Download - Tinjauan Hukum Kesehatan Wabah Covid-19 D2D
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Tinjauan Hukum KesehatanTerkait Kondisi PROBLEMATIKA COVID-19
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H(kes) – Ketua PDEI Bid. Pembinaan Anggota dan Perlindungan Hukum
Selasa, 9 Juni 202015.00 – 17.00 wib
Curriculum Vitae
2
Dr. dr. Beni Satria, M.Kes, S.H, M.H(Kes)founder of AHLI | Achilles Health Law
Indonesia
Experience
Akademisin Dosen Pascasarjana Magister Hukum UNPAB | 2016 – Skrg
n Dosen Pascasarjana Magister Hukum NTU Academy Nomensen
n Dosen IKKES Helvetia – Prodi Adm.Rumah Sakit dan AKK
n Dosen Pascasarjana Magister Hukum Univ. Prima Indonesia
Organisasi Perumahsakitan
n Sekretaris PERSI Daerah SUMUT | 2018 – Skrg
n Pengurus PERSI Daerah SUMUT | 2016 – Skrg
n Pengurus ARSSI SUMUT | 2016 – Skrg
Organisasi Hukum Kesehatann Pengurus ADHKI (Asosiasi Dosen Hukum Kesehatan Indonesia) | 2016 – Skrg
n Ketua DPP MHKI Bid. Kajian Hukum Perumahsakitan | 2018 – Skrg
n Pengurus LAFAI (Lembaga Anti Fraud Asuransi Indonesia)
n Ketua MHKI SUMUT Bid. Hukum Rumah Sakit | 2015 – Skrg
n Direktur LPKM MHKI SUMUT | 2016 – 2019
Achilles Health Law Indonesia - AHLI | email : [email protected] | IG : @achilleshealthlawindonesia
1. Founder Achilles Health Law Indonesia (AHLI)
2. Direktur Utama PT. RMH (Regina Maris Hospital) | 2018 - Skrg
3. Direktur RSU Sarah | 2015 – 2019
4. Konsultan JICA KPPIP-SF (Japan) | 2016 - 2019
5. Kepala Pelayanan Medis RS Sarah | 2014 – 2015
6. Kepala Bag. Legal & Umum RS Khusus Mata SMEC | 2013 – 2014
Praktisi
Konsultan dan Pengurus IKKESINDO SUMUT | 2018 – Skrg
Konsultan JICA KPPIP-SF (Japan) | 2016 – 2019
Pakar Klinis TKMKB BPJS Kesehatan Divre I SUMUT | 2014 – SkrgOrganisasi Profesi Doktern Sekretaris MKEK IDI Wilayah SUMUT | 2016 – Skrgn Pengurus IDI Wilayah SUMUT | 2009 – 2016
n Pengurus PB IDI Jakarta | 2016 – 2018 n Dewan Penasehat IDI Cabang Sergei – PDUI SUMUT
Ketentuan HukumPenetapan Wabah Covid-1901Problematika HukumPelayanan Kesehatan02
Sanksi Hukum03
Kesimpulan04 Agenda Diskus i
Jenis Ketentuan HUKUM
Pidana Perdata HAN Kes
P
Keseluruhan peraturanyang menentukan
perbuatan apa yang dilarang dan termasuk
dalam tindak pidana sertamenentukan hukumanyang dapat dijatuhkan
PIDANA
P
Ketentuan yang mengatur hak dankepentingan antar
individu dalammasyarakat
PERDATA
H
Bagian dari hukum public danditurunkan dari hukum tata negara. Mengatur tindakan,
kegiatan, dan keoutusan yang diilakukan dandiambil oleh
Lembaga-Lembaga pemerintahdalam menjalankan roda negara
sehari hari
ADM. NEGARA
K
Hukum yang berhubunganlangsung dengan
Pemeliharaan Kesehatan, meliputi penerapan
perangkat hukum perdata, pidana dan tata usahanegara. Lex SpesialisDerogat le Generalis
KESEHATAN
Notariatan
KEPPRES No 11/2020
Kedaruratan KesehatanMasyarakat COVID-19
Dasar HukumPenetapan Wabah
PERMENKES No 104/2020
KEPPRES No. 11 tahun 2020 tentang PENETAPAN KEDARURATAN KESEHATAN MASYARAKAT CORONA VIRUS
DISEASE 2019 (COVID-19) tertanggal 31 Maret 2020
Permenkes No. HK.01.07/MENKES/ 104/2020 tentangPENETAPAN INFEKSI NOVEL CORONAVIRUS (INFEKSI
2019-nCoV) SEBAGAI PENYAKIT YANG DAPAT MENIMBULKAN WABAH DAN UPAYA
PENANGGULANGANNYA tertanggal 14 Februari 2020
Regulasi tentang Wabah COVID-19
Mengatur tentang Wabah Penyakit Menular. Wabah penyakitmenular yang selanjutnya disebut wabah adalah kejadianberjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yangjumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari padakeadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapatmenimbulkan malapetaka
UU No 4 Tahun 1984 ttg Wabah Penyakit Menular1984
Mengatur tentang hak dan kewajiban semua pihak baikpemerintah dan pemerintah daerah serta masyarakat danketentuan lain mengenai kesehatan termasuk Penyakit Menulardan Tidak menular.
