BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang
kebanyakan herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria,
disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai
akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer
terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan
metabolisme lemak dan protein. ( Askandar, 2000).(1)
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan, bahwa 177
juta penduduk dunia mengidap diabetes. Jumlah ini akan meningkat melebihi
300 juta pada tahun 2025. Dr paul Zimmet, direktur dari Internasional
Diabetes Institute (IDI) di Victoria, Australia, meramalkan diabetes akan
menjadi epidemi yang paling dasyat dalam sejarah.(Sustrani.dkk, 2005:8)
Indonesia, pada tahun 2003 diperkirakan terdapat sekitar lima juta
penderita Diabetes mellitus (DM). Diabetes melitus, atau yang sering disebut
kencing manis, menyebabkan kematian tertinggi di antara penyakit-penyakit
menahun lainnya. Dari sekitar 1,08 juta kematian akibat penyakit
kardiovaskular (pembuluh darah) yang terjadi di seluruh dunia setiap
tahunnya, sebanyak 851 ribu di antaranya merupakan pasien DM. Begitu pula
dari sekitar 85 ribu kematian akibat stroke setiap tahun, sebanyak 67 ribu di
antaranya adalah pasien diabetes(www.republikaonline.com).
DM merupakan penyakit menahun yang disebabkan oleh kelainan
metabolisme karbohidrat, dimana kandungan/kadar glukosa dalam darah
terlalu banyak. Penderita DM mempunyai risiko komplikasi dan spesifik,
antara lain: penyakit kardiovaskular, kegagalan kronis ginjal, aterosklerosis
(dapat menyebabkan stroke), arteria koronaria (coronaria artery disease),
kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, kerusakan saraf yang
dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi.(2)
Dibetes melitus dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai
penyakit kencing manis। Dimana terjadi karena terjadi peningkatan kadar gula
(glukosa) dalam darah yang berlebihan dan terjadi secara menahun. Diabetes
melitus dapat diklasifikasikan secara etiologi menjadi dua yaitu Diabetes tipe
1 dan Diabetes tipe 2.(3)
Kasus diabetes terbanyak adalah DMT2 yang umumnya
mempunyai latar belakang resistensi insulin. Pada awalnya, resistensi insulin
belum menyebabkan diabetes klinis. Sel beta pankreas masih dapat
mengkompensasi, sehingga terjadi hiperinsulinemi, kadar glukosa darah masih
normal atau sedikit meningkat. Kemudian jika telah terjadi kelelahan sel beta
pankreas, baru timbul diabetes melitus klinis, yang ditandai dengan kadar
glukosa darah yang meningkat. Diabetes Melitus tipe 2 (DMT2) merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik yang disifati oleh hiperglikemi akibat
kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas, gangguan kerja
insulin/resistensi insulin, atau keduanya.(4)
Defisiensi insulin baik absolut maupun relatif, menyebabkan
diabetes melitus, suatu penyakit kompleks yang bila tidak diobati dapat
mematikan. Defisiensi glukagon dapat menimbulkan hipoglikemia, dan
kelebihan glukagon menyebabkan diabetes memburuk. Produksi somatostatin
yang berlebihan oleh pankreas menyebabkan hiperglikemia dan manifestasi
diabetes lainnya.(3)
Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia banyak yang beralih pada
pengobatan alternatif. Kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan alternatif
semakin tinggi karena mulai banyak ahli pengobatan alternatif yang berhasil
dan menajadi populer lewat media masa. Selain itu pengobatan alternatif
dirasa lebih murah dibandingkan dengan pengobatan modern. Terkadang
alasan masyarakat beralih pada pengobatan alternatif adalah karena ketakutan
akan efek samping dari obat-obatan sintetis yang dibuat di pabrik. Terlalu
banyak minum obat buatan akan menimbulkan dampak pada liver dan ginjal.
Kandungan kimia pada obat-obatan tersebut dapat terakumulasi, karena terlalu
sering mengkonsumsinya maka akan menyebabkan gangguan pada hati dan
ginjal. Akhirnya banyak masyarakat yang meminimalisir mengkonsumsi obat
buatan dengan memanfaatkan pengobatan alternatif. Salah satu pengobatan
alternatif untuk penyakit DM adalah dengan mengkonsumsi undur-undur darat
(Myrmeleon sp.). Undur-undur darat (Myrmeleon sp.) merupakan famili
myrmeleontidae bagian dari ordo neuroptera. Spesies ini mengalami
metamorfosis sempurna (holometabola) dan memiliki sayap yang transparan
seperti jala. Spesies ini hidup di dalam tanah yang kering. Undur-undur
(Myrmeleon sp.) bereproduksi secara seksual dengan bertelur dan saat ini
banyak ahli pengobatan alternatif seperti tabib yang menggunakan
(Myrmeleon sp.) sebagai obat DM. Akibatnya, saat ini masyarakat Indonesia
mulai banyak mencari undur-undur untuk obat DM, bahkan sudah banyak
yang memperjualbelikan undur-undur tersebut dengan harga murah. Menurut
penelitian William (2002), penyakit Diabetes Melitus dapat disembuhkan
dengan mengkonsumsi Myrmeleon sp.. Binatang ini sangat berfungsi sebagai
anti diabetes karena mengandung zat sulfonylurea. Zat sulfonylurea ini
melancarkan kerja pankreas dalam memproduksi insulin karena ketika insulin
dalam tubuh manusia menurun sementara kadar glukosa darah sekian hari
semakin meningkat, maka akan terjadi ketidakseimbangan, dimana insulin
sebagai penghasil energi tubuh sudah berkurang maka tubuh akan lebih mudah
terserang penyakit. Kelebihan dari pengonsumsian undur-undur adalah tidak
membutuhkan biaya yang cukup besar dan cukup mudah mendapatkannya.
Sulfonylurea yang terkandung di dalam undur-undur merupakan
zat yang sama dengan sulfonylurea yang selama ini digunakan di dalam obat
DM buatan. Undur-undur dengan sulfonylurea-nya ternyata juga dapat
mengobati DM dengan cara kerja yang sama dengan obat DM yang pernah
ada. Sulfonylurea dalam bentuk antidiabetik oral hanya cocok untuk
mengobati DM tipe 2 karena cara kerjanya memperbaiki kerja pankres dalam
mensekresikan insulin, sedangkan pada penderita DM tipe 1, pankreasnya
sudah tidak dapat memproduksi insulin secara permanen.(2)
Fenomena masyarakat yang banyak beralih atau paling tidak mulai
menengok ke arah pengobatan alternatif ini membutuhkan suatu penelitian
tentang kandungan yang ada dalam obat alternatif dan efek yang dihasilkan,
sehingga masyarakat mengetahui apakah pengobatan alternatif ini layak
diteruskan atau tidak. Oleh karena itu, calon peneliti tertarik untuk mengetahui
pengaruh pemberian ekstrak undur-undur terhadap peningkatan kerja sel-β
pankreas dalam memproduksi insulin.
B. Masalah Penelitian
Penggunaan pengobatan alternatif dengan undur-undur masih sangat perlu
dilakukan penelitian, terutama kaitannya dengan upaya peningkatan kerja sel-
β pancreas dalam menghasilkan insulin. Oleh karena itu, masalah penelitian
yang dapat diajukan adalah “Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak undur-
undur (Myrmelon, sp.) terhadap peningkatan sel-β pancreas dalam
memproduksi insulin?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
undur-undur (Myrmelon, sp.) terhadap peningkatan sel-β pancreas dalam
memproduksi insulin.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi produksi insulin sel-β pancreas sebelum
diberikan ekstrak undur-undur (Myrmelon, sp.)
b. Mengidentifikasi produksi insulin sel-β pancreas sesudah diberikan
ekstrak undur-undur (Myrmelon, sp.)
c. Menganalisa pengaruh pemberian ekstrak undur-undur (Myrmelon,
sp.) terhadap peningkatan sel-β pancreas dalam memproduksi
insulin
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
a. Bagi pengelola pelayanan kesehatan, dapat digunakan sebagai
tambahan informasi dan bahan pertimbangan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat.
b. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan teman-teman sejawat
dalam pemberian terapi, khususnya melalui pengobatan alternatif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai pengkayaan referensi yang dapat digunakan untuk menambah
wacana ilmiah.
3. Bagi Peneliti
a. Untuk memperoleh pengalaman dalam penelitian di bidang
kesehatan khususnya ilmu biomedis yang berhubungan dengan
pengobatan alternatif..
b. Dapat mensosialisasikan hasil penelitian kepada teman-teman
sejawat di bidang kesehatan.
4. Bagi Peneliti Lain
a. Sebagai dasar dan acuan untuk melaksanakan penelitian-penelitian
lebih lanjut, khususnya tentang pengobatan alternatif.
b. Menambah motivasi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih
lanjut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan Fisiologi Sel-β Pankreas
Pada pankreas paling sedikit terdapat empat peptida dengan
aktivitas hormonal yang disekresikan oleh pulau-pulau (islets) Langerhans.
Dua dari hormon-hormon tersebut, insulin dan glukagon memiliki fungsi
penting dalam pengaturan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.
Hormon ketiga, somatostatin berperan dalam pengaturan sekresi sel pulau, dan
yang keempat polipeptida pankreas berperan pada fungsi saluran cerna.
Insulin bersifat anabolik, meningkatkan simpanan glukosa, asam-
asam lemak, dan asam-asam amino. Glukagon bersifat katabolik,
memobilisasi glukosa, asam-asam lemak, dan asam-asam amino dari
penyimpanan ke dalam aliran darah. Kedua hormon ini bersifat berlawanan
dalam efek keseluruhannya dan pada sebagian besar keadaan disekresikan
secara timbal balik. Insulin yang berlebihan menyebabkan hipoglikemia, yang
menimbulkan kejang dan koma.
