-
tukan biaya standar yang telah ditetapkan
oleh Mediator sesuai dengan fasilitas. Hal
ini tentu tidak sesuai dengan kebijakan
pihak KPP MABA yang sama sekali tidak
melakukan standarisasi biaya, kecuali
dengan acuan masih dalam batas kewaja-
ran.
Dalam hal ini Muhajir selaku pimpinan
BPA PPMI angkat bicara, kepengurusan KPP
MABA pada tahun ini sangat kondisional
dalam menentukan biaya. Ia mengamini apa
yang diutarakan oleh KPP MABA, namun
lebih dari pada itu, menurutnya jika ada
Mediator yang menganggarkan biaya di luar
batas kewajaran akan disangsi, Jika kami
menerima laporan dari pihak Camaba, maka
akan kami bentuk badan pengawas untuk
mengeksekusi laporan itu. Paparnya.
Masih berkenaan dengan UU pasal 8
ayat 8, bahwa pihak KPP MABA harus mem-
buat surat perjanjian tertulis dengan pihak
Mediator, Mitra Mediator dan Camaba
sebanyak 5 (lima) rangkap dan
melaksanakannya. Namun fakta yang ter-
jadi tidak sepenuhnya terealisasi.Darul mengaku bahwa dirinya tak sem-
pat membuat surat tersebut, Namun, nanti
kita akan buat surat tersebut di tengah
proses pengurusan Camaba, ujarnya.
Sementara pemegang UU Muhajir men-
gomentari persoalan itu Sudah jauh-jauh
hari kami antisipasi untuk segera dibuat-
kannya surat perjanjian tersebut. Jika be-
lum dibuatkan, kami tidak segan-segan
memberi sangsi sesuai ketetapan undang-
undang.ungkapnya.
Jumlah Mediator secara keseluruhan
yang terdaftar secara resmi di KPP MABA
berjumlah 17 Mediator. Di antaranya;
Rehlata, Mumtaza, IKPM, IKPDN, Attaqwa,
PAAM Jawa Barat, KMKM, IKRH, KSMR, Al-
Risalah, Al-Makki, Faishal, Danil, Al-Rayyah,
Keif, ISLAH dan KPLN.
Nasib 85 Ijazah Camaba Iltizam yang
tidak Muadalah
Persoalan Camaba tahun kedatangan
2013 (marhalah Iltizam) hingga kini pema-salahannya belum surut. Terutama pada
ijazah yang bermasalah. 85 ijazah nyaris
tersendat di Indonesia selama tiga bulan
untuk dimuadalahkan dan diurus oleh
Depag.
Dari sekian 85 ijazah yang tidak muada-
lah, terdapat beberapa ijazah yang sudah
kadaluarsa yaitu tahun 70-an, terdapat juga
ijazah SMK, dan sebagian ijazah lainnya.
Hisyam Zainul Musthafa salah satu
Camaba yang bersangkutan merasa heran
sekaligus menyayangkan tidak adanya
transparansi KPP MABA tahun ini dalam
melampirkan rincian dana, Pasalnya kami
sudah hampir tiga kali bayar untuk pengu-
rusan ijazah muadalah, namun kami
bingung dan heran mengapa KPP tidak ter-
us terang saja melampirkan rincian biaya
itu. Pembayaran pertama untuk apa dan
kedua untuk apa. Jangan asal menagih sa-
ja.ungkapnya.
Darul Quthni berk- omentar
bahwa terkait perinci- an dana
itu ia mengaku hal itu
tidak boleh
dipublish,
Sebetulnya
mengapa
kami selalu
menagih
hampir
ti- ga kali, karena dalam per-
muadalahan ijazah itu tidak semudah yangkita bayangkan, yang ada kita temui
birokrasi yang rumit.ujarnya.
Untuk pembayaran pertama 50 $ dan
100 Le digunakan untuk kepengurusan
Lanjut ke hal 9.
Doc:funny-pictures.picphotos.net
http://funny-pictures.picphotos.net/sad-crying-face-meme/t.qkme.me*35bi98.jpg/ -
8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365
6/12
TROBOSAN
-E
disiReguler
365-N
ovember2014
Kapan Asrama Indonesia-Mesir Siap Huni (?)
Pada pertengahan tahun 2008, lokakarya
terkait dukungan peningkatan prestasi
masisir digelar oleh dubes RI untuk Mesir, AM
Fachir. Sebuah agenda akbar yang juga
menghasilkan proyek besar yaitu pem-
bangunan asrama Indonesia untuk al-Azhar.
Pembangunan tersebut memiliki tujuan setid-
aknya dua hal; pertama, sebagai
balas budi pemerintah Indonesia
terhadap al-Azhar yang telah men-
didik putra-putri bangsa dan mem-
berikan bantuan baik berupa materi
ataupun fasilitas yang mencapai
kisaran 23 milyar rupiah setiap
tahunnya (red: TROBOSAN, edisi
345, 18 Februari 2012).
Kedua, berkaitan dengan tema
lokakarya saat itu, yaitu untuk
meningkatan kualitas dan prestasi
masisir. Pembangunan ini merupa-
kan sebuah konstribusi untuk me-
mecahkan permasalahan mereka
(masisir) sebagai kader al-Azhar
dan membumikan bahasa Arab,
komentar penasehat al-Azhar Dr. Abdul al-
Dayen dalam sambutannya pada acara pele-
takan batu pertama, 15 Februari 2012 silam.