UU No 36 Tahun 2009 ttg Kesehatan2009
Mengatur tentang tujuan kekarantinaan kesehatan,tanggungjawabag Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah dalammelindungi kesehatan masyarakat dari penyakit dan/atau faktorresiko kesehatan masyarakat yang berpotensi menimbulkankedaruratan kesehatan masyarakat melalui penyelenggaraankekarantinaan.
UU No 6 Tahun 2018 ttg Kekarantinaan Kesehatan2018
Tentang Refocussing Kegiatan, Relokasi Anggaran, sertaPengadaan Barang dan Jasa dalamRangka Percepatan PenangananCOVID-29
INPRES No 4 Tahun 2020
Ttg Larangan Sementara EksportAntiseptik, Bahan Baku Masker, APD, dan Masker
PERMENDAG No 23 Tahun 2020
Pelarangan Orang Asing MasukWilayah NKRI
PERMENKUMHAM No 11/2020
Ttg Insentif Wajib Pajak TerdampakWabah COVID-19
PERMENKEU No 23/PMK.03/2020
Perekonomian Nasioan sbgKebijakan Countercyclical DampakPenyebaran COVID-19
PER OJK No 11/2020
Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas SistemKeuangan Untuk Penangan Pandemi COVID-29 dan/atauDalam Rangka Menghadapi Ancaman yangMembahayakan Perekonomian Nasional dan atau stabilitasKeuangan
PERPU No 1 Tahun 2020
2020
Tentang Gugus Tugas Percepatan Penangaan COVID-29
KEPRES No 7 Tahun 20202020
Tentang Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat COVID-19
KEPRES No 11 Tahun 20202020
Pedoman Penyelenggaraan KarantinaKesehatan pada PenanggulanganKedaruratan Kesehatan Masyarakat yangMeresahkan Dunia
KEPMENKES No 612/2010
Penetapan Rumah Sakit InfeksiEmerging Tertentu
KEPMENKES No 169 / 2020
Jejaring Laboratorium PemeriksaanCOVID-19
KEPMENKES No 182 / 2020
Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam RangkaPercepatan Penangan COVID-19
PP No 21 Tahun 2020 2020Tentang Pedoman PembatasanSosial Berskala Besar dalamRangka Percepatan COVID-19
PERMENKES No 9 / 2020
KEPRES 9 Tahun 2020Tentang Perubahan Kepres No 7/2020 tentang GugusTugas Percepatan Penangaan COVID-29 Penentapan Status Keadaan
Tertentu Darurat Bencana WabahPenyakit Akibat COVID-29
Keputusan Kepala BNPPB No 9A / 2020
Perpanjangan Status KeadaanTertentu Darurat bencana WabahPenyakit Akibat COVID-29
Keputusan Kepala BNPB No 13 A/ 2020
Penggunaan Bilik Disinfeksi dalam Rangka PencegahanPenularan COVID-29
SE MENKES No 375 Tahun 2020
2020Penyesuaian Sistem Kerja ASN dalam Upaya PencegahanPenyebaran COVID-29 di Lingkungan Instansi Pemerintah
SE MENPAN-RB No 19 tahun 2020
2020
Perlindungan Pekerja/Buruh dan Kelangsungan Usaha dlm rangkaPencegahan Penanggulangan COVID-29
SE MENAKER No 4 Tahun 20202020
Pembentukan Gugus TugasPercepatan Penangan COVID-29 Daerah
SE MENDAGRI No 440/2622/SJ
Penyelenggaraan Ibadah dalamsituasi terjadi Wabah COVID-109
FATWA MUI No 4 Tahun 2020
Pembentukan Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-29tingkat Provcinsi dan Kabupaten/Kota
SE Kepala BNPB No 03 Tahun 20202020 Pengambilan Sumpah/Janji PNSatau Sumpah/Janji Jabatan MelaluiMedia Elektronik/Telekonferensepada masa status Keadaan TertentuDarurat Bencana Wabah PenyakitAkibat Virus Corona
SE Kepala BKN
Pemerintah Umumkan StimulusKedua Untuk Menagani DampakCOVID-19
Siaran Pers KementrianPerekonomian No HM.4.6/32/2020
Pencegahan COVID-19 pada satuan Pendidikan
SE MENDIKBUD No 3 Tahun 2020
Penggunaan Anggaran Pelaksanaan barang/jasa dalam rangkaPercepatan Penanganan COVID-19 terkait dengan PencegahanTIPIKOR
SE KPK No8 Tahun 2020
TanggungjawabPemerintah Pusat & Daerah
Bertanggungjawab terhadap ketersediaansumber daya yang diperlukan dalampenyelenggaraan KekarantinaanKesehatan
Pemerintah Pusat dan Daerah
Setiap orang mempunyai hakmendapatkan pelayanan kesehatan dasarsesuai kebutuhan medis, kebutahanpangan, dan kebutuhan kehidupan sehari– hari lainnya selama Karantina
HAK PELAYANAN KESEHATAN
Setiap orang mempunyai hak memperolehperlakuan yang sama dalamPenyelenggaraan KekarantinaanKesehatan
HAK PERLAKUAN YANG SAMA
Bertanggungjawab Melindungi KesehatanMasyarakat dari Penyakit dan/atau Faktor
Resiko Kesehatan Masyarakat yang berpotensi menimbulkan Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat melaluiPenyelenggaraan Kekarantinaan
Kesehatan.