Pankreas merupakan suatu organ berupa kelenjar dengan panjang
dan tebal sekitar 12,5 cm dan tebal + 2,5 cm. Pankreas terbentang dari atas
sampai ke lengkungan besar dari perut dan biasanya dihubungkan oleh dua
saluran ke duodenum (usus 12 jari). Organ ini dapat diklasifikasikan ke dalam
dua bagian yaitu kelenjar endokrin dan eksokrin. Pankreas terdiri dari :
a. Kepala pankreas
Merupakan bagian yang paling lebar, terletak di sebelah kanan rongga
abdomen dan di dalam lekukan duodenum dan yang praktis melingkarinya.
b. Badan pankreas
Merupakan bagian utama pada organ itu dan letaknya di belakang lambung
dan di depan vertebra lumbalis pertama.
c. Ekor pankreas
Merupakan bagian yang runcing di sebelah kiri dan yang sebenarnya
menyentuh limpa.
Pada pankreas terdapat dua saluran yang mengalirkan hasil sekresi pankreas ke
dalam duodenum :
Gambar 1. PankreasDuctus Wirsung, yang bersatu dengan duktus choledukus, kemudian
masuk ke dalam duodenum melalui sphincter oddi.
Ductus Sartorini, yang lebih kecil langsung masuk ke dalam duodenum
di sebelah atas sphincter oddi. Saluran ini memberi petunjuk dari pankreas
dan mengosongkan duodenum sekitar 2,5 cm di atas ampulla
hepatopankreatik.
Ada dua jaringan utama yang menyusun pankreas :
o Asini berfungsi untuk mensekresi getah pecernaan dalam duodenum.
o Pulau Langerhans
Pulau Langerhans adalah kumpulan sel berbentuk ovoid, berukuran 76x175
mm dan berdiameter 20 sampai 300 mikron tersebar di seluruh pankreas,
walaupun lebih banyak ditemukan di ekor daripada kepala dan badan
pankreas. Pulau-pulau ini menyusun 1-2% berat pankreas. Pada manusia
terdapat 1-2 juta pulau. Masing-masing memiliki pasokan darah yang besar;
dan darah dari pulau Langerhans, seperti darah dari saluran cerna tetapi tidak
seperti darah dari organ endokrin lain, mengalir ke vena hepatika. Sel-sel
dalam pulau dapat dibagi menjadi beberapa jenis bergantung pada sifat
pewarnaan dan morfologinya. Pada manusia paling sedikit terdapat empat
jenis sel : sel A (alfa), B (beta), D (delta), dan F. Sel A mensekresikan
glukagon, sel B mensekresikan insulin, sel D mensekresikan somastostatin,
dan sel F mensekresikan polipeptida pankreas. Sel B yang merupakan sel
terbanyak dan membentuk 60-70% sel dalam pulau, umumnya terletak di
bagian tengah pulau. Sel-sel ini cenderung dikelilingi oleh sel A yang
membentuk 20% dari sel total, serta sel D dan F yang lebih jarang
ditemukan. Pulau-pulau yang kaya akan sel A secara embriologis berasal
dari tonjolan pankreas dorsal, dan pulau yang kaya akan sel F berasal dari
tonjolan pankreas ventral. Kedua tonjolan ini berasal dari tempat yang
berbeda di duodenum.
Granula sel B adalah paket-paket insulin dalam sitoplasma sel. Di
dalam sel B molekul insulin membentuk polimer dan juga berikatan dengan
seng. Perbedaan dalam bentuk paket mungkin disebabkan perbedaan ukuran
agregat seng atau polimer insulin. Granula A yang mengandung glukagon
berbentuk relatif seragam dari spesies ke spesies. Sel D juga mengandung
banyak granula yang relatif homogen.(3)
Sel beta yang ada di pulau langerhans memproduksi hormon
insulin yang berperan dalam menurunkan kadar glukosa darah dan secara
fisiologi memiliki peranan yang berlawanan dengan glukosa. Insulin
menurunkan kadar gula darah dengan beberapa cara. Insulin mempercepat
transportasi glukosa dari darah ke dalam sel, khususnya serabut otot rangka
glukosa masuk ke dalam sel tergantung dari keberadaan reseptor insulin yang
ada di permukaan sel target. Insulin juga mempercepat perubahan glukosa
menjadi glikogen, menurunkan glycogenolysis dan gluconeogenesis,
menstimulasi perubahan glukosa atau zat gizi lainnya ke dalam asam lemak
(lipogenesis), dan membantu menstimulasi sintesis protein.
Pengaturan sekresi insulin seperti sekresi glukagon yaitu langsung
ditentukan oleh kadar gula dalam darah dan berdasarkan dari mekanisme
umpan balik (feed back negative system). Bagaimana pun hormon lainnya
secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi produksi insulin. Sebagai
contoh hormon pertumbuhan manusia (HGH) meningkatkan kadar glukosa
darah dan meningkatnya kadar glukosa mengerakkan (menyebabkan) sekresi
insulin. Hormon adrenocorticotropi (ACTH) yang distimulasi oleh sekresi
glukocortikoid menghasilkan hyperglikemia dan secara tidak langsung juga
menstimulasi pelepasan insulin. Peningkatan kadar asam amino dalam darah
menstimulasi pelepasan insulin. Hormon-hormon pencernaan seperti stomatch
dan interstinal gastrin, sekretin, cholecystokinin (CCK) dan Gastric Inhibitory
Peptide (GIP) juga menstimulasi sekresi insulin, GHIH (Somatostatin)
menghalangi sekresi insulin.
Gambar 2. Pankreas
FUNGSI EKSOKRIN PANKREAS
Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan
ketiga jenis makanan utama : protein, karbohidrat, dan lemak. Ia juga
mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang peranan
penting dalam menetralkan kimus asam yang dikeluarkan oleh lambung ke
dalam duodenum.
Enzim-enzim proteolitik adalah tripsin, kimotripsin,
karboksipeptidase, ribonuklease, deoksiribonuklease. Tiga enzim petama
memecahkan keseluruhan dan secara parsial protein yang dicernakan,
sedangkan neklease memecahkan kedua jenis asam nukleat : asam ribonukleat
dan deoksinukleat.
Enzim pencernaan untuk karbohidrat adalah amilase pankreas,
yang menghidrolisis pati, glikogen, dan sebagian besar karbohidrat lain
kecuali selulosa untuk membentuk karbohidrat, sedangkan enzim-enzim untuk
pencernaan lemak adalah lipase pankreas, yang menghidrolisis lemak netral
menjadi gliserol, asam lemak dan kolesterol esterase, yang menyebabkan
hidrolisis ester-ester kolesterol.
Enzim-enzim proteolitik waktu disintesis dalam sel-sel pankreas
berada dalam bentuk tidak aktif ; tripsinogen, kimotripsinogen, dan
prokarboksipeptidase, yang semuanya secara enzimtik tidak aktif. Zat-zat ini
hanya menjadi aktif setelah mereka disekresi ke dalam saluran cerna.
Tripsinogen diaktifkan oleh suatu enzim yang dinamakan enterokinase, yang
disekresi oleh mukosa usus ketike kimus mengadakan kontak dengan mukosa.
Tripsinogen juga dapat diaktifkan oleh tripsin yang telah dibentuk.
Kimotripsinogen diaktifkan oleh tripsin menjadi kimotripsin, dan
prokarboksipeptidase diaktifkan dengan beberapa cara yang sama.
Penting bagi enzim-enzim proteolitik getah pankreas tidak
diaktifkan sampai mereka disekresi ke dalam usus halus, karena tripsin dan
enzim-enzim lain akan mencernakan pankreas sendiri. Sel-sel yang sama,
yang mensekresi enzim-enzim proteolitik ke dalam asinus pankreas serentak
juga mensekresikan tripsin inhibitor. Zat ini disimpan dalam sitoplasma sl-sel
kelenjar sekitar granula-granula enzim, dan mencegah pengaktifan tripsin di
dalam sel sekretoris dan dalam asinus dan duktus pankreas. Bila pankreas
rusak berat atau bila saluran terhambat, sejumlah besar sekret pankreas
tertimbun dalam daerah yang rusak dari pankreas. Dalam keadaan ini, efek
tripsin inhibitor kadang-kadang kewalahan, dan dalam keadaan ini sekret
pankreas dengan cepat diaktifkan dan secara harfiah mencernakan seluruh
pankreas dalam beberapa jam, menimbulkan keadaan yang dinamakan
pankreatitis akuta. Hal ini sering menimbulkan kematian karena sering diikuti
syok, dan bila tidak mematikan dapat mengakibatkan insufisiensi pankreas
selama hidup.
Enzim-enzim getah pankreas seluruhnya disekresi oleh asinus
kelenjar pankreas. Namun dua unsur getah pankreas lainnya, air dan ion
bikarbonat, terutama disekresi oleh sel-sel epitel duktulus-duktulus kecil yang
terletak di depan asinus khusus yang berasal dari duktulus. Bila pankreas
dirangsang untuk mengsekresi getah pankreas dalam jumlah besar – yaitu air
dan ion bikarbonat dalam jumlah besar – konsentrasi ion bikarbonat dapat
meningkat sampai 145 mEq/liter.
Pancreatic juice
Setiap hari pankreas menghasilkan 1200-1500 ml pancreatic juice,
cairan jernih yang tidak berwarna. Pancreatic juice paling banyak
mengandung air, beberapa garam, sodium bikarbonat, dan enzim-enzim.