Proses pembangunan ini bisa dikatakan
tidak terlalu mulus. Terjadi kekosongan hing-
ga tiga tahun setelah lokakarya berlalu sam-
pai peletakan batu pertama sebagai tanda
proyek pembangunan asrama tersebut akan
segera dimulai. Hal ini berkaitan dengan ma-
salah dana yang memang tidak mudah, jumlah
anggaran awal sebanyak 130 milyar rupiah
diupayakan KBRI kala itu dengan mela-
yangkan proposal pada Kemendiknas, Ke-
menag dan seluruh pemerintah provinsi di
Indonesia yang memiliki putra-putri yang
tengah belajar di Mesir. Proses tersebut di-
akui pihak KBRI kala itu sangat memakan
waktu, karena butuh hampir satu tahun bagi
pemprov untuk meng-acc kucuran dana
mereka. Meskipun demikian hingga pem-
bangunan asrama ini berakhir, hanya ada satu
pemprov yang mengucurkan dananya. Dit-
ambah kala itu Indonesia belum memiliki
payung badan hukum dana hibah ke luar
negeri, oleh karena itu dalam prosesnya-pun
diawasi ketat oleh KPK (Komisi Pemberanta-
san Korupsi).
Indonesia resmi hibahkan 4 bangunan
asrama, masisir layak gembira
Meski tidak sesuai dengan rencana awal
proyek pembangunan, asrama Indonesia-al-
Azhar tersebut telah resmi dihibahkan oleh
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan
penandatangan sebuah prasasti sebagai sim-
bol pada 3 Oktober 2014. Peresmian ber-
tempat di Istana Merdeka dengan dihadiri
oleh dubes RI untuk Mesir, Nurfaizi Suwandi
beserta delegasi Fungsi Atdikbud Kairo, juga
disambungkan via teleconference dengan
perwakilan mahasiswa Indonesia yang berada
di Mesir.
Angka awal yang dicanangkan oleh Indo-
nesia untuk pembangunan asrama tersebut
adalah 130 milyar rupiah untuk 16 bangunan
gedung. Sedangkan yang kini diresmikan
adalah 4 bangunan gedung. Adapun dana
yang dihabiskan, menurut informasi yang
kami dapatkan dari Atdik adalah sebesar 19
milyar rupiah dan 2,9 juta USD. Dengan rinci-
an masing-masing 14 milyar dari kemenag, 5
milyar dari pemerintah provinsi Sumatra
Utara dan 2,9 juta USD dari Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono melalui Keppres yang
ditandatanganinya.
Pada sambutannya dalam acara per-
esmian tersebut, presiden SBY sempat
menyatakan bahwa asrama yang berkapasitas
1.200 orang tersebut meskipun statusnya
hibah yang diperuntukan pemerintah Indone-
sia kepada al-Azhar, namun dalam pelaksa-
naanya akan diberlakukan hunian acak
dengan pembagian sebanyak 50% untuk ma-
hasiswa Indonesia, 25% untuk mahasiswa
Mesir dan 25% lainnya untuk mahasiswa
Negara sahabat. Hal ini tidak terlepas dari
tujuan awal pembangunan asrama tersebut,
yaitu mendorong peningkatan kualitas dan
prestasi masisir. Namun dari hasil wawancara
tim TROBOSAN dengan Atase Pendidikan
melalui email, bahwa yang sebenarnya adalah
50% diperuntukkan untuk mahasiswa Mesir
dan 50% lainnya untuk masisir. Beliau
menambahkan bahwasanya telah ada kesepa-
katan tertullis dengan al-Azhar mengenai
pembagian hunian tersebut.
Memang dipandang banyak pihak, bahwa
dengan menempatkan mahasiswa Indonesia
dengan mahasiswa asli Mesir dalam satu ling-
kungan asrama akan menambah kesempatan
mereka dalam meningkatan kemampuan
bahasa Arab dan prestasi akademis. Apalagi
pihak al-Azhar menjanjikan, bahwa mereka
hanya akan menempatkan
mahasiswa Mesir yang ber-
prestasi untuk mendampingi
masisir yang tinggal di
asrama tersebut.
Diharapkan (dari program
asrama ini), dalam pengem-
bangan bahasa bisa lebih
baik karena adanya orang
asing, ungkap M Diman
Rasyid, ketum Pwk PII Mesir.
Adapun terkait kapan
bangunan itu bisa digunakan,
Atase Pendidikan, Fahmy
Lukman M.Hum, menyatakan
bahwa paling cepat tahun
depan asrama tersebut baru
bisa digunakan, sepertinya paling cepat
penggunaan (asrama) pada 2015, ujarnya.
