Download - TESIS Oleh AYU YUNIASARI 137009020 /LNG
ANALISIS MULTIMODAL TARI SAMAN GAYO LUES
TESIS
Oleh
AYU YUNIASARI
137009020/LNG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS MULTIMODAL TARI SAMAN GAYO LUES
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Oleh
AYU YUNIASARI
137009020/LNG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
i
ANALISIS MULTIMODAL TARI SAMAN GAYO LUES
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji tentang analisis multimodal Tari Saman Gayo Lues.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan komponen multimodal dalam
Tari Saman Gayo Lues dan mendeskripsikan hubungan inter-semiotik teks verbal
dan teks visual dalam Tari Saman Gayo Lues. Peneliti menggunakan metode
kualitatif-deskriptif dengan sumber data rekaman tari yang ditranskripkan ke
dalam bentuk teks verbal dan teks visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1)
Teks multimodal Tari Saman Gayo Lues terdiri atas komponen representasional,
interaksional dan komposisional. Komponen representasional meliputi proses,
partisipan, dan sirkumstan. Unsur proses verbal Komponen representasional untuk
proses paling banyak ditemukan; partisipan I paling banyak ditemukan adalah
partisipan gol dan penyampai (sayer), dan partisipan II adalah fenomenon dan
perkatan; sirkumstan yang paling banyak ditemukan adalah lokasi dan penyerta.
Pada komponen interaksional terdiri atas kontak, jarak dan sudut pandang.
Komponen interaksional untuk kontak jenis image art lebih banyak berupa
penawaran (offer); komponen kontak gaze yang paling banyak adalah tidak
langsung (indirect); komponen aspek jarak sosial yang ditemukan pada teks visual
Tari Saman Gayo Lues paling banyak tampilan personal. Dari komponen sudut
pandang yang paling banyak ditemukan kekuatan pandangan. Dari aspek
modalitas adalah modalitas tinggi, dari saturasi warna, keragaman warna,
perubahan warna, kontekstualisasi, representasi, kedalaman, penerangan dan
kecerahan. Komponen komposisional terdiri atas nilai informasi, tonjolan, dan
bingkai. Komponen komposisional untuk nilai infomasi paling banyak ditemukan
informasi di pusat (centred). Tonjolan yang paling banyak ditemukan adalah
tulisan ‘Saman’ dan pakaian penari yang seragam. Untuk bingkai (framing) yang
paling banyak ditemukan adalah unsur yang memberi tanda bahwa sesuatu itu
merupakan bagian atau bukan bagian dari gambar. 2) Hubungan inter-semiotik
teks verbal dan teks visual dalam merealisasikan makna dan pesan adalah
pengulangan, perbandingan, penambahan, dan sebab-akibat. Dari hasil penelitian
ini disimpulkan bahwa teks visual mampu menjelaskan teks verbal dan teks verbal
dapat dijelaskan oleh teks visual.
Kata kunci: tari saman gayo lues, teks verbal, teks visual, analisis multimodal,
inter-semiotik
Universitas Sumatera Utara
ii
MULTIMODAL ANALYSIS OF SAMAN GAYO LUES DANCE
ABSTRACT
This research discussed about multimodal analysis of the Saman Gayo Lues
Dance. The purpose of this study was to describe the multimodal component in the
Saman Gayo Lues Dance and describe the inter-semiotic relationship of verbal
texts and visual texts in the Saman Gayo Lues Dance. The researcher used a
qualitative-descriptive method with dance record data sources that were
transcribed into verbal texts and visual texts. The results showed that, 1) Multimodal
Text Saman Gayo Lues Dance consists of representational, interactional and
compositional components. Representational components include processes, participants,
and circumferences. The verbal process element The representational component for the
process is most commonly found; participant I was found most often was participant of
goals and deliverers (sayer), and participant II was a phenomenon and ceremony; The
most common circumstances are locations and concomitants. The interactional
component consists of contact, distance and point of view. Interactional components for
image art contact types are mostly in the form of offers; the most gaze contact
components are indirect (indirect); the component of social distance aspects found in the
visual text of Saman Gayo Lues Dance is mostly personal. From the point of view
component, the strength of the view is found the most. From the modality aspect is a high
modality, from color saturation, color diversity, color change, contextualization,
representation, depth, lighting and brightness. Compositional components consist of
information values, protrusions, and frames. The compositional component for
information values is found most centrally. The most prominent protuberances are the
writing 'Saman' and uniform dancers. For frame (framing) which is most often found is
an element that gives a sign that something is part or not part of the picture. 2) Inter-
semiotic relationships of verbal texts and visual texts in realizing meaning and messages
are repetition, comparison, addition, and cause-effect. From the results of this study
concluded that the visual text can explain verbal text and verbal text can be explained by
visual text.
Keywords: saman gayo lues dance, verbal text, visual text, multimodal analysis, inter-
semiotics
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan
hidayahNya pada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tesis ini diajukan
untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Magister Linguistik pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa tesis
ini dapat diselesaikan karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik
secara materil maupun moril. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada:
1. Rektor USU, Bapak Prof. Runtung Sitepu, SH, M.Hum yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
Program Magister pada Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU, Bapak Dr. Budi Agustono, M.S. yang
telah memberikan perhatian dan dukungan selama penulis mengikuti
pendidikan S-2 pada Program Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara.
3. Dr. Eddy Setia, M.Ed, TESP selaku Ketua Program Studi Linguistik, kepada
Sekretaris Program S3 Dr. Mulyadi, M.Hum dan Sekretaris Progam Magister
Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A yang telah memberikan perhatian, bimbingan, dan
dukungan moril selama penulis mengikuti pendidikan hingga selesai pada
Program Studi Linguistik Program Pascarajana Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
4. Pembimbing saya, Ibu Prof. T. Silvana Sinar, Dipl. TEFL, M.A., Ph.D dan
Ibu Dr. Nurlela, M.Hum yang telah banyak membimbing, membantu dan
mendampingi penulis sejak dari awal sampai penulisan dan penyelesaian tesis
ini.
5. Para dosen yang mengajar di Program Studi Linguistik yang membekali ilmu
pengetahuan dan membuka cakrawala berfikir ilmiah. Semoga jasa baik
beliau semua dalam mendidik dibalas Allah dengan pahala yang banyak.
6. Staf pegawai Program Studi Linguistik, Kak Nila, Buk Kar dan Tirta yang
telah membantu penulis dalam hal administrasi.
7. Tokoh masyarakat Gayo Lues, informan (Bapak Anam Ibrahim, Habibi
Muttaqin, Arwin) dan para mahasiswa yang tergabung dalam perkumpulan
Tari Saman Gayo Lues di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
8. Khusus yang teristimewa kepada kedua orangtua Ayahanda Prof. Dr.
Zainuddin, Dipl. TEFL, M.Hum dan Ibunda Dra. Surniati Chalid, M.Pd
tercinta atas dukungan, bantuan, untaian doa yang tak pernah henti, curahan
kasih saying serta memberikan nasehat, pengajaran, bimbingan, dan
kesabaran kepada penulis sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
9. Kedua mertua (Alm) Ramli Siregar dan (Almh) Christina Lawrence yang
memberikan dukungan kepada penulis, semoga amal ibadah beliau diterima
disisi Allah SWT, aamiin.
10. Suami tercinta Randy Pranajaya Siregar, Amd yang memberikan
pengorbanan, perhatian,waktu, kesabaran, kelembutan, dan selalu
menyemangati penulis selama proses penyelesaian tesis ini.
Universitas Sumatera Utara
iv
11. Ananda tercinta (alm) Muhammad Hasby Al-Ghiffary Siregar yang telah
dipanggil oleh Allah SWT, penulis persembahkan tesis ini untuk ananda
tercinta.
12. Adik-adik tersayang Yuwanita Huzaimah, Amd, Meysi Arami, S.Pd, dan
Febriza, SE yang telah memberikan dukungan dan semangat selama proses
penulisan,penulis ucapkan terimakasih banyak.
13. Kepada semua teman-teman Program Studi Linguistik angkatan 2013, penulis
ucapkan terima kasih atas kerjasama yang baik saling membantu selama
menjalani proses belajar di Program Studi Linguistik Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh darikata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran diperlukan untuk memperbaiki kesalahan dalam tesis
ini. Penulis mengharapkan tesis ini dapat memberikan kontribusi bagi peneliti
Linguistik.
Akhir kata saya berharap semoga dukungan, bantuan, pengorbanan dan
budi baik yang di berikan kepada saya dari berbagai pihak hendaknya mendapat
balasan dan ridho yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.
Medan, Oktober 2018
Penulis,
Ayu Yuniasari
Universitas Sumatera Utara
v
RIWAYAT HIDUP
I. Data Pribadi
Nama : Ayu Yuniasari
Jenis Kelamin : Peremuan
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/ 23 Juni 1989
Alamat : Jalan Kapten M. Jamil Lubis No.3-B Medan
HP : 082164242458
E-mail : [email protected]
II. Riwayat Pendidikan
Tahun 1995-2001 : SD Budisatrya Medan
Tahun 2001-2004 : SMP Harapan 2 Medan
Tahun 2004-2007 : SMA Harapan 1 Medan
Tahun 2007-2011 : Universitas Negeri Medan
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................ i
ABSTRACT .......................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ ix
DAFTAR BAGAN ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Batasan Masalah................................................................................ 5
1.3 Rumusan Penelitian .......................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 6
1.5.1 Manfaat Teoretis ...................................................................... 6
1.5.2 Manfaat Praktis ....................................................................... 6
1.6 Klarifikasi Istilah .............................................................................. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori .......................................................................... 9
2.1.1 Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) ..................................... 9
2.1.2 Metafungsi Bahasa (Halliday 1985, 1994) .............................. 10
2.1.2.1 Fungsi Ideasional ........................................................ 11
2.1.2.2 Fungsi Interpersonal .................................................... 13
2.1.2.3 Fungsi Tekstual ........................................................... 13
2.1.3 Multimodal (Kress dan van Leeuwen, 2006) .......................... 13
2.1.3.1 Representasional ......................................................... 14
2.1.3.2 Interaksional ................................................................ 16
2.1.3.3 Komposisional ............................................................ 21
2.2 Tari Saman Gayo Lues ..................................................................... 23
2.2.1 Sejarah Tari Saman Gayo Lues ............................................... 23
2.2.2 Jenis-jenis Tari Saman Gayo Lues .......................................... 24
2.2.3 Nama-nama Pemain Tari Saman Gayo Lues .......................... 26
2.2.4 Kostum dan Aksesoris ............................................................. 26
2.2.5 Tahapan dalam Tari Saman Gayo Lues ................................. 28
2.3 Penelitian Relevan ........................................................................... 29
2.4 Teks Multimodal .............................................................................. 35
2.4.1 Teks/Syair Tari Saman Gayo Lues ........................................ 36
2.5 Hubungan Intersemiotik Logis Antara Teks Verbal
dan Teks Visual ................................................................................ 37
2.6 Kerangka Teori ................................................................................. 39
Universitas Sumatera Utara
vii
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ............................................................................. 41
3.2 Lokasi Penelitian .............................................................................. 42
3.3 Data dan Sumber Data ..................................................................... 43
3.3.1 Data ......................................................................................... 43
3.3.2 Sumber Data ............................................................................ 44
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ........................................... 44
3.4.1 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 44
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 45
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 46
3.6 Validitas Data ................................................................................... 51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 53
4.1.1 Aspek Multimodal yang Terkandung Dalam
Tari Saman Gayo Lues ............................................................ 53
4.1.1.1 Komponen Representasional ....................................... 53
4.1.1.2 Komponen Interaksional ............................................. 72
4.1.1.3 Komponen Komposisional .......................................... 95
4.1.2 Hubungan Intersemiotik Logis Antara Teks Verbal dan
Teks Visual Dalam Tari Saman Gayo Lues ............................ 111
4.2 Pembahasan ...................................................................................... 117
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .......................................................................................... 122
5.2 Saran ................................................................................................. 123
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 124
LAMPIRAN ........................................................................................... 127
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1 Tabel Proses dan Partisipan ........................................................... 12
2.2 Hubungan Interaksional ................................................................. 17
2.3 Realisasi Komponen Metafungsi Visual ........................................ 22
2.4 Hubungan Logis Intersemiotik ....................................................... 38
4.1 Komponen Representasional pada Teks Tari Saman
Gayo Lues ....................................................................................... 54
4.2 Komponen Interaksional pada Teks Tari Saman
Gayo Lues ...................................................................................... 73
4.3 Komponen Komposisional pada Teks Tari Saman
Gayo Lues ...................................................................................... 95
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
2.1 Skala Modalitas Untuk Saturasi Warna ...................................... 20
3.1 Peta Kabupaten Gayo Lues ......................................................... 42
3.3a Gambar Komponen Representasional ......................................... 48
3.3b Gambar Komponen Interaksional ............................................... 49
3.3c Gambar Komponen ..................................................................... 50
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR BAGAN
No. Judul Halaman
2.1 Variabel Analisis Representasional dalam Visual ...................... 14
2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 39
3.1 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 45
3.2 Metode Analisis Data .................................................................. 46
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
Lampiran 1 Teks Verbal Tari Saman Gayo Lues .............................. 127
Lampiran 2 Teks Visual Tari Saman Gayo Lues .............................. 132
Lampiran 3 Hasil Wawancara ........................................................... 157
Lampiran 4 Foto-foto ........................................................................ 162
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan bagian penting dari kehidupan. Dikatakan penting
karena bahasa sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan arti, ide, pemikiran
perasaan, emosional dan gagasan terhadap mitrabicara (interlocutor). Penelitian
ini mengkaji Tari Saman Gayo Lues (selanjutnya disingkat dengan TSGL) dengan
menggunakan pendekatan analisis multimodal yang mengacu pada sistem arti
dalam teks budaya verbal dan visual (non verbal). Tujuan menganalisis teks
TSGL ini adalah untuk menemukan makna syair dan gerak dalam komponen
kedua aspek tersebut, yakni aspek verbal dan visual yang mengacu pada konsep
semiotik sosial.
Sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi (science and technology)
perkembangan teori mutakhir semakin diperlukan dalam suatu penelitian. Analisis
multimodal merupakan salah satu teori yang mutakhir dalam penelitian yang
berhubungan dengan teks dan konteks dalam menyampaikan makna. Beberapa
latar belakang tentang pentingnya analisis multimodal, seperti yang dikemukakan
oleh Kress dan van Leeuwen (2006) dalam Young dan Fitzgerald (2006)
berpendapat bahwa pentingnya analisis multimodal karena perkembangan teks
yang mengacu pada teks verbal dan teks visual yang diakibatkan oleh kemajuan
teknologi dan industri (Teo, 2004) dalam Young dan Fitzgerald (2006).
Selanjutnya Gombrich (1982) menyatakan bahwa The Visual tentang pentingnya
teks visual dalam konteks makna di samping teks verbal. Adapun pakar lain
Universitas Sumatera Utara
2
mengatakan seperti Kress dan van Leeuwen (2006) memberikan pandangan
terhadap analisis teks verbal dan visual yang mengacu pada perbedaan makna
yang dibentuk oleh beberap teks model. Dalam analisisnya menunjukkan adanya
kecenderungan penggunaan teks visual yang lebih besar daripada penggunaan
teks verbal. Justru Young dan Fitzgerald (2006) mempertanyakan lebih jauh lagi,
apakah teks verbal memiliki kemampuan yang lebih besar dibandingan teks visual
dalam membangun makna ataupun sebaliknya.
Dalam kajian ini, semua interaksi dalam TSGL, yaitu hubungan syair
(verbal) dan gerak (visual) dalam TSGL dapat dikaji dengan menggunakan
pendekatan multimodal yang diperkenalkan oleh Kress dan van Leeuwen (2006).
Menurut Kress and van Leeuwen (1996), Multimodal adalah istilah yang
digunakan untuk merujuk pada cara orang berkomunikasi menggunakan dua atau
lebih modus yang berbeda pada saat bersamaan yang dapat diartikan sebagai
modus semiotik atau peristiwa semiotik yang terjadi secara bersamaan dengan
cara menghubungkan dua sarana tersebut untuk memperkuat, melengkapi atau
berada dalam susunan tertentu. Norris (2004:1) menyatakan all interactions are
multimodal, maksudnya adalah semua interaksi di dalam komunikasi baik dari
segi ekspresi bahasa (language expression) dan gerak (gesture) semuanya
memiliki makna.
Pendekatan multimodal yang diperkenalkan Anstey dan Bull (2010) dapat
didefinisikan sebagai komunikasi yang menggabungkan dua atau lebih sistem
semiotik. Menurut Anstey dan Bull terdapat lima sistem semiotik yakni, linguistic
terdiri dari beberapa aspek, seperti kosakata, struktur generik dan tata bahasa yang
terdapat dari bahasa lisan dan tertulis, visual yaitu beberapa aspek seperti, warna,
Universitas Sumatera Utara
3
vector dan sudut pandang dalam diam dan gambar bergerak. Aspek audio yang
terdiri dari aspek suara, nada dan irama musik dan suara efek. Gestural terdiri dari
beberapa aspek seperti, gerakan, kecepatan dan ketenangan dalam ekspresi wajah
dan bahasa tubuh, dan spasial yaitu aspek-aspek seperti, jarak, arah, posisi tata
letak dan organisasi benda.
Dalam perspektif multimodal, yang dimaksud tata bahasa visual adalah
mendeskripsikan secara gramatikal makna visual pada sarana komunikasi,
sedangkan tata bahasa virtual mendeskripsikan secara gramatikal makna melalui
tubuh, gerakan, dan interaksi dengan objek, seperti teks dan konteks dari tulisan
dan gambar dalam sistem multimodal.
Terkait dengan teori mutakhir tentang multimodal yang diterapkan dalam
penelitian TSGL ini, maka dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis
multimodal yang diperkenalkan oleh Kress dan van Leeuwen (2006) yang
digunakan untuk menelaah tiga komponen, yaitu, representasional, interaksional,
dan komposisional.
Interaksi bahasa meliputi dua sarana utama dalam konteks analisis
multimodal, yakni sarana verbal (verbal communication) dan sarana visual.
Sarana bahasa verbal meliputi bahasa lisan dan tulisan. Bahasa lisan digolongkan
dalam bentuk suara atau fonologi, sedangkan bahasa tulisan adalah dalam bentuk
grafologi direpresentasikan dalam bentuk teks. Sinar (2012) menyatakan semua
interaksi yang mengkombinasikan dua sarana yang dapat memberikan makna
komunikasi pada bahasa, yaitu verbal dan non-verbal dinamakan multimodal.
Bahasa visual termasuk dalam kajian teks tata bahasa yang menggambarkan
gerak, suara, nada, irama, warna, dan jarak atau spasial.
Universitas Sumatera Utara
4
Upaya untuk mengkaji seni TSGL dapat dikaitkan juga secara sosial
budaya, beberapa alasannya adalah: 1) untuk mengkaji kekhasan gerak dan syair
yang dilantunkan oleh Syech (pemimpin tari) pada saat tari tersebut
dipertunjukkan secara verbal dan visual, 2) untuk dapat melestarikan kesenian
tradisional Tari Saman Gayo Lues sebagai kebanggaan daerah pada khususnya,
bangsa dan Negara Indonesia pada umumnya agar tidak punah dari masyarakat
daerah asalnya yaitu Kabupaten Gayo Lues Blangkejeren, Provinsi Aceh, 3)
penelitian tentang seni Tari tradisonal Saman Gayo Lues masih relatif terbatas
jumlahnya dibanding dengan penelitian tentang tradisi-tradisi adat (local wisdom),
lainnya, 4) bahwa teori analisis multimodal sebagai teori yang mutkahir saat ini
perlu dikembangkan sesuai dengan masalah atau isu dari suatu penelitian. Sampai
sekarang ini sepengetahuan penulis dari observasi kepustakaan belum ada yang
mengaplikasikan analisis multimodal terhadap wacana atau teks budaya
khususnya seni TSGL.
Masyarakat Gayo Lues secara latar belakang memiliki banyak kesenian
lokal, salah satu diantaranya adalah seni TSGL di mana dapat dipertunjukkan
pada acara-acara penting seperti peyambutan Tamu Kenegaraan, peringatan
maulid Nabi, kunjungan tamu-tamu antar Kabupaten dan Negara, pembukaan
sebuah festival, dan acara-acara peresmian. Seni TSGL ini dapat direpresentasikan
dalam bentuk teks tulisan dan gambar yang dapat dianalisis melalui teori analisis
multimodal.
Menurut Tantawi dan Buniyamin (2011:75-6) Tari Saman merupakan
kolaborasi antara seni tari dan seni suara yang dijuluki dengan tari Tangan Seribu
oleh Ibu Tien Soeharto. Ibu Negara Tien Soeharto tahun 1979 dalam sambutannya
Universitas Sumatera Utara
5
saat persembahan tari Saman dalam rangka mengikuti Festival Tari Tradisional
seluruh Indonesia pada tahun 1979 di Taman Mini Indonesia Indah.
Mengutarakan kekagumannya bahwa gerakan tari Saman sungguh luar biasa serta
memukau semua orang yang menyaksikannya. Bahkan saat ini tari Saman sudah
dimasukkan sebagai tari milik bangsa Indonesia yang berasal dari Kabupaten
Gayo Lues Blangkejeren sebagai warisan budaya dunia.
1.2 Batasan Penelitian
Agar penelitian ini terfokus pada tujuan penelitian dan mencapai hasil yang
sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka pembahasan dalam penelitian ini
hanya berfokus pada analisis multimodal Tari Saman Gayo Lues dalam kesenian
masyarakat Gayo Lues dengan menggunakan teori multimodal Kress dan Van
Leeuwen (2006). Penelitian ini memiliki 2 aspek, yakni aspek visual dan aspek
verbal. Adapun teori yang dikembangkan oleh Kress dan van Leeuwen memiliki 3
komponen, yakni komponen representasional, komponen interaksional dan
komponen komposisional. Dengan demikian, penelitian ini akan terfokus pada
masalah penelitian yang dikaji.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah aspek multimodal yang terkandung dalam Tari Saman
Gayo Lues (TSGL)?