Sodium bikarbonat memberi sedikit pH alkalin (7,1-8,2) pada pancreatic
juice sehingga menghentikan gerak pepsin dari lambung dan menciptakan
lingkungan yang sesuai bagi enzim-enzim dalam usus halus. Enzim-enzim
dalam pancreatic juice termasuk enzim pencernaan karbohidrat bernama
pankreatik amilase; beberapa enzim pencernaan protein dinamakan tripsin,
kimotripsin, karboksipeptidase; enzim pencernaan lemak yang utama
dalam tubuh orang dewasa dinamakan pankreatik lipase; enzim
pencernaan asam nukleat dinamakan ribonuklease dan deoksiribonuklease.
Seperti pepsin yang diproduksikan dalam perut dengan bentuk
inaktifnya atau pepsinogen, begitu pula enzim pencernaan protein dari
pankreas. Hal ini mencegah enzim-enzim dari sel-sel pencernaan pankreas.
Enzim tripsin yang aktif disekresikan dalam bentuk inaktif dinamakan
tripsinogen. Aktivasinya untuk tripsin diselesaikan dalam usus halus oleh
suatu enzim yang disekresikan oleh mukosa usus halus ketika bubur
chyme ini tiba dalam kontak dengan mukosa. Enzim aktivasi dinamakan
enterokinase. Kimotripsin diaktivasi dalam usus halus oleh tripsin dari
bentuk inaktifnya, kimotripsinogen. Karboksipeptidase juga diaktivasi
dalam usus halus oleh tripsin. Bentuk inaktifnya dinamakan
prokarboksipeptidase.
Pengaturan sekresi pankreas
Pengaturan syaraf. Bila fase sefalik dan gastrik sekresi lambung
terjadi, impuls parasimpatis secara serentak dihantarkan sepanjang nervus
vagus ke pankreas, mengakibatkan sekresi enzim-enzim dalam jumlah
moderat ke dalam asinus pankreas. akan tetapi sekret dalam jumlah sedikit
mengalir melalui duktus pankreas ke usus karena sedikit air dan elektrolit
disekresi bersama dengan enzim. Oleh karena itu, sebagian besar enzim
untuk sementara disimpan dalam asinus.
Pengaturan hormonal. Setelah makanan masuk usus halus, sekresi
pankreas menjadi banyak, terutama akibat respon hormon sekretin. Dan
kolesistokinin menyebabkan peningkatan sekresi enzim dalam jumlah
besar.
Sekretin merupakan suatu polipeptida yang mengandung 27 asam
amino yang terdapat dalam mukosa usus halus bagian atas dalam bentuk
tidak aktif prosekretin. Bila kimus masuk usus ia menyebabkan
pengeluaran dan pengaktifan sekretin yang selanjutnya diarbsobsi dalam
darah. Sekretin menyebabkan pankreas mengsekresi cairan dalam jumlah
besar yang mengandung konsentrasi ion bikarbonat yang tinggi tetapi
konsentrasi ion klorida rendah. Aliran yang banyak ini dinamakan sekresi
hidrelatik, karena cairan terdiri terutama atas larutan tipis yang encer dan
hampir tidak mengandung enzim. Sekretin memiliki peranan yang penting
karena dua alasan :
pertama, sekretin khususnya dikeluarkan dalam mukosa usus halus setiap
saat di mana pH duodenum di bawah 4,0 sampai 5,0. hal ini menyebabkan
getah pankreas yang mengandung banyak natrium bikarbonat dalam
jumlah besar disekresi yang mengakibatkan reaksi di duodenum :
HCl + NaHCO3 NaCl + H2CO3
Kedua, sekresi bikarbonat oleh pankreas adalah untuk memberikan pH
yang sesuai bagi kerja-kerja enzim pankreas. semua fungsi optimal enzim
pankreas bekerja pada medium yang sedikit alkali atau netral. pH sekresi
hidrelatik sekitar 8,0.
Kolesistokinin adalah suatu polipeptida yang mengandung 33 asam
amino disekresi dari mukosa. Sekresi isi khususnya berasal dari adanya
proteosa dan pepton yang merupakan hasil pencernaan parsial protein dan
dari lemak; akan tetapi asam juga akan menyebabkan pengeluara
kolisistokinin dalam jumlah lebih sedikit. Kolesistokinin masuk ke dalam
darah dan menuju ke pankreas tetapi sebagai ganti sekresi hidrelatik,
menyebabkan sekresi enzim-enzim pencernaan dalam jumlah besar yang
efeknya sama seperti perangsangan vagus. Jenis sekresi ini dinamakan
sekresi ekbolik.
FUNGSI ENDOKRIN PANKREAS
Tersebar di antara alveoli pankreas, terdapat kelompok-kelompok
kecil sel epitelium yang jelas terpisah dan nyata. Kelompok ini adalah pulau-
pulau kecil/ kepulauan Langerhans yang bersama-sama membentuk organ
endokrin.
Hormon-hormon yang dihasilkan :
Insulin
Insulin adalah suatu polipeptida yang mengandung dua rantai asam
amino yang dihubungkan oleh jembatan disulfida. Terdapat perbedaan kecil
dalam komposisi asam amino molekul dari satu spesies ke spesies lain.
Perbedaan ini biasanya tidak cukup besar untuk dapat mempengaruhi
aktivitas biologi suatu insulin pada spesies heterolog tetapi cukup besar
untuk menyebabkan insulin bersifat antigenik. Insulin dibentuk di retikulum
endoplasma sel B. Insulin kemudian dipindahkan ke aparatus golgi, tempat
ia mengalami pengemasan dalam granula-granula berlapis membran.
Granula-granula ini bergerak ke dinding sel melalui suatu proses yang
melibatkan mikrotubulus dan membran granula berfusi dengan membran sel,
mengeluarkan insulin ke eksterior melalui eksositosis. Insulin kemudian
melintasi lamina basalis sel B serta kapiler dan endotel kapiler yang berpori
mencapai aliran darah.
Waktu paruh insulin dalam sirkulasi pada manusia adalah sekitar 5
menit. Insulin berikatan dengan reseptor insulin lalu mengalami
internalisasi. Insulin dirusak dalam endosom yang terbentuk melalui proses
endositosis. Enzim utama yang berperan adalah insulin protease, suatu
enzim di membran sel yang mengalami internalisasi bersama insulin.
Efek faali insulin bersifat luas dan kompleks. Efek-efek tersebut
biasanya dibagi menjadi efek cepat, menengah dan lambat.
a. Efek cepat (detik)
Peningkatan transpor glukosa, asam amino dan K+ ke dalam sel peka
insulin.
b. Efek menengah (menit)
Stimulasi sintesis protein, penghambatan pemecahan protein, pengaktifan
glikogen sintetase dan enzim-enzim glikolitik, penghambatan fosforilase
dan enzim-enzim glukoneogenik.
c. Efek lambat (jam)
Peningkatan mRNA enzim lipogenik dan enzim lain.
Efek insulin pada berbagai jaringan
Jaringan Efek
Jaringan Adiposa Meningkatkan masuknya glukosa
Meningkatkan sintesis asam lemak
Meningkatkan sintesis gliserol fospat
Menungkatkan pengendapan trigliserida
Mengaktifkan lipoprotein lipase
Menghambat lipase peka hormon
Meningkatkan ambilan K+
Otot Meningkatkan masuknya glukosa
Meningkatkan sintesis glikogen
Meningkatkan ambilan asam amino
Meningkatkan sintesis protein di ribosom
Menurunkan katabolisme protein
Menurunkan pelepasanasam-asam amino
glukoneogenik
Meningkatkan ambilan keton
Meningkatkan ambilan K+
Hati Menurunkan ketogenesis
Meningkatkan sintesis protein
Meningkatkan sintesis lemak
Menurunkan pengeluaran glukosa akibat
penurunan glukoneogenesis dan peningkatan
sintesis glukosa
Umum Meningkatkan pertumbuhan sel
Pada orang normal, pankreas mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan jumlah insulin yang dihasilkan dengan intake karbohidrat,
tetapi pada penderita diabetes fungsi pengaturan ini hilang sama sekali.
Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar
tergantung dari:
- Ekstraksi glukosa
- Sintesis glikogen, dan
- Glikogenesis
Semua peristiwa di atas terjadi di dalam hati. Konsentrasi gula
darah yang konstan perlu dipertahankan karena glukosa merupakan satu-
satunya zat gizi yang dapat digunakan oleh otak, retina dan epitel
germaninativum dalam jumlah cukup untuk menyuplai energi mereka sesuai
dengan yang dibutuhkannya.
Oleh karena itu, perlu mempertahankan konsentrasi glukosa darah
pada kadar yang seimbang. Setelah masuk ke dalam tubuh, zat gula akan
diedarkan ke seluruh sel tubuh melalui aliran darah. Kelebihan zat gula
karena kurangnya aktivitas akan disimpan oleh tubuh. Bagi mereka yang
kurang melakukan aktivitas seperti jarang berolahraga, kelebihan zat gula
tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak. Sedangkan bagi orang yang
sering beraktivitas akan disimpan dalam bentuk otot seperti pada atlet
binaragawan. Proses pengubahan zat gula yang ada dalam darah menjadi
lemak atau otot terjadi dengan bantuan hormon insulin yang dihasilkan oleh
kelenjar pankreas. Jadi hormon insulin bertugas untuk mendeteksi apabila
kadar gula dalam darah tinggi karena belum dibutuhkan oleh tubuh, yang
akan diturunkan dengan cara mengubahnya menjadi otot dan lemak.