Beliau menambahkan bahwa sebetulnya
KBRI menargetkan penggunaan tersebut lebih
cepat, namun pada akhirnya sedikit terlambat
karena masalah pendanaan. Sebetulnya KBRI
menargetkan agar tahun ini (bulan Septem-
ber/awal tahun akademik 2014/2015)
asrama tersebut sudah dapat ditempati, kare-
na kebutuhan mahasiswa kita akan asrama ini
sangat mendesak. Tetapi karena proses pen-
carian dana asrama tersebut sangat lama,
maka target tersebut tidak tercapai. Apalagi
pada awal ide asrama ini digulirkan, masih
banyak oknum mahasiswa yang enggan mem-
berikan dukungan terhadap pembangunan
asrama ini. Kalau saat itu upaya pencairan
dana asrama yang dilakukan KBRI didukung
secara massif oleh masisir, saya yakin proses
pencarian dana tersebut bisa lebih mudah dan
lebih cepat sehingga target tadi harusnya
sudah tercapai. Alhamdulillah, akhir-akhir ini
dukungan mahasiswa terhadap pembangunan
asrama ini sudah sangat luar biasa, sehingga
KBRI pun lebih termotivasi mencari dana
tersebut, sambungnya.
Atdik juga mengaku bahwa masih ada
beberapa hal yang dalam proses pembicaraan
dengan pihak al-Azhar, di antaranya adalah
siapa kalangan masisir yang berhak menem-
pati asrama tersebut Yang akan mengisi
(asrama-red), bisa mahasiswa lama bisa juga
yang baru. Hal ini masih kita bahas dengan al-
Azhar, ujarnya. Namun yang pasti, ada kes-
Doc: www.facebook.Atdikbud.com
Gedung Asrama I Indonesia-Azhar dalam tahap inishing
Lanjut ke hal 7.
http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326 -
8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365
7/12
TROB
OSANEdisiReguler365November2014
Pasang target! Begitu kiranya selalu saja
terbesit di mindset para pemuda pemudi.
Seperti layaknya hukum tak tertulis bagi jiwa-
jiwa dinamis dan progresif. Tidak heran jikapada masa pergolakan pemikiran serta pen-
carian jati diri ini, semua yang berjiwa muda
berlomba-lomba memasang target. Tahun ini
aku harus menyelesaikan tahidz ku, tahun
depan aku harus lebih fokus pada studi dan
akademis, bla bla bla ratusan bahkan ribu-
an target mulai berotasi.
Ya, berbicara target tidak terlepas dari
berbagai cara yang menuntut kerja otak lebih
keras lagi, menarik tangan untuk lebih pan-
jang menjulurkan genggaman, mengajak
langkah kaki untuk melangkah lebih jauh lagi,dan mata yang menatap masa depan lebih
lama. Memang nampak seperti terlalu banyak
berkhayal, meski pada realitanya manusia
mempunyai target dan impian, memba-
yangkan hal-hal besar di masa yang akan
datang. Hanya saja apakah khayalan itu logis
atau tidak, mauulah wa laa laah ?
Waktu tentu saja terus berputar, roda
kehidupan juga tidak akan berhenti sebelum
permukaan bumi disapu oleh tiupan sangka-
kala illahi. Kehidupan manusia tidak akan
selinear batang lidi, ribuan belokan sertarintangan yang menghadang di hadapan ber-
potensi menjadi penghalang pencapaian pun-
cak dari tujuan. Entah karena terlalu sibuk
dengan berbagai macam aktivitas yang
beraneka macam ragamnya atau memang
mengalami masa-yang sering kita sebut-fu-
tur.
Masa di mana seseorang kehilangan asa
dan semangatnya. Fase ini sangat dominan
dialami oleh para mahasiswa di tingkat SMA
dan kuliah, disini lah proses pencapaian tar-
get mulai terombang-ambing, terkadang ham-
pir kehilangan arah. Fokus pencapaian mulai
terbagi, dan saat itulah fase tersulit bagi para
pemasang target untuk kembali pada posisi
awal. Tidak sedikit bagi mereka yang tidak
bisa mengkontrol aktivitas, lalu akhirnya
hanyut dalam ketidakpastian. Pun pencapaian
target cenderung stagnan, berhenti dan hanya
diam di tempat, bahkan akan bertahan dalam
jangka waktu yang panjang.
Pada fase tersulit ini beberapa pemasang
target mampu mengkondisikan dengan baik,
sehingga bertahan pada posisi stagnan yanghanya sementara, lalu kembali fokus pada
pencapaian target awal, namun tidak dapat di
pungkiri banyak dari mereka terbawa angin
bahkan terseret ombak ujian dan berujung
pada lupa diri akan sebuah mimpi. Hidupnya
hanya berjalan mengikuti air mengalir, bagai
air di daun talas, begitu kira-kira peribaha-
sanya.
Problematika terbesarnya adalah terletak
pada inkonsistensi akibat dari pencapaian
target yang cencerung stagnan. Target yang
itu-itu saja, mengarah pada hal yang berujung
pada disorientasi. Di sini sang
pemasang target harus
pintar-pintar men-
gevaluasi diri, mu-
hasabah istilah
lainnya. Dari eval-
uasi itulah kita
diharapkan mam-
pu menyetir diri
untuk kembali.
Tidak ada suatu
masalah pun di duniaini yang tak berujungkan
solusi. Bahkan-jika ditadabbu-
ri-, ayat-ayat illahi tak lepas
dari hakikat itu. Berbicara kesulitan selalu
ada kemudahan di baliknya. Manusia tak
pernah luput dari problematika kehidupan,
karena benturan keras membentuk sosok
pribadi yang kuat, berprinsip teguh, tidak
mudah goyah oleh pukulan-pukulan kecil atau
lemparan batuan kerikil. Semua mampu
dilewati dan dihadapi dengan seulas senyu-
man manis di bibir.