2. Bagaimanakah hubungan intersemiotik teks verbal dan teks visual dalam
Tari Saman Gayo Lues (TSGL)?
Universitas Sumatera Utara
6
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan aspek multimodal yang terkandung dalam Tari Saman
Gayo Lues (TSGL)
2. Mendeskripsikan hubungan intersemiotik teks verbal dan teks visual
dalam Tari Saman Gayo Lues (TSGL)
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan praktis
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat bermanfaat untuk:
1. Memberikan sumbangan terhadap perkembangan teori linguistik
khususnya tentang aplikasi teori linguistik fungsional sistemik (LFS)
dalam perspektif analisi multimodal, serta akan memperkaya khasanah
linguistik Indonesia.
2. Memberikan sumbangan bagi peneliti lainnya, dan menjadi rujukan
kepustakaan bagi penelitian lebih lanjut, khususnya mengenai aplikasi
analisis multimodal.
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat untuk:
Universitas Sumatera Utara
7
1. Memberikan kontribusi kepada masyarakat, khususnya masyarakat
Gayo Lues sebagai aset pemerintah daerah Kabupaten Gayo Lues
Blangkejeren.
2. Mendokumentasikan khasanah kekayaan seni Tari Saman Gayo Lues
(TSGL), bagi generasi masyarakat Gayo Lues untuk dilestarikan
3. Memberikan sumbangan terhadap pengajaran seni tari, khususnya
pembelajaran seni Tari Saman Gayo, sebagai muatan lokal di sekolah
baik secara formal dan informal
1.6 Klarifikasi Istilah
Untuk dapat memahami beberapa istilah (terminologi kata) yang
digunakan dalam tesis ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Analisis Multimodal Analisis teks secara menyeluruh yang meliputi
analisis makna komunikasi verbal dan visual dalam
tataran semiotik yang terdapat di dalam sebuah teks.
Gayo Lues Merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh
dan merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Aceh Tenggara.
Interaksional Setiap sistem semiotik harus mampu untuk
memproyeksikan hubungan-hubungan antara
pencipta/produser yang menciptakan tanda atau
kompleks tanda dengan penerima/reproducer tanda
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
8
Komposisional Sistem semiotik yang memiliki kemampuan untuk
membentuk teks, kompleks tanda yang saling
melekat satu dengan yang lain, baik secara internal
maupun dengan konteks di dalamnya dan untuk apa
tanda-tanda tersebut diproduksi.
Representasional Sistem semiotik yang memiliki kemampuan untuk
merepresentasikan aspek-aspek pengalaman dunia
di luar sistem tanda baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Tari Saman Sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang
biasanya ditampilkan utuk merayakan peristiwa-
peristiwa penting dalam adat. Syair dalam tarian
Saman menggunakan bahasa Arab dan bahasa
Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan
untuk merayakan kelahiran atau Maulid Nabi
Muhammad SAW.
Universitas Sumatera Utara
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Linguistik Fungsional Sistemik (LFS)
Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) pertama kali diperkenalkan oleh
M.A.K Halliday. Di dalam padangan LFS, bahasa mempunyai dua aspek utama
yaitu sistemik dan fungsional. Sistemik maksudnya adalah bahwa bahasa
dipandang sebagai bagian dari fenomena sosial yang berhubungan dengan konteks
soisal pemakaian bahasa. Sinar (2008) mengemukakan bahwa teori sistemik
melingkupi fungsi, sistem, makna, semiotika sosial, dan konteks bahasa. Dengan
kata lain, linguistik dan teori sistemik merupakan dasar utama dalam pengkajian
bahasa. Sedangkan fungsional adalah bahasa yang digunakan untuk
mengekspresikan suatu tujuan atau fungsi proses sosial di dalam suatu konteks
situasi dan konteks kultural, setiap tataran bahasa mempunyai fungsi sendiri-
sendiri untuk merealisasikan tujuan sosial tersebut.
Saragih (2006:1) menyatakan bahwa teori memandang bahasa adalah
sistem arti dan sistem lain (yaitu sistem bentuk dan ekspresi) untuk merealisasikan
arti tersebut. LFS merupakan teori bahasa yang bertitik tolak pada fungsi bahasa.
Teori ini tidak hanya mengkaji gramatikal tetapi seluruh sistem semiotik bahasa
yang terdapat dalam konteks
Bahasa sebagai semiotik sosial disebut sebagai sistem makna. Semiotik
sosial melihat tanda dalam arti yang lebih luas, yakni sebagai suatu sistem tanda
yang merupakan bagian tatanan-tatanan yang saling berhubungan sebagai
pembawa makna dalam tradisi. Sehingga bahasa dalam semiotok sosial
Universitas Sumatera Utara
10
mendapatkan maknanya melalui interksi sosial, dengan perantara sosial, dan
untuk tujuan sosial pula. Bahasa sebagai semiotik sosisal berhubungan dengan
penggunaan bahasa bersama-sama dengan sisetem makna lainnya dalam
menciptakan ketradisian (Halliday dan Hasan, 1992:4-6).
Konteks sosial pemakaian bahasa dibatasi sebagai segala sesuatu yang
mendmpingi pemakaian bahasa atau teks, dalam setiap interaksi arti dapat
dinyatakan dengan dua cara. Pertama, arti dikodekan oleh bentuk bukan bahasa
(non verbal realization), seperti gerak tangan, ekspresi wajah atau langkah.
Kedua, arti direalisasikan oleh bahasa. Kedua, realisasi arti itu dapat terjadi padaa
saat yang sama (Saragih, 2003:192). Pada point pertama, dapat direalisasikan
bahwa arti dikodekan dengan ekspresi non verbal (visual), seperti gerak tangan,
ekspresi, wajah atau langkah dalam konteks multimodal. Dalam perspektif
linguistik fungsional sistemik (LFS) bahasa adalah sistem arti dan sistem lain
(yakni sistem bentuk dan ekspresi) untuk merealisasikan arti tersebut.
Menurut Sinar (2008) bahasa diorganisir sedemikian rupa untuk
melaksanakan suatu fungsi interaksi, yakni bagaimana ide-ide dalam wujud
bahasa dapat dipahami oleh pihak lain dalam suatu lingkungan sosial melalui tiga
bahasa yang disebut metafungsi bahasa.
2.1.2 Metafungsi Bahasa (Halliday 1985, 1994)
Metafungsi bahasa dapat diartikan sebagai fungsi bahasa dalam pemakaian
bahasa oleh penutur bahasa. Dalam kehidupan manusia, bahasa memiliki tiga
fungsi dalam berkomunikasi yaitu: 1) Fungsi Ideasional, 2) Fungsi Interpersonal,
Universitas Sumatera Utara
11
dan 3) Fungsi Tekstual (Halliday, 1994, Eggins, 1994:3 dalam Saragih, 2006: 3-4,
Sinar, 2002).
2.1.2.1 Fungsi Ideasional
Fungsi ideasional berfungsi mengodekan, mengekspresikan dan
merealisasi pengalaman manusia yang direpresentasikan dengan sistem
transivitas. Transitivitas merupakan sumber untuk menguraikan pengalaman dan
dilakukan dalam bentuk proses. Bagian yang tercakup dalam proses ini adalah
proses, partisipan, dan sirkumstan (Eggins, 1994:229 dalam Halliday, 2004).
Setiap interaksi antara pemakai bahasa penutur menggunakan bahasa
untuk memapar, mempertukarkan, dan merangkai atau mengorganisasikan
pengalaman, direalisasikan dalam satu klausa yang memiliki tiga unsur yaitu
proses, partisipan, dan sirkumstan.
Proses merujuk kepada kegiatan atau aktivitas yang terjadi dalam klausa
yang menurut tata bahasa tradisional dan formal disebut kata kerja atau verba.
Partisipan dibatasi sebagai orang atau benda yang terlibat dalam proses tersebut.
Sirkumstan adalah lingkungan tempat proses yang melibatkan partisipan terjadi
(Halliday, 1994).
Proses direalisasikan oleh kelompok verba, partisipan direalisasikan oleh
kelompok nomina, dan sirkumstan direalisasikan oleh kelompok keterangan dan
frasa preposisional. Ada enam proses yaitu proses material, verbal, relasional,
mental, wujud, dan perilaku (Eggins, 1994:229; Halliday, 1994: 107-139;
Halliday and Matthiessen, 2004:171-206). Tiga proses primer, yaitu material
(proses kegiatan yang menyangkut fisik dan nyata dilakukan oleh pelakunya
(Eggins, 1994; 227)) misalnya berlari, dan bermain. Mental (Proses mental adalah
Universitas Sumatera Utara
12
proses kegiatan yang terjadi di dalam diri manusia, menyangkut kognisi, emosi
dan persepsi) misalnya berpikir dan membenci (Halliday, 1994: 107; Halliday and
Matthiessen, 2004:171) dan relasional (Proses yang menghubungkan satu entitas
dengan entitas lainnya) misalnya adalah, ialah dan menjadi. Tiga proses skunder,
yaitu tingkah laku (proses tingkah laku merupakan aktivits atau kegiatan yang
menyatakan tingkah laku manusia berkaitan dengan fisiologis atau badan
manusia) misalnya tidur dan senyum. Verbal (proses yang menyatakan informasi)
misalnya berkata dan meminta, dan wujud (proses yang menunjukkan keberadaan
entitas atau maujud) misalnya ada, dan wujud (Eggins, 1994: 254).
Tabel 2.1 Tabel Proses dan Partisipan (Saragih, 2011:93)
Jenis Proses Partisipan I Partisipan II
Material Pelaku Gol
Mental Pengindera Fenomenon
Relasional
1) Identifikasi Bentuk Nilai
2) Atribut Penyandang Atribut
3) Kepemilikan Pemilik Milik
Tingkah laku Petingkah laku -
Verbal Pembicara Perkataan
Wujud Maujud -
Sirkumstan merupakan salah satu elemen dalam sistem transtivitas. Unsur
sirkumstan menambah informasi tentang waktu (kapan), tempat (dimana), cara
(bagaimana), dan alasan, sebab (mengapa, untuk apa, siapa). Unsur inti
Universitas Sumatera Utara
13
sirkumstan (Halliday, 2004:262) adalah lokasi, alasan, cara/keterangan, dan
waktu.
2.1.2.2 Fungsi Interpersonal
Fungsi interpersonal adalah fungsi bahasa untuk mempertukarkan
pengalaman-pengalaman manusia menggunakan bahasa (Halliday: 2004). Artinya
interpersonal berfungsi menukarkan pengalaman-pengalaman yang dialami oleh
manusia melalui fungsi ujar (tindakan yang disampaikan dalam satu ujaran dalam
mempertukarkan pengalaman (Saragih,2011:99) dan modus; moda, residu.
2.1.2.3 Fungsi Tekstual
Fungsi Tekstual adalah fungsi bahasa yang merangkai pengalaman
(Halliday:2004). Artinya tekstual berfungsi untuk merangkai dan menyampaikan
pesan melalui sistem tematik; tema dan rema.
2.1.3 Multimodal (Kress dan van Leeuwen, 2006)
Kress dan van Leeuwen (2006) menjelaskan bahwa tata bahasa visual
multimodal dilandasi oleh tiga aspek metafungsi bahasa dari Halliday (1985,
1994, 2004) yakni, 1) Representasional, 2) Interaksional, dan 3) Komposisional.
Multimodal digunakan untuk merujuk pada cara orang berkomunikasi dengan
menggunakan sarana yang berbeda pada saat bersamaan yang dapat di defenisikan
sebagai penggunaan beberapa sarana semiotik dalam desain produk, atau
peristiwa semiotik secara bersamaan dalam suatu teks, dan dengan cara tertentu.
Sarana ini digabungkan untuk memperkuat, melengkapi, atau berada dalam
susunan tertentu (Kress dan Van Leuween, 2006).
Universitas Sumatera Utara
14
Kress dan Van Leeuwen mengembangkan tiga aspek metafungsi
Halliday untuk sistem dalam suatu teks multimodal. Ketiga aspek metafungsi
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
2.1.3.1 Representasional
Representasional yakni setiap sistem semiotik memiliki kemampuan untuk
merepresentasikan aspek-aspek pengalaman dunia di luar sistem tanda, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Dengan kata lain, sistem semiotik harus
mampu untuk merepresentasikan objek dan hubungannya dengan dunia di luar
sistem representasi tersebut yang mungkin memiliki sistem tanda yang lain.
Dengan cara tersebut sistem semiotik ideasional memberikan pilihan-pilihan
untuk merepresentasikan objek dengan cara yang berbeda, agar cara-cara ini dapat
saling berhubungan satu sama lain.
Bagan 2.1 Variabel Analisis Representasional dalam Visual
(Kress dan van Leeuwen, 2006)
Representasional
Represented
participant
ipants
Process
people
Places
Things
Narrative
analysis
Conceptual
analysis
action
reaction
mental
verbal
analytical
symbolic
classifical
Universitas Sumatera Utara
15
Komponen representasional dalam multimodal meliputi; proses, partisipan dan
sirkumtan.
(1) Proses dibagi menjadi narrative analysis (analisis naratif) dan conceptual
analysis (analisis konseptual). Analisis narratif terdiri atas (a) proses tindakan
(action), proses tindakan terbagi dua yaitu, proses tindakan transaksional dan
non-transaksional. Proses tindakan transaksional/ verba intrasitif artinya kata
kerja yang memerlukan objek (aktor dan gol). Sedangkan proses tindakan
non-transaksional sama halnya dengan verba transitif artinya kata kerja yang
tidak memerlukan objek. (b) Proses reaksional, Proses reaksional dalam
metafungsi visual adalah ketika vektor dibentuk oleh garis mata, dan arah
pandangan dari satu atau lebih yang berarti ada reaksi. (c) Proses mental,
proses mental dalam metafungsi visual berbentuk vektor yang dapat diamati
di komik: berupa balon/gelembung berpikir yang menghubungkan senser dan
fenomenon. (d) Proses verbal dalam metafungsi visual berbentuk vektor
berupa balon/gelembung dialog yang menghubungkan sayer dan ucapan. (e)
Proses konversi, gol sebagai partisipan satu-satunya. Sedangkan analisis
konseptual terdiri atas (a) analytical (analitik), dalam metafungsi bahasa sama
dengan proses relasional kepemilikan, (b) symbolic attribute (penanda
attribut), dalam metafungsi bahasa sama dengan proses relasional identifikasi,
dan (c) Classifical (pengelompokan) dalam metafungsi bahasa sama dengan
proses relasional attribut (Kress dan Van Leeuwen, 2006:63).
(2) Partisipan adalah orang, atau sesuatu bahkan tempat yang ada dalam analisis
gambar partisipan merupakan objek yang paling menonjol, melalui ukuran,
tempat di komposisi, kontras terhadap latar belakang, saturasi warna, dan
Universitas Sumatera Utara
16
fokus ketajaman. (a) Proses Aksi (action) memiliki aktor sebagai partisipan I
dan gol sebagai partisipan II. (b) Proses reaksi (reaction) dengan partisipan I
disebut reaktor, dan partisipan II disebut fenomena. Reaktor adalah partisipan
yang melakukan proses baik manusia atau binatang, sedangkan fenomena
dapat dibentuk partisipan lain. (c) Proses mental memiliki partisipan I
pengindera (senser) dan partisipan II fenomenon. (d) Proses verbal terdiri
dari penyampai (sayer) sebagai partisipan I dan ucapan (utterance) sebagai
partisipan II. (e) Proses konversi, partisipan satu-satunya adalah gol. (f)
Partisipan analytical (analitik) adalah pemilik (carrier) sebagai pertisipan I
dan milik (possessive attribute) sebagai partisipan II (b) penanda identitas
(symbolic attribute) dengan partisipan I adalah penanda (superordinate) dan
partisipan II adalah petanda (subordinate) (c) Pengelompokan (Classifical)
partisipan I adalah penyandang (carrier) dan partisipan II adalah atribut
(symbolic attribute) (Kress dan Van Leeuwen, 2006:47).
(3) Sirkumtan pada multimodal, adapun sirkumtan pada multimodal adalah (a)
lokasi berkaitan dengan tempat prosesitu terjadi, (b) alat berkaitan dengan
sarana proses dibentuk oleh alat dengan tindakan yang dijalankan biasanya
juga membentuk vektor. (c) Penyerta berkaitan dengan proses di mana dua
benda wujud dapat disatukan sebgai dua unsur. (Kress dan van Leeuwen,
2006:72).
2.1.3.2 Interaksional
Interkasional yakni setiap sistem semiotik harus mampu untuk memproyeksikan
hubungan-hubungan antara pencipta/produser yang menciptakan tanda atau
kompleks tanda dengan penerima/reproducer tanda tersebut. Dengan kata lain,
Universitas Sumatera Utara
17
sistem semiotik harus mampu memproyeksikan sebuah hubungan sosial diantara
pencipta, pemirsa (yang menerima tanda), dan objek yang direpresentasikan oleh
tanda tersebut. Dalam sistem semiotik ditawarkan hubungan interpersonal yang
berbeda. Kress memberi contoh satu bentuk dari reperesentasi visual dalam
gambar. Seseorang yang difoto mungkin secara semiotik berkomunikasi dengan
fotografer. Disini dapat terjadi suatu proses interpersonal antara orang yang difoto
dengan orang-orang yang nantinya melihat fotonya, atau mungkin juga tidak ada
proses interaksi jika yang melihat foto, menganggap foto itu sebagai „cermin‟
bayangan diri sendiri. Interaksional dikodekan melalui penawaran (offer) dan
permintaan (demand) (Sinar, 2018:47).
Tabel 2.2 Hubungan Interaksional (Kress dan Van Leeuwen, 2006)
Interaksional
Kontak
(Contact)
Aksi Gambar
(Image Act)
Penawaran (offer)
Tatapan (Gaze) Permintaan (demand)
Jarak Sosial
(Social Distance)
Ukuran Bingkai
(Size of Frame)
Langsung (Direct)
Tidak Langsung
(Indirect)
Sudut Pandang
(Point of View)
Gambar Subjektif
(Subjective Image)
Horizontal
Vertikal (tingkat
kekuasaan sisi
pemandang kepada
partisipan terwakili atau
hubungan kesetaraan
Universitas Sumatera Utara
18
dilihat dari sisi mata)
viewer power and
represented participant
power
Modalitas
(Modality)
Warna 1) Saturasi warna
(Colour saturation)
2) Diferensiasi warna
(Colour differentiation)
3) Modulasi Warna
(Colour modulation)
Konteks
(Kontekstual)
1) Kekurangan latar
belakang (Absence of
background)
2) Kepenuhan detil-
detil (Full detail)
Representasi
(Representation)
1) Maximum abstraction
2) Maximum
Representation
Kedalaman
(Depth)
1) Kekurangan
kedalaman (Absence
of depth)
2) Perspektif mendalam
dan maksimal
(Maximally deep
Universitas Sumatera Utara
19
Komponen interaksional meliputi; kontak (contact), jarak sosial (social
distance), sudut pandang (point of view) dan modalitas (modality).
(1) Kontak (contact) terdiri atas; 1) aksi gambar (image art); (a) permintaan
(demand) adalah interaksi langsung antara partisipan dengan khalayak
diwujudkan melalui kontak mata yang menatap kepada penyaksi, (b)
penawaran (offer) adalah adanya pandangan penyaksi. 2) tatapan (Gaze);
langsung (direct) artinya tatapan dari partisipan langsung dan tidak langsung
(indirect) sebaliknya tatapan dari partisipan tidak langsung.
perspective)
Iluminasi
(Ilumination)
1) Representasi sinar
dan bayangan (Full
representation of light
and shape)
2) Ketiadaan sinar dab
bayangan (Absence of
light and shape)
Penerangan
(Lighting)
1) Penerangan maksimal
(Maximum brightness)
2) Hitam dan Putih atau
abu-abu mudan dan
abu-abu tua (Black
and white or shades of
light grey and dark)
Universitas Sumatera Utara
20
(2) Jarak sosial (Social distance) meliputi ukuran bingkai (size of frame); (a)
intimate/personal adalah tampilan personal, (b) social dan equality adalah cara
pengambilan elemen visual pada teks dengan memberikan informasi kepada
khalayak bahwa produk tersebut adalah produk yang dapat dimiliki dengan
mudah dan realisasinya dapat ditemukan pada call and visit information, (c)
impersonal adalah tampilan umum.
(3) Sudut pandang (Point of view) meliputi; (a) sudut horizontal angle; sudut
frontal (involvement), sudut miring (detachment), (b) sudut vertikal;
pandangan kuat (viewer power), pandangan menjadi lemah (represented
participant power).
(4) Modalitas (modality) membahas tentang tingkatan warna, tingkatan warna
menurut Kress dan van Leeuwen (2006:160), ditandai dengan:
1) Saturasi Warna (Colour Saturation), artinya warna penuh atau tidak
ada warna, misalnya hitam dan putih.
2) Diferensiasi Warna (Colour Differentiation), warna dari berbagai
keragaman warna menjadi tidak beragam.
3) Perubahan Warna (Colour Modulation), artinya warna yang penuh
bayang-bayang berubah menjadi tidak ada bayangan.
Hitam dan putih Saturasi warna maksimum
(Black and White) (Maximum colour saturation)
Modalitas terendah Modalitas tertinggi Modalitas yang lebih rendah
(Lowest modality) (Highest modality) (low (er) modality)
Gambar 2.1 Skala Modalitas untuk Saturasi Warna
(Kress dan van Leeuwen, 2006)
Universitas Sumatera Utara
21
4) Kontekstualisasi (Contextualization), warna yang tidak berlatar menjadi
berlatar jelas.