Sebaliknya bila zat gula dalam dibutuhkan oleh tubuh (karena adanya suatu
aktivitas) dan sementara belum ada masukan zat gula melalui makanan maka
hormon glukagon akan merombak lemak tubuh atau otot menjadi zat gula
yang selanjutnya bisa digunakan untuk menghasilkan tenaga.
Seperti telah disinggung sebelumnya, insulin merupakan suatu
hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Insulin berfungsi untuk
meningkatkan penyimpanan karbohidrat, lemak dan protein. Hormon ini
bertanggung jawab untuk proses glikogenesis, yaitu perubahan glukosa
menjadi glikogen dalam hati dan otot, serta menyebabkan lipogenesis, yaitu
pembentukan trigliserida dan lemak. Ia juga menghambat pemecahan lemak
dan meningkatkan penghasilan glukosa dalam hati. Malfungsi insulin dapat
mengakibatkan terjadinya diabetes mellitus.
Glukagon
Molekul glukagon adalah polipepida rantai lurus yang
mengandung 29n residu asam amino dan memiliki molekul 3485. Glukagon
merupakan hasil dari sel-sel alfa, yang mempunyai prinsip aktivitas
fisiologis meningkatkan kadar glukosa darah. Glukagon melakukan hal ini
dengan mempercepat konversi dari glikogen dalam hati dari nutrisi-nutrisi
lain, seperti asam amino, gliserol, dan asam laktat, menjadi glukosa
(glukoneogenesis). Kemudian hati mengeluarkan glukosa ke dalam darah,
dan kadar gula darah meningkat. Sekresi dari glukagon secara langsung
dikontrol oleh kadar gula darah melalui sistem feed-back negative. Ketika
kadar gula darah menurun sampai di bawah normal, sensor-sensor kimia
dalam sel-sel alfa dari pulau Langerhans merangsang sel-sel untuk
mensekresikan glukagon. Ketika gula darah meningkat, tidak lama lagi sel-
sel akan dirangsang dan produksinya diperlambat. Jika untuk beberapa
alasan perlengkapan regulasi diri gagal dan sel-sel alfa mensekresikan
glukagon secara berkelanjutan, hiperglikemia (kadar gula darah yang tinggi)
bisa terjadi. Olah raga dan konsumsi makanan yang mengandung protein
bisa meningkatkan kadar asam amino darah juga menyebabkan peningkatan
sekresi glukagon. Sekresi glukagon dihambat oleh GHIH (somatostatin).
Glukagon kehilangan aktivitas biologiknya apabila diperfusi
melewati hati atau apabila diinkubasi dengan ekstrak hati, ginjal atau otot.
Glukagon juga diinaktifkan oleh inkubasi dengan darah. Indikasinya ialah
bahwa glukagon dihancurkan oleh sistem enzim yang sama dengan sistem
yang menghancurkan insulin dan protein-protein lain.
Somatostatin
Somatostatin dijumpai di sel D pulau langerhans pankreas.
Somatostatin menghambat sekresi insulin, glukagon, dan polipeptida
pankreas dan mungkin bekerja lokal di dalam pulau-pulau pankreas.
Penderita tumor pankreas somatostatin mengalami hiperglikemia dan gejala-
gejala diabetes lain yang menghilang setelah tumor diangkat. Para pasien
tersebut juga mengalami dispepsia akibat lambatnya pengosongan lambung
dan penurunan sekresi asam lambung, dan batu empedu, yang tercetus oleh
penurunan kontraksi kandung empedu akibat inhibisi sekresi CCK. Sekresi
somatostatin pankreas meningkat oleh beberapa rangsangan yang juga
merangsang sekresi insulin, yakni glukosa dan asam amino, terutama arginin
dan leusin. Sekresi juga ditingkatkan oleh CCK. Somatostatin dikeluarkan
dari pankreas dan saluran cerna ke dalam darah perifer.
Polipeptida pankreas
Polipeptida pankreas manusia merupakan suatu polipeptida linear
yang dibentuk oleh sel F pulau langerhans. Hormon ini berkaitan erat
dengan polipeptida YY (PYY), yang ditemukan di usus dan mungkin
hormon saluran cerna; dan neuropeptida Y, yang ditemukan di otak dan
sistem saraf otonom. Sekresinya meningkat oleh makanan yang
mengandung protein, puasa, olahraga, dan hipoglikemia akut. Sekresinya
menurun oleh somatostatin dan glukosa intravena. Pemberian infus leusin,
arginin, dan alanin tidak mempengaruhinya, sehingga efek stimulasi
makanan berprotein mungkin diperantarai secara tidak langsung. Pada
manusia, polipeptida pankreas memperlambat penyerapan makanan, dan
hormon ini mungkin memperkecil fluktuasi dalam penyerapan. Namun,
fungsi faali sebenarnya masih belum diketahui.(3)
B. Produksi Insulin Sel- β Pankreas
Sekresi insulin oleh sel beta tergantung oleh 3 faktor utama yaitu,
kadar glukosa darah, ATP-sensitive K channels dan Voltage-sensitive Calcium
Channels sel beta pankreas. Mekanisme kerja ketiga faktor ini sebagai
berikut : Pada keadaan puasa saat kadar glukosa darah turun, ATP sensitive K
channels di membran sel beta akan terbuka sehingga ion kalium akan
meninggalkan sel beta (K-efflux),dengan demikian mempertahankan potensial
membran dalam keadaan hiperpolar sehingga Ca-channels tertutup, akibatnya
kalsium tidak dapat masuk ke dalam sel beta sehingga perangsangan sel beta
untuk mensekresi insulin menurun.
Sebaliknya pada keadaan setelah makan, kadar glukosa darah yang
meningkat akan ditangkap oleh sel beta melalui glucose transporter 2
(GLUT2) dan dibawa ke dalam sel. Di dalam sel, glukosa akan mengalami
fosforilase menjadi glukosa-6 fosfat (G6P) dengan bantuan enzim penting,
yaitu glukokinase. Glukosa 6 fosfat kemudian akan mengalami glikolisis dan
akhirnya akan menjadi asam piruvat. Dalam proses glikolisis ini akan
dihasilkan 6-8 ATP. Penambahan ATP akan meningkatkan rasio ATP/ADP
dan ini akan menutup terowongan kalium. Dengan demikian kalium akan
tertumpuk dalam sel dan terjadilah depolarisasi membran sel, sehingga
membuka terowongan kalsium dan kalsium akan masuk ke dalam sel. Dengan
meningkatnya kalsium intrasel, akan terjadi translokasi granul insulin ke
membran dan insulin akan dilepaskan ke dalam darah
Mengingat GLUT2 mempunyai sifat mengangkut glukosa ke dalam sel tanpa
batas, agaknya enzim glukokinase bekerja sebagai "pembatas" agar proses
fosforilasi berjalan seimbang sesuai kebutuhan, dengan demikian peristiwa
depolarisasi dapat diatur dan pelepasan insulin dari sel beta ke dalam darah
disesuaikan dengan kebutuhan. Oleh karena itu enzim glukokinase disebut
sebagai glucose sensor karena bertindak sebagai sensor terhadap glukosa.
Sekresi insulin pada orang non diabetes meliputi 2 fase yaitu fase dini (fase 1)
atau early peak yang terjadi dalam 3-10 menit pertama setelah makan. Insulin
yang disekresi pada fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta (siap
pakai); dan fase lanjut (fase 2) adalah sekresi insulin dimulai 20 menit setelah
stimulasi glukosa. Pada fase 1, pemberian glukosa akan meningkatkan sekresi
insulin untuk mencegah kenaikan kadar glukosa darah, dan kenaikan glukosa
darah selanjutnya akan merangsang fase 2 untuk meningkatkan produksi
insulin. Makin tinggi kadar glukosa darah sesudah makan makin banyak pula
insulin yang dibutuhkan, akan tetapi kemampuan ini hanya terbatas pada kadar
glukosa darah dalam batas normal. Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1
tidak dapat menurunkan glukosa darah sehingga merangsang fase 2 untuk
menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi sudah tidak mampu meningkatkan
sekresi insulin sebagaimana pada orang normal. Gangguan sekresi sel beta
menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan, kadar insulin dalam darah
turun menyebabkan produksi glukosa oleh hati meningkat, sehingga kadar
glukosa darah puasa meningkat. Secara berangsur-angsur kemampuan fase 2
untuk menghasilkan insulin akan menurun. Dengan demikian perjalanan DM
tipe 2, dimulai dengan gangguan fase 1 yang menyebabkan hiperglikemi dan
selanjutnya gangguan fase 2 di mana tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi
gangguan sel beta.
C. Ekstrak Undur-undur (Myermelon, sp.)
Salah satu pengobatan alternatif untuk penyakit DM adalah dengan
mengkonsumsi undur-undur darat (Myrmeleon sp.). Undur-undur darat
(Myrmeleon sp.) merupakan famili myrmeleontidae bagian dari ordo
neuroptera. Spesies ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola)
dan memiliki sayap yang transparan seperti jala. Spesies ini hidup di dalam
tanah yang kering. Undur-undur (Myrmeleon sp.) bereproduksi secara seksual
dengan bertelur dan saat ini banyak ahli pengobatan alternatif seperti tabib
yang menggunakan (Myrmeleon sp.) sebagai obat DM. Akibatnya, saat ini
masyarakat Indonesia mulai banyak mencari undur-undur untuk obat DM,
bahkan sudah banyak yang memperjualbelikan undur-undur tersebut dengan
harga murah.
Menurut penelitian William (2002), penyakit Diabetes Melitus
dapat disembuhkan dengan mengkonsumsi Myrmeleon sp.. Binatang ini
sangat berfungsi sebagai anti diabetes karena mengandung zat sulfonylurea.