Mencoba dan terus mencoba untuk hal-
hal baru, tentunya hal ini tidak terlepas dari
target yang ingin dituju. Amat disayangkan
jika sang pemasang target berada pada posisi
stagnan tanpa aksi, meninggalkan aktivitas
lalu berdiam diri tanpa pergerakan. Jika da-
lam ilmu kimia di katakan tiada aksi tanpa
reaksi, maka berlaku pula hukum tersebut
untuk kehidupan hakiki.
Kunci terbesar ada pada diri sendiri. Se-
bagaimana energi terbesar dalam tubuh
manusia dibentuk oleh molekul-molekul
kimiawi yang tersebar di seluruh tubuh. Mam-
pu atau tidaknya sang pemasang target untuk
menggapai puncak pencapaian garis inish,
tentu bergantung pada dirinya sendiri. Dan
semua hanya bermuara pada dua kata MAU
atau TIDAK, cukup sederhana bukan?
Bumi yang ditempati manusia bukan
menjadi ladang untuk beristirahat atau berle-
ha-leha, karena hidup adalah ladang per-
juangan. Jika Ibnu Umar berkata beramalah
untuk duniamu seakan-akan kau hidup untuk
selamanya, dan beramalah untuk akhiratmuseakan-akan kau mati besok. Kalimat-kalimat
yang cukup singkat, namun esensinya
yang begitu kuat merasuk ke dalam
pikiran. Ya, mental kuat pejuang
keraslah yang akan dihasilkan
dari jiwa-jiwa yang tegar dan
penyabar.
Beberapa tips bisa dilakukan
oleh para pemasang target,
misalnya menuliskan semua
target yang akan dicapai di atas
kertas dengan ukuran fontyang agak besar kemudi-
an menempelkannya di dinding
kamar, dengan begitu si pemasang
target akan selalu mengingat pecapaian
manakah yang sudah diinjak. Juga akan
senantiasa menjadi alarm pengingat bahwa
target-target kita selalu melambaikan tan-
gannya. Cara ini sudah terbukti dan banyak
dipakai oleh mereka para tokoh-tokoh yang
sukses.
Satu poin terpenting lagi yang harus sela-
lu terpatri pada jiwa-jiwa sang pemasang
target; jangan pernah bangga dengan apa
yang kamu punya dan jangan pernah merasa
puas dengan apa yang kamu dapatkan. Jangan
pernah berhenti, sampai Tuhan berkata kem-
bali.
*Penulis adalah Kru TROBOSAN
Mengejar Target Masa DepanOleh: Furna Hubbatalillah.*
Doc: www.clker.com
empatan bagi sekitar 600 masisir untuk ting-
gal di asrama tersebut atau setengah darikapasitas keseluruhan yang berjumlah 1.200
orang.
Dan dikarenakan asrama tersebut telah
dihibahkan secara resmi kepada al-Azhar,
sehingga besar kemungkinan dalam pengel-
olaanya akan dipegang penuh oleh al-Azhar.
Hal ini membuat banyak masisir khawatir,
mengingat sistem administrasi al-Azhar yang
terkadang terlalu panjang dan melelahkan.
Untuk itu Atdik menegaskan bahwa pihaknya
akan membicarakan hal tersebut dengan al-
Azhar, agar saat pendaftaran calon penghuniasrama, ada pendamping dari KBRI dan PPMI.
(Iis, Rifai)
Lanjutan dari hal 6.
http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326http://www.google.com.eg/url?sa=i&source=images&cd=&ved=0CAcQjB0&url=http%3A%2F%2Fwww.clker.com%2Fclipart-4583.html&ei=fa9WVK6lB8if7gbP2IGgAQ&psig=AFQjCNG_c-b-T-DLmOPVz7qJiwqqKXrcQw&ust=1415053565225326 -
8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365
8/12
TROBOSAN
-E
disiReguler
365-N
ovember2014
Keberadaan Atase Pendidikan (Atdik) di
Kairo sejatinya sangat strategis, karena
sebagai mahasiswa Indonesia di luar negeri,
Masisir memerlukan sebuah lembaga negara
yang memiliki wewenang dan kapasitas untuk
menangani permasalahan-permasalahan
komunitas mahasiswa yang besar ini,
sekaligus memfasilitasi hal-hal yang
berkenaan dengan kepentingan akademis.
Tapi tentu saja, dalam tataran praktik
selalu ada ganjalan-ganjalan yang
menghalangi Atdik dan Masisir dalam
merealisasikan tujuan bersama mereka:
masyarakat Indonesia di Kairo yang akademis,
di mana membaca dan menulis menjadi
kebutuhan dasar, di mana ilmu ditempatkan
di tempat yang paling tinggi. Ganjalan-
ganjalan tersebut haruslah kita cari solusinya,
karena selama tujuan keduanya bertemu,
maka seharusnya tidak ada masalah yang
tidak bisa kita bicarakan.
Lalu apa sebenarnya masalah-masalah
yang saat ini tengah memanaskan hubungan
keduanya? Agar adil, kita harus berusaha
melihatnya dari dua sudut pandang. Mari kita
mulai dari yang paling mudah: sudut pandang
kita mahasiswa. Apakah sebenarnya kesilapan
-kesilapan yang boleh jadi telah dilakukan
oleh Atdik kita, dalam hal ini Bapak Dr. Fahmy
Lukman?