Pemerintah Pusat dan Daerah
Bertanggungjawab menyelenggarakanKekarantinaan Kesehatan di Pintu Masuk
dan di Wilayah Secara terpadu
Pemerintah Pusat
Kewajiban Pemerintah & RS
Pemerintah bertanggungjawabupaya penanggulangan wabah
Pasal 10 UU No 4 Tahun 1984
Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab; menyediakan RS berdasarkan kebutuhan bagi masyarakatdan menjamin pembiayaan pelayanankesehatan bagi fakir miskin dan orang tidakmampu.
Pasal 6 UU No 44 Tahun 2009
Setiap RS berkewajiban; melaksanakan fungsi sosialantara lain dengan memberikan fasilitas pelayananpasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurattanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosialbagi misi kemanusiaan;
Pasal 29 UU No 44 Tahun 2009
Pemerintah, Pemerintah Daerah danMasyarakat bertanggungjawab melakukan upaya
pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakitmenular serta akibat yang ditimbulkannya untuk
melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan/atau meninggal
dunia serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomiakibat penyakit menular
Pasal 152 ayat (1) & (2) UU No 36/2009
Pemerintah bertanggung jawab atasketersediaan sumber daya di bidang kesehatanyang adil dan merata bagi seluruh masyarakat
untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pasal 6 UU No 36 Tahun 2009
Pemerintah bertanggung jawabatas ketersediaan lingkungan,
tatanan, fasilitas kesehatan baikfisik maupun sosial bagi
masyarakat untuk mencapai derajatkesehatan yang setinggi- tingginya.
Pasal 5 UU No 36 Tahun 2009
UU 44/2009
UU No 36/2009
Pasal 28 G ayat 1 UUD 1945 : “Setiap orang berhak atas Perlindungan Diri Pribadi, Keluarga, Kehormatan, Martabat danharta Benda yang dibawah kekuasaannya serta berhak atas Rasa Aman dan Perlindungan dari Ancaman Ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”
KEWAJIBAN Setiap Orang
(1)Setiap Orang Wajib mematuhiPenyelenggaraanKekarantinaan Kesehatan
(2)Setiap Orang berkewajibanikut serta dalampenyelenggaraanKekarantinaan Kesehatan
KEKARANTINAAN
PASAL 9UU NO 6 TAHUN 2018
Karantina KesehatanKarantinaPembatasan kegiatan dan/atau pemisahan seseorang yang terpapar penyakitmenular sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perudang-undangan meskipunbelum menunjukkan gejala apapun atau sedang berada dalam masa inkubasidan/atau pemisahan peti kemas, alat angkut, atau barang apapun yang didugaterkontaminasi dari orang dan/atau barang yang mengandung penyebab penyakitatau sumber bahan kontaminasi lain untuk mencegah kemungkinan penyebaran keorang dan/atau barang disekitarnya
Jenis Karantina
Karantina Rumah Sakit
Pembatasanseseorang dalamRumah Sakit yang diduga terinfeksi
penyakit dan/atauterkontaminasi
sedemikian rupa untukmencegah
kemungkinanpenyebaran penyakit
atau kontaminasi
Karantina Wilayah
Pembatasan pendudukdalam suatu wilayah
termasuk wilayah pintumasuk beserta isinya yang diduga terinfeksi penyakitdan/atau terkontaminasisedemikian rupa untuk
mencegah kemungkinanpenyebaran penyakit atau
kontaminasi
Karantina Rumah
Pembatasan penghunidalam suatu rumahbeserta isinya ygdiduga terinfeksi
penyakit dan/atautekontaminasi
sedemikian rupa untukmencegah
kemungkinanpenyebaran penyakit
atau kontaminasi
Tujuan Kekarantinaan Kesehatan
MENINGKATKAN
MELINDUNGI
MEMBERIKAN PERLINDUNGAN
1 23 4
Bagi Masyarakat dan Petugas Kesehatan
Memberikan Perlindungan dan KepastianHukum
Dan/atau faktor Risiko KesehatanMasyarakat yang berpotensi menimbulkanKegaruratan Kesehatan Masyarakat
Mencegah dan Menangkal Penyakit
Dibidang Kesehatan Masyarakat
Meningkatkan Ketahanan Nasional
Dari penyakit dan/atau faktor resiko KesehatanMasyarakat yang berpotensi menimbulkan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
Melindungi Masyarakat
MENCEGAH
Pembatasan Sosial Berskala Besar
PP No 21 Thnn 2020PMK No 9 Thn 2020PSBB
Pembatasan Sosial BerskalaBesar adalah pembatasankegiatan tertentu pendudukdalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sedemikian rupa untukmencegah kemungkinanpenyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-I9).