5) Representasi (Representation), warna yang direpresentasikan dari hal
yang abstrak menjadi detail, misalnya: helai pada rambut, pori-pori di
kulit, lipatan di pakaian, daun di pohon.
6) Kedalaman (Depth), skala berjalan dari tidak adanya kedalaman
perspektif menjadi perspektif yang dalam.
7) Penerangan (Illumination), skala berjalan dari representasi sepenuhnya
dari permainan cahaya dan bayangan untuk ketiadaan di sisi lain, abstrak
dari pencahayaan menunjukkan bayangan.
8) Kecerahan (Brightness), artinya perbedaan warna tingkat terang hitam
dan putih atau abu-abu gelap, misalnya kulit hitam atau putih cerah.
2.1.3.3 Komposisional
Komposional yakni setiap sistem semiotik harus memiliki kemampuan
untuk membentuk teks, kompleks tanda yang saling melekat satu dengan yang
lain, baik secara internal maupun dengan konteks di dalamnya dan untuk apa
tanda-tanda tersebut diproduksi. Dalam hal tatabahasa visual juga menciptakan
suatu jarak pengaturan komposisi yang berbeda untuk merealisasikan fungsi
tekstual yang berbeda pula. Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks
visual memiliki hubungan-hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna.
Hubungan-hubungan ini dapat diketahui melalui adanya keterkaitan antara
komponen metafungsi dalam teks verbal dan teks visual. Komponen tekstual pada
metafungsi teks multimodal berkaitan tentang komposisi (Kress dan van
Leeuwen, 2006:177).
Universitas Sumatera Utara
22
1) Nilai informasi (Centred), menghubungkan dua partisipan dalam
gambar yang dapat memberikan nilai informasi spesifik tentang apa saja yang ada
di gambar yang dilihat baik dari kanan,kiri,atas, bawah, tengah dan samping,
meliputi; centred adalah unsur pusat yang diletakkan di tengah terdiri atas triptych
sebagai non-central yang diletakkan disisi kanan, kiri, atas dan bawah. Circular
sebagai non-central yang diletakkan, atas, bawah atau samping. Kemudian, jika
informasi disajikan di sebelah kiri menjadi informasi given dan jika informasi
disajikan sebelah kanan menjadi informasi new.
2) Tonjolan (Salience), unsur partisipan dan represententasi dibuat untuk
menarik perhatian penonton dengan derajat yang sebagai penempatan latar
belakang, latar depan, ukuran yang relative, kontras dalam nilai warna, dan
perbedaan ketajaman.
3) Bingkai (Framing), kehadiran atau ketidakhadiran alat bingkai
direalisasikan oleh unsur yang menciptakan batas garis atau garis bingkai tidak
berkaitan atau berkaitan dengan gambar, memberi tanda bahwa mereka adalah
bagian atau bukan bagian (Kress dan van Leeuwen, 2006: 177).
Kress dan van Leeuwen menyimpulkan realisasi atas ketiga metafungsi di
atas untuk bahasa visual sebagai berikut:
Tabel 2.3 Realisasi Komponen Metafungsi Visual
Komponen Metafungsi Realisasi
Ideasional Representasional
Interpersonal Interaksional
Tekstual Komposisional
Universitas Sumatera Utara
23
2.2 Tari Saman Gayo Lues
2.2.1 Sejarah Tari Saman Gayo Lues
Tari Saman adalah sebuah tarian suku Gayo (Gayo Lues) yang biasa
ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Syair
dalam tarian Saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Suku Gayo. Selain
itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Tari Saman ditetapkan UNESCO sebagai Daftar
Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia dalam Sidang ke-6 Komite
Antar-Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di
Bali, 24 November 2011.
Tarian ini dinamakan Saman karena diciptakan oleh seorang Ulama yang
bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi. Awalnya tarian ini
hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan Pok Ane. Namun, kemudian
ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kpada Allah SWT, serta
diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu tari saman
menjadi salah satu media dakwah.
Menurut Tantawi (2011:76) kata Saman menjadi nama kesenian
tradisional di Gayo Lues karena orang yang pertama mengajarkan dan
mengembangkan agama Islam di Dataran Tinggi Gayo bernama Syekh Saman,
yang berasal daari negeri Arab. Pada saat mengajarkan dasar-dasar agama Islam,
Syekh Saman menggerakkan tangan ke kiri ke kanan dan ke atas ke bawah atau
sambil bertepuk tangan dan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim atau
Shahadat Tauhid dan Shahadat Rasul (Ashaduallailahhaillallah waashaduanna
Muhammadarrasulullah). Oleh karena itu, tari tersebut diberi nama Saman.
Universitas Sumatera Utara
24
Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan
Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-
pujian kepada Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan
para penari. Saat itu, tari saman menjadi salah satu media dakwah. Tari Saman
biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik, akan tetapi
menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya
dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai
sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh
seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi
dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka
para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang
serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh
para pria. Tarian ini dikhususkan pada penarinya adalah pria sebab begitulah suku
gayo menghormati wanita dengan adat dan istiadat yang jelas dan sesuai agama
Islam, wanita begitu sangat dimuliakan tidak baik wanita dipertontonkan
gerakannya dan ritme hentakan tubuhnya didepan lelaki/ kaum adam.
Pada zaman dahulu, tarian ini dipertunjukkan dalam acara adat tertentu,
diantaranya dalam upacara memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, khususnya dalam konteks masa kini, tarian ini dipertunjukkan pula
pada acara-acara yang bersifat resmi,seperti kunjungan tamu-tamu Antar
Kabupaten dan Negara, atau dalam pembukaan sebuah festival dan acara lainnya.
2.2.2 Jenis-Jenis Tari Saman Lues
Menurut Tantawi (2011:77-78) Tari saman terbagi dalam enam macam,
yaitu:
Universitas Sumatera Utara
25
1) Saman Jejunten, saman jejunten adalah saman yang dilakukan oleh
pemuda dengan cara berjuntai pada pohon kelapa yang sengaja
ditebang. Saman jejunten ini dilakukan pada malam hari sebelum
mereka tidur, karena dahulu kebiasaan pemuda Gayo tidak tidur di
rumah dan biasanya pemuda-pemuda itu tidur secara berkelompok
di mana (lumbung padi). Saman jejunten ini merupakan salah satu
kesempatan untuk mengarang atau membuat lagu baru oleh pemain
saman dan gerakan selalu didiskusikan, sehingga lahir lagu (gerak)
baru.
2) Saman Jalu, Saman jalu atau saman festival biasanya dilakukan
pada Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia.
Pemenang tari saman festival diberikan hadiah sesuai dengan
peringkatnya masing-masing.
3) Saman Pertunjukan, Saman pertunjukan disajikan pada acara-acara
tertentu, misalnya acara penyambutan tamu-tamu dan acara-acara
yang dianggap penting. Syairnya biasanya berisi sanjungan dan
pujian terhadap tamu-tamu yang hadir.
4) Saman Njik, saman njik bukan saman formal, hal ini sesuai dengan
nama kegiatan yang dilakukan, yaitu menggirik padi dengan kaki
dan dilakukan pada saat istirahat merontok padi. Tujuan saman ini
hanya sebagai pengisi waktu luang, sebagai teknik untuk
mengalihkan kejenuhan atau bisa juga sebagai latihan untuk
menguasai gerakan-gerakan saman.
Universitas Sumatera Utara
26
5) Saman Ngerje (Kumah Sara), Saman ngerje dilakukan pada pesta
perkawinan suku Gayo yang dilaksanakan pada pada hari.
6) Jamu Saman, Jamu saman dilakukan dengan mengundang pemuda
kampong lain untuk menari saman semalam suntuk. Jamu saman
dilakukan secara bergantian.
2.2.3 Nama-nama Pemain Tari Saman Lues
Menurut Tantawi (2011:83) Setiap pemain Saman memiliki nama
sesuai dengan posisi yang ditempati di dalam pasukan (barisan). Nama-nama
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Penangkat, adalah orang yang mengatur gerak, perpindahan lagu,
memulai gerak, menghentikan gerak, dan memilih redet (syair)
yang akan dilantunkan. Penangkat terletak pada posisi tengah-
tengah.
2) Pengapit, pengapit berada pada kiri dan kanan Penangkat.
Pengapit ini bertugas untuk membantu bila penangkat ada
kekeliruan.
3) Penupang, Penupang berada di samping kiri (baris kiri) dan kanan
pengapit (baris kanan).
4) Penyepit, penyepit adalah penari biasa yang berada atau
mendukung gerak tari yang dikomandoi pengangkat.
2.2.4 Kostum dan Aksesoris
Menurut Salam (2012:88-89) Kostum yang dikenakan penari saman
adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
27
1) Baju yang dikenakan pemain saman disebut baju kantong. Baju
kantong selalu dibordir dan semua motif kerrawang lengkap di
dalamnya.
2) Topi yang dikenakan di kepala penari Saman disebut bulang teleng.
3) Aksesoris yang dikenakan di leher penari disebut ikotni rongok. Ikotni
rongok tersebut terbuat dari kain berwarna merah atau kuning dan
seukuran sapu tangan berbentuk persegi empat yang dilipat menjadi
segi tiga. Letak segi tiganya ada yan ditempatkan di tengkuk atau leher
bagian belakang seperti yang dikenakan pramuka. Di samping itu ada
juga yang menempatkannya di leher bagian depan.
4) Aksesoris yang diikat pada pergelangan tangan disebut ikotni pumu.
Ikotni pumu berbentuk kain warna merah atau kuning persegi empat.
Ukurannya lebih kecil dari ikotni rongok yang dilipat menjadi segi
tiga.
5) Kain sarung yang khusus dibuat untuk saman disebut pawak, berwarna
hitam yang panjangnya hanya sebatas lutut.
6) Celana panjang yang dipakai penari saman disebut suel naru dengan
warna dasarnya hitam dibordir dengan kerrawang.
7) Aksesoris lainnya adalah hiasan berupa daun tanaman yang diselipkan
pada topi (bulang teleng) disebut tajuk. Dulunya, yang diselipkan itu
adalah kepies, yaitu tanaman yang daunnya berwarna hijau yang
tumbuh di hutan. Namun, sekarang ini, kepies sudah langka. Sebagai
gantinya makan diganti dengan daun pandan atau daun suji.
Universitas Sumatera Utara
28
2.2.5 Tahapan dalam Tari Saman Lues
Menurut Tantawi (2011:80) nyanyian para penari menambah
kedinamisan dari tarian saman. Tari Saman mempunyai tahapan-tahapan
dalam penyajiannya mulai dari awal sampai selesai. Tahapan-tahapan tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Rengum, yaitu sebagai pembukaan atau mukaddimah dari tari Saman.
Regum berfungsi untuk konsentrasi dan menyatukan rasa dan gerak. Contoh
Regum adalah:
Em…lem an laho
Em..lem an laho
Lahoya sare..lallah
Lem an hala
La hoya hele
Lem an hele
Lem enyan-enyanho
Lem an laho
2) Uluni Lagu, Uluni lagu biasanya memakai tepuk (tepuk roa) sambil
melantunkan redet-redet tertentu. Contoh redet Uluni Lagu adalah sebagai
berikut:
“Mang kuteh kuteh the mang..Nge kemang bu uhungeni jamu..Tirmi ko
etek ehek kul..Bersempol be ehelejer beru..”
3) Lagu Pertama, Lagu pertama bisanya masih gerak yang ringan-ringan atau
sering disebut dengan lagu semelah. Setelah habis redet uluni lagu kemudian
masuk ke redet lagu pertama yang dilantunkan oleh penangkat (yang
Universitas Sumatera Utara
29
memimpin tari Saman yang berada di tengah-tengah barisan) sambil
menggerakkan badan dan meliukkan kepala sesuai dengan lagu yang sedang
dimainkan. Setelah penangkat selesai melantunkan redet kemudian diikuti
(saur) oleh para peserta tari Saman. Contoh redet lagu pertama adalah sebagai
berikut:
“Saree salam alaikum..Saree ratab bewene”
4) Anakni Lagu, Anakni lagu memiliki gerak dan redet tersendiri. Pada saat
melantunkan redet badan naik turun, ke muka ke belakang atau bersilang
sambil bertepuk tangan. Contoh redet anakni lagu adalah sebagai berikut:
“Simu pusing, di bawah arun
Gelumang tujoh, saboh neraca
Sadeal leha hala hum hala
Sadeal lehe hele hum hele
Sigenyan lehe hele hum hele
Sigenyan yan e, yan e ala ehu
Sigenyan yan e, yan e ala ehu”
2.3 Penelitian Relevan
Kajian pustaka dalam penelitian ini terdiri atas dua bagian, yaitu kajian
terhadap berbagai teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian
ini. Adapun teori yang digunakan sebagai landasan berpikir dalam penelitian ini
adalah teori Linguistik Fungsional Sistemik (LFS) mengenai metafungsi bahasa
dan teori analisis multimodal. Sedangkan hasil penelitian yang yang dinilai
relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan analisis
Universitas Sumatera Utara
30
multimodal sebagai kerangka kerjanya dan penelitian-penelitian lain yang pernah
mengkaji tentang Tari Saman.
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2010) adalah tentang analisis
multimodal yang mengkaji Konstruksi Tekstual Gender dalam Teks Iklan Cetak.
Penelitian ini menunjukan penyusunan unit-unit bahasa untuk menyampaikan
makna tertentu yang berhubungan dengan pencitraan gender. Penelitian tersebut
menggunakan studi dokumen terhadap data visual, dan penelitian tersebut
menggunakan Critical Discourse Moment guna untuk mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan data. Dalam menganalisis datanya menggunakan perangkat
kerja analasis multimodal yang mencakup keseluruhan sumber semiotikyang
terdapat dalam teks, yaitu teks verbal dan teks visual. Untuk menganalisis teks
verbalnya, menggunakan metafungsi bahasa Halliday. Sedangkan untuk
menganalisis visual, menggunakan metafungsi visual Kress van Leeuwen. Dari
penelitian tersebut ditemukan bahwa setiap komponen metafungsi memiliki
potensi yang sama dalam menyampaikan citra gender. Teks verbal dan teks visual
dalam hal ini memiliki keterkaitan satu sama lain, yang ditandai dengan adanya
hubungan yang sifatnya temporal, additive, consequential, dan comparative. Citra
gender yang disampaikan oleh teks iklan didasari oleh dua ideologi yang
terkandung dalam teks, yaitu ideologi seksis dan ideologi yang memandang
persamaan antara laki-laki dan perempuan.
Kemudian penelitian multimodal yang dilakukan oleh Hermawan (2012)
menggunakan lebih dari satu semiotik mode untuk menganalisa teks yaitu mode
verbal dan mode gambar atau image secara bersamaan dalam sebuah kesempatan
penyampaian makna. Penelitian tersebut juga menjelaskan langkah-langkah teknis
Universitas Sumatera Utara
31
prosedur analisa multimodality yang dapat digunakan untuk menganalisa teks
seperti tersebut dan memberikan contoh penggunaan langkah analisa. Tulisan
tersebut mengeksplorasi manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan „prosedur
analisa‟ ini untuk menganalisa teks. Tulisan ini mendukung argumen yang
ditawarkan diantaranya oleh Kress dan van Leeuwen (2006), dan Machin dan
Myer (2012) yang menyakini bahwa pesan yang disampaikan dengan semiotic
mode berbeda secara bersamaan (verbal dan image) dalam sebuah teks tidak dapat
dianalisa hanya dengan alat analisa linguistik saja, tetapi juga harus menggunakan
dua alat analisa yang berbeda, yaitu linguistics dan image analysis tool seperti
reading image yang saling mendukung menuju pemahanan makna yang lebih
menyeluruh.
Selanjutnya penelitian tesis yang dilakukan oleh Putriani (2012) mengkaji
tentang makna gerak dan makna syair pada tari Saman yang bertujuan untuk
menjaga kelestarian seni tari Saman di kemudian hari. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan sudah semakin berkembangnya kreatifitas gerak yang dilakukan
oleh penari-penari saman yang terdapat di Blangkejeren di Gayo Lues tersebut,
begitu juga dengan makna di setiap gerak yang dilakukan oleh para penari saman.
Hasil pengkajian teks Saman menunjukkan kata-kata atau syair yang dinyanyikan
sudah semakin berkembang dan meluas yang disesuaikan dengan tema acara yang
dipertunjukkan pada saat tari Saman ini ditampilkan teks lagu saman berisikan
tentang tema acara tersebut yang merupakan nasehat atau keterangan dari yang
dibuat pada saat ini. Pola lantai pada tari saman sangat sederhana, gampang
diikuti oleh siapapun, tidak rumit, karena kurang banyak bergerak hanya memakai
pola lantai di tempat, meskipun tari saman secara pertunjukkan dikenal publik
Universitas Sumatera Utara
32
seperti mengandung magic dengan gerakan-gerakannya yang energik dan dinamis.
Namun tari saman juga mengandung beberapa unsur seni yang dirangkum
menjadi satu gerak suara vokal dan sastra serta seni rupa berupa perangkat
pakaian yang serasi dan mendukung secara keseluruhan penampilan tari Saman
tersebut.
Sinar (2013), membahas Teks Iklan Cetak berdasarkan perspektif
multimodal, memberi perhatian pada analisis metafungsi sebagai struktur sintaksis
dan aspek semantik visual multimodal. Secara kritis dijelaskan aspek-aspek
semiotik dan ideologi dari teks iklan secara verbal (tertulis) dan dari tampilan
visual dalam ilan media cetak bahasa Indonesia. Kombinasi analisis metafungsi
bahasa, fungsi ideasional, fungsi interpersonal dan fungsi tekstual dilakukan
berdasarkan teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF) konsep Halliday (1985,
1994, 2004) dan analisis multimodal pada visual dari kedua teks iklan konsep
Kress dan Van Leeuwen (2006) dan Yeun (2004). Adapun hasil dari penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa produk yang diiklankan dalam teks iklan Marie
France Bodyline ditujukan kepada perempuan melalui proses convension;
perempuan yang langsing dengan tubuh yang indah merupakan pesan dari iklan
secara visual. Pengambilan iklan secara sosial dan demand menunjukkan
keunggulan dan kemanfaatan yang besar pada produk ini, sehingga perempuan
harus menggunakan produk ini dan membuat tubuh perempuan menjadi indah dan
itu merupakan impian setiap perempuan. Jadi, dengan kata lain feminitas
perempuan divisualisasikan dengan tubuh cantik mempesona dan seksi, begitu
juga dengan maskulinitas laki-laki dengan tampilan tubuh kuat berotot. Iklan ini
dikonstruksi secara sosial dengan berbagai pesan pemasaran yang mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
33
khalayak untuk bertindak dan bersikap berdasarkan peran sosial yang diakibatkan
oleh perbedaan jenis kelamin mereka. Sedangkan berdasarkan ideology iklan
cetak Marie dan L-Men yang merefresentasikan feminitas dan maskulinitas
merupakan hasil konstruksi sosial budaya oleh masyarakat yang akhirnya
mengakibatkan adanya bias dalam peran-peran sosial perempuan yang berbeda
dengan laki-laki berdasarkan bahasa iklan cetak. Ungkapan kalausa-klausa dalam
iklan cetak sebagai teks dalam konteksnya berpotensi melahirkan nilai dan tatanan
sosial masyarakat.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Rosa (2014) tentang
multimodal terhadap Iklan Sunsilk Nutrien Sampo Ginseng, menunjukkan bahwa
analisis iklan sunsilk nutrient sampo ginseng berbentuk audiovisual dengan
menggunakan pendeketan semiotik yang difokuskan pada multimodal yang
dikembangkan oleh Anstey dan Bull (2010), Bateman dan Schmidt (2012), dan
Chandler (2007). Analisis linguistik dan visual menggunakan model analisis
Cheong (2004). Dalam bentuk linguistiknya iklan tersebut di analisis berdasarkan
teori metafungsi bahasa, yaitu eksperensial, antarpersona dan tekstual (Halliday,
2004). Hasil penelitian berdasarkan analisis metafungsi tersebut menyimpulkan
bahwa fungsi antarpersona menggunakan sistem mood deklaratif (Subjek ^ Finit)
yang berfungsi untuk member informasi yang secara khusus tentang manfaat-
manfaat dari produk Sunsilk Nutrien Sampo Ginseng (SNSG). Berkenaan dengan
fungsi tekstualnya, jenis tema yang dominan adalah tema tak bermarkah (TTM)
atau tema yang lazin digunakan. Di temukan bahwa TTM digunakan sebanyak 4
kali (66,67%), sementara tema bermarkan ™ digunakan sebangyak 2 kali
(33,33%). TTM tersebut dirincikan berdasarkan unsure subjek yang megawali
Universitas Sumatera Utara
34
klausa. Adapun implikasi dari temuan tersebut adalah bahwa iklan tersebut
banyak menggunakan bentuk kongruen. Berhubungan dengan jenis tema,
kemunculan tema gansa (TG) hanya 1 kalo (16,67%), sementara tema tunggal
(TT) digunakan sebanyak 5 kali (83,33%). Implikasi dari temuan jenis tema ini
adalah untuk memudahkan permirsa memahami setiap pesan yang disampaikan
melalui klausa-klausa yang ada. Berdasarkan analisis pada iklan SNSG dapat
disimpulkan bahwa dalam iklan tersebut terdapat beberapa gambar yang
memvisualisasikan manfaat yang didapat oleh pemirsa setelah menggunakan
SNSG, seperti gambar orang tesenyum ketika sedang menggunakan SNSG yang
berarti orang tersebut sangat menikmati sampo itu, kemudian gambar rambut yang
menggambarkan bahwa dengan menggunakan SNSG rambut seseorang akan
menjadi lebih kuat, rapid an tidak kusut. Kemudian analisis berdasarkan struktur
generiknya menyimpulkan bahwa iklan SNSG gambar kemasan SNSG yang
dipantulkan kearah bawah memberikan kesan pentingnya gambar tersebut dengan
tampilan gambar warna-warni pada kemasan SNSG yang menonjol yang berperan
sebagai pusat perhatian. Selanjutnya dari segi analisis audio bunyi musik yang
diiringi oleh lirik yang berupa bahasa lisan yang mencerminkan bahan dasar
pembuatan SNSG. Analisis Gestural pada iklan SNSG menyimpulkan bahwa
gerakan memegang rambut menunjukkan seseorang sedang berkeramas dengan
menggunakan SNSG dan gerakan senyuman menyatakan suatu kenikmatan
menggunakannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa iklan tersebut mencakup kelima
aspek dalam sistem semiotic multimodal, yaitu aspek linguistic, visual, audio,
gestural, dan letak. Kelima aspek tersebut menyampaikan inti dari pesan, yaitu
mengiklankan SNSG.