Pertama sekali, Atdik terkesan kurang
membangun kerjasama yang strategis dengan
al-Azhar. Lobi Atdik yang kurang kuat di al-
Azhar menyebabkan (mahasiswa) Indonesia
kesulitan bila berurusan dengan birokrasi al-
Azhar. Tentu saja, birokrasi di al-Azhar
(sebagaimana instansi-instansi lain di Mesir
pada umumnya) memang sulit, namun
setidaknya harus ada usaha serius ke arah
sana. Logikanya, bila dilobi saja masih sulit,apalagi tidak dilobi. Dan dalam pandangan
penulis, akan sulit melakukan lobi bila
sekedar mengenal rektor al-Azhar pun tidak.
Dan barangkali perlu kita ketengahkan di
sini, bahwa kawan-kawan Malaysia
mendapatkan pelayanan yang begitu
istimewa, dalam bentuk berdirinya Fakultas
Ulum Islamiyyah, di mana dosen-dosen
kawakan yang hanya berbicara dengan fusha
mengajar. Itu tidak lain dan tidak bukan,
merupakan bukti bahwa diplomasi dengan
pihak kampus bukanlah suatu hal yang
mustahil.
Masih dalam konteks yang sama, menjadi
sebuah tanda tanya besar, kenapa Atdik yang
terkesan kurang antusias ketika berdiplomasi
dengan al-Azhar, justru begitu bersemangat
membangun kerjasama dengan Universitas
Canal Suez? Tanda tanya, karena hanya
segelintir WNI yang belajar di sana, ditambah
lagi bila sudah mulai menyoal perbandingan
pengaruh antara Canal dan al-Azhar, yang -
kalau boleh penulis
ibaratkan-bagaikan
bumi dan langit.
Tentu penulis
tidak menuntut agar
kerjasama itu
dihentikan, namun
yang ingin penulis
sampaikan adalah
bahwa ada empat ribu
sekian mahasiswa
Indonesia yang terdaftar di
al-Azhar, dan hanya segelintir di
Canal. Maka, manakah yang lebih layak untuk
dijadikan prioritas perhatian?
Permasalahan kedua, Atdik terkesan
kurang begitu perhatian terhadap kegiatan-
kegiatan akademis yang diselenggarakan oleh
mahasiswa. Terutama bila sudah berbicara
soal pendanaan. Yang paling diingat tentu saja
ketika kawan-kawan Fosgama mengajukan
pendanaan untuk buku kompilasi makalahtentang aliran-aliran pemikiran Islam, di
mana permohonan tersebut ditolak lantaran
buku itu mencantumkan pembahasan tentang
Ahmadiyah. Menurut Bapak Fahmy, Ahmadi-
yah tidak boleh dicantumkan, karena ia bukan
bagian dari Islam. Ini tentu tidak
proporsional, karena hasil kajian ilmiah hanya
boleh digugurkan oleh kajian yang juga ilmiah,
bukan yang berdasarkan sentimen-sentimen
non-ilmiah belaka.
Permasalahan ketiga, statetmen-
statetmen Atdik yang terkesan memojokkanintelektualitas Masisir, di mana beliau
menyebut bahwa kelompok kajian tertentu
kualitasnya belum sesuai harapan. Di kali lain,
beliaulagi-lagimenolak mendanai Jurnal
Ilmiah mahasiswa yang kalau boleh saya
sebut-- paling bergengsi di Masisir: Jurnal
Himmah, alasannya sama: kualitas.
Taruhlah bahwa kajian-kajian dan jurnal-
jurnal di Masisir kualitasnya belum bisa
dibanggakan (yang mana penulis pandang
sebagai asumsi yang terburu-buru), secara
logis, manakah yang lebih proporsional:
melakukan usaha-usaha peningkatan kualitas,
ataukah membiarkan kualitas mereka begitu-
begitu saja, sambil menghentikan pendanaan?
Yang semakin membuat Masisir bertanya-
tanya, ketika untuk agenda-agenda yang
sudah jelas visi akademisnya dana begitu
seret keluar, kenapa dana justru mengalir
deras untuk acara semacam Yalla Indonesia?
Keempat, Bapak Atdik yang notabene
belum sempat mencicipi dunia
kemahasiswaan di Masisir,
harusnya tidak segan untuk
mempelajari tradisi di
Masisir. Karena bila tidak, ini
bisa berimbas fatal, misalnya
penolakan Atdik untuk mendanai
acara Orientasi Mahasiswa
Baru 2014, alasannya:
terlalu panjang. Harus diakui,
lima hari memang secara
kasat mata merupakan durasi
yang sangat panjang untuk sebuah acara
orientasi. Namun, bila kita mau lebih teliti, ini
adalah jalan tengah yang diambil oleh PPMI
dan seluruh organisasi yang dianunginya
untuk meminimalisir durasi. Karena setiap
sudah jadi tradisi tiap organisasi untuk
menyelenggarakan orientasi. Maka, apabila
PPMI selaku induk tidak mengambil langkah
menyerentakkan orientasi-orientasi tersebut,
maka yang terjadi justru disorientasi; acara
ORMABA 2 hari di PPMI, 2 hari dikekeluargaan, 2 hari di sana, 2 hari lagi entah
di mana. Dus, hidup Maba seolah beralih dari
satu acara orientasi ke acara orientasi yang
lain, padahal yang dibicarakan kurang lebih
sama. Kapan mulai ke kuliah? Wallahu alam.