PembatasanSosialBerskalaBesar
Tujuan Mencegah
Bertujuan mencegahmeluasnya penyebaranpenyakit kedaruratan
kesehatan masyarakatyang sedang terjadiantar orang di suatu
wilayah
Paling sedikit Meliputi
(1) Peliburan Sekolahatau tempat kerja
(2) Pembatasankegiatan
keagamaan(3) PembatasnKegiatan di tempatatau fasilitas umum
Respon KesMas
Merupakan bagian darirespons Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat
Koordinasi & Kerjasama
Penyelenggaraanpembatasan social
berskala besarberkoordinasi dan
bekerjasama denganberbagai pihak terkait
sesuai denganketentuan peraturan
perundang - undangan
Layanan Kedokteran
UpayaPenanggulangan Wabah
Pasal 5 UU No 4 tahun 1984
Tentang Wabah Penyakit Menular
Upaya Penanggulangan WabahMeliputi;
1. Penyelidikan Epidemiologis2. Pemeriksaan, Pengobatan,
Perawatan, dan Isolasi Penderitatermasuk tindakan Karantina
3. Pencegahan dan Pengebalan4. Pemusnahan Penyebab Penyakit
5. Penanganan Jenazah akibatwabah
6. Penyuluhan kepada masyarakat7. Upaya penanggulangan lainnya
Layanan Kedokteran COVID-19
Dokter/dokter Gigi Tidak Memerlukan Surat Izin Praktik (SIP) dalam Rangka melakukanPenanganan Bencana atau Pertolongan darurat. (Wajib Memiliki STR/Surat Tanda Registrasi)
Pasal 7 Permenkes No 2052 Tahun 2011
Dalam Rangka Memberikan Pertolongan pada Keadaan gawat Daruratguna Penyelamatan Nyawa, dokter/dokter gigi dapat Melakukan
Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi diluar KewenanganKlinisnya sesuai dengan Kebutuhan Medis (sesuai Standar ProfesI).
Pasal 22 Permenkes No 2052 tahun 2011
Dalam keadaan darurat, untuk menyelawamatkan jiwa/mencegahkecacatan tidak diperlukan Persetujuan Tindakan (informed consent)
Permenkes No 290 Tahun 2008
Tenaga Kesehatan yang menjalankan Praktik berhak memperolehperlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, perlakuan yang
sesuai dengan harkat martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai – nilaiagama..
Pasal 57 huruf d UU No 36 Tahun 2014
2052
2052
290
Option D
Pertolongan Darurat & Pembiaran Medik
Barang siapa dengan sengajamenempatkan atau membiarkanseseorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang berlakubaginya atau karena persetujuan diawajib memberi kehidupan, perawatanatau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan ataupidana denda paling banyak empat ribulima ratus rupiah.
Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan pidanapenjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
Pasal 190 UU No 36 Tahun 2009
Barang siapa ketika menyaksikanbahwa ada orang yang sedang
menghadapi maut tidak memberipertolongan yang dapat diberikan
padanya selayaknya menimbulkanbahaya bagi dirinya dan orang lain,
diancam jika kemudian orang itumeninggal dengan pidana kurungan
paling lama 3 bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 531 KUHPPasal 304 KUHP
Alat Pelindung Diri
Pemberi Kerja: Perseorangan, Pengusaha, Badan Hukum , atau Badan –badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerjadengan membayar upah atauimbalan dalam bentuk lain.
Pengusaha:Orang perseorangan, Persekutuan, atau Badanhukum yang menjalankan suatuPerusahaan Milik Sendiri.
Perusahaan:Setiap bentuk usaha berbadanhukum atau tidak, milikperseorangan, milikpersekutuan, milik badanhukum, baik milik swastamaupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruhdengan membayar upah atauimbalan dalam bentuk lain.