Zat sulfonylurea ini melancarkan kerja pankreas dalam memproduksi insulin
karena ketika insulin dalam tubuh manusia menurun sementara kadar glukosa
darah sekian hari semakin meningkat, maka akan terjadi ketidakseimbangan,
dimana insulin sebagai penghasil energi tubuh sudah berkurang maka tubuh
akan lebih mudah terserang penyakit. Kelebihan dari pengonsumsian undur-
undur adalah tidak membutuhkan biaya yang cukup besar dan cukup mudah
mendapatkannya.
Sulfonylurea yang terkandung di dalam undur-undur merupakan
zat yang sama dengan sulfonylurea yang salama ini digunakan di dalam obat
DM buatan. Undur-undur dengan sulfonylurea-nya ternyata juga dapat
mengobati DM dengan cara kerja yang sama dengan obat DM yang pernah
ada. Sulfonylurea dalam bentuk antidiabetik oral hanya cocok untuk
mengobati DM tipe 2 karena cara kerjanya memperbaiki kerja pankres dalam
mensekresikan insulin, sedangkan pada penderita DM tipe 1, pankreasnya
sudah tidak dapat memproduksi insulin secara permanen.
Sudah banyak orang yang mengetahui bahwa Myrmeleon sp. dapat
dijadikan obat DM, namun belum banyak yang mengetahui kenapa undur-
undur bisa mengobati DM, apa kandungan yang terdapat di dalam undur-
undur, bagaimana mekanisme kerja undur-undur sebagai obat DM, bagaimana
cara pemanfaatan undur-undur yang baik dan berbagai hal yang berkaitan
dengan potensi undur-undur dalam pengobatan DM khususnya untuk DM tipe
2.(1)
Dasar Penggunaan Undur-undur Darat (Myrmeleon sp.) Sebagai Obat
DM tipe 2
Akhir-akhir ini mulai banyak masyarakat yang mengetahui bahwa
undur-undur darat (Myrmeleon sp.) dapat menyembuhkan diabetes. Bahkan,
sudah banyak masyarakat yang membuktikan dengan cara mengkonsumsinya.
Hasilnya, ternyata Myrmeleon sp. diketahui dapat menurunkan kadar glukosa
darah. Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari dr. Huang Lie Ying dari
klinik Hwato Medicine, Gubeng, yang mengungkapkan bahwa undur-undur
darat memang digunakan di tiongkok sebagai obat diabetes dan terbukti
manjur, namun penelitian klinis dan pemakaian secara klinis di Tiongkok
masih belum ada.
Berdasarkan penelitian yang diketuai oleh Tyas Kurniasih dari
Universitas Gajahmada yang berjudul Kajian Potensi Undur-Undur Darat
(Myrmeleon sp.) 2006, diketahui bahwa binatang tersebut mengandung zat
sulfonylurea. Kerja sulfonylurea pada undur-undur darat adalah melancarkan
kerja pankreas dalam memproduksi insulin. Dalam hal ini, insulin digunakan
untuk menurunkan kadar gula darah yang menjadi masalah bagi penderita
Diabetes Melitus.
Sulfonylurea paling banyak digunakan oleh penderita DM tipe 2,
hal ini dikarenakan penderita diabetes tipe 2 tidak megalami kerusakan total
pada sel beta pankreas, sehingga masih dapat memproduksi insulin. Pada
penderita DM tipe 2, terdapat tiga kondisi abnormal yang mungkin dimiliki.
Pertama; mutlak kekurangan insulin dalam arti sekresi hormon insulin
berkurang karena kerusakan sel-sel beta pankreas. Kedua; relatif kekurangan
insulin dimana sekresi insulin tidak mencukupi dengan adanya kebutuhan
metabolisme yang meningkat (misalnya pada pasien yang kelebihan berat
badan). Ketiga; resisten terhadap insulin dan hiperinsulinemia karena
penggunaan insulin perifer yang kurang sempurna.
Menurut Siswandono dan Sukarjo (1995:709), turunan
sulfonylurea dapat merangsang pengeluaran insulin pankreatik, menurunkan
pemasukan insulin endogen ke hati dan menekan pengeluaran secara langsung
insulin endogen ke hati dan menekan secara langsung glukagon. Dalam dunia
medis, obat-obat Diabetaes Melitus golongan sulfonylurea telah lama
dikembangkan dan beredar di pasaran dengan berbagai jenis varian seperti
Glibenclamide, Glipzide, Klorpropamide, Tolbulamide dan Glikuidone. Obat-
obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin, menurunkan
ambang sekresi insulin dan meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat
rangsangan glukosa. Semua obat golongan sulfonylurea merupakan
antidiabetik oral atau obat yang dimasukkan melalui mulut.
Kandungan sulfonylurea yang terdapat dalam undur-undur dapat
digunakan untuk memperbaiki kondisi abnormal yang terdapat pada penderita
DM tipe 2, khususnya dalam hal memeperbaiki sekresi insulin. Zat sulfoylurea
yang terdapat di dalam undur-undur sama fungsinya dalam mengobati DM
tipe 2 dengan antidiabetik oral golongan sulfonylurea yang ada dipasaran. Jadi
dalam memanfaatkan sulfonylurea di dalam undur-undur untuk mengobati
DM tipe2 dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsinya. Banyak
masayarakat yang telah menguji keampuhan undur-undur darat (myrmeleon
sp.) seagai obat Diabetes melitus tipe 2. Diantaranya adalah Roeslan (50
tahun), seorang warga Surabaya. Beliau telah mengidap Diabetes dengan
kadar gula darah mencapai 300 mg/dl. Setelah rutin menelan undur-undur
darat, ula darahnya turun menjadi 140 mg/dl.(www.surya.co.id)
Undur-undur Darat (myrmeleon sp.) relatif mudah didapatkan di
Indonesia. Kita dapat menemukan hewan ini disekitar kita, misalnya di tanah
berpasir pada tanaman bunga, di samping gedung, rumah atau bangunan
lainnya. Undur-undur darat banyak ditemukan pada saat musim kemarau,
sedangkan pada musim penghujan jarang. Hal ini dikarenakan pada musim
penghujan undur-undur kekurangan tanah kering sebagai habitatnya. Kita
dapat mengetahui tempat undur-undur berada dari lubang kerucut yang ia gali
sebagai jebakan untuk menangkap mangsanya. Jadi kita tidak akan kesulitan
dalam menemukannya.
1. Mekanisme Sulfonylurea Dalam Menstimulasi Sekresi Insulin Pada
Sel Beta
Setelah glukosa diserap oleh usus, glukosa bercampur dengan
darah dan menjadi glukosa darah. Dalam keadaan normal, insulin akan
langsung disekresikan oleh pankreas untuk mengubah gula darah menjadi gula
otot (glikogen), akan tetapi pada Diabetes melitus tipe 2 kerja insulin
terganggu, hal ini dapat disebabkan sekresi insulin yang kurang.
Sulfonylurea dalam bentuk antidiabetik oral masuk melalui sistem
pencernaan, sedangkan absorbsinya terjadi pada usus halus. Setelah itu,
sulfonylurea masuk ke dalam sistem peredaran darah, kemudian menempel
pada reseptor di kelenjar pankereas. Reseptor target dari sulfonylurea adalah
sel alfa dan sel beta kelenjar pankreas. Setelah masuk ke sel beta, sulfonylurea
menstimulasi sel beta untuk melepaskan persediaan insulin yang tersimpan
dalam granula insulin. Di dalam sel beta sulfonylurea meningkatkan ion Ca2+
intraseluler, kondisi inilah yang dapat memicu pelepasan insulin yang
tersimpan pada granula sel beta. Hal ini yang menjadikan produksi insulin
menjadi bertambah. Sekresi insulin yang tersimpan di granula disebut dengan
sekresi pada fase 1 yang terjadi pada 3-10 menit pertama.
Pada fase 2 , sekresi insulin terjadi 20 menit setelah skresi fase 1
terjadi. Pada fase ini insulin yang disekresikan merupakan hasil dari produksi
langsung insulin oleh sel beta. Pada fase ini sulfonylurea menimbulkan
rangsangan pada saraf parasimpatis pada pankreas yang menstimulasi
produksi insulin oleh sel beta.
2. Mekanisme Sulfonylurea dalam Memperbaiki Reseptor Insulin
Olefsky dan Raven di dalam Moerdowo (1989:95), telah
membuktikan bahwa sulfonylurea dapat menambah jumlah reseptor insulin di
permukaan sel mononuklear, sel-sel lemak dan sel-sel perifer lain. Jadi,
sulfonylurea dapat mempertinggi kepekaan sel-sel perifer terhadap insulin,
sehingga pemanfaatan glukosa di sel-sel ini dapat menjadi lebih efektif.
Keadaan patologik pada NIDDM terjadi karena kurang pekanya sel-sel perifer
terhadap insulin pada reseptor-reseptor insulin dan juga pada lokasi post-
reseptor. Resistensi terhadap insulin dapat diperbaiki dan kepekaan sel-sel
perifer dapat ditingkatkan dengan obat-obat hipoglikemik oral, antara lain
golongan sulfonylurea. (Moerdowo, 1989: 95).
Selain oleh Olefsky dan Raven, penjelasan mengenai kemampuan
sulfonylurea dalam memperbaiki resistensi terhadap insulin juga dijelaskan
oleh Mutchler didalam buku Dinamika Obat (1991), disebutkan bahwa profil
kerja dan mekanisme kerja antidiabetika sulfonylurea adalah membebaskan
insulin yang dapat dimobilisasi dari sel beta pankreas dan pada saat yang sama
memperbaiki tanggapan terhadap rangsangan glukosa fisiologik.