Sekarang, penulis akan berusaha melihat
dari sudut pandang Atdik. Boleh jadi Bapak
Fahmy sedang kecewa melihat tingkah
sebagian (tidak semua) kawan-kawan Masisir
yang begitu semangat ketika berhura-hura,
namun begitu malas bila diajak belajar.
Harus diakui, Masisir masih terlalu seringmembuang tenaga, dana dan pikirannya untuk
acara-acara yang layak dipertanyakan
manfaatnya, semisal even-even olahraga yang
terlalu sering, panggung-panggung seni, pesta
-pesta peringatan dan lain sebagainya. Di sini,
Masisir harus berintrospeksi.
Selanjutnya, agar gesekan-gesekan antara
Atdik dan Masisir di masa depan bisa
dihindari, perlu diadakan dialog-dialog yang
sehat, dalam bahasa yang santun dan akrab.
Semoga Bapak Atdik diberi kesabaran
dalam menerima kritik yang tak selalu manis,
semoga Masisir semakin bergairah dalam
meningkatkan kualitas intelektualnya. Sekian.
*Penulis adalah Ketua FBA 2012-2013
Yang Masisir Harapkan dari AtdikOleh: Romal Mujaddedi Ahda, Lc.*
Doc:ww
w.faceb
ook.Atd
ikbud.com
-
8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365
9/12
TROB
OSANEdisiReguler365November2014
PPMI menggelar Orientasi Mahasiswa
Baru (ORMABA) selama 5 hari. Dimulai
dari 26-30 Oktober 2014. Rentetan acara ini
mengusung tema 5 Hari Tentukan Langkah
Pasti, Menjadi Duta Negri, Berpola Pikir
Azhari.
Pada hari pertama, Ahad (26/10) pem-
bukaan ORMABA bertempat di Qoah syekh
Abdul Halim. Dengan agenda pembukaan
acara, dialog dengan pihak Al-Azhar serta
pengenalan senat Masisir.
Selanjutnya Senin (27/10) panitia
menggelar ORMABA di auditorium
Solah Kamil. Di hari ini Maba diberi
materi seputar ke-Mesir-an, ke-
Azharan dan ke-masisir-an. Juga di-
adakan pembentukan nama dan pen-
gurus marhalah yang dibimbing pani-
tia. Setelah dilakukan voting, ter-
pilihlah nama marhalah Al-Imtiyaz
yang dinahkodai Muhammad Fatih Al
-Haq asal Gorontalo.
Selasa (28/10) setiap kekeluargaan
diberi kesempatan untuk mengadakan ori-
entasi bagi masing-masing anggotanya
secara serempak. Kesempatan yang sama
diberikan pada setiap almamater di hari
berikutnya (29/10). Barulah di hari tera-
khir, Kamis (30/10) Maba diajak berkeliling
tempat-tempat bersejarah di Kairo.
Fakhry Emil Habib selaku ketua panitia
menuturkan bahwa, ORMABA bertujuan
untuk membentuk orientasi mahasiswa
baru secara tepat, yang sesuai harapan
orang tua mereka yaitu untuk menjadi ula-
ma.
Alhamdulillah tahun ini kami bisa
membuka hubungan lebih dekat dengan
Azhar, bahkan hari pertama kita adakan di
kampus (banin-red). Kami pribadi tidak
merasa memaksa mahasiswa untuk con-
dong talaqi, tapi kami ingin mahasiswa sa-
dar kewajiban mereka di sini adalah bela-
jarTambahnya.
Mufathirul Hamidiyah, peserta ORMABA
asal Sidoarjo ini menuturkan, Ormaba ini
berkesan bagi saya pribadi. Banyak pelaja-
ran dan acuan untuk melangkah ke depan.
Namun di balik itu ada rasa kecewa terkait
adanya keterlambatan waktu (pelaksanaan
kegiatan-red). (Khudlori)
PPMI Menggelar ORMABA 2014
Gebyar HUT GAMAJATIM ke-16
Jumat (31/10), puncak dari rentetan
acara ulang tahun Gamajatim yang ke-16
resmi dilangsungkan di kediaman Keluarga
Paguyuban Masyarakat Jawa Barat
( KPMJB ). Acara yang diisi dengan beberapa
rentetan kegiatan out door dan
indoor sudah menjadi program
kerja Gamajatim tiap menyam-
but ulang tahunnya.
Acara yang diselenggarakan
bakda Maghrib ini dihadiri
sejumlah tamu kehormatan:
ketua PPMI, DK Gamajatim,
serta Direktur Indomie mesir.
Rentetan acara demi acara
berlangsung dengan lancar. Mulai dari pen-
ampilan edcoustic, stand up comedy, dan
diakhiri dengan dangdut, khas budaya
masyarakat Gamajatim.