ALAT PELINDUNGDIRI
UU No 1 Tahun 1970 ttg K3Pengusaha wajib memberikan alat – alat Pelindung diri para Pekerja, menunjukkan dan menjelaskan pada tiap pekerja tentang APD
UU No 1/1970 ps 14 butir cPengurus diwajibkan menyediakan secara Cuma – Cuma AlatPelindung Diri yang diwajibkan pada pekerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja
Permenakertrans No 1/1981Kewajiban Pengurus menyediakan secara Cuma – Cuma AlatPerlindungan Diri yang diwajibkan Penggunaannya oleh tenaga kerjayang berada dibawah pimpinannya untuk mencegah Penyakit Akibat Kerja(PAK) (pasal 4 ayat (3)
Permenakertrans No 8/2010• Pengusaha wajib menyediakan Alat Perlindungan Diri bagi
Pekerja/buruh di tempat kerja.(pasal 2 ayat (1)• Pengusaha Wajib melaksanakan manajemen APD di tempat kerja (pasal
7 ayat (1)
APD – Alat Pelindung DiriSetiap orang berhak atas Perlindungan Diri Pribadi,
Keluarga, Kehormatan, Martabat, dan harta benda yang berada dibawah kekuasaanannya, serta berhak atas
rasa aman darei perlindungan dari ancaman ketakutanuntuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi
Tenaga Kesehatan dalam menjalankan Praktik berhakmemperoleh Perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan kerja, perlakuan yang sesuai dengan harkatdan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai –
nilai agama
(1) Pekerja/Buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakaiatau menggunakan APD sesuai denganPotensi Bahaya dan Resiko
(2) Pekerja/Buruh berhak menyatakankeberatan untuk melakukan pekerjaanapabila APD yang disediakan tidakmemenuhi ketentuan dan persyaratan
Setiap Pekerja/Buruh mempunyai hakuntuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan Kerja
Pasal 28 G ayat 1
Pasal 86 ayat (1) UU No 13/2003 Pasal 6 Permenakertrans No 8/2010
Pasal 57 huruf d UU No 36/2014
Fatwa MKEK tentang APD
14. Menghimbau tenaga medis yg masukpopulasi beresiko, mis: sedang hamil danberusia lanjut, utk sedapat mungkinmenghindarkan diri dari potensi pajananpasien terduga infeksi COVID-19. Hal inidikecualikan apabila kepentingan melakukanpertolongan sangat mendesak, dan wajibmenggunakan APD dengan baik.
15. Mewajibkan seluruh tenaga medis dantenaga kesehatan utk memakai APD minimal baju jaga khusus di RS, Masker, dan Sarung tangan setiap menjalanipelayananb kesehatan dan Praktek. Tenaga medis dan Tenaga kesehayan yang berpraktekdi Unit layanan berpotensi risiko tinggiterhadap pajanan COVIUD-19 hrsmenggunakan APD dgn tingkat kelengkapansesuai aturan yg berlaku.
17. Dalam situasi kelangkaan APD, maka berlaku prinsip KeselamatanTenaga Medis dan Tenaga Kesehatansebagai Prioritas. Tenaga Medis danRS/Klinik dapat merujuk kasus yang duduga terinfeksi COVID-19 danmencari solusi lain dengan tetapmemprioritaskan perlindungan diri dankesemalatan diri.SK MKEK No : 016/PB-K-MKEK/04/2020
11. Mewajibkan Seluruh Tenaga Medismemperhatikan keselamatan dirinya termasuksering cuci tanngan, memperhatikan hygiene diri, pola istirahat, menggunakan APD, danjika diperlukan menjalani isolasi mandiri sesuaiaturan yang berlaku
Keselamatan Diri dan Alat Pelindung Diri (APD)
12. Menghimbau seluruh fasyankes utkmelakukan sistem Triase di sekitar pintumasuk, meliputi pengecekan suhu danmenanyakan gejala yg relevan kpd seluruhpengunjung termasuk pasien yang akanberobat.
13. Menghimbau seluruh fasyankes utkmenyediakan alar cuci tangan utk pasien dansegenap pengunjung RS sertamengingingatkan mereka agar mengenakanmasker, khususnya pd kelompok beresiko danatau memiliki keluhan respirasi.
16. Apabila menemukan kasus terduga infeksiCOVID-19 dlm praktik, maka tenaga medisharus menggunakan APD dengan tingkatkelengkapan sesuai standar.
Surat Keterangan
Kewenangan Seorang Dokter| pasal 35 UU No 29 Tahun 2004 |
1. mewawancarai pasien; 2. memeriksa fisik dan mental pasien; 3. menentukan pemeriksaan penunjang; 4. menegakkan diagnosis; 5. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan pasien; 6. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi; menulis resep obat dan
alat kesehatan;7. menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi; 8. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan9. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah
terpencil yang tidak ada apotek.
Dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat tanda registrasi mempunyaiwewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan kompetensiyang dimiliki, yang terdiri atas:
Defenisi Surat
Segala surat baik yang ditulis dengantangan, dicetak, maupun ditulis memakai
mesin tik dan lain-lainnya
SURAT
Membuat yang isinya bukan semestinya(tidak benar), atau membuat surat demikian
rupa, sehingga menunjukkan asal surat ituyang tidak benar.
Membuat Surat Palsu
Mengubah sedemikian Rupa, sehinggaisinys menjadi lain dari isi yang Aslisehingga surat itu menjadi lain daripada asli.