Universitas Sumatera Utara
35
Selanjutnya penelitian disertasi yang dilakukan oleh Rahmah (2015) Upacara
Perkawinan Tradisional Suku Melayu Deli di Medan membahas tentang
pengaplikasian analisis multimodal terhadap wacana budaya guna untuk
menemukan makna yang diciptakan oleh komponen verbal dan visual yang
mengacu pada konsep analisis semiotik sosial. Metodologi penelitian
menggunakan deskriftif-kualitatif, dan sumber datanya adalah teks-teks verbal
dan visual yang diambil dari prosedur perayaan perkawinan adat Melayu Deli
(DMTWC). Adapun hasil analisis visual pada penelitian tersebut menunjukkan
struktur naratif, DMTWC terdiri dari empat image teralisasi dalam aksi dan reaksi
transaksional non-projective yang terealisasi menjadi realisasi bidireksional dan
sebelas image merupakan proses projektif yang direalisasikan oleh proses verbal.
Pada temuan verbal diperkuat dengan adanya komponen visual yang
menunjukkan partisipan yang terlibat tidak membuat hubungan dengan
pengamat/pembaca karena tidak ada kontak mata, partisipan terlibat saling
melihat satu sama lain atau kepada obyek di dalam gambar (tepak, paying,
makanan). Hasil analisis metafungsi tekstual menunjukkan Tema
Topikal/Partisipan yang paling mendominasi.
2.4 Teks Multimodal
Kress dan Leewen (2006) mengatakan bahwa multimodal mencakup pada
tatabahasa visual dan virtual. Tatabahasa visual mendeskripsikan secara
gramatikal makna visual terletak pada sarana komunikasi dan tiap sarana
mempengaruhi makna secara sentral dan secara dominan dalam keseluruhan
proses komunikasi baik bersarana fonik maupun grafik, yaitu ujaran, tulisan,
gambar dan isyarat. Tata bahasa virtual mendeskripsikan secara gramatikal makna
Universitas Sumatera Utara
36
melalui tubuh, gerakan dan interaksi dengan objek. Misalnya teks yang terdiri dari
tulisan dan gambar, sistem makna multimodal yang dibentuk secara verbal
melalui tulisan dan visual melalui gambar yang dapat merepresentasikan berbagai
pengalaman-pengalaman sosial. Jadi, sistem makna visual diakibatkan oleh
semakin pentingnya elemen visual dalam sistem komunikasi masa kini. Sistem
makna visual merupakan sistem semiotik lain yang secara independen ataupun
bersama-sama dengan bahasa verbal menciptakan kebudayaan. Produk-produk
kebudayaan yang dihasilkan oleh sistem makna ini dapat ditemukan dalam
berbagai produk, misalnya media massa dan iklan (Kress dan Leeuwen, 2006:15).
Menurut Webster (2002:3) teks adalah pilihan semantik (makna) dalam
konteks sosial. Teks adalah hasil dan proses, artinya teks sebagai hasil adalah teks
itu merupakan hasil yang berwujud dapat direkam dan dipelajari (Mulyana,
2005:8). Dengan kata lain, teks sebagai proses ketika kita memberi atau menerima
informasi dalam konteks situasi yang bentuk teks (lisan dan tulis) maka terjadi
proses pemahaman makna dalam pikiran agar tidak terjadi kesalahpahaman
terhadap makna. Seiring dengan pengertian teks sebagai hasil dan proses, sama
halnya dengan teks syair yang terdapat dalam Tari Saman Gayo Lues yang
merupakan hasil yang berwujud dan dihasilkan dari proses yang berkaitan dengan
konteks situasi.
2.4.1 Teks/Syair Tari Saman Gayo Lues
Teks/syair yang terdapat dalam tarian Tari Saman Gayo Lues yang
dinyanyikan oleh penari menggunakan bahasa Gayo Lues yang berisikan piji-
pujian kepada Allah SWT, misalnya mmm..Laila Allah ahu lahoya (Tiada Tuhan
selain Allah), namun konteks situasi budaya mengubah ideologi masyarakat Gayo
Universitas Sumatera Utara
37
Lues dan melahirkan teks/syair khusus dalam tarian tersebut berdasarkan budaya
dan ideologi masyarakatnya.
Berikut contoh syair Tari Saman Gayo Lues:
mmmm...Laila Allah ahu la
„mmm…tiada Tuhan selain Allah‟
Senang-senang susah mupisah urum ine „ama
„Senang-Senang‟ „susah‟ „berpisah‟ „dengan‟ „Ibu‟ „Bapak‟
„Senang-senang susah berpisah dengan Ibu Bapak‟
Inget-inget kam ku aku
„ingat-ingat‟ „kalian‟ „pada‟ „ku‟
„ingat-ingat kalian padaku‟
Gere penah mudemu
„tidak‟ „pernah‟ „bertemu‟
„tidak pernah bertemu‟
Ine oh ine mokot di nge denem
„ibu‟ „oh‟ „ibu‟ „lama‟ „sekali‟ „sudah‟ „rindu‟
„Ibu oh Ibu lama sekali sudah rindu‟
2.5 Hubungan Intersemiotik Teks Verbal dan Teks Visual
Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks visual memiliki
hubungan-hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna. Hubungan-
hubungan ini dapat diketahui melalui adanya keterkaitan antara komponen
metafungsi dalam teks verbal dan teks visual. Liu Y dan O‟Halloran (2009: 32),
merumuskan hubungan logis tersebut sebagai Inter-semiotic Logical Relations:
Universitas Sumatera Utara
38
Tabel 2.4 Hubungan Logis Intersemiotik
(Liu Y dan O’Halloran, 2009)
Logical Relations Meaning
Comparative Generality Similiarity
Abstraction
Additive Addition
Consequential Consequence Cause
Contingency Purpose
Temporal/Time Successive
Comparative atau hubungan perbandingan adalah suatu hubungan yang
berfungsi untuk mengorganisasikan makna logis dengan memperhatikan
kesamaan antara teks verbal dan teks visual dalam suatu teks
multimodal.Kesamaan dalam hubungan ini ditandai dengan adanya perbedaan
tingkat keumuman dan abstraksi yang dimiliki oleh masing-masing komponen
metafungsi (Liu Y dan O‟Halloran, 2009: 24-25).
Additive adalah hubungan antara teks verbal dan teks visual yang sifatnya
saling melengkapi.Dalam hubungan Additive, teks verbal dapat memberikan
informasi terhadap teks visual atau sebaliknya, teks visual yang memberikan
informasi terhadap teks verbal.Karena itu, dalam sebuah teks multimodal,
maknadari dua model teks yang berbeda dapat digabungkan (Liu Y dan
O‟Halloran, 2009: 25).
Universitas Sumatera Utara
39
2.6 Kerangka Teori
BAB III
Bagan 2.2 Kerangka Teori
Metafungsi Bahasa
Halliday (1985, 2004)
Komponen Representasional Komponen Komposisional Komponen Interaksional
1) Proses:
a. Proses tindakan
b. Proses reaksional
c. Proses mental
d. Proses verbal
e. Proses konversi
2) Partisipan:
a. Aktor (Actor)
b. Gol (Gol)
c. Reaktor (Reactors)
d. Fenomena
(Feneomenon)
e. Menyampaikan
(Relay)
f. Sensor (Senser)
g. Penutur (Sayer)
3) Sirkumtan:
a. Lokasi
b. Alat
c. Penyerta
1) Kontak (contact):
a. Permintaan (Demand)
b. Penawaran (Offer)
2) Jarak Sosial (Social distance):
a. Intimate/personal
b. Social/equality
c. Impersonal
3) Sudut Pandang (Point of view):
a. Involvement
b. Detachment
c. Viewer power
d. Represented participant
power
4) Modalitas (Modality)
1) Nilai informasi (centred)
2) Tonjolan (Salience)
3) Bingkai (Framing)
Tari Saman Gayo Lues (TSGL)
Inter-semiotik teks verbal dan visual
Multimodal
Kress dan van Leeuwen (2006)
Universitas Sumatera Utara
40
Berdasarkan bagan di atas, dapat dijelaskan bahwa teks verbal multimodal
Tari Saman gayo Lues dianalisis dengan teori multimodal yang diperkenalkan
oleh Kress dan Van Leeuwen (2006) berdasarkan tiga komponen, yaitu (1)
komponen representasional: a) proses, b) partisipan, dan c) sirkumtan. (2)
Interaksional; a) kontak terdiri atas demand dan offer, Kemudian b) jarak sosial
meliputi intimate/personal, social/equality dan interpersonal dan c) sudut pandang
terdiri atas involment, detachment, viewer power, represented participant power,
dan modalitas.
Kemudian (3) komponen komposisional terdiri atas a) nilai informasi, b)
tonjolan dan c) bingkai, sehingga hasil akhir dari analisis metafungsi visual Kress
dan Van Leeuwen pada teks multimodal Tari Saman Gayo Lues dapat
mendeskripsikan hubungan inter-semiotik antara teks verbal dan visual. peneliti
memilih teori metafungsi visual Kress dan Van Leeuwen karena teori ini dapat
menganalisis teks multimodal dan lebih fokus terhadap analisis teks multimodal
Tari Saman Gayo Lues yang dapat memperlihatkan hubungan inter-semiotik
antara teks verbal dan visual.
Universitas Sumatera Utara
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif.
Menurut Poerwandari (1998) penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi
wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain. Dalam
penelitan kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang-
orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman jelas tentang
realitas dan kondisi kehidupan nyata (Patton dalam Poerwandari, 1998).
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia. Metode penelitian kualitatif ini sering disebut metode penelitian
naturalistik dimana penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting) karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti teks verbal berupa kata-kata, klausa, dan
teks visual dan non verbal berupa gambar, foto, rekaman video dan melakukan
studi pada situasi yang alami. Metodologi kualitatif mampu menganalisis data
deskriptif berupa kata- kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati secara kualitatif deskriptif Tari Saman Gayo Lues (TSGL) dianalisis
dengan menggunakan analisis multimodal.
Universitas Sumatera Utara
42
3.2 Lokasi Penelitian
Kabupaten Gayo Lues merupakan hasil pemekaran dari kabupaten Aceh
Tenggara. Gayo Lues memiliki luas wilayah 5.719,58 km2,
terletak pada koordinat
3°40'46,13"-4°16'50,45"LU96°43'15,65"-97°55'24,29"BT.Kabupaten ini memiliki
batas wilayah bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah dan Aceh
Timur, bagian Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara, bagian
Timur berbatasan dengan kabupaten Aceh Tamiang dan Suamtera Utara, dan
bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya. Berikut peta
kabupaten Gayo Lues
Gambar 3.2: Peta Kabupaten Gayo Lues (Sumber: http://alabaspos.com)
Jumlah penduduk 93.136 jiwa dan memiliki 11 kecamatan, yakni
Blangkejeren, Kura Panjang, Pining, Rikib Gaib, Terangon, Putri Betung, Blang
Pegayon, Debun Gelang, Blang Jerango, Tripe Jaya, dan Pantan Cuaca.
Universitas Sumatera Utara
43
Penelitian ini berlokasi di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda
Aceh. Lokasi tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan pada saat itu
di universitas tersebut ditampilkan pertunjukkan Tari Saman Gayo Lues yang di
tarikan oleh mahasiswa-mahasiswa dari Gayo Lues yang sedang berkuliah di
Unsyiah. Seminar tersebut diselenggarakan oleh para mahasiswa Gayo Lues yang
sedang kuliah di universitas tersebut. Adapun tema dalam seminar tersebut
berjudul “Identification of Saman‟ Meyelisik dan Membingkai Identitas Saman”
dengan pemateri 1) H. Ibnu Hasyim, selaku Bupati Gayo Lues, 2) Irandi Novandi,
selaku Kepala Sekolah Jurnalisme Indonesia-Aceh), dan 3) Zulfi Hermi, selaku
Dosen Institut dan Seni Budaya Indonesia.
3.3 Data dan Sumber Data
3.3.1 Data
Data yang dikaji dalam penelitian ini berupa data visual/gambar dan data
verbal dalam pertunjukkan Tari Saman Gayo Lues. Data visual terdiri atas 48 data
visual, namun hanya 16 visual yang dijadikan data dalam penelitian ini. Hal ini
disebabkan karena 16 data visual sudah dapat mewakili data dari keseluruhan.
Data tersebut dijadikan sebagai data dalam penelitian ini dikarenakan pada
pertunjukkan TSGL, gerakan yang di tarikan oleh para penari memiliki di tarikan
secara berulang-ulang. Data verbal terdiri dari 55 klausa, namun hanya 35 klausa
yang dijadikan data dalam penelitian ini. Data verbal berjumlah 35 data tersebut
sudah dapat mewakili data dari keseluruhan. Adapun alasan mengapa hanya 34
klausa saja yang dijadikan data dalam penelitian ini adalah karena dari 55 klausa
yang ditranskripkan terdapat 21 klausa yang dinyanyikan secara berulang-ulang.
Universitas Sumatera Utara
44
Data tersebut dianalisis dengan teori visual Kress dan van Leeuwen (2006) yang
direkam dengan menggunakan handphone Samsung Grand Duos yang berdurasi
10 menit 20 detik.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah hasil rekaman pertujukkan tari
Saman Gayo Lues yang dilakukan di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda
Aceh. Informan selaku masyarakat Gayo Lues dan Dosen Seni Rupa di
Universitas Negeri Medan, yaitu bapak Anam Ibrahim.
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan berupa data yang
berhubungan dengan aspek multimodal pada Tari Saman Gayo Lues dengan cara
memeriksa data dari sumber data yang didapat dan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Sugiyono (2013:4) menyatakan pada penelitian kualitatif,
pengumpulan data dilakukan pada natural setting (setting alamiah) dan metode
pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara
mendalam, dan dokumentasi.
Oleh karena itu, peneliti mengartikan metode pengumpulan data sebagai
suatu cara untuk memperoleh data melalui beberapa langkah atau tahapan yaitu
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Langkah-langkah tersebut berfungsi
untuk mempermudah peneliti dalam proses pemerolehan data. Dalam
mengumpulkan data digunakan metode sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
45
Bagan 3.1: Metode Pengumpulan Data
Metode observasi berupa pengamatan terhadap kegiatan manusia dengan
menggunakan pancaindra (Bungin,2011:118), dalam hal ini peneliti datang ke
acara tersebut dan mengamati tarian tersebut dengan menggunakan pancaindra
yakni mata dan telinga. Metode berikutnya adalah Wawancara. Wawancara
dilakukan guna memperoleh keterangan atau informasi lebih mendalam tentang
tarian tersebut dengan tokoh masyarakat dan penari Tari Saman Gayo Lues tanpa
menggunakan pedoman wawancara. Metode yang terakhir adalah Dokumentasi.
Dokumentasi disini berupa catatan atau buku karangan seseorang. Adapun buku
yang menjadi dokumentasi dalam hal ini adalah buku karangan dari penulis Abd.
Ridhwan Salam yang berjudul Tari Saman Gayo.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa hal yang dilakukan dalam teknik pengumpulan data yang
dimulai dari memeriksa data dari sumber data, yakni:
1. Merekam pertunjukan Tari Saman Gayo Lues dalam bentuk audio-visual.
2. Mereduksi data
3. Mendengarkan syair yang dibawakan oleh penari tersebut dan kemudian
mentranskripkan syair tersebut kedalam bentuk teks tertulis.
Metode Pengumpulan Data
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Universitas Sumatera Utara
46
4. Melakukan pelabelan pada data
5. Melakukan observasi di lapangan, yakni pada saat pertujukkan Tari Saman
Gayo Lues yang diselenggarakan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan
(FKIP) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh sebagai data.
6. Melakukan interview kepada tokoh masyarakat Gayo Lues sebagai pendukung
data yang telah didapatkan.
3.5 Teknik Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Miles dan Huberman (2014). Metode analisis data ini terdiri atas 3 tahapan yakni
1) Kondensasi Data, 2) Penyajian Data dan 3) Verifikasi Data.
Bagan 3.2
Metode Analisis Data (Miles dan Huberman, 2014)
Pada tahap kondensasi data peneliti memfokuskan kepada seluruh data
yang terkumpul, baik data verbal maupun data visual Tari Saman Gayo Lues
untuk menentukan tingkat kualitas data sesuai dengan kebutuhan dan penelitian.
Pengumpulan Data
Kondensasi Data Verifikasi
Penyajian Data
Universitas Sumatera Utara
47
Dalam hal ini reduksi data artinya 1) selecting (memilih), 2) focusing
(memokuskan), 3) simplitying (mempertajam), 4) abstracting (membuang) dan 5)
transformating (menyusun) dari data mentah.
Pada tahapan penyajian data (data display) peneliti akan melakukan
penyajian data data melalui bentuk-bentuk komunikasi verbal dan visual dari
data yang terkumpul.
Pada tahapan verifikasi/kesimpulan, peneliti melihat keabsahan data
dengan melalui diskusi dengan teman sejawat. Artinya bahwa kesimpulan yang
didapat di lapangan sebelum penelitian masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian dilakukan di lapangan dan berharap mendapatkan
temuan-temuan baru, baik berupa gambaran suatu objek maupun berupa
deskripsi-deskripsi.
Adapun tahapan-tahapan dalam teknik analisis data dalam penelitian ini
adalah:
1. Mentraskripkan data verbal berupa syair yang dinyanyikan oleh penari
menjadi data tertulis, dalam hal ini semua data tidak di reduksi karena semua data
tersebut diperlukan.
2. Data visual yang berupa rekaman visual Tari Saman Gayo Lues
dilakukan reduksi data. Data visual tersebut direduksi guna untuk memilih data
yang sesuai dengan data yang dibutuhkan.
3. Data berupa teks multimodal Tari Saman Gayo Lues dianalisis dengan
teori analisis multimodal, yakni: Representasional, Interaksional, dan
Komposisional.
Universitas Sumatera Utara
48
4. Data hasil reduksi disajikan dalam bentuk deskripsi dan gambar, sebagai
berikut:
mmmm... Laila Allah ahu la
mmmm… tiada Tuhan selain Allah
Proses: konversi Partisipan II: Gol
Gambar 3.3a Komponen Representasional
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses konversi, dimana
mmmm… tiada Tuhan adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan
selain Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini
memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir yaitu selain Allah.
Ketidakhadiran partisipan selain Allah misalnya tentu akan membuat makna
gol
Universitas Sumatera Utara
49
klausa itu menjadi tidak jelas. Artinya, bahwa teks syair lagu ini merupakan
aktivitas yang menunjukkan wujud.
Gambar 3.3b Komponen Interaksional
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak berupa
permintaan (demand) dan penawaran (offer). Beberapa penari terlihat melakukan
kontak mata menatap kepada penonton tetapi tidak langsung (indirect). Gerakan
ini merupakan tarian pembuka. Penonton menunjukkan permintaan (demand)
menatap penari langsung (direct), juga partisipan yang lain seperti beberapa
fotografer bertindak sebagai penawaran (offer). Pola penggambaran partisipan
dalam bentuk kekuatan pandangan (viewer power) memberi pengertian adanya
kuasa atas diri sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang ada
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Permintaan
(Demand)
Penawaran
(Offer) Kekuatan Pandangan
(Viewer power) Dekat
(intimate)
Tidak langsung
(Indirect)
Universitas Sumatera Utara
50
pada gambar. Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan gambar yang dekat
dengan khalayak (Intimate). Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu
didominasi warna kuning pada dinding dan warna kuning keemasan pada pakaian
penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di
dinding belakang penari. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks
detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas.
Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan tinggi.
Gambar 3.3c Komponen Komposisional
Nilai informasi (Centred) terdapat pada tulisan Saman yang diletakkan di
tengah atas. Tonjolan terdapat pada tulisan “Saman” yang ditunjukan dengan
Tonjolan
(salience)
Nilai informasi
(centred) Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
51
warna yang kontras dan deretan penari dengan warna keemasan. Framing pada
gambar diatas menunjukkan bukan bagian dari gambar.
3.6 Validitas Data
Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Oleh karena itu, data
dinyatakan valid apabila data yang dilaporkan oleh peneliti tidak berbeda dengan
data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Ada tiga cara menguji
validitas data yaitu, melalui bahan referensi, Member check dan konsultasi dengan
para ahli (Sugiyono, 2010: 117).