Sayangnya, Abdul Aziz selaku ketua
pelaksana HUT Gamajatim ke-16 mengaku
bahwa acara kali ini tidak berlangsung se-
meriah tahun-tahun sebelumnya. Hal itu
terjadi lantaran beberapa faktor, di an-
taranya adalah kurangnya persiapan karena
minimnya anggota kepanitiaan dan banyak
bertabrakan dengan kegiatan-kegiatan di
ailiasi lain, Sampaikan maaf saya, mohon
maaf belum bisa memberikan yang ter-
baik.ujarnya. (Furna)
penyetaraan ijazah. Saat ijazahnya sudah
kelar, setiap orang diharuskan membayar 82
$ dan 30 Le, adapun yang 82 $ ini resmi un-
tuk dimasukkan ke Kemenag. Namun, pada
dasarnya kepengurusan penyetaraan ijazah
aslinya 4 juta Rupiah, dan ini merupakan
diskon untuk mereka. Dan ini kali terakhir
Depag mengeluarkan penyetaraan ijazah
bagi (pelajar red) yang ke luar negeri da-
lam artian terjun bebas,lanjut Darul.
Hal senada yang diungkapkan oleh Mu-
hajir bahwa dalam mengurus ijazah me-
mang rumit, Perlu dikembalikan ke Indone-
sia. Di Indonesianya pun tidak hanya ke satu
tempat,namun ke beberapa tempat dan ba-
dan untuk ditandatangani, tentu semuanya
tidak lepas dari yang namanya bayar alias
tidak gratis. Ujarnya.
Labih lanjutnya lagi, dalam permuadala-
han ijazah juga perlu ditandatangani oleh
beberapa kementrian; Kemenlu, Kemenag,
dan Kemenhukham (Kementrian Hukum
dan HAM). Setelah ditandatangani barulah
dapat dilegalisir oleh KBRI Kairo.
Darul menambahkan Pada dasarnya
tanggungjawab pengurusan camaba iltizam
bukan tugas KPP MABA, namun ini adalah
tugas PPMI tahun kemarin. Akan tetapi kami
akan menyelesaikan semua kendala dan
permalahan Camaba Iltizam sampai tuntas.
tuturnya.
Pengurusan Camaba memang selalu
memiliki permasalahan yang berbeda-beda
tiap tahunnya. Namun bukan suatu hal yang
wajar jika setiap tahunnya Camaba lagi dan
lagi menjadi korban ketidak jelasan dalam
setiap proses pendaftaran masuk ke al-
Azhar. Tentunya kita berharap permasala-
han yang terjadi tiap tahun dapat menjadi
pembelajaran bagi seluruh pihak yang terli-
bat. Bukan menjadi permasalahan yang
dibudidayakan.
(Malik, Ikmal)
Doc: www.facebookPPMI.com
Doc: www.facebook.gamajatim.com
Lanjutan dari hal 5.
https://www.facebook.com/muhfatih.elhaqhttps://www.facebook.com/muhfatih.elhaqhttps://www.facebook.com/muhfatih.elhaqhttps://www.facebook.com/muhfatih.elhaqhttps://www.facebook.com/muhfatih.elhaq -
8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365
10/12
-
8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365
11/12
TROB
OSANEdisiReguler365November2014
Beberapa hari belakangan ini, para
mahasiswa baru dan wajah baru yang khas
mulai mewarnai kehidupan masisir. Bebera-
pa terlihat kebingungan di dalam bus, men-
cari jalan pulang di pinggiran jalan, juga ada
yang mencoba bertanya atau sekedar
menyapa masyarakat pribumi dengan baha-
sa yang masih terbata. Tak lepas peran para
senior bermain di sini. Mereka yang awalnya
malas dan bingung bercakap tiba-tiba lancar
dan cakap berbahasa amiyahdemi mengajar-
kan sang adik. Mereka yang dahulu kesehari-
annya hanya diam di kamar dan jarang
kuliah tiba-tiba aktif mengantar-jemput
sekaligus sekali-kali menjelaskan beberapa
tempat di Kairo untuk adik-
adik.
Namun di balik semua ini, ada yang
terkadang dilupakan. Bahwa setiap gerak-
gerik, kata yang terucap, bahkan terkadang
cara berpakaian adalah sorotan utama dan
nantinya akan menjadi teladan bagi para
mahasiswa baru. Siapa yang tahu? Bahwa
apa yang mereka tangkap di awal kedatan-
gan, akan menjadi patokan yang sedikit ban-
yak akan membentuk kepribadian mereka di
kehidupan selanjutnya. Maka sudah menjadi
kewajiban bagi kita, mahasiswa yang lebih
lama tinggal di sini untuk senantiasa mem-
beri contoh yang baik bagi mereka. Tidak
hanya prestise di mata mereka, tapi prestasi
juga layak kita berikan. Agar jiwa-jiwa yang
tumbuh nantinya, adalah jiwa-jiwa yang haus
akan persaingan. Persaingan dalam aspek
ilmu, kebaikan sosial dan yang terpenting
adalah persaingan dalam kesalihan amal.
Sebagaimana yang telah kita ketahui
bersama, perguruan tinggi adalah sebuah
institusi yang tidak sekedar untuk kuliah,
mencatat pelajaran, pulang dan tidur. Tapiharus dipahami bahwa perguruan tinggi
adalah tempat untuk penggemblengan maha-
siswa dalam melakukan kontempelasi dan
penggambaran intelektual agar mempunyai
idealisme dan komitmen perjuangan
sekaligus tuntutan perubahan.
Tidak bisa dianggap sepenuhnya
benar jika ada beberapa pendapat yang ter-
lontar bahwa kuliah adalah masa untuk bela-
jar, belajar dan belajar. Tanpa ia
mengindahkan arti dari organisasi yang
mengedepankan etika dalam bersosialisasi.Benar jika dikatakan ada beberapa contoh
mahasiswa yang malah terbengkalai di dunia
kuliah karena terlalu sibuk berorganisasi.