Memalsukan Surat
Termasuk dalam pengertian MemalsukanSurat, termasuk pula penempelan foto orang lain pada ijazah sekolah, SIM, dipandangsebagai suatu Pemalsuan
Memalsukan Tanda Tangan03
04
0201
Jenis Surat Keteranganh. Visum et Repertum
g. Surat KeteranganPengidap (utkRehabilitasi) atau bebasnarkotika/psikotropika
f. Surat Keterangan laikdiwawancara, disidangkan, dihukum (kaitan denganperkara pidana)
a. Surat KeteranganSakit atau Sehat (fisik
dan Mental)
b. Surat KeteranganKelahiran atau
Kematian
c. Surat KeteranganCacat (disabilitas)
d. Surat Keterangan Gangguan Jiwa/ demensia
e. Surat Keterangan untukv AsuransiJiwa, untuk Perkawinan, bepergian keluar negeri, telah di imuniasi, dll
Hukum Pemalsuan Surat
Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat, ……………. Maka kalau mempergunakannya dapat mendatangkan sautau kerugiandihukum karena pemalsuan surat, dengan hukuman penjara selama –lamanya 6 (enam) tahun
Pasal 263 KUHP ayat (1)
Dengan hukuman yang serupa juga dihukuma, barang siapamenggunakan surat palsu atau dipalsukan seolah – olah asli dan tidakdipalsukan, kalau hal tersebut mendatangkan suatu kerugian
Pasal 263 KUHP ayat (2)
Seorang dokter yang dengan sengaja membuat Surat Keterangan palsutentang ada atau tidak adanya penyakit2, kelemahan atau cacat, dapatdijatuhi hukuman penjara paling tinggi 4 tahun. (Bila tujuan masuk RS Jiwa dikenakan paling tinggi 8 tahun 6 bulan)
Pasal 267 KUHP ayat (1) dan (2)
Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa yang dengan sengajamemakai Surat Keterangan palsu itu seolah – olah isinya sesuai denganKebenaran
Pasal 267 ayat (3)
”Seorang Dokter Wajib hanya memberikan Surat Keterangan dan Pendapat yangtelah diperiksa sendiri Kebenarannya”.
Pasal 7 KODEKI
BAB XII Pasal 263 – 276 KUHP
(4) Menghimbau agar Seluruh Pihak terkaitmemberikan edukasi kepada seluruh perubahaan, badan hukum dan masyarakat memahami situasipandemic agar tidak meminta membuat PermintaanSurat Bebas Covid-19 dan lebih mengutamakanmembuat kebijakan mengurangi potensi penularandilingkungan masing - masing
(5) Surat Keterangan Bebas Covid-19 dapatdimungkinkan dibuat setelah Indonesia danseluruh dunia melewati masa pandemic Wabah covid-19 yang dinyatakan Resmi olehWHO dan Negara.
(6) Permintaan Surat Keterangan yang dimaksud dengansifat mendesak oleh Pihak berwenang untuk kepentinganotoritas karantina kesehatan dan petugas pemerintahyang ditugaskan untuk Penanggulangan Covid-19 dilakukan secara terpisah dan hanya dibuat oleh Tim Dokter Pemeriksan yang ditugaskan dokter untuk itu.
(1) Agar dokter tidak mengeluarkan Surat Keterangan Bebas COVID-19. Permintaan Surat
Keterangan Bebas COVID-19 bukanl;ahmerupakan Kondisi Medis Darurat, dapat
memerlukan beberapa kali tatap muka
(2) Hasil Pengujian Rapid yang Negatifmasih memiliki Ruang Negatif Palsu
yang Besar. Pemberian Surat Keterangan Bebas COVID-19 tidak
menjamin kondisi seseorang bebascovid-19
(3) Dokter dapat mengeluarkan Surat Keterangan Sehat sehat seperti biasa dengan
memberikan klausul pernyataan bahwakondisi yang dimaksud adalah yang
ditemukan pemeriksaan medis pada saat ini.
Fatwa MKEKNomor: 016/PB/K.MKEK/04/2020
Dokter dapat mengeluarkan Surat Keterangan Sehat sehat seperti biasadengan memberikan klausul pernyataanbahwa kondisi yang dimaksud adalahyang ditemukan pemeriksaan medispada saat ini.
Sesuai Fatwa MKEK
Contoh SuratKeterangan Dokter
Hak Pasiendi Era COVID-19
Hak Pasien di ERA Covid-19
UU No 36 Tahun 2009 pasal 56;(1) Setiap orang berhak menerima atau
menolak sebagian atau seluruh tindakanpertolongan yang akan diberikankepadanya setelah menerima danmemahami informasi mengenai tindakantersebut secara lengkap.
(2) Hak menerima atau menolak sebagaimanadimaksud pada ayat (1) tidak berlaku pada: a. penderita penyakit yang penyakitnya
dapat secara cepat menular kedalam masyarakat yang lebih luas;
b. keadaan seseorang yang tidaksadarkan diri; atau
c. gangguan mental berat.
Rahasia Kedokteran
Rahasia Kedokteran
Pasal 9 ayat (4)
KEPENTINGAN UMUM sebagaimanadimaksud pada ayat (1) meliputi;a. AUDIT MEDISAb. ANCAMAN KEJADIAN LUAR BIASA/
WABAH PENYAKIT MENULARc. PENDIDIKAN DAN PENGGUNAAN
INFORMASI YANG AKAN BERGUNA DI MASA YANG AKAN DATANG
d. ANCAMAN KESELAMATAN ORANG LAIN SECARA INDIVIDUAL ATAU MASYARAKAT.