Pada penelitian ini uji validitas Sugiyono digunakan peneliti untuk pemeriksaan
keabsahan data atau kebenaran data yang diperoleh. Uji validitas yang ditempuh
peneliti melalui beberapa cara, yaitu:
1. Menggunakan bahan referensi, yaitu data pendukung untuk membuktikan data
yang telah ditemukan oleh peneliti. Misalnya hasil wawancara didukung
adanya rekaman wawancara. Selain itu bahan referensi dapat juga berupa
buku-buku referensi. Semua ini berfungsi untuk membantu atau memberi
wawasan pada peneliti dalam menyusun laporan penelitian. Buku-buku
referensi ini adalah buku-buku yang berhubungan dengan analisis multimodal,
metafungsi bahasa dan Tari Saman Gayo Lues
2. Member check adalah proses pengecekan data yang dilakukan oleh peneliti
kepada subjek penelitian atau informan (baik informan kunci ataupun
pendukung). Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh sesuai dengan yang disampaikan oleh informan. Pelaksanaan
member check dilakukan setelah pengumpulan data selesai, atau setelah
Universitas Sumatera Utara
52
mendapat suatu temuan berkaitan dengan permasalahan yang ingin dipecahkan.
Caranya adalah peneliti mengkonsultasikan data yang diperoleh kepada
informan. Data tersebut berupa syair Tari Saman Gayo Lues dan visual
pertunjukkan Tari Saman Gayo Lues.
3. Selanjutnya adalah mengonsultasikan data dengan para ahli, baik para ahli dari
masyarakat Gayo Lues dan juga ahli bahasa (berkaitan dengan teori
multimodal) dan juga dosen pembimbing. Peneliti tidak hanya
mengonsultasikan data-data yang diperoleh saat penelitian, akan tetapi juga
mengonsultasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang analisis multimodal Tari Saman Gayo Lues
mencakup aspek multimodal yang terkandung dalam tari Saman dan hubungan
intersemiotik teks verbal dan visual dalam tari Saman, disajikan secara sistematis
sesuai dengan urutan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan
pada bab pendahuluan. Analisis multimodal terhadap Tari Saman Gayo Lues
dilakukan berdasarkan teori Kress dan Van Leuween mencakup komponen
representational (proses, partisipan dan sirkumtan), komponen interaksional
(kontak, jarak sosial, sudut pandang dan modalitas), dan komponen komposisional
(nilai informasi, tonjolan dan bingkai). Berikut adalah paparan (penyajian) data
dan analisis data berdasarkan multimodal.
4.1.1 Aspek Multimodal yang Terkandung dalam Tari Saman
Aspek multimodal yang terkandung dalam teks verbal syair yang
dilantunkan mengiringi tari Saman Gayo Lues mencakup (1) komponen
representational, (2) komponen interaksional dan (3) komponen komposisional
yang disajikan berikut ini.
4.1.1.1 Komponen Representasional
Komponen representasional pada teks syair yang dilantunkan mengiringi
tari Saman Gayo Lues sebanyak 34 klausa dikaji berdasarkan teori Kress &
Leeuwen terdiri dari proses (tindakan, reaksional, mental, verbal dan konversi),
Universitas Sumatera Utara
54
partisipan (aktor, gol, reaktor, fenomenon, relay, senser dan sayer) dan sirkumtan
(lokasi, alat dan penyerta). Lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 4.1 : Komponen Representasional pada Teks Tari Saman Gayo Lues
No. Komponen
Representasional Jumlah Presentasi (%)
Proses
1. Proses tindakan 2 6,06
2. Proses reaksional 3 9,09
3. Proses mental 5 15,15
4. Proses verbal 13 39,39
5. Proses konversi 10 30,30
Total 33 100
Partisipan I
1. Aktor 1 3,84
2. Gol 9 34,61
3. Reaktor 3 11,53
4. Senser 4 15,38
5. Sayer 9 34,61
6. Relay - -
Total 26 100
Partisipan II
1. Fenomenon 7 41,17
2. Perkataan 10 58,82
Total 17 100
Sirkumtan
1. Lokasi 4 44,44
2. Alat - -
3. Penyerta 5 55,55
Total 9 100
Komponen representasional dari aspek proses yang ditemukan teks tari
Saman Gayo Lues yaitu mulai dari yang paling banyak ditemukan yaitu proses
verbal 39,39%, proses konversi 30,30%, proses mental 15,15%, proses reaksional
9,09% dan proses tindakan 6,06%. Komponen representasional dari aspek
partisipan yaitu partisipan I mulai dari yang paling banyak ditemukan adalah gol
dan sayer masing-masing 34,61%, reaktor 11,53%, senser 15,38% dan aktor
3,84% sedangkan partisipan relay tidak ada ditemukan teks tari Saman. Partisipan
Universitas Sumatera Utara
55
II mulai dari yang paling banyak ditemukan adalah perkataan 58,82% dan
fenomenon 41,17%. Komponen representasional dari aspek sirkumtan yang paling
banyak ditemukan adalah penyerta 55,55% dan lokasi 44,44% serta tidak
ditemukan sirkumtan jenis alat.
Berikut disajikan analisis hasil komponen representasional (proses,
tindakan dan sirkumstan) pada teks tari Saman Gayo Lues:
Klausa 1:
mmmm... Laila Allah ahu la
mmmm… tiada Tuhan selain Allah
Proses: konversi Partisipan II: Gol
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana
mmm..tiada Tuhan adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan
selain Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini
memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir selain Allah. Ketidakhadiran
partisipan selain Allah tentu membuat makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya,
teks yair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan wujud.
Klausa 3:
Sare... Laila Allah ahu lahoya
Sare… tiada Tuhan selain Allah
Proses: konversi Partisipan II: gol
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana
sare..tiada Tuhan adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan
Universitas Sumatera Utara
56
selain Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini
memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir selain Allah. Ketidakhadiran
partisipan selain Allah tentu membuat makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya,
teks yair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan wujud.
Klausa 4:
Ehe... he.. enyan ho..
ehee… he.. enyan ho..
Partisipan II: Perkataan
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata-kata
Ehe... he.... enyan ho.. adalah proses yang mengucapkan yang dituturkan oleh
partisipan yang tidak terlihat yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis
perkataan. Ketidakhadiran partisipan tentu membuat makna kata-kata menjadi
tidak jelas. Artinya, teks syair lagu ini dimengerti oleh pengguna tuturan itu
sendiri dan pihak yang terkait.
Klausa 5:
Assalamu‟alaikum ku Bapak Bupati
Assalamu‟alaikum kepada Bapak
Bupati
Proses: konversi Partisipan II: gol
Universitas Sumatera Utara
57
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana
Assalamu‟alaikum adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan
Bapak Bupati yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini
memiliki satu partisipan yang wajib hadir yaitu Bapak Bupati. Artinya, teks syair
lagu ini merupakan aktivitas yang mengkonversi ucapan.
Klausa 6:
Laila Allah Ahu
Tiada Tuhan selain Allah
Proses: konversi Partisipan I: Gol
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana Laila
Allah tiada Tuhan adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan
selain Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini
memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir selain Allah. Ketidakhadiran
partisipan selain Allah tentu membuat makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya,
teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan wujud.
Klausa 7:
We si nge hadir ku
tempat ini
Dia yang sudah hadir ku
tempat ini
Partisipan I:
reaktor
Proses: reaksional Sirkumtan: lokasi
Universitas Sumatera Utara
58
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai reaksional, dimana si nge
hadir = yang sudah hadir adalah proses yang memberikan reaksi kepada
partisipan We = Dia yang dikategorikan sebagai partisipan I jenis reaktor. Klausa
ini memiliki sirkumstan lokasi ku tempat ini = ke tempat ini yang dikategorikan
sebagai sirkumtan lokasi yaitu menunjukkan tempat.
Klausa 11:
Ganti ni jema tue i was ni ranto, ine...
Pengganti dari orangtua di dalam perantauan ini
Proses: tindakan Sirkumtan: lokasi
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai tindakan, dimana Ganti
ni jema tue = pengganti dari orangtua adalah proses yang menunjukkan adanya
tindakan mengganti partisipan yaitu ni jema tue = dari orangtua. Dalam hal ini
partisipan tidak jelas terlihat tetapi menyatu dalam proses. Klausa ini memiliki
sirkumstan lokasi i was ni ranto, ine...= di dalam perantauan ini yang
dikategorikan sebagai sirkumtan lokasi yaitu menunjukkan tempat yaitu daerah
perantauan.
Klausa 12:
Laila Allah Ahu
Tiada Tuhan selain Allah
Proses: konversi Partisipan II: Gol
Universitas Sumatera Utara
59
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana Laila
Allah = tiada Tuhan adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan
selain Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini
memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir selain Allah. Ketidakhadiran
partisipan selain Allah tentu membuat makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya,
teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan wujud.
Klausa 15:
salam sejahtera ken bewene
Salam
sejahtera
untuk semua
Proses:
konversi
Partisipan II:
Gol
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana salam
sejahtera = Salam sejahtera adalah proses yang mengkonversi wujud kepada
partisipan ken bewene = untuk semua yang dikategorikan sebagai partisipan II
jenis gol. Klausa ini memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir ken
bewene. Ketidakhadiran partisipan ken bewene tentu membuat makna klausa
menjadi tidak jelas. Artinya, teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang
menunjukkan wujud yang tidak jelas.
Klausa 16:
Iye... si genyan aaa nyan e Allah
Iye... si genyan aaa nyan e Allah
Proses konversi Partisipan II:
Gol
Universitas Sumatera Utara
60
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana Iye... si
genyan aaa nyan e adalah proses yang mengkonversi wujud kepada partisipan
Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini memiliki satu-
satunya partisipan yang wajib hadir Allah. Ketidakhadiran partisipan Allah tentu
membuat makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya, teks syair lagu ini
merupakan aktivitas yang menunjukkan wujud yang tidak jelas.
Klausa 17:
Nyan e nyan e Allah Laila
Allah
Allah ahu la e se Allah ahu, Allah ahu la
e se Allah ahu
Nyan e nyan e Allah tiada
Tuhan
selain Allah la e se
Allah ahu, Allah ahu
la e se Allah ahu
Proses: konversi Partisipan II: Gol Proses: konversi
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana Nyan e
nyan e Allah Laila Allah = Nyan e nyan e Allah tiada Tuhan dan la e se Allah
ahu, Allah ahu la e se Allah ahu adalah proses yang mengkonversi wujud kepada
partisipan selain Allah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis gol. Klausa
ini memiliki satu-satunya partisipan yang wajib hadir selain Allah. Ketidakhadiran
partisipan selain Allah tentu membuat makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya,
teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan wujud yang tidak jelas.
Klausa 18:
Le urum bismillah... le urum bismillah nyan e
Allah
surak-
surak
Kite
dengan bismillah... dengan bismillah nyan e
Allah
bersorak-
sorak
Kita
Universitas Sumatera Utara
61
Partisipan II: Perkataan Proses:
verbal
Partisipan
I : sayer
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses verbal, dimana
kita selaku partisipan I jenis sayer mengucapkan syair Le urum bismillah...le urum
bismillah nyan e lallah yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis perkataan.
Klausa ini memiliki satu partisipan yang wajib hadir yaitu kita. Ketidakhadiran
partisipan kita misalnya tentu akan membuat makna klausa itu menjadi tidak jelas.
Artinya, syair lagu ini merupakan aktivitas yang menggunakan alat ucap manusia.
Klausa 19:
Ho!!! Iye si genyan anyan e
Allah, nyan e nyan e Allah Laila
Ahu la e se Allah ahu, Allah ahu
la e se Allah ahu
Ho!!! Iye si genyan anyan e
Allah, nyan e nyan e Allah Tiada
Tuhan
selain Allah la e se
Allah ahu, Allah ahu la e se Allah
ahu
Proses: konversi Partisipan II: Gol
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai konversi, dimana kata-
kata Ho!!! Iye si genyan anyan e Allah, nyan e nyan e Allah Laila adalah proses
yang mengkonversi wujud kepada partisipan selain Allah yang dikategorikan
sebagai partisipan II jenis gol. Klausa ini memiliki satu-satunya partisipan yang
wajib hadir selain Allah. Ketidakhadiran partisipan selain Allah tentu membuat
makna klausa menjadi tidak jelas. Artinya, teks syair lagu ini merupakan aktivitas
yang menunjukkan wujud yang tidak jelas.
Universitas Sumatera Utara
62
Klausa 20:
Assalamualaikum kami Sawahen
ku
sebet rakan, ine ama
bewene rata
Assalamualaikum kami Sampaika
n ke
teman, ibu bapak semuanya
rata
Partisipan II:
Perkataan
Partisipan I:
Sayer
Proses:
verbal
Sirkumtan: penyerta
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata-kata
Sawahen ku adalah proses yang menyatakan atau menyampaikan ucapan oleh
partisipan kami kepada partisipan II berupa ujaran Assalamualaikum. Klausa ini
memiliki dua partisipan yaitu partisipan I disebut sayer dan partisipan II disebut
perkataan. Kehadiran partisipan II Assalamualaikum tentu membuat makna
klausa ini menjadi jelas arahnya. Artinya, teks syair lagu ini merupakan aktivitas
yang menunjukkan adanya komunikasi antar partisipan.
Klausa 21:
ahom ahom lem alahom lem alahom assalamu‟alaikum
ahom ahom lem alahom lem alahom assalamu‟alaikum
Partisipan II: perkataan Proses: verbal
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata-kata
assalamu‟alaikum adalah proses yang menyatakan atau menyampaikan ucapan
kepada partisipan II berupa ujaran ahom ahom lem alahom lem alahom. Klausa
ini memiliki satu partisipan yang digolongkan sebagai partisipan II disebut
perkataan. Kehadiran partisipan II Assalamualaikum tentu membuat makna
klausa ini menjadi jelas arahnya.
Universitas Sumatera Utara
63
Klausa 22:
Assalamualaikum kami sawahen
ku
sebet rakan, ine ama
bewene rata
Assalamualaikum kami sampaikan
ke
teman, ibu bapak semuanya
rata
Partisipan II:
Perkataan
Partisipan I:
Sayer
Proses:
verbal
Sirkumtan: penyerta
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata-kata
Sawahen ku adalah proses yang menyatakan atau menyampaikan ucapan oleh
partisipan kami kepada partisipan II berupa ujaran Assalamualaikum. Klausa ini
memiliki dua partisipan yaitu partisipan I disebut sayer dan partisipan II disebut
perkataan. Kehadiran partisipan II Assalamualaikum tentu membuat makna
klausa ini menjadi jelas arahnya. Artinya, teks syair lagu ini merupakan aktivitas
yang menunjukkan adanya komunikasi antar partisipan. Klausa ini memiliki
sirkumstan yaitu sebet rakan, ine ama bewene rata = teman, ibu bapak semuanya
rata yang dikategorikan sebagai sirkumtan penyerta yaitu beberapa benda wujud
yang disatukan sebagai dua unsur.
Klausa 23:
Ahum ahum lem alahum lem alahum
Ahum ahum lem alahum lem alahum
Proses: Verbal
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata-kata
Ahum ahum lem alahum lem alahum adalah proses yang menyatakan atau
Universitas Sumatera Utara
64
menyampaikan ucapan kepada partisipan. Klausa ini tidak memiliki partisipan
sehingga arahnya tidak jelas mengarah kemana proses dilakukan.
Klausa 24:
Hom..iye.. geremi aku
gere pane o ate
kutipak rasa ku geremi ku gere
hom..iye.. tidak aku
tidak
pandai o... hati
kuhempas
rasa
aku tidak lagi
Partisipan II:
perkataan
Proses: verbal Partisipan I: sayer
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata-kata
kutipak rasa = kuhempas rasa adalah proses yang menyatakan atau
menyampaikan ucapan berupa keluhan oleh partisipan ku geremi ku gere kepada
partisipan II berupa ujaran Hom..iye.. geremi aku gere pane o ate. Klausa ini
memiliki dua partisipan yaitu partisipan I disebut sayer dan partisipan II disebut
perkataan. Kehadiran partisipan II tentu membuat makna klausa ini menjadi jelas
arahnya. Artinya, teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan
adanya komunikasi antar partisipan.
Klausa 25:
Eee.. segertak
ama ine rakan sebet bewene
kami
eee... serentak bapak ibu teman kami semua
Partisipan II:
Perkataan
Proses:
verbal
Partisipan I: sayer
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata
segertak = serentak adalah proses yang menyatakan atau menyampaikan ucapan
Universitas Sumatera Utara
65
secara bersamaan oleh partisipan I ama ine rakan sebet bewene kami berupa
ujaran Eee ... selaku partisipan II. Klausa ini memiliki dua partisipan yaitu
partisipan I disebut sayer dan partisipan II disebut perkataan. Kehadiran
partisipan II tentu membuat makna klausa ini menjadi jelas arahnya. Artinya, teks
syair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan adanya komunikasi antar
partisipan.
Klausa 26:
Eee.. segertak
ama ine rakan sebet bewene
kami
eee... serentak bapak ibu teman kami semua
Partisipan II:
Perkataan
Proses:
verbal
Partisipan I: sayer
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai verbal, dimana kata
segertak = serentak adalah proses yang menyatakan atau menyampaikan ucapan
secara bersamaan oleh partisipan I ama ine rakan sebet bewene kami berupa
ujaran Eee ... selaku partisipan II. Klausa ini memiliki dua partisipan yaitu
partisipan I disebut sayer dan partisipan II disebut perkataan. Kehadiran
partisipan II tentu membuat makna klausa ini menjadi jelas arahnya. Artinya, teks
syair lagu ini merupakan aktivitas yang menunjukkan adanya komunikasi antar
partisipan.
Klausa 27:
Ine... inget-inget
Kam ku aku ni,
anakmu
Ibu... ingat-ingat Kau pada ku,
anakmu
Universitas Sumatera Utara
66
Partisipa
n
I: reaktor
Proses:
reaksional
Partisipan
I: reaktor
Partisipan II:
fenomenon
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai reaksional, dimana inget-
inget= ingat-ingat adalah proses yang memberikan reaksi oleh partisipan Ine.. =
Ibu.. yang dikategorikan sebagai partisipan I jenis reaktor yang lebih ditegaskan
oleh partisipan Kam = Kau yang juga adalah kata ganti dari Ine... = Ibu maka
dikategorikan sebagai partisipan I juga. Tujuan proses yang dinyatakan oleh
partisipan I Ine... sekaligus Kau adalah kepada partisipan II yang dikategorikan
sebagai fenomenon.
Klausa 30:
inget-inget
Kam ku aku
ingat-ingat Kau pada ku
Proses: reaksional Partisipan
I: reaktor
Partisipan II:
fenomenon
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai reaksional, dimana inget-
inget= ingat-ingat adalah proses yang memberikan reaksi oleh partisipan Ine.. =
Ibu.. yang dikategorikan sebagai partisipan I jenis reaktor yang lebih ditegaskan
oleh partisipan Kam = Kau yang juga adalah kata ganti dari Ine... = Ibu maka
dikategorikan sebagai partisipan I juga. Tujuan proses yang dinyatakan oleh
partisipan I Ine... sekaligus Kau adalah kepada partisipan II yang dikategorikan
sebagai fenomenon.
Universitas Sumatera Utara
67
Klausa 31:
Senang-senang
susah
Mupisah urum ine ama
Senang-senang
Susah
Berpisah dengan ibu bapak
Sirkumtan:
Penyerta
Proses:
mental
Partisipan I: senser
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai mental, dimana frasa
mupisah = berpisah adalah proses yang berwujud perasaan yang dirasakan oleh
partisipan urum ine ama = dengan ibu bapak yang dikategorikan sebagai
partisipan I jenis senser. Klausa ini memiliki sirkumstan yaitu senang-senang
susah yang dikategorikan sebagai penyerta yaitu situasi atau kondisi yang
menyertai proses mupisah.
Klausa 32:
Taring ni sekulah,
Kuliah i ranto ni jema
Ditinggal sekolah Kuliah di rantau orang
Proses: Tindakan
Partisipan I:
aktor
Sirkumtan:
lokasi
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai tindakan, dimana klausa
Taring ni sekulah, = ditinggal sekolah adalah proses yang menunjukkan adanya
tindakan bergerak atau berpindah. Dalam hal ini partisipan tidak jelas terlihat
tetapi menyatu dalam kata Kuliah yaitu aktor yang melakukan proses
meninggalkan sekolah. Klausa ini memiliki sirkumstan i ranto ni jema = di rantau
orang yang dikategorikan sebagai sirkumtan lokasi yaitu menunjukkan tempat
aktor menimba ilmu.
Universitas Sumatera Utara
68
Klausa 35:
Ku Bapak
Bupati
Kami male ngune urang gayo ni simubudi
pekerja
Kepada Bapak
Bupati
Kami ingin bertanya orang gayo si berbudi
perkerti
Sirkumtan:
Penyerta
Partisipan I:
sayer
Proses: verbal Partisipan II:
perkataan
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses verbal, dimana
kami selaku partisipan I jenis sayer mengucapkan syair urang gayo ni simubudi
pekerja yang dikategorikan sebagai partisipan II jenis perkataan. Klausa ini
memiliki satu partisipan yang wajib hadir yaitu kami. Ketidakhadiran partisipan
kami misalnya tentu akan membuat makna klausa itu menjadi tidak jelas. Artinya,
bahwa teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menggunakan alat ucap
manusia. Klausa ini juga menunjukkan ada sirkumtan jenis penyerta yaitu Bapak
Bupati.
Klausa 36:
Ku Bapak
Bupati
Kami pe male ngune
Kepada Bapak
Bupati
Kami juga ingin
bertanya
Sirkumtan:
penyerta
Partisipan I:
Sayer
Proses: verbal
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses verbal, dimana
kami selaku partisipan I jenis sayer mengucapkan kata-kata pe male ngune yang
ditujukan kepada Ku Bapak Bupati selaku sirkumstan kategori penyerta. Klausa
ini memiliki satu partisipan yang wajib hadir yaitu kami. Ketidakhadiran
Universitas Sumatera Utara
69
partisipan kami misalnya tentu akan membuat makna klausa itu menjadi tidak
jelas. Artinya, bahwa teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menggunakan
alat ucap manusia. Klausa ini juga menunjukkan ada sirkumtan jenis penyerta
yaitu Bapak Bupati.