Selama fase pertama sekresi insulin, sel-sel target mengikat hormon dengan
perantara reseptor-reseptor spesifik yang berada pada permukaan sel dan pada
saat itu sulfonylurea memperbanyak reseptor insulin di permukaan sel sasaran,
sehingga kepekaan jaringan perifer dan adipose dalam mengikat insulin
bertambah baik. Dengan demikian metabolisme glukosa darah menjadi
cadangan makanan dalam bentuk glikogen maupun lipid dapat berjalan
dengan lebih baik dari sebelumnya.
3. Mekanisme Sulfonylurea dalam Menekan Sintesis Glukosa Di Hati
Sumber glukosa darah selain dari karbohidarat makanan yang
dikonsumsi juga berasal dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami
glukoneogenesis dan berasal dari glikogen hati melalui proses glikogenolisis.
Proses terjadinya glukoneogenesis dan glikogenolisis melibatkan organ hati.
Proses tersebut termasuk mekanisme tubuh dalam mempertahankan gula darah
dalam kondisi normal (normoglikemi).
Kondisi hiperglikemia yang dialami oleh penderita DM tipe 2 juga
dapat terjadi karena aktifitas pembentukan glukosa darah melalui proses
glukoneogenesis dan glikogenolisis yang terjadi di hati. Mekanisme kerja
sulfonylurea dalam menekan sintesis gukosa di hati terbagi menjadi dua,
pertama mencegah sintesis glukosa ke dalam hati dan kedua berkaitan dengan
sekresi glukagon ke dalam hati.
Glukagon adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel alfa pulau
langerhans dari pankreas. Sekresinya dirangsang oleh hypoglikemia dan bila
sampai di hati (melalui vena porta), menyebabkan glikogenolisis dengan
mengaktifkan fosforilase dengan cara yang sama seperti epinefrin. Sebagian
besar glukagon dikeluarkan dari peredaran oleh hati. Tidak seperti epinefrin,
glukagon tidak mempunyai efek terhadap fosforilase otot. Glukagon juga
menambah glukoneogenesis dan glikogenolisis hati ikut berperan pada efek
hiperglikemik dari glukogen. (Rahmah dan Triman Jr: 2008)
Sulfonylurea dalam menghambat sintesis glukosa di hati, bekerja
dengan cara menekan sekresi glukagon dari sel alfa pankreas. Tanpa
glukagon, konversi glikogen di dalam hati menjadi glukosa (glikogenolisis)
tidak terjadi sehingga tidak ada penambahan glukosa darah. Mekanisme ini
berkaitan erat dengan proses sekresi insulin dari sel beta karena mekanisme
kerja antara insulin dan glukagon saling berkebalikan (antagonis). Selain itu di
dalam hati sulfonylurea juga bekerja menghambat glukoneogenesis sehingga
hasil dari pemecahan senyawa glukogenik tidak dapat dikonversikan menjadi
glukosa darah.
D. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan teori yang telah disusun, dapat disimpulkan bahwa
terjadinya defisiensi insulin dikarenakan adanya gangguan pada sel-β
Pankreas, sehingga sel- β Pankreas tidak dapat bekerja dengan baik. Defisiensi
insulin ini dapat teratasi jika kebutuhan insulin tubuh terpenuhi, yang salah
satunya melalui pengobata alternatif dengan ekstrak undur-undur (Myermelon,
sp.). Maka dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :
Sel-β Pankreas
Mensekresi Insulin
Terjadi gangguan : Sel-β Pankreas Rusak
Tidak Mampu memproduksi Insulin Defisiensi Insulin
DM Tipe I DM Tipe II
Tergantung Insulin Pengobatan/terapi
Ekstrak
Undur-undur
Kebutuhan Insulin terpenuhi
Gambar 1. Kerangka Teori
BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Komunikasi Terapeutik
Gambar 2. Kerangka Konsep
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah
penelitian. Menurut La Bionda-Wood dan Haber, hipotesis adalah asumsi
tentang hubungan antara dua atau lebih variabel yang dapat menjawab
pertnyaan penelitan (5).
Uraian ringkas dalam latar belakang masalah yang telah dituliskan
memberi dasar bagi peneliti dalam merumuskan hipotesa kerja sebagai berikut
:
Ada pengaruh yang signifikan pemberian ekstrak undur-undur (Myrmelon,
sp.) terhadap peningkatan sel-β pancreas dalam memproduksi insulin
C. Jenis dan Rancangan Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”True
Eksperimen Pre and post test design” dengan menggunakan pendekatan
"Cross Sectional" yaitu suatu penelitian untuk mempelajari hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat dengan melakukan pengukuran sesaat,
dengan cara mengambil sampel dari suatu populasi tertentu dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok (5).
Ekstrak Undur-undur (Myermelon, sp.)
Kerja sel-β Pankreas dalam produksi insulin
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang
menyangkut masalah yang diteliti (6). Populasi dalam penelitian ini
adalah hewan coba yang mempunyai galur murni.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan
'Sampling" tertentu untuk bisa memenuhi/mewakili populasi (6). Sampel
penelitian ini adalah hewan coba (mencit) yang galur murni, dengan:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian
dari suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (7).
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah :
1). Mencit galur murni
2). Mencit yang dikarantina selama 1 minggu
3). Mencit dengan bahan makanan yang sama
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek
yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam
penelitian (7).
Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1). Mencit dalam kondisi sakit
2). Mencit yang tidak kooperatif
3. Besar Sampel
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan
dijadikan sampel (6). Besar sampel yang diambil sebanyak 30 mencit
galur murni.
4. Prosedur dan Teknik pengambilan sampel
Metode pengambilan sampel adalah proses dalam
menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi, sedangkan
teknik pengambilan smapel digunakan agar memperoleh sampel yang
benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian (17). Sampling
adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (16).
Penelitian ini menggunakan ”total sampling”. Metode ini
dilakukan dengan cara mengambil semua anggota populasi yang akan
dijadikan subyek penelitian.
F. Variabel Penelilitian dan Langkah Pengambilan Sampel
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independen adalah faktor yang diduga sebagai faktor yang
mempengaruhi variabel dependen .
Variabel independen dalam pemberian ekstrak undur-undur (Myermelon,
sp.)
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas/independen (7).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kerja sel-β pankreas dalam
menghasilkan insulin.
2. Langkah Pengambilan Sampel
a. Siapkan Ekstrak Undur-undur yang akan diberikan
b.Siapkan mencit yang digunakan sebagai sampel penelitian
c. Ambil darah dari mencit pada daerah sinus orbital sebelum diberi ekstrak
undur-undur
d. Ukur kadar insulin plasma dengan metode Elisa
e. Berikan ekstrak undur-undur yang telah disiapkan
f. Ukur kembali kadar insulin plasma setelah pemberian ekstrak undur-undur
g. Olah data yang telah didapat dengan uji statistik ”t-test” dengan
menggunakan bantuan SPSS Versi 13. Jika p<0,05, maka hasil yang
didapat adalah bermakna .
G. Metode Penelitian
penelitian ini menggunakan metode ”True Eksperimen”, dimana pada
penelitian ini akan dilakukan uji coba secara langsung pemberian ekstrak
undur-undur (Myrmelon, sp.) kepada hewan coba untuk melihat peningkatan
sel-β pancreas dalam memproduksi insulin. Uji ini akan menggunakan metode
pemeriksaan laboratorium Enzim-linked Immunosorbent assay (ELISA).(8)
AJ-1100 Elisa Analyzer Otomatis
1. Judul Pemeriksaan
Enzim-linked Immunosorbent assay (ELISA) untuk Insulin
2. Latar belakang penggunaan alat
Pemeriksaan laboratorium bagi penderita DM diperlukan untuk menegakkan
diagnosis serta memonitor Tx dan timbulnya komplikasi spesifik akibat penyakit
Antibodi untuk petanda (marker) adanya proses autoimun pada sel beta adalah
islet cell cytoplasmic antibodies (ICA), insulin autoantibodies (IAA), dan
antibodi terhadap glutamic acid decarboxylase (anti-GAD). ICA bereaksi dengan
antigen yang ada di sitoplasma sel-sel endokrin pada pulau-pulau pankreas. ICA
ini menunjukkan adanya kerusakan sel. Adanya ICA dan IAA menunjukkan
risiko tinggi berkembangnya penyakit ke arah diabetes tipe 1. GAD adalah enzim
yang dibutuhkan untuk memproduksi neurotransmiter g-aminobutyric acid
(GABA).
Metode Immunoassay (EIA): hanya mengukur HbA1C, tidak mengukur HbA1C
yang labil maupun HbA1A dan HbA1B, mempunyai presisi yang baik.