Pasal 9 ayat (5)
Dalam hal Pembukaan rahasia untukKEPENTINGAN UMUM sebagaimanadimaksud pada ayat (4) huruf b dan e, Identitas pasien dapat dibuka kepadainstitusi atau pihak yang berwenang untukmelakukan tindak lanjut sesuai ketentuanperaturan perundang – undangan.
Pasal 9 ayat (1)
Pembukaan rahasia kedokteranberdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5 dilakukan tanpa
Persetujuan Pasien dalam rangkaKepentingan Penegakkan Etik atau Disiplin
serta KEPENTINGAN UMUM
Pasal 9 ayat (2)
Pembukaan rahasia kedokteran dalamrangka kepentingan penegakan etik dan
disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diberikan atas permintaan tertulis dari
MKEK atau MKDKI
Pasal 9 ayat (3)
Pembukaan rahasia kedokteran dlmrangka KEPENTINGAN UMUM
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan tanpa Membuka Identitas
Pasien.
PERMENKES No 36 Tahun 2012
RahasiaKedokteran
Rahasia Kedokteran & Edukasi
FATWA MKEKNo:016/PB/K.MKEK/04/2020
Perlindungan Hukum
Perlindungan Hukum Rumah Sakit
RS tidak bertanggungjawab secara hukum apabila pasiendan/atau keluarga menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibat kematian pasien setelah adanya penjelasanmedis yang komprehensif
Pasal 45 ayat (1) UU No 44 tahun 2009
Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugasdalam rangka menyelamatkan nyawa manusia.
Pasal 45 ayat (2) UU No 44 Tahun 2009
Setiap Rumah Sakit berhak mendapatkan PERLINDUNGAN HUKUM dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, menerima bantuan daripihak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Pasal 30 UU No 44 Tahun 2009
Perlindungan HUKUM
Pasal 30 UU No 44/2009Setiap Rumah Sakit berhak mendapatkanPERLINDUNGAN HUKUM dalam melaksanakanpelayanan kesehatan, menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Pasal 36 UU No 38/2014Memperoleh PERLINDUNGAN HUKUM
sepanjang melaksanakan tugas sesuaiSTANDAR PELYANAN, STANDAR PROFESI, STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL, dan KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 60 UU No 4/2019Memperoleh PERLINDUNGAN HUKUM sepanjang melaksanakan tugas sesuaidengan Kompetensi, Kewenangan, danmematuhi kode etik, standar profesi, standarpelayanan profesi dan standar proseduroperasional
Pasal 50 UU No 29/2004Memperoleh PERLINDUNGAN HUKUM
sepanjang melaksanakan tugas sesuaidengan standar profesi dan standar prosedur
operasional;
Pasal 57 UU No 36/2014Memperoleh PERLINDUNGAN HUKUM sepanjang melaksanakan Tugas Sesuai
dengan STANDAR PROFESI, STANDAR PELAYANAN PROFESI, STANDAR
PROSEDUR OPERASIONAL
Contents Contents
ContentsContents
Contents
CO
VID
-19
Inse
ntif
& S
antu
nan
SE Menteri KeuanganNo : S-239/MK.02/2020
Insentif Bulanan dan Santunan Kematian bagiTenaga Kesehatan yang Menangani COVID -19
Kepada para petugas tertentu yang melaksanakanupaya penanggulangan wabah dapat diberikanpenghargaan atas risiko yang ditanggung dalam
melaksanakan tugasnya. (Pasal 9 UU No 4/1984)
Menolak PemulasaranJenazah
Pasal 14UU No 4 Tahun 1984
“Barang siapa dengan sengaja menghalangipelaksanaan penanggulangan wabah
diancam dengan pidana penjara selama-lamanya satu tahun dan/atau dendasetinggi-tingginya satu juta rupiah.”
KUHPPasal 178
“Barang siapa dengan sengaja merintangiatau menghalang-halangi jalan masukatau pengangkutan mayat ke kuburanyang diizinkan, diancam dengan PidanaPenjara paling lama satu bulan duaminggu atau pidana denda paling banyakseribu delapan ratus rupiah.”