Klausa 41:
Inee... kuliah ni perlik-perlok
Ibuu... kuliah ini Susah
Partisipan I:
Reaktor
Proses:
reaksional
Partisipan II:
Fenomenon
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai reaksional, dimana
klausa kuliah ni = kuliah ini adalah proses yang memberikan reaksi yang
dilakukan oleh partisipan Inee.. = Ibu.. yang dikategorikan sebagai partisipan I
jenis reaktor yang lebih ditegaskan oleh partisipan perlik-perlok = Susah yang
berupa kata sifat yang menggambarkan kondisi atau fenomena yang
dikategorikan sebagai partisipan II jenis fenomenon.
Klausa 42:
Adoh... oh
adoh
kune Die
Aduh oh aduh bagaimana Ini
Partisipan II:
Perkataan
Proses:
verbal
Partisipan I:
sayer
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses verbal, dimana
Die = Ini selaku partisipan I jenis sayer mengucapkan kata-kata Adoh ... oh adoh
= Aduh oh aduh yang merupakan partisipan II jenis perkataan. Klausa ini
Universitas Sumatera Utara
70
memiliki satu partisipan yang tidak jelas hadir yaitu Die. Ketidakhadiran
partisipan sayer membuat makna klausa itu menjadi tidak jelas. Artinya, bahwa
teks syair lagu ini merupakan aktivitas yang menggunakan alat ucap manusia
namun siapa yang mengucapkan tidak jelas.
Klausa 43:
Ine... oh ine Mokot di nge denem
Ibu... oh ibu Lama sudah rindu
Partisipan I :
Sayer
Partisipan
II:
Fenomenon
Proses: mental
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai mental, dimana klausa di
nge denem= sudah rindu ini adalah proses yang menggambarkan perasaan
partisipan I selaku senser yaitu Ine ... oh ine. Klausa ini menunjukkan adanya
partisipan II yaitu mokot = lama yang dikategorikan sebagai jenis fenomenon.
Klausa 44:
Gere pernah Mudemu
Tidak pernah Bertemu
Proses: verbal
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses verbal, dimana
kata-kata Gere pernah Mudemu = Tidak pernah bertemu adalah proses berupa
ujaran. Namun pada syair lagu ini tidak jelas ditemukan partisipan. Artinya syair
lagu ini tidak jelas maknanya jika tidak melihat konteksnya.
Universitas Sumatera Utara
71
Klausa 52:
Lagu senep ni Nasib gere pernah mukembali
Seperti sedih
Sekali
nasib, tidak pernah kembali
Partisipan I:
Senser
Partisipan
II:
fenomenon
Proses: mental
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai mental, dimana frasa gere
pernah mukembali = tidak pernah kembali adalah proses yang berwujud perasaan
yang dirasakan oleh partisipan Lagu senep ni = seperti sedih sekali yang
dikategorikan sebagai partisipan I jenis senser. Partisipan II adalah Nasib = nasib
yang merupakan partisipan jenis fenomenon.
Klausa 53:
Entah-entah Renye
Ayuk.. ayuk Cepat
Proses: verbal Sirkumtan:
penyerta
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai proses verbal, dimana
kata-kata Entah ... entah = Ayuk... ayuk adalah proses berupa ujaran mengajak
oleh partisipan yang tidak jelas terlihat. Namun pada syair lagu ini ditemukan
sirkumtan jenis penyerta yaitu renye = cepat yang menunjukkan keterangan untuk
segera melakukan sesuatu.
Klausa 54:
Ukir ni tape lagu telas gere tetuh ni relas
Ukiran tepak ini tidak nampak seperti jatuhnya tanah longsor
Universitas Sumatera Utara
72
Partisipan I:
Senser
Proses: mental Partisipan II: fenomena
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai mental, dimana frasa
telas gere = tidak nampak adalah proses yang berwujud perasaan atau kondisi
partisipan yang dikategorikan sebagai partisipan I jenis senser. Partisipan II
adalah tetuh ni relas = seperti jatuhnya tanah longsor yang merupakan partisipan
jenis fenomenon.
Klausa 55:
Ukir ni tape
lagu
telas gere tetuh ni relas i langit
Ukiran tepak
ini
tidak
nampak
seperti jatuhnya tanah
longsor
di langit
Partisipan I:
Senser
Proses:
mental
Partisipan II: fenomena Sirkumtan:
lokasi
Proses pada klausa di atas dikategorikan sebagai mental, dimana frasa
telas gere = tidak nampak adalah proses yang berwujud perasaan atau kondisi
partisipan Ukir ni tape lagu = ukiran tepak ini yang dikategorikan sebagai
partisipan I jenis senser. Partisipan II adalah tetuh ni relas = seperti jatuhnya
tanah longsor yang merupakan partisipan jenis fenomenon. Pada syair lagu ini
ditemukan adanya sirkumtan jenis lokasi yang menunjukkan posisi jatuhnya tanah
longsor.
4.1.1.2 Komponen Interaksional
Komponen interaksional pada teks visual yang dilantunkan mengiringi tari
Saman Gayo Lues yang dikaji berdasarkan teori Kress & Leeuwen terdiri dari
kontak: demand (permintaan) dan offer (penawaran), jarak: intimate (personal),
Universitas Sumatera Utara
73
equality (sosial) dan impersonal, sudut pandang: involvement (sudut frontal),
detachment (sudut miring), viewer power (kekuatan pandangan) dan represented
participant power (kelemahan pandangan) dan modalitas (saturasi warna,
keberagaman warna, perubahan warna, kontekstualisasi, abstraksi, kedalaman,
penerangan dan kecerahan). Lebih jelasnya sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 4.2 : Komponen Interaksional pada Teks Tari Saman Gayo Lues
No. Komponen
Interaksional Jumlah Presentasi
Kontak
Image art:
1. Penawaran (offer) 16 48,48
2. Permintaan (demand) 7 21,21
Total 33 100
Gaze:
1. Langsung (direct) 2 50
2. Tidak langsung (indirect) 2 50
Total 4 100
Jarak Sosial
1. Personal (intimate) 3 18,75
2. Sosial (social) 13 81,28
3. Umum (impersonal) - -
Total 16 100
Sudut pandang
1. Sudut frontal - -
2. Sudut miring - -
3. Kekuatan pandangan 9 56,25
4. Kelemahan pandangan 7 43,75
Total 16 100
Modalitas Tinggi Rendah
1. Saturasi warna √
2. Keberagaman warna √
3. Perubahan warna √
4. Kontekstualisasi √
5. Representasi √
6. Kedalaman √
7. Penerangan √
8. Kecerahan √ √
Komponen interaksional dari aspek kontak image art yang ditemukan
pada teks visual tari Saman Gayo Lues, terdiri dari permintaan 21,21% dan
Universitas Sumatera Utara
74
penawaran 48,48%. Temuan ini memberi arti bahwa interaksi langsung antara
partisipan kepada khalayak lebih banyak khalayak/penonton yang menyaksikan
partisipan. Partisipan dalam hal ini yaitu penari Saman. Komponen interaksional
dari aspek kontak gaze yang ditemukan pada teks visual tari Saman Gayo Lues,
terdiri dari langsung (direct) 50% dan tidak langsung (indirect) 50%.
Komponen interaksional dari aspek jarak sosial yang ditemukan pada teks
visual tari Saman Gayo Lues, terdiri dari tampilan personal 18,75%, sosial dan
equality 81,25% dan tampilan umum tidak ditemukan pada gambar. Komponen
interaksional dari aspek sudut pandang yang ditemukan pada teks visual tari
Saman Gayo Lues, terdiri dari kekuatan pandangan 56,25% dan kelemahan
pandangan 43,75%. Komponen interaksional dari aspek sudut frontal dan sudut
miring tidak ada ditemukan. Komponen interaksional dari aspek modalitas yang
ditemukan pada teks visual tari Saman Gayo Lues adalah modalitas tinggi, dari
saturasi warna, keragaman warna, perubahan warna, kontekstualisasi,
representasi, kedalaman, penerangan dan kecerahan. Namun modalitas rendah
lebih juga ditemukan pada kecerahan warna.
Berikut ini contoh dan analisis hasil komponen interaksional. Contoh
dibatasi pada 16 visual (visual 1, 2, 5, 6, 9, 11, 16, 20, 31, 34, 36, 38, 39, 46, 47
dan 48) yang dianggap telah mewakili keseluruhan gambar. Alasan pengambilan
hanya 16 visual karena ada gambar yang mirip.
Universitas Sumatera Utara
75
Visual 1
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa permintaan (demand) dan penawaran (offer). Beberapa penari terlihat
melakukan kontak mata menatap kepada penonton tetapi tidak langsung
(indirect). Gerakan ini merupakan tarian pembuka. Penonton menunjukkan
demand menatap penari langsung (direct), juga partisipan yang lain seperti
beberapa photografer bertindak sebagai penawaran (offer). Pola penggambaran
partisipan dalam bentuk viewer power memberi pengertian adanya kuasa atas diri
sendiri dan kuasa ini juga dimiliki oleh khalayak lain yang ada pada gambar.
Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan gambar yang dekat dengan
khalayak (Intimate). Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi warna
kuning pada dinding dan warna kuning keemasan pada pakaian penari. Modalitas
m
o
d
a
l
i
t
a
s
langsung
(direct)
Permintaan
(demand)
Penawaran
(offer) Kekuatan Pandangan
(Viewer power)
Tidak
Langsung
(indirect)
Universitas Sumatera Utara
76
warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di dinding belakang penari.
Modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas
panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena representasi detail,
modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan
tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan
tinggi.
Visual 2
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contcat)
berupa penawaran (offer). Penari terlihat melakukan gerakan menunduk
bersimpuh. Tidak ada kontak mata dengan penonton. Beberapa penonton
menunjukkan permintaan (demand) menatap penari langsung (direct). Pola
penggambaran partisipan dalam bentuk represented viewer power memberi
pengertian adanya penonton yang tidak menatap kepada penari yang sedang
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Penawaran
(offer) Represented viewer power
Universitas Sumatera Utara
77
melakukan tarian. Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan gambar yang
jauh dari penonton maupun penari (sosial). Modalitas warna tinggi pada gambar,
yaitu didominasi warna kuning pada dinding. Modalitas warna tinggi yaitu warna
beragam pada tulisan Saman di dinding belakang penari. Modalitas konteks tinggi
pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas
representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena
perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan
modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Visual 5
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Penawaran
(Offer) Langsung
(direct)
Tidak langsung
(Indirect)
Kekuatan pandangan
(Viewer power) Permintaan
(demand)
Universitas Sumatera Utara
78
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa permintaan (demand) dan penawaran (offer). Penari terlihat melakukan
gerakan duduk dengan tatapan ke arah penonton ada yang menatap langsung
(direct) dan tidak (indirect). Beberapa penari menunjukkan demand menatap
penonton (direct). Pola penggambaran partisipan dalam bentuk viewer power
memberi pengertian adanya penonton yang menatap kuat kepada para penari yang
sedang melakukan tarian. Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan gambar
yang jauh dari penonton maupun penari (sosial). Modalitas warna tinggi pada
gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada
pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman
di dinding belakang penari. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks
detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas.
Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
79
Visual 6
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa penawaran (offer). Penari terlihat melakukan gerakan berdiri dengan
bertumpu pada kedua lutut dan kepala menunduk serta tangan di pangkuan tanpa
ada tatapan ke arah penonton. Pola penggambaran partisipan dalam bentuk viewer
power memberi pengertian adanya penonton yang menatap kuat kepada para
penari yang sedang melakukan tarian. Kemudian dapat dilihat dari cara
pengambilan gambar yang jauh dari penonton maupun penari (sosial). Modalitas
warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan
warna keemasan pada pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna
beragam pada tulisan Saman di dinding belakang penari. Modalitas konteks tinggi
pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Penawaran
(Offer)
Kekuatan pandangan
(Viewer power)
Universitas Sumatera Utara
80
representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena
perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan
modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Visual 9
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa permintaan (demand) dan penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi
bertekuk lutut dengan tangan kiri seragam mendekap dada dan kepala mengarah
ke kiri penari. Terlihat ada penawaran (offer) dari penonton ke arah penari
memberi pengertian adanya penonton yang menatap kuat kepada para penari yang
sedang melakukan tarian (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari cara
pengambilan gambar yang dekat (intimate). Modalitas warna tinggi pada gambar,
yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada pakaian
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Kekuatan pandangan
(Viewer power) Permintaan
(demand)
Penawaran
(offer)
Dekat
(intimate)
Universitas Sumatera Utara
81
penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di
dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks
tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus.
Modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman
tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya
dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Visual 11
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa permintaan (demand) dan penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi
duduk bertumpu pada lutut dengan gaya penari berselang-seling duduk
membungkuk bergantian. Terlihat ada penawaran (offer) dari penonton ke arah
penari memberi pengertian adanya penonton yang menatap kuat kepada para
penari yang sedang melakukan tarian (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Kekuatan pandangan
(Viewer power) Dekat
(intimate)
Permintaan
(demand)
Penawaran
(offer)
Universitas Sumatera Utara
82
cara pengambilan gambar yang dekat (intimate). Modalitas warna tinggi pada
gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada
pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman
di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks
tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus.
Modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman
tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya
dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan tinggi.
Visual 16
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi berdiri bertumpu pada lutut
dengan gaya penari berselang-seling duduk membungkuk dan menoleh ke arah
kiri bergantian. Terlihat ada tatapan dari penonton ke arah penari memberi
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Penawaran
(offer)
Kekuatan pandangan
(Viewer power)
Universitas Sumatera Utara
83
pengertian adanya penonton yang menatap kuat kepada para penari yang sedang
melakukan tarian (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan
gambar yang jauh (sosial). Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi
warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada pakaian penari. Modalitas
warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di dinding yang menjadi
latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena
konteks detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas.
Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan tinggi.
Visual 20
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Permintaan
(demand)
Kekuatan pandangan
(Viewer power) Penawaran
(Offer)
Universitas Sumatera Utara
84
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa permintaan (demand) dan penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi
duduk dengan tangan kanan terbuka di atas paha kanan dan tangan kiri seragam
mendekap dada ke arah kanan penari dan kepala mengarah ke arah penonton.
Terlihat ada penawaran (offer) dari penonton ke arah penari memberi pengertian
adanya penonton yang menatap kuat kepada para penari yang sedang melakukan
tarian (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan gambar yang
jarak (sosial). Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi warna
kuning pada dinding dan warna keemasan pada pakaian penari. Modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di dinding yang menjadi latar
belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena
konteks detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas.
Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan rendah karena gambar terlihat agak kabur.
Universitas Sumatera Utara
85
Visual 31
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi duduk dengan tangan kiri
terletak tertutup di atas paha kanan dan tangan kiri seragam mendekap dada ke
arah kiri penari dan kepala setengah menduduk mengarah ke bawah/lantai.
Terlihat ada penawaran (offer) dari penonton ke arah penari memberi pengertian
adanya penonton yang menatap kuat kepada para penari yang sedang melakukan
tarian (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan gambar yang
jarak (sosial). Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi warna
kuning pada dinding dan warna keemasan pada pakaian penari. Modalitas warna
tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di dinding yang menjadi latar
belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena
konteks detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Penawaran
(Offer)
Kekuatan Pandangan
(Viewer power)
Universitas Sumatera Utara
86
representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas.
Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi
karena tingkat kecerahan rendah karena gambar terlihat kurang cerah.
Visual 34
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi duduk dengan badan
membungkuk dan kedua tangan bertepuk berulang sedangkan kepala setengah
miring ke kiri dan ke kanan. Terlihat ada penawaran (offer) dari penonton ke arah
penari namun ada juga penonton yang menatap tidak fokus kepada para penari
yang sedang melakukan tarian (represented participant viewer). Kemudian dapat
dilihat dari cara pengambilan gambar yang jarak personal dan sosial. Modalitas
warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan
warna keemasan pada pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Represented participant viewer Personal dan sosial Penawaran (Offer)
Universitas Sumatera Utara
87
beragam pada tulisan Saman di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari
tampil. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas
panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena representasi detail,
modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan
tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan
rendah karena gambar terlihat kurang cerah.
Visual 36
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa penawaran (offer) dan permintaan (demand). Penari terlihat dalam posisi
duduk dengan badan tegak dan kedua tangan bertepuk berulang. Terlihat ada
penawaran (offer) dari penonton ke arah penari dan ada permintaan (demand) dari
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Permintaan
(Demand)
Penawaran
(Offer) Represented participant viewer
Universitas Sumatera Utara
88
penari ke arah penonton. Ada penonton yang menatap tidak fokus kepada para
penari yang sedang melakukan tarian (represented participant viewer). Kemudian
dapat dilihat dari cara pengambilan gambar yang jarak personal dan sosial.
Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding
dan warna keemasan pada pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna
beragam pada tulisan Saman di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari
tampil. Modalitas konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas
panggung khusus. Modalitas representasi tinggi karena representasi detail,
modalitas kedalaman tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan
tinggi karena bercahaya dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan
rendah karena gambar terlihat kurang cerah.
Universitas Sumatera Utara
89
Visual 38
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi duduk dengan badan
menunduk dan kepala menoleh ke kiri dan ke kanan berselang seling antar penari.
Ada penonton yang menatap tidak fokus kepada para penari yang sedang
melakukan tarian (represented participant viewer). Kemudian dapat dilihat dari
cara pengambilan gambar yang jarak personal dan sosial. Modalitas warna tinggi
pada gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan
pada pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan
Saman di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas
konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus.
Modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Penawaran
(Offer) Represented participant viewer
Universitas Sumatera Utara
90
tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya
dan modalitas kecerahan tinggi karena tingkat kecerahan rendah karena gambar
terlihat kurang cerah.
Visual 39
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa penawaran (offer). Penari terlihat dalam posisi duduk dengan badan
menunduk dan kepala menoleh ke kiri dan ke kanan berselang seling antar penari.
Ada penonton yang tidak menatap kepada para penari yang sedang melakukan
tarian (represented participant viewer). Kemudian dapat dilihat dari cara
pengambilan gambar yang jarak personal dan sosial. Modalitas warna tinggi pada
gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada
pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Represented participant viewer Penawaran
(Offer)
Universitas Sumatera Utara
91
di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks
tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus.
Modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman
tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya
dan modalitas kecerahan rendah karena gambar terlihat kurang cerah.
Visual 46
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa penawaran (offer) dan permintaan (demand). Penari terlihat dalam posisi
beragam, berdiri tegak, berdiri membungkuk dan duduk membungkuk sembari
tangan bertepuk. Penari yang berdiri tegak terlihat menatap ke arah penonton,
semantara penonton ada yang tidak menatap kepada para penari yang sedang
melakukan tarian (represented participant viewer). Kemudian dapat dilihat dari
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Permintaan (Demand) Penawaran(offer) Represented participant viewer
Universitas Sumatera Utara
92
cara pengambilan gambar yang jarak personal dan sosial. Modalitas warna tinggi
pada gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan
pada pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan
Saman di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas
konteks tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus.
Modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman
tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan rendah karena kurang
bercahaya dan modalitas kecerahan rendah karena gambar terlihat kurang cerah.
Visual 47
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Penawaran
(Offer) Kekuatan pandangan
(Viewer power)
Universitas Sumatera Utara
93
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa penawaran (offer). Masing-masing penari terlihat dalam posisi berdiri
membungkuk ke arah penonton dengan kedua tangan tertangkup tanda memberi
salam bahwa tarian sudah berakhir. Penonton rata-rata memberi tatapan lekat
kepada penari (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari cara pengambilan
gambar yang jarak personal dan sosial. Modalitas warna tinggi pada gambar, yaitu
didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada pakaian penari.
Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman di dinding yang
menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks tinggi pada
gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus. Modalitas
representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman tinggi karena
perspektif yang jelas. Modalitas penerangan rendah karena kurang bercahaya dan
modalitas kecerahan rendah karena gambar terlihat kurang cerah.
Universitas Sumatera Utara
94
Visual 48
Komponen interaksional pada gambar di atas ditemukan kontak (contact)
berupa penawaran (offer). Penonton cenderung memberikan penawaran (offer)
berkenaan dengan posisi penari yang yang berjalan berbaris keluar dari panggung
satu persatu tanda pertunjukan tarian telah usai. Penonton rata-rata memberi
tatapan lekat kepada penari (viewer power). Kemudian dapat dilihat dari cara
pengambilan gambar yang jarak personal dan sosial. Modalitas warna tinggi pada
gambar, yaitu didominasi warna kuning pada dinding dan warna keemasan pada
pakaian penari. Modalitas warna tinggi yaitu warna beragam pada tulisan Saman
di dinding yang menjadi latar belakang lokasi penari tampil. Modalitas konteks
tinggi pada gambar karena konteks detail yaitu di atas panggung khusus.
m
o
d
a
l
i
t
a
s
Penawaran
(Offer)
Kekuatan Pandangan
(Viewer power)
Universitas Sumatera Utara
95
Modalitas representasi tinggi karena representasi detail, modalitas kedalaman
tinggi karena perspektif yang jelas. Modalitas penerangan tinggi karena bercahaya
dan modalitas kecerahan tinggi karena gambar terlihat cerah.