3. Tujuan pemeriksaan menggunakan alat tsb.
Tujuan dari ELISA adalah untuk menentukan apakah protein tertentu hadir
dalam sampel dan jika demikian, berapa banyak. Ada dua variasi utama
pada metode ini: Anda dapat menentukan berapa banyak antibodi dalam
sampel, atau Anda dapat menentukan berapa banyak protein yang terikat
oleh antibodi. Perbedaan adalah apakah Anda sedang mencoba untuk
mengukur antibodi atau protein lain. Dalam contoh ini, kita akan
menggunakan ELISA untuk menentukan berapa banyak antibodi tertentu
hadir dalam darah individu.(9)
4. Bahan pemeriksaan
serum darah 100 µL
Buffer untuk Insulin ELISA:
a. Buffer Coating untuk melapisi antibodi (0,5 M buffer karbonat bikarbonat, pH 9.6)
1 Liter Na 2 CO 3 1,59 g NaHCO 3 2,93 g NaN 3 0,2 g dH 2 O untuk 1 liter
b. Inkubasi buffer anti-insulin antibodi (0,05 M phosphate buffer, pH 7.4) 1 Liter
Na 2 HPO 4 4,6 g NaH 2 PO 4 1,05 g BSA 1,0 g Natrium merthiolate 0,24 g dH 2 O untuk 1 liter
c. Contoh nafam Buffer (0,05 M phosphate buffer, pH 7.4) 1 Liter
NaHPO 4 4,6 g NaH 2 PO 4 1,05 g BSA (RIA grade) 60,0 g NaCl 6.0 g Natrium merthiolate 0,24 g dH 2 O untuk 1 liter
d. Buffer Pencuci [0,15 M Phosphate buffered Saline (PBS), pH 7,2] NaCl 8,0 g KCl 0,2 g Na 2 HPO 4 1,15 g Tween 20 0.5 ml (0,05%)
dH 2 O 1 liter
e. Buffer sitrat (0,1 M) Asam sitrat monohidrat 4,8 g/250 ml dH 2 O
Larutkan 4,8 g asam sitrat dalam 200 ml air dan menyesuaikan pH dengan NaOH 1M untuk 4,0 (sekitar 30 ml diperlukan) dan membesarkan volume 250 ml dengan dH 2 O. Stabil di 4 ˚ C selama 2-3 bulan.
f. Solusi substrat peroksidase ABTS (chromagen) 1 ml (4 mg / ml saham) H 2 O 2 (30%, substrat) 10 µl Sitrat buffer 11 ml
Bahan dan Reagen untuk Insulin ELISA
a. Antibodi: Rabbit anti-guinea pig Konsentrasi awal: 10 mg / 2 ml (5 mg / ml)
Tambahkan 500 μl dari 5 mg / ml kaldu 250 ml antibodi lapisan buffer pH 9.6. Hal ini memberikan 10 mg / l konsentrasi akhir.
Alikuot 10 ml volume dan pada suhu -20 ˚ C.
b. Antibodi anti-insulin: Guinea pig insulin anti-tikus Kuantitas 1000 tabung / botol Tambahkan 100 ml buffer pH 7,4 inkubasi untuk botol Alikuot dan pada suhu -20 ˚ C
c. Insulin standard Botol berisi 100 μg insulin dan 1 mg albumin manusia
Tambahkan 1 ml nafam pH 7,4 untuk mendapatkan 100 ng / ml kaldu Larutan stok stabil selama paling sedikit satu tahun pada -20 ˚ C
d. Horse Petsay Peroxidase (HRP)-berlabel insulin (sensitif terhadap cahaya)
0,5 mg / botol Larutkan 0,5 mg dalam botol dalam 2,5 ml nafam segar (sampel buffer) untuk membuat 0,2 mg / ml kaldu. Alikuot 50 μl dari insulin berlabel HRP-saham pada kaca tabung dan Simpan pada suhu -20 ˚ C. Sebelum menggunakan tambahkan 10 ml nafam ke 50 μl berlabel HRP-saham insulin. Ini adalah saham kerja untuk pengujian.
e. ABTS: 2,2 '-Azino-bis (3-ethylbenzythiazoline-6-sulfonic asam) 4 mg / ml dalam dH 2 O
Alikuot ke dalam tabung Eppendorf dan bungkus dengan aluminium foil Simpan pada suhu -20 ˚ C
5. Metoda pemeriksaan ELISA
Enzim-linked Immunosorbent assay (ELISA) untuk insulin dikembangkan. Anti-
insulin antibodi terikat ke bagian bawah 96 microtiter piring dengan baik. Insulin
dikonjugasikan untuk beta-galaktosidase digunakan sebagai label dan
umbilliferyl metil beta-D galactoside ini digunakan sebagai substrat enzim.
Untuk memperkirakan insulin, relatif fluoresensi diukur dengan piring microtiter
neon pembaca. Diketahui dari percobaan pelepasan insulin membuahkan hasil
yang sebanding dengan yang diperoleh dengan enzim immunoassay (EIA) dan
radioimmunoassay konvensional (RIA).(8)
Metode tes ELISA
Lambang piring menangkap mAb
Tambahkan sampel standar
Tambahkan biotinylated deteksi mAb
Tambah streptavidin-enzim
Tambahkan
chromogenic substrat untuk warna pembangun
Sitokin ELISA (Enzyme-Linked Immuno Sorbent Assay) adalah sangat sensitif dan spesifik metode untuk pengukuran kuantitatif sitokin atau analytes dalam solusi. Sebuah antibodi monoklonal spesifik (mAb) mampu menangkap bunga sitokin dilapisi pada microtiterplate. MAb kedua, yang digunakan untuk mendeteksi, mengikat epitop yang berbeda pada sitokin. MAb pendeteksian dilabeli dengan biotin, yang memungkinkan pengikatan berikutnya Streptavidin-conjugated sebuah enzim. Setiap terikat reagen dihapuskan. Ketika substrat ditambahkan, reaksi warna akan mengembangkan sebanding dengan jumlah sitokin terikat. Konsentrasi sitokin ditentukan oleh perbandingan dengan kurva standar dengan konsentrasi sitokin diketahui. Sensitivitas yang ELISA terutama tergantung pada afinitas antibodi dan pada sistem amplifikasi digunakan. Batas deteksi sitokin ELISAs umumnya di bawah picogram / ml jangkauan.
The ELISA technique illustrated Teknik tes ELISA diilustrasikan
6. Prosedur pemeriksaan
Alat dan Bahan
96-Yah Microtiter Plates
Tabung Eppendorf
Twelve-Channel Pipettor
1mL Adjustable Pipettor
Humid Chamber
Wash Bottle or ELISA Plate Washer
ELISA Plate Reader
TMB
Buffer Formulasi:
Karbonat Buffer
1 Liter – pH 9.5 – Store at 4°C
1.59g Na 2 CO 3
2.93g NaHCO 3
2mL 10% NaN 3
DI H 2 O untuk 1L
Cuci Buffer
PBS
0.02% Thimerosal
0.05% Tween-20
Blocking Buffer
PBS
0.1% BSA
0.02% Thimerosal
Simpan dalam botol gelap
Plate Design Piring Desain
Menandai setiap kolom dengan jumlah proyek. Tiga baris pertama
dicadangkan untuk 3 pengenceran pra-berdarah dan memiliki 5 baris
adalah untuk pengenceran dari berdarah. Lihat grafik di bawah ini:
1
1 2
2 3
3 4
4 5
5 6
6 7
7 8
8 9
9 10
10 11
11 12
12
A
Sebuah 1: 1 ,000 1:
1, 000 Pre-Bleed
Bleed Pra B B 1: 5 ,000 1:
5, 000
C C 1: 25 ,000 1: 25, 000
D D 1: 1 ,000 1:
1, 000
Bleed
Berdarah
E E 1: 5 ,000 1:
5, 000
F F 1: 25 ,000 1: 25, 000
G G 1: 125 ,000 1: 125, 000
H H 1: 625 ,000 1: 625, 000
HARI PERTAMA
Persiapan Antigen
1. Kerja konsentrasi antigen peptida 10μg/mL: Larutkan 1mg peptida dalam
200μL DI H 2 O (5mg/mL). Tambahkan ke 2μL peptida 1mL dari buffer
karbonat 50mm.
2. The Kerja konsentrasi antigen protein 40μg/mL: Konsentrasi protein untuk
dialyze terhadap 4mg/mL dan 50mm penyangga karbonat dalam semalam.
Kemudian mengencerkan protein untuk 40ug/mL dengan buffer karbonat.
Coating
3. Tambahkan 100μL antigen pada pengenceran yang disarankan di atas
untuk masing-masing baik di piring. Inkubasi pada suhu kamar selama 24
jam di ruang lembab.
a. . Lembab kamar: Tempatkan handuk kertas basah di bagian bawah
tumpukan sampah dan piring-piring di atas handuk. Tutup dengan
tutupnya.
HARI KE-DUA
Blocking
4. Hapus lapisan solusi dan bilas dua kali (2) dengan DI H 2 O
5. Flip kering di atas setumpuk kertas handuk - tamparan untuk menghapus
semua jejak cairan dari sumur.
6. Tambahkan memblokir 280μL penyangga untuk masing-masing dengan
baik. Inkubasi di dalam ruang lembab pada suhu kamar untuk dua (2) jam.
a. Semakin banyak blocking buffer semakin baik, sekitar 200-300μL per baik,
tapi pastikan untuk tidak memenuhi sampai melimpahi masing-masing
dengan baik.
Contoh serum
7. Mengencerkan serum (pra-berdarah dan berdarah dalam tabung Eppendorf
terpisah) dengan buffer untuk memblokir 1:1000 (1μL serum ke 1mL
blocking buffer).
8. Tambahkan 1:1000 diencerkan 125μL dari pra-imun serum ke baris A dari
piring.
9. Menggunakan dua belas saluran pipettor, ambil 25μL dari baris A dan
menambahkan ke baris B, berbaur dengan pipettor. Ulangi dengan baris B
dan C, menghapus 25μL dari baris B dan mencampurnya dengan C. Hapus
baris 25μL dari baris C dan buang.
10. Add 125μL of 1:1000 diluted serum to row D of the plate. Tambahkan
1:1000 diencerkan 125μL dari serum ke baris D dari piring.
11. Menggunakan dua belas saluran pipettor membuat serangkaian dari 5
pengenceran untuk baris E melalui H seperti yang dijelaskan di atas untuk
pra-berdarah, membuang baris 25μL setelah H.