Jena
zah
Sanksi HukumTerkait WABAH
Sanksi Hukum
85% 35% 65% 45%
Pengemudi Kenderaan Darat yang menurunkan ataumenaikkan orang dan/atau barang sebelum dilakukanpengawasan Kekarantinaan dengan maksud menyebarkanpenyakit dan/atau faktor resiko kesehatan yang menimbulkanKedaruratan Kesehatan Masyarakat dipidana dengan pidanapenjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana dendapaling banyak Rp. 100.000.000. (seratus juta rupiah). Biladilakukan oleh korporasi pertanggung jawaban pidanadikenakan terhadap korporasi dan/atau pengurusnya
Pasal 92, 94 UU No 6 Tahun 2018
Setiap orang yang tidak mematuhi penyelenggaraanKekarantinaan Kesehatan dan/atau menghalang-halangipenyelenggaraan Kekarantinaan Kesehatan sehinggamenyebabkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dipidanadengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/ataupidana denda paling banyak Rp.100.000.000. (seratus jutarupiah)
Pasal 93 UU No 6 Tahun 2018
Dalam melakukan penyidikan, PPNS Kekarantinaan Kesehatanberkoordinasi dan bekerjasama dengan Penyidik di lingkunganKepolisian Negara Republik Indonesia dan dapat berkoordinasi danbekerjasama dengan penyidik di lingkungan TNI sesuai denganketentuan perundang - undangan
Menurut Undang – Undang No 6 Tahun 2018 tentang Kekaratinaan
Sanksi Hukum
85% 35% 65% 45%
Barang siapa dengan sengaja menghalangi pelaksanaanpenanggulangan wabah sebagaimana diatur dalam UU No 4 Tahun 1984, diancam dengan Pidana Penjara selama – lamanya1 9satu) tahun dan/atau denda setinggi – tingginyaRp.1.000.000 (satu juta rupiah)
Pasal 14 ayat (1)
Barang siapa karena kealpaannya mengakibatkan terhalangnyapelaksanaan penanggulangan wabah sebagaimana diatur dalamUU No 4 tahun 1984 ini, diancam dengan pidana kurunganselama – lamanya 6 (enam) bulan dan atau denda setinggi-tingginya Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah)
Pasal 14 ayat (2)
Pasal 5 : “Upaya Penanggulangan Wabah Meliputi; (1) PenyelidikanEpidemiologis, (2) Pemeriksaan, Pengobatan, Perawatan, danIsolasi Penderita termasuk tindakan Karantina, (3) Pencegahan danPengebalan, (4) Pemusnahan Penyebab Penyakit, (5) PenangananJenazah akibat wabah, (6) Penyuluhan kepada masyarakat, (7) Upaya penanggulangan lainnya”
Menurut Undang – Undang No 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
Sanksi Hukum
Pasal 212
Pasal 216Pasal 218
Pasal 212Pasal 216Pasal 21801 “Barang siapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan melawan pejabatyang sedang menjalankan tugas yang sah, atau orang yang menurut kewajibanundang-undang atau atas permintaanpejabat memberi pertolongan kepadanya, diancam karena melawan pejabatdengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau pidanadenda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah”
Pasal 212 KUHP
03 “Barang siapa pada wakturakyat datang berkerumundengan sengaja tidak segerapergi setelah diperintah tiga kali oleh atau atas nama penguasayang berwenang, diancamkarena ikut srta perkelompokandengan pidana penjara paling lama empat bulan duaminggu atau pidana dendapaling banyak Sembilan riburupiah.
Pasal 218 KUHP
02 “Barang siapa dengan sengaja tidakmenuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undang – undang olehpejabat yg tugasnya mengawasi sesuatuatau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untukmengusut atau memeriksa tindak pidana, demikian pula barang siapa dengan siapamencegah, menghalang-halangi ataumengagalkan tindakan guna menjalankanketentuan undang-undang yang dilakukanoleh salah seorang pejabat tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu ataupidana denda paling banyak Sembilan ribu rupiah.
Pasal 216 ayat (1)
Menurut Kitab Undang – Undang Hukum Pidana (KUHP)
KESIMPULAN
Salus Populi
Suprema Lex.
Hukum Tertinggi Adalah Keselamatan Rakyat (Salus Populi Suprema Lex Esto)
2019-nCoVOleh karena itu, dalam rangka pelindungan kesehatanbagi seluruh masyarakat Indonesia, yang tersebar di
berbagai pulau besar maupun kecil sangat mendesak
dan dibutuhkan.
Pemerintah harus serius punya komitmen melakukanupaya untuk mencegah terjadinya kedaruratan
meluasnya penyebaran virus Corona ini dalam
masyarakat.
CORONAVIRUS
Keselamatan dan kemakmuran rakyat merupakan tujuan utama bernegara, seperti yang tertulis dalam Alinea
ke-4 pembukaan UUD 1945, yang intinya Negara harus menjamin melindungi segenap bangsa Indonesia.
Salus PopuliSuprema Lex
Dengan prinsip Solus populi suprema lex(Keselamatan rakyat hukum tertinggi), Pemerintahwajib mengutamakan perintah konstitusi "melindungisegenap bangsa Indonesia dan tumpah darahIndonesia".
Artinya, Pemerintah harus all out mengerahkansegala kemampuan fokus menyelamatkan hidupsetiap orang dari serangan covid-19. Untuk itu, semuakekuatan ekonomi dan keuangan negara termasukyang harus diakomodasi dalam memerangi covid-19.
Thank YouDr. dr. Beni Satria, M.Kes., S.H., M.H(kes)