4.1.1.3 Komponen Komposisional
Komponen komposisional terdiri dari nilai informasi, tonjolan dan bingkai
yang ditemukan pada teks visual tari Saman Gayo Lues. Lebih jelasnya
sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel 4.3 : Komponen Komposisional pada Teks Visual Tari Saman Gayo
Lues
No. Komponen Komposisional Jumlah Presentasi (%)
Nilai Informasi
1. Nilai Informasi (Centred) 11 68,75
2. Kiri (Given) - -
3. Kanan (New) 5 31,25
Total 16 100
Tonjolan
Kontras dalam warna adalah tulisan
„Saman‟ dan deretan pakaian penari
16 100
Total 16 100
Bingkai
Gambar atau garis yang memberi tanda
bagian atau bukan bagian dari gambar 16 100
Total 16 100
Komponen komposisional dari aspek nilai infomasi yang ditemukan pada
teks visual tari Saman Gayo Lues terdiri dari atas nilai informasi (centred)
68,75%, nilai informasi di sebelah kiri (given) tidak ditemukan pada gambar, dan
nilai informasi di sebelah kanan (new) 31,25. Komponen komposisional dari
aspek tonjolan yang ditemukan pada teks visual tari Saman Gayo Lues adalah
tulisan „Saman‟ dan pakaian penari yang seragam dan mengandung warna
keemasan dipadukan dengan warna hitam.
Universitas Sumatera Utara
96
Komponen komposisional dari aspek bingkai (framing) yang ditemukan
pada teks visual tari Saman Gayo Lues adalah apa saja yang memberi tanda
bahwa sesuatu itu merupakan bagian atau bukan bagian dari gambar. Misalnya
ketika tarian sedang berlangsung kemudian seseorang lewat di sekitar acara yang
tertangkap oleh kamera. Berikut ini contoh dan analisis hasil komponen
komposisional yang terdiri atas nilai informasi, tonjolan dan bingkai yang
ditemukan pada teks tari Saman Gayo Lues.
Visual 1
Tonjolan
(salience)
Nilai informasi
(centred)
Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
97
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi tulisan dan penari
sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan Saman dengan
warna yang kontras terdiri dari beragam warna dan bingkai (framing) yang ada
pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.
Visual 2
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi tulisan dan penari
sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan Saman dengan
Nilai informasi
(centred)
Tonjolan
(salience)
Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
98
warna yang kontras terdiri dari beragam warna dan bingkai (framing) yang ada
pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.
Visual 5
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi tulisan dan penari
sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam gambar,
kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan “Saman”
dengan warna yang kontras dan bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas
menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.
Nilai informasi
(centred)
Tonjolan
(salience) Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
99
Visual 6
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di
tengah bawah sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam
gambar, kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan
“Saman” dengan warna yang kontras dan deretan penari dengan warna keemasan
dan bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut.
Tonjolan
(salience)
Nilai informasi
(centred) Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
100
Visual 9
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di
tengah bawah sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam
gambar, kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan
“Saman” dengan warna yang kontras dan deretan penari dengan warna keemasan
dan bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian
dari gambar tersebut.
Nilai informasi
(centred) Tonjolan
(salience)
Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
101
Visual 11
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di
tengah bawah sebagai nilai informasi (centred) atau pusat yang diletakkan di
tengah dalam gambar, kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah
tulisan “Saman” dengan warna yang kontras dan bingkai (framing) yang ada pada
gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.
Nilai informasi
(centred)
Tonjolan
(salience)
Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
102
Visual 16
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di
tengah bawah sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam
gambar, kemudian tonjolan (salience) juga ada pada deretan penari sedangkan
bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari
gambar tersebut.
Nilai informasi
(centred)
Bingkai
(framing)
Tonjolan
(salience)
Universitas Sumatera Utara
103
Visual 20
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di
tengah bawah sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam
gambar, kemudian tonjolan (salience) ada pada tulisan Saman yang tertulis pada
latar belakang panggung sedangkan bingkai (framing) yang ada pada gambar di
atas menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.
Nilai informasi
(centred)
Tonjolan
(salience) Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
104
Visual 31
Komponen metafungsi dari aspek komposisional dinyatakan dengan
komposisi tulisan Saman di tengah pada latar panggung sebagai nilai informasi
(centred), kemudian tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan
“Saman” juga dengan warna yang kontras dan bingkai (framing) yang ada pada
gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.
Nilai informasi
(centred) Tonjolan
(salience)
Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
105
Visual 34
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di
tengah bawah pada latar panggung sebagai nilai informasi (centred), kemudian
tonjolan (salience) yang ada pada gambar adalah tulisan “Saman” juga dengan
warna yang kontras. Bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas
menunjukkan ada yang merupakan bagian dan bukan bagian dari gambar tersebut.
Framing yang bagian dari gambar adalah gambar papan slide sedangkan framing
yang bukan bagian dari gambar adalah onitor hp yang dipegang penonton.
Nilai informasi/kanan (new) Tonjolan
(salience)
Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
106
Visual 36
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di
tengah bawah sebagai nilai informasi (centred) yang diletakkan di tengah dalam
gambar, kemudian tonjolan (salience) ada pada tulisan Saman yang tertulis pada
latar belakang panggung. Bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas
menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.
Nilai informasi/kanan (new) Tonjolan
(salience)
Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
107
Visual 38
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi tulisan Saman di
tengah atas sebagai nilai informasi (centred), kemudian tonjolan (salience) juga
pada tulisan Saman yang tertulis pada latar belakang panggung. Bingkai (framing)
yang ada pada gambar di atas menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.
Nilai informasi/kanan (new) Tonjolan
(salience)
Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
108
Visual 39
Komponen metafungsi dari aspek komposisional dinyatakan dengan
komposisi deretan penari di tengah bawah sebagai nilai informasi (centred),
kemudian tonjolan (salience) ada pada tulisan Saman yang tertulis pada latar
belakang panggung. Bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas
menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.
Nilai informasi/kanan (new) Tonjolan
(salience)
Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
109
Visual 46
Komponen metafungsi dari aspek komposisional dinyatakan dengan
komposisi deretan penari di tengah dengan posisi penari berdiri, menunduk
setengah berdiri dan duduk menunduk berselang seling sebagai nilai informasi
(centred). Tonjolan (salience) adalah tulisan Saman yang tertulis pada latar
belakang panggung. Bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas
menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.
Tonjolan
(salience)
Nilai informasi/kanan (new) Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
110
Visual 47
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi deretan penari di
tengah dengan posisi berdiri membungkuk serempak sebagai nilai informasi
(centred). Tonjolan (salience) adalah tulisan Saman yang tertulis pada latar
belakang panggung. Bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas
menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.
Nilai informasi
(centred)
Tonjolan
(salience)
Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
111
Visual 48
Komponen komposisional dinyatakan dengan komposisi barisan penari
yang berjalan ke luar panggung sebagai tanda tarian sudah usai sebagai nilai
informasi (centred). Tonjolan (salience) adalah tulisan Saman yang tertulis pada
latar belakang panggung. Bingkai (framing) yang ada pada gambar di atas
menunjukkan bukan bagian dari gambar tersebut.
4.1.2 Hubungan Intersemiotik Teks Verbal dan Visual dalam Tari Saman
Gayo Lues
Dalam hal tatabahasa visual juga menciptakan suatu jarak pengaturan
komposisi yang berbeda untuk merealisasikan fungsi tekstual yang berbeda pula.
Nilai informasi
(centred)
Tonjolan
(salience) Bingkai
(framing)
Universitas Sumatera Utara
112
Teks multimodal yang terdiri atas teks verbal dan teks visual memiliki hubungan-
hubungan logis dalam menyampaikan suatu makna. Hubungan-hubungan ini
dapat diketahui melalui adaya keterkaitan antara komponen metafungsi dalam teks
verbal dan teks visual. Komponen tekstual pada metafungsi teks multimodal
berkaitan tentang komposisi (Kress dan van Leeuwen, 2006:177).
Sebuah teks multimodal disusun oleh lebih dari satu sumber semiotik.
Sumber semiotik dalam penelitian ini adalah tanda verbal dan tanda visual yang
diwujudkan dalam bentuk teks multimodal tarian Saman. Kedua model teks ini
memiliki keterkaitan satu dengan yang lain dalam menciptakan makna. Hal ini
diwujudkan melalui hubungan-hubungan yang saling menjelaskan, melengkapi,
dan hubungan sebab akibat. Hubungan inter-semiotik logis antara teks verbal dan
teks visual dalam menyampaikan makna dalam teks multimodal tarian Saman
menunjukkan bahwa teks verbal yang berwujud tanda-tanda verbal tidak
selamanya dapat berdiri sendiri dalam menciptakan makna sehingga
membutuhkan teks visual, seperti pada teks multimodal tarian Saman.
1. Hubungan pengulangan (repeating)
Hubungan pengulangan (repeating) yaitu teks verbal dan visual berkali-
kali diulang (temporal/time). Teks verbal “mmmm...Laila Allah ahu la”,
“Sare...Laila Allah ahu lahoya”, “Eee..segertak ama ine rakan sebet bewene
kami”, „Taring ni sekulah, kuliah i ranto ni jema”, “Senang-senang susah
mupisah urum ine ama”, “Ine oh ine mokot di nge denem” dan “adoh oh adoh
kune die” berulang-ulang diucapkan begitu juga dengan visual yang berulang-
ulang juga, kemudian teks verbal di atas merupakan proses action yang
menyangkut kegiatan fisik sama halnya dalam visual memperlihatkan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
113
fisik seperti gerakan duduk, setengah berdiri, berdiri dan mengayunkan tangan
dan bertepuk. Hubungan repeating ini menyampaikan makna dan memberi
penegasan dari teks verbal dan visual bahwa pertunjukan ini adalah tarian Saman.
Selain itu, dengan hubungan reapeting ini menunjukkan bahwa teks verbal dan
visual ini mengungkapkan bahwa teks verbal digunakan untuk mengiringi gerakan
para penari pada tarian saman.
Contoh:
Teks Verbal Teks Visual
Taring ni sekulah, kuliah i
ranto ni jema
Visual 12:
2. Hubungan Perbandingan (Comparative)
Hubungan perbandingan (comparative), yaitu hubungan perbandingan
antara teks verbal dan visual pada tingkatan umum dan abstraksi. Teks syair lagu
pengiring tarian Saman ini memiliki satu teks yang berhubungan dengan
perbandingan, yaitu mmmm...Laila Allah ahu la (mmm…tiada Tuhan selain
Allah) dijelaskan melalui proses verbal memiliki perbandingan umum bahwa
tiada yang layak disembah selain Allah ditandai dengan petanda katupan kedua
Universitas Sumatera Utara
114
tangan penari yang mengarah ke atas sebagaimana diperlihatkan pada teks visual.
Artinya hubungan ini adalah hubungan perbandingan umum dimana makna yang
ingin disampaikan teks verbal dan visual ini adalah keberadaan manusia tidak
lepas dari adanya Allah sebagai Sang Pencipta.
Contoh:
Teks Verbal Teks Visual
mmmm...Laila Allah ahu la
Visual 8:
3. Hubungan Penambahan (Additive)
Hubungan penambahan (additive) dalam teks verbal dan visual pada teks
multimodal tarian Saman terdiri atas Assalamu‟alaikum ku Bapak Bupati, Salam
ni kami ine, salam ni ken ko, salam sejahtera ken bewene, Assalamualaikum kami
sawahen ku sebet rakan, Segertak kami ni rakan sabe bewene, Senang-senang
susah mupisah urum ine ama dan Ine oh ine mokot di nge denem. Hubungan ini
menunjukkan bahwa teks verbal dan teks visual saling melengkapi dalam
menyampaikan makna. Artinya dalam hubungan ini, teks verbal menyampaikan
Universitas Sumatera Utara
115
makna melalui partisipan dan proses yang kemudian dilengkapi oleh visual
melalui gambar sehingga makna dapat dimengerti.
Teks verbal Assalamu‟alaikum ku Bapak Bupati, Assalamualaikum kami
sawahen ku sebet rakan, ine ama bewene rata, Salam ni kami ine, salam ni ken
ko, salam sejahtera ken bewene, Assalamualaikum kami sawahen ku sebet rakan
disampaikan dengan partisipan berupa action yang kemudian dilengkapi oleh
visual dengan gambar penari yang menangkupkan kedua tangan sebagai wujud
menyatakan salam. Kemudian teks verbal Segertak kami ni rakan sabe bewene
menyampaikan makna dengan proses yang dilengkapi dengan visual. Artinya
dengan teks verbal Segertak kami ni rakan sabe bewene diperlihatkan pada visual
gambar para penari selaku partisipan melakukan gerakan tubuh, tangan, kepala
dan kaki secara serempak. Teks Senang-senang susah mupisah urum ine ama dan
teks Ine oh ine mokot di nge denem menyampaikan makna melalui proses
sehingga dapat dimengerti, artinya ketika teks verbal direalisasikan dalam visual
dengan aksi para penari mendekapkan tangan ke dada secara serempak sebagai
ungkapan rasa sedih berpisah dengan ibu dan ayah karena pergi merantau untuk
menuntut ilmu dan didera rindu yang mendalam. Sehingga ketika teks verbal
hadir dengan visual memberi pemahaman makna dari keduanya.
Universitas Sumatera Utara
116
Contoh:
Teks Verbal Teks Visual
Assalamualaikum kami
sawahen ku sebet rakan
Visual 4:
4. Hubungan Sebab-Akibat) Consequential (sebab akibat)
a. Consequential; consequence dengan efek yang dapat dipastikan dimiliki
teks verbal dan visual.
Teks verbal salam ni ken ko (salam ini untukmu) direpresentasikan oleh
visual dengan efek yang sudah dipastikan yaitu kedua tangan penari
bersedekap menggantung di atas paha dan badan para penari yang
setengah menunduk menghadap kepada penonton.
Universitas Sumatera Utara
117
Contoh:
Teks Verbal Teks Visual
salam ni ken ko
Visual 4:
Teks verbal salam sejahtera ken bewene (salam sejahtera untuk semua)
yang direpresentasikan oleh visual dengan efek yang sudah dipastikan yaitu kedua
tangan penari bersedekap di atas paha dan badan para penari yang menunduk
menghadap kepada penonton.
4.2 Pembahasan
Pembahasan terhadap hasil penelitian dan analisis hasil penelitian tentang
aspek multimodal yang terkandung dalam teks verbal syair yang dilantunkan
mengiringi tari Saman Gayo Lues mencakup komponen representational,
komponen interaksional, komponen komposisional dan hubungan metafungsi
aspek verbal dan non-verbal disajikan berikut ini.
Universitas Sumatera Utara
118
Aspek komponen representasional untuk proses paling banyak ditemukan
proses verbal. Hal ini dikarenakan jenis kalimat syair tari Saman Gayo Lues lebih
merupakan kalimat yang menyatakan informasi. Sebagaimana menurut Eggins
(1994:254) bahwa proses verbal adalah proses yang menyatakan informasi
misalnya berkata dan meminta. Proses yang paling sedikit digunakan adalah
proses tindakan. Hal ini dikarenakan jenis kalimat syair tari Saman Gayo Lues
lebih banyak merupakan ujaran yang bersifat menginformasikan bukan tindakan.
Aspek komponen representasional untuk partisipan I paling banyak
ditemukan partisipan gol dan sayer. Hal ini dikarenakan jenis proses yang diikuti
oleh partisipan selaku nomina yang melakukan proses adalah proses verbal. Untuk
partisipan II yang paling banyak ditemukan adalah fenomenon dan perkataan. Hal
ini dikarenakan proses verbal diikuti oleh partisipan I yang merupakan pelaku
yang mengungkapkan atau memberitahukan sesuatu informasi yang tentunya
mengarah pada sasaran dari proses verbal itu sendiri yaitu partisipan II.
Aspek komponen representasional untuk sirkumstan paling banyak
ditemukan lokasi dan penyerta serta tidak ditemukan sirkumtan jenis alat. Hal ini
dikarenakan jenis kalimat pada teks ada menunjukkan lokasi berkaitan dengan
tempat proses terjadi. Sebagaimana menurut Kress dan van Leeuwen (2006:72)
bahwa sirkumtan pada metafungsi visual termasuk lokasi yang berkaitan dengan
tempat proses itu terjadi dan penyerta berkaitan dengan proses di mana dua benda
wujud dapat disatukan sebagai dua unsur.
Teks multimodal tari Saman Gayo Lues yang ditemukan dari aspek
komponen interaksional untuk kontak jenis image art lebih banyak berupa
penawaran (offer). Temuan ini memberi arti bahwa interaksi langsung antara
Universitas Sumatera Utara
119
partisipan kepada khalayak lebih banyak khalayak/penonton yang menyaksikan
partisipan. Sebagaimana menurut Kress dan van Leeuwen (2006:160) bahwa
penawaran (offer) adalah adanya pandangan penyaksi dalam hal ini adalah
pandangan penonton ke arah para penari Saman. Untuk kontak gaze yang paling
banyak adalah tidak langsung (indirect) yang artinya tatapan dari partisipan paling
banyak tidak langsung.
Komponen interaksional dari aspek jarak sosial yang ditemukan pada teks
visual Tari Saman Gayo Lues paling banyak tampilan personal. Dari aspek sudut
pandang yang paling banyak ditemukan kekuatan pandangan. Dari aspek sudut
frontal dan sudut miring tidak ada ditemukan. Dari aspek modalitas adalah
modalitas tinggi, dari saturasi warna, keragaman warna, perubahan warna,
kontekstualisasi, representasi, kedalaman, penerangan dan kecerahan. Namun
modalitas rendah lebih ditemukan pada kecerahan warna, hal ini dikarenakan
beberapa visual terlihat agak buram, artinya perbedaan warna tingkat terang hitam
dan putih atau abu-abu gelap terlihat pada pakaian penari.
Teks multimodal Tari Saman Gayo Lues yang ditemukan dari aspek
komponen komposisional untuk nilai infomasi paling banyak ditemukan centred
(informasi di pusat) dengan nilai presentasi 68,75% dan nilai informasi kanan
(new) 31,25%, dan tidak ada ditemukan informasi di sebelah kiri. Jika dilihat dari
keenambelas visual bahwa rata-rata memperlihatkan nilai informasi berada di
tengah gambar. Untuk tonjolan paling banyak adalah tulisan „Saman‟ dan pakaian
penari yang seragam dan mengandung warna keemasan dipadukan dengan warna
hitam. Untuk bingkai (framing) yang paling banyak ditemukan adalah apa saja
Universitas Sumatera Utara
120
yang memberi tanda bahwa sesuatu itu merupakan bagian atau bukan bagian dari
gambar.
Hubungan intersemiotik teks verbal dan visual dalam hal ini teks visual
Tari Saman Gayo Lues yang ditemukan meliputi pengulangan (repeating),
perbandingan (comperative), penambahan (additiv), Sebab-Akibat (consequential)
(consequence dan contingency). Hubungan pengulangan (repeating) ini
menyampaikan makna dan memberi penegasan dari teks verbal dan visual bahwa
pertunjukan ini adalah tarian Saman. Selain itu, dengan hubungan pengulangan
(repeating) ini menunjukkan bahwa teks verbal dan visual ini mengungkapkan
bahwa teks verbal digunakan untuk mengiringi gerakan para penari pada tarian
saman. Sebagaimana menurut Kress dan van Leeuwen (2006:177) bahwa teks
multimodal yang terdiri atas teks verbal dan visual.
Hubungan perbandingan (comparative) terlihat dari teks syair lagu
pengiring tarian Saman memperlihatkan hubungan perbandingan antara teks
verbal yang menyatakan bahwa tiada yang layak disembah selain Allah ditandai
dengan petanda katupan kedua tangan penari yang mengarah ke atas sebagaimana
diperlihatkan pada teks visual. Adanya hubungan perbandingan (comparative) ini
jelas menunjukkan bahwa ada hubungan antara teks verbal dan teks visual pada
teks tari Saman Gayo Lues.
Sebagaimana menurut Liu dan O‟Halloran (2009:24-25) bahwa
perbandingan (comparative) adalah suatu hubungan yang berfungsi untuk
mengorganisasikan makna logis dengan memperhatikan kesamaan antara teks
verbal dan teks visual dalam suatu teks multimodal. Kesamaan dalam hubungan
Universitas Sumatera Utara
121
ini ditandai dengan adanya perbedaan tingkat keumuman dan abstraksi yang
dimiliki oleh masing-masing komponen metafungsi.
Hubungan penambahan (additive) ditemukan pada teks tarian Saman Gayo
Lues yang tampak dari teks verbal dan teks visual yang saling melengkapi dalam
menyampaikan makna. Sebagaimana terlihat pada teks verbal tercantum makna
melalui tampilan partisipan dan proses yang dilakukan partisipan yang kemudian
dilengkapi oleh visual melalui gambar sehingga makna dapat dimengerti.
Sebagaimana menurut Liu dan O‟Halloran (2009:24-25) bahwa dalam sebuah teks
multimodal, makna dari dua model teks yang berbeda dapat digabungkan.
Hubungan Sebab-akibat (consequential) ditemukan pada teks tarian
Saman Gayo Lues yang tampak dari representasi teks verbal berupa ujaran
memberi salam kepada penonton ditunjukkan teks visual yaitu kedua tangan
penari bersedekap di atas paha dan badan para penari yang menunduk menghadap
ke(pada penonton. Dalam hal ini teks verbal dapat memberikan informasi
terhadap teks visual atau sebaliknya, teks visual yang memberikan informasi
terhadap teks verbal. Sebagaimana menurut Liu Y dan O‟Halloran (2009: 27-30)
bahwa hubungan consequential dalam suatu teks multimodal ditandai dengan
adanya suatu hubungan kausal dengan efek yang sudah dapat dipastikan
(consequential) dan hubungan yang mengacu pada efek yang tidak pasti
(contingency).