Tapi tidak pula dapat kita pungkiri, bahwa
lebih banyak lagi dari mereka yang aktif
berorganisasi namun justru kegiatan-
kegiatan itulah yang mengantar mereka
kepada prestasi-prestasi gemilang di
kemudian hari.
Kembali pada mahasiswa baru,
mengenalkan mereka pada serba-serbi ke-
hidupan masisir adalah juga bagian dari
kewajiban kita. Sebagai maha-
siswa Al-Azhar pastinya
kita telah mempelajari
mana yang baik atau
buruk, mana yang
bermanfaat atau sia-
sia, mana yang mem-
bawa kebaikan atau
keburukan. Dis-inilah kita semua -
sebagai senior- ber-
peran. Salah satu
langkah dalam
membimbing mereka, ber-
tahun dosa akan menjadi
tanggungan kita.
Contoh kecil dari
banyaknya warna-warni
masisir yang penulis rasa bisa kita sorot
adalah ajang seni masisir. Beberapa waktu
lalu ajang seni masisir yang lumayan terke-
nal telah terlaksana dengan berbagai hi-
buran yang disuguhkan. Di dalam beberapa
penampilan, salah satunya adalah penampi-
lan dari alunan merdu suara perempuan
yang dinikmati oleh puluhan bahkan ratusan
pasang mata dan telinga lawan jenisnya.
Terkadang sedikit lenggak-lenggok tubuhnya
terlihat mengiringi suara indah mendayunya.
Lalu bagaimana seorang Azhari harus menyi-
kapi situasi seperti ini? Di satu sisi ajang seni
memang dibutuhkan untuk menampungbakat seni yang dimiliki oleh masisir. Na-
mun di sisi lain, bukankah suatu aib bagi
wanita yang telah mengerti hukum-hukum
dan aturan Islam untuk menampilkan suara
merdunya di depan khalayak ramai? Apalagi
jika di antara penontonnya terdapat banyak
lawan jenisnya, para laki-laki. Bahkan Al-
Quran dengan sangat gamblang menjelaskan
dalam surat (Al-Ahzab: 32)
Wahai istri-istri Nabi, kamu sekalian
tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk
dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan
ucapkanlah perkataan yang baik.
Dalam ayat ini Allah menyampaikan
dengan jelas bahwasannya, bahkan dalam
berbicara pun perempuan tidak diper-
bolehkan untuk mendayukan suara. Aturan
ini semata-mata kembali untuk penghorma-
tan dan tingginya martabat perempuan da-
lam lingkup Islam. Agar ia terjaga, dan lawan
jenis yang mendengarnya pun tidak jatuh
pada kubangan khilaf dan dosa.
Dilihat dari momen ini, tentu
kita harus hati-hati dalam mem-
perkenalkan berbagai kegiatan
yang ada di masisir. Contoh
kegiatan positif di kalangan
masisir pun tak terhitung
jumlahnya, mulai dari talaqqi di ru-waq-ruwaq Azhar, tahidz, tahsin,
kajian-kajian dan sebagainya. Salah satu
contoh kegiatan yang baru saja dilaksanakan
pada tanggal 25 Oktober 2014 kemarin ada-
lah Kopi Darat One Day One Juz (ODOJ) yang
diisi dengan berbagai rangkaian acara. Di
antaranya, taushiyah yang disampaikan oleh
Ust.Aep Saepulloh MA. Di dalamnya dijelas-
kan, betapa pentingnya kita hidup dengan
konsistensi dalam berinteraksi dengan al-
quran. Ust. Aep sebagai mana biasanya
telah menyihir seluruh hadirin yang datang
dengan intonasi penyampaian yang khas dan
berbagai dalil yang akurat tentang betapa
ajaibnya hidup di bawah naungan ayat-ayat
al-quran. Tidak lepas dari topik utama, be-
berapa mahasiswa baru terlihat memenuhi
Pasangrahan Jawa Barat pada acara ini. Mes-
ki terbilang cukup baru, komunitas yang
berkomitmen menyelesaikan tilawah satu
hari satu juz ini penulis kira patut diacungi
jempol.
Dan di akhirnya, harapan kita semuabertemu di pintu doa yang satu. Semoga para
senior, termasuk PPMI & WIHDAH yang se-
dang melaksanakan ORMABA kali ini bisa
memberi sebaik-baik teladan yang akan
menjadi awal bangkitnya masisir menuju
pribadi yang cerdas dalam tingkah laku juga
pintar dalam beramal. Karena akan seperti
apa mahasiswa baru nantinya, yang menen-
tukan adalah kita sebagai senior. Baik atau
burukkah? Pilihan ada di tanganmu.
*Penulis adalah Mahasiswi tingkat II
Jurusan Syariah Islamiyyah.
Mahasiswa (Lama) Pembentuk Generasi DuniaOleh: Zakiyah Rahmah*
Doc:nyunyu.com
http://nyunyu.com/2012/09/ciri-ciri-mahasiswa-lama/http://nyunyu.com/2012/09/ciri-ciri-mahasiswa-lama/ -
8/10/2019 Terobosan Edisi Reguler 365
12/12
Email/YM: [email protected]
FB: Tranferindo Mesir