12. Inkubasi selama satu jam pada suhu kamar.
Secondary Antibody Antibodi Sekunder
13. Buang sampel serum dan mencuci sumur dengan mencuci mencuci buffer
menggunakan botol atau mesin cuci piring ELISA satu (1) waktu. Ikuti
dengan satu mencuci menggunakan DI H 2 O. Tiriskan cairan yang tersisa
di tumpukan kertas handuk.
14. HRP dikonjugasikan mengencerkan sekunder untuk pengenceran
direkomendasikan di bawah ini dengan blocking buffer.
a. Kambing kelinci anti-IgG: 1:20000
b. anti-chicken IgY: 1:5000
c. IgG anti-kambing: 1:10000
d. anti-mouse IgG: 1:5000
Catatan: pengenceran hanya rekomendasi. Pengenceran optimal akan
bervariasi untuk setiap sekunder dan harus ditentukan untuk setiap lot
baru.
15. Inkubasi pada suhu kamar untuk satu (1) jam.
Pengembangan
16. . Buang sekunder dan mencuci sumur dengan buffer mencuci 1 (satu) kali.
Ikuti dengan satu mencuci menggunakan DI H 2 O. Tiriskan cairan yang
tersisa di tumpukan kertas handuk.
17. Tambahkan TMB per pabrik instruksi.
Sumur positif akan berubah menjadi warna biru tergantung pada intensitas
sinyal.
18. Tambahkan 90μL dari 1M HCl untuk masing-masing dengan baik (atau
direkomendasikan media) untuk menghentikan perkembangan warna dan
membaca langsung pada piring microtiter pembaca di A
Biru akan berubah menjadi kuning ketika reaksi dihentikan.
19. Baca beberapa piring dalam rangka pengembangan warna dihentikan.
Hal ini tidak dianjurkan untuk memiliki lebih dari dua piring berkembang
pada waktu yang sama. Memiliki dua timer sehingga reaksi dihentikan
setelah 5 menit. (10)
7. Spesifitas dan Sensitiftas alat
Spesifikasi
hrs menggunakan lampu halogen tungsten (12V 20W) e5000 seumur
hidup rata-rata jam
Spesifikasi Standar Polistirena 96 piring plastik atau 48 lubang lubang
piring plastik polystyrene
Konfigurasi standar filter optik 405, 450, 492, 630nm, bandwidthd8nm,
panjang gelombang yang lain adalah opsional
Membaca Range 0,000-3.500Abs 0.000-3.000Abs( 405nm)
0,000-3.000Abs (405nm)
Linier 0,000-3.000Abs 0.000-2.000Abs( 405nm)
0,000-2.000Abs (405nm)
Membaca Mode Auto single dan double panjang gelombang (8 cahaya
vertical saluran)
Mode komputasi kualitatif (S / CO, P / N, N / P, hambatan tarif, buka tipe
L = aP + bn + c, dll) dan analisis kuantitatif
Pengulangan Standar koefisien variasi CVd0.7% (kontrol internal
CVd0.5%)
Stabilitas d ± 0,7% (internal controld ± 0.5%)
Resolusi 0.001Abs (internal, cetak)
Internal komputasi 0.0001Abs
Pengujian Kecepatan d6s / 96 lubang (satu panjang gelombang)
Fungsi cleaner Stabil kecepatan, waktu disesuaikan
Mode operasi kunci Membran Karet, Cina User Interface (Antarmuka
Pengguna inggris tersedia)
Interface USB port, RS232
Layar 4 × 12 LCD Display
Printer Eksternal (hp) lebar cetak
Software Reagent Buka System, pra-set item pengujian, menyimpan hasil
pengujian, menyalin data dll
AC220V 50Hz Power Supply (11)
8. Kelebihan dan kekurangan alat
Kelebihan
ELISA insulin adalah sebagai sensitif sebagai RIA insulin dan memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan standar RIA insulin. Ini meliputi :
(1) menghindari bahaya dan ketidaknyamanan penanganan radioaktivitas,
(2) yang tidak memerlukan tabung terpisah untuk setiap sampel,
(3) stabilitas enzim-berlabel insulin (lebih dari 18 bulan),
(4) periode waktu singkat diperlukan untuk assay (kurang dari 6 jam), dan
(5) kemungkinan penyimpanan jangka panjang (setidaknya 3 bulan) dari
antibodi-microtiter dilapisi piring.(8)
Kekurangan
1. membutuhkan keahlian khusus
2. perawatan harus dengan teknik khusus dan tenaga ahli
3. harus dilakukan dengan sangat teliti
4. reagen dan sampel harus tepat
5. harga yang cukup mahal untuk membelinya
9. Hasil pemeriksaan yang didapat dan Nilai Rujukan
Kebanyakan ELISAs memberikan positif atau hasil negatif, baik tubuh Anda
memiliki antibodi atau belum. Beberapa orang lain adalah semi-kuantitatif dan
nilai yang diberikan, seperti yang terjadi untuk mengukur kadar hormon.(12)
I. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini sebelum peneliti mendatangi calon
responden untuk meminta kesediaan menjadi responden penelitian. Peneliti
harus melalui beberapa tahap pengurusan prijinan sebagai berikut : peneliti
meminta surat pengantar penelitian dari pihak akademik Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang ditujukan
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang dan Kepala Puskesmas,
setelah mendapat peersetujuan dari pihak yang bersangkutan kemudian
peneliti mendatangi responden dan meminta persetujuan calon responden
untuk menjadi responden penelitian.
Masalah etika dalam penelitian keperawatan merupakan
masalah yang sangat penting mengingat keperawatan akan berhubungan
langsung dengan manusia, maka peneliti menjamin hak asasi responden dalam
penelitian ini. Masalah etika dalam penelitian keperawatan ini meliputi :
1. Informed consent
Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan (Informed
consent). Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian
dilaksanakan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden. Tujuan Informed consent adalah agar responden mengetahui
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden
bersedia maka mereka harus menandatangani lenbar persetujuan, apabila
responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak responden.
2. Anonimity (tanpa nama)
Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan
dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar kuesioner,
sehingga hanya menuliskan kode saja. Kode ini merupakan pemberian
nomor responden untuk memudahkan dalam proses analisa data.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari
hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://search.yahoo.com/search?p=Diabetes+Melitus+%28+DM+ %29+adalah+penyakit+metabolik+yang+kebanyakan+herediter%2C+dengan+tanda+%E2%80%93+tanda+hiperglikemia+dan+glukosuria%2C+disertai+dengan+atau+t&ei=UTF-8&fr=moz35
2. http://search.yahoo.com/search?p=Organisasi+kesehatan+dunia+%28WHO %29+memperkirakan%2C+bahwa+177+juta+penduduk+dunia+mengidap+diabetes.+Jumlah+ini+akan+meningkat+melebihi+300+juta+pada+tahu&ei=UTF-8&fr=moz35
3. http://search.yahoo.com/search? p=Pada+pankreas+paling+sedikit+terdapat+empat+peptida+dengan+aktivitas+hormonal+yang+disekresikan+oleh+pulau-pulau+%28islets%29+Langerhans.+Dua+dari+hormon-&ei=UTF-8&fr=moz35
4. http://search.yahoo.com/search? p=Resistensi+Insulin+Pada+Diabetes+Melitus+Tipe+2&ei=UTF-8&fr=moz35
5. Notoadmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta, 2002.
6. Nursalam. Metodologi penelitian ilmu keperawatan : konsep dan penerapan. Jakarta : Salemba Medika, 2003.
7. Sangarimbun, Masrie. Metodologi Penelitian Survai. Jakarta : PT. Pustaka LP3ES Indonesia, 1989.
8. http://search.yahoo.com/search? p=Seorang+cepat+ELISA+untuk+mengukur+insulin+dalam+jumlah+besar+sampel+penelitian.&ei=UTF-8&fr=moz35
9. http://search.yahoo.com/search?p=ELISA+%28Enzyme- Linked+ImmunoSorbant+Assay&ei=UTF-8&fr=moz35
10. http://search.yahoo.com/search?p=Elisa+Protocol&ei=UTF-8&fr=moz35
11. http://search.yahoo.com/search? p=Spesifikasi+Light+Source+Light+Source+tungsten+halogen+lamp+
%28+12V+20W%29+average+lifetime+e5000+hrs+lampu+halogen+tungsten+%2812V+20W%29+e5000+seumur+hidup+&ei=UTF-8&fr=moz35
12. http://search.yahoo.com/search?p=Enzim-Linked+Immunosorbent+Assay+ %28ELISA%29&ei=UTF-8&fr=moz35
13. http://search.yahoo.com/search? p=Metode+tes+ELISA+The+ELISA+technique+illustrated+Teknik+tes+ELISA+diilustrasikan+Coat+plate+with+Lambang+piring+capture+mAb+menangkap+mAb+Add+samples+&ei=UTF-8&fr=moz35
14. http://www.google.com/search?q=cache%3AcV4SLJrdWbUJ %3Awww.akademik.unsri.ac.id%2Fdownload%2Fjournal%2Ffiles%2Fudejournal%2F4.%2520suarsana%2520et%2520al.pdf+metode+pemeriksaan+histologi+sel-beta+pankreas&hl=id&gl=id
15. http://patologiikrimah.blogspot.com/2009/03/diabetes-mellitus.html
16. http://search.yahoo.com/search? p=Treatment+Spesifik+Diabetes+Melitus+Tipe+2&ei=UTF-8&fr=moz35
17. http://search.yahoo.com/search? p=ANATOMI+DAN+FISIOLOGI+PANKREAS&ei=UTF-8&fr=moz35