Universitas Sumatera Utara
122
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat simpulan dan saran. Simpulan berisi temuan pokok
sebagai jawaban terhadap masalah penelitian yang diajukan pada Bab
Pendahuluan. Saran terkait erat dengan temuan penelitian yang ditujukan pada
penelitian lanjutan tentang Analisis Metafungsi Visual Teks Multimodal Tari
Saman Gayo Lues.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan melalui deskripsi dan analisis data,
disimpulkan bahwa teks multimodal tari Saman Gayo Lues adalah:
1. Aspek multimodal yang terkandung dalam TSGL adalah: Komponen
representasional, interkasional, dan komposisional.
a. Komponen representasional meliputi proses (tindakan, reaksional,
mental, verbal dan konversi), partisipan (partisipan I: aktor, goal,
reaktor, senser, sayer dan relay; partisipan II: fenomenon dan
perkataan), sirkumstan (lokasi).
b. Komponen interaksional terdiri atas kontak (image art: offer dan
demand), jarak (intimate, equlaity dan personal) dan sudut pandang
(sudut frontal, sudut miring, kekuatan pandangan dan kelemahan
pandangan), dan modalitas.
c. Komponen komposisional meliputi nilai informasi (centred, given,
dan new), tonjolan (kontras dalam warna adalah tulisan „Saman‟ dan
deretan pakaian penari); bingkai (gambar atau garis yang memberi
tanda bagian atau bukan bagian dari gambar).
Universitas Sumatera Utara
123
2. Hubungan Intersemiotik Teks Verbal dan Teks Visual dalam TSGL meliputi:
Hubungan metafungsi aspek verbal visual dalam teks Tari Saman Gayo Lues
meliputi pengulangan (repeating), perbandingan (Comperative), penambahan
(Additiv), sebab-akibat (Consequential: Consequence dan Contingency).
5.2 Saran
1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya
mengenai teks verbal dan teks visual (non verbal) pada tari melalui teori
multimodal.
2. Tarian Saman Gayo Lues sebaiknya tetap ditampilkan dalam acara-acara
kebudayaan dan penyambutan tamu di pemerintahan agar tetap terjaga dan
tidak hilang ditelan zaman, karena seni tari tradisional Saman Gayo Lues
ini merupakan kekayaan dan keragaman adat istiadat di Negara Indonesia
ini.
Universitas Sumatera Utara
124
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, B. 2011. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik
dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Anstey, M dan Geoff Bull. 2010. “Helping Teachers to Explore Multimodal
Texts” An electronic journal for Leaders in Education.
Gombrich, E. H. 1982. The visual. In Young, Lynne and Brigid Fitzgerald. 2006.
The Power of Language; How Discourse Influences Society. London and
Oakville: Equinox.
Halliday, M. A. K. 1994. An Introduction to Functional Grammar (2nd
Edition).
London and New York: Arnold (A Member of the Hodder Headline.
Halliday, M. A. K. 2002. Linguistic Studies of Text and Discourse (Edited by
Jonathan Webster). London and New York: Continuum.
Hermawan, Budi. 2012. “Multimodality: Menafsir Verbal, Membaca Gambar, dan
Memahami Teks Analisa”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra. P-ISSN
1412-0712│e-ISSN 2527-8312. Vol. 13, No. 1 2013. (Online)
(http://ejournal.upi.edu/index.php/BS_JPBSP/article/view/756). Diakses
tanggal 12 Februari 2018, pukul 10.00 WIB).
Kress, G. dan van Leeuwen, T. 2006. Reading images: the grammar of visual
design. London: Routledge.
Kress, G. dan Van Leeuwen, T. 2001. Multimodal discourse. London: Arnold.
Lemkes, J. L. 1998. Multiplying meaning: visual and verbal semiotics in scientific
text. In J. R. Martin & R.Veel (Eds), Reading Science (pp. 87-113). London:
Routledge.
Liu, Y dan K. L. O‟Hallorab. 2009. Inter-semiotic Texture: Analyzing Cohesive
Devices between Language and Images. Social semiotics.
Universitas Sumatera Utara
125
Miles, Mathwes B dan A. Michael Huberman. 2014. Analisis Data Kualitatif
(terkjemahan). Jakarta: UI Press.
Norris, S. 2004. Analyzing Multimodal Interaction. A Methodological
Framework, New York: Routledge
O‟Halloran, K., Tan, S., Smith, B, & Podlasov, A. (2010). “Challenges in
designing digital interfaces for the study of multimodal phenomena.”
Information Design Journal 18(1), 2-21.
Putriani, Nuning. 2012. Pertunjukkan Saman di Blangkjejeren Aceh: Analisis
Makna Gerak Tari dan Teks, Fungsi Sosio Budaya, Serta Struktur Musik.
[Tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Pascasarjana.
Rahmah. 2015. A Multimodal Of Traditional Wedding Ceremony Dynamics Of
Deli Malay Ethnic Group In Medan. [Disertasi]. Medan: Universitas
Sumatera Utara, Program Doktor.
Rosa, Rudi Noor. 2014. “Analisis Multimodal Pada Iklan Sunsilk Nutrien Sampo
Ginseng”. Kajian Linguistik. Tahun ke-12, No. 2. Agustus 2014.
Salam, Abd. Ridhwan. 2012. Tari Saman Gayo. Bintara-Bekasi Barat: Wahana
Bina Prestasi.
Saragih, Amrin. 2003. Bahasa Dalam Konteks Sosial: Pendekatan Linguistic
Fungsional Sistemik Terhadap Tata Bahasa dan Wacana. FBS-Unimed.
Unpublished.
Sinar, T. S. 2014. Teori dan Analisis Wacana: Pendekatan Linguistik Sistemik
Fungsional. Medan: Mitra.
Sinar, T. S. 2018. Analisis Wacana Multimodal Teori Linguistik Sistemik
Fungsional. Medan: USU.
Suprakisno. 2015. “Analisis Multimodal Iklan “Indomie””. Jurnal ` Unimed. Vo
26, No 1 2015.
Universitas Sumatera Utara
126
Tantawi, Isma dan Buniyamin S. 2011. Pilar-Pilar Kebudayaan Gayo Lues. USU.
Van Leeuwen, T. 2004. “Ten reasons why linguist should pay attention to visual
communication.” In P. Levine & R. Scollon (Eds.), Discourse &
technology. Multimodal discourse Analysis (pp.10-19). Georgetown,
Washington, D.C.: Georgetown.
Van Leeuwen, T. 2006. “Sound in perspective”. In Adam Jaworski and Nikolas
Coupland (Eds.) The Discourse Reader (2nd
ed.), (pp. 179-193). New York:
Routledge.
Universitas Sumatera Utara
127
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
Teks Verbal Tari Saman Gayo Lues
mmmm...Laila Allah ahu la
„mmm…tiada Tuhan selain Allah‟
mmmm...laila Allah ahu lahoya
„mmm..tiada Tuhan selain Allah‟
Sare...Laila Allah ahu lahoya
„saree…tiada Tuhan selain Allah‟
Ehe..he..enyan ho..
„ehee..he..enyan ho..‟
Assalamu‟alaikum ku Bapak Bupati
„Assalamu‟alaikum kepada Bapak Bupati‟
Laila Allah ahu
„tiada Tuhan selain Allah‟
We si nge hadir ku tempat ini
„Dia yang sudah hadir ke tempat ini‟
mmmm..Laila Allah ahu lahoya
„mmm..tiada Tuhan selain Allah‟
Sare...Laila Allah ahu lahoya
„saree..tiada Tuhan selain Allah‟
Ehe..ehe..le enyan enyan ho..
„ehee..ehe..le enyan enyan ho‟
Ganti ni jema tue i was ni ranto, ine...
„Pengganti dari orang tua di dalam perantauan ini‟
Universitas Sumatera Utara
128
Laila Allah ahu
„tiada Tuhan selain Allah‟
Salam ni kami ine, salam ni ken ko, salam sejahtera ken bewene
„salam kami ibu, salam ini untukmu, salam sejahtera untuk semua‟
Iye...si genyan aaa nyan e Allah
„iyee..si genyan aaa nyaan e Allah‟
Nyan e nyan e Allah Laila Allah ahu la e se Allah ahu
Allah ahu la e se Allah ahu
Le urum bismillah...le urum bismillah nyan e lallah surak-surak kite
„dengan bismillah…dengan bismillah nyan e Allah bersorak-sorak kita‟
Ho!!! Iye si genyan anyan e Allah, nyan e nyan e Allah Laila Allah ahu la e se
Allah ahu, Allah ahy la e se Allah ahu
Assalamualaikum kami sawahen ku sebet rakan, ine ama bewene rata
„Assalamualaikum kami sampaikan ke teman, ibu bapak semuanya rata‟
Ahom ahom lem alahom lem alaho assalamu‟alaikum
„ahom ahom lem alahom lem alahom assalamu‟alaikum‟
Assalamu‟alaikum kami sawahen ku sebet raka ine ama bewene rata
„assalamualaikum kami sampaikan ke teman, ibu bapak semuany rata‟
Ahum ahum lem alahum lem alahum
„ahum ahum lem alahum lem alahum‟
Hom..iye...geremi aku gere pane o..ate, kutipak rasa ku geremi ku gere
„hom..iye..tidak aku tidak pandai o…hati, kuhempas rasa aku tidak lagi
Eee..segertak ama ine rakan sebet bewene kami
„eee…serentak bapak ibu, teman kami semua‟
Universitas Sumatera Utara
129
Segertak ama ine rakan sebet bewene kami
„eee…serentak bapak ibu, teman kami semua‟
Ine...inget-inget kam ku aku ni, anakmu
„ibu..ingat-ingat kau pada ku, anakmu‟
Segertak kami ni rakan sabe
„serentak kami teman semua‟
Segertak kami ni rakan sabe bewene
„serentak kami teman semua‟
Inget-inget kam ku aku
„ingat-ingat kalian padaku‟
Senang-senang susah mupisah urum ine ama
„Senang-Senang susah berpisah dengan Ibu Bapak‟
Taring ni sekulah, kuliah i ranto ni jema
„ditinggal sekolah, kuliah di rantau orang‟
Senang-senang susah mupisah urum ine ama
„Senang-Senang susah berpisah dengan Ibu Bapak‟
Taring ni sekulah, kuliah i ranto ni jema
„Ditinggal sekolah, kuliah di rantau orang‟
Ku Bapak Bupati kami male ngune urang gayo ni simubudi pekerti
„Kepada bapak Bupati kami ingin bertanya orang gayo si berbudi pekerti‟
Ku Bapak Bupati kami pe male ngune
„Kepada bapak Bupati kami juga ingin bertanya‟
Senang-senang susah mupisah urum ine ama
„Senang-Senang susah berpisah dengan Ibu Ayah‟
Universitas Sumatera Utara
130
Taring ni sekulah, kuliah i ranto ni jema
„Ditinggal sekolah, kuliah di rantau orang‟
Eeee !!!!
Senang-senang susah mupisah urum ine ama
„Senang-Senang susah berpisah dengan Ibu Ayah‟
Taring ni sekulah, kuliah i ranto ni jema
„Ditinggal sekolah, kuliah di rantau orang‟
Inee..kuliah ni perlik-perlok
„Ibuu..kuliah ini susah‟
adoh oh tadoh kune die
„aduh oh aduh bagaimana ini‟
Ine oh ine mokot di nge denem
„ibu oh ibu lama sudah rindu‟
Gere pernah mudemu
„tidak pernah bertemu‟
Ine oh ine mokot di nge denem
„ibu oh ibu lama sudah rindu‟
Gere pernah mudemu
„tidak pernah bertemu‟
adoh oh adoh kune die
„aduh oh aduh bagaimana ini‟
adoh oh adoh
„aduh oh aduh‟
Universitas Sumatera Utara
131
Ine oh ine mokot di nge denem
„ibu oh ibu lama sudah rindu‟
Gere pernah mudemu
„tidak pernah bertemu‟
adoh oh adoh, kune die
„aduh oh aduk bagaimana ini‟
Lagu senep ni nasib gere pernah mukembali
„seperti sedih sekali nasib, tidak pernah kembali‟
Entah-entah renye
„ayuk-ayuk cepat‟
Ukir ni tape lagu telas gere tetuh ni relas
„ukiran tepak ini tidak nampak seperti jatuhnya tanah longsor‟
Ukir ni tape lagu telas gere tetuh ni relas i langit
„ukiran tepak ini tidak nampak seperti jatuhnya tanah longsor di langit‟
Universitas Sumatera Utara
132
LAMPIRAN 2
Teks Visual Tari Saman Gayo Lues
Terdiri dari: 48 gambar
Visual 1
Universitas Sumatera Utara
133
Visual 2
Visual 3
Universitas Sumatera Utara
134
Visual 4
Visual 5
Universitas Sumatera Utara
135
Visual 6
Visual 7
Universitas Sumatera Utara
136
Visual 8
Visual 9
Universitas Sumatera Utara
137
Visual 10
Visual 11
Universitas Sumatera Utara
138
Visual 12
Visual 13
Universitas Sumatera Utara
139
Visual 14
Visual 15
Universitas Sumatera Utara
140
Visual 16
Visual 17
Universitas Sumatera Utara
141
Visual 18
Visual 19
Universitas Sumatera Utara
142
Visual 20
Visual 21
Universitas Sumatera Utara
143
Visual 22
Visual 23
Universitas Sumatera Utara
144
Visual 24
Visual 25
Universitas Sumatera Utara
145
Visual 26
Visual 27
Universitas Sumatera Utara
146
Visual 28
Visual 29
Universitas Sumatera Utara
147
Visual 30
Visual 31
Universitas Sumatera Utara
148
Visual 32
Visual 33
Universitas Sumatera Utara
149
Visual 34
Visual 35
Universitas Sumatera Utara
150
Visual 36
Visual 37
Universitas Sumatera Utara
151
Visual 38
Visual 39
Universitas Sumatera Utara
152
Visual 40
Visual 41
Universitas Sumatera Utara
153
Visual 42
Visual 43
Universitas Sumatera Utara
154
Visual 44
Visual 45
Universitas Sumatera Utara
155
Visual 46
Visual 47
Universitas Sumatera Utara
156
Visual 48
Universitas Sumatera Utara
157
LAMPIRAN 3
Hasil Wawancara dengan Informan
Peneliti: Ada pertanyaan sedikit ini Pak, apakah syair yang dinyanyikan
sama penari itu terjadi secara spontan atau terkonsep Pak?
Informan: Spontan
Peneliti: Spontan ya Pak? Jadi tidak konsep ya Pak?
Informan: Engga, itu terjadi secara spontan. Jadi kalau ditengoknya bunga
disitu, jadi bisa jadi syair.
Peneliti: Oh, begitu. Jadi gak ada konsepnya ya Pak?
Informan: Iya, gak ada. Cuma dia seperti kita pantun. Kalau sering-sering
diulang-ulang jadi terus apa dia. Jadi kadang-kadang di dalam
saman itu sering juga muncul, paling sering munculnya yang
spontan itu. Spontan itu begitu enak didengar syair itu, diulangi
lagi.
Peneliti: Oh..
Informan: diulangi-diulangi lagi jadi seperti-seperti terkonsep padahal enggak
terkonsep
Peneliti: ya..ya..
Informan: Jadi apa aja, spontan aja gitu.
Peneliti: Kalau gerakannya pak, apakah ada perubahannya engga pak dari
zaman pertama kali saman itu muncul sampai sekarang?
Informan: Oh terus, terus berubah.
Peneliti: Itu yang menciptakan gerakannya siapa Pak?
Informan: penari itu sendiri
Universitas Sumatera Utara
158
Peneliti: apa ada gurunya pak?
Informan: ee..engga. jadi istilahnya kalau kita di takengon itu ada ceh. Ceh
itulah yang menciptakan itu. Jadi setiap kampung selalu
menciptakan gerak tersendiri. Ada gerak pokok yakan, tapi ada satu
gerak ssengaja itu diciptakan supaya orang lain itu tidak bisa
meniru. Karena disanakan ada jamu saman. Bejamu saman itu
salah satunya, indikatornya itu adalah dia tari saman bagaimana
cara kita membuat gerakan orang tidak bisa meniru. Kalau bisa
ditirunya kalah kita dibuatnya.
Peneliti: oh begitu..
Informan: Kita yang buat gerakan, lalu dia lebih pinter daripada kita berarti
kita kalah.
Peneliti: jadi yang dipertandingkan bukan syairnya ya pak?
Informan: bukan,bukan syairnya tapi gerakannya.
Peneliti: Apa ada unsur magic Pak di Saman?
Informan: enggak ada. Tapi kalau pertandingan orang e .. apa namanya itu di
magickan orang ada.
Peneliti: Oh,orang yang magickan pemain itu?
Informan: Iya pemain itu di magickan orang lain.
Peneliti: Supaya apa pak?
Informan: Supaya kalah. Jadi kalau diliatnya penari itu lincah dan bagus jadi
magici lah dia istilahnya.
Peneliti: Saman itu ada durasi waktunya pak?
Universitas Sumatera Utara
159
Informan: Durasi waktu? Dalam pertandingan durasi waktunya 15 menit Sampai
pagi. Adu gerakan. Jadi kalau yang sana bawa gerakan, dan yang lawan bisa
membawakan geraknnya dan sama persis cantiknya maka kalah yang sana.
Peneliti: Itu ada standar usia engga pak dalam memaninkan saman?
Informan: sebenarnya gak ada, mulai dari anak kecil juga bisa. Tapi kalau pada
umumnya remajalah.
Peneliti: Apakah gerakan itu mempunyai makna Pak?
Informan: Engga, itu hanya irama saja.
Peneliti: jadi gerakannya tidak harus sama dengan syair yang diucapkan ya Pak?
Iinforman: Syair itu mengikuti irama gerak tangan.
Peneliti: Oh, jadi bukan gerak tangan mengikuti syair?
Informan: Bukan. Jadi kalau orang bersyair pandai tapi kalau tangannya gak
sama, gak harmonis perpaduannya itu istilahnya yakan.
Peneliti: enyan itu ada artinya pak?
Informan: Enyan..enyaan hoo.. itu istilahnya memperindah irama saja.
Peneliti: saree ada artinya pak?
Informan: Itu senandung aja.
Peneliti: mmm..laila alla ahu la hoya itu artinya Tiada Tuhan Selain Allah kan
pak?
Informan: Iya, mmm..laila allah ahu lahoya itulah cara syeh Saman dulu
mengenalkan Islam. Bagaimana supaya orang cepat senang dalam belajar Islam.
Kalau saman kan pakai irama. Syair yang sering dikosep itu adalah Salam
Peneliti: Kalau isi pak?
Universitas Sumatera Utara
160
Informan: Isi tidak. Salam itulah yang biasanya di konsep misalnya
Assalamualaikum ku bapak Bupati. Supaya jangan salah.
Peneliti: Jumlah pemain minimal berapa pak?
Iinforman: minimal 7. Maksimal 11-13-15 yang penting ganjil. Karena kan
yang ditengah-tengah itu pengangkat namanya. Dialah komando.
Dan sebenarnya semuanya bisa nyanyi itu. Cuma yang pengangkat
itu,dialah yang mindahkan lagu,memandu mindahkan lagu, mindah
gerak, mindah syair. Kalau misalnya dikatannya “Siep mi siep” itu
udah kode sebenanya kata-kata itu. Bahwa sebentar lagi akan
pindah gerakan, kira-kira gitu.
Peneliti: tapi tidak semua syair ada aba-aba seperti itu ya pak?
Informan: enggak, jadi ada urutan-urutan itu. Dari uluni lagu, anakni lagu.
Jadi itu supaya tidak mononton, jadi ada gerakan irama cepat,
irama lambat.
Peneliti: bapak termasuk penari juga pak?
Informan: Dulu.
Peneliti: bapak tidak melatih?
Informan: Sekarang lebih pandai mereka daripada kita. Karena kreasi itu
terus-terus bertambah.Syair-syair itupun kan terus aja baru baru
terus, mengikuti zaman dia.
Peneliti: Gerakan mengikuti zaman juga Pak?
Informan: Kalau gerakan itukan e.. ada gerakan memang tetap seperti ini
(sambil mencotohkan gerakan)
Peneliti: Oh begitu pak. Kalau gerakan surang-saring itu pak?
Universitas Sumatera Utara
161
Informan: Iya, itu tetap juga. Gerakan surang-saring itukan keindahan
ditentukan dari syairnya.
Peneliti: Berarti harus adalah gerakan cepat itu ya Pak?
Informan: Iya,ada. Karena disitulah terjadi irama itukan. Kalau gerakannya
mononton aja kan muak orang melihatnya berjam-jam begitu.
Peneliti: jadi pada dasarnya ada berapa gerakan dalam saman Pak?
Informan: oh banyaklah, bisa 5 bisa 6 sekali tampil itu. Tapi kalau saman
pertunjukkan karena pendek waktunya itu biasanya 4-5 gerakan.
Peneliti: Oh begitu pak. Jadi terimakasih banyak atas informasinya ya Pak
Informan: Iya sama-sama.
Universitas Sumatera Utara
162
Lampiran 4
Foto-foto
Perlengkapan Saman:
1. Baju (baju kantong)
2. Topi (Bulang Teleng)
Universitas Sumatera Utara
163
3. Ikat Leher (Ikotni Rongok)
4. Ikat Tangan (Ikotni Pumu)
Universitas Sumatera Utara
164
5. Kain sarung (Pawak)
6. Celana Panjang (Seruel Naru)
Universitas Sumatera Utara
165
7. Daun pandan (seke)
Informan:
Foto bersama pak Anam Ibrahim
Universitas Sumatera Utara
166
Foto bersama Penari Saman Gayo Lues
Formasi pada Tari Saman Gayo Lues
P
Keterangan:
1. Nomor 6 disebut penangkat
2. Nomor 5 dan 7 disebut pengapit
3. Nomor 2 s/d 4 disebut penyepit
4. Nomor 7 s/d 10 disebut penyepit
5. Nomor 1 dan 11 disebut penupang
Universitas Sumatera Utara